fathmah syafiqoh-fkik

Upload: fitrahtunnisah-msss

Post on 05-Jul-2018

282 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    1/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    2/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    3/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    4/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    5/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    6/107

    viii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRAK

    Nama : Fathmah Syafiqoh

    Program Studi : Farmasi

    Judul Skripsi : Analisis Gelatin Sapi dan Gelatin babi pada Produk 

    Cangkang Kapsul Keras Obat dan Vitamin Menggunakan

    FTIR dan KCKT

    Gelatin sering digunakan secara luas dalam industri farmasi pada pembuatan

    cangkang kapsul keras. Penggunaan gelatin pada cangkang kapsul kerasmenimbulkan kontroversi karena adanya kekhawatiran konsumen mengenai

    kehalalan sumber gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

    gelatin sapi dan gelatin babi pada cangkang kapsul keras dengan FTIR

    (Fourier Transform Infared Spectroscopy) dan KCKT (Kromatografi Cair

    Kinerja Tinggi). Analisis Komposisi asam amino pada cangkang kapsul keras

    dilakukan dengan KCKT, sampel dihidrolisis terlebih dahulu dengan HCl 6N

    kemudian diderivatisasi menggunakan AQC (Aminokuinolil-N-

    hidroksisuksini-midil karbamat). Analisis gugus fungsi pada sampel cangkang

    kapsul keras dilakukan dengan FTIR, sampel diekstraksi terlebih dahulu

    menggunakan aseton dingin pada suhu -20oC lalu dianalisis dengan alat FTIR

    pada panjang gelombang 4000-750cm-1. Setelah itu dilakukan analisis datamenggunakan Principal Component Analysis (PCA) untuk mengklasifikasikan

    antara gelatin sapi dan babi pada cangkang kapsul keras. Berdasarkan kurva

    score plot FTIR standar gelatin babi berada pada kuadran 2 dan standar gelatin

    sapi berada pada kuadran 1. Pada lembar cangkang kapsul babi berada pada

    kuadran 3 dan lembar cangkang kapsul sapi berada pada kuadran 4.

    Sedangkan hasil kurva score plote KCKT standar gelatin babi dan lembar

    cangkang kapsul babi berada pada kuadran 2. Standar gelatin sapi dan lembar

    cangkang kapsul sapi berada pada kuadran 3. Hasil analisis gelatin sapi dan

    gelatin babi dengan metode FTIR dan KCKT dapat disimpulkan bahwa

    metode FTIR dan teknik kemometrik PCA dapat mengklasifikasikan antara

    gelatin sapi dan gelatin babi sedangkan analisis menggunakan KCKT dan

    teknik kemometrik PCA dapat membedakan komposisi asam amino pada

    standar gelatin sapi dan babi serta lembar cangkang kapsul yang dibuat

    sendiri, tetapi belum bisa membedakan sumber gelatin yang dipakai pada

    produk cangkang kapsul keras yang diambil dari pasaran.

    Kata kunci: gelatin, cangkang kapsul keras, KCKT, FTIR, PCA

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    7/107

    ix

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRACT

    Nama : Fathmah Syafiqoh

    Program Studi : Farmasi

    Judul Skripsi : Analysis Bovine Gelatin and porcine Gelatin in Hard Shell

    Capsule Products on Drugs and Vitamin Using FTIR dan

    HPLC

    Gelatin was widely used in pharmaceutical industry for manufacturing of hard

    shell capsules. The use of gelatin in the capsule caused controversy due to

    consumer concerns about halal gelatin source. This study aimed to determinedifferences of bovine and porcine gelatin used in the hard shell capsule by

    FTIR and HPLC. Analysis of amino acid composition in hard shell capsule

    was determined by HPLC, the sample was hydrolyzed with HCl 6N and

    derivatization with AQC (Aminokuinolil- N- hidroksisuksini- midil

    carbamate). Analysis of functional groups in hard shell capsule was

    determined by FTIR, the samples were extracted using cold acetone at -20°C

    and analyzed by FTIR at a wavelength 4000-750cm-1

    . Analysis of the data was

    performed using the Principal Component Analysis (PCA) to classify between

    bovine and porcine gelatin in hard shell capsule. Based on the score plot curve

    of FTIR standard gelatin of porcine was in quadrant 2 and standard gelatin of 

    bovine was in quadrant 1. In sheets of hard shell capsule porcine were in

    quadrant 3 and sheets hard shell capsule bovine were in quadrant 4. While

    based on the score plot curve of HPLC standard gelatin of porcine and sheets

    hard shell capsule porcine were in quadrant 2. Standard gelatin of bovine and

    sheets hard shell capsule bovine were in quadrant 3. The results of the analysis

    of bovine and porcine gelatin with FTIR and HPLC could be concluded that

    the FTIR method and technique chemometric PCA can classify between

    bovine and porcine gelatin whereas analysis using HPLC and techniques

    chemometric PCA could classify standard bovine and porcine gelatin andcapsule shells self made but was not successful for classification of 

    commercial capsule shells.

    Keywords : gelatin, hard capsule, HPLC, FTIR, PCA

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    8/107

    x

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    KATA PENGANTAR

     Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat iman, Islam,

    kesempatan, serta kekuatan yang telah diberikan Allah S ubhanahuwata’ala

    sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

    Shalawat  serta salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah

    Shallallahu‘ alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang

    senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat

    dinikmati oleh seluruh manusia di dunia.

    Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana

    farmasi dari Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Judul skripsi ini adalah “uji

    aktivitas antibakteri ekstrak daun sintok (Cinnamomum sintoc Blume.)

    terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa serta analisa

    komponen senyawa fraksi aktif dengan kromatografi gas  –  spektrometri

    massa”.

    Penulis menyadari bahwa keberhasilan penelitian dan penulisan skripsiini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu,

    pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu

    Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing kedua yang senantiasa dengan

    sabar tulus dan ikhlas memberikan arahan, bimbingan, dorongan,

    semangat, saran dan solusi selama penelitian dan penulisan skripsi.

    2. Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif 

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan

    bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    9/107

    ix

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Para laboran Farmasi UIN, Ka Liken, Ka Rahmadi, Ka Eris, Mba Rani,

    Ka Lisna dan Ka Tiwi yang telah banyak membantu selama praktikum

    maupun penelitian.

    6. Mama yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan doa yang

    tiada henti serta dukungan baik moral maupun materil dan almarhum

    ayah yang telah mendidik dan memberi nasehat semasa beliau ada.

    Kasih sayang yang kalian berikan sungguh tak ternilai.

    7. Kaka dan adikku tersayang, Rahmi Asyifani yang selalu memberikan

    dukungan, semangat dan doa, Rahmah Nur Sabrina yang selalu

    mendukung dan memberikan bantuan setiap kali dibutuhkan.

    8. Teman  –  teman seperjuangan dalam penelitian ini yaitu Farida

    Kusumaningrum dan Afifah Nurul Izzah yang senantiasa dengan sabar

    menemani, mendukung dan membantu disaat sedang dibutuhkan.

    9. Teman  – teman “ngocol” tersayang Amel, Zakiya, Afifah, Dita, Ipho,

    Dias, Diah dan Desi Syifa, terima kasih karena kalian selalu mengerti,

    membantu, mendukung dan berbagi cerita disaat senang maupun sedih,

    semoga ukhuwah kita akan selalu terjaga sampai kapanpun.

    10. Teman  – teman “Andalusia” Farmasi 2010 yang solid dan selalu

    membantu satu sama lain.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak keterbatasan dan

    kekurangan. Oleh Karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis sangat

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsiini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan member

    sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universtas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta dan pembaca pada umumnya.

    Jakarta, 1 September 2014

    Penulis

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    10/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    11/107

    xi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL..............................................................................................iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. iv

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v

    ABSTRAK ............................................................................................................vi

    ABSTRACT ........................................................................................................vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................x

    DAFTAR ISI .........................................................................................................xi

    DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii

    DAFTAR ISTILAH..........................................................................................xviii

    BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

    1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3

    1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3

    1.4 Manfaat penelitian ................................................................................. 4

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

    2.1 Gelatin ................................................................................................... 5

    2.1.1 Definisi Gelatin ............................................................................ 5

    2.1.2 Komposisi Kimia Gelatin.............................................................5

    2.1.3 Sifat Fisika Kimia Gelatin............................................................7

    2.1.4 Aplikasi Penggunaan Gelatin ....................................................... 9

    2.2 Kapsul.................................................................................................... 9

    2.2.1 Cangkang Kapsul Keras ...........................................................10

    2.2.2 Cangkang Kapsul Lunak ............................................................ 11

    2.3 Protein.................................................................................................. 12

    2.3.1 Struktur Primer ........................................................................... 13

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    12/107

    xii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.2 Struktur Sekunder.......................................................................13

    2.3.3 Struktur Tersier........................................................................... 14

    2.3.4 Struktur Kuartener...................................................................... 15

    2.4 Asam Amino........................................................................................ 15

    2.5 Spektroskopi FTIR .............................................................................. 18

    2.6 Analisis Asam Amino dengan KCKT ................................................. 20

    2.7 PCA (Principal Component Analysis)................................................. 25

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................27

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................27

    3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................27

    3.2.1 Alat ............................................................................................ 27

    3.2.2 Bahan.......................................................................................... 27

    3.3 Tahapan Penelitian ..............................................................................27

    3.3.1 Pengumpulan Sampel dari Pasaran ............................................ 27

    3.3.2 Pembuatan Lembaran Cangkang Kapsul ................................... 27

    3.3.3 Analisis Gelatin dengan FTIR ................................................... 28

    3.3.3.1 Pemisahan Titanium Dioksida......................................29

    3.3.3.2 Ekstrasi Gelatin.............................................................29

    3.3.4 Analisis Profil Gelatin dengan FTIR........................................ ..29

    3.3.5 Analisis Data menggunakan PCA .............................................. 29

    3.3.6 Analisis Gelatin dengan KCKT................................................ ..30

    3.3.6.1 Hidrolisis Asam Amino ................................................ 30

    3.3.6.2 Derivatisasi Asam Amino............................................. 30

    3.3.7 Analisis Profil Gelatin dengan KCKT...................................... ..30

    3.3.8 Analisis Data menggunakan PCA ............................................ ..31BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................32

    4.1 Pengumpulan Sampel Dari Pasaran..................................................... 32

    4.2 Pembuatan Lembaran Kapsul .............................................................32

    4.3 Analisis Gelatin dengan FTIR .............................................................33

    4.3.1 Pemisahan Titanium Dioksida.................................................... 33

    4.3.2 Ekstrasi Gelatin .......................................................................... 34

    4.3.3 Analisis Profil Gelatin dengan FTIR..........................................35

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    13/107

    xiii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.3.4 Analisis Data menggunakan PCA .............................................. 39

    4.4 Analisis Gelatin dengan KCKT...........................................................44

    4.4.1 Hidrolisis Asam Amino.............................................................. 44

    4.4.2 Derivatisasi Asam Amino ..........................................................45

    4.5 Analisis Profil Asam Amino dengan KCKT .......................................47

    4.5.1 Analisis Standar Asam Amino ................................................... 48

    4.5.2 Analisis Asam Amino pada Standar Gelatin, Lembar

    Cangkang Kapsul Simulasi dan Produk Cangkang Kapsul

    Pasaran........................................................................................ 48

    4.6 Analisis Data menggunakan PCA ....................................................... 49

    BAB 5 PENUTUP................................................................................................ 54

    5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 54

    5.2 Saran .................................................................................................... 54

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    14/107

    xiv

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR TABEL

    Tabel2.1 Komposisi Asam Amino Gelatin Kulit Babi dan Sapi ……………….

    2.2 Daftar Rantai Samping Asam Amino …………………………………

    3.1 Formulasi Lembaran Cangkang Kapsul Keras ……………………….

    4.1 Pengumpulan Sampel Kapsul dari Pasaran …………………………...

    4.2 Karakteristik Serapan IR Pada Rantai Peptida ………………………..

    4.3 Worksheet  pada Penyusunan Standar Gelatin, Lembar Cangkang

    Kapsul Keras Simulasi dan Produk Cangkang Kapsul dari Pasaran

    …………………………………………………………………………

    4.4 Kontribusi Masing-Masing Variabel terhadap Nilai Komponen Utama

    ………………………………………………………………................

    4.5 Komposisi Asam Amino pada Standar Gelatin, Lembar Cangkang

    Kapsul Keras Simulasi dan Produk Cangkang Kapsul dari Pasaran

    …………………………………………………………………………

    4.6 Worksheet  pada Penyusunan Standar Gelatin, Lembar Cangkang

    Kapsul Keras Simulasi dan Produk Cangkang Kapsul keras dari

    Pasaran ………………………………………………………………..

    4.7 Kontribusi Masing-Masing Variabel Terhadap Nilai Komponen

    Utama …………………………………………………………………

    Halaman6

    18

    28

    32

    38

    40

    40

    48

    50

    50

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    15/107

    xv

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Gelatin Berbentuk Serbuk, Serbuk Kasar ……………………….Gambar 2 Struktur Asam Amino Kolagen dan Gelatin …………………….

    Gambar 3 Cangkang Kapsul Keras ………………………………………….

    Gambar 4 Cangkang Kapsul Lunak …………………………………………

    Gambar 5 Tingkatan Struktur Protein ……………………………………….

    Gambar 6 Struktur Asam Amino ……………………………………………

    Gambar 7 Ion Amfoter ………………………………………………………

    Gambar 8 Asam Amino dalam Suasana Asam ……………………………..

    Gambar 9 Asam Amino dalam Suasana Basa ……………………………….

    Gambar 10 Skema Kerja Alat FTIR ………………………………………….

    Gambar 11 Skema Kerja Alat KCKT ………………………………………...

    Gambar 12 Lembaran Cangkang Kapsul Gelatin Keras………………………

    Gambar 13 Endapan Gelatin diperoleh dari Hasil Ekstraksi …………………

    Gambar 14 Penggabungan Spektrum FTIR Standar Gelatin Babi dan Sapi …

    Gambar 15 Penggabungan Spektrum FTIR Lembar Cangkang Kapsul Gelatin

    Babi dan Gelatin Sapi …………………………………………….

    Gambar 16 Penggabungan Spektrum Gelatin yang Diperoleh dari Produk 

    Cangkang Kapsul yang Ada Dipasaran ………………………….

    Gambar 17 Kurva Score Plot PC1 Dan PC2 pada Standar Gelatin, Lembar

    Cangkang Kapsul Keras Simulasi dan Produk Cangkang Kapsul

    Pasaran ……………………………………………………………

    Gambar 18 Kurva Loading Plot PC1 Dan PC2 Pada Standar Gelatin, Lembar

    Cangkang Kapsul Keras Simulasi dan Produk Cangkang Kapsul

    Pasaran …………………………………………………………...

    Gambar 19 Reaksi Derivatisasi Reagen AQC ……………………………….

    Gambar 20 Profil Standar Asam Amino ……………………………………

    Gambar 21 Kurva Score Plot PC1 Dan PC2 pada Standar Gelatin, Lembar

    Cangkang Kapsul Keras Simulasi dan Produk Cangkang Kapsul

    Keras dari Pasaran ………………………………………………

    88

    11

    11

    15

    16

    16

    16

    17

    19

    23

    33

    34

    35

    36

    39

    41

    43

    46

    47

    51

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    16/107

    xvi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 22 Kurva Loading Plot PC1 Dan PC2…………………………………... 52

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    17/107

    xvii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Alur Kerja …………………………………………………………Lampiran 2. Interferogram FTIR …………………………………………........

    Lampiran 3. Kromatogram KCKT ……………………………………………..

    Lampiran 4. Rekaman Pengujian Asam Amino HPLC ……………………….

    Lampiran 5. Pembuatan Larutan ……………………......................................

    Lampiran 6. Gambar Penelitian ………………………………………………..

    59

    60

    69

    78

    87

    88

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    18/107

    xviii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISTILAH

    AABA : α

    -aminobutyric acid 

    AMQ : 6-aminoquinoline

    AQC : 6-amino-quinolil-N-hidroksisuccinimidil karbamate

    BPS : Badan Pusat Statistik  

    DNA : Deoxyribosa Nucleic Acid 

    FTIR : Fourier Transform Infrared 

    GMIA : Gelatin Manufacturers Institute Of America

    HPLC : High Performance Liquid Chromatography

    KCKT : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    LCMS : Liquid Chromatography Mass Spectrometry

    LPPOM : Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik 

    MPA : 3 Mercaptopropionic Acid

    MUI : Majelis Ulama Indonesia

    NHS : N-hidroksisuccimid

    OPA : Orto-phatalaldehyde

    PC : Principal Component atau Komponen utama

    PCA : Principal Component Analysis

    PCR : Polymerase Chain Reaction

    PEG : Polietilen Glikol

    SDS-PAGE : Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel Electroforesis

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    19/107

    1

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Gelatin merupakan campuran heterogen dari polipeptida yang

    diperoleh melalui hidrolisis kolagen dari jaringan ikat hewan (GMIA, 2012).

    Gelatin memiliki sifat yang unik sehingga digunakan secara luas dalam

    industri makanan dan farmasi. Dalam industri makanan, gelatin ditemukan

    dalam produk seperti jelly, es krim, yogurt, ataupun marshmallow. Industri

    farmasi menggunakan gelatin sebagai pembuatan kapsul keras dan lunak,

    (Nhari, Ismail & Che Man, 2012).Gelatin bersumber dari tulang hewan yang berasal dari babi dan sapi.

    Gelatin yang berasal dari babi dan sapi mempunyai kualitas yang lebih baik 

    dibandingkan dengan sumber lainnya seperti ikan (Jamaludin et al., 2011).

    Meskipun demikian, ada masalah lain yang timbul yaitu status kehalalan

    produk dengan bahan baku gelatin dari babi. Gelatin umumnya diimpor dari

    negara-negara non-muslim yang tidak memperhatikan kehalalan produk 

    karena sebagian besar bahan dasarnya bersumber dari babi. Penggunaan kulit

    babi sebagai bahan baku gelatin di seluruh dunia mencapai 44,9% dari total

    gelatin yang dihasilkan. Eropa Barat merupakan penghasil gelatin terbesar di

    dunia yaitu 68% gelatin yang diproduksi berasal dari kulit babi. Penghasil

    gelatin kedua terbesar di dunia adalah NAFTA (The North American Free

    Trade Agreement ), konsorsium tiga negara yaitu Amerika, kanada dan

    Meksiko (Jamaludin et al., 2011).

    Obat vitamin dan mineral merupakan golongan bebas yang boleh

    digunakan tanpa resep dan dapat dijual bebas di warung, toko obat berizin,

    supermarket, serta apotek. Sediaan obat vitamin dan mineral sebagian besar

    dalam bentuk cangkang kapsul keras dan cangkang kapsul lunak (ISO, 2014).

    Cangkang kapsul baik keras maupun lunak banyak menjadi perhatian terkait

    status kehalalan gelatin yang digunakan, karena dipasaran banyak beredar

    produk kapsul yang tidak mencantumkan label halal pada kemasan. Dalam

     jurnal halal LPPOM MUI No.94 edisi Maret-April 2012 baru tiga produk 

    cangkang kapsul gelatin yang terdaftar dalam produk halal LPPOM MUI. Hal

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    20/107

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ini menimbulkan kekhawatiran karena mayoritas penduduk Indonesia adalah

    muslim dan membawa konsekuensi perlunya perlindungan konsumen dengan

    adanya jaminan kehalalan mengenai sumber gelatin (Jamaludin et al., 2011).

    Keberadaan gelatin babi dan sapi dalam produk pangan sangat sukar untuk 

    diidentifikasi karena memiliki sifat fisika dan kimia yang hampir mirip

    (Nemati et al., 2004). Oleh karena itu perlu diupayakan metode yang selektif 

    untuk membedakan gelatin babi dan gelatin sapi.

    Berbagai studi telah dilakukan dengan bermacam-macam metode

    analisis untuk membedakan gelatin sapi dan babi (Nhari et al., 2012). Di

    antaranya analisis berbasis DNA dengan  Real Time PCR (Sahilah et al.,

    2012) dan LCMS (zhang et al., 2008). Analisis perbedaan gelatin babi dan

    gelatin sapi juga dilakukan dengan menggunakan FTIR (Fourier Transform

     Infra Red ) (Hasyim et al., 2010). FTIR (Fourier Transform Infra Red)

    merupakan metode spektroskopi IR yang banyak digunakan untuk analisis

    kehalalan (Rohman and Che Man, 2012). Analisis menggunakan FTIR

    banyak dikembangkan karena dinilai lebih mudah, cepat, murah dan ramah

    lingkungan. Selain itu, analisis perbedaan antara gelatin sapi dan gelatin babi

    dapat dilakukan dengan KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi). KCKT

    merupakan metode yang banyak digunakan untuk analisis asam amino

    ditunjang dengan peralatan yang baik dan modern, menggunakan kolom yang

    sangat efisien di bawah tekanan yang besar, sehingga analisis asam amino

    dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan memberikan hasil yang tepat

    dan teliti (Rediatning et al., 1987). Perkembangan metode analisis

    menggunakan FTIR dan HPLC sekarang telah digabungkan dengan teknik 

    kemometrik yaitu analisis komponen utama. PCA (Principal component analysis) adalah teknik proyeksi data yang sangat membantu dalam

    klasifikasi suatu objek (Miller & Miller, 2005).

    Analisis pada produk cangkang kapsul lunak komersial telah dilakukan

    menggunakan HPLC berdasarkan profil asam amino dengan metode

    derivatisasi ortho-phtalaldehyde (OPA)  – 2-mercaptoethanol (MCE) dengan

    teknik kemometrik (Widyaninggar et al., 2012). Dari hasil penelitian

    widyaninggar tersebut dikatakan bahwa analisis profil asam amino dengan

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    21/107

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    teknik kemometrik komponen utama dapat mengklasifikasikan cangkang

    kapsul lunak yang dibuat dari gelatin sapi dan gelatin babi. Akan tetapi, PCA

    (Principal component analysis) belum bisa mengklasifikasikan produk 

    cangkang kapsul lunak komersial yang beredar dipasaran. Analisis perbedaan

    gelatin babi dan gelatin sapi juga telah dilakukan menggunakan FTIR dan

    teknik kemometrik. Hasil penelitian tersebut metode FTIR dan teknik 

    kemometrik komponen utama dapat mengklasifikasikan kedua sumber gelatin

    (Hasyim et al., 2010). Pada penelitian ini dilakukan analisis gelatin sapi dan

    gelatin babi pada produk cangkang kapsul keras obat yang mengandung

    vitamin dan mineral menggunakan FTIR dan HPLC, dikarenakan belum

    banyak publikasi tentang pembeda gelatin sapi dan gelatin babi pada produk 

    cangkang kapsul keras. Penggabungan dua metode ini diharapkan dapat

    memberikan data komposisi asam amino dan gugus fungsi dari gelatin sapi

    dan gelatin babi yang dapat saling melengkapi.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apakah metode FTIR dapat digunakan untuk membedakan antara

    gelatin sapi dan gelatin babi yang terdapat dalam cangkang kapsul keras

    pada obat vitamin dan mineral yang beredar dipasaran?

    2. Apakah metode HPLC dapat digunakan untuk membedakan antara

    gelatin sapi dan gelatin babi yang terdapat dalam cangkang kapsul keras

    pada obat vitamin dan mineral yang beredar dipasaran?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui perbedaan antara gelatin babi dan gelatin sapi padacangkang kapsul keras obat vitamin dan mineral dengan metode FTIR

    2. Mengetahui perbedaan antara gelatin sapi dan babi yang digunakan

    pada cangkang kapsul keras obat vitamin dan mineral dengan metode

    HPLC

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    22/107

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi bahwa metode

    FTIR dan KCKT dapat digunakan dalam mendeteksi adanya gelatin babi dan

    sapi, sehingga metode ini dapat diaplikasikan untuk menguji kandungan babi

    dalam gelatin pada cangkang kapsul obat. Manfaat lainnya adalah

    memberikan informasi kepada masyarakat tentang kehalalan cangkang kapsul

    keras pada obat yang beredar di pasaran.

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    23/107

    5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gelatin

    2.1.1 Definisi Gelatin

    Gelatin merupakan campuran heterogen polipeptida yang diperoleh

    melalui hidrolisis parsial kolagen dari jaringan ikat hewan dengan perlakuan

    asam atau basa (GMIA, 2012). Gelatin adalah istilah umum untuk campuran

    fraksi protein murni yang dihasilkan baik dengan hidrolisis parsial asam (tipe

    A gelatin) atau dengan hidrolisis parsial basa (tipe B gelatin) dari kolagen

    hewan yang diperoleh dari sapi dan tulang babi, kulit sapi (hide), kulit babi,

    dan kulit ikan (Rowe et al., 2009).

    Istilah gelatin mulai populer sekitar tahun 1700 dan berasal dari bahasa

    latin ‘gelatus’ yang berarti kuat atau kokoh. Secara fisik gelatin berbentuk 

    padat, kering, tidak berasa dan transparan. Ada tiga sifat yang paling

    menonjol pada gelatin yaitu: kemampuan untuk membentuk gel, kekenyalan

    dan kekuatan lapisan tinggi. Gelatin merupakan polimer tinggi alami yang

    memiliki berat molekular dari 20.000 sampai 70.000. Gelatin ini dipersiapkan

    dari bahan yang mengandung kolagen termasuk kulit, tulang dan tendon

    dengan pemecahan hidrolisis melalui pendidihan dengan air atau dengan

    menggunakan uap panas yang tinggi. (Perwitasari, 2008).

    2.1.2 Komposisi Kimia Gelatin

    Gelatin sangat kaya dengan asam amino glisin (Gly) (hampir sepertiga

    dari total asam amino), prolin (Pro) dan 4-hidroksiprolin (4Hyd). Strukturgelatin yang umum adalah: -Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-Glu-4Hyd-Gly-Pro-.

    Kandungan 4Hyd berpengaruh terhadap kekuatan gel gelatin, makin tinggi

    asam amino ini, kekuatan gel juga lebih baik. Meskipun diturunkan dari

    protein hewani, gelatin tergolong sebagai protein dengan nilai biologis yang

    rendah dan sering juga dianggap protein tidak lengkap. Hal ini disebabkan

    karena tidak adanya triptophan (Trp) yang merupakan salah satu asam amino

    esensial, serta rendah dalam sistein (Cys) dan tirosin (Tyr) (Jaswir, 2007).

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    24/107

    6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gelatin terutama mengandung asam amino glisin sebesar 33% , prolin 22%

    dan hidroksiprolin 22 %. Gelatin komersial terdiri dari 84 – 90% protein, 8-

    12% air dan 2-4 % adalah garam mineral.

    Tabel 2.1 Komposisi asam amino gelatin kulit sapi dan kuilt babi

    Asam amino BSG (residu per

    1000 total residu

    asam amino)

    PSG (residu per 1000

    total residu

    asam amino )

    Non polar

    hidrofobik AlaninValin

    Leusin

    Isoleusin

    Fenilalanin

    Metionin

    Prolin

    Total

    3310

    12

    7

    10

    4

    63

    139

    8026

    29

    12

    27

    10

    151

    335

    Polar tidak 

    bermuatan Glisin

    Serin

    Threonin

    Tirosin

    Total

    108

    15

    10

    2

    135

    239

    35

    26

    7

    307

    Asam polar

    Asam aspartat

    Asam glutamat

    Total

    17

    34

    51

    41

    83

    124

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    25/107

    7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Sumber : (Nhari et al.,2011)

    Komposisi asam amino mempengaruhi sifat fisika dan kimia gelatin.

    Analisis asam amino gelatin menunjukkan bahwa struktur molekul gelatin

    memiliki perbedaan yang terlihat pada kandungan asam amino (Nhari et al.,

    2011). Gelatin memiliki kadar asam amino yang rendah pada metionin,

    sistein dan tirosin. Hal ini disebabkan karena ketiga asam amino ini

    mengalami kerusakan karena hidrolisis pada proses pembuatan gelatin

    (Hafidz et al., 2011). Perbedaan komposisi asam amino pada gelatin kulit

    sapi dan kulit babi ditunjukkan oleh tabel 2.1

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa komposisi asam amino

    dinyatakan sebagai residu per 1000 residu asam amino. Bovine skin gelatin

    (BSG) dan Porcine skin gelatin (PSG) keduanya memiliki kandungan glisin,prolin dan arginin dalam jumlah yang tinggi. PSG mengandung jumlah asam

    amino glisin, prolin dan arginin yang lebih tinggi dibandingkan dengan BSG.

    Kedua gelatin memiliki jumlah tirosin yang rendah dan histidin tidak 

    terdeteksi pada keduanya (Nhari et al., 2011).

    2.1.3 Sifat Fisika Kimia Gelatin

    Fraksi protein pada gelatin hampir seluruhnya terdiri atas berbagai

    macam asam amino yang bergabung melalui ikatan amida dan membentuk 

    polimer yang linear. Gelatin memiliki berat molekul yang bervariasi yaitu 20

    kDa sampai 200 kDa. Gelatin tidak larut dalam aseton, kloroform, etanol

    (95%), eter, dan methanol. Larut dalam gliserin, asam, dan basa meskipun

    asam kuat atau alkalis dapat menyebabkan pengendapan (Rowe et al., 2009).

    Basa polar

    Lisin

    Arginin

    Histidin

    Total

    11

    47

    Tidak terdeteksi

    58

    27

    111

    Tidakterdeteksi

    138

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    26/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    27/107

    9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gelatin larut dalam air minimal pada suhu 490C, atau biasanya pada

    suhu 600C sampai 70

    0C (Ward dan Court, 1997). Gelatin tidak larut dalam

    air dingin, tetapi hanya akan mengembang. Perendaman dalam air dingin

    menjadikan gelatin lunak dan berangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10

    kali bobotnya. Gelatin larut dalam air panas. Setelah pendinginan sampai 35-

    40°C, membentuk gel. Pada suhu 40°C, berbentuk sol (Singh et al., 2002).

    2.1.4 Aplikasi Penggunaan Gelatin

    Gelatin banyak digunakan di berbagai industri pangan, farmasi dan

    fotografi. Dalam industry pangan gelatin sebagai pembentuk gel, agen

    pembentuk busa, pengental, plasticizer, emulsifier, dan memperbaiki tekstur.

    Gelatin banyak digunakan dalam produk susu dan roti terutama pada es krim,

    yogurt, keju dan kue. Selain itu gelatin juga digunakan dalam industri

    makanan lain seperti cokelat, es krim, marshmallow, permen, permen karet,

    mentega, dan sosis (Sahilah et al., 2012).

    Gelatin bernilai bagi industri farmasi karena dapat dibuat dalam

    berbagai formulasi. Gelatin banyak digunakan pada larutan, sirup, tablet,

    tablet salut gula, inhalansia, vagina, dan topikal dan suntikan. Gelatin juga

    digunakan untuk membentuk kapsul gelatin keras dan lunak sebagai

    pembentuk lapisan film (Singh et al., 2002). Gelatin juga digunakan dalam

    bentuk spons untuk mengobati luka dan sebagai koloid untuk menambah

    plasma pada luka yang banyak kehilangan darah (Nhari et al., 2012).

    Penggunaan gelatin dalam farmasi karena membantu untuk melindungi obat-

    obatan terhadap pengaruh berbahaya, seperti cahaya dan oksigen. Kapsul

    lunak misalnya terutama digunakan untuk bahan cairan, sedangkan kapsulkeras yang digunakan untuk bahan serbuk (Sahilah et al., 2012).

    2.2 Kapsul

    Kapsul berasal dari bahasa latin “capsula” yang artinya wadah kecil.

    Dalam ilmu farmasi, kapsul merupakan wadah kecil untuk melindungi obat.

    Kapsul termasuk bentuk sediaan padat yang dapat diisikan obat atau zat kimia

    yang berbentuk serbuk, granul, pasta, atau cair. Berdasarkan elastisitas dan

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    28/107

    10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    komponen pembentuknya, kapsul dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu

    kapsul keras (dua cangkang) dan kapsul lunak (satu cangkang). Bahan utama

    yang digunakan dalam pembuatan cangkang kapsul keras dan cangkang

    kapsul lunak pada umumnya sama, yaitu gelatin, air, dan pewarna. Namun

    yang membedakannya adalah bahan tambahan lainnya dan cara

    pembuatannya. Selain terbuat dari gelatin, kapsul dapat terbuat dari HPMC,

    PVA, dan Starch. (Rabadiya, 2013).

    2.2.1 Cangkang Kapsul Keras

    Sebagian besar produk kapsul terbuat dari kapsul gelatin keras.

    Cangkang kapsul keras gelatin harus dibuat dalam dua bagian yaitu badan

    kapsul dan bagian tutupnya yang lebih pendek. Kedua bagian saling menutupi

    bila dipertemukan, bagian tutup akan menyelubungi bagian tubuh secara tepat

    dan ketat. Cangkang kapsul kosong terbuat dibuat dari campuran gelatin,

    gula, dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak berasa. Gelatin

    USP dihasilkan dari hidrolisis sebagian dari kolagen yang diperoleh dari

    kulit, jaringan ikat putih dan tulang binatang-binatang (Ansel, 2005)

    Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi

    mudah mengalami penguraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila

    disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul yang lunak 

    mengandung lebih banyak uap air daripada kapsul keras. Biasanya kapsul

    keras gelatin mengandung uap air antara 9-12%. Bilamana disimpan dalam

    lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan

    diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras ini akan rusak dari bentuk 

    kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering,sebagian dari uap air yang terdapat dalam kapsul gelatin mungkin akan hilang

    dan kapsul ini menjadi rapuh serta mungkin akan remuk bila dipegang

    (Ansel, 2005). Jenis bahan untuk pengisian ke dalam kapsul gelatin keras

    terdiri dari dry solid (Bubuk, pelet, butiran atau tablet), semisolid (suspensi

    atau pasta), cairan (cairan non-air) (Rabadiya, 2013). Sebuah kapsul gelatin

    keras yang sempurna harus memiliki spesifikasi sebagai berikut:

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    29/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    30/107

    12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Kapsul gelatin lunak harus memiliki spesifikasi sebagai berikut :

    Kekuatan Gel 150-200 Bloom, tergantung pada jenis gelatin

    Viskositas (60°C/6-2/3% b / b dalam air) 2,8-4,5 MPa s, tergantung padatipe gelatin

    Ukuran partikel yang baik untuk memungkinkan disolusi yang cepat.

    Pada gelatin konsentrasi tinggi kapsul lunak bentuknya bagus dan lebih

    mudah ditelan oleh pasien.

    Kapsul gelatin lunak dapat digunakan untuk mengisi macam-macam

     jenis bahan, bentuk cair dan kering. Cairan yang dapat dimasukkan ke

    dalam kapsul gelatin lunak termasuk :

    1. Tidak tersatukan dengan air, cairan yang mudah menguap dan tidak 

    menguap, seperti minyak nabati, hidrokarbon aromatik dan

    hidrokarbon alifatik.

    2. Tersatukan dengan air, cairan yang tidak menguap seperti polietilen

    glikol dan surfaktan nonionik 

    3. Tersatukan dengan air dan kelompok kompnen yang tidak meguap

    seperti propilen glikol dan isopropil alcohol (Ansel, 1989).

    2.3 Protein

    Protein berasal dari kata proteos yang berarti pertama atau utama.

    Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau

    manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein

    yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam

    pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Podjiadi,1994). Protein adalah polimer

    dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein

    mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur

    logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 2004). Komposisi rata rata unsur

    kimia yang terdapat dalam protein adalah karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen

    23%, nitrogen 16%, belerang 0 – 3 % dan fosfor 0 – 3 %. Protein mempunyai

    molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan.

    Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim , protein akan

    menghasilkan asam asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    31/107

    13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dalam molekul protein. Asam asam amino ini terikat satu dengan lain oleh

    ikatan peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut

    organik (Poedjiadi, 1994). Terdapat empat tingkatan struktur yang saling

    mempengaruhi konformasi fungsional biologis dari protein, yaitu:

    2.3.1 Struktur Primer

    Struktur ini merupakan urutan asam amino penyusun protein yang

    disebutkan dari N-terminal (kiri) ke C-terminal (kanan). Ikatan peptida

    kovalen merupakan satu-satunya jenis ikatan yang terlibat pada tingkat

    struktur protein ini. Penetapan struktur primer suatu polipeptida atau protein

    dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya, hidrolisis protein

    dengan asam kuat (misalnya HCL 6 N), yang diikuti oleh pemisahan dan

    identifikasi konstituen-konstituen dari hidrolisat (produk hidrolisis). Salah

    satu pereaksi yang umum dipakai untuk menetapkan asam amino N-terminal

    adalah 2,4-dinitrofluorobenzena (pereaksi Sanger). Selama bereaksi, atom

    fluor menjalani pergantian nukleofilik oleh gugus amino bebas. Tripeptida

    termodifikasi ini kemudian dihidrolisis, produk-produknya dipisahkan, dan

    asam aminonya dimodifikasi dengan 2,4-dinitroflourobenzena sehingga dapat

    diidentifikasi dengan kromatografi karena berwarna kuning. Enzim

    karboksipeptidase mengkatalis dengan efektif reaksi pembelahan hidrolitik 

    pada ujung C-terminal dari peptide tersebut. Dengan demikian asam amino

    C-terminal bisa diidentifikasi dengan segera. Struktur primer akan

    menentukan sifat dasar protein dan bentuk struktur sekunder serta tersier. Bila

    protein mengandung banyak asam amino dengan gugus hidrofobik, daya

    kelarutannya kurang dalam air dibandingkan dengan protein yang banyak mengandung asam amino dengan gugus hidrofil (Winarno, 2004, h. 65).

    2.3.2 Struktur Sekunder

    Struktur sekunder protein berkaitan dengan pelipatan struktur primer.

    Ikatan hidrogen antara nitrogen amida dan oksigen karbonil merupakan gaya

    yang menstabilkan yang utama. Ikatan ini dapat terbentuk antara bagian yang

    berbeda pada rantai polipeptida yang sama atau antara rantai yang

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    32/107

    14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    berdampingan (Deman, 1997, h.110). Berbagai bentuk struktur sekunder

    yaitu:

    a.  Alpha-helix, terbentuk oleh ‘backbone’ ikatan peptida yang membentuk 

    spiral, dinamakan alpha karena ketika dilihat tidak lurus dari atas, arah

    putarannya adalah searah jarum jam menjauhi pengamat. Satu putaran

    terdiri atas 3,6 residu asam amino. Struktur ini terbentuk karena adanya

    ikatan hidrogen antara atom O pada gugus CO dengan atom H pada

    gugus NH.

    b.  Beta-sheet  (lempeng beta) , terbentuk karena adanya ikatan hidrogen

    atau ikatan tiol (S-H). Ikatan hidrogen terjadi antara dua bagian rantai

    yang pararel sehingga membentuk lembaran yang berlipat-lipat.

    c.  Beta-turn (lekukan beta)

    d. Gamma-turn (lekukan gamma)

    2.3.3 Struktur Tersier

    Struktur ini menggambarkan keseluruhan rantai polipeptida yang

    dapat melipat atau menggulung sehingga membentuk struktur 3 dimensi yang

    tepat. Pembentukan struktur tersier menyebabkan terbentuknya satuan yang

    tersusun padat dan rapat dengan sebagian besar residu asam amino polar

    terletak pada bagian luar dan dihidrasi. Hal ini mengakibatkan sebagian besar

    rantai samping apolar berada pada bagian dalam dan sebenarnya tidak ada

    hidrasi (Deman, 1997). Pelipatan dipengaruhi oleh interaksi antara gugus

    samping (R) satu sama lain. Interaksi yang terlibat yaitu:

    a. Ikatan ion, terjadi antara gugus samping yang bermuatan positif dan

    gugus negatif.b. Ikatan hidrogen, terjadi antar gugus samping, seperti  – OH, -COOH, -

    CONH2, atau – NH2.

    c. Jembatan Sulfida, seperti pada sistein yang memiliki gugus samping – SH

    yang dapat membentuk ikatan sulfida dengan – SH sistein lainnya. Ikatan

    ini berupa ikatan kovalen sehingga lebih kuat dibandingkan dengan

    ikatan yang lain.

    d. Gaya Dispersi Van der Waals.

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    33/107

     

    2.3.4 Struktu

    Polipeptid

    berinteraksi dan

    menggambarkan

    Struktur ini berk

    rantai polipeptid

    yang secara biol

    2.4 Asam

    Asam amyang mengikat

    dan rantai sam

    Amino.

    UIN Syarif Hida

    Kuartener

    a yang sudah memiliki struktur tersie

    bergabung menjadi suatu multimer. St

    pengaturan sub unit protein dalam ruan

    aitan dengan interaksi intermolekuler diman

    a berasosiasi secara spesifik membentuk pr

    gis aktif.

    Sumber : www.sciencebiotech.net

    ambar 5. Tingkatan struktur protein

      mino

      no merupakan unit penyusun protein. Satuecara kovalen gugus amino, gugus karbok

    ing (gugus R), ditunjukkan pada gambar

    15

      atullah Jakarta

     

    r dapat saling

      uktur kuartener

      (Styer, 2000).

      a dua atau lebih

      tein oligomerik 

     

    atom C sentral  il, satu atom H

      struktur Asam

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    34/107

     

    Pada um

    pelarut organik

    amino dilarutka

    sedangkan gugu

    (Poedjiadi, 2009

     

    Dengan adanya

    membentuk ion

    amfoter (zwitter

    Keadaan ini be

    ditambahkan as

    dengan ion -COmolekul protein

    UIN Syarif Hida

    Sumber: www.sciencebiotech.net

    Gambar 6. Struktur Asam Amino

    mnya asam amino larut dalam air dan ti

    on polar seperti eter, aseton, dan klorofor

    dalam air, gugus karboksilat akan mel

    amina akan menerima ion H+, seperti pa

    )

    COOH ↔ COO- + H+

    NH2 + H+ ↔ NH3

    +

      kedua gugus tersebut, asam amino dala

    yang bermuatan positif dan negatif atau

    ion).

    Sumber : Poedjiadi, 2009

    Gambar 7. Ion amfoter ( Zwitterion)

      rgantung pada pH larutan. Jika asam a

    m, maka konsentrasi ion H+

    yang tinggi

    -

    sehingga membentuk gugus – COOH. Dalkan membentuk ion positif.

    Sumber : Poedjiadi, 2009

    ambar 8. Asam amino dalam suasana asa

    16

      atullah Jakarta

     

    ak larut dalam

      . Apabila asam

      paskan ion H+,

      a reaksi berikut

     

    larutan dapat

      isebut juga ion

     

    ino dalam air

      ampu berikatan

      m suasana asam 

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    35/107

     

    Sedangkan den

    mampu mengika

    Gugus f

    tetrahedral atau

    rantai samping (

    menentukan: str

    air (Nelson,

    kecenderungan

    terdapat lima gol

    1. Asam amino

    gugus R alif

    dan prolin.

    2. Asam amino

    air) tetapi ti

    glutamin.

    3. Asam amin

    hidrofobik s

    mampu men

    menentukan

    4. Asam amino

    polar memp

    seperti lisin,

    5. Asam amin

    mempunyai

    aspartat dan

    UIN Syarif Hida

    an penambahan basa, konsentrasi ion  –   

    t ion-ion H+

    pada gugus - NH3+.

    Sumber : (Poedjiadi, 2009)

    Gambar 9. Asam amino dalam suasana basa

      ngsional pada asam amino merupakan

    ikenal sebagai C alpha (Cα). Asam amino

    gugus R) yang terikat pada Cα. Gugus R ya

    ktur, ukuran, muatan elektrik, dan sifat ke

    .L., & Cox, M.M,2005). Berdasarkan

    erinteraksi dengan air pada pH biologis

    ongan asam amino yaitu (Nelson, D.L., & C

    dengan gugus R non polar, bersifat hidrofo

    atik seperti glisin, alanin, valin, metionin,

    dengan gugus R polar, bersifat hidrofilik (m

    dak bermuatan seperti serin, threonin, si

    dengan gugus R aromatik, bersifat re

    perti fenilalanin, tirosin dan triptofan. Asam

    erap sinar UV λ 280 nm sehingga seringkadar protein.

      dengan gugus R bermuatan positif pada p

    unyai gugus yang bersifat basa pada ran

    arginin, dan histidin.

      dengan gugus R bermuatan negatif pad

    gugus karboksil pada rantai sampingny

    sam glutamate.

    17

      atullah Jakarta

      H-

    yang tinggi

     

    atom karbon

      dibedakan pada

      g berbeda-beda

      arutan di dalam

      polaritas atau

      (dekat pH 7,0)

      x, M.M,2005):

      ik dan memiliki

      leusin, isoleusin

     

    dah larut dalam

      tein, asparagin,

      atif non polar,

      amino aromatik 

      igunakan untuk 

     

    netral, bersifat

      tai sampingnya,

     

    pH fisiologis,

      , seperti asam

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    36/107

     

    Asam

    Amino

     

    Asam

    Aspartat

    Serin

    Glutamat

    Glisin

    Treonin

    Alanin

    Sumber : Bailey,

    2.5 Spektros  

    Spektros

    bagi para ilmuw

    didasarkan pada

    melalui pelewa

    dilanjutkan den

    tersebut pada ti

    spektrum absorb

    bagian senyawa

    ini adalah dapat

    serbuk ataupun

     Infra Re  

    infra merah dmemberikan ga

    dihasilkan denga

    lebih banyak di

    kadang juga unt

    instrument spekt

    UIN Syarif Hida

    abel 2.2. Daftar rantai samping asam amino

    Rantai Samping Asam

    Amino

    Rant

    CH2 — COOH Tirosin

    CH2 — OH Lisin  — (CH2

    (CH2)2 — COOH Metionin  — (CH2

    H Valin  — CH2(

    CHOH — CH3 Leusin  — CH2

    CH3 Sistein  — CH

      1990

    kopi FTIR (Fourier Transform Infared Sp

    opi FTIR merupakan salah satu teknik anali

    an saat ini. Spektroskopi FTIR merupakan s

    vibrasi atom dalam suatu molekul. Spek 

      tan sinar inframerah pada sampel uji

    an penentuan fraksi dalam molekul yang

    ngkatan energi tertentu. Energi pada tia

    si yang muncul berhubungan dengan freku

    dari sampel tersebut. Keuntungan analisa m

    menguji semua bentuk sampel berupa caira

    as.

      (IR) menyangkut interaksi antara radiasi c

    ngan materi. Spektra  Infra Red  daribaran keadaan dan struktur molekul. S

    n mengukur absorpsi radiasi di daerah IR.

    unakan untuk analisa bahan-bahan organik

    k molekul poliatomik anorganik atau organ

      roskopi FTIR diantaranya adalah :

    18

      atullah Jakarta

     

    ai Samping

    4 — H2N

    2 — SCH3

    H3)2

    CH(CH3)2

    SH

     

     ctroscopy)

      sa yang tersedia

      atu teknik yang

      trum dihasilkan

      dan kemudian

      menyerap sinar

      puncak dalam

      nsi vibrasi dari

      enggunakan alat

      , larutan, pasta,

     

    ahaya di daerah

      suatu senyawa  ektra IR biasa

      nalisa Infra Red 

      , tetapi kadang-

      ometalik. Proses

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    37/107

     

    1. Sumber e

    yang dise  

    yang dapa

    2. Interfero

    encoding  

    sinyal inte

    3. Sampel :

    dipantulk

    yang diin

    4. Detektor

    Detektor

    sinyal inte

    5. Komputer

    dimana

    terakhir in

    Untuk ahl

    untuk mengide

    Dengan adanya

    serta komputer

    spektroskopi IR

    UIN Syarif Hida

    nergi: energi infra merah dipancarkan dari

    ut glowing black-body. Sinar ini kemudian

    t mengontrol jumlah energi yang mengenai s

    eter: sinar memasuki interferometer d

    berlangsung. Sinar tersebut nantinya akan

    rferogram yang kemudian akan keluar dari i

      inar memasuki ruang sampel, sinar ini aka

    n oleh permukaan sampel, tergantung pa

    inkan.

      : sinar diteruskan ke detektor untuk pe

    yang digunakan secara khusus dirancang

    rferogram khusus.

      : sinyal yang diukur didigitalkan dan diki

    ourier transformasi berlangsung. Spekt

    i kemudian disajikan kepada pengguna untu

    Sumber : www.chem.is.try.org

    Gambar 10. Skema Kerja Alat FTIR

      i kimia organik, fungsi utama dari spektro

    tifikasi struktur molekul khususnya gu

    interferometer dan penggunaan laser sebaga

    untuk memproses data, maka metode pen

    berkembang dengan adanya metode b

    19

      atullah Jakarta

      sebuah sumber

      melewati celah

      ampel.

      imana spectral

      diubah menjadi

      terferometer.

      diteruskan atau

      a jenis analisis

     

    ngukuran akhir.

      ntuk mengukur

     

    rim kekomputer

      um inframerah

      interpretasi.

     

    skopi IR adalah

      gus fungsional.

      i sumber radiasi

      gukuran dengan

      ru yaitu FTIR

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    38/107

    20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    (Fourier Transform Infa Red ). Dengan metode ini spektroskopi IR dapat

    menyerap radiasi hingga frekuensi 4000-400 cm-1

    . Perbedaan antara

    spektroskopi FTIR dengan spektroskopi IR adalah pada pengembangan

    sistem optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati sampel.

    Hampir semua molekul menyerap sinar inframerah, kecuali molekul

    diatomik homonuklear seperti O2, N2 dan H2. Spektra IR dari molekul

    poliatomik relatif kompleks karena adanya beberapa kemungkinan transisi

    vibrasi, adanya overtone dan perubahan pita. Namun demikian pita absorpsi

    untuk beberapa gugus fungsi tertentu cukup tajam dan karakteristik.

    Keseluruhan spektra IR dari satu molekul tertentu adalah karakteristik 

    sehingga sangat berguna untuk mengidentifikasi senyawa. Ada beberapa hal

    yang harus diperhatikan agar terjadi peresapan radiasi inframerah yaitu :

    1. Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi

    molekul ke tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi.

    2. Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi

    elektromagnetik yang diserap.

    3. Proses absorpsi (spectra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat

    perubahan baik nilai maupun arah dari momen dua kutub ikatan.

    ATR adalah peralatan dimana sampel ditempatkan dipermukaan

    kontak dengan elemen ATR (ZnSe kristal, 45oujung). ATR digunakan untuk 

    sampel yang menggunakan pelarut air seperti gelatin. Kelebihan

    menggunakan ATR yaitu sensitifitasnya tinggi, tidak memerlukan preparasi

    sampel dan dapat meningkatkan reprodusibilitas antar sampel.

    2.6 Analisis Asam Amino dengan KCKT (Kromatografi Cair KinerjaTinggi)

    Analisis asam amino merupakan metode penentuan komposisi asam

    amino atau kandungan protein dan peptida. Untuk mengidentifikasi adanya

    asam amino, terlebih dahulu kita perlu menghidrolisis ikatan amin dengan

    sempurna untuk memperoleh asam amino dalam keadaan bebas, kemudian

    kita memisahkan, mengidentifikasi dan menghitungnya. Hidrolisis dapat

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    39/107

    21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dilakukan pada kondisi asam dan basa yang kuat, atau menggunakan enzim

    spesifik untuk memperoleh asam amino (Bailey ,1990 ).

    Pada hidrolisis asam unsur yang diperlukan adalah HCl 6M, suhu 1100

    C dan waktu 24 jam. Reaksinya biasanya dilakukan ditabung kaca yang

    tertutup. Sementara itu pada hidrolisis basa, ikatan amida dapat diputus

    dengan perlakuan terhadap peptida menggunakan NaOH 2M pada 1000C.

    Hidrolisis basa menghasilkan destruksi arginin, sistein, serin dan treonin.

    Selain itu adapula hidrolisis enzim. Peristiwa ini terjadi didalam tubuh. Untuk 

    menghancurkan makanan, perut memiliki enzim dengan kadar tertentu yang

    dapat dikatalisasi untuk memotong ikatan peptida yang dikenal sebagai

    peptidase. Aminopeptidase bekerja cepat dan efisien dalam hidrolisis ikatan

    peptida sekaligus memotong suatu residu asam amino mulai dari ujung N.

    Tahap selanjutnya, yaitu pemisahan. Pemisahan yang umum dilakukan adalah

    dengan cara kromatografi. Diantara teknik kromatografi yang dapat dilakukan

    untuk pemisahan yaitu kromatografi penukar ion, kromatografi kertas, dan

    kromatografi cair kinerja tinggi ( Bailey ,1990 ).

    Kromatografi penukar ion umumnya sangat efisien dalam memisahkan

    campuran asam amino. Metode ini menggunakan kolom penukar ion secara

    paralel dengan metode deteksi ninhidrin yang hasilnya reprodusibel sehingga

    teknik ini sangat banyak digunakan dalam pemisahan dan analisis campuran

    asam amino. Kromatografi kertas digunakan dalam pemisahan asam amino

    berdasarkan fakta bahwa gugus selulosa kertas memiliki afinitas kuat

    terhadap molekul air ,yang terbentuk oleh ikatan hidrogen dengan gugus OH

    pada rantai polisakarida. Jika asam amino tidak dapat dipisahkan dengan

    sempurna dengan kromatografi kertas sederhana,maka kromatogram duadimensi dapat digunakan.

    Kromatografi merupakan salah satu teknik pemisahan yang dapat

    memisahkan dua atau tiga komponen dalam suatu campuran. HPLC atau

    biasa disebut Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikembangkan pada

    akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. KCKT merupakan salah satu teknik 

    kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan

    pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik 

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    40/107

    22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    KCKT didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam

    kromatogram, dibandingkan dengan luas/area standar. Pada prakteknya,

    pembandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan

    satu standar. Oleh karena itu, maka pembandingan dilakukan dengan

    menggunakan teknik kurva kalibrasi.

    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan sistem

    pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena

    didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan

    tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. Kromatografi Cair

    Kinerja Tinggi (KCKT) mampu menganalisa berbagai cuplikan secara

    kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun

    campuran. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan teknik 

    pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa

    tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang antara lain; farmasi,

    lingkungan dan industri-industri makanan. Kegunaan umum KCKT adalah

    untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa

    biologis, analisis ketidakmurnian (impurities) dan analisis senyawa-senyawa

    yang tidak mudah menguap (nonvolatil). KCKT paling sering digunakan

    untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam

    amino, asam-asam nukleat dan protein-protein dalam cairan fisiologis,

    menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat dan lain-lain.

    Prinsip kerja KCKT adalah sebagai berikut dengan bantuan pompa,

    fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor, cuplikan dimasukkan ke

    dalam fasa gerak dengan penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan

    senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana terdapat fase gerak danfase diam. Fase gerak berupa zat cair yang disebut eluen atau pelarut,

    sedangkan fase diam berupa silika gel yang mengandung hidrokarbon (Pare,

    J.R.J., & Belanger, J.M.R, 1997). Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri

    atas delapan komponen pokok yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran

    fase gerak, alat untuk memasukan sampel,kolom, detektor, wadah penampung

    buangan fase gerak, tabung penghubung dan suatu komputer atau integrator

    atau perekam.

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    41/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    42/107

    24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Ideal untuk molekul besar dan ion ( Johnson dan Stevenson, 1991).

    KCKT banyak digunakan untuk analisis asam amino karena analisa

    memerlukan waktu yang singkat dan memberikan hasil yang tepat dan teliti.

    Untuk mendeteksi asam amino dapat digunakan detektor UV atau detektor

    fluoresen. Akan tetapi kebanyakan asam amino tidak mempunyai serapan

    baik didaerah ultraviolet atau didaerah visibel. Dalam hal ini asam amino

    harus diderivatisasi terlebih dahulu supaya membentuk derivat yang dapat

    menyerap cahaya UV, tampak, atau berfluoresensi (Rediatning & Kartini

    1987, h. 2-3).

    Tujuan dari derivatisasi pada HPLC untuk meningkatkan deteksi,

    mengubah struktur molekul atau polaritas analit sehingga akan menghasilkan

    puncak kromatogram yang lebih baik, mengubah matriks sehingga diperoleh

    pemisahan yang lebih baik, dan menstabilkan analit yang sensitif. Suatu

    reaksi derivatisasi harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut, yaitu

    produk yang dihasilkan harus mampu menyerap baik sinar ultraviolet atau

    sinar tampak atau dapat membentuk senyawa berfluoresen sehingga dapat

    dideteksi dengan spektrofotometri, proses derivatisasi harus cepat dan

    menghasilkan produk yang sebesar mungkin (100%), produk hasil

    derivatisasi harus stabil selama proses derivatisasi dan deteksi, serta sisa

    pereaksi untuk derivatisasi tidak mengganggu ketika pemisahan pada

    kromatografi ( Abdul Rohman et al., 2007 ).

    Ada dua macam derivatisasi yaitu derivatisasi pascakolom dan

    derivatisasi prakolom. Beberapa metode menggunakan pacakolom

    derivatisasi di mana asam amino yang dipisahkan pada kolom pertukaran iondiikuti dengan derivatisasi dengan ninhidrin, o-phthalaldehyde. Pada

    derivatisasi pascakolom, pemisahan asam amino berdasarkan pertukaran ion

    antara gugus amino yang terprotonasi dengan ion Na+

    dari resin penukar

    kation (R-SO3-NA+) pada pH rendah. Pendekatan lain adalah untuk 

    derivatisasi asam amino sebelum pemisahan pada kolom HPLC fase terbalik 

    seperti fenil isothiosianat; 6-amino-quinolil-N-hidroksisuccinimidil

    karbamate; 9-fluorenil metil kloroformate (Cooper et al., vol. 159). Pada

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    43/107

    25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    kromatografi fase terbalik, silika non polar dimodifikasi melalui perlekatan

    rantai-rantai hidrokarbon panjang berupa atom karbon 8 atau 18 dan

    menggunakan pelarut polar berupa campuran air dan alkohol seperti metanol.

    Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk 

    interaksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der

    waals. Senyawa ini juga kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan

    waktu untuk pemutusan hidrogen, sehingga senyawa non polar akan tertahan

    lebih lama di dalam kolom, sedangkan molekul-molekul polar akan bergerak 

    lebih cepat melalui kolom.

    2.7 PCA (Principal Component Analysis)

    Teknik menggunakan kemometri untuk menginterpretasi sejumlah

    besar data yaitu PCA (Principle Component Analysis). PCA adalah teknik 

    untuk menentukan komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari

    variabel asli. Analisis data komponen utama menggunakan software Minitab

    15. Analisis komponen utama dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi

    diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel

    baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau multikolinearitas. PCA juga

    digunakan untuk mengurangi dimensi dari satu set data, tetapi bisa

    memberikan informasi terhadap seluruh variabel asli (Miller, J.N., & Miller,

    J.C. 2005). Berdasarkan Kaiser Criterion, komponen utama atau Principal

    Component (PC) yang digunakan adalah PC dengan eigen value (nilai ciri

    atau varians setiap komponen utama) lebih dari 1 sedangkan proporsi

    keragaman yang dianggap cukup mewakili total keragaman data jika

    keragaman kumulatif mencapai 70-80% (Miller, J.N., & Miller, J.C. 2005).Komponen utama dibentuk berdasarkan urutan varians yang terbesar

    hingga terkecil. Komponen utama pertama (PC1) merupakan kombinasi linier

    dari seluruh variabel yang diamati dan memiliki varians terbesar. Komponen

    utama kedua (PC2) merupakan kombinasi linier dari seluruh variabel yang

    diamati yang bersifat ortogonal terhadap PC1 dan memiliki varians kedua

    terbesar. Komponen utama ke-n (PCn) merupakan kombinasi linier dari

    seluruh variabel yang diamati yang bersifat ortogonal terhadap PC1, PC2,

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    44/107

    26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    PC(n-1) dan memiliki varians terkecil. Sebagian besar variasi (keragaman

    atau informasi) dalam keseluruhan variabel cenderung berkumpul pada

    komponen utama pertama, dan semakin sedikit informasi dari variabel asal

    akan berkumpul pada komponen utama terakhir. Komponen utama bersifat

    orthogonal (Miller, J.N., & Miller, J.C. 2005).

    Berdasarkan kontribusi PC1 dan PC2 maka dapat dibuat kurva score

     plot . Kurva score plot  digunakan jika ada 2 komponen pertama merupakan

    nilai terbanyak dalam variabilitas di dalam data. Komponen utama pertama

    (PC1) sebagai absis sedangkan komponen utama kedua (PC2) sebagai

    ordinat. Semakin dekat letak antar sampel pada score plot , maka semakin

    besar pula kemiripannya atau sampel merupakan kelompok yang sama.

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    45/107

    27

    27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2014 di Laboratorium Product

    Halal Analysis, Laboratorium Penelitian II Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

    Laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech Bogor.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waters 2695 HPLC,

    Shimadzu FTIR, lemari pendingin (refrigerator), sentrifuge 5417R, oven,

    neraca analitik, hote plat, labu ukur, erlenmeyer, kaca arloji, tabung reaksi

    bertutup, mikro pipet 100-1000 ul beserta tip nya, spatula, gelas ukur, beaker

    glass, vortex, pipet tetes, pinset, syringe filter, termometer, membran filter

    0,45 µm ,vial, cawan porselen, batang pengaduk.

    3.2.2 Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: standar

    asam amino yaitu: asam L- aspartat, L- serin, asam L- glutamat, glisin, L-

    histidin, L- arginin, L- treonin, L-alanin, L- prolin, L- sistein, L- tirosin, L-

    valin, L- metionin, L- lisin, L- isoleusin, L- leusin, L- fenilalanin, triptofan,

    standar gelatin sapi (sigma aldrich), standar gelatin babi (sigma aldrich),

    internal standar AABA (alpha amino butiric acid), Accq-fluor borat, reagenfluor A, HCl, asetonitril grade HPLC, aquabidest, aseton, sampel cangkang

    kapsul, gliserin, titanium dioksida dan pewarna tartrazin.

    3.3 Tahapan Penelitian

    3.3.1 Pengumpulan Sampel dari Pasaran

    Pengumpulan sampel dilakukan secara acak dengan cara mendata

    berbagai macam produk kapsul dari populasi obat vitamin dan mineral yang

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    46/107

    28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    terdapat di dalam buku mims edisi 2014. Lalu didata semua produk vitamin

    bercangkang kapsul keras dan diperoleh 25 produk vitamin bercangkang

    kapsul keras. Kemudian diambil secara acak 5 produk kapsul bercangkang

    keras dengan produsen yang berbeda-beda yang resmi beredar di Indonesia.

    3.3.2 Pembuatan Lembaran Cangkang Kapsul Gelatin Keras Simulasi

    Menggunakan Gelatin Babi dan Gelatin Sapi

    Formulasi lembaran cangkang kapsul gelatin keras simulasi dapat dilihat pada

    tabel berikut :

    Tabel 3.1 Formulasi Lembaran Cangkang kapsul gelatin keras

    Bahan Jumlah

    Gelatin 50%

    Gliserin 10%

    Titanium dioksida 1,25%

    Tartrazin 0,05%

    Aquadest Ad 100%

    Dibuat total sediaan : 10 mL

    Sebanyak 5 g gelatin dimasukkan ke dalam becker glass 50 mL,

    dibasahi dengan 5 mL aquadest. Kemudian dipanaskan pada suhu 60oC

    sampai membentuk larutan jernih. Lalu ditambahkan 1 mL gliserin, 0,125 g

    titanium dioksida (yang telah didispersikan dalam 1 mL aquadest) dan 5 mg

    pewarna tartrazin (yang telah dilarutkan dalam 1 mL aquadest) lalu di add

    kan dengan aquadest hingga 10 mL. Diaduk hingga homogen. Campuran

    dituangkan ke dalam cetakan untuk memperoleh lapisan tipis larutan gelatin.

    Lalu disimpan di dalam desikator bersilika untuk menurunkan kandungan air

    pada lembaran cangkang kapsul keras (Widyaninggar et al., 2012).

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    47/107

    29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.3.3 Analisis Gelatin dengan FTIR (Fourier Transform Infared 

    Spectroscopy)

    3.3.3.1 Pemisahan Titanium Dioksida

    Sebanyak 0,3 g lembaran cangkang kapsul keras simulasi dari standar

    gelatin sapi dan babi, dan sampel uji cangkang kapsul keras dilarutkan

    dengan 2 mL aquadest panas pada suhu 60oC. Campuran dimasukkan ke

    dalam mikrotube dan disentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan

    10.000 rpm.

    3.3.3.2 Ekstraksi Gelatin

    Sebanyak 2 mL supernatan yang diperoleh dari hasil sentrifugasi pada

    proses pemisahan titanium dioksida dimasukkan ke dalam mikrosentrifuge

    dan ditambahkan dengan 8 mL aseton dingin dengan perbandingan 1:4. Lalu

    divortex selama 5 menit sampai homogen. Diinkubasi pada suhu -20oC

    selama semalam kemudian disentrifuge selama 25 menit dengan kecepatan

    6000 rpm. Supernatan dibuang dan endapan yang diperoleh kemudian dicuci

    dengan aseton sebanyak 3 kali. Setelah itu endapan ditimbang (Fic et al.,

    2010)

    3.3.4 Analisis Profil Gelatin dengan FTIR

    Sebanyak 0,5 g standar gelatin sapi dan babi dilarutkan dengan

    aquadest 1 mL. Sebanyak 0,2 g endapan yang diperoleh dari hasil ekstraksi

    lembaran cangkang kapsul keras simulasi, dan sampel uji cangkang kapsul

    keras dilarutkan dengan aquadest 600 μL pada suhu 60oC hingga homogen

    lalu dimasukkan ke dalam ATR ( Attenuated total reflectance). Scanningsampel dilakukan menggunakan spektroskopi FTIR pada panjang gelombang

    4000-750 cm-1

    (Hasyim et al., 2010 )

    3.3.5 Analisa Data menggunakan PCA

    Data gugus fungsi yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan teknik 

    PCA dengan cara memasukkan data absorbansi dari bilangan gelombang baik 

    standar gelatin sapi dan babi, lembaran cangkang kapsul keras simulasi sapi

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    48/107

    30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dan babi serta sampel uji cangkang kapsul keras ke dalam software Minitab

    15 untuk membedakan gugus fungsi pada standar gelatin, lembaran cangkang

    kapsul keras simulasi dan sampel uji cangkang kapsul keras (Miller, J.N., &

    Miller, J.C. 2005).

    3.3.6 Analisis Gelatin dengan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja

    Tinggi)

    3.3.6.1 Hidrolisis Asam Amino

    Ditimbang sebanyak 0,1 gram masing-masing sampel standar gelatin

    sapi dan babi, lembaran kapsul gelatin keras yang dibuat sendiri dari standar

    gelatin sapi dan babi, dan produk kapsul keras yang telah dikeluarkan isinya,

    ditambahkan 5 mL HCl 6 N dan dialiri gas nitrogen untuk mencegah

    oksidasi. Tabung reaksi ditutup, kemudian divortex selama 5 menit.

    Dihidrolisis pada suhu 1100C selama 22 jam di dalam oven. Setelah

    dihidrolisis, campuran didinginkan pada suhu ruang (Hafidz et al., 2011;

    Fountoulakis & Lahm, 1998). Lalu dipindahkan isi tabung reaksi ke dalam

    labu ukur 50 mL, ditambahkan aquabides sampai tanda batas. Disaring

    dengan filter 0,45µm. Dipipet 500 µL filtrat lalu ditambahkan 40 µL larutan

    standar internal (6,45 mg  α-aminobutyric acid dalam 25 mL HCl 0,1M) dan

    460 µL aquabides.

    3.3.6.2 Derivatisasi

    Dipipet 10 µL campuran larutan dari hasil hidrolisis dan larutan

    standar internal, ditambahkan 70 µL AccQ.Tag Fluor borate, divortex.

    Ditambahkan 20 µL reagen fluor A, divortex, diamkan selama 1 menit. Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 55

    0C, lalu disuntikkan 5 µL filtrat pada

    HPLC (Kabelova et al., 2009).

    3.3.7 Analisis Profil Gelatin dengan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja

    Tinggi)

    Sebanyak 5 µL filtrat diinjeksikan ke dalam kolom HPLC dengan

    kondisi : Waters AccQ•Tag kolom Nova-Pak C18, 4 μm (3,9 x 150 mm),

    temperatur kolom 37°C, laju alir fase gerak 1,0 mL/menit, kromatografi

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    49/107

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    50/107

    32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB IV

    HASIL dan PEMBAHASAN

    4.1 Pengumpulan Sampel dari Pasaran

    Pengumpulan sampel dilakukan secara acak terhadap 5 sampel obat

    bercangkang kapsul keras dari populasi obat vitamin dan mineral dengan

    produsen yang berbeda-beda yang belum teridentifikasi dengan jelas sumber

    bahan baku gelatinnya. Masing-masing sampel diberi identitas sebagai

    berikut :

    Tabel 4.1 Pengumpulan sampel kapsul keras dari pasaran

    No Sampel Kategori

    1. Kapsul merk E A

    2. Kapsul merk D B

    3. Kapsul merk V C

    4. Kapsul merk C D

    5. Kapsul merk I E

    4.2 Pembuatan Lembaran Cangkang Kapsul Keras Simulasi dari

    Standar Gelatin Sapi dan Gelatin Babi

    Lembaran cangkang kapsul keras simulasi dibuat dari bahan dasar

    gelatin dan air dengan penambahan gliserin, TiO2 (titanium dioksida) dan

    pewarna tartrazin. Tujuan penggunaan TiO2 (titanium dioksida) adalah

    sebagai opacifier agent. Titanium dioksida memiliki indeks bias yang tinggi

    sehingga mempunyai sifat yang dapat menghamburkan cahaya dalam

    penggunaannya sebagai pigmen pemutih atau pengopak (Rowe et al., 2003).

    Lembaran cangkang kapsul keras simulasi yang dihasilkan berupa lapisan

    tipis, bewarna kuning, opaque dan dapat digulung. Secara organoleptis dapat

    dilihat bahwa lembaran cangkang kapsul keras simulasi yang dibuat dari

    standar gelatin sapi memiliki warna kuning pucat atau kuning kecoklatan

    sedangkan lembaran cangkang kapsul keras yang dibuat dari standar gelatin

    babi memiliki warna kuning terang. Hal ini sebagaimana dengan serbuk 

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    51/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    52/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    53/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    54/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    55/107

    37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    komponen lainnya. Namun demikian untuk mengkonfirmasi hal tersebut

    perlu dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu dengan optimasi preparasi

    sampel karena bisa jadi bilangan gelombang ini adalah pengotor yang ikut

    terbawa dalam sampel gelatin. Dari spektrum FTIR gambar 14 dan gambar 15

    terlihat bahwa secara umum gelatin sapi dan gelatin babi memiliki puncak-

    puncak serapan pada bilangan gelombang yang hampir identik. Namun jika

    dibandingkan lebih rinci, diantara puncak-puncak serapan yang dihasilkan

    (absorbansi) pada masing-masing bilangan gelombang secara kualitatif relatif 

    berbeda. Misalnya spektrum gelatin sapi pada daerah Amida A relatif lebih

    tinggi jika dibandingkan dengan spektrum gelatin babi begitu pula pada

    daerah amida I dan II (1656-1644 cm-1 dan 1560-1335 cm-1).

    Serapan pada daerah 3290-3280 cm-1

    berkaitan dengan ikatan N-H

    stretching dan ikatan hidrogen intramolekuler pada gugus amina dalam rantai

    asam amino. Absorpsi terpolarisasi paralel pada ikatan N-H, menunjukkan

    adanya interaksi ikatan hidrogen pada struktur alpha heliks dalam struktur

    gelatin tersebut. Puncak yang dihasilkan dapat bergeser ke frekuensi yang

    lebih rendah ketika kekuatan ikatan hidrogennya meningkat (Hasyim et al.,

    2010)

    Ikatan rangkap stretching pada gugus karbonil C=O berinterkasi

    dengan gugus N-H dari ikatan peptida (C-N), muncul pada daerah 1660-1620

    cm-1

    yang sering disebut sebagai daerah amida I. Rentang frekuensi 1660-

    1650 cm-1

    merepresentasikan sturktur alpha heliks dan 1640-1620 cm-1

    sebagai struktur beta sheet . Frekuensi pada daerah amida II yaitu 1550-1520

    cm-1

    menunjukkan deformasi gugus N-H dari struktur alpha heliks (1550-

    1540 cm

    -1

    ) dan struktur beta sheet  (1525-1520 cm-1) (Fischer et al., 2005).Sedangkan frekuensi pada 1500-1200 cm

    -1merupakan representasi dari

    deformasi CH2. Daerah ini juga bersifat spesifik dan menjadi ciri khas dari

    beberapa gugus hidrokarbon yang terdapat pada beberapa senyawa

    makromolekul seperti asam lemak, protein dan polisakarida. Gugus peptida

    merupakan struktur berulang dari protein yang memberikan 9 karakteristik 

    ikatan yang dinamakan amida A, B dan I-VII. Karakteristik serapan IR pada

    protein dan peptide terlihat pada tabel 4.2

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    56/107

    38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.2 Karakteristik Serapan IR pada rantai peptida

    Rantai Peptida Bilangan Gelombang

    (cm-1)

    Keterangan

    Amida A 3300 NH stretching

    Amida B 3100 NH stretching

    Amida I 1600-1690 C=O stretching

    Amida II 1480-1575 CN stretching, NH

    bending

    Amida III 1229-1301 CN stretching, NH

    bending

    Amida IV 625-767 OCN bending

    Amida V 640-800 Out-of-plane NH

    bending

    Amida VI 537-606 Out-of-plane C=O

    bending

    Amida VII 200 Skeletal torsion

    Sumber : Kong, J. and Yu, S. 2007

    Selanjutnya dilakukan analisis pada produk cangkang kapsul keras

    yang beredar dipasaran. Hasil spektrum yang diperoleh dapat dilihat pada

    gambar 16 bahwa spektrum sampel B terlihat sedikit berbeda di daerah amida

    III yang memiliki serapan lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya.

    Hal ini diduga adanya pengotor yang ikut terbawa dalam sampel gelatin

    sehingga memiliki serapan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 16.

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    57/107

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    58/107

     

    698 1243 1338 1409 1455 1556 1633 3263

    GB 1   1,12 0,36 0,32 0,34 0,39 0,65 0,96 1,09

    GB 2   1,14 0,36 0,32 0,33 0,39 0,65 0,96 1,06

    GS 1   1,22 0,41 0,36 0,39 0,45 0,73 0,99 1,13

    GS 2   1,20 0,44 0,38 0,41 0,48 0,80 1,07 1,11

    KGS 1   1,37 0,40 0,39 0,40 0,45 0,69 1,13 1,37

    KGS 2   1,37 0,30 0,37 0,38 0,44 0,66 1,10 1,37

    KGB 1   1,22 0,26 0,26 0,26 0,32 0,51 0,89 1,20

    KGB 2   1,22 0,32 0,30 0,32 0,37 0,60 0,95 1,23

    Kapsul A1   1,14 0,30 0,28 0,30 0,32 0,52 0,81 1,05

    KapsulA2   1,13 0,26 0,25 0,27 0,28 0,45 0,77 1,09

    Kapsul B1   1,27 0,44 0,44 0,45 0,46 0,61 0,91 1,23

    Kapsul B2   1,28 0,45 0,44 0,46 0,48 0,66 0,94 1,23

    Kapsul C1   1,31 0,32 0,37 0,34 0,35 0,51 0,90 1,25

    Kapsul C2   1,30 0,33 0,37 0,35 0,36 0,52 0,90 1,25

    Kapsul D1   1,20 0,33 0,31 0,33 0,37 0,62 0,94 1,12

    Kapsul D2   1,21 0,34 0,31 0,33 0,37 0,62 0,93 1,13

    Kapsul E1   1,31 0,36 0,34 0,36 0,39 0,62 1,01 1,31

    Kapsul E2   1,31 0,37 0,34 0,36 0,40 0,63 1,00 1,31

     

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    59/107

    41

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Berdasarkan kontribusi PC1 dan PC2 maka dapat dibuat kurva score

     plot . Kurva score plot digunakan untuk menaksir struktur data yaitu sebagai

    dasar perbedaan gelatin sapi dan babi (Minitab 15 Statguide, 2007). Semakin

    dekat letak antar sampel pada score plot , maka semakin besar pula

    kemiripannya atau sampel merupakan kelompok yang sama. Sampel dengan

    nilai score plot yang hampir sama mempunyai sifat fisika kimia yang hampir

    sama. Pada software Minitab 15, pengelompokan dilakukan berdasarkan

    posisi sampel pada score plot , apakah memiliki nilai PC1 dan PC2 yang

    positif ataukah negatif. Pada gambar 17 merupakan kurva score plot PC1 dan

    PC2 pada standar gelatin, lembaran kapsul keras dan sampel uji.

    Keterangan: GB : standar gelatin babi, GS : standar gelatin sapi, KGB : kapsul gelatin babi,

    KGS : kapsul gelatin sapi, A: sampel 1, B: sampel 2, C: sampel 3, D: sampel 4, E: sampel 5

    Gambar 17. Kurva score plot  FTIR PC1 dan PC2 pada standar gelatin,

    lembar cangkang kapsul Keras Simulasi dan produk cangkang

    kapsul keras dari pasaran

    Berdasarkan hasil kurva score plot  diatas tampak bahwa lembar

    cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin babi berada pada kuadran 3 yang

    memiliki nilai PC1 dan PC2 negatif. Lembar cangkang kapsul keras yang

    dibuat dari gelatin babi tersebut dapat dibedakan dari kapsul yang dibuat dari

    43210-1-2-3-4-5

    2

    1

    0

    -1

    -2

    -3

    First Component

        S   e   c   o   n    d

        C   o   m   p   o   n   e   n    t

    Score Plot of 702, ..., 3263

    KGB

    KGB

    CC   E

    E

    KGS

    KGS

    BBGS

    GS

    DD

     A 

     A 

    GB

    GB

    IIi

    Iv Iii

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    60/107

    42

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    gelatin sapi yang berada pada kuadran 4 yang memiliki nilai PC1 positif dan

    PC2 negatif. Sementara itu standar gelatin babi berada pada kuadran 2 yang

    memiliki nilai PC1 negatif dan PC2 positif dan standar gelatin sapi berada

    pada kuadran 1 yang memiliki nilai PC1 dan PC2 positif. Hal ini dapat

    disimpulkan bahwa standar gelatin babi dan standar gelatin sapi memiliki

    profil asam amino yang berbeda dengan lembar cangkang kapsul simulasi

    yang dibuat dari gelatin yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat

    formulasi dilakukan pemanasan, penambahan bahan-bahan tambahan atau

    proses ekstraksi yang kurang baik yang dapat mempengaruhi komposisi asam

    amino.

    Pada sampel uji A dan D berada pada kuadran yang sama dengan

    standar gelatin babi yaitu pada kuadran 2. Begitu juga dengan sampel uji C

    berada pada kuadran yang sama dengan lembar cangkang kapsul yang dibuat

    dari standar gelatin babi. Hal ini diduga bahwa sampel uji A, C dan D

    memiliki kemiripan sifat fisika kimia yang sama dengan standar gelatin babi.

    Pada sampel uji B berada pada kuadran yang sama dengan standar gelatin

    sapi yaitu berada pada kuadran 1 sedangkan sampel uji E berada pada

    kuadran yang sama dengan lembar cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin

    sapi. Hal ini diduga bahwa sampel uji B dan E memiliki kemiripan sifat fisika

    kimia yang sama.

    Untuk mengetahui variabel asam amino yang paling berpengaruh

    terhadap pembedaan gelatin sapi dan gelatin babi dapat dilihat berdasarkan

    kurva loading plot  yang dihasilkan dari analisis PCA. Kurva loading plot 

    digunakan untuk menentukan variabel asam amino yang paling berkontribusi

    dalam pembentukan nilai  principal component . Semakin jauh suatu variabeldari titik asalnya (0,0) maka kontribusinya terhadap proses PCA akan

    semakin besar (Widyaninggar et al., 2011). Gambar 18 adalah kurva yang

    menunjukkan loading plot untuk PC1 dan PC2.

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    61/107

  • 8/16/2019 FATHMAH SYAFIQOH-fkik

    62/107

    44

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.4 Analisis Gelatin dengan KCKT

    4.4.1 Hidrolisis Asam Amino

    Hidrolisis asam amino dilakukan dengan menimbang 0,1 gram kapsul

    gelatin keras dengan menambahkan larutan HCl 6 N sebanyak 5 ml dengan

    konsentrasi 2%. Proses hidrolisis dilakukan pada suhu 110oC selama 22 jam

    di dalam oven. Hidrolisis dilakukan menggunakan HCl karena HCl bersifat

    oksidator kuat yang dapat memecah ikatan peptida secara sempurna. Setelah

    dihidrolisis, campuran didinginkan pada suhu ruang. Pada hidrolisis asam,

    asparagin dan glutamin dihidrolisis menjadi asam aspartat dan asam glutamat,

    triptofan secara lengkap dirusak, sistein tidak dapat ditentukan, tirosin

    sebagian dirusak, serin dan treonin dapat dihidrolisis tetapi masih rusak 

    sekitar 10% dan 5% berturut-turut (Fountoulakis, M., & Lahm, H.W, 1998).

    Kemudian isi tabung tersebut dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml dan

    ditambahkan aquabidest sampai tanda batas sehingga konsentrasi larutan

    menjadi 0,2%. Hasil hidrolisis menghasilkan larutan hitam kecoklatan,

    sehingga di filter terlebih dahulu dengan menggunakan membran filter

    berpori 0,45 µm. Hal ini bertujuan untuk memisahkan asam amino dari

    komponen lain yang dapat mengganggu proses pada saat analisis. Setelah

    proses filtrasi menggunakan membran filter 0,45 µm, larutan akan terlihat

    bening dan bersih.

    Hidrolisis dilakukan untuk melepaskan asam amino - asam amino yang

    terdapat dalam gelatin, yaitu melalui pemotongan ikatan peptida asam ami