febriyati-fkik

78
ANALISIS KOMPONEN KIMIA FRAKSI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH (Piper bettle Linn.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM POSITIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi Oleh : FEBRIYATI NIM : 106102003404 PROGRAM STUDY FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Upload: daniisimanjuntak

Post on 23-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS KOMPONEN KIMIA FRAKSI MINYAK ATSIRI

    DAUN SIRIH (Piper bettle Linn.) DAN UJI AKTIVITAS

    ANTIBAKTERI TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI

    GRAM POSITIF

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

    Oleh :

    FEBRIYATI

    NIM : 106102003404

    PROGRAM STUDY FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010 M/1431 H

  • LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

    NAMA : FEBRIYATI

    NIM : 106102003404

    JUDUL : ANALISIS KOMPONEN KIMIA FRAKSI MINYAK ATSIRI

    DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DAN UJI AKTIVITAS

    ANTIBAKTERI TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI

    GRAM POSITIF

    Disetujui oleh :

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Andria Agusta Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.

    NIP. 196908161994031003 NIP.195601061985101001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.

    NIP. 195601061985101001

  • LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    Skripsi dengan judul

    ANALISIS KOMPONEN KIMIA FRAKSI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH

    (Piper betle Linn.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP

    BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM POSITIF

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :

    Febriyati

    NIM: 106102003404

    Menyetujui,

    Pembimbing:

    1. Pembimbing I Dr. Andria Agusta ........................

    2. Pembimbing II Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................

    Penguji:

    1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................

    2. Anggota Penguji I Zilhadia, M.Si, Apt. ........................

    3. Anggota Penguji II Eka Putri, M.Si, Apt. ........................

    4. Anggota Penguji III Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt. ........................

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp, And

    Tanggal lulus : 25 Agustus 2010

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

    ANALISIS KOMPONEN KIMIA FRAKSI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH

    (Piper bettle Linn.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP

    BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM POSITIF

    Adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun

    kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

    dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah

    disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

    Penulis,

    Febriyati

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah

    kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena dengan segala rahmat dan

    karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan

    judul ANALISIS KOMPONEN KIMIA FRAKSI MINYAK ATSIRI DAUN

    SIRIH (Piper bettle Linn.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

    TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM POSITIF. Skripsi ini

    disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program

    Studi Farmasi Universutas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

    Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima

    kasih yang sebesar-besarnya serta setulus-tulusnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Prof. Dr (hc) dr. M. K. Tadjudin Sp,And, selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Bapak Dr. Andria Agusta dan Bapak Drs. M. Yanis Musdja, Msc., Apt,

    sebagai pembimbing yang baik dan dengan sabar telah memberikan

    pengarahan, bimbingan, nasehat dan petunjuk selama penelitian dan

    penyusunan skripsi ini.

    4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan hingga

    penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Munawar dan Ibunda Aripah yang selalu

    memberikan kasih sayang yang tiada terkira serta tiada pernah hentinya

    memberikan doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tiada apapun di dunia ini

    yang dapat membalas semua kebaikan, cinta dan kasih sayang yang telah

    kalian berikan.

  • 6. Kepada kakanda dan adinda-adindaku tersayang terima kasih atas nasehat,

    dukungan, serta kasih sayang yang telah kalian berikan, hingga penulis selalu

    semangat menyelesaikan skripsi ini.

    7. Kepada Angayi Hari Suryono, ST dan keluarga yang selalu memberikan

    dukungan, motivasi dan inspirasi serta dengan segala kesabarannya tiada

    henti memberikan semangat dikala penulis merasa bimbang, lelah dan

    terjatuh dalam menyelesaikan skripsi sehingga penulis dapat bangkit kembali

    untuk menyelesaikan skripsi.

    8. Bapak Prof. Dr. Eko Baroto Walujo, APU, sebagai kepala bidang Botani dari

    Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong yang telah memberikan kesempatan

    kepada penulis untuk melakukan penelitian di LIPI Cibinong.

    9. Ibu Dr. Praptiwi dan Yuliasri Jamal, Msc, yang senantiasa memberikan

    bimbingan dan bantuan dikala penulis mengalami kesulitan selama penelitian

    dan penyusunan skripsi.

    10. Bapak Dedi Rosadi dan Dedi Kustiwa dari balitro yang telah menyediakan

    sampel dan melakukan distilasi

    11. Saudara Ahmad Futhoni dan kang Asep yang telah memberikan bantuan

    selama penelitian.

    12. Kepada sahabat-sahabatku tersayang, Aminah Nurhadiyah, Fiestyo Alim,

    Erny Fitriana, Rahmania Hidayah dan Nida Nurnabila terima kasih atas

    dukungan dan doa kalian, masa-masa kuliah bersama kalian tidak akan

    pernah terlupakan sampai kapanpun.

    13. Kepada teman-teman seperjuangan dalam penelitian yang selalu membantu

    dan senantiasa menyemangati, Erny Fitriana, Nurul Gustiari, Nuryatni, Vika

    Fauziah, Mustikaning Ayu, Nurul Farihah, Lidya Pratiwi dan Ulfah Sadiah.

    14. Kepada teman-teman Farmasi angkatan 2006, kebersamaan kita didalam suka

    dan duka akan selalu terkenang di dalam hati sanubari.

    15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

    membantu menyelesaikan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.

    Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

    harapkan guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala

  • kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat

    baik bagi kalangan akademis, khususnya bagi mahasiswa farmasi, masyarakat

    pada umumnya dan bagi dunia ilmu pengetahuan.

    Jakarta, 25 Agustus 2010

    Penulis

  • ABSTRAK

    ANALISIS KOMPONEN KIMIA FRAKSI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH

    (Piper bettle Linn.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP

    BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM POSITIF

    Sirih (Piper betle Linn.) merupakan salah satu jenis tanaman dari famili

    Piperaceae yang sering digunakan untuk menyirih. Fraksi minyak atsiri daun sirih

    diperoleh dengan cara destilasi uap air dan difraksinasi berdasarkan perbedaan

    waktu penyulingan. Kandungan relatif yang terdapat pada masing masing fraksi secara berurutan adalah 0,061%, 0,034%, 0,027% dan 0,015%. Analisis fraksi

    minyak atsiri dengan GC-MS dari fraksi jam ke 1, 2,4, dan 6 menunjukkan adanya

    5 komponen kimia utama yang diduga berperan pada aktivitas antibakteri yaitu

    kavibetol, kariofilen, pacouli alkohol,fenol,2-metoksi-4(1-profenil)-asetat dan 4-

    alil-1,2-diasetoksibenzene. Fraksi minyak atsiri daun sirih telah diuji aktivitas

    antibakteri dan mekanisme penghambatan terhadap beberapa jenis bakteri gram

    positif. Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih menggunakan mikrodilusi

    menunjukkan bahwa ke-4 fraksi minyak atsiri daun sirih aktif terhadap

    Staphylococcus epidermidis dan Steptococcus mutan namun tidak menunjukkan

    aktivitas terhadap Bacillus subtilis . Nilai MIC pada setiap fraksi terhadap

    Staphylococcus epidermidis sebesar 0,25% sedangkan Steptococcus mutan

    memilki aktivitas yang paling sensitif terhadap F4 pada nilai MIC 0,25%.

    Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri oleh fraksi minyak atsiri daun

    sirih terjadi melalui pengerusakan dinding sel mikroba uji setelah perlakuan 1

    MIC dan 2 MIC.

    Kata kunci : Piper betle, minyak atsiri, fraksi, aktivitas antibakteri, bakteri gram

    positif,.

  • ABSTRACT

    ANALYSIS OF CHEMICAL COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL

    FRACTIONS OF BETLE LEAVES (Piper betle Linn.) AND ANTI-

    BACTERIAL ACTIVITY TEST AGAINST SOME GRAM POSITIVE

    BACTERIA.

    Beetle (Piper betle Linn) is a plant belongs to Piperaceae that often used in

    beetle chewing. Essential oils fractions of beetle leaves was given by steam and

    water distilation and fractionated based on time periods. The result showed that

    fraction yield of F1, F2, F3 and F4 were 0,061%, 0,034%, 0,027% and 0,015%.

    respectively. Analysis of essential oils by GC-MS showed that 5 main chemical

    components were chavibetol, caryophyllene, patchouli alcohol, phenol,2-metoksi-

    4(1-prophenyl)-acetate and 4-allyl-1,2-diacetoxybenzene respectively. All of

    these main chemical constituents were propose to responsible for its antibacterial

    activity. The anti-bacterial activity of essential oils of beetle leaves was evaluate

    with a microdilluton method. The results showed all of essential oil fractions

    tested active against Staphylococcus epidermidis dan Steptococcus mutan but not

    active to Bacillus subtilis. The MIC values of Staphylococcus epidermidis for all

    of essential oil fractions were 0,25% While Steptococcus mutan were the most

    sensitive to fourth fraction by 0.25%. Inhibition mechanism their activity was

    indicated through microbial cell walls vandalism test after treatment 1 MIC and 2

    MIC of the oils.

    Key words: Piper betle,,essential oil, fractions, antibacterial activity, gram

    positive bacteria

  • DAFTAR ISI

    Hal

    LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ iii

    LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR.......................................................................................... v

    ABSTRAK............................................................................................................ viii

    ABSTRACT.......................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI......................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv

    BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang................................................................................ 1

    1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 3

    1.3. Hipotesa.......................................................................................... 4

    1.4. Tujuan Penelitian............................................................................ 4

    1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5

    2.1. Tanaman Daun Sirih....................................................................... 5

    2.1.1. Klasifikasi ............................................................................ 5

    2.1.2.Nama Daerah......................................................................... 5

    2.1.3. Deskripsi Tanaman............................................................... 5

    2.1.4. Kandungan Kimia................................................................. 6

    2.1.5. Khasiat.................................................................................. 6

    2.2. Minyak atsiri................................................................................... 6

    2.2.1. Deskripsi Minyak Atsiri........................................................ 6

    2.3.1. Deskripsi Bakteri.................................................................. 7

    2.3.2. Bakteri Uji............................................................................. 8

  • 2.4. Aktivitas Antibakteri....................................................................... 10

    2.4.1. Aktivitas Antibakteri............................................................. 10

    2.4.2. Mekanisme Kerja Antibakteri............................................... 11

    2.4.3. Metode Pengujian Antibakteri.............................................. 13

    BAB III KERANGKA KONSEP............................................................... 14

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 15

    4.1. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 15

    4.2. Pengambilan Sampel....................................................................... 15

    4.3. Determinasi Tanaman..................................................................... 15

    4.4. Alat da Bahan.................................................................................. 15

    4.5. Metode Penelitian........................................................................... 16

    4.6. Prosedur kerja 17

    4.6.2. Identifikasi Komponen Kimia Fraksi Minyak Atsiri Daun

    Sirih.......................................................................................

    18

    4.6.3. Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi Minyak Atsiri

    Daun Sirih.............................................................................

    18

    4.6.4. Analisis Protein dan Asam Nukleat...................................... 22

    4.6.5. Analisis Ion Logam Ca2+

    dan K+.

    .......................................... 23

    4.6.6. Analisis Perubahan Morfologi Sel dengan SEM.................. 23

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 25

    5.1. Hasil................................................................................................ 25

    5.1.1. Isolasi dan Penentuan Komponen Kimia Fraksi Minyak

    Atsiri Daun Sirih ..................................................................

    25

    5.1.2. Pengujian Aktivitas Antibakter i Fraksi Minyak Atsiri

    Daun Sirih.............................................................................

    29

    5.1.4. Analisis Kebocoran Protein dan Asam nukleat.................... 31

    5.1.5. Analisis Ion Logam Ca2+

    dan K+.......................................... 31

    5.1.6. Analisis Perubahan Morfologi Sel Bakteri S. epidermidis

    dengan SEM ........................................................................

    32

  • 5.2. Pembahasan.................................................................................... 33

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 43

    6.1. Kesimpulan..................................................................................... 43

    6.2. Saran............................................................................................... 44

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 45

    LAMPIRAN.......................................................................................................... 48

  • DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 1. Perbandingan komponen kimia antar fraksi minyak atsiri

    daun Sirih ............................................................................................... 27

    Tabel 2. Penggolongan komponen kimia antar fraksi minyak atsiri

    daun Sirih ............................................................................................... 28

    Tabel 3. Aktivitas fraksi minyak atsiri daun sirih terhadap 3 jenis bakteri

    uji gram positif pada konsentrasi 50 %.................................................. 29

    Tabel 4. Penentuan MIC fraksi minyak atsiri daun sirih terhadap bakteri

    uji B. subtilis........................................................................................... 30

    Tabel 5. Penentuan MIC fraksi minyak atsiri daun sirih terhadap bakteri uji

    S.epidermidis dan S. mutan..................................................................... 30

  • DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 1. Daun sirih........................................................................................... 25

    Gambar 2. Perbandingan komatogram antar fraksi minyak atsiri daun sirih....... 30

    Gambar 3. Nilai absorbansi asam nukleat dan protein fraksi jam ke-1

    pada sel S. epidermidis...................................................................... 31

    Gambar 4. Hasil pengukuran konsentrasi ion logam Ca2+

    dan K+ fraksi

    jam ke-1 pada supernatan biakan S.epidermidis konsentrasi

    1 MIC dan 2 MIC.............................................................................. 36

    Gambar 5. Morfologi sel S. epidermidis............................................................. 37

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Hal

    Lampiran 1. Hasil determinasi daun sirih (Piper betle Linn.)............................. 48

    Lampiran 2. Skema Kerja..................................................................................... 49

    Lampiran 3. Hasil uji sensitivitas minyak atsiri daun sirih terhadap

    ketiga jenis bakteri uji gram positif................................................ 56

    Lampiran 4. Pertumbuhan bakteri uji terhadap fraksi minyak atsiri

    daun sirih dengan metode plating...................................................... 57

    Lampiran 5. Nilai absorbansi asam nukleat dan protein fraksi jam ke-1

    pada sel S.epidermidis................................................................... 58

    Lampiran 6. Hasil pengukuran konsentrasi ion logam Ca2+

    dan K+ fraksi jam

    ke-1 pada supernatan biakan bakteri S.epidermidis konsentrasi

    1 MIC dan 2 MIC............................................................................ 58

    Lampiran 7. Perhitungan konsentrasi MIC bakteri uji B. subtilis........................ 62

    Lampiran 8. Perhitungan konsentrasi MIC bakteri uji S. epidermidis dan

    S. mutan........................................................................................... 63

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pengetahuan tentang obat tradisional yang banyak digunakan oleh

    nenek moyang pada zaman dahulu, saat ini sedang banyak digali. Hal ini

    tidak terlepas dari banyaknya kendala yang ditimbulkan oleh penggunaan

    obat sintetis, seperti harganya yang mahal, terjadinya resistensi bila

    penggunaannya kurang tepat dan dapat menimbulkan efek samping yang

    tidak dikehendaki. Masyarakat kini lebih cenderung untuk menggunakan obat

    dari bahan alami dan melakukan pengobatan secara tradisional seperti yang

    dilakukan pada zaman dahulu. Tumbuhan sebagai obat tradisional, biasanya

    digunakan secara tunggal (satu jenis tumbuhan) atau majemuk (campuran dari

    beberapa jenis tumbuhan). Bagian tumbuhan yang umum digunakan sebagai

    obat tradisional adalah daun, bunga, buah, kulit batang, atau akarnya.

    Penggunaannya ada yang secara langsung dalam keadaan yang masih segar,

    ada pula yang diseduh ataupun direbus (Tengah, 2005).

    Sirih (Piper betle) merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili

    Piperaceae yang telah dikenal luas sehingga memiliki beberapa nama daerah,

    diantaranya : sireh, suruh (Jawa). Pemanfaatan sirih yang paling umum

    adalah sebagai bahan untuk sirih pinang. Bagian tumbuhan sirih untuk bahan

    sirih pinang adalah daun (umumnya di Indonesia bagian barat) dan buah

    (umumnya di Indonesia bagian timur). Tumbuhan dari Genus Piper, seperti

    Piper nigrum, P. methysticum, P. auritum dan P. betle telah dikenal sejak

    lama sebagai komoditi pertanian untuk rempah, insektisida pada lahan

  • pertanian dan bahan obat - obatan dengan nilai ekonomi yang tinggi (Sumarni

    et al., 2009 ).

    Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang akhir-

    akhir ini menarik perhatian dunia, hal ini disebabkan minyak atsiri dari

    beberapa tanaman bersifat aktif biologis sebagai antibakteri dan antijamur.

    Kandungan minyak atsiri daun sirih dilaporkan memiliki daya antibakteri.

    Kemampuan tersebut karena adanya kandungan 4,2% minyak atsiri yang

    sebagian besar terdiri dari senyawa betelphenol yang merupakan isomer

    eugenol, methil eugenol, kariofilen (siskuiterpen), kavikol, kavibekol,

    estragol dan terpinen (Sastroamidjojo, 1997). Analisis komponen kimia

    penyusun minyak atsiri Piper betle telah dilakukan juga oleh beberapa

    peneliti dan diketahui bahwa sebagai komponen utama penyusun minyak

    atsirinya antara lain kariofilena (30%), Isoeugenol (22%) dan -kubebena

    (9%) (Agusta, 2000; Sulianti dan Chairul, 2002; Hertiani dan Purwantini,

    2002).

    Beberapa hasil penelitian tentang daun sirih telah dilaporkan, misalnya

    bahwa ekstrak daun sirih pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% secara invitro

    dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan E. coli (Hermawan, 2007).

    Nalina dan Rahim (2007) melaporkan bahwa ekstrak air daun sirih memiliki

    aktivitas antibakteri terhadap S. mutan. Telah dilaporkan pula bahwa minyak

    atsiri pada daun sirih, rimpang temu kunci, rimpang lengkuas, dan kunyit

    berperan dalam aktivitas sebagai antibakteri dan anti jamur. Diduga aktivitas

    tersebut disebabkan adanya kandungan senyawa fenolik bermolekul rendah

    yang banyak terdapat di dalam minyak atsiri tersebut (Parwata et al., 2008).

  • Suppakul et al., (2006) melaporkan adanya sifat antibakteri dan antioksidan

    pada minyak atsiri daun sirih dan nilai MIC minyak atsiri sirih pada kisaran

    12,5 - 100 Lml-1

    dapat menghambat pertumbuhan semua mikroorganisme

    yang diuji kecuali P. aeruginosa. Sediaan obat kumur minyak atsiri daun sirih

    2,5% dapat menghambat pertumbuhan E. coli dan sediaan 10% mampu

    menghambat pertumbuhan S. aureus (Rahmat et al., 2000). Minyak atsiri

    daun sirih juga memiliki aktivitas dan daya hambat terhadap S. epidermidis

    dengan nilai MIC 5% ( Alfarisi, 2009).

    Dari penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa minyak atsiri daun sirih

    memiliki aktivitas sebagai antibakteri dengan mekanisme pengrusakan

    dinding sel bakteri. Pada penelitian ini dilakukan fraksinasi komponen kimia

    minyak atsiri daun sirih dan uji aktivitasnya terhadap bakteri gram positif B.

    Subtilis, S. epidermidis dan S. mutan. Maka, pada penelitian ini ditujukan

    pada komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih yang diperoleh dari

    variasi waktu pengambilan distilat terhadap aktivitas antibakteri untuk

    beberapa jenis bakteri gram positif B. Subtilis, S. epidermidis dan S. mutan.

    1.2. Rumusan masalah

    Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :

    1. Apa saja komponen kimia yang terdapat dalam fraksi minyak atsiri daun

    sirih yang diperoleh berdasarkan variasi waktu pengambilan fraksi?

    2. Bagaimana aktivitas komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih yang

    diperoleh pada jam ke-1, jam ke-2, jam ke-4 dan jam ke-6 terhadap

    aktivitas bakteri gram positif B. subtilis, S. epidermidis dan S. mutan?

  • 1.3. Hipotesa

    Fraksi minyak atsiri daun sirih yang diperoleh pada jam ke-1, jam ke-2,

    jam ke-4 dan jam ke-6 memiliki komponen kimia yang berbeda dan aktivitas

    antibakteri terhadap bakteri gram positif B. subtilis, S. epidermidis dan S.

    mutan dengan merusak membran sel.

    1.4. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui komponen kimia yang terdapat dalam setiap fraksi minyak

    atsiri daun sirih yang diperoleh pada jam ke-1, jam ke-2, jam ke-4 dan

    jam ke-6.

    2. Mengetahui aktivitas antibakteri setiap fraksi minyak atsiri daun sirih

    terhadap bakteri gram positif B. subtilis, S. epidermidis dan S. mutan.

    3. Mengetahui mekanisme antibakteri fraksi minyak atsiri daun sirih terhadap

    bakteri uji.

    1.5. Manfaat Penelitian

    Memberikan landasan ilmiah dan informasi mengenai komponen kimia

    fraksi minyak atsiri daun sirih dan aktivitasnya terhadap beberapa jenis

    bakteri gram positif untuk menunjang penggunaan daun sirih sebagai bahan

    obat.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tanaman Daun Sirih

    2.1.1. Klasifikasi

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledoneae

    Ordo : Piperales

    Family : Piperaceae

    Genus : Piper

    Spesies : Piper betle Linn

    2.1.2. Nama Daerah

    Burangir, napuran (Batak), siriah (Minang), buyu, ayap (Dayak),

    seureuh (Sunda), sedah, suruh (Jawa), kuta kowa (Sumba), papek,

    ruange (Sul.Utara), ain kamu, amu (Seram), gies, bido (Halmahera),

    kenaan, bido (Irian Jaya) (Agusta, 2000).

    2.1.3. Deskripsi Tanaman

    Merupakan tanaman memanjat tinggi 5-15 m. Helaian daun

    berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong, pada bagian pangkal

    berbentuk jantung atau agak bundar. Tulang daun bagian bawah gandul

  • atau berambut pendek, tebal,berwarna putih. Panjangnya 5-18 cm dan

    lebar 2,5-10,5 cm (Sudarsono et al.,1996).

    2.1.3. Kandungan Kimia

    Daun sirih mengandung minyak atsiri dengan kadar berkisar

    antara 0,13-0,33% (v/v). Terdiri dari kavibetol, katekol, kadinen,

    karvakrol, kariofilen, kavikol, 1.8 sineol, estragol, eugenol, metil

    eugenol, pirokatekin, terpenil asetat, sesquiterpen, triterpen dan

    terpenoid . Disamping itu juga terdapat senyawa neolignan (piperbetol,

    metilpiper betol, piperol A, piperol B), krotepoksid suatu senyawa

    yang mempunyai potensi sebagai sitotoksik (Sudarsono et al., 1996).

    2.1.4. Khasiat

    Secara empiris tanaman sirih digunakan untuk obat batuk, asma,

    hidung berdarah (mimisan), mulut berbau, kepala pusing, demam nifas

    (daun), gusi bengkak (getah), dan minyak atsirinya untuk radang

    tenggorokan (Pudjiastuti, 1996; Sudarsono et al., 1996).

    2.2. Minyak atsiri

    2.2.1. Deskripsi Minyak Atsiri

    Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman.

    Minyak ini disebut juga minyak menguap karena pada suhu biasa (suhu

    kamar) mudah menguap di udara terbuka. Komponen utama minyak

  • atsiri adalah isoprenoid, karena molekul-molekulnya tersusun dari unit-

    unit isopren. Beberapa sifat umum dari minyak atsiri antara lain

    tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa, memiliki bau

    khas, mempunyai rasa getir, menggigit tergantung dari jenis komponen

    penyusunnya, dalam keadaan segar dan murni minyak atsiri umumnya

    tidak berwarna, tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan baik

    pengaruh udara, sinar matahari dan panas, tidak dapat bercampur

    dengan air dan larut dalam pelarut organik.

    Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma

    akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh

    hidrolisis dari glikosida tertentu. Minyak atsiri sendiri bagi tanaman

    berguna untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan

    sebagai cadangan makanan, untuk mencegah kerusakan tanaman oleh

    serangga atau hewan lain dan mempengaruhi proses transpirasi (Didik

    dan Mulyani, 2004).

    2.3. Bakteri

    2.3.1. Deskripsi Bakteri

    Bakteri merupakan kelompok sel prokariotik uniseluler. Salah satu

    karakteristik utama sel bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur dan

    penataan selnya yang mencakup morfologi sel. Reproduksi terutama

    dengan aseksual atau pembelahan biner. Ciri umum lainnya adalah

    dimana dinding sel mengandung molekul kompleks disebut

    mukopeptida yang berperan memberi kekakuan pada struktur selnya

  • (Pelczar et al., 1998). Komponen bakteri secara umum terdiri dari

    substansi membran sel, dinding sel, bahan nukleat dan ribosom

    (Brooks et al., 2005; Pelczar et al., 1998).

    2.3.2. Bakteri Uji

    a. Bacillus subtilis

    Bacillus subtilis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    Kingdom : Tumbuhan

    Divisi : Protophyta

    Class : Schizomycetes

    Ordo : Eubacteriales

    Family : Bacillaceae

    Genus : Bacillus

    Species : Bacillus subtilis

    B.subtilis merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang,

    bersifat aerob dan dapat membentuk spora. Bakteri ini banyak terdapat

    dalam tanah, air, udara dan tumbuh-tumbuhan (Jawetz et al., 1996).

    B.subtilis dapat menyebabkan beberapa jenis penyakit seperti

    meningitis, endokarditis, infeksi mata dan lain-lainnya

    (Syahrurachman et al., 1994).

    b. Staphylococcus epidermidis

    Staphylococcus epidermidis di klasifikasikan sebagai berikut :

    Kingdom : Procariotae

    Divisi : Ciano Cyanobacteria

  • Class : Bakteria

    Ordo : Eubacterialees

    Family : Micrococcaceae

    Genus : Staphylococcus

    Spesies : Staphylococcus epidermidis

    S. epidermis merupakan bagian dari flora normal pada kulit

    manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan, dapat ditemukan

    di udara dan lingkungan sekitar kita. Kuman ini tidak patogen, tidak

    bersifat invasive, nonhemolitik, berwarna putih, tidak membentuk

    koagulasi. Staphylococcus patogen sering menghemolisis darah dan

    mengkoagulasi plasma (Warsa et al., 1993). S. epidermis juga dapat

    menyebabkan endokarditis infektif jika sebagian besar bakteri ini

    masuk ke dalam aliran darah dan menempel di katup-katup jantung.

    Bakteri ini juga sering disebut S. albus (Jawetz et al., 1996).

    c. Streptococcus mutan

    Streptococcus mutan di klasifikasikan sebagai berikut :

    Kingdom : Bacteria

    Divisi : Firmicutes

    Class : Diplococcic

    Ordo : Lactobacillales

    Family : Streptococcaceae

    Genus : Streprococcus

    Spesies : Streptococcus mutan

  • S. mutan merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang

    memiliki karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama

    pertumbuhannya. S. mutan dapat mensintesa berbagai macam

    polisakarida seperti dextrans atau levans dari sukrosa yang memiliki

    peranan penting pada proses pembentukan karies gigi (Brooks et al.,

    2005).

    2.4. Antibakteri

    2.4.1. Aktivitas Antibakteri

    Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri khususnya bakteri

    yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada

    bakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri

    (bacteriostatic) dan ada yang bersifat membunuh bakteri

    (bactericidal). Sulfonamid, kloramfenikol, dan tetrasikiklin

    merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Sedangkan

    sefalosforin, rifampisin, aminoglikosid, isoniazid, dan kotrimoksazol

    bekerja secara bakterisid (Bilbiana dan Hastowo, 1992).

    Konsentrasi minimal yang diperlukan untuk menghambat atau

    membunuh pertumbuhan bakteri masing-masing dikenal sebagai nilai

    MIC dan MBC. Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat

    menjadi bakterisid bila kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi

    MIC (Setiabudy dan Gan, 1995).

  • 2.4.2. Mekanisme Kerja Antibakteri

    a. Inhibitor Sintesis Dinding Sel

    Kerusakan dinding sel atau penghambatan pada

    pembentukannya dapat menyebabkan sel menjadi lisis. Dinding sel

    bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yang merupakan kompleks

    mukopeptida (glikopeptida). Zat antibakteri menghambat sintesis

    peptidoglikan dinding sel bakteri dengan menghambat keja enzim

    traspeptidase dan enzim rasemase alanin atau dengan menghambat

    sintesa asam muramat. Senyawa penisilin dan sefalosforin yang secara

    struktur mirip, dan senyawa-senyawa yang tidak mirip seperti

    sikloserin, vankomisin, dan basitrain merupakan zat antibakteri yang

    bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel (Setiabudy dan Gan,

    1995; Chambers, 2007).

    b. Inhibitor Fungsi Membran Sel

    Senyawa yang bekerja langsung pada membran sel

    mikroorganisme, mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan

    kebocoran senyawa-senyawa intraselluler. Dalam hal ini termasuk

    senyawa yang bersifat detergen seperti polimiksin dan amfoterisin B

    yang berikatan dengan sterol-sterol dinding sel (Chambers, 2007).

    Kerusakan membran sel akan mengakibatkan keluarnya berbagai

    komponen penting dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan

    lain-lain (Setiabudy dan Gan, 1995).

  • c. Inhibitor Sintesis Protein Sel

    Bakteri memiliki ribosom dengan 70S, sedangkan manusia

    memiliki 80S. Unit ribosom pada bakteri adalah 30S dan 50S.Sntesis

    protein dihambat dengan memengaruhi fungsi subunit ribosom 30S

    atau 50S sehingga menyebabkan penghambatan sntesis protein yang

    reversibel dan mengakibatkan kematian sel. Obat bakteriostatik ini

    meliputi kloramfenikol, golongan tetrasiklin, eritromisin, klindamisin,

    pristinamin dan aminoglikosida (Setiabudy dan Gan, 1995; Chambers,

    2007).

    d. Inhibitor Sintesis Asam Nukleat

    Antibakteri yang tergolong kelompok ini adalah golongan

    kuinolon dan rifampin. Dalam hal ini, derivat rifampin akan berikatan

    dengan enzim polimerase-RNA (pada sub unit) sehingga menghambat

    sintesis RNA oleh enzim tersebut. Sementara asam nalidiksat bekerja

    dengan menggaggu sintesis DNA . Sedangkan golongan kuinolon

    bekerja dengan menghambat topoisomerase (Bilbiana dan Hastowo,

    1992; Chambers, 2007)

    e. Inhibitor Metabolisme Sel Bakteri

    Dalam kelompok ini termasuk sulfonamida. Pada umumnya

    bakteri memerlukan para-aminobenzoat (PABA) untuk sintesis asam

    folat, yang diperlukan dalam sintesis purin. Sulfonamida memiliki

    struktur seperti PABA, sehingga penggunaan sulfonamida

    menghasilkan asam folat yang tidak berfungsi (Bilbiana dan Hastowo,

    1992).

  • 2.4.3. Metode Pengujian Antibakteri

    a. Metode Difusi

    Metode ini hanya menyajikan informasi kualitatif atau

    semikuantitatif mengenai kerentanan mikroorganisme tersebut

    terhadap antibiotik yang diberikan. Uji dilakukan dengan

    mengaplikasikan cakram Kertas saring berisi sejumlah obat tertentu

    diatas permukaan medium agar (medium padat) yang sebelumnya

    telah diinokulasi bakteri uji. Setelah inkubasi 18-24 jam, dilakukan

    pengukuran daerah hambatan yang jernih disekitar cakram. Diameter

    daerah tersebut tergantung pada aktivitas obat terhadap mikroba yang

    diuji. Nilai standar untuk ukuran daerah hambatan masing-masing

    spesies bakteri dan masing-masing antibiotik memungkinkan

    klasifikasi isolat secara klinis sebagai resisten, intermediet, atau rentan

    (Chambers, 2007).

    b. Metode Dilusi

    Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang

    menurun secara bertahap (seri pengenceran), baik dengan media cair

    atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan.

    Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar menghambat atau

    mematikan (Brooks et al., 2005; Pratiwi, 2008).

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP

    Analisis Protein & Asam

    Nukleat Dengan Uv-Vis

    Analisis Ion-Ion

    Logam Dengan AAS

    Analisis SEM

    Didistilasi uap dan air

    Sampel daun sirih segar

    Pengambilan fraksi

    minyak atsiri

    Analisa kimia dengan

    GCMS

    Uji aktivitas antibakteri

    Penentuan diameter daerah

    hambat

    Penentuan MIC

    Determinasi Tanaman

    Disortasi dan dirajang

  • BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2010 dan

    bertempat di Laboratorium Biosain, Puslit biologi, LIPI Cibinong, Bogor.

    4.2. Pengambilan Sampel

    Sampel daun sirih (Piper betle Linn.) diambil dari tanaman yang

    terdapat di BALITRO (Balai Tanaman Obat dan Rempah), Cimanggu,

    Bogor. Waktu pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei 2010.

    4.3. Determinasi Tanaman

    Sampel daun sirih diidentifikasi di Herbarium Bogoriense Bidang

    Botani, Puslit biologi, LIPI Cibinong, Bogor.

    4.4. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain perangkat

    distilasi uap dan air, cawan petri, inkubator, neraca analitik, Laminar Air

    Flow (LAF), autoklaf, jarum ose, mikropipet, microplate, oven, tabung

    reaksi, rak tabung reaksi, spektrofotometer Uv-Vis Perkin Elmer,

    spektrofotometer AAS Perkin Elmer a Analist 700, Gas Chromatography-

  • Mass Spectrophotometer (GC-MS) Varian Saturn 2000, Scanning Eletron

    Microscope (SEM) JEOL seri JSM-5310 LV, refrigerator, pipet tetes,

    erlenmeyer, vial, ependrof, inkubator, inkubator shaker, vortek dan

    sentrifus.

    2. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper

    bettle Linn.), aquadest, NaSO4 anhidrat, tween 80, aquadest steril, Blood

    Agar Base, Nutrient Agar, Mueller Hinton Agar, Mueller Hinton Broth,

    darah kambing steril, dapar fosfat pH 7,4; cacodylate buffer, glutaraldehid

    2,5%, alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 95%, alkohol

    96%, tannin acid, terbutanol dan osmium tetraoksida 1%.

    3. Bakteri Uji

    Bacillus subtilis, Staphylococcus epidermidis dan Steptococcus mutan.

    4.5. Metode Penelitian

    Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran :

    1. Isolasi fraksi minyak atsiri daun sirih

    2. Identifikasi komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih

    3. Pengujian aktivitas antibakteri fraksi minyak atsiri daun sirih

    a. Sterilisasi alat dan bahan

    b. Pembuatan medium

    c. Pembiakan bakteri uji

    d. Pembuatan suspensi bakteri uji

    e. Pembuatan larutan uji

  • f. Penentuan Minimum Inhibitor Concentration (MIC)

    4. Analisis protein dan asam nukleat

    5. Analisis ion logam Ca2+ dan K +

    6. Analisis Perubahan Morfologi Sel dengan Scanning Electron

    Microscope (SEM)

    4.6. Prosedur Kerja

    4.6.1. Isolasi Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih

    Sampel daun sirih yang diperoleh dari Balai Penelitian Obat

    dan Aromatik (BALITRO) dan sudah dideterminasi di Herbarium

    Bogoriensis, LIPI Puslit Biologi, Cibinong, Jawa Barat. Diambil

    dalam keadaan segar kemudian di sortasi dan ditimbang sebanyak

    30 kg lalu dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan segala

    jenis kotoran yang melekat. Setelah pencucian selesai, kemudian

    dilakukan perajangan dan proses distilasi uap dan air selama 6 jam

    dengan variasi waktu pengambilan distilat untuk mendapatkan fraksi

    minyak atsiri dari dalam tanaman. Setiap fraksi minyak atsiri yang

    telah berhasil didapatkan kemudian ditambahkan NaSO4 anhidrat

    untuk menghilangkan kandungan air. Kemudian menentukan

    presentase kadar setiap fraksi minyak atsri yang berhasil di dapat.

    Presentase kadar fraksi minyak atsiri didapat berdasarkan berat fraksi

    minyak atsiri yang diperoleh perberat sample x 100%.

  • 4.6.2. Identifikasi Komponen Kimia Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih

    Identifikasi komponen fraksi minyak atsiri daun sirih dilakukan

    selama 1 jam dengan menggunakan instrumentasi GC-MS Varian

    Saturn 2000 di Laboratorium Analisis Umum, LIPI Cibinong.

    Preparasi sample fraksi minyak atsiri dilakukan dengan penambahan

    dietil eter. Jenis kolom yang digunakan adalah VF-17 MS panjang

    30mm dan ID sebesar 0,25 mm. Gas pembawa adalah helium dengan

    kecepatan aliran 1,3 ml/menit dan tekanan sebesar 10,7 Psi. Suhu

    kolom diprogram dari 50 oC sampai 250

    oC dengan dua tahap

    kenaikan. Pada tahap awal suhu kolom dibuat konstan 50 oC selama 3

    menit, lalu dinaikkan sampai 150 oC dengan temperatur 5

    oC/menit

    dan selanjutnya dinaikkan menjadi 250 oC dengan temperatur 3

    oC/menit. Kondisi ini dipertahankan selama 3.67 menit. Suhu injektor

    selama analisis berlangsung diprogram konstan pada suhu 230 oC.

    Sementara temperatur interface adalah 250 oC dan autosampling

    sebanyak 2 l. Solvent cut time selama 3 menit dan Scan MS 50-450

    (M/Z).

    4.6.3. Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih

    4.6.3.1. Sterilisasi Alat dan Bahan

    a. Sterilisasi Alat

    Sterilisasi dilakukan dengan cara yang sesuai terhadap

    masing-masing alat. Alat-alat yang akan disterilkan harus dalam

  • keadaan bersih dan kering. Tabung reaksi, gelas ukur, vial,

    erlenmeyer ditutup mulutnya dengan alumunium voil, kemudian

    semuanya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C, selama

    15 menit. Pinset, jarum ose, disterilkan dengan cara dipijarkan

    pada nyala api bunsen.

    b. Sterilisasi Bahan

    Untuk media pembenihan, aquadest, tween 20 disterilkan

    dan larutan NaCl dengan autoklaf pada temperatur 121 o

    C

    selama 15 menit. Pengerjaan aseptis dilakukan di dalam lemari

    aseptis yang sebelumnya telah dibersihkan dengan larutan

    alkohol, lalu disterilkan dengan UV yang dinyalakan selama

    lebih kurang 2 jam sebelum digunakan.

    4.6.3.2.Pembuatan Medium

    a. Blood Agar Base (BAB)

    Pada pembiakan bakteri S. mutan media yang digunakan

    adalah Blood Agar Base sebanyak 40 gram dilarutkan dalam 1

    liter aquadest, lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C

    selama 15 menit. Kemudian ditambahkan darah pada suhu 35-40

    0C sekitar 5%.

    b. Nutrient Agar (NA)

    Pada pembenihan bakteri B.subtilis dan S. Epidermidis

    media yang digunakan Nutient Agar. Serbuk NA sebanyak 23

  • gram dilarutkan dalam 1 liter aquadest, lalu disterilkan dalam

    autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit.

    c. Mueller Hinton Agar

    Sebanyak 38 gr serbuk Mueller Hinton Agar dilarutkan

    dalam 1 liter aquadest, lalu disterilkan dengan autoklaf pada

    suhu 121 C selama 15 menit.

    d. Mueller Hinton Broth

    Sebanyak 21 gr serbuk Mueller Hinton Broth dilarutkan dalam

    1 liter aquadest, selanjutnya disterilkan dengan autoklaf pada

    suhu 121 C selama 15 menit.

    4.6.3.3. Pembiakan Bakteri Uji

    Bakteri B. Subtilis dan S. epidermidis diinokulasikan ke

    media Nutrien Agar miring sedangkan S. mutan diinokulasikan

    ke media Blood Agar Base miring menggunakan ose yang telah

    disterilkan dengan cara dipijarkan pada nyala api bunsen,

    kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam.

    4.6.3.4. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

    Stok bakteri uji yang telah diremajakan pada agar nutrien

    miring, Diambil dengan jarum ose (1 ose) dan dimasukkan

    kedalam tabung yang berisi 5 ml Mueller Hinton Broth, media

    untuk S. mutan ditambahkan darah steril. Kemudian divortek.

  • Dan diinkubasi selama 18 jam. Selanjutnya dituang ke dalam

    nutrien agar dan media untuk S. mutan ditambahkan darah steril.

    Diencerkan hingga diperoleh suspensi (105) sel bakteri/ml.

    Suspensi ini yang akan digunakan dalam pengujian.

    4.6.3.5. Pembuatan Larutan Uji

    Larutan induk dibuat emulsi dengan menggunakan cara

    mencampur fraksi minyak atsiri daun sirih dengan pelarut 0.5%

    tween 80, etanol absolut 2% dan aquadest. Kemudian

    diencerkan hingga 17,5%; 15%; 12,5%; 10%; 7,5%; 5%; 2,5%;

    1%; 0.5%; 0,25%; 0,125%.

    4.6.3.6. Penentuan MIC (Rodriguez et.al., 2002)

    Metode penentuan minimum inhibitor concentration adalah

    adalah sebagai berikut :

    Menyiapkan larutan uji yang sudah dibuat dan juga larutan

    kontrol.

    Menyiapkan media Mueller Hinton Broth, menyiapkan

    microplate, selanjutnya tiap-tiap sumuran diisi dengan 100

    l media MHB, 100 l suspensi bakteri 1x105 sel/ml, dan

    50 l larutan uji dengan berbagai konsentrasi, dan juga

    larutan kontrol, dan dibuat homogen.

  • Kemudian diinkubasikan dalam shaker 150 rpm pada suhu

    37 C selama 24 jam.

    Pembacaan hasil percobaan didasarkan pada keruh atau

    tidaknya sumuran percobaan dibandingkan kontrol untuk

    menentukan MIC dan juga dengan cara plating pada

    media agar di cawan petri.

    Percobaan dilakukan secara duplo.

    4.6.4. Analisis Protein dan Asam Nukleat (Carson et al., 2002)

    Suspensi bakteri uji yang telah diinkubasi selama 18 jam dalam

    media Muller Hinton Broth. Sentrifus dingin, kecepatan 3500 rpm selama

    15 menit. Selanjutnya filtrat dibuang dan pellet dalam tabung dicuci

    dengan dapar fospat Ph 7,4 sebanyak 2 kali. Lalu suspensikan kedalam

    dapar fospat Ph 7,4 hingga volume 10 ml. Ditambahkan fraksi minyak

    atsiri daun sirih dengan perlakuan 1 MIC dan 2 MIC sesuai kebutuhan.

    Diinkubasi kembali selama 24 jam dalam shaker 150 rpm 37 C.

    Kemudian suspensi disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3500

    rpm, lalu saring dan ambil cairan supernatan. Selanjutnya ukur absobansi

    dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 260 nm dan

    280 nm.

  • 4.6.5. Analisis Ion Logam Ca2+

    dan K +

    (Cox et al., 2000)

    Untuk analisis ion-ion diukur dalam bentuk ion Ca2+

    dan K+

    yang

    keluar dari membran sel bakteri akibat perlakuan dengan minyak atsiri.

    Analisis kebocoran ion dilakukan pada pelet bakteri yang dipersiapkan

    seperti pada pengukuran kebocoran protein dan asam nukleat. Kebocoran

    dinyatakan dengan terukurnya ion-ion logam yang terdapat pada bakteri

    uji setelah dikontakkan dengan minyak atsiri pada perlakuan 1 MIC dan

    2 MIC. Kebocoran ion Ca2+

    dan K+

    dideteksi dengan menggunkan AAS

    (Atomic Absorption Spectrophotometre) Perkin Elmer a Analist 700.

    Larutan sel hasil kontak dengan minyak atsiri diambil untuk diukur

    kandungan ion-ionnya.

    4.6.6. Analisis Perubahan Morfologi Sel dengan SEM (Fathillah et al.,

    2009)

    Suspensi bakteri (umur 24 jam) diberi perlakuan 1 MIC, 2 MIC

    fraksi minyak atsiri dan kontrol. Diinkubasi selama 24 jam pada shaker

    150 rpm suhu 37 C. Selanjutnya suspensi bakteri tersebut disentrifus

    dengan kecepatan 3500 rpm selama 20 menit, cairan dibuang untuk

    mendapatkan masa sel bakteri (pelet). Kemudian pelet dicuci dengan

    dapar fospat sebanyak 2 kali. Pelet difiksasi dengan glutaraldehid 2,5%

    selama 4 jam, Selanjutnya disentrifus dan supernatan dibuang. Pelet

    direndam kembali dengan larutan tannin acid 2% selama 18 jam

    selanjutnya disentrifus. Supernatan dibuang dan pelet direndam dengan

    cacodylate buffer sebanyak 2 kali masing-masing selama 10 menit.

  • Kemudian disentrifus kembali, dibuang supernatan dan pelet direndam

    dalam osmium tetraoksida 1% dalam cacodylate buffer dibiarkan dalam

    refrigerator selama 1 jam. Setelah direndam, disentrifus kembali dan

    pelet dicuci dengan alkohol 50% dingin, dibiarkan 10 menit dan

    disentrifus kembali selama 5 menit. Kemudian supernatan dibuang dan

    pelet dikeringkan berturut-turut dengan alkohol 50%, 70%, 80% dan

    alkohol 95% masing-masing selama 10 menit. Dicuci dengan alkohol

    absolut dan disentrifus 5 menit sebanyak 2 kali dan dicuci kembali

    dengan terbutanol 2 kali. Kemudian Oleskan apusan sel diatas potongan

    bujur sangkar cover slip (slip glas) dan dikeringkan dengan terbutanol.

    Slip glas yang telah diolesi dengan sel tersebut diletakkan pada stub

    alumunium untuk dicoating dengan emas dalam ion coater selama 1 jam

    pada kondisi vakum. Kemudian diamati dengan alat Scanning Electron

    Microscope tipe JEOL seri JSM-5310 LV.

  • BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Hasil

    5.1.1. Isolasi dan Penentuan Komponen Kimia Fraksi Minyak Atsiri

    Daun Sirih

    Gambar 1: Daun sirih

    Metode yang digunakan untuk proses pemisahan komponen

    kimia fraksi minyak atsiri daun sirih segar yang berasal dari Balitro,

    Cimanggu (Bogor), adalah distilasi uap dan air (Sugiastuti, 2002;

    Sulianti dan Chairul, 2002). Proses distilasi ini dilakukan dengan

    menggunakan variasi waktu pengambilan minyak atsiri yaitu pada jam

    ke-1, jam ke-2, jam ke-4 dan jam ke-6. Perbedaan waktu pengambilan

    distilat ini memberikan hasil yang berbeda pada kandungan komponen

    kimia fraksi minyak atsirinya (tabel 1). Begitu pula terhadap nilai

    presentase kadar yang dihasilkan masing masing fraksi 1,2,3 dan 4

    yaitu 0.061%, 0.034%, 0.027% dan 0.015%. Namun demikian, minyak

    yang diperoleh masih memiliki aroma dan warna yang sama, dengan

    aroma daun sirih yang khas dan berwarna kuning jernih.

  • Dari hasil analisis GCMS diketahui bahwa keempat fraksi minyak

    atsiri tersebut memiliki kromatogram yang berbeda satu sama lain

    (gambar 1). Fraksi jam ke-1 memiliki 64 komponen kimia penyusun.

    Sedangkan pada fraksi jam ke-2 dan jam ke-6 terdeteksi sebanyak 56

    puncak dan 73 puncak untuk fraksi jam ke-4.

    Identifikasi masing-masing puncak pada kromatogram masing-

    masing fraksi minyak atsiri memperlihatkan bahwa komponen

    kimianya terdiri dari monoterpena, monoterpena alkohol, seksuiterpena,

    seskuiterpena alkohol dan turunan fenil propanoid. Kemudian masing-

    masing komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih dikelompokkan

    berdasarkan golongan senyawanya seperti terlihat pada (tabel 2).

    Gambar 2. Perbandingan kromatogram antar fraksi minyak atsiri daun

    sirih

    Keterangan: a: Minyak atsiri daun sirih tunggal

    b: Minyak atsiri daun sirih fraksi jam ke-1

    c: Minyak atsiri daun sirih fraksi jam ke-2

    d: Minyak atsiri daun sirih fraksi jam ke-4

    e: Minyak atsiri daun sirih fraksi jam ke-6

  • 48

    Tabel 1. Perbandingan komponen kimia antar fraksi minyak atsiri daun sirih

    No Waktu Retensi

    Nama Senyawa Rumus Molekul

    BM Kandungan Relatif (%)

    F1 F2 F3 F4

    1 10,84 Sabinen C10H16 136 0,65 - - -

    2 11,23 2--pinen C10H16 136 0,10 - - -

    3 12,36 -Terpinen C10H16 136 0,06 - -

    4 12,73 dl-Limonen C10H16 136 0,05 - - -

    5 13,09 -Felandren C10H16 136 0,29 - - -

    6 13,39 3-Karen C10H16 136 0,39 0,12 0,09 0,12

    7 13,55 Tidak teridentifikasi - - 0,19 - - -

    8 14,07 -Terpinen C10H16 136 0,10 - - -

    9 15,10 -Humulen C15H24 204 0,05 - - -

    10 15,69 Linalil Isobutirat C14H24O2 224 0,59 0,18 0,07 0,18

    11 18,93 Origanol C10H18O 154 0,37 0,10 0,06 0,10

    12 19,62 -Terpinenil asetat C12H20O2 196 0,09 0,06 0,04 0,06

    13 20,74 Estragol C10H12O 148 0,16 - - -

    14 21,35 Asam benzoat, 2-hidroksi-

    ,metil ester

    C8H8O3 152 1,00 1,28 1,07 1,30

    15 21,65 -Kubeben C15H24 204 0,20 0,29 0,24 0,29

    16 21,98 1-(1-Etil-2,3-dimetil-

    siklopen-2-enil)-etanon

    C11H18O 166 0,06 0,14 0,17 0,15

    17 22,40 -Bourbenen C11H18O 166 0,05 0,13 0,17 0,13

    18 22,62 -Kopaen C15H24 204 0,31 0,69 0,80 0,71

    19 23,08 Kavikol C9H10O 134 1,61 1,44 1,90 1,47

    20 23,32 -Elemen C15H24 204 2,85 4,41 3,94 4,33

    21 23,91 -Bergamot C15H24 204 0,16 0,31 0,37 0,32

    22 24,24 Trans--Bergamot C15H24 204 0,06 0,12 0,14 0,12

    23 24,57 Kariofilen C15H24 204 4,82 8,70 8,54 8,61

    24 24,66 -Guaien C15H24 204 1,21 2,63 3,56 2,65

    25 24,97 Aromadendren C15H24 204 0,20 0,55 0,73 0,55

    26 25,61 Fenol 1,4-(2-profenil)-asetat C11H12O2 176 10,34 0,02 0,03 0,02

    27 25,89 -Humulene C15H24 204 3,82 4,97 4,97 4,85

    28 26,12 p-Eugenol C10H12O2 164 0,59 - - -

    29 26,33 Valensen C15H24 204 0,50 1,09 1,39 1,09

    30 26,46 Naptalen,1,2,3,4,4a,5,6,8a-

    oktahidro-7-metil-4-metilen-

    1-(1-metilethil)

    C15H24 204 1,01 1,28 1,46 1,30

    31 26,83 Kavibetol C10H12O2 164 10,61 9,60 10,50 9,90

    32 27,04 -Selinen C15H24 164 0,78 2,97 3,64 2,88

    33 27,19 -Selinen C15H24 204 1,60 2,58 3,02 2,63

    34 27,38 - Gurjunena C15H24 204 1,74 3,83 4,63 3,78

    35 27,60 Bisiklogermakren C15H24 204 3,11 4,11 3,16 4,08

    36 27,85 Benze,1,2-dimetoksi-4-(2-propenil)

    C11H14O2 204 0,12 0,07 0,09 0,08

    37 27,97 -Pacuelen C15H24 204 0,47 0,55 0,69 0,54

    38 28,13 -Kadinena C15H24 204 0,43 0,72 1,02 0,72

    39 28,30 (-)--Panasinsen C15H24 204 0,20 0,29 0,42 0,30

    40 28,43 -Kadinena C15H24 204 0,06 - 0,03 -

    41 28,59 Kadina-1,4-diena C15H24 204 0,05 0,08 0,13 0,09

    42 29,17 -Himakalen C15H26O 222 0,03 - - -

    43 29,90 -Gurjunena C15H24 204 0,05 - - -

    44 31,07 Veridiflorol C15H26O 204 0,07 0,30 0,59 0,30

    45 31,29 -Gurjunene poksid-(2) C15H24O 220 0,05 0,14 0,24 0,14

    46 31,44 -Guaien C15H24 222 0,17 0,37 0,57 0,37

    47 31,65 Kariofilen oksida C15H24O 220 0,10 0,10 0,14 0,11

    48 31,77 (-)-Kariofilen oksida C15H24O 220 0,05 0,07 0,10 0,07

    49 32,03 Kubenol C15H26O 222 0,59 - 0,08 -

    50 32,35 2,3,3-Trimetil-2-(3-methil-

    buta-1,3-dienil)-sikloheksan

    C14H22O 0,10 0,22 0,27 0,22

    51 32,52 3-Alil-6-metoksipenil asetat C12H14O3 206 0,34 0,51 0,38 0,52

    52 32,92 fenol,2-metoksi-4-(1-

    profenil)-asetat

    C12H14O3 206 13,89 12,95 10,77 13,01

    53 33,30 -Guaien C15H24 204 0,12 0,17 0,21 0,17

    54 33,45 t-Kadinol C15H26O 222 0,05 0,08 0,12 0,08

    55 33,61 -Bisabolol C15H26O 222 0,05 0,04 0,04 0,04

    56 33,78 Toreyyol C15H26O 222 0,12 0,18 0,20 0,17

    57 34,07 Junipen C15H24 222 0,45 0,89 1,52 0,90

    58 34,52 Agarospirol C15H26O 222 0,12 0,39 0,80 0,40

  • Keterangan : F1: Fraksi jam ke-1 F2: Fraksi jam ke-2

    F3: Fraksi jam ke-4

    F4: Fraksi jam ke-6 - : tidak teridentifikasi

    Tabel 2. Penggolongan komponen kimia antar fraksi minyak atsiri daun sirih

    59 35,30 Pacouli Alkohol C15H26O 222 4,95 10,23 12,62 10,08

    60 35,48 Longiborneol C15H26O 222 0,00 - - -

    61 35,76 -Eudesmol C15H24O 220 0,07 - 0,12 -

    62 37,03 4-Alil-1,2-diasetoksibenzen C13H14O4 234 27,31 14,53 6,32 14,64

    63 38,62 Tidak teridentifikasi - - 0,09 0,17 0,31 0,18

    64 38,77 fenol,3,5-dimetil-4-(metiltio)-metilkarbamat

    C11H15NO2S 225 0,22 0,66 1,08 0,83

    65 25,29 -Pacuelen C15H24 204 - 0,04 0,06 0,04

    66 25,53 Kavisil asetat C11H12O2 176 - 1,55 1,04 1,54

    67 25,98 Seychellen C15H24 204 - 2,27 2,80 2,28

    68 26,66 -Sedren C15H24 204 - 0,31 0,37 -

    69 26,90 -Bisabol C10H12O2 164 - 0,02 - 0,01

    70 31,98 4-Alil-1,2diasetoksibenzene C13H14O4 234 - 0,36 0,27 0,36

    71 33,04 Epiglobulol C15H26O 222 - 0,04 0,06 0,04

    72 39,73 4,4-Dimetil-3-(3-metilbut-3-

    eniliden)-2-metilen

    bisiklo(4.1.0)heptan

    C15H22 202 - 0,10 0,13 0,08

    73 24,09 Safrol C10H10O2 162 - - 0,04 -

    74 30,10 (-)--Selinen C15H24 204 - - 0,33

    75 30,77 Selina-3,7(11)diena C15H24 204 - - 0,17 -

    76 30,87 (-)-Kariofilen-(l1) C15H24 204 0,04

    77 32,59 -Guaien C15H26O 222 - - 0,33 -

    78 34,37 Tidak teridentifikasi - - - - 0,03 -

    79 34,67 2-Propenol,3- (2,6,6 trimetil-

    1-siklpheksen-1-yl)

    C12H18O 178 - - 0,10 -

    80 34,76 Tidak teridentifikasi - - 0,14 -

    81 35,01 -Selinen C15H24 204 - - 0,07 -

    82 36,09 Bisiklo(3.2.0)hept-2-en-6-

    one,7,7-dikloro

    C7H6Cl2O 176 - - 0,03 -

    83 36,22 Eudesm-7(11)-en-4-ol C15H26O 222 - - 0,06 -

    84 37,20 4-Alil-1,2-diasetoksibenzen C13H14O4 222 - - 0,06 -

    85 37,44 Sedrenol C15H24O 220 - - 0,13 0,07

    86 41,74 (+)--Siperone C15H22O 218 - - 0,08 -

    87 42,78 Tidak teridentifikasi - - - - 0,09 -

    No

    . Golongan Senyawa

    Presentase (%)

    F1 F2 F3 F4

    1. Monoterpena 1,63 0,12 0,09 0,12

    2. Monoterpena Alkohol 0,37 0,10 0,06 0,10

    3. Seskuiterpena 24,49 44,36 49,21 43,72

    4. Seskuiterpena Alkohol 6,00 11,26 15,15 11,20

    5 Turunan Fenil Propanoid 66,07 42,54 32,83 43,07

    6 Lain - lain 1,16 1,45 2,09 1,61

    7 Tidak teridentifikasi 0,28 0,17 0,57 0,18

    Total 100 100 100 100

    Keterangan: F1: Fraksi jam ke-1

    F2: Fraksi jam ke-2

    F3: Fraksi jam ke-4

    F4: Fraksi jam ke-6

  • 5.1.2. Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih

    Aktivitas antibakteri fraksi minyak atsiri sirih terhadap tiga

    bakteri uji dapat dihitung dengan mengukur diameter daerah hambat

    (DDH) pertumbuhan bakteri disekitar kertas cakram yang terlihat

    jernih. Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan dalam tabel 3 dapat

    diketahui bahwa fraksi minyak atsiri sirih pada konsentrasi 50% dapat

    mempengaruhi pertumbuhan ketiga bakteri dengan tingkat hambatan

    yang berbeda. F2 dan F4 minyak atsiri daun sirih memiliki tingkat

    sensitifitas yang paling tinggi terhadap ketiga bakteri uji dibandingkan

    dengan ketiga fraksi lainnya (tabel.3).

    Tabel 3. Aktivitas fraksi minyak atsiri daun sirih terhadap 3 jenis

    bakteri uji gram positif pada konsentrasi 50%

    Keterangan: F1: Fraksi jam ke-1

    F2: Fraksi jam ke-2

    F3: Fraksi jam ke-4

    F4: Fraksi jam ke-6

    * : rata-rata dari dua ulangan

    : tidak ada diameter daerah hambat

    5.1.3. Penentuan MIC Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih

    Penentuan nilai MIC berdasarkan atas konsentrasi minimal

    fraksi minyak atsiri daun sirih yang dapat menghambat pertumbuhan

    ketiga bakteri uji gram positif (tabel 4 dan tabel 5).

    No Bakteri uji Diameter Daerah Hambat (mm)*

    F1 F2 F3 F4

    1 B. subtilis 4 8 7 7,5

    2 S. epidermidis 2 4,5 2,5 5,5

    3 S. mutan 5,5 13 4,5 8,5

    Kontrol metanol - - - -

  • Tabel 4. Penentuan MIC fraksi minyak atsiri daun sirih terhadap bakteri uji

    B. subtilis

    Keterangan: F1: Fraksi jam ke-1

    F2: Fraksi jam ke-2

    F3: Fraksi jam ke-4

    F4: Fraksi jam ke-6

    -: tidak ada pertumbuhan bakteri + : ada pertumbuhan bakteri

    *: 0,5% tween 80, 2% etanol absolut dan aquadest

    Tabel 5. Penentuan MIC fraksi minyak atsiri daun sirih terhadap bakteri uji

    S. epidermidis dan S. mutan

    Keterangan: F1: Fraksi jam ke-1

    F2: Fraksi jam ke-2

    F3: Fraksi jam ke-4

    F4: Fraksi jam ke-6

    -: tidak ada pertumbuhan bakteri + : ada pertumbuhan bakteri

    *: 0,5% tween 80, 2% etanol absolut dan aquadest

    No Konsentrasi

    MIC (%)

    Nilai MIC B. subtilis

    F1 F2 F3 F4

    1 17,5 + + + +

    2 15,5 + + + +

    3 12,5 + + + +

    4 10 + + + +

    5 7,5 + + + +

    6 5 + + + +

    7 2,5 + + + +

    Kontrol pelarut* - - - -

    No Konsentrasi

    MIC (%)

    Nilai MIC

    S.epidermidis

    Nilai MIC S.mutan

    F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4

    1 5 - - - - - - - -

    2 2,5 - - - - - - - -

    3 1 - - - - + - - -

    4 0,5 - - - - + + + -

    5 0,25 - - - - + + + -

    6 0,125 + + + + + + + +

    Kontrol pelarut* - - - - - - - -

  • 5.1.4. Analisis Kebocoran Protein dan Asam Nukleat

    Pemberian fraksi jam ke-1 minyak atsiri daun sirih pada beberapa

    dosis MIC mengakibatkan terjadinya kerusakan sel yang diamati

    dengan adanya kebocoran protein dan asam nukleat dari sel bakteri.

    Fraksi jam ke-1 minyak atsiri daun sirih menyebabkan kebocoran sel

    yang diamati dengan adanya peningkatan nilai absorbansi pada panjang

    gelombang 260 nm dan 280 nm (gambar 3). Senyawa-senyawa yang

    memberikan serapan pada panjang gelombang 260 nm adalah asam

    nukleat (RNA dan DNA), sedangkan pada panjang gelombang 280 nm

    diidentifikasi sebagai protein.

    Gambar 3. Nilai absorbansi asam nukleat dan protein fraksi jam ke-1

    pada sel S .epidermidis

    5.1.5. Analisis Ion Logam Ca2+

    dan K+

    Fraksi jam ke-1 minyak atsiri daun sirih juga dapat menyebabkan

    terlepasnya ion Ca2+

    dan K+

    dari sel bakteri S.epidermidis. Ion-ion yang

    keluar dari sel dapat dilihat pada gambar 4.

  • Gambar 4. Hasil pengukuran konsentrasi ion logam Ca2+

    dan K+ fraksi

    jam ke-1 pada supernatan biakan S.epidermidis konsentrasi

    1 MIC dan 2 MIC

    5.1.6. Analisis Perubahan Morfologi Sel Bakteri S. epidermidis Dengan

    SEM

    Fraksi jam ke-1 minyak atsiri daun sirih dengan perlakuan 1 MIC

    dan 2 MIC juga dapat menyebabkan kebocoran pada membran sel, hal

    ini bisa dilihat pada gambar 5. Dari gambar foto yang di dapatkan oleh

    Scanning Electron Microscope dapat terlihat adanya perubahan

    morfologi sel. Perubahan morfologi sel dapat ditunjukkan dari gambar

    5(a) dimana hasilnya menunjukkan bakteri S. epidermidis yang

    normal, sel-selnya masih terlihat kompak, dan berbentuk bulat.

    Kemudian terjadi perubahan sel yang ditunjukkan oleh gambar 5(b) dan

    gambar 5(c) dimana sel bakteri S. epidermidis yang sudah diberi

    perlakuan minyak atsiri daun sirih dengan perlakuan 1 MIC dan 2 MIC

    terjadi perubahan sel jadi mengkerut dan berlubang.

  • Berlubang Berlubang dan Mengkerut

    (a) (b) (c)

    Gambar 5. Morfologi sel S.epidermidis. (a) kontrol, (b) Sel

    S.epidermidis setelah perlakuan 1 MIC, (c) Sel

    S.epidermidis setelah perlakuan 2 MIC (perbesaran

    10.000x). Tanda panah adalah terjadinya kebocoran.

    5.2. Pembahasan

    Sirih dikenal karena hampir semua bagian tanaman digunakan sebagai

    obat, disamping sebagai ramuan makan sirih. Selain itu dianggap juga dapat

    menguatkan gigi, mencegah gangguan perut, menambah ketahanan tubuh,

    stimulan syaraf dan lain lain (Pudjiastuti, 1996). Pada penelitian ini telah

    dilakukan isolasi fraksi minyak atsiri, identifikasi komponen kimia fraksi, dan

    uji aktivitas antibakteri dari daun sirih dalam bentuk fraksi minyak atsiri

    untuk mendapatkan alternatif antibakteri. Daun sirih yang digunakan dalam

    penelitian ini merupakan daun sirih segar yang berasal dari Balitro,

    Cimanggu, Bogor dan telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Bidang

    Botani, Puslit Biologi LIPI seperti yang tertera pada lampiran 1.

    Metode yang digunakan untuk proses pemisahan komponen fraksi

    minyak atsiri daun sirih adalah metode distilasi uap dan air (Sugiastuti, 2002;

    Sulianti dan Chairul, 2002). Sebelum proses distilasi, daun sirih terlebih

    dahulu disortasi dan dicuci untuk memisahkan dan menghilangkan pengotor

  • yang melekat pada sampel.Kemudian dirajang dengan cara dipotong potong

    kecil untuk memperluas ukuran permukaan partikelnya agar mempermudah

    kontak antara bahan sampel dengan uap air sehingga proses distilasi dapat

    berlangsung dengan baik (Novalny, 2006).

    Proses fraksinasi distilat ini dilakukan dengan menggunakan variasi

    waktu pengambilan distilat yaitu pada jam ke-1 (F1), jam ke-2 (F2), jam ke-4

    (F3) dan jam ke-6 (F4) untuk dapat mengamati hasil distilat yang diperoleh.

    Perbedaan waktu pengambilan distilat memberikan hasil yang berbeda pada

    volume distilat yang diperoleh. Hal ini berpengaruh terhadap presentase kadar

    masing masing fraksi. Hasil distilasi uap dan air secara berurutan untuk

    fraksi 1,2,3, dan 4 diperoleh minyak atsiri daun sirih dengan presentase

    0.061%, 0.034%, 0.027% dan 0.015%. Namun demikian, minyak yang

    diperoleh masih memiliki aroma dan warna yang sama, dengan aroma daun

    sirih yang khas dan berwarna kuning jernih.

    Dari hasil analisa GCMS diketahui bahwa keempat fraksi tersebut

    memiliki kromatogram yang berbeda satu sama lain (gambar 1). F1 memiliki

    64 komponen kimia penyusun. Dengan komponen utamanya (>5%) terdiri

    dari fenol 4-(2-profenil)-asetat (10,34%), kavibetol (10,61%), fenol,2-

    metoksi-4(1-profenil)-asetat (13,89%) dan 4-alil-1,2-diasetoksibenzen

    (27.31%). Pada F2 terdeteksi sebanyak 56 puncak dan memilki 5 komponen

    utama penyusunnya, antara lain kariofilen (8.70%), kavibetol (9.60%),

    fenol,2-metoksi-4(1-profenil)-asetat (12.95%), pacouli alkohol (10.23%), dan

    4-alil-1,2-diasetoksibenzen (14.53%). Dari hasil tersebut dapat diketahui

    bahwa ada perbedaan jumlah komponen kimia mayor dan minor antara F1

  • dengan F2. Hasil identifikasi komponen kimia penyusun F2 menunjukkan

    bahwa 48 komponen diantaranya merupakan komponen yang sama dengan

    komponen penyusun F1 (Tabel 1). 16 komponen lainnya yang berbeda adalah

    sabinen, -pinen, -terpinen, dl-limonen, -felandren, -terpen, -humulen,

    estragol, -himakalen, -cadine, -gurjunen, kubenol, longiberneol, dan -

    eudesmol.

    Untuk F3 terdeteksi sebanyak 73 puncak dengan komponen utamanya

    adalah kariofilen (8.54%), kavibetol (10.50%), fenol,2-metoksi-4 (1-profenil)

    asetat (10.766%), pacouli alkohol (12.62%), dan 4-alil-1,2-diasetoksibenzen

    (6.318%). Bila dibandingkan dengan komponen F2, sebagian komponen

    penyusun F3 merupakan komponen penyusun F2 (tabel 1). 16 senyawa

    lainnya sebagai penysusun komponen F3 antara lain -kadinena; kubenol; -

    eudesmol; safrol; (-)--selinene; selina-3,7(l1)diena; (-)-kariofilen-(l1); -

    guaein; 2-propenol,3-(2,6,6-trimetil-1-sikloheksen-1-yl); -Selinen; Bisiklo

    (3.2.0) hept-2-en-6-one,7,7-dikloro; Eudesm-7(11)-en-4-ol; sedrenol; dan (+)-

    -siperon. Jika dibandingkan dengan komponen senyawa F1, terdapat 14

    komponen yang berbeda. Komponen berbeda tersebut merupakan komponen

    yang sama-sama tidak terdeteksi di F2 pada F1.

    Pada F4 terdapat 56 senyawa yang terdeteksi dengan kandungan

    komponen utamanya antara lain kariofilen (8.61%), kavibetol (9,90%),

    fenol,2-metoksi-4 (1-profenil) asetat (13.01%), pacouli alkohol (10.08%),

    dan 4-alil-1,2-diasetoksibenzen (14.64%). Jika dibandingkan dengan F3,

    terdapat 19 senyawa yang tidak dimiliki oleh F4. Sebanyak 16 senyawa

    diantaranya adalah komponen kimia penyusun F4 dan 3 senyawa lainnya

  • merupakan komponen penyusun yang sama pada F1 dan F3 yaitu -kadinena,

    kubenol dan -eudesmol. Jika dibandingkan dengan F2 tidak terdapat

    senyawa yang berbeda. Jika dibandingkan dengan F1 terdapat 16 senyawa

    yang berbeda. Yaitu senyawa yang sama sama tidak terdeteksi pada F2

    (tabel 1) .Bila dibandingkan dengan hasil analisa minyak atsiri pada daun

    sirih yang telah dilakukan para peneliti, terdapat beberapa persamaan

    komponen utama penyusunnya, antara lain kariofilen, kavikol, -pinen,

    kopaen, dan kamfen (Harapini et al., 1996; Rahmat et al., 2000; Jamal dan

    Agusta, 2001; Parwata et al., 2009).

    Identifikasi masing-masing puncak pada kromatogram masing-masing

    fraksi minyak atsiri memperlihatkan bahwa komponen kimianya terdiri dari

    monoterpena, monoterpena alkohol, seksuiterpena, seskuiterpena alkohol dan

    turunan fenilpropanoid. Kemudian masing-masing komponen kimia fraksi

    minyak atsiri daun sirih dikelompokkan berdasarkan golongan senyawanya

    seperti yang tercantum pada tabel 2.

    Pengujian aktivitas antibakteri fraksi minyak atsiri menggunakan

    metode difusi cakram dan mikrodilusi. Metode difusi cakram merupakan

    skrining awal untuk mengetahui sensivitas bakteri terhadap fraksi minyak

    atsiri yang ditunjukkan dengan terbentuknya diameter daerah hambatan yang

    berupa zona bening disekitar cakram kertas saring. Uji dilakukan dengan

    mengaplikasikan cakram kertas saring berisi sejumlah fraksi minyak atsiri

    diatas permukaan medium agar (medium padat) yang sebelumnya telah

    diinokulasi bakteri uji. Setelah inkubasi 18 jam, dilakukan pengukuran daerah

    hambatan yang jernih disekitar cakram.. Diameter daerah tersebut tergantung

  • pada aktivitas fraksi minyak atsiri terhadap bakteri yang diuji (Chamber,

    2007). Semakin luas diameter hambatan tersebut menunjukkan semakin besar

    daya antibakteri fraksi minyak atsiri daun sirih.

    Dari hasil pengujian difusi cakram menunjukkan bahwa konsentrasi

    50% masing masing fraksi minyak atsiri daun sirih dapat menghambat

    pertumbuhan ketiga bakteri uji. Antara lain B. subtilis, S. mutan dan S.

    epidermidis. Diameter penghambatan yang terbentuk antar tiap fraksi dan

    bakteri berbeda. Fraksi 2 dan Fraksi 4 merupakan fraksi yang memiliki

    sensivitas tertinggi terhadap ketiga bakteri uji (tabel 3). Hal ini dapat dilihat

    dari besarnya zona bening yang terbentuk disekililing cakram uji .Sedangkan

    bakteri yang memiliki sensitiviyas tertinggi terhadap semua fraksi minyak

    atsiri daun sirih adalah S. mutan (Tabel 3). Aktivitas penghambatan yang

    tinggi dari fraksi 2 dan fraksi 4 diduga karena kedua fraksi ini memiliki

    kandungan senyawa minor ( 17.5% (v/v),

  • terhadap S. epidermidis adalah 0.25% (v/v), terhadap S. mutan adalah 2.5%

    (F1), 1% (F2 dan F3), 0.25% (F4) beturut-turut. Walaupun S. mutan adalah

    bakteri yang paling senstitif pada saat pengujian secara difusi, tetapi

    aktivitasnya terhadap fraksi minyak atsiri kurang begitu peka dibandingkan

    dengan S. epidermidis pada metode mikrodillusi. Dari hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa fraksi minyak atsiri sirih tidak bersifat broad sprectrum

    terhadap aktivitas ketiga bakteri uji tersebut. Bakteri S. epidermidis lebih

    peka terhadap semua fraksi minyak atsiri sirih dibandingkan bakteri S. mutan

    dan B. s subtilis. Sedangkan untuk fraksi minyak atsiri yang paling aktif

    dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.mutan adalah fraksi 4 (jam ke-6).

    Kemungkinan ini dikarenakan adanya kontribusi komponen yang aktif pada

    F4 yaitu senyawa asam benzoat,2-hidroksi-,metil ester; -kubeben; 3-alil-6-

    metoksifenil asetat; dan 4-alil-1,2-diasetoksibenzen. Kemampuan suatu

    antibakteri juga sangat erat kaitannya dengan perbedaan jumlah dan intensitas

    komponen penyusun senyawa kimia mayor dan minor setiap fraksi minyak

    atsiri sirih serta perbedaan komposisi dinding sel bakteri. Walaupun

    B.Subtilis termasuk bakteri gram positif, akan tetapi bakteri ini dapat

    melindungi dirinya dari molekul fraksi minyak atsiri dengan cara

    pembentukan spora (Scocibusik et al., 2006, Brooks et al., 2005). Sehingga

    pada saat diplating, bakteri ini kembali bergerminasi dengan kemampuan

    bertahan diri membentuk spora. Jadi, untuk menembus pertahanan spora,

    maka dibutuhkan lebih banyak lagi molekul fraksi minyak atsiri daun sirih.

    Sehingga nilai MIC nya jauh lebih tinggi dari S. epidermidis dan S. mutan.

  • Aktivitas antibakteri pada fraksi minyak atsiri sirih diduga disebabkan

    adanya kontribusi dari senyawa senyawa dengan gugus alkoholik dan

    senyawa fenolik alami yang di kandungnya. Fraksi minyak atsiri daun sirih

    mengandung senyawa alkoholik ( pacouli alkohol ) dan senyawa fenolik

    (kavibetol, 4-alil-1,2-diasetoksibenzen, fenol,2-metoksi-4-1(1-propfenil)-

    asetat). Menurut Hertiani et al (2002) dalam daun sirih ditemukan adanya

    senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antimikroba dalam minyak atsiri

    adalah isoeugeunol dan kariofilen. Dalam daun sirih juga mengandung

    hidroksikavikol, asam stearat dan palmitat yang mempunyai aktivitas sebagai

    antimikroba (Nalina dan Rahim, 2006). Rahmat, et al (2000) menduga

    senyawa yang berperan sebagai antibakteri dalam minyak atsiri daun sirih

    adalah isoeugenol dan p-allifen . Senyawa fenolik dapat berfungsi sebagai

    antimikroba karena adanya gugus OH yang bersifat racun terhadap mikroba

    dan semakin banyak gugus OH yang ada pada senyawa tersebut maka

    senyawa tersebut semakin beracun bagi mikroba (Cowan, 1999).

    Perubahan atau kerusakan pada sel bakteri oleh senyawa bakteri

    umumnya dapat di amati dalam bentuk kebocoran sel. Kerusakan sel bakteri

    merupakan hasil interaksi senyawa antibakteri dengan bagian sel tertentu.

    Interaksi senyawa antibakteri tersebut dapat menyebabkan sejumlah

    perubahan atau kerusakan pada sel bakteri yang berpengaruh pada mekanisme

    inaktivasi bakteri. Pada dosis yang tidak mematikan, bakteri mengalami luka

    (injury), terjadi sejumlah perubahan dan kerusakan struktur sel bakteri yang

    akhirnya dapat mempengaruhi fungsi metabolisme sel, sedangkan pada

    kerusakan yang parah dapat menyebabkan kematian sel.

  • Pemberian fraksi 1 minyak atsiri daun sirih pada sel S. epidermidis

    dengan perlakuan 1 MIC dan 2 MIC dapat mengakibatkan terjadinya

    kebocoran sel dan perubahan ukuran sel. Kebocoran sel dapat diamati dari

    tingkat kerusakan dinding sel dan membran sel. Derajat tingkat kerusakan

    dinding sel dapat diukur dari jumlah ion Ca2+

    dan ion K+ yang terdapat pada

    dinding sel, sedagkan tingkat kerusakan membran dapat di ukur dari bahan

    bahan yang dilepaskan oleh sel yang dapat diserap pada panjang gelombang

    260 nm untuk asam nukleat dan 280 nm untuk protein dengan menggunakan

    spektofotometer UV-Vis (Carson et al., 2002). Menurut Burt

    (2004) yang dikutip oleh Miksusanti (2009), Asam nukleat yang terdeteksi

    pada panjang gelombang 260 nm adalah RNA dan turunan RNA yaitu

    nukleotida (purin, pirimidin dan ribonukleotida), sedangkan senyawa protein

    yang terdeteksi adalah tirosin dan triptofan. Meningkatnya jumlah

    kandungan sel yang ditemukan pada permukaan sel menandakan terjadinya

    kerusakan membran sel atau perubahan permeabilitas

    Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa pemberian konsentrasi fraksi 1

    minyak atsiri daun sirih terhadap sel bakteri S. epidermidis dengan

    konsentrasi 1 MIC dan 2 MIC memberikan perbedaan pada peningkatan

    nilai absorbansi di panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Nilai absorbansi

    untuk sel kontrol S.epidermidis pada panjang gelombang 260 nm adalah

    0.423. Pada konsentrasi 1 MIC absorbansinya mengalami peningkatan

    menjadi 1.539 dan pada konsentrasi 2 MIC terjadi peningkatan absorbansi

    sekitar 2 kali yaitu 2.498. Pada panjang gelombang 280 nm, absorbansi untuk

    sel normal, perlakuan 1 MIC dan 2 MIC juga mengalami peningkatan dari

  • 0.437 menjadi 1.680 dan 3.010 secara berurutan. Dari hasil tersebut

    menunjukkan bahwa peningkatan absorbansi protein pada panjang

    gelombnag 280 nm lebih tinggi daripada absorbansi untuk asam nukleat di

    panjang gelombang 260 nm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

    dosis MIC yang diberikan, maka kebocoran metabolit seluler baik protein

    maupun asam nukleat semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Suliantari (2009) bahwa semakin tinggi konsentrasi

    ekstrak daun sirih yang diberikan terhadap bakteri gram positif (S. aureus, B.

    cereus dan L. monocytogenes) maka kebocoran asam nukleat dan protein dari

    sel bakteri yang terjadi semakin tinggi pula.

    Kandungan ion-ion logam yang berada dalam sel bakteri S. epidermidis

    seperti Ca2+

    dan K+ akan mengalami perubahan jika diberikan senyawa

    antibakteri. Pemberian 1 MIC dan 2 MIC fraksi jam ke-1 minyak atsiri daun

    sirih menyebabkan perubahan kandungan ion-ion Ca2+

    dan K+

    pada sel

    medium tumbuh. Pada gambar 3 didapatkan bahwa nilai yang didapat untuk

    ion Ca2+

    untuk kontrol dan pemberian fraksi jam ke-1 minyak atsiri 1 MIC,

    dan 2 MIC berturut-turut adalah 0.08 ppm, 36 ppm, dan 45 ppm. Sedangkan

    untuk nilai ion K+ berturut-turut adalah 64 ppm; 80 ppm; 95 ppm. Dari hasil

    ini didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka

    semakin tinggi pula kerusakan membran sel yang terjadi. Indikasi adanya

    kerusakan membran sitoplasma adalah terjadinya kebocoran kandungan ion-

    ion Ca2+

    dan K+ merupakan tanda kerusakan permeabilitas membran (Cox

    et.al., 2001). Menurut Brooks et al 2005 Kekuatan struktur pada membran ini

  • disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen, hidrofobik dan kation Mg2+

    dan

    Ca2+

    bersama fosfolipida.

    Seperti yang terjadi pada kebocoran sel, makin tinggi konsentrasi MIC

    fraksi jam ke-1 (F1) minyak atsiri daun sirih yang digunakan, maka morfologi

    sel bakteri juga semakin mengalami perubahan dibandingkan sel normal.

    Kerusakan morfologi sel bakteri diamati dengan menggunakan SEM

    (Fathillah et al., 2009 ). Pada S. epidermidis perbesaran 10.000 kali

    menunjukkan dalam keadaan normal berbentuk bulat dengan permukaan yang

    licin seperti yang terlihat pada gambar 4.a. Dengan adanya perlakuan

    pemberian F1 minyak atsiri daun sirih 1 MIC, terjadi perubahan morfologi

    pada membran sel nya yaitu sel menjadi berlubang dengan permukaan yang

    masih rata (gambar 4.b). Sedangkan perlakuan pada konsentrasi 2 MIC, sel

    berlubang dan permukaannya menjadi mengkerut dan kasar (gambar 4.c).

    Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa pada perlakuan konsentrasi 1 MIC F1

    minyak atsiri daun sirih, belum menyebabkan sel bakteri rusak berat

    dibandingkan dengan perlakuan 2 MIC. Walaupun terjadi kerusakan struktur

    sel dan sel kehilangan isinya (ion Ca2+

    dan K+), namun keseluruhan bentuk

    sel masih dapat diamati.

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    1. Fraksi minyak atsiri daun sirih yang berasal dari Balitro, Cimanggu. Bogor

    memiliki presentase kadar yang dihasilkan secara berurutan untuk fraksi

    1,2,3 dan 4 sebesar 0,061%; 0,034%; 0,027% dan 0,015%. dan memiliki

    komponen kimia sebanyak 64 senyawa (F1), 56 senyawa (F2), 73

    senyawa (F3) dan 56 senyawa (F4). Sebanyak 4 senyawa kimia sebagai

    penyusun komponen mayor (>5%) F1, dan 5 senyawa kimia sebagai

    komponen penyusun untuk F2, F3 dan F4. Komponen senyawa utama

    yang paling tertinggi pada F1, F2, dan F4 adalah 4-alil-1,2-

    diasetoksibenzen (27,35%; 14,53% dan 14,64%), sedangkan pada F3

    adalah Pacouli alkohol (12,62%)

    2. Fraksi Minyak atsiri daun sirih memiliki aktivitas antibakteri terhadap

    bakteri S. mutan, S. epidermidis, dan B. subtilis. Nilai MIC yang diperoleh

    dari setiap fraksi minyak atsiri terhadap S. epidermidis adalah 0,25 %

    (v/v). B. subtilis >17,5% (v/v)., sedangkan S. mutan F1 sebesar 2,5%

    (v/v) , F2 dan F3 sebesar 1% (v/v)., dan F4 sebesar 0,25% (v/v).

    3. Mekanisme penghambatan antibakteri fraksi 1 minyak atsiri daun sirih

    terhadap S. epidermidis adalah merusak membran sel bakteri, yang

    ditandai dengan terjadinya peningkatan pelepasan senyawa metabolit

    seluler seperti asam amino, protein, dan ion logam Ca2+

    dan K+.

  • 6.2. Saran

    1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara invivo untuk mengetahui

    efektifitas dan toksisitasnya.

    2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bakteri patogen lain untuk

    mengetahui aktivitas antibakterinya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit ITB.

    Bandung.

    AlFarisi, S . 2009. Uji Mekanisme Penghambatan Antibakteri Minyak Atsiri Daun

    Sirih (Piper Bettle Linn; Piperaceae ) Terhadap Staphylococcus

    Epidermidis. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

    Bilbiana,L., dan Hastowo,S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta : Rajalawi Pers.

    Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A., 2005. Jawetz, Melnick & Adelbergs Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). diterjemahkan oleh Eddy

    M, Kuntaman, Eddy BW, Ni Made M, Setio H, dan Lindawati A. Edisi 1.

    Jilid 1. Salemba Medika. Jakarta.

    Carson, C.F., Brian, J.M., Riley, T.V., 2002. Mechanism of Action of Melaleuca

    alternifolia (Tea Tree) Oil on Staphylococcus aureus Determined by Time

    Kill, Lyses, Leakage, and Salt Tolerance Assays and Electron Microscopy.

    Antimicrobial Agent and Chemotherapy 6 : 1914-1920.

    Chambers, HF. 2007. Goodman dan Gilman Dasar Farmakologi Terapi,

    diterjemahkan oleh Cucu ., Ella, E., Winny, RS., Amalia, H., July, M. Edisi

    10. Jilid 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

    Cowan, M.M. 1999. Plant product asd antimicrobial agents. J. Microbiology

    Reviews 612 (4) : 564 582.

    Cox, S.D., Mann, C.M., Markham, J.L., Bell, H.C., Gustafson, J.E., Warmington,

    J.R. and Wyllie, S.G.. 2000. The Mode of Antibacterial Action of The

    Essential Oil of Melaleuca Alternifolia (Tea Tree Oil). J of Applied

    Microbiology 88 : 170-175.

    Didik, G., dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penebar

    Swadaya. Jakarta

    Fathillah, A.R., Yusoff M, Rahim ZHA. The Effect of Psidium guajava and Piper

    betle extracts on the Morphology of Dental Plaque Bacteria. Pak J Med Sci

    2009;25(6):928-933.

    Harapani, M., Agusta, A., dan Rahayu,DC. 1996. Komponen kimia minyak atsiri

    dari dua macam sirih (daun kuning dan hijau). Prosiding Symposium

    Tanaman Obat Dan Aromatic. Puslitbang biologi-LIPI. Bogor. 58-63.

    Hermawan, A. 2007 . Pengaruh ekstrak daun sirih (piper betle l.) terhadap

    pertumbuhan staphylococcus aureus dan escherichia coli Dengan metode

    difusi disk. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan UAIR.

  • Hertiani,T., dan Purwantini, A.2002. Hasil distilasi ekstrak etanol daun sirih

    (Piper betle L) dari beberapa daerah di Yogyakarta dan aktivitas antijamur

    terhadap Candida albicans.Majalah Farmasi Indonesia 13 (4) : 193-199.

    Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A. 1995. Medical Microbiology,

    Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Alih Bahasa: Edi Nugroho dan RF

    Maulany. EGC, Jakarta

    Mann, C.M dan Markham, J.L. 1998. A new method for determining the

    minimum inhibitory concentration of essential oils. Journal of Applied

    Microbiology 84. 538-544.

    Miksusanti. 2009. Aktivitas dan mekanisme minyak atsiri Temu Kunci

    (Kaempheria pandurata Roxb) serta inkoporasinya dalam pati sagu sebagai

    film edibel antibakteri. Disertasi. IPB

    Nalina, T., and Rahim, Z.H.A. 2007. The Crude Aqueos Extract of Piper betle L.

    and its Antibacterial Effect Toward Streptococcus mutans. American

    Journal of Biotechnology and Biochemistry 3(1). 2007. 10-15.

    Novalny, D. 2006. Pengaruh ukuran rajangan daun dan lama penyulingan

    terhadap rendemen dan karakteristik minyak sirih (Piper betle Linn.).

    Skripsi. IPB

    Parwata, I.O.A.M., Rita, WS., Yoga, R. 2009. Isolasi dan