skripsi - abu zar - 108101000006 - fkik

174
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA UPPER LIMB EXTREMITIES MAHASISWA KETIKA PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012 OLEH: ABU ZAR NIM : 108101000006 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433H 2012M

Upload: abhoe-zar

Post on 11-Aug-2015

494 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN

MUSKULOSKELETAL PADA UPPER LIMB EXTREMITIES

MAHASISWA KETIKA PROSES BELAJAR MENGAJAR DI

KELAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA TAHUN 2012

OLEH:

ABU ZAR

NIM : 108101000006

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433H

2012M

Page 2: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK
Page 3: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK
Page 4: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK
Page 5: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

v

Curiculum Vitae

Data Pribadi

Nama : Abu Zar

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Maret 1990

Alamat : Jalan Bangka 2 no 100 RT 17/03

Kelurahan : Pela Mampang

Kecamatan : Mampang Prapatan

Jakarta Selatan. DKI Jakarta

Kode Pos : 12720

Jenis Kelamin : Laki-laki

Telepon (rumah) : 021-7199464

Handphone : 081286528585

Golongan Darah : O

Agama : Islam

E-mail : [email protected], [email protected]

Riwayat Pendidikan

1994-1996 TQ Al-Hikmah, Jakarta

1996-2002 MI Al-Hikmah, Jakarta

2002-2005 SLTP-IT Al-Hikmah, Jakarta

2005-2008 SMAN 55, Jakarta

2008-sekarang S1 - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Page 6: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan skripsi yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada upper limb extremities mahasiswa

ketika proses belajar mengajar di kelas Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

Penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

untuk memperoleh gelar strata satu (S1). Laporan ini merupakan hasil dari proses

kegiatan penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Selesainya laporan skripsi ini tidak luput dari bantuan dan dukungan banyak

pihak yang telah memberikan konstribusi serta masukan-masukan kepada penulis. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Umi dan Ayah yang senantiasa selalu mendukung dan mendengarkan keluh

kesah, memberikan semangat, memberikan support dalam segala hal. Doain

supaya cepet dapet kerja ya.

2. Kakak Saya Hilda Rahmadia dan Chaerunnisa serta adik saya Qeis

Muhammad terima kasih terus memberikan support untuk Saya dan sering

menemani ketika Saya sedang berkeluh kesah.

3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, sebagai dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

vii

4. Bapak dr. Yuli P. Satar, M.ARS, sebagai ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi I Saya,

terima kasih atas bimbingannya selama ini.

6. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, M.Kes, sebagai dosen pembimbing skripsi II

Saya, terima kasih atas bimbingannya selama ini.

7. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, sebagai penanggung jawab peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

8. Seluruh dosen dan staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2008 FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang sangat saya cintai.

10. Dan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian skripsi

ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan

kerja samanya dalam penyusunan penelitian skripsi ini.

Penulis sadari bahwa laporan skripsi ini tidak akan tersusun tanpa kontribusi dan

masukan-masukan dari kalian semua. Akhir kata semoga penelitian ini bermanfaat bagi

siapa saja yang membacanya. Amiin..

Jakarta, Oktober 2012

Penulis

Page 8: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

viii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Januari 2013

Abu Zar, NIM : 108101000006

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper

Limb Extremities Mahasiswa Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012

xvi + 139 halaman, 24 tabel, 12 gambar, 11 lampiran

ABSTRAK

Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi ketika otot atau rangka menerima beban

dengan postur statis atau pekerjaan yang dilakukan secara berulang dan pekerjaan

tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang lama serta melebihi kemampuan yang

dimiliki oleh individu tersebut. Pekerjaan yang dilakukan oleh mahasiswa ketika proses

belajar mengajar di kelas cenderung dengan postur statis, sehingga mungkin untuk

terjadi keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa.

Penelitian yang menggunakan desain cross sectional ini dilakukan pada bulan

September – Oktober di gedung FKIK UIN Jakarta. Populasi pada penelitian ini yaitu

seluruh mahasiswa FKIK dan sampelnya adalah mahasiswa semester 5 yang masih aktif

kuliah sebanyak 107 orang. Pengambilan data pada penelitian ini yaitu dengan data

primer dan data sekunder yang kemudian diolah untuk dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden

merasakan keluhan muskuloskeletal (72,9%), keluhan terbanyak dirasakan oleh

responden adalah pada bagian pantat dan punggung (56,07%,), pinggang (51,40%) dan

keluhan pada leher (50,48%). Faktor yang berhubungan berdasarkan hasil penelitian

yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu tingkat risiko ergonomi, antropometri no 14

dan kesegaran jasmani.

Masukan yang diberikan oleh peneliti untuk FKIK UIN Jakarta yaitu dengan

menggunakan kursi yang lebih rendah sesuai dengan antropometri mahasiswa, merubah

sudut sandaran kursi menjadi 100º-110º, menggunakan kursi yang menopang seluruh

bagian punggung, merubah sudut kemiringan alas menjadi 3º-5º dan menggunakan alas

dan sandaran kursi yang dilapisi oleh lapisan lunak. Masukan untuk mahasiswa yaitu

agar rutin olahraga dan mengganti posisi duduk berkala sebelum keluhan dirasakan.

Daftar Bacaan : 49 (1989-2011)

Page 9: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

ix

SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

CONCENTRATION SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALH

Essay, January 2012

Abu Zar, NIM : 108101000006

Factors Associated with Musculoskeletal Complaints in the Upper Limb extremities

Students When Teaching and Learning in the Classroom at the Faculty of Medicine and

Health Sciences Sharif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta in 2012

xvi + 139 pages, 24 tables, 12 drawings, 11 attachment

ABSTRACT

Musculoskeletal complaints can occur when a muscle or order accept loads with

static postures or repetitive work done and the work is done in a long time, and beyond

the capabilities of the individual. Work done by students when the learning process in

the classroom tends to a static posture, so it's possible to happen in the student

musculoskeletal complaints.

The study uses cross-sectional design was conducted in September-October in

the building FKIK UIN Jakarta. The population in this research that all students FKIK

and sample are students who are still active 5th semester college as many as 107 people.

Retrieval of data in this research is the primary data and secondary data were then

processed for analysis.

Based on this research, it is known that the majority of respondents felt the

musculoskeletal complaints (72.9%), most complaints are perceived by the respondents

on the buttocks and back (56.07%), waist (51.40%) and complaints of the neck

(50.48%). Factors related based on the research results obtained in this study is the level

of ergonomic risk, no 14 anthropometric and physical fitness.

Input given by researchers to FKIK UIN Jakarta is by using a lower chair

according to anthropometry students, change the angle the seat to 100 º - 110 º, use a

chair that supports the entire back, change the angle of the base to be 3 º - 5 º and use a

mat and chair covered by a layer of software. Input for students is that regular exercise

and periodically replace a sitting position before a complaint is felt.

Reading List : 49 (1989-2011)

Page 10: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

x

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 8

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10

1. Tujuan Umum ................................................................................. 10

2. Tujuan Khusus ................................................................................. 10

E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 12

1. Bagi Peneliti ................................................................................. 12

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................................. 12

3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta ..................... 12

F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluhan Muskuloskeletal ................................................................................. 15

1. Pengertian Keluhan Muskuloskeletal ......................................................... 15

2. Klasifikasi Keluhan Muskuloskeletal ......................................................... 15

3. Metode Penilaian Keluhan Muskuloskeletal ................................................. 15

B. Faktor Risiko Timbulnya Muskuloskeletal........................................................ 16

1. Faktor Pekerjaan ................................................................................. 16

2. Faktor Individu ................................................................................. 39

3. Faktor Lingkungan ................................................................................. 58

C. Kerangka Teori ........................................................................................... 61

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ................................................................................ 63

B. Definisi Operasional ................................................................................ 66

C. Hipotesis ................................................................................ 71

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................ 72

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 72

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 73

Page 11: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

xi

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................................ 76

1. Data Primer ................................................................................ 76

2. Data Sekunder ................................................................................ 81

E. Pengolahan Data ................................................................................. 81

F. Analisis Data ................................................................................. 82

BAB V HASIL

A. Gambaran Tempat Penelitian .................................................................... 87

B. Gambaran Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta ............................................. 91

C. Analisis Univariat ............................................................................................. 94

1. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......... 94

2. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......... 96

3. Gambaran Antropometri Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ..................... 97

4. Gambaran Jenis Kelamin Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ..................... 98

5. Gambaran Kebiasaan Merokok Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......... 99

6. Gambaran Kesegaran Jasmani Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ..................... 99

7. Gambaran Status Gizi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ................................. 100

D. Analisis Bivariat ................................................................................................. 101

1. Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi dengan Keluhan Muskuloskeletal

pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta ......................................................... 101

2. Hubungan Antropometri dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 102

3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 103

4. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 104

5. Hubungan Kesegaran Jasmani dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 105

6. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta .................................................................... 106

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 107

Page 12: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

xii

B. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal... 108

1. Keluhan Muskuloskeletal ..................................................................... 109

2. Tingkat Risiko Ergonomi ..................................................................... 110

3. Antropometri ............................................................................................. 117

4. Jenis Kelamin ............................................................................................. 122

5. Kebiasaan Merokok ................................................................................. 124

6. Kesegaran Jasmani .......... ...................................................................... 126

7. Status Gizi ............................................................................................. 130

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................. 133

B. Saran ............................................................................................. 134

Daftar Pustaka ............................................................................................. 136

Page 13: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

xiii

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Tabel Presentase Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Bagian Tubuh

Mahasiswa FKIK UIN ........................................................................... 7

Tabel 2.1 Kategori Tingkat Risiko Ergonomi RULA Berdasarkan Nilai Akhir

yang Didapat............................................................................................ 34

Tabel 2.2 Kategori Indeks Kesegaran Jasmani Berdasarkan Nilai Harvard Step

Test................................................................................................... 46

Tabel 2.3 Ukuran-ukuran Antropometri yang Penting ........................................... 51

Tabel 2.4 Kategori IMT untuk Penduduk Indonesia............................................... 57

Tabel 5.1 Panjang Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta................................. 91

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012............................................. 93

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko

Ergonomi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012............................. 95

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Antropometri No 8 Mahasiswa FKIK UIN

Jakarta Tahun 2012.................................................................................. 95

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Antropometri No 12 Mahasiswa FKIK UIN

Jakarta Tahun 2012 ................................................................................. 96

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Antropometri No 13 Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta Tahun 2012 ............................................................... 96

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.............................................. 97

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.............................................. 97

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.............................................. 98

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta tahun 2012................................................................. 99

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Tingkat Risiko Ergonomi dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 100

Page 14: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

xiv

Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Antropometri dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 101

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 102

Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 103

Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 104

Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012....... 104

Page 15: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

xv

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Kursi Kuliah di FKIK .................................................................... 6

Gambar 1.2 Kursi Kuliah di Fakultas Lain......................................................... 6

Gambar 2.1 Postur Lengan Atas......................................................................... 26

Gambar 2.2 Postur Lengan Bawah ..................................................................... 27

Gambar 2.3 Postur Pergelangan Tangan ............................................................ 28

Gambar 2.4 Postur Putaran Pergelangan Tangan ............................................... 28

Gambar 2.5 Tabel Penilaian Skor A ................................................................... 29

Gambar 2.6 Tabel Penilaian Beban .................................................................... 29

Gambar 2.7 Tabel Penilaian Skor C ................................................................... 30

Gambar 2.8 Postur Leher .................................................................................... 31

Gambar 2.9 Postur Punggung ............................................................................. 32

Gambar 2.10 Postur Kaki ...................................................................................... 32

Gambar 2.11 Tabel Penilaian Skor B ................................................................... 33

Gambar 2.12 Tabel Penilaian Beban .................................................................... 33

Gambar 2.13 Tabel Penilaian Skor Total ............................................................. 34

Gambar 2.14 Antropometri untuk Perancangan Produk atau Fasilitas ................. 19

Gambar 5.1 Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta........................................ 90

Gambar 5.2 Gambar Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta Tampak

Samping........................................................................................... 91

Gambar 5.3 Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta Tampak Depan.............. 92

Gambar 5.4 Sudut Sandaran Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta............................ 92

Gambar 6.1 Kondisi Ketika Posisi Duduk.......................................................... 108

Page 16: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

xvi

Daftar Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................................... 62

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 65

Daftar Grafik

Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi Bagian Tubuh yang Dikeluhkan Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta Tahun 2012.............................................................. 94

Page 17: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi,

keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Kerugian yang

dialami perusahaan apabila terjadi kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja tidaklah

sedikit. Karena hal ini, perusahaan dituntut dengan menjalankan aspek-aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaannya. Pelaksanaan keselamatan

dan kesehatan kerja yaitu salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja

yang aman, nyaman, sehat, serta bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat

mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Tresnaningsih,

2004).

Salah satu pelaksanaan keselamatan dan kesehatan dalam pekerjaan yaitu

memperhatikan aspek-aspek ergonomi. Ergonomi merupakan multidisiplin ilmu

pengetahuan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip seperti prinsip ilmu fisiologi,

prinsip ilmu psikologi, prinsip ilmu anatomi, prinsip ilmu hygiene, prinsip ilmu

teknologi serta ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan lainnya yang terkait dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ergonomi ini selain bertujuan untuk

meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), juga mampu meningkatkan

produktivitas kerja (Suma’mur, 1989).

Page 18: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

2

Prinsip ergonomi ini juga tercantum dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat

39 yang artinya adalah “Katakanlah: „Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan

keadaanmu, sesungguhnya aku pun bekerja, maka kelak engkau akan mengetahui!.”

(Terjemahan Q.S. Az-Zumar: 39). Ayat ini dapat diartikan sebagai sebuah perintah

untuk bekerja sesuai keadaan, yaitu sesuai dengan keadaan atribut fisik seperti

antropometri fisik dan fisiologi tubuh dan keadaan non-fisik seperti psikologi dan

kemampuan individu (Su, 2011).

Jika otot atau rangka menerima pekerjaan dengan beban yang statis atau

pekerjaan yang dilakukan secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama serta

melebihi kemampuan yang dimiliki oleh individu itu sendiri, maka keadaan-keadaan

tersebut akan dapat menyebabkan keluhan-keluhan yang dapat berupa keluhan pada

sendi, ligamen, tendon dan sebagainya. Keluhan ini bahkan dapat berdampak sampai

menjadi kerusakan pada bagian-bagian tertentu, hal inilah yang biasa disebut dengan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau gangguan pada otot rangka (Grandjean,

1993 dalam Suriatmini, 2011).

Kejadian gangguan muskuloskeletal ini sangat sering dirasakan oleh

masyarakat dunia. Selama lebih dari 50 tahun, dalam studi ditemukan bahwa 50%

populasi mendapatkan nyeri di bagian leher, pundak maupun lengan. Gangguan

muskuloskeletal yang muncul merupakan akibat dari pekerjaan yang dilakukannya

(Bridger, 2003). Penelitian di Amerika pada tahun 2004 (dalam Munir, 2008)

menyatakan bahwa sekitar 60% pekerja manual handling menderita nyeri dan cidera

pada daerah punggung, dan hal itu disebabkan karena aktivitasnya pada saat bekerja

seperti mengangkat, menarik serta memegang alat.

Page 19: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

3

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI

terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten / kota di Indonesia terkait masalah kesehatan

di Indonesia tahun 2005, menunjukkan bahwa 40,5% penyakit yang diderita pekerja

yang berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan kesehatan yang dialami pekerja

tersebut umumnya berupa gangguan muskuloskeletal 16%, kardiovaskular 8%,

gangguan syaraf 6%, gangguan pernapasan 3% dan gangguan THT 1,5%. Sedangkan

hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada tahun 2006-

2007 diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan pada

muskuloskeletal sesudah bekerja (Yassierili, 2008).

Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas dapat dikatakan bahwa

seluruh pekerjaan dapat menghadapi risiko keluhan muskuloskeletal, termasuk

aktivitas sehari-hari dalam kegiatan belajar mengajar juga perlu memperhatikan

aspek-aspek ergonomi. Dengan adanya aspek-aspek ergonomi dalam proses belajar

mengajar, diharapkan untuk tidak ditemukan lagi keluhan-keluhan muskuloskeletal

serta hasil atau output dari proses belajar mengajar tersebut dapat efektif. Faktor

risiko yang dapat menjadi faktor terjadinya keluhan muskuloskeletal yaitu faktor

pekerjaan, faktor individu dan faktor lingkungan (Cohen, dkk, 1997).

Faktor pekerjaan meliputi faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri

seperti beban/gaya, postur tubuh, frekuensi dan durasi paparan. Faktor individu

pekerja yaitu berupa usia, lama bekerja, jenis kelamin, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, antropometri dan status gizi. Sedangkan faktor lingkungan kerja

yaitu area kerja, tekanan, pencahayaan, getaran dan suhu (Peter Vi, 2000 dalam

Suriyatmini 2011).

Page 20: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

4

Salah satu bagian dari faktor lingkungan yaitu alat kerja, salah satu contoh

dari alat kerja yang merupakan sarana pendukung dalam proses belajar mengajar

adalah kursi. Kursi dapat mempengaruhi kenyamanan dalam proses belajar

mengajar, karena dalam proses belajar mengajar, aktivitas mahasiswa cenderung

lebih banyak duduk di kursi dengan postur yang statis. Sehingga jika kursi yang

diduduki tersebut nyaman, maka diharapkan mahasiswa dapat menyerap materi

perkuliahan yang diberikan dengan baik, sedangkan jika kursi yang digunakan itu

tidak nyaman, maka proses belajar mengajar dapat terganggu dan cenderung tidak

efektif bahkan dapat timbul keluhan-keluhan pada bagian tertentu.

Menurut Stewart dan Stewart (1983) dalam Ismi (2010), kondisi kerja dapat

diartikan sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu

perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja di

lingkungan tersebut. Kondisi kerja yang baik yaitu kondisi lingkungan pekerja yang

nyaman serta mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan

baik. Berdasarkan pernyataan ini dapat dikatakan bahwa selama bekerja pekerja

harus nyaman dengan lingkungan kerjanya. Jika dikaitkan dengan kursi kerja, maka

kursi kerja yang digunakan oleh pekerja harus nyaman selama pekerja tersebut

bekerja di kursi tersebut.

Tubuh manusia tidak didesain untuk duduk dalam jangka waktu yang lama

atau bekerja dalam posisi statis dalam jangka waktu yang lama, dimana bisa

menyebabkan ketegangan muskuloskeletal yang sifatnya kronis. Oleh karena itu

dibutuhkan desain kursi untuk mahasiswa yang lebih ergonomis untuk mencegah

dan mengurangi masalah terkait keluhan muskuloskeletal. Apabila dimensi tubuh

Page 21: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

5

mahasiswa tidak sesuai dengan dimensi kursi yang digunakan, maka cepat atau

lambat akan dapat menimbulkan keluhan-keluhan muskuloskeletal, seperti keluhan

muskuloskeletal pada bahu, lengan, pinggang, paha dan sebagainya (Muliani, 2008).

Menurut Londong (2012), jika tinggi kursi yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan gangguan peredaran darah di tungkai bawah. Bila terlalu rendah akan

berakibat punggung lebih membungkuk, kesulitan berdiri, dan membutuhkan ruang

tungkai ( leg room ) yang lebih luas. Kedalaman tempat duduk Bila terlalu dalam

(melebihi ukuran pantat ke belakang lutut) akan berakibat tekanan pada daerah

belakang lutut tersebut. Sudut optimal sandaran duduk kursi adalah 100o – 110

o.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta karena kursi

kuliah yang ada di FKIK berbeda dengan kursi pada fakultas lainnya dan persentase

keluhan di FKIK lebih tinggi dibandingkan dengan fakultas lain. Kursi kuliah di

FKIK dapat dilihat pada gambar 1.1. Mahasiswa pada saat proses belajar mengajar

dapat duduk di kursi belajar mengajar selama berjam-jam dengan postur yang statis.

Oleh karena itu dapat menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal.

Page 22: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

6

Gambar 1.1 Kursi Kuliah di FKIK

Selain itu, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruang belajar

mengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta kepada 26 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

dengan menggunakan kuesioner nordic body map, didapatkan bahwa 92,31%

mahasiswa tersebut merasakan keluhan muskuloskeletal ketika duduk di kursi kuliah

pada saat perkuliahan. Berikut adalah tabel presentase keluhan yang dirasakan oleh

mahasiswa UIN berdasarkan bagian tubuh ketika duduk di kursi kuliah:

Page 23: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

7

Tabel 1.1 Tabel Presentase Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Bagian Tubuh

Mahasiswa FKIK UIN Ketika Duduk di Kursi Kuliah

Tahun 2012

No Bagian Tubuh Presentase

Keluhan (%)

1 Pantat 92,31

2 Paha 65,38

3 Lutut 50,00

4 Betis 46,15

5 Pergelangan kaki 34,62

6 Telapak kaki 42,30

7 Pinggang 88,46

8 Lengan atas 38,46

9 Bahu 73,08

10 Leher 92,31

11 Lengan bawah 30,77

12 Punggung 88,46

Dapat dilihat dari tabel 1.1 diatas bahwa keluhan muskuloskeletal tertinggi

yang dirasakan oleh mahasiswa FKIK yaitu pada bagian pantat, leher, punggung,

pinggang, bahu dan paha. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti ”Faktor-

faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper Limb

Extremities Mahasiswa Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012”.

Page 24: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dipaparkan diatas, diketahui

bahwa sebagian besar (92,31%) mahasiswa FKIK mengalami keluhan

muskuloskeletal atau yang biasa disebut dengan keluhan otot rangka ketika duduk di

kursi kuliah. Keluhan muskuloskeletal yang didapatkan pada studi pendahuluan

adalah rasa pegal, kesemutan, nyeri dan sakit. Dalam proses belajar mengajar

tersebut postur mahasiswa didalam kelas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta cenderung statis.

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

keluhan muskuloskeletal adalah pekerjaan yang sifatnya statis. Keluhan

muskuloskeletal ini tentunya dapat mempengaruhi kualitas mahasiswa dalam proses

belajar mengajar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan

gambaran keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh mahasiswa, gambaran

tingkat risiko ergonomi pada mahasiswa, gambaran antropomentri mahasiswa,

gambaran jenis kelamin mahasiswa, gambaran kebiasaan merokok mahasiswa,

gambaran kesegaran jasmani mahasiswa dan gambaran status gizi mahasiswa,

hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal dan

hubungan antropometri, jenis kelamin, kebisaan merokok, kesegaran jasmani dan

status gizi mahasiswa dengan keluhan muskuloskeletal

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh mahasiswa

ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

Page 25: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

9

2. Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi pada mahasiswa ketika proses

belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

3. Bagaimana gambaran antropometri mahasiswa ketika proses belajar mengajar di

kelas FKIK UIN Jakarta?

4. Bagaimana gambaran jenis kelamin mahasiswa ketika proses belajar mengajar di

kelas FKIK UIN Jakarta?

5. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok mahasiswa ketika proses belajar

mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

6. Bagaimana gambaran kesegaran jasmani mahasiswa ketika proses belajar

mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

7. Bagaimana gambaran status gizi mahasiswa ketika proses belajar mengajar di

kelas FKIK UIN Jakarta?

8. Apakah ada hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan

muskuloskeletal mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN

Jakarta?

9. Apakah ada hubungan antara antropometri dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

10. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal

pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

Page 26: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

10

11. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK

UIN Jakarta?

12. Apakah ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal

pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

13. Apakah ada hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan

muskuloskeletal pada upper limb extremities mahasiswa ketika proses belajar

mengajar di kelas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Jakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

b. Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi pada mahasiswa ketika

proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

c. Diketahuinya gambaran antropometri mahasiswa ketika proses belajar

mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

Page 27: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

11

d. Diketahuinya gambaran jenis kelamin mahasiswa ketika proses belajar

mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

e. Diketahuinya gambaran kebiasaan merokok pada mahasiswa ketika proses

belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

f. Diketahuinya gambaran kesegaran jasmani pada mahasiswa ketika proses

belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

g. Diketahuinya gambaran status gizi pada mahasiswa ketika proses belajar

mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

h. Diketahuinya hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas

FKIK UIN Jakarta

i. Diketahuinya hubungan antara antropometri dengan keluhan muskuloskeletal

pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

j. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas

FKIK UIN Jakarta

k. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas

FKIK UIN Jakarta

Page 28: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

12

l. Diketahuinya hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas

FKIK UIN Jakarta

m. Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal

pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman berharga, menambah wawasan

serta menambah kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu terkait keselamatan

dan kesehatan kerja, terutama dalam disiplin ilmu ergonomi.

2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta sebagai bahan

pertimbangan untuk perbaikan kursi kuliah yang lebih ergonomis.

3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan

bagi civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi, dapat menjadi

referensi tambahan bagi penelitian serupa serta dapat juga dijadikan sebagai

referensi untuk penelitian lanjutan.

Page 29: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

13

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester IX Program studi

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Oktober tahun 2012 pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta. Judul penelitian yang diambil yaitu ”Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal (Upper Limb Extremities)

Mahasiswa Proses Belajar Mengajar di Kelas di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”.

Penelitian ini dilakukan agar diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi

mahasiswa, diketahuinya hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan timbulnya

keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa, agar diketahuinya gambaran

antropometri, jenis kelamin, kebisaan merokok, kesegaran jasmani dan status gizi

mahasiswa dan agar giketahui hubungan antropometri, jenis kelamin, kebisaan

merokok, kesegaran jasmani dan status gizi dengan timbulnya keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa.

Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, observasi serta

pengukuran secara langsung. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mendapatkan

data terkait jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani dan diketahuinya

keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa. Observasi dilakukan untuk mendapatkan

Page 30: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

14

data tingkat risiko ergonomi pada mahasiswa. Dan pengukuran langsung dilakukan

untuk mendapatkan data antropometri mahasiswa, gambaran kursi kuliah dan data

status gizi mahasiswa. Data sekunder diperoleh dari profil institusi, dokumen jumlah

mahasiswa dan data pendukung lainnya.

Page 31: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluhan Muskuloskeletal

1. Pengertian Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan sampai keluhan

yang sangat sakit (Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004).

2. Klasifikasi Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu

keluhan sementara dan keluhan menetap (Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004):

a. Keluhan sementara, yaitu keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada saat otot

rangka menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera

hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap, yaitu keluhan muskuloskeletal yang bersifat menetap,

meskipun pembebanan kerja telah dihentikan tetapi rasa sakit pada otot rangka

masih terus berlanjut

3. Metode Penilaian Keluhan Muskuloskeletal

Salah satu metode untuk mengetahui keluhan pada muskuloskeletal

adalah menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). NBM yaitu peta

tubuh untuk mengetahui bagian-bagian tubuh yang mengalami keluhan dan

Page 32: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

16

tingkat keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh pekerja. NBM membagi

tubuh menjadi nomor-nomor dari leher hingga kaki yang akan mengestimasi

tingkat keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja (Suriyatmini, 2011).

B. Faktor Risiko Timbulnya Keluhan Muskuloskeletal

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya keluhan muskuloskeletal adalah

sebagai berikut:

1. Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor ergonomi

yang meperngaruhi timbulnya keluhan pada muskuloskeletal (Cohen, dkk, 1997).

Faktor pekerjaan meliputi faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri seperti

beban/gaya, postur tubuh, frekuensi dan durasi paparan (Peter Vi, 2000 dalam

Suriyatmini 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Satar, dkk (2009) pada pekerja

operator Can Plant, pekerjaan dengan tingkat risiko ergonomi yang lebih tinggi

presentase keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh pekerja lebih tinggi

(81,5%) dibandingkan dengan pekerjaan yang tingkat risikonya lebih rendah

(61,3%).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Munir (2008), menyebutkan

bahwa faktor pekerjaan mempengaruhi (postur tubuh, beban/gaya, frekuensi dan

durasi pajanan) timbulnya keluhan muskuloskeletal. Faktor pekerjaan ini dibagi

menjadi tiap-tiap bagian tubuh. Untuk pajanan pada bagian leher, didapatkan

bahwa ada hubungan antara tingkat pajanan pada leher dengan timbulnya

Page 33: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

17

keluhan muskuloskeletal pada leher. Untuk pajanan pada bagian bahu dan

lengan, didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pajanan pada bahu dan

lengan dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal pada bahu dan lengan. Untuk

pajanan pada pergelangan tangan dan tangan, didapatkan bahwa ada hubungan

antara tingkat pajanan pada pergelangan tangan dan tangan dengan timbulnya

keluhan muskuloskeletal pada pergelangan tangan dan tangan. Untuk pajanan

pada bagian punggung, didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pajanan

pada punggung dengan keluhan muskuloskeletal pada punggung.

a. Postur Tubuh

Postur tubuh yaitu posisi relatif bagian tubuh tertentu pada saat bekerja

yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task requirements

serta ukuran peralatan/benda lainnya yang digunakan pada saat bekerja (Pulat,

1992).

Keseimbangan dari postur tubuh perlu diperhatikan agar seseorang dapat

bekerja dengan aman, nyaman dan tahan lama. Postur tubuh yang tidak

seimbang dan berlangsung lama dalam jangka waktu yang lama akan

mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang disebut dengan

postural stress. Tekanan pada otot bagian leher, bahu, lengan dan pergelangan

tangan dapat menyebabkan postural stress akibat postur tubuh yang tidak

ergonomis (Weiner, 1992 dalam Khaled 2009).

Page 34: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

18

b. Beban/gaya

Beban biasanya diartikan sebagai seberapa besar penggunaan fisik,

seperti ketika mengangkat barang-barang yang berat atau mendorong beban

yang berat (Peter Vi, 2000 dalam Suriyatmini 2011). Menurut ILO (dalam

kurniawati, 2009), beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat oleh

seseorang adalah 22-25kg. Bentuk dan ukuran benda yang diangkat juga ikut

mempengaruhi hal tersebut. Ukuran objek harus cukup kecil agar dapat

diletakkan sedekat mungkin dengan tubuh. Sedangkan bentuk objek harus

memiliki pegangan, tidak ada sudut tajan dan tidak dingin atau tidak panas

saat diangkat. Mengangkat objek tidak boleh hanya dengan mengandalkan

kekuatan jari, karena kemampuan otot jari terbatas sehingga dapa cidera pada

jari. Semakin berat objek yang ditangani, tenaga yang dibutuhkan akan

meningkat. Sehingga dapat disimpulkan semakin besar gaya yang dikeluarkan

oleh tubuh untuk menangani suatu objek, maka semakin tinggi risiko terkait

gangguan otot rangka apabila hal tersebut dilakukan dengan postur yang salah

dan berat objek melampau batas maksimum yang diperbolehkan (Kumar,

1999).

c. Frekuensi

Frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gerakan yang dilakukan

dalam suatu periode waktu, jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara berulang,

tanpa adanya variasi gerakan maka dapat disebut sebagai repetitive. Posisi

tangan dan pergelangan tangan beresiko apabila dilakukan gerakan berulang

Page 35: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

19

sebanyak 30 kali dalam semenit dan sebanyak 2 kali permenit untuk anggota

tubuh seperti bahu, leher, punggung dan kaki (Humantech, 1995 dalam

Suriyatmini 2011).

d. Durasi

Durasi merupakan jumlah waktu dimana pekerja terpajan oleh faktor

risiko. Postur yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat

menyebabkan suplai darah berkurang, akumulasi asam laktat, inflamasi,

tekanan pada otot, dan trauma mekanis. Frekuensi terjadinya sikap tubuh yang

salah terkait dengan berapa kali terjadi pekerjaan berulang dalam melakukan

suatu pekerjaan. Keluhan muskuloskeletal terjadi karena otot menerima

tekanan akibat beban kerja terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk

relaksasi (Bridger, 2003). Posisi tangan dan pergelangan tangan berisiko

apabila dialukan gerakan berulang/frekuensi sebanyak 30 kali dalam semenit

dan sebanyak 2 kali permenit untuk anggota tubuh seperti bahu, leher,

punggung dan kaki (Humantech, 1995 dalam Octarisya 2009).

Beberapa penelitian menemukan dugaan adanya hubungan antara

meningkatnya level/durasi pajanan dengan jumlah kasus timbulnya keluhan

muskuloskeletal pada bagian leher (Peter Vi, 2000 dalam Suriyatmini 2011).

e. Metode Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi

1) Ergonomic Assesment Survey (EASY)

EASY merupakan suatu metode yang mengidentifikasi dan

merangking kegiatan atau operasi dengan tingkatan (frekuensi dan

Page 36: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

20

prioritas) dari faktor-faktor ergonomi. Metode EASY merupakan bagian

pusat dari proses ergonomi. EASY menyediakan metode untuk

mengidentifikasi masalah yang merupakan tujuan, sesuatu yang dapat

dipercaya dan pendukung identifikasi prioritas. EASY mengembangkan

suatu pernyataan untuk fasilitas pada suatu kegiatan dengan menentukan

tingkat risiko tiap bagian tubuh. Rangking dari EASY akan

mengidentifikasi nilai total yang berikisar antara 1 – 7. Berdasarkan

persetujuan dengan sumber data sehingga pendekatan masalah lebih

sistematis dan dengan cara pendekatan yang logis (Humantech, 1989,

1995 dalam Kurniawati, 2009).

2) Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)

BRIEF adalah alat penyaring awal menggunakan struktur dan

bentuk sistem tingkatan untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas

dalam suatu pekerjaan. BRIEF digunakan untuk menentukan sembilan

bagian tubuh yang dapat berisiko terhadap terjadinya gangguan

muskuloskeletal. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi tangan dan

pergelangan tangan kiri, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung, tangan dan

pergelangan tangan kanan, siku kanan, bahu kanan, dan kaki. Penilaian

pekerjaan menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara mendalam dari

ketiga penetapan data (sederhana, mudah dipahami dan dapat dipercaya)

dan juga yang palingmemberikan beban paling berat (Humantech, 1989,

1995 dalam Kurniawati, 2009).

Page 37: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

21

Survei ini mengidentifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan

postur, tenaga, durasi dan frekuensi ketika mengamati kesembilan bagian

tubuh tersebut. Penilaian risiko digunakan untuk menentukan tinggi,

sedang atau rendahnya risiko untuk setiap bagian tubuh. Kelebihan BRIEF

survey antara lain :

a) Dapat mengkaji hampir seluruh bagian tubuh (9 bagian tubuh).

b) Dapat menentukan risiko terhadap terjadinya CTD (Cummulative

Trauma Disorders).

c) Dapat menentukan bagian tubuh mana yang memiliki beban paling

berat.

d) Dapat mengidentifikasi awal penyebab keluhan muskuloskeletal.

e) Telah memenuhi persyaratan sebagai sebuah sistem analisa bahaya

muskuloskeletal yang diakui OSHA.

f) Tidak membutuhkan seorang alhi ergonomi untuk melakukan penilaian

pekerjaan menggunakan BRIEF survey.

Setiap metode selain ada kelebihan, tentunya juga ada

kekurangannya yaitu:

a) Tidak dapat mengetahui total skor secara menyeluruh dari suatu

pekerjaan, karena skor yang dihitung berdasarkan bagian tubuh yang

dinilai.

b) Banyak faktor yang harus dikaji.

Page 38: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

22

c) Membutuhkan waktu pengamatan yang lebih lama.

d) Tidak dapat digunakan untuk manual handling (Humantech, 1989,

1995 dalam Kurniawati, 2009).

3) Quick Exposure Checklist (QEC)

QEC secara cepat menilai pajanan risiko dari Work-related

Musculoskeletal Disorders (WMSDs). QEC dapat diaplikasikan untuk

jenis pekerjaan yang lebih luas. Dengan waktu pelatihan yang singkat,

penilaian dapat dilengkapi secara cepar untuk setiap tugas atau pekerjaan.

QEC memberikan evaluasi pada desain peralatan dan tempat kerja. QEC

membantu untuk mencegah berbagai macam WMSDs (Stanton, dkk,

2005). Tujuan dari penggunaan QEC (Stanton, dkk, 2005) adalah sebagai

berikut:

a) Mengukur perubahan postur terhadap faktor risiko keluhan

muskuloskeletal sebelum dan sesudah intervensi ergonomi.

b) Melibatkan kedua pihak yakni observer dan pekerjadalam

melaksanakan penilaian risiko dan mengidentifikasi kemungkinan

perubahan.

c) Mendorong peningkatan kualitas tempat kerja.

d) Meningkatkan kepedulian dan kesadaran pada manager, teknisi,

designers, praktisi K3 dan pekerja mengenai faktor risiko keluhan

muskuloskeletal di tempat kerja.

Page 39: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

23

e) Membandingkan pajanan antar karyawan dalam satu pekerjaan

ataupun antar karyawan yang pekerjaannya berbeda.

Dalam penggunaannya QEC ini memiliki beberapa tahapan kerja

yang meliputi:

a) Pelatihan diri. Pertama-tama pengguna QEC harus membaca panduan

untuk pengguna QEC, untuk mengetahui tahapan-tahapan dan

perhitungan apa saja yang diperlukan. Untuk orang yang

berpengalaman menggunakan QEC tentunya dapat langsung masuk ke

tahap berikutnya

b) Pengukuran oleh peneliti. Peneliti memiliki form isian tersendiri yang

dapat diisi melalui pengamatan kerja di lapangan. Sebagai alat bantu,

dapat menggunakan stopwatch guna menghitung dan frekuensi kerja.

c) Pengukuran oleh pekerja. Seperti halnya peneliti, pekerjapun memiliki

firm isian tersendiri yang berisi pertanyaan seputar pekerjaan yang

dilakukannya.

d) Menghitung skor paparan. Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui 2

cara, yaitu manual (dengan menjumlahkan skor pada lembar isian)

ataupun dengan program komputer.

e) Consideration of action. QEC secara cepat dapat mengidentifikasi

tingkat pajanan dari punggung, bahu/lengan tangan, pergelangan

tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga merekomendasi intervensi

Page 40: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

24

ergonomo yang efektif untuk mengurangi tingkat pajanan (Stanton,

dkk, 2005).

Keuntungan menggunakan metode Quick Exposure Checklist

(QEC) adalah sebagai berikut:

a) Peralatan penilaian yang mudah dan telah teruji validitasnya.

b) Telah menjunjukkan hasil yang baik untuk melihat kegunaan bagi

masa depan.

c) Memberikan pertolongan bagi organisasi dalam melakukan

penyesuaian ergonomi.

d) Metode ini sejalan dan sesuai dengan metode penilaian risiko K3.

e) Melibatkan praktisi dan pekerja didalam prosesnya, memudahkan

pemahaman atas tindak lanjut proses pekerjaan (Li dan Buckle, 1999

dalam Khaled, 2009).

Kelemahan menggunakan metode Quick Exposure Checklist

(QEC) adalah sebagai berikut:

a) Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja.

b) Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action level

membutuhkan validasi.

c) Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan diperlukan oleh

penggunaan yang belum berpengalaman untuk pengembangan

reliabilitas pengkuran (Stanton, dkk, 2005).

Page 41: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

25

4) Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode

penilaian postur untuk menentukan risiko gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh tubuh bagian atas. RULA merupakan metode analisis

cepat dan sistematik dari risiko postur terhadap pekerja. Analisis dapat

dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi untuk

menggambarkan atau memperlihatkan efektivitas dari pengendalian yang

telah dilaksanakan (Stanton dkk, 2005).

RULA biasanya digunakan pada pekerjaan didepan komputer,

manufaktur atau retail dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa adanya

pergerakan. Tujuan dari RULA adalah sebagai berikut:

a) Mengukur risiko keluhan muskuloskeletal, biasanya sebagai bagian dari

sebuah investigasi ergonomi.

b) Membandingkan beban keluhan muskuloskeletal yang terjadi dan

memodifikasi desain tempat kerja.

c) Mengevaluasi hasil, seperti produktivitas atau kesesuaian peralatan

d) Mendidik pekerja terhadap risiko keluhan muskuloskeletal yang ada di

berbagai postur kerja yang berbeda (Stanton, dkk, 2005).

Tingkat risiko dihitung dalam skor 1 yang berarti memiliki tingkat

risiko rendah hingga skor 7 yang berarti memiliki tingkat risiko tinggi. Skor

tersebut disatukan ke dalam empat kategori action level yang

mengindikasikan jangka waktu yang tepat untuk dilakukannya tindakan

Page 42: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

26

pengendalian yang disarankan. Prosedur untuk penggunaan metode RULA

secara umum, yaitu dibagi atas 3 langkah berikut (Stanton, dkk, 2005):

a) Memilih sikap atau postur yang akan dihitung

b) Postur yang telah dipilih kemudian dihitung dengan menggunakan lembar

penilaian, diagram bagian tubuh dan tabel

(1) Langkah pertama, penilaian lengan atas:

(a) +1 jika lengan atas membentuk sudut 20° extension hingga 20°

flexion

(b) +2 jika lengan atas membentuk sudut extension lebih dari 20° atau

20° - 45° flexion

(c) +3 jika lengan atas membentuk sudut 45° - 90° flexion

(d) +4 jika lengan atas membentuk sudut 90° flexion atau lebih

Keterangan:

(a) +1 jika pundak mengangkat atau ditinggikan

(b) +1 jika lengan atas menjauh dari tubuh

(c) -1 jika tangan bersandar atau ditopang

Gambar 2.1 Postur Lengan Atas

Page 43: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

27

(2) Langkah kedua, penilaian lengan bawah:

(a) +1 jika lengan bawah membentuk sudut 60º - 100º flexion

(b) +2 jika lengan bawah membentuk sudut lebih dari 60º - 100º

flexion

Keterangan:

(a) +1 jika lengan bawah melintasi garis tengah badan atau keluar dari

sisi

Gambar 2.2 Postur Lengan Bawah

(3) Langkah ketiga, penilaian pergelangan tangan:

(a) +1 jika pergelangan tangan berada pada posisi netral

(b) +2 jika pergelangan tangan membentuk sudut 0º - 15º flexion

ataupun extension.

(c) +3 jika pergelangan tangan membentuk sudut lebih dari 15º flexion

maupun extension.

Keterangan:

(1) +1 jika pergalangan tangan berada pada deviasi radial maupun

ulnar.

Page 44: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

28

Gambar 2.3 Postur Pergelangan Tangan

(4) Langkah keempat, penilaian putaran pergelangan tangan:

(a) +1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran

(b) +2 jika pergelangan tangan berada pada atau hampir berada pada

akhir rentang putaran

Gambar 2.4 Postur Putaran Pergelangan Tangan

(5) Langkah kelima, penilaian postur kelompok A. Langkah pertama

sampai langkah keempat diasumsikan sebagai kelompok A yang

dimasukkan kedalam tabel A untuk mendapatkan nilai skor A.

Page 45: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

29

Gambar 2.5 Tabel Penilaian Skor A

(6) Langkah keenam, penilaian skor penggunaan otot:

(a) +1 jika postur tersebut berlangsung 10 menit atau lebih

(b) +1 jika gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit

(7) Langkah ketujuh, penilaian tenaga atau beban:

Gambar 2.6 Tabel Penilaian Beban

Page 46: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

30

(8) Langkah kedelapan, masukkan hasil skor penilaian kedalam tabel C.

Gambar 2.7 Tabel Penilaian Skor C

(9) Langkah kesembilan, penilaian postur leher:

(a) +1 jika leher membentuk sudut 0º - 10º flexion

(b) +2 jika leher membentuk sudut 10º - 20º flexion

(c) +3 jika leher membentuk sudut lebih dari 20º flexion

(d) +4 jika leher membentuk sudut dalam extention

Keterangan:

(a) +1 jika leher diputar

(b) +1 jika leher dibengkokkan dalam posisi miring

Page 47: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

31

Gambar 2.8 Postur Leher

(10) Langkah kesepuluh, penilaian punggung:

(a) +1 ketika punggung dalam posisi netral

(b) +2 jika punggung membentuk sudut 0º - 20º flexing

(c) +3 jika punggung membentuk sudut 20º - 60º flexion

(d) +4 jika punggung membentuk sudut 60º flexion

Keterangan:

(a) +1 jika tubuh diputar

(b) +1 jika tubuh dalam posisi miring

Page 48: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

32

Gambar 2.9 Postur Punggung

(11) Langkah kesebelas, penilaian kaki:

(a) +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata

(b) +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki

dimana terdapat ruang untuk berubah posisi

(c) +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.

Gambar 2.10 Postur Kaki

(12) Langkah kedua belas, penilaian postur kelompok B. Langkah

kesembilan sampai langkah kesebelas diasumsikan sebagai kelompok

B untuk memperoleh nilai skor B.

Page 49: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

33

Gambar 2.11 Tabel Penilaian Skor B

(13) Langkah ketiga belas, penilaian skor penggunaan otot:

(a) +1 jika postur tersebut berlangsung 10 menit atau lebih

(b) +1 jika gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit

(14) Langkah keempat belas, penilaian tenaga atau beban:

Gambar 2.12 Tabel Penilaian Beban

(15) Langkah kelima belas, masukkan hasil skor penilaian tersebut

kedalam tabel C.

Page 50: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

34

Gambar 2.13 Tabel Penilaian Skor Total

(16) Kemudian nilai yang didapat dikonversikan menjadi salah satu

dari 4 level kategori tingkat risiko ergonomi:

Tabel 2.1 Kategori Tingkat Risiko Ergonomi RULA Berdasarkan Nilai Akhir

yang Didapat

Kategori Tingkat

Risiko Ergonomi

Indikasi Skor Akhir

Perhitungan RULA

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4

Dapat diterima

Perlu penyelidikan lebih lanjut

Perlu penyelidikan lebih lanjut dan

perubahan perlu dilakukan

Perlu penyelidikan lebih lanjut dan

perubahan segera dilakukan

1 – 2

2 – 3

5 – 6

7

Setiap metode tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan

masing-masing, kelebihan dari metode RULA adalah sebagai berikut:

a) Panduan cepat dan mudah untuk mendeterminasi keberadaan WMSDs.

b) Efektif untuk menilai postur bagian atas.

Page 51: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

35

c) Sudah mencakup postur, tekanan, dan frekuensi.

Dapat mengidentifikasi pada bagian tubuh mana yang beresiko paling

besar pada suatu pekerjaan.

d) Skor pada RULA dilengkapi dengan action level yang menggambarkan

prioritas tindakan (Stanton,dkk, 2005).

Selain kelebihan yang telah disebutkan diatas, RULA juga memiliki

beberapa kekurangan seperti:

a) Tidak menilai postur secara keseluruhan.

b) Hanya efektif pada sedentary task

c) Beban dan waktu (frekuensi dan durasi) tidak dijelaskan secara spesifik

pada setiap bagian tubuh.

d) Waktu untuk intervensi tidak dijelaskan secara jelas (Stanton, dkk, 2009).

5) The Ovako Working Posture Analysis System (OWAS)

The Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) merupakan

suatu metode yang digunakan dalam mengevaluasi sederhana dan sistematik

dari postur saat bekerja yang dikombinasikan dengan obervasi dari kegaiatan

pekerjaan. OWAS mengizinkan pengguna OWAS untuk mengestimasi

berdassarkan beratnya objek yang diangkat ataupun kekuatan yang digunakan

saat bekerja. Dalam kegiatan pekerjaan yang memungkinkan menghubungkan

setiap postur yang dilakukan dengan kegiatan pekerjaan yang

mempengaruhinya (ILO, 1998 dalam Kurniawati 2009).

Page 52: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

36

Berikut adalah kelebihan dan metode OWAS menutu ILO (1998

dalam Kurniawati, 2009):

a) Mudah digunakan

b) Hasil observasi bisa dibandingkan dengan benchmarks untuk menentukan

prioritas intervensi

c) Angka pada tiap bagian tubuh bisa digunakan untuk perbandingan

sebelum dan sesudah intervensi untuk mengevaluasi keefektifitasannya.

d) Angka pada tiap bagian tubuh bisa diguanakan untuk studi epidemiologi.

Kekurangan dari metode ini menurut ILO (1998 dalam Kurniawati,

2009), yaitu:

a) Tidak adanya infirmasi mengenai durasi waktu kerja dari postur

kombinasi.

b) Tidak ada perbedaan klasifikasi antara lengan kiri dan kanan.

c) Tidak memperhitungkan mengenai posisi siko, pengerlangan tangan dan

tangan.

6) Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah cara penilaian tingkat

risiko dari kegiatan berulang dengan melihat pergerakan/postur yang

dilakukan oleh pekerja. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tahapan

kegiatan kerja dari awal sampai akhir (Stanton dkk, 2005).

Page 53: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

37

REBA juga telah dikembangkan untuk menilai jenis dari postur

pekerjaan yang tidak bisa diprediksi, ini didapat pada jasa pelayanan

kesehatan dan jasa industri lainnya. Data yang dikumpulkan mengenai postur

tubuh, besarnya gaya yang digunakan, tipe dari pergerakan atau aksii, gerakan

berulang dan rangkaian. Hasil dari skor REBA adalah dihasilkan untuk

memperlihatkan sebuah indikasi dari tingkat risiko dan kondisi penting untuk

tindakan yang akan diambil (McAtamney dan Higneet, 2005).

Metode REBA digunakan untuk menilai postur pekerjaan yang

berhubungan dengan WMSDs. Metode REBA dapat digunakan ketika

mengindentifikasi penilaian ergonomi di tempat kerja yang membutuhkan

analisa postural lebih lanjut, diwajibkan untuk:

a) Keseluruhan tubuh pekerja digunakan

b) Postur statis, dinamis, perubahan cepat atau tidak stabil.

c) Barang bernyawa atau tidak bernyawa yang sedang ditangani, salah

satunya sering dilakukan atau tidak sering dilakukan.

d) Modifikasi di tempat kerja, peralatan, pelatihan atau risiko perilaku yang

diambil dari pekerja yang diamati sebelum/sesudah perubahan

(McAtamney dan Higneet, 2005).

Dalam prosedur penilaian metode REBA, dibagi menjadi 6 tahap,

yaitu:

a) Amati pekerjaannya

Page 54: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

38

b) Pilih postur yang akan dinilai

c) Menilai postur

d) Proses penilaian

e) Menetapkan skor REBA

f) Menampilkan tingkat tindakan dengan mengutamakan yang paling penting

untuk kontrol pengendalian (McAtamney dan Higneet, 2005).

Pertimbangan mengenai pekerjaan kritis dari pekerjaan. Untuk

masing-masing tugas, menilai faktor postur untuk menetapkan skor kepada

masing-masingbagian tubuh. Lembar data telah menyediakan sebuah format

untuk proses penilaian ini. Skor grup A terdiri dari postur (tubuh, leher dan

kaki) dan grup B terdiri dari postur (lengan atas, lengan bawah dan

pergelangan tangan) untuk bagian kanan dan kiri. Untuk masing-masing

bagian, mempunyai skala penilaian postur ditambah dengan catatan tambahan

untuuk pertimbangan tambahan. Kemudian skor beban/besarnya gaya dan

faktor perangkai/kopling. Hasil akhirnya adalah skor aktivitas.

Hasil akhir dari penilaian REBA yaitu grand score dengan kriteria

sebagai berikut:

a) Skor 1 masih dapat diterima

b) Skor 2 – 3 mempunyai tingkat risiko ergonomi yang rendah, perubahan

mungkin diperlukan.

Page 55: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

39

c) Skor 4 – 7 memiliki tingkat risiko ergonomi sedang, penyelidikan lebih

lanjut, perubahan segera.

d) Skor 8 – 10 mempunyai tingkat risiko ergonomi yang tinggi, penyelidikan

dan perubahan harus secepatnya.

e) Skor 11 – 15 memiliki tingkat risiko ergonomi yang sangat tinggi,

perubahan dilakukan harus secepatnya (McAtamney dan Higneet, 2005).

2. Faktor Individu

a. Jenis Kelamin

Astrand dan Rodahl (1977) dalam Tarwaka dan Sudiadjeng (2004)

menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari

kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan

otot wanita.

Penelitian yang dilakukan oleh Suriyatmini (2011) pada pekerja manual

handling di bagian produksi PTMI, menyatakan bahwa pekerja wanita lebih

banyak yang mengalami keluhan muskuloskeletal (97,2%) karena

pekerjaannya dibandingkan dengan pekerja pria (86,4%).

b. Lama Kerja

Dalam artikel workplace safety (2007 dalam Ariani, 2009) dinyatakan

bahwa berdasarkan penelitian pada pekerja di Australia, pekerja yang tidak

berpengalaman akan menambah besarnya risiko keluhan muskuloskeletal.

Page 56: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

40

Oleh karena itu, masa kerja berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai

pekerjaan yang hubungannya dengan risiko keluhan muskuloskeletal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Satar, dkk (2009),

menyebutkan bahwa presentase terjadinya keluhan muskuloskeletal pada

pekerja dengan masa kerja tinggi atau ≥ 15,28 tahun lebih tinggi (76%)

dibandingkan dengan pekerja masa kerja rendah < 15,28 tahun (66,67%).

c. Usia

Secara alamiah kemampuan fisik seseorang akan mengalami penurunan

saat memasuki usia 40 tahun, karena jaringan tubuh akan mulai mengalami

proses degenerasi. Penurunan ini akan bertambah cepat apabila diikuti dengan

kerja fisik yang berat dan terus menerus, tanpa diimbangi nutrisi dan latihan

cukup. Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu antara

25 – 65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan

akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Jadi semakin tua

usianya semakin besar risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal pada

individu (Chaffin, 1979 dalam Tarwaka dan Sudiadjeng 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir (2008) pada

pekerja di depatemen water pump PT. X, presentase keluhan muskuloskeletal

pada kelompok usia pekerja > 50 tahun lebih tinggi (100%) dibandingkan

dengan kelompok pekerja dengan usia 30 – 49 tahun (84,6%) dan kelompok

pekerja dengan usia < 30 tahun (75%).

Page 57: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

41

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Satar, dkk (2009),

menyebutkan bahwa ada hubungan antara usia pekerja dengan timbulnya

keluhan muskuloskeletal pada operator Can Plant.

d. Kebiasaan Merokok

Asap rokok mengandung sekitar 4% karbon monoksida (CO)

didalamnya. CO dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar

dibandingkan oksigen. Rokok juga dapat menyebabkan penurunan

kemampuan kerja dengan mengambat aliran oksigen dalam darah. Hal ini

berdampak pada kerusakan yang kronik pada sistem pernapasan yang

berpengaruh pada ventilasi udara di paru-paru dan mengganggu transfer

oksigen dari udara ke dalam darah. Rokok juga mengandung banyak racun

dan bahan kimia lainnya yang bersifat karsinogen yang padat berakibat pada

turunnya kemampuan fisik perokok (Bridger, 2003).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa meningkatnya keluhan

muskuloskeletal terkait dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin

lama atau semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat

keluhan muskuloskeletal yang dirasakan (Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Satar, dkk (2009), menyebutkan bahwa

ada hubungan antara kebiasaan merokok pekerja dengan timbulnya keluhan

muskuloskeletal pada operator Can Plant.

Page 58: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

42

e. Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah kesanggupan atau kemampuan tubuh manusia

melakukan penyesuaian terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa

menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan

untuk melakukan aktivitas berikutnya (Hairy, 1989 dan Hopkins, 2002 dalam

Tarwaka, 2004).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani yaitu jenis

kebiasaan olahraga, jam tidur dan asupan makanan. Kesegaran tubuh terdiri

dari 10 komponen, yaitu: kekuatan (strenght), daya tahan, kecepatan, kekuatan

(power), kelincahan, kelenturan, keseimbangan, koordinasi, ketepatan dan

waktu reaksi. Kesepuluh komponen tersebut dapat diperkuat melalui

kebiasaan olahraga. Bagi pekerja dengan kesegaran jasmani yang rendah,

risiko keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingan yang memiliki kekuatan

fisik tinggi (Suriyatmini, 2011).

Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh Evans (1996 dalam

Zulfiqor, 2010) yang dilakukan terhadap 10 pekerja yang telah berusia tua,

didapatkan bahwa olahraga telah terbukti efektif meningkatkan daya tahan

otot tubuh seseorang. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kenaikan 128%

kapasitas oksigen pada otot akibat olahraga yang dilakukan setiap hari selama

12 pekan. Penelitian yang dilakukan oleh Suriyatmini (2011) pada pekerja

manual handling di bagian produksi PTMI, menyatakan bahwa pekerja yang

tidak rutin berolahraga lebih banyak yang mengalami keluhan

Page 59: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

43

muskuloskeletal (98,1%) dibandingkan dengan pekerja yang rutin berolahraga

(88,9%).

Istirahat sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk membangun kembali otot –

otot setelah aktivitas sebanyak kebutuhan aktivitas yang ada di dalam

perangsangan pertumbuan otot itu sendiri (Suharjana, 2008 dalam Swasta,

2011). Ada penelitian yang menunjukkan bahwa keluhan muskuloskeletal

jarang ditemukan pada seseorang yang memiliki waktu istirahat yang cukup

didalam kesehariannya. Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya

memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering

mengalami keluhan muskuloskeletal (Mitchell, 2008 dalam Zulfiqor, 2010).

Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010), usia balita (1 – 4 tahun) membutuhkan

waktu tidur rata-rata 12 jam sehari, untuk usia anak-anak (4 – 12) tahun

membutuhkan waktu tidur rata-rata 10 jam sehari, remaja membutuhkan

waktu tidur rata-rata 8 – 9 jam sehari dan dewasa membutuhkan tidur rata-rata

7 jam perhari.

Selanjutnya yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang yaitu

asupan makanan yang diasup/dimakan oleh seseorang (Atwood, dkk, 2004).

Zat-zat makanan mutlak diperlukan agar kesegaran jasmani baik karena zat-

zat tersebut digunakan untuk tenaga atau kalori, pembentukan sel-sel atau

pertumbuhan, menggiatkan atau mengatur proses-proses dalam tubuh

(George, F.S., 1989 dalam Susilowati, 2007). Kesegaran jasmani seseorang

akan turun jika nutrisi yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak memadai

(Atwood, dkk, 2004).

Page 60: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

44

Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesegaran

jasmani seseorang yaitu:

1) Treadmill Test

Tes ini merupakan tes kesegaran jasmani dengan menggunakan

jentera yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan

untuk mengukur kapasitas aerobic maksimal seseorang (VO2 max) untuk

menggambarkan derajat kesegaran jasmani (Kwok, dkk dalam Budiasih,

2011).

2) Ergometer Sepeda Tes (Ergocycle Test)

Ergometer sepeda tes ini yaitu tes mengayuh sepeda ergometer

yang dipergunakan untuk menilai tingkat kesegaran jasmani berdasarkan

kemampuan aerobic (kemampuan menghirup oksigen) seseorang

pelaksanaan tes ini dibedakan menjadi dua model pembebanan, yaitu

pembebanan sub-maksimal dan pembebanan maksimal (DepDikBud, 1977

dalam Budiasih, 2011).

3) Harvard Step Test

Tes ini merupakan pengukuran yang paling tua untuk mengetahui

kemampuan aerobik seseorang. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur

kemampuan tubuh seseorang untuk menyesuaikan terhadap beban kerja

dan nadi pulih asal dari kerja tersebut (Sudarno, 1992 dalam Budiasih,

2011).

Page 61: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

45

Adapun prosedur pelaksanaan harvard step test (Sudarno, 1992

dalam Budiasih, 2011) adalah sebagai berikut:

a) Responden dimita berdiri menghadap bangku tes.

b) Responden kemudian diminta untuk baik turun bangku dengan

frekuensi 30 kali naik dan 30 kali turun. Selama melaksanakan tes,

orang percobaan diminta dalam posisi badan tegak.

c) Berikutnya kaki lainnya dinaikan ke bangku, sehingga responden

dalam posisi berdiri tegak di atas bangku.

d) Selanjutnya kaki yang pertama kali naik diturunkan.

e) Kemudian kaki yang masih diatas bangku diturunkan pula sehingga

orang percobaan berdiri tegak lagi didepan bangku.

f) Siklus tersebt diulang terus-menerus sampai responden tidak kuat,

tetapi tidak lebih dari 5 menit. Catat lamanya dengan menggunakan

stopwatch.

g) Segera responden diminta untuk duduk dan dihitung denyut nadinya

pada pergelangan tangan selama 30 detik sebanyak 3 kali.

Penilaian dari tes tersebut yaitu menjadi indeks kesegaran jasmani

yang dilakukan dengan cara (Hockey, 1993, dalam Budiasih, 2011):

Page 62: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

46

a) Cara Lambat

Denyut nadi dihitung selama 3 kali (menit 1, menit 2 dan menit 3)

setelah tes dan dihitung selama 30 detik kemudian dimasukkan

kedalam rumus berikut:

b) Cara Cepat

Yaitu hanya dihitung dengan cara denyut nadi sekali pada menit

pertama setelah tes, kemudia dimasukkan dalam rumus berikut:

Dari kedua tes tersebut didapatkan nilai Indeks Kesegaran Jasmani

(IKS), yang dikategorikan menjadi (Hockey, 1993, dalam Budiasih, 2011):

Tabel 2.2 Kategori Indeks Kesegaran Jasmani Berdasarkan Nilai

Harvard Step Test

Indeks Kesegaran Jasmani Nilai Harvard Step Test

Sangat baik

Baik

Sedang

Kurang

Buruk

> 90

80 – 89

65 – 79

55 – 64

< 55

Indeks Kesegaran Lama Naik Turun Bangku (detik) x 100

Jasmani (IKS) = 2 x Jumlah Ketiga Denyut Nadi Tiap Menit

Indeks Kesegaran Lama Naik Turun Bangku (detik) x 100

Jasmani (IKS) = 5,5 x Jumlah Denyut Nadi Pertama

Page 63: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

47

Adapun keuntungan menggunakan harvard step test (Sudarno,

1992 dalam Budiasih, 2011) yaitu adalah sebagai berikut:

a) Hampir semua individu dapat melakukan gerakannya, berlaku juga

untuk semua golongan usia dan tingkat kesegaran jasmani yang

berbeda-beda juga.

b) Pengawasan dan penyelenggaraan relatif lebih mudah.

c) Faktor bahaya sangat sedikit kemungkinannya dan apabila tes ini

dikerjakan dengan benar, hasil tes ini cukup bermanfaat.

d) Metode paling sederhana, murah dan mudah. Tidak memerlukan alat

yang memerlukan listrik dan kalibrasi.

f. Antropometri

Merupakan suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan

karakteristik fisik tubuh manusia mulai dari ukuran, bentuk dan kekuatan serta

penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmianto,

2008).

Antropometri setiap orang berbeda-beda, yang mempengaruhi ukuran

antropometri seseorang berbeda-beda tersebut yaitu jenis kelamin, usia, dan

ras, sehingga ketika perhitungan antropometri perlu adanya pengelompokan

berdasarkan faktor tersebut (Atwood, dkk, 2004).

Antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan

dengan karakteristik fisik tubuh manusia mulai dari ukuran, bentuk dan

Page 64: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

48

kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain

(Nurmianto, 2008). Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan

dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi

kelompok statistika dan ukuran persentil. Data dimensi manusia ini sangat

berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk

dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data-data antropometri

mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan

manusianya yang disesuaikan dengan alat yang sudah ada. Rancangan yang

mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat

penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja

akibat adanya kesalahan desain (Liliana, dkk, 2007 dalam Subagya).

Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk

merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran

tubuh penggunanya. Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi

tenaga kerja, dengan demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan

guna menjamin adanya sistem kerja yang baik (Mira, 2009 dalam Subagya,

2010).

Data antropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi

ukuran produk yang adakan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh

manusia yang akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh

yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas

(Wignjosoebroto, 1995) dapat dilihat sebagai berikut:

Page 65: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

49

Gambar 2.14 Antropometri untuk Perancangan Produk atau Fasilitas

Sumber : Wignjosoebroto, 2000 (dalam Wiranata, 2011)

Keterangan dari gambar diatas yaitu:

1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala)

2) Dimensi tinggi mata dalam posisi berdiri tegak

3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4) Tinggi siku dalam posisi berdisi tegak (siku tegak lurus)

5) Tinggi kepalan tangan yang terjulut lepas dalam posisi berdiri tegak (tidak

ditunjukkan dalam gambar)

6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala)

Page 66: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

50

7) Tinggi mata dalam posisi duduk

8) Tinggi bahu dalam posisi duduk

9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)

10) Tebal atau lebar paha

11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai ujung lutut

12) Panjang pada yang diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut

betis

13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk

14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan

paha

15) Lebar dari bahu (bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk)

16) Lebar pinggul

17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak ditunjukkan pada

gambar)

18) Lebar perut

19) Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan jung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus

20) Lebar kepala

21) Panjang tangan diukur dari pegelangan sampai dengan ujung jari

22) Lebar telapak tangan

Page 67: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

51

23) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar)

24) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak

25) Jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak

26) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan dikur dari bahu sampai

dengan ujung jari tangan.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja,

diperlukan pengambilan dari dimensi anggota tubuh tersebut.

Tabel 2.3 Ukuran-ukuran Antropometri yang Penting

Berdiri Duduk

1) Tinggi badan

2) Tinggi bahu

3) Tinggi siku

4) Tinggi pinggul

5) Lebar pinggul

6) Panjang lengan

7) Panjang lengan atas

8) Panjang lengan bawah

9) Jangkauan atas

10) Panjang Depa

1) Tinggi duduk

2) Tinggi mata

3) Tinggi bahu

4) Tinggi siku duduk

5) Tinggi pinggul duduk

6) Lebar pinggul

7) Tinggi lutut duduk

8) Panjang tungkai atas

9) Panjang tungkai bawah

Sumber: Suma’mur, 1982 dalam Subagya 2010

Page 68: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

52

Macam-macam dari dimensi antropometri statis duduk adalah sebagai

berikut:

1) Tinggi bahu duduk

Yaitu jarak secara vertikal dari permukaan alas duduk sampai

bahu. Penggunaan data ini yaitu untuk menentukan tinggi sandaran tempat

duduk yang menopang pinggang dan bahu dengan dilengkapi alas bahan

dari kain atau bahan lainnya, disamping itu digunakan oleh arsitektur

untuk merancang interior ruangan gedung bahkan membuat jarak dan

tinggi penghalang ruangan yang dilengkapi oleh kursi. Pertimbangannya

yaitu bahan yang digunakan sebagai pelapis alas duduk. Data ini

menggunakan ukuran 95 persentil (Pheasant, 2003).

2) Tinggi siku duduk

Yaitu jarak secara vertikal dari permukaan alas duduk ke bagian

bawah siku. Digunakan untuk menentukan tinggi sandaran lengan, tempat

kerja, meja kerja, dan lainnya. Pertimbangannya yaitu bahan yang

digunakan sebagai penutup alas duduk, kemiringan kursi dan postur tubuh

ketika duduk. Tujuan dari adanya sandaran lengan ini yaitu agar lengan

dapat tetap beristirahat dengan nyaman (Pheasant, 2003).

3) Panjang dari pantat sampai lutut bagian belakang

Yaitu jarak horizontal dari bagian pantat paling belakang sampai

ke bagian belakang lutut. Penggunaannya yaitu untuk menentukan panjang

kursi sebagai alas duduk, posisi kaki, bagian vertikal terdepan dari tempat

Page 69: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

53

duduk, yang disesuaikan dengan belakang lutut dan lebar pinggul.

Pertimbangannya yaitu sudut tempat duduk. Pemilihan persentil yaitu

ukuran antropometri 5 persentil agar dapat mengakomodasi hampir semua

populasi pengguna (Pheasant, 2003).

4) Tinggi lutut bagian belakang

Merupakan jarak yang diambil secara vertikal dari lantai sampai

lutut bagian belakang pada sikap duduk tegak. Penggunaannya yaitu utnuk

menentukan tinggi permukaan duduk yang diukur dari alas tempat duduk

ke lantai, sehingga diperoleh tinggi yang sesuai pada lipatan siku dari

kaki. Pertimbangan yang harus dipikirkan yaitu memperhatikan

kekenyalan penutup alas duduk. Pemilihan persentil yang digunakan yaitu

5 persentil agar dapat mengakomodasi hampir semua populasi pengguna.

Hal ini untuk menghindari terjadinya penekanan pada bagian paha bawah

oleh alas duduk akibat kursi yang terlalu tinggi (Pheasant, 2003).

5) Lebar bahu

Yaitu jarak horizontal maksimum antara kedua ujung bahu.

Penggunaannya yaitu untuk menentukan lebar sandaran kursi, sehingga

dapat menyokong punggung. Pemilihan persentil yaitu 95-persentil

terbesar agar dapat mengakomodasi hampir semua populasi pengguna.

(Pheasant, 2003).

Page 70: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

54

6) Lebar pinggul

Adalah jarak antara bagian terluar dari pinggil pada sikap duduk

tegak. Penggunaan dimensi ini yaitu untuk menentukan lebar alas tempat

duduk, sehingga pinggul atau pantat tepat pada posisi saat duduk.

Pertiimbangan yang harus diperhatikan untuk dimensi ubuh ini yaitu

tergantung pada aplikasinya, data ini berhubungan dengan jarak dari siku

dan lebar lain. Pemilihan persentil untuk data ini yaitu 95 persentil

tertinggi (Pheasant, 2003).

7) Panjang dari siku ke ujung jari

Adalah jarak dari siku sampai ke ujung jari bagian tengah pada

posisi duduk tegak. Penggunaan data ini yaitu untuk panjang sandaran

tangan pada kursi. Persentil yang digunakan yaitu 95 persentil, agar dapat

mengakomodasi pengguna dengan jarak siku ke ujung jari yang terpanjang

dan juga membuat nyaman pengguna dengan panjang siku ke ujung jari

yang lebih pendek (Pheasant, 2003).

Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika

alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak nyaman

dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan kelelahan

kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan

cara yang tidak alamiah.

Page 71: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

55

a. Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana

kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain

SOP (Standar Operating Procedure) yang terdapat pada setiap jenis

pekerjaan.

Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap

menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya hars dihindarkan.

Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki

ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit

banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya (Mira, 2009 dalam Subagya,

2010).

b. Faktor Manusia dan Mesin

Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi akan menimbulkan

suatu hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai

sarana kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat

sehingga merupakan satu kesatuan. Secara ergonomis, hubungan antara

manusia dengan mesin haruslah merupakan suatu hubungan yang selaras,

serasi dan sesuai (Mira, 2009 dalam Subagya, 2010).

c. Faktor Pengorganisasian Kerja

Pengorganisasian kera terutama menyangkut waktu kerja, waktu

istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan

dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu

Page 72: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

56

istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8

jam/hari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat

dihindarkan, perlu diusahakan grup kerja baru atau perbanyakan shift kerja.

Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan, karena dapat menurunkan

efisiensi dan produktivitas kerja serta meningkatnya angka kecelakaan kerja

dan angka kesakitan (Mira, 2009 dalam Subagya, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sadeghi, dkk (2012) pada

pengemudi bus di Iran, menyatakan bahwa antropometri pekerja

mempengaruhi keluhan muskuloskeletal.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Caiklieng dkk (2009) pada

pekerja kantor, menyebutkan bahwa ada hubungan antara karakteristik

antropometri dengan keluhan muskuloskeletal, yaitu panjang pantat sampai

politeal, lebar pinggul, tinggi bahu duduk dan tinggi siku duduk.

g. Status Gizi

Keseimbangan energi dapat dicapai bila energi yang masuk ke dalam

tubuh melalui makanan sama dengan bila energi yang masuk ke dalam tubuh

melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini

menghasilkan berat badan yang ideal/normal. Berat badan ideal ini bergantung

pula pada besar kerangka dan komposisi tubuh dalam hal otot dan lemak.

Seorang yang berkerangka besar dan atau mempunyai komposisi otot relatif

lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar. Untuk hal ini

Page 73: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

57

diberi kelonggaran ± 10% - 20%. Cara mengukur dan kategori status gizi

(IMT) untuk penduduk Indonesia adalah sebagai berikut (Almatsier, 2004):

Tabel 2.4 Kategori IMT untuk Penduduk Indonesia

Kategori IMT

Kurus

Normal

Gemuk

< 18,5

18,5 – 25

> 25

Kaitan IMT dengan keluhan muskuloskeletal yaitu semakin gemuk

seseorang maka akan semakin besar risiko untuk timbulnya keluhan

muskuloskeletal. Hal ini disebabkan seseorang dengan kelebihan berat badan

akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan

mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus,

akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang

mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE, 1998 dalam

Zulfiqor, 2010.

Vessy dkk (1990 dalam (Syafitri, 2010) mengemukakan bahwa wanita

yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan

wanita yang kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, dkk (1994 dalam Syafitri,

2010) yang menyatakan bahwa pasien gemuk (obesitas dengan IMT > 29)

mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingan dengan yang kurus (IMT <20),

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m²)

Page 74: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

58

khususnya untuk otot laki-laki. Keluhan otot rangka yang terkait dengan

ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di

dalam menerima beban, baik beban tubuhnya maupun berat tambahan yang

lainnya (Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004)

3. Faktor Lingkungan

a. Getaran

Getaran dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya

timbul rasa nyeri (Suma’mur, 1989). Pekerjaan yang menggunakan peralatan

yang menimbulkan getaran akan menyebabkan mati rasa pada bagian jari,

kehilangan kepekaan sentuhan dan kemampuan memegang. Gangguan ini

disebut dengan Reynaud;s disease. Penyakit ini menyebabkan keusakan saraf

tepi. Kejadian ini dapat disebabkan oleh penggunaan alat tipe tumbuk, ketuk

atau alat lain yang mempunyai tingkat vibrasi sedang (alat penggiling, sander,

gergaji ukir, dll) atau vibrasi tinggi (martil, gergaji mesin, kunci linggis, dll)

(Oborne, 1995 dalam Munir, 2008)

b. Suhu

Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh mengakibatkan sebagian energi

dalam tubuh dihabiskan untuk mengadaptasikan suhu tubuh terhadap

lingkungan. Apabila tidak disertai pasokan energi yang cukup akan terjadi

kekurangan suplai energi ke otot (Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004).

Page 75: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

59

Suhu ekstrim akan memberikan efek fisiologis heat stress dan cold stress.

Aliran daran ke bagian tubuh akan berkurang ketika suhu udara dingin.

Pembuluh daran ke area yang sempir ke area sentral temperatur tubuh akan

menyebabkan tubuh kehilangan nutrisi dan oksigen. Stress fisik terjadi ketika

jaringan tubuh inadekuat terhadap suplai darah yang mengandung oksigen dan

nutrisi sehingga akan meningkatkan potensi terjadinya gangguan

muskuloskeletal. Bahaya yang spesifik akan terjadi pada saat suhu udara

dingin dan menggunakan alat yang bergetar (Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004).

Berdasarkan rekomendasi NIOSH (1984 dalam Tarwaka dan Sudiadjeng,

2004) tentang kriteria suhu nyaman, suhu udara dalam ruang yang dapat

diterima adalah berkisar antara 20 - 24ºC (untuk musim dingin) dan 23 – 26

ºC (untuk musim panas pada kelembapan 35 – 65%. Rata-rata gerakan udara

dalam ruang yang ditempati tidak melebihi 0,15 m/det untuk musim dingin

dan 0,25 ./det untuk musim panas. Kecepatan udara dibawah 0,07 m/det akan

memberikan rasa tidak enak di badan dan rasa tidak nyaman.

Sebagai bahan pertimbangan dimana Indonesia merupakan daerah tropis

yang mempunyai suhu udara lebih panas dengan kelembapan yang jauh lebih

tinggi, maka rekomendasi dari NIOSH (1984) tersebut perlu dikoreksi apabila

diterapkan di daerah tropis. Temperatur yang normal untk orang indonesia

adalah 22,5 – 26 ºC dengan kelembapan udara sebesar 40 – 75% (Tarwaka

dan Sudiadjeng, 2004).

Page 76: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

60

c. Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat objek

secara jelas dan tepat tanpa menimbulkan kesalahan. Jumlah cahaya yang

jatuh pada permukaan benda tergantung pada sumber cahaya dan intensitas

cahaya, jarak antar sumber cahaya dengan permukaan benda, sudut sumber

cahaya ke permukaan benda dan jumlah cahaya dan permukaan lain yang

memantulkan cahaya (Atwood, dkk, 2004).

Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat

lelah karena mata akan berusaha melihat secara jelas. Intensitas cahaya untuk

membaca sekitar 300 – 700 lux, pekerjaan di kantor sekitar 400 – 600 lux,

pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi sekitar 800 – 1200 lux dan

pekerjaan di gudang sekitar 80 – 170 lux (NIOSH, 1997 dalam Zulfiqor,

2010).

Berdasarkan hasil penelitian spinger (2007 dalam Zulfiqor), diperoleh

bahwa mengurangi cahaya silau di tempat kerja dapat meningkatkan

produktifitas 7% sehingga ketika seorang bekerja di depan komputer dapat

bertahan 8 sampai 12 jam.

d. Tekanan

Adanya tekanan langsung atau akibat pemakaian APD atau faktor lain

pada bagian tubuh dalam waktu yang lama akan meningkatkan tekanan pada

otot yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal (Humantech, 1995

dalam Suriatmini, 2011).

Page 77: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

61

e. Area Kerja

Area kerja merupakan kondisi fisik yang terkait dengan pekerjaan,

misalnya desain kerja (luas ruangan, jangkauan, clereance), alat kerja yang

digunakan, dll (Peter Vi, 2000 dalam Suriyatmini 2011).

C. Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini dibagi atas faktor pekerjaan, faktor

individu, dan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi untuk timbulnya keluhan

pada muskuloskeletal.

Faktor pekerjaan yaitu terdiri dari durasi paparan, postur tubuh, beban/gaya

dan frekuensi. Durasi paparan, postur tubuh, beban/gaya dan frekuensi menjadi satu-

kesatuan dalam perhitungan tingkat risiko ergonomi. Tingkat risiko ergonomi ini

yang dapat mempengaruhi untuk timbulnya keluhan muskuloskeletal pada individu.

Semakin tinggi tingkat risiko maka akan semakin tinggi pula kemungkinan untuk

timbulnya keluhan muskuloskeletal.

Untuk faktor individu terdiri dari usia, jenis kelamin, masa kerja, kebiasaan

merokok, kesegaran jasmani, status gizi dan antropometri. Faktor-faktor individu

inilah yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal.

Sedangkan untuk faktor lingkungan terdiri dari getaran, suhu, tekanan dan

area kerja. Getaran, suhu, pencahayaan, tekanan dan area kerja ini dapat

mempengaruhi untuk timbulnya keluhan muskuloskeletal.

Page 78: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

62

kerangka

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Cohen, dkk, 1997; Pulat, 1992; Peter Vi (2000) dalam Suriyatmini (2011);

Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004; Humantech (1995) dalam Suriyatmini (2011);

Nurmianto, 2008; Pheasant, 2003; Atwood, dkk, 2005.

Faktor Pekerjaan

1. Durasi

Paparan

2. Postur Tubuh

3. Beban/gaya

4. Frekuensi

5. Frekuensi

Faktor Lingkungan

1. Getaran

2. Suhu

3. Pencahayaan

4. Tekanan

5. Area kerja

Faktor Individu

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Lama Kerja

4. Kesegaran

Jasmani

5. Kebiasaan

Merokok

6. Antropometri

7. Status Gizi

Keluhan

Muskuloskeletal

Tingkat Risiko

Ergonomi

Page 79: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

63

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dibuat untuk menjelaskan kaitan keluhan muskuloskeletal

dengan tingkat risiko ergonomi, antropometri, jenis kelamin, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani dan status gizi mahasiswa. Pada penelitian ini kerangka konsep

mengacu pada beberapa penelitian yang sudah ada sebelumnya, yaitu Dewi (2008),

Munir (2008), Aryanto (2008), Khaled (2009), Kurniawati (2009), Octarisya (2009),

Aprillia (2009), Napitupulu (2009), Zulfiqor (2010) dan Suriyatmini (2011). Dalam

beberapa penelitian tersebut menyebutkan bahwa variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap timbulnya keluhan muskuloskeletal terbagi atas faktor

pekerjaan, faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor pekerjaan yang dimaksud

yaitu postur tubuh, durasi paparan, beban/gaya dan frekuensi yang kemudian di

hitung menjadi tingkat risiko ergonomi. Untuk faktor individu yaitu usia, lama kerja,

jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, status gizi dan antropometri

individu. Sedangkan untuk faktor lingkungan yaitu mencakup alat kerja, getaran,

pencahayaan, suhu dan tekanan.

Namun dalam penelitian ini tidak semua variabel tersebut diteliti oleh

peneliti. Variabel yang tidak diteliti tersebut adalah usia, lama kerja, getaran,

pencahayaan, suhu dan tekanan.

Page 80: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

64

Faktor individu usia dikatakan homogen karena manusia akan mengalami

penurunan kemampuan fisik saat memasuki usia 35 tahun (Erdil, 1994 dalam

Suriyatmini 2011). Beberapa penelitian membagi kategori pada variabel usia yaitu ≤

35 tahun dan > 35 tahun. Sedangkan usia mahasiswa angkatan 2010 cenderung

berkisar antara 19 – 21 yang belum mengalami penurunan kemampuan fisik,

sehingga dapat dikatakan usia mahasiswa merupakan data yang homogen. Lama

kerja juga merupakan data yang homogen karena lama mahasiswa mulai dari masuk

sampai sekarang yaitu dalam waktu yang sama, yaitu masuk pada tahun 2010. Serta

penelitian yang dilakukan oleh Suriyatmini (2011), Octarisya (2009), Aprilia (2009)

dan Munir (2008), mengkategorikan lama kerja menjadi ≤5 tahun, 5 – 10 tahun dan

> 10 tahun, sehingga data lama kerja tersebut juga akan menjadi homogen.

Faktor lingkungan seperti suhu, pencahayaan, tekanan dan getaran tidak

diteliti dalam penelitian ini karena faktor-faktor lingkungan tersebut untuk setiap

mahasiswa cenderung sama, sehingga data untuk faktor lingkungan ini juga

cenderung menjadi homogen.

Terdapat beberapa faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini, maka

variabel independen penelitian ini adalah tingkat risiko ergonomi, jenis kelamin,

kebiasaan merokok, status gizi dan antropometri individu. Sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini yaitu adalah keluhan muskuloskeletal.

Page 81: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

65

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel tingkat risiko ergonomi dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

metode RULA dengan mengitung sudut postur pada bagian lengan, punggung, leher

dan stabil atau tidaknya kaki dengan memperhitungkan durasi, frekuensi dan beban.

Variabel antropometri yang diteliti dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 3

dimensi tubuh, yaitu dimensi no 8 (tinggi bahu), dimensi no 12 (panjang paha) dan

dimensi no 14 (tinggi duduk). Sedangkan variabel kesegaran jasmani dalam

penelitian ini dihitung berdasarkan kebiasaan olahraga dan kebiasaan tidur

responden.

Antropometri

Jenis Kelamin

Kebiasaan Merokok

Keluhan

Muskuloskeletal

Kesegaran Jasmani

Status Gizi

Tingkat Risiko Ergonomi

Page 82: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

66

B. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Cara

Pengambilan

Data

Alat Ukur Hasil ukur Skala

Keluhan

Muskuloskele

tal

Keluhan subjektif yang dirasakan oleh

individu yang timbul akibat dari pekerjaan

yang dilakukannya. Keluhan ini ditandai

dengan adanya rasa pegal, kesemutan, sakit,

nyeri, panas, bengkak, mati rasa dan kaku

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner

nordic body

map

0. Ya (keluhan ≥ 1)

1. Tidak (keluhan < 1)

Ordinal

Tingkat

Risiko

Ergonomi

Besarnya kemungkinan untuk terjadinya

keluhan muskuloskeletal akibat pekerjaan

yang dilakukan terkait masalah ergonomi

yang dihitung berdasarkan faktor pekerjaan

(postur, durasi, beban dan frekuensi)

Observasi Lembar Kerja

RULA

0. Tingkat Risiko

Ergonomi Level 4

(skor = 7)

1. Tingkat Risiko

Ergonomi Level 3

(skor 5 – 6)

2. Tingkat Risiko

Ergonomi Level 2

(skor 3 – 4)

Ordinal

Page 83: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

67

Variabel Definisi

Cara

Pengambilan

Data

Alat Ukur Hasil ukur Skala

3. Tingkat Risiko

Ergonomi Level 1

(skor 1 – 2)

Antropometri Ukuran tinggi, lebar atau tebal dimensi

bagian-bagian tertentu tubuh manusia yang

dibagi menurut nomor dimensi

Pengukuran Body

Measurement

Dimensi No. 8

0. Tidak Ter-cover

(ukuran dimensi no 8

> sandaran kursi

1. Ter-cover (ukuran

dimensi no 8 ≤

sandaran kursi)

Dimensi No. 12

0. Tidak Ter-cover

(ukuran dimensi no 12

< kedalaman kursi)

1. Ter-cover (ukuran

Ordinal

Page 84: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

68

Variabel Definisi

Cara

Pengambilan

Data

Alat Ukur Hasil ukur Skala

dimensi no 12 ≥

kedalaman kursi)

Dimensi No 14

0. Tidak Ter-cover

(ukuran dimensi no 14

< tinggi kursi)

1. Ter-cover (ukuran

dimensi no 14 ≥ tinggi

kursi)

Jenis kelamin Pensifatan/karakteristik individu yang terbagi

menjadi 2 jenis, yaitu laki-laki dan perempuan

Penyebaran

Kuesioner

Kuesioner 0. Perempuan

1. Laki-laki

Nominal

Kebiasaan

Merokok

Jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap

oleh individu dalam satuan per hari

Penyebaran

Kuesioner

Kuesioner 0. Berat ( > 10 / hari)

1. Ringan ( 1 - 10 / hari)

2. Tidak (<1 / hari)

Ordinal

Page 85: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

69

Variabel Definisi

Cara

Pengambilan

Data

Alat Ukur Hasil ukur Skala

Kesegaran

Jasmani

Tingkat kesanggupan/kemampuan seseorang

untuk melakukan penyesuaian terhadap beban

fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang

berarti dan masih memiliki kapasitas

cadangan energi untuk melakukan aktivitas

berikutnya

Penyebaran

Kuesioner

Kuesioner 0. Kurang (tidak rutin

olahraga dan tidak

cukup tidur)

1. Sedang (tidak rutin

olahraga dan cukup

tidur, atau rutin

olahraga dan tidak

cukup tidur)

2. Baik (Rutin Olahraga

dan cukup tidur)

Kebiasaan Olahraga

0. Tidak rutin (< kali

seminggu)

1. Rutin (≥ 1 kali

seminggu)

Ordinal

Page 86: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

70

Variabel Definisi

Cara

Pengambilan

Data

Alat Ukur Hasil ukur Skala

Kebiasaan Tidur

0. Tidak Cukup (<7 jam

sehari)

1. Cukup (≥7 jam sehari)

Status Gizi Kategori massa tubuh individu yang dihitung

berdasarkan rumus Indeks Massa Tubuh

(IMT). Rumus IMT individu tersebut yaitu:

Pengukuran Alat ukur

tinggi badan,

timbangan

0. Gemuk ( IMT > 25)

1. Normal ( IMT 18,5 –

25)

2. Kurus ( IMT < 18,5)

Ordinal

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m²)

Page 87: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

71

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal

pada mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta.

2. Ada hubungan antara antropometri dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta.

3. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta.

4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta.

5. Ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta.

6. Ada hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa ketika proses belajar mengajar di kelas FKIK UIN Jakarta.

Page 88: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

72

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pelitian ini adalah penelitian yang menggunakan desain penelitian cross

sectional (potong lintang). Desain ini dipilih untuk melihat keterkaitan antara dua

variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen pada waktu (periode) yang

sama. Desain ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana, murah,

ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat

(Notoatmodjo, 2005). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik,

yaitu menggambarkan keluhan muskuloskeletal yang dirasakan mahasiswa,

menggambarkan dimensi kursi kuliah yang saat ini digunakan, menggambarkan

gambaran tingkat risiko ergonomi pada mahasiswa dan menggambarkan gambaran

variabel antropometri, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani dan

status gizi. Yang kemudian dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan

antara variabel tingkat risiko ergonomi, antropometri, jenis kelamin, kebiasaan

merokok, kesegaran jasmani dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Oktober tahun 2012 di

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 89: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

73

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu mahasiswa seluruh mahasiswa FKIK yang

masih aktif kuliah dan yang sudah merasakan duduk di kursi kuliah FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta ketika proses belajar mengajar di kelas. Populasi

penelitian menurut data rekapitulasi jumlah mahasiswa program reguler per 1 juni

2012 yang didapatkan saat pembuatan proposal 952 mahasiswa yang terdiri atas 299

mahasiswa kesehatan masyarakat, 152 mahasiswa keperawatan, 257 mahasiswa

farmasi dan 244 mahasiwa pendidikan dokter. Jika dibedakan sesuai jenis kelamin

jumlah populasi laki-laki adalah 247 mahasiswa dan jumlah populasi perempuan

yaitu 705, dibedakan sesuai jenis kelamin karena nantinya ketika perhitungan

antropometri, analisis bivariat dengan percentile dan rata-rata harus dibedakan sesuai

jenis kelamin.

Sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus berikut (Lemeshow

dkk, terj, Pramono, 1997):

Perhitungan besar sampel penelitian variabel tingkat risiko ergonomi

berdasarkan penelitian Syafitri (2010) diketahui variabel independen yang

berhubungan adalah variabel tingkat risiko ergonomi dan variabel kebiasaan

merokok. Untuk variabel faktor pekerjaan diketahui P1 = tingkat risiko ergonomi

level 4 yang mengalami keluhan muskuloskeletal = 83%, dan P2 = tingkat risiko

ergonomi level 3 yang mengalami keluhan muskuloskeletal = 58%. (P = 70,5%. OR

n = [ Z1-/2 2 P (1-P) + Z1- P1 (1-P1) + P2 (1-P2) ]2

(P1-P2)2

Page 90: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

74

= 3,393. CI = 1,114 – 10,331. P value = 0,027). Dan untuk variabel kebiasaan

merokok diketahui P1 = perokok ringan ≤ 10 batang per hari yang mengalami

keluhan muskuloskeletal = 88% dan P2 = perokok berat > 10 batang per hari yang

mengalami keluhan muskuloskeletal = 67%. (P = 77,5%. OR = 3,167. CI = 0,945 –

14,232. P value = 0,05).

Variabel tingkat risiko ergonomi:

n = 51,024 = 52

Variabel Kebiasaan Merokok

n = 42,19 = 43

Keterangan :

n : Jumlah sampel

P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}

P1 : Proporsi keluhan muskuloskeletal pada kelompok 1

P2 : Proporsi keluhan muskuloskeletal pada kelompok 2

Z2

1-/2 : Derajat kemaknaan pada uji dua sisi (two tail), = 5%

n = [ 1,96 2 (0,705) (1-0,705) + 0,842 0,83 (1-0,83) +0,58 (1-0,58) ]2

(0,83-0,58)2

n = [ 1,96 2 (0,775) (1-0,775) + 0,842 0,88 (1-0,88) +0,67 (1-0,67) ]2

(0,88-0,67)2

Page 91: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

75

Z1- : Kekuatan uji 80%

Berdasarkan perhitungan uji statistik diatas diperoleh jumlah sampel

minimal menurut variabel tingkat risiko ergonomi sebanyak 104 responden.

Menurut Dahlan (2008) dalam penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2009)

dan Widayani (2009), pemilihan jumlah sampel ditentukan oleh besarnya nilai P

value, nilai OR dan nilai CI. Nilai P value dilihat dari tiap variabel karena

semakin kecil nilai P value menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai OR ini juga dilihat

dari tiap-tiap variabel yang diteliti, semakin tinggi nilai OR maka akan semakin

memperlihatkan adanya hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen. Namun juga harus memperhatikan CI yang didapatkannya. Semakin

sedikit rentang CI, maka akan semakin akurat nilai OR dalam penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah sampel menurut variabel tingkat

risiko ergonomi, dengan melihat nilai P value, nilai OR dan rentang CI. Nilai P

value pada variabel tingkat risiko ergonomi (P value = 0,027) lebih kecil

dibandingan nilai P value pada kebiasaan merokok (P value = 0,05). Nilai OR

pada variabel tingkat risiko ergonomi yaitu OR = 3,393 yang lebih besar

dibandingkan dengan variabel kebiasaan merokok OR = 3,167. Kedua hal

menunjukkan hubungan pada tingkat risiko ergonomi lebih kuat dibandingkan

dengan variabel kebiasaan merokok. Selanjutnya rentang CI pada variabel

tingkat risiko ergonomi (CI = 1,114 – 10,331) tidak menyentuh angka ≤ 1 dan

rentang lebih pendek dibandingkan dengan rentang CI pada variabel kebiasaan

Page 92: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

76

merokok (CI = 0,945 – 14,232). Sehingga diperoleh jumlah sampel minimal yang

diambil dalam penelitian ini adalah 104 responden.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

cara proportional simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan

dengan membagi populasi kedalam beberapa kelompok, dan pengambilan sampel

pada setiap kelompok dilakukan dengan proporsi yang sama (Budiarto, 2001).

Pembagian kelompok dalam penelitian ini yaitu dilihat dengan melihat perbedaan

program studi yang diambil oleh mahasiswa, yaitu program studi kesehatan

masyarakat, pendidikan dokter, farmasi dan keperawatan.

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu responden yang sebelumnya

telah mengalami riwayat keluhan terkait muskuloskeletal dan mahasiswa yang

sebelum proses perkuliahan di kelas telah mengalami keluhan muskuloskeletal.

Riwayat keluhan terkait muskuloskeletal yang dimaksud seperti fraktur (retak

atau patah tulang) akibat trauma (benturan), penyakit spinal stenosis,

degenerative disk, spondylosis, spondylollisthesis, dll.

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Data merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu penelitian.

Pengambilan data dalam penelitian ini berupa data primer yang diambil secara

langsung dan data sekunder yang digunakan untuk data-data pendukung.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh/dikumpulkan secara langsung

oleh peneliti. Data primer dikumpulkan langsung dari responden penelitian dan

Page 93: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

77

dikumpulkan langsung dari kursi yang sedang digunakan oleh mahasiswa FKIK.

Pengumpulan data yang langsung diambil dari responden yaitu melalui

kuesioner, observasi dan pengukuran langsung. Kuesioner adalah cara

pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya

banyak menyangkut kepentingan umum / orang banyak (Notoatmodjo, 2005).

Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data keluhan muskuloskeletal, jenis

kelamin dan kebiasaan merokok. Observasi digunakan untuk mendapatkan data

tingkat risiko ergonomi dan kesegaran jasmani mahasiswa. Sedangkan

pengukuran secara langsung digunakan untuk mendapatkan data antropometri

dan status gizi.

Berikut adalah metode pengambilan data dan instrumen data yang

diperlukan dalam penelitian ini:

a. Keluhan Muskuloskeletal

Variabel keluhan muskuloskeletal ini didapatkan dari responden

dengan menggunakan kuesioner, kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner

nordic body map. Instrumen yang digunakan untuk varibel keluhan

muskuloskeletal yaitu kuesioner dan alat tulis.

b. Tingkat Risiko Ergonomi

Data untuk tingkat risiko ergonomi didapatkan oleh peneliti

berdasarkan pengamatan secara langsung kepada responden. Untuk

mengetahui tingkat risiko ergonomi mahasiswa, penelitian ini menggunakan

perhitungan sesuai prosedur lembar kerja Rapid Upper Limb Assessment

Page 94: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

78

(RULA). Responden dikategorikan tidak mengeluh jika jumlah keluhan

muskuloskeletal pada kuesioner nordic body map < 1, dan dinyatakan

mengeluh jika jumlah keluhan muskuloskeletal pada kuesioner nordic body

map ≥ 1. Dengan melihat dan menganalisis tubuh menggunakan kuesioner

nordic body map maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan

muskuloskeletal yang dirasakan oleh responden. Untuk keluhan

muskuloskeletal pada antropometri sedikit dibedakan karena dimensi tertentu

menyebabkan keluhan-keluhan muskuloskeletal pada daerah tertentu saja.

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data terkait tingkat risiko

ergonomi yaitu lembar kerja RULA, kamera, busur, komputer, lembar

kuesioner dan alat tulis.

c. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin didapatkan oleh peneliti dari kuesioner yang

diberikan kepada responden. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan

data terkait variabel jenis kelamin yaitu kuesioner dan alat tulis.

d. Kebiasaan Merokok

Untuk variabel kebiasaan merokok didapatkan oleh peneliti dari

kuesioner yang diberikan kepada responden. Variabel kebiasaan merokok ini

dikategorikan menjadi tidak merokok yaitu jika individu tidak merokok atau

tidak pernah merokok, perokok ringan yaitu jika responden merokok 1 - 10

batang dalam sehari, dan dikategorikan menjadi perokok berat yaitu jika

responden merokok > 10 batang dalam sehari.Instrumen yang digunakan

Page 95: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

79

untuk mendapatkan data terkait kebiasaan merokok yaitu kuesioner dan alat

tulis.

e. Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani juga didapatkan dari responden dari kuesioner

penelitian. Kesegaran jasmani yang diukur dalam penelitian ini yaitu jam

tidur, kebiasaan olahraga dan asupan makanan. Untuk kebiasaan tidur

dikategorikan menjadi cukup untuk ≥ 7 jam dalam sehari dam kurang jika

tidur < 7 jam dalam sehari. Untuk kebiasaan olahraga dikategorikan menjadi

rutin dan tidak rutin. Rutin jika responden melakukan olahraga rutin minimal

1x seminggu dan tidak rutin jika responden tidak melakukan olahraga secara

rutin. Untuk asupan makanan dikategorikan menjadi sudah makan jika

responden sudah makan sebelum beraktivitas dan belum makan jika

responden belum makan sebelum beraktivitas. Setelah itu dikategorikan lagi

menjadi segar dan kurang segar. Untuk segar diperoleh jika responden tidur

cukup, olahraga rutin dan sudah makan, sedangkan untuk kurang segar

diperoleh jika responden salah satu atau lebih kriteria dari kesegaran jasmani

tidak terpenuhi. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data

kesegaran jasmani yaitu dengan kuesioner dan alat tulis.

f. Status Gizi

Variabel status gizi ini didapatkan oleh peneliti dengan cara

pengukuran kepada responden. Pengukuran yang dilakukan yaitu berat badan

Page 96: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

80

dan tinggi badan mahasiswa, karena status gizi ini dinilai melalui IMT

(Indeks Massa tubuh) responden, berdasarkan rumus berikut:

Responden dikatakan masuk dalam kategori kurus jika hasil

perhitungan IMT < 18, masuk dalam kategori normal jika IMT 18 – 25, dan

masuk kategori gemuk jika IMT > 25.

g. Antropometri

Untuk variabel antropometri diukur langsung oleh peneliti kepada

responden. Bagian-bagian yang diteliti adalah bagian-bagian dimensi duduk

yang berkaitan ketika duduk di kursi, dalam penelitian ini dimensi yang

digunakan yaitu dimensi no. 8, no 12 dan no 14. Dimensi no 8 digunakan

karena berkaitan dengan tinggi sandaran kursi dan keluhan muskuloskeletal

pada bagian tulang belakang. Dimensi no 12 digunakan karena berkaitan

dengan kedalaman kursi dan keluhan muskuloskeletal pada tubuh bagian

bawah, pinggang, punggung, bahu serta leher. Dan dimensi no. 14 digunakan

karena berkaitan dengan tinggi kursi dan keluhan muskuloskeletal pada tubuh

bagian bawah, punggung, pinggang bahu dan leher. Instrumen pendukung

yang diperlukan dalam pengambilan data antropometri ini yaitu alat tulis,

lembar catatan antropometri, meteran dan body measurement.

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m²)

Page 97: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

81

2. Data Sekunder

Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan

untuk mendukung data-data primer, seperti data mahasiswa, data gambaran

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, dll.

E. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, kemudian data tersebut diolah. Data yang sudah

dikumpulkan tidak akan berarti apa-apa jika tidak diolah kembali. Data yang telah

didapat tersebut diolah secara komputerisasi agar lebih efektif dan efisien. Untuk

variabel area kerja pengolahan data tidak dilakukan, data yang disajikan adalah data

yang telah didapat. Pengolahan data dilakukan untuk variabel keluhan

muskuloskeletal, tingkat risiko ergonomi, antropometri, jenis kelamin, kebiasaan

merokok, kebiasaan jasmani dan status gizi dengan tahap-tahap berikut:

1. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan

untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut. Pengkodean dalam

penelitian ini yaitu kode A1 – A5 untuk karakteristik responden, kode B1 – B5

untuk variabel keluhan muskuloskeletal, kode C1 – C7 untuk variabel kebiasaan

merokok, kode D1 – D2 untuk variabel kesegaran jasmani, kode E1 – E2 untuk

variabel status gizi, kode F1 – F6 untuk variabel antropometri dan G1 – G2 untuk

variabel tingkat risiko ergonomi.

Page 98: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

82

2. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kembali kelengkapan dan kebenaran data

seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap

jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

Proses ini dilakukan langsung di tempat penelitiaan agar jika ada data yang

kurang lengkap, penulis langsung dapat melengkapinya saat itu.

3. Memasukkan data (data entry)

Data entry dilakukan dengan memasukkan data dalam program software

komputer secara komputerisasi berdasarkan pengkodean yang sudah dibuat pada

tahap data coding.

4. Mengolah data (data processing)

Yaitu merubah bentuk menjadi data yang dapat dianalisis, data tersebut

dimasukan kedalam komputer dengan komputerisasi.

5. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap

diolah dan dianalisis.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis

univariat dan analisis bivariat. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu

gambaran tingkat risiko ergonomi, gambaran keluhan muskuloskeletal, gambaran

Page 99: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

83

antropometri, gambaran jenis kelamin, gambaran kebiasaan merokok, gambaran

kesegaran jasmani dan gambaran status gizi mahasiswa, serta hubungan variabel

tingkat risiko ergonomi, antropometri, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran

jasmani dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran-gambaran yang

dibutuhkan dalam penelitian ini misalnya gambaran kursi kuliah yang saat ini

digunakan oleh mahasiswa, gambaran keluhan muskuloskeletal yang dirasakan

oleh mahasiswa, gambaran tingkat risiko ergonomi, gambaran antropometri,

jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani dan status gizi mahasiswa.

a. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal

Analisis univariat untuk gambaran keluhan muskuloskeletal

digambarkan dengan persentase responden yang mengalami keluhan

muskuloskeletal dan persentase responden yang tidak mengalami keluhan

muskuloskeletal, dan persentase tiap-tiap bagian tubuh responden yang

mengalami keluhan. Gambaran untuk keluhan muskuloskeletal juga akan

disajikan dalam bentuk diagram lingkaran untuk persentase keluhan

responden dan diagram batang untuk persentase tiap-tiap bagian tubuh

responden.

b. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi

Analisis univariat untuk gambaran tingkat risiko ergonomi yaitu

ditampilkan dengan persentase tingkat risiko dari responden dan juga

Page 100: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

84

disajikan dalam bentuk diagram lingkaran. Jika didapatkan skor akhir 1 – 2

berarti tingkat risiko ergonomi yang dihadapi oleh mahasiswa adalah

Acceptable / dapat diterima, jika didapatkan skor akhir 3 – 4 berarti

Investigate Further / perlu penyelidikan lebih lanjut, jika didapatkan skor

akhir 5 – 6 berarti Investigate Further and change soon / perlu investigasi

lebih lanjut dan perubahan segera dilakukan, dan jika skor 7 berarti

Investigate and change soon / penyelidikan dan perubahan segera dilakukan.

c. Gambaran Antropometri, Jenis kelamin, Kebiasaan Merokok, Kesegaran

Jasmani dan Status Gizi Mahasiswa

Analisis univariat untuk gambaran variabel antropometri analisis

univariat yang dilakukan adalah dengan menampilkan jumlah dan persentase

sesuai karakteristik ukuran tubuh antropometri responden.

Untuk variabel jenis kelamin disajikan sesuai dengan persentase

karakteristik responden, yaitu persentase responden laki-laki dan persentase

responden perempuan.

Untuk variabel kebiasaan merokok disajikan sesuai dengan persentase

karakteristik responden, yaitu persentase responden yang tidak merokok,

persentase responden perokok ringan dan persentase responden perokok

berat.

Variabel kesegaran jasmani juga disajikan sesuai dengan persentase

karakteristik responden, yaitu persentase responden baik yang tingkat

kesegaran jasmaninya baik, kesegaran jasmaninya sedang, maupun yang

kesegaran jasmaninya kurang.

Page 101: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

85

Gambaran untuk variabel status gizi disajikan sesuai dengan

persentase karakteristik responden, yaitu persentase responden baik yang

hasil perhitungan indeks massa tubuhnya kurus, normal maupun gemuk..

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat keterkaitan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang diteliti. Analisis bivariat yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk menghubungkan variabel tingkat

risiko ergonomi, antropomentri, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran

jasmani dan status gizi dengan variabel keluhan muskuloskeletal. Secara

statistika, jenis uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan uji chi square untuk menghubungkan variabel tingkat risiko

ergonomi, antropomentri, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani

dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal. Persamaan chi square adalah

sebagai berikut:

X² = ∑ (O – E)² E

DF = (k – 1) (b – 1)

Keterangan:

X² = chi square

O = Nilai yang diamati (observasi)

E = Nilai yang diharapkan (ekspektasi)

k = jumlah kolom

b = jumlah baris

Page 102: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

86

Jika didapatkan nilai P value > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara

variabel tingkat risiko ergonomi, antropometri, jenis kelamin, kebiasan merokok,

kesegaran jasmani dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal. Sebaliknya,

jika didapatkan nilai P value < 0,05 berarti ada hubungan antara variabel tingkat

risiko ergonomi, antropometri, jenis kelamin, kebiasan merokok, kesegaran

jasmani dan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal. Penyajian data yang

disajikan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.

Page 103: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

87

BAB V

HASIL

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian pada penelitian ini yaitu di Fakultas kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412. Gedung Fakultas

kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta terdapat 5 (lima) lantai. Berdasarkan buku pedoman akademik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2009, visi dan

misi, tujuan dan program studi adalah sebagai berikut:

1. Visi dan Misi

Adapun visi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu: menjadikan Fakultas

kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi kedokteran dan ilmu kesehatan

terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan kedokteran dan

kesehatan, keselamatan dan keindonesiaan.

Berdasarkan visi tersebut, maka misi Fakultas kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu:

a. Menghasilkan dokter, tenaga kesehatan masyarakat, apoteker dan perawat

yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dalam persaingan

global.

Page 104: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

88

b. Melakukan reintegrasi ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan dengan nilai-

nilai keislaman dan keindonesiaan

c. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan ilmu dan teknologi

kedokteran dan kesehatan serta melakukan percerahan dalam pembinaan

iman dan taqwa.

d. Mengikuti secara aktif dan berperan serta dalam pengembangan ilmu dan

teknologi kedokteran dan kesehatan melalui kegiatan penelitian.

e. Memberikan kontribusi bermakna dalam pembangunan karakter bangsa

melalui upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.

2. Tujuan Umum

Mengacu kepada visi dan misi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai tujuan sebagai

berikut:

a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan

dan atau mencipkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan

kesehatan serta ilmu pengetahuan agama islam secara integratif;

b. Menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran dan kesehatan serta ilmu agama islam secara itegratif

serta mengupayakan pemenfaatannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dalam upaya pembangunan karakter bangsa.

Page 105: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

89

3. Program Studi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta memiliki 4 (empat) Program Studi, yaitu:

a. Kesehatan Masyarakat

Program studi kesehatan masyarakat bertujuan untuk menghasilkan

lulusan yang mampu dalam mengintegasikan ilmu kesehatan dan keislaman

untuk memenuhi kebutuhan sarjana kesehatan yang islami yang bersedia

bekerja di seluruh pelosok tanah air. Gelar akademik yang diperoleh adalam

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM).

Program Studi Kesehatan masyarakat ini juga memiliki 6 (enam)

peminatan yang dapat dipilih oleh mahasiswa, yaitu:

1) Gizi Kesehatan Masyarakat

2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3) Manajemen Pelayanan Kesehatan

4) Kesehatan Lingkungan

5) Epidemiologi

6) Promosi Kesehatan

b. Farmasi

Program studi farmasi bertujuan menghasilkan lulusan yang

profesional dalam bidangnya dan memiliki kemampuan untuk bekerja dalam

berbagai bidang, seperti industri, pelayanan kesehatan, pendidikan, lembaga-

lembaga penelitian dan lain-lain. Serta dapat menerpakan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan agama islam, IPTEK dan seni yang

Page 106: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

90

dijiwai oleh nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Gelar akademik yang

diperoleh adalah Sarjana Farmasi (S.Far) dan setelah menjalani program

profesinya maka gelar yang akan diperolehnya adalah (Apt).

c. Pendidikan Dokter

Program studi pendidikan dokter diharapkan dapat menghasilkan

lulusan dokter yang berkualitas, beriman dan bertaqwa, memiliki keunggulan

kompetitif dan komparatif dalam persaingan global, mampu

mengintegrasikan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan islam, serta

berkontribusi secara nyata dalam peningkatan kualitas hidup bangsa. Gelar

akademik yang diperoleh adalah Sarjana Kodokteran (S.Ked) dan setelah

menjalani program profesinya maka gelar yang diperoleh adalah dokter (dr.)

d. Keperawatan

Program studi ilmu keperawatan bertujuan untuk menghasilkan

lulusan yang berkualitas yang dapat menjadi tenaga ahli terampil di bidang

keperawatan, beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, berwawasan luas

dan profesional, berdasarkan relevansi dan kebutuhan pasar melalui

peningkatan kualitas penelitian dan pendidikan serta berperan serta dalam

pembangunan kesehatan masyarakat. Gelar akademik yang diperoleh adalah

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Page 107: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

91

Gambar 5.1

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Gambaran Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta

Material kursi kuliah yang digunakan di Fakultas kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu dengan

material utama kayu. Material kayu ini terpasang sebagai sandaran kursi, alas

kursi dan meja kursi. Dimensi kursi kuliah yang digunakan di Fakultas

kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yaitu:

Page 108: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

92

Tabel 5.1

Panjang Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN Jakarta

No Dimensi Kursi Panjang (cm)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Tinggi sandaran kursi dari alas kursi

Tinggi alas kursi

Kedalaman kursi

Tinggi meja dari alas kursi

Lebar alas kursi

Lebar sandaran kursi

Sudut sandaran kursi

Sudut kemiringan alas kursi

37,2

45,2

43,4

24,1

43,7

43,7

95º

Gambar 5.2

Gambar Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN

Jakarta Tampak Samping

Page 109: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

93

Gambar 5.3

Gambar Dimensi Kursi Kuliah FKIK UIN

Jakarta Tampak Depan

Gambar 5.4

Sudut Kemiringan Alas dan Sandaran Kursi Kuliah

Page 110: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

94

C. Analisis Univariat

1. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN

Jakarta

Indikator keluhan muskuloskeletal pada penelitian ini yaitu

berdasarkan 21 titik tubuh yang dilihat melalui kuesioner nordic body map.

Mengeluh jika keluhan ≥ 1 dan tidak mengeluh jika keluhan < 1. Distribusi

responden berdasarkan keluhan muskuloskeletal dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012

Keluhan Jumlah Persentase

Mengeluh

Tidak Mengeluh

Jumlah

78

29

107

72,9%

27,1%

100%

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 5.2 tersebut, diketahui bahwa sebagian besar

responden merasakan keluhan muskuloskeletal yaitu sebanyak 78 responden

(72,9%). Berikut merupakan distribusi frekuensi responden berdasarkan

bagian tubuh mahasiswa yang merasakan keluhan muskuloskeletal.

Page 111: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

95

Grafik 5.1

Distribusi Frekuensi Bagian Tubuh yang Dikeluhkan Mahasiswa FKIK UIN

Jakarta Tahun 2012

Sumber: data primer

Berdasarkan grafik 5.1 diatas, diketahui bahwa keluhan

muskuloskeletal terbanyak yaitu didapatkan pada bagian pantat dan

punggung yaitu sebesar 56,07%, keluhan pada pinggang sebesar 51,40% dan

keluhan pada leher yaitu sebesar 50,48%.

2. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Hasil penelitian terkait tingkat risiko ergonomi mahasiswa diambil

dari pengukuran postur tubuh pada bagian leher, punggung, bahu, lengan

atas, lengan bawah dan pergelangan tangan dengan memperhitungkan durasi,

frekuensi dan beban pekerjaan. Pengukuran ini dilakukan sesuai dengan

prosedur perhitungan RULA (Rapid Upper Limb Assessment) yang terdapat

pada halaman 34 - 43.

Berdasarkan hasil pengukuran untuk variabel gambaran tingkat risiko

ergonomi yang dilakukan dengan metode RULA, skor tingkat risiko

Page 112: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

96

ergonomi mahasiswa hanya diperoleh untuk kategori tingkat risiko ergonomi

level 2 dan tingkat risiko ergonomi level 3, sedangkan untuk tingkat risiko

ergonomi level 1 dan tingkat risiko ergonomi level 4 tidak diperoleh.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat risiko ergonomi dapat

dilihat dari tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko

Ergonomi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012

Tingkat Risiko Jumlah Persentase

Level 2

Level 3

Jumlah

39

68

107

36,45%

63,55%

100%

Berdasarkan tabel 5.3 tersebut, diketahui bahwa tingkat risiko

ergonomi mahasiswa sebagian besar terdapat pada level 3, yaitu 63,55%.

3. Gambaran Antropometri Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Hasil penelitian terkait antropometri diambil melalui pengukuran dari

3 dimensi tubuh responden. Dimensi tubuh yang diambil yaitu dimensi tubuh

no 8 (tinggi bahu), 12 (panjang paha) dan 14 (tinggi duduk). Berikut adalah

tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan antropometri no 8.

Page 113: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

97

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Antropometri No 8 Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Antropometri No 8 Jumlah Persentase

Ter-cover

Tidak Ter-cover

0

107

0%

100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden

memiliki tinggi bahu yang lebih tinggi daripada tinggi sandaran kursi.

Distribusi frekuensi antropometri no 12 responden dapat dilihat dari tabel

berikut.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Antropometri No 12 Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Antropometri No 12 Jumlah Persentase

Ter-cover

Tidak Ter-cover

92

15

86%

14%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

mahasiswa memiliki ukuran antropometri no 12 yang lebih panjang daripada

kedalaman kursi mahasiswa. Sedangkan distribusi frekuensi antropometri no

14 responden dapat dilihat berdasarkan tabel berikut.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Antropometri No 14 Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Antropometri No 14 Jumlah Persentase

Ter-cover

Tidak Ter-cover

30

77

28%

72%

Page 114: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

98

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

mahasiswa memiliki ukuran antropometri no 14 yang lebih pendek

dibandingkan dengan tinggi kursi.

4. Gambaran Jenis Kelamin Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

mahasiswa dapat dilihat berdasarkan tabel berikut.

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta tahun 2012

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

36

71

107

33,6%

66,4%

100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki berjumlah 36 responden dengan persentase 33,6%.

Sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 71

responden dengan persentase 66,4%.

5. Gambaran Kebiasaan Merokok Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Hasil penelitian terkait distribusi frekuensi responden berdasarkan

kebiasaan merokok mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 115: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

99

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012

Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase

Tidak Merokok

Perokok Ringan

Perokok Berat

Jumlah

93

13

1

107

86,9%

12,1%

0,9

100%

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa sebagian besar responden

tidak merokok yaitu sejumlah 93 responden dengan persentase 86,9%.

6. Gambaran Kesegaran Jasmani Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Hasil penelitian terkait kesegaran jasmani didapatkan dari kuesioner

yang diberikan kepada responden dengan indikator kebiasaan tidur dan

kebiasaan olahraga. Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan

tingkat kesegaran jasmani dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani Mahasiswa

FKIK UIN Jakarta tahun 2012

Tingkat Kesegaran Jasmani Jumlah Persentase

Baik

Sedang

Kurang

Jumlah

36

51

20

107

33,6%

47,7%

18,7%

100%

Page 116: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

100

Berdasarkan tabel diatas tersebut, didapatkan bahwa hampir setengah

dari responden memiliki tingkat kesegaran jasmani sedang, yaitu dengan

persentase 47,7%.

7. Gambaran Status Gizi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Hasil penelitian terkait status gizi diperoleh dari pengukuran tinggi

dan berat badan secara langsung pada responden yang kemudian dihitung

berdasarkan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). Adapun distribusi frekuensi

responden berdasarkan status gizi dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Mahasiswa FKIK

UIN Jakarta tahun 2012

Status Gizi Jumlah Persentase

Kurus

Normal

Gemuk

Jumlah

16

74

17

107

15,0%

69,2%

15,9%

100%

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa status gizi mahasiswa

terbagi atas 3 kelompok yaitu responden yang kurus, responden yang normal

dan responden yang gemuk. Sebagian besar responden memiliki status gizi

normal, yaitu dengan persentase 69,2%.

Page 117: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

101

D. Analisis Bivariat

1. Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi dengan Keluhan Muskuloskeletal

pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Hasil penelitian terkait tingkat risiko ergonomi mahasiswa diambil

dari pengukuran postur tubuh pada bagian leher, punggung, bahu, lengan

atas, lengan bawah dan pergelangan tangan dengan memperhitungkan durasi,

frekuensi dan beban. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan metode

Rapid Upper-Limb Extremities Assessment (RULA).

Analisis hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan

muskuloskeletal pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.11

Analisis Hubungan antara Tingkat Risiko Ergonomi dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Variabel Kategori

Keluhan Muskuloskeletal

P value Mengeluh Tidak Mengeluh Total

n % n % n %

Tingkat Risiko

Ergonomi

Level 3 54 79,4% 14 20,6% 39 100% 0,045

Level 2 24 61,5% 15 38,5% 68 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase keluhan lebih banyak

pada kelompok tingkat risiko ergonomi pada tingkat risiko ergonomi level 3.

Pengelompokkan tingkat risiko level 3 ini sesuai dengan pengelompokkan

pada halaman 44. Kelompok tingkat risiko ergonomi level 3 ini berarti perlu

penyelidikan lebih lanjut dan perubahan perlu dilakukan hasil perhitungan

RULA berkisar antara 5 – 6. Berdasarkan uji statistik chi-square, didapatkan

nilai p value = 0,045 yang berarti adanya hubungan antara tingkat risiko

Page 118: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

102

ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN

Jakarta.

2. Hubungan Antropometri dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Berdasarkan analisis univariat didapatkan bahwa data pada

antropometri no 8 adalah homogen, sehingga antropometri no 8 tidak

dilanjutkan ke analisis bivariat.

Pengelompokkan antropometri 12, dibagi menjadi 2 yaitu ter-cover

jika ukuran dimensi no 12 ≥ kedalaman alas kursi, tidak ter-cover jika ukuran

dimensi no 12 < kedalaman alas kursi. Pengelompokkan untuk antropometri

no 14 juga dibagi menjadi ter-cover jika ukuran dimensi no 14 ≥ tinggi alas

kursi, dan tidak ter-cover jika ukuran dimensi no 14 < tinggi alas kursi.

Untuk analisis hubungan antara antropometri dengan keluhan

muskuloskeletal pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.12

Analisis Hubungan antara Antropometri dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Variabel Kategori

Keluhan Muskuloskeletal

P value Mengeluh Tidak Mengeluh Total

n % n % n %

Antropometri No 12 Tidak Ter-cover 10 66,7% 5 33,3% 15 100%

0,545 Ter-cover 68 73,9% 24 26,1% 92 100%

Antropometri No 14 Tidak Ter-cover 61 79,2% 16 20,8% 77 100%

0,034 Ter-cover 17 56,7% 13 43,3% 30 100%

Berdasarkan tabel diatas, pada antropometri no 12 diperoleh nilai p

value = 0,545 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara antropometri no

Page 119: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

103

12 dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta. Dan

pada antropometri no 14 diperoleh nilai p value sebesar 0,034 yang berarti

ada hubungan antara antropometri no 14 dengan keluhan muskuloskeletal

pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta.

3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan

muskuloskeletal pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.13

Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Variabel Kategori

Keluhan Muskuloskeletal

P value Mengeluh Tidak Mengeluh Total

n % n % n %

Jenis

Kelamin

Perempuan 55 77.46 16 22.54 71 100% 0,207

Laki-laki 23 63.89 13 36.11 36 100%

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa jumlah responden laki-

laki yang mengeluh adalah sebesar 23 orang dengan persentase 63,89%, dan

13 responden yang lainnya tidak mengeluh dengan persentase 36,11%.

Sedangkan responden perempuan yang mengeluh adalah sebanyak 55

responden dengan persentase 77,46%, dan 16 responden perempuan yang

lain tidak mengeluh yaitu dengan persentase 22,54%. Nilai P value untuk

hubungan variabel jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa FKIK UIN Jakarta adalah sebesar 0,207. Karena nilai p value

diatas 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis

Page 120: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

104

kelamin dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta

tahun 2012.

4. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

muskuloskeletal pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.14

Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Variabel Kategori

Keluhan Muskuloskeletal

P value Mengeluh Tidak Mengeluh Total

n % n % n %

Kebiasaan

Merokok

Perokok

Berat 1 100% 0 0% 1 100%

0,194 Perokok

Ringan 12 92.31 1 7.69 13 100%

Tidak

Merokok 65 69.89 28 30.11 93 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui responden yang tidak merokok

dan mengeluh berjumlah 65 responden dengan persentase 69,89%,

sedangkan responden yang tidak merokok dan tidak mengeluh berjumlah 28

responden dengan persentase 30,11%. Untuk responden perokok ringan yang

mengeluh berjumlah 12 orang dengan persentase 92,31%, sedangkan yang

tidak mengeluh berjumlah 1 responden dengan persentase 7,69%. Untuk

responden perokok berat yang mengeluh sebanyak 1 responden dengan

persentase 100% dan tidak ada responden dari perokok berat yang tidak

mengeluh. Nilai P value untuk hubungan variabel kebiasaan merokok dengan

keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta adalah sebesar

Page 121: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

105

0,207. Karena nilai p value lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak

ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan muskuloskeletal

pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

5. Hubungan Kesegaran Jasmani dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Analisis hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan

muskuloskeletal pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.15

Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Variabel Kategori

Keluhan Muskuloskeletal

P value Mengeluh Tidak Mengeluh Total

n % n % n %

Kesegaran

Jasmani

Rendah 15 75% 5 25% 22 100%

0,045 Sedang 42 17,6% 9 82,4% 51 100%

Tinggi 21 58,3% 15 41,7% 36 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dengan

tingkat kesegaran jasmani tinggi yang mengeluh adalah sebesar 58,3%,

responden dengan tingkat kesegaran jasmani sedang yang mengeluh sebesar

17,6% dan 75% responden dengan tingkat kesegaran jasmani yang rendah

mengeluh. Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai p value sebesar 0,045

yang berarti adanya hubungan antara tingkat kesegaran jasmani dengan

keluhan muskuloskeletal.

Page 122: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

106

6. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Muskuloskeletal pada

Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

Analisis hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal

pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.16

Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Variabel Kategori

Keluhan Muskuloskeletal

P value Mengeluh Tidak Mengeluh Total

n % n % n %

Status

Gizi

Gemuk 16 94,1% 1 5,9% 17 100%

0,082 Normal 52 70,3% 22 29,7% 74 100%

Kurus 10 62,5% 6 37,5% 16 100%

Berdasarkan tabel diatas tersebut diperoleh nilai p value sebesar 0,082

yang berarti tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta.

Page 123: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

107

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah dari data primer yang

didapatkan dengan observasi, pengukuran dan kuesioner. Observasi dilakukan

pada mahasiswa untuk mendapatkan data tingkat risiko ergonomi dengan

menggunakan lembar kerja RULA. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan

data antropometri mahasiswa dan untuk data status gizi. Kuesioner disebar

kepada responden untuk mendapatkan data keluhan muskuloskeletal, jenis

kelamin, kebiasaan merokok dan kesegaran jasmani. Setiap penelitian tentunya

terdapat keterbatasan-keterbatasan, penelitian ini juga memiliki keterbatasan-

keterbatasan seperti:

1. Observasi pada mahasiswa sulit dilakukan pada pengambilan gambar dari

segala arah, sehingga hanya didapatkan pada arah-arah tertentu yang

memungkinkan saja.

2. Hasil penelitian untuk variabel keluhan muskuloskeletal bersifat subjektif,

karena hanya diperoleh dari kuesioner nordic body map.

3. Adanya bias dalam pada variabel kebiasaan merokok.

4. Variabel kesegaran jasmani tidak diukur menggunakan metode indeks

kesegaran jasmani.

Page 124: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

108

B. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal

1. Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan

sampai keluhan yang sangat sakit. Hal ini dapat terjadi jika otot menerima

beban status secara berulang dan dalam waktu yang lama, yang dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen atau tendon

(Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 107 mahasiswa FKIK UIN

Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa 78 (72,9%) mahasiswa merasakan

keluhan muskuloskeletal. Keluhan yang dirasakan oleh mahasiswa tersebut

yaitu pegal, kesemutan, kaku dan panas. Berdasarkan kuesioner nordic body

map pada 21 bagian tubuh, keluhan yang paling banyak dirasakan oleh

mahasiswa adalah pada bagian pantat dan punggung yaitu sebesar 56,07%,

keluhan pada pinggang sebesar 51,40% dan keluhan pada leher yaitu sebesar

50,48%.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hazami (2010) bahwa pinggang merupakan keluhan pada pinggang

paling banyak dirasakan. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010)

menyebutkan bahwa keluhan tertinggi yang dirasakan oleh welder juga pada

bagian pinggang yaitu sebesar 60% dan keluhan pada leher yaitu sebesar

57%. Penelitian yang dilakukan oleh Priyono (2007) pada siswa sekolah

dasar menyebutkan bahwa keluhan tertinggi adalah pada bagian leher

Page 125: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

109

(81,7%), pinggang (79,2%), punggung (76,7%), pantat (44,2%). Penelitian

yang dilakukan oleh Wulandari (2011) pada penjahit, menyebutkan bahwa

seluruh penjahit (100%) merasakan keluhan pada pantat, leher dan punggung.

Untuk pekerjaan yang dilakukan dengan kondisi duduk dan postur

yang statis dapat menyebabkan keluhan pada bagian pantat karena fungsi dari

pantat menopang tubuh ketika sedang duduk serta adanya tekanan akibat

berat tubuh (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Berdasarkan

hasil penelitian keluhan pada pantat responden ini diperoleh sebesar 56,07%.

Gambar 6.1

Kondisi Ketika Posisi Duduk

Sumber: Julius dan Martin, 2003 (dalam Priyono, 2007)

Daerah pinggang dan punggung mempunyai fungsi yang sangat

penting untuk tubuh manusia seperti membuat tubuh menjadi tegak, untuk

pergerakan serta untuk melindungi beberapa organ tubuh. Pinggang dan

punggung berfungsi sebagai penyangga sebagian berat tubuh. Fungsi

terpenting dari semuanya dalah sebagai pelindung susuan saraf yang melintas

sepanjang tulang belakang dan organ yang terdapat di rongga perut (Dian,

2009 dalam Hazami, 2010). Keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada

Page 126: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

110

pinggang dapat muncul akibat postur kerja yang tidak ergonomis seperti

melakukan kegiatan yang membungkuk. Pekerjaan menulis atau mencatat di

kelas membuat sering kali membuat mahasiswa membungkuk. Nyeri

pinggang dan punggung sangat berkaitan dengan seringnya mengangkat,

membawa, menarik dan mendorong barang (berat), sering atau lamanya

membengkokkan badan, membungkuk, duduk dan berdiri lama atau postur

batang badan lainnya yang tidak normal (Granjean, 1987). Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh keluhan pada mahasiswa didapatkan keluhan pada

punggung yaitu sebesar 56,07% dan keluhan pada pinggang yaitu 51,40%.

Keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada leher dapat muncul akibat

postur kerja yang tidak ergonomis seperti melakukan kegiatan yang

menunduk, memiringkan atau memutar leher yang terlalu lama (NIOSH,

1997 dalam Zulfiqor, 2010). Pekerjaan menulis atau mencatat di kelas ketika

proses kegiatan belajar mengajar di kelas sering kali membuat mahasiswa

menundukkan kepalanya dan posisi mahasiswa juga terkadang membuat

leher memutar lehernya dalam waktu yang lama. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh keluhan yang dirasakan oleh mahasiswa adalah sebesar 50,48%.

Upaya pencegahan dan minimalisasi timbulnya keluhan

muskuloskeletal saat kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan karena

pencegahan terhadap keluhan muskuloskeletal akan memperoleh manfaat

berupa meningkatkan produktivitas mahasiswa, meningkatkan kualitas

mahasiswa, meningkatkan kesehatan mahasiswa serta kenyamanan

mahasiswa. Upaya yang seharusnya dilakukan adalah dengan melakukan

Page 127: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

111

pengendalian secara teknis seperti mengubah kursi yang digunakan agar

sesuai dengan kondisi tubuh mahasiswa, seperti ketinggian kursi dan

ketinggian meja yang dapat diatur sehingga mahasiswa nyaman dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

Postur statis dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kontraksi

otot pada bagian tertentu yang sesuai dengan sikap tubuh yang dilakukan.

Kondisi seperti ini dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan

keluhan seperti rasa pegal, nyeri, kesemutan atau bahkan dapat menyebabkan

pekerjaan berhenti (James, 2007 dalam Zulfiqor, 2010). Hal ini sejalan

dengan yang dilaporkan oleh European Communities (2008 dalam Zulfiqor,

2010) menyebutkan bahwa sekitar 40% dari keluhan muskuloskeletal

extremitas atas merupakan akibat dari paparan pekerjaan yang dapat

menyebabkan kehilangan waktu kerja sekitar 21%.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 238-239 Allah berfirman yang artinya

“Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah shalat wustha. Berdirila

karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan

takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan.

Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah, sebagaimana

Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang kamu ketahui”(Terjemahan

Q.S. Az-Zumar: 39). Ayat diatas Allah memerintahkan kepada umanya agar

selalu menegakkan shalat dimanapun kita berada. Setiap gerakan shalat

memiliki hikmah tersendiri dan banyak manfaatnya untuk kesehatan

khususnya terkait muskuloskeletal. Gerakan takbiratul ihram bermanfaat

Page 128: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

112

untuk kekuatan otot lengan dan menguatkan persendian. Gerakan ditandai

tulang belakang yang lurus bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi

serta fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf

(Hanafi, 2011).

Oleh karena itu apabila kita selalu mengerjakan perintah shalat, maka

kita sudah termasuk melakukan upaya untuk mencegah terjadinya keluhan

muskuloskeletal

2. Tingkat Risiko Ergonomi

Tingkat risiko ergonomi pada penelitian ini diukur dengan

menggunakan metode Rapid Upper-Limb Extremities Assesment (RULA)

pada bagian tubuh ekstremitas atas seperti leher, punggung, lengan dan bahu

dengan mempertimbangkan durasi, frekuensi dan postur tubuh. Tingkat

risiko ergonomi ini kemudian di kategorikan menjadi 4 level yaitu level 1

jika skor akhir RULA = 1 – 2, level 2 jika skor akhir RULA = 3 – 4, level 3

jika skor akhir RULA 5 – 6 dan level 4 jika skor akhir RULA > 7.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh bahwa lebih banyak responden

berada pada tingkat risiko ergonomi level 3, yaitu sebesar 63,55%.

Banyaknya responden yang mengeluh dari kelompok responden yang berada

pada tingkat risiko ergonomi level 3 ini yaitu sebanyak 79,4%, sedangkan

banyaknya responden yang mengeluh pada tingkat risiko ergonomi level 2

yaitu sebanyak 61,5%. Hal ini dapat dikatakan bahwa lebih banyak

responden yang mengeluh pada tingkat risiko ergonomi level 3 dibandingan

dengan kelompok responden level 2.

Page 129: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

113

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square,

nilai p value pada variabel ini yaitu sebesar 0,045 yang berarti ada hubungan

antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa FKIK UIN Jakarta.

Keseimbangan dari postur tubuh perlu diperhatikan agar seseorang

dapat bekerja dengan aman, nyaman dan tahan lama. Postur tubuh yang tidak

seimbang dan berlangsung lama dalam jangka waktu yang lama akan

mengakibatkan stress postural pada bagian tubuh tertentu (Weiner, 1992

dalam Khaled, 2009).

Tingkat risiko ergonomi salah satu komponen yang dihitung yaitu

postur yang dibentuk oleh tubuh. Semakin jauh postur tubuh yang dibentuk

dari titik normal, maka skor postur dalam tingkat risiko ergonomi juga akan

semakin besar. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa keluhan

terbanyak yang terkait postur yaitu pada pantat, leher, pinggang dan

punggung.

Untuk pekerjaan yang dilakukan dengan kondisi duduk dan postur

yang statis dapat menyebabkan keluhan pada bagian pantat karena fungsi dari

pantat menopang tubuh ketika sedang duduk serta adanya tekanan akibat

berat tubuh (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Keluhan pada

pantat ini juga dapat ditimbulkan karena alas kursi yang terlalu datar dan

tidak membentuk struktur posisi duduk yang seharusnya, yaitu bagian pantat

yang lebih rendah dan bagian mulut alas tempat duduk yang lebih tinggi.

Page 130: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

114

Menurut Sarwono, 2002 (dalam Wulandari, 2011) kemiringan alas

yang optimal adalah 3º - 5º, namun kursi kuliah FKIK UIN Jakarta

kemiringan alasnya hanya 2º. Hal ini menyebabkan tekanan ketika

mahasiswa duduk menjadi tidak merata, yaitu tekanan akan lebih besar pada

bagian pantat dan tekanan pada bagian bawah paha menjadi berkurang,

sehingga timbulnya keluhan pada bagian pantat akan semakin cepat.

Menurut Nurmianto (2008), alas tempat duduk dan sandaran

punggung yang ergonomis sebaiknya dilapisi oleh material yang lunak.

Material lunak ini contohnya yaitu busa. Hal ini ditujukan agar ketika

seseorang duduk dikursi tersebut, orang tersebut merasa nyaman, merasa

empuk dan tidak keras sehingga dapat duduk di kursi tersebut lebih lama dan

memperlambat untuk timbulnya keluhan pada bagian pantat dan punggung.

Sedangkan alas kursi dan sandaran punggung kursi kuliah yang ada di FKIK

UIN Jakarta tidak dilapisi oleh material yang lunak. Tentunya kursi yang

seperti ini dapat mempercepat untuk timbulnya keluhan pada bagian pantat

dan punggung.

Kemiringan alas yang kurang sesuai ditambah dengan tidak

dilapisinya alas dengan material yang lunak tentunya akan dapat

mempercepat timbulnya keluhan muskuloskeletal pada bagian pantat.

Untuk postur punggung, sebagian besar postur responden juga tidak

dalam posisi yang tegak, namun membentuk posisi yang membungkuk, jika

keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama tentunya juga dapat

Page 131: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

115

juga menyebabkan kelelahan pada bagian punggung dan pinggang yang

kemudian dapat mengakibatkan keluhan.

Sandaran kursi yang baik adalah yang dapat menyangga seluruh

bagian punggung, sehingga beban yang ditopang semakin sedikit (Julius dan

Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Sedangkan kondisi kursi yang ada di

FKIK UIN Jakarta tidak menopang seluruh punggung, namun hanya

sebagian bagian punggung. Hal ini dapat menyebabkan tekanan yang tidak

merata yaitu tekanan besar hanya pada bagian bawah punggung.

Menurut Pheasant (1986 dalam Wiranata, 2011), sudut sandaran kursi

yang optimal yaitu beriksar 105º - 115º. Hal ini ditujukan agar sebaran

tekanan beban menjadi lebih merata serta membuat kondisi punggung

menjadi lebih santai dan tidak tegang, sehingga keluhan akan semakin lama

untuk timbul. Sedangkan kondisi sudut sandaran kursi yang ada di FKIK

UIN Jakarta yaitu sebesar 95º. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan

pernyataan diatas, sudut yang terlalu tegak dapat membuat mahasiswa

menjadi lebih tegang, sehingga keluhan muskuloskeletal akan semakin cepat

untuk timbul.

Postur mahasiswa yang cenderung membentuk sudut membungkuk

dan kondisi sandaran kursi yang terlalu rendah serta sudut sandaran kursi

yang kurang optimal tentunya dapat menyebabkan timbulnya keluhan pada

bagian punggung dan pinggang akan semakin cepat.

Untuk postur leher sebagian besar dari responden membentuk sudut

lebih dari 30º dalam posisi menunduk terutama ketika posisi menulis, jika

Page 132: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

116

postur ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama tentunya dapat

mengakibatkan kelelahan pada bagian leher sehingga menyebabkan keluhan

pada bagian leher.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Zulfiqor (2010) pada welder menyebutkan bahwa ada hubungan antara

tingkat risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Kantana (2010) juga menyebutkan bahwa adanya hubungan

antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal.

Adanya hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan

muskuloskeletal, dimungkinkan karena postur yang dibentuk ketika

mahasiswa duduk di kursi kuliah cenderung berbeda-beda, walaupun dengan

kursi yang sama. Postur tubuh yaitu posisi relatif bagian tubuh tertentu pada

saat bekerja yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task

requirements serta ukuran peralatan/benda lainnya yang digunakan pada saat

bekerja (Pulat, 1992). Postur tubuh yang salah dapat mengakibatkan tekanan

atau ketidaknyamanan pada bagian-bagian tertentu sehingga membuat bagian

tersebut menjadi merasakan keluhan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, 63,55% responden merupakan

tingkat risiko ergonomi yang cukup tinggi, yaitu level 3. Untuk mencegah

keluhan muskuloskeletal yang lebih berat pada pekerja, maka diperlukan

investigasi ulang untuk meninjau kembali dan dilakukan pengendalian

secepatnya.

Page 133: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

117

3. Antropometri

Antropometri merupakan suatu kumpulan data numerik yang

berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia mulai dari ukuran,

bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan

masalah desain (Nurmianto, 2008). Data untuk antropometri diperoleh oleh

peneliti dari pengukuran langsung kepada responden penelitian dengan alat

ukur body measurement.

Antropometri dapat mempengaruhi timbulnya keluhan

muskuloskeletal yaitu karena antropometri yang berbeda dapat

mempengaruhi postur tubuh individu. Untuk kursi yang terlalu rendah,

cenderung akan membuat postur individu menjadi membungkuk dan

membuat pergelangan kaki menjadi tidak nyaman. Untuk kursi yang tinggi,

cenderung akan terdapat tekanan pada bagian popliteal (belakang lutut) yang

dapat menyebabkan terganggunya peredaran darah yang mengalir di bagian

kaki, sehingga dapat menyebabkan kesemutan. Hal ini erat kaitannya dengan

dimensi antropometri tubuh no 14. Jika kedalaman kursi terlalu dalam, maka

popliteal cenderung akan tertekan sehingga menyebabkan terganggunya

peredaran darah dan menyebabkan kesemutan pada bagian kaki. Jika

kedalaman kursi terlalu dangkal akan menimbulkan perasaan terjatuh atau

terjungkal dari kursi dan akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada

bagian bawah paha. Hal ini erat kaitannya dengan dimensi antropometri

tubuh no 12. Sandaran kursi yang baik adalah yang dapat menyangga seluruh

bagian punggung, sehingga beban yang ditopang semakin sedikit. Hal ini erat

Page 134: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

118

kaitannya dengan dimensi antropometri tubuh no 8 (Julius dan Martin, 2003

dalam Priyono, 2007).

Untuk antropometri tubuh no 8, tidak dilanjutkan ke dalam analisis

bivariat karena merupaan data yang homogen. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh bahwa seluruh dimensi no 8 responden lebih panjang dibandingkan

dengan tinggi sandaran kursi. Hal ini menyebabkan sandaran tidak berfungsi

untuk menopang seluruh bagian punggung mahasiswa. Jika bagian punggung

tidak tertopang semua, maka tekanan pada tubuh saat duduk hanya ditopang

oleh sebagian punggung, sehingga dapat menyebabkan keluhan

muskuloskeletal pada bagian lain yang tidak tertopang oleh sandaran.

Hal ini diperparah oleh tidak dilapisinya sandaran oleh lapisan lunak,

karena hal tersebut maka keluhan muskuloskeletal akan dapat muncul pada

daerah-daerah tertentu.

Untuk hasil penelitian pada antropometri no 12 diperoleh sebagian

besar responden memiliki ukuran antropometri tubuh no 12 lebih panjang

dibandingkan dengan kedalaman kursi yaitu sebesar 86%. Keluhan kelompok

responden yang memiliki antropometri lebih panjang dibandingkan dengan

kedalaman kursi yaitu sebanyak 73,9% dan kelompok responden yang

memiliki antropometri lebih pendek yaitu sebesar 66,7%.

Hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa persentase keluhan

lebih banyak timbul pada responden memiliki ukuran antropometri no 12

lebih panjang daripada kedalaman kursi.

Page 135: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

119

Nilai p value untuk antropometri no 12 diperoleh sebesar 0,545 yang

berarti bahwa tidak ada hubungan antara antropometri no 12 dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta.

Tidak berhubungannya antropometri no 12 ini dengan keluhan

muskuloskeletal dimungkinkan oleh data antropometri no 12 ini cenderung

homogen, karena diketahui 86% responden yang ukuran antropometri no 12

tubuhnya lebih panjang daripada kedalaman kursi.

Menjadi homogennya data antropometri no 12 dalam penelitian ini

dimungkinkan juga oleh adanya bias saat pengukuran. Bias dalam

pengukuran antropometri ini karena hasil ukur bisa berbeda sehubungan

dengan berbedanya sisi melihat display hasil ukur. Jika display hasil ukur

dilihat dari sisi depan maka hasil ukur akan semakin besar / panjang,

sebaliknya jika display hasil ukur dilihat dari sisi belakang maka hasil ukur

akan semakin kecil / pendek. Bias pengukuran pada pengukuran antropometri

no 12 ini juga dapat terjadi karena responden menarik tuas terlalu dalam

sehingga membuat hasil ukur yang menjadi lebih panjang.

Menurut hasil penelitian 14% responden memiliki antropometri tubuh

no 12 yang lebih pendek daripada kedalaman kursi, yang dapat

memungkinkan bagian belakang lutut menyentuh mulut alas duduk yang

dapat menyebabkan terganggunya peredaran darah yang mengalir ke bagian

kaki. Hal ini juga dapat menyebabkan saat duduk posisi mahasiswa akan

menjadi agak maju dan bagian punggung yang ditopang oleh sandaran kursi

akan semakin sedikit.

Page 136: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

120

Hasil penelitian pada antropometri no 14 diperoleh sebagian besar

responden memiliki ukuran antropometri yang lebih pendek daripada tinggi

kursi yaitu sebesar 72%. Keluhan yang timbul pada kelompok yang

antropometri no 14 lebih panjang daripada tinggi alas kursi yaitu sebanyak

56,7% dan pada kelompok yang memiliki antropometri lebih pendek yaitu

sebesar 79,2%.

Nilai p value pada penelitian ini yaitu sebesar 0,034 yang artinya ada

hubungan antara antropometri no 14 dengan keluhan muskuloskeletal pada

mahasiswa FKIK UIN Jakarta.

Diperolehnya 72% mahasiswa yang memiliki ukuran antropometri

lebih pendek daripada tinggi kursi membuat kaki sebagian besar mahasiswa

menggantung dan membuat bagian bawah paha tertekan serta menghambat

aliran darah ke bagian kaki. Hal ini yang dapat membuat adanya keluhan

pada mahasiswa.

Untuk kursi yang terlalu rendah, cenderung akan membuat postur

individu menjadi membungkuk dan membuat pergelangan kaki menjadi tidak

nyaman (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Kondisi alas kursi

yang rendah dapat membuat postur tubuh menjadi lebih membungkuk,

keadaan ini dapat memicu untuk timbulnya keluhan muskuloskeletal pada

daerah punggung, pinggang dan leher. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa salah satu keluhan tertinggi yaitu keluhan pada

punggung, pinggang dan leher.

Page 137: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

121

Untuk kursi yang terlalu tinggi, cenderung akan terdapat tekanan pada

bagian popliteal (belakang lutut) yang dapat menyebabkan terganggunya

peredaran darah yang mengalir di bagian kaki, sehingga dapat menyebabkan

kesemutan (Julius dan Martin, 2003 dalam Priyono, 2007). Kondisi kursi

yang tinggi juga dapat menjadikan seseorang untuk memajukan posisi duduk

duduk seseorang, sehingga bagian punggung tidak tertopang dengan baik

oleh sandaran jika dibandingkan dengan tidak memajukan posisi duduknya.

Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan tekanan beban tubuh menjadi tidak

merata, yaitu lebih tinggi pada bagian pantat, leher, pinggang dan punggung.

Kondisi ini dapat memicu untuk timbulnya keluhan pada pantat, leher,

pinggang dan punggung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa tingginya keluhan pada bagian pantat, leher, pinggang

dan punggung.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chaiklieng, dkk (2009)

menyebutkan bahwa dimensi antropometri no 12 tidak berhubungan dengan

keluhan muskuloskeletal, sedangkan untuk dimensi lainnya (dimensi no 8,

dan dimensi no 14) berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sadeghi, dkk (2012) pada supir bus di Iran

juga menyebutkan bahwa dimensi antropometri (dimensi no 8, dimensi no 12

dan dimensi no 14) berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal.

4. Jenis Kelamin

Astrand dan Rodahl (1977) dalam Tarwaka dan Sudiadjeng (2004)

menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari

Page 138: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

122

kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan

otot wanita dan keluhan pada wanita lebih sering dijumpai.

Hasil penelitian pada penelitian ini diperoleh bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki berjumlah 36 responden dengan persentase 33,6%.

Sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 71

responden dengan persentase 66,4%. Kemudian diperoleh bahwa jumlah

responden laki-laki yang mengeluh adalah sebesar 23 orang dengan

persentase 63,89%, dan 13 responden yang lainnya tidak mengeluh dengan

persentase 36,11%. Sedangkan responden perempuan yang mengeluh adalah

sebanyak 55 responden dengan persentase 77,46%, dan 16 responden

perempuan yang lain tidak mengeluh yaitu dengan persentase 22,54%.

Nilai p value pada penelitian ini didapatkan sebesar 0,207 yang

artinya tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa.

Berdasarkan analisis bivariat dikatehui bahwa tidak adanya hubungan

antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang

dilakukan oleh Ikrimah (2009 dalam Hazami, 2010) menyatakan bahwa tidak

adanya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal.

Begitu juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hazami (2010)

yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara jenis kelamin

dengan keluhan muskuloskeletal.

Walaupun hasil pada analisis bivariat menyebutkan tidak adanya

hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal, namun hasil

Page 139: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

123

analisis univariat diatas menyebutkan bahwa persentase keluhan pada

perempuan lebih banyak dibandingkan dengan persentase pada laki-laki.

Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan

muskuloskeletal dimungkinkan karena pada penelitian ini merupakan

pekerjaan yang sifatnya statis, bukan pekerjaan yang sifatnya manual

handling yang membutuhkan banyak tenaga. Karena pekerjaan manual

handling tentunya membutuhkan kekuatan otot lebih untuk mengangkat

barang serta menopang berat dari tubuhnya sendiri, sedangkan mahasiswa

ketika kegiatan belajar mengajar dikelas hanya menopang dari berat

tubuhnya sendiri saja.

Asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh seseorang juga dapat

mempengaruhi timbulnya keluhan muskuloskeletal. Asupan nutrisi yang

dimaksud disini yaitu asupan kalsium, apabila seseorang kurang

mengkonsumsi kalsium maka akan menyebabkan pergerakan yang tidak

normal pada seluruh otot lurik dan otot jantung serta dapat mempengaruhi

kekuatan tulang. Hal ini dapat mempengaruhi kelincahan, pengendalian

keseimbangan, gerakan dan kemampuan koordinasi serta kekuatan ketahanan

tulang ketika menerima beban. Jika mahasiswa kurang mengkonsumsi

kalsium, maka akan mungkin untuk terjadinya keluhan muskuloskeletal baik

pada kelompok perempuan maupun kelompok laki-laki.

Kemungkinan lainnya tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan keluhan muskuloskeletal yaitu kemungkinan keluhan

muskuloskeletal yang timbul pada mahasiswa ini dipengaruhi karena faktor-

Page 140: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

124

faktor lain baik yang diteliti oleh peneliti seperti tingkat risiko ergonomi,

antropometri dan kesegaran jasmani atau bahkan faktor-faktor lain yang tidak

diteliti oleh peneliti.

5. Kebiasaan Merokok

Beberapa penelitian membuktikan bahwa meningkatnya keluhan

muskuloskeletal terkait dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.

Semakin lama atau semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula

tingkat keluhan muskuloskeletal yang dirasakan (Tarwaka dan Sudiadjeng,

2004).

Asap rokok mengandung sekitar 4% karbon monoksida (CO)

didalamnya. CO dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar

dibandingkan oksigen. Rokok juga dapat menyebabkan penurunan

kemampuan kerja dengan mengambat aliran oksigen dalam darah. Hal ini

berdampak pada kerusakan yang kronik pada sistem pernapasan yang

berpengaruh pada ventilasi udara di paru-paru dan mengganggu transfer

oksigen dari udara ke dalam darah. Rokok juga mengandung banyak racun

dan bahan kimia lainnya yang bersifat karsinogen yang padat berakibat pada

turunnya kemampuan fisik perokok (Bridger, 2003).

Pada penelitian ini, data untuk kebiasaan merokok diperoleh oleh

peneliti dari kuesioner yang disebar kepada responden penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden tidak

merokok yaitu sejumlah 93 responden dengan persentase 86,9%. Terdapat 13

Page 141: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

125

responden dengan persentase 12,1% yang merupakan perokok ringan dan 1

respoden dengan persentase 0,9% yang merupakan perokok berat.

Berdasarkan tabel analisis hubungan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan muskuloskeletal didapatkan bahwa responden yang tidak

merokok dan mengeluh berjumlah 65 responden dengan persentase 69,89%,

sedangkan responden yang tidak merokok dan tidak mengeluh berjumlah 28

responden dengan persentase 30,11%. Untuk responden perokok ringan yang

mengeluh berjumlah 12 orang dengan persentase 92,31%, sedangkan yang

tidak mengeluh berjumlah 1 responden dengan persentase 7,69%. Untuk

responden perokok berat yang mengeluh sebanyak 1 responden dengan

persentase 100% dan tidak ada responden dari perokok berat yang tidak

mengeluh.

Nilai P value untuk hubungan variabel kebiasaan merokok dengan

keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta diperoleh dari

hasil uji chi-square, yaitu dengan nilai p value sebesar 0,194. Karena nilai p

value lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

antara kebiasaan merokok dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa

FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kantana (2010) pada kegiatan mengemudi yang menyebutkan bahwa tidak

ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan muskuloskeletal.

Hasil penelitian yang diperoleh oleh Satar, dkk (2009), menyebutkan bahwa

Page 142: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

126

ada hubungan antara kebiasaan merokok pekerja dengan timbulnya keluhan

muskuloskeletal pada operator Can Plant.

Walaupun hasil analisis bivariat menyebutkan tidak adanya hubungan

antara kebiasaan merokok dengan keluhan muskuloskeletal, namun

berdasarkan analisis univariat diatas dapat dilihat bahwa persentase keluhan

pada kelompok responden yang tidak merokok lebih kecil dibandingkan

dengan kelompok responden perokok ringan dan perokok berat.

Tidak adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

muskuloskeletal dimungkinkan karena data kebiasaan merokok pada

responden merupakan data yang cenderung homogen, seperti yang sudah

dipaparkan diatas bahwa sebagian besar responden tidak merokok yaitu

sejumlah 93 responden dengan persentase 86,9%.

Kemungkinan lain tidak adanya hubungan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan muskuloskeletal yaitu karena keluhan yang timbul pada

mahasiswa disebabkan karena faktor-faktor lain misalnya tingkat risiko

ergonomi, antropometri dan kesegaran jasmani.

6. Kesegaran Jasmani

Kesegaran tubuh terdiri dari 10 komponen, yaitu: kekuatan (strenght),

daya tahan, kecepatan, kekuatan (power), kelincahan, kelenturan,

keseimbangan, koordinasi, ketepatan dan waktu reaksi. Kesepuluh komponen

tersebut dapat diperkuat melalui kebiasaan olahraga. Istirahat sangat

dibutuhkan bagi tubuh untuk membangun kembali otot – otot setelah

aktivitas sebanyak kebutuhan aktivitas yang ada di dalam perangsangan

Page 143: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

127

pertumbuhan otot itu sendiri (Suharjana, 2008 dalam Swasta, 2011). Bagi

pekerja dengan kesegaran jasmani yang rendah, risiko keluhan menjadi tiga

kali lipat dibandingan yang memiliki kekuatan fisik tinggi (Suriyatmini,

2011).

Dalam penelitian ini, kesegaran jasmani diperoleh berdasarkan

kebiasaan olahraga dan kebiasaan tidur. Kebiasaan olahraga yang dimaksud

adalar rutin jika minimal sekali seminggu olahraga dan tidak rutin jika

kurang dari sekali seminggu. Kebiasaan tidur yang dimaksud yaitu cukup jika

tidur diatas 7 jam sehari dan kurang jika kurang dari 7 jam sehari.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kesegaran

jasmani responden yang baik berjumlah 36 responden dengan persentase

33,6%, responden yang tingkat kesegaran jasmaninya sedang berjumlah 51

responden dengan persentase 47,7%, sedangkan responden dengan tingkat

kesegaran jasmani yang kurang berjumlah 20 reponden dengan persentase

18,7%.

Dan dapat diketahui juga bahwa responden yang tingkat kesegaran

jasmaninya tinggi dan mengeluh adalah sebanyak 14 orang dengan

persentase 38,89% sedangkan responden yang tingkat kesegaran jasmaninya

tinggi dan tidak mengeluh adalah sebanyak 22 responden dengan persentase

61,11%. Untuk responden yang tingkat kesegaran jasmaninya sedang dan

mengeluh diketahui sebanyak 46 orang dengan persentase 90,20%,

sedangkan responden yang tingkat kesegaran jasmaninya sedang dan tidak

mengeluh yaitu sebanyak 5 responden dengan persentase 9,80%. Untuk

Page 144: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

128

responden yang tingkat kesegaran jasmaninya rendah didapatkan 20 orang

mengeluh dengan persentase 90,91%, dan responden yang tingkat kesegaran

jasmaninya rendah tetapi tidak mengeluh didapatkan sebanyak 2 orang

dengan persentase 9,09%.

Hasil penelitian diatas dapat katakan bahwa persentase keluhan lebih

rendah pada responden yang tingkat kesegaran jasmaninya baik jika

dibandingkan dengan kelompok responden tingkat kesegaran jasmani

lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji chi-square,

didapatkan nilai p value 0,045 yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa

FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

Mahasiswa yang tidak rutin olahraga tentunya 10 komponen berikut

yaitu kekuatan (strenght), daya tahan, kecepatan, kekuatan (power),

kelincahan, kelenturan, keseimbangan, koordinasi, ketepatan dan waktu

reaksi akan semakin berkurang (Suharjana, 2008 dalam Swasta, 2011). Jika

mahasiswa tidak rutin olahraga, akan membuat 10 komponen ini akan

melemah, sehingga waktu untuk timbulnya keluhan akan menjadi semakin

cepat.

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk membangun

kembali otot – otot setelah aktivitas sebanyak kebutuhan aktivitas yang ada di

dalam perangsangan pertumbuhan otot itu sendiri (Suharjana, 2008 dalam

Swasta, 2011). Seseorang yang kurang tidur, akan cenderung menjadi cepat

Page 145: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

129

lelah, sehingga keluhan yang timbul akan menjadi lebih cepat dibandingkan

dengan seseorang yang cukup tidurnya.

Kondisi fisik seseorang yang kurang segar yang dilihat dari kebiasaan

tidur dan kebiasaan olahraga diatas ditambah dengan risiko ergonomi

mahasiswa yang sebagian besar pada level 3 dan kondisi beberapa

antropometri tubuh mahasiswa yang tidak ter-cover oleh kursi kuliah

tentunya akan dapat mempercepat atau bahkan dapat menambah keluhan

muskuloskeletal yang dirasakan oleh mahasiswa.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Zulfiqor (2010) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara

kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal. Berdasarkan sebuah

studi yang dilakukan oleh Evans (1996 dalam Zulfiqor, 2010) yang dilakukan

terhadap 10 pekerja yang telah berusia tua, didapatkan bahwa olahraga telah

terbukti efektif meningkatkan daya tahan otot tubuh seseorang. Hal ini

disebabkan oleh karena adanya kenaikan 128% kapasitas oksigen pada otot

akibat olahraga yang dilakukan setiap hari selama 12 pekan.

Adanya hubungan antara tingkat kesegaran jasmani dengan keluhan

muskuloskeletal dimungkinkan responden yang tidak mengeluh melakukan

kebiasaan olahraga yang rutin dan memiliki kebiasaan tidur cukup sehingga

membuat kondisi fisik mahasiswa tersebut menjadi lebih baik serta membuat

keluhan muskuloskeletal tidak atau belum muncul saat penelitian.

Page 146: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

130

7. Status Gizi

Kaitan IMT dengan keluhan muskuloskeletal yaitu semakin gemuk

seseorang maka akan semakin besar risiko untuk timbulnya keluhan

muskuloskeletal. Hal ini disebabkan seseorang dengan kelebihan berat badan

akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan

mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus,

akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang

mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE, 1998 dalam

Zulfiqor, 2010). Keluhan otot rangka yang terkait dengan ukuran tubuh lebih

disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima

beban, baik beban tubuhnya maupun berat tambahan yang lainnya (Tarwaka

dan Sudiadjeng, 2004).

Vessy dkk (1990 dalam (Syafitri, 2010) mengemukakan bahwa

wanita yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat lebih besar dibandingkan

dengan wanita yang kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, dkk (1994 dalam

Syafitri, 2010) yang menyatakan bahwa pasien gemuk (obesitas dengan IMT

> 29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingan dengan yang kurus

(IMT <20), khususnya untuk otot laki-laki.

Data status gizi ini diperoleh oleh peneliti dengan pengukuran tinggi

dan berat badan responden secara langsung kepada responden dengan

menggunakan stand-body measurements dan timbangan.

Dalam hasil penelitian dapat dilihat bahwa status gizi mahasiswa

terbagi atas 3 kelompok yaitu responden yang kurus, responden yang normal

Page 147: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

131

dan responden yang gemuk. Responden dengan status gizi yang kurus

berjumlah sebanyak 16 reponden dengan persentase 15,0%, responden

dengan status gizi normal berjumlah sebanyak 74 orang dengan persentase

69,2% sedangkan responden dengan status gizi yang gemuk yaitu sebanyak

17 responden dengan persentase 15,9%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji

chi-square, didapatkan nilai p value sebesar 0,082 yang berarti bahwa tidak

ada hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Syafitri (2010) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara status

gizi dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang dilakukan oleh

Hestbeck (2006 dalam Kantana, 2010) juga menyebutkan bahwa tidak ada

hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal.

Walaupun tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan

muskuloskeletal, namun dalam hasil penelitian analisis univariat didapatkan

bahwa persentase keluhan pada kelompok gemuk lebih besar dibandingkan

dengan kelompok kurus dan normal.

Tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan

muskuloskeletal dimungkinkan karena sebagian besar data status gizi yaitu

sebesar 69,2% terdapat pada kategori normal dan hanya dengan persentase

kecil pada kelompok lainnya, sehingga data untuk status gizi ini cenderung

homogen.

Page 148: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

132

Tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan

muskuloskeletal juga dapat dimungkinkan karena timbulnya keluhan

muskuloskeletal yang disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti tingkat risiko

ergonomi, antropometri, kesegaran jasmani, dll.

Walaupun tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan

muskuloskeletal, namun alangkah baiknya jika mahasiswa yang memiliki

status gizi kurus dan gemuk dapat terus menjaga kesehatannya dalam rangka

upaya preventif.

Page 149: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

133

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pada penelitian ini, maka diperoleh simpulan sebagai

berikut:

1. Dimensi kedalaman alas kursi kuliah FKIK UIN Jakarta sudah nyaman bagi

sebagian besar mahasiswa. Sedangkan untuk dimensi sandaran kursi, sudut

sandaran kursi, tinggi kursi, sudut kemiringan kursi kuliah FKIK UIN Jakarta

tidak nyaman untuk sebagian besar mahasiswa.

2. Sebagian besar responden merasakan keluhan muskuloskeletal (72,9%),

keluhan terbanyak dirasakan oleh responden adalah pada bagian pantat dan

punggung (56,07%,), pinggang (51,40%) dan keluhan pada leher (50,48%).

3. Skor tingkat risiko ergonomi sebagian besar (63,55%) mahasiswa berada

pada level 3 berarti perlu penyelidikan lebih lanjut serta perlu dilakukannya

perubahan pada kursi kuliah. Sandaran kursi tidak dapat menopang secara

baik seluruh bagian punggung untuk seluruh (100%) mahasiswa. Kedalaman

alas kursi sudah nyaman untuk sebagian besar (86%) mahasiswa. Ketinggian

alas kursi tidak nyaman untuk sebagian besar (72%) mahasiswa. Sebagian

besar responden adalah perempuan (66,4%), tidak merokok (86,9%), dengan

tingkat kesegaran jasmani sedang (47,7%) dan memiliki status gizi normal

(69,2%).

Page 150: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

134

4. Ada hubungan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan

muskuloskeletal (P value = 0,045). Ada hubungan antara antropometri no 14

(tinggi duduk) dengan keluhan muskuloskeletal (P value = 0,034). Ada

hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal (P value

= 0,045).

5. Tidak ada hubungan antara antropometri no 8 (tinggi bahu) dengan keluhan

muskuloskeletal. Tidak adanya hubungan antara antropometri no 12 (panjang

paha) dengan keluhan muskuloskeletal (P value = 0,545). Tidak adanya

hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal (P value =

0,207). Tidak adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

muskuloskeletal (P value = 0,194). Tidak adanya hubungan antara status gizi

dengan keluhan muskuloskeletal (P value = 0,082).

B. Saran

1. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta

Untuk mencegah, menanggulangi atau mengurangi keluhan

muskuloskeletal pada mahasiswa, maka perlu dilakukan pengendalian

dengan cara mengganti kursi kuliah yang lebih ergonomis yaitu sebagai

berikut:

a. Menggunakan kursi yang lebih rendah sesuai dengan antropometri

mahasiswa

b. Merubah sudut sandaran kursi menjadi 100⁰ - 110⁰

Page 151: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

135

c. Menggunakan kursi yang dapat menopang seluruh bagian punggung

mahasiswa

d. Merubah sudut kemiringan alas menjadi 3º - 5º

e. Menggunakan kursi yang alas dan sandaran kursinya dilapisi oleh lapisan

lunak seperti busa

2. Bagi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta

1. Disarankan untuk mahasiswa untuk tidur cukup dan rutin olahraga.

2. Disarankan untuk mahasiswa agar rutin berganti posisi berkala sebelum

keluhan timbul.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Diharapkan untuk mengidentifikasi keluhan muskuloskeletal secara

medis untuk memperoleh data yang lebih objektif.

2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian untuk

mendapatkan dimensi kursi kuliah yang ergonomis untuk mahasiswa

FKIK UIN Jakarta.

Page 152: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

136

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Cetakan

keempat

Aprilia, Melissa. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terkait Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) pada Pekerja Konstruksi PT. Waskita Karya di Proyek Fasilitas

Rekreasi dan Olahraga Boker Ciracas Tahun 2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Ariani, Tati. 2009. Gambaran Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam Pekerjaan

Manual Handling pada Buruh Angkut Barang (Porter) di stasiun Kereta Jatinegara pada

Tahun 2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Aryanto, Pongki Dwi. 2008. “Gambaran Risiko Ergonomi dan Keluhan Gangguan

Muskuloskeletal pada Penjahit Sektor Usaha Informal”. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Atwood, Dennis A, dkk. 2004. Ergonomics Solution for the Industries. UK: Elsevier, inc.

Bridger, Robert S. 2003. Introduction to Ergonomics. UK: Taylor and Francis. Second Edition.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Budiasih, Komang Ayu Silvia. 2011. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Karyawan di PT Amoco Mitsui Indonesia Tahun 2011”. Skripsi, Fakultas Kedokteran,

Fakultas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Jakarta.

Chaiklieng, Sunisa, dkk., 2009. “Work Environment Hazard for Musculoskeletal Disorders

Among University Office Workers in Khonkaen Thailand”

Cohen, Alexander L, dkk. 1997. Elements of Ergonomics Programs. A PrimerBased on

Workplace Evaluation of Musculoskeletal Disorders. Amerika: U.S Departement of

Health and Human Service. NIOSH

Deros, Baba Md, dkk., 2011. “An Ergonomics Study on Assembly Line Workstation Design”.

American Journal of Applied Sciences 8 (11) : 1195-1201

Dewi, Nur Fadilah. 2008. “Tinjauan Risiko Ergonomi Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

Aktifitas Perawat IGD Rumah Sakit Tria Dipa Tahun 2008”. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Page 153: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

137

Hanafi. 2010. Manfaat Gerakan Sholat Untuk Kesehatan Tubuh. http://www.republika.co.id/

berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/08/08/ lplo1n-hasil-riset-gerakan-shalat-yang -

benar-ternyata-menyehatkan. Akses 1 oktober 2012

Hazami, Eka Wahyuni. 2010. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan

Muskuloskeletal Disorders (MSDs) pada Perawat di Unit ICU RSUP Fatmawati Jakarta

Tahun 2010”. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan

Kantana, Trimunggara. 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain pada

Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun

2010”. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan

Karuniasih. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko dan Keluhan Subjektif Terhadap Timbulnya

Muskuloskeletal Disorders pada pengemudi Travel X-Trans Trayek Jakarta – Bandung

Tahun 2009”. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok

Khaled, Thoha. 2009. “Analisis Risiko Ergonomi dan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper

Liimb Extrimities Akibat Penggunaan Laptop pada Mahasiswa S1 FKM UI Tahun

2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Kumar, Shrawan. 1999. Biomechanics in Ergonomics. UK: Taylor and Francis

Kurniawati, Ita. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap

Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Pabrik Proses Finishing di

Departemen PPC PT Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur Tahun

2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Lemeshow, Stanley, dkk. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, terj. Dibyo Pramono.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Lu, Jinky Leilanie Del Prado. 2004. “Risk Factors to Musculoskeletal Disorders and

Anthropometric Measurements of Filipino Manufacturing Workers”. International

Journal of Occupational Safety and Ergonomics (JOSE), Vol. 10, No. 4 : 349-359

Maijunidah, Emi. 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada Pekerja Assembling PT X Bogor Tahun 2010”. Skripsi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Tangerang Selatan

McAtamney, Lynn dan Sue Higneet. 2005. Rapid Entire Body Assessment. CRC Press.

Page 154: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

138

Muliani, Rima. 2008. Tinjauan Kesesuaian Penggunaan Kursi Kantor Berdasarkan Data

Pengukuran Antropometri Statis Duduk Karyawan di Main Office PT. X Tahun 2008”.

Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Munir, Syahrul. 2008. “Tingkat Pajanan Ergonomi Manual Handling dan Keluhan

Musculoskeletal pada Departemen Water Pump PT. X Tahun 2008”. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Cetakan Kedua

Octarisya, Mega. 2009. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terhadap Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) pada Aktifitas Manual Handling di Departemen Operasional HLPA

Station PT. Repex Tahun 2009”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia, Depok.

Pheasant, Stephen. 2003. Bodyspace, Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work.

London: Taylor and Francis. Second edition.

Pulat, B. Mustafa. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey: Prentice Hall, inc.

Priyono, Ari. 2007. “Perancangan Ulang Meja dan Kursi Belajar Ditinjau dari Aspek Ergonomi.

Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Putz-Anderson, Vern, dkk., 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors.

Sadeghi, Nasrin, dkk., 2012. “The Relationships Between Musculoskeletal Disorders and

Anthropometric Indices in Public Vehicle Drivers”, International Journal of

Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, Vol. 4 No, 6, p. 1173-

1184

Satar, Yuli Prapancha, dkk. 2009. “Hubungan Faktor Pekerjaan dan Faktor Pekerja Terhadap

Keluhan Musculoskeletal Disorders”. National Conference on Applied Ergonomis 2010.

Hal 139 – 143.

Shofwati, iting dan Yuli Prapanca Satar. 2009. Hygiene Industri. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Stanton, Neville, dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. USA: CRC

Press.

Page 155: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

139

Su, Rail. 2011. “Ergonomi dan Islam”. ergonomi-fit.blogspot.com/2011/08/ergonomi-dan-

islam.html, akses 20 May 2012

Subagya, Anang. 2010. Pengaruh Stasiun Kerja Terhadap Keluhan Otot-otot Skeletal Pekerja

Laki-laki pada Kantor Administrasi Dokumen Building PT. Krakatau Steel Cilegon.

Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suhardi, Bambang. 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta: Direktorat

Pembinaan SMK

Sung, Connie Y. Y., dkk., 2003. “Physical and Pshychosocial Factors in Display Screen

Equipment Assessment, Hong Kong Journal of Occupational Therapy.

Suma’mur, P.K. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung

Suriyatmini, Septina. 2010. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terhadap keluhan

Muskuloskeletal pada Aktivitas Manual Handling pada Pekerja di Bagian Produksi

PTMI Tahun 2010. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,

Depok.

Tarwaka, Solichul Bakri dan Liliek Sudiadjeng. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan

Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

Tresnaningsih, Erna. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. Jakarta:

Pusat Kesehatan Kerja Setjen Depkes RI.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.

Wiranata, Edi. 2011. “Redesain Kursi Kuliah Ergonomis dengan Pendekatan Anthopometri”.

Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Wulandari, Dasri. 2011. “Pengaruh Perbaikan Kursi Kerja Terhadap Keluhan Muskuloskeletal

pada Pekerjaan menjahit di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten”.

Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Yassierli. 2008. “Peningkatan Kinerja dan Ergonomi”. http://www.ergoinstitute.com/artikel/26-

artikel-dari-narasumber/24-artikel-2.html akses 4 Juni 2012

Zulfiqor, Muhammad Taufik. 2010. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders pada Welder di bagian Fabrikasi PT Caterpillar Indonesia

Tahun 2010”. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan

Page 156: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

Informed Consent

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalaamualaikum wr wb

Saya Abu Zar, mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) bermaksud akan melakukan penelitian mengenai ”Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper Limb Extremities Mahasiswa Ketika

Proses Belajar Mengajar di Kelas FKIK UIN Jakarta Tahun 2012”. Penelitian ini merupakan

tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Responden diharapkan dapat ikut serta dalam seluruh rangkaian pengambilan data untuk

tercapainya penelitian ini, rangkaian pengambilan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengambilan gambar untuk postur tubuh

2. Pengisian kuesioner

3. Pengukuran beberapa dimensi tubuh, tinggi badan dan berat badan

Partisipasi responden bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk ikut serta atau

tidak dalam rangkaian ini. Untuk itu Saya mohon kiranya Anda dapat meluangkan waktunya

untuk dapat mengikuti seluruh rangkaian pengambilan data penelitian tersebut.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

No Telp :

Prodi :

Bersedia secara sukarela untuk menjadi responden penelitian dengan judul ”Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal (Upper Limb Extremities) pada Mahasiswa

Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas FKIK UIN Jakarta Tahun 2012”. Telah membaca

penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan sadar akan manfaat dan adanya risiko

yang mungkin terjadi dalam penelitian ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan Anda

menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda menjadi amal

ibadah yang bernilai di sisi-Nya. Amiin... Demikian pernyataan penjelasan ini saya buat dengan

sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. Wassalaamu’alaikum wr wb

Jakarta,

Peneliti Yang membuat pernyataan

Abu Zar (.............................................)

Tanda tangan dan nama terang

Nomor Responden :

Page 157: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

Kuesioner

No A. Karakteristik Responden (Diisi oleh peneliti)

A1 Nama Lengkap Responden ________________________

______________________________________________

A2 Program studi

a. Kesmas b. Farmasi

c. PSPD d. PSIK

A3 Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

A4 Usia Responden _________ Tahun

A5 Apakah Anda memiliki riwayat penyakit yang terkait tulang

(seperti retak/patah tulang, spinal stenosis, sakit degenerative

disc, spondylosis, spondylollisthesis, dll) sebelumnya?

a. Ya b. Tidak

No B. Keluhan MSDs (Diisi oleh peneliti)

B1 Apakah ada keluhan pada otot rangka (seperti pegal,

kesemutan, nyeri, panas atau sakit) sebelum Anda duduk di

kursi kuliah FKIK?

a. Ya b. Tidak

B2 Apakah ada keluhan pada otot rangka (seperti pegal,

kesemutan, nyeri, panas atau sakit) ketika Anda duduk di

kursi kuliah FKIK?

b. Ya b. Tidak (langsung ke pertanyaan C)

B3 Keluhan pada bagian mana saja (lihat gambar dibawah) yang

Anda rasakan ketika duduk di kursi kuliah FKIK? (isi pada

no B2a)

Page 158: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

No BagianTubuh

Keluhan

Keluhan yang dirasakan Ya Tidak

B2a Pantat 1

B2b Paha 2,3

B2c Lutut 4, 5

B2d Betis 6, 7

B2e Pergelangan kaki 8, 9

B2f Telapak kaki 10, 11

B2g Pinggang 12

B2h Lengan kiri atas 13

B2i Lengan kanan atas 14

B2j Bahu kiri 15

B2k Bahu kanan 16

B2l Bahu tengah 17

B2m Leher 18

B2n Lengan kiri bawah 19

B2o

Lengan kanan

bawah 20

B2p Punggung 21

Page 159: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

No B. Keluhan MSDs (Diisi oleh peneliti)

B3 Kapan keluhan yang Anda rasakan tersebut biasanya timbul?

(jawaban boleh lebih dari 1)

a. Saat duduk di kursi kuliah

b. Setelah duduk di kursi tersebut

c. Malam hari

B4 Seberapa sering keluhan tersebut Anda rasakan?

a. Setiap kali duduk

b. 1 – 3 kali seminggu

c. 1 – 3 kali sebulan

B5 Apa yang Anda lakukan ketika merasakan keluhan tersebut?

_______________________________________________

No C. Kebiasaan merokok (Diisi oleh peneliti)

C1 Apakah Anda perokok?

a. Ya b. Tidak (langsung ke pertanyaan C4)

C2 Sudah berapa lama Anda merokok? ________ tahun

C3 Berapa batang rokok yang Anda habiskan setiap hari?

____________ batang rokok

C4 Apakah sebelumnya Anda pernah merokok?

a. Ya b. Tidak (langsung ke pertanyaan D1)

C5 Kapan terakhir Anda merokok? _______ bulan yang lalu

C6 Saat itu, sudah berapa lama Anda merokok? ______ tahun

C7 Berapa batang rokok yang Anda habiskan setiap hari pada

saat itu? ___________ batang rokok

Terima kasih atas partisipasinya, semoga Allah membalas kebaikan Anda

Page 160: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

Lembar Observasi

No D. Kesegaran Jasmani (Diisi oleh peneliti)

D1 Waktu naik turun tangga harvard step test

D2 Denyut nadi pertama

No E. Status Gizi (Diisi oleh peneliti)

E1 Tinggi badan ________ cm (ex: 170,0 cm)

E2 Berat badan _________ kg (ex: 50,58 kg)

No F. Antropometri (Diisi oleh peneliti)

F1 Dimensi no 8 _________ cm

F2 Dimensi no 9 _________ cm

F3 Dimensi no 12 _________ cm

F4 Dimensi no 14 _________ cm

F5 Dimensi no 15 _________ cm

F6 Dimensi no 16 _________ cm

No G. Tingkat Risiko Ergonomi (Diisi oleh peneliti)

G1 Durasi duduk _______ menit

G2 Skor akhir RULA

Page 161: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK
Page 162: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK
Page 163: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

Lembar Observasi Area Kerja

No Dimensi Kursi cm

1 Tinggi Sandaran Kursi

2 Tinggi Siku Duduk

3 Kedalaman Kursi

4 Tinggi Kursi

5 Lebar Sandaran Kursi

6 Lebar Alas Kursi

Page 164: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

A. Univariat

1. Keluhan Muskuloskeletal

a) Keluhan Kumulatif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid mengeluh 78 72.9 72.9 72.9

tidak mengeluh 29 27.1 27.1 100.0

Total 107 100.0 100.0

b) Pantat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 60 56.1 56.1 56.1

tidak 47 43.9 43.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

c) Paha Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 32 29.9 29.9 29.9

tidak 75 70.1 70.1 100.0

Total 107 100.0 100.0

d) Paha Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 33 30.8 30.8 30.8

tidak 74 69.2 69.2 100.0

Total 107 100.0 100.0

e) Lutut Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 29 27.1 27.1 27.1

tidak 78 72.9 72.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

Page 165: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

f) Lutut Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 30 28.0 28.0 28.0

tidak 77 72.0 72.0 100.0

Total 107 100.0 100.0

g) Betis Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 28 26.2 26.2 26.2

tidak 79 73.8 73.8 100.0

Total 107 100.0 100.0

h) Betis Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 30 28.0 28.0 28.0

tidak 77 72.0 72.0 100.0

Total 107 100.0 100.0

i) Pergelangan Kaki Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 17 15.9 15.9 15.9

tidak 90 84.1 84.1 100.0

Total 107 100.0 100.0

j) Pergelangan Kaki Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 17 15.9 15.9 15.9

tidak 90 84.1 84.1 100.0

Total 107 100.0 100.0

Page 166: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

k) Telapak Kaki Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 15 14.0 14.0 14.0

tidak 92 86.0 86.0 100.0

Total 107 100.0 100.0

l) Telapak Kaki Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 14 13.1 13.1 13.1

tidak 93 86.9 86.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

m) Pinggang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 55 51.4 51.4 51.4

tidak 52 48.6 48.6 100.0

Total 107 100.0 100.0

n) Lengan Kiri Atas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 25 23.4 23.4 23.4

tidak 82 76.6 76.6 100.0

Total 107 100.0 100.0

o) Lengan Kanan Atas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 27 25.2 25.2 25.2

tidak 80 74.8 74.8 100.0

Total 107 100.0 100.0

Page 167: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

p) Bahu Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 32 29.9 29.9 29.9

tidak 75 70.1 70.1 100.0

Total 107 100.0 100.0

q) Bahu Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 33 30.8 30.8 30.8

tidak 74 69.2 69.2 100.0

Total 107 100.0 100.0

r) Bahu Tengah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 32 29.9 29.9 29.9

tidak 75 70.1 70.1 100.0

Total 107 100.0 100.0

s) Leher

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 54 50.5 50.5 50.5

tidak 53 49.5 49.5 100.0

Total 107 100.0 100.0

t) Lengan Kiri Bawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 23 21.5 21.5 21.5

tidak 84 78.5 78.5 100.0

Total 107 100.0 100.0

Page 168: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

u) Lengan Kanan Bawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 26 24.3 24.3 24.3

tidak 81 75.7 75.7 100.0

Total 107 100.0 100.0

v) Punggung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 60 56.1 56.1 56.1

tidak 47 43.9 43.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

2. Tingkat Risiko Ergonomi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid level 3 39 36.4 36.4 36.4

level 2 68 63.6 63.6 100.0

Total 107 100.0 100.0

3. Antropometri

a) Antropometri No. 8 (Tinggi Bahu)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak ter-cover 107 100.0 100.0 100.0

b) Antropometri No. 12 (Panjang Pantat)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak ter-cover 15 14.0 14.0 14.0

tercover 92 86.0 86.0 100.0

Total 107 100.0 100.0

Page 169: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

c) Antropometri No. 14 (Tinggi Duduk)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak ter-cover 77 72.0 72.0 72.0

tercover 30 28.0 28.0 100.0

Total 107 100.0 100.0

4. Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid perempuan 71 66.4 66.4 66.4

laki-laki 36 33.6 33.6 100.0

Total 107 100.0 100.0

5. Kebiasaan Merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid berat 1 .9 .9 .9

ringan 13 12.1 12.1 13.1

tidak merokok 93 86.9 86.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

6. Kesegaran Jasmani

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid kurang 20 18.7 18.7 18.7

sedang 51 47.7 47.7 66.4

baik 36 33.6 33.6 100.0

Total 107 100.0 100.0

7. Status Gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid gemuk 17 15.9 15.9 15.9

nomal 74 69.2 69.2 85.0

kurus 16 15.0 15.0 100.0

Total 107 100.0 100.0

Page 170: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

B. Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

TRE_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%

A12_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%

A14_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%

JK_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%

rokok_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%

TKJ_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%

SG_new * keluhan_new 107 100.0% 0 .0% 107 100.0%

1. Tingkat Risiko Ergonomi

Crosstab

24 15 39

61.5% 38.5% 100.0%

54 14 68

79.4% 20.6% 100.0%

78 29 107

72.9% 27.1% 100.0%

Count

% within TRE_new

Count

% within TRE_new

Count

% within TRE_new

level 3

level 2

TRE_new

Total

mengeluh

tidak

mengeluh

keluhan_new

Total

Chi-Square Tests

4.008b 1 .045

3.154 1 .076

3.917 1 .048

.070 .039

3.970 1 .046

107

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 10.

57.

b.

Page 171: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

2. Antropometri

a) Antropometri No. 8 (Tinggi Bahu)

Crosstab

10 5 15

66.7% 33.3% 100.0%

68 24 92

73.9% 26.1% 100.0%

78 29 107

72.9% 27.1% 100.0%

Count

% within A12_new

Count

% within A12_new

Count

% within A12_new

tidak ter-cov er

tercov er

A12_new

Total

mengeluh

tidak

mengeluh

keluhan_new

Total

Chi-Square Tests

.343b 1 .558

.074 1 .785

.331 1 .565

.545 .381

.340 1 .560

107

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

1 cells (25.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 4.

07.

b.

b) Antropometri No. 12 (Tinggi Duduk)

Crosstab

61 16 77

79.2% 20.8% 100.0%

17 13 30

56.7% 43.3% 100.0%

78 29 107

72.9% 27.1% 100.0%

Count

% within A14_new

Count

% within A14_new

Count

% within A14_new

tidak ter-cov er

tercov er

A14_new

Total

mengeluh

tidak

mengeluh

keluhan_new

Total

Page 172: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

c) Antropometri No. 14 (Panjang Pantat)

Chi-Square Tests

5.558b 1 .018

4.476 1 .034

5.285 1 .022

.028 .019

5.507 1 .019

107

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 8.

13.

b.

3. Jenis Kelamin

Crosstab

55 16 71

77.5% 22.5% 100.0%

23 13 36

63.9% 36.1% 100.0%

78 29 107

72.9% 27.1% 100.0%

Count

% within JK_new

Count

% within JK_new

Count

% within JK_new

perempuan

laki-laki

JK_

new

Total

mengeluh

tidak

mengeluh

keluhan_new

Total

Chi-Square Tests

2.228b 1 .135

1.594 1 .207

2.173 1 .140

.169 .104

2.208 1 .137

107

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 9.

76.

b.

Page 173: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

4. Kebiasaan Merokok

Crosstab

1 0 1

100.0% .0% 100.0%

12 1 13

92.3% 7.7% 100.0%

65 28 93

69.9% 30.1% 100.0%

78 29 107

72.9% 27.1% 100.0%

Count

% within rokok_new

Count

% within rokok_new

Count

% within rokok_new

Count

% within rokok_new

berat

ringan

tidak merokok

rokok_new

Total

mengeluh

tidak

mengeluh

keluhan_new

Total

Chi-Square Tests

3.276a 2 .194

4.195 2 .123

3.163 1 .075

107

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is .27.

a.

5. Kesegaran Jasmani

Crosstab

15 5 20

75.0% 25.0% 100.0%

42 9 51

82.4% 17.6% 100.0%

21 15 36

58.3% 41.7% 100.0%

78 29 107

72.9% 27.1% 100.0%

Count

% within TKJ_new

Count

% within TKJ_new

Count

% within TKJ_new

Count

% within TKJ_new

kurang

sedang

baik

TKJ_new

Total

mengeluh

tidak

mengeluh

keluhan_new

Total

Page 174: Skripsi - Abu Zar - 108101000006 - FKIK

Chi-Square Tests

6.218a 2 .045

6.108 2 .047

3.000 1 .083

107

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The

minimum expected count is 5.42.

a.

6. Status Gizi

Crosstab

16 1 17

94.1% 5.9% 100.0%

52 22 74

70.3% 29.7% 100.0%

10 6 16

62.5% 37.5% 100.0%

78 29 107

72.9% 27.1% 100.0%

Count

% within SG_new

Count

% within SG_new

Count

% within SG_new

Count

% within SG_new

gemuk

nomal

kurus

SG_new

Total

mengeluh

tidak

mengeluh

keluhan_new

Total

Chi-Square Tests

5.009a 2 .082

6.193 2 .045

4.223 1 .040

107

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 4.34.

a.