final paper asma

38
TUGAS PATOFISIOLOSI II Disusun Oleh: Atin Nurafiatin (2005-32-005) Ega Septy Ayu (2005-32-010) Fa’izul Mabruroh (2005-32-021) Nani Fauziah (2005-32-026) Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan 1

Upload: egha-chan

Post on 11-Jun-2015

3.686 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

berisi sedikit tentang asma...tugas paper untuk mata kuliah patofisiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Final Paper Asma

TUGAS PATOFISIOLOSI II

Disusun Oleh:Atin Nurafiatin (2005-32-005)Ega Septy Ayu (2005-32-010)

Fa’izul Mabruroh (2005-32-021)Nani Fauziah (2005-32-026)

Ilmu GiziFakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul2007BAB II

1

Page 2: Final Paper Asma

PENDAHULUAN

Asma dapat timbul pada berbagai usia, terjadi pada laki-laki dan wanita.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prevalensi asma di Indonesia

diperkirakan sekitar 3-8,02%. Prevalensi morbiditas dan mortalitas asma akhir-

akhir ini dilaporkan meningkat di seluruh dunia, meskipun berbagai obat baru

terus dikembangkan dan digunakan untuk mengobati penyakit ini.

Penyakit asma terbanyak diderita oleh anak-anak. Kondisi ini berpotensi

menjadi masalah kesehatan di masa depan. Asma menyebabkan mereka

kehilangan 16 % hari sekolah di Asia, 34 % pada anak-anak di Eropa, dan 40 %

pada anak-anak di Amerika Serikat.

Pada tahun 2002, di Amerika Serikat sekitar 14 juta dewasa dan 6 juta

anak-anak didiagnosa dengan asma (berdasarkan CDC). Setiap hari di Amerika,

terdapat 30.000 orang yang terkena serangan asma.

Dari laporan pada peringatan hari asma sedunia pada tanggal 4 Mei 2004

yang lalu, menyatakan bahwa prevalensi asma diperkirakan akan terus

megalami peningkatan dalam beberapa tahun mendatang, dengan kenaikan

setiap 180.000 penderita setiap tahunnya.

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

a) ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

Sistem pernafasan adalah suatu sistem yang dimulai dari tempat

masuknya udara melalui hidung, hingga udara akan mengalami suatu pertukara

gas di paru-paru, dan dibentuk oleh organ-organ pernapasan.

Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut:

Rongga Hidung

Farinx

Larinx

Trakhea

Rongga Thoraks

Paru-paru

Lobus Paru

Bronkhus Pulmonalis

2

Page 3: Final Paper Asma

b) FISIOLOGI PERNAFASAN

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas Oksigen dan Karbon Dioksida.

Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa,

Oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut, pada waktu

bernapas; oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan

mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam kapiler pulmonalis.

Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler, yang

memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan diangkut

oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa

oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada

tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh

oksigen.

3

Page 4: Final Paper Asma

Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler

dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea,

dikeluarkan melalui hidung dan mulut.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang telah

menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemogloin), mengitari seluruh

tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat.

Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen

berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi,

yaitu karbon dioksida.

4

Page 5: Final Paper Asma

BAB II

PEMBAHASAN ASMA

A. PENGERTIAN ASMA

Asma berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ”Asthma” yang berarti

terengah-engah (Eng ”panting”).

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang

menyebabkan sensitifnya trakea dan cabang-cabangnya (hipereaktivitas

bronkus) terhadap berbagai rangsangan.

Rangsangan ini dapat menimbulkan obstruksi saluran napas yang

menyeluruh dengan derajat yang bervariasi dan dapat membaik dengan atau

tanpa diobati.

Penyakit asma mempunyai manivestasi fisiologis berbentuk penyempitan

yang meluas pada saluran pernafasan yang dapat sembuh spontan atau sembuh

dengan terapi dan secara klinis di tandai oleh serangan mendadak dispne, batuk,

serta mengi dan rasa tidak enak di dada terutama pada malam hari atau

menjelang pagi.

Penyakit ini bersifat episodik dengan eksaserbasi akut yang diselingi oleh

periode tanpa gejala. Dan gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan

beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Derajat obstruksi ditentukan oleh

diameter lumen saluran napas, dipengaruhi oleh edema dinding bronkus,

produksi mukus, kontraksi dan hipertrofi otot polos bronkus. Di duga baik

obstruksi maupun peningkatan respon terhadap berbagai rangsangan di dasari

oleh inflamasi saluran nafas.

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan

jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya

peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan

memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan

penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya

dapat bernafas.

