hubungan durasi tidur terhadap kadar …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk...

38
1 HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR KOLESTEROL MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: RIMA AL MUNIROH J 310 140 047 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: vuongkhue

Post on 04-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

1

HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR

KOLESTEROL MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

RIMA AL MUNIROH

J 310 140 047

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

i

Page 3: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

ii

Page 4: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

iii

Page 5: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

1

HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR KOLESTEROL

MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

Abstrak

Kesibukan dan rutinitas yang tinggi sebagai mahasiswa dapat menyebabkan

perubahan pola makan dan terjadinya durasi tidur kurang, kurangnya durasi tidur

dapat mempengaruhi penurunan hormon leptin dan peningkatan hormon ghrelin.

Leptin merupakan hormon untuk mengirim sinyal rasa kenyang sedangkan ghrelin

merupakan hormon untuk mengirim sinyal rasa lapar, meningkatnya ghrelin memicu

terjadinya peningkatan nafsu makan sehingga dapat mengakibatkan peningkatan

asupan makan. Asupan makan memiliki pengaruh paling besar dalam memicu

terjadinya kolesterol tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

durasi tidur terhadap kadar kolesterol mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Jenis

penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek

penelitian adalah mahasiswi PESMA KH Mas Mansyur dengan usia 18-21 tahun

sebanyak 33 orang dengan memperhatikan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Pengumpulan data durasi tidur dengan menggunakan sleep diary dan kadar kolesterol

dengan menggunakan metode Cholesterol Oxidase-Peroxidase Aminoantipyrine

Phenol (CHOD-PAP). Analisis data durasi tidur terhadap kadar kolesterol

menggunakan Person Product Moment (PPM). Hasil penelitian menunjukkan 75,88%

durasi tidur kurang dan 63,6% kadar kolesterol normal. Kesimpulan: Hasil uji

statistik tidak ada hubungan antara durasi tidur terhadap kadar kolesterol (p=0,224).

Kata kunci : durasi tidur, kadar kolesterol

Abstract

High activities and routines as student could lead to changed in diet and the

occurrance of lack sleep's-duration, lack of sleep's-duration may affected the decrease

in leptin hormone and increase the ghrelin hormone. Leptin was a hormone to signal

satiety, while ghrelin was a hormone to send hunger signals, increased ghrelin was

triggers high cholesterol. Food intake has the most impact in triggering high

cholesterol. This study was aimed to determine the relationship of the sleep's-duration

on cholesterol levels Pesma KH Mas Mansyur students'. This research was an

observational cross-sectional approach. The research subjects were 33 students from

PESMA KH Mas Mansyur which age of 18-21 years with regarded to inclusion

criteria and exclusion criteria. Sleep-duration data collected by using sleep diaries and

cholesterol by using Cholesterol-Peroxidase Aminoantipyrine Phenol Oxidase

(CHOD-PAP). The analysis data of sleep duration on cholesterol levels by using

Person Product Moment (PPM). The results showed 75.88% less sleep-duration and

Page 6: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

2

63.6% of normal cholesterol levels. Conclusion: The results of statistical tests there

was no relationship between sleep duration on cholesterol levels (p = 0.224).

Keywords : sleep duration, cholesterol

1. PENDAHULUAN

Mahasiswa adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi dengan rentang usia

18-21 tahun dan masuk dalam kategori remaja akhir (Monks dkk, 2001).

Kesibukan dan rutinitas yang tinggi sebagai mahasiswa dapat menyebabkan

perubahan pola makan dan terjadinya durasi tidur kurang, kurangnya durasi tidur

dapat merusak kognisi dan dengan demikian dapat merusak kinerja akademik

(Guthrie dan Picciano, 1995; Curcio dkk, 2006).

Durasi tidur yang pendek mempengaruhi hormon-hormon yang mengatur

nafsu makan, tidur selama 4 jam selama 2 hari dapat menurunkan 18% leptin dan

meningkatkan hormon ghrelin sebanyak 28% (Spiegel dkk, 2004). Leptin

merupakan hormon untuk mengirim sinyal rasa kenyang sedangkan ghrelin

merupakan hormon untuk mengirim sinyal rasa lapar (Kojima dan Kangawa,

2005). Asupan makan memiliki pengaruh paling besar dalam memicu terjadinya

kolesterol tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Kaneita dkk (2008),

menyebutkan bahwa diantara wanita dengan durasi tidur pendek maupun panjang

berhubungan dengan tingginya serum trigliserida atau rendahnya level kolesterol

HDL dibandingkan dengan wanita yang tidur 6 hingga 7 jam. Penelitian yang

dilakukan oleh Gangwisch dkk (2010), menyebutkan bahwa durasi tidur yang

pendek pada remaja wanita dapat menjadi faktor resiko yang signifikan terjadinya

kolesterol tinggi.

Pesantren Mahasiswa (PESMA) Internasional KH Mas Mansur berada

di bawah management Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga memiliki

serangkaian agenda kegiatan diluar perkuliahan yang wajib diikuti (Tim Pesma,

2016). Berdasarkan uji pendahuluan durasi tidur mahasiswi yaitu tidur < 7 jam

Page 7: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

3

72% termasuk dalam kategori kurang, tidur 7-8 jam 26% termasuk dalam kategori

baik dan tidur > 8 jam 2% termasuk dalam kategori lebih. Hasil uji pendahuluan

pada 50 mahasiswi menggambarkan bahwa sebagian besar mahasiswi memiliki

durasi tidur yang kurang, tidur yang tidak adekuat dapat menjadi faktor pemicu

terjadinya kolesterol tinggi. Berdasarkan uraian diatas, tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan durasi tidur terhadap kadar

kolesterol mahasiswi PESMA KH Mas Mansyur.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional dengan subjek penelitian adalah mahasiswi PESMA KH Mas

Mansyur sebanyak 33 responden yang dipilih dengan cara simple random

sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Oktober 2018 di

PESMA KH Mas Mansyur. Sebelum dilakukan penelitian, responden telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria inklusi diantaranya adalah

bersedia menjadi responden, termasuk dalam kategori remaja akhir yaitu usia

18-21 tahun, dan tidak memiliki penyakit dislipidemia, hiperkolesterolemia,

diabetes, hipertiroidisme serta hiperkolesterolemia familial. Kriteria eksklusi

diantaranya adalah mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki efek meningkatkan

atau menurunkan kolesterol darah, mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki

efek rasa kantuk hingga menyebabkan tidur seperti obat tidur, obat batuk dan flu,

obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan

darah tinggi), obat antidepresi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah durasi

tidur, sedangkan variabel terikatnya adalah kadar kolesterol. Data durasi tidur

diperoleh dengan menggunakan sleep diary yang diberikan secara langsung

kepada responden agar dapat diisi secara mandiri selama 7 hari. Data kolesterol

diperoleh dengan pengambilan darah vena yang dilakukan uji spektrofotometri

dan dilakukan oleh analis kesehatan. Data durasi tidur dan kadar kolesterol

dianalisis menggunakan uji Kolmogorof Smirnov untuk melihat normalitas data,

dan dilanjutkan menggunakan uji statistik korelasi Pearson Product Moment

Page 8: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

4

(PPM) untuk melihat hubungan antara durasi tidur terhadap kadar kolesterol.

