jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · web...

26
KETERKAITAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN WADUK BEKAS GALIAN PENAMBANGAN PASIR DIDESA GUNUNG KIJANG KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU Chintiana Lestu Wulandarie Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Tengku Said Raza’ I, S.Pi, MP Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar, S.Pi, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan dan sumberdaya perairan lainnya. Berdasarkan hasil analisis fitoplankton di kawasan perairan waduk bekas galian penambangan pasir di Desa Gunung Kijang, untuk masing-masing titik penelitian ditemukan 3 kelas fitoplankton yang terdiri atas 34 genus. Kelas fitoplankton yang ditemukan terdiri dari kelas Baccillariaceae, kelas Cyanophyta dan kelas Chlorophyta. Pada kelas Cyanophyta ditemukan sebanyak 18 genus, kelas Baccillariaceae ditemukan sebanyak 8 genus, Chlorophyta ditemukan sebanyak 8 genus. Untuk setiap Stasiunnya kelas dan jenis yang paling sering dijumpai berasal dari kelas Cyanophyta. Komposisi kelimpahan fitoplankton pada setiap pengulangan pengamatan didominasi oleh kelas Cyanophyceae yang berkisar antara 38.98 – 80.76 %.

Upload: trankhanh

Post on 19-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

KETERKAITAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTONDENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN WADUK BEKAS

GALIAN PENAMBANGAN PASIR DIDESA GUNUNG KIJANG KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN

KEPULAUAN RIAU

Chintiana Lestu WulandarieMahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

[email protected]

Tengku Said Raza’ I, S.Pi, MP Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

[email protected]

Andi Zulfikar, S.Pi, M.SiDosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan dan sumberdaya perairan lainnya.

Berdasarkan hasil analisis fitoplankton di kawasan perairan waduk bekas galian penambangan pasir di Desa Gunung Kijang, untuk masing-masing titik penelitian ditemukan 3 kelas fitoplankton yang terdiri atas 34 genus. Kelas fitoplankton yang ditemukan terdiri dari kelas Baccillariaceae, kelas Cyanophyta dan kelas Chlorophyta. Pada kelas Cyanophyta ditemukan sebanyak 18 genus, kelas Baccillariaceae ditemukan sebanyak 8 genus, Chlorophyta ditemukan sebanyak 8 genus. Untuk setiap Stasiunnya kelas dan jenis yang paling sering dijumpai berasal dari kelas Cyanophyta.

Komposisi kelimpahan fitoplankton pada setiap pengulangan pengamatan didominasi oleh kelas Cyanophyceae yang berkisar antara 38.98 – 80.76 %. Kemudian kelas Bacillariophyceae dan kelas Chlorophyta masing-masing komposisi kelimpahan berkisar antara 7.69 % – 28.42 % dan 11,53 – 35,13 %. kelimpahan ini termasuk dalam kategori perairan Oligotrofik merupakan perairan yang tingkat kesuburan rendah.

Adapun keterkaitan antara jenis dan kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisika dan kimia Khusus untuk parameter yang memiliki pengaruh secara nyata terhadap tingkat kelimpahan fitoplankton, nilai koefisien / pengaruh tertinggi terdapat pada parameter Pospat (966,123), lalu tertinggi ke-2 disusul oleh suhu (321,09) dan selanjutnya adalah parameter kecerahan (155,847)parameter kekeruhan (8,518) parameter pH (– 3,3362) dan parameter DO ( 98,2).

Kata Kunci: Keterkaitan Kelimpahan Fitoplankton, Parameter Fisika Kimia, Desa Gunung Kijang

Page 2: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

THE LINKS BETWEEN ABUNDANCE PHYTOPLANKTON WITH THE PARAMETERS OF PHYSICS CHEMISTRY IN WATERS FORMER

MINING RESERVOIR MINING SAND IN THE MOUNTAIN VILLAGE ANTELOPE IN THE DISTRICT BINTAN ANTELOPE RIAU ISLANDS

Chintiana Lestu WulandarieStudent Management Resources Majors Waters, FIKP UMRAH,

[email protected]

Tengku Said Raza’ I, S.Pi, MP Professor Of Resources Management Waters, FIKP UMRAH,

[email protected]

Andi Zulfikar, S.Pi, M.SiProfessor Of Resources Management Waters, FIKP UMRAH,

ABSTRACT

This research is expected to provide the information can also be used as material consideration in the management and utilization of the environment and resources other waters.

Based on the analysis phytoplankton in the area of reservoir waters former excavation of sand mining in the mountain village antelope , to each point research found 3 class phytoplankton consisting of 34 the genus .Class phytoplankton found consisting of the class baccillariaceae , class the cyanophyta and class chlorophyta .To that class of the cyanophyta there were 18 the genus , class baccillariaceae found as many as 8 the genus , chlorophyta found as many as 8 the genus .To every station his class and types which most often found derived from a class the cyanophyta.

Composition abundance phytoplankton on each recurrence observation dominated by class cyanophyceae the range between 38.98 - 80.76 % .Then class bacillariophyceae and class chlorophyta each composition abundance ranged from 7.69 % - 28.42 % and 11,53 - 35,13 % . Abundance it includes waters is in the category of oligotrofik waters low fertility level.

As for the link between the type and abundance of phytoplankton with physical and chemical parameters specific to the parameters that have an effect in the real against the level of abundance of phytoplankton, the value of the coefficient of the highest influence found in the parameters Pospat (966,123), and then the 2nd highest followed by temperature (321,09) and the next is the brightness parameter (155,847) (8,518) turbidity parameters parameters pH (– 3,3362) and parameters (98,2).

Key words: Entanglement Abundance Of Phytoplankton , Physical Parameters Chemical , The Mountain Village Antelope

Page 3: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

PENDAHULUANGunung kijang merupakan

salah satu desa yang ada di kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Di desa gunung kijang terdapat suatu Perusahaan pasir darat memiliki luas pertambangan 156,18 ha dengan jumlah produksi 104.923,70 penambangan pasir. Dimana penambangan ini banyak terdapat galian-galian lahan yang menjadi waduk yang terabaikan yang belum dimanfaatkan secara optimal (gunung kijang dalam angka, 2013 perekonomian).

Bekas galian penambangan pasir yang tidak dimanfaatkan tersebut bisa digunakan sebagai lahan sektor perikanan. Salah satu upaya untuk dapat memanfaatkan lahan tersebut adalah dengan melihat kesuburan perairan tersebut. Kesuburan suatu perairan ditentukan oleh kelimpahan plankton khususnya fitoplankton (Basmi, 1995). Keberadaan fitoplankton sangat mempengaruhi kehidupan di perairan. Fungsi ekologisnya sebagai produser primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan menyebabkan fitoplankton sering dijadikan skala kesuburan suatu perairan. Berubahnya fungsi perairan sering diakibatkan oleh adanya perubahan struktur dan nilai kuantitatif plankton. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia sehingga dapat menimbulkan peningkatan nilai kuantitatif plankton melampaui batas normal yang dapat ditolerir oleh

organisme hidup lainnya. (Basmi, 2000).

Rumusan MasalahPenelitian mengenai

kelimpahan fitoplankton di perairan waduk bekas galian penambangan pasir didesa gunung kijang kecamatan gunung kijang kabupaten bintan kepulauan riau perlu dilakukan untuk melihat kondisi tingkat perairan. Sebagai upaya pemanfaatan untuk lingkungan masyarakat di masa yang akan datang. Sehingga dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana Keterkaitan Antara Kelimpahan FitoplanktonDengan Parameter Fisika Kimia Di Perairan Waduk Bekas Galian Penambangan Pasir Didesa Gunung Kijang Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten BintanKepulauan Riau?

Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk

Mengetahui komposisi jenis dan kelimpahan fitoplankton dan Mengetahui keterkaitan antara jenis dan kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisika dan kimia khususnya nutrient (nitrat dan fosfat)

Manfaat PenelitianHasil dari penelitian ini dapat

memberikan informasi mengenai Keterkaitan Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisika Kimia Di Perairan Waduk Bekas Galian Penambangan Pasir Didesa Gunung Kijang.Informasi ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan dan sumberdaya perairan lainnya.

Page 4: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

METODE PENELITIANPenelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan Juli2014 yang berlokasi di

Desa Gunung Kijang Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Tabel 2. Daftar alat yang digunakan dalam penelitianAlat Satuan Alat Kegunaan a. Suhu °C Thermometer Mengukur suhu b. salinitas refraktometer Menggukur salinitasc. Kekeruhan NTU Turbidimeter Mengukur kekeruhand. Kecerahan m Secchi Disk MengukurKecerahan e. Oksigen Terlarut (DO)

mg/l DO Meter Mengukur Kadar Oksigen

f. pH pH Meter Mengukur pHg. Fitoplankton Alat : Plankton Net No. 25,

Mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes, Ember vol 10 L, Buku Identifikasi

Mengamati, menghitung dan mengidentifikasi Fitooplankton

h. Ice Box Wadah penyimpanan sampel

i. Aluminium foil MembungkusBotol Kaca

j. Kertas Label, Alat Tulis, Kamera Digital

Mencatat dan Dokumentasi Penelitian

k. GPS Menentukan posisi stasiun penelitian

Penentuan Stasiun PenelitianStasiun penelitian ditentukan

dengan metode Random Sampling (sederhana) yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2011:64). Penentuan Stasiun pada penelitian ini dilakukan pngecekan awal sebelum penelitian, dengan

mengkur kedalamn kolam. Dalam keseluruhan kolamberkisar 3-5 meter dari Sembilan waduk.Pengambilan titik sampling dilakukan secara tegak lurus ke arah dalam waduk dengan menetapkan 2 titik sampling pada tiap stasiun, dimana jarak antar titik 20 m. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan batas aktivitas yang ada disekitar lokasi masih memberikan pengaruh terhadap kualitas perairan.Adapun contoh sketsa titik sampling tiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 5: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Stasiun I II III . . . IX

Permukaan

Dasar( batas cahayaMatahari )

Gambar 2.Sketsa titik sampling tiap stasiun

SNI 6989.57:2008Titik pengambilan contoh

disesuaikan dengan kedalaman danau/waduk sebagaiberikut :a Danau atau waduk yang

kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil di 2 (dua) titikyaitu permukaan dan bagian dasar, kemudian dicampurkan (komposit kedalaman).

Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton(APHA, 1989)

Pengamatan jenis fitoplankton dilakukan dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 100x, sebelum pengamatan dilakukan botol sampel dikocok 28 terlebih dahulu supaya fitoplankton yang terdapat dalam botol sampel tersebar merata dan mempunyai kesempatan yang sama untuk terambil. Fitoplankton yang telah diamati akan diidentifikasi menurut buku Sachlan (1982). Untuk

menghitung kelimpahan fitoplankton dengan menggunakan metode hemasitometer.

Penentuan kelimpahan fitoplankton Untuk pengamatan dengan sel yang ukurannya lebih dari 8 micron dan tidak terlalu padat  untuk dihitung, penghitungan dapat dilakukan langsung pada blok A,B,C,D dan hasilnya dibagi 4(empat) = N cell / ml

Gambar. Penampang Haemacytometer

 Haemacytometer terdiri dari beberapa blok dengan sisi :   Panjang = 1 mm   Lebar     = 1 mm   Tinggi    =  0.1 mm  Volume yang tertampung setiap blok (1 mm2) dengan atas ditutup cover glass

  0.1mm  x  1mm  x  1mm  = 0.1 mm3

= 10-4 ml

Page 6: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Gambar. Blok pada Haemocytomete

Langkah kerja perhitungan populasi fitoplankton yaitu, pertamahaemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan aquadest dan kertas tissue dan memasang gelas penutupnya, lalu Sample di ambil dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada haemocytometer dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.Cara perhitungannya yaitu pertama dengan melihat terlebih dahulu tingkat kepadatannya.Jika tidak terlalu padat, maka yang dihitung yaitu pada 4 bagian kotak yang berjumlah 16. Kemudian dijumlahkan banyaknya fitoplanktonyang ditemukan pada keempat bagian tersebut dan dihitung kepadatannya dengan menggunakan rumus:

n/4 x 16 x 104 (sel/ml)

Indeks keanekaragaman jenis (H’) (Odum, 1993)

Untuk melihat indeks keanekaragaman (H’) jenis organisme perairan digunakan rumus Shannon-Winner sebagai berikut:

H′= - ∑ (pi log2 pi)Dimana :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

Pi = Proporsi individu jenis ke- I terhadap jumlah individu semua jenis (pi=ni/N)

ni = Jumlah individu pada spesies ke- I

N = Total individu semua spesies Log2 = 3,321928

Dengan kriteria : H’<1= Rendah, artinya

keanekaragaman rendah dengan jumlah individu tidak seragam dan ada salah satu spesies yang mendominasi.

1≤H’≤3= Sedang, artinya keanekaragaman jenis sedang dengan jumlah individu tiap spesies seragam dan tidak ada yang mendominasi.

H’>3 = Tinggi, artinya keanekaragaman jenis tinggi, jumlah individu tiap spesies tinggi.

Indeks dominasi (C) (Odum, 1993) Untuk menghitung indeks

dominasi fitoplankton pada perairan digunakan rumus Simpson sebagai berikut:

niC = ∑ 2

N

Dimana : C = Indeks dominasi jenis ni = Jumlah individu ke- i N = Jumlah total individu

Dengan kriteria : Apabila nilai C mendekati 0 (nol) = Tidak ada jenis yang mendominasi Apabila nilai C mendekati 1 (nol) = Ada jenis yang mendominasi

Page 7: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Indeks keseragaman jenis (E) (Weber, 1973)

Untuk indeks keseragaman jenis fitoplankton dihitung dengan menggunakan rumus Loyd dan Gheraldi sebagai berikut:

H′ H′E= = Log2S Hmax

Dimana : E = Indeks keseragaman jenis

H’ = Indeks keanekaragaman Jenis S = Jumlah spesies yang ditemui pada suatu ekosistem

Menurut Weber (1973) mengenai nilai E ini adalah sebagai berikut: apabila nilai E mendekati 1 (>0,5) berarti keseragaman organisme dalam suatu perairan berada dalam keadaan seimbang, berarti tidak terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun terhadap makanan (0,6-0,8). Apabila nilai E berada < 0,5 atau mendekati nol berarti keseragaman jenis organisme dalam perairan tersebut tidak seimbang, berarti terjadi persaingan makanan (0,0-0,3)

Analisis DataAnalisis yang digunakan

untuk melihat data fisika dan kimia perairan dianalisis secara deskriptif. Sedangkan untuk melihat keterkaitan antara beberapa parameter kualitas air dengan kelimpahan fitoplankton dianalisissecara statistik dengan menggunakan regresi linier berganda.Rumus persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002)

Dalam analisis ini dibuat menjadi dua analisis yang pertama adalah analisis nutrient dimana nutrient ini adalah fosfor dan

nitrat.Analisis yang kedua adalah analisis parameter fisika kimia anatara lain yaitu suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan, pH dan DO.Anlisis keterkaitan kelimpahan fitoplankton terhhadap nutrien fosfor dan nitratY = a + b1X1 + b2X2Dimana :Y = kelimpahan fitoplankton (sel/l) X1 = Nitrat

X2 = Fosfor

HASIL DAN PEMBAHASANKomposisi Jenis dan Komposisi Kelimpahan Fitoplankton

Berdasarkan hasil analisis fitoplankton di kawasan perairan waduk bekas galian penambangan pasir di Desa Gunung Kijang, untuk masing-masing titik penelitian ditemukan 3 kelas fitoplankton yang terdiri atas 34 genus.Kelas fitoplankton yang ditemukan terdiri dari kelas Baccillariaceae, kelas Cyanophyta dan kelas Chlorophyta. Pada kelas Cyanophyta ditemukan sebanyak 18 genus, kelas Baccillariaceaeditemukan sebanyak 8 genus, Chlorophytaditemukan sebanyak 8 genus.Untuk setiap Stasiunnya kelas dan jenis yang paling sering dijumpai berasal dari kelas Cyanophyta.

Adapun tabel fitoplankton yang ditemukan dikawasan galian pasir antara lain dapat dilihat pada Tabel .

Page 8: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Tabel. Kelas dan Genus Fitoplankton yang ditemukan pada penelitian

Komposisi jenis dan jumlah jenis dari fitoplankton pada masing-masing Stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel . Jumlah Jenis dan Komposisi (%) fitoplankton secara keseluruhan di perairan waduk bekas galian pasir

NO

GENUS MINGGU 1

MINGGU2

MINGGU3

Total pengulangan

PERMUKAAN1 CYANOPHYTA 45 48 28 1212 BACILLARIA 12 17 21 50

3 CHLOROPHYTA 11 10 16 37

TOTAL 68 75 65KEDALAMAN1 CYANOPHYTA 42 23 20 852 BACILLARIA 4 14 4 22

3 CHLOROPHYTA 6 22 13 41

TOTAL 52 59 37

NOKELAS GENUS

1 CYANOPHYTA

Anabaena sp. Apanocapea sp. Gleosphaerium aphanocapsa Chroococcus sp. Gloeotrichia sp. Hapalasiphon sp. Lyngbya sp. Merismopedia sp. Merismopediasp. Microcystis sp. nudularia Spirulina sp1. Spirulina sp2. Spirulinasp1. Spirulinasp2 Stigonema sp. Stigonemasp

2 BACILLARIACEAE Amphora Biddulphia Lauderia Navicula rhizosolenia Rhizosolenia skeletonema Surirella

3 CHLOROPHYTAHyalotheca Netrium planktosphaera Pleurotaenium pleurotaenium Quadrigula Tetraedron (b)Zygnema

Page 9: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

CYAN

OPH

YTA

BACI

LLAR

IOPH

YCEA

E

CHLO

ROPH

YTA

CYAN

OPH

YTA

BACI

LLAR

IOPH

YCEA

E

CHLO

ROPH

YTA

PERMUKAAN KEDALAMAN

0102030405060708090

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Gambar 5. Komposisi jenis fitoplankton pada setiap Stasiun pengamatan kedalaman

Komposisi keseluruhan pengulangan pada permukaan jenis fitoplankton paling banyak ditemukan pada dari kelas cyanophyta 121 jenis selanjutnya dari kelas Bacillariophyceae 50 jenis dan chlorophyta paling sedikit yaitu 37 jenis. Untuk komposisi keseluruhan pengulangan pada kedalamn jenis fitoplankton yang paling banyak dijumpai pada kelas cyanophyta 85 jenis selanjutnya dari kelas chlorophyta 41 jenisdan Bacillariophyceae paling sedikit yaitu 22 jenis, hal ini diduga karena organisme dari kelas cyanophyta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan peraiaran. Komposisi fitoplankton yang banyak ditemukanpada kelas cyanophyta

pada setiap pengulangan pengamatan ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Graham & Wilcox dalam Faladiastra (2012), Cyanophyta dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan baik akuatik maupun terestrial seperti laut, lumpur, rawa, air tawar, payau, tanah, dan bebatuan.Hal ini sesuai juga pendapat (Perry, 1994) fitoplankton dari kelas cyanophyta merupakan jenis alga yang bersifat kosmopolitan, dimana memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dan memiliki toleransi yang tinggi serta mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan .

Page 10: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Kelimpahan Fitoplankton Kelimpahan fitoplankton

yang ditemukan di perairan waduk bekas penambangan pasir pada setiap stasiun pengamatan dipermukaan dan kedalaman batas intensitas cahaya

memperlihatkan perbedaan yang bervariasi. Kelimpahan fitoplankton yang banyak dijumpaipada kelas cyanophyta Kelimpahan fitoplankton berdasarkan stasiun disajikan pada Tabel.

Tabel. Kelimpahan (ind/ml) fitoplankton yang ditemukan di permukaan di kawasan perairan waduk bekas galian pasir secara keseluruhan

NO GENUS MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3JUMLAH JUMLAH JUMLAH

PERMUKAAN1 CYANOPHYTA 7200 7360 75202 BACILLARIACEAE 1920 2720 43203 CHLOROPHYTA 1760 1600 3360

TOTAL 10880 11680 15200KEDALAMAN1 CYANOPHYTA 6720 3360 41602 BACILLARIACEAE 640 2880 49603 CHLOROPHYTA 960 3520 2400

TOTAL 8320 9760 11520

CYAN

OPH

YTA

BACI

LLAR

IACE

AE

CHLO

ROPH

YTA

CYAN

OPH

YTA

BACI

LLAR

IACE

AE

CHLO

ROPH

YTA

PERMUKAAN KEDALAMAN

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Gambar 6. Kelimpahan (ind/ml) fitoplankton yang ditemukan di kawasan perairan wadukbekas galian pasir

Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan selalu berubah seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Berdasarkan

hasil pengamatan kelas cyanophyta merupakan kelas yang paling sering dijumpai disetiap Stasiun pengamatan yang diikuti fitoplankton

Page 11: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

dari kelas Baccilariophyceae dan Chlorophyta.

Hal ini diduga karena fitoplankton dari kelas cyanophyta merupakan jenis alga yang bersifat kosmopolitan, dimana memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dan memiliki toleransi yang tinggi serta mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan (Perry, 1994).

Kelimpahan fitoplankton tertinngi terdapat pada permuakaan di pengulangan minggu ke tiga yaitu n 15200 ind/ml.dan terendah padakedalaman minggu pertama yaitu 8320ind/ml.cyanophyta pada umumnya ditemukan di perairan tawar karena memiliki sifat yang mudah beradaptasi dan cepat berkembang biak.

Tingginya kelimpahan fitoplankton diperairan diduga karena terdapat unsur hara (nutrient) yang mampu mencukupi kebutuhan hidup fitoplankton yaitu fosfat (0.023 mg/l).Unsur hara yang terdapat di lokasi ini diduga berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari perairan itu sendiri. Selain itu nilai kadar O2 yang tinggi, kedua nutrient ini diduga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh fitoplankton pada Stasiun tersebut, Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kimmel dan Groeger (1984) serta Thornton et al. (1990) bahwa ketersediaan unsur hara dan cahaya yang cukup dapat digunakan oleh fitoplankton untuk perkembangannya.

Rendahnya kelimpahan diperairan diduga karena unsur hara (nutrient) yang ada lebih sedikit karena sumbangan organik yang

diterima pada perairan lebih sedikit. Meskipun wilayah ini merupakan wilayah dengan tingkat aktivitas yang cukup tinggi, dimana lokasi ini merupakan daerah bekas pertambangan serta aktifitas masyarakat pada saat penelitian, Hal inilah yang diduga sebagai penyebab rendahnya unsur hara sehingga kurang mencukupi kebutuhan hidup fitoplankton selain itu nilai kandungan oksigen terlarut yang rendah dibanding, hal ini sesuai dengan pernyataan Rimper (2002), Kelimpahan fitoplankton yang tinggi menghasilkan oksigen yang lebih banyak dibandingkan dengan kelimpahanfitoplankton yang lebih rendah. Ini terjadi karena oksigen terlarut merupakan produksi dari hasil fotosintesis.Jenis cyanophyta yang paling sering ditemukan pada setiap Stasiun Sedangkan Chlorophyta merupakan kelas yang sedikit jenis dan kelimpahannya.

Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C)

Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C) merupakan kajian indeks yang sering digunakan untuk menduga kondisi suatu lingkungan perairan berdasarkan komponen biologis. Kondisi lingkungan suatu perairan umumnya dapat dikatakan baik (stabil) bila memiliki indeks keanekaragaman dan keseragaman yang tinggi serta dominansi yang rendah (tidak ada spesies yang mendominasi).

Page 12: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Tabel 6. Indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C) fitoplankton di perairan secara keseluruhan

KESELURUHAN H′ C E

MINGGU 1PERMUKAAN 3.754 0.085 0.658KEDALAMAN 3.740 0.077 0.614

MINGGU 2PERMUKAAN 3.414 0.132 0.548KEDALAMAN 3.022 0.157 0.513

MINGGU 3PERMUKAAN 3.562 0.092 0.591KEDALAMAN 2.885 0.158 0.553

PERM

UKAA

N

KEDA

LAM

AN

PERM

UKAA

N

KEDA

LAM

AN

PERM

UKAA

N

KEDA

LAM

AN

MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

H Keanekaragaman ′C Dominasi

E Keseragaman

Gambar 7. Indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C) fitoplankton di perairan

Nilai indeks keanekaragaman (H’) tertinggi berada minggu petama permukaan yaitu 3,754, dimana pada Stasiun ini ditemukan sebanyak 52 genus. Tingginya indeks keanekaragaman di pengulangan pagi ini menunjukkan kondisi lingkungan perairan di Stasiun tersebut cukup baik dan mendukung kehidupan biota di dalamnya. Hal tersebut juga dapat dilihat dari tingginya kandungan Oksigen terlarut pada Stasiun ini karena tingginya nilai kelimpahan

fitoplankton dibanding Stasiun lainnya.

Indeks keanekaragaman terendah terdapat pada minggu ke 3 kedalaman yaitu 2,885 dengan jumlah genus sebanyak 37 Rendahnya nilai indeks keanekaragaman pada Stasiun 1 dan 3 dapat dilihat dari lebih rendahnya kandungan oksigen terlarut pada Stasiun tersebut dikarenakan kelimpahan fitoplanktonnya lebih sedikit dibanding pengulangan siang.

Page 13: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Dari indeks Shannon – Wiener keanekaragaman pada masing-masing Stasiun penelitian yang diamati, dapat dibuat klasifikasi derajat pencemaran lingkungannya sesuai dengan kriteria Wilhm dan Doris (Mason, 1981), apabila nilai H’ < 1,0 maka perairan tercemar berat, H’ = 1,0 – 3,0 maka perairan tercemar sedang, dan apabila H’ > 3,0 maka perairan tidak tercemar.

Sesuai dengan pengelompokan tersebut, maka nilai ketiga Stasiun yang berkisar antara 3,754 – 2,885 berada pada kondisi dengan tidak tercemar.Kondisi tersebut menunjukkan adanya tekanan ekologi yang berasal dari aktivitas disekitar perairan..Namun, kondisi ini masih dapat mendukung kehidupan fitoplankton dikawasan ini, dilihat dari nilai kualitas perairan yang masih dapat mendukung kehidupan biota ini.

Nilai indeks dominansi (C) ini menggambarkan ada atau tidaknya jenis yang mendominasi pada suatu komunitas. Nilai indeks dominansi (C) pada Stasiun pengamatan yang tertinggi padaminggu kedua kedalaman yaitu 0,157 dan terendah terdapat pada minggu pertama kedalaman yaitu 0.077. Berdasarkan nilai tersebut Indeks Dominansi (C) di lokasi tersebut termasuk kategori rendah dan umumnya mendekati 0 yang berarti tidak ada jenis yang mendominasi. Meskipun pada Stasiun penelitian dijumpai jumlah individu jenis tertentu yang lebih banyak, hal ini mungkin berkaitan dengan keadaan perairan yang mendukung bagi populasinya.

Nilai indeks keseragaman (E) tertinggi pada minggu pertama

permukaan0,658 dan terendah terdapata pada minggu 2 kedalaman 0,513. Nilai indeks keseragaman (E) pada setiap lokasi penelitian ini menunjukkan nilai yang mendekati 1, hal ini menunjukkan bahwa penyebarannya relatif sama atau seragam dan tidak ada jenis yang mendominasi.

Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan nilai indeks dominansi (C) pada setiap Stasiun penelitian cenderung tidak berbeda jauh. Selain itu, variasi keanekaragaman jenis fitoplankton di lokasi pengamatan (3,94 – 3,28 termasuk sedang yang artinya keanekaragaman jenis sedang dan penyebaran individu tiap spesies sedang. Ditinjau dari nilai keseragaman (E), terlihat bahwa nilai E pada ketiga Stasiun pengamatan cukup besar (>0,5).

Parameter Fisika - kimia yang Berpengaruh Terhadap Fitoplankton

Kualitas air yang mempengaruhi kehidupan fitoplankton ini dapat di kelompokkan menjadi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari suhu, salinitas, kecerahan, intensitas cahaya Sedangkan faktor kimia yang diukur meliputi derajat keasaman (pH), DO(Dissolved Oxygen/ oksigen terlarut) serta Pospat dan Nitrat. Pengukuran kondisi kualitas air ini dilakukan pada waktu yang sama dengan pengambilan sampel fitoplankton.

Hasil analisis parameter dapat dilihat pada tabel Lampiran 5.

Page 14: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

Tabel . Nilai kualitas air menurut standart baku mutu PP. No 82 Tahun 2001

No Parameter / satuan

Standar Bakumutu PP No. 82 Tahun 2001 untuk kegiatan budidaya ikan air tawar (kelas II)

Perairan yang baik untuk menunjang kegiatan budidaya ikan air tawar

Fisika 1 Suhu Deviasi 3 28 0C – 32 0C 2 Kecerahan - 2 m 3 Intensitas

cahaya - -

Kimia 3 DO 4 mg/L ≥ 5 mg/L 4 pH 6 - 9 6,8 – 8,5 5 Fosfat 0,2 mg/L ≤ 1 mg/L 6 Nitrat 0,1 mg/L 10 mg/L

Keterkaitan Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisika Kimia Di Perairan

Berdasarkan hasil uji diperoleh hasil, nilai F hitung pada Tabel Anova merupakan hasil uji serentak yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh atau signifikan dari keseluruhan variabel yang diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan bisa tidaknya persamaan regresi digunakan sebagai pendekatan. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai F hitung sebesar 18,2561884 dengan tingkat signifikan 0,000 (<0.05) yang berarti model regresi tersebut bisa digunakan sebagai suatu pendekatan untuk memprediksi seberapa besar peranan dari variabel parameter fisika - kimia perairan berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai r (koefisin korelasi) sebesar 0,920 yang menunjukkan bahwa korelasi

antara parameter fisika - kimia perairan terhadap keanekaragaman adalah kuat. Nilai Koefisien Determinasi Regresi (R2) yang digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel bebas terhadap variabel terikat menunjukkan nilai sebesar 0,846 yang berarti bahwa naik turunnya nilai indeks keanekaragaman 8,46 % dipengaruhi oleh parameter fisika - kimia perairan yang diukur selebihnya adalah faktor lain yang tidak diukur.

Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut:Y=-7962,492 + 966,123 pospat +321,09 suhu + 8,518 kekeruhan + 155,847 kecerahan – 3,3362 pH + 98,2 DO

Berdasarkan dari hasil persamaan regresi yang dihasilkan dapat di artikan sebagai berikut :1. -7962,492, artinya apabila

nilai parameter fisika kimia air dan tetap, maka nilai tingkat kelimpahan sebesar -7962,492.

Page 15: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

2. Koefisien perbandingan Pospat bernilai positif yaitu 966,123. Artinya apabila terjadi peningkatan sebasar 1 satuan, maka tingkat kelimpahan akan berkurang sebesar 966,123, dengan asumsi parameter lainnya konstan/tetap.

3. Koefisien Suhu bernilai positif yaitu 321,09. Artinya apabila terjadi peningkatan Suhu sebasar 1ºC, maka tingkat kelimpahan akan berkurang sebesar 321,09 dengan asumsi parameter lainnya konstan/tetap.

4. Koefisien Kekeruhan bernilai positif yaitu 8,518. Artinya apabila terjadi peningkatan kekeruhan sebasar 1 NTU, maka tingkat kelimpahan akan berkurang sebesar 8,518 dengan asumsi parameter lainnya konstan/tetap.

5. Koefisien Kecerahan bernilai positif yaitu155,847. Artinya apabila terjadi peningkatan Kecerahan sebasar 1m, maka tingkat kelimpahan akan berkurang sebesar 155,847 dengan asumsi parameter lainnya konstan/tetap.

6. Koefisien pH bernilai negatif yaitu – 3,3362. Artinya apabila terjadi peningkatan pH sebasar 1%, maka tingkat kelimpahan akan bertambah sebesar 3,3362 dengan asumsi parameter lainnya konstan / tetap

7. Koefisien DO bernilai positif yaitu 98,2. Artinya apabila terjadi peningkatan DO (oksigen terlarut) sebasar 1mg/l, maka tingkat

kelimpahan akan bertambah sebesar 98,2 dengan asumsi parameter lainnya konstan/ tetap .Bardasarkan hasil regresi

linear berganda tersebut dapat diketahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap tingkat kelimpahan fitoplankton dalam bentuk angka kuantitatif statistik. Khusus untuk parameter yang memiliki pengaruh secara nyata terhadap kelimpahan fitoplankton, nilai koefisien / pengaruh tertinggi terdapat pada parameter Pospat (966,123), lalu tertinggi ke-2 disusul oleh suhu (321,09) dan selanjutnya adalah parameter kecerahan (155,847) parameter kekeruhan (8,518) parameter pH (– 3,3362) dan parameter DO ( 98,2).

KESIMPULAN DAN SARANHasil penelitian yang

dilakukan di Perairan Waduk Bekas Galian Tambang PasirDesa Gunung Kijang kesimpulan sebagai berikut :1. Komposisi jenis paling

banyak ditemukan dari kelas Cyanophyceae selanjutnya dari kelas Bacillariophyceae, Chlorophyta paling sedikit. Komposisi kelimpahan fitoplankton pada setiap pengulangan pengamatan didominasi oleh kelas Cyanophyceae yang berkisar antara 38.98– 80.76 %. Kemudian kelas Bacillariophyceae dan kelas Chlorophyta masing-masing komposisi kelimpahan berkisar antara 7.69 % – 28.42 % dan 11,53 – 35,13 %.

Page 16: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

2. keterkaitan antara jenis dan kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisika dan kimia parameter yang memiliki pengaruh secara nyata terhadap tingkat kelimpahan fitoplankton, nilai koefisien / pengaruh tertinggi terdapat pada parameter Pospat (966,123), lalu tertinggi ke-2 disusul oleh suhu (321,09) dan selanjutnya adalah parameter kecerahan(155,847)parameter kekeruhan (8,518) parameter pH (– 3,3362) dan parameter DO ( 98,2).Disarankan untuk dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai distribusi kelimpahan fitoplankton di beberapa titik dengan lokasi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.S.H. 1997.Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia.Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.Jakarta.

Arinardi, O.H., Sutomo, A.B., Yusuf, S.A., Trimaningsih, Asnaryanti, E., Riyono,

Basmi, J. 1995. Planktonologi : produksi primer. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

(tidak dipublikasikan). Bogor. 14 hal.

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.

Ferianita, M., Herman Haeruman, Listari C. Sitepu.2005.Komunitas Fitoplankton Sebagai Bio-Indikator Perairan Teluk Jakarta. SeminarNasional MIPA 2005. Jakarta. 7 Hal. http://himbiounpad.ning.com/ Diakses tanggal 21 Mei 2014: 10.48 WIB

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 367 hal

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan: H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. Gramedia, Jakarta. 456 hal.

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.Edisi ketiga.Terjemahan : Samingan, T., Srigandono. Fundamentals Of Ecology. Third Edition. Gadjah Mada University Pres

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology.3rd ed. W. B. Saunders Company. Philadelphia.

Raymont, J. E. E. 1983. Plankton and Productivity in the Ocean.2nd

Page 17: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...  · Web view2015-09-07 · Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi juga dapat dijadikan

edition. Pergamon Press, Oxford. 770 pp.

Sachlan,M. 1982. Planktonologi. Directorat Jendral Perikanan, jakarta. 140 hlm.

Sediadi, A., Kepel, R.C., Lumoindong, F., Wonggo, S.S. 1999.Kelimpahan dan Keanekaragaman Fitoplankton di Laut Seram dan Selat Manipa, Maluku. Jurnal Fakultas Perikanan. Universitas Sam Ratulangi. Manado 1(2).

Setiabudi, H., 2007. Produktivitas Primer di Perairan Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.Skripsi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru.64 hal.

Standar Nasional Indonesia No. 06-2412, 1991.Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.

Sudjana. 2006. Metode Stasistika. Tarsito. Bandung.

Weber, C. I. 1973. Biological Field and Laboratory Methods for Measuring the Quality of Surface Waters and Effluents.

Wibisono, M.S, 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo, Jakarta.