bab i pendahuluan - badan pengawas obat dan makanan ... filerenstra balai pom di ambon tahun 2015...

77
RENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 2019 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) berdasarkan Pasal 25 ayat (2) Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara jo. Keputusan Presiden nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan dan Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013, dimana institusi ini ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud. Sebagai tindak lanjut terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) maka telah ditetapkan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM RI melalui keputusan Kepala Badan POM RI Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM RI, yang kemudian telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014. Balai POM di Ambon merupakan 1 (satu) diantara 32 (tigapuluh dua) Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM RI yang berkedudukan di ibu kotaProvinsi Maluku dan mempunyai wilayah kerja 11(sebelas) kabupaten/kota di Provinsi Maluku.Propinsi Maluku merupakan propinsi

Upload: nguyenphuc

Post on 03-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 KONDISI UMUM

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan

POM RI) berdasarkan Pasal 25 ayat (2) Undang-undang Nomor 39 Tahun

2008 tentang Kementerian Negara jo. Keputusan Presiden nomor 103

tahun 2001 tentang Kedudukan dan Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 3 Tahun 2013, dimana institusi ini ditetapkan sebagai

Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab

kepada Presiden melalui Menteri yang dikoordinasikan oleh Menteri

Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan

instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul

dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud.

Sebagai tindak lanjut terbentuknya Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) maka telah ditetapkan Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM RI melalui keputusan Kepala

Badan POM RI Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM RI, yang

kemudian telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan Kepala

BPOM Nomor 14 Tahun 2014.

Balai POM di Ambon merupakan 1 (satu) diantara 32 (tigapuluh dua) Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM RI yang berkedudukan di ibu

kotaProvinsi Maluku dan mempunyai wilayah kerja 11(sebelas)

kabupaten/kota di Provinsi Maluku.Propinsi Maluku merupakan propinsi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 2

2

kepulauan karena terdiri dari1340pulau dengan luas wilayah secara

keseluruhan adalah 712.479,69 km2terdiri dari luas

Gambar 1. Peta Malukulautan 658.294,69 km2dan luas daratan 54.185

km2. dengan kata lain

90% wilayah propinsi

Maluku adalah lautan.

Sesuai amanat Undang-

undangNomor 25

Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasio-

nal, perencanaan pem-

bangunan nasional di-

susun secara periodik

meliputi Rencana

Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta

Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-

2025 yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007

memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa

(pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita

dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah

satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari

pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua,

RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 3

3

secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada

pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan

keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta

kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung

pencapaian program-program prioritas pemerintah,Balai Pengawas Obat

dan Makanan di Ambon sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya

menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan,

strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai POM di Ambon untuk

periode 2015-2019. Penyusunan Renstra Balai POMdi Ambon ini

berpedoman pada Renstra Badan POM dan RPJMN periode 2015-2019.

Proses penyusunan Renstra Balai POM di Ambon tahun 2015-2019

dilakukan sesuai dengan amanat peraturanperundang-undangan yang

berlaku dan berdasarkan Renstra Badan POM yang melibatkan pemangku

kepentingan yang menjadi mitra BPOM serta hasil evaluasi pencapaian

kinerja tahun 2010-2014. Selanjutnya Renstra Balai POM di Ambon

periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkankinerja Balai POM di

Ambon dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai POM di Ambon pada saat ini

berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai

berikut:

1. Peran Balai POM di Ambon berdasarkan Peraturan

Perundang-undangan

Balai POM di Ambon merupakan Unit Pelaksana Teknis BPOM.BPOM

adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang

bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen

kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi dan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 4

4

kewenangan BPOM diatur dalam Keputusan PresidenNomor 103 Tahun

2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah

terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang

Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Dan

Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 tahun 2014 tentang Organisasi dan

tata kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM, BPOM di Ambon

sebagai UPT dari BPOMbertugas melaksanakan kebijakan di bidang

pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk

terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan

berbahayadi wilayah Provinsi Maluku. Sesuai amanat ini, Balai POM di

Ambon menyelenggarakan fungsi: (1) Penyusunan rencana dan program

pengawasan obat dan makanan; (2) Pelaksanaan pemeriksaan secara

laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika,

psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen

pangan dan bahan berbahaya; (3) Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium,

pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi; (4)

Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi; (5) Investigasi dan

penyidikan pada kasus pelanggaran hukum; (6) Pelaksanaan sertifikasi

produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh

kepala Badan; (7) Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

(8)Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; (9)

Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan dan (10)

Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM, sesuai

dengan bidang tugasnya.

Dilihat dari fungsi Balai POM di Ambon secara garis besar, terdapat

3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga BPOM di Ambon dalam wilayah

kerjanya di provinsi Maluku, yakni: (1) Penapisan produk dalam rangka

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 5

5

pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market) melalui:a)

Peningkatan inspeksi sarana produksi Pangan dan Obat Tradisional serta

sarana distribusi Obat dan Makanan dalam rangka pemenuhan standar

Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Distribution Practices

(GDP) terkini; danb) Penguatan kapasitas laboratorium Balai POM di

Ambon. (2) Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat

(post-market) melalui: a) Pengambilan sampel dan pengujian; b)

Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat

dan Makanan, termasuk pasar aman dari bahan berbahaya; c) Investigasi

awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan. (3)

Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi

serta penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan

dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan

melalui: a) Pemberian Informasi, Penyuluhan/Komunikasi dan Edukasi

kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, b)

Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS),

c) Peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan dan mitra kerja

serta d) kegiatan Keamanan Pangan Desa.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai POM di Ambon

sebagai lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal

perlindungan terhadap konsumen. Di sisi lain, tupoksi Balai POM di

Ambon ini juga sangat penting dan strategis dalam kerangka mendorong

tercapainya Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yang telah

dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, khususnya pada butir 5:

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, khususnya di sektor

kesehatan; pada butir 2: Membangun tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; pada butir3: Membangun

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka Negara kesatuan; pada butir 6: Meningkatkan

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; serta pada

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 6

6

butir 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik. Oleh karena itu, Balai POM di Ambon

sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan sangat penting untuk

diperkuat, baik dari sisi kelembagaan maupun kualitas sumber daya

manusia, serta sarana pendukung lainnya seperti laboratorium, sistem

teknologi dan informasinya,dan lain sebagainya, untuk mendukung tugas-

tugasnya tersebut.

Balai POM di Ambon idealnya dapat menjalankan tugasnya secara

lebih proaktif, tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada kasus-

kasus yang dilaporkan. Namun, dengan kondisi geografis Provinsi Maluku

yang merupakan daerah kepulauan yang akses transportasi masih sangat

terbatas, jumlah pegawai Balai POM di Ambon yang belum memadaiserta

keberadaan Balai POM di Ambon hanya di ibukota provinsi dan tidak

memiliki cabang di daerah kabupaten/kota, merupakan faktor utama yang

sangat sulit bagi Balai POM di Ambon melakukan fungsi pengawasan

secara komprehensif. Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan

justru menjadi tantangan tersendiri bagi Balai POM di Ambon dalam

melakukan revitalisasi dan penguatan terhadap mandat dan kinerjanya

dalam hal mengawasi Obat dan Makanan, baik produksi dalam negeri

maupun impor yang beredar di masyarakat.

Di sisi lain, tuntutan modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh

pada pola hidup masyarakatnya. Dengan perkembangan modernisasi

tersebut, menjaga pola hidup sehat juga menjadi semakin sulit untuk

dipenuhi oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya,

terutama pemenuhan standar kesehatan, dimana peredaran makanan

yang beresiko bagi kesehatan juga hampir-hampir tidak bisa dihindari.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 7

7

2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM disusun berdasarkan

Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan

Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014.S truktur

organisasi Balai POM di Ambon dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi Balai POM di Ambon

Untuk mendukung tugas-tugas BPOM sesuai dengan peran dan

fungsinya, diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan

kompetensi yang baik.Jumlah SDM yang dimiliki Balai POM di Ambon

untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan

sampai tahun 2014 adalah sejumlah 56 orang. Adapun jumlah pegawai

Kepala Balai Pengawas

Obat dan Makanan

Sub Bagian

Tata Usaha

Tata Usaha

Seksi Pengujian

Produk Terapetik,

Narotikk, Obat

Tradisional, Kosmetik

dan Suplemen

Kesehatan

Seksi Pengujian

Pangan dan Bahan

Berbahaya

Seksi Pengujian

Mikrobiologi

Seksi Pemeriksaan

dan Penyidikan

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Sertifikasi dan

Layanan Informasi

Konsumen

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 8

8

Balai POM di Ambon berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan

pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1.

Profil pegawai Balai POM di Ambon tahun 2014 berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Pasca Sarjana (S2) 2

2. Apoteker 18

3. Sarjana (S1) 10

4. D3 Farmasi / Kimia 7

5. D3 lain 2

6. SMF 9

7. SLTA Umum 4

8. SLTA Kejuruan 2

9. SD 2

Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa selain jumlah yang terbatas,

kompetensi pegawai berdasarkan pendidikannya juga belum memadai.

Perhitungan Analisis Beban Kerja sampai dengan tahun 2019

menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang dibutuhkan Balai POM di

Ambon sesuai beban tugasnya adalah96(Sembilan puluh enam) orang

pegawai. Sementara jumlah pegawai yang ada adalah 56 (lima puluh

enam)orang, sehingga masih nembutuhkan pegawai sebanyak 40(empat

pulu) orang dengan rincian pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2.

Kebutuhan pegawai BPOM di Ambon berdasarkan Jabatan Fungsional sesuai Analisis Beban Kerja sampai dengan Tahun 2019

No Jabatan Fungsional PFM Jumlah

1. Ahli Muda 3

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 9

9

No Jabatan Fungsionl PFM Jumlah

2. Ahli Pertama 10

3. Penyelia 12

4. Trampil Pelaksana Lanjutan 8

5. Trampil Pelaksana 5

6. Analisi Kepegawaian 1

7. Arsiparis 1

JUMLAH 40

Untuk mengurangi kesenjangan yang ada dan dengan mempertimbangkan

ketersediaan anggaran, maka BPOM merekrut tenaga honorer

(outsorcing) sejumlah 12 (dua belas) orang tenaga teknis yang

berlatarbelakang pendidikan apoteker, S1 kimia, S1 teknologi pertanian,

D3 informatika dan akuntansi.

Di bawah ini gambar 3: grafik komposisi persentase SDM Balai POM di

Ambon menurut pendidikan

Gambar 3.

Profil pegawai Balai POM di Ambon tahun 2014 berdasarkan tingkat pendidikan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 10

10

Dari komposisi SDM BPOM sampai dengan tahun 2014 sesuai

dengan tabel 1 dan gambar 3 di atas, dirasakan bahwa untuk menghadapi

perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis, khususnya

perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan

peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM Balai POM di Ambon, agar

dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga

bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.

3. Hasil Capaian Kinerja Balai POM di Ambon periode 2010-2014

Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Balai POM di Ambon

mempunyai tugas mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah

Provinsi Maluku.Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, maka terdapat

beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Renstra Balai POM di

Ambon Tahun 2010-2014, yaitu: 1) Rekomendasi dalam rangka perizinan

dan sertifikasi sarana produksi pangan dan sarana distribusi obat

berdasarkan cara-cara produksi dan distribusi yang baik; 2) Evaluasi

produk sebelum diizinkan beredar; 3) Post-marketing

survailancetermasuk sampling dan pengujian laboratorium, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, monitoring efeksamping produk di

masyarakat, penyidikan dan penegakan hukum; 4) Penilaian iklan dan

penandaan produk; 5) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi,

Informasi dan Edukasi serta penguatan kerjasama kemitraan dengan

pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas

pengawasan Obat dan Makanan.

Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan

kewenangan Balai POM di Ambon tersebut dapat dilihat sesuai dengan

pencapaianindikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada tabel 3di

bawah ini

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 11

11

Tabel3.

Capaian Kinerja Balai POMdi Ambon periode 2010-2014

SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA Tahun 2013 Tahun 2014 2014 >< RPJMN

T %* R%** C%*** T %* R%** C%*** T %* R%**

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1.

Meningkatnya

efektifitas

Pengawasan

Obat dan

Makanan dalam

rangka

Melindungi

Masyarakat di

Provinsi

Maluku

1 Proporsi Obat

yang Memenuhi

Standar (Aman,

Manfaat &

Mutu)

99.53

97.54

98.00

99.63

98.87 99.24

99.63

99.24

2 Proporsi Obat

Tradisional

yang

Mengandung

Bahan Kimia

Obat (BKO)

0.40

1.99

98.40

0.20

0.74 99.46

1.00

100.26

3 Proporsi

Kosmetik yang

Mengandung

Bahan

Berbahaya

1.20 0.00 101.21 1.00 5.05 95.91

1.00

95.91

4 Proporsi

Suplemen

Makanan yang

Tidak

Memenuhi

Standar

Keamanan

1.00

0.00

101.01

0.50

0.53 99.97

2.00

101.50

5 Proporsi

Makanan yang

Memenuhi

Standar

85.00

87.31

102.72

90.00

88.83 98.70

90.00

98.70

6 Persentase

kenaikan obat

yang memenuhi

standar

0.32

-1.10

(343.53)

0.40

0.23 58.71

0.40

58.71

7 Persentase

kenaikan obat

tradisional yang

memenuhi

standar

0.80

0.43

53.66

1.00

-0.04

(4.37)

1.00

(4.37)

8 Persentase

kenaikan

kosmetik yang

memenuhi

standar

0.80

0.50

62.50

1.00

-4.90

(489.61)

1.00

(489.61)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 12

12

SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA Tahun 2013 Tahun 2014 2014 >< RPJMN

T %* R%** C%*** T %* R%** C%*** T %* R%**

9 Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar

1.75 0.00 - 2.00 -0.53 (26.46)

2.00 (26.46)

10 Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar

12.00

-1.02

(8.52)

15.00

0.49 3.26

15.00

3.26

2. Terwujudnya

Laboratorium

Pengawasan

Obat dan

Makanan yang

modern dengan

jaringan kerja

di seluruh

Indonesia

dengan

kompetensi

dan kapabilitas

terunggul di

Provinsi

Maluku

11 Persentase

pemenuhan

sarana dan

prasarana

laboratorium

terhadap

standar terkini

85.00

73.18

86.09

90.00

79.43 88.25

90.00

88.25

3. Meningkatnya

kompetensi,

kapabilitas dan

jumlah modal

insani unggul

dalam

melaksanakan

pengawasan

obat dan

makanan

12 Persentase SDM

yang

ditingkatkan

kompetensinya

sesuai dengan

standar

kompetensi

75.00

64.00

85.33

80.00

92.00

115.00

80.00

115.00

4. Meningkatnya

koordinasi

perencanaan,

pembinaan,

pengendalian

terhadap

program dan

administrasi di

lingkungan

BPOM di

Ambon sesuai

dengan sistem

manajemen

mutu

13 Persentase

sertifikat sistem

mutu yang

dipertahankan

90.00

100.00

111.11

100.00

100.00

100.00

30.00

333.33

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 13

13

SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA

Tahun 2013 Tahun 2014 2014 >< RPJMN

T % * R % ** C %*** T % * R % ** C %*** T % * R % **

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5. Meningkatnya

ketersediaan

sarana dan

prasarana

yang

dibutuhkan

oleh Balai POM

di Ambon

14 Persentase

ketersediaan

sarana dan

prasarana

penunjang

kinerja

90.00

91.72

101.91

95.00

93.33

98.25

95.00

98.25

Sumber: LAKIP Balai POM di Ambon2014 Catatan:

*)T : Target; **) R: Realisasi; ***) %C : Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target)

Sebagaimanatabel 3 terkait pencapaian kinerja pada Renstra tahun

2010-2014 tersebut di atas, kinerja Balai POM di Ambon telah

menunjukkan perbaikan yang semakin signifikan. Hal ini bisa dilihat dari

seluruh kinerja Balai POM di Ambon sesuai dengan tugas utamanya

melakukan pengawasan Obat dan Makanan. Adapun penjelasan

pencapaian masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:

Untuk indikator kinerja Obat yang beredar telah memenuhi syarat

tercapai sebesar 99,24%, sedangkan Obat Tradisional beredar telah

tercapai memenuhi syarat 99,46%.Untuk indikator kinerja Kosmetik

beredar telah memenuhi syarat sebesar 95,91%, dan kinerja Suplemen

Makanan tercapai sebesar 99,97%, serta Makanan beredar yang

memenuhi syarat sebesar 98,70%.

Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap

menjadi mainstreaming di Renstra 2015-2019.Dibawah ini pada gambar 4

dapat dilihat grafik pencapaian kinerja Balai POM di Ambon dari tahun

2010-2014.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 14

14

Gambar 4.a

Profil Obat yang Memenuhi Syarat

(MS) Tahun 2010-2014

Gambar 4.b

Profil Obat Tradisional yang Memenuhi

Syarat (MS) Tahun 2010-2014

Gambar 4.c

Profil Kosmetik yang Memenuhi

Syarat (MS) Tahun 2010-2014

Gambar 4.d

Profil Suplemen Kesehatan yang

Memenuhi Syarat ( MS) Tahun 2010-

2014

Gambar 4.e

Profil Pangan yang Memenuhi Syarat (MS)

Tahun 2010 – 2014

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 15

15

Dari Gambar di atas dapat dilihat hasil pengawasan Obat dan Makanan

Balai POM di Ambon selama tahun 2010-2014. Persentase/proporsi

Makanan yang memenuhi syarat pada tahun 2014 cenderung mengalami

kenaikan bila dibandingkan tahun 2011.Hal ini disebabkan semakin

menurunnya produk Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat di peredaran

karena semakin berkurangnya Makanan yang mengandung Bahan

Berbahaya, penambahan pengawet dan pemanis buatan yang tidak

melebihi batas yang dipersyaratkan, hygiene dan sanitasi yang lebih

baik.Sementara proporsi / persentase obat, kosmetik dan suplemen

kesehatan cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011,

yang disebabkan oleh karena meningkatnya temuan produk tersebut yang

Tidak Memenuhi Syarat di peredaran oleh karena kelarutan (disolusi) dan

kadar bahan aktif Obat tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan,

mengandung methanol dan waktu hancur yang melebihi batas yang

dipersyaratkan. Namun jika dibandingkan terhadap tahun 2013

Persentase/proporsi Obat dan Makanan yang Memenuhi Syarat

mengalami kenaikan sementara Obat Tradisional, Kosmetik dan

Suplemen Kesehatan trendnya masih sama dengan tahun 2011yaitu

mengalami penurunan. Pada tahun 2014 dengan maraknya penjualan

parfum isi ulang, maka dilakukan sampling khusus dan pengujian

terhadap parfum isi ulang dan hasil pengujian menunjukkan hampir 90 %

parfum isi ulang menggunakan pelarut methanol melebihi batas yang

dipersyaratkan. Selain itu masih juga dijumpai produk Obat dan Makanan

illegal/palsu/substandar.Hal tersebut mengindikasikan bahwa

pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh Balai POM di Ambon

selama ini harus terus ditingkatkan. Perkuatan pengawasan post market

merupakan hal yang tak dapat dielakkan lagi.

Pada produk kosmetikmisalnya, sejak diberlakukan Harmonisasi

ASEAN pada 1 Januari 2011, produk kosmetik yang memenuhi syarat

cenderung menurun, sedangkan jumlah produk kosmetik yang masuk ke

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 16

16

Indonesia meningkat secara signifikan.Pada produk obat tradisional,

tahun 2014 menunjukkan penurunan bila dibandingkan tahun 2013.

Untuk itu, perlu dilakukan upaya terobosan untuk melindungi masyarakat

dari obat tradisional yang berisiko terhadap kesehatan.

Berdasarkan capaian kinerja utama Balai POM di Ambonsesuai

dengan tabel3 dan gambar 4di atas, terlihat bahwa kinerja Balai POM di

Ambon telah menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tugas dan

kewenangannya.Namun hal ini tidak semestinya membuat Balai POM di

Ambon berpuas diri dan menjadikan tugas pengawasan obat dan makanan

selesai. Bahkan dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang

sangat dinamis diharapkan peran Balai POMdi Ambon pada masa yang

akan datang dapat lebih ditingkatkan. Balai POM di Ambon diharapkan

terus menjaga kinerja yang telah dicapai saat ini sesuai harapan

masyarakat, yaituagar pengawasan Obat dan Makanan terus lebih

dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif,

Balai POM di Ambon perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan

secara kelembagaan serta penguatan regulasi, khususnya peraturan

perundang-undangan yang menyangkut peran dan tugas pokok dan

fungsinya. Disamping itu kondisi lingkungan strategis dengan dinamika

perubahan yang sangat cepat, menuntut Balai POM di Ambon dapat

melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan perannya

secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut,

diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan

pembangunan kesehatan nasional.

