balai besar pom di denpasar

78
i KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua, Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian dan lembaga perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dengan ditetapkannya RPJMN 2015-2019 tanggal 8 Januari 2015 dan Renstra Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maka Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Rencana Strategis merupakan rencana lima tahun ke depan yang disusun dengan mempertimbangkan faktor internal maupun faktor eksternal, antara lain: kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.Penyusunan renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar disusun mengacu Renstra Badan POM dan pedoman penyusunan dan Review Rencana Strategis Tahun 2015- 2019 di lingkungan Badan POM. Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar 2015- 2019 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar dalam kurun waktu 2015-2019. Tujuan utama dalam penyusunan Renstra adalah menjadi acuan dalam penyusunan rencana kinerja, penyusunan rencana kerja dan anggaran, penetapan kinerja, pelaksanaan tugas, pelaporan dan pengendalian kegiatan, serta penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar POM di Denpasar. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil, khususnya kepada Tim Penyusun Renstra Balai Besar POM di Denpasar Tahun 2015-2019 yang telah bekerja keras merampungkan Renstra ini tepat pada waktunya. Semoga Rencana Strategis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar Tahun 2015-2019 dapat bermanfaat bagi pencapaian Visi, Misi serta Tujuan Badan POM, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Denpasar, 23 Februari 2015 Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar Dra. Endang Widowati, Apt NIP. 19570905 198903 2 001

Upload: lynguyet

Post on 08-Dec-2016

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Balai Besar POM di Denpasar

i

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian dan lembaga perlu menyusun Rencana

Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Dengan ditetapkannya RPJMN 2015-2019 tanggal 8 Januari 2015 dan Renstra Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM) maka Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar menyusun

Renstra Tahun 2015-2019.

Rencana Strategis merupakan rencana lima tahun ke depan yang disusun dengan

mempertimbangkan faktor internal maupun faktor eksternal, antara lain: kekuatan, kelemahan,

peluang serta ancaman yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

organisasi.Penyusunan renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar disusun

mengacu Renstra Badan POM dan pedoman penyusunan dan Review Rencana Strategis Tahun 2015-

2019 di lingkungan Badan POM. Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar 2015-

2019 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar dalam

kurun waktu 2015-2019.

Tujuan utama dalam penyusunan Renstra adalah menjadi acuan dalam penyusunan rencana kinerja, penyusunan rencana kerja dan anggaran, penetapan kinerja, pelaksanaan tugas, pelaporan dan pengendalian kegiatan, serta penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar POM di Denpasar.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan baik moril maupun materiil, khususnya kepada Tim Penyusun Renstra Balai

Besar POM di Denpasar Tahun 2015-2019 yang telah bekerja keras merampungkan Renstra ini tepat

pada waktunya. Semoga Rencana Strategis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar

Tahun 2015-2019 dapat bermanfaat bagi pencapaian Visi, Misi serta Tujuan Badan POM, dan semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan kepada kita semua dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Denpasar, 23 Februari 2015 Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar Dra. Endang Widowati, Apt NIP. 19570905 198903 2 001

Page 2: Balai Besar POM di Denpasar

ii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ...................................................................................................................................... 1

A. Kondisi Umum ................................................................................................................ 1

B. Potensi dan Permasalahan ........................................................................................ 10

C. Analisa Swot .................................................................................................................... 19

BAB II Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis BPOM ................................................. 25

A. Visi....................................................................................................................................... 25

B. Misi...................................................................................................................................... 26

C. Budaya Organisasi ........................................................................................................ 30

D. Tujuan ................................................................................................................................ 30

E. Sasaran Strategis ........................................................................................................... 31

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan

Kerangka Kelembagaan ........................................................................................... 36

A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional .................................................................. 36

B. Arah Kebijakan dan Strategi BBPOM di Denpasar ........................................... 40

C. Kerangka Regulasi ........................................................................................................ 43

D. Kerangka Kelembagaan .............................................................................................. 45

BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan ........................................................... 47

A. Target Kinerja ................................................................................................................. 47

B. Kerangka Pendanaan ................................................................................................... 51

BAB V Penutup ............................................................................................................................. 53

Page 3: Balai Besar POM di Denpasar

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Struktur Organisasi ........................................................................................... 5

Gambar 1.2. Statistik Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............................................. 6

Gambar 3.1. Log Frame BBPOM di Denpasar ................................................................................. 42

Page 4: Balai Besar POM di Denpasar

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Rangkuman Analisis Swot ................................................................................... 23

Tabel 1.2. Penguatan Peran BBPOM di Denpasar Periode 2015-2019 ................................ 24

Table 2.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

BBPOM di Denpasar Periode 2015-2019 ..................................................................... 35

Tabel 3.1. Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA) ...................................... 37

Tabel 3.2. Indikator Program BBPOM di Denpasar ....................................................................... 39

Tabel 3.3. Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/ Kegiatan

dan Indikator Kegiatan BBPOM di Denpasar .............................................................. 43

Tabel 4.1. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja ........................................ 47

Tabel 4.2.Kegiatan dan Indikator BBPOM di Denpasar................................................................ 50

Tabel 4.3. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan ............................................... 51

Page 5: Balai Besar POM di Denpasar

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran1. Matrik Kinerja dan Pendanaan .................................................................................... 55

Lampiran 2. Matrik Kamus Indikator Renstra BBPOM di Denpasar 2015-2019............... 56

Page 6: Balai Besar POM di Denpasar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. KONDISI UMUM

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan

melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus

menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan

dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. RPJMN tahap

ketiga ini ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara

menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya

saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya

alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang terus meningkat.

Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas

pemerintah, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar

sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana

Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta

program dan kegiatan BBPOM di Denpasar untuk periode 2015-2019.

Penyusunan Renstra BBPOM di Denpasar ini berpedoman pada Renstra BPOM

dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Rencana

Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019 serta amanat

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian

kinerja tahun 2010-2014. Selanjutnya Renstra BBPOM di Denpasar periode

2015-2019 digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan kinerja BBPOM di

Denpasar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Page 7: Balai Besar POM di Denpasar

2

Adapun kondisi umum BBPOM di Denpasar pada saat ini berdasarkan

peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Peran BBPOM di Denpasar berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan

Sesuai dengan SK Kepala Badan POM RI Nomor 05018/SK/KBPOM

tanggal 17 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis (UPT) di lingkungan Badan POM, yang kemudian diperbaharui

dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232

tahun 2004, Balai Besar POM di Denpasar sebagai salah satu UPT Badan

POM mempunyai tugas pokok : melaksanakan kebijakan di bidang

pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain,

obat tradisional, kosmetik, PKRT, produk komplemen, keamanan pangan

dan bahan berbahaya.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.21.3592

tanggal 9 Mei 2007 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Kepala

Badan POM Nomor 05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan

Tata Kerja UPT di lingkungan Badan POM, cakupan wilayah kerja Balai

Besar POM di Denpasar meliputi seluruh wilayah administratif Provinsi

Bali yang terdiri dari 8 Kabupaten yaitu Buleleng, Jembrana, Tabanan,

Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem dan 1 kota yaitu

Denpasar.

Untuk menjalankan tugas pokok tersebut diatas, Balai Besar POM di

Denpasar menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

2. Pelaksanaan pengujian secara laboratorium, pemeriksaan dan

penilaian mutu produk terapetik, narkotik, psikotropik dan zat

adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, PKRT, produk komplimen,

pangan dan bahan berbahaya.

3. Pelaksanaan pengujian laboratorium, pemeriksaan dan penilaian

mutu produk secara mikrobiologi.

Page 8: Balai Besar POM di Denpasar

3

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi.

5. Pelaksanaan pengawasan penandaan/label dan iklan Obat dan

Makanan.

6. Pelaksanaan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

7. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi

tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM.

8. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

9. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

10. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

11. Membentuk kader keamanan pangan melalui Food Safety Masuk

Desa

12. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM,

sesuai dengan bidang tugasnya.

Dilihat dari fungsi BBPOM di Denpasar secara garis besar, terdapat 3

(tiga) inti kegiatan, yakni: (1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan

Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market) (2) Pengawasan Obat dan

Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market) (3) Pemberdayaan

masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi serta penguatan

kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka

meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Bali.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BBPOM di Denpasar sebagai

lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan

terhadap konsumen di Provinsi Bali. Tupoksi BBPOM di Denpasar ini juga

sangat penting dan strategis dalam kerangka mendorong tercapainya Agenda

Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko

Widodo, khususnya pada butir 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia

Indonesia, khususnya di sektor kesehatan; pada butir 2: Membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; pada butir3:

Page 9: Balai Besar POM di Denpasar

4

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka Negara kesatuan; pada butir 6: Meningkatkan

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; serta pada butir 7:

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik. Oleh karena itu, BBPOM di Denpasar sebagai

lembaga pengawas Obat dan Makanan yang merupakan UPT BPOM di daerah

sangat penting untuk diperkuat, baik dari sisi kualitas sumber daya manusia,

serta sarana pendukung seperti peralatan laboratorium, suku cadang, alat bantu

laboratorium serta sistem teknologi dan informasinya dan sarana pendukung

lainnya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.

Dalam rangka pengawasan sarana Obat dan Makanan, Balai Besar POM

di Denpasar melakukan pengawasan terhadap 3086 sarana Obat dan Makanan.

Jumlah tersebut terdiri dari 877 sarana produksi dan 2209 sarana distribusi

sedangkan pelaksanaan sampling dan pengujian produk obat dan makanan

tahun 2010 – 2014 sebanyak 20.500 sampel Obat dan makanan serta

Pelaksanaan pengawasan iklan Obat dan Makanan sebanyak 4865 iklan

Provinsi Bali sebagai Daerah tujuan wisata dan adanya tuntutan

modernisasi mengakibatkan peningkatan peredaran obat dan makanan yang

beragam baik dari luar ataupun dalam negeri yang berpengaruh pada pola

konsumsi masyarakatnya. Dengan masih ditemukannya produk obat dan

makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan kemanfaatan

mengakibatkan pemenuhan standard kesehatan melalui pola hidup sehat juga

menjadi semakin sulit diwujudkan oleh masyarakat di Provinsi Bali.

2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI No.

05018/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di Lingkungan Badan

POM, maka untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Balai

Besar POM di Denpasar dibentuk dengan struktur organisasi sebagai berikut :

Page 10: Balai Besar POM di Denpasar

5

Gambar 1.1 Struktur Organisasi

Untuk mendukung tugas-tugas BBPOM di Denpasar sesuai dengan peran

dan fungsinya, diperlukan SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi sesuai

standard kompetensi. Jumlah SDM yang dimiliki BBPOM di Denpasar untuk

melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun

2014 adalah 98 orang, yang tersebar di Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan 22

orang, Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya 12 orang, Bidang

Pengujian Mikrobiologi 11 orang, Bidang Pengujian Produk Terapetik,

Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen 20 orang,

Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen 10 orang, dan Sub Bagian

Tata Usaha 23 orang termasuk Kepala Balai.

Ditinjau dari tingkat pendidikan, pegawai Balai Besar POM Di Denpasar

dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Pendidikan SD sebanyak 1 orang

Pendidikan SLTA Kejuruan sebanyak 20 orang

Pendidikan SLTA Umum sebanyak 1 orang

Pendidikan D3 sebanyak 6 orang

Pendidikan S1 sebanyak 36 orang

KEPALA BALAI

SUB BAGIAN TATA USAHA

BIDANG SERTIFIKASI

DAN LAYANAN INFORMASI

KONSUMEN

BIDANG PENGUJIAN

PANGAN DAN BAHAN

BERBAHAYA

BIDANG PENGUJIAN

MIKROBIOLOGI

BIDANG PENGUJIAN

TERAPETIK, NARKOTIKA, OBAT TRADISIONAL,

KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN

BIDANG

PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN

SEKSI SERTIFIKASI

SEKSI LAYANAN INFORMASI KONSUMEN

SEKSI PEMERIKSAAN

SEKSI PENYIDIKAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Page 11: Balai Besar POM di Denpasar

6

Pendidikan Profesi sebanyak 24 orang

Pendidikan S2 sebanyak 10 orang

Mengingat tantangan dan permasalahan yang dihadapi kedepan yang

lebih sulit dan beragam serta berdasarkan analisa beban kerja, diperlukan

penambahan SDM secara bertahap serta pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi teknis dan manajemen harus ditingkatkan setiap tahun dalam

menghadapi tantangan dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawas obat

dan Makanan

Gambar 1.2 Statistik Pegawai Berdasarkan Pendidikan

3. Hasil Capaian Kinerja BBPOM di Denpasar periode 2010-2014

Berdasarkan Pengukuran dan Evaluasi Kinerja yang dilakukan, secara

garis besar diperoleh :

A. Capaian kinerja sebagai berikut :

1. Jumlah kasus Pelanggaran Obat dan makanan yang ditangani di

Bidang pemeriksaan dan penyidikan adalah sebanyak 106 kasus

2. Jumlah layanan informasi dan pengaduan sebanyak 148 layanan

3. Jumlah sarana produksi Obat dan Makanan yang telah diperiksa

sebanyak 1094 sarana

4. Jumlah sarana distribusi Obat dan Makanan yang diperiksa

sebanyak 4541 sarana

1

20

1

6

36

24

10

0 5 10 15 20 25 30 35 40

SD

SLTA Kejuruan

SLTA Umum

D3

S1

Profesi

S2

Page 12: Balai Besar POM di Denpasar

7

5. Jumlah produk Obat dan Makanan yang disampling dan diuji

sebanyak 20.500 sampel

6. Jumlah desa / kelurahan yang diintervensi program keamanan

pangan sebanyak 10 desa.

7. Jumlah sekolah yang diintervensi program keamanan Pangan 941

sekolah

8. Jumlah Pasar yang diintervensi program keamanan Pangan 31

pasar.

9. Jumlah sampel Pangan Lab Keliling yang diuji adalah 2682 sampel

B. Capaian Target Indikator Renstra adalah sebagai berikut :

1. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi Obat yang

memenuhi standar (Aman, manfaat & Mutu) selama masa RPJMN

2010 – 2014 sebesar 99,87% dari target 99,50% (capaian

100,37%).

2. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi Obat

Tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) selama

masa RPJM 2010 – 2014 sebesar 0,52% dari target 5% (capaian

104,72%)

3. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi kosmetika

yang mengandung bahan berbahaya selama masa RPJM 2010 -

2014 sebesar 4,23% dari target 5% (capaian 100,81%)

4. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi suplemen

makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan selama masa

RPJMN 2010 - 2014 sebesar 0.81% dari target sebesar 4%

(capaian 103,32%),

5. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi makanan

yang memenuhi syarat sebesar 90,98% sedangkan target 90%

sehingga selama masa RPJMN 2010 - 2014 capaian 101,09%.

6. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi sarana

produksi dan distribusi obat, obat tradisional, kosmetika, napza,

prekursor, makanan dan bahan berbahaya yang memenuhi

ketentuan selama masa RPJMN 2010-2014 capaiannya 88,39%.

Page 13: Balai Besar POM di Denpasar

8

7. Realisasi terhadap target indikator kinerja jumlah kasus

pelanggaran dibidang Obat dan Makanan yang disidik sebesar 106

kasus sedangkan target 109 kasus (capaian 97,25%).

8. Realisasi terhadap target indikator jumlah layanan informasi dan

pengaduan selama masa RPJMN 2010-2014 terlihat melebihi

target yaitu sebanyak 148 jumlah layanan, sedangkan target

2010-2014 sebanyak 105 layanan (140,95%)

9. Realisasi terhadap target indikator presentase pemenuhan sarana

dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini sebesar

79.89% terhadap target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 90%

(capaian 88.77%).Hal ini disebabkan karena adanya perubahan

standar minimum alat laboratorium yang telah ditetapkan melalui

Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4978 tahun

2014 tentang Standar Minimal Laboratorium Unit Pelaksana

Teknis di Lingkungan Badan POM.

10. Dari hasil pengukuran terhadap indikator kinerja persentase SDM

yang ditingkatkan kompetensinya selama RPJMN 2010-2014

ternyata belum dapat mencapai target. Hal ini disebabkan karena

beberapa faktor diantaranya penentuan untuk dapat melanjutkan

pendidikan ada di Badan POM RI walaupun dari segi jumlah SDM

yang berminat untuk meningkatkan kompetensinya sangat besar,

disamping pertimbangan analisa beban kerja dan kesesuaian

bidang studi yang diinginkan dengan tugas pokok dan fungsinya

tidak sesuai.

11. Tahun 2012 semua Bidang dan Sub Bagian Tata Usaha Balai Besar

POM di Denpasar telah menerapkan ISO 9001:2008, ditandai

dengan diterimanya sertifikat ISO 9001:2008 per 31 Januari 2012,

sehingga capaian Indikator Persentase Bidang/Sub Bagian yang

menerapkan Sistem Manajemen Mutu sudah 100 %. Sampai saat

ini konsistensi penerapannya masih dapat dipertahankan

Page 14: Balai Besar POM di Denpasar

9

Capaian 3 (tiga) indikator Kinerja baru pada Review Renstra Tahun 2014

adalah sebagai berikut :

1. Hasil capaian Indikator kinerja persentase cakupan pengawasan

sarana produksi Obat dan Makanan sebesar 66.57%. Hal ini

disebabkan oleh karena sebagian besar sarana produksi yang ada

adalah Industri Rumah Tangga Pangan. Dimana untuk

pembinaannya merupakan tugas dan kewenangan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota.

2. Hasil capaian Indikator kinerja persentase cakupan pengawasan

sarana distribusi Obat dan makanan sebesar 177.78%.

3. Hasil capaian Indikator kinerja persentase ketersediaan sarana dan

prasarana penunjang kinerja sebesar 100%.

4. Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan BBPOM di

Denpasar

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi BBPOM di

Denpasar tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target

hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih

menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan

masyarakat, antara lain:(1) belum sepenuhnya tercapai penapisan produk

dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market),

(2) belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di

masyarakat (post-market) dan (3) belum efektifnya pemberdayaan masyarakat

melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan

efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.

Page 15: Balai Besar POM di Denpasar

10

Untuk mengatasi permasalah tersebut diatas, ada 3 (tiga) isu strategis

yang dihadapi BBPOM di Denpasar yang perlu terus diperkuat dan ditingkatkan

di masa 5 tahun kedepan sesuai peran dan kewenangan BBPOM di Denpasar

antara lain :

1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian

pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan

serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku

kepentingan,

3. Penguatan kapasitas kelembagaan BBPOM di Denpasar, serta

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya dan terus

meningkatkan kualiatas pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, BBPOM

di Denpasar perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan yang

menyangkut peran, tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi

lingkungan strategis yang merupakan daerah pariwisata dengan dinamika

perubahan yang sangat cepat, menuntut BBPOM di Denpasar dapat melakukan

evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara

tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman.

B. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Percepatan arus informasi, modal dan kunjungan wisatawan di Provinsi

Bali berdampak pada percepatan penyebaran wabah penyakit dan

meningkatnya produk obat dan makanan yang beredar baik yang berasal dari

Negara lain maupun produk dalam negeri terutama produk pangan konsumsi

wisatawaan. mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh

BBPOM di Denpasar. Hal ini menuntut peningkatan peran BBPOM di Denpasar

dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang

dihadapi oleh BBPOM di Denpasar terdiri atas 2(dua) isu mendasar, yaitu

kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Page 16: Balai Besar POM di Denpasar

11

Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas,

komitmen internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut

saling terkait satu dengan yang lain.

Sebagai dampak dari trend back to nature secara global perlu diimbangi

dengan peningkatan kemampuan di bidang pengujian laboratorium. Untuk itu

berbagai pelatihan teknis laboratorium yang berkaitan dengan metode

pengujian terkini perlu terus dilakukan, dukungan alat laboratorium sesuai

kemajuan iptek dibidang ini perlu ditingkatkan. Demikian pula upaya

monitoring iklan yang beredar penting untuk lebih diintensifkan.

Pengawasan Terhadap obat tradisional perlu lebih ditingkatkan

terutama pada obat tradisional asing melalui penertiban produk obat

tradisional asing / impor ilegal. Disamping itu mengingat masih

diketemukannya obat tradisonal yang mengandung bahan kimia obat yang telah

dilarang maka perlu tetap dilanjutkan upaya pembinaan terhadap produsen

setempat melalui kerjasama dengan lintas sektor. Rendahnya kepatuhan

terhadap standar Cara Produksi Obat Tradisional Yang Baik, merupakan dasar

untuk meningkatkan mutu produk Obat Tradisional.

Di bidang pengawasan keamanan pangan, Program Nasional Keamanan

Pangan Industri Rumah Tangga Pangan melalui food safety masuk desa yang

telah dirintis dan dilaksanakan perlu terus dilanjutkan secara

berkesinambungan seiring dengan peningkatan intensitas program pengawasan

pangan pada pemerintah daerah setempat. Hal ini disebabkan karena meskipun

peredaran produk yang dihasilkan (P-IRT) berskala lokal, namun secara

nasional menyerap tenaga kerja dan economic size yang besar. Potensi ini

merupakan peluang untuk meningkatkan daya saing nasional menghadapi

perdagangan bebas termasuk AFTA dan MEA oleh karena itu perlu ditingkatkan

secara sungguh-sungguh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar

juga akan berupaya memacu peningkatan kualitas produksi pangan dalam

negeri berkode MD melalui intensifikasi audit Cara Produksi Pangan Yang Baik

dan HACCP. Kerjasama lintas sektor sangat penting dalam pengawasan

terhadap distributor/pengecer bahan berbahaya untuk mengendalikan

penggunaan formalin, zat warna yang dilarang untuk makanan, boraks dan lain-

lain dalam produksi pangan. Berkaitan evaluasi mutu dan keamanan pangan

Page 17: Balai Besar POM di Denpasar

12

yang diimpor/ekspor maka program sertifikasi pangan masih perlu diperketat.

Di bidang pengawasan produk suplemen makanan dengan meningkatnya

jenis dan ragam produk suplemen makanan yang selain mengandung vitamin,

mineral dan asam amino juga mengandung berbagai herbal, sebagai dampak

dari trend back to nature secara global perlu diimbangi dengan peningkatan

kemampuan di bidang pengujian laboratorium. Untuk itu berbagai pelatihan

teknis laboratorium yang berkaitan dengan metode pengujian terkini perlu

terus dilakukan, sampling dukungan alat laboratorium sesuai kemajuan iptek

dibidang ini perlu ditingkatkan. Demikian pula upaya monitoring iklan yang

beredar penting untuk lebih diintensifkan.

