islam dan motivasi kerja

68
ISLAM DAN MOTIVASI KERJA Oleh Abdul Karim Disampaikan pada …..

Upload: eko-triyanto

Post on 24-Jun-2015

475 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

ISLAM DAN MOTIVASI KERJAOleh Abdul Karim Disampaikan pada ..

Mengapa Motivasi Kerja?Motivasi kerja menempati posisi sangat penting dalam psikologi kerja, sebab motivasi ini bertugas menjawab pertanyaan: "Mengapa kita bekerja?" juga menjawab: persoalan tantangan dan metode membangkitkan etos kerja karyawan untuk: merealisasikan produktivitas yg ideal

Definisi Motivasi:Keadaan internal individu yang melahirkan kekuatan, kegairahan dan dinamika, serta mengarahkan tingkah laku pada tujuan"

Definisi Motivasi:dalam pengertian lain:

lanjutan

Motivasi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjuk sejumlah dorongan, keinginan, kebutuhan, dan kekuatan. Maka, ketika kita mengatakan bahwa para pimpinan perusahaan sedang membangkitkan motivasi para karyawan, berarti mereka sedang melakukan sesuatu untuk memberi kepuasan pada motif, kebutuhan, dan keinginan para karyawan sehingga mereka melakukan sesuatu yang menjadi tujuan dan keinginan para pimpinan

Faktor yang mempengaruhi MOTIF pada Individu: Ungkapan dari kebutuhan-kebutuhan (needs) individu, ini merupakan aspek kepribadian dan internalnya Stimulus merupakan dorongan-dorongan luar yang merupakan faktor pembantu dalam merealisasikan tujuan.

Perubahan Need (kebutuhan) menjadi Want (keinginan) Pendidikan dan pengalaman individu menyebabkan kebutuhan-kebutuhan (needs) individu berubah menjadi keinginan-keinginan (wants) dalam kerangka konsep-konsep sosial dan pendidikan bagi masyarakat. Keinginan-keinginan ini (dari segi eksistensinya) merupakan stimulus-stimulus yang melahirkan jenis-jenis respon atau reaksi tertentu.

Teori Motivasi Menurut Barat: A.Maslow menyatakan bahwa manusia itu bekerja karena motif-motif untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, seperti: Kebutuhan fisiologis, kebutuhan terhadap rasa aman dan keselamatan, kebutuhan afiliasi, cinta, pengakuan, penghargaan, kedudukan, dan aktualisasi diri. F.Herzberg mengatakan bahwa motor motivasi berpusat pada seputar masalah pekerjaan dan berkaitan dengan muatannya.

Teori Motivasi Menurut Barat:

lanjutan

Mc.Gregor mengemukakan teori "X" dan "Y" memberi penekanan pada aspek kerja dan produktivitas yang banyak mengorbankan nilainilai kemanusiaan. David Mc.Clelland menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari tiga klasifikasi, yaitu need of affiliation, need of power dan need of achievement

MOTIVASI dalam Pandangan ISLAM Motif individu dipenuhi secara utuh dan seimbang Islam memandang bahwa manusia terbangun atas : Fisik Akal dan Ruh

ketiganya harus dipenuhi secara proporsional

MOTIVASI dalam Pandangan ISLAMlanjutan

Perspektif pekerjaan, seseorang akan meningkat produktifitas kerjanya apabila kebutuhan-kebutuhan dasar kemanusiaannya tadi terpenuhi secara wajar. Kebutuhan dasar tersebut mencakup kebutuhan fisiologis dan rohani.

MOTIVASI dalam Pandangan ISLAMlanjutan

Ciri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan manusia adalah aspek fisiologis. Fungsi-fungsi fisiologis merupakan sisi penting kehidupan manusia yang mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan fisik, memenuhi atau menggantikan setiap kekurangan, dan meluruskan kegoncangan atau ketidakseimbangan.

Studi tentang Fisiologis Studi-studi fisiologis menjelaskan adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia untuk menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan lenyap, maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula. Aktivitas ini bertumpu pada dasar fisiologis, diluar kehendak manusia.

Al Quran mengupas Keseimbangan"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran". (QS. Al-Hijr, 15:19). "Dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan setepat-tepatnya". (QS. Al-Furqan, 25:19). "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran". (QS. Al-Qamar, 54:49).

Motivasi Fisiologis dalam Al Quran1. Motivasi menjaga diri 2. Motivasi menjaga kelangsungan jenis 3. Motivasi Rohani : Sentral: motivasi psikologis dan psikis Vertikal: motivasi spiritual dan transendental Horizontal: motivasi sosial dan aktualitas

1. Motivasi Menjaga Diri Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat AlQur'an tentang motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi menjaga individu dan kelangsungan hidupnya. Misalnya, pangan, sandang, papan dan kesehatan. (Lihat kisah Nabi Adam AS. dalam QS. Thaha, 20:117-121). Ayat-ayat tersebut menyiratkan motivasi mencintai kelangsungan hidup dengan menjaga diri. Motivasi menjaga diri bertugas membantu motivasi kelangsungan hidup, yaitu dengan memenuhi kebutuhan fisiologis yang berfungsi menjaga kelangsungan hidup individu

1. Motivasi Menjaga Dirin

lanjutan

Allah SWT berfirman: "Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". (QS. AlBaqarah, 2:155). "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan oleh apa yang selalu mereka perbuat". (QS. An-Nahl, 16:112).

2. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis Allah SWT menciptakan motivasi-motivasi dasar yang merangsang manusia menjaga diri. Dia telah menganugerahi manusia berbagai motivasi fisiologis yang mendorongnya menjalankan dua hal terpenting yang amat menentukan kelangsungan jenis, yakni motivasi seksual dan rasa keibuan.

2. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis lanjutan "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa cinta, kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. Ar-Rum, 30:21). "Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteriisteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik". (QS. AnNahl, 16:72).

2. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis lanjutan "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya, dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (QS. An-Nisa', 4:1).

3. Motivasi Rohani Motivasi Rohani adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan aspek kejiwaan dalam diri manusia. Ada tiga klasifikasi dalam motivasi rohani. Masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi.1. Sentral: motivasi psikologis dan psikis. 2. Vertikal: motivasi spiritual dan transendental 3. Horizontal: motivasi sosial dan aktualitas

3.1. Sentral: motivasi psikologis dan psikis Pada umumnya, para pakar psikologi modern berpandangan bahwa keberadaan motivasimotivasi psikologis kebanyakan bukan melalui pemberian sejak lahir. Ia merupakan hasil proses interaksi dengan berbagai pengalaman, faktor lingkungan, dan kebudayaan. Meski demikian, para pakar ini tidak menolak adanya unsur-unsur bawaan. Motifivasi psikologis dan psikis meliputi : Motivasi kepemilikan atau penguasaan Motivasi kerja dan berproduksi

3.1.1. Motivasi Kepemilikan atau Penguasaan Motivasi ini merupakan motivasi psikologis yang dipelajari manusia ditengah pertumbuhan sosialnya. Ia belajar sejak masa kanak-kanak untuk menguasai dan memelihara mainannya. Dalam fase pertumbuhan, berkembang kecenderungan individu untuk memiliki. Ia berusaha mengakumulasi harta yang dapat memenuhi kebutuhan dan jaminan keamanannya, hingga masa yang akan datang.

3.1.1. Motivasi Kepemilikan atau Penguasaanlanjutan

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanitawanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)". (QS. Ali Imran, 3:14). "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia" (QS. Al-Kahfi, 18:46). "Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan". (QS. Al-Fajr, 89:20).

3.1.1. Motivasi Kepemilikan atau Penguasaanlanjutan

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitunghitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya" (QS. Al-Humazah, 104:1-3). "Dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan alat bermegah-megahan antara kamu serta berbanggabangga tentang banyaknya harta dan anak.." (QS. Al-Hadid, 57:20).