5

Page 6: Final Paper Asma

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga

bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di

sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang

menyebabkan terjadinya:

- kontraksi otot polos

- peningkatan pembentukan lendir

- perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.

Inhalasi alergen akan mengaktitkan sel mast intralumen, makrofag

alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan

vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang

dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih

permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga

memperbesar reaksi yang terjadi. Mediator inflamasi secara langsung maupun

tidak langsung menyebabkan serangan asma, melalui sel efektur sekunder

seperti eosinofil. netrofil, platelet dan limfosit. Keadaan ini menyebabkan

inflamasi yang akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus

Karakteristik Asma :

1. Obstruksi saluran nafas yang reversibel ( tetapi tidak lengkap pada beberapa

pasien ) baik secara spontan maupun dengan pengobatan.

2. Inflamasi saluran nafas.

3. Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan

B. PATOLOGI

Pada stadium awal dijumpai jalan napas terlihat pucat disertai adanya

udema dan sekresi mukus bertambah. Lumen bronkhus dan bonkheolus

menyempit, terdapat kongesti pembulh darah dan infiltrasi sel-sel eosinofil dalam

lumen saluran napas.

Pada stadium lanjut (bila serangan sering terjadi dan lama), akan terjadi

diskuamasi epitel atau pengelupasan epitel, penebalan membran hialin basal,

hiperplasti serabut hialin, hiperplasti dan hipertropi bronkus yang disertai dengan

penambahan sel goblet pada penderita asma bronkhiale yang menahun atau

6

Page 7: Final Paper Asma

pada saat terjadi serangan berat, terjadi sumbatan bronkhus ole mukus yang

kental yang didalamnya terdapat eosinofil.

C. GEJALA ASMA

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita

lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan

sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita

lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami

serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah

terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa

menyebabkan timbulnya gejala.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas

yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi

terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu,

suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara

bertahap semakin memburuk.

Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang

penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan

bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa

jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher.

Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa

merupakan satu-satunya gejala.

Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat,

sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita

juga akan mengeluarkan banyak keringat.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara

karena sesaknya sangat hebat.

Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana

penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera

tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda

7

Page 8: Final Paper Asma

bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan

pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya

penderita akan sembuh sempurna.

Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan

menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara

terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang

dirasakan oleh penderita.

D. KLASIFIKASI ASMA

a) Berdasarkan Frekuensi Munculnya

Intermitten

Gejala serangan 1-3 kali dalam satu bulan

Tanpa gejala di luar serangan

Serangan terjadi dalam waktu yang singkat dan ringan

Gejala malam 1-2 kali dalam satu bulan

Faal paru masih baik

Persisten Ringan

Gejala > 1 kali /minggu, tetapi < 1 kali sehari

Serangan dapat mengganggu aktivitas termasuk saat tidur

Serangan malam > 2 kali sebulan

Faal paru relatif menurun

Persisten Sedang

Gejala setiap hari

Serangan mengganggu aktvitas dan tidur

Terjadi 1-2 kali seminggu

Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu

Faal paru menurun (lebih terganggu)

Persisten Berat

Gejala terus-menerus

Sering kambuh

8

Page 9: Final Paper Asma

Aktivitas fisik kambuh

Gejala malam hampir setiap malam

Faal paru sangat menurun

b) Berdasarkan Berat Ringannya Gejala

Serangan asma akut ringan, dengan gejala:

Rasa berat di dada,

Batuk kering ataupun berdahak,

Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas,

Mengi tidak ada atau mengi ringan,

APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80 %.

Serangan Asma akut sedang, dengan gejala:

Sesak dengan mengi agak nyaring,

Batuk kering/berdahak,

Aktivitas terganggu,

APE antara 50-80%. 

Serangan Asma akut berat, dengan gejala:

Sesak sekali,

Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus,

Tidak bisa berbaring, posisi mesti 1/2 duduk agar dapat bernapas,

APE kurang dari 50 %.

Serangan Asma dikatakan mengancam jiwa jika kesadaran penderita

sudah menurun. Napasnya juga pendek-pendek, dan bibir serta kuku penderita

tampak kebiruan. Gejala lainnya adalah APE sudah tidak dapat diperiksa lagi.

APE dihitung dengan alat bernama Peak Flow Meter untuk melihat fungsi paru

penderita. Saat itu, dalam darah penderita juga terlihat kadar O2 yang menurun,

sementara CO2 meningkat.

c) Klasifikasi secara Etiologi

Asma Intrinsik (Criptogenic)

Adalah asma yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan.

