evaluasi ketepatan penggunaan obat …eprints.ums.ac.id/53697/1/naskah publikasi.pdf ·...

18
EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE JANUARI-SEPTEMBER TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh: B. IKHOULFIRIA ALFALASIFAH K 100 130 032 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: tranquynh

Post on 09-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

IBU HAMIL DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG

BOYOLALI PERIODE JANUARI-SEPTEMBER TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi

Fakultas Farmasi

Oleh:

B. IKHOULFIRIA ALFALASIFAH

K 100 130 032

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

i

HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

IBU HAMIL DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD “X” BOYOLALI PERIODE

JANUARI-SEPTEMBER TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

B. IKHOULFIRIA ALFALASIFAH

K 100 130 032

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dra. Nurul Mutmainah, M.Sc., Apt

NIK.831

Page 3: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

IBU HAMIL DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG

BOYOLALI PERIODE JANUARI-SEPTEMBER TAHUN 2016

OLEH

B. IKHOULFIRIA ALFALASIFAH

K 100 130 032

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 20 Mei 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Tanti Azizah Sujono, M.Sc., Apt (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Ambar Yunita Nugraheni, M.Sc., Apt (…………….)

(Anggota II Dewan Penguji)

3. Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt (……………)

(Anggota III Dewan Penguji)

Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

NIK. 956

Page 4: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 20 Mei 2017

Penulis

B. IKHOULFIRIA ALFALASIFAH

K 100 130 032

Page 5: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

iv

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA IBU HAMIL

DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIEODE

JANUARI-SEPTEMBER TAHUN 2016

Abstrak

Hipertensi dalam kehamilan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas

ibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran dan ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang

Boyolali Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang termasuk dalam

penelitian observasional (non-experimental) dengan pengumpulan data secara retrospektif dan

sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan

ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan obat dan ketepatan dosis. Berdasarkan dengan

Standar Pengobatan Rumah sakit, Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan dan dan

Queensland Health (Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun 2013. Sampel yang didapatkan

sebanyak 39 pasien ibu hamil, ditemukan 11 pasien (28,11%) yang terdiagnosis hipertensi

gestasional dan 28 pasien (71,79%) terdiagnosis preeklamsia berat. Pasien yang menerima terapi

obat antihipertensi tunggal berupa nifedipin sebanyak 21 pasien (53,84%), metildopa sebanyak 4

pasien (10,26%), dan terapi kombinasi nifedipin dengan metildopa sebanyak 14 pasien (35,90%).

Hasil analisis kriteria tepat indikasi sebanyak 39 pasien (100%) dengan kriteria tepat indikasi, 39

pasien (100%) dengan kriteria tepat pasien, 37 pasien (94,87%) dengan kriteria tepat obat dan 36

pasien (92,31%) dengan kriteria tepat dosis.

Kata kunci : kehamilan, antihipertensi, hipertensi gestasional, preeklamsia berat

Abstract

Hypertension in pregnancy is one of three causes of maternal mortality and morbidity in

addiction to infection and bleeding. The aim of this research is to know the representation and the

accuracy of the use of anti hypertensive drugs in pregnant women at RSUD Pandan Arang Boyolali

in 2016.This research used the descriptive method which included in observational research (non-

experimental) with retrospective data collection and sample taken by purposive sampling technique.

The samples obtained were 39 pregnant women who received therapy with anti hypertensive drug.

The data obtained were analyzed based on the accuracy of indication, patient accuracy, drug

accuracy and dosage acuracy.Based on the Hospital Medical Standard, Hypertension Management

in Pregnancy (Feto Maternal Medicine Association POGI, 2006) and Queensland Health

(Hypertensive Disorders of Pregnancy) in 2013. Samples are 39 pregnant women, 11 patients

(28.11%) were diagnosedwith gestational hypertension and 28 patients (71.79%) were diagnosed

severe preeclampsia. Patients receiving single antihypertensive drug therapy of nifedipine were 21

patients (53.84%), methyldopa were 4 patients (10.26%), and combination therapy of nifedipine

with methyldopa were 14 patients (35.90%). The result of analysis precise indication criteria were

39 patients (100%), precise patient criteria were 39 patients (100%), precise drug criteria were 37

patients (94,87%) and precise dosage criteria were 36 patients (92,31%).

Keywords : pregnancy, antihypertensive, gestational hypertension, severe preeclampsia

Page 6: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

1

1. PENDAHULUAN

Hipertensi pada kehamilan ditandai dengan meningkatnya tekanan darah diatas normal yaitu

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg.Hipertensi dalam kehamilan

merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping infeksi dan

perdarahan(Sirait, 2012) . Penanganan hipertensi selama kehamilan perlu segera dilakukan setelah

diagnosa ditegakkan. Pemberian terapi obat antihipertensi segera mungkin dan menjaga tekanan

darah agar tetap masuk ke dalam kisaran normal merupakan hal penting. Hipertensi dalam

kehamilan apabila tidak segera diobati dapat menyebabkan pendarahan pada janin dan otak, serta

dapat menyebabkan kematian pada ibu, janin, maupun keduanya (Queensland ClinicalGuidelines,

2015).

Angka kematian ibu (AKI) masih menjadimasalah kesehatan yang tinggi di Indonesia. AKI di

Indonesia berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 359

per 100.000 kelahiran hidup. Selama tahun 2014, jumlah kematian ibu di Kabupaten Boyolali

sebesar 14 kasus atau AKI 93,05 per 100.000 kelahiran hidup dimana 6 kasus kematian karena

hipertensi selama kehamilan, 1 kasus mengalami pendarahan, 1 kasus terkena infeksi, dan penyebab

kematian lain sebesar 6 kasus (Survivalina, 2015)

Keamanan dan ketepatan pemberian obat antihipertensi pada Ibu hamil sangat penting,

karena obat tersebut akan terdistribusi ke dalam uterus dan kemudian kedalam janin (Chobanian et

al., 2004). Wanita hamil dengan hipertensi harus dimonitor dengan hati-hati karena risiko ke ibu

dan janin akan meningkat. Metildopa, beta blocker, dan vasodilator merupakan lini pertama

pengobatan hipertensi pada ibu hamil karena aman dan tidak mempengaruhi janin. ACEI

(angiotensin-converting enzyme inhibitor) dan ARB(Angiotensin receptor blocker)tidak boleh

digunakan selama kehamilan karena berpotensi untuk cacat fetus dan harus dihindari pada

perempuan yang diduga hamil atau berencana hamil (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2006).

2. METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif secara observasional (non eksperimental),

pengambilan data secra retrospektif dengan metode purposive sampling.

Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian yang digunakan diantaranya:

1. Evaluasi ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil dengan penilaian

berdasarkan parameter ketepatanindikasi,pasien, obat dan dosis.

Page 7: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

2

2. Tepat indikasi adalah pemberian obat disesuaikan dengan gejala dan diagnosa pasien karena obat

memiliki spektrum terapi yang spesifik.

3. Tepat pasien merupakan ketepatan pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi dari pasien dan

obat tidak dikontraindikasikan untuk pasien.

4. Tepat obat adalah pemberian obat disesuaikan dengan diagnosis penyakit dan obat yang dipilih

haruslah obat lini pertama.

5. Tepat dosis adalah pemberian obat yang tepat besaran, frekuensi, rute dan durasinya kepada

pasien sehingga menimbulkan efek yang diinginkan, karena pemberian dosis yang berlebihan

atau kurang akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

Populasi dan Sampel

Populasi sampel yang diperoleh sebanyak 157 pasien dengan diagnosa hipertensi selama

kehamilan, dari jumlah tersebut didapatkan 39 pasien yang memenuhi kriteia inklusi sebagai

berikut:

a. Pasien rawat inap dengan diagnosa utama penyakit hipertensi kronis, pre-eklampsia, hipertensi

gestasional, preeklampsia pada hipertensi kronis dan eklampsia

b. Umur pasien >17 tahun

c. Mendapat terapi dengan obat antihipertensi

d. Rakam medik pasien dengan kelengkapan identitas pasien (Nama, usia), tekanan darah saat

masuk dan keluar, nomor rekam medik, usia kehamilan, riwayat kehamilan, tekanan darah,

hasil tes laboratorium berupa nilai protein dalam urin, obat antihipertensi yang digunakan dan

obat lain jika ada termasuk dosis, rute dan frekuensi.

Alat dan Bahan

1. Alat

1. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Panduan Penatalaksanaan Hipertensi

dalam Kehamilan Kehamilan (Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI, 2006), Standar

Pengobatan Medis RSUD Pandan Arang yang digunakan sebagai standar acuan dan Queensland

Health(Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun 2013.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien dengan kelengkapan

berupaidentitas pasien (Nama, usia), tekanan darah saat masuk dan keluar, nomor rekam medik,

usia kehamilan, riwayat kehamilan, tekanan darah, hasil tes laboratorium berupa nilai protein dalam

urin, jenis obat antihipertensi yang digunakan dan obat lain jika ada, dosis, rute dan frekuensi.

