lampiran - badan pengawas obat dan makanan · sebagai unit pelaksana teknis badan pom di daerah,...

101

Upload: hoangdat

Post on 17-Sep-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas
Page 2: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas
Page 3: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 1

Lampiran Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banjarmasin Nomor : HK.01.02.100.04.15.0631 Tentang Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015 - 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional

disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana

Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan

arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan

nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah

RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-

2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan

untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang

dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian

yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia

berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus

meningkat.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Banjarmasin melaksanakan tugas

pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Kalimantan Selatan. Dalam rangka

pelaksanaan tupoksi, BBPOM di Banjarmasin menyusun Renstra, yang memuat

Page 4: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 2

visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan BBPOM di

Banjarmasin untuk periode 2015-2019 yang selaras dengan visi, misi, tujuan,

strategi, kebijakan serta program dan kegiatan BPOM dengan berpedoman pada

Renstra Badan POM periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra BBPOM di

Banjarmasin tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun

2010-2014, serta memperhatikan ekspektasi pemangku kepentingan yang

menjadi mitra BBPOM di Banjarmasin. Selanjutnya Renstra BBPOM di

Banjarmasin periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja

BBPOM di Banjarmasin dibandingkan dengan pencapaian dari periode

sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum BBPOM di Banjarmasin pada saat ini berdasarkan

peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1.1.1. Peran BBPOM di Banjarmasin berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan

Sebagai UPT BPOM maka BBPOM di Banjarmasin dalam menjalankan

perannya senantiasa mengacu pada peran BPOM. BPOM adalah sebuah

Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang bertugas mengawasi

peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan

di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi dan kewenangan BPOM diatur dalam

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non

Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor

3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103

Tahun 2001.

BPOM sebelum dibentuk sebagai sebuah Lembaga Pemerintah Non

Departemen (LPND)/LPNK, merupakan salah satu direktorat jenderal di

lingkungan Departemen Kesehatan (sekarang disebut Kementerian Kesehatan)

yang bernama Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen

POM).

Latar belakang yuridis pemisahan atau perubahan Ditjen POM menjadi

sebuah LPND dengan nama BPOM tidak terlepas dari perubahan sistem

pemerintahan yang sebelumnya bersifat sentralistis berdasarkan Undang -

Page 5: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 3

Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah

menjadi bersifat desentralistis seiring dengan diundangkannya Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang antara lain,

menetapkan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh

bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,

pertahanan-keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan

bidang lain.

Kewenangan bidang lain sebagai urusan pemerintah pusat sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah diatur lebih

lanjut secara rinci dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 25

Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi

Sebagai Daerah Otonom. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000,

Kewenangan Bidang Lain telah dikelompokkan dalam beberapa

bidang,termasuk Bidang Kesehatan.

Dalam bidang kesehatan, 3 (tiga) dari 11 (sebelas) kewenangan yang

menjadi urusan pemerintah pusat yaitu: (1) Penetapan pedoman penggunaan,

konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat; (2) Pemberian izin

dan pengawasan peredaran obat, serta pengawasan industri farmasi; dan (3)

Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (aditif) tertentu untuk

makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran, ditetapkan menjadi

kewenangan BPOM sesuai Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

LPND.

Sesuai amanat ini, BPOM menyelenggarakan fungsi:

(1) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat

dan Makanan;

(2) pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

(3) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM;

(4) pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

Page 6: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 4

(5) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan

rumah tangga.

Adapun Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah lainnya yang menjadi

landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BBPOM di Banjarmasin, antara lain:

(i) UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

(ii) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juncto PP Nomor 109 Tahun

2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa

Produk Tembakau bagi Kesehatan;

(iii) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

(iv) PP Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika;

(v) PP Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor;

(vi) PP Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa

Genetika;

(vii) PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan; serta

(viii) PP Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi.

(ix) Perda Kalimantan Selatan Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pengawasan

Bahan Tambahan Pangan dan Peredaran Bahan Berbahaya yang

Disalahgunakan dalam Pangan

Dilihat dari fungsi BPOM secara garis besar, terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau

pilar lembaga BPOM, yakni:

(1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan sebelum beredar

(pre-market) melalui:

a) Perkuatan regulasi, standar dan pedoman pengawasan obat, Obat dan

Makanan serta dukungan regulatori kepada pelaku usaha untuk

pemenuhan standar dan ketentuan yang berlaku;

b) Peningkatan registrasi/penilaian Obat dan Makanan Obat dan Makanan

yang diselesaikan tepat waktu;

c) Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan

dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing Practices (GMP)

dan Good Distribution Practices (GDP) terkini; dan

Page 7: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 5

d) Penguatan kapasitas laboratorium BBPOM di Banjarmasin.

(2) Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market)

melalui:

a) Pengambilan sampel dan pengujian;

b) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat

dan Makanan di seluruh Indonesia oleh 33 Balai Besar (BB)/Balai POM,

termasuk pasar aman dari bahan berbahaya;

d) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan

Makanan di pusat dan balai.

(3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi

serta penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan

dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di

pusat dan balai melalui:

a) Public warning;

b) Pemberian Informasi dan Penyuluhan/Komunikasi, Informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan, serta;

c) Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS),

peningkatan kegiatan BPOM Sahabat Ibu, dan advokasi serta kerjasama

dengan masyarakat dan berbagai pihak/lembaga lainnya.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BPOM sebagai lembaga pemerintah

yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Di

sisi lain, tugas fungsi BBPOM di Banjarmasin sangat penting dan strategis dalam

kerangka mendorong tercapainya Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita).

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan POM di daerah, BBPOM

di Banjarmasin berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor 14 tahun

2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan

Badan POM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan

produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya.

Dilihat dari fungsi BBPOM di Banjarmasin, secara garis besar terdapat 2

(dua) fungsi Badan POM yang dilaksanakan oleh BBPOM di Banjarmasin, yakni:

Page 8: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 6

(1) Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post market)

melalui :

a. Pengujian di laboratorium sampel produk yang beredar.

b. Pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan.

c. Investigasi awal dan penyidikan kasus obat dan makanan.

(2) Pemberdayaan masyarakat melalui KIE (Komunikasi Informasi dan

Edukasi) dan penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku

kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan

Makanan di Kalimantan Selatan melalui :

a. Penyebarluasan Public Warning ke pemangku kepentingan dan

masyarakat.

b. KIE kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan .

c. Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS),

peningkatan kegiatan Food Safety Masuk Desa atau GKPD (Gerakan

Keamanan Pangan Desa) dan advokasi kepada masyarakat.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BBPOM di Banjarmasin sebagai

UPT Badan POM, dimana Badan POM merupakan lembaga pemerintah yang

merupakan garda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Di sisi

lain, tupoksi BBPOM di Banjarmasin ini juga sangat penting dan strategis dalam

kerangka mendorong tercapainya Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita)

yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, khususnya pada butir 5:

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, khususnya di sektor

kesehatan; pada butir 2: Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,

efektif, demokratis dan terpercaya; pada butir 3: Membangun Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara

kesatuan; pada butir 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di

pasar internasional; serta pada butir 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi

dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Oleh karena

itu, BBPOM di Banjarmasin sebagai UPT Badan POM yang merupakan lembaga

pengawasan Obat dan Makanan sangat penting untuk diperkuat, baik dari sisi

kelembagaan maupun kualitas sumber daya manusia, serta sarana pendukung

lainnya seperti laboratorium, sistem teknologi dan informasinya, dan lain

sebagainya, untuk mendukung tugas-tugasnya tersebut.

Page 9: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 7

BBPOM di Banjarmasin idealnya dapat menjalankan tugasnya secara

lebih proaktif, tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada kasus-kasus

yang dilaporkan. Namun, dengan luas wilayah Kalimantan Selatan yang

bersekitar 37.530,52 km2 atau 6,98% dari luas Pulau Kalimantan dan 1,96%

dari luas wilayah Indonesia dengan sarana transportasi yang belum memadai,

rendahnya pengetahuan masyarakat tentang Obat dan Makanan dan posisi

Kalimantan Selatan sebagai pintu masuk bagi berbagai produk Obat dan

Makanan ke Pulau Kalimantan merupakan salah satu faktor utama yang sulit

bagi BBPOM di Banjarmasin dalam melakukan fungsi pengawasan secara

komprehensif.

Secara Administratif wilayahnya terdiri dari 13 daerah (11 Kabupaten

dan 2 Kota) meliputi 119 Kecamatan dan 1947 Desa/Kelurahan, yaitu :

- Kota Banjarmasin = 0.072,67 Km2

- Kota Banjarbaru = 0.328,83 Km2

- Kabupaten Banjar = 4.710,97 Km2

- Kabupaten Tapin = 2.174,95 Km2

- Kabupaten Tanah Laut (TALA) = 3.729,30 Km2

- Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) = 1.804,94 Km2

- Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) = 1.472,00 Km2

- Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) = 0.951,25 Km2

- Kabupaten Tabalong = 3.599,95 Km2

- Kabupaten Balangan = 1.819,75 Km2

- Kabupaten Tanah Bumbu = 5.066,96 Km2

- Kabupaten Barito Kuala (BATOLA) = 2.376,22 Km2

- Kabupaten Kotabaru = 9.422,73 Km2

Page 10: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 8

Peta serta pembagian wilayah Kabupaten/Kota dapat dilihat berikut ini :

Gambar 1.1: Peta Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan

Page 11: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 9

Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan justru menjadi tantangan

tersendiri bagi BBPOM di Banjarmasin dalam melakukan revitalisasi dan

penguatan terhadap mandat dan kinerjanya dalam hal mengawasi Obat dan

Makanan, baik yang diproduksi di Kalsel sendiri maupun yang berasal dari luar

Kalsel dan beredar di masyarakat.

Di sisi lain, kondisi masyarakat Kalimantan Selatan yang didominasi oleh

sektor perdagangan sehingga mobilitas penduduk juga sangat tinggi sehingga

berdampak juga pada semakin banyaknya produk obat dan makanan yang

beredar. Hal lain yang perlu diperhatikan pada penyusunan Renstra adalah

adanya sumber daya alam di Kalimantan Selatan berupa perkebunan kelapa

sawit, pertambangan batu bara dan mineral alam lainnya. Kondisi ini tentunya

sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat.

Modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh pada pola hidup

masyarakatnya. Dengan perkembangan modernisasi tersebut, menjaga pola

hidup sehat juga menjadi semakin sulit untuk dipenuhi oleh masyarakat dalam

pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama pemenuhan standar kesehatan,

dimana peredaran makanan yang tidak begitu baik bagi kesehatan juga hampir-

hampir tidak bisa dihindari.

Adapun cakupan pengawasan Balai Besar POM di Banjarmasin adalah

sebagai berikut :

Tabel 1.1: Cakupan Pengawasan Sarana Produksi dan Distribusi Obat dan

Makanan

Jenis Sarana

Produksi Distribusi Pelayanan

Jumlah

Sarana Diperiksa %

Jumlah

Sarana Diperiksa %

Jumlah

Sarana Diperiksa %

Obat 0 0 0 43 72 167.44 420 474 112.86

Pangan MD 23 26 113.04

Kosmetika 10 7 70.00 388 110 28.35

BB 0 0 0 2 6 300.00

OT 8 8 100.00 298 97 32.55

Pangan PIRT 1507 51 3.38

Pangan 937 157 16.76

Jumlah 1548 92 5.94 1668 442 26.50 420 474 112.86

Kegiatan pemeriksaan setempat sarana produksi, distribusi dan

pelayanan obat dan makanan dilaksanakan secara rutin sepanjang tahun di

Page 12: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 10

seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Penetapan target didasarkan atas

analisis risiko yang memperhatikan semua kemungkinan yang berdampak

negatif pada keselamatan konsumen, yang meliputi produk TMS yang sering

ditemukan, wilayah rawan maupun pelanggaran-pelanggaran yang ditemukan.

Dengan demikian, meskipun cakupan pemeriksaan setempat masih rendah,

diharapkan tetap mampu menjamin keamanan dan mutu produk yang beredar.

1.1.2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 14 tahun 2014,

Struktur Organisasi Balai Besar POM di Banjarmasin terdiri dari Kepala Balai

Besar POM yang membawahi unit-unit kerja sebagai berikut :

1. Sub Bagian Tata Usaha

2. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik

dan Produk Komplemen

3. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi, terdiri atas 2

Seksi yaitu : Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya dan Seksi

Pengujian Mikrobiologi.

4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, terdiri atas 2 Seksi yaitu : Seksi

Pemeriksaan dan Seksi Penyidikan

5. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen, terdiri atas 2 Seksi

yaitu : Seksi Sertifikasi dan Seksi Layanan Informasi Konsumen

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sesuai dengan struktur organisasi BBPOM di Banjarmasin yang ada,

maka masing-masing bidang dan sub bagian memiliki tugas sebagai berikut:

1) Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional,

Kosmetika dan Produk Komplemen. Bidang ini mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan

laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetika,

dan produk komplemen.

2) Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi

Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program, evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium,

Page 13: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 11

pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta

pemeriksaan laboratorium, pengujian dan pengendalian mutu di bidang

mikrobiologi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Pengujian Pangan,

Bahan Berbahaya, dan Mikrobiologi menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan

pengelolaan laboratorium, pengendalian mutu hasil pengujian pangan,

dan bahan berbahaya

b. pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan

pengelolaan laboratorium, dan pengendalian mutu hasil pengujian

mikrobiologi

Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi terdiri dari:

a. Seksi Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, evaluasi

dan laporan pengelolaan laboratorium, pengendalian mutu hasil

pengujian pangan dan bahan berbahaya.

b. Seksi Laboratorium Mikrobiologi, mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan

laporan pengelolaan laboratorium, dan pengendalian mutu hasil

pengujian mikrobiologi.

3) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan.

Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program, evaluasi dan laporan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh

untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sarana

pelayanan kesehatan serta penyidikan pelanggaran hukum di bidang

produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen, pangan, dan bahan berbahaya.

Dalam melaksanakan tugas Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana dan program pemeriksaan, dan penyidikan obat

dan makanan.

b. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk

pengujian dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sarana

pelayanan kesehatan di bidang produk terapetik, narkotika,

Page 14: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 12

psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen,

pangan, dan bahan berbahaya;

c. Pelaksanaan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum di bidang

produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat

tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan, dan bahan

berbahaya; dan

d. evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan, dan penyidikan obat dan

makanan.

Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri dari:

a. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana

produksi dan distribusi produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat

adiktif, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan, dan

bahan berbahaya.

b. Seksi Penyidikan, mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap

kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika,

psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen,

pangan, dan bahan berbahaya.

4) Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen.

Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksaan sertifikasi produk,

sarana produksi dan distribusi tertentu, dan layanan informasi konsumen.

Dalam melaksanakan tugas Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi

Konsumen menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program sertifikasi produk, dan Layanan

Informasi Konsumen

b. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu

c. Pelaksanaan layanan informasi untuk konsumen

d. Evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi produk, dan layanan

informasi konsumen

Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen terdiri dari:

a. Seksi Sertifikasi, mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk,

sarana produksi dan distribusi tertentu.

Page 15: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 13

b. Seksi Layanan Informasi Konsumen, mempunyai tugas melakukan

layanan informasi konsumen.

5) Sub Bagian Tata Usaha.

Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis

dan administrasi di lingkungan Balai Besar POM di Banjarmasin.

6) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas : “Melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan”.

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri atas Jabatan Fungsional Pengawas

Farmasi dan Makanan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Jabatan

Fungsional lain sesuai dengan bidang keahliannya.

b. Masing-masing kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasi oleh tenaga

fungsional senior yang ditunjuk oleh Sekretaris Utama BPOM.

c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.

d. Jenis dan jenjang fungsional diatur berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Adapun struktur organisasi Balai Besar POM di Banjarmasin dapat

digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Page 16: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 14

Gambar 1.2: Struktur Organisasi BBPOM di Banjarmasin

Sumber Daya Manusia merupakan komponen yang penting dalam

melaksanakan pengawasan. Berikut ini grafik yang menggambarkan proporsi

pegawai BBPOM di Banjarmasin berdasarkan jenis pendidikan.

Grafik 1.1: Jumlah Pegawai Menurut Pendidikannya

KEPALA BALAI BESAR POM DI BANJARMASIN

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

KEPALA BIDANG

PENGUJIAN TERANOKOKO

KEPALA BIDANG PENGUJIAN

PANGAN, BB, DAN MIKROBIOLOGI

KEPALA BIDANG

PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN

KEPALA BIDANG SERTIFIKASI DAN

LAYANAN INFORMASI KONSUMEN

KEPALA SEKSI LABORATORIUM

PANGAN dan BAHAN BERBAHAYA

KEPALA SEKSI

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

KEPALA SEKSI PEMERIKSAAN

KEPALA SEKSI PENYIDIKAN

KEPALA SEKSI SERTIFIKASI

KEPALA SEKSI

LAYANAN INFORMASI KONSUMEN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Page 17: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 15

Profil pegawai per bidang dan sub bagian dapat dilihat secara rinci sebagai

berikut :

Grafik 1.2: Jumlah Pegawai Menurut Bidang/ Sub Bagian

Dari komposisi SDM BBPOM di Banjarmasin sampai dengan tahun 2014

sesuai dengan grafik 1 dan 2 di atas, dirasakan bahwa untuk menghadapi

perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis, khususnya perubahan

lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan penambahan jumlah dan

peningkatan kompetensi SDM BBPOM di Banjarmasin, agar dapat

mengantisipasi dan memenuhi perubahan lingkungan strategis tersebut

sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.

Untuk mendukung program pengawasan, kompetensi SDM terus

ditingkatkan melalui berbagai pelatihan baik eksternal maupun internal. Untuk

menangani proses penyidikan saat ini ada 8 PPNS yang di Bidang Pemeriksaan

dan Penyidikan, sedangkan untuk melakukan pengawasan telah dilatih tenaga

Inspektur Obat, Inspektur Pangan Muda dan Madya, dan Inspektur Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen dan beberapa pelatihan teknis

lainnya. Untuk melaksanakan surveilan, sertifikasi dan layanan informasi

konsumen telah mengikuti pelatihan surveilan keracunan pangan, tatacara

penilaian pangan, ULPK, CPKB, CPOTB, Instruktur dan Auditor Piagam Bintang

I, II, dan III Keamanan Pangan dan Auditor Halal. Seluruh tenaga penguji telah

mengikuti pelatihan Dasar Analisis, Pengujian Mikro, Pangan dan Teranokoko

Tingkat Dasar dan Pratama serta Madya, Analisis dengan instrumen, uji potensi

antibiotik, teknik perawatan dan kalibrasi peralatan laboratorium. Dari sistem

Bid. Peng Teranokoko, 19

Bid. Pemdik, 18

Bid. Peng Pangan BB dan

Mikro, 16

Subbag TU, 14

Bid. SerLIK, 8

Ka BBPOM, 1

Page 18: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 16

mutu pelatihan yang telah diikuti adalah Pengenalan ISO/IEC/17025 : 2005,

Audit Internal sesuai sistem manajemen mutu ISO/IEC/17025 : 2005, Dokumen

dan Implementasi ISO/IEC/17025 : 2005, Jaminan Mutu Hasil Analisis

Pengujian, Pengukuran ketidakpastian untuk laboratorium pengujian, dan

Validasi Metoda Analisa. Dari kelompok manajerial juga telah mengikuti diklat

penjenjangan, hard competency maupun soft competency seperti pelatihan

manajerial, visioning, motivasi dan lain- lain.

Meskipun dari sisi kompetensi sudah memadai namun dari sisi kuantitas

masih kurang, apalagi dengan melihat penambahan di lingkungan eksternal

termasuk ekspektasi masyarakat dan pemerindah daerah terhadap peran

BBPOM di Banjarmasin agar lebih efektif dalam melaksanakan pengawasan

Obat dan Makanan di wilayah Kalimantan Selatan ini.

Dengan jumlah SDM saat ini, BBPOM di Banjarmasin belum mampu

melakukan pengawasan sekali setahun terhadap setiap sarana produksi dan

distribusi Obat dan Makanan. Dengan demikian hal ini berpotensi terhadap

beredarnya Obat dan Makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan

keamanan.

Hal- hal yang belum efektif terkait SDM adalah pemberian reward dan

punishment. Meskipun Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) telah diterapkan sejak

tahun 2014 namun implementasi reward dan punishment belum sepenuhnya

diterapkan karena keterbatasan anggaran, ketidaktegasan dan dikarenakan

sistem ini baru saja dimulai.

Jumlah SDM yang dimiliki BBPOM di Banjarmasin untuk melaksanakan

tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 sejumlah

76 (tujuh puluh enam) orang dan masih kekurangan 20 SDM, dengan proyeksi

kebutuhan berdasarkan analisis beban kerja sebagai berikut :

Page 19: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 17

Grafik 1.3: Kebutuhan SDM berdasarkan Analisis Beban Kerja

Bila diasumsikan bahwa setiap tahun BBPOM di Banjarmasin mendapat

penambahan 5 orang CASN maka pada tahun 2019 diperkirakan masih tetap

akan kekurangan pegawai sebanyak 14 orang. Jika asumsi tersebut tidak

tercapai hingga tahun 2019 makan BBPOM di Banjarmasin akan mengalami

kekurangan SDM sebesar 37 orang.

Di samping menghadapi masalah dalam jumlah SDM, BBPOM di

Banjarmasin juga mengahadapi permasalahan dalam struktur organisasi.

Adapun Bidang dan Sub Bagian yang mengalami permasalahan tersebut adalah

1. Sub Bagian Tata Usaha

Kondisi saat ini pada Sub Bagian Tata Usaha masih mengalami span of

control yang terlalu luas dengan hanya ditangani oleh pejabat struktural

setingkat eselon IV. Dalam rangka optimalisasi fungsi manajemen dan

reformasi birokrasi perlu dilakukan reorganisasi, dimana untuk jabatan

Kepala Sub Bagian Tata Usaha dinaikkan menjadi eselon III dan di

bawahnya diangkat 2 – 3 jabatan struktural eselon IV untuk menangani

Seksi Keuangan, Seksi Kepegawaian dan Seksi Perlengkapan

2. Bidang Pengujian Teranakoko

Saat ini pada bidang tersebut dijabat oleh satu orang eselon III, tetapi tidak

didukung oleh pejabat eselon IV, sehingga berdampak pada penumpukan

control dan tanggung jawab pada 1 (satu) orang pejabat struktural. Dalam

rangka peningkatan kinerja maka diharapkan agar kedepan Kepala Bidang

Page 20: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 18

dapat dibantu oleh 3 (tiga) orang pejabat eselon IV, untuk menangani seksi

Pengujian Obat dan Napza, Seksi Pengujian Obat Tradisional dan Suplemen

Makanan serta Seksi Pengujian Kosmetik

3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Salah satu upaya mereduksi peredaran produk Obat dan Makanan ilegal

adalah melalui penegakan hukum. Dalam optimalisasi penegakan hukum

diperlukan informasi yang akurat terkait tindak pidana bidang Obat dan

Makanan. Saat ini pada bidang pemeriksaan dan penyidikan hanya terdapat

dua seksi, yaitu seksi pemeriksaan dan seksi penyidikan. Untuk optimalisasi

penegakan hukum, pada Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan diperlukan

penambahan 1 (satu) jabatan eselon IV untuk menangani masalah

Investigasi, sehingga diharapkan efektifitas penegakan hukum meningkat.

1.1.3. Capaian Kinerja BBPOM di Banjarmasin periode 2010-2014

Sesuai dengan peran dan kewenangannya, BBPOM di Banjarmasin

mempunyai tugas mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah

Kalimantan Selatan. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, maka terdapat

beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Renstra BPOM 2010-2014,

yaitu: 1) Rekomendasi dalam rangka perizinan dan sertifikasi industri di bidang

farmasi berdasarkan cara-cara produksi yang baik; 2) Post-marketing

survailance termasuk sampling dan pengujian laboratorium, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, monitoring efek samping produk di masyarakat,

penyidikan dan penegakan hukum; 3) Pengumpulan serta kliping iklan dan

promosi obat dan makanan untuk bahan Pre-review dan pasca-audit oleh Badan

POM; 4) Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk penyebarluasan

peringatan publik yang dikeluarkan oleh Kepala Badan POM.

Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan

BBPOM di Banjarmasin tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian

indikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada tabel 1.1 di bawah ini.

Page 21: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 19

Tabel 1.2: Pencapaian Indikator Kinerja Utama

No. Indikator Awal Target (%) Realisasi (%) Rasio (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1. Persentase

kenaikan Obat

yang memenuhi

standar

94,2

Bas

elin

e

0,1 0,1 0,1 0,1

Bas

elin

e

-0,21 -0,17 0,4 -3,13

bas

elin

e

-210 -170 400 -3.130

2. Persentase

kenaikan Obat

Tradisional yang

memenuhi standar

73,81

Bas

elin

e

0,25 0,25 0,25 0,25

Bas

elin

e

-10,54 -0,2 0,3 -3,55

bas

elin

e

-4.216 -80 120 -1.420

3. Persentase

kenaikan Kosmetik

yang memenuhi

standar

92,12

Bas

elin

e

0,25 0,25 0,25 0,25

Bas

elin

e

-2,47 0,43 -0,1 -1,61

bas

elin

e

-988 172 -40 -644

4. Persentase

kenaikan

Suplemen

Makanan yang

memenuhi standar

97,36

Bas

elin

e

0,5 0,5 0,5 0,5

Bas

elin

e

12 -7,8 0 -14.0

bas

elin

e

-2.400 -1.560 0 -2.800

5. Persentase

kenaikan Makanan

yang memenuhi

standar

76,03

Bas

elin

e

3,75 3,75 3,75 3,75

Bas

elin

e

13,14 -7,3 1,4 -10.02

bas

elin

e

857,1 -194,7 37,3 -267,2

Page 22: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 20

Sebagaimana tabel 1.2 terkait pencapaian kinerja pada Renstra tahun

2010-2014 tersebut di atas, bila diperhatikan dari segi angka kenaikan produk

Obat dan Makanan yang memenuhi standar, maka dapat dikatakan bahwa BBPOM

di Banjarmasin belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tetapi bila dilihat dari sudut pandang kemampuan pengawas menemukan Obat

dan Makanan yang tidak memenuhi standar maka dapat dikatakan bahwa

kompetensi pengawas semakin membaik. Peningkatan kompetensi ini

menunjukkan bahwa melalui berbagai pelatihan bagi Inspektur Obat dan Makanan

yang diselenggarakan oleh Badan POM sangat efektif dalam meningkatkan

kompetensi petugas.

Salah satu hal yang membebani BBPOM di Banjarmasin untuk mencapai

target indikator kinerja utama adalah persentase kenaikan Obat dan Makanan yang

memenuhi standar diperhitungkan terhadap jumlah sampel yang disampling oleh

BBPOM di Banjarmasin. Hal ini menjadi problem tersendiri karena sampling

dilakukan berbasis risiko, dimana salah satu hal yang diperhatikan pada

penyusunan prioritas sampling adalah produk yang sering ditemukan tidak

memenuhi standar atau dicurigai tidak memenuhi standar. Dengan pertimbangan

ini maka sangat mungkin sampel yang disampling cenderung tidak memenuhi

standar sehingga dapat mengaburkan keberhasilan pelaksanaan pengawasan Obat

dan Makanan.

Berdasarkan pencapaian target tersebut teridentifikasi bahwa

pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh BBPOM di Banjarmasin

selama ini harus terus ditingkatkan. Perkuatan pengawasan post market

merupakan hal yang tak dapat dielakkan lagi. Hal lain yang perlu ditingkatkan

adalah advokasi dan koordinasi lintas sektor agar lebih bersinergi lagi dalam

meningkatkan kemampuan pelaku usaha untuk pemenuhan cara produksi dan

distribusi obat dan makanan yang baik, sehingga keamanan obat dan makanan

yang beredar dapat dijamin. Sinergisme dengan lintas sektor perlu juga

ditingkatkan dalam hal pemberian sanksi yang memadai sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan kepada pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran sehingga dapat memberi efek jera.

Page 23: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 21

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global,

permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks.

Arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi

barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas

bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya

pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim

(climate change), ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan

penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus

dihadapi oleh BPOM. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi

BPOM dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang

dihadapi oleh BBPOM di Banjarmasin terdiri atas 2 (dua) isu mendasar, yaitu

kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sedangkan

terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas, komitmen

internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut saling terkait

satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran

BPOM baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:

1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012, SKN adalah

pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa

Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu subsistem SKN

adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, yang meliputi berbagai

kegiatan untuk menjamin: (i) aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu

sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar; (ii) ketersediaan,

pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; (iii) perlindungan

masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat penggunaan

obat yang rasional; serta (iv) upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui

Page 24: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 22

pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Subsistem ini saling terkait dengan

subsistem lainnya sehingga pengelolaan kesehatan dapat diselenggarakan dengan

berhasil guna dan berdaya guna.

BPOM merupakan penyelenggara subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan

dan makanan, utamanya untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan

dan mutu Obat dan Makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang

pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salah satu unsur dalam

subsistem tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secara komprehensif oleh

BPOM, yaitu:

No Upaya terkait jaminan aspek

keamanan, khasiat/kemanfaat dan mutu Obat dan Makanan yang beredar

No Upaya terkait kemandirian Obat dan

Makanan.

1 Pengawasan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah, pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab.

1 Pembinaan industri farmasi dalam negeri agar mampu melakukan produksi sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan dapat melakukan usahanya dengan efektif dan efisien sehingga mempunyai daya saing yang tinggi.

2 Pelaksanaan regulasi yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, akses terhadap ahli dan referensi ilmiah, kerjasama internasional, laboratorium pengujian mutu yang kompeten, independen, dan transparan.

2 Pengembangan pemanfaatan obat tradisional yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, bermutu tinggi, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.

3 Pengembangan dan penyempurnaan kebijakan mengenai produk dan fasilitas produksi dan distribusi Obat dan Makanan sesuai dengan IPTEK dan standar internasional.

4 Pembinaan, pengawasan dan pengendalian impor, ekspor, produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Upaya ini merupakan suatu kesatuan utuh, dilakukan melalui penilaian keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk, inspeksi fasilitas produksi dan distribusi, pengambilan dan pengujian sampel, surveilans dan uji setelah pemasaran, serta pemantauan label atau penandaan, iklan dan promosi.

5 Penegakan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal.

Page 25: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 23

No Upaya terkait jaminan aspek

keamanan, khasiat/kemanfaat dan mutu Obat dan Makanan yang beredar

No Upaya terkait kemandirian Obat dan

Makanan.

6 Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif sebagai upaya yang terpadu antara upaya represif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

7 Perlindungan masyarakat terhadap pencemaran sediaan farmasi dari bahan-bahan dilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan persyaratan.

Beberapa upaya tersebut di atas, telah dilakukan oleh BPOM dan ke depan harus

lebih ditingkatkan melalui pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara

profesional, bertanggungjawab, independen, transparan dan berbasis bukti ilmiah,

sesuai dengan amanat dalam SKN.

Selain itu, BBPOM di Banjarmasin menghadapi tantangan tersendiri, berupa

beredarnya Obat dan Makanan ilegal serta tingginya angka penyalahgunaan Obat

dan Makanan. Hal ini terlihat pada data Badan Narkotika Nasional, dimana secara

nasional Kalimantan Selatan berada pada urutan ke-4 penyalahgunaan narkoba di

Indonesia dan urutan ke-2 Nasional untuk penyalahgunaan obat carnophen.

Kondisi ini tentunya akan menjadi tantangan tersendiri bagi BBPOM di

Banjarmasin untuk melindungi masyarakat Kalimantan Selatan dari Obat dan

Makanan yang berisiko terhadap kesehatan. Tingginya penyalahgunaan obat ini,

akan memberikan beban tersendiri bagi BBPOM di Banjarmasin karena barang

bukti dari pihak Kepolisian untuk proses Pro Justitia diujikan pada Laboratorium

BBPOM di Banjarmasin.

1.2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan salah satu bentuk

perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan

sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem ini merupakan

program negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui

Page 26: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 24

pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi risiko ekonomi

karena sakit, PHK, pensiun usia lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara

(means), sekaligus tujuan (ends) dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu,

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak

langsung terhadap pengawasan distribusi dan pelayanan obat di Kalimantan

Selatan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan pemeriksaan

sarana distribusi obat dalam rangka pemenuhan CDOB.

1.2.3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs)

pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai

pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan

pembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan

program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals.

Dalam bidang kesehatan, faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan

fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif

dalam pembangunan masyarakatnya.

Terkait Goal 2. End hunger, achieve food security and improved nutrition, and

promote sustainable agriculture, selain ketahanan pangan, kondisi yang harus

diciptakan antara lain adalah masyarakat miskin, kelompok rentan termasuk bayi

memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang aman, bergizi dengan jumlah

yang cukup sesuai kebutuhannya. Kontribusi terhadap kondisi ini adalah

tersedianya pangan dengan nilai gizi yang cukup, misalnya pangan diet khusus

mengandung Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang cukup untuk pasien diabetes,

garam dan terigu difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu dalam susu

formula bayi dan lansia. Hal ini hanya dapat terjadi jika produsen pangan olahan

yang telah diinspeksi dan dibina BPOM menerapkan Good Manufacturing Practices

(GMP) dan menjamin mutu produknya termasuk nilai nutrisi sesuai dengan

Page 27: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 25

kebijakan teknis yang dibuat BPOM/Standar Nasional Indonesia/standar

internasional. Tantangan bagi BPOM ke depan adalah penyusunan kebijakan teknis

terkini tentang standar gizi pangan olahan, pengawalan mutu, manfaat, dan

keamanan pangan olahan, serta KIE kepada masyarakat.

Terkait Goal 3.Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages,

salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di

dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan

bermutu. Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan

dan menggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk

upaya kesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas hidup

masyarakat meningkat. Kontribusi untuk mencapai kondisi ini adalah ketersediaan

Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Hal ini

bisa tercapai hanya jika Industri Farmasi yang telah diintervensi (diawasi dan

dibina BPOM) mempraktekkan GMP dalam produksi Obat yang aman, berkhasiat,

dan bermutu dan PBF serta rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution

Practices untuk mengawal mutu Obat JKN. Tantangan bagi BPOM ke depan adalah

intensifikasi pengawasan pre-market dan post-market, serta pembinaan pelaku

usaha agar secara mandiri menjamin mutu produknya.

1.2.4. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang

mencakup banyak bidang dan saling terkait: ekonomi, politik, sosial, budaya,

teknologi dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya

teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat dan massif akhir-akhir ini

dan berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era

globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan

kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan,

sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut

telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional,

khususnya di bidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas

Page 28: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 26

(Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam,

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-

China Free Trade Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP),

ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement

(AIFTA) dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).

Dalam hal ini, memungkinkan negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan

bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi

kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi

dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan

nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat

dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik negara-

negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam

menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015,

diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan

makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar

negeri.

BBPOM di Banjarmasin sebagai garda terdepan dalam melindungi

masyarakat Kalsel dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan,

tentunya menghadapi tantangan yang semakin kompleks pada globalisasi yang

berlangsung saat ini karena dengan pemberlakuan pasar global tentunya secara

langsung akan berdampak pada semakin bertambahnya jumlah Obat dan makanan

yang beredar di Kalimantan Selatan.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu

ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu

kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang

dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi

dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini

akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam membuka akses

kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat

yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini akses

masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek masih terbatas sehingga

Page 29: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 27

menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal. Di sisi lain, secara nasional jumlah

apotek yang ada juga masih kurang, dimana belum semua kecamatan terjangkau

dengan layanan apotek.

Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi.

Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya

pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya ditemukan obat-

obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya.

Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World

Health Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai

10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembang termasuk Indonesia.

Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi BBPOM di Banjarmasin

sebagai UPT Badan POM yang merupakan lembaga negara yang bertanggungjawab

terkait dengan pengawasan atas produk Obat dan Makanan yang beredar di

masyarakat Kalimantan Selatan.

Dengan melihat program Nawacita yang salah satunya adalah “membangun

Indonesia dari pinggiran”, pemerintah merencanakan Provinsi Kalimantan Selatan

merupakan pintu masuk pulau Kalimantan. Pembangunan yang akan dan sedang

direalisasikan adalah pembangunan bandara Syamsudin Noer sebesar 20 kali dari

sekarang. Banjarmasin akan menjadi sentra bisnis serta pembangunan kawasan

industri di pusatkan di Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu. Pembangunan-

pembangunan tersebut akan berdampak peningkatan arus masuknya produk Obat

dan Makanan ke wilayah Kalimantan dengan pintu masuknya adalah Banjarmasin.

Untuk itu diperlukan perkuatan pengawasan Obat dan Makanan terhadap produk

yang beredar di masyarakat.

1.2.5. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor

pertanian khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat

mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat,

bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri

Page 30: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 28

makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting

sebagai pemasok pangan dunia.

Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor

makanan dan minuman serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang dari karet

terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari BBPOM di

Banjarmasin untuk mengawasi dan menjamin keamanan proses produksi produk

makanan dari hulu hingga hilir.

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan

munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit

baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup

banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.

Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research

Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam

pelaksanaan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat

perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit

yang perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan,

misalnya Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tuberkulosis. Jadi di Indonesia,

terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan

iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang

banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran

Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan

iklim, diperlukan peranan dari BBPOM di Banjarmasin untuk mendukung Badan

POM dalam mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis

penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari

luar negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat

herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi

ini menuntut kerja keras dari BBPOM di Banjarmasin melakukan pengawasan

terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.

Page 31: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 29

1.2.6. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-

ekonomi, yakni pendapatan perkapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan

diproyeksikan pada tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012)

dan telah menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan

ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada

masyarakat Indonesia. Kalimantan Selatan yang kaya dengan sumber daya alam

berupa hasil pertambangan dan perkebunan tentunya juga akan berdampak pada

tingginya pendapatan perkapita masyarakat. Secara teori dan fakta, bahwa

semakin tinggi pendapatan maka semakin besar tuntutan masyarakat untuk

mendapatkan Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas. Pendapatan

perkapita yang tinggi dan tidak didukung oleh pengetahuan masyarakat yang

memadai, tentunya sangat berpotensi terjadinya kesalahan penggunaan dan

penyalahgunaan obat.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, perlu mendapatkan perhatian dan

pengawasan yang serius dari BBPOM di Banjarmasin.

1.2.7. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Penduduk Kalimantan Selatan berdasar data dari BPS tahun 2012

berjumlah 3.790.071 jiwa. Secara rinci Jumlah Penduduk Laki-Laki, Jumlah

Penduduk Perempuan Menurut Wilayah (Sumber : Data Sensus Penduduk 2010 –

BPS RI) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3: Data Sebaran Penduduk Usia di Atas 15 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

Kab/Kota Laki-Laki Perempuan Total

Tanah Laut 152,385 143,948 296,333

Kotabaru 151,586 138,556 290,142

Banjar 257,320 249,519 506,839

Barito Kuala 138,357 137,790 276,147

Tapin 84,626 83,251 167,877

Hulu Sungai Selatan 105,766 106,719 212,485

Hulu Sungai Tengah 121,518 121,942 243,460

Page 32: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 30

Hulu Sungai Utara 102,351 106,895 209,246

Tabalong 111,086 107,534 218,620

Tanah Bumbu 139,686 128,243 267,929

Balangan 56,504 55,926 112,430

Kota Banjarmasin 312,740 312,741 625,481

Kota Banjarbaru 102,285 97,342 199,627

Prov. Kalimantan Selatan 1,836,210 1,790,406 3,626,616

Grafik 1.4: Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Kabupaten Kota

Mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun 2010, Jumlah dan persentase penduduk perempuan menurut

kabupaten/kota, Rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun menurut

kabupaten/kota, Angka melek huruf penduduk di atas usia 15 tahun berdasarkan

jenis kelamin per kabupaten/kota, Laju pertumbuhan pendapatan regional kapita

atas harga berlaku menurut kabupaten/kota sebagai berikut :

Page 33: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 31

Tabel 1.4: Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Menurut Kabupaten/ Kota

Page 34: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 32

Tabel 1.5: Persentase Angka Melek Huruf Penduduk Usia di Atas 15 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kabupaten/ Kota

No. Kabupaten/Kota Perempuan Laki-Laki

Persentase Persentase

1 Tanah Laut 91.36 94.17

2 Kotabaru 88.41 91.33

3 Banjar 92.2 94.47

4 Barito Kuala 87.08 92.22

5 Tapin 91.12 93.78

6 Hulu Sungai Selatan 91.59 93.76

7 Hulu Sungai Tengah 91.02 93.32

8 Hulu Sungai Utara 89.85 93.14

9 Tabalong 92.87 94.71

10 Tanah Bumbu 89.88 93.24

11 Balangan 90.56 93.71

12 Kota Banjarmasin 95.88 96.28

13 Kota Banjarbaru 94.64 95.77

14 Provinsi Kalimantan Selatan 91.74 94.08

Page 35: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 33

Tabel 1.6: Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional Kapita Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Kabupaten Kota

Kab/Kota Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6

Tanah Laut 13,984,220 15,685,358 17,402,162 - -

Kotabaru 33,307,762 36,979,946 39,894,011 - -

Banjar 13,696,851 14,939,465 16,308,454 - -

Barito Kuala 13,112,509 142,005,523 15,627,796 - -

Tapin 13,229,739 14,167,984 15,292,796 - -

Hulu Sungai Selatan 10,196,543 10,953,907 11,830,962 - -

Hulu Sungai Tengah 8,821,395 9,702,622 10,619,707 - -

Hulu Sungai Utara 7,393,434 8,434,116 9,212,859 - -

Tabalong 23,980,027 27,600,632 31,132,717 - -

Tanah Bumbu 24,178,534 26,796,336 27,614,243 - -

Balangan 23,848,946 26,843,329 29,644,310 - -

Kota Banjarmasin 15,585,241 17,665,637 19,447,929 - -

Kota Banjarbaru 9,457,371 10,401,184 11,013,620 - -

Provinsi Kalimantan Selatan 16,495,561 18,453,206 20,032,114 83,361,788 -

Memperhatikan data-data tersebut di atas, terlihat bahwa rata-rata

pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan adalah 1,99%, berarti lebih tinggi dari

rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% pertahun. Dengan

laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan ke depan salah satu permasalahan

yang dihadapi Provinsi Kalimantan Selatan adalah adanya lonjakan jumlah

penduduk dengan sebaran yang tidak merata karena terkonsentrasi pada daerah

perkotaan.

1.2.8 Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang

semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan

kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren

antara pusat dan daerah. Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan

yang tetap bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless),

Page 36: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 34

dengan one line command (satu komando), sehingga apabila terdapat suatu produk

Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang

pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama

dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan

Obat dan Makanan belum optimal. Hal ini juga yang menjadi temuan BPK pada saat

audit kinerja BPOM. Untuk menunjang tugas dan fungsi BPOM dalam pengawasan

diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari para

pemangku kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, masyarakat,

termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing

untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik.

Dengan berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah, merupakan tantangan bagi BPOM untuk menyiapkan Norma, Standar,

Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan

terkait Obat dan Makanan.

1.2.9 Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi berdampak terhadap produksi di bidang Obat dan

Makanan, antara lain berupa perkembangan vaksin baru dan produk biologi lain

termasuk produk darah, produk jaringan, produk terapi gen, produk stem cell,

produk hormon, pangan hasil rekayasa genetika, pangan iradiasi, perkembangan

teknologi nano untuk produk dan kemasannya serta produk hasil inovasi lainnya.

Ini adalah sebagian dari kemajuan teknologi produksi yang diprediksi akan

semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini

menuntut BPOM meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagai lembaga

pengawas, utamanya pengetahuan dan teknologi laboratorium pengujian POM

selaku “diagnosis pasti” adanya risiko yang beredar di masyarakat.

Adanya kemajuan teknologi telah memungkinkan industri di bidang Obat

dan Makanan untuk berproduksi dalam skala besar dengan cakupan yang luas.

Selain itu, dengan kemajuan teknologi transportasi baik darat, laut dan udara

Page 37: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 35

maupun jasa pengiriman barang, berbagai produk itu dimungkinkan dalam waktu

relatif singkat mencapai seluruh wilayah negeri ini hingga ke pelosok pelosoknya.

Bagi pengawasan Obat dan Makanan, ini merupakan satu potential problem,

karena bila terdapat produk yang substandar, peredarannya dapat menjangkau

areal yang luas dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu, antipasi pengawasan

obat dan makanan juga harus sama cepatnya.

Teknologi promosi sebagai sarana provider induced demand semakin efektif

dalam menggugah masyarakat. Hal ini potensial mengarah pada penggunaan

produk secara irasional. Disamping itu kecanggihan teknologi promosi dapat

menutupi berbagai kelemahan produknya. Keadaan ini semakin menurunkan

tingkat kewaspadaan konsumen yang sudah tereksploitasi oleh dorongan

permintaan. Oleh karenanya peran BBPOM Di Banjarmasin dan instansi terkait

sangat penting dalam melakukan KIE kepada masyarakat.

Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi BPOM

untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses

dan jangkauan masyarakat. Juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi,

komunikasi, dan edukasi kepada masyarakat. Namun di sisi lain, teknologi

informasi juga dapat menjadi tantangan bagi BPOM terkait tren pemasaran dan

transaksi produk Obat dan Makanan secara online, yang juga perlu mendapatkan

pengawasan dengan berbasis pada teknologi.

1.2.10 Implementasi Program Fortifikasi Pangan

Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan

Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui peningkatan

peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman,

dan bergizi diantaranya dengan dukungan fortifikasi mikronutrien penting.

Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani

permasalahan tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal

pemerintah menetapkan fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat

masih tingginya masalah gangguan kesehatan karena kurang yodium (GAKI).

Penerapan fortifikasi harus diiringi dengan pengawasan oleh BPOM. Hasil

Page 38: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 36

pengawasan garam beryodium dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2010–

2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS mengalami kenaikan, yaitu

berkisar 29%-43%. Hasil pengawasan tepung terigu dalam kurun waktu tiga tahun

terakhir (2010-2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS juga

mengalami kenaikan, yaitu berkisar 4%-23%.

Untuk mengawal program ini, BPOM mendapatkan mandat strategis baik

dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) maupun Rencana Aksi

Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG), utamanya pada Pokja III Bidang Mutu dan

Keamanan Pangan. Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional

(tepung terigu dan garam) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik

dalam rangka pemenuhan persyaratan (compliance) maupun surveilan keamanan

pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan Cara

Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), baik penerapan CPPOB pada

produsen pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan yang Baik di sarana peredaran.

Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di sarana

produksi maupun di sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku

pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameter

keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian

label serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui

sampling dan pengujian.

Selama bertahun- tahun pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan

mengandalkan perekonomian pada sektor tambang batubara. Saat ini pemerintah

mengambil kebijakan mulai membatasi sektor tambang batubara karena dampak

negatifnya terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat

Kalimantan Selatan mulai beralih ke sektor perkebunan yaitu kelapa sawit.

Perubahan ini tentu akan berimplikasi pada berkembangnya sektor- sektor lain

khususnya sektor produksi pangan dengan bahan baku kelapa sawit, yang diolah

menjadi minyak goreng.

Dengan demikian program fortifikasi pangan di Kalimantan Selatan perlu

dikembangkan tidak hanya untuk mengawal mutu dan keamanan garam

Page 39: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 37

beryodium saja tetapi juga terhadap minyak sawit, dikarenakan disamping

terdapat beberapa industri garam juga sudah mulai tumbuh industri minyak sawit.

1.2.11 Jejaring Kerja

BPOM menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat

menjadi single player. Untuk itu BPOM mengembangkan kerjasama dengan

lembaga-lembaga, baik di pusat, daerah, maupun internasional. Jaringan yang luas

ini sangat strategis posisinya dalam mendukung tugas-tugas BPOM maupun

pemangku kepentingan. Beberapa jejaring kerja yang sudah dimiliki BPOM yaitu

Jejaring Keamanan Pangan Nasional/Daerah, Indonesian Rapid Alert System for

Food and Feed (INRASFF), Jaringan Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia

(JLPPI), Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal (Pusat dan Daerah),

Indonesian Criminal Justice System (ICJS). Di tingkat regional maupun internasional

BPOM memiliki jejaring kerja dengan ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed

(ARASFF), World Health Organization (WHO), Codex Alimentarius Commission,

Forum Kerjasama Asia Pasifik dalam harmonisasi regulasi bidang obat (RHSC),

ASEAN Referrences Laboratories (AFL), Pharmaceutical Inspection Convention and

Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme (PIC/S), International Crime Police

Organization Interpol. Peluang kerjasama ini terbuka tentunya karena citra BPOM

yang baik di internasional.

Jejaring kerjasama ini perlu penguatan karena belum semuanya berjalan

efektif. Sebagai contoh adanya INRASFF akan mendukung pengawasan secara

cepat tanggap terhadap adanya outbreak dan risiko pada pangan. Namun, ada

beberapa hal yang masih menjadi tantangan yaitu: (i) Upstream Notification masih

belum optimal, (ii) Asesmen risiko keamanan pangan impor masih belum optimal,

(iii) Tindak lanjut notifikasi di Competent Contact Point (CCP) belum cepat, dan (iv)

Sistem traceability di rantai suplai pangan masih lemah. Untuk itu, ke depan akan

dilakukan pembentukan Local Competent Contact Point (LCCP) di 5 Propinsi:

Medan, Lampung, Surabaya, Denpasar, dan Manado, serta Pengembangan Pusat

Kewaspadaan dan Respon Keamanan Pangan Nasional, yang juga akan

dikembangkan untuk Obat, Obat Tradisional, Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan.

Page 40: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 38

Contoh lain Indonesian Risk Assessment Centre (INA-RAC). Sejak

pencanangan oleh Menteri Kesehatan pada 20 November 2014, masih menghadapi

beberapa kendala, seperti ketersediaan data nasional kajian risiko keamanan

pangan yang minim dan belum terintegrasi. Tantangan kedepan adalah

meningkatkan jumlah kajian risiko keamanan pangan nasional di sepanjang rantai

pangan; (ii) Pembentukan pool of expert database untuk Komite Ilmiah dan Panel

Pakar; serta (iii) Melaksanakan National Capacity Building untuk Risk Assessment.

Ditingkat provinsi, BBPOM di Banjarmasin tidak bisa bekerja sendiri (single

player), tetapi harus bekerja sama dengan instansi terkait dalam mendukung tugas

–tugas BBPOM di Banjarmasin maupun pemangku kepentingan. BBPOM di

Banjarmasin telah memiliki jejaring kerja dengan Pemerintah Daerah Provinsi

Kalimantan Selatan. Beberapa jejaring sudah dibentuk dalam suatu wadah yang di

SK kan baik oleh Gubernur maupun Bupati/ Walikota. Jejaring yang sudah

terbentuk hingga tahun 2014 adalah : Tim Keamanan Pangan Terpadu Kabupaten/

Kota Banjarmasin, Banjar, Tapin, Balangan, Kotabaru, Tabalong, Hulu Sungai Utara,

Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan dan Barito Kuala. Yang belum terbentuk

adalah Kabupaten Banjarbaru, Tanah Bumbu dan Tanah Laut. Sedangkan di tingkat

provinsi sudah terbentuk Tim KP Terpadu dan Satgas Pemberantasan Obat dan

Makanan ilegal. Terkait dengan penanganan Bahan Berbahaya, Provinsi

Kalimantan Selatan merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang sudah

memiliki Perda (Peratuaran Daerah) Gubernur. Perda tersebut adalah Perda

Kalimantan Selatan No 18 tahun 2012 tentang Pengawasan Bahan Tambahan

Pangan dan Peredaran Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan.

Beberapa MoU antara BBPOM di Banjarmasin dengan instansi terkait juga sudah

dibentuk antara lain, MUI dan Kemenag, Universitas Lambung Mangkurat dan lain-

lain.

1.2.12 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM

melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang

Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan BPOM

Page 41: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 39

merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan

dari pelaksanaan RB. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana Gambar 1.4 di bawah

ini:

Gambar 1.3. Pola Pikir Pelaksanaan RB

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal atau

UPT BB/Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk mendukung pengawasan

Obat dan Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan daerah-daerah

yang sulit dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki Pos POM. Peran

BB/Balai POM dan Pos POM perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari

segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM, sarana dan prasarana,

maupun koordinasi dengan lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan fungsi

pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara lebih optimal. Tantangan

BPOM ke depan adalah melakukan kajian, penataan, dan evaluasi organisasi dalam

rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional

menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas

dan fungsi BPOM.

Page 42: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 40

b. Penataan Tatalaksana

Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen

untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap

kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta

memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen BPOM

tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan

ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau

perolehan Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium

IEC 17025:2005; PIC/S Quality System Requirement for Pharmateucal Inspectorate

(PI 0023), OHSAS 18001:2007; ISO 27001:2013 Information Security Management

System; WHO Quality System Requirement for National GMP Inspectorates (TRS 902

Annex 8, 2002); dan Persyaratan Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan

untuk sistem riset dan pengembangan (KNAPPP02:2007).

Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan

juga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi

informasi di lingkungan BPOM, di antaranya pendaftaran produk (pangan, obat,

obat tradisional) dan berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya

yang dilakukan secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi

masyarakat. Berbagai sistem mutu dan pengembangan egovernment yang dapat

meningkatkan kinerja BPOM tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai

dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan

efisien.

c. Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum

Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi

landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-

undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas

pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap

pelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga

sering terjadi kasus berulang. Modus operandi yang semakin kompleks dan

Page 43: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 41

berubah-ubah membuat PPNS BBPOM di Banjarmasin harus selalu menjaga dan

meningkatkan kompetensi secara terus menerus.

Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung

pencapaian tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada Kerangka

Regulasi. Adanya kerangka regulasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kaidah

pelaksanaan RPJMN/RKP membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi

peraturan perundang-undangan dan meminimalkan ego sektoral. BPOM perlu

mengambil kesempatan ini dengan mengusulkan peraturan perundangundangan

yang akan masuk dalam prolegnas setiap tahunnya bersamaan dengan penyusunan

rencana kerja. Selain itu sesuai kerangka regulasi, untuk memastikan bahwa setiap

norma kebijakan yang akan diratifikasi memberikan manfaat bagi masyarakat,

BPOM perlu membuat cost-benefit analysis. Sedangkan terhadap regulasi teknis

yang dikeluarkan BPOM, perlu dilakukan regulatory impact assessment. Kaitannya

dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain ketersediaan NSPK, perlu

didorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti

dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota.

Pada level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang

jelas untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar

mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Ketersediaan peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang

dilegalkan dalam bentuk Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung

penegakan hukum. Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam

penegakan hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan,

maupun persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait,

menggeser pengawasan ke area preventif, serta memperkuat kerjasama di Free

Trade Zone Area. Upaya ini pun perlu diikuti dengan peningkatankajian BPOM

mengenai kerugian negara secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran

Obat dan Makanan.

Page 44: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 42

d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas

dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BPOM telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi KemenPAN-RB

tahun 2014 memperoleh nilai B. Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap

pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan

akuntabilitas kinerja BPOM. Namun, BPOM masih perlu melakukan

penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan

BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk

menjawab ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku institusi

pengawasan, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap

opini laporan keuangan BPOM dari BPK.

e. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui

upaya pengawasan yang dilakukan BPOM, diharapkan dapat meningkatkan

kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BPOM serta

menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

Pengawasan yang dilakukan BPOM antara lain melalui kebijakan

penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

(SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system,

penanganan benturan kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah

Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM),

dan pendayagunaan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam

perencanaan dan penganggaran.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang

dilakukan BPOM tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan

pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran APIP

dan unit pengawas fungsional (Inspektorat) sebagai internal-consultant yang

Page 45: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 43

melaksanakan fungsi pembinaan, penataan, pengawasan, dan pentaatan dengan

dukungan SDM yang memadai secara kualitas dan kuantitas serta berfokus pada

pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang

mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan

kerugian negara.

f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan

profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh sistem rekrutmen dan

promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan

bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Perencanaan

kebutuhan pegawai BPOM dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan

proses penerimaan pegawai dilakukan secara transparan, objektif, akuntabel, dan

bebas KKN serta promosi jabatan dilakukan secara terbuka.

Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi yang

selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk

pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan disiplin

dan kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut

didukung oleh sistem informasi kepegawaian.

Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi

kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan

fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen pemerintah

menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level

individu. Untuk saat ini, sistem manajemen kinerja belum optimal diterapkan,

sehingga perlu dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif

dan efisien terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas

jabatan yang telah disusun. Pemanfaatan sistem informasi kepegawaian yang telah

dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan kebijakan

manajemen SDM BPOM.

Page 46: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 44

g. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan

konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya

kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan

dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan,

BPOM telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi

pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan

keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan

merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan

budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB.

Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan

timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara

reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan

dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum

pembelajaran atau inovasi.

