balai pom di bengkulu
TRANSCRIPT
BADAN PSM RI
KEPUTUSA}I KEPALA BAI.AI PEI.IGAWAS OBAT DA}I ]TAKANAN DIBE}IGKULUNOMOR HK.r)4.01.90.04.1 5.
TAHUlr 20l5
TENTANG
PENETAPAII RE}ICAiA STRATEGIS 201 5.20{9BAI-AIPOt' DIBENGKULU
KEPAI.A BAITI PEIIGAI'UAS OBAT DAI{ TIAKAiIAT{ DI BEI{GKULU
Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayal1 Peraturan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan RenenaStrategis Kementerian / Lembaga (Renstra KlL) 2A1*2019, perlu
ditetapkan Rencana Strategis 2015-2019 Balai POM diBengkulu;
bahwa berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik lndonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-2019.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun ?:AM tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4421);
UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 240.s2025(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor4700);
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4664);
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
3 Tahun 2013;
Mengingat
BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIBENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2
Telp. (0736) 53990 - 53993 Fax. (0736) 53988 - 53989Email: bpom [email protected] dan bpom [email protected]
1.
2.
3.
4.
BADAN POM RI
Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemenntah Non-
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor4 Tahun 2013;
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana
Strategis Kementerian I Lembaga (Renstra l(L) 2015-2019;
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SI(KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana diubah
dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.00.05.2 1 .4231 Tahun 20M;
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
14 Tahun 2014 tentang Organisasidan Tata Keria Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(Berita Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 17141.
Menetapkan
MEMUTUSKAN:
: RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN
i,TAKANAN DI BET{GKULU TAHUN 2015-2A19
Pasal 1
Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu Tahun 2015-2019,
yang disebut dengan RENSTRA Balai POM di Bengkulu mengacu pada Rencana
Strategis Badan POM RlTahun 2015'2019;
Pasal 2
1. Renstra Balai POM di Bengkulu memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis,
kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsi Balai POM di Bengkulu dalam rangka mencapai sasaran pembangunan
kesehatan dan program prioritas pengawasan obat dan makanan ;
BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIBENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2
Telp. (0736) 53990 - 53993 Fax. (0736) 53988 - 53989Email: bpom [email protected]'id dan [email protected]
5.
7.
8.
,lBADAN PSM
2. Renstra Balai POM di Bengkulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi
sebagai, ,
a. acuan bagi setiap unit kerja eselon lV, dilingkungan Balai POM di Bengkulu
dalam menyusun rencana strategis Tahun 2015-2019;
b. acuan bagi setiap unit kerja eselon lV, dilingkungan Balai POM di Bengkulu
dalam menyusun dokumen peren@naan anggaran dan kegiatan Tahun 2O1$
2019 dan trahunan ;
c. dasar penyelenggaraan system Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah di
Lingkungan BalaiPengawas Obat dan Makanan di Bengkulu.
Pasal 3
Setiap unit keda eselon lV di Lingkungan Balai pengawas Obat dan Makanan wajib
menyusun rencana strategi Tahun 2015-2A19.
Pasal 4
1. Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan da Bengkulu melakukanpemantauan dan evaluasiterhadap pelaksanaan Rencana Strategis Balai POM
diBengkulu;
2. Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala(bulanan, triwulan, semester dan tahunan);
3. Evaluasi pelaksanaan Renstra Balai POM di Bengkulu terhadap capaian targetkinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada paruh waktu dan
tahun akhir periode Rencana Strategis.
Pasal 5
Renstra Balai POM di Bengkulu sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1),
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Keputusan ini.
Pasal 6
1. Dalam menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019 sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (2) huruf a, setiap unit keria eselon lV di Lingkungan Balai
POM di Bengkulu mengacu pada Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-
2019;
BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIBENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2
Telp. (0736) s3990 - 53993 Fax. (0736) 53988 - 53989Email: bpom [email protected] dan [email protected]
BADAN POM RI
2. Penyusunan Renstra mengacu pada Peraturan Kepala Badan POM Rl nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badap POM Tahun 201*2019;
Pasal 7
Pada saat Dokumen Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Balai POM di Bengkulu
diterbitkan, maka Rencana Strategis Tahun 2010-2014 Balai POM di Bengkulu
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku .
Pasal 8
Rencana Strategis Tahun 2015-2A1.9 Balai POM di Bengkulu ini mulai berlakupada tanggal di terbitkan .
BALAI PENGAWAS OBAT OAN MAKANAN DI BENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2
Telp. (0736) 53990-53993 Fax. (0736) 53988-53989Email: bpom [email protected] dan bpom [email protected]
BengkuluApril2015
i
TIM PENYUSUN
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
Tahun 2015-2019
Penanggung Jawab : Drs. Zulkifli, Apt
Ketua : Dra. Firni, Apt, M.Kes
Wakil Ketua : Dra. Sri Yuniati
Sekretaris : Yunika Sary,S.Farm,Apt, M.Si
Anggota :
1. Rina Syukrina, S.Farm, Apt
2. Hifdzi Ulil Azmi, S.Farm, Apt
3. Mukhlisah, S.Si, Apt
4. Yenmar, A,Md
5. Fifit Anggraeni Kumalasari, S.Farm, Apt
B A L A I P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N B E N G K U L U Jalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2
Telp. (0736) 53990 – 53993 Fax. (0736) 53988 – 53989 Email: [email protected]
i
Sambutan
Kepala Balai POM di Bengkulu
Sebagaimana diamanat oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2015-2019, bahwa perencanaan pembangunan
nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5
tahun, serta rencana pembangunan tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Balai POM di Bengkulu telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2015 dengan
memperhatikan perubahan dilingkungan strategis dan kondisi yang diharapkan dengan
berpedoman pada 9 agenda prioritas ( Nawacita) dalam program Indonesia sehat dan
program pengawasan obat dan makanan. Renstra ini merupakan dokumen perencanaan
yang merupakan penjabaran dari Program Pembangunan Nasional dan sebagai bahan
masukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan/ Anggaran dan Pendapatan
dan belanja Negara (Repeta/APBN). Selain itu Rencana Strategis Pembanbgunan
Kesehatan Nasional Pengawasan Obat dan Makanan untuk Periode 2015-2019 ini
merupakan dokumen yang tidak dapat dipisahkan dari dokumen lainnya dalam mencapai
Target Pengawasan Obat dan makanan 2019.
Proses Penyusunan dokumen ini telah menintegrasikan pertimbangan-pertimbangan
operasional, organisasional dan financial serta pertimbangan dan masukan dari berbagai
pihak yang mempunyai kepentingan dengan pembangunan pengawasan obat dan makanan
baik lingkungan internal maupun eksternal Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Pertimbangan dan masukan tersebut diperoleh dari beberapa kali pertemuan rapat kerja
nasional mengenai Renstra Pengawasan Obat dan Makanan.
Ruang lingkup Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Program Pengawasan Obat dan
Makanan 2015-2019 meliputi pokok-pokok bahasan yang mencerminkan kesinambungan
pemikiran, ide dasar dan konsep-konsep sebagai berikut :
a. Merupakan konsesus dan komitmen nasional dalam melaksanakan Visi ”Obat dan Makanan
Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa” ;
b. Merupakan penjabaran dari program Pengawasan Obat dan Makanan RI 2015-2019, dan
merupakan panduan dalam penyelenggaraan program-program Pengawasan Obat dan
Makanan ;
ii
c. Merupakan pilihan jalan yang akan ditempuh dalam mencapai tujuan, sasaran dan
pencapaian indikator kinerja pembangunan pengawasan obat dan makanan 2015-2019
sesuai dengan hasil analisis situasi pengawasan obat dan makanan pada masyarakat baik
tingkat nasional maupun internasional ;
Dengan telah disusunnya Rencana Strategis Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Balai
POM) Bengkulu 2015-2019, diharapkan arah pembangunan pengawasan obat dan makanan
di Provinsi Bengkulu menjadi lebih terfokus dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan pengawasan obat dan makanan baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat luas untuk berkontibusi dalam
pencapaian tujuan pengawasan obat dan makanan secara Nasional.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak atas
perhatian dan bantuannya yang telah diberikan dalam penyusunan Renstra ini. Semoga
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan memberikan
kekuatan kepada kita semua untuk melaksanakan pembangunan pengawasan obat dan
makanan. Amiin...
Bengkulu, 10 April 2015
Kepala Balai POM di Bengkulu
Drs. Zulkifli, Apt
NIP. 19640101 199401 1 001
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Tim Penyusun Renstra Anggaran 2015 ................................................................................. i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iv
Daftar Tabel .......................................................................................................................... vii
Daftar Gambar ..................................................................................................................... viii
Daftar Lampiran ..................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 KONDISI UMUM .......................................................................................................... 1
1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................................... 2
1.1.2 Struktur Organisasi ............................................................................................ 3
1.1.3 Sumber Daya ..................................................................................................... 5
1.2 CAPAIAN KINERJA BALAI POM BENGKULU PERIODE 2010-2014 .......................... 6
1 Indikator 1 dan 6 : persentase kenaikan obat yang memenuhi
standard dan proporsi obat yang memenuhi standar ............................................. 8
2 Indikator 2 dan 7 : Persentase kenaikan obat tradisional yang
memenuhi syarat dan Proporsi obat tradisional yang
mengandung bahan kimia obat ............................................................................. 9
3 Indikator 3 dan 8 : Persentase kenaikan Kosmetik yang
memenuhi syarat dan Proporsi kosmetik yang mengandung
bahan berbahaya ................................................................................................ 10
4 Indikator 4 dan 9 : Persentase kenaikan Suplemen Makanan
yang memenuhi syarat dan Proporsi Suplemen yang Tidak
Memenuhi Syarat ................................................................................................ 11
5 Indikator 5 dan 10 : Persentase kenaikan Makanan yang
memenuhi syarat dan Proporsi Makanan yang memenuhi
syarat .................................................................................................................. 11
1.3 ISU ISU STRATEGIS YANG TERKAIT DENGAN TUPOKSI DAN
KEWENANGAN BALAI POM DI BENGKULU ............................................................ 19
iv
DAFTAR ISI
Halaman
1.4 POTENSI DAN PERMASALAHAN ............................................................................ 21
1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ...................................................................... 22
2 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ............................................................. 23
3 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional ........................... 24
4 Perubahan Iklim .................................................................................................. 25
5 Demografi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi ........................................................ 26
6 Desentralisasi dan Otonomi Daerah .................................................................... 27
7 Perkembangan Teknologi ................................................................................... 28
8 Sumber Daya Manusia ........................................................................................ 29
9 Sarana dan Prasarana ........................................................................................ 29
10 Tantangan dan peluangan .................................................................................. 30
10.1 Faktor Internal ............................................................................................ 30
10.2 Faktor Eksternal ......................................................................................... 33
BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN
STRATEGIS
A. VISI ............................................................................................................................. 38
B. MISI ............................................................................................................................ 38
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko untuk melindungi masyarakat.................................................................... 38
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan
jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat
kemitraan dengan pemangku kepentingan .......................................................... 39
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM RI ................................................ 41
C. BUDAYA ORGANISASI .............................................................................................. 42
D. TUJUAN ..................................................................................................................... 43
E. SASARAN STRATEGIS .............................................................................................. 43
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan ........................................ 43
2. Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan
pemangku kepentingan ....................................................................................... 44
3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM...................................... 46
v
DAFTAR ISI
Halaman
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ....................................................... 50
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM ............................................................... 53
C. KERANGKA REGULASI ............................................................................................. 58
D. KERANGKA KELEMBAGAAN .................................................................................... 61
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........................................... 63
BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 66
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Daftar Barang Milik Negara Hasil Sensus Tahun 2014 ........................................ 6
Tabel 2 Capaian Kinerja Balai POM Bengkulu Periode 2014 ........................................... 7
Tabel 3 Pengawasan Produk makanan lain lain ............................................................ 12
Tabel 4 Hasil Pengawasan PJAS .................................................................................. 13
Tabel 5 Hasil Pengawasan Garam ................................................................................ 13
Tabel 6 Hasil Pengawasan Produk Pangan SP/P-IRT ................................................... 14
Tabel 7 Hasil Pengawasan Produk Pangan Tanpa Izin Edar ......................................... 14
Tabel 8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu 2009-2013 ............................................ 27
Tabel 9 Rangkuman Analisis SWOT .............................................................................. 36
Tabel 10 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM
periode 2015-2019 ............................................................................................ 47
Tabel 11 Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA) ................................... 50
Tabel 12 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan
Indikator Balai POM ......................................................................................... 56
Tabel 13 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta Kerangka
Pendanaan Periode 2015-2019 ........................................................................ 62
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur Organisasi BPOM di Bengkulu .......................................................... 3
Gambar 2 Distribusi Pegawai Balai POM di Bengkulu .................................................... 5
Gambar 3 Profil Pendidikan Pegawai Balai POM di Bengkulu ........................................ 5
Gambar 4 Profil Kenaikan Obat yang Memenuhi Syarat (MS) 2010-2014 ....................... 8
Gambar 5 Profil Obat yang Memenuhi Syarat (MS) 2010-2014 ...................................... 8
Gambar 6 Profil Persentase Kenaikan Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat
(MS) 2010-2014 ............................................................................................. 9
Gambar 7 Profil Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO 2010-2014 ............. 9
Gambar 8 Profil Kenaikan Kosmetika yang Memenuhi Syarat (MS) 2009-2014 ............ 10
Gambar 9 Profil Proporsi Kosmetika yang Mengandung Bahan Berbahaya
2010-2014 .................................................................................................... 10
Gambar 10 Profil Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat (MS)
2010-2014 .................................................................................................... 11
Gambar 11 Profil Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat
2010-2014 .................................................................................................... 11
Gambar 12 Profil Kenaikan Makanan yang Memenuhi Syarat (MS) 2010-2014 .............. 11
Gambar 13 Profil Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat 2010-2014 ........................ 11
Gambar 14 Profil Layanan Informasi ULP 2010-2014 ..................................................... 15
Gambar 15 Profil Hasil Pengawasan PJAS Mobling 2011-2014...................................... 16
Gambar 16 Profil Penerimaan Sampel PNBP 2010-2014 ............................................... 16
Gambar 17 Profil Sampel PNBP 2010-2014 ................................................................... 16
Gambar 18 Profil Kasus dan Perkara 2010-2014 ............................................................ 18
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 19 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan
dampaknya .................................................................................................. 20
Gambar 20 Log Frame Balai POM di Bengkulu .............................................................. 55
Gambar 21 Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan Mandat Badan POM ......................... 60
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Contoh Logical Framework Renstra Balai Besar/Balai POM .......................... 67
Lampiran 2 Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM di Bengkulu ............................... 68
Lampiran 3 Sasaran Mutu 2015-2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di
Bengkulu ................................................................................................ 70
[ Renstra 2015-2019] - 1-
BAB I PENDAHULUAN
1.1 KONDISI UMUM
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa perencanaan pembangunan nasional
disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk
jangka waktu 5 tahun, serta rencana pembangunan tahunan yang selanjutnya
disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki maksud
untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan rencana
pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN
2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025.
Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih
memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang
berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas
serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian
program-program prioritas Pemerintah, Balai POM di Bengkulu sesuai kewenangan,
tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai POM di
Bengkulu untuk periode 2015-2019. Penyusunan Renstra Balai POM di Bengkulu ini
berpedoman pada RPJMN Periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Balai
POM di Bengkulu periode 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja periode
2010-2014 serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai POM
di Bengkulu. Selanjutnya Renstra Balai di POM Bengkulu periode 2015-2019
diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Balai POM di Bengkulu dibandingkan
[ Renstra 2015-2019] - 2-
dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
Adapun kondisi umum Balai POM di Bengkulu pada saat ini berdasarkan peran,
tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:
A. Peran Balai POM di Bengkulu berdasarkan Peraturan perundang-undangan
B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
C. Hasil Capaian Kinerja Balai POM di Bengkulu periode 2010-2014
D. Isu-isu strategis sesuai dengan Tupoksi dan kewenangan Balai POM di
Bengkulu
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17
Mei 2001. Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu merupakan Unit
Pelaksana Teknis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
(Badan POM RI). Sebagai UPT Badan POM RI, Balai POM di Bengkulu mempunyai
wilayah kerja 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota terdiri dari :
1. Kota Bengkulu
2. Kabupaten Bengkulu Tengah
3. Kabupaten Seluma
4. Kabupaten Bengkulu Selatan
5. Kabupaten Kaur
6. Kabupaten Kepahiang
7. Kabupaten Rejang Lebong
8. Kabupaten Lebong
9. Kabupaten Bengkulu Utara
10. Kabupaten Muko-muko
1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM nomor :
02001/SK/KBPOM/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Balai POM di Bengkulu mempunyai tugas pokok :
“Melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik,
narkotik, psikotropik dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya”.
[ Renstra 2015-2019] - 3-
Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Balai POM di Bengkulu
menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program pengawasan Obat dan Makanan.
2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk
secara mikrobiologi.
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada
sarana produksi dan distribusi.
5. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum di
bidang obat dan makanan
6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu.
7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.
8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.
10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
1.1.2 Struktur Organisasi
Sesuai Keputusan Kepala Badan POM nomor : 05018/SK/KBPOM tahun 2001
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM,
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Bengkulu dilakukan oleh
seksi-seksi dan Sub. Bagian Tata Usaha yang tergambar pada Struktur Organisasi
Balai POM di Bengkulu di bawah ini :
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai POM di Bengkulu
Balai Pengawas Obat dan Makanan
Seksi Pengujian terapetik,Narkotik,Psik
otropik, Kosmetik, Obat Tradisional dan Produk Komplemen
Seksi Pengujian Pangan dan
Bahan Berbahaya
Seksi Pengujian
Mikrobiologi
Seksi Pemeriksaan
dan Penyedikan
Sub Bagian Tata
Usaha
Seksi Sertifikasi dan Layanan
Informasi Konsumen
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
[ Renstra 2015-2019] - 4-
Sesuai dengan struktur organisasi tersebut, Balai POM di Bengkulu secara garis
besar melaksanakan tugas sebagai berikut :
Seksi Pengujian Terapetik, NAPZA, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen
Seksi Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta
evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,
pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional,
kosmetik dan produk komplemen.
Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di
bidang pangan dan bahan berbahaya.
Seksi Pengujian Mikrobiologi
Seksi Pengujian Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana
dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan
secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.
Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan
Dalam melaksanakan tugas, Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan menyelenggarakan
fungsi :
Penyusunan rencana dan program pemeriksaan dan penyidikan obat dan
makanan
Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan di bidang produk
terapetik,Napza,Kosmetik,Obat Tradisional dan Suplemen Makanan
Pelaksanaan Pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi di bidang pangan dan bahan berbahaya.
Pelaksanaan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum.
Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan obat dan
makanan.
Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
Dalam melaksanakan tugas, Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
[ Renstra 2015-2019] - 5-
menyelenggarakan fungsi :
Penyusunan rencana dan program sertifikasi produk dan layanan informasi
konsumen
Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu
Pelaksanaan layanan informasi untuk konsumen
Evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi produk dan layanan informasi
konsumen.
Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administrasi di lingkungan Balai POM di Bengkulu.
Kelompok Jabatan Fungsional
Melakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdiri dari :
a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari :
Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan ;
Jabatan Fungsional Umum sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan jumlahnya sesuai kebutuhan dan beban kerja.
1.1.3. Sumber Daya
Gambar 2 disamping ini menunjukan
distribusi pegawai Balai POM di
Bengkulu pada masa 2010-2014.
Balai POM di Bengkulu didukung oleh
65 pegawai negeri sipil yang
terdistribusi dibagian/seksi : 1 orang
Kepala Balai, 16 orang di bagian tata
usaha, 14 orang di seksi pemeriksaan
dan penyidikan, 4 orang di seksi sertifikasi dan layanan informasi konsumen, 18
orang di pengujian produk terapetik,
Napza, kosmetik, obat tradisional dan
suplemen makanan; 7 orang di
pengujian pangan dan BB serta 5 orang
di pengujian mikrobiologi.
Berdasarkan tingkat pendidikannya,
pegawai Balai POM di Bengkulu
[ Renstra 2015-2019] - 6-
memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi dari SLTA hingga S2. Perinciannya
adalah 6 orang pendidikan S2 + apoteker, 16 orang S1 + apoteker, 1 orang S1
Biologi, 9 orang sarjana (S1), 7 orang D3 Farmasi, 6 orang D3 lain yang terdiri 1
orang D3 Komputer, 3 orang D3 analis Makanan & 1 orang D3 teknologi Pangan, 1
orang D3 Instrumen serta 18 orang sekolah lanjutan atas (SMF,SLTA,SLTA
kejuruan), 1 orang SMP dan 1 orang SD.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Balai di Bengkulu didukung oleh
sarana dan prasarana yang cukup. Sejak tahun 2010, Tanah dan Gedung Balai
POM di Bengkulu sudah milik sendiri dan bersertifikat yang sah. Soft kompetensi
laboratorium dan sumber daya telah diakreditasi ISO 17025 pada tahun 2005 agar
pengujian mutu dapat diakui oleh pelanggan . Kegiatan di laboratorium didukung
oleh peralatan laboratorium meskipun belum sampai pada kondisi standar minimum
alat laboratorium yang ditetapkan Badan POM RI . Sedangkan dalam kegiatan
pengawasan dilapangan didukung oleh sarana dan prasarana penunjang
pengawasan seperti alat pengolah data, kendaraan bermotor , alat komunikasi dan
sebagainya sperti yang terdapat pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Daftar Barang Milik Negara
No Urut Jenis Barang Nilai Buku Kondisi Barang
1 2 3 4
1 Tanah 1,384,794,000 B
2 Bangunan 13,985,883,024 B
3 Bangunan Pendukung Lainnya 689,708,550 B
4 Kendaraan Bermotor 1,905,774,013 B
5 Kendaraan Tdk Bergerak 8,690,000 B
6 Pengolah Data 682358515 B
7 Alat Laboratorium 18,836,076,074 B
8 Meubelair 812,940,750 B
9 Referensi 75,263,589 B
10 Prasarana Laboratorium 193,714,942 B
11 Alat Bengkel 2,000,000 B
12 Prasarana Kantor 1,234,383,737 B
13 Alat Komunikasi 301,412,300 B
14 Alat Studio 33,610,000 B
T O T A L 40,146,609,494
Sumber : Sensus BMN 2014
[ Renstra 2015-2019] - 7-
1.2 CAPAIAN KINERJA BALAI POM DI BENGKULU PERIODE 2010-2014
Balai POM di Bengkulu melaksanakan kebijakan Badan POM RI untuk
mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah Propinsi Bengkulu. Dalam
rangka menjalankan tugas tersebut, terdapat beberapa kegiatan yang telah
dilaksanakan dan mengacu pada Renstra Badan POM RI 2010-2014, yaitu: 1)
Post-marketing survailance termasuk sampling dan pengujian laboratorium, 2)
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, monitoring efeksamping produk di
masyarakat, penyidikan dan penegakan hukum; 3) Komunikasi, informasi dan
edukasi publik termasuk peringatan publik.
Dengan sumber daya dimiliki, Balai POM di Bengkulu telah melakukan apa
yang menjadi tanggungjawab dan kewenangn yang diberikan Badan POM RI .
Indikotor kinerja utama Renstra Badan POM RI, juga menjadi Indikator Utama pada
Renstra Balai POM di Bengkulu tahun 2010-2014. Adapun pencapaian
keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai POM di Bengkulu
berdasarkan Indikator Kinerja Utama tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Capaian Kinerja Balai POM Benkulu periode 2010-2014
INDIKATOR KINERJA T*
2014
Tahun 2014 Tahun 2013 R (%)
Tahun 2012 R (%)
Tahun 2011 R (%)
Tahun 2010 R (%)
R** (%) % C***
thdp 2014
1 Persentase kenaikan obat yang Memenuhi standar (aman , manfaat dan mutu)
1 -1,7 -170 0,633 1,117 0,167 Baseline
2 Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi syarat
1 36,49 3649 30,78 19,26 23,03 Baseline
3 Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi syarat
1 -1,31 -131 -0,68 -0,287 0,035 Baseline
4 Persentase kenaikan Suplemen makanan yang Memenuhi Syarat
1 -0,24 -24 -1,51 -0,442 0,035 Baseline
5 Persentase kenaikan makanan yang Memenuhi Syarat
1 17,98 1798 10,01 17,81 12,17 Baseline
6 Proporsi Obat yang memenuhi standar (aman, manfaat dan mutu)
99,85 97,02 97,17 99,34 99,84 98,89 98,72
7 Proporsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat
1,5 1,54 102,67 1,56 0,77 0,91 2,48
8 Proporsi kosmetik yang mengandung bahan
0,50 1,43 286,00 0,42 0,24 0 0
[ Renstra 2015-2019] - 8-
berbahaya
9 Proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan
2,00 1,37 68,50 3,13 2,59 8,33 1,61
10 Proporsi Makanan yang memenuhi syarat
75,00 95,07 126,76 87,1 94,9 89,26 77,09
Catatan: *) T : Target
**) R : Realisasi
***) %C : Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target)
Tabel 2 .merupakan capaian kinerja Balai POM di Bengkulu dengan hasil yang
fluktuatif dan terdapat capaian yang sangat tinggi. Capaian yang sangat tinggi
(>100%) ini tidak dapat disimpulkan bahwa kinerja Balai POM di Bengkulu telah
luar biasa. Justru hal ini menunjukan kelemahan dalam perencanaan dan
penetapan target. Oleh karena itu hal ini akan menjadi fokus perbaikan dalam
Renstra 2015-2019 kedepan. Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan
Makanan tetap menjadi mainstreaming di Renstra 2015-2019. Pencapaian kinerja
Balai POM di Bengkulu dari tahun 2010-2014 ditampilkan dalam hasil realisasi
mengingat adanya pencapaian Realisasi terhadap target dalam Penetapan Kinerja
setiap tahunnya (LAKIP) sampai nilai ribuan pada beberapa indikator kinerja utama
Balai POM di Bengkulu. Penjelasan realisasi untuk masing masing indikator
dapat dicermati melalui garafik berikut ini:
Indikator 1 dan 6 : Persentase kenaikan obat yang memenuhi standard dan proporsi obat yang memenuhi standar
Persentase kenaikan obat yang
memenuhi syarat, setiap tahunnya
meningkat berkisar antara -1% sampai
dengan 1% dan sejalan dengan
proporsi Obat yang diuji dan memenuhi
syarat yang cenderung menurunan
semenjak tahun 2012, meskipun ada
peningkatan pada tahun 2011 dari tahun
2010. Pada akhir masa renstra 2010-2014
hasil ini tidak mencapai target yang
ditetapkan (99,85%).
Kegiatan yang mendukung Pencapaian
indikator ini adalah kegiatan pengawasan
[ Renstra 2015-2019] - 9-
tehadap sarana distibusi obat dan kegiatan sampling obat yang mengacu pada
prioritas sampling selama renstra 2010-2014.
Dalam waktu lima tahun, hasil pengawasan sarana distribusi dan pelayanan obat
menunjukan tingkat pelanggaran yang cukup tinggi meskipun fluktuatif setiap
tahunnya. Sarana distribusi dan pelayanan obat yang Memenuhi Ketentuan berkisar
antara 4-22 % dengan jenis pelanggaran terbanyak adalah mengenai Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan tata cara administrasi, namun pelanggaran
ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap mutu produk . Dengan pencapaian
ini dapat dikaitkan dengan masih ditemukan produk Obat dan Makanan
illegal/palsu/substandar dan mengindikasikan bahwa pengawasan Obat dan
Makanan yang dilakukan oleh Badan POM selama ini harus terus ditingkatkan.