3.1.2. Motivasi Kerja dan Berproduksi Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras jika tidak menemui hambatan dalam merealisasikan apa yang diharapkan. Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga yang lebih menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan, sebab ia menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam perolehan kondisi yang dihadapi dan dalam mengatasi situasi yang sulit

3.1.2. Motivasi Kerja dan Berproduksi

lanjutan

Al-Qur'an memotivasi setiap muslim bekerja, dalam banyak ayatnya: "Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. At-Taubah, 9:105). "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". (QS. Al-Jumu'ah, 62:10).

3.1.2. Motivasi Kerja dan Berproduksi

lanjutan

Dalam kaitan dengan motivasi berproduksi, Al-Qur'an menjelaskan: "Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka, mengapakah mereka tidak bersyukur?". (QS. Yasin, 36:33-35).

3.1.2. Motivasi Kerja dan Berproduksi

lanjutan

Ketiga ayat tersebut menuntut manusia bersyukur kepada Allah atas berbagai nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Perwujudan dari rasa syukur tersebut adalah: Pertama, hendaklah manusia bekerja didasarkan atas kepentingan berproduksi, sebagaimana dinyatakan ayat tersebut: "..dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka". Tetapi, meski manusia yang bekerja, usaha tersebut tetap disandarkan pada kehendak Allah dengan disertai memohon pertolongan-Nya.

3.1.2. Motivasi Kerja dan Berproduksi

lanjutan

Kedua, lingkungan adalah anugerah Allah yang menyediakan hal-hal yang dapat membantu manusia dalam kehidupannya, apabila anugerah Allah ini disertai kesiapan berkarya yang disediakan pula baginya sejak pertumbuhannya. Keterampilan (usaha tangan) dalam pertanian adalah pilar yang kokoh dan asasi dalam perolehan hasil-hasil pertanian.

3.1.2. Motivasi Kerja dan Berproduksi Ada tiga unsur yang menjadikan hidup manusia itu berguna.

lanjutan

Pertama, mengimplementasikan potensi kerja yang dianugerahkan Allah. Kedua, bertawakkal kepada Allah, dan memohon pertolongan-Nya ketika melaksanakan pekerjaan. Ketiga, beriman kepada Allah untuk menolak bahaya, kediktatoran, arogansi dan kesombongan atas prestasi yang dicapai.

Perbedaan Paham Tujuan Aktivitas Kerja: Sistem sekular: meraih laba sebesar-besarnya untuk menjadi masyarakat yang elitis, seperti yang diharapkan oleh kapitalisme. Atau, Sistem Sosialis: mengimplementasikan kelayakan materi secara rata bagi seluruh masyarakat. Semua tujuan paham diatas bertumpu pada material dan ternyata mendatangkan berbagai konflik diantara sistem-sistem ekonomi sekular. Sistem-sistem itu juga berupaya untuk saling mendominasi.

Paham Tujuan Aktivitas Kerja Manusia Menurut ISLAM: Konsep Islam tentang dunia sebagai ladang akhirat, memposisikan kepentingan materi bukan sebagai tujuan, namun sebagai sarana merealisasikan kesejahteraan manusia.

Paham Tujuan Aktivitas Kerja Manusia Menurut ISLAM: lanjutan "Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri Akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi". (QS. Al-Qashash, 28:77). Syari'at Islam mempunyai kebijakan tersendiri yang tidak berlandaskan pada individualisme seperti dalam sistem kapitalisme, atau kolektivisme seperti dalam sistem sosialisme. Dasar kebijakan Islam adalah keseimbangan dan keserasian antara kepentingan individu dan masyarakat. Sebagaimana diungkapkan Al-Qur'an: "Dan demikianlah Kami jadikan kamu sebagai umat pertengahan (wasathan)". (QS. Al-Baqarah, 2:143).

