iv. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · perpanjangan tangan dari lp pom mui di dalam...
TRANSCRIPT
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dengan
manajemen PT GIA yang terdiri dari direktur dan manajer umum, dan dilanjutkan
dengan wawancara dengan semua departemen yang ada di dalam perusahaan yang
meliputi departemen penjualan, departemen riset dan pengembangan (R&D),
departemen pembelian, departemen QA/QC, departemen produksi, departemen
gudang yang merangkap dengan pengiriman produk/transportasi, dan departemen
keuangan.
Hasil wawancara menemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh
manajemen puncak dan semua departemen yang ada di PT GIA. Kendala utama
adalah proses sertifikasi produk perisa tidak dapat diajukan ke LP POM MUI
karena perusahaan belum memiliki Sistem Jaminan Halal (SJH).
Kendala umum yang dihadapi dengan belum adanya SJH ini adalah belum
disusunnya Uraian Kerja (Job Description) yang tertulis untuk setiap departemen
dan manajemen puncak (Direktur dan Manajer Umum), dan kendala selanjutnya
adalah belum adanya Standard Operation Procedure (SOP) dan Work Instruction
(WI) dari setiap departemen yang berhubungan dengan proses produksi.
B. Hasil Penelitian Utama
1. Pembentukan Tim SJH
Pada tahap awal dilakukan pembentukan tim penyusun SJH agar dapat
dilakukan proses lebih lanjut dalam rangka penyusunan SJH seperti Tabel 1. Tim
penyusun SJH ini mewakili semua kepala departemen yang yang mempunyai
wewenang dan otorisasi di dalam departemennya. Departemen yang
dimaksudkan adalah semua departemen yang ikut dan terkait dalam proses
produksi dari mulai pengembangan produk perisa, pembelian bahan baku,
kedatangan bahan baku, pemakaian bahan baku dalam proses produksi,
pengecekan bahan baku dan produk jadi, serta pengiriman dan penjualan ke
26
pelanggan. Serta penunjukan seorang IHAC yang dipilih berdasarkan kriteria
bahwa orang tersebut benar-benar memahami atas alur proses produksi, mengerti
atas spesifkasi bahan baku yang digunakan, serta bahan-bahan baku yang
termasuk kritis dalam status kehalalannya. IHAC adalah merupakan
perpanjangan tangan dari LP POM MUI di dalam perusahaan untuk mengawasi
pelaksanaan SJH. Maka seorang IHAC dipilih dari Departemen R&D. Sebagai
wakil dari manajemen dan bentuk komitmen perusahaan maka Direktur
dimasukkan ke dalam tim, dan Manajer Umum sebagai wakil manajemen yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional SJH di perusahaan.
Tabel 1. Tim penyusun SJH di PT GIA
No. Jabatan dalam
perusahaan Jabatan dalam tim penyusun sistem SJH
1 Direktur Penasehat
2 Manajer Umum Penasehat
3 Calon Internal Halal Audit
Coordinator (IHAC) Ketua
4 Manajer R&D Anggota
5 Manajer QA/QC Anggota
6 Manajer Pembelian Anggota
7 Manajer Penjualan Anggota
8 Manajer Produksi Anggota
9 Manajer Gudang dan
Transportasi Anggota
Dari Tabel 1 terlihat bahwa tim penyusun sistem jaminan halal di PT GIA
terdiri dari 9 orang. Tim ini dipimpin oleh calon Internal Halal Audit
Coordinator (IHAC). Calon IHAC diambil dari seorang Staf Departemen R&D
yang banyak mengetahui alur proses produksi dalam perusahaan dan mengerti
mengenai Syariah Islam serta telah mengikuti pelatihan Audit Halal Internal yang
27
diselenggarakan oleh LP POM MUI. Dari Tabel 1 tersebut terlihat juga bahwa
seluruh manajer perusahaan terlibat sebagai anggota, dimana Direktur dan
Manajer Umum bertindak sebagai Penasehat Tim. Komposisi tim ini
menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam menyiapkan sistem jaminan halal
(SJH) karena dinilai dengan keberadaan sistem ini berdampak besar terhadap
pemasaran produk dan kemajuan perusahaan dimasa mendatang.
2. Analisis Kebutuhan Perusahaan
Rapat pertama dilakukan di awal bulan Agustus 2010 dengan agenda
telaah komponen yang dipersaratkan dalam SJH serta analisis kebutuhan
perusahaan yang didasarkan pada hasil telaah persaratan SJH. Setelah pembuatan
daftar komponen yang harus ada dalam Manual SJH dilakukan kemudian
menganalisis kebutuhan perusahaan yang didasarkan pada daftar komponen
tersebut. Acuan pembuatan daftar komponen yang harus ada dalam Manual SJH
adalah panduan yang dikeluarkan oleh LP POM MUI (LP POM MUI, 2008).
Hampir semua komponen ini belum ada di PT GIA atau pun bila sudah ada belum
tersusun menjadi sebuah dokumentasi. Dokumen Manual SJH memiliki
komponen-komponen seperti dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis kebutuhan perusahaan untuk menyusun Manual SJH
No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi
1 Kendali dokumen
Membuat daftar isi Manual SJH Belum ada Membuat lembar pengesahan SJH Belum ada Membuat daftar distribusi manual Belum ada Membuat daftar revisi dokumen Belum ada
2 Pendahuluan
Membuat profil perusahaan yang berisi : nama perusahaan, alamat, jenis produk, kapasitas produksi, jenis lini produksi, dan jangkauan pasar (sudah ada tapi belum tersusun)
Belum tersusun
Menentukan tujuan penerapan SJH secara tertulis di Manual SJH Belum ada Menentukan lingkup penerapan SJH di perusahaan Belum ada
3 Komponen SJH Menganalisis komponen SJH sebagai berikut :
3a Kebijakan halal Membuat pernyataan tertulis kebijakan perusahaan tentang memproduksi produk perisa halal secara konsisten
Belum ada
3b Panduan halal Menentukan pengertian halal dan haram Belum ada Menuliskan dasar Al-Qur’an dan Fatwa MUI tentang Belum ada
28
No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi produk halal Membuat pohon keputusan untuk identifikasi titik kritis keharaman bahan dan proses produksi Belum ada Membuat hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat tabel identifikasi titik kritis peluang kontaminasi proses produksi dari bahan haram/najis dan tindakan pencegahannya
Belum ada
Membuat matrik bahan baku Belum ada Melengkapi kelengkapan dokumen bahan Belum ada Menandai peralatan produksi halal dan non halal Belum ada Menandai lokasi bahan baku/produk jadi yang halal dan non halal Belum ada
3c Organisasi
Membuat struktur organisasi manajemen halal Belum ada Membuat surat pengangkatan IHAC oleh manajemen Belum ada Membentuk tim penyusun SJH Organisasi manajemen halal adalah Tim Auditor Halal Internal Belum ada Membuat uraian tugas Tim Auditor Halal Internal secara umum Belum ada
3d Standard Operation Procedure
Membuat matrik untuk SOP, WI dan format baku untuk semua departemen terkait Belum ada Membuat format-format baku sebagai bentuk saringan dari SJH dan menjaga keterkaitan dari semua departemen terkait
Belum ada
3e. Acuan teknis
Departemen Pembelian Membuat matrik bahan baku beserta nama pemasok dan kelengkapan dokumennya Belum ada Membuat daftar pemasok yang digunakan dan disetujui oleh perusahaan Belum ada Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC
Belum ada
Membuat SOP penambahan pemasok baru Belum ada Departemen R&D
Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI
Belum ada
Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC
Belum ada
Membuat tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan yang dibuat oleh IHAC Belum ada Membuat SOP penggunaan bahan baku baru Belum ada
Belum ada Departemen Produksi Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI
Belum ada
Melaksanakan dan menyimpan formulasi dan WI produksi sesuai dengan matrik bahan Belum ada Membuat tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan yang dibuat oleh IHAC Belum ada Membuat SOP untuk proses produksi halal Belum ada
29
No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi Departemen QA/QC
Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI
Belum ada
Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC
Belum ada
Membuat SOP penerimaan bahan Belum ada Departemen Gudang dan Transportasi
Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI
Belum ada
Memberikan tanda pada kemasan (logo, nomor lot, nama dan alamat lokasi penyimpanan bahan baku dan produk jadi) yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan
Belum ada
Membuat prosedur penyimpanan bahan baku dan produk jadi serta pengiriman produk jadi yang menjamin terhindarnya dari kontaminasi oleh barang haram/najis.
