balai besar pom di banda aceh

82
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015 - 2019 BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH Jl. Tgk. Daud Beureueh No.110 Banda Aceh Telp:0651-23926 Fax: 0651-22735 Email: [email protected] : BBPOM Aceh 2015 2016 2017 2018 2019

Upload: ngodiep

Post on 12-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Balai Besar POM di Banda Aceh

RENCANA STRATEGIS

TAHUN 2015 - 2019

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

DI BANDA ACEH Jl. Tgk. Daud Beureueh No.110 Banda Aceh

Telp:0651-23926 Fax: 0651-22735 Email: [email protected] : BBPOM Aceh

2015

2016

2017

2018

2019

Page 2: Balai Besar POM di Banda Aceh

RENCANA STRATEGIS

TAHUN 2015 - 2019

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

DI BANDA ACEH Jl. Tgk. Daud Beureueh No.110 Banda Aceh

Telp:0651-23926 Fax: 0651-22735 Email: [email protected] : BBPOM Aceh

2015

2016

2017

2018

2019

Page 3: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

i

KATA PENGANTAR

Renstra yang merupakan Rencana strategis adalah salah satu amanat Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

Renstra merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi misi, tujuan dan sasaran

dan strategi kebijakan serta program dan kegiatan dari Kementrian / lembaga dalam

rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra merupakan bagian dari

perencanaan nasional, sehinggga harus sinkron dan mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung pencapaian

program program prioritas pemerintah.

Rencana strategis Balai Besar POM di Banda Aceh tahun 2015 – 2019 disusun dengan

mengacu kepada Rencana strategis Badan POM RI yang mengacu kepada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) tahun 2015 – 2019 yang telah

ditetapkan oleh Presiden.

Renstra Balai Besar POM di Banda Aceh berisi visi misi dan tujuan strategis serta

program yang merupakan instrument kebijakan yang berisikan satu atau lebih

kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh untuk mencapai

sasaran dan tujuannya. Di dalam Renstra ini telah dirumuskan tujuan, program dan

kegiatan Balai Besar POM di Banda Aceh yang dilakukan pada periode 2015 – 2019

dalam pelaksanaan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Target

target kinerja output telah ditetapkan. Target kinerja tersebut merupakan komitmen

kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh kepada Pemerintah dan akan menjadi

kewajiban bersama seluruh jajaran Balai Besar POM di Banda Aceh untuk dapat

mencapainya. Oleh karena itu dokumen Rentra ini wajib menjadi acuan pada saat

menyusun kegiatan tahunan selama periode 2015 – 2019.

Banda Aceh, Maret 2015 Kepala Balai Besar POM di Banda Aceh Dra.Syamsuliani, Apt.,MM NIP 195904041989032001

Page 4: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………… DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………….. DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………… 1.1 Kondisi Umum …………………………………………………………………………………..

1.1.1 Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh… 1.1.2 Struktur Organisasidan Sumber Daya Manusia..……………………….. 1.1.3 Capain Kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2010 –

2014 ………………………………………………………………………………… 1.2 Potensi dan Permasalahan ………………………………………………………………….

1.2.1 Sistem Kesehatan Nasional …………………………………………………….. 1.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ……………………….………………. 1.2.3 Globalisasi Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional ….. 1.2.4 Perubahan Iklim …………………………………………………………………….. 1.2.5 Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat …………………………… 1.2.6 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk ……………………... 1.2.7 Desentralisasi dan Otonomi Daerah ………………………………………... 1.2.8 Perkembangan Teknologi ………………………………………………………. 1.2.9 Manajemen Perubahan…………………………………………………………… 1.2.10 Data Wilaya Kerja…………………………………………………………………… 1.2.11 Isu Strategis……………………………………………………………………………

BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS…………………………………………………………………………………………………… 2.1 Visi …………………………………………………………………………………………………… 2.2 Misi …………………………………………………………………………………………………… 2.3 Budaya Organisasi …………………………………………………………………………….. 2.4 Tujuan ………………………………………………………………………………………………. 2.5 Sasaran Strategis ……………………………………………………………………………….. BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ………………………………………………………………….. 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ………………………………………………… 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Balai Besar POM di Banda Aceh ……………… 3.3 Kerangka Regulasi ……………………………………………………………………………... 3.4 Kerangka Kelembagaan ……………………………………………………………………...

Halaman

i ii iv v vi

1 1 2 4

6 8 8

10 11 14 15 16 19 19 20 21 24

29 30 30 34 35 35

42 42 45 49 51

Page 5: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

iii

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN …………………… 4.1 Target Kinerja …………………………………………………………………………………… 4.2 Kerangka Pendanaan ………………………………………………………………………… BAB V PENUTUP ………………………………………………………………………………………. Lampiran …………………………………………………………………………………………………

53 53 55

57

58

Page 6: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh ……….………. Gambar 2. Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Banda Aceh 2015 – 2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja …………………………………………. Gambar 3. Profil Tingkat Pencapaian IKU Kumulatif Tahun 2010 – 2014 …. Gambar 4. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Obat Modern dan Tradisional ……………………………..……………………………………………… Gambar 5. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan

Kelompok Umur Tahun 2009 – 2013 ….…………………………… Gambar 6. Peta Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2015 –

2019 ……………………………..………………………………………………...... Gambar 7. Log Frame Balai Daerah ………………………………………………………….

Halaman

4

8 10

19

20

35

55

Page 7: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Profil Pegawai Berdasarkan Bidang Tugas dan Jenis Pendidikan BBPOM di Banda Aceh Tahun 2015 ……………………………………… Tabel 2. Capaian IKU Kumulatif Tahun 2010 – 2014 ………………………….. Tabel 3. Rangkuman Analisis SWOT …………………………………………………… Tabel 4. Penguatan Peran Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015 – 2019 …………………………………………………………………………............ Tabel 5. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM Periode 2015 – 2019 …………………………………………………….......... Tabel 6. Program/ Kegiatan Strategis, Sasaran Program/ Kegiatan dan Indikator …………………………………………………………......................... Tabel 7. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja ………………………............. Tabel 8. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan …….................

Halaman

6 7

25

26

40

48 53 56

Page 8: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM Banda

Aceh……………………………………………………………………………………. Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi ……………………………………………………

Halaman

58 63

Page 9: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional maka disusunlah secara periodik perencanaan

pembangunan nasional yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) untuk jangka waktu 5 tahun, serta

Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) dan Rencana Kerja (Renja).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang

ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus

menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia

usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini

dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari

pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap

ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di

berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif

perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya

manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus

meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian

program-program prioritas pemerintah, Balai Besar POM di Banda Aceh menyusun

Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta

program dan kegiatan untuk periode 2015-2019. Penyusunan Renstra ini mengacu

pada Renstra BPOM tahun 2015-2019 yang berpedoman pada RPJMN periode 2015-

2019. Proses penyusunan Renstra tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat

peraturan perundang- undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja

tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra kerja

Page 10: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

2

Balai Besar POM di Banda Aceh. Selanjutnya Renstra periode 2015-2019 ini diharapkan

dapat meningkatkan kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh dibandingkan dengan

pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Banda Aceh berdasarkan peran,

tugas fungsi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut :

1.1.1. Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh

Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Aceh merupakan bagian integral

dari pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Berdasarkan Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Badan Pengawas

Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh sebagai

Unit Pelaksana Teknis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tipe A berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,

yang secara teknis dibina oleh Deputi dan secara administratif dibina oleh Sekretaris

Utama, dengan wilayah kerja di seluruh wilayah administratif Provinsi Aceh.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis BPOM, Balai Besar POM di Banda Aceh

berkontribusi terhadap tugas dan fungsi yang melekat pada BPOM yaitu lembaga

pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal mengawasi Obat dan Makanan.

Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LPND, BPOM

menyelenggarakan fungsi : (1) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di

bidang pengawasan Obat dan Makanan; (2) pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang

pengawasan Obat dan Makanan; (3) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan

tugas BPOM; (4) pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (5)

penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan

umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,

hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

Page 11: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

3

Dilihat dari fungsi BPOM secara garis besar, terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau

pilar lembaga BPOM, yakni: (1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan

sebelum beredar (pre-market) melalui: a) Perkuatan regulasi, standar dan pedoman

pengawasan obat, Obat dan Makanan serta dukungan regulatori kepada pelaku usaha

untuk pemenuhan standar dan ketentuan yang berlaku; b) Peningkatan

registrasi/penilaian Obat dan Makanan Obat dan Makanan yang diselesaikan tepat

waktu; c) Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan

dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good

Distribution Practices (GDP) terkini; dan d) Penguatan kapasitas laboratorium BPOM.

(2) Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market)

melalui: a) Pengambilan sampel dan pengujian; b) Peningkatan cakupan pengawasan

sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan di seluruh Indonesia oleh 33 Balai

Besar (BB)/Balai POM, termasuk pasar aman dari bahan berbahaya; c) Investigasi awal

dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan di pusat dan balai. (3)

Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi serta penguatan

kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan

efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di pusat dan balai melalui: a) Public

warning; b) Pemberian Informasi dan Penyuluhan/Komunikasi, Informasi dan Edukasi

kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c)

Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), peningkatan

kegiatan BPOM Sahabat Ibu, dan advokasi serta kerjasama dengan masyarakat dan

berbagai pihak/lembaga lainnya.

Sesuai Perka Badan POM RI Nomor 14 Tahun 2014, Unit Pelaksana Teknis di

lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas

produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.

Balai Besar POM di Banda Aceh menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;

Page 12: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

4

3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk

secara mikrobiologi;

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana

produksi dan distribusi;

5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang

ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; dan

10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya.

1.1.2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Struktur Organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh disusun berdasarkan

Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Struktrur

organisasi tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1

Struktur Organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh

Page 13: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

5

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Balai Besar POM di Banda Aceh

didukung struktur organisasi terdiri dari 5 Bidang dan 1 Sub Bagian Tata Usaha serta

kelompok jabatan fungsional yang melaksanakan tugas sebagai berikut :

1. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik,

dan Produk Komplemen mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana

dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan

laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik, narkotika,

obat tradisional, kosmetik, dan produk komplemen.

2. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan

laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di

bidang pangan, dan bahan berbahaya.

3. Bidang Pengujian Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan

laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.

4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, dan pemeriksaan

sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan kasus

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan di Banda Aceh

Tata Usaha

Kepala Sub Bagian

Kepala Bidang Pengujian Produk Terapeutk, Narkotik, Obat

Tradisional, Kosmetk dan Produk Komplimen

Kepala Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya

1. Kepala Seksi Pemeriksaan 2. Kepala Seksi Penyidikan

Kepala Bidang Pengujian Mikrobiologi

1. Kepala Seksi Sertifikasi 2. Kepala Seksi Layanan

Informasi Konsumen

Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Page 14: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

6

pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat

adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan, dan bahan

berbahaya.

5. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan

laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu,

dan layanan informasi konsumen.

6. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan

administrasi di lingkungan Balai Besar POM di Banda Aceh

7. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Untuk mendukung tugas-tugas tersebut diperlukan sejumlah SDM yang

memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki BBPOM di

Banda Aceh sampai tahun 2014 adalah sejumlah 78 orang. Adapun profil pegawai

BBPOM berdasarkan bidang tugas dan jenis pendidikan dapat dilihat pada tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1

Profil Pegawai Berdasarkan Bidang Tugas Dan Jenis Pendidikan

Balai Besar POM Di Banda Aceh Tahun 2015

Bidang Tugas S2 Apt/dr S1 Non

Sarjana Jumlah

Kepala Balai Besar POM 1 1

Sub Bagian Tata Usaha 2 3 11 16

Bidang PengujianTeranokoko 2 11 6 19

Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya

3 2 1 2 8

Bidang Pengujian Mikrobiologi 2 3 3 8

Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

3 8 7 18

Page 15: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

7

Bidang Sertifikasi dan LIK 2 3 3 8

Jumlah 15 27 7 29 78

Jumlah pegawai sebanyak yang tertera pada tabel 1 diatas belum memadai

untuk kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh dengan luas daerah 56.770, 81 Km2 dan

jumlah Kabupaten 18 dan jumlah Kota 5 serta jumlah Kecamatan 284. Beberapa

tenaga yang sangat dibutuhkan adalah Sarjana Akutansi, sarjana Hukum dan Apoteker

untuk memenuhi kebutuhan pada Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan. Demikian juga

keperluan di Laboratorium masih belum memerlukan Sarjana Farmasi / Apoteker.

Untuk mendukung tugas tugas Balai Besar POM Banda Aceh sesuai dengan

peran dan fungsinya sangat diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan

kompetensi yang baik. Jumlah kebutuhan SDM yang diperlukan oleh Balai Besar POM

di Banda Aceh untuk tahun 2014 cukup memadai. Hal tsb tergambar pada gambar 2

berikut ini

Gambar 2

Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Banda Aceh 2015 – 2019

berdasarkan Analisis Beban Kerja

Page 16: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

8

Akan terdapat kekurangan SDM di Balai Besar POM di Banda Aceh mulai tahun 2016

berturut turut sebesar 8, 12, 17 dan 23 orang sampai tahun 2019 , kekurangan SDM

tersebut dengan prediksi SDM yang tersedia hingga 2019 adalah 84 orang . Standar

kebutuhan SDM berdasarkan ABK terdapat kenaikan sebesar 5 orang setiap tahunnya

dengan adanya beberapa pegawai yang pensiun / pindah.

Adanya kebijakan pemerintah melakukan moratorium pegawai selama lima tahun

mulai periode tahun 2015 – 2019 dengan demikian tidak akan ada penambahan

pegawai selama kurun waktu tersebut. Sementara jumlah pegawai yang pensiun mulai

terlihat nyata sejak tahun 2016 sampai 2019 dalam jumlah 2 hingga 3 orang. Beban

kerja diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya dengan beberapa new inisiatif dan

lainnya sehingga dikhawatirkan tugas dan fungsi pengawasan tidak dapat dilakukan

secara optimal.

1.1.3. Capaian Kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2010-2014

Tugas dan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan oleh Balai

Besar POM di Banda Aceh adalah untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis, yaitu : 1)

Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka melindungi

masyarakat di Provinsi Aceh; 2) Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan

Makanan yang modern dengan jaringan kerja di Seluruh Indonesia dengan kompetensi

dan kapabilitas terunggul di Provinsi Aceh; 3) Meningkatnya kompetensi, kapabilitas

dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan Obat dan

Makanan; 4) Meningkatnya koordinasi,perencanaan, pembinaan dan pengendalian

terhadap program dan administrasi di Lingkungan Balai Besar POM di Banda Aceh

sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu; 5) Meningkatnya ketersediaan Sarana dan

Prasarana yang dibutuhkan oleh Balai Besra POM di Banda Aceh.

Untuk mengukur kinerja pengawasan obat dan makanan yang telah dilakukan

oleh Balai Besar POM di Banda Aceh, Badan POM menetapkan indikator kinerja utama

(IKU) melalui sasaran strategis 1, yaitu Meningkatnya efektivitas Pengawasan Obat dan

Makanan dalam rangka melindungi masyarakat di Provinsi Aceh yang tertuang dalam

Renstra 2010-2014. Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan

Page 17: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

9

kewenangan Balai Besar POM di Banda Aceh tersebut dapat dilihat pada tabel dan

garfik di bawah ini.

Tabel 2

Capaian IKU Kumulatif Tahun 2010 – 2014

Komoditi

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

T R Tingkat Capaian

T R Tingkat Capaian

T R Tingkat Capaian

T R Tingkat Capaian

Obat 0,10% 1,77% 1768,11% 0,20% 1,23% 612,92% 0,30% 1,15% 382,84% 0,40% 2,35% 587,45%

Obat Tradisional

0,25% 5,09% 2036,61% 0,5% 10,55% 2109,94

% 0,75% 14,46% 1927,54% 1,00% 24,65% 2465,46%

Kosmetik 0,25% -8,31% -3325,48% 0,5% 5,88% 1175,52

% 0,75% 11,88% 1583,69% 1,00% 11,12% 1112,24%

Suplemen Makanan

0,50% 2,59% 517,24% 1,00% 0,22% 22,40% 1,50% 0,86% 57,47% 2,00% 0,86% 43,10%

Makanan 3,75% 23,99% 639,73% 7,50% 22,78% 303,72% 11,25% 14,99% 133,28% 15% 24,70% 164,67%

Keterangan : T (Target) dan R (Realisasi)

Gambar 3

Dari tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pengawasan Obat

dan Makanan selama tahun 2010-2014 masih fluktuatif. Pada akhir periode yaitu tahun

-4000,00%

-3000,00%

-2000,00%

-1000,00%

0,00%

1000,00%

2000,00%

3000,00%

Tingkat Capaian 2011

Tingkat Capaian 2012

Tingkat Capaian 2013

Tingkat Capaian 2014

Profil Tingkat Pencapaian IKU Kumulatif Tahun 2010-2014

Komoditi

Per

sen

tase

tin

gkat

cap

ian

Page 18: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

10

2014, capaian terhadap 4 indikator kinerja utama telah melebihi target yang

ditetapkan kecuali untuk indikator persentase kenaikan suplemen makanan yang

memenuhi standar. Dalam hal ini, pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM di

Banda Aceh perlu terus ditingkatkan, karena selain jumlah dan jenis produk Obat dan

Makanan yang beredar semakin meningkat, tingkat risiko obat dan makanan yang

dikonsumsi juga semakin besar.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global

permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks.

Arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi barang

dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang.

Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya

pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim

(climate change), ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan penyebaran

wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi kedepan.

Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai Besar POM di Banda

Aceh dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang dihadapi

terdiri atas 2 (dua) isu mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang

akan diulas disini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan

bebas, komitmen internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut

saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi

peran Balai Besar POM di Banda Aceh baik internal maupun eskternal adalah sebagai

berikut:

1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus metode

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa

Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan

kesehatan.

Page 19: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

11

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan

sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai

sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang

dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan

sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan

tersebut.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak

(pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk

pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan kegiatan

peran serta masyarakat melalui Posyandu.

Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-klinik kesehatan dan

pengobatan alternatif juga makin menambah beban dan daya jangkau Balai Besar POM

di Banda Aceh untuk makin melebarkan sayap dan menajamkan matanya dalam

melakukan pengawasan yang lebih komprehensif.

Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan semakin

mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan masyarakat

tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat semakin meningkat.

Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Ini merupakan tantangan yang akan

dihadapi dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.

Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut. Beberapa

permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu obat

adalah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penjaminan mutu obat yang

beredar seperti Kemenkes, Dinkes, BKKBN termasuk Industri farmasi dalam penerapan

CPOB. Terkait meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta pengobatan

secara tradisional di masyarakat diperlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.

Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu

pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, namun kini berjangkit kembali. Penyakit

ini, baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya perubahan iklim

secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi

Page 20: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

12

maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat

Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan.

Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri untuk dapat memberikan

rasa aman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi obat yang beredar di pasaran. Dalam

menciptakan rasa aman bagi masyarakat, Badan POM selama ini melakukan kontrol dalam

bentuk penilaian sebelum produk beredar di pasar dan pengawasan secara ketat bersama

Balai / Balai Besar POM seluruh Indonesia, khususnya Balai Besar POM di Banda Aceh

terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat dan sekaligus memberikan

informasi dan edukasi pada masyarakat mengenai produk obat yang aman, bermutu dan

berkhasiat.

1.2.2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju

terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sistem ini merupakan program negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi risiko

ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara

(means), sekaligus tujuan (ends) dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu, dalam

Sistem Jaminan Sosial Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak

langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah

meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat, baik dari dalam maupun

luar negeri karena perusahaan/industri obat akan berusaha menjadi supplier obat

untuk program pemerintah tersebut. Selain peningkatan jumlah obat yang akan

diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan adanya

peningkatan demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan.

Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan adalah terjadinya peningkatan

konsumsi obat, baik jumlah maupun jenisnya. Dampak lain adalah banyak industri

Page 21: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

13

farmasi yang akan melakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas

produksi dengan perluasan sarana yang dimiliki. Adanya peningkatan kapasitas dan

fasilitas tersebut, maka akan terjadi peningkatan permohonan sertifikasi Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dalam hal ini peran Balai Besar POM di Banda Aceh

akan semakin besar, antara lain adalah peningkatan post-market melalui intensifikasi

pengawasan obat pasca beredar.

1.2.3 Agenda Sustainable Development Goals ( SDGs)

Setelah berjalan beberapa tahun agenda Millenium Development Goals (MDGs)

akan berakhir pada tahun 2015. Beberapa Negara mengakui keberhasilan dari

program ini yaitu menjadi pendorong dalam tindakan pengurangan kemiskinan dan

mampu meningkatkan pembangunan masyarakat. Kelanjutan program ini disebut

Sustainable Development Goals ( SDGs), yang meliputi 17 goals. Di dalam Bidang

Kesehatan faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir

yang lebih kuat sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan

masyarakatnya.

Terkait Goal 2 End hunger, achive food security and improved nutrition, and

promote sustainable agriculture akan sangat berperan ketahanan pangan serta akses

mendapatkan pangan yang aman bergizi dengan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan

terhadap masyarakat miskin dan kelompok yang rentan termasuk bayi. Kontribusi

terhadap kondisi ini adalah tersedianya pangan dengan nilai gizi yang cukup misalnya

pangan diet khusus mengandung Angka Kecukupan Gizi ( SKG) yang cukup untuk

pasien diabetes, garam dan terigu difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu

dalam susu formula bayi dan lansia. Hal ini hanya dapat terjadi jika produsen pangan

olahan yang telah diispeksi dan dibina dapat menerapkan Good Manufacturing

Practices (GMP) dan menjamin mutu produknya termasuk nilai nutrisi sesuai dengan

kebijakan teknis yang dibuat Badan POM/SNI/SI. Tantangan ke depan adalah

penyusunan kebijakan teknis terkini tentang standar gizi pangan olahan, pengawalan

mutu, manfaat dan keamanan pangan olahan serta KIE kepada masyarakat.

Terkait Goal 3 Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages,

salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di dalamnya

Page 22: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

14

akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu.

Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan dan

menggunakan hanya obat dan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk upaya

kesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakat

meningkat. Kontribusi untuk mencapai kondisi ini adalah ketersediaan obat yang

aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa tercapai

hanya jika Industri Farmasi yang telah diintervensi (diawasi dan dibina BPOM)

mempraktekkan GMP dalam produksi obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu

demikian pula halnya dengan PBF serta rantai distrubusi obat dapat menerapkan Good

Distribution Practices untuk mengawal mutu obat JKN. Tantangan bagi Badan POM RI

bersama unit Balai/Balai Besar POM se Indonesia kedepan adalah intensifikasi

pengawasan pre-market dan post-market, serta pembinaan pelaku usaha agar secara

mandiri menjamin mutu produknya.

1.2.4 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang

mencakup banyak bidang dan saling terkait: ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi

dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi,

informasi dan transportasi yang sangat cepat dan massif akhir-akhir ini dan

berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era globalisasi

dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya

dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya

suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut

telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional,

khususnya di bidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas

(Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-China Free Trade

Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free

Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan ASEAN-

Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Dalam hal ini, memungkinkan

Page 23: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

15

negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan

untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar

menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal

ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta

memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah

memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar

regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

akhir tahun 2015, diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen

kesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap

produk luar negeri.

Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional

khususnya di sektor ekonomi tersebut, harusnya yang menjadi dasar pijakan dan harus

ditekankan dari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam

menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan negara-

negara lain tersebut.

Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain adalah

obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari negara lain,

merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan

bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar

negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk

itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi

Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu ekonomi

saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah

yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan

gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini akan semakin kompleks

dengan sulitnya pemerintah dalam membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi

masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan.

Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek

masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal. Di sisi lain,

Page 24: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

16

secara nasional jumlah apotek yang ada juga masih kurang, dimana belum semua

kecamatan terjangkau dengan layanan apotek.

Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi.

Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya

pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya ditemukan obat-obat

yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya. Hal ini

jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World Health

Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan

mencapai 20-40% untuk negara berkembang termasuk Indonesia. Tentunya hal ini

menjadi tantangan yang sangat serius bagi pengawasan terhadap produk Obat dan

Makanan yang beredar di masyarakat.

Menurut data Badan POM RI tahun 2014, jumlah perusahaan farmasi di

Indonesia mencapai 207 perusahaan, sebanyak 34 di antaranya merupakan

perusahaan multinasional. Rata-rata penjualan obat di tingkat nasional selalu tumbuh

12-13% setiap tahun dan lebih dari 70% total pasar obat di Indonesia merupakan

perusahaan nasional. Namun, ketergantungan impor bahan baku obat masih sangat

tinggi, bahkan 95-96% diimpor dari China, India dan Eropa.

Produksi domestik untuk bahan baku obat juga masih sangat kecil. Meskipun

Indonesia mampu memproduksinya, sampai saat ini kebanyakan masih belum dapat

bersaing dengan produk impor. Jumlah industri farmasi nasional cukup besar dengan

kapasitas produksi sebesar 3% dari kapasitas total dunia. Namun, disisi lain, pasar

farmasi Indonesia relatif kecil yaitu sekitar 0,2% dari total pasar dunia (Kardono,

2004). Apabila terjadi kenaikan drastis harga obat yang berakibat menurunnya daya

beli masyarakat, hal ini akan membuat masyarakat lebih sulit untuk mendapatkan obat,

yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang.

Selain produsen farmasi, Indonesia juga memiliki pasar pengobatan tradisional

yang cukup besar. Saat ini terdapat sekitar 900 industri skala kecil dan 130 industri

skala menengah obat tradisional, namun baru 69 yang memiliki sertifikat Cara

Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Padahal Indonesia memiliki sekitar 9.600

tumbuhan yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan obat. Setidaknya terdapat

sekitar 300 jenis tumbuhan yang telah digunakan sebagai bahan dasar industri obat.

Page 25: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

17

Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka

pemerintah harus selalu mendukung dan melindungi industri farmasi di Indonesia.

Dengan adanya Free Trade Area (FTA), maka pemerintah harus mengembangkan

kesiapan industri farmasi untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan dan

ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu bersaing

dengan produk obat dari luar negeri.

1.2.5 Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian

khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat mengakibatkan

berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga

yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa

yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia.

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan munculnya

bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit baru tersebut

diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup banyak dan

mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.

Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center

for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan

kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim,

Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit yang

perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya

Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tuberkulosis. Jadi di Indonesia, terdapat tiga

penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan

perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selain

dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan

akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit

batu ginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan

iklim, diperlukan pengawasan peredaran varian produk obat yang baru dari jenis

penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar

negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat herbal

Page 26: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

18

tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi ini

menuntut kerja keras dari Balai Besar POM di Banda Aceh melakukan pengawasan

terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.

1.2.6 Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-ekonomi,

yakni pendapatan perkapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan diproyeksikan pada

tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012) dan telah menjadi 10

(sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan ekonomi dunia. Indikator ini

menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakat Indonesia. Secara teori dan

fakta, bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi

masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.

Berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan masyarakat Indonesia

sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi obat modern

dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern pada tahun 2012

mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak 24,33%. Beberapa

penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia justru banyak

menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.

Gambar 4

Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Obat Modern dan Tradisional

Sumber: Susenas BPS 2009-2012

91,63% 90,76% 90,96% 91,40%

22,24% 27,57%

23,63% 24,33%

0,00%

30,00%

60,00%

90,00%

2009 2010 2011 2012

Obat Modern

Obat Tradisional

Page 27: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

19

Untuk itu, dengan banyaknya konsumsi obat modern yang dilakukan

masyarakat, maka perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius dari

BPOM.

1.2.7 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk

tahun 2010, dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49%

pertahun). Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450 juta jiwa. Dari gambar 1.6 di bawah ini,

dapat dilihat bahwa jumlah populasi terbesar berada pada kelompok umur remaja 15-

19 tahun, namun menunjukan tren penurunan. Sementara usia produktif antara 30-54

tahun justru menunjukan tren meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64

tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan tren yang meningkat tetapi dengan jumlah

yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan

masyarakat juga semakin meningkat.

Gambar 5

Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013

Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi, yakni

9,079 juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047 juta (BPS

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

jum

lah

pe

nd

ud

uk

(da

lam

00

0)

Kelompok Umur

2009

2010

2011

2012

2013

Page 28: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

20

Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola beban penyakit

untuk kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan membutuhkan layanan

kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas.

Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada

transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam penggunaan

layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun masyarakat luas. Efek ini

akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas kesehatan dan sistem jaminan

kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus akan menambah beban kerja dari

BPOM sebagai pengawas di bidang Obat dan Makanan.

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup

besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga

akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga

vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat yang cukup besar

konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BPOM untuk melakukan penilaian

dan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi

dan meningkat jumlahnya.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin

bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk Obat

dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap produk Obat

dan Makanan semakin meningkat, maka penawaran dari produk Obat dan Makanan

juga akan meningkat. Potensi pasar yang besar membuat para produsen Obat dan

Makanan baik lokal maupun internasional semakin meningkatkan volume produksi

maupun variasinya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing Practice) oleh

produsen dalam memproduksi Obat dan Makanan menjadi tantangan diwaktu

mendatang .

Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi

berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu dengan adanya bonus

demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapat

memanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas

ekonomi yang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam

APBN.

Page 29: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

21

Berdasarkan peta demografi, penduduk Indonesia dalam usia produktif telah

mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya beli lebih tinggi ditambah dengan

kenaikan jumlah penduduk kelas menengah (middle class) yang terjadi pada tahun

2040. Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class atau

consuming class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010 hanya 45 juta

orang, maka proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan pada tahun 2030

sudah mencapai 135 juta orang. Kelompok ini akan banyak mempengaruhi pola

konsumsi Obat dan Makanan serta gaya hidup masyarakat Indonesia.

Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah dengan

mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan implementasinya di

tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a) Peningkatan pelayanan

kesehatan masyarakat termasuk jaminan mutu Obat; b) Peningkatan kualitas dan

kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan ekonomi yang

mendukung fleksibilitas tenaga kerja dan pasar, serta keterbukaan perdagangan dan

tabungan nasional.

Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah harus mulai

dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca berakhirnya masa Bonus

Demografi, dimana jumlah lansia meningkat.

1.2.8 Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat

berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan

perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam mensinergikan

kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan obat dan makanan. Desentralisasi

di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga belum

secara optimal memberikan perlindungan bagi masyarakat.

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang

semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan

kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren

antara pusat dan daerah. Desentralisasi di bidang kesehatan belum berjalan sesuai

dengan yang diharapkan. Untuk itu kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan

perundang-undangan merupakan tantangan yang sangat penting. Hal ini berdampak

Page 30: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

22

pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak

mengenal batas wilayah (borderless) sehingga perlu adanya one line command (satu

komando), apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi

syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang

pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari

pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan

Makanan belum optimal.

1.2.9 Perkembangan Teknologi

Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, namun

penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96% dari kebutuhan.

Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai efek

pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai bahan baku.

Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat, BPOM dapat

mendorong industri farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku obat

dalam negeri.

Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi.

Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa

pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga distribusi

Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak

pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan distribusi

Obat dan Makanan ke tempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia semakin cepat,

sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya.

Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Adanya perubahan

iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan teknologi menciptakan

rekayasa genetika dan varian makanan yang terkadang tingkat keamanannya belum

teruji. Hal ini harus menjadi tantangan yang besar terhadap pengawasannya.

Perkembangan teknologi informasi juga merambah kepada pelayanan secara

online, yang mana dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di

Indonesia. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan terkait

Page 31: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

23

tren pemasaran dan transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja

juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.

1.2.10 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM sebagai instansi

vertikal balai Besar POM di Banda Aceh melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) sesuai

PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau proses RB

yang dilakukan merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang

diharapkan dari pelaksaan RB itu sendiri. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana

Gambar 1.10 di bawah ini

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal atau UPT

BB / Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk mendukung pengawasan Obat dan

Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan daerah-daerah yang sulit

dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki Pos POM. Peran BB / Balai POM dan

Pos POM perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi,

kompetensi dan kuantitas SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan

lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat

dilakukan secara lebih optimal. Tantangan BPOM kedepan adalah melakukan kajian,

penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas

organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM.

b. Penataan Tatalaksana

Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen untuk

melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan

secara terus menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada

seluruh pemangku kepentingan. Komitmen BPOM tersebut dilakukan melalui

penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang

dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO

9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S Quality System

Page 32: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

24

Requirement for Pharmateucal Inspectorate (PI 0023), OHSAS 18001;2007; ISO

27001;2013 Information Security Management System; WHO Quality System

Requirement for National GMP Inspectorate (TRS 902 Annex 8, 2002); dan persyaratan

Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan

pengembangan (KNAPPP02:2007).

Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan juga

dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasi di

lingkungan BPOM, diantaranya pendaftaran produk (pangan, oba, obat tradisional) dan

berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan secara

elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem mutu

dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BPOM tersebut

seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya

dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

c. Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum

Telah banyak undang-undang dan peraturan pemerintah yang menjadi

landasan teknisi pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-

undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan

Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di

bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus

berulang.

Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung pencapaian

tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada kerangka regulasi. Adanya

kerangka regulasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kaidah pelaksanaan RPJMN /

RKP membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi peraturan perundang-

undangan dan meminimalkan ego sektoral. BPOM perlu mengambil kesempatan ini

dengan mengusulkan peraturan perundang-undangan yang akan masuk dalam

prolegnas setiap tahunnya bersamaan memastikan bahwa bagi masyarakat, BPOM

perlu membuat cost-benefif analysis. Sedangkan terhadap regulasi teknis yang

dikeluarkan BPOM perlu dilakukan regulatory impact assessment.

Page 33: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

25

Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain

ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan / SK

Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan / SK Bupati / Walikota.

Pada level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas

untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar mutu

lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan

peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk

Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum.

Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan

hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun

persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser

pengawasan ke arean preventif, serta memperkuat kerjasama di Free Trade Zone Area.

Upaya ini pun perlu diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian

negara secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.

d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, BPOM telah

mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014 memperoleh

nilai B.

Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi

kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BPOM. Namun, BPOM

masih perlu melakukakn penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen

pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

Ke depan, untuk menjawab ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM

selaku institusi pengawasan, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) terhadap opini laporan keuangan BPOM dari BPK.

e. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya

Page 34: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

26

pengawasan yang dilakukan BPOM, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan

efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BPOM serta menghindari

tingkat penyalahgunaan wewenang.

Pengawasan ynag dilakukan BPOM antara lain melalui kebijakan penanganan

gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP), pengelolaan

pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system, penanganan benturan

kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)

dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaan Aparat

Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang

dilakukan BPOM tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan

pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran APIP dan

unit pengawas fungsional (Inspektorat) sebagai internal-consultant yang melaksanakan

fungsi pembinaan, penataan, pengawasan, dan pentaatan dengan dukungan SDM yang

memadai secara kualitas dan kuantitas serta berfokus pada pemeriksaan kinerja

berbasis risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang menganggu efektivitas

pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan kerugian negara.

f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan

profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh sistem rekrutmen dan

promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk

jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Perencanaan kebutuhan pegawai BPOM

dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses penerimaan pegawai

dilakukan secara transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN serta promosi jabatan

dilakukan secara terbuka.

Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi yang

selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk

pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan

kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut didukung

oleh sistem informasi kepegawaian.

Page 35: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

27

Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi

kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan

fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen pemerintah menuntut

adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk

saat ini, sistem manjemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan

penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal

pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun. Pemanfaatan

sistem informasi kepegawaian yang telah dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai

pendukung pengambilan kebijakan manajemen SDM BPOM.

g. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan

konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya

kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan

sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, BPOM telah

memebentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau

inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan

dan seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur

pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka

pelaksanaan RB.

Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya

resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk

mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk

pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

1.2.11 Data Wilayah Kerja

Provinsi Aceh memiliki luas wilayah 56.770,81 km² dibagi kedalam 5 (lima)

pemerintahan Kota dan 18 (delapan belas) pemerintahan Kabupaten dengan jumlah

penduduk berdasarkan sensus penduduk tahun 2013 adalah 4.791.900 jiwa, yang

terdiri dari 2.397.200 jiwa laki-laki dan 2.394.700 jiwa perempuan.

Page 36: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

28

Provinsi Aceh terletak paling Barat

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

dengan titik terluar berada di Kota Sabang

terletak di Pulau Weh berbatasan dengan

Samudra Hindia ke arah India, sebelah selatan

berbatasan dengan Samudra Hindia, sebelah

timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera

Utara, terbagi dalam dengan 3 sektor pintu

masuk yang dihubungkan dengan 3 jalan

darat. Sektor selatan melalui kota Subulussalam, sektor tengah melalui kota Kutacane

dan sektor utara, merupakan jalur paling padat yaitu melalui kota Aceh Tamiang, dan

sebelah Utara dengan garis pantai menghadap ke Selat Malaka merupakan lintas laut

terpadat dan menjadi pintu masuk utama dari Negara tetangga Malaysia, Thailand dan

Singapura, karena di pantai Utara tersebut banyak terdapat jalur pelayaran tradisional

dan terdapat pelabuhan alam di kota Langsa.

Provinsi Aceh pemerintahannya dibagi kedalam 18 wilayah Kabupaten dan 5

wilayah kota (23 Kabupaten/Kota) sebagai berikut:

1. Kabupaten Aceh Barat dengan ibukota Meulaboh

2. Kabupaten Aceh Barat Daya dengan ibukota Blang Pidie

3. Kabupaten Aceh Besar dengan ibukota Jantho

4. Kabupaten Aceh Jaya dengan ibukota Calang

5. Kabupaten Aceh Selatan dengan ibukota Tapaktuan

6. Kabupaten Aceh Singkil dengan ibukota Singkil

7. Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibukota Karang Baru

8. Kabupaten Aceh Tengah dengan ibukota Takengon

9. Kabupaten Aceh Tenggara dengan ibukota Kutacane

10. Kabupaten Aceh Timur dengan ibukota Idi Rayeuk

11. Kabupaten Aceh Utara dengan ibukota Lhoksukon

12. Kabupaten Bener Meriah dengan ibukota Simpang Tiga Redelong

13. Kabupaten Bireuen dengan ibukota Bireuen

14. Kabupaten Gayo Lues dengan ibukota Blang Kejeren

Page 37: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

29

15. Kabupaten Nagan Raya dengan ibukota Suka Makmue

16. Kabupaten Pidie dengan ibukota Sigli

17. Kabupaten Pidie Jaya dengan ibukota Meureudu

18. Kabupaten Simeulue dengan ibukota Sinabang

19. Kota Banda Aceh dengan ibukota Banda Aceh

20. Kota Langsa dengan ibukota Langsa

21. Kota Lhokseumawe dengan ibukota Lhokseumawe

22. Kota Sabang dengan ibukota Sabang

23. Kota Subulussalam dengan ibukota Subulussalam

Di Provinsi Aceh pada tahun 2014 terdapat sarana industri kecil obat

tradisional sebanyak 5 sarana, industri kosmetik sebanyak 5 sarana, sarana industri

pangan (MD) sebanyak 27 sarana dan IRTP sebanyak 632 sarana. Sedangkan sarana

distribusi obat dan makanan terdapat sarana distribusi obat PBF sebanyak 26 sarana,

apotek 273 sarana, toko obat 597 sarana, rumah sakit 62 sarana, puskesmas 325

sarana, balai pengobatan 13 sarana, gudang farmasi kabupaten/kota 24 sarana. Sarana

distribusi kosmetik sebanyak 718 sarana, sarana distribusi obat tradisional 597 sarana,

sarana distribusi pangan sebanyak 1.384 sarana. Sarana pengelola narkotika dan atau

psikotropika terdiri dari PBF sebanyak 26 sarana, apotek 273 sarana, rumah sakit

umum sebanyak 46 sarana, gudang farmasi 24 sarana, puskesmas 325 sarana dan balai

pengobatan 13 sarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

0

200

400

600

800

5 5 27

632

SARANA PRODUKSI

Page 38: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

30

Lama waktu perjalanan ke wilayah kerja Kabupaten/Kota rata – rata 14 jam,

paling lama 25 jam dan paling singkat 2 jam. Untuk mencapai lokasi sarana, petugas