9

Page 10: Final Paper Asma

Asma Ekstrinsik

Adalah asma yang berhubungan dengan atopi, predisposisi genetik

yang berhubungan langsung dengan IgE sel mast dan respons eosinofil

terhadap alergen yang umum

E. FAKTOR PENCETUS

Biasanya serangan asma muncul karena adanya paparan faktor pencetus

(trigger) yang mengganggu saluran napas. Secara umum pencetusnya adalah:

Penyakit infeksi, seperti influenza, dan infeksi saluran napas atas (ISPA).

Batuk yang disebabkan penyakit tersebut dapat memicu terjadinya asma.

Alergen. Seperti debu di rumah dan di jalan, tungau, serpih atau bulu

binatang, spora jamur.

Cuaca (panas/dingin).

Iritan. Seperti zat kimia (obat nyamuk, pewangi ruangan, asap rokok, bau cat

yang menyengat, SO2, dan polutan udara lain).

Buah-buahan tertentu (nanas, rambutan, anggur dan lainnya). Getah atau

manisnya buah sering membuat batuk sehingga bisa terjadi asma.

Makanan gurih, mengandung zat pengawet, zat penyedap dan zat pewarna.

Factor psikis seperti Emosi (terlalu sedih/gembira).

Kegiatan Jasmani. Kegiatan jasmani yang berat biasanya dapat menicu

terjadinya asma.

Infeksi Saluran Napas. Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun

kronik, dapat memudahkan terjadinya asma.

Faktor pencetus asma pada anak sebetulnya sama saja dengan faktor pada

umumnya. Hanya saja, paling banyak pencetusnya adalah:

10

Page 11: Final Paper Asma

Makanan yang mengandung zat pengawet, penyedap, dan pewarna. Bila

makanan tersebut dikonsumsi terus-menerus akan mengakibatkan reaksi

alergi dan inflamasi/peradangan.

Aktivitas berlebihan: seperti berlari-lari atau main sepeda seharian tanpa

cukup istirahat. Gejala yang timbul biasanya sewaktu tidur anak akan

mengalami batuk-batuk. Inilah yang disebut sebagai Excercise Induce

Asthma (EIA).

Debu karpet, kasur, kapuk, asap rokok.

Bulu binatang seperti bulu kucing atau bulu burung, dan lainnya.

Penyakit infeksi yang disebabkan virus seperti influenza.

F. DIAGNOSA ASMA

Seperti pada penyakit yang lain, untuk diagnosis penyakit asma

diperlukan anamnesis (wawancara) yang cermat. Selain itu, diperluka

pemeriksaan fisik, uji fungsi paru, dan evaluasi status alergi. Gejala yang sering

adalah mengi, kesulitan bernafas, sesak, batuk, dan banyak lendir. Akan tetapi

gejala ini perlu dipastikan dengan gejala atau pemariksaan lain. Gejala mengi

dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu mengi bukanlah

monopoli penyakit asma. Yang penting adalah adanya serangan berulang

(eksaserbasi) yang dipicu oleh faktor ekstrogen seperti alergen, iritan, latihan

(exercise), atau infeksi virus. Serangan yang timbul pada malam hari atau pagi

buta juga merupakan karakteristik penyakit asma. Mengi berulang atau batuk

yang menetap merupakan titik awal untuk menuju diagnosis penyakit asma.

Berikut ini hal–hal yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis

penyakit asma :

1. Wawancara

Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit, dokter memerlukan

berbagai informasi dari penderita dan keluarganya yang diperoeh dengan cara

wawancara (anamesis).

Pada penyakit asma, dokter tidak saja memerlukan informasi mengenai

penderita dan penyakitnya, tetapi juga mengenai keluarganya.

11

Page 12: Final Paper Asma

2. Pemeriksaan jasmani

Dengan pemeriksaan jasmani dokter juga dapat menemukan penyakit lain

yang mungkin ada, disamping penyakit asma sendiri.

3. Pemeriksaan fungsi paru

Pemeriksaan fungsi paru bertujuan untuk mengetahui adanya

penyempitan nafas. Pemeriksan dapat dilakukan dengan alat yang disebut

dengan spirometer.

Alat yang lebih sedehana untuk mengetahui penyempitan saluran nafas

flowmeter.

4. Pemeriksaan tes kulit

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memebantu diagnosis asma, khususnya

dalam menentukan alergen sebagai pencetus asma.

5. Pemeriksaan IgE

Pemeriksaan ige dalam serum juga dapat membantu menegakkan

diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 %

menderita alergi.

