faringitis

37
KATA PENGANTAR Segala puji bagi ALLAH swt yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun referat ini dengan baik dan benar serta tepat waktunya. Didalam referat ini, penulis akan membahaskan mengenai Faringitis. Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga penulusuran situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari pelbagai pihak untuk membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan referat ini. Oleh kerana itu, penulis ingni mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis memohon maaf sebesar-besarnya. Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Karawang, Februari 2014 1

Upload: nicolas-wijayanto

Post on 19-Jan-2016

413 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

faringitis

TRANSCRIPT

Page 1: Faringitis

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH swt yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama

nikmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun referat ini dengan baik

dan benar serta tepat waktunya. Didalam referat ini, penulis akan membahaskan mengenai

Faringitis.

Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga penulusuran

situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari pelbagai pihak untuk membantu

dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan referat ini. Oleh kerana

itu, penulis ingni mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini. Oleh

karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat

membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat penulis

harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis memohon maaf sebesar-

besarnya.

Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Karawang, Februari 2014

Penulis

1

Page 2: Faringitis

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena

faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran

pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan

penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah. National Ambulatory Medical Care

Survey menunjukkan ±200 kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996

adalah karena viral faringitis.1

Faringitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi peradangan pada dinding faring

yang bisa disebabkan oleh bakteri maupun virus. Kebanyakan disebabkan oleh virus,

termasuk penyebab common cold, adenovirus, mononucleosis atau HIV. Bakteri yang bisa

menyebabkan faringitis adalah Streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium,

Neisseria gonorrhoeae atau Clamidia pneumonia. 2 Faringitis dapat menular melalui droplet

infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara

yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi

alkohol yang berlebihan.

Tujuan

Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas

kepaniteraan klinik di departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala

Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi,

gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari faringitis.

Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

Memberikan informasi pada dokter maupun tenaga kesehatan tentang faringitis

serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini.

Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit faringitis.

Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal

lain yang ada kaitannya dengan penyakit ini.

2

Page 3: Faringitis

BAB II

PEMBAHASAN

Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti corong, yang besar

dibagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dasar tengkorak terus

menyambung ke esophagus setinggi vertebra ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan

rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus

orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang

dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14cm; bagian ini merupakan

bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)

selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring)

Gambar 1. Anatomi Faring

Struktur dinding faring dari :

a. Mukosa

Bentuk mukosa faring bervariasi tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena

fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, epitelnya torak berlapis

mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring,

3

Page 4: Faringitis

karena fungsinya untuk saluran cerna maka epitelnya gepeng berlapis dan tidak

bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak jaringan limfoid yang terletak

dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh

karena itu, faring dapat juga disebut bagian pertahanan tubuh terdepan

b. Selaput lendir

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernafasan yang diisap melalui hidung. Di

bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas silia dan

bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk

menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut lendir ini

mengandung enzim Lyzozome yang penting untuk proteksi.

c. Fascia faringobasilar

Lapisan fibros yang membungkus otot, lapisannya tebal pada bagian basal cranium

tetapi tipis pada bagian inferiornya. Ia mengisi ruang yang tinggalkan oleh lapisan

otot pada bagian basal cranium.

d. Otot

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang

(longitudinal). Otot yang sirkuler terdiri dari m. konstriktor faring superior, media

dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap

bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah

depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan

ikat yang disebut “rafe faring” (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk

mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh n.Vagus (n.X). 3

Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. Letak otot-otot

ini di sebelah dalam. M.stilofaring berfungsi untuk melebarkan faring dan menarik

laring, sedangkan m. Palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan

bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja

kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stilofaring dipersarafi oleh n.IX, dan

m. Palatofaring dipersarafi oleh n.X. Pada palatum mole terdapat lima pasang otot

yang dijadikan satu dalam satu sarung fascia dari mukosa yaitu m.levator veli

palatini, m.tensor veli palatini, m.palatoglosus, m.palatofaring dan m.azigos uvula. 3

4

Page 5: Faringitis

M. levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk

menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba Eustachius.M. tensor veli

palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk mengencangkan bagian

anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. M. palatoglosus membentuk

arkus anterior laring dan kerjanya menyempitkan ismus faring. M.palatofaring

membentuk arkus posterior faring. M.azigos uvula merupakan otot yang kecil,

kerjanya memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas. Kesemua otot-otot

ini dipersarafi oleh n.X.

