hubungan pembelajaran sejarah kebudayaan islam (ski...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM (SKI) DENGAN KECERDASAN KOGNITIF SISWA
KELAS XII MA. AL-FALAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
SITI MARQIYAH
NIM : 106011000178
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
i
ABSTRAK
Siti Marqiyah. Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Skripsi,
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada dunia
pendidikan, masalah kecerdasan kognitif siswa khususnya dalam tingkat
Aliyah/sederajat merupakan permasalahan yang sering menjadi sorotan mengingat
kognitif ini menjadi salah satu aspek kemampuan yang mesti dimiliki siswa selain
kemampuan afektif dan psikomotorik. Beragam persoalan yang menyangkut
kecerdasan kognitif akibat dari proses pembelajaran yang bersifat monoton dan
cenderung membosankan sehingga mematikan daya kognitif siswa. Hal inilah
yang terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tinggi rendahnya
pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan
memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas
XII MA. Al-Falah Jakarta, maka masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu
apakah terdapat hubungan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan
kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Penelitian ini
dilaksanakan di MA. Al-Falah Jakarta pada semester ganjil tahun ajaran
2009/2010. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian
ini adalah teknik angket, test uji kecerdasan kognitif, observasi dan wawancara.
Penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terdiri dari siswa kelas XII.
Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kategori yaitu instrument pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dan test uji kecerdasan kognitif. Data penelitian
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diperoleh dengan menggunakan alat
ukur pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terdiri dari 30 item yang koefisien
reliabilitasnya sebesar 0,88 dan alat ukur kecerdasan kognitif terdiri dari 24 butir
pertanyaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan formula
Product Moment Karl Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang aktif,
transformatif dan menyenangkan dapat meningkatkan kecerdasan kognitif siswa.
Kata kunci: Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, kecerdasan kognitif
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahi walhamdulillah.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT sebagai manifestasi rasa syukur ke hadirat Illahi
Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal harganya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Hubungan Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada
Nabi Muhammad SAW yang dengan kecerdasan dan kesabarannya mampu
mendobrak kejahiliyahan manusia.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-
tingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan
terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Bapak Drs. Sapiuddin Shiddiq, M. Ag selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih tidak terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu, waktu dan
berbagi pengalaman hidup sehingga penulis dapat mengambil hikmah
dari semuanya.
4. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama
masa perkuliahan.
iii
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam
penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan
bahan pustakaan dan sumber-sumber bacaan.
6. Kepala sekolah, guru dan semua staf di MA. Al-Falah Jakarta,
khususnya Bapak Bahroin HN. S.Pd.i seorang guru agama yang
memberikan arahan dan bimbingan hidup kepada penulis.
7. Ayahanda Mar’ali HM dan Ibunda Almh. Hj. Nusroh Sumayah yang
selalu memberikan kasih sayang dan motivasi bagi penulis untuk dapat
menghadapi segala cobaan dengan hati yang lapang. Terima kasih atas
pengorbanan untuk anakmu ini.
8. H. Matsani (Pak Haji) dan Hj. Chaeriyah (Mak Haji) yang selama ini
telah banyak memberikan doa dan perhatian kepada penulis.
9. Ibu Yuli Trisnawati yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Keluarga besar Alm. KH. Muhammad Chaer Djaza. Terima kasih atas
doa dan kebahagiaan yang telah diberikan kepada penulis.
11. H. Abdul Gofur S.Sos.i. Terima kasih atas doa, dukungan dan kasih
sayang yang telah diberikan untuk penulis sampai saat ini.
12. Siti Arfah, S. Kom dan Hadi Nugroho, SE yang selalu memberikan
semangat dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat penulis Emi “MiQiSyaWa”, Syaidah “MiQiSyaWa”,
Wati “MiQiSyaWa” dan teman-teman kelas E angkatan 2006 Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang
berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 24 Februari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. . Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................ 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 8
BAB II : KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kecerdasan Kognitif ............................................................ 9
1. Pengertian Kecerdasan Kognitif .................................. 9
2. Fungsi Kecerdasan Kognitif ........................................ 10
3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kognitif ........ 12
4. Perkembangan Kecerdasan Kognitif ............................ 13
5. Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif ....... 16
6. Aspek-aspek Kompetensi Kognitif .............................. 17
7. Macam-macam Gaya Kognitif ..................................... 20
8. Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan Kognitif .......... 22
B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........................... 24
1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 24
2. Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 27
3. Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 30
4. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 32
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah Aliyah ............................................. 34
v
6. Aspek-aspek Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam .............................................................................. 35
7. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 41
C. Hipotesis Penelitian ............................................................ 47
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 48
B. Variabel Penelitian .............................................................. 48
C. Metode Penelitian ................................................................ 48
D. Populasi dan Sampel ............................................................ 49
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 49
F. Validitas dan Reliabilitas .................................................... 50
G. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 52
H. Teknik Analisis Data ........................................................... 52
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MA. Al-Falah ........................................ 63
B. Deskripsi Data ..................................................................... 66
C. Analisis Data ........................................................................72
D. Interpretasi Data ..................................................................73
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 76
B. Saran ..................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Sampel Penelitian .................................................................................. 49
2. Kriteria Penilaian Angket ...................................................................... 52
3. Kisi-kisi Angket Penelitian Hubungan Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta ............................................................................ 55
4. Kisi-kisi Test Kecerdasan Kognitif Hubungan Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta ............................................................................ 59
5. Penyampaian Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .. 66
6. Penggunaan Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .... 67
7. Sikap Mengajar Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ...................... 68
8. Isi Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .................. 68
9. Penyajian Inti Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) . 69
10. Penerapan Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ..... 70
11. Evaluasi Test Formatif Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ..................... 71
12. Evaluasi Test Sumatif Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ...................... 72
13. Hasil Koefisien Korelasi ........................................................................ 73
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pengumpulan Data
a. Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Validasi ...........
b. Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Penelitian .........
Lampiran 2. Validitas
a. Uji Validitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
.........................................................................................................
Lampiran 3. Reliabilitas
a. Perhitungan Varian Total Instrumen Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) ..................................................................
b. Perhitungan Reliabilitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) .......................................................................................
Lampiran 4. Analisa Data Hasil Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) ...............................................................................................
Lampiran 5. Analisa Data Hasil Test Uji Kognitif Siswa .....................................
Lampiran 6. Persiapan Perhitungan Koefisien Korelasi .......................................
Lampiran 7. Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam dengan Kecerdasan Kognitif Siswa........................................
Lampiran 8. Perhitungan Koefisien Determinasi ..................................................
Lampiran 9. Berita Wawancara.............................................................................
Lampiran 10. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan MA. Al-Falah Jakarta ..
Lampiran 11. Keadaan Siswa dan Siswi MA. Al-Falah Jakarta ...........................
Lampiran 12. Keadaan Sarana dan Prasarana MA. Al-Falah Jakarta ...................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT dengan
segala bentuk rupa, kelebihan dan kekurangan yang pastinya berbeda satu sama
lain. Allah SWT menciptakan manusia tidak lain untuk menjadi khalifah di muka
bumi. Hal ini secara jelas telah Allah SWT kemukakan dalam al-Qur’an Surah Al-
Baqarah ayat 30:
….
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi....” (Qs.
Al-Baqarah: 30)
Terkait dengan tujuan penciptaannya itu, manusia diberikan beberapa
kelebihan oleh Allah SWT yang dengan kelebihannya manusia diharapkan
mampu menjadi khalifah (pemimpin) untuk mengolah dan memelihara apa yang
sudah terdapat di alam raya ini. Salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada
manusia yaitu kecerdasan. Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari
Allah kepada manusia dan kecerdasan inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,
melalui proses berpikir dan belajar secara berkesinambungan. Dari kecerdasan
pula, Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhlukNya yang memiliki bentuk
2
2
paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Allah SWT menegaskan
dalam al-Qur’an Surah At-Tin ayat 4:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. (Qs. At-Tin: 4).
Steven J. Stein dan Howard E. Book menjelaskan “kecerdasan pada
hakikatnya merupakan sebuah proses terpadu yang melibatkan pertimbangan,
pemecahan masalah dan penalaran”.1 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Alisuf Sabri bahwa “kecerdasan secara umum dapat dipahami sebagai suatu
kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh
manusia”.2 Membahas pengertian kecerdasan dalam berbagai perspektif memang
cukup kompleks, lebih-lebih dewasa ini bermunculan beragam kecerdasan.
Pemahaman teoritik di atas bertujuan sebagai informasi, khususnya bagi
masyarakat yang belum paham tentang intelligensi selain yang selama ini
dipahami secara umum.
Pada umumnya kecerdasan itu akan bermanfaat apabila dipraktekkan
secara optimal dengan penuh penguasaan diri dan rasa syukur, nyata di dalam
masyarakat, berlangsung bagi hajat hidup orang banyak tanpa terikat pada
batasan-batasan tidak logis yang justru membuat seseorang tampak tidak cerdas.
Semakin tinggi kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin cepat, tepat dan
berhasil penuh dalam memecahkan masalah. Namun sebaliknya, semakin rendah
kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin tidak dapat berbuat apa-apa apalagi
untuk memecahkan masalah, mengurus kebutuhan diri yang rutin sehari-hari pun
tidak mampu.
Sejalan dengan hal di atas, ilmu Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku psikis individu dalam hubungannya dengan
1Steven J. Stein dan Howard E. Book, Learning EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and You’r Success
oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2002), Cet. I, h. 33.
2Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1993), Cet. I, h. 111.
3
lingkungan telah mengklasifikasikan kecerdasan itu menjadi beberapa macam dan
diantara banyak kecerdasan itu adalah kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan kognitif memiliki peran penting dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan mengingat konsep pendidikan khususnya
di negara Indonesia lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif
siswa daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan
keberhasilan mereka.
Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa “kecerdasan kognitif merupakan
kecerdasan yang mengembangkan program-program pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual seseorang pada setiap jenjang
belajar”.3 Tanpa adanya kecerdasan kognitif siswa tidak akan dapat memahami,
mengingat dan menguasai suatu materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pendidikan
kecerdasan kognitif menjadi ciri khas tersendiri yang tidak bisa dilepaskan dari
siswa.
Begitu pula dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI), tinggi rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan
kognitif mereka. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sendiri adalah proses
interaksi siswa dengan guru pada suatu lingkungan belajar yang didalamnya
terdapat materi berisikan persitiwa sejarah masa lalu. Dalam pembelajaran sejarah
terdapat beberapa aspek yang mesti diperhatikan oleh guru yakni menguasai fakta,
konsep, struktur komponen pendidikan dan mengembangkan kebiasaan berpikir
kesejarahan. “Melalui kajian sejarah siswa dapat memperoleh gambaran mengenai
latar belakang kehidupannya yang sekarang, sehingga belajar tentang peristiwa
masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat kontinuitas dengan
3Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), Cet. II, h. 54.
4
kehidupan masa kini”.4 Terkait dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
ini, Hariyono menjelaskan bahwa
Pembelajaran mengenai materi Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah
pembelajaran yang dapat diajarkan atau dipelajari dalam tata cara matematika atau
bahasa asing tingkat dasar, seperti memotong dan memisahkan urutan informasi
serta pelbagai prinsip untuk di ingat langkah demi langkah. Akan tetapi,
pembelajaran sejarah merupakan materi pembelajaran yang di dalamnya terdapat
usaha untuk bagaimana menguasai kemampuan berfikir secara imaginatif,
mengorganisir informasi dan menggunakan pelbagai fakta dalam rangka
menemukan dan memahami ide yang signifikan.5
Secara materi, Sejarah Kebudayaan Islam yaitu cerita masa lalu, namun
ruang lingkupnya tidak sesempit apa yang diwacanakan. Di dalamnya termaktub
kebudayaan yang banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral.
Termaktub juga peradaban manusia yang direfleksikan dalam politik, ekonomi
dan teknologi, yang tentu bisa dikaji guna kemajuan peradaban Islam masa kini.
Manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis menjadi wujud dari peradaban
dimaksud. Hal ini mengandung pemahaman bahwa
Sejarah Kebudayaan Islam bukan sekedar cerita masa lalu. Ia kental
dengan budaya dan peradaban Islam sebagai komparasi dan ruh semangat
peradaban masa kini dan mendatang. Siswa harus bisa memahami dan
menghargai prestasi budaya serta peradaban dari pelaku sejarah masa lalu. Sebab
di setiap zamannya terkandung nilai dan semangat yang bermanfaat untuk siswa,
sekarang dan mendatang.6
Pada dasarnya, substansi materi Sejarah Kebudayaan Islam sangat
kompleks dan membutuhkan daya nalar, analisis dan sintesis yang baik dalam
proses pembelajaran. Hal ini tentu dipengaruhi juga oleh bagaimana guru
menyampaikan materi tersebut sehingga tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam akan tercapai dengan baik dan kompleksitas materi pelajaran tersebut dapat
dikuasai siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
4Amru Sahmono, “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa”, dalam http://hanckey.pbworks.com/Pembelajaran-Sejarah,
14 Februari 2010.
5Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,
1995), Cet. I, h. 196.
6Anang Sumarna, “Aktualisasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah”, dalam http://abineu.blogspot.com/, 05 Maret 2010.
5
Pembelajaran yang harusnya dikembangkan dalam Sejarah Kebudayaan
Islam bukanlah pembelajaran yang membosankan, tetapi pembelajaran aktif dan
transformatif. ”Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa
untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mendominasi aktivitas pembelajaran”.7 Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
mencakup pengelolaan informasi dan transformasi.
Umumnya, dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
kerapkali guru terjebak dalam metode pengajaran yang justru jauh dari
pembelajaran aktif dan transformatif serta cenderung membosankan siswa, seperti
penerapan metode ceramah. Metode ini jelas mendatangkan kebosanan bila guru
yang memberikan materi tersebut tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi siswa.
Oleh karena itu, apabila terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh
pula pada kecerdasan kognitif mereka dalam menyerap informasi Sejarah
Kebudayaan Islam.
Dalam kegiatan belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa
diharapkan tidak hanya dapat mengambil suatu kesan aktivitas edukatif yang
diterapkan guru dalam bentuk life skill sesuai minat dan bakatnya, tetapi juga
dapat menguasai materi pembelajaran secara teoritis. Bila mereka dapat
menguasainya maka, materi itu pun bisa tersimpan dengan baik di memori otak
mereka yang dapat terus di ingat dan inilah yang termasuk proses kognitif dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sering kali guru tidak
menghubungkan materi dengan tujuan pembelajaran. Guru masuk kelas dan
langsung bercerita atau mendikte kisah sejarah. Guru lupa bahwa kegiatan yang
dilakukan di dalam kelas adalah bertujuan. ”Tujuannya bukan hanya
menghabiskan jam mata pelajaran saja namun, mengajak siswa untuk belajar dan
menumbuh kembangkan kecerdasan yang dimiliki dalam hal ini kecerdasan
7Tarmizi Ramadhan, ”Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan”, dalam
http://tarmizi.wordpress.com/, 08 Maret 2010.
6
kognitif yang meliputi proses belajar, persepsi, ingatan, berpikir dan memecahkan
masalah”.8
Sejarah Kebudayaan Islam seyogyanya dapat digunakan untuk
menanamkan kekuatan mental dan daya ingat seseorang. Melalui proses belajar
mengajar Sejarah Kebudayaan Islam yang menarik dan memberikan peran aktif
pada siswa akan dapat mempertajam kesenangan pencarian dan penemuan
(inquiry and discovery). “Dari pencarian dan penemuan inilah yang nantinya akan
membangun proses penyesuaian pikiran siswa dengan objek-objek sejarah yang
mereka temukan. Proses yang demikian merupakan konsep perkembangan
kognitif menurut Piaget”.9
Pada realita sekarang, materi Sejarah Kebudayaan Islam selalu disajikan
dalam bentuk narasi kurang menarik. Kisah sejarah yang sering tampil dan
menjadi bahan dialog adalah kisah sepotong-potong (atomic narrative) yang
mematikan daya kognitif dan keaktifan siswa. Inilah sebabnya mengapa hasil
belajar Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali tidak memberikan perkembangan
berarti bagi kecerdasan kognitif siswa dan hanya kebosanan yang membodohkan
mereka (the numbing dullness).
Salah satu lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat proses
belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam ini yaitu Madrasah Aliyah (MA) Al-
Falah Jakarta. Tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap Sejarah
Kebudayaan Islam masih relatif kurang. Hal ini dikarenakan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam yang cenderung berkesan membosankan dan monoton. Selain
itu minat siswa untuk membaca literatur tentang Sejarah Kebudayaan Islam juga
masih kurang sehingga pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali
mematikan keaktifan dan kemampuan kognitif siswa.
Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis
bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul yaitu:
8Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,
1995), Cet. I, h. 185.
9Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan
Psikologi Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 25.
7
“Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan
Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Kajian tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan
kognitif siswa terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti sebagai
berikut:
1. Kurang bervariasinya penerapan metode pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan
menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
3. Rendahnya kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam
menumbuh kembangkan kecerdasan kognitif siswa.
4. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.
5. Kurang menariknya penyajian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dalam skripsi ini, melihat luasnya
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas membutuhkan spesifikasi kajian
hal-hal yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan
menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
8
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas
XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empiris mengenai
hubungan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif
siswa kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta.
2. Manfaat penelitian
Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan untuk pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang, selain
itu, sebagai bahan pengembangan ilmu dan menambah wawasan tentang
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan kognitif di Madrasah
Aliyah Al-Falah Jakarta.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kecerdasan Kognitif
1. Pengertian Kecerdasan Kognitif
Agar lebih jelas dalam membahas pengertian kecerdasan kognitif, maka
penulis akan menguraikan tentang pengertian kecerdasan terlebih dahulu. Menurut
Howard Gardner seperti yang dikutip oleh Agus Efendi kecerdasan adalah
“kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi
budaya tertentu”.1 Terkait dengan hal ini, Danah Zohar dan Ian Marshall
menegaskan bahwa “pada dasarnya kecerdasan itu beragam. Menurutnya, ada tiga
ragam kecerdasan yaitu intelligence quotient atau kecerdasan intelektual, spiritual
quotient atau kecerdasan spiritual dan emotional quotient atau kecerdasan
emosi”.2
Mengenai kecerdasan kognitif ini, berarti membicarakan adanya
pengorganisasian saraf yang memungkinkan manusia berpikir secara rasional.
Agar lengkap pengertian dan pemahaman tentang kecerdasan kognitif, maka
berikut ini penulis mengemukakan pendapat para ahli mengenai kecerdasan
kognitif itu. Siti Rahayu Haditono dan kawan-kawan menjelaskan bahwa
kecerdasan kognitif adalah “pengertian yang luas mengenai berpikir dan
mengamati, artinya tingkah laku yang mengakibatkan seseorang mendapatkan
1Agus Efendi, Revolusi Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Successful Intelligence Atas
IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), Cet. I, h. 81.
2Agus Efendi, Revolusi Abad 21…, h. 82.
10
pengertian atau hal-hal yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian”.3
Sedangkan menurut Margaret E. Bell kecerdasan kognitif yaitu “kelompok
ingatan yang tersusun dan saling berhubungan, aksi serta strategi yang dipakai
oleh anak untuk memahami dunia sekitarnya sesuai tahap perkembangannya yang
berjalan secara tersusun, tumbuh dan berkembang melalui interaksi dengan
lingkungannya”.4 Selanjutnya Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu
berpendapat bahwa kecerdasan kognitif adalah “kemampuan yang mencakup
perkembangan ingatan, perolehan informasi, proses berpikir logis dan
perkembangan dalam memecahkan masalah”.5 Selanjutnya Steven J. Stein dan
Howard E. Book mengatakan bahwa kecerdasan kognitif merupakan “kecerdasan
yang mengacu kepada kemampuan berkonsentrasi dan merencanakan, mengelola
bahan, menggunakan kata-kata dan memahaminya, memahami fakta dan
mengartikannya”.6 Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas
mengenai kecerdasan kognitif, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kognitif
merupakan kemampuan individu yang meliputi kemampuan berpikir, mengingat,
menggunakan bahasa dan memecahkan masalah yang kesemuanya ini menjadi
aktivitas mental yang dilakukan individu secara sadar dalam interaksinya dengan
lingkungan. Atau dengan kata lain, kecerdasan kognitif yakni kemampuan
individu dalam melakukan abstraksi serta berpikir secara cepat untuk
menyesuaikan diri dengan situasi baru.
