hubungan pembelajaran sejarah kebudayaan islam (ski...

128
HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DENGAN KECERDASAN KOGNITIF SISWA KELAS XII MA. AL-FALAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam OLEH SITI MARQIYAH NIM : 106011000178 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: donguyet

Post on 06-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN

ISLAM (SKI) DENGAN KECERDASAN KOGNITIF SISWA

KELAS XII MA. AL-FALAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

SITI MARQIYAH

NIM : 106011000178

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
Page 3: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

i

ABSTRAK

Siti Marqiyah. Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Skripsi,

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada dunia

pendidikan, masalah kecerdasan kognitif siswa khususnya dalam tingkat

Aliyah/sederajat merupakan permasalahan yang sering menjadi sorotan mengingat

kognitif ini menjadi salah satu aspek kemampuan yang mesti dimiliki siswa selain

kemampuan afektif dan psikomotorik. Beragam persoalan yang menyangkut

kecerdasan kognitif akibat dari proses pembelajaran yang bersifat monoton dan

cenderung membosankan sehingga mematikan daya kognitif siswa. Hal inilah

yang terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tinggi rendahnya

pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan

memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas

XII MA. Al-Falah Jakarta, maka masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu

apakah terdapat hubungan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan

kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Penelitian ini

dilaksanakan di MA. Al-Falah Jakarta pada semester ganjil tahun ajaran

2009/2010. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian

ini adalah teknik angket, test uji kecerdasan kognitif, observasi dan wawancara.

Penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terdiri dari siswa kelas XII.

Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kategori yaitu instrument pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dan test uji kecerdasan kognitif. Data penelitian

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diperoleh dengan menggunakan alat

ukur pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terdiri dari 30 item yang koefisien

reliabilitasnya sebesar 0,88 dan alat ukur kecerdasan kognitif terdiri dari 24 butir

pertanyaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan formula

Product Moment Karl Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang aktif,

transformatif dan menyenangkan dapat meningkatkan kecerdasan kognitif siswa.

Kata kunci: Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, kecerdasan kognitif

Page 4: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahi walhamdulillah.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain Alhamdulillah,

segala puji bagi Allah SWT sebagai manifestasi rasa syukur ke hadirat Illahi

Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal harganya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Hubungan Pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada

Nabi Muhammad SAW yang dengan kecerdasan dan kesabarannya mampu

mendobrak kejahiliyahan manusia.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-

tingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan

terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam dan Bapak Drs. Sapiuddin Shiddiq, M. Ag selaku Sekretaris

Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi.

Terima kasih tidak terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu, waktu dan

berbagi pengalaman hidup sehingga penulis dapat mengambil hikmah

dari semuanya.

4. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama

masa perkuliahan.

Page 5: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

iii

5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam

penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan

bahan pustakaan dan sumber-sumber bacaan.

6. Kepala sekolah, guru dan semua staf di MA. Al-Falah Jakarta,

khususnya Bapak Bahroin HN. S.Pd.i seorang guru agama yang

memberikan arahan dan bimbingan hidup kepada penulis.

7. Ayahanda Mar’ali HM dan Ibunda Almh. Hj. Nusroh Sumayah yang

selalu memberikan kasih sayang dan motivasi bagi penulis untuk dapat

menghadapi segala cobaan dengan hati yang lapang. Terima kasih atas

pengorbanan untuk anakmu ini.

8. H. Matsani (Pak Haji) dan Hj. Chaeriyah (Mak Haji) yang selama ini

telah banyak memberikan doa dan perhatian kepada penulis.

9. Ibu Yuli Trisnawati yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Keluarga besar Alm. KH. Muhammad Chaer Djaza. Terima kasih atas

doa dan kebahagiaan yang telah diberikan kepada penulis.

11. H. Abdul Gofur S.Sos.i. Terima kasih atas doa, dukungan dan kasih

sayang yang telah diberikan untuk penulis sampai saat ini.

12. Siti Arfah, S. Kom dan Hadi Nugroho, SE yang selalu memberikan

semangat dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat penulis Emi “MiQiSyaWa”, Syaidah “MiQiSyaWa”,

Wati “MiQiSyaWa” dan teman-teman kelas E angkatan 2006 Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang

berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 24 Februari 2011

Penulis

Page 6: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. . Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................ 7

C. Pembatasan Masalah ........................................................... 7

D. Perumusan Masalah ............................................................ 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 8

BAB II : KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kecerdasan Kognitif ............................................................ 9

1. Pengertian Kecerdasan Kognitif .................................. 9

2. Fungsi Kecerdasan Kognitif ........................................ 10

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kognitif ........ 12

4. Perkembangan Kecerdasan Kognitif ............................ 13

5. Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif ....... 16

6. Aspek-aspek Kompetensi Kognitif .............................. 17

7. Macam-macam Gaya Kognitif ..................................... 20

8. Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan Kognitif .......... 22

B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........................... 24

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 24

2. Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 27

3. Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 30

4. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 32

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam di Madrasah Aliyah ............................................. 34

Page 7: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

v

6. Aspek-aspek Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam .............................................................................. 35

7. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........ 41

C. Hipotesis Penelitian ............................................................ 47

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 48

B. Variabel Penelitian .............................................................. 48

C. Metode Penelitian ................................................................ 48

D. Populasi dan Sampel ............................................................ 49

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 49

F. Validitas dan Reliabilitas .................................................... 50

G. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 52

H. Teknik Analisis Data ........................................................... 52

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MA. Al-Falah ........................................ 63

B. Deskripsi Data ..................................................................... 66

C. Analisis Data ........................................................................72

D. Interpretasi Data ..................................................................73

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 76

B. Saran ..................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

vi

DAFTAR TABEL

1. Sampel Penelitian .................................................................................. 49

2. Kriteria Penilaian Angket ...................................................................... 52

3. Kisi-kisi Angket Penelitian Hubungan Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta ............................................................................ 55

4. Kisi-kisi Test Kecerdasan Kognitif Hubungan Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta ............................................................................ 59

5. Penyampaian Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .. 66

6. Penggunaan Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .... 67

7. Sikap Mengajar Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ...................... 68

8. Isi Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) .................. 68

9. Penyajian Inti Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) . 69

10. Penerapan Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ..... 70

11. Evaluasi Test Formatif Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ..................... 71

12. Evaluasi Test Sumatif Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ...................... 72

13. Hasil Koefisien Korelasi ........................................................................ 73

Page 9: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Pengumpulan Data

a. Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Validasi ...........

b. Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Penelitian .........

Lampiran 2. Validitas

a. Uji Validitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

.........................................................................................................

Lampiran 3. Reliabilitas

a. Perhitungan Varian Total Instrumen Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) ..................................................................

b. Perhitungan Reliabilitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam (SKI) .......................................................................................

Lampiran 4. Analisa Data Hasil Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI) ...............................................................................................

Lampiran 5. Analisa Data Hasil Test Uji Kognitif Siswa .....................................

Lampiran 6. Persiapan Perhitungan Koefisien Korelasi .......................................

Lampiran 7. Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam dengan Kecerdasan Kognitif Siswa........................................

Lampiran 8. Perhitungan Koefisien Determinasi ..................................................

Lampiran 9. Berita Wawancara.............................................................................

Lampiran 10. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan MA. Al-Falah Jakarta ..

Lampiran 11. Keadaan Siswa dan Siswi MA. Al-Falah Jakarta ...........................

Lampiran 12. Keadaan Sarana dan Prasarana MA. Al-Falah Jakarta ...................

Page 10: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT dengan

segala bentuk rupa, kelebihan dan kekurangan yang pastinya berbeda satu sama

lain. Allah SWT menciptakan manusia tidak lain untuk menjadi khalifah di muka

bumi. Hal ini secara jelas telah Allah SWT kemukakan dalam al-Qur’an Surah Al-

Baqarah ayat 30:

….

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi....” (Qs.

Al-Baqarah: 30)

Terkait dengan tujuan penciptaannya itu, manusia diberikan beberapa

kelebihan oleh Allah SWT yang dengan kelebihannya manusia diharapkan

mampu menjadi khalifah (pemimpin) untuk mengolah dan memelihara apa yang

sudah terdapat di alam raya ini. Salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada

manusia yaitu kecerdasan. Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari

Allah kepada manusia dan kecerdasan inilah yang membedakan manusia dengan

makhluk hidup lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus

mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,

melalui proses berpikir dan belajar secara berkesinambungan. Dari kecerdasan

pula, Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhlukNya yang memiliki bentuk

Page 11: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

2

Page 12: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

2

paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Allah SWT menegaskan

dalam al-Qur’an Surah At-Tin ayat 4:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya. (Qs. At-Tin: 4).

Steven J. Stein dan Howard E. Book menjelaskan “kecerdasan pada

hakikatnya merupakan sebuah proses terpadu yang melibatkan pertimbangan,

pemecahan masalah dan penalaran”.1 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

oleh Alisuf Sabri bahwa “kecerdasan secara umum dapat dipahami sebagai suatu

kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh

manusia”.2 Membahas pengertian kecerdasan dalam berbagai perspektif memang

cukup kompleks, lebih-lebih dewasa ini bermunculan beragam kecerdasan.

Pemahaman teoritik di atas bertujuan sebagai informasi, khususnya bagi

masyarakat yang belum paham tentang intelligensi selain yang selama ini

dipahami secara umum.

Pada umumnya kecerdasan itu akan bermanfaat apabila dipraktekkan

secara optimal dengan penuh penguasaan diri dan rasa syukur, nyata di dalam

masyarakat, berlangsung bagi hajat hidup orang banyak tanpa terikat pada

batasan-batasan tidak logis yang justru membuat seseorang tampak tidak cerdas.

Semakin tinggi kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin cepat, tepat dan

berhasil penuh dalam memecahkan masalah. Namun sebaliknya, semakin rendah

kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin tidak dapat berbuat apa-apa apalagi

untuk memecahkan masalah, mengurus kebutuhan diri yang rutin sehari-hari pun

tidak mampu.

Sejalan dengan hal di atas, ilmu Psikologi sebagai ilmu pengetahuan

yang mempelajari tingkah laku psikis individu dalam hubungannya dengan

1Steven J. Stein dan Howard E. Book, Learning EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan

Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and You’r Success

oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2002), Cet. I, h. 33.

2Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1993), Cet. I, h. 111.

Page 13: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

3

lingkungan telah mengklasifikasikan kecerdasan itu menjadi beberapa macam dan

diantara banyak kecerdasan itu adalah kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional

dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan kognitif memiliki peran penting dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan mengingat konsep pendidikan khususnya

di negara Indonesia lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif

siswa daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan

keberhasilan mereka.

Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa “kecerdasan kognitif merupakan

kecerdasan yang mengembangkan program-program pembelajaran yang dapat

mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual seseorang pada setiap jenjang

belajar”.3 Tanpa adanya kecerdasan kognitif siswa tidak akan dapat memahami,

mengingat dan menguasai suatu materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pendidikan

kecerdasan kognitif menjadi ciri khas tersendiri yang tidak bisa dilepaskan dari

siswa.

Begitu pula dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI), tinggi rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan

kognitif mereka. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sendiri adalah proses

interaksi siswa dengan guru pada suatu lingkungan belajar yang didalamnya

terdapat materi berisikan persitiwa sejarah masa lalu. Dalam pembelajaran sejarah

terdapat beberapa aspek yang mesti diperhatikan oleh guru yakni menguasai fakta,

konsep, struktur komponen pendidikan dan mengembangkan kebiasaan berpikir

kesejarahan. “Melalui kajian sejarah siswa dapat memperoleh gambaran mengenai

latar belakang kehidupannya yang sekarang, sehingga belajar tentang peristiwa

masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat kontinuitas dengan

3Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2008), Cet. II, h. 54.

Page 14: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

4

kehidupan masa kini”.4 Terkait dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

ini, Hariyono menjelaskan bahwa

Pembelajaran mengenai materi Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah

pembelajaran yang dapat diajarkan atau dipelajari dalam tata cara matematika atau

bahasa asing tingkat dasar, seperti memotong dan memisahkan urutan informasi

serta pelbagai prinsip untuk di ingat langkah demi langkah. Akan tetapi,

pembelajaran sejarah merupakan materi pembelajaran yang di dalamnya terdapat

usaha untuk bagaimana menguasai kemampuan berfikir secara imaginatif,

mengorganisir informasi dan menggunakan pelbagai fakta dalam rangka

menemukan dan memahami ide yang signifikan.5

Secara materi, Sejarah Kebudayaan Islam yaitu cerita masa lalu, namun

ruang lingkupnya tidak sesempit apa yang diwacanakan. Di dalamnya termaktub

kebudayaan yang banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral.

Termaktub juga peradaban manusia yang direfleksikan dalam politik, ekonomi

dan teknologi, yang tentu bisa dikaji guna kemajuan peradaban Islam masa kini.

Manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis menjadi wujud dari peradaban

dimaksud. Hal ini mengandung pemahaman bahwa

Sejarah Kebudayaan Islam bukan sekedar cerita masa lalu. Ia kental

dengan budaya dan peradaban Islam sebagai komparasi dan ruh semangat

peradaban masa kini dan mendatang. Siswa harus bisa memahami dan

menghargai prestasi budaya serta peradaban dari pelaku sejarah masa lalu. Sebab

di setiap zamannya terkandung nilai dan semangat yang bermanfaat untuk siswa,

sekarang dan mendatang.6

Pada dasarnya, substansi materi Sejarah Kebudayaan Islam sangat

kompleks dan membutuhkan daya nalar, analisis dan sintesis yang baik dalam

proses pembelajaran. Hal ini tentu dipengaruhi juga oleh bagaimana guru

menyampaikan materi tersebut sehingga tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam akan tercapai dengan baik dan kompleksitas materi pelajaran tersebut dapat

dikuasai siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

4Amru Sahmono, “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk

Meningkatkan Minat Belajar Siswa”, dalam http://hanckey.pbworks.com/Pembelajaran-Sejarah,

14 Februari 2010.

5Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,

1995), Cet. I, h. 196.

6Anang Sumarna, “Aktualisasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah”, dalam http://abineu.blogspot.com/, 05 Maret 2010.

Page 15: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

5

Pembelajaran yang harusnya dikembangkan dalam Sejarah Kebudayaan

Islam bukanlah pembelajaran yang membosankan, tetapi pembelajaran aktif dan

transformatif. ”Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa

untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang

mendominasi aktivitas pembelajaran”.7 Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

mencakup pengelolaan informasi dan transformasi.

Umumnya, dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

kerapkali guru terjebak dalam metode pengajaran yang justru jauh dari

pembelajaran aktif dan transformatif serta cenderung membosankan siswa, seperti

penerapan metode ceramah. Metode ini jelas mendatangkan kebosanan bila guru

yang memberikan materi tersebut tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi siswa.

Oleh karena itu, apabila terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh

pula pada kecerdasan kognitif mereka dalam menyerap informasi Sejarah

Kebudayaan Islam.

Dalam kegiatan belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa

diharapkan tidak hanya dapat mengambil suatu kesan aktivitas edukatif yang

diterapkan guru dalam bentuk life skill sesuai minat dan bakatnya, tetapi juga

dapat menguasai materi pembelajaran secara teoritis. Bila mereka dapat

menguasainya maka, materi itu pun bisa tersimpan dengan baik di memori otak

mereka yang dapat terus di ingat dan inilah yang termasuk proses kognitif dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sering kali guru tidak

menghubungkan materi dengan tujuan pembelajaran. Guru masuk kelas dan

langsung bercerita atau mendikte kisah sejarah. Guru lupa bahwa kegiatan yang

dilakukan di dalam kelas adalah bertujuan. ”Tujuannya bukan hanya

menghabiskan jam mata pelajaran saja namun, mengajak siswa untuk belajar dan

menumbuh kembangkan kecerdasan yang dimiliki dalam hal ini kecerdasan

7Tarmizi Ramadhan, ”Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan”, dalam

http://tarmizi.wordpress.com/, 08 Maret 2010.

Page 16: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

6

kognitif yang meliputi proses belajar, persepsi, ingatan, berpikir dan memecahkan

masalah”.8

Sejarah Kebudayaan Islam seyogyanya dapat digunakan untuk

menanamkan kekuatan mental dan daya ingat seseorang. Melalui proses belajar

mengajar Sejarah Kebudayaan Islam yang menarik dan memberikan peran aktif

pada siswa akan dapat mempertajam kesenangan pencarian dan penemuan

(inquiry and discovery). “Dari pencarian dan penemuan inilah yang nantinya akan

membangun proses penyesuaian pikiran siswa dengan objek-objek sejarah yang

mereka temukan. Proses yang demikian merupakan konsep perkembangan

kognitif menurut Piaget”.9

Pada realita sekarang, materi Sejarah Kebudayaan Islam selalu disajikan

dalam bentuk narasi kurang menarik. Kisah sejarah yang sering tampil dan

menjadi bahan dialog adalah kisah sepotong-potong (atomic narrative) yang

mematikan daya kognitif dan keaktifan siswa. Inilah sebabnya mengapa hasil

belajar Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali tidak memberikan perkembangan

berarti bagi kecerdasan kognitif siswa dan hanya kebosanan yang membodohkan

mereka (the numbing dullness).

Salah satu lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat proses

belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam ini yaitu Madrasah Aliyah (MA) Al-

Falah Jakarta. Tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap Sejarah

Kebudayaan Islam masih relatif kurang. Hal ini dikarenakan pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yang cenderung berkesan membosankan dan monoton. Selain

itu minat siswa untuk membaca literatur tentang Sejarah Kebudayaan Islam juga

masih kurang sehingga pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali

mematikan keaktifan dan kemampuan kognitif siswa.

Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis

bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul yaitu:

8Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,

1995), Cet. I, h. 185.

9Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan

Psikologi Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 25.

Page 17: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

7

“Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan

Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Kajian tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan

kognitif siswa terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti sebagai

berikut:

1. Kurang bervariasinya penerapan metode pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan

menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

3. Rendahnya kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam

menumbuh kembangkan kecerdasan kognitif siswa.

4. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam.

5. Kurang menariknya penyajian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dalam skripsi ini, melihat luasnya

ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas membutuhkan spesifikasi kajian

hal-hal yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam.

2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan

menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan yang signifikan antara

Page 18: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

8

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas

XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empiris mengenai

hubungan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif

siswa kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta.

2. Manfaat penelitian

Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan untuk pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang, selain

itu, sebagai bahan pengembangan ilmu dan menambah wawasan tentang

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan kognitif di Madrasah

Aliyah Al-Falah Jakarta.

Page 19: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kecerdasan Kognitif

1. Pengertian Kecerdasan Kognitif

Agar lebih jelas dalam membahas pengertian kecerdasan kognitif, maka

penulis akan menguraikan tentang pengertian kecerdasan terlebih dahulu. Menurut

Howard Gardner seperti yang dikutip oleh Agus Efendi kecerdasan adalah

“kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi

budaya tertentu”.1 Terkait dengan hal ini, Danah Zohar dan Ian Marshall

menegaskan bahwa “pada dasarnya kecerdasan itu beragam. Menurutnya, ada tiga

ragam kecerdasan yaitu intelligence quotient atau kecerdasan intelektual, spiritual

quotient atau kecerdasan spiritual dan emotional quotient atau kecerdasan

emosi”.2

Mengenai kecerdasan kognitif ini, berarti membicarakan adanya

pengorganisasian saraf yang memungkinkan manusia berpikir secara rasional.

Agar lengkap pengertian dan pemahaman tentang kecerdasan kognitif, maka

berikut ini penulis mengemukakan pendapat para ahli mengenai kecerdasan

kognitif itu. Siti Rahayu Haditono dan kawan-kawan menjelaskan bahwa

kecerdasan kognitif adalah “pengertian yang luas mengenai berpikir dan

mengamati, artinya tingkah laku yang mengakibatkan seseorang mendapatkan

1Agus Efendi, Revolusi Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Successful Intelligence Atas

IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), Cet. I, h. 81.

2Agus Efendi, Revolusi Abad 21…, h. 82.

Page 20: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

10

pengertian atau hal-hal yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian”.3

Sedangkan menurut Margaret E. Bell kecerdasan kognitif yaitu “kelompok

ingatan yang tersusun dan saling berhubungan, aksi serta strategi yang dipakai

oleh anak untuk memahami dunia sekitarnya sesuai tahap perkembangannya yang

berjalan secara tersusun, tumbuh dan berkembang melalui interaksi dengan

lingkungannya”.4 Selanjutnya Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu

berpendapat bahwa kecerdasan kognitif adalah “kemampuan yang mencakup

perkembangan ingatan, perolehan informasi, proses berpikir logis dan

perkembangan dalam memecahkan masalah”.5 Selanjutnya Steven J. Stein dan

Howard E. Book mengatakan bahwa kecerdasan kognitif merupakan “kecerdasan

yang mengacu kepada kemampuan berkonsentrasi dan merencanakan, mengelola

bahan, menggunakan kata-kata dan memahaminya, memahami fakta dan

mengartikannya”.6 Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas

mengenai kecerdasan kognitif, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kognitif

merupakan kemampuan individu yang meliputi kemampuan berpikir, mengingat,

menggunakan bahasa dan memecahkan masalah yang kesemuanya ini menjadi

aktivitas mental yang dilakukan individu secara sadar dalam interaksinya dengan

lingkungan. Atau dengan kata lain, kecerdasan kognitif yakni kemampuan

individu dalam melakukan abstraksi serta berpikir secara cepat untuk

menyesuaikan diri dengan situasi baru.

2. Fungsi Kecerdasan Kognitif

Para ahli Psikologi telah sepakat bahwa inti dari fungsi kecerdasan

kognitif manusia terletak pada otak. Otak merupakan organ yang dianggap

mampu untuk mengelola berbagai informasi yang diterima oleh individu.

3Siti Rahayu Haditono, dkk., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996), Cet. VIII, h. 208.

4Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1994), h. 308.

5Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan: Pedoman Bagi

Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. I,

h. 63.

6Steven J. Stein dan Howard E. Book, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan

Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and Your Success oleh

Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2002), Cet. I, h. 34.

Page 21: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

11

Informasi tersebut dapat berbentuk pelajaran, hal-hal yang spasial dan lain

sebagainya. Inilah yang menyebabkan mengapa fungsi kecerdasan kognitif diukur

pada tingkat kemampuan otak. Sumber yang penulis dapatkan menyebutkan

bahwa “pada hakikatnya, fungsi kecerdasan kognitif diukur pada tingkat

kemampuan otak dimana otak dipercaya mampu mengelola dan menggunakan

informasi yang tersedia untuk aktivitas kehidupan sehari-hari”.7

Mengenai fungsi kecerdasan kognitif ini, Muhammad Said dan Junimar

Affan menjelaskan dalam bukunya Psikologi dari Zaman ke Zaman: Berfokuskan

Psikologi Pedagogis, yaitu “kecerdasan kognitif memiliki fungsi penting bagi

individu yaitu membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan

aktivitas mengingat, berpikir, memahami, menalar, menganalisis, mensintesis,

merencanakan dan sebagainya.”8 Semua aktivitas ini berpusat pada aktivator kerja

otak. Oleh karena itu, tidaklah salah bila para ahli Psikologi bersepakat bahwa

otaklah yang menjadi inti dari berfungsi atau tidaknya kecerdasan kognitif

individu.

Sumber lain yang penulis dapatkan menjelaskan bahwa “fungsi

kecerdasan kognitif yaitu membantu individu mengembangkan daya kreasi dan

inovasi (pembaharuan) terhadap sesuatu yang sedang diamati serta dipikirkan

dalam proses internal mental di tengah-tengah adaptasinya dengan lingkungan”.9

Terkait dengan hal ini, bagi penganut aliran pendekatan kognitif (cognitive

approach) salah satu proses yang dapat membentuk dan mengembangkan struktur

kognitif individu yaitu proses belajar. Dalam proses belajar inilah individu akan

selalu menemukan segala sesuatu yang baru yang dapat diamati dan dipikirkan

dalam memori otak mereka.

Dari pendapat terdahulu mengenai fungsi kecerdasan kognitif, dapat

disimpulkan bahwa pada hakikatnya kecerdasan kognitif merupakan aktivitas dan

tingkah laku mental yang merupakan sarana yang digunakan manusia untuk

7Muhammad Al-Aziziyah, “Vitamin D Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Kognitif”,

dalam http://www.tempointeraktif.com/, 06 April 2010.

8Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman: Berfokuskan

Psikologi Pedagogis, (Bandung: Jemmars, 1990), h. 62.

9Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 53.

Page 22: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

12

mendapatkan dan memproses segala pengetahuan. Selain itu juga, kecerdasan

kognitif menjadi salah satu dari sekian banyak kecerdasan individu yang

mempunyai keterkaitan erat dengan kinerja otak sebagai pusat segala aktivitas

individu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kognitif

Kecerdasan kognitif tumbuh dipengaruhi oleh faktor-faktor. Fadilah

Suralaga dan kawan-kawan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan kognitif adalah “faktor biologik, lingkungan faktor

pengalaman, faktor sosial dan motivasi”.10

Berikut ini penulis akan menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan kognitif tersebut.

Faktor biologik merupakan faktor pertama yang mempengaruhi kognitif

seseorang. Menurut Jean Piaget seperti yang dikutip oleh Zahrotun Nihayah dan

kawan-kawan mengatakan bahwa

Pada dasarnya perkembangan kognitif manusia berakar pada

kerangka biologik, yakni setiap organisme mempunyai struktur dan organisasi.

Agar dapat mempertahankan diri, organisme harus mampu mengadaptasikan

struktur yang ada pada tuntutan lingkungan. Adaptasi merupakan suatu fungsi

biologik dan oleh sebab itu, inilah yang menyebabkan biologik dianggap sebagai

faktor yang dapat mempengaruhi kognitif organisme.11

Faktor kedua yang mempengaruhi kecerdasan kognitif yakni lingkungan

faktor pengalaman. Zahrotun Nihayah dan kawan-kawan dalam bukunya

Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam

menjelaskan bahwa

Lingkungan faktor pengalaman berperan cukup penting dalam

perkembangan kecerdasan kognitif manusia, demikian pula interaksi antara

keduanya sangat berperan. Potensi yang dimiliki oleh individu dapat dioptimalkan

sebaik mungkin apabila lingkungan sekitar dan pengalaman dapat memberikan

stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan individu.12

10Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 41.

11

Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan

Psikologi Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 25.

12

Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 24.

Page 23: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

13

Selain faktor biologik dan lingkungan faktor pengalaman, faktor lain

yang mempengaruhi kemampuan kognitif individu adalah faktor sosial dan

motivasi. Sumber yang penulis dapatkan menyebutkan bahwa “peran faktor sosial

tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam menumbuh kembangkan kemampuan

kognitif manusia mengingat manusia merupakan makhluk sosial yang kerapkali

menggunakan kemampuan kognitifnya dalam menerima segala pengetahuan baru

di lingkungan sosial tersebut”.13

Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kecerdasan kognitif. Fadilah Suralaga dan kawan-kawan menjelaskan bahwa

Motivasi (motivation) merupakan sebuah faktor penting yang dapat

mendorong dan mempengaruhi fungsi kognitif pada diri individu. Tanpa adanya

motivasi, maka individu tidak akan dapat terdorong untuk menggunakan

kemampuan kognitif yang dimilikinya dalam berpikir serta mempelajari segala

sesuatu seperti abstraksi, pengetahuan dan lain sebagainya.14

Dari penjelasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

kecerdasan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu tidak terlepas dari faktor-

faktor yang mempengaruhi kecerdasan kognitif itu. Faktor tersebut diantaranya

biologik, lingkungan faktor pengalaman, faktor sosial dan motivasi (motivation).

Kesemua faktor ini saling berhubungan satu sama lain dalam menumbuh

kembangkan kemampuan kognitif individu.

4. Perkembangan Kecerdasan Kognitif

Dalam perspektif Psikologi, perkembangan kecerdasan kognitif

didasarkan pada teori belajar kognitivisme dimana menurut teori itu, belajar

adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan

pemahaman tidak selalu berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi

dasar teori ini adalah

Bahwa setiap orang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan di

dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur

kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila

13Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan

Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 72.

14

Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 93.

Page 24: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

14

materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara klop dengan

struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa.15

Dalam perkembangannya, setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik

tolak dari teori kognitivisme ini, yakni: teori perkembangan Jean Piaget, teori

kognitif Jerome S. Bruner dan teori bermakna David P. Ausubel.

1. Teori perkembangan Jean Piaget

Piaget mengemukakan bahwa “proses belajar sebagai proses

pentransferan pengetahuan terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan

tertentu sesuai dengan usia siswa dimana tahap tersebut diantaranya sensory

motor, pra operasional, operasional konkret dan operasional formal”.16

Dalam

konsep perkembangan kognitif Piaget ini dikenal ada dua fungsi dasar, yakni

organisasi dan adaptasi. Organisasi ialah “kecenderungan bawaan setiap individu

untuk mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren”.17

Sedangkan adaptasi ialah “suatu proses penyesuaian pikiran dengan objek

tertentu”.18

Dalam teorinya, Piaget membagi proses adaptasi ke dalam tiga proses

dimana ketiga proses tersebut berkaitan satu sama lain. Proses yang dimaksud itu

yakni:

a. Proses asimilasi

Asimilasi merujuk pada kejadian dimana individu bila setiap kali

bertemu dengan suatu objek diluar dirinya akan memasukkan pengalaman atau

paham baru tentang objek itu dengan membentuk ulang kognisinya sesuai sifat

organisasi intelektual yang sudah dimilikinya.

b. Proses akomodasi

Dalam perkembangan kecerdasan kognitif, proses akomodasi ini

dapat menyebabkan terbentuknya suatu taraf keseimbangan baru dengan struktur

yang lebih jelas, lebih tajam dan lebih luas.

c. Proses equilibrasi

Terdapat proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi

dan akomodasi. Proses penyesuaian tersebut dalam perkembangan kecerdasan

kognitif dikenal dengan istilah equilibrasi.19

15Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 53.

16

Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 72.

17

Siti Rahayu Haditono, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 210.

18

Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 25.

19

Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan…, h. 322.

Page 25: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

15

Dari uraian di atas mengenai konsep perkembangan kecerdasan kognitif

dapat disimpulkan bahwa di dalam kegiatan berpikir manusia, sebagaimana yang

diutarakan Piaget, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya

akomodasi, asimilasi dan equilibrasi. Antara satu aktivitas mental dengan aktivitas

mental lainnya tersebut saling berkaitan. Sehingga untuk memahami mekanisme

perkembangan kognitif manusia, kita perlu memahami arti dan fungsi dari

masing-masing aktivitas mental tersebut.

2. Teori kognitif Jerome S. Bruner

Bruner merupakan salah satu tokoh ahli Psikologi kognitif yang banyak

memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana

manusia belajar dan mentransformasi pengetahuan. Dalam perkembangan

kognitif, Brunner mengusulkan teori free discovery learning, yakni teori yang

beranggapan bahwa “proses belajar manusia akan berjalan baik, kreatif dan

kognitif berkembang optimal bila guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

menemukan suatu aturan (konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh

yang mewakili aturan yang menjadi sumbernya”.20

Dengan kata lain, kognitif

akan dapat berkembang baik bila dalam proses belajar siswa dibimbing secara

induktif untuk memahami dan mengingat suatu hal yang telah diterimanya.

Terdapat tiga tahap dalam penerapan proses belajar yang dapat menumbuh

kembangkan perkembangan kognitif manusia, yakni:

a. Tahap enaktif

Pada tahap ini, cara penyajian materi belajar terdiri atas penyajian

kejadian-kejadian lampau melalui respons-respons motorik.

b. Tahap ikonik

Pada tahap ini, cara penyajian materi belajar dilakukan melalui

sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, namun tidak

mendefinisikan sepenuhnya konsep itu.

c. Tahap simbolik

Pada tahap ini, siswa dituntut untuk dapat memahami gagasan-

gagasan secara abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.21

20Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 12.

21

Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 70-71.

Page 26: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

16

3. Teori bermakna David P. Ausubel

David P. Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli Psikologi kognitif

yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh

kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Kebermaknaan belajar ini diartikan

sebagai “suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur

pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar”.22

Belajar

dikatakan bermakna apabila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai

dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa sehingga siswa itu mampu

mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Bagi

Ausubel, kognitif siswa dapat berkembang baik bila materi yang dipelajari siswa

diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya.

5. Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif

Membahas tentang perkembangan kognitif berarti membahas tentang

perkembangan individu dalam berfikir atau proses kognisi atau proses

mengetahui. Dalam Psikologi, proses mengetahui dipelajari dalam bidang

psikologi kognitif, bidang ini dipelopori oleh Jean Piaget. Dalam pandangan

Piaget, individu memiliki potensi kognitif yang mengalami proses perkembangan

dimana kecerdasan kognitif berkembang secara bertahap. Menurut Piaget tahapan

ialah “suatu jangka waktu tertentu, dimana cara berpikir dan tingkah laku anak

dalam berbagai situasi merefleksikan suatu struktur mental tertentu”.23

Dengan

kata lain, tahap perkembangan pada setiap periode kehidupan anak adalah

gambaran bagaimana cara-cara seorang individu memperoleh pengetahuan.

Menurut Piaget tahap perkembangan kecerdasan kognitif manusia terdiri dari

empat periode, yaitu:

No. Periode Usia

22Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman…, h. 199.

23

Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan…, h. 27.

Page 27: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

17

1. Sensory motor 0-2 tahun

2. Pra operasional 2-7 tahun

3. Operasional konkret 7-11 tahun

4. Operasional formal 11-16 tahun

Berdasarkan pembahasan dalam judul skripsi ini yang membahas

kecerdasan kognitif pada siswa tingkat Madrasah Aliyah/sederajat maka, penulis

hanya akan menguraikan tahapan perkembangan kecerdasan kognitif pada periode

operasional formal saja karena pada taraf usia operasional formal inilah siswa

duduk di bangku sekolah tingkat Madrasah Aliyah/sederajat. Periode operasional

formal (usia 11-16 tahun) merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kognitif.

Margaret E. Bell menjelaskan

Dalam periode operasional formal, anak mampu melakukan operasi

terhadap objek dan kejadian yang tidak hadir secara konkret atau dengan kata lain

anak sudah berpikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini juga anak sudah berpikir

rasional dan sistematis serta dapat memikirkan tentang proses pikiran mereka

sendiri (metakognitif). Karena periode ini merupakan periode terakhir dalam

perkembangan kognitif maka, setelah ini perubahan yang akan terjadi yakni pada

aspek kedalaman dan keluasaan pengetahuan.24

Dari penjelasan terdahulu, dapat disimpulkan bahwa tahap operasional

formal yakni periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap

ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut

sampai dewasa. Karakteristik tahap ini yakni diperolehnya kemampuan untuk

berpikir secara abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari

informasi yang tersedia.

6. Aspek-aspek Kompetensi Kognitif

Pada umumnya dalam proses pembelajaran terdapat tiga aspek yang

mesti dapat dikuasai oleh siswa. Ketiga aspek tersebut yakni kognitif, afektif dan

psikomotorik. Setiap bidang studi selalu mengandung ketiga aspek tersebut, tetapi

24Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan…, h. 333.

Page 28: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

18

penekannya selalu berbeda. Bidang studi praktek lebih menekankan pada aspek

psikomotorik, sedangkan bidang studi pemahaman konsep lebih menekankan

pada aspek kognitif. Namun, kedua aspek tersebut mengandung aspek afektif.

Terkait dengan hal ini, Bloom menjelaskan bahwa

Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir,

termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Aspek afektif

berhubungan dengan watak (perilaku) individu seperti sikap, minat, konsep diri,

nilai dan moral. Sedangkan aspek psikomotorik berhubungan dengan

keterampilan yang melibatkan otot dan kekuatan fisik, misalnya menulis,

memukul, melompat dan lain sebagainya.25

Nety Hartati dan kawan-kawan mengemukakan bahwa aspek kognitif

merupakan “subtaksonomi yang mengungkapkan mengenai kegiatan mental yang

sering berawal dari tingkat pengetahuan rendah sampai ke tingkat yang paling

tinggi yakni evaluasi”.26

Nety Hartati dan kawan-kawan menambahkan pula

bahwa

Tujuan aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan berpikir

yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yakni mengingat,

sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk

menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau

prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.27

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan pada

dasarnya aspek kognitif ini erat hubungannya dengan kemampuan berpikir

termasuk didalamnya aktivitas kemampuan dalam memahami, menghapal,

mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Terkait dengan hal

tersebut, dalam taksonomi Benjamin S. Bloom dijelaskan bahwa kemampuan

kognitif dalam pembelajaran adalah “kemampuan berpikir secara hierarkis yang

terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi”.28

25Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam

http://massofa.wordpress.com/, 29 September 2010.

26

Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. I, h.

65.

27

Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi…, h. 67.

28

Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam

http://massofa.wordpress.com/, 30 September 2010.

Page 29: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

19

Berikut ini penulis akan menguraikan keenam aspek kognitif tersebut yang

terdapat dalam taksonomi Bloom.

1. Pengetahuan (knowledge)

Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat (recall)

berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya. Dengan kata lain, pada

tingkat pengetahuan ini siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja

misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.

2. Pemahaman (comprehension)

Pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan

kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui

dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini juga, siswa diharapkan menerjemahkan

atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

3. Penerapan (application)

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau

menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta

memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan

dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,

pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen

tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini, siswa

diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara

membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang

telah dipelajari.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan kemampuan individu dalam mengaitkan dan

menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk

pola baru yang lebih menyeluruh.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa

mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,

produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.29

Terlepas dari hal di atas, salah satu bidang studi yang menuntut siswa

memiliki aspek kognitif di atas yakni Sejarah Kebudayaan Islam yang banyak

mengandung unsur-unsur pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi.

Seorang guru Sejarah Kebudayaan Islam sudah semestinya mampu untuk

menerapkan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang sejalan dengan

perkembangan aspek kognitif siswa melalui cara-cara yang variatif sehingga

pembelajaran tersebut memberikan implikasi yang nyata bagi perkembangan

29Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi…, h. 69-71.

Page 30: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

20

kognitif siswa. Cara-cara variatif tersebut seperti “guru membuat desain rencana

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam termasuk didalamnya rencana penilaian

(test) diantaranya membuat soal-soal yang berkaitan dengan Sejarah Kebudayaan

Islam berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah

ditetapkan”.30

Adapun bentuk soal test yang dapat diterapkan guru guna

menumbuh kembangkan kecerdasan kognitif siswa dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yakni menjodohkan, pilihan ganda, test atau pertanyaan lisan

di kelas, uraian obyektif, uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau

isian singkat dan lain-lain.

Umumnya, taraf perkembangan kognitif pada usia operasional formal

atau usia saat individu duduk dibangku sekolah tingkat Madrasah Aliyah/sederajat

sudah sampai di taraf sintesis (syntesis). Meski taraf tertinggi dari keenam aspek

kompetensi kognitif ini adalah evaluasi (evaluation) namun, hanya sebagian siswa

saja yang sudah sampai pada taraf ini. Meski begitu, taraf perkembangan kognitif

siswa dapat dikatakan sudah mencapai tingkat optimal yang ditandai dengan

tercapainya taraf pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis serta sintesis.

7. Macam-macam Gaya Kognitif

Pada hakikatnya dalam proses belajar mengajar kemampuan siswa untuk

memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang

cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka kerapkali

harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau

pelajaran yang sama. Cara berbeda tersebut merupakan indikasi dari adanya gaya

pembelajaran setiap individu dalam memahami dan menyerap pelajaran atau

informasi dari luar dirinya. Dalam hal ini, Dunn menjelaskan bahwa

Gaya pembelajaran adalah cara seorang pelajar memproses serta

mempertahankan informasi baru. Gaya pembelajaran tergantung ke fitur biologi

dan perkembangan kepribadian seseorang dan ia dipengaruhi oleh lingkungan,

emosi, pengaruh sosial serta perasaan individu. Akibatnya, sesuatu pengajaran

30Ahmad Sofa, “Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam

http://massofa.wordpress.com/, 30 September 2010.

Page 31: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

21

dapat efektif bagi seorang mahasiswa namun tidak efektif bagi siswa yang lain

karena gaya pembelajaran mereka berbeda.31

Sedangkan Renzulli dan Smith sendiri mendefinisikan gaya

pembelajaran sebagai “suatu bidang strategi pengajaran yang mana siswa

mencoba menuntut pembelajaran”.32

Mereka juga bependapat bahwa “siswa dapat

belajar dengan lebih efektif jika pengajaran guru sesuai dengan gaya pembelajaran

pelajar. Dengan ini, penyesuaian dalam pengajaran perlu dilakukan guna melayani

gaya pembelajaran pelajar”.33

Keefe seperti yang dikutip oleh Hamzah B. Uno

dalam bukunya menjelaskan bahwa

Gaya pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu gaya kognitif, gaya

afektif dan gaya kejiwaan. Gaya kognitif berkaitan erat dengan cara penerimaan

dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi serta kebiasaan yang

berhubungan dengan lingkungan belajar. Gaya afektif berkaitan erat dengan reaksi

yang berdasarkan kepada motivasi dalam belajar sedangkan gaya kejiwaan

bersifat tabiat yang berhubungan erat dengan unsur-unsur seks, kesehatan dan

lingkungan.34

Terkait dengan penjelasan di atas, dalam hal ini penulis akan

mengemukakan tentang gaya kognitif itu sendiri dan macam-macamnya. Pada

dasarnya kognitif yaitu “karakteristik individu dalam berpikir, merasakan,

mengingat, memecahkan masalah dan membuat keputusan”.35

Gaya kognitif juga

dipahami sebagai “cara setiap individu dalam menerima, mengorganisasikan,

merespons, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan pengalaman-

pengalaman yang dialaminya berdasarkan kajian psikologis”.36

Setiap individu

tentunya akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi

informasi sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya. Dalam proses

pembelajaran, macam-macam gaya kognitif tersebut diantaranya, yaitu:

a. Field Dependence (FD)

31Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 152-153.

32

Muhammad Arniko, “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam

http://www.jejakguru.co.cc/, 30 Juli 2010.

33

Muhammad Arniko, “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam

http://www.jejakguru.co.cc/, 01 Agustus 2010.

34

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 186.

35

Munandir, Rancangan Sistem Kognitif dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Kanisius,

1992), h. 88.

