pengaruh etika kerja dan motivasi kerja...

157
PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : AGUS LUKMAN FITRIYAN N I M : 0 7 2 4 1 1 0 0 1 JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: duongmien

Post on 11-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

(Studi Pada Karyawan Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

AGUS LUKMAN FITRIYAN N I M : 0 7 2 4 1 1 0 0 1

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

ii

iii

iv

v

MOTTO

كن عالما او متعلما او مستمعا او محبا والتكن خامسا فتھلك

)رواه بیھقى( “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau

orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan

janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka”

(H.R. Baehaqi)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ibu Mari’ah dan Bapak M. Sholeh. Atas curahan Doa, bimbingan dan kasih sayang mereka berdua penulis bisa

seperti sekarang ini. Kakak-kakak tercinta, Alif Salafuddin & Titin Widyawati,

Achmad Rafiuddin & Rina Widyawati dan Nur Fuad Keluarga besar H. Baedlowi di manapun berada

Ponakan tercinta, Anindiya Rahmalina dan Si Kecil Yang Insyaallah Lahir Januari ini

Murrabbi ruuhina KH. Mizan Asrori Sahabat-sahabat karibku dan Kawan-kawan seperjuangan

“Jangan pernah lemahkan kepalan tangan kiri, karena perjuangan belum Usai….!!!”

vii

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi

materi yang telah atau pernah ditulis oleh orang

lain atau diterbitkan. Dengan demikian skripsi ini

tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang

menjadi bahan rujukan.

viii

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel independen yaitu etika kerja Islam (X1) dan motivasi kerja Islam (X2) terhadap produktivitas kerja (Y) di Bank Negara Indonesia Syari’ah Cabang Semarang. Sampel yang diambil berjumlah 60 responden dengan menggunakan teknik random sampling.

Alat analisisnya menggunakan SPSS 17.0 yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas serta analisis berganda yang meliputi uji goodness of fit yakni koefisien determinasi, uji signifikansi F (uji statistik F), uji signifikansi parameter individual ( uji t). Berdasarkan pengujian, Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etika kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan.

Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan memenuhi kriteria pengujian yang digunakan. Adapun hasil regresi berganda adalah :

Y = 4,148+ 0,569X1 + 0,282X2 Koefisien determinasinya (adjusted ) sebesar 0,368. Artinya 36,8%

produktivitas kerja pada Bank Negara Indonesia Cabang Semarang dapat dijelaskan oleh kedua variabel. Sedangkan 63,2% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini (tidak diteliti). Hal ini menunjukkan Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan. Kata Kunci: Etika Kerja Islam, Motivasi Kerja Islam , Produktivitas Kerja dan Bank Negara Indonesia Syariah

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya

kepada kita semua berupa akal dan fikiran sehingga manusia mampu merenungi

kebesaran dan kuasaNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada

baginda besar Sayyidina Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang

mendapatkan limpahan syafa’atnya di akhirat kelak.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis bersyukur dapat menyelesaikan

karya ilmiah yang sederhana berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Etika Kerja

dan Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Bank

BNI Syari’ah Cabang Semarang)” dengan lancar tanpa banyak kendala yang

berarti.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih

payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari

usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah

sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. DR. Muhibbin, M.Ag, rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. DR. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang dan Pembantu Dekan I, II dan III yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk menulis skripsi ini dan yang telah mencurahkan tenaga

dan fikiranya guna menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif

sehingga penulis bisa menyelesaikan studi formal di bangku kuliah dengan

baik.

3. Drs. H. Musahadi, M.Ag. dan H. Muchamad Fauzi, SE.,MM. selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,

mengarahkan dan memberi petunjuk dengan sabar sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

x

4. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala doa, perhatian

dan arahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapan dalam untaian

kata-kata.

5. Teman-temanku yang selalu memberi semangat sehingga terselesainya skripsi

ini. Dan penulis untuk mereka, “Semoga Allah membalas semua amal

kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari mereka berikan pada

penulis”, amin.

6. Teman-teman senasib seperjuangan yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu,

terutama teman-teman AS angkatan 2007 dan teman-teman di lingkungan

Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Penulis juga menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman

pada umumnya. Amin.

Semarang, 09 Desember 2011

Penulis,

Agus Lukman Fitriyan NIM. 0 7 2 4 1 1 0 0 1

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii

PENGESAHAN.......................................................................................... iv

MOTTO ..................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi

DEKLARASI ............................................................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

BAB I : PENDAHULUHAN

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................. 12

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................... 13

1.4. Sistematika Penulisan ....................................................... 13

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah ........................ 16

2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah ................................ 16

2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya ........ 24

2.1.3 Peranan Bank Syariah ............................................. 25

2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah ............................ 26

2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah ........................... 27

2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah .................................. 28

2.1.7 Produk Penyaluran Dana.......................................... 29

2.1.8 Produk Penghimpunan Dana ................................... 31

xii

2.2 Kerangka Teori .............................................................. 47

2.2.1 Etika Kerja Islam .................................................... 47

2.2.2 Motivasi Kerja Islam ............................................... 53

2.2.3 Produktivitas Kerja ................................................. 76

2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................... 80

2.4 Kerangka Berfikir .......................................................... 81

2.5 Hipotesis ......................................................................... 82

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian ................................ 84

3.2. Populasi dan Sample ...................................................... 85

3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................... 87

3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran ............................ 89

3.5. Teknik Analisis Data ...................................................... 91 3.5.1 Uji Validitas ......................................................... 91

3.5.2 Reliabilitas ........................................................... 92

3.5.3 Uji Asumsi Klasik ................................................ 93

3.5.3.1 Multikolonieritas ...................................... 93

3.5.3.2 Heteroskedastisitas ................................... 94

3.5.3.3 Normalitas ............................................... 95

3.5.4 Regresi Berganda ................................................. 95

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................. 98 4.1.1 Sejarah BNI Syari’ah ........................................... 98

4.1.2 Visi dan Misi BNI Syari’ah .................................. 101

4.1.2.1 Visi .......................................................... 101

4.1.2.2 Misi ......................................................... 101

4.2. Karakteristik Responden ............................................... 102

4.2.1 Jenis Kelamin Responden .................................... 102

4.2.2 Umur Responden ................................................. 102

4.2.3 Pendidikan Responden ......................................... 104

4.2.4 Jabatan Responden ............................................... 104

xiii

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................... 106

4.4. Uji Asumsi Klasik .......................................................... 108

4.4.1 Uji Multikolonieritas ............................................ 108

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ......................................... 109

4.4.3 Uji Normalitas ..................................................... 111

4.5. Analisis Data .................................................................. 113

4.5.1. Analisis Regresi Berganda ................................... 113

4.5.2. Koefisien Determinasi .......................................... 116

4.6. Uji Hipotesis ................................................................... 117

4.4.1 Uji Simultan ......................................................... 117

4.4.2 Uji Parsial ............................................................ 118

4.7. Pembahasan ................................................................... 121

BAB V : PENUTUP

5.1. Kesimpulan .................................................................... 123

5.2. Saran .............................................................................. 123

5.3. Penutup .......................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Pengukuran .................................. 89

2. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 102

3. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur .......................... 102

4. Tabe1 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden 103

5. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden ..... 104

6. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................ 107

7. Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ........................................ 108

8. Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas .......................................................... 109

9. Tabel 4.8 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas .............................. 111

10. Tabel 4.9. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ................................ 113

11. Tabel. 4.10 Regeresi Berganda ............................................................. 114

12. Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ....................................................... 116

13. Tabel 4.12 Uji Simultan ...................................................................... 117

14. Tabel 4.13 Uji Parsial ......................................................................... 119

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar: 1.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah ........................ 10

2. Gambar: 2.1 Motivasi Menjadi Pembangkit Dorongan ..................... 54

3. Gambar: 2.2 Hierarki Maslow .......................................................... 55

4. Gambar: 2.3 Kerangka Berfikir ........................................................ 82

5. Gambar: 4.1 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas ........................ 110

6. Gambar: 4.2 Grafik Scatter Plot ....................................................... 112

1

BAB I

PENDAHULUHAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman terus melangkah maju dan banyak

menyumbangkan perubahan-perubahan, membangun tatanan dan peradaban

baru, seperti ideologi-ideologi kemanusiaan, life style, dan sebagainya.

Perilaku budaya dan sosial masyarakat telah banyak mengabaikan

moralitas, nilai-nilai, persahabatan yang manusiawi, bahkan lebih condong

pada materi, kekuasaan, kehormatan, kesenangan duniawi, dan lebih

mementingkan dunianya sendiri. 1 Hal ini karena orientasi hidup manusia

diarahkan hanya untuk ”menguasai”, meskipun pada hakekatnya manusia

tidak sadar bahwa ia dikuasai oleh emosi dan nafsunya. Spinoza dalam

karyanya yang disadur oleh Erich Fromm membenarkan adanya gejala atau

kecenderungan yang sama antara zaman modern dan zaman beberapa ratus

tahun silam mengenai kecenderungan manusia yang rakus dan ambisius,

yang memikirkan nama harum dirinya.2

Demikian pula yang terjadi pada umat Islam, baik masa lalu maupun

saat ini. Berdasarkan konteks sejarah, umat Islam pernah mengalami masa

kejayaan antara tahun 610-1250 M dan juga masa kemunduran. Faktor yang

menyebabkan kemunduran umat Islam salah satunya adalah adanya

pengekangan berfikir (tertutupnya pintu ijtihad) dan pengharaman terhadap

1 H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, h.21

2 Ibid, h.22

2

filsafat, serta masalah pendidikan dan pengajaran yang merupakan tujuan

diutusnya para Nabi3. Rasulullah SAW. Bersabda ”Sesungguhnya aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak”.

Oleh sebab itu, etika menjadi bagian penting dalam doktrin Islam.

Munculnya etika dimulai pada abad kelima sebelum masehi dengan berbagai

mazhab di Yunani, yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang

mengatakan bahwa kebaikan adalah pengetahuan. Kemudian plato yang

berpendapat bahwa pengetahuan dikatakan baik apabila ia dikuasai oleh akal

budi, dan dikatakan buruk apabila ia dikuasai oleh keinginan dan hawa

nafsu.4

Salah satu tokoh etika dalam Islam adalah Ibnu miskawaih. Ia

mengatakan bahwa ada kalanya manusia mengalami perubahan Khuluq

sehingga membutuhkan aturan-aturan syari’at, nasihat, dan ajaran-ajaran

tradisi yang terkait sopan santun.5 Dari aturan-aturan tersebut diharapkan

manusia mendapatkan petunjuk dalam menjalani hidup demi memperoleh

kebahagiaan.

Demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat agama Islam

mengajarkan agar umatnya melakukan kerja keras baik dalam bentuk ibadah

maupun amal sholeh. Ibadah adalah merupakan perintah-perintah yang harus

dilakukan oleh umat Islam yang berkaitan langsung dengan Allah SWT dan

telah ditentukan secara terperinci tentang tata cara pelaksanaannya.

3ibid, h. 22 4 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, h. 19. 5 http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnu-

miskawaih-bapak-etika-islam. diakses pada tanggal 9 Nopember 2010 pada pukul 22.30 WIB

3

Sedangkan amal sholeh adalah perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan

oleh umat Islam, dimana perbuatan-perbuatan tersebut berdampak positif

bagi diri yang bersangkutan, bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara serta

bagi umat islam itu sendiri.6

Bekerja adalah suatu bentuk ibadah yang dilakukan di dunia. Bekerja

dengan etika kerja yang benar sesuai ajaran Islam merupakan syarat mutlak

untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebab dengan etika

yang baik dan berakhalaq dapat meningkatkan semangat kerja yang

berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan nilai

etik, moral, susila atau akhlaq adalah nilai-nilai yang mendorong manusia

menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran, kebenaran, keadilan,

kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini

dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Setiap

orang boleh punya seperangkat pengetahuan tentang nilai, tetapi

pengetahuan yang mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang Islam

hanya ada dua yaitu Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber segala nilai dan

pedoman dalam setiap sendi kehidupan, termasuk dalam bisnis.7

Dari pemaparan di atas dapat diambil benang merah bahwa

sesungguhnya antara penghayatan agama yang diwujudkan dalam bentuk

iman yang sempurna, mempunyai hubungan timbal balik dengan etika atau

akhlaq seseorang. Seseorang yang memiliki iman yang sempurna dapat

dipastikan bahwa yang bersangkutan memiliki etika kerja yang baik pula,

6 H. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 157

7 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009, h. 172

4

Karena etika kerja Islam tidak mengajarkan untuk mendurhakai Allah dalam

bekerja 8 . Yaitu meningkatkan kejujuran, keadilan dan semangat dalam

bekerja sehingga target dapat tercapai dengan meningkatnya produktivitas

tanpa adanya tindakan yang menyimpang seperti korupsi.

Etika berasal dari bahasa Latin yaitu ’etos’ yang berarti kebiasaan.

Sedangkan bahasa Arabnya ’Akhlak’, yang berarti budi pekerti. Keduanya

bisa diartikan sebagai suatu kebiasaan atau adat istiadat (custom atau

mores), yang menunjuk kepada perilaku manusia itu sendiri, tindakan atau

sikap yang dianggap benar atau baik.9 Dalam kamus bahasa Indonesia etos

kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas seseorang atau suatu

kelompok.10

Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan bentuk jamak dari

khuluq yang berarti keadaan jiwa yang mengajak seseorang melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa memikirkan dan memperhitungkan sebelumnya

yang dapat dijadikan fitrah manusia ataupun hasil dari latihan-latihan yang

telah dilakukan, hingga menjadi sifat diri yang dapat melahirkan khuluq

yang baik. 11 Dalam pengertian lain akhlak atau etika dalam terminologi

Prof. Dr. Ahmad Amin, kesimpulannya etika adalah sikap yang tetap dan

mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola

hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.

8 http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses

pada tanggal 23 september 2011 pada pukul 19.00 9 Ali Hasan, op.cit, h. 171 10 Kh. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press,

2002, h. 15. 11 H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Op.cit, h. 103

5

Etika kerja Islam menekankan pekerjaan kreatif sebagai sumber

kebahagiaan dan prestasi. Kerja keras dianggap sebagai kebajikan dan orang

yang bekerja keras lebih besar kemungkinan hidupnya maju, sebaliknya

tidak bekerja keras dianggap menyebabkan kegagalan. Nilai pekerjaan di

dalam etika kerja Islam dihasilkan dari keinginan yang menyertai, bukannya

dari hasil pekerjaan. Ali (1988) mengungkapkan bahwa keadilan dan

kebaikan di tempat kerja adalah kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk

kemakmuran masyarakat.

Permasalahan lain dalam peningkatan produktivitas kerja adalah

motivasi kerja. Target suatu perusahaan akan dapat tercapai apabila kinerja

dari karyawan yang ada didalamnya mempunyai motivasi yang tinggi.

Upaya membedah teori motivasi berangkat dari beberapa asumsi yang

mendasari konsep-konsep tentang motivasi, Stoner, dalam Winardi 12 ,

mengemukakan asumsi tentang teori motivasi yaitu sebagai berikut :

1. Pendapat umum bahwa motivasi merupakan suatu hal yang baik

2. Motivasi merupakan salah satu dari berbagai faktor yang masuk ke

dalam kerja seseorang

3. Memotivasi merupakan hal yang langka dan ia memerlukan penggantian

secara periodik.

4. Memotivasi adalah sebuah alat dengan apa para manajer dapat mengatur

dengan hubungan-hubungan pekerjaan di dalam organisasi.

12 Winardi, Memotivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2001, h. 67.

6

Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menyuruh dan memotivasi

bekerja. Dengan bekerja dan berpenghasilan manusia dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Dalam surat Al-Jum’ah ayat 10 Allah telah

menegaskan :

Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung13.

Sedangkan Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari

nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam

bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi

untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja

untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam.

Dalam sebuah hadist diriwayatkan : Sesungguhnya Allah suka kepada

hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa

bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan

seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)14.

Ketika motivasi dikaitkan dengan niat dan niat dikaitkan dengan

keikhlasan maka hal ini sangat sulit diukur, namun yang perlu digaris

bawahi terlepas dari keikhlasan dan riya ketika motivasi itu dibahas dan

13Al-Qur’an Digital, Surat Al-Jum’ah, Ayat 10 14 http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalam-islam/

diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pukul 19.30 WIB

7

dibicarakan maka ada persamaannya yaitu sama–sama sulit diklaim secara

mutlak namun hanya bisa diprediksi kemungkinannya15.

Menurut Asep Ridrid Karana16.kata niat jika disejajarkan lebih tinggi

daripada motivasi karena motivasi seorang muslim harus timbul karena niat

pada Allah. Pada prakteknya kata motivasi dan niat hampir sama–sama

dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge),

keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan . Walaupun dalam bahasa

Inggris intention diartikan niat dan motivation dengan motivasi namun

dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan.

Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah pada

Allah17. Semua aspek kehidupan bisa bernilai ibadah ketika diniatkan karena

Allah. Hal ini dikuatkan dengan sebuah hadits dari Umar radhiyallahu

anha18, Memurnikan niat karena Allah semata merupakan landasan amal

yang ikhlas. Maksud niat disini adalah pendorong kehendak manusia untuk

mewujudkan suatu tujuan yang dituntutnya. Maksud pendorong adalah

penggerak kehendak manusia yang mengarah pada amal. Sedangkan tujuan

pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam19.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu

dipengaruhi dari dalam dan luar diri. Motivasi yang kuat adalah lahir dari

15 http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185-

motivasi-dalam-islam.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB 16 Kepala Bagian SDM Yayasan Daarut Tauhiid, Hasil wawancara Asep Ridrid Karana

tanggal 13 Agustus 2007 17 Adz-Dzariyaat (51):56. dan Al-Baiyinah (98):5. 18 The Hadisth Sofware, Revelation, Shahih Bukhari, Vol 1,Book1. 19Yusuf Al Qardhawy, Niat dan Ikhlas, Cet-Ke 13, Jakarta Timur; Pustaka Al-Kaustar,

2005, h.17-.

8

dalam diri sendiri. Seseorang yang termotivasi akan melaksanakan upaya

substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan

organisasi dimana ia bekerja. Sedangkan seseorang yang tidak termotivasi

hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja 20 . Namun di

Indonesia bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang rutin. Bahkan pada

sebagian karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai beban dan paksaan

terutama bagi orang yang malas. Pemahaman tentang etika kerja Islam dan

motivasi kerja islami juga masih lemah, khususnya di lembaga keuangan

syari’ah.

Dari pemikiran ini didapatkan bagaimana cara untuk meningkatkan

produktifitas kerja dengan menerapkan etika dan motivasi kerja Islam yang

tinggi. Setiap manajer pasti selalu menginginkan karyawannya untuk bekerja

secara maksimal agar produktifitas meningkat. Akan tetapi menuntut terus

menerus karyawan tanpa melihat kondisi mereka bukanlah hal yang

bijaksana, malah dapat membuat karyawan patah semangat atau kondisi

fisiknya menurun. Hal ini menjadi tugas para manajer untuk senantiasa

memotivasi karyawannya agar dapat bekerja sesuai dengan target. Dalam

perbankan, motivasi juga sangat penting bagi karyawan. Karyawan yang

memiliki motivasi tinggi otomatis akan meningkatkan semangatnya.

Pada penelitian ini penulis menerapkan pada perbankan syari’ah.

Perkembangan Bank Syariah di Indonesia tergolong pesat. Dengan adanya

Undang-Undang no 10 tahun 1998 dalam waktu kurang dari 15 tahun

20 Winardi, op.cit, h.68

9

banyak Bank-Bank yang semula bersifat konvensional akhirnya membuka

Cabang Perbankan yang bersifat syariah. Perusahaan-perusahaan Perbankan

tersebut bukanlah hanya sekedar mencoba untuk mengembangkan prinsip

syariah di Indonesia, tetapi faktor yang lebih penting adalah produktivitas

dan peningkatan untuk dibentuknya Perbankan syariah. Perbankan syariah

mulai dipakai dan diminati oleh bukan hanya negara-negara Islam, tetapi di

Eropa juga telah mengembangkan prinsip-prinsip syariah pada sektor

Perbankan mereka karena Perbankan syariah mampu bertahan dalam gejolak

tingkat suku bunga yang tinggi.

Di Indonesia banyak bermunculan Bank-Bank yang operasionalnya

yang berlandaskan syariah. Akan tetapi, munculnya perbankan syariah tidak

cukup untuk mendukung pertumbuhan penghimpunan dana dari pihak

ketiga (DPK) atau dari masyarakat Perbankan Syariah Indonesia. Terbukti

jelas dalam grafik 1.1 :

10

Sumber : Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011

Dari grafik diatas, jumlah penghimpun dana Perbankan Syariah di

Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan. Akan tetapi

permasalahannya adalah pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun

Perbankan Syariah di Indonesia itu mengalami penurunan dan tidak

konsisten. Sampai dengan pertengahan tahun 2010 kinerja penghimpunan

dana Perbankan Syariah sempat melambat hingga pertengahan 2010. 21

Untuk meningkatkan pertumbuhan penghimpunan dana dari masyarakat di

Indonesia. Perbankan Syariah di Indonesia perlu bekerja keras untuk

meningkatkan produktivitas kerja.

21 Direktorat Perbankan Syariah, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, Jakarta:

Bank Indonesia, 2011, hlm. 39.

11

Salah satu BUS yang ada di wilayah Semarang, yaitu BNI Syari’ah.

Pada data yang diperoleh dari koran Jawa Pos tertanggal 8 Oktober 2011

menyebutkan bahwa pertumbuhan dan kinerja perbankan syari’ah di tanah

air melaju pesat. Tapi itu tidak dibarengi ketersediaan sumber daya manusia

(SDM).

Minimnya jumlah SDM dapat menjadi penghambat utama

perkembangan perbankan syari’ah kedepan. Dalam koran ini Dirut BNI

Syari’ah Rizqullah mengatakan, ”dalam tiga tahun kedepan industri

perbankan syari’ah secara nasional membutuhkan 30 ribu tenaga baru, tapi

SDM yang tersedia hanya berkisar 50%”. Selain itu, beliau juga menyatakan

”minimnya SDM berkualitas ini dapat berdampak pada produktivitas dan

perkembangan bank syari’ah. Sebab keterbatasan tenaga kerja membuat

industri perbankan syari’ah tidak bisa melakukan ekspansi cepat”. Suplai itu

banyak berasal dari perguruan tinggi yang membuka jurusan ekonomi

syari’ah, namun yang terserap tidak bisa langsung fungsional. ”perbankan

masih harus mendidik lagi, karena SDM yang siap pakai masih terbatas”.22

Untuk SDM, BNI syari’ah tahun ini telah merekrut 500 pegawai

baru. Tahun depan akan bertambah lagi menjadi 1200 orang seiring dengan

berkembangnya jaringan. Hal ini juga diungkapkan oleh Direktur Bisnis

BNI syari’ah yang mengatakan ”pada 2012 BNI Syari’ah akan membuka 40

outlet sehingga total jaringan tahun kedepan adalah 153 kantor”. Dari data

ini menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja yang banyak tidak didukung

22 Dio, Perbankan Syari’ah Minim SDM Siap Pakai, Jawa Pos Edisi Sabtu, 8 Oktober

2011. h.7

12

dengan ketersediaan SDM yang berkualitas dan siap pakai. Hal ini

merupakan identifikasi adanya masalah yang mengakibatkan produktivitas

perbankan syari’ah mengalami penurunan dan peningkatan. Karena tidak

tercukupinya kebutuhan SDM agar produktivitas perbankan syari’ah dapat

melaju pesat. Selain masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk

membuktikan argumentasi dari beberapa literatur yang menyatakan bahwa

etika dan motivasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

produktivitas.

Dari uraian permasalahan diatas, penulis mencoba suatu penelitian

tentang seberapa besar pengaruh etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam

terhadap produktivitas kerja yang berjudul, “ PENGARUH ETIKA KERJA

DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS

KERJA KARYAWAN”. Studi penelitian ini pada karyawan Bank Negara

Indonesia Syari’ah di wilayah kota Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

Etika kerja dan motivasi kerja Islami memegang peranan penting

dalam upaya peningkatan produktivitas kerja pada lembaga keuangan

syari’ah, bahkan sudah seharusnya lembaga keuangan syari’ah

menggunakan nilai-nilai syari’at Islam dalam segala aktifitasnya. Agar dapat

tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berdasarkan uraian diatas

dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

13

1. Adakah pengaruh yang signifikan antara Etika kerja dan motivasi kerja

Islami terhadap peningkatan produktifitas kerja?

2. Seberapa besar pengaruh Etika kerja dan motivasi kerja Islami secara

parsial dan simultan terhadap peningkatan produktifitas kerja?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah etika kerja

dan motivasi kerja Islam berpengaruh terhadap produktifitas. Disamping itu

untuk membuktikan argumen dalam literatur maupun jurnal yang

menyatakan bahwa etika dan motivasi dapat mempengaruhi produktifitas.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan etika kerja dan

motivasi kerja Islam. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

kontribusi praktis bagi perbankan khususnya Bank Umum syari’ah (BUS)

dan Unit Usaha Syari’ah (UUS) guna kesuksesan perencanaan dan

implementasi lingkungan kerja Islam.

1.4.Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini akan dibagi

menjadi lima bab, yaitu :

Bab I : Berisi pendahuluan untuk mengantarkan permasalahan skripsi

secara keseluruhan. Pendahuluan pada bab pertama ini

14

didasarkan pada bahasan masih secara umum. Bab ini nantinya

terdiri dari yaitu :

1. Latar belakang masalah

2. Rumusan masalah

3. Tujuan dan manfaat penelitian, dan

4. Sistematika penulisan

Bab II : Akan dipaparkan mengenai

1. Gambaran Umum Perbankan Syari’ah

2. Kerangka teori

3. Penelitian terdahulu

4. Kerangka berfikir, dan

5. Hipotesis

Bab III : Karena penelitian ini berupa penelitian lapangan, maka penulis

akan memaparkan mengenai metode penelitian yaitu :

1. Sumber dan jenis data

2. Populasi dan sampel

3. Metode pengumpulan data

4. Variabel Penelitian dan pengukuran data, dan

5. Metode analisis data.

Bab IV : Setelah pembahasan yang mendalam pada landasan teori dan

perolehan data yang dicari, kemudian penulis memaparkan yaitu:

1. Secara analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok

permasalahan yang telah penyusun jelaskan sebelumnya.

15

2. Pembahasan dari analisis data kuantitatif, sejalan dengan

pokok permasalahan yang telah penyusun jelaskan

sebelumnya.

Bab V : Pada bab lima ini berisi yaitu :

1. Kesimpulan

2. Saran-saran, dan

3. Penutup.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah

2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah

Kata شریعة (syariah) berasal dari kata شرع (syara’a) yang

harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang dilalui. 45

Secara Terminologi, definisi syariah adalah peraturan dan hukum yang

telah digariskan oleh Allah SWT atau telah digariskan pokok-

pokoknya dan dibebankan kepada kaum Muslimin supaya

mematuhinya, agar syariah ini diambil oleh umat Muslim sebagai

penghubung dengan Allah SWT dan manusia46. Maka secara singkat,

syariah itu berisi peraturan dan hukum-hukum, yang menentukan garis

hidup yang harus dilalui oleh seorang Muslim. sebagaimana Firman

Allah SWT :

Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat

(peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. ( Al Jatsiyah : 18)47.

Istilah Bank Islam atau Bank Syari’ah merupakan fenomena

baru dalam dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan

45 A.W. Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Edisi II, Yogyakarta : Pustaka

Progresif, hlm 711. 46 Syaikh Mahmud Syalthut, Al-Islam,’Aqidah Wal Syariah, cet. 1, 1959, hlm. 68. 47 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992, h.263

17

upaya yang dilakukan oleh para pakar Islam dalam mendukung

ekonomi Islam yang diyakini akan mampu mengganti dan

memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis bunga.

Karena itulah sistem Bank Islam menerapkan sistem bebas bunga

(interest free) dalam operasionalnya, dan karena hal itu rumusan yang

paling lazim untuk mendefinisikan Bank Islam atau Bank Syariah

adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat

Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai

landasan dasar hukum dan operasional.48

Selanjutnya definisi Bank Syariah dengan melihat fungsinya

sebagai suatu lembaga atau badan keuangan adalah lembaga keuangan

yang usaha pokoknya memberi kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang, yang sistem operasionalnya

disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Menurut Ensiklopedi

Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-

prinsip Syariat Islam49.

Di mana dalam sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan

sangat dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis

untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota masyarakat yang

48 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,

Yogyakarta: Dana Bhakti Wakafm, h. 1-2. 49 Rachmad Agung Sulistyo, Skripsi: Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang

Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah, Yogyakarta:. Universitas Islam Indonesia, 2009, h. 30

18

membutuhkan, maka dalam hal ini Bank Syariah menjadi fasilitas bagi

pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) untuk dapat

disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana (deficit unit) melalui

produk-produk yang ada dalam Bank Syariah, sistem ekonomi Islam

merupakan sistem yang adil dan seksama serta berupaya menjamin

kekayaan agar tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja, akan

tetapi tersebar ke seluruh masyarakat50. sebagaimana yang dijelaskan

dalam ayat Al-Qur’an :

Artinya: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Al-Hasyr: 7)51.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Syariah berarti Bank yang

tata cara beroperasinya berdasarkan pada tata cara bermuamalat secara

Islam, yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan

Hadist. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998

yang berlaku saat ini, tidak ada definisi secara khusus tentang

pengertian Bank Syariah. Namun terdapat definisi yang mengarah pada

50 Afzalur Rahman Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,

1995, h. 9 51 Menteri Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Mujamma’ Khadim al

haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif, 1990, h. 916

19

pengertian Bank Syariah, yaitu pengertian Bank dan pengertian prinsip

syariah: 52 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk Simpanan dan Menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip syariah adalah aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain,

pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan

berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli

barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau

pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa

pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan

atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa

istiqna).

Maka dari beberapa pengertian dan penjelasan Bank Syariah di

atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah lembaga keuangan

yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang

kemudian disalurkan kembali, dalam bentuk kredit dan jasa-jasa lain

dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi

sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Dengan mengacu kepada

52 Undang-Undang Perbankan ,1998, h.9-10

20

Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan hukum dan

operasionalnya.

Menurut ajaran Islam, syariat itu berasal dari Allah SWT. yang

di dalamnya terdapat sumber hukum dan sumber undang-undang, serta

perintah dan larangan yang disampaikan kepada manusia dengan

perantaraan Rasulullah SAW dan termaktub di dalam kitab Suci Al-

Qur’an. Perintah dan Larangan ini dalam bahasa teknis ilmu fiqih

disebut dengan hukum taklifi. sehingga timbul usaha untuk memahami

dan menafsirkan perintah dan larangan tersebut, yang dilakukan secara

sistematis oleh para ulama dengan menggunakan metode tertentu.

Hasil dari usaha sistematis untuk memahami dan menafsirkan perintah

dan larangan Allah SWT ini dinamakan fiqih. Maka fiqih adalah

tafsiran dari ulama atas syariah. Selanjutnya syariah itu terbagi

menjadi dua, yakni ibadah dan muamalah, maka sebagai konsekuensi

logis dari hal ini adalah bahwa fiqih pun terbagi menjadi dua, yakni

fiqih ibadah dan fiqih muamalah.

Secara umum, syariah ini telah ditetapkan dan ditegakkan

pondasinya serta disempurnakan dasar-dasarnya pada masa nabi

Muhammad SAW. Sehingga tidak ada lagi perkembangan syariat

sesudah nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana Firman Allah SWT:

...

21

Artinya: “Pada hari Ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Al-Maidah : 3).

Bank Islam atau disebut dengan Bank Syariah adalah Bank

yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam

atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga adalah lembaga

keuangan/Perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist nabi SAW. Antonio dan

Purwaatmaja membedakan menjadi Dua pengertian yaitu Bank Islam

dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Syariah

adalah (1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat

Islam; (2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada

ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadist, sementara Bank yang

beroperasi sesuai dengan prinsip Syariat Islam adalah Bank yang

dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan Syariat Islam

khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam53.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti Bank yang

tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara

Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan

hadist. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan

53Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah Edisi Pertama, Yogyakarta:

BPFE, 2004, h. 13

22

yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan

pribadi maupun hubungan perorangan dengan masyarakat.

Untuk menghindari pengoperasian Bank dengan sistem bunga,

Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata

lain, Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap

persoalan pertentangan antara bunga Bank dengan riba. Dengan

lahirnya Bank Islam di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun

90an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992,

yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,

dalam bentuk sebuah Bank yang beroperasinya dengan sistem bagi

hasil atau Bank Syariah.

Kaitan Bank dengan uang dalam satu unit bisnis adalah

penting, namun didalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya

ketidakadilan, ketidakjujuran dan “penghisapan” (pada umumnya Bank

Konvensional melakukan transaksi yang bersifat tidak boleh tidak,

pasti, selalu untung dan tidak pernah rugi) dari satu pihak ke pihak lain

(Bank dengan nasabahnya). kedudukan Bank Islam dalam hubungan

dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang,

sedangkan dalam hal Bank pada umumnya, hubungannya adalah

sebagai kreditur dan debitur.54

Aktivitas Perbankan yang pertama adalah menghimpun dana

dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia Perbankan

54 Ibid, hlm. 67

23

adalah kegiatan funding, maksudnya adalah mengumpulkan atau

mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian

dana dari masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan cara memasang

berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam

bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat

adalah giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka. Agar

masyarakat mau menyimpan uangnya di Bank, maka pihak Perbankan

memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada

si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil,

hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa

yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan

uangnya. Oleh karena itu pihak Perbankan harus memberikan berbagai

rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk

menanamkan dananya.

Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari

masyarakat, maka oleh Perbankan dana tersebut diputarkan kembali

atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau

lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit

juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (kreditur) dalam

bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi Bank yang

berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau

penyertaan modal. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh

besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga

24

simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian

pula sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun

dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan

kegiatan utama Perbankan.55

2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya

Kelangsungan perkembangan Bank Syariah bergantung pada

kredibilitas dan profesionalitasnya, bukan karena dana dalam jumlah

besar hasil produksinya sendiri. Kredibiltas dan profesionalitas

memungkinkan sebuah lembaga keuangan dapat memelihara

kepercayaan nasabah atau bahkan masyarakat luas, serta dapat

beroperasi dengan efisiensi.

Efisiensi memungkinkan lembaga keuangan yang bersangkutan

untuk bertahan dan berkembang, sehingga menambah kredibilitas lebih

lanjut. Lembaga keuangan yang tidak kredibel atau tidak profesional

niscaya tidak akan bisa langgeng, apalagi untuk berkembang. Bank

Syariah akan dapat berkembang jika melakukan tindakan-tindakan

sebagai berikut : (1) Mendukung strategi pengembangan ekonomi

regional, (2) Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau, (3)

Memfasilitasi distribusi utilitas barang modal untuk kegiatan produksi

melalui skema sewa-menyewa (ijarah), (4) Mampu mengelola persepsi

55 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003,

h.25

25

masyarakat pada umumnya atau masyarakat pengelola Bank Syariah

itu sendiri secara baik.56

Serta peran ulama juga dibutuhkan untuk mengembangkan

strategi Bank Syariah dalam mensosialisasikan kepada masyarakat,

setidaknya ada empat peran penting ulama: (1) Menjelaskan kepada

masyarakat bahwa Perbankan syariah pada dasarnya adalah penerapan

tathbig fiqih muamalah maaliyah (bagaimana hubungan manusia

dengan Harta, Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan ), (2) Mengembalikan

masyarakat pada fitrah alam dan fitrah usaha yang sebelumnya telah

mengikuti syariah, (3) Menyarankan kepada para pengusaha agar

mengikuti langkah yang ditempuh oleh Bank Syariah dalam berbagi

hasil dan berbagai resiko, (4) Membantu menyelamatkan

perekonomian bangsa melalui pengembangan sosialisasi Perbankan

syariah.57

2.1.3 Peranan Bank Syariah

Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum

dalam pembukaan standar akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI

(Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial

Institution), sebagai berikut58:

(a) Manajer Investasi Bank Syariah dapat mengelola investasi

dana nasabah. (b) Investor Bank Syariah dapat menginvestasikan dana

56 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, h. 10 57 Muh Syafii Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan, Bank Indonesia,

Tazkia Institut, 1999, h. 287 58 Heri Sudarsono, Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.

Yogyakarta: Ekonosia, 2004, h. 39

26

yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dimilikinya maupun dana

nasabah yang dipercayakan kepadanya. (c) Penyedia jasa, lalu lintas

keuangan dan lalu lintas pembayaran Bank Syariah dapat melakukan

kegiatan layanan jasa Perbankan sebagaimana lazimnya. (d)

Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas

keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk

mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasi dan

mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah

Aktivitas keuangan dan Perbankan dapat dipandang sebagai

wahana bagi masyarakat modern, untuk membawa mereka kepada dua

ajaran pokok Al-Qur’an, yaitu:

1. Prinsip التعاون (At-ta’awun), yaitu prinsip saling membantu dan

bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan, bukan

untuk kemungkaran maupun kemaksiatan. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:

...

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

2. Prinsip االختناز (Al-ikhtinaz), yaitu menahan uang (dana) dan

membiarkannya menganggur (idle), karena tidak berputar dalam

27

transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Sebagaimana

Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 29:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu ”.

Perbankan konvensional menggunakan instrumen bunga dalam

kegiatan operasionalnya, sedangkan instrumen yang digunakan oleh

Perbankan Islam adalah bagi hasil (profit sharing). Istilah bunga

merupakan terjemahan dari interest, yang berarti tanggungan kepada

pihak peminjam uang yang biasanya dinyatakan dengan persentase

dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dibayar atau

dikalkulasi untuk penggunaan modal. 59 Sedangkan mengenai istilah

riba secara formal adalah suatu keuntungan moneter tanpa ada nilai

imbangan yang ditetapkan untuk salah satu pihak (dari dua pihak),

yang mengadakan transaksi dalam pertukaran dua nilai moneter.

2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah

Bank Syariah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus

melaksanakan mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana secara

59 Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 1999, h.

146-147

28

seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan Perbankan yang

berlaku. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai sistem

operasional Bank Syariah. Secara umum, konsep sistem operasional

Bank Syariah adalah: (1) Bank Syariah sebagai lembaga penghimpun

dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan

uangnya kepada Bank untuk disimpan dan dikelola sesuai dengan

prinsip syariah. Yang dimaksud dana adalah dana dari pihak pertama

(pemodal dan pemegang saham), dana dari pihak kedua (pinjaman dari

Bank dan bukan Bank, serta dari Bank Indonesia), dan dana dari pihak

ketiga (nasabah). (2) Bank Syariah sebagai penyalur dana bagi pihak

yang membutuhkan berupa pembiayaan.

2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah

Bank Syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara

(intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan

dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami

kekurangan dana (deficit unit). Melalui Bank, kelebihan tersebut dapat

disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga

memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas Bank Syariah

sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen

Bank untuk melaksanakan perannya.

Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, Bank

Syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan Bank

Konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan Bank

29

Syariah, yaitu:60(1) Produk penyaluran dana (financing), (2) Produk

penghimpunan dana (funding)

2.1.7 Produk Penyaluran Dana

Penyaluran dana dari masyarakat oleh Bank Syariah

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip Al-Wadi’ah Untuk Simpanan Lancar

Al-Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan dan amanat dari

pihak lain, dimana pihak yang menerima amanat diwajibkan untuk

menjaga dengan baik barang tersebut karena dapat diambil oleh

pemiliknya setiap waktu yang dikehendakinya. Landasan hukum

dalam Al-Qur’an :

.....

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya”... (QS. An-Nisaa : 58)

Hukum menitipkan dan menerima titipan adalah jaiz.61 Orang

yang merasa sanggup menerima amanat tersebut, lebih baik

menerimanya. Menurut Ar Rafi’i, orang yang merasa sanggup

hendaknya menerima dengan syarat: tidak memberatkan pada

dirinya sendiri dan tidak memungut biaya pemeliharaannya.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan, maka wadi’ah

dibedakan menjadi dua macam, yaitu wadi’ah yad amanah dan

wadi’ah yadh dhamanah. wadi’ah yad amanah berarti penerima

60 Heri Sudarsono, op. cit , h. 56 61 Sabiq, Fiqh as-Sunnah., h. 235

30

titipan tidak berhak menggunakan dana atau barang titipan tersebut

untuk didaya gunakan. Sedangkan wadi’ah yadh dhamanah adalah

memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk

mendayagunakan barang atau dana yang dititipkan tersebut.

Aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya diterapkan untuk

penghimpunan dana seperti giro (current account) dan tabungan

berjangka (saving account).

2. Prinsip Al Mudharabah Untuk Simpanan Yang Diinvestasikan

Al Mudharabah sebenarnya merupakan suatu bentuk

penyertaan yang berakar dari al musyarakah. Al Musyarakah

sendiri adalah suatu bentuk perkongsian antara dua belah pihak

atau lebih dalam suatu usaha atau proyek dimana masing-masing

pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas

segala kerugian yang terjadi sesuai dengan porsi penyertaannya

masing-masing. Berbeda dengan al-musyarakah, pada al-

mudharabah ada pihak yang menyediakan dana saja (shahibul

‘mal) dan ada pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan

usaha saja (mudharib). Keuntungan dibagikan sesuai dengan rasio

laba yang telah disepakati bersama sebelumnya dan manakala rugi

shahibul mal akan kehilangan sebagian dari modalnya, sedang

mudharib akan kehilangan imbalan dari kerja keras dan manajerial

skill yang disumbangkannya.62

62 Ibid. hlm. 57

31

2.1.8 Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana kepada masyarakat oleh Bank Syariah

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Al Mudharabah

Perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank Syariah) dan

pengusaha, di mana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang

diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas

usaha, misalnya kendaraan dan rumah.

Mudarabah berasal dari kata األرض فى الضرب yaitu

bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh, yang berasal

dari kata al-qath’u (potongan), karena pemilik memotong sebagian

hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian dari

labanya.63

Menurut Hasbi Ash Shiddiqy, qiradh atau mudarabah

adalah seseorang memberikan modal kepada orang lain untuk

diperniagakan dan dipersekutui untung atau laba, diharuskan.

Hukum tersebut disepakati oleh para mudjtahidin, begitu juga

Imam Malik, Ahmad dan Abu Hanifah. Namun, menurut para

mudjtahidin qiradh dengan mata uang (bukan mata uang perak)

adalah tidak sah. Sedangkan Asyhab dan Abu Yusuf

membolehkan, jika mata uang tersebut laku.64

63 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III, h. 212 64Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi Hukum-hukum Fiqih Jakarta: Bulan Bintang, 1970, h. 426.

32

Pada dasarnya mudarabah dapat dikategorikan sebagai

salah satu musyarakah, namun para cendekiawan fiqh Islam

menempatkan mudarabah dalam posisi yang khusus dan

memberikan landasan hukum tersendiri. 65 Sebagaimana Firman

Allah SWT dalam surat al Muzzammil ayat 20:

...

Artinya: “ ...Orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Muzzammil: 20).

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mudarib adalah

enterpreneur atau sebagian dari orang-orang yang melakukan

perjalanan, untuk mencari karunia Allah dari keuntungan

investasinya. Mudarabah bisa juga disebut sebagai muamalat, yaitu

akad antara kedua belah pihak, kemudian salah satu pihak

mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk

diperdagangkan. Dan keuntungannya dibagi sesuai dengan

65 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.19.

33

kesepakatan awal. Dengan ijma’ ulama, maka mudarabah itu

diperbolehkan.66

Mengenai pembagian keuntungan, Ibnu Rusyd berkata,

“Para ulama sepakat bahwa pelaksana (mudarib) tidak boleh

mengambil keuntungan yang menjadi bagiannya, tanpa dihadiri

oleh pemilik modal (sahibul Mal).” Karena kehadiran sahibul mal

merupakan prasyarat dalam pemecahan harta (keuntungan).

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudarib,

maka mudarabah dibedakan menjadi dua macam, yaitu mudarabah

mutlaqah, artinya mudarib diberi kewenangan untuk menentukan

pilihan investasi yang dikehendaki dan mudarabah muqayadah,

artinya alokasi investasi ditentukan oleh pihak pertama (pemilik

dana) sedangkan mudarib bertindak sebagai pelaksana atau

pengelola dana tersebut. Aplikasi dalam dunia Perbankan,

mudarabah biasanya diterapkan dalam sisi penghimpunan dana

seperti tabungan dan deposito berjangka. sedangkan pada sisi

pembiayaan digunakan pada produk-produk pembiayaan modal

kerja pada bidang jasa dan perdagangan.

2. Al Musyarakah

Suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih

dalam suatu usaha atau proyek tertentu, dimana masing-masing

pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas

66 Sabiq, op.cit, hlm. 212

34

segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-

masing, contohnya modal kerja. Misalnya, PT. MLM bekerja sama

dengan A untuk menjual produknya. Dalam kesepakatan, PT.

MLM menyediakan barang, sedang A menanggung biaya

transportasi pemasaran (sesuai dengan kesepakatan).

Syirkah berarti ikhtilath (Percampuran). Menurut para

Fuqaha’ (Imam Hanafi), syirkah berarti akad antara orang Arab

yang berserikat dalam hal modal/keuntungan. 67 Sedangkan

menurut Ahli Fiqh lain, syirkah adalah percampuran hak dari dua

(lebih) orang menjadi satu, sehingga diusahakan dengan satu nama.

Definisi lain mengenai syirkah adalah perjanjian antara pihak-

pihak yang menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi

dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan nisbah

yang disepakati.68

Landasan mengenai Musyarakah terdapat dalam surat Ash-

Shaad ayat 24:

Artinya: " Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang

67 Sabiq, op.cit, hlm. 294 68 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Alvabeta, hlm. 20

35

yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini." Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”.

Yang dimaksud dengan kata al-khulatha dalam ayat di atas

adalah mereka yang berserikat.69 syirkah terdiri dari 2 kelompok,

yaitu: (a) Syirkah amlak adalah lebih dari satu orang memiliki

suatu jenis barang tanpa akad (bisa bersifat ikhtiari atau jabari). (b)

Syirkah ‘uqud adalah bahwa dua orang (lebih) melakukan akad

untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya

berupa keuntungan. syirkah ‘uqud terdiri dari 4 kelompok, yaitu:

syirkah ‘inan, muwafadhah, ‘abdan dan wujuh. Hukum dari

syirkah tersebut bahwa partner tidak berhak bertindak dalam

penggunaan milik partner lainnya tanpa izin dari yang

bersangkutan.Menurut Imam Hanafi keempat syirkah tersebut

diperbolehkan, jika syarat-syaratnya terpenuhi. Kemudian menurut

Imam Syafi’i membatalkan semua, kecuali syirkah ‘inan.

Sedangkan Hambali membolehkan semuanya, kecuali syirkah

muwafadah. Dan menurut Imam Maliki membolehkan semuanya,

kecuali syirkah wujuh. Adapun rukun dari dari syirkah adalah ijab

dan qabul.

Selanjutnya aplikasi musyarakah dalam dunia Perbankan,

biasanya digunakan untuk pembiayaan proyek tertentu. Pada

lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan investasi

69 Sabiq, lo. cit.

36

dalam kepemilikan perusahaan, maka ditetapkanlah skema modal

ventura.

3. Al Murabahah

Menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah

dengan margin keuntungan yang disepakati. Misalnya, PT. MLM

meminta A menjual produknya. Kemudian PT. MLM menyerahkan

barang-barangnya untuk dijual oleh A. Selanjutnya hak yang

diperoleh A adalah berdasarkan kesepakatan antara A dengan PT.

MLM.

Murabahah adalah pembelian barang dengan pembayaran

ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Sedangkan

pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada

nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi

(inventory).70

Adapun dasar-dasar perniagaan seperti yang tercantum

dalam surat An-Nisa’ ayat 29 adalah: 1) Saling meridhai antara

penjual dengan pembeli, sedangkan tindak penipuan, pendustaan

atau pemalsuan itu diharamkan, 2) Semua yang ada di dunia

perniagaan dan apa yang terkandung di dalam maknanya

merupakan kebathilan (tidak kekal).

Hendaknya tidak melalaikan orang yang berakal, demi

mempersiapkan kehidupan dunia maupun Akhirat nantinya, dan 3)

70 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.25.

37

Bahwa semua jenis perniagaan itu mengandung kebathilan. oleh

karena itu, perlu toleransi jika terjadi penambahan harga, karena

kepandaian pedagang dalam menawarkan barang dagangannya,

bukan karena pemalsuan atau penipuan.71

Landasan syariah mengenai murabahah terdapat dalam

Surat An-Nisa’ 29:72

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu “.

Yang dimaksud dengan kata al-bathil (al-buthlan) adalah

kesia-siaan atau kerugian. atau mengambil harta tanpa pengganti

yang hakiki dan keridhaan dari pemilik harta tersebut, maupun

menafkahkan harta ke jalan yang tidak benar, seperti riba dan

penipuan dalam jual beli. Sedangkan kata bainakum adalah harta

yang haram akibat perselisihan antara orang yang memakan dan

orang yang dimakan hartanya.73

71 Mustafa al-Maraghi , Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan

Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, 1986, h. 27-28 72 Al-Qur’an Karim an Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992 73 Mustafa al-Maraghi, op. cit,h. 25-26

38

Selanjutnya, aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya

diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-

barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui

letter of credit (L/C).

a. Salam

Secara Etimologis, سلم (salam) berarti salaf

(pendahuluan). 74 Sedangkan Ba’i As salam adalah akad jual

beli suatu barang, di mana harga dibayar segera dan barangnya

diserahkan kemudian, sesuai dengan jangka waktu yang

disepakati.75 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-

Baqarah 282:76

....

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan ...”

Yang dimaksud dengan kata dain pada ayat di atas

adalah muamalat tidak secara tunai, untuk barang yang

terkandung dalam jaminan. Oleh karena itu, kriteria barang

74 A.W. Munawwir, op.cit.h.654. 75 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III. h. 171. 76 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992

39

harus jelas dan si pemebeli meyakini akan dipenuhi oleh si

penjual pada waktu yang sudah ditetapkan.77

Jumhur Ulama berpendapat, perlunya menuliskan

tempo dalam jual beli salam, karena salam tidak boleh

berlangsung sekarang. Sedangkan menurut Imam Syafi’i hal

tersebut boleh (seketika), karena lebih utama dan untuk

menghindari terjadinya penipuan. Pendapat tersebut juga

dibenarkan oleh As-Syaukani.78

Aplikasi dalam dunia Perbankan sering digunakan pada

pembayaran para petani jangka pendek dan pada pembiayaan

barang-barang industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi).

Adapun harga yang dibayarkan bukan berupa utang, melainkan

dalam bentuk tunai dan segera dibayarkan. Karena Bank tidak

bermaksud melakukan salam untuk memperoleh barang,

melainkan menjual barang tersebut untuk mencari keuntungan.

Oleh karena itu, transaksi dalam bentuk salam yang dilakukan

oleh Bank, selalu diikuti dengan transaksi penjualan kepada

pihak atau nasabah lain.79

b. Istishna’ (Purchase By Order Or Manufacture)

Ba’i al-istishna’ adalah akad jual beli antara

pemesan/pembeli (mustashni’) dengan produsen/penjual

(shani’), di mana barang yang akan diperjualbelikan harus

77 Sabiq, op.cit, h.171 78 Ibid, hlm. 72 79 Zainul Arifin, op.cit, h.27.

40

terlebih dahulu ditentukan kriterianya dengan jelas. Ishtisna’

dengan salam sebenarnya hampir sama, perbedaannya hanya

terletak pada cara pembayarannya. Pada salam pembayarannya

harus di muka, sedangkan Istishna’ pembayarannya bisa di

awal, di tengah maupun di akhir.80

4. Al-Ijarah ( Jasa-Jasa )

Pembiayaan Bank untuk pengadaan barang ditambah

keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa

diakhiri dengan pemilikan. Misalnya ijarah sama dengan transaksi

jual beli, hanya saja yang menjadi objek dalam transaksi ini adalah

dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja

diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa

sewa akan dijual belikan antara pemilik barang.

yang berarti ,(ajru) اجر berasal dari kata (Ijarah) اجارة

pahala atau ganjaran.81 Sedangkan menurut terminologi syara’

ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan

jalan penggantian. Pemilik yang menyewakan manfaat disebut

mu’ajjir, sedangkan pihak lain yang memberikan sewa disebut

musta’jir. Adapun barang yang diambil manfaatnya disebut ma’jur

dan jasa yang diberikan sebagai imbalan menyewa disebut

ajran/ujrah.82

80 Ibid., h. 28 81 A.W. Munawwir, op.cit. h. 9 82 Sabiq, op.cit ,h. 198

41

Para Cendekiawan Fiqh Muslim membagi ijarah menjadi 2

bagian, yaitu menyewa untuk jangka waktu tertentu dan menyewa

untuk suatu proyek atau usaha tertentu.83 Bentuk yang pertama

banyak diterapkan dalam sewa-menyewa aset/barang, sedangkan

bentuk yang kedua digunakan untuk para staf ahli atau para pekerja

usaha-usaha tertentu. Secara garis besar, nash-nash Al-Qur’ān lebih

banyak merujuk pada jenis Ijarah yang kedua. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat 26:

Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."

Kemudian surat Ath-Thalaq ayat 6:84

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika

83 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h. 29-30. 84 Al-Qur’an Karim an Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992

42

mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

Adapun ijma’ para Ulama mengenai ijarah adalah sepakat,

karena tidak ada satupun Ulama yang membantahnya. Meskipun

terdapat perbedaan di antara mereka, namun hal itu tidak dianggap.

Selanjutnya, hikmah di syariatkannya ijarah karena semua

manusia membutuhkannya bagi kelangsungan hidup mereka. Jika

terdapat kesepakatan pemilikan barang pada akhir masa sewa

disebut ijarah mumtahiya bittamilk (financial lease with purchase

option). Aplikasi dalam dunia Perbankan adalah leasing, baik

dilakukan dalam bentuk operating lease maupun financial lease.

a. Qardhul Hasan (Benevolent Loan)

Qardhul hasan (benevolent loan) adalah suatu pinjaman

lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata,

dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan

apapun kecuali modal pinjaman.85 Landasan syariah mengenai

pinjaman tunai kebajikan (qardhul hasan) terdapat dalam surat

Al-Baqarah ayat 245:

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di

85 Karen Perwaatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.33

43

jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.

Pada dasarnya pinjaman qardhul hasan diberikan

kepada mereka yang membutuhkan pinjaman konsumtif jangka

pendek (untuk tujuan yang penting) dan para pengusaha kecil

yang kekurangan dana (lack of fund), tetapi mempunyai

prospek bisnis yang baik. Sumber dana untuk pemberian

pinjaman tunai kebajikan ini berasal dari dana yang

dikumpulkan oleh Lembaga Amil Zakat (ZIS).

b. Wakalah (Deputyship)

Wakalah bermakna tafwidh, yang berarti penyerahan,

pendelegasian atau pemberian mandat. Atau pelimpahan

kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain, dalam hal-hal yang

dapat diwakilkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-

Kahfi 19:

Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih

44

mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”.

Islam Mensyariatkan wakalah karena manusia memang

membutuhkannya. manusia tidak dapat memenuhi semua

kepentingannya sendiri, mereka selalu membutuhkan orang lain

sebagai delegasi atau wakil untuk kepentingannya. Firman

Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 55:

Artinya: “Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."

Wakalah juga termasuk jenis tolong-menolong

(ta’awun) atas dasar kebajikan dan taqwa. Sehingga umat

Muslim membolehkan hal tersebut. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2: 86

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

86 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992.

45

c. Kafalah (Guaranty)

Menurut Epistemologi, kafalah berarti adh-dhammu

(menggabungkan), dhaman (jaminan), hamalah (beban) dan

za’amah (tanggungan).87 Sedangkan menurut pengertian syara’

kafalah berarti proses penggabungan tanggungan kafiil menjadi

tanggungan ashiil, dalam tuntutan dengan materi sama/hutang

maupun barang/pekerjaan. Menurut Imam-Imam lainnya,

kafalah adalah menggabungkan dua tanggungan dalam

permintaan/hutang.

Sedangkan landasan syariah mengenai kafalah terdapat

dalam surat Yusuf ayat 72:88

Artinya: “Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya."

Para Ulama berijma’ membolehkannya, karena orang-

orang Islam pada zaman nubuwwah mempraktekkan hal ini dan

tidak ada ulama yang menegur atau melarangnya.

d. Sharf

Sharf adalah menjual mata uang (emas dan perak)

dengan mata uang lainnya. menjual emas dengan emas atau

87 Sabiq, op.cit, h. 283 88 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992.

46

perak dengan perak itu tidak diperbolehkan, kecuali

tunai/kontan. Di sisi lain, menjual emas dengan emas atau

perak dengan perak secara sukatan itu diperbolehkan, tetapi

sifat emas/perak keduanya serupa. Pendapat tersebut disepakati

oleh para mudjtahidin.89

e. Hiwalah (Transfer Service)

Kata hiwalah diambil dari kata tahwil, yang berarti

intiqal (perpindahan). yang dimaksud di sini adalah

memindahkan hutang dari tanggungan muhil (debitur) menjadi

tanggungan muhal’alaih.

Di dalam Hadits Rasulullah SAW memerintahkan

kepada orang menghutangkan, jika orang yang berhutang

menghiwalahkan kepada orang yang mampu, hendaknya

menerima hiwalah tersebut dan mengikuti kepada muhal’alaih.

Menurut Jumhur Ulama perintah tersebut sunnah, namun

kebanyakan pengikut Imam Hambali, Ibn Jarir, Abu Tsur dan

Az-Zahiriyah berpendapat bahwa hukumnya wajib bagi

kreditur menerima hiwalah tersebut.

Selanjutnya, aplikasi dalam dunia Perbankan berupa

penerapan faktoring atau anjak piutang, dimana para nasabah

yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan

piutang itu kepada Bank, post-date check, dimana Bank

89 Ash-Shiddieqy, op. cit, h. 369

47

bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan terlebih

dahulu piutang tersebut dan bill discounting.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Etika Kerja Islam

Etika berasal dari bahasa latin etos yang berarti kebiasaan.

Sinonimnya adalah moral yang juga berasal dari bahasa latin mores

yang berarti kebiasaan. Sedangkan bahasa Arabnya adalah akhlak,

bentuk jamak dari mufradatnya khuluq artinya budi pekerti.

Keduanya bias diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat

(custom atau mores), yang menunjuk kepada perilaku manusia itu

sendiri, tindakan atau sikap yang dianggap benar atau tidak90.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku,

adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan

menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika

atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani Ethos yang

berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran

bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh

beberapa ahli berikut ini91 :

1. Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan

manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

90 Ali Hasan, Manajemen Bisbis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, h. 171 91 http//Etika kerja dalam Islam « Schatzran’s Weblog.htm

48

2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori

tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik

dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang

berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan

perilaku manusia dalam hidupnya.

Al-Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin menjelaskan

pengertian khuluq (etika) adalah suatu sifat yang tetap dalam jiwa,

yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,

dengan tidak membutuhkan pikiran. Dengan demikian etika bisnis

dalam syari’at Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai

dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya

tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu

yang baik dan benar92.

Secara etimologis, menurut Endang Syaifuddin Anshari, etika

sama dengan akhlak. Akhlak berarti perbuatan dan ada sangkut

pahutnya dengan kata-kata Khuliq (pencipta) dan makhluq (yang

diciptakan).93 Akan tetapi, pengertian akhlaq berasal dari kata jamak

dalam bahasa Arab ”akhlaq”. Kata mufrad-nya adalah ”Khulqu”,

yang berarti94:

92 Ali Hasan, op.cit, h. 171 93 Endang syaifuddin anshari, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya,

Bandung: Pelajar Bandung, 1969, h. 26 94 Drs. H. Kahar Mansyur, Membina Moral dan Akhlaq, Bandung: Rineka Cipta, 1995, h.

27

49

a. sajiyyah : Perangai

b. muruu’ah : budi

c. thab’in : tabiat

d. adab : adab (kesopanan)

Etika dapat dipahami sebagai pernyataan (atau ungkapan)

rasional yang berkaitan dengan:

1. esensi dan dasar perbuatan

2. keputusan yang benar, dan

3. prinsip-prinsip yang mendasari klaim bahwa hal-hal tersebut

secara moral, terpuji, atau tercela.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika merupakan

seperangkat tatanan dan prinsip kehidupan manusia. Dalam

pengertian yang lebih luas, etika adalah seperangkat nilai tentang

baik, benar, buruk, dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip

moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan sehingga etika

menjadi salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan

manusia yang lebih baik95.

Kerja dalam Islam dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama,

kerja dalam arti luas (umum), yakni semua bentuk usaha yang

dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau nonmateri, intelektual

atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan

atau keakhiratan. Jadi dalam pandangan Islam pengertian kerja

95 Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007, h. 63-64

50

sangat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi yang dimiliki oleh

manusia. Kedua, kerja dalam arti sempit (khusus), yakni kerja untuk

memenuhi tuntutan hidup manusia berupa makanan, pakaian, dan

tempat tinggal (sandang, pangan dan papan) yang merupakan

kewajiban bagi setiap orang yang harus ditunaikannya, untuk

menentukan tingkatan derajatnya, baik di mata manusia, maupun

dimata Allah SWT96.

Etika kerja seorang muslim dibentuk oleh iman yang menjadi

pandangan hidupnya, yang memberi norma-norma dasar untuk

membangun dan membina mu’amalahnya. Seorang muslim dituntut

oleh imannnya untuk menjadi orang yang bertaqwa dan bermoral

amanah, berilmu, cakap, cerdas, cermat, hemat, rajin, tekun, dan

bertekat bekerja sebaik mungkin untuk menghasilkan yang terbaik.

Dengan sikap dan sifat yang disebutkan Kyai Ali Yafie, para

pengusaha muslim seharusnya lebih unggul. Karena itu, bila mereka

lantas gagal, yang salah tentu bukan Islamnya, tapi oknumnya97

Dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan

hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan

baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah,

kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak

mengabaikan sesuatu, tidak semena–mena (proporsional), ahli dan

96 Abi Ummu Salmiyah, Etika kerja dalam Islam, http//Etika kerja dalam Islam «

Schatzran’s Weblog.htm. di posting pada tanggal 9 Agustus 2010 pukul 21.30 WIB 97 Didin hafinuddin dan Hendri tanjung, manajemen syari’ah dalam praktek, Jakarta:

gema insani press, cet ke I ,2003, h.40-41 97 Didin hafinuddin dan Hendri tanjung, ibid, h.40-41

51

professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan

dengan hukum Allah atau syariat Islam (Al-Quran dan Hadits).

Dalam buku manajemen syari’ah dalam praktik karangan

DR. KH. Didin hafinuddin, M.Sc. dan Hendri tanjung,S.Si., M.M.

ada beberapa ciri etik kerja muslim, antara lain adalah sebagai

berikut.

Al-Shalah atau baik dan manfaat.

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(an-Nahl:97)

1. Al-Itqan atau kemantapan dan perfectnees

)رواه الطبرانى. (إن اهللا یحب إذا عمل أحدكم العمل أن یتقنھArtinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai jika seseorang

melakukan suatu pekerjaan yang dilakukannya dengan itqan/sempurna (professional).” (HR Thabrani)

2. Al-Ihsan atau melakukan yang terbaik dan lebih baik lagi.

Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan dua pesan.

a. Melakukan yang terbaik dari yang dapat dilakukan. Dengan

makna ini sama dengan pengertian itqan. Pesan yang

dikandungnya antara lain agar setiap muslim memiliki

komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam

segala hal yang ia kerjakan, apalagi untuk kepentingan umat.

52

b. Mempunyai makna lebih baik dari prestasi atau kualitas

pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberikan pesan

peningkatan yang terus menerus, seiring dengan

bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber

daya lainnya. Hal ini juga termasuk peningkatan kualitas dan

kuantitas dakwah.

3. Al-Mujahadah atau kerja keras yang optimal.

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-Ankabuut:69)

4. Tanafus dan ta’awun atau berkompetisi dan tolong menolong.

Artinya: “…. Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (Al-Maa’idah: 2)

5. Mencermati nilai waktu.

Mencermati nilai waktu yaitu dengan menggunakan

waktu sebaik-baiknya dalam bekerja.

53

2.2.2 Motivasi Kerja Islam

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang

berarti menggerakkan. Menurut Mitchell, 1982:81, motivasi

mewakili proses-prose psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,

diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela

(volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu98.

William J. Stanton (1981:173) mendevinisikan motivasi

sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu

tujuan tertentu. Sedangkan Abraham Sperling (1987:183)

mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kecenderungan untuk

beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri dan diakhiri dengan

penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan

motif99.

Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk

membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal). Hal ini dapat

ditunjukkan pada bagan yang dikemukakan oleh Robert A. Baron,

(1980:295) berikut ini.

98 Prof. Dr. J. Winardi, S.E., Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004, h. 1 99 Dr. A. A. Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

Bandung: PT. Rosda Karya, 2004. h. 93

54

Gambar: 2.1

Motivasi Menjadi Pembangkit Dorongan

Keterangan: Bilamana suatu kebutuhan tidak terpuaskan maka

timbul drive dan aktivitas individu untuk merespon

perangsang (incentive) dalam tujuan yang diinginkan.

Pencapaian akan menjadikan individu merasa puas.

Dalam teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham

Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan adalah suatu kesenjangan

atau pertentangan yang dialami antara suatu kenytaan dan dorongan

yang ada dalam diri. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan

manusia adalah sebagai berikut:100

1) Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk makan, minum,

minum, perlindungan fisik, bernafas dan seksual.

100 Anwar Mangkunegara, ibid. h.95

Drive

Incentive

Goal

Unsatisfied

Need

Satisfied Need

55

2) Kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan akan perlindungan dari

ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

3) Kebutuhan untuk mersa memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima

oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk

mencintai serta dicintai.

4) Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan untuk dihormati dan

dihargai oleh orang lain.

5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.

Hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow dengan bentuk

piramida gambar berikut ini.

Gambar 2.2

Hierarki Maslow

Self Actualization

Esteem

Belongingness

Safety and Security

Physiological Needs

56

Abdul Hamid Mursi menerangkan motivasi dalam perspektif

Islam sebagai berikut101 :

1. Motivasi fisiologis

Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap

makhluk sesuai dengan fungsi-fungsinya. Diantara cirri-ciri

khusus terpenting dalam tabiat penciptaan hewan dan manusia

adalah motivasi fisiologis. Studi-studi fisiologis menjelaskan

adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia untuk

menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan itu

lenyap maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang

bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula102.

a. Motivasi Menjaga Diri

Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat Al-

Qur’an tentang motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang

berfungsi menjaga individu dan kelangsungan hidupnya.

Misalnya lapar, dahaga, bernapas dan rasa sakit. Secara

tersirat dalam Surat Thaha ayat 117-121 tiga motivasi

terpenting untuk menjaga diri dari lapar, haus, terik matahari,

cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa103. Sebagian ayat

101 Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.109. 71 Muhammad Utsman Najati, Al-Qur’an wa ‘ilmm an-Nafs, (Kairo”Darus Syuruq,

1982) h.23-25 dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h 108. 103 Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.109.

57

al-Qur’an menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi

kebutuhan perut dan perasaan takut dalam kehidupan104.

b. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis

Allah menciptakan motivasi-motivasi dasar yang

merangsang manusia untuk menjaga diri yang mendorongnya

menjalankan dua hal terpenting yakni motivasi seksual dan

rasa keibuan 105 . Motivasi seksual merupakan dasar

pembentukan keluarga106, dan dalam penciptaan kaum wanita

Allah menganugerahi motivasi dasar untuk melakukan misi

penting yaitu melahirkan anak-anak. Al-Quran

mengambarkan betapa beratnya seorang ibu mengandung dan

merawat anaknya107.

2. Motivasi Psikologis atau Sosial

a. Motivasi Kepemilikan

Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis

yang dipelajari manusia di tengah pertumbuhan sosialnya, di

dalam fase pertumbuhan, berkembang kecenderungan

individu untuk memiliki, berusaha mengakumulasi harta yang

dapat memenuhi kebutuhan dan jaminan keamanan hingga

masa yang akan datang.

104 Al-baqarah (2) :155, An-Nahl (16) :112, Quraisy (106) : 3-4 105 Muhammad Ustman Najati, Al-Quran Wa ‘ilman-Nafs ( Kairo: Darus Syuruq, 1982)

h. 23-25 dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an…,h. 111 106 Al-Hujurat (49):13, an-Nahl (16): 72 , an-Nisa (4):1 dan ar-Ruum (30): 21 107 Al-Ahqaaf (46): 15, Luqman (31): 14, dan al-Qashash (28): 10,13

58

Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan

manusia. Urutan pemuasan kebutuhan tersebut sebagai

berikut :

1) Kebutuhan pangan dan papan

2) Kebutuhan kesehatan dan pendidikan

3) Kebutuhan bagi kelengkapan hidup

4) Kebutuhan posisi, status dan pengaruh sosial

Mengenai motivasi kekuasaan, al-Quran menengarai

yang artinya :

Artinya: ”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).108

b. Motivasi Berkompetensi

Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan dorongan

psikologis yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan

dan kultur yang tumbuh di dalamnya. Manusia biasa

108 Ali Imran (3): 14.

59

berkompetensi dalam ekonomi, keilmuan, kebudayaan, sosial

dan sebagainya. Al-Quran menganjurkan manusia agar

berkompetensi dalam ketakwaan, amal shaleh, berpegang

pada prinsip-prinsip kemanusiaan, dan mengikuti manhaj

Ilahi dalam hubungan dengan sang pencipta dan sesama

manusia sehingga memperoleh ampunan dan keridhan Allah

SWT.

c. Motivasi Kerja

Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada

sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain.

Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras jika tidak

menemui hambatan merealisasikan apa yang diharapkan.

Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang

individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga

yang menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan,

sebab ia menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam

perolehan kondisi yang dihadapi dan dalam mengatasi situasi

yang sulit109.

Konsep kehidupan religius didasarkan pada ketiga motif

spiritual dalam Islam yaitu berdasarkan motivasi aqidah, ibadah

dan motivasi muamalat.

109 Mc. Clelland, D., et al., The Achievement Motive, (New York : Appleton-Century-

Crofts,1953) dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.116

60

1. Motivasi Akidah , Ibadah dan Muamalat

a. Motivasi Aqidah

Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan

motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi

akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari

kehidupan, yang dimaksud dengan akidah Islam adalah

rukun iman 110 .Iman menurut hadist merupakan

pengikraran yang bertolak dari hati, pengucapan dengan

lisan dan aplikasi dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah

dapat ditafsirkan sebagai dorongan dari dalam yang

muncul akibat kekuatan tersebut. Sistematika akidah

agama Islam terdiri dari rukun Iman diantaranya , namun

dalam motivasi akidah ini yang dilibatkan hanya unsur

iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah dan iman

kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini dilibatkan karena

pada waktu bekerja terlibat secara nya sehari-hari .Unsur

yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas bekerja karena

belum menjadi pemahaman iman yang bisa dilibatkan

dalam proses produksi maupun meningkatkan kinerja111.

Esensi Islam adalah pengesaan Allah. Tidak satupun

perintah dalam Islam yang dilepaskan dari tauhiid.

Seluruh agama itu sendiri , kewajiban untuk menyembah

110 Thahir Ibnu Shalih Jazairi, Jawahiru al-kalamiyah (Surabaya: Muhammad Ibnu Ahmad bin Nabhan), h.2

111 Wibisono, “Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja ...,h. 46

61

Tuhan, mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-

Nya, akan hancur begitu tauhiid dilanggar. Menurut

Abdurrahim kualitas seseorang 90 % ditentukan oleh

sikap dan 10 % ilmu pengetahuan, sedangkan sikap dan

prilaku ditentukan oleh nilai seperti ikhlas yang

merupakan manifestasi dari sikap tauhiid112.

Ketika seseorang menghadirkan dimensi keyakinan

akidahnya ke dalam kehidupannya, sering terjadi

pengalaman batin yang sangat individual dan yakin dapat

meningkatkan energi spiritual untuk meningkatkan

kinerja113.

b. Iman kepada Allah

Iman kepada Allah merupakan titik sentral, akar dan

fondasi yang menjadi kekuatan seorang muslim . Iman

adalah seperti pohon yang berbuah , buahnya tidak pernah

terputus, pohon iman memberikan buahnya setiap saat ,

baik di musim panas dan musim dingin, di siang maupun

di malam hari. Begitu juga seorang mukmin harus tetap

beramal di setiap saat dan di setiap kesempatan. Oleh

sebab itu sering kali dimuat dalam al-Quran pernyataan

112 Abduraahim , Faham Tauhid dan Etos Kerja, Yogyakarta:CV Kuning Mas, 1993, h.

31- 48 113 Ibid. h.49

62

Iman dan Amal saleh karena amal salah merupakan salah

satu buah dan bekasnya114

Salah satu ciri orang yang beriman diantaranya

adalah disebut nama Allah maka gemetarlah hatinya dan

apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah

bertambahlah iman 115 .Menurut Iman yang paling kuat

adalah iman yang diamini, diakui dan diaplikasikan

dengan hati , lisan dan perbuatan.

c. Iman Kepada Kitab

Sebagai seorang muslim harus beriman kepada

Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab

Allah SWT yang diturunkan kepada umat sesuai dengan

ruang dan waktu. Al-Quran merupakan kitab terakhir,

sumber asasi Islam yang pertama, kitab kodifikasi firman

Allah SWYT kepada manusia di bumi, diwahyukan

kepada Nabi Muhammad SAW, berisi petunjuk Ilahi yang

abadi untuk manusia, untuk kebahagiaan dunia dan

akhirat.116

d. Iman Kepada Rasulullah

Iman kepada rasul memiliki konsekuensi mengikuti

dan mencontoh rasul yang disebut As-Sunnah. As-Sunnah

114 Ibid. h.48 115 Al-Anfal(8):2 116 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan

Umatnya,Cet.Ke-3 (Jakarta: Rajawali , 1993), h. 33

63

(etimologis berarti: tradisi dan perjalan), sumber asal

Islam yang kedua, ialah segala perkataan, perbuatan dan

sikap Rasulullah saw yang dicatat dan direkam di dalam

Al-Hadits (etimologis berarti: ucapan atau pernyataan dan

sesuatu yang baru). Dalam arti teknis As Sunnah

(sunnaturrasul) identik dengan Al-Hadits

(haditsunnabawi). Karena ajaran yang disampaikan Rasul

itu bersumber dari Allah SWT dan sangat penting bagi

keselamatan dan keberhasilan manusia, maka ajaran

tersebut harus diterima dan dilaksanakan oleh manusia.

Rasulullah dalam berbagai kesempatan selalu

menekankan pentingnya tenaga kerja dan selalu menghargai

karya para karyawan dan para ahli dalam suatu bidang

pekerjaan tertentu. Beliau pernah bersabda: “ Allah mencintai

orang yang selalu bekerja dan berusaha untuk

penghidupannya.” (Al-Hadits) menurut Maqdam, Rasulullah

pernah berkata, “tidak seorangpun yang akan memperoleh

keadaan yang lebih baik daripada orang yang memperoleh

penghasilan dengan tangannya (tenaganya) sendiri. Nabi

Dud pun memperoleh nafkah penghidupan dari tangannya

sendiri.” (HR. Bukhori).

64

2. Motivasi Ibadah

Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah)

yaitu tata aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual

langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata caranya

telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Rasul.117

Ibadah adalah suatu perbuatan yang tidak pernah

dilakukan oleh orang yang tidak beragama, seperti doa, shalat

dan puasa itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang

beragama. Ibadah bertitik tolak dari aqidah, jika ibadah

diibaratkan akar maka ibadah adalah pohonnya. Jika ibdah

masih dalam taraf proses produksi, sedangkan output dari

ibadah adalah mu’amalah.

Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan sebagai

berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan zakat. Tetapi

unsur motivasi ibadah ini hanya diambil doa, shalat, dan

puasa, karena ketiga unsur ini dilakukan karyawan sehari-hari

dalam proses produksi sehingga patut diduga mempunyai

pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam melalui Al-

Qur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan produksi

seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka tidak dapat

117 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan

Umatnya,Cet.Ke-3 (Jakarta: Rajawali , 1993), h.26

65

diragukan bahwa umat yang ibadahnya kaffah akan

mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja.

a. Doa

Doa biasa diartikan dengan permohonan hamba

kepada Tuhannya, tata cara berdoa telah diatur dalam Al-

Qur’an dan As-Sunnah, penyimpangan terhadapnya dapat

dikategorikan syirik dan bid’ah. Dzikir biasa diartikan

dengan memuji asma Allah, sambil merenungkan

kebesaran Allah SWT melalui arti asma Allah yang

direnungkan dipikirkan sehingga mempunyai efek dzikir

produktif yang dapat meningkatkan kinerja seorang

muslim. Potensi doa, dzikir dan fakir adalah asset

ilahiyyah yang seharusnya dikelola dengan baik dalam

perwujudan kerja prestatif atau amal shaleh.

Dengan berdoa, berarti menunjukkan kualitas dan

kemampuan untuk memperepsi diri sehingga mempunyai

asumsi atas gambaran jiwa yang tidak lain adalah salah

satu bagian dari proses berpikir itu sendiri.118 Doa yang

melahirkan optimisme itu, menggerakkan sikap diri yang

gagah untuk berkinerja. Dia tidak takut dengan kesulitan,

karena di dalam nuraninya ada keyakinan bahwa setelah

118 Toto Tasmara , Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta : PT Dana Bhakti Wakaf, 1995, h.

50-53

66

kesulitan pastilah ada kemudahan dan Allah akan

mengabulkan doanya.119

b. Shalat

Shalat adalah tata ritual sebagai konsekuensi orang

yang beriman kepada Allah, merupakan kewajiban yang

harus dilakukan lima kali dalam sehari. Shalat merupakan

tiang agama, barangsiapa mengerjakan berarti telah

menegakkan agamanya dan barang siapa meninggalkan

berarti telah meruntuhkan agamanya. Shalat merupakan

proses produksi yang apabila tata caranya diikuti secara

tepat dan konsisten serta dijiwai dengan niat yang ikhlas,

maka shalat tersebut dapat menghasilkan kinerja.

Sesuai teori psikologi Islam ada empat aspek

terapeutik yang terdapat dalam shalat: aspek olah raga,

aspek meditasi, aspek auto-sugesti, dan aspek

kebersamaan. Selain memberikan terapi yang bersifat

kuratif, agama juga memiliki aspek preventive bagi

lahirnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Rukun Islam

memiliki aspek terapeutik. Demikian juga dengan rukun

iman yang salah satunya adalah penerimaan bahwa baik

dan buruk datangnya dari Allah, akan membebaskan

orang dari segala macam ketegangan jiwa. Pada dasarnya

119 Al-Insyirah (94: 5-6 dan al-Mukminun (23): 60

67

tujuan beberapa teknik psikoterapi seperti kognitif

(cognitive therapy) dan (insight therapy) adalah

menentukan seseorang untuk menerima kenyataan hidup

yang sudah diatur oleh Tuhan.120

Jadi shalat bukan sekadar kegiatan rutin yang

sifatnya seremonial dan tanpa bekas. Diakui atau tidak,

sepuluh mutiara hikmah itu belum dihayati seluruhnya.

Sementara ini masih saja ada kaum muslimin yang tidak

disiplin dan konsisten mendirikan shalatnya. Shalat yang

didirikan belum juga memberi bekas terhadap lingkungan

kinerjanya.121

Penelitian tentang mentalitas manusia menetapkan

adanya manfaat shalat dan ibadah. Badan penanganan

masalah pengangguran di kota New York, telah

melakukan psikotes terhadap lebih 15.000 tunawisma.

Melalui penelitian ini dimungkinkan untuk mengarahkan

setiap individu kepada profesi yang cocok sesuai dengan

minat dan keahliannya. Hakihat khusuk jika dikaitkan

dengan penelitian tersebut dapat berpengaruh positif

signifikan terhadap karyawan. Thabarah menyatakan

bahwa kekhusuan adalah instrument untuk

mengembangkan kemampuan diri dalam berkonsentrasi,

120 Hasanuddin dalam Wibisono, ”Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap ...,h. 70 121 Ibid., hlm.70

68

yang berdampak pada kesuksesan dan keberhasilan

seseorang dalam menjalani kehidupannya.

Mencermati firman Allah dalam Al-Qur’an Surat al-

An’am ayat 162 dan surat al-Mukminun ayat 1-2 bahwa:

a) Shalat adalah tiang agama, dapat diartikan sebagai

poros energi untuk berkinerja.

b) Orang yang shalat tetapi melupakan terhadap proses

lanjutan setelah ibadah shalat, dikutuk oleh Islam.

c) Pengakuan pada waktu melaksanakan ibadah shalat

bahwa shalat merupakan ibadah, hidup dan mati

adalah bentuk pengabdian total kepada Allah.

c. Puasa

Puasa Ramadhan termasuk salah satu aturan Allah

SWT yang wajib dijalankan oleh setiap muslim

sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur’an Surat al-

Baqarah ayat 183.Dengan demikian, pendekatan yang

paling dikedepankan dalam memahami puasa adalah

dengan pendekatan keimanan untuk mencapai target

taqwa. Ditinjau dari segi teknologi modern, ditemukan

bahwa penelitian modern mengungkapkan kenyataan

bahwa puasa meningkatkan keimanan kepada pencipta

dan puasa dapat memperpanjang usia manusia dan

menghindarkannya dari sejumlah kelainan fisik dan

69

penyakit. Penelitian gejala puasa di laboratorium ilmiah,

para ahli berpendapat bahwa puasa sebagai suatu gejala

fisiologi dan bukan semata-mata suatu hasil proses iradah,

puasa adalah suatu keharusan hidup dan kesehatan.

Puasa mengatur perilaku dan konsumsi,

mengendalikan nafsu berarti menyimpan energi spiritual

yang dilakukan oleh seorang muslim mulai fajar sampai

maghrib untuk mendapatkan energi spiritual. Jika

pelaksanaan puasanya dilakukan secara tepat dan

konsisten, maka berpuasa dapat meningkatkan bekerja

dan berproduksi secara religius.

Penelitian dalam kedokteran Islam, terdapat aspek

spiritual yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan

kinerja yang religius. Mengajarkan cinta kasih antara

manusia, memberikan rasa harap, kreatif, dan selalu

optimis memandang hidupnya, meresapi arti dan

efektifitas ibadahnya, pengabdian yang murni terbuka

kepada Allah. Selain itu, mengajarkan manusia bersabar

hati, meningkatkan kewaspadaan dari nafsu jahat,

mempelajari manusia cara menabung, memperbanyak

amal sosial dan shodaqoh.

70

3. Motivasi Muamalah

Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan

ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama

manusia dan manusia dengan benda atau materi alam.

Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan primer, dan

sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja.

Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang

tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi dipandang sebagai

pemborosan dan pemusnahan sumber daya. Bekerja dan

berproduksi adalah bagian dari muamalah yang dapat

dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang muslim

menuju tercapainya rahmatan lil’alamin.

Motivasi muamalah adalah dorongan kekuatan dari

dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang dilandasi

oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat menghasilkan

kinerja yang religius, karena diilhami oleh al-Qur’an dan as-

Sunnah.

Ada perbuatan tertentu yang dikenal sebagai religius

dan spiritual, sementara lainnya, non religius atau

keduniawian. Menurut Rahman, Islam tidak membedakan

antara jenis keperluan yang satu dengan yang lainnya sebagai

71

bagian dari ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT122.

Kaum muslimin menafkahkan sebagian hartanya kepada para

janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin seperti

kerelaannya berbelanja untuk diri sendiri, anak-anak, orang

tua dan kaum kerabat. Demikian juga ketika akan mendirikan

shalat dan menunaikan ibadah haji, sama baiknya dan sama

mulianya seperti jika ke kantor, berbisnis atau kegiatan

lainnya dengan tujuan mencari nafkah untuk kehidupan

dengan ulet, tawakal, professional, amanah dan jujur. Allah

berfirman dalam surat Yasin ayat 33-35:

Artinya: dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan, dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur?

Ayat diatas mempunyai makna. Pertama, hendaklah

manusia bekerja didasarkan atas kepentingan berproduksi dan

122 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Raja GrafindoPersada,1997,

h.132

72

dari apa yang diusahakan oleh tangannya. Meski manusia

bekerja usaha tersebut tetap disandarkan pada kehendak

Allah SWT disertai doa memohon pertolongan-Nya.

Kedua, lingkungan adalah anugerah Allah SWT yang

menyediakan segala kebutuhan yang dapat membantu

manusia dalam kehidupannya. Anugerah Allah SWT itu

disertai kesiapan berkarya yang disediakan pula baginya

sejak pertumbuhannya. Dengan demikian jangan sampai

seorang mukmin berkeyakinan bahwa fatalisme dibenarkan

oleh aqidah. Fatalisme adalah jalan yang negatif dalam

kehidupan, yaitu bersikap menunggu tanpa berusaha. Islam

hanya mengenal konsep tawakal kepada Allah SWT berarti

mendayagunakan seluruh potensi untuk memikirkan

keselamatan, mempertimbangkan berbagai alternatif dan

memilih yang terbaik untuk diimplementasikan.

Menurut David C. McClelland (1961:112)

mengemukakan 7 karakteristik orang yang mempunyai

motivasi tinggi, yaitu sebagai berikut123:

1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi

2. Berani mengambil dan memikul resiko

3. Memiliki tujuan yang realistik

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh

123 Dr. A. A. Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

Bandung: PT. Rosda Karya, 2004. h. 103

73

5. Berjuang untuk merealisasikan tujuan

6. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit

7. mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang

telah diprogramkan.

Dari uraian diatas dapat, indikator dari motivasi kerja

Islam adalah sebagai berikut:

4. Aqidah

Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan

motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi

akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari

kehidupan, yang dimaksud dengan akidah Islam adalah rukun

iman 124 .Iman menurut hadist merupakan pengikraran yang

bertolak dari hati, pengucapan dengan lisan dan aplikasi

dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah dapat ditafsirkan

sebagai dorongan dari dalam yang muncul akibat kekuatan

tersebut. Sistematika akidah agama Islam terdiri dari rukun

Iman diantaranya , namun dalam motivasi akidah ini yang

dilibatkan hanya unsur iman kepada Allah, iman kepada kitab

Allah dan iman kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini

dilibatkan karena pada waktu bekerja terlibat secara nya

sehari-hari .Unsur yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas

bekerja karena belum menjadi pemahaman iman yang bisa

124 Thahir Ibnu Shalih Jazairi, Jawahiru al-kalamiyah ( Surabaya: Muhammad Ibnu

Ahmad bin Nabhan), h.2

74

dilibatkan dalam proses produksi maupun meningkatkan

kinerja125.

1) Ibadah

Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah)

yaitu tata aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual

langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata

caranya telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an

dan Sunnah Rasul.126

Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan

sebagai berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan

zakat. Tetapi unsur motivasi ibadah ini hanya diambil

doa, shalat, dan puasa, karena ketiga unsur ini dilakukan

karyawan sehari-hari dalam proses produksi sehingga

patut diduga mempunyai pengaruh dalam meningkatkan

kinerja karyawan.

Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam melalui Al-

Qur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan

produksi seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka

tidak dapat diragukan bahwa umat yang ibadahnya kaffah

akan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap

kinerja.

125 Wibisono, “Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja ...,h. 46 126 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan

Umatnya,Cet.Ke-3, Jakarta: Rajawali , 1993, h.26

75

2) Muamalah

Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan

ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama

manusia dan manusia dengan benda atau materi alam.

Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan primer, dan

sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja.

Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang

tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi dipandang

sebagai pemborosan dan pemusnahan sumber daya.

Bekerja dan berproduksi adalah bagian dari muamalah

yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang

muslim menuju tercapainya rahmatan lil’alamin.

Motivasi muamalah adalah dorongan kekuatan dari

dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang

dilandasi oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat

menghasilkan kinerja yang religius, karena diilhami oleh

al-Qur’an dan as-Sunnah.

3) Kebutuhan

kebutuhan adalah suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dan

dorongan yang ada dalam diri.

76

4) Harapan

Teori harapan berkata yang dikemukakan oleh

Victor H. Vroom mengemukakan bahwa jika seseorang

menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh

sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat

terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya.127

5) Insentif

Menurut Pangabean (2002) Insentif merupakan

penghargaan yang diberikan kepada mereka yang dapat

bekerja melampaui standard yang telah ditentukan.

Insentif juga merupakan suatu bentuk dorongan kepada

karyawan atas prestasi karyawan tersebut.

2.2.3 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja berasal dari kata produktif artinya segala

kegiatan yang menimbulkan kegunaan (utility). Jika seseorang

bekerja, ada hasilnya, maka dikatakan ia produktif. Tapi kalau ia

menganggur, ia disebut tidak produktif, tidak menambah nilai guna

bagi masyarakat. Para penganggur merupakan beban bagi

masyarakat. Biasanya orang-orang kreatif, ada-ada saja yang akan

dikerjakannya, makin lama ia makin produktif.128

127 Sondang P, Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 1995,

h.292 128 Prof. Dr. H. Buchari Alma, dan Donni Juni Priansa, S.Pd, manajemen bisnis syari’ah,

Bandung: Alfabeta, 2009, h. 171.

77

Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk

memenuhi keinginan konsumen. Produktivitas dimulai dari

kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan.

Hal ini dapat diimplementasikan interaksi antara karyawan

(pekerja) dan pelanggan yang mencakup129:

1. Ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan

tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan.

2. Penampilan karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan

kecocokan dalam berpakaian.

3. Kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan

bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang diajukan pelanggan.130

Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat

dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya

termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right

thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing

right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan

pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.

Produktivitas diartikan sebagai hasil pengukuran suatu

kinerja dengan memperhitungkan sumber daya yang digunakan,

129 Gaspersz Vincent, Total Quality Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003,

h.130 130 Edhi prasetyo, pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja

karyawan, riyadi palace hotel di Surakarta, jurnal skripsi, h. 2.

78

termasuk sumber daya manusia131. Produktivitas dapat diukur pada

tingkat individual, kelompok maupun organisasi. Produktivitas juga

mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai

efektivitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaan

sumber daya. Orang sebagai sumber daya manusia di tempat kerja

termasuk sumber daya yang sangat penting dan perlu

diperhitungkan.132

Produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang

memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada

keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari

kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan

mendorong munculnya suatu kerja yang efektif dan produktif, yang

sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas kerja133.

Sama halnya menurut Simanjuntak, Produktivitas

mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis

operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pengertian

pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini lebih baik dari hari

kemarin dan mutu kehidupan lebih baik dari hari ini134.

131 John R Schermenharn, Manajemen, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003, h.7 132 Daryatmi, “pengaruh motivasi, pengawasan dan budaya kerja terhadap produktivitas

kerja karyawan perusahan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit desa kabupaten karanganyar” jurnal skripsi, h. 12..

133 Muchdarsah Sinungan, Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h.1 134 Pajar, ”Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan

bagian keperawatan pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UMS,2008, h.37

79

Sedangkan menurut Yader (1975) dimensi variabel terikat

atau dependen yaitu produktivitas kerja dalam pengukurannya

meliputi kriteria sebagai berikut:135

a. Kualitas kerja (Quality of work) yaitu kualitas kerja yang dicapai

berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

b. Kuantitas kerja (quantity of work) yaitu jumlah kerja yang

dilakukan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan.

c. Kreatifitas (creativeness) yaitu keaslian gagasan yang

dimunculkan dalam tindakan-tindakan untuk menyelesaikan

persoalan yang timbul.

d. Kerja sama (coorperation) yaitu kesadaran untuk bekerja sama

dengan yang lain (sesama anggota organisasi)

e. Pengetahuan tentang pekerjaan (knowledge of job) yaitu luasnya

pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan.

f. ketergantungan (depend ability) yaitu kesadaran dan dapat

dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan

g. Inisitif (initeative) yaitu tindakan dalam menyelesaikan

pekerjaan.

h. Personal kualitas yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramahan, dan integritas pribadi.

Pada dasarnya setiap perusahaan selalu berupaya untuk

meningkatkan produktivitasnya. Tujuan dari peningkatan

135 Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan

Administrasi dan Operasional, Jakarta : PT Bumi Aksara, cet. Ke II, 2002, h.236

80

produktivitas ini adalah untuk meningkatkan efisiensi material,

meminimalkan biaya per unit produk dan memaksimalkan output per

jam kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan hal

yang penting, mengingat manusialah yang mengelola modal, sumber

alam dan teknologi, sehingga dapat memperoleh keuntungan

darinya.136

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produktivitas

kerja suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh produktivitas kerja

karyawannya. Sedangkan produktivitas kerja karyawan sangat

dipengaruhi oleh faktor etika kerja, motivasi kerja dan juga faktor-

faktor lain seperti kepemimpinan, tingkat pendidikan, budaya kerja,

dan sebagainya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian Daryatmi dalam penelitian yang berjudul “pengaruh

motivasi, pengawasan dan budaya kerja terhadap produktivitas kerja

karyawan perusahan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit desa

kabupaten karanganyar” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

antara variabel-variabel yang diteliti, dengan menggunakan analisis

berganda, yaitu uji validitas yang mendasarkan pada korelasi antara masing-

masing item dengan total item, dan juga uji reliabilitas yaitu masing-masing

skor butir dikorelasikan dengan skor totalnya.

136 Bambang Tri Cahyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: BADAN

PENERBIT IPWI, 1996, h. 282.

81

Maya Puji Febriana dalam penelitian skripsinya yang berjudul

”pengaruh etos kerja islam terhadapProduktifitas karyawan bank

perkreditan rakyat syari’ah artha mas abadi kabupaten pati” menunjukkan

adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti.

Pengujian dengan menggunakan analisis factor, analisis regresi sederhana

dengan uji F dan koefisien determinasi.

Muhammad Zama’ Syari (2010) dalam penelitian skipsinya yang

berjudul “pengaruh etos kerja dan budaya kerja Islam terhadap

produktivitas kerja karyawan di KJKS/UJKS wilayah Kabupaten Pati”

menunjukkan bahwa variabel yang diteliti berpengaruh secara signifikan

dengan uji T.

Dalam penelitian tugas akhir D3 perbankan syari’ah oleh Masrup

(2009) yang berjudul ”Hubungan pelatihan dan Motivasi kerja terhadap

Produktivitas pegawai pada kantor BMT Tamzis Wonosobo” juga

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel

yang diteliti.

2.4 Kerangka Berfikir

Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya

kerangka pemikiran yang merupakan landasan dalam meneliti masalah yang

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

82

Gambar: 2.3

Kerangka Berfikir

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

Etika Kerja Islam

X1

Produktivitas

Y

Motivasi Kerja Islam

X2

1. Al-Shalah 2. Al-Itqon 3. Al-Ihsan 4. Al-Mujahadah 5. Tanafus dan

ta’awun 6. Mencermati

nilai waktu

1. Aqidah 2. Ibadah 3. Muamalah 4. Kebutuhan 5. Harapan 6. Insentif

1. kualitas kerja 2. kuantitas kerja 3. pengetahuan tentang

pekerjaan 4. kreatifitas

kerja sama 6. ketergantungan 7. inisiatif 8. personal kualitas

83

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empiris.137

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Etika kerja dan motivasi kerja Islam secara bersamaan berpengaruh

terhadap produktifitas kerja karyawan

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel etika kerja Islam

terhadap produktifitas kerja karyawan.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel motivasi kerja Islam

terhadap produktifitas kerja karyawan.

137 Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2008, h. 64

84

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: data primer dan

data sekunder.231

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu atau perseorangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur

yang terkait topik penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berasal

dari studi literatur berupa tulisan laporan, pedoman, peraturan, dan

sumber-sumber lain yang menunjang laporan penelitian.

Untuk melakukan penelitian tentang pengaruh etika kerja dan

motivasi kerja Islam terhadap produktivitas karyawan diperlukan data

primer dan data sekunder. Adapun proses pengumpulan data tersebut

dapat dilakukan dengan cara yaitu:

a. Penelitian kepustakaan (Library research), digunakan untuk

mendapatkan data sekunder, yaitu pencarian bahan-bahan dan teori-

teori dengan mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah

231 Husain Umar, Research Methods In Finance And Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2002, hlm.82.

85

literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti.

b. Penelitian lapangan (Field research), digunakan untuk mendapatkan

data primer, yaitu dengan mendatangi tempat yang bersangkutan

untuk melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan

yang dilakukan dan bisa dilakukan dengan wawancara ataupun

pemberian kuesioner.

3.2. Populasi dan Sample

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.232 Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di BNI Syari’ah

Cabang Semarang yang berjumlah 72 karyawan. Penentuan jenis populasi

ini didasarkan atas layanan bahwa yang akan di uji adalah persepsi

karyawan mengenai pengaruh motivasi dan etos kerja Islam terhadap kinerja

karyawan, dikarenakan jumlah karyawan di BNI Syari’ah Cabang Semarang

banyak, sehingga memungkinkan untuk mengambil sample karyawan

menjadi responden.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

232 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2008, h. 80.

86

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sample yang

dapat diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sample itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sample

yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).233

Sample juga bisa di katakan sebagian atau wakil populasi yang

diteliti.234 Teknik pengambilan sample yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah: metode Simple Random Sampling.

Simple Random sampling yaitu: cara pemilihan sample di mana

anggota dari populasi di pilih satu persatu secara random atau acak (semua

mendapat kesempatan yang sama untuk di pilih) di mana jika sudah di pilih

tidak dapat di pilih lagi.235

Pada umumnya peneliti menggunakan metode ini untuk

memperoleh daftar dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan

hemat. Penentuan jumlah sample di tentukan dengan rumus Slovin. 236

Karena jumlah respondennya sudah di ketahui.

2ne1N

n

N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan/margin of error max.

2ne1N

n

233 Ibid. hlm. 81. 234 Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm: 120. 235 Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Tlletode Penelitian Kuantitatif, Teori dan

Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.123. 236 Ibid, hlm. 137.

87

2%10.1421142

n

01.0.1421142

n

6,58242142

42,11142

Berdasarkan data yang di peroleh, jumlah karyawan yang bekerja di

BNI Syariah Cabang Semarang adalah 72 orang. Jumlah sample untuk

penelitian menggunakan margin of error sebesar 10%. Maka jumlah sample

yang di teliti adalah 58,6 dibulatkan menjadi 60 karyawan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sangat berpengaruh sekali dalam hasil

penelitian. Karena pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan

diperoleh data yang relevan, dan akurat. Metode pengumpulan data yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup

88

besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa

pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada

responden secara langsung atau dikirim melalui pos, internet. 237

Kuesioner yang di gunakan berupa pertanyaan yang menyangkut tentang

pengaruh etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktivitas

kerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang.

2. Dokumentasi

Dokumentasi di gunakan untuk pengumpulan data berupa data

tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran

tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah

penelitian. Misalnya: berupa arsip-arsip, buku-buku catatan yang

lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.238 Dokumentasi yang

di gunakan yaitu yang berhubungan dengan profil tentang BNI Syariah

Cabang Semarang.

3. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

akurat untuk keperluan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai

dengan data. Pencarian data dengan teknik ini dapat di lakukan dengan

cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung antara seorang

atau beberapa orang pewawancara dengan seorang atau beberapa orang

yang diwawancarai. 239 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan

237 Prof. Dr. Sugiyono, Op.cit hlm. 142. 238 Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008, h1m. 152. 239 Ibid, hlm. 151.

89

dengan salah satu karyawan yaitu dengan Bapak Khoiril Anwar, selaku

senior marketing karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang untuk

mengetahui kebenaran isi kuesioner yang menyangkut dengan pengaruh

etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap kinerja karyawan di BNI

Syariah Cabang Semarang.

3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel penelitian dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

NO VARIABEL INDIKATOR ATRIBUT SKALA 1. Etika Kerja

Islam 1. Al-Shalah 2. Al-Itqon 3. Al-Ihsan 4. Al-Mujahadah 5. Tanafus dan

ta’awun 6. Mencermati

nilai waktu

- Melakukan pekerjaan yang baik dan bermanfaat

- Keyakinan bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah

- Kejujuran - Menghindari dosa - Bekerja keras - Ketekunan - Kemandirian - Semangat kerja - Tolong menolong

dalam kebaikan - Tidak membuang-

buang waktu - Penghematan

Likert

2. Motivasi Kerja Islam

1. Aqidah 2. Ibadah 3. Muamalah

- Menjaga Prilaku dan perbuatan

- Meluangkan waktu untuk menunaikan ibadah kepada Allah swt

- Lingkungan kerja yang baik dan kenyamanan bekerja

Likert

90

4. Kebutuhan 5. Harapan 6. Insentif

- Saling berinteraksi - Gaji yang sesuai

dengan kebutuhan yang layak

- Sarana dan prasarana yang memadai

- Kestabilan kerja - Memberi kesempatan

untuk mengungkapkan ide-ide

- Kesempatan untuk mengikuti pelatihan

- Memberi penilaian terhadap pekerjaan

- Penghargaan financial 3. Produktivitas

Kerja Karyawan

1. Kuantitas kerja

2. Kualitas kerja

3. Ketepatan waktu

4. Pengetahuan tentang pekerjaan

5. Kreatif

6. Kerjasama 7. Ketergantungan 8. Inisiatif

- Bekerja sesuai dengan target yang ditentukan

- Mampu menjalankan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan

- Menyelesaikan pekerjaan sesuai prosedur yang ditetapkan

- Meminimalkan kesalahan kerja

- Menjalankan pekerjaan dengan disiplin waktu yang baik

- Menyelesaikan tugas pekerjaan dengan tepat waktu

- Luasnya pengetahuan pekerjaan

- Terampil - Memunculkan ide-ide

baru - Bekerja sama - Dapat dipercaya - Penyelesaian kerja - Semangat untuk

melaksanakan tugas-tugas baru

Likert

91

- Perbesar tanggung jawab.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian.

Dengan skala likert, maka variable yang akan di ukur dijabarkan

menjadi indikator variable. Kemudian indikator tersebut di jadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yang dapat

berupa kata-kata antara lain:240

1) Sangat setuju di beri skor 5

2) Setuju di beri skor 4

3) Ragu-ragu di beri skor 3

4) Tidak setuju di beri skor 2

5) Sangat tidak setuju di beri skor 1

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-

tingkatan kevaliditan dan kesahihan suatu instrumen. 241 Instrumen

240 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,

2008, hlm. 93

92

dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang diinginkan dan

mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas

internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara

bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. 242 Dengan kata lain

sebuah instrumen dikatakan memiliki misi instrumen secara

keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.

Dalam pengujian validitas instrumen pada penelitian ini

digunakan analisa butir. Cara pengukuran analisa butir tersebut adalah

mengkorelasikan skor butir dengan skor total dengan rumus produk

moment, yaitu:243

)()())((

222 xyNxNyxxyNRxy

Keterangan: R = Koefisien korelasi

N = Jumlah subyek atau responden

X = Skor butir

Y = Skor total

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrumen sudah baik.244 Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu

241 Suharsimi Arikunto, Op. cit, h1m. 137. 242 Ibid, hlm. 171 243 Ibid, hlm. 70 244 Ibid, hlm. 178

93

instrumen dapat memberi hasil. Pengukuran yang konsisten apabila

pengukuran dilakukan berulang-ulang terhadap gejala yang sama

dengan alat pengukuran yang sama. Uji reliabilitas ini hanya dilakukan

pada data yang dinyatakan valid. Untuk menguji reliabilitas digunakan

teknik croanbach alpa > 0,60. Rumus croanbach alpa adalah sebagai

berikut:245

2

1

2

11 11

b

kkr

Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen

k = Jumlah kuesioner

2b = Jumlah varian butir

2b = Varian total

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

3.5.3.1. Multikolonieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi,

maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal

adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel

bebas sama dengan nol (0). Untuk mendeteksi ada atau

245 Ibid, hlm. 196

94

tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah

sebagai berikut246:

a. Mempunyai angka Tolerance diatas (>) 0,1

b. Mempunyai nilai VIF di di bawah (<) 10

3.5.3.2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamat ke pengamat yang lain. Jika variance dari residual

satu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka di sebut

homokedastisitas.

Untuk mendeteksi adanya suatu heteroskedastisitas

adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

dengan ketentuan:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada

menentukan poly tertentu yang diatur (bergelombang,

melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar

diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.247

246 Ibid, hlm. 92. 247 Ibid, hlm. 105

95

3.5.3.3. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data

yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal

atau tidak. 248Untuk menguji suatu data berdistribusi normal

atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan grafik normal

plot.249 Pada grafik normal plot, dengan asumsi :

a. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

b. Apabila data menyebar jauh dari diagonal dan /atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak memenuhi uji asumsi normalitas.

3.5.4 Regresi Berganda

Regresi berganda biasanya digunakan satu variable dependen

dan lebih dari satu variable independent. Dalam praktek bisnis, regresi

berganda justru lebih banyak digunakan, selain karena banyaknya

variable dalam bisnis yang perlu dianalisis bersama, juga pada banyak

kasus regresi berganda yang lebih relevan digunakan.250

248 Ibid, hlm. 110. 249 Ibid, hlm. 112. 250 Husain Umar, Op.cit, hlm. 253

96

Dalam banyak kasus bisnis yang menggunakan regresi

berganda, pada umumnya jumlah variable independent berkisar dua

sampai empat variable. Walaupun secara teoritis dapat digunakan

banyak variable bebas, namun penggunaan lebih dari tujuh variable

independent di anggap tidak akan efektif.

Secara umum, data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh

variable-variable bebas X1, X2, X3,…. Xn, jadi, rumus umum dari

regresi berganda ini adalah:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + …. +e

Keterangan:

Y = Produktivitas Kerja Karyawan

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi

X1 = Etika Kerja Islam

X2 = Motivasi Kerja Islam

e = Standar Error

Koefisien - koefisien a, b, c, …. e dapat di cari dengan berbagi

cara. 251 Untuk melakukan regresi berganda dengan uji signifikansi,

yaitu dengan alat uji T-test dan F-test.

1) T-test untuk menguji pengaruh secara parsial. Rumusan

hipotesisnya:

Ho : P = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel X terhadap Y)

251 Ibid, hlm. 253

97

Ha : P ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel X terhadap Y) Menurut

kriteria P value:

a) Jika P > 5%, maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol

(Ho) atau Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

b) Jika P < 5%, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol

(Ho) atau Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2) F-tes, untuk menguji pengaruh secara bersama-sama atau simultan.

Rumusan hipotesis statistiknya:

Ho : P=0 (tidak ada pengaruh antara variabel X1, X 2 terhadap Y )

Ha : P ≠ t – 0 (ada pengaruh antara variabel X1, X2 terhadap Y)

Menurut kriteria p value:

a) Jika P > 5%. maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol

(Ho)

b) Jika P < 5%, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol

(Ho).252

252 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2004, h1m. 108.

98

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah BNI Syari'ah

Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan

ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3

(tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab

kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil.

Dengan berlandaskan pada Undang-undang No. 10 Tahun 1998,

pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)

BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan,

Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang

menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Di samping itu nasabah juga dapat menikmati layanan

syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channeling)

dengan lebih kurang 750 outlet yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI

Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.

Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh

KH. Ma'ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui

pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

99

Di dalam Corporate Plat UUS BNI tahun 2000 ditetapkan

bahwa status UUS bersifat temporer dan akin dilakukan spin off

tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010

dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah

(BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari

faktor eksternal berupa, aspek regulasi rang kondusif yaitu dengan

diterbitkannya UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang,

Perbankan Syariah. Disamping komitmen Pemerintah terhadap

pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran

terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin

meningkat.

Di awali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun

1999. Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha

untuk beroperasinya unit usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah

menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang, syariah sebagai

berikut:

Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI Syariah

membuka 5 kantor cabang syariah sekaligus di kota-kota potensial,

yakni Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.

Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang

syariah, yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia, yakni:

Jakarta (dua cabang), Bandung, Makasar dan Padang. Seiring dengan

100

perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk

layanan perbankan syariah, Tahun 2002 lalu BNI Syariah membuka

dua kantor cabang syariah baru di Medan dan Palembang.

Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang

semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat, BNI Syariah melakukan relokasi kantor cabang syariah

di Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat Kota

Jepara, BNI Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah

Jepara.

Dari awal beroperasi hingga kini, BNI Syariah

menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Asset meningkat dari

Rp. 160 Milyar di Tahun 2001 menjadi 460 Milyar di Tahun 2002.

Seiring dengan itu produktivitas kerja usaha juga mengalami

peningkatan dengan pencapaian laba sebesar Rp. 7,2 Milyar

dibanding tahun 2001 yang masih rugi sebesar 3,1 Milyar. Dana

pihak ketiga meningkat sebesar 88% dari tahun 2001 menjadi Rp.

205 Milyar. Pembiayaan juga meningkat 163% menjadi 292,9

Milyar. Data di atas menunjukkan bahwa perbankan syariah

memiliki prospek yang baik dan akan terus berkembang di masa

yang akan datang. Pada akhir tahun 2003 dana pihak ketiga

meningkat 97.56% menjadi Rp405 milyar, pembiayaan meningkat

sebesar 67.57% menjadi Rp490 milyar sedangkan laba mencapai

peningkatan sebesar 281.39% menjadi Rp.27.46 milyar. Pada tahun

101

2004 BNI Syariah mendapatkan penghargaan The Most Profitable

Islamic Bank untuk yang kedua kalinya, penghargaan ini

berdasarkan penilaian oleh Karim Business Consulting bekerja sama

dengan Majalah Manajemen dan PPM.

4.1.2. Visi dan Misi BNI Syariah

4.1.2.1. Visi

Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang

unggul dalam layanan dan produktivitas kerja.

4.1.2.2. Misi

1. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat

dan peduli pada kelestarian lingkungan.

2. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan

jasa perbankan syariah.

3. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi

investor.

4. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat

kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi

pegawai sebagai perwujudan ibadah.

5. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

102

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Jenis Kelamin Responden

Adapun data mengenai jenis kelamin responden karyawan

BNI Syariah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

LIP Jumlah Persentase

Laki-laki 41 68,33

Perempuan 19 31,67

Jumlah 60 100,00

Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.1 diatas, dapat diketahui

tentang jenis kelamin responden karyawan BNI Syariah Cabang

Semarang yang diambil sebagai responden, yang menunjukkan

bahwa mayoritas responden adalah laki-laki, yaitu sebanyak 41

orang, sedangkan sisanya adalah responden perempuan sebanyak 29

orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari karyawan

BNI Syari'ah Cabang Semarang yang diambil sebagai responden

adalah laki-laki.

4.2.2. Umur Responden

Adapun data mengenai jenis kelamin responden karyawan

BNI Syari'ah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:

103

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase

21-30 43 71,67

31-40 17 28,33

Jumlah 60 100,00

Sumber: Data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.2 ini memperlihatkan

bahwa karyawan BNI Syariah Cabang Semarang yang diambil

sebagai responden sebagian besar berusia 21-40 tahun. Berdasarkan

tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas responden

berusia 21-30 tahun sebanyak 43 orang, sedangkan yang berusia 31-

40 tahun sebanyak 17 orang.

4.2.3. Pendidikan Responden

Adapun data mengenai pendidikan responden karyawan BNI

Syari'ah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Persentase

SMA/SMK 5 8,33

Diploma III 17 28,33

Sarjana 38 63,33

Jumlah 60 100,00

Sumber: Data primer yang diolah, 2011

104

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3 memperlihatkan

bahwa karyawan BNI Syari'ah Cabang Semarang yang diambil

sebagai responden sebagian besar berpendidikan sarjana.

Berdasarkan tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas

responden berpendidikan diploma sarjana sebanyak 38 orang,

sedangkan yang berpendidikan Diploma III sebanyak 17 orang dan

yang berpendidikan SMA/SMK sebanyak 5 orang.

4.2.4. Jabatan Responden

Adapun data mengenai jabatan responden karyawan BNI

Syariah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden

Jabatan Jumlah Persentase Manajer SDM 1 1,67

Manajer Area 1 1,67

Divisi Operasional 1 1,67

Funding Officer 3 5,00

IT 2 3,33

Teller 6 10,00

Customer service 8 13,33

Marketing 27 45 00

Staf 2 3,33

Magang Marketing 2 3 ,33

105

Cleaning Service 4 6,67

Sopir Mobil Bank 2 3,33

Security 2 3,33

Jumlah 60 100,00

Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.4 dapat dijelaskan

bahwa sebagian besar dari pekerjaan karyawan BNI Syari'ah Cabang

Semarang yang diambil sebagai responden adalah marketing yaitu

sebanyak 27 orang, customer service sebanyak 8 orang, teller

sebanyak 6 orang, funding officer sebanyak 3 orang, IT, Staf,

Magang Marketing, Sopir Mobil Bank, dan Security masing-masing

sebanyak 2 orang, Manajer SDM, Manajer Area, dan Divisi

Operasional masing-masing sebanyak 1 orang.

106

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Untuk menguji validitas dan realiabilitas instrumen, penulis

menggunakan analisis dengan SPSS. Berikut hasil pengujian validitas.

Untuk tingkat validitas dilakukan uji signifikansi dengan

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Untuk degree of freedom

(df) = n-k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah

konstruk. Pada kasus ini besarnya df dapat dihitung 60-2 atau df = 58

dengan alpha 0,05 didapat r tabel 0,2542, jika r hitung (untuk tiap-tiap butir

pertanyaan dapat dilihat pada kolom corrected item pertanyaan total

correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pertanyaan

tersebut dikatakan valid.

107

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Item pertanyaan Corrected Item-Total Correlation

r table Ket

Etika Kerja Islam 1 0,401 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 2 0,328 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 3 0,457 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 4 0,496 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 5 0,324 0,2542 Valid

Etika Kerja Islam (X1)

Etika Kerja Islam 6 0,510 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 1 0,265 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 2 0,416 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 3 0,408 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 4 0,363 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 5 0,367 0,2542 Valid

Motivasi Kerja Islam

(X2)

Motivasi Kerja Islam 6 0,465 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 1 0,448 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 2 0,447 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 3 0,626 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 4 0,444 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 5 0,364 0,2542 Valid

Produktivitas Kerja

Karyawan (Y

Produktivitas Kerja Karyawan 6 0,278 0,2542 Valid Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa semua indikator

variabel independen (etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam) dan variabel

dependen (Produktivitas) yang masing-masing berjumlah 6 indikator

mempunyai nilai t hitung > t table sebesar 0,2542. Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa semua indicator yang digunakan dalam penelitian

ini adalah valid.

108

Tabel 4.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Reliabilitas Coefficient

Cronbach Alpha Keterangan

Etika kerja Islam X1 6 item 0,634 Reliabel

Motivasi Kerja Islam X2 6 item 0,635 Reliabel

Produktivitas Kerja X3 6 item 0,614 Reliabel

Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Dari keterangan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing

variabel memiliki Cronbach Alpha > 0,60. dengan demikian variabel

(motivasi, motivasi kerja Islam dan produktivitas kerja karyawan) dapat

dikatakan reliabel.

4.4. Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan hasil pengujian segala penyimpangan klasik terhadap

data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.4.1. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen.

109

Tabel 4.7

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Dari hasil pengujian multikolonieritas yang dilakukan

diketahui bahwa nilai variance inflation factor (VIF) kedua

variabel, yaitu lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 1.

sehingga bisa diduga bahwa tidak ada multikolonieritas antar

variabel independen dalam model regresi.

4.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Berikut

ditampilkan scatter plot hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian

ini.

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF

(Constant)

etika kerja Islam .800 1.250

1

motivasi kerja Islam .800 1.250

110

Gambar 4.1

Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik

menyebar secara merata diatas maupun dibawah angka nol serta

tidak membentuk pola yang teratur. Berdasarkan hal tersebut maka

tidak terjadi heteroskedastisitas pada penelitian ini. Adapun hasil uji

statistik Heteroskedastisitas yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

111

Tabel 4.8

Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas Coefficientsa

Model Sig.

(Constant) .839

etika .691

1

motivasi .842 a. Dependent Variable: ABSUT Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat

signifikansi variable etika kerja dan motivasi kerja Islam masing-

masing adalah 0,619 dan 0,842 atau diatas 0,05 pada tingkat

kepercayaan 95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi.

4.4.3. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Cara yang bisa ditempuh untuk menguji

kenormalan data adalah dengan menggunakan Grafik Normal P-P

Plot dengan cara melihat penyebaran datanya. Jika pada grafik

tersebut penyebaran datanya mengikuti pola garis lurus, maka

datanya normal. Jika pada tabel test of normality dengan

menggunakan Kolmogorov-Smimov nilai sig > 0.05, maka data

112

berdistribusi normal. Adapun Uji Normalitas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Grafik Scatter Plot

Sumber Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik

menyebar sejajar dengan garis diagonal. Berdasarkan hal tersebut

maka model regresi pada penelitian ini adalah normal. Adapun hasil

uji statistik Normalitas yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

113

Tabel 4.9.

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a

.

T

e

s

t

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data

Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov pada tabel

diatas, menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,898 atau lebih

besar dari 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian,

residual data berdistribusi normal dan model regresi telah memenuhi

asumsi normalitas.

4.5. Analisis Data

4.5.1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda adalah model untuk mengetahui

pengaruh variabel independen yaitu etika kerja Islam dan motivasi

kerja Islam terhadap variabel dependennya yaitu produktivitas kerja

Unstandardized Residual

N 60 Mean .0000000 Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 1.20172553 Absolute .074

Positive .074

Most Extreme Differences

Negative -.065 Kolmogorov-Smirnov Z .573 Asymp. Sig. (2-tailed) .898

114

di BNI Syari'ah Cabang Semarang. Ringkasan hasil pengolahan data

dengan menggunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil Regresi Berganda Coefficientsa

a. Dependent Va

b. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut diatas, dapat

diketahui bahwa koefisien regresi variabel etika kerja Islam adalah

sebesar 0,563. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0,563

menunjukkan bahwa pengaruh variabel etika kerja Islam terhadap

produktivitas kerja adalah positif atau berbanding lurus, artinya

semakin tinggi variabel etika kerja Islam maka produktivitas kerja

akan semakin tinggi. Adapun tingkat signifikansi variabel etika kerja

Islam adalah sebesar 0,00 atau dibawah 0,05 dengan tingkat

kepercayaan 95%. Karena tingkat signifikansi variabel etika kerja

Islam lebih kecil daripada 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079

Etika kerja Islam

.563 .094 .579 5.981 .000

1

Motivasi kerja Islam

.272 .090 .293 3.023 .004

115

variabel etika kerja Islam dapat dijadikan sebagai prediktor variabel

produktivitas kerja.

Adapun koefisien regresi variabel motivasi kerja Islam adalah

sebesar 0, 272. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0, 272

menunjukkan bahwa pengaruh variabel motivasi kerja Islam

terhadap produktivitas kerja adalah positif atau berbanding lurus,

artinya semakin tinggi variabel motivasi kerja Islam, maka

produktivitas kerja akan semakin tinggi. Adapun tingkat signifikansi

variabel motivasi kerja Islam adalah sebesar 0,004 atau dibawah 0,05

dengan tingkat kepercayaan 95%. Karena tingkat signifikansi

variabel motivasi kerja Islam lebih kecil daripada 0,05, maka dapat

dinyatakan bahwa variabel motivasi kerja Islam dapat dijadikan

sebagai prediktor variabel produktifitas kerja.

Dari dua variabel independen yang dimasukkan dalam regresi

tersebut untuk memprediksi produktivitas kerja, dapat disimpulkan

bahwa semua variabel dinyatakan signifikan yaitu variabel etika

kerja dan motivasi kerja Islam. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas

signifikansinya yang berada dibawah 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel produktivitas kerja dipengaruhi variabel

etika kerja dan motivasi kerja karyawan. Dari hasil tersebut apabila

ditulis persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 4.662 + 0, 563X1 + 0, 272X2

Keterangan:

116

Y = Produktivitas kerja

X1 = Etika kerja Islam

X2 = Motivasi kerja Islam

4.5.2. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yang memiliki fungsi untuk

menjelaskan sejauh mana kemampuan variabel independen (motivasi

dan motivasi kerja Islam) terhadap variabel dependen (produktivitas

kerja karyawan). Hasil pengujian yang ditunjukkan Adjusted R

Square menunjukkan bahwa variabel independen mampu

menjelaskan variabel dependen sebesar 55%, sedang yang 45%

sisanya dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

ini (tidak diteliti).

Tabel. 4.11 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .757a .573 .558 1.22263 a. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Islam, Etika Kerja Islam

b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Hasil uji koefisien determinasi tersebut memberikan makna,

bahwa masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan.

117

4.6. Uji Hipotesis

4.6.1. Uji Simultan Pengujian secara parsial merupakan salah satu bentuk

pengujian pengaruh dari masing-masing variabel dengan asumsi

bahwa variabel lain adalah konstan. Uji ini untuk menandai bahwa

variabel independen dalam model berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen (produktivitas kerja).

Tabel 4.12. Uji Simultan ANOVAb

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Regression 114.195 2 57.098 38.197 .000a

Residual 85.205 57 1.495

1

Total 199.400 59 a. Predictors: (Constant), motivasi, etika b. Dependent Variable: produktivitas Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

Hasil pengujian secara simultan (bersama-sama) adalah

sebagai berikut:

Ho : β1 ≤ 0 : Variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam secara

bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap

produktifitas kerja.

Ha : β1 > 0 : Variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam secara

bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap

produktifitas kerja

118

Berdasarkan Uji simultan, didapat hasil perhitungan F test

yang menunjukkan nilai 38.197 dengan tingkat probabilitas 0,000

yang di bawah alpha 5%.

Hal itu berarti bahwa semua variabel independen (etika dan

motivasi kerja Islam) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

produktivitas kerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang

berbunyi "Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika dan

motivasi kerja Islam secara bersama-sama terhadap

produktivitas kerja karyawan di BNI Syariah Cabang

Semarang" dinyatakan diterima.

4.6.2. Uji Parsial

Uji parsial ini memiliki tujuan untuk menguji atau

mengkonfirmasi hipotesis secara individual. Uji parsial ini, dalam

hasil perhitungan statistik ditunjukkan dengan t hitung. Secara

terperinci hasil t hitung dijelaskan dalam tabel berikut:

119

Tabel 4.13 Uji Parsial

Coefficientsa

a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS

Sumber: Data Primer yang diolah, 2011

1) Uji Hipotesis Etika kerja Islam

Ho : β2 ≤ 0 : Etika kerja Islam tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja.

Ha : β2 > 0 : Etika kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja.

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh untuk variabel

etika kerja Islam diperoleh nilai t hitung = 5,981 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi

0,05, maka diperoleh nilai t tabel dengan df = 57 adalah sebesar

1,672.

Dengan demikian diperoleh t hitung (5,981) > t tabel

(1,672) sehingga Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa

hipotesis yang menyatakan bahwa Etika kerja Islam

berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079

Etika kerja Islam

.563 .094 .579 5.981 .000

1

Motivasi kerja Islam

.272 .090 .293 3.023 .004

120

atau Hipotesis 2 terbukti. Arah koefisien regresi positif sebesar

0,563 menyatakan bahwa setiap peningkatan Etika kerja Islam

akan menjadikan produktivitas kerja semakin tinggi.

2) Uji Hipotesis Motivasi kerja Islam

Ho : β3 > 0 : Motivasi kerja Islam tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja.

Ha : β3 < 0 : Motivasi kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja.

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh untuk variabel

motivasi kerja Islam nilai t hitung = 3,023 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi

0,05, maka diperoleh nilai t tabel dengan df = 57 adalah sebesar

1,672. Dengan demikian diperoleh t hitung (3,023) > t tabel

(1,672) sehingga H3 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi kerja Islam

berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja

atau Hipotesis 3 terbukti. Arah koefisien regresi positif sebesar

0,272 menyatakan bahwa setiap peningkatan Motivasi kerja

Islam akan menjadikan produktivitas kerja semakin tinggi.

121

4.7. Pembahasan

Pengaruh masing-masing variabel independen (etika dan motivasi

kerja Islam) dan variabel dependen (produktivitas kerja karyawan) dapat

dijelaskan sebagai berikut:

4.7.1. Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan

Hasil uji empiris pengaruh antara etika kerja Islam terhadap

produktivitas kerja karyawan menunjukkan nilai t hitung 5.981 dan

tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang di bawah alpha 5%. Artinya

bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap produktivitas kerja

karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang. Nilai beta dalam

Unstandardized Coefficients variabel etika kerja Islam menunjukkan

arah positif sebesar 0, 563, yang artinya semakin besar etika kerja

Islam maka semakin besar produktivitas kerja karyawan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang

dilaksanakan oleh Maya Puji Febriana dan Muhammad Zama'sari

(2010) yang membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara

etos kerja terhadap produktivitas. Hasil penelitian ini juga sama

dengan teori yang dinyatakan oleh Johan Arifin (2007) bahwa Etika

dapat dipahami sebagai pernyataan (atau ungkapan) rasional yang

berkaitan dengan esensi dan dasar perbuatan, keputusan yang benar,

dan prinsip-prinsip yang mendasari klaim bahwa hal-hal tersebut

secara moral, terpuji, atau tercela. Dengan demikian dapat

122

disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat tatanan dan prinsip

kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih luas, etika adalah

seperangkat nilai tentang baik, benar, buruk, dan salah yang

berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan

tindakan sehingga etika menjadi salah satu faktor penting bagi

terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik

4.7.2. Pengaruh Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan

Hasil uji empiris pengaruh antara motivasi kerja Islam

terhadap produktivitas kerja karyawan menunjukkan nilai t hitung

3.023 dan tingkat signifikansi sebesar 0,005 yang di bawah alpha

5%. Artinya bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap

produktivitas kerja karyawan di BNI Syari'ah Cabang Semarang.

Nilai beta dalam Unstandardized Coefficients variabel motivasi kerja

Islam menunjukkan arah positif sebesar 0, 272, yang artinya semakin

besar motivasi kerja Islam maka semakin besar produktivitas kerja

karyawan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang

dilaksanakan oleh Masrup (2009) dan Daryatmi yang membuktikan

adanya pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi kerja

terhadap produktivitas. Hasil penelitian ini juga sama dengan teori

yang dinyatakan oleh Johan Arifin (2007).

123

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian untuk menganalisis hubungan antara variabel

independent (etika dan motivasi kerja Islam) terhadap variabel dependen

(produktivitas) dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh signifikan pada uji simultan (secara bersama-sama)

semua variabel independen (etika kerja dan motivasi kerja Islam)

terhadap variabel dependen (produktivitas kerja).

2. Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel etika kerja

Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi etika kerja Islam maka semakin tinggi

produktifitas kerja karyawan.

3. Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja

Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi motivasi kerja Islam maka semakin tinggi

produktifitas kerja karyawan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat diajukan saran sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa variabel etika

124

kerja Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

produktifitas kerja karyawan. Hal ini berarti karyawan dalam

melaksanakan tanggung jawabnya selalu menekankan kejujuran, kerja

keras, tidak membuang-buang waktu dan menganggap apa yang

dikerjakan adalah bermanfaat. Sehubungan dengan hal ini, maka

perusahaan perlu dan hendaknya memelihara perilaku yang telah

dimiliki oleh karyawannya seperti membudayakan kerja keras serta

memupuk sifat kejujuran karyawannya.

2. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa variabel

motivasi kerja Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini berarti karyawan

termotivasi karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Disamping itu,

mereka juga mempunyai semangat dalam bekerja karena kebutuhan

mereka terpenuhi. Sehubungan dengan hal ini, maka perusahaan harus

memberikan waktu kepada karyawannya untuk melaksanakan kewajiban

seperti sholat. Selain itu, hendaknya perusahaan juga memberikan

penghargaan kepada karyawannya yang berprestasi, seperti pemberian

insentif.

5.3. Penutup

Puji syukur, Alhamdulillahirabbil ‘alamin penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur atas segala rahmat,

taufiq, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik,

125

setelah melalui rentang waktu yang tidal sebentar dengan berbagai macam

lika-liku dan rintangan.

Skripsi ini penulis susun dengan segenap hati, penulis menyadari

bahwa karya skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, oleh

karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan.

Akhir kata hanya dengan memohon ridha Allah SWT, penulis

berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abduraahim , Faham Tauhid dan Etos Kerja, Yogyakarta: CV Kuning Mas, 1993

Agung Sulistyo, Rachmad, Skripsi:Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah, Yogyakarta:. Universitas Islam Indonesia, 2009

Alma, Buchari, Donni Juni Priansa, S.Pd, manajemen bisnis syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009

Al-Maraghi, Mustafa Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, 1986

Arifin, Johan, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Alvabeta,2005

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi Hukum-hukum Fiqih Jakarta: Bulan Bintang, 1970

Buchari Alma, Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung : Alfabeta, 2009

Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997

Dio, Perbankan Syariah minim SDM siap pakai, Jawa Pos edisi sabtu, 8 Oktober 2011

Firdaus, Muhammad, Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009

______, Al-Qur’an Karim dan Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992

Kamaludin, Undang Ahmad, Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003

______, Kepala Bagian SDM Yayasan Daarut Tauhiid, Hasil wawancara Asep Ridrid Karana tanggal 13 Agustus 2007

Magnis Suseno, Franz, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997

Mangkunegara, Anwar, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Rosda Karya, 2004

Mansyur, Kahar, Membina Moral dan Akhlaq, Bandung: Rineka Cipta, 1995

Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2004

Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer ,Yogyakarta: UII Press, 1999

Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008

Muhammmad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002

Munawwir, A.W., Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, edisi II, Yogyakarta : Pustaka Progresif, 2004

P, Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Pajar, ”Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan bagian keperawata pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UMS,2008

Perwataatmadja, Karen dan M. Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakafm, 2005

Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah, metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007

Prasetyo, Edhi, pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan, riyadi palace hotel di Surakarta, jurnal skripsi

Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995

Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, cet. ke-3, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002

Sastrohadiwiry, Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional, Jakarta : PT Bumi Aksara, cet. Ke II, 2002

Sinungan, Muchdarsah, Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Sudarsono, Heri, Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia, 2004

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008

Syafii Antonio, Muh, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan , Bank Indonesia, Tazkia Institut, 1999

Syaifuddin Anshari, Endang, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Bandung: Pelajar Bandung, 1969

Syalthut, Mahmud, Al-Islam,’Aqidah wal Syariah, cet. 1, 1959

Tasmara, Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang : Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo semarang , 2008

Tri Cahyono, Bambang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: BADAN PENERBIT IPWI, 1996

Umar, Husain, Research Methods In Finance And Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002

Ummu, Abi Salmiyah, Etika kerja dalam Islam, http//Etika kerja dalam Islam « Schatzran’s Weblog.htm. di posting pada tanggal 9 Agustus 2011 pukul 21.30 WIB

Vincent, Gaspersz, Total Quality Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003

Winardi, Memotivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001

http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnu-miskawaih-bapak-etika-islam. diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pada pukul 22.30 WIB

http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses pada tanggal 23 september 2011 pada pukul 19.00

http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalam-islam/ diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pukul 19.30 WIB

http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185-motivasi-dalam-islam.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB.

Hal : Permohonan Pengisian Angket

Kepad Yth.

Bapak/Ibu/Saudara Karyawan Bank BNI Syari’ah

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Agus Luqman Fitriyan

NIM : 072411001

Jurusan : Ekonomi Islam (EI)

Judul Skripsi : ”Pengaruh Etika Kerja dan Motivasi Kerja Islam Terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan” (Studi pada Bank BNI Syari’ah

Cabang Semarang).

Fakultas/Prodi : Syari’ah/Ekonomi Islam

Mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk berkenan mengisi angket terlampir guna

melengkapi data-data penelitian skripsi.

Demikian surat permohonan ini saya buat. Atas perhatian dan terkabulnya

permohonan ini, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jum’at, 25 Nopember 2011

Hormat Saya, Agus Luqman Fitriyan 072411001

KUESIONER PENELITIAN

A. IDENTITAS RESPONDEN

1.Nama :

2.Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

3.Usia :

4.Pendidikan :

5.Jabatan :

B. PETUNJUK

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat

Bapak/ibu/saudara :

1. Sangat Setuju (SS)

2. Setuju (S)

3. Ragu-ragu (R)

4. Tidak Setuju (TS)

5. Sangat Tidak Setuju (STS)

C. DAFTAR PERTANYAAN

VARIABEL ETIKA KERJA ISLAM (X1)

No PERTANYAAN SS S R TS STS

1 Kami mempunyai keyakinan bahwa apa

yang kami kerjakan adalah bermanfaat

2

Dalam melaksanakan pekerjaan, kami

menyempatkan waktu untuk sholat 5

waktu

3 Prinsip Kejujuran dalam bekerja adalah

hal yang utama

4 Kami selalu menekankan kerja keras

dalam melaksanakan pekerjaan

5

Bila ada rekan kerja yang kesulitan dalam

mengerjakan tugasnya, kami berusaha

untuk memberikan bantuan

6

Kami berupaya untuk tidak membuang-

buang waktu kerja dengan kegiatan yang

lain yang tidak berhubungan dengan tugas

VARIABEL MOTIVASI KERJA ISLAM (X2)

NO PERTANYAAN SS S R TS STS

1 Rukun Iman menjadi dorongan dalam

melaksanakan pekerjaan

2 Bekerja adalah bagian dari ibadah

3 Situasi lingkungan kerja dimana saya

bekerja adalah baik dan menyenangkan

4 Sarana pendukung dan peralatan yang

kami gunakan dalam bekerja memadai

5

Atasan memberikan pelatihan-pelatihan

kepada karyawan untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan

6

Pemberian penghargaan bagi karyawan

yang berprestasi dapat meningkatkan

motivasi kerja karyawan

VARIABEL PRODUKTIVITAS KERJA (Y)

NO PERTANYAAN SS S R TS STS

1 Kami selalu bekerja sesuai dengan target

yang ditentukan

2 Kami menjalankan tugas sesuai batas

waktu yang ditentukan

3 Kami selalu menyelesaikan pekerjaan

sesuai prosedur yang ditetapkan

4 Kami selalu berusah meminimalisir

kesalahan kerja

5 Kami menjalankan pekerjaan dengan

disiplin waktu dengan baik

6 Kami selalu menyelesaikan tugas

pekerjaan dengan tepat waktu

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

LIP Jumlah Persentase

Laki-laki 41 68,33 Perempuan 19 31,67

Jumlah 60 100,00

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase 21-30 43 71,67

31-40 17 28,33

Jumlah 60 100,00

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

LIP Jumlah Persentase Laki-laki 41 68,33 Perempuan 19 31,67 Jumlah 60 100,00

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase 21-30 43 71,67

31-40 17 28,33

Jumlah 60 100,00

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Persentase

SMA/SMK 5 8,33

Diploma III 17 28,33

Sarjana 38 63,33

Jumlah 60 100,00

Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden

Jabatan Jumlah Persentase Manajer SDM 1 1,67 Manajer Area 1 1,67 Divisi Operasional 1 1,67 Funding Officer 3 5,00 IT 2 3,33 Teller 6 10,00 Customer service 8 13,33 Marketing 27 45 00 Staf 2 3,33 Magang Marketing 2 3 ,33 Cleaning Service 4 6,67 Sopir Mobil Bank 2 3,33 Security 2 3,33 Jumlah 60 100,00

Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Item pertanyaan Corrected Item-Total Correlation

r table Ket

Etika Kerja Islam 1 0,401 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 2 0,328 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 3 0,457 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 4 0,496 0,2542 Valid Etika Kerja Islam 5 0,324 0,2542 Valid

Etika Kerja Islam (X1)

Etika Kerja Islam 6 0,510 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 1 0,265 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 2 0,416 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 3 0,408 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 4 0,363 0,2542 Valid Motivasi Kerja Islam 5 0,367 0,2542 Valid

Motivasi Kerja Islam

(X2)

Motivasi Kerja Islam 6 0,465 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 1 0,448 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 2 0,447 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 3 0,626 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 4 0,444 0,2542 Valid Produktivitas Kerja Karyawan 5 0,364 0,2542 Valid

Produktivitas Kerja

Karyawan (Y

Produktivitas Kerja Karyawan 6 0,278 0,2542 Valid

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Reliabilitas Coefficient

Cronbach Alpha Keterangan

Etika kerja Islam X1 6 item 0,634 Reliabel

Motivasi Kerja Islam X2 6 item 0,635 Reliabel

Produktivitas Kerja X3 6 item 0,614 Reliabel

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS

Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF

(Constant)

etika kerja Islam .800 1.250

1

motivasi kerja Islam .800 1.250

Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas Coefficientsa

Model Sig.

(Constant) .839

etika .691

1

motivasi .842 a. Dependent Variable: ABSUT

Grafik Scatter Plot

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a. Test a. Test distribution is Normal. b.

Calculated from data

Hasil Regresi Berganda Coefficientsa

a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS

Unstandardized Residual

N 60 Mean .0000000 Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 1.20172553 Absolute .074

Positive .074

Most Extreme Differences

Negative -.065 Kolmogorov-Smirnov Z .573 Asymp. Sig. (2-tailed) .898

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079

Etika kerja Islam

.563 .094 .579 5.981 .000

1

Motivasi kerja Islam

.272 .090 .293 3.023 .004

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .757a .573 .558 1.22263 c. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Islam, Etika Kerja Islam

d. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Uji Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Regression 114.195 2 57.098 38.197 .000a

Residual 85.205 57 1.495 1

Total 199.400 59 a. Predictors: (Constant), motivasi, etika b. Dependent Variable: produktivitas

Uji Parsial

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Produktivitas

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 4.662 2.604 1.790 .079

Etika kerja Islam

.563 .094 .579 5.981 .000

1

Motivasi kerja Islam

.272 .090 .293 3.023 .004

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Agus Lukman Fitriyan

Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 11 Mei 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Ds. Tawangrejo RT. 04/ RW. 01, Kec. Winong,

Kab. Pati Prov. Jawa Tengah (Kode Pos 59181)

Riwayat Pendidikan Formal :

1. TK Tawangrejo : Tahun lulus 1996

2. MI Tawangrejo : Tahun lulus 2001

3. MTs N I Winong : Tahun lulus 2004

4. MAN Rembang : Tahun lulus 2007

Riwayat Pendidikan Nonformal :

1. PP. Darul Ulum Ds. Sidowayah Kec. Rembang Kab. Rembang Jawa

Tengah

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya, untuk

dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 09 Desember 2011

Penulis,

AGUS LUKMAN FITRIYAN NIM. 072411001