Gambar 2. Otot-otot faring dan esofagus

e. Fascia buccopharyngeal

Bagian ini mencakup permukaan luar otot-otot konstriktor, dan di bagian atas, juga

depan berkepanjangan untuk menutupi otot businator. Di atas batas dari pembatas

konstriktor superior menyatu dengan aponeurosis faring.

5

Page 6: Faringitis

Gambar 3. Struktur Dinding Faring. a)membrane mukosa, b) fascia faringobasiler c) Otot d)

fascia bucofaringeal

Pendarahan

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang

utama berasal dari cabang arteri karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang

fausial) serta dari cabang arteri maksila interna yakni cabang palatine superior. 3

Gambar 4. Perdarahan Faring

Otot Pembuluh darah

6

Page 7: Faringitis

M. konstriktor faring superior Arteri faringeal ascendens (cabang faringl)

Arteri fasialis (cabang tonsila)

M. konstriktor faring medial Arteri faringeal (cabang faring)Arteri fasialis (cabang tonsila)

M. konstriktor faring inferior Arteri faringeal (cabang faring)Arteri tiroideus inferior (cabang muskulus)

M. Palatopharyngeus Arteri fasialis (cabang palatine ascendens)Arteri maksilaris (cabang palatina)Arteri faringeal ascendens (cabang faring)

M. Salpingopharyngeus Sama seperti M. palatopharyngeus:

Arteri fasialis (cabang palatine ascendens)Arteri maksilaris (cabang palatine ascendens)Arteri faringeal ascendens (cabang faringeal)

M. Stylopharyngeus Arteri faringeal ascendens (cabang faringeal)

Persarafan

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.

Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. Vagus, cabang dari N. Glossopharyngeus dan

serabut simpatis. Cabang faring dari N. Vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring

yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali M.Stilofaring yang

dipersarafi langsung oleh cabang Nervus Glossopharyngeus. 3

7

Page 8: Faringitis

Gambar 5. Persarafan faring

Saluran limfe

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan inferior.

Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah

bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-

digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke

kelenjar getah bening servikal dalam bawah. 3

Gambar 6. Sistem Limfe

Pembagian Faring

Berdasarkan letak anatomi, faring dibagi kepada 3 bagian.

a. Nasofaring

8

Page 9: Faringitis

b. Orofaring

c. Hypofaring /laringofaring

Gambar 7. Pembagian Faring.

Nasofaring

Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini

antara lain :

- batas atas : Basis Kranii

- batas bawah : Palatum mole

- batas depan : rongga hidung

- batas belakang : vertebra servikal

Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur

penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring

yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur

embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan

kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus

Glossopharyngeus, Nervus Vagus dan Nervus Asesorius saraf cranial dan vena jugularis

interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius. 3,4

Orofaring

Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring.

Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : 3,4

9

Page 10: Faringitis

- batas atas : palatum mole

- batas bawah : tepi atas epiglottis

- batas depan : rongga mulut

- batas belakang : vertebra servikalis

Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine,

fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.

Cincin Waldeyer

Gambar 8. Cincin Waldeyer

Cincin Waldeyer terdiri dari massa jaringan limfoid yaitu :

a. Tonsil nasofaringeal / adenoid

b. Tonsil palatine

c. Tonsil lingual

d. Tonsil tubal (didalam fossa Rosenmuller)

Laringofaring

Laringofaring disebut juga hipofaring dan terletak di bawah setelah orofaring. Dengan batas-

batas dari laringofaring antara lain, yaitu : 3,4

- batas atas : epiglotis

- batas depan : laring

- batas bawah : esofagus

- batas belakang : vertebra servikalis

Struktur-struktur yang terdapat di laringofaring : 3,4

• Valekula : Dibentuk oleh dua buah cekung yang dibentuk oleh ligamentum

glossoepiglotika medial dan lateral (kantong pil).

10

Page 11: Faringitis

• Epiglotis: Terletak di bawah epiglottis. Pada bayi berbentuk omega & pada

perkembangan menjadi lebar sampai dewasa. Epiglotis berfungsi proteksi glotis

ketika menelan minuman/bolus makanan

Pada tiap sisi laringofaring berjalan N.laring superior di bawah dasar sinus piriformis. 3,4

Gambar 9. Struktur Laringofaring

Retrofaring

Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinik mempunyai arti penting

yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring. Dinding anterior ruang retrofaring

(retropharyngeal space) adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia

faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia

prevetebralis. 3,4

Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari

fasia servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra. Di

sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila. 3,4

Parafaring

Ruang parafaring (fosa faringomaksila) merupakan ruang berbentuk kerucut dengan

dasarnya terletak pada dasar tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya ada kornu

mayus os hyoid. Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh M.Konstriktor faring superior, batas

luarnya adalah ramus asendens mandibula yang melekat dengan M.Pterigoid interna dan

bagian posterior kelenjar parotis. Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama

besarnya oleh os stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid)

adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif. Bagian yang lebih

11

Page 12: Faringitis

sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi arteri karotis interna, vena jugularis interna,

Nervus vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis (carotid

sheat). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis. 3,4

Fisiologi Faring

Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi

suara dan artikulasi. 3-5

Fungsi respirasi

Faring merupakan sebagian dari saluran pernafasan. Otot-otot faring mempunyai “tonic

dilator activity”, yang berfungsi untuk mencegah orofaring kolaps karena tekanan negatif

semasa inspirasi. Hal ini akan memastikan lumen faring tetap terbuka. 3-5

Fungsi Menelan

Proses menelan dibagi menjadi 3 fase, yaitu : fase oral, fase faringeal dan fase esophagus

yang terjadi secara berkesinambungan. Pada proses menelan akan terjadi hal-hal sebagai

berikut: 3-5

a. Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik

b. Upaya sfingetr mencegah terhamburnya bolus selama fase menelan

c. Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi

d. Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring

e. Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus

makanan ke arah lambung

f. Usaha untuk membersihkan kembali esofagus

Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan

air liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini akan bergerak dari rongga mulut melalui

dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi M.

Levator veli palatine mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum

molle terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavant’s ridge) akan terangkat

pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini

terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi M. Levator veli palatini. Selanjutnya

terjadi kontraksi M. Palatoglossus yang menyebabkan isthmus fausium tertutup, diikuti oleh

kontraksi M. Palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. 3-5

12

Page 13: Faringitis

Fase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus

makanan dari faring ke esophagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi M.

Stilofaring, M.Tirohioid dan M. Palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan

ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup

karena kontraksi M.Ariepiglotika dan M.Aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga

penghentian aliran udara ke laring karena reflex yang menghambat pernapasan, sehingga

bolus makanan akan meluncur ke arah esophagus, karena valekula dan sinus piriformis

sudah dalam keadaan lurus. 3-5

Fase esophageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esophagus ke lambung.

Dalam keadaan istirahat introitus esophagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan

bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi relaksasi M. Krikofaring, sehingga

introitus esophagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esophagus. Setelah bolus

makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus

esophagus pada saat istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke faring. Dengan

demikian refluks dapat dihindari. Gerak bolus makanan di esophagus bagian atas masih

dipengaruhi oleh kontraksi M.Konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal.

Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltic esophagus.

Dalam keadaan istirahat sfingter esophagus bagian bawah selalu tertutup dengan tekanan

rata-rata 8 mmHg lebih dari tekanan di dalam lambung sehingga tidak akan terjadi

regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esofagal sfingter ini akan terbuka secara reflex ketika

dimulainya peristaltik esophagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal.

Selanjutnya setelah bolus makanan lewat maka sfingter ini akan menutup kembali. 3-5

13

Page 14: Faringitis

Gambar 10. Proses Menelan

Fungsi Faring Dalam Proses Bicara

Sewaktu bicara, palatum molle bergerak ke atas sewaktu produksi suara kecuali

huruf M dan N. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum molle kearah dinding

belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula M.

Salpingofaring dan M. Palatofaring, kemudian M. Levator veli palatini bersama-sama M.

Konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring M. Levator veli palatini

menarik paltum molle ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak

yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang

terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakann M.

Palatofaring (bersama M. Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif M. Konstriktor faring

superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan. Ada yang

berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi tetapi ada pula

pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan

gerakan palatum. 3-5

Fungsi proteksi

Pada faring terdapatnya rangkaian jaringan limfoid subepitel yang terletak di cincin

Waldeyer. Jaringan limfoid ini berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh. 3-5

14

Page 15: Faringitis

FARINGITIS

Definisi

Faringitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi peradangan dinding faring yang

dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain.2

Jaringan yang mungkin terlibat antara lain nasofaring,orofaring, hipofaring, tonsil dan

adenoid. 3-5

Etiologi

Banyak mikroorganisma yang dapat menyebabkan faringitis yaitu, virus (40-60%)

bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak

teridentifikasi dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada

Influenza virus, Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1 & 2, Coxsackie

virus A, Cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat

menyebabkan terjadinya faringitis. 3-5

Faringitis yang disebabkan oleh bakteri bziasanya oleh grup S. pyogenes dengan 5-

15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab

faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak

berusia < 3tahun. Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria

gonorrhoeae, Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica

dan Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis. 3-5

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita

faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan

tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. 3-5

15

Page 16: Faringitis

Gambar 11. Etiologi Faringitis

Pada Faringitis kronik,faktor-faktor yang berpengaruh7:

1. Infeksi persisten di sekitar faring. Pada rhinitis dan sinusitis kronik, mucus purulent

secara konstan jatuh ke faring dan menjadi sumber infeksi yang konstan. Tonsillitis

kronik dan sepsis dental juga bertanggung jawab dalam menyebabkan faringitis

kronik dan odinofagia yang rekuren.

2. Bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut akan mengekspos faring ke udara

yang tidak difiltrasi, dilembabkan dan disesuaikan dengan suhu tubuh sehingga

menyebabkan lebih mudah terinfeksi. Bernapas melalui mulut biasa disebabkan oleh

:

a. Obstruksi hidung

b. Obstruksi nasofaring

c. Gigi yang menonjol

d. Kebiasaan

3. Iritan kronik. Merokok yang berlebihan, mengunyah tembakau, peminum minuman

keras, makanan yang sangat pedas semuanya dapat menyebabkan faringitis kronik.

4. Polusi lingkungan. Asap atau lingkungan yang berdebu atau uap industry juga

menyebabkan faringitis kronik.

5. Faulty voice production. Penggunaan suara yang berlebihan atau faulty voice

production juga adalah salah satu penyebab faringitis kronik.

Insidens

Setiap tahunnya ± 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena

faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran

pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan

penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah. National Ambulatory Medical Care

Survey menunjukkan ± 200 kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996

adalah karena viral faringitis. Viral faringitis menyerang semua ras, etnik dan jenis kelamin.

Viral faringitis menyerang anak-anak dan orang dewasa dan lebih sering pada anak-anak.

Puncak insidensi bakterial dan viral faringitis adalah pada anak-anak usia 4-7tahun. Faringitis

16

Page 17: Faringitis

yang disebabkan infeksi grup A streptococcus jarang dijumpai pada anak berusia < 3

tahun.4,5

Patogenesis

Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung

menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi

lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal

terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Pada awalnya eksudat

bersifat serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat

melekat pada dinding faring. Dengan hiperemis, pembuluh darah dinding faring menjadi

lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel

atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring

posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus

seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring

akibat sekresi nasal. 4,5

Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan

extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat

karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan

sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub

jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus

terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi. 4,5

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat

dan dilakukan pemeriksaan suhu tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan

leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar

dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.4,5

Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnosis antara

lain yaitu : 4,5

17

Page 18: Faringitis

Pemeriksaan darah lengkap

GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri

streptococcus group A

Kultur tenggorokan

Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.

KLASIFIKASI FARINGITIS

Faringitis Akut

a. Faringitis Viral

Gejala dan tanda

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan

menimbulkan faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit

menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,

Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat

menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. 3-5

Gambar 12. Faringitis Virus

Selain menimbulkan gejala faringitis, adenovirus juga menimbulkan gejala

konjungtivitis terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang

disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di

seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan

HIV menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada

pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan

pasien tampak lemah. 3-5

Terapi

18

Page 19: Faringitis

Istirahat dan minum air yang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu

dan tablet isap.

Antivirus seperti metisoprinol (Isoprinosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks

dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali pemberian/ hari pada orang dewasa dan

pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.

b. Faringitis Bakterial

Gejala dan tanda

Gejala pada faringitis yang disebabkan oleh bakteri antara lain, nyeri kepala yang

hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai

dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan

terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada

palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada

penekanan. 3-5

Gambar 13. Faringitis Streptococcus

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan

menggunakan Centor criteria8, yaitu :

- Riwayat demam (+1)

- Anterior Cervical lymphadenopathy (+1)

- Tonsillar exudates (+1)

- Tidak ada batuk (+1)

19

Page 20: Faringitis

Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur:

- 3-14 tahun (+1)

- 15-44 tahun (0)

- 45 tahun keatas (-1)

Penilaian skornya:

- 0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 1%-2.5%. Tidak perlu pemeriksaan

lebih lanjut dan antibiotic.

- 1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 5%-10%. Tidak perlu pemeriksaan

lebih lanjut dan antibiotic.

- 2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 11%-17%. Kultur bakteri faring dan

antibiotic hanya bila hasil kultur positif

- 3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 28%-35%. Kultur bakteri faring dan

antibiotic hanya bila hasil kultur positif

- 4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 51%-53%. Terapi empiris dengan

antibiotic dan atau kultur bakteri faring

Terapi

a. Antibiotik

Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus ß

hemolitikus. Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal atau amoksisilin

50mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x 500mg

selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari.

b. Kortikosteroid

Deksametason 8-16mg,IM 1 kali. Pada anak 0.08-0.3mg/kgBB,IM 1 kali.

c. Analgetika

d. Kumur dengan air hangat atau obat kumur anntiseptik

Faringitis gonorea

Faringitis ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Pasien yang

menderita faringitis tipe ini selalunya punya riwayat pernah melakukan riwayat seks oral

atau kontak orogenital. Makanya selalu jika didapatkan pasien dengan faringitis tipe ini,

20

Page 21: Faringitis

adalah wajib untuk ditanyakan kepada pasien apakah pernah melakukan kontak

orogenital sebelumnya. 3

Gambar 14. Gambaran penderita faringitis gonorrhea

Terapi

Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriaxone 250mg, IM.

c. Faringitis Fungal

Gejala dan tanda

Penyebab dari fungal yang tersering adalah candida yang tumbuh di mukosa rongga

mulut dan faring. Keluhan yang sering timbul adalah nyeri tenggorokan dan nyeri menelan.

Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. 3-5

Pembiakan jamur candida ini dilakukan dalam agar Sabouroud dextrose.

Gambar 15. Faringitis disebabkan candida

Terapi

Nystatin 100.000-400.000 2 kali/ hari dan boleh diberikan analgetika untuk menghilangi

nyeri.

21

Page 22: Faringitis

Faringitis Kronik

Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis

kronik atrofi. Faktor predisposisi terjadi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik,

sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa

faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang

bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat. 3-5

Gambar 16. Faringitis kronik

a) Faringitis Kronik Hiperplastik

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.

Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada

pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular. Pasien mengeluh

mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang berdahak. 3-5

Terapi

Terapi local dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras

argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur

atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.

Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati.

b) Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis

atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan

22

Page 23: Faringitis

rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluh tenggorokan kering dan

tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender

yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. 3-5

Terapi

Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi

ditambahkan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.

Faringitis spesifik

a. Faringits luetika

Faringitis leutika atau faringitis syphilis ini dapat disebabkan oleh Treponema

palidum yang dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti penyakit lues di organ lain.

Gambaran klinik penyakit ini berbeza dan tergantung kepada stadium yang dapat dibahagi

kepada tiga, iaitu primer, sekunder dan tersier. 3-5

1. Stadium primer

Kelainan terdapat terlihat pada lidah, palatum molle, tonsil dan dinding faring seperti

bercak keputihan. Apabila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah

faring seperti ulkus pada genitalia iaitu tiada rasa nyeri. Selain itu terdapat juga

pembesaran kelenjar mandibula yang tiada rasa nyeri jika ditekan.

2. Stadium sekunder

Jarang ditemukan pasien yang berada di stadium ini. Selalunya akan terlihat eritema

pada dinding faring yang menjalar ke faring

3. Pada stadium tertier, akan terlihat guma yang dimana predileksinya adalah pada

tonsil dan palatum. Guma pada dinding faring jarang ditemukan, namun sekiranya

ada, ianya dapat meluas hingga ke vertebra servikal dan dapat menyebabkan

kematian. Guma yang terdapat di palatum molle pula, sekiranya sembuh akan

membentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum

secara permanen.

Terapi

Pada faringitis spesifik akibat lues, obat pilihan pertama yang diberikan sebagai terapi

adalah penisilin dengan dosis tinggi.

23

Page 24: Faringitis

Gambar 17. Faringitis luetika

Gambar 18. Contoh lesi luetika pada palatum iaitu stadium dua

Gambar 19. Contoh gumma pada palatum molle pada stadium tiga

b. Faringitis tuberculosis

24

Page 25: Faringitis

Faringitis tuberculosis merupakan suatu proses sekunder dari tuberculosis di paru.

Cara infeksi bisa secara eksogen yang disebabkan kontak dengan sputum yang mengandung

kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Infeksi secara endogen pula dapat terjadi lewat

darah yaitu pada tuberculosis milllier. Sekiranya infeksi terjadi secara hematogen maka

tonsil dapat terkena pada kedua-dua sisi dan dapat ditemukan lesi pada dinding faring,

arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum molle, dan palatum durum.

Kelenjar regional akan turut membengkak dan penyebaran pada saat ini adalah secara

limfogen.3-5

Pasien dengan penyakit ini selalunya mempunyai keadaan umum yang buruk karena

anoreksi dan odinofagi. Keluhan yang sering dinyatakan adalah seperti nyeri hebat di

tenggorokan, nyeri telinga dan pembesaran kelenjar getah bening servikal. 3-5

Gejala klinis

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang

menginfeksi. Pada faringitis akut gejala dapat ringan berupa rasa tidak enak di tenggorok

yang berakhir beberapa hari, malaise ringan dan demam ringan. Pada keadaan berat sakit di

tenggorok lebih hebat. Adanya keluhan sulit menelan ludah, jika palatum edema akan

menyebabkan batuk iritatif karena uvula mengenai pangkal lidah. Terdapat juga keluhan

demam dan sakit kepala. 3-5

Terapi

Faringitis yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, obat yang harus diberikan

adalah obat antituberkulosis (OAT) sama seperti terapi tuberculosis paru.4,5

Komplikasi

Adapun komplikasi dari faringitis yaitu dapat terbagi dua, yaitu komplikasi lokal dan

general. Pada komplikasi lokal dapat terjadi penyebaran langsung ke laring di bagian inferior

dimana terjadinya edema glotis sehingga bisa menyebabkan obstruksi pernafasan.

Komplikasi umum dari faringitis (terutama terlihat dalam kasus faringitis bakteri) termasuk

sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Komplikasi supuratif pada

faringitis bakteri hasil dari penyebaran infeksi dari mukosa faring melalui hematogen,

limfatik atau penyebaran langsung (lebih umum infeksi Group A Streptokokus). Antara yang

terjadi adalah abses peritonsilar dan abses retrofaring. Selain komplikasi supuratif,

25

Page 26: Faringitis

komplikasi non supuratif khusus untuk infeksi (GAS) adalah demam rematik akut (3-5 post-

infeksi) dan glomerulonefritis streptokokal dan juga toxic shock syndrome.

Prognosis

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis akut

biasanya sembuh dalam waktu 7-10 hari. 4,5 Namun, sebagai klinisi, kita harus mencurigai

kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi jika faringitis tidak di obati dengan sempurna.

Kegagalan pengobatan dapat terjadi karena beberapa factor antaranya adalah pasien sering

terpajan dengan kontak individu yang tidak diobati secara tuntas, pasien dengan

immunocompromised, pasien resisten terhadap antibiotik yang diberikan

BAB 3

KESIMPULAN

Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan.

Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan

adenoid. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita

faringitis.Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan

tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang

menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti

lemas, anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang

hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada

rahang bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin

dijumpai peningkatan laju endap darah dan leukosit. Untuk menegakkan diagnosis faringitis

dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh

dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher.Pada faringitis dapat dijumpai

faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar

getah bening di leher.

26

Page 27: Faringitis

Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya.Bila penyebabnya adalah bakteri

maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup diberikan

analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi aktivitasnya.Dengan

pengobatan yang adekuat umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik dan

umumnya pasien biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J,Restuti RD, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi Keenam, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta, 2008. H213-225

2. Ballenjer JJ. Diseases of the oropharynx. In: Otorhinolaryngology head and neck

surgery. 15th Ed. Lea Febiger Book. Baltimore, Philadelphia, Sydney, Tokyo: p.236-44.

3. Pharyngitis. Diunduh dari : http://med scape/pharyngitis.com pada 08 Februari 2014

4. Bailey BJ, Johnson JT, American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery.

Lippincott Williams & Wilkins, Fourth Edition, Volume one, United States of America,

2006. p601-13.

5. Adam GL. Diseases of the nasopharynx and oropharynx. In: Boies fundamentals of

otolaryngology. A text book of ear, nose and throat diseases 6 th Ed. WB Saunders Co

2009: p,332-69.

27