Dengan demikian secara Nasional Perkuatan pengawasan post market merupakan
hal yang tak dapat dielakkan lagi untuk selalu dilakukan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI.
Indikator 2 dan 7 : Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi syarat dan Proporsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat
Persentase kenaikan obat
Tradisional yang diuji dan
memenuhi syarat selama lima
tahun menunjukan peningkatan
yang cukup tajam meskipun pada
tahun ketiga (2012) hasilnya
menurun. Persentase kenaikan
setiap tahunnya berkisar antara 19
% sampai dengan 36%. Meningkatnya
kenaikan obat tradisional yang memenuhi
syarat tidak menjamin bahwa obat
tradisional tersebut bebas dari kandungan
Bahan Kimia Obat. Hasil pengawasan
mutu pada obat tradisional masih
ditemukan Bahan Kimia Obat (BKO) yang
berbanding terbalik dengan tingkat
kenaikan pada produk obat tradisional
yang memenuhi syarat. Pencapaian
kinerja indikator untuk Proporsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia
obat menunjukan hasil yang menurun pada tiga tahun pertama dan meningkat
[ Renstra 2015-2019] - 10-
kembali pada dua tahun terakhir pada masa renstra 2010-2014. Kegiatan yang
mendukung Pencapaian indikator ini adalah pengawasan sarana distibusi obat
tradisional dan sampling obat tradisional yang mengacu pada prioritas sampling ,
sosialisasi intensive kepada masyarakat tentang obat tradisional yang mengandung
bahan berbahaya/termasuk dalam Public Warning dan pemberian sanksi tegas
kepada pelaku usaha atas pelanggaran baik secara administrative maupun
projustisia. Hasil pengawasan sarana distribusi obat Tradisional yang memenuhi
Ketentuan berkisar antara 82-87 % . Hal ini menunjukkan bahwa angka
pelanggaran di sarana distribusi Obat Tradisional relative rendah. Pelanggaran
pada sarana distribusi Obat Tradisonal adalah ditemukan produk TIE/Public
Warning meskipun ini tidak terlalu tinggi karena sanksi tegas yang diberlakukan
terhadap pelanggaran di bidang distribusi Obat Tradisional.
Indikator 3 dan 8 : Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi syarat dan Proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya
Produk kosmetik beredar yang diuji
dan memenuhi syarat memberi hasil
yang kurang memuaskan karena
terjadi penurunan sepanjang masa
renstra 2010-2014 dan Bahan
Berbahaya masih dijumpai . Hasil
pengawasan mutu pada produk
Kosmetik yang mengandung bahan
berbahaya menunjukan peningkatan
semenjak tahun 2012 sampai 2014.
Pencapaian ini dapat dikaitkan dengan
diberlakukan Harmonisasi ASEAN pada
1 Januari 2011 dan pasar bebas
sehingga produk kosmetik yang masuk
ke Indonesia meningkat secara
signifikan.
Kegiatan yang mendukung Pencapaian indikator ini adalah pengawasan tehadap
sarana distibusi Kosmetik dan sampling kosmetik yang mengacu pada prioritas
sampling. Selain itu juga terjadi perluasan cakupan jenis sampling, dimana pada
tahun ini produk online dan MLM juga mulai masuk prioritas sampling .
[ Renstra 2015-2019] - 11-
Dalam masa lima tahun 2010-2014 sarana distribusi Kosmetika yang memenuhi
ketentuan berkisar pada angka 80-91 %. Pada tahun 2013 jumlah sarana yang
memenuhi ketentuan meningkat, namun kembali turun secara signifikan pada tahun
2014 . Hal ini disebabkan karena pada tahun 2014 batas waktu toleransi terhadap
registrasi produk kosmetika yang lama mulai diberlakukan, yang mana produk yang
belum mendaftar ulang/menotifikasi ulang dianggap sebagai produk TIE .
Indikator 4 dan 9 : Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi syarat dan Proporsi Suplemen yang Tidak Memenuhi syarat
Produk suplemen makanan beredar yang diuji dan memenuhi syarat meningkat
sejak tahun 2010 memberikan hasil yang
fluktuatif dan menunjukan peningkatan
pada masa akhir renstra 2010-2014 dan
mencapai target sebesar 98,0%.
Pencapaian indikator ini tidak terlepas
dari pengawasan di lapangan terhadap
sarana distribusi dan sampling suplemen
makanan yang beredar.
Selama renstra 2010-2014 hasil
pengawasan sarana distribusi
Suplemen makanan yang memenuhi
ketentuan berkisar 80-100% dan
menjunjukan peningkatan dari tahun
2010-2013 , namun pada tahun 2014
terjadi penurunan. Temuan pada
sarana distribusi Suplemen Makanan adalah mengenai label .
Indikator 5 dan 10 : Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi syarat dan Proporsi Makanan yang memenuhi syarat
[ Renstra 2015-2019] - 12-
Persentase kenaikan makanan yang memenuhi syarat dan proporsi makanan yang
memenuhi syarat menunjukan hasil yang fluktuatif setiap tahunnya dan pada
masa akhir renstra meningkat dan melebihi target yang ditetapkan. Hasil ini
diperoleh dari produk makanan yang disampling dan diuji berdasarkan Izin Edar
yang dikeluarkan oleh Badan POM RI .
Tabel 3. berikut ini menampilkan hasil pengawasan Balai POM di Bengkulu selain
pengawasan produk pangan yang memiliki izin dari Badan POM RI. Pengawasan
yang dilakukan juga pada pangan lain yakni pangan Fortifikasi, Pangan Jajanan
Anak Sekolah (PJAS), Bahan Berbahaya, Pangan industri rumah tangga (SP/P-IRT)
dan Pangan yang beredar tanpa izin registrasi seperti makanan bulan Ramandhan.
Tabel 3. Hasil Pengawasan Produk makanan lain lain
Kategori Total MEMENUHI SYARAT
TMEMENUHI SYARAT
Tahun pelaksanaan
Bahan berbahaya 50 39 11 2013-2014
Garam 140 94 46 2011-2014
PJAS 1025 575 450 2010-2014
SP/P-IRT 618 518 100 2010-2014
Tepung terigu 38 38 0 2013-2014
Tidak terdaftar 814 615 199 2010-2014
Total 2685 1879 806
Dalam rangka ikut serta mengawal pangan non registrasi Badan POM RI, Balai
POM melakukan pengawasan jajanan di sekolah dasar di kota dan kabupaten
Bengkulu. Pengawasan P-JAS dilakukan dengan sampling di sekolah dasar dan
penguian di laboratorium Balai POM di Bengkulu
Tabel 4, menjelaskan Hasil pengawasan P-JAS pada tahun awal masa rentsra
adalah 65,75 % jajanan di sekolah dasar masih belum memenuhi syarat
keamanan pangan karena mengandung bahan berbahaya (formalin, boraks,
pewarna tekstil seperti rhodamin B, methanyl yellow), penggunaan bahan
tambahan pangan berlebih, cemaran logam berat dan pestisida serta buruknya
higiene dan sanitasi ikut berkontribusi dalam memperburuk keamanan P-JAS.
Hasil pengawasan P-JAS selama tahun 2010-2014, hasil yang memenuhi syarat
sanagat fluktuatuf meskipun terjadi peningkatan presentase (76,7%) P-JAS.
yang memenuhi syarat di akhir masa renstra. Hal ini menunjukkan bahwa
Pembinaan dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan petugas
[ Renstra 2015-2019] - 13-
Balai POM di Bengkulu ke Sekolah Dasar di provinsi Bengkulu telah dapat diterima
dan dimengerti oleh masyarakat Bengkulu.
Tabel 4. Hasil Pengawasan PJAS
Tahun % PJAS MEMENUHI
SYARAT
2010 34,3%
2011 70,3%
2012 37,2%
2013 38,6%
2014 76,7%
Dalam rangka meningkatkan nilai gizi pangan untuk menurunkan difisiensi zat gizi
pangan yang potensial pada masyarakat, Balai POM di Bengkulu melaksanakan
program fortifikasi pangan berdasarkan instruksi Badan POM RI. Untuk mengawal
program tersebut, Balai POM di Bengkulu melakukan pengawasan terhadap
produk pangan fortifikasi yang ada di masyarakat. Pengawasan yang dilakukan
mencakup pengujian fortifikasi vitamin B pada tepung terigu dan KIO3 (Iodium)
pada garam.
Hasil pengawasan fortifikasi garam yang memenuhi syarat menunjukkan trend
yang menurun dari tahun 2010 hingga 2014 dan mengalami penurunan yang
cukup signifikan di akhir masa renstra. Penurunan yang terjadi dapat disebabkan
karena adanya cakupan sampling yang lebih besar di akhir masa renstra dan
adanya pengawasan berbasis resiko.
Tabel 5. Hasil Pengawasan Garam
Tahun % Garam MEMENUHI
SYARAT
2011 81,3%
2012 70,0%
2013 71,9%
2014 57,6%
Selain fortifikasi garam, Balai POM di Bengkulu juga melakukan penambahan
cakupan pengawasan fortifikasi pada produk tepung terigu sejak tahun 2013.
Presentase tepung terigu yang memenuhi syarat pada tahun 2013 dan 2014
sebesar 100% yang berarti bahwa tepung terigu yang beredar di provinsi Bengkulu
telah memenuhi ketentuan fortifikasi zat gizi pada pangan.
Hasil pengawasan produk pangan SP/P-IRT yang memenuhi syarat menunjukkan
trend yang meningkat. Penurunan presentase pangan Memenuhi Syarat hanya
terjadi pada tahun 2013 ke 2014. Namun, presentase pangan Memenuhi Syarat
[ Renstra 2015-2019] - 14-
kembali meningkat di akhir renstra dan mencapai presentase Memenuhi syarat
tertinggi di tahun 2014 pada produk pangan dengan izin edar SP/P-IRT selama
tahun 2010-2014.
Tabel 6. Hasil Pengawasan Produk pangan SP/P-IRT
Tahun % Pangan SP-P/IRT MEMENUHI
SYARAT
2010 66,7%
2011 89,0%
2012 92,9%
2013 80,5%
2014 93,3%
Pada pengawasan produk pangan tanpa izin edar, Balai POM di Bengkulu
mencatat presentase pangan Memenuhi Syarat selalu mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2010 sampai 2014. Hal ini menunjukkan
bahwa program Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang dilakukan SERLIK,
khususnya pada program Food Safety Masuk Desa (FSMD) telah berjalan dengan
baik.
Tabel 7. Hasil Pengawasan Produk pangan tanpa izin edar
Tahun % Pangan Tanpa Izin Edar MEMENUHI
SYARAT
2010 65,6%
2011 74,5%
2012 79,5%
2013 90,9%
2014 100,0%
Selain komoditi produk pangan, Balai POM di Bengkulu sejak tahun 2013 juga
melakukan pengawasan terhadap komoditi kemasan pangan yang dicover dalam
program pengawasan bahan berbahaya. Presentase kemasan pangan yang
memenuhi syarat dari tahun 2013 ke 2014 menunjukkan kenaikan yang signifikan.
Pemberdayaan masyarakat dan Pelayanan publik.
Pemberdayaan pada masyarakat diantaranya bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dalam memilih produk yang akan dikonsumemenuhi syarat i.
Penyebaran Informasi produk obat, Narkotok, Psikotropik, Kosmetik obat tradisional
dan Suplemen makanan serta pangan dan bahan berbahaya pada kelompok
masyarakat dan Pengawasan Jajanan Anak Sekolah (P-JAS) di sekolah dasar di
[ Renstra 2015-2019] - 15-
provinsi Bengkulu baik di ibukota kecamatan maupun di ibukota kabupaten/kota dan
juga terhadap pelaku usaha merupakan kepedulian Balai POM di Bengkulu dalam
peningkatan pengetahuan masyarakat di Bengkulu. Penyebaran informasi ini telah
dilakukan sejak tahun 2001 sampai 2014 melalui kegiatan sosialisasi secara
langsung dan melalui media cetak dan elektronik.
Sebagai perpanjangantangan Balai POM di Bengkulu dalam pengawasan pangan
yang tersebar di Bengkulu, melalu instruksi Badan POM RI , Balai POM di
Bengkulu telah melaksanakan program dan kegiatan Gerakan Keamanan Pangan
Desa dengan mengintervensi di 10 desa/Kelurahan (5 kelurahan di Kota Bengkulu
dan 5 Desa di Kabupaten Bengkulu Utara). Pendekatan awal untuk menghasilkan
64 orang Kader Keamanan Pangan Desa adalah dengan memberikan pelatihan
pada kelompok masyarakat desa seperti ibu PKK, karang taruna, guru, tenaga
Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food Inspector (DFI). Para kader
ini telah melakukan kegiatan bimbingan dan edukasi keamanan pangan kepada
komunitas desa.
Di masa yang akan datang, Gerakan Keamanan Pangan Desa ini masih diperlukan
agar cakupan pengawasan pangan semakin luas untuk mencapai tujuan pangan
yang sehat , bermutu dan begizi
Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULP) Balai POM di Bengkulu menerima
pengaduan dan memberikan informasi, baik secara langsung maupun melalui
media elektronik. Selama tahun
2010-2014 layanan publik setiap
tahunnya rata- rata sebanyak 166
(seratus enam puluh enam) semua
menyangkut OMKABA dimana
permintaan informasi terbanyak yaitu
mengenai pangan sebesar (42%),
lain-lain (19%), Kosmetik (13%), obat
(11%), Obat tradisional (9%), Bahan
berbahaya (4%) dan suplemen makanan (2%). Adanya trend naik turun permintaan
informasi yang dilayani ULPK Balai POM di Bengkulu, dipengaruhi juga oleh
pemberian sosialisasi secara langsung kepada masyarakat melalui media cetak dan
elektronik .
