gas gangren
DESCRIPTION
Gas GangrenTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gas gangren atau Clostridial myonekrosis adalah infeksi nekrotik kulit dan
jaringan lunak yang ditandai dengan adanya udara atau gas dibawah kulit yang
diproduksi oleh Clostridium. Penyakit ini merupakan penyakit yang tinggi potensi
kematiannya dikarenakan cepat menyeber ke jaringan lunak di tubuh. Nekrosisnya
jaringan disebabkan produksi eksotoksin dari spora berbentuk bakteri yang
memproduksi gas dilingkungan yang rendah oksigen. Gas gangrene
disubklasifikasikan menjadi dua kategori, trauma atau postoperatif yang
kejadiannya 70% dari kasus gas gangrene dan spontan atau gangrene non trauma.
Clostridium perfringens adalah bakteri yang paling banyak ditemukan pada pasien
gas gangrene trauma (80%) diikuti C.septicum, C.novyi, C.histolyticum,
C.bifermentans, C.tetium dan C.fallax.1
Gas gangren merupakan masalah yang serius pada masa perang dunia
pertama. Selama periode tersebut 6% dari fraktur terbuka dan 1% dari semua luka
terbuka berkembang menjadi gas gangren. Frekuensi ini terus menurun menjadi
0,7% pada perang dunia kedua, 0,2% pada perang Korea dan 0,002% pada
perang Vietnam. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar 3000 kasus gas gangren
per tahun, dimana 1.100 diantaranya meninggal dunia. Penelitian Hicthcok
menemukan dari 300 infeksi clostridium, 43% terjadi setelah trauma, 29% terjadi
setelah prosedur operasi yang bersih dan 28% tidak diketahui, sedangkan di
Indonesia belum ada data yang jelas mengenai insiden dari gas gangren ini.
-
2
Kecepatan menyebarnya gas gangren ke jaringan sekitar adalah 10 cm per
jam sehingga diagnosis dan penatalaksanaan yang terlambat dapat meningkatkan
angka mortalitas dan morbiditas. Faktor yang paling penting dalam kesuksesan
terapi gas gangren adalah diagnosis dan penatalaksanaan yang dini. Untuk
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas diperlukan penatalaksanaan yang
agresif termasuk debridemen dan antibiotik intravena dengan atau tanpa terepi
oksigen hiperbarik dan amputasi.2
Berikut di bawah ini dilaporkan suatu kasus gas gangren pada pasien laki -
laki berusia 38 tahun yang dirawat dan menjalani amputasi transfemoral bilateral
di RSUD Ulin Banjarmasin.
-
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gas gangren atau Clostridial myonekrosis adalah infeksi nekrotik kulit dan
jaringan lunak yang ditandai dengan adanya udara atau gas dibawah kulit yang
diproduksi oleh Clostridium.1
2.2. Epidemiologi
Gas gangren merupakan masalah yang serius pada masa perang dunia
pertama. Selama periode tersebut 6% dari fraktur terbuka dan 1% dari semua luka
terbuka berkembang menjadi gas gangren. Frekuensi ini terus menurun menjadi
0,7% pada perang dunia kedua, 0,2% pada perang Korea dan 0,002% pada
perang Vietnam. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar 3000 kasus gas gangren
per tahun, dimana 1.100 diantaranya meninggal dunia. Penelitian Hicthcok
menemukan dari 300 infeksi clostridium, 43% terjadi setelah trauma, 29% terjadi
setelah prosedur operasi yang bersih dan 28% tidak diketahui.2
Perkiraan kejadian gas gangren bervariasi, namun dengan perbaikan dalam
teknik bedah dan perawatan luka, kasus relatif jarang. Data dari tahun 1975
memperkirakan 900-1000 kasus per tahun, atau 0,03-5,2% dari luka terbuka,
tergantung pada jenis luka dan pengobatan. Kontaminasi luka clostridial sudah
biasa, meskipun dengan tidak adanya cedera dalam, myonecrosis dan infeksi tidak
biasanya terjadi3
-
4
2.3. Etiologi dan Faktor Resiko
Kuman penyebab gangren gas adalah Clostridium welchii (Clostridium
perfringens). Kuman ini merupakan flora normal usus, bersifat anaerob, dan
termasuk dalam golongan basil gram positif. Kuman yang membentuk spora
keluar bersama tinja dan terdapat di kulit di seluruh bagian tubuh dan juga di
tanah. Spora ini tahan kering, tahan beberapa desinfektan, dan tidak selalu mati
dalam air mendidih.3
Dilihat dari penyebabnya gas gangren dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
post traumatik/post operative dan spontan.3
1. Gas gangren posttraumatik merupakan 60% dari keseluruhan kasus gas
gangren.
