implementasi program peningkatan kualitas...

22
IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) DALAM PROGRAM BEDAH KAMPUNG OLEH PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2014-2015 NASKAH PUBLIKASI OKY YANHAR NIM : 090565201036 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Upload: others

Post on 16-Aug-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN

DI PERKOTAAN (P2KP) DALAM PROGRAM BEDAH KAMPUNG OLEH

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2014-2015

NASKAH PUBLIKASI

OKY YANHAR

NIM : 090565201036

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

1

IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN

DI PERKOTAAN (P2KP) DALAM PROGRAM BEDAH KAMPUNG OLEH

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2014-2015

OKY YANHAR

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Bedah Kampung adalah model pengembangan Pemberdayaan Keluarga

Miskin melalui rehabilitasi rumah tidak layak huni. Organisasi pelaksana Program

Peningkatan Kualitas Permukiman Di Perkotaan (P2KP) merupakan suatu bagian

dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri yang telah diatur dalam Pedoman

Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang diterbitkan oleh

Tim Pengendali PNPM Mandiri. Fenomena yang terjadi adalah sampai saat ini

program in belum dapat berjalan dengan baik, Pemerintah Kota Tanjungpinang telah

melakukan pengusulan kembali program Bedah Kampung. Hal ini karena dinilai

masih banyak rumah masyarakat di kawasan pesisir Tanjungpinang yang belum

terbantu.

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Implementasi

Program Peningkatan Kualitas Permukiman Di Perkotaan (P2KP) Dalam Program

Bedah Kampung Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang Tahun 2014-2015 dan untuk

Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Peningkatan

Kualitas Permukiman Di Perkotaan (P2KP) Dalam Program Bedah Kampung Di

Kota Tanjungpinang. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

Deskriptif Kualitatif. Adapun informan dalam penelitian ini adalah pihak Kelurahan

yang daerahnya menjadi sasaran bedah kampung yaitu Kelurahan Kampung Bugis,

Tanjung Unggat dan Teluk kriting, dan tokoh masyarakat sebagai para pelaksana

dalam dalam Implementasi Program Peningkatan Kualitas Permukiman Di Perkotaan

(P2KP) Dalam Program Bedah Kampung Di Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa

Implementasi Program Peningkatan Kualitas Permukiman Di Perkotaan (P2KP)

Dalam Program Bedah Kampung Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang Tahun

2014-2015 sudah berjalan dengan baik. Namun permasalahan yang terjadi adalah

kerjasama memang belum berjalan dengan baik. Perlu adanya kerjasama dan

perbaikan perbatasan kewenangan antara berbagai pihak agar program ini dapat

dijalankan dengan baik. Karena agak kesulitan untuk menjalin kerjasama dalam

menjalankan program ini. Seperti antara pihak P2KP dengan kelurahan dalam hal

pendataan.

Kata Kunci : Implementasi, Program, Peningkatan Kualitas Permukiman

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

2

A B S T R A C T

Bedah kampung is a model empowerment of the development of unprosperous

family through rehabilitations of not livable houses. Implementing organization of

(P2KP) Program of Quality Improvement in Urban Settlement is a part of national

program supervision PNPM Mandiri which have been set in General guidelines of

independent community national empowerment which is published by controller

team of PNPM Mandiri. The phenomenom still happen untill now is that program

not running well as what it should be, The Goverment of Tanjungpinang city has do

re-proposing this "Bedah Kampung" program. This is because there still got many

houses in coastal area of Tanjungpinang community that hasn't helped yet.

The purpose of this research is basically want to know (P2KP) Program of Quality

Improvement in Urban Settlement in Bedah Kampung program do by the Goverment

of Tanjungpinang city by 2014-2015 and to know any factors to influence (P2KP)

Program of Quality Improvement in Urban Settlement in "Bedah Kampung"

program in Tanjungpinang city. In this research, the author using Qualitative

Descriptive research. As for the informant in this research is of subjected sub-

district side for Bedah Kampung, that is Sub-district of Kampung Bugis, Tanjung

Unggat and Teluk Keriting, and community leader as implementer in (P2KP)

Program of Quality Improvement in Urban Settlement in "Bedah Kampung" in

Tanjungpinang city.

Based on the result of interview with the informant , so it can be analyzed that

(P2KP) Program of Quality Improvement in Urban Settlement in "Bedah

Kampung" program by the Goverment of Tanjungpinang city by 2014-2015 is

already going well. But the problems that happened is cooperation has not been

going well. Here needed cooperation and improvement of border authorities between

some parties so this program can be run well. because got difficulty to do

partnership in running this program. as between P2KP and territory party in term of

logging.

Keywords: Implementation, Programming, Improving The Quality Of Settlements

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

3

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan yang fundamental

pada diri manusia adalah tempat tinggal

atau rumah. Banyak terdapat rumah

tidak layak huni dikarenakan warga

hidup dalam kekurangan sehingga tidak

mampu menyediakan tempat tinggal

yang layak. Karena itu pelaksanan

bedah kampung diarahkan untuk

mendorong munculnya kemandirian

keluarga miskin.

Program dari Kementerian

Sosial ini, merupakan salah satu pilot

project untuk menyelesaikan

permasalahan sosial, dan program

tersebut untuk mendorong seluruh

komponen masyarakat agar berperan

aktif dalam perencanaan, pengelolaan,

pengawasan, serta pelaksanaan

dilapangan. Program bedah kampung

ini, adalah upaya pemerintah dalam

menanggulangi kemiskinan di kota

Tanjungpinang.

Program Bedah Kampung yang

dicanangkan oleh Pemerintah Pusat dan

dijalankan oleh Dinas Sosial dan tenaga

Kerja Kota Tanjungpinang. Selain

daerah pesisir, ada klasifikasi

persyaratan lainnya yang harus dimiliki

oleh masyarakat untuk bisa

memperoleh bantuan tersebut. Program

bedah kampung ini juga melibatkan

organisasi yaitu Program Peningkatan

Kualitas Permukiman di Perkotaan atau

P2KP dalam upaya pencapaian Visi dan

penanganan permukiman kumuh di

perkotaan.

Bedah Kampung adalah model

pengembangan pemberdayaan keluarga

miskin melalui rehabilitasi rumah tidak

layak huni. Bedah kampung ini berbeda

dengan bedah rumah yang dilaksanakan

Kementerian Perumahan Rakyat. Bedah

Kampung harus ditempatkan sebagai

bagian tidak terpisahkan dari program

penanggulangan kemiskinan, sebagai

program unggulan Kementerian Sosial.

Untuk itu, selain kegiatan rehabilitasi

rumah tidak layak huni, dalam program

ini dilakukan pula kegiatan bimbingan

sosial dan penyuluhan sosial yang

dilakukan oleh pekerja sosial dan

penyuluhan sosial. Tenaga

Kesejahteraan Sosial yang ada di

tingkat lokal dilibatkan dalam kegiatan

Bedah Kampung ini. Dalam program

ini tidak hanya rumah warga secara

pribadi yang diperbaiki tetapi

lingkungan sekitar yang tadinya kumuh

kembali diperbaiki. Bedah kampung

melibatkan unsur masyarakat, pemuda

dan masyarakat. Dengan dicanangkan

program ini maka setiap orang akan

saling berkenalan, saling mencintai satu

dengan yang lain, dan saling

menghormati. Sehingga dapat saling

menjaga lingkungan tempat tinggalnya.

Bantuan Program Terpadu

Penanggulangan Kemiskinan Berbasis

Bedah Kampung segera disalurkan

kepada masyarakat penerima. Program

Bedah Kampung langsung dirasakan

manfaatnya oleh sasaran program.

