filsafat makalah

3
Prespektif Al-Quran dan Sunnah tentang filsafat dalam Era Globalisasi Al-Ghazali dalam Mahdi memandang bahwa ilmu yang wajib dicari menurut adalah terbatas pada pelaksanaan kewajiban-kewajiban syariat islam yang harus diketahui secara pasti. Sebagian ulama besar islam hanya memasukkan cabang-cabang ilmu yang secara langsung menyerahkan hubungan dengan agama. Sedangkan tipe-tipe ilmu yang lain diserahkan pada masyarakat untuk menetukan ilmu mana yang paling esensial untuk memelihara dan menyejahterakan diri mereka. Mengenai filsafat, Kasyani mengatakan bahwa komponen filsafat mencakup berbagai masalah agama dan dunia, misalnya astronomi, ilmu obat-obatan, retorika, dan lain-lain(Mahdi,1988:42). Semua ilmu-ilmu ini, yaitu mengenai akhirat, membantu mencapai kesempurnaan di dalam syariah, dan ilmu yang tidak berguna bagi akhirat tidak diperlukan apalagi jika hal itu dapat menghalangi pencarian jalan Allah. Ringkasnya, Kasyani menyimpulakn bahwa sebelum orang mau mempelajari ilmu-ilmu yang tidak dibahas dalam syariah hendaknya mempelajari agam dahulu secara tuntas. Kata “ilmu” sebagaimana yang ada di dalam Al-Quran dan Sunnah dalam makna umumnya merujuk secara eksklusif kepada studi-studi agama. Dalam islam, batasan untuk mencari ilmu hanyalah bahwa setiap muslim menuntut ilmu-ilmu yang berguna. Islam hanya melarang orang-orang Islam dari menerjunkan dirinya dalam mencari suatu cabang-cabang ilmu yang bahayanya lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya(seperti tebak-tebakan dan sihir). Nabi bersabda : Sebaik-baik ilmu adalah yang bermanfaat. Allah menunjukkan seluruh benda-benda yang ada di muka bumi sebagai tanda-tanda penciptaanNya. Studi tentang alam dan apa-apa yang ada didalamnya merupakan alat atau cara yang sangat penting untuk mengetahui Allah dan mengenal keagungan ciptaanNya(Mahdi,1998:50). Sudah menjadi keharus bagi muslim untuk mencari ilmu dengan menggunakan filsafat berdasarkan Al-Quran dan Sunnah sehingga manusia tetep berda di jalan Allah S.W.T.

Upload: aisyahzafira26

Post on 18-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xxxxx

TRANSCRIPT

Page 1: filsafat makalah

Prespektif Al-Quran dan Sunnah tentang filsafat dalam Era Globalisasi

Al-Ghazali dalam Mahdi memandang bahwa ilmu yang wajib dicari menurut adalah terbatas pada pelaksanaan kewajiban-kewajiban syariat islam yang harus diketahui secara pasti. Sebagian ulama besar islam hanya memasukkan cabang-cabang ilmu yang secara langsung menyerahkan hubungan dengan agama. Sedangkan tipe-tipe ilmu yang lain diserahkan pada masyarakat untuk menetukan ilmu mana yang paling esensial untuk memelihara dan menyejahterakan diri mereka.

Mengenai filsafat, Kasyani mengatakan bahwa komponen filsafat mencakup berbagai masalah agama dan dunia, misalnya astronomi, ilmu obat-obatan, retorika, dan lain-lain(Mahdi,1988:42). Semua ilmu-ilmu ini, yaitu mengenai akhirat, membantu mencapai kesempurnaan di dalam syariah, dan ilmu yang tidak berguna bagi akhirat tidak diperlukan apalagi jika hal itu dapat menghalangi pencarian jalan Allah. Ringkasnya, Kasyani menyimpulakn bahwa sebelum orang mau mempelajari ilmu-ilmu yang tidak dibahas dalam syariah hendaknya mempelajari agam dahulu secara tuntas.

Kata “ilmu” sebagaimana yang ada di dalam Al-Quran dan Sunnah dalam makna umumnya merujuk secara eksklusif kepada studi-studi agama. Dalam islam, batasan untuk mencari ilmu hanyalah bahwa setiap muslim menuntut ilmu-ilmu yang berguna. Islam hanya melarang orang-orang Islam dari menerjunkan dirinya dalam mencari suatu cabang-cabang ilmu yang bahayanya lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya(seperti tebak-tebakan dan sihir).

Nabi bersabda :Sebaik-baik ilmu adalah yang bermanfaat.

Allah menunjukkan seluruh benda-benda yang ada di muka bumi sebagai tanda-tanda penciptaanNya. Studi tentang alam dan apa-apa yang ada didalamnya merupakan alat atau cara yang sangat penting untuk mengetahui Allah dan mengenal keagungan ciptaanNya(Mahdi,1998:50). Sudah menjadi keharus bagi muslim untuk mencari ilmu dengan menggunakan filsafat berdasarkan Al-Quran dan Sunnah sehingga manusia tetep berda di jalan Allah S.W.T.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu

bersyukur.(QS: An-Nahl Ayat: 78)

Ayat tadi mengatakan bahwa kita dapat memahami suatu fenomena dapat dilakukan lewat mata, telinga dan intelek. Mata dan telinga menjadi komponen utamanya. Dalam beberapa karya islam “hati” juga dikatakan sebagai alat penalaran.Melalui ayat Al-Quran, Mahdi menyimpulkan bahwa saluran-saluran yang kita gunakan untuk memahami alam adalah :

1. Indra-indra eksternal 2. Intelek yang tidak terkotori oleh sifat-sifat buruk (yang menguasai kehenda-kehendak dan

khayalan-khayalan)

Page 2: filsafat makalah

3. Wahyu dan inspirasi

Seorang peneliti harus menghindarkan pikiran-pikiran dari putusan-putusan yang tergesa-gesa dan prasangka-prasangka yang tidak beralasan. Mahdi menyebutkan factor-faktor yang menghalangi pengamatan manusia dari pengamatan yang benar menurut Al-Quran.

1. Ketiadaan iman.Beberapa ayat dalam Al-Quran mengisyaratkan bahwa mengandalkan pengetahuan semata-mata, tanpa iman, tidak akan membawa kepada pemahaman alam yang tepat.

2. Adanya faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan akalAdanya karakteristik dan kualitas-kualitas tertentu pada sebagian orang menghalangi mereka menemukan kebenaran. Contohnya mengikuti hawa nafsu, cinta atau benci buta, takabur(kesombongan), tergesa-gesa dalam pemutusan.

3. KebodohanKesalahan dalam penilaian biasanya bersala dari ketidaktahuan seseorang akan ilmu yang bersangkutan.

Berkaitan dengan globalisasi, dimana globalisasi diartikan sebagai perkembangan cepat yang tidak terhalang oleh ruang dan waktu. Namun karena pesatnya perkembangan tersebut, tetap terdapat sisi positif dan sisi negatifnya. Dengan pengunaan filsafat yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah, remaja muslim seharusnya bisa memilih perubahan kebudayaan yang sesuai dengan jalan Allah, sehingga remaja muslim di Indonesia tidak ada yang meniru perilaku-perilaku barat yang bersifat negatif.