hipertensi gestasional

35
Hipertensi pada Kehamilan Trimester Pertama Martha Leonora Haryatmo Tandri 102013051 [email protected] Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Abstrak Pada saat hamil tubuh wanita akan mengalami banyak perubahan di berbagai hal, salah satunya hormon. Tubuh akan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Ketika tubuh tidak dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada kehamilan maka terjadilah masalah, salah satunya hipertensi pada kehamilan. Hipertensi pada kehamilan terbagi atas 5 kategori. Penyebab pasti dari mekanisme terjadinya hipertensi belum diketahui. Dalam pemberian obat kepada ibu hamil harus berhati hati Pendahuluan Hipertensi disaat masa kehamilan adalah penyakit yang perlu diwaspadai, pengertian dari hipertensi tersendiri adalah peningkatan tekanan darah yang sitolik nya lebih dari 140 dan diastoliknya lebih dari 90. Kejadian hipertensi pada kehamilan ini banyak faktor yang mempengaruhi diataranya dari faktor

Upload: marthalht

Post on 14-Jul-2016

93 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

hipertensi gestasional

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi Gestasional

Hipertensi pada Kehamilan Trimester Pertama

Martha Leonora Haryatmo Tandri

102013051

[email protected]

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Abstrak

Pada saat hamil tubuh wanita akan mengalami banyak perubahan di berbagai hal, salah satunya hormon. Tubuh akan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Ketika tubuh tidak dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada kehamilan maka terjadilah masalah, salah satunya hipertensi pada kehamilan. Hipertensi pada kehamilan terbagi atas 5 kategori. Penyebab pasti dari mekanisme terjadinya hipertensi belum diketahui. Dalam pemberian obat kepada ibu hamil harus berhati hati

Pendahuluan

Hipertensi disaat masa kehamilan adalah penyakit yang perlu diwaspadai, pengertian dari

hipertensi tersendiri adalah peningkatan tekanan darah yang sitolik nya lebih dari 140 dan

diastoliknya lebih dari 90. Kejadian hipertensi pada kehamilan ini banyak faktor yang

mempengaruhi diataranya dari faktor hipertensi dari esensial yang meliputi seperti dari genetik,

gaya hidup seperti merokok, konsumsi alcohol, dll. Tidak hanya dari faktor esensial tetapi juga

dari faktor hipertensi sekunder yaitu dari masalah penyakit ginjal seperti gloronefritis, dll.

Hipertensi dalam kehamilan ini terbagi menjadi beberapa klafisikasi, diantaranya ada hipertensi

kronis, hipertensi gestasional, hipertensi kronis dengan preeklamsia, dan hipertensi eklamsia.

Biasanya pada hipertensi dalam kehamilan ini, kebanyakan tidak menimbulkan gejala.

Pengobatan pada hipertensi dalam kehamilan ini sangat perlu diperhatikan, karena ada beberapa

obat yang memberikan efek samping yang menggangu dalam masa kehamilan, contohnya seperti

Page 2: Hipertensi Gestasional

obat - obat yang mengandung angiotensin, biasanya obat itu sangat di kontraindikasi kan pada

wanita hamil.

Pembahasan

Skenario

Seorang perempuan usia 30 tahun dating ke poliklinik UKRIDA dengan keluhan sakit kepala dan tengkuk terasa berat. Pemeriksaan fisik : TD: 140/100 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36,8˚C, nafas 22x/menit. Hamil 14 minggu G1P0A0. Pemeriksaan Cor, Pulmo dan Abdomen dalam batas normal.

Anamnesis

Peningkatan tekanan darah umumnya dijumpai pada kunjungan antenatal rutin. Namun, dapat

dijumpai gejala-gejala awalnya, seperti bertambahnya edema secara mendadak di daerah-daerah

yang tidak menggantung, misalnya wajah, kelopak mata dan tangan. Sindrom terowongan karpal

awitan cepat serta pertambahan berat badan secara mendadak (>2,5-3 kg/minggu) harus

membuat dokter waspada serta mencari tanda dan gejala pre-eklampsia lainnya. Nyeri kepala

dan gangguan pencernaan umum dijumpai dalam kehamilan, tetapi gejala-gejala yang tidak

hilang dengan terapi biasa perlu dipantau lebih ketat. Riwayat gangguan penglihatan umumnya

Page 3: Hipertensi Gestasional

tidak terlalu bisa bisa diandalkan sebagain indikator pre-eklampsia. Sensitivitas deteksi penyakit

akan lebih baik apabila prevalensinya lebih tinggi sehingga pencaian akan faktor risiko harus

dilaksanakan pada pemeriksaan awal. Faktor risikonya meliputi riwayat keluarga, nuliparitas,

koitus pada kehamilan <3 bulan (umum dijumpai dalam kehamilan remaja), inseminasi sperma

donor, donor oosit, donor embrio, obesitas, kehamilan ganda, riwayat pre-eklampsia atau

hasilkahir kehamilan yang buruk, serta adanya penyakit penyerta seperti hipertensi kronis,

penyakit ginjal, diabtes mellitus, dan trombofilia.1

Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah diukur saat istirahat. Jika tinggi (sistolik >140 mmHg, diastolik >90 mmHg),

periksa pada kedua lengan, dan kecuali sangat berat, periksa ulang setidaknya dalam tiga

kesempatan terpisah sebelum berpikir uuntuk memberikan pengobatan. Harus digunakan manset

yang besar pada 10% populasi dengan lingkar lengan lebih dari 33 cm. Fase V diastolik (saat

suara menghilang) harus dicatat dengan mencantumkan keterangan postur pasien dan lengan

mana yang diukur. Hipertensi ringan atau sedang biasanya tak menunjukan kelainan pada

pemeriksaan fisik. Pada hipertensi yang sudah berlangsung lama atau berat cari tanda-tanda LVH

dengan murmur ejeksi aorta dan suara tambahan aorta yang keras. Fundus optik bisa menunjukan

tanda retinopati disertai penyempitan arteri dan penyempitan arteri dan pennyempitan

arteriovena (menunjukan aterosklerosis), perdarahan dan eksudat. Adanya edema papil

merupakan tanda hipertensi maligna.

Sepuluh persen pasien memiliki penyebab dasar yang bisa ditentukan: adalah esensial untuk

tidak melupakan penyebab yang lebih jarang ini.

Amati wajah untuk mencari-cari tanda sindrom cushing, biasanya disebabkan karena

pemberian steroid.

Periksa adanya koarktasio aorta, raba kedua arteri radialis dan ukur tekanan darah

dikedua lengan. Cari adanya keterlambatan radialis-femoralis, denyut femoralis yang

lemah, bising pada koarktasio dan anastomosis skapular yang bisa menyebabkan pulsasi

yang kuat angkat.

Page 4: Hipertensi Gestasional

Dengarkan adanya bising epigastrik atau paraumbilikal yang merupakan tanda stenosis

arteri renalis.

