jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · web viewtujuan...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 4 TANJUNGPINANG
Sarimah
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISP, UMRAH
s arimah @yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 4 Tanjungpinang” dilaterbelakangi oleh permasalahan antara lain kinerja guru di SMA Negeri 4 Tanjungpinang menunjukkan kurang optimal dalam melakukan tugasnya, profesionalitas guru SMA Negeri 4 Tanjungpinang tergolong rendah, kinerja guru sangat menentukan hasil belajar peserta didik, kinerja guru juga akan ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah selaku figur sentral dalam suatu sekolah tersebut, kepemimpinan kepala sekolah yang baik dalam memimpin dan memberdayakan sumberdaya manusia.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Negeri 4 Tanjungpinang, Kinerja guru SMA Negeri 4 Tanjungpinang, Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru SMA Negeri 4 Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan populasi penelitian sebanyak 39 orang guru berasal dari guru SMA Negeri 4 Tanjungpinang dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan 1). Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja Guru sangat ditentukan oleh kepala sekolah selaku pemimpin dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya secara baik serta dapat mempengaruhi perilaku guru agar bekerja secara professional dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan pada umumnya, 2). Kinerja guru di SMA Negeri 4 Tanjungpinang yang meliputi Penggunaan pengaruh kewibawaan, Transformasi visi dan misi, Pemberdayaan, Mobilisasi, Motivasi, Pengarahan dan Bimbingan serta Pembentukan komitnen tergolong sangat tinggi, 3). Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri 4 Tanjungpinang yang meliputi Penggunaan pengaruh kewibawaan, Transformasi visi dan misi, Pemberdayaan, Mobilisasi, Motivasi, Pengarahan dan Bimbingan serta Pembentukan komitnen tergolong tinggi.
Dari hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan agar 1). Hendaknya kepala sekolah dalam memimpin sekolah dapat mengimplementasikan pola kepemimpinan yang mengikuti manajemen berbasis sekolah secara baik. Hal ini dapat dilakukan dengan bersikap secara bijak dalam memberikan tugas atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sekolahnya dengan mempertimbangkan kondisi psikologi setiap guru/pegawai yang dihadapinya, 2). Dalam meningkatkan kinerja guru hendaknya kepala sekolah melakukan pembagian tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing guru harus dilakukan secara terencana dan terarah serta dilakukan proses supervisi dan evaluasi secara berkala, 3). Hendaknya kepala sekolah dan guru mampu menjalin relasi dengan baikagar dapat menwujudkan tujuan sekolah.
Kata Kunci : Kepemimpinan, kinerja, guru
1
ABSTRACT
This study entitled "Effect on Performance Leadership Principal Teacher at SMAN 4 Tanjungpinang" by other performance problems between teachers at SMAN 4 Tanjungpinang showed less than optimal in performing its duties, the professionalism of teachers SMAN 4 Tanjungpinang is low, the performance of teachers is crucial results learners, teacher performance also will be determined by the school leadership as a central figure in the school, good school leadership in leading and empowering human resources.
Purpose of this study was to determine the Principal Leadership in SMAN 4 Tanjungpinang, teacher performance SMAN 4 Tanjungpinang, the leadership of the Principal Influence on teacher performance SMAN 4 Tanjungpinang. This type of research is quantitative descriptive study population as many as 39 teachers from teachers SMAN 4 Tanjungpinang by sampling using purposive sampling. Data were collected using questionnaires, observation and documentation.
Based on the results of this study concluded 1). School leadership to teacher performance is largely determined by the principal as a leader able to carry out its duties and functions in accordance with its responsibility properly and can affect the behavior of teachers to work professionally and be able to realize the goal of education in general, 2). The performance of teachers at SMAN 4 Tanjungpinang which includes use of the influence of authority, Transforming the vision and mission, empowerment, mobilization, motivation, Direction and Guidance and Formation komitnen classified as very high, 3). The influence of school leadership on teacher performance in SMAN 4 Tanjungpinang which includes use of the influence of authority, Transforming the vision and mission, empowerment, mobilization, motivation, Direction and Guidance and Formation komitnen is high.
From these results, the authors suggest that 1). Should principals in leading the school to implement a pattern of leadership that follows good school-based management. This can be done by being wise in giving the task or solve the problems faced by schools taking into account the psychological condition of each teacher / employee faces, 2). In improving the performance of the school head teachers should do the division of tasks in accordance with the basic tasks and functions of each teacher must be well planned and directed as well as supervision and evaluation process carried out at regular intervals, 3). Principals and teachers should be able to establish relationships with school purposes.
Keywords: Leadership, performance, teacher
2
3
PENDAHULUAN
Kepemimpinan seorang pemimpin
akan mampu membedakan karakteristik
suatu organisasi dengan organisasi lainya.
Kepemimpinan yang dinamis dan efektif
merupakan potensi yang paling pokok dan
yang sulit dijumpai, akan tetapi tidak berarti
bahwa seorang pemimpin tidak mampu
menjadi pemimpin yang berkemimpinan
dinamis dan efektif. Dengan memahami
teori kepemimpinan akan dapat
meningkatkan pemahamannya terhadap
dirinya sendiri, mengetahui kelemahan
maupun kelebihan potensi yang ada dalam
dirinya, serta akan dapat meningkatkan
pemahaman tentang bagaimana seharusnya
memperlakukan bawahannya.
Masalah kepemimpinan selalu
memberikan kesan yang menarik, sebab
suatu organisasi akan berhasil atau gagal
sebagian ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk mempengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan tindakan
pada seseorang atau kelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu pada situasi
tertentu. Kepemimpinan merupakan salah
satu aspek manajerial dalam kehidupan
berorganisasi yang merupakan posisi kunci.
Karena kepemimpinan seorang pemimpin
berperan sebagai penyelaras dalam proses
kerjasama antar manusia dalam
organisasinya.
Kepala sekolah sebagai motor
penggerak peningkatan kinerja guru dituntut
memiliki visi, misi dan wawasan yang luas
serta kemampuan profesional yang memadai
dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan
penyelenggaraan pendidikan. Hal ini
menyebabkan kemampuan kepala sekolah
tentunya akan turut mempengaruhi kinerja
guru dalam melaksanakan tugas sehingga
peran kepala sekolah sangat diperlukan.
Setiap Kepala Sekolah Menengah
Atas sebagai pemimpin organisasi perlu
menguasai dan mempunyai kemampuan
untuk memotivasi bawahannya, agar Kepala
Sekolah Menengah Atas dapat
mempengaruhi bawahannya harus
memahami apa yang menjadi kebutuhan
bawahannya. Keberhasilan pengelolaan
sekolah sangat ditentukan oleh kegiatan
pendayagunaan sumber daya manusia. Oleh
4
karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin
dalam suatu organisasi hendaknya
menyadari dan tanggap teknik-teknik untuk
dapat memelihara prestasi dan kepuasan
kerja guru antara lain dengan memberikan
dorongan kepada guru agar dapat
melaksanakan tugas mereka sesuai dengan
aturan dan pengarahan.
Oleh sebab itu salah satu tugas
kepala sekolah adalah untuk dapat
menciptakan guru profesional agar bisa
bekerja sesuai dengan pengarahan yang
diberikan. Lebih jauh kepala sekolah sebagai
pimpinan harus mengetahui kinerja guru-
gurunya. Karena kinerja paling tidak sangat
berkait dengan kepemimpinan organisasi
sekolah dan juga kepentingan guru itu
sendiri, oleh karena itu bagi Kepala Sekolah
Menengah Atas, hasil penilaian kinerja para
guru sangat penting artinya dan peranannya
dalam pengambilan keputusan tentang
berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan
program pendidikan dan pelatihan,
rekrutmen, seleksi, penempatan, promosi
dan berbagai aspek lain. Sedangkan bagi
guru penilaian dapat berperan sebagai
umpan balik tentang berbagai hal seperti
kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan
potensi yang pada gilirannya bermanfaat
untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan
pengembangan karirnya. Sehingga secara
berkala hendaknya mengadakan penilaian
kinerja guru-gurunya.
Untuk melihat sukses atau gagalnya
kepala sekolah memimpin sekolah maka
perlu diamati perilakunya apakah kepala
sekolah memiliki sifat kepemimpinan atau
tidak. Sifat-sifat kepemimpinan diantaranya
adalah keterampilan mengajar. Kepala
sekolah diharapkan mampu mengajar dan
menguasai metode-metode pengajaran
sehingga kepala sekolah bisa mengajar dan
memberi masukan kepada guru-guru agar
guru mengetahui cara yang lebih efektif
dalam proses belajar mengajar, mengetahui
solusi setiap permasalahan dengan siswa
serta menambah penetahuan guru mengenai
metode dan teori belajar itu sendiri. Kepala
sekolah harus menyadari arti visi dan tujuan
sekolah. kepala sekolah sebagai pagar
pembatas dan mengawasi kerja guru agar
guru dapat bekerja selaras dengan tujuan
yang hendak dicapai sekolah.
Kinerja guru merupakan seluruh
usaha guru untuk mengantarkan proses
pembelajaran mencapai tujuan pendidikan.
Adapun kinerja guru meliputi seluruh
kegiatan yang menyangkut tugas
profesionalnya sebagai guru dan tugas
pengembangan pribadi guru. Tugas
Profesional guru mencakup suatu kegiatan
berantai dimulai dari merencanakan
pembelajaran, melaksanakan, mengevaluasi
sampai dengan tindak lanjut evaluasi. Selain
itu guru juga dituntut untuk memiliki
pemahaman wawasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik serta
harus mampu mengembangkan potensi
peserta didik.
Kinerja guru adalah kemampuan
seorang guru untuk melakukan perbuatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
yang mencakup aspek perencanaan program
belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar
5
mengajar, penciptaan dan pemeliharaan
kelas yang optimal, pengendalian kondisi
belajar yang optimal, serta penilaian hasil
belajar. Kinerja sangat penting dalam
menentukan kualitas kerja seseorang,
termasuk seorang guru.
Dengan adanya penilaian kinerja
kepala sekolah akan memperoleh informasi
tentang keberhasilan atau kegagalan gurunya
dalam menjalankan tugas masing-masing.
Kinerja penting untuk diteliti, karena ukuran
terakhir keberhasilan suatu
organisasi/sekolah adalah kinerja atau
pelaksanaan pekerjaannya, sehingga
kemajuan sekolah banyak dipengaruhi oleh
kinerja guru-gurunya. Penilaian kinerja guru
pada dasarnya merupakan penilaian yang
sistematik terhadap penampilan kerja guru
itu sendiri terhadap taraf potensi kerja guru
dalam upaya mengembangkan diri untuk
kepentingan sekolah, sehingga di antara
tujuan Sekolah Menengah Atas adalah
Kepala Sekolah Menengah Atas diharapkan
dapat menyiapkan peserta didik untuk
menjadi anak yang beriman, bertaqwa,
berakhlak mulia, menguasai ranah kognitif,
ranah efektif serta ranah psikomotor.
LANDASAN TEORI
A. Kepemimpinan
1. Teori Kepemimpinan
Garry Yukl (2010:27),
mengatakan bahwa:
“ Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi
orang lain untuk
memahami dan setuju
tentang apa yang perlu
dikerjakan dan bagaimana
tugas itu dapat dilakukan
secara efektif, dan proses
memfasilitasi usaha
individu dan kelompok
untuk mencapai tujuan
bersama”.
Soekarso, (2011:41),
menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah seni membujuk bawahan
untuk menyelesaikan
pekerjaanpekerjaan mereka dengan
semangat keyakinan.
Northouse, P.G. (2007:3),
mendefenisikan kepemimpinan
sebagai suatu proses dimana
individu mempengaruhi kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Gibson (2007:15)
kepemimpinan adalah “suatu usaha
yang menggunakan gaya
kepemimpinan untuk dapat
mempengaruhi dan tidak memaksa
dalam memotivasi individu untuk
mencapai tujuan”.
Sedangkan Tjiptono dan
Anastasia, (2003:152) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah
proses pengaruh sosial dimana
pemimpin mengupayakan
partisipasi sukarela para
bawahannya dalam usaha mencapai
tujuan organisasi.
Nawawi (2013:20)
mengatakan bahwa:
6
“ Kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi
suatu kelompok kearah pencapaian
tujuan. Dalam yang sama Owen
mengemukakan bahwa
kepemimpianan merupakan suatu
interaksi antar suatu pihak yang
memimpin dengan pihak yang
dipimpin”.
Ada pula yang
mengartikan “kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk
membangkitkan semangat orang
lain agar bersedia dan memiliki
tanggung jawan total terhadap
usaha mencapai atau melampaui
tujuan organisasi” (Davis, 2004:
192).
5
Sedangkan Thoha
(2006:9) merumuskan bahwa
kepemimpinan adalah kegiatan
untuk memepengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi
prilaku manusia baik perorangan
maupun kelompok.”
Kepemimpinan
(Leadership) menurut Nugroho
(2013:235) adalah kemampuan
seseorang untuk menguasai atau
mempengaruhi orang lain atau
masyarakat yang saling berbeda
menuju kepada pencapaian tujuan
tertentu. Jadi Kepemimpinan
merupakan sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin
(Leader).
Dengan demikian
kepemimpinan adalah suatu
perilaku seorang dengan
menggunakan gaya kepemimpinan
yang dirancang untuk
mempengaruhi aktifitas para
anggota kelompok dalam mencapai
tujuan bersama dan memberi
manfaat kepada individu dan
organisasi.Definisi lain dikenukakan
oleh Usman (2011:252),
Kepemimpinan adalah ilmu dan
seni mempengaruhi orang atau
kelompok untuk bertindak seperti
yang diharapkan dalam rangka
mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Berdasarkan pengertian
diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengertian kepemimpinan
adalah:
a. Seni dalam mempengaruhi
orang lain sehingga mau
bekerja secara sukarela dan
penuh antuisas kearah
pencapaian tujuan kelompok,
untuk itu dibutuhkan adanya
kualitas pemimpin yang
ditandai oleh sifat-sifat
kepribadian yang kuat,
memiliki kewibawaan, dan
mampu menggunakan perilaku
dan gaya kepemimpinan
dengan tepat dalam
mempengaruhi orang lain.
b. Hubungan interaksi antara dua
orang atau lebih yang
melibatkan adanya seorang
pemimpin dengan orang-orang
yang dipimpin.
Oleh karena iu, seorang
pemimpin hendaknya mempunyai
jiwa dan kemampuan
kepemimpinan sehingga mampu
menjalankan fungsi dan tugasnya
untuk menggerakan, meyakinkan
dan memotivasi bawahan dalam
mencapai tujuan yang dapat
dikatakan bahwa “proses
kepemimpinan dipengaruhi oleh
tiga faktor, yaitu Pemimpin,
pengikut dan faktor situasi”
(Gitosudarmo, 2010:128).
6
2. Pendekatan Dalam
Kepemimpinan
Persoalan utama
kepemimpinan menurut
Wahjosumidjo (2011:19) meliputi
tiga pernyataan, yakni: “how one
becomes a leader, how leader
behaves, dan what makes the leader
effective”. Berdasarkan ketiga
pernyataan tersebut, teori
kepemimpinan dapat dikaji melalui
tiga macam pendekatan yaitu
pendekatan pengaruh kewibawaan,
pendekatan perilaku dan
pendekatan situasional. Masing-
masing pendekatan tersebut
diuraikan berikut ini:
a. Pendekatan Pengaruh
Kewibawaan
Pendekatan ini
memandang keberhasilan
kepemimpinan bersumber pada
kewibawaan ata kakuasaan
yang ada pada seorang
pemimpin. Wahjosumidjo
(2011:220-21) menyebutkan
bahwa sumber-sumber
kewibawaan atau kekuasaan
seorang pemimpin berasal dari
reward power, coersive power,
legitimate power, expert
power, dan referent power.
Pendekatan ini juga
menekankan sifat timbal balik,
proses saling mempengaruhi
dan pentingnya pertukaran
hubungan kerjasama antara
para pemimpin dengan
bawahan (Wahjosumidjo,
2011:20).
1) Reward power atau
kekuasaan imbalan
didasarkan pada
kemampuan seorang
pemimpin memberikan
imbalan kepada bawahan
sehingga bawahan mau
mengerjakan sesuatu
karena ingin memperoleh
penghargaan yang dimiliki
oleh pemimpin.
2) Coersive power atau
kekuasaan paksaan berarti
kekuasaan seorang
pemimpin untuk
memaksakan bawahannya
mengerjakan sesuatu agar
dapat terhindar dari
hukuman yang dimiliki
oleh pemimpin.
3) Legitimate power atau
kekuasaan legitimasi
berarti keluasaan yang
berasal dari kedudukan
dan jabatan seorang
pemimpin yang
menyebabkan bawahan
melakukan sesuatu karena
pemimpin memiliki
kekuasaan untuk meminta
bawahan menuruti atau
mematuhinya.
7
4) Expert Power atau
kekuasaan ahli yang
dimiliki oleh seorang
pemimpin sehingga
menyebabkan bawahan
mengerjakan sesuatu
karena mereka percaya
bahwa pemimpin tersebut
memiliki pengetahuan
khusus dan keahlian serta
mengetahui apa yang
diperlukan.
5) Referent power atau
kekuasaan referen berarti
kekuasaan yang berasal
dari sifat seorang
permimpin yang
mempunyai daya tarik
tertentu atau charisma
tertentu yang
menyebabkan bawahan
melakukan sesuatu karena
mereka merasa kagum
terhadap pemimpin atau
membutuhkan untuk
menerima restu pemimpin,
dan mau berperilaku pula
seperti pemimpin
(Wahjosumidjo, 2011: 21).
b. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku
menekankan pada penggunaan
acuan sifat pribadi dan
kewibawaan yang
digambarkan ke dalam istilah
“pola aktivitas” peranan
manager atau “ kategori
perilaku” (Wahjosumidjo,
2011:23). Dengan sifat dan
kewajiban yang dimilikinya
itulah seorang pemimpin
melakukan proses
kepemimpinan dalam berbagai
cara sehingga akan membentuk
perilaku kepemimpinan yang
efektif.
Dijelaskan lebih
lanjut oleh Griffin (2006:353)
bahwa tujuan pendekatan
perilaku ini dimaksudkan
untuk menentukan perilaku
yang berkaitan dengan
kepemimpinan yang efektif
seorang pemimpin maka
perilaku tersebut akan efektif
pula pada situasi manapun.
Pendekatan perilaku
menekankan pula pada dua
gaya kepemimpinan yaitu gaya
kepemimpinan berorientasi
tugas dan berorientasi
karyawan (Soekarso dkk,
2011:45).
c. Pendekatan Situasional
Teori ini memandang
bahwa efektivitas
kepemimpinan tidak hanya
ditentukan oleh perilaku
kepemimpinan tetapi juga oleh
situasi yang ada,. pengertian
situasi meliputi waktu, tuntutan
pekerjaan, kemampuan
bawahan, para pimpinan,
teman sekerja, kemampuan dan
8
harapan bawahan, tujuan
organisasi dan harapan
bawahan.
Menurut Gitosudarmo
(2010:139) faktor situasional
meliputi karakteristik
manajerial, karakteristik
bawahan, struktur kelompok
dan sifat tugas, dan faktor-
faktor organisasi.
Berdasarkan faktor-
faktor situasi tersebut timbul
beberapa teori kepemimpinan
situasional yakni teori
kontingensi, teori jalur tujuan,
teori normative dan teori siklus
hidup.
Teori kontingensi
menurut Soekarso (2011:127),
yang menyatakan bahwa dasar
teori kepemimpinan
kontingensi adalah bahwa
prestasi kelompok yang tinggi
tergantung pada interaksi gaya
kepemimpinan dan kadar
jumlah sejauh mana situasinya
menguntungkan atau tidak.
Dikatakan pula bahwa tiga
faktor situasional itu meliputi
struktur tugas suasana
kelompok dan kekuasaan
posisi. Faktor situasi dikatakan
menguntungkan apabila
pemimpin diterima oleh
bawahan, tugas berstruktur
tinggi, memiliki kekuasaan
posisi yang yang kuat, dan
menggunakan gaya
kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas.
Teori siklus hidup
dikemukakan oleh Hersey dan
Blancard dalam Gitosudarmo
(2010:163). Mereka
berpendapat bahwa:
“ Gaya
kepemimpinan yang
efektif bervariasi
berdasarkan
kematangan
bawahan.
Kematangan
bawahan adalah
kesediaan bawahan
dalam menerima
tanggung jawab,
kemampuan dan
pengalaman dalam
penyelesaian
tugasnya, serta
motivasi akan
prestasi bawahan”.
Selanjutnya
Gitosudarmo (2010:164)
mengemukakan bahwa
hubungan antara manajer
(pemimpin) dengan bawahan
berjalan melalui empat tahap
menurut perkembangan dan
kematangan bawahan.
3. Proses Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
proses, bukan orang. “Proses dalam
9
kepemimpinan meliputi tiga faktor
yaitu pemimpin, pengikut dan
faktor situasi” (Gitosudarmo,
2010:128). Proses yang dimaksud
adalah proses interaksi antara
pemimpin yang dipengaruhi oleh
kualitas, perilaku dan gaya
kepemimpinan dengan pengikut
yang disertai dengan motivasi,
harapan, kepentingan dan
kematangan pengikut dalam
menerima setiap perintah atau
bimbingan pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi.
Hubungan interaksi ini dipengaruhi
pula oleh faktor situasi seperti
situasi struktur tugas, iklim kerja,
dan nilai-nilai atau budaya
organisasi.
Proses kepemimpinan
yang baik akan menghasilkan dan
meningkatkan produktifitas,
kepuasan dan moral kerja pengikut
yang tinggi. Dessler (2007:13-14)
mengatakan bahwa kepemimpinan
berhubungan dengan misi,
pengarahan dan inspirasi,
manajemen menyangkut pada
pengaturan, pelaksanaan rencana
kegiatan, tercapainya sesuatu dan
bekerja secara efektif dengan
seseorang.
Dessler (2007:17) juga
membedakan antara kepemimpinan
dengan manajemen. Kepemimpinan
berhubungan dengan pembentukan
dan pemeliharaan struktur
organisasi. Dalam kepemimpinan
seorang pemimpin
mengembangkan organisasi
berdasarkan pada dorongan
kepercayaan dan bekerja atas dasar
empati dan perhatian. Sedangkan
dalam manajemen seorang manajer
memelihara organisasi berdasarkan
pada pengawasan dan bekerja atas
dasar penerapan emosional.
4. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan
timbul karena perbedaan kekuatan
sifat dan pribadi seorang pemimpin
serta pengaruh faktor situasional.
Faktor situasional itu berupa
karakteristik manajerial,
karakteristik bawahan, faktor
kelompok dan factor organisasi.
Oleh karena itu, berdasarkan
pendekatan sifat, pengaruh
kewibawaan, perilaku dan faktor
situasional dikenal tipe-tipe
kepemimpinan.
Berdasarkan pendekatan
sifat dan pengaruh kewibawaan
dikenal adanya tipe kepemimpinan
kharismatik, transformasional,
otoriter, leissez faire, dan
demokratis. Sedangkan berdasarkan
perilaku kepemimpinan
hubungannya dengan faktor
situasional terutama karakteristik
bawahan yang berupa tingkat
kematangan bawahan dikenal juga
tipe kepemimpinan direktif,
10
konsultatif, partisipatif dan
delegatif.
5. Konsep Kepemimpinan Kepala
Sekolah
Kepemimpinan kepala
sekolah adalah cara atau usaha
kepala sekolah dalam
mempengaruhi, mendorong,
membimbing, mengarahkan dan
menggerakkan guru, staff, siswa,
orang tua siswa dan pihak lain yang
terkait untuk bekerja guna
mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain
bagaimana cara kepala sekolah
untuk membuat orang lain bekerja
untuk mencapai tujuan sekolah.
Kepemimpinan kepala
sekolah juga merupakan suatu
kemampuan dan kesiapan kepala
sekolah untuk mempengaruhi,
membimbing, mengarahkan dan
menggerakkan staff sekolah agar
dapat bekerja secara efektif dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan
dan pengajaran yang telah
ditetapkan.
Burhanuddin (2004:74)
menyimpulkan bahwa kemampuan
yang dimaksud terdiri atas empat
unsur, yaitu: otoritas atau kekuatan
pemimpin, kemampuan dalam
menyatupadukan sumber tenaga
manusia yang memiliki daya
motivasi yang bervariasi setiap
waktu dan situasi, kemampuan
dalam mengembangkan iklim kerja
sehingga membangkitkan motivasi,
dan kemampuan dalam
mengembangkan gaya-gaya
kepemimpinan yang tepat.
Berdasarkan pengertian
diatas, maka kepemimpinan kepala
sekolah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan
kepala sekolah menjalankan fungsi
dan tugasnya selaku pemimpin
yang didukung oleh kualitas
kepemimpinan. Fungsi kepala
sekolah selaku pemimpin meliputi
fungsi-fungsi yang berhubungan
dengan: tujuan yang akan dicapai;
pengarahan pelaksanaan setiap
kegiatan; dan penciptaan iklim
kerja.
Fungsi pertama
mengimplikasikan bahwa kepala
sekolah berusaha membantu
kelompok (bawahan) untuk
memikirkan, memilih dan
merumuskan tujuan. Fungsi kedua
mengisyaratkan bahwa kepala
sekolah berhubungan dengan
aktivitas manajerial pemimpin
dalam rangka menggerakkan
kelompok untuk memenuhi
tuntutan organisasi. Fungsi ketiga
berarti kepala sekolah hendaknya
mampu membuat iklim kerja yang
kondusif agar dapat
membangkitkan semangat kerja
kepada siapa saja yang terlibat
dalam proses kerja sama sehingga
meningkatkan produktivitas kerja
11
dan memperoleh kepuasan kerja
melalui penggunaan gaya
kepemimpinan yang tepat
(Burhanuddin, 2004:67).
6. Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Tugas dan fungsinya
Kepemimpinan Kepala
Sekolah adalah hasil kerja yang
telah dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam organisasi
sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing
dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Wewenang dan
tanggung jawab yang
dimanifestasikan dalam bentuk
pelaksanaan fungsi dan tugas yang
harus dijalankan.
Kinerja seseorang
dipengaruhi oleh sifat individu dan
sifat pekerjaan. Sifat individu
meliputi kemampuan dasar, bakat
kepribadian, motivasi, dan harapan
tinggi. Sifat pekerjaan ditandai
dengan bentuk dan struktur tugas
yang jelas. Oleh karena itu,
semakin kuat sifat individu dan
pemahaman akan tugas dengan
jelas maka semakin dapat
melaksanakan pekerjaan dengan
benar.
Kepemimpinan kepala
sekolah selaku pemimpin
dipengaruhi oleh factor kualitas
kepemimpinan, fleksibilitas
perilaku gaya kepemimpinan serta
factor pengikut dan situasi yang
ada. Sedangkan kepemimpinan
kepala sekolah dalam dimensi
manajerial diukur dari peran yang
disandangnya, bakat dan
kemampuan yang diperoleh untuk
melaksanakan peran tersebut dan
usaha yang dicurahkan untuk
mewujudkan bakat dan kemampuan
dalam peran yang dipegangnya
(Mulyasa, 2004:83).
B. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Istilah kinerja atau
prestasi kerja merupakan
pengalihbahasaan dari kata
Performance. Menurut
Mangkunegara (2005:9)
menjelaskan bahwa kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang
diberikan.
Nawawi (2013:234)
menyatakan bahwakinerja adalah
hasil pelaksanaan suatu pekerjaan,
baik bersifat fisik/material maupun
non fisik/non material. Sedangkan
Sianipar (2005:1) mendefinisikan
kinerja sebagai berikut kinerja
adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu
Lebih lanjut Sianipar
(2005:3) mengartikan kinerja
individu sebagai tingkat pencapaian
12
atau hasil kerja seseorang dari
sasaran yang harus dicapai atau
tugas yang harus dilaksanakan
dalam kurun waktu tertentu.
2. Kompetensi Guru
Menurut Usman (2011:37)
standar Kompetensi Guru
dikembangkan secara utuh dari 4
kompetensi utama, yaitu:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi
pedagogik yaitu kemampuan
yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan karakteristik
siswa dilihat dari berbagai
aspek sepeti moral, emosional
dan intelektual.
Hal tersebut
berimplikasi bahwa seorang
guru harus mampu menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip
belajar karena siswa memiliki
karakter, sifat dan interest yang
berbeda.Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum,
seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan
masing-masing dan
disesuaikan dengan kebutuhan
lokal.
b. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas
sebagai guru harus didukung
oleh suatu persaan bangga
akan tugas yang dipercayakan
kepadanya untuk
mempersiapkan generasi
kualitas masa depan bangsa.
Walaupun berat tantangan dan
rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugasnya harus
tetap tegar dalam
melaksanakan tugas sebagai
seorang guru.
Pendidikan adalah
proses yang direncanakan agar
semua berkembang melalui
proses pembelajaran. Guru
sebagai pendidik harus dapat
mempengaruhi siswa kearah
proses situasi sesuai dengan
tata nilai yang dianggap baik
dan berlaku dalam masyarakat.
c. Kompetensi Sosial
Guru di mata
masyarakat dan siswa
merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupakan suri
tauladan dalam kehidupannya
sehari-hari. Guru perlu
memilki kemampuan sosial
dengan masyarakat, dalam
rangka pelaksanaan proses
pembelajaran yang efektif.
Dengan dimilikinya
kemampuan tersebut, otomatis
hubungan sekolah dengan
masyarakat akan berjalan
dengan lancar, sehingga jika
ada keperluan dengan orang
tua siswa, para guru tidak akan
mendapat kesulitan.
13
d. Kompetensi Professional
Kompetensi
Profesional yaitu kemampuan
yang harus dimiliki guru dalam
perencanan dan pelaksanaan
proses pembelajaran. Guru
mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar
siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran, untuk itu guru
dituntut mampu
menyampaikan bahan
pelajaran/ guru harus selalu
mengupdate, dan menguasai
materi pelajaran yang
disajikan. Persiapan diri
tentang materi diusahakan
dengan jalan mencari informasi
melalui berbagai sumber
seperti membaca buku-buku
terbaru, mengakses dari
internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan
terakhir tentang materi yang
disajikan.
3. Penilaian Kinerja Guru
Untuk mengetahui kinerja
pegawai di dalam melaksanakan
tugas-tugas yang diembannya,
maka dilakukan penilaian kinerja
terhadap pegawai tersebut.
Prawirosentono
(2010:216) mengartikan penilaian
kinerja sebagai proses penilaian
hasil kerja yang akan digunakan
pihak manajemen untuk memberi
informasi kepada para karyawan
secara individual tentang mutu hasil
pekerjaannya dipandang dari sudut
kepentingan organisasi.
Sianipar (2005:1112)
menyatakan bahwa evaluasi kinerja
merupakan proses untuk
memaksimalkan dan mengevaluasi
kinerja perorangan. Proses ini
adalah jawaban bagi sebuah
pertanyaan sederhana. Seberapa
baiknyakah kinerja seorang
karyawan selama jangka waktu
tertentu.
Penilaian kinerja menurut
Nawawi (2013:234) yaitu proses
pengamatan (observasi) terhadap
pelaksanaan pekerjaan oleh seorang
pekerja. Dari hasil observasi
(pengamatan) itu dilakukan
pengukuran yang dinyatakan dalam
bentuk penetapan keputusan
mengenai keberhasilan atau
kegagalan dalam bekerja.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian
merupakan keseluruhan prosedur
perencanaan, dan pelaksanaan
penelitian yang meliputi pula
prosedur pengumpulan data dan
pengolahan data yang telah
ditentukan. Dalam pelaksanaan
suatu penelitian, seorang peneliti
harus menyusun rancangan
penelitian yang disesuaikan dengan
jenis dan tujuan penelitian. Sesuai
14
dengan tujuan penelitian dan sifat
masalah yang akan diteliti, maka
penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan
metode penelitian deskriptif.
Metode kuantitatif adalah
salah satu metode penelitian yang
variabelnya menghasilkan data
kuantitatif atau data yang berbentuk
angka atau numerikal yang diolah
dengan metoda statistika (Azwar,
2013:5). Sedangkan metode
penelitian deskriptif adalah
penelitian mendalam mengenai unit
sosial tertentu, yang hasilnya
merupakan gambaran yang lengkap
dan terorganisasi mengenai unit
tersebut (Suryabrata, 2012:24).
Prasetyo (2008:42)
mengemukakan pengertian
kuantitatif deskriptif sebagai
berikut:
“Penelitian kuantitatif
deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk memberikan
gambaran yang lebih detail
mengenai suatu gejala atau
fenomena, hasil akhir dari
penelitian ini biasanya berupa
tipologi atau pola-pola mengenai
fenomena yang sedang dibahas”.
Menurut Irawan
(2006:105) metode penelitian
kuantitatif tersebut menggunakan
pola berpikir deduktif dimulai
dengan pengamatan, hipotesis,
pengumpulan data, pengujian
hipotesis, dan terakhir kesimpulan.
Penelitian ini mencari data
empirik yang sistematik dan dalam
penelitian ini peneliti tidak dapat
mengontrol langsung variabel
bebas karena peristiwanya telah
terjadi dan menurut sifatnya tidak
dapat dimanipulasi. Penelitian ini
menempatkan pengaruh
kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap kinerja guru di SMA
Negeri 4 Tanjungpinang..
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
di Sekolah Menengah Atas Negeri
4 Tanjungpinang dengan alasan:
a. Sekolah Menengah Atas
Negeri 4 Tanjungpinang
merupakan salah satu sekolah
sekolah yang ada di Kota
Tanjungpinang yang memiliki
jumlah peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan yang
cukup banyak.
b. Adanya tuntutan dari
masyarakat Kota
Tanjungpinang untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMA Negeri 4
Tanjungpinang.
c. Skala prioritas
pembangunan Pemerintah Kota
Tanjungpinang dalam
menciptakan guru yang
professional melalui aktualisasi
manajemen Kepala Sekolah
15
yang bersih, transparan dan
akuntabel.
3. Populasi dan Sampel
Populasi memiliki peran
yang penting salam sebuah
penelitian. Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang
dapat terdiri dari manusia, benda,
hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes,
atau peristiwa, sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu
(Wasito, 2012:49).
Lebih lanjut, Hadi
(2010:220) menambahkan bahwa
populasi merupakan sejumlah
individu yang setidaknya
mempunyai satu atau lebih ciri-ciri
atau sifat yang sama. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh guru
SMA Negeri 4 Tanjungpinang
dengan ketentuan guru tersebut
berstatus Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan telah memiliki masa
kerja minimal 1 tahun. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 39
orang.
Metode pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini antara lain:
a. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara
menyebarkan angket yang berisi
daftar pertanyaan atau pernyataan
yang harus diisi oleh para
responden. Informasi atau data
yang diperoleh dari jawaban
kuesioner ini dijadikan sebagai
sumber informasi utama untuk
melakukan analisis hasil penelitian
Adapun alat pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah
angket.
b. Observasi
Sugiyono (2008:166)
mengemukakan bahwa:
“ Observasi
merupakan suatu
proses yang
kompleks, suatu
proses yang
tersusun dari
pelbagai proses
biologis dan
psikhologis. Dua
diantaranya yang
terpenting adalah
proses-proses
pengamatan dan
ingatan”.
Observasi yang
peneliti lakukan dalam
penelitian ini ialah observasi
nonpartisipan, dimana peneliti
tidak terlibat dan hanya
sebagai pengamat independen.
Alat yang digunakan adalah
daftar check list.
c. Dokumentasi
Metode dokumenter
adalah salah satu metode
pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi
16
penelitian social (Bungin,
2009:144). Sebagian besar data
yang tersedia adalah berbentuk
surat-surat, catatan harian,
kenang-kenanganan, laporan
dan sebagainya.
Pada penelitian ini teknik
yang pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive
sampling. Penentuan sumber data
pada orang yang diwawancarai
dilakukan secara purposive, yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu. Arikunto
(2010:182) mengatakan : Purposive
sampel atau sampel bertujuan
dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan di dasarkan atas
strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas tujuan tertentu.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden diketahui bahwa
prosentase responden laki-laki sebanyak 11
orang atau 28.21%, sedangkan responden
perempuan sebanyak 28 orang atau 71.79%.
Jumlah responden perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah responden
laki-laki. Hal ini dikarenakan guru
perempuan lebih banyak daripada guru laki-
laki di SMA Negeri 4 Tanjungpinang. Selain
itu pun kaum perempuan lebih condong
terhadap dunia pendidikan, bukan berarti
kaum laki-laki mengabaikan pendidikan,
tetapi dalam pekerjaan sebagai seorang guru,
perempuan lah yang lebih banyak menjadi
guru. Karena selain mereka dapat bekerja,
mereka pun dapat melaksanakan
kewajibannya sebagai seorang ibu rumah
tangga disebabkan jam kerja guru yang tidak
terlampau padat seperti jam kerja karyawan.
Responden yang berpendidikan
Diploma III sebanyak 2 orang (5.13%), S1
sebanyak 36 orang (92.31%) serta S.2
sebanyak 1 orang (2.56%). Tingkat
pendidikan responden paling banyak
berpendidikan S1, dikarenakan syarat utama
seorang guru yaitu minimal setara dengan
S1. Sedangkan guru yang latar belakang
pendidikan selain itu merupakan guru senior
yang telah mengabdi lebih dari 25 tahun.
Responden yang berpangkat/gol.
Penata Muda/III.a sebanyak 1 orang
(2.56%), Penata Muda TK.I/III.b sebanyak 8
orang (20.51%), Penata/III.c sebanyak 10
orang (25.64%), Penata TK.I/III.d sebanyak
2 orang atau 5.13% serta Pembina/IV.a
sebanyak 18 orang atau 46.15%.
Pangkat/Golongan responden paling banyak
berpangkat Pembina/IV.a, dikarenakan
responden kebanyakan pengangkatan
sebagai guru berlatar belakang pendidikan
sarjana (S.1) dan merupakan guru senior
yang telah mengabdi lebih dari 25 tahun.
Responden yang masa kerjanya
kurang dari 5 tahun sebanyak 6 orang atau
15.38%, 6 s.d. 15 tahun sebanyak 9 orang
atau 23.08%, 16 s.d. 25 tahun sebanyak 7
orang atau 17.95%, 26 s.d. 35 tahun
sebanyak 14 orang atau 35.89% serta yang
bekerja lebih dari 35 tahun sebanyak 3 orang
atau 7.69%. Masa kerja responden paling
banyak antara 25 tahun s.d. 35 tahun,
dikarenakan responden termasuk guru senior
17
dan tidak pernah mendapat mutasi sejak
pengangkatan jadi guru.
Responden yang mengajar mata
pelajaran kimia sebanyak 4 orang atau
10.26%, PPKn sebanyak 2 orang atau
5.13%, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
sebanyak 3 orang atau 7.69%, Bahasa
Indonesia sebanyak 4 orang atau 10.26%,
Sosiologi sebanyak 2 orang atau 5.13%,
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan sebanyak 2 orang atau 5.13%,
Bimbingan dan Konseling sebanyak 2 orang
atau 5.13%, Bahasa Inggris sebanyak 4
orang atau 10.26%, Matematika sebanyak 3
orang atau 7.69%, Biologi sebanyak 2 orang
atau 5.13%, Sejarah Indonesia sebanyak 2
orang atau 5.13%, Ekonomi sebanyak 3
orang atau 7.69%, Seni Budaya, Geografi
dan fisika masing-masing sebanyak 2 orang
atau 5.13%. responden paling banyak
mengajar Kimia, Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia disebabkan mata pelajaran
tersebut dipelajari di jurusan IPA dan IPS.
Responden atas tingkat keaktifan
kepala sekolah dalam mengambil keputusan
dengan tepat dan bijaksana adalah sebanyak
15 responden atau 39.1 % menjawab sangat
aktif, 7 responden atau 18.8 % menjawab
aktif, 9 responden atau 21.7 % menjawab
cukup aktif, 4 responden atau 10.1 %
menjawab kurang aktif dan 4 responden atau
10.1 % menjawab tidak aktif. Dengan
demikian, responden mayoritas menjawab
sangat aktif. Artinya kepala sekolah sangat
aktif dalam melibatkan semua personil untuk
mengambil sebuah keputusan. Sehingga
nilai-nilai demokrasi akan dengan baik
berkembang di sekolah,
Tanggapan responden atas kepala
sekolah memiliki kepribadian yang kuat
adalah sebanyak 7 responden atau 17.4%
menjawab sangat baik, 10 responden atau
26.1% menjawab baik, 9 responden atau
24.6% menjawab cukup baik, 6 responden
atau 14.5% menjawab kurang baik serta 7
responden atau 17.4% menjawab tidak baik.
Dengan demikian, responden mayoritas
menjawab baik. Artinya kepala sekolah
menilai tingkat kualitas Kepemimpinan
Kepala sekolah dalam bersikap baik,
karenanya sikap keteladanan harus dimiliki
oleh kepala sekolah agar dapat
menggunakan pengaruhnya tersebut untuk
meningkatkan kinerja guru SMA Negeri 4
Tanjungpinang.
Tanggapan responden atas Kepala
Sekolah memiliki kredibilitas tinggi sebagai
sumber informasi dan nasehat adalah 12
responden atau 30.4% menjawab sangat
berkoordinasi, 11 responden atau 27.5%
menjawab berkoordinasi, 14 responden atau
34.8% menjawab cukup berkoordinasi serta
2 responden atau 7.2% menjawab kurang
berkoordinasi. Dari data tersebut diketahui
bahwa mayoritas responden menjawab
cukup berkoordinasi artinya kepala sekolah
cukup kredibel dalam melakukan koordinasi
tentang pelaksanaan tugas dan penyampaian
informasi kedinasan. Dengan hal tersebut
maka komunikasi akan lancar dan
meminimalisir terjadinya miss komunikasi.
Tanggapan responden atas
kemampuan kepala sekolah merumuskan
18
visi dan misi, tujuan dan sasaran sekolah
adalah sebanyak 12 responden atau 30.4%
menjawab sangat jelas, 10 responden atau
26.1% menjawab jelas, 8 responden atau
21.7% menjawab cukup jelas, 8 responden
atau 20.3% menjawab kurang jelas serta 1
responden atau 1.4% tidak jelas. Dari data
tersebut diketahui bahwa mayoritas
responden menjawab sangat jelas artinya
Kepala sekolah sangat jelas dalam
merumuskan visi dan misi sekolah. Dengan
kejelasan tersebut, maka guru dan pegawai
akan memiliki tingkat pemahaman yang
tinggi tentang apa yang seharusnya
dikerjakan
Tanggapan responden atas
ketegasan kepala sekolah mensosialisasikan
visi, misi, tujuan sekolah adalah sebanyak 2
responden atau 4.3% menjawab sangat
tegas, 6 responden atau 15.9% menjawab
tegas, 20 responden atau 52.2% menjawab
cukup tegas, 2 responden atau 4.3%
menjawab kurang tegas serta 9 responden
atau 23.2% menjawab tidak tegas. Dari data
tersebut diketahui bahwa mayoritas
responden menjawab cukup tegas artinya
Kepala sekolah cukup tegas dalam
mensosialisasikan visi dan misi. Diharapkan
dengan ketegasan tersebut tingkat
kedisiplinan guru akan meningkat.
Tanggapan responden atas
kemampuan kepala sekolah melaksanakan
visi dan misi sekolah adalah 8 responden
atau 21.7% menjawab sangat baik, 10
responden atau 24.6% menjawab baik, 15
responden atau 39.1% menjawab cukup
baik, 4 responden atau 10.1% menjawab
kurang baik serta 2 responden atau 4.3%
menjawab tidak baik. Dari data tersebut
diketahui mayoritas responden menjawab
cukup baik artinya Kepala sekolah berada
pada level cukup baik dalam pelaksanaan
visi dan misi, karenanya masih perlu
ditingkatkan lagi apa-apa yang harus
dilaksanakan oleh guru dalam mencapai
tujuan sekolah.
Tanggapan responden atas kualitas
ketegasan kepala sekolah terhadap guru
dalam melaksanakan tugas adalah 9
responden atau 23.2 % menjawab sangat
tegas, 16 responden atau 42% menjawab
tegas, 7 responden atau 17.4% menjawab
tegas, 6 responden atau 14.5% menjawab
kurang tegas serta 1 responden ata 1.9%
menjawab tidak tegas. Dari data tersebut
diketahui mayoritas responden tegas artinya
pola kepemimpinan kepala sekolah yang
menjamin pelaksanaan job deskripsi yang
jelas di antara sesama guru dan pegawai.
Sehingga dengan kejelasan beban pekerjaan
akan melancarkan setiap guru dan pegawai
dalam melaksanakan tugasnya masing-
masing.
Tanggapan responden atas kualitas
ketegasan kepala sekolah terhadap
pelaksanaan tata tertib sekolah adalah
sebanyak 16 responden atau 14.5%
menjawab sangat tegas, 18 responden atau
46.4% menjawab tegas, 13 responden atau
33.3% menjawab cukup tegas, 1 responden
atau 2.9% menjawab kurang tegas serta 1
responden atau 2.9% menjawab tidak tegas.
Dari data tersebut diketahui bahwa respon
mayoritas menjawab tegas artinya Kepala
19
sekolah tegas dalam memberikan sanksi dan
teguran terhadap staf TU dan siswa yang
melanggar peraturan sekolah Diharapkan
dengan ketegasan tersebut tingkat
kedisiplinan staf TU dan siswa akan
meningkat.
Tanggapan responden atas kualitas
kemampuan kepala sekolah dalam
memberikan reward dan sanksi sebagai
sarana pemberdayaan guru adalah sebanyak
7 responden atau 18.8% menjawab sangat
mampu, 10 responden atau 24.6% menjawab
mampu, 15 responden atau 37.7% menjawab
cukup mampu, 4 responden atau 10.1%
menjawab kurang mampu, serta 3 responden
atau 8.7% menjawab tidak mampu. Dari
data tersebut diketahui bahwa mayoritas
responden menjawab cukup mampu artinya
kepala sekolah cukup mampu dalam
memberikan reward dan sangsi sebagai
sarana untuk memberdayakan guru, hal ini
harus lebih ditingkatkan agar dapat memacu
kinerja guru.
Mengenai tanggapan responden
atas kemampuan kepala sekolah memberi
contoh kepada guru dalam melaksanakan
program sekolah adalah 2 responden atau
4.3% menjawab sangat mampu, 11
responden atau 27.5% menjawab mampu, 17
responden atau 43.5% menjawab cukup
mampu, 7 responden atau 17.4% menjawab
kurang mampu serta 3 responden atau 7.2%
menjawab tidak mampu. Dari data tersebut
diketahui bahwa mayoritas responden
menjawab cukup mampu artinya kepala
sekolah cukup mampu member contoh pada
guru dalam melaksanakan program sekolah,
namun hal ini perlu ditingkatkan menjadi
lebih baik.
Tanggapan responden atas
kemampuan kepala sekolah menggerakkan
guru untuk turut serta melaksanakan
program sekolah adalah 7 responden atau
17.4% menjawab sangat baik, 13 responden
atau 33.3% menjawab baik, 14 responden
atau 36.2% menjawab cukup baik, 1
responden atau 2.9% menjawab kurang baik
serta 4 responden atau 10.1% menjawab
tidak baik. Dari data tersebut diketahui
bahwa mayoritas responden menjawab
cukup baik artinya kepala sekolah cukup
baik dalam menggerakkan guru untuk turut
serta dalam melaksanakan program sekolah,
hal ini harus ditingkatkan terus karena
merupakan daya dorong untuk
meningkatkan kinerja guru.
Tanggapan responden atas kualitas
jaminan kepala sekolah terhadap keamanan
dalam bekerja adalah 7 responden atau
18.8% menjawab sangat menjamin, 11
responden atau 29.0% menjawab menjamin,
14 responden atau 38.4% menjawab cukup
menjamin, 5 responden atau 11.6%
menjawab kurang menjamin, 2 responden
atau 5.8% menjawab tidak menjamin. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa
mayoritas responden menjawab cukup
menjamin artinya kepala sekolah cukup
menjamin terhadap keamanan dan
ketenangan guru dalam bekerja. Sehingga
para guru akan merasa aman dan nyaman
dalam melaksanakan tugas-tugasnya di
sekolah.
20
Kemampuan Kepala sekolah dalam
memotivasi guru agar melaksanakan tugas
sesuai dengan bidangnya masing-masing
adalah 17 responden atau 43.5% menjawab
sangat baik, 7 responden atau 18.8%
menjawab baik, 8 responden atau 20.3%
menjawab cukup baik, 4 responden atau
10.1% menjawab kurang baik, 3 responden
atau 7.2% menjawab tidak baik. Dari data
tersebut diketahui bahwa responden
mayoritas menjawab sangat baik artinya
kepala sekolah sangat baik dalam
memotivasi guru agar memiliki kinerja
terbaik, namun hal ini belum diimbangi oleh
keteladanan dari kepala sekolah sehingga
belum mampu memaksimalkan kinerja guru.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan uraian
yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Kepemimpinan kepala sekolah
terhadap Kinerja Guru sangat
ditentukan oleh kepala sekolah
selaku pemimpin dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya
sesuai dengan tanggung jawab yang
diembannya secara baik serta dapat
mempengaruhi perilaku guru agar
bekerja secara professional dan
dapat mewujudkan tujuan
pendidikan pada umumnya.
2. Kinerja guru di SMA Negeri 4
Tanjungpinang yang meliputi
Penggunaan pengaruh kewibawaan,
Transformasi visi dan misi,
Pemberdayaan, Mobilisasi,
Motivasi, Pengarahan dan
Bimbingan serta Pembentukan
komitnen tergolong sangat tinggi.
3. Pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 4 Tanjungpinang yang
meliputi Penggunaan pengaruh
kewibawaan, Transformasi visi dan
misi, Pemberdayaan, Mobilisasi,
Motivasi, Pengarahan dan
Bimbingan serta Pembentukan
komitnen tergolong tinggi.
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian,
pembahasan dan kesimpulan sebagai
akhir dari penulisan skripsi ini, penulis
merumuskan beberapa saran yang
merupakan implikasi lebih lanjut untuk
meningkatkan Kinerja Guru di SMA
Negeri 4 Tanjunpinang.
1. Hendaknya kepala sekolah dalam
memimpin sekolah dapat
mengimplementasikan pola
kepemimpinan yang mengikuti
manajemen berbasis sekolah secara
baik. Hal ini dapat dilakukan
dengan bersikap secara bijak dalam
memberikan tugas atau
menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi sekolahnya dengan
mempertimbangkan kondisi
psikologi setiap guru/pegawai yang
dihadapinya.
21
2. Dalam meningkatkan kinerja guru
hendaknya kepala sekolah
melakukan pembagian tugas sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing guru harus
dilakukan secara terencana dan
terarah serta dilakukan proses
supervisi dan evaluasi secara
berkala.
Hendaknya kepala sekolah dan guru
mampu menjalin relasi dengan
baikagar dapat menwujudkan tujuan
sekolah.
Di antaranya, yaitu :
1. Perlunya untuk menggali dan
mengembangkan potensi diri yang
dimiliki para pegawai dalam penunjang
pelaksanaan kerja yang dilakukan.
Kegiatan sosial secara teratur dan
terencana, hal ini di tunjukan untuk
meningkatkan komunikasi kerja,
kerjasama dan kekompakan kerja
pegawai.
2. Hendaknya pimpinan kantor lebih bijak
dalam menyikapi permasalahan
motivasi kerja pegawainya. Gunakan
pendekatan dan perlakuan yang sama
terhadap pegawai yang belum
termotivasi.
3. Pimpinan Kantor BKP Kelas II
Tanjungpinang, yaitu secepatnya untuk
mengajukan tambahan pegawai untuk
membantu menyelesaikan pekerjaan
demi menjaga dan melindungi Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari
ancaman penyakit hewan maupun
tumbuhan yang berbahaya, khususnya
di Kepulauan Riau ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, I Wayan, 2003, Metode Penelitian
Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Atmodiwiro, Soebagyo. 2010. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta :
Ardadizya Jaya.
Azwar, S. 2013. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana.
Burhanuddin, 2004. Analisis administras
imanajemen dan kepemimpinan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Danim, S. 2006. Visi baru Manajemen
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1994. Petunjuk Peningkatan Mutu
Pendidikan Disekolah Dasar.
Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan menengah.
Devis, Keith dan Newton, Jhon W, 2004.
Perilaku Dalam Organisasi.
Erlangga Jakarta.
Dessler. 2007. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Bahasa Indonesia
Jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo.
22
Djamarah, S.B. 2010. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Gibson. 2007. Organisasi dan Manajemen:
Perilaku, Sruktur, dan Proses.
Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
----------2010. Organisasi Perilaku Stuktur
Proses, Jakarta : Binarupa Aksara.
Griffin, Ricky W., 2006. Manajemen (3 ed).
Boston: Houghton Miffin Company
Gitosudarmo, Indrio dan Nyoman Sudiro,.
2010. Perilaku Keorganisasian,
BPFE, Yogyakarta
Hadi, S. 2010. Statistik Jilid 2. Yogyakarta:
Andi Offset.
Hasibuan Malayu S.P. 2010. Manajemen
sumber Daya manusia. Jakarta :
Sinar Grafika
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif
& Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta : DIA FISIP
Universitas Indonesia.
Karweti, E. 2010. Pengaruh Kemampuan
Manajerial Kepala Sekolah dan
Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru SLB di Kabupaten Subang.
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.
11 No. 2. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kottler. 2008. Dasar-Dasar Kepemimpinan
Administrasi. Yogyakarta: UGM
Press.
Kusmianto. 2013. Kinerja Kepala Sekolah
dan Pengawas dalam Membina
Kemampuan Mengajar Guru. Tesis.
Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia. (tidak diterbitkan)
Lembaga Administrasi Negara. 2012.
Pengawasan Fungsional. STIA-
LAN. Jakarta.
Mangkunegara, AA, Anwar Prabu. 2005.
Perencanaan dan Pengembangan
SDM. Bandung:Refika Aditama.
Maruli, A. 2010. Wapres: Pendidikan
adalah Kunci Utama Kemajuan
Bangsa. www.antaranews.com.
Mulyasa, E, 2004, Menjadi Kepala Sekolah
Profesional. Bandung:
RemajaRosda karya.
Nana Sudjana. 2006. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar.Bandung:
SinarBaru
23
Nasution, 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Guru.
sabrinafauza.wordpress.com
(Senin, 5 April 2010)
Nawawi, Hadari. 2013. Kepemimpinan Yang
Efektif. Yogyakarta: Gadjah mada
University Press.
Northouse, P.G. 2007. The Leadership
Challenge. Jakarta: Erlangga.
Nugroho Susanto. 2013. Pelaksanaan
Penilaian Jabatan Fungsional
Guru. Bandung:
UniversitasPendidikan Indonesia.
Notoadmodjo, S. 2009. Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ozuruoke, A.A., Ordu, P., and Abdulkarim,
M.. 2011. Leadership Style and
Business Educator’s Job
Performance in Senior Secondary
Schools in a Changing
Environment. Journal of
Educational and Social Research.
Nigeria : Departement of
Secretarial Education, Federal
College of Education
Posner and Kauzes. 2009. The Leadership
Challenge. Jakarta: Erlangga
Prasetyo, Bambang. Miftahul Jannah, Lina.
2008. Metode Penelitian Kuantitatif
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja
Grafindo.
Prawiro Sentono Sutadi,. 2010. Kebijakan
Kinerja karyawan, Yogyakarta :
BPFE.
Sagala Syaiful. 2011. Memahami Organisasi
pendidikan, Bandung : Alfabeta
Sedler, Philip, 2007. Leadership. London:
Kogan Page.
Sedarmayanti. 2010. Sumber Daya Manusia
dan Produktifitas Kerja. Jakarta:
PT. Refika Aditama.
Sianipar. 2005. Perencanaan Peningkatan
Kinerja. Jakarta: LAN-RI.
Siagian Sondang. 2009. Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Jakarta:Rineka Cipta
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 2009.
Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES.
Slamet Akhmad., 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Soekarso dkk. 2011. Teori Kepemimpinan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sudrajat, A. 2008. Kompetensi Guru dan
Peran Kepala Sekolah.
akhmadsudrajat.wordpress.com.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
24
Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Thoha, Miftah. 2006. Kepemimpinan dalam
Manajemen. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Usman. 2011. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Jakarta: Rajawali
Pers.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Bandung:Alfabeta
Wardiman Djoyonegoro, wawancara dalam
TPI tanggal 16 Agustus 2004.
Wasito, H. 2012. Pengantar Metodologi
Penelitian. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Yuki, Gary. 2010. Leadership in
Organization Saddle River New
Jersey: Prentice Hall,Inc.
DOKUMEN
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Guru
dan Dosen
Peraturan Pemerintah nomor 32 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan
Laporan Bulanan SMA Negeri 4
Tanjungpinang, Maret 2015
Profil SMA Negeri 4 Tanjungpinang