gambaran iklim keselamatan kerja (safety...

160
GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY CLIMATE) PADA PERAWAT DAN TENAGA PENUNJANG MEDIS DI RSUD KOTA DEPOK TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: LILIS YULIARTI NIM: 1112101000037 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2018

Upload: trinhdiep

Post on 18-Aug-2018

259 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY CLIMATE)

PADA PERAWAT DAN TENAGA PENUNJANG MEDIS DI RSUD

KOTA DEPOK TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

LILIS YULIARTI

NIM: 1112101000037

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2018

Page 2: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2018

Lilis Yuliarti

Page 3: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY CLIMATE)

PADA PERAWAT DAN PENUNJANG MEDIS DI RSUD DEPOK

TAHUN 2017

Telah disetujui, diperiksa, dan untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Januari 2018

Oleh :

Lilis Yuliarti

1112101000037

Mengetahui,

Page 4: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

iii

PANITIA SIDANG UJIAN

SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Januari 2018

Penguji I,

Penguji II,

Penguji III,

Page 5: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Januari 2018

Lilis Yuliarti, NIM: 1112101000037

Gambaran Iklim Keselamatan Kerja (Safety Climate) Pada Perawat dan

Tenaga Penunjang Medis di RSUD Kota Depok Tahun 2017

(XVIII + 120 halaman, 24 tabel, 4 gambar, 2 lampiran)

ABSTRAK

Iklim keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam sektor pelayanan

kesehatan. Dimana melalui pengembangan iklim keselamatan kerja organisasi

dapat meningkatkan keterlibatan pekerja dalam pelaksanaan keselamatan kerja di

tempat kerja. Hasil studi pendahuluan di RSUD Depok menunjukkan bahwa 20%

perawat (3 dari 15 orang) dan 66.7% penunjang medis (10 dari 15 orang) masih

kurang aktif terlibat dalam program keselamatan dari manajemen yaitu program

pelaporan kecelakaan kerja.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran iklim keselamatan kerja

pada perawat dan penunjang medis sehingga dapat dijadikan evaluasi guna

meningkatkan pelaksanaan K3 di rumah sakit. Penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampelnya berjumlah 110 pekerja pada

4 instalasi kerja perawat dan 9 instalasi kerja penunjang medis. Pengambilan

sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dengan instrumen

penelitian berupa kuesioner NOSACQ-50.

Hasil penelitian menunjukkan secara umum pada perawat seluruh dimensi

sudah dalam kategori baik, namun pada penunjang medis dimensi terkait sikap

memprioritaskan keselamatan dan tidak ditoleransinya risiko bahaya serta dimensi

pembelajaran, komunikasi, dan inovasi masih dalam kategori cukup.

Adapun untuk mengoptimalkan hal tersebut manajemen rumah sakit

sebaiknya mengadakan workshop mengenai risiko dan bahaya yang ada di unit

kerja dan menyisipkan informasi berkaitan dengan isu-isu keselamatan kerja

ketika ada kegiatan-kegiatan diskusi yang melibatkan tenaga penunjang medis.

Kata Kunci : iklim keselamatan kerja, NOSACQ-50, perawat, penunjang

medis.

Daftar Bacaan : 98 (1970-2017)

Page 6: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduated Thesis, Januari 2018

Lilis Yuliarti, NIM: 1112101000037

Description of Safety Climate in Nurses and Medical Support at RSUD

Depok Year 2017

(XVII + 120 pages, 24 tables, 4 images, 2 appendixes)

ABSTRACT

Safety climate is essential factor in the healthcare sector. Safety climate

development in organization can improve workers involvement in the safety

implementation of workplace. However, study result at RSUD Depok showed that

20% nurses (3 of 15 person) and 66.7% medical support (10 of 15 person) still

less active to be involved in the safety program from manajement that is accident

reporting program.

The study aimed to analyze the safety climate in nurses and medical supporting so can be evaluated to improve the implementation of K3 in hospital.

The samples were 110 employees from four nurse work instalations and nine

medical support work installations. Sample was takes by simple random sampling

method with the research instrumen used was a questionnaire NOSACQ-50.

The results showed that the nurses of all dimensions are in good category,

but on the medical support the related dimensions of safety prioritization and not

tolerance of hazard risk and the dimensions of learning, communication, and

innovation are still in enough category.

The suggestions to improve that dimension is hospital management should

be provide workshop about risk perception and danger in work unit and insert

information about safety issues when there are discussion activities involving

medical support personnel.

Keywords : safety climate, NOSACQ-50, nurses, medical support

References : 98 (1970-2017)

Page 7: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PERSONAL

Nama : Lilis Yuliarti

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 15 Juli 1994

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Swadaya 2 RT 07/06 No.09 Simpangan

Depok, Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos,

16955

Telepon : 081907432143

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1999-2000 : TK Mutiara, Cimanggis, Jawa Barat

2000-2006 : SDN RRI Nasional

2006-2009 : SMP Islam Raden Patah

2009-2012 : SMA Negeri 4 Depok

2012 - Sekarang : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

Divisi Finance Panitia "Sosial Project" FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013

Anggota Departemen IT FSK3 (Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan

Kerja) UIN Jakarta (2013-2015)

Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) Komisi Pemilihan Umum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2014)

Page 8: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

vii

Anggota Divisi Publikasi Training "SMK3 Based on OHSAS 18001 dan

PP No.50 Tahun 2012" (2014)

Manajer Departemen Public Relationship FSK3 (Forum Studi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja) UIN (2015-2016)

Sekretaris Seminar Profesi “Peduli Keselamatan Berkendara; Aku dan

Ojek Online Tertib Berlalu Lintas” (2015)

Ketua Pelaksana Penyuluhan dan Talkshow Kesehatan tentang ASI

Eksklusif di RW 09 Kelurahan Jombang (2015)

PELATIHAN

Peserta Training “SMK3 Based on OHSAS 18001 dan PP No. 50 tahun

2012” tahun 2014.

Peserta Workshop “Keselamatan pada Proses Industri” tahun 2014.

Peserta Workshop “Manajemen Kebakaran” tahun 2015.

Peserta Workshop “Analisis Risiko di Tempat Kerja” tahun 2015.

Peserta Workshop “Ergonomi di Tempat Kerja” tahun 2015.

Peserta Pelatihan Keselamatan Kontruksi (Lifting Crane ) tahun 2015.

Page 9: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul " Gambaran Iklim Keselamatan Kerja Pada Perawat

dan Penunjang Medis di RSUD Depok Tahun 2017". Sholawat serta salam

selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah

membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang

penuh dengan keilmuan seperti saat ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

proses memperoleh gelar sarjana. Dimana dalam proses penyusunannya,

penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Keluarga tercinta, ibu, bapak, dan kakak saya sri sabekti yang telah

memberikan dukungan, doa, serta semangat yang luar biasa dalam

proses penyelesaian skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM,M.Kes selaku Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

5. Ibu Dr.Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik

penulis.

6. Bapak Dr. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu

Izzatu Millah, SKM, M.KKK selaku pembimbing II yang selalu

siap memberikan bimbingan dan pengarahan yang membangun

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Pihak manajemen, perawat dan penunjang medis di RSUD Depok

yang telah menerima dan membantu penulis selama proses

penelitian dan penulisan skripsi.

Page 10: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

ix

8. Sahabat lintas jurusan penulis yaitu Nuril Hidayah, Isnaeni WS,

Tyas Indah PS, Yufa Zuriyah, Sri Widyastuti, Abd Rohim yang

telah memberikan dukungan dan motivasi dengan pertanyaan

"kapan nyusul wisuda?" dan “sudah sampai mana skripsinya?”.

9. Sahabat penulis di K3 (Devina, Rahfita, Eka) yang siap sedia

membantu dan senantiasa menyemangati serta menghibur penulis

selama proses penyelesaian skripsi.

10. Sahabat penulis "Seperjatijajaran" (Sapty, Eka, Wulan, Devy, Iyos,

Dennis, Irsad) yang selalu membantu penulis melepas penat selama

proses pengerjaan skripsi.

11. Semua pihak yang membantu kelancaran skripsi ini yang tak bisa

disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan

skripsi ini sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun dapat

dijadikan perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat baik bagi penulis maupun pembaca yang lain, Aamin.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Jakarta, Januari 2018

Penulis

Page 11: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 7

1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8

1.5.1 Bagi RSUD Depok ................................................................................. 8

1.5.2 Bagi FKIK .............................................................................................. 8

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ....................................................... 10

2.1.1 Ruang Lingkup K3 Secara Umum ....................................................... 10

2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan di Rumah Sakit (K3RS) ......................... 12

2.1.3 Potensi Bahaya di Rumah Sakit ........................................................... 13

Page 12: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xi

2.1.4 Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit ....................................................... 14

2.2 Budaya Keselamatan (safety culture) ........................................................... 16

2.3 Model Budaya Keselamatan ......................................................................... 18

2.4 Iklim Keselamatan Kerja (safety climate) .................................................... 30

2.5 Pengukuran Iklim Keselamatan Kerja .......................................................... 31

2.5.1 Loughborough Safety Climate Assessment Toolkit (LSCAT) .............. 32

2.5.2 Safety Climate Tools (SCT) ................................................................. 32

2.5.3 Nordic Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) ......................... 33

2.6 Dimensi Iklim Keselamatan Kerja ................................................................ 39

2.7 Manfaat Pengukuran Iklim Keselamatan...................................................... 47

2.8 Kerangka Teori ............................................................................................. 48

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 50

3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................... 50

3.2 Definisi Operasional ..................................................................................... 51

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 54

4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 54

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 54

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 54

4.3.1 Populasi ................................................................................................ 54

4.3.2 Sampel .................................................................................................. 55

4.4 Pengumpulan Data ....................................................................................... 57

4.4.1 Sumber Data ......................................................................................... 57

4.4.2 Instrumen Penelitian............................................................................. 57

4.5 Uji Instrumen ................................................................................................ 60

4.6 Pengolahan Data ........................................................................................... 61

4.6.1 Mengkode Data (Data Coding) ............................................................ 61

4.6.2 Menyunting Data (Data Editing) ......................................................... 61

4.6.3 Memasukkan Data (Data Entry) .......................................................... 62

4.6.4 Membersihkan Data (Data Cleaning) .................................................. 62

4.7 Analisa Data.................................................................................................. 62

Page 13: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xii

BAB V HASIL ...................................................................................................... 63

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................................... 63

5.1.1 Sejarah RSUD Depok .......................................................................... 63

5.1.2 Struktur Organisasi RSUD Kota Depok .............................................. 64

5.1.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di RSUD Kota Depok .......... 64

5.1.4 Kebijakan K3 RSUD Kota Depok ....................................................... 66

5.1.5 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................................ 67

5.2 Gambaran Karakteristik Individu Perawat dan Penunjang Medis ................ 71

5.3 Gambaran Dimensi Iklim Keselamatan Kerja Perawat dan Tenaga Penunjang

Medis di RSUD Depok Tahun 2017 ............................................................ 72

5.3.1 Prioritisasi dan Komitmen Manajemen Terhadap K3 .......................... 75

5.3.2 Pemberdayaan Manajemen Keselamatan Kerja ................................... 78

5.3.3 Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja ............................................ 80

5.3.4 Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja ................................ 82

5.3.5 Prioritas Keselamatan Pekerja dan Tidak Ditoleransinya Risiko Bahaya

....................................................................................................................... 84

5.3.6 Pembelajaran, Komunikasi, Dan Inovasi ............................................. 86

5.3.7 Kepercayaan Terhadap Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja ......... 88

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 91

6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 91

6.2 Gambaran Iklim Keselamatan Kerja Perawat dan Penunjang Medis ........... 91

6.3.1 Prioritisasi dan Komitmen Manajemen ................................................ 95

6.3.2 Pemberdayaan Manajemen Keselamatan Kerja ................................... 97

6.3.3 Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja .......................................... 100

6.3.4 Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja .............................. 102

6.3.5 Prioritas Keselamatan Pekerja dan Tidak Ditoleransinya Risiko Bahaya

..................................................................................................................... 103

6.3.6 Pembelajaran, Komunikasi, Dan Inovasi ........................................... 105

6.3.7 Kepercayaan Terhadap Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja ....... 107

Page 14: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xiii

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 110

7.1 Kesimpulan ................................................................................................. 110

7.2 Saran ........................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115

LAMPIRAN

Page 15: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Dimensi Iklim Keselamatan Kerja ....................................................... 22

Tabel 2. 2 Daftar Instrumen Pengukuran Iklim Keselamatan ............................... 34

Tabel 2. 3 Jurnal Terkait Penggunaan NOSACQ-50 Di Rumah Sakit ................. 36

Tabel 2. 4 Dimensi Iklim Keselamatan ................................................................. 38

Tabel 4. 1 Daftar Jumlah Perawat dan Tenaga Penunjang Medis di RSUD Depok

Tahun 2017............................................................................................55

Tabel 4. 2 Jumlah Sampel per Profesi di Tiap Unit .............................................. 56

Tabel 4. 3 Distribusi Pernyataan Positif dan Negatif pada Kuesioner .................. 58

Tabel 4. 4 Skoring Instrumen safety climate ......................................................... 58

Tabel 5. 1 Karakteristik Perawat dan Penunjang Medis........................................71

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Dimensi Iklim Keselamatan Secara Umum ....... 74

Tabel 5. 3 Distribusi Proporsi Dimensi Prioritisasi dan Komitmen Manajemen

Terhadap K3 ......................................................................................... 75

Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Dimensi Prioritisasi dan Komitmen Manajemen

Terhadap K3 ......................................................................................... 76

Tabel 5. 5 Distribusi Proporsi Dimensi Pemberdayaan Manajemen Keselamatan

Kerja ..................................................................................................... 78

Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Dimensi Pemberdayaan Manajemen Keselamatan

Kerja ..................................................................................................... 79

Tabel 5. 7 Distribusi Dimensi Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja ............ 80

Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Dimensi Keadilan Manajemen Keselamatan

Kerja.. ................................................................................................... 81

Tabel 5. 9 Distribusi Proporsi Dimensi Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan

Kerja ..................................................................................................... 82

Page 16: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xv

Tabel 5. 10 Distribusi Frekuensi Dimensi Komitmen Pekerja Terhadap

Keselamatan Kerja ............................................................................. 83

Tabel 5. 11 Distribusi Proporsi Dimensi Prioritas Keselamatan Pekerja Dan Tidak

Ditoleransinya Risiko Bahaya ............................................................ 84

Tabel 5. 12 Distribusi Frekuensi Dimensi Prioritas Keselamatan Pekerja Dan

Tidak Ditoleransinya Risiko Bahaya.................................................. 85

Tabel 5. 13 Distribusi Proporsi Dimensi Pembelajaran, Komunikasi, dan Inovasi

............................................................................................................ 86

Tabel 5. 14 Distribusi Frekuensi Dimensi Pembelajaran, Komunikasi, dan Inovasi

............................................................................................................ 87

Tabel 5. 15 Distribusi Proporsi Dimensi Kepercayaan Terhadap Keefektifan

Sistem Keselamatan Kerja ................................................................. 88

Tabel 5. 16 Distribusi Frekuensi Dimensi Kepercayaan Terhadap Keefektifan

Sistem Keselamatan Kerja ................................................................. 89

Page 17: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Cooper's Reciprocal Safety Culture Model ...................................... 18

Gambar 2. 2 Kerangka Teori Adaptasi Cooper (2000) dan Kines dkk (2011) ..... 49

Gambar 5. 1 Struktur Organisasi RSUD Kota Depok...........................................64

Gambar 5. 2 Radar Plot Dimensi Iklim Keselamatan Kerja ................................. 72

Page 18: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Lembar Output Hasil Penelitian

Page 19: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

xviii

DAFTAR ISTILAH

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PAK : Penyakit Akibat Kerja

IAEA : International Atomic Energy Authority

OSHA : Occupational Safety and Health Administration

MLK3 : Mutu, Lingkungan, dan K3

P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K2G : Keselamatan Kebakaran Gedung

OHSAS : Occupational Health and Safety Assessment Series

APD : Alat Pelindung Diri

APAR : Alat Pemadam Api Ringan

IPSRS : Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah

Sakit

Page 20: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu, penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) pada pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit kini telah

mendapatkan perhatian. Dimana keberadaan K3 di rumah sakit telah menjadi

salah satu persyaratan dalam meningkatkan akreditasi rumah sakit. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, serta gawat darurat. Selain

dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, rumah

sakit juga dituntut untuk melaksanakan upaya keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga

resiko terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja di rumah

sakit dapat dihindari (Kemenkes RI, 2010).

Namun dengan adanya asumsi bahwa tenaga kerja di rumah sakit

sudah tahu dan dapat mempertahankan keselamatan dan kesehatan serta

melindungi dirinya kemudian dianggap lebih mudah melakukan konsultasi

dengan dokter atau mendapatkan fasilitas perawatan secara informal,

menjadikan terkadang pelaksanaan K3 di rumah sakit seolah-olah

dipinggirkan (Nurfitriani dkk, 2012). Padahal berbagai faktor bahaya potensial

Page 21: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

2

yang ada dirumah sakit dapat kapanpun dan dimanapun mengancam pekerja

seperti faktor biologi (virus, bakteri, jamur,dll); faktor kimia (antiseptik, gas

anestesi,dll); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi, dll);

faktor psikososial (shift kerja, hubungan pekerja/atasan,dll) (Kemenkes RI,

2010). Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan K3 di rumah sakit haruslah

diperhatikan dengan serius mengingat potensi bahayanya dapat merugikan

pihak rumah sakit, tenaga kesehatan maupun pasien (Departemen Kesehatan

RI, 2006).

Tambahan pula dari laporan yang dibuat oleh The National Safety

Council (NSC) menyebutkan bahwa 41% petugas medis yang mengalami

absenteisme, diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan injury dimana angka

ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya (Depkes,

2010). Selain itu menurut Ducker (2009) rumah sakit merupakan tempat kerja

yang sarat dengan potensi bahaya, bahkan Bureau of Labor Statistics (BLS)

kemudian melaporkan bahwa kasus kecelakaan kerja yang sering terjadi di

rumah sakit diantaranya tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,

tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi lainnya atau penyakit

akibat kerja. Berdasarkan hasil survei di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

pada bulan September 2006 diketahui bahwa dari 400 tenaga kesehatan,

54,6% pernah mengalami tertusuk jarum, 14% terpeleset, 9% tergilas roda

brankard, 7% tergilas tabung oksigen, 5% terjatuh, 4% tersengat listrik, dan

kecelakaan lain seperti terjepit, terkena pecahan ampul, terkena percikan api

sebanyak 6,4% (Khoiriyati, 2016). Sementara terkait penyakit akibat kerja di

rumah sakit yang sering dilaporkan antara lain ditemukan keluhan subjektif

Page 22: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

3

low back pain pada 83,3% pekerja rumah sakit, keluhan dermatitis kontak

iritan kronik pada 65,4% petugas pembersih rumah sakit, dan prevalensi

gangguan mental emosional 17,7% pada perawat akibat beban kerja

(Departemen Kesehatan, 2010). Dimana kondisi kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja seperti yang disebutkan diatas tentunya akan

menimbulkan kerugian tidak hanya bagi tenaga kesehatan tetapi juga terhadap

rumah sakit, pasien atau bahkan pengunjung lainnya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Kota Depok peneliti

juga masih menemukan adanya kasus kecelakaan kerja. Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Depok merupakan rumah sakit kelas B dan satu-satunya

rumah sakit milik pemerintah kota depok yang berlokasi di kecamatan

sawangan. Dimana menurut data laporan kecelakaan kerja diketahui pada

tahun 2015 tercatat adanya 7 (tujuh) kasus kecelakaan kerja pada tenaga

kesehatan sehingga tujuan rumah sakit untuk zero accident menjadi tidak

tercapai, selain itu diketahui pada tahun 2016 kemudian terjadi peningkatan

sebanyak 11 (sebelas) (36,4%) kasus kecelakaan kerja, dimana secara

keseluruhan 7 (tujuh) (38,9%) kasus merupakan kasus kecelakaan kerja pada

tenaga penunjang medis dan 11 (sebelas) (61,1%) kasus merupakan

kecelaaaan kerja pada perawat dengan kasus tersering adalah tertusuk jarum

suntik. Dalam pelayanan kesehatan tertusuk jarum suntik dibenarkan sebagai

kasus kecelakaan kerja yang paling sering dialami oleh tenaga kesehatan dan

merupakan masalah besar di dunia kesehatan (Santoso, 2013). Hal tersebut

dikarenakan luka yang dihasilkan dapat menyebabkan infeksi serius atau fatal

Page 23: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

4

terlebih apabila terpajan patogen seperti virus hepatitis B, virus hepatitis C,

atau human immunodeficiency virus (HIV) (NIOSH, 1999).

Adapun penyebab kecelakaan kerja diketahui 76,5% karena perilaku

tidak aman (unsafe act) dan 23,5% kondisi tidak aman (unsafe condition).

Dimana perilaku tidak aman yang sering dilakukan ialah tidak digunakannya

alat pelindung diri seperti sarung tangan dan pekerja yang kurang hati-hati

serta terburu-buru dalam bekerja sehingga mengakibatkan terpeleset, tersayat

isi steples, maupun terbentur barang-barang. Oleh karena itu untuk mencegah

serta mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang sama terulang kembali maka

RSUD Kota Depok menerapkan sistem penyidikan dan pelaporan kecelakaan

kerja. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan staff K3 pada bulan

desember tahun 2016 diketahui bahwa keterlibatan tenaga penunjang medis

dalam partisipasinya melaporkan kecelakaan baik tanpa cidera, ringan atau

bahkan nearmiss masih rendah, padahal untuk perawat keterlibatan untuk

melaporkan kecelakaan sudah baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil studi

pendahuluan peneliti terhadap 15 orang tenaga penunjang medis yang

menunjukkan 10 orang pernah mengalami kecelakaan kerja namun tidak

melaporkannya kepada petugas terkait, 3 orang pernah mengalami kecelakaan

kerja dan melaporkan, serta 2 orang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.

Sementara studi pendahuluan kepada 15 orang perawat diketahui 3 orang

pernah mengalami kecelakaan kerja tapi tidak melaporkan, 7 orang pernah

mengalami kecelakaan kerja dan melaporkan, serta 5 orang tidak pernah

mengalami kecelakaan kerja.

Page 24: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

5

Dimana menurut Gu dan Itoh (2011) salah satu hal yang

mempengaruhi keterlibatan pekerja adalah iklim keselamatan. Iklim

keselamatan kerja (safety climate) adalah persepsi pekerja atas kebijakan,

prosedur, dan praktek kerja yang berkaitan dengan keselamatan di tempat

kerja (Griffin dan Neal, 2000). Iklim keselamatan kerja dianggap penting

untuk ditelaah karena dapat mempengaruhi sikap serta tindakan seseorang

sebagai pekerja terkait K3 di lingkungan kerja (Destilyta, 2014). Selain itu

iklim keselamatan kerja dapat mempengaruhi beberapa hal diantaranya

prevalensi kecelakaan kerja (Gershon dkk, 2003; Neal dkk, 2000), pematuhan

terhadap peraturan (Purnomo dkk, 2016), produktivitas pekerja (Kartika dan

Stepanus, 2012), dan berkontribusi positif terhadap timbulnya kesalahan

dalam pelayanan kesehatan seperti terapi yang tidak aman dan berbagai

kecelakaan lain yang tak terduga (medical errors, unsafe therapies, and

unintended injuries) (Hamaideh, 2004). Pada teori Reciprocal Safety Culture

Model menurut Cooper (2000) bahkan iklim keselamatan kerja (safety

climate) digolongkan termasuk dalam aspek individu yang dapat membangun

budaya keselamatan selain aspek organisasi dan perilaku, sehingga penilaian

iklim keselamatan kerja juga biasa digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi

budaya keselamatan yang terdapat di lingkungan kerja. Berdasarkan hal

tersebut kemudian peneliti tertarik untuk meneliti gambaran iklim keselamatan

kerja pada perawat dan tenaga penunjang medis di RSUD Depok tahun 2017.

Page 25: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

6

1.2 Rumusan Masalah

Iklim keselamatan kerja (safety climate) menurut Griffin dan Neal (2000)

adalah persepsi pekerja terhadap keselamatan di tempat kerja yang nyatanya

mempunyai peranan penting dalam mencegah dan mengurangi terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal tersebut dikarenakan iklim

keselamatan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku dan budaya keselamatan ditempat kerja (Cooper, 2000). Adapun

kecelakaan kerja pada tenaga kesehatan di RSUD Kota Depok pada tahun

2015-2016 diketahui mengalami peningkatan, dimana sebagian besar

kecelakaan tersebut merupakan kasus tertusuk jarum suntik dan terjadi pada

perawat dan penunjang medis. Berdasarkan hal itu kemudian untuk mencegah

serta mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang sama terulang kembali,

RSUD Kota Depok menerapkan sistem penyidikan dan pelaporan kecelakaan

kerja. Namun demikian pada pelaksanaannya berdasarkan hasil studi

pendahuluan diketahui jika dibandingkan dengan perawat, keterlibatan tenaga

penunjang medis dalam melaporkan kecelakaan masih rendah. Dimana

keterlibatan pekerja dalam melaporkan kecelakaan tersebut diketahui dapat

dipengaruhi oleh iklim keselamatan kerja di lingkungan kerjanya. Berdasarkan

hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Gambaran iklim keselamatan kerja (safety climate) pada perawat dan tenaga

penunjang medis di RSUD Kota Depok tahun 2017”.

Page 26: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

7

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran dimensi iklim keselamatan kerja perawat dan tenaga

penunjang medis di RSUD Kota Depok pada tahun 2017 yang terdiri dari

dimensi-dimensi:

a. Prioritisasi dan komitmen manajemen terhadap K3

b. Pemberdayaan manajemen keselamatan kerja

c. Keadilan manajemen keselamatan kerja

d. Komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja

e. Prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya

f. Pembelajaran, komunikasi, dan inovasi

g. Kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran iklim keselamatan kerja perawat dan

tenaga penunjang medis di RSUD Kota Depok pada tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

Diketahuinya gambaran dimensi iklim keselamatan kerja perawat dan

tenaga penunjang medis di RSUD kota Depok tahun 2017 yang terdiri dari

dimensi-dimensi:

a. Prioritisasi dan komitmen manajemen terhadap K3

b. Pemberdayaan manajemen keselamatan kerja

c. Keadilan manajemen keselamatan kerja

d. Komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja

Page 27: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

8

e. Prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko

bahaya

f. Pembelajaran, komunikasi, dan inovasi

g. Kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi RSUD Depok

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai iklim

keselamatan kerja pada perawat dan tenaga penunjang medis di RSUD

Depok, sehingga hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi

dan perbaikan dalam pelaksanaan K3 di rumah sakit.

1.5.2 Bagi FKIK

Penelitian ini diharapkan dapat menambah serta melengkapi referensi

terkait iklim keselamatan kerja khususnya pada sektor pelayanan

kesehatan yaitu di rumah sakit.

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan

pertimbangan dalam meneliti iklim keselamatan kerja di rumah sakit.

Page 28: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

9

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran iklim keselamatan

(safety climate) pada tenaga penunjang medis di RSUD kota Depok Tahun

2017. Adapun penelitian dilakukan mulai pada bulan Desember 2016 sampai

dengan Juni 2017. Penelitian ini perlu dilakukan karena penilaian iklim

keselamatan terhadap K3 yang sudah diterapkan ditempat kerja dapat

mengurangi serta mencegah KAK dan PAK dengan cara melihat bagaimana

K3 dipersepsikan oleh tenaga penunjang medis. Selain itu penilaian iklim

keselamatan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan K3

yang terdapat di lingkungan rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan menggunakan desain cross-sectional deskriptif. Dimana

instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

NOSACQ-50.

Page 29: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.1.1 Ruang Lingkup K3 Secara Umum

Pada dasarnya K3 adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para

pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat

mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan

kerjanya (Perangin-Angin, 2012). Dimana jaminan atas K3 tersebut adalah

kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan kepada para

pekerjanya (Dewantari dkk, 2015). Manajemen perusahaan yang

memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerja pada umumnya

membuat sistem program yang memperhatikan aspek-aspek keselamatan

serta kesehatan pekerja yang merupakan upayanya dalam pencegahan

(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja

dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kondisi

tersebut dan tindakan antisipatif bila terjadi hal yang demikian (Yusra,

2008).

Adapun terkait tempat kerja yang harus memperhatikan aspek K3

menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja disebutkan

Page 30: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

11

bahwa setiap tempat kerja baik itu di darat, udara, maupun laut jika

berpotensi membahayakan keselamatan atau kesehatan pekerja maka

tempat tersebut berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat

keselamatan. Berkaitan dengan hal itu PP 50 Tahun 2012 mengenai sistem

manajemen K3 menjelaskan untuk setiap perusahaan kemudian wajib

untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, dengan ketentuan

tempat kerja tersebut memiliki pekerja lebih dari 100, atau kurang dari 100

namun memiliki tingkat potensi bahaya tinggi. Bahkan saat ini perhatian

pada penerapan K3 berkembang tidak hanya pada industri besar seperti

industri pertambangan, kimia, pembangkit listrik, manufaktur dan

sebagainya, tetapi juga pada sektor transportasi, pertanian, perkebunan,

serta pelayanan kesehatan (Dewi, 2016). Namun demikian biasanya di

Indonesia tempat kerja akan diakui sudah menerapkan K3 jika telah

mengimplementasikan SMK3 berdasarkan PP 50 Tahun 2012 (standar

nasional) atau OHSAS 18001 : 2007 (standar internasional).

Pada penelitian ini sendiri peneliti memilih tempat penelitian di

sektor pelayanan kesehatan yaitu RSUD Kota Depok. Dimana rumah sakit

tersebut merupakan rumah sakit kelas B, yang mana sumber daya

manusianya terdiri dari tenaga medis, kefarmasian, keperawatan,

kesehatan lain, dan non kesehatan dengan jumlah dan kualifikasi sesuai

dengan persyaratan pada Permenkes No 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi

dan perizinan rumah sakit. Adapun subjek penelitian ialah perawat dan

tenaga penunjang medis, perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan

Page 31: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

12

(1989) adalah tenaga kesehatan yang berperan dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien sementara tenaga penunjang medis adalah

tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan bersifat penunjang

pelayanan medis yang berfungsi agar pengobatan dan perawatan yang

diberikan lebih maksimal.

2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan di Rumah Sakit (K3RS)

Pada dasarnya K3 di rumah sakit (K3RS) merupakan upaya

terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang

sakit untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman

(Kepmen RI, 2010). Dimana rumah sakit mempunyai kewajiban untuk

menunjang terciptanya kondisi dan situasi yang aman tersebut dengan cara

mengimplementasikan K3 dalam bentuk sebuah program. Namun selain

penerapan upaya-upaya K3 di RS, manajemen juga seharusnya

memberikan perhatian terhadap iklim keselamatan kerja tenaga kesehatan

yang merupakan salah satu aspek yang membangun budaya keselamatan.

Dimana nantinya akan diketahui bagaimana cara pandang tenaga

kesehatan terhadap berbagai upaya K3 yang telah dilakukan oleh rumah

sakit dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK.

Dengan demikian hasil penilaian iklim keselamatan kerja dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi manajemen serta untuk pengembangan K3 yang

berkelanjutan.

Page 32: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

13

2.1.3 Potensi Bahaya di Rumah Sakit

Berdasarkan Depkes (2010) berikut adalah beberapa potensi bahaya

yang terdapat di rumah sakit.

a. Bahaya Fisik: diantaranya radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu

panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan.

b. Bahaya Kimia: diantaranya Ethylene Oxide, Formaldehyde,

Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Etrane,Mercury, Chlorine.

c. Bahaya Biologi: diantaranya Virus (Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza,

HIV), Bakteri (S. Saphrophyticus, Bacillus sp., Porionibacterium sp.,

H.Influenzae, S.Pneumoniae, N.Meningitidis, B.Streptococcus,

Pseudomonas), jamur (Candida) dan Parasit (S. Scabiei).

d. Bahaya Ergonomi: cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,

angkat angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong.

e. Bahaya Psikososial: diantaranya kerja shift, stress beban kerja,

hubungan kerja, post traumatic.

f. Bahaya Mekanik: diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,

tersayat, tertusuk benda tajam.

g. Bahaya Listrik: diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,

kebakaran, petir, listrik statis.

h. Kecelakaan : diantaranya kecelakaan benda tajam

i. Limbah RS: diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah,

darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal : droplet,

liur, sputum).

Page 33: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

14

2.1.4 Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki

dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian

baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi

dalam proses kerja industri atau berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

Adapun klasifikasi kecelakaan kerja berdasarakan tingkat keparahannya

adalah sebagai berikut:

1. Meninggal (fatality)

Kecelakaan yang menyebabkan kematian tanpa memperhitungkan

tenggang waktu antara terjadinya kecelakaan dengan meninggalnya

korban.

2. Berat (serious)

Kecelakaan yang menimbulkan hari hilang lebih dari 21 hari

kalender atau yang menyebabkan kehilangan anggota badan atau

fungsi badan.

3. Sedang (Minor)

Kecelakaan yang menimbulkan hari hilang tidak lebih dari 21 hari

kerja kalender dan tidak menyebabkan kehilangan anggota badan

atau fungsi badan. Termasuk dalam klasifikasi sedang adalah

kecelakaan yang menyebabkan pekerja hanya dapat melakukan

aktifitas terbatas (restricted activity) dan menyebabkan

Page 34: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

15

4. Ringan (Non Lost Time)

Kecelakaan yang tidak menimbulkan hari hilang. Termasuk dalam

klasifikasi ringan adalah kecelakaan yang memerlukan pertolongan

ringan (first aid) (Ihsan, 2011).

Sementara kecelakaan kerja yang seringkali dialami oleh tenaga

kesehatan yang bekerja dirumah sakit menurut HSA (2012) ; OSHA

(2011); Vaz (2010) antara lain:

a. Terpeleset, tersandung, dan terjatuh pada tingkat yang sama.

b. Terjatuh dari ketinggian.

c. Tergores pecahan peralatan.

d. Tersetrum.

e. Tangan terpotong gunting saat menggunting kassa, softratulle

atau memotong plester saat mengganti perban.

f. Partikel bahan kimia masuk kedalam mata.

g. Percikkan cairan tubuh masuk kedalam mata.

h. Percikkan cairan tubuh masuk kedalam mata.

i. Kejatuhan benda akibat tata letak yang kurang beraturan.

j. Tertimpa peralatan (contoh: tergilas roda brankard, tergilas

tabung oksigen).

k. Terkena percikkan api, terkena benda panas.

l. Terjepit, teriris, dll.

Page 35: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

16

2.2 Budaya Keselamatan (safety culture)

Istilah budaya keselamatan (safety culture) berawal dari adanya laporan

International Atomic Energy Authority (IAEA) pada tahun 1991 tentang

kecelakaan nuklir yang terjadi di Chernobyl dimana berdasarkan hasil analisis

kecelakaan kemudian diketahui bahwa kecelakaan tersebut dipengaruhi

budaya keselamatan. Mulai saat itu budaya keselamatan menjadi perhatian

dalam suatu organisasi dan dianggap menjadi salah satu faktor penyebab

terjadinya major accident. Banyak literatur yang mendefinisikan budaya

keselamatan. Pengertian budaya keselamatan (safety culture) menurut Hale

(2000) adalah sekumpulan sikap, kepercayaan, dan persepsi dalam suatu

organisasi yang kemudian membentuk norma-norma atau nilai-nilai yang

dapat menentukan bagaimana pekerja berperilaku dan merespon sesuatu yang

berhubungan dengan risiko dan pengendalian risiko. Sementara Guldenmund

(2010) dengan hasil literatur reviewnya juga kemudian menjelaskan bahwa

budaya keselamatan adalah aspek dalam budaya di organisasi yang akan

berdampak pada sikap dan perilaku yang berhubungan dengan peningkatan

dan penurunan resiko. Selanjutnya Sukmara (2013) kemudian menyimpulkan

bahwa inti dari budaya keselamatan adalah mengenai mengenai pentingnya

pemahaman bersama, didukung oleh persepsi yang homogen tentang K3

dalam suatu organisasi, dengan landasan sikap dan persepsi sebagai dasar

utama penilaian (Gadd dan Collins, 2002). Oleh karena itu, budaya K3 secara

umum mempersyaratkan agar semua kewajiban yang berkaitan dengan

keselamatan harus dilaksanakan secara benar, seksama,dan penuh rasa

tanggung jawab (Jaza, 2016).

Page 36: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

17

Dimana upaya peningkatan budaya K3 dapat dilakukan dengan cara

membandingkan persepsi antara pekerja dengan pimpinan terhadap standar

dan aturan, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi

manajemen dalam membantu memberikan arahan secara persuasif tentang

faktor pekerjaan yang beresiko kecelakaan (Brown dkk, 1986). Sehubungan

dengan persepsi pekerja tersebut Hagan dkk (2001) dalam Sukmara (2013)

kemudian menyatakan bahwa pekerja yang memiliki persepsi bahwa program

K3 tidak efektif atau merasa pimpinan kurang memiliki perhatian terhadap K3

maka cenderung akan berperilaku tidak mengikuti semua prosedur, apalagi

meningkatkan kinerjanya. Selain itu Jatmiko dkk (2013) juga mengemukakan

bahwa karakteristik organisasi yang berbudaya K3 positif dapat dilihat dari

adanya komunikasi yang penuh saling kepercayaan,adanya persepsi bersama

mengenai pentingnya K3 berdasarkan rasa keyakinan diri terhadap usaha

pencegaan kecelakaan kerja yang terukur.

Page 37: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

18

2.3 Model Budaya Keselamatan

Adapun penelitian ini mengacu pada konsep budaya keselamatan menurut

Cooper (2000), dimana budaya keselamatan digambarkan sebagai interaksi

antara tiga komponen yaitu bersifat psikologis individu (person), perilaku, dan

situasional atau organisasi (organisation).

Berdasarkan gambar 2.1 diketahui bahwa pada model ini setiap

elemen diukur menggunakan metode-metode. Contohnya faktor psikologi

internal (sikap dan persepsi) pada individu diukur dengan menggunakan

iklim keselamatan (safety climate), perilaku yang berhubungan dengan

keselamatan dinilai menggunakan behavioural safety, dan organisasi diukur

dengan audit sistem manajemen keselamatan. Berikut adalah penjelasan lebih

lanjut mengenai masing-masing komponen budaya keselamatan menurut

Cooper (2000):

PERSON

Safety climate

ORGANISATION

Safety management

system: objective audit

JOB

Safety behaviour

Internal

psychologi

cal factors

External

observable

factors

Contex

Gambar 2. 1 Cooper's Reciprocal Safety Culture Model

Page 38: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

19

1. Organisation (organisasi)

Dalam aspek organisasi penilaian budaya keselamatan dilakukan dengan

audit sistem manajemen keselamatan yang terdapat ditempat kerja.

Sistem manajemen keselamatan adalah sistem yang terintegrasi dengan

manajemen perusahaan bertujuan untuk mengelola potensi risiko

keselamatan dan kesehatan, baik yang sedang berlangsung maupun

dimasa depan serta sebagai upaya pematuhan terhadap peraturan

perundang-undangan (Cooper, 200). Dimana elemen-elemen sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bisa beragam tergantung

dari standar yang digunakan. Secara umum, standar sistem manajemen

keselamatan kerja yang sering dijadikan rujukan ialah standar OHSAS

18001:2007 dan Peraturan pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang

penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun

penerapan sistem manajemen keselamatan pada dasarnya dilihat sebagai

salah satu cara praktis untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

motivasi, dan komitmen semua anggota organisasi. Namun demikian

tantangan utama dalam penerapannya ialah dalam hal pengawasan (yaitu

sistem manajemen), sistem komunikasi (yaitu struktur organisasi),

kerjasama (yaitu gaya manajemen), dan kompetensi (yaitu pelatihan)

(Cooper, 2000).

2. Job (Tugas/perilaku)

Dalam aspek tugas/perilaku penilaian budaya keselamatan dilakukan

dengan pengukuran safety behaviour. Diketahui selama bertahun-tahun

para ahli keselamatan kini menyadari bahwa sebagian besar penyebab

Page 39: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

20

terjadinya kecelakaan ialah karna dipicu adanya perilaku tidak aman

(unsafe behavior) yang dilakukan oleh pekerja (Cooper, 2000). Perilaku

pada hakikatnya adalah aktivitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan

seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun tidak langsung.

Sementara behavioural safety adalah suatu pendekatan sistematis dalam

penelitian psikologi tentang perilaku manusia didalam lingkungan kerja

(Lisnanditha, 2012). Behaviour safety memfokuskan pada identifikasi

dari unsafe behaviour (perilaku tidak aman) (Sentral sistem consulting,

2012).

3. Person (Individu)

Segala sesuatu yang terdapat diperusahaan seperti halnya sistem

manajemen keselamatan akan berdampak terhadap persepsi dan sikap

seseorang serta akan berkaitan dengan tingkah laku. Pada dasarnya

budaya keselamatan adalah sesuatu yang dinamis dan dapat terus

berubah, sehingga dibutuhkan instrumen pengukuran yang reliable serta

benar-benar dapat dinilai dan dievaluasi. Dimana dalam pengukuran

pada individu bisanya digunakan pengukuran safety climate.

Pengukuran ini merupakan pengukuran terhadap faktor psikologis

pekerja yang fokus pada persepsi dan sikap seseorang terkait

keselamatan ditempat kerja (Cooper, 2000). Hasil survey terhadap iklim

keselamatan menghasilkan gambaran sesaat secara individual, yang jika

dikumpulkan sampai pada tingkat kelompok atau organisasi, maka

cenderung dapat digunakan untuk mengukur budaya K3 seperti apa

yang diungkapkan oleh Hall (2006). Hal tersebut dikarenakan definisi

Page 40: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

21

budaya keselamatan cenderung dipusatkan pada bagaimana pekerja

berpikir dan bersikap dari pada bertindak, seperti halnya sikap, persepsi

dan keyakinan terhadap berbagai sisi K3, melalui pengukuran iklim K3

(Lee dan Harrison, 2000).

Penelitian ini sendiri merupakan penelitian yang fokus pada aspek

person (individu) yang diukur dengan iklim keselamatan kerja, dimana

menurut Schein (1985) dalam Rachmawati (2012) dan Hall (2006)

pengukuran iklim keselamatan kerja merupakan pengukuran yang efisien dan

efektif serta dapat merefleksikan budaya keselamatan. Selain itu menurut

Hudson (2003) meskipun tidak mengukur aspek organisasi dan perilaku,

dengan pengukuran iklim keselamatan sudah dapat diketahui tingkat budaya

keselamatan (patologis, reaktif, kalkulatif, proaktif dan generatif) yang

terdapat ditempat kerja dengan membandingkan skor hasil penilaian iklim

keselamatan dengan ketetapan yang ditentukan.

Namun meskipun penelitian iklim keselamatan kerja ini mengacu

pada kerangka konsep budaya keselamatan menurut Cooper (2000) dimana

iklim keselamatan kerja dijelaskan sebagai bagian yang berhubungan dengan

safety culture tetapi pada dimensi iklim keselamatan kerja, peneliti

mengadopsi dimensi iklim keselamatan kerja yang dibangun oleh Kines dkk

(2011) dengan instrumen penilaian bernama NOSACQ-50.

Page 41: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

22

Tabel 2. 1 Dimensi Iklim Keselamatan Kerja

Dimensi Iklim Keselamatan Kerja

Menurut

Cooper (2000)

Menurut

Kines dkk (2011)

- Komitmen manajemen - Prioritisasi dan komitmen

manajemen terhadap K3

- Tindakan manajemen

- Pemberdayaan manajemen

keselamatan kerja

- Keadilan manajemen keselamatan

kerja

- Komitmen pribadi terhadap

keselamatan

- Komitmen pekerja terhadap

keselamatan kerja

- Akibat dari kebutuhan kecepatan

kerja

- Persepsi terhadap level resiko

- Prioritas keselamatan pekerja dan

tidak ditoleransinya risiko bahaya

- Keyakinan tentang penyebab

kecelakaan

- Pengaruh tekanan kerja

- Komunikasi kesalamatan di

dalam organisasi

- Pembelajaran, komunikasi, dan

inovasi

Page 42: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

23

Dimensi Iklim Keselamatan Kerja

Menurut

Cooper (2000)

Menurut

Kines dkk (2011)

- Efektifitas prosedur darurat

- Pentingnya pelatihan

keselamatan

- Status orang dan komite

keselamatan dalam suatu

organisasi

- Kepercayaan terhadap keefektifan

sistem keselamatan kerja

Berdasarkan tabel 2.1 diatas diketahui bahwa dimensi iklim

keselamatan menurut Cooper (2000) memiliki kesamaan dengan Kines dkk

(2011) dalam hal komponen dimensi iklim keselamatan yang dibangun.

Dimana dimensi iklim keselamatan yang dikembangkan oleh Kines dkk

(2011) yang terdiri dari para peneliti NORDIC tersebut memiliki kelebihan

pada kuesionernya yang dibangun berdasarkan teori organisasi dan iklim

keselamatan, teori psikologis, penelitian empiris sebelumnya serta penelitian

empiris yang dilakukan sendiri oleh peneliti NORDIC sehingga

penggunaannya dapat dengan sistematis menggambarkan iklim keselamatan

di lingkungan kerja. Dimana pengertian dimensi dalam penelitian adalah

indikator ataupun variabel yang dikaji dalam penelitian yang bertujuan untuk

memberikan arahan mengenai pengukurannya (Anonim, 2017). Berikut

adalah penjelasan kaitannya masing-masing dimensi iklim keselamatan

menurut Cooper (2000) dan Kines dkk (2011).

Page 43: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

24

1. Dimensi komitmen manajamen

Salah satu dasar pertimbangan Cooper (2000) menetapkan dimensi

komitmen manajemen untuk dijadikan sebagai dasar penilaian dalam

melakukan pengukuran iklim keselamatan kerja ialah karena sebelumnya

sebuah survei pada tahun 1990 oleh CBI menghasilkan penekanan

mengenai pentingnya dari kepemimpinan dan komitmen kepala eksekutif

serta manajemen lini terhadap keselamatan. Selain itu berdasarkan

tinjauan literatur yang dilakukan diketahui bahwa beberapa penelitian

bahkan menunjukkan bahwa organisasi dengan komitmen manajemen

yang kurang akan memiliki angka kecelakaan kerja yang tinggi dan

sebaliknya. Dimana iklim keselamatan nantinya akan berkembang dengan

baik jika manajemen dapat menunjukkan komitmennya yang kuat kepada

staff dan pekerja. Berdasarkan hal tersebut kemudian Cooper (2000)

memasukkan dimensi komitmen manajemen sebagai dimensi yang

dianggap dapat membangun iklim keselamatan kerja yang ditempat kerja.

Adapun Cooper (2000) selanjutnya memaparkan bahwa komitmen

manajemen dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:

a. Adanya K3 dan diperkernalkan atau dipromosikan kepada seluruh

tingkatan dalam organisasi

b. Senior manajemen secara jelas terlibat dalam komite keselamatan

c. Adanya pengalokasian sumber daya sehingga dapat dipastikan

bahwa komite keselamatan sudah dipublikasi dan diimplementasi

d. Dikunjunginya setiap unit kerja secara rutin guna membahas

keselamatan pekerja

Page 44: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

25

e. Tekanan kerja dapat mengakibatkan pekerja mengabaikan aturan

keselamatan dapat diseimbangkan dengan menyatakan bahwa

produktivitas tidak akan tercapai jika mengorbankan keselamatan

ataupun keselamatan dicapai dengan mengorbankan produktivitas

Dimensi komitmen manajemen sendiri menurut Cooper (2000)

didefinisikan sebagai persepsi pekerja terhadap kesungguhan manajemen

dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman. Dimana definisi tersebut

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kines dkk (2011) yang kemudian

menjabarkan lebih lanjut bahwa persepsi pekerja terhadap manajemen

tersebut dapat dinilai dengan melihat prioritas terhadap keselamatan,

keaktifan dalam promosi keselamatan dan respon terhadap perilaku tidak

aman, kompetensi dalam menangani keselamatan serta komunikasi isu

masalah keselamatan.

2. Dimensi tindakan manajemen

Dimensi tindakan manajemen menurut Cooper (2000)

didefinisikan sebagai persepsi pekerja terhadap keterlibatan manajemen

dalam hal keselamatan kerja. Dimana tindakan manajemen yang efektif

dapat dilihat dari manajemen yang peduli dan terkendali. Peduli,

mengartikan bahwa manajemen memperhatikan kesejahteraan pekerja,

melakukan komunikasi dalam berbagai isu keselamatan dan senantiasa ada

serta ramah. Sementara terkendali mengacu pada adanya penetapan target,

meningkatkan kinerja, memastikan bahwa semua personil memiliki tugas

dan tanggungjawab yang jelas, secara konsisten medorong dan

memperkuat pekerja untuk mengikuti aturan dan prosedur, serta tidak

Page 45: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

26

menutup mata untuk perilaku tidak aman. Dimana manajemen yang peduli

dan terkendali tersebut biasanya mengadopsi pendekatan demokrasi dan

melibatkan pekerja dalam proses pengambilan keputusan.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menemukan bahwa dimensi

tindakan manajemen menurut Cooper (2000) meruang lingkupi dua

dimensi menurut Kines dkk (2011) yaitu dimensi pemberdayaan dan

keadilan manajemen. Hal tersebut dapat dilihat dari penjelasan masing-

masing pada kedua dimensi yang Kines dkk (2011) tersebut. Dimana

dimensi pemberdayaan manajemen keselamatan menjelaskan tentang

bagaimana persepsi pekerja terhadap manajemen dalam hal mendorong

pekerja untuk berpartisipasi dalam rangka pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan keselamatan. Sementara dimensi keadilan manajemen

merupakan dimensi yang membahas mengenai bagaimana persepsi pekerja

terhadap perlakuan manajemen terhadap pekerja yang terlibat kecelakaan

serta melakukan perilaku tidak aman.

3. Dimensi komitmen pribadi terhadap keselamatan

Dimensi komitmen pribadi terhadap keselamatan menurut Cooper

(2000) diartikan sebagai identifikasi dan keterlibatan individu dalam

kegiatan berkaitan keselamatan. Ditandai dengan adanya penerimaan dan

kepercayaan terhadap tujuan organisasi dan kesediaan untuk senantiasa

meningkatkan keselamatan di tempat kerja. Penjelasan tersebut senada

dengan dimensi komitmen pekerja terhadap keselamatan yang

dikemukakan oleh Kines dkk (2011) yang kemudian menjabarkan lebih

lanjut bahwa komitmen pribadi dari pekerja dapat dilihat dengan

Page 46: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

27

mengajukan pertanyaan terkait apakah mereka pada umumnya

menunjukkan komitmen terhadap keselamatan, aktif dalam

mempromosikan keselamatan, dan kepedulian terhadap keselamatan orang

lain.

4. Dimensi persepsi terhadap tingkat resiko dan dimensi akibat dari

kebutuhan kecepatan kerja

Dimensi persepsi terhadap tingkat resiko menurut Cooper (2000)

diartikan sebagai persepsi pekerja mengenai tindakan manajemen dalam

mendeteksi resiko di lingkungan kerja bagi keselamatan kerja pekerja.

Dimana kemampuan orang untuk merasakan adanya risiko bahaya

tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti contohnya kemudahan

kasus sebelumnya untuk diingat atau dibayangkan, sehingga dalam hal ini

manajemen memiliki peranan untuk senantiasa memberikan informasi

mengenai adanya risiko dan bahaya yang terdapat di lingkungan kerja

serta kasus-kasus yang pernah terjadi di tempat kerja. Sementara dimensi

akibat dari kebutuhan kecepatan kerja menurut Cooper (2000) diartikan

sebagai persepsi pekerja mengenai dampak kecepatan kerja terhadap

perilaku aman dalam bekerja. Dimensi ini dianggap penting untuk

membangun iklim keselamatan kerja oleh Cooper karena berdasarkan

beberapa penelitian diketahui bahwa kecelakaan kerja terjadi karena

pekerja berusaha melakukan pekerjaan dengan cepat atau meningkatkan

produktifitasnya. Selain itu masih adanya anggapan bahwa produktivitas

hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang bekerja cepat dengan

mengabaikan keselamatan, dan sebaliknya keselamatan hanya dapat

Page 47: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

28

dicapai dengan mengharuskan pekerja untuk bekerja lebih lambat

menjadikan pekerja mengabaikan keselamatan serta berperilaku tidak

aman.

Berkaitan dengan kedua dimensi tersebut Kines dkk (2011) juga

menyampaikan hal yang sama dalam dimensi yang disebut dimensi

prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya.

Namun terdapat perbedaan dalam konteks pembahasan, yang mana

dimensi persepsi terhadap tingkat resiko lebih menjelaskan persepsi

pekerja dengan tindakan manajemen sementara dimensi prioritas

keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya menurut Kines

dkk (2011) lebih menjelaskan mengenai bagaimana sikap pekerja untuk

tidak mentoleransi risiko bahaya. Selain itu pada dimensi yang dipaparkan

oleh Kines dkk (2011) ini sudah menjabarkan lebih spesifik pada item

pertanyaannya dibandingkan Cooper (2000) yaitu melakukan penilaian

pada aspek persepsi pekerja tentang bagaimana mereka memprioritaskan

keselamatan diatas target pekerjaan, tidak menerima kondisi beresiko atau

tidak mengambil risiko, dan tidak menunjukkan keberanian yang

bertentangan dengan aspek keselamatan.

5. Dimensi keyakinan tentang penyebab kecelakaan, dimensi pengaruh

tekanan kerja, dan dimensi komunikasi keselamatan

Dimensi keyakinan tentang penyebab kecelakaan menurut Cooper

(2000) diartikan sebagai persepsi, pemahaman dan keyakinan pekerja

mengenai penyebab kecelakaan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa

penyebab kecelakaan sebagian besar dikarenakan adanya pengaruh dari

Page 48: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

29

perilaku korban sendiri,, sehingga dengan mengetahui dan meyakini apa

penyebab kecelakaan yang terjadi diharapkan pekerja setidaknya dapat

mencegah kecelakaan yang sama terjadi kembali. Dengan demikian salah

satu faktor penting dalam membangun iklim keselamatan yang efektif

adalah memastikan semua pekerja memiliki pemahaman dan apresiasi

terhadap potensi penyebab kecelakaan di organisasi. Sementara dimensi

pengaruh tekanan kerja dijelaskan bahwa pekerja dengan tekanan kerja

yang tinggi maupun rendah cenderung dapat menyebabkan kecemasan

yang tidak semestinya mengarah ke penyakit jantung koroner serta

rendahnya tingkat konsentrasi yang dapat beresiko meningkatkan

kesalahan dan mengakibatkan kecelakaan. Dengan demikian pekerja

harus diberikan kesempatan yang lebih besar untuk terlibat penuh dalam

diskusi tentang isu-isu keselamatan yang dapat mempengaruhi pekerjaan

serta terlibat dalam meninjau semua jenis insiden termasuk nearmiss.

Terakhir dimensi komunikasi keselamatan diartikan sebagai persepsi

pekerja terhadap sistem komunikasi keselamatan kerja yang

diimplementasikan oleh manajemen di lingkungan pekerjaan pekerja

tersebut.

Berkaitan dengan ketiga dimensi tersebut, dimensi pembelajaran,

komunikasi, dan inovasi menurut Kines dkk (2011) juga meruang lingkupi

dimensi keyakinan tentang penyebab kecelakaan, dimensi pengaruh

tekanan kerja, dan dimensi komunikasi keselamatan. Dimana dimensi

menurut Kines dkk (2011) tersebut mencakup penilaian terhadap terhadap

persepsi pekerja tentang bagaimana mereka berkaitan dengan keselamatan

Page 49: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

30

di tempat kerja dalam hal apakah mereka pada umumnya melakukan

diskusi mengenai isu-isu keselamatan, menolong satu sama lain untuk

dapat bekerja secara aman, menerima masukan terkait keselamatan dengan

baik, dan percaya terhadap kemampuan satu sama lain dalam menjamin

keselamatan saat bekerja.

6. Dimensi efektifitas prosedur darurat, dimensi pentingnya pelatihan

keselamatan, dan dimensi status orang dan komite keselamatan dalam

suatu organisasi.

Dimensi efektifitas prosedur darurat, dimensi pentingnya pelatihan

keselamatan, dan dimensi status orang dan komite keselamatan dalam

suatu organisasi menurut Cooper (2000) tersebut merupakan dimensi yang

nantinya akan menggambarkan keefektifan sistem keselamatan kerja, yang

mana dimensi tersebut secara umum juga terdapat pada dimensi

kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja menurut Kines

dkk (2011) yang menjabarkan mengenai dalam dimensi kepercayaan

terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja yaitu mengenai persepsi

pekerja tentang bagaimana mereka dalam melihat keefektifan, manfaat

dari perencanaan, manfaat dari pelatihan sistem keselamatan kerja yang

berjalan.

2.4 Iklim Keselamatan Kerja (safety climate)

Setiap organisasi pasti memiliki banyak tujuan serta cara untuk

mencapai tujuan tersebut, sehingga manajer harus membangun kebijakan dan

prosedur khusus yang diikuti pekerja,sehingga akan menghasilkan berbagai

iklim khusus (Zohar dan Luria, 2003). Iklim sendiri menurut Denison dalam

Page 50: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

31

Neal & Griffin (2004) menunjuk kepada suatu situasi yang berhubungan

dengan pikiran, perasaan, dan perilaku. Sementara menurut Cooper (2000)

iklim keselamatan merupakan aspek psikologis dari budaya keselamatan yang

menjelaskan nilai-nilai, sikap serta persepsi individu dan kelompok terhadap

penerapan progaram keselamatan dalam perusahaan.

Sejumlah peneliti telah mendefinisikan iklim keselamatan kerja salah

satunya adalah Salminen dan Seppälä (2005) yang berpendapat bahwa iklim

keselamatan kerja adalah persepsi dan cara pandang pekerja terhadap

kebijakan risiko dan keselamatan yang dilakukan oleh manajemen.Sedangkan

iklim keselamatan menurut Griffin dan Neal (2000) yaitu persepsi atas

kebijakan, prosedur, dan praktek kerja yang berkaitan dengan keselamatan di

tempat kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa iklim keselamatan

kerja adalah persepsi dan cara pandang pekerja atas kebijakan, prosedur, dan

praktek kerja berkaitan dengan keselamatan yang dilakukan oleh manajemen.

2.5 Pengukuran Iklim Keselamatan Kerja

Pada umumnya iklim keselamatan kerja diukur dengan menggunakan

kuesioner yang mengeksplorasi sikap dan persepsi individu mengenai

keselamatan. Saat ini didunia terdapat berbagai dimensi yang membangun

iklim keselamatan kerja, namun masih sedikit yang kemudian dikembangkan

menjadi kuesioner serta diakui oleh EU-OSHA untuk digunakan secara

universal. Berikut adalah beberapa kuesioner pengukuran iklim keselamatan

kerja yang sudah diakui oleh EU-OSHA untuk dapat digunakan secara

universal termasuk di rumah sakit.

Page 51: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

32

2.5.1 Loughborough Safety Climate Assessment Toolkit (LSCAT)

LSCAT merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh

Loughborough University, Health & Safety Executive (HSE), dan sejumlah

organisasi offshore. Tools ini telah diuji secara luas untuk sifat

psikometrik dan telah dievaluasi secara positif oleh Health & Safety

Executive. Kuesioner Loughborough Safety Climate Assessment Toolkit

(LSCAT) terdiri dari 9 dimensi iklim keselamatan dengan 43 item

pertanyaan, yaitu komitmen manajemen (management commitmen),

komunikasi keselamatan (safety communication), prosedur dan peraturan

keselamatan (safety rules dan procedures),keselamatan sebagai prioritas

utama (priority of safety), lingkungan pendukung atau dukungan

kelompok (supportive environment), keterlibatan (involvement),

lingkungan kerja (work environment), keselamatan sebagai priorotas

kebutuhan (personal priorities),apresiasi atau tanggapan pribadi terhadap

resiko (appreciation of risk). Skala yang digunakan pada kuesioner

LSCAT adalah skala likert dimana terdapat variasi pilihan setuju, setuju,

tidak setuju dan sangat tidak setuju (Cox dan Cheyne, 2000).

2.5.2 Safety Climate Tools (SCT)

Safety Climate Tools adalah alat psikometri yang handal dan kuat

dalam mengukur iklim keselamatan kerja. SCT merupakan kuesioner yang

dikembangkan oleh HSE Climate Tool. Dimana kuesioner ini terdiri dari 8

dimensi yang membangun iklim keselamatan dengan 40 item pertanyaan.

Adapun 8 dimensi tersebut adalah komitmen organisasi (organisational

Page 52: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

33

commitment, perilaku berorientasi pada K3 (health and safety oriented

behaviours), kepercayaan terhadap K3 (health and safety trust),

penggunaan prosedur (usability of procedures), keterlibatan dalam K3

(engagement in health and safety), sikap peer group (peer group

attitude),sumber daya K3 (resources for health and safety), kecelakaan

dan pelaporan nearmiss (accident and near miss reporting) (HSL, 2010).

2.5.3 Nordic Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50)

NOSACQ-50 merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh

peneliti di wilayah Nordik (Swedia,Finlandia, Denmark, Norwegia dan

Islandia) dimana validitas dari NOCASQ-50 telah disahkan oleh

berbagai organisasi dan berbagai sektor melalui berbagai macam tingkat

iklim keselamatan kerja. Dimensi iklim keselamatan dari NORDIC

didasarkan pada teori organisasi dan iklim keselamatan, teori psikologi,

teori organisasi, penelitian empiris sebelumnya, dan penelitian empiris

yang dilakukan peneliti NORDIC. Kuesioner NOSACQ-50 terdiri dari 7

dimensi iklim keselamatan dengan 50 item pertanyaan, ketujuh dimensi

tersebut adalah prioritisasi dan komitmen manajemen terhadap K3,

pemberdayaan manajemen keselamatan kerja, keadilan manajemen

keselamatan kerja, komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja,

prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya,

pembelajaran, komunikasi, dan inovasi, kepercayaan terhadap

keefektifan sistem keselamatan kerja (Kines dkk., 2011).

Page 53: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

34

Tabel 2. 2 Daftar Instrumen Pengukuran Iklim Keselamatan

No Nama Kuesioner Pembuat

Kuesioner

Kelebihan Kekurangan

1. Loughborough

Safety Climate

Assessment

Toolkit

(LSCAT)

Loughborough

University,

Health & Safety

Executive

(HSE), and

sejumlah

organisasi

offshore

(Cox &

Cheyne, 2000)

- Sudah diakui oleh

EU-OSHA

- Dapat digunakan

pada berbagai

sektor industri

- Dapat digunakan

tanpa bantuan

ahli

- Panduan

penggunaan

belum

berbahasa

indonesia

- Belum teruji

validitasnya

2. Safety Climate

Tools (SCT)

HSE Climate

Tool

- Mudah digunakan,

wizard akan

memandu

langkah demi

langkah

- Tersedia dalam

berbagai bahasa

- Dapat disesuaikan

dengan

kebutuhan

organisasi,

dengan

sebelumnya

pesan terlebih

dahulu jenis

organisasi dan

pertanyaan

tambahan

- Dapat digunakan

pada berbagai

- Akses hanya

bisa online via

software

- Adanya

pembayaran

lisensi

Page 54: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

35

No Nama Kuesioner Pembuat

Kuesioner

Kelebihan Kekurangan

sektor

3. Nordic Safety

Climate

Questionnaire

(NOSACQ-50)

Kines dkk

(2011)

- Tersedianya

panduan

penggunaan

dengan berbahasa

indonesia

- Sudah tervalidasi

diberbagai negara

- Dapat digunakan

di berbagai sektor

yang beresiko

tinggi termasuk

pada pelayanan

kesehatan

- Dapat digunakan

tanpa bantuan

ahli

- Pertanyaan

yang cukup

banyak

sehingga

membutuhkan

banyak waktu

dalam

pengisiannya

Berdasarkan beberapa instrumen yang disebutkan pada tabel 2.2

diatas, maka pada penelitian ini selanjutnya akan menggunakan

instrumen Nordic Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) untuk

pengukuran iklim keselamatan kerja (safety climate). Digunakannya

NOSACQ-50 karena instrumen telah dipercaya dapat digunakan sebagai

alat dalam mengukur iklim keselamatan di rumah sakit, serta dimensi

pada NOSACQ-50 mendekati referensi yang dihimpun oleh peneliti

yaitu menurut Cooper (2000) seperti yang dijelaskan pada pembahasan

sebelumnya.

Page 55: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

36

Berikut adalah jurnal-jurnal penelitian mengenai penggunaan

instrumen NOSACQ-50 di rumah sakit.

Tabel 2. 3 Jurnal Terkait Penggunaan NOSACQ-50 Di Rumah Sakit

No Peneliti Judul Subjek

Penelitian

Hasil

1. Restuputri

(2015)

Pengukuran

Iklim

Keselamatan

Kerja (Studi

Kasus Rs X

Malang)

Manajemen

dan pekerja

- Tidak terdapat perbedaan

signifikan iklim

keselamatan kerja di RS X

di kelompok lama kerja,

jenis kelamin, tingkat

pendidikan terakhir, status

pekerja dan departemen

dan pelatihan K3.

- Terdapat perbedaan yang

signifikan kelompok

manajerial dan pekerja

untuk dimensi prioritas

keselamatan pekerja dan

tidak ditoleransinya risiko

bahaya dan kepercayaan

terhadap keefektifan sistem

keselamatan kerja.

2. Rodríguez

dkk

(2016)

Perception of

Workers

About the

Workplace

Health and

Safety

System in a

Level III

Hospital,

Bogotá-

Colombia.

Perawat dan

manajemen

- Persepsi perawat dan

manajemen terhadap k3

tertinggi pada dimensi

kepercayaan terhadap

keefektifan sistem

keselamatan kerja (2.71

dan 2.77), dan dimensi

terendah yaitu

pemberdayaan manajemen

keselamatan kerja (2.71

dan 2.77) serta prioritas

keselamatan pekerja dan

tidak ditoleransinya risiko

bahaya (2,35 dan 2,40).

3. Sepp dkk

(2016)

Health Care

Workers And

Patients

Safety In

Nursing

Homes

Perawat - Terdapat hubungan antara

iklim keselamatan dengan

keselamatan pasien

Page 56: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

37

No Peneliti Judul Subjek

Penelitian

Hasil

4. Hajaghaz

adeh dkk

(2016)

Survey of

safety

climate from

the

viewpoints

of nurses

working in

one of the

hospitals in

Urmia city,

Iran, in 2014

Perawat - Skor rata-rata iklim

keselamatan berkisar

antara 2,49-2,67. Dimana

tidak ada perbedaan

signifikan antara skor rata-

rata iklim keselamatan

perawat berdasarkan

kategori umur dan

pengalaman kerja

Berdasarkan tabel 2.3 diatas diketahui bahwa instrumen

NOSACQ-50 merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk

mengukur iklim keselamatan kerja dalam lingkungan rumah sakit.

Page 57: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

38

Tabel 2. 4 Dimensi Iklim Keselamatan

Nama

Instrumen

Dimensi Iklim Keselamatan

Komitmen

manajemen

Tindakan

manajemen

Komitmen

pribadi

terhadap

keselamatan

Akibat dari

kebutuhan

kecepatan

kerja

Persepsi

terhadap

level

resiko

Keyakinan

tentang

penyebab

kecelakaan

Pengaruh

tekanan

kerja

Efektifitas

komunikasi

kesalamatan

di dalam

organisasi

Efektifitas

prosedur

darurat

Pentingnya

pelatihan

keselamatan

Status

orang dan

komite

keselamat

an dalam

suatu

organisasi

LSCAT √ √ √ √ √ √

SCT √ √ √ √ √

NOSACQ-

50

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Page 58: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

39

2.6 Dimensi Iklim Keselamatan Kerja

Dalam penelitian ini dimensi iklim keselamatan yang digunakan merujuk

pada dimensi menurut Kines dkk (2011) yang dikembangkan oleh peneliti

NORDIC dengan instrumen bernama NOSACQ-50. Dimana instrumen

tersebut sudah memiliki validitas dan reliabilitas yang baik serta dibangun

berdasarkan teori organisasi dan iklim keselamatan, teori psikologis penelitian

empiris sebelumnya dan penelitian yang dilakukan sendiri oleh peneliti

NORDIC (Swedia,Finlandia, Denmark, Norwegia dan Islandia). Berikut

adalah dimensi-dimensi iklim keselamatan menurut Kines dkk (2011) :

1. Prioritisasi dan Komitmen Manajemen Terhadap K3

Dimensi ini didefinisikan sebagai persepsi pekerja mengenai sejauh

mana upaya manajemen dalam mendahulukan keselamatan di tempat kerja

(Kines dkk., 2011). Dimana menurut Frank Bird dalam bukunya

“Commitment”, menyebutkan bahwa komitmen adalah niat atau tekad

untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi daya dorong yang sangat kuat

untuk mencapai tujuan. Tekad dan keinginan tersebut, akan tercermin

dalam sikap dan tindakannya tentang K3. Tanpa komitmen dari semua

unsur dalam organisasi, khususnya para pimpinan, pelaksanaan K3 tidak

akan berjalan dengan baik. Komitmen bukan sekedar diucapkan atau

dituangkan dalam tulisan dan instruksi, tetapi harus diwujudkan secara

nyata dalam tindakan dan sikap sehari-hari (Swastika, 2011).

Berbagai bentuk keterlibatan manajemen sebagai bentuk komitmennya

terhadap K3 antara lain:

Page 59: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

40

Dengan memenuhi semua ketentuan K3 yang berlaku dalam

organisasi seperti penggunaan alat keselamatan yang diwajibkan

dan persyaratan K3 lainnya.

Memasukkan isu K3 dalam setiap kesempatan, rapat manajemen

dan pertemuan lainnya.

Secara berkala dan konsisten mengkomunikasikan keinginan dan

harapan mengenai K3 kepada semua pemangku kepentingan.

Memberikan dukungan nyata dalam bentuk sumber daya yang

diperluhkan untuk terlaksananya K3 dalam organisasi.

Memberikan keteladanan K3 yang baik dengan menjadikan K3

sebagai bagian internal dalam setiap kebijakan organisasi

(Wijayanto, 2016).

Melalui komitmen manajemen seluruh pekerja dapat terlibat dalam

mewujudkan tujuan yang berhubungan dengan keselamatan (Nurhadi,

2012). Hal tersebut membuktikan bahwa kuatnya komitmen manajemen

dapat mempengaruhi pekerja untuk berperilaku secara selamat, dimana

perilaku tersebut terbentuk tidaklain dikarenakan adanya persepsi positif

dari pekerja mengenai upaya prioritisasi dan komitmen manajemen

terhadap K3. Pada penelitian Bailey (1997) bahkan menunjukkan bahwa

tempat kerja dengan pekerja yang memiliki persepsi positif terhadap

komitmen manajemen akan memiliki angka kecelakaan kerja yang yang

sedikit, sementara tempat kerja dengan persepsi rendah terhadap komitmen

manajemen memiliki angka kecelakaan kerja yang tinggi. Oleh karena itu

Page 60: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

41

komitmen manajemen untuk mengangkat risiko dan bahaya keselamatan

yang belum terjadi kepada pekerja sangat penting, untuk menurunkan risiko

kecelakaan kerja, serta untuk membentuk persepsi pekerja bahwa

keselamatan merupakan prioritas seluruh pekerja, termasuk manajemen

(Rahmawati, 2012).

Berdasarkan tinjauan literatur kemudian diketahui pula bahwa persepsi

pekerja terhadap prioritas dan komitmen manajemen ternyata

mempengaruhi pekerja dalam mematuhi kebijakan dan aturan K3 (Bailey,

1997). Selain itu dimensi ini merupakan dimensi yang berdasarkan berbagai

tinjauan literatur paling sering digunakan dalam penelitian mengenai iklim

keselamatan (Zohar,1980; Flin dkk., 2000).

2. Pemberdayaan Manajemen Keselamatan Kerja

Pemberdayaan manajemen keselamatan kerja adalah dimensi kedua

pada kuesioner NOSACQ-50. Dimensi ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana persepsi pekerja terhadap upaya manajemen dalam

meningkatkan kemampuan pekerja berkaitan dengan keselamatan kerja

(Kines dkk., 2011). Menurut Richard Carver dalam Clutterbuck (2013)

pemberdayaan merupakan upaya mendorong dan memungkinkan individu-

individu untuk mengemban tanggung jawab pribadi atas upaya mereka

memperbaiki, cara mereka melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mereka dan

menyumbang pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Hal itu menuntut

diciptakannya suatu budaya yang mendorong orang-orang di semua tingkat

untuk merasa mereka bisa menghasilkan perubahan dan membantu mereka

Page 61: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

42

mendapatkan kepercayaan diri dan ketrampilan-ketrampilan untuk

menghasilkan perubahan-perubahan itu (Clutterbuck, 2013).

Selain itu pemberdayaan juga merupakan salah satu cara manajer

untuk memberikan kepercayaanya terhadap kemampuan dan pendapat

pekerja, serta sebagai bentuk penghargaan manajer terhadap kontribusi

pekerja (Raharjo, 2014). Dimana pada dasarnya pemberdayaan akan

memperkuat social exchanges dan mendorong keselamatan untuk lebih

dihargai dalam organisasi serta memperkuat perilaku keselamatan pekerja

(Kines dkk., 2011). Menurut Shannon dan Norman (2009) bahkan

pemberdayaan pekerja terhadap kegiatan keselamatan dapat mempengaruhi

rendahnya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan hal tersebut maka

penilaian terhadap pemberdayaan keselamatan oleh manajemen dan

dorongan dalam peningkatan partisipasi pekerja kemudian dimasukkan

dalam kuesioner NOSACQ-50.

3. Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja

Pada dimensi keadilan manajemen keselamatan kerja aspek yang

dinilai adalah persepsi pekerja terhadap tindakan manajemen kepada

mereka berkaitan dengan keselamatan kerja, termasuk bagaimana tindakan

manajemen terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja (Kines

dkk., 2011). Ivancevich dkk. (1990) mendefinisikan keadilan

organisasional sebagai suatu tingkat di mana seorang individu merasa

diperlakukan sama di organisasi tempat dia bekerja. Terbuka dan adil

berarti semua tenaga kesehatan dan manajemen terbuka mengenai kejadian

yang ada dan bertanggung jawab atas kejadian, tenaga kesehatan dapat

Page 62: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

43

berbicara secara bebas dengan rekan dan atasan tentang kejadian apapun,

rumah sakit terbuka dengan pasien dan masyarakat tentang kejadian yang

terjadi (Charthey & Clarke, 2010; NPSA, 2004). Pada tempat kerja

perlakukan menyalahkan orang lain merupakan hal yang dapat menjadi

penghalang dalam proses pembelajaran (Jeffcott dkk., 2006). Dimana oleh

Colquitt dkk (2001) terhadap 183 hasil penelitian menunjukkan bahwa

persepsi individu terhadap keadilan organisasional memiliki pengaruh

penting pada sikap individu seperti kepuasan dan komitmen, serta perilaku

individu.

Penilaian keadilan dalam organisasi mempunyai dampak pada sikap

dan reaksi seseorang. Setiap orang pasti menghendaki perlakuan yang adil

baik dari sisi distribusi dan prosedur atau disebut sebagai keadilan

distributif dan keadilan prosedural (Tjahjono, 2007). Hal serupa

disampaikan oleh Weiner dkk. (2008) yang menyebutkan bahwa sikap tidak

disiplin dalam menindak pekerja yang diketahui melakukan perilaku tidak

aman dapat mengakibatkan meluasnya persepsi pada pekerja bahwa

perilaku tidak aman tersebut masih dapat diterima/ditolerir.

4. Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja

Dimensi komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja merupakan

dimensi ke empat iklim keselamatan pada NOSACQ-50 yang bertujuan

untuk mengevaluasi persepsi pekerja mengenai bagaimana sikap mereka

berkaitan dengan keselamatan kerja dalam hal apakah mereka pada

umumnya menunjukkan komitmen terhadap keselamatan (Kines dkk.,

Page 63: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

44

2011). Konsep komitmen pekerja terhadap perusahaan telah menduduki

tempat yang sangat penting dalam penelitian, hal ini dilakukan karena

banyak perilaku kerja yang dipengaruhi oleh tingkat komitmen yang

dimiliki oleh pekerja terhadap tempat mereka bekerja (Aini, 2014). Devis

dan Newstorm (1985) mendefinisikan komitmen sebagai unsur loyalitas

yaitu sejauh mana pekerja mengindentifikasi diri dengan tempat kerja dan

seberapa besar ia ingin tetap berpartisipasi secara aktif didalam tempat ia

bekerja. Komitmen ini biasanya bertambah seiring dengan waktu, dimana

pekerja memiliki pengalaman selama bekerja.

5. Prioritas Keselamatan Pekerja dan Tidak Ditoleransinya Risiko

Bahaya

Prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya

merupakan dimensi kelima dalam kuesioner NOSACQ-50. Adapun aspek

yang dinilai pada dimensi ini adalah persepsi pekerja tentang sejauh mana

pekerja mendahulukan aspek keselamatan sebelum melaksanakan

pekerjaannya (Kines dkk., 2011). Pada tempat kerja yang sebagian besar

pekerjanya memiliki prioritas terhadap K3, maka dapat diindikasikan

bahwa ik lim keselamatan kerja yang dimiliki ditempat kerja tersebut tinggi

karena persepsi mengenai pentingnya keselamatan sudah terbentuk

(anonim, 2014). Sementara persepsi pekerja mengenai diterima atau

tidaknya suatu risiko yang ditemukan diketahui tergantung pada penilaian

subjektif terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan (Rundmo, 2000).

Page 64: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

45

6. Pembelajaran, Komunikasi, dan Inovasi

Dimensi keenam dalam kuesioner NOSACQ-50 ini mencakup penilaian

terhadap persepsi pekerja tentang bagaimana mereka berkaitan dengan

sikap pekerja dalam menjalin kerjasama antar sesama pekerja dalam hal

keselamatan kerja (Kines dkk., 2011). Dimana menurut Vinodkumar dan

Bhasi (2010) komunikasi yang rutin mengenai isu-isu keselamatan antara

manajer, supervisor dan pekerja merupakan kebiasaan yang sangat efektif

dalam meningkatkan keselamatan ditempat kerja. Dimana komunikasi yang

terbuka dari berbagai pihak akan menghilangkan kegugupan pekerja dalam

meningkatkan dan mendiskusikan isu-isu keselamatan (Ciguralov dkk,

2010). Komunikasi mengenai isu-isu kesehatan dan keselamatan di tempat

kerja menurut Mearns dkk (2003) dalam Cigularov dkk (2010) dapat dilihat

sebagai kunci dalam organisasi untuk mempelajari hasil dari kejadian

kecelakaan atau investigasi kejadian hampir celaka, audit keselamatan

maupun perubahan dalam prosedur-prosedur. Sementara menurut Jeffcott

dkk. (2006) aspek pembelajaran sangat penting dalam upaya pembentukan

budaya keselamatan yang positif, yaitu dengan cara mengumpulkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dalam lingkungan sehingga

timbul keinginan untuk melaporkan kejadian-kejadian yang tidak aman.

Komunikasi menjadi tidak hanya sekedar pertukaran informasi tetapi

sebagai hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran dan untuk melahirkan

ide-ide yang inovatif (Raharjo, 2014).

Page 65: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

46

7. Kepercayaan Terhadap Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja

Adapun aspek yang dinilai dalam dimensi kepercayaan terhadap

keefektifan sistem keselamatan kerja yaitu mengenai bagaimana persepsi

pekerja terhadap sistem manajemen keselamatan kerja yang diterapkan oleh

manajemennya (Kines dkk., 2011). Dimensi ini menjadi salah satu tema

sentral dari kajian yang dilakukan oleh Flin dkk (2000). Iklim keselamatan

merupakan sebuah konsep sosial sehingga untuk melihat sistem tidak bisa

dilakukan dengan audit melainkan menangkap persepsi pekerja mengenai

keefektifan sistem manajemen K3 yang berlaku di sebuah organisasi (Kines

dkk., 2011). Berdasarkan hal tersebut kemudian peneliti NORDIC

memasukkan dimensi kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan

kerja dalam kuesioner iklim keselamatan.

Page 66: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

47

2.7 Manfaat Pengukuran Iklim Keselamatan

Pengukuran iklim keselamatan menurut NHS ( 2010) memiliki berbagai

manfaat yang dapat dijelaskan berdasarkan perbedaan tingkatan.

1. Tingkat anggota tim, pada tingkat anggota tim survei iklim

keselamatan pada individu dapat meningkatkan kesadaran akan

keselamatan dan kondisi serta perilaku yang berhubungan dengan

keselamatan

2. Practice teams, pada tingkatan practice teams survei iklim

keselamatan dapat digunakan sebagai diagnostik dan alat pendidikan:.

a. Memperkenankan tim perawat mengukur iklim keselamatan

b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan kemudian

dibandingkan dengan daerah sekitar

c. Memprioritaskan, mendesain dan memprakarsai impelementasi

untuk membangun budaya keselamatan yang kuat

d. Mengevaluasi progressnya melalui survei berkala

3. Tingkat Organisasi, Pada tingkat regional dan manajemen National

Health Service (NHS) persepsi iklim keselamatan dan faktor yang

berhubungan dengan perbedaan organisasi dan tim pelayanan

kesehatan dapat di monitoring, dibandingkan dan dipengaruhi dari

waktu ke waktu.

Page 67: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

48

2.8 Kerangka Teori

Kerangka teori ini mengacu pada Reciprocal Safety Culture Model

menurut Cooper (2000) dimana pada gambar 2.2 dibawah ini diketahui bahwa

aspek-aspek yang membangun budaya keselamatan terdiri dari aspek individu

yang bersifat psikologis dengan pengukuran melalui iklim keselamatan kerja,

aspek perilaku dengan penilaian safety behaviour, dan aspek organisasi

dengan pengukuran melalui audit sistem manajemen.

Page 68: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

49

Budaya Keselamatan

Individu (Person)

(Safety climate)

Organisasi (Organization)

(safety management system:

objective audit))

Perilaku

(Safety behaviour)

(Cooper, 2000)

1. Prioritisasi dan komitmen manajemen terhadap K3

2. Pemberdayaan manajemen keselamatan kerja

3. Keadilan manajemen keselamatan kerja

4. Komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja kerja

5. Prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya

risiko bahaya

6. Pembelajaran, komunikasi, dan inovasi ditoleransinya

risiko bahaya

7. Kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan

kerja

Dimensi iklim keselamatan

Kines dkk (2011)

Gambar 2. 2 Kerangka Teori Adaptasi Cooper (2000) dan Kines dkk (2011)

Page 69: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

50

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini memfokuskan pada gambaran iklim

keselamatan kerja (safety climate). Iklim keselamatan kerja adalah persepsi

pekerja terkait keselamatan di tempat kerja, dimana dalam pengukurannya

terdiri dari tujuh dimensi. Ketujuh dimensi tersebut ialah dimensi prioritisasi

dan komitmen manajemen terhadap K3, pemberdayaan manajemen

keselamatan kerja, keadilan manajemen keselamatan kerja, komitmen pekerja

terhadap keselamatan kerja, prioritas keselamatan pekerja dan tidak

ditoleransinya risiko bahaya, pembelajaran, komunikasi, dan inovasi, serta

kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja (Kines dkk, 2011).

Page 70: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

51

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat ukur Hasil Skala

A. Iklim

Keselamatan

Kerja (safety

climate)

Persepsi perawat dan penunjang medis terhadap keselamatan yang

mencakup dimensi-dimensi dibawah ini:

1.

Prioritisasi dan

Komitmen

Manajemen

Terhadap K3

Total skor

persepsi

perawat dan

penunjang

medis

jmengenai

sejauh mana

upaya

manajemen

dalam

mendahulukan

keselamatan di

tempat kerja

Penyebaran

& pengisian

kuesioner

Kuesioner

NOSACQ

-50 (Item

A1-9

1.Baik

(Jika

skor ≥

3,00)

2.Cukup

(Jika

skor

2,70-

2,99)

3.Kurang

(Jika

skor <

2,70)

Ordinal

2. Pemberdayaan

Manajemen

Keselamatan

Kerja

Total skor dari

persepsi

perawat dan

penunjang

medis terhadap

upaya

manajemen

dalam

meningkatkan

kemampuan

pekerja

berkaitan

dengan

keselamatan

kerja

Penyebaran

& pengisian

kuesioner

Kuesioner

NOSACQ

-50 (Item

A10-A16)

1.Baik

(Jika

skor ≥

3,00)

2.Cukup

(Jika

skor

2,70-

2,99)

3.Kurang

(Jika

skor <

2,70)

Ordinal

3. Keadilan

Manajemen

Keselamatan

Kerja

Total skor dari

persepsi

perawat dan

penunjang

medis terhadap

tindakan

manajemen

berkaitan

dengan

keselamatan

Penyebaran

& pengisian

kuesioner

Kuesioner

NOSACQ

-50 (A17-

A22)

1.Baik

(Jika

skor ≥

3,00)

2.Cukup

(Jika

skor

2,70-

Ordinal

Page 71: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

52

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat ukur Hasil Skala

kerja, termasuk

bagaimana

tindakan

manajemen

terhadap

pekerja yang

mengalami

kecelakaan

kerja

2,99)

3.Kurang

(Jika

skor <

2,70)

4. Komitmen

Pekerja

Terhadap

Keselamatan

Kerja

Total skor dari

sikap perawat

dan penunjang

medis

mengenai

bagaimana

mereka

berkaitan

dengan

keselamatan

kerja dalam hal

menunjukkan

komitmennya

terhadap

keselamatan

Penyebaran

& pengisian

kuesioner

Kuesioner

NOSACQ

-50 (A23-

A28)

1.Baik

(Jika

skor ≥

3,00)

2.Cukup

(Jika

skor

2,70-

2,99)

3.Kurang

(Jika

skor <

2,70)

Ordinal

5. Prioritas

Keselamatan

Pekerja dan

Tidak

Ditoleransinya

Risiko Bahaya

Total skor dari

sikap perawat

dan penunjang

medis tentang

sejauh mana

pekerja

mendahulukan

aspek

keselamatan

sebelum

melaksanakan

pekerjaannya

Penyebaran

& pengisian

kuesioner

Kuesioner

NOSACQ

-50 (A29-

35)

1.Baik

(Jika

skor ≥

3,00)

2.Cukup

(Jika

skor

2,70-

2,99)

3.Kurang

(Jika

skor <

2,70)

Ordinal

6. Pembelajaran,

Komunikasi,

dan Inovasi

Total skor dari

sikap perawat

dan penunjang

medis tentang

bagaimana

mereka

berkaitan

Penyebaran

& pengisian

kuesioner

Kuesioner

NOSACQ

-50 (A36-

43)

1.Baik

(Jika

skor ≥

3,00)

2.Cukup

Ordinal

Page 72: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

53

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat ukur Hasil Skala

dengan

kerjasama

antar sesama

pekerja dalam

hal

keselamatan

kerja yang

menimbulkan

pembelajaran,k

omunikasi dan

inovasi

(Jika

skor

2,70-

2,99)

3.Kurang

(Jika

skor <

2,70)

7. Kepercayaan

Terhadap

Keefektifan

Sistem

Keselamatan

Kerja

Total skor dari

kepercayaan

perawat dan

penunjang

medis terhadap

sistem

manajemen

keselamatan

kerja yang

diterapkan

oleh

manajemennya

Penyebaran

& pengisian

kuesioner

Kuesioner

NOSACQ

-50 (A44-

A50)

1. Baik

(Jika

skor ≥

3,00)

2. Cukup

(Jika

skor

2,70-

2,99)

3.Kurang

(Jika

skor <

2,70)

Ordinal

Page 73: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

54

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode deskriptif dan desain cross-sectional. Dimana proses

pengumpulan atau pengambilan data dan pengukuran variabel-variabelnya

dilakukan pada satu waktu yang bersamaan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bagian keperawatan dan pelayanan

penunjang medis RSUD Kota Depok, dimana rumah sakit ini merupakan

rumah sakit kelas B yang berlokasi di Kecamatan Sawangan. Penelitian ini

dilakukan pada Bulan Desember 2016 sampai dengan Juni 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat dan tenaga

penunjang medis yang bekerja di RSUD Depok. Data lengkap populasi

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Page 74: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

55

Tabel 4. 1 Daftar Jumlah Perawat dan Tenaga Penunjang Medis di RSUD

Depok Tahun 2017

Profesi Jumlah Tenaga Kesehatan

Perawat

IGD 16

Kamar Operasi 9

Rawat Inap 52

Rawat Jalan 12

Tenaga Penunjang Medis

Laboratorium 13

Radiologi 8

Nutrisionis 5

Apoteker 6

Asisten Apoteker 18

Sanitarian 3

Teknisi Elektromedis 3

Fisioterapi 1

Refraksionis Optisien 1

4.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random

sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana. Dimana

perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan

besar sampel untuk penelitian deskriptif dengan rumus estimasi proporsi

sebagai berikut (Lapau,2012):

Page 75: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

56

Keterangan:

n : besar sampel

P : probabilitas dari penelitian terdahulu (0,5)

d : presisi/ketepatan sebesar 10% (0,1)

Z 1-α/2 : derajat kepercayaan, Cl 95% (1,96)

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh besar sampel minimal

yang diperlukan pada penelitian ini sebesar 96,04 atau 97 orang. Namun

untuk menghindari terjadinya drop out atau missing maka jumlah

responden dibulatkan menjadi 110 orang. Adapun rincian jumlah sampel

perunit kerja perawat dan tenaga penunjang medis dapat dilihat pada tabel

4.2 dibawah ini:

Tabel 4. 2 Jumlah Sampel per Profesi di Tiap Unit

Profesi Jumlah Tenaga

Kesehatan

Jumlah Sampel yang

Didistribusikan

Kuesioner

Perawat

IGD 16 12

Kamar Operasi 9 7

Rawat Inap 52 40

Rawat Jalan 12 7

Total 89 66

Tenaga Penunjang Medis

Laboratorium 13 10

Radiologi 8 6

Nutrisionis 5 3

Apoteker 6 4

Asisten Apoteker 18 13

Sanitarian 3 3

Teknisi Elektromedis 3 3

Fisioterapi 1 1

Refraksionis Optisien 1 1

Total 58 44

Page 76: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

57

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara

langsung dari perawat dan penunjang medis di RSUD Depok dengan

menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Adapun data sekunder pada

penelitian ini yaitu data dokumen rumah sakit, antara lain profil rumah

sakit, data ketenagakerjaan, dan prosedur K3.

4.4.2 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini dengan digunakannya acuan dimensi menurut

Kines dkk (2011) sebagai dimensi yang diukur, maka instrumen

penelitian yang tepat untuk digunakan adalah NOSACQ-50. Nordic

Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) merupakan kuesioner yang

dikembangkan oleh peneliti keselamatan kerja dari wilayah Nordic

(Swedia, Denmark, Norwegia, dan Islandia) untuk mengukur dimensi

iklim keselamatan kerja tersebut. Dimana kuesioner tersebut sudah diakui

penggunaannya secara universal oleh OSHA dalam melakukan

pengukuran iklim keselamatan diberbagai sektor beresiko tinggi termasuk

pada sektor pelayanan kesehatan. Selain itu kuesioner NOSACQ-50 ini

juga mengandung pernyataan positif dan negatif. Berikut distribusi

pernyataan postif dan negatif pada kuesioner:

Page 77: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

58

Tabel 4. 3 Distribusi Pernyataan Positif dan Negatif pada Kuesioner

No Dimensi Nomor Pernyataan

Total Positif Negatif

1. Prioritisasi dan Komitmen

Manajemen Terhadap K3

A1, A2, A4,

A6, A7

A3, A5, A8,

A9

9

2. Pemberdayaan Manajemen

Keselamatan Kerja

A10, A11,

A12, A14,

A16

A13, A15 7

3. Keadilan Manajemen

Keselamatan Kerja

A17, A19,

A20, A22

A18, A21 6

4. Komitmen Pekerja Terhadap

Keselamatan Kerja

A23, A24,

A27

A25, A26,

A28

6

5. Prioritas Keselamatan

Pekerja dan Tidak

Ditoleransinya Risiko

Bahaya

A33 A29, A30,

A31, A32,

A34, A35

7

6. Pembelajaran, Komunikasi,

dan Inovasi

A36, A37,

A38, A39,

A40, A42,

A43

A41 8

7. Kepercayaan Terhadap

Keefektifan Sistem

Keselamatan Kerja

A44, A46,

A48, A50

A45, A47,

A49

7

Total Pernyataan 50

Item pernyataan kuesioner menggunakan 4 poin skala Likert mulai

dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Kemudian skoring diberikan

dengan ketentuan seperti pada tabel berikut.

Tabel 4. 4 Skoring Instrumen safety climate

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Setuju Sangat

Setuju

Skoring Item

Pernyataan Positif

1 2 3 4

Skoring Item

Pernyataan Negatif

4 3 2 1

Page 78: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

59

Berikut adalah contoh cara melakukan skoring untuk mengetahui

rata-rata nilai satu orang untuk dimensi satu:

(A1+A2+A3+A4+A5+A6+A7+A8+A9) /9

Hanya item yang dijawab yang dimasukkan kedalam perhitungan.

Jika responden menjawab keseluruhan item maka denominatornya adalah

9. Jika responden hanya menjawab 7 maka denominatornya adalah 7.

Namun jika responden menjawab kurang dari setengah dari jumlah item

tiap dimensi maka tidak akan diikutkan dalam perhitungan total rata-rata.

Contoh perhitungan total rata-rata dari rata-rata dimensi 1:

5 orang mempunyai rata-rata skor untuk dimensi 1 masing-masing

sebagai berikut: 2,67; 2,33; 2,44; 2,56; 2,67

Maka total rata-rata populasi menjadi: (2,67+2,33+2,44+2,56+2,67)/5

= 2,53

Dan begitu seterusnya untuk dimensi lainnya

Berikut ini adalah interpretasi hasil berdasarkan panduan skoring dari

kuesioner NOSACQ-50 (Kines,dkk,2010).

a. Skor ≥ 3,00 = Baik

b. Skor 2,70-2,99 = Cukup

c. Skor < 2,70 = Kurang

Page 79: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

60

4.5 Uji Instrumen

4.5.1.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Suatu

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dimana uji validitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai

korelasi atau r hitung variabel dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel, maka

variabel tersebut dinyatakan valid. Sementara jika r hitung < r tabel maka

variabel tersebut dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel yang digunakan

untuk uji validitas penelitian ini yaitu 0,187. Berdasarkan hasil uji validitas

kuesioner penelitian ini, didapatkan tiap pernyataan telah valid dengan

skor lebih dari 0,238.

4.5.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan kekonsistensian kuesioner dalam

manghasilkan informasi yang sama ketika digunakan berkali-kali untuk

mengukur variabel yang sama (Lapau, 2013). Uji reliabilitas

menggunakan cronbach alpa dimana instrumen penelitian dinyatakan

reliabel bila diperoleh nilai alpha minimal 0,60 (Budiharto, 2008).

Beberapa penelitian yang melakukan uji reliabilitas NOSACQ-50

menunjukkan nilai cronbach alpha sebesar lebih dari 0,77 (Kines dkk,

2011), 0,70 (Nikolaeva 2015). Sementara pada penelitian ini sendiri uji

realibilitas yang didapatkan ialah sebesar 0,938 sehingga dapat

Page 80: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

61

disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

sudah reliabel.

4.6 Pengolahan Data

Semua data primer yang telah terkumpul kemudian dilakukan

pengolahan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

4.6.1 Mengkode Data (Data Coding)

Merupakan kegiatan membuat klasifikasi data dan memberi

kode atau nilai pada jawaban dari setiap pernyataan dalam kuesioner.

Pemberian nilai tergantung pada penyataan positif dan negatif pada

kuesioner. Pada pernyataan positif maka aturan pemberian nilai

jawaban responden adalah sebagai berikut.

Sangat setuju diberi nilai 4

Setuju diberi nilai 3

Tidak setuju diberi nilai 2

Sangat tidak setuju diberi nilai 1

Pada pernyataan negatif diberi nilai sebaliknya dari aturan pemberian

nilai pada pernyataan positif.

4.6.2 Menyunting Data (Data Editing)

Dilakukan pemeriksaan terhadap kuesioner yang telah diisi

dengan cara melihat kelengkapan jawabannya, sebelum dilakukan

proses pemasukan data kedalam komputer sehingga ketika ditemukan

data yang salah atau meragukan dapat ditelusuri kembali kepada

responden yang bersangkutan.

Page 81: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

62

4.6.3 Memasukkan Data (Data Entry)

Kegiatan memasukkan data hasil kuesioner yang sudah

diberikan kedalam software statistik (SPSS). Data yang dimasukkan

adalah data pada kuesioner yang tidak missing.

4.6.4 Membersihkan Data (Data Cleaning)

Kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kembali dan

memastikan bahwa tidak ada kesalahan data atau data yang tidak

lengkap ketika proses entry. Setelah melakukan pembersihan data,

maka data dapat diolah dan dianalisis

4.7 Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisa secara univariat dengan melihat

frekuensi nilai mean ± SD, dan 95% Cl serta proporsi tiap dimensi iklim

keselamatan kerja yang terdiri dari dimensi prioritisasi dan komitmen

manajemen terhadap K3, pemberdayaan manajemen keselamatan kerja,

keadilan manajemen keselamatan kerja, komitmen pekerja terhadap

keselamatan kerja, prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya

risiko bahaya, pembelajaran, komunikasi, dan inovasi, serta kepercayaan

terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja.

Page 82: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

63

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

5.1.1 Sejarah RSUD Depok

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok merupakan rumah

sakit kelas B yang menjadi satu-satunya rumah sakit milik pemerintah

yang ada di Kota Depok, dibangun pada tahun 2004 diatas lahan seluas

42.047 m2 dengan lokasi di Jl. Raya Muchtar No.99 Sawangan Depok.

Pada awal operasional RSUD Kota Depok merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Depok dan pada

31 Desember 2009 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 8 tahun 2008

RSUD Kota Depok telah berdiri sendiri menjadi Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) di Kota Depok.

Saat ini kapasitas tempat tidur (TT) RSUD Kota Depok berjumlah 71

tempat tidur yang terdiri dari 54 tempat tidur perawatan kelas III, 4 tempat

tidur perawatan kelas II, 9 tempat tidur perawatan perina, dan 4 tempat

tidur perawatan isolasi. Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien

dengan spesialistiknya, maka tahun 2015 kapasitas tempat tidur yang

dimiliki oleh RSUD Kota Depok tersebut kini telah dimanfaatkan secara

maksimal.

Page 83: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

64

5.1.2 Struktur Organisasi RSUD Kota Depok

Struktur organisasi adalah kerangka pembagian tanggung jawab

fungsional yang dibentuk untuk terselenggaranya kegiatan-kegiatan pokok

rumah sakit. Berikut pada gambar 5.1 adalah struktur organisasi RSUD

Kota Depok Tahun 2017.

5.1.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di RSUD Kota Depok

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok mulai beroperasi

sebagai rumah sakit pada tahun 2008 dan telah menerapkan standar

keselamatan dan kesehatan pekerja yang berguna untuk mencegah terjadinya

peristiwa kecelakaan atau untuk menjaga keamanan suatu kegiatan atau

pekerjaan mulai dari input, proses dan output. Namun demikian sebelum

Gambar 5. 1 Struktur Organisasi RSUD Kota Depok

Page 84: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

65

dibangun rumah sakit sesungguhnya telah memiliki SOP yang siap pakai,

sehingga pasca pembangunan tahap pertama dan beroperasi rumah sakit telah

memiliki mekanisme yang jelas dalam menjalankan prosedur pelaksanaan

kegiatan rumah sakit dari berbagai lini. Begitu pula dengan penerapan K3,

manajemen memberikan pelatihan pada beberapa petugas medis sehingga

mereka dapat mengetahui langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur jika

terdapat peristiwa yang mengancam keselamatan atau kesehatan.

Bagian K3 sendiri pada dasarnya di struktur organisasi termasuk dalam

bidang pelayanan medis. Meskipun demikian pada masing-masing

kebidangan memiliki tanggungjawab dalam membantu

mengimplementasikan K3 di setiap instalasi/unitnya. Dimana tanggungjawab

tersebut diberikan kepada kepala seksi/bidang dan kepala

instalasi/penanggungjawab instalasi untuk memastikan kegiatan yang

berkaitan dengan keselamatan dilakukan dengan baik di tiap instalasi. Selain

itu penanggungjawab instalasi juga berperan dalam menjembatani

komunikasi antara perawat dan penunjang medis dengan staff K3 serta

melakukan kegiatan K3 di instalasinya.

Selain hal-hal diatas untuk membuktikan dedikasi dan komitmennya

dalam menerapkan K3, rumah sakit juga membangun sistem manajemen

terintegrasi mutu, lingkungan, dan K3 (MLK3) sesuai dengan standar

manajemen yang berlaku yaitu ISO 9001:2008 (mutu), ISO 14001:2004

(lingkungan), dan OHSAS 18001:2007 (K3). Sebagai tambahan RSUD

Depok juga telah membentuk suatu tim panitia pembinaan keselamatan dan

kesehatan kerja (Tim P2K3), dimana tim ini memiliki tugas untuk

Page 85: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

66

memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada

pemimpin manajemen di tempat kerja mengenai masalah-masalah K3.

Adapun staff P2K3 tersebut terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris,

divisi pencatatan dan pelaporan, divisi monitoring dan evaluasi, divisi

identifikasi dan investigasi, divisi K2G, serta divisi promosi dan sosialisasi.

5.1.4 Kebijakan K3 RSUD Kota Depok

1. Menerapkan Sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan sistem

manajemen RSUD Depok

2. Melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya cidera dan

gangguan kesehatan

3. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya

yang berlaku

4. Melakukan peningkatan berkesinambungan terhadap sistem

manajemen K3

5. Menerapkan program manajemen K3

6. Melakukan pembinaan kompetensi K3 bagi pegawai

7. Mendokumentasikan, memelihara dan meninjau kebijakan ini

8. Mengkomunikasikan ke seluruh karyawan dan pihak terkait lainnya

9. Menyediakan kebijakan K3 ini untuk umum dan publik yang

membutuhkan

10. Membudayakan K3 di lingkungan RSUD Depok

11. RSUD Depok akan selalu melakukan identifikasi bahaya dan

mengendalikan semua risiko yang ditimbulkannya, untuk itu rumah

sakit menyediakan sarana, prasarana kerja dan pelatihan yang memadai

Page 86: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

67

sesuai dengan peran, tanggungjawab dan wewenangnya masing-

masing.

5.1.5 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam rangka mengimplementasikan K3 di rumah sakit,

manajemen mengembangkan program keselamatan dengan mengacu pada

OHSAS 18001:2007. Adapun program atau kegiatan yang berkaitan

dengan upaya manajemen mendorong keterlibatan perawat dan penunjang

medis dalam menerapkan K3 di rumah sakit diantaranya ialah:

1. Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian

Berkaitan dengan aktivitas peningkatan kompetensi, pembangkitan

kesadaran akan pentingnya keselamatan serta pelatihan dan

pengembangan pekerja di lingkungan kerja rumah sakit, manajemen

biasanya sebelumnya melakukan analisis kebutuhan kompetensi dan

pelatihan untuk kemudian dilakukan analisa skala prioritas dan

setelahnya baru masuk ke dalam agenda perencanaan pelatihan dan

pengembangan. Adapun setiap kebidangan baik perawat dan

penunjang medis dapat mengajukan permohonan untuk pengadaan

kegiatan tersebut. Dimana kegiatan pelatihan dan seminar berkaitan

dengan K3 yang telah diadakan staff keselamatan dirumah sakit untuk

perawat dan penunjang medis diantaranya adalah manajemen

kebakaran, penggunaan APD, basic life support, kebersihan tangan,

penggunaan apar, dll.

Page 87: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

68

Pelatihan sendiri pada rumah sakit dibedakan menjadi 3 kategori

yaitu pengenalan, penyegaran, dan pendalaman. Pengenalan

merupakan pelatihan yang diberikan kepada pegawai baru dengan

materi yang berkaitan dengan K3 seperti prosedur cara kerja yang

aman di instalasi kerja, bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja,

prosedur pelaporan jika terjadi kecelakaan atau masalah keselamatan

lainnya, prosedur kegawatdaruratan. Sementara penyegaran diberikan

kepada semua pekerja dengan tujuan mengingatkan kembali akan

pelatihan atau seminar yang telah dilakukan pada tahun-tahun

sebelumnya misalnya kegawatdaruratan dan tatacara penggunaan

APAR. Selain itu kepala bidang dan penanggungjawab instalasi juga

didorong untuk menyisipkan informasi berkaitan dengan isu-isu

keselamatan pada setiap kegiatan yang dilakukan pada instalasi

kerjanya untuk memastikan bahwa pekerja senantiasa bekerja dengan

mengutamakan keselamatan dengan materi yang disesuaikan dengan

kondisi instalasi kerjanya. Terakhir pendalaman, diberikan kepada

personil yang melakukan atau mengawasi daerah tertentu yang

kegiatan didalamnya mempunyai dampak terhadap MLK3 (mutu,

lingkungan, dan K3) bahkan tingkat risiko seperti pada bagian IPSRS

(Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit) dan

anggota organisasi K2G ( Keselamatan Kebakaran Gedung).

2. Komunikasi, partisipasi, dan konsultasi

Komunikasi merupakan faktor penentu keefektifan sistem

manajemen keselamatan. Dimana manajemen rumah sakit telah

Page 88: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

69

menetapkan proses-proses komunikasi tertentu sebagai media untuk

mengkomunikasikan keefektifan pelaksanaan K3, diantaranya melalui

papan pengumuman, safety talk, buletin, dll.

Papan pengumuman merupakan media komunikasi yang digunakan

oleh manajemen untuk menginformasikan berkaitan dengan data

kecelakaan kerja pada tenaga kesehatan, dokumentasi kegiatan, serta

pengumuman penyelenggaran kegiatan yang berkaitan dengan ke

rumah sakitan. Dimana papan pengumuman tersebut selalu

diperbaharui setiap sebulan sekali. Sementara safety talk merupakan

cara komunikasi langsung antara staff mutu, lingkungan, dan

keselamatan dengan pihak-pihak terkait seperti kepala kebidangan dan

penanggungjawab instalasi/unit, berupa meeting koordinasi yang

dilakukan minimal satu bulan sekali dengan bahan/materi

pembicaraan menyangkut hasil identifikasi bahaya, isu-isu yang

berkembang tentang MLK3 (mutu, lingkungan, dan K3), peraturan

perundangan dan persyaratan terkait MLK3, kecelakaan yang baru

terjadi, informasi umum keselamatan kerja dan kesehatan yang

berhubungan dengan kegiatan, konsultasi dan saran-saran. Dimana

nantinya pada setiap kesempatan penanggungjawab instalasi dapat

mengkomunikasikan hasil pertemuan kepada perawat dan penunjang

medis di instalasi kerjanya masing-masing. Adapun buletin digunakan

untuk mengkomunikasikan terkait kegiatan dan pencapaian rumah

sakit secara umum kepada pihak internal dan eksternal.

Page 89: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

70

Selain mengembangkan sarana komunikasi pada pekerja,

manajemen juga mendorong partisipasi perawat dan penanggung

jawab medis dalam membantu mengimplementasikan K3 di

lingkungan rumah sakit. Dimana staff keselamatan mendorong setiap

kepala kebidangan dan penanggung jawab instalasi untuk menunjuk

salah satu pekerja untuk membantu melakukan kegiatan berkaitan

dengan pelaksanaan K3 diantaranya melakukan cheklist ketersediaan,

kondisi, dan kelengkapan APD (Alat Pelindung Diri), cheklist

peralatan kegawatdaruratan, pemeriksaan tempat kerja, dan membantu

penilaian identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan

pengendaliannya. Terakhir manajemen juga mendorong masing-

masing penanggungjawab unit untuk meningkatkan partisipasi pekerja

dalam pelaporan kecelakaan sehingga dapat membantu mereka dalam

menentukan program pengendalian yang tepat dan mengurangi serta

mencegah kasus kecelakan kerja terjadi kembali.

Page 90: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

71

5.2 Gambaran Karakteristik Individu Perawat dan Penunjang Medis

Subyek pada penelitian ini ialah terdiri dari 66 perawat dan 44 tenaga

penunjang medis yang memiliki lama kerja lebih dari satu tahun di RSUD

Depok. Deskripsi responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur,

jenis kelamin, profesi, pendidikan,dan lama kerja.

Tabel 5. 1 Karakteristik Perawat dan Penunjang Medis

No Kategori Identitas

Responden

Frekuensi

1. Umur < 31 Tahun 30 (27,3%)

31-35 Tahun 43 (39,1%)

36-40 Tahun 30 (39,1%)

41-45 Tahun 5 (4,5%)

> 45 Tahun 2 (1,8%)

2. Jenis Kelamin Laki-laki 26 (23,6%)

Perempuan 84 (76,4%)

3. Pendidikan SMA 11 (10%)

D3 79 (71,8%)

S1 20 (18,2%)

4. Lama Bekerja di

RSUD Depok

1-5 Tahun 24 (21,8%)

> 5 Tahun 86 (78,2%)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa karakteristik perawat dan

penunjang medis berdasarkan umur paling banyak berada pada rentang umur

31-35 tahun (39,1%) dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan (76,4%).

Sementara karakteristik perawat dan penunjang medis berdasarkan pendidikan

terakhir diketahui 71,8% (79 pekerja) di dominasi oleh jenjang pendidikan D3,

dimana lama kerja mereka bekerja di RSUD Depok terbanyak sudah lebih dari

lima tahun yaitu sebanyak 78,2% (86 pekerja).

Page 91: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

72

5.3 Gambaran Dimensi Iklim Keselamatan Kerja Perawat dan Tenaga

Penunjang Medis di RSUD Depok Tahun 2017

Gambaran terhadap iklim keselamatan kerja dilakukan dengan melihat 7

dimensi iklim keselamatan kerja. Ketujuh dimensi tersebut adalah (1)

prioritisasi dan komitmen manajemen terhadap K3, (2) pemberdayaan

manajemen keselamatan kerja, (3) keadilan manajemen keselamatan kerja, (4)

komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja, (5) prioritas keselamatan

pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya, (6) pembelajaran, komunikasi,

dan inovasi, (7) kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja.

Gambar 5. 2 Radar Plot Dimensi Iklim Keselamatan Kerja

Page 92: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

73

Berdasarkan gambar 5.2 diatas dapat terlihat penyebaran dimensi iklim

keselamatan kerja pada perawat dimensi keadilan manajemen (3,40)

menempati rata-rata nilai tertinggi, diikuti oleh dimensi pembelajaran,

komunikasi, dan inovasi (3,38), dimensi komitmen pekerja terhadap

keselamatan kerja (3,36), dimensi prioritisasi dan komitmen manajemen (3,34),

dimensi kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja (3,33),

dimensi prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya

(3,27), dan posisi terakhir yaitu dimensi pemberdayaan manajemen

keselamatan kerja (3,26). Sementara pada penunjang medis dimensi dengan

rata-rata-nilai tertinggi ditempati oleh dimensi terkait kepercayaan terhadap

keefektifan sistem keselamatan kerja (3,44) dan rata-rata nilai terendah dimiliki

oleh dimensi prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko

bahaya (2,93).

Page 93: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

74

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Dimensi Iklim Keselamatan Secara Umum

No Dimensi Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

1 Prioritisasi dan Komitmen

Manajemen

3,34 ± 0,38 3,25 – 3,44 3,31± 0,41 3,19 -3,39

2 Pemberdayaan

Manajemen Keselamatan

Kerja

3,26 ± 0,31 3,19 – 3,35 3,23 ± 0,32 3,13 -3,31

3 Keadilan Manajemen

Keselamatan Kerja

3,40 ± 0,43 3,30 -3,50 3,30 ± 0,38 3,20 -3,45

4 Komitmen Pekerja

Terhadap Keselamatan

Kerja

3,36 ± 0,40 3,28 -3,45 3,39 ± 0,42 3,24 -3,52

5 Prioritas Keselamatan

Pekerja dan Tidak

Ditoleransinya Risiko

Bahaya

3,27 ± 0,34 3,18 -3,34 2,93 ± 0,19* 2,86 -2,98

6 Pembelajaran,

Komunikasi, dan Inovasi

3,38 ± 0,36 3,32 -3,48 2,98 ± 0,35* 2,92-3,10

7 Kepercayaan Terhadap

Keefektifan Sistem

Keselamatan Kerja

3,33 ± 0,30 3,27 -3,41 3,44 ± 0,33 3,33 -3,58

*. Teridentifikasi dimensi masih perlu dioptimalkan, termasuk dalam kategori cukup dengan

rentang mean 2,70-2,99

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa pada perawat rata-rata nilai

yang didapatkan pada seluruh dimensi telah berada pada skor ≥ 3,0 yang

artinya sudah masuk ke dalam kategori baik. Sementara pada penunjang medis

dua dimensi masih memiliki rata-rata nilai dalam kategori cukup dengan skor

berada pada kisaran 2,70-2,99 yaitu dimensi prioritas keselamatan pekerja dan

tidak ditoleransinya risiko bahaya (2,93) serta pembelajaran, komunikasi, dan

inovasi (2,98). Dimana nilai 95% confidence interval untuk dimensi prioritas

keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya adalah 2,86-2,98

dan dimensi pembelajaran, komunikasi, dan inovasi 2,92-3,10. Nilai ini

Page 94: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

75

menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% rata-rata skor pada

penunjang medis berada pada selang skor tersebut (2,86-2,98 dan 2,92-3,10).

5.3.1 Prioritisasi dan Komitmen Manajemen Terhadap K3

1. Distribusi Proporsi Dimensi Prioritisasi dan Komitmen Manajemen

Terhadap K3

Tabel 5. 3 Distribusi Proporsi Dimensi Prioritisasi dan Komitmen

Manajemen Terhadap K3

Kategori Perawat Tenaga Penunjang Medis

n % n %

Baik

( ≥ 3,00)

52 78,7 37 84,1

Cukup

(2,70-2,99)

10 15,1 6 13,6

Kurang

(< 2,70)

4 6,2 1 2,3

Jumlah 66 100,0 44 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa 52 orang (78,7%)

perawat sudah memiliki persepsi terhadap prioritas dan komitmen

manajemen dalam kategori baik, 10 orang (15,1%) dalam kategori cukup,

dan 4 orang (6,2%) masih kurang. Sementara pada penunjang medis, 37

orang (84,10%) sudah dalam kategori baik, 6 orang (13,60%) dalam

kategori cukup, dan 1 orang (2,30%) masih dalam kategori kurang.

Page 95: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

76

2. Distribusi Frekuensi Dimensi Prioritisasi dan Komitmen Manajemen

Terhadap K3

Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Dimensi Prioritisasi dan Komitmen

Manajemen Terhadap K3

No Item

Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Prioritisasi dan Komitmen

Manajemen Terhadap K3 3,34 ± 0,38 3,25 – 3,44 3,31± 0,41 3,19 -3,39

A1 Manajemen mendorong tenaga

kesehatan di sini untuk bekerja

sesuai aturan keselamatan

walaupun jadwal kerja sedang

padat

3,52 ± 0,56 3,34 - 3,64 3,36 ± 0,48 3,25 – 3,54

A2 Manajemen menjamin setiap

orang menerima informasi yang

dibutuhkan berkaitan dengan

keselamatan

3,32 ± 0,50 3,20 – 3,44 3,41 ± 0,54 3,28 – 3,61

A3 Manajemen tidak peduli ketika

seorang tenaga kesehatan

mengabaikan prosedur

keselamatan

3,33 ± 0,50 3,19 – 3,47 3,34 ± 0,60 3,17 – 3,58

A4 Manajemen menempatkan

keselamatan tenaga kesehatan

sebagai prioritas utama untuk

mencegah terjadinya cidera atau

kecelakaan kerja

3,39 ± 0,49 3,29 – 3,50 3,43 ± 0,58 3,25 – 3,63

A5 Manajemen mentoleransi tenaga

kesehatan di sini melakukan

tindakan tidak safety bagi dirinya

ketika jadwal kerja sedang padat

2,94 ± 0,65* 2,78 – 3,12 2,70 ± 0,87*

2,38 – 2,93

A6 Kami yang bekerja di sini yakin

pada kemampuan manajemen

untuk menangani masalah

keselamatan

3,44 ± 0,50 3,33 – 3,54 3,36 ± 0,53 3,17 – 3,56

A7 Manajemen menangani dengan

segera setiap permasalahan K3

yang dilaporkan oleh tenaga

kesehatan atau ditemukan saat

inspeksi/audit

3,36 ± 0,57 3,22 – 3,52 3,48 ± 0,50 3,28 – 3,59

Page 96: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

77

No Item

Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Prioritisasi dan Komitmen

Manajemen Terhadap K3 3,34 ± 0,38 3,25 – 3,44 3,31± 0,41 3,19 -3,39

A8 Ketika risiko dari bahaya

terdeteksi, manajemen

mengabaikannya tanpa melakukan

tindakan apapun.

3,44 ± 0,63 3,28 – 3,57 3,41 ± 0,49 3,21 – 3,58

A9 Manajemen kurang efektif dalam

menangani masalah keselamatan.

3,36 ± 0,64 3,19 - 3,50 3,32 ± 0,60 3,14 – 3,50

*. Teridentifikasi item masih perlu dioptimalkan, termasuk dalam kategori cukup dengan rentang

mean 2,70-2,99

Berdasarkan tabel 5.4 diatas terlihat bahwa persepsi perawat dan

penunjang medis terkait sikap manajemen dalam mentoleransi pekerja

yang melakukan tindakan tidak aman (A5) masih perlu dioptimalkan karna

berada dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai untuk perawat 2,94 dan

penunjang medis 2,70.

Page 97: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

78

5.3.2 Pemberdayaan Manajemen Keselamatan Kerja

1. Distribusi Proporsi Dimensi Pemberdayaan Manajemen Keselamatan

Kerja

Tabel 5. 5 Distribusi Proporsi Dimensi Pemberdayaan Manajemen

Keselamatan Kerja

Kategori Perawat Tenaga Penunjang Medis

n % n %

Baik

( ≥ 3,00)

57 86,4 43 97,7

Cukup

(2,70-2,99)

7 10,6 1 2,3

Kurang

(< 2,70)

2 3,0 0 0

Jumlah 66 100 44 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa 57 orang (86,4%)

perawat sudah memiliki persepsi terhadap pemberdayaan manajemen

keselamatan kerja dalam kategori baik, 7 orang (10,6%) dalam kategori

cukup, dan 2 orang (3%) masih kurang. Sementara pada penunjang

medis, 43 orang (97,7%) sudah dalam kategori baik, 1 orang (2,3% )

dalam kategori cukup, dan 0 orang (0%) masih dalam kategori kurang.

Page 98: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

79

2. Distribusi Frekuensi Dimensi Pemberdayaan Manajemen Keselamatan

Kerja

Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Dimensi Pemberdayaan Manajemen Keselamatan Kerja

No Item Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Pemberdayaan Manajemen

Keselamatan Kerja 3,26 ± 0,31 3,19 – 3,35 3,23 ± 0,32 3,13 - 3,31

A10

Manajemen berusaha untuk

mendesain kegiatan K3 rutin yang

bermanfaat dan terlaksana dengan

benar

3,52 ± 0,61 3,37 – 3,66

3,32 ± 0,61 3,37 - 3,66

A11

Manajemen mendorong setiap

tenaga kesehatan untuk dapat

menyebarkan informasi mengenai

cara kerja yang aman dalam

pekerjaan mereka

3,32 ± 0,46 3,20 – 3,45 3,39 ± 0,46 3,20 - 3,45

A12

Manajemen mendorong tenaga

kesehatan di sini untuk

berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan yang berdampak pada

keselamatan mereka

3,35 ± 0,54 3,19 – 3,47 3,34 ± 0,54 3,19 - 3,47

A13

Manajemen tidak pernah

mempertimbangkan saran dari

tenaga kesehatan yang berkaitan

dengan keselamatan

3,36 ± 0,48 3,25 – 3,47 3,41 ± 0,48 3,25 - 3,47

A14

Manajemen berusaha agar setiap

orang memiliki kompetensi yang

tinggi berkaitan dengan

keselamatan dan risiko bahaya.

3,52 ± 0,50 3,38 – 3,63 3,32 ± 0,50 3,38 - 3,63

A15

Manajemen tidak pernah

menanyakan pendapat tenaga

kesehatan sebelum mengambil

keputusan yang berhubungan

dengan keselamatan

2,82 ± 0,65* 2,65 – 2,97 2,91 ± 0,65* 2,65 - 2,97

A16

Manajemen melibatkan tenaga

kesehatan dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan

keselamatan

29,4 ± 0,42* 2,81- 3,04 2,95 ± 0,42* 2,81 - 3,04

*. Teridentifikasi item masih perlu dioptimalkan, termasuk dalam kategori cukup dengan rentang

mean 2,70-2,99

Page 99: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

80

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat terlihat bahwa pada persepsi

perawat dan penunjang medis terkait item mengenai upaya manajemen dalam

melibatkan pekerja ketika pengambilan keputusan (A15, A16) masih perlu

dioptimalkan karna berada dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai untuk

item A15 pada perawat 2,82 dan penunjang medis 2,91, sementara untuk item

A16 pada perawat 2,94 dan penunjang medis 2,95.

5.3.3 Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja

1. Distribusi Proporsi Dimensi Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja

Tabel 5. 7 Distribusi Dimensi Keadilan Manajemen Keselamatan

Kerja

Kategori Perawat Tenaga Penunjang

Medis

n % n %

Baik

( ≥ 3,00)

55 83,3 38 86,4

Cukup

(2,70-2,99)

11 16,7 5 11,4

Kurang

(< 2,70)

0 0 1 2,2

Jumlah 66 100 44 100

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa 55 orang (83,3%)

perawat sudah memiliki persepsi terhadap keadilan manajemen keselamatan

kerja dalam kategori baik, 11 orang (16,7%) dalam kategori cukup, dan 0

orang (0%) masih kurang. Sementara pada penunjang medis, 38 orang

(86,4%) sudah dalam kategori baik, 5 orang (11,4%) dalam kategori cukup,

dan 1 orang (2,2%) masih dalam kategori kurang.

Page 100: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

81

2. Distribusi Frekuensi Dimensi Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja

Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Dimensi Keadilan Manajemen Keselamatan

Kerja

No Item Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Keadilan Manajemen

Keselamatan Kerja

3,40 ± 0,43 3,30 – 3,50 3,30 ± 0,38 3,20 - 3,45

A17

Manajemen mengumpulkan

informasi yang akurat dalam

investigasi kecelakaan kerja

3,33 ± 0,47 3,21 – 3,47 3,48 ± 0,50 3,36 - 3,63

A18

Ketakutan terhadap sanksi

(konsekuensi negatif) dari

manajemen membuat tenaga

kesehatan enggan melaporkan

kejadian yang hampir

menyebabkan kecelakaan (near-

miss accidents)

3,52 ± 0,50 3,40 - 3.62 2,93 ± 0,45* 2,82 - 3,02

A19

Jika terjadi kecelakaan kerja,

manajemen mendengarkan dengan

seksama informasi yang diberikan

oleh korban atau semua orang

yang terlibat

3,42 ± 0,55 3,26 – 3,55 3,30 ± 0,46 3,12 - 3,41

A20

Manajemen mencari penyebab

kecelakaan, bukan orang yang

bersalah, ketika suatu kecelakaan

kerja terjadi

3,38 ± 0,54 3,22 – 3,52 3,36 ± 0,57 3,14 - 3,54

A21

Manajemen selalu menyalahkan

tenaga kesehatan ketika terjadi

kecelakaan kerja

3,35 ± 0,56 3,24 – 3,49 3,39 ± 0,57 3,19 - 3,57

A22

Manajemen memperlakukan

tenaga kesehatan yang melakukan

perilaku tidak aman atau terlibat

dalam kecelakaan kerja secara adil

3,41 ± 0,65 3,24 – 3,59 3,36 ± 0,53 3,17 - 3,56

*. Teridentifikasi item masih perlu dioptimalkan, termasuk dalam kategori cukup dengan rentang

mean 2,70-2,99

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat terlihat bahwa persepsi perawat

terkait investigasi kecelakaan (A17), pelaporan kecelakaan (A18) dan

sikap adil manajemen dalam memperlakukan pekerja yang terlibat

kecelakaan (A19-A22) sudah dalam kategori baik dengan rata-rata nilai

≥3. Namun demikian persepsi penunjang medis terkait pelaporan

Page 101: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

82

kecelakaan kerja masih perlu dioptimalkan karna berada dalam kategori

cukup dengan rata-rata nilai 2,93.

5.3.4 Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja

1. Distribusi Proporsi Dimensi Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan

Kerja

Tabel 5. 9 Distribusi Proporsi Dimensi Komitmen Pekerja

Terhadap Keselamatan Kerja Kerja

Kategori Perawat Tenaga Penunjang

Medis

n % n %

Baik

( ≥ 3,00)

58 87,9 38 86,4

Cukup

(2,70-2,99)

5 7,6 4 9,1

Kurang

(< 2,70)

3 4,5 2 4,5

Jumlah 66 100 44 100

Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa 58 orang (87,9%)

perawat sudah memiliki komitmen terhadap keselamatan kerja dalam

kategori baik, 5 orang (7,6%) dalam kategori cukup, dan 3 orang (4,5%)

masih kurang. Sementara pada penunjang medis, 38 orang (86,4%) sudah

dalam kategori baik, 4 orang (9,1%) dalam kategori cukup, dan 2 orang

(4,5%) masih dalam kategori kurang.

Page 102: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

83

2. Distribusi Frekuensi Dimensi Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja

Tabel 5. 10 Distribusi Frekuensi Dimensi Komitmen Pekerja Terhadap

Keselamatan Kerja

No Item Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ±

SD

95% Cl

Dimensi Komitmen Pekerja Terhadap

Keselamatan Kerja

3,40 ± 0,43 3,30 – 3,50 3,30 ± 0,38 3,20 - 3,45

A23 Kami yang bekerja di sini bersama-

sama berusaha keras untuk

mencapai tingkat keselamatan kerja

yang setinggi-tingginya.

3,35 ± 0,51 3,23 – 3,47 3,43 ± 0,50 3,25 - 3,59

A24 Kami yang bekerja di sini

bertanggung jawab untuk selalu

menjaga kebersihan dan kerapian

tempat kerja

3,33 ± 0,47 3,21 – 3,44

3,36 ± 0,48 3,21 - 3,53

A25 Kami yang bekerja di sini tidak

peduli terhadap keselamatan kerja

orang lain

3,44 ± 0,53 3,34 - 3,56

3,32 ± 0,56 3,12 - 3,47

A26 Kami yang bekerja disini

menghindari untuk menangani

risiko bahaya yang telah kami

temukan

3,32 ± 0,55 3.15 – 3,47 3,39 ± 0,57 3,15 - 3,52

A27 Kami yang bekerja di sini saling

membantu satu sama lain untuk

bekerja dengan selamat.

3,38 ± 0,48 3,29 – 3,47 3,48 ± 0,50 3,30 - 3,61

A28 Kami yang bekerja di sini tidak

bertanggung jawab terhadap

keselamatan orang lain

3,36 ± 0,59 3,21 – 3,55 3,41 ± 0,49 3,26 - 3,56

Berdasarkan tabel 5.10 diatas dapat terlihat bahwa komitmen perawat

dan penunjang terkait bekerja dengan selamat (A23, A27), bertanggung jawab

menjaga kebersihan dan kerapian tempat kerja (A24), perduli terhadap

keselamatan kerja orang lain (A25, A28), dan berkomitmen untuk menangani

dengan segera risiko bahaya yang ditemukan (A26) sudah dalam kategori bai

dengan rata-rata nilai ≥ 3,00.

Page 103: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

84

5.3.5 Prioritas Keselamatan Pekerja dan Tidak Ditoleransinya Risiko Bahaya

1. Distribusi Proporsi Dimensi Prioritas Keselamatan Pekerja Dan Tidak

Ditoleransinya Risiko Bahaya

Tabel 5. 11 Distribusi Proporsi Dimensi Prioritas Keselamatan Pekerja

Dan Tidak Ditoleransinya Risiko Bahaya

Kategori Perawat

Tenaga Penunjang

Medis

n % n %

Baik

( ≥ 3,00)

42 63,6 19 43,2

Cukup

(2,70-2,99)

21 31,8 23 52,3

Kurang

(< 2,70)

3 4,5 2 4,5

Jumlah 66 100 44 100

Berdasarkan gambar 5.11 diatas diketahui bahwa 42 orang (63,6%)

perawat sudah memiliki persepsi terhadap prioritas keselamatan pekerja dan

tidak ditoleransinya risiko bahaya dalam kategori baik, 21 orang (31,8%)

dalam kategori cukup, dan 3 orang (4,5%) masih kurang. Sementara pada

penunjang medis, 19 orang (43,2%) sudah dalam kategori baik, 23 orang

(52,3%) dalam kategori cukup, dan 2 orang (4,5%) masih dalam kategori

kurang.

Page 104: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

85

2. Distribusi Frekuensi Dimensi Prioritas Keselamatan Pekerja Dan Tidak

Ditoleransinya Risiko Bahaya

Tabel 5. 12 Distribusi Frekuensi Dimensi Prioritas Keselamatan Pekerja Dan

Tidak Ditoleransinya Risiko Bahaya

No Item Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Prioritas Keselamatan Pekerja

Dan Tidak Ditoleransinya Risiko Bahaya

3,27 ± 0,34 3,18 - 3,34 2,93 ± 0,19 2,86 - 2,98

A29 Kami yang bekerja disini menganggap

risiko bahaya sebagai hal yang tidak

dapat dihindari dalam bekerja

3,36 ± 0,48 3,25 – 3,49

2,93 ± 0,90* 2,62 - 3,18

A30 Kami yang bekerja di sini

menganggap kecelakaan kerja ringan

sebagai hal yang wajar dari pekerjaan

sehari-hari kami

3,44 ± 0,53 3,28 – 3,56 2,84 ± 0,64* 2,61 -3,02

A31 Kami yang bekerja disini mentoleransi

perilaku berbahaya atau tidak aman

selama tidak menimbulkan kecelakaan

kerja

2,70 ± 0,70* 2,52 – 2,90 2,82 ± 0,84* 2,62 – 3,10

A32 Kami yang bekerja di sini melanggar

aturan keselamatan demi memberikan

pelayanan dengan cepat

3,32 ± 0,61 3,17 – 3,48

3,34 ± 0,74 3,09 – 3,58

A33 Kami tetap bekerja aman walaupun

jadwal kerja sedang padat.

3,39 ± 0,60 3,23 – 3,55

3,41 ± 0,62 3,23 -3,57

A34 Kami yang bekerja di sini

menganggap pekerjaan kami tidak

sesuai untuk para penakut

3,32 ± 0,46 3,22 – 3,47

3,48 ± 0,50 3,34 – 3,63

A35 Kami yang bekerja di sini akan

membiarkan saja jika ada kondisi tidak

aman atau berbahaya di lingkungan

rumah sakit dan tetap melanjutkan

pekerjaan

3,36 ± 0,48 3,27 – 3,53

3,36 ± 0,61 3,21 – 3,58

*. Teridentifikasi item masih perlu dioptimalkan, termasuk dalam kategori cukup dengan rentang

mean 2,70-2,99

Page 105: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

86

Berdasarkan tabel 5.12 diatas dapat terlihat bahwa sikap

memprioritaskan keselamatan pada perawat dan penunjang medis sudah

baik terkait bekerja dengan aman (A32, A33, A34) dan cepat tanggap

terhadap temuan. Namun masih perlu dioptimalkan terkait sikap

penunjang medis dalam menanggapi risiko (A29), kecelakaan kerja, dan

perilaku tidak aman (A31).

5.3.6 Pembelajaran, Komunikasi, Dan Inovasi

1. Distribusi Proporsi Dimensi Pembelajaran, Komunikasi, dan Inovasi

Tabel 5. 13 Distribusi Proporsi Dimensi Pembelajaran, Komunikasi, dan

Inovasi

Kategori Perawat Tenaga Penunjang

Medis

n % n %

Baik

( ≥ 3,00)

52 78,8 17 38,7

Cukup

(2,70-2,99)

11 16,7 25 56,8

Kurang

(< 2,70)

3 4,5 2 4,5

Jumlah 66 100 44 100

Berdasarkan gambar 5.13 diatas diketahui bahwa 52 orang (78,8%)

perawat sudah memiliki persepsi terhadap pembelajaran, komunikasi, dan

inovasi dalam kategori baik, 11 orang (16,7%) dalam kategori cukup, dan 3

orang (4,5%) masih kurang. Sementara pada penunjang medis, 17 orang

Page 106: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

87

(38,7%) sudah dalam kategori baik, 25 orang (56,8%) dalam kategori cukup,

2 orang (4,5%) masih dalam kategori kurang.

2. Distribusi Frekuensi Dimensi Pembelajaran, Komunikasi, dan Inovasi

Tabel 5. 14 Distribusi Frekuensi Dimensi Pembelajaran, Komunikasi, dan Inovasi

No Item Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Pembelajaran, Komunikasi, dan

Inovasi

3,38 ± 0,36 3,32 -3,48 2,98 ± 0,35 2,92-3,10

A36

Kami yang bekerja di sini mencoba

untuk mencari solusi jika seseorang

menemukan masalah keselamatan

kerja

3,33 ± 0,47 3,21 – 3,43

3,36 ± 0,48 3,23 -3,48

A37 Kami yang bekerja di sini merasa

aman ketika bekerja bersama-sama

3,35 ± 0,48 3,24 – 3,47 3,43 ± 0,50 3,30 -3,61

A38

Kami yang bekerja di sini memiliki

kepercayaan yang tinggi terhadap

kemampuan satu sama lain untuk

menjamin keselamatan

3,41 ± 0,49 3,25 – 3,56 3,52 ± 0,50 3,37 -3,68

A39

Kami yang bekerja di sini belajar dari

pengalaman untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja

3,38 ± 0,54 3,22 – 3,52

3,48 ± 0,50 3,33 -3,61

A40

Kami yang bekerja di sini

mempertimbangkan dengan serius

saran dan pendapat orang lain

berkaitan dengan keselamatan kerja

3,35 ± 0,48 3,24 – 3,49

3,39 ± 0,49 3,25 -3,54

A41 Kami yang bekerja di sini jarang

membahas isu keselamatan kerja

3,47 ± 0,50 3,33 – 3,63

2.70 ± 0,55* 2,53 -2,92

A42

Kami yang bekerja di sini selalu

mendiskusikan isu-isu keselamatan

kerja saat isu-isu tersebut muncul

3,41 ± 0,52 3,24 – 3,56

2,84 ± 0,56* 2,62 -3,06

A43

Kami yang bekerja di sini dapat

berbicara dengan bebas dan terbuka

tentang keselamatan kerja tenaga

kesehatan kepada sesama tenaga

kesehatan maupun kepada manajemen

3,33 ± 0,47 3,20 – 3,45

2,93 ± 0,87* 2,64 -3,18

*. Teridentifikasi item masih perlu dioptimalkan, termasuk dalam kategori cukup dengan rentang

mean 2,70-2,99

Page 107: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

88

Berdasasarkan tabel 5.14 diatas dapat terlihat bahwa sikap

menjalin kerjasama pada perawat dan penunjang medis terkait ketika

mencari solusi masalah (A36), percaya terhadap kemampuan orang lain

(A38), belajar dari pengalaman (A39), dan sikap mempertimbangkan saran

dan pendapat orang lain (A40) sudah dalam kategori baik. Namun sikap

penunjang medis untuk diskusi isu-isu keselamatan (A41, A42) dan

keterbukaannya terhadap sesama pekerja dan manajemen (A43) masih

dalam kategori cukup sehingga perlu dioptimalkan.

5.3.7 Kepercayaan Terhadap Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja

1. Distribusi Proporsi Dimensi Kepercayaan Terhadap Keefektifan Sistem

Keselamatan Kerja

Tabel 5. 15 Distribusi Proporsi Dimensi Kepercayaan Terhadap

Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja

Kategori Perawat Tenaga Penunjang

Medis

n % n %

Baik

( ≥ 3,00)

64 97,0 42 95,5

Cukup

(2,70-2,99)

2 3,0 2 4,5

Kurang

(< 2,70)

0 0 0 0

Jumlah 66 100 44 100

Berdasarkan gambar 5.15 diatas diketahui bahwa 64 orang (97%)

perawat sudah memiliki kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan

Page 108: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

89

kerja dalam kategori baik, 2 orang (3%) dalam kategori cukup, dan 0 orang

(0%) masih kurang. Sementara pada penunjang medis, 42 orang (95,5%) sudah

dalam kategori baik, 2 orang (4,5%) dalam kategori cukup, 0 orang 0% masih

dalam kategori kurang.

2. Distribusi Frekuensi Dimensi Kepercayaan Terhadap Keefektifan Sistem

Keselamatan Kerja

Tabel 5. 16 Distribusi Frekuensi Dimensi Kepercayaan Terhadap

Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja

No Item Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Kepercayaan Terhadap

Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja

3,33 ± 0,30 3,27 -3,41 3,44 ± 0,33 3,33 – 3,58

A44

Kami yang bekerja disini menganggap

bahwa staff keselamatan kerja disini

mempunyai peranan penting dalam

mencegah terjadinya kecelakaan

3,05 ± 0,40 2,95 - 3,16

3,39 ± 0,49 3,25 – 3,52

A45

Kami yang bekerja di sini menganggap

inspeksi atau audit keselamatan tidak

berdampak pada keselamatan tenaga

kesehatan

3,32 ± 0,46 3,20 – 3,44 3,91 ± 0,29 3,80 – 4,00

A46

Kami yang bekerja di sini menganggap

pelatihan keselamatan merupakan hal

yang baik untuk mencegah terjadinya

kecelakaan

3,41 ± 0,49 3,28 – 3,49 3,52 ± 0,50 3,41 – 3,66

A47

Kami yang bekerja di sini menganggap

prosedur ataupun aturan mengenai

keselamatan tidak ada gunanya

3,41 ± 0,49 3,30- 3,53

3,07 ± 0,58 2,83 – 3,24

A48

Kami yang bekerja di sini menganggap

inspeksi atau audit keselamatan

membantu dalam menemukan bahaya

yang serius di lingkungan rumah sakit

3,33 ± 0,47 3,22 – 3,44

3,32 ± 0,47 3,19 – 3,45

Page 109: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

90

No Item Perawat Penunjang Medis

Mean ± SD 95% Cl Mean ± SD 95% Cl

Dimensi Kepercayaan Terhadap

Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja

3,33 ± 0,30 3,27 -3,41 3,44 ± 0,33 3,33 – 3,58

A49

Kami yang bekerja di sini menganggap

pelatihan keselamatan yang dilakukan

tidak ada gunanya

3,50 ± 0,50 3,39 – 3,61

3,36 ± 0,48 3,23 – 3,50

A50

Kami yang bekerja di sini menganggap

penting adanya tujuan keselamatan

yang jelas

3,32 ± 0,46 3.20 – 3,42

3,55 ± 0,50 3,35 – 3,72

Berdasarkan tabel 5.16 diatas dapat terlihat bahwa kepercayaan

perawat dan penunjang medis terkait dengan peranan staff keselamatan

(A44), kegiatan inspeksi atau audit (A45,A48), pelatihan (A46,A49), manfaat

prosedur atau aturan keselamatan (A47) dan tujuan keselamatan (A50) sudah

dalam kategori baik dengan rata-rata nilai ≥ 3,00.

Page 110: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

91

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah distribusi kuesioner tidak

dilakukan dengan tatap muka langsung antara peneliti dengan responden,

sehingga kurang maksimal dalam proses penyampaian tujuan dan maksud

dari penelitian yang berdampak pada kemungkinan perbedaan maksud dari

hasil penelitian antara peneliti dengan responden. Namun demikian distribusi

yang dilakukan dengan menitipkan kuesioner kepada penanggungjawab

instalasi ini dapat meminimalisir penolakkan pengisian kuesioner.

6.2 Gambaran Iklim Keselamatan Kerja Perawat dan Penunjang Medis

Iklim keselamatan kerja merupakan salah satu aspek penting dalam

menilai budaya keselamatan di suatu organisasi. Iklim keselamatan adalah

persepsi atas kebijakan, prosedur, dan praktek kerja yang berkaitan dengan

keselamatan di tempat kerja (Griffin dan Neal, 2000). Dimana menurut

Trinkoff dkk (2005) rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang

memiliki banyak risiko dan bahaya serta ditemukan kasus-kasus kecelakaan

kerja pada perawat dan penunjang medisnya. Selain itu rumah sakit juga

merupakan lingkungan kerja yang unik dimana terdapat berbagai jenis

pekerjaan dan kondisi pasien yang berbeda-beda sehingga membutuhkan

penanganan yang berbeda pula. Oleh karenanya, kepatuhan terhadap aturan

dan prosedur keselamatan tidak dapat sepenuhnya dipastikan dikarenakan

pekerja dituntut untuk melakukan penanganan dengan segera kepada pasien

Page 111: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

92

sehingga segala sesuatunya tergantung pada kesadaran pekerja (Hoffer

Gittell, 2002).

Dalam penelitian ini sendiri, peneliti melakukan analisis terhadap tujuh

dimensi iklim keselamatan kerja. Ketujuh dimensi tersebut diidentifikasi

sebagai dimensi dari iklim keselamatan berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh tim peneliti NORDIC (Kines dkk, 2011). Dimana nantinya

hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kondisi-

kondisi yang masih belum optimal guna pencapaian kinerja K3 yang lebih

baik lagi. RSUD Depok sebagai lokasi penelitian pada dasarnya telah

berupaya untuk mengimplementasikan K3 sebagai usahanya untuk mematuhi

peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 66 tahun 2016 tentang

keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit, hal tersebut dibuktikan dengan

telah didapatkannya sertifikasi OHSAS 18001:2007 melalui lembaga

sertifikasi TUV Nord. Namun demikian menurut Ma dkk (2001) hal itu hanya

merupakan langkah awal untuk mencapai manajemen keselamatan kerja yang

sukses dan efektif (Fernández-Muñiz dkk., 2012). Suatu organisasi juga

perlu memiliki iklim keselamatan yang baik untuk mencapai tujuannya dalam

pemenuhan zero accident (Raharjo, 2014).

Hasil pengukuran dimensi iklim keselamatan yang ada di RSUD Depok

secara umum pada perawat didapatkan masing-masing dimensi sudah

memiliki rata-rata nilai ≥ 3,00 yang artinya persepsi pekerja secara umum

terhadap penerapan K3 di rumah sakit sudah dalam kategori baik. Dimana

rata-rata nilai tertinggi ditempati oleh dimensi terkait keadilan manajemen

Page 112: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

93

dan rata-rata terendahnya ditempati oleh dimensi pemberdayaan manajemen.

Hasil tersebut berbeda pada penunjang medis yang mana dari tujuh dimensi

didapatkan dua dimensi masih memiliki rata-rata nilai dalam kategori cukup

pada kisaran 2,70-2,99. Dimensi yang dimaksud ialah dimensi prioritas

keselamatan dan tidak ditoleransinya risiko bahaya (2,93). Hal ini

menunjukkan masih belum optimalnya pemahaman pekerja mengenai risiko

bahaya, kecelakaan kerja, dan perilaku tidak aman. Risiko merupakan bagian

dari tempat kerja yang tidak bisa dihindari namun bisa dikendalikan dengan

pendekatan manajemen risiko. Manajemen risiko dapat menekan risiko

sampai batas yang dapat diterima (Raharjo, 2014). Selain itu Heinrich dalam

Siregar (2014) menjelaskan bahwa seharusnya kejadian hampir celaka

(nearmiss) ataupun kecelakaan kerja ringan juga perlu mendapatkan

perhatian. Dikarenakan dari 300 kejadian nearmiss dapat berpotensi

menimbulkan 29 kejadian cedera ringan hingga akhirnya muncul 1 kejadian

yang berakibat fatal/cidera serius. Adapun dimensi lainnya ialah dimensi

pembelajaran, komunikasi, dan inovasi (2,98 ), yang juga menunjukkan

masih belum optimal terkait komunikasi isu keselamatan antar penunjang

medis dan manajemen. Hal ini mengindikasikan perlu adanya upaya untuk

meningkatkan kedua dimensi tersebut sehingga diharapkan ada perbaikan

dikemudian hari.

Singer dkk (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa munculnya

perbedaan-perbedaan hasil iklim keselamatan pada tenaga kesehatan dapat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja yang berbeda dalam melaksanakan

K3 dan sikap manajemen dalam unit kerjanya. Berkaitan dengan kondisi

Page 113: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

94

lingkungan kerja, baik perawat maupun penunjang medis pada dasarnya tidak

ada perbedaan pengadaan dalam segi fasilitas maupun pelaksanaan kegiatan

keselamatan. Kedua kebidangan tersebut sama-sama diberikan fasilitas

keselamatan yang sesuai dengan risiko bahaya di unit kerjanya dan secara

umum sama-sama melaksanakan kegiatan berkaitan dengan keselamatan

seperti inspeksi/audit, pelatihan/seminar, pelaporan kecelakaan/kondisi

berbahaya, pengukuran iklim kerja. Namun demikian terdapat perbedaan

pada sikap manajemen di unit kerja perawat dan penunjang medis, dimana

pada perawat manajemen di unit kerjanya yaitu tim supervisi yang bertugas

untuk melakukan pemeriksaan asuhan keperawatan setiap hari, senantiasa

mengkomunikasikan kepada pekerja mengenai isu-isu keselamatan kerja di

rumah sakit. Sementara pada penunjang medis, manajemen di unit kerja

mayoritas hanya mengkomunikasikan terkait penugasannya yaitu pemberian

pelayanan penunjang medis dan penunjukkan pekerja untuk melakukan

kegiatan inspeksi. Dengan demikian hal ini menjadi jawaban terhadap kondisi

dimensi iklim keselamatan yang berbeda antara perawat dan penunjang

medis.

Adapun dimensi iklim keselamatan dengan skor dalam kategori cukup

masih perlu dioptimalkan guna perbaikan pada masa yang akan datang begitu

pula dimensi yang sudah mendapatkan skor baik pun perlu dipelihara agar

kondisinya dapat terus dipertahankan. Hal ini dikarenakan iklim keselamatan

dapat mempengaruhi kinerja K3 di tempat kerja. Dimana untuk

mengoptimalkan ataupun mempertahankan dimensi iklim keselamatan dapat

dilakukan dengan memperhatikan item yang perlu ditingkatkan lagi. Berikut

Page 114: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

95

adalah pembahasan lebih lanjut pada masing-masing dimensi iklim

keselamatan.

6.3.1 Prioritisasi dan Komitmen Manajemen

Dimensi prioritisasi dan komitmen manajemen adalah salah satu

dimensi utama dalam pengukuran iklim keselamatan kerja (Kines dkk

(2011); Griffin dan Neal (2000); Cooper (2000); Cox dan cheyne (2000)).

Dimensi ini menunjukkan bagaimana persepsi pekerja mengenai sejauh

mana upaya manajemen dalam mendahulukan keselamatan di tempat kerja

(Kines dkk., 2011). Beberapa penelitian menunjukkan dampak negatif dari

buruknya komitmen manajemen terhadap keselamatan diantaranya dapat

mempengaruhi perilaku pekerja yang berakhir pada peningkatan

kecelakaan kerja serta penurunan kinerja K3 (Zohar (2010); O’Toole

(2002); Samosir (2007); Anshari (2017); Mufti dkk (2016)). Pada

penelitian Bailey (1997) bahkan menunjukkan bahwa pada perusahaan

yang karyawannya memiliki persepsi rendah terhadap komitmen

manajemen mempunyai tingkat kecelakaan yang lebih tinggi dibandingkan

pada perusahaan yang karyawannya memiliki persepsi tinggi terhadap

komitmen manajemen. Oleh karena itu komitmen manajemen merupakan

aspek penting dalam tempat kerja yang memiliki kontribusi besar dalam

menciptakan zero accident dan membangun budaya keselamatan.

Pada penelitian ini sendiri diketahui bahwa secara keseluruhan perawat

dan penunjang medis di RSUD Depok telah memiliki persepsi yang baik

terkait prioritisasi dan komitmen manajemen, dengan rata-rata nilai pada

perawat 3.34 dan penunjang medis 3.31. Namun demikian masih perlu

Page 115: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

96

dioptimalkan terkait toleransi manajemen pada tindakan tidak aman (A5),

dimana rata-rata nilai yang didapatkan pada perawat 2.94 dan penunjang

medis 2.70 yang artinya masih dalam kategori cukup.

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan perawat dan penunjang medis diketahui bahwa terkait

pengawasan, manajemen lebih banyak melakukan pengawasan terhadap

asuhan keperawatan dan pemberian pelayanan penunjang medis

dibandingkan dengan mengawasi perilaku aman dan tidak aman. Dimana

tindakan tidak aman seperti penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang

tidak lengkap tidak selalu diberikan sanksi atau teguran. Menurut

Hasibuan (2010) suatu kegiatan tanpa pengawasan yang kuat dapat

mengakibatkan disiplin kerja menurun dan akan berpengaruh langsung

kepada kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga dapat menghambat pencapaian

tujuan suatu organisasi. Diharapkan dengan adanya pengawasan segala

penyimpangan yang tejadi dapat ditekan sehingga kemungkinan timbulnya

kerugian dan kerusakan yang lebih besar lagi dapat dihindarkan atau

minimal dapat diperkecil (Zulhajri dan Rusli, 2012).

Adapun hal yang dapat dilakukan untuk memperkuat pengawasan

sehingga menghilangkan persepsi pada pekerja bahwa perilaku tidak aman

diberikan toleransi ialah dengan manajemen membangun pengawasan

antar rekan kerja. Dimana manajemen mendorong pekerja untuk saling

mengawasi rekan kerja di instalasinya dengan saling mengingatkan dan

menasehati jika melakukan tindakan tidak aman sehingga dapat

Page 116: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

97

memastikan pekerja di instalasi telah bekerja sesuai dengan aturan

keselamatan. Hal tersebut sesuai dengan pernyatakan Karyani (2005) yang

memaparkan bahwa selain supervisor, rekan kerja dapat dijadikan sebagai

pelaksana pengawasan. Namun demikian sebaiknya perawat dan

penunjang medis senantiasa untuk bekerja dengan mengutamakan

keselamatan, bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang aman yang telah

ditetapkan. Hal ini dikarenakan tenaga kesehatan merupakan pekerja yang

beresiko tinggi untuk kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,

hepatitis, terkena musculuskeletal disorder (MSDs) sehingga penting bagi

pekerja untuk bekerja dengan mengikuti prosedur kerja yang aman dan

selamat, mengetahui bagaimana melaporkan bahaya, dan mengikuti

prosedur housekeeping (CCOHS, 2014).

6.3.2 Pemberdayaan Manajemen Keselamatan Kerja

Dimensi pemberdayaan manajemen keselamatan kerja merupakan

dimensi yang memperlihatkan bagaimana persepsi pekerja terhadap upaya

manajemen dalam melakukan pemberdayaan dan pelibatan berkaitan

dengan keselamatan kerja (Kines dkk, 2011). Ismail dkk (2011)

menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan merupakan pendekatan yang

demokratis dimana pimpinan mendorong karyawan untuk ikut terlibat

dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan pekerjaan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Nursyamsi (2012) menyatakan bahwa

pemberdayaan karyawan berpengaruh paling dominan terhadap komitmen

organisasi. Kuo dkk (2010) juga memperoleh hasil dalam penelitannya

Page 117: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

98

bahwa pemberdayaan karyawan berpengaruh secara langsung dan positif

terhadap komitmen karyawan dalam organisasi. Selain itu berdasarkan

tinjauan Shannon dkk (1997) terhadap 10 literatur menemukan bahwa

terdapat hubungan antara pemberdayaan keselamatan pekerja dengan

penurunan tingkat kecelakaan kerja.

Pada penelitian ini sendiri diketahui bahwa secara keseluruhan

perawat dan penunjang medis telah memiliki persepsi yang baik terkait

upaya manajemen dalam memberdayakan dan melibatkan pekerja, dengan

rata-rata nilai pada perawat 3.26 dan penunjang medis 3.23. Namun

demikian masih perlu dioptimalkan terkait pelibatan perawat dan

penunjang medis dalam pengambilan keputusan (A15, A16) yang masih

dalam kategori cukup.

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara

dengan staff K3 didapatkan bahwa manajemen telah melibatkan pekerja

dalam pengambilan keputusan dengan terbuka terhadap segala bentuk

ide/gagasan, saran, maupun kritik yang akan disampaikan oleh pekerja

terkait suatu penyelesaian masalah. Hal tersebut sesuai dengan Tjiptono

dkk (2003) yang menyebutkan bahwa pelibatan karyawan dapat dilakukan

dengan mengikutsertakan para karyawan pada semua level organisasi

dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (dapat berupa ide,

saran, kritik, dan lain sebagainya). Namun demikian masih adanya

keseganan dan ketakutan pekerja dalam menyampaikan gagasannya

terhadap manajemen menjadi faktor penghambat dalam melibatkan

pekerja. Dimana menurut NIOSH (2014) ketakutan pekerja dalam

Page 118: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

99

berbicara biasanya disebabkan karena status pekerja baru, umur, pekerja

merasa ketidakberdayaan untuk membuat perubahan. Ketakutan juga

disebabkan karna kekhawatiran akan konsekuensi dipecat jika terlalu

banyak bicara. Selain hal-hal diatas penyebab lainnya pekerja takut dalam

menyampaikan saran dan masukkan ialah karena mereka jarang

berinteraksi dan berkomunikasi dengan manejemen terkait sehingga

merasa kurang nyaman dan tidak percaya diri.

Dengan demikian manajemen sebaiknya menggunakan bantuan

media guna meningkatkan keterlibatan perawat dan penunjang medis

dalam memberikan ide dan masukkan seperti dengan menyediakan kotak

ide/saran ditiap instalasi, atau melakukan survei terkait isu yang ingin

diputuskan. Dimana kotak saran merupakan sarana cukup efektif untuk

meningkatkan komunikasi seseorang yang tidak mempunyai keberanian

untuk melakukan diskusi (Unriyo, 2012). Selain itu perlu juga adanya

pendekatan lebih lanjut antara penanggung jawab unit dengan perawat dan

penunjang medis sehingga dapat mendorong pekerja untuk tidak takut dan

merasa nyaman dalam menyampaikan gagasannya.

Page 119: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

100

6.3.3 Keadilan Manajemen Keselamatan Kerja

Dimensi keadilan manajemen merupakan dimensi yang mencakup

persepsi pekerja mengenai cara manajemen dalam memperlakukan pekerja

yang terlibat kecelakaan (Kines dkk, 2011). Dimana menurut Tafti (2013)

terdapat pengaruh antara persepsi individu terhadap keadilan organisasional

dengan komitmen organisasional. Pekerja yang sudah merasa bahwa

organisasi telah bertindak secara adil akan memiliki komitmen yang tinggi

terhadap organisasi. Selain itu manajemen yang melakukan investigasi

kecelakaan secara akurat serta menindak pekerja yang terlibat sesuai

dengan prosedur yang adil juga dapat meningkatkan kepuasan pekerja

terhadap pekerjaannya tersebut (Nikolaeva, 2015).

Pada penelitian ini sendiri persepsi perawat dan penunjang medis

mengenai keadilan manajemen sudah dalam kategori baik, dengan rata-rata

nilai pada perawat 3.40 dan penunjang medis 3.30. Namun demikian perlu

perbaikan pada penunjang medis terkait ketakutan akan sanksi jika

melaporkan kecelakaan (A18). Dimana kondisi diatas berbeda pada

perawat yang sudah dalam kategori baik terkait pelaporan kecelakaan,

berdasarkan hasil wawancara dengan perawat hal tersebut dikarenakan

penanggungjawab unit/instalasi senantiasa mengingatkan kepada pekerja

untuk melaporkan jika mengalami kecelakaan kerja, melakukan sosialisasi

terkait prosedur pelaporan dan pentingnya kecelakaan kerja untuk

dilaporkan serta telah menginformasikan ketiadaan sanksi terhadap pekerja

yang melaporkan kecelakaan. Dengan demikian perawat menjadi aktif

terlibat dalam pelaporan kecelakaan kerja dan melaporkan segala kejadian

Page 120: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

101

kecelakaan mulai dari nearmiss, ringan sampai dengan berat. Sementara

pada penunjang medis, pekerja hanya mengetahui mengenai prosedur

pelaporan kecelakaan kerja dimana pekerja yang mengalami kecelakaan

kerja dapat melaporkannya kepada penanggungjawab unit/instalasi, kepala

kebidangan, ataupun staff keselamatan terkait.

Padahal menurut Herdiman (2010) data pelaporan kecelakaan kerja

penting dan bermanfaat dalam mengevaluasi efektifitas program sehingga

selanjutnya dapat disusun program yang lebih baik dan mencegah

kecelakaan yang sama ataupun fatal terjadi kembali. Silalahi (1985) dalam

Wardhani (2008) bahkan menyebutkan bahwa kejadian atau kecelakaan

yang tidak dilaporkan akan berkembang seperti kanker dalam tubuh

manusia. Berdasarkan hal tersebut untuk meningkatkan partisipasi pekerja

dalam melaporkan kecelakaan sama dengan mengadopsi pada keperawatan,

sebaiknya manajemen ataupun penanggungjawab unit memberikan

sosialisasi yang bersifat menyegarkan atau mengingatkan kepada

penunjang medis mengenai prosedur pelaporan, pentingnya pelaporan

kecelakaan, dan ketiadaan sanksi terhadap pekerja yang melaporkan

kecelakaan. Dimana menurut Rabilzani (2013) sosialisasi merupakan cara

komunikasi yang efektif agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai.

Page 121: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

102

6.3.4 Komitmen Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja

Dimensi komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja merupakan

dimensi yang mengevaluasi persepsi pekerja mengenai bagaimana sikap

mereka berkaitan dengan keselamatan kerja dalam hal apakah mereka pada

umumnya menunjukkan komitmen terhadap keselamatan (Kines dkk.,

2011). Pada penelitian ini sendiri didapatkan bahwa komitmen perawat dan

penunjang medis di RSUD Depok terkait keselamatan sudah dalam

kategori baik, dengan rata-rata nilai pada perawat 3.36 dan penunjang

medis 3.39.

Adapun keseluruhan item juga telah menunjukkan hasil yang baik

dimana pekerja telah memiliki komitmen bekerja dengan selamat,

bertanggung jawab menjaga kebersihan dan kerapian tempat kerja, perduli

terhadap keselamatan kerja orang lain, dan berkomitmen untuk menangani

dengan segera risiko bahaya yang ditemukan. Dengan demikian komitmen

pekerja terhadap keselamatan hanya perlu dipelihara dan dipertahankan

agar senantiasa mendukung pelaksanaan keselamatan di rumah sakit.

Dimana komitmen pekerja yang tinggi menurut Emilia (2015) akan

memberikan dampak positif terhadap perusahaan, sehingga kemungkinan

terjadinya keterlambatan, absensi, dan turn over akan berkurang.

Sebaliknya produktifitas, kualitas kerja dan kepuasan kerja akan meningkat.

Page 122: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

103

6.3.5 Prioritas Keselamatan Pekerja dan Tidak Ditoleransinya Risiko

Bahaya

Dimensi prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko

bahaya merupakan dimensi mengenai persepsi pekerja tentang sejauh

mana mereka mendahulukan aspek keselamatan sebelum melaksanakan

pekerjaannya (Kines dkk, 2011). Menurut Rundmo (1996) perilaku

pekerja terhadap keselamatan berkaitan erat dengan persepsi personal

tentang resiko. Individu-individu tersebut bagaimana pun juga memiliki

perbedaan persepsi terhadap risiko dan hal tersebut berpengaruh pada

kemauan dalam mengambil risiko.

Pada penelitian ini sendiri didapatkan bahwa sikap memprioritaskan

keselamatan dan tidak mentoleransi risiko pada perawat sudah dalam

kategori baik (3.27), namun pada penunjang medis masih dalam kategori

cukup (2.93) sehingga masih perlu dioptimalkan. Adapun item yang masih

perlu dioptimalkan ialah terkait pandangan penunjang medis mengenai

risiko bahaya yang tidak dapat dihindari, kecelakaan kerja ringan sebagai

hal yang wajar, dan sikap mentoleransi perilaku tidak aman selama tidak

menimbulkan kecelakaan kerja. Dimana baiknya sikap perawat dalam

memprioritaskan keselamatan dan tidak mentoleransi risiko tidak lain

didorong oleh adanya upaya yang dilakukan bersama-sama antara perawat

dengan manajemen unit untuk mengutamakan keselamatan. Hal ini dapat

terlihat dari adanya upaya manajemen mengkomunikasikan keselamatan

kepada perawat pada setiap kesempatan. Selain itu aktivitas kerja yang

mengharuskan perawat berinteraksi langsung dengan pasien juga

Page 123: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

104

mendorong pekerja untuk lebih memperhatikan risiko dan bahaya serta

menghindari diri dari kejadian kecelakaan yang berpotensi merugikan

pasien atau bahkan mempengaruhi citra rumah sakit. Hal tersebut sesuai

dengan Pirrie (2014) yang menyebutkan aktivitas kerja perawat mendorong

perawat untuk bekerja dengan aman dan selamat, hal ini dikarenakan segala

potensi risiko dan bahaya tidak hanya dapat merugikan dirinya tetapi juga

beresiko terhadap keselamatan pasien, dan citra rumah sakit.

Sementara pada penunjang medis masih perlu dioptimalkan terkait

sikap mempriotitaskan dan tidak mentoleransi risiko sebab diketahui

kesadaran pekerja untuk terlibat dalam menjaga dan memelihara lingkungan

kerja yang aman serta mencegah kecelakaan fatal terjadi masih perlu

ditingkatkan. Hal tersebut terlihat dari kurang berpartisipasinya penunjang

medis dalam pelaporan kecelakaan padahal kegiatan tersebut adalah sarana

untuk melakukan evaluasi terhadap keefektifan program pengendalian

kecelakaan. Selain itu juga adanya persepsi dari pekerja bahwa instalasi

kerjanya sudah aman karena peralatan penunjang medis yang digunakan

merupakan peralatan yang dilakukan pemeliharaan dan perawatan yang

menunjang keamanan dalam bekerja, menjadikan pekerja mentoleransi

risiko bahaya yang ada disekitarnya.

Dimana persepsi pekerja terhadap suatu risiko dapat mempengaruhi

perilaku dan kemungkinan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Raharjo,

2014). Pekerja dengan persepsi risiko yang baik dapat terhindar dari

kecelakaan. Persepsi risiko itu sendiri merupakan penilaian subyektif

terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan (Rundmo, 2000). Berkaitan

Page 124: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

105

dengan temuan tersebut maka pendekatan yang dapat dilakukan untuk

mengoptimalkan sikap memprioritaskan keselamatan dan tidak

ditoleransinya risiko bahaya adalah dengan memperbaiki persepsi pekerja

terhadap risiko dan meningkatkan kesadaran pekerja untuk memastikan ke

amanan lingkungan kerja salah satunya dengan mengadakan workshop

persepsi risiko. Hal tersebut dikarenakan kesalahan pekerja dalam

mempersepsikan risiko menurut Arezes dan Miguel (2008) dapat

menimbulkan perilaku yang tidak tepat dalam menanggapi risiko tersebut

hingga akhirnya dapat memunculkan perilaku seperti temuan yang

ditunjukkan diatas (Bye dan Lamvik, 2007). Workshop persepsi risiko

bertujuan untuk menyamakan persepsi pekerja terhadap risiko. Dimana

fokus pembahasannya adalah mengenai bagaimana kita menilai risiko,

mengapa kita memilih untuk berperilaku dan bagaimana kita dapat

mempengaruhi orang lain (Raharjo, 2014).

6.3.6 Pembelajaran, Komunikasi, Dan Inovasi

Dimensi pembelajaran, komunikasi, dan inovasi mencakup

penilaian terhadap persepsi pekerja tentang bagaimana mereka berkaitan

dengan sikap pekerja dalam menjalin kerjasama antar sesama pekerja

dalam hal keselamatan kerja (Kines dkk, 2011). Dimana pada organisasi

kerjasama yang baik dibutuhkan untuk bisa mendukung proses pencapaian

tujuan perusahaan. Selain itu teamwork juga dapat membangun

kekompakan dalam meningkatkan kinerja karyawan (Lawasi dan

Triatmanto, 2017). Pada penelitian ini sendiri diketahui sikap menjalin

Page 125: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

106

kerjasama perawat sudah dalam kategori baik (3.38), namun pada

penunjang medis masih dalam kategori cukup (2.98) sehingga masih perlu

dioptimalkan. Dimana item yang perlu dioptimalkan ialah berkaitan dengan

diskusi isu keselamatan (A41, A42) dan keterbukaannya dalam

menyampaikan masalah keselamatan (A43).

Berkaitan dengan hal tersebut, pada perawat komunikasi mengenai

masalah keselamatan biasa dilakukan tim supervisi bersamaan dengan

kegiatan pemeriksaan asuhan keperawatan yang dilakukan setiap hari.

Dimana intensitas seringnya komunikasi antar perawat dan manajemen

tersebut berdampak baik terhadap keterbukaan mereka dalam

menyampaikan masalah yang terdapat pada instalasinya. Hal tersebut

sesuai dengan Cigularov dkk (2010) yang menjelaskan seringnya

pertemuan mendorong komunikasi semakin terbuka sehingga dapat

menghilangkan kegugupan pekerja dalam meningkatkan dan

mendiskusikan isu-isu keselamatan. Sementara pada penunjang medis

kegiatan diskusi antar pekerja maupun penanggungjawab instalasi sebagian

besar masih berkenaan dengan pemberian pelayanan medis sehingga terkait

isu keselamatan masih perlu ditingkatkan.

Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan penunjang

medis dalam mengkomunikasikan isu keselamatan dan mendorong

keterbukaannya dibutuhkan dukungan dari penanggungjawab unit untuk

sebelumnya memasukkan materi atau informasi berkaitan dengan isu-isu

keselamatan kerja pada kegiatan-kegiatan diskusi yang melibatkan tenaga

penunjang medis, sehingga diharapkan pekerja mengetahui informasi

Page 126: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

107

terkait isu keselamatan dan dapat lebih terbuka dalam menyampaikan

permasalahan berkaitan dengan keselamatan. Dimana hal tersebut sesuai

dengan Harbour (2017) yang menyebutkan komunikasi terbuka di tempat

kerja dimulai dengan sebelumnya pekerja menerima informasi berkaitan

dengan hal-hal yang ingin dicapai. Komunikasi yang terbuka dan lancar

antar sesama pekerja maupun manajemen dapat mendorong pekerja tidak

merasa ragu untuk mengangkat dan mendiskusikan isu keselamatan

(Raharjo, 2014).

6.3.7 Kepercayaan Terhadap Keefektifan Sistem Keselamatan Kerja

Dimensi kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan

kerja adalah dimensi yang mencakup bagaimana persepsi pekerja terhadap

sistem manajemen keselamatan kerja yang diterapkan oleh manajemen

(Kines dkk, 2011). Dimana pada penelitian ini sendiri diketahui bahwa

perawat dan penunjang medis sudah memiliki kepercayaan yang baik

terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja, dengan rata-rata nilai pada

perawat 3.33 dan penunjang medis 3.44. Adapun keseluruhan item juga

telah menunjukkan hasil yang baik dimana pekerja telah menyadari peran

dari staff pelaksana sistem keselamatan dan manfaat dari pelaksanaan

keselamatan (audit, pelatihan, prosedur/aturan keselamatan, inspeksi) di

tempat kerja. Namun demikian dari hasil penelitian terlihat bahwa

penunjang medis memiliki kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perawat.

Page 127: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

108

Dimana tingginya hasil yang didapatkan pada penunjang medis

disebabkan karena K3 mengatur lebih banyak aspek keselamatan pada

penunjang medis dibandingkan pada perawat. Hal tersebut sesuai dengan

Lin (2000) yang menyebutkan semakin banyak hal-hal yang diatur oleh

manajemen dan dirasakan manfaatnya, akan semakin mendorong

kepercayaan karyawan terhadap manajemen tersebut. Aspek keselamatan

yang mengatur penunjang medis diantaranya mengenai keamanan peralatan

penunjang, keamanan lingkungan kerja, dan prosedur kerja. Sementara

pada perawat aspek keselamatan hanya berkaitan dengan prosedur kerja

yang aman misalnya perawat di haruskan mengenakan alat pelindung diri

yang disesuaikan dengan situasinya ketika memberikan pelayanan kepada

pasien.

Penunjang medis merupakan tenaga kesehatan yang mana dalam

beberapa aktivitas kerjanya senantiasa berinteraksi dan terpapar oleh

peralatan penunjang yang berteknologi tinggi (Argawal, 2017). Dimana

dalam instalasi kerjanya, penunjang medis sebagian besar mengandalkan

pelaksanaan sistem keselamatan untuk memastikan mereka bekerja

dilingkungan kerja dengan peralatan yang telah aman. Diawali dengan

memberikan aturan atau prosedur cara kerja yang aman dan penggunaan

alat pelindung diri yang tepat, pekerja harus mengikuti prosedur

penggunaan peralatan yang benar dan aman guna mencegah terjadinya hal

yang tidak diinginkan terjadi yang disebabkan karna paparan peralatan

penunjang tersebut. Selanjutnya untuk memastikan keselamatan pekerja,

manajemen melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap peralatan

Page 128: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

109

penunjang medis baik dari segi kelayakannya dan keandalannya yang mana

kegiatan ini merupakan tugas dari teknisi elektromedis. Dimana upaya

manajemen dalam membuat prosedur yang aman dan melakukan

pemeliharaan serta perawatan terhadap peralatan ialah guna memastikan

paparan yang diterima pekerja tidak melebihi ambang batas yang

ditentukan. Selain hal-hal diatas manajemen juga mengatur kondisi ruangan

instalasi kerja, dengan melakukan pengukuran terkait pencahayaan,

kelembaban, kebisingan, housekeeping, dll.

Berkaitan dengan kepercayaan beberapa penelitian bahkan

menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap manajemen yang baik dapat

meningkatkan keterlibatan pekerja untuk berperilaku aman dan mengurangi

kejadian kecelakaan kerja (Conchie dan Donald, 2009; Zacharatos dkk,

2005). Sementara sebaliknya ketidakpercayaan terhadap manajemen dapat

mempengaruhi rasa tanggungjawab pada keselamatan dan berpengaruh

positif terhadap peningkatan kecelakaan kerja (Jeffcott dkk, 2006; Conchie

dan Donald, 2009).

Page 129: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

110

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan gambaran dimensi iklim keselamatan kerja pada

perawat dan penunjang medis di RSUD Depok Tahun 2017 adalah sebagai

berikut:

a. Dimensi prioritisasi dan komitmen manajemen terhadap K3 secara

umum pada perawat dan penunjang medis sudah dalam kategori baik

dengan rata-rata nilai masing-masing 3.34 dan 3.31. Namun masih

perlu dioptimalkan terkait sikap toleransi manajemen pada tindakan

tidak aman.

b. Dimensi pemberdayaan manajemen keselamatan kerja secara umum

pada perawat dan penunjang medis sudah dalam kategori baik dengan

rata-rata nilai masing-masing 3.26 dan 3.23. Namun masih perlu

dioptimalkan terkait pekerja yang masih takut dalam menyampaikan

ide, kritik dan saran.

c. Dimensi keadilan manajemen keselamatan kerja secara umum pada

perawat dan penunjang medis sudah dalam kategori baik dengan rata-

rata nilai masing-masing 3.40 dan 3.30. Namun masih perlu

dioptimalkan terkait penunjang medis yang takut akan sanksi jika

melaporkan kecelakaan.

Page 130: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

111

d. Dimensi komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja secara

keseluruhan pada perawat dan penunjang medis sudah dalam kategori

baik dengan rata-rata nilai masing-masing 3.36 dan 3.39.

e. Dimensi prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko

bahaya pada perawat sudah dalam kategori baik (3.27), namun pada

penunjang medis masih dalam kategori cukup (2.93). Dimana perlu

pengoptimalan terkait pandangan penunjang medis mengenai risiko

bahaya yang tidak dapat dihindari, kecelakaan kerja ringan sebagai hal

yang wajar, dan sikap mentoleransi perilaku tidak aman selama tidak

menimbulkan kecelakaan kerja.

f. Dimensi pembelajaran, komunikasi, dan inovasi secara umum pada

perawat sudah dalam kategori baik (3.38), namun pada penunjang

medis masih dalam kategori cukup (2.98). Dimana perlu dioptimalkan

terkait kegiatan diskusi pada penunjang medis yang mayoritas masih

berkenaan dengan pemberian pelayanan medis sehingga terkait isu

keselamatan masih perlu ditingkatkan.

g. Dimensi kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja

secara keseluruhan pada perawat dan penunjang medis sudah dalam

kategori baik dengan rata-rata nilai masing-masing 3.33 dan 3.44.

Page 131: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

112

7.2 Saran

7.2.1 Bagi RSUD Depok

1. Untuk mengoptimalkan dimensi prioritisasi dan komitmen manajemen

disarankan manajemen meningkatkan pengawasan berkaitan dengan

perilaku tidak aman dengan membangun pengawasan antar rekan kerja.

Dimana rekan kerja bertindak sebagai pengawas yang dapat saling

mengingatkan dan menasehati jika rekannya melakukan tindakan tidak

aman.

2. Untuk mengoptimalkan pemberdayaan manajemen keselamatan kerja

disarankan manajemen menyediakan kotak saran di tiap instalasi atau

melakukan survei terkait isu yang ingin diputuskan sehingga diharapkan

dapat meningkatkan keterlibatan pekerja dalam pengambilan keputusan.

3. Untuk mengoptimalkan dimensi keadilan manajemen keselamatan kerja

disarankan manajemen memberikan sosialisasi yang mengingatkan

kembali kepada penunjang medis mengenai pentingnya pelaporan

kecelakaan, prosedur pelaporan, serta menginformasikan ketiadaan sanksi

terhadap pekerja yang melaporkan kecelakaan.

4. Untuk mengoptimalkan dimensi prioritas keselamatan pekerja dan tidak

ditoleransinya risiko bahaya disarankan manajemen mengadakan

workshop persepsi risiko yang bertujuan untuk menyamakan persepsi

pekerja terhadap risiko.

5. Untuk mengoptimalkan dimensi pembelajaran, komunikasi, dan inovasi

disarankan manajemen (penanggungjawab instalasi) untuk menyisipkan

Page 132: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

113

informasi berkaitan dengan isu-isu keselamatan kerja ketika ada kegiatan-

kegiatan diskusi yang melibatkan tenaga penunjang medis.

7.2.2 Bagi Perawat dan Penunjang Medis

1. Pada dimensi prioritisasi dan komitmen manajemen, meskipun

pengawasan terhadap perilaku tidak aman masih lemah sebaiknya perawat

dan penunjang medis dalam memberikan pelayanan kesehatan senantiasa

tetap mengutamakan keselamatan dengan bekerja sesuai prosedur kerja

aman yang telah ditetapkan .

2. Pada dimensi pemberdayaan manajemen, untuk meningkatkan keberanian

dalam menyampaikan saran/masukkan/gagasan sebaiknya perawat dan

penunjang medis terlebih dahulu meningkatkan interaksi dan komunikasi

dengan manajemen atau pihak-pihak terkait lainnya sehingga dapat lebih

percaya diri dan mengurangi ketakutan dalam menyampaikan gagasannya.

3. Pada dimensi keadilan manajemen terkait pelaporan kecelakaan kerja,

penunjang medis sebaiknya ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pelaporan kecelakaan kerja sehingga nantinya dapat terdeteksi risiko dan

bahaya yang ada di instalasi kerjanya dan selanjutnya dapat dibuatkan

program pengendalian yang efisien dan efektif untuk mengurangi atau

menghilangkan kasus kecelakaan kerja.

4. Pada dimensi prioritas keselamatan dan tidak ditoleransinya risiko bahaya,

penunjang medis sebaiknya terlibat aktif dalam memastikan keamanan

instalasi kerja dan tidak mengesampingkan risiko bahaya yang ditemukan

meskipun instalasi kerja memiliki peralatan penunjang medis berteknologi

yang selalu dilakukan pemeliharaan.

Page 133: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

114

5. Pada dimensi pembelajaran, komunikasi, dan inovasi mengenai diskusi isu

keselamatan, penunjang medis sebaiknya meningkatkan kembali rasa

kepedulian terhadap kondisi lingkungan kerja dan isu-isu keselamatan

didalamnya sehingga diharapkan dapat mendorong pekerja untuk

mendiskusikan isu keselamatan di rumah sakit.

Page 134: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

115

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. N. 2014. Keselamatan Kerja Pada Perusahaan. Universitas Sebelas

Maret.

Anonim. 2014. 1 Orang Pekerja Di Dunia Meninggal Setiap 15 Detik Karena

Kecelakaan Kerja. In: Indonesia, K. K. R. (Ed.) 28 Oktober 2014 ed.

jakarta.

Anshari L H, A. N. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan

Kerja Pada Karyawan PT Kunanggo Jantan Kota Padang Tahun 2016.

Prosiding Seminar Nasional IKAKESMADA “Peran Tenaga Kesehatan

dalam Pelaksanaan SDGs”.

Arezes, P. M. dan Miguel, A. S. 2008. Risk perception and safety behaviour: A

study in an occupational environment. Safety Science, 46, 900-907.

Bailey, C. 1997. Managerial factors related to safety program effectiveness: an

update on the Minnesota Perception Survey. Professional Safety, 42, 33.

Brown, R. L., & Holmes, H, 1986. The Use of A Factor-Analytic Procedure for

Assessing The Validity of an Employee Safety Climate Model. Accident

Analysis and Prevention.

Bye, R. dan Lamvik, G. M. 2007. Professional culture and risk perception: Coping

with danger on board small fishing boats and offshore service vessels.

Reliability Engineering & System Safety, 92, 1756-1763.

CCOHS.2014.OSH answer fact sheets-paramedics [Online]. tersedia:

http://www.ccohs.ca/answers/occup_workplace/paramedic.html

Cigularov, K. P., Chen, P. Y. dan Rosecrance, J. 2010. The effects of error

management climate and safety communication on safety: A multi-level

study. Accident Analysis & Prevention, 42, 1498-1506.

Clutterbuck, D. 2013. The Power of Empowerment, Kogan Page.

Colquitt, J. A., Conlon, D. E., Wesson, M. J., Porter, C. O. dan Ng, K. Y. 2001.

Justice at the millennium: a meta-analytic review of 25 years of

organizational justice research. Journal of applied psychology, 86, 425.

Conchie, S. M. dan Donald, I. J. 2009. The moderating role of safety-specific trust

on the relation between safety-specific leadership and safety citizenship

behaviors. Journal of occupational health psychology, 14, 137.

Cooper Ph. D, M. 2000. Towards a model of safety culture. Safety science, 36,

111-136.

Cox, S. dan Cheyne, A. 2000. Assessing Safety Culture In Offshore

Environments. Safety science, 34, 111-129.

Departemen Kesehatan RI 2006. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3IFRS).

Destilyta, M. C. 2014. Studi Desktiptif Mengenai Iklim Keselamatan Kerja Pada

Masinis PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO) Daerah Operasi (DAOP) II

Bandung. Universitas Padjadjaran.

Devis, K. dan Newstorm, J. W. 1985. Human Behaviour at Work: Organizational

Behaviour. McGraw Hill.

Page 135: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

116

Dewi, A. 2016. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) [Online]. Tersedia:

http://pasca.unej.ac.id/?p=1098.

Emilia, A. H. 2015. Persepsi Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Terhadap Komitmen Karyawan. Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta

Esreda. 2015. Barriers To Learning From Incidents And Accidents [Online].

Tersedia: https://esreda.org/wp-content/uploads/2016/03/ESReDA-

barriers-learning-accidents-1.pdf.

Fauzi Jatmiko, H. M. A., Heny Lisia Siagian 2013. Budaya dan Iklim

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Universitas Sebelas Maret.

Fernández-Muñiz, B., Montes-Peón, J. M. dan Vázquez-Ordás, C. J. 2012. Safety

climate in OHSAS 18001-certified organisations: Antecedents and

consequences of safety behaviour. Accident Analysis & Prevention, 45,

745-758.

Flin, R., Mearns, K., O'Connor, P. dan Bryden, R. 2000. Measuring safety

climate: identifying the common features. Safety science, 34, 177-192.

Gadd. S and Collins A M 2002. Safety Culture: A review of the Literature. HSL

Draft Report.

Griffin, M. A. dan Neal, A. 2000. Perceptions of safety at work: a framework for

linking safety climate to safety performance, knowledge, and motivation.

Journal of occupational health psychology, 5, 347.

Gu, X. dan Itoh, K. 2011. A pilot study on safety climate in Chinese hospital.

Journal of patient safety, 7, 204-212.

Hagan, P. E., Montgomery, J. F., & O'Reilly, J. T. 2001. Accident prevention

manual for business and industry Itasca, IL, National Safety Council.

Halimah, S. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman karyawan di

PT SIM Plant Tambun II tahun 2010.

Hall, M. E. 2006. Measuring the Safety Climate of Steel Mini-mill Workers using

an Instrument Validated by Structural Equation Modeling, The University

of Tennessee, Knoxville.

Hamaideh, S. H. 2004. Safety culture instrument: A psychometric evaluation.

University of Cincinnati.

Harbour, Sarita.2017.How to Improve the Openness at Work [Online]. Tersedia:

http://smallbusiness.chron.com/improve-openness-work-31800.html

Hasibuan, C. F. 2014. Pengembangan Instrumen Pengukuran Persepsi Tenaga

Medis Terhadap Iklim Keselamatan Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit.

Universitas Gadjah Mada.

Herdiman, W. 2010. Pelaporan Kecelakaan Kerja [Online]. Tersedia:

https://www.scribd.com/doc/30262513/PELAPORAN-KECELAKAAN-

KERJA.

Hoffer Gittell, J. 2002. Coordinating mechanisms in care provider groups:

Relational coordination as a mediator and input uncertainty as a moderator

of performance effects. Management Science, 48, 1408-1426.

HSE 2002. safety culture: a review of the literature. Human Factors Group.

HSL. 2010. The Safety Climate Tool [Online]. Tersedia:

http://www.hsl.gov.uk/products/safety-climate-tool.

IAEA 2004. Isu-isu Praktis Utama dalam Memperkuat Budaya Keselamatan

Page 136: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

117

Ihsan. 2011. Klasifikasi Akibat Kecelakaan Kerja [Online]. Tersedia: http://q-

hse.com/health-safety-a-environment/safety-practice/klasifikasi-akibat-

kecelakaan-kerja

ISO, K. 2017. Konsultasi dan Komunikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

[Online]. Tersedia: http://changekonsultan.com/konsultan-iso/konsultasi-

dan-komunikasi-kesehatan-dan-keselamatan-kerja/.

Ivancevich, J. M., Matteson, M. T. dan Konopaske, R. 1990. Organizational

behavior and management, Bpi/Irwin.

Jaza, H. 2016. Perilaku dan Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Universitas Sebelas Maret.

Jeffcott, S., Pidgeon, N., Weyman, A. dan Walls, J. 2006. Risk, trust, and safety

culture in UK train operating companies. Risk analysis, 26, 1105-1121.

Lawasi, Eka S., Triatmanto, Boge.2017.Pengaruh Komunikasi, Motivasi Dan

Kerjasama Tim Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan. Universitas

Merdeka Malang

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1087/MENKES/SK/VIII/2010 Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja

di Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:

Kep. 372 /Men/XI/2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional.

Khoiriyati, A., Sari .K.N 2016. Bed Side Teaching Sebagai Upaya Menurunkan

Cidera Jarum Suntik Dan Benda Tajam Pada Mahasiswa Profesi PSIK

FKIK UMY. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kines, P., Lappalainen, J., Mikkelsen, K. L., Olsen, E., Pousette, A., Tharaldsen,

J., Tómasson, K. dan Törner, M. 2011. Nordic Safety Climate

Questionnaire (NOSACQ-50): A new tool for diagnosing occupational

safety climate. International Journal of Industrial Ergonomics, 41, 634-

646.

Kuo, T.-H., Ho, L.-A., Lin, C. dan Lai, K.-K. 2010. Employee empowerment in a

technology advanced work environment. Industrial Management & Data

Systems, 110, 24-42.

Liliweri, A. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, Yogjakarta, Pustaka

Pelajar.

Lisnanditha, Y. 2012. Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Keselamatan Kerja, dan

Iklim Keselamatan Kerja Terhadap Perilaku Keselamatan Kerja: Studi

Kasus di PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM). Universitas Indonesia.

Lubis, A. I. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Jakarta, Salemba Empat.

Madyanti, D. R. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Pada Bidan Saat Melakukan Pertolongan Persalinan

di RSUD Bengkalis Tahun 2012 Universitas Indonesia.

Maurer, R. 2014. Safety Climate, Supervisory Behavior Linked to Accident

Underreporting [Online]. Tersedia:

https://www.shrm.org/resourcesandtools/hr-topics/risk-

management/pages/safety-climate-accident-underreporting.aspx.

Mbuvi, I. M., Kinyua, R. dan Mugambi, F. 2015. Near Miss Incident

Management, the Root for an Effective Workplace Safety is determined by

Page 137: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

118

the Management Commitment. International Journal of Scientific and

Research Publications.

Michael E. Hall, E. H. B., Susan M. Smith and June D. Gorski 2013.

Development of a Theory-Based Safety Climate Instrument. Journal of

Safety, Health & Environmental Research VOLUME 9, NO.1.

Mulyaningsih. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen

Kerja Karyawan Studi Pada Karyawan Batik Brotoseno Sragen.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

NHS. 2010. An introduction to Safety Climate [Online]. Tersedia:

http://www.nes.scot.nhs.uk/media/6364/SC%20overview%20for%20practi

ces%20MASTERCOPY.pdf.

Nikolaeva , I. R. 2015. Analyzing The Association Between Safety Climate And

Safety Outcomes In A Bulgarian Company ISCTE Business School.

NIOSH. 1999. Preventing Needlestick Injuries in Health Care Settings [Online].

Tersedia: https://www.cdc.gov/niosh/docs/2000-108/pdfs/2000-108.pdf.

Noer, M. 2016 Efektivitas Pelatihan Karyawan Untuk Meningkatkan Kualitas

Kinerja [Online]. Tersedia: https://presenta.co.id/artikel/efektivitas-

pelatihan-karyawan/.

Nugroho, A. dan Sutarmanto, H. 2008. Pengaruh sosialisasi keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) terhadap pengetahuan, sikap, dan motivasi K3

karyawan bagian produksi PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta.

Universitas Gadjah Mada.

Nurfitriani, S., Russeng, S. dan Muis, M. 2014. Penerapan Standar Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3rs) Rsud Ajappange Soppeng.

Nurhadi, F. 2012. Persepsi Karyawan Departemen Maintenance And Operation

Terhadap Pelaksanaan Program K3 Pada PT.Truba Jaya Engineering

Jakarta. Universitas Indonesia.

Nursyamsi, I. 2012. Pengaruh Kepemimpinan, Pemberdayaan dan Stres Kerja

terhadap Komitmen Organisasi serta Dampaknya terhadap Kinerja Dosen.

Jurnal Conference in Business, Accounting, and Management.

O'Toole, M. 2002. The relationship between employees' perceptions of safety and

organizational culture. Journal of safety research, 33, 231-243.

Perangin-Angin, M. M. 2012. Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Di Terminal Bbm Medan Group PT. Pertamina (Persero)

Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011. Universitas

Sumatera Utara.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Prastyo, G. E. 2016. Investigasi Kecelakaan [Online]. Tersedia:

https://civitas.uns.ac.id/gunawanhse/2016/12/30/investigasi-kecelakaan/.

Purnomo, R., Johan, A. dan Rofi'i, M. 2016. The Analysis of Factors Related to

Nurse's Adherence On the Application of Standard Precautions at

Banyumas General Hospital. Diponegoro University.

Page 138: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

119

Rabilzani, S. 2013. Strategi Humas Dalam Sosialisasi Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja (K3) Bagi Karyawan Area Generator Turbin Gas Unit III

PT.Menamas Mitra Energi Di Desa Tanjung Batu Kecamatan Tenggarong

Seberang. Universitas Mulawarman.

Raharjo, A. 2014. Profil Iklim Keselamatan (Safety Climate) Pada Tingkat

Pelaksana di PT Petrokimia Gresik Tahun 2014. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Raharjo, W. S. 2017. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Komunikasi Atasan

Dengan Komitmen Organisasi Di PT. X Karanganyar. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Rahmawati, D. 2012. Program Intervensi Stratejik Untuk Meningkatkan Kinerja

Keselamatan Karyawan Kontrak Divisi Onshore Operations Perusahaan

Migas ABC. Universitas Indonesia.

Rundmo, T. 1996. Associations between risk perception and safety. Safety

Science, 24, 197-209.

Rundmo, T. 2000. Safety climate, attitudes and risk perception in Norsk Hydro.

Safety science, 34, 47-59.

Sakinah, A. 2017. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Iklim Keselamatan Yang Di

Mediasi Oleh Masalah Tidur Dan Keluhan Kesehatan Pada Karyawan Jasa

Transportasi Angkutan Darat Penumpang Pada Terminal Type B Banda

Aceh. Universitas Syiah Kuala.

Salminen, S. dan Seppälä, A. 2005. Safety climate in Finnish-and Swedish-

speaking companies. International Journal of Occupational Safety and

Ergonomics, 11, 389-397.

Samosir, S. W. 2007. Komitmen Manajemen dan Keterlibatan Karyawan Tentang

K3 Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Pada PT. Nestle Kejayan Factory

Pasuruan. Universitas Gadjah Mada.

Santoso, T. 2013. Needlestick [Online]. Tersedia: http://www.lean-

indonesia.com/2013/01/tertusuk-jarum-benda-tajam-needlestick.html.

Setyaningsih, W. 2003. Pengaruh Kepercayaan Pada Atasan, Kepuasan Kerja Dan

Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Universitas

Diponegoro.

Setyaningsih, Y. W., Ida; Jayanti, Siswi 2010. Analisis Potensi Bahaya dan Upaya

Pengendalian Risiko Bahaya Pada Pekerja Pemecah Batu. Media

Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Shannon, H. S., Mayr, J. dan Haines, T. 1997. Overview of the relationship

between organizational and workplace factors and injury rates. Safety

Science, 26, 201-217.

Shannon, H. S. dan Norman, G. R. 2009. Deriving the factor structure of safety

climate scales. Safety Science, 47, 327-329.

Siregar, D. I. S. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan

Ringan Di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Sopiah. 2009. Perilaku Organisasional, Yogyakarta, Andi.

Srimardika,BM. 2016.Pengaruh Kepercayaan Karyawan (Trust) Terhadap

Knowledge Sharing Pada Karyawan Perpustakaan Institut Teknologi

Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Universitas Airlangga

Page 139: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

120

Stark, P. B. 2010. 6 Reasons to Involve Employees in Decision Making [Online].

Tersedia: https://www.peterstark.com/key-to-engagement/#.

Sukmara, R. 2013. Analisis Faktor-Faktor Iklim Keselamatan (Safety Climate)

Pada PT. X Tahun 2013. Universitas Indonesia.

Swastika, M. 2011. Penerapan Komitmen Dan Kebijakan Serta Perencanaan K3

Sebagai Salah Satu Langkah Implementas SMK3 Di PT.Telkom Area

Solo. Universitas Sebelas Maret.

Tafti, B., M.A., Montazeralfaraj, R., Gazar. 2013. Demographic Determinants of

Organizational Citizenship Behavior Among Hospital Employees. Global

Business and Management Research: An International Journal of

Industrial Ergonomics.

Tarwaka. 2008. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Surakarta, Harapan Press.

Tjahjono, H. 2007. Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural Dinilai Adil

Bagi Sebagian Karyawan. Universitas Gadjah Mada.

Trinkoff, A. M., Johantgen, M., Muntaner, C. dan Le, R. 2005. Staffing and

worker injury in nursing homes. American Journal of Public Health, 95,

1220-1225.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit.

Vinodkumar, M. dan Bhasi, M. 2009. Safety climate factors and its relationship

with accidents and personal attributes in the chemical industry. Safety

Science, 47, 659-667.

Wardhani, R. A. S. 2008. Studi tentang kesadaran pekerja terhadap pelaporan

kecelakaan kerja di PT Astra Nissan Diesel Indonesia. Universitas

Indonesia.

Weiner, B. J., Hobgood, C. dan Lewis, M. A. 2008. The meaning of justice in

safety incident reporting. Social science & medicine, 66, 403-413.

Wibowo 2007. Manajemen Kinerja, Jakarta, PT.Raja Grafindo Prasada.

Wijayanto, D. W. 2016. Safety Meeting atau Safety Comite Dalam K3 [Online].

Tersedia: http://www.soepeno.web.id/2016/05/soepeno-blog-safety-

meeting-atau-safety.html.

Zohar, D. dan Luria, G. 2003. The use of supervisory practices as leverage to

improve safety behavior: A cross-level intervention model. Journal of

Safety Research, 34, 567-577.

Page 140: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

121

LAMPIRAN 1 : LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan Hormat,

Saya Lilis Yuliarti, mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat

mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Responden diharapkan menjawab setiap

pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan

tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap kinerja responden di Rumah Sakit.

Dengan segala kerendahan hati dimohon agar responden bersedia menjawab seluruh

pertanyaan yang ada di dalam kuesioner ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan menjadi responden

dalam penelitian ini. Semoga Allah menjadikan sebagai amal ibadah di sisi-Nya dan

semoga Allah membalas dengan kebaikan yang banyak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Depok, Mei 2017

Responden Peneliti

( ) Lilis Yuliarti

Kuesioner

“Gambaran Iklim Keselamatan Kerja Pada

Tenaga Kesehatan di RSUD Kota Depok

Tahun 2017

Page 141: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

122

IDENTITAS RESPONDEN (Diisi oleh

peneliti)

IR1 Nama: [ ]IR1

IR2 Jenis Kelamin:

1. Laki-laki 2. Perempuan

*lingkari pilihan jawaban

[ ]IR2

IR3 Umur : _________ Tahun [ ]IR3

IR4 No. HP : [ ]IR4

IR5 Profesi:

1. Perawat

a. Rawat Inap

b. Rawat Jalan

c. Kamar Operasi

d. IGD

e. Lainnya, sebutkan______________

2. Tenaga Penunjang Medis

a. Analis Laboratorium

b. Radiografer

c. Nutrisionis

d. Apoteker

e. Asisten Apoteker

f. Sanitarian

g. Teknisi Elektromedis

h. Fisioterapis

i. Refraksionis Optisien

j. Lainnya, Sebutkan_______________

*lingkari pilihan jawaban

[ ]IR5

IR6 Lamanya Bekerja di RSUD Depok:

1. 1-5 Tahun

2. > 5 Tahun

[ ]IR6

IR7 Pendidikan Terakhir:

1. SMA

2. D3

3. S1

[ ]IR7

Pada bagian ini, silakan nilai bagaimana Anda melihat atasan

Anda dalam melakukan penanganan keselamatan di tempat

kerja. Walaupun beberapa pertanyaan tampak serupa, dimohon

untuk tetap menjawab setiap pertanyaan tersebut.

Page 142: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

123

Berikan tanda silang ( X ) atau tanda ceklis () pada jawaban yang sesuai

dengan apa yang anda rasakan.

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

1. Manajemen mendorong tenaga

kesehatan di sini untuk bekerja

sesuai aturan keselamatan

walaupun jadwal kerja sedang

padat

2. Manajemen menjamin setiap

orang menerima informasi yang

dibutuhkan berkaitan dengan

keselamatan

3. Manajemen tidak peduli ketika

seorang tenaga kesehatan

mengabaikan prosedur

keselamatan

4. Manajemen menempatkan

keselamatan tenaga kesehatan

sebagai prioritas utama untuk

mencegah terjadinya cidera atau

kecelakaan kerja

5. Manajemen mentoleransi tenaga

kesehatan di sini melakukan

tindakan tidak safety bagi dirinya

ketika jadwal kerja sedang padat

6. Kami yang bekerja di sini yakin

pada kemampuan manajemen

untuk menangani masalah

keselamatan

7. Manajemen menangani dengan

segera setiap permasalahan K3

yang dilaporkan oleh tenaga

kesehatan atau ditemukan saat

inspeksi/audit.

Page 143: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

124

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

8. Ketika risiko dari bahaya

terdeteksi, manajemen

mengabaikannya tanpa

melakukan tindakan apapun .

9. Manajemen kurang efektif dalam

menangani masalah keselamatan.

10. Manajemen berusaha untuk

mendesain kegiatan K3 rutin

yang bermanfaat dan sampai

sekarang terlaksana dengan benar

11. Manajemen mendorong setiap

tenaga kesehatan untuk dapat

menyebarkan informasi mengenai

cara kerja yang aman dalam

pekerjaan mereka

12. Manajemen mendorong tenaga

kesehatan di sini untuk

berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan yang berdampak pada

keselamatan mereka

13 Manajemen tidak pernah

mempertimbangkan saran dari

tenaga kesehatan yang berkaitan

dengan keselamatan

14. Manajemen berusaha agar setiap

orang memiliki kompetensi yang

tinggi berkaitan dengan

keselamatan dan risiko bahaya.

15. Manajemen tidak pernah

Page 144: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

125

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

menanyakan pendapat tenaga

kesehatan sebelum mengambil

keputusan yang berhubungan

dengan keselamatan

16. Manajemen melibatkan tenaga

kesehatan dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan

keselamatan

17. Manajemen mengumpulkan

informasi yang akurat dalam

investigasi kecelakaan kerja

18. Ketakutan terhadap sanksi

(konsekuensi negatif) dari

manajemen membuat tenaga

kesehatan enggan melaporkan

kejadian yang hampir

menyebabkan kecelakaan (near-

miss accidents)

19. Jika terjadi kecelakaan kerja,

manajemen mendengarkan

dengan seksama informasi yang

diberikan oleh korban atau semua

orang yang terlibat

20. Manajemen mencari penyebab

kecelakaan, bukan orang yang

bersalah, ketika suatu kecelakaan

kerja terjadi

21. Manajemen selalu menyalahkan

tenaga kesehatan ketika terjadi

Page 145: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

126

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

kecelakaan kerja

22. Manajemen memperlakukan

tenaga kesehatan yang melakukan

perilaku tidak aman atau terlibat

dalam kecelakaan kerja secara

adil

Pada bagian ini, silakan nilai bagaimana Anda melihat rekan-rekan di tempat

kerja dalam melakukan penanganan keselamatan

23 Kami yang bekerja di sini

bersama-sama berusaha keras

untuk mencapai tingkat

keselamatan kerja yang setinggi-

tingginya.

24. Kami yang bekerja di sini

bertanggung jawab untuk selalu

menjaga kebersihan dan kerapian

tempat kerja

25. Kami yang bekerja di sini tidak

peduli terhadap keselamatan kerja

orang lain

26. Kami yang bekerja disini

menghindari untuk menangani

risiko bahaya yang telah kami

temukan

27. Kami yang bekerja di sini saling

membantu satu sama lain untuk

bekerja dengan selamat.

28. Kami yang bekerja di sini tidak

bertanggung jawab terhadap

Page 146: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

127

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

keselamatan orang lain

29. Kami yang bekerja disini

menganggap risiko bahaya

sebagai hal yang tidak dapat

dihindari dalam bekerja

30. Kami yang bekerja di sini

menganggap kecelakaan kerja

ringan (mengakibatkan cidera

ringan dan hanya butuh first aid)

sebagai hal yang wajar dari

pekerjaan sehari-hari kami

31. Kami yang bekerja disini

mentoleransi perilaku berbahaya

atau tidak aman selama tidak

menimbulkan kecelakaan kerja

32. Kami yang bekerja di sini

melanggar aturan keselamatan

demi memberikan pelayanan

dengan cepat

33. Kami tetap bekerja aman

walaupun jadwal kerja sedang

padat.

34. Kami yang bekerja di sini

menganggap pekerjaan kami

tidak sesuai untuk para penakut

35. Kami yang bekerja di sini akan

membiarkan saja jika ada kondisi

tidak aman atau berbahaya di

lingkungan rumah sakit dan tetap

Page 147: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

128

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

melanjutkan pekerjaan

36. Kami yang bekerja di sini

mencoba untuk mencari solusi

jika seseorang menemukan

masalah keselamatan kerja

37. Kami yang bekerja di sini merasa

aman ketika bekerja bersama-

sama

38. Kami yang bekerja di sini

memiliki kepercayaan yang tinggi

terhadap kemampuan satu sama

lain untuk menjamin keselamatan

39. Kami yang bekerja di sini belajar

dari pengalaman untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja

40. Kami yang bekerja di sini

mempertimbangkan dengan

serius saran dan pendapat orang

lain berkaitan dengan

keselamatan kerja

41. Kami yang bekerja di sini jarang

membahas isu keselamatan kerja

42. Kami yang bekerja di sini selalu

mendiskusikan isu-isu

keselamatan kerja saat isu-isu

tersebut muncul

43. Kami yang bekerja di sini dapat

berbicara dengan bebas dan

Page 148: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

129

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

terbuka tentang keselamatan kerja

tenaga kesehatan kepada sesama

tenaga kesehatan maupun kepada

manajemen

44. Kami yang bekerja disini

menganggap bahwa staff

keselamatan kerja disini

mempunyai peranan penting

dalam mencegah terjadinya

kecelakaan

45. Kami yang bekerja di sini

menganggap inspeksi atau audit

keselamatan tidak berdampak

pada keselamatan tenaga

kesehatan

46. Kami yang bekerja di sini

menganggap pelatihan

keselamatan merupakan hal yang

baik untuk mencegah terjadinya

kecelakaan

47. Kami yang bekerja di sini

menganggap prosedur ataupun

aturan mengenai keselamatan

tidak ada gunanya

48. Kami yang bekerja di sini

menganggap inspeksi atau audit

keselamatan membantu dalam

menemukan bahaya yang serius

di lingkungan rumah sakit

49. Kami yang bekerja di sini

Page 149: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

130

No PERNYATAAN

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

(Diisi

oleh

peneliti)

menganggap pelatihan

keselamatan yang dilakukan tidak

ada gunanya

50. Kami yang bekerja di sini

menganggap penting adanya

tujuan keselamatan yang jelas

Terimakasih telah mengisi kuesioner ini

Page 150: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

131

LAMPIRAN 2 : LEMBAR OUTPUT HASIL PENELITIAN

Output Distribusi Frekuensi Dimensi Iklim Keselamatan Pada Perawat Secara

Umum

Statistics

Statistic Bootstrapa

Bias Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Upper

N

Valid

D1 66 0 0 66 66

D2 66 0 0 66 66

D3 66 0 0 66 66

D4 66 0 0 66 66

D5 66 0 0 66 66

D6 66 0 0 66 66

D7 66 0 0 66 66

Missing

D1 0 0 0 0 0

D2 0 0 0 0 0

D3 0 0 0 0 0

D4 0 0 0 0 0

D5 0 0 0 0 0

D6 0 0 0 0 0

D7 0 0 0 0 0

Mean

D1 3.3451 .0076 .0458 3.2560 3.4407 D2 3.2597 .0044 .0413 3.1876 3.3502 D3 3.4015 .0081 .0484 3.3022 3.5045 D4 3.3636 .0061 .0454 3.2771 3.4534 D5 3.2706 .0076 .0339 3.1791 3.3454 D6 3.3788 .0122 .0378 3.3224 3.4843 D7 3.3333 .0048 .0328 3.2791 3.4076

Median

D1 3.3333 -.0118 .0891 3.1111 3.4444 D2 3.2857 -.0130 .0329 3.1429 3.2857 D3 3.3333 .0202 .1455 3.0000 3.7110 D4 3.1667 .0795 .1235 3.0611 3.5000 D5 3.2857 -.0379 .0733 3.1048 3.4286 D6 3.3750 -.0208 .1104 3.1250 3.5333 D7 3.2857 .0433 .0599 3.2857 3.4286

Std. Deviation

D1 .38149 .00224 .01924 .34994 .42767

D2 .31289 .00252 .02420 .26455 .35945

D3 .43262 .00099 .01882 .39555 .47008

D4 .40288 -.00204 .01840 .36147 .44245

D5 .34279 -.00188 .02008 .29893 .38073

D6 .35692 -.00035 .01697 .32288 .38754

D7 .30313 -.00096 .01966 .26388 .34586

a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 66 bootstrap samples

Page 151: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

132

Output Frekuensi Item Dimensi Iklim Keselamatan Pada Perawat

Statistics

Statistic Bootstrapa

Bias Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Upper

N Valid

A1 66 0 0 66 66

A2 66 0 0 66 66

A3 66 0 0 66 66

A4 66 0 0 66 66

A5 66 0 0 66 66

A6 66 0 0 66 66

A7 66 0 0 66 66

A8 66 0 0 66 66

A9 66 0 0 66 66

A10 66 0 0 66 66

A11 66 0 0 66 66

A12 66 0 0 66 66

A13 66 0 0 66 66

A14 66 0 0 66 66

A15 66 0 0 66 66

A16 66 0 0 66 66

A17 66 0 0 66 66

A18 66 0 0 66 66

A19 66 0 0 66 66

A20 66 0 0 66 66

A21 66 0 0 66 66

A22 66 0 0 66 66

A23 66 0 0 66 66

A24 66 0 0 66 66

A25 66 0 0 66 66

A26 66 0 0 66 66

A27 66 0 0 66 66

A28 66 0 0 66 66

A29 66 0 0 66 66

A30 66 0 0 66 66

A31 66 0 0 66 66

A32 66 0 0 66 66

A33 66 0 0 66 66

A34 66 0 0 66 66

A35 66 0 0 66 66

A36 66 0 0 66 66

A37 66 0 0 66 66

A38 66 0 0 66 66

A39 66 0 0 66 66

A40 66 0 0 66 66

A41 66 0 0 66 66

A42 66 0 0 66 66

Page 152: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

133

A43 66 0 0 66 66

A44 66 0 0 66 66

A45 66 0 0 66 66

A46 66 0 0 66 66

A47 66 0 0 66 66

A48 66 0 0 66 66

A49 66 0 0 66 66

A50 66 0 0 66 66

Missing

A1 0 0 0 0 0

A2 0 0 0 0 0

A3 0 0 0 0 0

A4 0 0 0 0 0

A5 0 0 0 0 0

A6 0 0 0 0 0

A7 0 0 0 0 0

A8 0 0 0 0 0

A9 0 0 0 0 0

A10 0 0 0 0 0

A11 0 0 0 0 0

A12 0 0 0 0 0

A13 0 0 0 0 0

A14 0 0 0 0 0

A15 0 0 0 0 0

A16 0 0 0 0 0

A17 0 0 0 0 0

A18 0 0 0 0 0

A19 0 0 0 0 0

A20 0 0 0 0 0

A21 0 0 0 0 0

A22 0 0 0 0 0

A23 0 0 0 0 0

A24 0 0 0 0 0

A25 0 0 0 0 0

A26 0 0 0 0 0

A27 0 0 0 0 0

A28 0 0 0 0 0

A29 0 0 0 0 0

A30 0 0 0 0 0

A31 0 0 0 0 0

A32 0 0 0 0 0

A33 0 0 0 0 0

A34 0 0 0 0 0

A35 0 0 0 0 0

A36 0 0 0 0 0

A37 0 0 0 0 0

A38 0 0 0 0 0

A39 0 0 0 0 0

A40 0 0 0 0 0

A41 0 0 0 0 0

A42 0 0 0 0 0

A43 0 0 0 0 0

A44 0 0 0 0 0

Page 153: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

134

A45 0 0 0 0 0

A46 0 0 0 0 0

A47 0 0 0 0 0

A48 0 0 0 0 0

A49 0 0 0 0 0

A50 0 0 0 0 0

Mean

A1 3.52 -.02 .07 3.34 3.64 A2 3.32 -.01 .06 3.20 3.44 A3 3.33 .01 .06 3.19 3.47 A4 3.39 .00 .06 3.29 3.50 A5 2.94 .00 .08 2.78 3.12 A6 3.44 .00 .06 3.33 3.54 A7 3.36 .00 .07 3.22 3.52 A8 3.44 -.01 .08 3.28 3.57 A9 3.36 .00 .08 3.19 3.50 A10 3.52 .00 .07 3.37 3.66 A11 3.32 -.01 .06 3.20 3.45 A12 3.35 -.01 .07 3.19 3.47 A13 3.36 .01 .05 3.25 3.47 A14 3.52 .00 .06 3.38 3.63 A15 2.82 -.01 .08 2.65 2.97 A16 2.94 -.01 .05 2.81 3.04 A17 3.33 -.01 .06 3.21 3.47 A18 3.52 .00 .05 3.40 3.62 A19 3.42 .00 .06 3.26 3.55 A20 3.38 -.01 .07 3.22 3.52 A21 3.35 .00 .06 3.24 3.49 A22 3.41 .00 .07 3.24 3.59 A23 3.35 .00 .06 3.23 3.47 A24 3.33 -.01 .06 3.21 3.44 A25 3.44 .00 .06 3.34 3.56 A26 3.32 .01 .07 3.15 3.47 A27 3.38 .01 .05 3.29 3.47 A28 3.36 .00 .08 3.21 3.55 A29 3.36 .00 .06 3.25 3.49 A30 3.44 .00 .07 3.28 3.56 A31 2.70 .02 .10 2.52 2.90 A32 3.32 .00 .07 3.17 3.48 A33 3.39 .01 .07 3.23 3.55 A34 3.32 .02 .06 3.22 3.47 A35 3.36 .01 .06 3.27 3.53 A36 3.33 .00 .06 3.21 3.43 A37 3.35 .00 .05 3.24 3.47 A38 3.41 .01 .06 3.25 3.56 A39 3.38 .01 .07 3.22 3.52 A40 3.35 .01 .07 3.24 3.49 A41 3.47 .00 .07 3.33 3.63 A42 3.41 .00 .07 3.24 3.56 A43 3.33 -.01 .06 3.20 3.45 A44 3.05 .00 .05 2.95 3.16 A45 3.32 .01 .06 3.20 3.44 A46 3.41 -.01 .05 3.28 3.49 A47 3.41 .00 .06 3.30 3.53 A48 3.33 -.01 .06 3.22 3.44 A49 3.50 .00 .06 3.39 3.61 A50 3.32 .00 .05 3.20 3.42

Median

A1 4.00 -.31 .45 3.00 4.00 A2 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A3 3.00 .02 .12 3.00 3.27 A4 3.00 .02 .14 3.00 3.63 A5 3.00 .00 .00 3.00 3.00

Page 154: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

135

A6 3.00 .17 .34 3.00 4.00 A7 3.00 .08 .27 3.00 4.00 A8 3.50 .02 .47 3.00 4.00 A9 3.00 .23 .39 3.00 4.00 A10 4.00 -.11 .27 3.00 4.00 A11 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A12 3.00 .02 .14 3.00 3.63 A13 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A14 4.00 -.39 .47 3.00 4.00 A15 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A16 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A17 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A18 4.00 -.42 .47 3.00 4.00 A19 3.00 .17 .34 3.00 4.00 A20 3.00 .06 .24 3.00 4.00 A21 3.00 .05 .21 3.00 4.00 A22 3.50 -.06 .46 3.00 4.00 A23 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A24 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A25 3.00 .23 .39 3.00 4.00 A26 3.00 .02 .12 3.00 3.27 A27 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A28 3.00 .08 .27 3.00 4.00 A29 3.00 .01 .06 3.00 3.13 A30 3.00 .26 .40 3.00 4.00 A31 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A32 3.00 .04 .18 3.00 4.00 A33 3.00 .23 .41 3.00 4.00 A34 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A35 3.00 .03 .17 3.00 4.00 A36 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A37 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A38 3.00 .05 .21 3.00 4.00 A39 3.00 .11 .26 3.00 4.00 A40 3.00 .01 .06 3.00 3.13 A41 3.00 .32 .44 3.00 4.00 A42 3.00 .15 .34 3.00 4.00 A43 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A44 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A45 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A46 3.00 .02 .12 3.00 3.27 A47 3.00 .09 .28 3.00 4.00 A48 3.00 .00 .00 3.00 3.00 A49 3.50 -.02 .47 3.00 4.00 A50 3.00 .00 .00 3.00 3.00

Std. Deviation

A1 .561 -.008 .034 .495 .620

A2 .501 -.008 .029 .433 .551

A3 .506 -.004 .027 .447 .570

A4 .492 -.004 .014 .456 .504

A5 .653 -.010 .057 .496 .749

A6 .500 -.003 .008 .472 .504

A7 .572 -.007 .029 .511 .630

A8 .636 -.005 .078 .499 .778

A9 .648 -.007 .048 .561 .748

A10 .614 -.005 .053 .513 .737

A11 .469 -.007 .025 .401 .502

A12 .540 -.007 .037 .479 .622

A13 .485 .000 .015 .438 .503

A14 .504 -.004 .004 .488 .504

A15 .654 .004 .035 .588 .720

Page 155: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

136

A16 .425 -.010 .050 .315 .522

A17 .475 -.008 .022 .412 .503

A18 .504 -.003 .004 .484 .504

A19 .556 -.007 .029 .502 .609

A20 .548 -.007 .035 .489 .620

A21 .568 -.003 .036 .502 .643

A22 .656 -.013 .044 .544 .732

A23 .511 -.007 .029 .432 .560

A24 .475 -.007 .022 .412 .501

A25 .530 -.003 .028 .485 .593

A26 .559 -.021 .064 .450 .684

A27 .489 -.001 .013 .457 .503

A28 .598 -.002 .045 .495 .698

A29 .485 -.003 .018 .436 .504

A30 .530 -.005 .028 .490 .593

A31 .701 -.002 .062 .578 .817

A32 .612 -.005 .044 .516 .710

A33 .605 -.010 .039 .515 .661

A34 .469 .002 .022 .417 .503

A35 .485 -.002 .015 .447 .502

A36 .475 -.003 .021 .412 .499

A37 .480 -.003 .018 .429 .503

A38 .495 -.004 .015 .436 .504

A39 .548 -.003 .042 .459 .625

A40 .480 -.004 .022 .432 .504

A41 .503 -.005 .007 .474 .504

A42 .526 -.002 .029 .468 .608

A43 .475 -.007 .025 .406 .501

A44 .409 -.008 .057 .238 .518

A45 .469 .000 .023 .406 .501

A46 .495 -.004 .013 .450 .504

A47 .495 -.005 .013 .461 .504

A48 .475 -.006 .022 .417 .500

A49 .504 -.003 .004 .486 .504

A50 .469 -.003 .022 .406 .497

a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 66 bootstrap samples

Page 156: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

137

Ouput Distribusi Frekuensi Dimensi Iklim Keselamatan Pada Penunjang Medis

Statistics

Statistic Bootstrapa

Bias Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Upper

N

Valid

D1 44 0 0 44 44

D2 44 0 0 44 44

D3 44 0 0 44 44

D4 44 0 0 44 44

D5 44 0 0 44 44

D6 44 0 0 44 44

D7 44 0 0 44 44

Missing

D1 0 0 0 0 0

D2 0 0 0 0 0

D3 0 0 0 0 0

D4 0 0 0 0 0

D5 0 0 0 0 0

D6 0 0 0 0 0

D7 0 0 0 0 0

Mean

D1 3.3131 -.0076 .0498 3.1923 3.3969 D2 3.2338 -.0108 .0447 3.1352 3.3134 D3 3.3030 -.0061 .0565 3.2038 3.4561 D4 3.3977 -.0089 .0712 3.2366 3.5209 D5 2.9286 -.0014 .0279 2.8625 2.9832 D6 2.9886 .0019 .0364 2.9238 3.1021 D7 3.4448 -.0050 .0579 3.3289 3.5828

Median

D1 3.2222 .0051 .0820 3.0000 3.4444 D2 3.2857 -.0666 .0967 3.0000 3.4055 D3 3.1667 .0152 .1169 3.0000 3.6397 D4 3.1667 .1212 .2029 3.0000 3.6667 D5 3.0000 -.0568 .0699 2.8571 3.0000 D6 2.8750 .0000 .0000 2.8750 2.8750 D7 3.4286 -.0244 .0857 3.1544 3.5714

Std. Deviation

D1 .41316 -.00766 .02859 .34061 .45897

D2 .32179 -.00713 .03006 .26064 .37332

D3 .38086 -.00847 .02613 .32482 .42709

D4 .41797 -.00615 .02111 .35018 .45282

D5 .19607 -.00373 .02049 .15345 .24089

D6 .35234 -.00005 .02712 .28632 .40694

D7 .33214 -.00490 .02384 .27348 .36933

a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 44 bootstrap samples

Page 157: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

138

Output Distribusi Frekuensi Item Dimensi Iklim Keselamatan Pada Penunjang

Medis

Statistics

Statistic Bootstrapa

Bias Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Upper

N Valid

A1 44 0 0 44 44

A2 44 0 0 44 44

A3 44 0 0 44 44

A4 44 0 0 44 44

A5 44 0 0 44 44

A6 44 0 0 44 44

A7 44 0 0 44 44

A8 44 0 0 44 44

A9 44 0 0 44 44

A10 44 0 0 44 44

A11 44 0 0 44 44

A12 44 0 0 44 44

A13 44 0 0 44 44

A14 44 0 0 44 44

A15 44 0 0 44 44

A16 44 0 0 44 44

A17 44 0 0 44 44

A18 44 0 0 44 44

A19 44 0 0 44 44

A20 44 0 0 44 44

A21 44 0 0 44 44

A22 44 0 0 44 44

A23 44 0 0 44 44

A24 44 0 0 44 44

A25 44 0 0 44 44

A26 44 0 0 44 44

A27 44 0 0 44 44

A28 44 0 0 44 44

A29 44 0 0 44 44

A30 44 0 0 44 44

A31 44 0 0 44 44

A32 44 0 0 44 44

A33 44 0 0 44 44

A34 44 0 0 44 44

A35 44 0 0 44 44

A36 44 0 0 44 44

A37 44 0 0 44 44

A38 44 0 0 44 44

A39 44 0 0 44 44

A40 44 0 0 44 44

A41 44 0 0 44 44

A42 44 0 0 44 44

A43 44 0 0 44 44

Page 158: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

139

A44 44 0 0 44 44

A45 44 0 0 44 44

A46 44 0 0 44 44

A47 44 0 0 44 44

A48 44 0 0 44 44

A49 44 0 0 44 44

A50 44 0 0 44 44

Missing

A1 0 0 0 0 0

A2 0 0 0 0 0

A3 0 0 0 0 0

A4 0 0 0 0 0

A5 0 0 0 0 0

A6 0 0 0 0 0

A7 0 0 0 0 0

A8 0 0 0 0 0

A9 0 0 0 0 0

A10 0 0 0 0 0

A11 0 0 0 0 0

A12 0 0 0 0 0

A13 0 0 0 0 0

A14 0 0 0 0 0

A15 0 0 0 0 0

A16 0 0 0 0 0

A17 0 0 0 0 0

A18 0 0 0 0 0

A19 0 0 0 0 0

A20 0 0 0 0 0

A21 0 0 0 0 0

A22 0 0 0 0 0

A23 0 0 0 0 0

A24 0 0 0 0 0

A25 0 0 0 0 0

A26 0 0 0 0 0

A27 0 0 0 0 0

A28 0 0 0 0 0

A29 0 0 0 0 0

A30 0 0 0 0 0

A31 0 0 0 0 0

A32 0 0 0 0 0

A33 0 0 0 0 0

A34 0 0 0 0 0

A35 0 0 0 0 0

A36 0 0 0 0 0

A37 0 0 0 0 0

A38 0 0 0 0 0

A39 0 0 0 0 0

A40 0 0 0 0 0

A41 0 0 0 0 0

A42 0 0 0 0 0

A43 0 0 0 0 0

A44 0 0 0 0 0

A45 0 0 0 0 0

Page 159: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

140

A46 0 0 0 0 0

A47 0 0 0 0 0

A48 0 0 0 0 0

A49 0 0 0 0 0

A50 0 0 0 0 0

Mean

A1 3.36 .00 .08 3.25 3.54 A2 3.41 .00 .08 3.28 3.61 A3 3.34 .01 .10 3.17 3.58 A4 3.43 .00 .09 3.25 3.63 A5 2.70 .01 .13 2.38 2.93 A6 3.36 .00 .09 3.17 3.56 A7 3.48 -.01 .08 3.28 3.59 A8 3.41 -.01 .09 3.21 3.58 A9 3.32 -.01 .10 3.14 3.50 A10 3.32 -.01 .09 3.16 3.53 A11 3.39 -.01 .08 3.23 3.56 A12 3.34 -.01 .07 3.15 3.47 A13 3.41 -.01 .06 3.23 3.48 A14 3.32 -.01 .07 3.20 3.48 A15 2.91 .01 .07 2.78 3.02 A16 2.95 .00 .13 2.67 3.24 A17 3.48 .00 .07 3.36 3.63 A18 2.93 -.01 .05 2.82 3.02 A19 3.30 -.01 .08 3.12 3.41 A20 3.36 -.01 .10 3.14 3.54 A21 3.39 -.01 .09 3.19 3.57 A22 3.36 -.01 .09 3.17 3.56 A23 3.43 .00 .09 3.25 3.59 A24 3.36 .00 .07 3.21 3.53 A25 3.32 .00 .08 3.12 3.47 A26 3.39 .01 .08 3.15 3.52 A27 3.48 .00 .07 3.30 3.61 A28 3.41 .01 .07 3.26 3.56 A29 2.93 .00 .13 2.62 3.18 A30 2.84 -.01 .09 2.61 3.02 A31 2.82 .00 .11 2.62 3.10 A32 3.34 .00 .12 3.09 3.58 A33 3.41 .00 .10 3.23 3.57 A34 3.48 .01 .08 3.34 3.63 A35 3.36 .01 .09 3.21 3.58 A36 3.36 -.01 .06 3.23 3.48 A37 3.43 .02 .07 3.30 3.61 A38 3.52 .01 .08 3.37 3.68 A39 3.48 .00 .07 3.33 3.61 A40 3.39 .01 .06 3.25 3.54 A41 2.70 .00 .09 2.53 2.92 A42 2.84 .00 .10 2.62 3.06 A43 2.93 -.01 .12 2.64 3.18 A44 3.39 -.01 .07 3.25 3.52 A45 3.91 .00 .05 3.80 4.00 A46 3.52 .00 .07 3.41 3.66 A47 3.07 .00 .09 2.83 3.24 A48 3.32 -.01 .06 3.19 3.45 A49 3.36 .00 .07 3.23 3.50 A50 3.55 .00 .08 3.35 3.72

Std. Deviation

A1 .487 -.006 .021 .438 .505

A2 .542 -.006 .038 .473 .624

A3 .608 -.013 .057 .490 .733

A4 .587 -.001 .051 .493 .688

A5 .878 -.021 .088 .703 1.062

Page 160: GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38298/1/LILIS... · PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . PROGRAM STUDI KESEHATAN

141

A6 .532 -.004 .038 .440 .606

A7 .505 -.007 .011 .454 .506

A8 .497 -.011 .024 .411 .506

A9 .601 .001 .051 .478 .740

A10 .518 -.012 .043 .411 .615

A11 .493 -.011 .021 .426 .506

A12 .479 -.010 .031 .357 .505

A13 .497 -.006 .016 .428 .505

A14 .471 -.011 .027 .408 .505

A15 .473 -.039 .111 .216 .648

A16 .806 -.035 .109 .531 .969

A17 .505 -.004 .006 .487 .506

A18 .452 -.023 .069 .293 .615

A19 .462 -.011 .041 .329 .497

A20 .574 .002 .049 .457 .692

A21 .579 -.015 .055 .476 .671

A22 .532 -.012 .042 .428 .617

A23 .501 -.008 .016 .438 .506

A24 .487 -.005 .023 .413 .505

A25 .561 -.004 .057 .444 .705

A26 .579 -.006 .058 .489 .716

A27 .505 -.005 .008 .464 .506

A28 .497 -.004 .014 .442 .506

A29 .900 -.020 .068 .742 1.028

A30 .645 -.012 .072 .446 .753

A31 .843 -.025 .103 .618 .992

A32 .745 -.013 .092 .549 .965

A33 .622 -.010 .098 .467 .806

A34 .505 -.006 .007 .479 .506

A35 .613 -.005 .060 .491 .747

A36 .487 -.007 .019 .426 .505

A37 .501 -.003 .010 .463 .506

A38 .505 -.007 .008 .473 .506

A39 .505 -.005 .006 .474 .506

A40 .493 -.003 .016 .438 .506

A41 .553 -.009 .058 .438 .658

A42 .568 -.026 .062 .403 .664

A43 .873 -.015 .092 .624 1.109

A44 .493 -.006 .017 .440 .506

A45 .291 -.014 .081 .024 .405

A46 .505 -.005 .007 .479 .506

A47 .587 .002 .070 .417 .708

A48 .471 -.011 .027 .393 .503

A49 .487 -.007 .022 .426 .506

A50 .504 -.007 .010 .455 .506

a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 44 bootstrap samples