balai pom di bengkulu

83
BADAN PSM RI KEPUTUSA}I KEPALA BAI.AI PEI.IGAWAS OBAT DA}I ]TAKANAN DIBE}IGKULU NOMOR HK.r)4.01.90.04.1 5. TAHUlr 20l5 TENTANG PENETAPAII RE}ICAiA STRATEGIS 201 5.20{9 BAI-AIPOt' DIBENGKULU KEPAI.A BAITI PEIIGAI'UAS OBAT DAI{ TIAKAiIAT{ DI BEI{GKULU Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayal1 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renena Strategis Kementerian / Lembaga (Renstra KlL) 2A1*2019, perlu ditetapkan Rencana Strategis 2015-2019 Balai POM diBengkulu; bahwa berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik lndonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-2019. Undang-Undang Nomor 25 Tahun ?:AM tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4421); UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 240.s2025 (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor4700); Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4664); Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013; Mengingat BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIBENGKULU Jalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2 Telp. (0736) 53990 - 53993 Fax. (0736) 53988 - 53989 Email: bpom [email protected] dan bpom [email protected] 1. 2. 3. 4.

Upload: lekhue

Post on 22-Jan-2017

252 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Balai POM di Bengkulu

BADAN PSM RI

KEPUTUSA}I KEPALA BAI.AI PEI.IGAWAS OBAT DA}I ]TAKANAN DIBE}IGKULUNOMOR HK.r)4.01.90.04.1 5.

TAHUlr 20l5

TENTANG

PENETAPAII RE}ICAiA STRATEGIS 201 5.20{9BAI-AIPOt' DIBENGKULU

KEPAI.A BAITI PEIIGAI'UAS OBAT DAI{ TIAKAiIAT{ DI BEI{GKULU

Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayal1 Peraturan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014

tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan RenenaStrategis Kementerian / Lembaga (Renstra KlL) 2A1*2019, perlu

ditetapkan Rencana Strategis 2015-2019 Balai POM diBengkulu;

bahwa berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik lndonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-2019.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun ?:AM tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4421);

UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 240.s2025(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor4700);

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4664);

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata

Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor

3 Tahun 2013;

Mengingat

BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIBENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2

Telp. (0736) 53990 - 53993 Fax. (0736) 53988 - 53989Email: bpom [email protected] dan bpom [email protected]

1.

2.

3.

4.

Page 2: Balai POM di Bengkulu

BADAN POM RI

Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit

Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemenntah Non-

Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Presiden Nomor4 Tahun 2013;

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun

2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana

Strategis Kementerian I Lembaga (Renstra l(L) 2015-2019;

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

02001/SI(KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana diubah

dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor HK.00.05.2 1 .4231 Tahun 20M;

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

14 Tahun 2014 tentang Organisasidan Tata Keria Unit Pelaksana

Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan

(Berita Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 17141.

Menetapkan

MEMUTUSKAN:

: RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN

i,TAKANAN DI BET{GKULU TAHUN 2015-2A19

Pasal 1

Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu Tahun 2015-2019,

yang disebut dengan RENSTRA Balai POM di Bengkulu mengacu pada Rencana

Strategis Badan POM RlTahun 2015'2019;

Pasal 2

1. Renstra Balai POM di Bengkulu memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis,

kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan

fungsi Balai POM di Bengkulu dalam rangka mencapai sasaran pembangunan

kesehatan dan program prioritas pengawasan obat dan makanan ;

BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIBENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2

Telp. (0736) 53990 - 53993 Fax. (0736) 53988 - 53989Email: bpom [email protected]'id dan [email protected]

5.

7.

8.

Page 3: Balai POM di Bengkulu

,lBADAN PSM

2. Renstra Balai POM di Bengkulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi

sebagai, ,

a. acuan bagi setiap unit kerja eselon lV, dilingkungan Balai POM di Bengkulu

dalam menyusun rencana strategis Tahun 2015-2019;

b. acuan bagi setiap unit kerja eselon lV, dilingkungan Balai POM di Bengkulu

dalam menyusun dokumen peren@naan anggaran dan kegiatan Tahun 2O1$

2019 dan trahunan ;

c. dasar penyelenggaraan system Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah di

Lingkungan BalaiPengawas Obat dan Makanan di Bengkulu.

Pasal 3

Setiap unit keda eselon lV di Lingkungan Balai pengawas Obat dan Makanan wajib

menyusun rencana strategi Tahun 2015-2A19.

Pasal 4

1. Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan da Bengkulu melakukanpemantauan dan evaluasiterhadap pelaksanaan Rencana Strategis Balai POM

diBengkulu;

2. Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala(bulanan, triwulan, semester dan tahunan);

3. Evaluasi pelaksanaan Renstra Balai POM di Bengkulu terhadap capaian targetkinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada paruh waktu dan

tahun akhir periode Rencana Strategis.

Pasal 5

Renstra Balai POM di Bengkulu sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1),

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat

Keputusan ini.

Pasal 6

1. Dalam menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019 sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 ayat (2) huruf a, setiap unit keria eselon lV di Lingkungan Balai

POM di Bengkulu mengacu pada Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-

2019;

BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIBENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2

Telp. (0736) s3990 - 53993 Fax. (0736) 53988 - 53989Email: bpom [email protected] dan [email protected]

Page 4: Balai POM di Bengkulu

BADAN POM RI

2. Penyusunan Renstra mengacu pada Peraturan Kepala Badan POM Rl nomor 2

Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badap POM Tahun 201*2019;

Pasal 7

Pada saat Dokumen Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Balai POM di Bengkulu

diterbitkan, maka Rencana Strategis Tahun 2010-2014 Balai POM di Bengkulu

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku .

Pasal 8

Rencana Strategis Tahun 2015-2A1.9 Balai POM di Bengkulu ini mulai berlakupada tanggal di terbitkan .

BALAI PENGAWAS OBAT OAN MAKANAN DI BENGKULUJalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2

Telp. (0736) 53990-53993 Fax. (0736) 53988-53989Email: bpom [email protected] dan bpom [email protected]

BengkuluApril2015

Page 5: Balai POM di Bengkulu

i

TIM PENYUSUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Tahun 2015-2019

Penanggung Jawab : Drs. Zulkifli, Apt

Ketua : Dra. Firni, Apt, M.Kes

Wakil Ketua : Dra. Sri Yuniati

Sekretaris : Yunika Sary,S.Farm,Apt, M.Si

Anggota :

1. Rina Syukrina, S.Farm, Apt

2. Hifdzi Ulil Azmi, S.Farm, Apt

3. Mukhlisah, S.Si, Apt

4. Yenmar, A,Md

5. Fifit Anggraeni Kumalasari, S.Farm, Apt

B A L A I P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N B E N G K U L U Jalan Depati Payung Negara KM.13 No.29 Pekan Sabtu Tromol Pos 2

Telp. (0736) 53990 – 53993 Fax. (0736) 53988 – 53989 Email: [email protected]

Page 6: Balai POM di Bengkulu

i

Sambutan

Kepala Balai POM di Bengkulu

Sebagaimana diamanat oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Program

Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2015-2019, bahwa perencanaan pembangunan

nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5

tahun, serta rencana pembangunan tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Balai POM di Bengkulu telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2015 dengan

memperhatikan perubahan dilingkungan strategis dan kondisi yang diharapkan dengan

berpedoman pada 9 agenda prioritas ( Nawacita) dalam program Indonesia sehat dan

program pengawasan obat dan makanan. Renstra ini merupakan dokumen perencanaan

yang merupakan penjabaran dari Program Pembangunan Nasional dan sebagai bahan

masukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan/ Anggaran dan Pendapatan

dan belanja Negara (Repeta/APBN). Selain itu Rencana Strategis Pembanbgunan

Kesehatan Nasional Pengawasan Obat dan Makanan untuk Periode 2015-2019 ini

merupakan dokumen yang tidak dapat dipisahkan dari dokumen lainnya dalam mencapai

Target Pengawasan Obat dan makanan 2019.

Proses Penyusunan dokumen ini telah menintegrasikan pertimbangan-pertimbangan

operasional, organisasional dan financial serta pertimbangan dan masukan dari berbagai

pihak yang mempunyai kepentingan dengan pembangunan pengawasan obat dan makanan

baik lingkungan internal maupun eksternal Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.

Pertimbangan dan masukan tersebut diperoleh dari beberapa kali pertemuan rapat kerja

nasional mengenai Renstra Pengawasan Obat dan Makanan.

Ruang lingkup Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Program Pengawasan Obat dan

Makanan 2015-2019 meliputi pokok-pokok bahasan yang mencerminkan kesinambungan

pemikiran, ide dasar dan konsep-konsep sebagai berikut :

a. Merupakan konsesus dan komitmen nasional dalam melaksanakan Visi ”Obat dan Makanan

Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa” ;

b. Merupakan penjabaran dari program Pengawasan Obat dan Makanan RI 2015-2019, dan

merupakan panduan dalam penyelenggaraan program-program Pengawasan Obat dan

Makanan ;

Page 7: Balai POM di Bengkulu

ii

c. Merupakan pilihan jalan yang akan ditempuh dalam mencapai tujuan, sasaran dan

pencapaian indikator kinerja pembangunan pengawasan obat dan makanan 2015-2019

sesuai dengan hasil analisis situasi pengawasan obat dan makanan pada masyarakat baik

tingkat nasional maupun internasional ;

Dengan telah disusunnya Rencana Strategis Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Balai

POM) Bengkulu 2015-2019, diharapkan arah pembangunan pengawasan obat dan makanan

di Provinsi Bengkulu menjadi lebih terfokus dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan

pembangunan pengawasan obat dan makanan baik pemerintah provinsi maupun

pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat luas untuk berkontibusi dalam

pencapaian tujuan pengawasan obat dan makanan secara Nasional.

Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak atas

perhatian dan bantuannya yang telah diberikan dalam penyusunan Renstra ini. Semoga

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan memberikan

kekuatan kepada kita semua untuk melaksanakan pembangunan pengawasan obat dan

makanan. Amiin...

Bengkulu, 10 April 2015

Kepala Balai POM di Bengkulu

Drs. Zulkifli, Apt

NIP. 19640101 199401 1 001

Page 8: Balai POM di Bengkulu

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Tim Penyusun Renstra Anggaran 2015 ................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................. iv

Daftar Tabel .......................................................................................................................... vii

Daftar Gambar ..................................................................................................................... viii

Daftar Lampiran ..................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 KONDISI UMUM .......................................................................................................... 1

1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................................... 2

1.1.2 Struktur Organisasi ............................................................................................ 3

1.1.3 Sumber Daya ..................................................................................................... 5

1.2 CAPAIAN KINERJA BALAI POM BENGKULU PERIODE 2010-2014 .......................... 6

1 Indikator 1 dan 6 : persentase kenaikan obat yang memenuhi

standard dan proporsi obat yang memenuhi standar ............................................. 8

2 Indikator 2 dan 7 : Persentase kenaikan obat tradisional yang

memenuhi syarat dan Proporsi obat tradisional yang

mengandung bahan kimia obat ............................................................................. 9

3 Indikator 3 dan 8 : Persentase kenaikan Kosmetik yang

memenuhi syarat dan Proporsi kosmetik yang mengandung

bahan berbahaya ................................................................................................ 10

4 Indikator 4 dan 9 : Persentase kenaikan Suplemen Makanan

yang memenuhi syarat dan Proporsi Suplemen yang Tidak

Memenuhi Syarat ................................................................................................ 11

5 Indikator 5 dan 10 : Persentase kenaikan Makanan yang

memenuhi syarat dan Proporsi Makanan yang memenuhi

syarat .................................................................................................................. 11

1.3 ISU ISU STRATEGIS YANG TERKAIT DENGAN TUPOKSI DAN

KEWENANGAN BALAI POM DI BENGKULU ............................................................ 19

Page 9: Balai POM di Bengkulu

iv

DAFTAR ISI

Halaman

1.4 POTENSI DAN PERMASALAHAN ............................................................................ 21

1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ...................................................................... 22

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ............................................................. 23

3 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional ........................... 24

4 Perubahan Iklim .................................................................................................. 25

5 Demografi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi ........................................................ 26

6 Desentralisasi dan Otonomi Daerah .................................................................... 27

7 Perkembangan Teknologi ................................................................................... 28

8 Sumber Daya Manusia ........................................................................................ 29

9 Sarana dan Prasarana ........................................................................................ 29

10 Tantangan dan peluangan .................................................................................. 30

10.1 Faktor Internal ............................................................................................ 30

10.2 Faktor Eksternal ......................................................................................... 33

BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN

STRATEGIS

A. VISI ............................................................................................................................. 38

B. MISI ............................................................................................................................ 38

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko untuk melindungi masyarakat.................................................................... 38

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan

jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat

kemitraan dengan pemangku kepentingan .......................................................... 39

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM RI ................................................ 41

C. BUDAYA ORGANISASI .............................................................................................. 42

D. TUJUAN ..................................................................................................................... 43

E. SASARAN STRATEGIS .............................................................................................. 43

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan ........................................ 43

2. Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam

mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan

pemangku kepentingan ....................................................................................... 44

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM...................................... 46

Page 10: Balai POM di Bengkulu

v

DAFTAR ISI

Halaman

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ....................................................... 50

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM ............................................................... 53

C. KERANGKA REGULASI ............................................................................................. 58

D. KERANGKA KELEMBAGAAN .................................................................................... 61

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........................................... 63

BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 66

Page 11: Balai POM di Bengkulu

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Daftar Barang Milik Negara Hasil Sensus Tahun 2014 ........................................ 6

Tabel 2 Capaian Kinerja Balai POM Bengkulu Periode 2014 ........................................... 7

Tabel 3 Pengawasan Produk makanan lain lain ............................................................ 12

Tabel 4 Hasil Pengawasan PJAS .................................................................................. 13

Tabel 5 Hasil Pengawasan Garam ................................................................................ 13

Tabel 6 Hasil Pengawasan Produk Pangan SP/P-IRT ................................................... 14

Tabel 7 Hasil Pengawasan Produk Pangan Tanpa Izin Edar ......................................... 14

Tabel 8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu 2009-2013 ............................................ 27

