bab iv-v.doc

28
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kelurahan Perumnas Way Kandis 4.1.1. Luas wilayah Kelurahan Perumnas Way Kandis merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tanjung Senang yang memiliki luas total 275 Ha dan dengan jumlah penduduk sebanyak 14.460 jiwa ( laki-laki 7.394 dan perempuan 7.066 ). Pada tahun 2011 di Kelurahan Segalamider terdapat 1494 akseptor KB. Batas-batas wilayah Kelurahan Kuripan sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Kelurahan Gunung Terang b. Sebelah Selatan : Kelurahan Susunan Baru c. Sebelah Barat : Kelurahan Langkapura d. Sebelah Timur: Kelurahan Gedung Air dan Kelurahan Kamenanti

Upload: krabu-laksana-badruzaman

Post on 16-Jan-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV-V.doc

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Perumnas Way Kandis

4.1.1. Luas wilayah

Kelurahan Perumnas Way Kandis merupakan salah satu

kelurahan yang berada di Kecamatan Tanjung Senang yang memiliki

luas total 275 Ha dan dengan jumlah penduduk sebanyak 14.460

jiwa ( laki-laki 7.394 dan perempuan 7.066 ). Pada tahun 2011 di

Kelurahan Segalamider terdapat 1494 akseptor KB.

Batas-batas wilayah Kelurahan Kuripan sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Gunung Terang

b. Sebelah Selatan : Kelurahan Susunan Baru

c. Sebelah Barat : Kelurahan Langkapura

d. Sebelah Timur : Kelurahan Gedung Air dan Kelurahan

Kamenanti

4.1.2. Demografi

Kelurahan Segalamider terbagi menjadi 3 lingkungan yang

terdiri dari Lingkungan 1, Lingkungan 2, dan Lingkungan 3.

Kelurahan Segalamider juga terbagi menjadi 33 RT dimana

Lingkungan 1 terdiri dari 9 RT, Lingkungan 2 terdiri dari 15 RT,

dan Lingkungan 3 terdiri dari 9 RT. Sedangkan di bidang kesehatan

Page 2: BAB IV-V.doc

38

Kelurahan Segalamider memiliki satu puskesmas pembantu dan 13

posyandu.

Jumlah penduduk di masing-masing Lingkungan di

Kelurahan Segalamider pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Lingkungan 1

Jumlah penduduk : 4.009

Lingkungan 2

Jumlah penduduk : 6.647

Lingkungan 3

Jumlah penduduk : 3.804

Pada Bulan Juni 2011, Kepala Desa Kelurahan Segalamider

dijabat oleh Bapak. Badawi, Kepala Lingkungan 1 dijabat oleh

Bapak Hasan, dan Ketua RT 004 dijabat oleh Bapak Riduan.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

4.2.1.1. Pemakaian Alat Kontrasepsi

Tabel 4.1Pemakaian Alat Kontrasepsi

di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider Tahun 2011

Pemakaian

Alat Kontrasepsi

Frekuensi Persentase (%)

a. Memakai

b. Tidak

memakai

60

15

80

20

Total 75 100

Page 3: BAB IV-V.doc

39

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa responden

yang memakai alat KB sebanyak 60 responden atau 80%,

sedangkan responden yang tidak memakai alat KB sebanyak 15

responden atau 20%, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu

yang memakai alat kontrasepsi lebih banyak daripada yang tidak

memakai alat kontrasepsi.

4.2.1.2. Umur Ibu

Tabel 4.2Umur Ibu

di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa bahwa

kelompok umur responden dewasa muda sebanyak 6 responden

atau 8% sedangkan kelompok umur responden dewasa tua

sebanyak 69 responden atau 92%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa umur ibu dewasa muda lebih sedikit dibandingkan umur ibu

dewasa penuh.

Umur Ibu Frekuensi Persentase (%)

a. Dewasa Muda

b. Dewasa Penuh

6

69

8

92

Total 75 100

Page 4: BAB IV-V.doc

40

4.2.1.3. Jumlah Anak Dalam Keluarga

Tabel 4.3 Jumlah Anak Dalam Keluarga

di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa responden

yang mempunyai jumlah anak cukup sebanyak 45 responden atau

60% sedangkan responden yang mempunyai jumlah anak banyak

sebanyak 30 responden atau 40%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa jumlah anak dalam keluarga yang berjumlah ≤ 2 lebih

banyak daripada jumlah anak dalam keluarga yang berjumlah > 2.

Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

a. Cukup

b. Banyak

45

30

60

40

Total 75 100

Page 5: BAB IV-V.doc

41

4.2.1.4. Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Ibu

di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa tingkat

pendidikan responden yang tinggi sebanyak 59 responden atau

78,7% sedangkan tingkat pendidikan responden yang rendah

sebanyak 16 responden atau 21,3%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi lebih banyak daripada

tingkat pendidikan ibu yang rendah.

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

a. Tinggi

b. Rendah

59

16

78.7

21.3

Total 75 100

Page 6: BAB IV-V.doc

42

4.2.1.5. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Program KB

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Program KB

di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa mayoritas

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang

Keluarga Berencana (KB) sebanyak 46 responden atau 61,3% dan

hanya 29 responden atau 38,7% yang mempunyai tingkat

pengetahuan kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan ibu tentang KB yang baik lebih banyak

daripada tingkat pengetahuan ibu tentang KB yang kurang baik.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

a. Baik

b. Kurang baik

46

29

61.3

38.7

Total 75 100

Page 7: BAB IV-V.doc

43

4.2.1.6. Dukungan Dari Keluarga Mengenai Program KB

Tabel 4.6 Dukungan Dari Keluarga Mengenai Program KB

di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa keluarga yang

mendukung responden sebanyak 56 responden atau 74,7%

sedangkan keluarga yang tidak mendukung responden sebanyak 19

responden atau 25,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa

dukungan dari keluarga mengenai program KB lebih banyak

daripada keluarga yang tidak mendukung.

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

a. Mendukung

b. Tidak Mendukung

56

19

74.7

25.3

Total 75 100

Page 8: BAB IV-V.doc

44

4.2.1.7. Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Tabel 4.7 Tingkat Kesejahteraan Keluarga

di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa tingkat

kesejahteraan keluarga responden yang tinggi sebanyak 56

responden atau 74,7% sedangkan tingkat kesejahteraan keluarga

responden yang rendah sebanyak 19 responden atau 25,3%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga

yang tinggi lebih banyak daripada tingkat kesejahteraan yang

rendah.

Tingkat Kesejahteraan Frekuensi Persentase (%)

a. Tinggi

b. Rendah

56

19

74.7

25.3

Total 75 100

Page 9: BAB IV-V.doc

45

4.2.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.8Analisis Hubungan Variabel Dependen dan Variabel Independen

Variabel

KB

Total P-value OR CIYa Tidak

N % n % N %

Umur Ibu

0,055 0,211 0,419-2,250Dewasa muda 3 50% 3 50% 6 100%

Dewasa penuh 57 82,6% 12 17,4% 69 100%

Jumlah Anak Dalam

Keluarga

0,077 0,306 0,078-1,195Cukup 33 73,3% 12 26,7% 45 100%

Banyak 27 90% 3 10% 30 100%

Tingkat Pendidikan

Ibu

0,001 7,429 2,111-26,141Tinggi 52 88,1% 7 11,9% 59 100%

Rendah 8 50% 8 50% 16 100%

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Program KB

0,477 1,511 0,482-4,736Baik 38 82,6% 8 17,4% 46 100%

Kurang baik 22 75,9% 7 24,1% 29 100%

Dukungan Dari Keluarga

0,005 5,091 1,523-17,019Mendukung 49 87,5% 7 12,5% 56 100%

Tidak Mendukung

11 57,9% 8 42,1% 19 100%

Tingkat Kesejahteraan

0,005 5,091 1,523-17,019Tinggi 49 87,5% 7 12,5% 56 100%

Rendah 11 57,9% 8 42,1% 19 100%

Page 10: BAB IV-V.doc

46

4.2.2.1 Deskripsi Tabel Analisis Bivariat

1. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 6 orang ibu-

ibu yang berusia dewasa muda didapatkan ada 3 orang yang

memakai alat kontrasepsi dan 3 orang yang tidak memakai alat

kontrasepsi. Sedangkan dari 69 orang ibu-ibu yang berusia

dewasa penuh didapatkan 57 orang memakai alat kontrasepsi

dan 12 orang tidak memakai alat kontrasepsi. Hasil analisis data

juga diperoleh p value = 0,055 dan OR = 0,211.

2. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 45 keluarga

yang mempunyai jumlah anak ≤ 2 didapatkan 33 keluarga yang

memakai alat kontrasepsi dan 12 orang yang tidak memakai alat

kontrasepsi. Sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anak

> 2 didapatkan 30 keluarga dan 27 orang memakai alat

kontrasepsi dan 3 orang tidak memakai alat kontrasepsi. Hasil

analisis data juga diperoleh p value = 0,077 dan OR = 0,306.

3. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 59 orang ibu-

ibu yang tingkat pendidikannya tinggi didapatkan 52 orang

memakai alat kontrasepsi dan 7 orang tidak memakai alat

kontrasepsi. Sedangkan dari 16 orang ibu-ibu yang tingkat

pendidikannya rendah didapatkan 8 orang memakai alat

kontrasepsi dan 8 orang tidak memakai alat kontrasepsi. Hasil

analisis data juga diperoleh p value = 0,001 dan OR = 7,429.

4. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 46 orang ibu-

ibu yang tingkat pengetahuannya baik tentang program KB

Page 11: BAB IV-V.doc

47

didapatkan 38 orang memakai alat kontrasepsi dan 8 orang

tidak memakai alat kontrasepsi. Sedangkan dari 29 orang ibu-

ibu yang tingkat pengetahuannya kurang baik tentang program

KB didapatkan 22 orang memakai alat kontrasepsi dan 7 orang

tidak memakai alat kontrasepsi. Hasil analisis data juga

diperoleh p value = 0,477 dan OR = 1,511.

5. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 56 keluarga

yang mendukung ibu-ibu mengenai program KB didapatkan 49

orang memakai alat kontrasepsi dan 7 orang tidak memakai alat

kontrasepsi. Sedangkan 19 keluarga yang tidak mendukung ibu-

ibu mengenai program KB didapatkan 11 orang memakai alat

kontrasepsi dan 8 orang tidak memakai alat kontrasepsi. Hasil

analisis data juga diperoleh p value = 0,005 dan OR = 5,091.

6. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 56 keluarga

yang tingkat kesejahteraannya tinggi didapatkan 49 orang

memakai alat kontrasepsi dan 7 orang tidak memakai alat

kontrasepsi. Sedangkan 19 keluarga yang tingkat

kesejahteraannya rendah didapatkan 11 orang memakai alat

kontrasepsi dan 8 orang tidak memakai alat kontrasepsi. Hasil

analisis data juga diperoleh p value = 0,005 dan OR = 5,091.

4.3. Pembahasan

1. Umur Ibu

Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah umur seseorang

berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi dengan membaginya

Page 12: BAB IV-V.doc

48

dalam 2 kriteria, yaitu dewasa muda dan dewasa penuh. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari 6 orang ibu dewasa muda 3 orang

memakai alat kontrasepsi dan dari 69 orang dewasa penuh 57 orang

memakai alat kontrasepsi. Hasil analisis data diperoleh p value =

0,055, sedangkan tingkat kesalahan (R) pada penelitian ini adalah 5%

(0,05). Dari data tersebut didapatkan p value > R. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara umur ibu dengan

pemakaian alat kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh

Masnon yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu

dengan pemakaian alat kontrasepsi dimana proporsi pemakaian alat

kontrasepsi umur dewasa penuh relatif sama dengan dewasa muda. Hal

ini juga sesuai dengan buku BKKBN yang menyatakan ibu dewasa

muda memakai alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan, dan ibu

dewasa penuh memakai alat kontrasepsi agar tidak hamil lagi.

2. Jumlah Anak Dalam Keluarga

Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah jumlah anak

dalam keluarga berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi

dengan membaginya dalam 2 kriteria, yaitu cukup dan banyak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari 45 keluarga dengan jumlah anak

cukup 33 keluarga memakai alat kontrasepsi dan dari 30 keluarga

dengan jumlah anak banyak 27 keluarga memakai alat kontrasepsi.

Hasil analisis data diperoleh p value = 0,306 sedangkan tingkat

kesalahan (R) pada penelitian ini adalah 5% (0,05). Dari data tersebut

didapatkan p value > R. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

Page 13: BAB IV-V.doc

49

pengaruh antara jumlah anak dalam keluarga dengan pemakaian alat

kontrasepsi karena proporsi pemakaian alat kontasepsi antara keluarga

dengan jumlah anak cukup dan banyak relatif sama. Hal ini tidak

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Andro, et.al dimana pada

dasarnya alat kontrasepsi dapat digunakan baik bagi pasangan yang

ingin mengontrol fertilitas atau menunda kehamilan maupun bagi

mereka yang karena berbagai alasan tidak menginginkan anak lagi.

3. Tingkat Pendidikan Ibu

Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah tingkat

pendidikan ibu berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi

dengan membaginya dalam 2 kriteria, yaitu tinggi dan rendah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari 59 orang ibu yang tingkat

pendidikannya tinggi 52 orang memakai alat kontrasepsi dan dari 16

orang ibu yang tingkat pendidikannya rendah 8 orang memakai alat

kontrasepsi. Hasil analisis data diperoleh p value = 0,001 sedangkan

tingkat kesalahan (R) pada penelitian ini adalah 5% (0,05). Dari data

tersebut didapatkan p value < R. Hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh antara tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian alat

kontrasepsi, dimana tingkat pendidikan ibu yang tinggi berpeluang

7,429x memakai alat kontrasepsi dibandingkan tingkat pendidikan ibu

yang rendah (OR: 7,429). Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Notoatmodjo dimana orang dengan pendidikan

tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi

yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin

Page 14: BAB IV-V.doc

50

akan mereka peroleh dari pendidikan kesehatan, sehingga ibu yang

tingkat pendidikannya tinggi menanggapi program pemerintah melalui

program KB dan ibu yang tingkat pendidikannya rendah kurang

menanggapi program pemerintah melalui program KB.

4. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Program KB

Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah tingkat

pengetahuan ibu tentang program KB berpengaruh terhadap

pemakaian alat kontrasepsi dengan membaginya dalam 2 kriteria, yaitu

baik dan kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46

orang ibu dengan tingkat pengetahuan baik 38 orang memakai alat

kontrasepsi, dan dari 29 orang ibu dengan tingkat pengetahuan kurang

baik 22 orang memakai alat kontrasepsi. Hasil analisis data diperoleh

p value = 0,477 sedangkan tingkat kesalahan (R) pada penelitian ini

adalah 5% (0,05). Dari data tersebut didapatkan p value > R. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan

ibu tentang program KB dengan pemakaian alat kontrasepsi karena

proporsi pemakaian alat kontrasepsi antara ibu dengan tingkat

pengetahuan baik dan kurang baik relatif sama. Hal ini tidak sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo dimana

pengetahuan akan berdampak terhadap perilaku seseorang, artinya

seharusnya ibu dengan pengetahuan baik akan memakai alat

kontrasepsi sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang baik

tidak akan memakai alat kontrasepsi.

5. Dukungan Dari Keluarga Mengenai Program KB

Page 15: BAB IV-V.doc

51

Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah dukungan

keluarga mengenai program KB berpengaruh terhadap pemakaian alat

kontrasepsi dengan membaginya dalam 2 kriteria, yaitu mendukung

dan tidak mendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56

orang ibu yang mendapat dukungan dari keluarga 49 orang memakai

alat kontrasepsi dan dari 19 orang ibu yang tidak mendapat dukungan

dari keluarga 11 orang memakai alat kontrasepsi. Hasil analisis data

diperoleh p value = 0,005 sedangkan tingkat kesalahan (R) pada

penelitian ini adalah 5% (0,05). Dari data tersebut didapatkan

p value < R. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara

dukungan dari keluarga mengenai program KB dengan pemakaian alat

kontrasepsi, dimana ibu yang didukung oleh keluargany berpeluang

5,091x memakai alat kontrasepsi dibandingkan ibu yang tidak

didukung oleh keluarganya (0R: 5,091). Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Dagun dimana dukungan keluarga terutama

dukungan yang didapatkan dari suami akan menimbulkan ketenangan

batin dan perasaan senang dalam diri isteri, sehingga ibu yang

mendapat dukungan dari keluarga merasa nyaman jika memakai alat

kontrasepsi misalnya jika terjadi efek samping maka dia tidak menjadi

yang dipersalahkan dan ibu yang tidak mendapat dukungan merasa

takut memakai alat kontrasepsi karena takut keharmonisan dengan

suaminya akan terganggu, misalnya suami mengeluh tentang benang

IUD.

6. Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Page 16: BAB IV-V.doc

52

Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah tingkat

kesejahteraan keluarga berpengaruh terhadap pemakaian alat

kontrasepsi dengan membaginya dalam 2 kriteria, yaitu tinggi dan

rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 keluarga yang

tingkat kesejahteraannya tinggi 49 memakai alat kontrasepsi dan dari

19 keluarga yang tingkat kesejahteraannya rendah 11 orang memakai

alat kontrasepsi. Hasil analisis data diperoleh p value = 0,005

sedangkan tingkat kesalahan (R) pada penelitian ini adalah 5% (0,05).

Dari data tersebut didapatkan p value < R. Hal ini menunjukkan bahwa

ada pengaruh antara tingkat kesejahteraan keluarga dengan pemakaian

alat kontrasepsi, dimana ibu yang tingkat kesejahteraannya tinggi

berpeluang 5,091x memakai alat kontrasepsi dibandingkan ibu yang

tingkat kesejahteraannya rendah (OR: 5,091). Hal ini sesuai dengan

penelitian Darmawan yang menyebutkan bahwa kepadatan penduduk

dan tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang

erat dengan kesehatan masyarakat, sehingga keluarga dengan tingkat

kesejahteraan tinggi mampu membeli alat kontrasepsi sedangkan

keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah lebih memiliki prioritas

lain untuk memenuhi kebutuhannya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Page 17: BAB IV-V.doc

53

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari 75 reponden didapatkan 60 orang (80%) memakai alat

kontrasepsi.

2. Proporsi umur ibu dewasa penuh ( > 25 tahun – belum menopause)

sebanyak 69 orang (92%).

3. Proporsi jumlah anak yang cukup ( ≤ 2 ) sebanyak 45 keluarga (60%).

4. Proporsi tingkat pendidikan ibu yang tinggi (lulus SMP) sebanyak 59

orang (78.7%).

5. Proporsi tingkat pengetahuan ibu tentang KB yang baik ( > mean )

sebanyak 46 orang (61.3%).

6. Proporsi keluarga yang mendukung program KB sebanyak 56 orang

(74.7%).

7. Proporsi tingkat kesejahteraan keluarga yang tinggi

( > Rp 865.000 ) sebanyak 56 orang (74.7%).

8. Ada pengaruh antara tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian alat

kontrasepsi (p value: 0,001 dan OR: 7,429).

9. Ada pengaruh antara dukungan keluarga mengenai program KB dengan

pemakaian alat kontrasepsi (p value: 0,005 dan OR: 5,091).

10. Ada pengaruh antara tingkat kesejahteraan keluarga dengan pemakaian

alat kontrasepsi (p value: 0,005 dan OR: 5,091).

11. Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi

yaitu umur ibu, jumlah anak, dan tingkat pengetahuan ibu tentang

program KB.

Page 18: BAB IV-V.doc

54

5.2. Saran

1. Bagi Ibu-ibu

Bagi ibu-ibu yang sudah memakai alat kontrasepsi diharapkan

untuk terus menggunakannya dan selalu menambah pengetahuannya

melalui penyuluhan-penyuluhanatau literatur-literatur terbaru tentang alat

kontrasepsi, bagi ibu-ibu yang ingin memakai alat kontrasepsi diharapkan

untuk mencari informasi tentang alat kontrasepsi tersebut terlebih dahulu

dan disesuaikan dengan karakteristik pemakai sehingga alat kontrasepsi

dapat dipakai dengan aman dan nyaman, dan bagi ibu-ibu yang belum

menggunakan alat kontrasepsi diharapkan tertarik dan menggunakan alat

kontrasepsi dalam kehidupan berkeluarga demi tercapainya program

pemerintah melalui program KB ini.

2. Bagi Keluarga

Dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan terutama dari suami

sehingga ibu-ibu diperbolehkan untuk menggunakan alat kontrasepsi, dan

diharapkan keluarga-keluarga merencanakan jumlah anak yang mereka

inginkan demi tercapainya program pemerintah melalui program KB ini.

3. Bagi Masyarakat

Dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan terutama untuk

menambah pengetahuan ibu-ibu tentang berbagai macam alat kontrasepsi

melalui penyuluhan-penyuluhan yang diadakan di lingkungan kelurahan

setempat.

4. Bagi Instansi Terkait

Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

ibu, dan tingkat kesejahteraan keluarga berpengaruh dalam pemakaian alat

Page 19: BAB IV-V.doc

55

kontrasepsi, dan ini menjadi tugas dan tanggung jawab dari pemerintah

untuk menaikkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) melalui program

Wajib Belajar Sembilan Tahun dan menaikkan taraf kehidupan warganya.