farmakologi 2008

73
1 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGANTAR FARMAKOLOGI LAUT (M10A206) Disusun oleh : 1. Moh. Ari Setiawan 230210080067 2. Enjang Hernandi Hidayat 230210080068 3. Darmadi 230210080069 4. Cuncun Hendrayana 230210080070 5. Alfian Nurrachman 230210080071 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

Upload: darmadi

Post on 13-Jun-2015

2.170 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas akhir farmakologi

TRANSCRIPT

Page 1: farmakologi 2008

1

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PENGANTAR FARMAKOLOGI LAUT

(M10A206)

Disusun oleh :

1. Moh. Ari Setiawan 230210080067

2. Enjang Hernandi Hidayat 230210080068

3. Darmadi 230210080069

4. Cuncun Hendrayana 230210080070

5. Alfian Nurrachman 230210080071

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2009

Page 2: farmakologi 2008

2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR FARMAKOLOGI LAUT

SEMESTER GENAP, TA 2008 / 2009

Disusun oleh :

1. Moh. Ari Setiawan 230210080067

2. Enjang Hernandi Hidayat 230210080068

3. Darmadi 230210080069

4. Cuncun Hendrayana 230210080070

5. Alfian Nurrachman 230210080071

Acc :

Jatinangor, Juni 2009

Pembimbing

Mochamad Untung Kurnia Agung,S.Kel.

NIP. 132317128

Page 3: farmakologi 2008

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah

laporan dengan judul “Laporan Resmi Praktikum Pengantar Farmakologi Laut”.

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada revolusioner dunia, insan

terpilih yakni nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya yang dimuliakan, para

sahabatnya yang diagungkan, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Salah satu tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Pengantar Farmakologi Laut

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu

dosen mata kuliah Pengantar Farmakologi Laut yang telah memberikan bimbingan dalam

penyelesain laporan ini, dan tak lupa kepada semua pihak yang secara langsung maupun

tidak langsung telah turut serta memberikan bantuannya dalam proses penyusunan laporan

ini.

Tak ada gading yang tak retak Penulis menyadari dalam penulisan laporan

praktikum pengantar farmakologi laut ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan makalah ini

di masa yang akan datang.

Jatinangor, Juni 2009

penyusun

Page 4: farmakologi 2008

4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………. iii

I. Mata Acara Praktikum :

Pembuatan Simplisia dan

Ekstrak Bahan Alam

………………………………………………. 1

BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 1

1.2. Tujuan Praktikum ………………………………………………. 5

BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 6

2.1. Tinjauan Umum Simplisia ………………………………………………. 6

2.2. Macam-macam Teknik

Pembuatan Simplisia dan Sediaan Obat

(Ekstraksi,Maserasi, dan Perkolasi)

………………………………………………. 7

BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 9

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum

………………………………………………. 9

3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 9

3.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 9

BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 11

4.1. Hasil ………………………………………………. 11

4.2. Pembahasan ………………………………………………. 11

BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 13

5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 13

5.2. Saran ………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 14

II. Pengujian Komponen Farmaka

dalam Simplisia

………………………………………………. 15

BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 15

1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 15

1.2. Tujuan Praktikum ………………………………………………. 15

BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 16

II.1. Tinjauan umum komponen

Farmaka Bahan Alam

………………………………………………. 16

Page 5: farmakologi 2008

5

II.2. Teknik Pengujian Komponen

Farmaka Bahan Alam

………………………………………………. 19

BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 20

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum

………………………………………………. 20

3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 20

3.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 21

BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 22

4.1. Hasil ………………………………………………. 22

4.2. Pembahasan ………………………………………………. 22

BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 24

5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 24

5.2. Saran ………………………………………………. 24

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 25

III. Uji Bioaktivitas Ekstrak Bahan

Alam Terhadap Mikroba

………………………………………………. 26

BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 26

1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 26

1.2. Tujuan Praktikum ………………………………………………. 26

BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 27

2.1. Tinjauan umum Uji Bioakivitas ………………………………………………. 27

2.2. Bakteriostatik dan Bakterisidal ………………………………………………. 30

BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 32

III.1. Waktu dan Tempat

pelaksanan Praktikum

………………………………………………. 32

III.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 32

III.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 33

BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 34

4.1. Hasil ………………………………………………. 34

4.2. Pembahasan ………………………………………………. 34

BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 37

5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 37

5.2. Saran ………………………………………………. 37

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 38

IV. Pemisahan Senyawa dengan

Kromatografi Lapis Tipis

………………………………………………. 39

BAB I : Pendahuluan ………………………………………………. 39

1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 39

Page 6: farmakologi 2008

6

1.2. Tujuan Praktkum ………………………………………………. 39

BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 40

2.1. Tinjauan Umum Kromatografi

Lapis Tipis

………………………………………………. 40

2.2. Polaritas Senyawa Bahan Alam ………………………………………………. 42

BAB III : Metodologi Praktikum ………………………………………………. 43

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum

………………………………………………. 43

3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 43

3.3. Prosedur Kerja ………………………………………………. 44

BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………………………………………………. 45

IV.1. Hasil ………………………………………………. 45

IV.2. Pembahasan ………………………………………………. 45

BAB V : Kesimpulan dan Saran ………………………………………………. 48

5.1. Kesimpulan ………………………………………………. 48

5.2. Saran ………………………………………………. 48

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 49

Page 7: farmakologi 2008

7

I. Mata Acara Praktikum : Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Bahan Alam

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Farmakologi merupakan Ilmu tentang interaksi antara senyawa kimia dengan sistem

biologi, Ilmu tentang kerja obat pada organisme sehat atau sakit. Hal ini merupakan

gambaran umum tentang farmakologi, latar belakang kita mempelajari ilmu ini kaitannya

dengan disiplin ilmu kita yang berbasis biotekhnologi kelautan adalah sangat erat dimana

kita akan mengeksplor bahan hayati dari laut guna dijadikan sedian obat alami. Dalam

praktikum kali ini kita akan membuat suatu simplisia dari bahan alam (temu kunci) serta

mengekstraknya dalam beberapa tahapan guna mendapatkan suatu ekstrak murni bahan

alam yaitu temu kunci.

Bentuk-bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pulvis (Serbuk)

Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan

untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

b. Pulveres

Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus

menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

c. Tablet (Compressi)

Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung

pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat

atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

* Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta

penandaannya tergantung design cetakan.

* Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab

dalam lubang cetakan.

* Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah

jarang ditemukan

Page 8: farmakologi 2008

8

* Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna

dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan

secara oral.

* Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan

meletakkan tablet di bawah lidah.

* Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.

* Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup

rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.

* Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di

rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.

d. Pilulae (PIL)

Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan

dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena

tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

e. Kapsulae (Kapsul)

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak

yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:

* Menutupi bau dan rasa yang tidak enak

* Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari

* Lebih enak dipandang

* Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan

pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian

dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.

* Mudah ditelan.

f. Solutiones (Larutan)

Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat

larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan

atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel).

Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang

larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau

campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral

(diminum) dan larutan topikal (kulit).

Page 9: farmakologi 2008

9

g. Suspensi

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi

dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk

susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga

(telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.

h. Emulsi

Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi,

fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,

umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.

i. Galenik

Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau

tumbuhan yang disari.

j. Extractum

Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia

nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.

k. Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan

air pada suhu 900 C selama 15 menit.

l. Immunosera (Imunoserum)

Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum

hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan

mengikat kuman/virus/antigen.

m. Unguenta (Salep)

Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit

atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah

dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi

homogen dalam dasar salep yang cocok.

Page 10: farmakologi 2008

10

n. Suppositoria

Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui

rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu

tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:

* Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan

inflamasi karena hemoroid.

* Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk

anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik

antipiretik.

o. Guttae (Obat Tetes)

Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan

untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan

penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes

beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa

antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes

telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).

p. Injectiones (Injeksi)

Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang

harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau

selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien

yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

Page 11: farmakologi 2008

11

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengambil ekstrak dari sedian bahan

obat alam (sampel temu kunci) dengan metode maserasi.

Page 12: farmakologi 2008

12

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Umum Simplisia

Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam

yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian

simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk

obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain

umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

Contoh Simplisia :

Ini adalah penampilan serbuk Guazumae folium di bawah mikroskop. Yang menjadi ciri khas

simplisia ini adalah adanya rambut penutup yang berbentuk seperti bintang. Khasiat

guazumae atau jati belanda adalah membantu menurunkan kelebihan lemak dan kolesterol.

Salah satu produk yang terkenal adalah Prolipid yang diproduksi oleh PT. Indofarma.

Ini adalah simplisia Kina atau Chincona spp. Kulit kayu dari kina yang banyak tumbuh di

Indonesia ini mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna sebagai obat. Dua alkaloid yang

sangat penting yaitu kinin untuk penyakit malaria dan kinidin untuk penyakit jantung. Ciri

mikroskopik simplisia ini adalah serabut sklerenkim yang berwarna coklat terang.

Page 13: farmakologi 2008

13

Dan yang terakhir adalah Rhei radix. Tanaman yang terkenal dengan nama kelembak ini

memiliki ciri khas mikroskopik berupa kristal kalsium oksalat berbentuk roset (yang berwarna

hitam dan bentuknya kecil). Rheum palmatum, nama spesies dari kelembak ini berkhasiat

sebagai purgatif/laksatif.

Dalam pembuatan sediaan bahan obat terutama dari alam, pertama kali kita harus

membuat simplisia dari sampel (temu kunci) yang akan kita jadikan sedian bahan obat

melalui beberapa tahapan dalam pembuatan simplisia ini diantaranya kita harus

mempersiapkan bahan untuk proses ekstraksi setelah itu dilanjutkan dengan maserasi dan

perkolasi dengan menggunakan methanol dalam medium botol.

2.2. Macam – Macam Teknik Pembuatan Simplisia dan Sediaan Obat

Dalam praktikum kali ini untuk pembuatan simplisia dan sediaan bahan obat dari

alam kita menggunakan beberapa tahapan teknik pembuatan simplisia sediaan bahan obat

tersebut diantaranya :

a. Ekstraksi

Merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya

terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya

pelarut organik(Wikipedia,2009).

b. Maserasi

Maserasi (macerare = mengairi, melunakan) adalah cara ekstraksi yang sederhana.

Bahan yang dihaluskan sesuai dengan persyaratan farmakope (umumnya terpotong-

potong atau diserbukkasarkan) disatukan dengan bahan ekstraksi. Deposisi tersebut

disimpan terlindungi dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya

atau perubahan warna) dan dikocok kembali(Wikipedia,2009).

Page 14: farmakologi 2008

14

c. Perkolasi

Perkolasi merupakan suatu perembesan yang mengaliri dari air melalui substrat

yang solid, hal ini bisa mengakibatkan pencabutan atau pengendapan dari suatu

mineral(Wikipedia,2009).

Page 15: farmakologi 2008

15

BAB III

Metodologi Praktikum

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Tempat Praktikum : Lab. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad

Waktu : Jum’at, 15 Mei 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)

3.2. Alat dan Bahan

Alat :

1. Batang pengaduk

2. Gelas ukur

3. Medium botol / Gelas piala

4. Pipet tetes

5. Pipet volumetrik

6. Pisau

7. Evaporator

Bahan :

1. Ethanol

2. Methanol

3. Temu kunci

3.3. Prosedur kerja

a. Prosedur kerja Maserasi Bahan Alam :

Menimbang sampel temu kunci seberat 100 gram

Mencuci sampel dengan air kran sampai bersih, jangan sampai

meninggalkan sisa tanah pada sampel

Mengeringkan sampel tersebut dengan tissue

Lalu merajang / mencacah sampel tersebut dengan menggunakan

pisau

Page 16: farmakologi 2008

16

Memasukan kedalam medium botol

Memasukan methanol sampai terendam lalu tutup botol tersebut

Merendam hingga 24 jam

Mengganti dengan methanol baru diaduk sekali – kali

Menguapkan supernata/cairan hasil rendaman menggunakan

evaporator

Hasil ekstrak

BAB IV

Page 17: farmakologi 2008

17

Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah ekstrak dari bahan alam temu kunci yang telah melalui

beberapa tahapan untuk pembuatan simplisia sediaan bahan obat diantaranya Ekstraksi,

Maserasi, dan Perkolasi. Dimana kelompok kami menghasilkan warna ekstrak temu kunci

yang berwarna kuning pekat dari proses Maserasi yang telah dilakukan. Hasil ekstrak ini

digunakan sebagai bahan praktikum selanjutnya.

4.2. Pembahasan

Pembuatan simplisia dan ekstrak dari bahan alam ini (temu kunci) tidaklah sulit jika

kita benar – benar tekun untuk menjalaninya, pembuatan simplisia dan ekstrak ini ada

standar resmi yang dilakukan pemerintah guna membuatnya, tidak sembarangan dalam

mengerjakannya.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan

kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang

lainnya pelarut organic (Wikipedia,2009).

Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:

Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.

Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini

merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala

industri.

Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan suatu

senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.

Disini juga kita erat kaitannya dengan maserasi dimana pengertian maserasi tersebut

adalah Maserasi (macerare = mengairi, melunakan) adalah cara ekstraksi yang sederhana.

Bahan yang dihaluskan sesuai dengan persyaratan farmakope (umumnya terpotong-potong

Page 18: farmakologi 2008

18

atau diserbukkasarkan) disatukan dengan bahan ekstraksi. Deposisi tersebut disimpan

terlindungi dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan

warna) dan dikocok kembali. Waktu maserasi adalah berbeda-beda, masing-masing

farmakope mencantumkan 4-10 hari. Kurang lebih diperlukan lima hari untuk mendapatan

hasil larutan bahan dari sel akan rusak yang terbentuk pada penghalusan, ekstrasi (difusi)

dari bahan kandungan sel yang masih utuh. Setelah waktu ini sebaiknya ditetapkan antara

bahan yang diekstraksi dalam bagian sebelah dalam sel dengan yang masuk ke dalam

cairan dan dengan demikian difusi akan berakhir.

Persyaratan untuk ini adalah pengulangannya pengocokannya diposisi (kira-kira tiga

kali sehari). Melalui usaha ini dijamin suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang

lebih cepat ke dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya

perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi, suatu penyumbatan dan

dengan demikian ekstraksi absolut tidaklah mungkin. Semakin besar perbandingan ekstrak

terhadap cairan ekstrasksi akan semakin baik hasil yang diperoleh.setelah maserasi maka

deposisi diperas (kain pemeras) dan sisanya diperas habis. Untuk ini digunakan pengepres

tingtur (pengepres kincir) atau pengepres hidrolik.

Cairan maserasi dan cairan yang diperoleh melalui perasan disatukan dengan

mencuci sisa perasan dengan bahan ekstraksi diberikan pada kandungan atau jumLah yang

telah diperoleh. Proses mencuci, tersebut berlaku untuk memperoleh kandungan bahan

ekstraktif dan untuk menyeimbangkan kembali kehilangan saat penguapan yang terjadi

pada penyarian dan pengepres. Hasil ekstraksi disimpan dingin beberapa hari, lalu

cairannya dituang dan disaring.

Cara kerja dari proses ini sendiri yaitu pertama-tama yang harus dilakukan adalah

serbuk sampel dimasukkan ke dalam gelas piala atau tempat seperti botol terbalik.

Kemudian ditambahi pelarut etanol sampai sampel terendam. Diaduk sekali-sekali. Pelarut

diganti setiap waktu tertentu. Terakhir akan didapatkan hasil berupa ekstrak dan gunakan

pelarut yang tidak mudah menguap.

BAB V

Kesimpulan dan Saran

Page 19: farmakologi 2008

19

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum pembuatan simplisia dan ekstrak bahan alam ini adalah

pembuatan simplisia bahan alam dimana kelompok kami menghasilkan ekstrak temu kunci

berwarna kuning pekat, perlu kita tingkatkan dengan cara meneliti berbagai hasil alam

lainnya terutama bahan hayati laut yang belum diketahui kandungan serta dapat dijadikan

bahan sediaan obat tertentu disini tugas kita sebagai mahasiswa ilmu Kelautan untuk

mengembangkan bakat dan potensinya supaya sumberdaya laut Indonesia dapat di

eksplorasi lagi demi hajat hidup orang banyak.

5.2. Saran

Praktikum ini sangatlah membantu guna menunjang mata kuliah farmakologi laut

tetapi dalam masalah sampel alangkah lebih baiknya lagi jika kita lebih meneliti sampel dari

bahan hayati laut guna dijadikan bahan sediaan obat yang bermutu tinggi.

Daftar Pustaka

Page 20: farmakologi 2008

20

Ameliaifani,Dika.2008. Analisis Mikroskopik Simplisia.http://dikaameliaifani.blogspot.com/

Anonim.2008.Definisi Simplisia.http://thepharmacyst.blogspot.com/

Anonim.2009.Ekstraksi.http://www.wikipedia.ekstraksi./id/html. diakses 18 juni 2009

Anonim.2009.IsolasiTemulawak,(online),http://www.iptek.net.id/ind/cakara_tanaman obat ,

diakses 18 juni 2009

Anonim.2009.Maserasi.http://Wikipedia.maserasi./id/html. Diakses 17 juni 2009

Anonim.2009.Perkolasi,http://Wikipedia.perkolasi./perembesan/translate.html.

Pusat kajian obat dari bahan alam, http://www.undip.ac.id/indeks.php.html.

diakses 18 juni 2009

Voight Rudolf, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gajahmada University Press,

Yogyakarta.

II. Mata Acara Praktikum : Pengujian Komponen Farmaka Dalam simplisia

Page 21: farmakologi 2008

21

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam kajian farmakologi tentang pengujian komponen farmaka dalam simplisia

bahan sediaan obat erat kaitannya sebagai uji fitokimia pada suatu sampel pada dasarnya

adalah untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam sediaan bahan

obat tersebut dari sampel yang praktikum yang kita lakukan pada minggu yang lalu, dimana

senyawa yang akan kita ketahui yaitu alkaloid, flovanoid, kuinon, tannin & polifenol, saponin

steroid, triterpenoid.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang

terkandung dalam sampel hasil ekstraksi pada praktikum minggu lalu.

Page 22: farmakologi 2008

22

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Umum Komponen Farmaka Bahan Alam

Dalam praktikum kali ini untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang

terlkandung dalam sampel kita harus melakukan beberapa tahap pengujian diantaranya

adalah uji alkaloid guna mengetahui apakah sampel tersebut mengandung senyawa alkaloid

dan uji senyawa yang lainnya seperti flovanoid, kuinon, tannin dan polifenol, saponin, steroid

da triterpenoid dalam tahapan tertentu sesuai dengan pengujian untuk mengetahui senyawa

kimia tersebut.

Alkaloid

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang

bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk

padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid

dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang

ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana

sampai yang paling sulit.

Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu

ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan

alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang

mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan

suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid

juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur

mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.

Flavonoid

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang

ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru. Dan

sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.

Tannin

Tannin adalah zat, pahit tanaman Polyphenols baik yang mengikat dan mengendapkan

atau mengecilkan protein. The astringency dari tannin menyebabkan perasaan kering pada

mulut dengan konsumsi wina merah, teh strong, atau buah unripened fruit. Istilah tannin

Page 23: farmakologi 2008

23

merujuk pada Penggunaan dalam tannin tanning animal hides ke kulit; Namun, istilah ini

secara luas dirujukan untuk any besar polyphenolic kompleks yang mengandung cukup

hydroxyls dan lainnya sesuai kelompok (seperti carboxyls) untuk membentuk dengan kuat

dari kompleks protein dan lainnya macromolecules. Tannin memiliki berat molekul dari 500

hingga 3.000. [2] Tannins adalah bertentangan dengan alkalies, gelatin, logam berat, Besi, air

kapur, garam logam, strong oxidizing agents dan zinc sulfate.

Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki

tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam

memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.

Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai

antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker. [1]. Terdapat penelitian yang

menyimpulkan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer.[2]

Polifenol dapat ditemukan pada kacang-kacangan, teh hijau, teh putih, anggur merah,

anggur putih, minyak zaitun dan turunannya, cokelat hitam, dan delima.

Kadar polifenol yang lebih tinggi dapat ditemukan pada kulit buah seperti pada anggur,

apel, dan jeruk.

Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.

Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu,

dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-

tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau

merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah

sebagai pelindung terhadap serangan serangga.

Sifat-sifat Saponin adalah:

1) Mempunyai rasa pahit

2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

3) Menghemolisa eritrosit

4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya

6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

Page 24: farmakologi 2008

24

7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang

mendekati.

Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface tension).

Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose,

pentose dan saccharic acid).

Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:

1) Steroids dengan 27 C atom.

2) Triterpenoids, dengan 30 C atom.

Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda pada aglikon

(sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan tertentu dapat mem-

punyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti:

· Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin

· Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin

· Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin, atau

karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.

Steroid

Steroid merupakan obat ampuh dalam mengatasi peradangan dan meredakan nyeri,

selain itu steroid yang langsung bekarja pada kimiawi otak juga bermanfaat untuk

meningkatkan mood. Seseorang yang tidak mengalami peradangan tetapi mengkonsumsi

steroid dapat merasa nyaman dalam waktu yang relatif cepat.Tetapi penggunaan steroid

sebagai pereda nyeri dan meningkatkan mood juga mempunyai efek samping yang kadang-

kadang justru membahayakan.Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan steroid

antara lain:- Steroid dapat menekan fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko

infeksi.- Saat diminum, steroid dapat menyebabkan gastritis atau mag- Steroid dapat

menghentikan suplai darah pada sendi terutama di paha dan menyebabkan rasa nyeri

degeneratif yang disebut avascular necrosis.- Steroid dapat mengurangi massa tulang dan

meningkatkan risiko patah tulang dalam penggunaan jangka panjang.- Steroid dapat

menyebabkan kemampuan tubuh untuk merespon emosi dan rasa sakit fisik berkurang.-

Kebanyakan mengkonsumsi steroid bakal melepas lemak

Page 25: farmakologi 2008

25

2.2. Teknik Pengujian Komponen Farmaka Bahan Alam

Dalam praktikum kita kali ini adalah untuk pengujian komponen farmaka dalam suatu

simplisia yang telah kita dapatkan pada minggu lalu dalam ekstraksi temu kunci, ada

beberapa teknik pengujian simplisia bahan alam ini pertama untuk uji senyawa alkaloid,

alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik

dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari

hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik

biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. pertama kali harus membasahkan sampel

dengan ammonia 10 % lalu ditambahkan CHCl3 dan dikocok lalu lapisan atas diambil lalu

ditambahkan HCl 1N dan dikocok kembali, lalu ambil fasa airnya dibagi 3 lalu pada masing –

masing bagian pereaksi diantaranya pereaksi dragendorf, pereaksi meyer, dan pereaksi

wagner. Lalu kita teliti apakah ada perubahan warna pada setiap bagian dimana jika peraksi

dragendorf positif jika cairan berubah menjadi adanya endapan jingga, sedangkan pereaksi

meyer adanya endapan berwarna putih dan pereaksi wagner ada endapan coklat merah.

Page 26: farmakologi 2008

26

BAB III

Metodologi Praktikum

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Tempat Praktikum : Lab. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad

Waktu : Jumat, 22 Mei 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)

3.2. Alat dan Bahan

Alat :

1. Tabung reaksi

2. Bunsen

3. Gelas ukur

4. Penjepit

5. Saringan

Bahan :

1. Peraksi dragendorf

2. Pereaksi meyer

3. Pereaksi wagner

4. Ammonia 10 %

5. HCl 1 N

6. CHCl3

7. HCl 2 %

8. NaOH 1 %

9. FeCl3 1 %

10. Gelatin 10 %

11. Pereaksi (H2SO4 + asam asetat anhidida)

Page 27: farmakologi 2008

27

3.3. Prosedur Kerja

Pengujian golongan senyawa kimia yang terkandung :

1. Uji Alkaloid

sampel dibasahkan dengan ammonia 10 % tambahkan CHCl3 dan dikocok lalu ambil

dan tambahkan HCl 1 N lalu kocok lagi, setelah itu ambil fasa airnyalalu dibagi 3 dan

pada masing – masing bagian ditambahkan ;

a.pereaksi dargendorf ; terdapat endapan jingga

b.pereaksi meyer ; terdapat endapan putih

c.pereaksi wagner ; terdapat endapan coklat merah

2. Uji Flovanoid

memanaskan sampel dengan campuran logam magnesium dan asam klorida 2 %,

lalu disaring jika terdapat warna merah yang dapat ditarik amil alcohol berrati sampel

tersebut positif mengandung senyawa flovanoid.

3. Uji Kuinon

pertama kali mengkocok sampel dengan air panas lalu mendidihkan selama 5 menit

dan menyaringnya kedalam filtrate lalu ditambahkan NaOH 1 % ; jika positif

berwarna merah

4. Uji Tanin dan polifenol

sampel ditambahkan air panas dan didihkan selama 5 menit, setelah dingin disaring

filtratnya dibagi 2, masing – masing ditambahkan dengan ;

a.FeCl3 ; warna biru hingga biru hijau (tannin dan polifenil)

b.gelatin ; endapan putih (tanin)

5. Uji Saponin

sampel ditambahkan air panas dan dan didihkan selama 5 menit, setelah dingin

disaring filtratnya sebanyak 10 ml diambil lalu dikocok selama 10 detik ; adanya busa

setinggi 1 cm yang stabil dan resisten pada penambahan 1 tetyes HCl 0.1 N

6. Uji Steroid dan Triterpenoid

sampel digerus dengan eter, fasa eter dipipet lalu diuapkan pada cawan penguap

sampai kering. Pada residunya ditambahkan pereaksi (H2SO4 + asam asetat

anhidida) ; warna merah ungu (triterpenoid) ; warna merah, hijau – biru (steroid).

Page 28: farmakologi 2008

28

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui bahwa sampel temu kunci yang

telah diekstraksi itu mengandung senyawa kimia sebagai berikut :

1. Uji Alkaloid ; a.pereaksi dargendorf (-) berwarna coklat

b.pereaksi meyer (+) ada endapan berwarna putih

c.peraksi wagner (+) ada endapan berwarna coklat – merah

mengandung senyawa alkaloid

2. Uji Flovanoid ; (-) berwarna hijau kehijaun, tidak mengandung senyawa Flavonoid

3. Uji Kuinon ; (-) berwarna kuning, tidak mengandung senyawa Kuinon

4. Uji Tanin & Polifenol ; a.FeCl3 1 % (-) berwarna coklat

b.gelatin 10 % (-) tidak ada endapan

tidak mengandung senyawa Tanin & Polifenol

5. Uji Saponin ; (-) hasilnya tidak berbusa, tidak mengandung senyawa Saponin

6. Uji Steroid & triterpenoid ; a.triterpenoid (-) berwarna coklat

b.steroid (-) berwarna coklat

tidak mengandung senyawa Steroid & Triterpenoid

Jadi, hasil yang didapat pada praktikum kali ini adalah terdapatnya senyawa alkaloid

pada pereaksi meyer dan wagner dalam sampel temu kunci yang sudah dekstraksi.

4.2. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini kita akan mencoba menguji untuk mengetahui golongan

senyawa kimia yang terkandung dalam sampel temu kunci yang sudah diekstraksi. Ada

beberapa senyawa kimia yang akan kita uji seperti alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin, plifenol,

saponin, steroid, dan triterpenoid. Kaitannya dalam praktikum kali ini adalah kita sebagai uji

fitokimia dimana bahan dari alam untuk dijadikan bahan sediaan obat merujuk kepada sifat

kimiaanya guna mengetahui senyawa yang terkandung dalam bahan alam sediaan obat

(temu kunci). Senyawa alkaloid merupakan sebuah golongan senyawa basa bernitrogen

yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan

senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik,

gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid.

Page 29: farmakologi 2008

29

Hasil dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui bahwa sampel temu kunci yang

telah diekstraksi itu mengandung senyawa kimia sebagai berikut :

1. Uji Alkaloid ;

a.pereaksi dargendorf (-) berwarna coklat

b.pereaksi meyer (+) ada endapan berwarna putih

c.peraksi wagner (+) ada endapan berwarna coklat – merah

mengandung senyawa alkaloid

2. Uji Flovanoid ;

(-) berwarna hijau kehijaun, tidak mengandung senyawa Flavonoid

3. Uji Kuinon ;

(-) berwarna kuning, tidak mengandung senyawa Kuinon

4. Uji Tanin & Polifenol ;

a.FeCl3 1 % (-) berwarna coklat

b.gelatin 10 % (-) tidak ada endapan

tidak mengandung senyawa Tanin & Polifenol

5. Uji Saponin ;

(-) hasilnya tidak berbusa, tidak mengandung senyawa Saponin

6. Uji Steroid & triterpenoid ;

a.triterpenoid (-) berwarna coklat

b.steroid (-) berwarna coklat

tidak mengandung senyawa Steroid & Triterpenoid

Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat

disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar,

ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam

pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan

berteknologi moderen.

Ekstrak bahan alam ini adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau

penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk

melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,

ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan

pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya

telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti

standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart

pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

Page 30: farmakologi 2008

30

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam

ekstrak temu kunci adalah senyawa alkaloid yang bereaksi dengan pereaksi dragendorf dan

pereaksi meyer.

5.2. Saran

Dalam praktikum kali ini alangkah baiknya kita menguji dari sampel bahan hayati laut

dengan mencari bahan hayati laut dalam kuliah lapangan.

Page 31: farmakologi 2008

31

Daftar Pustaka

Alkaloid,http://www.wikipedia.alkaloid./farma/translate.html . diakses 18 juni 2009

Anonim.2009.Flavonoid.http://blogkita.info/

Anonim.2009.Polifenol.http://id.wikipedia.org/

Anonim.2009.Jangan Remehkan Efek Samping Steroid.http://id.shvoong.com/

Evan Putra,Sinly.2007.Alkaloid Senyawa Organik Terbanyak Di Alam.http://www.chem-is-

try.org/

Handayani,2008.http:// www. jlcome.blogspot.com/2008/02/meracikobatsecara_rasional.html.

diakses 18 juni 2009

Nia,Dra.Kam.2009.Zat-zat Toksik Alamiah.http://www.kalbe.co.id/

Yun Astuti ; Sundari Dian ; Winarno W , 1996. Tanaman Kencur (Kaemferia galang)

Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3

Nomor 2, 1996, p. 26-27.

Page 32: farmakologi 2008

32

III. Mata Acara Praktikum : Uji Bioaktivitas Ekstrak Bahan Alam Terhadap

Mikroba

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Uji resistansi untuk penentuan konsentrasi hambat minimum dalam mengetahui aktifitas

antibiotic ekstrak temu kunci terhadap bakteri (gram +) staphillococcus dan (gram -) E.colly.

untuk melakukan uji biaktivitas ekstrak bahan alam terhadap mikroba tersebut dalam Obat

antimikrobia yang ideal memperlihatkan toksisitas selektif, istilah ini berarti bahwa obat ini

merugikan inang. Dalam banyak hal, toksisitas selektif bersifat relative dari pada absolute.

Berarti bahwa suatu obat dapat merusak parasit dalam kosentrasi yang dapat ditoleransi. Uji

Bioaktivitas adalah kemampuan suatu zat atau pun senyawa aktif dalam suatu pengujian

tertentu. Bioaktivitas bisa terdapat pada antimikroba, antibakteri, antifungi, antvirus, dan

antiprotozoa.

1.2. Tujuan Praktikum

tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibiotic ekstrak

temu kunci terhadap bakteri (gram +) staphylococcus, dan (gram -) Eschericia colly.

Page 33: farmakologi 2008

33

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Umum Uji Biokaktivitas

Uji Bioaktivitas adalah kemampuan suatu zat atau pun senyawa aktif dalam suatu

pengujian tertentu. Bioaktivitas bisa terdapat pada antimikroba, antibakteri, antifungi,

antvirus, dan antiprotozoa.

1. Antimikroba

Adalah suatu senyawa atau zat aktif yang berfungsi untuk menghambat atau

membunuh pertumbuhan bakteri(antibakteri), virus(antiviral), fungi(antifungi),

parasit(antiparasit), dan protozoa(antiprotozoa)

Spektrum Mikroba :

1. Spektrum sempit : Bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal, misalnya

mikobakteria.

2. Spektrum sedang : Efektif melawan mikroorganisme gram(+) dan beberapa bakteri

gram(-). Misalnya Ampisilin

3. Spektrum luas : Memperngaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya :

kloramfenikol dan tetrasiklin

Mekanisme kerja antimikroba :

1. Menghambat metabolisme sel mikroba.

Misalnya: trimetropin,sulfan dan sulfanamid.efek berupa bakteriostatik.

2. Mengahambat sintesis dinding sel mikroba.

Misalnya : Penisilin. Efek bakterisidal.

3. Mengganggu keutuhan sel mikroba

Misalnya : antimikroba kemoterapeutik

4. Menghambat sisntesis protein sel mikroba.

Page 34: farmakologi 2008

34

Misalnya : tetra dan klorafenikol

5. Menghambat sisntesa asam nukleat sel mikroba.

Misanya : gol.kuinolon.

2. Antibakteri

Adalah suatu zat yang mencegah dan terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri.

Antibakteri :

1. Anti TBC : 1. Turunan Salisilat 2. Turunan Hidrazida 3. Turunan amida heterosiklik 4.

Golongan antibiotika 5. Golongan lainnya

2. Anti Lepra : 1. Turunan Sulfon ( Dapson ) 2. Turunan lainlain ( klofazimin , etionamid,

INH, protionamid, rifampisin, , tioasetazon

Antibakteri dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan kemampuan zat tersebut

untuk membersihkan bakteri dan residu yang dihasilkan:

1. Kelompok pertama adalah zat yang dapat bekerja secara cepat untuk membasmi

bakteri, namun dapat hilang dengan cepat (dengan cara penguapan atau dengan

cara penguraian) dan tidak meninggalkan residu aktif (dikenal sebagai zat yang

tidak-menghasilkan-residu). Contoh zat-zat seperti ini adalah alkohol, klorin,

peroksida, dan aldehid.

2. Kelompok kedua adalah zat yang memiliki unsur-unsur jenis baru yang

meninggalkan residu dalam jangka panjang di permukaan sehingga dapat

membasmi kuman dalam jangka panjang dan tindakan pembasmian kuman dapat

dilakukan dalam jangka panjang (dikenal sebagai zat yang menimbulkan-residu).

Contoh-contoh umum dari kelompok ini adalah triclosan, triclocarban, dan

benzalkonium chloride. Lihat di Tabel antibakteri.

Manfaat antibakteri

Zat-zat yang tidak meninggalkan residu (Tabel Antibakteri) telah digunakan selama

bertahun-tahun dan terus menjadi zat yang efektif dalam mengendalikan organisme penyakit

yang memiliki beragam perawatan kesehatan dan lingkungan rumah. Bila digunakan dengan

panduan yang ketat, zat-zat yang meninggalkan residu telah terbukti efektif dalam

mengendalikan infeksi bakteri dan jamur dalam lingkungan klinis seperti rumah sakit, panti-

panti perawatan, klinik melahirkan dan fasilitas perawatan kesehatan lain dimana mungkin

terdapat risiko infeksi yang tinggi. Beberapa produk rumah tangga tertentu telah

menunjukkan efektivitas untuk kondisi-kondisi khusus: pasta gigi antibakteri membantu

Page 35: farmakologi 2008

35

mengendalikan penyakit priodontal (gusi); deodoran antibakteri menekan bakteri yang

menyebabkan timbulnya bau badan, dan sampo antiketombe membantu mengendalikan

ketombe

.

3. Antiviral

Obat antivirus yang efektif menghambat replikasi virus secara efektif(bekerja pada

sintesa asam nukleat/protein yang terjadi pada virus).

Misalnya : acyclovir, vidarabine, ribavirin, dan ninterferon.

4. Antifungi

Antifungi adalah zat aktif pembasmi fungi. Penyakit yang disebabkan oleh fungi

masih merupakan penyakit yang sulit diatasi. Fungi lebih dapat bertahan pada kondisi yang

tidak menguntungkan dibanding bakteri. Selain itu, penyakit ini berkaitan dengan kesadaran

masyarakat terhadap kebersihan, kesehatan dan sanitasi lingkungan. Fungi yang kontak

dengan kulit manusia dapat menyebabkan penyakit kulit. Bahkan sebagian fungi dapat

menghasilkan metabolic beracun.

Uji bioktivitas pada dasarnya adalah sebagai pengujian anti bacteria yang

terkandung dalam senyawa suatu ekstrak bahan alam, untuk mengetahui sekuat apakah

aktivitas antibiotic pada suatu ekstrak bahan alam untuk melawan bakteri tertentu, uji

bioaktivitas dilakukan dengan menggunakan paper disk yang berisi zat aktif pada berbagai

konsentrasi yang diinkubasikan selama 24 jam. Fraksi-fraksi yang diperoleh diuji bioaktivitas

antibakteri menggunakan metode paper disk. Ada 5 variasi konsentrasi fraksi yang diuji yaitu

50 µg/disk, 10 µg/disk, 5 µg/disk, 1 µg/disk dan 0,5 µg/disk Berdasarkan hasil up bioaktivitas

antibakteri dari ekstrak temu kunci (C filiformis) dapat disimpulkan bahwa ekstrak C.

filiformis mempunyai potensi sebagai sumber metaboiit antibakteri. Dalam penelitian ini

semua fraksi tidak menunjukan aktivitas antibakteri terhadap bakteri V. parahaemoliticus

dan S. aereus. Aktivitas antibakteri ditunjukan oieh semua fraksi terhadap bakteri uji V.

harveyi dan V. anguliarum. Sedangkan aktivitas anti bakteri terhadap E. coii hanya

ditunjukan oieh fraksi 4 dan fraksi 5.

Page 36: farmakologi 2008

36

2.2. Bakteriostatik dan Bakterisidal

Dalam praktikum kali ini erat kaitannya dengan bakteriostatik dan bakterisidal ini

berdasarkan penelitian pada tahun 1974 diujikan aktivitas bakteriostatik dan bakterisidal

pada serum dan urin dai 317 pasien kanker dengan infeksi. Diketahui bahwa ketika puncak

aktivitas bakteriostatik dalam serum Cmax/MIC 1:8 penyembuhan infeksi mencapai 80%.

Respon terapi pasien dengan infeksi saluran kemih berkorelasi dengan level penghambatan

bakteri pada urin, di mana penyembuhan klinis mencapai 90% pada pasien dengan aktivitas

bakteriostatik Cmax/MIC 1:4. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa antibiotik yang

termasuk concentration-dependent killing akan memberikan peningkatan efek antimikrobial

dengan semakin meningkatnya konsentrasi antibiotik. Senyawa Bakteriostatik adalah

senyawa yang hanya menurunkan kerja dari bakteri tanpa membunuh bakteri tersebut.

Sedangkan, Senyawa Bakterisidal adalah senyawa yang dapat menurunkan kerja bakteri

sekaligus membunuh bakteri tersebut.

Indeks farmakokinetik AUC/MIC digunakan untuk memprediksi efek antibiotik

concentration-dependent killing (bisa dilihat dari Cmax/MIC). AUC/MIC biasa disebut juga

dengan AUIC (Area Inder Inhibitory Curve) yaitu area pada kurva yang menunjukkan

penghambatan terhadap mikrobia, yang dinyatakan sebagai hasil bagi AUC (konsentrasi

yang berada di atas MIC) dengan MIC itu sendiri.

Pembahasan mengenai bakteriostatik dan bakterisidal sangat berkaitan dengan

antibiotic, artinya terdapat kaitan antara ketiganya. Kaitannya dapat dilihat pada pengertian

dari keduanya, seperti pada bakteriostatik yang merupakan antibiotic yang dapat membunuh

bakteri. Sementara bakterisidal adalah antibitik yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri. Antibiotik sendiri pada prinsipnya adalah zat atau senyawa obat –alami maupun

sintetik— yang digunakan untuk membunuh kuman penyakit (bakteri yang bersifat parasit)

dalam tubuh manusia dengan berbagai mekanisme sehinga manusia terbebas dari infeksi

bakteri. Antibiotik hanya untuk bakteri dan tidak digunakan untuk virus.

Penggolongan Antibiotik :

1. Berdasarkan daya bunuh bakteri

2. Berdasarkan spectrum kerja antibiotic

3. Berdasarkan cara kerja senyawa dan susunan kimiawi.

Penggolongan antibiotic berdasarkan daya bunuh bakteri :

Page 37: farmakologi 2008

37

1. Bakterisidal : Antibiotik yang dapat membunuh bakteri, seperti penisilin, sefalosporin,

aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dll.

2. Bakteriostatik : Antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, karena

hanya dapat menghambat dan tidak membunuhnya sehingga pembasmian kuman

sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah :

sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,

klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada

kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah

(debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai

antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.

Penggolongan antibiotic berdasarkan sperktrum kerja antibiotic :

1. Spectrum luas : antibiotic yang bersifat aktif terhadap bakteri gram positif dan gram

negative. Contoh antibiotic dalam kelompok ini adalah : tetrasiklin, kloramfenikol

2. Spectrum sempit : antibiotic yang bersifat aktif hanya terhadap bakteri gram positif

atau gram negative saja. Contohnya : Penisilin G, streptomisin.

Penggolongan antibiotic berdasarkan cara kerja senyawa dan susunan kimiawinya :

1. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan penisilin,misalnya

ampicillin, penicillin.

2. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan quilone, misalnya actynomicin.

3. Inhibitor sintersis protein : mncakup banyak jenis antibiotic, terutama dari golongan

macrolide, misalnya gentamicin.

4. Inhibitor fungsi membran, misalnya ionomycin dan valinomycin.

5. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa dan sulfanomida, misal oligomycin.

6. Antimetabolit, misalnya azaserine.

Page 38: farmakologi 2008

38

BAB III

Metodologi Praktikum

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Tempat Praktikum : LAB. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad

Waktu : Jum’at, 29 Mei 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)

3.2. Alat dan Bahan

Alat :

1. Labu ukur

2. Tabung reaksi

3. Paper disk

4. Rak tabung

5. Cawan petri

6. Alat inkubasi

Bahan :

1. Suspensi (gram +) staphillococcus

2. Suspensi (gram -) Eschericia colly

3. Nutrient agar

Page 39: farmakologi 2008

39

3.3. Prosedur Kerja

Uji resistansi (penentuan konsentrasi hambat minimum) :

Pertama kali kita harus menyiapkan suspensi bakteri,

a. (gram +) ; Staphillococcus sp.

b. (gram -) ; Eschericia coli

dalam media nutrient agar

Menuangkan 1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri lalu tambahkan

nutrient agar cair hangat kemudian dihomogenkan.

Setelah beku, memasukkan / menempelkan paper disk yang berisi zat

aktif lalu kita uji pada berbagai konsentrasi pada tabung reaksi,

Dengan konsentrasi 0, 1.25, 2.5, 5, 10 g/ml dan 20, 40, 60, 80, 100 g/ml

Lalu menginkubasikan selama 24 jam pada suhu 37° c

Page 40: farmakologi 2008

40

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil

Setelah dilakukan percobaan, didapat hasil sebagai berikut :

Bakteri 100 80 40 20 10 5 2,5 1,25 0

Gram (+) /mm 7 6 6 7 7 6 6 6 5

Gram (-)/mm 7 6 6 6 8 7 6 6 5

Keterangan :

Interpelasi Zona Hambat

Resistent < 12 mm

Intermediate 12-13 mm

Sensitive >13 mm

Ket : konsentrasi Bulyon : 100;80;40;20;10;5;2,5;1,25;0.

4.2. Pembahasan

Pengujian anti bacteria yang terkandung dalam senyawa suatu ekstrak bahan alam,

untuk mengetahui sekuat apakah aktivitas antibiotic pada suatu ekstrak bahan alam untuk

melawan bakteri tertentu, uji bioaktivitas dilakukan dengan menggunakan paper disk yang

berisi zat aktif pada berbagai konsentrasi yang diinkubasikan selama 24 jam. Fraksi-fraksi

yang diperoleh diuji bioaktivitas antibakteri menggunakan metode paper disk. Ada 5 variasi

konsentrasi fraksi yang diuji yaitu 50 µg/disk, 10 µg/disk, 5 µg/disk, 1 µg/disk dan 0,5 µg/disk

Berdasarkan hasil up bioaktivitas antibakteri dari ekstrak temu kunci (C filiformis) dapat

disimpulkan bahwa ekstrak C. filiformis mempunyai potensi sebagai sumber metaboiit

antibakteri. Dalam penelitian ini semua fraksi tidak menunjukan aktivitas antibakteri terhadap

Page 41: farmakologi 2008

41

bakteri V. parahaemoliticus dan S. aereus. Aktivitas antibakteri ditunjukan oieh semua fraksi

terhadap bakteri uji V. harveyi dan V. anguliarum. Sedangkan aktivitas anti bakteri terhadap

E. coii hanya ditunjukan oieh fraksi 4 dan fraksi 5.

Untuk antimikroba yang bersifat tergantung kadar, peningkatan kadar antimkroba

dalam darah akan meningkatkan pula kecepatan bunuhnya. Penurunan densitas bakteri

ditentukan oleh berapa lama konsentrasi obat dalam darah melebihi MIC. Bagi antibiotika

yang bersifat tergantung kadar, penurunan densitas bakteri tergantung pada rasio antara

kadar maksimum obat dalam darah (Cmax) dan MIC atau AUC terhadap MIC. Terhadap

antibiotika golongan ini dianjurkan untuk meningkatkan dosis yang besarnya diperhitungkan

berdasarkan. MIC untuk bakteri patogen yang dicurigai. Interval waktu pemberian antibiotika

juga harus panjang dan disesuaikan dengan waktu paruh obat dalam tubuh.

Atas dasar konsep tersebut aminoglikosida umumnya diberikan sekali sehari. Hal ini

berkaitan dengan tujuan terapi dengan aminoglikosida, yaitu mencapai kadar puncak dalam

serum minimal setara dengan 10-12 kali MIC. Untuk memprediksi outcome klinik hasil terapi

pada pemberian fluoroquinolon, konsep yang digunakan adalah area di bawah kadar

hambat (AUIC) yang setara dengan AUC/MIC. Sebagai contoh, infeksi akibat bakteri usus

gram negatif, outcome klinik terbaik umumnya diperoleh jika fluoroquinolon diberikan pada

AUIC yang setara atau lebih besar dari 125, sedangkan untuk bakteri Gram positif angka ini

harus mencapai sekitar 40 atau lebih.

Rasio antara kadar puncak antibiotika (Cmax) dan MIC juga telah diteliti pada

levofloxacin. Jika ingin mendapatkan outcome klinik dan repons mikrobiologik sekitar 80-

100% maka ratio Cmax terhadap MIC untuk levofloxacin haruslah mencapai minimal 12,2

dan tergantung pada lokasi infeksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk

mencapai tujuan terapi yang diharapkan maka pemberian fluoroquinolon selain harus

mencapai AUIC = 125 (untuk bakteri Gram negatif) atau = 40 (untuk bakteri Gram positif)

juga ratio Cmax/MIC hendaknya mencapai = 12,2.

Identifikasi struktur senyawa dilakukan dengan metode spektroskopi ultra violet (UV),

infra merah (IR), spektroskopi 13C-NMR dan spektroskopi 1H-NMR. Hasil yang diperoleh

mengindikasikan bahwa senyawa X merupakan suatu triterpenoid pentasiklik yang memiliki

kerangka dasar Lupan, yaitu Lupeol. Uji bioaktifitas yang dilakukan terhadap senyawa hasil

isolasi meliputi uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap

larva Artemia salina L. dan insektisida terhadap larva instar III Aedes aegypti. Hasil uji

toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan bahwa senyawa

Page 42: farmakologi 2008

42

ini bersifat aktif dengan nilai LC50 sebesar 68.98 ppm. Uji insektisida terhadap senyawa

Lupeol menunjukkan bahwa senyawa ini bersifat aktif dengan LC50 357.03 ppm.

Bakteriostatik dan bakterisidal ini berdasarkan penelitian pada tahun 1974 diujikan

aktivitas bakteriostatik dan bakterisidal pada serum dan urin dai 317 pasien kanker dengan

infeksi. Diketahui bahwa ketika puncak aktivitas bakteriostatik dalam serum Cmax/MIC 1:8

penyembuhan infeksi mencapai 80%. Respon terapi pasien dengan infeksi saluran kemih

berkorelasi dengan level penghambatan bakteri pada urin, di mana penyembuhan klinis

mencapai 90% pada pasien dengan aktivitas bakteriostatik Cmax/MIC 1:4. Dari penelitian

tersebut dapat diketahui bahwa antibiotik yang termasuk concentration-dependent killing

akan memberikan peningkatan efek antimikrobial dengan semakin meningkatnya

konsentrasi antibiotik.

Page 43: farmakologi 2008

43

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah bahwa uji bioaktivitas pada suatu ekstrak

bahan alam temu kunci ini dapat melawan bakteri stephillococcus dan E.colly dengan

interpretasi zona hambat (zona bening paper disk) denagan resistensi < 12 mm dan

intermediate 12 – 13 mm serta sensitive > 13 mm.

5.2. Saran

Pada praktikum kali ini mungkin tidak hanya dari suatu sampel temu kunci saja tapi

kita bisa lebih dengan sampel yang lainnya dan dengan kasusnya, misalkan ternyata kunyit

dan bawang putih dapat mengawetkan ikan hingga enam hari dikarenakan zat atau

resistansi bioaktivitas mampu membunuh mikroba dan bakteri.

Page 44: farmakologi 2008

44

Daftar Pustaka

Anonim.2009. Antibiotika. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika. (diakses pada

24 Juni 2009)

Anonim.2009. Available at http://id.answers.yahoo.com/question/index.(diakses pada 24

Juni 2009)

Anonim.2009.Zat-zat antimikroba. Available at http://www.sehatgroup.web.id/articles.

(diakses pada 24 Juni 2009)

Siswono, 2006.http://www.republika.co.id/gizi.net/uji.bioaktivitaskunyit_bawangputih/html.

Diakses 18 juni 2008.

Sridana, 2009.http://sridana.wordpress.com/bakteriostatik_bakterisidal.html.

Diakses 18 juni 2008.

Trilaksana, 2008.http://www.cko.lib.unair.ac.id./penentuankonsentrasi_ujibioaktivitas/html.

Diakses 18 juni 2008.

Page 45: farmakologi 2008

45

IV. Mata Acara Praktikum : Pemisahan Senyawa Dengan Kromatografi Lapis Tipis

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kromatografi merupakan metode pemisahan secara fisik yang didasarkan pada

perbedaan migrasi/distribusi analit pada fasa gerak yang mengalir melalui fasa diam. Hal ini

yang mendasari praktikum kita kali ini yaitu pemisahan senyawa dengan metode

kromatografi lapis tipis, dimana dalam metode ini terdapat metode pemisahan fisikokimia

yang terdiri dari fase diam dan fase gerak, fase diam merupakan (lapisan penyerap)

sedangkan fase gerak merupakan larutan pengembang (pelarut), dalam hal ini kita

menggunakan sampel temu kunci heksan dan kencur etanol untuk mengetahui pemisahan

secara fisik dan harga Rf pada KLT ini.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melakukan suatu pemisahan substansi

cairan pada komponen sampel kunci heksan dan kencur etanol.

Page 46: farmakologi 2008

46

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Umum Kromatografi Lapis Tipis

Dalam metode kromatografi lapis tipis Kromatografi digunakan untuk memisahkan

substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi

berkerja berdasarkan prinsipnya.

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi

cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase

diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-

komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih

lanjut.

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau

alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.

Page 47: farmakologi 2008

47

Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis

tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar

ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau

campuran pelarut yang sesuai.

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen

jarak yang ditempuh oleh pelarut

Rf juga menyatakan drajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karenan itu Rf juga

disebut factor referensi.

Page 48: farmakologi 2008

48

2.2. Polaritas Senyawa Bahan Alam

Polaritas merupakan deskripsi tentang sebuah sifat larutan dalam kimia jadi polaritas

senyawa bahan alam merupakan sifat senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak

bahan alam atau sediaan obat yang dapat beraksi dalam senyawa tersebut, misalkan

senyawa antimikroba sebagai bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat

kerusakan pangan akibat dari aktivitas mikroba. Kemampuan untuk menghambat beberapa

jenis mikroba, tetapi penghambatan suatu mikroba kadang – kadang menyebabkan mikroba

lain didalam produk tersebiut menjadi dominan karenanya senyawa antimikroba untuk setiap

senyawa antimikroba dengan cara menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuh

mikroba target.

Orbital H2 dan HCl, polarisasi ikatan kovalen

Pada hidrogen klorida terlihat bahwa pasangan elektron bersama lebih tertarik ke arah atom

klorin karena elektronegatifitas atom klorin lebih besar dari pada elektronegatifitas atom

hidrogen. Akibat hal ini adalah terjadinya polarisasi pada hidrogen klorida menuju atom

klorin. Ikatan jenis ini disebut ikatan kovalen polar. Hal yang berbeda terlihat pada molekul

hidrogen. Pada molekul hidrogen, pasangan elektron bersama berada ditempat yang

berjarak sama diantara dua inti atom hidrogen (simetris). Ikatan yang demikian ini dikenal

sebagai ikatan kovalen nonpolar.

Page 49: farmakologi 2008

49

BAB III

Metodologi Praktikum

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Tempat Praktikum : LAB. Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unpad

Waktu : Rabu, 3 Juni 2009 Pukul 10.00 – 12.00 WIB (shift 1)

3.2. Alat dan Bahan

Alat :

1. Kaca arloji

2. Micropipet

3. Hairdryer

4. Bejana pemisah / penjenuhan

5. Kertas silica gel

6. Lampu UV

Bahan :

1. Larutan temu kunci heksan

2. Larutan kencur etanol

Page 50: farmakologi 2008

50

3.3. Prosedur Kerja

Kromatografi lapis tipis :

Pertama kita memasukan larutan heksan : methanol (8 : 2) kedalam tabung,

tutup dengan kaca arloji larutan harus setinggi 1 cm

Memasukan kertas saring sampai jenuh

Menyiapkan kertas silica gel

Memberi tanda pada kertas silica gel, bercak atau pita ditotolkan pada jarak

15 mm dari tepi bawah lapisan

Jarak antara satu bercak awal dengan bercak dengan bercak lainnya adalah

3 – 5 mm

Jarak antar bercak paling pinggir dengan tepi samping adalah 10 mm

Lapisan tidak boleh rusak selama penotolan cuplikan

Untuk menotolkan sampel dengan menggunakan micropipette yang terlebih

dahulu dibersihklan dengan etanol

Setelah itu memasukan micropipette ke dalam sampel

Sampel 1 : temu kunci heksan totolkan ke kertas silica gel dengan

micropipette

Sampel 2 : kencur etanol totolkan pada kertsa silica gel dengan micropipette

Menunggu sampai larutan heksan : methanol naik ke atas kertas silica gel

Setelah itu mengeringkan dengan hairdryer

Memancarkan dengan sinar UV lalu menandai bercaknya

Melakukan perhitungan Rf

Page 51: farmakologi 2008

51

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil

Hasil dari percobaan kromatografi lapis tipis ini adalah dimana nilai Rf dengan

rumus sebagai berikut :

Rf : Jarak yang ditempuh oleh komponen

Jarak yang ditempuh oleh pelarut

a. Rf 1 : 7.3 / 8 = 0.913

b. Rf 2 : 6.2 / 8 = 0.725

c. Rf 3 : 6 / 8 = 0.75

4.2. pembahasan

Dalam praktikum kali ini kita akan menggunakan metode kromatografi lapis

tipis dimana kromatografi ini merupakan metode pemisahan secara fisik yang

didasarkan pada perbedaan migrasi / distribusi analit pada fasa gerak melalui fasa

diam, dalam metode ini terjadi pemisahan fisikokimia yang terdiri dari fasa diam dan

Page 52: farmakologi 2008

52

fasa gerak, fasa diam (lapisan penyerap) lapisan yang memisahkan yang terdiri atas

bahan berbutir ditempatkan p[ada penyangga berupa pelat gelas atau logam.

Prinsip dari percobaan ini adalah pada dasarnya campuran yang akakn

dipisah itu berupa bercak (pita awal), pelat KLT disimpan dalam bejana tertutup rapat

yang berisi larutan pengembang (pelarut) pemisahan terjadi selama perambatan

kapiler pengembang senyawa yang tidaki berwarna harus ditampakan atau dideteksi

pada sinar UV atau dengan metode semprot pada ruang asam.

Ada beberapa kondisi baku kromatografi lapis tipis diantaranya adalah :

a. Fasa diam

Pada fasa diam ini yaitu penyerap yang umum adalah silica gel, alumionium oksida,

klesergur selulosa, dan poliamida dengan ukuran 200 x 200 mm atau 200 x 100 mm,

untuk analisis tebal pelatnya adalah 0.1 – 0.3 mm

b. Fasa gerak

Fasa gerak merupakan medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut,

pelarut pengembang dapat dikelompokan kedalam deret eluotropik berdasarklan

elusinya.

c. Bejana pemisah

Bejana pemisah atau penjenuhan bejana harus dapat menampung pelat KLT dengan

ukuran 200 x 200 mm yang tertutup rapat dengan pengisian fasa gerak 5 – 8 mm

d. Awal dan jumlah cuplikan

Bercak atau pita ditotolkan pada jarak 15 mm dari tepi bawah lapisan dengan jarak

antar satu bercak awal dengan dengan bercak lainnya 3 – 5 mm jarak dengan bercak

paling pinggir dengan dengan tepi samping adalah 10 mm, lapisan tidak boleh rusak

selama penotolan berlangsung, penotolan dilakukuan dengan alat mikropipet.

Page 53: farmakologi 2008

53

e. Pengembang

Pengembang merupakan proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut

pengembang merambat naik dalam lapisan jarak pengembangan normal yaitu jarak

antara garis awal dan garis depan ialah 100 mm.

f. Larutan pembanding

Larutan pembanding atau campuran uji / baku campuran ini terdiri atas 1 – 5 senyawa

yang diketahui dan dengan konsentrasi yang telah diketahui juga.

g. Larutan cuplikan

Merupakan sampel bentuk jumlah obat ; 0.1 – 1.9, mserasi dengan memakai pelarut ;

0.5 – 5 ml

h. Deteksi

Deteksi menggunakan lampu sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm atau 365

nm atau bisa juga dengan menggunakan pereaksi semprot .

Page 54: farmakologi 2008

54

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah kita melakukan pemisahan secara fisik

dengan metode kromatografi lapis tipis ini diperoleh hasil Rf sebagai berikut :

Rf 1 : 7.3 / 8 = 0.913

Rf 2 : 6.2 / 8 = 0.725

Rf 3 : 6 / 8 = 0.75

5.3. Saran

Pada praktikum ini kurang efektif dikarenakan jadwal yang digabung dengan

praktikum mikrobiologi jadi terlalu terburu – buru sehingga praktikan kurang

mengusai mungkin di lain kali bisa dilakukan waktu yang efisien.

Page 55: farmakologi 2008

55

Daftar Pustaka

Anonim,2009 Kromatografi Lapis Tipis untuk

Bioanalisis.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_ana

lisis/kromatografi1/kromatografi_lapis_tipis/. Tanggal Akses 24 Juni 2009

Egon Sthal, 1985, Analisis Obat Kromatografi dan Miroskopi, ITB, Bandung.

Jim Clark,2007.kromatografi lapis tipis. http://www.chem_is_try.org//kromatografi/html.

Voight Rudolf, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gajahmada University Press,

Yogyakarta.