Page 8: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

3

Tempat Penelitian

RSUD Pandan Arang Boyolali

Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada prosedur pengobatan antihipertensi pada ibu hamil di

RSUD Pandan Arang tahun 2016 berdasarkan 4T yaitu ketepatan indikasi, ketepatan pasien,

ketepatan obat dan ketepatan dosis. Seluruh data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif

dengan menghitung presentasenya.Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah

presentase 4T adalah :

a. % tepat indikasi =

x 100 %

b. % tepat pasien =

x 100 %

c. % tepat obat =

x 100 %

d. % tepat dosis =

x 100 %

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik pasien

Klasifikasi usia pasien berdasarkan Depkes RI yaitu 17-25 tahun (masa remaja akhir), 26-35

tahun (masa dewasa awal), dan 36-45 tahun (masa dewasa akhir). Dari data hasil penelitian,

didapatkan persentase timbulnya hipertensi dalam kehamilan berdasarkan usia pada usia 26-35

tahun (masa dewasa awal) sebesar 38,46 % (15 pasien), diikuti dengan usia 17-25 dan 36-45

dimana persentase masing-masing sebesar 30,77% (12 pasien). Persentase terbanyak hipertensi

pada ibu hamil terdapat pada usia 26-35 sebanyak 15 pasien (30,77%), Hipertensi dalam kehamilan

akan meningkat di usia muda (< 20 tahun) dikarenakan adanya perubahan patologis yaitu terjadinya

spasme pembuluh darah arteriole menuju organ penting dalam tubuh sehingga menimbulkan

gangguan metabolisme jaringan, gangguan peredaran darah menuju retroplasenter, sedangkan pada

tubuh ibu belum siap untuk terjadinya kehamilan karena belum sempurnanya organ-organ yang

mendukung dalam kehamilan wanita (Manuaba, 1998). Ibu hamil berusia > 35 tahun atau lebih

dapat beresiko terjadinya hipertensi dan preeklamsia karena pada usia tersebut terjadi perubahan

pada rahim dan organ kandungan yang menua dan jalan lahir yang sudah tidak lentur (Rochjati,

2003). Usia kehamilan dilihat dari data menunjukan trimester ketiga (28-40minggu) memberikan

persentase paling besar sebanyak 34 pasien (87,18%) . Hal ini terjadi karena hipertensi gestasional

dan preeklamsia berat dapat muncul setelah usia kehamilan memasuki minggu ke 20 usia kehamilan

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Semakin bertambahnya usia kehamilan maka

Page 9: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

4

semakin meningkat risiko terkena hipertensi, sedangkan trimester kedua sebanyak 3 pasien (7,69%)

dan lebih dari trimester ketiga ada 2 pasien (5,13%).

Status kehamilan pada ibu hamil dapat dilihat tabel 1 sebanyak 10 pasien (25,64%) dengan

statusprimigravida dan sebanyak 29 pasien (74,36%) dengan status multigravida. Paritas

merupakan frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan kehamilan 28

minggu dan berat badan janin mencapai 1000 gram. Paritas dipandang dari sisi kesehatan, paritas

pertama, dan kedua merupakan paritas yang paling aman, sedangkan paritas ketiga memiliki risiko

yang tinggi untuk terjadinya hipertensi pada ibu hamil (Lindarwati, 2012).

Diagnosis yang didapatkan dalam penelitian yaitu preeklamsia berat sebanyak 28 pasien

(71,79%) dan hipertensi gestasional sebanyak 11 pasien (28,21%). Preeklamsia merupakan

hipertensi yang muncul pada usia kehamilan minggu ke 20 dengandisertai adanya proteinurea.

Preeklamsia dapat berkembang mejadi eklamsia, dimana hipertensi yang disertai kejang-

kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul

setelah usia kehamilan masuk minggu ke 20, tidak dapat berkembang menjadi preeklamsia dan

dapat sembuh dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan (Queensland Clinical Guidelines, 2015).

Kadar protein dalam urin dari 39 pasien terdapat 28 pasien (71,79%) dinyatakan positif dan 11

pasien (28,21%) dinyatakan negatif. Kadar protein dalam urin dikatakan tidak normal apabila hasil

pemeriksaan pada pasien ibu hamil yang mengalami hipertensi sebesar 0,3gram/24 jam atau dengan

menggunakan dipstick didapatkan hasil ≥ 1 (+) dalam sampel urin acak.(Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2006).

Melahirkan yang dipercepat merupakan terapi yang disarankan untuk penderita preeklamsia

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Apabila usia kehamilan sudah memasuki 37

minggu, kehamilan diakhiri setelah mendapatkan terapi dengan obat hipertensi untuk stabilitas ibu

dan usia kehamilan yan kurang atau belum memasuki 37 minggu maka kehamilan dipertahankan

selama mungkin serta diberikan terapi dengan obat hipertensi (Himpunan Kedokteran Feto

Maternal POGI, 2006). Data menunjukkan bahwa tindakan SC (sectio caesarea) paling banyak

dilakukan yaitu 14 pasien (35,90%), secara VE (vakum ekstraksi) terdapat 3 pasien (7,69%),

melahirkan secara spontan terdapat 11 pasien (28,21%) dan pasien yang belum melahirkan

sebanyak 11 pasien (28,21%). Paritas tinggi atau kehamilan yang berulang akan membuat uterus

menjadi renggang, sehingga dapat menyebabkan kelainan letak janin dan plasenta yang akhirnya

akan berpengaruh buruk pada proses persalinan,sehinggaapabila melahirkan secara normal

(pervaginam) tidak memungkinkan maka dilakukan persalinan per-abdominal (Wiknjosastro, 2003).