Penelitian ini telah memenuhi kode etik dari Komite Etik Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan nomor, No: 1330/B.1/KEPK-

FKUMS/VII/2018.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden

adalah 18,85 tahun dengan usia minimum adalah 18 tahun dan usia maksimum

adalah 21 tahun. Berikut Tabel 1 yang menyajikan distribusi karakteristik

responden berdasarkan usia.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

18 14 42,4 19 12 36,4 20 5 15,2 21 2 6,1

Total 33 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 18 tahun

sebanyak 14 orang (42,4%), dan paling sedikit berusia 21 tahun sebanyak 2 orang

(6,1%).

3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai IMT

responden adalah 22,11 kg/m2 dengan nilai minimum adalah 16,82 kg/m2 dan

nilai maksimum adalah 27,29 kg/m2. Menurut Kemenkes (2014), kategori

ambang batas IMT ada 5, yaitu sangat kurus (<17 kg/m2), kurus (17-<18,5

kg/m2), normal (18,5-25 kg/m2), gemuk/overweight (>25-27 kg/m2), dan obesitas

(>27 kg/m2). Berikut Tabel 2 yang menyajikan distribusi karakteristik responden

berdasarkan status gizi.

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi

Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

Sangat kurus 1 3

Page 9: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

5

Kurus 2 6.1

Normal 24 72.7

Gemuk 5 15.2

Obesitas 1 3

Total 33 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki status gizi normal

sebanyak 24 orang (72,7%) dan paling sedikit memiliki status gizi sangat kurus

dan obesitas sebanyak 1 orang (3%).

3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Durasi Tidur

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata durasi tidur

responden adalah 5,66 jam dengan nilai minimum adalah 3,16 jam dan nilai

maksimum adalah 7,55 jam. Durasi tidur dibagi menjadi 3 yaitu kurang (<7 jam),

baik (7-8 jam), dan lebih (>8 jam) (U.S Department of Health and Human

Services, 2011). Berikut Tabel 3 yang menyajikan distribusi karakteristik

responden berdasarkan durasi tidur.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Durasi Tidur

Durasi Tidur Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang 25 75,8

Baik 8 24,2

Lebih 0 0

Total 33 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki durasi

tidur kurang sebanyak 25 orang (75,8%) dan tidak ada yang memiliki durasi tidur

lebih (0%). Kurang tidur dikaitkan dengan berbagai hasil negatif. Secara

fisiologis, durasi tidur singkat dapat berdampak negatif terhadap sistem kekebalan

tubuh dan menyebabkan perubahan metabolisme seperti peningkatan resistensi

insulin (Hitze dkk, 2008). Kurang tidur juga merusak kognisi dan dengan

demikian merusak kinerja akademik (Curcio dkk, 2006). Perilaku mahasiswi yang

kurang tepat dapat mempengaruhi pendeknya durasi tidur, seperti menonton TV,

bermain handphone, laptop, dll. Diketahui bahwa sebagian besar responden

Page 10: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

6

memiliki kebiasaan bermain handphone sebelum tidur dengan alasan agar lebih

mudah membuat mereka mengantuk, namun terkadang responden tidak sadar

bahwa telah bermain handphone selama hampir 1 jam atau lebih. Sehingga

kenyataan yang terjadi adalah bermain handphone bukan membuat mereka

menjadi mengantuk namun justru membuat mereka terjaga.

3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar kolesterol

responden adalah 191,27 mg/dL dengan nilai minimum adalah 154,80 mg/dL dan

nilai maksimum adalah 233,48 mg/dL. Berikut Tabel 4 yang menyajikan

distribusi karakteristik responden berdasarkan kolesterol total.

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol

Kadar Kolesterol Jumlah (n) Persentase (%)

Normal 21 63,6

Batas Tinggi 12 36,4

Tinggi 0 0

Total 33 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki kadar kolesterol

normal sebanyak 21 orang (63,6%) dan tidak ada yang memiliki kadar kolesterol

tinggi (0%). Stress mampu meningkatkan kolesterol darah, ketika stress tubuh

akan meningkatkan kadar norepinefrin (katekolamin) di darah yang akan

menginduksi lipolisis dan produksi VLDL melalui perangsangan oleh saraf

simpatik (Wirtz dkk, 2009).

3.5 Hubungan Durasi Tidur terhadap Kadar Kolesterol

Analisis uji hubungan durasi tidur terhadap kadar kolesterol dapat dilihat

pada Tabel 5.

Page 11: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

7

Tabel 5. Analisis Uji Hubungan Durasi Tidur terhadap Kadar Kolesterol

Variabel Rata-

rata

Standar

Deviasi

Minimum Maksimum p

Durasi Tidur (jam) 5,66 1,21 3,16 7,55 0,224

Kadar kolesterol

(mg/dL)

191,27 22,06 154,80 233,48

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji statistik Pearson Product Moment

(PPM) antara durasi tidur dengan kadar kolesterol diperoleh nilai p=0,224. Hal ini

menunjukkan p>0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara durasi tidur

dengan kadar kolesterol. Distribusi durasi tidur berdasarkan kadar kolesterol

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Durasi Tidur berdasarkan Kadar Kolesterol

Durasi

Tidur

Kadar Kolesterol Total

Batas Tinggi Normal

n % n % N %

Kurang 12 100 13 61.9 25 75.8

Baik 0 0 8 38.1 8 24.2

Lebih 0 0 0 0 0 0

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden dengan durasi tidur kurang

memiliki kadar kolesterol batas tinggi sebanyak 12 orang (100%) dan normal

sebanyak 13 orang (61,9%) sedangkan responden dengan durasi tidur baik

memiliki kadar kolesterol normal sebanyak 8 orang (38,1%). Durasi tidur yang

pendek akan mengacaukan sistem hormon pada siklus pagi dan malam hari, dan

akan menyebabkan rendahnya sekresi leptin dan meningkatnya ghrelin di malam

hari, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Tingginya nafsu makan

berkontribusi dalam asupan energi yang tinggi (Hanne dkk, 2013) dan memicu

timbunan lemak. Kelebihan energi dalam tubuh tersebut kemudian akan disimpan

dalam jaringan lemak di hati dan akan meningkatkan sintesis kolesterol (Garaulet

dkk, 2011).

Page 12: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

8

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Gangwisch dkk (2010), yang menyebutkan bahwa durasi tidur yang pendek pada

remaja wanita dapat menjadi faktor resiko yang signifikan terjadinya kolesterol

tinggi, dan penelitian Kaneita dkk (2008), yang menyebutkan bahwa diantara

wanita dengan durasi tidur pendek maupun panjang berhubungan dengan

tingginya serum trigliserida atau rendahnya level kolesterol HDL dibandingkan

dengan wanita yang tidur 6 hingga 7 jam. Perbedaan hasil penelitian ini dapat

disebabkan karena adanya perbedaan usia yang menjadi subjek penelitian, dalam

penelitian Gangwisch dkk (2010) subjek penelitian adalah remaja laki-laki dan

perempuan yang duduk di kelas 7 hingga 12 yang kemudian ditindak lanjuti

setelah 7-8 tahun kemudian ketika berumur 18-26 tahun. Adanya diagnosis

kolesterol tinggi setelah 7-8 tahun kemudian diperkirakan adalah kasus yang

terjadi karena adanya faktor lain dan bukan karena durasi tidur, mengingat bahwa

data durasi tidur diambil ketika usia muda, menurut U.S. Department of Human

Services tahun 2011, seseorang yang beranjak dewasa memiliki pola tidur yang

berubah terutama total waktu yang dihabiskan dalam tahap tiga dan empat atau

tahap tidur nyenyak. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kaneita

dkk (2008), subjek penelitian berusia 20-49 tahun dengan jenis kelamin laki-laki

dan perempuan. Pada penelitian ini, usia subjek penelitian telah memasuki usia

dewasa/tua, pada usia yang semakin tua, kadar kolesterol total relatif lebih tinggi

daripada kadar kolesterol total pada usia muda (Anis, 2015).

Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan Berentzen (2014), Narang

(2012), Rey-Lopez (2014) dan Slugget (2016) yang menyatakan bahwa tidak

menemukan hubungan yang signifikan antara durasi tidur dan tingkat lipid pada

anak-anak dan remaja. Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan teori dapat

terjadi karena selama dilakukan penelitian tidak diperhatikan faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol, seperti aktivitas fisik, usia, status

gizi/IMT, penyakit tertentu, dll. Aktivitas fisik responden yang padat dapat

membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL, menurunkan kadar kolesterol

Page 13: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

9

LDL, trigliserida, dan berat badan (Giesberg dan Karmally, 2000), hal ini terjadi

karena adanya peningkatan aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) dan

menurunnya aktivitas enzim hepatic lipase. Lipoprotein lipase membantu

memindahkan LDL dari darah ke hati, kemudian diubah menjadi empedu atau

disekresikan sehingga kadar LDL dan kadar kolesterol menurun (Thompson dan

Rader, 2001).

Aktivitas fisik mahasiswa PESMA cenderung padat dengan adanya

kegiatan perkuliahan di kampus maupun di dalam PESMA sendiri, mengikuti

berbagai macam organisasi ataupun UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan masih

harus menyelesaikan berbagai tugas yang dimiliki. Berdasarkan wawancara

singkat dengan responden, rata-rata memiliki jadwal kuliah yang padat di siang

hari dan harus begadang menyelesaikan banyak tugas serta laporan di malam hari,

beberapa dari responden yang mengikuti organisasi juga harus begadang karena

adanya kegiatan seperti rapat, dll, sehingga hal itu membuat sebagian besar

responden memiliki durasi tidur yang kurang (75,8%). Penelitian Prio (2015),

mengungkapkan bahwa durasi tidur pendek karena begadang dapat

mempengaruhi rasa lapar berlebih dan penurunan berat badan yang lebih lama

dibandingkan dengan orang yang durasi tidurnya adekuat. Padatnya aktivitas

responden membuat responden jarang terbangun selama tidur dan hanya beberapa

responden saja yang terbangun di malam hari dengan alasan karena ingin buang

air kecil, kedinginan, ataupun melakukan sholat malam, sehingga banyak

responden yang mengatakan merasa agak segar ketika terbangun di pagi hari.

Usia juga merupakan faktor resiko yang sangat signifikan terhadap

peningkatan kadar kolesterol dalam darah (Wongkar, 2013), karena usia

responden yang masih berada dikategori remaja akhir sehingga resiko terkena

kolesterol tinggi tidak sebesar ketika dewasa dan usia lanjut, berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Anies (2015), bahwa pada usia yang semakin tua,

kadar kolesterol total relatif lebih tinggi daripada kadar kolesterol total pada usia

muda. Semakin tua usia, aktivitas reseptor LDL akan semakin berkurang, reseptor

Page 14: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

10

ini berfungsi sebagai pengatur keseimbangan peredaran kolesterol darah dan

banyak terdapat di hati. Semakin tua seseorang maka akan semakin rawan terkena

kolesterol tinggi karena cenderung tidak aktif dalam bergerak seperti pada saat

remaja dan anak-anak (Mumpuni dan Wulandari, 2011).

Faktor selanjutnya adalah status gizi/IMT. Menurut penelitian Madupa

(2006), terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan tingkat kolesterol

total, penelitian serupa yang dilakukan oleh Brown dkk (2000), menyatakan

bahwa peningkatan prevalensi hiperkolesterolemia terjadi pada IMT = 25, namun

pada IMT < 25 peningkatan kadar kolesterol tidak konsisten. Hal tersebut dapat

terjadi karena kelebihan energi pada penderita berat badan berlebih akan disimpan

tubuh dalam bentuk lemak, penimbunan lemak terutama yang terjadi di area

bagian tengah tubuh akan meningkatkan resistensi insulin, hipertensi, dan

hiperkolesterolemia (Soetardjo, 2011). Setiap peningkatan 1 kg/m2 IMT

berhubungan dengan peningkatan kolesterol total plasma sebesar 7,7 mg/dL dan

penurunan tingkat HDL sebesar 0,8 mg/dL (Denka, 2006). Berdasarkan data

status gizi responden, sebagian besar memiliki status gizi yang normal (72,7%)

dan hanya beberapa responden yang gemuk (15,2%) dan obesitas (3%), sehingga

semakin kecil resiko terkena kolesterol tinggi pada responden, namun bukan

berarti responden yang memiliki status gizi normal terhindar dari resiko

terjadinya kolesterol tinggi. Penderita berat badan berlebih tidak selalu memiliki

kadar kolesterol yang tinggi, tetapi lebih dipengaruhi pada konsumsi makanan

yang mengandung kolesterol seperti konsumsi telur, daging, jeroan, dll (Sofia,

2008).

Adanya variasi di tingkat individu dapat menyebabkan beberapa orang

tergolong hyporesponden (kadar kolesterol darah tidak meningkat setelah

diberikan asupan kolesterol), dan ada pula yang tergolong hyperresponden (kadar

kolesterol darah meningkat setelah diberikan asupan kolesterol). Hal ini diduga

karena rendahnya tingkat konversi kolesterol dari pangan menjadi asam empedu

pada hyporesponden dan sebaliknya (Mahan dan Escott, 2008).

Page 15: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

11

4. PENUTUP

Durasi tidur mahasiswi PESMA KH Mas Mansyur sebagian besar masuk dalam

kategori kurang sebesar 75,8%. Kadar kolesterol mahasiswi sebagian besar masuk

dalam kategori normal sebesar 63,6%. Menurut hasil uji statistik Pearson Product

Moment, tidak ada hubungan antara durasi tidur terhadap kadar kolesterol

(p=0,224).

Disarankan bagi mahasiswa agar dapat melakukan tindakan preventif

untuk mencegah terjadinya kolesterol tinggi seperti menjaga durasi tidur yang

baik yaitu selama 7-8 jam. Disarankan bagi PESMA KH Mas Mansyur, untuk

dapat selalu melakukan promosi kesehatan berupa edukasi di kelas, menempelkan

poster, atau melalui ceramah seputar memenuhi kebutuhan gizi secara seimbang

atau sesuai kebutuhan. Diharapkan PESMA dapat menambah variasi menu dan

menambah frekuensi diberikannya buah-buahan sehingga tidak timbul rasa bosan

dan asupan serat dapat terpenuhi. Disarankan bagi peneliti lain, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar

kolesterol seperti aktivitas fisik, stress dll.

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2015. Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Berentzen NE, dkk. 2014. Time in bed, sleep quality and associations with

cardiometabolic markers in children: the prevention and incidence of asthma

and mite allergy birth cohort study. J Sleep Res.

