gadar tenggelam

17
KONSEP KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN DENGAN TENGGELAM Oleh Kelompok 5 Kelas A3 - B 1. Ni Nengah Novy Darmayanti 09.321.0631 2. I Putu Meiada Eka Pranajaya 09.321.0634 3. Ni Luh Putu Ayu Suastini 09.321.0654 4. Ni Wayan Sriasih 09.321.0668 5. Ni Wayan Tisna Saputri 09.321.0669 6. Putu Agus Suparta Ariawan 09.321.0670 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: agusrick

Post on 28-Sep-2015

196 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

tenggelam

TRANSCRIPT

KONSEP KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN DENGAN TENGGELAM

Oleh Kelompok 5Kelas A3 - B

1. Ni Nengah Novy Darmayanti09.321.06312. I Putu Meiada Eka Pranajaya09.321.06343. Ni Luh Putu Ayu Suastini09.321.06544. Ni Wayan Sriasih09.321.06685. Ni Wayan Tisna Saputri09.321.06696. Putu Agus Suparta Ariawan09.321.0670

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI2012KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami kelompok 5 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Kegawat Daruratan Pada Pasien Dengan Tenggelam. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dan materi pembelajaran. Makalah juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai konsep kegawat daruratan khususnya kehawat daruratan pada pasien dengan tenggelam.Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan , maupun dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya sangat membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam pembuatan suatu makalah.

Denpasar, 21 November 201

Penyusun

BAB IPENDAHULUANI. LATAR BELAKANG

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus gigitan serangga dan binatang berbisa, kasus tenggelam juga banyak terjadi sehingga memerlukan tindakan pertolongan sesegara mungkin.Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak no. 2 dan no. 3 yang menimpa anak-anak dan remaja.Pada umumnya kasus tenggelam ini sering terjadi di Negara-negar yang beriklim panas dan Negara dunia ketiga.Insiden terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan pada tiap-tiap Negara.Dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain reputasi Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di Negara ini masuk dalam urutan terbanyak. Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika terlambat mendapat pertolongan.Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir. selama tahun 2000, 10 persen kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang.Tenggelam merupakan penyebab yang signifikan dari kecacatan dan kematian. Tenggelam telah didefinisikan sebagai kematian kedua setelah asfiksia dimana terisi dengan cairan, biasanya air, atau dalam 24 jam of submersion. Pada Kongres Dunia Tenggelam tahun 2002, yang diadakan di Belanda, sekelompok ahli menyarankan consensus untuk mendefinisikan tenggelam agar menurunkan kebingungan dari penggunaan dan definisi (>20) merujuk kepada proses ini yang telah timbul dalam literature. Kelompok ini mempercayai bahwa keseragaman definisi akan membuat analisis lebih akurat dan perbandingan studi, dimana para peneliti bisa menggambarkan kesimpulan yang lebih bermakna dari data yang dikumpulkan, dan meningkatkan kemudahan surveillance serta aktivitas pencegahan. mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola nafas yang adekuat karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami hipoksemia, yang selanjutnya akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga terjadi kegagalan resusitasi dan jika tidak segera diberikan pertolongan akan menimbulkan kematian dalam 24 jam setelah kejadian.Dalam hal ini, maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien tenggelam harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk menghindari Pertolongan pertama dalam kegawatdaruratan merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit mendadak. Pertolongan ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu dan di tempat yang dibutuhkan.Pada korban dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan tindakan wajib yang harus dilakukan segeraterjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit paru yang lebih besar. Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus dilakukan secara benar dengan tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk, mempertahankan hidup serta untuk peningkatan pemulihan.

II. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan korban tenggelam?2. Bagaimana penatalaksanaan korban tenggelam ?

III. TUJUAN PENULISANBerdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan korban tenggelam2. Untuk mengetahui penatalaksanaan korban tenggelamI.

BAB IIPEMBAHASAN

I. KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN TENGGELAM

A. KEGAWATDARURATAN KORBAN TENGGELAM

1. DEFINISI

Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam merupakan proses yang dihasilkan dari kerusakan tractus respiratorius primer dari adanya penumpukkan dalam medium cair. Definisi implicit adalah bahwa adanya cairan yang timbul dalam jalan nafas korban. Hasilnya dapat termasuk menghambat morbiditas atau kematian. Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam (drowning) adalah kematian karena asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near drowning adalah untuk penderita tenggelam yang selamat dari episode akut dan merupakan berisiko besar mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi. Efek fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan air laut. Pada tenggelam di air tawar, plasma darah mengalami hipoktonik, sedangkan pada air laut adalah hipertonik. Aspirasi air tawar akan cepat diabsorbsi dari alveoli sehingga menyebabkan hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum, dan hemolisis intravaskular. Aspirasi air laut menyebakan hipovolemia, hemokonsentrasi dan hipertonis. Jadi yang dimaksud dengan tenggelam adalah suatu istilah dari suatu keadaan yang disebabkan karena seseorang menghirup air atau cairan ke paru-paru sehingga menghambat/mencegah udara yang mengandung oksigen untuk sampai dan berhubungan dengan bagian depan permukaan alveolus di paru-paru,dimana bagian ini merupakan bagian penting yang berfunsi untuk pertukaran gas di paru-paru dan proses oksigenisasi darah.

2. ETIOLOGI

a. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatanb. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahanc. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang

3. MANIFESTASI KLINIK

a. Komab. Peningkatan edema paruc. Kolaps sirkulasid. Hipoksemiae. Asidosisf. Timbulnya hiperkapnia

4. KONDISI UMUM DAN FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN KORBAN TENGGELAM

a. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24 tahunb. Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun ke bawahc. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan aird. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalame. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,kekerasan atau permainan di luar batas.

5. KOMPLIKASI

a. Ensefalopati Hipoksikb. Tenggelam sekunderc. Pneumonia aspirasid. Fibrosis interstisial pulmonere. Disritmia ventricularf. Gagal Ginjalg. Nekrosis pancreash. Infeksi

6. KLASIFIKASI TENGGELAM

a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban

1) Typical DrawningYaitu keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.2) Atypical Drawning Dry DrowningYaitu keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Immersion SyndromTerjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral. Submersion of the UnconsciousSering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air. Delayed DeadYaitu keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.

b. Berdasarkan Kondisi Kejadian

1) TenggelamYaitu suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.2) Hampir TenggelamYaitu suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

B. PENATALAKSANAAN KORBAN TENGGELAM

Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

1. Bantuan Hidup DasarPenanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus utama pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada korban yang mengalami penurunan kesadaran. Bantuan hidup dasar pada korban tenggelam dapat dilakukan pada saat korban masih berada di dalam air. Prinsip utama dari setiap penyelamatan adalah mengamankan diri penyelamat lalu korban, karena itu, sebisa mungkin penyelamat tidak perlu terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban. Namun, jika tidak bisa, penyelamat harus terjun dengan alat bantu apung, seperti ban penyelamat, untuk membawa korban ke daratan sambil melakukan penyelamatan. Cedera servikal biasanya jarang pada korban tenggelam, namun imobilisasi servikal perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat.

2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah, yaitu: Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada Listen, yaitu mendengarkan suara napas Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napasPenanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu pemberian napas buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose, mouth to mask, dan mouth to neck stoma. Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian napas bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup hidung korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10 15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama