herpes zooster

21
HERPES ZOSTER Zia Ulhaq a Endang Triwahyuni b a Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammaiyah Jakarta b Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi Abstrak Herpes Zoster atau shingles adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengan karakteristik kulit yang nyeri disertai gelembung/lepuhan yang terdapat pada satu sisi area terbatas di tubuh (kanan atau kiri), biasanya berbentuk garis. Infeksi ini merupakan hasil reaktifasi virus varicella zoster dan biasanya terjadi setahun setelah infeksi primer virus tersebut. Dilaporkan sebuah kasus anak laki-laki berusia enam tahun dengan herpes zooster. Pasien datang dengan keluhan timbul lepuhan/bintil-bintil di daerah wajah sebelah kanan. Tiga hari sebelum masuk Rumah Sakit, Pasien merasakan mata kanan terasa sakit dan kemerahan, demam, sakit kepala, pegal-pegal dan terasa lemas. Setelah gejala tersebut, kemudian muncul bintil- bintil di daerah seluruh wajah sebelah kanan mulai dari pelipis, daerah mata, pipi sampai mulut. Bintil-bintil tersebut terasa gatal, panas, nyeri dan berkelompok serta tidak keras. Kemudian sebagian bintil-bintil tersebut pecah dan mengeluarkan cairan jernih. Pasien tidak dapat membuka mata bagian kanan. Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan gambaran eritema, vesikel, edema, dan pustul. Namun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk membantu menegakkan diagnosis. 1 | Page

Upload: yogi-sanjaya

Post on 26-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Herpes Zooster

HERPES ZOSTER

Zia Ulhaqa Endang Triwahyuni b

a Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammaiyah Jakartab Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi

Abstrak

Herpes Zoster atau shingles adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus

dengan karakteristik kulit yang nyeri disertai gelembung/lepuhan yang terdapat pada satu sisi

area terbatas di tubuh (kanan atau kiri), biasanya berbentuk garis. Infeksi ini merupakan hasil

reaktifasi virus varicella zoster dan biasanya terjadi setahun setelah infeksi primer virus

tersebut.

Dilaporkan sebuah kasus anak laki-laki berusia enam tahun dengan herpes zooster.

Pasien datang dengan keluhan timbul lepuhan/bintil-bintil di daerah wajah sebelah kanan.

Tiga hari sebelum masuk Rumah Sakit, Pasien merasakan mata kanan terasa sakit dan

kemerahan, demam, sakit kepala, pegal-pegal dan terasa lemas. Setelah gejala tersebut,

kemudian muncul bintil-bintil di daerah seluruh wajah sebelah kanan mulai dari pelipis,

daerah mata, pipi sampai mulut. Bintil-bintil tersebut terasa gatal, panas, nyeri dan

berkelompok serta tidak keras. Kemudian sebagian bintil-bintil tersebut pecah dan

mengeluarkan cairan jernih. Pasien tidak dapat membuka mata bagian kanan.

Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan gambaran eritema, vesikel, edema, dan

pustul. Namun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk membantu

menegakkan diagnosis. Pada kasus, pasien diterapi dengan kompres NaCl 0.9%, antibiotik

topical pada bagian yang lecet berupa gentamycin zalf dan antivirus berupa acyclovir 200mg

lima kali perhari. Efek terapi pada pasien mulai terlihat ditandai dengan lesi yang mengering,

mata mulai bisa membuka kembali dan gejala penyakit berkurang

Kata kunci : Herpes Zoster, Varicella zoster, Acyclovir

Abstract

Herpes Zoster or shingles is a viral disease characterized by a painful skin with

blister in a limited area on one side of the body (left or right), often in a stripe. This infection

resulting from reactivation of the varicella-zoster virus (VZV) and usually occurs years after

primary infection with the varicella (chickenpox) virus.

1 | P a g e

Page 2: Herpes Zooster

A reports of a six years old boy with Herpes Zoster, The patients present with blister

that appears on on the right side of the face. three days before, the patients feel pain and

redness on his right eye, fever, headache, sore, and weak. After that, a several of blister

appears to the surface of skin on a right side face form forehead, around of eye, cheek, and

around of mouth. The blister are flocking and feel sore, itchy and hot. And than a several of

blister are rupture and release a clear fluid. The patients can’t open his eye.

On dermatological examination found a erythema, vesicle, oedema, and pustules. but

further investigation hasn’t been done to help make the diagnosis. In this case, the patients

treated with 0.9% NaCl compresses, topical antibiotics such as gentamycin and a antiviral

Acyclovir 200mg five times a day. Therapeutic effect on the patients can be marked as crust

appears on the skin, the patients can open his eye and many symptoms are reduced

Keyword : Herpes Zoster, Varicella zoster, Acyclovir

2 | P a g e

Page 3: Herpes Zooster

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes zoster atau shingles, dampa atau cacar ular telah dikenal sejak zaman yunani

kuno. Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus yang sama dengan varisela, yaitu virus

varisela zoster ( VZV ). Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi

endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus. Herpes

zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang

terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf

sensorik dan nervus kranialis.1,2

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka

kesakitan pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia.

Diperkirakan terdapat antara 2-5 per 1000 orang pertahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di

atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun. 3

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus

varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf

sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion

sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak

bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius.

Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang

terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang

berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk

pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.3

Infeksi pada mata terjadi jika reaktivasi virus berada pada ganglion sensoris dari

nervus trigeminus (N.V), meskipun masuknya virus dari luar juga mungkin dapat terjadi.

Reaktivasi terjadi saat imunitas seluler terhadap virus menurun. Penyakit ini jarang

ditemukan pada anak-anak, tetapi terjadi konstan pada usia 20-50 tahun dan lebih tinggi pada

usia >60 tahun. Faktor risiko lainnya adalah pengobatan dengan kortikosteroid, terapi radiasi,

imunosupresi, transplantasi organ dan penyakit sistemik seperti SLE, AIDS, leukemia, atau

lymphoma. Pada orang dewasa muda lebih sering terjadi reaktivasi dikarenakan penggunaan

obat imunosupresif dan meningkatnya AIDS pada usia ini.4

3 | P a g e

Page 4: Herpes Zooster

Herpes zoster jarang pada anak, jika terkena HZ gejalanya lebih ringan pada anak-

anak, self limiting dan durasinya lebih pendek. Pada anak biasanya karena system imun yang

abnormal atau terinfeksi varicella pada tahun pertama kehidupan serta tidak mendapat

imunisasi campak.6

Gambaran klinis penyakit ini berupa eritema yang dalam waktu singkat menjadi

vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi

cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh dan dapat menjadi pustule dan krusta.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang

terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah

krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3

kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara

langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat

terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.5,6

Pada Herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, diantaranya ptosis

paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optic. Paralisis motorik

terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara perkontinuitatum dari

ganglion sensorik ke system saraf berdekatan. Paralisis muncul biasanya dalam 2 minggu

sejak awitan munculnya lesi. Umumnya akan sembuh spontan.6

Pada makalah ini akan dibahas sebuah kasus anak laki-laki usia enam tahun dengan

kecurigaan Herpes zoster berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan dermatologis yang

ditemukan. Pembahasan terbatas pada keadaan klinis yang ditemukan baik melalui anamnesis

maupun pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan serta prognosis pasien setelah

mendapatkan terapi.

