laporan farmasetika dasar praktikum v.doc

54
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR Disusun Oleh : Nama : Bagus Wibisono NIM : 723901S.08.011 Dosen pembimbing : Dedi Setiawan, S.Farm.,Apt

Upload: muhammad-agus-martjianto

Post on 12-Jan-2016

586 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR

Disusun Oleh :

Nama : Bagus Wibisono

NIM : 723901S.08.011

Dosen pembimbing : Dedi Setiawan, S.Farm.,Apt

LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR

AKADEMI FARMASI SAMARINDA

2008 / 2009

Page 2: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud Praktikum

Maksud dari pelaksanaan praktikum farmasetika dasar ini adalah agar

mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses pembuatan obat pada sediaan

padat, khususnya untuk sediaan pulvis dan sediaan kapsul.

1.2 Tujuan Praktikum

Setelah melaksanakan praktikum dilabortorium farmasetika ini bertujuan

agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membuat sediaan

berupa pulvis dan kapsul serta mengetahui fungsi dan efek samping dari obat yang

dibuat dan dapat menginformasikan kepada pasien.

Page 3: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

BAB II

DASAR TEORI

Pulvis adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.

Pada pembuatan sebuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu

sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari

50°C. Cara pembuatan pulvis adalah sebagai berikut :

1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan

tidak diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori

dinding mortir.

2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan

serbuk yang BJ-nya besar baru kemudian masukkan bagian serbuk yang

BJ-nya lebih rendah dan diaduk.

3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus.

Hal ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang

belum halus.

4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.

5. Cara mencampur Camphora dalam serbuk dilakukan sebagai berikut :

Larutkan Campora dengan spiritus fortior dalam mortir sampai cukup

larut, jangan berlebihan, setelah itu diaduk dengan bahan lain misalkan SL

sampai spiritus fortior menguap. Pada waktu mengaduk jangan ditekan

untuk menghindari champora menggumpal kembali.

Page 4: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

6. Cara mencampur Stibii Pentasulfidum dilakukan dengan cara dimasukkan

serbuk lain dalam mortir, misalkan SL sebagian lalu masukkan serbuk

Stibii Pentasulfidum dan tambahkan sisa SL sisanya atau serbuk lain, baru

diaduk dan digerus tanpa ditekan

7. Serbuk dengan ekstrak kental

Dalam mortir panas ekstrak kental diencerkan dengan cairan penyari,

misalnya spirius dilutus dan spiritus lainnya secukupnya dan diserbukkan

dengan perolongan zat tambahan yang cocok, misalkan SL atau Amylum

Oryzae.

8. Serbuk dengan Tinctura atau Extrctum liquidum

Tinctura atau Extrctum liquidum diuapkan pelarutnya di atas tangas air

hingga hampir kering lalu diserbukkan dengan pertolongan bahan

tambahan yang cocok, biasanya digunakan SL bila untuk obat dalam.

Supaya serbuk yang dipakai pengering tidak menjadi keras, maka masa

selalu dilepas dengan spatel dari dinding mortir.

9. Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram SL dengan 1

tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi, Oleum

Foeniculi, dan Oleum Menthae Piperitae.

10. Campuran serbuk yang menjadi basah atau mencair.

Arti basah disini adalah menyerap air atau keluar air keristalnya, menyerap

air disini disebabkan oleh karena campuran serbuk itu lebih higroskopis

dari masing- masing serbuk / kristal.

Page 5: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul keras

atau lunak yang dibuat dari gelatin, pati, dan bahan lain yang cocok. Cara

pengisian kapsul apabila obat dalam bentuk serbuk dibagi sesuai dengan jumlah

kapsul yang diminta, kemudian dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.

Apabila bahan kental dalam jumlah kecil dibuat menjadi serbuk dengan

penambahan bahan inert, dalam jumlah besar dibuat seperti massa pil dipotong

sebanyak yang diperlukan dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Apabila bahan

cair, misalnya minyak lemak dan cairan yang tidak melarutkan gelatin langsung

dimasukkan ke kapsul. Bahan-bahan yang dapat merusak cangkang kapsul adalah

zat-zat higroskopis cara mengatasinya dengan penambahan bahan inert, campuran

eutetikum yang memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula cara

mengatasinya dengan mencampur masing-masing bahan dengan bahan inert,

minyak dan cairan yang melarutkan gelatin misalnya minyak atsiri, kreosot,dan

alcohol cara mengatasinya diencerkan dengan minyak lemak hingga kadarnyadi

bawah 40%. Persyaratan kapsul :

1. Keseragaman bobot

a. Kapsul berisi obat kering, timbang 20 kapsul timbang lagi satu persatu,

keluarkan isi semua kapsul timbang seluruh cangkang kapsul, hitung bobot

isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul, perbedaan dalam persen

bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh

lebih dari yang ditetapkan kolom A, untuk tiap 2 kapsul tidak lebih daru

yang ditetapkan kolom B.

