koordinasi relay pengaman dan load flow...
TRANSCRIPT
1
Makalah Seminar Kerja Praktek
KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS
MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0
PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK
Oktarico Susilatama PP 1, Ir. Agung Warsito, DHET 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Abstrak - PT. Krakatau Steel merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berlokasi di kawasan industri
Krakatau, tepatnya di jalan Industri No. 5 PO BOX 14, Cilegon 42435, Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang
industri baja yang terintegrasi yang terbesar di Indonesia. PT. Krakatau Steel memiliki pabrik utama penghasil baja slab
yaitu Slab Steel Plant 1 (SSP 1) dan Slab Steel Pant 2 (SSP 2)..
Proses produksi baja slab pada PT. Krakatau Steel membutuhkan daya listrik dalam jumlah yang besar. Untuk
memenuhi keandalan ketersediaan dan penyaluran energi listrik untuk proses produksi baja, kebutuhan sistem proteksi yang
memadai mutlak diperlukan. Fungsi peralatan sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal serta sekaligus mengamankan bagian
ini dari kerusakan yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Seperti pabrik-pabrik pada umumnya, pabrik PT. Krakatau Steel memerlukan keandalan sistem kelistrikan serta
kontinuitas suplai daya listrik untuk mendukung proses produksinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut
adalah performa sistem proteksi dengan koordinasi rele-rele pengamannya. Untuk meningkatkan perfoma sistem proteksi
perlu dilakukan analisis terhadap setelan dan koordinasi rele yang ada terutama pada koordinasi rele pengaman arus lebih.
Analisis ini dapat dilakukan dengan menjabarkan system koordinasi rele pengaman dan aliran daya. Dengan menganalisis
hal ini, akan didapatkan setelan dan koordinasi yang baik bagi system kelistrikan tersebut. Setelan dan koordinasi rele yang
baik akan dapat mencegah atau membatasi kerusakan jaringan beserta peralatannya ketika terjadi gangguan dan juga
mencegah putusnya suplai daya listrik pada daerah yang tidak ada gangguan
Kata kunci : Koordinasi rele, rele pengaman, gangguan 3 fasa seimbang,analisis aliran daya, definite time over current relay
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Krakatau Steel merupakan perusahaan baja
yang terintegrasi dalam menghasilkan produknya,
dimana memiliki pabrik utama penghasil baja slab
yaitu Slab Steel Plant 1 (SSP 1) dan Slab Steel Pant
2 (SSP 2). SSP 1 menghasilkan produksi baja kasur
(slab) sebesar 1.000.000 ton/tahun dan SSP 2
menghasilkan 800.000 ton/tahun. Dan dalam hal ini
optimalisasi sumber daya yang ada sangat
diperlukan.
Untuk meningkatkan perfoma sistem proteksi
perlu dilakukan analisis terhadap setelan dan
koordinasi rele yang ada terutama pada koordinasi
rele pengaman arus lebih. Setelan dan koordinasi
rele yang baik akan dapat mencegah atau
membatasi kerusakan jaringan beserta peralatannya
ketika terjadi gangguan dan juga mencegah
putusnya suplai daya listrik pada daerah yang tidak
ada gangguan. Oleh karena itu, diperlukan sistem
simulasi koordinasi relay pengaman dan load flow
analysis menggunakan ETAP 7.0
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat
dirumuskan permasalahan bagaimana menentukan
setelan koordinasi rele arus lebih dan menganalisis
aliran daya pada Slab Steel Plant 1 PT. Krakatau
Steel, sehingga dapat meningkatkan performa
sistem proteksi
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam Kerja Praktek ini, penulis membatasi
masalah hanya pada sistem koordinasi relay
pengaman arus lebih gangguan tiga fasa seimbang
dan aliran daya menggunakan Etap 7.0 pada Slab
Steel Plant 1 PT. Krakatau Steel
2
1.4 Tujuan
Tujuan Kerja Praktek ini adalah :
1. Mahasiswa melalui kerja praktek dapat
menerapkan teori yang didapat di bangku
kuliah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sistem
koordinasi relay pengaman arus lebih dan load
flow analysis menggunakan Etap 7.0 Slab
Steel Plant (SSP) 1 PT. Krakatau Steel.
3. Memodelkan, mensimulasikan, dan
menganalisis aliran daya sistem kelistrikan
menggunakan Etap 7.0 Slab Steel Plant (SSP)
1 PT. Krakatau Steel.
4. Mengetahui koordinasi rele pengaman yang
terpasang pada sistem kelistrikan
menggunakan Etap 7.0 Slab Steel Plant (SSP)
1 PT. Krakatau Steel saat ini.
II. DASAR TEORI SISTEM PROTEKSI PADA
SUBSTATION
2.1 Pendahuluan
Gambar 2.1 Sistem Proteksi
Fungsi peralatan proteksi adalah untuk
mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian
jaringan yang terganggu dari bagian lain yang
masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian
yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang
lebih besar. Sistem Proteksi harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
Sensitif
Selektif
Cepat
Andal
Ekonomis
2.2 Perangkat Sistem Proteksi
1. Rele
2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan
3. Pemutus Tenaga (PMT)
4. Batere
III. Rele Arus Lebih (OCR)
Rele Arus Lebih merupakan rele pengaman
yang bekerja karena adanya besaran arus dan
terpasang pada jaringan tegangan tinggi, tegangan
menengah juga pada pengaman Transformator
tenaga. Rele ini berfungsi untuk mengamankan
peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-
phasa.
3.1 Prinsip Kerja Rele Arus lebih (OCR)
Rele Arus Lebih merupakan rele yang bekerja
terhadap arus lebih, rele ini akan bekerja bila arus
yang mengalir melebihi nilai setting arusnya (I
sett). Rele ini bekerja dengan membaca input
berupa besaran arus kemudian membandingkan
dengan nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca
oleh rele melebihi nilai setting, maka rele akan
mengirim perintah trip (lepas) kepada Pemutus
Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah
tunda waktu yang diterapkan pada setting.
3.2 Fungsi dan Penggunaan
Rele ini berfungsi sebagai pengaman terhadap
gangguan arus hubung singkat fasa-fasa dan dapat
digunakan sebagai :
Pengaman Utama Penyulang (jaringan
tegangan menengah)
Pengaman Cadangan pada Trafo, Generator
dan Transmisi
Pengaman Utama untuk Sistem Tenaga Listrik
yang kecil dan radial
3.3 Karakteristik Rele
1. Rele Arus Lebih Kerja Seketika
(Instantaneous OCR)
Rele Arus ini digunakan untuk pengaman arus
hubung singkat yang besar (high set) sehingga
tripping time pada arus gangguan yang besar rele
akan bekerja seketika.
Gambar 3.1 Kurva perbandingan waktu dan arus
OCR karakteristik Instantaneous
3
Karakteristik waktu kerja OCR karakteristik
Instantaneous:
Bekerja tanpa waktu tunda
Setelan arus sangat besar
Terdapat disisi primer atau sekunder
Transformator
2. Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite
time OCR)
Gambar 3.2 Kurva perbandingan waktu dan arus
OCR karakteristik definite
Karakteristik waktu kerja OCR karakteristik
Definite:
Bekerja dengan waktu tunda
Waktu kerja rele tidak dipengaruhi besar arus
gangguan
Terdapat disisi primer atau sekunder trafo
3. Rele Arus Lebih Inverse
Beberapa jenis karakteristik rele ini adalah :
Long Time Inverse
Standard Inverse
Very Inverse
Extremely Inverse
Hubungan antara Arus terhadap waktu untuk
beberapa karakteristik di atas ditunjukan oleh
persamaan berikut :
Dimana
t : waktu dalam detik
I : Arus gangguan
Is : Arus setting
TMS : time multiplier setting
K dan untuk setiap karakteristik besarnya seperti
pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Karakteristik K dan
Gambar 3.3 Perbandingan beberapa karakteristik
rele inverse
Pada kurva kerja diatas terdapat perbandingan
antara kurva Standart Inverse (SI), Very Inverse
(VI), Extremely Invers (EI), dan Long Time Inverse
(LTI). Sesuai pada grafik diatas, tipe rele inverse
menyatakan semakin besar arus gangguan maka
semakin cepat kerja rele tersebut.
IV. KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN
LOAD FLOW ANALYSIS
4.1 Setting Relay Arus dan Relay Tegangan
Tabel 4. 1 Setting Relay
4
Gambar 4.1 single line diagram sistem proteksi
Relay dari mainstation 1 sampai dengan dapur
listrik
1. Setting Relay pada branch
Gambar 4.2 Sistem kelistrikan pada branch
Branch atau cabang merupakan bagian yang
terletak paling dekat dengan dapur listrik (Electric
Arc Furnace).
Tabel 4.2 Kabel yang digunakan pada feeder AN-
Trafo Furnace
4.2 Load Flow Analysis
Gambar 4.3 Kondisi MTS 1 KDL-main bus AH
ketika tie CB closed
Pada gambar diatas dapat kita amati bahwa
aliran daya dari MTS 1 KDL menuju main bus AH
sebesar 236,8+ j21,1 terbagi menjadi tiga feeder
masing masing sebesar 78,9 + j7 dengan rugi-rugi
daya kabel yang telah diperhitungkan.
Gambar 4.4 Kondisi main bus AH-feeder AH
ketika tie CB closed
Pada gambar diatas terlihat aliran daya dari
main bus AH menuju main bus AN dengan tie CB
di close, sehingga ada aliran daya dari sisi feeder
sebelah kanan menuju sisi feeder sebelah kiri.
Gambar 4.5 Kondisi feeder AN-furnace ketika tie
CB closed
Pada gambar diatas terlihat bahwa aliran daya
pada sisi kiri dan kanan feeder mensuplai furnace
sesuai daya yang dibutuhkan dengan rugi-rugi daya
kabel yang telah diperhitungkan
5
Gambar 4.6 Kondisi MTS 1 KDL-main bus AH
ketika tie CB opened
Pada gambar diatas dapat kita amati bahwa
aliran daya dari MTS 1 KDL menuju main bus AH
sebesar 236,8+ j21,1 terbagi menjadi tiga feeder
yaitu feeder AH 12 sebesar 118,5 + j 10,5, AH 14
sebesar 59,2 + j5,3 dan AH 16 sebesar 59,2 + j5,3.
.
Gambar 4.7 Kondisi feeder AN-furnace ketika tie
CB opened
Pada gambar diatas terlihat bahwa aliran daya
pada masing-masing sisi kiri dan kanan feeder
mensuplai furnace sesuai daya yang dibutuhkan
dengan rugi-rugi daya kabel yang telah
diperhitungkan. Tidak terdapat aliran daya dari sisi
kanan feeder menuju sisi kiri feeder karena tie CB
berkondisi opened
Gambar 4.8 Kondisi feeder AN-furnace ketika tie
CB opened
Pada gambar diatas terlihat bahwa tidak ada
aliran daya pada sisi kiri dan kanan feeder akan
tetapi suplai daya pada furnace sesuai yang
dibutuhkan dengan rugi-rugi daya kabel yang telah
diperhitungkan. Tampak pada saat tie CB closed
maupun opened suplai daya pada masing-masing
furnace sesuai dengan kebutuhan dayanya.
Gambar 4.9 Kondisi MTS 1 KDL-main bus AH
ketika tie CB closed feeder AN 4 opened
Pada gambar diatas dapat kita amati bahwa
aliran daya dari MTS 1 KDL menuju main bus AH
sebesar 189,5+ j16,8 terbagi menjadi tiga feeder
masing-masing sebesar 63,2 + j5,6.
Gambar 4.10 Kondisi feeder AN-furnace ketika tie
CB closed CB AN 4 opened
Terdapat aliran daya dari sisi kanan feeder AN
menuju sisi kiri feeder AN. Sesuai perhitungan
ketika CB AN 4 opened, maka ada aliran tambahan
sebesar 8+j0,6 dari sisi feeder kanan menuju feeder
sisi kiri dengan melewati tie CB. Ada tambahan
pada sisi kiri feeder untuk membantu memenuhi
kebutuhan daya LF 1.
Gambar 4.11 Beban feeder AN-furnace ketika tie
CB closed CB AN 4 opened
6
Pada gambar diatas terlihat bahwa terjadi
keseimbangan daya pembangkitan dengan daya
yang digunakan beban walaupun CB AN 4 opened,
suplai daya tambahan dapat disalurkan melalui tie
CB .
Gambar 4.12 Kondisi MTS 1 KDL-main bus AH
ketika tie CB opened feeder AN 4 opened
Pada gambar diatas dapat kita amati bahwa
aliran daya dari MTS 1 KDL menuju main bus AH
sebesar 189,5+ j16,8 terbagi menjadi tiga feeder
yaitu feeder AH 12 sebesar 71,1 +j6,2, feeder AH
14 sebesar 59,2+j5,3 dan feeder AH 16 sebesar
59,2+j5,3
Terdapat perbedaan distribusi daya pada tiap
feeder AH, hal ini dikarenakan tidak terpasangnya
tie CB pada kondisi closed sehingga terbentuk
distribusi tidak merata tiap feeder AH. Untuk
mengatasi hal tersebut, daya pembangkitan MTS 1
KDL membagi dayanya sesuai kebutuhan beban
tiap feeder yang terbebani walaupun tidak
terdapatnya tie CB dalam kondisi closed
Gambar 4.13 Kondisi feeder AN-furnace ketika tie
CB opened CB AN 4 opened
. Tidak terdapat aliran daya dari sisi kanan
feeder AN menuju sisi kiri feeder AN. Sesuai
perhitungan ketika CB AN 4 opened, maka ada
pembangkitan daya yang lebih pada sisi feeder kiri
agar dapat mensuplai bebannya walaupun tie CB
dalam kondisi opened.
Gambar 4.14 Kondisi feeder AN-furnace ketika tie
CB opened CB AN 4 opened
Pada gambar diatas terlihat bahwa terjadi
keseimbangan daya pembangkitan dengan daya
yang digunakan beban walaupun CB AN 4 opened
dan tie CB opened
Tabel 4.3 Aliran daya pembangkitan dan beban
Tabel 4.4 Aliran daya tiap bus EAF 5 saat tie CB
opened
Tabel 4.5 Rugi-rugi aliran daya pada feeder EAF 5
saat tie CB opened
7
Tabel 4.6 Aliran daya tiap bus EAF 5 saat tie CB
closed
Tabel 4.7 Rugi-rugi aliran daya pada feeder EAF 5
saat tie CB closed
4.3 Besar Arus Hubung Singkat 3 Fasa
Seimbang pada feeder EAF 5
Tabel 4.8 Arus hubung singkat 3 fasa seimbang
maksimum pada feeder EAF 5 saat tie CB opened
Tabel 4.9 Arus hubung singkat 3 fasa seimbang
minimum pada feeder EAF 5 saat tie CB opened
Tabel 4.10 Arus hubung singkat 3 fasa seimbang
maksimum pada feeder EAF 5 saat tie CB closed
Tabel 4.11 Arus hubung singkat 3 fasa seimbang
maksimum pada feeder EAF 5 saat tie CB closed
4.4 Simulasi kinerja rele saat terjadi gangguan
di tiap bus pada feeder EAF 5
Saat tie CB closed
Terjadi gangguan di bus EAF 5
Gambar 4.12 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus EAF 5
Terjadi gangguan di bus 5
Gambar 4.13 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 5
Terjadi gangguan di bus 77
Gambar 4.14 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 77
8
Terjadi gangguan di bus 2
Gambar 4.15 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 2
Terjadi gangguan di bus 3
Gambar 4.16 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 3
Tie Bus Opened
Gangguan di bus EAF 5
Gambar 4.18 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus EAF 5
Gangguan dibus 5
Gambar 4.19 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 5
Gangguan dibus 77
Gambar 4.20 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 77
Gangguan dibus 2
Gambar 4.21 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 2
Gangguan dibus 3
Gambar 4.22 Waktu trip rele ketika terjadi
gangguan pada bus 3
9
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan materi pada makalah ini, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada Electric Arc Furnace (EAF) memiliki
tingkat tegangan yang rendah untuk mencapai
daya tertentu akan memerlukan arus yang
tinggi sehingga akan menghasilkan arus short
circuit yang tinggi ketika terjadi gangguan
2. Jika circuit breaker yang terletak paling dekat
dengan gangguan tidak bisa trip maka circuit
breaker setelahnya seharusnya trip. Hal ini
umumnya terjadi karena system koordinasi rele
pengaman tidak bekerja dengan baik dan
setting rele yang salah
3. Simulasi koordinasi rele dan analisis aliran
daya bermanfaat untuk penentuan setting rele
terhadap gangguan yang terjadi pada feeder
jaringan distribusi listrik.
4. Dengan terpasangnya tie CB pada kondisi
closed sehingga terbentuk distribusi merata tiap
feeder AH. Ketika tidak terpasangnya tie CB
pada kondisi closed sehingga terbentuk
distribusi tidak merata tiap feeder AH. Untuk
mengatasi hal tersebut, daya pembangkitan
MTS 1 KDL membagi dayanya sesuai
kebutuhan beban tiap feeder yang terbebani
walaupun tidak terdapatnya tie CB dalam
kondisi closed
5.2 SARAN
1. Agar tercapainya keandalan system tenaga
listrik yang dapat digunakan untuk periode
yang lama,disarankan untuk mengatur setelan
koordinasi beberapa rele tersebut pada kurun
waktu tertentu, maka direkomendasikan untuk
melakukan penggantian setelan sesuai dengan
setelan yang diperlukan.
2. Untuk mahasiswa disarankan untuk
melakukan simulasi dengan metode setting
selain definite time over current relay
sehingga dapat diketahui koordinasi rele
pengaman yang tepat pada sistem kelistrikan
PT. Krakatau Steel.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anderson, P.M. 1998. “Power System
Protection”, John Wiley & Sons, Inc., Canada,
Ch. 3
[2] Power System Analysis. 2008. “Studi Load
Flow”, PT. Krakatau Steel.
[3] Power System Analysis. 2008 “Setting
Proteksi”, PT. Krakatau Steel.
[4] Rao.S.Sunil. 1996. “Switchgear and
Protection”, Khana Publisher,New Delhi
[5] SIPROTEC Multi-Functional Protective Relay
with Local Control7SJ62/63/6. 2003.
[6] Stevenson,William D, Idris Kamal. Ir. 1996.
“Analisis Sistem Tenaga”,Erlangga, Jakarta
[7] Theraja. BL. 1994. “Electrical Technology
Volume IF”, S.Chard & Company LTD, Ram
Nagar, New Delhi
[8] Zuhal. 2000. “Dasar Teknik Tenaga Listrik
dan Elektronika Daya”, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
BIOGRAFI
Oktarico Susilatama PP, NIM
21060110141053, lahir di
kendal, 22 Oktober 1992,
menempuh pendidikan di
SMPN 1 Semarang, SMAN 3
Semarang. Dan sekarang
sedang menempuh S1 di
Teknik Elektro Universitas
Diponegoro.
Semarang, Oktober 2013
Mengesahkan,
Mahasiswa Dosen Pembimbing
Oktraico Susilatama PP Ir.Agung Warsito, DHET
NIM. 21060110141053 NIP.195806171987031002