etik dan legal hukum

Upload: kristianto-dwi-nugroho

Post on 19-Jul-2015

104 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ETIK DAN LEGAL HUKUM 44. Jelaskan apa yang dimaksud dengan etik, etika, norma dan hukum, bedakan satu sama lain. Etik adalah menilai manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk etis didasarkan norma baik dan buruk atas moralnya. Manusia adalah makhluk etis karena bermoral, apabila: - Berperilaku didasarkan norma baik. - Bertindak sesuai dengan nurani - Bertanggung jawab kepada siapapun yang berhak menuntut pertanggungjawabannya sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya.

Etik adalah terminologi dengan berbagai makna. Singkatnya, etik berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain. Etik tidak hanya menggambarkan sesuatu, tetapi lebih kepada perhatian dengan penetapan norma atau standar kehidupan seseorang dan yang seharusnya dilakukan. Etik dititikberatkan pada pertanyaan atas apa yang baik dan yang buruk, karakter, motif atau tindakan yang benar dan salah. Jika didefinisikan secara umum, terminologi moral dan etik adalah sama, meskipun terdapat sedikit perbedaan makna. Seorang penulis yang mendefinisikan etik sebagai terminologi yang berbeda dengan moral, mengarahkan terminologi etik untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu, di mana moral mendiskripsikan perilaku aktual, kebiasaan, dan kepercayaan sekelompok orang atau orang tertentu. Moral memiliki suatu karakter sosial. Etik keperawatan kesehatan, di mana etik perawat menjadi bagiannya menfokuskan sudut pandangnya pada apa yang baik dan benar untuk kesehatan dan kehidupan manusia

- etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidahkaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. - Etik adalah acuan moral yang mengatur tindak-tanduk seseorang. Etik adalah menilai manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk etis didasarkan norma baik dan buruk atas moralnya. Manusia adalah makhluk etis karena bermoral, apabila: Berperilaku didasarkan norma baik. Bertindak sesuai dengan nurani Bertanggung jawab kepada siapapun yang berhak menuntut pertanggungjawabannya sesuai dengan kodrat, harkat da - Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.

-

Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Hukum

45.

Uraian prinsip dan hukum kesehatan Hukum kesehatan adalah ketentuan hukum yang mengatur hak dan kewajiban tenaga kesehatan, individu dan masyarakat dalam pelaksanaan upaya, aspek organisasi dan aspek sarana. Tugas hukum kesehatan adalah mengusahakan keseimbangan tatanan dalam pelaksanaan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dan menjamin kepastian hukum berdasarkan sistem hukum yang berlaku. Peranan etik dan hukum dalam menjalankan profesi Pelaksanaan pengobatan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk hal tersebut. Pengakuan hukum terhadap keahlian dan kewenangan tenaga kesehatan profesional merupakan dasar otonomi profesi yang sepenuhnya harus dapat dipertanggungjawabkan baik menurut norma etik profesi maupun norma hukum. Adapun salah satu karakter etik profesional kesehatan yaitu harus selalu mengutamakan kepentingan dan keselamatan klien yang memerlukan bantuan pelayanan kesehatan. Selain itu, kesadaran moral perlu dimiliki dan ditumbuhkembangkan oleh para tenaga kesehatan profesional karena hal ini diperlukan dalam mempertimbangkan dan memutuskan suatu tindakan yang akan dilakukan dalam menjalankan tugas sesuai dengan keahlian dan kewenangan tenaga kesehatan. Penerapan kesadaran moral atas tindakan etis tertentu dalam segala situasi disebut kata hati. Oleh karena itu, setiap kali ada tindakan yang dilakukan oleh subjek hukum maka setiap kali pula kata hati berfungsi sebagai penilai dan hakim. Sehubungan dengan hal tersebut, pada Pasal 26 PP No. 32 Tahun 1996 jo UU No. 23 Tahun 1992 telah ditegaskan: Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat dan kesejahteraan para anggotanya selaku profesional.

46.

Apa yang dimaksud dengan tanggung gugat Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya. Seorang perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan dan masyarakat. Jika dosis medikasi salah diberikan, perawat bertanggung gugat pada klien yang menerima medifikasi tersebut, dokter yang memprogramkan tindakan, perawat yang menetapkan standar perilaku yang diharapkan, serta masyarakat, yang semuanya menghendaki perilaku profesional. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurut kode etik profesional. Jika suatu

kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung gugat memicu evaluasi efektivitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat profesionalis memiliki tujuan sebagai berikut : Tanggung gugat profesional memiliki tujuan sebagai berikut : - Mengevaluasi praktisi profesional baru dan mengkaji ulang yang telah ada - Mempertahankan standar keperawatan kesehatan - Memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, pertumbuhan pribadi pada pihak profesional perawat kesehatan - Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis

47.

Mal praktik dan kelalaian ditinjau dari hukum pidana/pidata, jelaskan Masalah dugaan malpraktik medik, akhir-akhir ini, sering diberitakan di media masa. Namun, sampai kini, belum ada yang tuntas penyelesaiannya. Tadinya masyarakat berharap bahwa UU Praktik Kedokteran itu akan juga mengatur masalah malpraktek medik. Namun, materinya ternyata hanya mengatur masalah disiplin, bersifat intern. Walaupun setiap orang dapat mengajukan ke Majelis Disiplin Kedokteran, tetapi hanya yang menyangkut segi disiplin saja. Untuk segi hukumnya, undang-undang merujuk ke KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) bila terjadi tindak pidana. Namun, kalau sampai diajukan ke Pengadilan tetap terkatung-katung tidak ada kunjung penyelesaiannya, lantas apa gunanya? Di negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon, masalah dugaan malpraktik medik ini sudah ada ketentuan di dalam common law dan menjadi yurisprudensi. Walaupun Indonesia berdasarkan hukum tertulis, seharusnya tetap terbuka putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap menjadi yurisprudensi. Dan karena masyarakat semakin sadar terhadap masalah pelayanan kesehatan, DPR yang baru harus dapat menangkap kondisi tersebut dengan berinisiatif membentuk Undang-Undang (UU) tentang Malpraktik Medik, sebagai pelengkap UU Praktik Kedokteran. Bagaimana materinya, kita bisa belajar dari negara-negara yang telah memiliki peraturan tentang hal tersebut. Harapan masyarakat, ketika mereka merasa dirugikan akibat tindakan medis, landasan hukumnya jelas. Sedangkan di pihak para medis, setiap tindakannya tidak perlu lagi dipolemikan sepanjang sesuai undang-undang. Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak ? Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar. Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga

terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat. Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit. Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu. Malpraktek meliputi pelanggaran kontrak ( breach of contract), perbuatan yang disengaja (intentional tort), dan kelalaian (negligence). Kelalaian lebih mengarah pada ketidaksengajaan (culpa), sembrono dan kurang teliti. Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, selama tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum de minimis noncurat lex, hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele (hukumonliine.com, 17 April 2004). Ketidaktercantuman istilah dan definisi menyeluruh tentang malpraktek dalam hukum positif di Indonesia, ambiguitas kelalaian medik dan malpraktek yang berlarut-larut, hingga referensireferensi tentang malpraktek yang masih dominan diadopsi dari luar negeri yang relevansinya dengan kondisi di Indonesia masih dipertanyakan, semuanya merupakan Pe-Er besar bagi pemerintah. Barangkali inovasi cerdas pemerintah guna menangani kasus malpraktek dan sengketa medik adalah lahirnya RUU Praktik Kedokteran. Akan tetapi, benarkah demikian? Dalam beberapa pasal, RUU Praktik Kedokteran memang memberikan kepastian hukum bagi dokter sekaligus perlindungan bagi pasien. Secara substansial, RUU yang terdiri dari 182 pasal ini memuat pasal-pasal yang implisit dengan teori-teori pembelaan dokter yang umumnya digunakan dalam peradilan. RUU Praktek Kedokteran memungkinkan sebuah sistem untuk meregulasi pelayanan medis yang terstandardisasi dan terkualifikasi sehingga probabilitas terjadinya malpratek dapat dieliminasi seminimal mungkin. Dengan dicantumkannya peraturan pidana dan perdata serta peradilan profesi tenaga medis, harapan perlindungan terhadap pasien dapat terealisasi. Salah satu upaya untuk menghindarkan dari malpraktek adalah adanya informed consent (persetujuan) untuk setiap tindakan dan pelayanan medis pada pasien. Hal ini angat perlu tidak hanya ntuk melindungi dar kesewenangan tenaga keehatan seprti doter atau bidan, tetapi juga diperlukanuntuk melindungi tenaga kesehatan dari kesewenangan pasien yang melanggar batas-batas hukum dan perundang-undangan malpraktek). Di Indonesia terdapat ketentuan informed consent yang diatur antara lain pada peraturan pemerintah no 18 tahun 1981 yaitu: 1. Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan pasien sendiri. 2. Semua tindakan medis (diagnostic, terapuetik maupun paliatif) memerlukan informed consent secara lisan maupun tertulis. 3. Setiap tindakan medis yang mempunyai resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta resikonya. 4. Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkan persetujuan lisan atau sikap diam. 5. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak

diminta oleh pasien. Menahan informasi tidak boleh, kecuali bila dokter/bidan menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. Dalam hal ini dokter dapat memberikan informasi kepada keluarga terdekat pasien. Dalam memberikan informasi kepada keluarga terdekat dengan pasien, kehadiran seorang perawat/paramedic lain sebagai saksi adalah penting. 6. Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yang direncanakan, baik diagnostic, terapuetik maupun paliatif. Informasi biasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat pula secara tertulis (berkaitan dengan informed consent)