Page 10: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

5

Tabel 1. Demografi pasien hipertensi pada ibu hamil berdasarkan usia, usia kehamilan, status kehamian dan lama

rawat inap di Intalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang tahun 2016.

Kriteria Jumlah Presentase (%)

N=39

Usia(Tahun)

17-25 12 30,77

26-35 15 38,46 36-45 12 30,77

Usia kehamilan (Minggu)

0-12 -

13-28 3 7,70 29-40 34 87,17

>40 2 5,13

Status kehamilan

Primigravida 10 25,64 Multigravida 29 74,36

Lama rawat inap (Hari)

1-5 26 66,67

6-10 13 33,33

Diagnosa Jumlah Presentase (%)

Hipertensi Kronis - -

Pre-eklamsia Berat 28 71,79

Hipertensi Gestasional 11 28,21 Eklamsia - -

Kadar Protein dalam urin Jumlah Presentase (%)

Positif 28 71,79

Negatif 11 28,21

Metode melahirkan Jumlah Presentase (%)

SC 14 35,90

VE 3 7,70

Spontan 11 28,20 Belum melahirkan 11 28,20

b. Karakteristik Pengobatan

Pada tabel 2 menyajikan distribusi penggunaan obat pada pasien ibu hamil yang mengalami

hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang tahun 2016. Obat antihipertensi yang

digunakan Nifedipin (89,74%) dan metildopa (46,15%). Selain penggunaan obat antihipertensi, 39

pasien (100%) juga mendapatkan cairan elektrolit berupa ringer laktat. Ringer laktat merupakan

cairan kristaloid yang dapat digunakan untuk luka bakar, syok, dan menghindari dari kekurangan

cairan. Ringer laktat dalam kehamilan bersifat teratogenik, menurut FDA termasuk dalam kategori

C untuk digunakan dalam kehamilan. Hasil penelitian pada sistem reproduksi hewan belum

dilakukan, dan tidak diketahui secara pasti pengaruh pemberian ringer laktat pada kerusakan janin

apabila diberikan pada ibu hamil atau dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Ekskresi ringer laktat

melalui ASI (air susu ibu) belum diketahui secara pasti, namun perlu berhati-hati saat ibu menyusui

diberikan ringer laktat (Petik et al., 2005). Penggunaan antikonvulsan berupa injeksi MgSO4

sebanyak 28 pasien (71,79%). Injeksi MgSO4 diberikan untuk mencegah terjadinya kejang yang

Page 11: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

6

berkaitan dengan preeklamsia, dapat digunakan sebagai terapi profilaksis untuk mencegah

berkembangnya preeklamsia berat menjadi eklamsia dan dapat diresepkan untuk pengobatan

eklamsia(Lisniawati et all., 2011; Brian et all., 2013). Magnesium sulfat adalah terapi pilihan untuk

mencegah terjadinya eklampsia, namun obat ini belum berperan dalam menurunkan tekanan darah

sehingga antihipertensi tetap perlu diberikan pada pasien (Pratiwi, 2013).

Terapi analgetik menggunakan asam mefenamat yang merupakan obat golongan NSAID

(Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) tidak dianjurkan untuk pasien hipertensi karena dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menghalangi sintesis prostaglandin dan dapat

mengakibatkan meningkatnya plasma dan volume darah karena terjadi pelebaran dari pembuluh

darah (Sager et al, 2013). Menurut FDA keamanaan penggunaan asam mefenamat untuk ibu hamil

termasuk dalam kategori C, yang berarti dalam studi terkontrol menggunakan hewan uji terdapat

pengaruh pada janin sedangkan dalam wanita hamil belum terdapat studi terkontrol. Obat golongan

NSAID tidak dianjurkan untuk diberikan pada ibu hamil baik pada saat mengandung atau saat akan

melahirkan (trimester akhir) karena obat ini dapat menghambat kontraksi rahim dan dapat

mempengaruhi janin (Sageret al, 2013).

Pemberian vitamin dan suplemen pada ibu hamil juga diberikan selama kehamilan, tedapat 1

pasien yang mendapatkan vitamin C, 1 pasien ( 2,56%) mendapatkan asam folat dan terdapat 3

pasien (7,69%) mendapatkan ferro sulfat. Kebutuhan gizi ibu hamil akan meningkat dibandingkan

kebutuhan ibu yang tidak hamil, kebutuhan protein akan meningkat sampai 68%, asam folat 100%,

kalsium 50% dan zat besi 200-300% (Arisman, 2010). Zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil

untuk mencegah terjadinya anemia dan menjaga pertumbuhan janin secara optimal. Kekurangan zat

besi akan mengakibatkan kecepatan pembentukan hemoglobin dan konsentrasinya dalam peredaran

darah menurun.Asam folat dapat mencegah terjadinya cacat janin, menghindari anemia.