Keseimbangan dalam Islam Islam mengajarkan bahwa setiap pekerjaan dan kenikmatan yang baik dapat berubah menjadi ibadah jika disertai niat tulus untuk menjaga anugerah hidup dan memanfaatkannya, serta menghormati kehendak Sang Pemberinya. Jika iman merupakan ruh amal, maka amal merupakan tubuh iman. Memisahkan keduanya akan menghasilkan bentuk kehidupan yang timpang

Keseimbangan dalam Islam

lanjutan

Orang yang beriman tetapi tidak bekerja, maka ia hidup dalam kehampaan dan kelumpuhan, tidak ada hasil konkrit dalam hidupnya, dan tidak ada tandatanda keimanannya. Sebaliknya, orang yang bekerja tanpa iman akan hidup seperti robot dan tidak mampu merasakan eksistensi nilai-nilai dibalik penciptaannya. Islam menetapkan bahwa amal tanpa iman adalah perjuangan sia-sia, bagaikan debu berhamburan ditiup angin kencang.

Keseimbangan dalam Islam

lanjutan

Allah swt berfirman: "Orang-orang yang kafir kepada Rabb-nya, amalan-amalan mereka adalah seperti debu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Demikian itu adalah kesesatan yang jauh". (QS. Ibrahim, 14:18).

Kerja dalam Perspektif Islam Aktifitas perekonomian (kerja) harus disertai komitmen untuk mematuhi petunjuk Allah yang digariskan AlQur'an dan dijabarkan As-Sunnah. Allah SWT berfirman: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". (QS. Al-Jum'ah, 62:10). "Barangsiapa yang mencari harta duniawi dengan cara yang halal untuk menghindarkan diri dari memintaminta (menyandarkan diri pada bantuan orang lain), dan untuk berbuat baik kepada tetangganya, maka ia akan menemui Allah dengan wajah bersinar seperti bulan purnama". (HR. Baihaqi).

Kerja dalam Perspektif Islam

lanjutan

Islam menetapkan kerja bagi seorang muslim sebagai hak sekaligus kewajiban. Islam memerintahkan bekerja dan menganjurkan agar pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW berpesan agar seorang muslim berlaku adil dalam menetapkan gaji dan menepati pembayarannya.

Kerja dalam Perspektif Islam

lanjutan

Pekerja yang menjalankan tugas dengan baik dihargai dengan gaji yang seimbang. Demikian pula, Nabi berpesan agar para pemimpin tidak merugikan para pekerja dalam bentuk apapun, termasuk tidak membebani pekerja diluar kemampuannya. Prinsip utama yang ditegakkan Islam dalam mengatur masyarakat ialah agar setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.

3.2. Vertikal: motivasi spiritual dan transendental Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan fitri yang pemenuhannya sangat tergantung pada kesempurnaan pertumbuhan kepribadian dan kematangan individu. Terpenuhinya kebutuhan spiritual sangat berpengaruh pada pembentukan konsep diri, yang pada gilirannya akan mewujud dalam tingkah laku seseorang pada kesehariannya

Pandangan Barat tentang Motivasi Transendental Para pakar psikologi modern (barat) tidak memberikan perhatian pada studi-studi dimensi spiritual manusia dan kebutuhan-kebutuhan pokok tingkat tinggi (transendental).

Meskipun kebutuhan ini mempunyai kedudukan terpenting dan tertinggi, yang melebihkan manusia dari seluruh ciptaan Allah yang lain

Pandangan Barat tentang Motivasi Transendental lanjutan Komitmen mereka membatasi objek perhatiannya pada studi dimensi-dimensi tingkah laku manusia hanya tunduk pada penelitian objektif dan eksperimental.

Mereka menjauhi penelitian dimensi tingkah laku manusia yang berhubungan dengan masalah spiritual. Mereka mengenyampingkan studi ini secara total.

Kritik Erich Fromm pada Para Psikolog Modern (Barat) Menurut Fromm, survei-survei membuktikan bahwa kebanyakan negara-negara Eropa yang demokratis, aman, dan makmur, demikian pula Amerika Serikat yang menguasai ekonomi dunia, merupakan negaranegara yang selalu mengalami kenaikan prosentasi kegoncangan jiwa. Pertanyaan Fromm pada barat: "Apakah tidak mungkin bahwa dalam sistem kehidupan kita terdapat suatu kerusakan yang mendasar, dan jangan-jangan tujuan utama yang ingin kita capai salah?".

Motivasi Spiritual Merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah dalam watak kejadian manusia. Terletak dalam relung jiwanya, manusia merasakan adanya suatu dorongan yang mendorongnya untuk mencari dan memikirkan Sang Penciptanya dan Pencipta alam semesta. Mendorongnya untuk menyembah-Nya, memohon kepada-Nya, dan meminta pertolongan kepada-Nya setiap kali ia tertimpa malapetaka dan bencana hidup. Dalam perlindungan-Nya ia merasa tenang dan tenteram

Motivasi Spiritual lanjutanAl-Qur'an menyatakan bahwa motivasi spiritual merupakan dorongan yang alamiah. Firman Allah swt: "Maka hadapkanlah wajahmu yang lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS. Ar-Rum, 30:30). "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" . Mereka menjawab:"Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersumpah". (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari Kiamat kamu tidak mengatakan:"Sesungguhnya kami (bani Adam) tak tahu apa-apa tentang hal itu". (QS. Al-A'raf, 7:172).

Motivasi Spiritual lanjutanPenjelasan ayat diatas: Dalam tabiat manusia terdapat kesiapan alamiah untuk memahami ke-Maha Penciptaan Allah dan menjadikannya sebagai bukti tentang eksistensi Allah dan keesaan-Nya. Pengakuan terhadap kedudukan Allah sebagai Tuhan tertanam kuat dalam fitrahnya dan telah ada dalam relung jiwanya sejak zaman azali.

Motivasi Spiritual lanjutanNamun perpaduan ruh dengan jasad; kesibukan manusia dengan berbagai tuntutan jasadnya; dan tuntutan-tuntutan kehidupannya di dunia;

telah membuat pengetahuannya akan kedudukan Allah sebagai Tuhan dan kesiapan alamiahnya untuk mengesakan-Nya tertimpa kelengahan dan kelupaan. Tersembunyi dalam relung bawah sadarnya.

Motivasi Spiritual lanjutan"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul-Albab (orang-orang yang berakal), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Ali 'Imran, 3:190-191). "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku". (QS. AlBaqarah, 2:152).

3.3. Horizontal: motivasi sosial dan aktualitas Kebutuhan sosial dan aktualitas ini lebih rumit daripada kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini tumbuh dan berkembang sesuai dengan kematangan intelektual seseorang. Misalnya, afiliasi dan cinta, pengakuan dan penghargaan, kompetisi, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ini memainkan peranan cukup penting dalam manajemen untuk membangkitkan motivasi para pekerja.

3.3.1. Motivasi sosial Al-Qur'an menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu terdorong untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi dalam suatu komunitas. Proses sosialisasi akan melahirkan berbagai dorongan dan kebutuhan tertentu, seperti afiliasi, aktualisasi, kompetisi, yang akan berpengaruh positif dalam peningkatan etos kerja karyawan. Pengabaian terhadap kebutuhan ini, terutama pada masyarakat tertentu, akan berakibat fatal bagi manajemen.

3.3.1. Motivasi sosial lanjutanHai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. Al-Hujurat, 49:13).

3.3.2. Motivasi berkompetisi Berkompetisi (berlomba-lomba) merupakan dorongan psikologis yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan dan kultur yang tumbuh di dalamnya. Pendidikan yang diterimanya mengantarkannya pada aspek-aspek dimana kompetisi dipandang baik, demi kemajuan dan perkembangannya dan sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat dimana seseorang itu hidup. Terkadang seseorang belajar, dari kultur dimana ia hidup, kompetisi dalam ekonomi, politik, keilmuwan, kebudayaan, sosial, dan sebagainya

3.3.2. Motivasi berkompetisi lanjutan Al-Qur'an sendiri memberi dorongan kepada manusia agar berkompetisi dalam: ketaqwaan, amal shalih, berpegang pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan yang luhur, dan mengikuti manhaj Ilahi dalam kehidupan, baik dalam hubungan mereka dengan Sang Pencipta, dalam hubungan kekeluargaan mereka, dan dalam hubungan mereka dengan masyarakat atau komunitas dimana ia berada.

3.3.2. Motivasi berkompetisi lanjutan Firman-Nya:"Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu". (QS. Al-Ma'idah, 5:48).

3.3.3. Intelektual Setiap manusia diberi kelebihan Allah dibanding makhluk lainnya, meliputi: akal budi dan kemampuan berfikir yang memungkinkannya untuk mengadakan tinjauan dan pembahasan terhadap berbagai hal dan peristiwa, menyimpulkan hal-hal yang umum dari bagianbagian dan merumuskan berbagai kesimpulan dari premis-premis. Kemampuan manusia untuk berfikir inilah yang membuatnya patut diberi kewajiban untuk melaksanakan berbagai ibadah dan memikul tanggung jawab pemilihan dan kehendak. Hal ini yang membuatnya layak menjadi khalifah Allah di muka bumi.

3.3.3. Intelektual lanjutan Informasi yang diperoleh seseorang melalui panca indera pada periode pertama dari kehidupannya merupakan materi yang membantunya nanti dalam caranya berfikir. Manusia akan mereproduksi informasi-informasi itu dalam ingatannya, mengimajinasikannya, memperbandingkannya antara satu sama lainnya, dan menyusunnya dalam bentuk baru yang membantunya untuk memperoleh informasi-informasi baru. Informasi-informasi yang telah diperoleh manusia dalam proses berfikirnya itu disimpan dan digabungkan dengan perbendaharaan informasinya.

3.3.3. Intelektual lanjutan Secara terus-menerus, manusia mengadakan pengorganisasian informasi-informasi lama dan memperoleh berbagai informasi dan realitas baru. Inilah landasan perkembangan pembahasan ilmiah sepanjang sejarah, dan penyebab terjadinya kemajuan yang terus menerus dalam ilmu pengetahuan, baik ilmu teoritis ataupun terapan.

Seruan Allah kepada manusia untuk mengadakan penelitian ilmiah"Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, dan perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (dunia) dari permulaannya.." (QS. Al-Ankabut, 29:20). "Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan".(QS. AlGhasyiah, 88:17-21).

Seruan Allah kepada manusia untuk mengadakan penelitian ilmiah lanjutan"Katakanlah: "Perhatikanlah fenomena yang ada di langit dan di bumi..". (QS. Yunus, 10:101). Lihat juga dalam QS. Al-Hajj, 22:46; Al-A'raf, 7:185; Yunus, 10:101; Al-Baqarah, 2:164; AlAn'am, 6:99; 'Abasa, 80:24-32. Terkait dengan dorongan untuk memikirkan dirinya sendiri, yakni tentang dimensi fisiologis dan psikis: QS. Ar-Rum, 30:8; At-Thariq, 86:5-7; Fushshilat, 41:53.

Seruan Allah kepada manusia untuk mengadakan penelitian ilmiah lanjutanAl-Qur'an juga diuraikan tentang pentingnya berfikir dalam kehidupan manusia. Ditinggikannya nilai manusia yang mempergunakan akal budi dan pemikirannya, dan direndahkannya martabat manusia yang tidak mempergunakan akal budi dan pemikirannya dan menjadikannya lebih rendah daripada hewan: "Sesungguhnya makhluk (hewan) yang seburukburuknya di sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apapun". (QS. Al-Anfal, 8:22). "Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya". (QS. Al-Furqan, 25:44).