Tabel 9 Rangkuman Analisis SWOT .............................................................................. 36

Tabel 10 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM

periode 2015-2019 ............................................................................................ 47

Tabel 11 Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA) ................................... 50

Tabel 12 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan

Indikator Balai POM ......................................................................................... 56

Tabel 13 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta Kerangka

Pendanaan Periode 2015-2019 ........................................................................ 62

Page 12: Balai POM di Bengkulu

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Struktur Organisasi BPOM di Bengkulu .......................................................... 3

Gambar 2 Distribusi Pegawai Balai POM di Bengkulu .................................................... 5

Gambar 3 Profil Pendidikan Pegawai Balai POM di Bengkulu ........................................ 5

Gambar 4 Profil Kenaikan Obat yang Memenuhi Syarat (MS) 2010-2014 ....................... 8

Gambar 5 Profil Obat yang Memenuhi Syarat (MS) 2010-2014 ...................................... 8

Gambar 6 Profil Persentase Kenaikan Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat

(MS) 2010-2014 ............................................................................................. 9

Gambar 7 Profil Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO 2010-2014 ............. 9

Gambar 8 Profil Kenaikan Kosmetika yang Memenuhi Syarat (MS) 2009-2014 ............ 10

Gambar 9 Profil Proporsi Kosmetika yang Mengandung Bahan Berbahaya

2010-2014 .................................................................................................... 10

Gambar 10 Profil Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat (MS)

2010-2014 .................................................................................................... 11

Gambar 11 Profil Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat

2010-2014 .................................................................................................... 11

Gambar 12 Profil Kenaikan Makanan yang Memenuhi Syarat (MS) 2010-2014 .............. 11

Gambar 13 Profil Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat 2010-2014 ........................ 11

Gambar 14 Profil Layanan Informasi ULP 2010-2014 ..................................................... 15

Gambar 15 Profil Hasil Pengawasan PJAS Mobling 2011-2014...................................... 16

Gambar 16 Profil Penerimaan Sampel PNBP 2010-2014 ............................................... 16

Gambar 17 Profil Sampel PNBP 2010-2014 ................................................................... 16

Gambar 18 Profil Kasus dan Perkara 2010-2014 ............................................................ 18

Page 13: Balai POM di Bengkulu

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 19 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan

dampaknya .................................................................................................. 20

Gambar 20 Log Frame Balai POM di Bengkulu .............................................................. 55

Gambar 21 Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan Mandat Badan POM ......................... 60

Page 14: Balai POM di Bengkulu

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Contoh Logical Framework Renstra Balai Besar/Balai POM .......................... 67

Lampiran 2 Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM di Bengkulu ............................... 68

Lampiran 3 Sasaran Mutu 2015-2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di

Bengkulu ................................................................................................ 70

Page 15: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 1-

BAB I PENDAHULUAN

1.1 KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa perencanaan pembangunan nasional

disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk

jangka waktu 5 tahun, serta rencana pembangunan tahunan yang selanjutnya

disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja

Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki maksud

untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa

(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan

tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan rencana

pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN

2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025.

Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih

memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan

menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang

berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas

serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian

program-program prioritas Pemerintah, Balai POM di Bengkulu sesuai kewenangan,

tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat

visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai POM di

Bengkulu untuk periode 2015-2019. Penyusunan Renstra Balai POM di Bengkulu ini

berpedoman pada RPJMN Periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Balai

POM di Bengkulu periode 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja periode

2010-2014 serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai POM

di Bengkulu. Selanjutnya Renstra Balai di POM Bengkulu periode 2015-2019

diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Balai POM di Bengkulu dibandingkan

Page 16: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 2-

dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai POM di Bengkulu pada saat ini berdasarkan peran,

tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

A. Peran Balai POM di Bengkulu berdasarkan Peraturan perundang-undangan

B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

C. Hasil Capaian Kinerja Balai POM di Bengkulu periode 2010-2014

D. Isu-isu strategis sesuai dengan Tupoksi dan kewenangan Balai POM di

Bengkulu

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17

Mei 2001. Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu merupakan Unit

Pelaksana Teknis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

(Badan POM RI). Sebagai UPT Badan POM RI, Balai POM di Bengkulu mempunyai

wilayah kerja 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota terdiri dari :

1. Kota Bengkulu

2. Kabupaten Bengkulu Tengah

3. Kabupaten Seluma

4. Kabupaten Bengkulu Selatan

5. Kabupaten Kaur

6. Kabupaten Kepahiang

7. Kabupaten Rejang Lebong

8. Kabupaten Lebong

9. Kabupaten Bengkulu Utara

10. Kabupaten Muko-muko

1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM nomor :

02001/SK/KBPOM/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas

Obat dan Makanan, Balai POM di Bengkulu mempunyai tugas pokok :

“Melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik,

narkotik, psikotropik dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya”.

Page 17: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 3-

Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Balai POM di Bengkulu

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan Obat dan Makanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk

secara mikrobiologi.

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada

sarana produksi dan distribusi.

5. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum di

bidang obat dan makanan

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu.

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan

bidang tugasnya.

1.1.2 Struktur Organisasi

Sesuai Keputusan Kepala Badan POM nomor : 05018/SK/KBPOM tahun 2001

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM,

dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Bengkulu dilakukan oleh

seksi-seksi dan Sub. Bagian Tata Usaha yang tergambar pada Struktur Organisasi

Balai POM di Bengkulu di bawah ini :

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai POM di Bengkulu

Balai Pengawas Obat dan Makanan

Seksi Pengujian terapetik,Narkotik,Psik

otropik, Kosmetik, Obat Tradisional dan Produk Komplemen

Seksi Pengujian Pangan dan

Bahan Berbahaya

Seksi Pengujian

Mikrobiologi

Seksi Pemeriksaan

dan Penyedikan

Sub Bagian Tata

Usaha

Seksi Sertifikasi dan Layanan

Informasi Konsumen

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Page 18: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 4-

Sesuai dengan struktur organisasi tersebut, Balai POM di Bengkulu secara garis

besar melaksanakan tugas sebagai berikut :

Seksi Pengujian Terapetik, NAPZA, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen

Seksi Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta

evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,

pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional,

kosmetik dan produk komplemen.

Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya

Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan

pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di

bidang pangan dan bahan berbahaya.

Seksi Pengujian Mikrobiologi

Seksi Pengujian Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana

dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan

secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.

Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan menyelenggarakan

fungsi :

Penyusunan rencana dan program pemeriksaan dan penyidikan obat dan

makanan

Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan

sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan di bidang produk

terapetik,Napza,Kosmetik,Obat Tradisional dan Suplemen Makanan

Pelaksanaan Pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi di bidang pangan dan bahan berbahaya.

Pelaksanaan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum.

Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan obat dan

makanan.

Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Page 19: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 5-

menyelenggarakan fungsi :

Penyusunan rencana dan program sertifikasi produk dan layanan informasi

konsumen

Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu

Pelaksanaan layanan informasi untuk konsumen

Evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi produk dan layanan informasi

konsumen.

Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan

administrasi di lingkungan Balai POM di Bengkulu.

Kelompok Jabatan Fungsional

Melakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdiri dari :

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari :

Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan ;

Jabatan Fungsional Umum sesuai dengan bidang keahliannya.

b. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan jumlahnya sesuai kebutuhan dan beban kerja.

1.1.3. Sumber Daya

Gambar 2 disamping ini menunjukan

distribusi pegawai Balai POM di

Bengkulu pada masa 2010-2014.

Balai POM di Bengkulu didukung oleh

65 pegawai negeri sipil yang

terdistribusi dibagian/seksi : 1 orang

Kepala Balai, 16 orang di bagian tata

usaha, 14 orang di seksi pemeriksaan

dan penyidikan, 4 orang di seksi sertifikasi dan layanan informasi konsumen, 18

orang di pengujian produk terapetik,

Napza, kosmetik, obat tradisional dan

suplemen makanan; 7 orang di

pengujian pangan dan BB serta 5 orang

di pengujian mikrobiologi.

Berdasarkan tingkat pendidikannya,

pegawai Balai POM di Bengkulu

Page 20: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 6-

memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi dari SLTA hingga S2. Perinciannya

adalah 6 orang pendidikan S2 + apoteker, 16 orang S1 + apoteker, 1 orang S1

Biologi, 9 orang sarjana (S1), 7 orang D3 Farmasi, 6 orang D3 lain yang terdiri 1

orang D3 Komputer, 3 orang D3 analis Makanan & 1 orang D3 teknologi Pangan, 1

orang D3 Instrumen serta 18 orang sekolah lanjutan atas (SMF,SLTA,SLTA

kejuruan), 1 orang SMP dan 1 orang SD.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Balai di Bengkulu didukung oleh

sarana dan prasarana yang cukup. Sejak tahun 2010, Tanah dan Gedung Balai

POM di Bengkulu sudah milik sendiri dan bersertifikat yang sah. Soft kompetensi

laboratorium dan sumber daya telah diakreditasi ISO 17025 pada tahun 2005 agar

pengujian mutu dapat diakui oleh pelanggan . Kegiatan di laboratorium didukung

oleh peralatan laboratorium meskipun belum sampai pada kondisi standar minimum

alat laboratorium yang ditetapkan Badan POM RI . Sedangkan dalam kegiatan

pengawasan dilapangan didukung oleh sarana dan prasarana penunjang

pengawasan seperti alat pengolah data, kendaraan bermotor , alat komunikasi dan

sebagainya sperti yang terdapat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Daftar Barang Milik Negara

No Urut Jenis Barang Nilai Buku Kondisi Barang

1 2 3 4

1 Tanah 1,384,794,000 B

2 Bangunan 13,985,883,024 B

3 Bangunan Pendukung Lainnya 689,708,550 B

4 Kendaraan Bermotor 1,905,774,013 B

5 Kendaraan Tdk Bergerak 8,690,000 B

6 Pengolah Data 682358515 B

7 Alat Laboratorium 18,836,076,074 B

8 Meubelair 812,940,750 B

9 Referensi 75,263,589 B

10 Prasarana Laboratorium 193,714,942 B

11 Alat Bengkel 2,000,000 B

12 Prasarana Kantor 1,234,383,737 B

13 Alat Komunikasi 301,412,300 B

14 Alat Studio 33,610,000 B

T O T A L 40,146,609,494

Sumber : Sensus BMN 2014

Page 21: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 7-

1.2 CAPAIAN KINERJA BALAI POM DI BENGKULU PERIODE 2010-2014

Balai POM di Bengkulu melaksanakan kebijakan Badan POM RI untuk

mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah Propinsi Bengkulu. Dalam

rangka menjalankan tugas tersebut, terdapat beberapa kegiatan yang telah

dilaksanakan dan mengacu pada Renstra Badan POM RI 2010-2014, yaitu: 1)

Post-marketing survailance termasuk sampling dan pengujian laboratorium, 2)

pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, monitoring efeksamping produk di

masyarakat, penyidikan dan penegakan hukum; 3) Komunikasi, informasi dan

edukasi publik termasuk peringatan publik.

Dengan sumber daya dimiliki, Balai POM di Bengkulu telah melakukan apa

yang menjadi tanggungjawab dan kewenangn yang diberikan Badan POM RI .

Indikotor kinerja utama Renstra Badan POM RI, juga menjadi Indikator Utama pada

Renstra Balai POM di Bengkulu tahun 2010-2014. Adapun pencapaian

keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai POM di Bengkulu

berdasarkan Indikator Kinerja Utama tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Capaian Kinerja Balai POM Benkulu periode 2010-2014

INDIKATOR KINERJA T*

2014

Tahun 2014 Tahun 2013 R (%)

Tahun 2012 R (%)

Tahun 2011 R (%)

Tahun 2010 R (%)

R** (%) % C***

thdp 2014

1 Persentase kenaikan obat yang Memenuhi standar (aman , manfaat dan mutu)

1 -1,7 -170 0,633 1,117 0,167 Baseline

2 Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi syarat

1 36,49 3649 30,78 19,26 23,03 Baseline

3 Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi syarat

1 -1,31 -131 -0,68 -0,287 0,035 Baseline

4 Persentase kenaikan Suplemen makanan yang Memenuhi Syarat

1 -0,24 -24 -1,51 -0,442 0,035 Baseline

5 Persentase kenaikan makanan yang Memenuhi Syarat

1 17,98 1798 10,01 17,81 12,17 Baseline

6 Proporsi Obat yang memenuhi standar (aman, manfaat dan mutu)

99,85 97,02 97,17 99,34 99,84 98,89 98,72

7 Proporsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat

1,5 1,54 102,67 1,56 0,77 0,91 2,48

8 Proporsi kosmetik yang mengandung bahan

0,50 1,43 286,00 0,42 0,24 0 0

Page 22: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 8-

berbahaya

9 Proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan

2,00 1,37 68,50 3,13 2,59 8,33 1,61

10 Proporsi Makanan yang memenuhi syarat

75,00 95,07 126,76 87,1 94,9 89,26 77,09

Catatan: *) T : Target

**) R : Realisasi

***) %C : Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target)

Tabel 2 .merupakan capaian kinerja Balai POM di Bengkulu dengan hasil yang

fluktuatif dan terdapat capaian yang sangat tinggi. Capaian yang sangat tinggi

(>100%) ini tidak dapat disimpulkan bahwa kinerja Balai POM di Bengkulu telah

luar biasa. Justru hal ini menunjukan kelemahan dalam perencanaan dan

penetapan target. Oleh karena itu hal ini akan menjadi fokus perbaikan dalam

Renstra 2015-2019 kedepan. Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan

Makanan tetap menjadi mainstreaming di Renstra 2015-2019. Pencapaian kinerja

Balai POM di Bengkulu dari tahun 2010-2014 ditampilkan dalam hasil realisasi

mengingat adanya pencapaian Realisasi terhadap target dalam Penetapan Kinerja

setiap tahunnya (LAKIP) sampai nilai ribuan pada beberapa indikator kinerja utama

Balai POM di Bengkulu. Penjelasan realisasi untuk masing masing indikator

dapat dicermati melalui garafik berikut ini:

Indikator 1 dan 6 : Persentase kenaikan obat yang memenuhi standard dan proporsi obat yang memenuhi standar

Persentase kenaikan obat yang

memenuhi syarat, setiap tahunnya

meningkat berkisar antara -1% sampai

dengan 1% dan sejalan dengan

proporsi Obat yang diuji dan memenuhi

syarat yang cenderung menurunan

semenjak tahun 2012, meskipun ada

peningkatan pada tahun 2011 dari tahun

2010. Pada akhir masa renstra 2010-2014

hasil ini tidak mencapai target yang

ditetapkan (99,85%).

