interpretasi soft tissue (hand out)

27
INTERPRETASI RADIOGRAFI THORAX DAN ABDOMEN Oleh :Prof. Dr. Bambang Sektiari L., DEA., Drh. Departemen Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Unair I. Interpretasi Radiografi Regio Thorax Interpretasi radiografi pada regio thorax merupakan suatu tahapan diagnostik yang akan sangat membantu jika dilakukan dengan mengembangkan suatu metode interpretasi yang sistematis, walaupun cavum thorax merupakan regio yang cukup komplek namun regio ini memberikan hasil radiografi yang cukup ideal dikarenakan adanya variasi kontras yang cukup kuat antara pulmo yang berisi udara dengan jantung dan pembuluh darah besar, jaringan lunak serta sistem ossifikasi yang menyusun struktur anatomi thorax. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melakukan suatu evaluasi dan interpretasi dari regio thorax antara lain : A. Teknik dan kualitas film a. Cara membaca radiografi : Radiograf sebaiknya diposisikan di atas illuminator dengan posisi sesuai dengan posisi pada saat proses pengambilan foto, agar tidak membingungkan dan tidak mempersulit proses

Upload: werstant

Post on 21-Jan-2016

158 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

soft tissue radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

INTERPRETASI RADIOGRAFI THORAX DAN ABDOMEN

 

Oleh :Prof. Dr. Bambang Sektiari L., DEA., Drh.

Departemen Klinik Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan Unair

 

I. Interpretasi Radiografi Regio Thorax

 

Interpretasi radiografi pada regio thorax merupakan suatu tahapan diagnostik

yang akan sangat membantu jika dilakukan dengan mengembangkan suatu metode

interpretasi yang sistematis, walaupun cavum thorax merupakan regio yang cukup

komplek namun regio ini memberikan hasil radiografi yang cukup ideal dikarenakan

adanya variasi kontras yang cukup kuat antara pulmo yang berisi udara dengan jantung

dan pembuluh darah besar, jaringan lunak serta sistem ossifikasi yang menyusun struktur

anatomi thorax.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melakukan

suatu evaluasi dan interpretasi dari regio thorax antara lain :

A. Teknik dan kualitas film

a. Cara membaca radiografi : Radiograf sebaiknya diposisikan di atas illuminator

dengan posisi sesuai dengan posisi pada saat proses pengambilan foto, agar tidak

membingungkan dan tidak mempersulit proses analisis tridimensional yang

dilakukan selama interpretasi radiografi yang bersifat bidimensional.

b. Kualitas radiografi : kualitas ini ditentukan oleh interval kontras yang terbentuk,

ada tidaknya artefak, kesalahan-kesalahan teknis dan kerusakan yang mungkin

terjadi pada film.

B. Evaluasi pasien

Evaluasi terhadap pasien meliputi beberapa hal antara lain :

a. Kondisi umum : spesies hewan, ukuran, kondisi fisik, ketebalan dan kebersihan

bulu, kulit dan jaringan sub cutan.

b. positioning pasien : Pada posisi lateral (sinister atau dexter), thorax inlet dan

cranial abdomen harus tercover. Ekstremitas cranial harus ekstensi dan diusahakan

Page 2: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

tubuh tidak terotasi. Pada posisi ventro-dorsal (dorso-ventral) positioning pasien yang

betul ditandai dengan superimposisi sternum line dengan vertebrae thorax dan regio

sinister dan dexter dapat dibandingkan dengan mudah.

c. Kondisi sistem skeletal (axial skeletal maupun apendicular skeletal)

d. Detail-detail abdomen dan organ-organ yang terletak pada cranial abdomen serta

pergeseran-pergeseran yang mungkin terjadi.

e. Data-data pasien yang tertera pada sudut radiografi sudah lengkap atau belum.

 C. Evaluasi Cavum thorax dan organ serta komponen intra thorax.

a. Pleura dan space interpleura.