Kekurangan asam folat dalam kehamilan akan menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit,

sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk dan ukuran abnormal yang disebut sebagai anemia

megaloblastik (Daque et al., 2014). Konsumsi vitamin C dapat membantu meningkatkan

penyerapan zat besi. Vitamin C mempunyai peran dalam pembentukan hemoglobin dalam darah,

dimana vitamin C membantu penyerapan zat besi dari makanan sehingga dapat diproses menjadi sel

darah merah kembali. Kadar hemoglobin dalam darah meningkat maka asupan makanan dan

oksigen dalam darah dapat diedarkan ke seluruh jaringan tubuh yang akhirnya dapat mendukung

kelangsungan hidup dan pertumbuhan janin (Fathimah, 2016).

Page 12: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

7

Terapi glukokortikoid sangat efektif dalam menurunkankesulitan pernafasan dan mortalitas

neonatal dalam menunda kelahiran minimal 24 jam setelah pemberian secara intravena. Injeksi

deksamethason direkomendasikan untuk pematangan paru janin, mengurangi mortalitas, gangguan

sindrom pernafasan dan pendarahan intraventrikular pada bayi prematur (Prawirohardjo, 2009).

Pemberian injeksi oksitosin bertujuan meningkatkan aktifitas uterus sehingga dapat mempercepat

perubahan serviks dan penurunan janin ke jalan lahir (Cunningham,2002).

Tabel 2. Distribusi penggunaan obat pada ibu hamil dengan hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang

tahun 2016

Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Pasien Presentase (%)

N=39

Antihipertensi Nifedipin tab 35 89,74 Metildopa 18 46,15

Anti konvulsan Injeksi MgSO4 28 71,79

Antiinflamasi Asam mefenamat 1 2,56

Injeksi Deksametasone 6 15,38 Elektolit Ringer Laktat 39 100

Vitamin Vitamin C 1 2,56

Suplemen Ferro Sulfat 3 7,69

Asam Folat 1 2,56 Antibiotik Injeksi Cefotaxime 3 7,69

Hormon Injeksi Oksitosin 2 5,12

1) Golongan Obat Antihipertensi

Profil penggunaan antihipertensi pada ibu hamil di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan

Arang Boyolali tahun 2016 menunjukan penggunaan monoterapi dan kombinasi. Berdasarkan tabel

3 pemberian obat antihipertensi yang digunakan sebagai monoterapi adalah nifedipin, dan

metildopa. Pemberian terapi kombinasi obat antihipertensi berupa nifedipin dengan metildopa.

Penggunaan terapi antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah nifedipin sebanyak 21

pasien (53,84%). Nifedipin merupakan obat hipertensi golonganCalcium Channel Blockers,

mekanisme kerja dari nifedipin adalah menghambat pergerakan transmembran masuknya kalsium

ke dalam sel mengakibatkan kontraksi otot pembuluh darah menurun sehingga tekanan darah dapat

menurun(Gaspar, 2013). Penggunaan nifedipin secara oral masih sering digunakan dalam

pengobatan pre-eklamsia berat tetapi FDA tidak menyetujuinya karena efek samping terhadap fetus

dan ibu yaitu hipotensi dengan fetal distress pernah dilaporkan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2006). Pasien yang mendapatkan monoterapi dengan metildopa sebanyak 4 pasien

(10,26%). Metildopa digunakan sebagai drug of choice untuk pengobatan hipertensi dalam

kehamilan, obat ini aman karena tidak memiliki efek kepada janin (Morimoto et al., 2015). Menurut

pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi, metildopa merupakan obat pilihan dalam

Page 13: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

8

pengobatan hipertensi dalam kehamilan karena aliran darah plasenta pada ibu dan janin stabil serta

aman berdasarkan follow-up jangka panjang (7,5 tahun) (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2006).Terapi kombinasi diberikan apabila pasien tidak merespon terhadap terapi tunggal

(monoterapi) yang diberikan. Respon tersebut berupa tekanan darah yang menurun atau kembali

normal (Sajith et al., 2014). Pasien yang menerima terapi kombinasi antara nifedipin dengan

metildopa sebanyak 14 pasien (35,90%).