Page 6: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

b. Kapsul berisi obat cair atau pasta, timbang 10 kapsul timbang lagi satu

persatu, keluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter,

buang cairan cucian biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh

cangkang kapsul hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul,

perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap

isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.

2. Waktu hancur.

3. Disolusi

Digunakan untuk menentukan kesesuain dengan persyaratan disolusi yang

tertera dalam monografi.

Page 7: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

BAB IV

PEMBAHASAN

Resep 3

Pada praktikum ini praktikan melakukan percobaan membuat sediaan berupa

pulvis dengan menggunakan bahan obat Sulfaguanidin, Papaverin HCl, Kaolin,

Elaeosacch. M.Pip, dan Mg Carbonat. Disimpulkan bahwa obat ini berfungsi

sebagai obat diare.

Dalam pembuatan resep ini praktikan harus membuat serbuk percobaan dari

campuran antara kaolin dan Elaesacch.M.Pip untuk mengetahui perhitungan dosis

dalam resep. Praktikan juga harus mencari dalam 1 sediaan itu ada berapa cth

dengan cara membagikan jumlah seluruh bahan dalam resep dengan bobot rata-

rata 1 cth, untuk dapat mengetahui tiap bahan berapa yang ditimbang. Tujuan dari

praktikan membuat serbuk percobaan adalah agar dapat menghitung dosis dari zat

aktif yang ada di dalam resep ini, karena dalam peminuman obat ini menggunakan

1 cth.

Dalam pengerjaannya papaverin HCl digerus bersama dengan campuran

kaolin dan elaeosacch, karena papaverin termasuk dalam golongan obat keras

sehingga diperlukan zat tambahan dalam melakukan penggerusan obat tersebut,

apabila obat keras digerus sendiri di dalam mortir tanpa zat tambahan nanti ada

sebagian dari obat keras tersebut menempel pada pori-pori mortir.

Dalam mencampurkan bahan-bahan obat tersebut harus dilakukan sedikit

demi sedikit, hal ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk

Page 8: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

yang belum halus. Karena dengan menggerus akan banyak terjadi kristal kasar

menjadi halus. Apabila menggerus serbuk dalam jumlah banyak sekaligus, akan

terjadi serbuk halus yang banyak pula, ada bagian-bagian kasar terlepas dan tidak

ikut tergerus dengan baik.

Resep ini tidak boleh diulang tanpa resep dokter, karena di dalam resep ini

terdapat bahan obat yang termasuk dalam golongan obat keras yang apabila di

berikan tanpa seizin dokter dapat membahayakan keselamatan bagi si pemakai

dan dapat menyebabkan kematian.

Obat ini diminum sesudah makan, karena obat ini dapat bekerja secara

maksimal apabila lambung kita telah terisi oleh makanan. Selain itu Obat

diminum sesudah makan, karena apabila perut masih dalam keadaan kosong maka

akan membuat keadaan asam lambung meningkat, sehingga bisa menyebabkan

muntah. Pada etiket ini diberikan etiket putih, karena obat ini digunakan sebagai

obat dalam.

Pada peminuman obat ini jika jantung kita berdebar-debar, hentikan

pemakaian obat ini, karena ini mengindikasikan kepada kita bahwa obat ini tidak

cocok unutk tubuh kita dan dapat menyebabkan kelainan pada organ dalam tubuh

kita.

.

Page 9: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Resep 4

Dalam praktikum ini praktikan melakukan percobaan membuat sediaan

berupa kapsul dengan menggunakan bahan obat INH, Rifampicin, dan Vit.B6.

Obat ini berfungsi sebagai antituberculosa atau obat paru-paru.

Dalam proses pembuatan resep ini, seharusnya Rifampicin dibuat secara

terpisah dengan ( INH + Vit B6 ), karena pemberian INH bersama rifampicin

menyebabkan meningkatnya insidens hepatotoksik yang menyebabkan hepatitis,

sehingga dalam pembuatan resep ini Rifampicin dibuat tersendiri.

Dalam praktikum kemarin praktikan melakukan kesalahan dalam proses

pembuatan resep, praktikan membuat obat dengan mencampur seluruh bahan

obat, seharusnya resep dibuat seperti yang diatas tadi.

Di dalam resep terdapat Vit.B6, fungsinya adalah untuk memenuhi

kebutuhan Vit B6 dalam tubuh kita, karena dalam peminuman INH menyebabkan

kehilangan sebagian Vit B6 dalam tubuh kita ( defisiansi Vit B6 ).