Brown, CD dkk. 2000. Body Mass Index and the Prevalence of Hypertension and

Dyslipidemia. Obesity Research

Curcio G, dkk. 2006. Sleep loss, learning capacity and academic performance. Sleep

Medicine Reviews.

Denka, MA. 2006. Nutrient and genetic Regulation of Lipoprotein Metabolism in

Modern Nutrition in Health and Disease. 10th ed. USA: Lippineott Williams

& Wilkins

Page 16: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

12

Gangwisch J.E, dkk. 2010. Short Sleep Duration as a Risk Factor for

Hypercholesterolemia: Analyses of the National Longitudinal Study of

Adolescent Health. Jurnal SLEEP.

Garaulet, M, dkk. 2011. Short Sleep Duration is Associated with Increased with

Obesity Markers in European Adolescents: Effect of Physical Activity and

Dietary Habits The Helena study. International Journal of Obesity.

Giesberg, H.N dan Karmally, W. 2000. Nutrition, Lipids and Cardiovascular Disease

dalam Biochemical and Physiological Aspect of Human Nutrition.

Philadelphia: WB Saubders Company.

Guthrie, H.A dan Picciano. 1995. Human Nutrition. St Louis, Missouri: Mosby-Year

Book.Inc.

Hanne, K.J, dkk. 2013. Sleep duration, sleep quality and body weight: Parallel

developments. Jurnal Physiology & Behavior

Hitze B, dkk. 2009. Determinants and impact of sleep duration in children and

adolescents: data of the Kiel Obesity Prevention Study. European Journal of

Clinical Nutrition.

Kaneita Y, dkk. Associations of usual sleep duration with serum lipid and lipoprotein

levels. SLEEP 2008;31(5):645-652

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang._____

Kojima M dan Kangawa K. 2005. Ghrelin: structure and function. Physiol Rev

Madupa, A. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kolesterol

Total Orang Dewasa Di Perkotaan Indonesia (Analisis Data Sekunder

Susenas Dan SKRT 2004). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia

Mahan LK dan Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th

edition. Philadelphia : Saunders Elsevier..

Monks, F.J, dkk. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mumpuni, Y dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Kolesterol. Yogyakarta:

Andi

Page 17: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

13

Narang I, dkk. 2012. Sleep disturbance and cardiovascular risk in adolescent. CMAJ

Prio AP. 2015. Durasi Tidur Singkat Dan Obesitas. Lampung: Universitas Lampung.

Rey-Lopez JP, dkk. 2014. Sleep time and cardiovascular risk factors in adolescents:

the HELENA (Healthy Lifesyle in Europe by Nutrition in Adolescence) study.

Sleep Med.

Sluggett L, dkk. 2016. Associations between sleep duration and indicators of

cardiometabolic disease in Canadian children and adolescent: analyses of the

2007-2009 Canadian health measures survey. Child Obes

Soetardjo, S. 2011. Gizi Usia Dewasa Dalam : Gizi Seimbang Dalam Daur

Kehidupan. Almatsier et al (Ed). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sofia, S. 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh denagan Biokimia Darah Pada

Karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya._____

Spiegel, K, dkk. 2004. Brief communication: sleep curtailment in healthy youg men is

associated with decreased leptin levels, elevated ghrelin levels, and increased

hunger and appetite. Annals of Internal Medicine, 141 (11), pp. 846-850

Tim PESMA. 2016. Smart Book Pesma. Surakarta : Pesma KH Mas Mansyur

Thompson P.D dan Rader D.J. 2001. Does Exercise Increase HDL Cholesterol in

Those Who Need It the Most. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular

Biology. American Heart Association

U.S. Department of Human Services. 2011. Your Guide To Healthy Sleep. National

Institute of Health

Wirtz P.H, dkk. 2009. Changes in plasma lipids with psychosocial stress are related

to hypertension status and the norepinephrine stress response. Journal

Metabolism Clinical and Experimental.

Wongkar MC dkk. 2013. Hubungan status gizi dengan kadar kolesterol total pada

masyarakat di kelurahan Bahu kecamatan Malalayang Manado. J

KEPERAWATAN

Page 18: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN TERHADAP KADARKOLESTEROL MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I padaProgram Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

RI MA AL MUNIROH

J 310 140 047

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

1

Page 19: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

1

Page 20: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

2

Page 21: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN TERHADAP KADAR KOLESTEROLMAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR

Abstrak

1

Page 22: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Masalah paling umum yang dialami oleh remaja adalah diet yang tidak adekuat yangberakibat pada masalah kesehatan. Asupan makan memiliki pengaruh paling besardalam memicu terjadinya kolesterol tinggi. Konsumsi lemak dan karbohidrat yangberlebih dapat meningkatkan sintesis kolesterol, namun konsumsi serat dapatmencegah penyerapan lemak, mengikat asam empedu dan membawanya keluar tubuhmelalui feses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanterhadap kadar kolesterol mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Jenis penelitian iniadalah observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalahmahasiswi PESMA KH Mas Mansyur dengan usia 18-21 tahun sebanyak 33 orangdengan memperhatikan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Data asupan makan(lemak, karbohidrat, serat) diperoleh dengan recall 24 jam selama 3 hari tidakberturut-turut dan kadar kolesterol diperoleh dengan menggunakan metodeCholesterol Oxidase-Peroxidase Aminoantipyrine Phenol (CHOD-PAP). Data asupanlemak, asupan karbohidrat, asupan serat dan kadar kolesterol dianalisis menggunakanuji Kolmogorof Smirnov untuk melihat normalitas data, dan dilanjutkan menggunakanuji statistik korelasi Pearson Product Moment (PPM) untuk melihat hubungan antaraasupan lemak terhadap kadar kolesterol, asupan karbohidrat terhadap kadar kolesteroldan asupan serat terhadap kadar kolesterol. Hasil penelitian menunjukkan 39,4%asupan lemak lebih, 36,4% asupan karbohidrat lebih, 100% asupan serat kurang dan63,6% kadar kolesterol normal. Kesimpulan: Hasil uji statistik ada hubungan antaraasupan lemak terhadap kadar kolesterol (p=0,044), ada hubungan antara asupankarbohidrat terhadap kadar kolesterol (p=0,023), tidak ada hubungan antara asupanserat terhadap kadar kolesterol (p=0,485).

Kata kunci : asupan makan, kadar kolesterol

Abstract

The most common problem experienced by teenagers was an inadequate diet whichresults in health problems. Food intake had the greatest influenced in triggering highcholesterol. Excessive consumption of fats and carbohydrates could increasedcholesterol synthesis, but consumption of fiber could prevented absorption of fat,binded bile acids and carried it out of the body through feces. This study aimed todetermine the relationship of food intake to cholesterol levels of female students ofKH Mas Mansyur. This research was an observational cross-sectional approach. Theresearch subjects were 33 students from PESMA KH Mas Mansyur which age of18-21 years with regarded to inclusion criteria and exclusion criteria. Data on foodintake (fat, carbohydrate, fiber) obtained with 24-hour recall for 3 consecutive daysand cholesterol was using Cholesterol-Peroxidase Aminoantipyrine Phenol Oxidase(CHOD-PAP). Data on fat intake, carbohydrate intake, fiber intake and cholesterollevels were analyzed by using the Kolmogorof Smirnov test to saw the normality of

2

Page 23: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

the data, and continued by using Pearson Product Moment correlation test (PPM) tosaw the relationship between fat intake to cholesterol levels, carbohydrate intake tocholesterol levels and fiber intake to cholesterol levels. The results showed 39.4%more fat intake, 36.4% more carbohydrate intake, 100% less fiber intake and 63.6%normal cholesterol levels. Conclusion: The statistical test results had a correlationbetween fat intake and cholesterol levels (p = 0.044), there was a relationshipbetween carbohydrate intake and cholesterol levels (p = 0.023), there was nocorrelation between fiber intake and cholesterol levels (p = 0.485).

Keywords : food intake, cholesterol levels

1. PENDAHULUANMahasiswa adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi dengan rentang usia

18-21 tahun dan masuk dalam kategori remaja akhir (Monks dkk, 2001). Masalah

paling umum yang dialami oleh remaja adalah diet yang tidak adekuat yang

berakibat pada masalah kesehatan. Asupan makan memiliki pengaruh paling besar

dalam memicu terjadinya kolesterol tinggi. Konsumsi makanan dengan

kandungan lemak yang tinggi dapat menyebabkan sintesis kolesterol meningkat

karena lemak dari makanan tersebut akan disimpan dalam hati (Murray dkk.

2009). Asupan karbohidrat yang berlebih dapat dikonversikan menjadi lemak

tubuh (trigliserida) dan disimpan dalam jaringan lemak dan dapat meningkatkan

sintesis kolesterol (Sediaoetama, 2008). Berbeda dengan karbohidrat dan lemak,

asupan serat yang tinggi akan mencegah penyerapan lemak dan mengikat asam

empedu yang merupakan hasil akhir kolesterol dan membawanya keluar tubuh

melalui feses (Djunaedi, 2001). Hasil penelitian Irawati (2004) diketahui bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan

kadar trigliserida darah. Konsumsi karbohidrat tinggi dapat sewaktu-waktu

meningkatkan kadar trigliserida darah (Winarno, 2008). Peningkatan kadar

trigliserida dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Berdasarkan hasil

penelitian, terdapat hubungan antara asupan lemak dan asupan serat dengan kadar

kolesterol total (Putri, 2016 ; Waluyo, 2013).

3

Page 24: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Pesantren Mahasiswa (PESMA) Internasional KH Mas Mansur berada

di bawah management Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga memiliki

serangkaian agenda kegiatan diluar perkuliahan yang wajib diikuti (Tim Pesma,

2016). Berdasarkan uji pendahuluan konsumsi lauk hewani pada 50 mahasiswi

menunjukkan bahwa sebagian besar konsumsi telur (24%), konsumsi ayam (64%)

dan konsumsi ikan (8%). Hasil tersebut menggambarkan pemilihan konsumsi

makanan pada 50 mahasiswi yang cenderung berlemak dan mengandung

kolesterol, Berdasarkan uraian diatas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan asupan makan (lemak, karbohidrat, serat) terhadap

kadar kolesterol mahasiswi PESMA KH Mas Mansyur.2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional dengan subjek penelitian adalah mahasiswi PESMA KH Mas

Mansyur sebanyak 33 responden yang dipilih dengan cara simple random

sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Oktober 2018 di PESMA

KH Mas Mansyur. Sebelum dilakukan penelitian, responden telah memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria inklusi diantaranya adalah bersedia menjadi

responden, termasuk dalam kategori remaja akhir yaitu usia 18-21 tahun, dan

tidak memiliki penyakit dislipidemia, hiperkolesterolemia, diabetes,

hipertiroidisme serta hiperkolesterolemia familial. Kriteria eksklusi diantaranya

adalah mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki efek meningkatkan atau

menurunkan kolesterol darah, mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki efek

rasa kantuk hingga menyebabkan tidur seperti obat tidur, obat batuk dan flu, obat

mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah

tinggi), obat antidepresi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan makan

(lemak, karbohidrat, serat), sedangkan variabel terikatnya adalah kadar kolesterol.

Data asupan makan (lemak, karbohidrat, serat) diperoleh dengan recall 24 jam

selama 3 hari tidak berturut-turut. Data kolesterol diperoleh dengan pengambilan

4

Page 25: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

darah vena yang dilakukan uji spektrofotometri dan dilakukan oleh analis

kesehatan. Data asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan serat dan kadar

kolesterol dianalisis menggunakan uji Kolmogorof Smirnov untuk melihat

normalitas data, dan dilanjutkan menggunakan uji statistik korelasi Pearson

Product Moment (PPM) untuk melihat hubungan antara asupan lemak terhadap

kadar kolesterol, asupan karbohidrat terhadap kadar kolesterol dan asupan serat

terhadap kadar kolesterol. Penelitian ini telah memenuhi kode etik dari Komite

Etik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan nomor,

No: 1330/B.1/KEPK-FKUMS/VII/2018.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah

18,85 tahun dengan usia minimum adalah 18 tahun dan usia maksimum adalah 21

tahun. Berikut Tabel 1 yang menyajikan distribusi karakteristik responden

berdasarkan usia.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan UsiaUsia Jumlah (n) Persentase (%)18 14 42,419 12 36,420 5 15,221 2 6,1

Total 33 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 18 tahun

sebanyak 14 orang (42,4%), dan paling sedikit berusia 21 tahun sebanyak 2 orang

(6,1%).

3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi

5

Page 26: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai IMT

responden adalah 22,11 kg/m2 dengan nilai minimum adalah 16,82 kg/m2 dan

nilai maksimum adalah 27,29 kg/m2. Menurut Kemenkes (2014), kategori ambang

batas IMT ada 5, yaitu sangat kurus (<17 kg/m2), kurus (17-<18,5 kg/m2), normal

(18,5-25 kg/m2), gemuk/overweight (>25-27 kg/m2), dan obesitas (>27 kg/m2).

Berikut Tabel 2 yang menyajikan distribusi karakteristik responden berdasarkan

status gizi.

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status GiziStatus Gizi Jumlah (n) Persentase (%)Sangat kurus 1 3

Kurus 2 6.1Normal 24 72.7Gemuk 5 15.2Obesitas 1 3

Total 33 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki status gizi normal

sebanyak 24 orang (72,7%) dan paling sedikit memiliki status gizi sangat kurus

dan obesitas sebanyak 1 orang (3%).3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Asupan Lemak

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan

lemak responden adalah 73,89 g dengan nilai minimum adalah 36,67 g dan nilai

maksimum adalah 123,80 g. Angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2013

menyebutkan bahwa kebutuhan lemak perempuan usia 16-18 tahun adalah 71 g

dan usia 19-29 tahun adalah 75 g. Asupan lemak dibagi menjadi 5 kategori yaitu

defisit (<70%), kurang (70-80%), cukup (80-100%), baik (100-110%) dan lebih

(>110%) (Supariasa dkk, 2002). Berikut Tabel 3 yang menyajikan distribusi

karakteristik responden berdasarkan asupan lemak.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Asupan Lemak

Asupan Lemak Jumlah (n) Persentase (%)

6

Page 27: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Defisit 4 12,1Kurang 2 6,1Cukup 8 24,2Baik 6 18,2Lebih 13 39,4Total 33 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki asupan

lemak lebih sebanyak 13 orang (39,4%) dan paling sedikit memiliki asupan lemak

kurang sebanyak 2 orang (6,1%).3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan

karbohidrat responden adalah 286 g dengan nilai minimum adalah 163,47 g dan

nilai maksimum adalah 374,60 g. Angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2013

menyebutkan bahwa kebutuhan karbohidrat perempuan usia 16-18 tahun adalah

292 g dan usia 19-29 tahun adalah 309 g. Asupan lemak dibagi menjadi 5 kategori

yaitu defisit (<70%), kurang (70-80%), cukup (80-100%), baik (100-110%) dan

lebih (>110%) (Supariasa dkk, 2002). Berikut Tabel 4 yang menyajikan distribusi

karakteristik responden berdasarkan asupan karbohidrat.Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat

Asupan Karbohidrat Jumlah (n) Persentase (%)Defisit 4 12,1Kurang 5 15,2Cukup 7 21,2Baik 5 15,2Lebih 12 36,4Total 33 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki asupan

karbohidrat lebih sebanyak 12 orang (36,4%) dan paling sedikit memiliki asupan

karbohidrat defisit sebanyak 4 orang (12,1%).

3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Asupan SeratBerdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan

serat responden adalah 9,13 g dengan nilai minimum adalah 4,67 g dan nilai

7

Page 28: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

maksimum adalah 15,83 g. Angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2013

menyebutkan bahwa kebutuhan serat perempuan usia 16-18 tahun adalah 30 g dan

usia 19-29 tahun adalah 32 g. Asupan serat dibagi menjadi 3 kategori yaitu defisit

(<89%), Normal (90-119%), dan lebih (>120%) (Hardinsyah, 2004). Berikut

Tabel 5 yang menyajikan distribusi karakteristik responden berdasarkan asupan

serat.Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Asupan Serat

Asupan Serat Jumlah (n) Persentase (%)Defisit 33 100Normal 0 0Lebih 0 0Total 33 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua asupan serat dari 33 orang tergolong

kategori defisit (100%).

3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar kolesterol

responden adalah 191,27 mg/dL dengan nilai minimum adalah 154,80 mg/dL dan

nilai maksimum adalah 233,48 mg/dL. Berikut Tabel 6 yang menyajikan

distribusi karakteristik responden berdasarkan kolesterol total.Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol

Kadar Kolesterol Jumlah (n) Persentase (%)Normal 21 63,6

Batas Tinggi 12 36,4Tinggi 0 0Total 33 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki kadar kolesterol

normal sebanyak 21 orang (63,6%) dan tidak ada yang memiliki kadar kolesterol

tinggi (0%).3.7 Hubungan Asupan Lemak terhadap Kadar Kolesterol

8

Page 29: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Analisis uji hubungan lemak terhadap kadar kolesterol total dapat dilihat

pada Tabel 7

Tabel 7. Analisis Uji Hubungan Asupan Lemak terhadap Kadar KolesterolVariabel Rata-

rataStandarDeviasi

Minimum Maksimum p

Asupan Lemak (g) 73,89 16,84 36,67 123,80 0,044Kadar kolesterol

total (mg/dL)191,27 22,06 154,80 233,48

Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji statistik Pearson Product Moment

(PPM) antara lemak dengan kadar kolesterol diperoleh nilai p = 0,044. Hal ini

menunjukkan p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara lemak terhadap

kadar kolesterol. Distribusi asupan lemak berdasarkan kadar kolesterol dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Asupan Lemak berdasarkan Kadar KolesterolAsupanLemak

Kadar Kolesterol TotalBatas Tinggi Normaln % n % N %

Defisit 0 0 4 19 4 12.1Kurang 0 0 2 9.5 2 6.1Cukup 1 8.3 7 33.3 8 24.2Baik 0 0 6 28.6 6 18.2Lebih 11 91.7 2 9.5 13 39.4

Tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang memiliki asupan lemak

defisit memiliki kadar kolesterol normal sebanyak 4 orang (19%), responden yang

memiliki asupan lemak kurang memiliki kadar kolesterol normal sebanyak 2

orang (9,5%), responden yang memiliki asupan lemak cukup memiliki kadar

kolesterol batas tinggi sebanyak 1 orang (8,3%) dan kadar kolesterol normal

sebanyak 7 orang (33,3%), responden yang memiliki asupan lemak baik memiliki

kadar kolesterol normal sebanyak 6 orang (28,6%), responden yang memiliki

asupan lemak lebih memiliki kadar kolesterol batas tinggi sebanyak 11 orang

(91,7%) dan kadar kolesterol normal sebanyak 2 orang (9,5%). Di usus halus

9

Page 30: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

lemak diuraikan agar dapat diserap oleh tubuh, dalam penyerapannya maka lemak

harus masuk dalam siklus kreb sehingga asam lemak dapat diubah menjadi

energi. Lemak yang telah berada dalam tubuh akan menghasilkan lemak jenuh

dan lemak tak jenuh, apabila kadar lemak tak jenuh terlalu banyak maka akan

memicu terjadinya metabolisme kolesterol.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Giyanti dkk (2015) bahwa terdapat

hubungan antara antara asupan lemak dengan kolesterol. Asupan lemak yang

berlebih cenderung meningkatkan kolesterol total dan LDL dalam darah

(Manurung, 2004), terutama lemak jenuh dalam bahan pangan (Mahan dan

Escott, 2008), semakin banyak mengkonsumsi makanan berlemak maka akan

semakin besar peluang menaikkan kadar kolesterol darah (Maulana, 2007) karena

lemak merupakan komponen yang berpengaruh paling besar terhadap pengaturan

metabolisme kolesterol (Waspadji, 2003).

3.8 Hubungan Karbohidrat terhadap Kadar KolesterolAnalisis uji hubungan karbohidrat terhadap kadar kolesterol dapat dilihat

pada Tabel 9.Tabel 9. Analisis Uji Hubungan Asupan Karbohidrat terhadap Kadar Kolesterol

Variabel Rata-rata

StandarDeviasi

Minimum Maksimum p

Asupankarbohidrat (g)

286,00 57,63 163,47 374,60 0,023

Kadarkolesterol(mg/dL)

191,27 22,06 154,80 233,48

Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji statistik pearson product moment

(PPM) antara karbohidrat dengan kadar kolesterol diperoleh nilai p = 0,023. Hal

ini menunjukkan p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara karbohidrat

terhadap kadar kolesterol. Distribusi karbohidrat berdasarkan kadar kolesterol

dapat dilihat pada Tabel 10.Tabel 10. Distribusi Asupan Karbohidrat terhadap Kadar Kolesterol

Asupan Kadar Kolesterol Total

10

Page 31: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Karbohidrat Batas Tinggi Normaln % n % N %

Defisit 0 0 4 19.0 4 12.1Kurang 1 8.3 4 19.0 5 15.2Cukup 2 16.7 5 23.8 7 21.2Baik 0 0 5 23.8 5 15.2Lebih 9 75 3 14.3 12 36.4