Tabel 3. Distribusi pengobatan monoterapi hipertensi pada ibu hamil di Intalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang

tahun 2016

Terapi Obat Utama Jumlah Pasien Persentase (%)

n=39

Tunggal Nifedipine 21 53,84

Metildopa 4 10,26

Kombinasi Nifedipine + Metildopa 14 35,90

c. Evaluasi Pengobatan

1) Tepat Indikasi

Tepat indikasi merupakan ketepatan pemilihan obat dengan berdasarkan diagnosis dokter

untuk pasien. Hasil penelitian ini sebanyak 39 pasien atau sebesar 100% yang terdiri dari 28 ibu

hamil yang terdiagnosa pre-eklamsia berat dan 11 ibu hamil yang terdiagnosa hipertensi gestasional

memenuhi kriteria tepat indikasi, karena obat antihipertensi diberikan kepada ibu hamil sudah

sesuai dengan diagnosa. Pemberian obat antihipertensi di RSUD Pandan Arang tahun 2016 yaitu

nifedipin, metildopa dan kombinasi nifedipin dengan metildopa. Profil ketepatan indikasi tersaji

pada tabel 4.

Tabel 4. Presentase ketepatan indikasi antihipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2016

Diagnosa Obat yang

diresepkan

Standar terapi Nomor RM Jumlah

Tepat

Persentase (%)

N = 39 SPM POGI

Preeklamsia

Berat

Nifedipin Nifedipin Nifedipin 1,3,4,7,9,10,13,14,15,

18,19,20,23,24,25,37,38,3

9

28 71,79

Nifedipin +

metildopa

2,5,6,8,11,12,16,17,21,2

Hipertensi

Gestasional

Metildopa Metildopa 27,28,29,36

11 28,21

Nifedipin Nifedipin 26,30,31,34

Nifedipin + metildopa

32,33,35

2) Tepat Pasien

Page 14: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

9

Tepat pasien merupakan pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi dari pasien baik dari aspek

fisiologi maupun patologi dan obat tidak dikontraindikasikan untuk pasien. Obat yang diberikan

harus sesuai dan aman untuk ibu hamil, karena obat tidak hanya akan terdistribusi pada ibu

melainkan juga terhadap janin yang dikandung, sehingga keamanan dan ketapatan pemilihan obat

untuk pasien harus sesuai.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Tabel 5. Presentase ketepatan pasien hipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang tahun 2016

Diagnosa Terapi antihipertensi sesuai SPM RS dan POGI

Obat yang diresepkan

Nomor RM Persentase (%) N = 39

Preeklamsia Berat Terapi preeklamsia berat

menurut SPM RS

menggunakan nifedipin dan menurut POGI terapi

preeklamsia berat dapat

menggunakan nifedipin atau

nicardipin.

Nifedipin 1,3,4,7,9,10,13,

14,15,18,19,20,

23,24,25,37,38, 39

71,79

nifedipin +

metildopa

2,5,6,8,11,12,16,17,21,2

2

Hipertensi

Gestasional

Terapi menurut POGI lini

pertama: metildopa, lini

kedua: nifedipin

Metildopa 27,28,29,36 28,21

nifedipin 26,30,31,34

Nifedipin +

metildopa

32,33,35

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 5, dari data didapatkan ketepatan

pasien pada diagnosis preeklamsia berat sebesar 71,79% atau 28 pasien dan diagnosa hipertensi

gestasional 28,21% atau 11 pasien. Pemberian obat berupa nifedipin, metildopa pada ibu hamil

sudah sesuai karena aman dan tidak dikontraindikasikan dengan pasien. Metildopa termasuk dalam

kategori B, merupakan obat yang tidak menimbulkan risiko pada janin sedangkan nifedipin masuk

dalam kategori C dimana perlu adanya pertimbangan penggunaan nifedipin memberikan manfaat

yang lebih besar daripada risiko yang akan terjadi pada janin.

3) Tepat Obat

Tepat obat merupakan ketepatan pemilihan obat sesuai dengan drug of choice untuk hipertensi pada

ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan dari 39 pasien yang terdiagnosa hipertensi terdapat 37

pasien (94,87%) yang memenuhi kaidah tepat obat. Tabel 6 menjelaskan bahwa ketepatan

penggunaan obat terbagi menjadi dua diagnosis yaitu 26 pasien dengan diagnosis preeklamsia berat

atau sebesar 66,67% dari 28 pasien dan diagnosis hipertensi gestasional sebesar 28,21% (11 pasien )

yang memenuhi kaidah tepat obat. Ketidaktepatan penggunaan obat terjadi pada diagnosis PEB

dengan penggunaan kombinasi obat (nomor RM: 5 dan 11), dikarenakan pemberian terapi

kombinasi antara nifedipin dengan metildopa pada pasien dengan TD < 160/100mmHg, menurut

Queensland Health(Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun 2013 terapi kombinasi antara obat

antihipertensi diberikan apabila pasien hipertensi sudah memasuki stage berat/akut, yaitu tekanan

darah diastolik > 160 mmHg dan tekanan darah sistolik mencapai > 100 mmHg, pemberian obat

Page 15: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

10

antihipertensi pada stageberat/akut secara bersamaan dapat menurunkan tekanan darah secara

efektif (Queensland ClinicalGuidelines, 2013).

