legal opini hukum war

21
1 LEGAL OPINION ( PENDAPAT HUKUM ) Pembagian Harta waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe Dengan hormat, Sesuai dengan permasalahan hukum mengenai pembagian harta waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe terhadap Bpk. Moh. Karmo Nusantara dan ahli waris lain, maka dengan ini kami sampaikan Legal Opinion (LO) mengenai kasus tersebut, yang berisikan hal-hal sebagai berikut : A. Legal Opinion (LO) ini dibuat atas permintaan : Legal Opinion (LO) ini dibuat atas permintaan Bpk. Moh. Karmo Nusantara. B. Maksud dan tujuan : Maksud dan tujuan pembuatan LO ini adalah sebagai bahan referensi / second opinion, dalam rangka menindak lanjuti proses pembagian harta waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe, yang ahli warisnya terdiri dari : Ny. Sri Soendari : Anak I (Perempuan) Ny. Sri Soentarini : Anak II (Perempuan) Tn. Muso Crivijaya : Anak III (Laki-laki) Tn. Moh. Karmo Nusantara : Anak IV (Laki-laki) Tn. Moh. Sunaryo N : Anak V (Laki-laki) Tn. Moh. Banteng Y : Anak VI (Laki-laki) Tn. Moh. Bimo Z : Anak VII (Laki-laki) Dengan demikian maka Legal Opinon (LO) ini hanya dapat dipergunakan untuk membuat terang permasalahan hukum kasus tersebut di atas dan tidak diperuntukkan keperluan lain, meskipun untuk kasus yang hampir sama dengan permasalahan hukum di atas. Demikian juga Legal Opinon (LO) ini tidak dapat dipergunakan oleh pihak lain yang menghadapi permasalahan hukum sama atau hampir sama dengan perkara Bpk. Moh. Karmo Nusantara.

Upload: putut-gunawarman

Post on 21-Nov-2015

81 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

cara buat legal opini

TRANSCRIPT

  • 1

    LEGAL OPINION ( PENDAPAT HUKUM ) Pembagian Harta waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe

    Dengan hormat, Sesuai dengan permasalahan hukum mengenai pembagian harta waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe terhadap Bpk. Moh. Karmo Nusantara dan ahli waris lain, maka dengan ini kami sampaikan Legal Opinion (LO) mengenai kasus tersebut, yang berisikan hal-hal sebagai berikut :

    A. Legal Opinion (LO) ini dibuat atas permintaan : Legal Opinion (LO) ini dibuat atas permintaan Bpk. Moh. Karmo Nusantara.

    B. Maksud dan tujuan :

    Maksud dan tujuan pembuatan LO ini adalah sebagai bahan referensi / second opinion, dalam rangka menindak lanjuti proses pembagian harta waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe, yang ahli warisnya terdiri dari :

    Ny. Sri Soendari : Anak I (Perempuan) Ny. Sri Soentarini : Anak II (Perempuan) Tn. Muso Crivijaya : Anak III (Laki-laki) Tn. Moh. Karmo Nusantara : Anak IV (Laki-laki) Tn. Moh. Sunaryo N : Anak V (Laki-laki) Tn. Moh. Banteng Y : Anak VI (Laki-laki) Tn. Moh. Bimo Z : Anak VII (Laki-laki) Dengan demikian maka Legal Opinon (LO) ini hanya dapat dipergunakan untuk membuat terang permasalahan hukum kasus tersebut di atas dan tidak diperuntukkan keperluan lain, meskipun untuk kasus yang hampir sama dengan permasalahan hukum di atas. Demikian juga Legal Opinon (LO) ini tidak dapat dipergunakan oleh pihak lain yang menghadapi permasalahan hukum sama atau hampir sama dengan perkara Bpk. Moh. Karmo Nusantara.

  • 2

    C. Data Yang Digunakan: Data yang dipergunakan dalam pembuatan Legal Opinon (LO) ini adalah semua data (Bukti) yang diberikan oleh Bpk. Moh. Karmo Nusantara antara lain sebagai berikut :

    1. Foto Copy Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs. tanggal 28 Juli 2010

    2. Foto Copy surat pemberitahuan pajak terhutang tahun 2010 3. Foto Copy surat permohonan tertanggal 21 April 2007 4. Foto Copy Surat Ketetapan Iuran Pembangunan Daerah No. 1755 5. Foto Copy peta lokasi tanah 6. Dll.

    D. Asumsi Terhadap Data :

    Bahwa kronologis kejadian & data yang telah diberikan oleh Bpk. Moh. Karmo Nusantara tersebut di atas adalah benar sesuai dengan aslinya, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karenanya dapat dipergunakan sebagai surat-surat bukti di persidangan Pengadilan.

    E. Ketentuan Hukum Yang Dipakai:

    Bahwa ketentuan hukum yang dipakai sebagai acuan dalam pembuatan Legal Opinion (LO) ini, adalah sebagai berikut :

    1. Kompilasi Hukum Islam (KHI); 2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata ( KUH Perdata); 3. Peraturan yang relevan untuk menyelesaikan permasalahan Bpk. Moh.