2. Fungsi Kecerdasan Kognitif
Para ahli Psikologi telah sepakat bahwa inti dari fungsi kecerdasan
kognitif manusia terletak pada otak. Otak merupakan organ yang dianggap
mampu untuk mengelola berbagai informasi yang diterima oleh individu.
3Siti Rahayu Haditono, dkk., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996), Cet. VIII, h. 208.
4Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1994), h. 308.
5Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan: Pedoman Bagi
Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. I,
h. 63.
6Steven J. Stein dan Howard E. Book, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and Your Success oleh
Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2002), Cet. I, h. 34.
11
Informasi tersebut dapat berbentuk pelajaran, hal-hal yang spasial dan lain
sebagainya. Inilah yang menyebabkan mengapa fungsi kecerdasan kognitif diukur
pada tingkat kemampuan otak. Sumber yang penulis dapatkan menyebutkan
bahwa “pada hakikatnya, fungsi kecerdasan kognitif diukur pada tingkat
kemampuan otak dimana otak dipercaya mampu mengelola dan menggunakan
informasi yang tersedia untuk aktivitas kehidupan sehari-hari”.7
Mengenai fungsi kecerdasan kognitif ini, Muhammad Said dan Junimar
Affan menjelaskan dalam bukunya Psikologi dari Zaman ke Zaman: Berfokuskan
Psikologi Pedagogis, yaitu “kecerdasan kognitif memiliki fungsi penting bagi
individu yaitu membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
aktivitas mengingat, berpikir, memahami, menalar, menganalisis, mensintesis,
merencanakan dan sebagainya.”8 Semua aktivitas ini berpusat pada aktivator kerja
otak. Oleh karena itu, tidaklah salah bila para ahli Psikologi bersepakat bahwa
otaklah yang menjadi inti dari berfungsi atau tidaknya kecerdasan kognitif
individu.
Sumber lain yang penulis dapatkan menjelaskan bahwa “fungsi
kecerdasan kognitif yaitu membantu individu mengembangkan daya kreasi dan
inovasi (pembaharuan) terhadap sesuatu yang sedang diamati serta dipikirkan
dalam proses internal mental di tengah-tengah adaptasinya dengan lingkungan”.9
Terkait dengan hal ini, bagi penganut aliran pendekatan kognitif (cognitive
approach) salah satu proses yang dapat membentuk dan mengembangkan struktur
kognitif individu yaitu proses belajar. Dalam proses belajar inilah individu akan
selalu menemukan segala sesuatu yang baru yang dapat diamati dan dipikirkan
dalam memori otak mereka.
Dari pendapat terdahulu mengenai fungsi kecerdasan kognitif, dapat
disimpulkan bahwa pada hakikatnya kecerdasan kognitif merupakan aktivitas dan
tingkah laku mental yang merupakan sarana yang digunakan manusia untuk
7Muhammad Al-Aziziyah, “Vitamin D Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Kognitif”,
dalam http://www.tempointeraktif.com/, 06 April 2010.
8Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman: Berfokuskan
Psikologi Pedagogis, (Bandung: Jemmars, 1990), h. 62.
9Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 53.
12
mendapatkan dan memproses segala pengetahuan. Selain itu juga, kecerdasan
kognitif menjadi salah satu dari sekian banyak kecerdasan individu yang
mempunyai keterkaitan erat dengan kinerja otak sebagai pusat segala aktivitas
individu.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kognitif
Kecerdasan kognitif tumbuh dipengaruhi oleh faktor-faktor. Fadilah
Suralaga dan kawan-kawan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan kognitif adalah “faktor biologik, lingkungan faktor
pengalaman, faktor sosial dan motivasi”.10
Berikut ini penulis akan menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan kognitif tersebut.
Faktor biologik merupakan faktor pertama yang mempengaruhi kognitif
seseorang. Menurut Jean Piaget seperti yang dikutip oleh Zahrotun Nihayah dan
kawan-kawan mengatakan bahwa
Pada dasarnya perkembangan kognitif manusia berakar pada
kerangka biologik, yakni setiap organisme mempunyai struktur dan organisasi.
Agar dapat mempertahankan diri, organisme harus mampu mengadaptasikan
struktur yang ada pada tuntutan lingkungan. Adaptasi merupakan suatu fungsi
biologik dan oleh sebab itu, inilah yang menyebabkan biologik dianggap sebagai
faktor yang dapat mempengaruhi kognitif organisme.11
Faktor kedua yang mempengaruhi kecerdasan kognitif yakni lingkungan
faktor pengalaman. Zahrotun Nihayah dan kawan-kawan dalam bukunya
Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam
menjelaskan bahwa
Lingkungan faktor pengalaman berperan cukup penting dalam
perkembangan kecerdasan kognitif manusia, demikian pula interaksi antara
keduanya sangat berperan. Potensi yang dimiliki oleh individu dapat dioptimalkan
sebaik mungkin apabila lingkungan sekitar dan pengalaman dapat memberikan
stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan individu.12
10Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 41.
11
Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan
Psikologi Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 25.
12
Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 24.
13
Selain faktor biologik dan lingkungan faktor pengalaman, faktor lain
yang mempengaruhi kemampuan kognitif individu adalah faktor sosial dan
motivasi. Sumber yang penulis dapatkan menyebutkan bahwa “peran faktor sosial
tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam menumbuh kembangkan kemampuan
kognitif manusia mengingat manusia merupakan makhluk sosial yang kerapkali
menggunakan kemampuan kognitifnya dalam menerima segala pengetahuan baru
di lingkungan sosial tersebut”.13
Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecerdasan kognitif. Fadilah Suralaga dan kawan-kawan menjelaskan bahwa
Motivasi (motivation) merupakan sebuah faktor penting yang dapat
mendorong dan mempengaruhi fungsi kognitif pada diri individu. Tanpa adanya
motivasi, maka individu tidak akan dapat terdorong untuk menggunakan
kemampuan kognitif yang dimilikinya dalam berpikir serta mempelajari segala
sesuatu seperti abstraksi, pengetahuan dan lain sebagainya.14
Dari penjelasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
kecerdasan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu tidak terlepas dari faktor-
faktor yang mempengaruhi kecerdasan kognitif itu. Faktor tersebut diantaranya
biologik, lingkungan faktor pengalaman, faktor sosial dan motivasi (motivation).
Kesemua faktor ini saling berhubungan satu sama lain dalam menumbuh
kembangkan kemampuan kognitif individu.
4. Perkembangan Kecerdasan Kognitif
Dalam perspektif Psikologi, perkembangan kecerdasan kognitif
didasarkan pada teori belajar kognitivisme dimana menurut teori itu, belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan
pemahaman tidak selalu berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi
dasar teori ini adalah
Bahwa setiap orang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan di
dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur
kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila
13Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan
Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 72.
14
Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 93.
14
materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara klop dengan
struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa.15
Dalam perkembangannya, setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik
tolak dari teori kognitivisme ini, yakni: teori perkembangan Jean Piaget, teori
kognitif Jerome S. Bruner dan teori bermakna David P. Ausubel.
1. Teori perkembangan Jean Piaget
Piaget mengemukakan bahwa “proses belajar sebagai proses
pentransferan pengetahuan terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan
tertentu sesuai dengan usia siswa dimana tahap tersebut diantaranya sensory
motor, pra operasional, operasional konkret dan operasional formal”.16
Dalam
konsep perkembangan kognitif Piaget ini dikenal ada dua fungsi dasar, yakni
organisasi dan adaptasi. Organisasi ialah “kecenderungan bawaan setiap individu
untuk mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren”.17
Sedangkan adaptasi ialah “suatu proses penyesuaian pikiran dengan objek
tertentu”.18
Dalam teorinya, Piaget membagi proses adaptasi ke dalam tiga proses
dimana ketiga proses tersebut berkaitan satu sama lain. Proses yang dimaksud itu
yakni:
a. Proses asimilasi
Asimilasi merujuk pada kejadian dimana individu bila setiap kali
bertemu dengan suatu objek diluar dirinya akan memasukkan pengalaman atau
paham baru tentang objek itu dengan membentuk ulang kognisinya sesuai sifat
organisasi intelektual yang sudah dimilikinya.
b. Proses akomodasi
Dalam perkembangan kecerdasan kognitif, proses akomodasi ini
dapat menyebabkan terbentuknya suatu taraf keseimbangan baru dengan struktur
yang lebih jelas, lebih tajam dan lebih luas.
c. Proses equilibrasi
Terdapat proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi. Proses penyesuaian tersebut dalam perkembangan kecerdasan
kognitif dikenal dengan istilah equilibrasi.19
15Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 53.
16
Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 72.
17
Siti Rahayu Haditono, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 210.
18
Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 25.
19
Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan…, h. 322.
15
Dari uraian di atas mengenai konsep perkembangan kecerdasan kognitif
dapat disimpulkan bahwa di dalam kegiatan berpikir manusia, sebagaimana yang
diutarakan Piaget, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
akomodasi, asimilasi dan equilibrasi. Antara satu aktivitas mental dengan aktivitas
mental lainnya tersebut saling berkaitan. Sehingga untuk memahami mekanisme
perkembangan kognitif manusia, kita perlu memahami arti dan fungsi dari
masing-masing aktivitas mental tersebut.
2. Teori kognitif Jerome S. Bruner
Bruner merupakan salah satu tokoh ahli Psikologi kognitif yang banyak
memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana
manusia belajar dan mentransformasi pengetahuan. Dalam perkembangan
kognitif, Brunner mengusulkan teori free discovery learning, yakni teori yang
beranggapan bahwa “proses belajar manusia akan berjalan baik, kreatif dan
kognitif berkembang optimal bila guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan suatu aturan (konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh
yang mewakili aturan yang menjadi sumbernya”.20
Dengan kata lain, kognitif
akan dapat berkembang baik bila dalam proses belajar siswa dibimbing secara
induktif untuk memahami dan mengingat suatu hal yang telah diterimanya.
Terdapat tiga tahap dalam penerapan proses belajar yang dapat menumbuh
kembangkan perkembangan kognitif manusia, yakni:
a. Tahap enaktif
Pada tahap ini, cara penyajian materi belajar terdiri atas penyajian
kejadian-kejadian lampau melalui respons-respons motorik.
b. Tahap ikonik
Pada tahap ini, cara penyajian materi belajar dilakukan melalui
sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, namun tidak
mendefinisikan sepenuhnya konsep itu.
c. Tahap simbolik
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk dapat memahami gagasan-
gagasan secara abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.21
20Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 12.
21
Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 70-71.
16
3. Teori bermakna David P. Ausubel
David P. Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli Psikologi kognitif
yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh
kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Kebermaknaan belajar ini diartikan
sebagai “suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar”.22
Belajar
dikatakan bermakna apabila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa sehingga siswa itu mampu
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Bagi
Ausubel, kognitif siswa dapat berkembang baik bila materi yang dipelajari siswa
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya.
5. Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif
Membahas tentang perkembangan kognitif berarti membahas tentang
perkembangan individu dalam berfikir atau proses kognisi atau proses
mengetahui. Dalam Psikologi, proses mengetahui dipelajari dalam bidang
psikologi kognitif, bidang ini dipelopori oleh Jean Piaget. Dalam pandangan
Piaget, individu memiliki potensi kognitif yang mengalami proses perkembangan
dimana kecerdasan kognitif berkembang secara bertahap. Menurut Piaget tahapan
ialah “suatu jangka waktu tertentu, dimana cara berpikir dan tingkah laku anak
dalam berbagai situasi merefleksikan suatu struktur mental tertentu”.23
Dengan
kata lain, tahap perkembangan pada setiap periode kehidupan anak adalah
gambaran bagaimana cara-cara seorang individu memperoleh pengetahuan.
Menurut Piaget tahap perkembangan kecerdasan kognitif manusia terdiri dari
empat periode, yaitu:
No. Periode Usia
22Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman…, h. 199.
23
Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 27.
17
1. Sensory motor 0-2 tahun
2. Pra operasional 2-7 tahun
3. Operasional konkret 7-11 tahun
4. Operasional formal 11-16 tahun
Berdasarkan pembahasan dalam judul skripsi ini yang membahas
kecerdasan kognitif pada siswa tingkat Madrasah Aliyah/sederajat maka, penulis
hanya akan menguraikan tahapan perkembangan kecerdasan kognitif pada periode
operasional formal saja karena pada taraf usia operasional formal inilah siswa
duduk di bangku sekolah tingkat Madrasah Aliyah/sederajat. Periode operasional
formal (usia 11-16 tahun) merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kognitif.
Margaret E. Bell menjelaskan
Dalam periode operasional formal, anak mampu melakukan operasi
terhadap objek dan kejadian yang tidak hadir secara konkret atau dengan kata lain
anak sudah berpikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini juga anak sudah berpikir
rasional dan sistematis serta dapat memikirkan tentang proses pikiran mereka
sendiri (metakognitif). Karena periode ini merupakan periode terakhir dalam
perkembangan kognitif maka, setelah ini perubahan yang akan terjadi yakni pada
aspek kedalaman dan keluasaan pengetahuan.24
Dari penjelasan terdahulu, dapat disimpulkan bahwa tahap operasional
formal yakni periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap
ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini yakni diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia.
6. Aspek-aspek Kompetensi Kognitif
Pada umumnya dalam proses pembelajaran terdapat tiga aspek yang
mesti dapat dikuasai oleh siswa. Ketiga aspek tersebut yakni kognitif, afektif dan
psikomotorik. Setiap bidang studi selalu mengandung ketiga aspek tersebut, tetapi
24Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan…, h. 333.
18
penekannya selalu berbeda. Bidang studi praktek lebih menekankan pada aspek
psikomotorik, sedangkan bidang studi pemahaman konsep lebih menekankan
pada aspek kognitif. Namun, kedua aspek tersebut mengandung aspek afektif.
Terkait dengan hal ini, Bloom menjelaskan bahwa
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Aspek afektif
berhubungan dengan watak (perilaku) individu seperti sikap, minat, konsep diri,
nilai dan moral. Sedangkan aspek psikomotorik berhubungan dengan
keterampilan yang melibatkan otot dan kekuatan fisik, misalnya menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.25
Nety Hartati dan kawan-kawan mengemukakan bahwa aspek kognitif
merupakan “subtaksonomi yang mengungkapkan mengenai kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan rendah sampai ke tingkat yang paling
tinggi yakni evaluasi”.26
Nety Hartati dan kawan-kawan menambahkan pula
bahwa
Tujuan aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan berpikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yakni mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.27
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan pada
dasarnya aspek kognitif ini erat hubungannya dengan kemampuan berpikir
termasuk didalamnya aktivitas kemampuan dalam memahami, menghapal,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Terkait dengan hal
tersebut, dalam taksonomi Benjamin S. Bloom dijelaskan bahwa kemampuan
kognitif dalam pembelajaran adalah “kemampuan berpikir secara hierarkis yang
terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi”.28
25Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam
http://massofa.wordpress.com/, 29 September 2010.
26
Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. I, h.
65.
27
Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi…, h. 67.
28
Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam
http://massofa.wordpress.com/, 30 September 2010.
19
Berikut ini penulis akan menguraikan keenam aspek kognitif tersebut yang
terdapat dalam taksonomi Bloom.
1. Pengetahuan (knowledge)
Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat (recall)
berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya. Dengan kata lain, pada
tingkat pengetahuan ini siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja
misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.
2. Pemahaman (comprehension)
Pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui
dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini juga, siswa diharapkan menerjemahkan
atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Penerapan (application)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta
memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan
dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,
pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen
tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini, siswa
diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang
telah dipelajari.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis merupakan kemampuan individu dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk
pola baru yang lebih menyeluruh.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa
mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,
produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.29
Terlepas dari hal di atas, salah satu bidang studi yang menuntut siswa
memiliki aspek kognitif di atas yakni Sejarah Kebudayaan Islam yang banyak
mengandung unsur-unsur pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi.
Seorang guru Sejarah Kebudayaan Islam sudah semestinya mampu untuk
menerapkan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang sejalan dengan
perkembangan aspek kognitif siswa melalui cara-cara yang variatif sehingga
pembelajaran tersebut memberikan implikasi yang nyata bagi perkembangan
29Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi…, h. 69-71.
20
kognitif siswa. Cara-cara variatif tersebut seperti “guru membuat desain rencana
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam termasuk didalamnya rencana penilaian
(test) diantaranya membuat soal-soal yang berkaitan dengan Sejarah Kebudayaan
Islam berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditetapkan”.30
Adapun bentuk soal test yang dapat diterapkan guru guna
menumbuh kembangkan kecerdasan kognitif siswa dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam yakni menjodohkan, pilihan ganda, test atau pertanyaan lisan
di kelas, uraian obyektif, uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau
isian singkat dan lain-lain.
Umumnya, taraf perkembangan kognitif pada usia operasional formal
atau usia saat individu duduk dibangku sekolah tingkat Madrasah Aliyah/sederajat
sudah sampai di taraf sintesis (syntesis). Meski taraf tertinggi dari keenam aspek
kompetensi kognitif ini adalah evaluasi (evaluation) namun, hanya sebagian siswa
saja yang sudah sampai pada taraf ini. Meski begitu, taraf perkembangan kognitif
siswa dapat dikatakan sudah mencapai tingkat optimal yang ditandai dengan
tercapainya taraf pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis serta sintesis.
7. Macam-macam Gaya Kognitif
Pada hakikatnya dalam proses belajar mengajar kemampuan siswa untuk
memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang
cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka kerapkali
harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau
pelajaran yang sama. Cara berbeda tersebut merupakan indikasi dari adanya gaya
pembelajaran setiap individu dalam memahami dan menyerap pelajaran atau
informasi dari luar dirinya. Dalam hal ini, Dunn menjelaskan bahwa
Gaya pembelajaran adalah cara seorang pelajar memproses serta
mempertahankan informasi baru. Gaya pembelajaran tergantung ke fitur biologi
dan perkembangan kepribadian seseorang dan ia dipengaruhi oleh lingkungan,
emosi, pengaruh sosial serta perasaan individu. Akibatnya, sesuatu pengajaran
30Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam
http://massofa.wordpress.com/, 30 September 2010.
21
dapat efektif bagi seorang mahasiswa namun tidak efektif bagi siswa yang lain
karena gaya pembelajaran mereka berbeda.31
Sedangkan Renzulli dan Smith sendiri mendefinisikan gaya
pembelajaran sebagai “suatu bidang strategi pengajaran yang mana siswa
mencoba menuntut pembelajaran”.32
Mereka juga bependapat bahwa “siswa dapat
belajar dengan lebih efektif jika pengajaran guru sesuai dengan gaya pembelajaran
pelajar. Dengan ini, penyesuaian dalam pengajaran perlu dilakukan guna melayani
gaya pembelajaran pelajar”.33
Keefe seperti yang dikutip oleh Hamzah B. Uno
dalam bukunya menjelaskan bahwa
Gaya pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu gaya kognitif, gaya
afektif dan gaya kejiwaan. Gaya kognitif berkaitan erat dengan cara penerimaan
dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi serta kebiasaan yang
berhubungan dengan lingkungan belajar. Gaya afektif berkaitan erat dengan reaksi
yang berdasarkan kepada motivasi dalam belajar sedangkan gaya kejiwaan
bersifat tabiat yang berhubungan erat dengan unsur-unsur seks, kesehatan dan
lingkungan.34
Terkait dengan penjelasan di atas, dalam hal ini penulis akan
mengemukakan tentang gaya kognitif itu sendiri dan macam-macamnya. Pada
dasarnya kognitif yaitu “karakteristik individu dalam berpikir, merasakan,
mengingat, memecahkan masalah dan membuat keputusan”.35
Gaya kognitif juga
dipahami sebagai “cara setiap individu dalam menerima, mengorganisasikan,
merespons, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang dialaminya berdasarkan kajian psikologis”.36
Setiap individu
tentunya akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi
informasi sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya. Dalam proses
pembelajaran, macam-macam gaya kognitif tersebut diantaranya, yaitu:
a. Field Dependence (FD)
31Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 152-153.
32
Muhammad Arniko, “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam
http://www.jejakguru.co.cc/, 30 Juli 2010.
33
Muhammad Arniko, “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam
http://www.jejakguru.co.cc/, 01 Agustus 2010.
34
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 186.
35
Munandir, Rancangan Sistem Kognitif dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Kanisius,
1992), h. 88.
36
Munandir, Rancangan Sistem…, h. 90.
