referat fisiologi berfikir

Upload: kriz41

Post on 10-Jul-2015

176 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Makhluk manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok dan mempunyai organisme yang secara biologis berbeda dan lebih lemah dari jenis binatang. Namun otak manusia berevolusi paling jauh bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kemampuan otak manusia yang berupa proses berpikir menyebabkan manusia dapat memilah-milah tindakan yang dapat menguntungkan kelangsungan hidupnya. Dari waktu ke waktu manusia terus mengalami perkembangan.Ditandai dengan perkembangan alat-alat mereka yang makin sempurna. Bukti-buktinya adalah pada pertama kalinya mereka dapat menyempurnakan batu-batu yang awalnya kasar menjadi halus,lebih tajam dan lebih indah.Mereka membuat demikian karena berkembang mencari kemudahan.Itu merupakan salah satu sifat manusia. Untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia selalu ber-eksperimen dengan proses berpikir dengan melihat, memahami, menganalisa, mempertimbangkan dan membuat suatu keputusan. Hal tersebut merupakan yang menjadi dasar pemikiran kami untuk menyusun makalah ini. Makalah ini membahas mengenai bagaimana anatomi otak, proses berpikir, perkembangan kognitif, dan beberapa hal yang menjadi pertimbangan manusia dalam mengambil keputusan.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan faal sistem limbik Sistem limbik itu melibatkan telenchepalon dan dienchepalon. Sistem limbik disusun oleh : a. Lobus limbik (broca) Merupakan bangunan berbentuk huruf C yang melingkari corpus callosum. Terdiri dari : 1. Gyrus subcallosum s.subiculum 2. Gyrus cingulli 3. Gyrus parahippocampi b. Formatio hippocampi Meliputi : 1. Hippocampus. Merupakan substansia grissea yang melengkung ke atas sepanjang dasar cornu inferior ventriculus lateralis. Ujung depannya membentuk pes hippocampi. Dilapisi ependim, dibawahnya ada alveus (berupa substansia alba) yang kemudian akan membentuk fimbria. Fimbria kemudian berlanjut menjadi crus fornix yang mengelilingi thalamus dan menyetu lagi membentik corpus fornix. Berfungsi dalam proses belajar dan ingatan sekarang. 2. Gyrus dentatus. Merupakan berkas substansia grissea yang terletak diantara fimbria hippocampi dengan gyrus gippocampi. Saling mengunci satu sama lain dengan hippocampus. 3. Subiculum s.gyrus subcallosum. Terlatak antara hippocampus dengan gyrus para hippocampus. c. Nucleus amygdaloideus Berbentuk seperti buah almond. Letaknya sebagian di depan dan sebagian di atas cornu inferior ventriculus lateralis.

2

Berfungsi dalam : 1. Jika dipacu, terjadi perubahan suasana hati 2. Kalau dirusak, terjadi sikap agresif 3. Melalui hipothalamus, mempercepat kerja endokrin, sex dan reproduksi. d. Hypothalamus Terletak paling depan di dienchepalon. Terbagi dalam dua kelompok nuclei, yaitu yang medial dan lateral yang dipisahkan oleh collumna fornix dan tractus mammillothalamicus. Fungsi dari hipothalamus antara lain : 1. Mengontrol sistem saraf otonom 2. Mengontrol kerja endokrin 3. Mengontrol suhu tubuh 4. Mengontrol intake air dan makanan 5. Mengontrol emosi dan perilaku 6. Mengontrol irama sikardian 7. Mengontrol tidur e. Nucleus anterior thalami Terletak disekelinling foramen interventriculare. Menerima input dari

hippocampus via fornix lalu melanjutkannya ke gyrus cingulli. f. Nucleus medio dorsalis thalami Menerima input dari nuclei thalami, cortex prefrontalis, area subcallosum dan ganglia basalis lalu mengirimkan output ke cortex prefrontalis.terletak di sekeliling ventriculus tertius. g. Area septi Merupakan bagian dari nuclei tel-enchepalon yang dibentuk oleh : cortex area septi, gyrus para terminalis dan gyrus subcallosum. Terletak diantara septum pellucidum dengan communissura anterior.

3

Penghubung dari sistem limbik adalah : alveus fornix stria terminalis fimbria tractus mammillatothalamicus stria medullaris

Peran sistem limbic Adapun fungsi dari system limbik adalah sebagai berikut: 1. menguasai aksi yang memuaskan kebutuhan dasar dan emosi, sistem limbik berhubungan dengan hipotalamus yang berperan penting dalam emosi dan respon terhadap stres atau pusat stres (flight or fight). 2. mampu memobilisasi tubuh untuk bereaksi 3. pengendalian tambahan terhadap beberapa perilaku instinctif Sistem Limbik atau otak tengah, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri. Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap sebagian bagian terpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil (besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan beratnya hanya empat gram, hipotalamus mengatur hormon, hasrat seksual, emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun, sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar.

Korteks serebri Serebum atau korteks serebral membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebum adalah karya besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas berbagai keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan kreativitas. Fungsi : pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas, pembuatan keputusan, mind mapping, bicara, musik. Serebum dibungkus oleh suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel saraf setebal 4

seperdelapan inci yang amat sangat menakjubkan, yang dikenal sebagai korteks serebral. Sifat kortekslah yang merumuskan kita sebagai manusia. Area terpenting otak yang perlu dipahami dalam mengenali kekuatan otak adalah serebrum atau yang sering disebut 'otak kiri dan kanan'. Serebum membagi tugas ke dalam dua kategori utama yaitu tugas otak kanan dan otak kiri. Tugas otak kanan antara lain irama, kesadaran ruang, imajinasi, melamun, warna, dimensi dan tugas tugas yang membutuhkan kesadaran holistik atau gambaran keseluruhan. Tugas otak kiri antara lain kata-kata, logika, angka, urutan, daftar dan analisis. Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala dan hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan memori emosi, menunjukan seorang penderita epilepsi yang mendapat terapi operasi otak dengan diangkatnya amigdala dan hypocampus memperlihatkan gejala hiperseks dan rakus setelah operasi. Istilah Limbik berarti perbatasan aslinya limbik digunakan untuk menjelaskan struktur tepi sekeliling regio basal serebrum, dan pada perkembangan selanjutnya diperluas artinya keseluruh lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional. Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan struktur berkaitan, selain mengatur prilaku emosional juga mengatur kondisi internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan untuk makan dan minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat pengaturannya dengan perilaku. Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton diterangkan Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem Limbik. 1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu makan tapi juga besarnya aktivitas emosi binatang seperti timbulnya rasa marah yang hebat dan keinginan berkelahi. 2. Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila dirangsang menimbulkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan dan binatang menjadi tenang. 3. Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila disertai dengan perangsangan pada area kelabu

5

dibagian tengah mesensefalon yang merupakan kelanjutan dari bagian hipotalamus biasanya berhubungan dengan rasa takut dan reaksi terhukum. 4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalamus. Khususnya pada sebagian besar bagian anterior dan posterion hipotalamus.

Hipotalamus, daerah pengatur utama untuk sistem limbik, berhubungan dengan semua tingkat limbik. Hipotalamus mewakili kurang dari 1 persen masa otak, namun merupakan bagian penting dari jaras pengatur keluaran sistem limbik. Sebagai contoh perangsangan Kardiovaskular hipotalamus. Perangsangan efek neurogenik pada sistem kardiovaskular meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan tekanan arteri, peningkatan atau penurunan frekuensi denyut jantung. Pada umumnya, perangsangan bagian posterior dan lateral hipotalamus meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi denyut jantung, sedangkan perangsangan area preoptik sering menimbulkan efek yang berlawanan. Pengaturan gastrointestinal, dimana perangsangan pada hipotalamik lateral berhubungan dengan pusat lapar, bila daerah ini rusak maka pada percobaan binatang, akan terjadi kehilangan nafsu makan menyebabkan kematian karena kelaparan (lethal starvation). Pusat kenyang terdapat di nukneus ventromedial, bila daerah ini dirangsang dengan listrik pada binatang percobaan akan menghentikan makannya dan benar-benar mengabaikan makanannya. Bila area ventromedial ini rusak secara bilateral maka, maka binatang tersebut jadi rakus, dan terjadi kegemukan yang hebat.

Gambar 1. Sistem limbik

6

2.2 Anatomi dan faal sistem kortikol Cortex cerebri Berdasarkan perkembangan filogenetik dibedakan 2 daerah cortex. Allocortex :Ditemukan pada Rhin-encephalon (berhubungan dengan

penciuman).Allocortex secara evolusi menjelaskan bahwa cortex ini telah dipunyai oleh vertebrata yang masih rendah. Pada manusia jumlahnya hanya 10 %terutama menempati formatio hippocampi yang merupakan bagian dari sistem limbik. Allocortex(heterogenik cortex) terdiri dari 3 lapis sel,dibedakan pula atas: a. Paleocortex Terdapat pada makhluk sederhana dan berpusat pada Rhin-encephalon yang juga terdapat pada manusia. b. Archicortex (lebih maju dari paleocortex c. Neocortex (isocortex) ditemukan pada bagian lain cortex. Pada manusia meliputi 90% cortex cerebri. Secara evolusi hal ini menunjukkan bahwa otak manusia berkembang sangat pesat dibanding species sebelumnya, dan pembesaran otak tersebut mencakup bagian yang dikenal sebagai neocortex tersebut. Cortex cerebri (yang merupakan kulit otak) : Menampung 10 sampai 30 milyar neuron dan dihubungkan oleh kurang lebih 100.000 km axon dan dndrit. Neocortex disebut juga sebagai isocortex atau cortex homogenik. Bentuk selnya memang uniformis dengan 6 lapis sel. Paleocortex disebut juga sebagai cortexheterogenik atau allocortex punya sel-sel yang beragam Neocortex (homogenik cortex) dibedakan pula atas a. Mesocortex :cortex dengan 6 lapis sel yang membungkus lobus limbik. b. Ectocortex : cortex dengan 6 lapis sl yang membentuk cortex supra limbik dan membentuk seluruh cortex cerebri. Neocortex (6 lapis) Lapis I : Stratum moleculare (terdiri dari ujung seraut yang berasal dari bagian dalam cortex) Lapis II Lapis III : Stratum granulare externa (terdiri dari sel granula, padat) : Stratum pyramidale ( sel pyramid yang tersusun berbaris, lebih kecil dan banyak) 7

Lapis IV : Stratum granulare interna( terdiri dari sel granula tipis) Lapis V : Stratum ganglionare (terdiri dari sel pyramid Betz, lebih besar dan lebih sedikit) Lapis VI : Stratum fusiform (terdiri dari sel fusiform yang irreguler)

Gambar 2. Bagian-bagian otak dan area asosiasi.