Tahun 2007 sampai sekarang telah dilakukan pula sosialisasi tentang keamanan
pangan kantin sekolah kepada pengelola kantin dan guru-guru UKS baik di tingkat
SD, SMP dan SMU serta melakukan sampling dan pengujian terhadap pangan
[ Renstra 2015-2019] - 16-
jajanan anak sekolah yang dijual di kantin sekolah maupun diluar kantin sekolah.
Sebagai tindak lanjut keberhasilan program pengawasan P-JAS dan amanat
undang-undang, maka Badan POM RI menginisiasi program dan kegiatan di bidang
Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (ANPJAS) yang berbasis masyarakat.
Pengawasan P-JAS pun ditingkatkan
dengan menggunakan mobil
laboratorium keliling di sekolah dasar 10
Kabupaten/Kota Bengkulu. Wujud
keseriusan Balai POM di Bengkulu
untuk mengawasi P-JAS adalah
melakukan pengujian setempat dan
sosialisasi tentang pangan jajanan yang
aman, bermutu dan bergizi pada penjaja makanan di sekolah dasar tersebut. Pada
gambar 15, Selama tahun 2011-2014 pada 503 sekolah dasar di 10
Kabupaten/Kota Bengkulu , Jajanan Anak Sekolah menunjukan hasil yang
menggembirakan , karena persentase yang tidak memenuhi syarat semakin
menurun.
Meskipun hasil Pengawasan P-JAS beberapa tahun ini memberikan hasil yang
menggembirakan dan layak dikonsumemenuhi syarat i, upaya pencegahan PJAS
yang tidak memenuhi syarat keamanan tetap dilakukan oleh Balai POM di Bengkulu
kedepannya melalui kegiatan pemantauan berkala di sekolah dasar maupun
sekolah lainnya
Pelayanan publik yang dilakukan oleh
Balai POM di Bengkulu tidak hanya
menerima pengaduan masyarakat dan
memberikan informasi, tetapi juga
menerima sampel dari masyarakat
(pelanggan eksternal) untuk dilakukan
uji laboratorium dengan maksud dan
kepentingan yang berbeda. Gambar 17 dan
18 menjelaskan jumlah dan jenis sampel
pihak ketiga yang diterima selama 2010-2014.
Jenis sampel pelanggan eksternal ini meliputi
sampel barang bukti dengan jumlah terbanyak
(68%) , dikuti oleh sampel pangan (17%)
,Obat (8%) ,Kosmetik (5%) dan obat
tradisional (1%)
[ Renstra 2015-2019] - 17-
Kemitraan dengan stakeholders. Dalam melakukan Pengawasan Obat dan
Makanan di Provinsi Bengkulu, Balai POM di Bengkulu tidak mungkin dapat
berperan sebagai pemain tunggal, dukungan dari mitra kerja dan stakeholder
pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun ditingkat kabupaten/kota sangat
diperlukan dan disisi lain ekspetasi masyarakat terhadap peran Balai POM sangat
besar terutama dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran produk obat,
obat tradisional, kosmetik, produk komplemen dan pangan.
Mengingat peran pemerintah daerah diera otonomi sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 sangat luas sekali
terutama dalam pemberian izin sarana dan izin edar produk pangan lokal (Industri
Rumah Tangga Pangan), Balai POM di Bengkulu memerlukan pihak terkait
berperan dalam pengawasan produk pangan lokal tersebut.
Adapun bentuk kerjasama yang dibangun oleh Balai POM di Bengkulu untuk
terhadap Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 adalah dengan memberikan
Pelatihan terhadap petugas instansi terkait terutama Dinas Kesehatan, begitu juga
dengan instansi lainnya dalam berbagai pertemuan lintas sektor baik tingkat
provinsi, kabupaten maupun kota. Disamping itu, telah disampaikan berbagai
program yang dapat disinergikan dengan kegiatan atau program pemerintah
daerah, terkait pengawasan Obat dan Makanan, terutama pangan. Sebagai wujud
kerjasama ini, Balai POM di Bengkulu termasuk dalam Kelompok Kerja Keamanan
Pangan Provinsi yaitu Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) di
dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT), Program Pembinaan Keamanan
Pangan Jajanan Anak Sekolah, Tim Pengawasan Produk Beredar dengan instansi
terkait (Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota, Disperindagkop, Badan
Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan Kelautan,dll).
Bentuk kerjasama lain Balai POM di Bengkulu adalah dibentuknya Satuan Tugas
(SATGAS) Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal yang diresmikan oleh Wakil
presiden RI pada tanggal 31 Januari 2011. SATGAS ini melakukan kegiatan
Rencana Aksi Satgas Pemberantasan Produk Ilegal di Provinsi Bengkulu yang
merupakan salah satu upaya strategi untuk pemberantasan obat dan makanan
illegal termasuk produk palsu dengan tujuan untuk (1) memberikan pemahaman
kepada sarana distribusi Obat dan Makanan mengenai produk illegal , agar sarana
distribusi berperan aktif dalam membantu pelaksanaan kegiatan ini dalam
melakukan penapisan dijalur distribusi sehingga produk illegal tidak beredar
dimasyarakat dan (2) memberikan pemahaman bahwa tindakan melanggar
[ Renstra 2015-2019] - 18-
peraturan dengan mendistribusikan produk illegal memiliki sanksi hukum yang berat
(denda dan pidana penjara )
Berdasarkan evaluasi hasil kegiatan pelaksanaan Rencana Aksi Satgas
Pemberantasan Produk Ilegal di Provinsi Bengkulu ini belum memberikan hasil
seperti yang diharapkan karena keterbatasan sumber daya Balai POM di Bengkulu.
Penyidikan. Dalam waktu 2010-2014 jumlah pelanggaran yang ditemukan Balai
POM di Bengkulu adalah sebanyak 193
kasus. Dari jumlah tersebut yang naik
menjadi Perkara adalah sebanyak 37
perkara dengan rincian 13 Perkara di
bidang distribusi Obat Keras Tanpa Hak
dan Kewenangan, 19 Perkara
mendistribusikan Obat Tradisional
TIE/ditarik dari peredaran berdasarkan Public Warning dan 5 Perkara
mendistribusikan Kosmetika TIE/ditarik dari peredaran berdasarkan Public
Warning. Dari perkara yang telah selesai dan mendapat putusan, vonis yang
diberikan sangat ringan dibanding ancaman yang dibunyikan didalam Undang-
undang Kesehatan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurang tajamnya pendalaman
unsur yang diterapkan oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) Balai POM di
Bengkulu, maupun rendahnya nilai barang bukti yang didapatkan.
Dalam kerjasama yang lain, Jaksa Penununtut Umum (JPU) dari Kejaksaan Tinggi
Bengkulu memberikan penyegaran mengenai tata cara administrasi penyidikan
sehingga diharapkan proses penyidikan perkara obat dan makanan illegal yang
dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bengkulu semakin lebih baik dimasa
mendatang
Indeks Kepuasan Masyarakat. Unit Layanan Pengaduan Konsumen merupakan
jendela Balai POM di Bengkulu. Ibarat jendelanya jernih maka semua yang
dilakukan unit teknis akan terkomunikasikan dengan baik kepada masyarakat
sehingga dapat meningkatkan citra Badan POM RI umumnya dan Balai POM di
Bengkulu khususnya . Meningkatnya jumlah permintaan informasi dan pelayanan
publik yang dilakukan oleh Balai POM di Bengkulu dapat diukur dari indeks
kepuasan masyarakat. Indeks kepuasan masayarakat merupakan data dan
informasi tentang tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil pengukuran
secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat konsumen dalam memperoleh
pelayanan dari penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara
[ Renstra 2015-2019] - 19-
harapan dan kinerjanya. Indeks kepuasan masyarakat dilakukan pada dua kegiatan
yang berbeda, yaitu melalui Unit Layanan dan Pengaduan Konsumen dan melalui
pelanggan eksternal yang meminta penilaian mutu sampel/produk . Indek kepuasan
masyarakat melalui ULPK pada tahun 2013 adalah sebesar 84.96 dan pada tahun
2014 sebesar 85.33 hal ini menunjukkan bahwa pelayanan publik yang diberikan
oleh Balai POM di Bengkulu untuk konsumen/masyarakat dikategori baik.
Pelayanan publik melalui pelanggan pihak ketiga (pelanggan eksternal) merupakan
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Balai POM di Bengkulu. Untuk
mengetahui tingkat pelayanan laboratorium kepada pelanggan eksternal, Balai POM
di Bengkulu memberikan beberapa pertanyaan pada lembar kuisioner dan dinilai
dalam 2 kali setahun. Hasil penilaian kepuasan pelanggan (IKP) pada tahun 2013
Semester 1 sebesar ; 43,32 , semester 2 sebesar; 44,01 dan 2014 semester 1
sebesar ; 44,89 dan semester 2 sebesar : 45,46 adalah :
Reward. Piagam Bintang Satu Keamanan Pangan merupakan bentuk
penghargaan/reward Balai di Bengkulu untuk sekolah yang telah menerapkan
keamanan pangan kantin sekola. Pemberian penghargaan ini dilakukan pada saat
upacara ulang tahun Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Piagam Bintang Satu
Keamanan Pangan sudah diterima oleh SDN 8, SDN 20 dan SMUN 2 kota
Bengkulu pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 Piagam Bintang Satu
Keamanan Pangan diterima oleh SDN 04 Kepahyang .Pemberian reward ini
diharapkan dapat memotivasi sekolah lain dalam penyediaan jajanan anak sekolah
yang aman, bermutu dan bergizi. Adanya kantin sehat disetiap sekolah ini , sesuai
dengan apa yang telah dicanangkan oleh Wakil Presiden pada tanggal 31 Januari
yaitu “Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak sekolah yang Aman, Bermutu
dan Bergizi”.
1.3 ISU ISU STRATEGIS YANG TERKAIT DENGAN TUPOKSI DAN KEWENANGAN BALAI POM DI BENGKULU
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai POM di Bengkulu
tersebut di atas telah diupayakan secara optimal mecapai target kinerjanya. Namun
demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum
sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain: (1) Belum optimal
pengawasan Obat dan makanan pasca beredar (post -market), (2) Belum efektive
pembinaan dan bimbingan kepada pelaku usaha dalam meningkatkan jaminan
keamanan obat dan makanan (3) Belum efektifnya kemitraan dalam pemberdayaan
masyarakat melalui KIE. Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat
[ Renstra 2015-2019] - 20-
beberapa penyebab yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Balai
POM di Bengkulu dalam melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga
diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada
gambar 14 terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan
isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Balai POM di Bengkulu
sebagai berikut:
Gambar 19. Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Balai POM
di Bengkulu perlu terus melakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun
dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa
datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan
Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, mutu serta
khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada akhirnya diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi
Balai POM di Bengkulu sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih
optimal, yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan
datang sebagai berikut:
PERAN BALAI POM DI BENGKULU
Penguatan system Pengawasan Obat dan
Makanan
Peningkatan pembinaan dan bimbingan
melalui kerjasama, KIE public dalam
rangka mendorong kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta
mendorong peningkatan kemitraan dengan
berbagai pemangku kepentingan
Penguatan Kapasitas kelembagaan Balai
POM di Bengkulu serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas pengelolaan Sumber
daya
BELUM OPTIMALNYA PERAN BALAI POM DI BENGKULU DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Belum optimal pengawasan Obat dan
makanan pasca beredar (post -market
Belum efektive pembinaan dan bimbingan kepada
pelaku usaha dalam meningkatkan jaminan
keamanan obat dan makanan
Belum efektifnya kemitraan dalam pemberdayaan
masyarakat melalui KIE.
[ Renstra 2015-2019] - 21-
1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta
mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan,
3. Penguatan kapasitas kelembagaan Balai POM di Bengkulu, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Balai POM
di Bengkulu perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara
kelembagaan serta penguatan regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan
yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi
lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut
Balai POM di Bengkulu dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam
pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.
1.4. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global,
permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks.
Arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi
barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas
bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya
pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim
(climate change), ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan
penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus
dihadapi oleh Balai POM di Bengkulu. Hal ini menuntut peningkatan peran dan
kapasitas instansi Balai POM di Bengkulu dalam mengawasi peredaran produk
Obat dan Makanan.
Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang
dihadapi oleh Balai POM di Bengkulu terdiri atas 2 (dua) isu mendasar, yaitu
kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas, komitmen
internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut saling terkait
[ Renstra 2015-2019] - 22-
satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran
Balai POM di Bengkulu baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:
1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus metode
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan
sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam
berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem
kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan
perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan tersebut.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak
(pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk
pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan
kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.
Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-klinik kesehatan dan
pengobatan alternatif juga makin menambah beban dan daya jangkau Balai POM di
Bengkulu untuk makin melebarkan sayap dan menajamkan matanya dalam
melakukan pengawasan yang lebih komprehensif.
Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan
semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan
masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat
semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Hal ini
merupakan tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh Balai POM di Bengkulu
dalam pengawasan obat-obatan yang beredar agar tetap aman dan bermutu.
Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut. Beberapa
permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu obat
adalah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penjaminan mutu obat yang
beredar seperti Kemenkes, Dinkes, BKKBN termasuk industri farmasi dalam hal tingkat
kematangannya dalam penerapan CPOB. Terkait meluasnya penggunaan jamu dan
obat-obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat diperlukan
peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.
[ Renstra 2015-2019] - 23-
Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu
pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, namun kini berjangkit kembali.
Penyakit ini, baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya
perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan
kemajuan teknologi maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan
gaya hidup dari masyarakat Indonesia dalam mengkonsumemenuhi syarat i Obat dan
Makanan.
Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai POM di
Bengkulu untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam
mengkonsumemenuhi syarat i obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa
aman bagi masyarakat, Badan POM RI selama ini melakukan kontrol dalam bentuk
penilaian sebelum produk beredar di pasar dan pengawasan secara ketat terhadap
produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, memalui program Badan
POM RI , Balai POM di Bengkulu juga memberikan informasi dan edukasi pada
masyarakat mengenai produk obat yang aman, bermutu dan berkhasiat.
2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem ini merupakan program negara
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem
ini diharapkan dapat menanggulangi risiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia
lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan (ends)
dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu, dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Implementasi SJSN dapat membawa dampak terjadinya peningkatan
konsumemenuhi syarat i obat, baik jumlah maupun jenisnya. Dampak lain adalah
banyak industri farmasi yang akan melakukan pengembangan fasilitas dan
peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan sarana yang dimiliki. Adanya
peningkatan kapasitas dan fasilitas tersebut, maka akan terjadi peningkatan
permohonan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dalam hal ini
peran Balai POM di Bengkulu akan semakin besar, yaitu peningkatan pengawasan
post-market melalui intensifikasi pengawasan obat pasca beredar yang mencakup
pengawasan mutu obat beredar baik di sarana distribusi (PBF,IFK,GFK) maupun
disarana pelayanan (RS,Apotek,Puskesmas,dll) dengan menerapkan Cara
[ Renstra 2015-2019] - 24-
distribusi Obat yang Baik (CDOB) termasuk farmakovigilan utamanya Monitoring
Efek Samping Obat (MESO)
3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional
Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,
yang mencakup banyak bidang dan saling terkait: ekonomi, politik, sosial, budaya,
teknologi dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya
teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat dan massif akhir-akhir ini
dan berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era
globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan
kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan,
sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.
Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut
telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional,
khususnya di bidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas
(Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-
China Free Trade Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership
(AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade
Agreement (AIFTA) dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement
(AANZFTA). Dalam hal ini, memungkinkan negara-negara tersebut membentuk
suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing
ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis
produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang
peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah
produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran
domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut.
Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015,
diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan
makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar
negeri.
Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional
khususnya di sektor ekonomi tersebut, yang menjadi dasar pijakan harus
ditekankan dari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam
menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan
negara-negara lain tersebut.
[ Renstra 2015-2019] - 25-
Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain
adalah obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari
negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas
menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan
Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk
dikonsumemenuhi syarat i. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat
dan rasa aman dalam mengkonsumemenuhi syarat i Obat dan Makanan tersebut.
Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu
ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu
kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang
dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumemenuhi syarat i masyarakat
tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam
membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk
masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini
akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek masih terbatas
sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal. Di sisi lain, secara
nasional jumlah apotek yang ada juga masih kurang, dimana belum semua
kecamatan terjangkau dengan layanan apotek.
Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi.
Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya
pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya ditemukan obat-
obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya.
Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World
Health Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai
10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembang termasuk Indonesia.
Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi Balai POM di Bengkulu
sebagai lembaga negara yang bertanggungjawab terkait dengan pengawasan atas
produk Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat.
4. Perubahan Iklim
Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor
pertanian khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat
mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat,
bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri
makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting
sebagai pemasok pangan dunia.
[ Renstra 2015-2019] - 26-
Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor
makanan, minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang dari
karet terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari Balai
POM di Bengkulu untuk mengawasi dan menjamin keamanan proses produksi
produk makanan dari hulu hingga hilir. Selain produk makanan yang termasuk
didalamnya, terdapat industri obat-obatan, yakni obat kimia, maupun suplemen
yang berbahan baku dari herbal. Ekonom Faisal Basri dalam Kompasiana,
Nopember 2010, menyatakan bahwa industri makanan dan minuman berperan
penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ekspor-
impor produk makanan dan minuman serta peringkat pertumbuhan industri. Namun
hasil peningkatan ini masih perlu didukung dengan peran teknologi (inovasi produk,
kemasan dan lainnya), infrastruktur (logistik kebutuhan industri), institusi (peraturan
yang terkait industri makanan dan minuman), health and primary education (sumber
daya manusia Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari Balai POM di Bengkulu akan
semakin berat dan sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah Obat dan Makanan
mengandung bahan berbahaya bagi tubuh.
Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan
munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit
baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup
banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.
Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research
Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam
pelaksanaan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat
perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit
yang perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan,
misalnya Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tuberkulosis. Jadi di Indonesia,
terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan
iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang
banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran
Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.
Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan
iklim, diperlukan peranan dari Balai POM di Bengkulu dalam mengawasi peredaran
varian produk obat yang baru dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di
dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat, varian obat
baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina
yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai
[ Renstra 2015-2019] - 27-
POM di Bengkulu melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan
peredaran obat tersebut.
5. Demografi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Secara geografi Bengkulu terletak diantara 20 16’ – 30 31’ LS dan 1010 01’ – 1030
41’ BT yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan provinsi Lampung
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Timur berbatasan dengan provinsi Jambi dan Sumatera Selatan
Penyebaran penduduk yang belum merata di Provinsi Bengkulu menyebabkan laju
pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda untuk tiap kabupaten/kota. Tabel 9
berikut ini adalah laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009-2013 (sumber: BPS)
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu 2009-2013
No Kabupaten/ Kota Tahun Rata-rata
2009 s/d 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 2 11 12 13 14 7 14
1 Bengkulu Selatan 7.07 13.52 12.84 10,51 11,73 8.49
2 Rejang Lebong 10.78 15.20 13.47 18,59 20,88 9.11
3 Bengkulu Utara 8.38 11.00 12.18 7,80 8,54 7.02
4 Kaur 8.11 8.21 8.65 5,88 6,53 10.23
5 Seluma 9.28 12.58 11.63 5,48 6,06 11.32
6 Mukomuko 8.79 14.08 13.32 10,36 11,29 12.53
7 Lebong 9.61 11.90 10.86 12,89 14,29 9.48
8 Kepahiang 12.11 13.24 22.21 16,06 17,99 10.52
9 Bengkulu Tengah 7.75 13.22 13.97 10,90 12,07 4.04
10 Kota Bengkulu 14.33 16.59 16.11 18,13 20,16 14.09
Total 53 -40 60 102 209 97
Berdasarkan data BPS pada tabel di atas, dapat dicermati bahwa laju pertumbuhan
ekonomi rata rata tertinggi adalah kabupaten Rejang Lebong dan kota Bengkulu.
6. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan
perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam mensinergikan
kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan obat dan makanan.
[ Renstra 2015-2019] - 28-
Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan
sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi masyarakat.
Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang
semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan
kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren
antara pusat dan daerah. Desentralisasi di bidang kesehatan belum berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Untuk itu kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan
perundang-undangan merupakan tantangan yang sangat penting. Hal ini
berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik
dan tidak mengenal batas wilayah (borderless) sehingga perlu adanya one line
command (satu komando), apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang
tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.
Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama
dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat
dan Makanan belum optimal.
Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi Balai POM di Bengkulu berjalan
dengan baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik
dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang baik (sound governance). Pembangunan kesehatan harus
diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara
pemerintah pusat dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta
dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Dengan berlakunya
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan
tantangan bagi Balai POM di Bengkulu untuk menyiapkan Norma, Standar,
Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan
terkait Obat dan Makanan yang dilimpahkan ke daerah.
7. Perkembangan Teknologi
Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, namun
penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96% dari
kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai
efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai bahan
baku. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat, Balai POM
di Bengkulu dapat mendorong industri farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan
bahan baku obat dalam negeri.
[ Renstra 2015-2019] - 29-
Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi.
Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa
pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga
distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu,
dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi,
dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ke tempat tujuan di seluruh wilayah
Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga
harus sama cepatnya.
Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Adanya perubahan
iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan teknologi menciptakan
rekayasa genetika dan varian makanan yang terkadang tingkat keamanannya
belum teruji. Hal ini harus menjadi perhatian dan antisipasi Balai POM di Bengkulu
dalam menghadapi hal tersebut.
Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi Badan
POM untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan
akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia. Namun di sisi lain,
teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi Badan POM terkait tren
pemasaran dan transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja
juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.
8. Sumber Daya Manusia
Jumlah Pegawai Balai POM pada tahun 2010-2014 sebanyak 66 orang yang
terdiri dari 6 orang pendidikan S2 + apoteker, 16 orang apoteker, 1 orang
sarjana Biologi 7 orang D3 Farmasi, 6 orang D3 lain yang terdiri dari 1 orang
D3 Komputer, 3 orang D3 analis Makanan & 1 orang D3 teknologi Pangan, 1
orang D3 Instrumen dan 18 orang sekolah lanjutan atas (SLTA), 1 orang SMP
dan 1 orang SD. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah pengawasan
baik pengujian mutu dilaboratorium maupun pengawanan sarana di wilayah
Bengkulu , belum termasuk didalmnya petugas untuk melaksanakan penegakan
hukum seperti penyelesaian berkas perkara dalampelanggaran tindak pidana di
bidang Obat dan Makakan yang dilakukan oleh
9. Sarana dan Prasarana
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Balai di Bengkulu didukung oleh sarana
dan prasarana yang cukup. Sejak tahun 2010, tanah dan Gedung Balai POM di
Bengkulu sudah milik sendiri dan bersertifikat yang sah. Soft kompetensi
laboratorium dan sumber daya telah diakreditasi ISO 17025 pada tahun 2005
[ Renstra 2015-2019] - 30-
agar pengujian mutu dapat diakui oleh pelanggan . Kegiatan di laboratorium
didukung oleh peralatan laboratorium meskipun belum sampai pada kondisi
standar minimum alata laboratorium yang ditetapkan Badan POM RI .
Sedangkan dalam kegiatan pengawasan dilapangan didukung oleh sarana dan
prasarana penunjang pengawasan seperti alat pengolah data, kendaraan
bermotor , alat komunikasi dan lainnya. Namun Jumlah ini belum memadai jika
dibanding dengan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan ruang lingkup
pengawasan Balai POM di Bengkulu.
10. Tantangan dan Peluanag
Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah dijelaskan di
atas baik secara internal maupun eksternal, maka BPOM di Bengkulu harus
melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan khususnya eskternal dapat
menjadi suatu peluang dan meminimalkan ancaman yang dapat mempengaruhi
peran BPOM di Bengkulu sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam
melakukan pengawasan terhadap Obat dan Makanan di lingkungan Provinsi
Bengkulu.
Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, dilakukan identifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa Analisa terhadap
Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats/SWOT), sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis
dan kebijakan BPOM RI secara umum dan Balai POM di Bengkulu secara
khusus untuk pelaksanaan kedepannya, agar dapat terwujud sesuai tujuan dan
sasaran organisasi BPOM dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil
analisa SWOT yang ada di BPOM Bengkulu tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
10.1 Faktor Internal:
a. Kekuatan
(1) Komitmen pimpinan dan seluruh staf Balai POM di Bengkulu untuk terus
belajar mengenai ketentuan peraturan, perundang-undangan, peningkatan
kemampuan manajerial dan teknis dalam meningkatkan peran
pengawasan agar masyarakat terlindungi dari produk obat dan makanan
yang berisiko terhadap kesehatan di Provinsi Bengkulu. Upaya tersebut
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan testruktur berbasis kompetensi
bagi SDM di Balai POM di Bengkulu sesuai dengan perencanaan dan
kebutuhan organisasi, baik ditingkat pusat maupun di tingkat Balai POM.
[ Renstra 2015-2019] - 31-
(2) Balai POM di Bengkulu telah menerapkan Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan (SISPOM) secara konsisten dan komprehensif, SISPOM terdiri
dari 3 elemen penting yaitu sub sistem pengawasan produsen, sub sistem
pengawasan konsumen dan sub sistem pengawasan pemerintah/Badan
POM. Sub sistem pengawasan produsen bertujuan agar produsen
bertanggungjawab terhadap keamanan dan mutu produk yang proses
produksinya melalui penerapan good manufacturing practices (GMP)
secara konsisten. Sub sistem pengawasan konsumen bertujuan agar
setiap konsumen mampu melindungi diri sendiri dan keluarganya dari
penggunaan produk yang tidak memenuhi syarat (aman,
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu) serta penggunaan produk yang tidak
sesuai dengan kebutuhan melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan
pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara
penggunaan produk yang rasional. Sedangkan sub sistem pengawasan
pemerintah/Badan POM bertujuan meningkatkan efektifitas pengawasan
Obat dan Makanan dalam rangka melindungi masyarakat melalui
rangkaian kegiatan yang sering disebut sebagai the full spectrum of a
regulatory authority activities, berlaku untuk seluruh Obat dan Makanan
yang diawasi. Setiap langkah dari spektrum kegiatan tersebut, didukung
oleh seperangkat ilmu pengetahuan (body of knowledge), yang kemudian
menjadi satu bidang kompetensi khusus yang diorganisasikan sebagai
fungsi-fungsi utama dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan
Makanan yang efektif. Tujuan akhir dari keseluruhan elemen tersebut
adalah memberikan perlindungan terhadap masyarakat dari produk Obat
dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan.
(3) Balai POM di Bengkulu memiliki lima laboratorium yaitu laboratorium
pengujian produk terapetik, kosmetik, obat tradisional, laboratorium
mikrobiologi, laboratorium pangan dan bahan berbahaya, yang sudah
diakreditasi oleh KAN-BSN sesuai dengan persyaratan SNI 19–17025
tahun 2000 pada tanggal 26 Agustus 2005 dan telah direakreditasi pada
tahun 2011. Dalam rangka mempertahankan status akreditasi, setiap satu
tahun sekali, laboratorium disurveilan oleh KAN-BSN dan telah diakreditasi
Quality Manajemen Sistem ISO 9001:2008.