22
Field dependence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh
informasi yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.37
b. Field Independence (FI)
Field independence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh
informasi yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.38
c. Gaya impulsive
Gaya impulsive yakni “gaya belajar yang cenderung bersifat
menduga-duga, cepat berbuat atau berbuat yang untung-untungan”.39
d. Gaya reflective
Gaya reflective yakni “gaya kognitif yang lebih banyak
memanfaatkan perenungan dan pertimbangan secara matang”.40
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap individu
mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menerima setiap informasi khususnya
dalam proses pembelajaran di sekolah. Gaya-gaya tersebut seperti gaya field
dependence, field independence, impulsive dan reflective baik secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan
kognisi individu.
8. Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan Kognitif
Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Pengembangan Alat Ukur
Psikologis dikemukakan bahwa “atribut kecerdasan kognitif dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu: 1.) hasil belajar, 2.) inteligensi, dan 3.) potensi intelektual”.41
Dalam pembahasan ini, penulis hanya akan menguraikan tentang hasil belajar
saja. Hal ini didasari karena dalam proses pembelajaran hasil belajarlah yang
menjadi salah satu aspek yang menjadi penentu tercapai tidaknya kompetensi
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa sebagai objek pendidikan.
Menurut Dimyathi dan Mudjiono, hasil belajar yakni “hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
37Muhammad Suchaini, “Analisis Gaya Kognitif Field Dependence”, dalam
http://suchaini.wordpress.com/, 20 Agustus 2010.
38
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 190.
39
Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I, h. 17.
40
Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran…, h. 25
41
Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, (Yogyakarta: Andi, 2005),
h. 48.
23
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran”.42
Sumber lain yang penulis
dapatkan menyebutkan bahwa hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.43
Hasil belajar ini
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan
taksonomi Benjamin S. Bloom hasil belajar tersebut dicapai melalui tiga kategori
ranah, antara lain:
1. Ranah kognitif. Ranah ini berkaitan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian.
2. Ranah afektif. Ranah ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah psikomotorik. Ranah ini berkaitan dengan perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang dan mengoperasikan mesin.44
Dari ketiga ranah di atas, hasil belajar yang berkaitan dengan
kemampuan kognitiflah yang lebih dominan sebab dalam pendidikan di Indonesia,
umumnya lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif siswa
daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan keberhasilan
mereka. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Kecerdasan
sangat berpengaruh terhadap kognitif siswa. Semakin cerdas siswa maka, akan
baik pula kognitifnya dan begitu pun sebaliknya.
Dalam proses pembelajaran, hasil belajar kognitif menekankan pada
kemampuan intelektual siswa. Hasil belajar kognitif ini dapat dioptimalkan dan
dikembangkan dengan strategi belajar. Guru dapat mengubah teori-teori kognitif
42Dimyathi dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.
250-251.
43
Indra Munawar, “Pengertian dan Definisi Hasil Belajar”, dalam
http://indramunawar.blogspot.com/, 30 Agustus 2010.
44
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.
24
dan pemrosesan informasi menjadi strategi-strategi belajar khas. Beberapa strategi
belajar yang dimaksud adalah strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi
organisasi, strategi metakognitif. Berikut ini uraian dari keempat strategi tersebut.
a. Strategi mengulang. Merupakan strategi yang dilakukan dengan
menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan awal yang sudah dimiliki
siswa.
b. Strategi elaborasi. Merupakan strategi yang membantu pemindahan
informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan
menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang
telah diketahui.
c. Strategi organisasi. Merupakan strategi yang bertujuan membantu
siswa meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan
mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut.
d. Strategi metakognitif. Merupakan strategi yang berhubungan
dengan pengetahuan siswa tentang cara berpikir mereka sendiri dan kemampuan
mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat.45
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cakupan kecerdasan
kognitif terdiri dari hasil belajar, inteligensi dan potensi intelektual. Hasil belajar
sendiri yakni suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar ini dapat dicapai melalui tiga ranah, yakni
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dalam ranah kognitiflah yang
lebih dominan dari ketiga ranah ini. Dalam pengembangan hasil belajar kognitif
ini dapat dilakukan dengan menerapkan empat strategi belajar aktif, diantaranya
strategi mengulang, elaborasi, organisasi dan metakognitif.
B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Supaya lebih jelas dalam membahas pengertian pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan satu persatu
dari kata-kata tersebut. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya
“aktivitas perubahan tingkah laku”.46
Perubahan tingkah laku ini ternyata
45Anwar Kholil, Mengoptimalkan Hasil Belajar Kognitif dengan Strategi Belajar,
(Yogyakarta: Andi Press, 2008), Cet. I, h. 50.
46
Muhammad Starawaji, “Pengertian Pembelajaran”, dalam
http://strawaji.wordpress.com/, 01 September 2010.
25
mempunyai arti yang sangat luas, yakni perubahan tingkah laku dari tidak tahu
menjadi tahu atau berpengetahuan dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai “proses yang diterapkan untuk
membantu siswa agar dapat belajar dengan baik”.47
Abuddin Nata dalam bukunya
yang berjudul Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah “sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual dan
spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri”.48
Dengan kata
lain, pembelajaran yakni bantuan yang diberikan oleh pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Adapun Sejarah Kebudayaan Islam sendiri didefinisikan sebagai
“kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode
kekuasaan Islam mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai
perkembangan kekuasaan Islam sekarang”.49
Sejarah Kebudayaan Islam juga
diartikan sebagai “kisah-kisah yang didalamnya terdapat cara-cara hidup yang
ditempuh manusia dalam keaneka ragamannya untuk mencapai suatu tujuan”.50
Dalam sumber lain yang penulis peroleh disebutkan bahwa Sejarah Kebudayaan
Islam merupakan “kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan
melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah,
penggunaan bahasa dan kebiasaan hidup bermasyarakat”.51
Sidi Gazalba dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam memberikan
definisi tentang Sejarah Kebudayaan Islam sebagai “cara berpikir dan cara merasa
Islam yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari golongan manusia
yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu”.52
Yatimin
47 http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran, 01 September 2010.
48
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 85.
49
Muhammad Al-Hafizh, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam
http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 September 2010.
50
Ustadz Muhammad Khair Abdul Kadir, Konsepsi Sejarah Islam dalam Sorotan, Terj.
dari Tarikhuna Fi Dlau’i al-Islam, oleh Nabhan Husein, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), Cet.
II, h. 64.
51
Ahmad Hasimy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. I, h.
14.
52
Sidi Gazalba, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 2.
26
Abdullah dalam bukunya Studi Islam Kontemporer menegaskan bahwa Sejarah
Kebudayaan Islam adalah “keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau
pada masa yang masih ada”.53
Sedangkan menurut Abuddin Nata dalam bukunya
yang berjudul Metodologi Studi Islam yang dimaksud dengan Sejarah
Kebudayaan Islam adalah
Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Diantara cakupannya itu
ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan
penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran
agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai oleh umat
Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan
umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan,
ekonomi dan lain sebagainya.54
Dari definisi yang telah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah ”proses yang diterapkan untuk
membantu peserta didik dalam mengenal, mengetahui dan memahami setiap
kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek”.55
Sumber
lain yang penulis dapatkan memaparkan bahwa pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam ialah
Usaha yang diberikan oleh pendidik agar peserta didik memahami
Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh Islam masa lalu
dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah, menanamkan
penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan
menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang
ada, dan juga untuk menggugah semangat mendalami Islam yang lebih baik.56
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat simpulkan bahwa
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada hakikatnya adalah aktivitas
pentransferan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru kepada siswa yang
berhubungan erat dengan peristiwa masa silam, baik itu peristiwa politik, sosial,
53Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), Cet. I, h. 202.
54
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
Cet. IV, h. 314.
55
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. VIII, h. 66.
56
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), h. 6.
27
maupun ekonomi yang memang benar-benar terjadi dalam suatu negara Islam dan
dialami oleh masyarakat Islam.
2. Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Dalam setiap bidang studi terdapat beberapa prinsip yang mesti
diperhatikan dan diterapkan oleh setiap guru guna mengefektifkan proses
pembelajaran di ruang kelas. Salah satu bidang studi yang di dalamnya terdapat
prinsip-prinsip tersebut yakni Sejarah Kebudayaan Islam. Muhaimin dan kawan-
kawan dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah menjelaskan bahwa prinsip-prinsip
pembelajaran yang di maksud antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip kesiapan (readliness)
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai
subjek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik-
psikis (jasmani-mental) individu yang memungkinkan subjek dapat melakukan
kegiatan belajar.
2. Prinsip motivasi (motivation)
Motivasi dapat diartikan sebagai “tenaga pendorong atau penarik
yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu”.57
Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
motivasi intrinsik (motivasi yang datang dari dalam diri siswa), dan motivasi
ekstrinsik (motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri siswa).
3. Prinsip perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif yang mencakup empat
keterampilan, antara lain:
a. Berorientasi kepada suatu masalah.
b. Meninjau sepintas isi masalah.
c. Memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, dan
d. Mengabaikan stimuli yang tidak relevan.
4. Prinsip persepsi
Persepsi merupakan “suatu proses bersifat kompleks yang
menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh
dari lingkungannya”.58
Persepsi umumnya bersifat relatif, selektif dan teratur.
Oleh karena itu, sejak dini kepada siswa perlu ditanamkan rasa memiliki persepsi
yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari.
5. Prinsip retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali
setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang
57 http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi, 03 September 2010.
58
http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, 03 September 2010.
28
dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan
dapat diingat kembali jika diperlukan. Umumnya, dalam belajar terdapat tiga
faktor yang dapat mempengaruhi retensi. Ketiga faktor tersebut yakni:
a. Apa yang dipelajari pada permulaan (original learning).
b. Belajar melebihi penguasaan (over learning), dan
c. Pengulangan dengan interval waktu (spaced review).
6. Prinsip transfer
Transfer yaitu suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari
dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Transfer
belajar dalam proses pembelajaran khususnya Sejarah Kebudayaan Islam sendiri
merupakan aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap
atau respons-respons lain dari suatu situasi ke dalam situasi yang lain. Umumnya,
bentuk transfer dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Transfer positif. Terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat
membantu atau mempermudah pembentukkan unjuk kerja siswa dalam tugas-
tugas selanjutnya.
b. Transfer negatif. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh
sebelumnya menghambat atau mempersulit unjuk kerja dalam tugas-tugas baru.
c. Transfer nol. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh
sebelumnya tidak mempengaruhi unjuk kerja dalam tugas-tugas barunya.59
Selain Muhaimin dan kawan-kawan, Fadilah Suralaga dan kawan kawan
dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam juga
menjabarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri atas:
1. Prinsip motivasi (motivation)
Motivasi merupakan sebuah prinsip penting dari beberapa prinsip
pembelajaran. Hakikatnya, dalam proses pembelajaran di sekolah motivasi
mempunyai peran yang begitu dominan dalam membangkitkan semangat individu
guna mencari problem solving. Selain itu, motivasi jugalah yang mampu
membantu merealisasikan tujuan yang akan diraih serta mempercepat daya
tangkap pengetahuan yang dipelajari. Dengan pertimbangan inilah Fadilah
Suralaga dan kawan-kawan menempatkan motivasi sebagai prinsip utama dalam
proses pembelajaran.
2. Prinsip penghargaan (reward)
Sama halnya dengan motivasi, penghargaan (reward) juga
mempunyai posisi penting untuk mensupport individu melakukan respons yang
positif dalam pembelajaran. Penghargaan (reward) yang diberikan tidak selalu
berupa materi, namun bisa juga bersifat abstrak. Misalnya, penghargaan bisa
diberikan dalam bentuk pujian, apresiasi maupun motivasi. Pujian seorang guru
kepada muridnya dapat menyebabkan murid tersebut semangat untuk belajar.
Dengan kata lain, penghargaan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
untuk memunculkan respons positif yang mampu memberikan semnagat belajar.
59Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 145-147.
29
3. Prinsip partisipasi aktif (active participation)
Partisipasi adalah “proses keterlibatan mental dan emosi seorang
individu kepada pencapaian suatu tujuan dan individu tersebut ikut bertanggung
jawab di dalamnya”.60
Belajar akan lebih baik dan lebih cepat bila ada partisipasi
aktif dari siswa dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran
sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan
bisa dicapai semaksimal mungkin.
Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan siswa yang
belajar. Setiap siswa pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah
kadar atau bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan
kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar
agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
4. Prinsip konsentrasi (concentration)
Konsentrasi ialah suatu proses pemusatan pemikiran kepada suatu
objek tertentu. Konsentrasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Individu tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau dia tidak
berkonsentrasi untuk mendapatkannya. Bila demikian, konsentrasi menjadi syarat
mutlak dalam proses pembelajaran. Membangkitkan konsentrasi siswa bisa
melalui berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan perumpamaan fakta
yang mengandung makna, mengajukan pertanyaan, melakukan diskusi maupun
dialog, menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti peta, sketsa, audio
visual dan sebagainya.61
Dari penjelasan di atas tentang prinsip-prinsip pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya proses mengajar maupun pembelajaran
merupakan suatu pekerjaan yang rumit dan kompleks. Dalam proses tersebut
terdapat hal-hal yang sudah semestinya diperhatikan baik itu oleh guru maupun
siswa. Hal-hal inilah yang disebut oleh para ahli pendidikan sebagai prinsip.
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya kesiapan, motivasi, perhatian, persepsi,
retensi dan transfer. Ada pula yang mengemukakan bila prinsip pembelajaran itu
diantaranya motivasi, penghargaan, partisipasi aktif dan konsentrasi. Bagaimana
pun pengklasifikasian prinsip pembelajaran oleh para ahli pendidikan tersebut,
yang jelas prinsip-prinsip ini memiliki perannya masing-masing dalam menumbuh
kembangkan keefektifan proses pembelajaran di sekolah.
60Bambang Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), h. 279.
61
Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 96-100.
30
3. Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Dalam perspektif Islam, manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat
sejarah dan kebudayaan mempunyai kedudukan dan peran inti, kedudukan serta
posisi manusia ini di kisahkan dalam Al-Qur‟an diantaranya:
1. Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dan paling
utama. Sebagai konsekuensi logis manusia memiliki kebebasan yang
bertanggung jawab, dalam arti yang seluas-luasnya dan pada dimensi
beragam yang pada gilirannya merupakan amanat yang mesti dipikul.
2. Guna mengemban tugasnya sebagai makhluk yang dimuliakan Allah
SWT, tidak seperti ciptaan Allah SWT yang lain. Semuanya mempunyai
tekanan yang sama yaitu agar manusia menggunakan akalnya hanya
untuk hal yang positif sesuai dengan fitrah dan panggilan hati nuraninya,
dan amatlah tercela orang yang terpedaya oleh hawa nafsu terlepas dari
kemanusiaan dan fitrahnya.
Terkait dengan hal di atas, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
yang diberikan oleh guru di setiap lembaga pendidikan formal sudah sepatutnya
diintegrasikan dengan kedudukan dan posisi manusia yang telah dikisahkan dalam
Al-Qur‟an tersebut agar siswa dapat memahami hakikat mereka sebagai pelaku
serta pembuat sejarah dan kebudayaan. Agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam ini dapat memberikan nilai edukasi tinggi kepada siswa, maka guru harus
mengetahui dan memahami fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
tersebut. Adapun fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam antara lain
sebagai berikut:
a. Fungsi inspiratif: Sejarah Kebudayaan Islam memberikan inspirasi
mengenai gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan masa kini, khususnya yang berkaitan dengan
semangat untuk mewujudkan identitas sebagai masyarakat Islam.
b. Fungsi rekreatif: melalui membaca dan mempelajari Sejarah
Kebudayaaan Islam seakan-akan kita melakukan perlawatan Sejarah Kebudayaan
Islam karena menerobos batas waktu dan tempat menuju zaman masa lampau
untuk mengikuti setiap peristiwa yang terjadi.
31
c. Fungsi instruktif: Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu
bidang keilmuan yang diyakini dapat menunjang keterampilan-keterampilan
tertentu.
d. Fungsi edukatif: Sejarah Kebudayaan Islam dapat memberikan
nilai kearifan bagi siapa saja yang mempelajarinya. Selain itu, melalui Sejarah
Kebudayaan Islamlah dapat dilakukan pewarisan nilai-nilai budaya Islam dari
generasi terdahulu ke generasi masa kini. Dari pewarisan nilai-nilai itulah akan
menumbuhkan kesadaran sejarah, yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan masyarakat Islam.62
Zakiah Daradjat dan kawan-kawan dalam bukunya yang berjudul
Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam menegaskan bahwa
Fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada hakikatnya
adalah membantu meningkatkan iman peserta didik dalam rangka pembentukan
pribadi muslim, disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap
Islam dan kebudayaannya, memberi bekal kepada peserta didik dalam rangka
melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi atau bekal untuk
menjalani kehidupan mereka bila mereka putus sekolah, mendukung
perkembangan Islam masa kini dan mendatang disamping meluaskan cakrawala
pandangannya terhadap makna Islam bagi kepentingan kebudayaan umat
manusia.63
Kartodirdjo seperti yang dikutip oleh Hariyono dalam buku Mempelajari
Sejarah Secara Efektif menjelaskan bahwa fungsi pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam antara lain sebagai berikut:
a. Melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik
mendapatkan inspirasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi dari
kisah-kisah yang benar-benar terjadi dan dialami secara langsung oleh pelaku.
b. Membantu memupuk kebiasaan berpikir peserta didik secara
kontekstual, terutama dalam hal meruang dan mewaktu, tanpa menghilangkan
hakikat perubahan yang terjadi dalam proses sosio kultural masyarakat Islam.
c. Membangkitkan perhatian dan minat perserta didik kepada sejarah
masyarakat Islam sebagai satu kesatuan komunitas.64
Adapun fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang terdapat
dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI Nomor 2 Tahun 2008 yakni:
62Siswo Dwi Martanto, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam: Permasalahan dan
Solusinya, (Yogyakarta: Ombak Press, 2008), Cet. I, h. 188-189.
63
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1999), Cet. I, h. 175.
64
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,
1995), Cet. I, h. 191.
32
a. Melalui Sejarah Kebudayaan Islam, peserta didik memperoleh
pengetahuan yang memadai mengenai masa lalu Islam dan kebudayaannya.
b. Sejarah Kebudayaan Islam menegaskan kepada peserta didik
tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami
dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
c. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu sumber penting
yang mempunyai kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.65
Dari uraian di atas tentang fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam berfungsi bukan
hanya sebagai salah satu bidang studi yang memberikan nilai edukatif tinggi
kepada siswa, namun lebih dari itu Sejarah Kebudayaan Islam juga berfungsi
sebagai sumber penting yang mampu menumbuh kembangkan kesadaran siswa
akan hakikat nilai-nilai kesejarahan Islam yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai perwujudan penghargaan dan apresiasi mereka terhadap
perjuangan masyarakat Islam.
4. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru di
lembaga-lembaga pendidikan formal seperti madrasah selain memiliki fungsi juga
memiliki peran penting yakni menumbuh kembangkan pemahaman siswa tentang
peristiwa masa lampau dan perkembangan kondisi masyarakatnya di suatu
wilayah Islam. Namun, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun juga
memiliki tujuan yang tidak kalah pentingnya dengan fungsi dan perannya itu,
yakni:
Mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan
memiliki pengetahuan mengenai masa lampau yang dapat digunakan untuk
memahami, menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat Islam
65Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depag RI, 2008), h. 85.
33
serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati
diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam dunia.66
Sedangkan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang penulis
peroleh dari sumber lain menegaskan bahwa
Pada dasarnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu
bertujuan untuk menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik mengenai
adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat Islam dan
adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa
kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa
yang akan datang.67
Tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini juga dijelaskan di
dalam kurikulum Madrasah Aliyah yang terdapat dalam Peraturan Menteri Agama
(Permenag) RI Nomor 2 Tahun 2008, antara lain sebagai berikut:
a. Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya
berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.
b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah
dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
e. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa
depan.68
Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dapat disimpulkan bahwa utamanya pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam yang diajarkan di lembaga pendidikan formal bertujuan tidak
hanya sekedar membentuk kepribadian siswa yang luhur dan mulia seperti tokoh-
66Hansiswany Kamarga, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Informasi,
Perlukah?, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. I, h. 20.
67
Nurul Fikri, “Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam
http://tongkal09.wordpress.com/, 07 September 2010.
68
Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008…, h. 85.
34
tokoh teladan dalam sejarah, namun lebih dari itu Sejarah Kebudayaan Islam
bertujuan menanamkan kesadaran berpikir siswa bahwa mempelajari kisah di
masa lampau itu sangat berguna sebagai patokan untuk menjalani kehidupan di
masa kini bahkan di masa mendatang dengan berpedoman pada pelajaran yang
sudah di ambil dari masa lampau tersebut.
