evaluasi kinerja teknik estimasi kanal...
TRANSCRIPT
1
EVALUASI KINERJA TEKNIK ESTIMASI KANAL BERDASARKAN
POLA PENGATURAN SIMBOL PILOT PADA SISTEM OFDM
Dudik Hermanto#1
, Imam Santoso, S.T, M.T #2
, Ajub Ajulian Zahra, S.T., M.T.#3
#Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
jl. Prof Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia #[email protected]@gmail.com
Abstract — OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing)
is a multicarrier technology that divides high speed data rates into
parallel low speed data rates by dividing the signal into n-
subcarriers which orthogonal and overlap to each other. Channel
estimation problem also very important in communication system
for better system performance. Channel estimation is a process to
determine the characteristics of a channel that aims to get the
received data close to the transmitted data.
In this final project made a simulation of channel estimation
based on pilot symbol arrangement in OFDM systems. There are
two types of channel estimation based on pilot arrangement, block
type and comb type. For block type, the channel estimation
alghorithm used is LS (Least Square) and MMSE (Minimum Mean
Square Error) algorithm. For comb type, channel estimation
algorithm used is LS then followed by a linear interpolation and
second order interpolation. Testing done by varying Doppler
frequency, ratio of the amount of data symbols and pilot symbols
and modulation type. Channel models used are Rayleigh, Rayleigh
Doppler and AWGN (Additive White Gaussian Noise). The
performance of the system was known by measuring BER( Bit
Error Rate).
The results show that in block type, MMSE estimator has a
smaller BER values than LS estimator especially at SNR 0-10 dB,
such as at SNR 0 dB, MMSE estimator has BER 2,9.10-2 while LS
estimator has BER 3,5.10-2. On the comb type, second order
interpolation has smaller BER values than linear interpolation,
such as at SNR 15 dB, second order interpolation has BER values
7.10- 3 while linear interpolation has BER values 8.10-3.
Keywords: OFDM, LS, MMSE, Interpolation, Rayleigh, AWGN
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan sistem komunikasi yang handal pada
kanal frequency selective dan dipengaruhi oleh multipath
fading menyebabkan munculnya suatu teknik yang disebut
OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).
OFDM merupakan salah satu teknologi multicarrier dimana
data serial berkecepatan tinggi dikonversikan menjadi data
paralel dengan kecepatan yang lebih rendah, yaitu dengan
membagi sinyal menjadi n-subcarrier yang saling orthogonal
dan overlap.Untuk mendapatkan sinyal terima yang lebih
baik, dikembangkanlah teknik estimasi kanal pada OFDM .
Teknik estimasi kanal yang telah dikembangkan diantaranya
adalah dengan pengaturan pola simbol pilot dimana sejumlah
simbol pilot disisipkan pada simbol data dengan posisi
tertentu. Ada dua cara penyisipan simbol pilot yang biasa
digunakan yaitu tipe blok dan tipe comb. Dimana untuk
memprediksi respon kanal bisa dengan menggunakan Least
Square (LS), Minimum Mean Square Error (MMSE) untuk
penyisipan simbol pilot tipe blok dan interpolasi linear,
interpolasi orde dua untuk penyisipan simbol pilot tipe comb.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang
perbandingan kinerja modulasi M-PSK dan M-QAM terhadap
laju kesalahan data pada sistem OFDM (Ananta, 2009),
pengaruh modulasi M-PSK pada unjuk kerja sistem OFDM
(Fadhila, 2009), Estimasi Kanal Pada OFDM menggunakan
Teknik Pilot Symbol Assisted Modulation (PSAM) (Setiadi,
2007), Estimasi kanal menggunakan LS pada kanal SUI
(Subandi, 2009) selain itu juga terdapat penelitian yang
berjudul A Study of Channel Estimation in OFDM Systems
(Coleri,2002).
Pada tugas akhir ini akan dianalisis kinerja teknik
estimasi kanal berdasarkan pola pengaturan simbol pilot (tipe
blok dan comb) pada OFDM. Estimator kanal yang digunakan
pada sisi penerima adalah LS dan MMSE untuk pola
pengaturan simbol pilot tipe blok serta Interpolasi Linear dan
Interpolasi Orde dua untuk pola pengaturan simbol pilot tipe
comb. Kanal yang digunakan untuk pengujian adalah kanal
Rayleigh dan AWGN (Additive White Gaussian Noise).
II. DASAR TEORI
A. Sistem OFDM
OFDM merupakan salah satu jenis transmisi multicarrier
yang membagi suatu aliran data serial berkecepatan tinggi
menjadi beberapa subcarrier paralel yang saling orthogonal
dengan kecepatan yang lebih rendah. Dengan sifat
orthogonalitas ini maka antar subcarrier dapat dibuat overlap
tanpa menimbulkan efek ICI (Inter Carrier Interference).
Secara umum, diagram blok transmisi sederhana OFDM
adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:
Mapping S/PPilot
InsertionIFFT
Guard
InsertionP/S
KANAL
Demapping P/S
Pilot
Removal and
Channel
Estimation
FFTGuard
RemovalS/P +
AWGN
Binary Data
Binary Data
Gambar 1 Diagram blok transmisi sederhana OFDM[2],[5]
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP Semarang
2 ,3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro UNDIP Semarang
2
Pemancar dalam sistem OFDM terdiri dari masukan,
pemetaan, pengubah serial-paralel, Inverse Fast Fourier
Transform (IFFT), dan pengubah paralel to serial. Data
masukan yang berupa data serial akan dimodulasi
menggunakan teknik modulasi seperti M-PSK atau M-QAM.
Data yang telah dimodulasi kemudian diubah ke dalam bentuk
paralel pada blok serial to paralel dengan menghasilkan
simbol-simbol secara paralel.
Simbol-simbol yang telah dalam bentuk paralel tersebut
akan dilewatkan ke blok IFFT untuk menghasilkan simbol-
simbol OFDM yang saling orthogonal satu sama lain. Operasi
IFFT dilakukan pada setiap satuan simbol, yang akan
memberikan cuplikan dalam kawasan waktu kompleks.
Persamaan IFFT adalah sebagai berikut[13]
:
1
0
)]([1
)(N
k
kn
NWkXN
nx ............................................. (2.1)
12
0
)]2
()([1
N
k
kn
NWkN
XkXN
....................... (2.2)
Kemudian simbol-simbol OFDM yang masih dalam
bentuk paralel akan diubah kembali menjadi bentuk serial
pada blok paralel to serial. Sinyal tersebut akan diberi
tambahan guard interval yang untuk mengurangi terjadinya
Intersymbol Interference (ISI).
Proses yang terjadi pada penerima adalah kebalikan dari
proses yang dilakukan pada pemancar. Penerima akan
membawa sinyal terima yang telah melalui kanal untuk
dilakukan proses pelepasan guard interval sebelum diubah
menjadi bentuk paralel.
FFT merupakan komponen yang paling utama pada bagian
perencanaan demodulasi. Ketika lebih dari satu pembawa
dimasukkan, FFT merupakan suatu metode praktis untuk
memperbaiki data dari pembawa (carrier). FFT digunakan
untuk merubah kembali ke ranah frekuensi.
Sedangkan persamaan FFT adalah sebagai berikut[13]
:
12
0 2)()(
N
n
kn
NWnN
xnxkX .............................. (2.3)
Sampel dari daerah waktu dimasukan ke dalam FFT, hal
ini diperlukan untuk menyaring amplitudo dan fase dari sinyal
tersebut. Penyaringan amplitudo dan fase tergantung dari
pewaktuan simbol x+iy yang dibutuhkan. Sinyal yang telah
melalui blok FFT tersebut akan dirubah kembali ke bentuk
serial untuk selanjutnya dilakukan proses demodulasi agar
didapatkan data seperti data masukan pada pemancar.
B. Estimasi Kanal
Sinyal yang diterima pada bagian penerima telah
mengalami distorsi, hal ini disebabkan oleh adanya variasi
respon kanal,jika sinyal yang diterima ini langsung dideteksi
maka akan terjadi kesalahan pendeteksian. Maka dibutuhkan
estimasi kanal untuk mengetahui respon kanal. Persamaan 2.4
menunjukkan proses mendapatkan sinyal informasi pada sis
penerima setelah dilakukan proses estimasi kanal.
D
H
DD
H
N
H
HD
H
D
NHDD
e
^
^
........................ (2.4)
Dengan ^
D adalah sinyal informasi terima dalam domain
frekuensi, D adalah sinyal informasi kirim dalam ranah
frekuensi.
H adalah respon kanal hasil estimasi eD
adalah
sinyal informasi terima setelah dilakukan estimasi kanal.
C. Pola Pengaturan Simbol Pilot
Salah satu teknik estimasi kanal adalah dengan
menyisipkan sinyal pilot pada sinyal data yang akan
dikirimkan pada bagian pemancar. Pilot ini digunakan untuk
menghitung respon dari kanal yang menyebabkan adanya
interferensi. Ada dua pola pengaturan penempatan sinyal pilot
pada sinyal yaitu pola pengaturan simbol pilot tipe blok dan
pola pengaturan tipe comb.
D. Pola Pengaturan Simbol Pilot Tipe Blok
Pada estimasi kanal berdasarkan pengaturan simbol pilot
tipe blok, simbol pilot yang digunakan disisipkan pada setiap
frekuensi subcarrier dengan rentang waktu tertentu.
Time
Fre
qu
ency
S1 S6S5S2 S3 S4
Subcarrier 1
Subcarrier 2
Subcarrier 3
Subcarrier 4
Subcarrier 5
Subcarrier 6
Time
Fre
quency
S1 S6S5S2 S3 S4
Subcarrier 1
Subcarrier 2
Subcarrier 3
Subcarrier 4
Subcarrier 5
Subcarrier 6S
imb
ol
Pil
ot
Sim
bol
Pil
ot
(a) (b)
Gambar 2 Susunan simbol (a) sebelum disisipi simbol pilot
(b) setelah disisipi simbol pilot tipe blok
Untuk mendapatkan nilai estimasi kanal pada pola pengaturan
simbol pilot tipe blok bisa menggunakan estimator Least
Square (LS), atau Minimum Mean Square (MMSE).
Estimator Least Square (LS)
Estimator Least Square (LS) mendapatkan nilai estimasi
kanal dengan cara memperkecil jumlah kuadrat selisih dari
nilai sesungguhnya dan nilai yang diprediksi. Estimasi kanal
dengan Least Square adalah seperti ditunjukkan pada
persamaan 2.5 berikut[2],[3],[5]
)(
)()(
kX
kYkH LS
..................................... (2.5)
dengan )(kH LS
adalah nilai estimasi kanal, Y(k) adalah sinyal
pilot yang diterima, X(k) adalah sinyal pilot yang dipancarkan.
3
Estimator Minimum Mean Square Error (MMSE)
Estimator MMSE bekerja dengan meminimalkan kuadrat
galat terkecil (Mean Square Error) antara kanal sebenarnya
dengan kanal hasil estimasi. Persamaan estimasi
menggunakan estimator MMSE ditunjukkan pada persamaan
2.6 berikut ~
HHHH
HRRH ~
1^
)( ISNR
MMSE
..... (2.6)
dengan ~
HH
Radalah korelasi silang antara matriks estimasi
kanal dengan kanal sesungguhnya, β adalah faktor konstelasi
(BPSK, QPSK=1, 16QAM=17/9).
D. Pola Pengaturan Simbol Pilot Tipe Comb
Pada estimasi kanal berdasarkan pengaturan simbol pilot
tipe comb, simbol pilot yang digunakan sebagai referensi
untuk estimasi kanal dikirimkan secara periodik pada
frekuensi subcarrier tertentu dalam rentang frekuensi tertentu
dan semua simbol subcarrier tersebut digunakan untuk simbol
pilot.
Time
Fre
quen
cy
S1 S6S5S2 S3 S4
Subcarrier 1
Subcarrier 2
Subcarrier 3
Subcarrier 4
Subcarrier 5
Subcarrier 6
Time
Fre
quen
cy
S1 S6S5S2 S3 S4
Subcarrier 1
Subcarrier 2
Subcarrier 3
Subcarrier 4
Subcarrier 5
Subcarrier 6
Pilot
Pilot
(a) (b)
Gambar 3 Susunan simbol (a) sebelum disisipi simbol pilot (b)
setelah disisipi simbol pilot tipe comb
Untuk mendapatkan nilai estimasi kanal pada pengaturan
simbol pilot tipe comb dilakukan dengan menggunakan
estimator LS atau MMSE yang kemudian dilanjutkan dengan
interpolasi.
Interpolasi Linear[2],[5]
Pada interpolasi linear untuk mendapatkan estimasi kanal
pada subcarrier data yaitu dengan menggunakan dua estimasi
simbol pilot yang berdekatan. Persamaan interpolasi linear
adalah seperti ditunjukkan pada persamaan 2.7 berikut
)/)).(()1(()()()(^^^^^
LlmHmHmHlmLHkH ....... (2.7)
dengan )(^
kH adalah estimasi kanal subcarrier data ke-k, )(^
mH
adalah estimasi kanal simbol pilot ke-m, L adalah jarak antar
simbol pilot.
Interpolasi Orde Dua[2],[5]
Teknik Interpolasi orde dua hampir sama dengan
interpolasi linear perbedaannya untuk teknik interpolasi orde
dua dengan menggunakan tiga estimasi kanal simbol pilot
yang berdekatan. Persamaan interpolasi orde dua adalah
seperti ditunjukkan pada persamaan 2.8 berikut
)1()()1()()(^
1
^
0
^
1
^^
mHcmHcmHclmLHkH .......... (2.8)
dengan
Llccc /,2
)1(),1)(1(,
2
)1(101
)(^
kH adalah estimasi kanal subcarrier data ke-k, )(^
mH adalah
estimasi kanal simbol pilot ke-m, L adalah jarak antar simbol
pilot.
III. PROGRAM SIMULASI
Untuk menggambarkan sistem yang akan disimulasikan,
pada Gambar 3.1 disajikan diagram blok sistem OFDM
dengan estimasi kanal.
Mapping S/P
Pilot
Insertion
Block
Type
IFFTGuard
InsertionP/S
KANAL
Rayleigh
Demapping P/S
Channel
Estimation
(LS and
MMSE)
FFTGuard
RemovalS/P +
AWGN
Bit-bit informasi
Bit-bit informasi
Pilot
Insertion
Comb
Type
Channel
Estimation
(Linear and
second order
interpolation)
Gambar 4 Diagram blok sistem OFDM dengan estimasi kanal
Tabel 3.1 Parameter Sistem
No. Parameter Keterangan
1 Jumlah subcarrier (blok) 512
2 Jumlah subcarrier (comb) 400
3 Panjang FFT 512
4 Level modulasi BPSK, QPSK, 16QAM
5 Jumlah simbol 128
6 Panjang Guard Interval 128
7 Perbandingan simbol pilot
dan data 1/8, 1/16
8 Jenis estimator
LS, MMSE (blok) dan
Interpolasi linear, interpolasi
orde 2 (comb)
Program simulasi ini dibuat untuk mensimulasikan
pengiriman data melalui kanal nirkabel (Rayleigh + AWGN)
dengan estimasi kanal pada sistem komunikasi OFDM dan
kemudian menghitung nilai BER untuk setiap nilai SNR yang
kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik hubungan antara
nilai SNR dan BER.
4
Dalam simulasi ini diasumsikan terjadi sinkronisasi
sempurna antara pemancar dan pengirim, tidak
memperhitungkan pengaruh Peak to Average Power Ratio
(PAPR) dan menganggap guard interval lebih panjang dari
delay spread maksimum.
IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS
A. Pengujian Kinerja Teknik Estimasi Kanal
Berdasarkan Pola Pengaturan Simbol Pilot Tipe Blok
Gambar 5 Grafik kinerja LS dan MMSE dengan perbandinganjumlah simbol
pilot dan data 1:8
Gambar 6 Grafik kinerja LS dan MMSE dengan perbandingan jumlah simbol
pilot dan data 1:16
Pada Gambar 5 terlihat bahwa estimator MMSE
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan estimator LS.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
Pada Gambar 6 terlihat bahwa estimator MMSE
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan estimator LS.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh estimator LS
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB sedangkan
estimator MMSE mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari
14 dB. Untuk kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai
nilai BER 0 pada SNR lebih dari 16 dB.
Gambar 8 Grafik kinerja LS dan MMSE dengan tipe modulasi BPSK
Gambar 9 Grafik kinerja LS dan MMSE dengan tipe modulasi QPSK
Pada Gambar 8 terlihat bahwa estimator MMSE
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan estimator LS.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 10 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 12 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
Pada Gambar 9 terlihat bahwa estimator MMSE
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan estimator LS.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
Gambar 11 Grafik kinerja LS dan MMSE dengan frekuensi Doppler 21 Hz
5
Gambar 12 Grafik kinerja LS dan MMSE dengan frekuensi Doppler 35 Hz
Pada Gambar 11 terlihat bahwa estimator MMSE
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan estimator LS.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
Pada Gambar 12 terlihat bahwa estimator MMSE
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan estimator LS.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler nilai BER estimator LS akan terus
turun sampai pada SNR lebih dari 14 dB nilai BER akan tetap
sekitar 1.16e-02 sedangkan estimator MMSE akan terus turun
sampai pada SNR lebih dari 14 dB nilai BER akan tetap
sekitar 1.16e-02.
B. Pengujian Kinerja Teknik Estimasi Kanal
Berdasarkan Pola Pengaturan Simbol Pilot Tipe Comb
Gambar 14 Grafik kinerja interpolasi linear dan interpolasi orde dua dengan
perbandingan pilot dan data 1:8
Pada Gambar14 terlihat bahwa interpolasi orde dua
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan interpolasi linear.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
Gambar 15 Grafik kinerja interpolasi linear dan interpolasi orde dua dengan
perbandingan pilot dan data 1:16
Pada Gambar 15 terlihat bahwa interpolasi orde dua
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan interpolasi linear.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 12 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
Gambar 16 Grafik kinerja interpolasi linear dan interpolasi orde dua dengan
tipe modulasi BPSK
Gambar 17 Grafik kinerja interpolasi linear dan interpolasi orde dua dengan
modulasi QPSK
Pada Gambar 16 terlihat bahwa interpolasi orde dua
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan interpolasi linear.
Untuk kanal AWGN interpolasi linear mencapai nilai BER 0
pada SNR lebih dari 12 dB sedangkan interpolasi orde dua
6
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 10 dB. Untuk
kanal Rayleigh keduanya mencapai nilai BER 0 pada SNR
lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh Doppler keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 16 dB.
Pada Gambar 17 terlihat bahwa interpolasi orde dua
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan interpolasi linear.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
Gambar 18 Grafik kinerja interpolasi linear dan interpolasi orde dua dengan
frekuensi Doppler 21 Hz
Pada Gambar 18 terlihat bahwa interpolasi orde dua
mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan interpolasi linear.
Untuk kanal AWGN keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 12 dB. Untuk kanal Rayleigh keduanya
mencapai nilai BER 0 pada SNR lebih dari 14 dB. Untuk
kanal Rayleigh Doppler keduanya mencapai nilai BER 0 pada
SNR lebih dari 16 dB.
V. PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang dilakukan
didapatkan pada pola pengaturan simbol pilot tipe blok,
estimator MMSE memiliki nilai BER yang lebih kecil
dibandingkan estimator LS pada nilai SNR 0 dB, seperti pada
SNR 0 dB estimator LS memiliki BER 2.878e-01 sedangkan
estimator MMSE memiliki BER 2.397e-01.
Pada pola pengaturan simbol pilot tipe comb, interpolasi
orde dua memilik nilai BER lebih kecil dibandingkan
interpolasi linear, seperti pada SNR 0 dB interpolasi linear
memiliki BER 2.783e-01 sedangkan interpolasi orde dua
memiliki BER 2.706e-01.
Estimator LS dan MMSE pada SNR 14 dB untuk variasi
perbandingan simbol pilot dan simbol data 1:8 memiliki nilai
BER sekitar 4e-04 sedangkan pada perbandingan 1:16
memiliki nilai BER sekitar 8e-04.
Nilai BER interpolasi linear dan interpolasi orde dua pada
SNR 14 dB untuk variasi perbandingan simbol pilot dan data
1:8 adalah sekitar 4.8e-04 sedangkan pada perbandingan 1:16
sekitar 3.4e-04
Estimator LS dam MMSE pada SNR 14 dB untuk variasi
frekuensi Doppler 21 Hz memiliki nilai BER sekitar 4.6e-04
sedangkan pada frekuensi Doppler 35 Hz memiliki nilai BER
sekitar 1.1e-02 dan pada frekuensi Doppler 70 Hz memiliki
nilai BER sekitar 5e-02
Nilai BER interpolasi linear dan interpolasi orde dua pada
SNR 14 dB untuk variasi frekuensi Doopler 21 Hz adalah
sekitar 4.8e-04 sedangkan pada frekuensi Doppler 35 Hz
sekitar 7.9e-04 dan pada frekuensi Doppler 70 Hz sekitar 6e-
03
Untuk pengembangan sistem lebih lanjut, maka dapat
diberikan saran untuk mensimulasikan sistem dengan
menggunakan tipe modulasi lain yang lain dan mencoba
teknik estimasi lain seperti estimasi kanal buta, estimasi kanal
semi buta.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Abdillah, Very Senopati, Analisis Kinerja Sistem
Akses Jamak Pada Orthogonal Frequency Division
Multiplexing (OFDM) Menggunakan Teknik Code
Division Multipe Acces (CDMA), Tugas Akhir S-1,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
[2]. Bahai, Ahmad R.S., Burton R. Saltzberg, Mustafa
Ergen, “Multicarrier Digital Communication Theory
and Application of OFDM”, Springer
Science+Bussiness Media,Inc, United States of
America, 2004.
[3]. Cho, Yong Soo, “MIMO-OFDM Wireless
Communication with MATLAB”, John Wiley and Sons
Pte Ltd, Singapore, 2010.
[4]. Choi, Yang Seok, “On Channel Estimation and
Detection for Multicarrier Signals in Fast and
Selective Rayleigh Fading Channels”, IEEE
Transactions on communications, vol.49, no. 8 , 2001.
[5]. Coleri, Sinem., Mustafa Ergen, Anuj Puri and Ahmad
Bahai, “A Study of Channel Estimation in OFDM
Systems”, IEEE 56th
Vehicular technology Conference.
[6]. Edfors, O., Sandell,M., Van de Beek, J.J., and
Wilson,S.,K., “OFDM Channel Estimation by
Singular Value Decomposition”, IEEE Transactions
on Broadcasting, 48, 223-229, 2002.
[7]. Fadhila, Wike S, Pengaruh Modulasi M-PSK pada
Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division
Multiplexing (OFDM), Tugas Akhir S-1, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2009.
[8]. Hara, Shinsuke, Ramjee Prasad., “Multicarrier
Techniques for 4G Mobile Communications”, Artech
House, London, 2003.
[9]. Harada, Hiroshi, Ramjee Prasad, Simulation and
Software Radio for Mobile Communication, PDF file,
2009.
[10]. Picesa, Rosa Sanjaya, “Estimasi Kanal Sistem Wimax
OFDM Berdasarkan Pola Pengaturan Simbol Pilot ”,
Tugas Akhir S-1, Institut Teknologi Bandung, 2007.
[11]. Rappaport, Theodore S, Wireless Communications,
Prentice Hall, New Jersey, 1996.
7
[12]. Setiadi, Evan Adrianto, “ Estimasi Kanal pada
Orthogonal Frequency Division Multiplexing
(OFDM) Menggunakan Teknik Pilot Sumbol Assisted
Modulation (PSAM)”, Tugas Akhir S-1, Institut
Teknologi Bandung, 2007.
[13]. Tan, Li, “ Digital Signal Processing Fundamentals
and Applications ”, Elsevier.Inc, London, 2008.
[14]. Zaier, Aida and Ridha Bouallegue, “Channel
Estimation Study For Block Pilot Insertion in OFDM
System Under Slowly Time Varying Conditions”,
International Journal of Computer & Communication,
vol.3, no.6, 2011.
BIODATA MAHASISWA
Dudik Hermanto, lahir di
Temanggung 22 November 1990.
Menempuh pendidikan di SD Negeri
1 Jumo, SMP Negeri 1 Jumo, SMA
Negeri 1 Temanggung dan
melanjutkan studi Strata-1 di Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang,
konsentrasi Elektronika dan
Telekomunikasi.
Mengetahui dan mengesahkan,
Dosen Pembimbing I
Imam Santoso, S.T., M.T.
NIP. 197012031997021001
Tanggal:____________
Dosen Pembimbing II
Ajub Ajulian Zahra, S.T., M.T.
NIP. 197107191998022001
Tanggal: ___________