MOTIVATOR KERJA Rasa mantap dan motif memperoleh keuntungan besar merupakan ciri khas motivator dalam masyarakat kapitalis. Kesamarataan kesempatan kerja dan pendapatan bagi setiap warga sehingga mereka merasa aman secara ekonomis merupakan hal yang diupayakan dalam sistem sosialis. Al-Qur'an, sejak lebih dari 1400 tahun silam telah menegaskan adanya jaminan rasa aman dalam hidup manusia dan kemuliaan bekerja.

Allah dan Rasul-Nya Memotivasi Umat Manusia"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu". (QS. Adz-Dzariyat, 51:22). "Dan tidak ada suatu makhluk (daabbah) pun di bumi, melainkan Allah lah yang menjamin rezekinya". (QS. Huud, 11:6). "Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat mencari rezekinya sendiri, Allah lah yang memberi rezeki kepadanya dan juga kepadamu". (QS. Al-Ankabut, 29:60).

Allah dan Rasul-Nya Memotivasi Umat Manusia lanjutanRasulullah SAW bersabda: "Tidak seorang pun makan makanan yang lebih baik daripada makanan yang dihasilkan dari hasil kerja tangannya sendiri". (HR. Bukhari). "Seseorang yang terus menerus meminta-minta (memohon santunan) kepada orang lain, pada hari Kiamat nanti ia datang dengan wajah yang tidak berdaging secuilpun". (HR. Muttafaqun 'Alaihi). "Apabila seseorang bekerja demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya maka itu (dinilai) fi sabilillah. Dan apabila seseorang bekerja untuk menghidupi kedua orang-tuanya yang sudah tua, maka itu (dinilai) fi sabilillah. Dan apabila ia bekerja untuk dirinya, agar dirinya terjaga kehormatannya, maka itu (dinilai) fi sabilillah". (QS. HR. Thabrani).

Kesimpulan Menyandarkan rezeki kepada Allah bukanlah ajakan untuk bersikap fatalis dan berpangku tangan, melainkan merupakan ajakan untuk bekerja. Islam mengajak individu untuk mendayagunakan potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya untuk bekerja dalam batas-batas kemampuan, tanpa menunggu pemerintah mengurus seluruh keperluannya. Islam mengajak manusia untuk bekerja secara bersungguh-sungguh melalui stimulasi yang sesuai dengan metode akhlak dan da'wah yang mengatur hubungan antara hamba dengan Allah.

Kesimpulan lanjutan Islam memuliakan seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, dan memberkahinya. Yang dituntut dari seorang muslim dalam hal ini adalah tawazun (keseimbangan). Seimbang antara kerjanya untuk mencari ma'isyah dan amalnya untuk bekal kembali ke hadlirat Allah. Seimbang antara urusan dunia dan urusan akhirat. Seimbang antara tuntutan jasmani dan ruhaninya. Dunianya tidak melalaikan dari akhiratnya. Jasmaninya tidak melalaikan ruhaninya.

Kesimpulan lanjutan Allah SWT telah memberikan sifat shalih bagi hambahamba-Nya yang membiasakan ibadah di masjidmasjid, dengan firman-Nya: "Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk memuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, dan pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat, dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan akan menjadi goncang". (QS. An-Nur, 24:36-37).

Kesimpulan lanjutan Yang wajib dilakukan oleh orang yang bekerja adalah melaksanakan kerjanya dengan: ihsan (berkualitas) dan itqan (profesional).

Ihsan dalam bekerja itu termasuk kewajiban syar'i sebagaimana ihsan dalam beribadah. "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu". (HR. Muslim). "Sesungguhnya Allah mencintai seseorang diantara kamu yang apabila bekerja, ia lakukan dengan itqan". (HR. Baihaqi).

WASSALAM