Pada umumnya pleura visceral maupun pleura parietal tidak terdeteksi pada

radiografi. Sedangkan space interpleura merupakan ruang antar pleura yang

kemungkinan dapat terdeteksi pada radiografi jika terisi oleh gas maupun cairan.

b. Mediastinum : berdasarkan posisi dan letaknya terhadap jantung maka ruang

antara pleura mediastinalis dengan medistinum dapat dibagi menjadi tiga bagian

yakni : mediastinum precardial, mediatinum pericardial dan mediastinum post

cardial. Sedangkan berdasarkan pada variasi kontras dan densitas yang dihasilkan

pada radiograf maka organ maupun jaringan yang terdeteksi antara lain : thymus,

trachea, janrtung, Vena Cava Caudalis, Vascularisasi regio cranial (Vena Cava

Cranial, Pembuluh Subclaviar, brachiocephalic dll.).

c. Pembuluh mediastinalis mayor dan Saluran nafas

1. Jantung : Merupakan pembuluh darah terbesar dalam cavum thorax

dengan batas-batas yang jelas walaupun terdapat area kontak dan

superimposisi dengan paru yang terisi oleh udara. Bayangan jantung pada

anjing bervarisi tergantung dari breed. Gambaran jantung anjing yang

masih dalam breed yang sama, tidak terlalu berbeda . Sedangkan pada

kucing di samping tergantung dari breed namun variasi individual juga

sangat besar.

Pada posisi ventro-dorsal (dorso-ventral) : Batas dasar jantung cranial

yang tersusun oleh arcus aorticus,auricularis dexter, vena cava cranial dan

truncus a. pulmoner tidak terlihat dengan jelas karena bersuperimposisi

dengan gambaran mediastinum. Batas sinister jantung tersusun oleh

Page 3: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

segment a. pulmoner regio cranial, atrium sinister dan ventrikel sinister

yang mendominasi area tersebut. Batas jantung dexter berawal dari

pemunculan lembut dari apex ke dasar kanan jantung. Jantung membentuk

poros dengan sudut 30 º dengan midline dengan proporsi 30 % terletak

sebelah dexter dari midline dan 70 % sebelah sinister midline. Jantung

mendominasi hampir separuh dari cavum thorax diukur dari costae ke 9 ke

arah cranial. Dari dasar jantung hingga apex terletak antara costae ke 3

hingga costae ke 8.

Pada posisi lateral perubahan-perubahan posisi jantung dapat diamati

berdasarkan posisi normal komponen penyusun jantung yang

dianalogikan dengan posisi jarum jam :

Posisi jam 12 .00 : Aorta

Posisi jam 01.00 : Conus Pulmoner

Posisi jam 02.00 : Atrium sinister

Posisi jam 03.00 – 05.00 : Ventrikel sinister

Posisi jam 05.00 – 09.00 : Ventrikel dexter

Posisi jam 09.00 – 11.00 : Atrium dexter

2. Vena Cava Posterior : Muncul dari dexter diafragma disekeliling

processus lobus accesoris dari pulmo.

3. Aorta : Nampak jelas dengan crisp pada arcus dorsalis melewati pulmo

sinister dan dexter dengan dikelilingi oleh lemak mediatinalis mengarah

caudal ke diafragma.

4. Segmen Vasculer Cranial : terletak pada mediastinalis cranial dengan

batas-batas yang kabur dan tidak jelas.

5. Trachea : struktur trachea terlihat dengan jelas oleh ring tracheal yang

menyusunnya dan kandungan udara di dalamnya. Dalam proyeksi lateral,

secara umum trachea nampak paralel dengan poros cervical dan vertebrae

thorax anterior. Kemudian melengkung kearah distal hingga cranial

jantung. disekitar dasar jantung, trachea berakhir menjadi bifurcatio

(corina), yang biasanya pada radiograf nampak radioluscense.

Page 4: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

Perpindahan letak trachea dari posisi normalnya mengindikasikan adanya

lesi, inflamasi, neoplasia dan kemungkinan pembesaran limfoglandula

mediastinalis.

6. Bronchial tree : Pada Carina trachea bercabang menjadi bronchi utama

sinister dan dexter, yang kemudian menyebar menjadi bronchi apical,

cardiac, diafragma dan intermediet. Cabang bronchi utama ini nampak

pada radiografi karena kontras dari udara yang ada di dalamnya.

Gambaran bronchi yang lebih kecil tidak nampak jelas pada radiografi

karena dikaburkan oleh pembuluh darah dalam pulmo. Gambaran cabang-

cabang bronchi yang lebih kecil dan pembuluh darah dalam pulmo pada

radiografi normalnya bersifat dense sehingga sering dikelirukan dengan

massa neoplasia kecil. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan

lebih detil dari bronchial tree perlu dilakukan bronchografi.

7. Pembuluh darah besar lain (Vena dan arteri pulmoner) dalam mediastinum

tidak nampak dalam radiograf. Arteri pulmoner muncul dari ventrikel

dexter dan melintas pada dorsal aorta. Arteri ini terletak pada anterior

sinister dari dasar jantung kurang lebih pada posisi jam 13.00 dan 14.00.

Aorta terletak tenggelam pada posisi midline pada posisi jam 11.00

sampai jam 13,00. Arteri pulmoner mengalami bifurcasio ke arah sinister

dan dexter pada dasar jantung. Cabang dexter berawal dan melintas secara

halus ke arah cranial dan kemudian pada bronchial tree bercabang masuk

ke dalam lobus-lobus pulmoner. Cabang sinister berlanjut ke arah dorsal

hingga dorsal dari bronchial tree dan menyebar pada lobus sinister pulmo.

b. Pembuluh darah pada lobus pulmo

Distribusi arteri, vena dan nervus serta pembuluh limfe ke dalam lobus pulmo

terjadi secara menyatu dan pembuluh utama dalam lobus pulmo merupakan

cabang ke tiga dari arteri dan vena pulmoner.

 

c. Pulmo

Pemahaman terhadap struktur lobus pulmoner sangat penting, walaupun pada

radiografi normal perbedaan antar lobus tidak tampak. Namun terlihatnya fisura-

Page 5: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

fisura pada area tersebut dapat mengindikasikan adanya abnormalitas ataupun

akumulasi cairan dalam cavum pleura. Lobus intermediate dari pulmo dexter

terletak membentang hingga setengah dari thorax sinister dan sering

menampakkan garis demarkasi yang tipis yang disebut sebagai ligamentum

diafragmatico-pericardial (pada proyeksi dorso-ventral). Parenkim pulmo secara

radiologis tidak nampak, namun bentukan lobus nampak oleh adanya kontras

yang terjadi karena udara dalam lobus. Kolaps pulmo ditandai dengan

peningkatan densitas lobus pulmo dengan batas yang jelas dan hilangnya

gambaran bronchial tree ataupu vaskularisasi pada area tersebut. Peningkatan

densitas jaringan pulmo disebut dengan konsolidasi pulmo. Konsolidasi jaringan

pulmo dapat mengindikasikan terjadinya inflamasi, akumulasi cairan, neoplasia

dan kelainan-kelainan yang lain pada pulmo.

 D. Penyakit jantung dan pembuluh darah

a. Congestive Heart Failure (CHF)

1. Left Heart Failure : terjadi karena kegagalan jantung mengatur volume

darah balik dari sirkulasi pulmoner. Ditandai dengan terjadinya kongesti

vena pulmoner dan odema pulmoner dan pada radiograf terlihat

cardiomegali bagian sinister atau cardiomegali umum.

2. Right Heart Failure : terjadi karena kegagalan jantung untuk memompa

darah balik dari sirkulasi sistemik. Ditandai denga kongesti vena sistemik,

kongesti visceral dan pada radiograf nampak tanda-tanda ascites, efusi

pleura (pada anjing cenderung ascites dan pada kucing cenderung terjadi

efusi pleura), cardiomegali dexter atau cardiomegali umum.

b. Penyakit jantung kongenital

1. Patern Ductus Arteriosus (PDA) secara radiografi tampak pembesaran

ventrikel sinister, atrium sinister, arteri pulmoner, aorta dan tanda-tanda

CHF sinister.

2. Stenosis Katup Pulmoner secara radiografi tampak cardiomegali dexter,

arteri pulmoner dapat tampak normal atau menyempit dan tanda-tanda

CHF dexter.

Page 6: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

3. Stenosi Katup Aortik secara radiografi tampak pembesaran pada ventrikel

sinister, arcus aorticus dan atrium sinister, bayang-bayang jantung tampak

memanjang dan kadang-kadang disertai tanda-tanda CHF sinister.

4. Ventricular Septal Defect (VSD) secara radiografi tampak pembesaran

ventrikel dexter, atrium dexter, arteri pulmoner dan tanda-tanda CHF

sinister.

c. Penyakit jantung dapatan (Aquired Heart Diseasse)

1. Heartworm disease (Dirofilaria immitis) dengan tanda radografi berupa

pembesaran ventrikel dexter, atrium dexter dan arteri pulmoner serta

tampak tanda-tanda CHF dexter. Arteri pulmoner tidak tampak jelas dan

kabur dan ditandai dengan area konsolidasi pada pulmo.

2. Canine Dilated Cardiomyopathy dengan tanda radiografi cardiomegali

umum dengan tanda-tanda CHF sinister, CHF dexter atau CHF umum.

3. Feline Cardiomyopathy terjadi dilatasi dan hipertropi jantung pada kedua

sisi (sama dengan pada anjing).

4. Feline Hypertrophic Cardiomyopathy ditandai dengan pembesaran atrium,

kadang-kadang pembesaran biventrikuler yang disertai tanda-tanda CHF

sinister dan efusi pleura.

5. Insufisiensi katup atrio-ventrikuler sinister atau dexter merupakan

kelainan yang sering ditemukan pada hewan tua, bisa terjadi sendiri-

sendiri atau bersamaan dan ditandai dengan cardiomegali umum. CHF

dexter atau sinister.

6. Insufisiensi katub mitral ( katub Atrio-ventrikular sinister) dengan tanda-

tanda pembesaran jantung sinister (atrium atau ventrikel) dan tanda-tanda

CHF sinister.

d. Penyakit pericardial

1. Efusi pericardial pada kondisi akut seringkali tidak dapat dideteksi malalui

radografi, sedang pada kondisi kronis memberikan gambaran cardiomegali

yang mengesankan bentukan spiral dan disertai hilangnya detail jantung

dan tampak tanda-tanda CHF dexter.

Page 7: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

2. Hernia Diafragmatica Pericardial-peritoneal dengan tanda-tanda

menyerupai efusi pericardial dan disertai gambaran gas dalam intestinal

dan seringkali terjadi deformitas sternum dan perpindahan letak organ

visceral yang lain(microliver).

 E. Penyakit pada Pleura dan Rongga Mediastinum

a. Penyakit pada rongga mediastinum dapat berupa pneumomediastinum, massa

intra mediastinal dan hidromediastinum.

b. Penyakit pada rongga pleura

1. Pneumothorax dalam gambaran radiografi terlihat peningkatan densitas

lobus pulmoner karena kolaps pulmo (atelectasis) dan disertai gambaran

gas dalam rongga pleura yang berasal dari saluran pencernaan, infiltrasi

udara dari luar, rupture pulmo maupun hasil fermentasi bakteri. Pada

proyeksi lateral tampak gambaran gas disekeliling tepi lobus dan sering

terlihat pergeseran posisi jantung ke arah dorsal.

2. Hidrothorax menunjukkan adanya akumulasi cairan dalam rongga pleura

yang bisa disebakan karena infeksi, kelainan jantung, kerusakan pembuluh

darah atau perdarahan. Radografi hanya bermanfaat untuk konfirmasi

adanya cairan dengan tanda-tanda under exposed pada radiografi disertai

dengan hilangnya detail umum thorax dan terangkatnya lobus pulmo ke

arah dorsal.

 F. Interpretasi Radiografi dari Penyakit- Penyakit Pulmoner

Untuk melakukan interpretasi secara tepat dari penyakit-penyakit pulmoner pada

radiografi rongga thorax perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :

a. Tanda-tanda radiografi yang ditimbulkan oleh penyakit pulmoner :

1. Harus dapat dibedakan dengan gambaran radiografi yang timbul

karena penyakit-penyakit ekstrapulmoner, misalnya penyakit

ekstrathorax, penyakit pada pleura dan mediastinum.

2. Terjadinya penurunan atau peningkatan radioopasitas.

3. Hilangnya atau kaburnya gambaran anatomi normal system cardio-

pulmoner :

- Hilangnya detail secara umum

Page 8: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

- Hilangnya detail pada bagian-bagian tertentu

- Penurunan dari ukuran pembuluh darah

4. Muncul dan menajamnya detail-detail yang seharusnya tidak

tampak, misalnya adanya pembesaran pembuluh darah atau batas-

batas yang tampak melebar.

5. Perpindahan struktur normal dari : cardio-vasculer, trachea dan

bronchus, vaskularisasi pulmoner dan diafragma.