Belum ada
Membuat SOP penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku dan produk jadi, serta pengiriman produk jadi ke pelanggan.
Belum ada
3f Sistem administrasi
Membuat diagram alir proses produksi Belum ada Membuat daftar distribusi format baku/GF Belum ada
3g Sistem
dokumentasi
Membuat folder untuk order pembelian bahan baku Belum ada Membuat buku inventarisasi bahan baku masuk oleh departemen QA/QC Belum ada Membuat kartu lokasi penyimpanan bahan baku dan lokasi bahan baku di dalam sistem computer Belum ada Membuat format formulasi R&D Belum ada Membuat format proses produksi dan pembersihan fasilitas produksi Belum ada Membuat format penyimpanan bahan baku dan produk jadi Belum ada Membuat format untuk pengiriman produk jadi Belum ada Membuat format laporan berkala mengenai evaluasi dan monitor proses pelaksanaan SJH Belum ada Membuat jadwal kegiatan pelatihan dan sosialisasi mengenai SJH bagi karyawan Belum ada Membuat format mengenai tindakan perbaikan atas ketidaksesuaian Belum ada Melakukan kaji ulang manajemen Belum ada
3h Sosialisasi Membuat notulen rapat internal bulanan Belum ada 3i Pelatihan Membuat jadwal pelatihan berkala untuk karyawan Belum ada
3j Komunikasi internal dan eksternal
Melakukan rapat bulanan tentang pelaksanaan SJH, dan pelaporan berkala ke LP POM MUI Belum ada
3k Audit Internal Melakukan audit internal SJH secara berkala untuk dokumentasi dan pelaksanaan di lapangan Belum ada
3l Tindakan perbaikan
Membuat format baku/GF dan melakukan kaji ulang manajemen untuk perbaikan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan dan penerapan SJH
Belum ada
3m Kaji ulang manajemen
Melakukan rapat berkala dengan seluruh karyawan untuk membahas tindak lanjut dalam perbaikan proses Belum ada
30
No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi penerapan SJH
4 Lampiran
Membuat panduan SJH Belum ada Membuat diagram alir penetapan titik kritis bahan dan produk jadi Belum ada Membuat SOP untuk setiap departemen Belum ada Membuat daftar bahan, titik kritis, dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat daftar proses produksi, titik kritis, dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong untuk semua produk yang disertifikasi halal Belum ada Membuat format audit halal internal yang berisi pokok-pokok pertanyaan yang harus dicakup pada saat pelaksanan audit halal internal
Belum ada
Membuat format laporan berkala Belum ada Membuat format laporan ketidaksesuaian Belum ada Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI Belum ada Membuat notulen pertemuan tindakan manajemen Belum ada Membuat surat pengangkatan IHAC Belum ada Membuat format administrasi untuk : pembelian, penerimaan bahan oleh QA/QC yang menyangkut kehalalan bahan, format penyimpanan bahan, format aktifitas R&D, produksi, penyimpanan produk, dan distribusi
Belum ada
3. Diskusi dengan Manajemen Puncak dan Pakar SJH
Diskusi dengan Manajemen Puncak adalah untuk membahas hasil analisis
kebutuhan perusahaan untuk menyusun SJH serta membahas kesiapan perusahaan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Berdasarkan hasil diskusi
disarankan untuk melakukan pengkajian kesenjangan perusahaan dibandingkan
kebutuhan dan prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap departemen yang terkait.
Langkah selanjutnya membuat daftar yang perlu ditelaah, siapa yang bertanggung
jawab dalam menelaahnya, dan waktu yang harus dipenuhi untuk pemenuhannya.
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Langkah selanjutnya berdiskusi dengan Pakar SJH yang dalam hal ini
berdiskusi dengan senior auditor MUI untuk melihat kekurangan yang masih
harus dipenuhi oleh perusahaan. Hasil diskusi dengan pakar SJH ini adalah
beberapa kekurangan perusahaan berkaitan dengan lingkup komponen
implementasi SJH yang akan diperiksa pada saat dilakukan audit SJH seperti yang
31
terlihat pada Tabel 3, dan beberapa kelengkapan yang masih harus dilengkapi
yaitu :
1. Organisasi manajemen halal
2. Kelengkapan SOP (termasuk WI dan format-format kerja)
3. Sosialisasi SJH dan pelatihan SJH
4. Sistem komunikasi eksternal dan internal dalam pelaksanaan SJH
5. Sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan SJH
6. Sistem pelaporan internal dan eksternal pelaksanaan SJH
Tabel 3. Lingkup komponen audit implementasi SJH
No Departemen Dokumen yang dipersiapkan Penanggung
jawab departemen
Lokasi departemen
1 Pembelian Acuan teknis pembelian : 1. Daftar bahan baku 2. SOP pengajuan material
baru 3. Daftar lembaga sertifikasi
halal yang diakui LP POM MUI, dll.
Manajer Pembelian
Departemen Pembelian
2 QA/QC Acuan teknis QA/QC : 1. Daftar bahan baku 2. SOP QA/QC, dll.
Manajer QA/QC Area QA/QC
3 Gudang bahan baku
Acuan teknis gudang bahan baku : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen gudang,
dll.
Manajer Produksi & Gudang
Area Gudang
4 Produksi Acuan teknis produksi : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen produksi,
dll.
Manajer Produksi & Gudang
Area Produksi
5 R&D Acuan teknis R&D : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen R&D, dll.
Manajer R&D Area R&D
6 Gudang produk jadi
Acuan teknis gudang produk jadi : 1. Daftar produk jadi 2. SOP departemen gudang,
dll.
Manajer Produksi & Gudang
Area Gudang
7 Departemen lain yang terkait
1. Acuan teknis bagian 2. SOP, dll.
Manajer departemen terkait
Area masing-masing departemen
32
Untuk keperluan pengajuan audit SJH ke LP POM MUI, perusahaan
diminta untuk mempersiapkan dokumen teknis dan administratif yang berkaitan
dengan proses auditing sebagai berikut :
1. Bagan alir proses (manual proses)
2. Spesifikasi untuk masing-masing bahan baku dan bahan tambahan
3. Dokumen pembelian bahan-bahan dalam tiga bulan terakhir
4. Contoh bahan baku dan produk akhir berikut kemasannya
5. Pada saat audit berlangsung, bila audit akan sekalian dengan sertifikasi
produk maka produk-produk yang didaftarkan untuk mendapatkan
sertifikasi halal supaya proses produksinya sedang berlangsung pada
saat dilakukan audit.
Rancangan dokumen SJH sebelumnya dibuat dalam bahasa Inggris dan
berdasarkan masukan dari pakat SJH ini selanjutnya dibuatkan dalam dua bahasa
yaitu Bahsa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hal ini bertujuan agar seluruh
karyawan paham akan manual SJH yang diterbitkan serta agar pelanggan asing
yang memerlukan panduan SJH dalam bahasa Inggris sudah tersedia.
Pakar SJH juga memberikan masukan yang lainnya yaitu mengenai
informasi dasar perusahaan. Hal ini sudah dilampirkan dalam Company Profile.
Lembar pengesahan oleh pimpinan memang belum dilakukan karena rancangan
manual SJH ini masih berupa konsep. Lingkup penerapan SJH sudah dilengkapi
yaitu mulai dari kedatangan bahan baku di gudang sampai kepada pengiriman
produk perisa jadi ke pelanggan. Persyaratan tugas IHAC sudah pula diperbaiki,
serta acuan teknis untuk setiap departemen sudah dimasukkan dalam perbaikan
dalam rancangan SOP untuk masing-masing departemen.
Lampiran yang diminta oleh LP POM MUI meliputi format laporan
berkala, format laporan temuan/ketidaksesuaian, notulen pertemuan tindakan
manajemen serta surat pengangkatan IHAC sudah dibuatkan. Demikian juga
untuk daftar seluruh bahan baku yang akan disertifikasi halal sudah disiapkan dan
terlampir.
Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil evaluasi dokumen SJH yang dilakukan
oleh pakar SJH dari LP POM MUI, yang dilakukan pada minggu pertama bulan
33
Desember 2010. Sebagian besar dari hasil pemeriksaan tersebut sudah “YA”
yang berarti sudah memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan oleh LP POM
MUI. Ada beberapa yang masih “TIDAK”, hal ini berarti dokumen SJH tersebut
masih memerlukan perbaikan. Pada klausul pelatihan belum adanya daftar
pelatihan berkala untuk karyawan khususnya untuk sosialisasi dan pelatihan halal
bagi karyawan. Kekurangan ini sudah diperbaiki pada proses penyusunan dan
pengkajian ulang perancangan SJH pada rapat berikutnya.
Tabel 4. Hasil pemeriksaan dokumen SJH oleh Pakar LP POM MUI
a. Bagian PPlC / Pergudangan YA
Catatan : disesuaikan dengan kondisi perusahaan
1. Apakah SOP untuk tiap bagian tsb telah
mencukupi aspek Kehalalan seperti pada Buku Panduan Penyusunan SJH (hal 53-56) ?
a. Bagian R&D YA b. Bagian QA/QC YA c. Bagian Pembelian YA d. Bagian Produksi YA e. Bagian PPIC / Pergudangan YA
F. SISTEM ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
1. Apakah dalam manual halal di jelaskan sistem administrasi & dokumentasi produksi halal yang menggambarkan keterkaitan
antar bagian (kemampuan telusur halal) ?
YA
2. Apakah dalam manual halal dilampirkan
contoh borang-borang terkait dgn pertanyaan No.F1
YA
G. PELATIHAN TIDAK
1. Apakah ada perencanaan pelatihan SJH kepada karyawan ? TIDAK
2. Apakah ada perencanaan sosialisasi SJH kepada karyawan?
H. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Apakah ada prosedur audit internal SJH ? *) hal 22-24) YA
2. Apakah ada daftar pertanyaan atau pokok-pokok yang harus dicakup oleh auditor ketika melakukan audit ? *) hal 57-63)
YA
34
3. Apakah ada format laporan temuan, tindakan perbaikan dan pencegahan masuknya unsur haram *) hal 65).
I. KAJI ULANG MANUAL SJH
Apakah ada prosedur kaji ulang dan revisi terhadap manual Sistem Jaminan Halal (SJH) ?
YA
KESIMPULAN: - Dokumen Sistem Jaminan Halal yang dibuat masih perlu perbaikan/revisi. - Agar dokumen Sistem Jaminan Halal disusun dalam bahasa Indonesia juga. - Untuk revisi atau perbaikan harap tetap menggunakan Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal *)
Rangkuman Komponen yang harus dilakukan Perbaikan/revisi, disempurnakan atau belum dilampirkan.
Perlu Perbaikan
(Disempumakan)
Belum Dibuat /
dituliskan
Belum dilampir
kan
A1 Informasi dasar perusahaan X
A2 Lembar pengesahan yang ditandatangani oleh Pimpinan
X
B3 Lingkup penerapan SJH X
D3 Persyaratan dan tugas AHI X
El Acuan teknis sebagai rujukan tiap bagian/departemen
X
G1 Perencanaan pelatihan dan sosialisasi X LAMPIRAN
1 Format Laporan Berkala X 2 Format Laporan Temuan/Ketidaksesuaian X 3 Notulen Pertemuan Tindakan Manajemen X 4 Daftar seluruh Bahan Baku yang disertifikasi Halal X
5 Surat Keputusan Pengangkatan Tim Auditor Halal Internal
X
Rekomendasi: Pemeriksa Ir. Nur Wahid MSi. • DDA (SJH Dapat Dilakukan Audit) Tgl.Dokumen 17 Desember 2010 • PTTM (SJH Perbaikan tanpa tatap muka) V Tgl. Periksa 22 Desember 2010 • PDTM (SJH Perbaikan dengan tatap muka) Edisi/Submitke Baru/1
4. Penyusunan Rancangan Draft Manual SJH
Penyusunan rancangan draft manual SJH ini dilakukan oleh Tim SJH
dengan didasarkan panduan yang dikeluarkan oleh LP POM MUI (LP POM MUI,
2008) dan dengan mengambil bahan dari hasil perancangan yang telah dilakukan.
35
Hasil dari penyusunan rancangan manual SJH ini adalah berupa konsep manual
SJH perusahaan.
4.1. Kendali dokumen (document control)
Kendali dokumen terdiri dari : daftar isi Manual SJH, lembar pengesahan
SJH, dan daftar distribusi dokumen. Dalam hal ada perbaikan atau rivisi dari
dokumen SJH, IHAC akan menginformasikannya dalam rapat internal perusahaan
yang dihadiri oleh semua departemen yang berhubungan dan dihadiri pula oleh
Manajemen Puncak. Dokumen yang obsolete akan dipegang oleh IHAC. Master
Dokumen dari SJH harus disahkan (approved by) Manajer Umum dan diketahui
oleh Direktur dan semua Kepala Departemen / Perwakilan Departemen yang
bersangkutan. Setiap ada perubahan dokumen harus disebarkan kepada semua
pemegang dokumen dan harus dibuatkan daftarnya seperti Tabel 5.
Tabel 5. Daftar distribusi penerima dokumen
Jumlah
Nama Dokumen Pemegang Dokumen
1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Direktur / Manajer Umum 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen R&D (Manajer
R&D) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen QA/QC (Manajer
QA/QC) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Pembelian
(Manajer Pembelian) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Penjualan (Manajer
Penjualan) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Produksi (Manajer
Produksi) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Gudang
(Manajer Gudang dan Transportasi)
1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Keuangan (Finance Controller)
1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Internal Halal Audit Coordinator (IHAC)
1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Master) Internal Halal Audit Coordinator (IHAC)
36
Daftar distribusi untuk dokumen dan format baku dapat dilihat pada
Lampiran 2. Tabel distribusi dokumen, yang memuat departemen mana yang
menerbitkan format baku tersebut, departemen mana saja yang terlibat dan harus
menyetujui hasil dari format baku tersebut, serta departemen mana saja yang
harus mendapatkan kopiannya dan departemen mana yang harus menyimpan
dokumen aslinya.
4.2. Pendahuluan
Pendahuluan Manual SJH terdiri dari : informasi dasar perusahaan, tujuan
penerapan SJH, dan ruang lingkup penerapan SJH.
4.2.1. Informasi dasar perusahaan
Informasi dasar perusahaan merupakan pernyataan identitas diri atau profil
perusahaan berisi nama perusahaan, alamat, jenis produk, kapasitas produksi,
tempat maklon jika ada, jumlah lini produksi, jumlah tenaga kerja, jangkauan
pasar, dan lain-lain (Lampiran 3).
Untuk saat ini PT GIA baru memproduksi perisa dalam bentuk cair.