(4) Balai POM di Bengkulu telah membangun learning organization yang
tangguh sejak tahun 2003 hingga saat ini, di mana pembangunannya
diawali dengan meletakkan fondasi yang kuat yaitu dengan membangun
sistem pendidikan dan pelatihan terstruktur dan berjenjang berbasis
[ Renstra 2015-2019] - 32-
kompetensi, jalur karir (rotasi dan promosi), pembagian peran, fungsi dan
tanggung jawab yang jelas serta bussines process yang efektif yang akan
terus menerus disempurnakan. Selain itu, keberadaan agent of change di
Balai POM di Bengkulu jumlahnya kurang lebih sebanyak 65 orang
diharapkan akan menularkan learning organization di lingkungan kerjanya
sehingga pada gilirannya seluruh warga organisasi di lingkungan Badan
POM akan menjadi agent of change yang akan mewujudkan Badan POM
menjadi Knowledge Based Organization.
b. Kelemahan
(1) Tuntutan masyarakat terhadap pangan semula hanya pada segi harga,
rasa dan tren gaya hidup, namun saat ini lebih kepada keamanan dan mutu
pangan. Ini karena tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik,
ditambah lagi dengan semakin banyaknya lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat yang memberikan bekal pengetahuan
kepada masyarakat dalam memilih produk maupun hak dan kewajibannya
sebagai konsumen.
(2) Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan prekusor cenderung akan
terus meningkat seiring maraknya penyimpangan prekursor yang
dimanfaatkan dalam pembuatan narkotika ilegal, sehingga dapat
memperlemah tingkat ketahanan nasional. Hal tersebut dapat disebabkan
karena pengelolaan narkotika, psikotropika dan prekursor yang digunakan
untuk keperluan kesehatan dan IPTEK sering menyimpang dan
disalahgunakan peruntukannya.
(3) Selain itu, daya beli masyarakat yang masih rendah, mendorong
tumbuhnya sektor ilegal dari penyediaan berbagai produk obat.
Perdagangan produk palsu dan business obat keras di jalur illicit, semakin
mewarnai dunia usaha di Provinsi Bengkulu, dengan alasan utama:
penyediaan komoditi murah. Peredaran produk ilegal dan palsu
diperkirakan akan tetap marak seiring dengan meningkatnya permintaan
masyarakat yang kurang didukung oleh daya beli yang memadai.
(4) Sumber Daya Manusia Balai POM Bengkulu selama tahun 2010 -2014,
baik jumlah maupun kompetensinya tidak mengalami peningkatan
meskipun ada pegawai yang diberikan pada tahun tahun tersebut. Sampai
tahun 2014 jumlah SDM BPOM Bengkulu sebanyak 65 orang dan jumlah
ini sama dengan tahun 2010 dan tentu saja jumlah ini semakin timpang
jika dibanding dengan beban kerja pengawasan Obat dan Makanan yang
[ Renstra 2015-2019] - 33-
semakin terus bertambah. Selain kekurangan SDM yang berbasis
kompetensi teknis pengawasan, Balai POM di Bengkulu juga kekurangan
SDM yang berbasis kompetensi pendukung, ini karena formasi yang
disediakan masih sangat sedikit.
(5) Sumber Daya berupa sarana dan prasarana Balai POM Bengkulu
terutama dalam melakukan pengawasan mutu seacara laboratorium masih
jauh dari memadai jika dibandingkan dengan semakin meningkatnya jenis
dan jumlah produk yang beredar di provinsi Bengkulu. Kekurangan alat
pendukung laboratorium serta sumber daya energi menjadi fackor
pengahambat dalam mengembangkan pengawasan mutu terhadap produk
yang beredar
10.2 Faktor Eksternal
a. Peluang
(1) Dengan adanya Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yang mengamanatkan pemerintah dan
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan
upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan
konsumen maka dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN) dengan Peraturan Presiden No. 57 tahun 2001. Fungsi BPKN di
antaranya adalah menyebarkan informasi melalui media mengenai
perlindungan konsumen serta mendorong berkembangnya Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. Untuk meningkatkan
Kepedulian Konsumen terhadap bahaya produk yang digunakan, Balai
POM di Bengkulu melalui Unit Layanan Pengaduan konsumen (ULPK)
telah melakukan kegiatan Penyebaran Informasi di seluruh kabupaten/Kota
sejak tahun 2001 sampai sekarang, dan juga sejak tahun 2005 melakukan
pelayanan konsumen dengan membuka Pengaduan melalui SMEMENUHI
SYARAT 24 jam, menyebarkan banner di Toko dan mini market,
menempatkan kotak informasi di sarana pelayanan dan juga penyebaran
brosur serta pemberian informasi melalui media cetak dan elektronik.
Dengan upaya yang telah dilakukan oleh ULPK maka diharapkan
kepedulian konsumen akan hak dan kewajibannya akan semakin
meningkat.
(2) Eksistensi Balai POM di Bengkulu dalam pelaksanaan Program
Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Bengkulu sangat diharapkan
[ Renstra 2015-2019] - 34-
dan dipandang perlu oleh masyarakat Bengkulu guna melindunginya dari
peredaran obat dan makanan yang beresiko terhadap Kesehatan, ini
terlihat dari harapan pemerintah daerah maupun masyarakat Bengkulu
dalam berbagai pertemuan lintas sektor baik tingkat provinsi, kabupaten
maupun kota menyampaikan harapannya terhadap pengawasan yang
dilakukan oleh Balai POM di Bengkulu dan ini sudah tak terbantahkan, ini
karena Balai POM di Bengkulu tidak hanya telah menjalankan tugas dan
fungsi dengan optimal tetapi juga turut aktif terlibat di dalam forum atau
program pemerintah daerah terkait pengawasan Obat dan Makanan.
Kelompok Kerja Keamanan Pangan Provinsi (OKKPD) di dalam Sistem
Keamanan Pangan Terpadu (SKPT), Program Pembinaan Keamanan
Pangan Jajanan Anak Sekolah. Tim Pengawasan Produk Beredar dengan
instansi terkait (Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota,
Disperindagkop, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan
Kelautan,dll).
(3) Balai POM di Bengkulu sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM
didaerah tentu melakukan pengawalan terhadap kebijakan yang dibuat
oleh Badan POM dan telah mengimplementasikan dalam bentuk
pelaksanaan kegiatan yaitu melakukan efesiensi anggaran untuk dilakukan
optimalisasi dan sosialisasi percepatan reformasi birokrasi kesemua
pegawai dan penyusunan rood map. Penyelenggaraan reformasi birokrasi
di Balai POM di Bengkulu sampai dengan saat ini tetap akan terus bergulir
hingga terwujudnya good governance.
(4) Dalam upaya meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan,
Balai POM di Bengkulu juga telah menjalin hubungan kerjasama dan
komunikasi yang efektif dengan beberapa sektor terkait di antaranya
dengan Kepolisian Daerah (Polda), Kejaksaan dan Pengadilan dalam
rangkaian Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated Criminal Justice
System/ICJS); Dinas Kesehatan Provinsi/kabupaten/kota, Dinas Pertanian,
Badan Ketahanan Pangan Provinsi/kabupaten/kota, Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Povinsi/kota, Dinas Kelautan dan Perikanan,
Dinas Pendidikan Nasional, Majelis Ulama Indonesia/LPPOM-MUI,
Pemerintah Daerah, universitas-universitas, Lembaga Swadaya
Masyarakat dan lain-lain dalam rangka pemantapan SKPT; Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dalam pelaksanaan sistem NSW; Kementerian
[ Renstra 2015-2019] - 35-
Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Pendidikan
Nasional dalam pelaksanaan Program Pembinaan Keamanan Pangan
Jajanan Anak Sekolah; dan beberapa sektor lain.
b. Kendala/Ancaman
(1) Dalam melakukan fungsi-fungsi pengawas di bidang Obat dan Makanan,
Badan POM masih mengacu pada Undang-Undang tentang Kesehatan,
Undang-undang tentang Pangan, beberapa Keputusan Menteri Kesehatan,
beberapa Peraturan Pemerintah di antaranya tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan dan masih ada beberapa peraturan lainnya. Peraturan
perundang-undangan tersebut belum secara komprehensif mencakup
fungsi pengawasan, sehingga diperlukan suatu peraturan perundang-
undangan yang lebih komprehensif dan utuh yang dapat menunjang
peningkatan kinerja Badan POM.
(2) Pada umumnya produk yang beredar di provinsi Bengkulu berasal dari
provinsi tetangga serta persebarannya yang cepat ke seluruh wilayah
provinsi Bengkulu. Akibat dari promosi serta pemasaran produk yang
semakin luas dan menipisnya entry barrier tentu akan membawa
perubahan pada pola masyarakat dalam mengkonsumemenuhi syarat i
obat terutama makanan dan ditambah dengan gencarnya iklan – iklan di
media masa. Dari perubahan perubahan tersebut yang cenderung
meningkat dan pada realitasnnya meningkatkan resiko pada masyarakat
terhadap penggunaan produk yang tidak memenuhi persyaratan
Keamanan, mutu dan kemanfaatannya,juga menjadi tantangan tersendiri
bagi upaya perlindungan konsumen.
(3) Kemajuan teknologi informasi serta komunikasi membuka wawasan
masyarakat tentang pola hidup modern, yang menyebabkan tradisi budaya
bangsa mulai berangsur-angsur dilupakan. Kehidupan modern juga
memicu peningkatan kesibukan masyarakat dalam upayanya
meningkatkan kesejahteraannya. Transformasi budaya ini berakibat
terjadinya perubahan perilaku sosial yang mendorong pergeseran demand
konsumen akan makanan ke arah jenis makanan yang siap saji (fast food).
Selain itu, perubahan juga terlihat terhadap permintaan akan obat
tradisional dan berbagai suplemen makanan yang ditujukan untuk
[ Renstra 2015-2019] - 36-
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, atau yang dipercaya dapat
mencegah penyakit.
(4) Luasnya wilayah pengawasan dan belum diketahuinya semua lokasi
mengakibatkan petugas memerlukan waktu yang lebih untuk dapat
melakukan tugas dalam rangka pengawasan obat dan makanan,
dikarenakan petugas harus melakukan pencarian lokasi terlebih dahulu.
Belum terdata lengkapnya semua lokasi mengakibatkan beberapa wilayah
ada yang belum terjangkau.
Tabel 9. Rangkuman Analisis SWOT
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
Kekuatan
(Strengths)
1. Komitmen pimpinan dan staf
2. Penerapan SISPOM
3. Laboratorium terakreditasi ISO 17025 dan QMEMENUHI SYARAT ISO
9001:2008
4. Learning Organization
Kelemahan
(Weaknesses)
1. Tuntutan masyarakat
2. Penyalahgunaan NAPZA dan Prekusor yang semakin meningkat
3. Daya beli masyarakat yang rendah
4. Jumlah Sumber daya yang belum memadai
Peluang
(Opportunities)
1. Perundangan-undangan yang berlaku
2. Eksistensi Balai POM di Bengkulu
3. Good Governance
4. Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan
Tantangan
(Threats)
1. Peraturan perundang-undangan tersebut belum secara komprehensif
mencakup fungsi pengawasan,
2. Volume komoditi semakin besar dan menipisnya entry barrier
3. Pergeseran demand konsumen
4. Peningkatan jumlah Pendukuk dan pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Balai POM di
Bengkulu perlu melakukan penguatan organisasi dan kelembagaan, agar faktor-
faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal
tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Balai POM di
Bengkulu periode 2015-2019. Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan
internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal
antara peluang dan ancaman, posisi organisasi Balai POM di Bengkulu harusnya
melakukan pengembangan dan perluasan organisasi agar dapat mewujudkan visi,
misi dan tujuan organisasi Badan POM RI periode 2015-2019.
[ Renstra 2015-2019] - 37-
BAB II
VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang
dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai POM di
Bengkulu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit pelaksana teknis
Badan POM, Lembaga Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat
menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan tersebut sesuai
standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, disusun visi dan misi serta tujuan dan
sasaran Balai POM di Bengkulu.
A. VISI
Penjelasan Visi:
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta
diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan
dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan
Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang
mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat
ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia.
Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan
meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah
memenuhi standar, baik standar nasional maupun
internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa
untuk interaksi di masa depan.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai
dengan penguatan peran Badana POM sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Bab I. Misi Badan POM adalah sebagai berikut:
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
dan Daya Saing Bangsa
[ Renstra 2015-2019] - 38-
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full
spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta
penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BPOM dalam
melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir
adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu
sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan
dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber
daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam
penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya
didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh
sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran
strategis ini.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),
pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk
Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan
yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat
dan Makanan.
Sebagai lembaga pengawas, Badan POM harus bersikap konsisten terhadap
pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta
pembinaan dengan baik. Badan POM harus mampu membina dan mendorong
pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,
bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan,
ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam
memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk
Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap
Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan,
minuman dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012
[ Renstra 2015-2019] - 39-
sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59
persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri
makanan, minuman dan farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012
juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu
potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.
Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya
bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai
contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar
dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat
berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, dimana pasar dalam
negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangat potensial. Industri
kosmetik, obat tradisional dan suplemen kesehatan pun mempunyai
karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak
langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu
diberikan oleh Badan POM,sehingga Badan POM berkomitmen untuk
mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat
dan mutu Obat dan Makanan.
Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat
strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya
pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan,
masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan
kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi
standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait
Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan
pengawasan Obat dan Makanan.
Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, sama halnya dengan
Badan POM RI, Balai POM di Bengkulu juga melakukan berbagai upaya yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung
pengawasan. Upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan
Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta
kemitraan dengan pihak lain.
Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak
memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan
masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan
Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh
produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar.
[ Renstra 2015-2019] - 40-
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai POM di Bengkulu tidak dapat
berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak
lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang
kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta
kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan
nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik
karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan
diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi
tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan
yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah.
Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BPOM harus
bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan
dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM RI
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang
memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini
membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.
Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan
sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas
baik jumlah dan kualitasnya, maka Badan POM RI harus mampu mengelola
sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya
sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,
pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk
diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.
