golongan darah

8
Identifikasi Personal Secara umum terdapat sembilan metode identifikasi untuk mengidentifikasi individu pada kasus-kasus forensik, yaitu metode visual, pakaian, perhiasan, dokumen, medis, odontologi forensik, serologi, daktiloskopi (sidik jari), dan eksklusi. Seluruh metode forensik tersebut dilakukan oleh berbagai pakar dari berbagai disiplin ilmu-ilmu forensik di bawah koordinasi pihak kepolisian dimana peran dokter adalah dalam identifikasi medis, serologi, dan odontologi. Salah satu jenis pemeriksaan serologi (serologi forensik) adalah identifikasi golongan darah korban dan pelaku yang dapat dideteksi melalui suatu trace evidence seperti bercak darah/darah kering pada kasus perlukaan, semen pada kasus pemerkosaan, atau air liur/saliva pada kasus gigitan. Pada identifikasi melalui saliva ini haruslah dibuat sediaan ulas dari air liur yang masih basah maupun sudah kering yang terdapat di sekitar gigitan pada korban atau bekas gigitan (bite mark) yang dapat menampakkan pola gigitan permukaan bukalis yang berasal dari tersangka pelaku. Selanjutnya sediaan ulas tersebut harus dikirim ke laboratorium serologis, apabila saliva berasal dari individu sekretor, maka golongan darahnya dapat diketahui. Identifikasi ini disebut sebagai pelacakan dari jejak air liur atau Salivary Trace Evidence. Pendeteksian Golongan Darah ABO Pendeteksian golongan darah adalah salah satu metode identifikasi material biologi dalam penyelidikan forensik dan telah digunakan secara luas pada berbagai laboratorium

Upload: syukron-chalim-sardjono

Post on 13-Dec-2014

134 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

mhgch

TRANSCRIPT

Page 1: Golongan Darah

Identifikasi Personal

Secara umum terdapat sembilan metode identifikasi untuk mengidentifikasi individu

pada kasus-kasus forensik, yaitu metode visual, pakaian, perhiasan, dokumen, medis,

odontologi forensik, serologi, daktiloskopi (sidik jari), dan eksklusi. Seluruh metode forensik

tersebut dilakukan oleh berbagai pakar dari berbagai disiplin ilmu-ilmu forensik di bawah

koordinasi pihak kepolisian dimana peran dokter adalah dalam identifikasi medis, serologi,

dan odontologi.

Salah satu jenis pemeriksaan serologi (serologi forensik) adalah identifikasi golongan

darah korban dan pelaku yang dapat dideteksi melalui suatu trace evidence seperti bercak

darah/darah kering pada kasus perlukaan, semen pada kasus pemerkosaan, atau air liur/saliva

pada kasus gigitan. Pada identifikasi melalui saliva ini haruslah dibuat sediaan ulas dari air

liur yang masih basah maupun sudah kering yang terdapat di sekitar gigitan pada korban atau

bekas gigitan (bite mark) yang dapat menampakkan pola gigitan permukaan bukalis yang

berasal dari tersangka pelaku. Selanjutnya sediaan ulas tersebut harus dikirim ke laboratorium

serologis, apabila saliva berasal dari individu sekretor, maka golongan darahnya dapat

diketahui. Identifikasi ini disebut sebagai pelacakan dari jejak air liur atau Salivary Trace

Evidence.

Pendeteksian Golongan Darah ABO

Pendeteksian golongan darah adalah salah satu metode identifikasi material biologi

dalam penyelidikan forensik dan telah digunakan secara luas pada berbagai laboratorium

forensik. Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya

perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua

jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor

Rh). Di antara bermacam-macam sistem golongan darah yang dikenal, sistem ABO adalah

yang terpenting dan digunakan secara luas. Pembagian sistem ABO yang ditemukan oleh

Landsteiner pada tahun 1901, didasarkan atas ada tidaknya substansi antigen yaitu antigen A

dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia antigen B yang terdapat pada permukaan

sel darah merah manusia, sehingga golongan darah manusia terbagi ke dalam 4 golongan

yang terdiri atas A, B, AB, dan O.

Antigen golongan darah ABO terdapat pada permukaan membran eritrosit dan

merupakan bagian dari sistem imunologi. Antigen-antigen ini mungkin berupa protein,

karbohidrat, glikoprotein atau glikolipid, tergantung pada sistem golongan darah.

Friedenreich dan Hartmann menyimpulkan bahwa terdapat dua bentuk antigen yang berbeda,

Page 2: Golongan Darah

yaitu : (a) antigen larut air (water soluble form) yang tidak ditemukan pada sel darah merah

dan serum, tapi terdapat pada sebagian besar cairan tubuh dan organ dari golongan sekretor,

serta (b) antigen larut alkohol (alcohol soluble form) yang terdapat pada seluruh jaringan

tubuh kecuali otak dan di sel darah merah, tapi tidak terdapat pada hasil sekresi.

Antigen sistem ABO ini diturunkan secara genetik di bawah pengaruh empat lokus,

yaitu lokus ABO, lokus gen H, gen Se, dan gen Le. Sistem ABO ini dikendalikan oleh 3 jenis

gen, yaitu A, B, dan O yang masing-masing dapat menempati lokus ABO. Gen A dan B

bersifat kodominan sedangkan gen O bersifat resesif atau amorf yang tidak menghasilkan

antigen. Tiap orang tua akan menurunkan satu gen ABO pada anaknya, sehingga seorang

anak mempunyai sepasang gen (genotip) yang dapat dinyatakan sebagai genotip AA, BB,

AB, AO, BO, atau OO. Namun pada penentuan golongan darah, kita tidak mendeteksi gen,

melainkan hanya antigen yang dihasilkannya, sehingga kita tidak dapat membedakan antara

genotip AA dari AO dan BB dari BO.

Sistem ABO juga dikendalikan oleh 2 gen lain, yaitu H dan h, yang akan menempati

lokus gen H.7 Lokus gen H ini akan mengkode sintesis core pentasakarida (bahan baku untuk

sintesis gen A dan B) sehingga gen H akan membentuk antigen H sedangkan gen h bersifat

resesif atau amorf. Hampir semua orang mewarisi dua gen H sedangkan gen h sangat jarang

ditemukan. Nantinya kedua antigen A dan B akan menggunakan antigen H ini sebagai

substrat. Gen H terdapat pada semua sel golongan darah A, B, AB, dan O. Jadi secara umum

substansi H terdapat pada keempat golongan darah tersebut. Lokus gen Se menentukan

apakah seseorang mensekresi antigen A, B, atau H ke dalam serum dan cairan tubuh lainnya

seperti saliva, urin, dan semen. Hanya sel yang mempunyai gen Se yang dapat mensekresi

antigen ABH. Sedangkan lokus gen Le (Lewis) berfungsi sebagai prekursor gen H. Substansi

antigen A, B, dan H berhubungan satu dengan lainnya melalui mekanisme berikut :

a. Jika individu diwarisi gen H, gen tersebut akan mengkode enzim transferase yang

akan merubah substansi prekursor menjadi substansi antigen H yang mengandung L-

fukose sebagai epitop terminalnya sehingga substansi ini dapat dikenal oleh antibodi.

Substansi antigen H ini adalah substansi yang mula-mula disintesis selama proses

sintesis molekul-molekul golongan darah.

b. Jika individu hanya diwarisi gen O, gen tersebut tidak mengkode produk apapun

sehingga antigen satu-satunya pada kelompok golongan darah O adalah antigen H.

c. Jika individu diwarisi gen A, gen tersebut akan mengkode enzim transferase A yang

berfungsi mengubah sebagian substansi H menjadi glikoprotein lain dengan cara

menambah suatu ujung –N-asetil-galaktosamin yang merupakan determinan antigenik

Page 3: Golongan Darah

dari golongan darah A. Sehingga kelompok golongan darah A akan memiliki antigen

H dan A. Gen A pada golongan darah, biasanya berupa gen A1 atau A2. Gen A1 adalah

konverter antigen H yang lebih baik, maka sel darah merah yang merupakan gen A2

biasanya memiliki lebih banyak antigen H daripada individu dengan gen A1.

d. Jika individu diwarisi gen B, gen tersebut akan mengkode enzim transferase B yang

berfungsi mengubah sebagian substansi H menjadi glikoprotein lain dengan

menambah ujung terminal –D-galaktosa yang merupakan determinan antigenik dari

golongan darah B. Sehingga kelompok golongan darah B akan memiliki antigen H

dan B.

e. Jika individu diwarisi kedua gen A and B, kedua gen tersebut akan beraksi sehingga

kelompok golongan darah AB memiliki antigen A, B, dan H.

Pendeteksian Golongan Darah ABO Melalui Saliva

1. Golongan Sekretor dan Non-sekretor

Individu yang termasuk golongan sekretor adalah individu yang memiliki gen

SeSe atau Sese, dimana mereka dapat mensekresikan antigen golongan darahnya pada

sekresi dan cairan tubuhnya selain pada sel darah merah. Individu sekretor

mensekresikan substansi antigen yang identik secara imunologik dengan substansi

pada eritrositnya. Sedangkan golongan non sekretor yang memiliki genotip sese,

hanya mensekresikan sedikit sekali atau tidak sama sekali antigen golongan darahnya

ke cairan tubuhnya sehingga cairan tubuhnya tidak mengandung antigen tersebut. Hal

ini diketahui dari penelitian Yamakami pada tahun 1926 yang menemukan adanya

antigen A dan B pada saliva, lalu pada tahun 1930, Lehrs dan Putkonen menyatakan

bahwa karakter tersebut bersifat dimorphic dengan ditemukannya golongan non-

sekretor yang tak memiliki antigen pada salivanya, selain golongan sekretor.

Beberapa ahli kemudian menemukan bahwa substansi antigen golongan darah

tersebut tidak hanya terdapat pada sel darah merah, tapi tersebar secara meluas pada

seluruh tubuh manusia, baik pada jaringan lunak maupun keras. Selain itu substansi

A, B, dan H juga terdapat sebagai mukopolisakarida dalam sekresi kelenjar seperti

saliva, keringat, dan cairan lambung.

Pada akhirnya diketahui bahwa sekresi mukopolisakarida ini dikontrol oleh

gen Se dan se, dimana Se dominan terhadap se. Pada individu sekretor, penentuan

golongan darah selain dapat dilakukan menggunakan sampel darahnya, juga dapat

dilakukan menggunakan sampel cairan tubuh seperti saliva, dimana antigen pada

Page 4: Golongan Darah

cairan tubuhnya biasanya terdapat dalam bentuk larut (soluble form glycoprotein).

Sedangkan pada individu non-sekretor, penentuan golongan darahnya hanya dapat

dilakukan dengan prosedur konvensional menggunakan sel darah merahnya.

2. Penentuan Status Sekretor

Untuk mengetahui apakah seseorang itu bersifat sekretor atau nonsekretor

dapat ditentukan dengan tes penentuan status sekretor (secretory test). Pada tes ini

prinsip yang digunakan adalah Aglutinasi-inhibisi, yang prosesnya terdiri dari 2 tahap,

yaitu:

a. Penetralan antibodi

Pada tahap ini saliva dicampur dengan antiserum komersial (Anti-A atau Anti-

B) yang telah dilarutkan dengan aquades sehingga titer antibodinya akan

mendekati level antigen di dalam saliva, kemudian biarkan untuk beberapa waktu

agar keduanya bereaksi. Jika subyeknya sekretor maka antigen golongan darah

yang larut dalam saliva akan bereaksi dengan dan menetralkan antibodi dalam

antiserum.

b. Aglutinasi-inhibisi

Pada tahap selanjutnya ditambahkan sel darah merah sesuai dengan

golongan darah yang akan dites ke dalam campuran tersebut. Jika subyeknya

sekretor, maka tidak terjadi aglutinasi sebab tidak ada lagi antibodi yang tersisa

untuk menggumpalkan sel darah merah, karena sebelumnya telah bereaksi dengan

antigen golongan darah di dalam saliva. Reaksi yang menunjukkan aglutinasi

negatif ini diinterpretasikan status sekretornya positif. Namun jika subyeknya non-

sekretor, maka tidak ada antigen golongan darah di dalam saliva sehingga antibodi

di dalam antiserum tidak akan dinetralkan dan akan bebas bereaksi dengan sel

darah merah yang ditambahkan. Reaksi aglutinasi positif menunjukkan hasil tes

status sekretor yang negatif.

3. Metode Pendeteksian Golongan Darah Menggunakan Saliva

Pendeteksian golongan darah melalui material selain darah dapat dilakukan

dengan cara tidak langsung, yaitu dengan metode absorpsi-inhibisi (untuk cairan

tubuh, misal : saliva, semen, dan sebagainya), absorpsi-elusi (untuk bahan padat,

misal : tulang, rambut, gigi, dan sebagainya), dan absorpsi campuran (untuk bahan

padat).

Pendeteksian golongan darah dengan cara aglutinasi langsung tidak mungkin

dilakukan untuk deteksi antigen dalam cairan tubuh seperti pada saliva. Hal ini

Page 5: Golongan Darah

dikarenakan antigen/substansi golongan darah dalam cairan tubuh terdapat dalam

bentuk yang larut (soluble form). Metode yang digunakan untuk pemeriksaan

golongan darah melalui saliva adalah metode absorpsi-inhibisi, yaitu bila terdapat

suatu bahan yang mengandung antigen yang sesuai dengan antiserum yang

ditambahkan maka akan terjadi proses absorpsi yang spesifik. Proses absorpsi ini akan

mengakibatkan titer antiserum berkurang (inhibisi). Sehingga jika kemudian

ditambahkan sel darah merah yang sesuai kepada antiserum yang telah terikat dengan

antigen dalam bahan, maka tidak akan ditemukan aglutinasi karena antiserum telah

berikatan dengan antigen dalam bahan sehingga tidak dapat lagi berikatan dengan

antigen pada dinding sel darah merah. Inhibisi aktifitas antiserum ini ditentukan

dengan membandingkannya dengan titer antiserum mula-mula.

Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat waktu

dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi,

donor yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada

beberapa kasus kriminal