Di bidang Pengawasan produk terapetik/obat, hasil pengujian terhadap

sampel obat yang beredar pada dasarnya telah baik. Namun demikian

mengingat tingginya resiko bagi kesehatan maka pengawasan untuk

meningkatkan tingkat kepatuhan produk obat yang beredar terhadap standar

yang berlaku tetap merupakan prioritas. Upaya ini diikuti pula dengan

peningkatan kemampuan inspektur di lingkungan Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan di Denpasar, berkaitan dengan pemberantasan obat palsu selain

kegiatan yang bersifat operasional dan peningkatan kerja sama lintas sektor.

Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran BBPOM di Denpasar

baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:

B.1. Potensi dan Permasalahan Eksternal

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus

metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai

upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya

tujuan pembangunan kesehatan.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua

pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan

kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit,

Puskesmas dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.

Page 18: Balai Besar POM di Denpasar

13

Di sisi lain, menjamurnya klinik-klinik kesehatan dan pengobatan

alternatif makin menambah beban BBPOM di Denpasar dalam melakukan

pengawasan.

Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan

semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung, antara lain

kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan

tantangan ke depan yang akan dihadapi oleh BBPOM di Denpasar dalam

penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.

Beberapa permasalahan lain yang memerlukan perhatian dalam penjaminan

mutu obat adalah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penjaminan

mutu obat yang beredar. Terkait meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat

tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat diperlukan

peningkatan strategi pengawasan.

2. Globalisasi dan Perdagangan Bebas

Dengan globalisasi dan perdagangan bebas masuknya produk Obat dan

Makanan secara bebas tersebut yang antara lain adalah obat, kosmetik,

suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari negara lain, merupakan

persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa

saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar

negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi.

Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam

mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu

ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu

kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan

yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa

diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam

membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya

untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan.

Page 19: Balai Besar POM di Denpasar

14

Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah

lemahnya pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya

ditemukan obat-obat yang tidak memenuhi ijin edar, mengandung bahan aktif

substandard dan bahkan tidak mengandung bahan aktif. Hal ini jelas akan

sangat merugikan masyarakat. Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat

serius bagi BBPOM di Denpasar sebagai Instansi yang bertanggungjawab terkait

dengan pengawasan atas produk Obat dan Makanan yang beredar di Provinsi

Bali.

3. Perubahan Iklim

Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan

pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari

sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa yang akan datang

perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia.

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan

munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit

penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang

menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses

perubahan iklim, diperlukan peranan dari BBPOM di Denpasar dalam

mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit

tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar

negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat

herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar.

Kondisi ini menuntut kerja keras dari BBPOM di Denpasar melakukan

pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.

4. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin

besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki

standar dan kualitas. Berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan

masyarakat Indonesia sebagian besar penduduk masih banyak yang

mengkonsumsi obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Beberapa

Page 20: Balai Besar POM di Denpasar

15

penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia justru

banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.

Untuk itu, dengan banyaknya konsumsi obat modern yang dilakukan

masyarakat, maka perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius

dari BBPOM di Denpasar.

5. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan

masyarakat juga semakin meningkat. Perubahan pola beban penyakit untuk

kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan membutuhkan layanan

kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas.

Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek

pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam

penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun

masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas

kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus

akan menambah beban kerja dari BBPOM di Denpasar sebagai pengawas di

bidang Obat dan Makanan.

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan

cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi

konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga

penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat

yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BBPOM di

Denpasar untuk melakukan penilaian dan pengawasan terhadap berbagai jenis

obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin

bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk

Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap

produk Obat dan Makanan semakin meningkat, maka penawaran dari produk

Obat dan Makanan juga akan meningkat. Potensi pasar yang besar membuat

para produsen Obat dan Makanan baik lokal maupun internasional semakin

meningkatkan volume produksi maupun variasinya. Bertambahnya jumlah

volume produksi dan variasi Obat dan Makanan ini tentunya menuntut semakin

Page 21: Balai Besar POM di Denpasar

16

besarnya peran BBPOM di Denpasar dalam proses penilaian dan

pengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing Practice)

oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makanan menjadi tantangan

BBPOM di Denpasar dalam melakukan pengawasan.

6. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat

berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan

peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam

mensinergikan kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan Obat dan

Makanan. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang

diharapkan sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi

masyarakat. Hal ini berdampak pada pengawasan Obat dan Makanan yang tetap

harus bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless)

sehingga perlu adanya one line command (satu komando), apabila terdapat

suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat

segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang

pengawasan Obat dan Makanan diantaranya kurangnya dukungan dan

kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil

pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.

Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi BBPOM di Denpasar berjalan

dengan baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang

baik dari pemangku kepentingan, pelaku usaha dan masyarakat untuk

menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (sound

governance).Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan

menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah pusat

dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan

mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing.

7. Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk Obat dan Makanan

maka BBPOM di Denpasar dapat mendorong industri untuk mengoptimalkan

penggunaan bahan baku Obat dan Makanan dalam negeri. Selain teknologi

Page 22: Balai Besar POM di Denpasar

17

produksi juga didukung dengan teknologi transportasi. Perkembangan industri

transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga distribusi Obat dan

Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak

pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan

distribusi Obat dan Makanan ketempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia

semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan Obat dan Makanan juga harus

sama cepatnya.

Adanya perubahan iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi

perkembangan teknologi menciptakan rekayasa genetika dan varian Obat dan

Makanan yang terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus

menjadi perhatian dan antisipasi BBPOM di Denpasar dalam menghadapi hal

tersebut.

Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi

BBPOM di Denpasar untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang

dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia.

Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi

BBPOM di Denpasar terkait tren pemasaran dan transaksi produk Obat dan

Makanan secara online, yang tentu saja juga perlu mendapatkan pengawasan

dengan berbasis pada teknologi.

Page 23: Balai Besar POM di Denpasar

18

8. Hubungan dengan pemangku kepentingan lain (stake holder)

a. Stakeholder terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan.

- Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

- Dinas Perindustrian dan Perdagangan

- Dinas Perijinan Terpadu

- Dinas Koperasi dan UMKM

- Dinas Pariwisata

- Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

- Dinas Pertanian

- BAPPEDA

- BNN Provinsi dan Kabupaten/Kota

- Biro Kesra Provinsi Bali

- Dewan Ketahanan Pangan

- Bea Cukai

- Kesdam IX Udayana

b. Stakeholder terkait dengan penegakan hukum di bidang Obat dan

Makanan.

- Kepolisian RI

- Kejaksaan

- Pengadilan

B.2. Potensi dan Permasalahan Internal

1. Sumber Daya

Untuk mendukung program peningkatan pengawasan Obat dan Makanan

di provinsi Bali , kualitas dan kuantitas sumber Daya Manusia dan pemenuhan

sarana prasarana merupakan permasalahan yang tetap menjadi perhatian .

Untuk menjamin Obat dan Makanan aman dan peningkatkan daya saing produk

Obat dan Makanan diperlukan SDM yang profesional sebagai Pengawas Farmasi

dan Makanan baik di bidang Pengujian, Pemeriksaan dan Penyidikan ataupun

di bidang Sertifikasi dan Layanan konsumen,, Untuk itu jumlah Pelatihan

internal maupun eksternal harus ditingkatkan untuk memenuhi gap

kompetensi, seperti halnya di pengujian, peningkatan kemampuan pengujian

Page 24: Balai Besar POM di Denpasar

19

menggunakan parameter kritis merupakan prioritas kegiatan peningkatan

kompetensi.

Pemenuhan Sarana prasarana baik sarana gedung, mebelair, alat

pengolah data dan peralatan laboratorium merupakan pendukung yang perlu

terus di penuhi secara bertahap untuk melaksanakan tugas dan fungsi BBPOM

di denpasar sebagai Pengawas Obat dan makanan.

2. Organisasi

Sesuai dengan SK Kepala Badan POM RI No. 05018/SK/KBPOM tanggal

17 Mei 2011 tentang organisasi dan tata kerja pelaksana teknis di lingkungan

Badan POM yang kemudian diperbarui dengan SK Ka. Badan POM No.

HK.00.05.21.4232 tahun 2004, struktur organisasi antara pusat dan daerah

belum sinkron, misalnya ditingkat pusat Direktoratnya Inspeksi dan Sertifikasi

namun ditingkat daerah Bidang terkait adalah Bidang Sertifikasi dan Layanan

Informasi Konsumen dan Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan.

Di Sub Bagian Tata Usaha dengan mempertimbangkan beban tugas dan

tanggungjawabnya di bidang kerumahtanggaan, kepegawaian, keuangan dan

kehumasan selayaknya sudah setingkat eselon III.

Di laboratorium pengujian selayaknya ada penyetaraan antara jabatan

struktural dengan jabatan dalam sistem manajemen mutu laboratorium

sehingga terjadi sinkronisasi manajerial. Dengan demikian optimalisasi

pelaksanaan dan penyelenggaraan Laboratorium dapat segera tercapai.

3. Komitmen Pimpinan

Komitmen Pimpinan pada setiap level merupakan hal yang mutlak untuk

tercapainya tujuan organisasi. Tujuan organisasi akan lebih cepat terealisasi

dengan adanya komitmen semua pihak untuk berkontribusi dalam pelaksanaan

program-program organisasi.

C. Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Sebagaimana analisa dan permasalahan serta dinamika perubahan

lingkungan strategis yang telah dijelaskan di atas baik secara internal maupun

eksternal, maka BBPOM di Denpasar harus melakukan upaya-upaya agar

Page 25: Balai Besar POM di Denpasar

20

pengaruh lingkungan khususnya eskternal dapat menjadi suatu peluang dan

meminimalkan ancaman yang dapat mempengaruhi peran BBPOM di Denpasar

sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan

terhadap Obat dan Makanan.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, dilakukan identifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa SWOT, sehingga

dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis dan kebijakan BBPOM di

Denpasar kedepan, agar dapat terwujud sesuai tujuan dan sasaran organisasi

BBPOM di Denpasar dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa

SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. KEKUATAN (STRENGTHS)

BBPOM di Denpasar saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat

memadai, khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan

pengujian/penilaian dan pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada.

Di samping itu, BBPOM di Denpasar juga telah memiliki hasil penilaian

atas Integritas Pelayanan Publik yang diakui secara Nasional. Pelayanan

ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena dampak pelayanan

yang diberikan oleh BBPOM di Denpasar terhadap penilaian/pengujian

Obat dan Makanan akan langsung dirasakan oleh masyarakat.

BBPOM di Denpasar telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas,

sehingga seluruh kegiatan pengawasan tersebut telah memiliki Standar

Operasional Prosedur (SOP), baik untuk Obat maupun Makanan dan

faktor-faktor mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat

dan Makanan.

Komitmen Pimpinan merupakan kekuatan untuk mencapai tujuan

organisasi Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar. Pimpinan BBPOM di

Denpasar telah memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai visi dan

misi BBPOM di Denpasar dengan memahami dan melaksanakan Budaya

Organisasi.

2. KELEMAHAN (WEAKNESSES)

Saat ini SDM BBPOM di Denpasar sudah memiliki kualitas yang

memadai, namun dari sisi kuantitas SDM BBPOM di Denpasar belum

Page 26: Balai Besar POM di Denpasar

21

mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai

Institusi Pengawas Obat dan Makanan di Provinsi Bali.

Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan

sarana dan prasarana yang memadai, untuk mengimbangi peredaran Obat

dan Makanan yang semakin canggih. Pemenuhan sarana dan prasarana

tersebut mutlak diperlukan dalam mendukung tugas pokok dan fungsi

BBPOM di Denpasar. Peran dan kewenangan BBPOM di Denpasar juga

harus didukung oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini

pembagian kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan

ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan kelembagaan ke depannya bisa

sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow strategy,

sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat mewujudkan

tujuan organisasi.

3. PELUANG (OPPORTUNITIES)

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh

dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama

terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN

merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan

sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan

sehat serta berperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan.

Untuk itu, SKN dan JKN merupakan peluang bagi BBPOM di Denpasar

dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam

menghadapi pola prilaku dan lingkungan sehat khususnya terkait obat dan

makanan.

Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk Obat dan

Makanan, BBPOM di Denpasar dapat mendorong pelaku usaha baik

industri kecil maupun besar untuk mengoptimalkan penggunaan bahan

baku dalam negeri sehingga menjadi peluang BBPOM di denpasar untuk

meningkatkan kemandirian pelaku usaha.

Page 27: Balai Besar POM di Denpasar

22

Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian

penyakit maka kebutuhan Obat dan Makanan akan semakin meningkat.

Hal ini mendorong pertambahan dan pertumbuhan industri Obat dan

Makanan secara pesat. Hal ini menjadi peluang BBPOM di Denpasar dalam

mengawasi Obat dan Makanan yang semakin banyak variannya.

Kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak

agar upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama

dengan instansi terkait dapat mendorong efektivitas dan efesiensi

pengawasan Obat dan Makanan khususnya dengan instansi aparatur

penegak hukum maupun instansi terkait lainnya.

Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen

pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama

lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan peluang

yang sangat penting.

4. TANTANGAN (THREATS)

Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan

pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Adanya gagal panen

di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam ketersediaan pangan.

Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya

ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga

yang kompetitif sehingga permintaan akan produk pangan semakin

meningkat. Hal ini akan sulit mengimbangi dan mengawasi distribusi

barang yang masuk yang sesuai dengan standardisasi kesehatan.

Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar,

mengakibatkan adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak

memenuhi kualifikasi standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi

masalah dalam peredaran Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya

penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti ini mengakibatkan

ancaman bagi masyarakat. Untuk itu, diharapkan penegakan hukum harus

lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan permasalahan tersebut. Dengan

semakin tumbuhnya perekonomian di Provinsi Bali akan mempengaruhi

perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah satunya dalam

Page 28: Balai Besar POM di Denpasar

23

mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi ancaman bagi

masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak diantisipasi

dengan pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas penggunaan

Obat dan Makanan tersebut.

Provinsi Bali sebagai daerah tujuan wisata membawa konsekuensi

semakin beragamnya produk Obat dan Makanan dari negara lain yang

masuk ke Provinsi Bali baik untuk penggunaan sendiri yang dibawa

langsung oleh wisatawan maupun produk-produk yang diimport untuk

pemenuhan konsumsi wisatawan selama di Bali. Fakta menunjukkan

Indonesia khususnya Bali menjadi sasaran peredaran gelap Narkotika

dengan modus operandi diselundupkan melalui berbagai macam produk

import dan tidak menutup kemungkinan dalam produk Obat dan Makanan

yang menjadi kewenangan Pengawasan BBPOM di Denpasar. Untuk itu

perlu dilakukan pengawasan yang lebih intensif.

Dengan perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat, maka

semakin besar kebutuhan terhadap Obat dan Makanan yang memenuhi

standar.

Di bawah ini, Tabel 1.1 Rangkuman Analisis SWOT sesuai dengan

pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.

Tabel 1.1: Rangkuman Analisis SWOT

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

Kekuatan

(Strengths)

1. Kualitas SDM

2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

3. Pedoman Pengawasan yang jelas

4. Komitmen Pimpinan

Kelemahan

(Weaknesses)

1. Masih terbatasnya jumlah SDM

2. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun

utama

3. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja

Peluang

(Opportunities)

1. Adanya Program Nasional (SKN)

2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat

3. Jumlah industri Obat dan Makanan yang berkembang pesat

Page 29: Balai Besar POM di Denpasar

24

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait

5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Tantangan

(Threats)

1. Perubahan iklim dunia

2. Lemahnya penegakan hukum

3. Perubahan pola hidup masyarakat

4. Provinsi Bali merupakan daerah tujuan wisata

5 Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka BBPOM di

Denpasar perlu melakukan penguatan peran pada organisasi dan kelembagaan,

agar faktor-faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal

maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran

organisasi BBPOM di Denpasar untuk mendukung mewujudkan visi, misi dan

tujuan organisasi BPOM periode 2015-2019.

Tabel 1.2 Penguatan Peran BBPOM di Denpasar Periode 2015-2019

Penguatan

Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

• Penyusunan Kebijakan Teknis Pengawasan Obat dan

Makanan (NSPK)

• Pengawasan Obat dan Makanan sesuai standar

• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai

standar

• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai

standar

• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan

• Penyidikan dan penegakan hokum

Kerjasama,

Komunikasi,

Informasi dan

Edukasi Publik

• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha

melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

termasuk peringatan publik

• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan

• Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan

Makanan yang tidak sesuai dengan standar

• Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang

tidak memenuhi standard

Page 30: Balai Besar POM di Denpasar

25

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang

ke depan yang dihadapi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka BBPOM

di Denpasar, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai UPT BPOM

menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan di Provinsi Bali

sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, BBPOM di Denpasar

mendukung visi dan misi serta tujuan dan sasaran BPOM.

A. VISI

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden

terpilih dalam RPJMN 2015-2019 dan sehubungan dengan dinamika lingkungan

strategis dengan segala bentuk perubahannya baik internal maupun eksternal,

maka segenap jajaran Badan POM termasuk BBPOM di Denpasar bercita - cita

mewujudkan Visi BPOM 2015-2019 sebagai berikut:

”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

dan Daya Saing Bangsa”

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan

masyarakat dan pemangku kepentingan dan dilaksanakan secara akuntabel

serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik.

Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai

berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan

Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko

yang mungkin masih timbul adalah seminimal

mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat

digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa

khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamanan

memadai, dan mutunya terjamin.

Page 31: Balai Besar POM di Denpasar

26

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang

telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun

internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk

bangsa untuk interaksi di masa depan.

B. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata yang

dijabarkan dalam bentuk Misi BPOM yang diadopsi oleh BBPOM di Denpasar.

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full

spectrum) standarisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta

penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BBPOM di

Denpasar dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman

dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka

perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di

satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,

sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas

dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan

seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk

mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional

untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),

pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin

produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku

kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi

Page 32: Balai Besar POM di Denpasar

27

standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi

dan distribusi Obat dan Makanan.

Sebagai lembaga pengawas, BBPOM di Denpasar harus bersikap konsisten

terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan

serta pembinaan dengan baik. BBPOM di Denpasar harus mampu membina

dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,

bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara

berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian

dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia,

termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan

terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya

bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai

contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar

dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat

berkembang, demikian pula dengan industri makanan,industri kosmetik,

obat tradisional dan suplemen kesehatan. Kemajuan industri Obat dan

Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta

dukungan regulatoryoleh BPOM. BBPOM di Denpasar sebagai pengawas

Obat dan Makanan berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya

saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat dan mutu Obat dan

Makanan.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat

strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya

pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan,

masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan

kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi

standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi

terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam

meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.

Page 33: Balai Besar POM di Denpasar

28

BBPOM di Denpasar melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan.

Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pihak

lain.

Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang

tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia

khususnya di Provinsi Bali. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai

syarat keamanan produk Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric

information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual

produk yang murah namun substandar.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BBPOM di Denpasar tidak dapat

berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan

pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang

kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan

serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BBPOM di Denpasar

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini

membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia

dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang

terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BBPOM di Denpasar harus

mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat

mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah

ditetapkan. Pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi

sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Page 34: Balai Besar POM di Denpasar

29

Di samping itu, BBPOM di Denpasar sebagai suatu UPT harus mendukung

upaya BPOM dalam melaksanakan tugas yang bersifat teknis (techno

structure), fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing),dan

pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan

kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang

kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya

kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Pengawasan pre- dan post-marketyang berstandar internasional diterapkan

dalam rangka memperkuat BBPOM di Denpasar menghadapi tantangan

globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang

konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan

bermutu, diharapkan BBPOM di Denpasar mampu melindungi masyarakat

dengan optimal.

BBPOM di Denpasar juga melakukan kemitraan dengan pemangku

kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi

dan sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu

dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan

pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di

pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari

produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan

ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi

pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BBPOM di

Denpasar perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan

kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge

sharing).

Page 35: Balai Besar POM di Denpasar

30

C. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus

dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan

tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi

menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan

berkarya

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan

internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

D. TUJUAN

Dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi BPOM, maka tujuan

yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan

bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.

Page 36: Balai Besar POM di Denpasar

31

E. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis BBPOM di Denpasar sesuai dengan sasaran strategis

BPOM yang disusun berdasarkan visi dan misi BPOM, dengan

mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta

infrastruktur yang dimiliki BBPOM di Denpasar. Dalam kurun waktu 5 (lima)

tahun (2015-2019) kedepan diharapkan BBPOM di Denpasar akan dapat

mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BBPOM

di Denpasar merupakan suatu proses yang komprehensif dan bersifat full

spectrum, mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Sistem itu

terdiri dari:

- Evaluasi Premarket (pre-market evaluation) yang dilakukan di BBPOM

di Denpasar adalah melakukan audit sertifikasi dalam rangka

pemberian rekomendasi untuk mendapatkan ijin edar produk

Makanan dan Obat Tradisional, rekomendasi untuk Ijin produksi UKOT

dan IOT serta Rekomendasi Ijin Distribusi Obat dan audit sertifikasi

dalam rangka pencantuman kata Halal pada label.

- Pengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan

dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar,

serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan;

- Pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko

kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat

dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan,

khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar

ilmiah yang digunakan dalam menentukan produk yang tidak

memenuhi syarat dan kemudian akan ditarik dari peredaran;

- Penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam

bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan yang

besar, rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Untuk itu

diperlukan adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi

pelanggaran terkait Obat dan Makanan.

Page 37: Balai Besar POM di Denpasar

32

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator

sebagai berikut:

1. Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat,

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat,

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat,

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat meningkat,

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat

2. Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam

mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait

dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk

itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang

baik.

Kerjasama yang telah dilakukan oleh BBPOM di Denpasar selama ini

dilakukan dengan unsur pemerintah dan masyarakat. Untuk mendorong

kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis bisa dimulai dengan

mengidentifikasi tingkat kepentingan setiap lembaga/institusi, baik

pemerintah maupun sektor private dan kelompok masyarakat terhadap

tugas pokok dan fungsi BBPOM di Denpasar. Setelah itu, mengidentifikasi

sumber daya apa yang telah dimiliki oleh masing-masing institusi tersebut

dalam mendukung tugas yang menjadi mandat BBPOM di Denpasar,

kemudian menentukan indikator keberhasilan program tersebut.

Kerjasama dan kemitraan bisa dilakukan dengan saling mendukung serta

berbagi sumber daya (bisa dana, program atau SDM) yang tersedia di

masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan tujuan dan

kerangka kerjasamanya. Atau bisa juga dengan “mendelegasikan”

program-program yang ada di BBPOM di Denpasar kepada

lembaga/kelompok masyarakat sipil yang memiliki program yang sejalan

Page 38: Balai Besar POM di Denpasar

33

dengan BBPOM di Denpasar dengan mendukung pembiayaan program

lembaga tersebut.