Tabel 6 Presentase ketepatan obat antihipertensi pada ibu hamil di RSUDPandan Arang tahun 2016

4) Tepat Dosis

Berdasarkan tabel 7 besaran dosis antihipertensi yang digunakan di RSUD Pandan Arang

Boyolali terdapat 1 kasus ketidaktepatan dosis (nomor RM 9), hal ini karena pasien mendapatkan

terapi nifedipin dengan rute pemberian secara sublingual yang tidak sesuai dengan acuan Standar

Pengobatan Medis. Kriteria tepat dosis didapatkan sebanyak 36 pasien (92,31%). Pemberian

nifedipin dengan rute sublingual tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan hipotensi

krisis dan gangguan pada janin walaupun penggunaan secara sublingual dapat menurunkan tekanan

darah dengan cepat (Marendeng, 2007). Ketepatan dosis dari penelitian yang dilakukan didapatkan

sebanyak 25 pasien atau sebesar 64,10 % mendapatkan nifedipin dengan dosis 10 mg 3 x1 dan

kombinasi nifedipin 10 mg 3x1 dengan metildopa 3,0g/hari, dibagi menjadi 2-3 dosis dalam

Diagnosa Obat

yang di

resepkan

Standar terapi Nomor RM No RM

Tidak

tepat

Jumlah

tepat

Persentase (%)

N = 39 SPM POGI Queensland

Preeklamsia

Berat

Nifedipin Nifedipin

(CCB)

Nifedipin

(CCB)

Nifedipin

(CCB)

1,3,4,7,9,

10,13,14,

15,18,19,

20,23,24, 25,37,38, 39

18 66,67

Nifedipin

+

metildopa

Kombinasi

Nifedipine

dan Metildopa pada

hipertensi

berat/akut

2,6,8,12,16,17,2

1,22

8

Kombinasi

Nifedipine

dan Metildopa

pada hipertensi

ringan-sedang

5, 11

Hipertensi

Gestasional

Metildopa Metildopa 27,28,29, 36 - 4 28,21

Nifedipin Nifedipin 26,30,31, 34 - 4 Nifedipin

+

metildopa

Kombinasi

Nifedipine

dan Metildopa

pada

hipertensi

berat/akut

32,33,35 - 3

Page 16: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

11

sehari.dan ketepatan dosis untuk diagnosa hipertensi gestasional adalah 11 pasien atau sebesar

28,21%. Menurut DIH, terapi dengan metildopa minimal dilakukan selama 2 hari dan dosis yang

digunakan adala 3x 250mg rute per oral, serta nifedipin dengan besaran dosis 3x 10mg dengan rute

per oral. Pemberian besaran dosis obat antihipertensi harus tepat, ketidaktepatan dosis dapat

berpengaruh pada keberhasilan terapi. Hal ini disebabkan karena besaran dosis yang diberikan

kurang sehingga tekanan darah normal tidak tercapai (Brian et all., 2013).

Tabel7. Presentase ketepatan dosis antihipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang tahun 2016

d. Keterbatasan penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu penelitian sehingga penelitian

menggunakan metode secara retrosprektif. Dimana metode ini hanya dapat menggambarkan

ketepatan penggunaan obat dengan melihat data dari rekam medis pasien, tidak dapat melihat

langsung kondisi klinis pasien dengan mengikuti perkembangan penyakitnya dan melihat kejadian

yang mungkin terjadi karena ketidaktepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil. Perlu

adanya penelitian secara prospektif dengan mengikuti perkembangan pasien untuk mengetahui

akibat yang benar-benar terjadi akibat ketidaktepatan penggunaan obat antihipertensi.

Diagnosa Obat yang

diresepkan

Standar terapi Nomor RM No

RM

Tidak

tepat

Jumlah

tepat

Persentase (%)

N = 39 SPM POGI

Preeklamsia

Berat

Nifedipin Per oral: Nifedipin

10mg 3 x

sehari

Per oral: Nifedipin 10mg 3 x sehari

1,3,4,7,10,13,14,15,18,1

9,20,23,24,2

5, 37,38,39

17 64,10

Sublingual:

Nifedipin

10mg 3x sehari

9

Nifedipin + metildopa

Nifedipin 10mg 3 x sehari

Metildopa

0,5-3,0 g/hari.

Terbagi menjadi 2-3 dosis dalam sehari.

2,6,8,12, 16,17,21,22

- 8

Hipertensi

Gestasional

Metildopa Metildopa

0,5-3,0 g/hari.

Terbagi menjadi 2-3 dosis dalam sehari.

27,28,29, 36 - 4 28,21

Nifedipin Per oral: Nifedipin

10mg 3 x sehari

26,30,31, 34 - 4

Nifedipin + metildopa

Nifedipin 10mg 3 x sehari

Metildopa

0,5-3,0 g/hari.