Kegiatan yang mendukung Pencapaian

indikator ini adalah kegiatan pengawasan

Page 23: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 9-

tehadap sarana distibusi obat dan kegiatan sampling obat yang mengacu pada

prioritas sampling selama renstra 2010-2014.

Dalam waktu lima tahun, hasil pengawasan sarana distribusi dan pelayanan obat

menunjukan tingkat pelanggaran yang cukup tinggi meskipun fluktuatif setiap

tahunnya. Sarana distribusi dan pelayanan obat yang Memenuhi Ketentuan berkisar

antara 4-22 % dengan jenis pelanggaran terbanyak adalah mengenai Cara

Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan tata cara administrasi, namun pelanggaran

ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap mutu produk . Dengan pencapaian

ini dapat dikaitkan dengan masih ditemukan produk Obat dan Makanan

illegal/palsu/substandar dan mengindikasikan bahwa pengawasan Obat dan

Makanan yang dilakukan oleh Badan POM selama ini harus terus ditingkatkan.

Dengan demikian secara Nasional Perkuatan pengawasan post market merupakan

hal yang tak dapat dielakkan lagi untuk selalu dilakukan oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI.

Indikator 2 dan 7 : Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi syarat dan Proporsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat

Persentase kenaikan obat

Tradisional yang diuji dan

memenuhi syarat selama lima

tahun menunjukan peningkatan

yang cukup tajam meskipun pada

tahun ketiga (2012) hasilnya

menurun. Persentase kenaikan

setiap tahunnya berkisar antara 19

% sampai dengan 36%. Meningkatnya

kenaikan obat tradisional yang memenuhi

syarat tidak menjamin bahwa obat

tradisional tersebut bebas dari kandungan

Bahan Kimia Obat. Hasil pengawasan

mutu pada obat tradisional masih

ditemukan Bahan Kimia Obat (BKO) yang

berbanding terbalik dengan tingkat

kenaikan pada produk obat tradisional

yang memenuhi syarat. Pencapaian

kinerja indikator untuk Proporsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia

obat menunjukan hasil yang menurun pada tiga tahun pertama dan meningkat

Page 24: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 10-

kembali pada dua tahun terakhir pada masa renstra 2010-2014. Kegiatan yang

mendukung Pencapaian indikator ini adalah pengawasan sarana distibusi obat

tradisional dan sampling obat tradisional yang mengacu pada prioritas sampling ,

sosialisasi intensive kepada masyarakat tentang obat tradisional yang mengandung

bahan berbahaya/termasuk dalam Public Warning dan pemberian sanksi tegas

kepada pelaku usaha atas pelanggaran baik secara administrative maupun

projustisia. Hasil pengawasan sarana distribusi obat Tradisional yang memenuhi

Ketentuan berkisar antara 82-87 % . Hal ini menunjukkan bahwa angka

pelanggaran di sarana distribusi Obat Tradisional relative rendah. Pelanggaran

pada sarana distribusi Obat Tradisonal adalah ditemukan produk TIE/Public

Warning meskipun ini tidak terlalu tinggi karena sanksi tegas yang diberlakukan

terhadap pelanggaran di bidang distribusi Obat Tradisional.

Indikator 3 dan 8 : Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi syarat dan Proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya

Produk kosmetik beredar yang diuji

dan memenuhi syarat memberi hasil

yang kurang memuaskan karena

terjadi penurunan sepanjang masa

renstra 2010-2014 dan Bahan

Berbahaya masih dijumpai . Hasil

pengawasan mutu pada produk

Kosmetik yang mengandung bahan

berbahaya menunjukan peningkatan

semenjak tahun 2012 sampai 2014.

Pencapaian ini dapat dikaitkan dengan

diberlakukan Harmonisasi ASEAN pada

1 Januari 2011 dan pasar bebas

sehingga produk kosmetik yang masuk

ke Indonesia meningkat secara

signifikan.

Kegiatan yang mendukung Pencapaian indikator ini adalah pengawasan tehadap

sarana distibusi Kosmetik dan sampling kosmetik yang mengacu pada prioritas

sampling. Selain itu juga terjadi perluasan cakupan jenis sampling, dimana pada

tahun ini produk online dan MLM juga mulai masuk prioritas sampling .

Page 25: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 11-

Dalam masa lima tahun 2010-2014 sarana distribusi Kosmetika yang memenuhi

ketentuan berkisar pada angka 80-91 %. Pada tahun 2013 jumlah sarana yang

memenuhi ketentuan meningkat, namun kembali turun secara signifikan pada tahun

2014 . Hal ini disebabkan karena pada tahun 2014 batas waktu toleransi terhadap

registrasi produk kosmetika yang lama mulai diberlakukan, yang mana produk yang

belum mendaftar ulang/menotifikasi ulang dianggap sebagai produk TIE .

Indikator 4 dan 9 : Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi syarat dan Proporsi Suplemen yang Tidak Memenuhi syarat

Produk suplemen makanan beredar yang diuji dan memenuhi syarat meningkat

sejak tahun 2010 memberikan hasil yang

fluktuatif dan menunjukan peningkatan

pada masa akhir renstra 2010-2014 dan

mencapai target sebesar 98,0%.

Pencapaian indikator ini tidak terlepas

dari pengawasan di lapangan terhadap

sarana distribusi dan sampling suplemen

makanan yang beredar.

Selama renstra 2010-2014 hasil

pengawasan sarana distribusi

Suplemen makanan yang memenuhi

ketentuan berkisar 80-100% dan

menjunjukan peningkatan dari tahun

2010-2013 , namun pada tahun 2014

terjadi penurunan. Temuan pada

sarana distribusi Suplemen Makanan adalah mengenai label .

Indikator 5 dan 10 : Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi syarat dan Proporsi Makanan yang memenuhi syarat

Page 26: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 12-

Persentase kenaikan makanan yang memenuhi syarat dan proporsi makanan yang

memenuhi syarat menunjukan hasil yang fluktuatif setiap tahunnya dan pada

masa akhir renstra meningkat dan melebihi target yang ditetapkan. Hasil ini

diperoleh dari produk makanan yang disampling dan diuji berdasarkan Izin Edar

yang dikeluarkan oleh Badan POM RI .

Tabel 3. berikut ini menampilkan hasil pengawasan Balai POM di Bengkulu selain

pengawasan produk pangan yang memiliki izin dari Badan POM RI. Pengawasan

yang dilakukan juga pada pangan lain yakni pangan Fortifikasi, Pangan Jajanan

Anak Sekolah (PJAS), Bahan Berbahaya, Pangan industri rumah tangga (SP/P-IRT)

dan Pangan yang beredar tanpa izin registrasi seperti makanan bulan Ramandhan.

Tabel 3. Hasil Pengawasan Produk makanan lain lain

Kategori Total MEMENUHI SYARAT

TMEMENUHI SYARAT

Tahun pelaksanaan

Bahan berbahaya 50 39 11 2013-2014

Garam 140 94 46 2011-2014

PJAS 1025 575 450 2010-2014

SP/P-IRT 618 518 100 2010-2014

Tepung terigu 38 38 0 2013-2014

Tidak terdaftar 814 615 199 2010-2014

Total 2685 1879 806

Dalam rangka ikut serta mengawal pangan non registrasi Badan POM RI, Balai

POM melakukan pengawasan jajanan di sekolah dasar di kota dan kabupaten

Bengkulu. Pengawasan P-JAS dilakukan dengan sampling di sekolah dasar dan

penguian di laboratorium Balai POM di Bengkulu

Tabel 4, menjelaskan Hasil pengawasan P-JAS pada tahun awal masa rentsra

adalah 65,75 % jajanan di sekolah dasar masih belum memenuhi syarat

keamanan pangan karena mengandung bahan berbahaya (formalin, boraks,

pewarna tekstil seperti rhodamin B, methanyl yellow), penggunaan bahan

tambahan pangan berlebih, cemaran logam berat dan pestisida serta buruknya

higiene dan sanitasi ikut berkontribusi dalam memperburuk keamanan P-JAS.

Hasil pengawasan P-JAS selama tahun 2010-2014, hasil yang memenuhi syarat

sanagat fluktuatuf meskipun terjadi peningkatan presentase (76,7%) P-JAS.

yang memenuhi syarat di akhir masa renstra. Hal ini menunjukkan bahwa

Pembinaan dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan petugas

Page 27: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 13-

Balai POM di Bengkulu ke Sekolah Dasar di provinsi Bengkulu telah dapat diterima

dan dimengerti oleh masyarakat Bengkulu.

Tabel 4. Hasil Pengawasan PJAS

Tahun % PJAS MEMENUHI

SYARAT

2010 34,3%

2011 70,3%

2012 37,2%

2013 38,6%

2014 76,7%

Dalam rangka meningkatkan nilai gizi pangan untuk menurunkan difisiensi zat gizi

pangan yang potensial pada masyarakat, Balai POM di Bengkulu melaksanakan

program fortifikasi pangan berdasarkan instruksi Badan POM RI. Untuk mengawal

program tersebut, Balai POM di Bengkulu melakukan pengawasan terhadap

produk pangan fortifikasi yang ada di masyarakat. Pengawasan yang dilakukan

mencakup pengujian fortifikasi vitamin B pada tepung terigu dan KIO3 (Iodium)

pada garam.

Hasil pengawasan fortifikasi garam yang memenuhi syarat menunjukkan trend

yang menurun dari tahun 2010 hingga 2014 dan mengalami penurunan yang

cukup signifikan di akhir masa renstra. Penurunan yang terjadi dapat disebabkan

karena adanya cakupan sampling yang lebih besar di akhir masa renstra dan

adanya pengawasan berbasis resiko.

Tabel 5. Hasil Pengawasan Garam

Tahun % Garam MEMENUHI

SYARAT

2011 81,3%

2012 70,0%

2013 71,9%

2014 57,6%

Selain fortifikasi garam, Balai POM di Bengkulu juga melakukan penambahan

cakupan pengawasan fortifikasi pada produk tepung terigu sejak tahun 2013.

Presentase tepung terigu yang memenuhi syarat pada tahun 2013 dan 2014

sebesar 100% yang berarti bahwa tepung terigu yang beredar di provinsi Bengkulu

telah memenuhi ketentuan fortifikasi zat gizi pada pangan.

Hasil pengawasan produk pangan SP/P-IRT yang memenuhi syarat menunjukkan

trend yang meningkat. Penurunan presentase pangan Memenuhi Syarat hanya

terjadi pada tahun 2013 ke 2014. Namun, presentase pangan Memenuhi Syarat

Page 28: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 14-

kembali meningkat di akhir renstra dan mencapai presentase Memenuhi syarat

tertinggi di tahun 2014 pada produk pangan dengan izin edar SP/P-IRT selama

tahun 2010-2014.

Tabel 6. Hasil Pengawasan Produk pangan SP/P-IRT

Tahun % Pangan SP-P/IRT MEMENUHI

SYARAT

2010 66,7%

2011 89,0%

2012 92,9%

2013 80,5%

2014 93,3%

Pada pengawasan produk pangan tanpa izin edar, Balai POM di Bengkulu

mencatat presentase pangan Memenuhi Syarat selalu mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2010 sampai 2014. Hal ini menunjukkan

bahwa program Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang dilakukan SERLIK,

khususnya pada program Food Safety Masuk Desa (FSMD) telah berjalan dengan

baik.

Tabel 7. Hasil Pengawasan Produk pangan tanpa izin edar

Tahun % Pangan Tanpa Izin Edar MEMENUHI

SYARAT

2010 65,6%

2011 74,5%

2012 79,5%

2013 90,9%

2014 100,0%

Selain komoditi produk pangan, Balai POM di Bengkulu sejak tahun 2013 juga

melakukan pengawasan terhadap komoditi kemasan pangan yang dicover dalam

program pengawasan bahan berbahaya. Presentase kemasan pangan yang

memenuhi syarat dari tahun 2013 ke 2014 menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Pemberdayaan masyarakat dan Pelayanan publik.

Pemberdayaan pada masyarakat diantaranya bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dalam memilih produk yang akan dikonsumemenuhi syarat i.

Penyebaran Informasi produk obat, Narkotok, Psikotropik, Kosmetik obat tradisional

dan Suplemen makanan serta pangan dan bahan berbahaya pada kelompok

masyarakat dan Pengawasan Jajanan Anak Sekolah (P-JAS) di sekolah dasar di

Page 29: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 15-

provinsi Bengkulu baik di ibukota kecamatan maupun di ibukota kabupaten/kota dan

juga terhadap pelaku usaha merupakan kepedulian Balai POM di Bengkulu dalam

peningkatan pengetahuan masyarakat di Bengkulu. Penyebaran informasi ini telah

dilakukan sejak tahun 2001 sampai 2014 melalui kegiatan sosialisasi secara

langsung dan melalui media cetak dan elektronik.

Sebagai perpanjangantangan Balai POM di Bengkulu dalam pengawasan pangan

yang tersebar di Bengkulu, melalu instruksi Badan POM RI , Balai POM di

Bengkulu telah melaksanakan program dan kegiatan Gerakan Keamanan Pangan

Desa dengan mengintervensi di 10 desa/Kelurahan (5 kelurahan di Kota Bengkulu

dan 5 Desa di Kabupaten Bengkulu Utara). Pendekatan awal untuk menghasilkan

64 orang Kader Keamanan Pangan Desa adalah dengan memberikan pelatihan

pada kelompok masyarakat desa seperti ibu PKK, karang taruna, guru, tenaga

Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food Inspector (DFI). Para kader

ini telah melakukan kegiatan bimbingan dan edukasi keamanan pangan kepada

komunitas desa.