Proses pembuatan perisa cair ini dimulai dengan adanya formula produksi dari
Bagian R&D, selanjutnya pengumpulan bahan baku sesuai dengan lot yang sudah
ditentukan dalam lembar formulasi tersebut. Pengecekan sesuai lot yang akan
dipakai oleh IHAC untuk memastikan bahwa semua lot tersebut telah sesuai dari
persaratan kehalalan bahan bankunya. Semua bahan baku tersebut dimasukkan ke
dalam suatu tangki pencampuran. Pertama-tama dimasukkan pelarut, biasanya
propylene glycol (PG) untuk perisa yang larut dalam air, ataupun digunakan
minyak tumbuhan atau minyak kelapa sebagai pelarut perisa yang tidak larut
dalam air atau perisa yang larut minyak. Selanjutnya dimasukkan bahan-bahan
baku lainnya sesuai dengan urutan yang ada dalam lembar formula produksi.
Proses pemanasan bahan terkadang dilakukan untuk melarutkan bahan, misalnya
untuk mempercepat pelarutan vanillin atau ethyl vanillin di dalam PG. Proses
selanjutnya adalah pengadukan dengan menggunakan pengaduk listrik dengan
putaran kecepatan yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah bahan yang ada di
dalam tangki pengadukan. Setelah rata maka segera dimasukkan ke dalam jerigen
37
biru sambil ditimbang. Kemasan produk yang ada di PT GIA adalah paling kecil
1 kilogram yang biasanya dipakai sebagai contoh untuk percobaan produksi
pelanggan, kemudian kemasan jerigen 5 kilogram, dan kemasan normal yaitu 25
kilogram. Langkah selanjutnya adalah pelabelan produk jadi yang berisi kode
produk, nama produk, tanggal produksi, nomor bat, serta alamat perusahaan.
Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2, dan diagram
alir proses produksi perisa cair dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada saat ada
proyek baru dari pelanggan melalui departemen penjualan maka akan diteruskan
ke departemen R&D untuk dilakukan proses pengembangan produk. Departemen
R&D akan menggunakan bahan baku yang sudah ada juga memerlukan bahan
baku baru. Bahan baku baru dimintakan oleh departemen R&D ke departemen
pembelian dengan terlebih dahulu ditentukan spesifikasi bahan baku yang
diperlukan. Kemudian departemen pembelian memintakan contoh bahan baku
dari pemasok yang harus dilengkapi dengan dokumen bahan yang meliputi
spesifikasi produk, lembar keselamatan bahan, halal sertifikat dan atau diagram
alir pembuatan bahan. Contoh daftar pemasok bahan baku dapat dilihat pada
Lampiran 5, dan Lampiran 6. Contoh daftar produsen bahan baku.
Setelah contoh bahan baku diterima oleh departemen pembelian
selanjutnya diberikan ke departemen R&D. Bila bahan baku tersebut bisa dipakai
dan sesuai dengan spesifikasi permintaan dari departemen R&D, maka proses
pembelian dapat dilanjutkan dengan cara meminta penawaran harga, jumlah
minimal pembelian, ketersediaan bahan baku, dan waktu ketersediaan bahan baku
tersebut. Apabila semua telah sesuai dari segi harga dan kelengkapan
dokumennya, maka departemen pembelian akan mengeluarkan order pembelian
yang terlebih dahulu harus melalui pengesahan dari manajer umum. Pada saat
bahan baku tersebut datang maka harus disertai dengan sertifikat analisis dan
semua dokumen pendukung lainnya dan disesuaikan dengan order pembelian baik
menyangkut spesifikasi bahan, jumlah, dan harganya.
Order bahan baku baru tersebut masuk ke departemen gudang, departemen
gudang melakukan pengecekan fisik barang, kelengkapan dokumen seperti yang
disebutkan termasuk sertifikat halalnya. Kalau semua dokumen lengkap dan
barang sesuai dengan order pembelian maka departemen gudang akan
38
menempelkan label kuning sebagai tanda “Awaiting QC” atau menunggu
pengecekan oleh departemen QA/QC. Apabila tidak sesuai maka bahan baku
tersebut segera diberitahukan ke departemen pembelian untuk segera
dikembalikan.
Langkah selanjutnya departemen QA/QC mengambil contoh bahan baku
tersebut dan dibandingkan dengan standar. Standar yang digunakan untuk
pembanding pertama departemen QA/QC ini adalah standar yang diberikan dari
departemen R&D. Apabila dari segi dokumen dan hasil panel sudah sesuai maka
departemen QA/QC akan memberikan label hijau “QC Approved” yang berarti
telah di setujui departemen QA/QC. Tetapi apabila tidak sesuai, maka
departemen QA/QC akan menerbitkan surat ketidaksesuaian bahan baku yang
ditujukan ke departemen pembelian untuk diteruskan ke pemasoknya agar segera
dilakukan penggantian. Untuk bahan baku yang sudah disetujui oleh departemen
QA/QC, selanjutnya bahan baku tersebut disimpan dilokasi tertentu oleh
departemen gudang sesuai dengan karakteristik produk tersebut yang didapatkan
dari lembar keselamatan bahan dan spesifikasi produk berdasarkan juga saran dari
departemen QA/QC. Departemen produksi hanya akan memakai bahan baku dari
lot yang sudah disetujui oleh deprtemen QA/QC dan sudah diberi label hijau.
Proses produksi dilakukan, dan hasil produk jadi akan diperiksa ulang oleh
departemen QA/QC untuk mengetahui kesesuainnya dengan standar dan
spesifikasinya. Standar pertama ini diberikan oleh departemen R&D, dan standar
selanjutnya ditentukan oleh departemen QA/QC yang didapat dari bat atau lot
yang sudah disetujui/approved. Bila departemen QA/QC sudah menyetujui dan
menempelkan label hijau, maka produk jadi tersebut dibawa ke departemen
gudang untuk diregistrasi. Tatacara pembuatan label produk dapat dilihat pada
Lampiran 7. Langkah selanjutnya dilakukan persiapan pengiriman kepada
pelanggan sesuai dengan jadwal permintaan dari departemen penjualan. Diagram
alir proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2.
39
Gambar 2. Diagram alir proses produksi
4.2.2. Tujuan penerapan SJH
Perusahaan harus menyatakan secara tertulis tujuan penerapan SJH di
perusahaannya sesuai dengan aturan yang telah digariskan oleh LP POM MUI,
yaitu : menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara sinambung dan
konsisten sesuai dengan syariat Islam yang ditetapkan berdasarkan fatwa MUI.
Tujuan penerapan ini dituangkan dalam kebijakan halal dari PT GIA.
4.2.3. Ruang lingkup penerapan manual SJH
Perusahaan menjelaskan jangkauan penerapan sistem jaminan perusahaan
di lingkungan perusahaan, antara lain pembelian, penerimaan bahan, lini produksi,
penyimpanan bahan dan produk, transportasi, dan distribusi. Cakupan Halal dari
PT GIA dimulai dari pengembangan produk baru, pembelian bahan baku,
Proyek dari pelanggan melalui departemen penjualan
Permintaan bahan baku baru oleh departemen R&D
Permintaan contoh/pembelian bahan baku oleh departemen pembelian
Penerimaan bahan baku oleh departemen gudang
Pengecekan bahan baku oleh departemen QA/QC
Penyimpanan bahan baku di gudang
Pemakaian bahan baku oleh departemen produksi
Pengecekan produk jadi oleh departemen QA/QC
Penyimpanan di gudang dan proses pengiriman ke pelanggan
40
penanganan bahan baku yang tiba di gudang, penyimpanan bahan baku yang baru
datang, pengecekan bahan baku yang baru datang oleh QA/QC, proses persiapan
lot bahan baku yang akan dipakai produksi, proses produksi, pengecekan hasil
produksi oleh departemen QA/QC, penyimpanan produk akhir, persiapan
pengiriman bahan jadi dan pengiriman ke pelanggan.
