amdal final paper

17
1 Perkiraan Dampak Lingkungan Menggunakan Metode Flowchart, Matriks Leopold, dan Overlays dalam Pemrakarsaan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara* *Muh. Ridwan Arif Cahyono, Yoga prisusatyo, Alief Aficenna Luthfie Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Abstrak Indonesia yang merupakan salah satu negara sedang berkembang, penyediaan energi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong pembangunan, salah satunya adalah penyediaan energi listrik. Indonesia merupakan produsen batubara terbesar kelima di dunia, hal ini sangat berpotensi untuk dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap barubara. Dalam pembangunan proyek PLTU Batubara pemrakarya proyek harus membuat dokumen AMDAL. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 17 tahun 2001, PLTU dengan daya lebih dari 100 MW termasuk dalam daftar wajib ANDAL. Perkiraan dampak lingkungan merupakan bagian dari dokumen AMDAL. Dalam paper ini akan dibahas perkiraan dampak lingkungan menggunakan metode flowchart, matriks leopold, dan overlays. Metode flowchart memberi gambaran singkat untuk matriks leopold. Pada matriks leopold komponen yang akan dilakukan mitigasi diberi warna kuning. Pada metode overlays, dihasilkan perkiraan daerah sesuai tingkat pencemaran udara. Keyword : PLTU batubara, AMDAL, flowchart, matriks leopold, overlays LATAR BELAKANG Ketersediaan energi di masa mendatang merupakan permasalahan yang senantiasa menjadi perhatian semua bangsa karena bagaimanapun juga kesejahteraan manusia dalam kehidupan modern sangat terkait dengan jumlah dan mutu energi yang dimanfaatkan. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara sedang berkembang, penyediaan energi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong pembangunan. Seiring dengan meningkatnya pembangunan terutama pembangunan di sektor industri, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan energi terus meningkat. Keberadaan dan keberdayaan energi listrik merupakan sebuah keharusan sebagai motor penggerak roda kehidupan pada sebuah bangsa untuk tetap bergerak dan mengarah maju ke depan. Tanpa keberadaan dan keberdayaan energi listrik akan menghambat hingga menghentikan aktivitas masyarakat dunia usaha dan rumahan, serta berujung terhambatnya atau terhentinya kemajuan umat pada suatu bangsa. Menyadari kebergantungan yang sangat besar kepada minyak bumi tersebut, maka sejak beberapa waktu yang lalu telah dilakukan upaya untuk menekan pertumbuhan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan menggunakan bahan bakar non-minyak untuk memenuhi energi di dalam negeri, salah satunya adalah batubara. Saat ini, berdasarkan data dari Kementerian Sumber Energi dan Mineral, total sumber daya batubara di Indonesia diperkirakan mencapai 105 miliar ton, dimana cadangan batu bara diperkirakan 21 miliar ton. Produksi batubara meningkat sebesar 16% per tahun selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2009, total produksi batubara Indonesia mencapai 263 juta ton, 230 juta ton diantaranya diekspor ke berbagai negara, atau dengan kata lain sekitar 87% dari total produksi batubara negeri ini diekspor ke luar negeri. Hanya

Upload: yoga-prisusatyo

Post on 24-Jul-2015

568 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Amdal Final Paper

1

Perkiraan Dampak Lingkungan Menggunakan Metode Flowchart, Matriks

Leopold, dan Overlays dalam Pemrakarsaan Proyek Pembangkit Listrik

Tenaga Uap Batubara*

*Muh. Ridwan Arif Cahyono, Yoga prisusatyo, Alief Aficenna Luthfie

Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstrak

Indonesia yang merupakan salah satu negara sedang berkembang, penyediaan energi

merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong pembangunan, salah satunya adalah

penyediaan energi listrik. Indonesia merupakan produsen batubara terbesar kelima di dunia,

hal ini sangat berpotensi untuk dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap barubara.

Dalam pembangunan proyek PLTU Batubara pemrakarya proyek harus membuat

dokumen AMDAL. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 17 tahun 2001,

PLTU dengan daya lebih dari 100 MW termasuk dalam daftar wajib ANDAL.

Perkiraan dampak lingkungan merupakan bagian dari dokumen AMDAL. Dalam paper

ini akan dibahas perkiraan dampak lingkungan menggunakan metode flowchart, matriks

leopold, dan overlays. Metode flowchart memberi gambaran singkat untuk matriks leopold.

Pada matriks leopold komponen yang akan dilakukan mitigasi diberi warna kuning. Pada

metode overlays, dihasilkan perkiraan daerah sesuai tingkat pencemaran udara.

Keyword : PLTU batubara, AMDAL, flowchart, matriks leopold, overlays

LATAR BELAKANG

Ketersediaan energi di masa

mendatang merupakan permasalahan yang

senantiasa menjadi perhatian semua

bangsa karena bagaimanapun juga

kesejahteraan manusia dalam kehidupan

modern sangat terkait dengan jumlah dan

mutu energi yang dimanfaatkan. Bagi

Indonesia yang merupakan salah satu

negara sedang berkembang, penyediaan

energi merupakan faktor yang sangat

penting dalam mendorong pembangunan.

Seiring dengan meningkatnya

pembangunan terutama pembangunan di

sektor industri, pertumbuhan ekonomi dan

pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan

energi terus meningkat.

Keberadaan dan keberdayaan

energi listrik merupakan sebuah keharusan

sebagai motor penggerak roda kehidupan

pada sebuah bangsa untuk tetap bergerak

dan mengarah maju ke depan. Tanpa

keberadaan dan keberdayaan energi listrik

akan menghambat hingga menghentikan

aktivitas masyarakat dunia usaha dan

rumahan, serta berujung terhambatnya atau

terhentinya kemajuan umat pada suatu

bangsa. Menyadari kebergantungan yang

sangat besar kepada minyak bumi tersebut,

maka sejak beberapa waktu yang lalu telah

dilakukan upaya untuk menekan

pertumbuhan penggunaan bahan bakar

minyak (BBM) dengan menggunakan

bahan bakar non-minyak untuk memenuhi

energi di dalam negeri, salah satunya

adalah batubara.

Saat ini, berdasarkan data dari

Kementerian Sumber Energi dan Mineral,

total sumber daya batubara di Indonesia

diperkirakan mencapai 105 miliar ton,

dimana cadangan batu bara diperkirakan

21 miliar ton. Produksi batubara

meningkat sebesar 16% per tahun selama 5

tahun terakhir. Pada tahun 2009, total

produksi batubara Indonesia mencapai 263

juta ton, 230 juta ton diantaranya diekspor

ke berbagai negara, atau dengan kata lain

sekitar 87% dari total produksi batubara

negeri ini diekspor ke luar negeri. Hanya

Page 2: Amdal Final Paper

2

sekitar 13 persen atau 33 juta ton yang

dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik.

