review renstra 2015-2019 balai besar pom di yogyakartabbpom-yogya.pom.go.id/images/renstra_2015_2019...

81

Upload: others

Post on 30-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

5Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga ReviewRenstra Balai Besar POM di Yogyakarta Tahun 2015-2019dapat diterbitkan. Review Renstra ini disusun mengacu padaPeraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang PedomanPenyusunan dan Penelaahan rencaran Strategis Kementerian/

Lembaga (renstra K/L) 2015-2019. Review Renstra juga dilakukan karena adanyaperubahan Struktur Organisasi Tata Kelola Badan POM terbaru.

Review Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta disusun berdasarkan hasilevaluasi capaian target yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja dalam RenstraBalai Besar POM di Yogyakarta Tahun 2015-2019. Serta bertujuan untukmempermudah pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencapaian target dengansistem monev terpadu antara monev keuangan dan monev Bappenas denganKementerian/ Lembaga.

Pencapaian Target yang ditetapkan dalam Review Renstra merupakanupaya pencapaian Visi Badan POM dan mendukung pencapaian program pemerintahyang tertuang dalam Nawacita dan RPJMN periode 2015-2019 sesuai keweangan,tugas pokok dan fungsinya. Dengan disusunnya Review Renstra ini, diharapkan dapatdijasikan pedoman dalam rangka perencanaan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk ituperlu komitmen, motivasi dan kegigihan serta dedikasi tinggi dari semua wargaorganisasi Balai Besar POM di Yogyakarta.

Yogyakarta, 1 Februari 2019Kepala Balai Besar POM di Yogyakarta

Dra. Rustyawati, Apt.,M.Kes.EpidNIP. 19660909 199303 2 002

5Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga ReviewRenstra Balai Besar POM di Yogyakarta Tahun 2015-2019dapat diterbitkan. Review Renstra ini disusun mengacu padaPeraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang PedomanPenyusunan dan Penelaahan rencaran Strategis Kementerian/

Lembaga (renstra K/L) 2015-2019. Review Renstra juga dilakukan karena adanyaperubahan Struktur Organisasi Tata Kelola Badan POM terbaru.

Review Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta disusun berdasarkan hasilevaluasi capaian target yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja dalam RenstraBalai Besar POM di Yogyakarta Tahun 2015-2019. Serta bertujuan untukmempermudah pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencapaian target dengansistem monev terpadu antara monev keuangan dan monev Bappenas denganKementerian/ Lembaga.

Pencapaian Target yang ditetapkan dalam Review Renstra merupakanupaya pencapaian Visi Badan POM dan mendukung pencapaian program pemerintahyang tertuang dalam Nawacita dan RPJMN periode 2015-2019 sesuai keweangan,tugas pokok dan fungsinya. Dengan disusunnya Review Renstra ini, diharapkan dapatdijasikan pedoman dalam rangka perencanaan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk ituperlu komitmen, motivasi dan kegigihan serta dedikasi tinggi dari semua wargaorganisasi Balai Besar POM di Yogyakarta.

Yogyakarta, 1 Februari 2019Kepala Balai Besar POM di Yogyakarta

Dra. Rustyawati, Apt.,M.Kes.EpidNIP. 19660909 199303 2 002

5Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga ReviewRenstra Balai Besar POM di Yogyakarta Tahun 2015-2019dapat diterbitkan. Review Renstra ini disusun mengacu padaPeraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang PedomanPenyusunan dan Penelaahan rencaran Strategis Kementerian/

Lembaga (renstra K/L) 2015-2019. Review Renstra juga dilakukan karena adanyaperubahan Struktur Organisasi Tata Kelola Badan POM terbaru.

Review Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta disusun berdasarkan hasilevaluasi capaian target yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja dalam RenstraBalai Besar POM di Yogyakarta Tahun 2015-2019. Serta bertujuan untukmempermudah pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencapaian target dengansistem monev terpadu antara monev keuangan dan monev Bappenas denganKementerian/ Lembaga.

Pencapaian Target yang ditetapkan dalam Review Renstra merupakanupaya pencapaian Visi Badan POM dan mendukung pencapaian program pemerintahyang tertuang dalam Nawacita dan RPJMN periode 2015-2019 sesuai keweangan,tugas pokok dan fungsinya. Dengan disusunnya Review Renstra ini, diharapkan dapatdijasikan pedoman dalam rangka perencanaan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk ituperlu komitmen, motivasi dan kegigihan serta dedikasi tinggi dari semua wargaorganisasi Balai Besar POM di Yogyakarta.

Yogyakarta, 1 Februari 2019Kepala Balai Besar POM di Yogyakarta

Dra. Rustyawati, Apt.,M.Kes.EpidNIP. 19660909 199303 2 002

6Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN

6Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN

6Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN

7Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional, memberikan amanat bahwa perencanaan pembangunan disusunsecara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untukjangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, sertarencana pembangunan tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Dalam dokumen RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan PresidenNomor 2 Tahun 2015, disebutkan salah satu tantangan yang dihadapi dalampembangunan terkait pengawasan Obat dan Makanan adalah perlunya peningkatankualitas dan kapasitas produksi sesuai standar Cara Pembuatan Yang Baik Good

Manufacturing Practices (GMP), Obat dan Makanan terdistribusi dengan baik, dan sampaidi tangan konsumen dengan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu yang terjaga. Di sisilain, pengawasan Obat dan Makanan yang efektif akan mendukung peningkatan dayasaing produk Obat dan MakananRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007memiliki maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponenbangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dantujuan nasional. RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yangmerupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMNtahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunansecara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saingkompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber dayamanusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terusmeningkat.

Balai Besar POM di Yogyakarta sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinyamenyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan

1.1. KONDISI UMUM

7Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional, memberikan amanat bahwa perencanaan pembangunan disusunsecara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untukjangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, sertarencana pembangunan tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Dalam dokumen RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan PresidenNomor 2 Tahun 2015, disebutkan salah satu tantangan yang dihadapi dalampembangunan terkait pengawasan Obat dan Makanan adalah perlunya peningkatankualitas dan kapasitas produksi sesuai standar Cara Pembuatan Yang Baik Good

Manufacturing Practices (GMP), Obat dan Makanan terdistribusi dengan baik, dan sampaidi tangan konsumen dengan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu yang terjaga. Di sisilain, pengawasan Obat dan Makanan yang efektif akan mendukung peningkatan dayasaing produk Obat dan MakananRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007memiliki maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponenbangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dantujuan nasional. RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yangmerupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMNtahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunansecara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saingkompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber dayamanusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terusmeningkat.

Balai Besar POM di Yogyakarta sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinyamenyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan

1.1. KONDISI UMUM

7Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional, memberikan amanat bahwa perencanaan pembangunan disusunsecara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untukjangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, sertarencana pembangunan tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Dalam dokumen RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan PresidenNomor 2 Tahun 2015, disebutkan salah satu tantangan yang dihadapi dalampembangunan terkait pengawasan Obat dan Makanan adalah perlunya peningkatankualitas dan kapasitas produksi sesuai standar Cara Pembuatan Yang Baik Good

Manufacturing Practices (GMP), Obat dan Makanan terdistribusi dengan baik, dan sampaidi tangan konsumen dengan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu yang terjaga. Di sisilain, pengawasan Obat dan Makanan yang efektif akan mendukung peningkatan dayasaing produk Obat dan MakananRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007memiliki maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponenbangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dantujuan nasional. RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yangmerupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMNtahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunansecara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saingkompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber dayamanusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terusmeningkat.

Balai Besar POM di Yogyakarta sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinyamenyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan

1.1. KONDISI UMUM

8Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Yogyakarta untuk periode 2015-2019.Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta ini berpedoman pada Renstra BadanPOM Periode 2015-2019. Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta periode2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Balai Besar POM di Yogyakartadibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dansasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Yogyakarta pada saat ini berdasarkanperan, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1.1.1. Dasar Hukuma) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan juncto Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang MengandungZat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan;

b) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;c) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;d) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal;e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN);f) Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan

Makanan;g) Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan

Obat dan Makanan;h) Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design RB 2010-2025;i) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018 Tentang Peningkatan

Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah;j) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;k) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor;l) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 Tentang Keamanan Hayati Produk

Rekayasa Genetika;m) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi

Pangan;

8Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Yogyakarta untuk periode 2015-2019.Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta ini berpedoman pada Renstra BadanPOM Periode 2015-2019. Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta periode2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Balai Besar POM di Yogyakartadibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dansasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Yogyakarta pada saat ini berdasarkanperan, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1.1.1. Dasar Hukuma) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan juncto Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang MengandungZat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan;

b) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;c) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;d) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal;e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN);f) Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan

Makanan;g) Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan

Obat dan Makanan;h) Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design RB 2010-2025;i) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018 Tentang Peningkatan

Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah;j) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;k) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor;l) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 Tentang Keamanan Hayati Produk

Rekayasa Genetika;m) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi

Pangan;

8Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Yogyakarta untuk periode 2015-2019.Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta ini berpedoman pada Renstra BadanPOM Periode 2015-2019. Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta periode2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Balai Besar POM di Yogyakartadibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dansasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Yogyakarta pada saat ini berdasarkanperan, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1.1.1. Dasar Hukuma) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan juncto Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang MengandungZat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan;

b) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;c) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;d) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal;e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN);f) Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan

Makanan;g) Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan

Obat dan Makanan;h) Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design RB 2010-2025;i) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018 Tentang Peningkatan

Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah;j) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;k) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor;l) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 Tentang Keamanan Hayati Produk

Rekayasa Genetika;m) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi

Pangan;

9Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

n) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi;o) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan;p) Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengawas Obat dan Makanan.q) Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

1.1.2. Tugas dan Fungsi Balai Besar POM di YogyakartaBadan POM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK)

yang bertugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat danMakanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Balai Besar POM di Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI,sesuai Keputusan Kepala Badan POM No. 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan TataKerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, yangmempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang pengawasan Obatdan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-undangan.

Balai Besar POM di Yogyakarta melaksanakan tugas :1. penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan;2. pelaksanaan pemeriksaan sarana/ fasilitas produksi Obat dan Makanan;3. pelaksanaan pemeriksaan sarana/ fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/ atau

sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;4. pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksidan/atau distribusi Obat

dan Makanan;5. pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan;6. pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan;7. pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan8. pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pegaduan masyarakat di bidang

pengawasan Obat dan Makanan;9. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan;

9Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

n) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi;o) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan;p) Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengawas Obat dan Makanan.q) Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

1.1.2. Tugas dan Fungsi Balai Besar POM di YogyakartaBadan POM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK)

yang bertugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat danMakanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Balai Besar POM di Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI,sesuai Keputusan Kepala Badan POM No. 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan TataKerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, yangmempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang pengawasan Obatdan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-undangan.

Balai Besar POM di Yogyakarta melaksanakan tugas :1. penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan;2. pelaksanaan pemeriksaan sarana/ fasilitas produksi Obat dan Makanan;3. pelaksanaan pemeriksaan sarana/ fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/ atau

sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;4. pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksidan/atau distribusi Obat

dan Makanan;5. pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan;6. pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan;7. pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan8. pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pegaduan masyarakat di bidang

pengawasan Obat dan Makanan;9. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan;

9Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

n) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi;o) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan;p) Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengawas Obat dan Makanan.q) Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

1.1.2. Tugas dan Fungsi Balai Besar POM di YogyakartaBadan POM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK)

yang bertugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat danMakanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Balai Besar POM di Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI,sesuai Keputusan Kepala Badan POM No. 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan TataKerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, yangmempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang pengawasan Obatdan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-undangan.

Balai Besar POM di Yogyakarta melaksanakan tugas :1. penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan;2. pelaksanaan pemeriksaan sarana/ fasilitas produksi Obat dan Makanan;3. pelaksanaan pemeriksaan sarana/ fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/ atau

sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;4. pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksidan/atau distribusi Obat

dan Makanan;5. pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan;6. pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan;7. pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan8. pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pegaduan masyarakat di bidang

pengawasan Obat dan Makanan;9. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan;

10Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

10. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat danMakanan;

11. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga; dan12. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala Badan

Terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni: (1) Penapisan produkdalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market) melalui: a)Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan dalam rangkapemenuhan standar Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Distribution Practice

(GDP) terkini; b) Penguatan kapasitas laboratorium. (2) Pengawasan Obat dan Makananpasca beredar di masyarakat (post-market) melalui: a) Pengambilan sampel danpengujian; b) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat danMakanan, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal danpenyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan. Dan (3) Pemberdayaanmasyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkanefektifitas pengawasan Obat dan Makanan di Balai melalui: a) Public Warning; b)Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c)Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS); d) GerakanKeamanan Pangan Desa (GKPD), dan advokasi serta kerjasama dengan kepadamasyarakat dan berbagai pihak/lembaga lainnya.

Tugas dan fungsi tersebut, melekat sebagai lembaga pemerintah yang merupakangarda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Diharapkan Balai Besar POM diYogyakarta dapat menjalankan tugas secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerakketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan dengan cakupan area pengawasanmeliputi 5 Kabupaten/ Kota

1.1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA1.1.3.1 STRUKTUR ORGANISASI

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar di Yogyakarta sesuai KeputusanKepala Badan POM terbaru yaitu Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata

10Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

10. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat danMakanan;

11. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga; dan12. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala Badan

Terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni: (1) Penapisan produkdalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market) melalui: a)Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan dalam rangkapemenuhan standar Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Distribution Practice

(GDP) terkini; b) Penguatan kapasitas laboratorium. (2) Pengawasan Obat dan Makananpasca beredar di masyarakat (post-market) melalui: a) Pengambilan sampel danpengujian; b) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat danMakanan, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal danpenyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan. Dan (3) Pemberdayaanmasyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkanefektifitas pengawasan Obat dan Makanan di Balai melalui: a) Public Warning; b)Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c)Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS); d) GerakanKeamanan Pangan Desa (GKPD), dan advokasi serta kerjasama dengan kepadamasyarakat dan berbagai pihak/lembaga lainnya.

Tugas dan fungsi tersebut, melekat sebagai lembaga pemerintah yang merupakangarda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Diharapkan Balai Besar POM diYogyakarta dapat menjalankan tugas secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerakketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan dengan cakupan area pengawasanmeliputi 5 Kabupaten/ Kota

1.1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA1.1.3.1 STRUKTUR ORGANISASI

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar di Yogyakarta sesuai KeputusanKepala Badan POM terbaru yaitu Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata

10Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

10. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat danMakanan;

11. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga; dan12. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala Badan

Terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni: (1) Penapisan produkdalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market) melalui: a)Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan dalam rangkapemenuhan standar Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Distribution Practice

(GDP) terkini; b) Penguatan kapasitas laboratorium. (2) Pengawasan Obat dan Makananpasca beredar di masyarakat (post-market) melalui: a) Pengambilan sampel danpengujian; b) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat danMakanan, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal danpenyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan. Dan (3) Pemberdayaanmasyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkanefektifitas pengawasan Obat dan Makanan di Balai melalui: a) Public Warning; b)Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c)Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS); d) GerakanKeamanan Pangan Desa (GKPD), dan advokasi serta kerjasama dengan kepadamasyarakat dan berbagai pihak/lembaga lainnya.

Tugas dan fungsi tersebut, melekat sebagai lembaga pemerintah yang merupakangarda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Diharapkan Balai Besar POM diYogyakarta dapat menjalankan tugas secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerakketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan dengan cakupan area pengawasanmeliputi 5 Kabupaten/ Kota

1.1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA1.1.3.1 STRUKTUR ORGANISASI

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar di Yogyakarta sesuai KeputusanKepala Badan POM terbaru yaitu Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata

11Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yangterdiri dari : Kepala; Bidang Pengujian; Bidang Pemeriksaan; Bidang Penindakan;Bidang Informasi dan komunikasi; Bagian Tata usaha; dan Kelompok Jabatan fungsional(Gambar 1).

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Yogyakarta

Unit-unit kerja di Balai Besar POM di Yogyakarta melaksanakan tugas pokokdan fungsi sebagai berikut :1. Bidang Pengujian

Tugas pokoknya adalah melaksanakan kebijakan operasional di bidangpengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan.

Adapun fungsinya adalah 1). Penyusunan rencana dan program di bidangpengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan; 2). Pelaksanaan pengujiankimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan; dan 3). Pelaksanaan pemantauan,evaluasi dan pelaporan di bidang pengujian kimia dan mikrobiologi Obat danMakanan.

Bidang Pengujian teridiri atas : 1). Seksi Pengujian Kimia yang mempunyaitugas melakukan pengujian kimia Obat dan Makanan; 2). Seksi PengujianMikrobiologi mempunyai tugas melakukan pengujian mikrobiologi Obat dan Makanan.

11Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yangterdiri dari : Kepala; Bidang Pengujian; Bidang Pemeriksaan; Bidang Penindakan;Bidang Informasi dan komunikasi; Bagian Tata usaha; dan Kelompok Jabatan fungsional(Gambar 1).

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Yogyakarta

Unit-unit kerja di Balai Besar POM di Yogyakarta melaksanakan tugas pokokdan fungsi sebagai berikut :1. Bidang Pengujian

Tugas pokoknya adalah melaksanakan kebijakan operasional di bidangpengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan.

Adapun fungsinya adalah 1). Penyusunan rencana dan program di bidangpengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan; 2). Pelaksanaan pengujiankimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan; dan 3). Pelaksanaan pemantauan,evaluasi dan pelaporan di bidang pengujian kimia dan mikrobiologi Obat danMakanan.

Bidang Pengujian teridiri atas : 1). Seksi Pengujian Kimia yang mempunyaitugas melakukan pengujian kimia Obat dan Makanan; 2). Seksi PengujianMikrobiologi mempunyai tugas melakukan pengujian mikrobiologi Obat dan Makanan.

11Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yangterdiri dari : Kepala; Bidang Pengujian; Bidang Pemeriksaan; Bidang Penindakan;Bidang Informasi dan komunikasi; Bagian Tata usaha; dan Kelompok Jabatan fungsional(Gambar 1).

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Yogyakarta

Unit-unit kerja di Balai Besar POM di Yogyakarta melaksanakan tugas pokokdan fungsi sebagai berikut :1. Bidang Pengujian

Tugas pokoknya adalah melaksanakan kebijakan operasional di bidangpengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan.

Adapun fungsinya adalah 1). Penyusunan rencana dan program di bidangpengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan; 2). Pelaksanaan pengujiankimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan; dan 3). Pelaksanaan pemantauan,evaluasi dan pelaporan di bidang pengujian kimia dan mikrobiologi Obat danMakanan.

Bidang Pengujian teridiri atas : 1). Seksi Pengujian Kimia yang mempunyaitugas melakukan pengujian kimia Obat dan Makanan; 2). Seksi PengujianMikrobiologi mempunyai tugas melakukan pengujian mikrobiologi Obat dan Makanan.

12Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Bidang PemeriksaanBidang Pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional

di bidang inspeksi dan sertifikasi sarana/ fasilitas produksi dan/atau distribusi Obatdan Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi danpengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan.

Fungsi Bidang pemeriksaan adalah : 1). Penyusunan rencana dan program;2). Pelaksanaan inspeksi sarana/ fasilitas produksi dan distribusi Obat dan makanan;3). Pelaksanaan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan distribusi produk obat danmakanan; 4). Sampling Obat dan makanan; 5). Pemantauan, evaluasi dan pelaporanbidang inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasidan sampling produk obat dan makanan.

Bidang pemeriksaan terdiri atas : Seksi Inspeksi yang bertugas melakukaninspeksi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan makanan dansarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta pengambilan contoh (sampling) produkObat dan Makanan dan Seksi Sertifikasi yang bertugas melakukan sertifikasisarana/fasilitas produksi dan/ atau distribusi dan produk Obat dan Makanan.

3. Bidang PenindakanBidang Penindakan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional

di bidang penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan.

Fungsi Bidang Penindakan : 1). Penyusunan rencana program di bidangintelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan; 2).pelaksanaan intelijen danpenyidikan terhadadp pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan Obat dan Makanan; dan 3). Pelaksanaan pemantauan, evaluasidan pelaporan di bidang intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

4. Bidang Informasi dan Komunikasi

Bidang Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas melaksanakankebijakan operasional di bidang pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan

12Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Bidang PemeriksaanBidang Pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional

di bidang inspeksi dan sertifikasi sarana/ fasilitas produksi dan/atau distribusi Obatdan Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi danpengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan.

Fungsi Bidang pemeriksaan adalah : 1). Penyusunan rencana dan program;2). Pelaksanaan inspeksi sarana/ fasilitas produksi dan distribusi Obat dan makanan;3). Pelaksanaan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan distribusi produk obat danmakanan; 4). Sampling Obat dan makanan; 5). Pemantauan, evaluasi dan pelaporanbidang inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasidan sampling produk obat dan makanan.

Bidang pemeriksaan terdiri atas : Seksi Inspeksi yang bertugas melakukaninspeksi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan makanan dansarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta pengambilan contoh (sampling) produkObat dan Makanan dan Seksi Sertifikasi yang bertugas melakukan sertifikasisarana/fasilitas produksi dan/ atau distribusi dan produk Obat dan Makanan.

3. Bidang PenindakanBidang Penindakan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional

di bidang penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan.

Fungsi Bidang Penindakan : 1). Penyusunan rencana program di bidangintelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan; 2).pelaksanaan intelijen danpenyidikan terhadadp pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan Obat dan Makanan; dan 3). Pelaksanaan pemantauan, evaluasidan pelaporan di bidang intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

4. Bidang Informasi dan Komunikasi

Bidang Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas melaksanakankebijakan operasional di bidang pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan

12Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Bidang PemeriksaanBidang Pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional

di bidang inspeksi dan sertifikasi sarana/ fasilitas produksi dan/atau distribusi Obatdan Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi danpengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan.

Fungsi Bidang pemeriksaan adalah : 1). Penyusunan rencana dan program;2). Pelaksanaan inspeksi sarana/ fasilitas produksi dan distribusi Obat dan makanan;3). Pelaksanaan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan distribusi produk obat danmakanan; 4). Sampling Obat dan makanan; 5). Pemantauan, evaluasi dan pelaporanbidang inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasidan sampling produk obat dan makanan.

Bidang pemeriksaan terdiri atas : Seksi Inspeksi yang bertugas melakukaninspeksi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan makanan dansarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta pengambilan contoh (sampling) produkObat dan Makanan dan Seksi Sertifikasi yang bertugas melakukan sertifikasisarana/fasilitas produksi dan/ atau distribusi dan produk Obat dan Makanan.

3. Bidang PenindakanBidang Penindakan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional

di bidang penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan.

Fungsi Bidang Penindakan : 1). Penyusunan rencana program di bidangintelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan; 2).pelaksanaan intelijen danpenyidikan terhadadp pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan Obat dan Makanan; dan 3). Pelaksanaan pemantauan, evaluasidan pelaporan di bidang intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

4. Bidang Informasi dan Komunikasi

Bidang Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas melaksanakankebijakan operasional di bidang pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan

13Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pengaduan masyarakat serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidangpengawasan Obat dan Makanan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Informasi dan Komunikasimenyelenggarakan fungsi : a) penyusunan rencana dan program di bidangpengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidangpengawasan Obat dan makanan; b). Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasidan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan; c).Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat danMakanan; dan d). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidangpengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidangpengawsan Obat dan Makanan.

5. Bagian Tata UsahaBidang Tata usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan

rencana, program dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,teknologi informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian,penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.

Bidang tata usaha menyelenggarakan fungsi : a). Penyusunan rencana,program dan anggaran; b). Pelaksanaan pengelolaan keuangan; c). Pengelolaanpersuratan dan kearsipan; d). Pengelolaan penjaminan mutu dan tata laksana; e).Pelaksanaan urusan kepegawaian; f). Pengelolaan penjaminan mutu dan tatalaksana; f). Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi; g). Pelaksanaan urusanperlengkapan dan kerumahtanggaan; dan h). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi,dan pelaporan kinerja.

Bagian Tata Usaha terdiri atas : Subbagian Program dan Evaluasi yangmempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, anggaran, pengelolaankeuangan, penjaminan mutu, evaluasi dan pelaporan kinerja dan Subbagian Umumyang mempunyai tugas melakukan pengelolaan persuratan, kearsipan, kepegawaian,teknologi informasi komunikasi, perlengkapan dan kerumahtanggaan.

13Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pengaduan masyarakat serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidangpengawasan Obat dan Makanan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Informasi dan Komunikasimenyelenggarakan fungsi : a) penyusunan rencana dan program di bidangpengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidangpengawasan Obat dan makanan; b). Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasidan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan; c).Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat danMakanan; dan d). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidangpengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidangpengawsan Obat dan Makanan.

5. Bagian Tata UsahaBidang Tata usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan

rencana, program dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,teknologi informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian,penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.

Bidang tata usaha menyelenggarakan fungsi : a). Penyusunan rencana,program dan anggaran; b). Pelaksanaan pengelolaan keuangan; c). Pengelolaanpersuratan dan kearsipan; d). Pengelolaan penjaminan mutu dan tata laksana; e).Pelaksanaan urusan kepegawaian; f). Pengelolaan penjaminan mutu dan tatalaksana; f). Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi; g). Pelaksanaan urusanperlengkapan dan kerumahtanggaan; dan h). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi,dan pelaporan kinerja.

Bagian Tata Usaha terdiri atas : Subbagian Program dan Evaluasi yangmempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, anggaran, pengelolaankeuangan, penjaminan mutu, evaluasi dan pelaporan kinerja dan Subbagian Umumyang mempunyai tugas melakukan pengelolaan persuratan, kearsipan, kepegawaian,teknologi informasi komunikasi, perlengkapan dan kerumahtanggaan.

13Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pengaduan masyarakat serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidangpengawasan Obat dan Makanan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Informasi dan Komunikasimenyelenggarakan fungsi : a) penyusunan rencana dan program di bidangpengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidangpengawasan Obat dan makanan; b). Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasidan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan; c).Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat danMakanan; dan d). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidangpengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidangpengawsan Obat dan Makanan.

5. Bagian Tata UsahaBidang Tata usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan

rencana, program dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,teknologi informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian,penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.

Bidang tata usaha menyelenggarakan fungsi : a). Penyusunan rencana,program dan anggaran; b). Pelaksanaan pengelolaan keuangan; c). Pengelolaanpersuratan dan kearsipan; d). Pengelolaan penjaminan mutu dan tata laksana; e).Pelaksanaan urusan kepegawaian; f). Pengelolaan penjaminan mutu dan tatalaksana; f). Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi; g). Pelaksanaan urusanperlengkapan dan kerumahtanggaan; dan h). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi,dan pelaporan kinerja.

Bagian Tata Usaha terdiri atas : Subbagian Program dan Evaluasi yangmempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, anggaran, pengelolaankeuangan, penjaminan mutu, evaluasi dan pelaporan kinerja dan Subbagian Umumyang mempunyai tugas melakukan pengelolaan persuratan, kearsipan, kepegawaian,teknologi informasi komunikasi, perlengkapan dan kerumahtanggaan.

14Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

6. Kelompok Jabatan FungsionalKelompok jabatan fungsional mempunyai tugas : “Melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku”. Dengan ketentuan : a) Kelompok jabatanfungsional terdiri dari jabatan Fungsional lain sesuai dengan bidang keahliannya; b)masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasi oleh tenaga fungsionalsenior yang ditunjuk oleh Sekretaris Utama Badan POM; c) jumlah tenaga fungsionalditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja dan d) jenis dan jenjangfungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.1.3.2 SUMBER DAYA

SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Jumlah SDM yang dimiliki Balai Besar POM di Yogyakarta untuk melaksanakantugas dan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2018 adalah sejumlah114 orang, yang tersebar di 5 (lima) bidang . Adapun jumlah dan profil pegawai BalaiBesar POM di Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 1di bawah ini:

Tabel 1Profil Pegawai Balai Besar POM di YogyakartaBerdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2018

No Unit KerjaPendidikan Jumlah per

Bidang/SubbagS2 Apt S1 D3 SLTA Umum/

Kejuruan SMP SD

1 Kepala 1 0 0 0 0 0 0 12 Subbag TU 0 3 4 10 6 0 0 233 Bid.Pemeriksaan dan

Penyidikan3 10 8 0 1 0 0 21

4 Bid Pengujian Pangan &Bahan Berbahaya

1 3 9 0 1 0 0 13

5 Bid. PengujianMikrobiologi

2 2 5 2 1 0 0 12

6 Bid. Pengujian Prodterapetik, OT, Kosmetik& prod komplemen

6 14 4 3 4 1 0 32

7 Bid. Sertifikasi dan LIK 4 2 6 0 0 0 0 12

Total 17 34 36 15 13 1 0 114

Berdasarkan SOTK lama

14Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

6. Kelompok Jabatan FungsionalKelompok jabatan fungsional mempunyai tugas : “Melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku”. Dengan ketentuan : a) Kelompok jabatanfungsional terdiri dari jabatan Fungsional lain sesuai dengan bidang keahliannya; b)masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasi oleh tenaga fungsionalsenior yang ditunjuk oleh Sekretaris Utama Badan POM; c) jumlah tenaga fungsionalditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja dan d) jenis dan jenjangfungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.1.3.2 SUMBER DAYA

SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Jumlah SDM yang dimiliki Balai Besar POM di Yogyakarta untuk melaksanakantugas dan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2018 adalah sejumlah114 orang, yang tersebar di 5 (lima) bidang . Adapun jumlah dan profil pegawai BalaiBesar POM di Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 1di bawah ini:

Tabel 1Profil Pegawai Balai Besar POM di YogyakartaBerdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2018

No Unit KerjaPendidikan Jumlah per

Bidang/SubbagS2 Apt S1 D3 SLTA Umum/

Kejuruan SMP SD

1 Kepala 1 0 0 0 0 0 0 12 Subbag TU 0 3 4 10 6 0 0 233 Bid.Pemeriksaan dan

Penyidikan3 10 8 0 1 0 0 21

4 Bid Pengujian Pangan &Bahan Berbahaya

1 3 9 0 1 0 0 13

5 Bid. PengujianMikrobiologi

2 2 5 2 1 0 0 12

6 Bid. Pengujian Prodterapetik, OT, Kosmetik& prod komplemen

6 14 4 3 4 1 0 32

7 Bid. Sertifikasi dan LIK 4 2 6 0 0 0 0 12

Total 17 34 36 15 13 1 0 114

Berdasarkan SOTK lama

14Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

6. Kelompok Jabatan FungsionalKelompok jabatan fungsional mempunyai tugas : “Melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku”. Dengan ketentuan : a) Kelompok jabatanfungsional terdiri dari jabatan Fungsional lain sesuai dengan bidang keahliannya; b)masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasi oleh tenaga fungsionalsenior yang ditunjuk oleh Sekretaris Utama Badan POM; c) jumlah tenaga fungsionalditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja dan d) jenis dan jenjangfungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.1.3.2 SUMBER DAYA

SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Jumlah SDM yang dimiliki Balai Besar POM di Yogyakarta untuk melaksanakantugas dan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2018 adalah sejumlah114 orang, yang tersebar di 5 (lima) bidang . Adapun jumlah dan profil pegawai BalaiBesar POM di Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 1di bawah ini:

Tabel 1Profil Pegawai Balai Besar POM di YogyakartaBerdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2018

No Unit KerjaPendidikan Jumlah per

Bidang/SubbagS2 Apt S1 D3 SLTA Umum/

Kejuruan SMP SD

1 Kepala 1 0 0 0 0 0 0 12 Subbag TU 0 3 4 10 6 0 0 233 Bid.Pemeriksaan dan

Penyidikan3 10 8 0 1 0 0 21

4 Bid Pengujian Pangan &Bahan Berbahaya

1 3 9 0 1 0 0 13

5 Bid. PengujianMikrobiologi

2 2 5 2 1 0 0 12

6 Bid. Pengujian Prodterapetik, OT, Kosmetik& prod komplemen

6 14 4 3 4 1 0 32

7 Bid. Sertifikasi dan LIK 4 2 6 0 0 0 0 12

Total 17 34 36 15 13 1 0 114

Berdasarkan SOTK lama

15Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pegawai Balai Besar POM diYogyakarta terdiri dari 14,91% dengan pendidikan paska sarjana, 29,82% denganpendidikan Appoteker dan 31,58% dengan pendidikan sarjana lain, sehingga jumlah totalsarjana adalah 76,31 %.

Berdasarkan tabel 1 diatas dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahanlingkungan strategis yang semakin dinamis khususnya perubahan lingkungan strategiseksternal maka perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM agar dapat mengantisipasiperubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi.

Tabel 2. Kebutuhan pegawai berdasarkan Analisa Beban KerjaBidang

PengujianTeranokoko

BidangPengujian

Pangan danBB

BidangPengujian

Mikrobiologi

BidangPEMDIK

BidangSERLIK

BagTU

StandarKebutuhanSDM(berdasarkanABK 2018)

37 15 17 28 15 28

JumlahPegawai SaatIni

31 13 13 21 12 24

KekuranganSDM

6 2 4 7 3 4

Berdasarkan SOTK lama

Berdasarkan analisa beban kerja kebutuhan SDM masih perlu ditambah sebanyak26 orang di beberapa bidang.

SARANA DAN PRASARANA

Penyediaan sarana prasarana merupakan pendukung utama dalam mencapaitujuan organisasi. Luas lahan Balai Besar POM di Yogyakarta seluas 6.477 m2 denganluas bangunan 5.158 m2 dimana selain fungsi perkantoran, juga termasuk fungsipelayanan publik dan laboratorium. Secara umum pemenuhan terhadap kebutuhan alatpengolah data dan meubelair kerja masih terpenuhi, namun untuk pemenuhan kebutuhanluas lantai bangunan, masih belum terpenuhi.

15Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pegawai Balai Besar POM diYogyakarta terdiri dari 14,91% dengan pendidikan paska sarjana, 29,82% denganpendidikan Appoteker dan 31,58% dengan pendidikan sarjana lain, sehingga jumlah totalsarjana adalah 76,31 %.

Berdasarkan tabel 1 diatas dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahanlingkungan strategis yang semakin dinamis khususnya perubahan lingkungan strategiseksternal maka perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM agar dapat mengantisipasiperubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi.

Tabel 2. Kebutuhan pegawai berdasarkan Analisa Beban KerjaBidang

PengujianTeranokoko

BidangPengujian

Pangan danBB

BidangPengujian

Mikrobiologi

BidangPEMDIK

BidangSERLIK

BagTU

StandarKebutuhanSDM(berdasarkanABK 2018)

37 15 17 28 15 28

JumlahPegawai SaatIni

31 13 13 21 12 24

KekuranganSDM

6 2 4 7 3 4

Berdasarkan SOTK lama

Berdasarkan analisa beban kerja kebutuhan SDM masih perlu ditambah sebanyak26 orang di beberapa bidang.

SARANA DAN PRASARANA

Penyediaan sarana prasarana merupakan pendukung utama dalam mencapaitujuan organisasi. Luas lahan Balai Besar POM di Yogyakarta seluas 6.477 m2 denganluas bangunan 5.158 m2 dimana selain fungsi perkantoran, juga termasuk fungsipelayanan publik dan laboratorium. Secara umum pemenuhan terhadap kebutuhan alatpengolah data dan meubelair kerja masih terpenuhi, namun untuk pemenuhan kebutuhanluas lantai bangunan, masih belum terpenuhi.

15Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pegawai Balai Besar POM diYogyakarta terdiri dari 14,91% dengan pendidikan paska sarjana, 29,82% denganpendidikan Appoteker dan 31,58% dengan pendidikan sarjana lain, sehingga jumlah totalsarjana adalah 76,31 %.

Berdasarkan tabel 1 diatas dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahanlingkungan strategis yang semakin dinamis khususnya perubahan lingkungan strategiseksternal maka perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM agar dapat mengantisipasiperubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi.

Tabel 2. Kebutuhan pegawai berdasarkan Analisa Beban KerjaBidang

PengujianTeranokoko

BidangPengujian

Pangan danBB

BidangPengujian

Mikrobiologi

BidangPEMDIK

BidangSERLIK

BagTU

StandarKebutuhanSDM(berdasarkanABK 2018)

37 15 17 28 15 28

JumlahPegawai SaatIni

31 13 13 21 12 24

KekuranganSDM

6 2 4 7 3 4

Berdasarkan SOTK lama

Berdasarkan analisa beban kerja kebutuhan SDM masih perlu ditambah sebanyak26 orang di beberapa bidang.

SARANA DAN PRASARANA

Penyediaan sarana prasarana merupakan pendukung utama dalam mencapaitujuan organisasi. Luas lahan Balai Besar POM di Yogyakarta seluas 6.477 m2 denganluas bangunan 5.158 m2 dimana selain fungsi perkantoran, juga termasuk fungsipelayanan publik dan laboratorium. Secara umum pemenuhan terhadap kebutuhan alatpengolah data dan meubelair kerja masih terpenuhi, namun untuk pemenuhan kebutuhanluas lantai bangunan, masih belum terpenuhi.

16Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Cakupan wilayah kerja Balai Besar POM di Yogyakarta terdiri atas 1 kota dan 4kabupaten, yaitu Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km² (1,02 persen), Kabupaten Bantuldengan luas 506,85 km² (15,91 persen), Kabupaten Gunung Kidul dengan luas 1.485,36km² (46,63 persen), Kabupaten Kulon Progo dengan luas 586,27 km² (18,40 persen), sertaKabupaten Sleman dengan luas 574,82 km² (18,04 persen).

Pengujian laboratorium merupakan tulang punggung pengawasan yangdilaksanakan oleh Balai Besar POM di Yogyakarta. Untuk menunjang pengujianlaboratorium, saat ini laboratorium telah dilengkapi dengan peralatan laboratorium yangmempunyai tingkat sensitivitas dan akurasi yang memadai agar dapat menghasilkan hasiluji yang valid dan dapat dipercaya.

Jumlah sasaran pengawasan sarana produksi maupun distribusi di profilnya dapatdi lihat pada gambar 1 dan gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2Sarana Produksi di Wilayah Kerja BBPOM di Yogyakarta Tahun 2018

Gambar 3Sarana Disitribusi di Wilayah Kerja BBPOM di Yogyakarta Tahun 2018

Ind. Farmasi

IKOT

UKM JamugendongInd. Kosmetik

IRTP

Ind. Pangan

Pangan

Penj parsel

Tk Obat

RS Pem

Puskes

16Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Cakupan wilayah kerja Balai Besar POM di Yogyakarta terdiri atas 1 kota dan 4kabupaten, yaitu Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km² (1,02 persen), Kabupaten Bantuldengan luas 506,85 km² (15,91 persen), Kabupaten Gunung Kidul dengan luas 1.485,36km² (46,63 persen), Kabupaten Kulon Progo dengan luas 586,27 km² (18,40 persen), sertaKabupaten Sleman dengan luas 574,82 km² (18,04 persen).

Pengujian laboratorium merupakan tulang punggung pengawasan yangdilaksanakan oleh Balai Besar POM di Yogyakarta. Untuk menunjang pengujianlaboratorium, saat ini laboratorium telah dilengkapi dengan peralatan laboratorium yangmempunyai tingkat sensitivitas dan akurasi yang memadai agar dapat menghasilkan hasiluji yang valid dan dapat dipercaya.

Jumlah sasaran pengawasan sarana produksi maupun distribusi di profilnya dapatdi lihat pada gambar 1 dan gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2Sarana Produksi di Wilayah Kerja BBPOM di Yogyakarta Tahun 2018

Gambar 3Sarana Disitribusi di Wilayah Kerja BBPOM di Yogyakarta Tahun 2018

130

312

10

210

35

Ind. Farmasi

UKM JamugendongInd. Kosmetik

Ind. Pangan

Pangan

Penj parsel

OT

PBF

Tk Obat

RS Pem

Puskes

243

21712

47586

42613

64121

122

16Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Cakupan wilayah kerja Balai Besar POM di Yogyakarta terdiri atas 1 kota dan 4kabupaten, yaitu Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km² (1,02 persen), Kabupaten Bantuldengan luas 506,85 km² (15,91 persen), Kabupaten Gunung Kidul dengan luas 1.485,36km² (46,63 persen), Kabupaten Kulon Progo dengan luas 586,27 km² (18,40 persen), sertaKabupaten Sleman dengan luas 574,82 km² (18,04 persen).

Pengujian laboratorium merupakan tulang punggung pengawasan yangdilaksanakan oleh Balai Besar POM di Yogyakarta. Untuk menunjang pengujianlaboratorium, saat ini laboratorium telah dilengkapi dengan peralatan laboratorium yangmempunyai tingkat sensitivitas dan akurasi yang memadai agar dapat menghasilkan hasiluji yang valid dan dapat dipercaya.

Jumlah sasaran pengawasan sarana produksi maupun distribusi di profilnya dapatdi lihat pada gambar 1 dan gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2Sarana Produksi di Wilayah Kerja BBPOM di Yogyakarta Tahun 2018

Gambar 3Sarana Disitribusi di Wilayah Kerja BBPOM di Yogyakarta Tahun 2018

794

677

586

17Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1.1.4 CAPAIAN KINERJA BALAI BESAR POM di YOGYAKARTAPencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai Besar POM

di Yogyakarta tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja sesuaisasaran strategis pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 3 Capaian Indikator Kinerja tahun 2015 - 2017

INDIKATOR

KINERJA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017

TARGET REALISASI CAPAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN

Sasaran Strategis I Tahun 2015-2017

Persentaseobat yangmemenuhisyarat

92,50% 98,68 % 107,26% 92,50% 98,28% 106,25% 93,00 95,13 102,29

PersentaseObatTradisionalyangmemenuhisyarat

54,47% 73,37 % 136,05% 54,47% 77,78% 142,79% 55,01 79,25 144,06

Persentasekosmetikyangmemenuhisyarat

90,00% 97,02 % 109,11% 90,00% 97,72% 108,58% 91,00 98,95 108,74

Persentasesuplemenkesehatanyangmemenuhisyarat

80,00% 96,84 % 122,58% 80,00% 97.89% 122.36% 81,00 98,42 121,51

Persentasemakananyangmemenuhisyarat

88,60% 84,74 % 96,19% 88,60% 90,01%

101,59% 89,10 91,96 103,21%

Sasaran Strategis 2 Tahun 2015-2017

TingkatKepuasanMasyarakat

70,35 77,31 109,89% 72,98 77,31 105,93% 73,35 83,61 113,00%

17Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1.1.4 CAPAIAN KINERJA BALAI BESAR POM di YOGYAKARTAPencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai Besar POM

di Yogyakarta tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja sesuaisasaran strategis pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 3 Capaian Indikator Kinerja tahun 2015 - 2017

INDIKATOR

KINERJA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017

TARGET REALISASI CAPAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN

Sasaran Strategis I Tahun 2015-2017

Persentaseobat yangmemenuhisyarat

92,50% 98,68 % 107,26% 92,50% 98,28% 106,25% 93,00 95,13 102,29

PersentaseObatTradisionalyangmemenuhisyarat

54,47% 73,37 % 136,05% 54,47% 77,78% 142,79% 55,01 79,25 144,06

Persentasekosmetikyangmemenuhisyarat

90,00% 97,02 % 109,11% 90,00% 97,72% 108,58% 91,00 98,95 108,74

Persentasesuplemenkesehatanyangmemenuhisyarat

80,00% 96,84 % 122,58% 80,00% 97.89% 122.36% 81,00 98,42 121,51

Persentasemakananyangmemenuhisyarat

88,60% 84,74 % 96,19% 88,60% 90,01%

101,59% 89,10 91,96 103,21%

Sasaran Strategis 2 Tahun 2015-2017

TingkatKepuasanMasyarakat

70,35 77,31 109,89% 72,98 77,31 105,93% 73,35 83,61 113,00%

17Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1.1.4 CAPAIAN KINERJA BALAI BESAR POM di YOGYAKARTAPencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai Besar POM

di Yogyakarta tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja sesuaisasaran strategis pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 3 Capaian Indikator Kinerja tahun 2015 - 2017

INDIKATOR

KINERJA

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017

TARGET REALISASI CAPAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN

Sasaran Strategis I Tahun 2015-2017

Persentaseobat yangmemenuhisyarat

92,50% 98,68 % 107,26% 92,50% 98,28% 106,25% 93,00 95,13 102,29

PersentaseObatTradisionalyangmemenuhisyarat

54,47% 73,37 % 136,05% 54,47% 77,78% 142,79% 55,01 79,25 144,06

Persentasekosmetikyangmemenuhisyarat

90,00% 97,02 % 109,11% 90,00% 97,72% 108,58% 91,00 98,95 108,74

Persentasesuplemenkesehatanyangmemenuhisyarat

80,00% 96,84 % 122,58% 80,00% 97.89% 122.36% 81,00 98,42 121,51

Persentasemakananyangmemenuhisyarat

88,60% 84,74 % 96,19% 88,60% 90,01%

101,59% 89,10 91,96 103,21%

Sasaran Strategis 2 Tahun 2015-2017

TingkatKepuasanMasyarakat

70,35 77,31 109,89% 72,98 77,31 105,93% 73,35 83,61 113,00%

18Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

JumlahKabupaten/Kota yangmemberikankomitmenuntukpelaksanaanpengawasanObat danMakanandengan0memberikanalokasianggaranpelaksanaanregulasi ObatdanMakanan

5 5 100,00% 5 5 100,00% 5 5 100,00%

Sasaran Strategis 3 Tahun 2015-2017

Nilai SAKIPBBPOM diYogyakartaoleh BadanPOM

B(70)

BB(70,58)

100,83% A(80)

BB(73,60)

92,00 A (80) BB

(73,28)

91,60

Kinerja pengawasan Obat dan Makanan Balai Besar POM di Yogyakarta selama tahun2015 - 2017, masih menunjukkan hasil yang fluktuatif, sehingga pengawasan yangdilakukan Balai Besar POM di Yogyakarta perlu terus ditingkatkan. Hal ini dapatdisebabkan karena jumlah dan jenis produk Obat dan Makanan yang beredar semakinberagam dan meningkat. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang sangatdinamis diharapkan peran Balai Besar POM di Yogyakarta pada masa akan datang dapatlebih ditingkatkan. Balai Besar POM di Yogyakarta diharapkan terus meningkatkan kinerjayang telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaitu agar pengawasan Obat danMakanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Tabel 4. MATRIKS CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN KEGIATAN BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA REVIEWRENSTRA BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA TAHUN 2015-2017

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C

Sasaran Strategis Balai Besar POM di Yogyakarta

1 SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1 Persentase Obat yangmemenuhi Syarat 92,00 98,68 107,26 92,50 98,28 106,25 93,00 95,13 102,29

1.2 Persentase Obat Tradisionalyang memenuhi syarat 53,93 73,37 136,05 54,47 77,78 142,79 55,01 79,25 144,06

1.3 Persentase Kosmetik yangmemenuhi syarat 89,00 97,02 109,01 90,00 97,72 108,58 91,00 98,95 108,74

18Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

JumlahKabupaten/Kota yangmemberikankomitmenuntukpelaksanaanpengawasanObat danMakanandengan0memberikanalokasianggaranpelaksanaanregulasi ObatdanMakanan

5 5 100,00% 5 5 100,00% 5 5 100,00%

Sasaran Strategis 3 Tahun 2015-2017

Nilai SAKIPBBPOM diYogyakartaoleh BadanPOM

B(70)

BB(70,58)

100,83% A(80)

BB(73,60)

92,00 A (80) BB

(73,28)

91,60

Kinerja pengawasan Obat dan Makanan Balai Besar POM di Yogyakarta selama tahun2015 - 2017, masih menunjukkan hasil yang fluktuatif, sehingga pengawasan yangdilakukan Balai Besar POM di Yogyakarta perlu terus ditingkatkan. Hal ini dapatdisebabkan karena jumlah dan jenis produk Obat dan Makanan yang beredar semakinberagam dan meningkat. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang sangatdinamis diharapkan peran Balai Besar POM di Yogyakarta pada masa akan datang dapatlebih ditingkatkan. Balai Besar POM di Yogyakarta diharapkan terus meningkatkan kinerjayang telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaitu agar pengawasan Obat danMakanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Tabel 4. MATRIKS CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN KEGIATAN BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA REVIEWRENSTRA BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA TAHUN 2015-2017

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C

Sasaran Strategis Balai Besar POM di Yogyakarta

1 SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1 Persentase Obat yangmemenuhi Syarat 92,00 98,68 107,26 92,50 98,28 106,25 93,00 95,13 102,29

1.2 Persentase Obat Tradisionalyang memenuhi syarat 53,93 73,37 136,05 54,47 77,78 142,79 55,01 79,25 144,06

1.3 Persentase Kosmetik yangmemenuhi syarat 89,00 97,02 109,01 90,00 97,72 108,58 91,00 98,95 108,74

18Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

JumlahKabupaten/Kota yangmemberikankomitmenuntukpelaksanaanpengawasanObat danMakanandengan0memberikanalokasianggaranpelaksanaanregulasi ObatdanMakanan

5 5 100,00% 5 5 100,00% 5 5 100,00%

Sasaran Strategis 3 Tahun 2015-2017

Nilai SAKIPBBPOM diYogyakartaoleh BadanPOM

B(70)

BB(70,58)

100,83% A(80)

BB(73,60)

92,00 A (80) BB

(73,28)

91,60

Kinerja pengawasan Obat dan Makanan Balai Besar POM di Yogyakarta selama tahun2015 - 2017, masih menunjukkan hasil yang fluktuatif, sehingga pengawasan yangdilakukan Balai Besar POM di Yogyakarta perlu terus ditingkatkan. Hal ini dapatdisebabkan karena jumlah dan jenis produk Obat dan Makanan yang beredar semakinberagam dan meningkat. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang sangatdinamis diharapkan peran Balai Besar POM di Yogyakarta pada masa akan datang dapatlebih ditingkatkan. Balai Besar POM di Yogyakarta diharapkan terus meningkatkan kinerjayang telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaitu agar pengawasan Obat danMakanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Tabel 4. MATRIKS CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN KEGIATAN BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA REVIEWRENSTRA BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA TAHUN 2015-2017

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C

Sasaran Strategis Balai Besar POM di Yogyakarta

1 SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1 Persentase Obat yangmemenuhi Syarat 92,00 98,68 107,26 92,50 98,28 106,25 93,00 95,13 102,29

1.2 Persentase Obat Tradisionalyang memenuhi syarat 53,93 73,37 136,05 54,47 77,78 142,79 55,01 79,25 144,06

1.3 Persentase Kosmetik yangmemenuhi syarat 89,00 97,02 109,01 90,00 97,72 108,58 91,00 98,95 108,74

19Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C1.4 Persentase Suplemen

Kesehatan yang memenuhisyarat

79,00 96,84 122,58 80,00 97,89 122,36 81,00 98,42 121,51

1.5 Persentase Makanan yangmemenuhi syarat 88,10 84,74 96,19 88,60 90,01 101,59 89,10 91,96 103,21

2 SS 2 Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan, dan PartisipasiMasyarakat

2.1 Tingkat kepuasan masyarakat 72,62 77,62 106,89 72,98 77,31 105,93 73,35 83,61 113,00

2.2 Jumlah Kabupaten/ Kota yangmemberikan komitmen untukpelaksanaan pengawasan Obatdan Makanan denganmemberikan alokasi anggaranpelaksanaan regulasi Obat danMakanan

5 5 100,00 5 5 100,00 5 5 100

3 SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1 Nilai SAKIP BBPOM dari BalaiBesar POM di Yogyakarta B BB A

(81)BB

(73,60) 92,00 A(80)

BB(73,28) 91,60

3165 Program Pengawasan Obat dan Makanan

1 SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1. Jumlah sampel yang diujimenggunakan parameterkritis

3800 3800 100,00 3800 3800 100,00 3800 3.807 100,18

1.2 Persentase cakupanpengawasan sarana produksiObat dan Makanan 100 101,79 101,79 100 102,14 102,14 100 101,77 101,77

1.3 Persentase cakupanpengawasan saranadistribusi OT, Kosmetik,Suplemen Kesehatan danMakanan

40 47,89 119,73 40 41,59 103,97 40,00 40,83 102,08

Persentase cakupanpengawasan saranadistribusi Obat dan SaranaPelayanan Kefarmasian(Saryanfar)

100 113,16 113,16

1.4 Jumlah perkara di bidangObat dan Makanan 9 8 88,89 9 9 100,00 9 9 100,00

2 SP 2 Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan, dan PartisipasiMasyarakat

2.1 Jumlah Layanan PublikBBPOM di Yogyakarta 1110 1339 120,63 1115 1629 146,10 1120 1.578 140,00

2.1 Jumlah komunitas yangdiberdayakan 30 30 100,00 33 34 103,03 36 42 116,00

19Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C1.4 Persentase Suplemen

Kesehatan yang memenuhisyarat

79,00 96,84 122,58 80,00 97,89 122,36 81,00 98,42 121,51

1.5 Persentase Makanan yangmemenuhi syarat 88,10 84,74 96,19 88,60 90,01 101,59 89,10 91,96 103,21

2 SS 2 Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan, dan PartisipasiMasyarakat

2.1 Tingkat kepuasan masyarakat 72,62 77,62 106,89 72,98 77,31 105,93 73,35 83,61 113,00

2.2 Jumlah Kabupaten/ Kota yangmemberikan komitmen untukpelaksanaan pengawasan Obatdan Makanan denganmemberikan alokasi anggaranpelaksanaan regulasi Obat danMakanan

5 5 100,00 5 5 100,00 5 5 100

3 SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1 Nilai SAKIP BBPOM dari BalaiBesar POM di Yogyakarta B BB A

(81)BB

(73,60) 92,00 A(80)

BB(73,28) 91,60

3165 Program Pengawasan Obat dan Makanan

1 SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1. Jumlah sampel yang diujimenggunakan parameterkritis

3800 3800 100,00 3800 3800 100,00 3800 3.807 100,18

1.2 Persentase cakupanpengawasan sarana produksiObat dan Makanan 100 101,79 101,79 100 102,14 102,14 100 101,77 101,77

1.3 Persentase cakupanpengawasan saranadistribusi OT, Kosmetik,Suplemen Kesehatan danMakanan

40 47,89 119,73 40 41,59 103,97 40,00 40,83 102,08

Persentase cakupanpengawasan saranadistribusi Obat dan SaranaPelayanan Kefarmasian(Saryanfar)

100 113,16 113,16

1.4 Jumlah perkara di bidangObat dan Makanan 9 8 88,89 9 9 100,00 9 9 100,00

2 SP 2 Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan, dan PartisipasiMasyarakat

2.1 Jumlah Layanan PublikBBPOM di Yogyakarta 1110 1339 120,63 1115 1629 146,10 1120 1.578 140,00

2.1 Jumlah komunitas yangdiberdayakan 30 30 100,00 33 34 103,03 36 42 116,00

19Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C1.4 Persentase Suplemen

Kesehatan yang memenuhisyarat

79,00 96,84 122,58 80,00 97,89 122,36 81,00 98,42 121,51

1.5 Persentase Makanan yangmemenuhi syarat 88,10 84,74 96,19 88,60 90,01 101,59 89,10 91,96 103,21

2 SS 2 Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan, dan PartisipasiMasyarakat

2.1 Tingkat kepuasan masyarakat 72,62 77,62 106,89 72,98 77,31 105,93 73,35 83,61 113,00

2.2 Jumlah Kabupaten/ Kota yangmemberikan komitmen untukpelaksanaan pengawasan Obatdan Makanan denganmemberikan alokasi anggaranpelaksanaan regulasi Obat danMakanan

5 5 100,00 5 5 100,00 5 5 100

3 SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1 Nilai SAKIP BBPOM dari BalaiBesar POM di Yogyakarta B BB A

(81)BB

(73,60) 92,00 A(80)

BB(73,28) 91,60

3165 Program Pengawasan Obat dan Makanan

1 SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

1.1. Jumlah sampel yang diujimenggunakan parameterkritis

3800 3800 100,00 3800 3800 100,00 3800 3.807 100,18

1.2 Persentase cakupanpengawasan sarana produksiObat dan Makanan 100 101,79 101,79 100 102,14 102,14 100 101,77 101,77

1.3 Persentase cakupanpengawasan saranadistribusi OT, Kosmetik,Suplemen Kesehatan danMakanan

40 47,89 119,73 40 41,59 103,97 40,00 40,83 102,08

Persentase cakupanpengawasan saranadistribusi Obat dan SaranaPelayanan Kefarmasian(Saryanfar)

100 113,16 113,16

1.4 Jumlah perkara di bidangObat dan Makanan 9 8 88,89 9 9 100,00 9 9 100,00

2 SP 2 Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan, dan PartisipasiMasyarakat

2.1 Jumlah Layanan PublikBBPOM di Yogyakarta 1110 1339 120,63 1115 1629 146,10 1120 1.578 140,00

2.1 Jumlah komunitas yangdiberdayakan 30 30 100,00 33 34 103,03 36 42 116,00

20Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C3 SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1 Persentase pemenuhansarana prasarana sesuaistandar

75,06 92,1 122,70 76,56 89,45 116,83 78,09 89,09 114,08

3.2 Jumlah dokumenperencanaan,penganggaran, danevaluasi yang dilaporkantepat waktu

10 10 100,00 9 9 100,00 10 10 100,00

PENGHARGAAN BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

Dari Tahun 2015 – 2017 Balai Besar POM di Yogyakarta mendapatkan beberapapenghargaan sebagai salah satu bukti dan apresiasi terhadap kinerja Balai Besar Pom diYogyakarta di berbagai sektor. Penghargaan – penghargaan tersebut antara lain :

1. Sertifikat ISO 9001: 2015 dari TUV SUD Tahun 20162. Sertifikat ISO 17025 dari KAN Nomor : LP-125-IDN dari Tahun 20023. Prestasi di Bidang Penyidkan Obat dan Makanan Tahun 2016 dari Badan POM4. Dalam rangka mengikuti Pameran di beberapa even diantaranya : a). Tahun 2016

Juara 2 Hari Pangan Sedunia di BKPP; b). Tahun 2017 Juara 3 Pameran HariPangan Sedunia; c). Tahun 2017 Juara 3 ameran Scintech yang diselenggarakanoleh LIPI

5. Dalam Rangka GKPD tingkat nasional ada beberapa wilayah yang menjadi juaradiantaranya : a). Kelurahan Wirogunan Tahun 2015; b) Desa Wonosari juara 3Tahun 2017; c). Desa Potorono Juara 1 Tahun 2018

6. Sebagai Role Model Penyelenggaraan Pelayanan Publik Kategori “Sangat Baik”oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tahun2017

7. Juara Harapan 1 Pameran Pembangunan Tahun 2018 (Dinas Pariwisata DIY)8. Juara Favorit lomba Foto Badan POM Tahun 2018

20Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C3 SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1 Persentase pemenuhansarana prasarana sesuaistandar

75,06 92,1 122,70 76,56 89,45 116,83 78,09 89,09 114,08

3.2 Jumlah dokumenperencanaan,penganggaran, danevaluasi yang dilaporkantepat waktu

10 10 100,00 9 9 100,00 10 10 100,00

PENGHARGAAN BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

Dari Tahun 2015 – 2017 Balai Besar POM di Yogyakarta mendapatkan beberapapenghargaan sebagai salah satu bukti dan apresiasi terhadap kinerja Balai Besar Pom diYogyakarta di berbagai sektor. Penghargaan – penghargaan tersebut antara lain :

1. Sertifikat ISO 9001: 2015 dari TUV SUD Tahun 20162. Sertifikat ISO 17025 dari KAN Nomor : LP-125-IDN dari Tahun 20023. Prestasi di Bidang Penyidkan Obat dan Makanan Tahun 2016 dari Badan POM4. Dalam rangka mengikuti Pameran di beberapa even diantaranya : a). Tahun 2016

Juara 2 Hari Pangan Sedunia di BKPP; b). Tahun 2017 Juara 3 Pameran HariPangan Sedunia; c). Tahun 2017 Juara 3 ameran Scintech yang diselenggarakanoleh LIPI

5. Dalam Rangka GKPD tingkat nasional ada beberapa wilayah yang menjadi juaradiantaranya : a). Kelurahan Wirogunan Tahun 2015; b) Desa Wonosari juara 3Tahun 2017; c). Desa Potorono Juara 1 Tahun 2018

6. Sebagai Role Model Penyelenggaraan Pelayanan Publik Kategori “Sangat Baik”oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tahun2017

7. Juara Harapan 1 Pameran Pembangunan Tahun 2018 (Dinas Pariwisata DIY)8. Juara Favorit lomba Foto Badan POM Tahun 2018

20Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

No Sasaran Program/ Kegiatan2015 2016 2017

T R C T R C T R C3 SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1 Persentase pemenuhansarana prasarana sesuaistandar

75,06 92,1 122,70 76,56 89,45 116,83 78,09 89,09 114,08

3.2 Jumlah dokumenperencanaan,penganggaran, danevaluasi yang dilaporkantepat waktu

10 10 100,00 9 9 100,00 10 10 100,00

PENGHARGAAN BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

Dari Tahun 2015 – 2017 Balai Besar POM di Yogyakarta mendapatkan beberapapenghargaan sebagai salah satu bukti dan apresiasi terhadap kinerja Balai Besar Pom diYogyakarta di berbagai sektor. Penghargaan – penghargaan tersebut antara lain :

1. Sertifikat ISO 9001: 2015 dari TUV SUD Tahun 20162. Sertifikat ISO 17025 dari KAN Nomor : LP-125-IDN dari Tahun 20023. Prestasi di Bidang Penyidkan Obat dan Makanan Tahun 2016 dari Badan POM4. Dalam rangka mengikuti Pameran di beberapa even diantaranya : a). Tahun 2016

Juara 2 Hari Pangan Sedunia di BKPP; b). Tahun 2017 Juara 3 Pameran HariPangan Sedunia; c). Tahun 2017 Juara 3 ameran Scintech yang diselenggarakanoleh LIPI

5. Dalam Rangka GKPD tingkat nasional ada beberapa wilayah yang menjadi juaradiantaranya : a). Kelurahan Wirogunan Tahun 2015; b) Desa Wonosari juara 3Tahun 2017; c). Desa Potorono Juara 1 Tahun 2018

6. Sebagai Role Model Penyelenggaraan Pelayanan Publik Kategori “Sangat Baik”oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tahun2017

7. Juara Harapan 1 Pameran Pembangunan Tahun 2018 (Dinas Pariwisata DIY)8. Juara Favorit lomba Foto Badan POM Tahun 2018

21Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Identifikasi potensi dan permasalahan Balai Besar POM di Yogyakarta dilakukanuntuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akandihadapi Balai Besar POM di Yogyakarta dalam rangka melaksanakan penugasan RPJMN2015-2019. Identifikasi permasalahan tersebut meliputi faktor internal dan eksternalsebagai bahan rumusan dalam perencanaan tahun 2015-2019.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan internal yangdihadapi oleh Balai Besar POM di Yogyakarta termasuk isu-isu strategis yang dapatmempengaruhi tercapainya tujuan dan sasaran kinerja.

Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

menyatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatanyang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan salingmendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunankesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu deraplangkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Sediaan Farmasi,alat kesehatan dan makanan merupakan salah satu subsistem SKN.

Balai Besar POM di Yogyakarta sebagai UPT Badan POM penyelenggarasubsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjaminaspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu Obat dan Makanan yang beredar sertaupaya kemandirian di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salahsatu unsur dalam subsistem tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secarakomprehensif yaitu:1. Pengawasan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah daerah,

pelaku usaha, dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab.2. Pelaksanaan regulasi yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai

secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, akses terhadap ahli dan

1.2. POTENSI DAN

PERMASALAHAN

21Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Identifikasi potensi dan permasalahan Balai Besar POM di Yogyakarta dilakukanuntuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akandihadapi Balai Besar POM di Yogyakarta dalam rangka melaksanakan penugasan RPJMN2015-2019. Identifikasi permasalahan tersebut meliputi faktor internal dan eksternalsebagai bahan rumusan dalam perencanaan tahun 2015-2019.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan internal yangdihadapi oleh Balai Besar POM di Yogyakarta termasuk isu-isu strategis yang dapatmempengaruhi tercapainya tujuan dan sasaran kinerja.

Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

menyatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatanyang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan salingmendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunankesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu deraplangkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Sediaan Farmasi,alat kesehatan dan makanan merupakan salah satu subsistem SKN.

Balai Besar POM di Yogyakarta sebagai UPT Badan POM penyelenggarasubsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjaminaspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu Obat dan Makanan yang beredar sertaupaya kemandirian di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salahsatu unsur dalam subsistem tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secarakomprehensif yaitu:1. Pengawasan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah daerah,

pelaku usaha, dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab.2. Pelaksanaan regulasi yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai

secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, akses terhadap ahli dan

1.2. POTENSI DAN

PERMASALAHAN

21Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Identifikasi potensi dan permasalahan Balai Besar POM di Yogyakarta dilakukanuntuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akandihadapi Balai Besar POM di Yogyakarta dalam rangka melaksanakan penugasan RPJMN2015-2019. Identifikasi permasalahan tersebut meliputi faktor internal dan eksternalsebagai bahan rumusan dalam perencanaan tahun 2015-2019.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan internal yangdihadapi oleh Balai Besar POM di Yogyakarta termasuk isu-isu strategis yang dapatmempengaruhi tercapainya tujuan dan sasaran kinerja.

Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

menyatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatanyang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan salingmendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunankesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu deraplangkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Sediaan Farmasi,alat kesehatan dan makanan merupakan salah satu subsistem SKN.

Balai Besar POM di Yogyakarta sebagai UPT Badan POM penyelenggarasubsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjaminaspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu Obat dan Makanan yang beredar sertaupaya kemandirian di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salahsatu unsur dalam subsistem tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secarakomprehensif yaitu:1. Pengawasan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah daerah,

pelaku usaha, dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab.2. Pelaksanaan regulasi yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai

secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, akses terhadap ahli dan

1.2. POTENSI DAN

PERMASALAHAN

22Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

referensi ilmiah, laboratorium pengujian mutu yang kompeten, independen, dantransparan.

3. Pembinaan dan pengawasan produksi dan distribusi obat dan makanan. Upaya inidilakukan melalui inspeksi fasilitas produksi dan distribusi, pengambilan danpengujian sampel, surveilans, dan uji setelah pemasaran, serta pemantauan label danpenandaan, iklan, dan promosi.

4. Penegakkan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiappelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal.

5. Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktifsebagai upaya yang terpadu antara upaya represif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

6. Perlindungan masyarakat terhadap pecemaran sediaan farmasi dari bahan-bahandilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai denganpersyaratan melalui komunikasi, informasi dan edukasi.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistemnilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistmkemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakansebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat sertaberperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan.

Permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi untuk dapat memberikan rasaaman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi produk yang beredar di pasaran. Dalammenciptakan rasa aman bagi masyarakat dapat dilakukan adalah dalam bentuk pengawasanterhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat, dan memberikan informasi danedukasi pada masyarakat mengenai produk yang aman dan bermutu.

2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransikesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatanmasyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran

22Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

referensi ilmiah, laboratorium pengujian mutu yang kompeten, independen, dantransparan.

3. Pembinaan dan pengawasan produksi dan distribusi obat dan makanan. Upaya inidilakukan melalui inspeksi fasilitas produksi dan distribusi, pengambilan danpengujian sampel, surveilans, dan uji setelah pemasaran, serta pemantauan label danpenandaan, iklan, dan promosi.

4. Penegakkan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiappelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal.

5. Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktifsebagai upaya yang terpadu antara upaya represif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

6. Perlindungan masyarakat terhadap pecemaran sediaan farmasi dari bahan-bahandilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai denganpersyaratan melalui komunikasi, informasi dan edukasi.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistemnilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistmkemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakansebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat sertaberperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan.

Permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi untuk dapat memberikan rasaaman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi produk yang beredar di pasaran. Dalammenciptakan rasa aman bagi masyarakat dapat dilakukan adalah dalam bentuk pengawasanterhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat, dan memberikan informasi danedukasi pada masyarakat mengenai produk yang aman dan bermutu.

2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransikesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatanmasyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran

22Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

referensi ilmiah, laboratorium pengujian mutu yang kompeten, independen, dantransparan.

3. Pembinaan dan pengawasan produksi dan distribusi obat dan makanan. Upaya inidilakukan melalui inspeksi fasilitas produksi dan distribusi, pengambilan danpengujian sampel, surveilans, dan uji setelah pemasaran, serta pemantauan label danpenandaan, iklan, dan promosi.

4. Penegakkan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiappelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal.

5. Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktifsebagai upaya yang terpadu antara upaya represif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

6. Perlindungan masyarakat terhadap pecemaran sediaan farmasi dari bahan-bahandilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai denganpersyaratan melalui komunikasi, informasi dan edukasi.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistemnilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistmkemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakansebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat sertaberperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan.

Permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi untuk dapat memberikan rasaaman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi produk yang beredar di pasaran. Dalammenciptakan rasa aman bagi masyarakat dapat dilakukan adalah dalam bentuk pengawasanterhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat, dan memberikan informasi danedukasi pada masyarakat mengenai produk yang aman dan bermutu.

2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransikesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatanmasyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran

23Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan salahsatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhikebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yangberkeadilan bagi seluruh rakyat. Sistem ini merupakan Program negara(Pemerintah/masyarakat) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melaluipendekatan sistem.

Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK,pensiun usia lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan(ends)dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu, dalam sistem jaminan sosial nasionaljuga diberlakukan penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan jugadalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsungterhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlahpermohonan pendaftaran produk obat baik dari dalam maupun luar negeri karenaperusahaan/industri obat akan berlomba-lomba menjadi supplier obat untuk programpemerintah tersebut. Selain jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis dari obat pun sangatbervariasi. Hal ini, karena adanya demand terhadap obat sebagai salah satu produk yangdibutuhkan. Sementara dampak tidak langsung diasumsikan adalah terjadi peningkatankonsumsi obat baik jumlah dan jenis.

Dampak tersebut menuntut peran Balai Besar POM di Yogyakarta dalampeningkatan pengawasan post market melalui intensifikasi pengawasan obat pascaberedar dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas laboratorium pengujian Balai BesarPOM di Yogyakarta. Begitu pula dengan kuantitas dan kompetensi SDM pengawas harusterus dijaga dan ditingkatkan.

3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs) pada

tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorongtindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunanmasyarakat khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan program ini disebutSustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan,

23Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan salahsatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhikebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yangberkeadilan bagi seluruh rakyat. Sistem ini merupakan Program negara(Pemerintah/masyarakat) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melaluipendekatan sistem.

Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK,pensiun usia lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan(ends)dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu, dalam sistem jaminan sosial nasionaljuga diberlakukan penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan jugadalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsungterhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlahpermohonan pendaftaran produk obat baik dari dalam maupun luar negeri karenaperusahaan/industri obat akan berlomba-lomba menjadi supplier obat untuk programpemerintah tersebut. Selain jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis dari obat pun sangatbervariasi. Hal ini, karena adanya demand terhadap obat sebagai salah satu produk yangdibutuhkan. Sementara dampak tidak langsung diasumsikan adalah terjadi peningkatankonsumsi obat baik jumlah dan jenis.

Dampak tersebut menuntut peran Balai Besar POM di Yogyakarta dalampeningkatan pengawasan post market melalui intensifikasi pengawasan obat pascaberedar dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas laboratorium pengujian Balai BesarPOM di Yogyakarta. Begitu pula dengan kuantitas dan kompetensi SDM pengawas harusterus dijaga dan ditingkatkan.

3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs) pada

tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorongtindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunanmasyarakat khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan program ini disebutSustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan,

23Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan salahsatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhikebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yangberkeadilan bagi seluruh rakyat. Sistem ini merupakan Program negara(Pemerintah/masyarakat) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melaluipendekatan sistem.

Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK,pensiun usia lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan(ends)dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu, dalam sistem jaminan sosial nasionaljuga diberlakukan penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan jugadalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsungterhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlahpermohonan pendaftaran produk obat baik dari dalam maupun luar negeri karenaperusahaan/industri obat akan berlomba-lomba menjadi supplier obat untuk programpemerintah tersebut. Selain jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis dari obat pun sangatbervariasi. Hal ini, karena adanya demand terhadap obat sebagai salah satu produk yangdibutuhkan. Sementara dampak tidak langsung diasumsikan adalah terjadi peningkatankonsumsi obat baik jumlah dan jenis.

Dampak tersebut menuntut peran Balai Besar POM di Yogyakarta dalampeningkatan pengawasan post market melalui intensifikasi pengawasan obat pascaberedar dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas laboratorium pengujian Balai BesarPOM di Yogyakarta. Begitu pula dengan kuantitas dan kompetensi SDM pengawas harusterus dijaga dan ditingkatkan.

3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs) pada

tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorongtindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunanmasyarakat khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan program ini disebutSustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan,

24Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebihkuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.Salah satu kondisi yang harus tercipta sebagai kelanjutan program ini adalah pencapaianJKN, termasuk di dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman,efektif, dan bermutu.

Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan danmenggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk upayakesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakatmeningkat. Kontribusi Balai Besar POM di Yogyakarta untuk mencapai kondisi ini adalahketersediaan Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan.Hal ini bisa tercapai jika PBF serta rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution

Practices untuk mengawal mutu Obat JKN. Tantangan bagi Balai Besar POM diYogyakarta ke depan adalah intensifikasi pengawasan post-market, serta pembinaanpelaku usaha agar secara mandiri dapat menjamin mutu produknya.

4. Globalisasi, Perdagangan Bebas, dan Komitmen InternasionalGlobalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,yang

mencakup banyak bidang dan saling terkait. Proses ini dipicu dan dipercepat denganberkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat. Era globalisasidapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnyadalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanyasuatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telahmengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional, khususnya dibidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas/Free Trade Area

(FTA). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-China FTA, ASEAN-Japan

Comprehensive EconomicPartnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement

(AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan ASEAN Australia-New

Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).

24Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebihkuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.Salah satu kondisi yang harus tercipta sebagai kelanjutan program ini adalah pencapaianJKN, termasuk di dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman,efektif, dan bermutu.

Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan danmenggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk upayakesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakatmeningkat. Kontribusi Balai Besar POM di Yogyakarta untuk mencapai kondisi ini adalahketersediaan Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan.Hal ini bisa tercapai jika PBF serta rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution

Practices untuk mengawal mutu Obat JKN. Tantangan bagi Balai Besar POM diYogyakarta ke depan adalah intensifikasi pengawasan post-market, serta pembinaanpelaku usaha agar secara mandiri dapat menjamin mutu produknya.

4. Globalisasi, Perdagangan Bebas, dan Komitmen InternasionalGlobalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,yang

mencakup banyak bidang dan saling terkait. Proses ini dipicu dan dipercepat denganberkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat. Era globalisasidapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnyadalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanyasuatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telahmengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional, khususnya dibidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas/Free Trade Area

(FTA). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-China FTA, ASEAN-Japan

Comprehensive EconomicPartnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement

(AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan ASEAN Australia-New

Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).

24Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebihkuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.Salah satu kondisi yang harus tercipta sebagai kelanjutan program ini adalah pencapaianJKN, termasuk di dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman,efektif, dan bermutu.

Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan danmenggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk upayakesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakatmeningkat. Kontribusi Balai Besar POM di Yogyakarta untuk mencapai kondisi ini adalahketersediaan Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan.Hal ini bisa tercapai jika PBF serta rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution

Practices untuk mengawal mutu Obat JKN. Tantangan bagi Balai Besar POM diYogyakarta ke depan adalah intensifikasi pengawasan post-market, serta pembinaanpelaku usaha agar secara mandiri dapat menjamin mutu produknya.

4. Globalisasi, Perdagangan Bebas, dan Komitmen InternasionalGlobalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,yang

mencakup banyak bidang dan saling terkait. Proses ini dipicu dan dipercepat denganberkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat. Era globalisasidapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnyadalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanyasuatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telahmengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional, khususnya dibidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas/Free Trade Area

(FTA). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-China FTA, ASEAN-Japan

Comprehensive EconomicPartnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement

(AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan ASEAN Australia-New

Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).

25Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam hal ini, negara-negara tersebut dimungkinkan membentuk suatu kawasanbebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasanregional, berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia, sertamenciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektorbarang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akanlebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjianpasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)akhir tahun 2015, diharapkan industrI farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemenkesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produkluar negeri.

Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional khususnyadi sektor ekonomi tersebut, harusnya yang menjadi dasar pijakan dan harus ditekankandari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam menghadapipersaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan negara-negara laintersebut.

Masuknya produk perdagangan bebas tersebut merupakan persoalan krusial yangperlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadipasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjaminkeamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Selain sebagai pasar produk obat danmakanan, globalisasi ekonomi juga menjanjikan potensi bagi Indonesia sebagai produsen.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya, sektor industri kian meningkat dengan4,37% dari keseluruhan jenis industri tersebut merupakan industri makanan dan minumanterutama dalam bentuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menghadapikomunitas ASEAN, daya saing UMKM obat tradisional maupun makanan perlu dibenahi.Rendahnya pengetahuan dan kemampuan teknis untuk memenuhi persyaratanpendaftaran/standar mutu, rendahnya kesadaran dalam mendaftarkan produk,keterbatasan kemampuan akses terhadap aplikasi elektronik, keterbatasan pembiayaaanpenyesuaian standardan sertifikasi internasional (Hazard Analysis Critical Control

Point/HACCP, GMP, halal, International Standard Organization/ISO, analisa sertifikasi),maupun rendahnya penguasaan teknologi pelaku UMKM obat tradisional dan Makananperlu mendapat perhatian BPOM. Perlu ada intervensi pembinaan (regulatory assistance)

25Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam hal ini, negara-negara tersebut dimungkinkan membentuk suatu kawasanbebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasanregional, berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia, sertamenciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektorbarang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akanlebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjianpasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)akhir tahun 2015, diharapkan industrI farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemenkesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produkluar negeri.

Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional khususnyadi sektor ekonomi tersebut, harusnya yang menjadi dasar pijakan dan harus ditekankandari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam menghadapipersaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan negara-negara laintersebut.

Masuknya produk perdagangan bebas tersebut merupakan persoalan krusial yangperlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadipasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjaminkeamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Selain sebagai pasar produk obat danmakanan, globalisasi ekonomi juga menjanjikan potensi bagi Indonesia sebagai produsen.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya, sektor industri kian meningkat dengan4,37% dari keseluruhan jenis industri tersebut merupakan industri makanan dan minumanterutama dalam bentuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menghadapikomunitas ASEAN, daya saing UMKM obat tradisional maupun makanan perlu dibenahi.Rendahnya pengetahuan dan kemampuan teknis untuk memenuhi persyaratanpendaftaran/standar mutu, rendahnya kesadaran dalam mendaftarkan produk,keterbatasan kemampuan akses terhadap aplikasi elektronik, keterbatasan pembiayaaanpenyesuaian standardan sertifikasi internasional (Hazard Analysis Critical Control

Point/HACCP, GMP, halal, International Standard Organization/ISO, analisa sertifikasi),maupun rendahnya penguasaan teknologi pelaku UMKM obat tradisional dan Makananperlu mendapat perhatian BPOM. Perlu ada intervensi pembinaan (regulatory assistance)

25Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam hal ini, negara-negara tersebut dimungkinkan membentuk suatu kawasanbebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasanregional, berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia, sertamenciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektorbarang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akanlebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjianpasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)akhir tahun 2015, diharapkan industrI farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemenkesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produkluar negeri.

Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional khususnyadi sektor ekonomi tersebut, harusnya yang menjadi dasar pijakan dan harus ditekankandari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam menghadapipersaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan negara-negara laintersebut.

Masuknya produk perdagangan bebas tersebut merupakan persoalan krusial yangperlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadipasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjaminkeamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Selain sebagai pasar produk obat danmakanan, globalisasi ekonomi juga menjanjikan potensi bagi Indonesia sebagai produsen.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya, sektor industri kian meningkat dengan4,37% dari keseluruhan jenis industri tersebut merupakan industri makanan dan minumanterutama dalam bentuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menghadapikomunitas ASEAN, daya saing UMKM obat tradisional maupun makanan perlu dibenahi.Rendahnya pengetahuan dan kemampuan teknis untuk memenuhi persyaratanpendaftaran/standar mutu, rendahnya kesadaran dalam mendaftarkan produk,keterbatasan kemampuan akses terhadap aplikasi elektronik, keterbatasan pembiayaaanpenyesuaian standardan sertifikasi internasional (Hazard Analysis Critical Control

Point/HACCP, GMP, halal, International Standard Organization/ISO, analisa sertifikasi),maupun rendahnya penguasaan teknologi pelaku UMKM obat tradisional dan Makananperlu mendapat perhatian BPOM. Perlu ada intervensi pembinaan (regulatory assistance)

26Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

dan kebijakan yang berpihak kepada UMKM. Misalnya, penurunan tarif PenerimaanNegara Bukan Pajak (PNBP) untuk pendaftaran produk Obat tradisional risiko rendahproduksi UMKM. Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi,maka pemerintah harus selalu mendukung dan melindungi industri Obat dan Makanan diIndonesia.

Dengan adanya FTA, maka pemerintah harus mengembangkan kesiapan industriObat dan Makanan untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan danketersediaan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat sehingga mampu bersaing denganproduk obat dari luar negeri.

5. Perubahan IklimMenurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for

Climate Change University of Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan kajiandan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, terdapat tigapenyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim danperkembangan vektor yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selaindari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibatadanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit batuginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari prosesperubahan iklim,diperlukan peranan dari Balai Besar POM di Yogyakarta dalam mengawasi peredaranvarian obat baru dari jenis penyakit tersebut. Selain dari obat kimia, varian obat baru inijuga diikuti pula dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang palingbanyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerjakeras dari Balai Besar POM diYogyakarta untuk melakukan pengawasan terhadap perkembangan peredaran obattersebut.

6. Perubahan Ekonomi dan Sosial MasyarakatKemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makroekonomi, yakni

pendapatan perkapita sebesar USD3.500 tahun 2013 dan pada tahun 2014 telahditetapkan World Bank menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan

26Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

dan kebijakan yang berpihak kepada UMKM. Misalnya, penurunan tarif PenerimaanNegara Bukan Pajak (PNBP) untuk pendaftaran produk Obat tradisional risiko rendahproduksi UMKM. Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi,maka pemerintah harus selalu mendukung dan melindungi industri Obat dan Makanan diIndonesia.

Dengan adanya FTA, maka pemerintah harus mengembangkan kesiapan industriObat dan Makanan untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan danketersediaan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat sehingga mampu bersaing denganproduk obat dari luar negeri.

5. Perubahan IklimMenurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for

Climate Change University of Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan kajiandan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, terdapat tigapenyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim danperkembangan vektor yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selaindari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibatadanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit batuginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari prosesperubahan iklim,diperlukan peranan dari Balai Besar POM di Yogyakarta dalam mengawasi peredaranvarian obat baru dari jenis penyakit tersebut. Selain dari obat kimia, varian obat baru inijuga diikuti pula dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang palingbanyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerjakeras dari Balai Besar POM diYogyakarta untuk melakukan pengawasan terhadap perkembangan peredaran obattersebut.

6. Perubahan Ekonomi dan Sosial MasyarakatKemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makroekonomi, yakni

pendapatan perkapita sebesar USD3.500 tahun 2013 dan pada tahun 2014 telahditetapkan World Bank menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan

26Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

dan kebijakan yang berpihak kepada UMKM. Misalnya, penurunan tarif PenerimaanNegara Bukan Pajak (PNBP) untuk pendaftaran produk Obat tradisional risiko rendahproduksi UMKM. Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi,maka pemerintah harus selalu mendukung dan melindungi industri Obat dan Makanan diIndonesia.

Dengan adanya FTA, maka pemerintah harus mengembangkan kesiapan industriObat dan Makanan untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan danketersediaan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat sehingga mampu bersaing denganproduk obat dari luar negeri.

5. Perubahan IklimMenurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for

Climate Change University of Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan kajiandan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, terdapat tigapenyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim danperkembangan vektor yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selaindari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibatadanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit batuginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari prosesperubahan iklim,diperlukan peranan dari Balai Besar POM di Yogyakarta dalam mengawasi peredaranvarian obat baru dari jenis penyakit tersebut. Selain dari obat kimia, varian obat baru inijuga diikuti pula dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang palingbanyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerjakeras dari Balai Besar POM diYogyakarta untuk melakukan pengawasan terhadap perkembangan peredaran obattersebut.

6. Perubahan Ekonomi dan Sosial MasyarakatKemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makroekonomi, yakni

pendapatan perkapita sebesar USD3.500 tahun 2013 dan pada tahun 2014 telahditetapkan World Bank menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan

27Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakatIndonesia. Secara teori dan fakta, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pulakonsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.Konsumsi masyarakat dapat diukur dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Indeks

Tendensi Konsumen adalah indeks yang dapat memberikan gambaran mengenaisituasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut pendapatan konsumen yangdidasarkan pada persepsi konsumen mengenai keadaan bisnis dan perekonomian. ITKKonsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar padakelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarahpada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dansuplemen kesehatan menjadi komponen produk yang cukup besar konsumsinya.

Hal ini menjadi tambahan tugas bagi Balai Besar POM di Yogyakarta untukmelakukan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakinbervariasi dan meningkat jumlahnya. Selain itu disimpulkan pula bahwa semakinbertambahnya jumlah penduduk, maka permintaan terhadap Obat dan Makanan juga akansemakin meningkat, sehingga penawaran dari Obat dan Makanan juga akan meningkat.

Potensi pasar yang besar membuat para produsen Obat dan Makanan baik lokalmaupun internasional semakin meningkatkan volume maupun variasinya. Bertambahnyajumlah volume dan variasi Obat dan Makanan ini tentunya menuntut semakin besarnyaperan Balai Besar POM di Yogyakarta dalam proses pengawasannya. Peningkatan jumlahpenduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagipembangunan ekonomi.

Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapatmemanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomiyang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.Pemanfaatan bonus demografi tersebut hanya dapat dilakukan jika SDM memiliki kualitasyang baik. Kualitas tersebut tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia.

Balai Besar POM di Yogyakarta sebagai UPT Badan POM mendukung kualitasSDM Indonesia pada umumnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya denganmelakukan pengawasan keamanan, manfaat, dan mutu obat dan makanan untukmenghindari dan mengurangi resiko obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat

27Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakatIndonesia. Secara teori dan fakta, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pulakonsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.Konsumsi masyarakat dapat diukur dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Indeks

Tendensi Konsumen adalah indeks yang dapat memberikan gambaran mengenaisituasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut pendapatan konsumen yangdidasarkan pada persepsi konsumen mengenai keadaan bisnis dan perekonomian. ITKKonsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar padakelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarahpada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dansuplemen kesehatan menjadi komponen produk yang cukup besar konsumsinya.

Hal ini menjadi tambahan tugas bagi Balai Besar POM di Yogyakarta untukmelakukan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakinbervariasi dan meningkat jumlahnya. Selain itu disimpulkan pula bahwa semakinbertambahnya jumlah penduduk, maka permintaan terhadap Obat dan Makanan juga akansemakin meningkat, sehingga penawaran dari Obat dan Makanan juga akan meningkat.

Potensi pasar yang besar membuat para produsen Obat dan Makanan baik lokalmaupun internasional semakin meningkatkan volume maupun variasinya. Bertambahnyajumlah volume dan variasi Obat dan Makanan ini tentunya menuntut semakin besarnyaperan Balai Besar POM di Yogyakarta dalam proses pengawasannya. Peningkatan jumlahpenduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagipembangunan ekonomi.

Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapatmemanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomiyang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.Pemanfaatan bonus demografi tersebut hanya dapat dilakukan jika SDM memiliki kualitasyang baik. Kualitas tersebut tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia.

Balai Besar POM di Yogyakarta sebagai UPT Badan POM mendukung kualitasSDM Indonesia pada umumnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya denganmelakukan pengawasan keamanan, manfaat, dan mutu obat dan makanan untukmenghindari dan mengurangi resiko obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat

27Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakatIndonesia. Secara teori dan fakta, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pulakonsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.Konsumsi masyarakat dapat diukur dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Indeks

Tendensi Konsumen adalah indeks yang dapat memberikan gambaran mengenaisituasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut pendapatan konsumen yangdidasarkan pada persepsi konsumen mengenai keadaan bisnis dan perekonomian. ITKKonsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar padakelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarahpada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dansuplemen kesehatan menjadi komponen produk yang cukup besar konsumsinya.

Hal ini menjadi tambahan tugas bagi Balai Besar POM di Yogyakarta untukmelakukan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakinbervariasi dan meningkat jumlahnya. Selain itu disimpulkan pula bahwa semakinbertambahnya jumlah penduduk, maka permintaan terhadap Obat dan Makanan juga akansemakin meningkat, sehingga penawaran dari Obat dan Makanan juga akan meningkat.

Potensi pasar yang besar membuat para produsen Obat dan Makanan baik lokalmaupun internasional semakin meningkatkan volume maupun variasinya. Bertambahnyajumlah volume dan variasi Obat dan Makanan ini tentunya menuntut semakin besarnyaperan Balai Besar POM di Yogyakarta dalam proses pengawasannya. Peningkatan jumlahpenduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagipembangunan ekonomi.

Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapatmemanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomiyang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.Pemanfaatan bonus demografi tersebut hanya dapat dilakukan jika SDM memiliki kualitasyang baik. Kualitas tersebut tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia.

Balai Besar POM di Yogyakarta sebagai UPT Badan POM mendukung kualitasSDM Indonesia pada umumnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya denganmelakukan pengawasan keamanan, manfaat, dan mutu obat dan makanan untukmenghindari dan mengurangi resiko obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat

28Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

7. Desentralisasi dan Otonomi DaerahDengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula

sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadisalah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah.Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistikdan tidak mengenal batas wilayah (borderless), dengan one line command (satukomando), sehingga apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidakmemenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidangpengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama daripemangku kepentingan di daerah sehingga tindak lanjut hasil pengawasan Obat danMakanan belum optimal. Untuk menunjang tugas dan fungsi Balai Besar POM diYogyakarta dalam pengawasan diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dankerjasama yang baik dari para pemangku kepentingan antara pemerintah pusat dandaerah, masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimilikimasing-masing untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yangbaik.

8. Perkembangan TeknologiKemajuan teknologi produksi di bidang Obat dan Makanan meliputi perkembangan

vaksin baru dan produk biologi lain termasuk produk darah, produk jaringan, produk terapigen, produk stem cell, produk hormon, pangan hasil rekayasa genetika, pangan iradiasi,perkembangan teknologi nano untuk produk dan kemasannya serta produk hasil inovasilainnya. Ini adalah sebagian dari kemajuan teknologi produksi yang diprediksi akansemakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini menuntutBalai Besar POM Di Yogyakarta terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagailembaga pengawas, utamanya pengetahuan dan teknologi laboratorium pengujian selaku“diagnosis pasti” adanya risiko pada produk yang beredar dan dikonsumsi masyarakat.Selain itu, dengan kemajuan teknologi transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasapengiriman barang, berbagai produk tersebut dimungkinkan dalam waktu relative singkatmencapai seluruh wilayah negeri ini hingga ke pelosok - pelosoknya.

28Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

7. Desentralisasi dan Otonomi DaerahDengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula

sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadisalah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah.Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistikdan tidak mengenal batas wilayah (borderless), dengan one line command (satukomando), sehingga apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidakmemenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidangpengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama daripemangku kepentingan di daerah sehingga tindak lanjut hasil pengawasan Obat danMakanan belum optimal. Untuk menunjang tugas dan fungsi Balai Besar POM diYogyakarta dalam pengawasan diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dankerjasama yang baik dari para pemangku kepentingan antara pemerintah pusat dandaerah, masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimilikimasing-masing untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yangbaik.

8. Perkembangan TeknologiKemajuan teknologi produksi di bidang Obat dan Makanan meliputi perkembangan

vaksin baru dan produk biologi lain termasuk produk darah, produk jaringan, produk terapigen, produk stem cell, produk hormon, pangan hasil rekayasa genetika, pangan iradiasi,perkembangan teknologi nano untuk produk dan kemasannya serta produk hasil inovasilainnya. Ini adalah sebagian dari kemajuan teknologi produksi yang diprediksi akansemakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini menuntutBalai Besar POM Di Yogyakarta terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagailembaga pengawas, utamanya pengetahuan dan teknologi laboratorium pengujian selaku“diagnosis pasti” adanya risiko pada produk yang beredar dan dikonsumsi masyarakat.Selain itu, dengan kemajuan teknologi transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasapengiriman barang, berbagai produk tersebut dimungkinkan dalam waktu relative singkatmencapai seluruh wilayah negeri ini hingga ke pelosok - pelosoknya.

28Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

7. Desentralisasi dan Otonomi DaerahDengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula

sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadisalah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah.Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistikdan tidak mengenal batas wilayah (borderless), dengan one line command (satukomando), sehingga apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidakmemenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidangpengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama daripemangku kepentingan di daerah sehingga tindak lanjut hasil pengawasan Obat danMakanan belum optimal. Untuk menunjang tugas dan fungsi Balai Besar POM diYogyakarta dalam pengawasan diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dankerjasama yang baik dari para pemangku kepentingan antara pemerintah pusat dandaerah, masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimilikimasing-masing untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yangbaik.

8. Perkembangan TeknologiKemajuan teknologi produksi di bidang Obat dan Makanan meliputi perkembangan

vaksin baru dan produk biologi lain termasuk produk darah, produk jaringan, produk terapigen, produk stem cell, produk hormon, pangan hasil rekayasa genetika, pangan iradiasi,perkembangan teknologi nano untuk produk dan kemasannya serta produk hasil inovasilainnya. Ini adalah sebagian dari kemajuan teknologi produksi yang diprediksi akansemakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini menuntutBalai Besar POM Di Yogyakarta terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagailembaga pengawas, utamanya pengetahuan dan teknologi laboratorium pengujian selaku“diagnosis pasti” adanya risiko pada produk yang beredar dan dikonsumsi masyarakat.Selain itu, dengan kemajuan teknologi transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasapengiriman barang, berbagai produk tersebut dimungkinkan dalam waktu relative singkatmencapai seluruh wilayah negeri ini hingga ke pelosok - pelosoknya.

29Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam pengawasan Obat dan Makanan, ini merupakan satu potential problem,Untuk itu, antisipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya.Perkembangan teknologi informasi dapat pula mendukung jejaring distribusi obat danmakanan yang menimbulkan risiko beredarnya produk substandar semakin meningkat.Jalur distribusi terbuka melalui pemasaran dan transaksi produk obat dan makanan secaradaring yang juga memerlukan pengawasan berbasis teknologi.

9. Implementasi Program Fortifikasi PanganFortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan

tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkanfortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguankesehatan karena kurang yodium (GAKI) dan kurang zat besi (Fe). Penerapan fortifikasikhususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta harus diiringi dengan pengawasan oleh BalaiBesar POM di Yogyakarta. Hasil pengawasan tepung terigu pada tahun 2016menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS sebesar 30 % sedangkan produk garamsebesar 34 %.

Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dangaram) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhanpersyaratan (compliance) maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukanmelalui verifikasi penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) di saranaproduksi dan Cara Ritel Pangan yang baik di sarana peredaran.

Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di saranaproduksi pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameterkeamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian labelserta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui samplingdan pengujian.

10. Kerjasama dan networking lintas sektorPerubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan

otonomi daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

29Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam pengawasan Obat dan Makanan, ini merupakan satu potential problem,Untuk itu, antisipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya.Perkembangan teknologi informasi dapat pula mendukung jejaring distribusi obat danmakanan yang menimbulkan risiko beredarnya produk substandar semakin meningkat.Jalur distribusi terbuka melalui pemasaran dan transaksi produk obat dan makanan secaradaring yang juga memerlukan pengawasan berbasis teknologi.

9. Implementasi Program Fortifikasi PanganFortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan

tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkanfortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguankesehatan karena kurang yodium (GAKI) dan kurang zat besi (Fe). Penerapan fortifikasikhususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta harus diiringi dengan pengawasan oleh BalaiBesar POM di Yogyakarta. Hasil pengawasan tepung terigu pada tahun 2016menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS sebesar 30 % sedangkan produk garamsebesar 34 %.

Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dangaram) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhanpersyaratan (compliance) maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukanmelalui verifikasi penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) di saranaproduksi dan Cara Ritel Pangan yang baik di sarana peredaran.

Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di saranaproduksi pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameterkeamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian labelserta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui samplingdan pengujian.

10. Kerjasama dan networking lintas sektorPerubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan

otonomi daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

29Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam pengawasan Obat dan Makanan, ini merupakan satu potential problem,Untuk itu, antisipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya.Perkembangan teknologi informasi dapat pula mendukung jejaring distribusi obat danmakanan yang menimbulkan risiko beredarnya produk substandar semakin meningkat.Jalur distribusi terbuka melalui pemasaran dan transaksi produk obat dan makanan secaradaring yang juga memerlukan pengawasan berbasis teknologi.

9. Implementasi Program Fortifikasi PanganFortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan

tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkanfortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguankesehatan karena kurang yodium (GAKI) dan kurang zat besi (Fe). Penerapan fortifikasikhususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta harus diiringi dengan pengawasan oleh BalaiBesar POM di Yogyakarta. Hasil pengawasan tepung terigu pada tahun 2016menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS sebesar 30 % sedangkan produk garamsebesar 34 %.

Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dangaram) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhanpersyaratan (compliance) maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukanmelalui verifikasi penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) di saranaproduksi dan Cara Ritel Pangan yang baik di sarana peredaran.

Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di saranaproduksi pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameterkeamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian labelserta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui samplingdan pengujian.

10. Kerjasama dan networking lintas sektorPerubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan

otonomi daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

30Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, akan mempengaruhi semua sendikepemerintahan.

Komoditas obat dan makanan yang harus dijamin keamanan, manfaat danmutunya, adalah komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Jenis produk yangharus diawasi mencapai ribuan items dan melibatkan proses pengawasan mulai dari saatproduksi bahan mentahnya sampai dengan saat dikonsumsi. Banyaknya jenis komoditiserta luasnya aspek yang harus diawasi, menyebabkan pengawasan Obat dan Makanantidak mungkin terselenggara secara efektif bila hanya mengandalkan Badan POM sebagaisingle player.

Dalam melakukan pengawasan komoditas-komoditas tersebut, diperlukan jejaringkerja yang dinamis dan kohesif dengan sektor-sektor terkait, utamanya PemerintahDaerah. Hal ini sangatlah penting mengingat transaksi Obat dan Makanan banyak terjadipada tingkat Kabupaten dan Kota, sementara aparat Badan POM hanya ada hinggatingkat provinsi.

Sehubungan dengan ini, aparat Balai POM harus berperan sebagai penjuru yangmembantu Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, baik dalam mengembangkan strategimaupun memberikan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pengawasan. Dengandemikian, Balai Besar POM di Yogyakarta tidak cukup bila hanya berfungsi sebagaipelaksana teknis pengawasan di lapangan saja, tetapi juga harus dapat berfungsi sebagaipembina bagi daerah dalam menyelenggarakan secara efektif tugas dan fungsi di bidangpengawasan Obat dan Makanan sebagaimana yang dimuat dalam.

Peraturan tersebut di atas. Sejak tahun 2015 berdasarkan Surat KeputusanKepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DI Yogyakarta No. 188/0609/IV telahterbentuk Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) yang terdiri dari BBPOM diYogyakarta, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY, Dinas KesehatanDIY, Dinas Perindagkop DIY, Dinas Pertanian DIY, Dinas Perkebunan DIY, DinasPeternakan DIY Teknologi Pangan UGM dan Lintas Sektor lainnya.

11. Komitmen terselenggaranya good governancePembentukan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi melalui Keputusan Presiden RI No. 84/P tahun 2009 tentang Pembentukan

30Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, akan mempengaruhi semua sendikepemerintahan.

Komoditas obat dan makanan yang harus dijamin keamanan, manfaat danmutunya, adalah komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Jenis produk yangharus diawasi mencapai ribuan items dan melibatkan proses pengawasan mulai dari saatproduksi bahan mentahnya sampai dengan saat dikonsumsi. Banyaknya jenis komoditiserta luasnya aspek yang harus diawasi, menyebabkan pengawasan Obat dan Makanantidak mungkin terselenggara secara efektif bila hanya mengandalkan Badan POM sebagaisingle player.

Dalam melakukan pengawasan komoditas-komoditas tersebut, diperlukan jejaringkerja yang dinamis dan kohesif dengan sektor-sektor terkait, utamanya PemerintahDaerah. Hal ini sangatlah penting mengingat transaksi Obat dan Makanan banyak terjadipada tingkat Kabupaten dan Kota, sementara aparat Badan POM hanya ada hinggatingkat provinsi.

Sehubungan dengan ini, aparat Balai POM harus berperan sebagai penjuru yangmembantu Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, baik dalam mengembangkan strategimaupun memberikan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pengawasan. Dengandemikian, Balai Besar POM di Yogyakarta tidak cukup bila hanya berfungsi sebagaipelaksana teknis pengawasan di lapangan saja, tetapi juga harus dapat berfungsi sebagaipembina bagi daerah dalam menyelenggarakan secara efektif tugas dan fungsi di bidangpengawasan Obat dan Makanan sebagaimana yang dimuat dalam.

Peraturan tersebut di atas. Sejak tahun 2015 berdasarkan Surat KeputusanKepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DI Yogyakarta No. 188/0609/IV telahterbentuk Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) yang terdiri dari BBPOM diYogyakarta, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY, Dinas KesehatanDIY, Dinas Perindagkop DIY, Dinas Pertanian DIY, Dinas Perkebunan DIY, DinasPeternakan DIY Teknologi Pangan UGM dan Lintas Sektor lainnya.

11. Komitmen terselenggaranya good governancePembentukan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi melalui Keputusan Presiden RI No. 84/P tahun 2009 tentang Pembentukan

30Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, akan mempengaruhi semua sendikepemerintahan.

Komoditas obat dan makanan yang harus dijamin keamanan, manfaat danmutunya, adalah komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Jenis produk yangharus diawasi mencapai ribuan items dan melibatkan proses pengawasan mulai dari saatproduksi bahan mentahnya sampai dengan saat dikonsumsi. Banyaknya jenis komoditiserta luasnya aspek yang harus diawasi, menyebabkan pengawasan Obat dan Makanantidak mungkin terselenggara secara efektif bila hanya mengandalkan Badan POM sebagaisingle player.

Dalam melakukan pengawasan komoditas-komoditas tersebut, diperlukan jejaringkerja yang dinamis dan kohesif dengan sektor-sektor terkait, utamanya PemerintahDaerah. Hal ini sangatlah penting mengingat transaksi Obat dan Makanan banyak terjadipada tingkat Kabupaten dan Kota, sementara aparat Badan POM hanya ada hinggatingkat provinsi.

Sehubungan dengan ini, aparat Balai POM harus berperan sebagai penjuru yangmembantu Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, baik dalam mengembangkan strategimaupun memberikan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pengawasan. Dengandemikian, Balai Besar POM di Yogyakarta tidak cukup bila hanya berfungsi sebagaipelaksana teknis pengawasan di lapangan saja, tetapi juga harus dapat berfungsi sebagaipembina bagi daerah dalam menyelenggarakan secara efektif tugas dan fungsi di bidangpengawasan Obat dan Makanan sebagaimana yang dimuat dalam.

Peraturan tersebut di atas. Sejak tahun 2015 berdasarkan Surat KeputusanKepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DI Yogyakarta No. 188/0609/IV telahterbentuk Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) yang terdiri dari BBPOM diYogyakarta, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY, Dinas KesehatanDIY, Dinas Perindagkop DIY, Dinas Pertanian DIY, Dinas Perkebunan DIY, DinasPeternakan DIY Teknologi Pangan UGM dan Lintas Sektor lainnya.

11. Komitmen terselenggaranya good governancePembentukan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi melalui Keputusan Presiden RI No. 84/P tahun 2009 tentang Pembentukan

31Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014 merupakan salah satu bentuk keseriusanpemerintah dalam penyelenggaraan reformasi birokrasi yang merupakan salah satuagenda strategis dalam mewujudkan good governance. Telah dilakukan berbagai upayadalam rangka membangun birokrasi yang berorientasi pada Clean Government dan Good

Governance, antara lain: Implementasi Reformasi Birokrasi Balai Besar POM DiYogyakarta melaksanakan Reformasi Birokrasi sesuai PP Nomor 81 tahun 2010 tentangGrand Design reformasi birokrasi 2010 – 2025 dengan pola pikir mengacu kepada polapikir pelaksanaan Reformasi Birokrasi Badan POM yaitu :a). Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi,

Sebagai pengejawantahan Nawacita butir ketiga yaitu membangun Indonesiadari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NegaraKesatuan (pengurangan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat), perludilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dankuantitas SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agarpelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukansecara lebih optimal, sehingga diperlukan kajian, penataan dan evaluasi organisasidalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi secara proporsionalmenjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugasdan fungsi.

b). Penataan Tata Laksana,Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, Balai Besar POM Di

Yogyakarta berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yangberisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasanserta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmentersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkansecara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan sertifikatQuality Management System ISO 9001:2008 dan sertifikat Akreditasi LaboratoriumIEC 17025:2005. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelangganjuga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasidi lingkungan Balai Besar POM Di Yogyakarta diantaranya melaui e-recruitment,

31Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014 merupakan salah satu bentuk keseriusanpemerintah dalam penyelenggaraan reformasi birokrasi yang merupakan salah satuagenda strategis dalam mewujudkan good governance. Telah dilakukan berbagai upayadalam rangka membangun birokrasi yang berorientasi pada Clean Government dan Good

Governance, antara lain: Implementasi Reformasi Birokrasi Balai Besar POM DiYogyakarta melaksanakan Reformasi Birokrasi sesuai PP Nomor 81 tahun 2010 tentangGrand Design reformasi birokrasi 2010 – 2025 dengan pola pikir mengacu kepada polapikir pelaksanaan Reformasi Birokrasi Badan POM yaitu :a). Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi,

Sebagai pengejawantahan Nawacita butir ketiga yaitu membangun Indonesiadari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NegaraKesatuan (pengurangan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat), perludilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dankuantitas SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agarpelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukansecara lebih optimal, sehingga diperlukan kajian, penataan dan evaluasi organisasidalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi secara proporsionalmenjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugasdan fungsi.

b). Penataan Tata Laksana,Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, Balai Besar POM Di

Yogyakarta berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yangberisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasanserta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmentersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkansecara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan sertifikatQuality Management System ISO 9001:2008 dan sertifikat Akreditasi LaboratoriumIEC 17025:2005. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelangganjuga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasidi lingkungan Balai Besar POM Di Yogyakarta diantaranya melaui e-recruitment,

31Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014 merupakan salah satu bentuk keseriusanpemerintah dalam penyelenggaraan reformasi birokrasi yang merupakan salah satuagenda strategis dalam mewujudkan good governance. Telah dilakukan berbagai upayadalam rangka membangun birokrasi yang berorientasi pada Clean Government dan Good

Governance, antara lain: Implementasi Reformasi Birokrasi Balai Besar POM DiYogyakarta melaksanakan Reformasi Birokrasi sesuai PP Nomor 81 tahun 2010 tentangGrand Design reformasi birokrasi 2010 – 2025 dengan pola pikir mengacu kepada polapikir pelaksanaan Reformasi Birokrasi Badan POM yaitu :a). Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi,

Sebagai pengejawantahan Nawacita butir ketiga yaitu membangun Indonesiadari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NegaraKesatuan (pengurangan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat), perludilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dankuantitas SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agarpelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukansecara lebih optimal, sehingga diperlukan kajian, penataan dan evaluasi organisasidalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi secara proporsionalmenjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugasdan fungsi.

b). Penataan Tata Laksana,Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, Balai Besar POM Di

Yogyakarta berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yangberisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasanserta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmentersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkansecara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan sertifikatQuality Management System ISO 9001:2008 dan sertifikat Akreditasi LaboratoriumIEC 17025:2005. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelangganjuga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasidi lingkungan Balai Besar POM Di Yogyakarta diantaranya melaui e-recruitment,

32Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

eprocurement, dan Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIPT). Berbagai sistemmutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BalaiBesar POM di Yogyakarta ini seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruanglingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien;

c). Penataan Peraturan Perundang-undangan dan Penegakkan Hukum,Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi

landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitaspengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadappelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehinggasering terjadi kasus berulang. Untuk daerah selain ketersediaan NSPK, perludidorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjutidengan Peraturan/SK Bupati/Walikota;

d). Penguatan Akuntabilitas Kinerja,Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hal ini terutama dijalankan melalui sembilanprogram Percepatan Reformasi Birokrasi. Untuk mencapai tujuantersebut, Balai POMDi Yogyakarta telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi Badan POM RIterhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) memperoleh nilaiBB di tahun 2016. Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaanSAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BalaiBesar POM Di Yogyakarta. Namun, hal ini masih perlu melakukan penyempurnaandalam penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalammewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

e). Penguatan PengawasanPenguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melaluiupaya pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM di Yogyakarta diharapkan dapat

32Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

eprocurement, dan Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIPT). Berbagai sistemmutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BalaiBesar POM di Yogyakarta ini seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruanglingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien;

c). Penataan Peraturan Perundang-undangan dan Penegakkan Hukum,Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi

landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitaspengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadappelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehinggasering terjadi kasus berulang. Untuk daerah selain ketersediaan NSPK, perludidorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjutidengan Peraturan/SK Bupati/Walikota;

d). Penguatan Akuntabilitas Kinerja,Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hal ini terutama dijalankan melalui sembilanprogram Percepatan Reformasi Birokrasi. Untuk mencapai tujuantersebut, Balai POMDi Yogyakarta telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi Badan POM RIterhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) memperoleh nilaiBB di tahun 2016. Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaanSAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BalaiBesar POM Di Yogyakarta. Namun, hal ini masih perlu melakukan penyempurnaandalam penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalammewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

e). Penguatan PengawasanPenguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melaluiupaya pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM di Yogyakarta diharapkan dapat

32Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

eprocurement, dan Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIPT). Berbagai sistemmutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BalaiBesar POM di Yogyakarta ini seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruanglingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien;

c). Penataan Peraturan Perundang-undangan dan Penegakkan Hukum,Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi

landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitaspengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadappelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehinggasering terjadi kasus berulang. Untuk daerah selain ketersediaan NSPK, perludidorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjutidengan Peraturan/SK Bupati/Walikota;

d). Penguatan Akuntabilitas Kinerja,Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hal ini terutama dijalankan melalui sembilanprogram Percepatan Reformasi Birokrasi. Untuk mencapai tujuantersebut, Balai POMDi Yogyakarta telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi Badan POM RIterhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) memperoleh nilaiBB di tahun 2016. Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaanSAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BalaiBesar POM Di Yogyakarta. Namun, hal ini masih perlu melakukan penyempurnaandalam penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalammewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

e). Penguatan PengawasanPenguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melaluiupaya pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM di Yogyakarta diharapkan dapat

33Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

meningkatkan kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan Negara disertamenghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

Pengawasan yang dilakukan antara lain melalui kebijakan penanganangratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaanpengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system, penanganan benturankepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaanAparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan danpenganggaran.

f). Manajemen PerubahanManajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan

konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budayakerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dansasaran Reformasi Birokrasi. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukanperubahan, Balai POM Di Yogyakarta telah membentuk agent of change sebagai role

model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yangdilakukan.

Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai secara aktif danberkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikirdan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Untuk mengurangirisiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadapperubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk mensosialisasikanReformasi Birokrasi atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasukpentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

12. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas PengawasanObat dan Makanan, dimana substansi dari Inpres adalah penegasan terhadap tugasdan fungsi masing-masing Kementerian/Lembaga/Daerah dalam melakukan tugasdan fungsinya sesuai peraturan perundang-undangan.

13. Tingginya pertumbuhan sektor industry obat dan makanan, termasuk UMKM14. Pertumbuhan penduduk dan perubahan komposisi penduduk

33Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

meningkatkan kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan Negara disertamenghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

Pengawasan yang dilakukan antara lain melalui kebijakan penanganangratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaanpengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system, penanganan benturankepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaanAparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan danpenganggaran.

f). Manajemen PerubahanManajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan

konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budayakerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dansasaran Reformasi Birokrasi. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukanperubahan, Balai POM Di Yogyakarta telah membentuk agent of change sebagai role

model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yangdilakukan.

Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai secara aktif danberkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikirdan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Untuk mengurangirisiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadapperubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk mensosialisasikanReformasi Birokrasi atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasukpentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

12. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas PengawasanObat dan Makanan, dimana substansi dari Inpres adalah penegasan terhadap tugasdan fungsi masing-masing Kementerian/Lembaga/Daerah dalam melakukan tugasdan fungsinya sesuai peraturan perundang-undangan.

13. Tingginya pertumbuhan sektor industry obat dan makanan, termasuk UMKM14. Pertumbuhan penduduk dan perubahan komposisi penduduk

33Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

meningkatkan kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan Negara disertamenghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

Pengawasan yang dilakukan antara lain melalui kebijakan penanganangratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaanpengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system, penanganan benturankepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaanAparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan danpenganggaran.

f). Manajemen PerubahanManajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan

konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budayakerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dansasaran Reformasi Birokrasi. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukanperubahan, Balai POM Di Yogyakarta telah membentuk agent of change sebagai role

model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yangdilakukan.

Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai secara aktif danberkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikirdan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Untuk mengurangirisiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadapperubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk mensosialisasikanReformasi Birokrasi atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasukpentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

12. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas PengawasanObat dan Makanan, dimana substansi dari Inpres adalah penegasan terhadap tugasdan fungsi masing-masing Kementerian/Lembaga/Daerah dalam melakukan tugasdan fungsinya sesuai peraturan perundang-undangan.

13. Tingginya pertumbuhan sektor industry obat dan makanan, termasuk UMKM14. Pertumbuhan penduduk dan perubahan komposisi penduduk

34Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

15. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi khusunya dalam produksi dibidangobat dan makanan serta meningkatnya tren transaksi online menyebabkan perlunyaintensifikasi pengawasan Obat dan Makanan tidak secara bussiness as usual namunperlunya pengawasan semesta meliputi seluruh komponen pemerintah, pelaku usaha,dan masyarakat.

16. Adanya perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi BPOM untukdapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses danjangkauan masyarakat.

17. Meningkatnya industri Kuliner sebagai bagian dari wisata JOGJA Berdasarkan datasampai dengan Tahun 2017 UMKM Pangan yang telah mendapatkan sertifikatpenyuluhan Kemanaan Pangan sebanyak 15.784

18. Meningkatnya kasus penyalahgunaan obat-obat tertentu dan psikotropik

34Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

15. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi khusunya dalam produksi dibidangobat dan makanan serta meningkatnya tren transaksi online menyebabkan perlunyaintensifikasi pengawasan Obat dan Makanan tidak secara bussiness as usual namunperlunya pengawasan semesta meliputi seluruh komponen pemerintah, pelaku usaha,dan masyarakat.

16. Adanya perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi BPOM untukdapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses danjangkauan masyarakat.

17. Meningkatnya industri Kuliner sebagai bagian dari wisata JOGJA Berdasarkan datasampai dengan Tahun 2017 UMKM Pangan yang telah mendapatkan sertifikatpenyuluhan Kemanaan Pangan sebanyak 15.784

18. Meningkatnya kasus penyalahgunaan obat-obat tertentu dan psikotropik

34Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

15. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi khusunya dalam produksi dibidangobat dan makanan serta meningkatnya tren transaksi online menyebabkan perlunyaintensifikasi pengawasan Obat dan Makanan tidak secara bussiness as usual namunperlunya pengawasan semesta meliputi seluruh komponen pemerintah, pelaku usaha,dan masyarakat.

16. Adanya perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi BPOM untukdapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses danjangkauan masyarakat.

17. Meningkatnya industri Kuliner sebagai bagian dari wisata JOGJA Berdasarkan datasampai dengan Tahun 2017 UMKM Pangan yang telah mendapatkan sertifikatpenyuluhan Kemanaan Pangan sebanyak 15.784

18. Meningkatnya kasus penyalahgunaan obat-obat tertentu dan psikotropik

35Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1.3. ANALISA SWOT

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis di atas, maka selanjutnya akan menjadidasar dalam melakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melaluianalisa SWOT sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategi dan kebijakanBalai Besar POM di Yogyakarta kedepan agar dapat terwujud tujuan dan sasaranorganisasi Balai Besar POM di Yogyakarta dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapunhasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 5. Analisa SWOT

KEKUATAN

•Kearifan lokal•Laboratorium yang telah terakreditasi

•memiliki jaringan (networking) yang kuatdengan stakeholder

•dukungan komitmen tinggi dari GubernurDaerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh

Bupati/walikota se-DIY•Kompetensi ASN Balai Besar POM di

Yogyakarta yang memadai dalammendukung pelaksanaan tugas

•Integritas Pelayanan Publik diakuiInernasional

•Networking yang kuat dengan lembaga-lembaga pusat/daerah/internasional•Pedoman Pengawasan yang jelas

•Komitmen Pimpinan dan seluruh ASN BalaiBesar POM di Yogyakarta menerapkan RB•Adanya Peraturan Presiden Nomor 80

Tahun 2017 tentang BPOM yang memuattugas, fungsi dan kewenangan yang jelas•Sistem pengawasan yang komprehensif

mencakup pre-market dan post market•Peraturan dan standar yang dikembangkan

sudah mengacu standar internasional

35Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1.3. ANALISA SWOT

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis di atas, maka selanjutnya akan menjadidasar dalam melakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melaluianalisa SWOT sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategi dan kebijakanBalai Besar POM di Yogyakarta kedepan agar dapat terwujud tujuan dan sasaranorganisasi Balai Besar POM di Yogyakarta dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapunhasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 5. Analisa SWOT

KEKUATAN

•Kearifan lokal•Laboratorium yang telah terakreditasi

•memiliki jaringan (networking) yang kuatdengan stakeholder

•dukungan komitmen tinggi dari GubernurDaerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh

Bupati/walikota se-DIY•Kompetensi ASN Balai Besar POM di

Yogyakarta yang memadai dalammendukung pelaksanaan tugas

•Integritas Pelayanan Publik diakuiInernasional

•Networking yang kuat dengan lembaga-lembaga pusat/daerah/internasional•Pedoman Pengawasan yang jelas

•Komitmen Pimpinan dan seluruh ASN BalaiBesar POM di Yogyakarta menerapkan RB•Adanya Peraturan Presiden Nomor 80

Tahun 2017 tentang BPOM yang memuattugas, fungsi dan kewenangan yang jelas•Sistem pengawasan yang komprehensif

mencakup pre-market dan post market•Peraturan dan standar yang dikembangkan

sudah mengacu standar internasional

KELEMAHAN

•Payung hukum pengawasan Obat danMakanan belum memadai

•Beberapa ASN masih memerlukanpeningkatan kompetensi (capacity

building)•Jumlah dan sebaran ASN Balai Besar POM

di Yogyakarta yang belum memadaidibandingkan dengan cakupan tugas

pengawasan dan beban kerja•Beberapa regulasi dan standar belummemadai sesuai dengan perkembangan

Teknologi dan Informasi•Sarana dan prasarana baik pendukung

maupun utama belum memadai•Kekuatan laboratorium yang belum

memadai•Dukungan sistem IT dalam pengawasan

masih kurang•Masih belum optimalnya sistem

manajemen kinerja

35Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1.3. ANALISA SWOT

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis di atas, maka selanjutnya akan menjadidasar dalam melakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melaluianalisa SWOT sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategi dan kebijakanBalai Besar POM di Yogyakarta kedepan agar dapat terwujud tujuan dan sasaranorganisasi Balai Besar POM di Yogyakarta dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapunhasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 5. Analisa SWOT

KELEMAHAN

•Payung hukum pengawasan Obat danMakanan belum memadai

•Beberapa ASN masih memerlukanpeningkatan kompetensi (capacity

building)•Jumlah dan sebaran ASN Balai Besar POM

di Yogyakarta yang belum memadaidibandingkan dengan cakupan tugas

pengawasan dan beban kerja•Beberapa regulasi dan standar belummemadai sesuai dengan perkembangan

Teknologi dan Informasi•Sarana dan prasarana baik pendukung

maupun utama belum memadai•Kekuatan laboratorium yang belum

memadai•Dukungan sistem IT dalam pengawasan

masih kurang•Masih belum optimalnya sistem

manajemen kinerja

36Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Berdasarkan hasil Analisa SWOT, maka Balai Besar POM di Yogyakarta perlumelakukan penguatan organisasi agar faktor-faktor lingkungan strategis yangmempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaiantujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2015-2019. Dilihatdari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan sertapengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman.

KEKUATAN

•Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)•Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang

sangat cepat, pelayanan publik dan pengawasanpost market Obat dan Makanan

•Adanya Instruksi Presiden No.3 Tahun 2017tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat

dan Makanan•Permendagri No. 41 Tahun 2018 tentang

Peningkatan Koordinasi Pengawasan Obat danMakanan

•Jumlah industri Obat dan Makanan yangberkembang pesat

•Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait•Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

•Pertumbuhan signifikan penjualan obat di tingkatnasional

•Meningkatnya tren back to nature di masyarakat•Adanya penggunaan obat bahan alam di fasilitas

pelayanan kesehatan•Nilai impor Obat dan Makanan tinggi

•Peningkatan permohonan sertifikasi danresertifikasi CPOB, CDOB, CPOTB, CPPOB dan CPKB

•Besarnya kontribusi industri pengolahan termasukindustri Obat dan Makanan terhadap output

nasional•Tingginya laju pertumbuhan penduduk

menyebabkan peningkatan demand Obat danMakanan

•Kesehatan menjadi kewenangan yangdiselenggarakan secara konkuren antara pusat dan

daerah•Perkembangan teknologi

•Ekspektasi masyarakat yang tinggi terkait peranBalai Besar POM di Yogyakarta dalam pengawasan

Obat dan Makanan•Yogyakarta sebagai Kota Pelajar yang ditunjang

dengan jumlah PT terbanyak di Indonesia

36Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Berdasarkan hasil Analisa SWOT, maka Balai Besar POM di Yogyakarta perlumelakukan penguatan organisasi agar faktor-faktor lingkungan strategis yangmempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaiantujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2015-2019. Dilihatdari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan sertapengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman.

KEKUATAN

•Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)•Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang

sangat cepat, pelayanan publik dan pengawasanpost market Obat dan Makanan

•Adanya Instruksi Presiden No.3 Tahun 2017tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat

dan Makanan•Permendagri No. 41 Tahun 2018 tentang

Peningkatan Koordinasi Pengawasan Obat danMakanan

•Jumlah industri Obat dan Makanan yangberkembang pesat

•Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait•Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

•Pertumbuhan signifikan penjualan obat di tingkatnasional

•Meningkatnya tren back to nature di masyarakat•Adanya penggunaan obat bahan alam di fasilitas

pelayanan kesehatan•Nilai impor Obat dan Makanan tinggi

•Peningkatan permohonan sertifikasi danresertifikasi CPOB, CDOB, CPOTB, CPPOB dan CPKB

•Besarnya kontribusi industri pengolahan termasukindustri Obat dan Makanan terhadap output

nasional•Tingginya laju pertumbuhan penduduk

menyebabkan peningkatan demand Obat danMakanan

•Kesehatan menjadi kewenangan yangdiselenggarakan secara konkuren antara pusat dan

daerah•Perkembangan teknologi

•Ekspektasi masyarakat yang tinggi terkait peranBalai Besar POM di Yogyakarta dalam pengawasan

Obat dan Makanan•Yogyakarta sebagai Kota Pelajar yang ditunjang

dengan jumlah PT terbanyak di Indonesia

KELEMAHAN

•Perubahan iklim dunia•Percepatan pelayanan publik

•Penjualan Obat dan Makanan ilegal secaraonline

•Demografi dan Perubahan KomposisiPenduduk

•Perubahan pola hidup masyarakat (sosial danekonomi)

•Globalisasi, Perdagangan Bebas danKomitmen Internasional

•Munculnya (kembali) berbagai penyakit baru•Meningkatnya jumlah permohonan

pendaftaran produk Obat dan Makanan•Jenis produk Obat dan Makanan sangat

bervariasi•Besarnya pendapatan perkapita berdampak

peningkatan konsumsi Obat dan Makanan•Masih banyaknya jumlah pelanggaran di

bidang Obat dan Makanan•Sanksi hukum belum memberikan efek jera

•Ketergantungan impor bahan baku obatsangat tinggi

•Implementasi Program Fortifikasi Pangan•Berkembangnya fasilitas industri farmasiserta peningkatan kapasitas produksinya

•Pemenuhan standar GMP UMKM masihrendah

•Berkurangnya ketersediaan pangan olahanyang berkualitas dengan harga yang

kompetitif•Desentralisasi bidang kesehatan belum

optimal

36Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Berdasarkan hasil Analisa SWOT, maka Balai Besar POM di Yogyakarta perlumelakukan penguatan organisasi agar faktor-faktor lingkungan strategis yangmempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaiantujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2015-2019. Dilihatdari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan sertapengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman.

KELEMAHAN

•Perubahan iklim dunia•Percepatan pelayanan publik

•Penjualan Obat dan Makanan ilegal secaraonline

•Demografi dan Perubahan KomposisiPenduduk

•Perubahan pola hidup masyarakat (sosial danekonomi)

•Globalisasi, Perdagangan Bebas danKomitmen Internasional

•Munculnya (kembali) berbagai penyakit baru•Meningkatnya jumlah permohonan

pendaftaran produk Obat dan Makanan•Jenis produk Obat dan Makanan sangat

bervariasi•Besarnya pendapatan perkapita berdampak

peningkatan konsumsi Obat dan Makanan•Masih banyaknya jumlah pelanggaran di

bidang Obat dan Makanan•Sanksi hukum belum memberikan efek jera

•Ketergantungan impor bahan baku obatsangat tinggi

•Implementasi Program Fortifikasi Pangan•Berkembangnya fasilitas industri farmasiserta peningkatan kapasitas produksinya

•Pemenuhan standar GMP UMKM masihrendah

•Berkurangnya ketersediaan pangan olahanyang berkualitas dengan harga yang

kompetitif•Desentralisasi bidang kesehatan belum

optimal

37Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai denganperan dan kewenangan Badan POM sebagai lembaga yang mengawasi obat danmakanan maka diusulkan penguatan Peran dan Kewenangan Balai Besar POM diYogyakarta sesuai dengan bisnis proses Badan POM untuk periode 2015-2019sebagaimana pada Gambar 6 dan Gambar 7 di bawah ini:

Gambar 4Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

StandarisasiKebijakan TeknisPengawasan Obat

dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan(Pre Market dan Post Market)

Pembinaan danBimbingan

kepadaStakeholder

SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN(REGULATORY SYSTEM)

KEMANDIRIANSTAKE HOLDER

37Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai denganperan dan kewenangan Badan POM sebagai lembaga yang mengawasi obat danmakanan maka diusulkan penguatan Peran dan Kewenangan Balai Besar POM diYogyakarta sesuai dengan bisnis proses Badan POM untuk periode 2015-2019sebagaimana pada Gambar 6 dan Gambar 7 di bawah ini:

Gambar 4Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

StandarisasiKebijakan TeknisPengawasan Obat

dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan(Pre Market dan Post Market)

Pembinaan danBimbingan

kepadaStakeholder

SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN(REGULATORY SYSTEM)

KEMANDIRIANSTAKE HOLDER

37Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai denganperan dan kewenangan Badan POM sebagai lembaga yang mengawasi obat danmakanan maka diusulkan penguatan Peran dan Kewenangan Balai Besar POM diYogyakarta sesuai dengan bisnis proses Badan POM untuk periode 2015-2019sebagaimana pada Gambar 6 dan Gambar 7 di bawah ini:

Gambar 4Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

StandarisasiKebijakan TeknisPengawasan Obat

dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan(Pre Market dan Post Market)

Pembinaan danBimbingan

kepadaStakeholder

SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN(REGULATORY SYSTEM)

KEMANDIRIANSTAKE HOLDER

38Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

38Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

38Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

39Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapike depan sebagaimana dijelaskan pada Bab I, Balai Besar POM di Yogyakarta sesuaidengan tugas pokok dan fungsinya sebagai UPT Badan POM dituntut untuk dapatmenjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Untukitu, visi, misi, tujuan dan sasaran Balai Besar POM di Yogyakarta sesuai dengan visi danmisi serta tujuan dan sasaran Badan POM.

Visi dan Misi Pembangunan Nasional untuk tahun2015-2019 telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Visipembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yangBerdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untukmewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, danmencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskannegara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagainegara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional.7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

2.1. VISI

39Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapike depan sebagaimana dijelaskan pada Bab I, Balai Besar POM di Yogyakarta sesuaidengan tugas pokok dan fungsinya sebagai UPT Badan POM dituntut untuk dapatmenjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Untukitu, visi, misi, tujuan dan sasaran Balai Besar POM di Yogyakarta sesuai dengan visi danmisi serta tujuan dan sasaran Badan POM.

Visi dan Misi Pembangunan Nasional untuk tahun2015-2019 telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Visipembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yangBerdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untukmewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, danmencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskannegara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagainegara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional.7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

2.1. VISI

39Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapike depan sebagaimana dijelaskan pada Bab I, Balai Besar POM di Yogyakarta sesuaidengan tugas pokok dan fungsinya sebagai UPT Badan POM dituntut untuk dapatmenjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Untukitu, visi, misi, tujuan dan sasaran Balai Besar POM di Yogyakarta sesuai dengan visi danmisi serta tujuan dan sasaran Badan POM.

Visi dan Misi Pembangunan Nasional untuk tahun2015-2019 telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Visipembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yangBerdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untukmewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, danmencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskannegara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagainegara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional.7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

2.1. VISI

40Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sejalan dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019, maka BPOM telahmenetapkan Visi BPOM 2015-2019 yaitu:

Penjelasan Visi:Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat danpemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untukmenyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, makapengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan

telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masihtimbul adalah seminimal mungkin/ dapat ditoleransi/ tidakmembahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikanbahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamananmemadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telahmemenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional,sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masadepan.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi BPOM sebagaiberikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untukmelindungi masyarakat

”Obat dan Makanan Amanmeningkatkan

Kesehatan Masyarakat dan Daya SaingBangsa”

2.2 . MISI

40Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sejalan dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019, maka BPOM telahmenetapkan Visi BPOM 2015-2019 yaitu:

Penjelasan Visi:Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat danpemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untukmenyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, makapengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan

telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masihtimbul adalah seminimal mungkin/ dapat ditoleransi/ tidakmembahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikanbahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamananmemadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telahmemenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional,sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masadepan.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi BPOM sebagaiberikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untukmelindungi masyarakat

”Obat dan Makanan Amanmeningkatkan

Kesehatan Masyarakat dan Daya SaingBangsa”

2.2 . MISI

40Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sejalan dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019, maka BPOM telahmenetapkan Visi BPOM 2015-2019 yaitu:

Penjelasan Visi:Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat danpemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untukmenyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, makapengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan

telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masihtimbul adalah seminimal mungkin/ dapat ditoleransi/ tidakmembahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikanbahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamananmemadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telahmemenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional,sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masadepan.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi BPOM sebagaiberikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untukmelindungi masyarakat

”Obat dan Makanan Amanmeningkatkan

Kesehatan Masyarakat dan Daya SaingBangsa”

2.2 . MISI

41Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan komprehensif(full spectrum) mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar,pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian, sertapenegakan hukum. Dengan penjaminan produk Obat dan Makanan memenuhistandar keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu, diharapkan BPOM mampumelindungi masyarakat dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas yangdiemban BPOM, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu mengawalnya.

Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakintinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritasdalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makananseharusnya didesain berdasarkan analisis risiko untuk mengoptimalkan seluruhsumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan misi ini.Pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan BPOM akan meningkatefektivitasnya apabila BPOM mampu merumuskan strategi dan langkah yangtepat karena pengawasan bersifat lintas sektor. BPOM perlu melakukan mitigasirisiko di semua proses bisnis, antara lain pada pengawasan sarana dan produk,BPOM secara proaktif memperkuat pengawasan lebih ke hulu melaluipengawasan importir bahan baku dan produsen.

2. Mendorong kapasitas dan komitmen pelaku usaha dalam memberikanjaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan denganpemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan(SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis. Pelaku usahaharus bertanggungjawab dalam pemenuhan standar dan persyaratan sesuaidengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat danMakanan sehingga menjamin Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkanaman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu.

Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus mampu membina danmendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke

41Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan komprehensif(full spectrum) mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar,pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian, sertapenegakan hukum. Dengan penjaminan produk Obat dan Makanan memenuhistandar keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu, diharapkan BPOM mampumelindungi masyarakat dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas yangdiemban BPOM, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu mengawalnya.

Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakintinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritasdalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makananseharusnya didesain berdasarkan analisis risiko untuk mengoptimalkan seluruhsumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan misi ini.Pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan BPOM akan meningkatefektivitasnya apabila BPOM mampu merumuskan strategi dan langkah yangtepat karena pengawasan bersifat lintas sektor. BPOM perlu melakukan mitigasirisiko di semua proses bisnis, antara lain pada pengawasan sarana dan produk,BPOM secara proaktif memperkuat pengawasan lebih ke hulu melaluipengawasan importir bahan baku dan produsen.

2. Mendorong kapasitas dan komitmen pelaku usaha dalam memberikanjaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan denganpemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan(SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis. Pelaku usahaharus bertanggungjawab dalam pemenuhan standar dan persyaratan sesuaidengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat danMakanan sehingga menjamin Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkanaman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu.

Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus mampu membina danmendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke

41Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan komprehensif(full spectrum) mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar,pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian, sertapenegakan hukum. Dengan penjaminan produk Obat dan Makanan memenuhistandar keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu, diharapkan BPOM mampumelindungi masyarakat dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas yangdiemban BPOM, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu mengawalnya.

Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakintinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritasdalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makananseharusnya didesain berdasarkan analisis risiko untuk mengoptimalkan seluruhsumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan misi ini.Pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan BPOM akan meningkatefektivitasnya apabila BPOM mampu merumuskan strategi dan langkah yangtepat karena pengawasan bersifat lintas sektor. BPOM perlu melakukan mitigasirisiko di semua proses bisnis, antara lain pada pengawasan sarana dan produk,BPOM secara proaktif memperkuat pengawasan lebih ke hulu melaluipengawasan importir bahan baku dan produsen.

2. Mendorong kapasitas dan komitmen pelaku usaha dalam memberikanjaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan denganpemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan(SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis. Pelaku usahaharus bertanggungjawab dalam pemenuhan standar dan persyaratan sesuaidengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat danMakanan sehingga menjamin Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkanaman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu.

Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus mampu membina danmendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke

42Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kepasitas dan komitmen dalammemberikan jaminan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di duniatermasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makananterhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup signifikan. Industri makanan,minuman, dan tembakau memiliki kontribusi PDB non migas di tahun 2016sebesar 33,61%, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 10,05%1. Hal initentunya merupakan potensi yang besar untuk industri tersebut berkembang lebihpesat.

Industri dalam negeri harus mampu bersaing baik di pasar dalam maupunluar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor bahan baku obat danbesarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industriobat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, obattradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan juga harus mampu bersaing.Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung dipengaruhi olehsistem dan dukungan regulatory, sehingga BPOM berkomitmen untuk mendukungpeningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, khasiat/manfaat, danmutu Obat dan Makanan.

Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangatstrategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Sebagai salah satu pilarpengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan dapat memilih danmenggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi standar, dan diberi kemudahanakses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan. Untuk itu, BPOMmelakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat dalam mendukung pengawasan melalui kegiatan Komunikasi,Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangkukepentingan lainnya, sehingga mampu melindungi diri dan terhindar dari produkObat dan Makanan yang membahayakan kesehatan.

42Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kepasitas dan komitmen dalammemberikan jaminan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di duniatermasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makananterhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup signifikan. Industri makanan,minuman, dan tembakau memiliki kontribusi PDB non migas di tahun 2016sebesar 33,61%, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 10,05%1. Hal initentunya merupakan potensi yang besar untuk industri tersebut berkembang lebihpesat.

Industri dalam negeri harus mampu bersaing baik di pasar dalam maupunluar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor bahan baku obat danbesarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industriobat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, obattradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan juga harus mampu bersaing.Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung dipengaruhi olehsistem dan dukungan regulatory, sehingga BPOM berkomitmen untuk mendukungpeningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, khasiat/manfaat, danmutu Obat dan Makanan.

Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangatstrategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Sebagai salah satu pilarpengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan dapat memilih danmenggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi standar, dan diberi kemudahanakses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan. Untuk itu, BPOMmelakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat dalam mendukung pengawasan melalui kegiatan Komunikasi,Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangkukepentingan lainnya, sehingga mampu melindungi diri dan terhindar dari produkObat dan Makanan yang membahayakan kesehatan.

42Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kepasitas dan komitmen dalammemberikan jaminan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di duniatermasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makananterhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup signifikan. Industri makanan,minuman, dan tembakau memiliki kontribusi PDB non migas di tahun 2016sebesar 33,61%, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 10,05%1. Hal initentunya merupakan potensi yang besar untuk industri tersebut berkembang lebihpesat.

Industri dalam negeri harus mampu bersaing baik di pasar dalam maupunluar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor bahan baku obat danbesarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industriobat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, obattradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan juga harus mampu bersaing.Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung dipengaruhi olehsistem dan dukungan regulatory, sehingga BPOM berkomitmen untuk mendukungpeningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, khasiat/manfaat, danmutu Obat dan Makanan.

Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangatstrategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Sebagai salah satu pilarpengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan dapat memilih danmenggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi standar, dan diberi kemudahanakses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan. Untuk itu, BPOMmelakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat dalam mendukung pengawasan melalui kegiatan Komunikasi,Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangkukepentingan lainnya, sehingga mampu melindungi diri dan terhindar dari produkObat dan Makanan yang membahayakan kesehatan.

43Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalansendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangkukepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidangkesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan sertakebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuannasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unikkarena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dandiselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjaditantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakanyang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah,sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pada Gambar 7dapat dilihat hubungan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalampengawasan Obat dan Makanan.

Gambar 5. Tiga Pilar Pengawasan Obat dan Makanan

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOMUntuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal inimembutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dansarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatasbaik jumlah dan kualitasnya, menuntut BPOM harus mampu mengelola sumberdaya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaranprogram dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber

43Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalansendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangkukepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidangkesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan sertakebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuannasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unikkarena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dandiselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjaditantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakanyang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah,sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pada Gambar 7dapat dilihat hubungan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalampengawasan Obat dan Makanan.

Gambar 5. Tiga Pilar Pengawasan Obat dan Makanan

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOMUntuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal inimembutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dansarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatasbaik jumlah dan kualitasnya, menuntut BPOM harus mampu mengelola sumberdaya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaranprogram dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber

43Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalansendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangkukepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidangkesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan sertakebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuannasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unikkarena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dandiselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjaditantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakanyang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah,sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pada Gambar 7dapat dilihat hubungan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalampengawasan Obat dan Makanan.

Gambar 5. Tiga Pilar Pengawasan Obat dan Makanan

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOMUntuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal inimembutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dansarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatasbaik jumlah dan kualitasnya, menuntut BPOM harus mampu mengelola sumberdaya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaranprogram dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber

44Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan olehseluruh elemen organisasi.

Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintahuntuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno

structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana(executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatankelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kayadengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yangsesuai dengan nilai organisasi.

Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugaspokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandarinternasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantanganglobalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten,yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkanBPOM mampu melindungi masyarakat dengan optimal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetapmempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar(learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM perlu memperkuatkoordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta salingbertukar informasi (knowledge sharing).

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dandiamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhuryang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruhanggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

2.3. BUDAYA ORGANISASI

44Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan olehseluruh elemen organisasi.

Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintahuntuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno

structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana(executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatankelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kayadengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yangsesuai dengan nilai organisasi.

Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugaspokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandarinternasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantanganglobalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten,yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkanBPOM mampu melindungi masyarakat dengan optimal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetapmempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar(learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM perlu memperkuatkoordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta salingbertukar informasi (knowledge sharing).

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dandiamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhuryang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruhanggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

2.3. BUDAYA ORGANISASI

44Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan olehseluruh elemen organisasi.

Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintahuntuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno

structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana(executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatankelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kayadengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yangsesuai dengan nilai organisasi.

Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugaspokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandarinternasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantanganglobalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten,yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkanBPOM mampu melindungi masyarakat dengan optimal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetapmempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar(learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM perlu memperkuatkoordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta salingbertukar informasi (knowledge sharing).

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dandiamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhuryang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruhanggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

2.3. BUDAYA ORGANISASI

45Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan misi pengawasan Obat danMakanan, maka tujuan pengawasan Obat dan Makanan yang akan dicapai dalam kurunwaktu 2018-2019 adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, danbermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakatIndikator keberhasilannya adalah : Indeks POM di wilayah kerja Balai Besar POM diYogyakarta 71 (2019)

(2) Meningkatnya daya saing produk Obat dan Makanan di pasar lokal dan global denganmenjamin keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu serta mendukung inovasiIndikator keberhasilannya adalah : 1). Indeks kepatuhan (compliance index) pelakuusaha di bidang Obat dan Makanan 61 (2019); 2). Indeks kesadaran masyarakat(awareness index) terhadap Obat dan Makanan aman 66 (2019).

Profesional

Integritas

Kredibilitas

Kerjasama Tim

Inovatif

Responsif/CepatTanggap

2.4. TUJUAN ORGANISASI

45Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan misi pengawasan Obat danMakanan, maka tujuan pengawasan Obat dan Makanan yang akan dicapai dalam kurunwaktu 2018-2019 adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, danbermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakatIndikator keberhasilannya adalah : Indeks POM di wilayah kerja Balai Besar POM diYogyakarta 71 (2019)

(2) Meningkatnya daya saing produk Obat dan Makanan di pasar lokal dan global denganmenjamin keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu serta mendukung inovasiIndikator keberhasilannya adalah : 1). Indeks kepatuhan (compliance index) pelakuusaha di bidang Obat dan Makanan 61 (2019); 2). Indeks kesadaran masyarakat(awareness index) terhadap Obat dan Makanan aman 66 (2019).

•Menegakkan profesionalisme dengan integritas,objektivitas, ketekunan dan komitmen yangtinggi.

Profesional

•Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkandalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dankeyakinan

Integritas

•Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakatluas, nasional dan internasional.Kredibilitas

•Mengutamakan keterbukaan, saling percayadan komunikasi yang baik.Kerjasama Tim

•Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmupengetahuan dan teknologi terkini.

•Antisipatif dan responsif dalam mengatasimasalah.

Responsif/CepatTanggap

2.4. TUJUAN ORGANISASI

45Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan misi pengawasan Obat danMakanan, maka tujuan pengawasan Obat dan Makanan yang akan dicapai dalam kurunwaktu 2018-2019 adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, danbermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakatIndikator keberhasilannya adalah : Indeks POM di wilayah kerja Balai Besar POM diYogyakarta 71 (2019)

(2) Meningkatnya daya saing produk Obat dan Makanan di pasar lokal dan global denganmenjamin keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu serta mendukung inovasiIndikator keberhasilannya adalah : 1). Indeks kepatuhan (compliance index) pelakuusaha di bidang Obat dan Makanan 61 (2019); 2). Indeks kesadaran masyarakat(awareness index) terhadap Obat dan Makanan aman 66 (2019).

•Menegakkan profesionalisme dengan integritas,objektivitas, ketekunan dan komitmen yangtinggi.

•Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkandalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dankeyakinan

•Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakatluas, nasional dan internasional.

•Mengutamakan keterbukaan, saling percayadan komunikasi yang baik.

•Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmupengetahuan dan teknologi terkini.

•Antisipatif dan responsif dalam mengatasimasalah.

2.4. TUJUAN ORGANISASI

46Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai, denganmempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yangdimiliki Balai Besar POM di Yogyakarta. Dalam kurun waktu 2 (dua) tahun (2017-2019) kedepan diharapkan Balai Besar POM di Yogyakarta akan dapat mencapai sasaran strategissebagai berikut :

Gambar 6

Peta Strategi BSC Level II Balai Besar POM di Yogyakarta

1. Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan bermutuPengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan oleh Balai

Besar POM di Yogyakarta dengan melakukan sampling dan pengujian laboratorium produkObat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obatdan Makanan. Produk yang disampling berdasarkan analisis risiko kemudian diuji secaralaboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syaratkeamanan, manfaat, dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang

2.5. SASARAN STRATEGIS

46Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai, denganmempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yangdimiliki Balai Besar POM di Yogyakarta. Dalam kurun waktu 2 (dua) tahun (2017-2019) kedepan diharapkan Balai Besar POM di Yogyakarta akan dapat mencapai sasaran strategissebagai berikut :

Gambar 6

Peta Strategi BSC Level II Balai Besar POM di Yogyakarta

1. Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan bermutuPengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan oleh Balai

Besar POM di Yogyakarta dengan melakukan sampling dan pengujian laboratorium produkObat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obatdan Makanan. Produk yang disampling berdasarkan analisis risiko kemudian diuji secaralaboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syaratkeamanan, manfaat, dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang

2.5. SASARAN STRATEGIS

46Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai, denganmempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yangdimiliki Balai Besar POM di Yogyakarta. Dalam kurun waktu 2 (dua) tahun (2017-2019) kedepan diharapkan Balai Besar POM di Yogyakarta akan dapat mencapai sasaran strategissebagai berikut :

Gambar 6

Peta Strategi BSC Level II Balai Besar POM di Yogyakarta

1. Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan bermutuPengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan oleh Balai

Besar POM di Yogyakarta dengan melakukan sampling dan pengujian laboratorium produkObat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obatdan Makanan. Produk yang disampling berdasarkan analisis risiko kemudian diuji secaralaboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syaratkeamanan, manfaat, dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang

2.5. SASARAN STRATEGIS

47Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dankemudian akan ditarik dari peredaran.

Balai Besar POM di Yogyakarta juga melakukan penegakan hukum di bidang Obatdan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan yang menjanjikan keuntungan yang relatifbesar, rentan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Untuk itudiperlukan adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat danMakanan.

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan diukur berdasarkanindikator:1. Indeks POM di masing-masing wilayah kerja Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94,50% pada akhir 20193. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat dengan target 70,00% pada akhir

20194. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat dengan target 83,00% pada akhir 20195. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat dengan target 97,00% pada

akhir 20196. Persentase Makanan yang memenuhi syarat dengan target 75,00% pada akhir 2019

Disamping itu, pengawasan Obat dan Makanan juga dilakukan oleh pelaku usahabaik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain. Pengawasan dilakukan dari hulu ke hilir,dari sebelum sampai sesudah beredar salah satunya adalah meliputi pengawasan saranaproduksi dan distribusi Obat dan Makanan. Produsen mempunyai peran dalammemberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman,bermanfaat, dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Darisisi Pemerintah, Balai Besar POM di Yogyakarta bertugas dalam mengawal kebijakan danregulasi Badan POM terkait Obat dan Makanan.

2. Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran masyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutu Obat dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkaitdengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalinsuatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi yang baik.

47Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dankemudian akan ditarik dari peredaran.

Balai Besar POM di Yogyakarta juga melakukan penegakan hukum di bidang Obatdan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan yang menjanjikan keuntungan yang relatifbesar, rentan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Untuk itudiperlukan adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat danMakanan.

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan diukur berdasarkanindikator:1. Indeks POM di masing-masing wilayah kerja Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94,50% pada akhir 20193. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat dengan target 70,00% pada akhir

20194. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat dengan target 83,00% pada akhir 20195. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat dengan target 97,00% pada

akhir 20196. Persentase Makanan yang memenuhi syarat dengan target 75,00% pada akhir 2019

Disamping itu, pengawasan Obat dan Makanan juga dilakukan oleh pelaku usahabaik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain. Pengawasan dilakukan dari hulu ke hilir,dari sebelum sampai sesudah beredar salah satunya adalah meliputi pengawasan saranaproduksi dan distribusi Obat dan Makanan. Produsen mempunyai peran dalammemberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman,bermanfaat, dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Darisisi Pemerintah, Balai Besar POM di Yogyakarta bertugas dalam mengawal kebijakan danregulasi Badan POM terkait Obat dan Makanan.

2. Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran masyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutu Obat dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkaitdengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalinsuatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi yang baik.

47Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dankemudian akan ditarik dari peredaran.

Balai Besar POM di Yogyakarta juga melakukan penegakan hukum di bidang Obatdan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan yang menjanjikan keuntungan yang relatifbesar, rentan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Untuk itudiperlukan adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat danMakanan.

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan diukur berdasarkanindikator:1. Indeks POM di masing-masing wilayah kerja Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94,50% pada akhir 20193. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat dengan target 70,00% pada akhir

20194. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat dengan target 83,00% pada akhir 20195. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat dengan target 97,00% pada

akhir 20196. Persentase Makanan yang memenuhi syarat dengan target 75,00% pada akhir 2019

Disamping itu, pengawasan Obat dan Makanan juga dilakukan oleh pelaku usahabaik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain. Pengawasan dilakukan dari hulu ke hilir,dari sebelum sampai sesudah beredar salah satunya adalah meliputi pengawasan saranaproduksi dan distribusi Obat dan Makanan. Produsen mempunyai peran dalammemberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman,bermanfaat, dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Darisisi Pemerintah, Balai Besar POM di Yogyakarta bertugas dalam mengawal kebijakan danregulasi Badan POM terkait Obat dan Makanan.

2. Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran masyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutu Obat dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkaitdengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalinsuatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi yang baik.

48Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagaikonsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat)masih berpotensi tidak memenuhi syarat sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalammemilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, danbermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makananyang memenuhi syarat, Balai Besar POM di Yogyakarta harus mempunyai program dankegiatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi(KIE).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukungpada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan.Pelakuusaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantanganperdagangan bebas.Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan regulatory(sistem pengawasan) kepada pelaku usaha dalam meningkatkan kemudahan usaha dandaya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikatornya adalah:

1. Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha di bidang Obat dan Makanandengan target 61 pada akhir 2019

2. Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap Obat dan MakananAman dengan target 66 pada akhir 2019.

3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan aman

Sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakanmodal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumberdaya manusia dan sarana prasarana penunjang kinerja. Karena ketersediaan sumber dayayang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai Besar POM di Yogyakarta harusmampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukungterwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untukdiperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

48Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagaikonsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat)masih berpotensi tidak memenuhi syarat sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalammemilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, danbermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makananyang memenuhi syarat, Balai Besar POM di Yogyakarta harus mempunyai program dankegiatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi(KIE).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukungpada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan.Pelakuusaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantanganperdagangan bebas.Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan regulatory(sistem pengawasan) kepada pelaku usaha dalam meningkatkan kemudahan usaha dandaya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikatornya adalah:

1. Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha di bidang Obat dan Makanandengan target 61 pada akhir 2019

2. Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap Obat dan MakananAman dengan target 66 pada akhir 2019.

3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan aman

Sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakanmodal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumberdaya manusia dan sarana prasarana penunjang kinerja. Karena ketersediaan sumber dayayang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai Besar POM di Yogyakarta harusmampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukungterwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untukdiperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

48Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagaikonsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat)masih berpotensi tidak memenuhi syarat sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalammemilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, danbermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makananyang memenuhi syarat, Balai Besar POM di Yogyakarta harus mempunyai program dankegiatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi(KIE).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukungpada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan.Pelakuusaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantanganperdagangan bebas.Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan regulatory(sistem pengawasan) kepada pelaku usaha dalam meningkatkan kemudahan usaha dandaya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikatornya adalah:

1. Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha di bidang Obat dan Makanandengan target 61 pada akhir 2019

2. Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap Obat dan MakananAman dengan target 66 pada akhir 2019.

3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan aman

Sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakanmodal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumberdaya manusia dan sarana prasarana penunjang kinerja. Karena ketersediaan sumber dayayang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai Besar POM di Yogyakarta harusmampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukungterwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untukdiperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

49Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Balai Besar POM di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanyabersifat teknis semata (techno structure) atau, namun juga melaksanakan fungsipelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering) masih memerlukan penguatankelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya denganfungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilaiorganisasi.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut:1. Indeks pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan aman dengan target 62

pada tahun 2019

4. Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan berbasis risikoSebagai lembaga pemerintah yang memiliki peran sebagai regulator di bidang

pengawasan Obat dan Makanan, BPOM dituntut untuk mampu menciptakan berbagaikebijakan yang efektif dalam rangka perlindungan masyarakat serta peningkatan dayasaing bangsa. Idealnya kebijakan yang disusun harus berlandaskan kajian/studi kelayakanyang memadai berdasarkan data dan fakta yang ada (evidance based policy) sertamelibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga mampu menghasilkan suatukebijakan yang efektif dan bermanfaat, utamanya untuk menyelesaikan berbagaipermasalahan publik. Untuk itu, BPOM harus mampu memastikan pemanfaatan kebijakanyang disusun tersebut berjalan secara optimal, baik yang dilakukan oleh internal maupuneksternal/stakeholder BPOM. Dengan pemanfaatan kebijakan pengawasan Obat danMakanan yang tinggi, diharapkan masyarakat akan semakin terlindungi dari Obat danMakanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut:

1. Persentase sarana produksi Obat dan Makanan yang memenuhi ketentuandengan target 30,0 pada akhir 2019

2. Persentase sarana distribusi Obat yang memenuhi ketentuan dengan target 67,00pada akhir 2019

49Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Balai Besar POM di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanyabersifat teknis semata (techno structure) atau, namun juga melaksanakan fungsipelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering) masih memerlukan penguatankelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya denganfungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilaiorganisasi.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut:1. Indeks pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan aman dengan target 62

pada tahun 2019

4. Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan berbasis risikoSebagai lembaga pemerintah yang memiliki peran sebagai regulator di bidang

pengawasan Obat dan Makanan, BPOM dituntut untuk mampu menciptakan berbagaikebijakan yang efektif dalam rangka perlindungan masyarakat serta peningkatan dayasaing bangsa. Idealnya kebijakan yang disusun harus berlandaskan kajian/studi kelayakanyang memadai berdasarkan data dan fakta yang ada (evidance based policy) sertamelibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga mampu menghasilkan suatukebijakan yang efektif dan bermanfaat, utamanya untuk menyelesaikan berbagaipermasalahan publik. Untuk itu, BPOM harus mampu memastikan pemanfaatan kebijakanyang disusun tersebut berjalan secara optimal, baik yang dilakukan oleh internal maupuneksternal/stakeholder BPOM. Dengan pemanfaatan kebijakan pengawasan Obat danMakanan yang tinggi, diharapkan masyarakat akan semakin terlindungi dari Obat danMakanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut:

1. Persentase sarana produksi Obat dan Makanan yang memenuhi ketentuandengan target 30,0 pada akhir 2019

2. Persentase sarana distribusi Obat yang memenuhi ketentuan dengan target 67,00pada akhir 2019

49Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Balai Besar POM di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanyabersifat teknis semata (techno structure) atau, namun juga melaksanakan fungsipelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering) masih memerlukan penguatankelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya denganfungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilaiorganisasi.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut:1. Indeks pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan aman dengan target 62

pada tahun 2019

4. Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan berbasis risikoSebagai lembaga pemerintah yang memiliki peran sebagai regulator di bidang

pengawasan Obat dan Makanan, BPOM dituntut untuk mampu menciptakan berbagaikebijakan yang efektif dalam rangka perlindungan masyarakat serta peningkatan dayasaing bangsa. Idealnya kebijakan yang disusun harus berlandaskan kajian/studi kelayakanyang memadai berdasarkan data dan fakta yang ada (evidance based policy) sertamelibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga mampu menghasilkan suatukebijakan yang efektif dan bermanfaat, utamanya untuk menyelesaikan berbagaipermasalahan publik. Untuk itu, BPOM harus mampu memastikan pemanfaatan kebijakanyang disusun tersebut berjalan secara optimal, baik yang dilakukan oleh internal maupuneksternal/stakeholder BPOM. Dengan pemanfaatan kebijakan pengawasan Obat danMakanan yang tinggi, diharapkan masyarakat akan semakin terlindungi dari Obat danMakanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut:

1. Persentase sarana produksi Obat dan Makanan yang memenuhi ketentuandengan target 30,0 pada akhir 2019

2. Persentase sarana distribusi Obat yang memenuhi ketentuan dengan target 67,00pada akhir 2019

50Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3. Persentase keputusan penilaian sertifikasi yang diselesaikan tepat waktu dengantarget 96 pada akhir 2019

4. Rasio tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan makanan yang dilaksanakandengan target 60 pada akhir 2019

5. Menguatnya penegakan hukum di bidang Obat dan MakananKejahatan di bidang Obat dan Makanan merupakan kejahatan kemanusiaan yangmengancam ketahanan bangsa. Kejahatan ini menjadi ancaman serius terhadapkesehatan masyarakat Indonesia serta berdampak merugikan pada aspek ekonomimaupun sosial. Motif ekonomi disertai lemahnya sanksi hukum yang kurangmenimbulkan efek jera, dimanfaatkan para pelaku kejahatan Obat dan Makanan untukmencari celah dalam mendapatkan keuntungan yang besar.Perkembangan kejahatan Obat dan Makanan yang semakin tinggi dan inovatifmenyebabkan tantangan BPOM menjadi semakin kompleks. Kejahatan tersebut saatini telah berkembang dengan menggunakan modus-modus baru yang mampumenyasar ke berbagai aspek masyarakat sehingga menciptakan dampak negatifsecara masif, baik secara langsung maupun dalam jangka panjang terhadapkesehatan, ekonomi hingga aspek sosial kemasyarakatan. Hal tersebut perlu diatasidan diantisipasi oleh BPOM melalui penyidikan tindak pidana Obat dan Makanan yangefektif sehingga mampu memberikan efek jera dan mengurangi tindak kejahatan dibidang Obat dan Makanan.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut : Persentase perkara yang diselesaikan hingga tahap II dengantarget 50% pada akhir 2019.

6. Terwujudnya RB BB/BPOM sesuai roadmap RB BPOM 2015 - 2019Sejalan dengan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance) seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk terusmelaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan. Hal ini dalamrangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggisehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat. Penerapan tata kelola

50Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3. Persentase keputusan penilaian sertifikasi yang diselesaikan tepat waktu dengantarget 96 pada akhir 2019

4. Rasio tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan makanan yang dilaksanakandengan target 60 pada akhir 2019

5. Menguatnya penegakan hukum di bidang Obat dan MakananKejahatan di bidang Obat dan Makanan merupakan kejahatan kemanusiaan yangmengancam ketahanan bangsa. Kejahatan ini menjadi ancaman serius terhadapkesehatan masyarakat Indonesia serta berdampak merugikan pada aspek ekonomimaupun sosial. Motif ekonomi disertai lemahnya sanksi hukum yang kurangmenimbulkan efek jera, dimanfaatkan para pelaku kejahatan Obat dan Makanan untukmencari celah dalam mendapatkan keuntungan yang besar.Perkembangan kejahatan Obat dan Makanan yang semakin tinggi dan inovatifmenyebabkan tantangan BPOM menjadi semakin kompleks. Kejahatan tersebut saatini telah berkembang dengan menggunakan modus-modus baru yang mampumenyasar ke berbagai aspek masyarakat sehingga menciptakan dampak negatifsecara masif, baik secara langsung maupun dalam jangka panjang terhadapkesehatan, ekonomi hingga aspek sosial kemasyarakatan. Hal tersebut perlu diatasidan diantisipasi oleh BPOM melalui penyidikan tindak pidana Obat dan Makanan yangefektif sehingga mampu memberikan efek jera dan mengurangi tindak kejahatan dibidang Obat dan Makanan.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut : Persentase perkara yang diselesaikan hingga tahap II dengantarget 50% pada akhir 2019.

6. Terwujudnya RB BB/BPOM sesuai roadmap RB BPOM 2015 - 2019Sejalan dengan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance) seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk terusmelaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan. Hal ini dalamrangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggisehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat. Penerapan tata kelola

50Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3. Persentase keputusan penilaian sertifikasi yang diselesaikan tepat waktu dengantarget 96 pada akhir 2019

4. Rasio tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan makanan yang dilaksanakandengan target 60 pada akhir 2019

5. Menguatnya penegakan hukum di bidang Obat dan MakananKejahatan di bidang Obat dan Makanan merupakan kejahatan kemanusiaan yangmengancam ketahanan bangsa. Kejahatan ini menjadi ancaman serius terhadapkesehatan masyarakat Indonesia serta berdampak merugikan pada aspek ekonomimaupun sosial. Motif ekonomi disertai lemahnya sanksi hukum yang kurangmenimbulkan efek jera, dimanfaatkan para pelaku kejahatan Obat dan Makanan untukmencari celah dalam mendapatkan keuntungan yang besar.Perkembangan kejahatan Obat dan Makanan yang semakin tinggi dan inovatifmenyebabkan tantangan BPOM menjadi semakin kompleks. Kejahatan tersebut saatini telah berkembang dengan menggunakan modus-modus baru yang mampumenyasar ke berbagai aspek masyarakat sehingga menciptakan dampak negatifsecara masif, baik secara langsung maupun dalam jangka panjang terhadapkesehatan, ekonomi hingga aspek sosial kemasyarakatan. Hal tersebut perlu diatasidan diantisipasi oleh BPOM melalui penyidikan tindak pidana Obat dan Makanan yangefektif sehingga mampu memberikan efek jera dan mengurangi tindak kejahatan dibidang Obat dan Makanan.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkanindikator sebagai berikut : Persentase perkara yang diselesaikan hingga tahap II dengantarget 50% pada akhir 2019.

6. Terwujudnya RB BB/BPOM sesuai roadmap RB BPOM 2015 - 2019Sejalan dengan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance) seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk terusmelaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan. Hal ini dalamrangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggisehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat. Penerapan tata kelola

51Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspekketerbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, danpartisipasi masyarakat.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip good governance

dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk menginstitusionalisasiketerbukaan informasi publik, telah ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi danDokumentasi (PPID) di BPOM. Pada tahun 2015-2019, BPOM berupaya untukmeningkatkan hasil penilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK, dan SAKIP.Selain upaya internal, peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terwujud denganadanya dukungan eksternal antara lain (i) dukungan kebijakan pemenuhan targetkuantitas dan kualitas SDM di BPOM agar beban kerja lebih realistis, (ii) penguatanorganisasi, dan (iii) dukungan anggaran.Sumber daya, yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatasbaik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM untuk mengelola sumberdaya tersebut seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukungterwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untukdiperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.Untuk melaksanakan tugas BPOM, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi.Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi danefektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuransesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedurkerja.Selain itu, perlu dilakukan penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat danMakanan. Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasiUU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan,(iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja,disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii)

51Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspekketerbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, danpartisipasi masyarakat.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip good governance

dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk menginstitusionalisasiketerbukaan informasi publik, telah ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi danDokumentasi (PPID) di BPOM. Pada tahun 2015-2019, BPOM berupaya untukmeningkatkan hasil penilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK, dan SAKIP.Selain upaya internal, peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terwujud denganadanya dukungan eksternal antara lain (i) dukungan kebijakan pemenuhan targetkuantitas dan kualitas SDM di BPOM agar beban kerja lebih realistis, (ii) penguatanorganisasi, dan (iii) dukungan anggaran.Sumber daya, yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatasbaik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM untuk mengelola sumberdaya tersebut seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukungterwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untukdiperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.Untuk melaksanakan tugas BPOM, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi.Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi danefektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuransesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedurkerja.Selain itu, perlu dilakukan penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat danMakanan. Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasiUU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan,(iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja,disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii)

51Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspekketerbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, danpartisipasi masyarakat.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip good governance

dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk menginstitusionalisasiketerbukaan informasi publik, telah ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi danDokumentasi (PPID) di BPOM. Pada tahun 2015-2019, BPOM berupaya untukmeningkatkan hasil penilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK, dan SAKIP.Selain upaya internal, peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terwujud denganadanya dukungan eksternal antara lain (i) dukungan kebijakan pemenuhan targetkuantitas dan kualitas SDM di BPOM agar beban kerja lebih realistis, (ii) penguatanorganisasi, dan (iii) dukungan anggaran.Sumber daya, yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatasbaik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM untuk mengelola sumberdaya tersebut seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukungterwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untukdiperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.Untuk melaksanakan tugas BPOM, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi.Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi danefektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuransesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedurkerja.Selain itu, perlu dilakukan penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat danMakanan. Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasiUU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan,(iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja,disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii)

52Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii)pemberhentian.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya yaitu : NilaiAKIP BPOM, dengan target 81 pada akhir 2019.

52Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii)pemberhentian.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya yaitu : NilaiAKIP BPOM, dengan target 81 pada akhir 2019.

52Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii)pemberhentian.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya yaitu : NilaiAKIP BPOM, dengan target 81 pada akhir 2019.

53Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

BAB IIIARAH KEBIJAKAN,

STRATEGI, KERANGKA REGULASI DANKERANGKA KELEMBAGAAN

53Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

BAB IIIARAH KEBIJAKAN,

STRATEGI, KERANGKA REGULASI DANKERANGKA KELEMBAGAAN

53Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

BAB IIIARAH KEBIJAKAN,

STRATEGI, KERANGKA REGULASI DANKERANGKA KELEMBAGAAN

54Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Sebagaimana visi dan misi pembangunan nasional periode 2015-2019, untukmewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalahmewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misiini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebutNAWA CITA:1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

rasa aman pada seluruh warga negara.2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan.4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis

ekonomi domestik.8. Melakukan revolusi karakter bangsa.9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pada periode 2015-2019,BPOM mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan tersebut, utamanyaagenda nawacita ke-5 meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menunjangProgram Indonesia Sehat melalui pengawasan Obat dan Makanan.

Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada penyediaanlapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga pemenuhan hak-hakdasar warga negara untuk memperoleh layanan publik. Dalam perspektif tersebut,pembangunan manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

54Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Sebagaimana visi dan misi pembangunan nasional periode 2015-2019, untukmewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalahmewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misiini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebutNAWA CITA:1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

rasa aman pada seluruh warga negara.2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan.4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis

ekonomi domestik.8. Melakukan revolusi karakter bangsa.9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pada periode 2015-2019,BPOM mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan tersebut, utamanyaagenda nawacita ke-5 meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menunjangProgram Indonesia Sehat melalui pengawasan Obat dan Makanan.

Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada penyediaanlapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga pemenuhan hak-hakdasar warga negara untuk memperoleh layanan publik. Dalam perspektif tersebut,pembangunan manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

54Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Sebagaimana visi dan misi pembangunan nasional periode 2015-2019, untukmewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalahmewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misiini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebutNAWA CITA:1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

rasa aman pada seluruh warga negara.2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan.4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis

ekonomi domestik.8. Melakukan revolusi karakter bangsa.9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pada periode 2015-2019,BPOM mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan tersebut, utamanyaagenda nawacita ke-5 meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menunjangProgram Indonesia Sehat melalui pengawasan Obat dan Makanan.

Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada penyediaanlapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga pemenuhan hak-hakdasar warga negara untuk memperoleh layanan publik. Dalam perspektif tersebut,pembangunan manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

55Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, sertaberdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh rakyatIndonesia. Kualitas sumber daya manusia tercermin dari tingkat pendidikan, kesehatan,dan pendapatan penduduk, yang menjadi komponen inti Indeks Pembangunan Manusia(IPM). IPM Indonesia terus mengalami peningkatan dari 71,8 pada tahun 2009 menjadi73,8 pada tahun 2013.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan RevolusiMental dengan mengubah cara pandang, pikir, sikap, dan perilaku setiap orang yangberorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besaryang mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Revolusi Mentalmengandung nilai-nilai esensial yang harus diinternalisasi baik kepada setiap individumaupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taathukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dangotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.

Dalam Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019, BPOM termasuk dalam 2 (dua) bidangyaitu 1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama-Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat, dan 2) Bidang Ekonomi-Subbidang UMKM dan Koperasi. Selain itu, BPOMjuga termasuk dalam RPJMN Bidang Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Fokus pada pembangunan Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat, tantanganke depan adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanankesehatan ibu anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan penyakit menularmaupun tidak menular, meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan, sertameningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di SubbidangKesehatan dan Gizi Masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan padabeberapa tantangan. Beberapa permasalahan dan isu strategis pengawasan Obat danMakanan tercakup dalam permasalahan dan isu strategis ke-5: Pemenuhan KetersediaanFarmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakatadalah meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, menurunnya prevalensipenyakit menular dan faktor resiko penyakit tidak menular, meningkatnya kualitas

55Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, sertaberdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh rakyatIndonesia. Kualitas sumber daya manusia tercermin dari tingkat pendidikan, kesehatan,dan pendapatan penduduk, yang menjadi komponen inti Indeks Pembangunan Manusia(IPM). IPM Indonesia terus mengalami peningkatan dari 71,8 pada tahun 2009 menjadi73,8 pada tahun 2013.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan RevolusiMental dengan mengubah cara pandang, pikir, sikap, dan perilaku setiap orang yangberorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besaryang mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Revolusi Mentalmengandung nilai-nilai esensial yang harus diinternalisasi baik kepada setiap individumaupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taathukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dangotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.

Dalam Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019, BPOM termasuk dalam 2 (dua) bidangyaitu 1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama-Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat, dan 2) Bidang Ekonomi-Subbidang UMKM dan Koperasi. Selain itu, BPOMjuga termasuk dalam RPJMN Bidang Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Fokus pada pembangunan Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat, tantanganke depan adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanankesehatan ibu anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan penyakit menularmaupun tidak menular, meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan, sertameningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di SubbidangKesehatan dan Gizi Masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan padabeberapa tantangan. Beberapa permasalahan dan isu strategis pengawasan Obat danMakanan tercakup dalam permasalahan dan isu strategis ke-5: Pemenuhan KetersediaanFarmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakatadalah meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, menurunnya prevalensipenyakit menular dan faktor resiko penyakit tidak menular, meningkatnya kualitas

55Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, sertaberdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh rakyatIndonesia. Kualitas sumber daya manusia tercermin dari tingkat pendidikan, kesehatan,dan pendapatan penduduk, yang menjadi komponen inti Indeks Pembangunan Manusia(IPM). IPM Indonesia terus mengalami peningkatan dari 71,8 pada tahun 2009 menjadi73,8 pada tahun 2013.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan RevolusiMental dengan mengubah cara pandang, pikir, sikap, dan perilaku setiap orang yangberorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besaryang mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Revolusi Mentalmengandung nilai-nilai esensial yang harus diinternalisasi baik kepada setiap individumaupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taathukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dangotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.

Dalam Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019, BPOM termasuk dalam 2 (dua) bidangyaitu 1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama-Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat, dan 2) Bidang Ekonomi-Subbidang UMKM dan Koperasi. Selain itu, BPOMjuga termasuk dalam RPJMN Bidang Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Fokus pada pembangunan Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat, tantanganke depan adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanankesehatan ibu anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan penyakit menularmaupun tidak menular, meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan, sertameningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di SubbidangKesehatan dan Gizi Masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan padabeberapa tantangan. Beberapa permasalahan dan isu strategis pengawasan Obat danMakanan tercakup dalam permasalahan dan isu strategis ke-5: Pemenuhan KetersediaanFarmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakatadalah meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, menurunnya prevalensipenyakit menular dan faktor resiko penyakit tidak menular, meningkatnya kualitas

56Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, meningkatnya akses masyarakat terhadappelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,meningkatnya kepesertaan dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, terpenuhinyakebutuhan tenaga kesehatan dan obat di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan fasilitaspelayanan kesehatan rujukan, serta meningkatnya rensponsifitas sistem kesehatan.Sasaran pokok yang terkait erat dengan BPOM adalah “Memastikan Ketersediaan Obatdan Mutu Obat dan Makanan” dengan indikator:

Tabel 6Indikator Kinerja BPOM yang sesuai dengan Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019

No Indikator Status Awal Target 20191 Persentase obat yang memenuhi syarat 92,00 97,002 Persentase makanan yang memenuhi syarat 88,10 92,56

(Sumber: RPJMN 2015-2019)

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan dangizi masyarakat yang terkait dengan BPOM yaitu “Meningkatkan Pengawasan Obat danMakanan” melalui strategi:

1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan lintas sektor;4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh

masyarakat dan pelaku usaha;5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong

peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan;6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Untuk mendukung agenda Nawa Cita ke-3 Membangun Indonesia dari pinggirandengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, BPOMmengantisipasi terhadap pertumbuhan daerah baru yang berdampak pada perlunyapeningkatan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu BPOM memperkuat BB/BalaiPOM dengan pembentukan UPT BPOM di Kabupaten/Kota, dimana salah satu kriterianyamencakup faktor kesulitan geografis termasuk wilayah pinggiran/perbatasan.

56Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, meningkatnya akses masyarakat terhadappelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,meningkatnya kepesertaan dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, terpenuhinyakebutuhan tenaga kesehatan dan obat di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan fasilitaspelayanan kesehatan rujukan, serta meningkatnya rensponsifitas sistem kesehatan.Sasaran pokok yang terkait erat dengan BPOM adalah “Memastikan Ketersediaan Obatdan Mutu Obat dan Makanan” dengan indikator:

Tabel 6Indikator Kinerja BPOM yang sesuai dengan Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019

No Indikator Status Awal Target 20191 Persentase obat yang memenuhi syarat 92,00 97,002 Persentase makanan yang memenuhi syarat 88,10 92,56

(Sumber: RPJMN 2015-2019)

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan dangizi masyarakat yang terkait dengan BPOM yaitu “Meningkatkan Pengawasan Obat danMakanan” melalui strategi:

1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan lintas sektor;4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh

masyarakat dan pelaku usaha;5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong

peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan;6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Untuk mendukung agenda Nawa Cita ke-3 Membangun Indonesia dari pinggirandengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, BPOMmengantisipasi terhadap pertumbuhan daerah baru yang berdampak pada perlunyapeningkatan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu BPOM memperkuat BB/BalaiPOM dengan pembentukan UPT BPOM di Kabupaten/Kota, dimana salah satu kriterianyamencakup faktor kesulitan geografis termasuk wilayah pinggiran/perbatasan.

56Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, meningkatnya akses masyarakat terhadappelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,meningkatnya kepesertaan dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, terpenuhinyakebutuhan tenaga kesehatan dan obat di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan fasilitaspelayanan kesehatan rujukan, serta meningkatnya rensponsifitas sistem kesehatan.Sasaran pokok yang terkait erat dengan BPOM adalah “Memastikan Ketersediaan Obatdan Mutu Obat dan Makanan” dengan indikator:

Tabel 6Indikator Kinerja BPOM yang sesuai dengan Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019

No Indikator Status Awal Target 20191 Persentase obat yang memenuhi syarat 92,00 97,002 Persentase makanan yang memenuhi syarat 88,10 92,56

(Sumber: RPJMN 2015-2019)

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan dangizi masyarakat yang terkait dengan BPOM yaitu “Meningkatkan Pengawasan Obat danMakanan” melalui strategi:

1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan lintas sektor;4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh

masyarakat dan pelaku usaha;5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong

peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan;6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Untuk mendukung agenda Nawa Cita ke-3 Membangun Indonesia dari pinggirandengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, BPOMmengantisipasi terhadap pertumbuhan daerah baru yang berdampak pada perlunyapeningkatan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu BPOM memperkuat BB/BalaiPOM dengan pembentukan UPT BPOM di Kabupaten/Kota, dimana salah satu kriterianyamencakup faktor kesulitan geografis termasuk wilayah pinggiran/perbatasan.

57Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Gambar 7. Rangkaian Proses Penciptaan Produk Obat dan Makanan (Sebelum-Sesudah Produksi)

Terkait strategi peningkatan infrastruktur mutu dalam rangka mendukung arahkebijakan "Peningkatan Dukungan Iptek Bagi Daya Saing Sektor Produksi", BPOM:a) Mengawasi produk Obat dan Makanan yang beredar (post market control) meliputi

pengawasan sarana produksi dan distribusi obat, inspeksi dan sertifikasi obattradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan, inspeksi dan sertifikasi pangan, sertapengawasan produk dan bahan berbahaya.

b) Menguji mutu produk Obat dan Makanan (pengujian laboratorium) melalui kegiatanpemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian keamanan,khasiat/manfaat, dan mutu produk Obat dan Makanan, serta pembinaan laboratoriumpengawasan Obat dan Makanan.

c) Memberikan sanksi dalam rangka penegakan hukum sesuai peraturan perundanganyang berlaku melalui kegiatan investigasi awal dan penyidikan terhadap pelanggarandi bidang Obat dan Makanan.

3.2. Arah Kebijakan Badan POM

Untuk mendukung tujuan pembangunan Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat serta untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019,

Eksplorasi Uji Alpha DifusiUji Beta

Riset Eksplorasi Scanning

ReplikasiUji di Lab

Uji lapangan(lingkunganpengguna)

Aplikasipengguna

TemuanBaru

Inovasi

BPOM membuat pedoman untuk industri dalam pelaksanaanriset/pengembangan produk (conduct of research)

57Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Gambar 7. Rangkaian Proses Penciptaan Produk Obat dan Makanan (Sebelum-Sesudah Produksi)

Terkait strategi peningkatan infrastruktur mutu dalam rangka mendukung arahkebijakan "Peningkatan Dukungan Iptek Bagi Daya Saing Sektor Produksi", BPOM:a) Mengawasi produk Obat dan Makanan yang beredar (post market control) meliputi

pengawasan sarana produksi dan distribusi obat, inspeksi dan sertifikasi obattradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan, inspeksi dan sertifikasi pangan, sertapengawasan produk dan bahan berbahaya.

b) Menguji mutu produk Obat dan Makanan (pengujian laboratorium) melalui kegiatanpemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian keamanan,khasiat/manfaat, dan mutu produk Obat dan Makanan, serta pembinaan laboratoriumpengawasan Obat dan Makanan.

c) Memberikan sanksi dalam rangka penegakan hukum sesuai peraturan perundanganyang berlaku melalui kegiatan investigasi awal dan penyidikan terhadap pelanggarandi bidang Obat dan Makanan.

3.2. Arah Kebijakan Badan POM

Untuk mendukung tujuan pembangunan Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat serta untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019,

Eksplorasi Uji Alpha DifusiUji Beta

Riset Eksplorasi Scanning

ReplikasiUji di Lab

Uji lapangan(lingkunganpengguna)

Aplikasipengguna

TemuanBaru

Inovasi

BPOM membuat pedoman untuk industri dalam pelaksanaanriset/pengembangan produk (conduct of research)

57Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Gambar 7. Rangkaian Proses Penciptaan Produk Obat dan Makanan (Sebelum-Sesudah Produksi)

Terkait strategi peningkatan infrastruktur mutu dalam rangka mendukung arahkebijakan "Peningkatan Dukungan Iptek Bagi Daya Saing Sektor Produksi", BPOM:a) Mengawasi produk Obat dan Makanan yang beredar (post market control) meliputi

pengawasan sarana produksi dan distribusi obat, inspeksi dan sertifikasi obattradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan, inspeksi dan sertifikasi pangan, sertapengawasan produk dan bahan berbahaya.

b) Menguji mutu produk Obat dan Makanan (pengujian laboratorium) melalui kegiatanpemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian keamanan,khasiat/manfaat, dan mutu produk Obat dan Makanan, serta pembinaan laboratoriumpengawasan Obat dan Makanan.

c) Memberikan sanksi dalam rangka penegakan hukum sesuai peraturan perundanganyang berlaku melalui kegiatan investigasi awal dan penyidikan terhadap pelanggarandi bidang Obat dan Makanan.

3.2. Arah Kebijakan Badan POM

Untuk mendukung tujuan pembangunan Subbidang Kesehatan dan GiziMasyarakat serta untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019,

Eksplorasi Uji Alpha DifusiUji Beta

Riset Eksplorasi Scanning

ReplikasiUji di Lab

Uji lapangan(lingkunganpengguna)

Aplikasipengguna

TemuanBaru

Inovasi

BPOM membuat pedoman untuk industri dalam pelaksanaanriset/pengembangan produk (conduct of research)

58Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat danMakanan.Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan kewenangan dan kapasitas BPOM untuk secara efektif melaksanakanpengawasan hulu ke hilir dan tindak lanjut hasil pengawasan.

2) Pengembangan, pembinaan, dan fasilitasi industri Obat dan Makanan dalam rangkapeningkatan daya saing.

3) Peningkatan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam pengawasan Obat danMakanan.

4) Penguatan penegakan hukum untuk kejahatan di bidang Obat dan Makanan.

Untuk dapat melaksanakan kebijakan tersebut, BPOM merumuskan strategi sebagaiberikut:1) Penguatan regulasi dalam memperkuat pengawasan Obat dan Makanan.2) Penguatan kelembagaan BPOM.3) Revitalisasi pelayanan publik BPOM.4) Revitalisasi sistem manajemen informasi Obat dan Makanan.5) Revitalisasi pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.6) Koordinasi dan sinergisme lintas sektor dalam sistem pengawasan terpadu.7) Revitalisasi laboratorium pengawasan Obat dan Makanan.8) Revitalisasi komunikasi publik.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obatdan Makanan, BPOM menetapkan program sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaituprogram utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut:a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan MakananProgram ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM dalammenghasilkan standardisasi dalam pemenuhan keamanan, khasiat/manfaat, dan

58Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat danMakanan.Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan kewenangan dan kapasitas BPOM untuk secara efektif melaksanakanpengawasan hulu ke hilir dan tindak lanjut hasil pengawasan.

2) Pengembangan, pembinaan, dan fasilitasi industri Obat dan Makanan dalam rangkapeningkatan daya saing.

3) Peningkatan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam pengawasan Obat danMakanan.

4) Penguatan penegakan hukum untuk kejahatan di bidang Obat dan Makanan.

Untuk dapat melaksanakan kebijakan tersebut, BPOM merumuskan strategi sebagaiberikut:1) Penguatan regulasi dalam memperkuat pengawasan Obat dan Makanan.2) Penguatan kelembagaan BPOM.3) Revitalisasi pelayanan publik BPOM.4) Revitalisasi sistem manajemen informasi Obat dan Makanan.5) Revitalisasi pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.6) Koordinasi dan sinergisme lintas sektor dalam sistem pengawasan terpadu.7) Revitalisasi laboratorium pengawasan Obat dan Makanan.8) Revitalisasi komunikasi publik.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obatdan Makanan, BPOM menetapkan program sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaituprogram utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut:a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan MakananProgram ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM dalammenghasilkan standardisasi dalam pemenuhan keamanan, khasiat/manfaat, dan

58Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat danMakanan.Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan kewenangan dan kapasitas BPOM untuk secara efektif melaksanakanpengawasan hulu ke hilir dan tindak lanjut hasil pengawasan.

2) Pengembangan, pembinaan, dan fasilitasi industri Obat dan Makanan dalam rangkapeningkatan daya saing.

3) Peningkatan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam pengawasan Obat danMakanan.

4) Penguatan penegakan hukum untuk kejahatan di bidang Obat dan Makanan.

Untuk dapat melaksanakan kebijakan tersebut, BPOM merumuskan strategi sebagaiberikut:1) Penguatan regulasi dalam memperkuat pengawasan Obat dan Makanan.2) Penguatan kelembagaan BPOM.3) Revitalisasi pelayanan publik BPOM.4) Revitalisasi sistem manajemen informasi Obat dan Makanan.5) Revitalisasi pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.6) Koordinasi dan sinergisme lintas sektor dalam sistem pengawasan terpadu.7) Revitalisasi laboratorium pengawasan Obat dan Makanan.8) Revitalisasi komunikasi publik.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obatdan Makanan, BPOM menetapkan program sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaituprogram utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut:a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan MakananProgram ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM dalammenghasilkan standardisasi dalam pemenuhan keamanan, khasiat/manfaat, dan

59Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

mutu Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standarpengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadapsarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujianObat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingankepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya.2) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan

Pengawas Obat dan Makanan.3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatanprioritas, sebagai berikut:a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan.

1. Peningkatan pengawasan sarana produksi, sarana distribusi, dan saranapelayanan Obat dan Makanan untuk meningkatkan kualitas sarana produksi,sarana distribusi, dan sarana pelayanan Obat dan Makanan;

2. Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif3. Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium

Obat dan Makanan;4. Penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan5. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam

rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminankeamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangkukepentingan.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):1. Koordinasi Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan2. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat

dan Makanan.3. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Penunjang Aparatur

59Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

mutu Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standarpengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadapsarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujianObat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingankepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya.2) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan

Pengawas Obat dan Makanan.3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatanprioritas, sebagai berikut:a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan.

1. Peningkatan pengawasan sarana produksi, sarana distribusi, dan saranapelayanan Obat dan Makanan untuk meningkatkan kualitas sarana produksi,sarana distribusi, dan sarana pelayanan Obat dan Makanan;

2. Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif3. Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium

Obat dan Makanan;4. Penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan5. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam

rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminankeamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangkukepentingan.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):1. Koordinasi Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan2. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat

dan Makanan.3. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Penunjang Aparatur

59Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

mutu Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standarpengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadapsarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujianObat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingankepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya.2) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan

Pengawas Obat dan Makanan.3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatanprioritas, sebagai berikut:a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan.

1. Peningkatan pengawasan sarana produksi, sarana distribusi, dan saranapelayanan Obat dan Makanan untuk meningkatkan kualitas sarana produksi,sarana distribusi, dan sarana pelayanan Obat dan Makanan;

2. Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif3. Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium

Obat dan Makanan;4. Penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan5. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam

rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminankeamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangkukepentingan.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):1. Koordinasi Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan2. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat

dan Makanan.3. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Penunjang Aparatur

60Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur5. Peningkatan kualitas Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan

Masyarakat

Sedangkan program, sasaran, kegiatan strategis, sasaran kegiatan dan indikatordituangkan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 7Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan dan Indikator

Program Sasaran ProgramKegiatanStrategis

Sasaran Kegiatan Indikator

PROGRAMPENGAWASANOBAT DANMAKANAN

MenguatnyaSistemPengawasan Obatdan Makanan

PengawasanObat danMakanan diBalai BesarPOM diYogyakarta

Terwujudnya Obat danMakanan yang aman danbermutu di masing-masingwilayah kerja Balai Besar POMdi Yogyakarta

1. Indeks POM di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

2. Persentase Obat yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

3. Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

4. Persentase SuplemenKesehatan yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

5. Persentase Kosmetikyang memenuhi syaratdi masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

6. Persentase Makananyang memenuhi syaratdi masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

MeningkatnyaKemandirian PelakuUsaha, Kemitraandengan pemangkukepentingan, danpartisipasimasyarakat

Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutuObat dan Makanan di masing-masing wilayah kerja BB/BPOM

1. Indeks kepatuhan(compliance index)pelaku usaha di bidangObat dan Makanan dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

2. Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

60Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur5. Peningkatan kualitas Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan

Masyarakat

Sedangkan program, sasaran, kegiatan strategis, sasaran kegiatan dan indikatordituangkan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 7Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan dan Indikator

Program Sasaran ProgramKegiatanStrategis

Sasaran Kegiatan Indikator

PROGRAMPENGAWASANOBAT DANMAKANAN

MenguatnyaSistemPengawasan Obatdan Makanan

PengawasanObat danMakanan diBalai BesarPOM diYogyakarta

Terwujudnya Obat danMakanan yang aman danbermutu di masing-masingwilayah kerja Balai Besar POMdi Yogyakarta

1. Indeks POM di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

2. Persentase Obat yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

3. Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

4. Persentase SuplemenKesehatan yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

5. Persentase Kosmetikyang memenuhi syaratdi masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

6. Persentase Makananyang memenuhi syaratdi masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

MeningkatnyaKemandirian PelakuUsaha, Kemitraandengan pemangkukepentingan, danpartisipasimasyarakat

Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutuObat dan Makanan di masing-masing wilayah kerja BB/BPOM

1. Indeks kepatuhan(compliance index)pelaku usaha di bidangObat dan Makanan dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

2. Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

60Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur5. Peningkatan kualitas Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan

Masyarakat

Sedangkan program, sasaran, kegiatan strategis, sasaran kegiatan dan indikatordituangkan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 7Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan dan Indikator

Program Sasaran ProgramKegiatanStrategis

Sasaran Kegiatan Indikator

PROGRAMPENGAWASANOBAT DANMAKANAN

MenguatnyaSistemPengawasan Obatdan Makanan

PengawasanObat danMakanan diBalai BesarPOM diYogyakarta

Terwujudnya Obat danMakanan yang aman danbermutu di masing-masingwilayah kerja Balai Besar POMdi Yogyakarta

1. Indeks POM di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

2. Persentase Obat yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

3. Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

4. Persentase SuplemenKesehatan yangmemenuhi syarat dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

5. Persentase Kosmetikyang memenuhi syaratdi masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

6. Persentase Makananyang memenuhi syaratdi masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

MeningkatnyaKemandirian PelakuUsaha, Kemitraandengan pemangkukepentingan, danpartisipasimasyarakat

Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutuObat dan Makanan di masing-masing wilayah kerja BB/BPOM

1. Indeks kepatuhan(compliance index)pelaku usaha di bidangObat dan Makanan dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

2. Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

61Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Program Sasaran ProgramKegiatanStrategis

Sasaran Kegiatan Indikator

Meningkatnyakualitas kapasitaskelembagaan BalaiBesar POM diYogyakarta

Meningkatnya pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Indeks pengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makanan amandi masing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Meningkatnya efektivitaspengawasan Obat danMakanan berbasis risiko dimasing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

1. Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yangmemenuhi ketentuan

2. Persentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

3. Persentase keputusanpenilaian sertifikasiyang diselesaikan tepatwaktu

4. Rasio tindak lanjut hasilpengawasan Obat danmakanan yangdilaksanakan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Menguatnya penegakanhukum di bidang Obat danMakanan di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Persentase perkara yangdiselesaikan hinggatahap II di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Terwujudnya RB BB/BPOMsesuai roadmap RB BPOM2015 - 2019

Nilai AKIP BB/BPOM

3.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkanregulasi yang kuat. Sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang mempunyai tugasteknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perluadanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makananmerupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknyadibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta.Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tugaspengawasan Obat dan Makanan.

61Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Program Sasaran ProgramKegiatanStrategis

Sasaran Kegiatan Indikator

Meningkatnyakualitas kapasitaskelembagaan BalaiBesar POM diYogyakarta

Meningkatnya pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Indeks pengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makanan amandi masing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Meningkatnya efektivitaspengawasan Obat danMakanan berbasis risiko dimasing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

1. Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yangmemenuhi ketentuan

2. Persentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

3. Persentase keputusanpenilaian sertifikasiyang diselesaikan tepatwaktu

4. Rasio tindak lanjut hasilpengawasan Obat danmakanan yangdilaksanakan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Menguatnya penegakanhukum di bidang Obat danMakanan di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Persentase perkara yangdiselesaikan hinggatahap II di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Terwujudnya RB BB/BPOMsesuai roadmap RB BPOM2015 - 2019

Nilai AKIP BB/BPOM

3.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkanregulasi yang kuat. Sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang mempunyai tugasteknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perluadanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makananmerupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknyadibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta.Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tugaspengawasan Obat dan Makanan.

61Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Program Sasaran ProgramKegiatanStrategis

Sasaran Kegiatan Indikator

Meningkatnyakualitas kapasitaskelembagaan BalaiBesar POM diYogyakarta

Meningkatnya pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Indeks pengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makanan amandi masing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Meningkatnya efektivitaspengawasan Obat danMakanan berbasis risiko dimasing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

1. Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yangmemenuhi ketentuan

2. Persentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

3. Persentase keputusanpenilaian sertifikasiyang diselesaikan tepatwaktu

4. Rasio tindak lanjut hasilpengawasan Obat danmakanan yangdilaksanakan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Menguatnya penegakanhukum di bidang Obat danMakanan di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Persentase perkara yangdiselesaikan hinggatahap II di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Terwujudnya RB BB/BPOMsesuai roadmap RB BPOM2015 - 2019

Nilai AKIP BB/BPOM

3.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkanregulasi yang kuat. Sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang mempunyai tugasteknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perluadanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makananmerupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknyadibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta.Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tugaspengawasan Obat dan Makanan.

62Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Saat ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih dijumpaikendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Di daerah,dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan, Balai Besar/Balai POM seringkaliharus berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Dalammelaksanakan tugas dan fungsinya, instansi pemerintah harus memperhatikan peraturanperundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahDaerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Dalam Undang-Undang tersebut diantaranya mengatur terkait pembagian urusanpemerintahan konkuren yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintahpusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, dimana urusan yangdiserahkan kepada daerah menjadi dasar pelaksana otonomi daerah. Untuk itu BPOMmenetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang kemudian menjadipedoman bagi daerah dalam rangka menyelenggarakan kebijakan daerah yang akandisusunnya.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan aspek penting. Dari segi kesehatan,Obat dan Makanan secara tidak langsung berpengaruh terhadap derajat kesehatanmasyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupanmanusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferiordibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Dari sisi ekonomi, Obatdan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dandistributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaanyang cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secaraoptimal, BPOM perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-undangan yangkuat, yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan PeraturanKepala BPOM.

62Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Saat ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih dijumpaikendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Di daerah,dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan, Balai Besar/Balai POM seringkaliharus berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Dalammelaksanakan tugas dan fungsinya, instansi pemerintah harus memperhatikan peraturanperundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahDaerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Dalam Undang-Undang tersebut diantaranya mengatur terkait pembagian urusanpemerintahan konkuren yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintahpusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, dimana urusan yangdiserahkan kepada daerah menjadi dasar pelaksana otonomi daerah. Untuk itu BPOMmenetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang kemudian menjadipedoman bagi daerah dalam rangka menyelenggarakan kebijakan daerah yang akandisusunnya.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan aspek penting. Dari segi kesehatan,Obat dan Makanan secara tidak langsung berpengaruh terhadap derajat kesehatanmasyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupanmanusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferiordibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Dari sisi ekonomi, Obatdan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dandistributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaanyang cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secaraoptimal, BPOM perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-undangan yangkuat, yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan PeraturanKepala BPOM.

62Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Saat ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih dijumpaikendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Di daerah,dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan, Balai Besar/Balai POM seringkaliharus berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Dalammelaksanakan tugas dan fungsinya, instansi pemerintah harus memperhatikan peraturanperundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahDaerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Dalam Undang-Undang tersebut diantaranya mengatur terkait pembagian urusanpemerintahan konkuren yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintahpusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, dimana urusan yangdiserahkan kepada daerah menjadi dasar pelaksana otonomi daerah. Untuk itu BPOMmenetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang kemudian menjadipedoman bagi daerah dalam rangka menyelenggarakan kebijakan daerah yang akandisusunnya.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan aspek penting. Dari segi kesehatan,Obat dan Makanan secara tidak langsung berpengaruh terhadap derajat kesehatanmasyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupanmanusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferiordibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Dari sisi ekonomi, Obatdan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dandistributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaanyang cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secaraoptimal, BPOM perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-undangan yangkuat, yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan PeraturanKepala BPOM.

63Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Beberapa regulasi penting yang dibutuhkan BPOM dalam rangka penguatansystem pengawasan yaitu:

1. Undang-Undang Pengawasan Obat dan Makanan. Sampai saat ini belum adaUndang-Undang yang spesifik mengatur pengawasan Obat dan Makanan yang dapatmenjadi landasan dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan yang efektifdalam rangka perlindungan konsumen. Hal ini menimbulkan potensi risiko terhadapkesehatan masyarakat, antara lain lemahnya sanksi hukum yang diberikan terhadappelaku tindak pidana di bidang Obat dan Makanan; peningkatan potensi risiko yangdisebabkan oleh produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat/substandar,produk palsu atau ilegal; dan peningkatan potensi risiko yang disebabkan oleh praktikilegal perdagangan Obat dan Makanan yang melibatkan jaringan kejahatan nasionaldan internasional. Untuk itu BPOM melakukan koordinasi dalam pembahasan denganPusat Perancang peraturan perundang-undang, Badan Keahlian DPR, KementerianKesehatan, serta Kementerian/Lembaga terkait.

2. Revisi beberapa Peraturan Pemerintah terkait pengawasan Obat dan Makanandiantaranya:a. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, bertujuan untuk memperkuat aspek legaldan perbaikan bisnis proses pengawasan sediaan farmasi;

b. Revisi Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Pangan. Penyusunan RPP inimerupakan amanah UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. RPP ini pentingsebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan keamanan pangan melalui:pengaturan sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, pangan produk rekayasagenetika, iradiasi pangan, kemasan pangan; pemberian jaminan keamanan danmutu pangan; pembinaan; pengawasan; penanganan kejadian luar biasa danpenanganan cepat terhadap kedaruratan keamanan pangan, dan; peran sertamasyarakat.

c. Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan Pangan. RPP ini penting sebagaidasar hukum pencantuman label dan iklan pangan. Dalam RPP ini diatur jugasanksi administratif bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran yang

63Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Beberapa regulasi penting yang dibutuhkan BPOM dalam rangka penguatansystem pengawasan yaitu:

1. Undang-Undang Pengawasan Obat dan Makanan. Sampai saat ini belum adaUndang-Undang yang spesifik mengatur pengawasan Obat dan Makanan yang dapatmenjadi landasan dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan yang efektifdalam rangka perlindungan konsumen. Hal ini menimbulkan potensi risiko terhadapkesehatan masyarakat, antara lain lemahnya sanksi hukum yang diberikan terhadappelaku tindak pidana di bidang Obat dan Makanan; peningkatan potensi risiko yangdisebabkan oleh produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat/substandar,produk palsu atau ilegal; dan peningkatan potensi risiko yang disebabkan oleh praktikilegal perdagangan Obat dan Makanan yang melibatkan jaringan kejahatan nasionaldan internasional. Untuk itu BPOM melakukan koordinasi dalam pembahasan denganPusat Perancang peraturan perundang-undang, Badan Keahlian DPR, KementerianKesehatan, serta Kementerian/Lembaga terkait.

2. Revisi beberapa Peraturan Pemerintah terkait pengawasan Obat dan Makanandiantaranya:a. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, bertujuan untuk memperkuat aspek legaldan perbaikan bisnis proses pengawasan sediaan farmasi;

b. Revisi Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Pangan. Penyusunan RPP inimerupakan amanah UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. RPP ini pentingsebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan keamanan pangan melalui:pengaturan sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, pangan produk rekayasagenetika, iradiasi pangan, kemasan pangan; pemberian jaminan keamanan danmutu pangan; pembinaan; pengawasan; penanganan kejadian luar biasa danpenanganan cepat terhadap kedaruratan keamanan pangan, dan; peran sertamasyarakat.

c. Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan Pangan. RPP ini penting sebagaidasar hukum pencantuman label dan iklan pangan. Dalam RPP ini diatur jugasanksi administratif bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran yang

63Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Beberapa regulasi penting yang dibutuhkan BPOM dalam rangka penguatansystem pengawasan yaitu:

1. Undang-Undang Pengawasan Obat dan Makanan. Sampai saat ini belum adaUndang-Undang yang spesifik mengatur pengawasan Obat dan Makanan yang dapatmenjadi landasan dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan yang efektifdalam rangka perlindungan konsumen. Hal ini menimbulkan potensi risiko terhadapkesehatan masyarakat, antara lain lemahnya sanksi hukum yang diberikan terhadappelaku tindak pidana di bidang Obat dan Makanan; peningkatan potensi risiko yangdisebabkan oleh produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat/substandar,produk palsu atau ilegal; dan peningkatan potensi risiko yang disebabkan oleh praktikilegal perdagangan Obat dan Makanan yang melibatkan jaringan kejahatan nasionaldan internasional. Untuk itu BPOM melakukan koordinasi dalam pembahasan denganPusat Perancang peraturan perundang-undang, Badan Keahlian DPR, KementerianKesehatan, serta Kementerian/Lembaga terkait.

2. Revisi beberapa Peraturan Pemerintah terkait pengawasan Obat dan Makanandiantaranya:a. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, bertujuan untuk memperkuat aspek legaldan perbaikan bisnis proses pengawasan sediaan farmasi;

b. Revisi Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Pangan. Penyusunan RPP inimerupakan amanah UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. RPP ini pentingsebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan keamanan pangan melalui:pengaturan sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, pangan produk rekayasagenetika, iradiasi pangan, kemasan pangan; pemberian jaminan keamanan danmutu pangan; pembinaan; pengawasan; penanganan kejadian luar biasa danpenanganan cepat terhadap kedaruratan keamanan pangan, dan; peran sertamasyarakat.

c. Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan Pangan. RPP ini penting sebagaidasar hukum pencantuman label dan iklan pangan. Dalam RPP ini diatur jugasanksi administratif bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran yang

64Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

mencakup jenis sanksi administratif dan tata cara pengenaan sanksi serta besarandenda.

3. Tindaklanjut Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan PengawasObat dan Makanan. Disusun dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasanObat dan Makanan dan penguatan kelembagaan BPOM sesuai kebutuhanorganisasi BPOM. Tindaklanjut tersebut meliputi perumusan Peraturan KepalaBPOM tentang Stuktur Organisasi Tata Kerja BPOM, termasuk penyusunan unitpelaksana teknis (UPT) BPOM di daerah.

4. Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait Undang-UndangKesehatan, Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang Psikotropika, Undang-Undang Pangan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undangtentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Perundang-undangan terkaitpengawasan Obat dan Makanan.

5. Tindaklanjut Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang PeningkatanEfektivitas Pengawasan Obat dan Makanan, yang menginstruksikanKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk mengambil langkah-langkahsesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukanpeningkatan efektivitas dan penguatan pengawasan Obat dan Makanan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan adanyastandar kompetensi tersebut BPOM dapat meningkatkan pengawalan mutu Obatdan Makanan terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll).

7. Memorandum of Understanding (MoU) baik dengan pihak dalam negeri ataupundengan pihak luar negeri. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan diwilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil, dan gugus pulau.Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance/monitoring mutuuntuk daerah perbatasan, daerah terpencil, dan gugus pulau.

8. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanandan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain: peraturan baruterkait KLB dan farmakovigilans serta mekanisme pelaksanaan sistem outbreak

response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki sistem outbreak

64Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

mencakup jenis sanksi administratif dan tata cara pengenaan sanksi serta besarandenda.

3. Tindaklanjut Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan PengawasObat dan Makanan. Disusun dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasanObat dan Makanan dan penguatan kelembagaan BPOM sesuai kebutuhanorganisasi BPOM. Tindaklanjut tersebut meliputi perumusan Peraturan KepalaBPOM tentang Stuktur Organisasi Tata Kerja BPOM, termasuk penyusunan unitpelaksana teknis (UPT) BPOM di daerah.

4. Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait Undang-UndangKesehatan, Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang Psikotropika, Undang-Undang Pangan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undangtentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Perundang-undangan terkaitpengawasan Obat dan Makanan.

5. Tindaklanjut Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang PeningkatanEfektivitas Pengawasan Obat dan Makanan, yang menginstruksikanKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk mengambil langkah-langkahsesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukanpeningkatan efektivitas dan penguatan pengawasan Obat dan Makanan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan adanyastandar kompetensi tersebut BPOM dapat meningkatkan pengawalan mutu Obatdan Makanan terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll).

7. Memorandum of Understanding (MoU) baik dengan pihak dalam negeri ataupundengan pihak luar negeri. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan diwilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil, dan gugus pulau.Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance/monitoring mutuuntuk daerah perbatasan, daerah terpencil, dan gugus pulau.

8. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanandan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain: peraturan baruterkait KLB dan farmakovigilans serta mekanisme pelaksanaan sistem outbreak

response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki sistem outbreak

64Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

mencakup jenis sanksi administratif dan tata cara pengenaan sanksi serta besarandenda.

3. Tindaklanjut Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan PengawasObat dan Makanan. Disusun dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasanObat dan Makanan dan penguatan kelembagaan BPOM sesuai kebutuhanorganisasi BPOM. Tindaklanjut tersebut meliputi perumusan Peraturan KepalaBPOM tentang Stuktur Organisasi Tata Kerja BPOM, termasuk penyusunan unitpelaksana teknis (UPT) BPOM di daerah.

4. Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) terkait Undang-UndangKesehatan, Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang Psikotropika, Undang-Undang Pangan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undangtentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Perundang-undangan terkaitpengawasan Obat dan Makanan.

5. Tindaklanjut Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang PeningkatanEfektivitas Pengawasan Obat dan Makanan, yang menginstruksikanKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk mengambil langkah-langkahsesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukanpeningkatan efektivitas dan penguatan pengawasan Obat dan Makanan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan adanyastandar kompetensi tersebut BPOM dapat meningkatkan pengawalan mutu Obatdan Makanan terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll).

7. Memorandum of Understanding (MoU) baik dengan pihak dalam negeri ataupundengan pihak luar negeri. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan diwilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil, dan gugus pulau.Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance/monitoring mutuuntuk daerah perbatasan, daerah terpencil, dan gugus pulau.

8. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanandan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain: peraturan baruterkait KLB dan farmakovigilans serta mekanisme pelaksanaan sistem outbreak

response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki sistem outbreak

65Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

response dan EWS yang belum optimal dan informatif sehingga didapatkanresponse yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yangberkaitan dengan bahan Obat dan Makanan (contoh: Obat terkontaminasi etilenglikol).

9. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan.Adanya juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki sistempenyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi, termasukdengan pemanfaatan hasil Monitoring Efek Samping Obat (MESO), MonitoringEfek Samping Obat Tradisional (MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik(MESKOS).

10. Perlu adanya peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive

melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program).11. Dilaksanakan regulasi bersama pemerintah daerah meliputi : Sistem Jejaring

Keamanan Pangan Terpadu; Pengawasan terpadu penyalahgunaan Obat;Pengawasan terpadu distribusi bahan berbahaya; Pembinaan Pangan JajananAnak Sekolah; Pembinaan Makanan Siap Saji

12. Peraturan Kepala BPOM tentang Koordinasi dengan gubernur atau pimpinandaerah untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di wilayahDIY.

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Arah kebijakan BPOM diwujudkan dalam bentuk strategi sebagai berikut:Strategi Eksternal :1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan

Dalam rangka memperkuat pengawasan Obat dan Makanan, Balai besar POM diYogyakarta melakukan kerjasama dengan para pemangku kepentingan sepertidengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Tim Pengawas danPengendali Daerah untuk melaksanakan pengawasan bersama dua kali dalam 1tahun, dengan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya DirKrimsus PoldaDIY untuk melakukan operasi gabungan daerah empat kali dalam setahun.

65Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

response dan EWS yang belum optimal dan informatif sehingga didapatkanresponse yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yangberkaitan dengan bahan Obat dan Makanan (contoh: Obat terkontaminasi etilenglikol).

9. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan.Adanya juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki sistempenyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi, termasukdengan pemanfaatan hasil Monitoring Efek Samping Obat (MESO), MonitoringEfek Samping Obat Tradisional (MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik(MESKOS).

10. Perlu adanya peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive

melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program).11. Dilaksanakan regulasi bersama pemerintah daerah meliputi : Sistem Jejaring

Keamanan Pangan Terpadu; Pengawasan terpadu penyalahgunaan Obat;Pengawasan terpadu distribusi bahan berbahaya; Pembinaan Pangan JajananAnak Sekolah; Pembinaan Makanan Siap Saji

12. Peraturan Kepala BPOM tentang Koordinasi dengan gubernur atau pimpinandaerah untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di wilayahDIY.

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Arah kebijakan BPOM diwujudkan dalam bentuk strategi sebagai berikut:Strategi Eksternal :1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan

Dalam rangka memperkuat pengawasan Obat dan Makanan, Balai besar POM diYogyakarta melakukan kerjasama dengan para pemangku kepentingan sepertidengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Tim Pengawas danPengendali Daerah untuk melaksanakan pengawasan bersama dua kali dalam 1tahun, dengan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya DirKrimsus PoldaDIY untuk melakukan operasi gabungan daerah empat kali dalam setahun.

65Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

response dan EWS yang belum optimal dan informatif sehingga didapatkanresponse yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yangberkaitan dengan bahan Obat dan Makanan (contoh: Obat terkontaminasi etilenglikol).

9. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan.Adanya juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki sistempenyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi, termasukdengan pemanfaatan hasil Monitoring Efek Samping Obat (MESO), MonitoringEfek Samping Obat Tradisional (MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik(MESKOS).

10. Perlu adanya peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive

melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program).11. Dilaksanakan regulasi bersama pemerintah daerah meliputi : Sistem Jejaring

Keamanan Pangan Terpadu; Pengawasan terpadu penyalahgunaan Obat;Pengawasan terpadu distribusi bahan berbahaya; Pembinaan Pangan JajananAnak Sekolah; Pembinaan Makanan Siap Saji

12. Peraturan Kepala BPOM tentang Koordinasi dengan gubernur atau pimpinandaerah untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di wilayahDIY.

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Arah kebijakan BPOM diwujudkan dalam bentuk strategi sebagai berikut:Strategi Eksternal :1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan

Dalam rangka memperkuat pengawasan Obat dan Makanan, Balai besar POM diYogyakarta melakukan kerjasama dengan para pemangku kepentingan sepertidengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Tim Pengawas danPengendali Daerah untuk melaksanakan pengawasan bersama dua kali dalam 1tahun, dengan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya DirKrimsus PoldaDIY untuk melakukan operasi gabungan daerah empat kali dalam setahun.

66Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan pemahaman dankemampuan untuk melindungi diri sendiri dari obat dan makanan yang dapatmembahayakan kesehatan melalui penyebaran informasi di kota dan kabupaten diDaerah Istimewa Yogyakarta, melalui media elektronik (TV dan RRI), juga melaluimedia cetak.

Strategi Internal :1. Membangun Manajemen Kinerja dari kinerja unit hingga kinerja individu/pegawai.2. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel serta diarahkan

untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai.3. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Balai Besar POM di Yogyakarta secara

lebih proporsional dan akuntabel.4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 menginstruksikan Kepala BPOM untuk:a. Menyusun dan menyempurnakan regulasi terkait pengawasan Obat dan Makanan

sesuai dengan tugas dan fungsinya;b. Melakukan sinergi dalam menyusun dan menyempurnakan tata kelola dan bisnis

proses pengawasan Obat dan Makanan;c. Mengembangkan sistem pengawasan Obat dan Makanan;d. Menyusun pedoman untuk peningkatan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan;e. Melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat

dan Makanan; danf. Mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi

terkait.

66Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan pemahaman dankemampuan untuk melindungi diri sendiri dari obat dan makanan yang dapatmembahayakan kesehatan melalui penyebaran informasi di kota dan kabupaten diDaerah Istimewa Yogyakarta, melalui media elektronik (TV dan RRI), juga melaluimedia cetak.

Strategi Internal :1. Membangun Manajemen Kinerja dari kinerja unit hingga kinerja individu/pegawai.2. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel serta diarahkan

untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai.3. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Balai Besar POM di Yogyakarta secara

lebih proporsional dan akuntabel.4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 menginstruksikan Kepala BPOM untuk:a. Menyusun dan menyempurnakan regulasi terkait pengawasan Obat dan Makanan

sesuai dengan tugas dan fungsinya;b. Melakukan sinergi dalam menyusun dan menyempurnakan tata kelola dan bisnis

proses pengawasan Obat dan Makanan;c. Mengembangkan sistem pengawasan Obat dan Makanan;d. Menyusun pedoman untuk peningkatan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan;e. Melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat

dan Makanan; danf. Mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi

terkait.

66Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan pemahaman dankemampuan untuk melindungi diri sendiri dari obat dan makanan yang dapatmembahayakan kesehatan melalui penyebaran informasi di kota dan kabupaten diDaerah Istimewa Yogyakarta, melalui media elektronik (TV dan RRI), juga melaluimedia cetak.

Strategi Internal :1. Membangun Manajemen Kinerja dari kinerja unit hingga kinerja individu/pegawai.2. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel serta diarahkan

untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai.3. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Balai Besar POM di Yogyakarta secara

lebih proporsional dan akuntabel.4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 menginstruksikan Kepala BPOM untuk:a. Menyusun dan menyempurnakan regulasi terkait pengawasan Obat dan Makanan

sesuai dengan tugas dan fungsinya;b. Melakukan sinergi dalam menyusun dan menyempurnakan tata kelola dan bisnis

proses pengawasan Obat dan Makanan;c. Mengembangkan sistem pengawasan Obat dan Makanan;d. Menyusun pedoman untuk peningkatan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan;e. Melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat

dan Makanan; danf. Mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi

terkait.

67Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

67Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

67Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

68Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4.1. TARGET KINERJA BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi BPOM serta mendukung 9 (sembilan)agenda prioritas pembangunan (NAWA CITA), dengan perubahan struktur organisasisesuai Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BadanPengawas Obat dan Makanan, BPOM menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 11(sebelas) indikator yang dilengkapi dengan target kinerja. Sebagaimana sasaran strategisBalai Besar POM di Yogyakarta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka targetsesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Tabel 8Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Renstra 2015 - 2019

Sasaran Strategis IndikatorTarget Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019SS1. Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat danMakanan

Persentase obat yangmemenuhi syarat

92.00 92.50 93.00 96.00 97.00

Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat

53.93 54.47 55.01 55.56 56.12

Persentase Kosmetikyang memenuhi syarat

89.00 90.00 91.00 80.00 82.00

Persentase SuplemenMakanan yangmemenuhi syarat

79.00 80.00 81.00 95.00 97.00

Persentase Makananyang memenuhi syarat

88.10 88.60 89.10 92.30 92.60

SS2. MeningkatnyaKemandirian PelakuUsaha, Kemitraandengan pemangkukepentingan danpartisipasi Masyarakat

Tingkat KepuasanMasyarakat

72.62 72.98 73.35 78,22 79,56

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikankomitmen untukpelaksanaanpengawasan Obat danMakanan denganmemberikan alokasianggaran pelaksanaanregulasi Obat danMakanan

5 5. 5 5 5

SS3. Meningkatnyakapasitaskelembagaan BBPOMdi Yogyakarta

Nilai SAKIP BBPOM diYogyakarta dari BadanPOM

B A A 78 81

Target Sasaran Kinerja SOTK lama

Perubahan sasaran strategis, indikator dan target kinerja Balai Besar POM diYogyakarta tergambar dalam tabel dibawah ini :

68Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4.1. TARGET KINERJA BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi BPOM serta mendukung 9 (sembilan)agenda prioritas pembangunan (NAWA CITA), dengan perubahan struktur organisasisesuai Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BadanPengawas Obat dan Makanan, BPOM menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 11(sebelas) indikator yang dilengkapi dengan target kinerja. Sebagaimana sasaran strategisBalai Besar POM di Yogyakarta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka targetsesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Tabel 8Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Renstra 2015 - 2019

Sasaran Strategis IndikatorTarget Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019SS1. Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat danMakanan

Persentase obat yangmemenuhi syarat

92.00 92.50 93.00 96.00 97.00

Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat

53.93 54.47 55.01 55.56 56.12

Persentase Kosmetikyang memenuhi syarat

89.00 90.00 91.00 80.00 82.00

Persentase SuplemenMakanan yangmemenuhi syarat

79.00 80.00 81.00 95.00 97.00

Persentase Makananyang memenuhi syarat

88.10 88.60 89.10 92.30 92.60

SS2. MeningkatnyaKemandirian PelakuUsaha, Kemitraandengan pemangkukepentingan danpartisipasi Masyarakat

Tingkat KepuasanMasyarakat

72.62 72.98 73.35 78,22 79,56

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikankomitmen untukpelaksanaanpengawasan Obat danMakanan denganmemberikan alokasianggaran pelaksanaanregulasi Obat danMakanan

5 5. 5 5 5

SS3. Meningkatnyakapasitaskelembagaan BBPOMdi Yogyakarta

Nilai SAKIP BBPOM diYogyakarta dari BadanPOM

B A A 78 81

Target Sasaran Kinerja SOTK lama

Perubahan sasaran strategis, indikator dan target kinerja Balai Besar POM diYogyakarta tergambar dalam tabel dibawah ini :

68Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4.1. TARGET KINERJA BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi BPOM serta mendukung 9 (sembilan)agenda prioritas pembangunan (NAWA CITA), dengan perubahan struktur organisasisesuai Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BadanPengawas Obat dan Makanan, BPOM menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 11(sebelas) indikator yang dilengkapi dengan target kinerja. Sebagaimana sasaran strategisBalai Besar POM di Yogyakarta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka targetsesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Tabel 8Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Renstra 2015 - 2019

Sasaran Strategis IndikatorTarget Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019SS1. Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat danMakanan

Persentase obat yangmemenuhi syarat

92.00 92.50 93.00 96.00 97.00

Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat

53.93 54.47 55.01 55.56 56.12

Persentase Kosmetikyang memenuhi syarat

89.00 90.00 91.00 80.00 82.00

Persentase SuplemenMakanan yangmemenuhi syarat

79.00 80.00 81.00 95.00 97.00

Persentase Makananyang memenuhi syarat

88.10 88.60 89.10 92.30 92.60

SS2. MeningkatnyaKemandirian PelakuUsaha, Kemitraandengan pemangkukepentingan danpartisipasi Masyarakat

Tingkat KepuasanMasyarakat

72.62 72.98 73.35 78,22 79,56

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikankomitmen untukpelaksanaanpengawasan Obat danMakanan denganmemberikan alokasianggaran pelaksanaanregulasi Obat danMakanan

5 5. 5 5 5

SS3. Meningkatnyakapasitaskelembagaan BBPOMdi Yogyakarta

Nilai SAKIP BBPOM diYogyakarta dari BadanPOM

B A A 78 81

Target Sasaran Kinerja SOTK lama

Perubahan sasaran strategis, indikator dan target kinerja Balai Besar POM diYogyakarta tergambar dalam tabel dibawah ini :

69Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Tabel 9. Sasaran Kinerja Tahun 2018 - 2019

Sasaran Kegiatan Indikator KegiatanTarget

2018 2019

Terwujudnya Obat danMakanan yang amandan bermutu di masing-masing wilayah kerjaBalai Besar POM diYogyakarta

Indeks POM di masing-masing wilayahkerja BB/BPOM 71 71

Persentase Obat yang memenuhi syarat 94,00 94,50

Persentase Obat Tradisional yangmemenuhi syarat 72,00 70,00

Persentase Suplemen Kesehatan yangmemenuhi syarat 96,00 97,00

Persentase Kosmetik yang memenuhisyarat 89,00 83,00

Persentase Makanan yang memenuhisyarat

85,00 75,00

Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dankesadaran masyarakatterhadap keamanan,manfaat dan mutu Obatdan Makanan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Indeks kepatuhan (compliance index)pelaku usaha di bidang Obat danMakanan

61 61

Indeks kesadaran masyarakat(awareness index) terhadap Obat danMakanan aman

- 66

Meningkatnyapengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makananaman di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Indeks pengetahuan masyarakatterhadap Obat dan Makanan aman dimasing-masing wilayah kerja BB/BPOM

61 62

Meningkatnyaefektivitas pengawasanObat dan Makananberbasis risiko dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Persentase sarana produksi Obat danMakanan yang memenuhi ketentuan

24,0 30,0

Persentase sarana distribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

65 67

Persentase keputusan penilaiansertifikasi yang diselesaikan tepat waktu

95 96

Rasio tindak lanjut hasil pengawasanObat dan makanan yang dilaksanakan dimasing-masing wilayah kerja BB/BPOM

55 60

Menguatnya penegakanhukum di bidang Obatdan Makanan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Persentase perkara yang diselesaikanhingga tahap II di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

50 50

Terwujudnya RBBB/BPOM sesuairoadmap RB BPOM 2015- 2019

Nilai AKIP BB/BPOM 78,00 81,00

69Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Tabel 9. Sasaran Kinerja Tahun 2018 - 2019

Sasaran Kegiatan Indikator KegiatanTarget

2018 2019

Terwujudnya Obat danMakanan yang amandan bermutu di masing-masing wilayah kerjaBalai Besar POM diYogyakarta

Indeks POM di masing-masing wilayahkerja BB/BPOM 71 71

Persentase Obat yang memenuhi syarat 94,00 94,50

Persentase Obat Tradisional yangmemenuhi syarat 72,00 70,00

Persentase Suplemen Kesehatan yangmemenuhi syarat 96,00 97,00

Persentase Kosmetik yang memenuhisyarat 89,00 83,00

Persentase Makanan yang memenuhisyarat

85,00 75,00

Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dankesadaran masyarakatterhadap keamanan,manfaat dan mutu Obatdan Makanan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Indeks kepatuhan (compliance index)pelaku usaha di bidang Obat danMakanan

61 61

Indeks kesadaran masyarakat(awareness index) terhadap Obat danMakanan aman

- 66

Meningkatnyapengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makananaman di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Indeks pengetahuan masyarakatterhadap Obat dan Makanan aman dimasing-masing wilayah kerja BB/BPOM

61 62

Meningkatnyaefektivitas pengawasanObat dan Makananberbasis risiko dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Persentase sarana produksi Obat danMakanan yang memenuhi ketentuan

24,0 30,0

Persentase sarana distribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

65 67

Persentase keputusan penilaiansertifikasi yang diselesaikan tepat waktu

95 96

Rasio tindak lanjut hasil pengawasanObat dan makanan yang dilaksanakan dimasing-masing wilayah kerja BB/BPOM

55 60

Menguatnya penegakanhukum di bidang Obatdan Makanan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Persentase perkara yang diselesaikanhingga tahap II di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

50 50

Terwujudnya RBBB/BPOM sesuairoadmap RB BPOM 2015- 2019

Nilai AKIP BB/BPOM 78,00 81,00

69Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Tabel 9. Sasaran Kinerja Tahun 2018 - 2019

Sasaran Kegiatan Indikator KegiatanTarget

2018 2019

Terwujudnya Obat danMakanan yang amandan bermutu di masing-masing wilayah kerjaBalai Besar POM diYogyakarta

Indeks POM di masing-masing wilayahkerja BB/BPOM 71 71

Persentase Obat yang memenuhi syarat 94,00 94,50

Persentase Obat Tradisional yangmemenuhi syarat 72,00 70,00

Persentase Suplemen Kesehatan yangmemenuhi syarat 96,00 97,00

Persentase Kosmetik yang memenuhisyarat 89,00 83,00

Persentase Makanan yang memenuhisyarat

85,00 75,00

Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dankesadaran masyarakatterhadap keamanan,manfaat dan mutu Obatdan Makanan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Indeks kepatuhan (compliance index)pelaku usaha di bidang Obat danMakanan

61 61

Indeks kesadaran masyarakat(awareness index) terhadap Obat danMakanan aman

- 66

Meningkatnyapengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makananaman di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Indeks pengetahuan masyarakatterhadap Obat dan Makanan aman dimasing-masing wilayah kerja BB/BPOM

61 62

Meningkatnyaefektivitas pengawasanObat dan Makananberbasis risiko dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Persentase sarana produksi Obat danMakanan yang memenuhi ketentuan

24,0 30,0

Persentase sarana distribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

65 67

Persentase keputusan penilaiansertifikasi yang diselesaikan tepat waktu

95 96

Rasio tindak lanjut hasil pengawasanObat dan makanan yang dilaksanakan dimasing-masing wilayah kerja BB/BPOM

55 60

Menguatnya penegakanhukum di bidang Obatdan Makanan di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

Persentase perkara yang diselesaikanhingga tahap II di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

50 50

Terwujudnya RBBB/BPOM sesuairoadmap RB BPOM 2015- 2019

Nilai AKIP BB/BPOM 78,00 81,00

70Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sedangkan untuk mewujudkan Program Pengawasan Obat dan Makanan makadilakukan Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Yogyakartayang kinerjanya diukur dari target kinerja dengan menggunakan sasaran strategi/ kegiatanSOTK baru yang telah ditetapkan untuk 2 tahun kedepan (2018 - 2019), yaitu:

Tabel 10. Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2018 - 2019

No Indikator Kinerja Kegiatan Indikator KegiatanTarget

2018 2019

1Terwujudnya Obat danMakanan yang aman danbermutu di masing-masingwilayah kerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Jumlah sampel obat danmakanan yang diujimenggunakan parameterkritis

3.800 sampel 3.570 sampel

2 Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan, manfaat danmutu Obat dan Makanan dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah Layanan Publik di BalaiBesar POM di Yogyakarta

1.125 layanan 1500 layanan

Jumlah sekolah yangdiintervensi keamanan PJAS

98 sekolah -

Jumlah keputusan hasilpengawasan yangditindaklanjuti

- 120keputusan

Jumlah sertifikasi yangdiselesaikan

- 116keputusan

3 Meningkatnya pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah komunitas yangdiberdayakan

46 komunitas -

Jumlah KIE obat dan makananaman

- 26 KIE

Jumlah desa pangan aman - 164 desaJumlah pasar yangdiintervensi menjadi pasarbebas bahan berbahaya

- 10 pasar

4 Meningkatnya efektivitaspengawasan Obat danMakanan berbasis risiko dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah sarana produksi yangdiawasi

283 sarana 293 sarana

Jumlah sarana distribusi yangdiawasi

468 sarana 850 sarana

Jumlah sarana distribusiSaryanfar yang diawasi

310 sarana -

5 Menguatnya penegakanhukum di bidang Obat danMakanan di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Jumlah perkara di bidang obatdan makanan

9 perkara 11 perkara

6 Terwujudnya RB BB/BPOMsesuai roadmap RB BPOM2015 - 2019

Persentase pemenuhansarana prasarana sesuaistandar

90,0 90,50

Jumlah dokumenperencanaan, penganggaran,dan evaluasi yang dilaporkantepat waktu

9 dokumen 10 dokumen

70Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sedangkan untuk mewujudkan Program Pengawasan Obat dan Makanan makadilakukan Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Yogyakartayang kinerjanya diukur dari target kinerja dengan menggunakan sasaran strategi/ kegiatanSOTK baru yang telah ditetapkan untuk 2 tahun kedepan (2018 - 2019), yaitu:

Tabel 10. Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2018 - 2019

No Indikator Kinerja Kegiatan Indikator KegiatanTarget

2018 2019

1Terwujudnya Obat danMakanan yang aman danbermutu di masing-masingwilayah kerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Jumlah sampel obat danmakanan yang diujimenggunakan parameterkritis

3.800 sampel 3.570 sampel

2 Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan, manfaat danmutu Obat dan Makanan dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah Layanan Publik di BalaiBesar POM di Yogyakarta

1.125 layanan 1500 layanan

Jumlah sekolah yangdiintervensi keamanan PJAS

98 sekolah -

Jumlah keputusan hasilpengawasan yangditindaklanjuti

- 120keputusan

Jumlah sertifikasi yangdiselesaikan

- 116keputusan

3 Meningkatnya pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah komunitas yangdiberdayakan

46 komunitas -

Jumlah KIE obat dan makananaman

- 26 KIE

Jumlah desa pangan aman - 164 desaJumlah pasar yangdiintervensi menjadi pasarbebas bahan berbahaya

- 10 pasar

4 Meningkatnya efektivitaspengawasan Obat danMakanan berbasis risiko dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah sarana produksi yangdiawasi

283 sarana 293 sarana

Jumlah sarana distribusi yangdiawasi

468 sarana 850 sarana

Jumlah sarana distribusiSaryanfar yang diawasi

310 sarana -

5 Menguatnya penegakanhukum di bidang Obat danMakanan di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Jumlah perkara di bidang obatdan makanan

9 perkara 11 perkara

6 Terwujudnya RB BB/BPOMsesuai roadmap RB BPOM2015 - 2019

Persentase pemenuhansarana prasarana sesuaistandar

90,0 90,50

Jumlah dokumenperencanaan, penganggaran,dan evaluasi yang dilaporkantepat waktu

9 dokumen 10 dokumen

70Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sedangkan untuk mewujudkan Program Pengawasan Obat dan Makanan makadilakukan Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Yogyakartayang kinerjanya diukur dari target kinerja dengan menggunakan sasaran strategi/ kegiatanSOTK baru yang telah ditetapkan untuk 2 tahun kedepan (2018 - 2019), yaitu:

Tabel 10. Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2018 - 2019

No Indikator Kinerja Kegiatan Indikator KegiatanTarget

2018 2019

1Terwujudnya Obat danMakanan yang aman danbermutu di masing-masingwilayah kerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Jumlah sampel obat danmakanan yang diujimenggunakan parameterkritis

3.800 sampel 3.570 sampel

2 Meningkatnya kepatuhanpelaku usaha dan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan, manfaat danmutu Obat dan Makanan dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah Layanan Publik di BalaiBesar POM di Yogyakarta

1.125 layanan 1500 layanan

Jumlah sekolah yangdiintervensi keamanan PJAS

98 sekolah -

Jumlah keputusan hasilpengawasan yangditindaklanjuti

- 120keputusan

Jumlah sertifikasi yangdiselesaikan

- 116keputusan

3 Meningkatnya pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah komunitas yangdiberdayakan

46 komunitas -

Jumlah KIE obat dan makananaman

- 26 KIE

Jumlah desa pangan aman - 164 desaJumlah pasar yangdiintervensi menjadi pasarbebas bahan berbahaya

- 10 pasar

4 Meningkatnya efektivitaspengawasan Obat danMakanan berbasis risiko dimasing-masing wilayahkerja BB/BPOM

Jumlah sarana produksi yangdiawasi

283 sarana 293 sarana

Jumlah sarana distribusi yangdiawasi

468 sarana 850 sarana

Jumlah sarana distribusiSaryanfar yang diawasi

310 sarana -

5 Menguatnya penegakanhukum di bidang Obat danMakanan di masing-masingwilayah kerja BB/BPOM

Jumlah perkara di bidang obatdan makanan

9 perkara 11 perkara

6 Terwujudnya RB BB/BPOMsesuai roadmap RB BPOM2015 - 2019

Persentase pemenuhansarana prasarana sesuaistandar

90,0 90,50

Jumlah dokumenperencanaan, penganggaran,dan evaluasi yang dilaporkantepat waktu

9 dokumen 10 dokumen

71Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan makakerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis BalaiBesar POM di Yogyakarta periode 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 11Kerangka Pendanaan Tahun 2015 - 2019

Sasaran Strategis/ Program/Kegiatan Indikator Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019TOTAL 41.5313 58.1683 44.7610 49.6569 55.2327

SS1. Menguatnya sistempengawasan Obat danMakanan

Persentase obatyang memenuhisyarat

5,9747 8,3812 9,2193 10,1412 11,1553

Persentase obatTradisional yangmemenuhi syaratPersentaseKosmetik yangmemenuhi syaratPersentaseSuplemenKesehatan yangmemenuhi syaratPersentasemakanan yangmemenuhi syarat

SS 2. Meningkatnyakemandirian pelakuusaha, kemitraan denganpemangku kepentingandan partisipasimasyarakat

Tingkat KepuasanMasyarakat

1,2469 1,2669 1,2900 1,3200 1,3800

JumlahKabupaten/Kotayang memberikankomitmen untukpelaksanaanpengawasan Obatdan Makanandenganmemberikanalokasi anggaranpelaksanaanregulasi Obat danMakanan

SS 3. Meningkatnyakapasitas kelembagaanBBPOM di Yogyakarta

Nilai SAKIP BBPOMdi Yogyakarta dariBadan POM

13.5440 19.4360 2.1584 2.4304 2.7420

71Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan makakerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis BalaiBesar POM di Yogyakarta periode 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 11Kerangka Pendanaan Tahun 2015 - 2019

Sasaran Strategis/ Program/Kegiatan Indikator Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019TOTAL 41.5313 58.1683 44.7610 49.6569 55.2327

SS1. Menguatnya sistempengawasan Obat danMakanan

Persentase obatyang memenuhisyarat

5,9747 8,3812 9,2193 10,1412 11,1553

Persentase obatTradisional yangmemenuhi syaratPersentaseKosmetik yangmemenuhi syaratPersentaseSuplemenKesehatan yangmemenuhi syaratPersentasemakanan yangmemenuhi syarat

SS 2. Meningkatnyakemandirian pelakuusaha, kemitraan denganpemangku kepentingandan partisipasimasyarakat

Tingkat KepuasanMasyarakat

1,2469 1,2669 1,2900 1,3200 1,3800

JumlahKabupaten/Kotayang memberikankomitmen untukpelaksanaanpengawasan Obatdan Makanandenganmemberikanalokasi anggaranpelaksanaanregulasi Obat danMakanan

SS 3. Meningkatnyakapasitas kelembagaanBBPOM di Yogyakarta

Nilai SAKIP BBPOMdi Yogyakarta dariBadan POM

13.5440 19.4360 2.1584 2.4304 2.7420

71Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan makakerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis BalaiBesar POM di Yogyakarta periode 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 11Kerangka Pendanaan Tahun 2015 - 2019

Sasaran Strategis/ Program/Kegiatan Indikator Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019TOTAL 41.5313 58.1683 44.7610 49.6569 55.2327

SS1. Menguatnya sistempengawasan Obat danMakanan

Persentase obatyang memenuhisyarat

5,9747 8,3812 9,2193 10,1412 11,1553

Persentase obatTradisional yangmemenuhi syaratPersentaseKosmetik yangmemenuhi syaratPersentaseSuplemenKesehatan yangmemenuhi syaratPersentasemakanan yangmemenuhi syarat

SS 2. Meningkatnyakemandirian pelakuusaha, kemitraan denganpemangku kepentingandan partisipasimasyarakat

Tingkat KepuasanMasyarakat

1,2469 1,2669 1,2900 1,3200 1,3800

JumlahKabupaten/Kotayang memberikankomitmen untukpelaksanaanpengawasan Obatdan Makanandenganmemberikanalokasi anggaranpelaksanaanregulasi Obat danMakanan

SS 3. Meningkatnyakapasitas kelembagaanBBPOM di Yogyakarta

Nilai SAKIP BBPOMdi Yogyakarta dariBadan POM

13.5440 19.4360 2.1584 2.4304 2.7420

72Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sasaran Strategis/ Program/Kegiatan Indikator Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019KEGIATAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

1. Jumlah sampelyang diujimenggunakanparameter kritis

1.9640 2.1604 2.3765 2.6141 2.8756

2. Pemenuhantarget samplingproduk Obat disektor publik(IFK)

0,0000 0,0294 0,0324 0,0356 0,0392

3.Persentasecakupanpengawasansarana produksiObat danMakanan

0,2751 0.2767 0.3044 0.3348 0.3683

4. Persentasecakupanpengawasansarana distribusiObat danMakanan

0,7069 0,6818 0,7500 0,8250 0,9075

5. Jumlah Perkaradi bidang obatdan makanan

0,9095 0,7908 0,8698 0,9568 1,0525

6.Jumlah layananpublik BalaiBesar POM diYogyakarta

0,5663 0,5763 0,5900 0,6000 0,6500

7. JumlahKomunitas yangdiberdayakan

0,6807 0,6907 0,7000 0,7200 0,7300

8. Persentasepemenuhansaranaprasaranasesuai standar

12,1800 17,9058 0,3987 0,4067 0,4148

9. Jumlahdokumenperencanaan,penganggaran,dan evaluasiyang dilaporkantepat waktu

1,3640 1,5302 1,7597 2,0237 2,3272

72Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sasaran Strategis/ Program/Kegiatan Indikator Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019KEGIATAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

1. Jumlah sampelyang diujimenggunakanparameter kritis

1.9640 2.1604 2.3765 2.6141 2.8756

2. Pemenuhantarget samplingproduk Obat disektor publik(IFK)

0,0000 0,0294 0,0324 0,0356 0,0392

3.Persentasecakupanpengawasansarana produksiObat danMakanan

0,2751 0.2767 0.3044 0.3348 0.3683

4. Persentasecakupanpengawasansarana distribusiObat danMakanan

0,7069 0,6818 0,7500 0,8250 0,9075

5. Jumlah Perkaradi bidang obatdan makanan

0,9095 0,7908 0,8698 0,9568 1,0525

6.Jumlah layananpublik BalaiBesar POM diYogyakarta

0,5663 0,5763 0,5900 0,6000 0,6500

7. JumlahKomunitas yangdiberdayakan

0,6807 0,6907 0,7000 0,7200 0,7300

8. Persentasepemenuhansaranaprasaranasesuai standar

12,1800 17,9058 0,3987 0,4067 0,4148

9. Jumlahdokumenperencanaan,penganggaran,dan evaluasiyang dilaporkantepat waktu

1,3640 1,5302 1,7597 2,0237 2,3272

72Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sasaran Strategis/ Program/Kegiatan Indikator Alokasi (dalam Miliar rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019KEGIATAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA

1. Jumlah sampelyang diujimenggunakanparameter kritis

1.9640 2.1604 2.3765 2.6141 2.8756

2. Pemenuhantarget samplingproduk Obat disektor publik(IFK)

0,0000 0,0294 0,0324 0,0356 0,0392

3.Persentasecakupanpengawasansarana produksiObat danMakanan

0,2751 0.2767 0.3044 0.3348 0.3683

4. Persentasecakupanpengawasansarana distribusiObat danMakanan

0,7069 0,6818 0,7500 0,8250 0,9075

5. Jumlah Perkaradi bidang obatdan makanan

0,9095 0,7908 0,8698 0,9568 1,0525

6.Jumlah layananpublik BalaiBesar POM diYogyakarta

0,5663 0,5763 0,5900 0,6000 0,6500

7. JumlahKomunitas yangdiberdayakan

0,6807 0,6907 0,7000 0,7200 0,7300

8. Persentasepemenuhansaranaprasaranasesuai standar

12,1800 17,9058 0,3987 0,4067 0,4148

9. Jumlahdokumenperencanaan,penganggaran,dan evaluasiyang dilaporkantepat waktu

1,3640 1,5302 1,7597 2,0237 2,3272

73Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sedangkan sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja dengan SOTKbaru yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaiantujuan dan sasaran strategis Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2018-2019 adalahsebagai berikut :

Tabel 12. Kerangka Pendanaan Sasaran Kegiatan 2018 - 2019

Sasaran KegiatanAlokasi Anggaran (Rupiah)

2018 2019

Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan

bermutu di masing-masing wilayah kerja Balai

Besar POM di Yogyakarta

5.785.592.000 6.154.410.000

Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan

kesadaran masyarakat terhadap keamanan,

manfaat dan mutu Obat dan Makanan di masing-

masing wilayah kerja BB/BPOM

1.501.334.000 1.602.600.000

Meningkatnya pengetahuan masyarakat

terhadap Obat dan Makanan aman di masing-

masing wilayah kerja BB/BPOM

1.605.546.000 1.233.104.000

Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan

Makanan berbasis risiko di masing-masing

wilayah kerja BB/BPOM

1.252.934.000 1.389.917.000

Menguatnya penegakan hukum di bidang Obat

dan Makanan di masing-masing wilayah kerja

BB/BPOM

903.374.000 1.100.292.000

Terwujudnya RB BB/BPOM sesuai roadmap RB

BPOM 2015 - 2019

30.530.715.000 28.067.562.000

TOTAL 41.579.495.000 39.547.885.000

73Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sedangkan sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja dengan SOTKbaru yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaiantujuan dan sasaran strategis Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2018-2019 adalahsebagai berikut :

Tabel 12. Kerangka Pendanaan Sasaran Kegiatan 2018 - 2019

Sasaran KegiatanAlokasi Anggaran (Rupiah)

2018 2019

Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan

bermutu di masing-masing wilayah kerja Balai

Besar POM di Yogyakarta

5.785.592.000 6.154.410.000

Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan

kesadaran masyarakat terhadap keamanan,

manfaat dan mutu Obat dan Makanan di masing-

masing wilayah kerja BB/BPOM

1.501.334.000 1.602.600.000

Meningkatnya pengetahuan masyarakat

terhadap Obat dan Makanan aman di masing-

masing wilayah kerja BB/BPOM

1.605.546.000 1.233.104.000

Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan

Makanan berbasis risiko di masing-masing

wilayah kerja BB/BPOM

1.252.934.000 1.389.917.000

Menguatnya penegakan hukum di bidang Obat

dan Makanan di masing-masing wilayah kerja

BB/BPOM

903.374.000 1.100.292.000

Terwujudnya RB BB/BPOM sesuai roadmap RB

BPOM 2015 - 2019

30.530.715.000 28.067.562.000

TOTAL 41.579.495.000 39.547.885.000

73Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

Sedangkan sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja dengan SOTKbaru yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaiantujuan dan sasaran strategis Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2018-2019 adalahsebagai berikut :

Tabel 12. Kerangka Pendanaan Sasaran Kegiatan 2018 - 2019

Sasaran KegiatanAlokasi Anggaran (Rupiah)

2018 2019

Terwujudnya Obat dan Makanan yang aman dan

bermutu di masing-masing wilayah kerja Balai

Besar POM di Yogyakarta

5.785.592.000 6.154.410.000

Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan

kesadaran masyarakat terhadap keamanan,

manfaat dan mutu Obat dan Makanan di masing-

masing wilayah kerja BB/BPOM

1.501.334.000 1.602.600.000

Meningkatnya pengetahuan masyarakat

terhadap Obat dan Makanan aman di masing-

masing wilayah kerja BB/BPOM

1.605.546.000 1.233.104.000

Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan

Makanan berbasis risiko di masing-masing

wilayah kerja BB/BPOM

1.252.934.000 1.389.917.000

Menguatnya penegakan hukum di bidang Obat

dan Makanan di masing-masing wilayah kerja

BB/BPOM

903.374.000 1.100.292.000

Terwujudnya RB BB/BPOM sesuai roadmap RB

BPOM 2015 - 2019

30.530.715.000 28.067.562.000

TOTAL 41.579.495.000 39.547.885.000

74Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

PENUTUP

Review Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2015-2019 adalahpanduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Yogyakarta.Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapankelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmenpimpinan dan seluruh staf Balai Besar POM di Yogyakarta. Selain itu, untuk menjaminkeberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019, setiap tahun akan dilakukanevaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BalaiBesar POM di Yogyakarta termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakansesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan Balai Besar POM diYogyakarta yaitu meningkatkan kinerja unit dan pegawai dengan mengacu kepadaRenstra Badan POM 2015-2019.

Disamping itu hasil evaluasi juga menjadi pedoman untuk penyusunan LaporanKinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan PeraturanPresiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yangdikoordinasikan oleh Inspektorat Badan POM RI.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Review Renstra Balai Besar POM diYogyakarta Tahun 2015-2019 akan memberikan kontribusi terhadap capaian visi dan misiBadan POM secara tidak langsung.

74Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

PENUTUP

Review Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2015-2019 adalahpanduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Yogyakarta.Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapankelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmenpimpinan dan seluruh staf Balai Besar POM di Yogyakarta. Selain itu, untuk menjaminkeberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019, setiap tahun akan dilakukanevaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BalaiBesar POM di Yogyakarta termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakansesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan Balai Besar POM diYogyakarta yaitu meningkatkan kinerja unit dan pegawai dengan mengacu kepadaRenstra Badan POM 2015-2019.

Disamping itu hasil evaluasi juga menjadi pedoman untuk penyusunan LaporanKinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan PeraturanPresiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yangdikoordinasikan oleh Inspektorat Badan POM RI.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Review Renstra Balai Besar POM diYogyakarta Tahun 2015-2019 akan memberikan kontribusi terhadap capaian visi dan misiBadan POM secara tidak langsung.

74Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

PENUTUP

Review Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta periode 2015-2019 adalahpanduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Yogyakarta.Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapankelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmenpimpinan dan seluruh staf Balai Besar POM di Yogyakarta. Selain itu, untuk menjaminkeberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019, setiap tahun akan dilakukanevaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BalaiBesar POM di Yogyakarta termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakansesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan Balai Besar POM diYogyakarta yaitu meningkatkan kinerja unit dan pegawai dengan mengacu kepadaRenstra Badan POM 2015-2019.

Disamping itu hasil evaluasi juga menjadi pedoman untuk penyusunan LaporanKinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan PeraturanPresiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yangdikoordinasikan oleh Inspektorat Badan POM RI.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Review Renstra Balai Besar POM diYogyakarta Tahun 2015-2019 akan memberikan kontribusi terhadap capaian visi dan misiBadan POM secara tidak langsung.

75Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

LAMPIRAN

75Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

LAMPIRAN

75Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

LAMPIRAN

76Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1. Matrik Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Yogyakarta 2018-2019

Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di YogyakartaRevisi Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta 2018-2019

No Sasaran Program/ Kegiatan LokasiAlokasi (dalam rupiah)

Unit OrganisasiPelaksana

K/L-N-B-NS-BS2018 2019 2018 2019

Sasaran Kinerja Balai Besar POM di Yogyakarta

1 SK 1 . Terwujudnya Obat dan Makanan yang amandan bermutu

5.785.592.000 6.154.410.000 Balai Besar POM diYogyakarta

1.1 Indeks Pengawasan Obatdan Makanan di Balai BesarPOM di Yogyakarta

DIY 71,00 71,00

1.2 Persentase Obat yangmemenuhi Syarat DIY 94,00 94,50

1.3 Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat

DIY 72,00 65,00

1.4 Persentase Kosmetikyang memenuhi syarat DIY 92,00 83,00

1.5 Persentase SuplemenKesehatan yangmemenuhi syarat

DIY 96,00 97,00

1.6 Persentase Makananyang memenuhi syarat DIY 85,00 72,00

2 SK 2 Meningkatnya kepatuhan pelaku usahadan kesadaran masyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutu Obat danMakanan

1.501.334.000 1.602.600.000 Balai Besar POM diYogyakarta

2.1 Indeks kepatuhan(compliance index) pelakuusaha di bidang Obat danMakanan di BBPOM diYogyakarta

DIY 61 61

2.2 Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obat danMakanan aman di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

DIY - 66

3 SK 3 Meningkatnya pengetahuan masyarakatterhadap Obat dan Makanan aman

1.605.546.000 1.233.104.000

Balai Besar POM diYogyakarta

3.1 Indeks pengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makananaman

DIY 61 62

4 SK 4 Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat danMakanan berbasis risiko

1.252.934.000

1.389.917.000

Balai Besar POM diYogyakarta

4.1 Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yangmemenuhi ketentuan

DIY 24,00 30,00

4.2 Persentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

DIY 65,00 67,00

4.3 Persentase keputusanpenilaian sertifikasi yangdiselesaikan tepat waktu

DIY 95,00 96,00

4.5 Rasio tindak lanjut hasilpengawasan Obat danmakanan yangdilaksanakan

DIY 55,00 60,00

76Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1. Matrik Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Yogyakarta 2018-2019

Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di YogyakartaRevisi Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta 2018-2019

No Sasaran Program/ Kegiatan LokasiAlokasi (dalam rupiah)

Unit OrganisasiPelaksana

K/L-N-B-NS-BS2018 2019 2018 2019

Sasaran Kinerja Balai Besar POM di Yogyakarta

1 SK 1 . Terwujudnya Obat dan Makanan yang amandan bermutu

5.785.592.000 6.154.410.000 Balai Besar POM diYogyakarta

1.1 Indeks Pengawasan Obatdan Makanan di Balai BesarPOM di Yogyakarta

DIY 71,00 71,00

1.2 Persentase Obat yangmemenuhi Syarat DIY 94,00 94,50

1.3 Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat

DIY 72,00 65,00

1.4 Persentase Kosmetikyang memenuhi syarat DIY 92,00 83,00

1.5 Persentase SuplemenKesehatan yangmemenuhi syarat

DIY 96,00 97,00

1.6 Persentase Makananyang memenuhi syarat DIY 85,00 72,00

2 SK 2 Meningkatnya kepatuhan pelaku usahadan kesadaran masyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutu Obat danMakanan

1.501.334.000 1.602.600.000 Balai Besar POM diYogyakarta

2.1 Indeks kepatuhan(compliance index) pelakuusaha di bidang Obat danMakanan di BBPOM diYogyakarta

DIY 61 61

2.2 Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obat danMakanan aman di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

DIY - 66

3 SK 3 Meningkatnya pengetahuan masyarakatterhadap Obat dan Makanan aman

1.605.546.000 1.233.104.000

Balai Besar POM diYogyakarta

3.1 Indeks pengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makananaman

DIY 61 62

4 SK 4 Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat danMakanan berbasis risiko

1.252.934.000

1.389.917.000

Balai Besar POM diYogyakarta

4.1 Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yangmemenuhi ketentuan

DIY 24,00 30,00

4.2 Persentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

DIY 65,00 67,00

4.3 Persentase keputusanpenilaian sertifikasi yangdiselesaikan tepat waktu

DIY 95,00 96,00

4.5 Rasio tindak lanjut hasilpengawasan Obat danmakanan yangdilaksanakan

DIY 55,00 60,00

76Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

1. Matrik Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Yogyakarta 2018-2019

Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di YogyakartaRevisi Renstra Balai Besar POM di Yogyakarta 2018-2019

No Sasaran Program/ Kegiatan LokasiAlokasi (dalam rupiah)

Unit OrganisasiPelaksana

K/L-N-B-NS-BS2018 2019 2018 2019

Sasaran Kinerja Balai Besar POM di Yogyakarta

1 SK 1 . Terwujudnya Obat dan Makanan yang amandan bermutu

5.785.592.000 6.154.410.000 Balai Besar POM diYogyakarta

1.1 Indeks Pengawasan Obatdan Makanan di Balai BesarPOM di Yogyakarta

DIY 71,00 71,00

1.2 Persentase Obat yangmemenuhi Syarat DIY 94,00 94,50

1.3 Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syarat

DIY 72,00 65,00

1.4 Persentase Kosmetikyang memenuhi syarat DIY 92,00 83,00

1.5 Persentase SuplemenKesehatan yangmemenuhi syarat

DIY 96,00 97,00

1.6 Persentase Makananyang memenuhi syarat DIY 85,00 72,00

2 SK 2 Meningkatnya kepatuhan pelaku usahadan kesadaran masyarakat terhadapkeamanan, manfaat dan mutu Obat danMakanan

1.501.334.000 1.602.600.000 Balai Besar POM diYogyakarta

2.1 Indeks kepatuhan(compliance index) pelakuusaha di bidang Obat danMakanan di BBPOM diYogyakarta

DIY 61 61

2.2 Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obat danMakanan aman di masing-masing wilayah kerjaBB/BPOM

DIY - 66

3 SK 3 Meningkatnya pengetahuan masyarakatterhadap Obat dan Makanan aman

1.605.546.000 1.233.104.000

Balai Besar POM diYogyakarta

3.1 Indeks pengetahuanmasyarakat terhadapObat dan Makananaman

DIY 61 62

4 SK 4 Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat danMakanan berbasis risiko

1.252.934.000

1.389.917.000

Balai Besar POM diYogyakarta

4.1 Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yangmemenuhi ketentuan

DIY 24,00 30,00

4.2 Persentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuan

DIY 65,00 67,00

4.3 Persentase keputusanpenilaian sertifikasi yangdiselesaikan tepat waktu

DIY 95,00 96,00

4.5 Rasio tindak lanjut hasilpengawasan Obat danmakanan yangdilaksanakan

DIY 55,00 60,00

77Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

5 SK 5 Menguatnya penegakan hukumdi bidang Obat dan Makanan

903.374.000 1.100.292.000 Balai Besar POM diYogyakarta

5.1 Persentase perkarayang diselesaikanhingga tahap II

DIY 50,00 50,00

6 SK 6 Terwujudnya RB BB/BPOM sesuairoadmap RB BPOM 2015 - 2019

30.530.715.000 28.067.562.000 Balai Besar POM diYogyakarta

6.1 Nilai AKIP BB/BPOM DIY 78,00 81,00

77Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

5 SK 5 Menguatnya penegakan hukumdi bidang Obat dan Makanan

903.374.000 1.100.292.000 Balai Besar POM diYogyakarta

5.1 Persentase perkarayang diselesaikanhingga tahap II

DIY 50,00 50,00

6 SK 6 Terwujudnya RB BB/BPOM sesuairoadmap RB BPOM 2015 - 2019

30.530.715.000 28.067.562.000 Balai Besar POM diYogyakarta

6.1 Nilai AKIP BB/BPOM DIY 78,00 81,00

77Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

5 SK 5 Menguatnya penegakan hukumdi bidang Obat dan Makanan

903.374.000 1.100.292.000 Balai Besar POM diYogyakarta

5.1 Persentase perkarayang diselesaikanhingga tahap II

DIY 50,00 50,00

6 SK 6 Terwujudnya RB BB/BPOM sesuairoadmap RB BPOM 2015 - 2019

30.530.715.000 28.067.562.000 Balai Besar POM diYogyakarta

6.1 Nilai AKIP BB/BPOM DIY 78,00 81,00

78Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Matrik VISI, MISI, Tujuan, IndikatorVISI MISI TUJUAN INDIKATOR

KINERJA TUJUANSASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Obat danMakanan Amanmeningkatkan

KesehatanMasyarakat

dan Daya SaingBangsa

1. Meningkatkan sistempengawasan Obat danMakanan berbasis risiko untukmelindungi masyarakat

(1) Meningkatnyajaminan produkObat dan Makananaman,berkhasiat/bermanfaat, dan bermutudalam rangkameningkatkankesehatanmasyarakat.

Indeks POM diwilayah kerjaBalai Besar POMdi Yogyakarta 71(2019)

Terwujudnya Obatdan Makanan yangaman dan bermutudi masing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Indeks POM di wilayahkerja Balai Besar POM diYogyakarta

2. Mendorong kapasitas dankomitmen pelaku usaha dalammemberikan jaminankeamanan Obat dan Makananserta memperkuat kemitraandengan pemangku kepentingan

Persentase Obat yangmemenuhi syarat

3. Meningkatkan kapasitaskelembagaan BPOM

Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syaratPersentase SuplemenKesehatan yang memenuhisyaratPersentase Kosmetik yangmemenuhi syaratPersentase Makanan yangmemenuhi syarat

(2) Meningkatnyadaya saing produkObat dan Makanandi pasar lokal danglobal denganmenjaminkeamanan,khasiat/manfaat,dan mutu sertamendukung inovasi

Indeks kepatuhan(complianceindex) pelakuusaha di bidangObat danMakanan 61(2019)

Meningkatnyakepatuhan pelakuusaha dankesadaranmasyarakatterhadapkeamanan, manfaatdan mutu Obat danMakanan di masing-masing wilayahkerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Indeks kepatuhan(compliance index) pelakuusaha di bidang Obat danMakanan

Indeks kesadaranmasyarakat(awareness index)terhadap Obatdan Makananaman 66 (2019)

Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obat danMakanan aman

Meningkatnyapengetahuanmasyarakatterhadap Obat danMakanan aman dimasing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Indeks pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman diwilayah kerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Meningkatnyaefektivitaspengawasan Obatdan Makananberbasis risiko dimasing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Persentase pemenuhanpengujian sesuai standar

Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yang memenuhiketentuanPersentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuanPersentase keputusanpenilaian sertifikasi yangdiselesaikan tepat waktu

78Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Matrik VISI, MISI, Tujuan, IndikatorVISI MISI TUJUAN INDIKATOR

KINERJA TUJUANSASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Obat danMakanan Amanmeningkatkan

KesehatanMasyarakat

dan Daya SaingBangsa

1. Meningkatkan sistempengawasan Obat danMakanan berbasis risiko untukmelindungi masyarakat

(1) Meningkatnyajaminan produkObat dan Makananaman,berkhasiat/bermanfaat, dan bermutudalam rangkameningkatkankesehatanmasyarakat.

Indeks POM diwilayah kerjaBalai Besar POMdi Yogyakarta 71(2019)

Terwujudnya Obatdan Makanan yangaman dan bermutudi masing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Indeks POM di wilayahkerja Balai Besar POM diYogyakarta

2. Mendorong kapasitas dankomitmen pelaku usaha dalammemberikan jaminankeamanan Obat dan Makananserta memperkuat kemitraandengan pemangku kepentingan

Persentase Obat yangmemenuhi syarat

3. Meningkatkan kapasitaskelembagaan BPOM

Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syaratPersentase SuplemenKesehatan yang memenuhisyaratPersentase Kosmetik yangmemenuhi syaratPersentase Makanan yangmemenuhi syarat

(2) Meningkatnyadaya saing produkObat dan Makanandi pasar lokal danglobal denganmenjaminkeamanan,khasiat/manfaat,dan mutu sertamendukung inovasi

Indeks kepatuhan(complianceindex) pelakuusaha di bidangObat danMakanan 61(2019)

Meningkatnyakepatuhan pelakuusaha dankesadaranmasyarakatterhadapkeamanan, manfaatdan mutu Obat danMakanan di masing-masing wilayahkerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Indeks kepatuhan(compliance index) pelakuusaha di bidang Obat danMakanan

Indeks kesadaranmasyarakat(awareness index)terhadap Obatdan Makananaman 66 (2019)

Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obat danMakanan aman

Meningkatnyapengetahuanmasyarakatterhadap Obat danMakanan aman dimasing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Indeks pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman diwilayah kerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Meningkatnyaefektivitaspengawasan Obatdan Makananberbasis risiko dimasing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Persentase pemenuhanpengujian sesuai standar

Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yang memenuhiketentuanPersentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuanPersentase keputusanpenilaian sertifikasi yangdiselesaikan tepat waktu

78Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

2. Matrik VISI, MISI, Tujuan, IndikatorVISI MISI TUJUAN INDIKATOR

KINERJA TUJUANSASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Obat danMakanan Amanmeningkatkan

KesehatanMasyarakat

dan Daya SaingBangsa

1. Meningkatkan sistempengawasan Obat danMakanan berbasis risiko untukmelindungi masyarakat

(1) Meningkatnyajaminan produkObat dan Makananaman,berkhasiat/bermanfaat, dan bermutudalam rangkameningkatkankesehatanmasyarakat.

Indeks POM diwilayah kerjaBalai Besar POMdi Yogyakarta 71(2019)

Terwujudnya Obatdan Makanan yangaman dan bermutudi masing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Indeks POM di wilayahkerja Balai Besar POM diYogyakarta

2. Mendorong kapasitas dankomitmen pelaku usaha dalammemberikan jaminankeamanan Obat dan Makananserta memperkuat kemitraandengan pemangku kepentingan

Persentase Obat yangmemenuhi syarat

3. Meningkatkan kapasitaskelembagaan BPOM

Persentase ObatTradisional yangmemenuhi syaratPersentase SuplemenKesehatan yang memenuhisyaratPersentase Kosmetik yangmemenuhi syaratPersentase Makanan yangmemenuhi syarat

(2) Meningkatnyadaya saing produkObat dan Makanandi pasar lokal danglobal denganmenjaminkeamanan,khasiat/manfaat,dan mutu sertamendukung inovasi

Indeks kepatuhan(complianceindex) pelakuusaha di bidangObat danMakanan 61(2019)

Meningkatnyakepatuhan pelakuusaha dankesadaranmasyarakatterhadapkeamanan, manfaatdan mutu Obat danMakanan di masing-masing wilayahkerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Indeks kepatuhan(compliance index) pelakuusaha di bidang Obat danMakanan

Indeks kesadaranmasyarakat(awareness index)terhadap Obatdan Makananaman 66 (2019)

Indeks kesadaranmasyarakat (awarenessindex) terhadap Obat danMakanan aman

Meningkatnyapengetahuanmasyarakatterhadap Obat danMakanan aman dimasing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Indeks pengetahuanmasyarakat terhadap Obatdan Makanan aman diwilayah kerja Balai BesarPOM di Yogyakarta

Meningkatnyaefektivitaspengawasan Obatdan Makananberbasis risiko dimasing-masingwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Persentase pemenuhanpengujian sesuai standar

Persentase saranaproduksi Obat danMakanan yang memenuhiketentuanPersentase saranadistribusi Obat yangmemenuhi ketentuanPersentase keputusanpenilaian sertifikasi yangdiselesaikan tepat waktu

79Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

VISI MISI TUJUAN INDIKATORKINERJA TUJUAN

SASARANSTRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Rasio tindak lanjuthasil pengawasanObat dan makananyang dilaksanakan diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Menguatnyapenegakan hukumdi bidang Obat danMakanan diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Persentase perkarayang diselesaikanhingga tahap II diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Terwujudnya RBBalai Besar POM diYogyakarta sesuairoadmap RB BPOM2015 - 2019

Nilai AKIP Balai BesarPOM di Yogyakarta

79Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

VISI MISI TUJUAN INDIKATORKINERJA TUJUAN

SASARANSTRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Rasio tindak lanjuthasil pengawasanObat dan makananyang dilaksanakan diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Menguatnyapenegakan hukumdi bidang Obat danMakanan diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Persentase perkarayang diselesaikanhingga tahap II diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Terwujudnya RBBalai Besar POM diYogyakarta sesuairoadmap RB BPOM2015 - 2019

Nilai AKIP Balai BesarPOM di Yogyakarta

79Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

VISI MISI TUJUAN INDIKATORKINERJA TUJUAN

SASARANSTRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Rasio tindak lanjuthasil pengawasanObat dan makananyang dilaksanakan diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Menguatnyapenegakan hukumdi bidang Obat danMakanan diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Persentase perkarayang diselesaikanhingga tahap II diwilayah kerja BalaiBesar POM diYogyakarta

Terwujudnya RBBalai Besar POM diYogyakarta sesuairoadmap RB BPOM2015 - 2019

Nilai AKIP Balai BesarPOM di Yogyakarta

80Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

LAMPIRAN 3. MATRIKS KERANGKA REGULASI BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA 2015-2019

No Arah Kerangka Regulasi dan/atauKebutuhan regulasi

Urgensi PembentukanBerdasarkan Evaluasi RegulasiEksisting, Kajian dan Penelitian

Unit Penanggungjawab Unit Terkait/Institusi

1 Keputusan Gubernur No.192/KEP/2016 tentang PenetapanDesa Replikasi Model Program DesaPercontohan PenguranganKemiskinan dan Kerawanan Pangan

Keberhasilan menurunkan AngkaKemiskinan dan KerawananPangan di Propinsi D.I.Yogyakartadengan 12 Desa percontohan

Badan Ketahan PanganPropinsi Daerah IstimewaYogyakarta

1. Dinas Kesehatan Propinsi2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota3. Dinas Perindustrian danPerdagangan4. Kepala Daerah Kabupaten5. Balai Besar POM diYogyakarta

2 Peraturan Gubernur No 80 Tahun2016 tentang Rencana Aksi DaerahPangan dan Gizi Tahun 2015 - 2019

Mengoptimalkan kerjasamaantaraBalai Besar POM di Yogyakartadengan Pemerintah Daerah danSKPD terkait dalam mengawasikeamanan pangan dalamrangkaPembangunan Pangan dan Gizi diProvinsi DaerahIstimewaYogyakarta

Gubernur DIY Badan Ketahanan PanganPropinsi DIY

BAPEDA Provinsi DIY

Dinas Kesehatan Provinsi DIYDinas Kelautan dan PerikananProvinsi DIYDinas Pertanian Daerah ProvinsiDIY

Balai Besar POM di YogyakartaSKPD di wilayah DIY

3 Peraturan Gubernur No 44 Tahun2017 tentang Rencana Aksi DaerahGerakan Masyarakat Hidup Sehat

Meningkatkan kerjasama denganSKPD terkait peningkatanedukasi hidup sehat di DIY

Dinas Kesehatan Propinsi Badan Ketahanan PanganPropinsi DIYBalai Besar POM di YogyakartaSKPD di wilayah DIY

4 Perjanjian Kerja sama dalamPelaksanaan KIE Keamanan Obatdan Makanan antara Kepala BalaiBesar POM di Yogyakarta denganBadan Kerja Sama Organisasi WanitaDIY Nomor : HK.08.96.02.16.1009 -10/BKOW-DIY/II/2016

Meningkatkan kerjasamadenganBadan Kerja Sama OrganisasiWanita DIY dalam rangka KIEKeamanan Obat danMakanan

Balai Besar POM diYogyakarta

Badan Kerja Sama OrganisasiWanita DIY

5 Perjanjian Kerjasama di BidangPenanganan Masalah HukumPerdata dan Tata Usaha Negara,Pendampingan dan KoordinasiPenanganan Perkara Pidana diBidang Obat dan Makanan,Peningkatan SDM, sertaPendampingan Tim Pengawal danPengamanan Pemerintahan danPembangunan Daerah (TP4D)antara Kepala Balai Besar POMdiYogyakarta dengan KejaksaanTinggiDIY Nomor : HK.08.95.03.17.2781B-03/O.4/Gs /03/2017

Meningkatkan kerjasama denganKejaksaan Tinggi DIY dalamrangka PenangananMasalah Hukum

Balai Besar POM diYogyakarta

Kejaksaan Tinggi DIY

6 Perjanjian Kerjasama di bidangPengawasan Siaran Iklan, Publikasidan Promosi pada LembagaPenyiaran di DIY antara Kepala BalaiBesar POM di Yogyakarta denganKPID DIY Nomor :165/KPID/DIY/VIII/2017HK.09.01.95.955.08.17.6433

Meningkatkan kerjasama denganKPID DIY dalam rangkaPengawasan Siaran Iklan, Publikasidan Promosi

Balai Besar POM diYogyakarta

KPID DIY

80Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

LAMPIRAN 3. MATRIKS KERANGKA REGULASI BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA 2015-2019

No Arah Kerangka Regulasi dan/atauKebutuhan regulasi

Urgensi PembentukanBerdasarkan Evaluasi RegulasiEksisting, Kajian dan Penelitian

Unit Penanggungjawab Unit Terkait/Institusi

1 Keputusan Gubernur No.192/KEP/2016 tentang PenetapanDesa Replikasi Model Program DesaPercontohan PenguranganKemiskinan dan Kerawanan Pangan

Keberhasilan menurunkan AngkaKemiskinan dan KerawananPangan di Propinsi D.I.Yogyakartadengan 12 Desa percontohan

Badan Ketahan PanganPropinsi Daerah IstimewaYogyakarta

1. Dinas Kesehatan Propinsi2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota3. Dinas Perindustrian danPerdagangan4. Kepala Daerah Kabupaten5. Balai Besar POM diYogyakarta

2 Peraturan Gubernur No 80 Tahun2016 tentang Rencana Aksi DaerahPangan dan Gizi Tahun 2015 - 2019

Mengoptimalkan kerjasamaantaraBalai Besar POM di Yogyakartadengan Pemerintah Daerah danSKPD terkait dalam mengawasikeamanan pangan dalamrangkaPembangunan Pangan dan Gizi diProvinsi DaerahIstimewaYogyakarta

Gubernur DIY Badan Ketahanan PanganPropinsi DIY

BAPEDA Provinsi DIY

Dinas Kesehatan Provinsi DIYDinas Kelautan dan PerikananProvinsi DIYDinas Pertanian Daerah ProvinsiDIY

Balai Besar POM di YogyakartaSKPD di wilayah DIY

3 Peraturan Gubernur No 44 Tahun2017 tentang Rencana Aksi DaerahGerakan Masyarakat Hidup Sehat

Meningkatkan kerjasama denganSKPD terkait peningkatanedukasi hidup sehat di DIY

Dinas Kesehatan Propinsi Badan Ketahanan PanganPropinsi DIYBalai Besar POM di YogyakartaSKPD di wilayah DIY

4 Perjanjian Kerja sama dalamPelaksanaan KIE Keamanan Obatdan Makanan antara Kepala BalaiBesar POM di Yogyakarta denganBadan Kerja Sama Organisasi WanitaDIY Nomor : HK.08.96.02.16.1009 -10/BKOW-DIY/II/2016

Meningkatkan kerjasamadenganBadan Kerja Sama OrganisasiWanita DIY dalam rangka KIEKeamanan Obat danMakanan

Balai Besar POM diYogyakarta

Badan Kerja Sama OrganisasiWanita DIY

5 Perjanjian Kerjasama di BidangPenanganan Masalah HukumPerdata dan Tata Usaha Negara,Pendampingan dan KoordinasiPenanganan Perkara Pidana diBidang Obat dan Makanan,Peningkatan SDM, sertaPendampingan Tim Pengawal danPengamanan Pemerintahan danPembangunan Daerah (TP4D)antara Kepala Balai Besar POMdiYogyakarta dengan KejaksaanTinggiDIY Nomor : HK.08.95.03.17.2781B-03/O.4/Gs /03/2017

Meningkatkan kerjasama denganKejaksaan Tinggi DIY dalamrangka PenangananMasalah Hukum

Balai Besar POM diYogyakarta

Kejaksaan Tinggi DIY

6 Perjanjian Kerjasama di bidangPengawasan Siaran Iklan, Publikasidan Promosi pada LembagaPenyiaran di DIY antara Kepala BalaiBesar POM di Yogyakarta denganKPID DIY Nomor :165/KPID/DIY/VIII/2017HK.09.01.95.955.08.17.6433

Meningkatkan kerjasama denganKPID DIY dalam rangkaPengawasan Siaran Iklan, Publikasidan Promosi

Balai Besar POM diYogyakarta

KPID DIY

80Review Renstra 2015-2019 Balai Besar POM di Yogyakarta

LAMPIRAN 3. MATRIKS KERANGKA REGULASI BALAI BESAR POM DI YOGYAKARTA 2015-2019

No Arah Kerangka Regulasi dan/atauKebutuhan regulasi

Urgensi PembentukanBerdasarkan Evaluasi RegulasiEksisting, Kajian dan Penelitian

Unit Penanggungjawab Unit Terkait/Institusi

1 Keputusan Gubernur No.192/KEP/2016 tentang PenetapanDesa Replikasi Model Program DesaPercontohan PenguranganKemiskinan dan Kerawanan Pangan

Keberhasilan menurunkan AngkaKemiskinan dan KerawananPangan di Propinsi D.I.Yogyakartadengan 12 Desa percontohan

Badan Ketahan PanganPropinsi Daerah IstimewaYogyakarta

1. Dinas Kesehatan Propinsi2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota3. Dinas Perindustrian danPerdagangan4. Kepala Daerah Kabupaten5. Balai Besar POM diYogyakarta

2 Peraturan Gubernur No 80 Tahun2016 tentang Rencana Aksi DaerahPangan dan Gizi Tahun 2015 - 2019

Mengoptimalkan kerjasamaantaraBalai Besar POM di Yogyakartadengan Pemerintah Daerah danSKPD terkait dalam mengawasikeamanan pangan dalamrangkaPembangunan Pangan dan Gizi diProvinsi DaerahIstimewaYogyakarta

Gubernur DIY Badan Ketahanan PanganPropinsi DIY

BAPEDA Provinsi DIY

Dinas Kesehatan Provinsi DIYDinas Kelautan dan PerikananProvinsi DIYDinas Pertanian Daerah ProvinsiDIY

Balai Besar POM di YogyakartaSKPD di wilayah DIY

3 Peraturan Gubernur No 44 Tahun2017 tentang Rencana Aksi DaerahGerakan Masyarakat Hidup Sehat

Meningkatkan kerjasama denganSKPD terkait peningkatanedukasi hidup sehat di DIY

Dinas Kesehatan Propinsi Badan Ketahanan PanganPropinsi DIYBalai Besar POM di YogyakartaSKPD di wilayah DIY

4 Perjanjian Kerja sama dalamPelaksanaan KIE Keamanan Obatdan Makanan antara Kepala BalaiBesar POM di Yogyakarta denganBadan Kerja Sama Organisasi WanitaDIY Nomor : HK.08.96.02.16.1009 -10/BKOW-DIY/II/2016

Meningkatkan kerjasamadenganBadan Kerja Sama OrganisasiWanita DIY dalam rangka KIEKeamanan Obat danMakanan

Balai Besar POM diYogyakarta

Badan Kerja Sama OrganisasiWanita DIY

5 Perjanjian Kerjasama di BidangPenanganan Masalah HukumPerdata dan Tata Usaha Negara,Pendampingan dan KoordinasiPenanganan Perkara Pidana diBidang Obat dan Makanan,Peningkatan SDM, sertaPendampingan Tim Pengawal danPengamanan Pemerintahan danPembangunan Daerah (TP4D)antara Kepala Balai Besar POMdiYogyakarta dengan KejaksaanTinggiDIY Nomor : HK.08.95.03.17.2781B-03/O.4/Gs /03/2017

Meningkatkan kerjasama denganKejaksaan Tinggi DIY dalamrangka PenangananMasalah Hukum

Balai Besar POM diYogyakarta

Kejaksaan Tinggi DIY

6 Perjanjian Kerjasama di bidangPengawasan Siaran Iklan, Publikasidan Promosi pada LembagaPenyiaran di DIY antara Kepala BalaiBesar POM di Yogyakarta denganKPID DIY Nomor :165/KPID/DIY/VIII/2017HK.09.01.95.955.08.17.6433

Meningkatkan kerjasama denganKPID DIY dalam rangkaPengawasan Siaran Iklan, Publikasidan Promosi

Balai Besar POM diYogyakarta

KPID DIY