4 | P a g e

Page 5: Herpes Zooster

BAB II

LAPORAN KASUS

Dilaporkan seorang anak berusia enam tahun datang ke Rumah Sakit Umum Daerah

Sekarwangi dengan keluhan timbul lepuhan/bintil-bintil di daerah wajah sebelah kanan. tiga

hari sebelum masuk Rumah Sakit, pasien juga merasakan mata kanan terasa sakit dan

kemerahan, demam, sakit kepala, pegal-pegal dan terasa lemas. Setelah gejala tersebut,

kemudian muncul bintil-bintil di daerah seluruh wajah sebelah kanan mulai dari pelipis,

daerah mata, pipi sampai mulut. Bintil-bintil tersebut terasa gatal, panas, nyeri dan

berkelompok serta tidak keras. Kemudian sebagian bintil-bintil tersebut pecah dan

mengeluarkan cairan jernih. Pasien tidak dapat membuka mata bagian kanan. Keluhan seperti

anoreksia disangkal.

Riwayat penyakit dahulu yang sama seperti yang dikeluhkan sekarang disangkal

keluarga pasien. Keluarga menyangkal keluhan sempat diobati sebelum dibawa ke rumah

sakit. Riwayat sama pada keluarga disangkal namun diakui ada tetangga yang menderita

penyakit yang sama. Riwayat alergi, asma, ataupun riwayat atopic lainnya disangkal

keluarga. Pasien merupakan anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Pasien

merupakan anak yang aktif, sering bermain di luar rumah bersama temannya. Kebersihan

tubuh diakui dirawat cukup baik oleh keluarga. Pasien diakui tidak diberikan imunisasi

campak saat berusia 9 bulan.

Pasien tampak sakit ringan dengan kesadaran composmentis dan tanda-tanda vital

dalam batas normal (Tekanan darah tidak dilakukan pemeriksaan, frekuensi nafas : 21x

permenit, frekuensi nadi : 90 x permenit, suhu : 36.3oC). Status generalisata lain dalam batas

normal.

Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan lesi berupa eritema, vesikel, edema, dan

pustul di regio facialis dextra, orbitalis dextra, dan frontalis dextra (gambar 1). Pemeriksaan

penunjang tambahan lain tidak dilakukan.

5 | P a g e

Page 6: Herpes Zooster

Foto pasien pada tanggal 25 Agustus 2014

Gambar 1 : eritema, vesikel, edema, dan pustul pada pasien (panah merah)

Pada kasus, pasien diterapi dengan kompres NaCl 0.9%, antibiotik topical pada

bagian yang lecet berupa gentamycin zalf dan antivirus berupa acyclovir 200mg lima kali

perhari. Pasien juga diberikan obat tetes mata berupa polydex sebanyak 1 tetes dua kali

perhari dan cendo homatro 0,5% sebanyak 1 tetes dua kali perhari. Efek terapi pada pasien

mulai terlihat ditandai dengan lesi yang mengering, mata mulai bisa membuka kembali dan

gejala penyakit berkurang

Prognosis Quo ad vitam pada pasien ad bonam, Quo ad Functionam : dubia ad

bonam, Quo ad sanationam : ad bonam.

Foto pasien tanggal 27 agustus 2014

Gambar 2 : lesi krusta dan mata mulai membuka

6 | P a g e

Page 7: Herpes Zooster

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Dilaporkan seorang anak laki-laki berusia enam tahun datang ke Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Sekarwangi dengan keluhan yang dicurigai sebagai herpes zoster. Jika

dilihat dari segi usia pasien, hal ini kurang sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa

Angka kesakitan Herpes zoster meningkat dengan peningkatan usia. Lebih dari 2/3 kasus

berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.1

Herpes zoster jarang pada anak, jika terkena gejalanya lebih ringan pada anak-anak,

self limiting dan durasinya lebih pendek. Pada anak biasanya karena system imun yang

abnormal atau terinfeksi varicella pada tahun pertama kehidupan serta tidak mendapat

imunisasi campak. Insiden Herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada

perbedaan angka kesakitan pria dan wanita.6

Pasien yang dicurigai dengan Herpes zoster datang dengan keluhan Muncul

lepuhan/bintil-bintil di daerah seluruh wajah sebelah kanan mulai dari pelipis, daerah mata,

pipi sampai mulut. Bintil-bintil tersebut terasa gatal, panas, nyeri dan berkelompok serta tidak

keras. Kemudian bintil-bintil tersebut pecah dan mengeluarkan cairan jernih. Tiga hari

sebelum masuk Rumah Sakit, pasien juga merasakan mata kanan terasa sakit dan kemerahan,

demam, sakit kepala, pegal-pegal dan terasa lemas. Pada pemeriksaan dermatologis

ditemukan lesi berupa eritema, vesikel, edema, dan pustul. Gambaran klinis ini cocok dengan

gambaran klinis pada pasien Herpes zoster. Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa

rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari

menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam,

terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi

erupsi.

Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan

unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada

daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.

Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam

kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu

sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap

7 | P a g e

Page 8: Herpes Zooster

hingga 2-3 minggu. Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-

anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada

penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.7,8,9

Gambar 3: effloresensi herpes zoster

Tempat predileksi lesi pada pasien berada di daerah seluruh wajah sebelah kanan

mulai dari pelipis, daerah mata, pipi sampai mulut, sedangkan frekuensi Herpes zoster

menurut dermatom terbanyak pada torakal (55%), cranial (20%), lumbal (15%), dan sacral

(5%). Kelainan pada wajah diakibatkan oleh gangguan nervus trigeminus (dengan ganglion

gaseri) yang salah satu gejalanya adalah herpes zoster ophtalmicus atau nervus fasialis dan

optikus (dari ganglion genikulatum) yang disebut Ramsay Hunt Sindrom. 7,8,9

Pada Herpes zoster oftalmikus ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit. Gejala

prodromal seperti lesu, demam ringan, mual muntah dapat timbul. Gejala prodromal

berlangsung 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Tanda iritasi meningeal seperti

kaku kuduk juga dapat timbul. Selain itu timbul juga gejala fotofobia, banyak keluar air mata,

kelopak mata bengkak dan sukar dibuka karena perjalanan cabang dari nervus ophtalmicus

yang memberi cabang ke nervus Arnold rekuren dan N III dan N VI.7,8,9

Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang dilakukan. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan lain untuk membantu

menegakkan diagnosis. Berdasarkan teori yang ada, Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesa dan gambaran klinis dari penyakit, pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk

membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan diagnosa banding.

Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzank membantu menegakkan diagnosis

8 | P a g e

Page 9: Herpes Zooster

dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan vesikula atau

material biopsy dengan mikroskop electron, serta tes serologic. Pada pemeriksaan

histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf,

proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.

Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop electron dan antigen virus herpes zoster dapat

dilihat secara imunofloresensi. Apabila gejala klinis jelas tidaklah sulit untuk menegakkan

diagnosis. Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang

tersebut.7,9

Gambar 4 : Tzanck smear : ditemukan multinuclear giant cell

Diagnosis banding dari Herpes zoster, antara lain:

1. Herpes simpleks

Ditandai dengan erupsi berupa vesikel bergerombol dengan dasar eritema. Sebelum

timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar yang

terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Terdapat 2 tipe, yaitu tipe 1 dan 2.

Pada tipe 1 terdapat lesi di daerah bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan.

Pada tipe 2 terdapat lesi di bawah pusat, terutama di sekitar alat genital eksterna.

2. Varisela

Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah

menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun ( tear drop). Vesikel akan

berubah menjadi pustule dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara

sentrifugal dari badan ke muka dan ekstremitas

9 | P a g e

Page 10: Herpes Zooster

3. Impetigo bulosa

Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta. Tempat

predileksi di ketiak, dada dan punggung. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada

anak-anak.9

Pada kasus, pasien diterapi dengan kompres NaCl 0.9%, antibiotik topical pada

bagian yang lecet berupa Gentamycin zalf dan antivirus berupa Acyclovir 200mg lima kali

perhari. Di literatur disebutkan Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:

1. Mengatasi infeksi virus akut

2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster

3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.8

Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan

kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.

Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar

untuk mencegah infeksi sekunder.10

Pengobatan Khusus

1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir

dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir

dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya diberikakn pada 3 hari

pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari

selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang

imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat.

Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir.

Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma

tinggi.. Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor

DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari. Jika lesi baru masih

10 | P a g e

Page 11: Herpes Zooster

tetap timbul obat-obat tersebut masih dapat diberikan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi

baru tidak timbul lagi 11,12

2. Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus herpes

zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah

1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri

muncul.11,12

3. Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian

harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah

prednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap.

Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung

dengan obat antivirus.9

Pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel

diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi

infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat

diberikan salap antibiotik.9

Pada Herpes Zoster Oftalmikus dibutuhkan pengobatan yang agresif dan monitoring

karena kemungkinan keterlibatan infeksi mata. Keterlibatan infeksi pada mata terjadi pada

setengah dari herpes zoster ophtalmicus. Secara sederhana, keterlibatan mata ditandai dengan

adanya vesikel pada ujung hidung karena keterlibatan cabang nasociliar (hukum

Hutchinson).13

Prognosis pada pasien ini Quo ad vitam: ad bonam, karena tidak adanya bukti herpes

zoster mengancam jiwa. Quo ad functionam : dubia ad bonam, pada pasien ini terjadi

masalah pada daerah mata yang tidak dapat membuka sebelum diberikan obat, dibutuhkan

pengobatan yang agresif dan monitoring karena kemungkinan keterlibatan infeksi mata.

Keterlibatan infeksi pada mata terjadi pada setengah dari herpes zoster ophtalmicus, Pada

Herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, diantaranya ptosis paralitik,

11 | P a g e

Page 12: Herpes Zooster

keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optic. Quo ad sanationam : ad bonam,

Pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi usia tua risiko terjadinya komplikasi

semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan makula hiperpigmentasi atau

sikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang teliti akan memberikan prognosis

yang baik & jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.

12 | P a g e

Page 13: Herpes Zooster

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Melton CD. Herpes Zoster. eMedicine World Medical Library:

http://www.emedicine.com/EMERG/topic823.htm

2. Stawiski MA. Infeksi Kulit. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:

EGC, 1995; 1291.

3. Siregar RS. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta:

ECG, 2005 ; 84-7

4. Achdannasich. Herpes Zoster Bilateral Asimetris-Pada Anak. Perkembangan Penyakit

Kulit dan Kelamin Indonesia Menjelang Abad 21. Perdoski. Surabaya:

Airlangga University Press, 1999 ; 212-4.

5. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4

6. Djuanda, Adhi. 2010. Infeki kulit pada bayi dan anak dalam Buku Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin edisi ke-enam. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokeran

Universitas Indonesia.

7. Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit

dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

8. Indrarini, Soepardiman L. Penatalaksaan Infeksi Virus Varisela-Zoster pada Bayi dan

Anak. Media Dermato-Venereologica Indonesiana. Volume 27. Jakarta:

Perdoski, 2000; 65s-71s

9. Djuanda, Adhi. 2010. Herpes zoster dalam Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi

ke-enam. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia.

10. Stankus SJ, Dlugopolski M, Packer D. Management of Herpes Zoster and Post Herpetic

Neuralgia. eMedicine World Medical Library:

http://www.emedicine.com/info_herpes_zoster

11. Andrews. Viral Diseases. Diseases of the Skin. Clinical Dermatology. 9th Edition.

Philadelphia: WB Saunders Company, 2000; 486-491.

12. Wilmana PF. Antivirus dan Interferon. Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Jakarta:

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995; 617.

13. Naros WE. Tinjauan Retrospektif Penyakit Herpes Zoster Pada Penderita Yang Dirawat

Di Bagian Kulit Dan Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang Periode 1993

1997

13 | P a g e