Terbagi menjadi 2-3 dosis dalam sehari.

32,33,35 - 3

Page 17: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

12

4. PENUTUP

KESIMPULAN

1. Gambaran terapi antihipertensi adalah terapi tunggal nifedipin sebanyak 21 pasien (53,84%),

metildopa sebanyak 4 pasien (10,26%) dan terapi kombinasi berupa nifedipin dengan metildopa

sebanyak 14 pasien (35,90%).

2. Ditemukan 39 pasien (100%) dengan kriteria tepat indikasi, 39 pasien (100%) dengan kriteria

tepat pasien, 37 pasien (94,87%) dengan kriteria tepat obat dan 36 pasien (92,31%) dengan

kriteria tepat dosis.

Saran

1. Perlu peningkatan peran farmasis dalam penatalaksanaan terapi antihipertensi pada ibu hamil di

RSUD Pandan Arang Boyolali untuk mendapatkan terapi yang aman dan sesuai.

2. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif untuk melihat kejadian yang ditimbulkan dari

ketidaktepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2010, Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Brian K. A., Corelli R.L., Ernst M.E., Guglielmo B., Joseph., Jacobson P.A., Kradjan W.A., and Williams B.R.,

2013, Koda-Kimble and Young’s applied therapeutics : the clinical use of drugs 10 th Edition,Philadelpia, USA.

Chobanian A.V., Bakris G.., Black H.R. and Cushman W.C., 2004, The Seventh Report of the Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, Seventh., New York.

Daque, X., Martinez, H., Vilchis-Gil, J., Mendoza, E., Flores-Hernández , S., Morán, S., Navarro, F., Roque-

Evangelista, V., Serrano, A., Mera , R.M., 2014. Effect of Supplementation with Ferrous Sulfat on Iron Bis-

Glycinate Chelate of Feritin Concentration in Mexican School Children; A Randomized Controlled Trial,

Nutrition Journal, 3.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Modul penggunaan obat rasional, Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi, Direktorat Bina

Farmasi Komunitas dan Klinik, Jakarta.

Fathima D.N., 2016, A Study on Outcome of Antepartum Eclampsia . An Analysis of Factors Contributing to Zero

Maternal Mortality in Medical Science, Medical Science,Departemen of Obstetries & Gynaecology,

Mahabubnagar, Telangana.

Gaspar R. and Hajagos T. J., 2013, Calcium Channel Blockers as Tocolytics: Principles of their actions, adverse effects

and therapeutic combinations, Pharmaceuticals, pp 689–699.

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI, 2006, Panduan Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan, Semarang.

Page 18: EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT …eprints.ums.ac.id/53697/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul setelah

13

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P. and Lanc, L.L., 2008, Drug Information Handbook, 17th Edition,

America.

Lindarwati, 2012, Hubungan Antara Frekuensi Kehamilan Dengan Hipertensi di RSUDPandan Arang

Boyolali,Skripsi,hal 8, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Marendeng B., 2007, Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien preeklamsia di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma

Morimoto Y., Kondo Y., Kataoka H., Honda Y., Kozu R., Sakamoto J., Nakano J., Origuchi T., Yoshimura T. and

Okita M., 2015, Heat treatment inhibits skeletal muscle atrophy of glucocorticoid-induced myopathy in rats,

Physiological Research, pp 897–905, Nagasaki, Japan.

Petik D., Puho E., and Czeizel A.E., 2005, Evaluation of Maternal Infusion Therapy During Pregnancy For Fetal

Development, pp 137-147.

PratiwiB. R., 2013, Efektivitas Kombinasi Nifedipin 10 mg dan Metildopa 500 mg Terhadap Luaran Maternal dalam

Pengelolaan Preeklamsia Berat di RSUP dr. Kariadi, Skripsi, pp 5, Fakultas Kedokteran,Universitas Diponegoro

Semarang.

Queensland, 2013, Hypertensive Disorders of Pregnancy, Queensland, Queensland Goverment.

Sager, P., Heilbraun, J., Turner, J.R., Gintant, G. and Geiger, M.J., 2013. Assessment of drug-induced increases in

blood pressure during drug development : Report from the Cardiac Safety Research Consortium. American Heart

Journal, 165(4), pp.477–488.

Sajith M., Nimbargi V., Modi A., Sumariya R. and Pawar A., 2014, Incidence of pregnancy induced hypertension and

prescription pattern of antihypertensive drugs in pregnancy, , 5 (4), 163–170.

Sirait A.M., 2012, Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indonesia Dan Berbagai Faktor Yang Berhubungan ( Riset

Kesehatan Dasar 2007 ), Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 15 (2 April 2012), 103–109.

Survivalina R., 2015, Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali, Boyolali.

Wiknjosastro, H., 2003, Ilmu Kebidanan, Edisi keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta