hipersensitivitas

7
Logbook Modul 6 Skenario 1 Miana Leily Hapsari 1206207880 REAKSI HIPERSENSITIVITAS Alergi merupakan abnormal atau hipersensitif respon sistem imun terhadap suatu antigen. Reaksi hipersensitivitas memiliki beberapa tipe yang berbeda antara lain sebagai berikut. Tabel Tipe Reaksi Hipersensitivitas Paparan berulang dengan antigen dapat menyebabkan respon hipersensitivitas yang dapat membahayakan host. Beberapa antigen yang umum menyebabkan reaksi hipersensitivitas antara lain sebagai berikut. Tabel Alergen Umum

Upload: hastinefia

Post on 11-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

reaksi hipersensitif

TRANSCRIPT

Logbook Modul 6 Skenario 1Miana Leily Hapsari 1206207880REAKSI HIPERSENSITIVITASAlergi merupakan abnormal atau hipersensitif respon sistem imun terhadap suatu antigen. Reaksi hipersensitivitas memiliki beberapa tipe yang berbeda antara lain sebagai berikut.Tabel Tipe Reaksi Hipersensitivitas

Paparan berulang dengan antigen dapat menyebabkan respon hipersensitivitas yang dapat membahayakan host. Beberapa antigen yang umum menyebabkan reaksi hipersensitivitas antara lain sebagai berikut. Tabel Alergen Umum

Reaksi hipersensitivitas yang melibatkan sistem humoral terjadi segera setelah terjadi paparan terhadap antigen. Reaksi hipersensitivitas tipe I, II, dan III melibatkan sistem imun humoral. Sedangkan reaksi hipersensitivitas tipe IV melibatkan sistem imun seluler yang seringnya memiliki onset yang tertunda.Ketika orang yang mudah alergi pertama kali terpapar alergen, limfosit T helper (Th2) memproduksi interleukin-4 (IL-4) dan berinteraksi denga sel B, menstimulasi produksi antibodi immunoglobulin E (IgE) dalam jumlah besar. Kemudian melekat pada reseptor di basofil (pada peredaran darah) dan sel mast (dalam paru-paru, kulit, lidah, dan lapisan hidung dan usus. Ketika terpapara alergen spesifik lagi, rekasi antibodi-antigen IgE pada basofil dan/atau sel mast memberi sinyal untuk mensintesa mediator kimia (prostaglandin dan leukotrin) dan untuk melepaskan yang lainnya (histamin dan heparin, juga substansi yang mengaktivasi platelet dan kemudian menarik eosinofil dan neutrofil). Hal ini menghasilkan respon hipersensisitvitas tipe I dalam beberapa menit, yang mungkin anafilaktik dan menyebabkan bronkospasma dan hipotensi.

Gambar. Imunopatogenesis Hipersensitivitas (Scully, 2010)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS AKIBAT OBATTabel Adverse Drug Reaction

Alergi obat termasuk reaksi tipe B yang dimediasi oleh sistem imun adaptif. Pada praktiknya, sulit dibedakan reaksi yang dimediasi imun atau non-imun. Alergi obat dapat dijelaskan oleh adanya cross-reactivity antara obat yang terlibat dan xenobiotik pada pasien yang pernah terpapar sebelumnya.

Sensitisasi ObatSensitisasi obat melibatkan stimulasi primer dan ekspansi limfosit T dru-specific. Sensitisasi dapat memperngaruhi sel T saja atau sel T dan sel B. Sensitisasi sel T Terjadi ketika drug-protein complex dibawa oleh antigen-presenting cells (APC) dan kemudian diangkut ke jaringan limfoid aliran lokal, yang kemudian diproses dan diberikan pada major histocompatibility complex (MHC). Sel T dengan spesifitas yang sesuai mengenal kompleks tersebut, sehingga memicu proliferasi dan meluas sebagai primed T cell. Antigen-experienced progeny yang diperoleh dapat dibagi menjadi sel T efektor (TEff) yang berumur pendek, memori (TEM) dan central memory (TCM) yang berumur panjang.

Gambar. Sel T spesifik mengenali senyawa drug-carrier. (Schnyder B, Werner JP, 2009) Sensitisasi antibodi Kompleks hapten-carrier dapat menjadi antigenik terhadap sel T dan sel B. Ketika terdapat sel T helper spesifik, sel B drug-specific berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Antibodi drug-specificic dari beberapa isotop kemudian diproduksi. Reaksi silang Selain obat dan senyawa drug-metabolite carrier, antigen cross-reactive drug-independent juga dapat menginduksi sensitisasi yang dapat bermanifestasi alergi obat. Beberapa makanan dan kosmetik juga dapat menyebabkan reaksi silang dengan medikasi tertentu. Mekanisme Hipersensitivitas Obat Yang Dimediasi ImunSetelah terjadi sensitisasi primer terhadap obat penyebab, paparan kedua menyeabkan sel T yang terpengaruh dan antibodi memasuki elicitation phase. Sebagian besar alergi obat termasuk reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV, reaksi tipe II dan III jarang terjadi. Tipe I (IgE-Mediated Drug Hypersensitivity)Ketika sensitisasi obat primer menyebabkan pembentukan IgE drug-specific, kontak dengan hanya jumlah kecil obat dapat memicu gejala. Hal ini terjadi karena sel mast terdapat dimana-mana dan disertai dengan reseptor high-affinity Fc (fragmen, crytalizable) (FcRI), yang mengikat IgE allergen-specific. Untuk reaksi alergi, alergen harus berikatan dengan fragment antigen-binding region dari molekul IgE. Dua atau lebih ikatan molekul IgE , menyebabkan aktivasi sel mast dan pelepasan faktor yang beragam, seperti histamin, leukotrin, prostaglandin, dan sitokin. Reaksi ini menibulkan vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, meningkatkan produksi mukus dan bronkokonstriksi, dan menambah rekrutmen eosinofil. Obat yang terlibat pada reaksi I antara lain, penicillin, sefalosporin, dan agen neuromuscular blocking. TipeII (IgG-Mediated Cytotoxicity)Reaksi tipe II melibatkan IgG-mediated cytotoxicity langsung ker membran eritrosit, leukosit, platelet, dan sel prekursor hematopoietik pada sumsum tulang. Obat yang termasuk reaksi tipe II antara lain methyldopa (anemia hemolitik), aminopyrine (leukopenia), dan heparin (trombositopenia). Antibody-coated cells diperintah menuju sistem retikuloendotelial pada liver dan limpa oleh Fc atau complement-receptor binding. Destruksi intravaskuler dapat terjadi oleh lisis complement-mediated namun jarang terjadi. Beberapa jalur pengenalan antibodi terhadap sel T target antara lain sebagai berikut1. Struktur membran sel termodifikasi oleh hapten dan obat, yang menyebabkan respon imun yang mengarah ke struktur target.2. Obat memicu perubahan untuk penyesuaian pada struktur membran sel, yang memicu perlekatan nonspesifik autoantibodi Tipe III (Immune Complex Deposition)Pembentukan kompleks imun, biasanya terjadi tanpa gejala pada respon imun normal. Pada beberapa keadaan, kompleks imun mengikat sel endotelial dan memicu deposisi kompleks imun dengan aktivasi pembuluh darah kecil. Penyebab dan kondisi yang menyebabkan hal ini terjadi belum jelas. Gejala klinis reaksi tipe III antara lain serum sickness, drug-induced lupus erythematous, dan vasculitis. Tipe IV (T-Cell-Mediated Drug Hypersensitivity)T-cell-mediated drug hypersensitivity memiliki manifestasi klinis yang beragam dari hanya melibatkan kulit sampai penyakit sistemik. Seringnya obat yang termasuk reaksi tipe IV adalah sulfa antibiotic dan -lactam.

1. Little J.W., Falace D.A., Miller C.S., Rhodus N.L. Dental Management of The Medically Compromised Patient. 7th Ed. Mosby. 20082. Scully C, Medical Problems in dentistry. Elsevier 20103. Schnyder B, Werner JP. Mechanism of Drug-Induced Allergy. Mayo Clin Proc. 2009 Mar;84(3):26872.