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Dalam pembahasan mengenai ruang lingkup pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam ini, penulis akan menguraikan ruang lingkup Sejarah
Kebudayaan Islam di lembaga pendidikan Madrasah Aliyah. Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah Aliyah tersebut merupakan salah satu satu mata pelajaran yang
menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan atau peradaban
Islam di masa lampau, yang di mulai dari:
1. Dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah dan periode
Madinah.
2. Kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
3. Perkembangan Islam periode klasik atau zaman keemasan (pada
tahun 650 M-1250 M).
4. Perkembangan Islam pada abad pertengahan atau zaman
kemunduran (pada tahun 1250 M-1800 M).
5. Perkembangan Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan
(pada tahun 1800 M-sekarang).
6. Perkembangan Islam di Indonesia.69
Adapun penjelasan mengenai klasifikasi ruang lingkup pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di atas antara lain sebagai berikut:
a. Ruang lingkup tentang dakwah Nabi Muhammad SAW pada
periode Makkah dan Madinah ini ditandai dengan perjuangan Nabi Muhammad
sebelum masa kerasulan dan saat masa kerasulan dalam menyampaikan dakwah
Islam baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan di kota Makkah
hingga peristiwa hijrahnya beliau bersama kaum muslimin ke kota Madinah dan
membentuk negara Islam di kota tersebut sampai peristiwa wafatnya Rasulullah
SAW.
b. Ruang lingkup tentang masa kepemimpinan umat Islam setelah
Rasulullah SAW wafat ditandai dengan pengangkatan empat sahabat Rasul yakni
69Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008…, h. 89.
35
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibn Khatab, Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi
Thalib sebagai Khalifah Rasulillah (pengganti Rasul) untuk memimpin umat
Islam dan sistem pemerintahan Islam selama kepemimpin empat sahabat Rasul ini
disebut sebagai masa Khalifatur Rasyidin (pemimpin yang diberikan petunjuk).
c. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam periode klasik atau
zaman keemasan (tahun 650 M-1250 M) merupakan masa permulaan Islam yang
ditandai dengan lahirnya dinasti bani Umayyah di Damaskus, dinasti bani
Abbasiyyah di Baghdad, dinasti bani Umayyah II di Andalusia sampai hancurnya
dinasti bani Abbasiyyah IV yang sering disebut sebagai masa disintegrasi.
d. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad
pertengahan atau kemunduran (tahun 1250 M-1800 M) dibagi ke dalam dua fase,
yaitu: a.) fase kemunduran (tahun 1250 M-1500 M) yang ditandai dengan
hancurnya kerajaan Islam oleh serangan bangsa Mongol dan lahirnya dinasti
Ilkhan, serangan-serangan Timur Lenk terhadap wilayah kerajaan Islam sampai
bertahannya dinasti Mamalik di Mesir dari serangan bangsa Mongol maupun
Timur Lenk. b.) fase tiga kerajaan besar (1500 M-1800 M) yang dimulai dengan
zaman kemajuan (tahun 1500 M-1700 M) kerajaan Utsmani, Safawi di Persia dan
kerajaan Mughal di India sampai zaman kemunduran tiga kerajaan ini (tahun 1700
M-1800 M).
e. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad modern
atau zaman kebangkitan (tahun 1800 M-sekarang) ditandai dengan lahirnya para
tokoh pembaharu Islam dengan segala macam bentuk pemikiran dan
kontribusinya terhadap perkembangan Islam. Tokoh-tokoh pembaharu tersebut
yakni: a.) Muhammad ibn Abdul Wahab, b.) Jamaluddin al-Afghani, c.)
Muhammad Abduh, d.) Muhammad Rasyid Ridha, e.) Kamal Ataturk, dan f.)
Muhammad Iqbal.
f. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam di Indonesia ditandai
dengan proses masuknya Islam di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan
kerajaan Islam di Indonesia, lahirnya ulama-ulama di Indonesia, peranan
walisongo dalam penyebaran Islam dan sejarah berdirinya organisasi keIslaman
seperti: a.) Muhammadiyah, dan b.) Nahdatul Ulama (NU).70
6. Aspek-aspek Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Suatu proses pembelajaran dikatakan dapat mencapai tujuan pendidikan
apabila dalam proses tersebut di dukung oleh aspek-aspek penting yang umumnya
terdapat dalam lingkup dunia pendidikan. Aspek yang dimaksud itu diantaranya
tenaga pendidik (guru), materi pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Aspek-aspek ini pula yang terdapat dalam proses pembelajaran
70Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet.
II, h. 218-219.
36
Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun penjelasan dari kesemua aspek ini akan
penulis uraikan sebagai berikut.
1. Tenaga pendidik (guru) Sejarah Kebudayaan Islam
Salah satu unsur penting dari proses kependidikan ialah guru atau
pendidik. Secara umum, guru adalah ”orang yang mempunyai tanggungjawab
untuk mendidik”.71
Sementara secara khusus, guru dalam perspektif pendidikan
Islam yaitu ”orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi siswa, baik potensi afektif,
kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam”.72
Dalam pendidikan Islam, khususnya di bidang studi Sejarah Kebudayaan
Islam ini seorang guru hendaknya mempunyai kompetensi yang bisa
membedakannya dari yang lain. Dengan kompetensinya tersebut menjadi ciri dan
sifat yang akan melandasi keberhasilan proses pembelajaran. Umumnya,
kompetensi guru ini dibagi dua, yakni: a. kompetensi professional religius, dan b.
kompetensi personal religius (sikap mengajar). Menurut Al-Ghazali seperti yang
dikutip Muhaimin dalam bukunya menjelaskan bahwa
Kompetensi professional religius guru ini mencakup bagaimana
guru dalam penyampaian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
penguasaan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pendalaman materi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, penggunaan serta penguasaan media
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.73
Sedangkan kompetensi personal religius (sikap mengajar) guru menurut
Athiyah al-Abrasyi mencakup ”berlaku adil terhadap siswa, bersikap ramah
terhadap siswa, bersikap lemah lembut terhadap siswa, bersikap bijaksana dalam
menghadapi siswa, bersikap sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan
kepada siswa dan bersikap jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya
kepada siswa”.74
71Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 41.
72
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 43.
73
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 98.
74
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 45.
37
2. Materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Materi atau bahan pembelajaran merupakan sesuatu yang diberikan
kepada siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Materi pembelajaran
juga dapat diartikan sebagai ”segala sesuatu yang terdiri dari pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) pada standar isi
yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah
ditentukan”.75
Ahmad Mustofa menjelaskan bahwa
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan (kognitif)
mencakup fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sedangkan materi pembelajaran
yang berhubungan dengan keterampilan (afektif) mencakup kemampuan
mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan, dan
teknik kerja. Adapun materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai
(psikomotorik) adalah materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, seperti nilai
kasih sayang, kebersamaan, tolong menolong, kejujuran, semangat bekerja dan
lain-lain.76
Umumnya, setiap bidang studi yang diajarkan guru disekolah memiliki
materi pembelajaran yang dibangun berdasarkan ketiga aspek di atas dan salah
satu bidang studi tersebut yaitu Sejarah Kebudayaan Islam. Membahas materi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini tidak hanya dilihat dari ketiga aspek
tersebut, tetapi juga ada hal-hal yang menjadi indikator dari materi pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam ini. Muhaimin dan kawan-kawan dalam bukunya
mengemukakan bahwa
Indikator yang menjadi dasar materi pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam yaitu masalah bagaimana cakupan atau isi materi pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam itu. Dalam menentukan ruang lingkup materi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam perlu memperhatikan tiga aspek, yaitu:
aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur), aspek afektif; dan aspek
psikomotorik. Selain itu, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu
digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut: a.
kelengkapan materi, materi yang disajikan mendukung pencapaian seluruh
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang termuat dalam work
sheet. b. keluasan materi, menggambarkan berapa banyak materi-materi yang
dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, dan c. kedalaman materi,
75Ahmad Mustofa, Pengembangan Materi Pembelajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. I, hlm. 77.
76
Ahmad Mustofa, Pengembangan Materi Pembelajaran…, h. 79.
38
seberapa detail konsep-konsep yang harus dipelajari atau dikuasai oleh siswa.
Ketepatan dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu
sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam.77
Selain indikator di atas, kelayakan penyajian (sequencing) materi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun tidak kalah pentingnya dengan
cakupan atau ruang lingkup. Abdul Majid dan Dian Andayani mengatakan bahwa
“tanpa adanya kelayakan penyajian (sequencing) yang tepat dan terperinci dalam
materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, maka sudah tentu hal ini akan
menyulitkan siswa dalam mempelajari dan memahami Sejarah Kebudayaan
Islam”.78
Selain itu, sumber lain yang penulis dapatkan menjelaskan bahwa
standar dalam kelayakan penyajian (sequencing) materi ini mencakup:
a. Kelengkapan penyajian. Kelengkapan penyajian ini diantaranya:
1) Bagian awal. Meliputi: sampul, kata pengantar, daftar isi, daftar
gambar atau ilustrasi dan daftar lampiran.
2) Bagian inti. Meliputi: judul bab, uraian bab, ringkasan bab, gambar
atau ilustrasi, latihan atau contoh soal untuk evaluasi kompetensi.
3) Bagian akhir. Meliputi: rangkuman, lampiran dan daftar pustaka.
b. Penyajian materi. Penyajian materi ini diantaranya:
1) Keruntutan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2) Materi Sejarah Kebudayaan Islam tidak menyimpang dari aqidah
Islam. Artinya uraian materi menampilkan contoh atau bahasan yang tidak
bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Hadits.
3) Uraian materi Sejarah Kebudayaan Islam menampilkan bahasan
yang sesuai dengan aqidah Islam.
4) Uraian materi Sejarah Kebudayaan Islam menceritakan figur-figur
teladan dalam Islam.79
3. Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu disiplin ilmu yang
erat kaitannya dengan metode pembelajaran karena di dalamnya dijumpai
berbagai materi tentang konsep dan wawasan Islam yang menuntut guru untuk
komunikatif dan kreatif dalam menyampaikannya agar proses pembelajaran
terkesan menarik. Menarik atau tidaknya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
77Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 242.
78
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 173.
79
Sirajudin Zar, dkk., Hasil Rapat Kerja Penilaian…, 2010.
39
ini tentunya dipengaruhi oleh penerapan metode pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam sendiri. Penerapan metode pembelajaran yang tepat seperti
diskusi, tanya jawab, penugasan, kerja kelompok, karya wisata dan sebagainya
sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak
efisien.
Selain penerapan metode pembelajaran, penggunaan metode
pembelajaran yang variatif juga dapat dilakukan dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Armai Arief mengatakan bahwa ”metode pembelajaran yang
variatif bukan hanya dapat memberikan kesan menarik kepada siswa, tetapi juga
dapat membangkitkan motivasi belajar mereka”.80
Dengan variasi metode
pembelajaran ini, siswa tidak hanya menguasai materi pembelajaran (akademis
teoretis), tetapi juga menguasai aspek praktik dan pragmatik. Adapun variasi
metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam ini seperti metode tanya jawab, diskusi, karya wisata, ceramah,
kerja kelompok, penugasan dan sebagainya.
Penguasaan metode pembelajaran juga menjadi salah satu hal yang
mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan
Islam di kelas. Penguasaan metode pembelajaran yang profesional dan prima
menjadi tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya
berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan.
4. Evaluasi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Evaluasi merupakan “penilaian terhadap kemampuan siswa dalam
menguasai bahan pengajaran yang telah diberikan”.81
Tujuan dari evaluasi ini
yakni untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sebagai
80Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), Cet. I, h. 39.
81
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. X, h. 40.
40
tindak lanjut dari tujuan ini yakni untuk mengetahui siapa di antara siswa yang
cerdas dan yang lemah.
Setiap materi pelajaran yang diajarkan guru di sekolah diharuskan
melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Hal
ini tidak terkecuali pada materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Evaluasi
terhadap materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini umumnya dapat
dilakukan melalui tiga tahap, yakni:
a. Evaluasi test formatif. Yakni penilaian untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada
suatu bidang studi tertentu. Tujuan tes ini yakni untuk membantu guru dalam
mengetahui kesiapan siswa sebelum interaksi belajar dimulai. Tes formatif ini
dapat dilakukan guru dengan cara mengadakan pre test (tes awal sebelum
memulai pengajaran). Pre test ini dapat dilaksanakan melalui appersepsi (entering
behaviour), mengadakan kuis interaktif guru dan siswa, memberikan pertanyaan
kepada siswa dan sebagainya. Selain pre test, guru juga dapat melaksanakan post
test (tes yang dilakukan setelah setiap kali selesai mengajar untuk mengetahui
hasil belajar siswa yang baru saja dilaksanakan). Post test ini bisa diterapkan
dengan cara memberikan tugas kepada siswa setiap akhir pembahasan materi
pembelajaran, mengadakan ulangan harian (test) setiap akhir pembahasan materi
pembelajaran.
b. Evaluasi test mid semester. Yakni penilaian yang dilakukan
terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran selama
pertengahan semester proses pembelajaran. Test mid semester ini dapat
digolongkan ke dalam bentuk test sumatif. Adapun tujuan test ini yakni untuk
mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai siswa selama pertengahan semester.
Penilaian mid semester dapat diterapkan melalui pelaksanaan Ujian Tengah
Semester (UTS).
c. Evaluasi test akhir semester. Yakni penilaian yang dilakukan
terhadap terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran
selama satu semester penuh (akhir tahun pembelajaran). Test akhir semester ini
juga dapat digolongkan ke dalam bentuk tes sumatif. Tujuan test akhir semester
yakni untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai siswa selama satu
semester penuh pada suatu unit pendidikan tertentu. Penilaian akhir semester ini
dapat diterapkan melalui pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) dan biasanya
dalam test akhir semester ini guru juga memberikan penghargaan (reward) kepada
siswa setiap akhir evaluasi pembelajaran sebagai bentuk ketercapaian hasil belajar
selama satu semester penuh.82
Dari uraian di atas tentang aspek-aspek pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dapat disimpulkan bahwa suatu proses pembelajaran
82Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran…, h. 92-94.
41
khususnya pada bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan di
lembaga pendidikan formal tidak akan dapat berjalan optimal dan mencapai
tujuan pendidikan bila tidak didukung oleh aspek-aspek yang dimana aspek-aspek
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Aspek pembelajaran itu diantaranya
tenaga pendidik (guru), materi pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
7. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Metode secara harfiah berasal dari kata methodos yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Samsul Nizar dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam:
Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis menjelaskan bahwa metode adalah
“sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan
dari suatu materi tertentu”.83
Sedangkan metode pembelajaran sendiri merupakan
“cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”.84
Di dunia pendidikan, metode pembelajaran ini memiliki peran penting dalam
mewujudkan suatu tujuan pembelajaran dari setiap bidang studi yang telah
ditetapkan. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai salah satu dari sekian banyak
disiplin ilmu yang diajarkan di lembaga pendidikan formal sama dengan bidang
studi lain mempunyai tujuan pembelajaran yang dimana untuk merealisasikannya
di lakukan melalui metode pembelajaran yang tentunya terkait dengan hal-hal
kesejarahan dan kebudayaan Islam.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bukan hanya sekedar
menekankan kepada pengertian konsep-konsep sejarah belaka, tetapi bagaimana
melaksanakan proses pembelajarannya dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran tersebut menjadi benar-benar
bermakna. Namun, dalam prosesnya kerap kali ditemukan permasalahan seperti
rendahnya minat peserta didik terhadap Sejarah Kebudayaan Islam, rendahnya
kemampuan guru dalam menerapkan berbagai metode dan pendekatan pengajaran
83Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 66.
84
Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 113.
42
fakta (ceramah) dalam mengajarkan bidang studi ini sehingga pembelajaran terasa
monoton dan di dominasi penuh oleh guru (teacher center). Sumber yang penulis
dapatkan menjelaskan bahwa
Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tidak bisa
diajarkan dengan pendekatan pengajaran fakta (ceramah) saja, tetapi harus
digunakan pendekatan-pendekatan yang cocok sehingga menuntut peserta didik
memahami, menghayati, dan menginternalkan nilai-nilai sejarah ke dalam dirinya.
Oleh karena itu, metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang
dikembangkan pendidik sudah seharusnya dapat menantang daya kognitif
(intektual) dan keaktifan peserta didik.85
Berhubungan dengan hal di atas, sebelum nantinya guru dapat
menentukan metode yang digunakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, sudah semestinya guru mempunyai pemahaman tentang hakikat
pembelajaran sejarah, tujuan pembelajaran sejarah, nilai-nilai apa yang
dibutuhkan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah serta
kompetensi-kompetensi apa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
sejarah itu sendiri. Sumber yang di dapatkan penulis menyebutkan bahwa
Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kompetensi yang
harus dikembangkan guru yakni kemampuan peserta didik dalam berpikir.
Minimalnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam harus melatih peserta didik
berpikir kronologis, logis (kausalitas), dan kreatif. Hal ini sesuai dengan fungsi
otak pada manusia, otak kiri mempunyai kemampuan berpikir logis (terpusat atau
konvergen) dan otak kanan mempunyai kemampuan berpikir kreatif (menyebar
atau divergen). Maka pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah proses
pemahaman peristiwa sejarah melalui cerita kronologis beserta sebab-akibatnya
dan pencarian makna serta nilai di dalamnya secara kreatif.86
Berdasarkan sumber di atas dapat disimpulkan bahwa melalui
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islamlah kedua fungsi otak yang ada pada
manusia dapat difungsikan secara seimbang dan maksimal. Agar pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dapat lebih bermakna dan bernilai tinggi, maka
pendidik dapat menggunakan metode yang dapat menumbuhkan minat dan
intelektual peserta didik. Langkah awal untuk merevitalisasi metode pembelajaran
85Toto Suharya, Internalisasi Nilai Agama dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 118
86
Toto Suharya, Internalisasi Nilai Agama…, h. 120.
43
Sejarah Kebudayaan Islam adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diajarkan. Menurut Herny Andita
dalam bukunya Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, ada
lima unsur pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang harus
diimplementasikan oleh guru. Kelima unsur tersebut yakni:
a. Variatif. Pembelajaran apapun yang dilakukan jika monoton pasti
membuat peserta didik jenuh, bosan, dan akhirnya kurang berminat. Hal ini terjadi
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, karena terkonsentrasi pada
penerapan metode ceramah, sehingga kesan yang muncul adalah mata pelajaran
sejarah identik dengan metode ceramah, bahkan sebagian besar guru Sejarah
Kebudayaan Islam berasumsi bahwa materi pelajaran tersebut dapat dipindahkan
secara utuh dari kepala guru ke kepala peserta didik dengan metode pembelajaran
yang serupa.
b. Dari fakta ke analisis. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga transfer of value, bukan sekadar
mengajarkan peserta didik menjadi cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Oleh
karena itu, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan untuk
mengembangkan keilmuan sekaligus berfungsi didaktis, bahwa maksud
pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah agar generasi muda yang berikut
dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyangnya.
c. Terbuka dan dialogis. Praktek pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam yang tertutup dan monoton berpotensi membawa peserta didik dalam
suasana kelas yang kaku, sehingga memunculkan sikap kurang antusias. Oleh
karena itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam wajib mendesain pembelajaran yang
bersifat terbuka dan dialogis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru
sejarah untuk tidak menganggap dirinya sebagai satu-satunya sumber kebenaran
di kelas, sebab paradigma teacher centered yang cenderung membuat suasana
kelas menjadi tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa sudah
harus ditinggalkan kemudian beralih ke student centered.
d. Kreatif (divergen). Sejalan dengan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam yang menekankan pada analisis dan dialogis, penerapan
prinsip kreatif (divergen) sangat penting agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam terhindar dari kecenderungan yang hanya menyampaikan fakta sejarah.
e. Berorientasi maju (progresif). Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam perlu didasarkan pada prinsip progresif. Perspektif baru pendidikan Sejarah
kebudayaan Islam harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Apabila
Sejarah Pendidikan Islam hendak berfungsi sebagai pendidikan, maka harus dapat
memberikan solusi cerdas dan relevan dengan situasi sosial dewasa ini.
Penekanan prinsip ini merupakan pengejawantahan mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dengan watak tridimensional.87
87Herny Andita, Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2004), Cet. I, h. 67.
44
Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang cocok untuk
menjadikan siswa aktif, kognitif mereka dapat berkembang maksimal dan guru
sebagai fasilitatornya yakni metode pakem, inquiry dan cooperative learning.
Metode pakem yakni ”metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan yang diterapkan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang
berkualitas”.88
Jenis metode yang dapat mewakili pakem yaitu “metode analisa
studi kasus, tanya jawab, bermain peran, karya wisata”.89
Selanjutnya metode
inquiry yaitu “proses untuk memperoleh informasi dengan melakukan observasi
guna mencari jawaban terhadap pertanyaan dengan menggunakan kemampuan
berpikir logis dan kritis”.90
Penerapan metode inquiry dalam Sejarah Kebudayaan
Islam diharapkan dapat merangsang siswa agar mereka mencari, meneliti serta
memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. “Dalam pelaksanaannya,
metode inquiry dapat dilakukan dengan cara diskusi, debat, pemecahan masalah
(problem solving), penugasan dan resitasi (merangkum bahan berdasarkan kalimat
dan pemahaman sendiri), kerja kelompok”.91
Selanjutnya metode cooperative learning yaitu “metode pembelajaran
yang menitik beratkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan
akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil”.92
Penerapan
metode cooperative learning dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dapat menempatkan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan evaluator bagi
siswa dalam upaya mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berpikir
kritis siswa. Dalam pelaksanaannya, metode cooperative learning dapat dilakukan
dengan cara “jigsaw (membahas bahan permasalahan bersama teman sekelompok
dan antar kelompok), think pair and share (berbagi pendapat atas suatu masalah),
88Miratul, “Pembelajaran PAKEM”, dalam http://miratul.multiply.com/, 20 Maret 2011.
89
Miratul, “Pembelajaran …”, 21 Februari 2011.
90
Abuddin Nata, Perspektif Islam…, h. 118.
91
Abuddin Nata, Perspektif Islam…, h. 120.
92
Wahyu Widyaningsih, “Cooperative Learning Sebagai Metode Pembelajaran Alternatif
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”, dalam dadirahayu.googlepages.com/, 23 februari
2011.
45
student teams achievement divisions (belajar bersama antar siswa untuk
memecahkan suatu masalah)”.93
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam
merupakan bidang studi yang dapat mempengaruhi fungsi otak siswa agar lebih
seimbang dan optimal. Hal ini tentu saja tidak dapat terealisasikan tanpa
penerapan metode pembelajaran yang baik dan optimal pula. Inilah tugas para
guru Sejarah Kebudayaan Islam untuk memilih dan menerapkan metode apa yang
dapat membantu merangsang kecerdasan kognitif, kemandirian berpikir dan
keaktifan siswa. Terkait dengan hal di atas, dalam Al-Qur‟anul Karim terdapat
banyak ayat yang berhubungan dengan Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan
kognitif ini. Ayat-ayat tersebut diantaranya:
1. Qs. Ar-Ra‟d ayat 19
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?. Hanyalah
orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Qs. Ar-Ra‟d:
19).
2. Kisah Nabi Nuh as. (Qs. Hud ayat 30)
Dan (dia berkata): Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku
dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka?. Maka tidakkah kamu mengambil
pelajaran?. (Qs. Hud: 30)
3. Kisah Nabi Hud as. (Qs. Hud ayat 51)
93Aini Muhfida, Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2000), h. 29.
46
Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini.
upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah
kamu memikirkan(nya)?. (Qs. Hud: 51)
4. Kisah Nabi Luth as. (Qs. Hud ayat 78)
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan
sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth
berkata: Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap
tamuku ini. tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?. (Qs. Hud: 78)
5. Kisah Nabi Nuh as. (Qs. Al-„Ankabut ayat 15)
Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu
dan Kami jadikan (peristiwa) itu sebagai pelajaran bagi semua umat manusia.
(Qs. Al-„Ankabut: 15)
6. Kisah Nabi Musa as. (Qs. Asy-Syu‟ara ayat 28)
Musa berkata: Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa
yang ada di antara keduanya: (itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.
(Qs. Asy-Syu‟ara: 28)
7. Kisah Nabi Yusuf as. (Qs. Yusuf ayat 111)
47
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. (Qs. Yusuf: 111)
8. Kisah Nabi Luth as. (Qs. Al-Hijr ayat 74-75)
Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan
Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (Qs. Al-Hijr: 74-75)
C. Hipotesis Penelitian
Untuk memudahkan penelitian skripsi ini, penulis mengajukan hipotesis
yang nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang akan diajukan oleh seorang peneliti. Dikatakan
sementara karena jawaban tersebut harus terlebih dahulu diuji oleh data. Adapun
rumusan hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Ho (hipotesis nihil): Tidak adanya hubungan yang signifikan antara
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif
siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta.
b. Ha (hipotesis alternatif): Adanya hubugan yang signifikan antara
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif
siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah Madrasah
Aliyah (MA) Al-Falah yang beralamat di Jl. H. Tohir No. 43 RT: 03 RW: 07
Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama 1
bulan dimulai sejak bulan Desember sampai dengan Januari 2011.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas: Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
2. Variabel terikat: Kecerdasan kognitif siswa
C. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan
dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan
metode penelitian deskriptif analisis melalui jenis penelitian lapangan (field
research).
49
49
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII di
Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta sebanyak 120 siswa dari 3 kelas yang ada.
2. Sampel
Penulis mengambil sampel sebanyak 35% dari jumlah populasi yang
ada, dengan pembagian setiap kelas sebanyak 14 orang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Sampel Penelitian
No. Kelas Jumlah Responden
1.
2.
3.
XII IPA
XII IPS
XII Bahasa
14 orang
14 orang
14 orang
Jumlah 42 orang
Sampel di atas tersebut dilakukan secara acak (random sampling)
dengan cara melihat absensi siswa dari setiap kelas yang ada.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam
mengumpulkan data. Teknik tersebut diantaranya yakni:
1. Observasi
Teknik observasi ini dilakukan penulis untuk memperoleh data
mengenai kondisi objektif Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta sebagai berikut:
a. Siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa.
b. Guru (sebagai pendidik sekaligus motivator) meliputi jenis kelamin,
pendidikan dan jabatan serta guru bidang studi.
c. Sarana dan prasarana yang meliputi jumlah dan kondisi.
d. Kegiatan ekstrakurikuler.
50
2. Wawancara
Agar data menjadi lebih lengkap, maka penulis melakukan wawancara
secara langsung dengan informan yang terdiri dari kepala sekolah MA. Al-Falah
Jakarta dan guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah
Jakarta. Wawancara ini penulis lakukan untuk mendapatkan data yang akurat
mengenai pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif
siswa kelas XII di sekolah tersebut.
3. Angket
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MA. Al-Falah Jakarta, penulis akan memberikan
angket sebanya 30 item kepada 42 sampel penelitian dengan alternatif jawaban
yang tersedia. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana taraf kecerdasan kognitif
siswa, penulis akan mengadakan test kognitif dimana soal-soal dalam test tersebut
diambil dari materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII semester ganjil
tentang pertumbuhan dan perkembangan Islam di Andalusia sebanyak 24 butir
pertanyaan dan akan diujikan kepada 42 sampel penelitian.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas tiap butir maka skor-skor
yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir
dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan
diperolehnya indeks validitas, tiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir
manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Pada uji validasi
angket ini, penulis menggunakan rumus PEARSON, yaitu:
22 xixt
xixtrit
Keterangan:
rit = Angka indeks korelasi antara skor butir soal dengan skor total
xi = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xi
51
xt = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xt1
Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan didapat
angka koefisien korelasi rit > rtab yang dikonsultasikan pada taraf signifikansi
0,05. Dapat juga perhitungan validitas tersebut dilakukan dalam program
Microsoft Office Excel dengan menggunakan rumus PEARSON yang terdapat
dalam formula excel.
2. Uji Reliabilitas
Dalam rangka menentukan apakah sebuah instrumen memiliki daya
keajegan mengukur (reliabilitas) yang tinggi atau belum, maka pengukuran pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, rumusnya
yaitu:
211 1
1 St
Si
n
nr
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir pernyataan
1 = Bilangan Konstan
Si = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir pernyataan
2St = Varian total2
Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) pada sampel sebanyak 42 siswa diperoleh harga
koefisien reliabilitas sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang digunakan dalam penelitian
ini mempunyai reliabilitas kuat atau tinggi sehingga memungkinkan atau layak
digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih jelasnya terdapat dalam lampiran.
1Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2009), h. 32.
2Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 207-208.
52
G. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengolahan data
sebagai berikut:
a. Editing (pemeriksaan data). Merupakan proses dimana penulis
memeriksa kelengkapan data dan kejelasan angket yang berhasil
dikumpulkan.
b. Skoring. Merupakan proses dimana penulis memberikan skor atau nilai
pada setiap angket.
c. Tabulating. Merupakan proses mentabulasi data jawaban yang berhasil
dikumpulkan ke dalam tabel-tabel yang telah disediakan.
Berikut ini merupakan penjabaran skor atau nilai pada setiap angket
yang diberikan oleh penulis:
2. Kriteria Penilaian Angket
Alternatif Jawaban Pernyataan
Positif Negatif
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan
cara statistik deskriptif, dipergunakan untuk mengorganisasikan dan meringkas
data numerik yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilapangan dalam
bentuk tabulasi data, persentasi yang diwujudkan pada grafik-grafik atau gambar-
gambar serta perhitungan deskriptif, sehingga dapat diketahui ciri-ciri khusus dari
data tersebut yang selanjutnya dapat di interpretasikan sebagai informasi yang
tegas dan jelas tentang data tersebut.
Dalam teknis analisisnya, yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban
dari setiap responden, lalu dijumlah dan menghasilkan skor total, diklasifikasikan
53
dan ditabulasikan (dibuat tabel), data yang didapat dari setiap item pertanyaan
akan dibuat satu tabel masing-masing lalu diprosentasikan dengan rumus:
Keterangan:
P = Angka prosentase
f = Frekuensi setiap jawaban
N = Number of cases (banyaknya individu)
100 % = Bilangan tetap constant3
2. Uji Korelasi
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel
dalam penelitian skripsi ini maka, penulis menggunakan teknik uji analisis
korelasional dengan rumus “Product Moment Karl Pearson” dimana rumusnya
yakni sebagai berikut:
rxy = N ∑ XY – (∑ X) (∑ Y)
√{N ∑ X2 – (∑ X)
2}{N ∑ Y
2 – (∑ Y)
2}
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y
∑ XY = Jumlah dari hasil perkalian antara skor variabel X dengan skor
variabel Y
X = Skor variabel X
Y = Skor variabel Y
N = Number of cases (banyaknya individu)4
Dengan adanya perhitungan yang bersifat lebih praktis, maka rumus
manual Product Moment Karl Pearson di atas dapat diproses dengan
menggunakan program SPSS 13.0 for windows.
3Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 43.
4Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 206.
P = f/N x 100 %
54
3. Uji Koefisien Determinasi
Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam
bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus “Coefficient of
Determination” atau koefisien penentu. Rumus koefisien determinasi tersebut
yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi
100 % = Bilangan tetap constant
4. Uji Test Kecerdasan Kognitif
Perhitungan test kecerdasan kognitif ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar nilai kemampuan kognitif siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Rumus yang digunakan dalam
perhitungan ini yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
B = Jumlah jawaban yang benar
∑ item = Jumlah soal
100 = Bilangan tetap constant
KD = r² x 100 %
B/∑ item x 100
55
3. Kisi-kisi Angket Penelitian
Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta
No. Variabel Penelitian Dimensi Indikator No.
Item
Jum.
Item
1. Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
(SKI)
1.1 Guru Sejarah
Kebudayaan Islam
(SKI)
A. Penyampaian materi
pembelajaran SKI.
1. Penguasaan materi
pembelajaran SKI.
2. Pendalaman materi
pembelajaran SKI.
3. Penyampaian materi
pembelajaran SKI.
4. Penggunaan media
pembelajaran SKI.
B. Sikap mengajar
1. Bersikap sabar dalam
mengajarkan siswa.
2. Bersikap bijaksana
dalam menghadapi
siswa.
3. Bersikap adil
terhadap siswa.
4. Bersikap ramah
terhadap siswa.
5. Bersikap lemah
lembut terhadap
semua siswa.
1,2
3,4
5,6
7,8,9
10
11
12,13
14
15
2
2
2
3
1
1
2
1
1
56
1.2 Materi
pembelajaran SKI.
A. Cakupan/isi materi
pembelajaran SKI
1. Kelengkapan materi
pembelajaran SKI.
2. Keluasan materi
pembelajaran SKI.
3. Kedalaman materi
pembelajaran SKI.
B. Kelayakan penyajian
(sequencing)
1. Bagian awal materi
pembelajaran SKI
(sampul, kata
pengantar,
pendahuluan, daftar
isi, daftar gambar
dan lampiran).
2. Bagian inti materi
pembelajaran SKI
(judul bab, uraian
bab, ringkasan bab,
gambar dan latihan
soal).
3. Bagian akhir materi
pembelajaran SKI
(daftar pustaka,
rangkuman dan
lampiran).
C. Penyajian materi
pembelajaran SKI.
1. Keruntutan materi
16,17
18
19,21
20,23
22,24,25
26,27
2
1
2
2
3
2
57
1.3 Metode
pembelajaran SKI
1.4. Evaluasi
pembelajaran SKI.
pembelajaran SKI.
2. Materi SKI tidak
menyimpang dari
aqidah Islam.
3. Uraian materi SKI
menampilkan
bahasan yang sesuai
dengan aqidah Islam.
4. Isi uraian materi
pembelajaran SKI
tentang figur-figur
teladan Islam.
A. Penerapan metode
pembelajaran SKI.
1. Penguasaan metode
pembelajaran SKI.
2. Penerapan metode
pembelajaran SKI
(metode diskusi,
tanya jawab dan
penugasan).
3. Penggunaan variasi
metode
pembelajaran SKI.
A. Evaluasi test
formatif
1. Tanya jawab guru
SKI dan siswa.
2. Kuis interaktif guru
28
29
30
31,33
32
34,35
36,37
38
39
1
1
1
2
1
2
2
1
1
58
dan siswa.
3. Tugas akhir
pembelajaran SKI.
4. Ulangan harian
pembelajaran SKI.
B. Evaluasi test mid
semester (sumatif)
1. Ujian Tengah
Semester (UTS)
pembelajaran SKI.
C. Evaluasi test akhir
semester (sumatif)
1. Ujian Akhir
Semester (UAS)
pembelajaran SKI.
40,41
42
43
44,45
2
1
1
2
59
4. Kisi-kisi Test Kecerdasan Kognitif
Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta
No. Variabel Penelitian Dimensi Indikator No.
Item
Jum.
Item
2. Kecerdasan kognitif
siswa kelas XII MA. Al-
Falah Jakarta
2.1 Pengetahuan
(knowledge)
2.2 Pemahaman
(comprehension)
1. Menyebutkan khalifah
yang berkuasa di
Andalusia.
2. Menyebutkan
pahlawan yang
memimpin pasukan
Islam di Andalusia.
3. Menyebutkan khalifah
pendiri daulah bani
Umayyah II di
Andalusia.
4. Menyebutkan faktor
yang mempengaruhi
keberhasilan umat
Islam dalam
menaklukkan
Andalusia.
5. Menjelaskan proses
masuknya Islam ke
wilayah Andalusia.
6. Menjelaskan ibrah
dari masuknya Islam
ke Andalusia.
7. Menjelaskan sebab-
1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
60
2.3 Penerapan
(application)
sebab munculnya
Muluk Al-Thawaif
(kerajaan kecil).
8. Menjelaskan
perkembangan
peradaban Islam pada
masa daulah bani
Umayyah II di
Andalusia.
9. Menyebutkan nilai-
nilai prestasi dari
kemajuan peradaban
Islam di Andalusia.
10. Menyebutkan nilai-
nilai keteladanan dari
sejarah para tokoh
daulah bani Umayyah
II.
11. Menyebutkan nilai-
nilai kepemimpinan
dari para penguasa
daulah bani Umayyah
II.
12. Menyebutkan
hikmah-hikmah dari
sejarah perkembangan
peradaban Islam di
Andalusia.
7
8
9
10
11
12
1
1
1
1
1
1
61
2.4 Analisis
(analysis)
2.5 Sintesis
(syntesis)
13. Menyebutkan faktor
pendukung kemajuan
peradaban Islam di
Andalusia.
14. Mengidentifikasi
hasil-hasil kemajuan
daulah bani Umayyah
II dalam bidang
kebudayaan.
15. Menyebutkan
ilmuwan, filsuf dan
ulama pada masa
daulah bani Umayyah
II di Andalusia.
16. Mengidentifikasi
faktor penyebab
kemunduran dan
kehancuran daulah
bani Umayyah II di
Andalusia.
17. Memberikan contoh
dari sifat fisik
perkembangan
peradaban Islam di
Andalusia.
18. Menjelaskan
pengaruh peradaban
Islam di Andalusia
bagi Eropa dan
penduduknya.
13
14
15
16
17
18
19
1
1
1
1
1
1
1
62
2.6 Evaluasi
(evaluation)
19. Menjelaskan sejarah
dari kekuasaan dinasti
Muwahhidun di
Andalusia.
20. Menjelaskan dampak
negatif kemunduran
dan kehancuran bani
Umayyah II bagi
peradaban Islam.
21. Menjelaskan sebab
umat Islam terusir dari
Andalusia (Spanyol).
22. Menjelaskan faktor
dasar orang-orang
Eropa mempelajari
ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam.
23. Menjelaskan
peradaban Islam di
Andalusia yang
mengalami
kehancuran setelah
diserang bangsa
Kristen.
24. Menyebutkan faktor
penyebab kemunduran
peradaban Islam pada
masa sekarang.
20
21
22
23
24
1
1
1
1
1
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum MA. Al-Falah
1. Sejarah Berdirinya MA. Al-Falah
MA. Al-Falah di dirikan pertama kali pada tahun 1973, beberapa tahun
setelah berdirinya Mts. Al-Falah. Pada awal berdirinya, kepengurusan MA. Al-
Falah masih menjadi satu dengan Mts. Al-Falah. Pada tahun 1975, Bapak Balya
Isa B. Sc ditugaskan menjadi sekretaris merangkap tata usaha menggantikan H. A.
Dumyathi. Dua tahun kemudian, Bapak Husni Mansyur meninggal dunia, maka
H. Hibatullah Shiddiq yang sebelumnya menjabat sebagai bendahara Mts. dan
MA. Al-Falah, diangkat menjadi kepala sekolah, sedangkan bendahara sekolah
setahun kemudian dipercayakan kepada Bapak Ibnu Umar Susilo.
Pada tahun 1978, MA. Al-Falah mempunyai gedung baru yang terletak
di Jl. Masjid Nur Grogol Utara, Jakarta Selatan, bersebelahan dengan Masjid Nur
dan ril estat Permata Hijau. Mulai saat itu, jabatan sekretaris dihilangkan dan
jabatan tata usaha difungsikan dan mulai tahun itu juga ada jabatan wakil kepsek
dan bendahara II. Sejalan dengan perubahan kurikulum, maka satu tahun setelah
diberlakukannya kurikulum 1984, struktur organisasi MA yang asalnya menjadi
satu dengan Mts. pun mengalami perubahan. Sejak itulah, Bapak Balya Isa B. Sc
diangkat menjadi kepala sekolah. Berkat eksistensi dan kerja keras para pendidik,
64
pembina OSIS dan para pengurus satu periode berikutnya, MA. Al-Falah terus
dapat berkiprah di masyarakat bahkan mendapat kepercayaan dari Kanwil Depag
DKI Jakarta sebagai Ketua Kelompok Kerja Madrasah (KKM).
Pada tahun 1997, MA. Al-Falah berpindah lokasi ke Pondok Pesantren
Al-Falah di Jl. H. Tohir No. 43 RT 03 RW 07 Kampung Baru, Sukabumi Selatan
Jakarta Barat. Seiring dengan perpindahannya, untuk semakin meningkatkan mutu
siswanya dan dalam rangka mempersiapkan siswa menghadapi kemajuan
teknologi global, MA. Al-Falah pun membuka Lembaga Pendidikan Komputer
Madrasah Al-Falah (LPKMA) pada 22 November 1997. Mulai tahun 1997 juga,
MA. Al-Falah berhak menyandang status “DISAMAKAN” berdasarkan
keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI
No. 27/e/V/PP.032Kep/III/1997. Hal ini berarti MA. Al-Falah sudah dapat
disamakan dan sederajat dengan MA. negeri lainnya. Saat ini, MA. Al-Falah
sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam formal di Jakarta sudah mampu
menyediakan laboratorium bahasa dan IPA untuk menunjang proses belajar
mengajar.
2. Visi, Misi dan Tujuan MA. Al-Falah
Adapun visi dari MA. Al-Falah yakni menjadikan MA. Al-Falah sebagai
salah satu madrasah kebanggaan masyarakat Islam DKI Jakarta dan sekitarnya
yang dikembangkan dengan memasukkan ruhut Islam dalam setiap aktivitasnya
yang bermuara pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas,
berakhlak mulia, beriman, bertaqwa, cerdas, jujur dan terampil.
Sedangkan misi dari MA. Al-Falah antara lain sebagai berikut:
a. Mendidik siswa dengan berbekal iman dan taqwa guna mewujudkan
izzul Islam wal muslimin.
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi.
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa untuk
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran Islam.
65
d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sebagai anggota
masyarakat dalam mengeratkan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran Islam.
Selain mempunyai visi dan misi yang telah dijabarkan di atas, MA. Al-
Falah sendiri juga mempunyai tujuan, dimana tujuan tersebut adalah membentuk
peserta didik yang:
a. Memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang tercermin
dalam perilaku dan kehidupan di sekolah, di rumah dan masyarakat.
b. Memiliki akhlak mulia, nilai-nilai etika dan estetika yang diamalkan dan
diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memiliki sikap demokratis, toleran dan jujur yang tercermin dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. Menguasai ilmu dan teknologi serta kemampuan akademik yang
merupakan bekal dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
e. Memiliki keterampilan berkomunikasi dan kecakapan hidup yang bisa
dimanfaatkan dalam menciptakan hari esok yang lebih cerah.
f. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat dalam
melaksanakan tugas-tugas baik untuk kepentingan individu, kelompok
maupun masyarakat luas.
3. Keadaan Guru dan Siswa
Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki guru dan tenaga
kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, pendidikan, jabatan dan
guru bidang studi. Keadaan siswa dan siswi Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta
juga sangat bervariatif, artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang
cukup dari kelas Ia, Ib, dan Ic, II IPA, II IPS dan II Bahasa, III IPA, III IPS dan III
Bahasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11.
66
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki sarana dan
prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar mulai dari ruang
sekolah yang memadai maupun sarana yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran 12.
5. Keadaan Ekstrakurikuler
Sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki macam-macam
kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh setiap siswa dan siswi. Kegiatan
ekstrakurikuler tersebut adalah paskibra, basket, futsal, voly, nahwu dan sharaf,
qasidah, seni mading, seni suara, seni baca Al-Qur’an, puisi dan vocal group.
B. Deskripsi Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara,
penyebaran angket dan uji test kecerdasan kognitif siswa. Wawancara dilakukan
guna mendapatkan data yang lebih lengkap tentang pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dari informan yang terdiri dari guru bidang studi Sejarah
Kebudayaan Islam di MA. Al-Falah Jakarta. Dengan kata lain, data utama yang
digunakan dalam penelitian ini yakni:
A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Data-data dalam angket pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diolah
dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis sebagai berikut:
5. Penyampaian Materi Pembelajaran SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Penguasaan materi pembelajaran SKI. 59,5% 30,9% 4,8% 4,8%
2. Kecakapan dalam penguasaan materi pembelajaran SKI. 40,4% 50% 7,3% 2,3%
3. Pendalaman materi pembelajaran SKI. 42,8% 38,0% 14,4% 4,8%
4. Pemahaman mendalam terhadap materi SKI. 50% 45,4% 2,3% 2,3%
5. Penyampaian materi pembelajaran SKI dengan menarik. 16,7% 42,8% 26,1% 14,4%
67
6. Penyampaian informasi dalam materi pembelajaran SKI. 30,9% 62% 4,8% 2,3%
Tabel ini menunjukkan bahwa sebagian besar (59,5%) siswa sangat
setuju guru SKI menguasai materi pembelajaran SKI dengan baik. Sebagian kecil
(30,9%) menyatakan setuju. Sedikit sekali (4,8%) merasa tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Sebagian besar (50%) siswa juga setuju guru SKI cakap dalam
menguasai materi. Sebagian kecil (40,4%) sangat setuju. Sedikit sekali (7,3% dan
2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (42,8%) siswa sangat
setuju guru SKI mendalami materi pembelajaran. Sebagian kecil (38,0%) merasa
setuju, namun sedikit sekali (7,3% dan 2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Selain itu, guru SKI juga memiliki pemahaman mendalam terhadap materi SKI
dengan sebagian besar (50%) siswa menyatakan sangat setuju. Sebagian kecil
(45,4%) setuju. Sedikit sekali (2,3%) merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Sebagian besar (42,8%) siswa setuju materi pembelajaran SKI disampaikan
dengan menarik, namun sebagian kecil (26,1%) tidak setuju. Sedikit sekali (16,7%
dan 14,4%) sangat setuju dan sangat tidak setuju. Informasi pun juga disampaikan
dalam materi pembelajaran SKI dengan sebagian besar (62%) siswa merasa
setuju. Sebagian kecil (30,9%) sangat setuju namun sedikit sekali (4,8% dan
2,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya guru SKI
memang menguasai, cakap, mendalami, memiliki pemahaman mendalam,
menyampaikan materi dengan menarik dan memberikan informasi yang baik
dalam materi pembelajaran SKI.
6. Penggunaaan Media Pembelajaran SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Penggunaan media pembelajaran SKI. 35,4% 50% 7,3% 7,3%
2. Kurang terampil menggunakan media pembelajaran SKI. 7,3% 21,4% 40,4% 30,9%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (50%) siswa setuju guru SKI
menggunakan media pembelajaran SKI. Sebagian kecil (35,4%) merasa sangat
68
setuju, namun sedikit sekali (7,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Sebagian besar (40,4%) siswa juga menyatakan sangat tidak setuju guru
SKI kurang terampil menggunakan media pembelajaran SKI. Sebagian kecil
(30,9%) sangat tidak setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 7,3%) merasa setuju dan
sangat tidak setuju. Kesimpulannya guru SKI memang menggunakan media
pembelajaran SKI dan sudah terampil dalam menggunakannya.
7. Sikap Mengajar Guru SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Sabar dalam mengajarkan siswa. 30,9% 62% 4,8% 2,3%
2. Bijaksana dalam menghadapi siswa. 30,9% 62% 4,8% 2,3%
3. Bersikap adil terhadap siswa. 23,8% 57,0% 14,4% 4,8%
4. Tidak membeda-bedakan semua siswa. 30,9% 57,0% 7,3% 4,8%
Sebagian besar (62% dan 57%) siswa menyatakan sangat setuju guru
SKI sabar, bijaksana, adil dan tidak membeda-bedakan semua siswa. Sebagian
kecil (4,8%) menyatakan tidak setuju guru SKI sabar dan bijaksana dalam
menghadapi siswa. Sedikit sekali (2,3% dan 4,8%) sangat tidak setuju guru SKI
sabar, bijaksana, adil dan tidak membeda-bedakan semua siswa, namun sebagian
besar (23,8%) sangat setuju dan sebagian kecil (14,4%) menyatakan setuju guru
SKI bersikap adil terhadap semua siswa. Berdasarkan tabel ini dapat disimpulkan
bahwa dalam mengajar guru SKI memang sabar, bijaksana, adil dan tidak
membeda-bedakan semua siswa.
8. Isi Materi Pembelajaran SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Isi materi pembelajaran SKI luas. 14,4% 35,4% 28,8% 21,4%
2. Isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup SK dan KD. 7,3% 28,8% 47,2% 16,7%
69
3. Isi materi pembelajaran SKI bersifat banyak. 28,8% 52,0% 14,4% 4,8%
4. Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail. 16,7% 45,1% 30,9% 7,3%
5. Isi materi pembelajaran SKI bersifat kompleks. 33,3% 40,4% 19,0% 7,3%
6. Isi materi pembelajaran SKI tentang figur teladan Islam. 59,5% 30,9% 7,3% 2,3%
Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar (35,4%) siswa
setuju isi materi pembelajaran SKI bersifat luas. Sebagian kecil (28,8%) tidak
setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 14,4%) menyatakan sangat tidak setuju dan
setuju. Sebagian besar (47,2%) siswa tidak setuju isi materi pembelajaran SKI
tidak mencakup SK dan KD. Sebagian kecil (28,8%) setuju, namun sedikit sekali
(16,7% dan 7,3%) merasa sangat tidak setuju dan sangat setuju. Menurut sebagian
besar (52,0%) siswa setuju isi materi pembelajaran SKI bersifat banyak. Namun
sebagian kecil (28,8%) merasa sangat setuju serta sedikit sekali (14,4% dan 4,8%)
menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Bagi sebagian besar (45,1%)
siswa setuju isi materi pembelajaran bersifat detail. Sebagian kecil (30,9%) tidak
setuju. Sedikit sekali (16,7% dan 7,3%) merasa sangat setuju dan sangat tidak
setuju. Selain detail, isi materi pembelajaran SKI juga bersifat kompleks menurut
sebagian besar (40,4%) siswa yang setuju dan sebagian kecil (33,3%) yang sangat
setuju. Namun sedikit sekali (19,0% dan 7,3%) siswa tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Sebagian besar (59,5%) siswa sangat setuju isi materi pembelajaran SKI
tentang figur teladan Islam. Sebagian kecil (30,9%) setuju serta sedikit sekali
menyatakan (7,3% dan 2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya
isi materi pembelajaran SKI memang tentang figur teladan Islam dimana materi
itu bersifat luas, banyak, detail dan kompleks namun sudah mencakup SK dan
KD.
9. Penyajian Inti Materi Pembelajaran SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Uraian bab materi pembelajaran SKI mudah dipahami. 16,7% 45,1% 30,9% 7,3%
70
2. Kesesuaian latihan soal SKI dengan uraian materi. 21,4% 52,3% 19,0% 7,3%
3. Kesesuaian rangkuman dengan pembahasan materi SKI. 23,8% 40,4% 21,4% 14,4%
4. Keruntutan penyajian materi pembelajaran SKI. 16,7% 69,0% 9,5% 4,8%
Menurut tabel ini, sebagian besar (45,1%) siswa setuju uraian bab materi
pembelajaran SKI mudah dipahami. Sebagian kecil (30,9%) tidak setuju, namun
sedikit sekali (16,7% dan 7,3%) menyatakan sangat setuju dan sangat tidak setuju.
Latihan soal SKI sudah sesuai dengan uraian materi menurut sebagian besar
(52,3%) siswa yang setuju dan sebagian kecil (21,4%) juga merasa sangat setuju.
Sedikit sekali (19,0% dan 7,3%) menyatakan sangat setuju dan sangat tidak
setuju. Sebagian besar (40,4%) siswa juga setuju adanya kesesuaian rangkuman
dengan pembahasan materi SKI. Sebagian kecil (23,8%) sangat setuju serta
sedikit sekali (21,4% dan 14,4%) yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Sebagian besar (69,0%) siswa setuju materi pembelajaran SKI disajikan
secara berurutan. Sebagian kecil (16,7%) sangat setuju. Sedikit sekali (9,5% dan
4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari sini dapat
disimpulkan uraian bab pada materi pembelajaran SKI memang mudah dipahami.
Selain itu, antara uraian materi dengan latihan soal SKI juga sudah sesuai seperti
halnya rangkuman dengan pembahasan materi SKI dan materi ini pula sudah
disajikan secara berurutan.
10.Penerapan Metode Pembelajaran SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Guru SKI menguasai metode pembelajaran SKI. 40,4% 50% 2,3% 2,3%
2. Guru SKI menerapkan metode pembelajaran SKI dengan
diskusi, tanya jawab dan penugasan.
26,3% 42,8% 21,4% 9,5%
3. Penggunaan variasi metode pembelajaran SKI. 21,4% 54,8% 19,0% 4,8%
Sebagian besar (50%) siswa setuju guru SKI menguasai metode
pembelajaran SKI. Sebagian kecil (40,4%) menyatakan sangat setuju namun,
71
sedikit sekali (2,3%) yang merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian
besar (42,8%) siswa juga setuju guru SKI menerapkan metode pembelajaran SKI
dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan. Sebagian kecil (26,3%) merasa
sangat setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 9,5%) tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Sebagian besar (54,8%) siswa setuju metode pembelajaran SKI ini sudah
digunakan secara bervariasi. Sebagian kecil (21,4%) menyatakan sangat setuju
namun, sedikit sekali (19,0% dan 4,8%) merasa tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Kesimpulannya guru SKI memang sudah menguasai metode pembelajaran
dengan baik dan menerapkan metode pembelajaran itu secara bervariasi dengan
diskusi, tanya jawab dan penugasan.
11. Evaluasi Test Formatif SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa. 33,3% 38,2% 19,0% 9,5%
2. Kuis interaktif guru SKI dengan siswa. 23,8% 52,4% 19,0% 4,8%
3. Tugas akhir pembelajaran SKI untuk siswa. 11,7% 50% 28,8% 9,5%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (38,2%) siswa setuju
adanya interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa dalam pembelajaran. Sebagian
kecil (33,3%) merasa sangat setuju. Sedikit sekali (19,0% dan 9,5%) tidak setuju
dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (52,4%) siswa juga setuju guru SKI
mengadakan kuis interaktif dengan siswa. Sebagian kecil (23,8%) lainnya merasa
sangat setuju namun, sedikit sekali (19,0% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju
dan sangat tidak setuju. Selain itu, sebagian besar (50%) siswa setuju adanya
tugas akhir pembelajaran SKI untuk siswa namun, sebagian kecil (28,8%) merasa
tidak setuju serta sedikit sekali (11,7% dan 9,5%) yang menyatakan sangat setuju
dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya dalam pembelajaran guru SKI memang
mengadakan interaksi tanya jawab dan kuis interaktif dengan siswa serta
memberikan tugas akhir.
72
12. Evaluasi Test Sumatif SKI
No. Indikator Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1. Pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) oleh guru
SKI di sekolah.
23,8% 54,6% 14,3% 7,3%
2. Pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) oleh guru SKI
di sekolah.
33,3% 54,6% 7,3% 4,8%
Sebagian besar (54,6%) siswa setuju Ujian Tengah Semester (UTS) dan
Ujian Akhir Semester (UAS) dilaksanakan di sekolah oleh guru SKI. Sebagian
kecil (23,8%) merasa sangat setuju guru SKI melaksanakan Ujian Tengah
Semester (UTS) di sekolah. Namun, sedikit sekali (14,3% dan 7,3%) menyatakan
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian kecil (33,3%) siswa juga merasa
sangat setuju pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) oleh guru SKI di sekolah.
Namun, sedikit sekali (7,3% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru SKI memang
telah melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester
(UAS) di sekolah.
B. Kecerdasan Kognitif Siswa
Data-data dalam soal uji test kecerdasan kognitif siswa dihitung dan
dinilai berdasarkan rumus yang telah dijelaskan dalam bab 3. Untuk lebih jelasnya
hasil perhitungan uji test kecerdasan kognitif ini dapat dilihat pada lampiran 5.
C. Analisis Data
Penulis mengadakan perhitungan nilai koefisien korelasi antara
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa
dengan menggunakan analisis data pada program SPSS 13.0 for windows yang
rumus perhitungannya menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment
Karl Pearson. Hasil perhitungan sebagai berikut:
73
13. Hasil Koefisien Korelasi
Correlations
VAR00001 VAR00002
VAR00001 Pearson Correlation 1 .507**
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
VAR00002 Pearson Correlation .507** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi di atas diketahui bahwa nilai r
hitung = 0,507 yang kemudian dirujuk dengan r tabel pada taraf signifikansi 0,05
= 0,304 menggambarkan bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel sehingga
dapat di interpretasikan bahwa hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan “tidak
adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa” ditolak, sedangkan hipotesis alternatif
(Ha) yang menyatakan “adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa” diterima,
dengan tingkat pengaruh variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
terhadap kecerdasan kognitif siswa sebesar 27%.1 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA.
Al-Falah Jakarta dengan taraf signifikansi cukup atau sedang.
D. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil dari data perhitungan dan analisis data yang telah
dilakukan, penulis menginterpretasikan hasil perhitungan di atas dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
1Lampiran 8
74
1. Interpretasi secara sederhana
Dari hasil perhitungan yang ada dalam lampiran, diperoleh nilai
koefisien korelasi r xy sebesar 0,507. Jika diperhatikan maka indeks korelasi yang
diperoleh tidak bertanda negatif, ini berarti korelasi antara variabel X
(pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam) dan variabel Y (kecerdasan kognitif
siswa) terdapat hubungan yang searah, dengan istilah lain terdapat korelasi yang
positif. Nilai tersebut di interpretasikan dengan cara sederhana yakni dengan
memberikan interpretasi terhadap angka koefisien korelasi Product Moment Karl
Pearson. Adapun pedoman yang digunakan dalam memberikan interpretasi
tersebut yakni sebagai berikut:
Besarnya “r”
Product
Moment (r xy)
Interpretasi
0,00-0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi,
namun korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y).
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah
atau rendah.
0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang cukup
atau sedang.
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat
atau tinggi.
0,90-1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat
kuat atau sangat tinggi.2
Apabila diperhatikan besarnya r xy yang telah diperoleh (0,507) ternyata
terletak antara 0,40-0,70. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel X dan
2Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 193.
75
variabel Y terdapat korelasi yang cukup atau sedang dengan tingkat pengaruh
(koefisien determinasi) sebesar 27%.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah Jakarta
sudah berjalan cukup efektif dan baik. Hal ini ditandai dengan
kemampuan guru yang kompeten bukan hanya dalam menguasai,
mendalami dan menyampaikan materi pembelajaran saja, tetapi juga
dalam menerapkan berbagai variasi metode pembelajaran yang
mengaktifkan dan menumbuh kembangkan kemampuan kognitif siswa.
Selain itu, penggunaan media pembelajaran oleh guru membuat
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di sekolah tersebut tidak
hanya sekedar mengandung nilai edukasi semata, namun juga
memberikan kesan menarik bagi siswa.
2. Tingkat kecerdasan kognitif siswa kelas XII di MA. Al-Falah Jakarta
relatif cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan hasil uji test kecerdasan
kognitif yang menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kemampuan
berpikir optimal dalam mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.
3. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan kecerdasan kognitif
memiliki hubungan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu
77
alur pembelajaran yang di dalamnya terdapat aspek-aspek kecerdasan kognitif
siswa.
B. Saran
Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk lebih meningkatkan kualitas dan keefektifan pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah Jakarta, sudah
seharusnya semua pihak yang terkait dalam hal ini siswa dan pendidik
saling mengisi serta bekerjasama agar terdapat hubungan timbal balik
yang baik dimana pendidik akan merasa pembelajaran berjalan efektif
dan berhasil dalam memberikan pengetahuan kepada siswa apabila siswa
tersebut cakap serta mampu menyerap dan memahami pengetahuan itu
dengan kecerdasan optimal yang dimilikinya.
2. Untuk lebih meningkatkan kecerdasan kognitif siswa di MA. Al-Falah
Jakarta, sudah semestinya pihak pendidik menerapkan pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang aktif, transformatif dan
menyenangkan. Konsep pembelajaran seperti ini diharapkan dapat
menghasilkan perubahan mendasar dalam diri siswa bukan hanya dalam
bentuk sikap saja, akan tetapi keaktifan, ingatan, penguasaan serta
pemahaman mereka terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pun dapat
berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, Cet. I, 2006.
Abdul Kadir, Muhammad Khair. Konsepsi Sejarah dalam Sorotan, Terj. dari
Tarikhuna Fi Dlau’i al-Islam oleh Nabhan Husein, Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, Cet. II, 1992.
Abdul Hakim, Atang dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 2007.
Al-Aziziyah, Muhammad. “Vitamin D Berpengaruh Terhadap Kecerdasan
Kognitif”, dalam http://www.tempointeraktif.com/, 06 April 2010.
Al-Hafidzh, Muhammad. “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam
http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 September 2010.
Andita, Herny. Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2004.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, Cet. I, 2002.
Arniko, Muhammad. “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam
http://www.jejakguru.co.cc/, 30 Juli 2010.
Bell Gredler, E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994.
Daradjat, Zakiah. Dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, Cet. I, 1995.
Departemen Agama RI. Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta:
Departemen Agama RI, 2004.
Departemen Agama RI. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008
tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Aliyah, Jakarta:
Departemen Agama RI, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional RI. Kurikulum 2006: Kerangka Dasar, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006.
Dimyathi dan Mudijono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Efendi, Agus. Revolusi Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Successful
Intelligence Atas IQ, Bandung: Alfabeta, Cet. I, 2005.
Fikri, Nurul. “Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam
http://tongkal09.wordpress.com/, 07 September 2010.
Gazalba, Sidi. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999.
Haditono, Siti Rahayu., dkk. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cet.
VIII, 1996.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006.
Hariyono. Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,
Cet. I, 1995.
Hartati, Nety., dkk. Islam dan Psikologi, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2003.
Hasimy, Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I,
1975.
Hidayati, Narendrani Heny. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi, 03 September 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, 03 September 2010.
Kamarga, Hansiswany. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis
Informasi, Perlukah?, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2009.
Kholil, Anwar. Mengoptimalkan Hasil Belajar Kognitif dengan Strategi Belajar,
Yogyakarta: Andi Press, Cet. I, 2008.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006.
Martanto, Dwi Siswo. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam: Permasalahan
dan Solusinya, Yogyakarta: Ombak Press, Cet. I, 2008.
Miranda, Yula. Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2006.
Miratul, “Pembelajaran PAKEM”, dalam http://mirahtul.multiply.com/, 20
Februari 2011.
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2002.
Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Prenada Media,
Cet. II, 2005.
Muhfida, Aini. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2000.
Munandir. Rancangan Sistem Kognitif dalam Pembelajaran, Yogyakarta:
Kanisius, 1992.
Munawar, Indra. “Pengertian dan Definisi Hasil Belajar”, dalam
http://indramunawar.blogspot.com/, 30 Agustus 2010.
Mustofa, Ahmad. Pengembangan Materi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. I, 2004.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2008.
Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Cet. IV, 2006.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Press, Cet. I, 2002.
Ramadhan, Tarmizi. “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan”,
dalam http://tarmizi.wordpress.com/, 08 Maret 2010.
Sabri, Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
Cet. I, 1993.
Said, Muhammad dan Junifar Affan. Psikologi dari Zaman ke Zaman:
Berfokuskan Psikologi Pedagogis, Bandung:Jemmars, 1990.
Sahmono, Amru. “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer
Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa”, dalam
http://hanckey.pbworks.com/Pembelajaran-Sejarah, 14 Februari 2010.
Satiadarma, Monty P dan Fidelis E. Waruwu. Mendidik Kecerdasan: Pedoman
Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka
Populer Obor, Cet. I, 2003.
Sofa, Ahmad. ”Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam
http://massofa.wordpress.com/, 29 September 2010.
Strawaji, Muhammad. “Pengertian Pembelajaran”, dalam
http://strawaji.wordpress.com/, 01 September 2010.
Stein, Steven J dan Howard E. Book, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence
and Your Success oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto,
Bandung: Kaifa, Cet. I, 2002.
Suchaini, Muhammad. “Analisis Gaya Kognitif Field Dependence”, dalam
http://suchaini.wordpress.com/, 20 Agustus 2010.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Suharya, Toto. Internalisasi Nilai Agama dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Suralaga, Fadilah., dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta:
UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.
Suryobroto, Bambang. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. X, 2007.
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi
dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Uno, B. Hamzah. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, Cet. II, 2008.
Widyaningsih, Wahyu. “Cooperative Learning Sebagai Metode Pembelajaran
Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”, dalam
dadirahayu.googlepages.com/, 23 februari 2011.
Angket Penelitian (Validasi)
Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), TS
(tidak setuju), atau STS (sangat tidak setuju) sesuai dengan keadaan anda
yang sebenarnya.
2. Pendapat anda tidak akan mempengaruhi sedikit pun terhadap nilai sekolah
anda dan tidak ada kaitannya.
3. Angket ini untuk kepentingan penelitian, oleh karena itu kami berharap
jawaban yang obyektif, jujur dan tidak mengada-ngada.
4. Atas kesediaan waktunya kami ucapkan terima kasih.
No.
Pertanyaan
SS
S
TS
STS
1. Dalam mengajar di kelas, guru SKI
menguasai materi pembelajaran SKI
dengan baik.
2. Guru SKI memiliki kecakapan dalam
penguasaan materi pembelajaran SKI di
kelas.
3. Guru SKI mendalami materi pembelajaran
SKI.
4. Guru SKI memiliki pemahaman mendalam
terhadap materi pembelajaran SKI.
Lampiran 1.a
5. Guru SKI menyampaikan materi
pembelajaran SKI dengan menarik.
6. Dalam penyampaian materi pembelajaran
SKI, guru SKI memberikan informasi-
informasi penting yang diperlukan siswa.
7. Media pembelajaran yang digunakan guru
SKI menampilkan pesan yang tidak
menarik.*
8. Guru SKI menggunakan media
pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar SKI di kelas.
9. Guru SKI kurang terampil dalam
menggunakan media pembelajaran SKI.
10. Guru SKI sabar dalam mengajarkan siswa.
11. Guru SKI bijaksana dalam menghadapi
siswa.
12. Guru SKI bersikap adil terhadap siswa.
13. Guru SKI tidak membeda-bedakan semua
siswa.
14. Guru SKI ramah terhadap semua siswa.*
15. Guru SKI lemah lembut terhadap semua
siswa.*
16. Isi materi pembelajaran SKI bersifat tidak
lengkap.
17. Isi materi pembelajaran SKI tidak
mencakup pencapaian seluruh Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
18. Isi materi pembelajaran SKI yang
dipelajari siswa bersifat luas dan banyak.
19. Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail.
20. Penyajian bagian awal materi
pembelajaran SKI yang baik meliputi
sampul, kata pengantar, pendahuluan,
daftar isi, daftar gambar dan lampiran.*
21. Isi materi pembelajaran SKI bersifat
kompleks.
22. Setiap uraian bab dalam materi
pembelajaran SKI mudah untuk dipahami.
23. Sampul, kata pengantar, pendahuluan,
daftar isi daftar gambar dan lampiran tidak
terdapat dalam bagian awal materi
pembelajaran SKI.*
24. Dalam uraian bab, materi pembelajaran
tidak disajikan dengan baik dan lengkap.*
25. Latihan soal SKI yang ada dalam setiap
bab sudah sesuai dengan uraian materi
yang dipelajari.
26. Daftar, pustaka, rangkuman dan lampiran
sudah terdapat dalam setiap akhir
penyajian materi pembelajaran SKI.*
27. Rangkuman yang terdapat dalam setiap
akhir materi pembelajaran SKI tidak sesuai
dengan pembahasan.
28. Materi pembelajaran SKI sudah disajikan
secara berurutan.
29. Materi pembelajaran SKI menyimpang
dari aqidah Islam.*
30. Uraian materi pembelajaran SKI
menampilkan bahasan yang tidak sesuai
dengan aqidah Islam.*
31. Isi materi pembelajaran SKI tentang figur-
figur teladan dalam Islam.
32. Guru SKI sudah menguasai metode
pembelajaran SKI dengan baik di kelas.
33. Terdapat ibrah dari kisah sejarah figur-
figur teladan Islam dalam materi
pembelajaran SKI.*
34. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas,
guru SKI sudah menerapkan metode
pembelajaran SKI dengan diskusi, tanya
jawab dan penugasan.
35. Guru SKI hanya menerapkan metode
ceramah saja dalam pembelajaran di
kelas.*
36. Guru SKI menggunakan variasi metode
pembelajaran SKI dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
37. Metode tanya jawab, diskusi, karya wisata,
kerja kelompok dan penugasan tidak
diterapkan guru SKI dalam pembelajaran
SKI di kelas.*
38. Adanya interaksi tanya jawab guru SKI
dan siswa dalam setiap awal kegiatan
pembelajaran SKI.
39. Guru SKI mengadakan kuis interaktif
dengan siswa dalam setiap pembelajaran
SKI di kelas.
*: Tidak valid
40. Tugas akhir pembelajaran SKI yang
diberikan guru tidak berdasarkan pada
materi pembelajaran yang sudah
dipelajari.*
41. Dalam setiap akhir pembahasan materi,
guru SKI memberikan tugas akhir
pembelajaran kepada siswa.
42. Guru SKI tidak mengadakan ulangan
harian dalam setiap akhir pembahasan
materi pembelajaran SKI.*
43. Adanya Ujian Tengah Semester (UTS)
yang diadakan guru SKI di sekolah.
44. Guru SKI melaksanakan Ujian Akhir
Semester (UAS) dalam setiap akhir
program pembelajaran SKI.
45. Soal-soal yang diujikan saat UAS tidak
berdasarkan materi pembelajaran SKI
yang sudah dipelajari.*
Soal Test Penelitian
Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta
I. Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau
d untuk jawaban yang benar!
II. Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
1. Andalusia ditaklukkan dinasti bani Umayyah I pada tahun 711 M.
Khalifah yang berkuasa pada saat penaklukkan Andalusia tersebut
adalah...
a. Harun al-Rasyid
b. Walid ibn Abdul Malik
c. Ahmad ibn Thulun
d. Abu Ja’far al-Manshur
2. Dalam proses penaklukkan Andalusia terdapat tiga pahlawan Islam yang
berjasa dalam memimpin satuan pasukan disana. Ketiga pahlawan tersebut
adalah...
a. Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, Musa ibn Nushair
b. Abdullah ibn Ibrahim, Al-Mahdi, Tharif ibn Malik
c. Al-Ghafiqy, Musa ibn Nushair, Hamdan ibn Hamdan
d. Muhammad ibn Sa’ad, Thariq ibn Ziyad, Abdurrahman al-Nasir
3. Dinasti bani Umayyah II merupakan kerajaan Islam yang berhasil
memisahkan diri dari kekuasaan bani Abbasiyyah. Siapakah tokoh pendiri
dinasti bani Umayyah II ini?...
a. Alauddin Husein ibn Husein
b. Idris ibn Abdullah
Lampiran 1.b
c. Muawiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn Umayyah
d. Abdurrahman al-Dakhil ibn Muawiyah ibn Hisyam
4. Di bawah ini salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
umat Islam dalam menaklukkan Andalusia adalah...
a. Kestabilan politik di wilayah Andalusia
b. Para prajurit Islam yang tampil cakap, berani, kompak dan percaya diri
c. Kondisi masyarakat Andalusia yang berada dalam keadaan
menyedihkan
d. Andalusia merupakan wilayah yang strategis dan mudah dicapai bagi
prajurit Islam
5. Islam mengalami perkembangan pesat di Andalusia. Bagaimana proses
masuknya Islam di wilayah Andalusia tersebut?...
a. Melalui proses perkawinan
b. Melalui proses perundingan
c. Melalui proses perdagangan
d. Melalui proses perluasan wilayah Islam
6. Salah satu ibrah yang dapat diambil dari masuknya Islam ke wilayah
Andalusia adalah...
a. Banyaknya penduduk yang keluar dari wilayah Andalusia
b. Semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam dan ilmu pengetahuan di
Andalusia
c. Kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Andalusia
d. Lahirnya berbagai jenis etnis dan revolusioner di Andalusia
7. Pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Nashir, wilayah Andalusia
terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang dipimpin oleh
raja-raja golongan (Muluk al-Thawaif). Adapun penyebab kemunculan
Muluk al-Thawaif ini adalah...
a. Penduduk Andalusia yang mengalami kemiskinan dan kesengsaraan
b. Dewan menteri bani Umayyah II yang menghapuskan sistem
kekhalifahan
c. Hubungan kerjasama antara umat kristen dan umat Islam di Andalusia
d. Sistem pemerintahan Islam bersifat absolut
8. Perkembangan peradaban Islam pada masa kekuasaan daulah bani
Umayyah II di Andalusia dapat dilihat dari...
a. Kemajuan dalam bidang politik, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
b. Kemuculan golongan pemberontak dan revolusioner Andalusia
c. Lahirnya Muluk al-Thawaif (kerajaan kecil) di Andalusia
d. Semangat umat Kristen dalam merebut kembali Andalusia dari Islam
9. Di bawah ini salah satu nilai pretasi yang dapat diambil dari kemajuan
peradaban Islam di Andalusia adalah...
a. Proses Islamisasi para penguasa muslim Andalusia
b. Perlawanan umat Islam Andalusia terhadap serangan umat Kristen
c. Persaingan sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah II di
Andalusia
d. Keberhasilan para ilmuwan muslim Andalusia dalam segala bidang
intelektual, kesenian dan kebudayaan
10. Sejarah dari para tokoh daulah bani Umayyah II di Andalusia telah
memberikan nilai-nilai keteladanan bagi umat Islam. Nilai-nilai
keteladanan tersebut adalah...
a. Kewibawaan dan cinta terhadap ilmu pengetahuan
b. Keegoisan dan keberanian
c. Percaya diri dan ketidak adilan
d. Kemunafikan dan ketabahan
11. Di antara nilai-nilai kepemimpinan para penguasa daulah bani Umayyah II
di Andalusia yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan di masa
sekarang adalah...
a. Korupsi dan sikap toleransi
b. Keshalehan dan kekerasan
c. Solidaritas tinggi dan kezhaliman
d. Kejujuran dan menjunjung tinggi persaudaraan
12. Hikmah dari sejarah perkembangan peradaban Islam pada masa daulah
bani Umayyah II di Andalusia adalah...
a. Ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan mengalami kemajuan
yang pesat
b. Terpecahnya wilayah kekuasaan Islam ke dalam beberapa kerajaan-
kerajaan kecil (Muluk al-Thawaif)
c. Munculnya gerakan pemberontak di wilayah Andalusia
d. Lahirnya semangat bersaing di antara para penguasa pemerintahan
13. Faktor yang mempengaruhi kemajuan peradaban Islam pada masa daulah
bani Umayyah II di Andalusia adalah...
a. Adanya penguasa-penguasa yang berwibawa dan tidak adil
b. Kebjiksanaan penguasa-penguasa dalam mempelopori kegiatan ilmiah
c. Penduduk Andalusia menjalin hubungan kerjasama dengan umat
kristen
d. Banyaknya wilayah Islam di Andalusia yang memisahkan diri dari
pemerintahan pusat
14. Hasil kemajuan yang dicapai daulah bani Umayyah II dalam bidang
kebudayaan adalah...
a. Lahirnya berbagai seni musik dan karya sastra Arab dari para
sastrawan muslim
b. Wilayah kekuasaan Islam di Andalusia semakin luas
c. Banyaknya penduduk Andalusia yang memeluk Islam
d. Berkembangnya toleransi beragama terhadap penganut agama kristen
dan yahudi
15. Ilmuwan, filsuf dan ulama yang ada pada masa daulah bani Umayyah II di
Andalusia adalah...
a. Buhaira, Abu Lahab dan Abu Bakr ibn al-Quthiyah
b. Ahmad ibn Abbas, al-Farabi dan Ibn Hazm
c. Yazid ibn Muawiyah, Abu Bakr ibn Thufail dan Munzir ibn Sa’id al-
Baluthi
d. Ibn al-Khatib, Bilal ibn Rabah dan Ziyad ibn Abd al-Rahman
16. Pada tahun 1492 H kekuasaan daulah bani Umayyah II mengalami
kemunduran dan kehancuran. Faktor penyebab kemunduran dan
kehancuran bani Umayyah II tersebut adalah...
a. Konflik Islam dengan kristen
b. Kestabilan politik dan ekonomi di Andalusia
c. Meningkatnya arus pembaharuan di Andalusia
d. Adanya ideologi pemersatu bangsa di Andalusia
17. Di antara perkembangan peradaban Islam di Andalusia ada yang bersifat
fisik dan non fisik. Contoh perkembangan peradaban Islam yang bersifat
fisik adalah...
a. Perkembangan ekonomi
b. Perkembangan sosial dan politik pemerintahan
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
d. Pembangunan kota, istana-istana dan masjid-masjid
18. Peradaban Islam di Andalusia telah memberikan pengaruh besar bagi
Eropa dan penduduknya secara keseluruhan. Pengaruh tersebut adalah...
a. Semangat penduduk Eropa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dari
umat Islam
b. Penyerangan umat kristen Eropa terhadap umat Islam di Andalusia
c. Permusuhan antara penduduk Eropa dengan umat Islam
d. Adanya disintegrasi antara penduduk Eropa dengan umat Islam
19. Dalam sejarah peradaban Islam di Andalusia, kekuasaan Islam terpecah
menjadi beberapa negara dan salah satu kekuasaan yang dominan adalah
dinasti Muwahhidun. Siapakah pendiri dinasti Muwahhidun ini?...
a. Muhammad ibn Sa’ad
b. Yusuf ibn Tasyfin
c. Muhammad ibn Tumart
d. Ibn Abi Amir
20. Dampak negatif kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia adalah...
a. Kemajuan peradaban
b. Besarnya semangat ilmiah
c. Kemajuan ilmu pengetahuan
d. Hilangnya semangat ilmiah
21. Di bawah ini salah satu faktor penyebab umat Islam terusir dari Andalusia
(Spanyol) adalah...
a. Kekalahan umat Islam dalam melawan serangan bangsa kristen
b. Wilayah Andalusia (Spanyol) yang bersifat terpencil
c. Pelanggaran janji umat Islam kepada bangsa kristen
d. Berkembangnya usaha-usaha kreatif umat Islam
22. Faktor yang mendasari orang-orang Eropa mempelajari ilmu pengetahuan
dan peradaban Islam adalah...
a. Rasa kekaguman dan ketertarikan penduduk Eropa terhadap peradaban
dan ilmu pengetahuan Islam
b. Ilmu pengetahuan dan peradaban Islam sulit untuk dipelajari
c. Penduduk Eropa mengalami masa kebangkitan kembali (renaissance)
d. Penduduk Eropa hendak mengusir umat Islam dari Andalusia
(Spanyol)
23. Gambaran peradaban Islam di Andalusia setelah di serang oleh bangsa
kristen adalah...
a. Mengalami masa stabil
b. Mengalami masa integrasi panjang
c. Mengalami masa kemajuan pesat
d. Mengalami masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam
24. Faktor penyebab kemunduran peradaban Islam pada masa sekarang
adalah...
a. Para penguasa yang adil dan jujur
b. Timbulnya sikap apatis dalam diri umat Islam
c. Berkembangnya usaha-usaha kreatif dari umat Islam
d. Semangat umat Islam dalam mengembangkan peradaban Islam
Perhitungan Varian Total Instrumen Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
N
N
xtxt
St
2
2
2
42
42
5474720366
2
2
St
42
67,713444720366.2 St
42
33,69212 St
79,1642 St
Jadi, varian total = 164, 79
Lampiran 3.a
Perhitungan Reliabilitas Angket Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
2
2
11 11 St
Si
n
nr
79,164
53,231
145
4511r
143,01023,111 r
857,0023,111 r
88,011 r
Dengan angka reliabilitas 0,88 maka dapat disimpulkan bahwa angket
instrument pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada penelitian ini
memiliki reliabilitas yang kuat atau tinggi.
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks
korelasi “r” Product Moment pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai
berikut:
Basarnya “r” Product Moment Interpretasi
0,00–0,20 Tidak ada korelasi
0,20–0,40 Lemah atau rendah
0,40–0,70 Sedang atau cukupan
0,70-0,90 Kuat atau tinggi
0,90–1,00 Sangat kuat atau sangat tinggi
(Anas Sudijono, 2008)
Lampiran 3.b
Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
22358930994742381335072142
3589381332644742
xx
xrxy
12880921130177741453896914730282
1368485713710774
xyr
136853191313
25917xyr
131,51168
25917xyr
507,0xyr
Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (X) dan variabel kecerdasan kognitif siswa (Y) didapat
angka koefisien korelasi sebesar 0,507
Lampiran 7
Perhitungan Koefisien Determinasi
Diket:
r = 0,507
Rumus:
KD = r² x 100 %
= 0,507² x 100 %
= 0,27 x 100 %
= 27 %
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi didapat sekitar 27%
variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dapat mempengaruhi
kecerdasan kognitif siswa.
Lampiran 8
BERITA WAWANCARA
Nama Narasumber : Bahroin HN. S. Pdi
Jabatan : Guru SKI & Kepala Sekolah
Tempat Wawancara : MA. Al-Falah Jakarta
Hari/Tanggal : Jum’at/04 Februari 2011
Pokok Pertanyaan
1. Cara-cara apa saja yang Bapak tempuh dalam meningkatkan penguasaan
materi pembelajaran di bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ini?.
Jawab: Cara-cara yang saya tempuh dalam meningkatkan penguasaan materi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah dengan banyak
membaca sumber bacaan (referensi) yang terkait dengan materi Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) tersebut serta mengikuti seminar-seminar.
2. Apakah Bapak menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas?.
Jawab: Iya. Saya menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
3. Bentuk media pembelajaran seperti apa saja yang bapak gunakan dalam proses
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)?.
Jawab: Bentuk media yang kerap kali saya gunakan dalam proses
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah LCD dan pemutaran
film yang memang terkait dengan materi pembelajaran.
4. Menurut Bapak apakah para siswa telah menghapal, mengingat, memahami,
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi materi pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) dengan baik dan benar?.
Jawab: Relatif. Mayoritas siswa di sekolah ini (MA. Al-Falah Jakarta) masih
dalam taraf mensintesis saja sedangkan dalam taraf mengevaluasi dapat
dikatakan hanya sebagian siswa saja yang mampu.
Lampiran 9
5. Bagaimana penilaian Bapak terhadap isi materi pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) yang terdapat dalam sumber bacaan Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) untuk siswa tingkat Aliyah ini?.
Jawab: Umumnya isi materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang ada
dalam buku bacaan untuk siwa Aliyah bersifat kurang lengkap dan guna
mensiasati hal ini saya membebaskan siswa untuk mencari referensi yang
memang lebih lengkap disamping saya memberikan silabus dan rangkuman.
6. Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), metode pembelajaran
seperti apa yang Bapak terapkan guna menumbuh kembangkan keaktifan dan
kemampuan kognitif siswa di kelas?.
Jawab: Metode pembelajaran yang saya terapkan yaitu metode inquiry,
metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan lain-lain yang memang menurut
saya dapat mengaktifkan dan mengembangkan kognitif siswa.
7. Alat evaluasi seperti apa yang Bapak gunakan untuk para siswa dalam setiap
proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)?.
Jawab: Dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), alat
evaluasi yang saya terapkan yaitu sistem kuis dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan langsung kepada siswa disamping ulangan harian, UTS (mid
semester) dan UAS.
Jakarta, 04 Februari 2011
Interviewer Interviewee
Siti Marqiyah Bahroin. HN. S. Pdi
Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan MA. Al-Falah Jakarta
dilihat dari Jenjang Pendidikan, Jabatan dan Bidang Studi
No. Nama Jenjang Jabatan Bidang Studi
1. H. Balya Isa, B. Sc S1 Ketua I yayasan Bahasa Inggris
2. Bahroin HN, S. Pdi S1 Kepala Sekolah SKI, Sosiologi
3. Dra. Ida Idris S1 Wakil Bid. Kurikulum Sejarah, Geografi, Antropologi
3. Drs. H. Abd. Rozak S1 Wakil. Bid. Humas Bahasa & Sastra Indonesia
4. Drs. H. Marzuki S1 Wakil. Bid. Sarpras Bhs. Arab, Fiqih, Tafsir
5. Ismail Bahruddin, MA S2 Wakil. Bid. Kesiswaan Al-Qur’an Hadits
6. Drs. H. Sofyan Sauri S1 Kepala Tata Usaha Bahasa Inggris
7. Drs. H. Mustofa S1 Bendahara Bahasa Arab
8. Fauzah, S. Psi S1 Koordinator BK BK, Sosiologi
9. Drs. Suhadi HM S1 Kep. Perpustakaan Penjasorker
10. Drs. Tri Heru Sedono S1 Kep. Lab. Kimia Kimia, Matematika
11. Drs. Lutfi Prastiono S1 Kep. Lab. Fisika Fisika, Matematika
12. Hj. Dian Fitria, S. Pd S1 Kep. Lab. Biologi Biologi
13. M. Yani, A. Md D3 Kep. Lab. Komputer Teknologi Informasi & Kom
14. Drs. Masruchan S1 Guru Bahasa Arab, Balaghoh
15. Dra. Zainah S1 Guru/Wali Kelas Bahasa Inggris
16. H.A. Wasi, S. Ag S1 Guru/Wali Kelas Fiqih, Ushul Fiqih
17. Nusyuroh, SEi S1 Guru/Wali Kelas Ekonomi
18. H. Bahruddin, S. Pdi S1 Guru Fiqih, Aqidah, Tafsir
19. Ika Rahmawati, S. Pd S1 Guru/Wali Kelas Bahasa & Sastra Indonesia
20. Alawiyah, S. Pd S1 Guru/Wali Kelas PPKn, Sejarah
21. Barkah, S. Pd S1 Guru Matematika
22. Dian Awalina, S. Pd S1 Guru/Wali Kelas Sejarah, Bahasa Inggris
23. Sanwani, SS S1 Guru Retorika, Seni Budaya
24. Maulana Hasanuddin MA Staf TU -
25. Rochmani HM MA Karyawan -
26. Saifullah SD Karyawan -
Lampiran 10
27. Zainal Abidin SD Karyawan -
28. Muzayyin SD Satpam -
Berdasarkan tabel di atas, Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta mempunyai
guru dan tenaga kependidikan mayoritas lulusan S1, ada pula yang S2 dan juga
D3. Dalam proses belajar mengajar, guru-guru tersebut sudah memenuhi
kebutuhan dan kompeten di bidang studi masing-masing.
Keadaan Siswa dan Siswi
Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta
No. Kelas L P Jumlah
1. Kelas Ia 15 21 36
2. Kelas Ib 13 21 34
3. Kelas Ic 15 19 34
4. Kelas II IPA 12 11 23
5. Kelas II IPS 37 28 65
6. Kelas II Bahasa 19 10 29
7. Kelas III IPA 10 16 26
8. Kelas III IPS 31 32 63
9. Kelas III Bahasa 19 12 31
Jumlah 171 170 341
Lampiran 11
Keadaan Sarana dan Prasarana
Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta
No. Sarana/Prasarana Jumlah Kondisi
1. Ruang/Lokal Belajar 6 Baik
2. Laboratorium Komputer 1 Baik
3. Laboratorium IPA 1 Baik
4. Laboratorium Bahasa 1 Baik
5. Perpustakaan 1 Baik
6. Musholla 1 Baik
7. Aula 1 Baik
8. Ruang PMR 1 Baik
9. Ruang TU 1 Baik
10. Ruang Guru 1 Baik
11. Ruang Kamar Mandi Guru 2 Baik
12. Ruang Kamar Mandi Siswa/i 5 Baik
13. Koperasi 1 Baik
14. Asrama Pelajar 1 Baik
15. Rumah Dinas Guru 1 Baik
16. Lapangan Upacara 1 Baik
17. Ruang BK 1 Baik
18. Pos Satpam 1 Baik
Lampiran 12
Lampiran 2.a
Uji Validitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 ∑
A1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 138
A2 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 127
A3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 129
A4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 146
A5 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 2 2 3 4 1 127
A6 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 1 4 1 2 3 3 3 1 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 3 2 2 2 109
A7 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 1 1 2 2 2 3 2 3 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 4 113
A8 3 3 3 3 3 3 1 4 2 3 3 3 1 3 4 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 3 2 4 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 4 109
A9 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 1 4 1 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 4 4 3 108
A10 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 4 4 1 3 4 4 3 3 2 2 4 4 2 1 1 4 1 1 4 4 2 116
A11 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 1 3 3 1 3 3 2 4 2 2 2 2 2 4 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 2 3 3 1 113
A12 2 3 3 3 1 2 1 1 2 3 3 2 3 4 3 1 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 3 2 4 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 2 4 101
A13 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 119
A14 4 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 2 2 2 4 4 4 4 3 1 1 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 143
A15 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 139
A16 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 3 4 2 2 1 3 4 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 146
A17 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 154
A18 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 1 4 4 3 130
A19 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 2 4 2 1 3 4 3 3 4 2 4 4 3 157
A20 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 141
A21 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 1 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 2 4 4 3 2 3 3 4 4 2 144
A22 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 1 3 1 4 4 4 141
A23 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 4 3 2 2 2 3 3 3 130
A24 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 120
A25 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 124
A26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 118
A27 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 132
A28 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 125
A29 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 2 2 1 3 4 3 1 1 3 4 4 133
A30 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 4 2 124
A31 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 1 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 152
A32 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 1 3 1 2 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 1 4 4 3 133
A33 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 3 1 2 1 3 3 4 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 129
A34 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 4 3 2 3 1 3 3 1 2 1 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 4 4 4 134
A35 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 4 4 4 141
A36 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 138
A37 3 4 4 3 4 4 3 1 2 3 3 3 4 3 4 2 4 4 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 3 2 4 1 3 4 2 2 4 2 2 3 4 2 130
A38 3 4 4 4 4 4 3 1 2 3 3 4 4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 136
A39 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 139
A40 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 1 3 4 4 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 1 2 4 3 1 124
A41 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4 2 3 4 3 2 4 3 1 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 1 3 3 2 3 3 2 2 4 4 2 135
A42 2 3 3 4 3 3 3 2 1 4 4 3 1 4 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 2 3 1 4 4 3 3 3 2 3 3 4 2 127
rit 0.59 0.53 0.43 0.47 0.46 0.56 0.75 0.45 0.55 0.36 0.39 0.6 0.56 0.22 -0 0.31 0.4 0.62 0.65 0.2 0.46 0.37 0.26 0.7 0.32 0 0.44 0.58 0.11 0.18 0.39 0.6 0.24 0.68 0.04 0.38 0.2 0.59 0.48 0.08 0.55 0.29 0.39 0.41 0.19
rtab 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
Kategori Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Drop Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Valid Drop Valid Drop Valid Drop Valid Valid Drop Valid Drop Valid Valid Drop
Lampiran 4
Analisa Data Hasil Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Nama Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor
Afifah 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 92
Ahmad Arief 4 3 2 1 4 4 4 3 2 2 2 1 3 2 2 1 4 3 4 3 3 2 1 1 4 3 4 3 3 4 82
Ahmad Hilman Z. 2 2 1 3 1 1 4 1 3 3 3 4 1 2 2 3 2 3 2 2 4 4 1 1 1 2 2 3 2 3 68
Ahmad Mahendra 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 1 4 4 105
Ahmad Rifa'i 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 1 3 3 3 4 2 3 4 4 2 4 3 96
Ahmad Roziqi 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 111
Ahmad Susmiyanto 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 1 2 4 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 89
Ahmad Wiza Walady 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 88
Ainul Muqorobin 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 116
Azizah Nur Fitria 1 3 3 4 1 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 4 4 3 4 3 3 1 4 3 97
Azhar Halim 4 4 3 2 1 1 3 2 1 2 4 1 3 2 3 4 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 3 4 4 3 81
Candra Hamzah 3 2 1 3 3 3 2 3 4 3 3 3 1 4 1 3 3 4 1 1 1 3 3 4 1 1 1 3 3 2 73
Chaerul Kahfi 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 2 2 2 3 3 98
Chaerunnida 2 2 3 4 2 4 2 3 4 3 3 3 1 1 1 4 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 78
Daenuri Ridwan 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 99
Dini Rachmawati 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 86
Ditha Saviera 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 1 3 4 4 4 1 4 1 3 4 3 1 1 3 4 4 2 4 3 1 87
Fajar Ariandi 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 1 2 3 3 4 4 2 2 2 3 3 4 4 87
Fariha 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3 4 3 2 3 1 4 1 3 3 77
Febriyanti 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 1 1 3 3 3 4 4 4 2 3 2 4 4 96
Hanifatun Nabilah 4 3 3 3 1 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 3 1 3 4 4 2 2 3 3 2 3 3 81
Indah Nurwasilah 3 3 2 3 2 4 1 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 78
Laili Fadilah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 78
Lia Nur Aulia 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 1 3 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 94
Mahatan M. 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 4 3 4 3 2 4 4 2 3 3 3 95
Marisa Ahsanti 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 4 3 2 1 2 91
Mega Rizkiah 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 92
Mery Fitriyeni 4 1 3 3 1 4 4 1 3 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 1 3 3 1 2 3 4 4 4 3 4 92
Muhammad Ali 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 2 2 1 2 1 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 95
M. Damanhuri 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 109
Muhammad Fahri 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 103
Muhammad Ilman 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 1 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 4 4 2 3 4 101
Noval Kurniadi 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 2 4 4 3 3 4 3 3 3 1 1 3 4 82
Nurdiyah B. 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 4 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 82
Radinal Fata 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 4 4 4 3 2 2 2 3 3 91
Rahmatun Nazilah 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 87
Ramawidyafebro W. 1 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 1 3 97
Rashifa Fauziah 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 95
Rostia Mutiara Sari 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 78
Siti Khaerani 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 1 1 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 86
Sophi Oktaviana 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 96
Yazid Awlawi 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 104
Lampiran 5
Analisa Data Hasil Test Uji Kognitif Siswa
Nama Responden B x 100 Skor
Afifah 19/24 x 100 79
Ahmad Arief 17/24 x 100 70
Ahmad Hilman Z. 20/24 x 100 83
Ahmad Mahendra 21/24 x 100 87
Ahmad Rifa'i 19/24 x 100 79
Ahmad Roziqi 21/24 x 100 87
Ahmad Susmiyanto 22/24 x 100 91
Ahmad Wiza Walady 20/24 x 100 83
Ainul Muqorobin 22/24 x 100 91
Azizah Nur Fitria 16/24 x 100 66
Azhar Halim 18/24 x 100 75
Candra Hamzah 19/24 x 100 79
Chaerul Kahfi 22/24 x 100 91
Chaerunnida 16/24 x 100 66
Daenuri Ridwan 21/24 x 100 87
Dini Rahmawati 22/24 x 100 91
Ditha Saviera 17/24 x 100 70
Fajar Ariandi 22/24 x 100 91
Fariha 23/24 x 100 95
Febriyanti 22/24 x 100 91
Hanifatun Nabilah 20/24 x 100 83
Indah Nurwasilah 24/24 x 100 100
Laili Fadilah 19/24 x 100 79
Lia Nur Aulia 19/24 x 100 79
Mahatan M. 18/24 x 100 75
Marisa Ahsanti 23/24 x 100 95
Mega Rizkiah 24/24 x 100 100
Mery Fitriyeni 20/24 x 100 83
Muhammad Ali 22/24 x 100 91
M. Damanhuri 22/24 x 100 91
Muhammad Fahri 21/24 x 100 87
Muhammad Ilman 19/24 x 100 79
Noval Kurniadi 20/24 x 100 83
Nurdiyah B. 18/24 x 100 75
Radinal Fata 23/24 x 100 95
Rahmatun Nazilah 22/24 x 100 91
Ramawidyafebro W. 21/24 x 100 87
Rashifa Fauziah 23/24 x 100 95
Rostia Mutiara Sari 22/24 x 100 91
Siti Khaerani 24/24 x 100 100
Sophi Oktaviana 23/24 x 100 95
Yazid Awlawi 20/24 x 100 83
Lampiran 6
Persiapan Perhitungan Korelasi
Nmr Resp X Y XY X² Y²
A1 92 79 7268 8464 6241
A2 82 70 5740 6724 4900
A3 68 83 5644 4624 6889
A4 105 87 9135 11025 7569
A5 96 79 7584 9216 6241
A6 111 87 9657 12321 7569
A7 89 91 8099 7921 8281
A8 88 83 7304 7744 6889
A9 116 91 10556 13456 8281
A10 97 66 6402 9409 4356
A11 81 75 6075 6561 5625
A12 73 79 5767 5329 6241
A13 98 91 8918 9604 8281
A14 78 66 5148 6084 4356
A15 99 87 8613 9801 7569
A16 86 91 7826 7396 8281
A17 87 70 6090 7569 4900
A18 87 91 7917 7569 8281
A19 77 95 7315 5929 9025
A20 96 91 8736 9216 8281
A21 81 83 6723 6561 6889
A22 78 100 7800 6084 10000
A23 78 79 6162 6084 6241
A24 94 79 7426 8836 6241
A24 95 75 7125 9025 5625
A26 91 95 8645 8281 9025
A27 92 100 9200 8464 10000
A28 92 83 7636 8464 6889
A29 95 91 8645 9025 8281
A30 109 91 9919 11881 8281
A31 103 87 8961 10609 7569
A32 101 79 7979 10201 6241
A33 82 83 6806 6724 6889
A34 82 75 6150 6724 5625
A35 91 95 8645 8281 9025
A36 87 91 7917 7569 8281
A37 97 87 8439 9409 7569
A38 95 95 9025 9025 9025
A39 78 91 7098 6084 8281
A40 86 100 8600 7396 10000
A41 96 95 9120 9216 9025
A42 104 83 8632 10816 6889
∑ 3813 3589 326447 350721 309947
Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
22358930994742381335072142
3589381332644742
xx
xrxy
12880921130177741453896914730282
1368485713710774
xyr
136853191313
25917xyr
131,51168
25917xyr
507,0xyr
Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (X) dan variabel kecerdasan kognitif siswa (Y) didapat angka
koefisien korelasi sebesar 0,507
Lampiran 7
Perhitungan Koefisien Determinasi
Diket:
r = 0,507
Rumus:
KD = r² x 100 %
= 0,507² x 100 %
= 0,27 x 100 %
= 27 %
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi didapat sekitar 27% variabel
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dapat mempengaruhi kecerdasan
kognitif siswa.
Lampiran 8
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Siti Marqiyah S. Pdi
Nama Panggilan : Kiki
Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 19 November 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. KH. Mas’ud RT: 014 RW: 009 No: 09 Kb. Lama Utara
Jakarta Selatan 12240
Email/ Facebook : [email protected]
Pendidikan : 1. TK Islam Aisiyah (1993-1994)
2. MI. Darunnajah Jakarta (1994-2000)
3. Mts. Al-Falah Jakarta (2000-2003)
4. MA. Al-Falah Jakarta (2003-2006)
5. S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2006-2011)
Motto : “Jangan bersedih bila tidak dihargai, namun bersedihlah
bila diri Qta tidak berharga dihadapan Allah Swt. La Tah
zan Innallaha Ma’ana. Jadikan harimu adalah untuk hari
ini!”.
Angket Penelitian
Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII
MA. Al-Falah Jakarta
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c
dan d sesuai dengan pilihanmu.
Pertanyaan-pertanyaan
1. Dalam mengajar di kelas, guru SKI menguasai materi pembelajaran SKI
dengan baik
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Guru SKI memiliki kecakapan dalam penguasaan materi pembelajaran SKI di
kelas
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Guru SKI mendalami materi pembelajaran SKI
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Guru SKI memiliki pemahaman mendalam terhadap materi pembelajaran SKI
a. Sangat setuju
Lampiran 1.c
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Guru SKI menyampaikan materi pembelajaran SKI dengan menarik
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
6. Dalam penyampaian materi pembelajaran SKI, guru SKI memberikan
informasi-informasi penting yang diperlukan siswa
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Guru SKI menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
SKI di kelas
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Guru SKI kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran SKI
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Guru SKI sabar dalam mengajarkan siswa
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Guru SKI bijaksana dalam menghadapi siswa
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11. Guru SKI bersikap adil terhadap siswa
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
12. Guru SKI tidak membeda-bedakan semua siswa
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13. Isi materi pembelajaran SKI bersifat tidak lengkap
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14. Isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup pencapaian seluruh Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Isi materi pembelajaran SKI yang dipelajari siswa bersifat luas dan banyak
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
16. Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17. Isi materi pembelajaran SKI bersifat kompleks
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
18. Setiap uraian bab dalam materi pembelajaran SKI mudah untuk dipahami
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
19. Latihan soal SKI yang ada dalam setiap bab sudah sesuai dengan uraian materi
yang dipelajari
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
20. Rangkuman yang terdapat dalam setiap akhir materi pembelajaran SKI tidak
sesuai dengan pembahasan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
21. Materi pembelajaran SKI sudah disajikan secara berurutan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
22. Isi materi pembelajaran SKI tentang figur-figur teladan dalam Islam
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
23. Guru SKI sudah menguasai metode pembelajaran SKI dengan baik di kelas
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
24. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru SKI sudah menerapkan
metode pembelajaran SKI dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
25. Guru SKI menggunakan variasi metode pembelajaran SKI dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
26. Adanya interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa dalam setiap awal kegiatan
pembelajaran SKI
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
27. Guru SKI mengadakan kuis interaktif dengan siswa dalam setiap
pembelajaran SKI di kelas.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
28. Dalam setiap akhir pembahasan materi, guru SKI memberikan tugas akhir
pembelajaran kepada siswa
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
29. Adanya Ujian Tengah Semester (UTS) yang diadakan guru SKI di sekolah
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
30. Guru SKI melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) dalam setiap akhir
program pembelajaran SKI
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju