farmakologi ampisilin

18
2. Amphisilin Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin semi sintetik, dipakai secara per oral dan parenteral, aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif dengan spektrum antibakteri. Absorpsi ampisislin pada pemberian per oral umumnya berlangsung selama kira-kira 2 jam, tetapi jumlah ampisilin yang diabsorpsi bervariasi antara 20 - 70%. Absorpsi ampisilin yang tidak sempurna ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta keterbatasan kelarutan dalam air dan kecepatan disolusinya. Absorpsi diperlambat dengan adanya makanan, tetapi tidak mempengaruhi jumlah tital ampisislin yang diabsorpsi. Oleh karena absorpsi ampisilin pada pemberian per oral tidak sempurna dan sangat bervariasi, maka perlu diteliti bioavailabilitasnya. Deskripsi obat - Nama & Struktur Kimia : Asam (2S,5R,6R)-6-[(R)-2-amino-2- fenilacetamido]-3-3-dimetil-7-okso- 4-tia-1- azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-karboksilat [69-53- 4] (Trihidrat [7177-48-2]). C16H19N3O4S - Sifat Fisikokimia :Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat mengandung tidak kurang dari 900 µg tiap milligram C16H19N3O4S dihitung terhadap zat anhidrat. Secara komersial, sediaan ampisilin tersedia dalam bentuk trihidrat untuk sediaan oral dan garam natrium untuk sediaan injeksi. Potensi ampisilin trihidrat dan natrium penisilin dihitung berdasarkan basis anhidrous.

Upload: fikaimeliawati8283

Post on 31-Dec-2015

406 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

ampisilinnn farmakoterapi ringkasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan

TRANSCRIPT

Page 1: farmakologi ampisilin

2.     Amphisilin

Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin semi sintetik, dipakai secara per oral dan

parenteral, aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif dengan spektrum antibakteri. Absorpsi

ampisislin pada pemberian per oral umumnya berlangsung selama kira-kira 2 jam, tetapi jumlah

ampisilin yang diabsorpsi bervariasi antara 20 - 70%. Absorpsi ampisilin yang tidak sempurna

ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta keterbatasan kelarutan dalam air dan kecepatan

disolusinya.

Absorpsi diperlambat dengan adanya makanan, tetapi tidak mempengaruhi jumlah tital

ampisislin yang diabsorpsi. Oleh karena absorpsi ampisilin pada pemberian per oral tidak

sempurna dan sangat bervariasi, maka perlu diteliti bioavailabilitasnya.

     Deskripsi obat

- Nama & Struktur

Kimia :

Asam (2S,5R,6R)-6-[(R)-2-amino-2-fenilacetamido]-3-3-dimetil-7-

okso- 4-tia-1-azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-karboksilat [69-53-4]

(Trihidrat [7177-48-2]). C16H19N3O4S

- Sifat Fisikokimia

:

Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat mengandung tidak kurang

dari 900 µg tiap milligram C16H19N3O4S dihitung terhadap zat

anhidrat. Secara komersial, sediaan ampisilin tersedia dalam bentuk

trihidrat untuk sediaan oral dan garam natrium untuk sediaan injeksi.

Potensi ampisilin trihidrat dan natrium penisilin dihitung berdasarkan

basis anhidrous. Ampisilin trihidrat berwarna putih, praktis tidak berbau

, serbuk kristal, dan larut dalam air. Ampisilin trihidrat mempunyai

kelarutan dalam air sekitar 6 mg/mL pada suhu 200C dan 10 mg/mL

pada suhu 40 0C. Ampisilin sodium berwarna hampir putih, praktis

tidak berbau, serbuk kristal, serbuk hidroskopis, sangat larut dalam air,

mengandung 0.9% natrium klorida. Pelarutan natrium ampicilin dengan

larutan yang sesuai, maka 10 mg ampicilin per mL memiliki pH 8-10.

Jika dilarutkan secara langsung ampisillin trihidrat oral suspensi

memiliki pH antara 5-7.5

- Keterangan : Ampisilin adalah aminopenisilin. Perbedaan struktur ampisilin dengan

penicillin G hanya terletak pada posis gugus amino pada alpha cincin

Page 2: farmakologi ampisilin

benzena yang terletak pada R dalam inti penisilin.

     Golongan/Kelas Terapi

Anti Infeksi

     Nama Dagang

- Actesin inj - Ambripen - Amcillin - Ampi

- Arcocillin - Bannsipen - Bimapen - Binotal

- Biopenam - Broadapen - Cinam - Corsacillin

- Dancillin - Decapen - Erphacillin - Etabiotic

- Etrapen - Hufam - Kalpicillin - Kemocil

- Lactapen - Medipen - Megapen - Metacillin

- Mycill - Opicillin - Pampicillin - Parpicillin

- Penbiotic - Penbritin - Pincyn - Polypen

- Primacillin - Ronexol - Sanpicillin - Standacillin

- Unasyn - Varicillin - Viccillin - Xepacillin

- Akrotalin

     Indikasi

          Pengobatan infeksi yang peka (non-betalaktamase-producting organisme); bakteri yang

peka yang disebabkan oleh streptococci, pneumococci nonpenicillinase-producting

staphilocochi, listeria, meningococci; turunan H.Influenzae, salmonella, Shigella, E.coli,

Enterobacter, dan Klebsiella .

     Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

     Dosis anak:

          Infeksi ringan – sedang: I.M., I.V.: 100 -150 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

(maksimal:2-4 mg/hari). Oral: 50-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam (maksimal:

2-4 g/hari)

Page 3: farmakologi ampisilin

          Infeksi berat/mengitis: I.M.,I,V: 200-400 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam

(maksimal; 6-12 g/hari).

          Endocarditis profilaxis: Gigi, mulut, saluran pernafasan atau esophagus: 50 mg/kg

digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol, Saluran kemih, GI: pasien resiko tinggi: 50

mg/kg (maksimal 2 g) digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol. Pasien risiko tinggi: 50

mg/kg digunakan 30 menit sebelum prosedur operasi.

     Dosis Dewasa

          Dosis lazim:

          Oral : 250 – 500 mg tiap 6 jam.IM.IV: 50-100 mg/kg/hari setiap 6 jam.

          Sepsis/meningitis: IM.IV: 150-250 mg/kg/24 jam dosis terbagi setiap 3-4 jam  (rentang:6-

12g/hari).

     Penyesuaian dosis

          ClCr >50 mL/menit: diberikan tiap 6 jam. ClCr 10-50 mL/menit diberikan setiap 6-12

jam. ClCr <10 mL/menit diberikan setiap 12-24 jam.

Lama pemberian:

          Lama pemberian ampicillin tergantung pada tipe dan tingkat kegawatan serta tergantung

juga pada respon klinis dan  bakteri penginfeksinya. Seperti contoh umum jika ampisillin

digunakan untuk penanganan infeksi gonore maka ampicillin diberikan tidak kurang dari 48 –

72 jam setelah pasien mengalami gejala infeksi maupun sesuai temuan hasil uji laboratorium.

Untuk infeksi persisten, kemungkinan diberikan untuk beberapa minggu.

     CARA PEMBERIAN:

          Disesuaikan dengan jeda waktu yang telah ditetapkan untuk mempertahankan kadar obat

dalam plasma. Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk memaksimalkan absorpsi (1 jam

sebelum makan dan 2 jam setelah makan).

     Farmakologi

     Absorbsi: oral: 50%.

     Distribusi: empedu, dan plasma jaringan; menembus ke cairan serebrospinal terjadi hanya

Page 4: farmakologi ampisilin

ketika terjadi inflamasi meningitis.

          Ikatan protein: 15 – 25%

          T½ eliminasi:

          Anak – anak dan dewasa: 1-1.8 jam.

          Anuria/ARF:7-20 jam.