Tabel 1. Area Brodman, area fungsional, letak dan fungsi. Area Brodman 1,2,3 Cortex primer 4 Cortex motorik primer Gyrus pre centralis Mengontrol sadar 5 Cortek tertier Area posterior asosiasi parietal somatosensorik Lobulos superior parietalis sterognosia gerak somato sensorik Gyrus post centralis sentuhan Area fungsional Letak Fungsi

8

6

Cortex motorik suplementer Lapangan suplementer Cortex premotorix Lapangan frontal penglihatan penglihatan

Gyrus pre centralis

Pengaturan

gerakan

anggota badan dan bola mata

7

Area superior

asosiasi

parietal Lobulus superior

parietalis Visuo motorik persepei

8

Lapangan frontal

penglihatan Gyrus frontalis superior Kontrol gerakan bola et media Lobus frontalis medialis mata

9,10,11,12

Cortex asosiasi prefrontalis Lapangan frontal

Gyrus frontalis superior Berpikir Kognitif Perencanaan gerakan Penglihatan

penglihatan et media Lobus frontalis medialis Tepi fissura calcarina

17 18

Cortex penglihatan primer Cortex sekunder

penglihatan Gyrus

occipitalis Penglihatan kedalaman

medialis et lateralis Gyrus

19

Cortex penglihatan tertier Area media visual

occipitalis Penglihatan Warna Gerakan kedalaman

temporalis medialis et lateralis

20

Area inferotemporal

penglihatan Gyrus inferior

temporalis Penglihatan bentuk

21

Aea inferotemporal

penglihatan Gyrus temporalis media

Penglihatan bentuk

22

Cortex pendengaran

Gyrus superior

temporalis Pendengaran bicara Emosi

23,24,25,26,27 Cortex asosiasi limbik

Gyrus cinguli Area subcollosum Area retrosplenium Gyrus para-hippocampi

9

28

Cortex olfactorius primer Cortex asosiasi limbik

Gyrus parahipocampi

Penciuman emosi

29,30,31,32,33 Corex asosiasi Limbik

Gyrus cinguli Area retrosplenium

Emosi

34,35,36

Cortex olfactorius primer Cortex asosiasi limbik

Gyrus parahippocampi

Penciuman emosi

37

Cortex

asosiasi

parieto Gyrus temporalis media Persepsi et lateralis Penglihatan Baca bicara

tempora occipital Area visualis medialis

38

Cortex olfactorius primer Cortex asosiasi limbik

Polus temporalis

Penciuman emosi

39

Cortex

asosiasi

parieto Lobulus inferior angularis)

parietalis Persepsi (gyrus Penglihatan Baca bicara

tempral occipital

40

Cortex

asosiasi

parieto Lobulus inferior

parietalis Pendengaran (gyrus supra

tempral occipital

marginalis) 41 Cortex pendengaran primer Gyrus heschl Gyrus superior 42 Cortex sekunder pendengaran Gyrus heschl Gyrus superior 43 Cortex pengecapan Cortex insulae Opperculum parietalis 44 Area broca Cortex premotorik lateral Gyrus frontalis inferior (opperculus frontalis) Bicara Perencanaan gerakan 10 fronto Pengecapan temporalis Pendengaran temporalis Pendengaran

45

Cortex asosiasi prefrontalis

Gyrus frontalis inferior (opperculus frontalis

Berpikir Kognitif Perencanaan prilaku

46

Cortex

asosiasi Gyrus frontalis media

Berpikir Kognitif Perencanaan prilaku Kendali gerakan mata

prefrontalis(cortex prefronto dorsolateralis)

47

Cortex asosiasi prefrontalis

Gyrus frontalis inferior (opperculus frontalis

Berpikir Kognitif Perencanaan prilaku

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Anak Pertumbuhan otak pada usia dini sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sesudah lahir, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan sel syaraf dan cabang-cabangnya dalam membentuk sambungan antar sel syaraf. Melalui persaingan alami, sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami kematian. Pemantapan sambungan terjadi apabila sel syaraf mendapat informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik hingga membentuk sambungan-sambungan sel syaraf baru. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit.

11

Gambar 3. Perkembangan otak masa prenatal (kiri) dan perkembangan sel syaraf dan synaps (kanan).

Stimulasi yang diberikan sejak dini akan mempengaruhi perkembangan otak. Otak akan semakin berkembang apabila stimulasi yang diberikan semakin banyak. Anak perlu mendapat lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak dan selalu mendapatkan stimulasi psikososial. Stimulasi soaial secara mudah daapt diberikan dengan cara sentuhan dan mengajak anak bermain. Apabila hal tersebut tidak diperoleh anak, maka anak dapat mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Contoh penyimpangan perilaku adalah hilangnya citra diri, rendah diri, penakut, tidak mandiri atau sebaliknya anak menjadi agresif dan tidak mempunyai rasa malu.

12

Gambar 4. Perkembangan Otak Manusia.

Derajat kesehatan dan gizi yang buruk juga akan menghambat pertumbuhan otak. Akibatnya hal ini akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, menyimpan, memproduksi, dan merekonstruksi informasi. Selain itu, masalah ini juga dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan fisik.

3.1 Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Anak Stimulasi sangat membantu dalam menstimulasi otak untuk menghasilkan hormonhormon yang diperlukan dalam perkembangannya. Stimulasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk yang sederhana dan mudah untuk dilakukan. Stimulasi tersebut dapat berupa kehangatan dan cinta tulus yang diberikan orang tua. Selain itu, orang tua dapat memberikan pengalaman langsung dengan menggunakan panca inderanya (penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, dan penciuman). Interaksi anak dan orang tua melalui sentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian, dan mendengarkan dengan penuh perhatian juga merupakan bentuk stimulasi secara dini. Ketika anak yang belum dapat berbicara mengoceh, ocehan itu perlu mendapatkan tanggapan sebagai bentuk stimulasi kemampuan bicara anak. Sejak dini orang tua semestinya mengajak bercakap-cakap dengan suara lembut dan memberikan rasa aman kepada anak.

13

Ketika dilahirkan, otak anak sudah mempunyai sel syaraf yang bermilyaran jumlahnya, namun jumlah itu banyak yang hilang seteah dilahirkan. Ketika otak mendapatkan suatu stimulus yang baru, maka otak akan mempelajari sesuatu yang baru. Stimulus tersebut akan menyebabkan sel syaraf membentuk sebuah koneksi baru untuk menyimpan informasi. Sel-sel yang terpakai untuk menyimpan informasi akan mengembang, sedangkan yang jarang atau tidak terpakai akan musnah. Di sinilah pentingnya suatu stimulasi yang rutin diberikan. Stimulasi yang terusmenerus diberikan secara rutin akan memperkuat hubungan antarsyaraf yang telah terbentuk sehingga secara otomatis fungsi otak akan menjadi semakin baik. Stimulasi yang diberikan sejak dini juga akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Stimulasi dini yang dimulai sejak usia kehamilan 6 bulan sampai anak usia 2-3 tahun akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam ukuran serta fungsi kimiawi otak. Berikut ini beberapa tips dari Dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi tentang stimulasi dini pada balita: 1. Dalam memberikan stimulasi dini metode yang dapat dipakai meliputi dengar, lihat, dan tiru/coba 2. Bagian yang distimulasi adalah otak kanan-kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasibahasa, sosio-emosional, kemandirian, dan kreativitas 3. Cara melakukan stimulasi adalah dengan memberikan rangsangan berupa suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret, menggambar, merangkai, dll. 4. Waktu melakukan stimulasi adalah setiap kali orang tua berinteraksi dengan anak (menyusui, menidurkan, memandikan, ganti baju, bermain, nonton TV, dsb).

3.2 Mengoptimalkan fungsi otak kanan dan otak kiri

Gambar 5. Mengoptimalisasikan Otak kiri dan kanan.

14

Otak manusia mempunyai dua belahan, yaitu otak kanan dan otak kiri. Kedua belahan otak tersebut mempunyai fungsi dalam proses berpikir. Otak kanan dan otak kiri masing-masing mempunyai spesialisasi kemampuan tertentu, namun terkadang terdapat persilangan fungsi di antara keduanya. Dalam melakukan tugasnya kedua otak ini juga saling bekerja sama. Otak kiri mempunyai kemampuan dalam mengatur proses berpikir analitis dan logis, fungsi bahasa serta kemampuan sains dan matematika. Selain itu, otak kiri juga berfungsi untuk mengatur kerja organ yang ada di sebelah kiri. Sehingga, tidaklah heran jika otak kiri cenderung lebih berkembang karena sebagian besar dari kita menggunakan tangan kanan untuk melakukan berbagai pekerjaan terutama menulis. Semakin banyak gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan akan semakin meningkatkan dominasi otak kiri dalam proses berpikir. Di belahan yang lain, otak kanan di samping mengatur kerja organ yang berada di sisi kiri, bagian ini juga mengambil peran dalam mengatur proses berpikir global dan lebih mengutamakan intuisi. Selain itu, kemampuan seni, musik, dan kreativitas juga dikendalikan oleh otak kanan. Kedua belahan otak ini mempunyai peran yang sama pentingnya. Oleh karena itu, seseorang akan dapat seimbang dalam setiap aspek kehidupannya apabila dapat mengoptimalkan kemampuan kedua belahan otak ini. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir dengan otak kiri hendaknya mengimbangi dengan proses berpikir menggunakan otak kanan untuk mencegah terjadinya stress dan penurunan kesehatan fisik. Sebaliknya, orang yang cenderung menggunakan otak kanannya, sebaiknya berusaha mengimbangi dengan

menggunakan pula otak kiri dalam aktivitas berpikirnya. Berikut ini adalah ciri-ciri anak yang didominasi oleh salah satu belahan otak menurut Joan Freeman dan Utami Munandar : a. Otak Kanan: 1) Senang belajar kelompok 2) Tidak senang duduk dan kurang giat belajar 3) Senang bergerak, memegang, menyentuh, dan mengerjakan sesuatu 4) Prestasi di sekolah tidak cemerlang 5) Menyenangi cahaya yang temaram dan kehangatan

15

b. Otak Kiri: 1) Senang belajar sendiri 2) Mandiri 3) Gigih, keras hati 4) Duduk tenang ketika belajar 5) Prestasi di sekolah baik 6) Senang pengajaran formal

Gambar 6. Fungsi otak kanan dan kiri.

Kedua belahan otak penting artinya , orang yang memanfaatkan kedua belah otak ini cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupannya, Belajar dapat dengan mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang mereka hadapi. Emosi yang positif akan mendorong ke arah kekuatan otak kearah yang lebih berhasil.

16

Gambar 7. Skema pembagian otak yang terbagi menjadi 4 Quadran menurun Herrmann.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa kekuatan dan kelemahan yang berkelanjutan dari keterampilan kortikal setiap orang lebih merupakan fungsi kebiasaan daripada desain dasar otak. Bila seseorang memiliki kelemahan pada area tertentu, kemudian dilatih maka keterampilan dan kekuatan orang tersebut di area-area lain ikut menguat. Misalnya A lemah dalam keterampilan menggambar dilatih menggambar dan melukis, maka kinerja akademisnya akan meningkat secara keseluruhan, terutama pada bidang-bidang seperti geometri dimana persepsi dan imajinasi berperan penting. Contoh lain adalah keterampilan yang dimiliki otak kanan yaitu melamun yang sangat penting bagi ketahanan hidup otak. Melamun memberi istirahat yang sangat diperlukan kepada bagian-bagian otak yang melakukan pekerjaan analitis dan pengulangan, melatih pemikiran proyektif dan imajinatif dan memberi kita kesempatan untuk mengintehrasikan dan mencipta. Kebanyakan jenisu besar menggunakan lamunan yang diarahkan untuk membantu mereka memecahkan masalah, menghasilkan ide dan mencapai tujuan. 17

3.3 Gizi untuk Tumbuh Kembang Otak Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Selama berada dalam kandungan, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu, sedangkan setelah lahir kebutuhan gizi anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Selain penyakit infeksi, keadaan gizi ibu yang kurang baik selama hamil dan pola makan bayi yang salah merupakan penyebab kegagalan pertumbuhan anak di Indonesia. Pemenuhan gizi yang baik sangat berperan dalam pencapaian pertumbuhan badan yang optimal, termasuk di dalamnya pertumbuhan otak anak. Perkembangan otak anak paling cepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai bayi berusia delapan belas bulan. Setelah masa tersebut otak masih tumbuh, tetapi dengan kecepatan yang semakin berkurang hingga usia 5 tahun. Oleh karena itu, orang tua harus memastikan bahwa pada masa tersebut kebutuhan gizi anak harus terpenuhi dengan lengkap. Kekurangan salah satu nutrisi dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Terkait dengan kinerja otak, kekurangan gizi dapat mengurangi tingkat kerja neurotransmitter tertentu dan mempengaruhi perkembangan perilaku anak. Makanan yang disediakan untuk anak sebaiknya memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak. Susunan hidangan disesuaikan dengan selera dan pola makan anak sehingga dapat meningkatkan nafsu makannya. Porsi makanan diberikan sesuai kebutuhan dan makanan dihidangkan dalam keadaan higienis. Berikut ini adalah zat gizi yang penting untuk perkembangan otak: a. Zat tenaga & zat pengatur Zat tenaga dan zat pengatur penting untuk proses pembentukan, pertumbuhan, dan pemeliharaan sel-sel tubuh. Zat tenaga diperoleh dari makan yang mengandung karbohidrat (beras, ubi, kentang, makaroni, mi, jagung). Sedangkan zat pengatur diperoleh dari makanan yang mengandung protein (susu, keju, ikan, daging, telur, ayam, tahu, tempe). b. Vitamin & Mineral Vitamin berfungsi untuk pertumbuhan sel-sel otak. Mineral, khususnya zat besi (Fe) diperlukan untuk pembentukan myelin yang akan mempengaruhi kecepatan hantar saraf sehingga mempercepat proses penyampaian informasi dan berdampak pada kecerdasan. 18

c. Kalium dan Natrium Kalium dan natrium diperlukan otak untuk menghasilkan energi. Kurangnya pasokan kalium akan berakibat mengurangi informasi yang dapat diterima oleh otak. Kalium dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi buah yang kaya kalium, yaitu alpukat, pisang, jeruk, dan melon. Natrium terdapat hampir di semua bahan makanan. d. Asam Lemak (DHA dan ARA) Asam lemak ini penting untuk pertumbuhan otak dan mata anak. DHA dan ARA dapar diperoleh dari pemberian air susu ibu (ASI) yang optimal.

4. Perkembangan Kognitif. A. Konsep Teori Piaget Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut skema atau pola tingkah laku.

19

Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi (Piaget , 1988: 61 ; Turner, 1984: 8). 3 hal tersebut antara lain: 1. Struktur Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasioperasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur. 2. Isi Merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. 3. Fungsi Merupakan cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan

intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistemsistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. a) Asimilasi Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,

konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang. b) Akomodasi Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak lansung. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. 20

Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu; 1. Intelegensi Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P. Suparno,2001:19). 2. Organisasi Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi. 3. Skema Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. 4. Asimilasi Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

21

5. Akomodasi Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada. 6. Ekuilibrasi Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget, tahap perkembangan inteluektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Tahap sensorimotor (umur 0 2 tahun) Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek. Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadapt lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode belum mempunyai gagasan menjadi sudah mempunyai gagasan. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis. Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema

22

anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru. Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu: a. Periode 1 : Refleks (umur 0 1 bulan) Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks. b. Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 4 bulan) Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda. c. Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 8 bulan) Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu pengiaan akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.

23

d. Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 12 bulan) Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Saranasarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang. e. Periode 5 : Eksperimen (umur 12 18 bulan) Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan caracara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak. f. Periode Refresentasi (umur 18 24 bulan) Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif.

24

Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi. Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut: a) Berfikir melalui perbuatan (gerak) b) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan bicara. c) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya. d) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

2) Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun. Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep intuitif. Istilah operasi di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa. Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran. Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut: a) Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.

25

b) Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran yang dapat dibalik (reversible). Pikiran mereka masih bersifat irreversible. c) Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif. d) Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi mereka. e) Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi). f) Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit. 3) Tahap operasional kongkret (umur 7 11/12 tahun) Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang kejadiankejadian konkret. Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu: 1. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkunganitu. 2. Melihat dari berbagai macam segi Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan

26

pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan. 3. Seriasi Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya. 4. Klasifikasi Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi. 5. Bilangan Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang. 6. Ruang, waktu, dan kecepatan Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan. 7. Probabilitas Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk. 8. Penalaran Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.

27

9. Egosentrisme dan Sosialisme Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain. Pada tahap operasi konkrit dimana siswa tidak akan bisa memahami konsep tanpa benda-benda konkrit. Selain itu, pada tahap ini Piaget mengidentifikasi adanya enam jenis konsep yang berkembang selama anak berada pada tahap operasi konkrit,yaitu: a. Kekekalan Banyak ( 6 7 Tahun ) Pada usia ini anak sudah mampu memahami konsep banyak yaitu jika suatu benda yang sama banyaknya meskipun dibedakan susunannya banyaknya akan tetap sama. b. Kekekalan Materi ( 7 8 Tahun ) Pada usia ini anak sudah mampu memahami konsep kekekalan materi yaitu jika 2 materi yang sama banyak, salah satunya dipindahkan ke tempat yang lebih kecil atau lebih besar maka materi tersebut tetap berjumlah sama. c. Kekekalan Panjang ( 7 8 Tahun ) Pada usia ini anak sudah mampu memahami konsep kekekalan panjang yaitu panjang suatu benda jika diubah bentuknya akan tetap sama d. Kekekalan Luas ( 8 9 Tahun ) Pada usia ini anak sudah mampu memahami konsep kekekalan luas yaitu luas suatu benda akan tetap sama walau bentuk benda tersebut telah kita ubah. e. Kekekalan Berat ( 9 10 Tahun ) Pada usia ini anak sudah mampu memahami konsep kekekalan berat yaitu berat suatu benda akan tetap sama walaupun benda tersebut dipindahkan ketempat yang berbeda beda atau di bagi 2. 4) Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis. Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.

28

B. Konsep Teori Vigotsky Sementara Piaget lebih menekankan pada aspek biologis dari perkembangan seorang anak, Vigotsky lebih berkonsentrasi pada kebudayaan, seperti yang dilakukan pula oleh orang-orang semacam Bruner. Satu bagian penting dalam kebudayaan dimainkan oleh peralatan, apakah dalam bentuk tongkat dan batu pada hominid awal, atau pensil, penghapus dan buku yang dimiliki anak-anak modern. Penelitian mutakhir telah menunjukkan bahwa bayi lebih banyak memiliki kemampuan pada usia-usia awal ketimbang anggapan Piaget. Idenya tentang bayi yang masih sangat muda kelihatannya telah terbantahkan, namun banyak ide-ide lainnya yang tetap sahih. Karena Piaget memiliki latar belakang ilmu biologi tidaklah mengherankan kalau ia lebih menekankan pada aspek biologis dari perkembangan anak. Vygotsky mendekati permasalahan itu dari sudut yang berbeda, tapi tentu saja masih terdapat persamaan-persamaan di antara mereka. Contohnya, dalam telaahnya atas tahun-tahun pertama masa kanak-kanak, ia membahas "pikiran non-linguistik" seperti yang dijelaskan Piaget dalam uraiannya tentang "aktivitas sensomotorik" seperti penggunaan satu alat untuk menjangkau mainan yang ada di seberang. Bersejajaran dengan ini, kita mendapati juga bunyi-bunyian yang diobrolkan oleh seorang bayi ("omongan bayi"). Ketika dua unsur ini disatukan, terjadilah perkembangan bahasa yang eksplosif. Untuk tiap pengalaman baru, si kecil ingin mengetahui nama yang dapat diasosiasikan pada pengalaman itu. Walaupun Vygotsky mengambil rute yang berbeda, jalurnya telah dirintis oleh Piaget. Vygotsky memberikan pandangan berbeda dengan Piaget terutama pandangannya tentang pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak. Vygotsky memandang pentingnya bahasa dan orang lain dalam dunia anak-anak. Meskipun Vygotsky dikenal sebagai tokoh yang memfokuskan kepada perkembangan sosial yang disebut sebagai sosiokultural, dia tidak mengabaikan individu atau perkembangan kognitif individu. Perkembangan bahasa pertama anak tahun kedua di dalam hidupnya dipercaya sebagai pendorong terjadinya pergeseran dalam perkembangan kognitifnya. Bahasa memberi anak sebuah alat baru sehingga memberi kesempatan baru kepada anak untuk melakukan berbagai hal, untuk menata informasi dengan menggunakan simbol-simbol.

29

Anak-anak sering terlihat berbicara sendiri dan mengatur dirinya sendiri ketika ia berbuat sesuatu atau bermain. Ini disebut sebagai private speech. Ketika anak menjadi semakin besar, bicaranya semakin lirih, dan mulai membedakan mana kegiatan bicara yang ditujukan ke orang lain dan mana yang ke dirinya sendiri. Yang mendasari teori Vygtsky adalah pengamatan bahwa perkembangan dan pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial, yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir. Ini berbeda dengan Piaget yang memandang anak sebagai pembelajar yang aktif di dunia yang penuh orang. Orang-orang inilah yang sangat berperan dalam membantu anak belajar dengan menunjukkan bendabenda, dengan berbicara sambil bermain, dengan membacakan ceritera, dengan mengajukan pertanyaan dan sebagainya. Dengan kata lain, orang dewasa menjadi perantara bagi anak dan dunia sekitarnya. Belajar lewat instruksi dan perantara adalah ciri inteligensi manusia. Dengan pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika anak hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD memberi makna baru terhadap kecerdasan. Kecerdasan tidak diukur dari apa yang dapat dilakukan anak dengan bantuan yang semestinya. Belajar melakukan sesuatu dan belajar berpikir terbantu dengan berinteraksi dengan orang dewasa. Menurut Vygotsky, pertama-tama anak melakukan segala sesuatu dalam konteks sosial dengan orang lain dan bahasa membantu proses ini dalam banyak hal. Lambat laun, anak semakin menjauhkan diri dari ketergantungannya kepada orang dewasa dan menuju kemandirian bertindak dan berpikir. Pergeseran dari berpikir dan berbicara nyaring sambil melakukan sesuatu ke tahap berpikir dalam hati tanpa suara disebut internalisasi. Menurut Wretsch (dalam Helena, 2004) internalisasi bagi Vygotsky bukanya transfer, melainkan sebuah transformasi. Maksudnya, mampu berpikir tentang sesuatu yang secara kualitatif berbeda dengan mampu berbuat sesuatu. Dalam proses internalisasi, kegiatan interpersonal seperti bercakap-cakap atau berkegiatan bersama, kemudian menjadi interpersonal, yaitu kegiatan mental yang dilakukan oleh seorang individu. 30

Banyak gagasan Vygotsky yang dapat membantu dalam membangun kerangka berpikir untuk mengajar bahasa asing bagi anak-anak. ZPD dapat menjadi pemandu dalam memilih dan menyusun pengalaman pembelajaran pada anak untuk membantu mereka maju dari tahap interpersonal ke intrapersonal.

5. Proses Berfikir 5.1 Intelegensi Intelegensi merupakan kemampuan untuk belajar tentang suatu hal, darimana asalnya, memahami, dan berinteraksi dengan lingkungan objek tersebut. Hal ini mencangkup beberapa tipe yang berbeda seperti ketrampilan fisikal, verbal, alas an konkret dan abstrak, perbedaan rangsangan, sensitivitas emosional, kemampuan matematika, dan juga kemampuan bersosialisasi yang baik. Intelegensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar dari pengalaman. Garret (1990) mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah dengan menggunakan simbolsimbol. Wasty (1990) menyatakan bahwa intelegensi ialah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah. Sedangkan Heindenrich dalam Wasty (1990) menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah. Pendapat lain menyatakan intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya Ngalim (1997). Dari beberapa pendapat diatas. intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif . Teori Dasar Intelegensi Beberapa pendapat yang mendasari tentang pengertian intelegensi secara detail, akan dipaparkan sebagai berikut: a. Teori Uni Faktor atau Teori Kapasitas Umum Teori William Stern ini hanya berisi satu faktor, yaitu kapasitas umum (G). G yang dimiliki secara natural dapat memecahkan multi problem. Semua orang lahir dengan 31

jumlah G yang berbeda, dan lingkungan seseorang akan menentukan aktivitas yang dianggapnya paling baik (Hendyat, 2002). b. Teori Dua Faktor Teori Charles Spearman ini berisi dua faktor,yaitu kapastias umum (g) yang berfungsi dalam setiap tingkah laku mental individu dan intelegensi khusus (s) menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan. Orang yang memiliki jumlah serta jenis faktor G yang luas akan memiliki kapasatas untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Wasty, 1990). c. Teori Sampling Menurut teori Godfrey H. Thomson ini, intelegensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Manusia menguasai berbagai bidang pengalaman, masing-masing bidang hanya dapat dikuasai sebagian saja, dan ini mencerminkan kemampuan mental manusia yang terbatas (Wasty, 1990) d. Teori Kemampuan Mental Primer atau Teori Multi Faktor Thurstone (dalam Hidayat, 2002) menyebutkan bahwa faktor-faktor intelegensi sebagai kemampuan mental primer yang terdiri atas kemampuan: verbal, numerikal, ruang, memori, penalaran, penguasaan kata, dan kecepatan perseptual. Masing-masing faktor diuraikan sebagai berikut: 1) Verbal, yaitu kemampuan yang menyangkut pengertian terhadap ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk kata. 2) Numerikal, yaitu kemampuan yang digunakan seseorang apabila menambahkan, mengurangkan, mengalikan dan membagi angka-angka 3) Ruang, kemampuan ini berkaitan dengan ketepatan menafsirkan ukuran terhadap obyek sesuai dengan perbandingan dimensinya 4) Memori, kemampuan kecakapan memproduksi pengalaman masa lalu dalam proses mental. 5) Penalaran, yaitu kecakapan mengadakan analisa terhadap obyek pikir yang terjadi melalui proses mental. 6) Penguasaan kata, kemampuan untuk dapat berbicara dan membaca dengan mudah. 7) Kecepatan perseptual, kemampuan untuk mengambil kesan sesaat terhadap obyek pada saat seseorang mengadakan pengamatan. 32

Intelegensi seseorang dapat berkembang dengan baik, apabila dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut: a. Pembawaan, yaitu faktor yang ditentukan oleh sifat-sfiat yang dibawa sejak lahir. b. Kematangan, yaitu faktor yang berhubungan erat dengan umur. c. Pembentukan, yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. d. Minat, yaitu faktor yang mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. e. Kebebasan, yaitu faktor yang membuat manusia dapat memilih cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah. Kelima faktor tersebut diatas saling terkait didalam menentukan intelegen atau tidaknya seseorang. Sehingga kita tidak dapat hanya berpedoman pada salah satu faktor saja, melainkan pada keseluruhan faktor dalam menentukan perbuatan intelegen seseorang. Lobus frontalis memiliki peranan penting dalam proses intelegensi, jika terdapat kerusakan pada bagian ini berpengaruh pada kemampuan konsentrasi, mengambil kesimpulan dan sebagainya. Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa intelegensi terletak pada neural superhighway yang berhubungan dengan lobus frontalis, perannya berkaitan dengan fungsi lobus parietalis, dalam mengolah informasi terintegrasi. Berdasarkan penelitian saat ini kerusakan pada lobus frontalis tidak selalu berpengaruh pada nilai IQ seseorang, karena adanya kesinambungan kinerja dengan area otak lainnya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan intelegensi. Faktor genetik Pengaruh Diperkirakan sekitar 50 gen yang secara langsung mempengaruhi nilai tes IQ, namun hanya beberapa yang teridentifikasi. Ukuran otak yang lebih besar pada jenis kelamin yang sama sedikit lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Namun yang lebih penting adalah densitas neural. Sinyal neural yang halus dan cepat menentukan berapa banyak informasi yang didapat untuk melakukan suatu aksi dan terintegrasi menjadi suatu keputusan. Depresi, kelelahan dan beberapa penyakit mengurangi efisiensi.

Ukuran otak

Sinyal yang efisien

33

Lingkungan

Perangsangan lingkungan sosial selama masa balita berperan penting untuk untuk perkembangan otak secara normal dan berlanjut hingga periode anak-anak.

Hendyat (2002) mengemukakan bahwa pengukuran intelegensi dapat dilakukan dengan cara melakukan tes intelegensi yaitu untuk mengukur kemampuan terutama tingkah laku yang diharapkan pada saat tes itu dibuat dan laksanakan. Pengukuran intelegensi pertama kali dilakukan oleh Binet dan Simon, dikenal dengan nama tes Binet-Simon. Pada tes ini memperhatikan dua hal, yaitu: a. Umur kronologis (cronologis age disingkat CA), yaitu umur seseorang yang ditunjukkan dengan kelahirannya. b. Umur mental (mental age disingkat MA) yaitu umur kecerdasan yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan akademik. Untuk mengukur tingkat intelegensi (Intelegence Quotien disingkat IQ) ditunjukkan dengan perbandingan umur mental dengan umur kronologis. Perbandingan kecerdasan ini secara matematis dapat dituliskan: IQ = MA/CA Untuk memudahkan perhitungan, orang mengalikannya dengan 100% dan kemudian meniadakan %-nya. Sehingga didapat rumus: IQ = MA/CA x 100 Penilaian atau skor tes diperoleh dari hasil pengerjaan tes pada periode tertentu. Dan skor tes hanyalah menggambarkan keadaan sesuai dengan lingkup materi yang dimasukkan dalam tes itu. Berpijak dari pengertian intelegensi diatas, maka jelaslah bahwa intelegensi sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Hendyat (2002) mengemukakan bahwa pada umumnya skor tes intelegensi memiliki korelasi yang tinggi dengan prestasi akademik di sekolah. Pendapat di atas dibenarkan oleh Wasty (1990) dari hasil penelitiannya, bahwa IQ seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikannya.

34

5.2 Pengambilan keputusan Intelegensi adalah kemampuan untuk membuat suatu keputusan yang melibatkan perhitungan pros dan cons. Pertama kali, otak akan menaksir goal value/ nilai tujuan yang merupakan tujuan yang diharapkan dari dari sebuah keputusan. Kemudian otak akan mengkalkulasi decision value/ nilai keputusan- kemungkinan pendapatan yang didapat atau kerugian. Dan pada tahap akhir otak membuat prediksi seberapa besar kemungkinan hasil yang akan dicapai. Semakin kompleks permasalahan maka keterlibatan are frontalis lebih luas.

5.3 Peranan emosi Proses pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh emosi. Hal ini disebabkan karena emosi mengendalikan secara langsung suatu aksi tanpa melalui proses di otak. Mood mungkin juga berpengaruh besar pada hasil pengambilan suatu keputusan. Perasaan nyaman, cemas, atau mood yang netral atau kondisi emosi yang ekstrim dapat secara singkat mempengaruhi intelegensi area otak yang memberikan alasan secara kritikal dan tipe lain kognisi yang lebih tinggi.

5.4 Otak dan numerik Bayi usia 6 bulan dapat mengetahui adanya perbedaan jumlah. Sebuah penelitian merekam aktivitas elektrik otak dari beberapa bayi yang sedang melihat sepasang boneka. Ketika sesaat kedua boneka tersebut ditutup dengan layar, kemudian salah satu boneka di ambil. Setelah layar dibuka, pada area tertentu pada otak bayi merekam sesuatu yang salah. Hal ini juga dilakukan pada manusia dewasa yang membuktikan bahwa proses kesalahan tersebut berada pada area otak yang sama.

5.5 Kreativitas dan humor Kreativitas adalah kemampuan untuk mangatur kembali apa yang dia tahu, datang dengan suatu informasi yang sederhana namun menghasilkan suatu konsep yang baru. Dalam hal kreatif, seseorang harus kritis, selektif, dan cerdas.

35

5.6 Proses kreatif Otak dirangsang oleh berbagai stimulus, namun berbagai informasi disaring sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan dan memunculkan ide kreatif . Pada kondisi ini otak akan merelaksasikan sinyal elektrik dengan menunjukkan gelombang gamma menjadi bentuk bermalas-malasan dengan ciri gelombang yang lambat, sama halnya dengan gelombang alfa yang lambat. Dalam hal ini, stimulus yang tepat akan memasuki alam sadarnya dan melahirkan konsep baru.

5.7 Humor. Sejumlah humor muncul dari penjajaran ide-ide yang tidak terkoneksi, yang menyerupai proses kreativitas. Penelitian menunjukkan dengan humor akan merangsang area-area tertentu pada otak yang memicu inovasi dan kreativitas manusia pada bidang pekerjaannya dengan cara adanya informasi-informasi baru. Penelitian brain-imaging menunjukkan humor menstimulasi sirkuit dapatan otak dan mengelevasikan tingkat dopamine, yang berhubungan dengan motivasi dan kenyamanan.

5.8 Percaya adalah dengan melihat. Kebanyakan orang memiliki suatu kepercayaan yang beranekaragam. Kepercayaan yang terbentuk berasal dari suatu proses pemikiran dan eksperimen yang diperkuat dengan suatu penjelasan-penjelasan serta working hypothesis mengenai hal tersebut yang diyakini bahwa itu adalah benar.

5.9 Ilusi kognitif Ilusi muncul ketika sensor data tidak sesuai dengan asumsi yang yang kita pikirkan. Otak akan berusaha untuk membuat data tersebut menjadi sesuai. Hasil dari ketidaksesuaian akan memberikan pandangan sekilas pada otak.

5.10 Logika 5.10.1 Definisi Logika Istilah logika, dari segi etimologis, berasal dari kata Yunani logos yang digunakan dalam beberapa arti, seperti: ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu (Poespoprodjo, 36

1985: 2). Dari situ kemudian diturunkan kata sifat logis yang sudah sangat sering terdengar dalam percakapan kita sehari-hari. Orang berbicara tentang perilaku yang logis sebagai lawan terhadap perilaku yang tidak logis, tentang tata cara yang logis, tentang penjelasan yang logis, tentang jalan pikiran yang logis, dan sejenisnya. Dalam semua kasus itu, kata logis digunakan dalam arti yang kurang lebih sama dengan masuk akal; singkatnya, segala sesuatu yang sesuai dengan dan dapat diterima oleh akal sehat. Dengan hanya berdasar kepada arti etimologis itu, apa sebetulnya logika masih belum dapat diketahui. Agar dapat memahami dengan sungguh-sungguh hakekat logika, sudah barang tentu orang harus mempelajarinya. Untuk maksud itu, kiranya tepat kalau, sebagai suatu perkenalan awal, terlebih dahulu dikemukakan di sini sebuah definisi mengenai istilah logika itu. Dalam bukunya, Introduction to Logic, Irving M. Copi mendefinisikan logika sebagai suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. (Copi, Irving M. 1976: 3). Dengan menekankan pengetahuan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip, definisi ini mau menggarisbawahi pengertian logika semata-mata sebagai ilmu. Tetapi definisi ini pun tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa seseorang dengan sendirinya mampu menalar atau berpikir secara tepat hanya jika ia mempelajari logika. Namun, di lain pihak, harus juga diakui bahwa orang yang telah mempelajari logika jadi sudah memiliki pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berpikir secara tepat ketimbang orang yang sama sekali tidak pernah berkenalan dengan prinsip-prinsip dasar yang melandasi setiap kegiatan penalaran. Dengan ini hendak dikatakan bahwa suatu studi yang tepat tentang logika tidak hanya memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir tepat, melainkan juga membuat orang yang bersangkutan mampu berpikir sendiri secara tepat dan kemudian mampu untuk membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. Ini semua menunjukkan bahwa logika tidak hanya merupakan suatu ilmu (science), tetapi juga suatu seni (art). Dengan kata lain, logika tidak hanya menyangkut soal pengetahuan, melainkan juga soal kemampuan atau ketrampilan. Kedua aspek ini berkaitan erat satu dengan yang lain. Pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir harus dimiliki bila seseorang ingin melatih kemampuannya dalam berpikir, dan sebaliknya, seseorang hanya bisa 37

mengembangkan ketrampilannya dalam berpikir bila ia sudah menguasai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir. Namun, seperti sudah dikatakan, pengetahuan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir tidak dengan sendirinya memberikan jaminan bagi seseorang agar dapat trampil dalam berpikir. Ketrampilan berpikir itu harus terus-menerus dilatih dan dikembangkan dan untuk itu. mempelajari logika secara akademis, khususnya logika formal sambil tetap menekuni latihanlatihan secara serius, merupakan jalan paling tepat untuk mengasah dan mempertajam akal budi. Dengan cara ini, seseorang lambat-laun diharapkan mampu berpikir sendiri secara tepat dan bersamaan dengan itu mampu pula untuk mengenali setiap bentuk kesesatan berpikir termasuk kesesatan berpikir yang dilakukannya sendiri.

5.10.2 Jenis Logika Logika dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek atau sudut pandang. Di antaranya ialah berdasarkan: sumber darimana pengetahuan logika diperoleh, sejarah perkembangan, bentuk dan isi argumen, dan proses atau tata cara penyimpulan. 1. Sumber Berdasarkan aspek ini kita mengenal adanya dua macam logika, yakni logika alamiah dan logika ilmiah. a). Logika Alamiah Dari nama istilah itu sudah tampak apa maksudnya. Setiap manusia, dari kodratnya, memiliki jenis logika ini justru karena ia adalah makhluk rasional. Sebagai makhluk rasional, ia dapat berpikir. Hukum-hukum logika yang dibawa sejak lahir ini memungkinkan manusia dapat bekerja dan bertindak baik secara spontan maupun disengaja. Dengan perkataan lain, dengan mendasarkan diri pada akal sehat saja, manusia mampu berpikir dan bertindak. Tetapi, hukumhukum logika ini hanya dapat membantu manusia dalam menghadapi hal-hal keseharian yang bersifat rutin dan sepele. Bila manusia mulai dihadapkan kepada masalah-masalah yang sulit dan kompleks, maka logika alamiah dengan hukum-hukum akal sehatnya sudah tidak dapat diandalkan. Dalam menghadapi masalah-masalah semacam itu manusia dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai mengenai hukum-hukum, cara-cara, metode-metode bagaimana seharusnya bernalar, sehingga dengan demikian baik proses atau prosedur penalaran maupun kesimpulan yang 38

dihasilkannya, betul-betul terjamin kepastiannya. Untuk maksud itulah manusia membutuhkan logika ilmiah. b). Logika Ilmiah Uraian di atas memperlihatkan bahwa kelemahan-kelemahan logika alamiah akan dapat diatasi bila manusia memiliki logika ilmiah. Jenis logika kedua ini mampu membekali manusia dengan prinsip-prinsip, norma-norma, teknik-teknik tertentu, yang apabila dipatuhi secara sungguh-sungguh, maka ketepatan proses penalaran beserta keabsahan kesimpulan dapatlah dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, berbeda dengan logika alamiah yang didapat secara kodrati, logika ilmiah justru harus diperoleh dengan mempelajari dan menguasai hukum-hukum penalaran sebagaimana mestinya, kemudian dengan menerapkan hukum-hukum tersebut secara terusmenerus agar setiap bentuk kekeliruan penalaran dapat dihindari. 2. Bentuk dan Isi Argumen Dengan bertolak dari segi bentuk dan isi argumen, logika dapat dibedakan atas logika formal dan logika material. Logika formal membahas masalah bentuk argumen, sedangkan logika material memusatkan perhatiannya pada masalah isi argumen. a). Logika Formal Persoalan mengenai bentuk penalaran yang menjadi pusat penyelidikan dalam logika formal, tidak lain merupakan persoalan yang menyangkut proses penalaran. Dalam hal ini yang dipertanyakan adalah: apakah proses penalaran (dari premis-premis ke kesimpulan) dalam suatu argumen tertentu tepat atau tidak, lurus atau tidak? Bila ternyata proses penalarannya tepat, maka kesimpulan yang dihasilkan pasti tepat juga. Dalam logika formal, argumen seperti itu disebut argumen yang sahih (valid). Jadi, suatu argumen hanya dapat dikatakan sahih dari segi bentuk, bila kesimpulan penalaran tersebut memang diturunkan secara tepat atau lurus dari premis-premisnya atau, dengan perkataan lain, bila kesimpulan yang ditarik itu sungguh-sungguh merupakan implikasi logis dari premis-premisnya. Selain dari itu, bentuk argumen dikatakan tidak sahih. Jelaslah, bahwa yang memainkan peranan kunci bagi sahih atau tidak sahihnya bentuk suatu penalaran adalah premis-premis, yang berfungsi sebagai landasan atau dasar penyimpulan. Dengan demikian, penataan premis-premis yang keliru dengan sendirinya akan berakibat pada kesimpulan yang keliru pula.

39

b). Logika Material Bila logika formal berbicara tentang tepat tidaknya proses penalaran, maka logika material berurusan dengan benar tidaknya proposisi-proposisi yang membentuk suatu argumen. Itu berarti suatu argumen hanya dapat dikatakan benar dari segi isi, bila semua proposisinya (premis-premis dan kesimpulan) benar, dan itu artinya, bila semua proposisinya itu sesuai dengan kenyataan. Jadi, jika satu saja dari proposisi-proposisi dalam suatu argumen tidak benar, maka argumen tersebut, sebagai satu kesatuan, dari segi isi, dikatakan tidak benar. Dengan demikian, dalam suatu argumen ada dua persoalan yang harus dibedakan secara tegas: kesahihan bentuk dan kebenaran isi. Pemahaman kita mengenai kedua aspek tersebut kiranya dapat dibantu dengan memperhatikan tabel berikut:

Tabel 2. Argumen dengan logika formal dan logika material.LOGIKA FORMAL (Bentuk) ARGUMEN LOGIKA MATERIAL (Isi)

Tidak sahih

Sahih

Tidak sahih

Sahih

(1) Semua binatang adalah mahluk hidup. Semua kucing adalah mahluk hidup. Jadi, semua kucing adalah binatang. (2) Semua binatang mempunyai sayap. Semua mobil adalah binatang. Jadi, semua mobil mempunyai sayap. (3) Semua binatang mempunyai sayap. Semua mobil mempunyai sayap. Jadi, semua mobil adalah binatang. (4) Semua binatang adalah mahluk hidup. Semua kucing adalah binatang. Jadi, semua kucing adalah mahluk hidup.

Benar

Tidak benar

Tidak benar

Benar

Argumen (1) di atas dari segi isi benar karena semua proposisinya sesuai dengan kenyataan. Tetapi dari segi bentuk, argumen tersebut tidak sahih. Hal itu disebabkan karena kesimpulan "Semua kucing adalah binatang" bukan merupakan implikasi logis dari premispremisnya. Dengan perkataan lain, kesimpulan "Semua kucing adalah binatang" tidak dapat ditarik berdasarkan fakta bahwa "Semua binatang adalah makhluk hidup" dan bahwa "Semua kucing adalah makhluk hidup". Sebaliknya, argumen (2) dari segi isi tidak benar karena semua proposisinya tidak sesuai dengan kenyataan. Namun,argumen tersebut, dari segi bentuk, sungguh-sungguh sahih. Atau 40

dapat dikatakan bahwa proses penalaran yang tampak dari argumen (2) itu betul-betul tepat dan lurus. Mengapa? Karena, kalau saja premis-premisnya ("Semua binatang mempunyai sayap" dan "Semua mobil adalah binatang") benar, maka kesimpulan "Semua mobil mempunyai sayap" pasti benar juga. Jadi, proses penarikan kesimpulan dalam argumen itu tepat sekali; kesimpulan sungguh-sungguh merupakan implikasi logis dari premis-premisnya. Dari argumen (3) dapat kita lihat bahwa, di samping isinya tidak benar (semua proposisinya tidak sesuai dengan kenyataan), juga bentuknya tidak sahih. Karena atas dasar premis-premis "Semua binatang mempunyai sayap" dan "Semua mobil mempunyai sayap" tidak dapat kita simpulkan "Semua mobil adalah binatang". Argumen (4) merupakan contoh argumen yang mengandung baik kebenaran isi maupun kesahihan bentuk. Selain proposisi-proposisinya sesuai dengan kenyataan, juga proses penalaran yang tercermin dari argumen tersebut sungguh-sungguh tepat. Perlu pula ditekankan di sini, bahwa dalam konteks ilmu pengetahuan, setiap argumen yang dibangun harus selalu memperhatikan kedua aspek itu bersama-sama. Setiap argumen ilmiah harus tetap memperlihatkan kesahihan bentuk dan kebenaran isi.

Proses Penyimpulan Penyimpulan atau penalaran pada dasarnya merupakan suatu proses. Dalam proses itu akal budi kita bergerak dari suatu pengetahuan lama yang sudah dimiliki, menuju pengetahuan baru, yang sebelumnya memang masih samar-samar. Proses penyimpulan itu dapat menempuh - dua jalan, yakni deduksi dan induksi. Jenisjenis logika yang berbicara mengenai kedua proses penalaran tersebut, berturut-turut disebut logika deduktif dan logika induktif.

a). Logika Deduktif Logika deduktif secara khusus memperhatikan penalaran deduktif. Dalam penalaran ini, akal budi bertolak dari pengetahuan lama yang bersifat umum, dan atas dasar itu menyimpulkan suatu pengetahuan baru yang bersifat khusus. Penalaran deduktif ini biasanya terwujud dalam suatu bentuk logis yang disebut silogisme. Silogisme adalah argumen yang terdiri dari tiga proposisi atau pernyataan: proposisi pertama dan kedua (premis-premis) merupakan titik tolak atau landasan penalaran, sedangkan proposisi ketiga (kesimpulan) merupakan tujuan penalaran, 41

yang dihasilkan berdasarkan hubungan yang terjalin antara premis-premisnya. Hubungan antara premis-premis dan kesimpulan, dengan demikian merupakan hubungan yang tak terpisahkan satu dari yang lain. Tepat tidaknya sifat hubungan tersebut menjadi pusat pengamatan logika deduktif. Itu berarti, setiap argumen deduktif atau sahih atau tidak sahih, dan tugas logika deduktif adalah untuk menjelaskan sifat dari hubungan antara premis-premis dan kesimpulan dalam argumen yang sahih, sehingga dengan itu kita dapat membedakan argumen-argumen yang sahih dari argumen-argumen yang tidak sahih. Dari premis-premis : "Semua manusia berakal budi" dan "Cecep adalah manusia" kita dapat menyimpulkan bahwa "Cecep berakal budi". Kesimpulan itu kita turunkan hanya lewat suatu analisa terhadap premis-premisnya tanpa bersandar pada pengamatan inderawi atau observasi empiris mengenai diri Cecep: jadi, apriori sifatnya. Selain itu, lewat analisa juga, kita menemukan bahwa kesimpulan "Cecep berakal budi" merupakan konsekuensi yang sudah langsung terkandung di dalam premis-premisnya; artinya, premis-premis "Semua manusia berakal budi" dan "Cecep adalah manusia" terhubungkan sedemikian rupa sehingga "Cecep berakal budi" sungguh-sungguh sudah tersirat di dalamnya. Dengan demikian, setiap argumen deduktif senantiasa memiliki tiga ciri khas, yakni: pertama, analitis artinya kesimpulan ditarik hanya dengan menganalisa proposisi-proposisi atau premis-premis yang sudah ada; kedua, tautologis artinya kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara tersirat (implisit) sudah terkandung dalam premis-premisnya, ketiga, apriori artinya kesimpulan ditarik tanpa berdasarkan pengamatan inderawi atau observasi empiris. Ciri-ciri tersebut memungkinkan setiap argumen deduktif selalu dapat dinilai sahih atau tidak sahih. Oleh karena itu, suatu argumen deduktif yang sahih dengan sendirinya juga menghasilkan kesimpulan yang mengandung nilai kepastian mutlak. b). Logika Induktif Jenis logika ini berurusan dengan penalaran induktif. Tidak seperti dalam penalaran deduktif, dalam penalaran induktif, akal budi justru beranjak dari pengetahuan lama mengenai sejumlah kasus sejenis yang bersifat khusus, individual, dan konkret yang ditemukan dalam pengalaman inderawi, dan atas dasar itu menyimpulkan pengetahuan baru yang bersifat umum. Misalnya. observasi empiris terhadap sejumlah orang Jawa dari berbagai profesi dan latar 42

belakang pendidikan, ternyata berturut-turut memperlihatkan hasil yang sama pula, yakni suka minum jamu. Bila hasil observasi itu dituangkan dalam argumen induktif, maka bentuknya akan tampak seperti dalam tabel berikut ini:

Argumen induktif (A) Fauzi (pengusaha Jawa) suka minum jamu. (B) Fauzi (pengusaha Jawa) suka minum jamu.

Sutrisno (anggota DPR Jawa) suka minum Sutrisno (anggota DPR Jawa) suka minum jamu. jamu. Shinta (penyiarTV Jawa) suka minum jamu. Jadi, Semua orang Jawa suka minum jamu Shinta (penyiarTV Jawa) suka minum jamu. Bachtiar (pesulap Jawa) suka minum jamu. Fadillah (tukang baso Jawa) suka minum jamu Dewi (pedangdut Jawa) suka minum jamu Jadi, semua orang Jawa suka minum jamu

Dari kedua contoh argumen induktif di atas tampaklah bahwa kesimpulan-kesimpulannya merupakan generalisasi karena kesimpulan-kesimpulan tersebut menyebutkan kasus yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah kasus yang disebutkan dalam premis-premisnya. Dalam hal ini selalu ada bahaya bahwa orang melakukan generalisasi tergesa-gesa; artinya, terlalu cepat menarik kesimpulan yang berlaku umum, sedangkan jumlah kasus yang digunakan sebagai landasan dalam premis-peremis, tidak atau kurang memadai. Untuk itu orang harus mempelajari ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam suatu penelitian ilmiah agar kesimpulan yang berupa generalisasi tersebut dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Kedua contoh argumen di atas juga memperlihatkan bahwa kesimpulan-kesimpulannya berbentuk sintesis atau penggabungan dari kasus-kasus yang digunakan sebagai titik tolak penalaran. Karena itu, penalaran induktif sering disebut juga penalaran sintetis. Selain itu, karena kasus-kasus yang menjadi titik tolak argumen induktif merupakan hasil pengamatan inderawi, maka argumen induktif selalu bersifat a posteriori. 43

Atas dasar itu, setiap argumen induktif selalu memiliki tiga ciri khas, yakni: pertama, sintetis, artinya kesimpulan ditarik dengan jalan menyintesakan atau menggabungkan kasuskasus yang terdapat dalam premis-premis; kedua, general artinya kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak atau yang lebih umum sifatnya ketimbang jumlah kasus yang terhimpun dalam premis-premis; ketiga, aposteriori artinya kasus-kasus konkret yang dijadikan landasan atau titik tolak argumen, selalu merupakan buah hasil pengamatan inderawi. Ciri-ciri yang demikian itu menyebabkan setiap argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak sahih, dan kerena itu kesimpulannya pun tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak. Suatu argumen induktif hanya dapat dinilai lebih baik atau kurang baik, tergantung seberapa besar (tinggi) derajat probabilitas (kebolehjadian) yang diberikan premis-premis kepada kesimpulannya. Itu berarti, semakin banyak kasus sejenis yang dijadikan landasan argumen (alasannya memadai), semakin besar (tinggi) probabilitas kesimpulannya. Dan, semakin besar (tinggi) probabilitas kesimpulan suatu argumen induktif, semakin baik argumen yang bersangkutan. Sebaliknya, semakin sedikit (kurang) kasus sejenis yang digunakan sebagai titik tolak argumen (alasannya kurang memadai), semakin kecil (rendah) probabilitas kesimpulannya. Dan, semakin kecil (rendah) probabilitas kesimpulan suatu argumen induktif, semakin kurang baik argumen induktif yang bersangkutan. Dengan demikian, mengenai kedua contoh argumen induktif di atas, harus dikatakan bahwa argumen (A) kurang baik jika dibandingkan dengan argumen (B), atau sebaliknya, argumen (B) lebih baik daripada argumen (A). Dari uraian di atas jelaslah bahwa hanya dalam logika deduktif formal diperhatikan tepat tidaknya sifat hubungan antara premis-premis dan kesimpulan dan dengan demikian hanya dalam lingkup logika deduktif formal, suatu penalaran atau argumen dapat dikatakan sahih atau tidak sahih. Dengan kata lain, perbincangan tentang tepat tidaknya atau logis tidaknya suatu penalaran hanya bisa dilakukan dalam konteks logika deduktif formal. Atas dasar itu, bila dalam pembahasan selanjutnya dalam buku ajar ini diuraikan tentang kaidah-kaidah berpikir tepat dan logis, maka yang dimaksudkan adalah penalaran deduktif formal sedangkan penalaran induktif tidak akan dibicarakan

44

6. Kognisi dan Penuaan Perubahan structural dan fungsional terjalin dan bergantung dari variabel, mencakup genetic individu dan bagian spesifik dari otak yang mempengaruhi. Perubahan structural dan fungsional muncul denga penuaan, walaupun penyebab khusus berkaitan dengan perubahan usia. Perubahan structural dari neuroanatomi pada masa yang akan datang tidak mudah diteliti karena interaksi dari penelitian dan variabel lingkungan dengan variabel biologi yang bervariasi dalam sejarah kehidupan. Persentasi orang dewasa lebih tua mengalami kerusakan memori kecil,kognitif lebih lambat yang memproses kemampuan,dan perubahan pola tidur, penglihatan, pendengaran, gaya berjalan,dan sikap. Banyak penyebab dari penyakit neurologi yang timbul karena penuaan dengan kelainan fungsi klinis yang tumpang tindih. Perubahan struktur anatomi diikuti kehilangan neuron,perubahan synaptic,dan perubahan dalam komposisi dari otak dan nervus sel. Otak sensitive terhadap perubahan apapun dalam metabolism atau suplai oksigen, dan fungsi yang lemah disebabkan oleh penyakit dan perubahan lingkungan yang merugikan yang mungkin dipercepat sebagai hasil perubahan ini. Perubahan mungkin disebabkan oleh perubahan dasar,usia-dikaitkan degenerasi dari neuron atau mungkin menggambarkan efek kumulatif dari trauma,ischemia,dan kondisi kelainan patologik lainnya yang mempengaruhi system nervous. A. Perubahan Struktural Perubahan structural dengan penuaan diikuti dialtasi ventricular,atropi otak, peningkatan variabilitas dari ukuran otak. Cortical atropi lebih besar dalam kortex frontal dan temporal. Perubahan morfologi diikuti atropi dari punggung bukit (gyri) dan pelebaran dari celah (sulci). Pembesaran dari ventrikel mungkin juga terjadi. Perubahan ini bisa dibenarkan dengan MRI dan computed tomography (CT) yakni : a. Penurunan pada berat otak b. Reduksi pada nomor dari fungsi neuron c. Peningkatan pada neuroglia d. Peningkatan pada jumlah dari tanda senile dan kekacauan neurofibrilari e. Akumulasi dari lipofuscin

45

1. Kehilangan Neuronal Kehilangan neuron bukanlah suatu hal yang umum menyertai dari penuaan, maupun apakah itu suatu kehilangan secara langsung. Neurons adalah sel postmitotic yang tidak menyalin diri mereka dan tinggal di suatu lingkungan kaya yang itu adalah plastic dan tunduk kepada perubahan (Kaye,1997). Sejumlah studi sudah mengukur ukuran sel di dalam otak setiap orang individu, temuan yang terkait dengan umur neuron yang mempengaruhi otak didalam bermacam-macam bagian dan derajat tingkatan yang berbeda. Tidak hingga baru-baru ini, secara luas diterima bahwa kehilangan neuron adalah hasil yang tidak bisa diacuhkan dari penuaan yang normal. Sekarang, dengan pengembangan prosedur yang lebih akurat untuk menghitung neurons, itu telah ditemukan kemunduran yang terkait dengan umur/zaman itu di dalam neuron melalui angka-angka sampai kehilangan neuron , yang terutama sekali di dalam area neocortex dan hippocampus, bukanlah suatu bagian penting dari penuaan normal( Morrison. Hof,1997). Perubahan berat/beban yang nyata telah dicatat didalam decade keenam dan yang kelima pada wanita dan decade ketujuh dan keenam pada wanita dan decade ketujuh dan keenan pada laki-laki ( Murphy et al.,1996). Penurunan berat/beban otak mungkin adalh suatu hasil dari pengurangan neuron bukan hilangnya neuron. Analisa serologic dari total nomor neocortical neuron pada manusia mengungakapkan sex dan usia dikaitkan dengan perbedaan nomor neuron, tetapi sex telah ditemukan untuk menjadi peramal dari nomor neocortical daripada usia. ( Morrison, Hof, 1997). Neocortex membentu permukaan dari otak dan ini adalah dasar dari fungsi pentig lainnnya, dari pergerakan dan persepsi ke bahasa, pemikiran, dan fugsi lebih tinggi. Sebuah perubahan dalam ukuran soma neuron (badan sell) mungkin menandai penyakit selular. Kehadiran dari populasi neuron stabil tidak menjamin bahwa fungsi biokimia tetap utuh. Kecuali jika penyakit hadir , berat kehilangan dan membawa sedikit atropi, jika ada,efek tingkah laku negatif. Sebagai penelitian pada neurobiology dari penuaan yang bergerak maju,kemajuan dapat diharapkan dalam penentuan mekanisme yang mana perjalanan neural menjadi menurun ke degenerasi dan nondegeneratifyang mengarahkan pada kemunduran fungsional.

46

2. Perubahan synaptic Perubahan synaptic diikuti kehilangan dari dendrit dan spine dendritic dalam beberapa sel dan peningkatan dendrit di sel-sel yang lainnya. Perubahan ini dipercayai mempengaruhi pelepasan dari neurotransmitter kimia dan hasilnya perubahan dalam komunikasi neuronal. Perubahan dalam transmisi dan sensitifitas dari sel target menuju neurotransmitter adalah dalam meyakinkan tetapi mungkin disebabkan oleh penyakit yang spesifik. Norepineprine dan serotonin dipercaya menurun produksinya dalam penyakit depresif, dopamine menjadi hipoaktif pada depresi dan dihambat dalam PD ; dan asetylcolin, bertanggung jawab pada kondisi kolinergik patofisiologi, telah mengimplikasikan dalam pergerakan penyakit sepert PD. Perubahan patologik seperti degenerasi dari neuron kolinergik diidentifikasikan dalam AD juga mempengaruhi respon synaptic.

3. Perubahan dalam komposisi dari Otak dan nervus Sel Akumulasi dari lipofuscin dan kerusakan neurofibrilarry adalah jarak yang didalamnya luka itu nmuncul pada usia yang lebih muda dan mempengaruhi aktivitas sel nervus. Lipofuscin adalah kuning, tidak dapat dipecahkan, pigment granular untuk membuang dari bagian-bagian membrane dan struktur sel lainnya. Pembuangan ini dipercayai untuk mengisi cytoplasma dan menyebabkan sel untuk bekerja lebih efektif lagi. Akumulasi dari lipofuscin menimbulkan perbedaan dasar dari nervus sel; mereka menemukan bahwa sel kurang sedikit aktif. Kerusakan Neurofibrillary adalah keadaan abnormal neurofibers ditemukan dalam cytoplasma dari neuron medium dan neuron besar. Neurofibers ini hanya ditemukan pada manusia dan sedikit merata didalam otak yang sehat, aktif pada usia muda.

4. Perubahan Neuroendokrin didalam otak Sedapat mungkin telah ditunjukkan mengenai peranan dari estrogen. Estrogen mempunyai peranan untuk menaikkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dari neuron kolinergik dan bisa mengurangi deposisi serebral amyloid, keduanya bisa membantu memelihara fungsi kognitif normal dan menunda serangan dari atau mencegah AD ( Tang et al, 1996). Sekarang ini tidaka ada data yang bisa menghalangi kematian neuron, fakta pikiran mengungkapkan bahwa itu telah didemonstrasikan untuk menjadi perlindungan perlawanan AD serta perlindungan perlawanan neurodegenerasi. Studi in vitro telah mendemonstrasikan 47

bahwa estrogen bisa melindungi neuron dalam keadaan perlawanan amyloid-induksi racun dan peristiwa excitotoxic lainnya ( Morisson, Hof, 1997). Deposisi amyloid dalam system saraf pusat adalah sebuah tanda dari AD dan mungkin penyebab dari neurodegenerasi ( Wyss-coray et al, 1997). Estrogen mempunyai peranan dalam pencegahan amyloid ini dan induksi racun. Baru-baru ini telah diidentifikasikan faktor resiko yang mungkin muncul untuk deposisi peptide amyloid B. faktor pertumbuhan transformasi (TGF) B1 mempunyai peranan penting dalam merespon dari injuri otak, dan peningkatan TGFB1 telah ditemukan dalam system saraf pusat dari seorang klien dengan AD ( Wyss-Coray et al, 1997). Penelitian lainnya ingin melakukan hala yang lebih baik untuk bisa mengerti peranan TGF-B1 dalam neuropatologi.

B. Perubahan Fungsional Kekuatan fungsional pada orang lebih tua tidak selalu tetap kerusakkannya. Perubahannya meliputi pada fungsi sensorimotor dan fungsi motor, memori,kognisi,pola tidur,dan propriosepsi yang muncul pada berbagai macam keadaan. Kepribadian,didefinisikan sebagai kestabilan,pola tersendiri dari tingkah laku,pikiran, dan emosi.umumnya lebih konsisten selama penuaan normal. 1. Fungsi sensorimotor Kemunduran pada fungsi sensorimotor adalah paling umum dan perubahan khusus pada orang yang lebih tua dan mungkin penyebab dari perubahan lainnya (tergantung reaksi waktu). Lensa mata menjadi lebih tebal dan pupil muncul lebih kecil pada orang yang lebih dewasa, sehingga cahaya jauh lebih terang digunakan untuk kompensasi untuk kehilangan penglihatan. Presbiopi disebabkan oleh kehilangan dari elastisitas didalam lensa, sehingga mengurangi kekuatan untuk focus; lensa bifocal atau lensa convex pada umumnya

digunakan untuk membantu. 50% orang dengan usia 75 tahun dan lebih tua pendengarannya terganggu; disfungsi auditori mayor adalah presbicusis. Hasil selanjutnya adalah kesulitan mengerti pembicaraan, disebabkan oleh kehilangan ambang dengar pada ferkuensi tinggi bunyi konsonan juga lebih sulit untuk didengar secara akurat. 2. Memori Umumnya focus memori untuk orang dewasa lebih tua mencakup mengingat nama,lupa pada beberapa tempat,dan mengingat kembali peristiwa yang baru saja terjadi atau 48

percakapan. Memori jangka pendek mengalami kemunduran karena usia dan memori jangka panjang biasanya tetap bertahan. Kemunduran memori merupakan satunya tanda yng

mungkin disebabkan oleh sebuah syndrome amnestic yang dilanjutkan kemonitoring. Walaupun lebih sulit mengingat benda-benda umum yang tidak diketahui fungsinya setiap hari. Strategi untuk adaptasi, contohnya membuat daftar atau catatan ingatan,bisa digunakan untuk mengembalikan memori yang telah hilang. Fungsi memori pada usia normal adalah dipersiapkan untuk relevant,materi pembelajaran lebih baik.

3. Kognisi Kemunduran kognitif biasanya terjadi pada penuaaan normal. Kemampuan kognitif bisa dikategorikan sebagai keahlian intelektual dan kecepatan dasar keahlian psikomotor. Intelektual adalah kumpulan keahlian pembelajaran yang baik dan akumulasi prestasi sepanjang hidup, dideskripsikan sebagai intelegensi yang dikristalkan ( pengetahuan yang diperoleh) dan aliran intelegensi ( konsep-konsep baru yang diperoleh dan adaptasi situasi yang tidak dekat) (Horn,1985;Horn,Cattel,1996). Kristal intelegensi dipelihara sepanjang kehidupan, dan peningkatan keahlian. Puncak aliran intelegensi antara usia 20 tahun dan 30 tahun dan kemundurannya pada usia selanjutnya ( Jutagir, 1994). Studi telah menyatakan bahwa aliran intelegensi lebih efektif dipengaruhi oleh penuaan daripada Kristal intelegensi ( Matsuda, Saito, 1998). Keahlian psikomotor juga puncaknya pada usia 20 tahun tetapi kemundurannya setelah itu. 4. Pola tidur Perubahan pola tidur adalah konsisten,usia mempengaruhi perubahan. Orang yang lebih tua melakukan tedensi cahaya untuk meningkatkan dalam total tidur setiap hari dan insiden penelitian meningkat dari bangun setelah onset tidur. Elektioensephalopagram (EEG) mempelajari bahwa dewasa lebih tua sering menunjukkan penurunan lambat gelombang amplitude dan lebih diselingi rapid eye movement (REM) diepisode selama tidur. Perubahan hasil pola tidur pada orang yang lebih tua adalah merasakan perasaan gelisah. 5. Fungsi motor Perubahan fungsi motor umumnya terjadi selama penuaan, biasanya diperlihatkan dengan kebodohan, dilanjutkan pada sikap dan lambat, dan gaya berjalan yang terseog-seog. Gaya jalan yang abnormal mungkin dikaitkan pada kondisi usia seperti arthritis dari 49

pinggul,lutut,atau tulang , atau osteoporosis. Hilangnya kekuatan dan kelambatan dari reaksi motoric adalah dikaitkan dengan penuaan normal dan tidak disebabkan oleh gaya berjalan. Disfungsi kutaneus sensori disebabkan oleh hilangnya lapisan myelin yang luas dari sumber ganglion dorsal, juga mungkin kontribusi untuk disfungsi postural dan hilangnya dari reflek tendon Achilles. Munculnya kehilangan kekuatan,mempengaruhi kekuatan genggaman; ini adalah hasil kerusakan aktivitas motoric. Abnormalitas motor diikuti akinesia, tremor, dan kekakuan, dikaitkan dengan output abnormal