1.3 ANALISA TERHADAP LINGKUNGAN STRATEGIS

Hasil analisa lingkungan strategis baik eksternal maupun internal

dirangkum dalam tabel 1.7 berikut :

Page 47: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 45

Tabel 1.7: Rangkuman Analisis SWOT

KEKUATAN KELEMAHAN

Kompetensi ASN BBPOM di Banjarmasin yang memadai dalam mendukung pelaksanaan tugas

Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

Networking yang kuat dengan lembaga lembaga daerah

Pedoman Teknis Pengawasan yang jelas

Komitmen Pimpinan dan seluruh ASN BBPOM di Banjarmasin menerapkan Reformasi Birokrasi

Adanya informasi dan edukasi pada masyarakat yang programatik

Tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas dalam peraturan perundangundangan

Sistem pengawasan yang komprehensif di bidang post market

Peran Balai Besar POM di Banjarmasin dalam SISPOM

Laboratorium terakreditasi dan implementasi ISO IEC 17025:2005

Kompetensi pengawas obat dan makanan

Pedoman Pengawasan yang jelas melalui penerapan ISO 9001:2008

Payung hukum pengawasan Obat dan Makanan belum memadai

Beberapa ASN masih memerlukan peningkatan kompetensi (capacity building) terutama soft competency

Jumlah dan sebaran ASN yang belum memadai dibandingkan dengan cakupan tugas pengawasan dan beban kerja

Beberapa regulasi dan standar belum lengkap

Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama

Kekuatan laboratorium yang belum memadai

Dukungan sistem IT dalam pengawasan masih kurang

Kelembagaan Pusat dan Balai belum sinergi

Unit pelaksana teknis terbatas hanya di tingkat provinsi

Tahubja antar bidang belum tertata dengan baik

Kemampuan manajerial SDM masih kurang

Pemberian reward dan punishment motivasi masih kurang

Jumlah SDM masih kurang

Belum memadainya sarana prasarana laboratorium

Page 48: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 46

PELUANG TANTANGAN

Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)

Perkembangan Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang sangat cepat

Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait (Pengakuan stakeholder)

Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

Pasar pengobatan tradisional makin besar

Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan demand Obat dan Makanan

Kesehatan menjadi kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah

Perkembangan teknologi

Kepedulian masyarakat mulai tumbuh terutama terkait self medication

Perubahan iklim dunia yang empengaruhi pola penyakit

Penjualan Obat dan Makanan ilegal secara online

Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Perubahan pola hidup masyarakat (sosial dan ekonomi)

Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Munculnya (kembali) berbagai penyakit baru

Produk Obat dan Makanan sangat bervariasi

Besarnya pendapatan perkapita berdampak peningkatan konsumsi Obat dan Makanan

Masih banyaknya jumlah pelanggaran di bidang Obat dan Makanan

Lemahnya penegakan hukum Implementasi Program Fortifikasi

Pangan Rendahnya pengetahuan dan

kemampuan teknis UMKM obat tradisional, kosmetika dan pangan

Berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas dengan harga yang kompetitif

Belum optimalnya tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan oleh pemangku kepentingan di daerah

Tuntutan masyarakat tentang keamanan pangan

Perkembangan teknologi promosi atau iklan yang negatif

Tingginya penyalahgunaan obat

Berdasarkan hasil analisa SWOT tersebut di atas, baik dari sisi keseimbangan

pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan, serta pengaruh

lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman, BBPOM di Banjarmasin perlu

melakukan penataan dan penguatan kelembagaan dengan menetapkan strategi

Page 49: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 47

untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi BPOM periode 2015-2019.

Terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di masa mendatang agar pencapaian

kinerja BBPOM di Banjarmasin lebih optimal. Di bawah ini pada gambar 1.3

terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan dan peran BBPOM di

Banjarmasin sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan.

Gambar 1.4: Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya

Berdasarkan kondisi obyektif capaian yang dipaparkan di atas, kapasitas

BBPOM di Baanjarmasin sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih

perlu terus dilakukan penataan dan penguatan, baik secara kelembagaan maupun

dukungan regulasi yang dibutuhkan, terutama peraturan perundang-undangan

yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya agar pencapaian kinerja di

masa datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses

pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan,

khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan.

Kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat

cepat, menuntut BBPOM di Banjarmasin dapat melakukan evaluasi dan mampu

BELUM OPTIMALNYA PERAN BBPOM di BANJARMASIN DALAM MELAKSANAKAN

PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Belum optimalnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

Belum optimalnya pembinaan dan bimbingan kepada

pemangku kepentingan melalui Kerjasama, Komunikasi,

Informasi, dan Edukasi Publik

Masih terbatasnya kapasitas

kelembagaan

PERAN BALAI BESAR POM di BANJARMASIN

Penguatan kebijakan teknis pengawasan (Regulatory System)

Pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan

Page 50: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 48

beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan

kebutuhan. Dengan etos tersebut, BBPOM di Banjarmasin diharapkan mampu

menjadi katalisator yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi

yang maksimal bagi pembangunan kesehatan nasional. Untuk itu, ada 3 (tiga) isu

strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi BBPOM di Banjarmasin sesuai

dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yaitu:

1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha Obat dan Makanan, serta peningkatan kemitraan

dengan berbagai pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat,

3. Penguatan kapasitas kelembagaan BBPOM di Banjarmasin.

Dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai dengan

peran dan kewenangan BBPOM di Banjarmasin sebagai lembaga yang mengawasi

Obat dan Makanan, maka diusulkan penguatan peran dan kewenangan BBPOM di

Banjarmasin sesuai dengan bisnis proses BBPOM di Banjarmasin untuk periode

2015-2019 sebagaimana pada gambar dan tabel di bawah ini:

Gambar 1.5: Peta Bisnis Proses Utama BBPOM di Banjarmasin

sesuai Peran dan Kewenangan

Standarisasi Kebijakan Teknis Pengawasan Obat danMakanan

Pengawasan Pre Marke Obat dan Makanan

Pengawasan Post Market Terhadap Obat dan Makanan

Pembinaan dan Bimbingan kepada Pelaku usaha serta

advokasi dan koordinasi dengan lintas sektor

Kewenangan Badan POM Tupoksi BBPOM di Banjarmasin

Page 51: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 49

Gambar 1.6: Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM

Tabel 1.8: Perkuatan Peran BBPOM di Banjarmasin Tahun 2015-2019

Perkuatan Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai standar

• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai standar

• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan berdasar analisis

resiko

• Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan Makanan yang tidak

sesuai dengan standar

• Penyidikan dan penegakan hukum

Kerjasama,

Komunikasi,

Informasi dan

Edukasi Publik

• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha

melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk

penyebarluasan peringatan publik yang dikeluarkan oleh Badan POM

• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan secara memadai dan up

to date

• Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang tidak memenuhi

standard

• Mendorong kerjasama dan sinergitas seluruh pemangku kepentingan

terkait dalam memperkuat pengawasan Obat dan Makanan

Pengawasan Post Market

Pembinaan dan Bimbingan kepada Pelaku usaha serta advokasi dan koordinasi dengan lintas sektor

Obat dan Makanan

Aman

Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Kemandirian Stakeholder

Pengawasan Sarana produksi sesuai standar

Pengawasan Sarana distrubusi sesuai standar

Sampling dan pengujian Laboratorium

Penyidikan dan penegakan hukum

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik

Pembinaan dan Bimbingan kepada pelaku usaha

Advokasi dan koordinasi Sektor terkait

Page 52: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 50

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN BPOM

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang

dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka BBPOM di

Banjarmasin sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga

Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu,

manfaat/khasiat Obat dan Makanan tersebut sesuai standar yang telah ditetapkan.

Untuk itu, disusun visi dan misi serta tujuan dan sasaran BBPOM di Banjarmasin.

Gambar 2.1: Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019

2.1. VISI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, BBPOM di Banjarmasin harus

memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN

Page 53: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 51

2015-2019 dan RKP Tahunan, melalui penyusunan rencana strategis dan rencana

tahunan (Renja K/L) yang berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan

monitoring evaluasi atas pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan secara

efektif dan efisien serta pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari pemerintah.

Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) Kualitas kebijakan

dalam penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap Obat dan

Makanan; 2) Kualitas pengawasan Obat dan Makanan, serta 3) Kerjasama dan

Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat dalam

memanfaatkan produk-produk Obat dan Makanan sesuai standar. Apabila

keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti BBPOM di Banjarmasin

telah mampu berperan dalam mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan

visi BPOM 2015 - 2019 dan RPJMN 2015-2019 sesuai visi, misi Presiden dan Wakil

Presiden terpilih periode 2014-2019, dan selanjutnya mendukung pencapaian

tujuan berbangsa dan bernegara sesuai amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Visi dan Misi Pembangunan Nasional untuk tahun 2015-2019 telah

ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Visi pembangunan

nasional untuk tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian

berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah

melalui 7 Misi Pembangunan sebagai berikut:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,

dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan,

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis

berlandaskan negara hukum,

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri

sebagai negara maritim,

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera,

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,

Page 54: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 52

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat

dan berbasiskan kepentingan nasional, dan

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden

terpilih dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka BPOM sesuai dengan tugas dan

kewenangannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan Obat

dan Makanan menetapkan Visi BPOM 2015-2019. BBPOM di Banjarmasin

sebagai unit pelaksana teknis di daerah dalam menetapkan Visi juga mengacu pada

Visi Badan POM. Visi BBPOM di Banjarmasin adalah :

Penjelasan Visi :

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan

masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta

diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan

dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan

Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang

mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat

ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada

manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan

Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya

terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah

memenuhi standar, baik standar nasional maupun

internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa

untuk interaksi di masa depan.

”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

dan Daya Saing Bangsa”

Page 55: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 53

2.2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai

dengan penguatan peran BBPOM di Banjarmasin sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam Bab I. Seperti halnya Visi maka Misi BBPOM di Banjarmasin juga

mengacu pada Misi BPOM adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full

spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta

penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BPOM dalam

melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir

adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu

sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya.

Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,

sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas

dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan

seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan

seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan

sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),

pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk

Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan

yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan

memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi

Obat dan Makanan.

Page 56: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 54

Sebagai lembaga pengawas, BBPOM di Banjarmasin harus bersikap konsisten

terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta

pembinaan dengan baik. BBPOM di Banjarmasin harus mampu membina dan

mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,

bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara

berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian

dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk

Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap

Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan,

minuman dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012

sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59

persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri

makanan, minuman dan farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012

juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu

potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya

bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai

contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar

dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat

berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, dimana pasar dalam

negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangat potensial. Industri

kosmetik, obat tradisional dan suplemen kesehatan pun mempunyai

karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak

langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu

diberikan oleh BBPOM di Banjarmasin. Sehingga BBPOM di Banjarmasin

berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui

jaminan keamanan, manfaat dan mutu Obat dan Makanan.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat

strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya

pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan,

Page 57: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 55

masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan

kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi

standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait

Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan

pengawasan Obat dan Makanan.

Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BPOM melakukan

berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam mendukung pengawasan. Upaya tersebut salah satunya dilakukan

melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada

masyarakat, serta kemitraan dengan pihak lain di wilayah Kalimantan Selatan.

Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak

memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan

masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan

Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh

produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BBPOM di Banjarmasin tidak dapat

berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak

lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang

kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta

kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian

tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat

unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat

dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi

tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan

yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah.

Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BBPOM di

Banjarmasin harus bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga

pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai

tujuan.

Page 58: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 56

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BBPOM di Banjarmasin.

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini

membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan

sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas

baik jumlah dan kualitasnya, maka BBPOM di Banjarmasin harus mampu

mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung

terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada

akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat

penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah untuk

melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno

structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating),

pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan

penguatan kelembagaan/ organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur

yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya

kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Misi BBPOM di Banjarmasin merupakan langkah utama yang disesuaikan

dengan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Banjarmasin. Pengawasan pre- dan

post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka

memperkuat BPOM menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan

mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar

aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BBPOM di

Banjarmasin mampu melindungi masyarakat Kalimantan Selatan dengan

optimal.

BBPOM di Banjarmasin juga melakukan kemitraan dengan pemangku

kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan

sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu

dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan

pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran,

Page 59: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 57

sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan

Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar

(learning organization). Untuk mendukung itu, maka BBPOM di Banjarmasin

perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).

2.3. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus

dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan

tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi

menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan

berkarya.

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan

internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

Page 60: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 58

2.4. TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka

tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/

bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan

menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi

ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan

pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.

2.5. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai

BBPOM di Banjarmasin, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan

sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki BBPOM di Banjarmasin. Dalam

kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan BPOM akan dapat

mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BBPOM di

Banjarmasin merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup

pengawasan post-market. Sistem itu terdiri dari: pertama, pengawasan

setelah beredar (post-market control) yang dilakukan dengan melakukan

sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana

produksi dan distribusi Obat dan Makanan Kedua, pengujian laboratorium.

Produk yang disampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui

laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah

memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji

laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai dasar

dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan kemudian akan

ditarik dari peredaran. Ketiga, adalah penegakan hukum di bidang

Page 61: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 59

pengawasan Obat dan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan yang relatif

menjanjikan keuntungan yang besar, rentan terhadap pelanggaran dari

pelaku usaha. Untuk itu diperlukan adanya suatu penegakan hukum apabila

terjadi pelanggaran terkait Obat dan Makanan.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai

berikut:

1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir

2019,

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 64% pada

akhir 2019,

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir

2019,

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83%

pada akhir 2019,

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 77% pada akhir

2019.

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku

kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait

dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu

perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.

Kerjasama yang telah dilakukan oleh BBPOM di Banjarmasin selama ini lebih

banyak dengan unsur pemerintah serta masih bersifat sporadik, parsial dan

belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Padahal

pelibatan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat urgen dan strategis

dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat

BBPOM di Banjarmasin. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang

lebih sistematis bisa dimulai dengan mengidentifikasi tingkat kepentingan

setiap lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor private dan

kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi BBPOM di

Page 62: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 60

Banjarmasin. Setelah itu, mengidentifikasi sumber daya apa yang telah

dimiliki oleh masing-masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang

menjadi mandat BBPOM di Banjarmasin, lalu menentukan indikator bersama

atas keberhasilan program yang (akan) dikerjasamakan. Kerjasama dan

kemitraan bisa dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber

daya (bisa dana, program atau SDM) yang tersedia di masing-masing institusi

dengan terlebih dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasamanya. Atau

bisa juga dengan “mendelegasikan” program-program yang ada di BBPOM di

Banjarmasin kepada lembaga/ kelompok masyarakat sipil yang memiliki

program yang sejalan dengan BBPOM di Banjarmasin dengan mendukung

pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama

ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka harus diikat dengan

sebuah kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah pihak dengan

mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati. Di sisi lain, juga harus

disepakati adanya mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi yang

terlembagakan, serta memastikan bahwa hasil kerjasama ini juga bisa diakses

dan dievaluasi bersama oleh publik yang lebih luas.

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai

konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran

(masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga

masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat

dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang

memenuhi syarat, BBPOM di Banjarmasin harus memberikan kegiatan

pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan

Edukasi (KIE).

Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh pelaku

usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain. Pengawasan oleh

pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai

sesudah produk beredar, salah satunya adalah meliputi pengawasan Obat dan

Makanan di sarana produksi dan sarana distribusi. Produsen mempunyai

Page 63: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 61

peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi

syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi

yang sesuai dengan ketentuan. Paradigma BBPOM di Banjarmasin sebagai

lembaga pengawas dan ditakuti oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah,

dengan adanya upaya yang dilakukan BBPOM di Banjarmasin dalam menjalin

hubungan yang lebih harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa

meninggalkan tugas utama pengawasan, BBPOM di Banjarmasin berupaya

memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan

dalam usahanya. Salah satunya melalui jaminan kualitas (quality assurance)

pengawasan, melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang

mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat

dan Makanan. Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung

dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas. Salah satunya adalah

dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada

pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain yang

menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha, adalah

daya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat

indikatornya sebagai berikut:

1. Tingkat Kepuasan Masyarakat, dengan target 85% pada akhir 2019,

2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan

pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran

pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan, dengan target seluruh

kabupaten/kota (13) di provinsi Kalimantan Selatan pada akhir tahun

2019.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Banjarmasin

Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat

tercapainya sasaran strategis BBPOM di Banjarmasin. Penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya

aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,

Page 64: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 62

keadilan, dan partisipasi masyarakat. BBPOM di Banjarmasin telah

melaksanakan Reformasi Birokrasi yang harus terus dipelihara untuk

menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi

sehingga kualitas pelayanan publik BBPOM di Banjarmasin akan meningkat.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)

merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama

terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang

kinerja. Dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan

kualitasnya, maka BBPOM di Banjarmasin harus mampu mengelola sumber

daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya

sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,

pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting

untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Agar pengawasan lebih efektif perlu didukung sarana prasarana yang

memadai. Kecukupan alat laboratorium BBPOM di Banjarmasin baru

mencapai 56 % sedangkan sarana prasarana pendukung baru 64 %. Alat

laboratorium yang merupakan “faktor kunci” yang belum dimiliki/ jumlahnya

kurang antara lain : HPLC, UV – VIS, GC MS, LC-MSMS, Smoking Machine, Uji

Kondom, PCR, Disolution Tester, dan lain-lain. Penambahan alat/ inventaris

laboratorium serta sarana prasarana pendukungnya agak terkendala karena

kapasitas gedung yang terbatas. Saat ini sudah direncanakan kantor BBPOM

di Banjarmasin akan pindah mengikuti kebijakan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan yaitu berkantor di Banjarbaru yang direncanakan akan

terealisasi pada tahun 2019 dan pada saat itu kecukupan alat laboratorium

dan sarana prasarana pendukung mencapai 80 %.

BBPOM di Banjarmasin dalam melaksanakan tugas masih memerlukan

penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur

yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya

kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Untuk memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan serta

meningkatkan kualitas pembinaan maka BBPOM di Banjarmasin perlu

Page 65: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 63

memperkuat kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan untuk

menjawab tantangan yang terjadi (emerging issus). Dalam hal ini pengelolaan

SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang dimulai dari (i)

penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola karir,

pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v)

promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii)

perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii)

pemberhentian.

Indikator pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini adalah

nilai SAKIP Balai Besar POM di Banjarmasin dari Badan POM, dengan target A

di akhir tahun 2019.

Berdasarkan uraian sasaran strategis beserta indikatornya, ditetapkan

Indikator Kinerja Utama (IKU) Balai Besar POM di Banjarmasin adalah

sebagai berikut :

1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir

2019.

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 64% pada

akhir 2019.

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir

2019.

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83%

pada akhir 2019.

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 77% pada akhir

2019.

6. Tingkat Kepuasan Masyarakat, dengan target 85% pada akhir 2019.

Adapun Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator

Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah

sebagai berikut :

Page 66: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 64

Tabel 2.1: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BBPOM di

Banjarmasin periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Obat dan

Makanan Aman

Meningkatkan

Kesehatan

Masyarakat

dan Daya Saing

Bangsa

Meningkatkan

sistem

pengawasan Obat

dan Makanan

berbasis risiko

untuk melindungi

masyarakat

Kalimantan

Selatan

Meningkatnya

jaminan

produk Obat

dan Makanan

aman

Menguatnya

Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan di

Kalimantan

Selatan

1. Persentase obat yang

memenuhi syarat;

2. Persentase obat

Tradisional yang

memenuhi syarat;

3. Persentase Kosmetik

yang memenuhi

syarat;

4. Persentase Suplemen

Kesehatan yang

memenuhi syarat;

5. Persentase makanan

yang memenuhi

syarat.

Mendorong

kemandirian

pelaku usaha

dalam

memberikan

jaminan keamanan

Obat dan Makanan

serta memperkuat

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan.

Meningkatnya

daya saing

Obat dan

Makanan di

pasar lokal dan

global dengan

menjamin

mutu dan

mendukung

inovasi

Meningkatnya

jaminan kualitas

pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong

kemandirian

pelaku usaha dan

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan

1. Tingkat Kepuasan

Masyarakat

2. Jumlah

Kabupaten/Kota yang

memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

pengawasan Obat dan

Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan

regulasi Obat dan

Makanan

Meningkatkan

kapasitas

kelembagaan

BBPOM di

Banjarmasin

Meningkatnya

Kualitas Kapasitas

Kelembagaan

BBPOM di

Banjarmasin

1. Nilai SAKIP Balai POM

dari Badan POM

Page 67: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 65

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi

masyarakat dan mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019,

dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat dan

Makanan.

Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat.

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari

perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan

spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko

yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak

risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal.

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia

memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama di

bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah

menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat

dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada setiap lokus atau

wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di

daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan Makanan di catchment area-

nya.

Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong

untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita,

anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal ini

dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin

serta Obat Program JKN. Pada pengawasan makanan, kelompok rentan ini

bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang

Page 68: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 66

dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara

lain melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan

produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan

pangan fortifikasi.

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya

saing produk Obat dan Makanan

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat meningkatkan

kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan

dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk Management Program

secara mandiri dan terus menerus oleh produsen Obat dan Makanan.

Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung jawab produsen. Namun

BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas

tersebut melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media

informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber

daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan

dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh

BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Di

sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat

konstitusionalnya ada di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi

monopoli BPOM, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk

ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam

hal ini BPOM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan

kemitraan dengan melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar

negeri, baik dari unsur pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan

Makanan), asosiasi pihak universitas/akademisi, media dan organisasi

Page 69: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 67

masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan

Makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.

Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan

fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat

dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.

Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi,

Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan Obat

dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu harus

distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan pesan yang

dikampanyekan, serta mampu menjangkau khalayak yang ingin disapa oleh

BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan berbagai media sosial).

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui

penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan

efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan

sumber daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara

efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi

untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,

dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan kapasitas

laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung

pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam

mendukung risk based control, penguatan sistem perencanaan dan

penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi

penekanan/agenda prioritas.

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas

pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga

dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran, peningkatan

kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses pengadaan

Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan

persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas

Page 70: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 68

pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, BPOM

perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat

diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya

peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi Obat dan Makanan), peta

capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta hasil pengujian laboratorium,

penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain itu data-data perlu diolah dan

dilakukan analisis kesenjangan kinerja pengawasan antar wilayah sehingga

dapat menjadi input dalam pelaksanaan program pengawasan Obat dan

Makanan berbasis risiko. Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi

BPOM, kebijakan iniperlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan

kerjasama dan komunikasi ke pihak eksternal yang strategis.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;

Internal:

3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan

untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah

secara lebih proporsional dan akuntabel;

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

Page 71: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 69

masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan

strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I

tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian

dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk

konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum ada

satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan kerjasama ini.

Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak

terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM ke depan.

Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di level organisasi dan

kelembagaan dengan membentuk satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang

bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini. Sedangkan strategi

internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan

serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin penting yang harus diperhatikan di

sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat

ditentukan dari kualitas SDM-nya.

Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan

terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada perencanaan

tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini (penjabaran tahunan

Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan sebagai berikut :

– Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan program

strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta memaksimalkan fungsi

pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan Laboratorium, Sistem IT dan

Dukungan Sarana Prasarana menjadi prasyarat yang harus dipenuhi)

– Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan

termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data pre

dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan penyidikan

dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan Kapabilitas Laboratorium

Pengawasan Obat dan Makanan untuk memaksimalkan Fungsi Penegakan

Hukum.

– Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan Obat

dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas pengawasan secara

Page 72: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 70

ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian pembangunan nasional.

(Dalam hal ini economic burden akibat pengawasan Obat dan Makanan yang

tidak efektif akan menjadi beban pemerintah secara nasional).

– Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi program

(Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja pengawasan Obat dan

Makanan periode berikutnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan

Obat dan Makanan tersebut, BPOM menetapkan program-programnya sesuai

RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung

(generik), sebagai berikut:

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan

Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam

pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui

serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan

Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan

terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar,

penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku

kepentingan.

b. Program Generik

1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis lainnya.

2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan kegiatan

prioritas BPOM, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur

dan Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);

2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;

Page 73: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 71

3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui

penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan

penandaan.

4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan

Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana

distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;

5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat

adiktif;

6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain

regulatory science, life science;

9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan

pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan

Anggaran, Keuangan;

2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat

dan Makanan;

3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan

Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;

4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;

5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen

dan Hubungan Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing

sasaran strategis BPOM periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran program

dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan.

Page 74: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 72

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM DI BANJARMASIN

Untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Banjarmasin

periode 2015-2019, telah ditetapkan arah kebijakan dan strategis berdasarkan

hasil Analisa SWOT.

3.2.1. Arah Kebijakan

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari

perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan

spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko

yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak

risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal.

BBPOM di Banjarmasin selaku UPT BPOM tentunya perlu melakukan

perencanaan pengawasan Obat dan Makanan berbasis spasial dengan

memperhatikan karakteristik daerah. Selain itu, penguatan sistem

pengawasan Obat dan Makanan juga didorong untuk meningkatkan

perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia sekolah, dan

penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui

pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN.

Pada pengawasan makanan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi

mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised,

dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui pengawasan

pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng), pengawasan

Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi.

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya

saing produk Obat dan Makanan

Dari aspek pelaku usaha, produksi terbanyak di Wilayah Kalimantan Selatan

adalah produksi pangan dengan kategori Industri Rumah Tangga Pangan

(IRTP). Berdasarkan data IRTP lebih dari 70 % pemilik atau penanggung jawab

Page 75: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 73

IRTP memiliki latar belakang pendidikan SLTA, SLTP dan SD. Latar belakang

pendidikan berpengaruh pada tingkat pemahaman dibidang peraturan dan

perilaku yang tidak sesuai dengan kaidah cara produksi yang baik. Masih

rendahnya pengetahuan masyarakat khususnya pelaku usaha dibidang cara

produksi yang baik serta kesadaran akan penerapan cara produksi yang baik

berakibat masih banyak sarana produksi yang tidak memenuhi syarat sesuai

ketentuan, serta masih ditemukan penggunaan bahan berbahaya pada proses

produksinya. Untuk industri kosmetik dan industri Obat Tradisional (OT) juga

tidak berbeda jauh. Akibat keterbatasan investasi dan rendahnya pengetahuan

serta kesadaran pelaku usaha memenuhi aspek GMP, masih banyak industri

Kosmetik dan OT kita yang tidak memenuhi ketentuan, sehingga ada

kecenderungan jumlahnya menurun tiap tahun. Hal ini harus dicegah dan bila

perlu dilakukan intervensi oleh pemerintah agar Usaha Menengah Kecil

Mandiri (UMKM) kita tetap mampu bersaing di era MEA (Masyarakat Ekonomi

ASEAN) ini. Beberapa industri kosmetik merupakan kearifan lokal masyarakat

Kalimantan Selatan seperti bedak dingin harus mendapat perhatian yang

serius agar mereka tetap eksis dan berdaya saing. Apalagi katagori mereka

adalah usaha mikro yang dari sisi pendanaan sangat terbatas.

Demikian juga disektor distribusi peran pelaku usaha sangat besar dalam

menyaring produk yang diedarkan serta dalam tatalaksanan cara distribusi

yang baik. Diharapkan dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan

kesadaran para pelaku usaha produk tanpa izin edar tidak ditemukan

diperedaran.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

Hal- hal yang mendukung dan sebagai tantangan ke depan antara lain

kerjasama lintas sektor yang semakin baik, bahkan kebanyakan pemda sangat

berharap BBPOM di Banjarmasin sebagai penjuru terkait aspek keamanan

produk Obat dan Makanan. Dukungan Lintas Sektor/ pengakuan stake holder

ini dapat menjadi cambuk agar BBPOM di Banjarmasin ke depan dapat bekerja

Page 76: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 74

lebih keras lagi. Peran Lintas Sektor tersebut diwujudkan dalam beberapa hal

antara lain:

a. Menganggarkan kegiatan pengawasan di lapangan dan turun bersama-

sama seperti pada saat menjelang dan selama bulan ramadhan, hari raya

Idul Fitri, Imlek, Natal dan Tahun Baru. Kabupaten/ Kota yang sudah

menganggarkan kegiatan pengawasan antara lain Kota Banjarmasin,

Banjarbaru, Kab. Tabalong, Kotabaru, HSU, HST, HSS, Tapin dan Kab.

Banjar. Kegiatan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), Pasar Aman dari

Bahan Berbahaya (BB) juga termasuk yang dianggarkan oleh Pemerintah

Kabupaten/ Kota.

b. Adanya komitmen Pemda yang dituangkan dalam bentuk MoU dengan

BPOM atau BBPOM di Banjarmasin. Beberapa Kabupaten/ Kota yang sudah

membuat MoU adalah Kota Banjarmasin, Kab. Kotabaru, Tanah Laut,

Balangan, Tapin, HSS, HST dan Kab. Tanah Bumbu.

c. Mendukung program- program yang dicanangkan BPOM antara lain lain

Program Pasar Aman dari BB dan pengawasan PJAS. Pasar yang sudah

diintervensi program tersebut hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Kota Banjarmasin : Pasar Teluk Dalam, Kalindo dan Telawang

Kota Banjarbaru : Pasar Landasan Ulin

Kabupaten Barito Kuala : Pasar Percontohan Marabahan

Pada tahun 2016 direncanakan intervensi akan dilakukan di Pasar

Tambarangan Kabupaten Tapin dan Pasar Kuripan Kota Banjarmasin.

Kepedulian masyarakat terhadap aspek keamanan dan mutu produk sudah

mulai tumbuh. Ini terbukti pada saat dilakukan penyuluhan, sosialisasi

maupun pameran, masyarakat berperan aktif dan antusias mengikuti kegiatan

tersebut. Masyarakat sudah mulai sadar tentang pentingnya mengkonsumsi

produk yang aman dan bermutu agar terjaga kesehatannya. Namun ironisnya,

perkembangan teknologi informasi dan arus globalisasi yang cepat

menyebabkan meningkatnya produk Obat dan Makanan asing yang belum

tentu aman dan bermutu. Sementara masyarakat kita mudah berubah pola

konsumsinya hanya karena faktor iklan yang menggiurkan. Hal ini merupakan

Page 77: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 75

tantangan yang besar untuk kinerja BBPOM di Banjarmasin bagaimana

menjamin produk yang beredar tetap aman dan bermutu, serta masyarakat

yang konsumtif ini tetap diberi penyadaran agar mampu memilih produk yang

aman dan bermutu untuk dikonsumsi. Sebagai contoh sebagian masyarakat

Kalimantan Selatan adalah pekerja tambang batubara, atau pekerja

perkebunan kelapa sawit, karet dan lain- lain yang dalam kesehariannya

membutuhkan tenaga yang kuat. Untuk meningkatkan stamina mereka lari ke

penggunaan obat-obatan yang dilarang seperti obat Carnofen dan

Dextrometorfan. Obat ini sudah dicabut ijin edarnya oleh BPOM dan

merupakan obat ilegal namun masih beredar cukup tinggi di wilayah

Kalimantan Selatan dan menempati urutan ke-2 di Indonesia.

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui

penataan proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai

dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara

efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi

untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,

dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan kapasitas

laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung

pelayanan publik, penggunaan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam

mendukung risk based control, penguatan sistem perencanaan dan

penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi

penekanan/agenda prioritas.

Dalam upaya mempertahankan WTP, selain memelihara komitmen dan

integritas pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu

juga dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran, peningkatan

kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses pengadaan

Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan

persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas

Page 78: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 76

pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, BBPOM

di Banjarmasin perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta

(spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data

kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi Obat

dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta hasil

pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain itu data-

data perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja pengawasan

antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam pelaksanaan program

pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.

Selain memberi arah penguatan ke dalam unit kerja BBPOM di Banjarmasin,

kebijakan ini perlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama

dan komunikasi ke pihak eksternal yang strategis.

3.2.2. Strategi

Strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;

Internal:

1) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

2) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan

untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

3) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM di Banjarmasin secara lebih

proporsional dan akuntabel;

Page 79: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 77

4) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

masyarakat sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan

strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I

tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian

dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BBPOM di Banjarmasin

sendiri.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BBPOM di Banjarmasin

sendiri. Poin penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai,

karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-

nya. Di samping itu, perlu ditunjang oleh sistem pengawasan, manajemen kinerja,

pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan

Obat dan Makanan tersebut, BBPOM di Banjarmasin menetapkan program-

programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis)

sebagai berikut, yaitu Program Pengawasan Obat dan Makanan. Program ini

dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BBPOM di Banjarmasin

dalam rangka pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana

distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum,

serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas BBPOM di Banjarmasin, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

1) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui

penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan

penandaan.

Page 80: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 78

2) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,

sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi

Pangan dan Bahan Berbahaya;

3) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;

4) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

5) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

6) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku

kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

7) Penyusunan Program, Anggaran dan Keuangan;

8) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BBPOM di

Banjarmasin;

9) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan

Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BBPOM di Banjarmasin;

10) Peningkatan Kompetensi Aparatur BBPOM di Banjarmasin;

11) Peningkatan kualitas Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan

Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing

sasaran strategis BBPOM di Banjarmasin periode 2015-2019 dijabarkan kepada

sasaran program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun logic

model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan sesuai dengan unit

organisasi di lingkungan Balai Besar POM di Banjarmasin adalah sebagai berikut :

Page 81: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 79

Gambar 3.1: Log Frame Balai Besar POM di Banjarmasin

Tabel 3.1: Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai Besar POM di Banjarmasin

PROGRAM SASARAN

PROGRAM

KEGIATAN

STRATEGIS SASARAN KEGIATAN INDIKATOR PIC

PROGRAM PENGAWASAN

OBAT DAN MAKANAN

Menguatnya sistem pengawasan Obat

dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai

Besar/Balai POM

1. Meningkatnya kualitas sampling

dan pengujian terhadap produk

obat dan makanan yang beredar

2. Meningkatnya kualitas sarana

produksi yang memenuhi standar

3. Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang

memenuhi standard 4. Meningkatnya hasil

tindaklanjut penyidikan

terhadap Pelanggaran Obat

dan Makanan

1. Jumlah sample yang diuji

menggunakan parameter

kritis

2. Persentase cakupan

pengawasan sarana produksi

Obat dan Makanan

3. Pemenuhan target sampling

produk Obat di sektor publik

(IFK)

4. Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat dan Makanan

5. Jumlah Perkara di bidang

obat dan makanan

Balai Besar/Balai POM

Meningkatnya

kemandirian pelaku usaha, kemitraan

dengan pemangku kepentingan, dan

partisipasi masyarakat

Meningkat

nya kerjasama, komunikasi, informasi

dan edukasi

6. Jumlah layanan publik

BB/BPOM

7. Jumlah komunitas yang

diberdayakan

Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan Balai BPOM

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang

Terkait Pengawasan Obat dan Makanan

2. Penyusunan

8. Persentase pemenuhan

sarana dan prasarana sesuai

standar

9. Jumlah dokumen

perencanaan, penganggaran,

Page 82: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 80

PROGRAM SASARAN

PROGRAM KEGIATAN STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN INDIKATOR PIC

Perencanaan,

Penganggaran, Keuangan dan

Evaluasi yang dilaporkan tepat

waktu

dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

3.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkan

adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Sebagai Lembaga

Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas teknis, tidak hanya

regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya

regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan

merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam

praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah

maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian mungkin agar

sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan Makanan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih

dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku

kepentingan. Di Balai Besar POM di Banjarmasin dalam melaksanakan pengawasan

seringkali harus berkoordinasi dengan dinas terkait. Dalam melaksanakan tugas

dan fungsi instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-

undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting yang

dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak

langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, bahkan

tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan seorang manusia.

Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior

dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang

kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat

besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan

Page 83: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 81

Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi

pada pengurangan jumlah pengangguran.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan

secara optimal, maka Balai Besar POM di Banjarmasin perlu ditunjang oleh regulasi

atau peraturan perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat

dan Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh

BBPOM di Banjarmasin dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:

1. UU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi.

2. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan.

3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23

tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan

pemerintah konkuren. Diharapkan terbentuknya NSPK ini akan dapat

menciptakan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No.

23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Obat dan

Makanan dan (2) Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk mendukung upaya ini

perlu penguatan koordinasi dengan melibatkan SKPD terkait dalam

penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di daerah, monitoring

efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan peraturan bersama

dengan Pemerintah Daerah dalam hal pelaksanaan NSPK didaerah. Diharapkan

NSPK ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan

antara BBPOM di Banjarmasin dengan SKPD terkait.

4. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan

adanya standar kompetensi tersebut BBPOM di Banjarmasin dapat

meningkatkan pengawalan mutu Obat dan Makanan terhadap isu terkini (AEC,

Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll.).

5. Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan

Makanan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan pihak terkait. Bentuk

draft dan model MoU itu juga harus dirancang dengan fleksibel, tapi tetap

Page 84: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 82

mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kerjasama, serta

berkelanjutan dengan terpantau.

6. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan

dan Early Warning System (EWS) yang informatif.

7. Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan

Makanan. Adanya Juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki

Sistem penyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi,

termasuk dengan pemanfaatan hasil MESO, Monitoring Efek Samping Obat

Tradisional (MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik (MESKOS).

8. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta

Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk

meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam hal

ini Balai Besar POM di Banjarmasin perlu meningkatkan advokasi tentang

peranan pemerintah daerah dalam pengawasan Obat dan Makanan.

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Balai Besar POM di Banjarmasin sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)

BPOM, penataan kelembagaan dilakukan dengan berpegang pada Peraturan

Menteri PAN No. PER/18/M.PAN/ll/2008, Tentang Pedoman Organisasi Unit

Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian.

1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM sesuai dengan

perubahan lingkungan strategis periode 2015 2019

Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan Makanan

dituangkan pada Gambar 3.2. Dalam kerangka kelembagaan tersebut tampak

bahwa dalam pelaksanaan mandatnya Badan POM menyelenggarakan fungsi

produce, provide, manage, dan apply.

Gambar 3.2: Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan Mandat Badan POM

Page 85: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 83

Balai Besar POM di Banjarmasin sebagai UPT dari Badan POM dalam

melaksanakan mandatnya melaksanakan :

a. Fungsi produce, meliputi mandat untuk penyelenggaraan layanan publik

(executing), dan pelaksanaan fasilitasi, pengembangan kapasitas,

maupun kegiatan-kegiatan penguatan bagi pihak lain (empowering).

b. Fungsi provide, meliputi pengujian lab, pemeriksaan sarana dan

penyidikan, pengawasan peredaran promosi dan iklan, pengawasan

pembuatan penandaan dan informasi.

c. Fungsi manage, merupakan fungsi pengelolaan sumberdaya organsiasi

agar dapat dicapai hasil yang optimal dalam mendukung kegiatan

operasional Balai Besar POM di Banjarmasin.

d. Fungsi apply adalah bentuk outreach dalam penciptaan nilai tambah dan

manfaat bagi masyarakat.

2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas

sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan

kesehatan;

3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas

sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat

gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat

Page 86: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 84

dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem

peradilan pidana.

4. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan Balai

Besar POM di Banjarmasin untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana

baik dalam hal tata kelola pembuatan keputusan, implementasi keputusan,

tata kelola evaluasi, serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif,

efisien, dan transparan.

5. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan

berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan

kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN, hingga

penyusunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.

Page 87: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 85

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis Balai Besar POM di Banjarmasin sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-

masing sasaran strategis adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1: Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat dan

Makanan

Persentase obat yang

memenuhi syarat

meningkat

92,00 92,50 93,00 93,50 94,00

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

60,00 61,00 62,00 63,00 64,00

Persentase Kosmetik yang

memenuhi syarat

meningkat

89,00 90,00 91,00 92,00 93,00

Persentase Suplemen

Makanan yang memenuhi

syarat meningkat

79,00 80,00 81,00 82,00 83,00

Persentase Makanan yang

memenuhi syarat

meningkat

75,00 75,50 76,00 76,50 77,00

Meningkatnya jaminan

kualitas pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong kemandirian

pelaku usaha dan kemitraan

dengan pemangku

kepentingan

Tingkat kepuasan

masyarakat 81,00 82,00 83,00 84,00 85,00

Jumlah Kabupaten/Kota

yang memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan

Obat dan Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan

9 10 11 12 13

Page 88: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 86

regulasi Obat dan

Makanan

Meningkatnya kualitas

kapasitas kelembagaan

Balai Besar POM di

Banjarmasin

Nilai SAKIP Balai Besar

POM di Banjarmasin dari

BPOM B A A A A

Kegiatan Pengawasan Obat

dan Makanan

Jumlah sampel yang diuji

menggunakan parameter

kritis

2800 2800 2800 2800 2800

Pemenuhan target

sampling produk obat di

sektor publik (IFK) (30%

dari 585 sampel)

100 100 100 100 100

Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi Obat dan

Makanan (total sarana

produksi = 1548 termasuk

IRTP)

5,80 5,80 5,80 5,80 5,80

Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat dan

Makanan (total sarana

distribusi distribusi =

2368)

28,15 28,15 28,15 28,15 28,15

Jumlah perkara di bidang

Obat dan Makanan 8 8 9 9 9

Jumlah layanan publik

BBPOM di Banjarmasin 975 1000 1025 1050 1100

Jumlah Komunitas yang

diberdayakan 17 20 23 26 29

Persentase pemenuhan

sarana prasarana sesuai

standar

60 62 70 75 80

Jumlah dokumen

perencanaan,

penganggaran, dan

evaluasi yang dilaporkan

tepat waktu

10 9 10 9 10

Page 89: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 87

Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan-

Kegiatan:

1. Pengawasan Sarana Distribusi Obat

2. Pengawasan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

3. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan

4. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

5. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

6. Pengawasan Obat dan Makanan

7. Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan,

Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan

8. Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat dan

Makanan

Terkait program PJAS, BPOM telah menginisiasi program ini sejak tahun

2011. Hingga tahun 2014 BBPOM di Banjarmasin telah melakukan intervensi

sebanyak 1002 SD/ MI baik intervensi A, B atau C. Intervensi A merupakan

intervensi yang lengkap meliputi Bimtek Bimtek Keamanan Pangan (KP) Kantin

Sekolah, penyebaran produk KIE, sampling dan kegiatan mobil laboratorium

keliling. Intervensi B tanpa dilengkapi Bimtek dan sampling sedang intervensi C

hanya menyebarkan produk KIE. Kabupaten/ Kota yang SD-nya di intervensi

meliputi seluruh Kabupaten/ Kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan.

Akhir tahun 2014 ANPJAS BPOM ini selesai dan diharapkan dilanjutkan oleh

Pemda (Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota). Yang menjadi

kendala dari kegiatan ini adalah belum semua Pemda berkomitmen terhadap

program tersebut.

Pada tahun 2015 BBPOM di Banjarmasin mentargetkan 30 SD yang di

Bimtek, sedangkan pengawalan akan diprioritaskan di kota Banjarmasin

mengingat peran Pemda belum merespon secara baik kegiatan ini maka tahun

2016-2019 BBPOM di Banjarmasin akan memprogramkan kembali yang

dititikberatkan kepada pengawalan (intervensi B dan C)

Page 90: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 88

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan

dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan

dengan pemangku kepentingan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan

Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat

2. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat Tradisional,

Kosmetik dan Suplemen Kesehatan

3. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha

Pangan Olahan

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan

Balai Besar POM di Banjarmasin dilaksanakan:

(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPOM

serta melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Pembuatan Minutes of Understanding (MOU) dengan pihak pihak terkait

pengawasan Obat dan Makanan

2. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara

3. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Balai Besar POM di

Banjarmasin

4. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan

Teknologi Informasi

(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Besar POM di banjarmasin,

melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Balai Besar POM di

Banjarmasin

2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan

Prasarana Penunjang Aparatur Balai Besar POM di Banjarmasin

Page 91: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 89

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan

maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran

strategis Balai Besar POM di Banjarmasin periode 2015-2019 adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.2: Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Dalam Rp. Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat dan

Makanan

Persentase obat yang

memenuhi syarat

meningkat

5,40 6,82 6,82 7,54 7,93

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase Kosmetik

yang memenuhi syarat

meningkat

Persentase Suplemen

Makanan yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase Makanan

yang memenuhi syarat

meningkat

Meningkatnya jaminan

kualitas pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong kemandirian

pelaku usaha dan

kemitraan dengan

pemangku kepentingan

Tingkat kepuasan

masyarakat

1,79 1,85 2,00 2,14 1,10

Jumlah Kabupaten/Kota

yang memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan

Obat dan Makanan

dengan memberikan

alokasi anggaran

pelaksanaan regulasi

Obat dan Makanan

Page 92: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 90

Meningkatnya kualitas

kapasitas kelembagaan

Balai Besar POM di

Banjarmasin

Nilai SAKIP Balai Besar

POM di Banjarmasin dari

BPOM

4,53 34,53 6,10 31,68 31,76

Kegiatan Pengawasan

Obat dan Makanan

Jumlah sampel yang diuji

menggunakan parameter

kritis

3,16 3,96 4,17 4,37 4,59

Pemenuhan target

sampling produk obat di

sektor publik (IFK) (30%

dari 585 sampel)

0,14 0,15 0,15 0,16 0,17

Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi Obat dan

Makanan (total sarana

produksi = 1548

termasuk IRTP)

0,27 0,35 0,37 0,39 0,41

Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat dan

Makanan (total sarana

distribusi distribusi =

2368)

1,13 1,42 1,49 1,56 1,64

Jumlah perkara di bidang

Obat dan Makanan

0,70 0,93 1,02 1,07 1,12

Jumlah layanan publik

BBPOM di Banjarmasin

1,10 1,10 1,18 1,25 1,33

Jumlah Komunitas yang

diberdayakan

0,69 0,75 0,82 0,89 0,97

Persentase pemenuhan

sarana prasarana sesuai

standar

3,07 33 2 25 15

Jumlah dokumen

perencanaan,

penganggaran, dan

evaluasi yang dilaporkan

tepat waktu

1,46 1,53 1,60 1,68 1,76

Page 93: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 91

Dalam kerangka pendanaan di buku II RPJMN terkait dengan kesehatan

dan gizi masyarakat, pemerintah dimandatkan untuk meningkatkan pendanaan

dan peningkatan efektivitas pendanaan pembangunan kesehatan dan gizi

masyarakat antara lain melalui peningkatan dukungan dana publik (pemerintah),

termasuk peningkatan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah dan juga

peningkatan peran dan dukungan masyarakat dan dunia usaha/swasta melalui

public private partnership (PPP) dan corporate social responsibility (CSR).

Peningkatan kerjasama, peran serta tanggungjawab pemerintah daerah di

wilayah provinsi Kalimantan Selatan dalam mendukung pengawasan peredaran

Obat dan Makanan yang aman dalam rangka peningkatan kesehatan dan gizi

masyarakat adalah salah satu hal yang penting untuk digarap secara serius oleh

Balai Besar POM di Banjarmasin, utamanya untuk memastikan keterlibatan

pemerintah daerah dalam mendukung mandat BPOM tersebut.

Di sisi lain, peningkatan dukungan masyarakat dan dunia usaha melalui

mekanisme PPP dan CSR juga perlu dirumuskan secara lebih intensif. Inisiatif PPP

merupakan model kerjasama baru antara pemerintah dan private sector yang

bertujuan untuk memastikan keterlibatan dunia usaha dalam mewujudkan dan

mempercepat tercapainya tujuan pembangunan serta mendorong

keberlanjutannya. Mekanisme PPP bisa dalam bentuk kerjasama teknis dan

program, pendidikan dan pelatihan, atau dengan memberikan dukungan tenaga

expert pada proyek yang dikerjasamakan. Inisiatif PPP ini cukup progresif jika

dibandingkan dengan model CSR yang selama ini lebih banyak dalam bentuk

karikatif dan lebih pada bagaimana citra dan branding perusahaan menjadi lebih

baik di mata publik.

Model PPP dan CSR ini tentu saja merupakan peluang yang bisa

dimanfaatkan oleh Balai Besar POM di Banjarmasin dalam mendukung program-

program BPOM. Apalagi banyak perusahaan, khususnya pelaku usaha di bidang

Obat dan Makanan yang berkepentingan secara langsung dengan Balai Besar POM

di Banjarmasin. Namun demikian, juga terdapat tantangan dimana akan muncul

semacam conflict of interest antara Balai Besar POM di Banjarmasin sebagai

regulator sekaligus eksekutor.

Page 94: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 92

Tetapi potensi konflik kepentingan ini bisa dihindari dengan membuat

aturan main dan program yang jelas, serta bisa dievaluasi oleh publik. Bahkan,

kalau perlu dibentuk semacam badan independen yang mengawasi pelaksanaan

kerjasama PPP dan CSR ini. Di sisi lain, BPOM juga sebisa mungkin menghindari

supporting langsung dari perusahaan (khususnya dana), agar potensi konflik

kepentingan ini bisa dihindari sedari awal.

Matriks kinerja dan pendanaan Balai Besar POM di Banjarmasin per

kegiatan sebagaimana pada Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan

Kementerian/Lembaga

Page 95: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 93

BAB V

PENUTUP

Renstra BBPOM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 adalah panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Banjarmasin untuk 5 (lima) tahun

ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan

oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya,

serta komitmen semua pimpinan dan staf BBPOM di Banjarmasin. Selain itu, untuk

menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019, setiap tahun akan

dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan

Renstra BPOM, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai

dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan BBPOM di

Banjuarmsin yaitu meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu

kepada RPJMN 2015-2019.

Renstra BPBOM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan

kerja bagi unit-unit kerja di lingkungan di BBPOM di Banajarmasin sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan semua unit kerja dapat

melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada

peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Pelaksanaan Renstra diharapkan berkontribusi pada pencapaian RPJMN dan

Visi Misi Presiden. Hal ini dimungkinkan karena program dan kegiatan dalam

Renstra BBPOM di Banjarmasin 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Renstra

BPOM 2015-2019, telah dilengkapi dengan target outcome dan output yang akan

dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap tahun, pada pertengahan periode

Rencana Strategis/RPJMN sebagai midterm review, maupun pada akhir RPJMN

sebagai impact assessment.

Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan

Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian

Page 96: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 94

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional

(BAPPENAS). Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas, Renstra juga

menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem

Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Banjarmasin Tahun

2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja

Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, yaitu “Terwujudnya

Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

Royong”.

Page 97: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan92,00 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan55,13 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan88,00 89.00 90.00 91.00 92.00 93.00

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan78,00 79.00 80.00 81.00 82.00 83.00

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan73,65 75.00 75.50 76.00 76.50 77.00

SS 2 Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam

mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan

pemangku kepentingan

1,789,933,000 1,851,733,120 1,992,462,251 2,137,778,973 1,102,154,921

2.1 Tingkat Kepuasan MasyarakatProvinsi Kalimantan

Selatan80 81 82 83 84 85

2.2Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan

alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Kalimantan

Selatan8 9 10 11 12 13

SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM 4,530,370,000 34,532,062,620 6,104,835,000 31,681,065,000 31,760,915,000

3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POMProvinsi Kalimantan

SelatanCC B A A A A

SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan 5,397,357,098 6,815,554,321 7,199,480,183 7,557,017,710 7,932,309,665

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan92,00 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan55,13 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan88,00 89.00 90.00 91.00 92.00 93.00

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan78,00 79.00 80.00 81.00 82.00 83.00

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan73,65 75.00 75.50 76.00 76.50 77.00

SP 2 Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam

mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan

pemangku kepentingan

1,789,933,000 1,851,733,120 1,992,462,251 2,137,778,973 1,102,154,921

2.1 Tingkat Kepuasan Masyarakat (%)Provinsi Kalimantan

Selatan80 81 82 83 84 85

2.2Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan

alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Kalimantan

Selatan8 9 10 11 12 13

SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM 4,530,370,000 34,532,062,620 6,104,835,000 31,681,065,000 31,760,915,000

3.1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POMProvinsi Kalimantan

SelatanCC B A A A A

11,717,660,098 43,199,350,061 15,296,777,434 41,375,861,683 40,795,379,586

1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritisProvinsi Kalimantan

Selatan2,800 2,800 2,800 2,800 2,800 2,800

3,156,387,356 3,963,610,224 4,166,633,265 4,374,966,115 4,593,711,879

2Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) (30%

dari 585 sampel)

Provinsi Kalimantan

Selatan100 100 100 100 100 100 141,180,000 148,239,000 155,650,950 163,433,498 171,605,173

3Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

(total sarana produksi = 1548 termasuk IRTP)

Provinsi Kalimantan

Selatan5.80 5.80 5.80 5.80 5.80 5.80 271,935,484 352,322,581 369,938,710 388,435,484 407,858,065

4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan Provinsi Kalimantan

Selatan28.15 28.15 28.15 28.15 28.15 28.15

1,129,032,258 1,419,364,516 1,490,332,258 1,564,851,613 1,643,093,548

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makananProvinsi Kalimantan

Selatan8 8 8 9 9 9

698,822,000 932,018,000 1,016,925,000 1,065,331,000 1,116,041,000

6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Kalimantan

Selatan950 975 1,000 1,025 1,050 1,100

1,103,265,000 1,103,265,000 1,176,632,000 1,248,524,000 132,867,000

7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Kalimantan

Selatan14 18 22 26 30 34

686,668,000 748,468,120 815,830,251 889,254,973 969,287,921

8 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standarProvinsi Kalimantan

Selatan56.50 60.00 62.00 70.00 75.00 80.00 3,067,920,000 33,000,000,000 4,500,000,000 30,000,000,000 30,000,000,000

9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

Provinsi Kalimantan

Selatan8 10 9 10 9 10

1,462,450,000 1,532,062,620 1,604,835,000 1,681,065,000 1,760,915,000

Catatan: Matriks ini akan menjadi lampiran 1 Renstra BB/BPOM

Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit

Organisas

i

Pelaksan

a

K/L-N-B-

NS-BS

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banjarmasin

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Banjarmasin

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Banjarmasin

Program

/

Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Lokasi Baseline

Target

Page 98: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

2 Target per indikator Sasaran Strategis/Sasaran Program/Kegiatan diisi setiap tahun

3 Alokasi Anggaran pada baris Satker BB/BPOM merupakan penjumlahan alokasi anggaran SS1 + SS2 +SS3

4 Alokasi anggaran pada baris Sasaran Strategis (SS) merupakan penjumlahan dari Sasaran Program yang mendukungnya

a. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 1 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 1

b. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 2 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2

c. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 3 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2

5 Alokasi anggaran pada baris Program merupakan akumulasi anggaran kegiatan yang mendukung

a. Alokasi anggaran Sasaran Program 1 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 1, 2, 3, 4, dan 5

b. Alokasi anggaran Sasaran Program 2 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 6 dan 7

c. Alokasi anggaran Sasaran Program 3 merupakan akumulasi anggaran pada indikator 8 dan 9

6 Alokasi anggaran diisi untuk setiap tahun pada masing-masing indikator kegiatan

7 Alokasi anggaran pada masing-masing indikator sasaran strategis/sasaran program tidak perlu diisi

8 Kolom baseline diisi dengan realisasi tahun 2014. Untuk indikator baru yang belum ada data sebelumnya dapat diisi dengan NA (Not Available)

9 Penetapan target agar memperhatikan Definisi Operasional pada Lampiran 3, baseline, dan Target Nasional (tidak harus sama)

Page 99: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

#REF!

Page 100: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau

Kebutuhan

regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi

Regulasi

Eksisting, Kajian dan Penelitian

Unit Penanggungjawab Unit Terkait/ Institusi

1 UU Pembinaan, Pengawasan, dan

Pengembangan Sediaan Farmasi.

Regulasi pengawasan Obat dan Makanan belum lengkap.

Payung hukum yang ada belum efektif untuk pengawasan

Obat dan Makanan

BPOM 1. DPR

2. Kemenkumham

3. Kemenkes

4. Kemendag

5. Kemenperin

6. Kemendagri2 Peraturan Perundang-undangan terkait

pengawasan Obat dan Makanan.

Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan BPOM 1. DPR

2. Kemenkumham

3. Kemenkes

3 Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren

Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah

berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1.

Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai

pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

pengawasan Obat dan Makanan

BPOM 1. DPR

2. Kemenkumham

3. Kemenkes

4 Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP

Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh BPOM

terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll)

Bidang Pengujian

Teranokoko dan Bidang

Pengujian Pangan dan BB

BPOM

5 Memorandum of Understanding (MoU)

Penguatan sistem pengawasan Obat dan

Makanan di wilayah Provinsi Kalimantan

Selatan dengan pihak terkait

Belum optimalnya quality surveilance /monitoring mutu

untuk daerah terpencil, dan gugus pulau

- Bidang Serlik -

Subbag Tata Usaha -

Bidang Pemdik

Pemda dan stakeholder

BPOM

Lampiran 2. MATRIK KERANGKA REGULASI BBPOM DI BANJARMASIN 2015-2019

Page 101: Lampiran - Badan Pengawas Obat dan Makanan · Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar Pengawas ... peradilan, moneter dan fiskal, agama, ... Penguatan kapasitas

6 Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early Warning System (EWS) yang informatif

Sistem Outbreak response dan EWS belum optimal dan

informatif. Diperlukan response yang cepat dan efektif pada

saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan

obat dan makanan

- Bidang Serlik -

Subbag Tata Usaha -

Bidang Pemdik

BPOM

7 Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan

Sistem penyebaran informasi OM belum terintegrasi - Bidang Serlik BPOM

8 Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah

Pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa

adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam

mendukung Balai Besar POM di Banjarmasin

- Bidang Serlik BPOM