6. Munculnya pola-pola yang berbeda dari perubahan-perubahan

yang terjadi pada pulmo, perubahan-perubahan tersebut dapat

berupa :

- Pola vaskuler : terjadi pembesaran , penyempitan atau kekaburan

struktur vaskuler

- Pola bronchial : terjadi kalsifikasi, dilatasi maupun penebalan

- Pola interstitial : terjadi nodular-nodular terstruktur atau tidak

terstruktur

- Pola alveolar : terjadi peningkatan radioopasitas parenkim pulmo

- Pola campuran

b. beberapa contoh kasus penyakit pulmoner

Walaupun beberapa kasus penyakit pulmoner dapat dideteksi dengan radiografi,

namun seharusnya dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan klinis yang lain, sehingga

diagnosis dapat ditegakkan secara menyeluruh.

1. Pneumonia interstitial : tanda-tanda radiografi yang tampak antara lain

adanya perubahan pulmo dengan pola interstitial tidak berstruktur,

hilangnya detail pembuluh darah dan air ways, hilangnya detail dan

struktur mediastinum secara progresif, terjadinya peribronchial cuffing,

pada kasus lanjut ditemukan perubahan dengan pola alveolar disertai

dengan peningkatan opasitas dan hilangnya detail pada hylus yang

mengindikasikan terjadinya lymphadenopathy.

2. Tracheo-bronchitis : tanda-tanda radiografi yang tampak adalah

peningkatan radioopasitas dari dinding upper pulmonary air ways.

Pembuluh darah pada air ways tidak terlihat dan detail-detail dari sebagian

Page 9: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

besar pembuluh darah mediastinum menghilang. Struktur alveoli dan

interstitial pulmo tampak normal dan terlihat perubahan dengan tanda-

tanda bronchiectasis.

3. Bronchopneumonia : tanda-tanda radiografi yang tampak adalah adanya

peningkatan opasitas dan hilangnya detail sebagian besar area dari hylus

pulmoner dan dasar jantung. Terjadi peningkatan opasitas parsial dari

lobus pulmoner dan konsolidasi serta hilangnya sebagian gambaran

normal vaskularisasi bronchial baik pada area medistinum atau pada

cabang-cabangnya pada lobus pulmoner. Perubahan pada lobus pulmoner

dapat bersifat campuran antara pola alveolar dan interstitial.

4. Pneumonia Purulen Kronis : tanda-tanda radiografi yang tampak adalah

peningkatan opasitas dan hilangnya detail pada dasar jantung dan hylus

pulmoner, terjadi konsolidasi pulmo dengan gambaran noduler yang tidak

terstruktur dan bersifat multiple, terjadi bronchiectasis dan detail

mediastinum dapat terlihat normal atau mengabur.

 

II. GAMBARAN RADIOGRAFI DIAFRAGMA

Pada kondisi normal garis diafragma nampak jelas oleh adanya kontras antara

rongga thorax yang berisi udara pada bagian cranial dengan hepar yang tampak

radioopaque pada bagian caudal. Namun karena secara anatomis diafragma berbentuk

elips maka perlu diperhatikan bahwa garis ini memproyeksikan bagian cranial dari

diafragma, sedangkan bagian perifer diafragma membentang jauh ke caudal.

Gambaran radiografi dari garis diafragma bervariasi tergantung dari fase

respirasinya. Hal ini tampak paling jelas pada radiografi dengan proyeksi lateral di mana

pada fase ekspirasi garis diafragma berbentuk elips dan setengah bagian ventral dari

garis ini superimposisi dengan bagian caudal jantung, sedangkan setengah bagian ke

arah dorsal dari garis ini berbentuk menyudut kearah caudal setara dengan procesus

spinosus dari vertebrae thorax X atau XI. Pada fase inspirasi, bentuk elips dari garis ini

hilang dan garis diafragma relative lurus dan tidak superimposisi dengan jantung.

Pada proyeksi dorso-ventral garis diafragma tampak berstruktur agak bilobus dan

tampak bahwa kedua sisi tidak sama. Sisi dexter tampak membentuk sudut yang tajam

Page 10: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

dan membentang jauh lebih cranial dibandingkan denga sisi sinister. Perubahan-

perubahan yang sering tejadi pada diafragma atau organ-organ di sekitarnya ditandai

dengan perubahan letak garis diafragma maupun kesulitan dalam mengidentifikasi garis

diafragma (misalnya adesi, rupture atau tekanan cairan atau massa pada rongga thorax

atau abdominal).