Di samping itu, Badan POM RI sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah
untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno
structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating),
pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan
penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur
yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya
kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Misi Badan POM RI merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas
pokok dan fungsi Badan POM RI . Pengawasan pre- dan post-market yang
berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat Badan POM RI
menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan
Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman,
[ Renstra 2015-2019] - 41-
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Badan POM RI mampu
melindungi masyarakat dengan optimal.
Badan POM RI juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan
terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya
yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk
mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik
terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu
melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang
mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar
(learning organization). Untuk mendukung itu, maka Badan POM RI perlu untuk
memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).
C. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.
Berpegang pada Budaya Organisasi BADAN POM RI, Budaya Organisasi Balai
POM di Bengkulu adalah
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan
komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
[ Renstra 2015-2019] - 42-
D. TUJUAN
Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka
tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 , Balai POM di Bengkulu
mempunyai tujuan yang sama dengan Tujuan Badan POM RI yaitu:
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.
Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah:
1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu
dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:
a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan Tujuan Badan
POM RI ;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi
ketentuan;
b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan
pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.
E. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai
BPOM, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki Tujuan Badan POM RI .Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
(2015-2019) ke depan diharapkan Tujuan Badan POM RI akan dapat mencapai
sasaran strategis sebagai berikut:
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai
POM merupakan suatu proses yang komprehensif dan bersifat full spectrum,
mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Sistem itu terdiri dari.
Pertama , adalah pengawasan setelah beredar (post-market control) yang
dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang
beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan.
Kedua, pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko
[ Renstra 2015-2019] - 43-
kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan
Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan
mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan
sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan
kemudian akan ditarik dari peredaran. Ketiga , adalah penegakan hukum di
bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan
yang relatif menjanjikan keuntungan yang besar, rentan terhadap pelanggaran
dari pelaku usaha. Untuk itu diperlukan adanya suatu penegakan hukum
apabila terjadi pelanggaran terkait Obat dan Makanan.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai
berikut:
1. Persentase obat yang memenuhi syarat ,
2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat ,
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat ,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat ,
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
2. Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait
dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu
perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.
Kerjasama yang telah dilakukan oleh Badan POM RI selama ini lebih banyak
dengan unsur pemerintah serta masih bersifat sporadik, parsial dan belum
dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Padahal pelibatan
berbagai pihak termasuk masyarakat sangat urgen dan strategis dalam
menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat
Badan POM RI. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih
sistematis bisa dimulai dengan mengidentifikasi tingkat kepentingan setiap
lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor private dan kelompok
masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi Badan POM RI. Setelah itu,
mengidentifikasi sumber daya apa yang telah dimiliki oleh masing-masing
institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat Badan POM
RI , lalu menentukan indikator bersama atas keberhasilan program yang
[ Renstra 2015-2019] - 44-
(akan) dikerjasamakan. Kerjasama dan kemitraan bisa dilakukan dengan
saling mendukung serta berbagi sumber daya (bisa dana, program atau SDM)
yang tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan
tujuan dan kerangka kerjasamanya. Atau bisa juga dengan “mendelegasikan”
program-program yang ada di Badan POM RI kepada lembaga/ kelompok
masyarakat sipil yang memiliki program yang sejalan dengan Badan POM RI
dengan mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk
memastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan,
maka harus diikat dengan sebuah kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua
belah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati. Di
sisi lain, juga harus disepakati adanya mekanisme dan sistem monitoring dan
evaluasi yang terlembagakan, serta memastikan bahwa hasil kerjasama ini
juga bisa diakses dan dievaluasi bersama oleh publik yang lebih luas.
Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai
konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran
(masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga
masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat
dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang
memenuhi syarat, Badan POM RI harus memberikan kegiatan pembinaan
dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).
Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh pelaku
usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain. Pengawasan oleh
pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai
sesudah produk beredar, salah satunya adalah meliputi pengawasan Obat dan
Makanan di sarana produksi dan sarana distribusi. Produsen mempunyai
peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi
syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang
sesuai dengan ketentuan. Dari sisi pemerintah, Badan POM RI bertugas
dalam menyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus
dipenuhi oleh pelaku usaha.
Paradigma Badan POM RI sebagai lembaga pengawas dan ditakuti oleh
pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang dilakukan
Badan POM RI dalam menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan para
pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, Badan POM RI
berupaya memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh
kemudahan dalam usahanya. Salah satunya melalui jaminan kualitas (quality
[ Renstra 2015-2019] - 45-
assurance) pengawasan, melalui pendampingan regulatory (regulatory
assistance).
Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang
mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat
dan Makanan. Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung
dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas. Salah satunya adalah
dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada
pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain yang
menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha, adalah
daya saing.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat
indikatornya sebagai berikut:
1. Tingkat kepuasan masyarakat dan
2. Jumlah kabupaten /kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan
pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran
pelaksanaan regulasi obat dan makanan .
3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan Badan POM RI
Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat
tercapainya sasaran strategis Badan POM RI Penerapan tata kelola
pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya
aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,
keadilan, dan partisipasi masyarakat Badan POM RI telah melaksanakan
Reformasi Birokrasi yang harus terus dipelihara untuk menciptakan birokrasi
yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan
publik Badan POM RI akan meningkat.
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)
merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama
terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja.
Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka
Badan POM RI harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal
mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan
yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif
dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen
organisasi.
Badan POM RI untuk melaksanakan tugas masih memerlukan penguatan
kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya
[ Renstra 2015-2019] - 46-
dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang
sesuai dengan nilai organisasi.
Untuk memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan serta
meningkatkan kualitas pembinaan Badan POM RI perlu memperkuat kapasitas
SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan untuk menjawab tantangan yang
terjadi (emerging issus). Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan
mandat transformasi UU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan
kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv)
pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi)
penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun
dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat
indikator Kinerja Utamanya nya adalah nlai SAKIP Badan POM RI dari
MenPAN dan RB sedangkan Indikator Kinerja Kegiatannya adalah :
1. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (Instalasi Farmasi
Kabupaten)
3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
6. Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
7. Jumlah layanan publik BB/BPOM
8. Jumlah Komunitas yang diberdayakan
9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang
dilaporkan tepat waktu
Tabel 11. Menjelasakan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah
sebagai berikut:
[ Renstra 2015-2019] - 47-
Tabel 10. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Badan POM RI Periode 2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
1. Persentase obat yang memenuhi syarat;
2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat;
3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;
4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.
Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat melalui kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
1. Tingkat kepuasan masyarakat ; 2. Jumlah Provinsi dan kabupaten
/kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi obat.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM
Meningkatnya kinerja pengawasan Obat dan Makanan di seluruh
1. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN.Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK;
1. Jumlah sampel yang diuji
[ Renstra 2015-2019] - 48-
Indonesia menggunakan parameter kritis 2. Pemenuhan target sampling
produk Obat di sektor publik (Instalasi Farmasi Kabupaten)
3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
6. Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
7. Jumlah layanan publik BB/BPOM
8. Jumlah Komunitas yang diberdayakan
9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
[ Renstra 2015-2019] - 49-
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-2019
pada Bab II di atas, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi
pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan
dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebut NAWA CITA,
sebagai berikut:
1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran dalam
kerjasama global dan regional),
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan
terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah),
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan antar
kelompok ekonomi masyarakat),
4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
(pemberantasan narkotika dan psikotropika),
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan
khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
(peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi),
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis
ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),
8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Adapun 5 (lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9 (Sembilan)
yang akan menjadi tugas dan tanggung jawab Badan POM RI pada periode 2015-
2019 adalah sebagaimana Tabel dibawah ini.
[ Renstra 2015-2019] - 50-
Tabel 11. Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada penyediaan
lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga pemenuhan
hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan publik. Dalam perspektif
tersebut, pembangunan manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan
kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia. Kualitas SDM tercermin dari tingkat
pendidikan, kesehatan, dan pendapatan penduduk, yang menjadi komponen inti
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Indonesia terus mengalami peningkatan
dari 71,8 pada tahun 2009 menjadi 73,8 pada tahun 2013.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan
Revolusi Mental, dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku
setiap orang, yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehinga
Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa
lain di dunia. Revolusi Mental mengandung nilai-nilai esensial yang harus
dinternalisasi baik pada setiap individu maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika
kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan
optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi
pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.
Mengkrucut pada pembangunan kesehatan dan SDM, tantangan ke depan
adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanan
[ Renstra 2015-2019] - 51-
kesehatan ibu anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan penyakit
menular maupun tidak menular, meningkatkan pengawasan obat dan makanan,
serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di bidang
kesehatan dan gizi masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan pada
beberapa tantangan. Beberapa permasalahan dan Isu Strategis terkait pengawasan
Obat dan Makanan tercakup dalam Permasalahan dan Isu Strategis ke-5:
Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan
Makanan.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan ibu
dan anak, meningkatnya status gizi masyarakat, meningkatnya pengendalian
penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya penyehatan lingkungan,
meningkatnya pemerataan akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatnya
perlindungan finansial, meningkatnya ketersediaan, persebaran, dan mutu sumber
daya manusia kesehatan, serta memastikan ketersediaan obat dan mutu Obat dan
Makanan. Sasaran pokok tersebut antara lain tercermin dari indikator yang terkait
Balai POM di Bengkulu sebagai berikut:
No Indikator Status Awal Target 2019
1 Persentase obat yang memenuhi syarat 98.75 99.25
2 Persentase makanan yang memenuhi syarat 87.6 90.1
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan
Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan satu arah kebijakan pembangunan di
bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan BPOM adalah
“Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan”, melalui:
1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan
pemangku kepentingan;
4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan
6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
[ Renstra 2015-2019] - 52-
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM RI
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan
strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Badan POM RI periode 2015-
2019, adalah:
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk
Obat dan Makanan
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Obat dan Makanan
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur
yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja
yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang
efektif dan efisien.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan
Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan
Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
Internal:
1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko;
2) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Balai POM hingga kinerja
individu/pegawai;
3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
[ Renstra 2015-2019] - 53-
4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Balai POM di Bengkulu secara
lebih proporsional dan akuntabel;
5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama
dalam mendukung tugas Balai POM di Bengkulu.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis
baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas,
maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme
internal organisasi Balai POM di Bengkulu sendiri.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal
organisasi serta sumber daya pegawai Balai POM di Bengkulu sendiri. Poin penting
yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci
keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem
pengawasan, manajemen kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan
akuntabel, peningkatan kualitas
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan
Obat dan Makanan tersebut, Balai POM di Bengkulu menetapkan program-
programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan
program pendukung (generik), sebagai berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Balai
Pengawas Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam
pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui
serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, pengawasan terhadap
sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan
pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan
dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b. Program Generik
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai
POM di Bengkulu.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan
prioritas Balai POM di Bengkulu, sebagai berikut:
[ Renstra 2015-2019] - 54-
a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
1) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui
penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan
penandaan.
2) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana
distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;
3) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
4) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya
laboratorium Obat dan Makanan;
5) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
6) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan
pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan
Anggaran, Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas
Obat dan Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan
Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur Balai POM di Bengkulu;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur Balai POM di Bengkulu;
5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen
dan Hubungan Masyarakat.
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing
sasaran strategis Badan POM RI periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran
program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Balai POM di
Bengkulu mengikuti logic frame Badan POM RI yang penjabaran terhadap sasaran
program dan kegiatan sesuai dengan unit organisasi di lingkungan Balai POM
adalah sebagai berikut :
[ Renstra 2015-2019] - 55-
Gambar 20. Log Frame Balai POM di Bengkulu
[ Renstra 2015-2019] - 56-
Tabel 12. Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai POM
PROGRAM SASARAN PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN INDIKATOR
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Persentase pangan fortifikasi yang memenuhi ketentuan
Pengawasan Obat dan Makanan di Balai POM
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
1. Jumlah sample yang diuji menggunakan
parameter kritis
2. Pemenuhan target sampling produk Obat di
sektor publik (IFK)
3. Persentase cakupan pengawasan sarana
produksi Obat dan Makanan
4. Persentase cakupan pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan
5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
6. Jumlah layanan publik BPOM
7. Jumlah komunitas yang diberdayakan
8. Persentase pemenuhan sarana prasarana
sesuai standar
9. Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan
tepat waktu
[ Renstra 2015-2019] - 57-
C. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,
dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan.
Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas
teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi,
melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat
dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak
sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang
sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan Makanan.
Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih
dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan.
Balai POM di Bengkulu melaksanakan pengawasan seringkali harus berkoordinasi
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsi instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-undangan
seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari
berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak langsung
mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya
derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan
Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding
faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang kesehatan,
dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi
pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat
menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada
pengurangan jumlah pengangguran.
Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa
mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa dalam hal
ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan
mutunya maka secara tidak langsung akan membentuk seorang manusia yang
sehat dan berkualitas. Dengan makanan yang bergizi maka seseorang akan tumbuh
dengan baik jasmani dan rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu
akan dapat menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak
berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu.
[ Renstra 2015-2019] - 58-
Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan
secara optimal, maka BPOM perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan
perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan.
Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh
BPOM dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:
1. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan.
Peraturan ini dapat berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM
atau Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan yang perlu disusun untuk
meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan Kepala
BPOM yang bersifat teknis maupun non-teknis dapat diidentifikasi oleh unit
kerja baik di pusat maupun balai sebagai pelaksana dari kegiatan. Beberapa
contoh peraturan ini adalah Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang obat
kuasi; Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang Mekanisme Monitoring
Efek Samping Suplemen Kesehatan; Pemutakhiran Peraturan Kepala BPOM
tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen Kesehatan.
2. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Keamanan Mutu dan Gizi
Pangan serta RPP Label dan Iklam Pangan terkait Undang-Undang No 18
Tahun 2012 tentang Pangan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan
makanan perlu dibuat peraturan pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan
baik. Permasalahan pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan
pangan saja, namun juga pada keamanan pangan serta pemenuhan gizi dan
penyesuaian terhadap amanat UU pangan itu sendiri, yaitu pangan tidak boleh
bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat Indonesia.