Gas gangren posttraumatik antara lain:
a) Sebagian besar kasus adalah kecelakaan lalu lintas
b) Komplikasi trauma yang timbul akibat fraktur tertutup, luka tembak, luka
bakar.
Postoperative gas gangren.
a) Operasi traktus gastrointestinal
b) Operasi traktus genitourinarius
c) Aborsi
d) Amputasi
e) Turniket, gips, perban yang dipasang terlalu ketat.
2. Spontan
a) Dikenal sebagai nontraumatik, idiopatik, atau metastasis gas gangren.
-
5
b) Paling sering merupakan infeksi campuran yang disebabkan oleh C.
septikum, C. perfringens, dan C. nouvy. Angka kematian akibat infeksi
ini mendekati 100%
c) Kira-kira 80% pasien tanpa trauma memiliki hubungan dengan
keganasan. Dari jumlah tersebut 40% adalah keganasan hematologic dan
34% adalah keganasan kolorektal.
Faktor-faktor resiko untuk terjadinya gas gangren antara lain:4
Usia
Aterosklerosis
Diabetes Melitus
Kondisi kesehatan atau dalam pengobatan yang membuat sistem imun
tubuh rendah
Perforasi organ pencernaan
Trauma berat
Operasi
Merokok
Pemakai alkohol
Obesitas
Pengguna obat intravena
2.4. Patogenesis
Clostridium perfringens adalah basil gram positif yang bersifat anaerob.
Organisme ini membentuk spora dan hidup dimana-mana terutama di daerah
tanah yang yang subur. Clostridium juga termasuk flora normal di usus, kulit dan
-
6
saluran reproduksi wanita. Organisme ini menghasilkan sedikitnya 12 eksotoksin
dimana lpha, eta ,ppsilon dan tehtha adalah empat toksin utama yang dapat
menyebabkan kematian. Clostridium perfringens dibagi menjadi lima tipe yaitu
A,B,C,D dan E berdasarkan toksin utama yang dihasilkannya.5,6
Alfa toksin adalah toksin yang paling berperan dalam pembentukan gas
gangren. Toksin ini terdiri dari 370 residu zinc metalloenzim yang merupakan
suatu Phospholipase- C dan dapat berikatan dengan memban sel dengan bantuan
ion kalsium. Phospholipase- C adalah suatu enzim yang dapat mengkatalis
hidrolisis dari phosphatidylcholine (phospholipid lainnya) menjadi choline
phosphate and 1,2-diacylglycerol dan dapat menyebabkan kerusakan sel dengan
jalan hidrolisis dari komponen utama membran sel. Toksin ini juga dapat
menyebabkan lisis dari eritrosit, leukosit, platelet, fibroblast dan sel otot.5,6
Infeksi gas gangren terjadi karena masuknya spora Clostridium kedalam
luka. Luka pada jaringan akan mengganggu suplai darah sehingga akan
menyebabkan iskemia dan penurunan potensial reaksi oksidasi/reduksi di
jaringan. Semua ini akan memudahkan spora dari Clostridium untuk
berkembang.5,6
Sewaktu Clostridium bermultiplikasi bermacam macam eksotoksin
dilepaskan ke jaringan sekitarnya sehingga infeksi akan menjalar ke jaringan
subkutan yang akan menyebabkan selulitis dan jaringan otot sehingga terjadi
nekrosis otot yang progresif. Fermentasi anaerob didalam otot yang nekrosis akan
menyebabkan terbentuknya gas gangren. Gas gangren biasanya disebabkan oleh
kombinasi beberapa spesies clostridium yang menghasilkan eksotoksin kuat
-
7
penyebab nekrosis jaringan. Bila infeksi terbatas pada jaringan subkutan, akan
terjadi selulitis, radang jaringan, terutama radang jaringan subkutan anaerob.
Umumnya infeksi meluas ke jaringan otot, terjadi nekrosis otot yang progresif
oleh eksotoksin. Karbohidrat otot dihancurkan oleh enzim sakarolitik sehingga
terjadi gas hidrogen dan karbondioksida, serta asam laktat. Kemudian terjadi
penyebarab infeksi sehingga tekanan dalam jaringan menjadi lebih besar, ini
memperberat iskemia yang menyebabkan nekrosis yang lebih luas lagi.