I. 2POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional

maupun global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 17

17

Indonesia semakin kompleks. Arus besar globalisasi membawa

keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi barang dan jasa yang

berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang.

Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya

pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu

perubahan iklim (climate change) dan percepatan penyebaran wabah

penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh

Balai POM di Ambon. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas

instansi Balai POM di Ambon dalam mengawasi peredaran produk Obat

dan Makanan.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal

yang dihadapi oleh Balai POM di Ambon terdiri atas (dua) isu mendasar,

yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini

adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) dan Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable

Development Goal’s (SDG’s). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas

tentang perdagangan bebas, komitmen internasional, perubahan iklim,

MEA dan demografi.Isu-isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain.

Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran pengawasan Obat

dan Makanan baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus

metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan

berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna

menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan

sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun

dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari

sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 18

18

mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran

aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh

semua pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat)

melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan

pemulihan kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa

layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan kegiatan peran serta masyarakat

melalui Posyandu.Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-

klinik kesehatan dan pengobatan alternatif juga makin menambah beban

dan daya jangkau tugas pengawasan obat dan makanan untuk makin

melebarkan sayap dan menajamkan matanya dalam melakukan

pengawasan yang lebih komprehensif.

Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan

semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada

kesehatan masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah

kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat

merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan. Hal ini merupakan tantangan ke depan yang

akan dihadapi oleh Balai POM di Ambon dalam penyediaan obat-obatan

yang aman dan bermutu.

Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat

tersebut.Beberapa permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian

dalam penjaminan mutu obat adalah koordinasi seluruh pemangku

kepentingan dalam penjaminan mutu obat yang beredar seperti, Dinas

Kesehatan, BKKBN termasuk industri farmasidalam hal tingkat

kematangannya dalam penerapan CPOB. Terkait meluasnya penggunaan

jamu dan obat-obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masya-

rakat diperlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 19

19

Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit

yang dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang , namun kini

berjangkit kembali. Penyakit ini, baik menular maupun yang tidak menular

sebagai akibat dari adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi,

model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi maupun transisi dari

demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat

Indonesia dan khususnya di provinsi Maluku dalam mengkonsumsi Obat dan

Makanan.

Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai

POM di Ambon untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam

mengkonsumsi obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman

bagi masyarakat, Balai POM di Ambon selama inimelakukan pengawasan

secara ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain

itu, Balai POM di Ambon juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada

masyarakat mengenai produk obat yang aman, bermutu dan berkhasiat.

2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan salah satu

bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju

terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sistem ini merupakan program negara dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini

diharapkan dapat menanggulangi risiko ekonomi karena sakit, PHK,

pensiun usia lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara (means),

sekaligus tujuan (ends) dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu,

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu

obat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 20

20

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan

tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak

langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk

obat, baik dari dalam maupun luar negeri karena perusahaan/industri

obat akan berusaha menjadi supplier obat untuk program pemerintah

tersebut. Selain peningkatan jumlahobat yang akan diregistrasi, jenis obat

pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan adanya peningkatan

demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan.

Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan adalah terjadinya

peningkatan konsumsi obat, baik jumlah maupun jenisnya. Dampak lain

adalah banyak industri farmasi yang akan melakukan pengembangan

fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan sarana

yang dimiliki. Adanya peningkatan kapasitas dan fasilitas tersebut, maka

akan terjadi peningkatan permohonan sertifikasi Cara Pembuatan Obat

yang Baik(CPOB). Dalam hal ini peran Balai POMdi Ambon akan semakin

besar,antara lain adalah peningkatan pengawasan post-market melalui

intensifikasi pengawasan obat pasca beredar.

Dengan penerapan SJSN, Balai POM di Ambonjuga dituntut harus

lebih intensif dalam melaksanakan pengawasan post-market terhadap

mutu obat beredar termasuk farmakovigilan utamanya Monitoring Efek

Samping Obat (MESO).

3. Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable

Development Goal’s - SDGs)

Millenium Development Goals (MDGs) akan berakhir pada tahun 2015.

Namun demikian target-target yang akan dicapai belum terlihat nyata

ditambah lagi dengan munculnya tantangan-tantangan global baru yang

perlu disikapi oleh masyarakat dunia. Telah ditetapkan 8 tujuan pada

MDGsyakni : (1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; (2) Mencapai

pendidikan dasar untuk semua; (3) Mendorong kesehatan gender dan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 21

21

pemberdayaan perempuan; (4) Menurunkan angka kematian anak; (5)

Meningkatkan kesehatan ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan

penyakit menular lainnya; (7) Memastikan kelestarian lingkungan hidup

(8) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Tugas

Pengawasan Obat dan Makanan berkontribusi secara khusus pada tujuan

ke 1, 4, 5 dan 6 MDGS. Program ini kemudian dijabarkan dalam bentuk

indikator : a. Meningkatnya proporsi obat yang memenuhi standar (aman,

manfaat dan mutu); b. Meningkatnya proporsi makanan yang Memenuhi

Syarat; c. Menurunnya kasus KLB di Maluku, d. Meningkatnya kemampuan

masyarakat dalam upaya melindungi diri dari Obat dan Makanan yang

beresiko terhadap kesehatan; e. Persentase Pangan Jajanan Anak Sekolah

yang mengandung Bahan Berbahaya menurun; f. meningkatnya

pengetahuan masyarakat tentang Obat dan Makanan yang beresiko

terhadap kesehatan.Untuk percepatan pencapaian target MDGs di Provinsi

Maluku, maka Gubernur Maluku telah menetapkan Rencana Aksi Daerah

Pangan dan Gizi Provinsi Maluku 2011 - 2015 melalui Peraturan Gubernur

Maluku Nomor 25 tahun 2015. Evaluasi pencapaian target MDGs pada

tahun 2015 menunjukkan bahwa masih beberapa target yang belum

tercapai sehingga kemudian dicanangkan untuk melanjutkan tujuan

utama MDGs yang belum tercapai antara lain permasalahan kesehatan ibu

dan anak, akses terhadap air bersih dan sanitasi, kesetaraan gender dan

pemberdayaan perempuan serta status nutrisi.

Agenda pembangunan yang dirumuskan dalam SDGs lebih luas

dibandingkan agenda pembangunan pada MDGs karena memuat sejumlah

issu baru seperti : a. Mengakui faktor stabilitas dan perdamaian (sebagai

enabler pembangunan); b. Mengakui pentingnya tata kelola pemerintahan

yang baik ( good governance); c. Menjamin berlakunya prinsip hukum

(rule of law); dan d. Pemerintahan yang akuntabel.

Isu pembangunan berkelanjutan pasca 2015 juga dibahas dalam KTT

Rio+20 pada tahun 2012 yang menghasilkan outcome document “the

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 22

22

future we want” yang mencantumkan tentang SDGs dan Agenda

Pembangunan Pasca 2015. Dokumen tersebut memberikan arahan

tentang pentingnya tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yakni

ekonomi, sosial dan lingkungan hidup yang harus bersinergi dalam

pembanguna global ke depan. Berdasarkan outcome document Rio+20,

SDGs harus memenuhi prinsip-prinsip :

a. Tidak melemahkan komitmen internasional terhadap pencapaian

MDGs.

b. Mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas

masing-masing Negara.

c. Fokus pada pencapaian ketiga dimensi pembangunan

berkelanjutan, dan

d. Koheren dan terintegrasi dengan pembangunan pasca 2015.

4. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara

luas, yang mencakup banyak bidang dan saling terkait: ekonomi, politik,

sosial, budaya, teknologi dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat

dengan berkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat

cepat dan massif akhir-akhir ini dan berkonsekuensi pada fungsi suatu

negara dalam sistem pengelolaannya. Era globalisasi dapat menjadi

peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya

dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga

mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir

tahun 2015, diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika,

suplemen kesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga

daya saing terhadap produk luar negeri.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 23

23

Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara

lain adalah obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk

jamu dari negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera

diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi

pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu

terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi, termasuk di provinsi

Maluku. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa

aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-

isu ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait

isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat

kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi

masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini akan semakin kompleks

dengan sulitnya pemerintah dalam membuka akses kesehatan yang

seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang

berada di pelosok desa dan perbatasan terutama untuk daerah kepulauan

seperti di Provinsi Maluku. Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat

untuk mendapatkan obat legal dari apotek masihterbatas karena

transportasi yang sulit sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih

mahal. Di sisi lain, jumlah apotek yang ada juga masih kurang, terutama

untuk kabupaten/kota yang jauh dari ibukota provinsi yang jangankan di

kecamatan, di ibukota kabupaten/kotapun jumlahnya sangat terbatas.

5. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh

sektor pertanian khususnya produk bahan pangan di Provinsi Maluku.

Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan

pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang

kompetitif.Dari sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 24

24

masa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok

pangan dunia.

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan

munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit

penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya

sekarang menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke

negara lain.

Dalam pelaksanaan kajian dan pemetaan model

kerentananpenyakit infeksi akibat perubahan iklim, Indonesia merupakan

wilayah endemik untuk beberapa penyakit yang perkembangannya terkait

dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya Demam Berdarah

Dengue, Malaria dan Tuberkulosis. Jadi di Indonesia, terdapat tiga

penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim

dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD)

dan Diare. Dan dari ketiga penyakit tersebut, Provinsi Maluku merupakan

salah satu daerah endemis Malaria.Selain itu, masih ada lagi penyakit yang

banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran

Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses

perubahan iklim, diperlukan peranan Balai POM di Ambon dalam

mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit

tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari

luar negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan

jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak

beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai POM di

Ambon melakukan pengawasan terhadap perkembangan peredaran obat

tersebut.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 25

25

6. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat.

Maluku adalah salah satu provinsi di Bagian Timur Indonesia yang

mengalami perlambatan kemajuan.Salah satu hal yang mendasari

hambatan untuk maju di daerah provinsi Maluku adalah kemiskinan yang

hal ini dipicu juga oleh karena adanya konflik antar masyarakat di

Provinsi Maluku kurang lebih 1 (satu) dekade yang lalu.Kemiskinan

adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,

pendidikan dan kesehatan.Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian

Maluku cenderung membaik setiap tahun. Salah satu indikatornya antara

lain , adanya peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi

Maluku 3,7 trilyun rupiah kemudian mningkat menjadi 4,05 trilyun rupiah

tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada 2004 mencapaiu 4,05 persen

dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005. Walaupun dikatakan

membaik, Maluku masih menjadi provinsi miskin bila dibanding provinsi

lainnya. Jumlah penduduk miskin di Malukupada bulan Maret 2012

sebesar 350.230 orang (21,78 %). Dibandingkan dengan penduduk

miskin pada bulan Maret 2011 yang berjumlah 360.320 orang (23 %), jadi

ada penurunan kemiskinan.Data jumlah kemiskinan perkabupaten/kota

disajikan pada tabel 4.

Tabel 4

Jumlah Kemiskinan Tingkat Keluarga / Rumah Tangga Tahun 2011 Provinsi Maluku

Kabupaten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

Jumlah Keluarga/Rumah

Tangga

Maluku Tenggara Barat 104.723 24.796

Maluku Tenggara 99.928 25.956

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 26

26

Maluku Tengah 372.774 85.706

Buru 115.708 26.769

Kepulauan Aru 83.268 198.736

Seram Bagian Barat 193.838 46.382

Seram Bagian Timur 102.536 24.196

Maluku Barat Daya (2008)

72.124 17.008

Buru Selatan (2008) 55.726 13.158

7. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Pada tahun 2000 jumlah penduduk di Provinsi Maluku tercatat

sebanyak 1.200.067 jiwa (hasil sensus penduduk 2000), sedangkan sesuai

hasil registrasi penduduk tahun 2004 - 2008 jumlah penduduk tercatat

1.313.022 jiwa pada tahun 2004, tahun 2005 sebanyak 1.350.156 jiwa,

tahun 2006 sebanyak 1.384.585 jiwa, tahun 2007 mencapai 1.403.633,

dan pada tahun 2008 menjadi 1.440.014 jiwa. Pada tahun 2010 menjadi

1.533.506 jiwa, pada tahun 2013 menjadi 1.599.882 jiwa, tercatat laju

pertumbuhan penduduk sebesar 3,13 % per tahun.

Angka laju pertumbuhan penduduk antara 11 kabupaten/kota

sangat bervariasi. Selain Kota Ambon, Kabupaten-kabupaten lainnya

mengalami penurunan jumlah penduduk selama tahun 2000 - 2009,

sementara pada Tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk tercatat rata-

rata 2,78 % dan pada Tahun 2013 laju pertumbuhan tercatat mengalami

peningkatan rata-rata mencapai 1,71 %.

Sebagian besar penduduk berdiam di wilayah pedesaan, pada

tahun 1995 : 75,43 %, umumnya berdiam di pesisir pantai sedangkan

yang berdiam di daerah perkotaan sekitar 24,57 %. Penyebaran penduduk

tidak merata, dimana konsentrasi penduduk pada umumnya di pulau-

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 27

27

pulau kecil seperti Ambon, Kepulauan Lease, Kei Kecil dan sebagian pulau

sedang sementara di pulau besar dapat dikatakan jarang penduduknya.

Laju pertumbuhan pendapatan regional perkapita atas dasar harga

berlaku Tahun 2009–2012per kabupaten/kota, rata-rata adalah

Kabupaten Maluku Tenggara Barat 4,19; Maluku Tenggara 4,05;

Kabupaten Kepulauan Aru 4,35; Kabupaten Maluku Tengah 4,76;

Kabupaten Seram Bagian Barat 3,11; Kabupaten Seram Bagian Timur 3,67;

Kabupaten Buru 2,7; dan Kota Ambon 2,79; Kota Tual 3,97; Maluku Barat

Daya 4,40; dan Buru Selatan 3,10.

Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan

efek pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan

dalam penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat

maupun masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya

beban fasilitas kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat

Indonesia, dan sekaligus akan menambah beban kerja dari Balai POM di

Ambon sebagai instansi pengawas di bidang Obat dan Makanan di provinsi

Maluku.

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan

akan cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan

orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka

panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan

menjadi komponen obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi

tambahan tugas bagi Balai POM di Ambon untuk melakukan pengawasan

terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan

meningkat jumlahnya.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka permintaan terhadap

produk Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 28

28

terhadap produk Obat dan Makanan semakin meningkat, maka penawaran

dari produk Obat dan Makanan juga akan meningkat. Potensi pasar yang

besar membuat para produsen Obat dan Makanan baik lokal maupun

internasional semakin meningkatkan volume produksi maupun

variasinya. Bertambahnya jumlah volume produksi dan variasi Obat dan

Makanan ini tentunya menuntut semakin besarnya peran BPOM dalam

proses penilaian dan pengawasannya. Walaupun di provinsi Maluku tidak

terdapat industri Farmasi, namun kurangnya pemenuhan GMP (Good

Manufacturing Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat

danMakanan menjadi tantangan Balai POM di Ambon dalam melakukan

pengawasan.

Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan

menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan

ekonomi (yaitu dengan adanya bonus demografi). Kondisi ini menjadi

tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase

Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang

sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam

APBN.

Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik

adalah dengan mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai

dengan implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain

melalui: a) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk

jaminan mutu Obat; b) Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan; c)

Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan ekonomi yang mendukung

fleksibilitas tenaga kerja danpasar, serta keterbukaan perdagangan dan

tabungan nasional.

Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah

harus mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca

berakhirnya masa Bonus Demografi,dimana jumlah lansia meningkat.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 29

29

8. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum

dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan

dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat

penting dalam mensinergikan kebijakan kesehatan khususnya dalam

pengawasan obat dan makanan. Desentralisasi di bidang kesehatan belum

dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga belum secara optimal

memberikan perlindungan bagi masyarakat.

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah

yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah,

maka urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang

diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Desentralisasi

di bidang kesehatan belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.Untuk

itu kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundang-undangan

merupakan tantangan yang sangat penting. Hal ini berdampak pada

pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak

mengenal batas wilayah (borderless) sehingga perlu adanya one line

command (satu komando), apabila terdapat suatu produk Obat dan

Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di

bidang pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan

dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga

tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.Salah

satu penyebabnya oleh karena BPOM di Ambon hanya berada di ibukota

provinsi dan tidak memiliki cabang di daerah kabupaten / kota sehingga

perpanjangan tangannya adalah SKPD yang berada di kabupaten/kota.

Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi BPOM berjalan dengan baik,

diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 30

30

para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan

kesehatan yang baik (sound governance).Pembangunan kesehatan harus

diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan

harmonis antara pemerintah pusat dan daerah, antara pemerintah dan

masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang

dimiliki masing-masing. Dengan berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan tantangan bagi BPOM untuk

menyiapkan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah

Daerah dalam melaksanakan kegiatan terkait Obat dan Makanan yang

dilimpahkan ke daerah.

Provinsi Maluku sebagai provinsi Kepulauan memiliki keunikan

tersendiri di dalam pelaksanaan pengawasan obat dan makanan.Oleh

karenanya pendekatan pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan

di Provinsi Maluku harus menyesuaikan dengan sistem gugus

pulau.Dengan demikianperlu dipertimbangkan kegiatan pengawasan obat

dan makanan di provinsi Maluku menganut sistem gugus pulau sehingga

bisa disinergikan dengan SKPD terkait lainnya.

9. Perkembangan Teknologi

Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik,

namun penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai

96% dari kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman

berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang

telah digunakan sebagai bahan baku. Dengan kemajuan teknologi dan

besarnya kebutuhan produk obat, BPOM dapat mendorong industri

farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku obat dalam

negeri.

Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi

transportasi. Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 31

31

udara maupun jasa pengiriman barang mengalami perkembangan yang

cukup pesat. Sehingga distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat

dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak pengawasan atas peredaran

Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan distribusi Obat dan

Makanan ketempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia semakin cepat,

sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama

cepatnya.

Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang.Adanya

perubahan iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan

teknologi menciptakan rekayasa genetika dan varian makanan yang

terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus menjadi

perhatian dan antisipasi BPOM dalam menghadapi hal tersebut.

Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi

BPOM dan Balai POM di Ambon untuk dapat melakukan pelayanan secara

online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang

ada di Indonesia. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat

menjadi tantangan bagi BPOM dan Balai POM di Ambon terkait tren

pemasaran dan transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang

tentu saja juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada

teknologi.

10. Analisa terhadap Lingkungan Strategis (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats/SWOT)

Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah

dijelaskan di atas baik secara internal maupun eksternal, maka Balai POM

di Ambon harus melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan

khususnya eskternal dapat menjadi suatu peluang dan meminimalkan

ancaman yang dapat mempengaruhi peran Balai POM di Ambon sebagai

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 32

32

institusi yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap

Obat dan Makanan di provinsi Maluku.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, dilakukan

identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa

SWOT, sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis dan

kebijakan Balai POM di Ambon kedepan, agar dapat terwujud sesuai

tujuan dan sasaran organisasi Balai POM di Ambon dalam Renstra Periode

2015-2019. Adapun hasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. KEKUATAN (STRENGTHS)

Balai POM di Ambon saat ini memiliki kualitas SDM yang cukup

memadai, khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam

melakukan pengujian dan pengawasan produk Obat dan Makanan

yang ada. Di samping itu, seluruh pegawai Balai POM di Ambon

juga telah memiliki menandatangani pakta integritas dan

berkomitmen untuk menjunjung tinggi integritas dalam melakukan

pelayanan karena dampak pelayanan yang diberikan oleh Balai

POM di Ambon terhadap penilaian/pengujian Obat dan Makanan

akan langsung dirasakan oleh masyarakat.

Di sisi lain, Balai POM di Ambon telah memiliki Pedoman

Pengawasan yang jelas untuk acuan dalam pengawasan atas Obat

dan Makanan, sehingga seluruh kegiatan pengawasan tersebut

telah memiliki standar baku, baik untuk Obat dan Makanan, juga

faktor-faktor mutu lainnya, seperti standar distribusi dan standar

produk pangan lainnya.

Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi Balai POM

di Ambon, komitmen pimpinan menjadi mutlak sebagai landasan

untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari peran Balai

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 33

33

POMdi Ambon dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan

kesehatan masyarakat.

b. KELEMAHAN (WEAKNESSES)

Saat ini SDM Balai POM di Ambon sudah memiliki kualitas

yang cukup memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai POM di

Ambon belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan

fungsi.Sesuai dengan perhitungan Analisis Beban kerja maka BPOM

di Ambon masih membutuhkan pegawai sebanyak 41 (empat puluh

satu) orang untuk mendukung pelaksaaan tugas pokok dan

fungsi.Disamping itu sistem manajemen pemerintah menuntut

adanya ukuran keberhasilan, baik ditingkat organisasi sampai ke

level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen kinerja belum

optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan sistem

manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien.

Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,

diperlukan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga

untuk mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin

canggih. Untuk itu, penyiapan sarana dan prasarana yang memadai

tersebut menjadi mutlak dilakukan dalam mendukung tugas pokok

dan fungsi pengawasan obat dan makanan. Di samping itu, untuk

mendukung pelaku usaha dalam melakukan pendaftaran

(registrasi) dan penyebarluasan informasi mengenai Obat dan

Makanan perlu didukung dengan teknologi informasi yang

memadai.Peran dan kewenangan BPOM juga harus didukung oleh

struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian

kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan ukuran

yang sesuai. Diharapkan penataan kelembagaan ke depannya bisa

sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 34

34

strategy, sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat

mewujudkan tujuan organisasi.

c. PELUANG (OPPORTUNITIES)

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan

oleh dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara

bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN

dan JKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang

dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan

perilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktifnya masyarakat

dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan JKN

merupakan tantangan atau peluang bagi Balai POM di Ambon

dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi

dalam menghadapi pola prilaku dan lingkungan sehat khususnya

obat dan makanan.

Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya

varian penyakit maka kebutuhan Obat dan Makanan akan semakin

meningkat. Hal ini mendorong pertambahan dan pertumbuhan

industri Obat dan Makanan secara pesat. Hal ini menjadi peluang

dan tantangan dalam mengawasi Obat dan Makanan yang semakin

banyak variannya.

Kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang

sangat mutlak agar upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai.

Peluang kerjasama dengan instansi terkait dapat mendorong

efektivitas dan efesiensi pengawasan Obat dan Makanan khususnya

dengan instansi aparatur penegak hukum maupun instansi terkait

lainnya.Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan

komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang

diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan

perundangan merupakan tantangan yang sangat penting.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 35

35

d. TANTANGAN (THREATS)

Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk

bahan pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya.

Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat

mengancam ketersediaan pangan. Dengan demikian, perubahan

iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan

yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif

sehingga permintaan akan produk pangan semakin meningkat. Hal

ini akan sulit mengimbangi dan mengawasi distribusi barang yang

masuk yang sesuai dengan standardisasi kesehatan.

Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar,

mengakibatkan adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak

memenuhi kualifikasi standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi

masalah dalam peredaran Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya

penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti ini

mengakibatkan ancaman bagi masyarakat. Untuk itu, diharapkan

penegakan hukum harus lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan

permasalahan tersebut.Dengan semakin tumbuhnya perekonomian

Indonesia akan mempengaruhi perubahan pola perilaku hidup

sosialnya, salah satunyadalam mengkonsumsi Obat dan Makanan.

Hal ini menjadi ancaman bagi masyarakat apabila penggunaan Obat

dan Makanan tidak diantisipasi dengan pemberian informasi,

komunikasi dan edukasi atas penggunaan Obat dan Makanan

tersebut. Sisi lain, globalisasi yang mendorong lahirnya area

perdagangan bebas (free trade area) menjadikan peredaran Obat

dan Makanan juga semakin sulit untuk dikontrol. Dengan

masuknya berbagai produk Obat dan Makanan dari negara lain

merupakan persoalan krusial yang perlu diantisipasi segera.

Realitas menunjukan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar

bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 36

36

terjamin keamanan dan kualitasnya untuk dikonsumsi dan

imbasnya akan sampai juga di provinsi Maluku. Untukitu,

masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman

dalam mengkonsumsi produk Obat dan Makanan tersebut.

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Maluku

menurut sensus penduduk tahun 2013, rata-rata 3,13 % per tahun.

Sementara usia produktif antara 30-54 tahun justru menunjukkan

tren meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64 tahun

dan usia di atas 65 tahun menunjukan tren yang meningkat tetapi

dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan

hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin

meningkat.Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat, jika

tidak ditata dengan baik akan menjadi potensi ancaman bagi

kesehatan masyarakat.

Di bawah ini, Tabel 5 Rangkuman Analisis SWOT sesuai

dengan pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.

Tabel5

Rangkuman Analisis SWOT

KEKUATAN KELEMAHAN Kompetensi ASN Balai POM di Ambon

yang memadai dalam mendukung pelaksanan tugas

Integritas pelayanan publik yang baik Networking yang kuat dengan lembaga

pusat/daerah Adanya informasi dan edukasi pada

masyarakat yang terprogram Pedoman pengawasan yang jelas Komitmen pimpinan dan seluruh ASN

Balai POM di Ambon menerapkan Reformasi Birokrasi

Tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas dalam peraturan perundang-undangan

Sistem pengawasan yang komprehensif mencakup pre-market dan post-market

Peraturan dan standar yang dikembangkan dan diterapkan sudah mengacu standar internasional

Payung hukum pengawasan Obat dan Makanan belum memadai

Beberapa ASN masih memerlukan peningkatan kompetensi

Jumlah ASN Balai POM di Ambon yang

masih terbatas dibandingkan dengan

beban kerja dan cakupan pengawasan

Beberapa regulasi dan standar belum lengkap

Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama

Kekuatan laboratorium yang belum memadai

Dukungan system IT dalam pengawasan masih kurang

Balai POM di Ambon hanya berada di ibukota provinsi dan tidak memiliki cabang di kabupaten/kota

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 37

37

PELUANG TANTANGAN Adanya program Nasional (JKN dan

SKN) Perkembangan Teknologi Informasi

sebagai sarana KIE yang sangat cepat Jumlah industri obat dan makanan yang

berkembang pesat Terjalinnya kerjasama dengan instansi

terkait Agenda Sustainable Development Goals

(SDGs) Pasar pengobatan tradisional makin

besar Tingginya laju pertumbuhan penduduk

menyebabkan peningkatan demand Obat dan Makanan

Pembangunan di bidang Kesehatan menjadi kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah

Perkembangan teknologi Dikembangkannya sistem pelayanan

gugus pulau di provinsi Maluku untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

Perubahan iklim dunia yang mempengaruhi pola penyakit

Penjualan Obat dan Makanan illegal secara online

Demografi dan perubahan komposisi penduduk

Perubahan pola hidup masyarakat

(social dan ekonomi)

Globalisasi, perdagangan bebas dan

komitmen internasional

Munculnya (kembali) berbagai

penyakit baru

Produk Obat dan Makakan sangat

bervariasi

Masih banyaknya pelanggaran di

bidang Obat Makanan

Lemahnya penegakan hukum

Implementasi Program Fortifikasi

Pangan

Rendahnya pengetahuan dan

kemampuan teknis UMKM obat

tradisional dan pangan

Berkurangnya ketersediaan pangan dan

yang berkualitas dengan harga yang

kompetitif

Desentralisasi bidang Kesehatan belum

optimal

Belum optimalnya tindak lanjut hasil

pengawasan Obat dan Makanan oleh

pemangku kepentingan di daerah

Kondisi Provinsi Maluku yang

merupakan Provinsi Kepulauan

Tansportasi antar pulau di Provinsi

Maluku yang belum memadai

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, baik dari sisi

keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan

kelemahan, serta pengaruh lingkungan eksternal antara peluang dan

tantangan, Balai POM di Ambon perlu melakukanpenataan dan penguatan

kelembagaan dengan menetapkan strategi untuk mewujudkan visi, misi,

dan tujuan organisasi Balai POM di Ambon periode 2015 – 2019. Terdapat

beberapa hal yang perlu dibenahi di masa mendatang agar pencapaian

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 38

38

Kebijakan

Teknis

Pengawasan

Obat dan

Makanan

Pembinaan

dan

Bimbingan

Terhadap

Stake

Holders

Pengawasan Obat dan Makanan (Pre Market dan Post Market)

kinerja Balai POM di Ambon lebih optimal. Pada Gambar5di bawah ini

terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan dan peran

Balai POM di Ambon sesuai tugas, fungsi dan kewenangan.

Gambar 5 Diagram permasalahan, kondisi saat ini dan dampaknya

Gambar 6

Peta Bisnis Proses Utama BPOM di Ambon sesuai Peran dan Kewenangan

PERAN BALAI POM DI AMBON

Penguatan kebijakan teknis pengawasan (RegulatorySystem)

Kemitraan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan

Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Kemandirian

Stake Holders

BELUM OPTIMALNYA PERAN BALAI POM DI AMBON DALAM

MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Belum optimalnya sistem pengawasan Obat dan

Makanan

Belum optimalnya koordinasi, dan bimbingan kepada pemangku

kepentinganmelalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Publik

Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 39

39

Tabel 6

Penguatan Peran Balai POM di Ambon Tahun 2015-2019

Penguatan

Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

• Pengawasan (penilaian) Obat Tradisional dan Makanan

sesuai standar

• Pengawasan sarana produksi Obat Tradisional dan

Makanan sesuai standar

• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai

standar

• Pengawasan penandaan dan iklan/promosi Obat dan

Makanan

• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan

• Penyidikan dan penegakan hukum

Kerjasama,

Komunikasi,

Informasi dan

Edukasi Publik

• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha

melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

termasuk peringatan publik

• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan

• Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan

Makanan yang tidak sesuai dengan standar

• Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang

tidak memenuhi standard

• Survey kepuasan pelanggan

• Mengadvokasi Pemerintah Daerah Provinsi / Kab/Kota

Maluku untuk mengalokasikan anggaran pengawasan

obat dan makanan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 40

40

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN

BALAI POM DI AMBON

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan

yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka

Balai POM di Ambon sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai

institusi Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Maluku dituntut

untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan

Makanan tersebut sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, disusun

visi dan misi serta tujuan dan sasaran Balai POM di Ambon.

Gambar 7 Peta Strategis BPOMdi Ambon Periode2015-2019

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 41

41

II. 1.VISI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, BPOM pada umumnya

dan Balai POM di Ambon khususnya harus memberikan kontribusi yang

signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP

Tahunan, melalui penyusunan rencana strategis dan rencana tahunan

(Renja K/L) yang berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan

monitoring evaluasi atas pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan di

Provinsi Maluku secara efektif dan efisien serta pelaksanaan tugas-tugas

lainnya dari pemerintah.

Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) Kualitas

pelaksanaan kebijakan penetapan Norma, Standar, Prosedurdan Kriteria

terhadap Obat dan Makanan; 2) Kualitas pengawasan Obat dan Makanan,

serta 3) Kerjasama dan Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta

masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk Obat dan Makanan

sesuai standar. Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka

berarti Balai POM di Ambon sebagai UPT BPOM telah mampu berperan

dalam mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan visi RPJMN 2015-

2019 sesuai visi, misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-

2019, dan selanjutnya mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan

bernegara sesuai amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat

Indonesia yang adil dan makmur.

Adapun visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN

2015-2019 adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”

Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019

adalah sebagai berikut:

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 42

42

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan

sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia

sebagai negara kepulauan,

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis

berlandaskan negara hukum,

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat

jati diri sebagai negara maritim,

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan

sejahtera,

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju

dan kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil

Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka BPOM sesuai

dengan tugas dan kewenangannya sebagai lembaga yang

bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan menetapkan

Visi Balai POM di Ambon 2015-2019 adalah sebagai berikut:

”Obat dan Makanan AmanMeningkatkan Kesehatan Masyarakat

dan Daya Saing Bangsa”

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus

melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan

secara akuntabel dan diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan

kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman

dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 43

43

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan

Obatdan Makanan telah melalui analisa dan kajian,

sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah

seminimal mungkin / dapat ditoleransi / tidak

membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat

juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan

Makanan meyakinkan, keamanan memadai dan

mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa

yang telah memenuhi standar, baik standar nasional

maupun internasional, sehingga produk lokal unggul

dalam menghadapi pesaing di masa depan.

II. 2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata

sesuai dengan penguatan peran Balai POM di Ambon sebagaimana yang

telah ditetapkan dalam Bab I. Misi Balai POM di Ambon adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi

(full spectrum) penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana

produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan

hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Balai POM di Ambon

dalam melindungi masyarakat di Provinsi Maluku dari produk yang tidak

aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing,

maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu

mengawalnya. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan

Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas,

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 44

44

maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu

pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis

risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki

secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorongkemandirian pelaku usaha dalam memberikan

jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat

kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

(SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam

menjamin produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan

pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang

memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait

dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Sebagai institusi pengawas, Balai POM di Ambon harus bersikap

konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses

pemeriksaan serta pembinaan dengan baik. Balai POM di Ambon harus

mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan

produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan

pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha

mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan

Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di

dunia, termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan

Makanan terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan.

Secara Nasional Industri makanan, minuman dan tembakau memiliki

kontribusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara

Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan

Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri makanan, minuman dan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 45

45

farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren

yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa

untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak

hanya bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri.

Sebagai contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya

pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri

obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri

makanan, dimana pasar dalam negeri dengan besarnya jumlah penduduk

Indonesia sangat potensial. Industri kosmetik, obat tradisional dan

suplemen kesehatanpun mempunyai karakteristik yang sama. Kemajuan

industri Obat dan Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari

sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh Balai POM

di Ambon. Sehingga Balai POM di Ambon berkomitmen untuk mendukung

peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat dan

mutu Obat dan Makanan di Provinsi Maluku khususnya.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran

yang sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan

Makanan, utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar

pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya

menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih

Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan

akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat

berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.

Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, Balai POM

di Ambon melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan. Upaya tersebut

salah satunya dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat serta kemitraan dengan pihak

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 46

46

lain.Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya

produkyang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah

Indonesia dan khususnya ke provinsi Maluku. Pengetahuan masyarakat

yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan

menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh

produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai POM di Ambon tidak

dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan

dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait

dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan

pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan

Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai

sebagai UPT BPOM di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi

tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena

kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari

Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di

daerah, Balai POM di Ambon harus bersinergi dengan lintas sektor terkait,

sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam

upaya mencapai tujuan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber

daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang

kuat.Hal ini membutuhkan sumber daya yang merupakan modal

penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan

sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja.

Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya,

maka Balai POM di Ambon harus mampu mengelola sumber daya tersebut

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 47

47

seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program

dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber

daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan

oleh seluruh elemen organisasi. Di samping itu, Balai POM di Ambon

sebagai UPT BPOM yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu

tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure), namun juga

melaksanakan fungsi pelaksana (executing), dan pemberdayaan

(empowering).Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi.

Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses

bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai

organisasi.

Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan

tugas pokok dan fungsi BPOM di Provinsi Maluku. Pengawasan pre- dan

post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka

memperkuat BPOMmenghadapi tantangan globalisasi. Dengan

penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu

memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu,

diharapkan Balai POM di Ambon mampu melindungi masyarakat Maluku

dengan optimal.

Balai POM di Ambon juga melakukan kemitraan dengan pemangku

kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas institusi dan

sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu

dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan

pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di

pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari

produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan berbahaya dan ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi

pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka Balai

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 48

48

POM di Ambon perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan

meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar

informasi (knowledge sharing).

II. 3 BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan

harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam

melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-

kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota

organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas,

ketekunan dan komitmen yang tinggi.

2. Integritas

Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan

internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang

baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 49

49

II. 4 TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan

Makanan,maka tujuan yang akan dicapai dalamkurun waktu 2015-2019

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat,

dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di

atas, adalah:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan

bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan

indikator:

a. Tingkat kepuasan masyarakat Provinsi Maluku atas jaminan

pengawasan BPOM;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam

memenuhi ketentuan;

b. Tingkatkepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan

pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.

II. 5SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin

dicapai Balai POM di Ambon, dengan mempertimbangkan tantangan masa

depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki Balai POM di

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 50

50

Ambon. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) kedepan

diharapkan Balai POM di Ambon akan dapat mencapai sasaran strategis

sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh

Balai POM di Ambon merupakan suatu proses yang komprehensif dan

bersifat full spectrum, mencakup pengawasan pre-market dan post-market.

Sistem itu terdiri dari: pertama,penilaian (pre-market evaluation) yang

merupakan evaluasi produk sebelum memperoleh nomor ijin edar dan

akhirnya dapat diproduksi dan diedarkan kepada konsumen. Kedua,

adalah pengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan

dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar,

serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Ketiga, pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan

risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat

dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat

dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang

digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi

syarat dan kemudian akan ditarik dari peredaran. Keempat, adalah

penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan

hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun

investigasi awal. Proses penegakan hukum sampai dengan

projusticiadapat berakhir dengan pemberian sanksi administratif seperti

dilarang untik diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita

untuk dimusnahkan. Jika pelanggaran masuk pada ranah pidana, maka

terhadap pelanggaran Obat dan Makanan dapat diproses secara hukum

pidana.Diharapkan melalui pelaksanaan pengawasan pre market dan post

marketyang professional dan independen akan dihasilkan produk Obat

dan Makanan yang aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 51

51

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya sebagai

berikut:

1. Persentase obat yang memenuhi syarat,dengan target 94% pada

tahun 2019,

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat dengan target

89% pada tahun 2019,

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat dengan target 93%

pada tahun 2019,

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat dengan

target 89% pada tahun 2019,

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat dengan target

90.10% pada tahun 2019.

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan

pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang

terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah.

Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan

Edukasi yang baik.

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan dalam SISPOM adalah

masyarakat sebagai konsumen. Kesadaran masyarakat terkait Obat dan

Makanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan Makanan

yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi

untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas

dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman,

bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran

masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat, Balai POM

di Ambon harus memberikan kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui

Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 52

52

Disamping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan

oleh pelaku usaha baik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain.

Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari

sebelum sampai sesudah produk beredar, salah satunya dalah meliputi

pengawasan Obat dan Makanan di sarana produksi dan distribusi.

Produsen mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan

Makanan yang memenuhi syarat (aman, berkhasiat/bermanfaat dan

bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dari sisi

pemerintah, Badan POM bertugas dalam menyusun kebijakan dan regulasi

terkait Obat dan Makanan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha.

Paradigma Balai POM di Ambon sebagai lembaga pengawas di

Provinsi Maluku dan ditakuti oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah,

dengan adanya upaya yang dilakukan Balai POM di Ambon dalam menjalin

hubungan yang lebih harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa

meninggalkan tugas utama pengawasan, Balai POM di Ambon berupaya

memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh

kemudahan dalam usahanya. Salah satunya melalui jaminan kualitas

(quality assurance) pengawasan, melalui pendampingan regulatory

(regulatory assistance). Sasaran strategis ini berupaya untuk

mengakomodasi kegiatan yang mendukung pada peningkatan daya saing,

yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan. Pelaku usaha di bidang

Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantangan

perdagangan bebas.Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan

regulatory (sistem pengawasan) kepada pelaku usaha dengan insentif.

Sementara terkait dengan faktor lain yang menjadi variabel penentu

dalam meningkatkan kemudahan usaha, adalah daya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini,

maka dibuat indikatornya sebagai berikut:

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 53

53

1. Persentase tingkat kepuasan masyarakat dengan target 75%

pada tahun 2019.

2. Jumlah Kabupaten/kota yang memberikan komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan

memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi obat dan

makanan dengan target 11 kabupaten/kota pada tahun 2019.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan Balai POM di

Ambon

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method and

machine) merupakan modal penggerak organisasi.Sumber daya dalam hal

ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana

penunjang kinerja.Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah

dan kualitasnya, maka Balai POM di Ambon harus mampu mengelola

sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung

terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan.Pada

akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi

sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.Badan

POM dan Balai POM di Ambon dalam melaksanakan tugasnya masih

memerluksan penguatan kelembagaan atau organisasi.Kelembagaan

tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang

tertata dan efektif serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka

dibuat indikatornya adalah :Sumber daya meliputi 5 M (man, material,

money, method, and machine) merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya, dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia

dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang

terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai POM di Ambon harus

mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat

mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 54

54

ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan

efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen

organisasi. Balai POM di Ambon dalam melaksanakan tugas masih

memerlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut

meliputi proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang

sesuai dengan nilai organisasi.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini,

maka dibuat indikatornya adalah:

1. Nilai SAKIP Balai POM di Ambon dengan target AA pada tahun

2019 .

II.6.Indikator Kinerja Utama Balai POM di Ambon

Untuk mencapai Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis Balai POM di

Ambon maka telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama :

1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada

tahun 2019;

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat dengan target

89% pada tahun 2019;

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat dengan target 93%

pada tahun 2019;

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat dengan

target 89% pada tahun 2019;

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat dengan target 90.10%

pada tahun 2019;

6. Persentase tingkat kepuasan masyarakat dengan target 75% pada

tahun 2019.

Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator

Kinerja Balai POM di Ambon periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan

di atas adalah sebagai berikut :

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 55

55

Tabel 7

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM di Ambon periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

Obat dan

Makanan

Aman

Meningkatkan

Kesehatan

Masyarakat

dan Daya Saing

Bangsa

Meningkatkan

sistem

pengawasan Obat

dan Makanan

berbasis risiko

untuk melindungi

masyarakat

Meningkatnya

jaminan produk

Obat dan

Makanan aman

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

1. Persentase obat yang memenuhi syarat*);

2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat*);

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat*);

4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat*);

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat*).

Mendorong

kemandirian

pelaku usaha

dalam

memberikan

jaminan keamanan

Obat dan Makanan

serta memperkuat

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan.

Meningkatnya

daya saing Obat

dan Makanan di

pasar lokal dan

global dengan

menjamin mutu

dan mendukung

inovasi

Meningkatnya

kemandiriasn

pelaku usaha,

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan, dan

partisipasi

masyarakat

1. Tingkat kepuasan masyarakat*);

2. Jumlah kabupaten/kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi obat dan makanan.

Meningkatkan

kapasitas

kelembagaan

BPOM

Meningkatnya

Kualitas Kapasitas

Kelembagaan Balai

POM di Ambon

1. Nilai SAKIP Balai POM di Ambon oleh Badan POM

*) Indikator Kinerja Utama

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 56

56

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASIDAN

KERANGKA KELEMBAGAAN

III. 1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode

2015-2019 pada Bab II di atas, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7

(tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan

kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-

misi ini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas

pembangunan yang disebut NAWA CITA, sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran

dalam kerjasama global dan regional),

2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis

dan terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja

pemerintah),

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-

daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan

ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat),

4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem

dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan

terpercaya (pemberantasan narkotika dan psikotropika),

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan

kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 57

57

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional (peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi),

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-

sektor strategis ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),

8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial

Indonesia

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab BPOM periode 2015 –

2019, maka BPOM utamanya akan mendukung agenda nawacita ke 5,

meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menunjang

program Indonesia Sehat melalui pengawasan obat dan makanan. Selain

itu juga mendukung 4 (empat) agenda prioritas pembangunan

sebagaimana Tabel 8dibawah ini.

Tabel 8

9 (Sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 58

58

Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada

penyediaan lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata,

melainkan juga pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk

memperoleh layanan publik. Dalam perspektif tersebut, pembangunan

manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan

beradab, serta berdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan

kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia. Kualitas SDM tercermin dari

tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan penduduk, yang menjadi

komponen inti Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Maluku terus

meningkat selama tahun 2010 sampai 2014. Pada tahun 2014 IPM Maluku

telah mencapai 66,74.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai

gerakan Revolusi Mental, dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap,

dan perilaku setiap orang, yang berorientasi pada kemajuan dan

kemoderenan, sehinga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu

berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Revolusi Mental

mengandung nilai-nilai esensial yang harus dinternalisasi baik pada setiap

individu maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika kerja, motivasi

berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimistis,

proKoperasiduktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan

berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.Untuk itu

salah satu aspek untuk mendukung pembangunan manusia tersebut di

bidang kesehatan dan gizi masyarakat adalah pengawasan Obat dan

Makanan.

Dari sisi produksi dan distribusi, perlu upaya peningkatan

kapasitas produksi sesuai standar cara pembuatan obat, pangan, kosmetik,

obat tradisional yang baik dan mengikuti cara distribusi obat,pangan,

kosmetik, obat tradisional, suplemen kesehatan yang baik untuk

menjamin mutu, keamanan dan khasiat serta peningkatan daya saing

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 59

59

produk Obat dan Makanan, termasuk penguatan pengawasan regulasi dan

penegakan hukum.

Berdasarkan berbagai permasalahan, tantangan, hambatan,

maupun peluang yang dihadapi pembangunan bidang kesehatan dan gizi

masyarakat tahun 2015 – 2019, maka sasaran bidang yang akan dicapai

diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat, antara lain tercermin dari indikator yang menjadi tanggung

jawab BPOM sebagai berikut

No Indikator Status Awal Target 2019

1 Persentase obat yang memenuhi syarat 96,89 % 99,94 %

5 Persentase makanan yang memenuhi syarat 87 % 90,1 %

(Sumber: Renstra BPOM 2015-2019)

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang

Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan satu arah

kebijakan pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang

terkait dengan BPOM adalah “Meningkatkan Pengawasan Obat dan

Makanan”, melalui:

1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;

3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan

pemangku kepentingan;

4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;

5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka

mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan;

6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 60

60

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan

strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Balai POMdi

Ambon periode 2015-2019, adalah:

A. Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat.

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

dan daya saing produk Obat dan Makanan.

3. Peningkatan kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi

masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan

4. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan

melalui penataan struktur yang kaya fungsi, proses bisnis yang

tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi

serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan

internal.

Eksternal :

1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan

Obat dan Makanan.

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi,

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di

bidang Obat dan Makanan.

Internal :

1. Penguatan Regulatory Sistem pengawasan Obat dan Makanan

berbasis resiko.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 61

61

2. Membangun manajemen kinerja dan kinerja lembaga hingga

kinerja individu/pegawai.

3. Membangun anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel

serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga

dan pegawai.

4. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOMdi tingkat pusat

dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel.

5. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga

pengawasan Obat dan Makanan tersebut, BPOM menetapkan program -

programnya sesuai dengan RPJMN periode 2015 – 2019, yaitu program

utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut :

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan.

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Balai

POM di Ambon dalam menghasilkan standarisasi pemenuhan mutu,

keamanan dan kemanfaatan melalui serangkaian kegiatan :

pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi, sampling dan

pengujian obat dan makanan beredar, penilaian penandaan dan iklan

obat dan makanan beredar, penegakan hukum serta pembinaan dan

bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1. Program Generik 1 : Program dukungan manajemen dan pelaksanaan

tugas teknis lainnya.

2. Program Generik 2 : Program peningkatan sarana dan prasarana

BPOM

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 62

62

Selanjutnya program tersebut dijabarkan dalam kegiatan – kegiatan

prioritas sebagai berikut :

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan

Makanan.

1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar

Prosedur, dan Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre

dan post-market);

2) Peningkatan efektifitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat

dan Makanan

3) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan

Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan

sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;

4) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, precursor, dan

zat adiktif;

5) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber

daya laboratorium Obat dan Makanan;

6) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

7) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan,

antara lain : regulatory science life science:

8) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan

pemangku kepentingan serta meningkatkan partisipasi

masyarakat;

b. Kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan pengembangan organisasi, penyusunan program

dan anggaran keuangan;

2) Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur BPOM;

3) Pengadaan , pemeliharaan dan pembinaan pengelolaan serta

peningkatan sarana dan prasarana penunjang aparatur BPOM;

4) Peningkatan aparatur BPOM;

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 63

63

5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta layanan pengaduan

konsumen, dan hubungan masyarakat;

III.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM DI AMBON

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan

strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Balai POM di Ambon

periode 2015-2019, adalah:

B. Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

5. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat.

6. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

dan daya saing produk Obat dan Makanan.

7. Peningkatan kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi

masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan

8. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan

melalui penataan struktur yang kaya fungsi, proses bisnis yang

tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi

serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan

internal.

Eksternal :

1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan

Obat dan Makanan.

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi,

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di

bidang Obat dan Makanan.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 64

64

Internal :

1. Membangun manajemen kinerja dan kinerja lembaga hingga

kinerja individu/pegawai.

2. Membangun anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel

serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga

dan pegawai.

3. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas Balai POM di Ambon

secara lebih proporsional dan akuntabel dalam mendukung tugas

pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Maluku.

4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga

pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Maluku, ditetapkan program

sesuai dengan RPJMN periode 2015 – 2019, yaitu program utama (teknis)

dan program pendukung (generik), sebagai berikut :

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan.

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama

Balai POM di Ambon dalam menghasilkan standarisasi pemenuhan

mutu, keamanan dan kemanfaatan melalui serangkaian kegiatan :

pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi, sampling dan

pengujian obat dan makanan beredar, penilaian penandaan dan iklan

obat dan makanan beredar, penegakan hukum serta pembinaan dan

bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1. Program Generik 1 : Program dukungan manajemen dan pelaksanaan

tugas teknis lainnya.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 65

65

2. Program Generik 2 : Program peningkatan sarana dan prasarana

Selanjutnya program tersebut dijabarkan dalam kegiatan – kegiatan

prioritas sebagai berikut :

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan

Makanan.

b. Kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan program generik (dukungan).

Program/kegiatan/Indikator Kegiatan Balai POM di Ambon tercermin

pada Tabel 10 di bawah ini :

Tabel 10

Program / Kegiatan / Indikator Kegiatan Balai POM di Ambon 2015- 2019

Kode Program/Kegiatan Indikator

4.4 Program Pengawasan Obat dan

Makanan

Persentase obat dan makanan yang memenuhi syarat

4.4.1

Pengawasan Obat dan Makanan di Balai POM di Ambon

Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis

Pemenuhan target sampling produk obat disektor publik (IFK)

Persentase cakupan pengawasan sarana produksi obat dan makanan

Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi obat dan makanan

Jumlah perkara di bidang obat dan makanan

Jumlah layanan publik Balai POM

Jumlah komunitas yang diberdayakan

Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standard

Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 66

66

Gambar 8 Log Frame Balai POM di Ambon

Tabel 11

Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai

PROGRAM SASARAN PROGRAM

KEGIATAN STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN INDIKATOR

PROGRAM

PENGAWASAN

OBAT DAN

MAKANAN

Menguatnya sistem

pengawasan Obat

dan Makanan

Pengawasan Obat

dan Makanan Balai

POM di Ambon

1. Meningkatnya

kualitas sampling

dan pengujian

terhadap produk

obat dan makanan

yang beredar.

2. Meningkatnya

kualitas sarana

produksi yang

memenuhi

standard.

3. Meningkatnya

kualitas sarana

distribusi yang

memenuhi

standard.