Balai Besar POM di Banda Aceh umumnya menggunakan transportasi darat (94%),

selebihnya menggunakan transportasi laut (5%) dan udara (1%). Lokasi sarana yang

menggunakan transportasi laut yaitu Kota Sabang (Pulau Weh), Kabupaten Simeulue

menggunakan transportasi laut dan udara. Untuk melaksanakan pengawasan disatu

wilayah kerja diperlukan rata-rata waktu selama 7,5 jam. Pada tahun 2011 panjang

jalan kabupaten/kota diseluruh provinsi Aceh adalah 13.541,07 Km dimana 3.165,44

Km diantaranya berada dalam kondisi baik, dan 5.681,06 Km dalam kondisi sedang dan

selebihnya 4.994,57 Km dalam kondisi rusak. Total panjang jalan kabupaten/kota

0

200

400

600

800

24 304

685

384

24

SARANA DISTRIBUSI OBAT

0

1000

2000

OTKOS

PANGAN

597 718 1372

SARANA DISTRIBUSI OT, KOS DAN PANGAN

Page 39: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

31

6.203,57 km beraspal, 4.837,42 km berpermukaan kerikil dan selebihnya sepanjang

2.800,08 km masih berpermukaan tanah.

1.2.12 Isu Strategis

Isu strategis yang dihadapi Balai Besar POM di Banda Aceh adalah

meningkatnya peredaran produk obat, obat tradisional, kosmetik dan makanan yang

tidak memenuhi syarat di wilayah Provinsi Aceh. Peresmian Pelabuhan Krueng

Geukuh di Aceh Utara sebagai jalur masuk kedua bagi produk impor (selain pelabuhan

Sabang di Banda Aceh) dapat meningkatkan peredaran produk obat, obat tradisonal,

kosmetik, dan makanan yang tidak memenuhi syarat.

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh harus mampu

menurunkan jumlah produk yang tidak memenuhi syarat di Provinsi Aceh yaitu obat

yang tidak memenuhi syarat, obat tradisional yang mengandung Bahan Kmia Obat

(BKO), kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, suplemen yang tidak memenuhi

syarat dan makanan yang mengandung bahan berbahaya.

Selain itu sejalan dengan diberlakukannya syariat islam, Balai Besar POM di

Banda Aceh diharapkan dapat menurunkan, atau bahkan menghilangkan peredaran

makanan yang tidak halal di masyarakat.

Hasil analisa lingkungan strategis baik eksternal maupun internal dirangkum dalam

tabel 3 berikut :

Tabel 3

Rangkuman Analisis SWOT

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

Kekuatan

(Strengths)

1. Kualitas SDM

2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

3. Networking yang kuat dengan lembaga-lembaga

pusat/daerah/internasional

4. Pedoman Pengawasan yang jelas

5. Komitmen Pimpinan

Page 40: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

32

Kelemahan

(Weaknesses)

1. Masih terbatasnya jumlah SDM

2. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja

3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun

utama

4. Masih kurangnya dukungan IT

Peluang

(Opportunities)

1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)

2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat

4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait

5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Tantangan

(Threats)

1. Perubahan iklim dunia

2. Lemahnya penegakan hokum

3. Perubahan pola hidup masyarakat

4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area)

5 Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Balai Besar POM di

Banda Aceh perlu melakukan penguatan organisasi dan Networking dengan lembaga-

lembaga pusat/daerah/internasional, agar faktor-faktor lingkungan strategis yang

mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh periode

2015-2019. Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan

dan kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman,

posisi organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh harusnya melakukan pengembangan

dengan meningkatkan dukungan terhadap IT agar dapat mewujudkan visi, misi dan

tujuan organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh periode 2015-2019.

Penguatan terhadap organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh juga menjadi

prioritas pada RPJMN ketiga ini agar organisasi menjadi kokoh dan mampu bertahan

ditengah suasana krisis ekonomi yang berkepanjangan serta isu perubahan iklim dunia

yang tidak dapat diprediks,i semuanya akan berimbas pada tujuan akhir pembangunan

lima tahun kedepan yaitu ditahun 2019. Adapun perkuatan yang diperlukan disajikan

pada tabel 3 berikut :

Page 41: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

33

Tabel 4

Penguatan Peran Balai Besar POM di Banda Aceh

Tahun 2015-2019

Penguatan

Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

a. Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai

standar

b. Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

sesuai standar

c. Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan

Makanan

d. Penyidikan dan penegakan hukum

Kerjasama,

Komunikasi,

Informasi dan

Edukasi Publik

a. Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha

melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

termasuk peringatan publik

b. Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan

c. Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan

Makanan yang tidak sesuai dengan standar

d. Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang

tidak memenuhi standard

Page 42: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

34

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BPOM

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang

dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka Balai Besar POM di

Banda Aceh sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga Pengawasan

Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat

Obat dan Makanan tersebut sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk maksud

tersebut, disusun visi dan misi serta tujuan dan sasaran Balai Besar POM di Banda

Aceh.

Gambar 6 Peta Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2015-2019

SDM DAN ORGANISASI INFRASTRUKTUR

ANGGARAN

Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan

yang aman untuk meningkatkan kesehatan

masayarakat

Terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka

meningkatkan daya saing obat dan makanan di pasar lokal dan Global

Meningkatnya kualitas kebijakan

teknis pengawasan (NSPK) yang dihasilkan

Meningkatnya kualitas Obat dan Makanan yang beredar

sesuai standard

Meningkatnya kualitas sarana

produksi yang memenuhi standard

Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang

memenuhi standard

SDM andal, adaptif,

profesional dan berkredibelitas

Meningkatnya kapasitas Organisasi

Meningkatnya sistem informasi

Meningkatnya akuntabilitas

pengguna dana

Anggaran Badan POM yang memadai

Meningkatnya kualitas sampling dan

pengujian terhadap produk obat dan

makanan yang beredar

Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap

pelanggaran obat dan makanan

Meningkatnya kualitas kebijakan pengawasan obat

dan makanan

Meningkatnya kemandirian pelaku

usaha dan kerjasama dengan

stakeholders

Page 43: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

35

2.1 VISI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Balai Besar POM di Banda Aceh

harus memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN

2015-2019 dan RKP Tahunan, melalui penyusunan rencana strategis dan rencana

tahunan yang berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan monitoring evaluasi

atas pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan secara efektif dan efisien serta

pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari pemerintah.

Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dapat dilihat dari: 1) Kualitas

kebijakan dalam penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap Obat dan

Makanan; 2) Kualitas pengawasan Obat dan Makanan, serta 3) Kerjasama dan

Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat dalam memanfaatkan

produk-produk Obat dan Makanan sesuai standar. Apabila keseluruhan hal tersebut

dapat terpenuhi maka Balai Besar POM di Banda Aceh telah mampu berperan dalam

mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan visi RPJMN 2015-2019 sesuai visi,

misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, dan selanjutnya

mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai amanat UUD 1945,

yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Adapun visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019

adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian

berlandaskan Gotong Royong”

Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 adalah

sebagai berikut:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan

mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan,

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan

negara hukum,

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim,

Page 44: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

36

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera,

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional, dan

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden

terpilih dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka Balai Besar POM di Banda Aceh sesuai

dengan tugas dan kewenangannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam

pengawasan Obat dan Makanan menetapkan Visi Balai Besar POM di Banda Aceh

2015-2019 adalah sebagai berikut:

”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

dan Daya Saing Bangsa”

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan

masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta

diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan

dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan

Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang

mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat

ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia.

Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan

meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah

memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional,

sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi di

masa depan.

2.2 MISI

Page 45: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

37

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai

dengan penguatan peran Balai Besar POM di Banda Aceh sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam Bab I. Misi Balai Besar POM di Banda Aceh adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan kegiatan yang komprehensif yaitu

pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta

penegakan hukum yang dilakukan Balai Besar POM di Banda Aceh. Menyadari

kompleksnya tugas yang diemban Balai Besar POM di Banda Aceh dalam

melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah

masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu sasaran strategis

khusus serta mampu mengawalnya selama lima tahun. Di satu sisi tantangan

dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya

yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas.

Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan akan didesain berdasarkan analisis

risiko yang mana tujuannya untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

Pelaku usaha sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

(SISPOM), mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat

dan Makanan aman. Mereka merupakan pemangku kepentingan yang mampu

memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi

ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Sebagai lembaga pengawas, Balai Besar POM di Banda Aceh harus bersikap

konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan

serta pembinaan dengan baik. Balai Besar POM di Banda Aceh harus mampu

membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang

aman, bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara

berkelanjutan diharapkan nantinya pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam

memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Page 46: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

38

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk

Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap

Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman

memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara

Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin

2004-2012). Perkembangan industri makanan, minuman dan farmasi (obat) dari

tahun 2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini

tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut

berkembang lebih pesat.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya bersaing

di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai contoh, masih

besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar

negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya

dengan industri makanan, dimana pasar dalam negeri dengan besarnya jumlah

penduduk Indonesia sangatlah potensial. Industri kosmetik, obat tradisional dan

suplemen kesehatan pun mempunyai karakteristik yang sama.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat

strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya pada

sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat

diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness)

untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi

kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga

dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.

Menyadari adanya kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh masyarakat, Balai Besar

POM di Banda Aceh melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan. Upaya

tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pihak lain.

Di sisi lain, arus globalisasi menjadi tantangan tersendiri karena masuknya produk

yang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia.