Pembengkakan makin hebat dengan cairan eksudat dan gas yang makin banyak.
Mionekrosis atau nekrosis otot menjadi kunci diagnosis patologis. 5,6
2.7. Manifestasi Klinik
Infeksi clostridium biasanya melibatkan jaringan lunak dan jarang
mempengaruhi tulang. Clostridium dapat menampilkan kondisi yang berbeda,
dapat berupa luka kontaminasi yang sederhana, infeksi lokal kulit dan jaringan
lunak tanpa gejala sistemik, selulitis, fasciitis dan mionekrosis clostridial. Infeksi
lokal biasanya lambat menyebar dan nyeri atau edem. Jika terjadi selulitis dan
fasciitis yang cepat, pembentukan pus, gas di jaringan lunak maka kondisi akan
fatal 48 jam. Pada gas gangren dapat terjadi nyeri yang muncul tiba-tiba hanya
pada daerah sekitar luka dan diikuti munculnya selulitis. Kecepatan infeksi sampai
10 cm per jam. Denyut nadi meningkat dengan atau tanpa demam, keringat dingin
atau delirium. Kulit di daerah luka tampak tegang, memutih dan lebih dingin dari
normal, selanjutnya menjadi merah gelap dan keunguan disertai bau busuk. Otot
yang terkena hampir selalu lebih luas dari tampakan kulit yang terkena.2,7
-
8
Gambar 1. Gas gangren7
Gambar 2. Gas Gangren2
-
9
2.8. Diagnosis
Tabel 1. Diagnosis Banding
Penegakan diagnosis seperti pada penyakit-penyakit pada umumnya
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, diikuti dengan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda dan gejala seperti
dimanifestasi klinis. Sedangkan pada pemeriksaan penunjang seperti berikut:4
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit normal tetapi dapat juga meningkat terutama yang immatur.
Peningkatan hasil tes fungsi hati yang mungkin disebabkan oleh kerusakan
hati yang progresif.
Peningkatan blood urea nitrogen dan kreatinin.
Mionekrosis dapat meningkatkan serum aldolase, kalium, laktat
dehidroginase, dan phospokinase.
Gas darah menunjukkan adanya asidosis metabolic
-
10
Pada pewarnaan gram nampak adanya batang gram positif dan tidak
ditemukan adanya sel PMN. Organisme lain juga hadir hingga 75 % kasus.
Tes ini sangat penting untuk diagnosis cepat.
Gambar 3. Clostridium perfringens pada pewarnaan gram
4
Pemeriksaan Phospholipase- C (sialidase) yang dihasilkan oleh Clostridia
dapat dilakukan pada serum dan cairan luka. Tes ini memberikan hasil
yang cepat yaitu dibawah 2 jam dan dapat digunakan sebagai konfirmasi
dari hasil pewarnaan gram.
Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan Roentgen menggambarkan gas diffuse pola bulu-bulu halus
(udara) dijaringan/otot.
-
11
Gambar 4. Gas gangren pada ektremitas7
Pemeriksaan kultur
Clostridium perfringens fosfolipase menyebabkan kekeruhan di sekitar
koloni pada media kuning telur (nagler plate)
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaaan histologi menunjukkan adanya inflamasi dan nekrosis otot.
2.9. Tatalaksana
Dalam penatalaksanaan gas gangren diperlukan diagnosis dan
penatalaksanaan cepat dan agresif.2,3,7
Cairan Intravena
-
12
Pemberian antibiotik intravena segera, penicillin dosis tinggi (clindamycin
jika alergi terhadap penicillin), antibiotik untuk bakteri anaerob seperti
metronidazol
Terapi Hiperbarik Oksigen untuk membatasi penyebaran gas gangren
Terpenting adalah dekompresi luka dan membuang jaringan yang sudah
mati serta tidak berfungsi
Amputasi dilakukan jika tidak respon dengan antibiotik intravena dan
operasi debridement
Tingkatan amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit:8
Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.
Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko
kekambuhan lokal.
Pada penyakit pembuluh darah, ditentukan oleh vaskularisasi sisa
ekstremitas dan daya sembuh luka.
Amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas bawah dibagi menjadi
dua letak amputasi yaitu:8
Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).