          T max: Oral: 1-2 jam

     Eksresi: urin (90% bentuk utuh) dalam 24 jam.

          Dialisis: Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial dialisis: 20-50%

     Stabilitas Penyimpanan

          Ampisilin kapsul, serbuk oral suspensi disimpan pada wadah kedap dengan suhu antara

15-30°C, setelah mengalami pencampuran, ampisilin trihidrat disimpan dalam lemari pendingin

dengan suhu antara 2-8°C dan akan bertahan selama 14 hari, tapi jika disimpan dalam suhu

ruangan maka akan bertahan selama 7 hari. Ampisilin injeksi, setelah mengalami pelarutan

sebaiknaya digunakan kurang dari 1 jam setelah pencampuran. Stabilitas ampisilin injeksi

setelah dilarutkan tergantung kenaikan konsentrasinya, ampisillin peka sekali dengan cairan

yang mengandung dextrose, karena akan mengakibatkan efek katalitik dan menghidrolisis obat.

     Kontraindikasi

          Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau

komponen lain dalam sediaan.

     Efek Samping

SSP : Demam, penisilin encephalitis, kejang.

Kulit : Erythema multifom, rash, urticaria.

GI : Lidah hitam berambut, diare, enterochollitis, glossitis, mual, pseudomembranouscollitis,

sakit mulut dan lidah, stomatitis, muntah.

Hematologi : Agranulositosis, anemia, hemolitik anemia, eosinophilia, leukopenia,

trombocytopenia purpura.

Hepatik : AST meningkat.

Renal : Interstisisal nephritin (jarang)

Respiratory : Laringuela stidor

Miscellaneous : Anaphilaxis.

Page 5: farmakologi ampisilin

     Interaksi

     Dengan Obat Lain :

     Meningkatkan efek toksik:

            1. Disulfiran dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar ampisilin.

            2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar ampisilin

            3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam.

     Menurunkan efek:

      Dicurigai ampisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral.

     Dengan Makanan : Makanan dapat menurunkan tingkat absorbsi ampisillin, sehingga

kemungkinan akan menurunkan kadar ampisillin.

     Pengaruh

     Terhadap Kehamilan : Data keamanan penggunaan pada ibu hamil belum ada sehingga CDC

(center for disease controle and prevention) memasukannya pada  Kelas faktor risiko B.

     Terhadap Ibu Menyususi : CDC mengklasikasikan keamananya kategori B Karena amoksisilin

terdistribusi kedalam ASI (air susu ibu) maka dikhawatirkan amoksisilin dapat menyebabkan

respon hipersensitif untuk bayi, sehingga monitoring perlu dilakukan selama menggunakan obat

ini pada ibu menyusui.

     Terhadap Anak-anak : Data tentang keamanan masih establish

     Terhadap Hasil Laboratorium : Berpengaruh terhadap hasil pengukuran : Hematologi dan

hepar.

     Parameter Monitoring

          Pengamatan rutin terhadap : Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi Hepar (SGPT, SGOT),

Hematologi. (Hb), Indikator infeksi.(Suhu badan, kultur ).

     Bentuk Sediaan

 Kapsul, Serbuk Kering Suspensi Oral, Serbuk Injeksi

     Peringatan

          Pada pasien yang mengalami gagal ginjal, perlu penyesuaian dosis. Tingkat kejadian

Page 6: farmakologi ampisilin

ruam akibat penggunaan ampisilin pada anak – anak  sebanyak 5 – 10% kebanyakan muncul

pada 7-14 hari setelah penggunaan obat.

     Informasi Pasien

          Untuk menghindari timbulnya resistensi, maka sebaiknya amoksisilin digunakan dalam

dosis dan rentang waktu yang telah ditetapkan. Obat digunakan dalam keadaan perut kosong (1

jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan). Amati jika ada timbul gejala ESO obat, seperti

mual, diare atau respon hipersensitivitas. Jika masih belum memahami tentang penggunaan

obat, harap menghubungi apoteker. Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah

menggunakan obat, maka harap menghubungi dokter.

     Mekanisme Aksi

          Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan

penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan

pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya

biosintesis dinding sel terhambat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).

     Monitoring Penggunaan Obat

          Lamanya penggunaan obat : Menilai kondisi pasien sejak awal hingga akhir penggunaan

obat. Mengamati kemungkinan adanya efek anafilaksis pada pemberian dosis awal.

3.     Contrimoxazole

Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan

trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid

yang besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat

esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif

terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci, Staphylococci,

Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole

juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E.

coli. P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.

     Komposisi:

Tiap 5 ml suspensi mengandung 40 mg trimetoprim dan 200 mg sulfametoksazol.

      Informasi obat

Page 7: farmakologi ampisilin

- Nama & Struktur

Kimia :

4-amino-N-(5-methylisoxazol-3-yl)-benzenesulfonamide, 5-(3,4,5-

trimethoxybenzyl)pyrimidine-2,4-diamine,C10H11N3O3S,

C14H18N4O3

- Sifat Fisikokimia

:

SULFAMETOXAZOLE (disingkat SMX)Mengandung tidak kurang dari

99.0% dan tidak lebih dari 101.0% C10H11N3O3S dihitung terhadap zat

yang telah dikeringkan. Obat berbentuk serbuk hablur, putih sampai

putih, praktis tidak berbau. Kelarutan obat; praktis tidak larut dalam air

dalam eter dan dalam kloroform, mudah larut dalam asetone dan dalam

larutan natrium hidroksida encer; agak sukar larut dalam etanol.

TRIMETHOPRIM (disingkat TMP)Mengandung tidak kurang dari

98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C14H18N4O3 dihitung terhadap zat

yang telah dikeringkan. Kelarutan obat : sangat sukar larut dalam air;

larut dalam benzilalkohol, agak sukar larut dalam kloroform dan dalam

metanol, sangat sukar larut dalam etanol dan dalam asetone, praktis tidak

larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida.

- Keterangan

:

Co-trimoksazol (disingkat SXT, TMP-SMX, or TMP-sulfa) adalah

antibiotik kombinasi antara trimethoprim dan sulfametoksazol, dalam

rasio perbandingan 1 banding 5.

      Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi   Nama Dagang

- Bactricid - Bactrim - Bactrizol - Cotrim

- Cotrimol - Dumotrim - Erphatrim - Fsiprim

- Hexaprim - Ikaprim - Infatrim - Licoprima

- Meditrim - Merotin - Moxalas - Nufaprim

- Ottoprim - Primadex - Primsulfon - Septrin

- Sulprim - Sultrimmix - Trimezol - Trimoxsul

- Trixzol - Ulfaprim - Wiatrim - Xepaprim

- Zoltrim - Zultrop - Bactoprim Combi

 

Page 8: farmakologi ampisilin

      Indikasi

          Untuk pengobatan infeksi saluran urin yang disebabkan E.coli, Klebsella dan Enterobacter

sp, M.morganii,P.mirabilis dan P.vulgaris; otitis media akut pada anak; eksaserbasi akut pada

bronchitis kronis pasien dewasa yang disebabkan oleh bakteri yang sensistif seperti

H.influenzae,atau S.pneumoniae; pencegahan dan pengobatan Pneumocitis carinii pneumoniae

(PCP); traveler diarrhea yang disebabkan oleh enterotoksigenik E.coli; pengobatan entritis yang

disebabkan oleh Shigella flexneri atau Shigella sonnei.

         Untuk pengobatan infeksi severe atau komplikasi ketika penggunaan oral sudah tidak

mungkin dilakukan. Seperti yang terdokumentasikan digunakan  untuk PCP, yaitu digunakan

pengobatan empiric PCP pada pasien immunocompromise; shigellosis; demam tifoid; infeksi

Nacardia asteroides .

      Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

          Dosis: dihitung berdasarkan perbandingan dasar obat, dengan komposis sulfametoxazole

800 mg dan trimethoprim 160 mg.

          Anak >2 tahun , dengan panduan :

          Infeksi ringan – berat: oral; 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.

          Infeksi serius:

          Oral: 20mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

          IV: 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

          Otitis media akut: oral: 8 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam selama 10

hari.

      Pneumocytis:

Page 9: farmakologi ampisilin

          Pengobatan: oral, IV; 15-20 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam.

          Pencegahan: oral: 150 mg TMP/m2/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam  untuk 3

hari/minggu. Jangan melebihi trimetoprime 320 mg dan sulfametoxazol 1600 mg/hari

      Shigellosis:

          Oral: 8 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam selama 5 hari.

8-10 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6,8, atau 12 jam lebih dari 5 hari.

      Infeksi saluran urin :

          Oral: satu tablet (sulfametoxazole 800 mg dan trimethoprim 160 mg) setiap 12 jam.

    Lamanya pengobatan:

          tidak ada komplikasi: 3-5 hari; 

          dengan komplikasi: selama 7-10 hari.

          Pyelopritis: 14 hari;

          prostatitis: akut:2 minggu;

          kronik;2-3 bulan.

8-10 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6,8 atau 12 jam selama 14 hari untuk infeksi

gawat.

      Bronkitis kronis:

oral: 1 (satu) tablet setiap 12 jam selama 10-14 hari.

      Shigellosis:

          Oral: 1 tablet setiap 12 jam selama 5 hari.

8-10 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6,8 atau 12 jam selama 5 hari.

      Diare traveler:

           oral: 1 tablet setiap 12 jam selama 5 hari.

          Sepsis: IV: 20 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

      Profilasis:

oral: 1 tablet sehari atau 3 kali/minggu.

          Pengobatan: oral,IV: 15-20 mg TMP/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi.

Page 10: farmakologi ampisilin

      Cyclospora:

 oral,IV: 160 mg TMP dua kali sehari untuk 7-10 hari.         

      Infeksi kulit

: 5mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi.

          Infeksi gawat (pulmonal/cerebral): 10-15 TMP/kg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Lamanya

pengobatan masih controversial, ada yang melaporkan selama 7 bulan penggunaan obat.

      Farmakologi

      Absorbsi: oral : hampir sempurna, 90-100%.

          Ikatan protein: SMX; 68%; TMX;45%.

      Metabolisme: SMX: N-asetilasi dan glukoronidasi.

          TMX: menjadi metabolit oksidan hidroksilat.

          T½ eliminasi:

          SMX: 9 jam.

          TMP: 6-17 jam, dan mengalami perpanjangan pada pasien gagal ginjal.

          T. max, serum: antara 1-4 jam.

      Eksresi obat: dieksresi melalui urin dalam bentuk metabolit dan dalam bentuk utuh.

          efek: secara farmakologis keduanya bervariasi: peningkatan t ½ dan penurunan klirens

obat tergantung klirens kreatinin.

      Stabilitas Penyimpanan

          Simpan pada suhu ruangan (25°C), jangan disimpan pada refrigerator/pembeku, terlindung

dari cahaya.

Sediaan suspensi disimpan pada suhu ruangan dan terhindar dari cahaya langsung.

          Sediaan larutan IV, cara pelarutannya dan pelarutnya harus sesuai dengan  yang telah

diinformasikan; simpan pada suhu ruangan jangan disimpan dalam refrigerator dan terlindung

dari cahaya langsung.

          5 mL/125 D5W stabil untuk 6 jam.

          5 mL/100 D5W stabil untuk 4 jam.

          5 mL/75 D5W stabil untuk 2 jam.

Page 11: farmakologi ampisilin

      Kontraindikasi

          Hipersensitif pada obat golongan sulfa, trimethoprim atau komponen lain dalam obat;

profiria; anemia megaloblastik karena kekurangan asam folat; bayi dengan usia <2 bulan; adanya

tanda kerusakan pada hepar pasien; gagal ginjal parah; kehamilan

      Efek Samping

Reaksi efek samping yang paling banyak adalah gangguan pencernaan (mual, muntah, anorexia),

reaksi dermatologi (rash atau urticaria);

          efek samping yang jarang dan dapat hilang dengan sendirinya terkait dengan penggunaan

co-trimoxazole meliputi : reaksi dermatologi gawat dan hepatotoxic

  Cardiovascular : Alergi myokarditis.

          SSP : konfusi, depresi, halusinasi, kejang, peripheral neutritis, demam, ataxia, ikterus pada

janin.

      Dermatologi : Rash, pruritus, urtikaria, fotosensitivitas; kejadian yang jarang termasuk erytema

multiform, sindrom stevens-johnson, toxic epidermal necrosis, dermatitis eksfoliatif, Henoch-

schonlein purpura.

      Endokrin dan metabolit : miperkalemia (pada penggunaan dosis besar), hipoglikemik.

      Gastrointestinal : Mual, muntah, anorexia, stomatitis, diare, pseudomembranous collitis,

pankreatitis.

      Hematologi : Trombositopenia, anemia megaloblastik, granulositopenia, eosinophiia,

pansitopenia, anemia aplastic, methemoglobinemia, hemolisis (dengan G6PD defisiensi),

agranulositosis.

      Hepatic : Hepatotoxic (hepatitis, kolestasis, necrosis hepatic), hiperbilirubinemia, peningkatan

enzim transaminase.

      Neuromuskular dan skeletal : Atralgia, myalgia, rabdomilisis.

      Renal : interstisial nephritis, kristaluria, gagal ginjal, neprotosis, diuresis.

      Pernafasan : batuk, dispepsia, infiltrasi pulmonal.

      Lain-lain: serum sicknes, angioedema, SLE (systemic lupus erytomatosus: jarang).

      Interaksi

  Dengan Obat Lain :

            Efek sitokrom P450:

Page 12: farmakologi ampisilin

            Sulfametoksazol : inhibitor CYP2C8/9 (moderat).

            Trimethoprim: inhibitor CYP2C8/9 (moderat)

      Meningkatkan efek toksik:

  Meningkatkan efek toksis dari metotreksat

  Meningkatkan kadar obat procainamide.

            Penggunaan bersamaan dengan pyrimethamine (dengan dosis >25mg/minggu)

kemungkinan dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia megaloblastik.

            Kemungkinan meningkatkan kadar obat amiodaron, flueksetin, glimepirid, glipizid,

nateglinid, phenytoin, pioglitazone, rosiglitazon, sertalin, warfarin, dan substrat CYP2C8/9

lainya.

            Peningkatan efek hiperkalemia pada penggunaan bersamaan obat ACE inhibitor, reseptor

antagonis angiotensin atau diuresis hemat kalium.

  Peningkatan efek neprotosis dengan siklosporin.

  Meningkatkan kadar obat dapson.

      Menurunkan efek obat:

            Kemungkinan kadar obat kotrimoxazole akan diturunkan oleh: karbamazepin,

fenobarbital, penitoin, rifampisin, rifapentine, secobarbital, dan inducer CYP2C8/9 lainya.

      Pengaruh

      Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C/D. Jangan digunakan pada saat term kehamilan untuk

menghindari terjadinya ikterus pada bayi; penggunaan selama proses kehamilan hanya jika

terjadi resiko obesitas pada janin.

      Terhadap Ibu Menyusui : Tereksresi dalam air susu ibu; hati – hati jika diketahui ada kontra

indikasi pada bayi.

      Terhadap Anak-anak : Kontraindikasi jika digunakan pada bayi dengan usia <2 bulan.

      Terhadap Hasil Laboratorium : Kemungkinan dapat mempengaruhi hasil pengukuran fungsi

hati, ginjal, dan beberapa elektrolit.