case soft tissue tumor

28
PRESENTASI KASUS Identitas Pasien Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 57 tahun Agama : Islam Pekerjaan : ibu rumah tangga Alamat : jl. I Rawasari Rt. 7/7 no. 13A Jakpus Tanggal masuk RS : 17 Juni 2013 Tanggal pemeriksaan : 17 Juni 2013 Anamnesis Alloanamnesis Keluhan utama : benjolan di kepala belakang Keluhan tambahan : pusing, mual Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poliklinik bedah umum RS MRM dengan keluhan benjolan sebesar buah apel di kepala bagian belakang sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluhkan pusing dan mual sejak 2 minggu terakhir. Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat demam disangkal, keluar nanah disangkal, keluar darah disangkal, nyeri pada benjolan disangkal, riwayat 1

Upload: fadila-anggraini

Post on 03-Jan-2016

376 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Soft Tissue Tumor

PRESENTASI KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 57 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Alamat : jl. I Rawasari Rt. 7/7 no. 13A Jakpus

Tanggal masuk RS : 17 Juni 2013

Tanggal pemeriksaan : 17 Juni 2013

Anamnesis

Alloanamnesis

Keluhan utama : benjolan di kepala belakang

Keluhan tambahan : pusing, mual

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poliklinik bedah umum RS MRM dengan keluhan benjolan

sebesar buah apel di kepala bagian belakang sebelah kanan sejak 2 tahun yang

lalu. Selain itu pasien juga mengeluhkan pusing dan mual sejak 2 minggu terakhir.

Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat demam disangkal, keluar nanah

disangkal, keluar darah disangkal, nyeri pada benjolan disangkal, riwayat muntah

menyembur disangkal, benjolan di bagian tubuh lain disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :

Keluhan serupa disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluhan serupa di keluarga disangkal

1

Page 2: Case Soft Tissue Tumor

Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 92 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,6 °C

Status generalis

Kepala

Bentuk : Oval, benjolam dipelipis kanan ,ukuran 4 x 4,5 cm, warna

kulit kemerahan pada benjolan, nyeri tekan (-), mobile,

konsistensi kenyal, dan batas tegas.

Rambut : Hitam beruban, lurus

Mata : tidak terdapat edema palpebra kanan dan kiri

konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri

sklera tidak ikterik kanan dan kiri

Hidung : tidak terdapat pernapasan cuping hidung

Mulut : perioral tidak sianosis

Leher

KGB : tidak teraba pembesaran

Trakea : berada di tengah dan tidak deviasi

Thoraks

Paru-Paru:

Inspeksi:

- Bentuk dan gerak simetris

Palpasi:

- Sela iga simetris kanan dan kiri

- Fremitus taktil simetris di kedua lapang paru

2

Page 3: Case Soft Tissue Tumor

- Nyeri tekan pada dada (-)

Perkusi:

- sonor pada kedua hemithoraks

Auskultasi:

- Vesikuler di seluruh lapang paru

- Wheezing -/-

- Ronchi -/-

Jantung :

Inspeksi

- Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

- Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

- Batas kanan : linea sternalis dextra

- Batas kiri : linea mid clavikular sinistra

- Batas atas : linea parasternalis sinistra ICS III

Auskultasi:

- Bunyi jantung S1, S2, normal, S3 (-), S4 (-), murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi:

- Abdomen datar, jaringan sikatrik (-)

Auskultasi:

- Bising usus (+) normal

Palpasi:

- Supel

- Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas

- Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi:

- Timpani pada seluruh lapang abdomen

3

Page 4: Case Soft Tissue Tumor

Ekstremitas

Ekstremitas atas

- Akral hangat

- Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri

- Tidak sianosis

Ekstremitas bawah

- Akral hangat

- Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri

- Tidak sianosis

Status lokalis

Regio parietal-occipital

Inspeksi: terlihat benjolan sebesar buah jeruk medan, pus (-), darah (-),

hiperemis (-)

Palpasi: teraba benjolan ukuran buah jeruk medan, nyeri tekan (-),

konsistensi lunak, fluktuasi (+), kalor (-)

Perkusi: -

Auskultasi: -

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Darah :

Hb : 13,9 mg/dL

Ht : 41%

Trombosit : 240.000 /ul

Leukosit : 7.700 /ul

BT : 3’

CT : 12’

Ureum : 40

Kreatinin : 0,86

SGOT : 24

SGPT : 21

Urin :

Warna : kuning

Kejernihan : jernih

pH : asam

Eritrosit : 0-2 /lpb

Leukosit : 8-10 /lpb

4

Page 5: Case Soft Tissue Tumor

Pemeriksaan Radiologi

Foto Thorax : kesan tidak tampak adanya kelainan

Pemeriksaan EKG

Normal

Diagnosis Kerja

Soft Tissue Tumor et Regio Parietal-occipital dextra

Diagnosis Banding

- Kista Aterom

- Lipoma

Penatalaksanaan

Pro operatif

Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

5

Page 6: Case Soft Tissue Tumor

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Berdasarkan ATLS (2004), anatomi kepala antara lain:

1. Kulit Kepala (Scalp)

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu :

a. Skin atau kulit.

b. Connective Tissue atau jaringan penyambung.

c. Aponeurosis atau galea aponeurotika atau jaringan ikat berhubungan

langsung dengan tengkorak

d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar.

e. Perikranium.

Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari perikranium

dan merupakan tempat tertimbunnya darah (hematoma subgaleal).

Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi

perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan

darah, terutama pada bayi dan anak-anak.

Lapisan Kranium

2. Tulang Tengkorak

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Kalvaria

khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot

temporal. Basis kranii berbentuk tidak rata sehinga dapat melukai bagian dasar

6

Page 7: Case Soft Tissue Tumor

otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak

dasar dibagi atas 3 fosa yaitu: fosa anterior, fosa media, dan fosa posterior.

Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media adalah tempat lobus

temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagian bawah batang otak dan

serebelum.

3. Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan

yaitu: duramater, araknoid dan piamater.

Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang

melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada

selaput araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang

subdural) yang terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering

dijumpai perdarahan subdural.

Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan

otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging

Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.

Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus

sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan

hebat.

Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari

kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat

menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan

7

Page 8: Case Soft Tissue Tumor

perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri

meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).

Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan

tembus pandang disebut lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater

yang melekat erat pada permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal

bersirkulasi dalam ruang subaraknoid.

4. Otak

Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak.

Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks

serebri yaitu lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada

hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara manusia. Hemisfer otak yang

mengandung pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer dominan.

Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi

dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan

dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi

memori. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.

Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid brain), pons, dan medula

oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular

yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata

terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medulla

spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat

menyebabkan defisit neurologis yang berat.

Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan,

terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medula spinalis, batang

otak, dan juga kedua hemisfer serebri.

8

Page 9: Case Soft Tissue Tumor

5. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan

kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral

melalui foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus

sylvii menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan

masuk ke dalam ruang subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak

dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui

vili araknoid.

Tekanan Intra kranial meningkat karena produksi cairan serebrospinal

melebihi jumlah yang diabsorpsi. Ini terjadi apabila terdapat produksi cairan

serebrospinal yang berlebihan, peningkatan hambatan aliran atau peningkatan

tekanan dari venous sinus. Mekanisme kompensasi yang terjadi adalah

transventricular absorption, dural absorption, nerve root sleeves absorption

dan unrepaired meningocoeles. Pelebaran ventrikel pertama biasanya terjadi

pada frontal dan temporal horns, seringkali asimetris, keadaan ini

menyebabkan elevasi dari corpus callosum, penegangan atau perforasi dari

septum pellucidum, penipisan dari cerebral mantle dan pelebaran ventrikel III

ke arah bawah hingga fossa pituitary (menyebabkan pituitary disfunction).

9

Page 10: Case Soft Tissue Tumor

6. Tentorium

Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial

(terdiri atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang

infratentorial (berisi fosa kranii posterior).

Mesensefalon (midbrain) menghubungkan hemisfer serebri dan batang otak

(pons dan medulla oblongata) berjalan melalui celah tentorium serebeli

disebut insisura tentorial. Nervus okulomotorius (N.VII) berjalan sepanjang

tentorium, bila tertekan oleh masa atau edema otak akan menimbulkan

herniasi. Serabut-serabut parasimpatik untuk kontraksi pupil mata berada pada

permukaan Nervus okulomotorius. Paralisis serabut ini disebabkan penekanan

mengakibatkan dilatasi pupil. Bila penekanan berlanjut menimbulkan deviasi

bola mata kelateral dan bawah.

Dilatasi pupil ipsilateral disertai hemiplegi kontralateral dikenal sindrom

klasik herniasi tentorium. Umumnya perdarahan intrakranial terdapat pada sisi

yang sama dengan sisi pupil yang berdilatasi meskipun tidak selalu.

SOFT TISSUE TUMOR

Pendahuluan

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi

dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.

Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma

misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.

Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker

terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga

sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.

Kanker, karsinoma, atau sarkoma tumbuh menyusup (infiltratif) ke jaringan

sekitarnya sambil merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh,

dan umumnya fatal jika dibiarkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas

dan tidak menyusup, tidak merusak, tetapi membesar dan menekan jaringan

sekitarnya (ekspansif), dan umumnya tidak bermetastasis, misalnya lipoma.

10

Page 11: Case Soft Tissue Tumor

Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan

mikroskopik pada jaringan dan sel tumor. Dari pemeriksaan mikroskopik ini

tampak gambaran keganasan yang sangat bervariasi, mulai dari yang relatif jinak

sampai ke yang paling ganas. Pada satu organ dapat timbul satu atau lebih

neoplasma yang sifatnya berlainan.

Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara

autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari

sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung

pada besarnya penyimpangan dalam pertumbuhan, dan kemampuannya

mengadakan infiltrasi danmenyebabkan metastasis.

Definisi

Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal

yang disebabkan oleh pertumbuhan sel baru.

Etiologi

Etiologi Soft Tissue Tumor, antara lain:

1. Kondisi genetik

Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi

untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang

abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.

2. Radiasi

Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang

mendorong transformasi neoplastic.

3. Lingkungan karsinogenik

Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu

dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.

4. Infeksi

Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan

meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.

11

Page 12: Case Soft Tissue Tumor

5. Trauma

Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan.

Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada

lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan

dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh

sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa

juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.

Dalam tahap awal, tumor jaringan lunak biasanya tidak menimbulkan

gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor dapat tumbuh lebih besar,

mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan

masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. Dan

dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat

dengan penekanan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa

sakit abdominal, umumnya menyebabkan sembelit.

Tumor dan Kanker Jaringan Lunak

Bila kulit diatas benjolan masih baik dan tidak ada luka berupa borok,

kemungkinan benjolan tersebut berasal dari bawah kulit yaitu dari jaringan lunak

yang ada dibawah kulit atau bisa juga dari tulang iga, namun kemungkinan paling

besar adalah dari jaringan lunak bila pembesarannya relatif cepat dalam waktu

yang singkat.

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan

tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar

persendian). Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu

berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat

yang sama dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas

serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil.

Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut

12

Page 13: Case Soft Tissue Tumor

simpai yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis. Jaringan ikat melengkapi

kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan serabut elastik.

Tumor jaringan lunak dapat terjadi diseluruh bagian tubuh mulai dari

ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada

yang ganas.

Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma

jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS), yang berasal dari jaringan

mesenchym extraskeletal, terletak antara epidermis dan jaringan parenchym

organ. Tumor yang berasal dari sistem lymphoid dan jaringan spesifik organ tidak

termasuk Soft Tissue Tumor. STS terdiri dari berbagai jenis kelompok tumor.

Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan,

insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang

dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada

13

Page 14: Case Soft Tissue Tumor

semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun

dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.

Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah

yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha. Di

anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan

sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada

dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal

atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar

9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.

Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh

darah ke paru-paru (paling sering), ke liver, tulang. Jarang menyebar melalui

kelenjar getah bening.

Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada

lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan

dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh

sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa

juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat

membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah

digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

Kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhannya relatif cepat membesar,

berkembang menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak sukar bergerak

dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang.

Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan

perdarahan pada kulit diatasnya.

Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis, adalah

dengan pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus

(FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi

dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya

besar.

Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh

tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh dokter patologi anatomi, dan dapat

14

Page 15: Case Soft Tissue Tumor

diketahui apakah tumor jaringan lunak yang jinak atau ganas. Bila ganas, dapat

juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat

berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada

jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya benjolannnya

saja yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan

lunak hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya

saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor

menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini.

Tindakan pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas.

Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap,

namun responsnya kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak

yang berasal dari otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker

yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada kanker

jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan

setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah

operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya

kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa

metastasis di paru, liver atau tulang.

Berikut adalah salah satu contoh tumor jaringan lunak (Soft Tissue Tumor):

LIPOMA

1. Definisi

Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors)

yang berasal dari jaringan lemak (adipocytes).

2. Variant Lipoma

a. Adenolipoma, variasi lipoma di payudara. Seringkali memiliki komponen

marked fibrotic. Biasanya dianggap sebagai hamartoma.

b. Angiolipoma mengandung banyak pembuluh darah kecil.

c. Lipoma jantung (cardiac lipomas) dapat mengapur mengikuti nekrosis

lemak.