 

III. INTERPRETASI RADIOGRAFI REGIO ABDOMINAL

Interpretasi radiografi region abdominal dapat dilakukan secara sistematik dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Karakter pasien, preparasi pasien, positioning pasien dan kualitas radiografi yang

dihasilkan.

b. Anatomi normal abdomen antara lain, bulu dan kulit, tebal tipisnya jaringan sub

kutan, ada tidaknya cairan, system skeletal dan struktur organ-organ intra-

abdominal.

c. Adanya variasi normal dari struktur anatomis region abdominal :

- Pada organ-organ spesifik : ukuran, permukaan dan bayangan yang

terbentuk.

- Ada tidaknya perpindahan organ-organ visceral

- Perbedaan radioopasitas antar organ atau jaringan

Untuk tujuan diagnostik dan untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan

detail dari gambaran radiografi yang dihasilkan, maka penggunaan cairan kontras sangat

dianjurkan.

A. Anatomi Radiografi Regio Abdominal

a. Rongga peritoneal : detail dari gambaran radiografi rongga peritoneal

tergantung dari rasio lemak dan cairan, umur, kondisi hidratasi dan

kandungan atau isi pada cavum abdominal

b. Retroperitoneal : tampak lebih jelas dengan peningkatan deposit lemak.

c. Liver : - terproyeksi sedikit di caudal dari arcus costalis

- lobus sinister lateral lebih tervisualisasi

- lobus quadratus tampak sedikit berbeda

- terangkat kearah dorsal oleh akumulasi lemak pada ligamentum

Page 11: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

falciformis.

d. Lien / limpa :

- pada proyeksi ventro-dorsal, corpus lien tampak sebagai bentukan

radioopaque berbentuk triangular menempel pada dinding abdomen

sinister di area costae terakhir.

- Pada proyeksi lateral, bagian distal lien tampak di medio-ventral

abdomen di bagian dorsal dari m. rectus sebagai sebuah bentukan

triangular radiopaque dan bagian cranial terletak di area ventral ari

ginjal sinister. Posisi ini dapat berubah tergantung dari adanya

perubahan-perubahan pada splenic dan distensi dari gaster.

e. Ginjal :

- terletak pada ruang retroperitoneal antara vertebrae thorax XII - XIII

dan vertebrae lumbal IV – V.

- Ginjal dexter lebih cranial dibandingkan ginjal sinister dan terletak di

dalam fossa renalis pada lobus caudatus liver.

- Ginjal sinister lebih caudal dan ventral dibandingkan ginjal dexter.

- Batas caudal ginjal dexter dan batas cranial ginjal sinister sering

tampak superimposisi pada proyeksi lateral.

- Ginjal kucing lebih mobile dibandingkan anjing.

- Ukuran ginjal anjing berkisar antara 2,5 – 3,5 kali panjang vertebrae

lumbal II dengan bentuk bulat memanjang dengan permukaan yang

halus. Ukuran ginjal kucing berkisar antara 2,5 – 3 kali panjang

vertebrae lumbal II dengan bentuk lebih bulat. (Pada proyeksi ventro-

dorsal ).

f. Lymphoglandula abdominal : pada kondisi normal tidak terdeteksi pada

radiografi.

g. Pelvic inlet : colon, prostate, uterus dan vesica urinaria.

h. Gaster :

- Fundus dan corpus meliputi anterior sinister kuadrant fossa hepatica

- Curvatura mayor melintang pada bagian caudal sesuai dengan

distensibilitas gaster.

Page 12: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

- Gambaran batas pylorus sedikit mengarah pada dexter dari midline.

- Pylorus dan cardia secara relative terfiksasi pada posisi tetap.

- Gas dalam gaster bergerak sesuai dengan positioning pasien.

- Pada proyeksi lateral, aksis gaster terletak sejajar dengan costae

- Batas cranial gaster dan diafragma sinister bergerak kea rah cranial

pada recumbency latero-sinister

i. Duodenum

- Bagian cranial duodenum dan junction pyloro-duodenalis didapatkan

pada area costae IX –X

- Flexura cranial duodenum meliputi kuadrant cranial dexter dari

abdomen dan berkontak dengan liver

- Pars descenden duodenum terfiksasi oleh mesoduodenum sepanjang

dinding dexter abdomen mengarah ke caudal hingga vertebrae lumbal

V – VI. Perlekatan pancreas dapat ditemukan pada permukaan dorso-

medial (sisi mesenterical).

- Flexura caudal, duodenum transversal kurang terfiksasi dan berputar

ke arah midline pada vertebrae lumbal V – VI.

- Pars ascenden dari midline berjalan kea rah cranial sinister yang

berhimpit dengan colon descenden yang selanjutnya bergerak kearah

ventral pada junction duodeno-jejenum.

i. Jejenum – Ileum

Jejenum dan ileum merupakan bagian terbesar dari small intestinal.

Bagian ini didukung oleh mesenterium yang panjangdan relatif mobil pada

central abdomen. Tidak nampak jelas pembagian antara jejenum dengan

ileum. Bagian ini berakhir di ileocolic junction. Bagian ini membentuk

gambaran yang berlekuk-lekuk pada bagian ventromedial dari abdomen.

k. Caecum : biasanya terletak pada dexter dan di dalam loop duodenal antara

vertebrae lumbal II – IV. Pergeseran ke arah cranial atau caudal tergantung

pada distensi yang terjadi pada colon.

l. Colon : terdiri dari colon ascenden, transversal dan descenden. Pada plain

radiografi, colon nampak dengan opasitas yang bervariasi. Pada proyeksi

Page 13: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

lateral, colon berjalan kurang lebih sejajar dengan vertebrae. Pada proyeksi

ventro-dorsal, colon ascenden terletak pada sisi dexter dari midline dan colon

descenden pada bagian sinister.

m. Rectum : Merupakan bagian terminal dari colon yang berawal dari pelvic

inlet dan berakhir di anus

 B. Interpretasi radiografi dari abnormalitas pada abdomen.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui abnormalitas pada

abdomen antar lain :

a.       Densitas : yakni dengan cara membandingkan radioopasitas yang terjadi pada

jaringan, organ atau lesi.

b.      Pergeseran/perpindahan posisi :

- Pengamatan terhadap lokasi dari suatu struktur, jaringan atau organ

yang mengalami pembesaran atau pengecilan ataupun kelainan lainnya

sangatlah penting. Adanya suatu massa lesional yang bersifat pembesaran

menyebabkan pergeseran dari jaringan atau organ menjauh dari pusat lesi,

sedangkan pengecilan atau atrophy jaringan atau organ akan menyebabkan

pergeseran dari jaringan atau organ dari pusat lesi.

- Pergeseran ke caudal dari gaster dan visceral menyebabkan axis gaster

juga bergeser ke caudal; hal ini disebabkan misalnya karena hepatomegali,

neoplasia dan distensi gaster.

- Pergeseran ke arah cranial dari gaster dan visceral menyebabkan axis

gaster juga bergeser ke arah cranial; hal ini dapat disebabkan misalnya karena

microliver, syndrome portosystemic shunt dan hernia diafragmatica.

- Pergeseran ke arah caudal dari intestinal serta perpindahan ke arah

cranial dari gaster dan colon transversal dapat disebabkan oleh adanya massa

pada sentral abdomen, massa pada mesenterical root, dan pembesaran pada

pancreas.

- Perpindahan ke arah ventral dari visceral dapat disebabkan karena

adanya pembesaran ginjal, adanya massa atau abses pada retroperitoneal.

- Perpindahan kearah dorsal dari visceral dapat disebabkan oleh

splenomegali, massa pada ovarium, monorchid atau cryptorchid.

Page 14: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

- Perpindahan visceral ke cranial atau dorso-cranial dapat disebabkan

karena misalnya oleh retensi urine, hyperthropy prostate, pembesaran uterus

atau hernia diafragmatica.

b. Identifikasi massa abdominal : massa dengan batas yang jelas dan opasitas yang

meningkat mudah teridentifikasi, sedangkan massa dengan batas yang tidak jelas

disertai dengan opasitas yang tidak terlalu berubah sulit dikenali dan dapat

dideteksi dengan mengamati pergeseran dari organ-organ visceral yang ada

disekitarnya.

C. Interpretasi radiografi dari peritoneum dan rongga peritoneal

Evaluasi dari regio ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap

batas-batas serosa yang berkaitan erat dengan sedikit banyaknya akumulasi lemak.

- Hilangnya visualisasi batas-batas serosa dapat berkaitan dengan

sedikitnya lemak abdominal (anjing muda, emasiasi ), adanya massa atau materi

yang bersifat radioopaque, maupun kompresi isi abdomen (massa intra abdominal).

- Hidroperitoneum yang dihasilkan oleh efusi cairan intra peritoneal,

menyebabkan hilangnya detail-detail serosa yang superimposisi dengan massa

homogen radioopaque.

- Peritonitis fokal atau difus menyebabkan hilangnya batas-batas serosa

dengan permukaan peritoneal yang tampak granuler, small intestinal secara moderat

berdilatasi dan kadang-kadang ditemukan adanya udara intraperitoneal.

D. Interpretasi radiografi tractus gastrontestinal

Plain radiografi untuk tujuan diagnostik dari tractus gastrointestinal sebenarnya

kurang memadai. Bahan-bahan kontras sebaiknya digunakan untuk mendapatkan

informasi yang lebih lengkap dan detail dari abnormalitas fungsional maupun

structural dari tractus gastrointestinal. Bahan kontras yang dapat digunakan antara

lain : udara, cairan iodine dan suspensi barium.

Beberapa abnormalitas yang dapat dideteksi melalui radiografi antara lain :

- Oesophagus : megaoesophagus, oesophagitis kronis, corpora aliena

intra oesophagal, stricture oesophagus, intussusepsi gastro-oesophagus, hernia

hiatus

Page 15: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

- Gaster : produksi gas berlebih, dilatasi dan volvulus, obstruksi pylorus,

ulcer, neoplasia, perforasi dan corpora aliena.

- Small intestinal : ileus mekanik atau fungsional, trauma atau inflamasi,

corpora aliena dan intussusepsi.

- Large intestinal : megacolon, konstipasi, obstipasi, intussusepsi,

neoplasia dan colitis, diverticulum rectum.

 E. Interpretasi radiografi tractus genito-urinarius

Plain radiografi pada tractus ini tidak dapat memberikan informasi yang memadai

dan tidak dapat memberikan visualisasi yang lengkap terhadap perubahan kondisi

fungsional atau structural. Penggunaan larutan iodine secara intra vena dapat

digunakan sebagai media kontras. Injeksi udara dari caudal ke dalam vesica urinaria,

vagina dan uterus mungkin dapat menggunakan larutan tersebut atau penggunaan

keduanya dapat dikombinasikan.

- Ginjal : kelainan yang terjadi akibat penyakit degeneratif mungkin

dapat diinterpretasikan secara radiografi antara lain : penyakit ginjal tahap akhir,

calculi renalis, dystrophy mineralisasi, anomaly congenital, neoplasia, nephritis

dan nephrosis, pyelonephritis dan hydronephrosis.

- Ureter : Secara normal tidak terlihat secara radiografi, namun kelainan

yang dapat diamati antara lain : calculi ureter, anomaly congenital, ureterectasia,

rupture ureter.

- Vesica urinaria : secara normal dalam radiografi terdiribdari tiga

bagian yaitu vertex, corpus dan trigone. Lokasi vesica terletak cranial os. Pubis

(cranial prostate pada hewan jantan). Pada proyeksi lateral biasanya tampak

distensi karena urine di dalamnya. Bentuk tergantung dari spesies (tipis dengan

leher panjang pada kucing). Cytografi kontras dapat berupa negative kontras,

positif kontras atau double kontras. Penyakit yang dapat diinterpretasikan secara

radiografi antara lain cystic calculi, anomaly vesica, neoplasia, cystitis baik akut,

kronis atau emfisematosus, perforasi dan rupture vesica.

- Urethra : penyakit yang dapat diinterpretasikan secara radiografi antara

lain stenosis, calculi dan rupture urethra.

Page 16: Interpretasi Soft Tissue (Hand Out)

- Prostate : sering tidak terdeteksi dan terdeteksi jika mengalami

hiperplasi, hypertrophy, inflamasi atau neoplasia.

- Organ reproduksi betina : perlu difahami struktur anatomi normal.

Pada kondisi non gravid (normal), tidak tidak dapat teridentifikasi secara

radiografi. Sedangkan pada kondisi gravid, endometritis, pyometra atau neoplasia

akan tampak pembesaran dari uterus.

 

Daftar Pustaka 

1. Thrall DE, 2002, Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology, 3th ed. Saunders W

B Co. Pennsylvania

2. Kealy JK, 1987.; Diagnostic Radiology of the Dog and Cat.., 2nd ed. W.B. Saunders W

B Co. Pennsylvania

3. Owens JM, 1982. Radiographic Interpretation for the Small Animal Clinician. Ralston

Purina Co. Missouri.

 

 

ooooooooo Bamsekti ooooooooo