Dalam pembuatan resep ini tidak perlu penambahan karmin, karena di dalam

resep ini sudah ada bahan obat yang memiliki warna yang membantu kita untuk

mengetahui obat yang kita buat sudah homogen atau belum, obat tersebut adalah

Vit B6 ( warna kuning ).

Resep ini tidak boleh diulang tanpa resep dokter, karena di dalam resep ini

terdapat bahan obat yang termasuk dalam golongan obat keras yang apabila di

berikan tanpa seizin dokter dapat membahayakan keselamatan bagi si pemakai

dan dapat menyebabkan kematian. Obat diminum 3 x sehari agar dapat bekerja

secara optimal dalam membunuh kuman-kuman yang ada di dalam tubuh kita.

Page 10: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Obat ( INH + Vit B6 ) diminum sebelum makan, karena penyerapan

( absorpsi ) obat ini akan lebih baik jika diminum sebelum makan. Apabila obat

ini diminum sesudah makan penyerapan obat ini tidak terlalu baik. Pada

peminuman obat ini jika jantung kita berdebar-debar, hentikan pemakaian obat

ini, karena ini mengindikasikan kepada kita bahwa obat ini tidak cocok unutk

tubuh kita dan menyebabkan kelainan pada organ dalam tubuh kita. Pada resep ini

diberikan etiket putih, karena obat ini digunakan sebagai obat dalam.

Page 11: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Resep 5

Dalam praktikum ini prktikan melakukan percobaan membuat sediaan

berupa kapsul dengan menggunakan bahan obat Asetosal, Amidopirin, dan

Codein HCl. Asetosal berfungsi sebagai Analgetikum dan Antipiretikum.

Analgetikum yaitu, obat yang dapat menghilangkan atau menghalau rasa nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran, sedangkan Antipiretikum yaitu, obat yang dapat

memoerbaiki suhu tubuh manusia menjadi normal dalam keadaan demam.

Amidopirin berfungsi sebagai Analgetikum dan Antipiretikum sama seperti

Asetosal. Codein HCl berfungsi sebagai Antitusivum yaitu, obat yang menekan

batuk. Dapat disimpulkan bahwa obat ini berfungsi sebagai obat batuk.

Pada resep ini dokter memberikan bahan obat Codein HCl dan Asetosal

untuk pasiennya, karena pada peminuman Codein HCl, yaitu untuk obat batuk

biasanya akan disertai oleh panas yang cukup tinggi bagi si penderita, maka dari

itu dokter memberikan Asetosal untuk menyertai Codein HCl agar dapat

menurunkan panas bagi si penderita.

Dalam proses pembuatan resep ini praktikan tidak menggunakan bahan obat

Amidopirin, karena Amidopirin memiliki khasiat yang sama dengan Asetosal,

sehingga praktikan hanya menggunakan bahan obat Asetosal dan Codein HCl

dalam pembuatan resep ini.

Pada peminuman obat ini jika jantung kita berdebar-debar, hentikan

pemakaian obat ini, karena ini mengindikasikan kepada kita bahwa obat ini tidak

Page 12: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

cocok unutk tubuh kita dan dapat menyebabkan kelainan pada organ dalam tubuh

kita.

Resep ini tidak boleh diulang tanpa resep dokter, karena di dalam resep ini

terdapat bahan obat yang termasuk dalam golongan obat keras yang apabila di

berikan tanpa seizin dokter dapat membahayakan keselamatan bagi si pemakai

dan dapat menyebabkan kematian.

Obat ini diminum sesudah makan, karena obat ini dapat bekerja secara

maksimal apabila lambung kita telah terisi oleh makanan. Selain itu Obat

diminum sesudah makan, karena apabila perut masih dalam keadaan kosong maka

akan membuat keadaan asam lambung meningkat, sehingga bisa menyebabkan

muntah. Pada etiket ini diberikan etiket putih, karena obat ini digunakan sebagai

obat dalam.

Page 13: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Resep 3

1. Obat ini berfungsi sebagai obat diare.

2. Hasil sediaan yang diperoleh adalah sirup kering warna putih.

3. Obat diminum 3 x sehari sesudah makan.

4. Obat disimpan ditempat yang sejuk dan kering.

Resep 4

1. Obat ini berfungsi sebagai antituberculosa atau obat paru-paru.

2. Hasil sediaan yang diperoleh adalah berupa kapsul ( INH + Vit. B6 ) dengan

no. cangkang kapsul 4 dan kapsul Rifampicin dengan no. cangkang kapsul 1.