15

Page 16: Case Soft Tissue Tumor

2. Patofisiologi

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah

proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal

tubuh, tidak termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat

timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas

bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan

leher, dan 30% di badan dan retroperitoneum. Parameter-parameter yang

penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:

a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.

b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat

(terutama di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju

pertumbuhan yang didasarkan pada mitosis dan perluasaan nekrosis.

c. Staging.

d. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik.

3. Manifestasi Klinis

Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang

muncul tergantung dari lokasi, misalnya:

a. Pasien dengan lipoma kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai

obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah

(vomiting), dan reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan

aspiration dan infeksi saluran pernapasan yang berturutan (consecutive

respiratory infections).

b. Lipoma di saluran napas utama (major airways) dapat menyebabkan gagal

napas (respiratory distress) yang berhubungan dengan gangguan bronkus

(bronchial obstruction). Pasien datang dengan lesi parenkim (parenchymal

lesions) atau endobronchial.

c. Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang

diharapkan mengingat luasnya jaringan lemak.

d. Lipoma di usus (intestines), misalnya: duodenum, jejunum, colon dapat

menyebabkan nyeri perut (abdominal pain) dari obstruksi atau

16

Page 17: Case Soft Tissue Tumor

intussusception, atau dapat menjadi jelas melalui perdarahan

(hemorrhage).

e. Lipoma jantung (cardiac lipomas) terutama berlokasi di subendocardial,

jarang intramural, dan normalnya tidak berkapsul (unencapsulated).

Terlihat sebagai suatu massa kuning di kamar/bilik jantung (cardiac

chamber).

f. Lipoma juga dapat muncul di jaringan subkutan vulva. Biasanya

pedunculated dan dependent.

4. Indikasi

Lipoma dihilangkan dengan alasan sebagai berikut:

a. Kosmetika (jenis subcutaneous lipomas).

b. Untuk evaluasi jaringan (histology).

c. Bila disertai gejala.

d. Saat tumbuh, membesar, lebih dari 5 cm.

5. Terapi Medis

Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal

bagian atas (misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum) atau colon.

6. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)

Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting

untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung

lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma

menyesuaikan tempatnya.

a. Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma di dekat saluran nafas

utama (major airways). Lipoma paru-paru memerlukan resection parenkim

paru-paru atau saluran pernafasan yang terlibat (the involved airway).

b. Pemindahan setempat (Local removal) diindikasikan pada lipoma usus

(intestinal lipomas) yang menyebabkan obstruction.

c. Jika lipoma esophagus tidak dapat dipindahkan dengan endoskopi, maka

diperlukan pembedahan (surgical excision).

d. Lipoma pada payudara (breast lipomas) dihilangkan jika pada dasarnya

meragukan.

17

Page 18: Case Soft Tissue Tumor

e. Lipoma usus, khususnya duodenum, sebaiknya dihilangkan baik secara

endoskopi maupun pembedahan karena dapat menyebabkan obstruction,

jaundice, atau perdarahan (hemorrhage).

f. Lipoma pada vulva dapat dihilangkan di tempat (locally excised).

7. Catatan

a. Lipoma terjadi pada 1% populasi.

b. Lipoma merupakan tumor jaringan lunak (soft tissue tumor) yang paling

umum dijumpai.

c. Liposuction dapat dikerjakan pada lipoma kecil di wajah (small facial

lipomas) karena alasan estetika.

d. Liposuction diindikasikan untuk perawatan lipoma sedang atau medium

(misalnya, 4-10 cm) dan besar (large) (misalnya, >10 cm). Pada lipoma

yang kecil, tidak ada keuntungan yang dilaporkan karena tumor dapat

diekstraksi (extracted) melalui irisan kecil (small incisions).

18

Page 19: Case Soft Tissue Tumor

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Soft Tissue Sarcoma. Makassar: Sub Bagian Bedah Tumor,

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2007, Hal.

2. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone. 2007,

Hal. 301-303.

3. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.

1995, Hal. 331-340.

4. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC.

2005, Hal. 933-934.

5. http://emedicine.medscape.com

6. http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_tissue_tumor

7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21501/4/Chapter%20II.pdf

8. http://www.dinkes.kalbar.go.id/

9. http://www.iditangerang.or.id/artikel/detail_artikel.php?recordid=39

19