Di masa yang akan datang, Gerakan Keamanan Pangan Desa ini masih diperlukan

agar cakupan pengawasan pangan semakin luas untuk mencapai tujuan pangan

yang sehat , bermutu dan begizi

Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULP) Balai POM di Bengkulu menerima

pengaduan dan memberikan informasi, baik secara langsung maupun melalui

media elektronik. Selama tahun

2010-2014 layanan publik setiap

tahunnya rata- rata sebanyak 166

(seratus enam puluh enam) semua

menyangkut OMKABA dimana

permintaan informasi terbanyak yaitu

mengenai pangan sebesar (42%),

lain-lain (19%), Kosmetik (13%), obat

(11%), Obat tradisional (9%), Bahan

berbahaya (4%) dan suplemen makanan (2%). Adanya trend naik turun permintaan

informasi yang dilayani ULPK Balai POM di Bengkulu, dipengaruhi juga oleh

pemberian sosialisasi secara langsung kepada masyarakat melalui media cetak dan

elektronik .

Tahun 2007 sampai sekarang telah dilakukan pula sosialisasi tentang keamanan

pangan kantin sekolah kepada pengelola kantin dan guru-guru UKS baik di tingkat

SD, SMP dan SMU serta melakukan sampling dan pengujian terhadap pangan

Page 30: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 16-

jajanan anak sekolah yang dijual di kantin sekolah maupun diluar kantin sekolah.

Sebagai tindak lanjut keberhasilan program pengawasan P-JAS dan amanat

undang-undang, maka Badan POM RI menginisiasi program dan kegiatan di bidang

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (ANPJAS) yang berbasis masyarakat.

Pengawasan P-JAS pun ditingkatkan

dengan menggunakan mobil

laboratorium keliling di sekolah dasar 10

Kabupaten/Kota Bengkulu. Wujud

keseriusan Balai POM di Bengkulu

untuk mengawasi P-JAS adalah

melakukan pengujian setempat dan

sosialisasi tentang pangan jajanan yang

aman, bermutu dan bergizi pada penjaja makanan di sekolah dasar tersebut. Pada

gambar 15, Selama tahun 2011-2014 pada 503 sekolah dasar di 10

Kabupaten/Kota Bengkulu , Jajanan Anak Sekolah menunjukan hasil yang

menggembirakan , karena persentase yang tidak memenuhi syarat semakin

menurun.

Meskipun hasil Pengawasan P-JAS beberapa tahun ini memberikan hasil yang

menggembirakan dan layak dikonsumemenuhi syarat i, upaya pencegahan PJAS

yang tidak memenuhi syarat keamanan tetap dilakukan oleh Balai POM di Bengkulu

kedepannya melalui kegiatan pemantauan berkala di sekolah dasar maupun

sekolah lainnya

Pelayanan publik yang dilakukan oleh

Balai POM di Bengkulu tidak hanya

menerima pengaduan masyarakat dan

memberikan informasi, tetapi juga

menerima sampel dari masyarakat

(pelanggan eksternal) untuk dilakukan

uji laboratorium dengan maksud dan

kepentingan yang berbeda. Gambar 17 dan

18 menjelaskan jumlah dan jenis sampel

pihak ketiga yang diterima selama 2010-2014.

Jenis sampel pelanggan eksternal ini meliputi

sampel barang bukti dengan jumlah terbanyak

(68%) , dikuti oleh sampel pangan (17%)

,Obat (8%) ,Kosmetik (5%) dan obat

tradisional (1%)

Page 31: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 17-

Kemitraan dengan stakeholders. Dalam melakukan Pengawasan Obat dan

Makanan di Provinsi Bengkulu, Balai POM di Bengkulu tidak mungkin dapat

berperan sebagai pemain tunggal, dukungan dari mitra kerja dan stakeholder

pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun ditingkat kabupaten/kota sangat

diperlukan dan disisi lain ekspetasi masyarakat terhadap peran Balai POM sangat

besar terutama dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran produk obat,

obat tradisional, kosmetik, produk komplemen dan pangan.

Mengingat peran pemerintah daerah diera otonomi sebagaimana yang telah

diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 sangat luas sekali

terutama dalam pemberian izin sarana dan izin edar produk pangan lokal (Industri

Rumah Tangga Pangan), Balai POM di Bengkulu memerlukan pihak terkait

berperan dalam pengawasan produk pangan lokal tersebut.

Adapun bentuk kerjasama yang dibangun oleh Balai POM di Bengkulu untuk

terhadap Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 adalah dengan memberikan

Pelatihan terhadap petugas instansi terkait terutama Dinas Kesehatan, begitu juga

dengan instansi lainnya dalam berbagai pertemuan lintas sektor baik tingkat

provinsi, kabupaten maupun kota. Disamping itu, telah disampaikan berbagai

program yang dapat disinergikan dengan kegiatan atau program pemerintah

daerah, terkait pengawasan Obat dan Makanan, terutama pangan. Sebagai wujud

kerjasama ini, Balai POM di Bengkulu termasuk dalam Kelompok Kerja Keamanan

Pangan Provinsi yaitu Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) di

dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT), Program Pembinaan Keamanan

Pangan Jajanan Anak Sekolah, Tim Pengawasan Produk Beredar dengan instansi

terkait (Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota, Disperindagkop, Badan

Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan Kelautan,dll).

Bentuk kerjasama lain Balai POM di Bengkulu adalah dibentuknya Satuan Tugas

(SATGAS) Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal yang diresmikan oleh Wakil

presiden RI pada tanggal 31 Januari 2011. SATGAS ini melakukan kegiatan

Rencana Aksi Satgas Pemberantasan Produk Ilegal di Provinsi Bengkulu yang

merupakan salah satu upaya strategi untuk pemberantasan obat dan makanan

illegal termasuk produk palsu dengan tujuan untuk (1) memberikan pemahaman

kepada sarana distribusi Obat dan Makanan mengenai produk illegal , agar sarana

distribusi berperan aktif dalam membantu pelaksanaan kegiatan ini dalam

melakukan penapisan dijalur distribusi sehingga produk illegal tidak beredar

dimasyarakat dan (2) memberikan pemahaman bahwa tindakan melanggar

Page 32: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 18-

peraturan dengan mendistribusikan produk illegal memiliki sanksi hukum yang berat

(denda dan pidana penjara )

Berdasarkan evaluasi hasil kegiatan pelaksanaan Rencana Aksi Satgas

Pemberantasan Produk Ilegal di Provinsi Bengkulu ini belum memberikan hasil

seperti yang diharapkan karena keterbatasan sumber daya Balai POM di Bengkulu.

Penyidikan. Dalam waktu 2010-2014 jumlah pelanggaran yang ditemukan Balai

POM di Bengkulu adalah sebanyak 193

kasus. Dari jumlah tersebut yang naik

menjadi Perkara adalah sebanyak 37

perkara dengan rincian 13 Perkara di

bidang distribusi Obat Keras Tanpa Hak

dan Kewenangan, 19 Perkara

mendistribusikan Obat Tradisional

TIE/ditarik dari peredaran berdasarkan Public Warning dan 5 Perkara

mendistribusikan Kosmetika TIE/ditarik dari peredaran berdasarkan Public

Warning. Dari perkara yang telah selesai dan mendapat putusan, vonis yang

diberikan sangat ringan dibanding ancaman yang dibunyikan didalam Undang-

undang Kesehatan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurang tajamnya pendalaman

unsur yang diterapkan oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) Balai POM di

Bengkulu, maupun rendahnya nilai barang bukti yang didapatkan.

Dalam kerjasama yang lain, Jaksa Penununtut Umum (JPU) dari Kejaksaan Tinggi

Bengkulu memberikan penyegaran mengenai tata cara administrasi penyidikan

sehingga diharapkan proses penyidikan perkara obat dan makanan illegal yang

dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bengkulu semakin lebih baik dimasa

mendatang

Indeks Kepuasan Masyarakat. Unit Layanan Pengaduan Konsumen merupakan

jendela Balai POM di Bengkulu. Ibarat jendelanya jernih maka semua yang

dilakukan unit teknis akan terkomunikasikan dengan baik kepada masyarakat

sehingga dapat meningkatkan citra Badan POM RI umumnya dan Balai POM di

Bengkulu khususnya . Meningkatnya jumlah permintaan informasi dan pelayanan

publik yang dilakukan oleh Balai POM di Bengkulu dapat diukur dari indeks

kepuasan masyarakat. Indeks kepuasan masayarakat merupakan data dan

informasi tentang tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil pengukuran

secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat konsumen dalam memperoleh

pelayanan dari penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara

Page 33: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 19-

harapan dan kinerjanya. Indeks kepuasan masyarakat dilakukan pada dua kegiatan

yang berbeda, yaitu melalui Unit Layanan dan Pengaduan Konsumen dan melalui

pelanggan eksternal yang meminta penilaian mutu sampel/produk . Indek kepuasan

masyarakat melalui ULPK pada tahun 2013 adalah sebesar 84.96 dan pada tahun

2014 sebesar 85.33 hal ini menunjukkan bahwa pelayanan publik yang diberikan

oleh Balai POM di Bengkulu untuk konsumen/masyarakat dikategori baik.

Pelayanan publik melalui pelanggan pihak ketiga (pelanggan eksternal) merupakan

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Balai POM di Bengkulu. Untuk

mengetahui tingkat pelayanan laboratorium kepada pelanggan eksternal, Balai POM

di Bengkulu memberikan beberapa pertanyaan pada lembar kuisioner dan dinilai

dalam 2 kali setahun. Hasil penilaian kepuasan pelanggan (IKP) pada tahun 2013

Semester 1 sebesar ; 43,32 , semester 2 sebesar; 44,01 dan 2014 semester 1

sebesar ; 44,89 dan semester 2 sebesar : 45,46 adalah :

Reward. Piagam Bintang Satu Keamanan Pangan merupakan bentuk

penghargaan/reward Balai di Bengkulu untuk sekolah yang telah menerapkan

keamanan pangan kantin sekola. Pemberian penghargaan ini dilakukan pada saat

upacara ulang tahun Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Piagam Bintang Satu

Keamanan Pangan sudah diterima oleh SDN 8, SDN 20 dan SMUN 2 kota

Bengkulu pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 Piagam Bintang Satu

Keamanan Pangan diterima oleh SDN 04 Kepahyang .Pemberian reward ini

diharapkan dapat memotivasi sekolah lain dalam penyediaan jajanan anak sekolah

yang aman, bermutu dan bergizi. Adanya kantin sehat disetiap sekolah ini , sesuai

dengan apa yang telah dicanangkan oleh Wakil Presiden pada tanggal 31 Januari

yaitu “Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak sekolah yang Aman, Bermutu

dan Bergizi”.

1.3 ISU ISU STRATEGIS YANG TERKAIT DENGAN TUPOKSI DAN KEWENANGAN BALAI POM DI BENGKULU

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai POM di Bengkulu

tersebut di atas telah diupayakan secara optimal mecapai target kinerjanya. Namun

demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum

sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain: (1) Belum optimal

pengawasan Obat dan makanan pasca beredar (post -market), (2) Belum efektive

pembinaan dan bimbingan kepada pelaku usaha dalam meningkatkan jaminan

keamanan obat dan makanan (3) Belum efektifnya kemitraan dalam pemberdayaan

masyarakat melalui KIE. Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat

Page 34: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 20-

beberapa penyebab yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Balai

POM di Bengkulu dalam melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga

diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada

gambar 14 terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan

isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Balai POM di Bengkulu

sebagai berikut:

Gambar 19. Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Balai POM

di Bengkulu perlu terus melakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun

dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa

datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan

Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, mutu serta

khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada akhirnya diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan masyarakat.

Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi

Balai POM di Bengkulu sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih

optimal, yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan

datang sebagai berikut:

PERAN BALAI POM DI BENGKULU

Penguatan system Pengawasan Obat dan

Makanan

Peningkatan pembinaan dan bimbingan

melalui kerjasama, KIE public dalam

rangka mendorong kemandirian pelaku

usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta

mendorong peningkatan kemitraan dengan

berbagai pemangku kepentingan

Penguatan Kapasitas kelembagaan Balai

POM di Bengkulu serta meningkatkan

efesiensi dan efektivitas pengelolaan Sumber

daya

BELUM OPTIMALNYA PERAN BALAI POM DI BENGKULU DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Belum optimal pengawasan Obat dan

makanan pasca beredar (post -market

Belum efektive pembinaan dan bimbingan kepada

pelaku usaha dalam meningkatkan jaminan

keamanan obat dan makanan

Belum efektifnya kemitraan dalam pemberdayaan

masyarakat melalui KIE.

Page 35: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 21-

1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku

usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta

mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan,

3. Penguatan kapasitas kelembagaan Balai POM di Bengkulu, serta

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Balai POM

di Bengkulu perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara

kelembagaan serta penguatan regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan

yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi

lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut

Balai POM di Bengkulu dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam

pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman.

Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses

pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.

1.4. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global,

permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks.

Arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi

barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas

bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya

pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim

(climate change), ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan

penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus

dihadapi oleh Balai POM di Bengkulu. Hal ini menuntut peningkatan peran dan

kapasitas instansi Balai POM di Bengkulu dalam mengawasi peredaran produk

Obat dan Makanan.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang

dihadapi oleh Balai POM di Bengkulu terdiri atas 2 (dua) isu mendasar, yaitu

kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas, komitmen

internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut saling terkait

Page 36: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 22-

satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran

Balai POM di Bengkulu baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus metode

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya

bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan

sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam

berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem

kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan

perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam

berbagai upaya kesehatan tersebut.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak

(pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk

pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan

kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.

Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-klinik kesehatan dan

pengobatan alternatif juga makin menambah beban dan daya jangkau Balai POM di

Bengkulu untuk makin melebarkan sayap dan menajamkan matanya dalam

melakukan pengawasan yang lebih komprehensif.

Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan

semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan

masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat

semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak

terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Hal ini

merupakan tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh Balai POM di Bengkulu

dalam pengawasan obat-obatan yang beredar agar tetap aman dan bermutu.

Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut. Beberapa

permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu obat

adalah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penjaminan mutu obat yang

beredar seperti Kemenkes, Dinkes, BKKBN termasuk industri farmasi dalam hal tingkat

kematangannya dalam penerapan CPOB. Terkait meluasnya penggunaan jamu dan

obat-obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat diperlukan

peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.

Page 37: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 23-

Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu

pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, namun kini berjangkit kembali.

Penyakit ini, baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya

perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan

kemajuan teknologi maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan

gaya hidup dari masyarakat Indonesia dalam mengkonsumemenuhi syarat i Obat dan

Makanan.

Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai POM di

Bengkulu untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam

mengkonsumemenuhi syarat i obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa

aman bagi masyarakat, Badan POM RI selama ini melakukan kontrol dalam bentuk

penilaian sebelum produk beredar di pasar dan pengawasan secara ketat terhadap

produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, memalui program Badan

POM RI , Balai POM di Bengkulu juga memberikan informasi dan edukasi pada

masyarakat mengenai produk obat yang aman, bermutu dan berkhasiat.

2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan salah satu bentuk

perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan

dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang

berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem ini merupakan program negara

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem

ini diharapkan dapat menanggulangi risiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia

lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan (ends)

dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu, dalam Sistem Jaminan Sosial

Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak terjadinya peningkatan

konsumemenuhi syarat i obat, baik jumlah maupun jenisnya. Dampak lain adalah

banyak industri farmasi yang akan melakukan pengembangan fasilitas dan

peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan sarana yang dimiliki. Adanya

peningkatan kapasitas dan fasilitas tersebut, maka akan terjadi peningkatan

permohonan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dalam hal ini

peran Balai POM di Bengkulu akan semakin besar, yaitu peningkatan pengawasan

post-market melalui intensifikasi pengawasan obat pasca beredar yang mencakup

pengawasan mutu obat beredar baik di sarana distribusi (PBF,IFK,GFK) maupun

disarana pelayanan (RS,Apotek,Puskesmas,dll) dengan menerapkan Cara

Page 38: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 24-

distribusi Obat yang Baik (CDOB) termasuk farmakovigilan utamanya Monitoring

Efek Samping Obat (MESO)

3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,

yang mencakup banyak bidang dan saling terkait: ekonomi, politik, sosial, budaya,

teknologi dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya

teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat dan massif akhir-akhir ini

dan berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era

globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan

kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan,

sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut

telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional,

khususnya di bidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas

(Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam,

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-

China Free Trade Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership

(AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade

Agreement (AIFTA) dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement

(AANZFTA). Dalam hal ini, memungkinkan negara-negara tersebut membentuk

suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing

ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis

produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang

peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah

produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran

domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut.

Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015,

diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan

makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar

negeri.

Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional

khususnya di sektor ekonomi tersebut, yang menjadi dasar pijakan harus

ditekankan dari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam

menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan

negara-negara lain tersebut.

Page 39: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 25-

Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain

adalah obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari

negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas

menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan

Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk

dikonsumemenuhi syarat i. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat

dan rasa aman dalam mengkonsumemenuhi syarat i Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu

ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu

kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang

dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumemenuhi syarat i masyarakat

tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam

membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk

masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini

akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek masih terbatas

sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal. Di sisi lain, secara

nasional jumlah apotek yang ada juga masih kurang, dimana belum semua

kecamatan terjangkau dengan layanan apotek.

Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi.

Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya

pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya ditemukan obat-

obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya.

Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World

Health Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai

10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembang termasuk Indonesia.

Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi Balai POM di Bengkulu

sebagai lembaga negara yang bertanggungjawab terkait dengan pengawasan atas

produk Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat.

4. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor

pertanian khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat

mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat,

bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri

makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting

sebagai pemasok pangan dunia.

Page 40: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 26-

Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor

makanan, minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang dari

karet terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari Balai

POM di Bengkulu untuk mengawasi dan menjamin keamanan proses produksi

produk makanan dari hulu hingga hilir. Selain produk makanan yang termasuk

didalamnya, terdapat industri obat-obatan, yakni obat kimia, maupun suplemen

yang berbahan baku dari herbal. Ekonom Faisal Basri dalam Kompasiana,

Nopember 2010, menyatakan bahwa industri makanan dan minuman berperan

penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ekspor-

impor produk makanan dan minuman serta peringkat pertumbuhan industri. Namun

hasil peningkatan ini masih perlu didukung dengan peran teknologi (inovasi produk,

kemasan dan lainnya), infrastruktur (logistik kebutuhan industri), institusi (peraturan

yang terkait industri makanan dan minuman), health and primary education (sumber

daya manusia Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari Balai POM di Bengkulu akan

semakin berat dan sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah Obat dan Makanan

mengandung bahan berbahaya bagi tubuh.

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan

munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit

baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup

banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.

Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research

Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam

pelaksanaan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat

perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit

yang perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan,

misalnya Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tuberkulosis. Jadi di Indonesia,

terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan

iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang

banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran

Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan

iklim, diperlukan peranan dari Balai POM di Bengkulu dalam mengawasi peredaran

varian produk obat yang baru dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di

dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat, varian obat

baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina

yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai

Page 41: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 27-

POM di Bengkulu melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan

peredaran obat tersebut.

5. Demografi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Secara geografi Bengkulu terletak diantara 20 16’ – 30 31’ LS dan 1010 01’ – 1030

41’ BT yang berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat

Sebelah Selatan berbatasan dengan provinsi Lampung

Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

Sebelah Timur berbatasan dengan provinsi Jambi dan Sumatera Selatan

Penyebaran penduduk yang belum merata di Provinsi Bengkulu menyebabkan laju

pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda untuk tiap kabupaten/kota. Tabel 9

berikut ini adalah laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009-2013 (sumber: BPS)

Tabel 8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu 2009-2013

No Kabupaten/ Kota Tahun Rata-rata

2009 s/d 2013 2009 2010 2011 2012 2013

1 2 11 12 13 14 7 14

1 Bengkulu Selatan 7.07 13.52 12.84 10,51 11,73 8.49

2 Rejang Lebong 10.78 15.20 13.47 18,59 20,88 9.11

3 Bengkulu Utara 8.38 11.00 12.18 7,80 8,54 7.02

4 Kaur 8.11 8.21 8.65 5,88 6,53 10.23

5 Seluma 9.28 12.58 11.63 5,48 6,06 11.32

6 Mukomuko 8.79 14.08 13.32 10,36 11,29 12.53

7 Lebong 9.61 11.90 10.86 12,89 14,29 9.48

8 Kepahiang 12.11 13.24 22.21 16,06 17,99 10.52

9 Bengkulu Tengah 7.75 13.22 13.97 10,90 12,07 4.04

10 Kota Bengkulu 14.33 16.59 16.11 18,13 20,16 14.09

Total 53 -40 60 102 209 97

Berdasarkan data BPS pada tabel di atas, dapat dicermati bahwa laju pertumbuhan

ekonomi rata rata tertinggi adalah kabupaten Rejang Lebong dan kota Bengkulu.

6. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat

berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan

perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam mensinergikan

kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan obat dan makanan.

Page 42: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 28-

Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan

sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi masyarakat.

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang

semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan

kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren

antara pusat dan daerah. Desentralisasi di bidang kesehatan belum berjalan sesuai

dengan yang diharapkan. Untuk itu kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan

perundang-undangan merupakan tantangan yang sangat penting. Hal ini

berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik

dan tidak mengenal batas wilayah (borderless) sehingga perlu adanya one line

command (satu komando), apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang

tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang

pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama

dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat

dan Makanan belum optimal.

Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi Balai POM di Bengkulu berjalan

dengan baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik

dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan

kesehatan yang baik (sound governance). Pembangunan kesehatan harus

diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara

pemerintah pusat dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta

dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Dengan berlakunya

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan

tantangan bagi Balai POM di Bengkulu untuk menyiapkan Norma, Standar,

Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan

terkait Obat dan Makanan yang dilimpahkan ke daerah.

7. Perkembangan Teknologi

Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, namun

penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96% dari

kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai

efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai bahan

baku. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat, Balai POM

di Bengkulu dapat mendorong industri farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan

bahan baku obat dalam negeri.

Page 43: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 29-

Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi.

Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa

pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga

distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu,

dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi,

dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ke tempat tujuan di seluruh wilayah

Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga

harus sama cepatnya.

Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Adanya perubahan

iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan teknologi menciptakan

rekayasa genetika dan varian makanan yang terkadang tingkat keamanannya

belum teruji. Hal ini harus menjadi perhatian dan antisipasi Balai POM di Bengkulu

dalam menghadapi hal tersebut.

Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi Badan

POM untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan

akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia. Namun di sisi lain,

teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi Badan POM terkait tren

pemasaran dan transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja

juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.

8. Sumber Daya Manusia

Jumlah Pegawai Balai POM pada tahun 2010-2014 sebanyak 66 orang yang

terdiri dari 6 orang pendidikan S2 + apoteker, 16 orang apoteker, 1 orang

sarjana Biologi 7 orang D3 Farmasi, 6 orang D3 lain yang terdiri dari 1 orang

D3 Komputer, 3 orang D3 analis Makanan & 1 orang D3 teknologi Pangan, 1

orang D3 Instrumen dan 18 orang sekolah lanjutan atas (SLTA), 1 orang SMP

dan 1 orang SD. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah pengawasan

baik pengujian mutu dilaboratorium maupun pengawanan sarana di wilayah

Bengkulu , belum termasuk didalmnya petugas untuk melaksanakan penegakan

hukum seperti penyelesaian berkas perkara dalampelanggaran tindak pidana di

bidang Obat dan Makakan yang dilakukan oleh

9. Sarana dan Prasarana

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Balai di Bengkulu didukung oleh sarana

dan prasarana yang cukup. Sejak tahun 2010, tanah dan Gedung Balai POM di

Bengkulu sudah milik sendiri dan bersertifikat yang sah. Soft kompetensi

laboratorium dan sumber daya telah diakreditasi ISO 17025 pada tahun 2005

Page 44: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 30-

agar pengujian mutu dapat diakui oleh pelanggan . Kegiatan di laboratorium

didukung oleh peralatan laboratorium meskipun belum sampai pada kondisi

standar minimum alata laboratorium yang ditetapkan Badan POM RI .

Sedangkan dalam kegiatan pengawasan dilapangan didukung oleh sarana dan

prasarana penunjang pengawasan seperti alat pengolah data, kendaraan

bermotor , alat komunikasi dan lainnya. Namun Jumlah ini belum memadai jika

dibanding dengan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan ruang lingkup

pengawasan Balai POM di Bengkulu.

10. Tantangan dan Peluanag

Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah dijelaskan di

atas baik secara internal maupun eksternal, maka BPOM di Bengkulu harus

melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan khususnya eskternal dapat

menjadi suatu peluang dan meminimalkan ancaman yang dapat mempengaruhi

peran BPOM di Bengkulu sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam

melakukan pengawasan terhadap Obat dan Makanan di lingkungan Provinsi

Bengkulu.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, dilakukan identifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa Analisa terhadap

Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses, Opportunities,

Threats/SWOT), sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis

dan kebijakan BPOM RI secara umum dan Balai POM di Bengkulu secara

khusus untuk pelaksanaan kedepannya, agar dapat terwujud sesuai tujuan dan

sasaran organisasi BPOM dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil

analisa SWOT yang ada di BPOM Bengkulu tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

10.1 Faktor Internal:

a. Kekuatan

(1) Komitmen pimpinan dan seluruh staf Balai POM di Bengkulu untuk terus

belajar mengenai ketentuan peraturan, perundang-undangan, peningkatan

kemampuan manajerial dan teknis dalam meningkatkan peran

pengawasan agar masyarakat terlindungi dari produk obat dan makanan

yang berisiko terhadap kesehatan di Provinsi Bengkulu. Upaya tersebut

dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan testruktur berbasis kompetensi

bagi SDM di Balai POM di Bengkulu sesuai dengan perencanaan dan

kebutuhan organisasi, baik ditingkat pusat maupun di tingkat Balai POM.

Page 45: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 31-

(2) Balai POM di Bengkulu telah menerapkan Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan (SISPOM) secara konsisten dan komprehensif, SISPOM terdiri

dari 3 elemen penting yaitu sub sistem pengawasan produsen, sub sistem

pengawasan konsumen dan sub sistem pengawasan pemerintah/Badan

POM. Sub sistem pengawasan produsen bertujuan agar produsen

bertanggungjawab terhadap keamanan dan mutu produk yang proses

produksinya melalui penerapan good manufacturing practices (GMP)

secara konsisten. Sub sistem pengawasan konsumen bertujuan agar

setiap konsumen mampu melindungi diri sendiri dan keluarganya dari

penggunaan produk yang tidak memenuhi syarat (aman,

berkhasiat/bermanfaat dan bermutu) serta penggunaan produk yang tidak

sesuai dengan kebutuhan melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan

pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara

penggunaan produk yang rasional. Sedangkan sub sistem pengawasan

pemerintah/Badan POM bertujuan meningkatkan efektifitas pengawasan

Obat dan Makanan dalam rangka melindungi masyarakat melalui

rangkaian kegiatan yang sering disebut sebagai the full spectrum of a

regulatory authority activities, berlaku untuk seluruh Obat dan Makanan

yang diawasi. Setiap langkah dari spektrum kegiatan tersebut, didukung

oleh seperangkat ilmu pengetahuan (body of knowledge), yang kemudian

menjadi satu bidang kompetensi khusus yang diorganisasikan sebagai

fungsi-fungsi utama dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan

Makanan yang efektif. Tujuan akhir dari keseluruhan elemen tersebut

adalah memberikan perlindungan terhadap masyarakat dari produk Obat

dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

(3) Balai POM di Bengkulu memiliki lima laboratorium yaitu laboratorium

pengujian produk terapetik, kosmetik, obat tradisional, laboratorium

mikrobiologi, laboratorium pangan dan bahan berbahaya, yang sudah

diakreditasi oleh KAN-BSN sesuai dengan persyaratan SNI 19–17025

tahun 2000 pada tanggal 26 Agustus 2005 dan telah direakreditasi pada

tahun 2011. Dalam rangka mempertahankan status akreditasi, setiap satu

tahun sekali, laboratorium disurveilan oleh KAN-BSN dan telah diakreditasi

Quality Manajemen Sistem ISO 9001:2008.