3. Obat diminum 3x sehari sebelum makan.

4. Obat disimpan ditempat yang sejuk dan kering.

Resep 5

1. Obat ini berfungsi sebagai penurun panas, penghilang rasa nyeri, dan obat

batuk.

Page 14: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

2. Hasil sediaan yang diperoleh adalah berupa kapsul dengan no. cangkang

kapsul 00.

3. Obat diminum 3x sehari sesudah makan.

4. Obat disimpan ditempat yang sejuk dan kering.

B. Saran

Adapun saran yang praktikan ingin sampaikan kepada praktikan lain adalah

praktikan dalam melakukan penimbangan, penggerusan, dan pencampuran bahan

obat harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar obat yang dibuat sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Page 15: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Cetakan VI. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Ansel, C. Howard. 1928. Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta :

Universitas Indonesia.

A, K. Muda Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Surabaya :

Gita Media Press.

Duin, Van. 1954. Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori. Jakarta :

Soeroengan.

Rahardja, Kirana dan Tan Hoan Tjay. 2002. Obat Obat Penting Edisi V. Jakarta :

PT. Elek Media Komputindo Klompok Gramedia.

Sirait, Midian dan Fauzi Kasim. 2008. Infomasi Sepesialite Obat Volume 43.

Jakarta : PT. ISFI.

Page 16: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Resep 3

I. Resep Asli / Standar

a. Resep Asli

R/ Sulfaguanidin 3

Papaverin HCl 0,3

Kaolin 5

Elaeosacch. M. Pip.

Dr. Maria Maya

Jl. KH. Muksin No. I

SIP. 241 / DKK / 2001

Smarinda, 24 November 2008

R/ Sulfaguanidin 3

Papaverin HCl 0,3

Kaolin 5

Elaeosacch. M. Pip.

Mg Carbonat aa. 6

M.f. Pulv. da S.t.d.d. Cth. I

Pro : Rani ( 10 tahun )

Page 17: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Mg. carbonat aa. 6

b. Resep Standar

R/ Elaeosacch. M. Pip.

Saccharum lactis 2

Oleum menthae piperitae 1 tetes ( IMO, 41 )

c. Kelengkapan Resep

- Paraf dokter tidak tertera

- alamat pasien tidak tertera

d. Penggolongan Obat

O : -

G : Papaverin HCl ( ISO 2007 ; 259 )

Sulfaguanidin ( ISO 2008 ; 38 )

W : -

B : Mg Carbonat, Kaolin, Oleum menthae ( ISO 2007 ; 338,361,310 )

e. Komposisi Bahan

tiap 1 bungkus mengandung :

Sulfaguanidin 3

Papaverin HCL 0,3

Page 18: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Kaolin 5

Saccharum lactis 6

Oleum menthae piperitae 3 tetes

Mg. carbonat 6

II. Uraian Bahan

1. Sulfaguanidin

a. Sinonim : Sulfaguanidinum ( FI III, 583 ).

b. Khasiat : Antibakteri ( FI III, 583 ).

Antibakteri adalah obat yang mematikan atau mencegah

pertumbuhan bakteri patogen ( Ansel, 635 ).

c. Pemerian : Hablur atau serbuk; putih atau hampir putih; tidak berbau

atau hampir tidak berbau ; oleh pengaruh cahaya lambat

laun warna berubah menjadi gelap ( FI III, 583 ).

d. Dosis : DLA : 1 hr = 300 mg / kg ( dibagi dalam 4 dosis )

( FI III, 954 ).

2. Papaverin HCl

a. Sinonim : Papaverini Hydrochloridum ( FI III, 472 ).

b. Khasiat : Spasmolitikum ( FI III, 472 ).

Spasmolitikum adalah zat-zat yang dapat melepaskan

kejang-kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri

perut pada diare ( OOP, 274 ).

Page 19: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

c. Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit,

kemudian pedas ( FI III, 472 ).

d. Dosis : DLA : 1 hr = 2,5 mg/kg (dibagi dalam 4 dosis) (FI III,945)

DM : 1x = 200 mg

1 hr = 600 mg

3. Kaolin

a. Sinonim : Kaolinum, Bolus alba ( FI III, 335 )

b. Khasiat : Zat tambahan, penyerap ( FI III, 335 )

c. Pemerian : Serbuk ringan; putih; bebas dari butiran kasar; tidak

berbau; tidak mempunyai rasa; licin ( FI III, 335 )

4. Saccharum lactis

a. Sinonim : Laktosa, lactosum ( FI III, 338 )

b. Khasiat : Zat tambahan, pengisi, pemanis ( FI III, 338 )

c. Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis

( FI III, 338 )

5. Oleum menthae piperithae

a. Sinonim : Minyak permen ( FI III, 458 )

b. Khasiat : Zat tambahan, karminativum ( FI III, 458 )

c. Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning

kehijauan, bau aromatik, rasa pedas dan hangat, kemudian

dingin ( FI III, 458 )

6. Mg. Carbonat Ringan

a. Sinonim : Magnesii Carbonas Levis ( FI III, 351 )

Page 20: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

b. Khasiat : laksativum ( FI III, 351 )

c. Pemerian : serbuk; putih; tidak berbau; tidak berasa ( FI III, 351 )

d. Dosis : DLA = 1 x : 300 mg

1 hr : 900 mg - 1,2 g ( FI III, 351 )

III. Perhitungan Dosis

Sulfaguanidin 3

Papaverin HCL 0,3

Kaolin 5

Elaeosacch 6

Mg. carbonat 6 +

20,3

Permisalan :

Sendok teh : 1x = 2 g

2x = 2 g

3x = 2 g +

6 g

Rata-rata = 6 g / 3 = 2 g

20,3 g / 2 g = 10,15 cth = 10 cth

1. Sulfaguanidin

1 cth = 2 g

D 1x = 1 cth x 2 g x 3 = 0,295 g = 295 mg

20, 3

Page 21: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

D 1hr = 3 x 0,295 g = 0,885 g

DLA = 1 hr = 300 mg / kg = 300 mg / kg x 24,7 kg = 7410 mg

1 x = 7410 / 4 = 1852,5 mg

Kesimpulan : dosis sulfaguanidin subterapi

Rekomendasi : dosis dinaikkan sesuai DL menjadi

1x : 1852,5 mg

1 hr : 3 x 1852,5 mg = 5557,5 mg

2. Papaverin HCl

1 cth = 2 g

D 1x = 1 cth x 2 g x 0,3 = 0,029 g = 29 mg

20, 3

D 1hr = 3 x 0,29 g = 0,088 g

DLA = 1hr : 2,5 mg / kg = 2,5 mg / kg x 24,7 kg = 61,75 mg

1x : 61,75 / 4 = 15,4375

DMA = 1x : ( n / 20 ) x DM

: ( 10 / 20 ) x 200 mg

: 100 mg

1 hr : ( n / 20 ) x DM

: ( 10 / 20 ) x 600 mg

: 300 mg

Kesimpulan : dosis papaverin HCl terapi

3. Mg. Carbonat

Page 22: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

1 cth = 2 g

D 1x = 1 cth x 2 g x 6 = 0,591 g

20, 3

D 1hr = 3 x 0,591 g = 1,773 g

DLA = 1 x : 300 mg = 0,3 g

1 hr : 900 mg – 1,2 g

Kesimpulan : dosis Mg. Carbonat terapi

Perbaikan :

R/ Sulfaguanidin 1852,5 mg

M.f. Pulv. da S.t.d.d. Cth. I

IV. Penimbangan

1. Sulfaguanidin : 3 g

2. Papaverin HCL : 0,3 g

3. Kaolin : 5 g

4. Saccharum lactis : 6 g

5. Oleum menthae piperitae : 3 tetes

6. Mg. Carbonat : 6 g

V. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan.

Page 23: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

3. Dibuat serbuk percobaan dengan cara diambil kaolin dan elaeosacch sesuai

dengan jumlah yang diminta dalam resep.

4. Dicari bobot 1 cth dari serbuk percobaan di atas dilakukan sebanyak 3 x

dan dihitung bobot rata-ratanya.

5. Dihitung dosis sesuai boot rata-rata yang di dapat.

6. Ditimbang bahan-bahan yang belum diambil, seperti sulfaguanidin,

papaverin HCl, dan magnesium carbonat.

7. Digerus papaverin HCl bersama sebagian campuran kaolin dan elaeosacch

hingga halus dan homogen, disisihkan.

8. Digerus sulfaguanidin bersama sebagian campuran kaolin dan elaeosacch

hingga halus dan homogen, disisihkan.

9. Digerus magnesium carbonat bersam sebagian campuran kaolin dan

elaeosacch hingga halus dan homogen.

10. Dicampur campuran bahan no. 7, 8, dan 9 digerus hingga halus dan

homogen.

11. Serbuk dikemas dan diberi etiket putih.

VI. Penandaan

Etiket Putih

Laboratorium Farmasetika

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Bagus Wibisono

No : 3 Tgl : 22-09-08

Ana

3 x Sehari 1 Bungkus bila di perlukan

Sesudah Makan

Tidak boleh diulang tanpa resep dokter

Page 24: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

VII. Edukasi

1. Obat ini berfungsi sebagai obat diare.

2. Obat diminum 3 x sehari 1 sendok teh sesudah makan.

3. Obat disimpan di tempat yang sejuk dan kering.

4. Efek samping : mual, pusing, dan bibir kering.

5. Hentikan penggunaan jika jantung berdebar-debar.

Page 25: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Resep 4

I. Resep Asli / Standar

a. Resep Asli

R/ INH 200 mg

Rifampicin 300 mg

Vit B6 tablet ½

b. Kelengkapan Resep

- Paraf dokter tidak tertera

Dr. Maria Maya

Jl. KH. Muksin No. I

SIP. 241 / DKK / 2001

Smarinda, 24 November 2008

R/ INH 200 mg

Rifampicin 300 mg

Vit B6 tablet ½

M.f. Pulv. l.a. d.t.d. No. XXX

da. In. cap.

S.t.d.d. cap I

Pro : Ario ( 3 tahun )

Page 26: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

- Alamat pasien tidak tertera

c. Penggolongan Obat

O : -

G : INH ( ISO 2007, 332 ), Rifampicin ( ISO 2008, 164 )

W : -

B : Vit B6 ( ISO 2007, 149 )

d. Komposisi Bahan

tiap 1 kapsul mengandung :

INH 200 mg

Rifampicin 300 mg

Vit B6 tab ½

II. Uraian Bahan

1. INH

a. Sinonim : Isoniazidum; isoniazida ( FI III, 320 ).

b. Khasiat : Antituberkulosa ( FI III, 320 ).

Antituberkulosa adalah obat yang berfungsi

menghilangkan penyakit spesifik yang disebabkan oleh

basil tuberkolusis yang menyerang paru-paru ( batuk

kering, batuk darah ) → ( Kamus Lengkap Kedokteran

Edisi Revisi, 267 ).

Page 27: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

c. Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak

berbau; rasa agak pahit; terurai perlahan-lahan oleh

udara dan cahaya ( FI III, 320 ).

d. Farmakologi : Di dalam tubuh terdapat Vit B6 yang rumus kimianya

hampir mirip dengan INH sehingga terjadi pertentangan

dalam tubuh sehingga mengakibatkan tubuh tidak

sehat, letih dan lesu ( OOP, 149 ).

e. Dosis : DLA = 1x : 5 mg / kg

1 hr : 10 mg / kg ( FI III, 937 )

DMD = 1x : -

1 hr : 10 mg / kg ( FI III, 320 )

DMA = 1 dd 300 – 400 mg ( OOP V, 150 ).

f. Inkompatibilitas : Cenderung terurai oleh air dan cahaya, larut dalam

air dan alkohol dan merupakan cara yang paling

netral ( Scoville’s, hal 506 ).

2. Rifampicin

a. Sinonim : Rifamycinum, Rifamisina ( FI III, 560 ).

b. Khasiat : Antibiotikum ( FI III, 560 ).

Antibiotikum adalah obat yang digunakan untuk

mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman

( OOP, 63 ).

c. Pemerian : Serbuk hablur; coklat merah ( FI III, 560 ).

d. Dosis : DLA = 1 hr : 10-20 mg ( FI III, 952 ).

Page 28: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

3. Vit B6

a. Sinonim : Pyridoxine Hydrochloridum; Piridoksina Hidroklorida

( FI III, 512 ).

b. Khasiat : Komponen vitamin B kompleks ( FI III, 512 ).

c. Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur

putih; tidak berbau; rasa asam ( FI III, 512 ).

d. Dosis : DLA = 1 hr = 0,5 – 1,5 mg ( FI III, 951 ).

e. Farmakologi : Di dalam tubuh terdapat Vit.B6 yang rumus kimianya

hampir mirip dengan INH sehingga terjadi pertentangan

dalam tubuh sehingga mengakibatkan tubuh tidak

sehat, letih dan lesu ( OOP, 149 ).

III. Perhitungan Dosis

1. INH

DLA : 1x = 5 mg / kg = 5 mg / kg x 22 kg = 110 mg

1 hr = 10 mg / kg = 10 mg / kg x 22 kg = 220 mg

DMA : 1 x = 10 mg / kg x 22 kg = 220 mg →

Dosis dalam resep :

1x : 200 mg

1 hr : 3 x 200 = 600 mg

Kesimpulan : Dosis INH Over Dosis

Rekomendasi : Dituurunkan sesuai DL

1x : 110 mg

Page 29: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

1 hr : 220 mg

2. Rifampicin

DLA : 1 hr = 10 – 20 mg

1 x = 10 / 3 = 3,3 mg

= 20 / 3 = 6,67 mg

Dosis dalam resep :

1x : 300 mg

1 hr : 3 x 300 mg = 900 mg

Kesimpulan : dosis rifampicin terapi

3. Vit B6

DLA : 1 hr = 0,5 – 1,5 mg

1x = 0,5 / 3 = 0,16 mg

= 1,5 / 3 = 0,5 mg

1 tablet = 20 mg ( Fornas, 262 )

½ tablet = 10 mg

Dosis dalam resep :

1x : 10 mg

1 hr : 3 x 10 = 30 mg

Kesimpulan : dosis Vit B6 Over Dosis

Rekomendasi : dosis diturunkan sesuai DL, menjadi :

1x : 0,20 mg

Page 30: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

1 hr : 3 x 0,20 = 0,60 mg

Perbaikan :

R/ INH 110 mg

Vit B6 0,20 mg

M.f . Pulv. l.a d.t.d. No. X

IV. Penimbangan

INH 1 tab = 100 mg ( Fornas, hal 167 )

1. INH = 110 mg x 10 = 1100 mg → tab

2. Rifampicin = 300 mg x 10 = 3000 mg → tab

3. Vit B6 = 0,20 mg x 10 = 2 mg

Pengenceran ( 1 : 100 )

Vit B6 = 50 mg

SL = 4950 mg +

5000 mg

Yang diambil = 2/50 x 5000 = 200 mg

V. Cara Kerja

- INH + Vit B6

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang bahan yang diperlukan.

Page 31: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

3. INH digerus hingga halus, disisihkan.

4. Vit B6 digerus hingga halus, lalu masukkan bahan no. 3 digerus hingga

halus dan homogen.

5. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian yang sama dengan penimbangan, masing-

masing dibagi menjadi 5 bagian yang sama rata.

6. Serbuk dimasukkan ke dalam cangkang kapsul no. 4, kemudian disimpan

di dalam kantong klip dan diberi etiket putih.

- Rifampicin

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang bahan-bahan yang

diperlukan.

3. Rifampicin digerus hingga halus.

4. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian yang

sam dengan penimbangan, masing-masing dibagi menjadi 5 bagian yang

sama rata.

5. Serbuk dimasukkan ke dalam

cangkang kapsul no. 1, lalu disimpan di dalam kantong klip dan di beri

etiket putih.

VI. Penandaan

Etiket putih

INH + Vit B6

Laboratorium Farmasetika

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Bagus Wibisono

No : 4 Tgl : 24-11-08

Ario ( 9 tahun )

3 x Sehari 1 kapsul

Sebelum Makan

Tidak boleh diulang tanpa resep dokter

Page 32: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Etiket Putih

Rifampicin

lVII. Edukasi

1. Obat ini berfungsi sebagai obat paru-

paru dan antibiotik.

2. Obat diminum 3 x sehari sebelum

makan untuk INH + Vit B6, sedangkan untuk rifampicin diminum sesudah

makan.

3. Obat disimpan di tempat yang sejuk

dan terlindung cahaya.

4. Efek samping : penyakit kuning.

( OOP, 150 )

5. Hentikan penggunaan apabila

jantung berdebar-debar.

Laboratorium Farmasetika

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Bagus Wibisono

No : 4 Tgl : 24-11-08

Ario ( 9 tahun )

3 x Sehari 1 kapsul

SesudahMakan

Tidak boleh diulang tanpa resep dokter

Page 33: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Resep 5

I. Resep Asli/standar

a. Resep Asli

R/ Asetosal

Amidopirin aa 2

Codein HCl 0,2

b. Kelengkapan Resep

- Alamat pasien tidak tertera

- Paraf dokter tidak tertera

c. Penggolongan Obat

O : Codein HCl ( OOP, 343 )

Dr. Maria Maya

Jl. KH. Muksin No. I

SIP. 241 / DKK / 2001

Smarinda, 24 November 2008

R/ Asetosal

Amidopirin aa. 2

Codein HCl 0,2

M.f. Pulv. da. in cap d.t.d. No. XX

S.t.d.d. cap I

Pro : Arman ( 17 tahun )

Page 34: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

G : Amidopirin ( ISO 2008, 1 )

W : -

Bebas : Asetosal ( ISO 2007, 202 )

d. Komposisi Bahan

Tiap 1 kapsul mengandung

Asetosal 500 mg

Codein HCl 10 mg

II. Uraian Bahan

1. Asetosal

a. Sinonim : Acidum Acetylsalicylicum, Asam Asetilsalisilat

( FI III, 43 ).

b. Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum ( FI III, 43 ).

Analgetikum : Obat yang menghilangkan rasa

sakit tanpa menimbulkan ketidaksadaran

( Ansel, 634 ).

Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu

tubuh menjadi normal dalam keadaan demam

( Ansel, 638 ).

c. Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak

berbau, rasa asam ( FI III, 43 ).

d. Dosis : DLD = 1x : 500 mg – 1 g

Page 35: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

1 hr : 1,5 – 3 g

DMD = 1x : 1 g

1 hr : 8 g ( FI III, 959 ).

2. Amidopirin / Methampiron ( ISO 2008 Adimidon, 202 ).

a. Sinonim : Methampironum, Antalgin ( FI III, 369 ).

b. Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum ( FI III, 369 ).

Analgetikum : Obat yang menghilangkan rasa sakit tanpa

menimbulkan ketidaksadaran ( Ansel, 634 ).

Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu

tubuh menjadi normal dalam keadaan demam

( Ansel, 638 ).

c. Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak pahit ( FI III,

369 ).

d. Dosis : DLD : 1x = 250 mg

DMD : 1x = 750 mg

1 hr = 2 g ( FI III, 984 ).

3. Codein HCl

a. Sinonim : Kodeina Hiroklorida ( FI III, 172 ).

b. Khasiat : Antitusivum ( FI III, 172 ).

Antitusivum adalah obat yang menekan batuk

( Ansel, 638 ).

c. Pemerian : Serbuk hablur putih / hablur jarum tidak berwarna ( FI III,

172 ).

Page 36: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

d. Dosis : DLD : 1x = 10 – 20 mg

1 hr = 30 – 60 mg

DMD : 1x = 60 mg

1 hr = 300 mg ( FI III, 964 ).

III. Perhitungan Dosis

1. Asetosal

DL : 1x = 500 mg – 1 g

1 hr = 1,5 – 3 g

DM : 1x = 1 g

1 hr = 8 g

Dosis dalam resep :

1x : 2 g

1 hr : 3 x 2 = 6 g

Kesimpulan : dosis OD

Rekomendasi : dosis diturunkan sesuai DL menjadi

1x : 500 mg

1 hr : 3 x 500 mg = 1500 mg

2. Amidopirin

DLD : 1x = 250 mg

1 hr = 3 x 250 mg = 750 mg

DMD : 1x = 750 mg

Page 37: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

1 hr = 2 g

Dosis dalam resep

1 x = 2 gr

1 hr = 3 x 2 g = 6 g

Kesimpulan : dosis OD

Rekomendasi : diturunkan sesuai DL menjadi :

1x : 250 mg

1 hr : 3 x 250 mg = 750 mg

3. Codein HCl

DLD : 1x = 10 – 20 mg

1 hr = 30 – 60 mg

DMD : 1x = 60 mg

1 hr = 300 mg

Dosis dalam resep

1x : 0,2 gr

1 hr : 3 x 0,2 gr = 0,6 gr

Kesimpulan : dosis OD

Rekomendasi dosis diturunkan sesuai DL menjadi :

1x : 10 mg

1 hr : 3 x 10 mg = 30 mg

Page 38: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

Perbaikan :

R/ Asetosal 500 mg

Amidopirin 250 mg

Codein HCl 10 mg

M.f. Pulv. da in cap d.t.d. No. XX

IV Penimbangan

1. Aseetosal : 500 x 20 = 10.000 mg

2. Codein HCL : 10 x 20 = 200 mg

3. SL : ( 600 x 20 ) - ( 10000 + 200 )

: 12000 – 10200

: 1800 mg

V. Cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan perhitungan.

3. Asetosal digerus hingga halus dan ditambahkan sebagian SL digerus

hingga homogen, disisihkan.

4. Codein HCL digerus hingga dan ditambahkan sisa SL digerus hingga

homogen.

5. Dicampur campuran bahan no. 3 dan 4 digerus hingga halus dan homogen.

Page 39: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc

6. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian yang sama dengan penimbangan, masing-

masing bagian dibagi menjadi 10 bagian yang sama.

7. Serbuk dimasukkan kedalam cangkang kapsul no. 00.

8. Serebuk dikemas dan diberi etiket putih.

VI. Penandaan

Etiket putih

VII. Edukasi

1. Obat ini berkhasiat sebagai obat batuk.

2. Obat ini diminum 3 x sehari 1 kapsul sesudah makan.

3. Obat disimpan ditempat sejuk dan kering.

4. Efek samping : optipasi, mual, muntah. ( OOP, 622 )

Laboratorium Farmasetika

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Bagus Wibisono

No : 5 Tgl : 24-11-08

Arman ( 17 tahun )

3 x Sehari 1 kapsul

Sesudah Makan

Tidak boleh diulang tanpa resep dokter

Page 40: Laporan Farmasetika Dasar Praktikum V.doc