Raba ginjal untuk mencari ginjal polikistik.

Pikirkan penyakit ginjal kronis, feokromositoma (jarang), dan hiperaldosteronisme

primes ( sangat jarang).2

Pemeriksaan Penunjang

Urinalisis

Urinalisis adalah Tes ini merupakan salah satu tes yang sering diminta oleh paraklinisi. Tes urin menjadi lebih populer karena dapat membantu menegakkan diagnosis, mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolismetubuh.

Selain itu tes urin dapat mendeteksi kelainan yang asimptomatik ,mengikuti pejalanan penyakit dan hasil pengobatan. Dengan demikian hasiltes urin haruslah teliti , tepat dan cepat. Jadi bila terdapat protein (+) dalam kasus ini, berarti diagnosisnya akan lebih mengarah ke hipertensi pre-eklamsia ataupun hipertensi eklampsia.3

Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan darah lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap dengan kasus hipertensi ini biasanya lebih di perhatikan pada trombositnya.

1. Volume plasma

Pada keadaan hipertensi dalm kehamilan terjadinya penurunan volume plasma sesuai dengan beratnya penyakit. Terjadinya penurunan volume plasma sebesar 30%-40% dari nilai normal, bahkan ada beberapa peneliti yang melaporkan terjadinya penurunan volume plasma jauh sebelum munculnya manifestasi klinik hipertensi. Volume plasma diukur dengan cara : penderita tidur posisi miring ke kiri selama 30 menit, diambil 10 cc darah kemudian tambahkan dengan 3 ml Evans dye blue selanjutnya dicampur dengan 10 ml NaCL. Setiap 10 menit diambil darah untuk 3 sampel kemudian disentrifus untuk memisahkan serum. Sampel darah kemudian dibandingkan dengan serum kontrol yang mempunyai ukuran 620 nm, dengan mempergunakan spektofotometer Beckman Acta C III. Hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus:

Dye injected (ug)

Volume Plasma ( ml) = --------------------------------

Konsentrasi dye ( ug/ml )

2. Kadar hemoglobin dan hematokrit

Page 5: Hipertensi Gestasional

Pengurangan volume plasma pada preeklampsia tampak pada kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit. Murphy dkk menunjukkan bahwa pada wanita hamil terdapat korelasi yang tinggi antara terjadinya preeklampsia dan kadar Hb. Mereka mendapatkan pada primigravida frekuensi terjadinya hipertensi dalam kehamilan 7% bila kadar Hb < 10.5 gr% sampai 42% bila kadar Hb > 14.5% gr%. Gerstner menyatakan adanya hubungan langsung antara nilai Ht dengan indeks gestosis. Indeks gestosis > 7 selalu disertai Ht > 37%, dan dikatakan ada korelasi antara hematokrit dan progesivitas penyakit.3

3. Kadar trombosit dan fibronectin

Redman menyatakan bahwa hipertensi dalam kehamilan didahului oleh menurunnya trombosit sebelum tekanan darah meningkat, dan trombositopeni merupakan tanda awal hipertensi dalam kehamilan. Dikatakan trombositopenia bila kadar trombosit < 150.000/mm3. Bukti adanya kelainan proses koagulasi dan aktivasi platelet pertama kali didapatkan pada tahun 1893 dengan ditemukannya deposit fibrin dan trombosit pada pembuluh darah berbagai organ tubuh wanita yang meninggal karena eklampsia.3

Kelainan hemostatik yang paling sering ditemukan pada penderita preeklampsia adalah kenaikan kadar faktor VIII dan penurunan kadar anti trombin III. Pada penderita hipertensi dalam kehamilan didapatkan peningkatan kadar fibronectin. Fibronectin merupakan glikoprotein pada permukaan sel dengan berat molekul 450.000, disintesis oleh endotel dan histiosit. Kadar normalnya dalam darah 250-420 ug/ml, biasanya berkonsentrasi pada permukaan pembuluh darah. Fibronectin akan dilepaskan ke dalam sirkulasi bila terjadi kerusakan endotel pembuluh darah. Keadaan ini memperkuat hipotesis bahwa kerusakan pembuluh darah merupakan dasar patogenesis terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Bellenger melaporkan peningkatan kadar fibronectin sebagai tanda awal preeklampsia pada 31 dari 32 wanita dengan usia kehamilan antara 25-36 minggu. Kadar fibronectin meningkat antara 3,6 – 1,9 minggu lebih awal dari kenaikan tekanan darah atau proteinuria. 3

Pemeriksaan Biokimia

1. Kadar Kalsium

Beberapa peneliti melaporkan adanya hipokalsiuria dan perubahan fungsi ginjal pada pasien preeklampsia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi beberapa waktu sebelum munculnya tanda-tanda klinis. Hal ini terlihat dari perubahan hasil tes fungsi ginjal. Rondriquez mendapatkan bahwa pada umur kehamilan 24-34 minggu bila didapatkan mikroalbuminuria dan hipokalsiuria ini dideteksi dengan pemeriksaan tes radioimunologik.3

3. Kadar - Human Chorionic Gonadotrophin (-hCG)

Beberapa peneliti melaporkan bahwa kadar hCG meningkat pada penderita preeklampsia. Sorensen dkk melaporkan bahwa wanita hamil trimester II dengan kadar -hCG > 2 kali nilai rata-rata mempunyai risiko relatif 1,7 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan wanita yang mempunyai kadar -hCG < 2 kali nilai rata-rata. Terakhir Miller dkk melaporkan bahwa peningkatan kadar -hCG pada kehamilan 15-20 minggu

Page 6: Hipertensi Gestasional

memprediksi timbulnya preeklampsia terutama preeklampsia berat. Namun hingga saat ini pemeriksaan kadar preeklampsia masih terbatas. 3

Ultrasonografi

Dalam 2 dekade terakhir ultrasonografi semakin banyak dipakai alat penunjang diagnostik dalam bidang obstetri. Bahkan dengan perkembangan teknik Doppler dapat dilakukan pengukuran gelombang kecepatan aliran darah dan volume aliran darah pada pembuluh darah besar seperti arteri uterina dan arteri umbilikalis. Pada wanita penderita hipertensi dalam kehamilan sering ditemukan kelainan gelombang arteri umbilikalis, dimana dapat terlihat gelombang diastolik yang rendah, hilang atau terbalik.3

Ducey dkk dalam penelitian terhadap 136 wanita hamil mendapatkan 43% penderita preeklampsia mempunyai gambaran SD ratio yang abnormal, dan mendapatkan adanya penurunan aliran darah arteri uterina dan arteri umbilikalis pada mayoritas penderita preeklampsia. Nilai prediktif positif pada penelitian ini sekitar 75%. Pada penelitian lain, Kofinas dkk memperlihatkan bahwa insidens preeklampsia pada plasenta letak unilateral 2,8 kali lebih besar dari pada pasien dengan plasenta letak sentral.3

Penentuan letak plasenta ini dilakukan dengan pemeriksaan USG real time. Dikatakan bahwa bila plasenta terletak unilateral maka arteri uterina yang terdekat dengan plasenta mempunyai tahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya, sedang pada plasenta letak sentral tahanan kedua arteri tersebut sama besarnya. Pada tahanan yang lebih besar tersebut dapat menurunkan aliran darah uteroplasenter yang merupakan salah satu kelainan dasar pada preeklampsia. Terjadinya hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah uterus yang disebabkan oleh iskemia.3

Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat untuk pemeriksaan wanita hamil dengan risiko tinggi sebab cara ini aman, mudah dilakukan, tidak invasif dan dapat dilakukan pada kehamilan muda.3

Working Diagnosis : Hipertensi Gestasional

Pengertian dari hipertensi tersendiri yaitu peningkatan tekanan sistolik sekurang- kurangnya 30 mmHg atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg. Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga.4

Istilah hipertensi gestasional digunakan sekarang ini untuk menjelaskan setiap bentuk hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Istilah ini telah dipilih untuk menekankan hubungan sebab dan akibat antara kehamilan dan hipertensi – preeklamsi dan eklamsi.4

Wanita hamil dengan hipertensi secara luas dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu hipertensi kronis, hipertensi non-proteinuri (kadang dikenal sebagai pregnancy-induced hypertension), dan

Page 7: Hipertensi Gestasional

pre-eklamsi. Menurut The International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP) klasifikasi hipertensi pada wanita hamil dibagi menjadi :

Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan

1. Hipertensi gestasional dan/atau proteinuria selama kehamilan, persalinan, atau pada wanita hamil yang sebelumnya normotensi dan non-proteinuri.

- Hipertensi gestasional (tanpa proteinuria)

- Proteinuria gestasional (tanpa hipertensi)

- Hipertensi gestasional dengan proteinuria (pre-eklamsi)

2. Chronic hypertension (sebelum kehamilan 20 minggu) dan penyakit ginjal kronis (proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu)

- Hipertensi kronis (without proteinuria)

- Penyakit ginjal kronis (proteinuria dengan atau tanpa hipertensi)

- Hipertensi kronis dengn superimposed

- Pre-eklamsi (proteinuria)

3. Unclassified hypertension dan/atau proteinuria

4. Eklampsia.5

Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the NHBPEP (2000) dibagi menjadi 5 tipe, yaitu :

1. Hipertensi gestasional

2. Preeklamsi

3. Eklamsi

4. Preeklamsi superimposed pada hipertensi kronis

5. Hipertensi kronis.4,6

Hipertensi didiagnosis secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg atau tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg.

Hipertensi gestasional ditegakkan pada perempuan yang memiliki darah >140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan, tetapi tidak mengalami proteinuria. Hampir separuh perempuan tersebut selanjutnya mengalami sindrom preeklamsia, yang meliputi tanda-tanda , seperti proteinuria dan trombositopenia atau gejala, seperti nyeri kepala dan nyeri epigastrik. Hipertensi gestasional diklasifikasikan ulang sebagai hipertensi transisional jika tidak timbul bukti preeklamsia, dan tekanan darah kembali ke normal pada 12 minggu pascapartum.

Page 8: Hipertensi Gestasional

Proteinuria merupakan penanda objektif, yang menunjukkan terjadinya kebocoran endotel yang luas , suatu ciri khas sindrom preeklamsia.

Differential Diagnosis : Hipertensi Primer pada Kehamilan

Hipertensi Primer dalam Kehamilan

Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanya

tidak ada penyebab yang nyata. Kadang-kadang keadaan ini dihubungkan dengan penyakit

ginjal, phaeochromocytoma atau penyempitan aorta, dan keadaan ini lebih sering muncul pada

saat kehamilan.7

Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada

awal kehamilannya mencapai  140/90 mmHg. Yang membedakannya dengan preeklamsia yaitu

faktor-faktor hipertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum terjadi preeklamsia,

serta tidak terdapat edema atau proteinuria.7

Selama trimester ke II kehamilan tekanan darah turun di bawah batas normal, selanjutnya

meningkat lagi sampai ke nilai awal atau kadang-kadang lebih tinggi. 7

Hipertensi pada saat kehamilan mungkin ada beberapa yang baru mengetahuinya. Kenaikan

tekanan darah selama 3 bulan pertama kehamilan merupakan tanda yang sugestif ke arah

hipertensi esensial dan pemeriksaan terhadap kemungkinan ini harus dikerjakan. Hipertensi

esensial dapat meningkatkan kecenderungan pre-eklampsia sebesar tujuh kali lipat dan

kecenderungan eklampsia sebesar sepuluh kali lipat. Jika pre-eklampsia terjadi bersama-sama

hipertensi esensial maka keadaannya akan jauh lebih berbahaya. Pada keadaan tersebut hemoragi

aksidental dan kematian janin cenderung terjadi.7

Hipertensi esensial merupakan penyakit hipertensi yang mungkin disebabkan oleh faktor

herediter serta di pengaruhi oleh faktor emosi dan lingkungan. Seorang wanita dikatakan

mengalami hipertensi esensial ketika tekanan darahnya 140/100 atau lebih, sebelum wanita hamil

atau menunjukkan kenaikan tekanan darah sebelum kehamilan mencapai 20 minggu tanpa

disertai gejala-gejala preeklamsia, glomerulonefritis atau pielonefritis.7

Untuk menilai keadaan penderita dan prognosis, perlu juga dilakukan pemeriksaan jantung,

urine, faal ginjal dan funduskopi. Pasien dengan hipertensi esensial dapat melewati

kehamilannya delam keadaan yang cukup baik tanpa diberati dengan peeklampsi atau eklampsi.

Page 9: Hipertensi Gestasional

Akan tetapi, apabila diperberat dengan preeklampsi, pronogsis untuk ibu dan anak menjadi

kurang baik. Semakin dini munculnya hipertensi dalam kehamilan, semakin berat penyakitnya

dan semakin buruk prognosisnya. Keadaan yang dapat memperburuk prognosisnya yaitu :7

- Adanya pembesaran jantung

- Faal ginjal yang kurang

- Kelainan pada retina (hemoragi atau eksudat)

- Tensi permulaan 200/120 mmHg

- Jika pada kehamilan yang lampau, pernah mengalami preeklampsi

Pada wanita penderita hipertensi esensial dapat diberikan anti hipertensi yaitu obat-obat penurun

tekanan darah perlu diberikan jika tekanan darah mecapai 160/100 atau lebih, seperti

heksametonium bromid, veratrum viride, serpasil, largaktil. Untuk wanita hamil yang mengalami

hipertensi esensial harus segera mengecekkan diri kerumah sakit dan apabila prognosisnya buruk

maka akan dipertimbangan untuk melakukan abortus terapeutikus dan sterilisasi.7

Etiologi

Beberapa landasan teori mengemukakan tentang bagaimana dapat terjadi hipertensi pada

kehamilan. Secara singkat teori-teori tesebut dijabarkan sebagai berikut.

Teori Genetik

Berdasarkan teori ini, komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak

perempuannya sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya. Sifat

herediternya adalah “resesif” sehingga tidak atau jarang terjadi pada menentunya. Kejadian

hipertensi pada kehamilan berikutnya atau ketiga akan makin berkurang.8

Teori imunologis

Hasil konsepsi merupakan allegraf atau benda asing tidak murni karena sebagian genetiknya

berasal dari sel maternal, sehingga sebagian besar kehamilan berhasil dengan baik sampai atern

dan mencapai well health mother dan well born baby. Unsur beda asing hanya berasal dari pihak

suami sehingga terjadi beberapa kemungkinan terhadap hasil konsepsi :

1) Terjadi adaptasi sempurna

2) Terjadi penolakan total terhadap hasil konsepsi

Page 10: Hipertensi Gestasional

3) Proses pembentukan dan invasi sel trofoblas8

Teori iskemia regio uteroplasenter

J.Whitridge Williams 1903, melaporkan dan mengemukakan hipotesis tentang hipertensi pada

kehamilan yang menyatakan bahwa terdapat toksin yang menyebabkan terjadinya gejala

preeklampsia dan eklampsia. Dugaan tersebut ada benarnya mengingat saat itu belum dilakukan

penelitian yang menemukan penyebab pastinya.

Demikianlah Zwefel 1922, menyebutkan preeklampsia / eklampsia sebagai penyakit teoritis

karena tidak dijumpai satu teori yang dapat menerangkan semua gejala yang ditimbulkannya

secara kompleks.

Hertig 1945, melaporkan bahwa dijumpai timbunan lipid yang kaya akan sel yang bergelembung

yang oleh Zeek dan Assali 1950, disebut terjadi acute atherosis. Ternyata bahwa bentuk yang

dikemukakan itu adalah perlukaan pada dinding arterioli.8

Teori diet proses terjadinya hipertensi dalam kehamilan

Peranan kalium dalam hipertensi kehamilan sangat penting diperhatikan karena kekurangan

kalsium dalam diet dapat memicu terjadinya hipertensi. Ibu hamil memerlukan sekitar 2-2 ½

gram kalsium setiap hari. Hal itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kalsium. Kalsium

berfungsi untuk membantu pertumbuhan tulang janin, mempertahankan konsentrasi dalam darah

pada aktivitas kontraksi otot. Kontraksi otot pembuluh darah sangat penting karena dapat

mempertahankan tekanan darah. Walaupun dalam makanan sudah cukup banyak kalsium, tetapi

tidak salah jika dalam pengawasan ibu hamil ditambahkan kalsium yang mudah di olah oleh usus

halusnya.

Kekurangan kalsium berkepanjangan akan menyebabkan ditariknya kalsium dari tulang dan otot

untuk dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin.8

Epidemiologi

Hipertensi, termasuk pre-eklampsia mempengaruhi 10% dari kehamilan di seluruh dunia. Kondisi ini juga merupakan penyumbang mortalitas serta morbiditas maternal dan perinatal terbesar. Pre-eklampsia diperkirakan sebagai penyebab kematian 50.000-60.000 ibu hamil setiap tahunnya. Selain itu, hipertensi dalam kehamilan merupakan kontributor utama prematuritas. Pre-eklampsia diketahui merupakan faktor risikom penyakit kardiovaskular dan metabolik pada perempuan. Insidens eklampsia adalah 1-3 dari 1000 pasien pre-eklampsia.9

Patofisiologi

Page 11: Hipertensi Gestasional

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensivitas vaskuler terhadap angiotensin II

(hormon peptida yang bekerja di kelenjar adrenal, otot polos pembuluh darah, dan ginjal)

yang menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, sehingga menimbulkan vasospasme.

Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah dan organ-organ didalam tubuh,

sehingga menimbulkan penurunan 40 % - 60 % fungsi-fungsi organ didalam tubuh.

Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadinya

IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) dan IUFD (Intra Uterine Fetal Death) pada fetus

yang menyebabkan aktivitas uterus dan sensivitas terhadap oksitoksin meningkat. 4,8

Penurunan perfusi ginjal menimbulkan perubahan glomerulus, keluarnya protein melalui

urin, penurunan asam urat, resistensi garam dan air, penurunan tekanan osmotik plasma,

keluarnya cairan dari intravaskuler, hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan

edema jaringan berat, dan peningkatan hematokrit.4,8

Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar, dan hemoragik

sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran

kanan atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari PIH

(Pregnancy Induced Hypertension) dengan adanya peningkatan enzim-enzim hati seperti

SGOT dan SGPT. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan

symptom visual seperti skotoma (Blind Spot) dan pandangan kabur. Patologi yang sama

menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf

pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki, dan kejang serta perubahan efek).

Komplikasi Pulmonari edema dengan edema yang berat dapat terjadi akibat adanya

dekompensasi kordis kiri 4,8

Gejala Klinis

Pasien hipertensi dapat mengeluhkan hal-hal berikut :

Sakit kepala atau gangguan penglihatan, seperti scotomata dapat merupakan gejala pendahulu

eklamsia. Bengkak, dapat terjadi pada kedua kaki maupun wajah, namun bengkak tidak lagi

digunakan sebagai kriteria diagnostic karena terlalu lazim ditemukan pada kehamilan normal..

Kelemahan atau malaise, yang dapat merupakan manifestasi anemia hemolitik.9-10

Penyakit hipertensi biasanya jarang menimbulkan gejala, akan tetapi bila menimbulkan gejala,

biasanya, seperti :9-10

Page 12: Hipertensi Gestasional

- Sakit kepala (terutama dibagian belakang kepala dan pada pagi hari)

- Pusing

- Vertigo

- Tinitus (dengung atau desis didalam telinga)

- Gangguan penglihatan

- Pingsan

Penatalaksanaan

- Non-Medikamentosa

o Segera rawat

o Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat

penyakit sekarang dan terdahulu pasien dan keluarganya

o Jika pasien tidak bernafas bebaskan jalan nafas, berikan oksigen dengan

masker, intubasi jika perlu.

Medikamentosa

Pilihan obat anti hipertensi

Tujuan utama dalam mengobati hipertensi kronis dalam kehamilan adalah menurunkan risiko

maternal, tetapi pemilihan obat anti hipertensi lebih memperhatikan keselamatan janin. Terapi

lini I yang banyak disukai adalah metil dopa, berdasarkan laporan tentang stabilnya aliran darah

uteroplasental dan hemodinamika janin dan ketiadaan efek samping yang buruk pada

pertumbuhan anak yang terpapar metil dopa saat dalam kandungan.4,11

Preeklamsi lebih umum diderita pada wanita dengan hipertensi kronis, dengan insidensi sekitar

25%. Faktor risiko untuk superimposed preeklamsi meliputi insufisiensi ginjal, riwayat

menderita hipertensi selama 4 tahun atau lebih, dan hipertensi pada kehamilan sebelumnya.