Jumlah ini menempatkan Indonesia

sebagai produsen batubara terbesar kelima

di dunia, dan pengekspor batubara terbesar

kedua di dunia.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Batubara adalah salah satu jenis instalasi

pembangkit tenaga listrik dimana tenaga

listrik didapat dari mesin turbin yang

diputar oleh uap yang dihasilkan melalui

pembakaran batubara. Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar

batubara memiliki baik karena mampu

memproduksi listrik dengan biaya paling

murah dibandingkan sistem pembangkit

listrik lainnya. Biaya operasi PLTU

batubara kurang lebih 30 persen lebih

rendah dibandingkan sistim pembangkit

listrik yang lain. Atas dasar tersebut,

PLTU batubara merupakan salah satu

solusi yang prospektif dan solutif untuk

dibangun dan mengurangi konsumsi

minyak.

Dalam pembangunan proyek PLTU

Batubara pemrakarya proyek harus

membuat dokumen AMDAL.

AMDAL/EIA (Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan / Environmental

Impact Assessment) merupakan studi

lingkungan untuk melihat besar dan

pentingnya dampak suatu kegiatan

terhadap lingkungan. Baik lingkungan

fisik (struktur tanah, geologi, bentang

lahan), kimia (pencemaran air, udara dan

tanah), biologi (dampak terhadap floa dan

fauna), sosial, ekonomi, budaya, dan

kesehatan masyarakat.

Kewajiban AMDAL di Indonesia

diatur dalam : PP no. 27 tahun 1999.

Untuk kegiatan wajib AMDAL diatur

dalam Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 17 tahun 2001. Sedangkan

kegiatan yang tidak wajib AMDAL

diwajibkan melaksanakan Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

DESKRIPSI PROYEK

Lokasi Proyek

PLTU Jawa Timur 2 berlokasi di

Kabupaten Probolinggo, tepatnya di

daerah pesisir dan di lahan kosong.

Pemillihan lokasi ini tentu saja tidak asal

tunjuk, tetapi dengan telah

mempertimbangkan berbagai dampak yang

akan terjadi baik ketika PLTU pra-

konstruksi, konstruksi, maupun operasi.

Gambar 1. Siklus PLTU Jawa Timur 2

Page 3: Amdal Final Paper

3

Deskripsi Proses

Proses pembangkitan yang terjadi dalam

PLTU Batubara ditunjukan seperti pada

gambar 1.

Keterangan Siklus:

1. Coal dari stockpile yang merupakan

bahan bakar ditransportasikan dengan

menggunakan conveyor (melewati

berbagai peralatan seperti crusher

house, metal detector, magnet

separator, dll) menuju

ke coal bunker atau silo.

2. Dari coal bunker batubara masuk ke

dalam mill atau pulveriser untuk

dihaluskan dengan menggunakan

grinding wheel dan bowl hingga

mencapai tingkat kelembutan yang

diinginkan. Selanjutnya butiran halus

batu bara dihembuskan ke atas menuju

furnace dengan menggunakan primary

air dari PA Fan.

3. Di dalam furnace akan terjadi heat

transfer dari pembakaran batu bara ke

tube atau pipa yang berisi air hingga

air menjadi uap. Oleh karena itu

furnace atau secara keseluruhan

disebut sebagai boiler

dinamakan steam generator.

4. Flue gas merupakan sisa pembakaran

yang harus dibuang. Namun dengan

alasan efesiensi maka panas dari

Fluegas ini dapat dimanfaatkan untuk

memanaskan udara pembakaran

sehingga tingkat hilangnya energy

dalam proses dapat dikurangi. Untuk

memindahkan panas dari flue gas ke

combustion air (primary air –masuk

ke dalam mill- dan secondary air –

masuk ke dalam furnace bersama

bahan bakar-) digunakan Gas Air

Heater yang berupa roda yang

ditempatkan horizontal berisi basket

(sebagai media heat transfer) yang

diputar. Setengah luasan sebagai

tempat flue gas mengalir, sepertiga

bagian untuk primary air dan sisanya

(sekitar dua pertiga) untuk aliran

secondary air.

5. Untuk menyediakan udara

pembakaran digunakan dua jenis fan

yaitu Primary Air Fan dan Forced

Draft Fan sebagai Combustion Air

Fan. Pada PLTU Jawa Timur 2

digunakan dua buah FD fan dan dua

buah PA Fan.

6. Flue Gas Precipitator (ESP)

merupakan equipment yang digunakan

untuk mengurangi kadar debu yang

terdapat pada raw flue gas. Dengan

menggunakan prinsip listrik static

untuk memisahkan debu (dust) dari

flue gas. Flue gas diberi charging

electron dengan menggunangkan wire

DE (discharge electrode) yang

diletakkan di bagian tengah

selanjutnya ditarik oleh kutub yang

lebih positif pada bagian collecting

plate (terhubung dengan ground).

Discharge electrode diberi tegangan

negative (di PLTU Jawa Timur 2

menggunakan 65 KV DC).

7. Bagian ini merupakan Induced Draft

Fan yang fungsi utamanya adalah

untuk menciptakan kevakuman di

bagian furnace.

8. FGD atau Flue gas

desulphurization merupakan bagian

dari pembangkit yang bertujuan

mengurangi kadar SO2 (de-SOX) di

flue gas dengan memanfaatkan

flushing dari air laut.

9. Stack atau chimney merupakan

bagian dari PLTU yang digunakan

untuk mengalirkan flue gas

(diharapkan sudah berupa clean flue

gas) ke atmosfer dengan

memanfaatkan panas yang masih

tersimpan di flue gas dan perbedaan

tekanan.

10. Ash handling equipment merupakan

perlatan yang berfungsi untuk

mengangkut ash atau abu sisa

pembakaran batu bara, dalam hal ini

berupa bottom ash. Peralatan

utamanya adalah SSCC dan Skip

lorry.

11. Steam turbin yang mengubah energy

kinetic dari steam menjadi energy

Page 4: Amdal Final Paper

4

mekanik untuk memutar shaft turbin

yang dikopel dengan poros generator.

Di PLTU Jawa Timur 2 menggunakan

1 HP turbin, 1 IP turbin dan 2 LP

turbin.

12. Generator mengubah energy mekanik

menjadi energy listrik. Pada PLTU

Jawa Timur 2 spesifikasi generator ini

adalah 100 MW (biasa beroperasi

maksimal 210 MW), 3 phasa, 12kV,

3000rpm, 2kutub.

13. Main transformer yang menaikkan

tegangan dari 12kV menjadi 100kV

dan siap ditransmisikan lewat jaringan

PLN.

14. Condenser merupakan komponen

yang berfungsi untuk mengubah steam

menjadi kondensat, dengan

memanfaatkan kevakuman ruangan

dan heat transfer dari pendingin air

laut.

15. Condensate pump (CEP) berfungsi

memompa air kondensate ke preheater

dan selanjutnya ke feed water storage

tank.

16. Preheater atau air heater berfungsi

untuk memanaskan air condensate

dengan memanfaatkan extraction

steam dari IP dan LP turbin.

17. Feedwater storage tank merupakan

tanki yang berfungsi menyimpan

sementara air condensate dan

memisahkan oksigen dari air (kadar

O2 yang terlalu tinggi di air

condensate menyebabkan korosi pada

pipa di boiler dan main steam) pada

bagian deaerator dan memanaskan air

condensate dengan menggunakan

steam dari IP turbin.

18. Feedwater pump berfungsi

memompa air condensate ke steam

drum dan selanjutnya akan dialirkan

ke economizer. Di PLTU Jawa Timur

2 digunakan 2 Turbin feedwater pump

yang menggunakan baby turbin

sebagai penggerak utama dan 1

Electric feedwater pump

menggunakan tenaga motor.

19. Boiler drum atau steam drum, fungsi

utamanya adalah untuk menerima air

dari feedwater pump, mengalirkan ke

economizer dan menerima steam dari

ecomizer, dan juga tempat dozing

beberapa bahan kimia untuk menjaga

kualitas air serta membuang air ke

blowdown tank jika diperlukan atau

dalam kondisi kualitas air tidak sesuai.

Jadi di sini terdapat dua bentuk fluida

yaitu air dan steam.

20. Merupakan intake canal yang

digunakan sebagai jalur masuknya air

laut untuk digunakan sebagai

pendingin condensator.

21. Cooling atau circulating water pump

22. Seal wall atau Seal pit

23. Outlet canal

Keterangan :

· Steam atau uap yang mengalir pada

pipa dari boiler menuju turbin

memiliki tekanan 100 bar dan suhu

340oC, diharapkan dengan kondisi

tersebut uap berupa uap kering dengan

fraction uap sekitar 83-90%. Dengan

cara itu maka turbin akan memiliki life

time yang lebih panjang (karena turbin

yang dimiliki berupa turbin uap,

sehingga adanya air akan merusak

sudu-sudu turbin).

· Kecepatan putaran nominal turbin di

PLTU Jawa Timur 2 adalah 3000rpm

dengan toleransi maksimal sekitar 10%.

Jika kecepatan melebihi batas maka

relay overspeed akan bekerja dan akan

membuka katup (valve pengaman) pada

turbin. Valve yang dimaksud adalah

combined control valve dan stop valve

(jika di pabrik gula ini biasanya disebut

sebagai governor valve). Tujuan utama

penggunaan valve ini adalah untuk

mengatur ukuran uap yang masuk ke

dalam turbin baik itu pressure, flow,

maupun temperature.

Page 5: Amdal Final Paper

5

PERMASALAHAN

PLTU batubara dengan kapasitas

lebih dari 100 MW berdasarkan Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup No. 17 tahun

2001 termasuk dalam wajib AMDAL,

sehingga pemrakarsa wajib membuat

analisis dampak terkait kegiatan, baik dari

prakonstruksi, kontruksi, dan operasional.

Tujuan adanya dokumen AMDAL

tersebut adalah untuk mengurangi atau

meniadakan akibat (yang tidak

direncanakan) atas perubahan lingkungan,

khususnya akibat yang mendasar, meluas,

berjangka panjang, kemudian untuk

mengidentifikasi pemecahan masalah yang

optimal. Selain itu dokumen AMDAL

dibutuhkan untuk mencegah atau

mengatasi konflik kepentingan, yang

melibatkan publik dan menjamin

keterbukaan proses pengambilan

keputusan. Fungsi dari dokumen AMDAL

itu sendiri adalah sebagai salah satu upaya

preventif pengendalian dampak

Lingkungan oleh kegiatan pembangunan

(selain tata ruang, tata guna lahan, audit

lingkungan, plca, dsb).

Dalam dokumen AMDAL terdapat

perkiraan dampak lingkungan. Perkiraan

dampak lingkungan dapat dinyatakan

dalam metode flowchart, matriks, maupun

overlays. PLTU batubara biasanya

dibangun di kawasan pesisir. Dalam paper

ini akan di bahas perkiraan dampak PLTU

batubara dengan metode flowchart,

matriks leopold, dan overlays dengan

batasan masalah lokasi pendirian

pembangkit di daerah pesisir di atas lahan

kosong.

PERKIRAAN DAMPAK

1. Flow Chart

Gambar 2. Flow chart Perkiraan dampak PLTU Batubara

Pembangunan

PLTU

Pra Konstruksi

PerijinanPembebasan

Lahan

Biota Pantai

Terganggu

Penggusuran

Nelayan

Konstruksi

Mobilisasi

Pekerja, Alat,

Material

Polusi Udara

Material

Penambangan

Material

Operasi

KebisinganPencemaran

Udara

Kenaikan Suhu Air

Laut

Biota Laut

Terganggu

Page 6: Amdal Final Paper

6

2. Matriks Leopold

Tabel 1. Matriks Leopold Perkiraan Dampak PLTU Batubara

KOMPONEN AKTIFITAS

KOMPONEN lINGKUNGAN

FASE AKTIFITAS PRA - KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

OPERASI

Pro

ses P

erijin

an

Mobili

sasi P

ekerja

Mobili

sasi M

ate

rial dan P

era

lata

n

Mate

rial (M

obili

sasi la

ut)

Pengkondis

ian T

anah (

Levelin

g)

Rekla

masi P

esis

ir

Konstr

uksi B

angunan d

an F

asili

tas P

endukung

Pengeru

kan L

aut

Dem

obili

sasi P

era

lata

n

Dem

obili

sasi P

ekerja

Mobili

sasi P

ekerja

Opera

si P

LT

U d

an F

asili

tas P

endukung

Pera

wata

n P

LT

U d

an F

asili

tas P

endukung

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 1. FISIK-KIMIA A. Kualitas Udara

Kualitas Udara (Debu) -2/I -1/NI -1/NI -1/NI -2/NI Asap, Polusi, Radiasi -3/I

B. Kebisingan Kebisingan -2/NI -2/I -1/NI -2/NI -1/NI

C. Hidrooceanografi Kualitas Air Laut -2/NI -3/I -3/I -2/I Perubahan Garis Pantai -3/I -3/I -2/I -3/I

D. Tanah dan Ruang Penggunaan Tanah +2/NI -2/I

E. Transportasi Gangguan Lalu Lintas Laut -2/NI -2/I -2/I -2/I -3/I Peningkatan Trafik Lalu Lintas -2/NI -1/NI Kerusakan Jalan -2/NI

II. BIOLOGI Biota Lokal -1/NI -2/I -2/I -2/I -3/I -2/NI

III. SOSIAL, EKONOMI, DAN KEBUDAYAAN A. Sosial-Ekonomi

Pendapatan Masyarakat Lokal +1/NI +1/NI +1/NI Kesempatan Kerja +3/I -2/NI +2/NI +1/NI

Kesempatan Bisnis +3/I B. Sosial-Budaya

Tanggapan Masyarakat -2/NI -2/NI -2/NI -1/NI -1/NI -2/NI Perhatian Masyarakat -2/NI -2/NI -2/NI -2/NI -2/NI Gangguan Kepada Nelayan -2/I -1/NI -1/NI -2/I -2/I Gangguan pada Perkapalan -2/I -2/I -2/I

IV. Kesehatan Masyarakat Sanitasi -2/I -2/I -2/I Tingkat Kesehatan Masyarakat -2/I -2/I -2/I

Ket : Magnitude ditunjukan pada diagonal atas dengan skala -3 s.d +3, dan Importance

ditunjukan di diagonal bawah, I = Importance, NI = Non Importance.

Page 7: Amdal Final Paper

7

3. Overlays

Pada metode overlays berdasarkan studi kasus pada PLTU Jawa Timur 2.

Gambar 3. Lokasi PLTU Jawa Timur 2 ditunjukan dalam peta

Gambar 4. Model Perkiraan Konsentrasi Gas Buang PLTU terhadap Jarak

Page 8: Amdal Final Paper

8

Gambar 5. Profil Kecepatan Angin di kawasan PLTU Jawa Timur 2.

Gambar 6. Perkiraan Lokasi yang Terkena Dampak Pencemaran Gas Buang PLTU (SOx, CO,

NOx, Pm)

Page 9: Amdal Final Paper

9

PEMBAHASAN

1. Perkiraan dampak berdasarkan

metode Matriks Leopold

Matriks Leopold sebagaimana

ditunjukkan pada subbab perkiraan

dampak, berisi perkiraan-perkiraan

dampak yang mungkin terjadi akibat

PLTU Batubara, mulai dari prakonstruksi

sampai saat operasi. Matriks Leopold tidak

hanya menyajikan perkiraan-perkiraan

dampak negatif, tetapi juga menyajikan

perkiraan-perkiraan dampak positif.

Sebelum memasuki pembahasan mengenai

matriks Leopold, berikut ini di jelaskan

bagaimana cara membaca matriks

Leopold.

Cara membaca matriks Leopold

harus diperhatikan dari sisi baris dan dari

sisi kolom. Sisi baris menjelaskan

beberapa aktifitas yang dilakukan, mulai

dari prakonstruksi, sampai pada tahap

opersi PLTU Batubara. Pada

prakonstruksi, hanya terdapat proses

perijinan yang meliputi ijin konstruksi,

pembebasan lahan, dan lain sebagainya.

Pada fase konstruksi terdapat sembilan

aktifitas, yaitu:

1) Mobilisasi Pekerja

2) Mobilisasi Material dan Peralatan

3) Material

4) Pengkondisian Tanah (Leveling)

5) Reklamasi pesisir

6) Konstruksi Bangunan dan Fasilitas

Pendukung

7) Pengerukan Laut

8) Demobilisasi Peralatan

9) Demobilisasi Pekerja

Pada fase operasi, hanya terdapat

tiga akfitas, yaitu mobilisasi pekerja,

operasi PLT dan fasilitas pendukung, dan

perawatan PLT dan fasilitas pendukung.

Sisi kolom menjelaskan komponen

lingkungan apa saja yang mungkin akan

terkena dampak. Komponen-komponen ini

terbagi menjadi tiga sector, yaitu sector

fisik-kimia, sector biologi, sector social,

okonomi, dan budaya, serta sector

kesehatan masyarakat. Sektor fisik-kimia

meliputi kualitas udara, kebisingan,

hidrooceanografi, tanah dan ruang, dan

transportasi. Sector biologi meliputi biota

lokal dimana PLT itu didirikan. Sektor

social, okonomi, dan budaya meliputi

social-ekonomi dan social-budaya.

Sementara sector kesehatan masyarakat

meliputi kebersihan air (sanitasi), dan

tingkat kesehatan masyarakat.

Dengan melihat aktifitas-aktifitas

apa saja yang berlangsung, dapat diketahui

komponen-komponen lingkungan apa saja

yang mungkin terkena dampak, baik itu

dampak positif, maupun dampak negative.

Dampak positif ditandai dengan tanda

plus, sementara dampak negatif ditandai

dengan tanda minus. Selain itu, tampak

simbol NI dan I. kedua simbol ini

menunjukkan ada tidaknya penurunan

kualitas suatu komponen lingkungan atau

tidak, dimana NI berarti tidak ada

penurunan kualitas sementara I berarti

aktifitas tersebut menyebabkan penurunan

kualitas lingkugan.

Pada matriks Leopold yang disajikan

pada subbab perkiraan dampak, dampak

negatif yang menjadi sorotan utama yaitu

yang diberi tanda berwarna kuning.

Dampak-dampak ini memiliki nilai -2

sampai -3 dan juga diberi simbol NI,

sehingga harus dicari solusinya agar tidak

berkelanjutan dan akan merusak tatanan

lingkungan.

Dengan menggunakan matriks

Leopold, dapat diketahui aktifitas mana

yang menyebabkan kerugian terhadap

komponen lingkungan dan juga yang dapat

menyebabkan penurunan kualitas

lingkungan. Dengan begitu, setelah

aktifitas-aktifitas ini diketahui, maka dapat

dicari solusi yang dapat memecahkan

permasalahan tersebut. Aktifitas-aktifitas

tersebut akan dilakukan mitigasi agar tidak

terjadi keberlanjutan dalam merusak

tatanan lingkungan.

Dalam matriks leopold telah

ditunjukan dampak yang akan di mitigasi.

Kateogri suatu dampak dinyatakan sebagai

Page 10: Amdal Final Paper

10

dampak penting apabila dampak tersebut

bersifat irreversibel artinya mengubah

kondisi lingkungan. Pada matriks leopold

dampak penting dinyatakan apabila

memiliki nilai lebih dari 2 dan I

(importance). Hubungan sebat akibat

pendugaan dampak penting sebagai

berikut.

a. Mobilisasi Pekerja

• Kesempatan kerja -> +3/I

Dengan pembangunan PLTU

Batubara ini akan membuka kesempatan

kerja kepada masyarakat lokal sebagai

karyawan PLTU. Analoginya setiap

industri yang baru dibuka akan

membutuhkan karyawan untuk proses

berlangsungnya industri tersebut.

• Kesempatan bisnis -> +3/I

Dengan adanya kumpulan

manusia (karyawan) di suatu lokasi,

maka akan mendorong usaha lain

misalnya bisnis penjual makanan, bisnis

kost, dll. Hal ini akan dimitigasi dengan

bekerjasama dengan pemerintah daerah

dengan memberi pelatihan kerja ke

masyarakat.

b. Mobilisasi Material dan Peralatan

(transportasi darat)

• Debu -> -2/I

Perpindahan material dan

peralatan dalam proses

mobilisasinya akan menyebabkan

debu terutama di sekitar pinggir

jalan. Pergerakan kendaraan akan

menyebabkan debu yang dijalan

berterbangan. Selain hal ini juga

disebabkan apabila barang yang

diangkut merupakan material ringan

yang mudah beterbangan.

• Sanitasi -> -2/I

Ketika banyak debu yang

beterbangan, dimana debu

merupakan sarana penyebaran

penyakit, serta dapat mengakibatkan

gangguan saluran pernafasan. Hal ini

tentunya akan mengurangi sanitasi

lingkungan.

• Tingkat kesehatan masyarakat -> -2/I

Dengan sanitasi lingkungan

yang buruk, maka akan menurunkan

tingkat kesehatan masyarakat.

c. Material (Pengolahan dan Penyediaan

material melalui laut)

• Kebisingan -> -2/I

Transportasi laut untuk

mengangkut material (komponen turbin,

generator, dll) umumnya kapal besar.

Kapal besar tentunya menggunakan

mesin yang besar pula. Hal ini

berdampak timbul kebisingan.

• Gangguan pada perkapalan -> -2/I

Karena adanya transportasi kapal

untuk mengangkut material, dimana

kapal material ini akan secara tidak

langsung memotong/mengganggu jalur

transportasi perkapalan di area tersebut.

• Gangguan pada nelayan -> -2/I

Dengan terganggunya sistem

perkapalan, maka hal ini juga

berdampak pada nelayan yang setiap

saat berlayar mencari ikan di daerah

tersebut.

d. Reklamasi Pesisir

• Penggunaan tanah -> -2/I

Reklamasi pesisir merupakan

proses pengkondisian pantai, dimana

mengkondisikan tanah yang nantinya

akan dibangun suatu bangunan

diatasnya. Umumnya kondisi pantai

tanahnya tidak rata datar, selain itu

strukturnya berupa pasir dan karang.

Agar dapat dibangun bangunan maka

pantai harus dikondisikan. Caranya

dengan mendatarkan permukaan pantai,

yaitu dengan penimbunan tanah. Hal ini

secara langsung berakibat pada

berkurangnya jumlah tanah didaerah

lain.

• Kualitas Air Laut -> -3/I

Dengan adanya penimbunan

tanah di sekitar pantai, maka sebagian

dari tanah akan bercampur dengan air

laut. Hal ini berdampak air laut menjadi

keruh.

• Perubahan garis pantai -> -3/I

Reklamasi pesisir umumnya

dilakukan tidak hanya menimbun

dengan tanah pada daerah yang tidak

terkena air laut saja, tetapi pada daerah

Page 11: Amdal Final Paper

11

yang terendam air laut dengan tujuan

memperluas daratan. Hal ini tentunya

berdampak pada perubahan garis pantai.

• Biota lokal -> -2/I

Dengan menurunnya kualitas air

laut maka biota laut disekitar pantai

tersebut akan terganggu. Selain itu

dengan penimbunan tanah, maka biota

yang hidup ditempat yang ditimbun

dengan tnah tersebut akan terganggu

habitanya.

• Gangguan lalu lintas laut -> -2/I

Pada saat proses reklamasi pesisir,

akan ada perpindahan material melalui

jalur laut, hal ini akan menggangu lalu

lintas laut. Selain itu ketika proses

reklamasi, daerah sekitar tempat

reklamasi tidak dapat dilalui kapal.

e. Konstruksi Bangunan dan Fasilitas

Pendukung

• Perubahan garis pantai -> -3/I

Dalam proses konstruksi masih

berkaitan dengan reklamasi pesisir.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa hal

ini akan mengubah garis pantai.

• Gangguan lalu lintas laut -> -2/I

Dengan adanya transportasi

material maka lalu lintas laut di area

tersebut akan terganggu.

• Biota lokal -> -2/I

Pada saat konstruksi, sering

digunakan bahan kimia seperti semen,

dll. Apabila bahan kimia ini masuk

dalam air laut, maka biota lokal akan

teracuni.

• Sanitasi -> -2/I

Pada saat konstruksi,

dimungkinkan akan timbul debu dan

limbah cair. Hal ini akan berpengaruh

pada sanitasi di daerah tersebut.

• Tingkat kesehatan Masyarakat -> -2/I

Dengan menurunnya sanitasi,

maka tingkat kesehatan masyarakat

sekitar akan menurun.

f. Pengerukan Laut

• Perubahan garis pantai -> -3/I

Pengerukan laut merupakan

bagian dari reklamasi pesisir. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk

membuat dermaga kapal. Kapal

untuk berlabuh tanpa karam,

memerlukan kedalaman tertentu.

Ketika laut dikeruk, maka garis

pantai akan berubah.

• Biota lokal -> -2/I

Pengerukan pantai akan

mencemari laut dan akan merusak

terumbu karang di daerah yang

dikeruk. Hal ini akan berakibat juga

pada biota lokal.

• Gangguan lalu lintas laut -> -2/I

Dengan adanya pengerukan

laut, maka pada area yang sedang

dikeruk, dalam proses pengerukan

dan daerah yang sedang dikeruk

merupakan jalur lalu lintas, maka

pada saat pengerukan laut akan

mengganggu lalu lintas laut.

• Gangguan pada perkapalan -> -2/I

Ketika lalu lintas laut

terganggu, secara langsung akan

berdampak pada sistem perkapalan

di area tersebut.

• Gangguan pada nelayan -> -2/I

Dengan terganggunya lalu

lintas laut dan sistem perkapalan, hal

ini akan berdampak pula pada

nelayan.

g. Operasi PLTU dan fasilitas Pendukung

• Asap, polusi, radiasi -> -3/I

PLTU batubara akan

mengeluarkan gas buang berupa

asap. Hal ini akan menimbulkan

polusi udara. Selain itu berdasarkan

penelitian, gas buang PLTU batubara

juga mengandung bahan radioaktif.

• Kualitas air laut -> -2/I

PLTU batubara membutuhkan

suatu air pendingin. Air pendingin

diambil dari air laut. Hal ini akan

berdampak kenaikan suhu air laut

terutama pada daerah outlet.

• Gangguan lalu lintas laut -> -3/I

Ketika proses produksi, maka

membutuhkan bahan bakar.

Umumnya batubara di Indonesia

disupply dari kalimantan dan dalam

pengirimannya menggunakan kapal.

Perjalanan kapal batubara ini akan

Page 12: Amdal Final Paper

12

mengganggu sistem lalu lintas laut

yang sudah ada.

• Gangguan pada perkapalan -> -2/I

Ketika lalu lintas laut

terganggu, secara langsung akan

berdampak pada sistem perkapalan

di area tersebut.

• Gangguan pada nelayan -> -2/I

Dengan terganggunya lalu

lintas laut dan sistem perkapalan, hal

ini akan berdampak pula pada

nelayan.

• Sanitasi -> -2/I

Dengan adanya gas buang dari

PLTU batubara yang mengandung

asap dan zat radioaktif, maka udara

sekitar PLTU akan tercemar.

• Tingkat kesehatan Masyarakat -> -

2/I

Dengan menurunnya sanitasi,

maka tingkat kesehatan masyarakat

sekitar akan menurun.

2. Perkiraan dampak berdasarkan

metode Overlay

Metode Overlay adalah metode

dimana perhatian lebih ditekankan pada

area-area yang paling besar

kemungkinannya terkena dampak dari

PLTU Batubara. Pada subab perkiraan

dampak, ditampilkan metode overlay

untuk dampak akibat gas buang dari PLTU

Batubara Jawa Timur 2. Untuk mengetahui

area-area mana saja yang paling besar

dampaknya, maka perlu diketahui jenis-

jenis gas apa saja yang terkandung dalam

gas buang PLTU Batubara dan profil angin

dimana PLTU Batubara tersebut didirikan.

Jenis-jenis gas yang terkandung

dalam gas buang PLTU Batubara adalah

NOx, Sox, Co, dan pm10. Jenis-jenis gas

ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri,

akibatnya dampak yang dihasilkan oleh

gas-gas ini pun berbeda-beda. Pada subbab

perkiraan dampak, ditunjukkan profil

angin dimana PLTU Batubara Jawa Timur

didirikan. Dengan mengacu pada profil

angin dan karakteristik gas-gas tersebut,

maka dapat dibuat grafik pemodelan

konsentrasi gas buang yang dialami suatu

area tertentu akibat gas-gas tersebut

berdasarkan jarak area tersebut dari PLTU

Batubara. Selain itu juga dapat

digambarkan daerah-daerah mana yang

lebih besar kemungkinannya terkena

dampak akibat gas-gas tersebut.

Pada grafik pemodelan konsentrasi

gas buang, dapat dilihat bahwa semakin

jauh suatu daerah dari PLTU Batubara,

maka semakin kecil dampak yang dialami

oleh daerah tersebut. Hal ini jelas, karena

semakin jauh dari PLTU Batubara, gas-gas

tersebut sudah berkurang konsentrasinya

dan bercampur dengan udara, sehingga

dampak yang diakibatkan menjadi

berkurang. Hal yang menarik adalah

sebelum 500 m, tidak ada dampak yang

signifikan akibat keempat jenis gas

tersebut. Baru setelah melewati 500 m,

dampak yang diakibatkan melonjak naik

dan pada jarak sekitar 1100 m, dampak

dari keempat gas itu mencapai puncaknya,

kemudian meluruh seiring bertambahnya

jarak. Tidak adanya dampak sebelum 500

m itu karena gas buang yang dikeluarkan

oleh PLTU Batubara dikeluarkan melalui

cerobong asap, akibatnya daerah yang

dekat dengan PLTU Batubara malah tidak

terkena dampak secara langsung.

Selain dari grafik tersebut, dampak

yang diakibatkan oleh gas-gas tersebut

dapat juga dilihat pada gambar perkiraan

lokasi yang terkena dampak yang

ditunjukkan pada gambar 6. Pada gambar-

gambar tersebut, warna yang lebih gelap

menunjukkan daerah yang kemungkinan

terkena dampaknya lebih besar. Dari

gambar-gambar tersebut dapat diperoleh

gambaran penyebaran dampak yang

diakibatkan oleh gas-gas buang PLTU

Batubara sehingga dapat diketahui daerah

mana yang perlu diberi perhatian lebih

(metode overlay).

3. Metode Penanganan Dampak Penting

Sebagaimana disebutkan sebelumnya

bahwa pembangunan PLTU Batu bara

hingga pengoperasiannya tidak lepas dari

Page 13: Amdal Final Paper

13

berbagai dampak penting. Berikut ini

adalah beberapa mitigasi yang kami

sarankan:

• Menurunnya kualitas udara:

1. Menutup material yang dibawa

oleh truk sehingga selama

perjalanan material yang sedang

dibawa tersebut tidak mencemari

udara.

2. Menyiram jalan untuk mengurangi

debu yang disebabkan oleh

kendaran-kendaraan proyek yang

lalu lalang.

3. Memasang kolektor debu di area

pembangunan PLTU Batu bara.

• Meningkatnya emisi gas buang:

1. Pengoptimalan pengontrol emisi

gas buang sehingga gas buang yang

dihasilkan tidak terlalu mencemari

udara sekitar.

2. Pengoptimalan proses operasi

PLTU sehingga proses PLTU tidak

terlalu banyak menghasilkan gas

buang.

3. Pengoptimalan monitoring emisi

yang ditujukan untuk mengontrol

emisi gas buang.

• Bertambahnya kebisingan:

1. Mewajibkan pekerja memasang

peralatan keselamatan (ear plug).

2. Menanam pohon di sekitar PLTU

sebagai penyerap suara.

3. Mengatur pergerakan kendaraan

agar suara yang dihasilkan tidak

terlalu membuat bising bagi daerah

sekitarnya (misal kendaraan proyek

tidak berduyun-duyun saat

beroperasi).

• Menurunnya kualitas air:

1. Memisahkan air hujan dengan air

limbah sehingga air limbah tidak

bercampur dengan air hujan yang

terserap ke tanah.

2. Mengolah air limbah untuk

mengurangi racun yang terkandung

di dalamnya.

3. Pengaturan limbah oli dan limbah

cair yang lain agar tidak

mencemari lingkungan sekitar.

4. Pengoptimalan heat exchanger agar

air yang keluar dari heat exchanger

tidak terlalu panas.

• Perubahan garis pantai:

1. Pemasangan tanggul untuk

membatasi garis pantai.

2. Penanaman tanaman mangrove

agar batas pantai tidak mengalami

abrasi.

• Meningkatnya trafik lalu lintas:

1. Meningkatkan kemampuan supir

dalam mengemudi agar tidak

menimbulkan kemacetan akibat

supir yang sembrono.

2. Penggunaan truk sesuai batas

muatan.

3. Pemasangan simbol lalu lintas

yang diperlukan agar lalu lintas

tetap teratur walaupun banyak

kendaraan proyek yang

berseliweran.

• Gangguan sistem transportasi:

1. Memanfaatkan transportasi darat

dan laut agar tidak terjadi

penumpukan kendaraan di darat.

2. Penyediaan tempat parkir truk yang

sesuai agar truk tidak mengganggu

lalu lintas.

3. Menyediakan bus karyawan untuk

mengurangi kendaraan pribadi

yang dibwa oleh karyawan-

karyawan PLTU.

4. Pengaturan jadwal penerimaan

kapal batubara agar tidak

mengganggu jadwal kapal

penumpang.

• Gangguan ekosistem terestrial:

Penanaman pohon sebagai habitat

burung dan area penyangga

lingkungan

• Peluang bisnis dan pekerjaan yang

lebih baik:

1. Bekerjasama dengan pemerintah

daerah memberi pelatihan

kemampuan kerja kepada

masyarakat.

2. Lebih memprioritaskan pegawai

dari masyarakat sekitar PLTU.

Page 14: Amdal Final Paper

14

• Sanitasi dan kesehatan:

1. Peningkatan layanan kesehatan

dengan bekerjasama dengan

poliklinik lokal dan puskesmas.

2. Peningkatan kesadaran masyarakat

tentang pola hidup sehat agar

masyarakat juga turut berperan

dalam menjaga kesehatan mereka.

3. Hanya membuang sampah di

tempat yang ditentukan sehingga

pencemaran udara akibat sampah

dapat diminimalisir.

4. Mengolah limbah domestik sesuai

prosedur.

PERHITUNGAN DAMPAK

A. Kenaikan kepadatan penduduk

1. Kepadatan pddk sebelum ada proyek

(tp)

Dtp = { Po ( 1 + rtp)t } / Ltot , orang/km

2

Dtp = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } /

16.961,7 km2

Dtp = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } /

16.961,7 km2

Dtp = 67,700 orang / km2

2. Kepadatan pddk setelah ada proyek

(dp)

Ddp = { Po ( 1 + rdp)t } / Ltot-Li, orang/km

2

Ddp = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } /

(16.961,7 – 4) km2

Ddp = 67,716 orang / km2

3. Dampak Pembebasan lahan thd

kepadatan penduduk (∆D)

∆D = Ddp - Dtp

∆D = 67,716 - 67,700 orang / km2

∆D = 0,016 orang / km2

dengan:

D = Kepadatan penduduk, orang / km2

P = Populasi/jumlah penduduk, orang =

1.092.036

r = laju pertumbuhan penduduk, %

= lahir + min – meninggal - mout = 1,01%

Ltot = Luas lahan, km2 = 16.961,7 km

2

(purbalingga)

Li = 2 km2

t = periode waktu perhitungan, tahun = 5

tahun

(sumber : www.probolinggokab.go.id)

B. Penurunan hasil pertanian

Karena PLTU Batubara didirikan

diatas lahan kosong, pesisir pantai yang

tidak dimanfaatkan untuk pertanian, maka

penurunan hasil pertanian ∆Pr = 0

C. Penggusuran penuduk

Lahan yang digunakan untuk

proyek PLTU Batubara adalah dipesisir

pantai, sehingga dalam pembebasan lahan

tidak melakukan menggusuran terhadap

penduduk. Maka penduduk yang tergusur

Y = 0.

D. Kenaikan tekanan penduduk

- Tekanan penduduk (TP) adalah suatu

keadaan dimana lahan tempat ia

tinggal/lahan pertanian yang dimiliki

tidak mampu menopang hidup secara

layak

- Sumber data: data

kependudukan+pekerjaan, peta

topografi wilayah, atau peta photo

udara, peta tataguna lahan

- Jika TP diatasi dengan membuka lahan

baru (misal: konversi hutan

lindung�lahan pertanian), maka luas

lahan baru yng dirambah/dikonversi

akibat tekanan penduduk:

luas lahan dikonversi = (TP – 1) ltot

1. Tanpa proyek:

Pt = P0 (1 + r)t

Pt = { 1.092.036 ( 1 + 0,0101)5 } orang

Pt = 1.148.309

TPtp = ztp ( 1 – α tp) ftp .Pt / β.ltot, dng α <

1

TPtp = 0,32( 1 – 0,168) 0,832 X 1.148.309

/ 0,9 X 919,74

TPtp = 3,08

Dengan:

z = 0,55

f = 0,832

α = 0,168

β = 0,9

Page 15: Amdal Final Paper

15

2. Dengan proyek:

TPdp = zdp ( 1 – α dp) fdp .Pt / β.(ltot-l)

TPdp = 0,55 (1 – 0,168) 0,832 X 1.148.309

/ 0,9 X (919,74 – 4 )

TPdp =5,28

3. Dampak proyek terhadap tekanan

penduduk:

∆TP = TPdp - TPtp

∆TP = 5,28 - 3,08

∆TP = 2,2

E. Perhitungan luas kerusakan hutan

- Data empirik menunjukkan presentasi

penduduk merusak hutan naik dari 50% (=

a) menjadi 60% (= b):

Rumus Umum: Y (ha) = ( TP – 1 ) . ψ %.

ltot

Luas penebangan hutan:

1. Tanpa Proyek:

Y= (3,08– 1 ) . 50 %. 919,74ha

= 956,53ha

2. Dengan Proyek

Y= ( 5,28– 1 ) . 60 %. (919,74– 4) ha

= 2351,6203 ha

3. Dampak Proyek terhadap penebangan

hutan:

∆ Y = 2351,6203ha - 956,53 ha

= 1395,1 ha

F. Kenaikan run-off karena erosi

-faktor berpengaruh: presipitasi, intersepsi

(tataguna lahan/pelingkupan), jenis tanah,

luas lahan yang dikonversi, dsb.

o Luas hutan yg dikonversi pddk

akibat proyek = 1395,1 ha

o Koefisien run-off hutan (0,01 –

0,10), rerata = 0,05

o Koefisien run-off pertanian = 0,25

o Intensitas rerata hujan 5 mm/hari-

hujan

1. Diskripsi proyek:

Kompleks industri, kantor, gedung, tempat

parkir = 28 ha

Taman = 9 ha

Jalan = 3 ha

-------------------------------------- +

Luas kawasan industri = 40 ha

2. Data koefisien run-off (dari

daftar/table):

Kompleks industri, kantor, gedung, tempat

parkir = 0,90

Taman = 0,15

Jalan = 0,95

Pedesaan (rerata) = 0,25

3. Rerata koefisian run-off

Ĉ = (C1.a+C2.b+C3.c)/(a+b+c)

= (0,9x28 + 0,15x9 + 0,95x3)/40

= 0,735

4. Dampak konstruksi thd run-off jika

intensitas hujan = 5 mm/hari-hujan

∆Q = (Ĉ – Cdesa). I (m/hr-hujan). A (m2)

∆Q = (0,735–0,25)x5.10-3

m/hari-hujan

x40.104m

2

∆Q = 970 m3/hari-hujan

Kenaikan limpasan permukaan/air

larian (run-off)

1. Debit air larian:

Q (m3/hr-hujan) = C . I (m/hr-

hujan). A (m2)

= 0.05 . 5x10-3

. 40x104

= 100 m3/hr-hujan

2. Dampak konversi tataguna lahan

thd air larian:

∆ Q = (Cp – Ch ) . I . Y ; m3/hari-

hujan

= ( 0,25 – 0,05) . 5 10-3

m/hari-

hujan . 1395,1 104 m

2

= 135,91 m3 /hari-hujan

G. Kenaikan laju erosi

Karena proyek dibangun tidak jauh

dari pantai dan dibangun di atas lahan

yang datar(tidak mempunyai kemiringan)

maka kenaikan laju erosi adalah 0

H. Arus urbanisasi

- Ada atau tidak ada proyek, TP

mendorong pddk untuk rambah hutan

atau urbanisasi.

Page 16: Amdal Final Paper

16

- % pddk urban TPtp = a= 3,08, dan %

pddk urban TPdp = b = 5,28� secara

empirik a% > b% , yakni rerata: a =

50% dan b = 40%,

Jumlah penduduk yang terdorong urban

SEBELUM ada proyek

Xtp = [ 1 – 1/{TPtp (100-a)%}] . ftp. Pttp

Xtp = [ 1 – 1/{3,08 (100-50)%}] x 0,832 x

1.148.309

Xtp = 949.189 orang

Jumlah penduduk yang terdorong urban

SETELAH ada proyek

Xdp = [ 1 – 1/{TPdp (100-b)%}] . fdp. Ptdp

Xdp = [ 1 – 1/{5,28 (100-30)%}] x 0,832 x

1.148.309

Xdp = 952803 orang

Dampak proyek terhadap Arus Urbanisasi:

∆X = Xdp - Xtp

∆X = 952803 - 949.189

∆X = 3614 orang

I. Kenaikan produksi limbah

- Populasi penduduk dan PDB naik �

pola hidup konsumtif.

- Kualitas limbah/toksisitas meningkat

(organik � anorganik; dekomposisi )

- menurut WHO, produksi sampah

rerata (b) di kawasan berpenghasilan

rendah/kawasan urban di Asteng = 0,4

kg/orang/hari.

- Produk limbah akibat urban:

Z (kg/hari) = ∆X orang . b kg/orang/hari.

Z (kg/hari) = 3614 x 0,4 kg/orang/hari.

Z (kg/hari) = 1445,6 kg/hari

KESIMPULAN

1. Dampak penting yang akan dimitigasi

ditunjukan dengan matriks leopold

yang diberi warna kuning, dengan

kriteria memiliki dampak dengan

kategori Importance (I), dan memiliki

nilai lebih dari 2.

2. Dengan mengacu pada karakteristik

gas buang (bargantung jenis gas buang

tersebut yang terdiri atas NOx, Sox,

Co, dan pm10,) dan profil angin, maka

didapatkan grafik serta gambar

perkiraan dampak sehingga dapat

diketahui bahwa semakin jauh suatu

daerah dari PLTU Batubara, semakin

sedikit kemungkinan terkena

dampaknya dan dapat diketahui

daerah-daerah sebelum jarak 500 m,

tidak terkena dampak yang terlalu

signifikan.

SARAN

1. Perkiraan dampak dengan metode

overlays ebaiknya menggunakan data

kecepatan angin minimal 5 tahun

terakhir.

2. Perlu dilakukan analisis dampak

lingkungan terhadap fase komisioning

dan dekomisioning.

3. Bapedal harap menyetujui proyek ini

agar kebutuhan energi listrik dapat

terjamin khususnya Jawa-Bali, dan

dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal.

4. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut

terkait EBL

5. Perlu dilakukan kajian ambang emisi

dan efluent

Page 17: Amdal Final Paper

17

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Lingkungan Hidup,

“Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 17 tahun 2001 : Daftar

Wajib AMDAL”, 2001

Budhi, Agus. “Bahan Ajar Analisa

Mengenai Dampak Lingkungan”,

Jurusan Teknik Fisika UGM : 2012

PT. Holcim, “Construction of Cement

Plant and PLTU Unit, Port, Facility

Mining, and Supporting PT Semen

Dwima Agung in Tuban”, 2008

PT. PLN (Persero), “Upper Cisokan

Pumped Storage Hydro Electric

Power Plant : Consolidated

Environmental Impact Assessment”,

2011

Dian et al, “Modeling Studies of Air

Pollution Dispersionas Supporting

Tool For New Power Plant

Environmental Impact Assessment

(A case study of EIA PLTU 2 Jawa

Timur)”, 2007

Alam et al, “Evaluation of possible

environmental impacts for

Barapukuria thermal power plant

and coal mine”, 2011

Messer, Jay J. “Impacts of Western Coal,

Oil Shale, and Tar Sands

Development on Aquatic

Environmental Quality: A Technical

Information Matrix; Volume 1

Introduction and Instructions”, Utah

State University : 1982

Anonim, Data BPS dan Geografis

Kabupaten Probolinggo,

www.probolinggokab.go.id tanggal

sunting 15 Juni 2012