6. Tes provokasi bronkial

Pemeriksaan provokasi baru dilakukan jika dokter masih belum dapat

memastikan diagnosis asma meskipun ia sudah melakukan berbagai macam

pemeriksaan.

7. Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rontgen paru hanya sedikit dalam memebantu diagnosis

asma karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan

saluran nafas.

BAB III

12

Page 13: Final Paper Asma

PENATALAKSANAAN ASMA

Dengan tatalaksana yang tepat , penyakit asma dapat dikendalikan sehingga

penderita dapat hidup secara normal, penata laksanaan terdiri dari 6 bagian:

1. Edukasi penderita

2. Menilai dan memonitor beratnya penyakit secara efektif dengan mengukur

fungsi paru

3. Menghindari dan mengendalikan pencetus asma

4. Merencanakan pengobatan jangka panjang untuk pencegahan

5. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut

6. Penanganan lanjut secara teratur

Pengobatan pada penyakit asma perlu dibedakan antara pengobatan jangka

panjang untuk pencegahan asma dan pengobatan untuk serangan asma akut.

A. Pengobatan Jangka Panjang

Umumnya penderita baru datang ke dokter pada saat ada serangan

asma. Namun, dokter harus menjelaskan bahwa selain mengatasi serangan

asma penderita, perlu juga mengadakan beberapa pemeriksaan untuk

menegakkan diagnosis asma dan menentukan klasifikasinya.

Tujuan dilakukannya pengobatan asma jangka panjang, yaitu:

1. mengendalikan gejala asma, termasuk serangan pada malam hari

(nocturnal),

2. mencegah eksaserbasi (serangan) asma dan kunjungan ke bagian awat

darurat,

3. memelihara fungsi paru agar sedekat mungkin dengan nilai normal,

4. menjaga agar akivitas tetap normal, termasuk bermain dan berolah raga,

5. mengurangi ketidakhadiran di sekolah,

6. mencegah timbulnya efek samping pengobatan asma,

7. meminimalkan penggunaan agonis beta-2 (obat antiasma), dan

8. mencegah kematian karena asma.

13

Page 14: Final Paper Asma

Algoritma Pengobatan Asma Anak Jangka Panjang

       

Asma Episodik

Jarang (Asma

Ringan)

Obat Pereda beta agonis atau teofilin (hirupan atau oral)

jika perlu

 

 

   

  Lebih dari 3 dosis perminggu  

   

Asma Episodik

Sering (Asma

Sedang)

Tambahkan obat pengendali: Kromoglikat /nedrokomil

hirupan

 

 

   

  6-8 minggu : respons kurang baik  

   

Asma Persisten

(Asma Berat)

Obat pengendali ganti dengan steroid hirupan dosis rendah

Obat pereda : beta agonis teruskan

 

 

   

  6-8 minggu : respons kurang baik  

   

Asma Sangat BeratPertimbangan penambahan sala satu obat :  

* Beta Agonis kerja panjang  

  * Beta Agonis lepas kendali  

  * Teofilin lebih lambat  

   

  Respons tidak baik  

   

  Naikan dosis Steroid hirupan  

   

  Respons tidak baik  

   

  Tambahkan steroid oral  

       

B. Serangan Asma

14

Page 15: Final Paper Asma

Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin

untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga

digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau

dalam bentuk yang berbeda.

Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat

hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat).

Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu

larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.

Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinephrine

atau terbutaline di bawah kulit dan aminophylline (sejenis theophylline) melalui

infus intravena.

Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan

perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan

corticosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).

Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya

rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen.

Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena.

Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik.

Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan:

pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah

pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau

peak flow meter)

pemeriksaan rontgen dada.

C. Penatalaksanaan Asma Di Rumah

Pengobatan yang dimulai di rumah dilakukan untuk menghindari

keterlambatan pengobatan, mencegah memberatnya serangan asma, dan

menambah keyakinan penderita dalam mengendalikan serangan. Hal-hal yang

perlu dicermati oleh penderita asma atau keluarganya sebagai berikut:

1. Kenali gejala-gejala makin memberatnya serangan asma,

15

Page 16: Final Paper Asma

2. Pada penderita asma persisten sedang sampai berat atau pernah

mengalami serangan asma akut yang berat, perlu memantau penyakitnya

melalui peak flow meter (PFM).

3. Pada penderita asma perlu memiliki rencana pengobatan secara tertulis

yang harus diikuti sewaktu mendapat serangan berat dan yang

mempunyai riwayat serangan asma persisten sedang sampai berat dan

yang mempunyai riwayat serangan asma berat.

4. Segera mencari pertolongan jika terjadi hal-hal berikut ini:

a. Mendapat serangan asma berat,

b. Pengobatan tidak cepat memberikan respons atau perbaikan

hanya bertahan sebentar,

c. Kondisi asma terus memburuk.

5. Menyimpan obat untuk mengatasi serangan asma akut, seperti tablet

kortikosteroid, agonis beta-2 aerosol, serta alat penunjang lainnya, seperti

spacer dan nebulizer.

Hal-hal yang dapat dilakukan di rumah jika terjadi serangan asma, sebagai

berikut:

1. Dampingi penderita. Tenangkan dan berikan petunjuk posisi duduk atau

posisi lain yang membuatnya nyaman.

2. Buka atau longgarkan pakaian yang mengganggu pernapasan.

3. Jika ada, berikan oksigen 1-2 ltr per menit.

4. Usahakan agar ruangan cukup mengandung oksigen, dengan membuka

jendela atau ventilasi udara (tetapi penderita jangan sampai terkena angin

langsung).

5. Berikan obat sesuai dengan petunjuk dokter.

6. Dalam keadaan darurat (tidak ada obat), penderita dapat dipandu untuk

menghirup uap air panas yang diberi garam dapur.

7. Berikan minum air hangat yang banyak agar lendir yang kental dapat cair

dan mudah dikeluarkan.

8. Jika serangan sudah reda, gantilah pakaian yang basah oleh keringat.

16

Page 17: Final Paper Asma

Penyembuhan dari serangan asma sering berlangsung secara bertahap.

Pengobatan dilanjutkan beberapa hari sampai perbaikan gejala maupun nilai

arus puncak ekspirasi (APE) stabil, tetapi sebaiknya penderita menghubungi

dokter dan tidak menggunakan dosis obat secara berlebihan atau menggunakan

pengobatan sendiri untuk jangka waktu yang lama.

D. Obat-obat antiasma

Untuk mengobati serangan asma yang terjadi di perlukan obat yang dapat

menghilangkan gejala asma dengan segera, obat tersebut disebut dengan obat

untuk serangan asma akut (relievers) , terdiri atas golongan bronchodilator dan

golongan kortikosteroid sistemik. Untuk asma kronik yang sering mendapatkan

serangan di perlukan obat yang perlu di pakai setiap hari untuk mencegah

kambuhnya asma. Obat ini disebut dengan obat pencegahan serangan asma

( preventers)

1. Obat Untuk Serangan Asma Akut ( Relievers)

Obat relievers membantu pasien yang mengalami kesulitan bernafas

selama serangan asma. Obat ini akan membuat otot – otot yang melingkari

bronkus relaks dan gejala – gejala akan segera mereda. Jika obat – obat ini

sering digunakan,berarti banyak asma belum dapat dikontol dan dosis obat

preventers harus ditingkatkan.

Yang termasuk dalam obat relievers adalah simpotomimetik , satin , dan

atropin.

Golongan simpatomimetik

Obat simpatomimetik yang banyak dipakai adalah agonis beta-2 yang

bekerja khusus pada saluran napas, yaitu melebarkan saluran napas. Golongan

obat ini terdapat dalam bentuk tablet,sirup,suntikan,dan semprotan. Berikut ini

nama generik dan nama dagang baberapa obat yang tergolong agonis beta-2

Orsiprenalin ( alupent)

Fenoterol ( berotec)

17

Page 18: Final Paper Asma

Bambuterol (bambec)

Terbutalin (bricasma)

Salbutamol (ventolin,salbuven,dilatamol,dan salbron)

Salmeterol (serevent)

Golongan satin

Obat golongan satin dapat Berupa tablet , kapsul, sirup, suntikan,dan

suppositoria. Contoh obat yag termasuk golongan ini sebagai berikut;

Aminophyillin (amicain supp)

Aminophyllin ( euphyllin retard)

Aminophyllin ( phyllocontin)

Teofilin ( brondilex dan theobron)

Teofilin anhidrat ( quibron TSR dan bronchopyllin)

Golongan antropin

Antropin adalah obat bronkhodilator lemah sehingga tidak diberikan obat

untuk antiasma . jika diberika secara sistemik ( diminum atau disuntikan) akan

menyebabkan efek samping

Berupa mulut kering , pandangan kabur, dan sulit buang air besar

ataupun kecil sehingga obat ini tidak dipakai lagi sebagai obat antiasma.saat ini

ada turunan atropin yang efektif dan aman, yaitu ipratropium bromida( atrovent)

yang tersedia dalam bentuk semprotan (MDI).

Golongan kotikosteroid sistemik

Obat kortiosteroid sistemik yang digunakan untuk antiasma dapat berupa

tablet, sirup,dan suntikan ,seperti berikut:

Triamsinolon ( kenacort)

Betamethason( celestone dan betason)

Dexamethasone( oradexon dan kalmethasone)

Paramethasone (parameson)

18

Page 19: Final Paper Asma

2. Obat – Obat Pencegah Serangan Asma ( Preventers)

Obat-obat ini mencegah serangan asma dengan mencegah inflamasi dan

pembengkakan selaput lendir pada saluran napas. Obat ini tidak langsung

menyebabkan hilangnya gejala asma karena memerlukan waktu berminggu-

minggu ,bahkan berbulan-bulan untuk mulai memperlihatkan manfaatnya.oleh

karena itu obat ini harus digunakan setiap hari dan tidak bermanfaat pada saat

serangan asma telah terjadi.

Pemakaian dianjurkan untuk penderita asma kronik yang gejalanya

sangat mengganggu dan penderitanya sering mendapat serangan asma berat.

Semua obat ini aman pada dosis yang telah direkomendasikan dan harus

digunakan terus walaupun gejala asma sudah hilang atau tidak ada. Obat-obatan

yang termasuk dalam golongan preventers sebagai berikut :

natrium kromolin ( intal)

ketotifen( zaditen,astifen,dan intifen)

kortikosteroid topikal( becotide,inlfmid,pulmicort)

nedokromil ( tilade)

antileukotrin ( accolate dan zileuton)

suntikan alergen ( laprin)

19

Page 20: Final Paper Asma

BAB IV

PENCEGAHAN SERANGAN ASMA

Asma memang tak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan. Untuk bisa

mengendalikannya, kita harus memahami hal-hal sebagai berikut:

1. Pahami Seluk Beluk Penyakit Asma

Asma bisa terjadi pada semua golongan dan lapisan usia.

Sayangnya, gangguan ini tak dapat dihilangkan sama sekali. Namun

demikian, asma dapat dikendalikan. Seseorang disebut penderita asma kalau ia

sedang terserang asma atau kondisi asmanya tidak stabil sehingga memerlukan

obat-obatan.

Beda halnya dengan penyandang asma yang berarti sudah jarang terkena

serangan (asma stabil) dan tidak lagi mengonsumsi obat-obatan. Tentu saja

seorang penyandang bisa menjadi penderita kembali bila ia mengalami serangan

akibat daya tahan tubuh yang menurun atau karena adanya faktor pencetus.

Asal tahu saja, fokus utama pengobatan asma bukan pada keluhan batuk

atau sesak napasnya, tapi lebih pada peradangan atau inflamasinya. Dengan

mengatasi inflamasi saluran napas maka derajat hiperreaktivitas saluran napas

dapat terkontrol. Tak heran, bila pengobatan asma selalu dilakukan dalam

jangka panjang, minimal 6 bulan, hingga yang bersangkutan dinyatakan stabil.

2. Kenali Berat Ringan Penyakit

Kita harus mengetahui klasifikasi atau derajat asma, sebelum melakukan

tindakan yang lebih jauh. Derajat asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi dan

berat ringan gejala yang terjadi.

Pengobatan tidak hanya dilakukan ketika serangan asma sedang

berlangsung, tetapi juga saat tidak dalam serangan. Pengelolaan asma saat

tidak dalam serangan dilakukan melalui pengobatan pencegahan dan latihan

20

Page 21: Final Paper Asma

olah raga terpimpin. Penderita asma dengan tipe intermiten (sangat ringan) yang

kekambuhannya dalam 1 minggu kurang dari 1 atau 2 kali, tidak memerlukan

pengobatan pencegahan. Namun, penderita asma dengan tipe persisten ringan,

persisten sedang dan persisten berat, harus mendapatkan terapi pencegahan

secara bertahap disesuaikan dengan klasifikasinya.

3. Hindari Faktor Pencetus

Faktor-faktor pencetus dapat berbeda antara penderita yang satu dengan

lainnya. Faktor-faktor yang sering dikatakan sebagai pemicu di antaranya adalah

faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat makanan, zat kimia, faktor fisik

seperti perubahan cuaca, kegiatan jasmani, dan obat-obatan. Kerja faktor

pencetus ini pun berbeda, ada faktor pencetus yang bisa mengakibatkan

penyempitan saluran nafas (bronchospasme), seperti emosi, udara dingin,

latihan, dan lain-lain.

Ada pula faktor pencetus yang terutama menyebabkan peradangan

seperti infeksi saluran pernafasan akut, alergen, zat kimia, dan asap rokok.

Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor

pencetus tersebut.

Penderita yang gemar menghindar atau merubah perilaku untuk menjauhi

factor pemicu, akan dengan mudah mencapai tujuan pengobatan asma.

Sebaliknya, penderita yang "cuek" tak pernah berpantang dengan faktor pemicu

akan sulit memperoleh kemajuan dalam pengobatan.

4. Gunakan Obat Yang Tepat

Obat asma terdiri atas obat pengontrol (controller) dan obat pelega

(reliever). Obat pengontrol bertujuan menurunkan derajat hiperreaktivitas saluran

napas dan menurunkan derajat inflamasi di saluran napas sehingga penyakit

asma menjadi stabil dan terkontrol. Penggunaannya jangka panjang dan mesti

rutin setiap hari. Sedangkan obat pelega diberikan saat terjadi serangan dengan

tujuan melebarkan saluran napas secara cepat.

21

Page 22: Final Paper Asma

Obat asma dapat diberikan dengan 3 cara, yakni: (1) inhalasi/hirup, (2)

oral/minum dalam bentuk tablet, sirup, dan kapsul, (3) suntikan (di bawah kulit,

otot, pembuluh darah). Cara suntikan digunakan dalam keadaan asma serangan

akut.

Ketimbang pemberian obat oral yang terus-menerus, sebenarnya untuk

anak lebih dianjurkan terapi inhalasi. Dengan teknik yang benar dan koordinasi

yang cermat, terapi inhalasi memiliki manfaat, seperti dosis lebih kecil, bekerja

lebih cepat, dan efek samping minimal karena inhalasi tidak dipengaruhi

gangguan absorpsi obat. Tak perlu khawatir tentang ketergantungan obat karena

hal ini hanya terjadi jika pasien mengonsumsinya secara tidak teratur dan bila

ada keluhan saja, serta tidak menghindari faktor pencetus.

Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan derajat asma. Derajat berat

menjadi sedang, yang sedang menjadi ringan, dan yang ringan diharapkan bisa

menjadi intermitten. Pengobatan yang tidak teratur malah bisa membuat asma

"naik kelas". Oleh sebab itu, serangan asma pada anak jangan dibiarkan

berlarut-larut agar tidak mengganggu pertumbuhan dan prestasinya. Bukankah

bila asma si kecil sering kambuh ia akan ketinggalan pelajaran? Anak yang

sering batuk atau yang batuk setiap malam adalah tanda awal dari penyakit ini.

5. Berobatlah Secara Teratur

Seperti diketahui, tidak ada pengobatan asma dalam jangka pendek.

Orang tua mesti meluangkan jadwal untuk selalu memeriksakan anak,

setidaknya 3 bulan sekali, bila si anak dalam keadaan tenang atau asma stabil.

Bila si kecil hanya berobat saat mendapat serangan, dikhawatirkan dokter akan

sulit membuat kesimpulan progres pengobatan. Sebaliknya, pemeriksaan teratur

akan memudahkan dokter melakukan evaluasi.

Jika terdapat kemajuan, maka dosis obat pengontrol akan diturunkan

hingga akhirnya tidak diperlukan lagi. Pemeriksaan berhenti saat kondisi

penderita asma dinyatakan stabil. Yang dimaksud keadaan stabil adalah bila

tidak ada lagi serangan, tidak ada lagi batuk malam hari, tidak ada lagi produksi

lendir, dan aktivitas anak seperti berlari-lari tidak menimbulkan sesak.

22

Page 23: Final Paper Asma

6. Mengatasi Serangan Akut

Ibu atau ayah penyandang asma mesti tahu cara mengatasi serangan

asma pada anaknya. Berikut langkah-langkah yang dapat diambil:

* Tak perlu panik, minta anak untuk bernapas teratur dan berikan air putih

hangat untuk diminum.

* Segera berikan obat atau terapi inhalasi dengan takaran yang pas.

* Jika tidak ada perbaikan, segera bawa anak ke klinik terdekat. Serangan

yang sulit diatasi sendiri biasanya disebabkan adanya faktor lain, seperti status

daya tahan tubuh anak sedang turun atau ada infeksi di dalam tubuhnya. Perlu

diketahui, penyakit infeksi yang disebabkan virus sering tidak menimbulkan

panas/demam kecuali ada lendir dan riak di saluran napasnya.

Bagi penderita asma yang belum stabil sangat disarankan untuk selalu

membawa obat (oral atau alat terapi inhalasi) ke mana-mana.

7. Tingkatkan Kebugaran Fisik

Olahraga paling baik bagi anak penderita asma adalah berenang.

Disamping melatih otot bantu napas, renang juga memberikan kelembapan

udara ke dalam bronkus. Namun perlu diketahui, sebagian penderita asma bisa

mendapat serangan setelah berolahraga. Akan tetapi olahraga tetap dibutuhkan

untuk meningkatkan efisiensi kerja otot pernapasan dan memperbaiki fungsi

pertukaran oksigen dan alveolus ke pembuluh kapiler. 

Oleh karenanya, olahraga bagi penderita asma perlu disesuaikan dengan

derajat berat ringan penyakitnya. Sebelum mengajak si kecil berolahraga,

konsultasikan dengan dokter pulmonologi anak Anda.

Rehabilitasi dan peningkatan kebugaran jasmani dengan olah raga atau

latihan jasmani terpimpin. Penderita asma sering mengalami sesak sehingga

sebagian otot-otot pernafasan kerap digunakan, sementara sebagian otot yang

lain tidak. Otot-otot pernafasan yang banyak digunakan akan membesar dan

yang jarang digunakan akan melemah. Akibatnya, efisiensi dan koordinasi

pernafasan menjadi kurang baik, fungsi paru serta pertahanan paru pun

menurun. Selain itu penderita asma juga terkadang mengalami keterbatasan fisik

23

Page 24: Final Paper Asma

atau membatasi pekerjaan fisik karena takut sesak, sehingga kebugaran

jasmaninya berkurang. Dengan melakukan latihan jasmani secara teratur yang

terpimpin, otot pernafasan akan kembali berfungsi normal, kenaikan kapasitas

vital paru meningkat dan kebugaran jasmani pun menjadi lebih baik.

8. Alat Terapi Inhalasi Anak

Nebuliser jenis ultrasonik merupakan alat terapi inhalasi yang cocok bagi

si kecil. Efektivitasnya, 20-30% obat akan masuk di saluran napas dan alveoli

sedangkan 2-5% akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Berkaitan dengan

ini, terapi inhalasi bisa memiliki efek samping berupa iritasi mulut dan

tenggorokan serta infeksi jamur di tenggorokan. Untuk mencegahnya, mintalah

anak untuk berkumur setelah menggunakan obat.

Alat terapi inhalasi lain yang dapat digunakan pada asma anak adalah:

babyhaler dan volumatic. Pada anak yang lebih besar dapat digunakan MDI

(metered dose inhaler) atau turbohaler.

24

Page 25: Final Paper Asma

ASMA KARENA PEKERJAAN

Asma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang

ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh

berbagai bahan yang ditemui di tempat kerja.

Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada otot-otot yang

melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat sempit.

PENYEBAB

Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang

bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul

protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan

kimia lainnya (terutama diisosianat).

Angka yang pasti dari kejadian asma karena pekerjaan tidak diketahui,

tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara industri merupakan asma karena

pekerjaan.

Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena pekerjaan

adalah;

Pekerja plastik

Pekerja logam

Pekerja pembakaran

Pekerja penggilingan

Pekerja pengangkut gandum

Pekerja laboratorium

Pekerja kayu

Pekerja di pabrik obat

Pekerja di pabrik deterjen

25

Page 26: Final Paper Asma

GEJALA

Gejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan seringkali

berkurang atau menghilang jika penderita meninggalkan tempat kerjanya.

Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir

minggu atau hari libur.

Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah

terpapar oleh alergen.

Gejalanya berupa:

sesak nafas

bengek

batuk

merasakan sesak di dada.

DIAGNOSA

Dalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala

yang semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di lingkungan

tempatnya bekerja.

Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing

(bengek, mengi). Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

Tes fungsi paru

Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja

Rontgen dada

Hitung jenis darah

Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang

dicurigai)

Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.

PENGOBATAN

Pengobatan sama seperti jenis asma lainnya, yaitu diberikan bronkodilator

(obat yang membuka saluran pernafasan), baik dalam bentuk obat hirup

26

Page 27: Final Paper Asma

(contohnya albuterol) atau dalam bentuk tablet (contohnya theophylline).

Untuk serangan yang hebat, dapat diberikan corticosteroid (misalnya

prednisone) per-oral (melalui mulut) dalam jangka pendek.

Untuk penanganan jangka panjang, lebih baik diberikan corticosteroid

dalam bentuk hirup.

PENCEGAHAN

Industri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma,

harus mengkontrol debu dan udara, karena untuk menghilangkannya adalah

suatu hal yang mustahil.

Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti

pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma

bertambah berat dan bersifat menetap.

Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya

gejala, sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut.

27