Pencegahan pada preeklamsi meliputi identifikasi wanita risiko tinggi, deteksi dini secara klinis

dan laboratorium, pengamatan intensif atau terminasi kehamilan jika ada indikasi.

Penatalaksanaan preeklamsi meliputi perawatan di rumah sakit, kontrol tekanan darah,

profilaksis konvulsi pada impending eklamsi, dan terminasi pada waktunya. Banyak wanita

dengan preeklamsi mempunyai sejarah normotensi sebelumnya sehingga peningkatan tekanan

darah secara akut bahkan pada tingkat terendah (150/100 mmHg) dapat menyebabkan

simptomatologi yang signifikan dan memerlukan terapi. Penatalaksanaan tidak mengganggu

Page 13: Hipertensi Gestasional

patofisiologi penyakit, tetapi dapat memperlambat progresi penyakit dan menyediakan waktu

bagi fetus untuk mencapai maturitas. Preeklamsi kadang-kadang dapat sembuh sendiri walau

jarang dan pada kebanyakkan kasus adalah memburuk sejalan dengan waktu.4,11

Ketika persalinan mungkin dapat menjadi terapi yang tepat bagi ibu, haruslah memperhatikan

masa gestasi fetus yang < 32 minggu. Selain memperhatikan masa gestasi, bila didapatkan

tanda-tanda gawat janin intra uterin, atau IUGR atau gangguan maternal seperti hipertensi berat,

hemolisis, peningkatan enzim hati, hitung trombosit yang rendah, gangguan fungsi ginjal,

pandangan kabur, dan sakit kepala. Persalinan per vaginam lebih disukai daripada seksio untuk

menghindari penambahan stress akibat operasi.3,6

Terapi anti hipertensi harus memperhatikan keamanan maternal. Seleksi obat anti hipertensi dan

rute pemberian tergantung pada antisipasi waktu persalinan. Jika persalinan terjadi lebih dari 48

jam kemudian, metil dopa oral lebih disukai karena keamanannya. Alternatif lain seperti

labetalol oral dan beta bloker serta antagonis kalsium juga dapat dipergunakan. Jika persalinan

sudah akan terjadi, pemberian parenteral adalah praktis dan efektif. Anti hipertensi diberikan

sebelum induksi persalinan untuk tekanan darah diastol 105-110 mmHg atau lebih dengan tujuan

menurunkannya sampai 95-105 mmHg.4

Jenis-jenis obat yang dipergunakan dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan :

1. Hidralazine

Merupakan obat pilihan, golongan vasodilator arteri secara langsung yang dapat

menyebabkan takikardi dan meningkatkan cardiac output akibat hasil respon

simpatis sekunder yang dimediasi oleh baroreseptor. Efek meningkatkan cardiac

output penting karena dapat meningkatkan aliran darah uterus. Hidralazin

dimetabolisme oleh hepar.4

Hidralazine diberikan dengan cara intravena ketika tekanan diastol mencapai 110

mmHg atau lebih atau tekanan sistolik mencapai lebih dari 160 mmHg. Dosis

hidralazine adalah 5-10 mg setiap interval 15-20 menit sampai tercapai hasil yang

memuaskan, yaitu tekanan darah diastol turun sampai 90-100 mmHg tetapi tidak

terdapat penurunan perfusi plasenta. Efek puncak tercapai dalam 30-60 menit dan

lama kerja 4-6 jam. Efek samping seperti flushing, dizziness, palpitasi, dan angina.

Hidralazine telah terbukti dapat menurunkan angka kejadian perdarahan serebral dan

efektif dalam menurunkan tekanan darah dalam 95% kasus preeklamsi.4

Page 14: Hipertensi Gestasional

2. Labetalol

Labetalol merupakan penghambat beta non selektif dan penghambat α1-adrenergik

post sinaps yang tersedia dalam bentuk oral maupun intra vena.1

Labetalol diberikan secara intravena, merupakan pemblok 1 dan non selektif β, dan

digunakan juga untuk mengobati hipertensi akut pada kehamilan. Pada sebuah

penelitian yang membandingkan labetalol dengan hidralazine menunjukkan bahwa

labetalol menurunkan tekanan darah lebih cepat dan efek takikardi minimal, tetapi

hidralazine menurunkan tekanan arteri rata-rata lebih efektif. Protokol pemberian

adalah 10 mg intravena. Jika tekanan darah belum turun dalam 10 menit, maka

diberikan 20 mg labetalol. Kemudian 10 menit berikutnya 40 mg, selanjutnya 80 mg,

pemberian diteruskan sampai dosis maksimal kumulatif mencapai 300 mg atau

tekanan darah sudah terkontrol. Onset kerja adalah 5 menit, efek puncak 10-20

menit, dan durasi kerja 45 menit-6 jam. Pemberian labetalol secara intra vena tidak

mempengaruhi aliran darah uteroplasenter. Pengalaman membuktikan bahwa

labetalol dapat ditoleransi baik oleh ibu maupun janin. Menurut NHBPEP, pemberian

labetalol tidak melebihi 220 mg tiap episode pengobatan.12

3. Obat anti hipertensi lain

NHBPEP merekomendasikan nifedipin (Ca channel blocker). Obat ini menginhibisi

influk transmembran ion kalsium dari ECS ke sitoplasma kemudian memblok

eksitasi dan kontraksi coupling di jaringan otot polos dan menyebabkan vasodilatasi

dan penurunan resistensi perifer. Obat ini mempunyai efek tokolitik minimal. Dosis

10 mg oral dan diulang tiap 30 menit bila perlu. Nifedipin merupakan vasodilator

arteriol yang kuat sehingga memiliki masalah utama hipotensi. Pemberian nifedipin

secara sub lingual, menurut penelitian yang dilakukan oleh Mabie dan kawan-kawan,

menunjukkan bahwa dapat terjadi penurunan tekanan darah yang cepat sehingga

dapat menyebabkan hipotensi. Karena alasan ini, nifedipin tidak digunakan pada

pasien dengan IUGR atau denyut jantung janin abnormal. Walaupun nifedipin

tampak lebih potensial, obat ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk

digunakan dalam kehamilan.4,12

Page 15: Hipertensi Gestasional

Pemakaian obat anti hipertensi lain seperti verapamil lewat infus 5-10 mg per jam

dapat menurunkan tekanan darah arteri rata-rata sebesar 20%. Obat lain seperti

nimodipin dapat digunakan baik secara oral maupun infus dan terbukti dapat

menurunkan tekanan darah pada wanita penderita preeklamsi berat. Hal ini

dinyatakan pada penelitian yang dilakukan oleh Belforts dan kawan-kawan.

Pemakaian ketanserin secara intra vena juga memberikan hasil yang baik menurut

penelitian Bolte dan kawan-kawan. Nitroprusid tidak direkomendasikan lagi oleh

NHBPEP kecuali tidak ada respon terhadap pemberian hidralazin, labetalol atau

nifedipin. Sodium nitroprussid dapat menyebabkan vasodilatasi arteri dan vena tanpa

efek terhadap susunan saraf otonom atau pusat. Onset kerja 1-2 menit, puncak kerja

terjadi setelah 1-2 menit, dan lama kerja 3-5 menit. Obat ini sangat efektif dalam

mengontrol tekanan darah dalam hitungan menit di ICU. Rekomendasi penggunaan

obat secara intra vena tidak lebih dari 30 menit pada ibu non parturien karena efek

samping toksisitas sianida dan tiosianat pada janin. Trimethaphan merupakan

pemblok ganglionik yang digunakan oleh ahli anestesi dalam menurunkan tekanan

darah sebelum laringoskopi dan intubasi untuk anestesi umum. Efek samping

terhadap janin adalah ileus mekonium. Nitrogliserin diberikan secara intra vena

sebagai vasodilator vena yang tampak aman bagi janin. Obat ini merupakan anti

hipertensi potensi sedang.4,12

4. Metil dopa

Merupakan agonis α-adrenergik, dan merupakan satu-satunya obat anti hipertensi

yang telah terbukti keamanan jangka panjang untuk janin dan ibu. Obat ini

menurunkan resistensi total perifer tanpa menyebabkan perubahan pada laju jantung

dan cardiac output. Obat ini menurunkan tekanan darah dengan menstimulasi

reseptor sentral α-2 lewat α-metil norefinefrin yang merupakan bentuk aktif metil

dopa. Sebagai tambahan, dapat berfungsi sebagai penghambat α-2 perifer lewat efek

neurotransmitter palsu. Jika metil dopa digunakan sendiri, sering terjadi retensi

cairan dan efek anti hipertensi yang berkurang. Oleh karena itu, metil dopa biasanya

dikombinasikan dengan diuretik untuk terapi pada pasien yang tidak hamil. Dosis

awal 250 mg 3 kali sehari dan ditingkatkan 2 gram/hari. Puncak plasma terjadi 2-3

jam setelah pemberian. Paruh wakti 2 jam. Efek maksimal terjadi dlam 4-6 jam

Page 16: Hipertensi Gestasional

setelah dosis oral. Kebanyakan disekresi lewat ginjal. Efek samping yang sering

dilaporkan adalah sedasi dan hipotensi postural. Terapi lama (6-12 bulan) dengan

obat ini dapat menyebabkan anemia hemolitik dan merupakan indikasi untuk

memberhentikan obat ini.4,12

5. Klonidin

Merupakan agonis α-adrenergik lainnya. Terapi biasanya dimulai dengan dosis 0.1

mg 2 kali sehari dan ditingkatkan secara incremental 0.1-0.2 mg/hari sampai 2.4

mg/hari. Tekanan darah menurun 30-60 mmHg. Efek maksimal 2-4 jam dan lama

kerja 6-8 jam. Aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus dapat terjaga, tetapi

cardiac output menurun namun tetap berespon terhadap latihan fisik. Efek samping

adalah xerostomia dan sedasi. Penghentian klonidin dapat menyebabkan krisis

hipertensi yang dapat diatasi dengan pemberian kembali klonidin. Sampai sekarang

belum ada penelitian besar yang mempelajari klonidin seperti metil dopa.12

6. Prazosin

Merupakan pemblok kompetitif pada reseptor α1-adrenergik. Obat ini dapat

menyebabkan vasodilatasi pada resistensi dan kapasitas pembuluh darah sehingga

menurunkan preload dan afterload. Prazosin menurunkan tekanan darah tanpa

menurunkan laju jantung, curah jantung, aliran darah ginjal, dan laju filtrasi

glomerulus. Obat ini dimetabolisme hampir seluruhnya di hepar. Sekitar 90%

ekskresi obat melalui kandung empedu ke dalam faeses. Selama kehamilan, absorbsi

menjadi lambat dan waktu paruh menjadi lebih panjang. Dalam sebuah penelitian,

kadar puncak tercapai dalam 165 menit pada wanita hamil. Prazosin dapat

menyebabkan hipotensi mendadak dalam 30-90 menit setelah pemberian. Hal ini

dapat dihindari dengan pemberian sebelum tidur. Percobaan binatang menunjukkan

tidak ada efek teratogenik. Prazosin bukan merupakan obat yang kuat sehingga

sering dikombinasikan dengan beta bloker.12

7. Diuretik

Obat ini memiliki efek menurunkan plasma dan ECF sehingga curah jantung dan

tekanan darah menurun, juga menurunkan resistensi vaskular akibat konsentrasi

sodium interselular pada sel otot polos.

Page 17: Hipertensi Gestasional

Obat diuretika yang poten dapat menyebabkan penurunan perfusi plasenta karena

efek segera meliputi pengurangan volume intravaskular, dimana volume tersebut

sudah berkurang akibat preeklamsi dibandingkan dengan keadaan normal. Oleh

karena itu, diuretik tidak lagi digunakan untuk menurunkan tekanan darah karena

dapat meningkatkan hemokonsentrasi darah ibu dan menyebabkan efek samping

terhadap ibu dan janin. Pemakaian furosemid saat ante partum dibatasi pada kasus

khusus dimana terdapat edema pulmonal. Obat diuretika seperti triamterene dihindari

karena merupakan antagonis asam folat dan dapat meningkatkan risiko defek janin.12

OBAT REKOMENDASI

Hydralazin Dimulai dengan dosis 5 mg IV atau 10 mg IM. Jika tekanan darah

tidak terkontrol, diulangi setiap interval 20 menit. Jika tekanan

darah sudah terkontrol, ulangi bila perlu (biasanya tiap 3 jam).

Dosis maksimal 20 mg IV atau 30 mg IM

Labetalol Dimulai dengan dosis 20 mg IV secara bolus. Jika tidak optimal,

beri 40 mg setelah 10 menit dan 80 mg setiap 10 menit. Gunakan

mdosis maksimal 220 mg. Hindari pemberian labetalol pada

wanita dengan asma atau gagal jantung kongestif

Nifedipine Dimulai dengan 10 mg oral dan ulangi setiap 30 menit bila perlu.

Tidak diperbolehkan penggunaan nifedipine kerja singkat dalam

terapi hipertensi

Sodium

nitroprussid

Hanya digunakan pada kasus hipertensi yang tidak berespon

terhadap obat yang terdaftar disini. Dimulai dengan dosis 0.25

µg/kg/menit sampai dosis maksimal 5µg/kg/menit. Fetal sianida

terjadi jika digunakan lebih dari 4 jam.

Tabel 2.4 Panduan Obat Anti Hipertensi 12

Efek Samping Obat

Efek samping obat-obat anti hipertensi antara lain, yaitu :

Page 18: Hipertensi Gestasional

1. ACE inhibitor

Digunakan pada trimester dua dan tiga telah menyebabkan disfungsi ginjal pada fetus

yang mengakibatkan oligohidramnion dan anuria. ACE inhibitor telah dihubungkan

dengan hipoplasia pulmoner, pertumbuhan terhambat, kelainan ginjal dan hipoplasia

lain pada tulang tengkorak.12

2. Diantara golongan penghambat beta, atenolol

Terutama ketika dimulai pada awal kehamilan, berhubungan dengan pertumbuhan

janin terhambat pada beberapa penelitian yang tidak terkontrol dan sebuah penelitian

kecil. Pada kebanyakan penelitian, penyebab asal dari hubungan tersebut tidak jelas

karena beberapa obat telah digunakan bersama-sama atau karena ketidakmampuan

untuk membedakan apakah ini adalah efek dari patofisiologi ibu atau efek dari obat.12

3. Diuretika

Memiliki efek samping terhadap ibu maupun janin. Efek maternal seperti

hipokalemia, hiponatremia, hiperglikemi, hiperurikemi, hiperlipid, dan penurunan

volume plasma sehingga dapat menganggu pertumbuhan janin. Efek terhadap janin

adalah gangguan elektrolit, trombositopeni, dan IUGR.12

Beberapa efek obat anti hipertensi terhadap pemberian ASI, yaitu :

- Diuretik thiazide sebaiknya dihindari karena dapat menurunkan produksi ASI dan

digunakan untuk mensupresi laktasi.

- Metil dopa kemungkinan aman selama pemberian ASI, dimana tingkat plasma yang

rendah ditemukan pada janin.

- Beta bloker lain selain propranolol ditemukan dalam konsentrasi besar dalam susu ibu

daripada plasma ibu.

- Klonidin ditemukan dalam jumlah sedikit di ASI. Hal yang sama terdapat pada ACE

inhibitor.12

Komplikasi

Pre eklampsi

Proteinuria adalah tanda penting dari preeklampsia, dan Chesley (1985) menyimpulkan secara tepat bahwa diagnosis diragukan dengan tidak adanya proteinuria. Proteinuria yaitu protein dalam urin 24 jam melebihi 300mg per 24 jam, atau pada sampel urin secara acak menunjukkan

Page 19: Hipertensi Gestasional

30 mg/dL (1 + dipstick) secara persisten. Tingkat proteinuria dapat berubah-ubah secara luas selama setiap periode 24 jam, bahkan pada kasus yang berat. Oleh karena itu, satu sampel acak bisa saja tidak membuktikan adanya proteinuria yang berarti.2,5

Dengan demikian, kriteria minimum untuk diagnosis preeklamsi adalah hipertensi dengan proteinuria yang minimal. Temuan laboratorium yang abnormal dalam pemeriksaan ginjal, hepar, dan fungsi hematologi meningkatkan kepastian diagnosis preeklamsi. Selain itu, pemantauan secara terus-menerus gejala eklampsia, seperti sakit kepala dan nyeri epigastrium, juga meningkatkan kepastian tersebut.5

Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas merupakan akibat nekrosis hepatocellular, iskemia, dan oedem yang merentangkan kapsul Glissoni. Nyeri ini sering disertai dengan peningkatan serum hepatik transaminase yang tinggi dan biasanya merupakan tanda untuk mengakhiri kehamilan.5

Trombositopeni adalah karakteristik dari preeklamsi yang memburuk, dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh aktivasi dan agregasi platelet serta hemolisis mikroangiopati yang disebabkan oleh vasospasme yang berat. Bukti adanya hemolisis yang luas dengan ditemukannya hemoglobinemia, hemoglobinuria, atau hiperbilirubinemi dan merupakan indikasi penyakit yang berat.5

Faktor lain yang menunjukkan hipertensi berat meliputi gangguan fungsi jantung dengan oedem pulmonal dan juga pembatasan pertumbuhan janin yang nyata.5

Kriteria diagnosis pada preeklamsi terdiri dari : 

Kriteria minimal, yaitu : 

- TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.

- Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.

Kemungkinan terjadinya preeklamsi :

- TD 160/110 mmHg.

- Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.

- Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui sudah meningkat.

- Trombosit <100.000/mm3. 

- Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH).

- peningkatan ALT atau AST.

- Nyeri kepala persisten atau gangguan penglihatan atau cerebral lain.

- Nyeri epigastrium persisten.5

Page 20: Hipertensi Gestasional

Semakin banyak ditemukan penyimpangan tersebut, semakin besar kemungkinan harus dilakukan terminasi kehamilan. Perbedaan antara preeklamsi ringan dan berat dapat sulit dibedakan karena preeklamsi yang tampak ringan dapat berkembang dengan cepat menjadi berat.5

Meskipun hipertensi merupakan syarat mutlak dalam mendiagnosis preeklampsia, tetapi tekanan darah bukan merupakan penentu absolut tingkat keparahan hipertensi dalam kehamilan. Contohnya, pada wanita dewasa muda mungkin terdapat proteinuria +3 dan kejang dengan tekanan darah 135/85 mmHg, sedangkan kebanyakan wanita dengan tekanan darah mencapai 180/120 mmHg tidak mengalami kejang. Peningkatan tekanan darah yang cepat dan diikuti dengan kejang biasanya didahului nyeri kepala berat yang persisten atau gangguan visual.5

Pencegahan preeklampsi

1. Manipulasi diet

Salah satu cara yang paling awal dalam mencegah preeklamsia adalah pembatasan garam. Setelah beberapa tahun diselidiki, pembatasan garam tidaklah penting. Pada penelitian yang dilakukan Knuist dan kawan-kawan, pembatasan garam terbukti tidak efektif dalam mencegah preeklamsia pada 361 wanita.5

Sekitar 14 penelitian secara acak dan sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa suplementasi kalsium pada waktu antenatal menghasilkan penurunan yang signifikan dari tekanan darah dan insidensi preeklamsia.5

Suplementasi kalsium plus asam linoleat (Calcium-CLA) dalam menurunkan insidensi disfungsi endotel vaskular pada wanita hamil berisiko tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen kalsium-CLA menurunkan kejadian hipertensi dalam kehamilan dan meningkatkan fungsi endotel.5

2. Aspirin dosis rendah

Dahulu pemberian aspirin 60 mg digunakan untuk menurunkan insidensi preeklamsi karena bekerja dalam mensupresi tromboksan dengan hasil dominansi dari prostasiklin endotel. Sekarang ini, pemberian aspirin terbukti tidak efektif dalam mencegah preeklamsi. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan Caritis dan kawan-kawan terhadap wanita risiko tinggi dan rendah. Hanya ada satu penelitian yang secara spesifik dilakukan untuk menguji efek aspirin terhadap wanita hamil dengan hipertensi kronis. Penelitian double blind placebo controlled trial dilakukan untuk melihat efek aspirin pada hipertensi kronis yang dilakukan pada 774 wanita. Dosis rendah aspirin, 60 mg sehari, yang dimulai sejak masa kehamilan 26 minggu tidak menurunkan preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, perdarahan post partum, dan perdarahan interventrikuler neonatal.4,5

3. Antioksidan

Antioksidan memiliki mekanisme yang mengontrol peroksidasi lipid yang berperan dalam kerusakan endotel. Penelitian yang dilakukan oleh Schiff dan kawan-kawan menunjukkan bahwa konsumsi vitamin E tidak berhubungan dengan preeklamsi. Mereka menemukan bahwa

Page 21: Hipertensi Gestasional

peninggian plasma vitamin E pada wanita dengan preeklamsi dan menyatakan bahwa hal ini merupakan respon terhadap stres oksidatif. Namun hal ini masih menjadi kontroversi karena ada penelitian lain yang menyatakan terapi dengan vitamin C / E dapat menurunkan aktivasi endotel yang pada akhirnya akan menurunkan preeklamsi.6. Pada penelitian lain, dengan pemberian vitamin C sebanyak 1000 mg/hari dan vitamin E 400 IU/ hari pada usia kehamilan 16 – 22 minggu berhubungan dengan rendahnya insidensi preeklamsi. Karena itu masih perlu dilakukan penelitian sebelum menyarankan penggunaan Vitamin C dan E untuk penggunaan secara klinis.4

4. Suplemen kalsium

Berdasarkan penelitian secara epidemiologis, terdapat hubungan antara asupan diet rendah kalsium dengan terjadinya preeklamsi. Dengan pemberian suplemen kalsium sebanyak 1,5 – 2 g/hari telah disarankan untuk upaya pencegahan preeklamsi. Dari hasil penelitian Cochrane, diketahui bahwa pemberian suplementasi kalsium tidak dibutuhkan pada nulipara. Walaupun demikian, mungkin pemberiannya bisa menguntungkan untuk mereka yang termasuk kelompok dengan asupan kalsium yang memang kurang atau pada kelompok risiko tinggi, seperti mereka dengan riwayat preeklamsi berat.5

5. N-Acetylcystein

Diduga dapat mencegah preeklamsi karena sifatnya sebagai anti radikal bebas atau antioksidan, sehingga pemberian obat ini diharapkan dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yang diakibatkan kerusakan sel endotel pembuluh darah. Namun pemberian obat ini masih kontroversi. Meskipun demikian beberapa ahli sudah mencoba menggunakan obat ini.4

Hipertensi Kronis

Hipertensi kronis adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan < 20 minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu pascasalin. Hipertensi kronis yang diperberat oleh preeklamsi atau eklamsi adalah preeklamsi atau eklamsi yang timbul pada hipertensi kronis dan disebut juga Superimposed Preeclampsia.5

Hipertensi Kronis

Diagnosis hipertensi kronis yang mendasari dilakukan apabila :

- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) terbukti mendahului kehamilan.

- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) diketahui sebelum 20 minggu, kecuali bila ada penyakit trofoblastik.

- Hipertensi berlangsung lama setelah kelahiran.5

Hipertensi kronis dalam kehamilan sulit didiagnosis apalagi wanita hamil tidak mengetahui tekanan darahnya sebelum kehamilan. Pada beberapa kasus, hipertensi kronis didiagnosis sebelum kehamilan usia 20 minggu, tetapi pada beberapa wanita hamil, tekanan darah yang meningkat sebelum usia kehamilan 20 minggu mungkin merupakan tanda awal terjadinya preeklamsi. 4

Page 22: Hipertensi Gestasional

Sebagian dari banyak penyebab hipertensi yang mendasari dan dialami selama kehamilan dicatat pada tabel, Hipertensi esensial merupakan penyebab dari penyakit vaskular pada > 90% wanita hamil. Selain itu, obesitas dan diabetes adalah sebab umum lainnya. Pada beberapa wanita, hipertensi berkembang sebagai konsekuensi dari penyakit parenkim ginjal yang mendasari.5

Pada beberapa wanita dengan hipertensi kronis, tekanan darah dapat meningkat sampai tingkat abnormal, khususnya setelah 24 minggu. Jika disertai oleh proteinuria, maka preeklamsi yang mendasarinya dapat didiagnosis. Preeklamsi yang mendasari hipertensi kronis ini sering berkembang lebih awal pada kehamilan daripada preeklamsi murni, dan hal ini cenderung akan menjadi lebih berat dan sering menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan janin.4

Penutup

Hipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar, tanpa ditemukannya proteinuria. Diagnosis akhir dari Hipertensi Gestasional dapat ditegakan dengan kembali normalnya tekanan darah sebelum 12 minggu paska partum. . Ibu hamil yang mengalami hipertensi gestasional < 20 minggu memiliki resiko 2 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi kronik sedangkan ibu hamil yang mengalami hipertensi gestasional setelah kehamilan 20 minggu memiliki kecenderungan untuk mengalami pre-eklamsia. Pemberian obat-obatan untuk ibu hamil dengan hipertensi harus diperhatikan dengan baik efek samping serta komplikasi yang dapat terjadi terhadap janin. Drugs of choice untuk hipertensi pada kehamilan adalah Metil Dopa.

Daftar Pustaka

1. Hollingworth, Tony. Diagnosis banding dalam obstetri dan ginekologi A-Z. 2012. Jakarta : EGC.h.120

2. Rubenstein David, dkk. Kedokteran klinis. Edisi ke-6. 2007. Jakarta : Erlangga.h.120-6

3. Sibai B, Diagnosis, Prevention, and Management of Eclampsia, 18 November 2004, diakses

tanggal 12 September 2015, dari http : //www.greenjournal.org

4. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive

Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-Hill,

2005.h.740-9

5. Shennan A, Hypertensive disorders, dalam Dewhurst’s textbook of Obstetrics & Gynaecology, edisi ke-7. 2007. USA : Blackwell Publishing.h.227-234

Page 23: Hipertensi Gestasional

6. Gibson P, Carson M, Hypertension and Pregnancy, diakses tanggal 11 September 2015, dari http : //emedicine.medscape.com/article/261435

7. Yulaikhah Lily. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2006. h. 104-106.

8. Manuaba, IBG, kk. Pengantar kuliah obstetri. 2007. Jakarta : EGC.h.401-9.

9. Tanto, Chris dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4. Jilid I. FKUI : 2014.h.70-4.

10.Sudoyo, Aru W. dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna

Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam..h.2304-10.

11. Brooks M, Pregnancy&Preeclampsia, 5 Januari 2005, diakses tanggal 12 September 2015,

dari http : //www.emedicine.com

12.Reynolds C, Mabie W, Sibai B, Hypertensive States of Pregnancy, dalam Current Obstetrics and

Gynecologic Diagnosis and Treatment, edisi ke-9, New York : McGraw-Hill, 2003: 338-353