Comment [u1]: Tambah soal kemitraan dg pihak lain

Page 47: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

39

Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat

dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh

produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai Besar POM di Banda Aceh tidak

dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan

pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang

kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta

kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan

nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena

tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan

diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi

tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang

diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu,

dalam melaksanakan tugas pengawasan Balai Besar POM di Banda Aceh bersinergi

dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif

dan efisien dalam upaya mencapai tujuan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini

membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan

sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas

baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai Besar POM di Banda Aceh harus mampu

mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung

terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,

pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk

diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Misi Balai Besar POM di Banda Aceh merupakan langkah utama yang disesuaikan

dengan tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Banda Aceh. Pengawasan pre-

Page 48: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

40

dan post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka

memperkuat Balai Besar POM di Banda Aceh menghadapi tantangan globalisasi.

Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu

memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Balai

Besar POM di Banda Aceh mampu melindungi masyarakat dengan optimal.

Balai Besar POM di Banda Aceh juga melakukan kemitraan dengan pemangku

kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan

sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan

untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang

baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu

melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang

mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar

(learning organization). Untuk mendukung itu, maka Balai Besar POM di Banda

Aceh perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).

2.3 BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati

dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-

nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi

seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

4. Kerjasama Tim

Page 49: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

41

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

2.4 TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka

tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu

dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan

menjamin mutu dan mendukung inovasi.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam

rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:

a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan Balai Besar POM di

Banda Aceh;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan

menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi

ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan

pengawasan Obat dan Makanan.

2.5 SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai Balai

Besar POM di Banda Aceh, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan

sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki Balai Besar POM di Banda Aceh. Dalam

Page 50: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

42

kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan BPOM akan dapat

mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai Besar

POM di Banda Aceh merupakan suatu proses yang komprehensif yaitu :Pertama,

adalah pengawasan produk beredar (post-market control) yang dilakukan dengan

melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Kedua, pengujian

laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui

laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah

memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium

ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan

produk yang tidak memenuhi syarat dan kemudian akan ditarik dari peredaran.

Ketiga, adalah penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

Dalam bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan yang besar,

rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Oleh karena itu perlu suatu

upaya penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat dan Makanan.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai

berikut:

1. Persentase obat yang memenuhi syarat

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku

kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan

banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin

suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.

Page 51: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

43

Kerjasama yang telah dilakukan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh selama ini

lebih banyak dengan unsur pemerintah serta masih bersifat sporadik, parsial dan

belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Padahal pelibatan

berbagai pihak termasuk masyarakat sangat urgen dan strategis dalam menopang

tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat Balai Besar POM di

Banda Aceh. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis

dimulai dengan mengidentifikasi tingkat kepentingan, baik pemerintah maupun

sektor private dan kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi Balai

Besar POM di Banda Aceh. Setelah itu, mengidentifikasi sumber daya apa yang

telah dimiliki oleh masing-masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang

menjadi mandat Balai Besar POM di Banda Aceh, lalu menentukan indikator

bersama atas keberhasilan program yang (akan) dikerjasamakan. Kerjasama dan

kemitraan bisa dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya

(bisa dana, program atau SDM) yang tersedia di masing-masing lembaga dengan

terlebih dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasamanya. Atau bisa juga

dengan “mendelegasikan” program-program yang ada di Balai Besar POM di

Banda Aceh kepada lembaga/ kelompok masyarakat sipil yang memiliki program

yang sejalan dengan Balai Besar POM di Banda Aceh dengan mendukung

pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama ini

bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka harus diikat dengan sebuah

kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah pihak dengan mengacu pada

tujuan kerjasama yang telah disepakati. Di sisi lain, juga harus disepakati adanya

mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi yang terlembagakan, serta

memastikan bahwa hasil kerjasama ini juga bisa diakses dan dievaluasi bersama

oleh publik yang lebih luas.

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai

konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran

(masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga

masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat

dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya meningkatkan

kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat, harus

Page 52: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

44

diikuti dengan memberikan kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui

Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).

Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh pelaku

usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain. Pengawasan oleh pelaku

usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai sesudah

produk beredar, salah satunya adalah meliputi pengawasan Obat dan Makanan di

sarana produksi dan sarana distribusi. Produsen mempunyai peran dalam

memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman,

khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan

ketentuan. Dari sisi pemerintah, Balai Besar POM di Banda Aceh bertugas dalam

mengkawal kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus

dipenuhi oleh pelaku usaha.

Paradigma Balai Besar POM di Banda Aceh sebagai lembaga pengawas dan

ditakuti oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang

dilakukan Balai Besar POM di Banda Aceh dalam menjalin hubungan yang lebih

harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama

pengawasan, Balai Besar POM di Banda Aceh berupaya memberikan dukungan

kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya. Salah

satunya melalui jaminan kualitas (quality assurance) pengawasan, melalui

pendampingan regulatory (regulatory assistance).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukung

pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan.

Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi

tantangan perdagangan bebas. Salah satunya adalah dengan memberikan

dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada pelaku usaha secara intensif.

Faktor lainnya yang menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan

usaha adalah daya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat

indikatornya sebagai berikut:

1. Tingkat kepuasan masyarakat

Page 53: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

45

2. Jumlah Kabupaten / Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan

pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran

pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat

tercapainya sasaran strategis Balai Besar POM di Banda Aceh. Penerapan tata

kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya

aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,

keadilan, dan partisipasi masyarakat. Balai Besar POM di Banda Aceh telah

melaksanakan Reformasi Birokrasi yang terus dipelihara untuk menciptakan

birokrasi yang bermental melayani dan berkinerja tinggi sehingga kualitas

pelayanan publik yang diberikan Balai Besar POM di Banda Aceh akan meningkat.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)

merupakan modal penggerak organisasi. Adapun sumber daya dimaksud adalah

yang terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang

kinerja. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi

sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Untuk

memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan, Balai Besar POM di Banda

Aceh perlu memperkuat kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan

untuk menjawab tantangan yang terjadi (emerging issus). Dalam hal ini

pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang

dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola

karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin,

(v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii)

perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii)

pemberhentian.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat

indikatornya adalah:

1. Nilai SAKIP Balai Besar POM di Banda Aceh dari Badan POM

Page 54: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

46

Adapun Tabel 3 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai

Besar POM di Banda Aceh periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah

sebagai berikut :

Tabel 5

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BBPOM di Banda Aceh

periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa

Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

1. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

2. Pemenuhan target sampling produk obat disektor puplik (IFK);

3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan;

4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan;

5. Jumlah perkara di bidang Obat dan Makanan

6. Jumlah layanan public Balai Besar POM

7. Jumlah komunitas yang diberdayakan

8. Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar

9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan

Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan

1. Tingkat kepuasan masyarakat;

2. Jumlah Kabupaten /Kota yang memberikan

Page 55: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

47

jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi

pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan makanan

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

1. Nilai SAKIP Balai Besar POM di Banda Aceh dari badan POM

Indikator Kinerja Utama ( IKU ) yang dipilih dari indikator Sasaran Strategis

Balai Besar POM di Banda Aceh setelah uraian Sasaran Strategis tersebut diatas adalah

sebagai berikut :

1. Persentase Obat yang memenuhi syarat

2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

5. Persentase Makanan yang memenuhi syarat

6. Tingkat Kepuasan masyarakat.

Page 56: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

48

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM

Berdasarkan pada hasil Analisa SWOT tersebut di atas, disusun arah kebijakan

dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BADAN POM periode 2015-

2019 yaitu :

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian

pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat

dan Makanan

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan

Obat dan Makanan

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur

yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang

sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan

efisien.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;

Internal:

3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

Page 57: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

49

4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan

untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BADANPOM secara lebih

proporsional dan akuntabel;

7] Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan

lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil).

Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal

maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan

sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi

dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk konteks kerjasama misalnya, secara

kelembagaan selama ini di BPOM belum ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang

menangani terkait dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi

fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan

dikembangkan oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan

pembenahan di level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu

Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama dan

kemitraan ini.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BADAN POM sendiri. Poin

penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci

keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem

pengawasan, manajemen kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan

akuntabel, peningkatan kualitas

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat

dan Makanan tersebut, BADAN POM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN

Page 58: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

50

periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik),

sebagai berikut:

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BADAN POM

dalam pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana

distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan

hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis lainnya.

2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BADAN

POM

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas BADAN POM, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan

Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);

2) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui

penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan

penandaan.

3) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,

sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi

Pangan dan Bahan Berbahaya;

4) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;

5) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

6) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

7) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku

kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

Page 59: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

51

b.Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,

Keuangan;

2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat

dan Makanan;

3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan

Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;

4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;

5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan

Hubungan Masyarakat.

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM DI BANDA ACEH

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi, tujuan dan sasaran yang ditetapkan, Balai

Besar POM di Banda Aceh menetapkan arah, kebijakan dan strateginya. Arah

Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian

pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat

dan Makanan

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;

Internal:

Comment [a2]: Saya setuju nomenklatur kegiatan dicluster, tetapi apakah memang diperbolehkan/ tidak harus mengikuti restrukturisasi program dan kegiatan?

Comment [a3]: Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi manajemen SDM yang dikelola Biro Umum selama ini??? Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi pusat informasi OM.

Comment [a4]: Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan ---narasi yang ada belum menggambarkan fungsi evaluasi dan pelaporan dan perumusan Renstra

Page 60: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

52

3) Melakukan pengawalan Regulatory pengawasan Obat dan Makanan yang

berbasis risiko;

4) Membangun Manajemen Kinerja secara komprehensif dari kinerja institusi

hingga kinerja individu/pegawai;

5) Mengelola anggaran lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk

mendorong peningkatan kinerja institusi dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas secara lebih proporsional dan

akuntabel;

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan

lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil).

Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal

maupun eskternal maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam

mekanisme internal organisasi.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi dan kelembagaan serta sumber daya manusianya. Keterbatasan jumlah SDM

yang dimiliki akan ditingkatkan kompetensinya . Sistem pengawasan, manajemen

kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, peningkatan kualitas

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Balai Besar POM di Banda Aceh

sebagai institusi pengawasan Obat dan Makanan telah menetapkan program-

programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu :

a. Program Teknis

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Balai Besar

POM di Banda Aceh dalam pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan

terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar,

penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku

kepentingan.

b. Program Generik

a. Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis lainnya.

Page 61: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

53

b. Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

1) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar

melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan

dan penandaan.

2) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan

Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana

distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;

3) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat

adiktif;

4) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

5) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

6) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan

pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur

2) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan

Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur;

3) Peningkatan Kompetensi Aparatur;

4) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan

Hubungan Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, selanjutnya dijabarkan sasaran

program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun logic model

penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan ditampilkan pada gambar 6

sebagai berikut :

Comment [a5]: Saya setuju nomenklatur kegiatan dicluster, tetapi apakah memang diperbolehkan/ tidak harus mengikuti restrukturisasi program dan kegiatan?

Comment [a6]: Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi manajemen SDM yang dikelola Biro Umum selama ini??? Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi pusat informasi OM.

Page 62: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

54

Gambar 7

Log Frame Balai Besar POM di Banda Aceh

Tabel 6 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator

PROGRAM SASARAN

PROGRAM KEGIATAN STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN

INDIKATOR

PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Persentase pangan fortifikasi yang memenuhi ketentuan

Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Banda Aceh

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

1. Jumlah sample yang

diuji menggunakan

parameter kritis

2. Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi Obat dan

Makanan

3. Pemenuhan target

sampling produk Obat

di sektor publik (IFK)

4. Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat dan

Makanan

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan pertisipasi

masyarakat

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan pertisipasi masyarakat

Page 63: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

55

5. Jumlah Perkara di

bidang obat dan

makanan

6. Jumlah sarana dan

prasarana yang terkait

pengawasan Obat dan

Makanan

7. Jumlah dokumen

perencanaan,

penganggaran, dan

evaluasi yang

dilaporkan tepat

waktu

8. Jumlah layanan

informasi BBPOM

9. Desa/Kelurahan yang

diintervensi program

Keamanan Pangan

3.3 KERANGKA REGULASI

Dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Propinsi Aceh

maka Balai Besar POM di Banda Aceh memerlukan regulasi yang kuat guna

mendukung system pengawasan itu sendiri serta menjadi payung hukum dalam

bertindak. Sebagain instansi teknis , tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang

harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat adminitratif dan

strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan yang tidak

dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak

sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta.

Berkoordinasi dengan lintas sektor Dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai

bagian dari lintas sektornya telah dilakukan dengan intensif. Beberapa kegiatan

diantaranya adalah bersama dalam pengawasan obat dan makanan. Sementara itu

pada pelaksanakan tugas dan fungsi instansi pemerintah harus memperhatikan

peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah. Terhadap pengawasan Obat dan Makanan menjadikannya

suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan

Page 64: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

56

Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan

masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan

seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap

inferior dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di

bidang kesehatan, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar dari sisi

ekonomi bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), disamping juga dapat

menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar dan berkontribusi pada

pengurangan jumlah pengangguran.

Visi Balai Besar POM di Banda Aceh yang bertujuan untuk meningkatkan daya

saing bangsa mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa

dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan

mutunya maka secara tidak langsung akan membentuk seorang manusia yang sehat

dan berkualitas. Dengan makanan yang bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan

baik jasmani dan rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat

menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak berkhasiat, dan pasien

dapat tertolong dengan obat yang bermutu.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara

optimal, maka Balai Besar POM di Banda Aceh perlu ditunjang oleh regulasi atau

peraturan perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan

Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan dalam

rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:

1. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan.

Peraturan ini dapat berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM

atau Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan yang perlu disusun untuk

meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan Kepala BPOM

yang bersifat teknis maupun non-teknis dapat diidentifikasi sebagai pelaksana dari

kegiatan yang sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan di Balai. Beberapa

kegiatan yang terkait diantaranya dalam menetapkan hasil uji laboratorium yang

belum memiliki standar sehingga Peraturan Kepala Badan POM ini sangat

dibutuhkan. Demikian juga Peraturan terkait dengan kegiatan penyidikan.

Page 65: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

57

2. Norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah

konkuren.

3. Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan

Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan

gugus pulau. Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality

surveilance/monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan

gugus pulau. Wilayah ini sangat rentan akan munculnya pelanggaran terhadap

peredaran obat tidak memenuhi persyaratan ataupun pangan, kosmetika dan obat

tradisional TIE.

4. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan

dan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain: Peraturan baru

terkait KLB dan Farmakovigilans dan Mekanisme pelaksanaan Sistem Outbreak

response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki Sistem Outbreak

response dan EWS yang belum optimal dan informatif sehingga didapatkan

response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan

dengan bahan obat dan makanan (contohnya adalah penanganan KLB yang belum

memenuhi SOP).

5. Peraturan Kepala Badan POM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta

Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan

efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Hal ini sangat diperlukan

dalam penguatan hubungan timbal balik antara Balai Besar POM di Banda Aceh

dengan Pemda Propinsi maupun di Kabupaten / Kota.

3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

Banda Aceh dalam melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan

beberapa inisiatif penataan kelembagaan interorganisasi dalam bentuk koordinasi

lintas instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan para pemangku

kepentingan utama.

Beberapa aspek yang harus diintegrasikan dan dikoordinasikan oleh Balai Besar

POM di Banda Aceh agar lebih efisien dan efektif adalah :

Page 66: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

58

1. Penyesuaian Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar POM di Banda Aceh sesuai

dengan perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019 yang ditetapkan Badan

POM RI. Perkuatan Lembaga Balai Besar POM di Banda Aceh sebagai ujung tombak

perlindungan masyarakat terhadap produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi

syarat keamanan, mutu dan khasiatnya, secara tidak langsung akan mendorong daya

saing produk Obat dan Makanan daerah bersaing di pasar nasional dan internasional.

Oleh sebab itu penjajakan dan peningkatan kelembagaan Balai Besar`POM di Banda

Aceh diarahkan pada aspek:

a. Perkuatan Sistem Pengawasan produk Obat dan Makanan di daerah.

b. Perkuatan kapasitas laboratorium dalam rangka pengujian keamanan, mutu dan

khasiat/manfaat produk Obat dan Makanan sesuai dengan perkembangan terkini.

c. Peningkatan kemampuan SDM dengan cara mengembangkan potensi personil

melalui pelatihan teknis dan manajemen berdasarkan kajian need assessment.

2. Penguatan hubungan dengan lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan

Obat dan Makanan;

3. Koordinasi dengan lintas sektor terkait yang memiliki tugas sama dalam rangka

mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan;

4. Koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama dalam rangka

penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan penegak hukum. Hal ini

sangat diperlukan karena peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana

yang masuk dalam sistem peradilan pidana;

5. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan untuk

memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola pembuatan

keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta manajemen kinerja

dilaksanakan secara efektif, efisien, dan transparan;

6. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur dan instruksi kerja yang

memastikan pelaksanaan pengawasan obat dan makananan dilaksanakan sesuai

standar;

7. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan berdasarkan

analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan kompetensi dan profesionalisme

ASN, penilaian kinerja individu ASN, hingga penysunan kebutuhan anggaran untuk

biaya rutin ASN.

Page 67: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

59

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis Badan POM RI sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan, maka target Balai Besar POM di Banda Aceh tahun 2015-2019

sesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai

berikut:

Tabel 7

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sasaran

Strategis

Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya

Sistem

Pengawasan

Obat dan

Makanan

Persentase obat

yang memenuhi

syarat meningkat

97,00 97,50 98,00 98,50 99,00

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

78,00 79,00 80,00 81,00 82,00

Persentase Kosmetik

yang memenuhi

syarat meningkat

90,00 91,00 92,00 93,00 94,00

Persentase

Suplemen Makanan

yang memenuhi

syarat meningkat

80,00 81,00 82,00 83,00 84,00

Persentase Makanan

yang memenuhi

syarat meningkat

88,00 88,50 89,00 89,50 90,00

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Tingkat Kepuasan Masyarakat

98 98 98 98 98

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan

24 24 24 24 24

Page 68: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

60

dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Meningkatnya

kualitas

kapasitas

kelembagaan

BPOM

Nilai SAKIP BPOM

dari MENPAN

A A A A A

Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Pengawasan Sarana Distribusi Obat

2. Pengawasan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

3. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan

4. Penilaian Keamanan Pangan

5. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

6. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

7. Surveilan dan Promosi Keamanan Pangan

8. Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan,

Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan, serta Pembinaan Laboratorium POM

9. Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat dan

Makanan

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan

dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan

dengan pemangku kepentingan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan

Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Pengawasan Sarana Distribusi Obat / Peningkatan Kemandirian Pelaku

Usaha Obat

2. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat Tradisional,

Kosmetik dan Suplemen Kesehatan

Page 69: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

61

3. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha

Pangan Olahan

Untuk mencapai Sasaran Strategis meningkatnya kualitas kapasitas organisasi

dilaksanakan:

(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis melalui

Kegiatan-Kegiatan:

1. Koordinasi Kegiatan Layanan Pengaduan Konsumen, dan Hubungan

Masyarakat

2. Koordinasi Perumusan Renstra

3. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara

4. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur

5. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan

Teknologi Informasi

(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan

Prasarana Penunjang Aparatur

4.2 KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan

maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran

strategis Balai Besar POM di Banda Aceh tahun 2015-2019 adalah sebagai

berikut :

Tabel 8

Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran

Strategis

Indikator Alokasi (dalam Jutaan Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya

Sistem

Pengawasan

Obat dan

Makanan

Persentase obat

yang memenuhi

syarat meningkat

95,55 110,36 120,39 130,43 143,80

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

71,66 82,77 90,29 97,82 107,85

Page 70: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

62

Sasaran

Strategis

Indikator Alokasi (dalam Jutaan Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019

meningkat

Persentase

Kosmetik yang

memenuhi syarat

meningkat

143,33 165,54 180,59 195,64 215,70

Persentase

Suplemen Makanan

yang memenuhi

syarat meningkat

23,89 27,59 30,10 32,61 35,95

Persentase

Makanan yang

memenuhi syarat

meningkat

143,33 165,54 180,59 195,64 215,70

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Tingkat Kepuasan Masyarakat

157 165 173 182 191

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

19.960 19.960 19.960 19.960 19.960

Meningkatnya

kualitas

kapasitas

kelembagaan

BPOM

Nilai SAKIP BPOM

dari MENPAN

17254,624

18980,086

20878,095

22965,904

25262,494

Page 71: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

63

BAB V

PENUTUP

Renstra Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019 adalah panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan

pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan organisasi,

ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya.