Rumah-rumah yang tadinya tidak layak

huni, langsung berubah menjadi lebih

sehat dan layak ditempati. Kondisi

rumah tinggal merupakan salah satu

indikator kemiskinan. Rehabilitasi

rumah tidak layak huni dianggap

berdampak positif memutus salah satu

rantai kemiskinan efeknya terasa

seketika itu juga. Kementerian Sosial

RI sudah menjalankan program Bedah

Kampung sejak tahun 2012.

Bedah Kampung adalah model

pengembangan Pemberdayaan Keluarga

Miskin melalui rehabilitasi rumah tidak

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

4

layak huni. Konsepnya sangat berbeda

dengan program Bedah Rumah yang

dilaksanakan kementerian perumahan

rakyat. Bedah kampung ditempatkan

sebagai bagian tidak terpisahkan dari

program penanggulangan kemiskinan.

Hasil akhir yang di harapkan, selain

mendapatkan rumah yang layak huni,

keluarga miskin mengalami perubahan

pada pola pikir, sikap mental dan

prilaku sosial. Kementerian Sosial

merencanakan melakukan Bedah

Kampung di 1.000 titik yang tersebar

diseluruh Indonesia. Dalam Bedah

Kampung melekat ciri khas Kemensos

yang dalam paradigma pembangunan

berpusat rakyat (People Center

Development). Kemensos lebih

berperan sebagai stimulator. Program

ini diharapkan dapat menstimulasi para

Pemerintah Daerah dan semua elemen

masyarakat untuk berpatisipasi

mengentaskan kemiskinan didaerahnya

masing-masing. Bantuan yang

diberikan bisa berupa dana maupun

tenaga.

Sebagai sebuah pengembangan

model pelaksanaan kegiatan

Penanggulangan Kemiskinan, Bedah

Kampung dirancang untuk

meninggkatkan capaian hasil upaya

pengentasan kemiskinan secara sinergi,

transparan, dan akuntabel. Model ini di

harapkan menjadi gerakan nasional

yang dapat menyentuh akar masalah

kemiskinan dan mengembangakan

modal sosial dimasyarakat yang berciri

bridging social capital. Tantangan yang

paling nyata adalah kegotong-royongan

di masyarakat berindikasi semakin

melemah, sedangkan roh dari kegiatan

bedah kampung adalah gotong-royong.

Salah satu yang paling berpengaruh

untuk menggerakan partisipasi

masyarakat adalah yang adanya

pemimpin yang terpecaya sebagai

motor penggerak. Selain itu tingkat

kepercayaan (trust) antar warga

masyarakat, kelompok-kelompok sosial

yang ada juga harus berada pada level

yang tinggi dan pandangan bahwa

bantuan yang diberikan menjadi

bagiaan yang memberi manfaat secara

langsung maupun tidak langsung

kepada masyarakat secara keseluruhan.

Pemerintah daerah dan tokoh

masyarakat harus dapat menggerakan

seluruh komponen baik aparatur, warg

amasyarakat, organisasi kepemudaan

dan kekuatan lainnya untuk

meyakinkan kepada masyarakat bahwa

kegiatan ini memberikan manfaat dan

tergerak untuk mensuksekkan kegiatan

bedah kampung, termasuk bagian yang

terpenting dari proses ini adalah

memelihara dan mengembangkan hasil

dari kegiatan ini sehingga menjadi

gerakan untuk menciptakan “Kampung

Layak Huni”.

Organisasi pelaksana

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan (P2KP)

merupakan suatu bagian dari

pengelolaan program nasional PNPM

Mandiri yang telah diatur dalam

Pedoman Umum Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

yang diterbitkan oleh Tim Pengendali

PNPM Mandiri. Penyelenggaraan

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan (P2KP)

Perkotaan dilakukan secara berjenjang

dari tingkat nasional sampai tingkat

kelurahan.

P2KP adalah singkatan dari

Proyek Penanggulangan Kemiskinan di

Perkotaan. P2KP merupakan salah satu

proyek nasional yang dilaksanakan oleh

pemerintah Indonesia dalam rangka

menanggulangi berbagai persoalan

kemiskinan yang terjadi di masyarakat,

khususnya bagi masyarakat yang

Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

5

tinggal di wilayah perkotaan (urban).

Pemerintah Indonesia selanjutnya

menugaskan Direktorat Jenderal

Perumahan dan Permukiman sebagai

pelaksana proyek (executing agency)

dari P2KP.

Program Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

merupakan program pemerintah yang

secara substansi berupaya dalam

penanggulangan kemiskinan melalui

konsep memberdayakan masyarakat

dan pelaku pembangunan lokal lainnya,

termasuk Pemerintah Daerah dan

kelompok peduli setempat, sehingga

dapat terbangun "gerakan kemandirian

penanggulangan kemiskinan dan

pembangunan berkelanjutan", yang

bertumpu pada nilai-nilai luhur dan

prinsip-prinsip universal. (Dikutip dari :

Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi

Oktober 2005).

Karakteristik kemiskinan dan

krisis ekonomi yang terjadi telah

menyadarkan semua pihak bahwa

pendekatan dan cara yang dipilih dalam

penanggulangan kemiskinan selama ini

perlu diperbaiki, yaitu ke arah

pengokohan kelembagaan masyarakat.

Keberdayaan kelembagaan masyarakat

ini dibutuhkan dalam rangka

membangun organisasi masyarakat

warga yang benar-benar mampu

menjadi wadah perjuangan kaum

miskin, yang mandiri dan berkelanjutan

dalam menyuarakan aspirasi serta

kebutuhan mereka dan mampu

mempengaruhi proses pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan

kebijakan publik di tingkat lokal, baik

aspek sosial, ekonomi maupun

lingkungan, termasuk perumahan dan

permukiman.

Penguatan kelembagaan

masyarakat yang dimaksud terutama

juga dititikberatkan pada upaya

penguatan perannya sebagai motor

penggerak dalam ‘melembagakan' dan

‘membudayakan' kembali nilai-nilai

kemanusiaan serta kemasyarakatan

(nilai-nilai dan prinsip-prinsip di

P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang

melandasi aktivitas penanggulangan

kemiskinan oleh masyarakat setempat.

Melalui kelembagaan masyarakat

tersebut diharapkan tidak ada lagi

kelompok masyarakat yang masih

terjebak pada lingkaran kemiskinan,

yang pada gilirannya antara lain

diharapkan juga dapat tercipta

lingkungan kota dengan perumahan

yang lebih layak huni di dalam

permukiman yang lebih responsif, dan

dengan sistem sosial masyarakat yang

lebih mandiri melaksanakan prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan

masyarakat tersebut yang dibangun oleh

dan untuk masyarakat, selanjutnya

dipercaya mengelola dana abadi P2KP

secara partisipatif, transparan, dan

akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk membiayai

kegiatan-kegiatan penanggulangan

kemiskinan, yang diputuskan oleh

masyarakat sendiri melalui rembug

warga, baik dalam bentuk pinjaman

bergulir maupun dana waqaf bagi

stimulan atas keswadayaan masyarakat

untuk kegiatan yang bermanfaat

langsung bagi masyarakat, misalnya

perbaikan prasarana serta sarana dasar

perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan

mampu memberikan kontribusi untuk

penyelesaian persoalan kemiskinan

yang bersifat multi dimensional dan

struktural, khususnya yang terkait

dengan dimensi-dimensi politik, sosial,

Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

6

dan ekonomi, serta dalam jangka

panjang mampu menyediakan aset yang

lebih baik bagi masyarakat miskin

dalam meningkatkan pendapatannya,

meningkatkan kualitas perumahan dan

permukiman meraka maupun

menyuarakan aspirasinya dalam proses

pengambilan keputusan. Untuk

mewujudkan hal-hal tersebut, maka

dilakukan proses pemberdayaan

masyarakat, yakni dengan kegiatan

pendampingan intensif di tiap kelurahan

sasaran.

(http://www.p2kp.org/aboutdetil

diakses pada tanggal 6 Agustus 2016)

Melalui pendekatan

kelembagaan masyarakat dan

penyediaan dana bantuan langsung ke

masyarakat kelurahan sasaran, P2KP

cukup mampu mendorong dan

memperkuat partisipasi serta

kepedulian masyarakat setempat secara

terorganisasi dalam penanggulangan

kemiskinan. Artinya, Program

penanggulangan kemiskinan

berpotensial sebagai “gerakan

masyarakat”, yakni; dari, oleh dan

untuk masyarakat.

P2KP merupakan suatu upaya

pemerintah yang bermuara kepada

program penanggulangan kemiskinan

yang dilaksanakan melalui strategi

pemberdayaan (empowerment) sebagai

investasi modal sosial (social capital)

menuju pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable

development). Artinya proyek yang

diprakarsai pemerintah ini pada

akhirnya diharapkan dapat menjadi

program penanggulangan kemiskinan

yang tumbuh atas inisiatif dan prakarsa

masyarakat sendiri, dan didukung oleh

pemerintahnya maupun kelompok-

kelompok peduli, organisasi-organisasi

masyarakat sipil dan dunia usaha yang

ada.

Pengorganisaian masyarakat

dalam Program Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan (P2KP)

adalah upaya terstruktur untuk

menyadarkan masyarakat akan kondisi

yang dihadapi , potensi yang mereka

miliki , dan peluang yang ada pada

mereka. Pengorganisasian masyarakat

tidak diartikan sebagai membentuk

wadah organisasi , tetapi lebih

merupakan kesepakatan bersama untuk

bersatu sebagai sesama warga

masyarakat di suatu kalurahan untuk

bersama-sama menanggulangi

kemiskinan sebagai gerakan moral.

Untuuk memimpin gerakan

penaggulangan kemiskinan inilah

diperlukan pimpinan yang dapat

diterima oleh semua pihak yang tidak

parsial, tidak mewakili golongan

tertentu dan juga tidak mewakili

wilayah tertentu. Program

Penanggulangan Kemiskinan di

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan (P2KP)

dilaksanakan dengan tujuan mencapai

keberlanjutan perbaikan kesejahteraan

masyarakat miskin melalui proses

pemberdayaan masyarakat yang

dilaksanakan dengan menerapkan

pendekatan pengokohan kelembagaan

masyarakat.

Program Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

merupakan program pemerintah yang

secara substansi berupaya dalam

penanggulangan kemiskinan melalui

konsep memberdayakan masyarakat

dan pelaku pembangunan lokal lainnya,

termasuk Pemerintah Daerah dan

kelompok peduli setempat, sehingga

dapat terbangun "gerakan kemandirian

penanggulangan kemiskinan dan

pembangunan berkelanjutan", yang

bertumpu pada nilai-nilai luhur dan

prinsip-prinsip universal. (Dikutip dari :

Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

7

Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi

Oktober 2005).

Pemerintah bersama masyarakat

sebagai pelaku utama upaya

penanggulangan kemiskinan, tentu saja

dituntut kapasitas dan kapabilitas yang

mendukung. Dalam hal inilah peran

pemerintah, salah satunya melalui

P2KP, berupaya untuk mendorong

proses pengembangan atau

pemberdayaan dan penguatan kapasitas

masyarakat (community empowerment)

agar mampu menanggulangi persoalan

kemiskinan di wilayahnya secara

mandiri dan berkelanjutan.

Pemberdayaan masyarakat tersebut

sesungguhnya sangat berkaitan erat

dengan proses transformasi sosial di

masyarakat miskin.

Dalam cara pandang P2KP,

kompleksitas kemiskinan yang

menyangkut berbagai dimensi sosial,

politik, ekonomi, dan asset;

penanganannya harus dimulai dari

aspek sosial kemanusiaannya secara

mendasar. Akar persoalan kemiskinan

yang tidak semata-mata persoalan

ekonomi namun lebih pada persoalan

ketidak-adilan, akibat runtuhnya nilai-

nilai kemanusiaan dan diabaikannya

prinsip-prinsip tata kepemerintahan

yang baik mejadi dasar pijakan P2KP

untuk membangun sosial kapital dan

memulai suatu perubahan sosial di

masyarakat secara berkelanjutan.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan

pada kegiatan P2KP berdasarkan

keputusan dari direktur Pengembangan

Kawasan Permukiman Dirjen

Ciptakarya Kementerian pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat No.

UM-01.11-CK/678 pada tanggal 03

September 2015, perihal penetapan

daftar lokasi Kegiatan Program

Peningkatan Kualitas Kawasan

permukiman (P2KKP) tahun 2015.

sebagai berikut :

1. Kegiatan pendampingan

masyarakat untuk menyusun

profil kumuh Tahun Anggaran

2015 yang dilaksanakan di 269

Kabupaten/Kota.

2. Pencairan dan pemanfaatan DIP

PKP2B provinsi untuk kegiatan

:

3. Penataan Lingkungan

Permukiman Berbasis

Komunitas (PLPBK) di 223

kelurahan di 89

Kabupaten/Kota.

4. Peningkatan Penghidupan

Masyarakat berbasis Komunitas

(PPMK) di 845 Kelurahan di 96

Kabupaten/Kota.

5. Pengurangan Resiko Bencana

berbasis Komunitas (PRBBK)

di 10 Kelurahan di 2 Kota.

6. Pilot Business Development

Center (BDC) di 15

Kabupaten/Kota.

7. Pelatihan Masyarakat di 11.067

Kelurahan di 269

Kabupaten/Kota.

8. Pengadaan komputer dan piranti

lunak di 11.067 Kelurahan di

269 Kabupaten/Kota.

9. Pencairan dan Pemanfaatan

DIPA PIP Kabupaten/Kota

Tahun Anggaran 2015 di 4.076

Kelurahan di 91

Kabupaten/Kota.

Penanganan masalah

kemiskinan struktural dan multidimensi

harus dimulai dari sisi aspek moral

manusianya secara mendasar dan

mendorong terwujudnya pembangunan

berkelanjutan (sustainable

development). Sudah menjadi

kewajiban pemerintah daerah untuk

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

8

menyediakan permukiman dan

perumahan yang layak bagi

masyarakatnya sesuai amanat Undang-

undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pemerintah kabupaten/kota diwajibkan

untuk melakukan peningkatan kualitas

permukiman kumuh. Untuk penaganan

permukiman kumuh ada dua bentuk

penanganan yang bisa dilakukan yaitu

pencegahan dan peningkatan kualitas.

P2KP di bantu oleh Badan

Keswadayaan Masyarakat. BKM adalah

dewan pimpinan kolektif masyarakat

warga penduduk kelurahan, dan sebagai

lembaga BKM dapat bertindak sebagai

representasi masyarakat warga

penduduk kelurahan. BKM

berkedudukan sebagai lembaga

pimpinan masyarakat warga penduduk

kelurahan dan merupakan lembaga

pengendali kegiatan penanggulangan

kemiskinan di kelurahan yang

bersangkutan, yang posisinya di luar

institusi pemerintah, militer, agama,

pekerjaan dan keluarga. BKM sebagai

pimpinan kolektif diperlukan : ketika

masyarakat melihat kemiskinan sebagai

persoalan bersama yang harus

ditangulangi bersama sehingga

diperlukan lembaga pimpinan yang

mampu mengendalikan gerakan

bersama tersebut, untuk dapat

memimpin gerakan penangulangan

kemiskinan dari, oleh dan untuk

masyarakat sebagai upaya bersama.

P2KP menerapkan pendekatan Tri-daya

melalui pengokohan kelembagaan

masyarakat, sehingga nantinya

diharapkan dapat tercipta wadah

organisasi yang mampu menjadi wadah

perjuangan kaum miskin dalam

menyuarakan aspirasi dan kebutuhan

mereka. Yang pada akhirnya upaya-

upaya penanggulangan kemiskinan

dapat dijalankan oleh masyarakat secara

mandiri dan berkelanjutan.

Kelembagaan masyarakat yang bersifat

lokal itulah (BKM) diharapkan menjadi

motor penggerak dalam melembagakan

dan membudayakan kembali nilai-nilai

kemanusiaan dan kemasyarakatan

sebagai nilai utama yang melandasi

aktitiftas penanggulangan kemiskinan

di perkotaan.

Pada tingkat lokal, pemerintah daerah

Kota Tanjungpinang melaksanakan

program peningkatan kualitas

pemukiman berdasarkan yang

tercantum dalam Peraturan Daerah

(Perda) Kota Tanjungpinang Nomor 10

Tahun 2014 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Tanjungpinang, maka semua

perencanaan pembangunan dan

pengembangan keruangan yang akan

dilakukan di Tanjungpinang wajib

mengacu pada perda tersebut. Dalam

pelaksanaan P2KP yaitu erseleksinya

Kab/Kota sasaran kemudian tersusunya

dokumen perencanaan penanganan

kawasan kumuh, kolaborasi antara

masyarakat dengan Pemerintah daerah.

Salah satu Program Peningkatan

Kualitas Permukiman Di Perkotaan

(P2KP) adalah program bedah kampung

yang dicanangkan oleh Pemerintah

Pusat dan dijalankan oleh Dinas Sosial

dan Tenaga Kerja Tanjungpinang. Dana

dari P2KP adalah dari APBN. Dari 4

kabupaten/kota yang diseleksi oleh

Pemerintah Pusat, Kota Tanjungpinang

terpilih untuk program tersebut.

Pembiayaan bedah kampung

dilaksanakan secara sinergi antara

Kementerian Sosial RI dan Pemerintah

Kota Tanjungpinang, sebesar Rp10 juta,

ditambah dengan pembangunan sarana

dan prasarana lingkungan sebanyak 2

unit, per unitnya sebesar Rp 50 juta.

Kedua jenis bantuan ini bersumber dari

dana APBN. Sedangkan dari anggaran

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

9

APBD, Pemko Tanjungpinang

menyiapkan anggaran sebesar Rp 1.5

juta untuk ongkos tukang.

Berdasarkan SK Wali Kota

Tanjungpinang nomor 337/2014

tentang Pemukiman Kumuh untuk

wilayah Tanjungpinang seluas 150,41

hektar. Meliputi Pantai Impian di

Kelurahan Kampung Baru seluas 12,6

hektar, Lembah Purnama di Kelurahan

Tanjungayun Sakti seluas 5,99 hektar,

Sungai Nibung Angus di Kelurahan

Tanjungpinang Timur seluas 14,6

hektar, Kelurahan Tanjung Unggat

31,64 hektar, Pelantar Sulawesi seluas

51,85 hektar, Kampung Bugis seluas

18,92 hektar dan Senggarang seluas

14,81 hektar. Menurut Wakil Walikota

Tanjungpinang, pemerintah Kota

Tanjungpinang tentunya sangat

mendukung program bedah kampung,

mengingat masalah permukiman serta

akses sanitasi juga masih membutuhkan

perhatian yang lebih serius. Adapun

daerah yang menjadi sasaran bedah

kampung yang ada di Kota

Tanjungpinang adalah daerah pesisir

laut seperti Kampung Bugis, Tanjung

Unggat, Teluk Keriting maupun daerah

lainnya yang masih banyak lagi yang

harus dibedah dan menjadi perhatian

pemerintah.

(http://www.lintaskepri.com/ Tanggal 3

September 2015).

Fenomena yang terjadi adalah sampai

saat ini program in belum dapat

berjalan dengan baik, Pemerintah Kota

Tanjungpinang telah melakukan

pengusulan kembali program Bedah

Kampung. Hal ini karena dinilai masih

banyak rumah masyarakat di kawasan

pesisir Tanjungpinang yang belum

terbantu. (Batamtoday.com tanggal 14

Oktober 2015). Seperti di Teluk kriting

masih ada rumah laut yang harus

diperbaiki karena sampah yang

berserakan di sekitarnya, keadaan

rumah yang belum memenuhi

keselamatan seperti dinding yang sudah

rapuh dan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka

dalam peneltian ini mengambil sebuah

judul penelitian yaitu : Implementasi

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman di Perkotaan (P2KP)

Dalam Program Bedah Kampung oleh

Pemerintah Kota Tanjungpinang Tahun

2014-2015.

B. Perumusan Masalah

Identifikasi terhadap

gejala-gejala dan permasalahan

penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut: “Bagaimana

Implementasi Program Peningkatan

Kualitas Permukiman Di Perkotaan

(P2KP) Dalam Program Bedah

Kampung Oleh Pemerintah Kota

Tanjungpinang Tahun 2014-2015?”.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

1.1 Untuk mengetahui

Implementasi Program

Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan

(P2KP) Dalam Program

Bedah Kampung Oleh

Pemerintah Kota

Tanjungpinang Tahun

2014-2015.

1.2 Untuk Mengetahui Faktor-

faktor yang mempengaruhi

Implementasi Program

Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan

(P2KP) Dalam Program

Bedah Kampung Di Kota

Tanjungpinang.

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

10

2. Kegunaan Penelitian

2.1 Kegunaan Akademis :

Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi

media untuk

mengaplikasikan dan

mengembangkan serta

sebagai rujukan bagi

peneliti terhadap teori

yang berkaitan dengan

objek penelitian, yaitu

tentang pelaksanaan

peraturan pemerintah.

2.2 Kegunaan Praktis : Untuk

menambah wawasan

berpikir mengenai

Implementasi Program

Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan

(P2KP) Dalam Program

Bedah Kampung Di Kota

Tanjungpinang.

D. Konsep Operasional

Dalam memahami masalah

penelitian ini, perlu diberikan acuan

yang bertujuan untuk pemahaman.

Untuk itu yang dimaksud dengan

adalah untuk mengetahui Implementasi

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan (P2KP)

Dalam Program Bedah Kampung Di

Kota Tanjungpinang Grand Teori yang

digunakan oleh peneliti pada penelitian

ini adalah Menurut Edward III (dalam

Winarno, 2007:174) ada 4 faktor atau

variabel krusial yang menentukan

keberhasilan suatu kebijakan .

Implementasi Kebijakan pada

prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya

melalui komunikasi yang baik, sumber

daya yang baik dengan memperhatikan

sikap pelaksana dalam menjalankan

kebijakan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Dalam hal ini dapat dilihat

dari dimensi sebagi berikut :

1. Komunikasi

Implemetasi kebijakan publik agar

dapat mencapai keberhasilan,

mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan

secara jelas. Apa yang menjadi tujuan

dan sasaran kebijakan harus

diinformasikan kepada kelompok

sasaran (target group) sehingga akan

mengurangi distorsi implementasi.

Apabila penyampaian tujuan dan

sasaran suatu kebijakan tidak jelas,

tidak memberikan pemahaman atau

bahkan tujuan dan sasaran kebijakan

tidak diketahui sama sekali oleh

kelompok sasaran, maka kemungkinan

akan terjadi suatu penolakan atau

resistensi dari kelompok sasaran yang

bersangkutan. Oleh karena itu

diperlukan adanya tiga hal, yaitu;

Adanya kejelasan yang diterima oleh

pelaksana kebijakan sehingga tidak

membingungkan dalam pelaksanaan

kebijakan. Komunikasi dalam

penelitian adalah komunikasi yang

dilakukan untuk implementor, agar

implementor memahami tentang

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman di Perkotaan (P2KP)

Dalam Program Bedah Kampung,

komunikasi diberikan kepada

implementor agar implementor

memahami tentang sasaran dalam

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman di Perkotaan (P2KP),

prosedur dalam Program Peningkatan

Kualitas Permukiman di Perkotaan

(P2KP), serta tujuan dari Program

Peningkatan Kualitas Permukiman di

Perkotaan (P2KP).

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

11

2. Sumber Daya

Dalam implementasi kebijakan

harus ditunjang oleh sumberdaya baik

sumberdaya manusia, materi dan

metoda. Sasaran, tujuan dan isi

kebijakan walaupun sudah

dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor

kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implementasi tidak akan

berjalan efektif dan efisien. Tanpa

sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di

kertas menjadi dokumen saja tidak

diwujudkan untuk memberikan

pemecahan masalah yang ada di

masyarakat dan upaya memberikan

pelayan pada masyarakat. Sumberdaya

tersebut dapat berwujud :

a. Sumberdaya manusia, yakni

kompetensi implementor yaitu

anggota Program Peningkatan

Kualitas Permukiman di

Perkotaan (P2KP) yaitu

pemahaman pegawai terhadap

segala prosedur, syarat dan tata

cara pelaksana dalam Program

Peningkatan Kualitas

Permukiman di Perkotaan

(P2KP).

b. Sumberdaya financial seperti

pembiayan yang mendukung

Program Peningkatan Kualitas

Permukiman di Perkotaan

(P2KP), pembiayaan atau

pendanaan sangat penting untuk

menjalankan Program

Peningkatan Kualitas

Permukiman di Perkotaan

(P2KP) karena berkaitan dengan

pembangunan dan perbaikan

sarana prasarana umum.

3. Disposisi

Suatu disposisi dalam implementasi

dan karakteristik, sikap yang

dimiliki oleh implementor

kebijakan, seperti komitmen,

kejujuran, komunikatif, cerdik dan

sifat demokratis. Implementor

baik harus memiliki disposisi yang

baik, maka dia akan dapat

menjalankan kebijakan dengan

baik seperti apa yang diinginkan

dan ditetapkan oleh pembuat

kebijakan. Implementasi kebijakan

apabila memiliki sikap atau

perspektif yang berbeda dengan

pembuat kebijakan, maka proses

implementasinya menjadi tidak

efektif dan efisien. Disposisi

adalah watak dan karakteristik

yang dimiliki oleh implementor,

seperti komitmen, keejujuran, sifat

demokratis. Hal ini dapat dilihat :

Adanya implementor yang

memiliki komitmen yaitu

pemerintah dan pengurus Program

Peningkatan Kualitas Permukiman

di Perkotaan (P2KP) benar-benar

sesuai dengan rencana anggaran

yang telah disusun dan membuat

laporan pertanggungjawaban.

4. Struktur Birokrasi

Organisasi, menyediakan peta

sederhana untuk menunjukkan

secara umum kegiatan-kegiatannya

dan jarak dari puncak menunjukkan

status relatifnya. Garis-garis antara

berbagai posisi-posisi itu dibingkai

untuk menunjukkan interaksi formal

yang diterapkan. Kebanyakan peta

organisasi bersifat hirarki yang

menentukan hubungan antara atasan

dan bawahan dan hubungan secara

diagonal langsung organisasi

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

12

melalui lima hal harus tergambar,

yaitu;

a. Pelembagaan berbagai jenis

kegiatan oprasional,

pelembagaan dititikberatkan pada

upaya penguatan perannya

sebagai motor penggerak dalam

program Peningkatan Kualitas

Permukiman di Perkotaan

(P2KP).

b. Hubungan antara satu satuan

kerja dengan berbagai satuan

kerja yang lain, program ini

yang melibatkan banyak pihak

mulai dari pegawai kelurahan,

RT, RW dan masyarakat yang

harus saling berkoordinasi.

E. Metode Penelitian

Sugiyono (2012:11) menyatakan bahwa

: “Penelitian deskriptif Kualitatif adalah

penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan

antara satu variabel dengan variabel

yang lain”. Lebih lanjut dikatakan oleh

Denzin dan Lincoln (dalam Moleong

2011:5) bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan

latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada. Adapun

kaitannya dengan penelitian ini adalah

untuk mengetahui serta mengemukakan

berbagai gambaran dan permasalahan

dalam Implementasi Program

Peningkatan Kualitas Permukiman Di

Perkotaan (P2KP) Dalam Program

Bedah Kampung Di Kota

Tanjungpinang.

F. Teknik Analisis Data

Dalam rangka memberikan gambaran

yang jelas, logis dan akurat mengenai

hasil pengumpulan data, maka teknik

analisis data yang digunakan adalah

teknik analisa data Deskriptif Kualitatif.

Analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data

dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain. Jadi

teknis analisis kualitatif pada penelitian

ini adalah teknis analisis yang

digunakan untuk mengetahui dalam

Implementasi Program Peningkatan

Kualitas Permukiman Di Perkotaan

(P2KP) Dalam Program Bedah

Kampung Di Kota Tanjungpinang yang

dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat

dan gambar.

II. LANDASAN TEORI

Implementasi (pelaksanaan)

kebijakan merupakan suatu bagian yang

tidak bisa dipisahkan dari perumusan

kebijakan (public formulation),

penetapan kebijakan (policy adaption)

dan evaluasi kebijakan (policy

evoluation). Setelah kebijakan

ditetapkan secara sah dan mempunyai

kekuatan hukum (legitimasi), maka

kebijakan tersebut harus segera di

implementasikan sebab, kebijakan itu

baru mempunyai arti bila kebijakan di

implementasikan melalui jalan yang

sesuai dan sebagaimana seharusnya

untuk kepentingan.

Menurut Winarno (2007:144)

Implementasi dipandang secara luas

mempunyai makna pelaksanaan

undang-undang dimana berbagai aktor,

organisasi, prosedur dan teknik bekerja

bersama-sama menjalankan kebijakan

dalam upaya untuk meraih tujuan-

tujuan kebijakan. Implementasi pada

sisi yang lain merupakan fenomena

yang kompleks yang mungkin dapat

dipahami sebagai suatu proses, suatu

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

13

keluaran (output) maupun sebagai suatu

dampak (outcome).

Dalam sebuah kebijakan harus di

laksanakan atau diimplementasikan

agar mampu mencapai tujuan. Seperti

program yang telah dibuat berkaitan

dengan Program Peningkatan Kualitas

Permukiman Di Perkotaan (P2KP),

Pemerintah daerah berkewajiban

menjalankan program tersebut

menjalankan alternatif kebijakan yang

telah ditetapkan untuk dimanifestasikan

dalam tindakan nyata.

Ripley dan Franklin (dalam

Winarno, 2007;145) berpendapat bahwa

implementasi adalah apa yang terjadi

setelah undang-undang ditetapkan yang

memberikan otoritas program,

kebijakan, keuntungan dan benefit.

Sementara itu , Grindle (dalam Winarno

2007:146) juga memberikan

pandangannya tentang implementasi

dengan mengatakan bahwa secara

umum, tugas implementasi adalah

membentuk suatu kaitan yang

memudahkan tujuan-tujuan kebijakan

bisa direalisasikan sebagai dampak dari

suatu kegiatan pemerintah.

Dari beberapa pendapat di atas

dapat kita ketahui bahwa implementasi

menunjuk pada sejumlah kegiatan yang

mengikuti pernyataan maksud tentang

tujuan-tujuan program dan hasil-hasil

yang diinginkan oleh para pejabat

pemerintah. Implementasi mencakup

tindakan-tindakan oleh berbagai aktor,

khususnya para birokrat yang dimaksud

untuk membuat program berjalan.

Van Meter dan Van Horn (dalam

Winarno 2007:146) mengatakan bahwa

: “implementasi kebijakan sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu-individu (atau kelompok-

kelompok) pemerintah maupun swasta

yang diarahkan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan-keputusan kebijakan

sebelumnya. Tindakan-tindakan ini

mencakup usaha-usaha untuk

mengubah keputusan-keputusan

menjadi tindakan-tindakan operasional

dalam kurun waktu tertentu maupun

dalam rangka melanjutkan usaha-usaha

untuk mencapai perubahan-perubahan

besar dan kecil yang ditetapkan oleh

keputusan-keputusan kebijakan”.

Nugroho (2003:158) mengemukakan

bahwa implementasi kebijakan pada

prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Sama halnya dengan Program

Peningkatan Kualitas Permukiman Di

Perkotaan (P2KP) perlu ditekankan

adalah bahwa tahap implementasi

kebijakan tidak akan dimulai sebelum

tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

ditetapkan atau diidentifikasikan oleh

keputusan-keputusan kebijaksanaan.

Suatu kebijakan yang telah diterima

dan disahkan tidaklah akan ada artinya

apabila tidak dilaksanakan. Kebijakan

itu merupakan rumusan suatu tindakan

yang dikembangkan dan diputuskan

oleh instansi atau pejabat pemerintah

guna mengatasi atau mempertahankan

suatu kondisi. Proses implementasi

kebijakan merupakan proses yang rumit

dan kompleks. Kerumitan tersebut

disebabkan oleh banyak faktor, baik

menyangkut karakteristik program-

program kebijakan yang dijalankan

maupun oleh actor-aktor yang terlibat

dalam implementasi kebijakan. Seperti

yang disebutkan oleh Lester dan

Steward (dalam Nugroho 2007:216)

pelaku dalam implementasi kebijakan

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

14

meliputi birokrasi, legislaitf, lembaga-

lembaga pengadilan, kelompok-

kelompok penekan, dan komunitas

organisasi. Implementasi kebijakan

haruslah berhasil, malahan tidak hanya

implementasinya saja yang berhasil,

akan tetapi tujuan (goal) yang

terkandung dalam kebijakan itu

haruslah tercapai yaitu terpenuhinya

kepentingan masyarakat. Menurut

Edward III (dalam Winarno, 2007:174)

ada 4 faktor atau variabel krusial yang

menentukan keberhasilan suatu

kebijakan :

1. Komunikasi

Tanpa adanya komunikasi maka

pelaksanaan kebijakan tidak

bisa berjalan dengan efektif.

Dengan komunikasi para

pelaksana akan lebih mudah

melaksanakan tujuan-tujuan

atau maksud dari kebijakan.

2. Sumber – Sumber

Sumber-sumber layak mendapat

perhatian dalam melaksanakan

kebijakan baik itu sumber daya

manusia, sarana dan prasarana

serta sumber dana. Tanpa

adanya sumber-sumber maka

kebijakan yang telah

dirumuskan mungkin hanya

akan menjadi rencana saja tanpa

adanya realisasi.

3. kecenderungan-kecendrungan

Kecenderungan dari para

pelaksanan kebijakan

merupakan faktor yang

mempunyai konsekuensi-

konsekuensi penting bagi

implementasi kebijakan yang

efektif. jika para pelaksana

bersikap baik terhadap suatu

kebijakan tertentu, dan hal ini

berarti adanya dukungan,

kemungkinan besar mereka

melaksanakan kebijakan sesuai

dengan yang diinginkan

pembuat kebijakan awals.

Demikian pula sebaliknya, bila

tingkah laku para pelaksana

berbeda dengan para pembuat

keputusan,, maka proses

pelaksanaan suatu kebijakan

akan menjadi semakin sulit.

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu

badan yang paling sering

bahkan secara keseluruhan

menjadi pelaksana kebijakan.

Kerja sama yang baik dalam

birokrasi dan struktur yang

kondusif akan membuat

pelaksanaan kebijakan efektif.

Berdasarkan beberapa pendapat

tersebut di atas, dapat disimpulkan

implementasi kebijakan publik adalah

suatu tindakan pejabat pemerintah atau

lembaga pemerintah dalam

menyediakan sarana untuk

melaksanakan progam yang telah

ditetapkan sehingga program tersebut

dampak menimbulkan dampak terhadap

tercapainya tujuan. Mazmanian dan

Sabatier (dalam Wahab, 2001:68-69)

merumuskan “Proses implementasi

kebijaksanaan negara dengan lebih

rinci: “Implementasi adalah

pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,

biasanya dalam bentuk undang-undang

namun dapat pula berbentuk perintah-

perintah atau keputusan keputusan

eksekutif yang penting atas keputusan

badan peradilan. Lazimnya keputusan

tersebut mengidentifikasi masalah yang

ingin di atasi, menyebut secara tegas

tujuan/sasaran yang ingin dicapai dan

berbagai cara untuk

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

15

menstruktur/mengatasi proses

implementasinya”.

Proses ini berlangsung setelah

melalui sejumlah tahapan tertentu,

biasanya diawali dengan tahapan

pengesahan undang-undang, kemudian

output kebijakan dalam bentuk

pelaksanaan keputusan oleh badan

(instansi) pelaksanaan, kesediaan

dilaksanakannya keputusan-keputusan

tersebut oleh kelompok-kelompok

sasaran, dampak nyata maupun yang

dikehendaki atau tidak dari output

tersebut, dampak keputusan sebagai

dipersepsikan oleh badan-badan penting

(atau upaya untuk melakukan beberapa

perbaikan) terhadap undang-

undang/peraturan yang barsangkutan.

Van Meter dan Van Horn (dalam

Winarno 2007:146) mengatakan bahwa

:

“implementasi kebijakan sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu-individu (atau kelompok-

kelompok) pemerintah maupun swasta

yang diarahkan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan-keputusan kebijakan

sebelumnya. Tindakan-tindakan ini

mencakup usaha-usaha untuk

mengubah keputusan-keputusan

menjadi tindakan-tindakan operasional

dalam kurun waktu tertentu maupun

dalam rangka melanjutkan usaha-usaha

untuk mencapai perubahan-perubahan

besar dan kecil yang ditetapkan oleh

keputusan-keputusan kebijakan”.

Berdasarkan beberapa pendapat

tersebut diatas, dapat disimpulkan

implementasi kebijakan publik adalah

suatu tindakan pejabat pemerintah atau

lembaga pemerintah dalam

menyediakan sarana untuk

melaksanakan progam yang telah

ditetapkan sehingga program tersebut

dampak menimbulkan dampak terhadap

tercapainya tujuan.

Mazmanian dan Sabatier

(Wahab, 2001:68-69) merumuskan

“Proses implementasi kebijaksanaan

negara dengan lebih rinci:

“Implementasi adalah pelaksanaan

keputusan kebijakan dasar, biasanya

dalam bentuk undang-undang namun

dapat pula berbentuk perintah-perintah

atau keputusan keputusan eksekutif

yang penting atas keputusan badan

peradilan. Lazimnya keputusan

tersebut mengidentifikasi masalah yang

ingin diatasi, menyebut secara tegas

tujuan/sasaran yang ingin dicapai dan

berbagai cara untuk

menstruktur/mengatasi proses

implementasinya”.

Meter dan Horn (dalam Subarsono,

2008;99) mengemukakan bahwa

terdapat enam variabel yang

mempengaruhi implementasi, yakni;

1) Standar dan sasaran kebijakan,

di mana standar dan sasaran

kebijakan harus jelas dan

terukur sehingga dapat

direalisir.

2) Sumberdaya, dimana

implementasi kebijakan perlu

dukungan sumberdaya, baik

sumber daya manusia maupun

sumber daya non manusia.

3) Hubungan antar organisasi,

yaitu dalam benyak program,

implementor sebuah program

perlu dukungan dan koordinasi

dengan instansi lain, sehingga

diperlukan koordinasi dan kerja

sama antar instansi bagi

keberhasilan suatu program.

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

16

4) Karakteristik agen pelaksana

yaitu mencakup stuktur

birokrasi, norma-norma dan

pola-pola hubungan yang

terjadi dalam birokrasi yang

semuanya itu akan

mempengaruhi implementasi

suatu program.

5) Kondisi sosial, politik, dan

ekonomi. Variable ini

mencakup sumberdaya

ekonomi lingkungan yang

dapat mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan, sejauh

mana kelompok-kelompok

kepentingan memberikan

dukungan bagi implementasi

kebijakan, karakteristik para

partisipan, yakni mendukung

atau menolak, bagaimana sifat

opini public yang ada di

lingkungan, serta apakah elite

politik mendukung

implementasi kebijakan.

6) Disposisi implementor yang

mencakup tiga hal yang

penting, yaitu respon

implementor terhadap

kebijakan, yang akan

mempengaruhi kemauannya

untuk melaksanakan kebijakan,

kognisi yaitu pemahaman

terhadap kebijakan, intensitas

disposisi implementor, yaitu

preferensi nilai yang dimiliki

oleh implementor.

Implementasi kebijakan merupakan

aspek yang penting dalam keseluruhan

proses kebijakan dan merupakan suatu

upaya untuk mencapai tujuan tertentu

dengan sarana tertentu dan dalam

urutan waktu tertentu. Pada dasarnya

implementasi kebijakan adalah upaya

untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan dengan mempergunakan

sarana dan menurut waktu tertentu, agar

dapat mencapai output/outcome dan

agar policy demands dapat terpenuhi

maka kebijakan harus dilaksanakan,

pelaksanaan kebijakan dapat pula

dirumuskan sebagai pengguna sarana

yang ditentukan terlebih dahulu.

Implementasi kebijakan berarti

mewujudkan suatu keputusan kebijakan

yang memiliki legalitas hukum bisa

berbentuk undang-undang, peraturan

pemerintah, keputusan eksekutif, dalam

bentuk program-program kerja yang

merujuk pada masalah yang akan

ditangani oleh kebijakan. Program-

program inilah yang kemudian disusun

struktur pengimplementasiannya agar

selanjutnya menghasilkan perubahan

sebagaimana yang diinginkan oleh

kebijakan yang dimaksud. Karena

implementasi merupakan perwujudan

nyata dari (isi/tujuan) kebijakan publik,

maka aktifitas-aktifitas implementasi

haruslah dilakukan secara cermat.

Bahwa memang ada kebijakan yang

dapat langsung dilaksanakan, tidaklah

mengurangi makna penting dari

kecermatan dalam menyusun proses

implementasi, sebab dari hasil

implementasi tersebut kinerja

pemerintah dapat dinilai. Selain itu

sebagai bagian dari proses kebijakan,

maka dari hasil implementasilah

kebijakan memperoleh umpan balik,

apakah perlu kebijakan direvisi atau

tidak.

Dalam penelitian ini

menggunakan teori Edward III, Edward

III tidak hanya menyajikan tentang

pelaksanaan sebuah kebijakan tetapi

lebih melihat faktor mengenai

implementasi sebuah kebijakan atau

program. Seperti dalam penelitian ini

akan dilihat mengenai Program

Peningkatan Kualitas Permukiman Di

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

17

Perkotaan (P2KP) Dalam Program

Bedah Kampung, apa saja fakror yang

mempengaruhinya berjalan, apakah dari

segi komunikasi, sumber daya, disposisi

maupun struktur birokrasi.

III. GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Secara geografis Kota

Tanjungpinang mempunyai kedudukan

yang cukup strategis baik segi ekonomi,

pertahanan dan keamanan maupun

sosial budaya. Kota Tanjungpinang

terletak dipulau Bintan, tepatnya

dibagian selatan pulau tersebut dengan

menghadap ke arah Barat Daya pada 0°

50’ 54,62” LU dan 104° 20’ 23,40” BT

- 104° 32’ 49,9” BT.

Batas wilayah perencanaan secara

administrasi adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan

dengan Teluk Bintan

Kecamatan Teluk Bintan

Kabupaten Bintan.

Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kecamatan Galang Kota

Batam.

Sebelah Timur berbatasan

dengan Kecamatan Bintan

Timur Kabupaten Bintan.

Sebelah Barat berbatasan

dengan Selat Karas, Kecamatan

Galang Kota Batam.

Luas wilayah Kota Tanjungpinang

keseluruhan adalah 239,5 Km².

Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri

dari atas daratan dengan luas 131,54

Km² dan lautan dengan luas 107,96

Km², sehingga dikategorikan menjadi

dua kategori wilayah yaitu

Tanjungpinang Daratan dan

Tanjungpinang Lautan. Adapun Visi

dan Misi Pemerintah Kota

Tanjungpinang adalah:

Visi : “Tanjungpinang yang sejahtera,

Berakhlak Mulia dan berwawasan

Lingkungan dengan Pemerintahan yang

bersih, Transparan, Akuntabel serta

melayani.”

Misi :

1. Meningkatkan kualitas

sumberdaya masyarakat ( Modal

sosial ) dengan menjamin

kemudahan akses terhadap

fasilitas kesehatan dan

pendidikan yang berkualitas.

2. Meningkatkan Kesejahteraan

melalui pemberdayaan ekonomi

local yang berbasis ekonomi

kerakyatan.

3. Mengembangkan kehidupan

yang agamis dan berbudaya

serta demokratis dalam bingkai

pancasila.

4. Membangun pemerintahan yang

bersih, Transparan Akuntabel

yang berorientasi pada

pelayanan publik.

5. Menciptakan Iklim investasi

yang kondusif bagi dunia usaha

dengan mengutamakan

keunggulan komparatif Kota

Tanjungpinang.

6. Mengembangkan potensi

pariwisata dan budaya daerah.

Mengembangkan dan

meningkatkan sumber daya

pemuda dan olahraga.

7. Melaksanakan pembangunan

yang ramah lingkungan dengan

penataan ruang dan

pemanfaatan lahan yang efektif,

serta pelestarian lingkungan

hidup dalam mewujudkan

pembangunan yang

berkelanjutan.

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

18

IV. ANALISA DATA DAN

PEMBAHASAN

1. Komunikasi

Berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa komunikasi informasi

sudah dilakukan kepada para

implementor khususnya bagi anggota

P2KP, ketika seorang komunikator

P2KP menjelaskan kepada

komunikannya tentang apa itu P2KP,

dia harus menguasai apa yang akan

disampaikannya. Apalagi pada saat

audience atau komunikan adalah

masyarakat perkotaan yang heterogen,

ketika mengikuti sosialisasi pada suatu

kelurahan yang masyarakatnya terdiri

dari orang-orang yang mempunyai

pendidikan dan pengalaman yang jauh

lebih rendah dari komunikator seperti

anggota P2KP.

2. Sumber daya

Berdasarkan pendapat informan di atas

dapat diketahui bahwa menurut

informan pegawai yang bertugas di

lapangan sudah mampu serta memiliki

pengetahuan yang baik dalam

menjalankan program P2KP.

Kemampuan dalam bekerja sangat

diperlukan untuk menjalankan program

P2KP, pengetahuan tentang tujuan dan

startegi pelaksanaan juga merupakan

hal yang harus dikuasai oleh pegawai

agar dapat menjalankan tugasnya sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi yang

dimiliki. Para Pengurus mendapatkan

pelatihan yang memadai sehingga

memungkinkan mereka bisa mengelola

P2KP dengan lebih baik. Seharusnya

pelatihan ini sudah dilakukan sebelum

dana disalurkan, sehingga masing-

masing pihak tahu persis apa yang

harus dilakukan.

Dari jawaban seluruh informan di atas

dapat dianlisa bahwa dalam

menjalankan program tersebut sudah

ada aturan yang jelas yang mengatur

ketersediaan dana. Beberapa program

yang tengah digalakkan oleh

pemerintah dalam menanggulangi

kemiskinan antara lain dengan

memfokuskan arah pembangunan pada

pengentasan kemiskinan. Dari fokus

program pemerintah tersebut,

diharapkan jumlah rakyat miskin yang

ada dapat tertanggulangi sedikit demi

sedikit maka dari itu dibutuhkan

dukungan penuh dari pemerintah

maupun pemerintah pusat khususnya

dalam pendanaan.

3. Disposisi

Mengenai program P2KP di Kota

Tanjungpinang menurut para informan

pada dasarnya telah berjalan dengan

baik. Semua telah melakukan program

ini menggunakan juklak yang

diterbitkan oleh pemerintah, dan juga

memahami peraturan tersebut.

Meskipun program P2KP di Kota

Tanjungpinang sering dinilai memiliki

banyak kelemahan, beberapa lembaga

masih mengklaim program tersebut

sukses.

4. Struktur Birokrasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan maka diketahui bahwa P2KP

membangun partisipasi masyarakat.

Hambatan yang mempengaruhi

pelaksanaan P2KP adalah belum

efektifnya peran pemerintah daerah,

kemitraan masyarakat dan pemerintah

daerah, dan belum terjadinya alih kelola

P2KP ke Pemerintah kota/kab. Selain

itu pelaksanaan kegiatan yang

menekankan pada proses pembangunan

yang partisipatif membutuhkan waktu

yang cukup lama. Keterbatasan dana

dan sumber daya manusia yang benar-

benar terpanggil untuk bekerja dengan

masyarakat juga turut menjadi

hambatan

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

19

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat dianalisa

bahwa Implementasi Program

Peningkatan Kualitas Permukiman Di

Perkotaan (P2KP) Dalam Program

Bedah Kampung Oleh Pemerintah Kota

Tanjungpinang Tahun 2014-2015 sudah

berjalan dengan baik. Hal ini dapat

dilihat dari indikator :

Berdasarkan hasil wawancara diketahui

selama ini para implementor sudah

diberitahukan secara trasnparan dan

terbuka tentang isi program tersebut,

hal ini untuk memudahkan implementor

untuk menjalankan program P2KP.

Transparan dalam arti bahwa

pemerintah seperti walikota secara

terbuka memberikan informasi lewat

himbauan kemudian memberikan

pemahaman dan alasan secara jelas

mengenai penertiban tersebut. secara

umum anggota sudah mampu dan selalu

bekerja sama untuk mengembangkan

program P2KP. Sumber daya utama

dalam implementasi kebijakan adalah

staf atau pegawai. Kegagalan yang

sering terjadi dalam implementasi

kebijakan, salah-satunya disebabkan

oleh staf atau pegawai yang tidak cukup

memadai, mencukupi, ataupun tidak

kompeten dalam bidangnya.

Penambahan jumlah staf dan

implementor saja tidak cukup

menyelesaikan persoalan implementasi

kebijakan, tetapi diperlukan sebuah

kecukupan staf dengan keahlian dan

kemampuan yang diperlukan

(kompeten dan kapabel) dalam

mengimplementasikan kebijakan.

Sudah adanya anggaran dalam

menjalankan peraturan daerah ini. Hal

ini tentunya menjadi perhatian bagi

pemerintah untuk membuat

kebijaksanaan dalam menjalankan

kebijakan yang mana adanya dana

operasional untuk menjalankan

tugasnya. Mengenai program P2KP di

Kota Tanjungpinang menurut para

informan pada dasarnya telah berjalan

dengan baik. Semua telah melakukan

program ini menggunakan juklak yang

diterbitkan oleh pemerintah, dan juga

memahami peraturan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa melalui kelembagaan

masyarakat tersebut diharapkan tidak

ada lagi kelompok masyarakat yang

masih terjebak pada lingkaran

kemiskinan, yang pada gilirannya

antara lain diharapkan juga dapat

tercipta lingkungan kota dengan

perumahan yang lebih layak huni di

dalam permukiman yang lebih

responsif, dan dengan sistem sosial

masyarakat yang lebih mandiri

melaksanakan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan.

Namun permasalahan yang terjadi

adalah kerjasama memang belum

berjalan dengan baik. Perlu adanya

kerjasama dan perbaikan perbatasan

kewenangan antara berbagai pihak agar

program ini dapat dijalankan dengan

baik. Karena agak kesulitan untuk

menjalin kerjasama dalam menjalankan

program ini. Seperti antara pihak P2KP

dengan kelurahan dalam hal pendataan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat Perlu

adanya kerjasama antara berbagai pihak

dalam pelaksanaan program P2KP agar

dapat berjalan sesuai dengan tujuannya

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

20

1. Harus ada pendanaan yang jelas

dan penggunaan yang tepat

dalam program P2KP ini.

2. Sebaiknya ada pengawasan

yang dilakukan dalam

pelaksanaan P2KP baik dari

pemerintah daerah maupun dari

pemerintah pusat.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan

Publik. Jakarta : Yayasan

Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar

Kebijakan Publik. Bandung : CV

Alfabetha

Arikunto. Suharsini. 2006. Prosedur

Penelitian suatu pendekatan

praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Dunn, William, N. 2003, Pengantar

Analisis Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Pres, Yogyakarta

Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik

Berbasis Dynamic Policy

Analysis. Yogyakarta: Gava

Media.

Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005,

Perencanaan, Implementasi

dan Evaluasi Kebijakan atau

Program, Edisi Revisi, PT

Rosdakarya, Bandung.

Hariyoso, S. 2002. Pembangunan.

Birokrasi dan Kebijakan Publik.

Bandung: Peradaban.

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip

Perumusan Kebijaksanaan

Negara. Bumi Aksara: Jakarta

Keban, Yeremias. T. 2004. Enam

Dimensi Strategis Administrasi

Publik, Konsep, Teori, dan Isu.

Yogyakarta. Gava Media

Moleong, L.J. 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif Edisi

Revisi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi

(Ilmu Pemerintahan Baru I). PT

Rineka Cipta : Jakarta

Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan

Publik Formulasi Implementasi

dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo.

Ramesh. 2000 . Studying Public Policy:

Policy Cycles and Policy

Subsystem. Oxford : Oxford

University Press.

Rasyid, Rias. 2000. Pokok-Pokok

Pemerintahan. PT Raja Grafindo

Persada : Jakarta.

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sumaryadi, I Nyoman. 2005.

Efektivitas Implementasi

Kebijkan Otonomi Daerah.

Jakarta : Citra Utama

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2016. 8. 17. · Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui

21

Syafarudin. 2008. Efectivitas Kebijakan

Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003.

Implementasi Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Lukman.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung: Alfa

Beta.

Wahab. Solichin Abdul. 1997. Analisis

Kebijaksanaan: dari Formula

ke Implementasi Kebijaksanaan

Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

----------- 2001. Analisis

Kebijaksanaan: dari Formula

ke Implementasi Kebijaksanaan

Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Jakarta: PT. Buku Kita.