3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintah konkuren. Diharapkan terbentuknya NSPK ini akan dapat
menciptakan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No.
23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Obat dan
Makanan dan (2) Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk mendukung upaya ini
perlu penguatan koordinasi dengan melibatkan kementerian terkait (contoh.
Kemendagri) dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di daerah,
monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan peraturan
bersama dengan Kemendagri sebagai pembina daerah dalam hal pelaksanaan
NSPK didaerah. Diharapkan NSPK ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil
pengawasan Obat dan Makanan antara BPOM dengan daerah terkait. Hal ini
[ Renstra 2015-2019] - 59-
bertujuan agar pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar,
hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.
4. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan adanya
standar kompetensi tersebut BPOM dapat meningkatkan pengawalan mutu
Obat dan Makanan terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan,
dll.).
5. Dasar hukum terkait legalisasi peran BPOM sebagai provider Uji Profisiensi dan
provider Baku Pembanding untuk meningkatkan pengawalan mutu Obat dan
Makanan oleh BPOM terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan,
dll.).
6. Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan
Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan
gugus pulau. Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality
surveilance/monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan
gugus pulau.
7. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan
Makanan dan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain:
Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans dan Mekanisme pelaksanaan
Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki
Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan informatif
sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi
outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (contoh:
Obat terkontaminasi etilen glikol).
8. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan
Makanan. Adanya Juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki
Sistem penyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi,
termasuk dengan pemanfaatan hasil MESO, Monitoring Efek Samping Obat
Tradisional (MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik (MESKOS).
9. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory
insentive melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program),
misalnya semua laboratorium dalam lima tahun ke depan telah pra-kualifikasi
oleh lembaga internasional.
10. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta
Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk
meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam hal
ini BPOM perlu meningkatkan advokasi tentang peranan pemerintah daerah
dalam pengawasan Obat dan Makanan.
[ Renstra 2015-2019] - 60-
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
Untuk memperkuat peran dan fungsi Balai POM di Bengkulu dalam
melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif
penataan kelembagaan, baik penataan dalam lingkup intraorganisasi Badan POM
(organisasi induk) maupun penataan yang bersifat interorganisasi dalam bentuk
koordinasi lintas instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan para
pemangku kepentingan utama.Penataan kelembagaan bagi Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dilakukan dengan berpegang pada Peraturan Menteri PAN No.
PER/18/M.PAN/ll/2008, Tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dengan langkah
penataan sebagai berikut :
a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi
Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal
dan operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam
penyelenggaraan layanan teknis dan administratif yang telah
didelegasikan dari Badan POM;
b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang
kriteria dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur
penunjang;
Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan Makanan
dituangkan pada Gambar 13. Dalam kerangka kelembagaan tersebut tampak
bahwa dalam pelaksanaan mandatnya Badan POM menyelenggarakan fungsi
produce, provide, manage, dan apply.
Gambar 21. Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM
[ Renstra 2015-2019] - 61-
Fungsi produce, meliputi mandat untuk perumusan dan penetapan kebijakan
(regulating), penyelenggaraan layanan publik (executing, dan pelenksanaan
fasilitasi, pengembangan kapasitas, maupun kegiatan-kegiatan penguatan
bagi pihak lain (empowering). Fungsi provide, merupakan menyediakan
keluaran untuk dimanfaatkan langsung oleh mitra atau pengguna akhir. Untuk
fungsi manage, merupakan fungsi pengelolaan sumberdaya organsiasi agar
dapat dicapai hasil yang optimal dalam mendukung kegiatan operasional
Badan POM. Sedangkan apply adalah bentuk outreach dalam penciptaan
nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat.
1. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan
Obat dan Makanan;
2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas
sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan
kesehatan;
3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas
sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat
gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat
dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem
peradilan pidana.
4. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan BPOM
untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola
pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta
manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan transparan.
5. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur-mekanisme
penanganan konflik antar unit organisasi.
6. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan
berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan
kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN, hingga
penysunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.
[ Renstra 2015-2019] - 62-
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Sebagaimana sasaran strategis Badan POMRI sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target Balai POM di Bengkulu sesuai
dengan indikator masing-masing sasaran strategis dan pendanaanya adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta Kerangka Pendanaan periode 2015-2019
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Baseline
2014
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PIC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu
SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat
Provinsi Bengkulu 98,75
98,85
98,95
98,75
99,15
99,25
BPOM
1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Bengkulu 70,00 70,00 71,00 72,00 73,00 75,00 BPOM
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Bengkulu 98,82 98,9 99,0 99,1 99,2 99,3 BPOM
1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Bengkulu 97,73 97,73 97,75 97,78 97,80 97,83 BPOM
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Bengkulu 87,60 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
[ Renstra 2015-2019] - 63-
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Baseline
2014
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PIC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
SS 2 Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bengkulu 81 81 82 83 84 85
2,2 Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Provinsi Bengkulu 3 4 5 6 7 8
SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM
Provinsi Bengkulu B B B B B B BPOM
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
Provinsi Bengkulu
2290 2290 2290 2290 2290 2290 1,240 1,364 1,501 1,651 1,816
[ Renstra 2015-2019] - 64-
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Baseline
2014
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PIC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
Provinsi Bengkulu
92 100 100 100 100 100 xxx xxx xxx xxx xxx
3 Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
Provinsi Bengkulu
80 100 100 100 100 100 0,056 0,062 0,068 0,075 0,082
4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
Provinsi Bengkulu
30 32 34 36 38 40 0,440 0,484 0,532 0,585 0,644
5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Provinsi Bengkulu
4 4 4 4 4 4 0,441 0,485 0,533 0,587 0,645
6 Jumlah layanan publik BB/BPOM
Provinsi Bengkulu
500 500 510 520 540 550 0,848 0,933 1,026 1,128 1,241
7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan
Provinsi Bengkulu
4 4 7 10 13 16 0,539 0,593 0,652 0,718 0,789
6 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
Provinsi Bengkulu
80,00 81,00 82,00 83,00 84,00 85,00 5,996 6,596 7,255 7,981 8,779
9 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Provinsi Bengkulu
10 10 9 10 9 10 0,803 0,883 0,971 1,068 1,175
[ Renstra 2015-2019] - 65-
BAB V
PENUTUP
Renstra Balai POM di Bengkulu Tahun 2015-2019 adalah panduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Bengkulu untuk 5 (lima) tahun ke
depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan
oleh kesiapan organisasi, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya, serta
komitmen semua pimpinan dan staf Balai POM di Bengkulu. untuk menjamin
keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019, maka setiap tahun akan
dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan
Renstra Balai POM di Bengkulu, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan
Balai POM di Bengkulu yaitu meningkatkan kinerja organisasi dan pegawai dengan
mengacu kepada RPJMN 2015-2019.
Pelaksanaan Renstra diharapkan berkontribusi pada pencapaian RPJMN dan
Visi Misi Presiden. Hal ini dimungkinkan karena program dan kegiatan dalam
Renstra Balai POM di Bengkulu 2015-2019 ini telah dilengkapi dengan target
outcome dan output yang akan dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap tahun,
pada pertengahan periode Rencana Strategis/RPJMN sebagai midterm review,
maupun pada akhir RPJMN sebagai impact assessment.
Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan
Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional
(BAPPENAS). Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas, Renstra juga
menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra Balai POM di Bengkulu Tahun
2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja
Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, yaitu “Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”.
E:\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\Renstra BPOM Bengkulu\Draft\lamp. Renstra 2015-2019 kirim.xlsx
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 98,75 98,85 98,95 98,75 99,15 99,25
1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 70,00 70,00 71,00 72,00 73,00 75,00
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 98,82 98,9 99,0 99,1 99,2 99,3
1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 97,73 97,73 97,75 97,78 97,80 97,83
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 87,60 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
SS 2
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan
bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha
dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bengkulu 81 81 82 83 84 85
2,2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan
memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan
Makanan
Provinsi Bengkulu 3 4 5 6 7 8
SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM Provinsi Bengkulu B B B B B B Balai POM
Program Pengawasan Obat dan Makanan
1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis Provinsi Bengkulu 2290 2290 2290 2290 2290 2290 1,240 1,364 1,501 1,651 1,816 Pengujian
2Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik
(IFK) Provinsi Bengkulu 92 100 100 100 100 100 xxx xxx xxx xxx xxx
3
Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan
Makanan Provinsi Bengkulu 80 100 100 100 100 100 0,056 0,062 0,068 0,075 0,082
4Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan
Makanan Provinsi Bengkulu 30 32 34 36 38 40 0,440 0,484 0,532 0,585 0,644
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu
LAMPIRAN 2. MATRIK KINERJA DAN PENDANAAN BALAI POM DI BENGKULU 2015-2019
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Baseline
2014
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NS-
BS
2
Pengujian
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh
Indonesia
Pemeriksaan &
Penyidikan
Sertifikasi & LIK
E:\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\Renstra BPOM Bengkulu\Draft\lamp. Renstra 2015-2019 kirim.xlsx
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi
Baseline
2014
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NS-
BS
2
5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan Provinsi Bengkulu 4 4 4 4 4 4 0,441 0,485 0,533 0,587 0,645
6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Bengkulu 500 500 510 520 540 550 0,848 0,933 1,026 1,128 1,241
7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Bengkulu 4 4 7 10 13 16 0,539 0,593 0,652 0,718 0,789
6 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar Provinsi Bengkulu 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00 85,00 5,996 6,596 7,255 7,981 8,779 Tata Usaha
9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi
yang dilaporkan tepat waktuProvinsi Bengkulu 10 10 9 10 9 10 0,803 0,883 0,971 1,068 1,175 Tata Usaha
Pemeriksaan &
Penyidikan
Sertifikasi & LIK
No.Arah Kerangka Regulasi dan /atau
Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan evaluasi Regulasi
,eksisting, kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab Unit Terkait
1.Direktorat Standarisasi Obat 1.Direktorat Standarisasi Obat
2. Direktorat Standarisasi OT,Kosmetik dan suplemen
Kesehatan
2. Direktorat Standarisasi OT,Kosmetik
dan suplemen Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas 3. Biro Hukum dan Humas
1.Direktorat Standarisasi Pangan 1.Direktorat Standarisasi Pangan
2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas
1.PPOM 1.PPOM
2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas
1.PPOM 1.PPOM
2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas
1. Biro Hukum dan Humas 1. Biro Hukum dan Humas
2. Direktorat Insert dan Pengawasan Kedeputian 1, 2
dan 3
2. Direktorat Insert dan Pengawasan
Kedeputian 1, 2 dan 3
1. Direktorat surveilan Penyuluhan Keamanan
Pangan
1. Direktorat surveilan Penyuluhan
Keamanan Pangan
2. Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik
dan Suplemen Kesehatan
2. Direktorat Penilaian Obat Tradisional,
Kosmetik dan Suplemen Kesehatan
ANAK LAMPIRAN 2. MATRIKS KERANGKA REGULASI BALAI POM BENGKULU 2015-2019
3
RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan
RPP Label dan Iklan Pangan terkait
Undanmg-Undang No 18 tahun 2012
tentang pangan
2Peraturan Perundang-undangan terkait
pengawasan Obat dan Makanan Meningkatkan efektifitas Pengawasan OM
Standar Kompetensi Laboratoium dan
standar GLPUntuk pengawalan Mutu Obat dan Makanan oleh BPOM
terhadap isui terkini (AEC,post MDGs,SJSN Kesehatan, dll)
Dasar Hukum provider Uji Profisiensi dan
Provider Baku Pembanding Untuk pengawalan Mutu Obat dan Makanan oleh BPOM
terhadap isui terkini (AEC,post MDGs,SJSN Kesehatan, dll)
5
6
Belum Optimalnya quality surveilance/monitoring mutu
untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus
pulau
Memorandum of Understanding (MoU)
Penguatan sistem pengawasan OM di
wilayah free Trade Zone (FTZ), daerah
perbatasan , terpencil dan gugus pulau
7
Regulasi yang mendukung optimalisasi
Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan
dan EWS yang Informatif, antara lain: -
peraturan baru terkait KLB dan
farmakovigilans - Mekanisme pelaksanaan
Sistem Outbreak response dan EWS
Sistem Outbreak response dan EWS belum Optimal dan
Informatif.Diperlukan response yang cepat dan efektif
pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan
dengan bahan OM (cth.Obat Terkontaminasi etilen glikol)
8
3. Direktorat pengawasan distribusi Obat 3. Direktorat pengawasan distribusi Obat
4. Biro Hukum dan Humas 4. Biro Hukum dan Humas
1. PIOM 1. PIOM
2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas
3. Biro Umum 3. Biro Umum
10
Peraturan Kepala BPOM tentang
koordinasi dengan pemerintah daerah
serta Peraturan Kepala Daerah
(Gubernur,Bupati,dan walikota) untuk
Meningkatkan efektifitas pengawsan Obat
dan Makanan di daerah
Pengawsan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa
adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam
mendukung BPOM
BPOM Pemda
1.Direktorat Standarisasi Obat
2. Direktorat Standarisasi OT,Kosmetik dan suplemen
Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas
4.PPOM
Regulasi yang mendukung optimalisasi
Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan
dan EWS yang Informatif, antara lain: -
peraturan baru terkait KLB dan
farmakovigilans - Mekanisme pelaksanaan
Sistem Outbreak response dan EWS
Sistem Outbreak response dan EWS belum Optimal dan
Informatif.Diperlukan response yang cepat dan efektif
pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan
dengan bahan OM (cth.Obat Terkontaminasi etilen glikol)
8
9Juknis/Pedoman untuk Pengintegrasian
Penyebaran Informasi Obat dan MakananSistem penyebaran Informasi Belum terintegrasi
Peraturan dengan instansi /pihak terkait
yang mengatur regulatory insentive11