Amputasi diatas lutut (above knee amputation)
Pada gas gangren sulit menentukan bagian mana yang dilakukan amputasi.
Semakin rendah amputasi dilakukan semakin baik prognosis penderita untuk
berjalan kedepannya. Tetapi besar kemungkinan jaringan yang tidak diamputasi
menjadi terinfeksi gas gangren. Pulsasi popliteal penting teraba, jika sudah tidak
teraba maka dilakukan above knee amputation. Saat dilakukan amputasi jika otot
-
13
terlihat tidak sehat, maka amputasi lebih tinggi sampai otot/jaringan lunak yang
sehat. Otot yang sehat berwarna merah teang dan memiliki kapilaritas yang baik.8
-
14
Gambar 5. Batas lokasi amputasi
-
15
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Banjar
Alamat : Jl. Melati, RT 09 Tanjung
MRS : 8 Juli 2014
No. RMK : 1111368
B. Anamnesa
Autoanamnesis : 15 Juli 2014
Keluhan Utama : Kedua kaki menghitam dan membusuk
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan kaki menghitam dan membusuk sejak 8 hari
SMRS. Awalnya kedua kaki pasien terasa kram dan tegang, lalu pasien
mengompres kedua kakinya dengan air hangat tetapi tidak membaik. Pasien tidak
begitu peduli jika ada luka di kedua kaki. Setelah ini pasien ada demam tetapi
tidak diukur dengan termometer dan kadang merasakan nyeri di kedua kakinya.
-
16
Sehari setelah kram dan tegang yang tidak membaik, pasien memeriksakan
diri ke puskesmas dan saat diperiksa sudah terdapat beberapa gelembung seperti
melepuh dikedua kaki dan kedua kakinya pun mulai menghitam serta mati rasa.
Pasien lalu memilih pulang dan kedua kaki di pijat oleh tukang pijat di rumah.
Karena tidak membaik, bahkan warna menghitam sudah semakin luas, dua
hari setelah di pijat pasien memeriksakan diri ke rumah sakit di tanjung dan rawat
inap 3 hari tetapi pasien pulang dengan alasan kondisi kedua kaki pasien
membaik, tetapi 2 hari setelahnya kedua kaki pasien membusuk dan berbau busuk
sehingga pasien di bawa ke rumah sakit tanjung lalu di rujuk ke rumah sakit ulin.
Merokok (+), Peminum Alkohol (-), Pengguna obat terlarang (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Darah tinggi (-), Kencing Manis (-), Operasi (-), keluhan yang
sama (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada keluarga penderita tidak ada riwayat keluhan yang sama.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS = 4-5-6
Tanda Vital : Tekanan Darah = 130/80 mmHg
Respirasi = 20 kali/menit
Nadi = 84 kali/menit
Suhu = 36,9o C
-
17
Kepala/Leher : Edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-
), diameter pupil 2 mm/2 mm, refleks cahaya +/+, pupil isokor.
Thoraks : Dalam batas normal
Jantung : I = Iktus tidak terlihat
P = Thrill tidak teraba
P = Tidak ada pembesaran jantung
A = S1 dan S2 tunggal, bising (-)
Paru : I = Bentuk simetris
P = Fremitus raba simetris
P = Sonor
A = Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Abdomen : I = datar, distensi (-), jejas abdomen (-)
A = Bising usus normal
P = Timpani
P = Nyeri tekan (-). Hepar, lien dan massa tidak teraba.
Ekstremitas :
Kanan atas : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat
(+)
Kiri atas : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat
(+)
Kanan bawah dan kiri bawah lihat status lokalis
-
18
Status Lokalis
At regio cruris dextra
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
At regio cruris sinistra
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 8 Juli 2014
Hasil 8 juli 2014 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.9 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 59.1 4.0-10.5 Ribu/l
Eritrosit 4.71 4.50-6.00 Juta/l
Hematokrit 40.4 42-52 Vol%
Trombosit 496 150-450 Ribu/l
RDW-CV 13.8 11,5-14,7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 85.8 80-97 Fl
MCH 29.5 27-32 Pg
MCHC 34.4 32-38 %
HITUNG JENIS
- Gran % 82.6 50-70 %
- Limfosit % 6.8 25-40 %
- MID% 10.6 4-11 %
- Gran # 48.80 2,50-7,00 ribu/l
- Limfosit # 4.0 1,25-4,00 ribu/l
- MID # 6.3 0.30-1.00 ribu/ul
PROTROMBIN TIME
-
19
Hasil 8 juli 2014 Rujukan Satuan
Hasil PT 12.4 9.9-13.5 Detik
INR 1.09 -
Control Normal PT 11.4 -
Hasil APTT 34.3 22.2-37.0 Detik
Control Normal APTT 26.1 -
GULA DARAH
Gula Darah Sewaktu 96
-
20
Hasil 8 juli 2014 Rujukan Satuan
ELEKTROLIT
Natrium 132.8 135-146 Mmol/l
Kalium 3.9 3.4-5.4 Mmol/l
Chlorida 99.0 95-100 Mmol/l
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11 Juli 2014
Hasil 11 juli 2014 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.1 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 75.4 4.0-10.5 Ribu/l
Eritrosit 3.97 4.50-6.00 Juta/l
Hematokrit 34.2 42-52 Vol%
Trombosit 408 150-450 Ribu/l
RDW-CV 13.3 11,5-14,7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 86.1 80-97 Fl
MCH 28.0 27-32 Pg
MCHC 32.5 32-38 %
HITUNG JENIS
- Gran % 97.2 50-70 %
- Limfosit % 1.0 25-40 %
- Gran # 73.29 2,50-7,00 ribu/l
- Limfosit # 0.8 1,25-4,00 ribu/l
ELEKTROLIT
Natrium 138 135-146 Mmol/l
Kalium 5.0 3.4-5.4 Mmol/l
Chlorida 108 95-100 Mmol/l
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 16 Juli 2014
-
21
Hasil 16 juli 2014 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.8 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 21.8 4.0-10.5 Ribu/l
Eritrosit 4.16 4.50-6.00 Juta/l
Hematokrit 34.7 42-52 Vol%
Trombosit 539 150-450 Ribu/l
RDW-CV 13.4 11,5-14,7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 83.5 80-97 Fl
MCH 28.4 27-32 Pg
MCHC 34.0 32-38 %
HITUNG JENIS
- Gran % 88.7 50-70 %
- Limfosit % 6.7 25-40 %
- Gran # 19.36 2,50-7,00 ribu/l
- Limfosit # 1.5 1,25-4,00 ribu/l
HATI
Protein Total 5.6 6.2-8.0 g/dL
Albumin 1.7 3.5-5.5 g/dL
Globulin 3.86 g/dL
Diff Count 0/0/0/88/9/3
Evaluasi Hapusan Darah
Tepi :
Eri : normokrom normotik
Leko : kesan jumlah meningkat netrofilia, sel ??
Trombo : kesan jumlah meningkat, morfologi dbn.
Kesan :
DD : ACD, anemia perdarahan kronis
Saran : SI, TIBC, Feritin, Kultur, CRP
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 16 Juli 2014
Hasil 16 juli 2014 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.8 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 21.8 4.0-10.5 Ribu/l
Eritrosit 4.16 4.50-6.00 Juta/l
Hematokrit 34.7 42-52 Vol%
Trombosit 539 150-450 Ribu/l
RDW-CV 13.4 11,5-14,7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 83.5 80-97 Fl
MCH 28.4 27-32 Pg
-
22
Hasil 16 juli 2014 Rujukan Satuan
MCHC 34.0 32-38 %
Pemeriksaan Mikrobiologi Tanggal 17 Juli 2014
Selected
Organism
93% probability Staph. Lantus
Bionumber: 110402072763431
Antimicrobial MIC Interpretation Antimicrobial MIC Interpretation
Cefoxitin screen POS + Clindamycin 1
Benzylpenicillin >= 0.5 R Quinupristin 0.5
Oxacillin >= 4 R Linezolid 2
Gentamicin
-
23
Hasil 11 juli 2014 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.5 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 20.7 4.0-10.5 Ribu/l
Eritrosit 4.42 4.50-6.00 Juta/l
Hematokrit 37.1 42-52 Vol%
Trombosit 570 150-450 Ribu/l
RDW-CV 13.4 11,5-14,7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 84.0 80-97 Fl
MCH 28.3 27-32 Pg
MCHC 33.7 32-38 %
HITUNG JENIS
- Gran % 88.5 50-70 %
- Limfosit % 6.9 25-40 %
- Gran # 18.32 2,50-7,00 ribu/l
- Limfosit # 1.4 1,25-4,00 ribu/l
IMUNO-SEROLOGI
SI 61.1 55-175 Ug/dL
IBC 256 240-400 Ug/dL
ST 24 20-45 %
Feritin 645.9 12.00-300.00 ng/mL
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 21 Juli 2014
Hasil 21 juli 2014 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.8 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 18.2 4.0-10.5 Ribu/l
Eritrosit 4.27 4.50-6.00 Juta/l
Hematokrit 35.4 42-52 Vol%
Trombosit 518 150-450 Ribu/l
RDW-CV 13.1 11,5-14,7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 82.8 80-97 Fl
MCH 27.6 27-32 Pg
MCHC 33.3 32-38 %
HITUNG JENIS
- Gran % 87.1 50-70 %
-
24
Hasil 21 juli 2014 Rujukan Satuan
- Limfosit % 7.7 25-40 %
- Gran # 15.84 2,50-7,00 ribu/l
- Limfosit # 1.4 1,25-4,00 ribu/l
HATI
Protein Total 7.2 6.2-8.0 g/dL
Albumin 2.7 3.5-5.5 g/dL
Globulin 4.50 g/dL
IMUNO-SEROLOGI
SI 70.73 55-175 Ug/dL
TIBC 272 240-400 Ug/dL
ST 26 20-45 %
Feritin 581.5 12.00-300.00 ng/mL
-
25
Pemeriksaan Radiologi Femur, tibia, fibula dextra et sinistra tanggal 8 juli
2014
Gas-form
-
26
Pemeriksaan Radiologi Thorax tanggal 8 juli 2014
E. DIAGNOSIS
Gangren at region cruris dextra at sinistra
F. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Pro Amputasi Cito
G. FOLLOW UP
-
27
11 juli 2014 (H.I)
12 juli 2014 (H.II)
13 juli 2014 (H.III)
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Pus luka (-), Cairan serous (+)
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indikasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program USG Doppler lower extremity
Kultur dan resistensi cairan serous
S) subjektif Demam (+), nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Pus luka (+), Bau (+)
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indikasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
PO. PCT 4x500mg
Program USG Doppler lower extremity
Kultur dan resistensi cairan serous
-
28
14 juli 2014 (H.IV)
S) subjektif nyeri (+), demam (+)
O)Objektif Suhu
37.8
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program USG Doppler lower extremity
Kultur dan resistensi cairan serous
S) subjektif nyeri (+), demam (-)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program USG Doppler lower extremity hari ini
Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
-
29
15 juli 2014 (H.V)
16 juli 2014 (H.VI)
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
-
30
17 juli 2014 (H.VII)
18 juli 2014 (H.VIII)
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
-
31
19 juli 2014 (H.IX)
20 juli 2014 (H.X)
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
-
32
21 juli 2014 (H.XI)
22 juli 2014 (H.XII)
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+)
Feel : sensibilitas (-), nyeri tekan (-)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Gentamicin 2x80mg
Inj. Ketorolac 2x30mg
Inj. Ranitidin 2x50mg
Infus Metronidazol drip 3x500mg
Program Kultur dan resistensi cairan serous hasil seminggu lagi
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+) dibagian sinistra
Feel : sensibilitas (+), nyeri tekan (+)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ciprofloxacin
Inj. Gentamicin 2x80mg
Po. Cefadroxyl 2x1
Po. Meloxicam 2x1
Po. Ranitidin 2x1
Po. Paracetamol 4x500mg
Program GV 1x/hari
Konsul IPD ulang
-
33
23 juli 2014 (H.XIII)
H. Laporan Operasi
10 juli 2014 23.00 wita.
1. Dilakukan epidural anestesi
2. Dilakukan senbing wasching, cleansing dan drapping
3. Dilakukan insisi pada pertengahan femur yang kiri dan distal femur yang
kanan, diperdalam lapis demi lapis hingga tampak arteri vena nervus
femoralis, dilakukan ligase dan dilakukan pemotongan tulang femur
4. Dilakukan debridement dengan NaCl 0.9%, H202 3%, betadin dan
gentamicin
S) subjektif nyeri (+)
O)Objektif
Status lokalis At regio femur bilateral
Look : tampak necrosis kehitaman, berbau busuk.pus
(+) dibagian sinistra
Feel : sensibilitas (+), nyeri tekan (+)
Movement : tidak dapat digerakkan
A)Diagnosis Post transfemoral Amputation atas indiasi gangrene distal
bilateral femur due to gas gangrene POD XIV
P) Terapi IVFD RL 20 tpm
Inj. Ciprofloxacin
Inj. Gentamicin 2x80mg
Po. Cefadroxyl 2x1
Po. Meloxicam 2x1
Po. Ranitidin 2x1
Po. Paracetamol 4x500mg
GV 1x/hari
Program GV 1x/hari
Konsul IPD ulang
-
34
5. Dilakukan penjahitan otot dan otot untuk menutupi tulang femur, dilakukan
penjahitan subkutis keotot sekitar, dan dilakukan penutupan tempat
amputasi yang terbuka dengan sufratul, kassa lembab, gentamicin dan
dressing
6. Operasi selesai.
Foto Pre Operasi
-
35
Foto Post Operasi
-
36
Foto di ruangan rawat inap
-
37
Foto saat ganti verban 23 juli 2014
-
38
Foto USG Doppler
Kesimpulan:
Penurunan flow arteri femoralis bilateral, pada arteri femoralis kiri tampak
tidak ada flow. Tidak tampak Deep Vein Thrombosis.
-
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Gas gangren atau Clostridial myonekrosis adalah infeksi nekrotik kulit dan
jaringan lunak yang ditandai dengan adanya udara atau gas dibawah kulit yang
diproduksi oleh Clostridium.1
Infeksi clostridium biasanya melibatkan jaringan lunak dan jarang
mempengaruhi tulang. Clostridium dapat menampilkan kondisi yang berbeda,
dapat berupa luka kontaminasi yang sederhana, infeksi lokal kulit dan jaringan
lunak tanpa gejala sistemik, selulitis, fasciitis dan mionekrosis clostridial. Infeksi
lokal biasanya lambat menyebar dan nyeri atau edem. Jika terjadi selulitis dan
fasciitis yang cepat, pembentukan pus, gas di jaringan lunak maka kondisi akan
fatal 48 jam. Pada gas gangren dapat terjadi nyeri yang muncul tiba-tiba hanya
pada daerah sekitar luka dan diikuti munculnya selulitis. Kecepatan infeksi sampai
10 cm per jam. Denyut nadi meningkat dengan atau tanpa demam, keringat dingin
atau delirium. Kulit di daerah luka tampak tegang, memutih dan lebih dingin dari
normal, selanjutnya menjadi merah gelap dan keunguan disertai bau busuk. Otot
yang terkena hampir selalu lebih luas dari tampakan kulit yang terkena.2,7
Pasien datang dengan keluhan kaki menghitam dan membusuk sejak 8 hari
SMRS. Pasien tidak begitu peduli jika ada luka di kedua kaki. Kemungkinan ada
luka yang menjadi kecurigaan sebagai sumber infeksi. Setelah ini pasien ada
demam tetapi tidak diukur dengan termometer dan kadang merasakan nyeri di
kedua kakinya.
-
40
Sehari kemudian terdapat beberapa gelembung seperti melepuh dikedua
kaki dan kedua kakinya pun mulai menghitam serta mati rasa. Kemungkinan onset
keluhan sudah melebihi 48 jam dan belum diterapi yang adekuat.. Warna
menghitam sudah semakin luas karena penyebaran dari gas gangrene cepat. lalu
memeriksakan diri ke rumah sakit di tanjung dan rawat inap 3 hari tetapi pasien
pulang dengan alasan kondisi kedua kaki pasien membaik, tetapi 2 hari setelahnya
kedua kaki pasien membusuk dan berbau busuk sehingga pasien di bawa ke
rumah sakit tanjung lalu di rujuk ke rumah sakit ulin. Bau busuk di sebabkan
adanya gas dari bakteri anaerob yang diproduksi di otot dan jaringan lunak.. Dari
faktor risiko didapatkan perokok (+).
Saat pemeriksaan fisik tidak didapatkan demam atau takikardi. Adanya
eksudat serosa dan kulit kedua kaki biru kehitaman berbau busuk. Tidak ada
krepitasi, tetapi terdapat edema. Sensitibilitas menurun dan tidak ada nyeri tekan
serta jangkuan gerak sangat terbatas.
Pada pemeriksaan penunjang penyakit gas gangrene biasanya ditemukan :
Leukosit normal tetapi dapat juga meningkat terutama yang immatur.
Peningkatan hasil tes fungsi hati yang mungkin disebabkan oleh kerusakan
hati yang progresif.
Peningkatan blood urea nitrogen dan kreatinin.
Gas darah menunjukkan adanya asidosis metabolic
Pemeriksaan Phospholipase- C (sialidase) yang dihasilkan oleh Clostridia
dapat dilakukan pada serum dan cairan luka. Tes ini memberikan hasil yang
-
41
cepat yaitu dibawah 2 jam dan dapat digunakan sebagai konfirmasi dari hasil
pewarnaan gram.
Pada pasien ini didapatkan peningkatan jumlah leukosit sampai 59.1 ribu,
peningkatan enzyme fungsi hepar yaitu SGOT/SGPT 159/150 U/I, tetapi ureum
dan kreatinin masih dalam batas normal. Sedangkan untuk analisis gas darah dan
phospholipase- C tidak diperiksakan. Pada pemeriksaan radiologi, gas gangrene
menggambarkan pola bulu-bulu halus/ gas-form di jaringan. Sesuai dengan hasil
radiologi cruris dextra et sinistra pada pasien. Pemeriksaan kultur dan
histopatologi sangat disarankan pada pasien ganggren. Tetapi hasil kultur merujuk
ke Staphylococcus lantus dan Citrobacter freundii.
Dalam penatalaksanaan gas gangren diperlukan diagnosis dan
penatalaksanaan cepat dan agresif.
Pemberian Cairan Intravena. Pada pasien diberikan IVFD RL
Pemberian antibiotik. Pada pasien di berikan antibiotic ceftriaxone dengan
dosis 2x1 gr.
Terapi Hiperbarik Oksigen. Pada pasien tidak di berikan.
Tindakan dekompresi luka dan debridemant
Karena dengan respon antibiotik dan debridemant tidak merespon maka di
lakukan amputasi.
Pada pasien dilaksanan amputasi dengan transfemoral atau above knee
dikarenakan pada jenis amputasi transfemoral efektif pada kasus vascular perifer
seperti pasien yg mengalami ganggren sehingga terjadi necrosis pada jaringan
yang mengalami masalah vascular perifer. Untuk patokan jarak amputasi pada
-
42
tinjauan pustaka bersifat flexibel tergantung sampai jaringan mana yang sehat,
tidak mesti mengikuti jarak menurut teori.
Pada USG Doppler didapatkan penurunan aliran arteri femoralis bilateral
kemungkinan dikarenakan malfungsi dari arteri femoralis akibat komplikasi gas
gangrene atau operasi amputasi itu sendiri.
-
43
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan seorang Laki-laki, usia 38 tahun yang datang dengan
keluhan utama kedua kaki menghitam dan membusuk. Dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ditegakkan pasien didiagnosis
dengan Gangrene at regio Cruris Dextra at Sinistra Due to Infection dan
tatalaksana yang dilakukan adalah pemberian antibiotik adekuat, rehidrasi ringer
laktat dengan injeksi intravena analgetik dan amputasi darurat. Jenis amputasi
yang dilakaukan adalah amputasi transfemoral dengan diagnosis akhir Post
Transfemoral Amputation due to Gas Gangrene at regio Distal Bilateral
Femoralis.
-
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Aggelidakis et al. (2011). Limb salvage after gas gangrene: a case report and review of the lilature. World Journal of Emergency Surgery.6(28).
2. Canale, S Terry and James H Beaty.(2007). Campbells Operative Orthopaedics. Eleventh Edition. Pennsylvania, Elsevier: p.3073-74.
3. Syamsuhidayat, R and W de Jong . (2005). Edisi 2. Buku Ajar Ilmu
Bedah. EGC. Jakarta.
4. Carson, Rosalyn. (2014). Gas Gangrene. [online]. Tersedia: http//www.medicine.med.nyu.edu/conditions-we-
treat/conditions/gangrene#risk. [20 Juli 2014].
5. Kluwer W. (2009). Gas gangrene In: Professional Guide to disease. Ninth edition Philadelphia, Lippincott Williams and Wilkins: p.930-2.
6. Bryant AE, Stevens DL. (1997). The pathogenesis of gas gangrene In: The Clostridia. Sandiago, Academic Press: p.185-96.
7. Solomon, L, David Warwick, Selvadurai Nayagam. (2010). Apleys System Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition. London, Butterworth
Heinemann: p.714-5.
8. King, Maurice. (2008). Primary Surgery Vol. 2-Trauma. USA, German Society of Tropical Surgery.ISBN: ch.56;p.2-5.