tugas motivasi kerja

24
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan motivasi dan kinerja, selanjutnya penulis akan membicarakan kerangka pemikiran dan bab ini akan ditutup dengan perumusan hipotesa penelitian. 2.1. Motivasi Kerja. 2.1.1. Definisi Motivasi Kerja. Sebelum menguraikan pengertian motivasi kerja ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu definisi dari motivasi. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu “movere” yang berarti mendorong atau menggerakkan. Menurut arti katanya motivasi atau motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau suatu keadaan yang menimbulkan dorongan. Dapat pula diartikan sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Manullang 1985:146). Menurut Gibson, Ivencevich dan Donnelly (1996:150) dikatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku. Sedangkan menurut Scott (1962:83) dijelaskan bahwa motivasi adalah sebagai serangkaian pemberian dorongan kepada seseorang untuk melakukan tindakan guna pencapaian tujuan yang diinginkan. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu hal ataupun kondisi yang dapat merangsang, memberi dorongan ataupun menggerakkan seseorang individu melakukan suatu kegiatan yang di dalamnya mencakup berbagai aspek tingkah laku menusia yang mendorongnya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

Upload: putrina-danny-wahyuni

Post on 25-Jun-2015

446 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB II LANDASAN TEORIDalam bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan motivasi dan kinerja, selanjutnya penulis akan membicarakan kerangka pemikiran dan bab ini akan ditutup dengan perumusan hipotesa penelitian. 2.1. Motivasi Kerja. 2.1.1. Definisi Motivasi Kerja. Sebelum menguraikan pengertian motivasi kerja ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu definisi dari motivasi. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu “movere” yang berarti mendorong atau menggerakkan. Me

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Motivasi Kerja

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan motivasi dan kinerja,

selanjutnya penulis akan membicarakan kerangka pemikiran dan bab ini akan ditutup dengan perumusan

hipotesa penelitian.

2.1. Motivasi Kerja.

2.1.1. Definisi Motivasi Kerja.

Sebelum menguraikan pengertian motivasi kerja ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu definisi dari

motivasi. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu “movere” yang berarti mendorong atau

menggerakkan. Menurut arti katanya motivasi atau motivation berarti pemberian motif, penimbulan

motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau suatu keadaan yang menimbulkan dorongan. Dapat

pula diartikan sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Manullang

1985:146). Menurut Gibson, Ivencevich dan Donnelly (1996:150) dikatakan bahwa motivasi adalah

kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku.

Sedangkan menurut Scott (1962:83) dijelaskan bahwa motivasi adalah sebagai serangkaian pemberian

dorongan kepada seseorang untuk melakukan tindakan guna pencapaian tujuan yang diinginkan.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu hal ataupun

kondisi yang dapat merangsang, memberi dorongan ataupun menggerakkan seseorang individu

melakukan suatu kegiatan yang di dalamnya mencakup berbagai aspek tingkah laku menusia yang

mendorongnya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

Theodore T. Herbert dalam bukunya “Dimension of Organizational” (1984:220) mengatakan:

Motivation is the internal state through which behavior decisions are made and through which the

individual’s goal or desire are attained. Dari apa yang diuraikan di atas dapat diartikan bahwa motivasi

adalah sebagai suatu dorongan internal dimana keputusan berperilaku dbuat dengan tujuanyang ingin

dicapai, sehingga seluruh aktivitas perilaku seseoranga terfokus untuk pencapaian tujuan tersebut.

Menurut Wahjusumidjo dalam bukunya “Kepemimpinan dan Motivasi” (1992) dikatakan bahwa:

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan,

persepsi dan keputusan yang terjadi dalam diri seseorang.(Wahjusumijo,1992:25) Dari pengertian itu

dapat dikatakan bahwa terdapat proses interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang

terjadi dalam diri seseorang yang mengakibatkan seseorang itu melakukan suatu tindakan. Atau dengan

kata lain dapat dikatakan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan tindakan tersebut dipengaruhi

Page 2: Tugas Motivasi Kerja

oleh sikap, persepsi dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut Sondang Siagian dijelaskan bahwa

yang dimaksud dangan motivasi adalah: Daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organiasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan – dalam bentuk keahlian atau ketrampilan –

tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya

dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi

yang telah ditentukan sebelumnya.(Sondang P Siagian,1989:138-139)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa agar seorang karyawan mau dan rela untuk

melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya, maka diperlukan

sesuatu pendorong sehingga apa yang dikerjakan karyawan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya

tersebut mencapai sasaran organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa berbagai hal yang terkandung

tentang motivasi adalah adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan insentif

(Siagian 1995:142). Dalam kaitan dengan motivasi ini ia mengatakan terdapat tiga hal yang penting

yaitu:

1. Berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan. Tersirat di dalamnya mencakup tujuan

perusahaan dan tujuan pribadi (karyawan) dalam perusahaan tersebut. Dapat dikatakan bahwa

pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri para bawahan yang digerakkan itu terdapat

keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi, maka tujuan pribadi pun

akan ikut pula tercapai.

2. Merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu. Dengan perkataan lain

bahwa motivasi merupakan kesediaan untuk mengerahkan usaha untuk mencapai tujuan, namun usaha

itu tergantung pada kemampuan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Jika seseorang

termotivasi, maka ia akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dikatakan

terdapat dorongan yang berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya.

3. Adanya kebutuhan. Yang dimaksud kebutuhan disini adalah keadaan yang timbul dari dalam diri

seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Akibat kekurangan tersebut terjadi

ketegangan yang selanjutnya menimbulkan dorongan tertentu bagi seseorang untuk memuaskannya.

Untuk menghilangkan ketegangan tersebut mereka akan melakukan usaha tertentu.

Sesuai dengan apa yang diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa motivasi berkaitan dengan pencapaian

tujuan, dimana di dalamnya mancakup tujuan perusahaan serta tujuan orang-orang yang bekerja di

perusahaan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya dan untuk memenuhi kebutuhan itu diperlukan

suatu proses sesuai dengan kemampuan masing-masing karyawan. Sedangkan dalam konteks organisasi,

menurut Winardi dijelaskan bahwa: Motivasi merupakan proses dengan apa seorang pimpinan

Page 3: Tugas Motivasi Kerja

merangsang pihak lain (bawahan) untuk bekerja dalam rangka upaya mencapai sasaran-sasaran

organisatoris, sebagai alat untuk memuaskan keinginan-keinginan probadi mereka sendiri, maka

motivasi merupakan hasil dari proses tersebut.(Winardi,1990:440)

Senada dengan itu The Liang Gie memberikan pengertian motivating (motivasi) atau pendorong

kegiatan sebagai berikut: Pekerjaan yang dilakukan seorang manajer dalam memberikan inspirasi,

semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya untuk mengambil tindakan-

tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang atau karyawan agar

mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut.

(The Liang Gie,1972:265)

Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu proses

kegiatan yang dilakukan untuk menggerakkan atau mendorong orang-orang (dalam hal ini para

bawahan) untuk melaksanakan pekerjaan dengan untuk mencapai hasil sebagaimana yang dikehendaki.

Dengan demikian seperti yang diuraikan di atas bahwa apabila sasaran-sasaran tersebut dapat dicapai

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan maka bawahan juga mengharapkan terpenuhinya keinginan-

keinginan pribadi mereka atau mereka akan memperoleh hasil atas pekerjaannya. Hal yang diharapkan

tersebut dapat berupa imbalan yang wajar, bonus atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya. Di dalam

lingkungan kerja, dengan bertitik tolak dari arti kata motivasi di atas, maka motivasi kerja diartikan

sebagai sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja (Manullang 1985:147). Dengan

demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi kerja ini merupakan suatu fungsi yang cukup penting

dalam organisasi untuk mendorong seseorang dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai, walaupun dalam pencapaian tujuan itu seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor.

2.1.2. Teori-Teori Motivasi

Menurut para ahli , teori tentang motivasi dapat dibagi dalam dua ketegori yaitu teori isi

(centent theory) dan teori proses (proces theory).

2.1.2.1. Teori Isi.

Teori ini mencoba menjawab pertanyaan : kebutuhan apa yang dicoba dipuaskan oleh seseorang, dan

apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu. Sering pula disebut dengan teori kebutuhan (need

theory). Teori ini menekankan pentingnya pemahaman pada faktor-faktor yang ada dalam diri individu

yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu. Menurut teori ini, setiap individu mempunyai

kebutuhan yang ada di dalam (inner needs) yang menyebabkan mereka didorong atau dimotivasi untuk

memenuhinya serta memfokuskan pada faktor-faktor dalam diri seseorang yang mendorong,

mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan perilaku. Dalam hal ini, untuk mencapai keadaan

Page 4: Tugas Motivasi Kerja

termotivasi maka seorang individu harus mempunyai kebutuhan. Kebutuhan ini sangat bervariasi antar

individu. Apabila kebutuhan tertentu terpenuhi, maka muncul lagi kebutuhan lain. Perwujudan

kebutuhan dalam tindakan juga sangat bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Dalam

tindakannya, seorang individu juga tidak selalu konsisten, karena dorongan suatu kebutuhan. Akhirnya

reaksi para individu terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam memuaskan kebutuhannya juga bisa

berbeda-beda. Nama-nama para ahli yang berkaitan dengan content theory ini adalah Abraham Maslow

dengan teori hirarki kebutuhannya, teori ERG dari Adelfer, Herzberg dengan teori dua faktor, dan

McClelland dengan teori motivasi prestasi. (Winardi, 1990:440).

2.1.2.1.1. Teori Kebutuhan Abraham Maslow.

Abraham Maslow beranggapan bahwa semua motivasi terjadi sebagai reaksi atas persepsi seseorang

individu atas lima macam tipe kebutuhan yang senantiasa dialami oleh individu yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs): seperti sandang, pangan, kebutuhan seksual, tempat

tinggal. Dipandang sebagai kebutuhan paling mendasar, primer dan bersifat universal, sebab tanpa

pemuasan kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat dikatakan hidup secara normal. Dikatakan bersifat

universal sebab semua orang membutuhkannya.

b. Kebutuhan keamanan (safety needs): yaitu kebutuhan keamanan dari kejadian/lingkungan yang

mengancam. Tidak hanya diartikan dari segi fisik, namun juga bersifat psikologis yang dalam konteks

organisasi tercermin lewat keinginan pekerja akan kepastian pekerjaan, imbalan, asuransi, jaminan hari

tua dan perlakuan yang adil.

c. Kebutuhan sosial (social needs): tercermin dalam bentuk: (1) diterima dan berinteraksi dengan orang

lain, (2) pengakuan atas kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki, (3) kebutuhan untuk maju dan

berkembang, serta (4) adalah perasaan untuk diikutsertakan.

d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) yaitu: (1) penghargaan atas diri sendiri (self esteem)

karena memiliki kemampuan, pengetahuan tertentu, kedewasaan dan kemampuan berdiri sendiri dan (2)

penghargaan dari pihak lain, maksudnya adalah kepuasan karena reputasi pribadi, pengakuan, status

kelompok rekan kerja yang pada perusahaan tercermin melalui pujian, pengakuan, simbol-simbol status,

jabatan, tanggung jawab serta promosi-promosi.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization). Hal ini didasari oleh kesadaran dan keinginan dari diri

sendiri untuk merealisasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki secara maksimum.

Selanjutnya Maslow mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut tersusun menurut hirarki.

Sumber : Roberto P. Vecchio, Organizational Behvior, Third Ed. 1987, p.189

Pada hirarki kebutuhan yang lebih tinggi tidak memberi motivasi kecuali jika semua kebutuhan yang

lebih rendah telah terpenuhi, dan jika kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah telah terpenuhi, maka

hal tersebut tidak lagi memotivasi. Jadi kalau kebutuhan jasmaniah sudah terpenuhi secara layak, orang

Page 5: Tugas Motivasi Kerja

jadi relatif memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain. Bila standar hidup meningkat sehingga keamanan

terjamin, maka kebutuhan-kebutuhan sosial menempati prioritas pertama, diikuti kebutuhan egoistik,

dan jika itu sudah terpenuhi barulah orang beralih pada bentuk pencapaian kebutuhan terakhir yaitu

aktualisasi diri. Namun dalam praktek, orang tidak harus menunggu sampai kebutuhan terendah

terpenuhi baru mengusahakan kebutuhan tingkat selanjutnya, tetapi dapat dilakukan serentak, dan setiap

orang mempunyai skala prioritas untuk memenuhinya.

2.1.2.1.2 Teori Motivasi ERG-Adelfer

Teori ini sependapat dengan Maslow, bahwa kebutuhan-kebutuhan individu tersusun secara hierarki,

namun hierarki kebutuhan yang diusulkan terdiri dari tiga set yaitu Existence (E) kebutuhan yang

bersifat primer, identik dengan hirarki pertama dan kedua dalam teori Maslow ; Relatedness (R) atau

hubungan sosial, identik dengan kebutuhan ketiga dan keempat, dalam hal ini tercakup semua

kebutuhan yang melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain yang dapat diwujudkan dalam

bentuk saling menerima, mengerti yang merupakan proses kekerabatan ; Growth (G) kebutuhan untuk

tumbuh dan berkembang, merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri

seseorang seperti pertumbuhan pribadi maupun pertumbuhan kreativitas.

Kebutuhan ini mengandung makna yang sama dengan self actualization dari kebutuhan Maslow. Adelfer

menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serempak.

Selanjutnya Adelfer menjelaskan:

- Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memenuhinya;

- Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi, semakin besar apabila kebutuhan yang

lebih rendah telah dipuaskan;

- Sebaliknya semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar

keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.

2.1.2.1.3. Teori Motivasi Dua Faktor - Herzberg

Herzberg memberi kontribusi penting dalam pemahaman motivasi para karyawan Teori yang

dikembangkan dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor

higiene. Sebelum temuan Herzberg, orang mempelajari motivasi melihat kepuasan kerja sebagai suatu

konsep satu dimensi, yaitu mereka menempatkan kepuasan kerja pada ujung dari suatu kontinum dan

ketidakpuasan kerja pada ujung lainnya dari kontinum yang sama.

Pandangan Maslow tentang faktor-faktor motivasi.

Page 6: Tugas Motivasi Kerja

Jika suatu kondisi kerja menyebabkan kepuasan kerja, maka menghilangkannya akan menyebabkan

ketidakpuasan kerja; sebaliknya jika suatu kondisi kerja menyebabkan ketidakpuasan kerja,

menghilangkannya akan menyebabkan kepuasan kerja. Secara empiris Herzberg dalam Gibson dan

kawan-kawan (1996:198) mengatakan, apabila para pekerja merasa puas dengan pekerjaannya,

kepuasan itu didasarkan pada faktor-faktor yang sifatnya intrinsik (berasal dari dalam diri pekerja) yaitu:

pencapaian prestasi, pengakuan, tanggungjawab, jaminan karir, pekerjaan itu sendiri dan, kemungkinan

berkembang. Faktor ini disebut juga motivator atau pemberi kepuasan (satifiers). Tidak adanya kondisi

ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, namun kalau ada akan membentuk motivasi

yang kuat bagi karyawan yang akan menghasilkan prestasi kerja. Sebaliknya apabila pekerja merasa

tidak puas terhadap pekerjaannya, ketidakpuasan itu umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor yang

sifatnya ekstrinsik (bersumber dari luar pekerja) yaitu: upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status,

prosedur perusahaan, supervisi, hubungan antar sesama rekan kerja. Faktor ini disebut faktor hygiene,

pemelihara (maintenance) atau dissatisfers. Keberadaan kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak

selalu memotivasi mereka, namun ketidakberadaannya akan menyebabkan ketidakpuasan bagi

karyawan.

Sumber: Gibson dkk, Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, 1996, hal. 199

Karya Herzberg menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa ternyata hal-hal yang berhubungan dengan

kepuasan kerja berbeda dengan hal-hal yang menyebabkan ketidakpuasan kerja dan ia menemukan

cukup bukti bahwa terdapat dua macam tipe faktor yang bersifat khas yang dapat menimbulkan perilaku

yang berorientasi pada tujuan yaitu:

- Faktor-faktor hygiene yang dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan suatu tingkat motivasi yang

memuaskan.

- Motivator-motivator yang dapat pula digunakan untuk menstimulasi suatu tingkat motivasi yang tinggi

setelah kebutuhan-kebutuhan hygiene telah cukup terpuaskan.

Kepuasan dan ketidakpuasan menurut Herzberg tidak dapat dianggap sebagai skala tunggal. Artinya jika

seseorang merasa puas 70% itu tidak berarti skala ketidakpuasannya 30%. Jadi sebagaimana

digambarkan sebelumnya bahwa kepuasan dan ketidakpuasan adalah dua skala yang terpisah, masing-

masing memiliki konsep yang berbeda, setiap konsepnya disebabkan oleh berbagai faktor kerja yang

berbeda pula.

2.1.2.1.4. Teori Motivasi Prestasi dari McClelland.

Menurut McClelland, suatu kebutuhan yang kuat berada dalam diri seseorang, dampaknya adalah akan

memotivasi seseorang untuk bertindak ke arah pemuasan kebutuhan. Dijelaskan bahwa karyawan

mempunyai cadangan energi potensial, pelepasan dan pemanfaatan energi potensial tersebut akan

tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang, harapan keberhasilan dan situasi serta peluang

Page 7: Tugas Motivasi Kerja

yang tersedia. Menurut teori ini ada 3 komponen yang memotivasi orang bekerja yaitu:

a. Need for Achievment (nAch) atau berprestasi.

Dalam kehidupan organisasi/perusahaan, kebutuhan untuk berprestasi biasanya tercermin pada adanya

dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan . Biasanya

orang dengan nAch yang besar menyenangi pekerjaan yang kemungkinan berhasil besar, akan tetapi

tidak senang pada tugas yang terlalu berat atau terlalu ringan, namun bertanggungjawab terhadap

keberhasilan pekerjaannya.

b. Need for Power (nPo).

Merupakan suatu ekspresi dari keinginan individu untuk mempengaruhi pihak lain. McClelland

melihatnya sebagai suatu sifat positif, dimana kebutuhan tersebut sangat dekat hubungannya dengan

keinginan mencapai suatu posisi kepemimpinan. Seorang denga nPo yang besar biasanya menyukai

kondisi persaingan dengan orientasi status serta akan lebih memberikan perhatiannya pada hal-hal yang

memungkinkan memperbesar pengarunya terhadap orang lain, dengan cara memperbesar

ketergantungan orang lain itu padanya. Baginya, efektivitas pelaksanaan pekerjaan sendiri tidak teramat

penting kecuali bila hal tersebut memberi peluang untuk memperbesar dan memperluas pengaruhnya.

c. Need for Affiliation (nAf).

Merupakan kebutuhan dari setiap manusia terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaannya.

Umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang

dengan orang lain itu teman sekerja yang setingkat ataupun atasan. Kebutuhan akan afiliasi biasanya

diusahakan agar terpenuhi melalui kerja sama dengan orang lain, yang berarti dengan pemuasan

kebutuhan itu suasana persaingan akan dihindari sajauh mungkin.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi seseorang bekerja

didasarkan oleh adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun prioritas pemenuhan

kebutuhan tersebut amat bervariasi antar individuyang satu dengan lainnya. Bagi pimpinan/manajer

dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui kebutuhan para

karyawan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengamati perilaku mereka dan kemudian memilih cara

apa yang bisa digunakan agar para karyawan mau bertindak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2.2. Teori Proses (Process Theory).

Teori ini menerangkan bagaimana perilaku dimulai, diarahkan, dipertahankan dan dihentikan, serta

menekankan bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivisir. Menurut pandangan teori ini,

kebutuhan hanyalah satu elemen dalam suatu proses tentang bagaimana para individu bertingkah laku.

Misalnya, seseorang mungkin melihat adanya kemungkinan besar untuk menerima suatu imbalan

apabila mereka bertindak tertentu. Imbalan ini dapat menjadi suatu perangsang (incentive) atau motif

bagi perilaku mereka. Dasar teori proses ini adalah adanya expextancy (harapan) yaitu apa yang

dipercaya oleh para individu akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka. Faktor tambahan dari teori

Page 8: Tugas Motivasi Kerja

ini adalah valence, yaitu suatu kekuatan dari preferensi individu terhadap hasil yang diharapkan. Pada

intinya teori ini mengatakan bahwa kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu

tergantung pada kekuatan harapan dimana tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan

pada daya tarik dari hasil tersebut bagi individu bersangkutan. Teori-teori yang menekankan proses

antara lain yaitu:

2.1.2.2.1. Teori Ekspetansi V. Room

V. Room dalam bukunya yang berjudul Work and Motivation mengetengahkan suatu teori yang

disebutnya teori harapan. Menurut V. Room dalam Siagian (1996:292), motivasi merupakan akibat dari

suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan bahwa tindakannya akan mengarah kepada

hasil yang diinginkannya itu. Artinya jika seseorang dapat menginginkan sesuatu dan jalan untuk

memperolehnya cukup terbuka, maka ia akan berupaya untuk mendapatkannya. Dengan cara sederhana

dapat dikatakan bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu

cukup besar, maka ia akan sangat terdorong untuk memperolehnya. Sebaliknya jika harapan untuk

memperolehnya kecil, maka motivasinyapun akan menjadi rendah. Motivasi untuk menghasilkan

kegiatan tertentu dari usaha kerja yang dikerahkan bergantung pada dua persepsi yaitu:

- Kemungkinan yang diharapkan bahwa usaha itu akan memberikan hasil tertentu (suatu prestasi yang

lebih baik).

- Nilai atau manfaat dari hasil itu yang dapat dimiliki oleh yang bersangkutan.

Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya Teori Motivasi dan Aplikasinya (1989), teori harapan ini

menekankan empat hal pokok yang menjadi perhatian:

- Menekankan pada imbalan, artinya terdapat keyakinan bahwa imbalan yang diberikan oleh perusahaan

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh karyawan.

- Memperhitungkan daya tarik imbalan, dimana dalam hal ini diperlukan pemahaman dan pengetahun

tentang nilai apa yang diberikan karyawan dari imbalan yang diterimanya.

- Menekankan perilaku yang diharapkan dari karyawan, artinya bahwa pentingnya keyakinan dalam diri

pekerja tentang apa yang diharapkan perusahaan dari karyawan dan prestasi kerja karyawan dinilai

dengan menggunakan kriteria yang rasional dan objektif.

- Menyangkut harapan, yang menekankan bahwa harapan pekerja mengenai prestasi kerja, imbalan dan

hasil pemuasan tujuan karyawan akan menentukan tingkat usahanya, bukan hasil itu sendiri.

2.1.2.2.2. Teori Kehadiran dari J. Stacy Adam.

Inti teori ini mengatakan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha

yang dibuat bagi kepentingan organisasi dan imbalan yang diterima. Artinya bila seorang karyawan

mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi

yaitu:

Page 9: Tugas Motivasi Kerja

- akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau

- mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Jadi teori ini menekankan pada apakah seseorang beranggapan bahwa ia diperlakukan secara adil

dibandingkan dengan perlakuan terhadap orang lain yang berada dalam situasi yang sama dengannya.

Telah umum diakui bahwa keadilan menyangkut persepsi seseorang tentang perlakuan yang diterimanya

dari orang lain. Biasanya seseorang akan mengatakan bahwa dirinya diperlakukan dengan adil apabila

perlakuan itu menguntungkan, dan sebaliknya dia akan cenderung mengatakan bahwa dia diperlakukan

tidak adil apabila perlakuan yang diterima dirasakan merugikannya. Dalam menentukan persepsi

tertentu, seseorang biasanya menggunakan tiga hal yaitu orang lain, sistem yang berlaku dan diri

sendiri.

2.1.2.2.3. Reinforcement Theory.

Teori ini dikembangkan B. F. Skiner yang menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa lalu

mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam suatu siklus belajar. Dalam pandangan teori ini

individu bertindak tertentu karena dimasa lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu akan berhubungan

dengan hasil yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Karena umumnya individu akan lebih suka

akibat yang menyenangkan, dan belajar dari pengalaman sebelumnya maka para karyawan akan

melaksanakan pekerjaan yang menyebabkan dicapainya hasil-hasil yang diinginkan dan mereka

umumnya akan mengulangi perilaku yang akan mengakibatkan konsekuensi yang menyenangkan,

sebaliknya karyawan akan menghindari tugas-tugas yang hasilnya akan menyebabkan tidak

menyenangkan.

Dari apa yang diuraikan dalam proses teori di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi seseorang

melakukan suatu tindakan atau berperilaku dipengaruhi oleh adanya suatu harapan yang ingin dicapai.

Disamping itu seseorang melakukan tindakan didasarkan pada pertimbangan keadilan dan juga

berdasarkan proses belajar dimasa yang telah lalu yang dapat dijadikan patokan untuk melakukan

tindakan yang menyenangkan.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi.

Sebagaimana diketahui bahwa perusahaan akan berhasil melaksanakan programprogramnya bila orang-

orang yang bekerja dalam perusahaan itu dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik

sesuai dengan bidang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam menyelesaikan

pekerjaannya itu maka para karyawan perlu diberi arahan dan dorongan sehingga potensi yang ada

dalam dirinya dapat diubah menjadi prestasi yang menguntungkan bagi perusahaan. Pemberian motivasi

dikatakan penting, karena seorang pimpinan/manajer tidak dapat melakukan pekerjaannya sendirian.

Keberhasilannya amat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan oleh para bawahannya. Untuk

Page 10: Tugas Motivasi Kerja

melaksanakan tugas sebagai seorang atasan, maka ia harus membagi-bagi tugas kepada bawahan yang

ada dalam unit kerja itu. Disinilah letak pentingnya pemberian motivasi kepada para karyawan agar

mereka tetap mau melaksanakan pekerjaan tadi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Dengan

demikian diharapkan bahwa para karyawan bukan saja asal mau bekerja, tetapi yang terpenting adalah

pekerjaannya itu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan. Motivasi juga menjadi penting

artinya sebab kuat lemahnya motivasi kerja seseorang akan ikut menentukan besar kecilnya prestasi

kerjanya (Anoraga, 1998:35).Dalam pemberian motivasi ini seorang pimpinan sering mengalami

kendala. Hal ini disebabkan faktor-faktor yang mendorong seseorang bekerja berbeda satu dengan

lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam suatu unit kerja, dimana terdapat karyawan yang bekerja dengan

tekun, loyal terhadap perusahaan, menunjukkan sikap yang bertanggungjawab, namun di satu sisi juga

terdapat karyawan yang kurang menunjukkan semangat bekerja.

Seperti telah diuraikan di atas bahwa hampir semua ahli sepakat menyatakan bahwa seseorang mau

bekerja karena ia mempunyai keinginan untuk memebuhi kebutuhannya. Sebagai seorang manusia

selalu saja mempunyai kebutuhan yang diupayakan untuk dipenuhi namun tidak seorangpun yang dapat

memuaskan semua kebutuhannya. Petersen dan Plowman dalam bukunya “Business Organizational and

Management” (1958:471) dengan sistematis mengemukakan bahwa kebutuhan atau keinginan-

keinginan yang mendorong seseorang mau bekerja. Kebutuhan atau keinginan tersebut adalah:

1. The desire to live (keinginan untuk hidup).

Keinginan untuk hidup adalah merupakan keinginan utama dari setiap manusia. Manusia bekerja untuk

dapat makan dan manusia makan untuk dapat melanjutkan hidupnya. Sehubungan dengan itu, maka

manusia akan mau bekerja.

2. Desire to posession (keinginan memiliki sesuatu).

Semua orang berkeinginan untuk memiliki sesuatu dan keinginan untuk memiliki sesuatu tersebut

menjadi pendorong seseorang untuk mau bekerja. Hal ini dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari

bahwa keinginan yang keras untuk dapat sesuatu itu dapat mendorong orang untuk mau bekerja.

3. Desire for power (keinginan akan kekuasaan).

Untuk mencapai keinginan ini, kadang-kadang dilakukan dengan segala macam cara, bahkan dengan

cara-cara yang kurang terpuji, namun apa yang dilakukan itu masih termasuk bekerja juga.

4. Desire for recognition (keinginan adanya pengakuan).

Seseorang akan mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dhormati orang lain. Untuk

memperoleh status sosial yang lebih tinggi, orang akan bekerja lebih keras.

Dari uraian di atas tentang pendorong seseorang mau bekerja dapatlah disimpulkan bahwa seseorang

akan mau bekerja atau tidak, amat tergantung pada apakah ia mempunyai keinginan untuk dipenuhi atau

tidak. Sebab ketika suatu keinginan tumbuh dalam diri seseorang maka saat itu sebenarnya sedang

mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Senada dengan itu Winardi (1990:440) mengatakan bahwa

Page 11: Tugas Motivasi Kerja

untuk mencapai keadaan termotivasi tersebut, maka seseorang harus mempunyai kebutuhan tertentu

yang harus dipenuhi. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan yang berupa keinginan itu

seseorang akan mau bekerja dan mengorbankan tenaga, pikiran dan waktu yang dimilikinya. Hal ini

menjadi penting artinya sebab untuk mencapai suatu hasil/kinerja kerja maka diperlukan suatu usaha

untuk mencapainya. Siagian (1995:139) menjelaskan bahwa dorongan untuk melakukan tindakan ke

arah pemenuhan kebutuhan tersebut dapat bersumber ari:

a) dalam diri seseorang yang disebut istilah motivasi internal atau instrinsik.

b) luar diri seseorang yang disebut motivasi eksternal atau ekstrinsik.

Kedua motivasi tersebut disebut juga dengan motivasi kerja (Nawawi 1996:359). Pernyataan Siagian

tersebut juga didukung oleh Ravianto (1985:23) yang mengatakan bahwa motivasi dapat dibedakan

menjadi dua bagian yaitu motivasi ekstrinsik yaitu rangsangan yang datangnya dari luar diri individu

dan motivasi intrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri seseorang. Pandangan yang sama

dikemukakan oleh Crow (1973:132) yang mengatakan bahwa motivasi dapat disebabkan oleh adanya

stimulus dari dalam maupun dari luar individu. Kedua faktor motivasi yang disebutkan di atas baik

intrinsik maupun ekstrinsik dapat bersifat positif dan negatif dan mempunyai pengaruh terhadap

perilaku dan prestasi kerja seseorang (Anoraga dan Suyati 1995:74). Karena itu perlu diarahkan untuk

mencapai tujuan perusahaan dan bagi para manajer hal ini penting diperhatikan untuk memberi

dorongan bagi para bawahan agar bawahan dapat lebih giat meningkatkan prestasi kerjanya. Dengan

kata lain dapat dikatakan bahwa kunci keberhasilan seorang pimpinan dalam menggerakkan para

bawahannya terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor-faktor motivasi tersebut sedemikian

rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif dalam pencapaian tujuan.

Sejalan dengan apa yang diuraikan di atas Heidjrahman (1984:204-216) menjelaskan bahwa pada garis

besarnya motivasi bisa dibagi menjadi dua, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif.

1) Motivasi positif: adalah proses untuk mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang

diinginkan dengan cara memberi kemungkinan untuk mendapat sesuatu (reward), yang dapat berwujud

uang, penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan, perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai

individu dan sebagainya.

2) Motivasi negatif: adalah kegiatan mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang

diinginkan, namun dilakukan lewat kekuatan (power) atau ancaman. Dalam hal ini jika seseorang tidak

melakukan sesuatu yang kita inginkan, maka kemungkinan ia akan kehilangan sesuatu, bisa dalam

bentuk pengakuan, uang bahkan kehilangan jabatan.

Menurut Lyman Porter dan Raymond Miles (1974:546-550) terdapat tiga kelompok variabel ayng

mempengaruhi motivasi dalam organisasi yaitu:

1) Ciri-ciri/karakteristik pribadi yaitu: minat, sikap, pendidikan, kemampuan, pengalaman, kebutuhan

yang dibawa individu dalam situasi pekerjaannya.

Page 12: Tugas Motivasi Kerja

2) Ciri pekerjaan: atribut pekerjaan, tanggung jawab, wewenang, variasi dalam pekerjaan.

3) Lingkungan pekerjaan: rekan sekerja, supervisor, praktek-praktek imbalan yang diterapkan, kultur

organisasi.

Sedangkan menurut Siagian (1994:294), motivasi karyawan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1) Faktor internal meliputi: persepsi mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan,

keinginan, kepuasan kerja dan prestasi yang dihasilkan.

2) Faktor eksternal yaitu: jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja, organisasi tempat bekerja, situasi

lingkungan pada umumnya, dan sistem imbalan.

Dari apa yang diuraikan di atas terlihat bahwa motivasi seseorang berkaitan dengan prestasi kerja

seseorang, atau dengan kata lain bahwa tinggi rendahnya prestasi atau kinerja seorang karyawan

dipengaruhi oleh motivasinya. Dalam hal memotivasi karyawan menurut Strauss dan Sayless (1990:39-

59) ada 5 pendekatan yang dapat digunakan yaitu:

1) Pendekatan Tradisional

Sesuai dengan pendekatan ini, aspek yang sangat penting dari pekerjaan para manajer adalah bagaimana

membuat para karyawan bisa menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang

dengan cara yang paling efisien. Untuk memberikan dorongan kepada karyawan, para manajer

menggunakan sistem upah insentif, dimana semakin banyak karyawan menghasilkan maka semakin

besar penghasilan mereka. Motivasi ini didasarkan pada anggapan bahwa para pekerja sebenarnya

adalah pemalas dan bisa didorong hanya dengan imbalan (uang). Dalam berbagai kondisi, insentif

tesebut cukup efektif, namun demikian, lama kelamaan manajer akan mengurangi tingkat insentif upah

yang diberikan. Dengan semakin meningkatnya prestasi kerja, akibatnya adalah makin berkurangnya

kebutuhan akan tenaga kerja. Adapun cara-cara yang dilakukan dengan pendekatan ini adalah:

- memaksa orang untuk bekerja dengan ancaman;

- menganggap setiap orang membutuhkan uang, dan untuk itu orang hanya mau bekerja hanya karena

uang;

- pekerja mau bekerja didorong oleh rasa takut akan kehilangan pekerjaan;

- pimpinan harus memberitahu apa yang harus dikerjakan karyawan;

- keleluasaan dalam bekerja sedikit;

Kelemahan-kelemahan ini adalah:

- orang mau bekerja hanya karena takut ancaman;

- tekanan yang berlebihan akan menyebabkan bumerang bagi perusahaan;

- tidak menimbulkan kreativitas, karyawan akan frustasi;

- karyawan akan membentuk kelompok untuk melindungi diri dari tekanan;

Page 13: Tugas Motivasi Kerja

2) Pendekatan motivasi secara Hubungan Manusiawi.

Elton Mayo dan peneliti lainnya sebagaimana diuraikan Heidjrahman dan Suad Husan (1983:202)

menjelaskan bahwa kontak sosial yang dialami karyawan dalam bekerja merupakan hal yang sangat

penting bagi mereka, dan kebosanan serta rutinitas pekerjaan merupakan hal-hal yang mengurangi

motivasi mereka dalam bekerja. Para manajer bisa memotivasi para karyawan dengan mengakui

kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa penting dan berguna. Sesuai pendapat ini

pendekatannya diterapkan melalui:

- memenuhi kebutuhan para karyawan;

- memperlakukan karyawan secara adil dan layak;

- memberi kebebasan kepada karyawan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaan

mereka;

- menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.

3) Pendekatan dengan Tawar-Menawar secara Implisit.

Melalui pendekatan ini manajemen mendorong karyawan untuk memberikan hasil kerja yang layak

sesuai dengan kompensasi yang layak. Perundingan biasanya merupakan masalah yang implisit, tidak

diutarakan secara lisan. Para bawahan bekerja tidak ditentukan secara sepihak oleh manajer, tetapi

melalui persetujuan antara manajer dan bawahan. Melalui penerapan pendekatan ini maka: - karyawan

dapat berkembang sepanjang pimpinan konsisten dengan persetujuan yang telah dibuat kedua belah

pihak sebelumnya;

- pimpinan dapat menegakkan disiplin karyawan;

- pimpinan memberi kelonggaran bagi karyawan dalam bekerja;

- karyawan harus konsisten pula dengan persetujuan yang telah dibuat.

4) Pendekatan Motivasi dengan Persaingan.

Pendekatan ini dilakukan melalui persaingan untuk kenaikan gaji atau untuk promosi melalui hasil

pekerjaan yang dicapai. Karyawan yang berprestasi akan mendapat tambahan gaji atau promosi yang

lebih tinggi. Persaingan seperti ini akan menimbulkan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik.

Melalui pendekatan ini, pimpinan sebenarnya tidak perlu mendorong para karyawan untuk bekerja lebih

rajin, karena masing-masing sudah termotivasi untuk mengejar bonus yang disediakan. Kelemahan

pendekatan ini adalah:

- tidak semua orang mempunyai ambisi yang sama untuk bersaing;

- persaingan yang berlaku dapat merusak dan membahayakan perusahaan;

- bagi perusahaan besar, sulit menentukan siapa yang paling berprestasi;

- usaha-usaha untuk mendorong persaingan kadang-kadang dapat dianggap sebagai tekanan dan dapat

menimbulkan frustasi di kalangan karyawan.

Page 14: Tugas Motivasi Kerja

5) Pendekatan Motivasi Terinternalisasi.

Dengan pendekatan ini karyawan diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya melalui pekerjaan

itu sendiri. Dengan demikian orang senang melakukan pekerjaannya dengan baik. Dalam pendekatan ini

ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:

- pendekatan ini memanfaatkan motivator Herzberg;

- pimpinan menciptakan kondisi agar karyawan dapat bekerja dengan baik;

- tidak memerlukan motivasi ekonomi, melainkan kebutuhan ego seseorang ditonjolkan;

- karyawan dianggap mempunyai kemampuan kreatif yang belum dimanfaatkan karena harus diberi

penyaluran;

- bekerja lebih giat akan dapat memberi kepuasan lebih besar.

2.2. Kinerja.

Menurut Maeir (1965) kinerja diartikan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu

pekerjaan. Dalam Kamus Bahasa Inggris istilah yang paling mendekati kinerja adalah performance yang

didefinisikan sebagai what a person does when faced with a task (Jerry M. Rasenberg 1978:331) yang

dapat diartikan sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugas

yang dibebankan kepadanya. Sedangkan Porter & Lowler (1967) mengatakan bahwa kinerja kerja

adalah suatu succesfull role of achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatannya (pekerjaannya).

Menurut Siswanto (1989:105) definisi kinerja dapat disinonimkan dengan prestasi kerja, yang

merupakan hasil kerja yang dicapai seorang kepercayaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

dibebankan kepadanya. Senada dengan pendapat itu V. Room mengemukakan bahwa tingkat sejauh

mana keberhasilan seseorang dalam menuyelesaikan pekerjaannya dinamakan tingkat kinerja/level of

performance (As’ad, 1995:48). Menurut Stoner & Freeman (1989:426) kinerja seseorang dipengaruhi

oleh tiga hal yaitu motivasi, kemampuan dan persepsi peran. Motivasi disini adalah merupakan

dorongan yang dapat menimbulkan semangat kerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Kemampuan,

dijelaskan sebagai kesanggupan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dan persepsi peran

merupakan pandangan seseorang terhadap lingkungannya. Hal senada juga dikatakan oleh

Wahjosumidjo (1987:177) yang mengatakan bahwa Performance (P) (kinerja) adalah fungsi dari

Motivasi (M), Ability (A) (kemampuan) dan Role Perception (R) (persepsi peran) yang secara

matematis dapat dijelaskan sebagai berikut: P = f (M A R).

Pendapat lain dikemukakan dikemukakan oleh Mc.Cormick dan Tiffin (1974:40) yang mengatakan

bahwa prestasi kerja karyawan tidak saja ditentukan oleh variabel-variabel individu, tetapi juga

dipengaruhi oleh lingkungan fisik (alat-alat kerja) maupun lingkungan sosial (teman sekerja, atasan dan

sebagainya) yang mempunyai peranan penting dalam menentukan prestasi kerja seseorang. Bagi

perusahaan, hasil penilaian kinerja ini sangat penting peranannya karena akan membantu manajemen

dalam pengambilan keputusan dalam berbagai hal antara lain menyangkut identifikasi program

Page 15: Tugas Motivasi Kerja

pendidikan dan latihan, rekrutmen, seleksi, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek

lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara efektif. Sebagaimana diuraikan

oleh Mare G. Singer (1990:204) bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu proses resmi untuk

mempersiapkan karyawan-karyawan dengan input balik diagostic (pengetahuan atas hasil yang positif

dan negatif) mengenai prestasi kerja mereka. Dengan demikian karyawan dapat menyadari kekuatan

maupun kelemahannya berdasarkan hasil penilaian kinerja dan berusaha untuk meningkatkan kekuatan

dan memperbaiki kelemahannya dalam bekerja. Jadi penilaian kinerja juga bermanfaat dalam

meningkatkan kinerja seseorang. Dari apa yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja

seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu motivasi, kemampuan dan persepsi peran. Mengingat luasnya

pembahasan tersebut maka penulis akan membahasnya dari sudut motivasi dengan pertimbangan bahwa

motivasi kerja mempunyai hubungan terhadap kinerja. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

motivasi dipandang sebagai bagian integral dari manajemen SDM dalam rangka menunjang proses

pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga kerja dalam perusahaan. Sebagaimana yang

diuraikan Buchari (1995:85) bahwa motivasi dapat dilihat sebagai bagian yang fundamental dari

kegiatan manajemen sehingga sesuatunya dapat ditujukan kepada pengarahan, potensi dan daya manusia

dengan jalan menimbulkan, menghidupkan dan menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi,

kebersamaan dalam menjalankan tugas perorangan maupun kelompok dalam suatu organisasi.

2.3. Kerangka Pemikiran.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel motivasi sebagai variabel pengaruh atau

variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat atau tidak bebas (dependent variable).

2.4. Perumusan Hipotesa Penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah tujuan dan manfaat penelitian serta landasan

teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis merumuskan hipotesa

pengertian sebagai berikut: motivasi kerja karyawan mempengaruhi kinerja karyawan di Kantor PT.

Prismakreasi Arthista.