4. Meningkatnya

hasil tindak lanjut

penyidikan

terhadap

pelanggaran obat

dan makanan

1. Jumlah sample yang diuji

menggunakan parameter kritis

2. Pemenuhan target sampling produk

Obat di sektor publik (IFK)

3. Persentase cakupan pengawasan

sarana produksi Obat dan Makanan

4. Persentase cakupan pengawasan

sarana distribusi Obat dan Makanan

5. Jumlah Perkara di bidang obat dan

makanan

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 67

67

PROGRAM SASARAN PROGRAM

KEGIATAN STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN INDIKATOR

Meningkatnya

jaminan kualitas

pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong

kemandirian pelaku

usaha dan

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan

melalui kerjasama,

komunikasi,

informasi dan

edukasi

1. Meningkatnya

kerjasama,

komunikasi,

informasi dan

edukasi

6. Jumlah layanan publik Balai POM

7. Jumlah komunitas yang diberdayakan

Meningkatnya

kualitas kapasitas

kelembagaan Balai

POM

1. Pengadaan sarana

dan prasarana

yang terkait

pengawasan Obat

dan Makanan

2. Penyusunan

perencanaan,

penganggaran,

keuangan dan

evaluasi yang

deilaporkan tepat

waktu

8. Persentase pemenuhan sarana

prasarana sesuai standar.

9. Jumlah dokumen perencanaan,

penganggaran dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

III.3 KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,

dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem

pengawasan. Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang

mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja

yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat

adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan

tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam

praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik

pemerintah maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang

sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan

Makanan.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 68

68

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan

masih dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan

pemangku kepentingan. Balai POM di Ambon dalam melaksanakan

pengawasan seringkali harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan

kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi instansi

pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-undangan

seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting

yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan

secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan

masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut

kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang

sebelah mata dan dianggap inferior dibanding faktor-faktor lain yang

menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang kesehatan, dari sisi

ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi

pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan

Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar

berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.

Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa

mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa

dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin keamanan,

manfaat, dan mutunya maka secara tidak langsung akan membentuk

seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan makanan yang

bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani dan

rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat

menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak

berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan

Makanan secara optimal, maka Balai POM di Ambon perlu ditunjang oleh

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 69

69

regulasi atau peraturan perundang-undangan yang kuat dalam lingkup

pengawasan Obat dan Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh

Balai POM di Ambon dalam rangka memperkuat sistem pengawasan

antara lain:

1. UU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi.

BPOM perlu mengupayakan melakukan koordinasi dengan Panitia

Kerja DPR.

2. Peraturan Perundang-undangan /Peraturan Menteri Kesehatan

terkait pengawasan Obat dan Makanan. Masih banyak komoditi

pangan, obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetik yang

belum meiliki standar mutu / keamanan yang jelas sehingga sulit

untuk mengambil kesimpulan apakah hasil uji produk tersebut

memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat.

3. Rancangan Peraturan Pemerintah(RPP) tentang Keamanan Mutu

dan Gizi Pangan terkait Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang

Pangan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan makanan

perlu dibuat peraturan pemerintah agar dapat dilaksanakan

dengan baik. Permasalahan pangan seharusnya tidak hanya

berfokus pada ketahanan pangan saja, namun juga pada keamanan

pangan serta pemenuhan gizi. Kewenangan tentang keamanan

pangan ditangani oleh kurang lebih 16 (enambelas) kementerian /

non kementerian, namun belum terbagi secara jelas kewenangan

masing-masing sehingga bila timbul permasalahan menyangkut

keamanan pangan, masih sering terjadi saling melempar tanggung

jawab / kewenangan antar kementerian / non kementerian.

4. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan

UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam

penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren. Diharapkan

terbentuknya NSPK ini akan dapat menciptakan sinergi antara

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 70

70

Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014

pasal 16 dalam hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Obat dan

Makanan dan (2) Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan.

5. Peraturan Daerah terkait pengawasan obat pada sarana pelayanan

kesehatan, pengawasan obat tradisional pada UMOT dan tindak

lanjutnya oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota.

6. Peraturan Daerah terkait pengawasan pangan dan bahan

berbahaya, termasuk komitmen di dalam pengawasan Pangan

jajanan Anak Sekolah, pangan siap saji, pengawasan bahan

berbahaya dan peningkatan kompetensi tenaga penyuluh

Keamanan Pangan (PKP) dan tenaga Pengawas Makanan Daerah

(Distric Food Inspector).

7. Peraturan Daerah tentang perubahan struktur organisasi pada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menambahkan dalam

struktur organisasi Seksi pengawasan Obat dan Makanan.

8. Peraturan Daerah tentang pengawasan obat dan makanan berbasis

sistem Pelayanan Gugus Pulau.

Untuk mendukung upaya ini perlu penguatan koordinasi dengan

melibatkan kementerian terkait (contoh. Kemendagri) dalam

penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di daerah,

monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan

peraturan bersama dengan Kemendagri sebagai pembina daerah

dalam hal pelaksanaan NSPK didaerah yang kemudian diikuti

dengan Peraturan Gubernur / Bupati / Walikota. Diharapkan NSPK

ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan

Makanan antara BPOM dengan daerah terkait. Hal ini bertujuan

agar pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar,

hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku

kepentingan terkait.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 71

71

9. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan

dengan adanya standar kompetensi dan standar GLP

tersebut,laboratorium Balai POM di Ambon dapat mengukur profil

kompetensinya dan pemenuhan standar GLP.

Rincian kerangka regulasi terlampir pada Lampiran 2.Matriks Kerangka

Regulasi BPOM 2015 – 2019.

III.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan

Makanan dalam melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka

dilakukan beberapa inisiatif penataan kelembagaan, baik penataan dalam

lingkup intraorganisasi Badan POM (organisasi induk) maupun penataan

yang bersifat interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas

instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan para pemangku

kepentingan utama.

Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan

dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif dilakukan dengan berpegang

pada Peraturan Menteri PAN No. PER/18/M.PAN/ll/2008, Tentang

Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga

Pemerintah Non Kementerian, dengan langkah penataan sebagai berikut:

a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi

Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat

taktikal dan operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam

penyelenggaraan layanan teknis dan administratif yang telah

didelegasikan dari Badan POM;

b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang

kriteria dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur

penunjang;

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 72

72

c. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang

pengawasan Obat dan Makanan;

d. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang

memiliki tugassama dalam rangka mewujudkan pencapaian

prioritas pembangunan kesehatan;

e. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang

memiliki tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang

tergabung dalam aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat

diperlukan karena peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan

aspek pidana yang masuk dalam sistem peradilan pidana.

f. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah

diimplementasikan Balai POM di Ambon untuk memastikan bisnis

proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola pembuatan

keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta

manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan

transparan.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 73

73

BAB IV

TARGET KINERJA DAN

KERANGKA PENDANAAN

IV. 1 Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis Balai POM di Ambon sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-

masing sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Tabel 12

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

Persentase obat yang

memenuhi syarat

meningkat

92,00 92.50 93,00 93.50 94,00

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

85.00 86.00 87.00 88.00 89.00

Persentase Kosmetik

yang memenuhi syarat

meningkat

89.00 90.00 91.00 92.00 93.00

Persentase Suplemen

Kesehatan yang

memenuhi syarat

meningkat

85.00 86.00 87.00 88.00 89.00

Persentase Makanan

yang memenuhi syarat

meningkat

88.1 88.6 89.1 89.6 90.1

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 74

74

Sasaran Strategis Indikator Target kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Meningkatnya

jaminan kualitas

pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong

kemandirian pelaku

usaha dan

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan serta

partisipasi

masyarakat melalui

kerjasama,

Komunikasi,

Informasi dan

Edukasi

1. Persentase tingkat

kepuasan masyarakat 70 65 70 72 75

2. Jumlah

kabupaten/kota yang

memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

pengawasan Obat dan

Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan

regulasi Obat dan

Makanan

3 5 7 9 11

Meningkatnya

kualitas kapasitas

kelembagaan Balai

POM di Ambon

Nilai SAKIP BPOM di

Ambon oleh Badan POM

A A AA AA AA

IV. 2 KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indicator yang telah

ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian

tujuan dan sasaran strategis Balai POM di Ambon periode 2015 – 2019

adalah sebagai berikut :

Tabel 13 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

Persentase obat yang

memenuhi syarat

meningkat

2,729 2,962 3,191 3,427 3,682

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase Kosmetik

yang memenuhi syarat

meningkat

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 75

75

Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019

Persentase Suplemen

Kesehatan yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase Suplemen

Kesehatan yang

memenuhi syarat

meningkat

Meningkatnya

jaminan kualitas

pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong

kemandirian pelaku

usaha dan

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan serta

partisipasi

masyarakat melalui

kerjasama,

Komunikasi,

Informasi dan

Edukasi

Persentase Makanan

yang memenuhi syarat

meningkat

1,211 1,361 1,433 1,503 1,575

2. Jumlah

kabupaten/kota yang

memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

pengawasan Obat dan

Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan

regulasi Obat dan

Makanan

Meningkatnya

kualitas kapasitas

kelembagaan Balai

POM di Ambon

Nilai SAKIP BPOM di

Ambon oleh Badan POM

8,995 13,540 16,958 29,883 20,815

Matriks kinerja dan pendanaan Balai POM di Ambon per kegiatan

sebagaimana pada Lampiran I Matriks Kinerja dan pendanaan Balai POM

di Ambon.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 76

76

BAB V

PENUTUP

Renstra Balai POM di Ambon Tahun 2015-2019 adalah panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Ambon untuk 5 (lima)

tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019

sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan

sumber pendanaannya, serta komitmen pimpinan dan staf Balai POM di

Ambon. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra

Tahun 2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila

diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra Balai POM

di Ambon, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan

sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan yaitu

meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu kepada

RPJMN 2015-2019.

Renstra BPOM Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi

Balai POM di Ambon dan diharapkan dapat melaksanakannya dengan

akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja institusi

dan kinerja pegawai.

Pelaksanaan Renstra diharapkan berkontribusi pada pencapaian

RPJMN dan Visi Misi Presiden. Hal ini dimungkinkan karena program dan

kegiatan dalam Renstra Balai POM di Ambon 2015-2019 ini telah

dilengkapi dengan target outcome dan output yang akan dipantau dan

dievaluasi secara berkala setiap tahun, pada pertengahan periode Rencana

Strategis/RPJMN sebagai midterm review, maupun pada akhir RPJMN

sebagai impact assessment.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - Badan Pengawas Obat dan Makanan ... fileRENSTRA BALAI POM DI AMBON TAHUN 2015 – 2019 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 KONDISI UMUM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

RENSTRA BALAI POM DI AMBON

TAHUN 2015 – 2019 77

77

Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional yang

dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPPENAS).

Selainsebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas,Renstra juga menjadi

pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang

Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang

dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra Balai POM di Ambon

Tahun 2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan

program kerja Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019,

yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.