(4) Balai POM di Bengkulu telah membangun learning organization yang

tangguh sejak tahun 2003 hingga saat ini, di mana pembangunannya

diawali dengan meletakkan fondasi yang kuat yaitu dengan membangun

sistem pendidikan dan pelatihan terstruktur dan berjenjang berbasis

Page 46: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 32-

kompetensi, jalur karir (rotasi dan promosi), pembagian peran, fungsi dan

tanggung jawab yang jelas serta bussines process yang efektif yang akan

terus menerus disempurnakan. Selain itu, keberadaan agent of change di

Balai POM di Bengkulu jumlahnya kurang lebih sebanyak 65 orang

diharapkan akan menularkan learning organization di lingkungan kerjanya

sehingga pada gilirannya seluruh warga organisasi di lingkungan Badan

POM akan menjadi agent of change yang akan mewujudkan Badan POM

menjadi Knowledge Based Organization.

b. Kelemahan

(1) Tuntutan masyarakat terhadap pangan semula hanya pada segi harga,

rasa dan tren gaya hidup, namun saat ini lebih kepada keamanan dan mutu

pangan. Ini karena tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik,

ditambah lagi dengan semakin banyaknya lembaga perlindungan

konsumen swadaya masyarakat yang memberikan bekal pengetahuan

kepada masyarakat dalam memilih produk maupun hak dan kewajibannya

sebagai konsumen.

(2) Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan prekusor cenderung akan

terus meningkat seiring maraknya penyimpangan prekursor yang

dimanfaatkan dalam pembuatan narkotika ilegal, sehingga dapat

memperlemah tingkat ketahanan nasional. Hal tersebut dapat disebabkan

karena pengelolaan narkotika, psikotropika dan prekursor yang digunakan

untuk keperluan kesehatan dan IPTEK sering menyimpang dan

disalahgunakan peruntukannya.

(3) Selain itu, daya beli masyarakat yang masih rendah, mendorong

tumbuhnya sektor ilegal dari penyediaan berbagai produk obat.

Perdagangan produk palsu dan business obat keras di jalur illicit, semakin

mewarnai dunia usaha di Provinsi Bengkulu, dengan alasan utama:

penyediaan komoditi murah. Peredaran produk ilegal dan palsu

diperkirakan akan tetap marak seiring dengan meningkatnya permintaan

masyarakat yang kurang didukung oleh daya beli yang memadai.

(4) Sumber Daya Manusia Balai POM Bengkulu selama tahun 2010 -2014,

baik jumlah maupun kompetensinya tidak mengalami peningkatan

meskipun ada pegawai yang diberikan pada tahun tahun tersebut. Sampai

tahun 2014 jumlah SDM BPOM Bengkulu sebanyak 65 orang dan jumlah

ini sama dengan tahun 2010 dan tentu saja jumlah ini semakin timpang

jika dibanding dengan beban kerja pengawasan Obat dan Makanan yang

Page 47: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 33-

semakin terus bertambah. Selain kekurangan SDM yang berbasis

kompetensi teknis pengawasan, Balai POM di Bengkulu juga kekurangan

SDM yang berbasis kompetensi pendukung, ini karena formasi yang

disediakan masih sangat sedikit.

(5) Sumber Daya berupa sarana dan prasarana Balai POM Bengkulu

terutama dalam melakukan pengawasan mutu seacara laboratorium masih

jauh dari memadai jika dibandingkan dengan semakin meningkatnya jenis

dan jumlah produk yang beredar di provinsi Bengkulu. Kekurangan alat

pendukung laboratorium serta sumber daya energi menjadi fackor

pengahambat dalam mengembangkan pengawasan mutu terhadap produk

yang beredar

10.2 Faktor Eksternal

a. Peluang

(1) Dengan adanya Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen yang mengamanatkan pemerintah dan

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan

upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan

konsumen maka dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional

(BPKN) dengan Peraturan Presiden No. 57 tahun 2001. Fungsi BPKN di

antaranya adalah menyebarkan informasi melalui media mengenai

perlindungan konsumen serta mendorong berkembangnya Lembaga

Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. Untuk meningkatkan

Kepedulian Konsumen terhadap bahaya produk yang digunakan, Balai

POM di Bengkulu melalui Unit Layanan Pengaduan konsumen (ULPK)

telah melakukan kegiatan Penyebaran Informasi di seluruh kabupaten/Kota

sejak tahun 2001 sampai sekarang, dan juga sejak tahun 2005 melakukan

pelayanan konsumen dengan membuka Pengaduan melalui SMEMENUHI

SYARAT 24 jam, menyebarkan banner di Toko dan mini market,

menempatkan kotak informasi di sarana pelayanan dan juga penyebaran

brosur serta pemberian informasi melalui media cetak dan elektronik.

Dengan upaya yang telah dilakukan oleh ULPK maka diharapkan

kepedulian konsumen akan hak dan kewajibannya akan semakin

meningkat.

(2) Eksistensi Balai POM di Bengkulu dalam pelaksanaan Program

Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Bengkulu sangat diharapkan

Page 48: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 34-

dan dipandang perlu oleh masyarakat Bengkulu guna melindunginya dari

peredaran obat dan makanan yang beresiko terhadap Kesehatan, ini

terlihat dari harapan pemerintah daerah maupun masyarakat Bengkulu

dalam berbagai pertemuan lintas sektor baik tingkat provinsi, kabupaten

maupun kota menyampaikan harapannya terhadap pengawasan yang

dilakukan oleh Balai POM di Bengkulu dan ini sudah tak terbantahkan, ini

karena Balai POM di Bengkulu tidak hanya telah menjalankan tugas dan

fungsi dengan optimal tetapi juga turut aktif terlibat di dalam forum atau

program pemerintah daerah terkait pengawasan Obat dan Makanan.

Kelompok Kerja Keamanan Pangan Provinsi (OKKPD) di dalam Sistem

Keamanan Pangan Terpadu (SKPT), Program Pembinaan Keamanan

Pangan Jajanan Anak Sekolah. Tim Pengawasan Produk Beredar dengan

instansi terkait (Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota,

Disperindagkop, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan

Kelautan,dll).

(3) Balai POM di Bengkulu sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM

didaerah tentu melakukan pengawalan terhadap kebijakan yang dibuat

oleh Badan POM dan telah mengimplementasikan dalam bentuk

pelaksanaan kegiatan yaitu melakukan efesiensi anggaran untuk dilakukan

optimalisasi dan sosialisasi percepatan reformasi birokrasi kesemua

pegawai dan penyusunan rood map. Penyelenggaraan reformasi birokrasi

di Balai POM di Bengkulu sampai dengan saat ini tetap akan terus bergulir

hingga terwujudnya good governance.

(4) Dalam upaya meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan,

Balai POM di Bengkulu juga telah menjalin hubungan kerjasama dan

komunikasi yang efektif dengan beberapa sektor terkait di antaranya

dengan Kepolisian Daerah (Polda), Kejaksaan dan Pengadilan dalam

rangkaian Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated Criminal Justice

System/ICJS); Dinas Kesehatan Provinsi/kabupaten/kota, Dinas Pertanian,

Badan Ketahanan Pangan Provinsi/kabupaten/kota, Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Povinsi/kota, Dinas Kelautan dan Perikanan,

Dinas Pendidikan Nasional, Majelis Ulama Indonesia/LPPOM-MUI,

Pemerintah Daerah, universitas-universitas, Lembaga Swadaya

Masyarakat dan lain-lain dalam rangka pemantapan SKPT; Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai dalam pelaksanaan sistem NSW; Kementerian

Page 49: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 35-

Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Pendidikan

Nasional dalam pelaksanaan Program Pembinaan Keamanan Pangan

Jajanan Anak Sekolah; dan beberapa sektor lain.

b. Kendala/Ancaman

(1) Dalam melakukan fungsi-fungsi pengawas di bidang Obat dan Makanan,

Badan POM masih mengacu pada Undang-Undang tentang Kesehatan,

Undang-undang tentang Pangan, beberapa Keputusan Menteri Kesehatan,

beberapa Peraturan Pemerintah di antaranya tentang Keamanan, Mutu

dan Gizi Pangan dan masih ada beberapa peraturan lainnya. Peraturan

perundang-undangan tersebut belum secara komprehensif mencakup

fungsi pengawasan, sehingga diperlukan suatu peraturan perundang-

undangan yang lebih komprehensif dan utuh yang dapat menunjang

peningkatan kinerja Badan POM.

(2) Pada umumnya produk yang beredar di provinsi Bengkulu berasal dari

provinsi tetangga serta persebarannya yang cepat ke seluruh wilayah

provinsi Bengkulu. Akibat dari promosi serta pemasaran produk yang

semakin luas dan menipisnya entry barrier tentu akan membawa

perubahan pada pola masyarakat dalam mengkonsumemenuhi syarat i

obat terutama makanan dan ditambah dengan gencarnya iklan – iklan di

media masa. Dari perubahan perubahan tersebut yang cenderung

meningkat dan pada realitasnnya meningkatkan resiko pada masyarakat

terhadap penggunaan produk yang tidak memenuhi persyaratan

Keamanan, mutu dan kemanfaatannya,juga menjadi tantangan tersendiri

bagi upaya perlindungan konsumen.

(3) Kemajuan teknologi informasi serta komunikasi membuka wawasan

masyarakat tentang pola hidup modern, yang menyebabkan tradisi budaya

bangsa mulai berangsur-angsur dilupakan. Kehidupan modern juga

memicu peningkatan kesibukan masyarakat dalam upayanya

meningkatkan kesejahteraannya. Transformasi budaya ini berakibat

terjadinya perubahan perilaku sosial yang mendorong pergeseran demand

konsumen akan makanan ke arah jenis makanan yang siap saji (fast food).

Selain itu, perubahan juga terlihat terhadap permintaan akan obat

tradisional dan berbagai suplemen makanan yang ditujukan untuk

Page 50: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 36-

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, atau yang dipercaya dapat

mencegah penyakit.

(4) Luasnya wilayah pengawasan dan belum diketahuinya semua lokasi

mengakibatkan petugas memerlukan waktu yang lebih untuk dapat

melakukan tugas dalam rangka pengawasan obat dan makanan,

dikarenakan petugas harus melakukan pencarian lokasi terlebih dahulu.

Belum terdata lengkapnya semua lokasi mengakibatkan beberapa wilayah

ada yang belum terjangkau.

Tabel 9. Rangkuman Analisis SWOT

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

Kekuatan

(Strengths)

1. Komitmen pimpinan dan staf

2. Penerapan SISPOM

3. Laboratorium terakreditasi ISO 17025 dan QMEMENUHI SYARAT ISO

9001:2008

4. Learning Organization

Kelemahan

(Weaknesses)

1. Tuntutan masyarakat

2. Penyalahgunaan NAPZA dan Prekusor yang semakin meningkat

3. Daya beli masyarakat yang rendah

4. Jumlah Sumber daya yang belum memadai

Peluang

(Opportunities)

1. Perundangan-undangan yang berlaku

2. Eksistensi Balai POM di Bengkulu

3. Good Governance

4. Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan

Tantangan

(Threats)

1. Peraturan perundang-undangan tersebut belum secara komprehensif

mencakup fungsi pengawasan,

2. Volume komoditi semakin besar dan menipisnya entry barrier

3. Pergeseran demand konsumen

4. Peningkatan jumlah Pendukuk dan pertumbuhan ekonomi

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Balai POM di

Bengkulu perlu melakukan penguatan organisasi dan kelembagaan, agar faktor-

faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal

tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Balai POM di

Bengkulu periode 2015-2019. Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan

internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal

antara peluang dan ancaman, posisi organisasi Balai POM di Bengkulu harusnya

melakukan pengembangan dan perluasan organisasi agar dapat mewujudkan visi,

misi dan tujuan organisasi Badan POM RI periode 2015-2019.

Page 51: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 37-

BAB II

VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang

dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai POM di

Bengkulu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit pelaksana teknis

Badan POM, Lembaga Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat

menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan tersebut sesuai

standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, disusun visi dan misi serta tujuan dan

sasaran Balai POM di Bengkulu.

A. VISI

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan

masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta

diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan

dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan

Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang

mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat

ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia.

Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan

meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah

memenuhi standar, baik standar nasional maupun

internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa

untuk interaksi di masa depan.

B. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai

dengan penguatan peran Badana POM sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

Bab I. Misi Badan POM adalah sebagai berikut:

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

dan Daya Saing Bangsa

Page 52: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 38-

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full

spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta

penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BPOM dalam

melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir

adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu

sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan

dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber

daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam

penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya

didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh

sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran

strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),

pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk

Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan

yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan

memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat

dan Makanan.

Sebagai lembaga pengawas, Badan POM harus bersikap konsisten terhadap

pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta

pembinaan dengan baik. Badan POM harus mampu membina dan mendorong

pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,

bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan,

ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam

memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk

Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap

Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan,

minuman dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012

Page 53: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 39-

sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59

persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri

makanan, minuman dan farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012

juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu

potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya

bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai

contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar

dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat

berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, dimana pasar dalam

negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangat potensial. Industri

kosmetik, obat tradisional dan suplemen kesehatan pun mempunyai

karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak

langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu

diberikan oleh Badan POM,sehingga Badan POM berkomitmen untuk

mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat

dan mutu Obat dan Makanan.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat

strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya

pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan,

masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan

kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi

standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait

Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan

pengawasan Obat dan Makanan.

Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, sama halnya dengan

Badan POM RI, Balai POM di Bengkulu juga melakukan berbagai upaya yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung

pengawasan. Upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan

Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta

kemitraan dengan pihak lain.

Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak

memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan

masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan

Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh

produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar.

Page 54: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 40-

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai POM di Bengkulu tidak dapat

berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak

lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang

kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta

kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan

nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik

karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan

diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi

tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan

yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah.

Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BPOM harus

bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan

dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM RI

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini

membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan

sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas

baik jumlah dan kualitasnya, maka Badan POM RI harus mampu mengelola

sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya

sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,

pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk

diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Di samping itu, Badan POM RI sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah

untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno

structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating),

pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan

penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur

yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya

kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Misi Badan POM RI merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas

pokok dan fungsi Badan POM RI . Pengawasan pre- dan post-market yang

berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat Badan POM RI

menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan

Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman,

Page 55: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 41-

berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Badan POM RI mampu

melindungi masyarakat dengan optimal.

Badan POM RI juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan

terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya

yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik

terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu

melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang

mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar

(learning organization). Untuk mendukung itu, maka Badan POM RI perlu untuk

memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya

manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).

C. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus

dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan

tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi

menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

Berpegang pada Budaya Organisasi BADAN POM RI, Budaya Organisasi Balai

POM di Bengkulu adalah

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

Page 56: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 42-

D. TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka

tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 , Balai POM di Bengkulu

mempunyai tujuan yang sama dengan Tujuan Badan POM RI yaitu:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan

bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu

dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:

a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan Tujuan Badan

POM RI ;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan

menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi

ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan

pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.

E. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai

BPOM, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta

infrastruktur yang dimiliki Tujuan Badan POM RI .Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun

(2015-2019) ke depan diharapkan Tujuan Badan POM RI akan dapat mencapai

sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai

POM merupakan suatu proses yang komprehensif dan bersifat full spectrum,

mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Sistem itu terdiri dari.

Pertama , adalah pengawasan setelah beredar (post-market control) yang

dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang

beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Kedua, pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko

Page 57: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 43-

kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan

Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan

mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan

sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan

kemudian akan ditarik dari peredaran. Ketiga , adalah penegakan hukum di

bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan

yang relatif menjanjikan keuntungan yang besar, rentan terhadap pelanggaran

dari pelaku usaha. Untuk itu diperlukan adanya suatu penegakan hukum

apabila terjadi pelanggaran terkait Obat dan Makanan.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai

berikut:

1. Persentase obat yang memenuhi syarat ,

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat ,

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat ,

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat ,

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

2. Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam

mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku

kepentingan

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait

dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu

perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.

Kerjasama yang telah dilakukan oleh Badan POM RI selama ini lebih banyak

dengan unsur pemerintah serta masih bersifat sporadik, parsial dan belum

dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Padahal pelibatan

berbagai pihak termasuk masyarakat sangat urgen dan strategis dalam

menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat

Badan POM RI. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih

sistematis bisa dimulai dengan mengidentifikasi tingkat kepentingan setiap

lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor private dan kelompok

masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi Badan POM RI. Setelah itu,

mengidentifikasi sumber daya apa yang telah dimiliki oleh masing-masing

institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat Badan POM

RI , lalu menentukan indikator bersama atas keberhasilan program yang

Page 58: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 44-

(akan) dikerjasamakan. Kerjasama dan kemitraan bisa dilakukan dengan

saling mendukung serta berbagi sumber daya (bisa dana, program atau SDM)

yang tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan

tujuan dan kerangka kerjasamanya. Atau bisa juga dengan “mendelegasikan”

program-program yang ada di Badan POM RI kepada lembaga/ kelompok

masyarakat sipil yang memiliki program yang sejalan dengan Badan POM RI

dengan mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk

memastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan,

maka harus diikat dengan sebuah kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua

belah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati. Di

sisi lain, juga harus disepakati adanya mekanisme dan sistem monitoring dan

evaluasi yang terlembagakan, serta memastikan bahwa hasil kerjasama ini

juga bisa diakses dan dievaluasi bersama oleh publik yang lebih luas.

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai

konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran

(masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga

masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat

dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang

memenuhi syarat, Badan POM RI harus memberikan kegiatan pembinaan

dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).

Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh pelaku

usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain. Pengawasan oleh

pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai

sesudah produk beredar, salah satunya adalah meliputi pengawasan Obat dan

Makanan di sarana produksi dan sarana distribusi. Produsen mempunyai

peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi

syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang

sesuai dengan ketentuan. Dari sisi pemerintah, Badan POM RI bertugas

dalam menyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus

dipenuhi oleh pelaku usaha.

Paradigma Badan POM RI sebagai lembaga pengawas dan ditakuti oleh

pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang dilakukan

Badan POM RI dalam menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan para

pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, Badan POM RI

berupaya memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh

kemudahan dalam usahanya. Salah satunya melalui jaminan kualitas (quality

Page 59: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 45-

assurance) pengawasan, melalui pendampingan regulatory (regulatory

assistance).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang

mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat

dan Makanan. Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung

dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas. Salah satunya adalah

dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada

pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain yang

menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha, adalah

daya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat

indikatornya sebagai berikut:

1. Tingkat kepuasan masyarakat dan

2. Jumlah kabupaten /kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan

pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran

pelaksanaan regulasi obat dan makanan .

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan Badan POM RI

Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat

tercapainya sasaran strategis Badan POM RI Penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya

aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,

keadilan, dan partisipasi masyarakat Badan POM RI telah melaksanakan

Reformasi Birokrasi yang harus terus dipelihara untuk menciptakan birokrasi

yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan

publik Badan POM RI akan meningkat.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)

merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama

terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja.

Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka

Badan POM RI harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal

mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan

yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif

dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen

organisasi.

Badan POM RI untuk melaksanakan tugas masih memerlukan penguatan

kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya

Page 60: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 46-

dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang

sesuai dengan nilai organisasi.

Untuk memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan serta

meningkatkan kualitas pembinaan Badan POM RI perlu memperkuat kapasitas

SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan untuk menjawab tantangan yang

terjadi (emerging issus). Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan

mandat transformasi UU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan

kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv)

pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi)

penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun

dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat

indikator Kinerja Utamanya nya adalah nlai SAKIP Badan POM RI dari

MenPAN dan RB sedangkan Indikator Kinerja Kegiatannya adalah :

1. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (Instalasi Farmasi

Kabupaten)

3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

6. Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar

7. Jumlah layanan publik BB/BPOM

8. Jumlah Komunitas yang diberdayakan

9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

Tabel 11. Menjelasakan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator

Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah

sebagai berikut:

Page 61: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 47-

Tabel 10. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Badan POM RI Periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa

Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

1. Persentase obat yang memenuhi syarat;

2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat;

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;

4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat melalui kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

1. Tingkat kepuasan masyarakat ; 2. Jumlah Provinsi dan kabupaten

/kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi obat.

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

Meningkatnya kinerja pengawasan Obat dan Makanan di seluruh

1. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN.Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK;

1. Jumlah sampel yang diuji

Page 62: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 48-

Indonesia menggunakan parameter kritis 2. Pemenuhan target sampling

produk Obat di sektor publik (Instalasi Farmasi Kabupaten)

3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

6. Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar

7. Jumlah layanan publik BB/BPOM

8. Jumlah Komunitas yang diberdayakan

9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Page 63: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 49-

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-2019

pada Bab II di atas, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi

pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia

Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan

dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebut NAWA CITA,

sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran dalam

kerjasama global dan regional),

2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan

terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah),

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan antar

kelompok ekonomi masyarakat),

4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya

(pemberantasan narkotika dan psikotropika),

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan

khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

(peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi),

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis

ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),

8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Adapun 5 (lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9 (Sembilan)

yang akan menjadi tugas dan tanggung jawab Badan POM RI pada periode 2015-

2019 adalah sebagaimana Tabel dibawah ini.

Page 64: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 50-

Tabel 11. Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)

Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada penyediaan

lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga pemenuhan

hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan publik. Dalam perspektif

tersebut, pembangunan manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia yang sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan

kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia. Kualitas SDM tercermin dari tingkat

pendidikan, kesehatan, dan pendapatan penduduk, yang menjadi komponen inti

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Indonesia terus mengalami peningkatan

dari 71,8 pada tahun 2009 menjadi 73,8 pada tahun 2013.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan

Revolusi Mental, dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku

setiap orang, yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehinga

Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa

lain di dunia. Revolusi Mental mengandung nilai-nilai esensial yang harus

dinternalisasi baik pada setiap individu maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika

kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan

optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi

pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.

Mengkrucut pada pembangunan kesehatan dan SDM, tantangan ke depan

adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanan

Page 65: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 51-

kesehatan ibu anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan penyakit

menular maupun tidak menular, meningkatkan pengawasan obat dan makanan,

serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di bidang

kesehatan dan gizi masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan pada

beberapa tantangan. Beberapa permasalahan dan Isu Strategis terkait pengawasan

Obat dan Makanan tercakup dalam Permasalahan dan Isu Strategis ke-5:

Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan

Makanan.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan ibu

dan anak, meningkatnya status gizi masyarakat, meningkatnya pengendalian

penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya penyehatan lingkungan,

meningkatnya pemerataan akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatnya

perlindungan finansial, meningkatnya ketersediaan, persebaran, dan mutu sumber

daya manusia kesehatan, serta memastikan ketersediaan obat dan mutu Obat dan

Makanan. Sasaran pokok tersebut antara lain tercermin dari indikator yang terkait

Balai POM di Bengkulu sebagai berikut:

No Indikator Status Awal Target 2019

1 Persentase obat yang memenuhi syarat 98.75 99.25

2 Persentase makanan yang memenuhi syarat 87.6 90.1

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan

Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan satu arah kebijakan pembangunan di

bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan BPOM adalah

“Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan”, melalui:

1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;

3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan

pemangku kepentingan;

4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;

5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka

mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan

6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Page 66: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 52-

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM RI

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan

strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Badan POM RI periode 2015-

2019, adalah:

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian

pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk

Obat dan Makanan

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur

yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja

yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang

efektif dan efisien.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan;

Internal:

1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko;

2) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Balai POM hingga kinerja

individu/pegawai;

3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta

diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

Page 67: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 53-

4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Balai POM di Bengkulu secara

lebih proporsional dan akuntabel;

5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama

dalam mendukung tugas Balai POM di Bengkulu.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis

baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas,

maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme

internal organisasi Balai POM di Bengkulu sendiri.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi serta sumber daya pegawai Balai POM di Bengkulu sendiri. Poin penting

yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci

keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem

pengawasan, manajemen kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan

akuntabel, peningkatan kualitas

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan

Obat dan Makanan tersebut, Balai POM di Bengkulu menetapkan program-

programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan

program pendukung (generik), sebagai berikut:

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Balai

Pengawas Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam

pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui

serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, pengawasan terhadap

sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan

pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan

dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis lainnya.

2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai

POM di Bengkulu.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas Balai POM di Bengkulu, sebagai berikut:

Page 68: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 54-

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

1) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui

penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan

penandaan.

2) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan

Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana

distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;

3) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;

4) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

5) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

6) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan

pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan

Anggaran, Keuangan;

2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas

Obat dan Makanan;

3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan

Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur Balai POM di Bengkulu;

4) Peningkatan Kompetensi Aparatur Balai POM di Bengkulu;

5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen

dan Hubungan Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing

sasaran strategis Badan POM RI periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran

program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Balai POM di

Bengkulu mengikuti logic frame Badan POM RI yang penjabaran terhadap sasaran

program dan kegiatan sesuai dengan unit organisasi di lingkungan Balai POM

adalah sebagai berikut :

Page 69: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 55-

Gambar 20. Log Frame Balai POM di Bengkulu

Page 70: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 56-

Tabel 12. Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai POM

PROGRAM SASARAN PROGRAM

KEGIATAN STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN INDIKATOR

PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Persentase pangan fortifikasi yang memenuhi ketentuan

Pengawasan Obat dan Makanan di Balai POM

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

1. Jumlah sample yang diuji menggunakan

parameter kritis

2. Pemenuhan target sampling produk Obat di

sektor publik (IFK)

3. Persentase cakupan pengawasan sarana

produksi Obat dan Makanan

4. Persentase cakupan pengawasan sarana

distribusi Obat dan Makanan

5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

6. Jumlah layanan publik BPOM

7. Jumlah komunitas yang diberdayakan

8. Persentase pemenuhan sarana prasarana

sesuai standar

9. Jumlah dokumen perencanaan,

penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan

tepat waktu

Page 71: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 57-

C. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,

dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan.

Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas

teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi,

melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat

dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak

sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang

sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan Makanan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih

dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan.

Balai POM di Bengkulu melaksanakan pengawasan seringkali harus berkoordinasi

dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan

fungsi instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-undangan

seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari

berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak langsung

mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya

derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan

Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding

faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang kesehatan,

dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi

pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat

menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada

pengurangan jumlah pengangguran.

Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa

mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa dalam hal

ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan

mutunya maka secara tidak langsung akan membentuk seorang manusia yang

sehat dan berkualitas. Dengan makanan yang bergizi maka seseorang akan tumbuh

dengan baik jasmani dan rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu

akan dapat menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak

berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu.

Page 72: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 58-

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan

secara optimal, maka BPOM perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan

perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh

BPOM dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:

1. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan.

Peraturan ini dapat berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM

atau Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan yang perlu disusun untuk

meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan Kepala

BPOM yang bersifat teknis maupun non-teknis dapat diidentifikasi oleh unit

kerja baik di pusat maupun balai sebagai pelaksana dari kegiatan. Beberapa

contoh peraturan ini adalah Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang obat

kuasi; Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang Mekanisme Monitoring

Efek Samping Suplemen Kesehatan; Pemutakhiran Peraturan Kepala BPOM

tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen Kesehatan.

2. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Keamanan Mutu dan Gizi

Pangan serta RPP Label dan Iklam Pangan terkait Undang-Undang No 18

Tahun 2012 tentang Pangan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan

makanan perlu dibuat peraturan pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan

baik. Permasalahan pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan

pangan saja, namun juga pada keamanan pangan serta pemenuhan gizi dan

penyesuaian terhadap amanat UU pangan itu sendiri, yaitu pangan tidak boleh

bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat Indonesia.

3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23

tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan

pemerintah konkuren. Diharapkan terbentuknya NSPK ini akan dapat

menciptakan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No.

23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Obat dan

Makanan dan (2) Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk mendukung upaya ini

perlu penguatan koordinasi dengan melibatkan kementerian terkait (contoh.

Kemendagri) dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di daerah,

monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan peraturan

bersama dengan Kemendagri sebagai pembina daerah dalam hal pelaksanaan

NSPK didaerah. Diharapkan NSPK ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil

pengawasan Obat dan Makanan antara BPOM dengan daerah terkait. Hal ini

Page 73: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 59-

bertujuan agar pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar,

hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.

4. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan adanya

standar kompetensi tersebut BPOM dapat meningkatkan pengawalan mutu

Obat dan Makanan terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan,

dll.).

5. Dasar hukum terkait legalisasi peran BPOM sebagai provider Uji Profisiensi dan

provider Baku Pembanding untuk meningkatkan pengawalan mutu Obat dan

Makanan oleh BPOM terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan,

dll.).

6. Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan

Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan

gugus pulau. Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality

surveilance/monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan

gugus pulau.

7. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan

Makanan dan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain:

Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans dan Mekanisme pelaksanaan

Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki

Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan informatif

sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi

outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (contoh:

Obat terkontaminasi etilen glikol).

8. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan

Makanan. Adanya Juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki

Sistem penyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi,

termasuk dengan pemanfaatan hasil MESO, Monitoring Efek Samping Obat

Tradisional (MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik (MESKOS).

9. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory

insentive melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program),

misalnya semua laboratorium dalam lima tahun ke depan telah pra-kualifikasi

oleh lembaga internasional.

10. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta

Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk

meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam hal

ini BPOM perlu meningkatkan advokasi tentang peranan pemerintah daerah

dalam pengawasan Obat dan Makanan.

Page 74: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 60-

D. KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi Balai POM di Bengkulu dalam

melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif

penataan kelembagaan, baik penataan dalam lingkup intraorganisasi Badan POM

(organisasi induk) maupun penataan yang bersifat interorganisasi dalam bentuk

koordinasi lintas instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan para

pemangku kepentingan utama.Penataan kelembagaan bagi Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dilakukan dengan berpegang pada Peraturan Menteri PAN No.

PER/18/M.PAN/ll/2008, Tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis

Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dengan langkah

penataan sebagai berikut :

a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi

Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal

dan operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam

penyelenggaraan layanan teknis dan administratif yang telah

didelegasikan dari Badan POM;

b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang

kriteria dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur

penunjang;

Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan Makanan

dituangkan pada Gambar 13. Dalam kerangka kelembagaan tersebut tampak

bahwa dalam pelaksanaan mandatnya Badan POM menyelenggarakan fungsi

produce, provide, manage, dan apply.

Gambar 21. Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM

Page 75: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 61-

Fungsi produce, meliputi mandat untuk perumusan dan penetapan kebijakan

(regulating), penyelenggaraan layanan publik (executing, dan pelenksanaan

fasilitasi, pengembangan kapasitas, maupun kegiatan-kegiatan penguatan

bagi pihak lain (empowering). Fungsi provide, merupakan menyediakan

keluaran untuk dimanfaatkan langsung oleh mitra atau pengguna akhir. Untuk

fungsi manage, merupakan fungsi pengelolaan sumberdaya organsiasi agar

dapat dicapai hasil yang optimal dalam mendukung kegiatan operasional

Badan POM. Sedangkan apply adalah bentuk outreach dalam penciptaan

nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat.

1. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan

Obat dan Makanan;

2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas

sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan

kesehatan;

3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas

sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat

gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat

dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem

peradilan pidana.

4. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan BPOM

untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola

pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta

manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan transparan.

5. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur-mekanisme

penanganan konflik antar unit organisasi.

6. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan

berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan

kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN, hingga

penysunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.

Page 76: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 62-

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Sebagaimana sasaran strategis Badan POMRI sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target Balai POM di Bengkulu sesuai

dengan indikator masing-masing sasaran strategis dan pendanaanya adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta Kerangka Pendanaan periode 2015-2019

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

Lokasi Baseline

2014

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PIC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu

SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat

Provinsi Bengkulu 98,75

98,85

98,95

98,75

99,15

99,25

BPOM

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

Provinsi Bengkulu 70,00 70,00 71,00 72,00 73,00 75,00 BPOM

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Bengkulu 98,82 98,9 99,0 99,1 99,2 99,3 BPOM

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

Provinsi Bengkulu 97,73 97,73 97,75 97,78 97,80 97,83 BPOM

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Bengkulu 87,60 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10

Page 77: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 63-

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

Lokasi Baseline

2014

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PIC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

SS 2 Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bengkulu 81 81 82 83 84 85

2,2 Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Bengkulu 3 4 5 6 7 8

SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM

Provinsi Bengkulu B B B B B B BPOM

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

Provinsi Bengkulu

2290 2290 2290 2290 2290 2290 1,240 1,364 1,501 1,651 1,816

Page 78: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 64-

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

Lokasi Baseline

2014

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 PIC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)

Provinsi Bengkulu

92 100 100 100 100 100 xxx xxx xxx xxx xxx

3 Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

Provinsi Bengkulu

80 100 100 100 100 100 0,056 0,062 0,068 0,075 0,082

4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

Provinsi Bengkulu

30 32 34 36 38 40 0,440 0,484 0,532 0,585 0,644

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

Provinsi Bengkulu

4 4 4 4 4 4 0,441 0,485 0,533 0,587 0,645

6 Jumlah layanan publik BB/BPOM

Provinsi Bengkulu

500 500 510 520 540 550 0,848 0,933 1,026 1,128 1,241

7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan

Provinsi Bengkulu

4 4 7 10 13 16 0,539 0,593 0,652 0,718 0,789

6 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar

Provinsi Bengkulu

80,00 81,00 82,00 83,00 84,00 85,00 5,996 6,596 7,255 7,981 8,779

9 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Provinsi Bengkulu

10 10 9 10 9 10 0,803 0,883 0,971 1,068 1,175

Page 79: Balai POM di Bengkulu

[ Renstra 2015-2019] - 65-

BAB V

PENUTUP

Renstra Balai POM di Bengkulu Tahun 2015-2019 adalah panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Bengkulu untuk 5 (lima) tahun ke

depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan

oleh kesiapan organisasi, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya, serta

komitmen semua pimpinan dan staf Balai POM di Bengkulu. untuk menjamin

keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019, maka setiap tahun akan

dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan

Renstra Balai POM di Bengkulu, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang

dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan

Balai POM di Bengkulu yaitu meningkatkan kinerja organisasi dan pegawai dengan

mengacu kepada RPJMN 2015-2019.

Pelaksanaan Renstra diharapkan berkontribusi pada pencapaian RPJMN dan

Visi Misi Presiden. Hal ini dimungkinkan karena program dan kegiatan dalam

Renstra Balai POM di Bengkulu 2015-2019 ini telah dilengkapi dengan target

outcome dan output yang akan dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap tahun,

pada pertengahan periode Rencana Strategis/RPJMN sebagai midterm review,

maupun pada akhir RPJMN sebagai impact assessment.

Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan

Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional

(BAPPENAS). Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas, Renstra juga

menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra Balai POM di Bengkulu Tahun

2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja

Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, yaitu “Terwujudnya

Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

Royong”.

Page 80: Balai POM di Bengkulu

E:\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\Renstra BPOM Bengkulu\Draft\lamp. Renstra 2015-2019 kirim.xlsx

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 98,75 98,85 98,95 98,75 99,15 99,25

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 70,00 70,00 71,00 72,00 73,00 75,00

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 98,82 98,9 99,0 99,1 99,2 99,3

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 97,73 97,73 97,75 97,78 97,80 97,83

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Bengkulu 87,60 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10

SS 2

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan

bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha

dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bengkulu 81 81 82 83 84 85

2,2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan

memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan

Makanan

Provinsi Bengkulu 3 4 5 6 7 8

SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM Provinsi Bengkulu B B B B B B Balai POM

Program Pengawasan Obat dan Makanan

1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis Provinsi Bengkulu 2290 2290 2290 2290 2290 2290 1,240 1,364 1,501 1,651 1,816 Pengujian

2Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik

(IFK) Provinsi Bengkulu 92 100 100 100 100 100 xxx xxx xxx xxx xxx

3

Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan

Makanan Provinsi Bengkulu 80 100 100 100 100 100 0,056 0,062 0,068 0,075 0,082

4Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan

Makanan Provinsi Bengkulu 30 32 34 36 38 40 0,440 0,484 0,532 0,585 0,644

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu

LAMPIRAN 2. MATRIK KINERJA DAN PENDANAAN BALAI POM DI BENGKULU 2015-2019

Program/

Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Baseline

2014

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit

Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-NS-

BS

2

Pengujian

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh

Indonesia

Pemeriksaan &

Penyidikan

Sertifikasi & LIK

Page 81: Balai POM di Bengkulu

E:\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\Renstra BPOM Bengkulu\Draft\lamp. Renstra 2015-2019 kirim.xlsx

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu

Program/

Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Baseline

2014

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit

Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-NS-

BS

2

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan Provinsi Bengkulu 4 4 4 4 4 4 0,441 0,485 0,533 0,587 0,645

6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Bengkulu 500 500 510 520 540 550 0,848 0,933 1,026 1,128 1,241

7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Bengkulu 4 4 7 10 13 16 0,539 0,593 0,652 0,718 0,789

6 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar Provinsi Bengkulu 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00 85,00 5,996 6,596 7,255 7,981 8,779 Tata Usaha

9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi

yang dilaporkan tepat waktuProvinsi Bengkulu 10 10 9 10 9 10 0,803 0,883 0,971 1,068 1,175 Tata Usaha

Pemeriksaan &

Penyidikan

Sertifikasi & LIK

Page 82: Balai POM di Bengkulu

No.Arah Kerangka Regulasi dan /atau

Kebutuhan Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan evaluasi Regulasi

,eksisting, kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab Unit Terkait

1.Direktorat Standarisasi Obat 1.Direktorat Standarisasi Obat

2. Direktorat Standarisasi OT,Kosmetik dan suplemen

Kesehatan

2. Direktorat Standarisasi OT,Kosmetik

dan suplemen Kesehatan

3. Biro Hukum dan Humas 3. Biro Hukum dan Humas

1.Direktorat Standarisasi Pangan 1.Direktorat Standarisasi Pangan

2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas

1.PPOM 1.PPOM

2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas

1.PPOM 1.PPOM

2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas

1. Biro Hukum dan Humas 1. Biro Hukum dan Humas

2. Direktorat Insert dan Pengawasan Kedeputian 1, 2

dan 3

2. Direktorat Insert dan Pengawasan

Kedeputian 1, 2 dan 3

1. Direktorat surveilan Penyuluhan Keamanan

Pangan

1. Direktorat surveilan Penyuluhan

Keamanan Pangan

2. Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik

dan Suplemen Kesehatan

2. Direktorat Penilaian Obat Tradisional,

Kosmetik dan Suplemen Kesehatan

ANAK LAMPIRAN 2. MATRIKS KERANGKA REGULASI BALAI POM BENGKULU 2015-2019

3

RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan

RPP Label dan Iklan Pangan terkait

Undanmg-Undang No 18 tahun 2012

tentang pangan

2Peraturan Perundang-undangan terkait

pengawasan Obat dan Makanan Meningkatkan efektifitas Pengawasan OM

Standar Kompetensi Laboratoium dan

standar GLPUntuk pengawalan Mutu Obat dan Makanan oleh BPOM

terhadap isui terkini (AEC,post MDGs,SJSN Kesehatan, dll)

Dasar Hukum provider Uji Profisiensi dan

Provider Baku Pembanding Untuk pengawalan Mutu Obat dan Makanan oleh BPOM

terhadap isui terkini (AEC,post MDGs,SJSN Kesehatan, dll)

5

6

Belum Optimalnya quality surveilance/monitoring mutu

untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus

pulau

Memorandum of Understanding (MoU)

Penguatan sistem pengawasan OM di

wilayah free Trade Zone (FTZ), daerah

perbatasan , terpencil dan gugus pulau

7

Regulasi yang mendukung optimalisasi

Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan

dan EWS yang Informatif, antara lain: -

peraturan baru terkait KLB dan

farmakovigilans - Mekanisme pelaksanaan

Sistem Outbreak response dan EWS

Sistem Outbreak response dan EWS belum Optimal dan

Informatif.Diperlukan response yang cepat dan efektif

pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan

dengan bahan OM (cth.Obat Terkontaminasi etilen glikol)

8

Page 83: Balai POM di Bengkulu

3. Direktorat pengawasan distribusi Obat 3. Direktorat pengawasan distribusi Obat

4. Biro Hukum dan Humas 4. Biro Hukum dan Humas

1. PIOM 1. PIOM

2. Biro Hukum dan Humas 2. Biro Hukum dan Humas

3. Biro Umum 3. Biro Umum

10

Peraturan Kepala BPOM tentang

koordinasi dengan pemerintah daerah

serta Peraturan Kepala Daerah

(Gubernur,Bupati,dan walikota) untuk

Meningkatkan efektifitas pengawsan Obat

dan Makanan di daerah

Pengawsan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa

adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam

mendukung BPOM

BPOM Pemda

1.Direktorat Standarisasi Obat

2. Direktorat Standarisasi OT,Kosmetik dan suplemen

Kesehatan

3. Biro Hukum dan Humas

4.PPOM

Regulasi yang mendukung optimalisasi

Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan

dan EWS yang Informatif, antara lain: -

peraturan baru terkait KLB dan

farmakovigilans - Mekanisme pelaksanaan

Sistem Outbreak response dan EWS

Sistem Outbreak response dan EWS belum Optimal dan

Informatif.Diperlukan response yang cepat dan efektif

pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan

dengan bahan OM (cth.Obat Terkontaminasi etilen glikol)

8

9Juknis/Pedoman untuk Pengintegrasian

Penyebaran Informasi Obat dan MakananSistem penyebaran Informasi Belum terintegrasi

Peraturan dengan instansi /pihak terkait

yang mengatur regulatory insentive11