4.3. Komponen Manual SJH
Sistem Jaminan Halal mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
4.3.1. Kebijakan halal
Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis tentang komitmen perusahaan
untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam
penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong,
serta konsistensi dalam proses produksi halal. PT GIA berkomitmen untuk
memproduksi perisa yang halal secara konsisten dan mengacu pada standar dari
LP POM MUI dan memelihara kehalalan perisa dalam setiap tahapan proses
produksinya. Hal ini berhubungan dengan pemakaian bahan baku yang halal dan
pemisahan tempat untuk bahan baku yang TIDAK HALAL, begitu juga untuk
peralatan dalam proses produksinya.
Sistem Jaminan Halal (SJH) akan dikomunikasikan dan diterapkan kepada
seluruh tingkatan manajemen dan karyawan PT GIA dengan tujuan menjadikan
standar proses produksi, pergudangan, pengepakan, dan seluruh urutan proses
sesuai dengan peraturan halal untuk semua produk perisa yang halal. Sebagai
bentuk komitmen dari manajemen didokumentasikan dengan daftar hadir dari
setiap rapat SJH, dan dokumentasi ini disimpan oleh IHAC sebagai bukti
pertanggung jawaban kepada LP POM MUI.
4.3.2. Panduan halal
Panduan halal adalah pedoman perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
untuk menjamin produksi halal. Definisi dari produk halal adalah yang sesuai
dengan syariah dan ketentuan produk halal menurut aturan Islam yaitu :
a. Tidak mengandung babi dan atau bagian maupun produk turunannya.
41
b. Semua bahan baku yang berasal dari hewan yang halal harus
disembelih menurut aturan dan Syariah Islam.
c. Semua peralatan yang digunakan untuk produksi, wadah, gayung, dan
kemasan tidak terkontaminasi babi dan sesuatu yang diharamkan.
d. Transportasi dan penyimpanan harus dipisahkan dari bahan/produk
yang mengandung ataupun yang berasal dari babi dan atau sesuatu
yang diharamkan.
e. Jika hal-hal yang tersebut di atas pernah digunakan atau terkontaminasi
oleh babi dan turunannya dan atau dari sesuatu produk yang
diharamkan maka harus dibersihkan sesuai dengan aturan dan syariah
Islam.
f. Tidak mengandung khamr (etanol)
Matrik untuk bahan baku tidak dapat dimuat lengkap dalam tulisan ini
berhubungan dengan kerahasiaan perusahaan, namun contoh dari sebagian matrik
bahan baku yang berisi nama bahan, kode bahan, nama pemasok, nama produsen,
negara produsen, kelengkapan data yang didapat dari internet, buku Archtander’s
sebagai buku panduan bahan baku perisa, spesifikasi produk, lembar keselamatan
bahan, sertifikat analisis, in-house halal statement, halal sertifikat, dan tambahan
informasi data terlampir pada Lampiran 8. Contoh daftar bahan baku yang dipakai
dan contoh penggolongan bahan baku berdasarkan kriteria kritis keharaman dapat
dilihat pada Lampiran 9.
Semua kelengkapan dokumen dari bahan baku didokumentasikan dengan
cara dipindai dan disimpan dalam folder di komputer. Penyimpanan dokumentasi
berdasarkan kode dan nama bahan baku dan sebagai intisari dari daftar dokumen.
Untuk mempermudah dalam pencarian data, maka kelengkapan dokumen
kelengkapan bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam matrik bahan baku yang
terus diperbaharui/direvisi setiap tiga bulan sekali atau menurut jumlah banyaknya
bahan baku yang baru.
42
4.3.3. Organisasi manajemen halal
Organisasi manajemen halal, yaitu organisasi internal perusahaan yang
mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen dalam menghasilkan produk
halal. LP POM MUI sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan yang paling
tinggi didalam struktur organisasi manajemen halal dan berhak untuk memberikan
dan mencabut sertifikat halal dari perusahaan. Dalam organisasi perusahaan,
IHAC adalah sebagai perwakilan dan perpanjangan tangan LP POM MUI yang
mempunyai tanggung jawab dan wewewang penuh terhadap pelaksanaan sistem
manajemen halal yang ada di dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap
LP POM MUI. Struktur organisasi manajemen halal PT GIA dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Struktur organisasi manajemen halal
Dari Gambar 3 terlihat bahwa posisi Internal Halal Audit Coordinator
(IHAC) cukup penting dan strategis karena berada langsung di bawah Direktur,
mengkoordinasikan manajer-manajer QA/QC, Penjualan, Pembelian, R&D,
Produksi, serta Gudang dan Transportasi, IHAC juga melakukan komunikasi
dengan LP POM MUI mewakili PT GIA. Uraian kerja Manajemen Puncak dan
setiap manajer terkait dapat dilihat pada Lampiran 10.
LP POM MUI
Perwakilan Manajemen Puncak (Manajer Umum / Direktur)
QA/QC Dept. QC Manager
Internal Halal Audit Coordinator (IHAC)
Pembelian R&D Produksi Gudang dan Transportasi
Penjualan
Manajer Keuangan
43
4.3.4. Standard Operation Procedure (SOP) dan acuan teknis
Standard Operation Procedure (SOP) yaitu suatu perangkat instruksi yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin dan acuan teknis. SOP
sebagai dokumen untuk membantu pekerjaan bidang-bidang terkait dalam
melaksanakan fungsi kerjanya. Pelaksanaan SOP adalah merupakan suatu
keharusan bagi karyawan untuk melaksanakan fungsi kerjanya. Siapa pun
pelaksananya maka SOP tersebut adalah tetap dan tidak boleh dirubah oleh
karyawan tanpa seijin dan sepengetahuan dari manajemen.
4.3.5. Sistem administrasi dan dokumentasi
Sistem administrasi, yaitu suatu keharusan bagi perusahaan untuk
mendesain suatu sistem administrasi terintegrasi yang dapat ditelusuri (traceable)
dari pembelian bahan sampai dengan distribusi produk ke pelanggan. Serta sistem
dokumentasi, yaitu pendokumentasian yang baik dan mudah diakses oleh pihak
yang terlibat dalam proses produksi halal termasuk oleh LP POM MUI sebagai
lembaga sertifikasi halal.
Sistem dokumentasi yang dilakukan di PT GIA yang dilakukan untuk
menghindari terjadinya ketidaksesuaian bahan ataupun ketidaksesuaian selama
proses produksi perlu dilakukan. Sistem dokumentasi ini juga diperlukan sebagai
catatan untuk melakukan tindakan pencegahan dan tindakan perbaikan jangan
sampai suatu kesalahan terulang kembali. Sistem dokumentasi ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• Spesifikasi produk, Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS =
Material Safety Data Sheet), sertifikat halal, dan bagan air produksi.
• Tanda terima pembelian bahan.
• Catatan pemeriksaan bahan baku (Incoming Raw Material Log Book
Record).
• Catatan pemeriksaan Produk Jadi (Finished Goods Log Book Record)
• HACCP Monitoring Ceklist untuk Departemen Produksi.
• Prosedur perbaikan untuk produk yang tidak sesuai dengan persaratan
HACCP.
• Dokumentasi dari proses produksi.
44
• Dokumentasi dari catatan QA/QC untuk setiap lot bahan baku dan
produk jadi.
Penetapan prosedur pendataan bertujuan untuk mendata agar SOP tepat
mengenai sasarannya. Prosedur pendataan dapat dilakukan dengan cara :
• Secara berkala memeriksa dokumentasi.
• Melibatkan Internal Halal Audit Coordinator (IHAC)
4.3.6. Sosialisasi serta Pelatihan
Sosialisasi, yaitu SJH yang telah dibuat dan diimplementasikan oleh
perusahaan harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan, yaitu seluruh
manajemen dan karyawan perusahaan dan pemasok. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kepedulian atas pelaksanaan SJH di perusahaan. Serta pelatihan,
adalah penjadwalan pelatihan bagi seluruh pelaksana SJH dalam periode waktu
tertentu.
Pelatihan halal sebagai suatu ketetapan LP POM MUI kepada perusahaan
sebagai bentuk komitmen manajemen untuk terlaksananya sistem jaminan halal
(SJH) di perusahaan. Perusahaan akan mengirimkan perwakilannya untuk
menghadiri seminar halal dan atau pelatihan internal audit halal yang memberikan
prioritas kepada departemen-departemen yang berhubungan.
Sosialisasi halal dilakukan dalam diskusi perusahaan dalam rapat internal
yang dihadiri semua departemen dan Manajemen Puncak. Hal ini
didokumentasikan dari notulen hasil rapat. Contoh jadwal pelatihan berkala untuk
karyawan khususnya yang berkaitan dengan pembekalan mengenai SJH dan halal
dapat dilihat pada Lampiran 11.
4.3.7. Komunikasi internal dan eksternal
Komunikasi internal dan eksternal. Pengertian komunikasi internal adalah
mengkomunikasihan pelaksanaan dan hasil dari penerapan SJH diperusahaan dan
komunikasi eksternal dilakukan oleh pihak perusahaan kepada pihak luar seperti
pemasok dan LP POM MUI.
Komunikasi internal dilaksanakan dengan cara melakukan rapat bulanan
dengan seluruh karyawan perusahaan dan menerapkan penggunaan format-format
45
baku untuk semua departemen terkait. Komunikasi eksternal dengan LP POM
MUI dilakukan dengan cara berkonsultasi bila ada perubahan proses atau bahan
baku baru, serta melakukan pelaporan rutin dalam enam bulanan oleh IHAC.
4.3.8. Audit internal
Audit internal, dilakukan untuk mengevaluasi pelaksaan SJH dan
menentukan departemen-departemen yang masih memerlukan perbaikan. Sistem
audit internal dilakukan dengan cara melakukan audit internal yang bertujuan
untuk mengevaluasi bahwa sistem benar-benar berjalan sesuai dengan yang
diputuskan oleh LP POM MUI, efektifitas penerapan SJH dan pendataan
ketidaksesuaian dengan sistem yang telah diberlakukan. Pelaksanaan audit
internal untuk setiap komponen dari SJH dilakukan setiap 6 bulan dari tanggal
sertifikat halal dan dibuatkan laporannya kepada LP POM MUI.
Tim audit halal internal yang diketuai oleh Internal Halal Audit
Coordinator (IHAC) merupakan orang atau tim di dalam perusahaan yang dapat
meng-audit secara langsung kepada semua departemen yang berhubungan dengan
masalah halal. IHAC berasal dari departemen yang berhubungan dengan proses
produksi seperti Pembelian, R&D, QA/QC, Produksi, dan Departemen Gudang
dan Transportasi; serta Manajer Umum.
Seorang Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
• Mempunyai kewenangan mengkoordinasikan penerapan SJH
perusahaan.
• Memonitor proses produksi halal dimulai dari pemilihan bahan baku
sampai kepada produk jadi.
• Mengerti tentang Haram Critical Point dalam bahan baku dan proses
produksi.
• Mengisi dan memperbaharui seluruh dokumentasi yang berhubungan
dengan produk halal.
• Melakukan internal audit dan melaporkannya ke LP POM MUI setiap
enam bulan.
46
• Mengkomunikasikan dengan LP POM MUI untuk setiap perubahan
bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan.
Pelaksaan audit internal terbagi menjadi waktu pelaksaan audit halal
internal, metode pelaksanaan, pelaksana (auditor), dan pihak yang diaudit
(auditee).
1. Waktu pelaksanaan
Audit halal intertnal dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap enam
bulan atau pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin
mempengaruhi status kehalalan produk seperti : perubahan manajemen,
kebijakan, formulasi, bahan baku, proses, maupun keluhan konsumen.
2. Metode pelaksanaan
Audit halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit
sistem yang lain, tetapi formulir audit halal internal dan pelaporannya harus
dibuat terpisah dari audit sistem yang lain. Audit dilakukan dengan metode
wawancara, pengujian dokumen, dan observasi di lapangan.
3. Pelaksana (auditor)
Audit halal internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal. Pelaksana
audit internal dilakukan oleh audit halal internal dari departemen yang berbeda
(cross audit).
4. Pihak yang diaudit (auditee)
Pihak yang diaudit adalah seluruh bagian yang terkait dalam proses
produksi seperti :
- Bagian pembelian
- Bagian pengawasan mutu
- Bagian produksi
- Bagian riset dan pengembangan (R&D)
- Bagian penggudangan
- Bagian transportasi
- Bagian pengembangan SDM
47
Tindakan perbaikan atas pelaksanaan SJH dilakukan jika pada saat
dilakukan audit halal internal ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaannya.
Tindakan perbaikan harus dilakukan sesegera mungkin, jika temuan yang
didapatkan berdampak langsung terhadap status kehalalan produk. Semua bentuk
tindakan perbaikan dilakukan oleh perusahaan dengan dibuatkan berita acara serta
laporannya dan terdolumentasikan dengan baik.
Kaji ulang manajemen (managemen review) terhadap SJH secara
menyeluruh harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu misalnya minimal
setahun sekali. Kaji ulang dilakukan karena berbagai hal, antara lain : Perubahan
sistem manajemen perusahaan yang mempengaruhi peran SJH secara menyeluruh
atau sebagian, misalnya perubahan peranan auditor halal internal, serta
ketidaksesuaian yang sering ditemukan dalam pelaksanaan SJH. Kaji ulang
manajemen dilakukan dengan melibatkan seluruh bagian yang terlibat dalam SJH
termasuk manajemen puncak. Pertemuan kaji ulang dilaporkan dan dibuatkan
rekamannya.
4.3.9. Tindakan perbaikan
Semua tindakan perbaikan baik yang ditemukan pada saat pelaksanaan
audit maupun saat ditemukan ketidaksesuaian harus dilaksanakan sesegera
mungkin dan dibuatkan laporannya dalam berita acara perbaikan.
4.3.10. Kaji ulang manajemen (management review)
Kaji ulang manajemen (management review) harus dilakukan dalam kurun
waktu tertentu untuk memperbaharui adanya departemen-departemen dari SJH
yang direvisi ataupun untuk memperbaiki bagian yang sering ditemukan
ketidaksesuaian.
4.4. Lampiran manual
Lampiran yang menjadi bagian dari Manual SJH adalah sebagai berikut :
48
4.4.1. Panduan halal
Panduan halal adalah buku panduan halal yang dikeluarkan oleh LP POM
MUI tahun 2008 yang dipakai sebagai referensi di dalam perancangan Manual
SJH dan poin-poin yang harus dipenuhi oleh perusahaan sebagai prasarat minimal
untuk memenuhi persaratan minimal SJH perusahaan.
4.4.2. Diagram alir penetapan titik kritis
Diagram alir penetapan titik kritis terdiri dari :
- Identifikasi titik kritis bahan
- Identifikasi titik kritis bahan hewani
- Identifikasi titik kritis bahan mikrobial
- Identifikasi titik kritis bahan lain (tambang, sintetik)
- Identifikasi titik kritis penyimpanan dan lini prodiksi
- Identifikasi titik kritis distribusi
4.4.3. Standard Operation Procedure (SOP) setiap departemen
Standard Operation Procedure (SOP) setiap departemen merupakan
panduan umum bagi setiap departemen untuk melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan SJH. Uraian lebih lanjut mengenai SOP ini
dituangkan dalam Work Instruction (WI).
4.4.4. Daftar bahan, titik kritis dan tindakan pencegahannya
Penentuan titik kritis keharaman dan identifikasi bahan baku yang haram
menurut Panduan Umum SJH LP POM MUI adalah bahan baku sebagai berikut :
• Tidak mengandung alkohol (etanol)
• Tidak mengandung babi dan turunannya
• Bahan baku yang berasal dari hewan – harus berasal dari spesies yang
halal dan disembelih berdasarkan syariah Islam.
Tabel contoh hasil penetapan titik kritis bahan baku dan tindakan
pencegahannya dapat dilihat pada Lampiran 12. Contoh tabel hasil penetapan
titik kritis proses produksi dan tindakan pencegahannya dari bahan haram/najis
dapat dilihat pada Lampiran 13.
49
4.4.5. Daftar proses produksi, titik kritis dan tindakan pencegahannya
Identifikasi titik kritis dalam produksi bertujuan untuk menentukan di
tahapan yang mana di dalam proses produksi yang dapat terjadi kemungkinan
kontaminasi silang ataupun masuknya bahan yang non-halal ke dalam bahan yang
halal. Selanjutnya dilakukan tahapan pencegahan untuk menghilangkan
kemungkinan tersebut.
Pada penelitian ini baru dilakukan penentuan Haram Analysis Critical
Control Points (HACCP) untuk perisa cair. Sebab produk yang dibuat di lokasi
pabrik PT GIA adalah baru hanya produk perisa cair. HACCP untuk perisa cair
dapat dilihat pada Lampiran 14.
4.4.6. Matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong semua
produk yang disertifikasi halal
Matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong semua produk yang
disertifikasi halal harus dibuatkan daftarnya. Daftar tersebut terdiri dari daftar
semua bahan baku yang dipakai dan ada diperusahaan. Daftar tersebut dibuatkan
oleh departemen R&D dan dan diketahui oleh Manajer Umum dan IHAC. Revisi
daftar bahan baku ini harus dilakukan secara rutin dan teregistrasi mulai dari
revisi nol dan seterusnya.
Daftar untuk bahan penolong juga perlu dibuatkan seperti daftar merek
pembersih yang digunakan untuk peralatan produksi dan peralatan laboratorium,
bahan pelumas mesin yang selain harus food grade juga harus halal bila
bersentuhan dengan produk.
4.4.7. Formulir audit halal internal (AHI) yaitu pokok-pokok pertanyaan
yang harus dicakup AHI pada saat audit
Format audit halal internal (AHI) yaitu pokok-pokok pertanyaan yang
harus dicakup AHI pada saat audit dibuatkan untuk audit dari setiap departemen
dan dilakukan secara lintas departemen, misalnya bila dilakuakan audit di
departemen pembelian maka yang akan melakukan audit adalah departemen lain
yang diketuai oleh IHAC. Hal ini untuk menjaga obyektifitas hasil internal audit
tersebut. Format-format internal audit untuk setiap departemen tersebut disimpan
50
oleh IHAC, dan bila akan dilakukan maka format tersebut akan diperbanyak dari
master dokumennya.
4.4.8. Format laporan berkala
Format laporan berkala internal audit terdiri dari format bulanan yang
memuat tentang intisari dari jumlah lot yang diproduksi, jumlah bahan baku yang
dibeli, jumlah ketidaksesuain bahan baku maupun produk jadi berdasarkan mutu
maupun dilihat dari segi kritis kehalalannya. Format pelaporan ini akan dibawa
ke rapat bulanan manajemen untuk dilakukan tindakan perbaikan.
Format pelaporan rutin kepada LP POM MUI disepakati untuk dilakukan
enam bulan sekali yang merupakan pengkajian dan pemberitahuan untuk seluruh
perubahan yang telah dilakukan di perusahaan berhubungan dengan pelaksanaan
SJH dan perubahan bahan baku, perubahan, pemasok, perubahan dokumen, dan
sistem organisasi.
4.4.9. Format laporan ketidaksesuaian
Format laporan ketidaksesuaian terbagi menjadi dua format, yatu format
ketidaksesuaian yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan Good
Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Critical Control Points (HACCP).
Format lainnya adalah format yang berhubungan dengan penyimpangan
pelaksanaan SJH dan penyimpangan yang dapat menimbulkan efek fatal terhadap
pelaksanaan SJH atau kehalalan produk termasuk kontaminasi oleh bahan yang
najis atau haram.
4.4.10. Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI
Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI merupakan daftar
lembaga sertifikasi yang dikeluarkan dan disetujui oleh LP POM MUI. Daftar
lembaga sertifikasi ini terdiri dari Lembaga Sertifikasi Halal Internasional yang
masing-masing lembaga tersebut menerapkan tatacara dan kebijakan dalam
penentuan dan penerbitan sertifikat halal. Sebagai contoh IFANCA, selain produk
yang disertifikasinya harus bersertifikat halal juga untuk setiap produknya harus
tercetak logo Cress M, apabila kedua atau salah satu persaratan ini tidak ada maka
sertifikasi halal dari produknya tidak diakui oleh LP POM MUI.
51
4.4.11. Notulen pertemuan tindakan manajemen
Notulen pertemuan tindakan manajemen merupakan perbaikan yang harus
dilakukan oleh perusahaan dengan sepengetahuan manajemen perusahaan. Rapat
ini dilaksanakan setiap bulan untuk mendiskusikan pelaksanaan proses SJH dan
melakukan tindakan perbaikan yang masih harus dilakukan dengan berdasarkan
pada prioritasnya. Rapat ini harus dihadiri oleh perwakilan manajemen puncak,
yaitu oleh Direktur dan Manajer Umum, sebagai bentuk komitmen perusahaan
atas pelaksanaan kebijakan SJH di perusahaan.
4.4.12. Surat keputusan pengangkatan IHAC
Surat keputusan pengangkatan IHAC dilakukan oleh Manajemen Puncak,
dalam hal ini ditandatangani oleh Manajer Umum. IHAC merupakan orang yang
independen dan tidak dipengaruhi oleh manajer departemen lainnya. IHAC
bertanggung jawab kepada Manajer Umum dan merupakan perpanjangan tangan
dari LP POM MUI di dalam perusahaan untuk pelaksanaan SJH.
4.4.13. Format administrasi
Format administrasi yang meliputi : pembelian, penerimaan bahan baku oleh
gudang, dan pemeriksaannya oleh QA/QC menyangkut kehalalan bahan dan
dokumen pendukung mutu dan kehalalan, penyimpanan bahan, R&D, produksi,
penyimpanan produk, dan distribusi produk akhir kepada pelanggan.
5. Analisis Kebutuhan SOP Semua Departemen Terkait
Dari hasil kajian terhadap Panduan Umum Sistem Jaminan Halal yang
dikeluarkan LP POM MUI pada 2008, termasuk Manual Sistem Jaminan Halal
dan lampirannya, maka dapat dilihat kebutuhan SOP pada PT GIA seperti pada
Tabel 6. Sebagai industri perisa, untuk perusahaan ini ada beberapa
tambahan/modifikasi SOP terhadap contoh SOP yang tercantum pada lampiran
Manual SJH dalam panduan umum tersebut.
52
Tabel 6. Daftar kebutuhan SOP untuk PT GIA dalam rangka penyusunan manual SJH
Departemen Standard Operation Procedure (SOP)
R&D
1. SOP penetapan bahan baku dan bahan penolong
2. SOP permintaan bahan baku
3. SOP perubahan formula dan pengembangan
produk baru
Pembelian
4. SOP pemilihan pemasok
5. SOP pembelian bahan baku dan bahan penolong
6. SOP penerimaan bahan baku dan bahan penolong
QA/QC 7. SOP pemeriksaan bahan baku
8. SOP pemeriksaan produk antara dan produk jadi
Penjualan 9. SOP penerimaan order dari pelanggan
Produksi 10. SOP pembuatan perisa
Gudang dan Transportasi
11. SOP penyimpanan bahan baku dan bahan
penolong
12. SOP penyimpanan kemasan
13. SOP penyimpanan produk jadi
14. SOP pengiriman produk jadi ke pelanggan
IHAC
15. SOP kendali dokumen
16. SOP audit internal
17. SOP kaji ulang manajemen
18. SOP pelaporan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI
Manajer Umum 19. SOP Sosialisasi dan pelatihan halal
Dari Tabel 6 terlihat bahwa untuk mewujudkan SJH di PT GIA diperlukan
19 SOP untuk mengendalikan proses-proses yang akan dilaksanakan oleh
Departemen R&D (3 SOP), Departemen Pembelian (3 SOP), Departemen QA/QC
(2 SOP), Departemen Penjualan (1 SOP), Departemen Produksi (1 SOP),
Departemen Gudang dan Transportasi (4 SOP), IHAC (4 SOP), dan Manajer
Umum (1 SOP). Dari Tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa sangat penting
peranan Departemen R&D, Departemen Pembelian, dan Departemen QA/QC
dalam penetapan bahan baku dan bahan penolong serta pembelian dan pemilihan
53
bahan-bahan tersebut. Hal ini dimaksudkan dengan pemilihan bahan baku yang
sudah halal akan mempermudah proses produksi produk jadi yang halal pula,
kecuali adanya proses kontaminasi silang selama proses penyimapan bahan baku
tersebut ataupun selama proses produksinya.
Untuk menghindari adanya penyimpangan selama penyimpanan bahan
baku, proses produksi, penyimpanan produk jadi, dan pengiriman ke pelanggan
maka diperlukan adanya SOP untuk Departemen : Produksi serta Gudang dan
Transportasi. Peranan Departemen Penjualan juga penting untuk mendapatkan
order masuk dari pelanggan. Peranan IHAC adalah sangat besar dalam menjamin
pelaksanaan SOP ini untuk menjamin pelaksanaan SJH di perusahaan.
6. Penyusunan Draft SOP
Sesuai dengan Tabel 6, daftar kebutuhan SOP untuk implementasi SJH di
PT GIA telah disusun sebanyak 19 draft SOP dengan rincian seperti pada Tabel 7.
Pada Tabel 7 dapat dilihat daftar rancangan SOP untuk 19 kegiatan dalam rangka
pelaksanaan SJH di PT GIA.
Hasil pengamatan awal uraian kerja setiap departemen terkait dapat dilihat
pada Lampiran 15, dan uraian dari 19 draft SOP untuk PT GIA seperti pada Tabel
7 dapat dilihat pada Lampiran 16. SOP tersebut masing-masing terdiri dari 1-2
halaman yang meliputi nama perusahaan (PT GIA), judul dan kode Standard
Operation Procedure (SOP), area departemen yang terkait dengan SOP tersebut,
tanggal dan nomor revisi SOP tersebut. Tujuan, ruanglingkup, referensi, dan
prosedur merupakan uraian dari setiap SOP termasuk didalamnya format-format
pendukung SOP yang berhubungan dan harus dipakai.
Contoh surat pengangkatan IHAC dapat dilihat pada Lampiran 17 dan
Contoh daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dapat
dilihat pada Lampiran 18. Kedua hal terebut merupakan prasyarat dari LP POM
MUIyang harus ada dalam manual SJH.
54
Tabel 7. Draft SOP untuk SJH PT GIA
No. SOP Nama SOP No. Format Nama Format 1. SOP-01-RD Penetapan bahan baku dan bahan
penolong 01-SOP-01-RD Format permintaan bahan baku baru
2. SOP-02-RD Penggunaan bahan baku 01-SOP-02-RD Format permintan contoh
3. SOP-03-RD Perubahan formula dan pengembangan produk baru 01-SOP-03-RD Format revisi
formula produksi 4. SOP-01-PC
Pemilihan pemasok 01-SOP-01-PC
Format penerimaan contoh bahan baku baru
5. SOP-02-PC Pembelian bahan baku dan bahan penolong 01-SOP-02-PC
Format permintaan data bahan baku
6. SOP-03-PC Penerimaan bahan baku dan bahan penolong - -
7. SOP-01-QA Pemeriksaan bahan baku 01-SOP-01-QA
Format hasil pengujian panel QA/QC
8. SOP-02-QA Pemeriksaan produk antara dan produk jadi 01-SOP-02-QA Format
ketidaksesuaian 9. SOP-01-SL Penerimaan order dari pelanggan 01-SOP-01-SL Format order
penjualan baru
10. SOP-01-PR Pembuatan perisa
01-SOP-01-PR Format formula produksi
02-SOP-01-PR Format lot bahan baku yang digunakan
11. SOP-01-GT Penyimpanan bahan baku dan bahan penolong - -
12. SOP-02-GT Penyimpanan kemasan - - 13. SOP-03-GT Penyimpanan produk jadi - - 14. SOP-04-GT Pengiriman produk jadi ke
pelanggan - -
15. SOP-01-IH Kendali dokumen 01-SOP-01-IH
Format memo revisi dokumen SJH
16. SOP-02-IH Audit internal
01-SOP-02-IH Format ceklis audit halal internal
02-SOP-02-IH Format ceklis AHI pembelian
03-SOP-02-IH Format ceklis AHI produksi
04-SOP-02-IH Format ceklis AHI QA/QC
05-SOP-02-IH Format ceklis AHI R&D
55
No. SOP Nama SOP No. Format Nama Format
06-SOP-02-IH Format ceklis AHI gudang
07-SOP-02-IH Format ceklis AHI transportasi
08-SOP-02-IH Format laporan ketidaksesuaian halal
09-SOP-02-IH Format laporan bulanan AHI
17. SOP-03-IH Kaji ulang manajemen 01-SOP-03-IH
Format notulen dari tindakan manajemen
18. SOP-04-IH Pelaporan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI 01-SOP-04-IH
Format laporan enam bulanan AHI
19. SOP-01-MU Sosialisasi dan pelatihan halal - -
7. Pengkajian Ulang Draft SJH dan SOP-SOP
Pengkajian ulang draft SJH dan SOP-SOP dilakukan dengan cara
melakukan audit internal yang dilakukan oleh Tim SJH. Audit internal dilakukan
sebanyak tiga kali untuk dapat melakukan penyempurnaan dokumen dan
sistemnya. Beberapa hasil dari audit internal dapat dilihat pada Lampiran 19.
Pada pengajuan audit SJH oleh LP POM MUI hanya dilakukan audit
untuk sistem saja tanpa melakukan audit produk perisa dengan pertimbangan
persiapan auditnya lebih terfokus dan bila sistemnya sudah benar maka akan lebih
mudah untuk melakukan audit produk perisanya. Hasil pemeriksaan dokumen
SJH PT GIA oleh LP POM MUI sebagai hasil pemeriksaaan awal adalah seperti
Tabel 4.
Sebelum pelaksanaan audit implementasi SJH oleh LP POM MUI
memprasyaratkan perusahaan untuk mengisi informasi departemen-departemen
yang terkait dalam pelaksanaan SJH dan mengirimkannya terlebih dahulu ke LP
POM MUI untuk dilakukan pengkajian. Sebagai langkah selanjutnya adalah
pemenuhan kekurangan dokumen yang dimintakan oleh LP POM MUI, kemudian
dilakukan audit oleh LP POM MUI setelah kelengkapan prasyarat telah dipenuhi.
Beberapa hasil eksternal audit oleh LP POM MUI dapat dilihat pada Lampiran 20.