makalah legal etik transplantasi organ.doc

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu lain. Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transpIantasi maju dengan pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat ditransplantasikan. Dewasa ini bahkan sedang dilakukan uji klinis penggunaan hewan sebagai donor. Dibalik kesuksesan dalam perkembangan transplantasi organ muncul berbagai masalah. Semakin meningkatnya pasien yang membutuhkan tranplantasi, penolakan organ, komplikasi pasca transplantasi, dan resiko yang mungkin timbul akibat transplantasi telah memunculkan berbagai pertanyaan tentang etika, legalitas dan kebijakan yang menyangkut penggunaan teknologi itu. Pada makalah ini akan dibicarakan berbagai masalah etika yang timbul sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi transplantasi organ, masalah etika utama dalam transplantasi, bagaimana kebijakan di Indonesia mengenai transplantasi dan betapa pentingnya nilai-nilai etika

Upload: husein-fatih-arafat

Post on 29-Dec-2015

248 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan

kesehatan berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik

transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk

penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu lain.

Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada

pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transpIantasi maju

dengan pesat.

Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan

obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan

dapat ditransplantasikan. Dewasa ini bahkan sedang dilakukan uji klinis penggunaan

hewan sebagai donor.

Dibalik kesuksesan dalam perkembangan transplantasi organ muncul berbagai

masalah. Semakin meningkatnya pasien yang membutuhkan tranplantasi, penolakan

organ, komplikasi pasca transplantasi, dan resiko yang mungkin timbul akibat

transplantasi telah memunculkan berbagai pertanyaan tentang etika, legalitas dan

kebijakan yang menyangkut penggunaan teknologi itu.

Pada makalah ini akan dibicarakan berbagai masalah etika yang timbul sejalan

dengan perkembangan ilmu dan teknologi transplantasi organ, masalah etika utama

dalam transplantasi, bagaimana kebijakan di Indonesia mengenai transplantasi dan

betapa pentingnya nilai-nilai etika dalam mempertahankan suatu sistem nilai dan

dalam penentuan kebijakan pemerintah.

B. Sejarah Transplantasi Organ

Sejarah dan Perkembangan Transplantasi Tahun 600 SM di India, Susruta

telah melakuakan transpalantasi kulit. Semantara jaman Renaissance, seorang ahli

bedah dari Itali bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan hal yang sama.

Diduga John Hunter ( 1728 – 1793 ) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk

bedah transplantasi. Dia mampu membuat kriteria teknik bedah untuk menghasilkan

suatu jaringan trnsplantasi yang tumbuh di tempat baru. Akan tetapi sistim golongan

darah dan sistim histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap

transplantasi belum ditemukan.

Page 2: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

Pada abad ke – 20, Wiener dan Landsteiner menyokong perkembangan

transplantasi dengan menemukan golongan darah system ABO dan system Rhesus.

Saat ini perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan

tindakan transplantasi.

Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan

perkembangan teknik transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembeng

dengan ditemukannya metode - metode pencangkokan, seperti :

a. Pencangkokkan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner olah Dr.

George E. Green.

b. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian

Bernhard, walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.

c. Pencakokkan sel – sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita

Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Pengertian

Page 3: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang

sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini

adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong

pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan

dengan yang lain dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran.

Namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja,karena masih harus

dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan

moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi

transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD)

dan donasi organ jenazah, karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung

antara para pakar terkait (hulum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka

masyarakat, pemerintah dan swata).

Transplantasi Organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ

dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri

dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak

berfungsi dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK).

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari

suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan

persyaratan dan kondisi tertentu.

B. Macam - macam Transplantasi Organ

Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi :

1. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS

yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang

dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.

2. TRANSPLANTASI ALOGENIK

yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan

hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.

3. TRANSPLANTASI SINGENIK

yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik, misalnya pada gambar

identik.

4. TRANSPLANTASI XENOGRAFT

yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.

Page 4: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :

1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau

yang sudah meninggal.

2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada

bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan

transplantasi,, yaitu :

1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang

diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan

kekurangan jaringan / organ.

2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ

tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut,

untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

C. Organ dan Jaringan yang Ditransplantasikan

1. Organ Thoracic

• Jantung

• Paru - paru

2. Organ Abdomen

• Ginjal

• Hati

• Pankreas

• Usus

• Perut / lambung

3. Organ, sel, cairan

• Tangan

• Kornea

• Kulit

• Pulau Langerhans ( sel pancreas )

• Sumsum tulang

• Transfusi darah

• Pembuluh darah

• Katup jantung

• Tulang

Page 5: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

BAB II

PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN DAN ETIKA

TRANSPLANTASI ORGAN

A. Aspek Hukum Transplantasi Organ

Dari segi hukum, transplantasi organ,jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai

suatu hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia,walaupun

ini adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pdana yaitu tindak pidana penganiayaan,

tetapi mendapat pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam

pidana, dan dapat dibenarkan.

Page 6: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

Peraturan tranplantasi organ termuat dalam :

1. Pasal 33 dan 34 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

a. Pasal 33

(1). Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi

organ dan atau jaringan tubuh , transfusi darah , implant obat dan atau alat kesehatan, serta

bedah pastik dan rekonstruksi,

(2). Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk

tujuan komersial.

b. Pasal 34

(1). Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana

kesehatan tertentu.

(2). Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan

kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.

(3). Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2. PP No. 18 Tahun 1981

Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan

transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi

sebagai berikut:

Pasal 1

(c). Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh yang dibentuk oleh

beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.

(d). Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang

sama dan tertentu.

(e). Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau

jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk

menggantikan alat dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik.

(f). Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang

lain untuk keperluan kesehatan.

(g). Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang

berwenang bahwa fungsi otak,pernafasan,dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.

Page 7: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

Ayat g mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas,maka IDI dalam seminar

nasionalnya mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang dikatakan

mati bila fungsi spontan pernafasan da jantung telah berhenti secara pasti atau

irreversible,atau terbukti telah terjadi kematian batang otak.

Pasal 10

Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilaukan dengan memperhatikan

ketentuan yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita

meninggal dunia.

Pasal 11

(1). Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang

ditunjuk

oleh mentri kesehatan.

(2). Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang

merawat atau mengobati donor yang bersangkutan

Pasal 12

Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tudak ada sangkut paut medik

dengan dokter yang melakukan transplantasi.

Pasal 13

Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan 2

(dua) orang saksi.

Pasal 14

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank

mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis

dengan

keluarga terdekat.

Pasal 15

(1). Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan

oleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter

yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya, dan

kemungkinan

- kemungkinan yang terjadi.

(2). Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa calon donor

yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material

Page 8: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

apapun sebagai imbalan transplantasi.

Pasal 17

Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke

dan

dari luar negeri.

Tujuan pengaturan

melarang transplantasi untuk tujuan komersial

Transplantasi bukanlah suatu obyek yang dapat diperjual belikan dalam mencari

keuntungan.

Tindakan transplantasi adalah suatu usaha mulia yang bertujuan menolong sesama

manusia untuk mengurangi penderitaannya.

B. Aspek Etis Transplantasi Organ

Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan

fungsi salah satu organ tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib dilakukan

jika ada indikasi, berlandaskan dalam KODEKI, yaitu:

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.

Pasal 10

Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.

Pasal 11

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan penderita.

Pasal - pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya telah

mencakup aspek etik, mengenai larangan memperjual belikan alat atau jaringan tubuh

untuk tujuan transplantasi atau meminta kompensasi material.

Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati

seseorang akan diambil organnya, yang dilakukan oleh (2) orang doter yang tidak ada

sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi, ini erat kaitannya dengan

Page 9: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

keberhasilan transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik

hasilnya.tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan diambil

organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat meninggal dilakukan dengan

pemeriksaan elektroensefalografi dan dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang

otak dan sudah pasti tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan.

Pemeriksaan dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya lebih

objektif.

C. Masalah Etik dan Moral dalam Transplantasi

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup,

(b) jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan

pelaksana lain, dan (f) masyarakat. Hubungan pihak – pihak itu dengan masalah etik dan

moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.

a. Donor Hidup

Adalah orang yang memberikan jaringan / organnya kepada orang lain ( resepien ).

Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti

resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk

kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ yang telah

dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami

tekanan psikologis. Hubungan psikis dan omosi harus sudah dipikirkan oleh donor

hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.

b. Jenazah dan donor mati

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh –

sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan

apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara

wajar, dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan

dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari

keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan

upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan

ditransplantasikan

c. Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling

pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan

emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu

Page 10: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila

dibuat suatu ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

d. Resipien

Adalah orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang

penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang

hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar

mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan

transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien.

Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada

kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi

berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di

masa yang akan datang.

e. Dokter dan tenaga pelaksana lain

Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari

donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal – hal

yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan

psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tnaggung jawab tim

pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat

manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya

tidak dipengaruhi oleh pertimbangan - pertimbangan kepentingan pribadi.

f. Masyarakat

Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.

Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka

agama diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan

tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan

penyediaan organ yang segera diperlikan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.

D. Transplantasi organ dari segi agama

Sampai saat ini, transplantasi organ tubuh yang banyak dibicarakan di kalangan

ilmuwan dan agamawan / rohaniawan adalah mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu

mata, ginjal, dan jantung. Hal ini dapat dimaklumi, karena dari segi struktur anatomis

manusia, ketiga organ tubuh tersebut sangatlah vital bagi kehidupan manusia. Namun,

sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan modern dan teknologi yang makin

canggih, maka di masa yang akan datang, transplantasi mungkin juga berhasil dilakukan

Page 11: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

untuk organ – organ tubuh lainnya, mulai dari kaki dan telapaknya sampai kepalanya,

termasuk pula organ tubuh bagian dalam, seperti rahim wanita.

Namun, apa yang bisa dicapai dengan teknologi, belum tentu bisa diterima oleh

agama, dan hukum yang hidup di masyarakat. Karena itu, mengingat transplantasi organ

tubuh itu termasuk masalah ijtihadi, karena tidak terdapat hukumnya secara eksplisit di

dalam Al-Qur'an dan Sunah, dan mengingat pula masalah transplantasi itu termasuk

masalah yang cukup kompleks, menyangkut berbagai bidang studi, maka seharusnya

masalah ini dianalisis dengan memakai pendekatan / metode multi disipliner, misalnya

kedokteran, biologi, hukum, etika, dan agama, agar bisa diperoleh kesimpulan berupa

hukum ijtihadi (hukum fiqh islam) yang proporsional dan mendasar)

Bagaimanakah pandangan Islam terhadap transplantasi ketiga organ tubuh tersebut

di atas, yakni mata, ginjal, jantung? Jawaban atas masalah ini tergantung kepada kondisi

donornya, apakah donor dalam keadaan hidup sehat, ataukah dalam keadaan koma atau

hampir meninggal, ataukah dalam keadaan mati.

Apabila pencangkokan mata (selaput bening mata atau kornea mata), ginjal, atau jantung

dari donor dalam keadaan hidup sehat, maka menurut hemat penilis, Islam tidak

membenarkan (melarang), karena :

1. Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al Baqarah ayat 195 :

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.

Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah berbuat sesuatu yang bisa

mengakibatkan fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai tujuan kemanusiaan yang

luhur.

Misalnya seorang menyumbangkan sebuah matanya atau sebuah ginjalnya kepada

orang lain yang buta atau tidak berfungsi ginjalnya, sebab selain ia mengubah ciptaan

Allah yang membuat mata dan ginjal berpasangan, juga ia menghadapi risiko sewaktu

– waktu mengalami tidak normalnya atu tidak berfungsinya mata atu ginjalnya yang

tinggal sebuah itu.

2. Kaidah hukum Islam :

Menghindari kerusakan / risiko didahulukan atas menarik kemaslahatan.

Page 12: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

Misalnya, menolong orang dengan cara mengorbankan dirinya sendiri yang bisa

berakibat fatal bagi dirinya, tidak diperbolehkan oleh Islam.

3. Kaidah hukum Islam :

Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya.

Misalnya, bahaya yang mengancam jiwa si A, tidak boleh diatasi / dilenyapkan

dengan cara yang bisa menimbulkan bahaya baru yang mengancam jiwa orang yang

menolong si A tersebut.

Apabila pencangkokan mata, ginjal atau jantung dati donor dalam keadaan koma atau

hampir meeninggal ; maka Islam pun tidak mengizinkan, karena :

1. Hadis Nabi riwayat Malik dari 'Amar bin Yahya, riwayat Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan

Al-Daruqutni dari Abu Sa'id al-Khudri, dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan

'Ubadah bin Al Shamit :

Tidak boleh membikin mudarat pada dirinya dan tidak boleh pula membikin mudarat

pada orang lain.

Misalnya orang yang mengambil organ tubuh dari seorang pendonor yang belum mati

secara klinis dan yuridis untuk transplantasi, berarti ia membuat mudarat kepada donor

yang berakibat mempercepat kematiannya.

2. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi mempertahankan

hidupnya; tetapi hidup dan mati itu di tangan Allah. Karena itu, manusia tidak boleh

mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri) atau mempercepat kematian orang lain,

sekalipun dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk mengurangi / menghentikan

penderitaan si pasien.

Apabila pencangkokan mata, ginjal, atau jantung dari donor yang telah meninggal secara

yuridis atau klinis, maka menurut penulis, Islam bisa mengizinkan dengan syarat :

1. Resipien (penerima sumbangan donor) berada dalam keadaan darurat, yang

mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan

nonmedi, tetapi tidak berhasil.

2. Pencangkokan tidak akan menimbulkn komplikasi penyakit yang lebih gawat bagi

resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelum pencangkokan.

Page 13: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

Adapun dalil-dalil syar'i yang dapat dijadikan dasar untuk membolehkan pencangkokan

mata (selaput bening / kornea mata), ginjal, ataujantung, antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 195 di atas, yang menurut sebab turun ayatnya

adalah para sahabat Nabi mulai merasa Islam dan umat Islam telah menang dan kuat.

Karena itu, mereka ingin melakukan bisnis perdagangan dan sebagainya dengan

sepenuh tenaga guna memperoleh kembali harta benda yang lenyap selama itu akibat

perjuangan untuk agama. Maka ayat ini memperingatkan kepada para sahabat agar

tidak tergoda oleh harta sampai lengah dan lupa perjuangan yang mulia, sebab musuh

– musuh Islam masih tetap mencari dan menunggu kelengahan umat Islam agar

dengan mudah Islam dapat dihancurkan.

Ayat tersebut secara analogis dapat dipahami, bahwa Islam tidak membenarkan

pulaorang yang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya maut atau tidak

berfungsinya organ tubuhnya yang sangat vital baginya, tanpa usaha – usaha

penyembuhannya secara medis dan nonmedis, termasuk pencangkokan organ tubuh,

yang secara medis memberi harapan kepada yang bersangkutan untuk bisa bertahan

hidup dengan baik.

2. Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayt 32 :

Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah – olah ia

memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah – olah ia memelihara kehidupan

manusia semuanya.

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang

dapat menyelamatkan jiwa manusia. Misalnya seorang yang menemukan bayi yang

tidak berdosa yang dibuang di sampah, wajib mengambilnya untuk menyelamatkan

jiwanya. Demikian pula seorang yang dengan ikhlas hati mau menyumbangkan organ

tubuhnya (mata, ginjal, atau jantung) setelah ia meninggal, maka Islam membolehkan,

bahkan memandang sebagai amal perbuatan kemanusiaan yang tinggi nilainya, karena

menolong jiwa sesama manusia atau membantu berfungsinya kembali organ tubuh

sesamanya yang tidak berfungsi.

3. Hadis Nabi :

Berobatlah kamu hai hamba – hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak

meletakkan suatu penyakit, kecuali Dia juga meletakkan obat penyembuhannya, selain

Page 14: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

penyakit yang stu, yaitu penyakit tua (Hadis riwayat Ahman bin Hanbal, Al-Tirmidzi,

Abu Daud, Al-Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dari Usamah bin

Syarik.

Hadis ini menunjukkan bahwa umat Islam wajib berobat jika menderita sakit, apapun

macam penyakitnya, sebab setiap penyakit berkah kasih sayang Allah, pasti ada obat

penyembuhnya, kecuali sakit tua. Karena itu penyakit yang sangat ganas, seperti

kanker dan AIDS yang telah banyak membawa korban manusia di seluruh dunia,

terutama di dunia Barat, yang hingga kini belum diketahui obatnya, maka pada suatu

waktu akan ditemukan pula obatnya.

4. Kaidah hukum Islam :

Bahaya itu dilenyapkan / dihilangkan.

Seorang yang menderita sakit jantung atau ginjal yang sudah mencapai stadium yang

gawat, maka ia menghadapi bahaya maut sewaktu – waktu. Maka menurut kaidah

hukum di atas, bahaya maut itu harus ditanggulangi dengan usaha pengobatan. Dan

jika usaha pengobatan secara medis biasa tidak bisa menolong, maka demi

menyelamatkan jiwanya, pencangkokan jantung atau ginjal diperbolehkan karena

keadaan darurat.

Dan ini berarti, kalau penyembuhan penyakitnya bisa dilakukan tanpa pencangkokan,

maka pencangkokan organ tubuh tidak dikenakan.

5. Menurut hukum wasiat, keluarga orang meninggal wajib melaksanakan wasiat orang

yang meninggal mengenai hartanya dan apa yang biasa bermanfaat, baik untuk

kepentingan si mayat itu sendiri (melunasi utang – utangnya), kepentingan ahli waris

dan nonahli waris, maupun untuk kepentingan agama dan umum (kepentingan sosial,

pendidikan, dan sebagainya). Berhubung si donor organ telah membuat wasiat untuk

menyumbangkan organ tubuhnya untuk kepentingan kemanusiaan, maka keluarga /

ahli waris wajib membantu pelaksanaan wasiat si mayat itu.

Page 15: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

\

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan

Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis

4. Tessy A. Transplantasi Ginjal di Indonesia Sekarang. J Mnedika Nusantara 2005:26 (3)

5. Undang-undang No. 23 tahun 1992 ttentang Kesehatan

Page 16: Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc

MAKALAH

LEGAL ETIK TRANSPLANTASI ORGAN

Tugas Mata Kuliah

Legal Etik Keperawatan Kardiovaskuler

Dosen:

Wien Adi S, S. Pd, SKM, MH. Kes

Kelompok:

Arifin Hidayat

Husein Arafat

Yanti

Sallyanti Riu Pasha

Vivi Novianti Marnis

Zuli Dwi Ernawati

Netty Purno Handayani

Suhartini

Parji Santosa

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIV KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

SEMARANG

2012