pengaruh etika kerja dan motivasi kerja...
TRANSCRIPT
PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(Studi Pada Karyawan Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
AGUS LUKMAN FITRIYAN N I M : 0 7 2 4 1 1 0 0 1
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
v
MOTTO
كن عالما او متعلما او مستمعا او محبا والتكن خامسا فتھلك
)رواه بیھقى( “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau
orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka”
(H.R. Baehaqi)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ibu Mari’ah dan Bapak M. Sholeh. Atas curahan Doa, bimbingan dan kasih sayang mereka berdua penulis bisa
seperti sekarang ini. Kakak-kakak tercinta, Alif Salafuddin & Titin Widyawati,
Achmad Rafiuddin & Rina Widyawati dan Nur Fuad Keluarga besar H. Baedlowi di manapun berada
Ponakan tercinta, Anindiya Rahmalina dan Si Kecil Yang Insyaallah Lahir Januari ini
Murrabbi ruuhina KH. Mizan Asrori Sahabat-sahabat karibku dan Kawan-kawan seperjuangan
“Jangan pernah lemahkan kepalan tangan kiri, karena perjuangan belum Usai….!!!”
vii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi
materi yang telah atau pernah ditulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Dengan demikian skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang
menjadi bahan rujukan.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen yaitu etika kerja Islam (X1) dan motivasi kerja Islam (X2) terhadap produktivitas kerja (Y) di Bank Negara Indonesia Syari’ah Cabang Semarang. Sampel yang diambil berjumlah 60 responden dengan menggunakan teknik random sampling.
Alat analisisnya menggunakan SPSS 17.0 yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas serta analisis berganda yang meliputi uji goodness of fit yakni koefisien determinasi, uji signifikansi F (uji statistik F), uji signifikansi parameter individual ( uji t). Berdasarkan pengujian, Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etika kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan.
Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan memenuhi kriteria pengujian yang digunakan. Adapun hasil regresi berganda adalah :
Y = 4,148+ 0,569X1 + 0,282X2 Koefisien determinasinya (adjusted ) sebesar 0,368. Artinya 36,8%
produktivitas kerja pada Bank Negara Indonesia Cabang Semarang dapat dijelaskan oleh kedua variabel. Sedangkan 63,2% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini (tidak diteliti). Hal ini menunjukkan Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan. Kata Kunci: Etika Kerja Islam, Motivasi Kerja Islam , Produktivitas Kerja dan Bank Negara Indonesia Syariah
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya
kepada kita semua berupa akal dan fikiran sehingga manusia mampu merenungi
kebesaran dan kuasaNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada
baginda besar Sayyidina Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang
mendapatkan limpahan syafa’atnya di akhirat kelak.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis bersyukur dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang sederhana berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Etika Kerja
dan Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Bank
BNI Syari’ah Cabang Semarang)” dengan lancar tanpa banyak kendala yang
berarti.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih
payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari
usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. DR. Muhibbin, M.Ag, rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. DR. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang dan Pembantu Dekan I, II dan III yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk menulis skripsi ini dan yang telah mencurahkan tenaga
dan fikiranya guna menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
sehingga penulis bisa menyelesaikan studi formal di bangku kuliah dengan
baik.
3. Drs. H. Musahadi, M.Ag. dan H. Muchamad Fauzi, SE.,MM. selaku Dosen
Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan dan memberi petunjuk dengan sabar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
x
4. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala doa, perhatian
dan arahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapan dalam untaian
kata-kata.
5. Teman-temanku yang selalu memberi semangat sehingga terselesainya skripsi
ini. Dan penulis untuk mereka, “Semoga Allah membalas semua amal
kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari mereka berikan pada
penulis”, amin.
6. Teman-teman senasib seperjuangan yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu,
terutama teman-teman AS angkatan 2007 dan teman-teman di lingkungan
Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
Penulis juga menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman
pada umumnya. Amin.
Semarang, 09 Desember 2011
Penulis,
Agus Lukman Fitriyan NIM. 0 7 2 4 1 1 0 0 1
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
PENGESAHAN.......................................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
DEKLARASI ............................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUHAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................. 12
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................... 13
1.4. Sistematika Penulisan ....................................................... 13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah ........................ 16
2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah ................................ 16
2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya ........ 24
2.1.3 Peranan Bank Syariah ............................................. 25
2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah ............................ 26
2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah ........................... 27
2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah .................................. 28
2.1.7 Produk Penyaluran Dana.......................................... 29
2.1.8 Produk Penghimpunan Dana ................................... 31
xii
2.2 Kerangka Teori .............................................................. 47
2.2.1 Etika Kerja Islam .................................................... 47
2.2.2 Motivasi Kerja Islam ............................................... 53
2.2.3 Produktivitas Kerja ................................................. 76
2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................... 80
2.4 Kerangka Berfikir .......................................................... 81
2.5 Hipotesis ......................................................................... 82
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian ................................ 84
3.2. Populasi dan Sample ...................................................... 85
3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................... 87
3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran ............................ 89
3.5. Teknik Analisis Data ...................................................... 91 3.5.1 Uji Validitas ......................................................... 91
3.5.2 Reliabilitas ........................................................... 92
3.5.3 Uji Asumsi Klasik ................................................ 93
3.5.3.1 Multikolonieritas ...................................... 93
3.5.3.2 Heteroskedastisitas ................................... 94
3.5.3.3 Normalitas ............................................... 95
3.5.4 Regresi Berganda ................................................. 95
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................. 98 4.1.1 Sejarah BNI Syari’ah ........................................... 98
4.1.2 Visi dan Misi BNI Syari’ah .................................. 101
4.1.2.1 Visi .......................................................... 101
4.1.2.2 Misi ......................................................... 101
4.2. Karakteristik Responden ............................................... 102
4.2.1 Jenis Kelamin Responden .................................... 102
4.2.2 Umur Responden ................................................. 102
4.2.3 Pendidikan Responden ......................................... 104
4.2.4 Jabatan Responden ............................................... 104
xiii
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................... 106
4.4. Uji Asumsi Klasik .......................................................... 108
4.4.1 Uji Multikolonieritas ............................................ 108
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ......................................... 109
4.4.3 Uji Normalitas ..................................................... 111
4.5. Analisis Data .................................................................. 113
4.5.1. Analisis Regresi Berganda ................................... 113
4.5.2. Koefisien Determinasi .......................................... 116
4.6. Uji Hipotesis ................................................................... 117
4.4.1 Uji Simultan ......................................................... 117
4.4.2 Uji Parsial ............................................................ 118
4.7. Pembahasan ................................................................... 121
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan .................................................................... 123
5.2. Saran .............................................................................. 123
5.3. Penutup .......................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Pengukuran .................................. 89
2. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 102
3. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur .......................... 102
4. Tabe1 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden 103
5. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden ..... 104
6. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................ 107
7. Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ........................................ 108
8. Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas .......................................................... 109
9. Tabel 4.8 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas .............................. 111
10. Tabel 4.9. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ................................ 113
11. Tabel. 4.10 Regeresi Berganda ............................................................. 114
12. Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ....................................................... 116
13. Tabel 4.12 Uji Simultan ...................................................................... 117
14. Tabel 4.13 Uji Parsial ......................................................................... 119
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar: 1.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah ........................ 10
2. Gambar: 2.1 Motivasi Menjadi Pembangkit Dorongan ..................... 54
3. Gambar: 2.2 Hierarki Maslow .......................................................... 55
4. Gambar: 2.3 Kerangka Berfikir ........................................................ 82
5. Gambar: 4.1 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas ........................ 110
6. Gambar: 4.2 Grafik Scatter Plot ....................................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUHAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman terus melangkah maju dan banyak
menyumbangkan perubahan-perubahan, membangun tatanan dan peradaban
baru, seperti ideologi-ideologi kemanusiaan, life style, dan sebagainya.
Perilaku budaya dan sosial masyarakat telah banyak mengabaikan
moralitas, nilai-nilai, persahabatan yang manusiawi, bahkan lebih condong
pada materi, kekuasaan, kehormatan, kesenangan duniawi, dan lebih
mementingkan dunianya sendiri. 1 Hal ini karena orientasi hidup manusia
diarahkan hanya untuk ”menguasai”, meskipun pada hakekatnya manusia
tidak sadar bahwa ia dikuasai oleh emosi dan nafsunya. Spinoza dalam
karyanya yang disadur oleh Erich Fromm membenarkan adanya gejala atau
kecenderungan yang sama antara zaman modern dan zaman beberapa ratus
tahun silam mengenai kecenderungan manusia yang rakus dan ambisius,
yang memikirkan nama harum dirinya.2
Demikian pula yang terjadi pada umat Islam, baik masa lalu maupun
saat ini. Berdasarkan konteks sejarah, umat Islam pernah mengalami masa
kejayaan antara tahun 610-1250 M dan juga masa kemunduran. Faktor yang
menyebabkan kemunduran umat Islam salah satunya adalah adanya
pengekangan berfikir (tertutupnya pintu ijtihad) dan pengharaman terhadap
1 H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, h.21
2 Ibid, h.22
2
filsafat, serta masalah pendidikan dan pengajaran yang merupakan tujuan
diutusnya para Nabi3. Rasulullah SAW. Bersabda ”Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak”.
Oleh sebab itu, etika menjadi bagian penting dalam doktrin Islam.
Munculnya etika dimulai pada abad kelima sebelum masehi dengan berbagai
mazhab di Yunani, yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang
mengatakan bahwa kebaikan adalah pengetahuan. Kemudian plato yang
berpendapat bahwa pengetahuan dikatakan baik apabila ia dikuasai oleh akal
budi, dan dikatakan buruk apabila ia dikuasai oleh keinginan dan hawa
nafsu.4
Salah satu tokoh etika dalam Islam adalah Ibnu miskawaih. Ia
mengatakan bahwa ada kalanya manusia mengalami perubahan Khuluq
sehingga membutuhkan aturan-aturan syari’at, nasihat, dan ajaran-ajaran
tradisi yang terkait sopan santun.5 Dari aturan-aturan tersebut diharapkan
manusia mendapatkan petunjuk dalam menjalani hidup demi memperoleh
kebahagiaan.
Demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat agama Islam
mengajarkan agar umatnya melakukan kerja keras baik dalam bentuk ibadah
maupun amal sholeh. Ibadah adalah merupakan perintah-perintah yang harus
dilakukan oleh umat Islam yang berkaitan langsung dengan Allah SWT dan
telah ditentukan secara terperinci tentang tata cara pelaksanaannya.
3ibid, h. 22 4 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, h. 19. 5 http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnu-
miskawaih-bapak-etika-islam. diakses pada tanggal 9 Nopember 2010 pada pukul 22.30 WIB
3
Sedangkan amal sholeh adalah perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan
oleh umat Islam, dimana perbuatan-perbuatan tersebut berdampak positif
bagi diri yang bersangkutan, bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara serta
bagi umat islam itu sendiri.6
Bekerja adalah suatu bentuk ibadah yang dilakukan di dunia. Bekerja
dengan etika kerja yang benar sesuai ajaran Islam merupakan syarat mutlak
untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebab dengan etika
yang baik dan berakhalaq dapat meningkatkan semangat kerja yang
berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan nilai
etik, moral, susila atau akhlaq adalah nilai-nilai yang mendorong manusia
menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran, kebenaran, keadilan,
kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini
dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Setiap
orang boleh punya seperangkat pengetahuan tentang nilai, tetapi
pengetahuan yang mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang Islam
hanya ada dua yaitu Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber segala nilai dan
pedoman dalam setiap sendi kehidupan, termasuk dalam bisnis.7
Dari pemaparan di atas dapat diambil benang merah bahwa
sesungguhnya antara penghayatan agama yang diwujudkan dalam bentuk
iman yang sempurna, mempunyai hubungan timbal balik dengan etika atau
akhlaq seseorang. Seseorang yang memiliki iman yang sempurna dapat
dipastikan bahwa yang bersangkutan memiliki etika kerja yang baik pula,
6 H. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 157
7 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009, h. 172
4
Karena etika kerja Islam tidak mengajarkan untuk mendurhakai Allah dalam
bekerja 8 . Yaitu meningkatkan kejujuran, keadilan dan semangat dalam
bekerja sehingga target dapat tercapai dengan meningkatnya produktivitas
tanpa adanya tindakan yang menyimpang seperti korupsi.
Etika berasal dari bahasa Latin yaitu ’etos’ yang berarti kebiasaan.
Sedangkan bahasa Arabnya ’Akhlak’, yang berarti budi pekerti. Keduanya
bisa diartikan sebagai suatu kebiasaan atau adat istiadat (custom atau
mores), yang menunjuk kepada perilaku manusia itu sendiri, tindakan atau
sikap yang dianggap benar atau baik.9 Dalam kamus bahasa Indonesia etos
kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas seseorang atau suatu
kelompok.10
Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan bentuk jamak dari
khuluq yang berarti keadaan jiwa yang mengajak seseorang melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa memikirkan dan memperhitungkan sebelumnya
yang dapat dijadikan fitrah manusia ataupun hasil dari latihan-latihan yang
telah dilakukan, hingga menjadi sifat diri yang dapat melahirkan khuluq
yang baik. 11 Dalam pengertian lain akhlak atau etika dalam terminologi
Prof. Dr. Ahmad Amin, kesimpulannya etika adalah sikap yang tetap dan
mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola
hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.
8 http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses
pada tanggal 23 september 2011 pada pukul 19.00 9 Ali Hasan, op.cit, h. 171 10 Kh. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press,
2002, h. 15. 11 H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Op.cit, h. 103
5
Etika kerja Islam menekankan pekerjaan kreatif sebagai sumber
kebahagiaan dan prestasi. Kerja keras dianggap sebagai kebajikan dan orang
yang bekerja keras lebih besar kemungkinan hidupnya maju, sebaliknya
tidak bekerja keras dianggap menyebabkan kegagalan. Nilai pekerjaan di
dalam etika kerja Islam dihasilkan dari keinginan yang menyertai, bukannya
dari hasil pekerjaan. Ali (1988) mengungkapkan bahwa keadilan dan
kebaikan di tempat kerja adalah kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk
kemakmuran masyarakat.
Permasalahan lain dalam peningkatan produktivitas kerja adalah
motivasi kerja. Target suatu perusahaan akan dapat tercapai apabila kinerja
dari karyawan yang ada didalamnya mempunyai motivasi yang tinggi.
Upaya membedah teori motivasi berangkat dari beberapa asumsi yang
mendasari konsep-konsep tentang motivasi, Stoner, dalam Winardi 12 ,
mengemukakan asumsi tentang teori motivasi yaitu sebagai berikut :
1. Pendapat umum bahwa motivasi merupakan suatu hal yang baik
2. Motivasi merupakan salah satu dari berbagai faktor yang masuk ke
dalam kerja seseorang
3. Memotivasi merupakan hal yang langka dan ia memerlukan penggantian
secara periodik.
4. Memotivasi adalah sebuah alat dengan apa para manajer dapat mengatur
dengan hubungan-hubungan pekerjaan di dalam organisasi.
12 Winardi, Memotivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2001, h. 67.
6
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menyuruh dan memotivasi
bekerja. Dengan bekerja dan berpenghasilan manusia dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Dalam surat Al-Jum’ah ayat 10 Allah telah
menegaskan :
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung13.
Sedangkan Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari
nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam
bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi
untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja
untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam.
Dalam sebuah hadist diriwayatkan : Sesungguhnya Allah suka kepada
hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa
bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan
seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)14.
Ketika motivasi dikaitkan dengan niat dan niat dikaitkan dengan
keikhlasan maka hal ini sangat sulit diukur, namun yang perlu digaris
bawahi terlepas dari keikhlasan dan riya ketika motivasi itu dibahas dan
13Al-Qur’an Digital, Surat Al-Jum’ah, Ayat 10 14 http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalam-islam/
diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pukul 19.30 WIB
7
dibicarakan maka ada persamaannya yaitu sama–sama sulit diklaim secara
mutlak namun hanya bisa diprediksi kemungkinannya15.
Menurut Asep Ridrid Karana16.kata niat jika disejajarkan lebih tinggi
daripada motivasi karena motivasi seorang muslim harus timbul karena niat
pada Allah. Pada prakteknya kata motivasi dan niat hampir sama–sama
dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan . Walaupun dalam bahasa
Inggris intention diartikan niat dan motivation dengan motivasi namun
dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan.
Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah pada
Allah17. Semua aspek kehidupan bisa bernilai ibadah ketika diniatkan karena
Allah. Hal ini dikuatkan dengan sebuah hadits dari Umar radhiyallahu
anha18, Memurnikan niat karena Allah semata merupakan landasan amal
yang ikhlas. Maksud niat disini adalah pendorong kehendak manusia untuk
mewujudkan suatu tujuan yang dituntutnya. Maksud pendorong adalah
penggerak kehendak manusia yang mengarah pada amal. Sedangkan tujuan
pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam19.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu
dipengaruhi dari dalam dan luar diri. Motivasi yang kuat adalah lahir dari
15 http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185-
motivasi-dalam-islam.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB 16 Kepala Bagian SDM Yayasan Daarut Tauhiid, Hasil wawancara Asep Ridrid Karana
tanggal 13 Agustus 2007 17 Adz-Dzariyaat (51):56. dan Al-Baiyinah (98):5. 18 The Hadisth Sofware, Revelation, Shahih Bukhari, Vol 1,Book1. 19Yusuf Al Qardhawy, Niat dan Ikhlas, Cet-Ke 13, Jakarta Timur; Pustaka Al-Kaustar,
2005, h.17-.
8
dalam diri sendiri. Seseorang yang termotivasi akan melaksanakan upaya
substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan
organisasi dimana ia bekerja. Sedangkan seseorang yang tidak termotivasi
hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja 20 . Namun di
Indonesia bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang rutin. Bahkan pada
sebagian karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai beban dan paksaan
terutama bagi orang yang malas. Pemahaman tentang etika kerja Islam dan
motivasi kerja islami juga masih lemah, khususnya di lembaga keuangan
syari’ah.
Dari pemikiran ini didapatkan bagaimana cara untuk meningkatkan
produktifitas kerja dengan menerapkan etika dan motivasi kerja Islam yang
tinggi. Setiap manajer pasti selalu menginginkan karyawannya untuk bekerja
secara maksimal agar produktifitas meningkat. Akan tetapi menuntut terus
menerus karyawan tanpa melihat kondisi mereka bukanlah hal yang
bijaksana, malah dapat membuat karyawan patah semangat atau kondisi
fisiknya menurun. Hal ini menjadi tugas para manajer untuk senantiasa
memotivasi karyawannya agar dapat bekerja sesuai dengan target. Dalam
perbankan, motivasi juga sangat penting bagi karyawan. Karyawan yang
memiliki motivasi tinggi otomatis akan meningkatkan semangatnya.
Pada penelitian ini penulis menerapkan pada perbankan syari’ah.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia tergolong pesat. Dengan adanya
Undang-Undang no 10 tahun 1998 dalam waktu kurang dari 15 tahun
20 Winardi, op.cit, h.68
9
banyak Bank-Bank yang semula bersifat konvensional akhirnya membuka
Cabang Perbankan yang bersifat syariah. Perusahaan-perusahaan Perbankan
tersebut bukanlah hanya sekedar mencoba untuk mengembangkan prinsip
syariah di Indonesia, tetapi faktor yang lebih penting adalah produktivitas
dan peningkatan untuk dibentuknya Perbankan syariah. Perbankan syariah
mulai dipakai dan diminati oleh bukan hanya negara-negara Islam, tetapi di
Eropa juga telah mengembangkan prinsip-prinsip syariah pada sektor
Perbankan mereka karena Perbankan syariah mampu bertahan dalam gejolak
tingkat suku bunga yang tinggi.
Di Indonesia banyak bermunculan Bank-Bank yang operasionalnya
yang berlandaskan syariah. Akan tetapi, munculnya perbankan syariah tidak
cukup untuk mendukung pertumbuhan penghimpunan dana dari pihak
ketiga (DPK) atau dari masyarakat Perbankan Syariah Indonesia. Terbukti
jelas dalam grafik 1.1 :
10
Sumber : Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011
Dari grafik diatas, jumlah penghimpun dana Perbankan Syariah di
Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan. Akan tetapi
permasalahannya adalah pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun
Perbankan Syariah di Indonesia itu mengalami penurunan dan tidak
konsisten. Sampai dengan pertengahan tahun 2010 kinerja penghimpunan
dana Perbankan Syariah sempat melambat hingga pertengahan 2010. 21
Untuk meningkatkan pertumbuhan penghimpunan dana dari masyarakat di
Indonesia. Perbankan Syariah di Indonesia perlu bekerja keras untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
21 Direktorat Perbankan Syariah, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, Jakarta:
Bank Indonesia, 2011, hlm. 39.
11
Salah satu BUS yang ada di wilayah Semarang, yaitu BNI Syari’ah.
Pada data yang diperoleh dari koran Jawa Pos tertanggal 8 Oktober 2011
menyebutkan bahwa pertumbuhan dan kinerja perbankan syari’ah di tanah
air melaju pesat. Tapi itu tidak dibarengi ketersediaan sumber daya manusia
(SDM).
Minimnya jumlah SDM dapat menjadi penghambat utama
perkembangan perbankan syari’ah kedepan. Dalam koran ini Dirut BNI
Syari’ah Rizqullah mengatakan, ”dalam tiga tahun kedepan industri
perbankan syari’ah secara nasional membutuhkan 30 ribu tenaga baru, tapi
SDM yang tersedia hanya berkisar 50%”. Selain itu, beliau juga menyatakan
”minimnya SDM berkualitas ini dapat berdampak pada produktivitas dan
perkembangan bank syari’ah. Sebab keterbatasan tenaga kerja membuat
industri perbankan syari’ah tidak bisa melakukan ekspansi cepat”. Suplai itu
banyak berasal dari perguruan tinggi yang membuka jurusan ekonomi
syari’ah, namun yang terserap tidak bisa langsung fungsional. ”perbankan
masih harus mendidik lagi, karena SDM yang siap pakai masih terbatas”.22
Untuk SDM, BNI syari’ah tahun ini telah merekrut 500 pegawai
baru. Tahun depan akan bertambah lagi menjadi 1200 orang seiring dengan
berkembangnya jaringan. Hal ini juga diungkapkan oleh Direktur Bisnis
BNI syari’ah yang mengatakan ”pada 2012 BNI Syari’ah akan membuka 40
outlet sehingga total jaringan tahun kedepan adalah 153 kantor”. Dari data
ini menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja yang banyak tidak didukung
22 Dio, Perbankan Syari’ah Minim SDM Siap Pakai, Jawa Pos Edisi Sabtu, 8 Oktober
2011. h.7
12
dengan ketersediaan SDM yang berkualitas dan siap pakai. Hal ini
merupakan identifikasi adanya masalah yang mengakibatkan produktivitas
perbankan syari’ah mengalami penurunan dan peningkatan. Karena tidak
tercukupinya kebutuhan SDM agar produktivitas perbankan syari’ah dapat
melaju pesat. Selain masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan argumentasi dari beberapa literatur yang menyatakan bahwa
etika dan motivasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas.
Dari uraian permasalahan diatas, penulis mencoba suatu penelitian
tentang seberapa besar pengaruh etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam
terhadap produktivitas kerja yang berjudul, “ PENGARUH ETIKA KERJA
DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS
KERJA KARYAWAN”. Studi penelitian ini pada karyawan Bank Negara
Indonesia Syari’ah di wilayah kota Semarang.
1.2. Rumusan Masalah
Etika kerja dan motivasi kerja Islami memegang peranan penting
dalam upaya peningkatan produktivitas kerja pada lembaga keuangan
syari’ah, bahkan sudah seharusnya lembaga keuangan syari’ah
menggunakan nilai-nilai syari’at Islam dalam segala aktifitasnya. Agar dapat
tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berdasarkan uraian diatas
dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:
13
1. Adakah pengaruh yang signifikan antara Etika kerja dan motivasi kerja
Islami terhadap peningkatan produktifitas kerja?
2. Seberapa besar pengaruh Etika kerja dan motivasi kerja Islami secara
parsial dan simultan terhadap peningkatan produktifitas kerja?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah etika kerja
dan motivasi kerja Islam berpengaruh terhadap produktifitas. Disamping itu
untuk membuktikan argumen dalam literatur maupun jurnal yang
menyatakan bahwa etika dan motivasi dapat mempengaruhi produktifitas.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan etika kerja dan
motivasi kerja Islam. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi praktis bagi perbankan khususnya Bank Umum syari’ah (BUS)
dan Unit Usaha Syari’ah (UUS) guna kesuksesan perencanaan dan
implementasi lingkungan kerja Islam.
1.4.Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini akan dibagi
menjadi lima bab, yaitu :
Bab I : Berisi pendahuluan untuk mengantarkan permasalahan skripsi
secara keseluruhan. Pendahuluan pada bab pertama ini
14
didasarkan pada bahasan masih secara umum. Bab ini nantinya
terdiri dari yaitu :
1. Latar belakang masalah
2. Rumusan masalah
3. Tujuan dan manfaat penelitian, dan
4. Sistematika penulisan
Bab II : Akan dipaparkan mengenai
1. Gambaran Umum Perbankan Syari’ah
2. Kerangka teori
3. Penelitian terdahulu
4. Kerangka berfikir, dan
5. Hipotesis
Bab III : Karena penelitian ini berupa penelitian lapangan, maka penulis
akan memaparkan mengenai metode penelitian yaitu :
1. Sumber dan jenis data
2. Populasi dan sampel
3. Metode pengumpulan data
4. Variabel Penelitian dan pengukuran data, dan
5. Metode analisis data.
Bab IV : Setelah pembahasan yang mendalam pada landasan teori dan
perolehan data yang dicari, kemudian penulis memaparkan yaitu:
1. Secara analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok
permasalahan yang telah penyusun jelaskan sebelumnya.
15
2. Pembahasan dari analisis data kuantitatif, sejalan dengan
pokok permasalahan yang telah penyusun jelaskan
sebelumnya.
Bab V : Pada bab lima ini berisi yaitu :
1. Kesimpulan
2. Saran-saran, dan
3. Penutup.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah
2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah
Kata شریعة (syariah) berasal dari kata شرع (syara’a) yang
harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang dilalui. 45
Secara Terminologi, definisi syariah adalah peraturan dan hukum yang
telah digariskan oleh Allah SWT atau telah digariskan pokok-
pokoknya dan dibebankan kepada kaum Muslimin supaya
mematuhinya, agar syariah ini diambil oleh umat Muslim sebagai
penghubung dengan Allah SWT dan manusia46. Maka secara singkat,
syariah itu berisi peraturan dan hukum-hukum, yang menentukan garis
hidup yang harus dilalui oleh seorang Muslim. sebagaimana Firman
Allah SWT :
Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. ( Al Jatsiyah : 18)47.
Istilah Bank Islam atau Bank Syari’ah merupakan fenomena
baru dalam dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan
45 A.W. Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Edisi II, Yogyakarta : Pustaka
Progresif, hlm 711. 46 Syaikh Mahmud Syalthut, Al-Islam,’Aqidah Wal Syariah, cet. 1, 1959, hlm. 68. 47 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992, h.263
17
upaya yang dilakukan oleh para pakar Islam dalam mendukung
ekonomi Islam yang diyakini akan mampu mengganti dan
memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis bunga.
Karena itulah sistem Bank Islam menerapkan sistem bebas bunga
(interest free) dalam operasionalnya, dan karena hal itu rumusan yang
paling lazim untuk mendefinisikan Bank Islam atau Bank Syariah
adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat
Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai
landasan dasar hukum dan operasional.48
Selanjutnya definisi Bank Syariah dengan melihat fungsinya
sebagai suatu lembaga atau badan keuangan adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberi kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang, yang sistem operasionalnya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Menurut Ensiklopedi
Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip Syariat Islam49.
Di mana dalam sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan
sangat dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis
untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota masyarakat yang
48 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakafm, h. 1-2. 49 Rachmad Agung Sulistyo, Skripsi: Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang
Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah, Yogyakarta:. Universitas Islam Indonesia, 2009, h. 30
18
membutuhkan, maka dalam hal ini Bank Syariah menjadi fasilitas bagi
pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) untuk dapat
disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana (deficit unit) melalui
produk-produk yang ada dalam Bank Syariah, sistem ekonomi Islam
merupakan sistem yang adil dan seksama serta berupaya menjamin
kekayaan agar tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja, akan
tetapi tersebar ke seluruh masyarakat50. sebagaimana yang dijelaskan
dalam ayat Al-Qur’an :
…
Artinya: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Al-Hasyr: 7)51.
Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Syariah berarti Bank yang
tata cara beroperasinya berdasarkan pada tata cara bermuamalat secara
Islam, yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan
Hadist. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998
yang berlaku saat ini, tidak ada definisi secara khusus tentang
pengertian Bank Syariah. Namun terdapat definisi yang mengarah pada
50 Afzalur Rahman Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995, h. 9 51 Menteri Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Mujamma’ Khadim al
haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif, 1990, h. 916
19
pengertian Bank Syariah, yaitu pengertian Bank dan pengertian prinsip
syariah: 52 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk Simpanan dan Menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain,
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa
istiqna).
Maka dari beberapa pengertian dan penjelasan Bank Syariah di
atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang
kemudian disalurkan kembali, dalam bentuk kredit dan jasa-jasa lain
dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Dengan mengacu kepada
52 Undang-Undang Perbankan ,1998, h.9-10
20
Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan hukum dan
operasionalnya.
Menurut ajaran Islam, syariat itu berasal dari Allah SWT. yang
di dalamnya terdapat sumber hukum dan sumber undang-undang, serta
perintah dan larangan yang disampaikan kepada manusia dengan
perantaraan Rasulullah SAW dan termaktub di dalam kitab Suci Al-
Qur’an. Perintah dan Larangan ini dalam bahasa teknis ilmu fiqih
disebut dengan hukum taklifi. sehingga timbul usaha untuk memahami
dan menafsirkan perintah dan larangan tersebut, yang dilakukan secara
sistematis oleh para ulama dengan menggunakan metode tertentu.
Hasil dari usaha sistematis untuk memahami dan menafsirkan perintah
dan larangan Allah SWT ini dinamakan fiqih. Maka fiqih adalah
tafsiran dari ulama atas syariah. Selanjutnya syariah itu terbagi
menjadi dua, yakni ibadah dan muamalah, maka sebagai konsekuensi
logis dari hal ini adalah bahwa fiqih pun terbagi menjadi dua, yakni
fiqih ibadah dan fiqih muamalah.
Secara umum, syariah ini telah ditetapkan dan ditegakkan
pondasinya serta disempurnakan dasar-dasarnya pada masa nabi
Muhammad SAW. Sehingga tidak ada lagi perkembangan syariat
sesudah nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
...
21
Artinya: “Pada hari Ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Al-Maidah : 3).
Bank Islam atau disebut dengan Bank Syariah adalah Bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam
atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga adalah lembaga
keuangan/Perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist nabi SAW. Antonio dan
Purwaatmaja membedakan menjadi Dua pengertian yaitu Bank Islam
dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Syariah
adalah (1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat
Islam; (2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadist, sementara Bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip Syariat Islam adalah Bank yang
dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan Syariat Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam53.
Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti Bank yang
tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara
Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan
hadist. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan
53Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah Edisi Pertama, Yogyakarta:
BPFE, 2004, h. 13
22
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan
pribadi maupun hubungan perorangan dengan masyarakat.
Untuk menghindari pengoperasian Bank dengan sistem bunga,
Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata
lain, Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap
persoalan pertentangan antara bunga Bank dengan riba. Dengan
lahirnya Bank Islam di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun
90an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992,
yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,
dalam bentuk sebuah Bank yang beroperasinya dengan sistem bagi
hasil atau Bank Syariah.
Kaitan Bank dengan uang dalam satu unit bisnis adalah
penting, namun didalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya
ketidakadilan, ketidakjujuran dan “penghisapan” (pada umumnya Bank
Konvensional melakukan transaksi yang bersifat tidak boleh tidak,
pasti, selalu untung dan tidak pernah rugi) dari satu pihak ke pihak lain
(Bank dengan nasabahnya). kedudukan Bank Islam dalam hubungan
dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang,
sedangkan dalam hal Bank pada umumnya, hubungannya adalah
sebagai kreditur dan debitur.54
Aktivitas Perbankan yang pertama adalah menghimpun dana
dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia Perbankan
54 Ibid, hlm. 67
23
adalah kegiatan funding, maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian
dana dari masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan cara memasang
berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam
bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat
adalah giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka. Agar
masyarakat mau menyimpan uangnya di Bank, maka pihak Perbankan
memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada
si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil,
hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa
yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan
uangnya. Oleh karena itu pihak Perbankan harus memberikan berbagai
rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk
menanamkan dananya.
Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari
masyarakat, maka oleh Perbankan dana tersebut diputarkan kembali
atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau
lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit
juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (kreditur) dalam
bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi Bank yang
berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau
penyertaan modal. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh
besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga
24
simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian
pula sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun
dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan
kegiatan utama Perbankan.55
2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya
Kelangsungan perkembangan Bank Syariah bergantung pada
kredibilitas dan profesionalitasnya, bukan karena dana dalam jumlah
besar hasil produksinya sendiri. Kredibiltas dan profesionalitas
memungkinkan sebuah lembaga keuangan dapat memelihara
kepercayaan nasabah atau bahkan masyarakat luas, serta dapat
beroperasi dengan efisiensi.
Efisiensi memungkinkan lembaga keuangan yang bersangkutan
untuk bertahan dan berkembang, sehingga menambah kredibilitas lebih
lanjut. Lembaga keuangan yang tidak kredibel atau tidak profesional
niscaya tidak akan bisa langgeng, apalagi untuk berkembang. Bank
Syariah akan dapat berkembang jika melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut : (1) Mendukung strategi pengembangan ekonomi
regional, (2) Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau, (3)
Memfasilitasi distribusi utilitas barang modal untuk kegiatan produksi
melalui skema sewa-menyewa (ijarah), (4) Mampu mengelola persepsi
55 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003,
h.25
25
masyarakat pada umumnya atau masyarakat pengelola Bank Syariah
itu sendiri secara baik.56
Serta peran ulama juga dibutuhkan untuk mengembangkan
strategi Bank Syariah dalam mensosialisasikan kepada masyarakat,
setidaknya ada empat peran penting ulama: (1) Menjelaskan kepada
masyarakat bahwa Perbankan syariah pada dasarnya adalah penerapan
tathbig fiqih muamalah maaliyah (bagaimana hubungan manusia
dengan Harta, Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan ), (2) Mengembalikan
masyarakat pada fitrah alam dan fitrah usaha yang sebelumnya telah
mengikuti syariah, (3) Menyarankan kepada para pengusaha agar
mengikuti langkah yang ditempuh oleh Bank Syariah dalam berbagi
hasil dan berbagai resiko, (4) Membantu menyelamatkan
perekonomian bangsa melalui pengembangan sosialisasi Perbankan
syariah.57
2.1.3 Peranan Bank Syariah
Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum
dalam pembukaan standar akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI
(Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial
Institution), sebagai berikut58:
(a) Manajer Investasi Bank Syariah dapat mengelola investasi
dana nasabah. (b) Investor Bank Syariah dapat menginvestasikan dana
56 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, h. 10 57 Muh Syafii Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan, Bank Indonesia,
Tazkia Institut, 1999, h. 287 58 Heri Sudarsono, Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonosia, 2004, h. 39
26
yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dimilikinya maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya. (c) Penyedia jasa, lalu lintas
keuangan dan lalu lintas pembayaran Bank Syariah dapat melakukan
kegiatan layanan jasa Perbankan sebagaimana lazimnya. (d)
Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasi dan
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah
Aktivitas keuangan dan Perbankan dapat dipandang sebagai
wahana bagi masyarakat modern, untuk membawa mereka kepada dua
ajaran pokok Al-Qur’an, yaitu:
1. Prinsip التعاون (At-ta’awun), yaitu prinsip saling membantu dan
bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan, bukan
untuk kemungkaran maupun kemaksiatan. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:
...
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
2. Prinsip االختناز (Al-ikhtinaz), yaitu menahan uang (dana) dan
membiarkannya menganggur (idle), karena tidak berputar dalam
27
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu ”.
Perbankan konvensional menggunakan instrumen bunga dalam
kegiatan operasionalnya, sedangkan instrumen yang digunakan oleh
Perbankan Islam adalah bagi hasil (profit sharing). Istilah bunga
merupakan terjemahan dari interest, yang berarti tanggungan kepada
pihak peminjam uang yang biasanya dinyatakan dengan persentase
dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dibayar atau
dikalkulasi untuk penggunaan modal. 59 Sedangkan mengenai istilah
riba secara formal adalah suatu keuntungan moneter tanpa ada nilai
imbangan yang ditetapkan untuk salah satu pihak (dari dua pihak),
yang mengadakan transaksi dalam pertukaran dua nilai moneter.
2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah
Bank Syariah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus
melaksanakan mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana secara
59 Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 1999, h.
146-147
28
seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan Perbankan yang
berlaku. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai sistem
operasional Bank Syariah. Secara umum, konsep sistem operasional
Bank Syariah adalah: (1) Bank Syariah sebagai lembaga penghimpun
dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan
uangnya kepada Bank untuk disimpan dan dikelola sesuai dengan
prinsip syariah. Yang dimaksud dana adalah dana dari pihak pertama
(pemodal dan pemegang saham), dana dari pihak kedua (pinjaman dari
Bank dan bukan Bank, serta dari Bank Indonesia), dan dana dari pihak
ketiga (nasabah). (2) Bank Syariah sebagai penyalur dana bagi pihak
yang membutuhkan berupa pembiayaan.
2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah
Bank Syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara
(intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan
dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami
kekurangan dana (deficit unit). Melalui Bank, kelebihan tersebut dapat
disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga
memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas Bank Syariah
sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen
Bank untuk melaksanakan perannya.
Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, Bank
Syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan Bank
Konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan Bank
29
Syariah, yaitu:60(1) Produk penyaluran dana (financing), (2) Produk
penghimpunan dana (funding)
2.1.7 Produk Penyaluran Dana
Penyaluran dana dari masyarakat oleh Bank Syariah
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip Al-Wadi’ah Untuk Simpanan Lancar
Al-Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan dan amanat dari
pihak lain, dimana pihak yang menerima amanat diwajibkan untuk
menjaga dengan baik barang tersebut karena dapat diambil oleh
pemiliknya setiap waktu yang dikehendakinya. Landasan hukum
dalam Al-Qur’an :
.....
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya”... (QS. An-Nisaa : 58)
Hukum menitipkan dan menerima titipan adalah jaiz.61 Orang
yang merasa sanggup menerima amanat tersebut, lebih baik
menerimanya. Menurut Ar Rafi’i, orang yang merasa sanggup
hendaknya menerima dengan syarat: tidak memberatkan pada
dirinya sendiri dan tidak memungut biaya pemeliharaannya.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan, maka wadi’ah
dibedakan menjadi dua macam, yaitu wadi’ah yad amanah dan
wadi’ah yadh dhamanah. wadi’ah yad amanah berarti penerima
60 Heri Sudarsono, op. cit , h. 56 61 Sabiq, Fiqh as-Sunnah., h. 235
30
titipan tidak berhak menggunakan dana atau barang titipan tersebut
untuk didaya gunakan. Sedangkan wadi’ah yadh dhamanah adalah
memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk
mendayagunakan barang atau dana yang dititipkan tersebut.
Aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya diterapkan untuk
penghimpunan dana seperti giro (current account) dan tabungan
berjangka (saving account).
2. Prinsip Al Mudharabah Untuk Simpanan Yang Diinvestasikan
Al Mudharabah sebenarnya merupakan suatu bentuk
penyertaan yang berakar dari al musyarakah. Al Musyarakah
sendiri adalah suatu bentuk perkongsian antara dua belah pihak
atau lebih dalam suatu usaha atau proyek dimana masing-masing
pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas
segala kerugian yang terjadi sesuai dengan porsi penyertaannya
masing-masing. Berbeda dengan al-musyarakah, pada al-
mudharabah ada pihak yang menyediakan dana saja (shahibul
‘mal) dan ada pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan
usaha saja (mudharib). Keuntungan dibagikan sesuai dengan rasio
laba yang telah disepakati bersama sebelumnya dan manakala rugi
shahibul mal akan kehilangan sebagian dari modalnya, sedang
mudharib akan kehilangan imbalan dari kerja keras dan manajerial
skill yang disumbangkannya.62
62 Ibid. hlm. 57
31
2.1.8 Produk Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana kepada masyarakat oleh Bank Syariah
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Al Mudharabah
Perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank Syariah) dan
pengusaha, di mana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang
diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas
usaha, misalnya kendaraan dan rumah.
Mudarabah berasal dari kata األرض فى الضرب yaitu
bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh, yang berasal
dari kata al-qath’u (potongan), karena pemilik memotong sebagian
hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian dari
labanya.63
Menurut Hasbi Ash Shiddiqy, qiradh atau mudarabah
adalah seseorang memberikan modal kepada orang lain untuk
diperniagakan dan dipersekutui untung atau laba, diharuskan.
Hukum tersebut disepakati oleh para mudjtahidin, begitu juga
Imam Malik, Ahmad dan Abu Hanifah. Namun, menurut para
mudjtahidin qiradh dengan mata uang (bukan mata uang perak)
adalah tidak sah. Sedangkan Asyhab dan Abu Yusuf
membolehkan, jika mata uang tersebut laku.64
63 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III, h. 212 64Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi Hukum-hukum Fiqih Jakarta: Bulan Bintang, 1970, h. 426.
32
Pada dasarnya mudarabah dapat dikategorikan sebagai
salah satu musyarakah, namun para cendekiawan fiqh Islam
menempatkan mudarabah dalam posisi yang khusus dan
memberikan landasan hukum tersendiri. 65 Sebagaimana Firman
Allah SWT dalam surat al Muzzammil ayat 20:
...
Artinya: “ ...Orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Muzzammil: 20).
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mudarib adalah
enterpreneur atau sebagian dari orang-orang yang melakukan
perjalanan, untuk mencari karunia Allah dari keuntungan
investasinya. Mudarabah bisa juga disebut sebagai muamalat, yaitu
akad antara kedua belah pihak, kemudian salah satu pihak
mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk
diperdagangkan. Dan keuntungannya dibagi sesuai dengan
65 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.19.
33
kesepakatan awal. Dengan ijma’ ulama, maka mudarabah itu
diperbolehkan.66
Mengenai pembagian keuntungan, Ibnu Rusyd berkata,
“Para ulama sepakat bahwa pelaksana (mudarib) tidak boleh
mengambil keuntungan yang menjadi bagiannya, tanpa dihadiri
oleh pemilik modal (sahibul Mal).” Karena kehadiran sahibul mal
merupakan prasyarat dalam pemecahan harta (keuntungan).
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudarib,
maka mudarabah dibedakan menjadi dua macam, yaitu mudarabah
mutlaqah, artinya mudarib diberi kewenangan untuk menentukan
pilihan investasi yang dikehendaki dan mudarabah muqayadah,
artinya alokasi investasi ditentukan oleh pihak pertama (pemilik
dana) sedangkan mudarib bertindak sebagai pelaksana atau
pengelola dana tersebut. Aplikasi dalam dunia Perbankan,
mudarabah biasanya diterapkan dalam sisi penghimpunan dana
seperti tabungan dan deposito berjangka. sedangkan pada sisi
pembiayaan digunakan pada produk-produk pembiayaan modal
kerja pada bidang jasa dan perdagangan.
2. Al Musyarakah
Suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih
dalam suatu usaha atau proyek tertentu, dimana masing-masing
pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas
66 Sabiq, op.cit, hlm. 212
34
segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-
masing, contohnya modal kerja. Misalnya, PT. MLM bekerja sama
dengan A untuk menjual produknya. Dalam kesepakatan, PT.
MLM menyediakan barang, sedang A menanggung biaya
transportasi pemasaran (sesuai dengan kesepakatan).
Syirkah berarti ikhtilath (Percampuran). Menurut para
Fuqaha’ (Imam Hanafi), syirkah berarti akad antara orang Arab
yang berserikat dalam hal modal/keuntungan. 67 Sedangkan
menurut Ahli Fiqh lain, syirkah adalah percampuran hak dari dua
(lebih) orang menjadi satu, sehingga diusahakan dengan satu nama.
Definisi lain mengenai syirkah adalah perjanjian antara pihak-
pihak yang menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi
dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan nisbah
yang disepakati.68
Landasan mengenai Musyarakah terdapat dalam surat Ash-
Shaad ayat 24:
Artinya: " Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang
67 Sabiq, op.cit, hlm. 294 68 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Alvabeta, hlm. 20
35
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini." Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”.
Yang dimaksud dengan kata al-khulatha dalam ayat di atas
adalah mereka yang berserikat.69 syirkah terdiri dari 2 kelompok,
yaitu: (a) Syirkah amlak adalah lebih dari satu orang memiliki
suatu jenis barang tanpa akad (bisa bersifat ikhtiari atau jabari). (b)
Syirkah ‘uqud adalah bahwa dua orang (lebih) melakukan akad
untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya
berupa keuntungan. syirkah ‘uqud terdiri dari 4 kelompok, yaitu:
syirkah ‘inan, muwafadhah, ‘abdan dan wujuh. Hukum dari
syirkah tersebut bahwa partner tidak berhak bertindak dalam
penggunaan milik partner lainnya tanpa izin dari yang
bersangkutan.Menurut Imam Hanafi keempat syirkah tersebut
diperbolehkan, jika syarat-syaratnya terpenuhi. Kemudian menurut
Imam Syafi’i membatalkan semua, kecuali syirkah ‘inan.
Sedangkan Hambali membolehkan semuanya, kecuali syirkah
muwafadah. Dan menurut Imam Maliki membolehkan semuanya,
kecuali syirkah wujuh. Adapun rukun dari dari syirkah adalah ijab
dan qabul.
Selanjutnya aplikasi musyarakah dalam dunia Perbankan,
biasanya digunakan untuk pembiayaan proyek tertentu. Pada
lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan investasi
69 Sabiq, lo. cit.
36
dalam kepemilikan perusahaan, maka ditetapkanlah skema modal
ventura.
3. Al Murabahah
Menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah
dengan margin keuntungan yang disepakati. Misalnya, PT. MLM
meminta A menjual produknya. Kemudian PT. MLM menyerahkan
barang-barangnya untuk dijual oleh A. Selanjutnya hak yang
diperoleh A adalah berdasarkan kesepakatan antara A dengan PT.
MLM.
Murabahah adalah pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Sedangkan
pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi
(inventory).70
Adapun dasar-dasar perniagaan seperti yang tercantum
dalam surat An-Nisa’ ayat 29 adalah: 1) Saling meridhai antara
penjual dengan pembeli, sedangkan tindak penipuan, pendustaan
atau pemalsuan itu diharamkan, 2) Semua yang ada di dunia
perniagaan dan apa yang terkandung di dalam maknanya
merupakan kebathilan (tidak kekal).
Hendaknya tidak melalaikan orang yang berakal, demi
mempersiapkan kehidupan dunia maupun Akhirat nantinya, dan 3)
70 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.25.
37
Bahwa semua jenis perniagaan itu mengandung kebathilan. oleh
karena itu, perlu toleransi jika terjadi penambahan harga, karena
kepandaian pedagang dalam menawarkan barang dagangannya,
bukan karena pemalsuan atau penipuan.71
Landasan syariah mengenai murabahah terdapat dalam
Surat An-Nisa’ 29:72
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu “.
Yang dimaksud dengan kata al-bathil (al-buthlan) adalah
kesia-siaan atau kerugian. atau mengambil harta tanpa pengganti
yang hakiki dan keridhaan dari pemilik harta tersebut, maupun
menafkahkan harta ke jalan yang tidak benar, seperti riba dan
penipuan dalam jual beli. Sedangkan kata bainakum adalah harta
yang haram akibat perselisihan antara orang yang memakan dan
orang yang dimakan hartanya.73
71 Mustafa al-Maraghi , Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan
Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, 1986, h. 27-28 72 Al-Qur’an Karim an Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992 73 Mustafa al-Maraghi, op. cit,h. 25-26
38
Selanjutnya, aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya
diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-
barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui
letter of credit (L/C).
a. Salam
Secara Etimologis, سلم (salam) berarti salaf
(pendahuluan). 74 Sedangkan Ba’i As salam adalah akad jual
beli suatu barang, di mana harga dibayar segera dan barangnya
diserahkan kemudian, sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati.75 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-
Baqarah 282:76
....
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan ...”
Yang dimaksud dengan kata dain pada ayat di atas
adalah muamalat tidak secara tunai, untuk barang yang
terkandung dalam jaminan. Oleh karena itu, kriteria barang
74 A.W. Munawwir, op.cit.h.654. 75 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III. h. 171. 76 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992
39
harus jelas dan si pemebeli meyakini akan dipenuhi oleh si
penjual pada waktu yang sudah ditetapkan.77
Jumhur Ulama berpendapat, perlunya menuliskan
tempo dalam jual beli salam, karena salam tidak boleh
berlangsung sekarang. Sedangkan menurut Imam Syafi’i hal
tersebut boleh (seketika), karena lebih utama dan untuk
menghindari terjadinya penipuan. Pendapat tersebut juga
dibenarkan oleh As-Syaukani.78
Aplikasi dalam dunia Perbankan sering digunakan pada
pembayaran para petani jangka pendek dan pada pembiayaan
barang-barang industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi).
Adapun harga yang dibayarkan bukan berupa utang, melainkan
dalam bentuk tunai dan segera dibayarkan. Karena Bank tidak
bermaksud melakukan salam untuk memperoleh barang,
melainkan menjual barang tersebut untuk mencari keuntungan.
Oleh karena itu, transaksi dalam bentuk salam yang dilakukan
oleh Bank, selalu diikuti dengan transaksi penjualan kepada
pihak atau nasabah lain.79
b. Istishna’ (Purchase By Order Or Manufacture)
Ba’i al-istishna’ adalah akad jual beli antara
pemesan/pembeli (mustashni’) dengan produsen/penjual
(shani’), di mana barang yang akan diperjualbelikan harus
77 Sabiq, op.cit, h.171 78 Ibid, hlm. 72 79 Zainul Arifin, op.cit, h.27.
40
terlebih dahulu ditentukan kriterianya dengan jelas. Ishtisna’
dengan salam sebenarnya hampir sama, perbedaannya hanya
terletak pada cara pembayarannya. Pada salam pembayarannya
harus di muka, sedangkan Istishna’ pembayarannya bisa di
awal, di tengah maupun di akhir.80
4. Al-Ijarah ( Jasa-Jasa )
Pembiayaan Bank untuk pengadaan barang ditambah
keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa
diakhiri dengan pemilikan. Misalnya ijarah sama dengan transaksi
jual beli, hanya saja yang menjadi objek dalam transaksi ini adalah
dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja
diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa
sewa akan dijual belikan antara pemilik barang.
yang berarti ,(ajru) اجر berasal dari kata (Ijarah) اجارة
pahala atau ganjaran.81 Sedangkan menurut terminologi syara’
ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan
jalan penggantian. Pemilik yang menyewakan manfaat disebut
mu’ajjir, sedangkan pihak lain yang memberikan sewa disebut
musta’jir. Adapun barang yang diambil manfaatnya disebut ma’jur
dan jasa yang diberikan sebagai imbalan menyewa disebut
ajran/ujrah.82
80 Ibid., h. 28 81 A.W. Munawwir, op.cit. h. 9 82 Sabiq, op.cit ,h. 198
41
Para Cendekiawan Fiqh Muslim membagi ijarah menjadi 2
bagian, yaitu menyewa untuk jangka waktu tertentu dan menyewa
untuk suatu proyek atau usaha tertentu.83 Bentuk yang pertama
banyak diterapkan dalam sewa-menyewa aset/barang, sedangkan
bentuk yang kedua digunakan untuk para staf ahli atau para pekerja
usaha-usaha tertentu. Secara garis besar, nash-nash Al-Qur’ān lebih
banyak merujuk pada jenis Ijarah yang kedua. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat 26:
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
Kemudian surat Ath-Thalaq ayat 6:84
Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika
83 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h. 29-30. 84 Al-Qur’an Karim an Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992
42
mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.
Adapun ijma’ para Ulama mengenai ijarah adalah sepakat,
karena tidak ada satupun Ulama yang membantahnya. Meskipun
terdapat perbedaan di antara mereka, namun hal itu tidak dianggap.
Selanjutnya, hikmah di syariatkannya ijarah karena semua
manusia membutuhkannya bagi kelangsungan hidup mereka. Jika
terdapat kesepakatan pemilikan barang pada akhir masa sewa
disebut ijarah mumtahiya bittamilk (financial lease with purchase
option). Aplikasi dalam dunia Perbankan adalah leasing, baik
dilakukan dalam bentuk operating lease maupun financial lease.
a. Qardhul Hasan (Benevolent Loan)
Qardhul hasan (benevolent loan) adalah suatu pinjaman
lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata,
dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan
apapun kecuali modal pinjaman.85 Landasan syariah mengenai
pinjaman tunai kebajikan (qardhul hasan) terdapat dalam surat
Al-Baqarah ayat 245:
Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di
85 Karen Perwaatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.33
43
jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.
Pada dasarnya pinjaman qardhul hasan diberikan
kepada mereka yang membutuhkan pinjaman konsumtif jangka
pendek (untuk tujuan yang penting) dan para pengusaha kecil
yang kekurangan dana (lack of fund), tetapi mempunyai
prospek bisnis yang baik. Sumber dana untuk pemberian
pinjaman tunai kebajikan ini berasal dari dana yang
dikumpulkan oleh Lembaga Amil Zakat (ZIS).
b. Wakalah (Deputyship)
Wakalah bermakna tafwidh, yang berarti penyerahan,
pendelegasian atau pemberian mandat. Atau pelimpahan
kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain, dalam hal-hal yang
dapat diwakilkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Kahfi 19:
Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih
44
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”.
Islam Mensyariatkan wakalah karena manusia memang
membutuhkannya. manusia tidak dapat memenuhi semua
kepentingannya sendiri, mereka selalu membutuhkan orang lain
sebagai delegasi atau wakil untuk kepentingannya. Firman
Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 55:
Artinya: “Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."
Wakalah juga termasuk jenis tolong-menolong
(ta’awun) atas dasar kebajikan dan taqwa. Sehingga umat
Muslim membolehkan hal tersebut. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2: 86
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
86 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992.
45
c. Kafalah (Guaranty)
Menurut Epistemologi, kafalah berarti adh-dhammu
(menggabungkan), dhaman (jaminan), hamalah (beban) dan
za’amah (tanggungan).87 Sedangkan menurut pengertian syara’
kafalah berarti proses penggabungan tanggungan kafiil menjadi
tanggungan ashiil, dalam tuntutan dengan materi sama/hutang
maupun barang/pekerjaan. Menurut Imam-Imam lainnya,
kafalah adalah menggabungkan dua tanggungan dalam
permintaan/hutang.
Sedangkan landasan syariah mengenai kafalah terdapat
dalam surat Yusuf ayat 72:88
Artinya: “Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya."
Para Ulama berijma’ membolehkannya, karena orang-
orang Islam pada zaman nubuwwah mempraktekkan hal ini dan
tidak ada ulama yang menegur atau melarangnya.
d. Sharf
Sharf adalah menjual mata uang (emas dan perak)
dengan mata uang lainnya. menjual emas dengan emas atau
87 Sabiq, op.cit, h. 283 88 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992.
46
perak dengan perak itu tidak diperbolehkan, kecuali
tunai/kontan. Di sisi lain, menjual emas dengan emas atau
perak dengan perak secara sukatan itu diperbolehkan, tetapi
sifat emas/perak keduanya serupa. Pendapat tersebut disepakati
oleh para mudjtahidin.89
e. Hiwalah (Transfer Service)
Kata hiwalah diambil dari kata tahwil, yang berarti
intiqal (perpindahan). yang dimaksud di sini adalah
memindahkan hutang dari tanggungan muhil (debitur) menjadi
tanggungan muhal’alaih.
Di dalam Hadits Rasulullah SAW memerintahkan
kepada orang menghutangkan, jika orang yang berhutang
menghiwalahkan kepada orang yang mampu, hendaknya
menerima hiwalah tersebut dan mengikuti kepada muhal’alaih.
Menurut Jumhur Ulama perintah tersebut sunnah, namun
kebanyakan pengikut Imam Hambali, Ibn Jarir, Abu Tsur dan
Az-Zahiriyah berpendapat bahwa hukumnya wajib bagi
kreditur menerima hiwalah tersebut.
Selanjutnya, aplikasi dalam dunia Perbankan berupa
penerapan faktoring atau anjak piutang, dimana para nasabah
yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan
piutang itu kepada Bank, post-date check, dimana Bank
89 Ash-Shiddieqy, op. cit, h. 369
47
bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan terlebih
dahulu piutang tersebut dan bill discounting.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Etika Kerja Islam
Etika berasal dari bahasa latin etos yang berarti kebiasaan.
Sinonimnya adalah moral yang juga berasal dari bahasa latin mores
yang berarti kebiasaan. Sedangkan bahasa Arabnya adalah akhlak,
bentuk jamak dari mufradatnya khuluq artinya budi pekerti.
Keduanya bias diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat
(custom atau mores), yang menunjuk kepada perilaku manusia itu
sendiri, tindakan atau sikap yang dianggap benar atau tidak90.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku,
adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika
atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani Ethos yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran
bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh
beberapa ahli berikut ini91 :
1. Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
90 Ali Hasan, Manajemen Bisbis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, h. 171 91 http//Etika kerja dalam Islam « Schatzran’s Weblog.htm
48
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori
tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya.
Al-Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin menjelaskan
pengertian khuluq (etika) adalah suatu sifat yang tetap dalam jiwa,
yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,
dengan tidak membutuhkan pikiran. Dengan demikian etika bisnis
dalam syari’at Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai
dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya
tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu
yang baik dan benar92.
Secara etimologis, menurut Endang Syaifuddin Anshari, etika
sama dengan akhlak. Akhlak berarti perbuatan dan ada sangkut
pahutnya dengan kata-kata Khuliq (pencipta) dan makhluq (yang
diciptakan).93 Akan tetapi, pengertian akhlaq berasal dari kata jamak
dalam bahasa Arab ”akhlaq”. Kata mufrad-nya adalah ”Khulqu”,
yang berarti94:
92 Ali Hasan, op.cit, h. 171 93 Endang syaifuddin anshari, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya,
Bandung: Pelajar Bandung, 1969, h. 26 94 Drs. H. Kahar Mansyur, Membina Moral dan Akhlaq, Bandung: Rineka Cipta, 1995, h.
27
49
a. sajiyyah : Perangai
b. muruu’ah : budi
c. thab’in : tabiat
d. adab : adab (kesopanan)
Etika dapat dipahami sebagai pernyataan (atau ungkapan)
rasional yang berkaitan dengan:
1. esensi dan dasar perbuatan
2. keputusan yang benar, dan
3. prinsip-prinsip yang mendasari klaim bahwa hal-hal tersebut
secara moral, terpuji, atau tercela.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika merupakan
seperangkat tatanan dan prinsip kehidupan manusia. Dalam
pengertian yang lebih luas, etika adalah seperangkat nilai tentang
baik, benar, buruk, dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip
moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan sehingga etika
menjadi salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan
manusia yang lebih baik95.
Kerja dalam Islam dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama,
kerja dalam arti luas (umum), yakni semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau nonmateri, intelektual
atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan
atau keakhiratan. Jadi dalam pandangan Islam pengertian kerja
95 Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007, h. 63-64
50
sangat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi yang dimiliki oleh
manusia. Kedua, kerja dalam arti sempit (khusus), yakni kerja untuk
memenuhi tuntutan hidup manusia berupa makanan, pakaian, dan
tempat tinggal (sandang, pangan dan papan) yang merupakan
kewajiban bagi setiap orang yang harus ditunaikannya, untuk
menentukan tingkatan derajatnya, baik di mata manusia, maupun
dimata Allah SWT96.
Etika kerja seorang muslim dibentuk oleh iman yang menjadi
pandangan hidupnya, yang memberi norma-norma dasar untuk
membangun dan membina mu’amalahnya. Seorang muslim dituntut
oleh imannnya untuk menjadi orang yang bertaqwa dan bermoral
amanah, berilmu, cakap, cerdas, cermat, hemat, rajin, tekun, dan
bertekat bekerja sebaik mungkin untuk menghasilkan yang terbaik.
Dengan sikap dan sifat yang disebutkan Kyai Ali Yafie, para
pengusaha muslim seharusnya lebih unggul. Karena itu, bila mereka
lantas gagal, yang salah tentu bukan Islamnya, tapi oknumnya97
Dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan
hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan
baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah,
kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak
mengabaikan sesuatu, tidak semena–mena (proporsional), ahli dan
96 Abi Ummu Salmiyah, Etika kerja dalam Islam, http//Etika kerja dalam Islam «
Schatzran’s Weblog.htm. di posting pada tanggal 9 Agustus 2010 pukul 21.30 WIB 97 Didin hafinuddin dan Hendri tanjung, manajemen syari’ah dalam praktek, Jakarta:
gema insani press, cet ke I ,2003, h.40-41 97 Didin hafinuddin dan Hendri tanjung, ibid, h.40-41
51
professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan
dengan hukum Allah atau syariat Islam (Al-Quran dan Hadits).
Dalam buku manajemen syari’ah dalam praktik karangan
DR. KH. Didin hafinuddin, M.Sc. dan Hendri tanjung,S.Si., M.M.
ada beberapa ciri etik kerja muslim, antara lain adalah sebagai
berikut.
Al-Shalah atau baik dan manfaat.
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(an-Nahl:97)
1. Al-Itqan atau kemantapan dan perfectnees
)رواه الطبرانى. (إن اهللا یحب إذا عمل أحدكم العمل أن یتقنھArtinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai jika seseorang
melakukan suatu pekerjaan yang dilakukannya dengan itqan/sempurna (professional).” (HR Thabrani)
2. Al-Ihsan atau melakukan yang terbaik dan lebih baik lagi.
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan dua pesan.
a. Melakukan yang terbaik dari yang dapat dilakukan. Dengan
makna ini sama dengan pengertian itqan. Pesan yang
dikandungnya antara lain agar setiap muslim memiliki
komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam
segala hal yang ia kerjakan, apalagi untuk kepentingan umat.
52
b. Mempunyai makna lebih baik dari prestasi atau kualitas
pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberikan pesan
peningkatan yang terus menerus, seiring dengan
bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber
daya lainnya. Hal ini juga termasuk peningkatan kualitas dan
kuantitas dakwah.
3. Al-Mujahadah atau kerja keras yang optimal.
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-Ankabuut:69)
4. Tanafus dan ta’awun atau berkompetisi dan tolong menolong.
Artinya: “…. Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (Al-Maa’idah: 2)
5. Mencermati nilai waktu.
Mencermati nilai waktu yaitu dengan menggunakan
waktu sebaik-baiknya dalam bekerja.
53
2.2.2 Motivasi Kerja Islam
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang
berarti menggerakkan. Menurut Mitchell, 1982:81, motivasi
mewakili proses-prose psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela
(volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu98.
William J. Stanton (1981:173) mendevinisikan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu
tujuan tertentu. Sedangkan Abraham Sperling (1987:183)
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kecenderungan untuk
beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri dan diakhiri dengan
penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan
motif99.
Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk
membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal). Hal ini dapat
ditunjukkan pada bagan yang dikemukakan oleh Robert A. Baron,
(1980:295) berikut ini.
98 Prof. Dr. J. Winardi, S.E., Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004, h. 1 99 Dr. A. A. Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung: PT. Rosda Karya, 2004. h. 93
54
Gambar: 2.1
Motivasi Menjadi Pembangkit Dorongan
Keterangan: Bilamana suatu kebutuhan tidak terpuaskan maka
timbul drive dan aktivitas individu untuk merespon
perangsang (incentive) dalam tujuan yang diinginkan.
Pencapaian akan menjadikan individu merasa puas.
Dalam teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan adalah suatu kesenjangan
atau pertentangan yang dialami antara suatu kenytaan dan dorongan
yang ada dalam diri. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan
manusia adalah sebagai berikut:100
1) Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk makan, minum,
minum, perlindungan fisik, bernafas dan seksual.
100 Anwar Mangkunegara, ibid. h.95
Drive
Incentive
Goal
Unsatisfied
Need
Satisfied Need
55
2) Kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan akan perlindungan dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
3) Kebutuhan untuk mersa memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima
oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk
mencintai serta dicintai.
4) Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan untuk dihormati dan
dihargai oleh orang lain.
5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.
Hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow dengan bentuk
piramida gambar berikut ini.
Gambar 2.2
Hierarki Maslow
Self Actualization
Esteem
Belongingness
Safety and Security
Physiological Needs
56
Abdul Hamid Mursi menerangkan motivasi dalam perspektif
Islam sebagai berikut101 :
1. Motivasi fisiologis
Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap
makhluk sesuai dengan fungsi-fungsinya. Diantara cirri-ciri
khusus terpenting dalam tabiat penciptaan hewan dan manusia
adalah motivasi fisiologis. Studi-studi fisiologis menjelaskan
adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia untuk
menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan itu
lenyap maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang
bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula102.
a. Motivasi Menjaga Diri
Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat Al-
Qur’an tentang motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang
berfungsi menjaga individu dan kelangsungan hidupnya.
Misalnya lapar, dahaga, bernapas dan rasa sakit. Secara
tersirat dalam Surat Thaha ayat 117-121 tiga motivasi
terpenting untuk menjaga diri dari lapar, haus, terik matahari,
cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa103. Sebagian ayat
101 Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.109. 71 Muhammad Utsman Najati, Al-Qur’an wa ‘ilmm an-Nafs, (Kairo”Darus Syuruq,
1982) h.23-25 dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h 108. 103 Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.109.
57
al-Qur’an menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi
kebutuhan perut dan perasaan takut dalam kehidupan104.
b. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis
Allah menciptakan motivasi-motivasi dasar yang
merangsang manusia untuk menjaga diri yang mendorongnya
menjalankan dua hal terpenting yakni motivasi seksual dan
rasa keibuan 105 . Motivasi seksual merupakan dasar
pembentukan keluarga106, dan dalam penciptaan kaum wanita
Allah menganugerahi motivasi dasar untuk melakukan misi
penting yaitu melahirkan anak-anak. Al-Quran
mengambarkan betapa beratnya seorang ibu mengandung dan
merawat anaknya107.
2. Motivasi Psikologis atau Sosial
a. Motivasi Kepemilikan
Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis
yang dipelajari manusia di tengah pertumbuhan sosialnya, di
dalam fase pertumbuhan, berkembang kecenderungan
individu untuk memiliki, berusaha mengakumulasi harta yang
dapat memenuhi kebutuhan dan jaminan keamanan hingga
masa yang akan datang.
104 Al-baqarah (2) :155, An-Nahl (16) :112, Quraisy (106) : 3-4 105 Muhammad Ustman Najati, Al-Quran Wa ‘ilman-Nafs ( Kairo: Darus Syuruq, 1982)
h. 23-25 dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an…,h. 111 106 Al-Hujurat (49):13, an-Nahl (16): 72 , an-Nisa (4):1 dan ar-Ruum (30): 21 107 Al-Ahqaaf (46): 15, Luqman (31): 14, dan al-Qashash (28): 10,13
58
Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan
manusia. Urutan pemuasan kebutuhan tersebut sebagai
berikut :
1) Kebutuhan pangan dan papan
2) Kebutuhan kesehatan dan pendidikan
3) Kebutuhan bagi kelengkapan hidup
4) Kebutuhan posisi, status dan pengaruh sosial
Mengenai motivasi kekuasaan, al-Quran menengarai
yang artinya :
Artinya: ”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).108
b. Motivasi Berkompetensi
Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan dorongan
psikologis yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan
dan kultur yang tumbuh di dalamnya. Manusia biasa
108 Ali Imran (3): 14.
59
berkompetensi dalam ekonomi, keilmuan, kebudayaan, sosial
dan sebagainya. Al-Quran menganjurkan manusia agar
berkompetensi dalam ketakwaan, amal shaleh, berpegang
pada prinsip-prinsip kemanusiaan, dan mengikuti manhaj
Ilahi dalam hubungan dengan sang pencipta dan sesama
manusia sehingga memperoleh ampunan dan keridhan Allah
SWT.
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada
sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain.
Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras jika tidak
menemui hambatan merealisasikan apa yang diharapkan.
Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang
individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga
yang menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan,
sebab ia menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam
perolehan kondisi yang dihadapi dan dalam mengatasi situasi
yang sulit109.
Konsep kehidupan religius didasarkan pada ketiga motif
spiritual dalam Islam yaitu berdasarkan motivasi aqidah, ibadah
dan motivasi muamalat.
109 Mc. Clelland, D., et al., The Achievement Motive, (New York : Appleton-Century-
Crofts,1953) dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.116
60
1. Motivasi Akidah , Ibadah dan Muamalat
a. Motivasi Aqidah
Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan
motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi
akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari
kehidupan, yang dimaksud dengan akidah Islam adalah
rukun iman 110 .Iman menurut hadist merupakan
pengikraran yang bertolak dari hati, pengucapan dengan
lisan dan aplikasi dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah
dapat ditafsirkan sebagai dorongan dari dalam yang
muncul akibat kekuatan tersebut. Sistematika akidah
agama Islam terdiri dari rukun Iman diantaranya , namun
dalam motivasi akidah ini yang dilibatkan hanya unsur
iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah dan iman
kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini dilibatkan karena
pada waktu bekerja terlibat secara nya sehari-hari .Unsur
yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas bekerja karena
belum menjadi pemahaman iman yang bisa dilibatkan
dalam proses produksi maupun meningkatkan kinerja111.
Esensi Islam adalah pengesaan Allah. Tidak satupun
perintah dalam Islam yang dilepaskan dari tauhiid.
Seluruh agama itu sendiri , kewajiban untuk menyembah
110 Thahir Ibnu Shalih Jazairi, Jawahiru al-kalamiyah (Surabaya: Muhammad Ibnu Ahmad bin Nabhan), h.2
111 Wibisono, “Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja ...,h. 46
61
Tuhan, mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya, akan hancur begitu tauhiid dilanggar. Menurut
Abdurrahim kualitas seseorang 90 % ditentukan oleh
sikap dan 10 % ilmu pengetahuan, sedangkan sikap dan
prilaku ditentukan oleh nilai seperti ikhlas yang
merupakan manifestasi dari sikap tauhiid112.
Ketika seseorang menghadirkan dimensi keyakinan
akidahnya ke dalam kehidupannya, sering terjadi
pengalaman batin yang sangat individual dan yakin dapat
meningkatkan energi spiritual untuk meningkatkan
kinerja113.
b. Iman kepada Allah
Iman kepada Allah merupakan titik sentral, akar dan
fondasi yang menjadi kekuatan seorang muslim . Iman
adalah seperti pohon yang berbuah , buahnya tidak pernah
terputus, pohon iman memberikan buahnya setiap saat ,
baik di musim panas dan musim dingin, di siang maupun
di malam hari. Begitu juga seorang mukmin harus tetap
beramal di setiap saat dan di setiap kesempatan. Oleh
sebab itu sering kali dimuat dalam al-Quran pernyataan
112 Abduraahim , Faham Tauhid dan Etos Kerja, Yogyakarta:CV Kuning Mas, 1993, h.
31- 48 113 Ibid. h.49
62
Iman dan Amal saleh karena amal salah merupakan salah
satu buah dan bekasnya114
Salah satu ciri orang yang beriman diantaranya
adalah disebut nama Allah maka gemetarlah hatinya dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah
bertambahlah iman 115 .Menurut Iman yang paling kuat
adalah iman yang diamini, diakui dan diaplikasikan
dengan hati , lisan dan perbuatan.
c. Iman Kepada Kitab
Sebagai seorang muslim harus beriman kepada
Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab
Allah SWT yang diturunkan kepada umat sesuai dengan
ruang dan waktu. Al-Quran merupakan kitab terakhir,
sumber asasi Islam yang pertama, kitab kodifikasi firman
Allah SWYT kepada manusia di bumi, diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW, berisi petunjuk Ilahi yang
abadi untuk manusia, untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat.116
d. Iman Kepada Rasulullah
Iman kepada rasul memiliki konsekuensi mengikuti
dan mencontoh rasul yang disebut As-Sunnah. As-Sunnah
114 Ibid. h.48 115 Al-Anfal(8):2 116 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan
Umatnya,Cet.Ke-3 (Jakarta: Rajawali , 1993), h. 33
63
(etimologis berarti: tradisi dan perjalan), sumber asal
Islam yang kedua, ialah segala perkataan, perbuatan dan
sikap Rasulullah saw yang dicatat dan direkam di dalam
Al-Hadits (etimologis berarti: ucapan atau pernyataan dan
sesuatu yang baru). Dalam arti teknis As Sunnah
(sunnaturrasul) identik dengan Al-Hadits
(haditsunnabawi). Karena ajaran yang disampaikan Rasul
itu bersumber dari Allah SWT dan sangat penting bagi
keselamatan dan keberhasilan manusia, maka ajaran
tersebut harus diterima dan dilaksanakan oleh manusia.
Rasulullah dalam berbagai kesempatan selalu
menekankan pentingnya tenaga kerja dan selalu menghargai
karya para karyawan dan para ahli dalam suatu bidang
pekerjaan tertentu. Beliau pernah bersabda: “ Allah mencintai
orang yang selalu bekerja dan berusaha untuk
penghidupannya.” (Al-Hadits) menurut Maqdam, Rasulullah
pernah berkata, “tidak seorangpun yang akan memperoleh
keadaan yang lebih baik daripada orang yang memperoleh
penghasilan dengan tangannya (tenaganya) sendiri. Nabi
Dud pun memperoleh nafkah penghidupan dari tangannya
sendiri.” (HR. Bukhori).
64
2. Motivasi Ibadah
Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah)
yaitu tata aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual
langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata caranya
telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul.117
Ibadah adalah suatu perbuatan yang tidak pernah
dilakukan oleh orang yang tidak beragama, seperti doa, shalat
dan puasa itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang
beragama. Ibadah bertitik tolak dari aqidah, jika ibadah
diibaratkan akar maka ibadah adalah pohonnya. Jika ibdah
masih dalam taraf proses produksi, sedangkan output dari
ibadah adalah mu’amalah.
Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan sebagai
berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan zakat. Tetapi
unsur motivasi ibadah ini hanya diambil doa, shalat, dan
puasa, karena ketiga unsur ini dilakukan karyawan sehari-hari
dalam proses produksi sehingga patut diduga mempunyai
pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam melalui Al-
Qur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan produksi
seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka tidak dapat
117 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan
Umatnya,Cet.Ke-3 (Jakarta: Rajawali , 1993), h.26
65
diragukan bahwa umat yang ibadahnya kaffah akan
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja.
a. Doa
Doa biasa diartikan dengan permohonan hamba
kepada Tuhannya, tata cara berdoa telah diatur dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah, penyimpangan terhadapnya dapat
dikategorikan syirik dan bid’ah. Dzikir biasa diartikan
dengan memuji asma Allah, sambil merenungkan
kebesaran Allah SWT melalui arti asma Allah yang
direnungkan dipikirkan sehingga mempunyai efek dzikir
produktif yang dapat meningkatkan kinerja seorang
muslim. Potensi doa, dzikir dan fakir adalah asset
ilahiyyah yang seharusnya dikelola dengan baik dalam
perwujudan kerja prestatif atau amal shaleh.
Dengan berdoa, berarti menunjukkan kualitas dan
kemampuan untuk memperepsi diri sehingga mempunyai
asumsi atas gambaran jiwa yang tidak lain adalah salah
satu bagian dari proses berpikir itu sendiri.118 Doa yang
melahirkan optimisme itu, menggerakkan sikap diri yang
gagah untuk berkinerja. Dia tidak takut dengan kesulitan,
karena di dalam nuraninya ada keyakinan bahwa setelah
118 Toto Tasmara , Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta : PT Dana Bhakti Wakaf, 1995, h.
50-53
66
kesulitan pastilah ada kemudahan dan Allah akan
mengabulkan doanya.119
b. Shalat
Shalat adalah tata ritual sebagai konsekuensi orang
yang beriman kepada Allah, merupakan kewajiban yang
harus dilakukan lima kali dalam sehari. Shalat merupakan
tiang agama, barangsiapa mengerjakan berarti telah
menegakkan agamanya dan barang siapa meninggalkan
berarti telah meruntuhkan agamanya. Shalat merupakan
proses produksi yang apabila tata caranya diikuti secara
tepat dan konsisten serta dijiwai dengan niat yang ikhlas,
maka shalat tersebut dapat menghasilkan kinerja.
Sesuai teori psikologi Islam ada empat aspek
terapeutik yang terdapat dalam shalat: aspek olah raga,
aspek meditasi, aspek auto-sugesti, dan aspek
kebersamaan. Selain memberikan terapi yang bersifat
kuratif, agama juga memiliki aspek preventive bagi
lahirnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Rukun Islam
memiliki aspek terapeutik. Demikian juga dengan rukun
iman yang salah satunya adalah penerimaan bahwa baik
dan buruk datangnya dari Allah, akan membebaskan
orang dari segala macam ketegangan jiwa. Pada dasarnya
119 Al-Insyirah (94: 5-6 dan al-Mukminun (23): 60
67
tujuan beberapa teknik psikoterapi seperti kognitif
(cognitive therapy) dan (insight therapy) adalah
menentukan seseorang untuk menerima kenyataan hidup
yang sudah diatur oleh Tuhan.120
Jadi shalat bukan sekadar kegiatan rutin yang
sifatnya seremonial dan tanpa bekas. Diakui atau tidak,
sepuluh mutiara hikmah itu belum dihayati seluruhnya.
Sementara ini masih saja ada kaum muslimin yang tidak
disiplin dan konsisten mendirikan shalatnya. Shalat yang
didirikan belum juga memberi bekas terhadap lingkungan
kinerjanya.121
Penelitian tentang mentalitas manusia menetapkan
adanya manfaat shalat dan ibadah. Badan penanganan
masalah pengangguran di kota New York, telah
melakukan psikotes terhadap lebih 15.000 tunawisma.
Melalui penelitian ini dimungkinkan untuk mengarahkan
setiap individu kepada profesi yang cocok sesuai dengan
minat dan keahliannya. Hakihat khusuk jika dikaitkan
dengan penelitian tersebut dapat berpengaruh positif
signifikan terhadap karyawan. Thabarah menyatakan
bahwa kekhusuan adalah instrument untuk
mengembangkan kemampuan diri dalam berkonsentrasi,
120 Hasanuddin dalam Wibisono, ”Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap ...,h. 70 121 Ibid., hlm.70
68
yang berdampak pada kesuksesan dan keberhasilan
seseorang dalam menjalani kehidupannya.
Mencermati firman Allah dalam Al-Qur’an Surat al-
An’am ayat 162 dan surat al-Mukminun ayat 1-2 bahwa:
a) Shalat adalah tiang agama, dapat diartikan sebagai
poros energi untuk berkinerja.
b) Orang yang shalat tetapi melupakan terhadap proses
lanjutan setelah ibadah shalat, dikutuk oleh Islam.
c) Pengakuan pada waktu melaksanakan ibadah shalat
bahwa shalat merupakan ibadah, hidup dan mati
adalah bentuk pengabdian total kepada Allah.
c. Puasa
Puasa Ramadhan termasuk salah satu aturan Allah
SWT yang wajib dijalankan oleh setiap muslim
sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur’an Surat al-
Baqarah ayat 183.Dengan demikian, pendekatan yang
paling dikedepankan dalam memahami puasa adalah
dengan pendekatan keimanan untuk mencapai target
taqwa. Ditinjau dari segi teknologi modern, ditemukan
bahwa penelitian modern mengungkapkan kenyataan
bahwa puasa meningkatkan keimanan kepada pencipta
dan puasa dapat memperpanjang usia manusia dan
menghindarkannya dari sejumlah kelainan fisik dan
69
penyakit. Penelitian gejala puasa di laboratorium ilmiah,
para ahli berpendapat bahwa puasa sebagai suatu gejala
fisiologi dan bukan semata-mata suatu hasil proses iradah,
puasa adalah suatu keharusan hidup dan kesehatan.
Puasa mengatur perilaku dan konsumsi,
mengendalikan nafsu berarti menyimpan energi spiritual
yang dilakukan oleh seorang muslim mulai fajar sampai
maghrib untuk mendapatkan energi spiritual. Jika
pelaksanaan puasanya dilakukan secara tepat dan
konsisten, maka berpuasa dapat meningkatkan bekerja
dan berproduksi secara religius.
Penelitian dalam kedokteran Islam, terdapat aspek
spiritual yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan
kinerja yang religius. Mengajarkan cinta kasih antara
manusia, memberikan rasa harap, kreatif, dan selalu
optimis memandang hidupnya, meresapi arti dan
efektifitas ibadahnya, pengabdian yang murni terbuka
kepada Allah. Selain itu, mengajarkan manusia bersabar
hati, meningkatkan kewaspadaan dari nafsu jahat,
mempelajari manusia cara menabung, memperbanyak
amal sosial dan shodaqoh.
70
3. Motivasi Muamalah
Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan
ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama
manusia dan manusia dengan benda atau materi alam.
Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan primer, dan
sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja.
Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang
tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi dipandang sebagai
pemborosan dan pemusnahan sumber daya. Bekerja dan
berproduksi adalah bagian dari muamalah yang dapat
dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang muslim
menuju tercapainya rahmatan lil’alamin.
Motivasi muamalah adalah dorongan kekuatan dari
dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang dilandasi
oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat menghasilkan
kinerja yang religius, karena diilhami oleh al-Qur’an dan as-
Sunnah.
Ada perbuatan tertentu yang dikenal sebagai religius
dan spiritual, sementara lainnya, non religius atau
keduniawian. Menurut Rahman, Islam tidak membedakan
antara jenis keperluan yang satu dengan yang lainnya sebagai
71
bagian dari ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT122.
Kaum muslimin menafkahkan sebagian hartanya kepada para
janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin seperti
kerelaannya berbelanja untuk diri sendiri, anak-anak, orang
tua dan kaum kerabat. Demikian juga ketika akan mendirikan
shalat dan menunaikan ibadah haji, sama baiknya dan sama
mulianya seperti jika ke kantor, berbisnis atau kegiatan
lainnya dengan tujuan mencari nafkah untuk kehidupan
dengan ulet, tawakal, professional, amanah dan jujur. Allah
berfirman dalam surat Yasin ayat 33-35:
Artinya: dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan, dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur?
Ayat diatas mempunyai makna. Pertama, hendaklah
manusia bekerja didasarkan atas kepentingan berproduksi dan
122 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Raja GrafindoPersada,1997,
h.132
72
dari apa yang diusahakan oleh tangannya. Meski manusia
bekerja usaha tersebut tetap disandarkan pada kehendak
Allah SWT disertai doa memohon pertolongan-Nya.
Kedua, lingkungan adalah anugerah Allah SWT yang
menyediakan segala kebutuhan yang dapat membantu
manusia dalam kehidupannya. Anugerah Allah SWT itu
disertai kesiapan berkarya yang disediakan pula baginya
sejak pertumbuhannya. Dengan demikian jangan sampai
seorang mukmin berkeyakinan bahwa fatalisme dibenarkan
oleh aqidah. Fatalisme adalah jalan yang negatif dalam
kehidupan, yaitu bersikap menunggu tanpa berusaha. Islam
hanya mengenal konsep tawakal kepada Allah SWT berarti
mendayagunakan seluruh potensi untuk memikirkan
keselamatan, mempertimbangkan berbagai alternatif dan
memilih yang terbaik untuk diimplementasikan.
Menurut David C. McClelland (1961:112)
mengemukakan 7 karakteristik orang yang mempunyai
motivasi tinggi, yaitu sebagai berikut123:
1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
2. Berani mengambil dan memikul resiko
3. Memiliki tujuan yang realistik
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh
123 Dr. A. A. Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung: PT. Rosda Karya, 2004. h. 103
73
5. Berjuang untuk merealisasikan tujuan
6. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit
7. mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang
telah diprogramkan.
Dari uraian diatas dapat, indikator dari motivasi kerja
Islam adalah sebagai berikut:
4. Aqidah
Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan
motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi
akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari
kehidupan, yang dimaksud dengan akidah Islam adalah rukun
iman 124 .Iman menurut hadist merupakan pengikraran yang
bertolak dari hati, pengucapan dengan lisan dan aplikasi
dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah dapat ditafsirkan
sebagai dorongan dari dalam yang muncul akibat kekuatan
tersebut. Sistematika akidah agama Islam terdiri dari rukun
Iman diantaranya , namun dalam motivasi akidah ini yang
dilibatkan hanya unsur iman kepada Allah, iman kepada kitab
Allah dan iman kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini
dilibatkan karena pada waktu bekerja terlibat secara nya
sehari-hari .Unsur yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas
bekerja karena belum menjadi pemahaman iman yang bisa
124 Thahir Ibnu Shalih Jazairi, Jawahiru al-kalamiyah ( Surabaya: Muhammad Ibnu
Ahmad bin Nabhan), h.2
74
dilibatkan dalam proses produksi maupun meningkatkan
kinerja125.
1) Ibadah
Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah)
yaitu tata aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual
langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata
caranya telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul.126
Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan
sebagai berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan
zakat. Tetapi unsur motivasi ibadah ini hanya diambil
doa, shalat, dan puasa, karena ketiga unsur ini dilakukan
karyawan sehari-hari dalam proses produksi sehingga
patut diduga mempunyai pengaruh dalam meningkatkan
kinerja karyawan.
Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam melalui Al-
Qur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan
produksi seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka
tidak dapat diragukan bahwa umat yang ibadahnya kaffah
akan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
kinerja.
125 Wibisono, “Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja ...,h. 46 126 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan
Umatnya,Cet.Ke-3, Jakarta: Rajawali , 1993, h.26
75
2) Muamalah
Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan
ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama
manusia dan manusia dengan benda atau materi alam.
Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan primer, dan
sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja.
Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang
tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi dipandang
sebagai pemborosan dan pemusnahan sumber daya.
Bekerja dan berproduksi adalah bagian dari muamalah
yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang
muslim menuju tercapainya rahmatan lil’alamin.
Motivasi muamalah adalah dorongan kekuatan dari
dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
dilandasi oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang religius, karena diilhami oleh
al-Qur’an dan as-Sunnah.
3) Kebutuhan
kebutuhan adalah suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dan
dorongan yang ada dalam diri.
76
4) Harapan
Teori harapan berkata yang dikemukakan oleh
Victor H. Vroom mengemukakan bahwa jika seseorang
menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh
sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat
terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya.127
5) Insentif
Menurut Pangabean (2002) Insentif merupakan
penghargaan yang diberikan kepada mereka yang dapat
bekerja melampaui standard yang telah ditentukan.
Insentif juga merupakan suatu bentuk dorongan kepada
karyawan atas prestasi karyawan tersebut.
2.2.3 Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja berasal dari kata produktif artinya segala
kegiatan yang menimbulkan kegunaan (utility). Jika seseorang
bekerja, ada hasilnya, maka dikatakan ia produktif. Tapi kalau ia
menganggur, ia disebut tidak produktif, tidak menambah nilai guna
bagi masyarakat. Para penganggur merupakan beban bagi
masyarakat. Biasanya orang-orang kreatif, ada-ada saja yang akan
dikerjakannya, makin lama ia makin produktif.128
127 Sondang P, Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 1995,
h.292 128 Prof. Dr. H. Buchari Alma, dan Donni Juni Priansa, S.Pd, manajemen bisnis syari’ah,
Bandung: Alfabeta, 2009, h. 171.
77
Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk
memenuhi keinginan konsumen. Produktivitas dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan.
Hal ini dapat diimplementasikan interaksi antara karyawan
(pekerja) dan pelanggan yang mencakup129:
1. Ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan
tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan.
2. Penampilan karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan
kecocokan dalam berpakaian.
3. Kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan
bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang diajukan pelanggan.130
Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat
dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya
termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right
thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing
right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan
pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.
Produktivitas diartikan sebagai hasil pengukuran suatu
kinerja dengan memperhitungkan sumber daya yang digunakan,
129 Gaspersz Vincent, Total Quality Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003,
h.130 130 Edhi prasetyo, pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan, riyadi palace hotel di Surakarta, jurnal skripsi, h. 2.
78
termasuk sumber daya manusia131. Produktivitas dapat diukur pada
tingkat individual, kelompok maupun organisasi. Produktivitas juga
mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai
efektivitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaan
sumber daya. Orang sebagai sumber daya manusia di tempat kerja
termasuk sumber daya yang sangat penting dan perlu
diperhitungkan.132
Produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang
memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada
keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan
mendorong munculnya suatu kerja yang efektif dan produktif, yang
sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas kerja133.
Sama halnya menurut Simanjuntak, Produktivitas
mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis
operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pengertian
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini lebih baik dari hari
kemarin dan mutu kehidupan lebih baik dari hari ini134.
131 John R Schermenharn, Manajemen, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003, h.7 132 Daryatmi, “pengaruh motivasi, pengawasan dan budaya kerja terhadap produktivitas
kerja karyawan perusahan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit desa kabupaten karanganyar” jurnal skripsi, h. 12..
133 Muchdarsah Sinungan, Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h.1 134 Pajar, ”Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan
bagian keperawatan pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UMS,2008, h.37
79
Sedangkan menurut Yader (1975) dimensi variabel terikat
atau dependen yaitu produktivitas kerja dalam pengukurannya
meliputi kriteria sebagai berikut:135
a. Kualitas kerja (Quality of work) yaitu kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
b. Kuantitas kerja (quantity of work) yaitu jumlah kerja yang
dilakukan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan.
c. Kreatifitas (creativeness) yaitu keaslian gagasan yang
dimunculkan dalam tindakan-tindakan untuk menyelesaikan
persoalan yang timbul.
d. Kerja sama (coorperation) yaitu kesadaran untuk bekerja sama
dengan yang lain (sesama anggota organisasi)
e. Pengetahuan tentang pekerjaan (knowledge of job) yaitu luasnya
pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan.
f. ketergantungan (depend ability) yaitu kesadaran dan dapat
dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan
g. Inisitif (initeative) yaitu tindakan dalam menyelesaikan
pekerjaan.
h. Personal kualitas yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramahan, dan integritas pribadi.
Pada dasarnya setiap perusahaan selalu berupaya untuk
meningkatkan produktivitasnya. Tujuan dari peningkatan
135 Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administrasi dan Operasional, Jakarta : PT Bumi Aksara, cet. Ke II, 2002, h.236
80
produktivitas ini adalah untuk meningkatkan efisiensi material,
meminimalkan biaya per unit produk dan memaksimalkan output per
jam kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan hal
yang penting, mengingat manusialah yang mengelola modal, sumber
alam dan teknologi, sehingga dapat memperoleh keuntungan
darinya.136
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produktivitas
kerja suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh produktivitas kerja
karyawannya. Sedangkan produktivitas kerja karyawan sangat
dipengaruhi oleh faktor etika kerja, motivasi kerja dan juga faktor-
faktor lain seperti kepemimpinan, tingkat pendidikan, budaya kerja,
dan sebagainya.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian Daryatmi dalam penelitian yang berjudul “pengaruh
motivasi, pengawasan dan budaya kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan perusahan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit desa
kabupaten karanganyar” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara variabel-variabel yang diteliti, dengan menggunakan analisis
berganda, yaitu uji validitas yang mendasarkan pada korelasi antara masing-
masing item dengan total item, dan juga uji reliabilitas yaitu masing-masing
skor butir dikorelasikan dengan skor totalnya.
136 Bambang Tri Cahyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: BADAN
PENERBIT IPWI, 1996, h. 282.
81
Maya Puji Febriana dalam penelitian skripsinya yang berjudul
”pengaruh etos kerja islam terhadapProduktifitas karyawan bank
perkreditan rakyat syari’ah artha mas abadi kabupaten pati” menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti.
Pengujian dengan menggunakan analisis factor, analisis regresi sederhana
dengan uji F dan koefisien determinasi.
Muhammad Zama’ Syari (2010) dalam penelitian skipsinya yang
berjudul “pengaruh etos kerja dan budaya kerja Islam terhadap
produktivitas kerja karyawan di KJKS/UJKS wilayah Kabupaten Pati”
menunjukkan bahwa variabel yang diteliti berpengaruh secara signifikan
dengan uji T.
Dalam penelitian tugas akhir D3 perbankan syari’ah oleh Masrup
(2009) yang berjudul ”Hubungan pelatihan dan Motivasi kerja terhadap
Produktivitas pegawai pada kantor BMT Tamzis Wonosobo” juga
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel
yang diteliti.
2.4 Kerangka Berfikir
Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya
kerangka pemikiran yang merupakan landasan dalam meneliti masalah yang
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
82
Gambar: 2.3
Kerangka Berfikir
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
Etika Kerja Islam
X1
Produktivitas
Y
Motivasi Kerja Islam
X2
1. Al-Shalah 2. Al-Itqon 3. Al-Ihsan 4. Al-Mujahadah 5. Tanafus dan
ta’awun 6. Mencermati
nilai waktu
1. Aqidah 2. Ibadah 3. Muamalah 4. Kebutuhan 5. Harapan 6. Insentif
1. kualitas kerja 2. kuantitas kerja 3. pengetahuan tentang
pekerjaan 4. kreatifitas
kerja sama 6. ketergantungan 7. inisiatif 8. personal kualitas
83
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empiris.137
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Etika kerja dan motivasi kerja Islam secara bersamaan berpengaruh
terhadap produktifitas kerja karyawan
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel etika kerja Islam
terhadap produktifitas kerja karyawan.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel motivasi kerja Islam
terhadap produktifitas kerja karyawan.
137 Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2008, h. 64
84
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: data primer dan
data sekunder.231
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perseorangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur
yang terkait topik penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berasal
dari studi literatur berupa tulisan laporan, pedoman, peraturan, dan
sumber-sumber lain yang menunjang laporan penelitian.
Untuk melakukan penelitian tentang pengaruh etika kerja dan
motivasi kerja Islam terhadap produktivitas karyawan diperlukan data
primer dan data sekunder. Adapun proses pengumpulan data tersebut
dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a. Penelitian kepustakaan (Library research), digunakan untuk
mendapatkan data sekunder, yaitu pencarian bahan-bahan dan teori-
teori dengan mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah
231 Husain Umar, Research Methods In Finance And Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002, hlm.82.
85
literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti.
b. Penelitian lapangan (Field research), digunakan untuk mendapatkan
data primer, yaitu dengan mendatangi tempat yang bersangkutan
untuk melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dan bisa dilakukan dengan wawancara ataupun
pemberian kuesioner.
3.2. Populasi dan Sample
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.232 Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di BNI Syari’ah
Cabang Semarang yang berjumlah 72 karyawan. Penentuan jenis populasi
ini didasarkan atas layanan bahwa yang akan di uji adalah persepsi
karyawan mengenai pengaruh motivasi dan etos kerja Islam terhadap kinerja
karyawan, dikarenakan jumlah karyawan di BNI Syari’ah Cabang Semarang
banyak, sehingga memungkinkan untuk mengambil sample karyawan
menjadi responden.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
232 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2008, h. 80.
86
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sample yang
dapat diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sample itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sample
yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).233
Sample juga bisa di katakan sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.234 Teknik pengambilan sample yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah: metode Simple Random Sampling.
Simple Random sampling yaitu: cara pemilihan sample di mana
anggota dari populasi di pilih satu persatu secara random atau acak (semua
mendapat kesempatan yang sama untuk di pilih) di mana jika sudah di pilih
tidak dapat di pilih lagi.235
Pada umumnya peneliti menggunakan metode ini untuk
memperoleh daftar dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan
hemat. Penentuan jumlah sample di tentukan dengan rumus Slovin. 236
Karena jumlah respondennya sudah di ketahui.
2ne1N
n
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan/margin of error max.
2ne1N
n
233 Ibid. hlm. 81. 234 Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm: 120. 235 Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Tlletode Penelitian Kuantitatif, Teori dan
Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.123. 236 Ibid, hlm. 137.
87
2%10.1421142
n
01.0.1421142
n
6,58242142
42,11142
Berdasarkan data yang di peroleh, jumlah karyawan yang bekerja di
BNI Syariah Cabang Semarang adalah 72 orang. Jumlah sample untuk
penelitian menggunakan margin of error sebesar 10%. Maka jumlah sample
yang di teliti adalah 58,6 dibulatkan menjadi 60 karyawan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sangat berpengaruh sekali dalam hasil
penelitian. Karena pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan
diperoleh data yang relevan, dan akurat. Metode pengumpulan data yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup
88
besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos, internet. 237
Kuesioner yang di gunakan berupa pertanyaan yang menyangkut tentang
pengaruh etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktivitas
kerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang.
2. Dokumentasi
Dokumentasi di gunakan untuk pengumpulan data berupa data
tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran
tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah
penelitian. Misalnya: berupa arsip-arsip, buku-buku catatan yang
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.238 Dokumentasi yang
di gunakan yaitu yang berhubungan dengan profil tentang BNI Syariah
Cabang Semarang.
3. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
akurat untuk keperluan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai
dengan data. Pencarian data dengan teknik ini dapat di lakukan dengan
cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung antara seorang
atau beberapa orang pewawancara dengan seorang atau beberapa orang
yang diwawancarai. 239 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
237 Prof. Dr. Sugiyono, Op.cit hlm. 142. 238 Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008, h1m. 152. 239 Ibid, hlm. 151.
89
dengan salah satu karyawan yaitu dengan Bapak Khoiril Anwar, selaku
senior marketing karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang untuk
mengetahui kebenaran isi kuesioner yang menyangkut dengan pengaruh
etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap kinerja karyawan di BNI
Syariah Cabang Semarang.
3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel penelitian dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
NO VARIABEL INDIKATOR ATRIBUT SKALA 1. Etika Kerja
Islam 1. Al-Shalah 2. Al-Itqon 3. Al-Ihsan 4. Al-Mujahadah 5. Tanafus dan
ta’awun 6. Mencermati
nilai waktu
- Melakukan pekerjaan yang baik dan bermanfaat
- Keyakinan bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah
- Kejujuran - Menghindari dosa - Bekerja keras - Ketekunan - Kemandirian - Semangat kerja - Tolong menolong
dalam kebaikan - Tidak membuang-
buang waktu - Penghematan
Likert
2. Motivasi Kerja Islam
1. Aqidah 2. Ibadah 3. Muamalah
- Menjaga Prilaku dan perbuatan
- Meluangkan waktu untuk menunaikan ibadah kepada Allah swt
- Lingkungan kerja yang baik dan kenyamanan bekerja
Likert
90
4. Kebutuhan 5. Harapan 6. Insentif
- Saling berinteraksi - Gaji yang sesuai
dengan kebutuhan yang layak
- Sarana dan prasarana yang memadai
- Kestabilan kerja - Memberi kesempatan
untuk mengungkapkan ide-ide
- Kesempatan untuk mengikuti pelatihan
- Memberi penilaian terhadap pekerjaan
- Penghargaan financial 3. Produktivitas
Kerja Karyawan
1. Kuantitas kerja
2. Kualitas kerja
3. Ketepatan waktu
4. Pengetahuan tentang pekerjaan
5. Kreatif
6. Kerjasama 7. Ketergantungan 8. Inisiatif
- Bekerja sesuai dengan target yang ditentukan
- Mampu menjalankan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan
- Menyelesaikan pekerjaan sesuai prosedur yang ditetapkan
- Meminimalkan kesalahan kerja
- Menjalankan pekerjaan dengan disiplin waktu yang baik
- Menyelesaikan tugas pekerjaan dengan tepat waktu
- Luasnya pengetahuan pekerjaan
- Terampil - Memunculkan ide-ide
baru - Bekerja sama - Dapat dipercaya - Penyelesaian kerja - Semangat untuk
melaksanakan tugas-tugas baru
Likert
91
- Perbesar tanggung jawab.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian.
Dengan skala likert, maka variable yang akan di ukur dijabarkan
menjadi indikator variable. Kemudian indikator tersebut di jadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yang dapat
berupa kata-kata antara lain:240
1) Sangat setuju di beri skor 5
2) Setuju di beri skor 4
3) Ragu-ragu di beri skor 3
4) Tidak setuju di beri skor 2
5) Sangat tidak setuju di beri skor 1
3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan kevaliditan dan kesahihan suatu instrumen. 241 Instrumen
240 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2008, hlm. 93
92
dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang diinginkan dan
mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat.
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas
internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara
bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. 242 Dengan kata lain
sebuah instrumen dikatakan memiliki misi instrumen secara
keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.
Dalam pengujian validitas instrumen pada penelitian ini
digunakan analisa butir. Cara pengukuran analisa butir tersebut adalah
mengkorelasikan skor butir dengan skor total dengan rumus produk
moment, yaitu:243
)()())((
222 xyNxNyxxyNRxy
Keterangan: R = Koefisien korelasi
N = Jumlah subyek atau responden
X = Skor butir
Y = Skor total
3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen sudah baik.244 Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu
241 Suharsimi Arikunto, Op. cit, h1m. 137. 242 Ibid, hlm. 171 243 Ibid, hlm. 70 244 Ibid, hlm. 178
93
instrumen dapat memberi hasil. Pengukuran yang konsisten apabila
pengukuran dilakukan berulang-ulang terhadap gejala yang sama
dengan alat pengukuran yang sama. Uji reliabilitas ini hanya dilakukan
pada data yang dinyatakan valid. Untuk menguji reliabilitas digunakan
teknik croanbach alpa > 0,60. Rumus croanbach alpa adalah sebagai
berikut:245
2
1
2
11 11
b
kkr
Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen
k = Jumlah kuesioner
2b = Jumlah varian butir
2b = Varian total
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
3.5.3.1. Multikolonieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel
bebas sama dengan nol (0). Untuk mendeteksi ada atau
245 Ibid, hlm. 196
94
tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah
sebagai berikut246:
a. Mempunyai angka Tolerance diatas (>) 0,1
b. Mempunyai nilai VIF di di bawah (<) 10
3.5.3.2. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamat ke pengamat yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka di sebut
homokedastisitas.
Untuk mendeteksi adanya suatu heteroskedastisitas
adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
dengan ketentuan:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
menentukan poly tertentu yang diatur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.247
246 Ibid, hlm. 92. 247 Ibid, hlm. 105
95
3.5.3.3. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data
yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal
atau tidak. 248Untuk menguji suatu data berdistribusi normal
atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan grafik normal
plot.249 Pada grafik normal plot, dengan asumsi :
a. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Apabila data menyebar jauh dari diagonal dan /atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi uji asumsi normalitas.
3.5.4 Regresi Berganda
Regresi berganda biasanya digunakan satu variable dependen
dan lebih dari satu variable independent. Dalam praktek bisnis, regresi
berganda justru lebih banyak digunakan, selain karena banyaknya
variable dalam bisnis yang perlu dianalisis bersama, juga pada banyak
kasus regresi berganda yang lebih relevan digunakan.250
248 Ibid, hlm. 110. 249 Ibid, hlm. 112. 250 Husain Umar, Op.cit, hlm. 253
96
Dalam banyak kasus bisnis yang menggunakan regresi
berganda, pada umumnya jumlah variable independent berkisar dua
sampai empat variable. Walaupun secara teoritis dapat digunakan
banyak variable bebas, namun penggunaan lebih dari tujuh variable
independent di anggap tidak akan efektif.
Secara umum, data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh
variable-variable bebas X1, X2, X3,…. Xn, jadi, rumus umum dari
regresi berganda ini adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + …. +e
Keterangan:
Y = Produktivitas Kerja Karyawan
a = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
X1 = Etika Kerja Islam
X2 = Motivasi Kerja Islam
e = Standar Error
Koefisien - koefisien a, b, c, …. e dapat di cari dengan berbagi
cara. 251 Untuk melakukan regresi berganda dengan uji signifikansi,
yaitu dengan alat uji T-test dan F-test.
1) T-test untuk menguji pengaruh secara parsial. Rumusan
hipotesisnya:
Ho : P = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel X terhadap Y)
251 Ibid, hlm. 253
97
Ha : P ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel X terhadap Y) Menurut
kriteria P value:
a) Jika P > 5%, maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol
(Ho) atau Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
b) Jika P < 5%, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol
(Ho) atau Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2) F-tes, untuk menguji pengaruh secara bersama-sama atau simultan.
Rumusan hipotesis statistiknya:
Ho : P=0 (tidak ada pengaruh antara variabel X1, X 2 terhadap Y )
Ha : P ≠ t – 0 (ada pengaruh antara variabel X1, X2 terhadap Y)
Menurut kriteria p value:
a) Jika P > 5%. maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol
(Ho)
b) Jika P < 5%, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol
(Ho).252
252 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004, h1m. 108.
98
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah BNI Syari'ah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan
ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3
(tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab
kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil.
Dengan berlandaskan pada Undang-undang No. 10 Tahun 1998,
pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)
BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan,
Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang
menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Di samping itu nasabah juga dapat menikmati layanan
syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channeling)
dengan lebih kurang 750 outlet yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI
Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.
Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh
KH. Ma'ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui
pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
99
Di dalam Corporate Plat UUS BNI tahun 2000 ditetapkan
bahwa status UUS bersifat temporer dan akin dilakukan spin off
tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010
dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah
(BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari
faktor eksternal berupa, aspek regulasi rang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang,
Perbankan Syariah. Disamping komitmen Pemerintah terhadap
pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran
terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin
meningkat.
Di awali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun
1999. Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha
untuk beroperasinya unit usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah
menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang, syariah sebagai
berikut:
Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI Syariah
membuka 5 kantor cabang syariah sekaligus di kota-kota potensial,
yakni Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.
Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang
syariah, yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia, yakni:
Jakarta (dua cabang), Bandung, Makasar dan Padang. Seiring dengan
100
perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk
layanan perbankan syariah, Tahun 2002 lalu BNI Syariah membuka
dua kantor cabang syariah baru di Medan dan Palembang.
Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang
semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, BNI Syariah melakukan relokasi kantor cabang syariah
di Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat Kota
Jepara, BNI Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah
Jepara.
Dari awal beroperasi hingga kini, BNI Syariah
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Asset meningkat dari
Rp. 160 Milyar di Tahun 2001 menjadi 460 Milyar di Tahun 2002.
Seiring dengan itu produktivitas kerja usaha juga mengalami
peningkatan dengan pencapaian laba sebesar Rp. 7,2 Milyar
dibanding tahun 2001 yang masih rugi sebesar 3,1 Milyar. Dana
pihak ketiga meningkat sebesar 88% dari tahun 2001 menjadi Rp.
205 Milyar. Pembiayaan juga meningkat 163% menjadi 292,9
Milyar. Data di atas menunjukkan bahwa perbankan syariah
memiliki prospek yang baik dan akan terus berkembang di masa
yang akan datang. Pada akhir tahun 2003 dana pihak ketiga
meningkat 97.56% menjadi Rp405 milyar, pembiayaan meningkat
sebesar 67.57% menjadi Rp490 milyar sedangkan laba mencapai
peningkatan sebesar 281.39% menjadi Rp.27.46 milyar. Pada tahun
101
2004 BNI Syariah mendapatkan penghargaan The Most Profitable
Islamic Bank untuk yang kedua kalinya, penghargaan ini
berdasarkan penilaian oleh Karim Business Consulting bekerja sama
dengan Majalah Manajemen dan PPM.
4.1.2. Visi dan Misi BNI Syariah
4.1.2.1. Visi
Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang
unggul dalam layanan dan produktivitas kerja.
4.1.2.2. Misi
1. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat
dan peduli pada kelestarian lingkungan.
2. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan
jasa perbankan syariah.
3. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi
investor.
4. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat
kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi
pegawai sebagai perwujudan ibadah.
5. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
102
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Jenis Kelamin Responden
Adapun data mengenai jenis kelamin responden karyawan
BNI Syariah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
LIP Jumlah Persentase
Laki-laki 41 68,33
Perempuan 19 31,67
Jumlah 60 100,00
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.1 diatas, dapat diketahui
tentang jenis kelamin responden karyawan BNI Syariah Cabang
Semarang yang diambil sebagai responden, yang menunjukkan
bahwa mayoritas responden adalah laki-laki, yaitu sebanyak 41
orang, sedangkan sisanya adalah responden perempuan sebanyak 29
orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari karyawan
BNI Syari'ah Cabang Semarang yang diambil sebagai responden
adalah laki-laki.
4.2.2. Umur Responden
Adapun data mengenai jenis kelamin responden karyawan
BNI Syari'ah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:
103
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase
21-30 43 71,67
31-40 17 28,33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.2 ini memperlihatkan
bahwa karyawan BNI Syariah Cabang Semarang yang diambil
sebagai responden sebagian besar berusia 21-40 tahun. Berdasarkan
tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas responden
berusia 21-30 tahun sebanyak 43 orang, sedangkan yang berusia 31-
40 tahun sebanyak 17 orang.
4.2.3. Pendidikan Responden
Adapun data mengenai pendidikan responden karyawan BNI
Syari'ah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase
SMA/SMK 5 8,33
Diploma III 17 28,33
Sarjana 38 63,33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
104
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3 memperlihatkan
bahwa karyawan BNI Syari'ah Cabang Semarang yang diambil
sebagai responden sebagian besar berpendidikan sarjana.
Berdasarkan tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas
responden berpendidikan diploma sarjana sebanyak 38 orang,
sedangkan yang berpendidikan Diploma III sebanyak 17 orang dan
yang berpendidikan SMA/SMK sebanyak 5 orang.
4.2.4. Jabatan Responden
Adapun data mengenai jabatan responden karyawan BNI
Syariah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden
Jabatan Jumlah Persentase Manajer SDM 1 1,67
Manajer Area 1 1,67
Divisi Operasional 1 1,67
Funding Officer 3 5,00
IT 2 3,33
Teller 6 10,00
Customer service 8 13,33
Marketing 27 45 00
Staf 2 3,33
Magang Marketing 2 3 ,33
105
Cleaning Service 4 6,67
Sopir Mobil Bank 2 3,33
Security 2 3,33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.4 dapat dijelaskan
bahwa sebagian besar dari pekerjaan karyawan BNI Syari'ah Cabang
Semarang yang diambil sebagai responden adalah marketing yaitu
sebanyak 27 orang, customer service sebanyak 8 orang, teller
sebanyak 6 orang, funding officer sebanyak 3 orang, IT, Staf,
Magang Marketing, Sopir Mobil Bank, dan Security masing-masing
sebanyak 2 orang, Manajer SDM, Manajer Area, dan Divisi
Operasional masing-masing sebanyak 1 orang.
106
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk menguji validitas dan realiabilitas instrumen, penulis
menggunakan analisis dengan SPSS. Berikut hasil pengujian validitas.
Untuk tingkat validitas dilakukan uji signifikansi dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Untuk degree of freedom
(df) = n-k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah
konstruk. Pada kasus ini besarnya df dapat dihitung 60-2 atau df = 58
dengan alpha 0,05 didapat r tabel 0,2542, jika r hitung (untuk tiap-tiap butir
pertanyaan dapat dilihat pada kolom corrected item pertanyaan total
correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pertanyaan
tersebut dikatakan valid.
107
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Item pertanyaan Corrected Item-Total Correlation
r table Ket
Etika Kerja Islam 1 0,401 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 2 0,328 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 3 0,457 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 4 0,496 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 5 0,324 0,2542 Valid
Etika Kerja Islam (X1)
Etika Kerja Islam 6 0,510 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 1 0,265 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 2 0,416 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 3 0,408 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 4 0,363 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 5 0,367 0,2542 Valid
Motivasi Kerja Islam
(X2)
Motivasi Kerja Islam 6 0,465 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 1 0,448 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 2 0,447 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 3 0,626 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 4 0,444 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 5 0,364 0,2542 Valid
Produktivitas Kerja
Karyawan (Y
Produktivitas Kerja Karyawan 6 0,278 0,2542 Valid Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa semua indikator
variabel independen (etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam) dan variabel
dependen (Produktivitas) yang masing-masing berjumlah 6 indikator
mempunyai nilai t hitung > t table sebesar 0,2542. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa semua indicator yang digunakan dalam penelitian
ini adalah valid.
108
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Reliabilitas Coefficient
Cronbach Alpha Keterangan
Etika kerja Islam X1 6 item 0,634 Reliabel
Motivasi Kerja Islam X2 6 item 0,635 Reliabel
Produktivitas Kerja X3 6 item 0,614 Reliabel
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Dari keterangan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing
variabel memiliki Cronbach Alpha > 0,60. dengan demikian variabel
(motivasi, motivasi kerja Islam dan produktivitas kerja karyawan) dapat
dikatakan reliabel.
4.4. Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengujian segala penyimpangan klasik terhadap
data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.4.1. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen.
109
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Dari hasil pengujian multikolonieritas yang dilakukan
diketahui bahwa nilai variance inflation factor (VIF) kedua
variabel, yaitu lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 1.
sehingga bisa diduga bahwa tidak ada multikolonieritas antar
variabel independen dalam model regresi.
4.4.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Berikut
ditampilkan scatter plot hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian
ini.
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
(Constant)
etika kerja Islam .800 1.250
1
motivasi kerja Islam .800 1.250
110
Gambar 4.1
Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar secara merata diatas maupun dibawah angka nol serta
tidak membentuk pola yang teratur. Berdasarkan hal tersebut maka
tidak terjadi heteroskedastisitas pada penelitian ini. Adapun hasil uji
statistik Heteroskedastisitas yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
111
Tabel 4.8
Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model Sig.
(Constant) .839
etika .691
1
motivasi .842 a. Dependent Variable: ABSUT Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi variable etika kerja dan motivasi kerja Islam masing-
masing adalah 0,619 dan 0,842 atau diatas 0,05 pada tingkat
kepercayaan 95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
4.4.3. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Cara yang bisa ditempuh untuk menguji
kenormalan data adalah dengan menggunakan Grafik Normal P-P
Plot dengan cara melihat penyebaran datanya. Jika pada grafik
tersebut penyebaran datanya mengikuti pola garis lurus, maka
datanya normal. Jika pada tabel test of normality dengan
menggunakan Kolmogorov-Smimov nilai sig > 0.05, maka data
112
berdistribusi normal. Adapun Uji Normalitas dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Grafik Scatter Plot
Sumber Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar sejajar dengan garis diagonal. Berdasarkan hal tersebut
maka model regresi pada penelitian ini adalah normal. Adapun hasil
uji statistik Normalitas yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
113
Tabel 4.9.
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a
.
T
e
s
t
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov pada tabel
diatas, menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,898 atau lebih
besar dari 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian,
residual data berdistribusi normal dan model regresi telah memenuhi
asumsi normalitas.
4.5. Analisis Data
4.5.1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah model untuk mengetahui
pengaruh variabel independen yaitu etika kerja Islam dan motivasi
kerja Islam terhadap variabel dependennya yaitu produktivitas kerja
Unstandardized Residual
N 60 Mean .0000000 Normal Parametersa,,b
Std. Deviation 1.20172553 Absolute .074
Positive .074
Most Extreme Differences
Negative -.065 Kolmogorov-Smirnov Z .573 Asymp. Sig. (2-tailed) .898
114
di BNI Syari'ah Cabang Semarang. Ringkasan hasil pengolahan data
dengan menggunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Regresi Berganda Coefficientsa
a. Dependent Va
b. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut diatas, dapat
diketahui bahwa koefisien regresi variabel etika kerja Islam adalah
sebesar 0,563. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0,563
menunjukkan bahwa pengaruh variabel etika kerja Islam terhadap
produktivitas kerja adalah positif atau berbanding lurus, artinya
semakin tinggi variabel etika kerja Islam maka produktivitas kerja
akan semakin tinggi. Adapun tingkat signifikansi variabel etika kerja
Islam adalah sebesar 0,00 atau dibawah 0,05 dengan tingkat
kepercayaan 95%. Karena tingkat signifikansi variabel etika kerja
Islam lebih kecil daripada 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079
Etika kerja Islam
.563 .094 .579 5.981 .000
1
Motivasi kerja Islam
.272 .090 .293 3.023 .004
115
variabel etika kerja Islam dapat dijadikan sebagai prediktor variabel
produktivitas kerja.
Adapun koefisien regresi variabel motivasi kerja Islam adalah
sebesar 0, 272. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0, 272
menunjukkan bahwa pengaruh variabel motivasi kerja Islam
terhadap produktivitas kerja adalah positif atau berbanding lurus,
artinya semakin tinggi variabel motivasi kerja Islam, maka
produktivitas kerja akan semakin tinggi. Adapun tingkat signifikansi
variabel motivasi kerja Islam adalah sebesar 0,004 atau dibawah 0,05
dengan tingkat kepercayaan 95%. Karena tingkat signifikansi
variabel motivasi kerja Islam lebih kecil daripada 0,05, maka dapat
dinyatakan bahwa variabel motivasi kerja Islam dapat dijadikan
sebagai prediktor variabel produktifitas kerja.
Dari dua variabel independen yang dimasukkan dalam regresi
tersebut untuk memprediksi produktivitas kerja, dapat disimpulkan
bahwa semua variabel dinyatakan signifikan yaitu variabel etika
kerja dan motivasi kerja Islam. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas
signifikansinya yang berada dibawah 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel produktivitas kerja dipengaruhi variabel
etika kerja dan motivasi kerja karyawan. Dari hasil tersebut apabila
ditulis persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 4.662 + 0, 563X1 + 0, 272X2
Keterangan:
116
Y = Produktivitas kerja
X1 = Etika kerja Islam
X2 = Motivasi kerja Islam
4.5.2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi yang memiliki fungsi untuk
menjelaskan sejauh mana kemampuan variabel independen (motivasi
dan motivasi kerja Islam) terhadap variabel dependen (produktivitas
kerja karyawan). Hasil pengujian yang ditunjukkan Adjusted R
Square menunjukkan bahwa variabel independen mampu
menjelaskan variabel dependen sebesar 55%, sedang yang 45%
sisanya dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
ini (tidak diteliti).
Tabel. 4.11 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .757a .573 .558 1.22263 a. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Islam, Etika Kerja Islam
b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Hasil uji koefisien determinasi tersebut memberikan makna,
bahwa masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan.
117
4.6. Uji Hipotesis
4.6.1. Uji Simultan Pengujian secara parsial merupakan salah satu bentuk
pengujian pengaruh dari masing-masing variabel dengan asumsi
bahwa variabel lain adalah konstan. Uji ini untuk menandai bahwa
variabel independen dalam model berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (produktivitas kerja).
Tabel 4.12. Uji Simultan ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Regression 114.195 2 57.098 38.197 .000a
Residual 85.205 57 1.495
1
Total 199.400 59 a. Predictors: (Constant), motivasi, etika b. Dependent Variable: produktivitas Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Hasil pengujian secara simultan (bersama-sama) adalah
sebagai berikut:
Ho : β1 ≤ 0 : Variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam secara
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap
produktifitas kerja.
Ha : β1 > 0 : Variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam secara
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap
produktifitas kerja
118
Berdasarkan Uji simultan, didapat hasil perhitungan F test
yang menunjukkan nilai 38.197 dengan tingkat probabilitas 0,000
yang di bawah alpha 5%.
Hal itu berarti bahwa semua variabel independen (etika dan
motivasi kerja Islam) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang
berbunyi "Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika dan
motivasi kerja Islam secara bersama-sama terhadap
produktivitas kerja karyawan di BNI Syariah Cabang
Semarang" dinyatakan diterima.
4.6.2. Uji Parsial
Uji parsial ini memiliki tujuan untuk menguji atau
mengkonfirmasi hipotesis secara individual. Uji parsial ini, dalam
hasil perhitungan statistik ditunjukkan dengan t hitung. Secara
terperinci hasil t hitung dijelaskan dalam tabel berikut:
119
Tabel 4.13 Uji Parsial
Coefficientsa
a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
1) Uji Hipotesis Etika kerja Islam
Ho : β2 ≤ 0 : Etika kerja Islam tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja.
Ha : β2 > 0 : Etika kerja Islam berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh untuk variabel
etika kerja Islam diperoleh nilai t hitung = 5,981 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi
0,05, maka diperoleh nilai t tabel dengan df = 57 adalah sebesar
1,672.
Dengan demikian diperoleh t hitung (5,981) > t tabel
(1,672) sehingga Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa Etika kerja Islam
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079
Etika kerja Islam
.563 .094 .579 5.981 .000
1
Motivasi kerja Islam
.272 .090 .293 3.023 .004
120
atau Hipotesis 2 terbukti. Arah koefisien regresi positif sebesar
0,563 menyatakan bahwa setiap peningkatan Etika kerja Islam
akan menjadikan produktivitas kerja semakin tinggi.
2) Uji Hipotesis Motivasi kerja Islam
Ho : β3 > 0 : Motivasi kerja Islam tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja.
Ha : β3 < 0 : Motivasi kerja Islam berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh untuk variabel
motivasi kerja Islam nilai t hitung = 3,023 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi
0,05, maka diperoleh nilai t tabel dengan df = 57 adalah sebesar
1,672. Dengan demikian diperoleh t hitung (3,023) > t tabel
(1,672) sehingga H3 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi kerja Islam
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja
atau Hipotesis 3 terbukti. Arah koefisien regresi positif sebesar
0,272 menyatakan bahwa setiap peningkatan Motivasi kerja
Islam akan menjadikan produktivitas kerja semakin tinggi.
121
4.7. Pembahasan
Pengaruh masing-masing variabel independen (etika dan motivasi
kerja Islam) dan variabel dependen (produktivitas kerja karyawan) dapat
dijelaskan sebagai berikut:
4.7.1. Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan
Hasil uji empiris pengaruh antara etika kerja Islam terhadap
produktivitas kerja karyawan menunjukkan nilai t hitung 5.981 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang di bawah alpha 5%. Artinya
bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang. Nilai beta dalam
Unstandardized Coefficients variabel etika kerja Islam menunjukkan
arah positif sebesar 0, 563, yang artinya semakin besar etika kerja
Islam maka semakin besar produktivitas kerja karyawan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilaksanakan oleh Maya Puji Febriana dan Muhammad Zama'sari
(2010) yang membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara
etos kerja terhadap produktivitas. Hasil penelitian ini juga sama
dengan teori yang dinyatakan oleh Johan Arifin (2007) bahwa Etika
dapat dipahami sebagai pernyataan (atau ungkapan) rasional yang
berkaitan dengan esensi dan dasar perbuatan, keputusan yang benar,
dan prinsip-prinsip yang mendasari klaim bahwa hal-hal tersebut
secara moral, terpuji, atau tercela. Dengan demikian dapat
122
disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat tatanan dan prinsip
kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih luas, etika adalah
seperangkat nilai tentang baik, benar, buruk, dan salah yang
berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan
tindakan sehingga etika menjadi salah satu faktor penting bagi
terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik
4.7.2. Pengaruh Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan
Hasil uji empiris pengaruh antara motivasi kerja Islam
terhadap produktivitas kerja karyawan menunjukkan nilai t hitung
3.023 dan tingkat signifikansi sebesar 0,005 yang di bawah alpha
5%. Artinya bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan di BNI Syari'ah Cabang Semarang.
Nilai beta dalam Unstandardized Coefficients variabel motivasi kerja
Islam menunjukkan arah positif sebesar 0, 272, yang artinya semakin
besar motivasi kerja Islam maka semakin besar produktivitas kerja
karyawan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilaksanakan oleh Masrup (2009) dan Daryatmi yang membuktikan
adanya pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi kerja
terhadap produktivitas. Hasil penelitian ini juga sama dengan teori
yang dinyatakan oleh Johan Arifin (2007).
123
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian untuk menganalisis hubungan antara variabel
independent (etika dan motivasi kerja Islam) terhadap variabel dependen
(produktivitas) dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh signifikan pada uji simultan (secara bersama-sama)
semua variabel independen (etika kerja dan motivasi kerja Islam)
terhadap variabel dependen (produktivitas kerja).
2. Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel etika kerja
Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi etika kerja Islam maka semakin tinggi
produktifitas kerja karyawan.
3. Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja
Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi motivasi kerja Islam maka semakin tinggi
produktifitas kerja karyawan.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat diajukan saran sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa variabel etika
124
kerja Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
produktifitas kerja karyawan. Hal ini berarti karyawan dalam
melaksanakan tanggung jawabnya selalu menekankan kejujuran, kerja
keras, tidak membuang-buang waktu dan menganggap apa yang
dikerjakan adalah bermanfaat. Sehubungan dengan hal ini, maka
perusahaan perlu dan hendaknya memelihara perilaku yang telah
dimiliki oleh karyawannya seperti membudayakan kerja keras serta
memupuk sifat kejujuran karyawannya.
2. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa variabel
motivasi kerja Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini berarti karyawan
termotivasi karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Disamping itu,
mereka juga mempunyai semangat dalam bekerja karena kebutuhan
mereka terpenuhi. Sehubungan dengan hal ini, maka perusahaan harus
memberikan waktu kepada karyawannya untuk melaksanakan kewajiban
seperti sholat. Selain itu, hendaknya perusahaan juga memberikan
penghargaan kepada karyawannya yang berprestasi, seperti pemberian
insentif.
5.3. Penutup
Puji syukur, Alhamdulillahirabbil ‘alamin penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur atas segala rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik,
125
setelah melalui rentang waktu yang tidal sebentar dengan berbagai macam
lika-liku dan rintangan.
Skripsi ini penulis susun dengan segenap hati, penulis menyadari
bahwa karya skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan.
Akhir kata hanya dengan memohon ridha Allah SWT, penulis
berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abduraahim , Faham Tauhid dan Etos Kerja, Yogyakarta: CV Kuning Mas, 1993
Agung Sulistyo, Rachmad, Skripsi:Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah, Yogyakarta:. Universitas Islam Indonesia, 2009
Alma, Buchari, Donni Juni Priansa, S.Pd, manajemen bisnis syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009
Al-Maraghi, Mustafa Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, 1986
Arifin, Johan, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Alvabeta,2005
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi Hukum-hukum Fiqih Jakarta: Bulan Bintang, 1970
Buchari Alma, Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung : Alfabeta, 2009
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997
Dio, Perbankan Syariah minim SDM siap pakai, Jawa Pos edisi sabtu, 8 Oktober 2011
Firdaus, Muhammad, Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009
______, Al-Qur’an Karim dan Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992
Kamaludin, Undang Ahmad, Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
______, Kepala Bagian SDM Yayasan Daarut Tauhiid, Hasil wawancara Asep Ridrid Karana tanggal 13 Agustus 2007
Magnis Suseno, Franz, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997
Mangkunegara, Anwar, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Rosda Karya, 2004
Mansyur, Kahar, Membina Moral dan Akhlaq, Bandung: Rineka Cipta, 1995
Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2004
Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer ,Yogyakarta: UII Press, 1999
Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008
Muhammmad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002
Munawwir, A.W., Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, edisi II, Yogyakarta : Pustaka Progresif, 2004
P, Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Pajar, ”Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan bagian keperawata pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UMS,2008
Perwataatmadja, Karen dan M. Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakafm, 2005
Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah, metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
Prasetyo, Edhi, pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan, riyadi palace hotel di Surakarta, jurnal skripsi
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995
Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, cet. ke-3, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002
Sastrohadiwiry, Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional, Jakarta : PT Bumi Aksara, cet. Ke II, 2002
Sinungan, Muchdarsah, Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Sudarsono, Heri, Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia, 2004
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008
Syafii Antonio, Muh, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan , Bank Indonesia, Tazkia Institut, 1999
Syaifuddin Anshari, Endang, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Bandung: Pelajar Bandung, 1969
Syalthut, Mahmud, Al-Islam,’Aqidah wal Syariah, cet. 1, 1959
Tasmara, Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang : Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo semarang , 2008
Tri Cahyono, Bambang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: BADAN PENERBIT IPWI, 1996
Umar, Husain, Research Methods In Finance And Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
Ummu, Abi Salmiyah, Etika kerja dalam Islam, http//Etika kerja dalam Islam « Schatzran’s Weblog.htm. di posting pada tanggal 9 Agustus 2011 pukul 21.30 WIB
Vincent, Gaspersz, Total Quality Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003
Winardi, Memotivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001
http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnu-miskawaih-bapak-etika-islam. diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pada pukul 22.30 WIB
http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses pada tanggal 23 september 2011 pada pukul 19.00
http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalam-islam/ diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pukul 19.30 WIB
http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185-motivasi-dalam-islam.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB.
Hal : Permohonan Pengisian Angket
Kepad Yth.
Bapak/Ibu/Saudara Karyawan Bank BNI Syari’ah
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Agus Luqman Fitriyan
NIM : 072411001
Jurusan : Ekonomi Islam (EI)
Judul Skripsi : ”Pengaruh Etika Kerja dan Motivasi Kerja Islam Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan” (Studi pada Bank BNI Syari’ah
Cabang Semarang).
Fakultas/Prodi : Syari’ah/Ekonomi Islam
Mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk berkenan mengisi angket terlampir guna
melengkapi data-data penelitian skripsi.
Demikian surat permohonan ini saya buat. Atas perhatian dan terkabulnya
permohonan ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jum’at, 25 Nopember 2011
Hormat Saya, Agus Luqman Fitriyan 072411001
KUESIONER PENELITIAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
1.Nama :
2.Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
3.Usia :
4.Pendidikan :
5.Jabatan :
B. PETUNJUK
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat
Bapak/ibu/saudara :
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Ragu-ragu (R)
4. Tidak Setuju (TS)
5. Sangat Tidak Setuju (STS)
C. DAFTAR PERTANYAAN
VARIABEL ETIKA KERJA ISLAM (X1)
No PERTANYAAN SS S R TS STS
1 Kami mempunyai keyakinan bahwa apa
yang kami kerjakan adalah bermanfaat
2
Dalam melaksanakan pekerjaan, kami
menyempatkan waktu untuk sholat 5
waktu
3 Prinsip Kejujuran dalam bekerja adalah
hal yang utama
4 Kami selalu menekankan kerja keras
dalam melaksanakan pekerjaan
5
Bila ada rekan kerja yang kesulitan dalam
mengerjakan tugasnya, kami berusaha
untuk memberikan bantuan
6
Kami berupaya untuk tidak membuang-
buang waktu kerja dengan kegiatan yang
lain yang tidak berhubungan dengan tugas
VARIABEL MOTIVASI KERJA ISLAM (X2)
NO PERTANYAAN SS S R TS STS
1 Rukun Iman menjadi dorongan dalam
melaksanakan pekerjaan
2 Bekerja adalah bagian dari ibadah
3 Situasi lingkungan kerja dimana saya
bekerja adalah baik dan menyenangkan
4 Sarana pendukung dan peralatan yang
kami gunakan dalam bekerja memadai
5
Atasan memberikan pelatihan-pelatihan
kepada karyawan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan
6
Pemberian penghargaan bagi karyawan
yang berprestasi dapat meningkatkan
motivasi kerja karyawan
VARIABEL PRODUKTIVITAS KERJA (Y)
NO PERTANYAAN SS S R TS STS
1 Kami selalu bekerja sesuai dengan target
yang ditentukan
2 Kami menjalankan tugas sesuai batas
waktu yang ditentukan
3 Kami selalu menyelesaikan pekerjaan
sesuai prosedur yang ditetapkan
4 Kami selalu berusah meminimalisir
kesalahan kerja
5 Kami menjalankan pekerjaan dengan
disiplin waktu dengan baik
6 Kami selalu menyelesaikan tugas
pekerjaan dengan tepat waktu
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
LIP Jumlah Persentase
Laki-laki 41 68,33 Perempuan 19 31,67
Jumlah 60 100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase 21-30 43 71,67
31-40 17 28,33
Jumlah 60 100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
LIP Jumlah Persentase Laki-laki 41 68,33 Perempuan 19 31,67 Jumlah 60 100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase 21-30 43 71,67
31-40 17 28,33
Jumlah 60 100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase
SMA/SMK 5 8,33
Diploma III 17 28,33
Sarjana 38 63,33
Jumlah 60 100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden
Jabatan Jumlah Persentase Manajer SDM 1 1,67 Manajer Area 1 1,67 Divisi Operasional 1 1,67 Funding Officer 3 5,00 IT 2 3,33 Teller 6 10,00 Customer service 8 13,33 Marketing 27 45 00 Staf 2 3,33 Magang Marketing 2 3 ,33 Cleaning Service 4 6,67 Sopir Mobil Bank 2 3,33 Security 2 3,33 Jumlah 60 100,00
Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Item pertanyaan Corrected Item-Total Correlation
r table Ket
Etika Kerja Islam 1 0,401 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 2 0,328 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 3 0,457 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 4 0,496 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 5 0,324 0,2542 Valid
Etika Kerja Islam (X1)
Etika Kerja Islam 6 0,510 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 1 0,265 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 2 0,416 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 3 0,408 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 4 0,363 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 5 0,367 0,2542 Valid
Motivasi Kerja Islam
(X2)
Motivasi Kerja Islam 6 0,465 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 1 0,448 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 2 0,447 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 3 0,626 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 4 0,444 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 5 0,364 0,2542 Valid
Produktivitas Kerja
Karyawan (Y
Produktivitas Kerja Karyawan 6 0,278 0,2542 Valid
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Reliabilitas Coefficient
Cronbach Alpha Keterangan
Etika kerja Islam X1 6 item 0,634 Reliabel
Motivasi Kerja Islam X2 6 item 0,635 Reliabel
Produktivitas Kerja X3 6 item 0,614 Reliabel
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS
Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
(Constant)
etika kerja Islam .800 1.250
1
motivasi kerja Islam .800 1.250
Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model Sig.
(Constant) .839
etika .691
1
motivasi .842 a. Dependent Variable: ABSUT
Grafik Scatter Plot
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a. Test a. Test distribution is Normal. b.
Calculated from data
Hasil Regresi Berganda Coefficientsa
a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS
Unstandardized Residual
N 60 Mean .0000000 Normal Parametersa,,b
Std. Deviation 1.20172553 Absolute .074
Positive .074
Most Extreme Differences
Negative -.065 Kolmogorov-Smirnov Z .573 Asymp. Sig. (2-tailed) .898
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079
Etika kerja Islam
.563 .094 .579 5.981 .000
1
Motivasi kerja Islam
.272 .090 .293 3.023 .004
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .757a .573 .558 1.22263 c. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Islam, Etika Kerja Islam
d. Dependent Variable: Produktivitas Kerja
Uji Simultan
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Regression 114.195 2 57.098 38.197 .000a
Residual 85.205 57 1.495 1
Total 199.400 59 a. Predictors: (Constant), motivasi, etika b. Dependent Variable: produktivitas
Uji Parsial
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Produktivitas
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079
Etika kerja Islam
.563 .094 .579 5.981 .000
1
Motivasi kerja Islam
.272 .090 .293 3.023 .004
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Agus Lukman Fitriyan
Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 11 Mei 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Ds. Tawangrejo RT. 04/ RW. 01, Kec. Winong,
Kab. Pati Prov. Jawa Tengah (Kode Pos 59181)
Riwayat Pendidikan Formal :
1. TK Tawangrejo : Tahun lulus 1996
2. MI Tawangrejo : Tahun lulus 2001
3. MTs N I Winong : Tahun lulus 2004
4. MAN Rembang : Tahun lulus 2007
Riwayat Pendidikan Nonformal :
1. PP. Darul Ulum Ds. Sidowayah Kec. Rembang Kab. Rembang Jawa
Tengah
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya, untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 09 Desember 2011
Penulis,
AGUS LUKMAN FITRIYAN NIM. 072411001