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai

konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran

masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat

harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan

Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang

memenuhi syarat, BBPOM di Denpasar harus meningkatkan kegiatan

pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, Layanan Informasi, dan

Edukasi (KIE).

Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh

pelaku usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain.

Pengawasan oleh pelaku usaha harus dilakukan dari hulu ke hilir, dari

sebelum sampai sesudah produk beredar. Produsen mempunyai peran

dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi

syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi

yang sesuai dengan ketentuan. BBPOM di Denpasar bertugas mengawasi

penerapan kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus

dipenuhi oleh pelaku usaha.

Paradigma BBPOM di Denpasar sebagai lembaga pengawas dan ditakuti

oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang

dilakukan BBPOM di Denpasar dalam menjalin hubungan yang lebih

harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama

pengawasan, BBPOM di Denpasar berupaya memberikan dukungan

kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya,

salah satunya melalui jaminan kualitas (quality assurance) pengawasan,

melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang

mendukung pada peningkatan daya saing. Pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan harus didukung dalam menghadapi tantangan perdagangan

bebas antara lain dengan memberikan dukungan regulatory (sistem

Page 39: Balai Besar POM di Denpasar

34

pengawasan) kepada pelaku usaha, meningkatkan kemudahan usaha dan

daya saing.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka

dibuat indikatornya sebagai berikut:

1. Tingkat kepuasan masyarakat

2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan

alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Denpasar

Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat

tercapainya sasaran strategis BBPOM di Denpasar. Penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya

aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,

keadilan, dan partisipasi masyarakat. BBPOM di Denpasar telah

melaksanakan Reformasi Birokrasi yang harus terus dipelihara untuk

menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi

sehingga kualitas pelayanan publik BBPOM di Denpasar akan meningkat.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)

merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini

terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana

penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah

dan kualitasnya, maka BBPOM di Denpasar harus mampu mengelola

sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung

terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pengawas Obat dan

Makanan di Provinsi Bali, BBPOM di Denpasar memerlukan penguatan

kelembagaan/organisasi meliputi struktur yang kaya dengan fungsi,

proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai

dengan nilai organisasi.

Page 40: Balai Besar POM di Denpasar

35

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka

dibuat indikatornya adalah:

1. Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM.

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, dijabarkan pada table 2.1.

Tabel 2.1.Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BBPOM di Denpasar periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa

Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

1. Persentase obat yang memenuhi syarat;

2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat;

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;

4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat melalui kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

1. Tingkat kepuasan masyarakat;

2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan;

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Denpasar

1. Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM.

Page 41: Balai Besar POM di Denpasar

36

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Untuk mewujudkan visi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-

2019dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalah

mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas

pembangunan yang disebut NAWA CITA, sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran dalam

kerjasama global dan regional),

2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan

terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja

pemerintah),

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan

antar kelompok ekonomi masyarakat),

4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya

(pemberantasan narkotika dan psikotropika),

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan

khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

(peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi),

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor

strategis ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),

8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Page 42: Balai Besar POM di Denpasar

37

Adapun 5(lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9

(Sembilan) yang akan menjadi tugas dan tanggungjawab BBPOM denpasar

sebagai UPT Badan POMpada periode 2015-2019 sebagaimana Tabel dibawah

ini.

Tabel 3.1.Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)

Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada

penyediaan lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan

juga pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan

publik. Dalam perspektif tersebut, pembangunan manusia dimaksudkan untuk

mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, berpendidikan, berakhlak

mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing untuk

menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia.

Kualitas SDM tercermin dari tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan

penduduk.

Page 43: Balai Besar POM di Denpasar

38

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan

Revolusi Mental, dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku

individu dan selalu berorientasi terhadap kemajuan, sehingga Indonesia

menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa lain di dunia.

Revolusi Mental dalam hal etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi,

disiplin, taat hukum serta aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif-

adaptif, kerja sama,gotong royong, berorientasi pada kebijakan publik dan

kesejahteraan umum yang harus diterapkan pada setiap individu.

Tantangan pembangunan kesehatan dan SDM ke depan adalah

meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanan

kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan

penyakit menular maupun tidak menular, meningkatkan pengawasan obat dan

makanan, serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di bidang

kesehatan dan gizi masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan

pada beberapa tantangan. Beberapa permasalahan dan Isu Strategis terkait

pengawasan Obat dan Makanan tercakup dalam Pengawasan Obat dan

Makanan; peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui kerjasamanya,

komunikasi informasi dan edukasi publik dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan

Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku

kepentingan; penguatan kapasitas kelembagaan BPOM serta meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan

ibu dan anak, meningkatnya status gizi masyarakat, meningkatnya

pengendalian penyakit menular dan tidak menular, meningkatnya penyehatan

lingkungan, meningkatnya pemerataan akses dan mutu pelayanan kesehatan,

meningkatnya perlindungan finansial, meningkatnya ketersediaan, persebaran,

dan mutu sumber daya manusia kesehatan, serta memastikan ketersediaan obat

dan mutu Obat dan Makanan. Sasaran pokok tersebut tercermin dari Program

dan kegiatan BBPOM di Denpasar dengan indicator sebagai berikut:

Page 44: Balai Besar POM di Denpasar

39

Tabel 3.2 Indikator Program BBPOM di Denpasar

Program/Kegiatan Indikator

Menguatnya sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase obat yang memenuhi syarat Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Persentase makanan yang memenuhi syarat

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

Tingkat Kepuasan Masyarakat

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BBPOM di Denpasar

Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan

dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan satu arah kebijakan

pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan

BBPOM di Denpasar adalah “Meningkatkan Pengawasan Obat dan

Makanan”,melalui:

1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;

3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan

pemangku kepentingan;

4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;

5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka

mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan

6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Page 45: Balai Besar POM di Denpasar

40

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBPOM di Denpasar

Untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Denpasar periode

2015-2019, ditentukan arah dan strategi sebagai berikut :

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya

saing produk Obat dan Makanan

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan

struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif,

budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber

daya yang efektif dan efisien.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi

dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan;

Internal:

1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko;

2) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta

diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

Page 46: Balai Besar POM di Denpasar

41

4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM di Denpasar agar

lebih proporsional dan akuntabel;

5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun

utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

masyarakat sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan

strategis baik internal maupun eskternal, maka dengan sendirinya menuntut

penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan dan Tata

laksana di BBPOM di Denpasar. Strategi internal lebih difokuskan pada

pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai

BBPOM di Denpasar, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat

ditentukan dari kualitas SDM, sistem pengawasan, manajemen kinerja,

pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, peningkatan kualitas.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan

Obat dan Makanan tersebut, BBPOM di Denpasar menetapkan program-

programnya sesuai BPOM dan RPJMN periode 2015-2019, yaitu program

utama (teknis) antara lain :

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

2. Meningkatnya Jaminan Kualitas Pembinaan dan Bimbingan dalam

mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku

kepentingan melalui kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi

Untuk melaksanakan program teknis tersebut diatas, BBPOM di Denpasar

melakukan beberapa kegiatan : Penyusunan rencana dan program pengawasan

obat dan makanan ; Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium pengujian

dan penilaian mutu produk terapetik, narkotik, psikotropik dan zat adiktif lain,

obat tradisional, kosmetik, PKRT, produk komplimen, pangan dan bahan

berbahaya; Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk secara mikrobiologi ; Pelaksanaan pemeriksaan setempat,

pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi ;

Pelaksanaan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum ; Pelaksanaan

Page 47: Balai Besar POM di Denpasar

42

sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh

Kepala Badan POM ; Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

Membentuk kader keamanan pangan melalui Food Safety Masuk Desa

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing

sasaran strategis BPOM periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran program

dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun logic model

penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan sesuai dengan unit

organisasi di lingkungan BBPOM di Denpasar adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Log Frame BBPOM di Denpasar

Page 48: Balai Besar POM di Denpasar

43

Tabel 3.3 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator

Kegiatan BBPOM di Denpasar

PROGRAM SASARAN

PROGRAM KEGIATAN STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN INDIKATOR

PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan BBPOM di Denpasar

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di Provinsi Bali

1. Jumlah sample yang diuji menggunakan

parameter kritis

2. Persentase cakupan pengawasan sarana

produksi Obat dan Makanan

3. Pemenuhan target sampling produk Obat di

sektor publik (IFK)

4. Persentase cakupan pengawasan sarana

distribusi Obat dan Makanan

5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

6. Jumlah sarana dan prasarana yang terkait

pengawasan Obat dan Makanan

7. Jumlah dokumen perencanaan,

penganggaran, dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

8. Jumlah Layanan Publik BBPOM di Denpasar

9. Jumlah Komunitas yang diberdayakan

C. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,

dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan di

Provinsi Bali. BBPOM di denpasar yang merupakan UPT dari BPOM mempunyai

tugas teknis, disamping regulasi yang bersifat teknis diperlukan juga regulasi

yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan

merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi

dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun

swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang agar sesuai dengan tugas

pengawasan Obat dan Makanan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih

dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku

kepentingan. Pada saat melaksanakan pengawasan Balai Besar POM di

Denpasar seringkali harus berkoordinasi dengan lintas sektor terkait

Kabupaten/Kota setempat. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu

aspek penting, dimana secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap

derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun

menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat

dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding faktor-faktor lain yang

Page 49: Balai Besar POM di Denpasar

44

menentukan derajat kesehatan. Selain itu, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan

mempunyai potensi yang cukup besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan

sehingga berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.

Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan mutunya

dapat menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit, karena pasien dapat

tertolong dengan obat yang bermutu. Demikian halnya dengan konsumsi

makanan yangaman, bermutu dan bermanfaat maka seseorang akan tumbuh

dengan baik sehingga akan terbentuk seorang manusia yang sehat dan

berkualitas untuk meningkatkan daya saing bangsa. Untuk dapat

menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara optimal, maka

BBPOM di Denpasar perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-

undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi dan Tatalaksana penting yang

dibutuhkan oleh BBPOM di Denpasar dalam rangka memperkuat sistem

pengawasan antara lain:

1. UU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi.

Pemutakhiran Peraturan Kepala BPOM tentang Kriteria dan Tata Laksana

Registrasi Suplemen Kesehatan.

2. Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan serta RPP

Label dan Iklam Pangan terkait Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang

Pangan. Permasalahan pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada

ketahanan pangan saja, namun juga pada keamanan pangan serta

pemenuhan gizi dan penyesuaian terhadap amanat UU pangan itu sendiri,

yaitu pangan tidak boleh bertentangan dengan agama dan keyakinan

masyarakat Indonesia.

3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pola tindak lanjut hasil

pengawasan Obat dan Makanan di Daerah, agar pengawasan Obat dan

Makanan dapat berjalan lebih lancar dan hasil pengawasan segera

ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.

4. Standar kompetensi setiap Jabatan dan pola pendidikan berkelanjutan

Page 50: Balai Besar POM di Denpasar

45

5. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan

adanya standar kompetensi tersebut BBPOM di Denpasar dapat

meningkatkan pengawalan mutu Obat dan Makanan terhadap isu terkini .

6. Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans dan Mekanisme

pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat membantu

memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan

informatif sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat

terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan obat dan makanan.

7. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah

serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk

meningkatkan efektivitaspengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam

hal ini BBPOM di Denpasar perlu meningkatkan advokasi tentang peranan

pemerintah daerah dalam pengawasan Obat dan Makanan.

D. KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi BBPOM di Denpasar dalam

melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif

penataan kelembagaan, baik penataan dalam lingkup intraorganisasi Badan

POM (organisasi induk) maupun penataan yang bersifat interorganisasi dalam

bentuk koordinasi lintas instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan

para pemangku kepentingan utama.

Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan

dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah:

1. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi

Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal dan

operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam penyelenggaraan

layanan teknis dan administratif yang telah didelegasikan dari BPOM;

2. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan

Obat dan Makanan;

3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga terkait yang memiliki tugas sama

dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan;

Page 51: Balai Besar POM di Denpasar

46

4. Diperlukan koordinasi dengan lembaga terkait yang memiliki tugas sama

dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan

penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat dan

Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem

peradilan pidana.

5. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan

BBPOM di Denpasar untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana

baik dalam hal tata kelola pembuatan keputusan, implementasi keputusan,

tata kelola evaluasi, serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif,

efisien, dan transparan.

6. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur-prosedur untuk

mendukung kegiatan pengawasan Obat dan Makanan

7. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan

berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan

kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN,

hingga penysunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.

Page 52: Balai Besar POM di Denpasar

47

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran

strategis adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja

Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat

dan Makanan

Persentase obat yang

memenuhi syarat

meningkat

92 92.5 93 93.5 94

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

80 81 82 83 84

Persentase Kosmetik

yang memenuhi syarat

meningkat

89 90 91 92 93

Persentase Suplemen

Makanan yang memenuhi

syarat meningkat

79 80 81 82 83

Persentase Makanan

yang memenuhi syarat

meningkat

88.1 88.6 89.1 89.6 90.1

Meningkatnya

jaminan kualitas

pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong

kemandirian pelaku

usaha dan

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan

Tingkat Kepuasan

Masyarakat 80,00 80,50 81,00 81,50 82,00

Jumlah Kabupaten/Kota

yang memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan

Obat dan Makanan

dengan memberikan

alokasi anggaran

pelaksanaan regulasi

Obat dan Makanan

3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

Meningkatnya

kualitas kapasitas

kelembagaan

BBPOM di

Denpasar

Nilai SAKIP BBPOM di

Denpasaroleh BPOM

A A A A A

Page 53: Balai Besar POM di Denpasar

48

Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat

dan Makanan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui

kegiatan -kegiatan :

1. Pengawasan Sarana Produksi Obat dan Makanan .

2. Pengawasan Sarana Distribusi Obat dan Makanan.

3. Melaksanakan Sampling Obat dan Makanan

4. Intensifikasi Pengawasan Produk Fortifikasi.

5. Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat

dan Makanan.

6. Sertifikasi Sarana Obat dan Makanan dalam rangka Registrasi Obat

dan Makanan

7. Kampanye Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.

8. Pengawasan Pangan Melalui Mobil Laboratorium Keliling.

9. Pemeriksaan secara Laboratorium produk Obat dan Makanan.

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya jaminan kualitas

pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan

kemitraan dengan pemangku kepentingan dilaksanakan Program Pengawasan

Obat dan Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Audit Surveilan Penerima Piagam Bintang Keamanan Pangan

2. Advokasi ke Instansi Pemerintah Lainnya

3. Operasional Sentra Informasi Keracunan ( SIKER )

4. Pameran Pembangunan 17 Agustus BBPOM di Denpasar

5. Penyebaran Informasi Produk Farmakes.

6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi ( KIE )

7. Keamanan Pangan Desa ( KPD)

Page 54: Balai Besar POM di Denpasar

49

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan BBPOM di Denpasar dilaksanakan:

(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,

Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan

Pelaporan

2. Peningkatan Kompetensi SDM

3. Pengawasan dan Peningkatatan Akuntabilitas Kinerja

4. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan

Teknologi Informasi

(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BBPOM di Denpasar ,

melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Peningkatan Sarana dan Prasarana BBPOM di Denpasar

2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pengelolaan Sarana dan

Prasarana Penunjang

Page 55: Balai Besar POM di Denpasar

50

Tabel 4.2 Kegiatan dan Indikator BBPOM di Denpasar

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja

Kegiatan

Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Meningkatnya

kualitas sampling

dan pengujian

terhadap produk

obat dan makanan

yang beredar

1.1. Jumlah sampel yang

diuji menggunakan

parameter kritis

3,500 3,500 3,500 3,500 3,500

1.2 Pemenuhan target

sampling produk

Obat di sektor

publik (Instalasi

Farmasi Kabupaten)

25.00 25.00 25.00 25.00 25.00

Meningkat

nya kualitas sarana

produksi yang

memenuhi

standard

2.1. Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi Obat dan

Makanan 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00

Meningkat

nya kualitas sarana

distribusi yang

memenuhi standar

3.1. Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat dan

Makanan 24.00 24.00 25.00 25.00 25.00

Meningkatnya hasil

tindaklanjut

penyidikan

terhadap

Pelanggaran Obat

dan Makanan

4.1. Jumlah Perkara di

bidang obat dan

makanan

9 10 10 10 10

Meningkat

nya kerjasama,

komunikasi,

informasi dan

edukasi

5.1 Jumlah layanan

Publik BBPOM di

Denpasar

2145 2150 2200 2200 2250

5.2 Jumlah Komunitas yang diberdayakan

7 10 13 16 19

Pengadaan Sarana

dan Prasarana yang

Terkait

Pengawasan Obat

dan Makanan

6.1 Persentase

pemenuhan sarana

prasarana sesuai

standar

73.00 73.00 85.00 87.00 95.00

Penyusunan

Perencanaan,

Penganggaran,

Keuangan dan

Evaluasi yang

dilaporkan tepat

waktu

7.1 Jumlah dokumen

perencanaan,

penganggaran, dan

evaluasi yang

dilaporkan tepat

waktu

10 9 10 9 10

Page 56: Balai Besar POM di Denpasar

51

B. Kerangka Pendanaan

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah

ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan

dan sasaran strategis BBPOM di Denpasar periode 2015-2019 adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.3. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat dan

Makanan

Persentase obat yang

memenuhi syarat

meningkat

3.74 4.11 4.53 4.98 5.48

Persentase Obat

Tradisional yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase Kosmetik

yang memenuhi

syarat meningkat

Persentase Suplemen

Makanan yang

memenuhi syarat

meningkat

Persentase Makanan

yang memenuhi

syarat meningkat

Meningkatnya jaminan

kualitas pembinaan dan

bimbingan dalam

mendorong kemandirian

pelaku usaha dan

kemitraan dengan

pemangku kepentingan

Tingkat Kepuasan

Masyarakat

1.32 1.45 1.60 1.76 1.93

Jumlah

Kabupaten/Kota

yang memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

pengawasan Obat

dan Makanan dengan

memberikan alokasi

anggaran

pelaksanaan regulasi

Obat dan Makanan

Meningkatnya kualitas

kapasitas kelembagaan

BBPOM di Denpasar

Nilai SAKIP BBPOM

di Denpasar oleh

BPOM

7.37 8.11 8.92 9.81 10.79

Page 57: Balai Besar POM di Denpasar

52

Peningkatan kerjasama, peran serta tanggung jawab pemerintah daerah

dalam mendukung pengawasan peredaran Obat dan Makanan yang aman dalam

rangka peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat adalah salah satu hal yang

penting untuk dilaksanakan secara serius oleh BBPOM di Denpasar, utamanya

untuk memastikan keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung

Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Bali.

Page 58: Balai Besar POM di Denpasar

53

BAB V

PENUTUP

Renstra BBPOM di Denpasar Tahun 2015-2019 adalah panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Denpasar untuk 5 (lima) tahun

ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat

ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber

pendanaannya, serta komitmen pimpinan dan staf BBPOM di Denpasar. Selain

itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019,

setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan

perubahan/revisi Renstra BBPOM di Denpasar, termasuk indikator-indikator

kinerjanya dengan tetap mengacu kepada Renstra Badan POM dan RPJMN

2015-2019.

Renstra BBPOM di Denpasar Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan

kerja semua Bidang dan Sub Bagian Tata Usaha di BBPOM di Denpasar sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Diharapkan semua Bidang dan

Sub Bagian Tata Usaha dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta

senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja Balai dan kinerja pegawai.

Pelaksanaan Renstra BBPOM di Denpasar diharapkan berkontribusi pada

pencapaian Renstra Badan POM dan RPJMN Tahun 2015 -2019. Hal ini

dimungkinkan karena program dan kegiatan dalam Renstra BBPOM di

Denpasar 2015-2019 ini telah dilengkapi dengan target outcome dan output

yang akan dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap tahun, pada

pertengahan periode Rencana Strategis/RPJMN sebagai midterm review,

maupun pada akhir RPJMN sebagai dukungan terhadap impact assessment

Badan POM.

Page 59: Balai Besar POM di Denpasar

54

Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional. Selain sebagai bahan evaluasi,

Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BBPOM di Denpasar sesuai

dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Badan POM.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Denpasar tahun

2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap Visi dan Misi Badan POM.

Page 60: Balai Besar POM di Denpasar

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

SS 1Menguatnya sistem pengawasan Obat

dan Makanan3,74 4,11 4,53 4,98 5,48

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Bali 92,00 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00

1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

Provinsi Bali 80,00 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00

1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Bali 89,00 89,00 90,00 91,00 92,00 93,00

1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

Provinsi Bali 79,00 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00

1.5.Persentase makanan yang memenuhi

syarat Provinsi Bali 88,10 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10

SS 2

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha

dan kemitraan dengan pemangku

kepentingan

1,32 1,45 1,60 1,76 1,93

2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bali 80,00 80,00 80,50 81,00 81,50 82,00

2,2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan

komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan

alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Bali 3,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

SS 3Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

7,37 8,11 8,92 9,81 10,79

3,1 Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM Provinsi Bali A A A A A A

SP 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

3,74 4,11 4,53 4,98 5,48

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Bali 92,00 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00

1.2.Persentase obat Tradisional yang

memenuhi syarat Provinsi Bali 80,00 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00

1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Bali 89,00 89,00 90,00 91,00 92,00 93,00

1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

Provinsi Bali 79,00 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00

1.5.Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Bali 88,10 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar

Program/

Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi Baseline

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit

Organisasi Pelaksana

K/L-N-B-NS-

BS

54

Page 61: Balai Besar POM di Denpasar

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

Lokasi Baseline

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-NS-BS

SP 2

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam

mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

1,32 1,45 1,60 1,76 1,93

2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bali 80,00 80,00 80,50 81,00 81,50 82,00

2,2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan

komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat

dan Makanan

Provinsi Bali 3,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

SP 3Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

7,37 8,11 8,92 9,81 10,79

3,1 Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM Provinsi Bali A A A A A A

12,43 13,67 15,04 16,54 18,20

Provinsi Bali

1Jumlah sampel yang diuji menggunakan

parameter kritisProvinsi Bali 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 1,87 2,06 2,26 2,49 2,74

2Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)

Provinsi Bali 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3Persentase cakupan pengawasan sarana

produksi Obat dan Makanan Provinsi Bali 24,63 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 0,21 0,23 0,25 0,28 0,31

4Persentase cakupan pengawasan sarana

distribusi Obat dan Makanan Provinsi Bali 24,00 24,00 24,00 25,00 25,00 25,00 0,88 0,97 1,06 1,17 1,29

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan Provinsi Bali 9,00 9,00 10,00 10,00 10,00 10,00 0,78 0,86 0,94 1,04 1,14

6 Jumlah layanan publik BBPOM di Denpasar Provinsi Bali 2.145 2.145 2.150 2.200 2.200 2.250 0,78 0,86 0,94 1,04 1,14

7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Bali 3,00 7,00 10,00 13,00 16,00 19,00 0,54 0,59 0,65 0,72 0,79

8Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar

Provinsi Bali 66,00 70,00 73,00 78,00 83,00 88,00 6,00 6,60 7,26 7,99 8,78

9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Provinsi Bali 8,00 10,00 9,00 10,00 9,00 10,00 1,37 1,51 1,66 1,82 2,01

Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM

di Denpasar

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

55

Page 62: Balai Besar POM di Denpasar

56

Page 63: Balai Besar POM di Denpasar

57

Page 64: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM PADA RENSTRA

KL (YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWAB

PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

LAMPIRAN 2. MATRIK KAMUS INDIKATOR RENSTRA BBPOM DI DENPASAR 2015-2019

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA

(BASELINE

2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

Page 65: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

1 Persentase obat yang

memenuhi syarat

a. obat yang mendapatkan NIE dari Badan POM.

b. Yang dimaksud dengan obat adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,

psikotropika dan narkotika (tidak termasuk OT)

c. obat Memenuhi Syarat (MS) ditetapkan melalui uji

laboratorium.

d. Kategori obat yang disampling sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.

e. Jumlah produk obat TMS dihitung berdasarkan satuan bets

SBD 2012 terkoreksi

dengan survei produk

beredar

Untuk

pengumpulan data baseline:

- Survey Lanjutan

Baseline Data (SBD)- Survei produk

beredar

Untuk pengumpulan data

capaian:- Laporan Hasil Uji

(LHU) Balai- Survei produk beredar tahun

berjalan apabila dilakukan

- Sampel yang tidak diuji dengan

parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data

- Untuk parameter yang tidak mampu

diuji harus diuji rujuk- sampel lain-lain

harus berdasarkan

kajian risikoObat: 20% sampel.

Dari 20% tersebut

maks. 2% untuk sampel obat lain-lain

Setiap triwulan

dan akhir tahun

anggaran

Untuk

survei produk

beredar dilakukan

setiap 2 tahun

Selain itu sebagai

verifikasi juga dilakukan

survei

lanjutan SBD tahun

2017

Ya. Indikator Sasaran Program

pada Matriks Renstra BPOM.

Untuk pengum

pulan data

tiap tahun dilakuk

an oleh Kedeput

ian I dan

BBPOM di Denpasa

rUntuk

survei produk beredar

dilakuk

an oleh Kedeput

ian I

Untuk survei lanjutan

SBD

dilakuk

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝑴𝑺=█(𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝑴𝑺 @𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 @𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 @𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 @𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏) 𝐗𝟏𝟎𝟎%

Page 66: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

2 Persentase obat

tradisional yang

memenuhi syarat

a. Obat Tradisional yang mendapatkan NIE dari Badan POM.

b. Obat Tradisional (OT) yang memenuhi syarat

ditetapkan melalui pengujian laboratorium.

c. Kategori Obat Tradisional yang diuji sesuai dengan

pedoman sampling Obat dan Makanan.

Laporan Kinerja Dit.

Insert OT Kos PK 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:- Laporan Hasil Uji

(LHU) Balai- Sampel yang tidak diuji dengan

parameter uji kritis tidak dihitung

sebagai data- Untuk parameter

yang tidak mampu

Setiap triwulan

dan akhir tahun

anggaran.

Selain itu

sebagai verifikasi

juga dilakukan

survei

Ya. Indikator Sasaran Program

pada Matriks Renstra BPOM.

Kedeputian II

dan BBPOM

di Denpasar

Untuk

survei lanjutan

SBD 3 Persentase

Kosmetik

yang memenuhi syarat

a. Kosmetik yang mendapatkan notifikasi dari BPOM

b. Kosmetik yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.

c. Kategori kosmetik yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.

Laporan Kinerja Dit.

Insert OT Kos PK 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:- Laporan Hasil Uji (LHU) Balai

- Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis

tidak dihitung sebagai data

- Untuk parameter

yang tidak mampu

Setiap triwulan

dan akhir tahun anggaran.

Selain itu sebagai

verifikasi juga

dilakukan

survei

Ya. Indikator Sasaran Program

pada Matriks Renstra BPOM.

Kedeputian II

dan BBPOM di

Denpasar

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑶𝑻 𝑴𝑺=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑶𝑻 𝒚𝒂𝒏𝒈@𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑶𝑻 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)) 𝐗𝟏𝟎𝟎%

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑲𝒐𝒔 𝑴𝑺=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒔𝒎𝒆𝒕𝒊𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈@𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒐𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)) 𝐗𝟏𝟎𝟎%

Page 67: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

4 Persentase Suplemen

kesehatan yang

memenuhi syarat

a. Suplemen Kesehatan (SK) yang mendapatkan NIE dari BPOM.

b.Suplemen Kesehatan (SK) yang memenuhi syarat

ditetapkan melalui pengujian laboratorium.

c. Kategori suplemen kesehatan yang diuji sesuai

dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.

Laporan Kinerja Dit.

Insert OT Kos PK 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:- Laporan Hasil Uji

(LHU) Balai- Sampel yang tidak diuji dengan

parameter uji kritis tidak dihitung

sebagai data- Untuk parameter

yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk

Setiap triwulan

dan akhir tahun

anggaran

Selain itu

sebagai verifikasi

juga dilakukan

survei lanjutan SBD tahun

2017

Ya. Indikator Sasaran Program

pada Matriks Renstra BPOM.

Kedeputian II

dan BBPOM

di Denpasar

Untuk

survei lanjutan

SBD dilakukan oleh

PROM

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑺𝑲 𝑴𝑺=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝑲 𝒚𝒂𝒏𝒈@𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑺𝑲 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)) 𝐗𝟏𝟎𝟎%

Page 68: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

5 Persentase makanan

yang memenuhi

syarat

a. Makanan adalah pangan olahan yang mendapatkan NIE dari Badan POM.

b. Makanan MS ditetapkan melalui uji laboratorium.

c. Kategori pangan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.

Laporan Kinerja Dit.

Insert Pangan 2014

Untuk pengumpulan data

capaian:- Laporan Hasil Uji

(LHU) Balai- Sampel yang tidak diuji dengan

parameter uji kritis tidak dihitung

sebagai data- Untuk parameter

yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk

Setiap triwulan

dan akhir tahun

anggaran.

Selain itu

sebagai verifikasi

juga dilakukan

survei lanjutan SBD tahun

2017

Ya. Indikator Sasaran Program

pada Matriks Renstra BPOM.

Kedeputian III

dan BBPOM

di Denpasar

7 Jumlah pelaku

usaha industri obat

tradisional

(IOT) yang

memiliki sertfikat CPOTB

Pelaku usaha industri obat tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik (CPOTB) dihitung secara kumulatif dari tahun sebelumnya.

Laporan Kinerja Dit.

Insert OT Kos 2014

Dari sertifikat yang diterbitkan untuk

pelaku usaha industri obat

tradisional

Triwulan dan Setiap

tahun

Dihitung dari jumlah pelaku usaha industri obat

tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat Cara

Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik (CPOTB) pada

tahun berjalan dan tahun sebelumnya

Ya. Indikator Sasaran Program

dan Sasaran Kegiatan pada

Matriks Renstra

BPOM.

Kedeputian II

𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝑴𝑺=█(𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑴𝑺@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍@𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏) 𝐗𝟏𝟎𝟎%

Page 69: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

8 Jumlah industri

kosmetika yang

mandiri dalam pemenuhan

ketentuan

a. Industri kosmetika yang mandiri adalah industri kosmetika yang mampu menerapkan aspek Cara

Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) tertentu.

b. Aspek CPKB tertentu sesuai petunjuk teknis penilaian CPKB

Laporan Kinerja Dit.

Insert OT Kos 2014

Surat Keterangan telah menerapkan

aspek CPKB tertentu

Triwulan dan Setiap

tahun

Dihitung dari jumlah industri kosmetika yang

mendapatkan Surat Keterangan telah

menerapkan aspek Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) tertentu pada

tahun berjalan dan tahun sebelumnya

Ya. Indikator Sasaran Program

dan Sasaran Kegiatan pada

Matriks Renstra BPOM.

Kedeputian II

9 Persentase industri

pangan olahan yang mandiri

dalam rangka menjamin

keamanan pangan

Jumlah sarana industri pangan olahan berisiko tinggi yang memenuhi ketentuan Program Manajemen

Risiko (PMR) dibandingkan dengan jumlah sarana industri pangan olahan berisiko tinggi

Target merupakan kumulatif dari tahun sebelumnya.

Laporan Kinerja dan

LAPTAH Dit. Insert Pangan 2014

Laporan Triwulan Dit. Insert Pangan

Triwulan dan akhir

tahun anggaran

Persentase industri

pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan

Ya. Indikator Sasaran Program

dan Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra

BPOM.

Kedeputian III

Page 70: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

10 Indeks kesadaran

masyarakat

a. Kesadaran masyarakat meliputi sikap, perilaku dan pengetahuan masyarakat untuk memilih dan

menggunakan Obat dan Makanan yang aman

b. Responden survei terdiri dari 2 kelompok: kelompok yang telah diintervensi dan yang belum diintervensi

Ctt:

- Perlu pembahasan lebih lanjut- Untuk survei pertama dipilih kelompok yang belum

diintervensi- Perlu menyusun desain survei

N/A Survei lapangan 2016

…………. Hasil Survei lapangan Ya. Indikator Sasaran Program

dan Sasaran Kegiatan pada

Matriks Rancangan Renstra BPOM.

6 Tingkat Kepuasan

Masyarakat

a.Tingkat Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan yang diperoleh dari

hasil survei Kepuasan Masyarakat.

b. Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada

pedoman yang disiapkan Inspektorat BPOM mengacu

pada pedoman terkini (Saat ini PermenPAN No. 16 tahun 2014)

c. Target dinyatakan dalam angka

Laporan Survei Kepuasan

Masyarakat 2014

Survei lapangan satu kali setahun

Hasil Survei lapangan Ya. Indikator Sasaran Program

dan Sasaran Kegiatan pada

Matriks

Rancangan

Renstra Balai

BBPOM di

Denpasar

Page 71: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

7 Jumlah Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang

memberikan komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan

Obat dan Makanan

dengan memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan

regulasi Obat dan Makanan

Provinsi adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur

Kabupaten/ Kota adalah pembagian wilayah

administratif di Indonesia setelah provinsi yang dipimpin oleh Bupati/ Kota.

Komitmen untuk pelaksanaan adalah perjanjian (keterikatan) Kota/ Kabupaten untuk melakukan

pelaksanaan pengawasan obat, kosmetik, obat tradisional, pangan dan bahan berbahaya yang sering

disalahgunakan dalam pangan, baik yang dilakukan secara mandiri dan atau terpadu melalui pengawasan/ pemeriksaan, advokasi/ penyuluhan,

pembentukan tim terpadu, pertemuan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkuat pengawasan.

Alokasi anggaran adalah alokasi anggaran daeran baik yang berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan lain-lain

sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat, yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) terkait.

N/A Pengisian matriks pemantauan

pengalokasian anggaran Pemda

untuk Pengawasan Obat dan Makanan

Setiap tahun

Dihitung dari hasil rekapitulasi matriks

pemantauan pengalokasian anggaran Pemda untuk

Pengawasan Obat dan Makanan

Ya. Indikator Sasaran Program

dan Sasaran Kegiatan pada

Matriks Renstra BPOM.

BBPOM di

Denpasar

Page 72: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

8 Nilai SAKIP BPOM

Nilai SAKIP diukur berdasarkan hasil penilaian SAKIP yang dilakukan oleh APIP Badan POM

Laporan Hasil Evaluasi APIP

Badan POM

Laporan Kinerja Balai

Setiap tahun

Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Balai yang dilakukan

oleh APIP Badan POM

Ya. Indikator Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra Balai.

BBPOM di

Denpasar

1 Jumlah

sampel yang

diuji menggunakan

parameter kritis

a. Parameter kritis adalah parameter uji yang bersifat

sebagai penentu terhadap jaminan keamanan, manfaat,

dan mutu produk yang diuji

b. Parameter kritis ditetapkan dalam pedoman sampling Obat dan Makanan (juga menjelaskan "penentu" terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji)

Laporan Hasil

Uji (LHU) Balai

Laporan Hasil Uji

(LHU) Balai

Setiap

triwulan dan

akhir tahun.

Jumlah sampel yang diuji

menggunakan parameter kritis

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM

di

Denpasar

Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM

Page 73: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

2 Pemenuhan target

sampling produk Obat

di sektor publik (Instalasi

Farmasi Kabupaten)

a.Diukur berdasarkan jumlah sampel yang diambil pada IFK (termasuk gudang obat KB) dibandingkan dengan

target sampel yang harus disampling di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-masing balai.

b. Target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik untuk masing-masing balai ditetapkan dalam

Pedoman Sampling.

Laporan Hasil Uji (LHU) Balai

Laporan Hasil Uji (LHU) Balai

Rencana sampling

produk Obat di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-

masing balai disampaikan ke Dit.

Pengawasan Produksi PT PKRT

Setiap triwulan dan

akhir tahun.

Pemenuhan target

sampling produk Obat di sektor

publik (IFK)

Ya. Indikator Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM di

Denpasar

=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 @𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑰𝑭𝑲 𝒅𝒂𝒏 @𝒈𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒍𝒐𝒌𝒐𝒏 𝑲𝑩)/█(𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 @𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒎𝒑𝒍𝒊𝒏𝒈 @𝒅𝒊 𝑰𝑭𝑲 𝒅𝒂𝒏 𝒈𝒖𝒅𝒂

Page 74: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

3 Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi Obat dan Makanan

a. Sarana produksi Obat dan Makanan adalah jumlah sarana industri Farmasi, Industri Rokok, Industri Obat

Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri

Kosmetika, Industri Pangan olahan MD, dan Industri Rumah Tangga Pangan. b. Sarana produksi yang diperiksa setiap tahun ditetapkan

berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana Produksi Obat dan Makanan.

c. Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dihitung dari jumlah sarana produksi yang diperiksa

dibandingkan dengan jumlah sarana produksi yang ada di wilayah tersebutd. Untuk penetapan target sarana produksi pangan MD

dan IRTP yang diperiksa mengikuti ketentuan:- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD <51,

target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 100%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP

- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 51-100,

target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 90%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana

produksi IRTP

- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 101-150, target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 80%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP

- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD >150,

Laporan SIPT a. Database jumlah sarana Industri

Farmasi dari Ditwas Produksi PT dan

PKRT.b. Database jumlah Industri Obat

Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat

Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat

Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika,dari Dit

Penilaian OT, SM, dan Kos.

c. Database jumlah sarana produksi Rokok dari Dit. Was

NAPZA

d. Database jumlah Industri pangan

Olahan dari Dit.

Insert Pangan. e. Database IRTP tiap balai diperoleh dari Badan

Pelayanan Terpadu

triwulanan dan setiap

akhir tahun

Persentase cakupan

pengawasan sarana produksi Obat

dan Makanan

Ya. Indikator Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM di

Denpasar

=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 @𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒊𝒌𝒔𝒂)/█( 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 @𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 @𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒘𝒊𝒍𝒂𝒚𝒂𝒉@𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕) X 100%

Page 75: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

4 Persentase cakupan

pengawasan sarana

distribusi Obat dan Makanan

a. Sarana Distribusi Obat dan Makanan terdiri atas: Jumlah sarana distribusi Obat (PBF dan Instalasi Farmasi

Pemerintah) dan sarana Pelayanan Kesehatan (Apotek, Toko Obat Berizin, Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit

dan Puskesmas), klinik kecantikan, spa, salon, pengobat tradisional, toko jamu, depot jamu, stokis MLM, Toko Modern (Minimarket, Supermarket, Department Store,

Hypermarket), Toko Grosir, Toko Tradisional (Toko P & D dan Kios), Importir (termasuk importir terdaftar bahan

berbahaya), distributor dan pengecer yang memiliki SIUP-B2, baik perusahaan induk maupun perusahaan cabang.

b. Sarana yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana

Distribusi Obat dan Makanan serta Pedoman Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.

Laporan SIPT a. Pengumpulan database sarana

distribusi tiap balai diperoleh dari Badan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) atau Dinas Terkait.

b. Pengumpulan data kinerja diperoleh

dari Laporan berkala Balai melalui SIPT.

triwulanan dan setiap

akhir tahun

Persentase cakupan

pengawasan sarana distribusi Obat

dan Makanan

Ya. Indikator Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM di

Denpasar

5 Jumlah

perkara di bidang obat dan makanan

a. Perkara adalah kasus yang ditindaklanjuti secara pro

justitia berdasarkan hasil gelar kasus. b. Jumlah perkara yang dihitung adalah perkara yang telah diterbitkan SPDP-nya kepada Kejaksaan melalui

Korwas PPNS

LAPTAH Balai

dan PUSDIK 2014

Jumlah Surat

Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)

yang telah diterbitkan

setiap tahun Diukur berdasarkan jumlah

perkara yang ditangani dan telah diterbitkan SPDP

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM

di Denpasar

=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 @𝒅𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒊𝒌𝒔𝒂)/█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 𝑶𝒃𝒂𝒕@ 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂

Page 76: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

6 Persentase pemenuhan

sarana prasarana

sesuai standar

a. Standar yang dimaksud adalah standar sarana prasarana kerja dan standar alat laboratorium (sesuai

GLP)b. Pemenuhan sarana dan prasarana kerja dihitung dari

sarana dan prasarana kerja yang dimiliki sesuai laporan BMN dalam keadaan baik dan rusak ringan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

c. Standar Sarana dan Prasarana kerja meliputi standar Luas bangunan, Meubelair, dan Alat Pengolah Data (APD)

d. Untuk meubelair dihitung dari inventarisasi pemenuhan kursi dan meja

e. Pemenuhan standar alat laboratorium dihitung dari jumlah dan jenis alat laboratorium utama sesuai Keputusan Kepala BPOM No.04.1.71.07.14.4437 Tahun

2014 tentang Standar Minimal Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM yang

telah ditetapkan untuk masing-masing balai.

Laporan BMN Akhir Tahun dan

LAPTAH PPOMN

a. Untuk pemenuhan sarana prasarana

kerja dari Laporan BMN per SATKER

dari hasil Rekonsiliasi dengan KPKNL

b. Untuk pemenuhan

alat laboratorium dari Laporan

BB/BPOM

Setiap tahuna. Persentase pemenuhan

sarana prasarana kerja (X1)

b. Persentase pemenuhan alat laboratorium (X2)

c. Persentase pemenuhan sarana prasarana balai

Ya. Indikator Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM di

Denpasar

=█(𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒂𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 @𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊)/(𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏) X 100%

=█(𝑨𝒍𝒂𝒕 𝒍𝒂𝒃𝒐𝒓𝒂𝒕𝒐𝒓𝒊𝒖𝒎@𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊)/(𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏) X 100%

=(𝑿𝟏+𝑿𝟐)/

Page 77: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

7 Jumlah layanan

publik BB/BPOM

a. Layanan publik terdiri dari Layanan informasi, Layanan Sertifikasi, dan layanan pengujian pihak ketiga

b. Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan

frekuensi layanan informasi dan tindaklanjut pengaduan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM baik penyuluhan langsung atau melalui media

cetak/elektronik.

c. Jenis layanan Informasi antara lain:Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan

masyarakat, layanan informasi, tindaklanjut pengaduan, BB/BPOM sebagai Narasumber,

d. Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi targetnya

frekuensi Untuk tindaklanjut pengaduan targetnya jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti

N/A a. Untuk Layanan Informasi dan

pengaduan dari Laporan Rekapitulasi

Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai

b. Untuk layanan

sertifikasi dari Laporan Rekapitulasi

Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai

Triwulan dan setiap

akhir tahun

Jumlah layanan publik BB/BPOM

Ya. Indikator Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM di

Denpasar

8 Jumlah

Komunitas yang

diberdayakan

a. Komunitas adalah gabungan dari kelompok orang di

desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar yang diberdayakan Program Pengawasan Obat dan Makanan.

b. Satu desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar dihitung

sebagai satu komunitas

c. Jenis pemberdayaan diatur dalam Pedoman/Juknis

terkait.

Ctt: Untuk komunitas pasar:- Target komunitas pasar (Kumulatif) : 2016 (108); 2017

(139) ; 2018 (170); 2019 (201)- Baseline 2013 (62); 2014 (77); 2015 (77)

- Untuk

komunitas pasar dari Laporan

kinerja Dit. Was Produk dan BB

2014 dan Lap. Kin Dit. SPKP Tahun 2014

- Untuk komunitas

pasar dari laporan pelaksanaan

program Pasar Aman dari Bahan

Berbahaya setiap balai dan Laporan kinerja Dit. Was

Produk dan BB

- Untuk komunitas desa aman dari

Laporan Kinerja Balai dan Dit. SPKP

Triwulan

dan setiap akhir tahun

Dihitung dari jumlah kumulatif

komunitas yang diberdayakan.

Target komunitas kumulatif dari tahun sebelumya.

Ya. Indikator

Sasaran Kegiatan pada Matriks

Renstra BPOM.

BBPOM

di Denpasa

r

Page 78: Balai Besar POM di Denpasar

TERCANTUM

PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)

PENANG

GUNG JAWAB

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI

SUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME

PENGUMPULAN DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

9 Jumlah dokumen

perencanaan, penganggara

n, dan evaluasi yang dilaporkan

tepat waktu

Dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dihasilkan dan harus dilaporkan Balai, meliputi dokumen

berikut: - Renstra/review renstra,*)

- Perjanjian Kinerja tahun berjalan (n), - RKAKL/DIPA tahun n+1 - Laporan Kinerja tahun n-1,

- Laporan triwulanan I- Laporan triwulanan II

- Laporan triwulanan III- Laptah tahun n-1,

- Laporan keuangan tahun n-1, - Laporan Keuangan Semester 1 tahun n,

Ket: *) hanya menjadi target pada tahun 2015, 2017, dan 2019

Renstra: 2015

Laporan Kinerja Balai 2014

Laporan Kinerja triwulanan dan setiap

akhir tahun

diukur berdasarkan jumlah dokumen yang dihasilkan dan

dilaporkan Balai

Ya. Indikator Sasaran Kegiatan

pada Matriks Renstra BPOM.

BBPOM di

Denpasar