fisiologi berfikir dan emosi

6
Fisiologi Berfikir dan Emosi Fisiologi Berfikir (fungsi kognitif) Masalah kita yang belum ditemukan jawabannya secara pasti sampai saat ini adalah mekanisme saraf pikiran dan kita hanya mengetahui sedikit tentang mekanisme ingatan. Setiap pikiran hampir selalu melibatkan sinyal-sinyal yang menjalar secara bersamaan di dalam sebagian besar korteks serebri, thalamus, sistem limbik dan formasio retikularis batang otak. Beberapa pikiran yang bersahaja mungkin hampir seluruhnya bergantung pada pusat-pusat yang lebih rendah; misalnya pikiran tentang nyeri terutama setinggi amigdala, hipotalamus dan mesensefalon. Sebaliknya, ada suatu tipe pola pikiran yang memang membutuhkan banyak keterlibatan korteks serebri, yaitu contohnya melibatkan proses penglihatan. Kita dapat mendefinisikan pikiran adalah hasil dari “pola” perangsangan berbagai bagian sistem saraf pada saat yang bersamaan, mungkin terutama melibatkan korteks serebri, thalamus, sistem limbik, dan bagian atas formasio retikularis. Proses ini disebut teori holistic pikiran. Namun, area korteks serebri yang terangsang secara spesifik menentukan sifat-sifat khusus dari pikiran, seperti (1) lokalisasi sensasi spesifik pada permukaan tubuh dan benda-benda yang ada dalam lapang pandang pengihatan, (3) merasakan tekstur dari sutra, (4) pengenalan visual terhadap pola persegi panjang, (4) sifat awareness.

Upload: delfian-qhova-rayes

Post on 26-Jun-2015

1.270 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fisiologi Berfikir Dan Emosi

Fisiologi Berfikir dan Emosi

Fisiologi Berfikir (fungsi kognitif)

Masalah kita yang belum ditemukan jawabannya secara pasti sampai saat ini adalah mekanisme

saraf pikiran dan kita hanya mengetahui sedikit tentang mekanisme ingatan.

Setiap pikiran hampir selalu melibatkan sinyal-sinyal yang menjalar secara bersamaan di

dalam sebagian besar korteks serebri, thalamus, sistem limbik dan formasio retikularis batang

otak. Beberapa pikiran yang bersahaja mungkin hampir seluruhnya bergantung pada pusat-pusat

yang lebih rendah; misalnya pikiran tentang nyeri terutama setinggi amigdala, hipotalamus dan

mesensefalon. Sebaliknya, ada suatu tipe pola pikiran yang memang membutuhkan banyak

keterlibatan korteks serebri, yaitu contohnya melibatkan proses penglihatan.

Kita dapat mendefinisikan pikiran adalah hasil dari “pola” perangsangan berbagai bagian

sistem saraf pada saat yang bersamaan, mungkin terutama melibatkan korteks serebri, thalamus,

sistem limbik, dan bagian atas formasio retikularis. Proses ini disebut teori holistic pikiran.

Namun, area korteks serebri yang terangsang secara spesifik menentukan sifat-sifat khusus dari

pikiran, seperti (1) lokalisasi sensasi spesifik pada permukaan tubuh dan benda-benda yang ada

dalam lapang pandang pengihatan, (3) merasakan tekstur dari sutra, (4) pengenalan visual

terhadap pola persegi panjang, (4) sifat awareness.

Fisiologi berfikir, bermula dari proses kesadaran dan kemudian proses ingatan. Secara

fisiologis, ingatan tersimpan dalam otak dengan mengubah sensitivitas dasar penjalaran sinaptik

di antara neuron-neuron sebagai akibat aktivitas neural sebelumnya. Jaras yang baru atau yang

terfasilitasi disebut jejak ingatan (memory traces). Jaras –jaras ini penting karena bila

menetap/ada, akan diaktifkan secara selektif oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali

ingatan yang ada. Terlepas dari beberapa tingkatan ingatan atau memori, kita sudah

membahasnya pada skenario sebelumnya mengenai mekanisme terciptanya suatu ingatan dari

pengalaman sensoris kita sehingga menambah wawasan dan proses berfikir menjadi lebih

kompleks.

Ada hal penting yang perlu juga dibahas mengenai proses berfikir yakni peran area

Wernicke (pusat bahasa) dan nucleus kaudatus ganglia basalis (fungsi kognitif). Pada area

Page 2: Fisiologi Berfikir Dan Emosi

Wernicke seperti yang telah dibahas sebelumnya, area ini menerima sinyal dari seluruh area

assosiasi di otak kita sehingga mengintegrasikannya dalam bentuk bahasa. Dengan kata lain

semua pengalaman sensorik akan diubah dulu ke dalam bentuk bahasa baru kemudian disimpan

dalam bentuk memori. Fungsi yang dimiliki area sebagai intelegensia berfikir ini mengacu pada

bentuk bahasa dan simbol, dengan bantuan dari area Broca dan girus angularis, proses belajar

dan berfikir dapat berjalan dengan sempurna. Karena kita berfikir di dalam otak juga

menggunakan bahasa. Secara tidak langsung area penyimpanan dan pengolahan memori

(hipokampus dan prefrontal) berperan penting dalam proses berfikir seseorang bahkan intuisi

sekalipun dapat sering kita rasakan jika pengalaman belajar tersebut dapat terus dikonsolidasi.

Peran ganglia basalis untuk pengaturan kognitif terhadap pola gerakan motorik yang

beurutan diperankan oleh sirkuit kaudatus. Istilah kognisi berarti proses berpikir pada otak,

dengan menggunakan input sensorik yang menuju otak ditambah informasi yang telah disimpan

dalam ingatan. Sebagian besar kerja motorik adalah akibat dari pemikiran yang dibentuk dalam

benak otak kita. Nucleus kaudatus memainkan peran utama dalam pengaturan kognitif terhadap

aktivitas motorik ini. Singkatnya karena nucleus kaudatus menerima sejumlah besar inputnya

dari area asosiasi pada korteks serebri, terutama karena area ini mengintegrasikan berbagai jenis

informasi sensorik dan motorik ke dalam pola piker yang dapat digunakan. Fungsi ganglia

basalis juga sebagai pengatur penentuan saat bergerak dan skala intensitas gerakannya.

Ini merupakan gambar sirkuit kaudatus

Page 3: Fisiologi Berfikir Dan Emosi

Pengekspresian emosi

Seperi yang telah kita ketahui bersama pada sistem limbik, bagaimana perilaku dan emosi kita di

atur oleh faktor intrinsik (gen) dan ekstrinsik.

Faktor intrinsik salah satunya diperankan oleh hipotalamus untuk fungsi vegetatif tubuh.

Area perangsangan di nuclei hipotalamus menyebabkan perubahan perilaku seperti:

1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya menimbulkan rasa haus dan nafsu

makan, namun kadangkala menimbulkan rasa marah dan keinginan untuk berkelahi

2. Perangasangan pada nucleus ventromedial, mengakibatkan efek yang berlawanan dengan

hipotalamus lateral, yakni timbul rasa kenyang dan rasa tenang

3. Perangsangan pada zona tipis nuclei paraventrikular, biasanya menimbulkan rasa takut

dan terhukum

4. Dorongan seksual dapat timbul terutama pada area hipotalamus bagian anterior dan

posterior.

Adapun peran dari pusat ganjaran dan hukuman, dimana itu sangat mempengaruhi

pengekspresian emosi. Makna rasa ganjaran atau terhukum pada proses belajar adalah

sansititasi (penguatan) pada pengalaman sensoris yang mengenai/merangsang pusat ganjaran

dan hukuman ini.

Peran dalam mengatur perilaku emosi juga ada pada amigdala. Seperti yang sudah kita

bahas sebelumnya, hipotalamus, hipokampus dan formasio retikularis akan mengirimkan

sinyalnya ke dalam nuclei amigdala (jendela) untuk kemudian di atur segala bentuk emosi

kita, seperti marah, sedih dan senang. Amigdala beserta perangsangan neurotransmitter di

otak berperan besar dalam proses kendali emosi kita.

Faktor ekstrinsik merupakan faktor lingkungan (environment). Faktor ini dapat segera

memicu atau bahkan menghilangkan rasa emosi kita. Hubungan sosial sangat berperan

penting dalam terbentuknya pola emosi yang kita ekspresikan. Emosi yang berlebihan atau

abnormal dalam pengekspresiannya dapat menimbulkan suatu keadaan patologis psikis yang

bisa merusak tingkah laku kita (behavior). Perkembangan emosi dapat terus berubah-ubah

sejalan dengan perubahan lingkungan dan keadaan otak yang tidak statis (development).