36

Munandir, Rancangan Sistem…, h. 90.

Page 32: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

22

Field dependence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh

informasi yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.37

b. Field Independence (FI)

Field independence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh

informasi yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.38

c. Gaya impulsive

Gaya impulsive yakni “gaya belajar yang cenderung bersifat

menduga-duga, cepat berbuat atau berbuat yang untung-untungan”.39

d. Gaya reflective

Gaya reflective yakni “gaya kognitif yang lebih banyak

memanfaatkan perenungan dan pertimbangan secara matang”.40

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap individu

mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menerima setiap informasi khususnya

dalam proses pembelajaran di sekolah. Gaya-gaya tersebut seperti gaya field

dependence, field independence, impulsive dan reflective baik secara langsung

maupun tidak langsung telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan

kognisi individu.

8. Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan Kognitif

Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Pengembangan Alat Ukur

Psikologis dikemukakan bahwa “atribut kecerdasan kognitif dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu: 1.) hasil belajar, 2.) inteligensi, dan 3.) potensi intelektual”.41

Dalam pembahasan ini, penulis hanya akan menguraikan tentang hasil belajar

saja. Hal ini didasari karena dalam proses pembelajaran hasil belajarlah yang

menjadi salah satu aspek yang menjadi penentu tercapai tidaknya kompetensi

kognitif, afektif dan psikomotorik siswa sebagai objek pendidikan.

Menurut Dimyathi dan Mudjiono, hasil belajar yakni “hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

37Muhammad Suchaini, “Analisis Gaya Kognitif Field Dependence”, dalam

http://suchaini.wordpress.com/, 20 Agustus 2010.

38

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, h. 190.

39

Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I, h. 17.

40

Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran…, h. 25

41

Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, (Yogyakarta: Andi, 2005),

h. 48.

Page 33: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

23

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran”.42

Sumber lain yang penulis

dapatkan menyebutkan bahwa hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.43

Hasil belajar ini

digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu

tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar

dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan

taksonomi Benjamin S. Bloom hasil belajar tersebut dicapai melalui tiga kategori

ranah, antara lain:

1. Ranah kognitif. Ranah ini berkaitan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis dan penilaian.

2. Ranah afektif. Ranah ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,

menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah psikomotorik. Ranah ini berkaitan dengan perilaku-perilaku

yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti tulisan tangan, mengetik,

berenang dan mengoperasikan mesin.44

Dari ketiga ranah di atas, hasil belajar yang berkaitan dengan

kemampuan kognitiflah yang lebih dominan sebab dalam pendidikan di Indonesia,

umumnya lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif siswa

daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan keberhasilan

mereka. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Kecerdasan

sangat berpengaruh terhadap kognitif siswa. Semakin cerdas siswa maka, akan

baik pula kognitifnya dan begitu pun sebaliknya.

Dalam proses pembelajaran, hasil belajar kognitif menekankan pada

kemampuan intelektual siswa. Hasil belajar kognitif ini dapat dioptimalkan dan

dikembangkan dengan strategi belajar. Guru dapat mengubah teori-teori kognitif

42Dimyathi dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.

250-251.

43

Indra Munawar, “Pengertian dan Definisi Hasil Belajar”, dalam

http://indramunawar.blogspot.com/, 30 Agustus 2010.

44

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.

Page 34: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

24

dan pemrosesan informasi menjadi strategi-strategi belajar khas. Beberapa strategi

belajar yang dimaksud adalah strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi

organisasi, strategi metakognitif. Berikut ini uraian dari keempat strategi tersebut.

a. Strategi mengulang. Merupakan strategi yang dilakukan dengan

menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan awal yang sudah dimiliki

siswa.

b. Strategi elaborasi. Merupakan strategi yang membantu pemindahan

informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan

menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang

telah diketahui.

c. Strategi organisasi. Merupakan strategi yang bertujuan membantu

siswa meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan

mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut.

d. Strategi metakognitif. Merupakan strategi yang berhubungan

dengan pengetahuan siswa tentang cara berpikir mereka sendiri dan kemampuan

mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat.45

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cakupan kecerdasan

kognitif terdiri dari hasil belajar, inteligensi dan potensi intelektual. Hasil belajar

sendiri yakni suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar ini dapat dicapai melalui tiga ranah, yakni

kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dalam ranah kognitiflah yang

lebih dominan dari ketiga ranah ini. Dalam pengembangan hasil belajar kognitif

ini dapat dilakukan dengan menerapkan empat strategi belajar aktif, diantaranya

strategi mengulang, elaborasi, organisasi dan metakognitif.

B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Supaya lebih jelas dalam membahas pengertian pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan satu persatu

dari kata-kata tersebut. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya

“aktivitas perubahan tingkah laku”.46

Perubahan tingkah laku ini ternyata

45Anwar Kholil, Mengoptimalkan Hasil Belajar Kognitif dengan Strategi Belajar,

(Yogyakarta: Andi Press, 2008), Cet. I, h. 50.

46

Muhammad Starawaji, “Pengertian Pembelajaran”, dalam

http://strawaji.wordpress.com/, 01 September 2010.

Page 35: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

25

mempunyai arti yang sangat luas, yakni perubahan tingkah laku dari tidak tahu

menjadi tahu atau berpengetahuan dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai “proses yang diterapkan untuk

membantu siswa agar dapat belajar dengan baik”.47

Abuddin Nata dalam bukunya

yang berjudul Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran menjelaskan bahwa

pembelajaran adalah “sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual dan

spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri”.48

Dengan kata

lain, pembelajaran yakni bantuan yang diberikan oleh pendidik agar dapat terjadi

proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Adapun Sejarah Kebudayaan Islam sendiri didefinisikan sebagai

“kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode

kekuasaan Islam mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai

perkembangan kekuasaan Islam sekarang”.49

Sejarah Kebudayaan Islam juga

diartikan sebagai “kisah-kisah yang didalamnya terdapat cara-cara hidup yang

ditempuh manusia dalam keaneka ragamannya untuk mencapai suatu tujuan”.50

Dalam sumber lain yang penulis peroleh disebutkan bahwa Sejarah Kebudayaan

Islam merupakan “kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan

melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah,

penggunaan bahasa dan kebiasaan hidup bermasyarakat”.51

Sidi Gazalba dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam memberikan

definisi tentang Sejarah Kebudayaan Islam sebagai “cara berpikir dan cara merasa

Islam yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari golongan manusia

yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu”.52

Yatimin

47 http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran, 01 September 2010.

48

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 85.

49

Muhammad Al-Hafizh, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam

http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 September 2010.

50

Ustadz Muhammad Khair Abdul Kadir, Konsepsi Sejarah Islam dalam Sorotan, Terj.

dari Tarikhuna Fi Dlau’i al-Islam, oleh Nabhan Husein, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), Cet.

II, h. 64.

51

Ahmad Hasimy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. I, h.

14.

52

Sidi Gazalba, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 2.

Page 36: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

26

Abdullah dalam bukunya Studi Islam Kontemporer menegaskan bahwa Sejarah

Kebudayaan Islam adalah “keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau

pada masa yang masih ada”.53

Sedangkan menurut Abuddin Nata dalam bukunya

yang berjudul Metodologi Studi Islam yang dimaksud dengan Sejarah

Kebudayaan Islam adalah

Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh

terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Diantara cakupannya itu

ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan

penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran

agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai oleh umat

Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan

umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan,

ekonomi dan lain sebagainya.54

Dari definisi yang telah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah ”proses yang diterapkan untuk

membantu peserta didik dalam mengenal, mengetahui dan memahami setiap

kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi yang berkaitan dengan

pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek”.55

Sumber

lain yang penulis dapatkan memaparkan bahwa pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam ialah

Usaha yang diberikan oleh pendidik agar peserta didik memahami

Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh Islam masa lalu

dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah, menanamkan

penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan

menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang

ada, dan juga untuk menggugah semangat mendalami Islam yang lebih baik.56

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat simpulkan bahwa

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada hakikatnya adalah aktivitas

pentransferan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru kepada siswa yang

berhubungan erat dengan peristiwa masa silam, baik itu peristiwa politik, sosial,

53Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), Cet. I, h. 202.

54

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),

Cet. IV, h. 314.

55

Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. VIII, h. 66.

56

Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:

Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), h. 6.

Page 37: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

27

maupun ekonomi yang memang benar-benar terjadi dalam suatu negara Islam dan

dialami oleh masyarakat Islam.

2. Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam setiap bidang studi terdapat beberapa prinsip yang mesti

diperhatikan dan diterapkan oleh setiap guru guna mengefektifkan proses

pembelajaran di ruang kelas. Salah satu bidang studi yang di dalamnya terdapat

prinsip-prinsip tersebut yakni Sejarah Kebudayaan Islam. Muhaimin dan kawan-

kawan dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah menjelaskan bahwa prinsip-prinsip

pembelajaran yang di maksud antara lain sebagai berikut:

1. Prinsip kesiapan (readliness)

Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai

subjek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik-

psikis (jasmani-mental) individu yang memungkinkan subjek dapat melakukan

kegiatan belajar.

2. Prinsip motivasi (motivation)

Motivasi dapat diartikan sebagai “tenaga pendorong atau penarik

yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu”.57

Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

motivasi intrinsik (motivasi yang datang dari dalam diri siswa), dan motivasi

ekstrinsik (motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri siswa).

3. Prinsip perhatian

Perhatian merupakan strategi kognitif yang mencakup empat

keterampilan, antara lain:

a. Berorientasi kepada suatu masalah.

b. Meninjau sepintas isi masalah.

c. Memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, dan

d. Mengabaikan stimuli yang tidak relevan.

4. Prinsip persepsi

Persepsi merupakan “suatu proses bersifat kompleks yang

menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh

dari lingkungannya”.58

Persepsi umumnya bersifat relatif, selektif dan teratur.

Oleh karena itu, sejak dini kepada siswa perlu ditanamkan rasa memiliki persepsi

yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari.

5. Prinsip retensi

Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali

setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang

57 http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi, 03 September 2010.

58

http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, 03 September 2010.

Page 38: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

28

dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan

dapat diingat kembali jika diperlukan. Umumnya, dalam belajar terdapat tiga

faktor yang dapat mempengaruhi retensi. Ketiga faktor tersebut yakni:

a. Apa yang dipelajari pada permulaan (original learning).

b. Belajar melebihi penguasaan (over learning), dan

c. Pengulangan dengan interval waktu (spaced review).

6. Prinsip transfer

Transfer yaitu suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari

dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Transfer

belajar dalam proses pembelajaran khususnya Sejarah Kebudayaan Islam sendiri

merupakan aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap

atau respons-respons lain dari suatu situasi ke dalam situasi yang lain. Umumnya,

bentuk transfer dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

a. Transfer positif. Terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat

membantu atau mempermudah pembentukkan unjuk kerja siswa dalam tugas-

tugas selanjutnya.

b. Transfer negatif. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh

sebelumnya menghambat atau mempersulit unjuk kerja dalam tugas-tugas baru.

c. Transfer nol. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh

sebelumnya tidak mempengaruhi unjuk kerja dalam tugas-tugas barunya.59

Selain Muhaimin dan kawan-kawan, Fadilah Suralaga dan kawan kawan

dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam juga

menjabarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri atas:

1. Prinsip motivasi (motivation)

Motivasi merupakan sebuah prinsip penting dari beberapa prinsip

pembelajaran. Hakikatnya, dalam proses pembelajaran di sekolah motivasi

mempunyai peran yang begitu dominan dalam membangkitkan semangat individu

guna mencari problem solving. Selain itu, motivasi jugalah yang mampu

membantu merealisasikan tujuan yang akan diraih serta mempercepat daya

tangkap pengetahuan yang dipelajari. Dengan pertimbangan inilah Fadilah

Suralaga dan kawan-kawan menempatkan motivasi sebagai prinsip utama dalam

proses pembelajaran.

2. Prinsip penghargaan (reward)

Sama halnya dengan motivasi, penghargaan (reward) juga

mempunyai posisi penting untuk mensupport individu melakukan respons yang

positif dalam pembelajaran. Penghargaan (reward) yang diberikan tidak selalu

berupa materi, namun bisa juga bersifat abstrak. Misalnya, penghargaan bisa

diberikan dalam bentuk pujian, apresiasi maupun motivasi. Pujian seorang guru

kepada muridnya dapat menyebabkan murid tersebut semangat untuk belajar.

Dengan kata lain, penghargaan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran

untuk memunculkan respons positif yang mampu memberikan semnagat belajar.

59Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 145-147.

Page 39: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

29

3. Prinsip partisipasi aktif (active participation)

Partisipasi adalah “proses keterlibatan mental dan emosi seorang

individu kepada pencapaian suatu tujuan dan individu tersebut ikut bertanggung

jawab di dalamnya”.60

Belajar akan lebih baik dan lebih cepat bila ada partisipasi

aktif dari siswa dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran

sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan

menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan

bisa dicapai semaksimal mungkin.

Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan siswa yang

belajar. Setiap siswa pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah

kadar atau bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan

kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar

agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

4. Prinsip konsentrasi (concentration)

Konsentrasi ialah suatu proses pemusatan pemikiran kepada suatu

objek tertentu. Konsentrasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Individu tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau dia tidak

berkonsentrasi untuk mendapatkannya. Bila demikian, konsentrasi menjadi syarat

mutlak dalam proses pembelajaran. Membangkitkan konsentrasi siswa bisa

melalui berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan perumpamaan fakta

yang mengandung makna, mengajukan pertanyaan, melakukan diskusi maupun

dialog, menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti peta, sketsa, audio

visual dan sebagainya.61

Dari penjelasan di atas tentang prinsip-prinsip pembelajaran dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya proses mengajar maupun pembelajaran

merupakan suatu pekerjaan yang rumit dan kompleks. Dalam proses tersebut

terdapat hal-hal yang sudah semestinya diperhatikan baik itu oleh guru maupun

siswa. Hal-hal inilah yang disebut oleh para ahli pendidikan sebagai prinsip.

Prinsip-prinsip tersebut diantaranya kesiapan, motivasi, perhatian, persepsi,

retensi dan transfer. Ada pula yang mengemukakan bila prinsip pembelajaran itu

diantaranya motivasi, penghargaan, partisipasi aktif dan konsentrasi. Bagaimana

pun pengklasifikasian prinsip pembelajaran oleh para ahli pendidikan tersebut,

yang jelas prinsip-prinsip ini memiliki perannya masing-masing dalam menumbuh

kembangkan keefektifan proses pembelajaran di sekolah.

60Bambang Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2002), h. 279.

61

Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan…, h. 96-100.

Page 40: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

30

3. Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam perspektif Islam, manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat

sejarah dan kebudayaan mempunyai kedudukan dan peran inti, kedudukan serta

posisi manusia ini di kisahkan dalam Al-Qur‟an diantaranya:

1. Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dan paling

utama. Sebagai konsekuensi logis manusia memiliki kebebasan yang

bertanggung jawab, dalam arti yang seluas-luasnya dan pada dimensi

beragam yang pada gilirannya merupakan amanat yang mesti dipikul.

2. Guna mengemban tugasnya sebagai makhluk yang dimuliakan Allah

SWT, tidak seperti ciptaan Allah SWT yang lain. Semuanya mempunyai

tekanan yang sama yaitu agar manusia menggunakan akalnya hanya

untuk hal yang positif sesuai dengan fitrah dan panggilan hati nuraninya,

dan amatlah tercela orang yang terpedaya oleh hawa nafsu terlepas dari

kemanusiaan dan fitrahnya.

Terkait dengan hal di atas, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

yang diberikan oleh guru di setiap lembaga pendidikan formal sudah sepatutnya

diintegrasikan dengan kedudukan dan posisi manusia yang telah dikisahkan dalam

Al-Qur‟an tersebut agar siswa dapat memahami hakikat mereka sebagai pelaku

serta pembuat sejarah dan kebudayaan. Agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam ini dapat memberikan nilai edukasi tinggi kepada siswa, maka guru harus

mengetahui dan memahami fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

tersebut. Adapun fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam antara lain

sebagai berikut:

a. Fungsi inspiratif: Sejarah Kebudayaan Islam memberikan inspirasi

mengenai gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang dapat digunakan untuk

memecahkan persoalan-persoalan masa kini, khususnya yang berkaitan dengan

semangat untuk mewujudkan identitas sebagai masyarakat Islam.

b. Fungsi rekreatif: melalui membaca dan mempelajari Sejarah

Kebudayaaan Islam seakan-akan kita melakukan perlawatan Sejarah Kebudayaan

Islam karena menerobos batas waktu dan tempat menuju zaman masa lampau

untuk mengikuti setiap peristiwa yang terjadi.

Page 41: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

31

c. Fungsi instruktif: Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu

bidang keilmuan yang diyakini dapat menunjang keterampilan-keterampilan

tertentu.

d. Fungsi edukatif: Sejarah Kebudayaan Islam dapat memberikan

nilai kearifan bagi siapa saja yang mempelajarinya. Selain itu, melalui Sejarah

Kebudayaan Islamlah dapat dilakukan pewarisan nilai-nilai budaya Islam dari

generasi terdahulu ke generasi masa kini. Dari pewarisan nilai-nilai itulah akan

menumbuhkan kesadaran sejarah, yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk

pembangunan masyarakat Islam.62

Zakiah Daradjat dan kawan-kawan dalam bukunya yang berjudul

Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam menegaskan bahwa

Fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada hakikatnya

adalah membantu meningkatkan iman peserta didik dalam rangka pembentukan

pribadi muslim, disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap

Islam dan kebudayaannya, memberi bekal kepada peserta didik dalam rangka

melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi atau bekal untuk

menjalani kehidupan mereka bila mereka putus sekolah, mendukung

perkembangan Islam masa kini dan mendatang disamping meluaskan cakrawala

pandangannya terhadap makna Islam bagi kepentingan kebudayaan umat

manusia.63

Kartodirdjo seperti yang dikutip oleh Hariyono dalam buku Mempelajari

Sejarah Secara Efektif menjelaskan bahwa fungsi pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam antara lain sebagai berikut:

a. Melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik

mendapatkan inspirasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi dari

kisah-kisah yang benar-benar terjadi dan dialami secara langsung oleh pelaku.

b. Membantu memupuk kebiasaan berpikir peserta didik secara

kontekstual, terutama dalam hal meruang dan mewaktu, tanpa menghilangkan

hakikat perubahan yang terjadi dalam proses sosio kultural masyarakat Islam.

c. Membangkitkan perhatian dan minat perserta didik kepada sejarah

masyarakat Islam sebagai satu kesatuan komunitas.64

Adapun fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang terdapat

dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI Nomor 2 Tahun 2008 yakni:

62Siswo Dwi Martanto, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam: Permasalahan dan

Solusinya, (Yogyakarta: Ombak Press, 2008), Cet. I, h. 188-189.

63

Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 1999), Cet. I, h. 175.

64

Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,

1995), Cet. I, h. 191.

Page 42: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

32

a. Melalui Sejarah Kebudayaan Islam, peserta didik memperoleh

pengetahuan yang memadai mengenai masa lalu Islam dan kebudayaannya.

b. Sejarah Kebudayaan Islam menegaskan kepada peserta didik

tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami

dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

c. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu sumber penting

yang mempunyai kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang

mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,

membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.65

Dari uraian di atas tentang fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam, dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam berfungsi bukan

hanya sebagai salah satu bidang studi yang memberikan nilai edukatif tinggi

kepada siswa, namun lebih dari itu Sejarah Kebudayaan Islam juga berfungsi

sebagai sumber penting yang mampu menumbuh kembangkan kesadaran siswa

akan hakikat nilai-nilai kesejarahan Islam yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari sebagai perwujudan penghargaan dan apresiasi mereka terhadap

perjuangan masyarakat Islam.

4. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru di

lembaga-lembaga pendidikan formal seperti madrasah selain memiliki fungsi juga

memiliki peran penting yakni menumbuh kembangkan pemahaman siswa tentang

peristiwa masa lampau dan perkembangan kondisi masyarakatnya di suatu

wilayah Islam. Namun, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun juga

memiliki tujuan yang tidak kalah pentingnya dengan fungsi dan perannya itu,

yakni:

Mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan

memiliki pengetahuan mengenai masa lampau yang dapat digunakan untuk

memahami, menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat Islam

65Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa

Arab Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depag RI, 2008), h. 85.

Page 43: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

33

serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati

diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam dunia.66

Sedangkan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang penulis

peroleh dari sumber lain menegaskan bahwa

Pada dasarnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu

bertujuan untuk menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik mengenai

adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat Islam dan

adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa

kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa

yang akan datang.67

Tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini juga dijelaskan di

dalam kurikulum Madrasah Aliyah yang terdapat dalam Peraturan Menteri Agama

(Permenag) RI Nomor 2 Tahun 2008, antara lain sebagai berikut:

a. Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya

berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah

dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan

peradaban Islam.

c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,

ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan

peradaban Islam.

e. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa

depan.68

Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dapat disimpulkan bahwa utamanya pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yang diajarkan di lembaga pendidikan formal bertujuan tidak

hanya sekedar membentuk kepribadian siswa yang luhur dan mulia seperti tokoh-

66Hansiswany Kamarga, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Informasi,

Perlukah?, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. I, h. 20.

67

Nurul Fikri, “Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam

http://tongkal09.wordpress.com/, 07 September 2010.

68

Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008…, h. 85.

Page 44: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

34

tokoh teladan dalam sejarah, namun lebih dari itu Sejarah Kebudayaan Islam

bertujuan menanamkan kesadaran berpikir siswa bahwa mempelajari kisah di

masa lampau itu sangat berguna sebagai patokan untuk menjalani kehidupan di

masa kini bahkan di masa mendatang dengan berpedoman pada pelajaran yang

sudah di ambil dari masa lampau tersebut.

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam pembahasan mengenai ruang lingkup pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam ini, penulis akan menguraikan ruang lingkup Sejarah

Kebudayaan Islam di lembaga pendidikan Madrasah Aliyah. Sejarah Kebudayaan

Islam di Madrasah Aliyah tersebut merupakan salah satu satu mata pelajaran yang

menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan atau peradaban

Islam di masa lampau, yang di mulai dari:

1. Dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah dan periode

Madinah.

2. Kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

3. Perkembangan Islam periode klasik atau zaman keemasan (pada

tahun 650 M-1250 M).

4. Perkembangan Islam pada abad pertengahan atau zaman

kemunduran (pada tahun 1250 M-1800 M).

5. Perkembangan Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan

(pada tahun 1800 M-sekarang).

6. Perkembangan Islam di Indonesia.69

Adapun penjelasan mengenai klasifikasi ruang lingkup pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di atas antara lain sebagai berikut:

a. Ruang lingkup tentang dakwah Nabi Muhammad SAW pada

periode Makkah dan Madinah ini ditandai dengan perjuangan Nabi Muhammad

sebelum masa kerasulan dan saat masa kerasulan dalam menyampaikan dakwah

Islam baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan di kota Makkah

hingga peristiwa hijrahnya beliau bersama kaum muslimin ke kota Madinah dan

membentuk negara Islam di kota tersebut sampai peristiwa wafatnya Rasulullah

SAW.

b. Ruang lingkup tentang masa kepemimpinan umat Islam setelah

Rasulullah SAW wafat ditandai dengan pengangkatan empat sahabat Rasul yakni

69Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008…, h. 89.

Page 45: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

35

Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibn Khatab, Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi

Thalib sebagai Khalifah Rasulillah (pengganti Rasul) untuk memimpin umat

Islam dan sistem pemerintahan Islam selama kepemimpin empat sahabat Rasul ini

disebut sebagai masa Khalifatur Rasyidin (pemimpin yang diberikan petunjuk).

c. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam periode klasik atau

zaman keemasan (tahun 650 M-1250 M) merupakan masa permulaan Islam yang

ditandai dengan lahirnya dinasti bani Umayyah di Damaskus, dinasti bani

Abbasiyyah di Baghdad, dinasti bani Umayyah II di Andalusia sampai hancurnya

dinasti bani Abbasiyyah IV yang sering disebut sebagai masa disintegrasi.

d. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad

pertengahan atau kemunduran (tahun 1250 M-1800 M) dibagi ke dalam dua fase,

yaitu: a.) fase kemunduran (tahun 1250 M-1500 M) yang ditandai dengan

hancurnya kerajaan Islam oleh serangan bangsa Mongol dan lahirnya dinasti

Ilkhan, serangan-serangan Timur Lenk terhadap wilayah kerajaan Islam sampai

bertahannya dinasti Mamalik di Mesir dari serangan bangsa Mongol maupun

Timur Lenk. b.) fase tiga kerajaan besar (1500 M-1800 M) yang dimulai dengan

zaman kemajuan (tahun 1500 M-1700 M) kerajaan Utsmani, Safawi di Persia dan

kerajaan Mughal di India sampai zaman kemunduran tiga kerajaan ini (tahun 1700

M-1800 M).

e. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad modern

atau zaman kebangkitan (tahun 1800 M-sekarang) ditandai dengan lahirnya para

tokoh pembaharu Islam dengan segala macam bentuk pemikiran dan

kontribusinya terhadap perkembangan Islam. Tokoh-tokoh pembaharu tersebut

yakni: a.) Muhammad ibn Abdul Wahab, b.) Jamaluddin al-Afghani, c.)

Muhammad Abduh, d.) Muhammad Rasyid Ridha, e.) Kamal Ataturk, dan f.)

Muhammad Iqbal.

f. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam di Indonesia ditandai

dengan proses masuknya Islam di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan

kerajaan Islam di Indonesia, lahirnya ulama-ulama di Indonesia, peranan

walisongo dalam penyebaran Islam dan sejarah berdirinya organisasi keIslaman

seperti: a.) Muhammadiyah, dan b.) Nahdatul Ulama (NU).70

6. Aspek-aspek Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Suatu proses pembelajaran dikatakan dapat mencapai tujuan pendidikan

apabila dalam proses tersebut di dukung oleh aspek-aspek penting yang umumnya

terdapat dalam lingkup dunia pendidikan. Aspek yang dimaksud itu diantaranya

tenaga pendidik (guru), materi pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran. Aspek-aspek ini pula yang terdapat dalam proses pembelajaran

70Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet.

II, h. 218-219.

Page 46: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

36

Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun penjelasan dari kesemua aspek ini akan

penulis uraikan sebagai berikut.

1. Tenaga pendidik (guru) Sejarah Kebudayaan Islam

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan ialah guru atau

pendidik. Secara umum, guru adalah ”orang yang mempunyai tanggungjawab

untuk mendidik”.71

Sementara secara khusus, guru dalam perspektif pendidikan

Islam yaitu ”orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa

dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi siswa, baik potensi afektif,

kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam”.72

Dalam pendidikan Islam, khususnya di bidang studi Sejarah Kebudayaan

Islam ini seorang guru hendaknya mempunyai kompetensi yang bisa

membedakannya dari yang lain. Dengan kompetensinya tersebut menjadi ciri dan

sifat yang akan melandasi keberhasilan proses pembelajaran. Umumnya,

kompetensi guru ini dibagi dua, yakni: a. kompetensi professional religius, dan b.

kompetensi personal religius (sikap mengajar). Menurut Al-Ghazali seperti yang

dikutip Muhaimin dalam bukunya menjelaskan bahwa

Kompetensi professional religius guru ini mencakup bagaimana

guru dalam penyampaian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,

penguasaan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pendalaman materi

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, penggunaan serta penguasaan media

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.73

Sedangkan kompetensi personal religius (sikap mengajar) guru menurut

Athiyah al-Abrasyi mencakup ”berlaku adil terhadap siswa, bersikap ramah

terhadap siswa, bersikap lemah lembut terhadap siswa, bersikap bijaksana dalam

menghadapi siswa, bersikap sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan

kepada siswa dan bersikap jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya

kepada siswa”.74

71Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 41.

72

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 43.

73

Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 98.

74

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 45.

Page 47: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

37

2. Materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Materi atau bahan pembelajaran merupakan sesuatu yang diberikan

kepada siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Materi pembelajaran

juga dapat diartikan sebagai ”segala sesuatu yang terdiri dari pengetahuan, sikap

dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) pada standar isi

yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah

ditentukan”.75

Ahmad Mustofa menjelaskan bahwa

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan (kognitif)

mencakup fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sedangkan materi pembelajaran

yang berhubungan dengan keterampilan (afektif) mencakup kemampuan

mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan, dan

teknik kerja. Adapun materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai

(psikomotorik) adalah materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, seperti nilai

kasih sayang, kebersamaan, tolong menolong, kejujuran, semangat bekerja dan

lain-lain.76

Umumnya, setiap bidang studi yang diajarkan guru disekolah memiliki

materi pembelajaran yang dibangun berdasarkan ketiga aspek di atas dan salah

satu bidang studi tersebut yaitu Sejarah Kebudayaan Islam. Membahas materi

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini tidak hanya dilihat dari ketiga aspek

tersebut, tetapi juga ada hal-hal yang menjadi indikator dari materi pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam ini. Muhaimin dan kawan-kawan dalam bukunya

mengemukakan bahwa

Indikator yang menjadi dasar materi pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yaitu masalah bagaimana cakupan atau isi materi pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam itu. Dalam menentukan ruang lingkup materi

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam perlu memperhatikan tiga aspek, yaitu:

aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur), aspek afektif; dan aspek

psikomotorik. Selain itu, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu

digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut: a.

kelengkapan materi, materi yang disajikan mendukung pencapaian seluruh

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang termuat dalam work

sheet. b. keluasan materi, menggambarkan berapa banyak materi-materi yang

dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, dan c. kedalaman materi,

75Ahmad Mustofa, Pengembangan Materi Pembelajaran, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), Cet. I, hlm. 77.

76

Ahmad Mustofa, Pengembangan Materi Pembelajaran…, h. 79.

Page 48: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

38

seberapa detail konsep-konsep yang harus dipelajari atau dikuasai oleh siswa.

Ketepatan dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu

sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam.77

Selain indikator di atas, kelayakan penyajian (sequencing) materi

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun tidak kalah pentingnya dengan

cakupan atau ruang lingkup. Abdul Majid dan Dian Andayani mengatakan bahwa

“tanpa adanya kelayakan penyajian (sequencing) yang tepat dan terperinci dalam

materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, maka sudah tentu hal ini akan

menyulitkan siswa dalam mempelajari dan memahami Sejarah Kebudayaan

Islam”.78

Selain itu, sumber lain yang penulis dapatkan menjelaskan bahwa

standar dalam kelayakan penyajian (sequencing) materi ini mencakup:

a. Kelengkapan penyajian. Kelengkapan penyajian ini diantaranya:

1) Bagian awal. Meliputi: sampul, kata pengantar, daftar isi, daftar

gambar atau ilustrasi dan daftar lampiran.

2) Bagian inti. Meliputi: judul bab, uraian bab, ringkasan bab, gambar

atau ilustrasi, latihan atau contoh soal untuk evaluasi kompetensi.

3) Bagian akhir. Meliputi: rangkuman, lampiran dan daftar pustaka.

b. Penyajian materi. Penyajian materi ini diantaranya:

1) Keruntutan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

2) Materi Sejarah Kebudayaan Islam tidak menyimpang dari aqidah

Islam. Artinya uraian materi menampilkan contoh atau bahasan yang tidak

bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Hadits.

3) Uraian materi Sejarah Kebudayaan Islam menampilkan bahasan

yang sesuai dengan aqidah Islam.

4) Uraian materi Sejarah Kebudayaan Islam menceritakan figur-figur

teladan dalam Islam.79

3. Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu disiplin ilmu yang

erat kaitannya dengan metode pembelajaran karena di dalamnya dijumpai

berbagai materi tentang konsep dan wawasan Islam yang menuntut guru untuk

komunikatif dan kreatif dalam menyampaikannya agar proses pembelajaran

terkesan menarik. Menarik atau tidaknya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

77Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam…, h. 242.

78

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 173.

79

Sirajudin Zar, dkk., Hasil Rapat Kerja Penilaian…, 2010.

Page 49: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

39

ini tentunya dipengaruhi oleh penerapan metode pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam sendiri. Penerapan metode pembelajaran yang tepat seperti

diskusi, tanya jawab, penugasan, kerja kelompok, karya wisata dan sebagainya

sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak

efisien.

Selain penerapan metode pembelajaran, penggunaan metode

pembelajaran yang variatif juga dapat dilakukan dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam. Armai Arief mengatakan bahwa ”metode pembelajaran yang

variatif bukan hanya dapat memberikan kesan menarik kepada siswa, tetapi juga

dapat membangkitkan motivasi belajar mereka”.80

Dengan variasi metode

pembelajaran ini, siswa tidak hanya menguasai materi pembelajaran (akademis

teoretis), tetapi juga menguasai aspek praktik dan pragmatik. Adapun variasi

metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam ini seperti metode tanya jawab, diskusi, karya wisata, ceramah,

kerja kelompok, penugasan dan sebagainya.

Penguasaan metode pembelajaran juga menjadi salah satu hal yang

mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan

Islam di kelas. Penguasaan metode pembelajaran yang profesional dan prima

menjadi tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya

berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan.

4. Evaluasi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Evaluasi merupakan “penilaian terhadap kemampuan siswa dalam

menguasai bahan pengajaran yang telah diberikan”.81

Tujuan dari evaluasi ini

yakni untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sebagai

80Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), Cet. I, h. 39.

81

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), Cet. X, h. 40.

Page 50: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

40

tindak lanjut dari tujuan ini yakni untuk mengetahui siapa di antara siswa yang

cerdas dan yang lemah.

Setiap materi pelajaran yang diajarkan guru di sekolah diharuskan

melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Hal

ini tidak terkecuali pada materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Evaluasi

terhadap materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini umumnya dapat

dilakukan melalui tiga tahap, yakni:

a. Evaluasi test formatif. Yakni penilaian untuk mengetahui hasil

belajar siswa setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada

suatu bidang studi tertentu. Tujuan tes ini yakni untuk membantu guru dalam

mengetahui kesiapan siswa sebelum interaksi belajar dimulai. Tes formatif ini

dapat dilakukan guru dengan cara mengadakan pre test (tes awal sebelum

memulai pengajaran). Pre test ini dapat dilaksanakan melalui appersepsi (entering

behaviour), mengadakan kuis interaktif guru dan siswa, memberikan pertanyaan

kepada siswa dan sebagainya. Selain pre test, guru juga dapat melaksanakan post

test (tes yang dilakukan setelah setiap kali selesai mengajar untuk mengetahui

hasil belajar siswa yang baru saja dilaksanakan). Post test ini bisa diterapkan

dengan cara memberikan tugas kepada siswa setiap akhir pembahasan materi

pembelajaran, mengadakan ulangan harian (test) setiap akhir pembahasan materi

pembelajaran.

b. Evaluasi test mid semester. Yakni penilaian yang dilakukan

terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran selama

pertengahan semester proses pembelajaran. Test mid semester ini dapat

digolongkan ke dalam bentuk test sumatif. Adapun tujuan test ini yakni untuk

mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai siswa selama pertengahan semester.

Penilaian mid semester dapat diterapkan melalui pelaksanaan Ujian Tengah

Semester (UTS).

c. Evaluasi test akhir semester. Yakni penilaian yang dilakukan

terhadap terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran

selama satu semester penuh (akhir tahun pembelajaran). Test akhir semester ini

juga dapat digolongkan ke dalam bentuk tes sumatif. Tujuan test akhir semester

yakni untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai siswa selama satu

semester penuh pada suatu unit pendidikan tertentu. Penilaian akhir semester ini

dapat diterapkan melalui pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) dan biasanya

dalam test akhir semester ini guru juga memberikan penghargaan (reward) kepada

siswa setiap akhir evaluasi pembelajaran sebagai bentuk ketercapaian hasil belajar

selama satu semester penuh.82

Dari uraian di atas tentang aspek-aspek pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dapat disimpulkan bahwa suatu proses pembelajaran

82Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran…, h. 92-94.

Page 51: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

41

khususnya pada bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan di

lembaga pendidikan formal tidak akan dapat berjalan optimal dan mencapai

tujuan pendidikan bila tidak didukung oleh aspek-aspek yang dimana aspek-aspek

tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Aspek pembelajaran itu diantaranya

tenaga pendidik (guru), materi pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran.

7. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Metode secara harfiah berasal dari kata methodos yang berarti cara atau

jalan yang ditempuh. Samsul Nizar dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam:

Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis menjelaskan bahwa metode adalah

“sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan

dari suatu materi tertentu”.83

Sedangkan metode pembelajaran sendiri merupakan

“cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”.84

Di dunia pendidikan, metode pembelajaran ini memiliki peran penting dalam

mewujudkan suatu tujuan pembelajaran dari setiap bidang studi yang telah

ditetapkan. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai salah satu dari sekian banyak

disiplin ilmu yang diajarkan di lembaga pendidikan formal sama dengan bidang

studi lain mempunyai tujuan pembelajaran yang dimana untuk merealisasikannya

di lakukan melalui metode pembelajaran yang tentunya terkait dengan hal-hal

kesejarahan dan kebudayaan Islam.

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bukan hanya sekedar

menekankan kepada pengertian konsep-konsep sejarah belaka, tetapi bagaimana

melaksanakan proses pembelajarannya dan meningkatkan kualitas proses

pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran tersebut menjadi benar-benar

bermakna. Namun, dalam prosesnya kerap kali ditemukan permasalahan seperti

rendahnya minat peserta didik terhadap Sejarah Kebudayaan Islam, rendahnya

kemampuan guru dalam menerapkan berbagai metode dan pendekatan pengajaran

83Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 66.

84

Tohirin, Psikologi Pembelajaran…, h. 113.

Page 52: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

42

fakta (ceramah) dalam mengajarkan bidang studi ini sehingga pembelajaran terasa

monoton dan di dominasi penuh oleh guru (teacher center). Sumber yang penulis

dapatkan menjelaskan bahwa

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tidak bisa

diajarkan dengan pendekatan pengajaran fakta (ceramah) saja, tetapi harus

digunakan pendekatan-pendekatan yang cocok sehingga menuntut peserta didik

memahami, menghayati, dan menginternalkan nilai-nilai sejarah ke dalam dirinya.

Oleh karena itu, metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang

dikembangkan pendidik sudah seharusnya dapat menantang daya kognitif

(intektual) dan keaktifan peserta didik.85

Berhubungan dengan hal di atas, sebelum nantinya guru dapat

menentukan metode yang digunakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam, sudah semestinya guru mempunyai pemahaman tentang hakikat

pembelajaran sejarah, tujuan pembelajaran sejarah, nilai-nilai apa yang

dibutuhkan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah serta

kompetensi-kompetensi apa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran

sejarah itu sendiri. Sumber yang di dapatkan penulis menyebutkan bahwa

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kompetensi yang

harus dikembangkan guru yakni kemampuan peserta didik dalam berpikir.

Minimalnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam harus melatih peserta didik

berpikir kronologis, logis (kausalitas), dan kreatif. Hal ini sesuai dengan fungsi

otak pada manusia, otak kiri mempunyai kemampuan berpikir logis (terpusat atau

konvergen) dan otak kanan mempunyai kemampuan berpikir kreatif (menyebar

atau divergen). Maka pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah proses

pemahaman peristiwa sejarah melalui cerita kronologis beserta sebab-akibatnya

dan pencarian makna serta nilai di dalamnya secara kreatif.86

Berdasarkan sumber di atas dapat disimpulkan bahwa melalui

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islamlah kedua fungsi otak yang ada pada

manusia dapat difungsikan secara seimbang dan maksimal. Agar pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam dapat lebih bermakna dan bernilai tinggi, maka

pendidik dapat menggunakan metode yang dapat menumbuhkan minat dan

intelektual peserta didik. Langkah awal untuk merevitalisasi metode pembelajaran

85Toto Suharya, Internalisasi Nilai Agama dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 118

86

Toto Suharya, Internalisasi Nilai Agama…, h. 120.

Page 53: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

43

Sejarah Kebudayaan Islam adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diajarkan. Menurut Herny Andita

dalam bukunya Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, ada

lima unsur pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang harus

diimplementasikan oleh guru. Kelima unsur tersebut yakni:

a. Variatif. Pembelajaran apapun yang dilakukan jika monoton pasti

membuat peserta didik jenuh, bosan, dan akhirnya kurang berminat. Hal ini terjadi

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, karena terkonsentrasi pada

penerapan metode ceramah, sehingga kesan yang muncul adalah mata pelajaran

sejarah identik dengan metode ceramah, bahkan sebagian besar guru Sejarah

Kebudayaan Islam berasumsi bahwa materi pelajaran tersebut dapat dipindahkan

secara utuh dari kepala guru ke kepala peserta didik dengan metode pembelajaran

yang serupa.

b. Dari fakta ke analisis. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga transfer of value, bukan sekadar

mengajarkan peserta didik menjadi cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Oleh

karena itu, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan untuk

mengembangkan keilmuan sekaligus berfungsi didaktis, bahwa maksud

pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah agar generasi muda yang berikut

dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyangnya.

c. Terbuka dan dialogis. Praktek pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam yang tertutup dan monoton berpotensi membawa peserta didik dalam

suasana kelas yang kaku, sehingga memunculkan sikap kurang antusias. Oleh

karena itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam wajib mendesain pembelajaran yang

bersifat terbuka dan dialogis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru

sejarah untuk tidak menganggap dirinya sebagai satu-satunya sumber kebenaran

di kelas, sebab paradigma teacher centered yang cenderung membuat suasana

kelas menjadi tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa sudah

harus ditinggalkan kemudian beralih ke student centered.

d. Kreatif (divergen). Sejalan dengan pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yang menekankan pada analisis dan dialogis, penerapan

prinsip kreatif (divergen) sangat penting agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam terhindar dari kecenderungan yang hanya menyampaikan fakta sejarah.

e. Berorientasi maju (progresif). Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam perlu didasarkan pada prinsip progresif. Perspektif baru pendidikan Sejarah

kebudayaan Islam harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Apabila

Sejarah Pendidikan Islam hendak berfungsi sebagai pendidikan, maka harus dapat

memberikan solusi cerdas dan relevan dengan situasi sosial dewasa ini.

Penekanan prinsip ini merupakan pengejawantahan mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dengan watak tridimensional.87

87Herny Andita, Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2004), Cet. I, h. 67.

Page 54: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

44

Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang cocok untuk

menjadikan siswa aktif, kognitif mereka dapat berkembang maksimal dan guru

sebagai fasilitatornya yakni metode pakem, inquiry dan cooperative learning.

Metode pakem yakni ”metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan yang diterapkan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang

berkualitas”.88

Jenis metode yang dapat mewakili pakem yaitu “metode analisa

studi kasus, tanya jawab, bermain peran, karya wisata”.89

Selanjutnya metode

inquiry yaitu “proses untuk memperoleh informasi dengan melakukan observasi

guna mencari jawaban terhadap pertanyaan dengan menggunakan kemampuan

berpikir logis dan kritis”.90

Penerapan metode inquiry dalam Sejarah Kebudayaan

Islam diharapkan dapat merangsang siswa agar mereka mencari, meneliti serta

memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. “Dalam pelaksanaannya,

metode inquiry dapat dilakukan dengan cara diskusi, debat, pemecahan masalah

(problem solving), penugasan dan resitasi (merangkum bahan berdasarkan kalimat

dan pemahaman sendiri), kerja kelompok”.91

Selanjutnya metode cooperative learning yaitu “metode pembelajaran

yang menitik beratkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan

akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil”.92

Penerapan

metode cooperative learning dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

dapat menempatkan guru sebagai fasilitator, director-motivator dan evaluator bagi

siswa dalam upaya mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berpikir

kritis siswa. Dalam pelaksanaannya, metode cooperative learning dapat dilakukan

dengan cara “jigsaw (membahas bahan permasalahan bersama teman sekelompok

dan antar kelompok), think pair and share (berbagi pendapat atas suatu masalah),

88Miratul, “Pembelajaran PAKEM”, dalam http://miratul.multiply.com/, 20 Maret 2011.

89

Miratul, “Pembelajaran …”, 21 Februari 2011.

90

Abuddin Nata, Perspektif Islam…, h. 118.

91

Abuddin Nata, Perspektif Islam…, h. 120.

92

Wahyu Widyaningsih, “Cooperative Learning Sebagai Metode Pembelajaran Alternatif

untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”, dalam dadirahayu.googlepages.com/, 23 februari

2011.

Page 55: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

45

student teams achievement divisions (belajar bersama antar siswa untuk

memecahkan suatu masalah)”.93

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam

merupakan bidang studi yang dapat mempengaruhi fungsi otak siswa agar lebih

seimbang dan optimal. Hal ini tentu saja tidak dapat terealisasikan tanpa

penerapan metode pembelajaran yang baik dan optimal pula. Inilah tugas para

guru Sejarah Kebudayaan Islam untuk memilih dan menerapkan metode apa yang

dapat membantu merangsang kecerdasan kognitif, kemandirian berpikir dan

keaktifan siswa. Terkait dengan hal di atas, dalam Al-Qur‟anul Karim terdapat

banyak ayat yang berhubungan dengan Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan

kognitif ini. Ayat-ayat tersebut diantaranya:

1. Qs. Ar-Ra‟d ayat 19

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan

kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?. Hanyalah

orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Qs. Ar-Ra‟d:

19).

2. Kisah Nabi Nuh as. (Qs. Hud ayat 30)

Dan (dia berkata): Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku

dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka?. Maka tidakkah kamu mengambil

pelajaran?. (Qs. Hud: 30)

3. Kisah Nabi Hud as. (Qs. Hud ayat 51)

93Aini Muhfida, Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 2000), h. 29.

Page 56: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

46

Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini.

upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah

kamu memikirkan(nya)?. (Qs. Hud: 51)

4. Kisah Nabi Luth as. (Qs. Hud ayat 78)

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan

sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth

berkata: Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka

bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap

tamuku ini. tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?. (Qs. Hud: 78)

5. Kisah Nabi Nuh as. (Qs. Al-„Ankabut ayat 15)

Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu

dan Kami jadikan (peristiwa) itu sebagai pelajaran bagi semua umat manusia.

(Qs. Al-„Ankabut: 15)

6. Kisah Nabi Musa as. (Qs. Asy-Syu‟ara ayat 28)

Musa berkata: Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa

yang ada di antara keduanya: (itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.

(Qs. Asy-Syu‟ara: 28)

7. Kisah Nabi Yusuf as. (Qs. Yusuf ayat 111)

Page 57: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

47

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran

bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang

dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan

menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang

beriman. (Qs. Yusuf: 111)

8. Kisah Nabi Luth as. (Qs. Al-Hijr ayat 74-75)

Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan

Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi

orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (Qs. Al-Hijr: 74-75)

C. Hipotesis Penelitian

Untuk memudahkan penelitian skripsi ini, penulis mengajukan hipotesis

yang nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah yang akan diajukan oleh seorang peneliti. Dikatakan

sementara karena jawaban tersebut harus terlebih dahulu diuji oleh data. Adapun

rumusan hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Ho (hipotesis nihil): Tidak adanya hubungan yang signifikan antara

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif

siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta.

b. Ha (hipotesis alternatif): Adanya hubugan yang signifikan antara

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif

siswa kelas XII MA. Al-Falah Jakarta.

Page 58: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah Madrasah

Aliyah (MA) Al-Falah yang beralamat di Jl. H. Tohir No. 43 RT: 03 RW: 07

Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama 1

bulan dimulai sejak bulan Desember sampai dengan Januari 2011.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas: Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

2. Variabel terikat: Kecerdasan kognitif siswa

C. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan

dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan

metode penelitian deskriptif analisis melalui jenis penelitian lapangan (field

research).

Page 59: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

49

Page 60: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

49

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII di

Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta sebanyak 120 siswa dari 3 kelas yang ada.

2. Sampel

Penulis mengambil sampel sebanyak 35% dari jumlah populasi yang

ada, dengan pembagian setiap kelas sebanyak 14 orang. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

1. Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Responden

1.

2.

3.

XII IPA

XII IPS

XII Bahasa

14 orang

14 orang

14 orang

Jumlah 42 orang

Sampel di atas tersebut dilakukan secara acak (random sampling)

dengan cara melihat absensi siswa dari setiap kelas yang ada.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam

mengumpulkan data. Teknik tersebut diantaranya yakni:

1. Observasi

Teknik observasi ini dilakukan penulis untuk memperoleh data

mengenai kondisi objektif Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta sebagai berikut:

a. Siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa.

b. Guru (sebagai pendidik sekaligus motivator) meliputi jenis kelamin,

pendidikan dan jabatan serta guru bidang studi.

c. Sarana dan prasarana yang meliputi jumlah dan kondisi.

d. Kegiatan ekstrakurikuler.

Page 61: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

50

2. Wawancara

Agar data menjadi lebih lengkap, maka penulis melakukan wawancara

secara langsung dengan informan yang terdiri dari kepala sekolah MA. Al-Falah

Jakarta dan guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah

Jakarta. Wawancara ini penulis lakukan untuk mendapatkan data yang akurat

mengenai pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif

siswa kelas XII di sekolah tersebut.

3. Angket

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di MA. Al-Falah Jakarta, penulis akan memberikan

angket sebanya 30 item kepada 42 sampel penelitian dengan alternatif jawaban

yang tersedia. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana taraf kecerdasan kognitif

siswa, penulis akan mengadakan test kognitif dimana soal-soal dalam test tersebut

diambil dari materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII semester ganjil

tentang pertumbuhan dan perkembangan Islam di Andalusia sebanyak 24 butir

pertanyaan dan akan diujikan kepada 42 sampel penelitian.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas tiap butir maka skor-skor

yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir

dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan

diperolehnya indeks validitas, tiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir

manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Pada uji validasi

angket ini, penulis menggunakan rumus PEARSON, yaitu:

22 xixt

xixtrit

Keterangan:

rit = Angka indeks korelasi antara skor butir soal dengan skor total

xi = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xi

Page 62: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

51

xt = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xt1

Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan didapat

angka koefisien korelasi rit > rtab yang dikonsultasikan pada taraf signifikansi

0,05. Dapat juga perhitungan validitas tersebut dilakukan dalam program

Microsoft Office Excel dengan menggunakan rumus PEARSON yang terdapat

dalam formula excel.

2. Uji Reliabilitas

Dalam rangka menentukan apakah sebuah instrumen memiliki daya

keajegan mengukur (reliabilitas) yang tinggi atau belum, maka pengukuran pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, rumusnya

yaitu:

211 1

1 St

Si

n

nr

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir pernyataan

1 = Bilangan Konstan

Si = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir pernyataan

2St = Varian total2

Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) pada sampel sebanyak 42 siswa diperoleh harga

koefisien reliabilitas sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang digunakan dalam penelitian

ini mempunyai reliabilitas kuat atau tinggi sehingga memungkinkan atau layak

digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih jelasnya terdapat dalam lampiran.

1Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2009), h. 32.

2Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1996), hlm. 207-208.

Page 63: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

52

G. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengolahan data

sebagai berikut:

a. Editing (pemeriksaan data). Merupakan proses dimana penulis

memeriksa kelengkapan data dan kejelasan angket yang berhasil

dikumpulkan.

b. Skoring. Merupakan proses dimana penulis memberikan skor atau nilai

pada setiap angket.

c. Tabulating. Merupakan proses mentabulasi data jawaban yang berhasil

dikumpulkan ke dalam tabel-tabel yang telah disediakan.

Berikut ini merupakan penjabaran skor atau nilai pada setiap angket

yang diberikan oleh penulis:

2. Kriteria Penilaian Angket

Alternatif Jawaban Pernyataan

Positif Negatif

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

1

2

3

4

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan

cara statistik deskriptif, dipergunakan untuk mengorganisasikan dan meringkas

data numerik yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilapangan dalam

bentuk tabulasi data, persentasi yang diwujudkan pada grafik-grafik atau gambar-

gambar serta perhitungan deskriptif, sehingga dapat diketahui ciri-ciri khusus dari

data tersebut yang selanjutnya dapat di interpretasikan sebagai informasi yang

tegas dan jelas tentang data tersebut.

Dalam teknis analisisnya, yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban

dari setiap responden, lalu dijumlah dan menghasilkan skor total, diklasifikasikan

Page 64: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

53

dan ditabulasikan (dibuat tabel), data yang didapat dari setiap item pertanyaan

akan dibuat satu tabel masing-masing lalu diprosentasikan dengan rumus:

Keterangan:

P = Angka prosentase

f = Frekuensi setiap jawaban

N = Number of cases (banyaknya individu)

100 % = Bilangan tetap constant3

2. Uji Korelasi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel

dalam penelitian skripsi ini maka, penulis menggunakan teknik uji analisis

korelasional dengan rumus “Product Moment Karl Pearson” dimana rumusnya

yakni sebagai berikut:

rxy = N ∑ XY – (∑ X) (∑ Y)

√{N ∑ X2 – (∑ X)

2}{N ∑ Y

2 – (∑ Y)

2}

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y

∑ XY = Jumlah dari hasil perkalian antara skor variabel X dengan skor

variabel Y

X = Skor variabel X

Y = Skor variabel Y

N = Number of cases (banyaknya individu)4

Dengan adanya perhitungan yang bersifat lebih praktis, maka rumus

manual Product Moment Karl Pearson di atas dapat diproses dengan

menggunakan program SPSS 13.0 for windows.

3Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005), h. 43.

4Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 206.

P = f/N x 100 %

Page 65: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

54

3. Uji Koefisien Determinasi

Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam

bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus “Coefficient of

Determination” atau koefisien penentu. Rumus koefisien determinasi tersebut

yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien korelasi

100 % = Bilangan tetap constant

4. Uji Test Kecerdasan Kognitif

Perhitungan test kecerdasan kognitif ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar nilai kemampuan kognitif siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Rumus yang digunakan dalam

perhitungan ini yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

B = Jumlah jawaban yang benar

∑ item = Jumlah soal

100 = Bilangan tetap constant

KD = r² x 100 %

B/∑ item x 100

Page 66: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

55

3. Kisi-kisi Angket Penelitian

Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta

No. Variabel Penelitian Dimensi Indikator No.

Item

Jum.

Item

1. Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam

(SKI)

1.1 Guru Sejarah

Kebudayaan Islam

(SKI)

A. Penyampaian materi

pembelajaran SKI.

1. Penguasaan materi

pembelajaran SKI.

2. Pendalaman materi

pembelajaran SKI.

3. Penyampaian materi

pembelajaran SKI.

4. Penggunaan media

pembelajaran SKI.

B. Sikap mengajar

1. Bersikap sabar dalam

mengajarkan siswa.

2. Bersikap bijaksana

dalam menghadapi

siswa.

3. Bersikap adil

terhadap siswa.

4. Bersikap ramah

terhadap siswa.

5. Bersikap lemah

lembut terhadap

semua siswa.

1,2

3,4

5,6

7,8,9

10

11

12,13

14

15

2

2

2

3

1

1

2

1

1

Page 67: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

56

1.2 Materi

pembelajaran SKI.

A. Cakupan/isi materi

pembelajaran SKI

1. Kelengkapan materi

pembelajaran SKI.

2. Keluasan materi

pembelajaran SKI.

3. Kedalaman materi

pembelajaran SKI.

B. Kelayakan penyajian

(sequencing)

1. Bagian awal materi

pembelajaran SKI

(sampul, kata

pengantar,

pendahuluan, daftar

isi, daftar gambar

dan lampiran).

2. Bagian inti materi

pembelajaran SKI

(judul bab, uraian

bab, ringkasan bab,

gambar dan latihan

soal).

3. Bagian akhir materi

pembelajaran SKI

(daftar pustaka,

rangkuman dan

lampiran).

C. Penyajian materi

pembelajaran SKI.

1. Keruntutan materi

16,17

18

19,21

20,23

22,24,25

26,27

2

1

2

2

3

2

Page 68: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

57

1.3 Metode

pembelajaran SKI

1.4. Evaluasi

pembelajaran SKI.

pembelajaran SKI.

2. Materi SKI tidak

menyimpang dari

aqidah Islam.

3. Uraian materi SKI

menampilkan

bahasan yang sesuai

dengan aqidah Islam.

4. Isi uraian materi

pembelajaran SKI

tentang figur-figur

teladan Islam.

A. Penerapan metode

pembelajaran SKI.

1. Penguasaan metode

pembelajaran SKI.

2. Penerapan metode

pembelajaran SKI

(metode diskusi,

tanya jawab dan

penugasan).

3. Penggunaan variasi

metode

pembelajaran SKI.

A. Evaluasi test

formatif

1. Tanya jawab guru

SKI dan siswa.

2. Kuis interaktif guru

28

29

30

31,33

32

34,35

36,37

38

39

1

1

1

2

1

2

2

1

1

Page 69: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

58

dan siswa.

3. Tugas akhir

pembelajaran SKI.

4. Ulangan harian

pembelajaran SKI.

B. Evaluasi test mid

semester (sumatif)

1. Ujian Tengah

Semester (UTS)

pembelajaran SKI.

C. Evaluasi test akhir

semester (sumatif)

1. Ujian Akhir

Semester (UAS)

pembelajaran SKI.

40,41

42

43

44,45

2

1

1

2

Page 70: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

59

4. Kisi-kisi Test Kecerdasan Kognitif

Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta

No. Variabel Penelitian Dimensi Indikator No.

Item

Jum.

Item

2. Kecerdasan kognitif

siswa kelas XII MA. Al-

Falah Jakarta

2.1 Pengetahuan

(knowledge)

2.2 Pemahaman

(comprehension)

1. Menyebutkan khalifah

yang berkuasa di

Andalusia.

2. Menyebutkan

pahlawan yang

memimpin pasukan

Islam di Andalusia.

3. Menyebutkan khalifah

pendiri daulah bani

Umayyah II di

Andalusia.

4. Menyebutkan faktor

yang mempengaruhi

keberhasilan umat

Islam dalam

menaklukkan

Andalusia.

5. Menjelaskan proses

masuknya Islam ke

wilayah Andalusia.

6. Menjelaskan ibrah

dari masuknya Islam

ke Andalusia.

7. Menjelaskan sebab-

1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

Page 71: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

60

2.3 Penerapan

(application)

sebab munculnya

Muluk Al-Thawaif

(kerajaan kecil).

8. Menjelaskan

perkembangan

peradaban Islam pada

masa daulah bani

Umayyah II di

Andalusia.

9. Menyebutkan nilai-

nilai prestasi dari

kemajuan peradaban

Islam di Andalusia.

10. Menyebutkan nilai-

nilai keteladanan dari

sejarah para tokoh

daulah bani Umayyah

II.

11. Menyebutkan nilai-

nilai kepemimpinan

dari para penguasa

daulah bani Umayyah

II.

12. Menyebutkan

hikmah-hikmah dari

sejarah perkembangan

peradaban Islam di

Andalusia.

7

8

9

10

11

12

1

1

1

1

1

1

Page 72: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

61

2.4 Analisis

(analysis)

2.5 Sintesis

(syntesis)

13. Menyebutkan faktor

pendukung kemajuan

peradaban Islam di

Andalusia.

14. Mengidentifikasi

hasil-hasil kemajuan

daulah bani Umayyah

II dalam bidang

kebudayaan.

15. Menyebutkan

ilmuwan, filsuf dan

ulama pada masa

daulah bani Umayyah

II di Andalusia.

16. Mengidentifikasi

faktor penyebab

kemunduran dan

kehancuran daulah

bani Umayyah II di

Andalusia.

17. Memberikan contoh

dari sifat fisik

perkembangan

peradaban Islam di

Andalusia.

18. Menjelaskan

pengaruh peradaban

Islam di Andalusia

bagi Eropa dan

penduduknya.

13

14

15

16

17

18

19

1

1

1

1

1

1

1

Page 73: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

62

2.6 Evaluasi

(evaluation)

19. Menjelaskan sejarah

dari kekuasaan dinasti

Muwahhidun di

Andalusia.

20. Menjelaskan dampak

negatif kemunduran

dan kehancuran bani

Umayyah II bagi

peradaban Islam.

21. Menjelaskan sebab

umat Islam terusir dari

Andalusia (Spanyol).

22. Menjelaskan faktor

dasar orang-orang

Eropa mempelajari

ilmu pengetahuan dan

peradaban Islam.

23. Menjelaskan

peradaban Islam di

Andalusia yang

mengalami

kehancuran setelah

diserang bangsa

Kristen.

24. Menyebutkan faktor

penyebab kemunduran

peradaban Islam pada

masa sekarang.

20

21

22

23

24

1

1

1

1

1

Page 74: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum MA. Al-Falah

1. Sejarah Berdirinya MA. Al-Falah

MA. Al-Falah di dirikan pertama kali pada tahun 1973, beberapa tahun

setelah berdirinya Mts. Al-Falah. Pada awal berdirinya, kepengurusan MA. Al-

Falah masih menjadi satu dengan Mts. Al-Falah. Pada tahun 1975, Bapak Balya

Isa B. Sc ditugaskan menjadi sekretaris merangkap tata usaha menggantikan H. A.

Dumyathi. Dua tahun kemudian, Bapak Husni Mansyur meninggal dunia, maka

H. Hibatullah Shiddiq yang sebelumnya menjabat sebagai bendahara Mts. dan

MA. Al-Falah, diangkat menjadi kepala sekolah, sedangkan bendahara sekolah

setahun kemudian dipercayakan kepada Bapak Ibnu Umar Susilo.

Pada tahun 1978, MA. Al-Falah mempunyai gedung baru yang terletak

di Jl. Masjid Nur Grogol Utara, Jakarta Selatan, bersebelahan dengan Masjid Nur

dan ril estat Permata Hijau. Mulai saat itu, jabatan sekretaris dihilangkan dan

jabatan tata usaha difungsikan dan mulai tahun itu juga ada jabatan wakil kepsek

dan bendahara II. Sejalan dengan perubahan kurikulum, maka satu tahun setelah

diberlakukannya kurikulum 1984, struktur organisasi MA yang asalnya menjadi

satu dengan Mts. pun mengalami perubahan. Sejak itulah, Bapak Balya Isa B. Sc

diangkat menjadi kepala sekolah. Berkat eksistensi dan kerja keras para pendidik,

Page 75: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

64

pembina OSIS dan para pengurus satu periode berikutnya, MA. Al-Falah terus

dapat berkiprah di masyarakat bahkan mendapat kepercayaan dari Kanwil Depag

DKI Jakarta sebagai Ketua Kelompok Kerja Madrasah (KKM).

Pada tahun 1997, MA. Al-Falah berpindah lokasi ke Pondok Pesantren

Al-Falah di Jl. H. Tohir No. 43 RT 03 RW 07 Kampung Baru, Sukabumi Selatan

Jakarta Barat. Seiring dengan perpindahannya, untuk semakin meningkatkan mutu

siswanya dan dalam rangka mempersiapkan siswa menghadapi kemajuan

teknologi global, MA. Al-Falah pun membuka Lembaga Pendidikan Komputer

Madrasah Al-Falah (LPKMA) pada 22 November 1997. Mulai tahun 1997 juga,

MA. Al-Falah berhak menyandang status “DISAMAKAN” berdasarkan

keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI

No. 27/e/V/PP.032Kep/III/1997. Hal ini berarti MA. Al-Falah sudah dapat

disamakan dan sederajat dengan MA. negeri lainnya. Saat ini, MA. Al-Falah

sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam formal di Jakarta sudah mampu

menyediakan laboratorium bahasa dan IPA untuk menunjang proses belajar

mengajar.

2. Visi, Misi dan Tujuan MA. Al-Falah

Adapun visi dari MA. Al-Falah yakni menjadikan MA. Al-Falah sebagai

salah satu madrasah kebanggaan masyarakat Islam DKI Jakarta dan sekitarnya

yang dikembangkan dengan memasukkan ruhut Islam dalam setiap aktivitasnya

yang bermuara pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas,

berakhlak mulia, beriman, bertaqwa, cerdas, jujur dan terampil.

Sedangkan misi dari MA. Al-Falah antara lain sebagai berikut:

a. Mendidik siswa dengan berbekal iman dan taqwa guna mewujudkan

izzul Islam wal muslimin.

b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa untuk

mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran Islam.

Page 76: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

65

d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sebagai anggota

masyarakat dalam mengeratkan hubungan timbal balik dengan

lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran Islam.

Selain mempunyai visi dan misi yang telah dijabarkan di atas, MA. Al-

Falah sendiri juga mempunyai tujuan, dimana tujuan tersebut adalah membentuk

peserta didik yang:

a. Memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang tercermin

dalam perilaku dan kehidupan di sekolah, di rumah dan masyarakat.

b. Memiliki akhlak mulia, nilai-nilai etika dan estetika yang diamalkan dan

diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Memiliki sikap demokratis, toleran dan jujur yang tercermin dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Menguasai ilmu dan teknologi serta kemampuan akademik yang

merupakan bekal dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

e. Memiliki keterampilan berkomunikasi dan kecakapan hidup yang bisa

dimanfaatkan dalam menciptakan hari esok yang lebih cerah.

f. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat dalam

melaksanakan tugas-tugas baik untuk kepentingan individu, kelompok

maupun masyarakat luas.

3. Keadaan Guru dan Siswa

Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki guru dan tenaga

kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, pendidikan, jabatan dan

guru bidang studi. Keadaan siswa dan siswi Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta

juga sangat bervariatif, artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang

cukup dari kelas Ia, Ib, dan Ic, II IPA, II IPS dan II Bahasa, III IPA, III IPS dan III

Bahasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11.

Page 77: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

66

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki sarana dan

prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar mulai dari ruang

sekolah yang memadai maupun sarana yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada lampiran 12.

5. Keadaan Ekstrakurikuler

Sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta memiliki macam-macam

kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh setiap siswa dan siswi. Kegiatan

ekstrakurikuler tersebut adalah paskibra, basket, futsal, voly, nahwu dan sharaf,

qasidah, seni mading, seni suara, seni baca Al-Qur’an, puisi dan vocal group.

B. Deskripsi Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara,

penyebaran angket dan uji test kecerdasan kognitif siswa. Wawancara dilakukan

guna mendapatkan data yang lebih lengkap tentang pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dari informan yang terdiri dari guru bidang studi Sejarah

Kebudayaan Islam di MA. Al-Falah Jakarta. Dengan kata lain, data utama yang

digunakan dalam penelitian ini yakni:

A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Data-data dalam angket pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diolah

dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis sebagai berikut:

5. Penyampaian Materi Pembelajaran SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Penguasaan materi pembelajaran SKI. 59,5% 30,9% 4,8% 4,8%

2. Kecakapan dalam penguasaan materi pembelajaran SKI. 40,4% 50% 7,3% 2,3%

3. Pendalaman materi pembelajaran SKI. 42,8% 38,0% 14,4% 4,8%

4. Pemahaman mendalam terhadap materi SKI. 50% 45,4% 2,3% 2,3%

5. Penyampaian materi pembelajaran SKI dengan menarik. 16,7% 42,8% 26,1% 14,4%

Page 78: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

67

6. Penyampaian informasi dalam materi pembelajaran SKI. 30,9% 62% 4,8% 2,3%

Tabel ini menunjukkan bahwa sebagian besar (59,5%) siswa sangat

setuju guru SKI menguasai materi pembelajaran SKI dengan baik. Sebagian kecil

(30,9%) menyatakan setuju. Sedikit sekali (4,8%) merasa tidak setuju dan sangat

tidak setuju. Sebagian besar (50%) siswa juga setuju guru SKI cakap dalam

menguasai materi. Sebagian kecil (40,4%) sangat setuju. Sedikit sekali (7,3% dan

2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (42,8%) siswa sangat

setuju guru SKI mendalami materi pembelajaran. Sebagian kecil (38,0%) merasa

setuju, namun sedikit sekali (7,3% dan 2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Selain itu, guru SKI juga memiliki pemahaman mendalam terhadap materi SKI

dengan sebagian besar (50%) siswa menyatakan sangat setuju. Sebagian kecil

(45,4%) setuju. Sedikit sekali (2,3%) merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Sebagian besar (42,8%) siswa setuju materi pembelajaran SKI disampaikan

dengan menarik, namun sebagian kecil (26,1%) tidak setuju. Sedikit sekali (16,7%

dan 14,4%) sangat setuju dan sangat tidak setuju. Informasi pun juga disampaikan

dalam materi pembelajaran SKI dengan sebagian besar (62%) siswa merasa

setuju. Sebagian kecil (30,9%) sangat setuju namun sedikit sekali (4,8% dan

2,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya guru SKI

memang menguasai, cakap, mendalami, memiliki pemahaman mendalam,

menyampaikan materi dengan menarik dan memberikan informasi yang baik

dalam materi pembelajaran SKI.

6. Penggunaaan Media Pembelajaran SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Penggunaan media pembelajaran SKI. 35,4% 50% 7,3% 7,3%

2. Kurang terampil menggunakan media pembelajaran SKI. 7,3% 21,4% 40,4% 30,9%

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar (50%) siswa setuju guru SKI

menggunakan media pembelajaran SKI. Sebagian kecil (35,4%) merasa sangat

Page 79: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

68

setuju, namun sedikit sekali (7,3%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Sebagian besar (40,4%) siswa juga menyatakan sangat tidak setuju guru

SKI kurang terampil menggunakan media pembelajaran SKI. Sebagian kecil

(30,9%) sangat tidak setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 7,3%) merasa setuju dan

sangat tidak setuju. Kesimpulannya guru SKI memang menggunakan media

pembelajaran SKI dan sudah terampil dalam menggunakannya.

7. Sikap Mengajar Guru SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Sabar dalam mengajarkan siswa. 30,9% 62% 4,8% 2,3%

2. Bijaksana dalam menghadapi siswa. 30,9% 62% 4,8% 2,3%

3. Bersikap adil terhadap siswa. 23,8% 57,0% 14,4% 4,8%

4. Tidak membeda-bedakan semua siswa. 30,9% 57,0% 7,3% 4,8%

Sebagian besar (62% dan 57%) siswa menyatakan sangat setuju guru

SKI sabar, bijaksana, adil dan tidak membeda-bedakan semua siswa. Sebagian

kecil (4,8%) menyatakan tidak setuju guru SKI sabar dan bijaksana dalam

menghadapi siswa. Sedikit sekali (2,3% dan 4,8%) sangat tidak setuju guru SKI

sabar, bijaksana, adil dan tidak membeda-bedakan semua siswa, namun sebagian

besar (23,8%) sangat setuju dan sebagian kecil (14,4%) menyatakan setuju guru

SKI bersikap adil terhadap semua siswa. Berdasarkan tabel ini dapat disimpulkan

bahwa dalam mengajar guru SKI memang sabar, bijaksana, adil dan tidak

membeda-bedakan semua siswa.

8. Isi Materi Pembelajaran SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Isi materi pembelajaran SKI luas. 14,4% 35,4% 28,8% 21,4%

2. Isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup SK dan KD. 7,3% 28,8% 47,2% 16,7%

Page 80: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

69

3. Isi materi pembelajaran SKI bersifat banyak. 28,8% 52,0% 14,4% 4,8%

4. Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail. 16,7% 45,1% 30,9% 7,3%

5. Isi materi pembelajaran SKI bersifat kompleks. 33,3% 40,4% 19,0% 7,3%

6. Isi materi pembelajaran SKI tentang figur teladan Islam. 59,5% 30,9% 7,3% 2,3%

Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar (35,4%) siswa

setuju isi materi pembelajaran SKI bersifat luas. Sebagian kecil (28,8%) tidak

setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 14,4%) menyatakan sangat tidak setuju dan

setuju. Sebagian besar (47,2%) siswa tidak setuju isi materi pembelajaran SKI

tidak mencakup SK dan KD. Sebagian kecil (28,8%) setuju, namun sedikit sekali

(16,7% dan 7,3%) merasa sangat tidak setuju dan sangat setuju. Menurut sebagian

besar (52,0%) siswa setuju isi materi pembelajaran SKI bersifat banyak. Namun

sebagian kecil (28,8%) merasa sangat setuju serta sedikit sekali (14,4% dan 4,8%)

menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Bagi sebagian besar (45,1%)

siswa setuju isi materi pembelajaran bersifat detail. Sebagian kecil (30,9%) tidak

setuju. Sedikit sekali (16,7% dan 7,3%) merasa sangat setuju dan sangat tidak

setuju. Selain detail, isi materi pembelajaran SKI juga bersifat kompleks menurut

sebagian besar (40,4%) siswa yang setuju dan sebagian kecil (33,3%) yang sangat

setuju. Namun sedikit sekali (19,0% dan 7,3%) siswa tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Sebagian besar (59,5%) siswa sangat setuju isi materi pembelajaran SKI

tentang figur teladan Islam. Sebagian kecil (30,9%) setuju serta sedikit sekali

menyatakan (7,3% dan 2,3%) tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya

isi materi pembelajaran SKI memang tentang figur teladan Islam dimana materi

itu bersifat luas, banyak, detail dan kompleks namun sudah mencakup SK dan

KD.

9. Penyajian Inti Materi Pembelajaran SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Uraian bab materi pembelajaran SKI mudah dipahami. 16,7% 45,1% 30,9% 7,3%

Page 81: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

70

2. Kesesuaian latihan soal SKI dengan uraian materi. 21,4% 52,3% 19,0% 7,3%

3. Kesesuaian rangkuman dengan pembahasan materi SKI. 23,8% 40,4% 21,4% 14,4%

4. Keruntutan penyajian materi pembelajaran SKI. 16,7% 69,0% 9,5% 4,8%

Menurut tabel ini, sebagian besar (45,1%) siswa setuju uraian bab materi

pembelajaran SKI mudah dipahami. Sebagian kecil (30,9%) tidak setuju, namun

sedikit sekali (16,7% dan 7,3%) menyatakan sangat setuju dan sangat tidak setuju.

Latihan soal SKI sudah sesuai dengan uraian materi menurut sebagian besar

(52,3%) siswa yang setuju dan sebagian kecil (21,4%) juga merasa sangat setuju.

Sedikit sekali (19,0% dan 7,3%) menyatakan sangat setuju dan sangat tidak

setuju. Sebagian besar (40,4%) siswa juga setuju adanya kesesuaian rangkuman

dengan pembahasan materi SKI. Sebagian kecil (23,8%) sangat setuju serta

sedikit sekali (21,4% dan 14,4%) yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Sebagian besar (69,0%) siswa setuju materi pembelajaran SKI disajikan

secara berurutan. Sebagian kecil (16,7%) sangat setuju. Sedikit sekali (9,5% dan

4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari sini dapat

disimpulkan uraian bab pada materi pembelajaran SKI memang mudah dipahami.

Selain itu, antara uraian materi dengan latihan soal SKI juga sudah sesuai seperti

halnya rangkuman dengan pembahasan materi SKI dan materi ini pula sudah

disajikan secara berurutan.

10.Penerapan Metode Pembelajaran SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Guru SKI menguasai metode pembelajaran SKI. 40,4% 50% 2,3% 2,3%

2. Guru SKI menerapkan metode pembelajaran SKI dengan

diskusi, tanya jawab dan penugasan.

26,3% 42,8% 21,4% 9,5%

3. Penggunaan variasi metode pembelajaran SKI. 21,4% 54,8% 19,0% 4,8%

Sebagian besar (50%) siswa setuju guru SKI menguasai metode

pembelajaran SKI. Sebagian kecil (40,4%) menyatakan sangat setuju namun,

Page 82: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

71

sedikit sekali (2,3%) yang merasa tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian

besar (42,8%) siswa juga setuju guru SKI menerapkan metode pembelajaran SKI

dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan. Sebagian kecil (26,3%) merasa

sangat setuju. Sedikit sekali (21,4% dan 9,5%) tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Sebagian besar (54,8%) siswa setuju metode pembelajaran SKI ini sudah

digunakan secara bervariasi. Sebagian kecil (21,4%) menyatakan sangat setuju

namun, sedikit sekali (19,0% dan 4,8%) merasa tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Kesimpulannya guru SKI memang sudah menguasai metode pembelajaran

dengan baik dan menerapkan metode pembelajaran itu secara bervariasi dengan

diskusi, tanya jawab dan penugasan.

11. Evaluasi Test Formatif SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa. 33,3% 38,2% 19,0% 9,5%

2. Kuis interaktif guru SKI dengan siswa. 23,8% 52,4% 19,0% 4,8%

3. Tugas akhir pembelajaran SKI untuk siswa. 11,7% 50% 28,8% 9,5%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (38,2%) siswa setuju

adanya interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa dalam pembelajaran. Sebagian

kecil (33,3%) merasa sangat setuju. Sedikit sekali (19,0% dan 9,5%) tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Sebagian besar (52,4%) siswa juga setuju guru SKI

mengadakan kuis interaktif dengan siswa. Sebagian kecil (23,8%) lainnya merasa

sangat setuju namun, sedikit sekali (19,0% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Selain itu, sebagian besar (50%) siswa setuju adanya

tugas akhir pembelajaran SKI untuk siswa namun, sebagian kecil (28,8%) merasa

tidak setuju serta sedikit sekali (11,7% dan 9,5%) yang menyatakan sangat setuju

dan sangat tidak setuju. Kesimpulannya dalam pembelajaran guru SKI memang

mengadakan interaksi tanya jawab dan kuis interaktif dengan siswa serta

memberikan tugas akhir.

Page 83: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

72

12. Evaluasi Test Sumatif SKI

No. Indikator Alternatif Jawaban

SS S TS STS

1. Pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) oleh guru

SKI di sekolah.

23,8% 54,6% 14,3% 7,3%

2. Pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) oleh guru SKI

di sekolah.

33,3% 54,6% 7,3% 4,8%

Sebagian besar (54,6%) siswa setuju Ujian Tengah Semester (UTS) dan

Ujian Akhir Semester (UAS) dilaksanakan di sekolah oleh guru SKI. Sebagian

kecil (23,8%) merasa sangat setuju guru SKI melaksanakan Ujian Tengah

Semester (UTS) di sekolah. Namun, sedikit sekali (14,3% dan 7,3%) menyatakan

tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebagian kecil (33,3%) siswa juga merasa

sangat setuju pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) oleh guru SKI di sekolah.

Namun, sedikit sekali (7,3% dan 4,8%) menyatakan tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru SKI memang

telah melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester

(UAS) di sekolah.

B. Kecerdasan Kognitif Siswa

Data-data dalam soal uji test kecerdasan kognitif siswa dihitung dan

dinilai berdasarkan rumus yang telah dijelaskan dalam bab 3. Untuk lebih jelasnya

hasil perhitungan uji test kecerdasan kognitif ini dapat dilihat pada lampiran 5.

C. Analisis Data

Penulis mengadakan perhitungan nilai koefisien korelasi antara

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa

dengan menggunakan analisis data pada program SPSS 13.0 for windows yang

rumus perhitungannya menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment

Karl Pearson. Hasil perhitungan sebagai berikut:

Page 84: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

73

13. Hasil Koefisien Korelasi

Correlations

VAR00001 VAR00002

VAR00001 Pearson Correlation 1 .507**

Sig. (2-tailed) .000

N 42 42

VAR00002 Pearson Correlation .507** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 42 42

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi di atas diketahui bahwa nilai r

hitung = 0,507 yang kemudian dirujuk dengan r tabel pada taraf signifikansi 0,05

= 0,304 menggambarkan bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel sehingga

dapat di interpretasikan bahwa hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan “tidak

adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa” ditolak, sedangkan hipotesis alternatif

(Ha) yang menyatakan “adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa” diterima,

dengan tingkat pengaruh variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

terhadap kecerdasan kognitif siswa sebesar 27%.1 Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII MA.

Al-Falah Jakarta dengan taraf signifikansi cukup atau sedang.

D. Interpretasi Data

Berdasarkan hasil dari data perhitungan dan analisis data yang telah

dilakukan, penulis menginterpretasikan hasil perhitungan di atas dengan

menggunakan cara sebagai berikut:

1Lampiran 8

Page 85: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

74

1. Interpretasi secara sederhana

Dari hasil perhitungan yang ada dalam lampiran, diperoleh nilai

koefisien korelasi r xy sebesar 0,507. Jika diperhatikan maka indeks korelasi yang

diperoleh tidak bertanda negatif, ini berarti korelasi antara variabel X

(pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam) dan variabel Y (kecerdasan kognitif

siswa) terdapat hubungan yang searah, dengan istilah lain terdapat korelasi yang

positif. Nilai tersebut di interpretasikan dengan cara sederhana yakni dengan

memberikan interpretasi terhadap angka koefisien korelasi Product Moment Karl

Pearson. Adapun pedoman yang digunakan dalam memberikan interpretasi

tersebut yakni sebagai berikut:

Besarnya “r”

Product

Moment (r xy)

Interpretasi

0,00-0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi,

namun korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga

korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara

variabel X dan variabel Y).

0,20-0,40

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah

atau rendah.

0,40-0,70

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang cukup

atau sedang.

0,70-0,90

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat

atau tinggi.

0,90-1,00

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat

kuat atau sangat tinggi.2

Apabila diperhatikan besarnya r xy yang telah diperoleh (0,507) ternyata

terletak antara 0,40-0,70. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel X dan

2Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008), h. 193.

Page 86: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

75

variabel Y terdapat korelasi yang cukup atau sedang dengan tingkat pengaruh

(koefisien determinasi) sebesar 27%.

Page 87: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang

telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah Jakarta

sudah berjalan cukup efektif dan baik. Hal ini ditandai dengan

kemampuan guru yang kompeten bukan hanya dalam menguasai,

mendalami dan menyampaikan materi pembelajaran saja, tetapi juga

dalam menerapkan berbagai variasi metode pembelajaran yang

mengaktifkan dan menumbuh kembangkan kemampuan kognitif siswa.

Selain itu, penggunaan media pembelajaran oleh guru membuat

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di sekolah tersebut tidak

hanya sekedar mengandung nilai edukasi semata, namun juga

memberikan kesan menarik bagi siswa.

2. Tingkat kecerdasan kognitif siswa kelas XII di MA. Al-Falah Jakarta

relatif cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan hasil uji test kecerdasan

kognitif yang menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kemampuan

berpikir optimal dalam mengetahui, memahami, menerapkan,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

3. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan kecerdasan kognitif

memiliki hubungan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu

Page 88: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

77

alur pembelajaran yang di dalamnya terdapat aspek-aspek kecerdasan kognitif

siswa.

B. Saran

Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan kecerdasan kognitif siswa, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk lebih meningkatkan kualitas dan keefektifan pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA. Al-Falah Jakarta, sudah

seharusnya semua pihak yang terkait dalam hal ini siswa dan pendidik

saling mengisi serta bekerjasama agar terdapat hubungan timbal balik

yang baik dimana pendidik akan merasa pembelajaran berjalan efektif

dan berhasil dalam memberikan pengetahuan kepada siswa apabila siswa

tersebut cakap serta mampu menyerap dan memahami pengetahuan itu

dengan kecerdasan optimal yang dimilikinya.

2. Untuk lebih meningkatkan kecerdasan kognitif siswa di MA. Al-Falah

Jakarta, sudah semestinya pihak pendidik menerapkan pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang aktif, transformatif dan

menyenangkan. Konsep pembelajaran seperti ini diharapkan dapat

menghasilkan perubahan mendasar dalam diri siswa bukan hanya dalam

bentuk sikap saja, akan tetapi keaktifan, ingatan, penguasaan serta

pemahaman mereka terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pun dapat

berkembang dengan baik.

Page 89: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, Cet. I, 2006.

Abdul Kadir, Muhammad Khair. Konsepsi Sejarah dalam Sorotan, Terj. dari

Tarikhuna Fi Dlau’i al-Islam oleh Nabhan Husein, Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, Cet. II, 1992.

Abdul Hakim, Atang dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 2007.

Al-Aziziyah, Muhammad. “Vitamin D Berpengaruh Terhadap Kecerdasan

Kognitif”, dalam http://www.tempointeraktif.com/, 06 April 2010.

Al-Hafidzh, Muhammad. “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam

http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 September 2010.

Andita, Herny. Inovasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2004.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Press, Cet. I, 2002.

Arniko, Muhammad. “Gaya Kognitif dalam Pembelajaran”, dalam

http://www.jejakguru.co.cc/, 30 Juli 2010.

Bell Gredler, E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1994.

Daradjat, Zakiah. Dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, Cet. I, 1995.

Departemen Agama RI. Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta:

Departemen Agama RI, 2004.

Departemen Agama RI. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008

tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Aliyah, Jakarta:

Departemen Agama RI, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional RI. Kurikulum 2006: Kerangka Dasar, Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006.

Dimyathi dan Mudijono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Page 90: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Efendi, Agus. Revolusi Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Successful

Intelligence Atas IQ, Bandung: Alfabeta, Cet. I, 2005.

Fikri, Nurul. “Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam

http://tongkal09.wordpress.com/, 07 September 2010.

Gazalba, Sidi. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999.

Haditono, Siti Rahayu., dkk. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam

Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cet.

VIII, 1996.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006.

Hariyono. Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,

Cet. I, 1995.

Hartati, Nety., dkk. Islam dan Psikologi, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2003.

Hasimy, Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I,

1975.

Hidayati, Narendrani Heny. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2009.

http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi, 03 September 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, 03 September 2010.

Kamarga, Hansiswany. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis

Informasi, Perlukah?, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2009.

Kholil, Anwar. Mengoptimalkan Hasil Belajar Kognitif dengan Strategi Belajar,

Yogyakarta: Andi Press, Cet. I, 2008.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006.

Martanto, Dwi Siswo. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam: Permasalahan

dan Solusinya, Yogyakarta: Ombak Press, Cet. I, 2008.

Miranda, Yula. Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2006.

Miratul, “Pembelajaran PAKEM”, dalam http://mirahtul.multiply.com/, 20

Februari 2011.

Page 91: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2002.

Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Prenada Media,

Cet. II, 2005.

Muhfida, Aini. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 2000.

Munandir. Rancangan Sistem Kognitif dalam Pembelajaran, Yogyakarta:

Kanisius, 1992.

Munawar, Indra. “Pengertian dan Definisi Hasil Belajar”, dalam

http://indramunawar.blogspot.com/, 30 Agustus 2010.

Mustofa, Ahmad. Pengembangan Materi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, Cet. I, 2004.

Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2008.

Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Cet. IV, 2006.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis, Jakarta: Ciputat Press, Cet. I, 2002.

Ramadhan, Tarmizi. “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan”,

dalam http://tarmizi.wordpress.com/, 08 Maret 2010.

Sabri, Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

Cet. I, 1993.

Said, Muhammad dan Junifar Affan. Psikologi dari Zaman ke Zaman:

Berfokuskan Psikologi Pedagogis, Bandung:Jemmars, 1990.

Sahmono, Amru. “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer

Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa”, dalam

http://hanckey.pbworks.com/Pembelajaran-Sejarah, 14 Februari 2010.

Satiadarma, Monty P dan Fidelis E. Waruwu. Mendidik Kecerdasan: Pedoman

Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka

Populer Obor, Cet. I, 2003.

Page 92: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Sofa, Ahmad. ”Aspek Penilaian Kecerdasan Kognitif”, dalam

http://massofa.wordpress.com/, 29 September 2010.

Strawaji, Muhammad. “Pengertian Pembelajaran”, dalam

http://strawaji.wordpress.com/, 01 September 2010.

Stein, Steven J dan Howard E. Book, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan

Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence

and Your Success oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto,

Bandung: Kaifa, Cet. I, 2002.

Suchaini, Muhammad. “Analisis Gaya Kognitif Field Dependence”, dalam

http://suchaini.wordpress.com/, 20 Agustus 2010.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008.

Suharya, Toto. Internalisasi Nilai Agama dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Suralaga, Fadilah., dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta:

UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.

Suryobroto, Bambang. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2002.

Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, Cet. X, 2007.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi

dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Uno, B. Hamzah. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, Cet. II, 2008.

Widyaningsih, Wahyu. “Cooperative Learning Sebagai Metode Pembelajaran

Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”, dalam

dadirahayu.googlepages.com/, 23 februari 2011.

Page 93: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
Page 94: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Angket Penelitian (Validasi)

Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta

Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian :

1. Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), TS

(tidak setuju), atau STS (sangat tidak setuju) sesuai dengan keadaan anda

yang sebenarnya.

2. Pendapat anda tidak akan mempengaruhi sedikit pun terhadap nilai sekolah

anda dan tidak ada kaitannya.

3. Angket ini untuk kepentingan penelitian, oleh karena itu kami berharap

jawaban yang obyektif, jujur dan tidak mengada-ngada.

4. Atas kesediaan waktunya kami ucapkan terima kasih.

No.

Pertanyaan

SS

S

TS

STS

1. Dalam mengajar di kelas, guru SKI

menguasai materi pembelajaran SKI

dengan baik.

2. Guru SKI memiliki kecakapan dalam

penguasaan materi pembelajaran SKI di

kelas.

3. Guru SKI mendalami materi pembelajaran

SKI.

4. Guru SKI memiliki pemahaman mendalam

terhadap materi pembelajaran SKI.

Lampiran 1.a

Page 95: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

5. Guru SKI menyampaikan materi

pembelajaran SKI dengan menarik.

6. Dalam penyampaian materi pembelajaran

SKI, guru SKI memberikan informasi-

informasi penting yang diperlukan siswa.

7. Media pembelajaran yang digunakan guru

SKI menampilkan pesan yang tidak

menarik.*

8. Guru SKI menggunakan media

pembelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar SKI di kelas.

9. Guru SKI kurang terampil dalam

menggunakan media pembelajaran SKI.

10. Guru SKI sabar dalam mengajarkan siswa.

11. Guru SKI bijaksana dalam menghadapi

siswa.

12. Guru SKI bersikap adil terhadap siswa.

13. Guru SKI tidak membeda-bedakan semua

siswa.

14. Guru SKI ramah terhadap semua siswa.*

15. Guru SKI lemah lembut terhadap semua

siswa.*

16. Isi materi pembelajaran SKI bersifat tidak

lengkap.

17. Isi materi pembelajaran SKI tidak

mencakup pencapaian seluruh Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Page 96: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

18. Isi materi pembelajaran SKI yang

dipelajari siswa bersifat luas dan banyak.

19. Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail.

20. Penyajian bagian awal materi

pembelajaran SKI yang baik meliputi

sampul, kata pengantar, pendahuluan,

daftar isi, daftar gambar dan lampiran.*

21. Isi materi pembelajaran SKI bersifat

kompleks.

22. Setiap uraian bab dalam materi

pembelajaran SKI mudah untuk dipahami.

23. Sampul, kata pengantar, pendahuluan,

daftar isi daftar gambar dan lampiran tidak

terdapat dalam bagian awal materi

pembelajaran SKI.*

24. Dalam uraian bab, materi pembelajaran

tidak disajikan dengan baik dan lengkap.*

25. Latihan soal SKI yang ada dalam setiap

bab sudah sesuai dengan uraian materi

yang dipelajari.

26. Daftar, pustaka, rangkuman dan lampiran

sudah terdapat dalam setiap akhir

penyajian materi pembelajaran SKI.*

27. Rangkuman yang terdapat dalam setiap

akhir materi pembelajaran SKI tidak sesuai

dengan pembahasan.

28. Materi pembelajaran SKI sudah disajikan

secara berurutan.

29. Materi pembelajaran SKI menyimpang

dari aqidah Islam.*

Page 97: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

30. Uraian materi pembelajaran SKI

menampilkan bahasan yang tidak sesuai

dengan aqidah Islam.*

31. Isi materi pembelajaran SKI tentang figur-

figur teladan dalam Islam.

32. Guru SKI sudah menguasai metode

pembelajaran SKI dengan baik di kelas.

33. Terdapat ibrah dari kisah sejarah figur-

figur teladan Islam dalam materi

pembelajaran SKI.*

34. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas,

guru SKI sudah menerapkan metode

pembelajaran SKI dengan diskusi, tanya

jawab dan penugasan.

35. Guru SKI hanya menerapkan metode

ceramah saja dalam pembelajaran di

kelas.*

36. Guru SKI menggunakan variasi metode

pembelajaran SKI dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas.

37. Metode tanya jawab, diskusi, karya wisata,

kerja kelompok dan penugasan tidak

diterapkan guru SKI dalam pembelajaran

SKI di kelas.*

38. Adanya interaksi tanya jawab guru SKI

dan siswa dalam setiap awal kegiatan

pembelajaran SKI.

39. Guru SKI mengadakan kuis interaktif

dengan siswa dalam setiap pembelajaran

SKI di kelas.

Page 98: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

*: Tidak valid

40. Tugas akhir pembelajaran SKI yang

diberikan guru tidak berdasarkan pada

materi pembelajaran yang sudah

dipelajari.*

41. Dalam setiap akhir pembahasan materi,

guru SKI memberikan tugas akhir

pembelajaran kepada siswa.

42. Guru SKI tidak mengadakan ulangan

harian dalam setiap akhir pembahasan

materi pembelajaran SKI.*

43. Adanya Ujian Tengah Semester (UTS)

yang diadakan guru SKI di sekolah.

44. Guru SKI melaksanakan Ujian Akhir

Semester (UAS) dalam setiap akhir

program pembelajaran SKI.

45. Soal-soal yang diujikan saat UAS tidak

berdasarkan materi pembelajaran SKI

yang sudah dipelajari.*

Page 99: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Soal Test Penelitian

Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta

I. Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau

d untuk jawaban yang benar!

II. Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin :

1. Andalusia ditaklukkan dinasti bani Umayyah I pada tahun 711 M.

Khalifah yang berkuasa pada saat penaklukkan Andalusia tersebut

adalah...

a. Harun al-Rasyid

b. Walid ibn Abdul Malik

c. Ahmad ibn Thulun

d. Abu Ja’far al-Manshur

2. Dalam proses penaklukkan Andalusia terdapat tiga pahlawan Islam yang

berjasa dalam memimpin satuan pasukan disana. Ketiga pahlawan tersebut

adalah...

a. Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, Musa ibn Nushair

b. Abdullah ibn Ibrahim, Al-Mahdi, Tharif ibn Malik

c. Al-Ghafiqy, Musa ibn Nushair, Hamdan ibn Hamdan

d. Muhammad ibn Sa’ad, Thariq ibn Ziyad, Abdurrahman al-Nasir

3. Dinasti bani Umayyah II merupakan kerajaan Islam yang berhasil

memisahkan diri dari kekuasaan bani Abbasiyyah. Siapakah tokoh pendiri

dinasti bani Umayyah II ini?...

a. Alauddin Husein ibn Husein

b. Idris ibn Abdullah

Lampiran 1.b

Page 100: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

c. Muawiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn Umayyah

d. Abdurrahman al-Dakhil ibn Muawiyah ibn Hisyam

4. Di bawah ini salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan

umat Islam dalam menaklukkan Andalusia adalah...

a. Kestabilan politik di wilayah Andalusia

b. Para prajurit Islam yang tampil cakap, berani, kompak dan percaya diri

c. Kondisi masyarakat Andalusia yang berada dalam keadaan

menyedihkan

d. Andalusia merupakan wilayah yang strategis dan mudah dicapai bagi

prajurit Islam

5. Islam mengalami perkembangan pesat di Andalusia. Bagaimana proses

masuknya Islam di wilayah Andalusia tersebut?...

a. Melalui proses perkawinan

b. Melalui proses perundingan

c. Melalui proses perdagangan

d. Melalui proses perluasan wilayah Islam

6. Salah satu ibrah yang dapat diambil dari masuknya Islam ke wilayah

Andalusia adalah...

a. Banyaknya penduduk yang keluar dari wilayah Andalusia

b. Semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam dan ilmu pengetahuan di

Andalusia

c. Kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Andalusia

d. Lahirnya berbagai jenis etnis dan revolusioner di Andalusia

7. Pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Nashir, wilayah Andalusia

terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang dipimpin oleh

raja-raja golongan (Muluk al-Thawaif). Adapun penyebab kemunculan

Muluk al-Thawaif ini adalah...

a. Penduduk Andalusia yang mengalami kemiskinan dan kesengsaraan

b. Dewan menteri bani Umayyah II yang menghapuskan sistem

kekhalifahan

c. Hubungan kerjasama antara umat kristen dan umat Islam di Andalusia

Page 101: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

d. Sistem pemerintahan Islam bersifat absolut

8. Perkembangan peradaban Islam pada masa kekuasaan daulah bani

Umayyah II di Andalusia dapat dilihat dari...

a. Kemajuan dalam bidang politik, ilmu pengetahuan dan kebudayaan

b. Kemuculan golongan pemberontak dan revolusioner Andalusia

c. Lahirnya Muluk al-Thawaif (kerajaan kecil) di Andalusia

d. Semangat umat Kristen dalam merebut kembali Andalusia dari Islam

9. Di bawah ini salah satu nilai pretasi yang dapat diambil dari kemajuan

peradaban Islam di Andalusia adalah...

a. Proses Islamisasi para penguasa muslim Andalusia

b. Perlawanan umat Islam Andalusia terhadap serangan umat Kristen

c. Persaingan sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah II di

Andalusia

d. Keberhasilan para ilmuwan muslim Andalusia dalam segala bidang

intelektual, kesenian dan kebudayaan

10. Sejarah dari para tokoh daulah bani Umayyah II di Andalusia telah

memberikan nilai-nilai keteladanan bagi umat Islam. Nilai-nilai

keteladanan tersebut adalah...

a. Kewibawaan dan cinta terhadap ilmu pengetahuan

b. Keegoisan dan keberanian

c. Percaya diri dan ketidak adilan

d. Kemunafikan dan ketabahan

11. Di antara nilai-nilai kepemimpinan para penguasa daulah bani Umayyah II

di Andalusia yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan di masa

sekarang adalah...

a. Korupsi dan sikap toleransi

b. Keshalehan dan kekerasan

c. Solidaritas tinggi dan kezhaliman

d. Kejujuran dan menjunjung tinggi persaudaraan

12. Hikmah dari sejarah perkembangan peradaban Islam pada masa daulah

bani Umayyah II di Andalusia adalah...

Page 102: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

a. Ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan mengalami kemajuan

yang pesat

b. Terpecahnya wilayah kekuasaan Islam ke dalam beberapa kerajaan-

kerajaan kecil (Muluk al-Thawaif)

c. Munculnya gerakan pemberontak di wilayah Andalusia

d. Lahirnya semangat bersaing di antara para penguasa pemerintahan

13. Faktor yang mempengaruhi kemajuan peradaban Islam pada masa daulah

bani Umayyah II di Andalusia adalah...

a. Adanya penguasa-penguasa yang berwibawa dan tidak adil

b. Kebjiksanaan penguasa-penguasa dalam mempelopori kegiatan ilmiah

c. Penduduk Andalusia menjalin hubungan kerjasama dengan umat

kristen

d. Banyaknya wilayah Islam di Andalusia yang memisahkan diri dari

pemerintahan pusat

14. Hasil kemajuan yang dicapai daulah bani Umayyah II dalam bidang

kebudayaan adalah...

a. Lahirnya berbagai seni musik dan karya sastra Arab dari para

sastrawan muslim

b. Wilayah kekuasaan Islam di Andalusia semakin luas

c. Banyaknya penduduk Andalusia yang memeluk Islam

d. Berkembangnya toleransi beragama terhadap penganut agama kristen

dan yahudi

15. Ilmuwan, filsuf dan ulama yang ada pada masa daulah bani Umayyah II di

Andalusia adalah...

a. Buhaira, Abu Lahab dan Abu Bakr ibn al-Quthiyah

b. Ahmad ibn Abbas, al-Farabi dan Ibn Hazm

c. Yazid ibn Muawiyah, Abu Bakr ibn Thufail dan Munzir ibn Sa’id al-

Baluthi

d. Ibn al-Khatib, Bilal ibn Rabah dan Ziyad ibn Abd al-Rahman

Page 103: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

16. Pada tahun 1492 H kekuasaan daulah bani Umayyah II mengalami

kemunduran dan kehancuran. Faktor penyebab kemunduran dan

kehancuran bani Umayyah II tersebut adalah...

a. Konflik Islam dengan kristen

b. Kestabilan politik dan ekonomi di Andalusia

c. Meningkatnya arus pembaharuan di Andalusia

d. Adanya ideologi pemersatu bangsa di Andalusia

17. Di antara perkembangan peradaban Islam di Andalusia ada yang bersifat

fisik dan non fisik. Contoh perkembangan peradaban Islam yang bersifat

fisik adalah...

a. Perkembangan ekonomi

b. Perkembangan sosial dan politik pemerintahan

c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan

d. Pembangunan kota, istana-istana dan masjid-masjid

18. Peradaban Islam di Andalusia telah memberikan pengaruh besar bagi

Eropa dan penduduknya secara keseluruhan. Pengaruh tersebut adalah...

a. Semangat penduduk Eropa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dari

umat Islam

b. Penyerangan umat kristen Eropa terhadap umat Islam di Andalusia

c. Permusuhan antara penduduk Eropa dengan umat Islam

d. Adanya disintegrasi antara penduduk Eropa dengan umat Islam

19. Dalam sejarah peradaban Islam di Andalusia, kekuasaan Islam terpecah

menjadi beberapa negara dan salah satu kekuasaan yang dominan adalah

dinasti Muwahhidun. Siapakah pendiri dinasti Muwahhidun ini?...

a. Muhammad ibn Sa’ad

b. Yusuf ibn Tasyfin

c. Muhammad ibn Tumart

d. Ibn Abi Amir

20. Dampak negatif kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia adalah...

a. Kemajuan peradaban

b. Besarnya semangat ilmiah

Page 104: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

c. Kemajuan ilmu pengetahuan

d. Hilangnya semangat ilmiah

21. Di bawah ini salah satu faktor penyebab umat Islam terusir dari Andalusia

(Spanyol) adalah...

a. Kekalahan umat Islam dalam melawan serangan bangsa kristen

b. Wilayah Andalusia (Spanyol) yang bersifat terpencil

c. Pelanggaran janji umat Islam kepada bangsa kristen

d. Berkembangnya usaha-usaha kreatif umat Islam

22. Faktor yang mendasari orang-orang Eropa mempelajari ilmu pengetahuan

dan peradaban Islam adalah...

a. Rasa kekaguman dan ketertarikan penduduk Eropa terhadap peradaban

dan ilmu pengetahuan Islam

b. Ilmu pengetahuan dan peradaban Islam sulit untuk dipelajari

c. Penduduk Eropa mengalami masa kebangkitan kembali (renaissance)

d. Penduduk Eropa hendak mengusir umat Islam dari Andalusia

(Spanyol)

23. Gambaran peradaban Islam di Andalusia setelah di serang oleh bangsa

kristen adalah...

a. Mengalami masa stabil

b. Mengalami masa integrasi panjang

c. Mengalami masa kemajuan pesat

d. Mengalami masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam

24. Faktor penyebab kemunduran peradaban Islam pada masa sekarang

adalah...

a. Para penguasa yang adil dan jujur

b. Timbulnya sikap apatis dalam diri umat Islam

c. Berkembangnya usaha-usaha kreatif dari umat Islam

d. Semangat umat Islam dalam mengembangkan peradaban Islam

Page 105: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Perhitungan Varian Total Instrumen Pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

N

N

xtxt

St

2

2

2

42

42

5474720366

2

2

St

42

67,713444720366.2 St

42

33,69212 St

79,1642 St

Jadi, varian total = 164, 79

Lampiran 3.a

Page 106: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Perhitungan Reliabilitas Angket Pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

2

2

11 11 St

Si

n

nr

79,164

53,231

145

4511r

143,01023,111 r

857,0023,111 r

88,011 r

Dengan angka reliabilitas 0,88 maka dapat disimpulkan bahwa angket

instrument pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada penelitian ini

memiliki reliabilitas yang kuat atau tinggi.

Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks

korelasi “r” Product Moment pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai

berikut:

Basarnya “r” Product Moment Interpretasi

0,00–0,20 Tidak ada korelasi

0,20–0,40 Lemah atau rendah

0,40–0,70 Sedang atau cukupan

0,70-0,90 Kuat atau tinggi

0,90–1,00 Sangat kuat atau sangat tinggi

(Anas Sudijono, 2008)

Lampiran 3.b

Page 107: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

22358930994742381335072142

3589381332644742

xx

xrxy

12880921130177741453896914730282

1368485713710774

xyr

136853191313

25917xyr

131,51168

25917xyr

507,0xyr

Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (X) dan variabel kecerdasan kognitif siswa (Y) didapat

angka koefisien korelasi sebesar 0,507

Lampiran 7

Page 108: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Perhitungan Koefisien Determinasi

Diket:

r = 0,507

Rumus:

KD = r² x 100 %

= 0,507² x 100 %

= 0,27 x 100 %

= 27 %

Dari hasil perhitungan koefisien determinasi didapat sekitar 27%

variabel pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dapat mempengaruhi

kecerdasan kognitif siswa.

Lampiran 8

Page 109: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

BERITA WAWANCARA

Nama Narasumber : Bahroin HN. S. Pdi

Jabatan : Guru SKI & Kepala Sekolah

Tempat Wawancara : MA. Al-Falah Jakarta

Hari/Tanggal : Jum’at/04 Februari 2011

Pokok Pertanyaan

1. Cara-cara apa saja yang Bapak tempuh dalam meningkatkan penguasaan

materi pembelajaran di bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ini?.

Jawab: Cara-cara yang saya tempuh dalam meningkatkan penguasaan materi

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah dengan banyak

membaca sumber bacaan (referensi) yang terkait dengan materi Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) tersebut serta mengikuti seminar-seminar.

2. Apakah Bapak menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas?.

Jawab: Iya. Saya menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

3. Bentuk media pembelajaran seperti apa saja yang bapak gunakan dalam proses

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)?.

Jawab: Bentuk media yang kerap kali saya gunakan dalam proses

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah LCD dan pemutaran

film yang memang terkait dengan materi pembelajaran.

4. Menurut Bapak apakah para siswa telah menghapal, mengingat, memahami,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi materi pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) dengan baik dan benar?.

Jawab: Relatif. Mayoritas siswa di sekolah ini (MA. Al-Falah Jakarta) masih

dalam taraf mensintesis saja sedangkan dalam taraf mengevaluasi dapat

dikatakan hanya sebagian siswa saja yang mampu.

Lampiran 9

Page 110: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

5. Bagaimana penilaian Bapak terhadap isi materi pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) yang terdapat dalam sumber bacaan Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) untuk siswa tingkat Aliyah ini?.

Jawab: Umumnya isi materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang ada

dalam buku bacaan untuk siwa Aliyah bersifat kurang lengkap dan guna

mensiasati hal ini saya membebaskan siswa untuk mencari referensi yang

memang lebih lengkap disamping saya memberikan silabus dan rangkuman.

6. Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), metode pembelajaran

seperti apa yang Bapak terapkan guna menumbuh kembangkan keaktifan dan

kemampuan kognitif siswa di kelas?.

Jawab: Metode pembelajaran yang saya terapkan yaitu metode inquiry,

metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan lain-lain yang memang menurut

saya dapat mengaktifkan dan mengembangkan kognitif siswa.

7. Alat evaluasi seperti apa yang Bapak gunakan untuk para siswa dalam setiap

proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)?.

Jawab: Dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), alat

evaluasi yang saya terapkan yaitu sistem kuis dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan langsung kepada siswa disamping ulangan harian, UTS (mid

semester) dan UAS.

Jakarta, 04 Februari 2011

Interviewer Interviewee

Siti Marqiyah Bahroin. HN. S. Pdi

Page 111: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan MA. Al-Falah Jakarta

dilihat dari Jenjang Pendidikan, Jabatan dan Bidang Studi

No. Nama Jenjang Jabatan Bidang Studi

1. H. Balya Isa, B. Sc S1 Ketua I yayasan Bahasa Inggris

2. Bahroin HN, S. Pdi S1 Kepala Sekolah SKI, Sosiologi

3. Dra. Ida Idris S1 Wakil Bid. Kurikulum Sejarah, Geografi, Antropologi

3. Drs. H. Abd. Rozak S1 Wakil. Bid. Humas Bahasa & Sastra Indonesia

4. Drs. H. Marzuki S1 Wakil. Bid. Sarpras Bhs. Arab, Fiqih, Tafsir

5. Ismail Bahruddin, MA S2 Wakil. Bid. Kesiswaan Al-Qur’an Hadits

6. Drs. H. Sofyan Sauri S1 Kepala Tata Usaha Bahasa Inggris

7. Drs. H. Mustofa S1 Bendahara Bahasa Arab

8. Fauzah, S. Psi S1 Koordinator BK BK, Sosiologi

9. Drs. Suhadi HM S1 Kep. Perpustakaan Penjasorker

10. Drs. Tri Heru Sedono S1 Kep. Lab. Kimia Kimia, Matematika

11. Drs. Lutfi Prastiono S1 Kep. Lab. Fisika Fisika, Matematika

12. Hj. Dian Fitria, S. Pd S1 Kep. Lab. Biologi Biologi

13. M. Yani, A. Md D3 Kep. Lab. Komputer Teknologi Informasi & Kom

14. Drs. Masruchan S1 Guru Bahasa Arab, Balaghoh

15. Dra. Zainah S1 Guru/Wali Kelas Bahasa Inggris

16. H.A. Wasi, S. Ag S1 Guru/Wali Kelas Fiqih, Ushul Fiqih

17. Nusyuroh, SEi S1 Guru/Wali Kelas Ekonomi

18. H. Bahruddin, S. Pdi S1 Guru Fiqih, Aqidah, Tafsir

19. Ika Rahmawati, S. Pd S1 Guru/Wali Kelas Bahasa & Sastra Indonesia

20. Alawiyah, S. Pd S1 Guru/Wali Kelas PPKn, Sejarah

21. Barkah, S. Pd S1 Guru Matematika

22. Dian Awalina, S. Pd S1 Guru/Wali Kelas Sejarah, Bahasa Inggris

23. Sanwani, SS S1 Guru Retorika, Seni Budaya

24. Maulana Hasanuddin MA Staf TU -

25. Rochmani HM MA Karyawan -

26. Saifullah SD Karyawan -

Lampiran 10

Page 112: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

27. Zainal Abidin SD Karyawan -

28. Muzayyin SD Satpam -

Berdasarkan tabel di atas, Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta mempunyai

guru dan tenaga kependidikan mayoritas lulusan S1, ada pula yang S2 dan juga

D3. Dalam proses belajar mengajar, guru-guru tersebut sudah memenuhi

kebutuhan dan kompeten di bidang studi masing-masing.

Page 113: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Keadaan Siswa dan Siswi

Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta

No. Kelas L P Jumlah

1. Kelas Ia 15 21 36

2. Kelas Ib 13 21 34

3. Kelas Ic 15 19 34

4. Kelas II IPA 12 11 23

5. Kelas II IPS 37 28 65

6. Kelas II Bahasa 19 10 29

7. Kelas III IPA 10 16 26

8. Kelas III IPS 31 32 63

9. Kelas III Bahasa 19 12 31

Jumlah 171 170 341

Lampiran 11

Page 114: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Keadaan Sarana dan Prasarana

Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta

No. Sarana/Prasarana Jumlah Kondisi

1. Ruang/Lokal Belajar 6 Baik

2. Laboratorium Komputer 1 Baik

3. Laboratorium IPA 1 Baik

4. Laboratorium Bahasa 1 Baik

5. Perpustakaan 1 Baik

6. Musholla 1 Baik

7. Aula 1 Baik

8. Ruang PMR 1 Baik

9. Ruang TU 1 Baik

10. Ruang Guru 1 Baik

11. Ruang Kamar Mandi Guru 2 Baik

12. Ruang Kamar Mandi Siswa/i 5 Baik

13. Koperasi 1 Baik

14. Asrama Pelajar 1 Baik

15. Rumah Dinas Guru 1 Baik

16. Lapangan Upacara 1 Baik

17. Ruang BK 1 Baik

18. Pos Satpam 1 Baik

Lampiran 12

Page 115: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Lampiran 2.a

Uji Validitas Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 ∑

A1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 138

A2 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 127

A3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 129

A4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 146

A5 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 2 2 3 4 1 127

A6 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 1 4 1 2 3 3 3 1 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 3 2 2 2 109

A7 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 1 1 2 2 2 3 2 3 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 4 113

A8 3 3 3 3 3 3 1 4 2 3 3 3 1 3 4 2 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 3 2 4 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 4 109

A9 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 1 4 1 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 4 4 3 108

A10 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 4 4 1 3 4 4 3 3 2 2 4 4 2 1 1 4 1 1 4 4 2 116

A11 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 1 3 3 1 3 3 2 4 2 2 2 2 2 4 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 2 3 3 1 113

A12 2 3 3 3 1 2 1 1 2 3 3 2 3 4 3 1 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 3 2 4 4 4 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 1 3 2 4 101

A13 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 119

A14 4 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 2 2 2 4 4 4 4 3 1 1 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 143

A15 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 139

A16 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 3 4 2 2 1 3 4 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 146

A17 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 154

A18 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 1 4 4 3 130

A19 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 2 4 2 1 3 4 3 3 4 2 4 4 3 157

A20 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 141

A21 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 1 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 2 4 4 3 2 3 3 4 4 2 144

A22 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 1 3 1 4 4 4 141

A23 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 4 3 2 2 2 3 3 3 130

A24 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 120

A25 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 124

A26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 118

A27 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 132

A28 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 125

A29 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 2 2 1 3 4 3 1 1 3 4 4 133

A30 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 4 2 124

A31 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 1 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 152

A32 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 1 3 1 2 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 1 4 4 3 133

A33 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 3 1 2 1 3 3 4 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 129

A34 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 4 3 2 3 1 3 3 1 2 1 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 4 4 4 134

A35 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 4 4 4 141

A36 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 138

A37 3 4 4 3 4 4 3 1 2 3 3 3 4 3 4 2 4 4 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 3 2 4 1 3 4 2 2 4 2 2 3 4 2 130

A38 3 4 4 4 4 4 3 1 2 3 3 4 4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 136

A39 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 139

A40 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 1 3 4 4 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 1 2 4 3 1 124

A41 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4 2 3 4 3 2 4 3 1 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 1 3 3 2 3 3 2 2 4 4 2 135

A42 2 3 3 4 3 3 3 2 1 4 4 3 1 4 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 2 3 1 4 4 3 3 3 2 3 3 4 2 127

rit 0.59 0.53 0.43 0.47 0.46 0.56 0.75 0.45 0.55 0.36 0.39 0.6 0.56 0.22 -0 0.31 0.4 0.62 0.65 0.2 0.46 0.37 0.26 0.7 0.32 0 0.44 0.58 0.11 0.18 0.39 0.6 0.24 0.68 0.04 0.38 0.2 0.59 0.48 0.08 0.55 0.29 0.39 0.41 0.19

rtab 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3

Kategori Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Drop Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Valid Drop Valid Drop Valid Drop Valid Valid Drop Valid Drop Valid Valid Drop

Page 116: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Lampiran 4

Analisa Data Hasil Angket Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Nama Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor

Afifah 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 92

Ahmad Arief 4 3 2 1 4 4 4 3 2 2 2 1 3 2 2 1 4 3 4 3 3 2 1 1 4 3 4 3 3 4 82

Ahmad Hilman Z. 2 2 1 3 1 1 4 1 3 3 3 4 1 2 2 3 2 3 2 2 4 4 1 1 1 2 2 3 2 3 68

Ahmad Mahendra 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 1 4 4 105

Ahmad Rifa'i 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 1 3 3 3 4 2 3 4 4 2 4 3 96

Ahmad Roziqi 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 111

Ahmad Susmiyanto 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 1 2 4 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 89

Ahmad Wiza Walady 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 88

Ainul Muqorobin 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 116

Azizah Nur Fitria 1 3 3 4 1 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 4 4 3 4 3 3 1 4 3 97

Azhar Halim 4 4 3 2 1 1 3 2 1 2 4 1 3 2 3 4 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 3 4 4 3 81

Candra Hamzah 3 2 1 3 3 3 2 3 4 3 3 3 1 4 1 3 3 4 1 1 1 3 3 4 1 1 1 3 3 2 73

Chaerul Kahfi 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 2 2 2 3 3 98

Chaerunnida 2 2 3 4 2 4 2 3 4 3 3 3 1 1 1 4 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 78

Daenuri Ridwan 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 99

Dini Rachmawati 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 86

Ditha Saviera 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 1 3 4 4 4 1 4 1 3 4 3 1 1 3 4 4 2 4 3 1 87

Fajar Ariandi 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 1 2 3 3 4 4 2 2 2 3 3 4 4 87

Fariha 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3 4 3 2 3 1 4 1 3 3 77

Febriyanti 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 1 1 3 3 3 4 4 4 2 3 2 4 4 96

Hanifatun Nabilah 4 3 3 3 1 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 3 1 3 4 4 2 2 3 3 2 3 3 81

Indah Nurwasilah 3 3 2 3 2 4 1 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 78

Laili Fadilah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 78

Lia Nur Aulia 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 1 3 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 94

Mahatan M. 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 4 3 4 3 2 4 4 2 3 3 3 95

Marisa Ahsanti 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 4 3 2 1 2 91

Mega Rizkiah 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 92

Mery Fitriyeni 4 1 3 3 1 4 4 1 3 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 1 3 3 1 2 3 4 4 4 3 4 92

Muhammad Ali 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 2 2 1 2 1 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 95

M. Damanhuri 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 109

Muhammad Fahri 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 103

Muhammad Ilman 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 1 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 4 4 2 3 4 101

Noval Kurniadi 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 2 4 4 3 3 4 3 3 3 1 1 3 4 82

Nurdiyah B. 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 4 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 82

Radinal Fata 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 4 4 4 3 2 2 2 3 3 91

Rahmatun Nazilah 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 87

Ramawidyafebro W. 1 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 1 3 97

Rashifa Fauziah 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 95

Rostia Mutiara Sari 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 78

Siti Khaerani 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 1 1 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 86

Sophi Oktaviana 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 96

Yazid Awlawi 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 104

Page 117: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Lampiran 5

Analisa Data Hasil Test Uji Kognitif Siswa

Nama Responden B x 100 Skor

Afifah 19/24 x 100 79

Ahmad Arief 17/24 x 100 70

Ahmad Hilman Z. 20/24 x 100 83

Ahmad Mahendra 21/24 x 100 87

Ahmad Rifa'i 19/24 x 100 79

Ahmad Roziqi 21/24 x 100 87

Ahmad Susmiyanto 22/24 x 100 91

Ahmad Wiza Walady 20/24 x 100 83

Ainul Muqorobin 22/24 x 100 91

Azizah Nur Fitria 16/24 x 100 66

Azhar Halim 18/24 x 100 75

Candra Hamzah 19/24 x 100 79

Chaerul Kahfi 22/24 x 100 91

Chaerunnida 16/24 x 100 66

Daenuri Ridwan 21/24 x 100 87

Dini Rahmawati 22/24 x 100 91

Ditha Saviera 17/24 x 100 70

Fajar Ariandi 22/24 x 100 91

Fariha 23/24 x 100 95

Febriyanti 22/24 x 100 91

Hanifatun Nabilah 20/24 x 100 83

Indah Nurwasilah 24/24 x 100 100

Laili Fadilah 19/24 x 100 79

Lia Nur Aulia 19/24 x 100 79

Mahatan M. 18/24 x 100 75

Marisa Ahsanti 23/24 x 100 95

Mega Rizkiah 24/24 x 100 100

Mery Fitriyeni 20/24 x 100 83

Muhammad Ali 22/24 x 100 91

M. Damanhuri 22/24 x 100 91

Muhammad Fahri 21/24 x 100 87

Muhammad Ilman 19/24 x 100 79

Noval Kurniadi 20/24 x 100 83

Nurdiyah B. 18/24 x 100 75

Radinal Fata 23/24 x 100 95

Rahmatun Nazilah 22/24 x 100 91

Ramawidyafebro W. 21/24 x 100 87

Rashifa Fauziah 23/24 x 100 95

Rostia Mutiara Sari 22/24 x 100 91

Siti Khaerani 24/24 x 100 100

Sophi Oktaviana 23/24 x 100 95

Yazid Awlawi 20/24 x 100 83

Page 118: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Lampiran 6

Persiapan Perhitungan Korelasi

Nmr Resp X Y XY X² Y²

A1 92 79 7268 8464 6241

A2 82 70 5740 6724 4900

A3 68 83 5644 4624 6889

A4 105 87 9135 11025 7569

A5 96 79 7584 9216 6241

A6 111 87 9657 12321 7569

A7 89 91 8099 7921 8281

A8 88 83 7304 7744 6889

A9 116 91 10556 13456 8281

A10 97 66 6402 9409 4356

A11 81 75 6075 6561 5625

A12 73 79 5767 5329 6241

A13 98 91 8918 9604 8281

A14 78 66 5148 6084 4356

A15 99 87 8613 9801 7569

A16 86 91 7826 7396 8281

A17 87 70 6090 7569 4900

A18 87 91 7917 7569 8281

A19 77 95 7315 5929 9025

A20 96 91 8736 9216 8281

A21 81 83 6723 6561 6889

A22 78 100 7800 6084 10000

A23 78 79 6162 6084 6241

A24 94 79 7426 8836 6241

A24 95 75 7125 9025 5625

A26 91 95 8645 8281 9025

A27 92 100 9200 8464 10000

A28 92 83 7636 8464 6889

A29 95 91 8645 9025 8281

A30 109 91 9919 11881 8281

A31 103 87 8961 10609 7569

A32 101 79 7979 10201 6241

A33 82 83 6806 6724 6889

A34 82 75 6150 6724 5625

A35 91 95 8645 8281 9025

A36 87 91 7917 7569 8281

A37 97 87 8439 9409 7569

A38 95 95 9025 9025 9025

A39 78 91 7098 6084 8281

A40 86 100 8600 7396 10000

A41 96 95 9120 9216 9025

A42 104 83 8632 10816 6889

∑ 3813 3589 326447 350721 309947

Page 119: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Perhitungan Koefisien Korelasi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

22358930994742381335072142

3589381332644742

xx

xrxy

12880921130177741453896914730282

1368485713710774

xyr

136853191313

25917xyr

131,51168

25917xyr

507,0xyr

Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (X) dan variabel kecerdasan kognitif siswa (Y) didapat angka

koefisien korelasi sebesar 0,507

Lampiran 7

Page 120: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Perhitungan Koefisien Determinasi

Diket:

r = 0,507

Rumus:

KD = r² x 100 %

= 0,507² x 100 %

= 0,27 x 100 %

= 27 %

Dari hasil perhitungan koefisien determinasi didapat sekitar 27% variabel

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dapat mempengaruhi kecerdasan

kognitif siswa.

Lampiran 8

Page 121: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa
Page 122: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Siti Marqiyah S. Pdi

Nama Panggilan : Kiki

Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 19 November 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. KH. Mas’ud RT: 014 RW: 009 No: 09 Kb. Lama Utara

Jakarta Selatan 12240

Email/ Facebook : [email protected]

Pendidikan : 1. TK Islam Aisiyah (1993-1994)

2. MI. Darunnajah Jakarta (1994-2000)

3. Mts. Al-Falah Jakarta (2000-2003)

4. MA. Al-Falah Jakarta (2003-2006)

5. S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2006-2011)

Motto : “Jangan bersedih bila tidak dihargai, namun bersedihlah

bila diri Qta tidak berharga dihadapan Allah Swt. La Tah

zan Innallaha Ma’ana. Jadikan harimu adalah untuk hari

ini!”.

Page 123: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

Angket Penelitian

Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII

MA. Al-Falah Jakarta

Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c

dan d sesuai dengan pilihanmu.

Pertanyaan-pertanyaan

1. Dalam mengajar di kelas, guru SKI menguasai materi pembelajaran SKI

dengan baik

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

2. Guru SKI memiliki kecakapan dalam penguasaan materi pembelajaran SKI di

kelas

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

3. Guru SKI mendalami materi pembelajaran SKI

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

4. Guru SKI memiliki pemahaman mendalam terhadap materi pembelajaran SKI

a. Sangat setuju

Lampiran 1.c

Page 124: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

5. Guru SKI menyampaikan materi pembelajaran SKI dengan menarik

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

6. Dalam penyampaian materi pembelajaran SKI, guru SKI memberikan

informasi-informasi penting yang diperlukan siswa

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

7. Guru SKI menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar

SKI di kelas

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

8. Guru SKI kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran SKI

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

9. Guru SKI sabar dalam mengajarkan siswa

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

10. Guru SKI bijaksana dalam menghadapi siswa

Page 125: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

11. Guru SKI bersikap adil terhadap siswa

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

12. Guru SKI tidak membeda-bedakan semua siswa

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

13. Isi materi pembelajaran SKI bersifat tidak lengkap

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

14. Isi materi pembelajaran SKI tidak mencakup pencapaian seluruh Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

15. Isi materi pembelajaran SKI yang dipelajari siswa bersifat luas dan banyak

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

16. Isi materi pembelajaran SKI bersifat detail

Page 126: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

17. Isi materi pembelajaran SKI bersifat kompleks

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

18. Setiap uraian bab dalam materi pembelajaran SKI mudah untuk dipahami

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

19. Latihan soal SKI yang ada dalam setiap bab sudah sesuai dengan uraian materi

yang dipelajari

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

20. Rangkuman yang terdapat dalam setiap akhir materi pembelajaran SKI tidak

sesuai dengan pembahasan

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

21. Materi pembelajaran SKI sudah disajikan secara berurutan

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

Page 127: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

22. Isi materi pembelajaran SKI tentang figur-figur teladan dalam Islam

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

23. Guru SKI sudah menguasai metode pembelajaran SKI dengan baik di kelas

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

24. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru SKI sudah menerapkan

metode pembelajaran SKI dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

25. Guru SKI menggunakan variasi metode pembelajaran SKI dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

26. Adanya interaksi tanya jawab guru SKI dan siswa dalam setiap awal kegiatan

pembelajaran SKI

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

27. Guru SKI mengadakan kuis interaktif dengan siswa dalam setiap

pembelajaran SKI di kelas.

a. Sangat setuju

Page 128: HUBUNGAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2735/1/SITI... · Kebudayaan Islam (SKI) dengan Kecerdasan Kognitif Siswa

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

28. Dalam setiap akhir pembahasan materi, guru SKI memberikan tugas akhir

pembelajaran kepada siswa

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

29. Adanya Ujian Tengah Semester (UTS) yang diadakan guru SKI di sekolah

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

30. Guru SKI melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) dalam setiap akhir

program pembelajaran SKI

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju