laporan akhir bab i - v.doc

93
Laporan Akhir PKL | 1 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan judul yang akan dibahas pada laporan akhir ini. Untuk itu, bab ini akan membahas latar belakang yang digunakan dalam pengambilan tema dan judul laopran akhir. Selain itu dalam bab ini juga akan dijelaskan maksud dan tujuan serta manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan dijelaskan menggunakan tiga kerangka konsep yang menjadi acuan analisis laporan akhir. Terkahir, akan dijelaskan mengenai waktu dan tempat, rencana kegiatan dan indikator keberhasilan kegiatan PKL beserta sistematika penulisan laporan akhir kegiatan PKL. A. Latar Belakang Masalah Sebagai Negara yang besar dan luas pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak dapat dianggap remeh. Jumlah penduduk di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya, hal ini akan seiring sejalan dengan meningkatnya kebutuhan setiap penduduk akan sandang, pangan, dan papan. Segala kebutuhan ini menjadi kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi. Dimulai dari kebutuhan sandang, dimana setiap penduduk atau manusia pasti memerlukannya sebagai pelindung tubuh, kemudian pangan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, dan papan

Upload: prisani-widjayati

Post on 23-Dec-2015

118 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 1

BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan judul yang akan dibahas pada laporan akhir ini. Untuk itu,

bab ini akan membahas latar belakang yang digunakan dalam pengambilan tema

dan judul laopran akhir. Selain itu dalam bab ini juga akan dijelaskan maksud dan

tujuan serta manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan

dijelaskan menggunakan tiga kerangka konsep yang menjadi acuan analisis

laporan akhir. Terkahir, akan dijelaskan mengenai waktu dan tempat, rencana

kegiatan dan indikator keberhasilan kegiatan PKL beserta sistematika penulisan

laporan akhir kegiatan PKL.

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai Negara yang besar dan luas pertumbuhan penduduk di Indonesia

tidak dapat dianggap remeh. Jumlah penduduk di Indonesia semakin bertambah

setiap tahunnya, hal ini akan seiring sejalan dengan meningkatnya kebutuhan

setiap penduduk akan sandang, pangan, dan papan. Segala kebutuhan ini menjadi

kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi. Dimulai dari kebutuhan sandang, dimana

setiap penduduk atau manusia pasti memerlukannya sebagai pelindung tubuh,

kemudian pangan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, dan papan dimana

setiap penduduk atau manusia pasti akan membutuhkan papan atau tempat tinggal

sebagai tempat berteduh, berlindung, dan berkumpul dengan keluarga masing.

Peningkatan akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok ini, dipandang

sebagai kesempatan bagi beberapa pihak untuk mengambil keuntungan dengan

latar belakang upaya penyediaan sarana pemenuhan kebutuhan pokok yang

dibutuhkan oleh seluruh penduduk yang ada di Indonesia. Banyaknya kebutuhan

tempat tinggal yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang terus

bertambah, menjadi dorongan bagi perusahaan-perusahaan properti untuk

memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal tersebut. Sebagai perusahaan komersil

yang terus berupaya mencari keuntungan, tentu saja perusahaan properti tidak

akan hanya memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dalam hal papan saja.

Page 2: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 2

Seiring kebutuhan papan yang sudah mulai bisa dipenuhi oleh perusahaan

properti, maka perusahaan-perusahaan properti ini terus mengembangkan

usahanya dengan menyediakan kebutuhan pokok lainnya seperti sandang dan

pangan yang bisa saling terhubung dengan kebutuhan papan.

Umumnya perusahaan properti yang besar, membangun satu kawasan

yang akan memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Dimana didalamnya terdapat

tempat tinggal berupa rumah ataupun apartemen, pusat perbelanjaan sebagai

pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan, bahkan sampai penyediaan business

area sebagai tempat untuk menghasilkan pendapatan.

Kebutuhan pokok masyarakat yang perlahan mulai dipenuhi oleh

perusahaan properti, pada perjalananannya, juga akan mengalami pergeseran dari

upaya pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat menjadi upaya pemenuhan

keinginan masyarakat. Sebab, ketika kebutuhan pokok seseorang sudah terpenuhi

maka seseorang tersebut akan berusaha memenuhi apa yang mereka inginkan

diluar kebutuhan pokok ataupun didalam kebutuhan pokok itu sendiri. Pemenuhan

keinginan masyarakat ini juga akan terus meningkat dari standar paling rendah

sampai dengan standar paling tinggi. Kodrat manusia atau masyarakat yang tidak

akan pernah puas dengan apa yang dimiliki, merupakan salah satu fenomena

sosial kebutuhan dan keinginan masyarakat yang harus dipenuhi oleh perusahaan

properti sebagai agen penyedia kebutuhan masyarakat.

Ditengah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang

terus meningkat ini, perusahaan-perusahaan properti yang ada pada saat ini akan

juga berhadapan dengan masalah-masalah utama pembangunan kebutuhan pokok

masyarakat terutama dibidang ekonomi. Ketidakpastian akan sistem dan

perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia menjadikan ini sebagai

masalah yang cukup rumit bagi perusahaan-perusahaan properti. Dimana

perusahaan-perusahaan ini harus terus memenuhi kebutuhan masyarakat seperti

rumah, apartemen, pusat perbelanjaan, kantor dan lain-lain yang disesuaikan

dengan standar keinginan masyarakat yang terus meningkat sejalan dengan

ketidakpastian perekonomian Indonesia yang sering berubah-ubah.

Page 3: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 3

Sebagai upaya penyelesaian fenomena dan permasalahan yang dihadapi

perusahaan properti terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat dan

ketidakpastian ekonomi. Maka, diperlukan langkah yang tepat dan cermat untuk

memecahkannya. Salah satu diantaranya adalah dengan melakukan riset terhadap

kebutuhan yang benar-benar diinginkan oleh masyarakat dan meriset bagaimana

perkembangan persaingan dengan perusahaan properti lain agar tidak tertinggal

dengan menyesuaikan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung.

Riset diperlukan sebuah perusahaan, khususnya perusahaan properti untuk

meminimalisir kemungkinan terburuk akibat ketidakpastian ekonomi, kebutuhan

masyarakat yang meningkat dan persaingan antar perusahaan properti yang

semakin berat akibat perkembangan jaman, selera konsumen yang berubah-ubah,

pesaing yang merubah strategi pemasaran, dan harga yang tiba-tiba bisa berubah.

Dalam hal ini, riset dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang

benar-benar diinginkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, kemudian

menyediakan informasi tentang perkembangan pemasaran produk yang telah

diluncurkan baik produk perusahaan kompetitor maupun perusahaan itu sendiri.

Riset ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban atau informasi yang relevan

tentang segala yang dibutuhkan oleh perusahaan properti untuk terus bertahan

dalam industri ini. Riset sendiri terdiri dari berbagai macam jenis yang

disesuaikan dengan segmentasi pasar atau produk yang akan dikembangkan,

seperti riset kepuasan pelanggan, riset tentang apa yang dibutuhkan masyarakat,

riset tentang produk-produk pesaing, dan lain-lain.

Agar bisa menghasilkan produk yang baik dalam bentuk inovasi baru yang

dapat meningkatkan kinerja dan perkembangan perusahaan, maka riset ini harus

melalui berbagai tahap dalam pelaksanaannya. Pertama, untuk memulai sebuah

riset maka sebelumnya harus menemukan masalah dan sasaran riset yang akan

dilakukan agar tidak terlalu luas dan sempit. Kedua, masalah dan sasaran yang

sudah ditemui ini harus dikembangkan menjadi rencana riset agar lebih efisien

dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Ketiga, setelah melakukan riset,

maka informasi-informasi tersebut segera dikumpulkan dengan mengumpulkan

data yang telah tersedia. Keempat, informasi yang telah didapat dari data yang ada

Page 4: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 4

akan dianalisis untuk menyaring data-data temuan yang benar-benar bermanfaat

menggunakan tabulasi data, rata-rata hitungan variabel dan lain-lain. Kelima,

setelah dapat dianalisis dengan baik makan penemuan informasi ini harus

disajikan secara relevan dan jelas sesuai dengan kondisi yang ada.

Riset ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bisa mendapatkan

informasi yang tepat dan bermafaat bagi perusahaan properti yang sedang

berjalan. Sehingga dengan begitu akan meningkatkan perkembangan produk

perusahaan properti yang sudah berjalan maupun yang akan berjalan. Sebab, riset

sendiri memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Riset

akan menjadi berguna ketika mendapatkan informasi atau data yang sesuai dengan

kondisi yang terjadi dilapangan, tetapi riset akan menjadi sangat tidak berguna

ketika riset tersebut gagal akibat data yang tidak akurat akibat kesalahan target

riset, perencanaan riset dan lain-lain yang berdampak pada sia-sia nya

pengeluaran budget untuk riset perusahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, salah satu perusahaan besar yang

memiliki divisi riset didalam struktur organisasinya adalah perusahaan properti

PT Summarecon Agung, Tbk. Perusahaan ini memiliki divisi riset internal yang

masuk kedalam Operational Support Department PT Summarecon Agung, Tbk.

Divisi riset ini melakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap

produk-produk properti yang dimiliki oleh perusahaan ini.

B. Maksud dan Tujuan PKL

Latar belakang diatas menjelaskan bahwa riset menjadi suatu hal yang

sangat penting untuk mengikuti perkembangan dan memenuhi kebutuhan akan

keinginan masyarakat yang terus berubah dan meningkat setiap waktunya.

Diperlukan sebuah divisi atau bagian khusus yang dapat menjalankan sistem ini

sebab, riset sebuah perusahaan harus dirancang sebaik mungkin agar tepat

sasaran. Untuk pada akhirnya mendapatkan data dan informasi sesuai dengan

yang dibutuhkan dan relevan dengan kenyataan di lapangan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan PKL yang dilakukan

kali ini berkaitan dengan bagaimana peranan sebuah tim riset dalam

Page 5: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 5

pengembangan produk, khususnya perusahaan properti. Sehingga kegiatan PKL

kali ini akan dimaksudkan untuk mengetahui :

1. Bagaimana sistem kerja tim riset dalam sebuah perusahaan properti?

2. Bagaimana peran dan strategi tim riset perusahaan properti dalam

mengembangkan usaha atau produk perusahaan properti?

Berdasarkan latar belakang dan maksud dari permasalah yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka kegiatan PKL ini memiliki beberapa tujuan

diantaranya;

1. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan sebagai Mahasiswa Jurusan Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

2. Mengetahui bagaimana sistem kerja tim riset dalam sebuah

perusahaan properti. Dalam hal ini, yang menjadi acuan sistem

kerja tim risetnya adalah salah satu perusahaan properti besar yang

ada di Indonesia, yaitu PT Summarecon Agung, Tbk.

3. Melihat bagaimana peranan tim riset PT Summarecon Agung, Tbk

dalam pelaksanaan riset audit internal produk perusahaan yang

akan meningkatkan kinerja perusahaan ini sendiri.

4. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama berada dibangku

perkuliahan secara nyata di lingkungan kerja yang sesungguhnya,

khususnya mata kuliah Sosiologi Organisasi, Evaluasi

Pembangunan, Metode Penelitian Sosial, dan Statistik.

5. Mendapatkan pengalaman dan tambahan pengetahuan tentang

kegiatan yang akan dilakukan selama pelaksanaan PKL di PT

Summarecon Agung, Tbk

C. Manfaat Pelaksanaan PKL

Berdasarkan maksud dan tujuan di atas, manfaat kegiatan PKL ini dibagi

menjadi 2 aspek yaitu, manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritisnya

Page 6: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 6

adalah melalui kegiatan PKL ini, saya sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta dapat mengaplikasikan materi

perkuliahan yang selama ini didapat dalam proses perkuliahan, agar mengetahui

praktek dilingkungan kerja sesungguhnya. Adapun untuk manfaat praktis yang

kan didapat dari kegiatan PKL ini adalah dapat Mempelajari tahapan-tahapan

kerja yang dilakukan oleh Divisi Riset Operational Support Department dalam

proses pelaksanaan penelitian sebuah produk properti. Selain itu juga dapat

mempelajari peranan divisi riset pada Operational Support Department dalam

pengembangan produk properti yang dikelola oleh PT Summarecon Agung, yang

kemudian akan di kaitkan secara sosiologis.

D. Kerangka Konsep

1. Metode Penelitian Pembangunan Sosial

Meneliti sekumpulan masyarakat bukanlah hal yang mudah.

Diperlukan berbagi upaya dan cara untuk mendapatkan hasil yang sesuai

dengan kenyataan yang dialami oleh masyarakat. Oleh karena itu, metode

penelitian pembangunan sosial hadir sebagai salah satu upaya dalam

metdo penelitian tentang masyarakat yang dilakukan melalui evaluasi

program yang telah berjalan. Upaya untuk mengumpulkan setiap informasi

yang dibutuhkan oleh masyarakat sangat berkaitan dengan teknik

pengumpulan data yang masuk kedalam metode penelitian sosial.

Umumnya, penelitian sosial membagi metode penelitiannya kedalam

metode kualitatif, kuantitatif ataupun menggabungkan keduanya dalam

melakukan penelitian sosial. Ketiganya merupakan pedoman untuk

menentukan instrumen penelitian seperti apa yang sesuai dengan kondisi

masyarakat yang akan di teliti. Berdasarkan pada metode penelitian

kualitiatif dan kuantitatif tersebut, Neuman (2004: 41-43) membagi aspek

penelitian sosial kedalam tiga pendekatan, diantaranya adalah pendekatan

positivis, pendekatan interpretatif, dan pendekatan kritik.

Page 7: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 7

Diantara ketiga pendekatan tersebut, pendekatan positivis menjadi

salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam metode penelitian

kuantitatif. Pendekatan positivis merupakan;

Pendekatan yang melihat bahwa pada dasarnya penelitian sosial

sama dengan penelitian hukum alam. Dimana realitas sosial

dianggap sebagai fakta sosial objektif yang membebaskan peneliti

untuk memprediksi apa yang akan terjadi (bebas nilai) berdasarkan

uji statistic. Sehingga, peniliti dapat melakukan antisipasi

berdasarkan nilai uji statistik tersebut.

Pendekatan ini melihat fakta sosial yang objektif berdasarkan

keinginan rasional pribadi tiap-tiap individu berdasarkan pengaruh

internal ataupun eksternal.

Peran common sense sangat jelas dibedakan

Pendekatan ini bisa menggunakan penelitian secara induktif

maupun deduktif. Namun umumnya menggunaka penelitian secara

deduktif untuk menentukan langkah yang tepat untuk menghadapi

situasi sosial

Pendekatan ini bersifat nomomethic, yaitu melihat sebuah analisis

yang logis merupakan penjelasan yang berlandaskan hukum dan

fakta

Hasil uji yang tepat akan menjadikan pendekatan ini dapat

digunakan lagi oleh peneliti lain

Penelitian sosial dilakukan untuk mendapatkan fakta sosial tentang apa

yang dialami dan dihadapi oleh seorang individu. Untuk itu menentukan

kriteria responden yang tepat menjadi satu hal penting dalam melakukan

penelitian sosial. Responden haruslah individu yang mengetahui seluk

beluk lingkungan atau objek yang akan diteliti. Sebab, persepsi responden

akan berpengaruh pada jawaban yang akan diberikan. Keberadaan

responden haruslah yang mudah ditemui agar tidak menyulitkan peneliti

untuk melakukan penelitian. Selain itu populasi juga harus sesuai dengan

representasi awal objek penelitian.

Page 8: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 8

Ketika kriteris responden telah ditentukan sesuai dengan instrument

penelitian, maka yang penelitian dapat dilakukan melalui beberapa tahapan

pengumpulan data, diantaranya;

Bagan 1. 1

Tahapan Proses Penelitian

Sumber: Basic Of Social Research: Qualitative and Quantitative

Approaches, 2007

Berdasarkan bagan tahapan proses penelitian diatas, maka dapat

dijabarkan bahwa tahapan pengumpulan data untuk kebutuhan penelitian

dapat dilakukan melalui tujuh tahapan, yaitu;

1. Menentukan topik, dilakukan untuk mendapatkan topik secara

umum berdasarkan objek yang akan diteliti yang dilihat dari issue

yang sedang berkembang.

Page 9: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 9

2. Fokus pertanyaan, setelah mendapatkan topik penelitian secara

umum, maka yang dilakukan adalah membuat pertanyaan

penelitian yang disesuaikan dengan kondisi objek yang akan diteliti

3. Desain penelitian, ketika sudah mengetahui fokus penelitian apa

yang akan dilakukan oleh seorang peneliti, maka dapat ditentukan

desain penelitian seperti apa yang dapat digunakan untuk

melakukan penelitian.

4. Pengumpulan data, hal ini menjadi penting untuk mendapatkan

jawaban yang sesuai dengan tujuan dan fokus pertanyaan yang

telah disusun sebelumnya

5. Analisis data, data yang terkumpul kemudian harus dianalisis

sesuai dengan jawaban hasil penelitian

6. Interpretasi data, data yang telah di analisis berdasarkan data yang

telah terkumpul, akan di interpretasikan berdasarkan hasil analisis

pernyataan dan menggabungkan setiap data yang terkumpul untuk

mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian

7. Laporan penelitian, yang diharapkan dari proses penelitian sosial

adalah hasil akhir dari proses itu sendiri, ketika semua data

terkumpul dan terintepretasikan dengan baik maka, hasil penelitian

tersebut, akan dituangkan dalam bentuk laporan penelitian sosial.

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan satu atau beberapa

cara. Salah satunya adalah penelitian sosial melalui teknik survey

(Neuman, 2003:20). Teknik penelitian semacam ini umumnya dilakukan

dengan konstruksi kuesioner dengan cara wawancara, ataupun merekam

jawaban responden. Konstruksi ini menyajikan sejumlah pertanyaan

tertutup yang mudah dimengerti dan dapat dianalisis secara kuantitatif

sesuai kebutuhan. Instrument penelitian menjadi unsur paling penting

dalam melakukan penelitian sosial. Dalam membuat kuesioner, peneliti

harus memahami berbagai aspek yang akan ditanyakan kepada responden

seperti perilaku, sikap/kepercayaan/opini, karakteristik,

Page 10: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 10

harapan/ekspektasi/klasifikasi diri dan pengetahuan. Pertanyaan didalam

kuesioner tidak hanya berupa pertanyaan tertutup. Tidak menutup

kemungkinan terdapat pertanyaan terbuka dalam sebuah kuesioner atau

campuran keduanya.

Data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data individual dan data

kultural. Data individual adalah data tentang atribut individual di dalam

populasi. Sedangkan data kultural adalah data yang membutuhkan

penilaian ahli karena data ini berbicara tentang proses sosial yang terjadi

disetiap kelompok masyarakat. Data invidual membutuhkan teknik

penarikan sampel probabilitas, sedangkan data kultural membutuhkan

teknik penarikan sampel non probabilita. Untuk menentukan teknik

penarikan sampel, harus disesuaikan dengan tujuan awal penelitian agar

keterwakilan jawaban dapat diperoleh secara akurat.

Pada teknik penarikan sampel probabilita, umumnya semua anggota

mendapat kesempatan yang sama untuk ditarik sebagai sampel. Terdapat

empat jenis teknik penarikan sampel probabilita, yaitu, sampel acak

sederhana (simple random sampling), sampel acak sistematis (systematic

random sampling), acak stratifikasi (stratified random sampling), dan

cluster sampling (Neuman, 2004: 148-164).

2. Budaya Organisasi

Setiap organisasi memiliki cara dan sistem yang berbeda dalam

menjalankan tugas dan kewajibannya. Ada elemen penting dalam sebuah

organisasi yang mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Elemen

tersebut disebut dengan budaya organisasi. Budaya organisasi adalah

mendefinisikan budaya organisasi dengan suatu sistem makna bersama

yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut

dengan organisasi lain (Robbins, 1996;289).

Analisa terhadap budaya organisasi tidak dapat dinilai berdasarkan

baik ataupun buruk, melainkan kuat atau lemahnya budaya organisasi

tersebut mempengaruhi sistem kerja anggota organisasinya. Untuk itu

Page 11: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 11

budaya organisasi hanya dapat dianalisis menggunakan metode deskriptif

yang dilihat berdasarkan kebiasan yang dilakukan oleh anggota organisasi

dalam menjalankan pekerjaannya. Budaya organisasi diidentifikasi

menjadi budaya dominan, sub budaya.

Setiap organisasi pasti memiliki budaya organisasinya sendiri.

Namun,tidak berarti satu organisasi hanya memiliki satu budaya organisasi

saja. Budaya organisasi dibagi menjadi dua, yaitu budaya organisasi kuat

(weak culture) dan budaya organisasi kuat (strong culture) (Robbins,

1996: 292). Budaya organisasi kuat yaitu budaya dimana nilai-nilai inti

organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas

anggota organisasi, budaya organisasi ini yang dipertahankan oleh

manajemen dan diterima oleh anggota, hanya sedikit sub culture yang

masuk dan turnover anggota rendah. (Wibowo, 2013:12) dalam strong

culture nilai-nilai inti organisasi menjadi pegangan yang sangat kuat dan

secara luas dibagikan. Strong culture menunjukkan persetujuan tinggi

diantara anggota tentang untuk apa suatu organisasi itu ada. Faktor-faktor

yang menentukan kekuatan budaya organisasi adalah kebersamaan dan

intensitas. ciri-ciri budaya organisasi kuat, yaitu :

o Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi

o Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan

digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan

oleh orang-orang di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang

bekerja menjadi sangat kohesif.

o Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan,

tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari

secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.

o Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan

organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam

tingkat pahlawan

o Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang

mewah.

Page 12: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 12

o Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita-cerita

kehebatan

Sedangkan budaya organisasi lemah (weak culture) ialah budaya

organisasi yang dipertahankan oleh manajemen, tetapi tidak dipahami atau

tidak disetujui oleh jenjang dibawahnya, menimbulkan banyak sub culture,

turnover anggota tinggi. Ciri-ciri budaya organisasi lemah ialah;

o Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu

sama lain.

o Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada

organisasi.

o Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan

kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau

kepentingan diri sendiri.

Selain tipe budaya kuat dan budaya lemah yang diungkapkan oleh

Robbin, tipe budaya lain yang berkaitan dengan keyakinan normatif

berbeda yang dianut oleh sebuah organisasi adalah Constructive, Passive-

defensive, dan Aggressive defensive (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki,

2001:75). Keyakinan normatif merupakan pemikiran dan keyakinan

individu tentang bagaimana anggota kelompok tertentu dalam organisasi

diharapkan mendekati pekerjaannya dan berinteraksi dengan orang lain

(Wibowo, 2013:30). Satu diantara ketiga tipe budaya normatif yang

menjadi fokus ialah, Constructive culture yaitu budaya di mana pekerja

didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada tugas dan

proyek dengan cara yang akan membantu mereka dalam memuaskan

kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung

keyakinan normatif terkait dengan prestasi, aktualisasi diri, dorongan

kemanusiaan, dan afiliasi.

Geert Hofstede juga membagi karakteristik budaya dalam lima

dimensi, yaitu sebagai berikut (Stephen P. Robbins, 2003:68), Power

Page 13: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 13

distance, Individualism versus collectivism, Quantity of life versus quantity

of life, Uncertainty avoidance, dan Long term versus short term. Long

term versus short term organisasi adalah organisasi yang berorientasi

jangka panjang dimana organisasi merupakan atribut budaya nasional yang

menekankan pada masa depan, sifat hemat dan ketekunan. Adapun

orientasi jangka pendek menekankan pada masa lalu dan sekarang,

menghormati tradisi, dan memenuhi kewajiban sosial (Wibowo, 2013:35-

36)

ipe Sederhana Kompleks (Rumit)

3. Evaluasi Penelusuran Kebutuhan (Need Asessment)

Evaluasi need assessment adalah salah satu alat evaluasi yang

digunakan untuk merencanakan sebuah program yang disesuaikan dengan

kebutuhan individu atau masyarakat. Need assessment bertujuan untuk

mengevaluasi kapasitas sebuah program yang telah berjalan, untuk

mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh individu, sehingga dapat

menjalankan program sesuai sistem yang telah dibentuk oleh beberapa

komponen (WHO, 2000:7). Secara garis besar tujuan melakukan evaluasi

ini juga dilakukan untuk;

Mendiskusikan penilaian kebutuhan apa yang perlu dilakukan

dan mengapa melakukan hal tersebut

Penjelasan langkah-langkah penelusuran kebutuhan

Menampilkan karakteristik masyarakat

Memilih metode yang tepat untuk melakukan pengumpulan

data

Mengerti menggunakan pertanyaan dengan tepat

Identifikasi cara menganalisis dan mengatur data

Mendata keuntungan melakukan penelusuran kebutuhan

Dalam melakukan sebuah evaluasi need assessment akan sangat

penting untuk mengetahui bagaimana dan apa saja hal-hal yang benar-

Page 14: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 14

benar dibutuhkan oleh individu demi keberlangsungan program tersebut.

Dewit dan Rush (1996) membagi hal-hal penting yang sangat dibutuhkan

saat akan menjalankan evaluasi ini, empat pertanyaan tersebut ialah;

- Siapa saja yang akan menjadi target pada evaluasi ini

- Apa saja yang kebutuhan yang benar-benar diperlukan oleh

target tersebut

- Kebutuhan seperti apa yang benar-benar dibutuhkan oleh target

- Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

program yang telah berjalan

Untuk menghasilkan hasil evaluasi need assessment yang tepat, maka,

diperlukan langkah-langkah dalam menentukan tim perencanaan yang

sesuai untuk melakukan evaluasi ini, seperti membangun tim,

menetapkan tujuan dan pelaksanaan evaluasi. Untuk membuat sebuah tim

perencanaan yang efektif maka diperlukan sumber daya yang memadai,

diantaranya;

Waktu: waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu

kegiatan

Uang: besaran dana yang dihitung dari luasan daerah, cakupan

pekerjaan, perlengkapan, sumber daya manusia yang perlu

dibayar dan lain-lain

Jumlah individu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan

Fokus penelitian evaluasi

Keahlian penelitian: jumlah tenaga ahli yang dilibatkan sesuai

kompetensi yang dibutuhkan

Dalam menetapkan tujuan, seorang evaluator harus mampu melakukan

identifikasi tentang apa yang diinginkan dan tingkatan pengetahuan atau

skill apa yang perlu dimiliki oleh setiap anggota tim. Untuk itu secara

internal perlu dilakukan identifikasi tentang kurangnya keahlian dari

anggota tim, sehingga dapat merekrut anggota lain yang lebih kapabel.

Page 15: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 15

Selain itu, baru kemudian menentukan solusi apa yang dapat dilakukan

untuk mengatasi sumber daya manusianya. Faktor yang diidentifikasi

dalam penelusuran kebutuhan ialah;

Modal manusia

Modal sosial

Modal lingkungan

Modal ekonomi

Modal budaya

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi definisi kebutuhan,

yaitu;

Standard hidup yang berbeda ditiap wilayah

Lingkungan sosial politik yang mempengaruhi sikap dan

karakter masyarakat

Ketersediaan sumber daya dan eksistensi teknologi yang

banyak dan tepat guna

Jenis-jenis kebutuhan dibagi menjadi dua (WHO, 2000:19-22), yaitu;

Perceived needs, tentang apa yang orang pikir mereka

butuhkan

Normative needs, standard kebutuhan yang ditetapkan oleh

kebiasaan, otoritas, dan konsensus umum

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Kegiatan PKL ini akan dilaksanakan di PT Summarecon Agung yang

berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No.42 Kelurahan Kayu Putih, Pulo

Gadung Jakarta Timur 13210. Pelaksanaan kegiatan PKL ini berlangsung selama

± 2,5 bulan, terhitung mulai akhir bulan Agustus 2014 sampai dengan pertengahan

bulan November 2014.

F. Rencana Kegiatan PKL

Sebelum melaksanakan PKL di PT Summarecon Agung, Tbk, penulis

telah menyusun beberapa rencana kerja yang akan dilakukan selama melakukan

Page 16: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 16

kegiatan PKL di perusahaan ini. Rencana kerja ini akan menjadi acuan untuk

melakukan kegiatan PKL selama berada di PT Summarecon Agung, Tbk. Dengan

adanya rencana kerja PKL ini, penulis diharapkan akan menjalankan kegiatan

PKL secara optimal sesuai dengan rencana kegiatan PKL yang telah disusun

sebelumnya. Sebagai upaya untuk memudahkan rencana kegiatan yang akan

dilakukan selama PKL, maka penulis telah menyusun matriks rencana kerja PKL,

sebagai berikut;

Tabel 1. 1

Matriks Rencana Kerja Praktek Kerja Lapangan

2014

No. Rencana Kerja

Sept 201

4

Oktober 2014 November 2014 Desember 2014

IV I II III IV V 1 II III IV I II III IV1. Orientasi Kerja

2.

Pengenalan

Tempat Magang

3.

Konsultasi

dengan Dosen

Pembimbing

4.

Pelaksanaan

Magang

5.

Pencarian Data

untuk Laporan

Akhir

6.

Penyusunan

Laporan

7. Revisi Laporan

8.

Laporan Akhir

dan Presentasi

Page 17: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 17

G. Indikator Keberhasilan PKL

Sebagai upaya untuk memenuhi rencana kerja yang telah disusun diatas,

maka penulis juga menyusun beberapa indikator keberhasilan kerja selama

kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini berlangsung. Indikator ini diharapkan

dapat memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan rencana dan program

kerja yang telah disusun sebelumnya. Sehingga, diharapkan penulis dapat

mencapai indikator keberhasilan yang telah disusun dalam rencana kerja

sebelumnya. Indikator kerja ini diperlukan untuk mengetahui apakah penulis telah

menyelesaikan setiap tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh PT Summarecon

Agung, Tbk dengan sebaik-baiknya, dan dengan begitu penulis juga akan dapat

memenuhi kewajiban yang diberikan dari kampus untuk menyusun,

mengumpulkan dan mempresentasikan laporan akhir Praktek Kerja Lapangan.

Berikut adalah Indikator Keberhasilan Kerja yang telah disusun oleh penulis;

Tabel 1. 2

Matriks Indikator Keberhasilan

Praktek Kerja Lapangan (PKL)

2014

No Rencana Kerja Output1 Orientasi Kerja Mengenal rekan kerja maupun struktur organisasi

yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk Mengetaui budaya kerja di PT Summarecon

Agung, Tbk Mendapatkan Job Description

2 Pengenalan Tempat Magang Mengenal bagian Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk

Mengenal lebih lanjut tentang bagaimana tatanan dan mekanisme koordinasi bagian Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk

Mengenal lebih dalam tentang divisi riset dalam Operational Support Department PT Summarecon

Page 18: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 18

Agung, Tbk3 Pelaksanaan Magang Mengetaui cara kerja koordinasi Divis Riset

Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk

4 Pencarian Data Untuk Laporan Akhir

Mengidentifikasi cara maupun mekanisme yang ditempuh koordinasi Divisi Riset Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk dalam melakukan penelitian

5 Penyusunan Laporan Menambah kemampuan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Mendapatkan penilaian akhir untuk mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL)

6 Revisi Laporan Mendapatkan perbaikan laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL) dari pembimbing guna menambah kemampuan dalam penulisan laporan penelitian

H. Sistematika Penulisan

Penyusunan laporan akhir Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, memiliki

susunan sistematika penulisan yang terdiri dari;

BAB I: pada bagian ini berisi tentang latar belakang permasalahan yang

akan diangkat pada penulisan laporan akhir kegiatan PKL ini. Selanjutnya,

bab ini diisi dengan maksud dan tujuan PKL, dimana didalamnya

terdapat rumusan masalah tentang fenomena apa yang akan diangkat

dalam laporan akhir ini, serta tujuan dari pelaksanaan PKL. Setelah itu,

terdapat manfaat yang akan diperoleh dari penyusanan laporan akhir PKL

ini. Kemudian penulis juga memasukkan kerangka konsep yang akan

berelevansi dengan topik yang akan diangkat. Waktu dan tempat juga

menjadi bagian dari bab ini. Terakhir dimasukkan juga rencana kegiatan

dan indikator keberhasilan PKL sebagai bentuk acuan selama melaksanaan

kegiatan PKL.

BAB II: bagian ini akan membahas, tentang tinjauan umum tempat

pelaksanaan PKL yang berisi tentang sejarah perusahaan yang terdiri dari

Page 19: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 19

aspek historis dan visi misi perusahaan, serta terakhir berisi tentang

struktur organisasi perusahaan.

BAB III: di bab ini akan membahas tentang aktivitas sehari-hari yang

dilaksanakan selama kegiatan magang berlangsung. Berisi tentang

penjabaran lebih rinci apa saja kegiatan yang dilakukan.

BAB IV: berisi tentang penjelasan atas jawaban rumusan masalah dan

tujuan PKL menggunakan analisis sosiologis.

BAB V: bab ini akan memberikan kesimpulan yang menjawab rumusan

masalah yang telah disusun sebelumnya. Dan saran sebagai bentuk

rekomendasi terhadap apa yang telah dijalankan selama kegiatan magang

berlangsung.

Page 20: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 20

BAB II

PROFIL PT SUMMARECON AGUNG, Tbk

Sebagai perusahaan yang dijadikan tempat untuk menjalankan kegiatan

PKL, tentu saja profil sebuah perusahaan akan menjadi pentign untuk dibahas.

Untuk itu, dalam bab ini akan dijabarkan aspek historis PT Summarecon Agung,

Tbk sebagai perusahaan tempat pelaksanaan PKL berserta visi dan misi yang

dianut. Selain itu juga akan lebih spesifik membahas tentang kegiatan umum

divisi riset yang ada didalam perusahaan ini, beserta dengan pembagian kerja,

lingkup kerja, kegiatan umum, sistem kerja dan kelebihan dan kekurang divisi ini.

A. Aspek Historis PT Summarecon Agung, Tbk

PT Summarecon Agung Tbk (“Summarecon”) didirikan pada tahun 1975

oleh Bapak Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya untuk membangun dan

mengembangkan real estate. Dimulai dengan membangun 10 hektar lahan di

kawasan rawa-rawa di daerah Kelapa Gading, para pendiri perusahaan berhasil

mengubah kawasan tersebut menjadi salah satu daerah hunian dan bisnis paling

bergengsi di Jakarta. Dan seiring dengan berjalannya waktu, Summarecon berhasil

membangun reputasi sebagai salah satu pengembang properti terkemuka di

Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota terpadu atau lebih dikenal

dengan ‘township’.

Summarecon membangun kota terpadu yang mengintegrasikan

pengembangan perumahan dengan komersial, yang didukung oleh fasilitas yang

beragam dan lengkap bagi para penghuninya. Dalam tiga dasawarsa terakhir,

Summarecon telah mengembangkan kemampuan disegala bidang real estate:

meliputi pengembangan, arsitek, teknik, manajemen proyek dan konstruksi,

perencanaan tata kota, infrastruktur, teknik desain yang berkelanjutan, manajemen

kota terpadu, dan manajemen properti ke dalam pengembangan kota terpadu

kami.

Page 21: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 21

Kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan, karyawan yang berdedikasi dan

komitmen kepada pelanggan serta pemasok, Summarecon dikenal atas

keandalannya, keahliannya dan kemampuannya dalam melaksanakan dan

menyelesaikan proyek pengembangan properti di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Unit bisnis Summarecon saat ini dikelompokkan berdasarkan tiga aktivitas yang

berbeda, yaitu:

a) Pengembangan Properti

PT Summarecon Agung Tbk membangun proyek-proyek properti untuk

dijual seperti rumah, kavling perumahan, apartemen dan ruko komersial.

Proyek-proyek tersebut lengkap dengan berbagai fasilitas pendidikan,

olahraga, sarana ibadah dan fasilitas kesehatan sehingga menjadi sebuah

kawasan pemukiman dan komersial yang lengkap dengan fasilitasnya. PT

Summarecon Agung Tbk memiliki 3 proyek kota terpadu yaitu kawasan

Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong dan Summarecon

Bekasi.

b) Investasi dan Manajemen Properti

PT Summarecon Agung Tbk membangun proyek-proyek untuk dikelola

dan disewakan, khususnya pusat perbelanjaan. Adanya pendapatan sewa

dari pusat-pusat perbelanjaan dan property lainnya memberikan

pendapatan yang stabil bagi PT Summarecon Agung Tbk. Hingga saat ini,

PT Summarecon Agung Tbk memiliki 300.000 m2 pusat perbelanjaan di

Sentra Kelapa Gading dan Sentra Gading Serpong.

c) Rekreasi dan Hospitality, dan Lainnya

PT Summarecon Agung Tbk membangun unit bisnis rekreasi dan

hospitality yang bersifat sebagai fasilitas pelengkap yang penting bagi kota

terpadu.

Sebagai pendiri pertama pengembangan kawasan Kelapa Gading di tahun

1975 PT Summarecon Agung Tbk memulai dengan nama Kelapa Gading Permai.

Seiring perkembangannya, Kelapa Gading (SKG) berkembang menjadi kota

satelit dengan luas mencapai 500 Ha dengan fasilitas yang lengkap mulai dari

Page 22: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 22

perumahan, pusat perbelanjaan, pusat gaya hidup, pusat olah raga, tempat

rekreasi, tempat ibadah, sekolah dan perkantoran. Jumlah penduduk yang

menempati kawasan ini pun berkembang hingga mencapai 350.000 jiwa.

Tahun 1990, perseroan melihat potensi pertumbuhan yang tinggi

khususnya di sektor properti Indonesia dan mulai menggabungkan unit-unit

usahanya dan selanjutnya mencatatkan perusahaannya di Bursa Efek Jakarta {kini

Bursa Efek Indonesia (BEI)}. Tahun 1992, perusahaan membentuk kerja sama

strategis dengan Grup Keris dalam pengembangan kawasan seluas 1.500 Ha di

Tangerang, untuk dijadikan area perumahan bernama Gading Serpong. Kawasan

Gading Serpong ini terdiri dari area bagi 7.000 perumahan, ruko dan lapangan

golf 18 hole, Gading Raya Golf & Klub.

Dalam menyiasati fluktuasi siklus penjualan di sektor properti,

Summarecon telah membangun dan menjalani beberapa investasi propertinya,

seperti : Mal Kelapa Gading dan Gading Food City, Klub Kelapa Gading, The

Summerville apartment service, Summarecon Plaza, Bursa Mobil I, II & III (show

room otomotif). SKG berkembang menjadi kota satelit yang diminati sebagai

tempat tinggal dan niaga, sebab SKG merupakan salah satu kawasan hunian dan

niaga favorit di Jakarta dengan tingkat pertumbuhan yang pesat baik dari segi

jumlah penghuni maupun harga unit properti. Hal ini tidak terlepas dari fasilitas

yang serba lengkap dengan akses yang mudah dijangkau. Selain itu, inovasi-

inovasi produk yang secara aktif dikembangkan oleh SMRA juga menjadi daya

tarik bagi masyarakat untuk terus berdatangan baik untuk tinggal maupun hanya

untuk berekreasi.

Kawasan niaga di Kelapa Gading mempunyai perputaran uang yang cukup

tinggi sehingga investasi properti di Kelapa Gading cukup menguntungkan,

dengan kenaikan harga tanah yang cukup tinggi. Pada Tahun 2003, harga tanah di

kawasan ini berkisar antara Rp3,5-6 juta/ m², kini harganya mencapai Rp 11,5

juta, termasuk yang tertinggi di Jakarta. Tak heran banyak pengembang properti

yang ikut bermain di wilayah ini mengikuti kesuksesan SMRA.

Selain kawasan Kelapa Gading, Summarecon juga menjadikan kawasan

Serpong sebagai motor pertumbuhan perusahaan berikutnya. Summarecon

Page 23: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 23

mengembangkan bisnis properti di kawasan Serpong, di sebelah barat Jakarta

yang berjarak 25km dari pusat Jakarta. Tahun 1992, perusahaan membentuk kerja

sama strategis dengan Grup Keris dalam pengembangan kawasan seluas 1.500 Ha

di Tangerang, untuk dijadikan area perumahan bernama Gading Serpong.

Kawasan Gading Serpong ini terdiri dari area bagi 7.000 perumahan, ruko, dan

lapangan golf 18 hole, Gading Raya Golf & Klub. Pada tahun 2004, SMRA dan

Keris Group sepakat untuk membagi kawasan Serpong menjadi 2 unit bisnis,

yaitu Summarecon Serpong (SS) dan Paramount Gading Serpong (Keris Group).

Kawasan pemukiman yang dikelola oleh SMRA ini dilengkapi dengan fasilitas-

fasilitas yang sama dengan SKG seperti pusat perbelanjaan, sekolah, tempat

ibadah, pusat bisnis dan klub olah raga dan diharapkan ke depannya dapat

mengikuti kesuksesan SKG. Kawasan SS tersebut ditargetkan menjadi mesin

pertumbuhan yang baru bagi SMRA dalam 10-20 tahun mendatang.

Produk-produk lain yang dikembangkan PT Summarecon Agung Tbk

antara lain:

Mal seperti Mal kelapa gading, Summarecon mall serpong,

Kavling (tanah yang dijual dan disewakan),

Gading food city,

Gading raya golf course and clubhouse,

Apartemen seperti Apartemen Summerville,

Perumahan,

Sentra kelapa gading serpong,

Gading Raya Sports Club,

Rumah sakit RSIA-Catolus di Summarecon Serpong,

Hotel Harris kelapa gading,

Plaza Summarecon,

DLL

Anak perusahaan PT Summarecon Agung Tbk antara lain:

1. PT Bahagia Makmur Sejati,

2. PT Summarecon Property Development,

3. PT Gading Orchard,

Page 24: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 24

4. PT Citra Damai Agung,

5. PT Orient City,

6. PT Serpong Citra kreasi,

7. PT Jaya Bangun ABadi,

8. PT Bhakti Karya Vita,

9. PT Mahkota Berlian Indah,

10. PT Bumi Perintis Asri,

11. DLL

B. Visi dan Misi PT Summarecon Agung, Tbk

Visi Summarecon

Menjadi "Crown Jewel" di antara pengembang properti di Indonesia yang

secara berkelanjutan memberikan nilai ekonomi yang optimal kepada pelanggan,

karyawan, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, serta juga

berperan dalam menjaga lingkungan dan menjalankan tanggung jawab sosial.

Misi Summarecon 2010-2015

1. Mengembangkan kawasan Summarecon Kelapa Gading,

Summarecon Serpong Summarecon Bekasi menjadi semakin

lengkap dan bernilai, serta mengembangkan kawasan baru dengan

semangat inovasi

2. Memberikan pelayanan terbaik dan terpadu kepada konsumen

melalui sistem yang tepat dan ditingkatkan secara terus menerus

3. Fokus pada pengembangan dan pengelolaan perumahan, apartemen

dan perbelanjaan yang semakin ramah lingkungan.

4. Bekerjasama dengan partner strategis dengan menerapkan prinsip

tata kelola perusahaan yang baik dan professional

5. Fokus dalam pengembangan Sumber Daya Manusia yang

berkualitas, sejahtera serta sesuai dengan nilai dan budaya

perusahaan.

Page 25: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 25

6. Meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan sesuai

target 2010-2015

Nilai-Nilai

1. Melayani pelanggan secara efektif dengan sepenuh hati.

2. Mendukung tumbuh kembangnya kewirausahaan.

3. Memfasilitasi kehidupan yang seimbang

4. Melestarikan nilai-nilai keluarga

5. Memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada masyarakat dan

lingkungan sekitar.

6. Memandu transformasi setiap pelanggan.

C. Kegiatan Umum Divisi Riset Operational Support Department PT

Summarecon Agung, Tbk

Divisi Riset yang berada dibawab naungan Operational Support

Department PT Summarecon Agung, Tbk merupakan salah satu divisi yang

membawahi tiga staff yang memiliki tugas dan kewajiban masing-masing dalam

menjalankan setiap project yang didapatkan oleh divisi riset. Struktur organisasi

divisi riset Operational Support Department PT Summarecon Agung, Tbk adalah

sebagai berikut;

Bagan 2. 1

Struktur Organisasi Divisi Riset Operational Support Department PT

Summarecon Agung, Tbk

Page 26: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 26

a. Pembagian Kerja Divisi Riset PT Summarecon Agung, Tbk

Pembagian kerja divisi riset PT Summarecon Agung, Tbk masih

bersifat hierarki, dimana klasifikasi asisten manajer divisi riset didasarkan

pada otoritas. Kemudian desain organisasi hirarki yang didasari atas

otoritas ini membentuk hubungan antara peran organisasi dan subunit

dalam bentuk pembagian tugas dan wewenang kepada staff divisi riset

sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawabnya. Tugas dan wewenang

tiap anggota organisasi divisi riset PT Summarecon Agung, Tbk, ialah;

Research Asisstant Manager

Research assitant management sebagai pemegang otoritas

dalam struktur organisasi divisi riset operational support

department PT Summarecon Agung, Tbk memiliki tanggung jawab

untuk mencari ataupun menerima permintaan unit (produk milik

Summarecon) sebagai customer untuk project yang akan

dibutuhkan oleh unit. Tugas utama dari asisten manajer riset adalah

menyiapkan/ merevisi dan berdiskusi dengan operational support

manager dalam hal market brief untuk menemukan dan

menentukan tujuan riset, sehingga mengetahui apa yang

sebenarnya dibutuhkan oleh unit berdasarkan project yang mereka

berikan.

Market brief juga dilakukan agar target responden atau

informan yang diharapkan dari project yang diberikan oleh unit

tepat sasaran. Setelah berhasil mendapatkan apa yang sebenarnya

dibutuhkan oleh unit, maka hasil tersebut diterjemahkan dalam

bentuk instrument penelitian untuk menentukan metode apa yang

akan digunakan. Metode riset bisa dilakukan dengan cara kualitatif

yang berarti akan menggunakan pedoman wawacara dalam

instrument penelitiannya. Sedangkan untuk penggunaan metode

penelitian kuantitatif, maka instrument penelitian yang akan

digunakan adalah kuesioner. Jika, tahapan market brief telah

Page 27: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 27

dijalankan maka yang selanjutnya dilakukan adalah menyusun

draft kuesioner yang akan diajukan kepada unit untuk kemudian

digunakan selama proses riset. Terkahir, adalah menyusun estimasi

biaya yang disesuaikan dengan metode penelitian yang digunakan,

SDM yang akan digunakan, tingkat kesulitan riset, estimasi waktu

pengerjaan, dan lain-lain.

Ketika market brief, draft kuesioner dan estimasi biaya

telah disusun, maka tugas asisten manajer riset yang selanjutnya

adalah berkoordinasi dengan unit untuk mendapatkan persetujuan

project dengan membicarakan segala prosedur yang akan

dijalankan dalam project yang diajukan unit termasuk

membicarakan waktu pengerjaan dan estimasi biaya yang akan

dibutuhkan selama menjalankan project yang diberikan oleh unit.

Selain bertanggung jawab atas proses awal penerimaan project dari

unit, asisten manajer riset juga bertanggung jawab untuk membuat/

merevisi laporan project yang telah dianalisis secara statistik baik

yang dikerjakan sendiri ataupun yang dikerjakan oleh junior

analyst. Setelah analisis laporan project telah dibuat dan direvisi,

maka yang selanjutnya dilakukan oleh asisten manajer riset adalah

memeriksa kembali laporan project beserta analisis statistiknya.

Terakhir, asisten manajer riset juga bertanggung jawab pada proses

riset yang paling akhir dengan melakukan serah terima analisis

project ke unit yang biasa dilakukan via email ataupun

mengirimkan hard copy.

Junior Analyst

Apabila unit telah menyetujui seluruh prosedur yang telah

disusun oleh asisten manajer riset. Maka, tugas selanjutnya akan

diserahkan kepada junior analyst. Selain bertugas untuk membantu

asisten manajer riset untuk menjalankan market brief, menyusun

instrument penelitian dan membuat analisis laporan project unit

Page 28: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 28

beserta statistiknya, junior analyst juga bertanggung jawab untuk

menyiapkan SDM dan dana yang akan dibutuhkan dalam proses

riset. SDM yang disiapkan oleh junior analyst umumnya adalah

surveyor yang akan diterjunkan kelapangan untuk melakukan riset

menggunakan kuesioner atau tenaga perbantuan yang akan

dipekerjakan untuk pengolahan data.

Field Specialist

Field specialist memiliki tanggung jawab untuk melakukan

riset lapangan, setelah segala yang dibutuhkan seperti sasaran

responden, kuesioner, dan surveyor telah terpenuhi. Umumnya

field specialist akan melakukan supervisi terhadap beberapa

sureveyor yang ditugaskan untuk melakukan riset dilapangan baik

secara kuantitatif ataupun kualitatif. Supervisi dilakukan dengan

cara mengarahkan surveyor agar melakukan riset sesuai prosedur

yang telah ditentukan. Dalam hal ini, supervisi akan menjelaskan

point-point pertanyaan yang ada didalam kuesioner kepada

surveyor, agar surveyor lebih memahami pertanyaan yang akan

diajukan kepada responden.

Setelah itu supevisi akan mengawasi kinerja surveyor

selama melakukan riset untuk memastikan bahwa responden yang

dipilih untuk menjawab pertanyaan kuesioner adalah responden

yang tepat. Ketika seluruh data kuesioner yang telah terisi

terkumpul, yang selanjutnya dilakukan oleh field specialist adalah

melakukan penyaringan data dengan cara screening dan back

checking. Screening dilakukan oleh field specialist untuk

memeriksa apakah kuesioner yang telah ditanyakan oleh surveyor

telah terisi seluruhnya, selain itu screening juga dilakukan field

specialist untuk memeriksa kembali apakah jawaban yang telah

terisi didalam kuesioner sesuai dengan pertanyaan kuesioner yang

diajukan oleh surveyor. Setelah data tersaring, baik data yang telah

Page 29: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 29

terisi secara lengkap ataupun belum lengkap, tahap selanjutnya

yang akan dilakukan field specialist adalah melakukan back

checking¸kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungi

responden melalui data yang dicantumkan didalam kuesioner untuk

memastikan apakah benar bahwa responden telah diwawancari

oleh surveyor sekaligus memperjelas jawaban responden untuk

melengkapi pertanyaan yang belum terjawab akibat terlewat

ditanyakan oleh surveyor. Umumnya, kegiatan back checking

hanya dilakukan pada beberapa sampel kuesioner.

Junior Data Specialist

Junior data specialist bertanggung jawab atas data-data

yang akan dan telah masuk kedalam divisi riset. Junior data

specialist bertanggung jawab untuk memasukkan data-data yang

ada didalam kuesioner kedalam Microsoft excel yang telah disusun

berdasarkan indikatornya. Setelah data yang ada didalam kuesioner

telah diinput kedalam Microsoft excel, maka yang selanjutnya

dilakukan oleh junior data specialist adalah mengolah data-data

tersebut dengan menggunakan template pada sistem yang telah

disusun sebelumnya. Kegiatan pengolahan data yang dilakukan

oleh junior data specialist, yaitu pengolahan angka,

pengelompokan pertanyaan terbuka dan charting.

Selain bertanggung jawab pada data-data yang ada didalam

divisi riset, junior data specialist juga bertanggung jawab sebagai

admin. Admin bertugas mengatur keuangan internal divisi riset

yang akan masuk dan keluar untuk kebutuhan riset. Tahap terkahir

proses riset juga menjadi tanggung jawab admin, dengan tugas

mengirimkan hard copy dan soft copy kepada unit berserta tanda

terima dan arsip dokumen untuk filing. Admin juga melakukan

penyelesaian terhadap estimasi biaya dan dokumen

penyelesaiannya.

Page 30: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 30

b. Lingkup Kerja Divisi Riset PT Summarecon Agung, Tbk

Organisasi ada untuk memenuhi kepentingan individu atau kelompok. Ada

hubungan timbal balik antara lingkungan dan perkembangan organisasi. Kontrol

yang dimiliki oleh sekelompok orang pada akhirnya akan mempertajam tujuan

organisasi. Organisasi sebagai aktif partisipan dalam proses pembangunan sosial

dimana organisasi merupakan agen dalam melakukan perubahan internal sebuah

perusahaan.

Berdasarkan struktur diatas dapat dilihat secara hierarki bahwa struktur

organisasi divisi riset operational support department PT Summarecon Agung,

Tbk dipimpin oleh satu asisten manajer yang membawahi tiga staff riset yang

memiliki seperangkat fungsi jasa untuk memenuhi sejumlah kebutuhan jenis

proses riset yang berbeda – beda. Jika dilihat secara garis besar, maka tujuan dari

divisi riset atau divisi operational research adalah untuk memastikan proses

operational research berjalan secara konsisten sesuai dengan ketetapan yang

berlaku di Summarecon Group. Fokus kerja divisi ini adalah melakukan riset audit

internal unit (produk) Summarecon Group berupa ;

CSI (Customer Satisfication Index): berupa survey yang dilakukan untuk

mengetahui kepuasan konsumen terhadap produk Summarecon.

Customized research: riset ini memungkinkan divisi untuk bekerjasama

dengan konsultan untuk melakukan riset - riset tertentu yang diminta oleh

unit seperti riset Brand Awareness, Brand Positioning dan Brand Usage.

- Brand Awareness merupakan riset permintaan yang akan

melihat sejauh mana pengetahuan responden terhadap

produk Summarecon.

- Brand Positioning ialah riset yang dilakukan untuk

mengetahui dimana posisi produk Summarecon ketika

responden ditanyai pertama kali tentang produk property

yang mereka ketahui.

- Brand Usage melihat sejauh mana responden menggunakan

produk Summarecon dalam kesehariannya. Dalam hal ini,

Page 31: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 31

divisi riset hanya bertugas mengawasi kinerja konsultan

dalam menjalankan permintaan riset dari perusahaan.

Riset Kompetitor: riset ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan

penjualan properti milik kompetitor. Riset kompetitor dilakukan untuk

mendapatkan harga - harga penjualan properti milik kompetitor beserta

fasilitas yang ditawarkan. Seberapa besar produk kompetitor yang telah

terjual juga menjadi fokus riset kompetitor. Selain itu, survey kompetitor

juga dilakukan untuk mengetahui rencana kedepan kompetitor untuk

pengembangan produknya. Riset kompetitor dilakukan dengan cara

menjadi ghost shopper untuk berpura-pura menjadi calon pembeli produk

milik kompetitor.

c. Kegiatan Umum Divisi Riset PT Summarecon Agung, Tbk

Divisi riset yang dimiliki oleh PT Summarecon Agung, Tbk memiliki

sistem kinerja yang hampir sama dengan agency-agency riset lainnya. Namun

divisi riset perusahaan ini lebih memfokuskan bidang kerja nya menjadi internal

konsultan riset yang pengerjaannya dari hulu ke hilir. Mulai dari persiapan dengan

cara melakukan kontak dengan unit, field work, dan proses reporting/ finishing.

Sistem kerja divisi riset PT Summarecon Agung yang selama ini dijalankan lebih

banyak kedalam riset audit dalam bentuk nilai yang bersifat longterm (jangka

panjang).

Proses kerja divisi ini sama seperti proses riset yang lain secara teori. Pada

proses pra survey dilakukan pendekatan unit untuk mendapatkan tujuan riset

sehingga mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh unit. Kemudian

menerjemahkan kebutuhan tersebut dalam bentuk instrument penelitian sekaligus

menemukan metode penelitian apa yang akan digunakan. Metode penelitian bisa

berupa kualitatif ataupun kuantitatif. Jika menggunakan metode kualitatif, maka

instrument yang harus disiapkan adalah pedoman wawancara. Jika menggunakan

metode kuantitatif, makan instrument yang perlu disediakan adalah kuesioner.

Page 32: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 32

Divisi riset operational support department PT Summarecon Agung, Tbk

merupakan divisi yang belum lama berdiri. Sehingga, secara struktur dan sistem

kerja divisi ini bisa dikatakan belum established. Namun perananannya terhadap

keberlangsungan pemasaran produk Summarecon tidak dapat dikesampingkan.

Membangun kerjasama suplai dan pemasaran untuk menjaga reputasi

perusahaan merupakan salah satu pendekatan efektifitas yang dilakukan oleh

divisi riset ini. Dalam pelaksanaannya divisi ini sudah memiliki kemampuan

untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan project yang

diminta unit meskipun dengan segala kekurangan dan kelebihan didalamnya.

Kemudian divisi ini juga dituntut untuk berinteraksi dengan lingkungan eksternal

sebagai salah satu bentuk upaya field work yang dilakukan dalam proses kerja

yang mereka lakukan. Terakhir, sebagai divisi yang belum lama berdiri dengan

struktur dan sistem yang masih belum sempurna, divisi ini lebih menekankan pada

cara/ proses yang mereka jalankan untuk memenuhi permintaan unit.

d. Sistem Kerja Divisi Riset Operational Support Department PT

Summarecon Agung, Tbk

Divisi riset departemen ini sebagai divisi yang menjalankan proses riset

operasional terhadap produk perusahaan memiliki sistem kerjanya dalam

menjalankan proses risetnya yang terdiri dari pra survey, survey dan pasca survey.

Bagan 2. 2

Tahapan Sistem Kerja Divisi Riset

Page 33: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 33

Pra Survey

Proses ini diawali dengan permintaan yang diajukan unit (produk

summarecon) untuk melakukan survey terhadap produk yang mereka

pasarkan. Kemudian, asisten manajer riset akan menerima permintaan

untuk project yang dibutuhkan. Setelah permintaan unit di terima oleh

asisten manajer riset, maka manajer riset akan menyiapkan/ revisi

market, brief, kuesioner, estimasi biaya dan berdiskusi dengan

operational support manager untuk membicarakan market brief, draft

kuesioner dan estimasi biaya. Selanjutnya hasil diskusi dengan

manager operational support dikoordinasikan lagi kepada unit untuk

membicarakan project yang akan dilakukan berupa pengaturan

schedule dan pembicaraan tentang estimasi biaya.

Setelah unit menyetujui schedule, kuesioner dan estimasi biaya,

maka yang selanjutnya dilakukan adalah menyiapkan SDM dan dana.

SDM yang disediakan adalah berupa surveyor yang di bayar untuk

melakukan project survey yang diminta oleh unit dengan sistem

pembayaran yang sudah termasuk didalam estimasi biaya yang telah

disetujui oleh unit.

Survey

Survey dilakukan setelah unit sudah setuju dengan apa yang

direkomendasikan divisi riset dan SDM surveyor untuk melakukan

survey sudah didapat. Survey disebut dengan Field work yang bisa

dilakukan dengan metode kuantitatif ataupun kualitatif. Setelah proses

field work selesai dijalankan, maka dilakukan penyaringan kuesioner

valid terhadap data kuesioner yang telah didapat untuk mendapat data

kuesioner yang benar-benar valid.

Dalam proses penyaringan kuesioner valid ini, dilakukan dengan

dua cara, yaitu screening dan back checking. Dimana screening

dilakukan untuk memeriksa ulang apakah ada data yang mencurigakan

Page 34: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 34

atau tidak lengkap. Data yang telah di screening dan ditemukan letak

kesalahannya kemudian di back checking untuk memastikan bahwa

data responden yang tertera di dalam kuesioner benar-benar telah

diwawancarai oleh surveyor sekaligus menanyakan kembali data-data

yang tidak lengkap akibat terlewat saat proses wawancara face to face

berlangsung.

Data kuesioner yang telah dipastikan valid setelah melalui tahap

screening dan back checking, kemudian diolah pada sistem dengan

menggunakan template. Pengolahan data tersebut terdiri dari input data

kedalam Microsoft excel sesuai dengan indikator yang telah

ditentukan, kategorisasi data untuk mengelompokan jawaban

pertanyaan terbuka yang memiliki makna yang kurang lebih sama,

olah angka menggunakan template di Microsoft excel untuk

mendapatkan indeks presentase dan rata-rata. Sampai akhirnya

mengeluarkan data-data yang telah diolah tersebut dalam bentuk

diagram presentase.

Pasca Survey

Setelah seluruh proses pengolahan data dijalankan sampai

menghasilkan data indeks, maka yang kemudian dilakukan adalah

membuat/ merevisi laporan project yang disertai dengan analisi

statistiknya berdasarkan angka dan pertanyaan terbuka yang telah di

olah. Laporan dalam bentuk analisis statistik yang dibuat oleh staff

divisi riset diserahkan kepada asisten manajer riset untuk kemudian

direvisi apakah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh unit.

Ketika laporan tentang penelitian project unit sudah diselesaikan

dan unit setuju, kemudian dilakukan proses serah terima project ke unit

via email ataupun hard copy. Hard copy dan soft copy dikirimkan

kepada unit beserta tanda terima dan arsip dokumen untuk filing data.

Terakhir melakukan penyelesaian dari estimasi biaya dengan

menggunakan dokumen penyelesaian.

Page 35: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 35

e. Kelebihan dan Kekurangan Divisi Riset Operational Support

Department PT Summarecon Agung, Tbk

Adanya divisi rise didalam struktur organisasi PT Summarecon Agung,

Tbk, terutama pada Operational Support Department tentu saja memiliki

kelebihan dan kekurangan yang menjadikan divisi ini bisa tetap bertahan didalam

struktur organisasi Operational Support Department. Beberapa kelebihan dan

kekurangan dari divisi ini adalah, sebagai berikut;

Kelebihan:

- Sebagai pelaksana riset audit internal perusahaan, maka divisi ini

memiliki kelebihan berupa seluruh data base yang jika

dimaksimalkan akan menjadi satu department yang cukup strategis

untuk mensupport data konsumen.

Kekurangan:

- Waktu: masih diperlukan waktu yang cukup lama untuk

menyelesaikan sebuah project. Hal ini sering terjadi akibat adanya

hambatan untuk menemukan surveyor yang sesuai dengan yang

dibutuhkan, freelance yang diperbantukan untuk input data, dan

juga kecurangan (cheating) yang dilakukan oleh surveyor dalam

mengisi data kuesioner.

- Kebutuhan Unit: sebagai tim riset audit internal yang berada di

kantor pusat, divisi riset mengalami kesulitan untuk bisa

mengcapture apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh unit karena

pada umumnya kebutuhan user hanya didapatkan dari proses

wawancara singkat dengan user.

- Sebatas riset audit: riset yang dilakukan oleh divisi riset ini baru

sebatas riset audit, dimana kemungkinan besarnya hasil riset ini

hanya akan menjadi sebuah arsip data.

Page 36: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 36

BAB III

AKTIVITAS PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI

PT SUMMARECON AGUNG, Tbk

Seluruh kegiatan PKL yang dilaksanakan di PT Summarecon Agung, Tbk

selama 2,5 bulan akan dijabarkan pada bab ini. Penjelasan bab ini akan dibagi

menjadi tiga sub bab yang berisi kegiatan sehari-hari yang dilakukan selama

melaksanakan PKL beserta penjelasan mengenai kegiatan tersebut. Terakhir, juga

akan dibahas mengenai peningkatan skill dan pengetahuan yang didapat selama

melaksanakan kegiatan PKL secara sosiologis dan sosial.

A. Kegiatan Harian PKL

Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di bagian divisi riset

Departemen Operasional Support PT Summarecon Agung, Tbk, penulis

melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan divisi riset.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama berada di PT Summarecon Agung, Tbk

dicatatkan kedalam jurnal harian yang berisi tentang kegiatan-kegiatan sehari-hari

selama melaksanakan kegiatan PKL. Berikut adalah isi jurnal harian kegiatan

PKL di PT Summarecon Agung, Tbk;

Tabel 3. 1

Jurnal Harian Kegiatan PKL Sehari-hari

2014

No Hari/ Tanggal Kegiatan yang dilakukan Output

27 Agustus

1. Perkenalan tempat PKL2. Briefing untuk survey tanggal 28-

31 Agustus 20143. Survey lokasi

1. Adaptasi diawal kegiatan PKL

2. Mengetahui hal-hal yang akan dilakukan selama survey berlangsung

28 Agustus 1. Mencari data demografi BPS wilayah Kelapa Gading, Bekasi, Serpong, dan Bandung

2. Membuat bulletin properti bulan Agustus

1. Pengetahuan data demografi wilayah yang dikembangkan oleh PT Summarecon bertambah

2. Mengetahui perkembangan properti

Page 37: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 37

bulanan

29 Agustus

1. Menjadi surveyor di restoran Mayangsari dan Pandan Café Klub Kelapa Gading (KKG)

1. Mempelajari tugas tim riset dengan terjun langsung ke lapangan dengan menjadi surveyor

31 Agustus

1. Menjadi surveyor di restoran Mayangsari dan Pandan Café Klub Kelapa Gading (KKG)

1. Memahami berbagai macam karakteristik responden yang ditemui selama menjadi surveyor

1 September1. Briefing jobdesk kedepan2. Pemberitahuan untuk membuat

topik akhir untuk di presentasikan di akhir magang

1. Menggali lebih dalam data yang mungkin bisa digunakan untuk topik akhir

2-3 September 1. Telesurvey Banquet KKG 1. Mempelajari riset jenis lain

5 September1. Input data kuesioner banquet

KKG2. Kategorisasi pertanyaan terbuka

1. Tahapan input data survey

2. Pengelompokan data

8 September1. Kategorisasi pertanyaan terbuka

banquet KKG2. Olah angka rata-rata

1. Tahapan input data2. Rata-rata jawaban

survey

9 September 1. Membuat buletin bulanan2. Cek input data kuesioner

1. Tahu perkembangan property

2. Periksa data

10 September 1. Mencari copy master laporan

akhir2. Mencari info pengolahan data

1. Refrensi laporan magang

2. Info pengolahan data

11 September 1. Back checking perbandingan harga banquet KKG

1. Konfirmasi data kuesioner

12 September 1. Membuat buletin property bulanan

1. Tahu perkembangan property

15 September 1. Survey kompetitor Serpong 1. Persaingan penjualan produk properti

16 September 1. Survey kompetitor Bekasi 1. Persaingan penjualan produk properti

17-18

September

1. Supervisi surveyor MKG2. Menyebar kuesioner tenant

1. Mengawasi surveyor

19 September1. Back checking kuesioner MKG2. Supervisi surveyor3. Sebar kuesioner tenant

1. Konfirmasi data kuesioner

2. Mengawasi surveyor

Page 38: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 38

22-23

September

1. Back checking kuesioner MKG2. Supervisi surveyor

1. Konfirmasi data kuesioner

24-25

September

1. Input data kuesioner MKG 1. Memasukkan data sesuai kategori

29 September1. Cek input data2. Telesurvey purna jual

1. Memeriksa data2. Survey kepuasan

konsumen

30-8 Oktober 1. Telesurvey purna jual 1. Survey kepuasan konsumen

9-10 Oktober 1. Telesurvey purna jual2. Collect kuesioner tenant

1. Survey kepuasan konsumen

13 Oktober 1. Collect kuesioner tenant MKG 1. Mengambil kuesioner yang telah disebar

14-15 Oktober 1. Sebar kuesioner tenant SMS 1. Memberikan kuesioner ke tenant

16 Oktober 1. Supervisi surveyor SMS 1. Mengawasi surveyor

17 Oktober 1. Supervisi surveyor SMS 1. Mengawasi surveyor

20-21 Oktober 1. Screening dan back checking kuesioner SMS

1. Konfirmasi data kuesioner

22 Oktober

1. Screening dan back checking kuesioner SMS

2. Input data kuesioner SMS

1. Konfirmasi data kuesioner

2. Memasukkan data sesuai kategori

23 Oktober1. Screening BA SMB2. Input kuesioner tenant SMS

1. Memeriksa data2. Memasukkan data sesuai

kategori

24 Oktober 1. Collect kuesioner tenant SMS 1. Mengambil kuesioner di tenant

27 Oktober 1. Input kuesioner SMS2. Collect kuesioner MKG

1. Memasukkan data sesuai kategori

28 Oktober 1. Collect kuesioner tenant SMS 1. Mengambil kuesioner di tenant

31 Oktober 1. Input kuesioner tenant SMS 1. Memasukkan data sesuai kategori

3 November 1. Collect kuesioner tenant SMS 1. Mengambil kuesioner di tenant

4-5 November 1. Input kuesioner tenant SMS 1. Memasukkan data sesuai kategori

6 November 1. Input kuesioner tenant SMS2. Input kuesioner The Summit

1. Memasukkan data sesuai kategori

7 November 1. Input kuesioner The Summit2. Kategorisasi pertanyaan terbuka

1. Memasukkan data sesuai kategori

Page 39: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 39

10 November 1. Kategorisasi pertanyaan terbuka2. Olah angka kuesioner SMS

1. Memasukkan data sesuai kategori

11-12

November

1. Olah angka kuesioner SMS 1. Mengolah data dalam bentuk angka

13-14

November

1. Charting data SMS 1. Mengolah data dalam bentuk grafik

B. Penjelasan Kegiatan PKL

Secara garis besar kegiatan penulis selama menjalani kegiatan PKL di PT

Summarecon Agung, Tbk lebih banyak berada dilingkup kerja lapangan dan

pengolahan data. Ada empat kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan PKL di

PT Summarecon Agung, Tbk, yaitu;

1. Membuat buletin properti bulanan

Kegiatan di awal pelaksanaan PKL diawali dengan pembuatan buletin

properti bulanan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari

perkembangan – perkembangan, baik industri properti ataupun perusahaan

properti per bulannya. Informasi tentang perkembangan properti ini

diambil dari website – website yang terkait dengan property, seperti

rumah.com, property.bisnis.com, detik.com, dan lain-lain. Kegiatan

membuat buletin properti bulanan ini memberikan dampak atau manfaat

yang berguna diawal kegiatan PKL. Sebab, dengan diawali mencari data

tentang perkembangan properti bulanan ini, maka akan meningkatkan

pengetahuan tentang perkembangan properti secara lebih luas. Sehingga,

akan membantu memahami lebih dalam apa itu perusahaan properti dan

memudahkan pemahaman pekerjaan diranah properti kedepannya.

2. Field Work

Kegiatan divisi riset yang paling awal dikerjakan adalah apa yang

disebut dengan Field Work. Field Work sendiri merupakan kegiatan riset

Page 40: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 40

dilapangan yang terdiri dari terjun langsung menjadi surveyor dan

supervisi untuk beberapa surveyor.

Surveyor adalah orang-orang yang diberdayakan untuk melakukan

survey terhadap konsumen perusahaan. Dalam hal ini, survey yang

dilakukan selama di PT Summarecon Agung, Tbk ada dua jenis, yaitu

survey langsung dan telesurvey. Survey langsung dilakukan dengan cara

mewawancarai responden yang merupakan konsumen produk PT

Summarecon. Tempat yang menjadi lokasi survey adalah Restoran

Mayangsari dan Pandan Cafe Klub Kelapa Gading (KKG) yang

merupakan Restoran yang berada di area Sport Club milik PT

Summarecon. Kegiatan survey ini dilakukan dengan menanyakan

beberapa pertanyaan yang telah disediakan didalam kuesioner tentang

kepuasan pelanggan tentang pelayanan yang diberikan oleh Restoran

Mayangsari dan Pandan Café selama menjadi konsumen restoran ini.

Dengan menjadi surveyor, keahlian untuk terjun langsung kelapangan

menghadapi konsumen akan menjadi pelajaran penting dalam memahami

bagaimana karakteristik tiap konsumen yang berbeda-beda.

Selain survey secara langsung, kegiatan survey di PT Summarecon

Agung juga dilakukan dengan cara telesurvey, yaitu melakukan survey

terhadap konsumen yang telah menggunakan produk PT Summarecon

berdasarkan data responden yang telah tersedia di arsip pengguna produk

perusahaan. Dari kegiatan ini, dipelajari lagi salah satu jenis riset yang

dilakukan via telepon. Survey seperti ini memudahkan surveyor untuk

mendapatkann jawaban dari responden untuk setiap pertanyaan yang ada

didalam kuesioner, sebab data responden yang akan dimintai keterangan

telah tersedia. Sedangkan survey langsung secara face to face memiliki

tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya, karena surveyor harus mencari

sendiri responden yang akan diwawancarai. Manfaat yang didapat melalui

telesurvey tidak jauh dengan survey langsung secara face to face.

Telesurvey juga membantu dan mengajarkan kepada surveyor tentang

Page 41: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 41

beraneka ragam nya respon setiap responden saat akan di wawancarai via

telepon.

Survey langsung tidak hanya dilakukan untuk mendapatkan data

kepuasan konsumen. Survey langsung lain yang dilakukan selama

melaksanakan kegiatan PKL di PT Summarecon adalah survey

kompetitor. Survey ini dilakukan dengan cara menjadi Ghost Shopper,

yaitu surveyor berpura-pura menjadi calon pembeli produk-produk

kompetitor dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan produk

yang sedang dipasarkan oleh kompetitor, seperti harga apartemen, harga

cluster beserta fasilitas yang ditawarkan, produk apa yang selanjutnya

akan dipasarkan, sudah berapa unit produk kompetitor yang terjual, dan

lain-lain.

Melalui kegiatan ghost shopper ini, surveyor akan memahami dan

memperlajari bagaimana persaingan yang terjadi antar tiap perusahaan,

dalam hal ini lingkup perusahaan properti. Surveyor belajar untuk

memahami seluk beluk produk properti, agar lebih meyakinkan saat

sedang menjadi ghost shopper.

Survey langsung tidak hanya dilakukan dengan cara terjun

langsung baik face to face ataupun telesurvey serta ghost shopper. Tetapi

juga dilakukan dengan cara melakukan supervise secara langsung surveyor

yang sedang menjalankan proses field work dilapangan. Supervisi

dilakukan dengan cara mengawasi dan mengarahkan beberapa surveyor

yang telah diperbantukan oleh divisi riset. Supervise memberikan arahan

tentang apa yang harus dilakukan saat sedang melakukan survey dan

memberikan penjelasan tentang isi pertanyaan kuesioner agar tepat

sasaran. Setelah itu, maka supervisi akan mengawasi kinerja-kinerja

surveyor tersebut untuk memastikan bahwa mereka benar-benar

mewawancarai responden di lokasi yang telah ditentukan dan sesuai

dengan pengarahan di awal.

Supervisi melatih agar bisa memberikan arahan yang sesuai dengan

prosedur field work. Selain itu juga melatih kepekaan untuk mengawasi

Page 42: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 42

kinerja surveyor agar sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Karakteristik surveyor yang beranekaragam dengan tingkat pengetahuan

yang berbeda juga menjadikan kegiatan supervisi sebagai kegiatan yang

mengajarkan untuk bisa memberikan pengarahan sesuai dengan

kemampuan surveyor menangkap penjelesan yang diberikan, agar tidak

terjadi salah persepsi antara supervise, surveyor, dan konsumen saat akan

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh surveyor.

3. Penyaringan data

Penyaringan data dilakukan setelah field work dikerjakan. Kegiatan

ini dilakukan dengan cara meng Screening data kuesioner yang telah

masuk. Screening dilakukan dengan cara memeriksa kembali apakah data

kuesioner yang baru saja diterima terisi dengan lengkap, kemudian

memeriksa kembali apakah ada pertanyaan yang tidak sesuai dengan

pertanyaan yang diajukan. Setelah data yang masuk di screening, tahap

selanjutnya adalah disebut dengan back checking.

Tahapan ini dilakukan dengan cara mengambil beberapa sampel

data kuesioner yang telah diisi untuk kemudian responden yang tertera di

data kuesioner dihubungi kembali untuk memastikan bahwa data yang

tercantum dikuesioner tersebut sesuai, dan responden tersebut benar-benar

diwawancarai oleh surveyor. Selain itu, back checking data juga dilakukan

untuk melengkapi jawaban-jawaban kuesioner yang tidak lengkap dan

kurang jelas.

Kegiatan screening dan back checking dapat meningkatkan

kemampuan dalam hal ketelitian memeriksa data yang telah masuk.

Dengan memeriksa lebih teliti, maka data yang akan masuk ke dalam

perusahaan akan lebih valid dan sesuai.

4. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah field

work dan screening serta back checking berjalan. Kegiatan ini dilakukan

Page 43: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 43

dengan cara memasukkan data – data kuesioner yang telah terisi kedalam

Microsoft Excel sesuai dengan indikator yang telah di tentukan dan dibuat

didalamnya. Setelah seluruh data yang kuesioner diinput ke dalam

Microsoft excel, maka yang selanjutanya dilakukan adalah

mengkategorisasikan jawaban yang didapatkan dari pertanyaan terbuka

kuesioner sesuai dengan kategori atau mengelompokkan jawaban-jawaban

pertanyaan terbuka yang sekiranya memiliki makna yang sama.

Jika, data kuesioner dalam bentuk pertanyaan terbuka di olah

dengan cara dikategorisasikan, maka data kuesioner dalam bentuk angka

akan diolah menggunakan rumus-rumus yang telah disusun di Microsoft

excel untuk mendapatkan indeks angka berupa presentase dan rata-rata,

maka kegiatan ini disebut dengan olah angka. Selain itu, olah angka juga

dilakukan untuk mendapatkan indeks angka yang dapat menentukan

kepuasan konsumen. Tahapan terakhir dalam proses pengolahan data

adalah charting. Charting adalah mengeluarkan hasil olahan angka data

kuesioner dalam bentuk diagram.

Kegiatan pengolahan data ini, memberikan pelajaran tentang

bagaimana proses perhitungan indeks atas data kuesioner yang telah

didapat. Selain itu kegiatan ini juga melatih untuk memahami hasil data

kuesioner berdasarkan indeks yang dihasilkan. Ketelitian juga diasah agar

data yang diinput sesuai dengan kategori yang telah di rancang di dalam

Microsoft excel.

C. Peningkatan Skill dan Pengetahuan Selama Kegiatan PKL Secara

Sosiologis dan Sosial

Kegiatan PKL yang dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu mata

kuliah akhir selama menjadi mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Jakarta tentu saja memiliki maksud dan tujuan didalamnya.

Tujuan utama dari diadakannya mata kuliah ini adalah agar mahasiswa merasakan

dan menjalani bagaimana terjun langsung kedalam dunia kerja. Selain itu, mata

kuliah ini juga mengharapkan agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan

Page 44: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 44

peningkatan skill berdasarkan pengalaman yang di rasakan selama menjalankan

kegiatan PKL ini. Untuk itu, kegiatan PKL yang dilaksanakan di PT Summarecon

Agung, Tbk ini tentu saja juga akan memberikan dampak positif terhadap penulis

sebagai mahasiswa yang menjalankan kegiatan PKL. Sebagai mahasiswa

sosiologi, peningkatan skill dan pengetahuan yang berkaitan dengan sosiologis

dan sosial menjadi tujuan utama yang diharapkan dan harus didapat selama

penulis melaksanan kegiatan PKL di perusahaan ini. Berkaitan dengan

peningkatan tersebut, maka secara sosiologis dan sosial penulis mendapatkan

peningkatan skill dan pengetahuan dibidang;

1. Metodologi Penelitian Sosial dan Statistik

Metodologi penelitian sosial dan statistik adalah salah satu mata kuliah

yang dipelajari selama berada dijurusan sosiologi. Mata kuliah ini

mempelajari tentang bagaimana menjalankan sebuah penelitian sosial yang

baik dan benar dengan berbagai metode yang tersedia. Sedangkan statistik

adalah mata kuliah yang mempelajari bagaimana cara memproses data

menggunakan berbagai media, mulai dari Microsoft excel sampai dengan

spss. Hal ini juga didaptkan oleh penulis selama menjalankan kegiatan

PKL di PT Summarecon. Melalui kegiatan survey penulis mendapatkan

peningkatan skill dan pengetahuan tentang bagaimana menjalankan sebuah

penelitian secara langsung dengan cara survey face to face menggunakan

kuesioner, dan berbagai macam jenis penelitian lain seperti telesurvey dan

ghost shopper. Kegiatan survey ini melatih dan meningkatkan kemampuan

penulis untuk berinteraksi secara langsung dengan konsumen dan

mengetahui apa yang mereka butuhkan serta menghadapi segala macam

bentuk reaksi responden saat akan, sedang, dan setelah di wawancarai.

Selain itu, dengan menjadi ghost shopper juga melatih penulis untuk dapat

memahami seluk beluk penjualan property agar tidak membuat kompetitor

curiga dengan kegiatan survey tersebut. Peningkatan yang didapat

berdasarkan skill dan pengetahuan statistic ialah kegiatan pengolahan data,

dimana kegiatan ini dilakukan dengan cara menggunakan template yang

ada didalam Microsoft excel mulai dari rumus yang digunakan untuk

Page 45: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 45

pengolahan data hingga proses pengolahan chart dari hasil olahan data

sebelumnya.

2. Sosiologi Organisasi

Mata kuliah sosiologi organisasi ialah mata kuliah yang secara umum

mempelajari bahwa setiap organisasi dalam sebuah perusahaan pasti

memiliki apa yang disebut dengan budaya organisasi. Setiap perusahaan

pasti memiliki budaya organisasinya masing-masing. Budaya organisasi

ini dinilai berdasarkan berbagai tipe yang bermacam-macam. Seperti yang

juga penulis pelajari selama melaksanakan kegiatan PKL di PT

Summarecon. Kegiatan PKL yang dijalani oleh penulis meningkatkan skill

dan pengetahuan penulis untuk beradaptasi dengan budaya organisasi yang

telah terbentuk di PT Summarecon, terutama budaya organisasi yang

dimiliki oleh divisi riset perusahaan ini. Berdasarkan budaya organisasi

yang terbentuk didalam divisi ini, skill dan pengetahuan penulis meningkat

dalam setiap proses kegiatan divisi riset. Dimana penulis harus

mengerjakan setiap kegiatan divisi riset berdasarkan sistem yang telah di

bentuk dalam divisi ini, seperti tahapan kegiatan survey yang dimulai dari

survey sampai dengan pengolahan data. Selain itu, tanggung jawab penulis

terhadap setiap tugas yang diberikan juga meningkat. Sebab, penulis harus

bertanggungjawab dengan melaporkan segala kegiatan riset yang telah

dilakukan kepada staff yang berada di divisi riset sesuai dengan tanggung

jawab masing staff tersebut. Seperti proses selama kegiatan dan sesudah

kegiatan survey yang umumnya dilaporkan kepada field analyst dan junior

analyst dan hasil pengolahan data yang diserahkan kepada junior data

specialist ataupun junior analyst, serat hasil kegiatan screening dan back

checking yang diserahkan kepada field specialist.

3. Evaluasi Program Pembangunan

Mata kuliah yang juga berkaitan dengan kegiatan yang dijalani oleh

penulis selama menjalankan kegiatan PKL di PT Summarecon adalah

Page 46: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 46

mata kuliah evaluasi program pembangunan. Peningkatan skill dan

pengetahuan yang didapat oleh penulis dari kegiatan PKL ini adalah

tentang fokus kegiatan divisi riset PT Summarecon yang bergerak

dibidang evaluasi need assessment. Berdasarkan evaluasi ini maka

kegiatan penulis seperti membuat buletin bulanan dan field work

merupakan salah satu kegiatan yang meningkatkan skill dan pengetahuan

dalam bidang need assessment. Berdasarkan kegiatan membuat buletin

properti bulanan, maka penulis dapat mengetahui segala perkembangan

yang menyangkut aspek perusahaan property. Dengan mengetahui

perkembangan tersebut, secara tidak langsung maka penulis dapat

mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perusahaan property

untuk bisa terus mengikuti perkembangan property yang terus meningkat

setiap bulannya. Peningkatan skill dan pengetahuan paling utama yang

didapat penulis selama melaksanakan kegiatan PKL ini didapat dari

kegiatan survey yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan kegiatan ini,

maka penulis dapat mengetahui apa yang sesungguhnya diinginkan dan

dibutuhkan responden terhadap program perusahaan, dalam hal ini adalah

produk perusahaan seperti apartemen, pusat perbelanjaan, rumah, dan lain-

lain. Penulis dapat mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan

dibutuhkan konsumen berdasarkan hasil survey dan pengalaman pribadi

responden yang diceritakan langsung selama mereka menjadi konsumen

produk summarecon.

Page 47: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 47

BAB IV

ANALISA DAN PEMBELAJARAN SELAMA MELAKSANAKAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT SUMMARECON AGUNG, Tbk

A. Pembelajaran Magang

Dari beberapa kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan PKL di PT

Summarecon Agung, Tbk, maka sudah dapat tergambarkan bagaimana

sistem kerja dan seberapa jauh peranan divisi riset didalamnya. Setiap

divisi dalam sebuah perusahaan memiliki sistem kerja dan peranannya

masing-masing bagi keberlangsungan perusahaan, tidak terkecuali divisi

riset operational support department yang dimiliki oleh PT Summarecon

Agung, Tbk. Untuk itu pada bab ini akan dijabarkan analisis berdasarkan

konsep sosiologis mengenai sistem kerja divisi riset yang menggunakan

metode penelitian sosial dan termasuk kedalam kegiatan evaluasi need

assessment, budaya organisasi yang dianut oleh divisi ini, serta bagaimana

keterkaitan antara budaya organisasi yang dianut oleh divisi riset dengan

proses evaluasi need assessment yang dijalankan oleh divisi ini.

a. Sistem kerja Tim Riset Operational Support Department dalam

Struktur organisasi PT Summarecon Agung, Tbk

Sistem kerja divisi riset operational support department PT

Summarecon Agung, Tbk yang terdiri dari tahapan pra survey, survey dan

pasca survey merupakan salah satu bentuk sistem kerja yang mengacu

pada metode penelitian pembangunan sosial. Hal ini terkait dengan cara

yang dilakukan divisi ini untuk memperoleh informasi tentang kepuasan

responden terhadap produk milik Summarecon. Divisi riset ini umumnya

menggunakan teknik pengumpulan data secara kuantitatif dimana

kuesioner menjadi instrument penelitiannya untuk menyesuaikan dengan

apa yang dibutuhkan dan dimengerti oleh responden.

Page 48: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 48

Divisi riset Summarecon menggunakan pendekatan positivistik dalam

pendekatan penelitiannya. Hal ini tergambar dari alasan yang digunakan

dalam melakukan penelitian yaitu untuk menjalankan permintaan unit

Summarecon berupa project yang dapat melihat tanggapan konsumen

tentang unit tersebut. Sehingga dari hasil riset tersebut unit dapat

memprediksi apa yang diinginkan oleh konsumen dan dapat mengontrol

situasi jika terjadi penurunan selera konsumen.

Hakekat realitas sosial dari riset yang dilakukan oleh divisi ini adalah

stabil karena memiliki pola aturan tertentu berupa pembagian kerja tiap-

tiap staff dan sistem kerja yang memiliki polanya sendiri, mulai dari pra

survey, survey, dan pasca survey. Selain itu, sistem kerja yang disusun

oleh divisi riset mencoba untuk melihat hakekat dasar manusia yaitu

konsumen yang memiliki keinginan pribadi sebagai individu yang rasional

yang dipertajam oleh dorongan dari luar (eksternal) atas kepuasan terhadap

produk properti tertentu.

Peran – peran asisten manajer dan staff sebagai common sense jelas

dibedakan berdasarkan keahlian masing-masing. Divisi ini juga

menggunakan tampilan teori logis, yang berhubungan satu sama lain

dalam bentuk definisi permasalahan yang diajukan oleh unit terhadap

produknya. Penjelasan yang dianggap benar dalam hal ini adalah

penjelasan logis yang berhubungan dengan hukum dan berbasis fakta

dalam bentuk hasil analisis statistic yang diperoleh dari riset menggunakan

kuesioner.

Brief Market sebagai Upaya Penentuan Kriteria Responden

Divisi riset tidak bisa sembarangan memilih responden yang akan

menjadi subjek pengerjaan project yang diberikan oleh unit. Brief market

merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh divisi riset untuk

menentukan responden yang tepat dalam menjawab pertanyaan kuesioner

yang telah disusun diawal. Umumnya, responden yang menjadi sasaran

divisi riset dalam melakukan survey adalah responden yang berada dan

Page 49: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 49

pernah menggunakan produk Summarecon, sebab persepsi preferensi

responden dan faktor penunjang lain menjadi aspek penting dalam proses

menjawab pertanyaan kuesioner. Sehingga, responden haruslah seseorang

yang memiliki pengetahuan tentang produk Summarecon, mudah ditemui

(accessible), populasi sesuai dengan representasi, dan menyediakan

informasi yang dibutuhkan.

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh divisi riset ini

dilakukan dengan untuk kebutuhan penelitian dilakukan dengan 4 cara,

yaitu pemeriksaan dokumen, yang berisi tentang apa yang dibutuhkan dan

diinginkan unit untuk kemudian di observasi dengan penilaian informal

dan formal serta perhitungan langsung. Selanjutnya, partisipatori dan

analisis kolektif, yang dapat dilakukan dengan cara diskusi dan

berkoordinasi dengan unit, manajer operasional support dan staff lain

dalam bentuk kolektif brainstorming. Lalu, wawancara, berisi tentang

komunikasi dengan unit sebagai yang mengajukan project dan survey

kuesioner yang dilakukan terhadap responden riset. Terakhir, Indepth

exploration, adalah berupa analisis statistik yang diperoleh dari

pengolahan data kuesioner.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian sosial divisi riset

dilakukan dengan survey menggunakan konstruksi kuesioner. Konstruksi

ini menyajikan sejumlah pertanyaan tertutup tentang dalam bentuk angka

1 sampai dengan 10 untuk menilai kepuasan terhadap produk

Summarecon, pertanyaan mudah dimengerti dan jelas sesuai dengan yang

ada disekitar produk Summarecon, dapat digeneralisasi temuannya, dapat

dianalisis secara kuantitatif sesuai kebutuhan, dan menggunakan metode

pengumpulan data. Dalam membuat kuesioner, peneliti harus mengetahui

aspek yang ditanyakan seperti persepsei, preferensi, komitmen, kebiasaan,

pengalaman dan penggunaan produk. Untuk jenis-jenis pertanyaan bisa

merupakan pertanyaan sensitif non sensitive, tentang pengetahuan, fakta,

dan opini. Bentuk-bentuk pertanyaan bisa berupa pertanyaan terbuka

Page 50: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 50

ataupun tertutup bahkan bisa juga pertanyaan setegah terbuka yang

umumnya diletakan pada indikator saran dan kritik.

Data penelitian yang digunakan oleh divisi riset ini merupakan data

individual tentang tanggapan konsumen di dalam populasi produk

Summarecon yang dilihat berdasarkan wilayah produk Summarecon

berada. Untuk itu, penarikan sampel responden yang dilakukan divisi riset

ini adalah teknik penarikan sampel probabilita, sampel acak sederhana

(simple random sampling) yang biasa digunakan dalam telesurvey

berdasarkan data konsumen Summarecon yang telah tersedia. Sampel acak

sistematis (systematic random sampling), acak stratifikasi (stratified

random sampling) biasa dilakukan untuk survey kepuasan konsumen mal,

dan cluster sampling yang biasa digunakan untuk survey Brand

Awareness, Brand Position, dan Brand Usage.

b. Budaya Organisasi Kuat Divisi Riset Operational Support

Department PT Summarecon Agung, Tbk

Divisi riset operational Support Department PT Summarecon Agung

memiliki budaya organisasi tersendiri. Dengan konsep komunikasi

hierarki, budaya organisasi divisi ini masuk kedalam kategori budaya

organisasi kuat dimana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif

dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi, budaya organisasi

ini yang dipertahankan oleh asisten manajer riset dan diterima oleh staff-

staff nya.

Terciptanya budaya organisasi terjadi karena adanya warisan pendiri

organisasi yaitu asisten manajer riset, meskipun tidak dicantumkan dalam

visi dan musi tetapi budaya ini tetap menjadi ideologi organisasi dalam

bentuk pembagian kerja yang disesuaikan dengan keahliannya masing-

masing, selain itu juga ada interaksi antara nilai pimpinan dan pelajaran

dari anggota karena dalam prakteknya setiap anggota divisi riset baik

asisten manajer ataupun staff masih berusaha untuk bertukar pengetahuan

jika terjadi masalah dalam pelaksanaan sistem kerja divisi riset. Untuk itu,

Page 51: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 51

berdasar pada klasifikasi bentuk organisasi, maka divisi riset ini

terklasifikasi kedalam budaya organisasi yang statis/ stabil dan sederhana.

Sebab, pada pelaksanaan sistem kerjanya, divisi ini lebih fokus pada

proses kerja yang sesuai dengan sistem kerja yang telah disusun daripada

output kerja itu sendiri. Budaya organisasi kuat yang telah dibentuk dan

dibangun oleh asisten manajer riset sebagai pimpinan divisi yang juga

telah di sepakati bersama oleh seluruh staff, kemudian akan

disosialisasikan kepada tenaga perbantuan seperti suveryor dan freelancer

dengan cara dibimbing perlahan berdasarkan tanggung jawab tugas yang

diberikan kepada tenaga perbantuan.

Budaya organisasi normatif yang menjadi fokus divisi riset PT

Summarecon adalah, Constructive culture yaitu budaya organisasi di mana

para staff dan tenaga bantu seperti surveyor dan freelancer didorong untuk

berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada tugas dan proyek dalam

hal ini adalah kegiatan field work yang mereka kerjakan. Dengan cara ini

akan membantu mereka untuk benar-benar mengetahui kebutuhan dan

keinginan konsumen ataupun unit untuk tumbuh dan berkembang.

Kegiatan yang dilakukan oleh divisi riset ini juga merupakan budaya

organisasi long term culture yang berorientasi jangka panjang dimana

hasil kinerja riset ini akan sangat berguna bagi unit yang diberikan unit,

ketika suatu saat unit tersebut mengalami hal-hal seperti penurunan minat

konsumen, penurunan tigkat kedatangan konsumen, dan lain-lain. Maka,

ketika hal tersebut terjadi, unit akan bisa mengetahui apa yang seharusnya

mereka lakukan untuk mengembalikan keuntungan mereka

c. Pengaruh Budaya Organisasi Divisi Riset Terhadap Proses Riset

Audit Internal Menggunakan Evaluasi Penelusuran Kebutuhan

Riset audit yang dilakukan oleh divisi riset operational support

Department PT Summarecon Agung, Tbk dapat dikatakan sebagai riset

yang dilakukan dalam rangka menjalankan evaluasi penelusuran

Page 52: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 52

kebutuhan, dimana evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah

program atau kegiatan yang dilakukan oleh produk-produk milik

Summarecon sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Maka tujuan divisi

riset dalam melakukan evaluasi ini adalah untuk mendiskusikan penilaian

kebutuhan apa yang diperlukan oleh unit sebagai pengaju project dan apa

yang dibutuhkan konsumen sebagai responden riset produk Summarecon.

Divisi riset Operational Support Department PT Summarecon Agung,

Tbk mengembangkan budaya organisasi kuat dalam menjalankan sistem

kerja evaluasi need assessment. Budaya organisasi kuat ini terlihat dari

pembagian kerja yang jelas antar tiap-tiap staff disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing dalam menjalankan proses evaluasi need

assessment. Para staff ini, menjadi penguat utama dalam tim perencanaan

yang digunakan selama proses evaluasi need assessment berlangsung.

Selain itu, divisi riset ini juga mengembangkan budaya organisasi

constructive culture yang menuntut setiap staff untuk berinteraksi dengan

orang lain. Orang lain dalam proses evaluasi need assessment ini adalah

unit-unit dan konsumen Summarecon yang berpengaruh penting dalam

hasil yang akan diperoleh dari evaluasi need assessment yang dilaksanakan

oleh divisi riset PT Summarecon. Long term culture juga menjadi salah

satu budaya yang digunakan dalam divisi ini. Sebab, budaya ini terlihat

dari hasil proses evaluasi need assessment yang pada akhirnya akan

berguna dalam waktu jangka panjang bagi unit-unit yang memberikan

project kepada divisi ini.

Berdasarkan ketiga budaya yang mendasari berdirinya divisi riset ini,

maka dapat dikatakan bahwa budaya-budaya ini menjadi sangat penting

terhadap pelaksanaan riset audit internal menggunakan proses evaluasi

need assessment yang dilakukan oleh divisi ini. Sebab, riset audit internal

akan menjadi acuan bagi perusahaan untuk memperbaiki kualitas dan

kinerja tiap-tiap unitnya. Sehingga, dengan begitu produk-produk

Summarecon akan bisa terus bertahan. Keberhasilan riset audit internal

yang dilakukan oleh PT Summarecon, tentu saja terjadi karena adanya

Page 53: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 53

keterlibatan seluruh staff yang ada di dalam divisi riset, tenaga perbantuan,

dan kerjasama baik yang dilakukan dengan unit-unit milik Summarecon.

Dalam pelaksananaannya langkah-langkah penelusuran kebutuhan

yang dilakukan oleh divisi riset PT Summarecon Agung ini dimulai dari

proses pra survey, survey, dan pasca survey. Tahap pra survey akan

berupaya untuk menemukan karakteristik responden sebagai konsumen

produk milik Summarecon. Untuk kemudian memilih metode yang tepat

untuk melakukan pengumpulan data dalam tahap survey, umumnya berupa

metode kuantitatif dengan instrument penelitian kuesioner. Ketika divisi

riset sudah menemukan metode yang tepat untuk mengaplikasikan project

yang diberikan oleh unit, maka divisi riset akan mengerti dalam

menggunakan pertanyaan dengan tepat dengan menggunakan persepsi,

prefrensi, komitmen dan lain-lain didalam pertanyaan kuesioner yang akan

mempengaruhi jawaban responden.

Berdasarkan budaya organisasi yang kuat dengan nilai-nilai inti

organisasi yang dipegang secara intensif dan dianut bersama maka divisi

riset ini telah memiliki tim perencanaan yang sesuai untuk melakukan

evaluasi penelusuran kebutuhan, tim telah dibangun yang terdiri dari

asisten manajer, staff, surveyor, dan freelancer. Faktor adanya pedoman

dalam bertingkah laku diwujudkan oleh organisasi ini dalam bentuk

menetapkan tujuan berupa market brief , membuat draft kuesioner, dan

estimasi biaya dan pelaksanaan evaluasi dalam bentuk field work,

pengolahan data, dan analisis statistik.

Untuk membuat sebuah tim perencanaan yang efektif dalam rangka

melaksanakan evaluasi penelusuran kebutuhan, baik bagi unit ataupun

konsumen yang berkaitan dengan produk Summarecon, maka diperlukan

sumber daya yang memadai, hal ini tergambar dari budaya organisasi kuat

yang dianut oleh divisi riset PT Summarecon yang lebih memfokuskan

kepada keberlangsungan proses project yang diberikan oleh unit. Sumber

daya pertama yang menjadi fokus perencana divisi ini adalah waktu, pada

tahap pra survey divisi riset akan menghitung estimasi waktu akan

Page 54: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 54

dibutuhkan untuk menyelesaikan project yang diberikan oleh unit, estimasi

waktu yang tepat selama menjalankan project akan menjadi hal yang

sangat dipertimbangkan saat mengajukan prosedur project riset kepada

unit. Kedua, uang, besaran dana yang dihitung dari luasan daerah riset

yang diajukan oleh unit, cakupan pekerjaan berupa jenis riset seperti CSI

(Customer Satisfication Index), Customized Research, dan Competitor

Research, perlengkapan seperti ATK (Alat Tulis Kantor), Transportasi,

sumber daya manusia yang perlu dibayar seperti surveyor dan freelancer

serta sumber daya lain yang dibutuhkan selama proses riset berlangsung.

Hal ini sangat penting mengingat dalam pelaksanaan riset akan

membutuhkan banyak biaya untuk pengcopyan kuesioner, pembiayaan

surveyor dan freelancer, dan estimasi biaya lain yang berkaitan dengan

proses riset.

Jumlah individu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan riset

menjadi sumber daya yang sangat penting untuk diperhatikan, karena

seringkali sebuah riset berjalan lambat akibat SDM yang kurang karena

ketidakberminatan beberapa orang untuk menjadi surveyor dan freelancer.

Seperti halnya yang sering dialami oleh divisi ini saat sedang

membutuhkan surveyor atapun freelancer saat akan menjalankan project

unit. Fokus penelitian evaluasi dilakukan agar riset yang dijalankan tepat

sasaran sesuai dengan yang dibutuhkan oleh unit. Keahlian penelitian

adalah sumber daya yang telah tersedia didalam divisi riset ini. Sebab,

hampir semua jumlah tenaga ahli yang dilibatkan sesuai kompetensi yang

dibutuhkan. Dapat dilihat berdasarkan pembagian kerja yang disusun

berdasarkan keahlian masing-masing staff seperti Research Asisstant

Manager, Junior Analyst, Field Specialist, Junior Data Specialist. Hal ini

juga menjadi penting, sebab jika staff, surveyor, ataupun freelancer tidak

memiliki keahlian yang cukup dalam menjalankan sistem kerja divisi,

maka proses riset tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam menetapkan tujuan, divisi riset harus mampu melakukan

identifikasi tentang apa yang diinginkan dan tingkatan pengetahuan atau

Page 55: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 55

skill apa yang perlu dimiliki oleh setiap anggota tim. Untuk itu secara

internal asisten manajer divisi riset telah menyusun struktur organisasi

divisi riset sesuai dengan keahlian masing-masing staff agar sesuai dengan

modal manusia, modal sosial, modal lingkungan, modal ekonomi, dan

modal budaya yang dimiliki.

Berdasarkan jenis-jenis kebutuhan unit akan project yang mereka

berikan kepada divisi riset maka kebutuhan tersebut dibagi menjadi empat,

yaitu, Perceived needs, tentang apa yang konsumen pikir butuhkan dari

produk Summarecon yang akan dan sudah mereka gunakan seperti

kenyamanan, kebersihan, keamanan, kelayakan, kemudahan menggunakan

fasilitas, dan lain-lain seperti yang telah disusun didalam pertanyaan

kuesioner. Normative needs, standard kebutuhan yang ditetapkan

berdasarkan kebiasaan konsumen yang dilihat dari seberapa sering dan

berapa lama seorang konsumen telah menggunakan produk milik

Summarecon. Relative needs, kesenjangan antara tingkat jasa yang

diberikan disuatu komunitas, dibandingkan dengan komunitas lain di area

geografis yang hampir sama, yaitu harapan dari konsumen agar produk

Summarecon bisa lebih unggul dibanding produk kompetitor lain yang ada

disekitar Summarecon. Dengan begitu diharapkan konsumen akan menjadi

Summarecon sebagai pilihan utama dalam pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Exspressed needs, individu mendapatkan jasa secara

nyata dengan tersedia segala jenis kebutuhan konsumen, seperti

apartemen, rumah, pusat perbelanjaan, rumah kantor (rukan), dan lain-lain.

Hal ini sangat diharapkan oleh konsumen. Sebab, seiring perkembangan

jaman membuat segala kebutuhan dan keinginan konsumen terus

meningkat dan tidak mungkin ingin terus terpenuhi.

Page 56: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 56

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Sistem kerja divisi riset operational support department PT

Summarecon Agung, Tbk merupakan sistem kerja yang menggunakan

pendekatan positivistik dengan metode kuantitatif dan kuesioner sebagai

instrument penelitiannya. Selain itu sistem kerja yang dibentuk oleh divisi

riset merupakan salah satu bentuk sistem kerja yang didasari oleh budaya

organisasi yang kuat, bersifat statis/stabil dan sederhana sehingga lebih

menekankan pada proses kerja riset disbanding output yang dihasilkan.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sistem kerja divisi

riset PT Summarecon Agung, Tbk terdiri dari 3 tahap, yaitu pra survey,

survey dan pasca survey. Dimana pra survey ini terdiri dari persiapan apa

yang akan dibutuhkan saat survey, mulai dari perumusan masalah yang

disesuaikan project unit, pembuatan draft kuesioner, perancangan estimasi

biaya sampai dengan pencarian SDM sebagai mediator survey atau yang

biasa disebut dengan surveyor. Selanjutnya adalah tahap survey itu sendiri

yang bisa dilakukan secara langsung face to face ataupun melalui telepon

atau telesurvey. Setelah data-data diperoleh maka yang selanjutnya

dilakukan adalah pengolahan data, mulai dari input data, olah angka, dan

charting. Tahap terakhir dari sistem kerja divisi ini adalah reporting, yang

biasanya dilakukan melalui email dan penyerahan hard copy kepada unit.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tentang keefektifan divisi ini terhadap

perkembangan produk perusahaan, maka keefektian ini tidak dapat dinilai

seberapa jauh pengaruhnya. Sebab, untuk semua hasil riset yang telah

dilakukan oleh divisi ini sampai dengan dilaporkan kepada unit, sudah

menjadi wewenang unit untuk menggunakan atau tidak menggunakan data

yang dihasilkan oleh divisi riset untuk perbaikan produknya.

Berdasarkan peranannya sebagai tim riset audit internal

perusahaan, maka divisi riset ini merupakan divisi yang bergerak dalam

evaluasi need assessment, dimana divisi ini berusaha mencari apa yang

Page 57: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 57

sebenarnya dibutuhkan oleh unit untuk meningkatkan kualitas produknya

berdasarkan kebutuhan responden atas pemenuhan keinginannya sebagai

konsumen produk Summarecon.

B. Rekomendasi

Untuk mengatasi kekurangan dalam hal waktu pengerjaan project,

maka yang rekomendasi yang akan diberikan oleh penulis adalah

mengadakan training terhadap calon-calon surveyor untuk

meminimalisir kecurangan yang akan terjadi saat riset berlangsung.

Selain itu perlu ada sosialisasi yang tepat sasaran untuk dapat

merekrut surveyor ataupun freelancer divisi riset.

Untuk benar-benar mengetahui apa yang dibutuhkan oleh unit,

maka rekomendasi yang akan diberikan oleh penulis adalah

observasi mendalam pada objek riset dengan estimasi waktu yang

tidak terlalu lama, agar setidaknya mengetahui sampel apa yang

benar-benar dibutuhkan unit dan konsumen

Page 58: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 58

Daftar Pustaka

Neuman, W. Lawrence. 2007. Basic of Social Research: Qualitative and

Quantitative Approaches. Pearson Education Inc. Boston

Wibowo. 2013. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan

Kinerja Jangka Panjang. Jakarta: Rajawali Pers.

World Health Organization. 2000. Need Assessment: Workbook 3

Page 59: Laporan Akhir BAB I - V.doc

L a p o r a n A k h i r P K L | 59