Renstra Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019 merupakan

komitmen bersama seluruh jajaran di dalam unit kerja untuk mencapai visi dan misi

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang pada akhirnya adalah pencapaian

Pembangunan Nasional dalam RPJMN. Renstra ini masih perlu dijabarkan dalam

rumusan rumusan yang lebih operasional yang kemudian dijabarkan dalam langkah

nyata berupa kegiatan kegiatan yang bersifat preventif dan represif.

Evaluasi Renstra akan dilaksanakan setiap tahunnya didasarkan pada Peraturan

Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Nasional. Dengan penuh harapan pelaksanaan Renstra Balai

Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019 dapat dilaksanakan bersama dengan

harmonis sehingga akan memberikan kontribusi “Terwujudnya Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” yang

merupakan program kerja Presiden dan wakil Presiden terpilih periode 2014 - 2019

Page 72: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

64

LAMPIRAN 1

Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM BANDA ACEH

Pro gram/ Keg

ia tan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran

Kegiatan (Output)/Indikator

Lokasi

Baselin

e (Realisasi

2014)

Target Alokasi (dalam Jutaan rupiah)

Unit Pelak sana

K/L-N-B-NS-BS 2015 2016

2017

2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh

SS 1

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1.

Persentase obat yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

98.79%

97.00 97.50 98.0

0 98.5

0 99.0

0 95.55

110.36

120.39 130.4

3

143.80

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.2.

Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

85.71%

78.00 79.00 80.0

0 81.0

0 82.0

0 71.66 82.77 90.29 97.82

107.85

BBPOM B. Aceh

Badan POM

Page 73: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

65

1.3.

Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

99.88%

90.00 91.00 92.0

0 93.0

0 94.0

0 143.3

3 165.5

4 180.59

195.64

215.70

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.4.

Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

98.28%

80.00 81.00 82.0

0 83.0

0 84.0

0 23.89 27.59 30.10 32.61

35.95

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.5.

Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

75.37%

88.00 88.50 89.0

0 89.5

0 90.0

0 143.3

3 165.5

4 180.59

195.64

215.70

BBPOM B. Aceh

Badan POM

SS 2

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Page 74: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

66

2.1

Tingkat Kepuasan Masyarakat

Provinsi Aceh

NA 98.00 98.00 98.0

0 98.0

0 98.0

0 157 165 173 182

191

BBPOM B. Aceh

Badan POM

2.2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Aceh

3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 19960 19960 19960 19960

19960

BBPOM B. Aceh

Badan POM

SS 3

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

3.1

Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM

Provinsi Aceh

A A A A A A 17254

.624 18980.0

86 20878

.095 22965

.904

25262.494

BBPOM B. Aceh

Badan POM

Program Pengawasan Obat dan Makanan

SP 1

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

2303 2642 2856 3079

339

5

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.1.

Persentase obat yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

98.79%

97.00 97.50 98.0

0 98.5

0 99.0

0 95.55 110.36

120.39

130.43

143.80

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.2.

Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

85.71%

78.00 79.00 80.0

0 81.0

0 82.0

0 71.66 82.77 90.29 97.82

107.85

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.3.

Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

99.88%

90.00 91.00 92.0

0 93.0

0 94.0

0 143.3

3 165.54

180.59

195.64

215.70

BBPOM B. Aceh

Badan POM

Page 75: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

67

1.4.

Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

98.28%

80.00 81.00 82.0

0 83.0

0 84.0

0 23.89 27.59 30.10 32.61

35.9

5

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.5.

Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Aceh

75.37%

88.00 88.50 89.0

0 89.5

0 90.0

0 143.3

3 165.54

180.59

195.64

215.70

BBPOM B. Aceh

Badan POM

1.6.

Persentase pangan fortifikasi makanan yang memenuhi ketentuan

Provinsi Aceh

88.00 88.50 89.0

0 89.5

0 90.0

0 143.3

3 165.54

180.59

195.64

215.70

BBPOM B. Aceh

Badan POM

SP 2

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan pertisipasi masyarakat

2.1

Tingkat Kepuasan Masyarakat

Provinsi Aceh

NA 98.00 98.00 98.0

0 98.0

0 98.0

0 157 165 173 182

191

BBPOM B. Aceh

Badan POM

2.2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Aceh

24.00 24.00 24.00 24.0

0 24.0

0 24.0

0 62 70 70 72

75 BBPOM B. Aceh

Badan POM

SP 3

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

Page 76: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

68

3.1

Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM

Provinsi Aceh

A A A A A A 17254

.624 18980.0

86 20878

.095 22965

.904

25262.494

BBPOM B. Aceh

Badan POM

Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Banda Aceh

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di BB POM di Banda Aceh

1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

Provinsi Aceh

2,900 2500 2500 2500 2500 2500 477.7

50 551.801

601.965

652.129

719.014

BBPOM B. Aceh

Badan POM

2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)

Provinsi Aceh

76.67%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

0.000 0.000 0.000 0.000

0.000

BBPOM B. Aceh

Badan POM

3 Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

Provinsi Aceh

25% 25% 63% 63% 63% 63% 65.66

3 71.507

72.229

72.229

75.841

BBPOM B. Aceh

Badan POM

4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

Provinsi Aceh

43% 43 % 43 % 43 % 43 % 43 %

1,315.089

1494.468

1,569.

192

1,647.

651

1,771.22

5

BBPOM B. Aceh

Badan POM

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

Provinsi Aceh

10 8 9 10 11 12 444.1

96 524.707

612.158

707.042

829.167

BBPOM B. Aceh

Badan POM

6 Jumlah layanan publik BBPOM di Banda Aceh

Provinsi Aceh

480 500 530 555 580 610 603.9

75 704.638

801.525

906.340

1,043.90

9

BBPOM B. Aceh

Badan POM

7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan

Provinsi Aceh

11 16 21 26 31 36 747.4

54 850.229

961.413

1081.589

1240.22

2

BBPOM B. Aceh

Badan POM

Page 77: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

69

8 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar dibandingkan standar minimal lab.BPOM Banda Aceh termasuk kelompok II. Standar minimal (kimia dan mikro) kelompok II sesuai SK Kabadan. 1.Neraca=24 2.FTIR=0 3.HPLC=8 4.GC=25.GCMS=26.LCMS=17. AAS=28. Alat uji disolusi=2,9. UPLC=110. TLC System=211. Inkubator=1312. LAF/BSF=613. Autoclaf=314. Spektrofotometer=315. Protein Analyzer=1

Provinsi Aceh

77 79 83 85 87 89 890.000 (pengadaan alat penunjang, tidak ada pembelian kategori 15 alat utama)

1.500.000 (pengadaan 1 bh AAS, 1 bh neraca semimikro, microwave digesti, alat penunjang)

2.000.000 (pengadaan 1 bh GC, 1 bh BSF, alat penunjang)

5.500.000 (pengadaan 1 bh neraca mikro, 1 bh LCMS, alat penunjang)

2.500.000 (pengadaan 1 bh HPLC, alat penunjang)

BBPOM B. Aceh

Badan POM

9 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Provinsi Aceh

10 10 9 10 9 10

1,298.209

1,428.0

30

1,570.

833

1,727.

916

1,900.70

8

BBPOM B. Aceh

Badan POM

Page 78: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

70

LAMPIRAN 2

Matriks Kerangka Regulasi

No

Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan

regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi

Eksisting, Kajian dan Penelitian

Unit Penanggung jawab/

Unit Terkait

Institusi

1 Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan

Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan 1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK 3. Bidang Pengujian

2 Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren

Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1. Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan

1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK

3 Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan diwilayah Kab./Kota

Belum optimalnya pengawasan terhadap obat dan makanan di Kab./Kota

1. Bidang SERLIK

4 Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan EWS yang informatif, antara lain: - Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans - Mekanisme pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS

Sistem Outbreak response dan EWS belum optimal dan informatif. Diperlukan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (co. Obat terkontaminasi etilen glikol)

1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK 3. Bidang Pengujian

5 Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah

Pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam mendukung BPOM

1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK

Page 79: Balai Besar POM di Banda Aceh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019

71

Page 80: Balai Besar POM di Banda Aceh

KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH

NOMOR : HK.06.02.81.05.15.8.15.3039 TAHUN 2015

TENTANG

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENGAWAS

OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH TAHUN 2015-2019

KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3 Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, perlu

menetapkan Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

Banda Aceh tentang Rencana Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan di Banda Aceh Tahun 2015-2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;

5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi

dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor

4 Tahun 2013;

6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis

Page 81: Balai Besar POM di Banda Aceh

-2- Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019;

8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;

9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun

2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di

Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);

10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun

2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan

Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 515);

11. Keputusan Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor … Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Sekretariat Utama

Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH

TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN

MAKANAN DI BANDA ACEH TAHUN 2015-2019.

Pertama : Menetapkan dan mengesahkan Rencana Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan di Banda Aceh Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disebut Renstra

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh, sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan ini.

Kedua : Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh memuat

visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan

kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan di Banda Aceh dalam rangka mencapai sasaran strategis Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Ketiga : Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh

sebagaimana dimaksud pada diktum Kedua berfungsi sebagai:

Page 82: Balai Besar POM di Banda Aceh

-3-

a. acuan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh dalam

menyusun dokumen perencanaan tahunan;

b. dasar penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh.

Keempat : Terhadap pelaksanaan Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

Banda Aceh dilakukan:

a. pemantauan secara berkala; dan

b. evaluasi pada paruh waktu dan tahun terakhir periode Rencana

Strategis.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Banda Aceh pada tanggal 104 Mei 2015 KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH,

Dra. Syamsuliani,Apt., MM. NIP. 19590404 198903 2 001