Tabel 10 menunjukkan bahwa responden yang memiliki asupan

karbohidrat defisit memiliki kadar kolesterol normal sebanyak 4 orang (19%),

responden yang memiliki asupan karbohidrat kurang memiliki kadar kolesterol

batas tinggi sebanyak 1 orang (8,3%) dan normal sebanyak 4 orang (19%),

responden yang memiliki asupan karbohidrat cukup memiliki kadar kolesterol

batas tinggi sebanyak 2 orang (16,7%) dan kadar kolesterol normal sebanyak 5

orang (23,8%), responden yang memiliki asupan karbohidrat baik memiliki kadar

kolesterol normal sebanyak 5 orang (23,8%), responden yang memiliki asupan

karbohidrat lebih memiliki kadar kolesterol batas tinggi sebanyak 9 orang (75%)

dan kadar kolesterol normal sebanyak 3 orang (14,3%). Penelitian oleh Hidayati

dkk (2006), menyatakan bahwa peningkatan asupan karbohidrat berhubungan

dengan kejadian hiperkolesterolemia dan hipertrigliserida. Asupan karbohidrat

yang berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol karena adanya peningkatan

kadar trigliserida dalam darah (Winarno, 2008). Asupan karbohidrat yang

berlebihan menyebabkan peningkatan gula darah ke dalam sel untuk diubah

menjadi energi dan glikogen, apabila sel tersebut sudah penuh dengan glikogen,

maka kelebihan gula akan dirubah menjadi asetil koA (Marks, 2000). Melalui

siklus kreb, kelebihan karbohidrat akan menghasilkan asetil koA sebagai bahan

pembentuk asam lemak. Keadaan ini akan meningkatkan sintesis dan sekresi

VLDL yang kaya akan trigliserida, peningkatan VLDL ini akan meningkatkan

transfer trigliserida ke kolesterol HDL sehingga terbentuk kolesterol HDL yang

kaya trigliserida. Akibatnya enzim lipase hati akan meningkat untuk melakukan

katabolisme kolesterol HDL sehingga lebih banyak kolesterol LDL dalam darah

11

Page 32: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

(Marmi, 2004), namun tidak semua jenis asupan karbohidrat mempengaruhi kadar

kolesterol. Asupan karbohidrat sederhana lebih berpengaruh terhadap kadar

kolesterol darah ketimbang karbohidrat kompleks (Yunsheng dkk, 2006; Kuipers

dkk, 2011).3.9 Hubungan Serat terhadap Kadar Kolesterol Total

Analisis uji hubungan serat terhadap kadar kolesterol total dapat dilihat

pada Tabel 11.Tabel 11. Analisis Uji Hubungan Asupan Serat terhadap Kadar Kolesterol

Variabel Rata-rata

StandarDeviasi

Minimum Maksimum p

Asupan serat (g) 9,13 2,74 4,67 15,83 0,485Kadar kolesterol

(mg/dL)191,27 22,06 154,80 233,48

Tabel 11 menunjukkan bahwa hasil uji statistik pearson product moment

(PPM) antara serat dengan kadar kolesterol diperoleh nilai p = 0,485. Hal ini

menunjukkan p > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara serat terhadap

kadar kolesterol. Distribusi serat berdasarkan kadar kolesterol dapat dilihat pada

Tabel 12.Tabel 12. Distribusi Asupan Serat terhadap Kadar Kolesterol

AsupanSerat

Kadar Kolesterol Total TotalBatas Tinggi Normaln % n % N %

Kurang 12 100 21 100 33 100Cukup 0 0 0 0 0 0Lebih 0 0 0 0 0 0

Tabel 12 menunjukkan bahwa responden yang memiliki asupan serat

kurang memiliki kadar kolesterol batas tinggi sebanyak 12 orang (100%) dan

kadar kolesterol normal sebanyak 21 orang (100%). Serat pangan seperti

hemiselulosa dan pektin dapat mengikat asam empedu sehingga akan menurunkan

kembali asam empedu oleh dinding usus halus karena terbuang melalui feses. Hal

ini menyebabkan ukuran pool asam empedu (cadangan asam empedu) akan

berkurang sehingga akan meningkatkan perubahan kolesterol dari darah ke dalam

12

Page 33: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

hati untuk selanjutnya disintesis menjadi asam empedu tambahan. Dengan

demikian konsentrasi kolesterol di dalam plasma darah akan berkurang. Selain

asam empedu, serat pangan juga mengikat steroid sehingga menurunkan

efektivitas penyerapan kolesterol (Astawan, 2004).Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Putri (2016), bahwa

terdapat hubungan antara asupan lemak dan serat dengan kadar kolesterol total,

hal ini dikarenakan pengambilan data dilakukan ketika bulan lebaran sehingga

pola makan mengalami perubahan dibandingkan dengan bulan-bulan yang

biasanya. Namun, penelitian ini sesuai dengan penelitian Giyanti dkk (2015),

Astawan (2004) dan Nastiti (2009), bahwa tidak ada hubungan antara asupan

serat dengan kadar kolesterol total, dan penelitian Kustiyah dkk (2013), tidak ada

hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan kolesterol HDL, kolesterol

LDL, kolesterol total dan trigliserida. Secara statistik hal ini dikarenakan semua

asupan serat responden tergolong kurang sehingga hasil tersebut menunjukkan

homogen, rata-rata serat yang dikonsumsi respoden per hari adalah 9 g dengan

nilai maksimum 15,83 g dan nilai minimum 4,67 g, berdasarkan penelitian Mahan

dan Escott (2008) asupan serat yang masih rendah tidak berpengaruh signifikan

terhadap kolesterol darah dibuktikan dengan penelitiannya yaitu asupan serat

yang tidak berpengaruh nyata terhadap kolesterol darah pada α<5% tetapi

berpengaruh nyata pada α<10%.Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan teori dapat terjadi karena

selama dilakukan penelitian tidak diperhatikan faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kadar kolesterol. Beberapa faktor dapat dikendalikan seperti diet,

status gizi, asupan makan, serta aktivitas dan beberapa tidak dapat dikendalikan

seperti genetik, umur dan jenis kelamin (National Heart Lung and Blood Institute,

2011). Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Mahan dan Escott (2008),

mengungkapkan bahwa tingkat aktivitas fisik berpengaruh nyata terhadap kadar

kolesterol darah, Hatma (2001), indeks aktivitas fisik berhubungan dengan kadar

kolesterol total, dan Shirazi (2008), olahraga secara teratur dapat menurunkan

13

Page 34: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

kadar kolesterol darah secara signifikan dan meningkatkan kadar HDL dalam

darah.Faktor aktivitas fisik responden yang tidak diperhatikan dalam penelitian

ini, dapat mempengaruhi kadar kolesterol, selain itu usia responden yang masih

tergolong dalam kategori remaja akhir juga dapat mempengaruhi kadar kolesterol.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anis (2005), bahwa pada usia yang

semakin tua, kadar kolesterol total relatif lebih tinggi daripada kadar kolesterol

total pada usia muda, Ujiani (2015), perempuan yang telah mengalami menopause

akan memiliki kadar kolesterol lebih tinggi daripada laki-laki, Li (2015),

prevalensi dislipidemia pada laki-laki tinggi pada umur 30-39 tahun, sedangkan

prevalensi dislipidemia pada wanita meningkat sesuai umur dengan puncak

prevalensi terjadi setelah umur 60 tahun. Semakin tua usia, aktivitas reseptor LDL

akan semakin berkurang, reseptor ini berfungsi sebagai pengatur keseimbangan

peredaran kolesterol darah dan banyak terdapat di hati. Semakin tua seseorang

maka akan semakin rawan terkena kolesterol tinggi karena cenderung tidak aktif

dalam bergerak seperti pada saat remaja dan anak-anak (Mumpuni dan Wulandari,

2011).Kurangnya asupan serat responden dapat disebabkan oleh banyak faktor

seperti kebiasaan makan fast food, jarang mengkonsumsi sayur dan buah,

melewatkan waktu makan terutama sarapan, ngemil dll. Berdasarkan wawancara

singkat dengan responden ataupun petugas dapur dapat diketahui bahwa

responden sering melewatkan waktu sarapan karena adanya kegiatan perkuliahan,

sehingga sisa makanan di dapur paling banyak ada di waktu sarapan. Padatnya

aktivitas membuat mahasiswa sering makan makanan fast food atau ngemil untuk

menghilangkan lapar. Penelitian oleh French dkk (2001), mengungkapkan bahwa

semakin sering remaja mengkonsumsi fast food dapat menjadi penghalang dalam

pemilihan konsumsi makanan sehat termasuk sayur dan buah sehingga konsumsi

buah dan sayur akan berkurang. Pesma sendiri telah menyiapkan menu sayur

mayur di setiap waktu makan dan mahasiswa bebas mengambil sayur yang telah

14

Page 35: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

disediakan, namun mengingat asupan serat mahasiswa yang masih kurang, hal ini

dikarenakan mahasiswa yang tidak senang mengkonsumsi sayuran, tidak suka

dengan menu atau rasa dari makanan, dan hanya mengambil dengan porsi kecil.

Selain sayuran, disediakan pula buah-buahan, namun penyediaan buah untuk

mahasiswa masih jarang, yaitu satu kali seminggu sehingga hal ini semakin

memperburuk rendahnya asupan serat.4. PENUTUP

Asupan lemak mahasiswi sebagian besar masuk dalam kategori lebih sebesar

39,4%. Asupan karbohidrat mahasiswi sebagian besar masuk dalam ketegori lebih

sebesar 36,4%. Asupan serat mahasiswi sebagian besar masuk dalam ketegori

kurang sebesar 100%. Kadar kolesterol mahasiswi sebagian besar masuk dalam

kategori normal sebesar 63,6%. Menurut hasil uji statistic Pearson Product

Moment, ada hubungan antara asupan lemak terhadap kadar kolesterol (p=0,044).

Ada hubungan antara asupan karbohidrat terhadap kadar kolesterol (p=0,023).

Tidak ada hubungan antara asupan serat terhadap kadar kolesterol (p=0,485)

mahasiswi PESMA KH Mas Mansyur.Disarankan bagi mahasiswa agar dapat melakukan tindakan preventif

untuk mencegah terjadinya kolesterol tinggi seperti menjaga durasi tidur yang

baik yaitu selama 7-8 jam. Disarankan bagi PESMA KH Mas Mansyur, untuk

dapat selalu melakukan promosi kesehatan berupa edukasi di kelas, menempelkan

poster, atau melalui ceramah seputar memenuhi kebutuhan gizi secara seimbang

atau sesuai kebutuhan. Diharapkan PESMA dapat menambah variasi menu dan

menambah frekuensi diberikannya buah-buahan sehingga tidak timbul rasa bosan

dan asupan serat dapat terpenuhi. Disarankan bagi peneliti lain, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar

kolesterol seperti aktivitas fisik, stress dll.

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2015. Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

15

Page 36: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Cetakan I. Solo: TigaSerangkai

Djunaedi, H. 2001. Manfaat Serat Untuk Kesehatan. Jakarta : Jurnal IlmiahKesehatan RSPAD Gatot Soebroto Vol. 2 No 1

French, SA, dkk. 2001. Fast Food Restaurant Use Among Adolescents: AssociationsWith Nutrient Intake, Food Choices and Behavioral and PsychosocialVariabels. International Journal of Obesity

Giyanti, G, dkk. 2015. Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Serat dengan KadarKolesterol Total pada Pekerja Usia 20-40 Tahun di PT. Sidomuncul PupukNusantara.STIKes Ngudi Waluyo

Hatma, R. J. 2001. Nutrient Intake Patterns and Their Relation to Lipid Profiles inDiserve Ethnic Population. Disertation. Post Graduate Program University ofIndonesia

Hidayati, SN, dkk. 2006. Hubungan Asupan Zat Gizi dan Indeks Masa TubuhdenganHiperlipidemia pada Murid SLTP ynag Obesitas di Yogyakarta._____

Irawati, ID. 2004. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat, Lemak dan SeratMakanan Dengan Kadar Trigliserida Darah. Skripsi. Semarang: UniversitasDiponegoro

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang._____

Kuipers RS, dkk. 2011. Saturated fat, carbohydrates and cardiovascular disease.Neth J Med

Kustiyah, dkk. 2013. Hubungan Asupan Serat dengan Status Gizi dan Profil LipidDarah pada Orang Dewasa Dislipidemia. Jurnal Gizi dan Pangan.

Li Q, dkk. 2015. Prevalence and Risk Factors Associated with Dyslipidemia inChongqing China. Int. J. Environ. Res. Public Health

Mahan LK dan Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12thedition. Philadelphia : Saunders Elsevier..

Manurung, E, 2004. Hubungan Antara Asupan Asam Lemak Tak Jenuh TunggalDengan Kadar Kolesterol HDL Plasma Penderita Penyakit Jantung Koroner.Tesis Mahasiswa Magister Sains Ilmu Gizi Klinik, UI, Jakarta.

16

Page 37: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Marks DB. PHd. 2000. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC

Marmi. 2014. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Maulana M. 2007. Penyakit Jantung: Pengertian, Penanggulangan, dan Pengobatan.Yogyakarta: Penerbit Kata Hati

Monks, F.J, dkk. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam BerbagaiBagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mumpuni, Y dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Kolesterol. Yogyakarta:Andi

Murray, R. K, dkk. 2009. Biokimia Harper .Edisi 27. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nastiti, K. 2009. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Asupan Makan (Lemak, Kolesterol,Serat), Aktivitas Fisik Dengan Kadar Kolesterol Darah Pada Siswi SMKNegeri 2 Semarang Tahun 2009. Thesis. Semarang: UNDIP Press

Putri, NI. 2016. Hubungan asupan serat dan lemak total dengan kadar Kolesteroltotal pada anggota polisi polres rembang. SKRIPSI

Sediaoetama, AD. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Jilid 1. Jakarta :Penerbit Dian Rakyat

Shirazi SAH. 2008. Effect of Exercise on Plasma Cholesterol. Gomal J Med Sci

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Tim PESMA. 2016. Smart Book Pesma. Surakarta : Pesma KH Mas Mansur

Ujiani, S. 2015. Hubungan antara Usia dan Jenis Kelamin dengan Kadar KolesterolPenderita Obesitas RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. JurnalKesehatan

Waluyo, T. 2013. Hubungan Antara Konsumsi Pangan Dan Aktivitas Fisik DenganKadar Kolesterol Darah Pria Dan Wanita Dewasa Di Bogor.

Waspadji, S. 2003. Asupan Zat Gizi dan Beberapa Zat Gizi pada PenderitaHiperlipidemia dalam Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi. Jakarta:Balai Penerbit FKUI

Winarno, FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi Edisi terbaru. Bogor : M.Brio Press

17

Page 38: HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP KADAR …eprints.ums.ac.id/68767/4/naspub.pdf · obat mabuk perjalanan, antidepresan, antihistamin, beta blocker (obat tekanan darah tinggi), obat antidepresi

Yunsheng M.A, dkk. 2006. Association between carbohydrate Intake and SerumLipids. J Am Coll Nutr.

18