    Karmo Nusantara. F. Permasalahan Hukum:

    Permasalahan hukum yang dihadapi oleh Bpk. Moh. Karmo Nusantara sebagaimana lampiran bukti fotocopy surat-surat, menurut pendapat kami adalah : Bahwa Ahli Waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe yang lain :

    Ny. Sri Soendari : Anak I (Perempuan)

  • 3

    Ny. Sri Soentarini : Anak II (Perempuan) Tn. Muso Crivijaya : Anak III (Laki-laki) Tn. Moh. Karmo Nusantara : Anak IV (Laki-laki) Tn. Moh. Sunaryo N : Anak V (Laki-laki) Tn. Moh. Banteng Y : Anak VI (Laki-laki) Tn. Moh. Bimo Z : Anak VII (Laki-laki)

    Sampai dengan saat ini belum melaksanakan Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs. tanggal 28 Juli 2010 yang telah berkekuatan hukum tetap.

    G. Pembahasan Atas Permasalahan Hukum :

    Bahwa pembahasan permasalahan hukum yang dihadapi oleh Bpk. Moh. Karmo Nusantara sebagaimana sesuai lampiran bukti fotocopy surat-surat, menurut pendapat kami adalah : 1. Tinjauan Yuridis

    a. Tentang Waris Dalam Pandangan Islam

    SYARIAT Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat Islam juga menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan, besar atau kecil.

    Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. Bagian yang harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris, apakah dia sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau seibu.

    Oleh karena itu, Al-Qur'an merupakan acuan utama hukum dan penentuan pembagian waris, sedangkan ketetapan tentang kewarisan yang diambil dari hadits Rasulullah saw. dan ijma' para ulama sangat sedikit. Dapat dikatakan bahwa dalam hukum dan syariat Islam sedikit

  • 4

    sekali ayat Al-Qur'an yang merinci suatu hukum secara detail dan rinci, kecuali hukum waris ini. Hal demikian disebabkan kewarisan merupakan salah satu bentuk kepemilikan yang legal dan dibenarkan AlIah SWT. Di samping bahwa harta merupakan tonggak penegak kehidupan baik bagi individu maupun kelompok masyarakat.

    Definisi Waris

    Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain', atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

    Pengertian menurut bahasa ini tidaklah terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan harta, tetapi mencakup harta benda dan non harta benda. Ayat-ayat Al-Qur'an banyak menegaskan hal ini, demikian pula sabda Rasulullah saw.. Di antaranya Allah berfirman:

    "Dan Sulaiman telah mewarisi Daud ..." (an-Naml: 16)

    "... Dan Kami adalah pewarisnya." (al-Qashash: 58)

    Selain itu kita dapati dalam hadits Nabi saw.:

    'Ulama adalah ahli waris para nabi'.

    Sedangkan makna al-miirats menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar'i.

    Pengertian Peninggalan

    Pengertian peninggalan yang dikenal di kalangan fuqaha ialah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang) atau lainnya. Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk di dalamnya bersangkutan dengan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau utang piutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti ditunaikan (misalnya pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan kepada istrinya).

  • 5

    Hak-hak yang Berkaitan dengan Harta Peninggalan

    Dari sederetan hak yang harus ditunaikan yang ada kaitannya dengan harta peninggalan adalah:

    a) Semua keperluan dan pembiayaan pemakaman pewaris hendaknya menggunakan harta miliknya, dengan catatan tidak boleh berlebihan. Keperluan-keperluan pemakaman tersebut menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan mayit, sejak wafatnya hingga pemakamannya. Di antaranya, biaya memandikan, pembelian kain kafan, biaya pemakaman, dan sebagainya hingga mayit sampai di tempat peristirahatannya yang terakhir.

    Satu hal yang perlu untuk diketahui dalam hal ini ialah bahwa segala keperluan tersebut akan berbeda-beda tergantung perbedaan keadaan mayit, baik dari segi kemampuannya maupun dari jenis kelaminnya.

    b) Hendaklah utang piutang yang masih ditanggung pewaris ditunaikan terlebih dahulu. Artinya, seluruh harta peninggalan pewaris tidak dibenarkan dibagikan kepada ahli warisnya sebelum utang piutangnya ditunaikan terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:

    "Jiwa (ruh) orang mukmin bergantung pada utangnya hingga ditunaikan."

    Maksud hadits ini adalah utang piutang yang bersangkutan dengan sesama manusia. Adapun jika utang tersebut berkaitan dengan Allah SWT, seperti belum membayar zakat, atau belum menunaikan nadzar, atau belum memenuhi kafarat (denda), maka di kalangan ulama ada sedikit perbedaan pandangan. Kalangan ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa ahli warisnya tidaklah diwajibkan untuk menunaikannya. Sedangkan jumhur ulama berpendapat wajib bagi ahli warisnya untuk menunaikannya sebelum harta warisan (harta peninggalan) pewaris dibagikan kepada para ahli warisnya.

    Kalangan ulama mazhab Hanafi beralasan bahwa menunaikan hal-hal tersebut merupakan ibadah, sedangkan kewajiban ibadah gugur jika seseorang telah meninggal dunia. Padahal, menurut mereka, pengamalan suatu ibadah harus disertai dengan niat dan keikhlasan,

  • 6

    dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang yang sudah meninggal. Akan tetapi, meskipun kewajiban tersebut dinyatakan telah gugur bagi orang yang sudah meninggal, ia tetap akan dikenakan sanksi kelak pada hari kiamat sebab ia tidak menunaikan kewajiban ketika masih hidup. Hal ini tentu saja merupakan keputusan Allah SWT. Pendapat mazhab ini, menurut saya, tentunya bila sebelumnya mayit tidak berwasiat kepada ahli waris untuk membayarnya. Namun, bila sang mayit berwasiat, maka wajib bagi ahli waris untuk menunaikannya.

    Sedangkan jumhur ulama yang menyatakan bahwa ahli waris wajib untuk menunaikan utang pewaris terhadap Allah beralasan bahwa hal tersebut sama saja seperti utang kepada sesama manusia. Menurut jumhur ulama, hal ini merupakan amalan yang tidak memerlukan niat karena bukan termasuk ibadah mahdhah, tetapi termasuk hak yang menyangkut harta peninggalan pewaris. Karena itu wajib bagi ahli waris untuk menunaikannya, baik pewaris mewasiatkan ataupun tidak.

    Bahkan menurut pandangan ulama mazhab Syafi'i hal tersebut wajib ditunaikan sebelum memenuhi hak yang berkaitan dengan hak sesama hamba. Sedangkan mazhab Maliki berpendapat bahwa hak yang berhubungan dengan Allah wajib ditunaikan oleh ahli warisnya sama seperti mereka diwajibkan menunaikan utang piutang pewaris yang berkaitan dengan hak sesama hamba. Hanya saja mazhab ini lebih mengutamakan agar mendahulukan utang yang berkaitan dengan sesama hamba daripada utang kepada Allah. Sementara itu, ulama mazhab Hambali menyamakan antara utang kepada sesama hamba dengan utang kepada Allah. Keduanya wajib ditunaikan secara bersamaan sebelum seluruh harta peninggalan pewaris dibagikan kepada setiap ahli waris.

    c) Wajib menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidak melebihi jumlah sepertiga dari seluruh harta peninggalannya. Hal ini jika memang wasiat tersebut diperuntukkan bagi orang yang bukan ahli waris, serta tidak ada protes dari salah satu atau bahkan seluruh ahli warisnya. Adapun penunaian wasiat pewaris dilakukan setelah sebagian harta tersebut diambil untuk membiayai keperluan pemakamannya, termasuk diambil untuk membayar utangnya.

  • 7

    Bila ternyata wasiat pewaris melebihi sepertiga dari jumlah harta yang ditinggalkannya, maka wasiatnya tidak wajib ditunaikan kecuali dengan kesepakatan semua ahli warisnya. Hal ini berlandaskan sabda Rasulullah saw. ketika menjawab pertanyaan Sa'ad bin Abi Waqash r.a. --pada waktu itu Sa'ad sakit dan berniat menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya ke baitulmal. Rasulullah saw. bersabda: "... Sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Sesungguhnya bila engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam kemiskinan hingga meminta-minta kepada orang."

    d) Setelah itu barulah seluruh harta peninggalan pewaris dibagikan kepada para ahli warisnya sesuai ketetapan Al-Qur'an, As-Sunnah, dan kesepakatan para ulama (ijma'). Dalam hal ini dimulai dengan memberikan warisan kepada ashhabul furudh (ahli waris yang telah ditentukan jumlah bagiannya, misalnya ibu, ayah, istri, suami, dan lainnya), kemudian kepada para 'ashabah (kerabat mayit yang berhak menerima sisa harta waris --jika ada-- setelah ashhabul furudh menerima bagian).

    Catatan:

    Pada ayat waris, wasiat memang lebih dahulu disebutkan daripada soal utang piutang. Padahal secara syar'i, persoalan utang piutang hendaklah terlebih dahulu diselesaikan, baru kemudian melaksanakan wasiat. Oleh karena itu, didahulukannya penyebutan wasiat tentu mengandung hikmah, diantaranya agar ahli waris menjaga dan benar-benar melaksanakannya. Sebab wasiat tidak ada yang menuntut hingga kadang-kadang seseorang enggan menunaikannya. Hal ini tentu saja berbeda dengan utang piutang. Itulah sebabnya wasiat lebih didahulukan penyebutannya dalam susunan ayat tersebut.

    Dari data, informasi dan hasil pemeriksaan lapangan diperoleh informasi sebagai berikut : 1) Pewaris adalah Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe

    2) Ahli Waris :

    a) Ny. Sri Soendari : Anak I (Perempuan) b) Ny. Sri Soentarini : Anak II (Perempuan)

  • 8

    c) Tn. Muso Crivijaya : Anak III (Laki-laki) d) Tn. Moh. Karmo Nusantara : Anak IV (Laki-laki) e) Tn. Moh. Sunaryo N : Anak V (Laki-laki) f) Tn. Moh. Banteng Y : Anak VI (Laki-laki) g) Tn. Moh. Bimo Z : Anak VII (Laki-laki)

    3) Harta Warisan : a) Tanah Blok C 18, luas tanah 14.450 M2; b) Tanah Blok C 19, luas tanah 83.850 M2;

    4) Hal-hal lain :

    a) Terdapat bangunan Masjid Al Mugiroh Yang dibangun oleh Almh. Ibu Moegirahayoe

    b) Terdapat bangunan Jakarta International Multicultural School. c) Terdapat bangunan-bangunan rumah warga + . Bangunan. d) Terdapat bangunan-bangunan atau objek wisata yang dikelola

    .. yang merupakan ahli waris. e) Terdapat bangunan yang digunakan untuk tempat usaha dan

    dikelola oleh ahli waris. f) Terdapat Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa

    No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs. g) Belum pernah diadakan pembagian waris pasca Putusan

    Pengadilan Agama Tigaraksa No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs. tanggal 28 Juli 2010.

    b. Tentang Mengapa ada gugatan waris di Pengadilan Agama Tigaraksa

    Penetapan waris merupakan wewenang dari Pengadilan agama dalam hal si pewaris dan ahli waris adalah orang yang beragama Islam. Pada Pasal 49 huruf b UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (UU Peradilan Agama) disebutkan bahwa:

    Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: b. waris..

  • 9

    Penjelasan lebih detail mengenai permasalahan waris apa saja yang diatur dapat kita lihat pada penjelasan Pasal 49 huruf b UU Peradilan Agama yang berbunyi:

    Yang dimaksud dengan "waris" adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris

    Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa yang berhak untuk mengeluarkan penetapan ahli waris adalah Pengadilan Agama.

    Dalam masalah warisan ini dapat ditempuh dua cara, yakni; - melalui gugatan.

    Dalam hal gugatan yang diajukan, berarti terdapat sengketa terhadap objek waris. Hal ini bisa disebabkan karena adanya ahli waris yang tidak mau membagi warisan sehingga terjadi konflik antara ahli waris. Proses akhir dari gugatan ini akan melahirkan produk hukum berupa putusan, atau

    - melalui permohonan. yang diajukan para ahli waris dalam hal tidak terdapat sengketa. Terhadap permohonan tersebut pengadilan akan mengeluarkan produk hukum berupa penetapan.

    Dalam permasalahan hukum tersebut oleh karena terdapat masalah dimana para ahli waris belum melaksanakan pembagian yang disetujui seluruh ahli waris dan terdapat ahli waris, meski terdapat kesepakatan untuk di bagi sama namun belum ada realisasi sama sekali hingga gugatan diajukan ke Pengadilan Agama Tigaraksa.

    c. Tentang Eksekusi Putusan Pembagian Waris Yang Berkekuatan Hukum Tetap

    Putusan yang berkekuatan hukum tetap adalah putusan Pengadilan Tingkat Pertama yang diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara, putusan perdamaian, putusan verstek yang terhadapnya tidak diajukan verzet atau banding; putusan Pengadilan Tinggi yang diterima oleh kedua belah pihak dan tidak dimohonkan kasasi; dan putusan Mahkamah Agung dalam hal kasasi.

  • 10

    Menurut sifatnya ada 3 (tiga) macam putusan, yaitu:

    1) Putusan declaratoir;

    adalah putusan yang hanya sekedar menerangkan atau menetapkan suatu keadaan saja sehingga tidak perlu dieksekusi, demikian juga putusan constitutief, yang menciptakan atau menghapuskan suatu keadaan, tidak perlu dilaksanakan.

    2) Putusan constitutief;

    merupakan putusan yang bisa dilaksanakan, yaitu putusan yang berisi penghukuman, dimana pihak yang kalah dihukum untuk melakukan sesuatu.

    3) Putusan condemnatoir;

    merupakan putusan yang bisa dilaksanakan, yaitu putusan yang berisi penghukuman, dimana pihak yang kalah dihukum untuk melakukan sesuatu.

    Putusan untuk melaksanakan suatu perbuatan, apabila tidak dilaksanakan secara sukarela, harus dinilai dalam sejumlah uang (Pasal 225 HIR/ Pasal 259 RBg) dan selanjutnya akan dilaksanakan seperti putusan untuk membayar sejumlah uang.

    Penerapan Pasal 225 HIR/ 259 Rbg harus terlebih dahulu ternyata bahwa Termohon tidak mau melaksanakan putusan tersebut dan pengadilan tidak dapat / tidak mampu melaksanakannya walau dengan bantuan alat negara. Dalam hal demikian, Pemohon dapat mengajukan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama agar termohon membayar sejumlah uang, yang nilainya sepadan dengan perbuatan yang harus dilakukan oleh Termohon.

    Untuk memperoleh jumlah yang sepadan, Ketua Pengadilan Tingkat Pertama wajib memanggil dan mendengar Termohon eksekusi dan apabila diperlukan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dapat meminta keterangan dari seorang ahli di bidang tersebut. Penetapan jumlah uang yang harus dibayar oleh termohon dituangkan dalam penetapan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama.

  • 11

    Putusan untuk membayar sejumlah uang, apabila tidak dilaksanakan secara sukarela, akan dilaksanakan dengan cara melelang barang milik pihak yang dikalahkan, yang sebelumnya harus disita (Pasal 200 HIR, Pasal 214 s/d Pasal 274 RBg).

    Putusan dengan mana tergugat dihukum untuk menyerahkan sesuatu barang, misalnya sebidang tanah, dilaksanakan oleh jurusita, apabila perlu dengan bantuan alat kekuasaan negara.

    Eksekusi harus dilaksanakan dengan tuntas. Apabila eksekusi telah dilaksanakan, dan barang yang dieksekusi telah diterima oteh pemohon eksekusi, kemudian diambil kembali oleh tereksekusi, maka eksekusi tidak bisa dilakukan kedua kalinya.

    Jalan yang dapat ditempuh oleh yang bersangkutan adalah melaporkan hal tersebut di atas kepada pihak yang berwajib (pihak kepolisian) atau mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali barang (tanah/ rumah tersebut).

    Putusan Pengadilan Negeri atas gugatan penyerobotan, apabila diminta dalam petitum, dapat dijatuhkan putusan serta-merta atas dasar sengketa bezit / kedudukan berkuasa.

    Apabila suatu perkara yang telah berkekuatan hukum tetap telah dilaksanakan (dieksekusi) atas suatu barang dengan eksekusi riil, tetapi kemudian putusan yang berkekuatan hukum tetap tersebut dibatalkan oleh putusan peninjauan kembali, maka barang yang telah diserahkan kepada pihak pemohon eksekusi tersebut wajib diserahkan tanpa proses gugatan kepada pemilik semula sebagai pemulihan hak.

    Apabila suatu proses perkara sudah memperoleh suatu putusan namun belum berkekuatan hukum tetap, tetapi terjadi perdamaian di luar pengadilan yang intinya mengesampingkan amar putusan, ternyata perdamaian itu diingkari oleh salah satu pihak dan proses perkara dihentikan sehingga putusan yang ada menjadi berkekuatan hukum tetap, maka putusan yang berkekuatan hukum tetap itulah yang dapat dieksekusi. Akan tetapi pihak yang merasa dirugikan dengan ingkar janjinya pihak yang membuat perjanjian perdamaian itu dapat mengajukan gugatan dengan dasar wanprestasi.

  • 12

    Dalam hal yang demikian, Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dapat menunda eksekusi putusan yang berkekuatan hukum tetap tersebut.

    Sumber:

    - Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus, Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008, hlm. 94-97.

    2. Tinjauan Yuridis Langkah Hukum Konkrit Yang Dapat Dilakukan Oleh Bpk. Moh. Karmo Nusantara

    a. Pelaksanaan Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs. tanggal 28 Juli 2010. - Bahwa putusan Pengadilan Agama Tigaraksa

    No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs. tanggal 28 Juli 2010 telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena Para Pihak dalam perkara tersebut tidak ada yang mengajukan upaya hukum oleh karenanya dapat diajukan permohonan eksekusi putusan.

    - Bahwa dalam putusan tersebut menetapkan pembagian masing-masing ahli waris sebagai berikut : Untuk Blok C.18 luas tanah 14.450 M2 Ny. Sri Soendari : 1.204,16 M2 Ny. Sri Soentarini : 1.204,16 M2 Tn. Muso Crivijaya : 2.408,32 M2 Tn. Moh. Karmo Nusantara : 2.408,32 M2 Tn. Moh. Sunaryo N : 2.408,32 M2 Tn. Moh. Banteng Y : 2.408,32 M2 Tn. Moh. Bimo Z : 2.408,32 M2 Untuk Blok C.19 luas tanah 83.850 M2 Ny. Sri Soendari : 6.987,5 M2 Ny. Sri Soentarini : 6.987,5 M2 Tn. Muso Crivijaya : 13.975 M2 Tn. Moh. Karmo Nusantara : 13.975 M2 Tn. Moh. Sunaryo N : 13.975 M2

  • 13

    Tn. Moh. Banteng Y : 13.975 M2 Tn. Moh. Bimo Z : 13.975 M2

    - Bahwa dalam pelaksanaan putusan terdapat hambatan-hambatan

    sebagai berikut : Terdapat bangunan Masjid Al Mugiroh Yang dibangun oleh Almh.

    Ibu Moegirahayoe Terdapat bangunan Jakarta International Multicultural School. Terdapat bangunan-bangunan rumah warga + . Bangunan. Terdapat bangunan-bangunan atau objek wisata yang dikelola ..

    yang merupakan ahli waris. Terdapat bangunan yang digunakan untuk tempat usaha dan

    dikelola oleh ahli waris.

    - Bahwa untuk melaksanakan isi putusan tersebut diambil langkah-langkah sebagai berikut : Mengirimi surat kepada ahli waris lain untuk melaksanakan

    putusan tersebut secara sukarela sesuai dengan amar putusan. Setidaknya surat diberikan 2 (dua) kali.

    Jika ahli waris lain tetap tidak bisa melaksanakan secara sukarela baik seluruh atau sebagian maka diajukan Permohonan Aanmaning ke Pengadilan Agama Tigaraksa.

    Pengadilan Agama Tigaraksa akan memanggil para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.

    Apabila Tergugat belum melaksanakan putusan maka akan dilakukan pemanggilan kembali dan jika tetap tidak melaksanakan putusan maka akan dilakukan eksekusi terhadap tanah tersebut dan kemudian akan dilakukan lelang yang hasilnya akan dibagikan kepada ahli waris sesuai dengan Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa.

    ketentuan dalam yang digunakan setidaknya : Pasal 196 HIR menyebutkan bahwa:

    Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai untuk memenuhi

    isi keputusan itu dengan damai, maka pihak yang menang memasukkan permintaan, baik dengan lisan, maupun dengan surat, kepada ketua pengadilan negeri yang tersebut pada ayat

  • 14

    pertama pasal 195, buat menjalankan keputusan itu Ketua menyuruh memanggil pihak yang dikalahkan itu serta memperingatkan, supaya ia memenuhi keputusan itu di dalam tempo yang ditentukan oleh ketua, yang selama-lamanya delapan hari.

    - Bahwa langkah hukum tersebut adalah kaku dank eras yang nantinya akan berbenturan dengan ahli waris lain serta pihak-pihak yang lainnya. Namun demikian dibenarkan menurut hukum serta mempunyai kekuatan hukum.

    - Apabila putusan tersebut dilaksanakan secara sukarela maka legalitas terhadap tanah waris tersebut semakin kuat dan mudah untuk dialihkan kepada pihak lain karena sudah atas nama masing-masing ahli waris dengan sebelumnya memenuhi ketentuan hukum agraria.

    b. Penyelesaian Secara Damai dengan menganalisa fakta di lokasi sengketa Telah diterangkan sebelumnya bahwa dilokasi sengketa terdapat rumah-rumah warga yang membeli dari keturunan ahli waris, JIMS yang membeli dari ahli waris dan bangunan lain yang dimanfaatkan baik disewakan atau dimanfaatkan secara langsung sebagai tempat usaha ahli waris. Penyelesaian masalah masjid

    Almh. Ibu Moegirahayoe pernah membangun Masjid Al Mugiroh namun sayangnya secara tertulis belum mewakafkan tanah dan bangunan masjid tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masjid tersebut adalah milik ahli waris. Guna menyelesaikan masalah tersebut tanpa mengurangi keinginan Almh. Ibu Moegirahayoe yang bisa dikategorikan sebagai wasiat (meski hanya tersirat namun umumnya seseorang yang membangun tempat ibadah akan difungsikan sebagai fungsi social dengan mengharap pahala dari Tuhan), dengan tanpa mengurangi rasa memiliki tanah tersebut maka ahli waris seharusnya menunaikannya selama tidak melebihi jumlah sepertiga dari seluruh harta peninggalannya sebagaimana ketentuan wasiat.

  • 15

    Faktanya bangunan masjid tersebut luasnya tidak melebihi 1/3 dari harta warisan oleh karenanya cukup alasan untuk dapat menunaikannya.

    Penyelesaian masalah tanah waris yang dijual ahli waris atau keturunannya Bahwa adalah fakta jika pada lokasi tanah tersebut sebagian telah dijual oleh ahli waris atau keturunannya kepada pihak lain dengan berbagai macam tujuan. Terhadap hal tersebut sebenarnya pembelian tersebut dilakukan secara melawan hukum karena tanah tersebut masih merupakan tanah warisan. Bahwa sepanjang pembeli tanah tersebut tidak mempunyai itikad baik maka tidak dilindungi oleh hukum namun apabila pembeli tersebut beritikad baik maka hukum akan melindunginya sebagaimana disebutkan dalam : Pasal 1967 KUH Perdata Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat perseorangan, hapus karena daluarsa dengan lewat waktu tiga puluh tahun, sedangkan siapa yang menunjukkan adanya daluarsa itu tidak usah mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tak dapatlah dimajukan terhadapnya sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk Selanjutnya Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merumuskan jual beli sebagai suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Dari rumusan tersebut dapat kita ketahui bahwa jual beli melahirkan kewajiban secara bertimbal balik kepada para pihak yang membuat perjanjian jual beli tersebut. Suatu kontrak terdiri dari serangkaian kata. Oleh karena itu, untuk menetapkan isi kontrak, perlu dilakukan penafsiran, sehingga dapat diketahui dengan jelas maksud para pihak dalam kontrak. Asas itikad baik memegang peranan penting dalam penafsiran kontrak. Sedangkan Itikad baik pada tahap pra kontrak merupakan kewajiban untuk memberitahukan atau menjelaskan dan meneliti fakta material bagi para pihak yang berkaitan dengan pokok yang dinegosiasikan atau

  • 16

    diperjanjikan tersebut. Para pihak memiliki kewajiban itikad baik, yakni kewajiban untuk meneliti (onderzoekplicht) dan kewajiban untuk memberitahukan dan menjelaskan (medelelingsplicht), seperti yang dinyatakan oleh Huge Raad. Dalam kasus ini maka pembeli wajib meneliti berkaitan dengan objek yang diperjanjikan. Di sisi lain, penjual memiliki kewajiban untuk menjelaskan semua informasi yang dia ketahui penting bagi pembeli. Asas itikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan tentang itikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Sementara itu, Arrest H.R. di Negeri Belanda memberikan peranan tertinggi terhadap itikad baik dalam tahap praperjanjian bahkan kesesatan ditempatkan di bawah asas itikad baik, bukan lagi pada teori kehendak. Begitu pentingnya itikad baik tersebut sehingga dalam perundingan-perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai oleh itikad baik dan hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak itu harus bertindak dengan mengingat kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihak lain. Bagi masing-masing calon pihak dalam perjanjian terdapat suatu kewajiban untuk mengadakan penyelidikan dalam batas-batas yang wajar terhadap pihak lawan sebelum menandatangani kontrak atau masing-masing pihak harus menaruh perhatian yang cukup dalam menutup kontrak yang berkaitan dengan itikad baik. Berkenaan dengan kesepakatan, kesepakatan yang terjadi tergolong cacat kehendak atau cacat kesepakatan karena mengandung kekhilafan di mana terjadi jika salah satu pihak keliru tentang apa yang diperjanjikan, namun pihak lain membiarkan pihak tersebut dalam keadaan keliru. Dan bisa juga dikategorikan sebagai Penipuan karena terjadi jika salah satu pihak secara aktif mempengaruhi pihak lain sehingga pihak lain sehingga pihak yang dipengaruhi menyerahkan sesuatu atau melepaskan sesuatu. Dalam hal tersebut barang yang dijual kepada pembeli dari penjual bukanlah barang miliknya sendiri dan tanpa ada perjanjian dengan pihak pemilik sesungguhnya dan mengaku sebagai pemilik sehingga patut diduga ada kekhilafan atau kesesatan. Sedangkan dilihat dari sudut pandang tindakannya di mana penjual mengaku barang tersebut merupakan milik penjual yang kemudian menjualnya pada pihak

  • 17

    pembeli maka terjadi penipuan. Secara jelas hal tersebut yaitu kesesatan atau kekhilafan merupakan penyebab cacat kehendak yang terdapat dalam BW Pasal 1321 dan 1449 BW yang masing-masing menentukan sebagai berikut. Pasal 1321 BW : Tiada kesepakatan yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan. Pasal 1449 BW : Perikatan yang dibuat dengan paksaan, kekhilafan atau penipuan, menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya. Setiap pihak yang membuat dan melaksanakan perjanjian harus melandasinya dengan itikad baik. Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Artinya, dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian harus mengindahkan substansi perjanjian/kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. Jika kemudian ditemukan adanya itikad tidak baik dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, baik dalam pembuatan maupun dalam pelaksanaan perjanjian maka pihak yang beritikad baik akan mendapat perlindungan hukum. Dalam hal pembeli beritikad baik maka dalam perlindungannya KUH Perdata dalam pasal 1491 memberikan perlindungan berupa penanggungan pasal tersebut menyebutkan : Penanggungan yang menjadi kewajiban penjual terhadap pembeli, adalah untuk menjamin dua hal, yaitu : pertama, penguasaan barang yang dijual itu secara aman dan tenteram; kedua, terhadap adanya cacat-cacat barang tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan untuk pembatalan pembeliannya. Dalam adanya penanggungan ini meskipun tidak diperjanjikan namun tetap berlaku mengikat penjual sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1492, yaitu : Meskipun pada waktu penjualan dilakukan tiada dibuat janji tentang penanggungan, namun penjual adalah demi hukum diwajibkan

  • 18

    menanggung pembeli terhadap suatu penghukuman untuk menyerahkan seluruh atau sebagian benda yang dijual kepada seorang piak ketiga, atau terhadap beban-beban yang menurut keterangan seorang pihak ketiga memilikinya tersebut dan tidak diberitahukan sewaktu pembelian dilakukan. Kemudian terhadap pembeli yang beritikad baik atau karena salah satu pihak tidak memenuhi prestasi dalam perjanjian jual-beli maka bisa mendapatkan ganti kerugian sesuai ketentuan Pasal 1267 KUH Perdata : Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, ataukah ia akan menuntut pembatalan persetujuan, disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga. Kasus ini dilihat dari objeknya maka juga terjadi kesesatan (kekeliruan) di mana salah satu atau para pihak mempunyai gambaran yang keliru atas objek. Dikarenakan objek yang dijual oleh penjual sebenarnya bukanlah objek milik penjual sehingga terbentuk gambaran yang keliru mengenai kepemilikan objek jual beli. Di sini memang ada kesepakatan, di sini memang lahir suatu perjanjian dan perjanjian itu justru lahir karena ada yang sesat. Sehubungan dengan Pasal 1320, di mana ditentukan, bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus ada kata sepakat dan ini berkaitan dengan masalah kehendak dan pernyataan kehendak maka dalam peristiwa kesesatan, memang ada kehendak dan ada pernyataan yang didasarkan atas dan karenanya sama dengan kehendaknya. Dalam hal ada kesesatan/kekeliruan, maka ada kehendak dan pernyataan yang sama dengan kehendak. Seandainya yang bersangkutan tak tersesat/keliru, pasti tak muncul keinginan/kehendak untuk menutup perjanjian yang bersangkutan dan karenanya tidak ada pernyataan kehendak seperti itu. Bahwa beberapa ketentuan tersebut bisa menjadi dasar mereka membela diri saat dilakukan tuntutan hukum perihal jual beli yang telah dilakukan. Proses pengurusan pembatalan jual beli tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit yang umumnya proses di pengadilan sampai dengan putusan berkekuatan hukum tetap adalah 5 tahun dan tidak hanya itu saja apabila terdapat unsur pidana maka proses hukum pidana juga harus ditempuh yang pada akhirnya akan melibatkan ahli waris, aparat desa dan lainnya.

  • 19

    Dimungkinkan adanya itikad kurang baik dari ahli waris atau keturunannya untuk mengalihkan tanah tersebut kepada pihak lain. Hal ini juga bias dimungkinkan akan kebutuhan yang mendesak serta belum jelasnya pembagian waris di antara ahli waris. Oleh karena semua ahli waris merasa memiliki maka dimungkinkan mereka berdalih bahwa yang mereka jual adalah haknya sendiri. Toh nantinya bias diperhitungkan kemudian.

    Pemanfaatan Lokasi Tanah untuk usaha pribadi Ahli Waris. Bahwa dari hasil pemeriksaan lapangan diperoleh fakta bahwa dalam lokasi tanah tersebut terdapat usaha-usaha yang dilakukan ahli waris atau keturunanya untuk usaha diantaranya Lokasi Wisata, Parkiran, Rumah Makan dan lainnya. Motif awalnya adalah masing-masing merasa memiliki lokasi tanah tersebut sehingga berhak untuk memanfaatkannya dan pembagian waris yang tak kunjung selesai. Secara hukum usaha-usaha tersebut seharusnya menjadi usaha bersama karena lokasi tanah tersebut masih milik bersama ahli waris yang belum dibagi waris sampai dengan sekarang. Menyikapi persoalan penjualan asset dan pemanfaatan tanah dilokasi tanah tersebut untuk usaha maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : dilakukan penaksiran harga lokasi tanah waris tersebut secara

    keseluruhan dan perbagian terhadap tanah lokasi yang dijual atau dimanfaatkan sesuai dengan harga sekarang. Hal ini dapat dilakukan oleh lembaga atau badan penilai yang berijin serta independen sesuai dengan kesepakatan seluruh ahli waris.

    Nilai taksir harga keseluruhan akan dibagi sesuai dengan Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa dengan dikurangi nilai lokasi tanah yang telah dibangun masjid.

    Bahwa setelah mendapatkan nilai bagian masing-masing kemudian baru diperhitungkan dengan nilai lokasi tanah yang dijual atau dimanfaatkan untuk usaha. Apabila terdapat kelebihan nilai maka terhadap pihak yang belum menjual atau memanfaatkan akan diberikan kepada yang masih kurang.

  • 20

    Hasil penyelesaian secara kekeluargaan tersebut dilaporkan ke Pengadilan Agama Tigaraksa untuk mendapatkan penetapan atau sejenisnya yang bias dipergunakan Ahli Waris dikemudian hari.

    H. Pendapat dan Saran

    Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan sebagai berikut : 1. Bahwa agar dapat diselesaikan pembagian waris secara kekeluargaan dengan

    mempertimbangkan keutuhan dan kebersamaan para ahli waris. 2. Untuk langkah pertama perlu di cek ke Kantor Pertanahan mengenai kondisi

    tanah tersebut apakah sudah dimohonkan sertipikat atau belum karena fakta dilapangan terdapat beberapa lokasi tanah telah dijual oleh Ahli Waris atau keturunannya.

    3. Setelah mendapatkan keterangan dari Kantor Pertanahan maka dilakukan pengecekan ke Kelurahan untuk mengetahui secara detail riwayat tanah tersebut.

    4. Apabila terdapat hal-hal yang merugikan ahli waris maka berikan teguran atau somasi kepada pihak Keluarahan agar tidak membantu proses pengalihan tanah yang lain apabila tidak ada tanda tangan dari seluruh ahli waris (7 orang).

    5. Jika perlu dilakukan langkah hukum untuk penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pihak kelurahan baik pidana, perdata atau tata usaha Negara.

    6. Selesaikan masalah masjid Al Mughiroh secara kekeluargaan dan disarankan untuk segera dilakukan pengukuran dan ditindaklanjuti dengan wakaf.

    7. Selesaikan masalah JIMS dengan memberikan somasi atau permintaan keterangan mengenai perolehan tanah yang sekarang telah dibangun.

    8. Menunjuk penilai independen bersertifikasi untuk menilai tanah warisan tersebut dan kemudian melakukan pembagian secara nilai uang.

    9. Melaporkan hasil penyelesaiannya ke Pengadilan Agama Tigaraksa dan meminta penetapan telah dilakukan pelaksanaan putusan secara sukarela yang nantinya bias digunakan dikemudian hari.

    Demikian Legal Opini kami sampaikan atas perhatian dan kerjasama baiknya kami ucapkan terima kasih.

  • 21

    Hormat Kami, SUSANTO ADELIA NUGRAHA & REKAN

    SUSANTO, S.H., S.E.