legal etik in nursing

35
ETIKA DAN HUKUM DALAM KEPERAWATAN INFORMED CONCENT DALAM RUANG LINGKUP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT OLEH : WIJAYA ATMAJA KASUMA NIM : 116070300111020

Upload: bangjays

Post on 02-Aug-2015

210 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: Legal Etik In Nursing

ETIKA DAN HUKUM DALAM KEPERAWATAN

INFORMED CONCENT DALAM RUANG LINGKUP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

OLEH :

WIJAYA ATMAJA KASUMA

NIM : 116070300111020

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATANPEMINATAN GAWAT DARURAT

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 2: Legal Etik In Nursing

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kesehatan yang bertugas pada unit Instalasi Gawat Darurat (IGD)

diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992 tentang Kesehatan sebagai

berikut: “tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan” (Depkes, 1988). Dari

ketentuan Undang Undang tersebut maka setiap tenaga kesehatan yang ada

pada IGD dituntut memiliki kompetensi yang sesuai yang menjadi acuan

dalam institusi pelayanan kesehatan tersebut, dalam hal ini setiap rumah sakit

mewajibkan personil yang terlatih sesuai dengan standar operasional prosedur

untuk dapat bekerja di IGD tersebut.

Pelayanan gawat darurat mempunyai aspek khusus karena

mempertaruhkan kelangsungan hidup seseorang. Oleh karena itu dari segi

yuridis khususnya hukum kesehatan terdapat beberapa pengecualian yang

berbeda dengan keadaan biasa. Dipandang dari segi hukum, pelayanan gawat

darurat berbeda dengan pelayanan non-gawat darurat karena memiliki

karakteristik khusus. Beberapa isu khusus dalam pelayanan gawat darurat

membutuhkan pengaturan hukum yang khusus dan akan menimbulkan

hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat.

(Herkutanto, 2007)

Informed Concent Dalam Keperawatan 1

Page 3: Legal Etik In Nursing

Dewasa ini klien mempunyai banyak pengetahuan yang semakin luas

tentang bidang kesehatan, serta lebih ingin terlibat dalam pembuatan

keputusan perawatan terhadap diri mereka. Informasi dalam lingkup medis,

ternyata sangat penting. Meski tidak semua klien menghendaki penjelasan

yang sejelas-jelasnya, akurat dan lengkap tahap demi tahap perawatan, tapi

langkah penjelasan untuk era saat ini justru diharuskan. Karena alasan tersebut

persetujuan yang diperoleh dengan baik dapat memfasilitasi keinginan klien

tersebut, serta menjamin bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dan klien

adalah berdasarkan keyakinan dan kepercayaan.

Tujuan dari informed consent adalah agar klien mendapat informasi yang

cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.

Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak klien untuk

menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila klien telah

menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil

keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang

diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada klien.

Informed artinya sudah mendapat informasi, sudah memperoleh

informasi, sudah diberi informasi. Consent artinya persetujuan. Sehingga arti

informed consent adalah persetujuan yang sudah didasari adanya informasi,

sudah didasari pengertian dan pemahaman akan tindakan yang akan disetujui.

Jadi, jika klien menandatangani blanko informed consent akan sebuah

tindakan yang akan dilakukan pada dirinya, berarti klien memberikan

persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan pada dirinya, dan sudah

mendapat informasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh dokter pada

Informed Concent Dalam Keperawatan 2

Page 4: Legal Etik In Nursing

dirinya tersebut, untung ruginya dilakukannya tindakan itu, resikonya, biaya

dan lain sebagainya.

Perawat sebagai mitra dokter dan sebagai sebuah tim kesehatan dalam

menyelesaikan berbagai masalah kesehatan klien mempunyai keinginan untuk

menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman dalam pelayanan

dan keamanan bagi orang yang sakit. Sesuai dengan kode etik keperawatan,

perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika perawatan

kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang tidak kompeten, tidak

berdasarkan etik atau ilegal terhadap siapa pun. Perawat berperan sebagai

pelindung dan konsultan dalam pemberian informed consent untuk membantu

mengatasi kekhawatiran klien. Informed consent membantu klien mengambil

keputusan terbaik untuk diri mereka sendiri.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ilmiah ini adalah sebagai bahan pembelajaran

untuk menambah pengetahuan dan membuka wawasan bagi perawat tentang

peran perawat dalam pemberian informed concent kepada klien.

C. Bentuk Penulisan

Bentuk tulisan ini adalah secara deskriptip menguraikan tentang legal

aspek dan peran perawat dalam pemberian informed concent kepada klien.

Informed Concent Dalam Keperawatan 3

Page 5: Legal Etik In Nursing

BAB II

TINJAUAN TEORI

D. Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat (IGD) menurut Depkes, 2008 merupakan

institusi yang memberikan pelayanan penanggulangan penderita gawat darurat

yang mencakup suatu rangkaia kegiatan untuk mencegah kematian (life

saving) atau kecacatan yang mungki terjadi.

IGD adalah suatu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan gawat

darurat kepada klien yang merupakan bagian dari rangkaian yang perlu

diorganisir. IGD harus mampu memperhatikan pelayanan dengan kualitas

tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut. Pelayanan instalasi gawat

darurat harus mampu mencegah kematian dan cacat, melakukan rujukan,

menanggulangi korban bencana.

IGD dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kriteria yaitu:

1. IGD harus buka 24 jam

2. IGD harus melayani penderita-penderita “false emergency” tetapi tidak

boleh mengganggu/ mengurangi mutu pelayanan penderita gawat darurat

3. IGD sebaiknya hanya melakukan “primary care”. Sedangkan “definitive

care” dilakukan ditempat lain dengan cara kerja sama yang baik

4. IGD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya

dalam penanggulangan penderita gawat darurat

5. IGD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu/kualitas pelayanan

kesehatan masyarakat sekitarnya ( Depkes RI, 1992 ).

Informed Concent Dalam Keperawatan 4

Page 6: Legal Etik In Nursing

Pertolongan kegawat daruratan harus dipandang sebagai satu system

yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Dimana didalam sistem tersebut

mengandung pengertian adanya hubungan dari berbagai komponen yang saling

berhubungan dan saling mempengaruhi, sistem mempunyai sasaran (output)

serta dampak yang diinginkan (outcome). Sebuah sistem yang bagus juga harus

dapat diukur dengan melalui proses evaluasi atau umpan balik yang

berkelanjutan.

Pada fase rumah sakit, IGD berperan sebagai gerbang utama jalan

masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan

secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai

pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini.

Penderita dari ruang IGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah

sentral, ataupun bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke

rumah sakit lain.

B. Legal Etik Keperawatan

Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin

dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang

diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman

yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian

yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan

atau kebidanan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan dan

dihormati.

Informed Concent Dalam Keperawatan 5

Page 7: Legal Etik In Nursing

1. Nilai

Keyakinan (beliefs) mengenai arti dari suatu ide, sikap, objek, perilaku,

dan lain-lain yang menjadi standar dan mempengaruhi prilaku seseorang.

Nilai menggambarkan cita-cita dan harapan- harapan ideal dalam praktik

keperawatan.

2. Etik

Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar

perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang

benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang

merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan, apa yang

dikendaki dan apa yang ditolak.

3. Etika Keperawatan

Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan-

keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan

4. Prinsip Etik

a. Respect (Hak untuk dihormati)

Perawat harus menghargai hak-hak klien/klien

b. Autonomy (hak klien memilih)

Hak klien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya

c. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/klien)

Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan klien/ orang

lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan

kliennya.

Informed Concent Dalam Keperawatan 6

Page 8: Legal Etik In Nursing

d. Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)

kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian

atau cidera prinsip Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang

lain, jangan menyebabkab nyeri atau penderitaan pada orang lain,

jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain.

e. Confidentiality (hak kerahasiaan)

menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang klien/klien

yang dipercayakan klien kepada perawat.

f. Justice (keadilan)

kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil

sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.

g. Fidelity (loyalty/ketaatan)

Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab

terhadap kesepakatan yang telah diambil

h. Veracity (Truthfullness & honesty)

Kewajiban untuk mengatakan kebenaran. Terkait erat dengan prinsip

otonomi, khususnya terkait informed-consent, prinsip veracity

mengikat klien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.

Pemecahan masalah etik

1. Identifikasi masalah etik

2. Kumpulkan fakta-fakta

3. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik.

4. Buat keputusan dan uji cobakan

5. Bertindaklah, dan kemudian refleksikan pada keputusan tsb

Informed Concent Dalam Keperawatan 7

Page 9: Legal Etik In Nursing

Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan tercantum dalam:

1. UU No. 23 tahun 1992 ttg Kesehatan

2. PP No. 32 tahun 1996 ttg Tenaga Kesehatan

3. Kepmenkes No. 1239 tahuun 2001 ttg Registrasi dan Praktik Perawat

C. Informed Concent

Informed consent dapat didefinisikan sebagai berikut

1. Persetujuan yang sudah didasari adanya informasi, sudah didasari

pengertian dan pemahaman akan tindakan yang akan disetujui.

2. Pernyataan setuju terhadap tindakan diagnostik / terapetik, setelah

mendapat penjelasan tentang tujuan, resiko, alternatif tindakan yang akan

dilakukan, serta prognosis penyakit jika tindakan itu dilakukan / tidak

dilakukan.

3. Pada Bab I butir Id. Pedoman Persetujuan Tindakan Medik, disebutkan

bahwa : Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah

mendapat informasi dan Consent berarti persetujuan (ijin).

Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian

persetujuan prosedur tindakan medik dan atau invasif, bertujuan untuk

perlindungan terhadap tenaga medik jika terjadi sesuatu yang tidak

diharapakan yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Selain itu dapat

melindungi Klien terhadap intervensi/tindakan yang akan dilakukan.

Ada perbedaan penekanan antara informed consent ini dengan

persetujuan dalam kontrak terapetik (sesuai pasal 1320 KUH perdata).

Informed Consent dalam profesi kedokteran (juga tenaga kesehatanan lainnya)

Informed Concent Dalam Keperawatan 8

Page 10: Legal Etik In Nursing

adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari klien yang diberikan dengan

bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang

akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi cukup tentang

tindakan kedokteran yang dimaksud.

1. Dasar Hukum Informed Consent

a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585 / MENKES 1 PER / IX /

1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik, yang pedoman

pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan

Medik Nomor: HK.00.063.5.1866 Tentang Pedoman Persetujuan

Tindakan Medik ( Informed Consent ) tanggal 21 April 1999.

b. SK. Dirjen YANMED. No. YM 00.03.2.6.956 Tentang Hak dan

Kewajiban Klien Dan Perawat.

c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen

Kesehatan RI. Nomor : YM.02.04.3.5.2504 tanggal 10 Juni 1997

Tentang Pedoman Hak Dan Kewajiban Klien, Dokter Dan Rumah

Sakit.

d. Pasal 45 (1) UUPRADOK.

Manfaat informed consent dalam pelaksanaan tindakannmedik maupun

asuhan keperawatan perawat kepada klien yaitu :

1. Melindungi klien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan tanpa

sepengetahuan klien. Misalnya tindakan medik yang tidak perlu atau tanpa

indikasi, penggunaan alat canggih dengan biaya tinggi dsbnya.

Informed Concent Dalam Keperawatan 9

Page 11: Legal Etik In Nursing

2. Memberikan perlindungan hukum bagi dokter terhadap akibat yang tidak

terduga dan bersifat negatif. Misalnya terhadap resiko pengobatan yang

tidak dapat dihindari walaupun dokter telah bertindak seteliti mungkin.

Dengan adanya informed consent maka hak autonomy perorangan di

kembangkan, klien dan subjek dilindungi, mencegah terjadinya penipuan atau

paksaan, merangsang profesi medis untuk mengadakan introspeksi,

mengajukan keputusan-keputusan yang rasional dan melibatkan masyarakat

dalam memajukan prinsip autonomy sebagai suatu nilai sosial serta

mengadakan pengawasan dalam penelitian biomedik.

Pada keadaan gawat darurat tidak perlu dimintakan pesretujuan tindakan

medik karena keadaannya sudah sangat gawat dan tidak ada waktu lagi untuk

mencari atau menghubungi anggota keluarga klien, sedangkan dokter harus

bertindak cepat (implied, tacit, atau presumed consent). Implied consent

khusus untuk keadaan gawat darurat dinamakan juga Constructive consent.

Dalam keadaan gawat darurat dokter harus membatasi operasinya hanya

untuk penyelamatan jiwa (life-saving) atau penyelamatan anggota tubuh (limb-

saving) saja. Tidak boleh diperluas dengan operasi lain yang tidak ada

hubungan dengan penyelamatan jiwa atau anggota tubuh karena untuk

tindakan tersebut harus dimintakan Informed consent.

D.

Informed Concent Dalam Keperawatan 10

Page 12: Legal Etik In Nursing

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan

keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam

melaksanakan tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang

dilakukan terhadap klien. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi

terhadap ketidakpuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya

dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi

dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang

diterima secara hukum.

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004

Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka

Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh

klien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap

mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.

Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no

585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2

menyebutkan dalam memberikan informasi kepada klien / keluarganya, kehadiran

seorang perawat/tenaga kesehatan lainnya sebagai saksi adalah penting.

Persetujuan yang ditanda tangani oleh klien atau keluarga terdekatnya

tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian.

Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan klien atau keluarga

Informed Concent Dalam Keperawatan 11

Page 13: Legal Etik In Nursing

terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan

berdasarkan KUHP Pasal 351.

Aspek Hukum Pidana, “informed consent” mutlak harus dipenuhi dengan

adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang

penganiayaan. Suatu tindakan invasive (misalnya pembedahan, tindakan radiology

invasive) yang dilakukan pelaksana jasa tindakan medis tanpa adanya izin dari

pihak klien, maka pelaksana jasa tindakan medis dapat dituntut telah melakukan

tindak pidana penganiayaan yaitu telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal

351 KUHP.

Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh pelaksana

jasa tindakan medis (dokter) tanpa adanya persetujuan dari pihak pengguna jasa

tindakan medis (klien), sedangkan klien dalam keadaan sadar penuh dan mampu

memberikan persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat

dipersalahkan dan digugat telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum

(onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (KUHPer). Hal ini karena klien mempunyai hak atas tubuhnya, sehingga

dokter dan harus menghormatinya.

Semua tindakan medis, keperawatan bila dilihat dari uraian diatas sangatlah

dekat dengan masalah hukum, sehingga posisi para pemberi pelayanan kesehatan

berada pada suatu titik dimana mereka harus memberikan pelayanan sebaik-

baiknya kepada klien, keluarga dan masyarakat, dilain pihak setiap tindakan yang

dilakukan memiliki resiko terhadap permasalahan hukum meskipun tenaga

kesehatan tersebut telah berada atau melakukan suatu dibawah payung hukum

yang jelas. Sedikit kelalaian atau suatu yang tidak terduga bisa membawa tenaga

Informed Concent Dalam Keperawatan 12

Page 14: Legal Etik In Nursing

kesehatan berada pada jalur hukum bersama dengan klien, meskipun sebenarnya

tenaga kesehatan telah berupaya sebaik mungkin menyelamatkan klien.

Permasalahan hukum tersebut bisa terjadi sebagai akibat dari tindakan sebelum,

selama ataupun setelah dilakukan tindakan pada klien.

Dalam pemberian informed consent kepada klien, perawat harus memahami

betul betul tentang apa, bagaimana, maksud dan tujuan serta dampak informed

consent bagi profesi keperawatan, sehingga perawat dapat menempatkan diri

dengan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya baik ditinjau dari

profesi maupun dari aturan hukum yang berlaku.

Sebagai contoh peran perawat dalam pemberian informed consent seperti

ilustrasi dibawah ini :

“Klien datang ke pusat medis dengan batu ginjal. Karena batu tidak bisa

dikeluarkan, maka proses pembedahan diperlukan.  Pusat kebijakan

kemudian untuk meminta informasi yang terpisah sebagai bentuk persetujuan

untuk operasi dan anestesi. Peran perawat dalam hal ini terbatas untuk

memverifikasi persetujuan yang telah diberikan, yaitu, sebelum perawat

menandatangani informed consent sebagai saksi kepada klien, tanda tangan

perawat diharapkan untuk memeriksa untuk memastikan bahwa :

Informasi tentang operasi itu diberikan kepada klien sebelum operasi

Penjelasan diberikan kepada klien leh ahli anestesi

Klien atau pembuat keputusan bagi klien memberikan persetujuan untuk

pengobatan setelah dilakukan diskusi

Informed Concent Dalam Keperawatan 13

Page 15: Legal Etik In Nursing

klien atau pendamping diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan

tentang usulan pengobatan dan bahwa semua pertanyaan dijawab

sepenuhnya

Semua kolom kosong pada form telah diisi dengan informasi yang

diperlukan

klien atau pendamping menandatangani form tersebut

Pusat kebijakan medis kemudian melanjutkan untuk menjelaskan bahwa

dokter dan anestesi telah memperoleh persetujuan dari klien setelah mereka

menjelaskan kepada klien terhadap risiko, kelemahan, komplikasi dan

manfaat dari operasi serta metode anestesi yang akan dilakukan”.

Pada ilustrasi kasus diatas pengadilan setuju dengan pusat medis bahwa

bukan merupakan tanggung jawab keperawatan untuk memberikan informed

consent tindakan operasi dan anestesi. Adalah merupakan tanggung jawab hukum

komite keperawatan yang merupakan kontraktor independen dan bukan karyawan

dari pusat medis untuk memastikan hal tersebut. Namun bagi pusat kebijakan

medis bahwa informed consent bukanlah suatu formalitas belaka yang bertujuan

hanya untuk mendapatkan tandatangan klien pada dokumen yang diperlukan.

Merupakan tanggung jawab keperawatan, untuk tidak memberikan informasi

yang diperlukan untuk informed consent, tetapi untuk memverifikasi bahwa klien

telah diberi informasi yang diperlukan oleh penyedia dan memastikan bahwa

informasi telah diberikan dengan benar dan keputusan tindakan operasi atau

anestesi bedah telah disetujui klien. Dan dalam kasus ini pertanggungjawaban

Informed Concent Dalam Keperawatan 14

Page 16: Legal Etik In Nursing

perawatan yang penting telah benar-benar dilaksanakan dengan benar menurut

pengadilan.

Dokumen informed consent yang tidak valid tidak akan mendapatkan

perlindungan hukum bila ada tuntutan dari klien karena klien tidak mengetahui

prosedur yang benar dan klien tidak tahu apa yangterjadi padanya.

Untuk lebih memahami peran perawat dalam pemberia informed concent

maka perawat harus dapat menjawab pertanyaan berikut yaitu : apa sebenarnya

informed consent? Dan bagaimana moral tanggung jawab perawat dalam hal

membantu individu klien untuk membuat keputusan dalam proses perawatan.

Informed consent pada dasarnya adalah sebuah doktrin hukum yang

dikembangkan sebagian bentuk pengakuan klien akan hak untuk menentukan

nasib sendiri dan sebagian karena tugas dokter untuk memberikan klien informasi

yang memadai untuk memungkinkan klien untuk membuat pilihan bijaksana

tentang bagaimana klien akan menjalani pengobatan yang diusulkan.

Konsep informed consent terdiri lima komponen analisis:

pengungkapan/disclosure, pemahaman/comprehension, sukarela/voluntariness,

kompetensi/competence dan persetujuan/ consent itu sendiri (Faden dan

Beauchamp 1986).

Secara moral, persetujuan dianggap sebagai orang mengetahuinya, dan harus

memenuhi sejumlah kriteria, termasuk yang berkaitan dengan aspek persetujuan

informasi dan yang berkaitan dengan pemberian persetujuan itu sendiri.

Beauchamp dan hildress (2009) berpendapat bahwa untuk persetujuan harud di

informasikan: harus ada pengungkapan semua informasi yang relevan (termasuk

manfaat dan risiko); individu sepenuhnya harus memahami baik informasi yang

Informed Concent Dalam Keperawatan 15

Page 17: Legal Etik In Nursing

telah diberikan dan implikasi memberikan persetujuan; persetujuan harus

diberikan secara sukarela (mis. individu harus bebas dari paksaan atau

manipulasi), dan, terakhir, individu harus kompeten untuk persetujuan (misalnya.

menjadi rasional dan bijaksana). Doktrin informed consent juga memiliki dimensi

etika yang mendalam, yang paling jelas oleh empat prinsip etika panduan yang

mendukung itu:

Autonomy (otonomi) : yang menuntut menghormati klien sebagai pemilih

menentukan diri, dan membenarkan memungkinkan mereka pilihan untuk

menerima risiko

Non Malificence (sifat tidak mencelakakan) : yang menuntut perlindungan

klien dari penganiayaan, pelanggaran, eksploitasi, dan hal merugikan lainnya

yang mungkin didapatkan dari proses persetujuan yang tidak memadai atau

tidak tepat

Beneficence (kebaikan) : yang menuntut maksimalisasi kesejahteraan klien

melalui proses persetujuan

Justice (keadilan) : yang menuntut keadilan dan bahwa klien tidak terlalu

dibebani oleh atau proses persetujuan intoleran (Johnstone 2009)

Tanggung jawab perawat untuk membantu klien dalam membuat keputusan

yang dipandu oleh komponen analitis serta informasi tentang persetujuan

diuraikan di atas dan prinsip-prinsip etika mendukung mereka. Hal ini penting

untuk diingat, namun, bukan hanya perawat yang memiliki tanggung jawab moral

dalam proses ini. Profesi lain (misalnya dokter dan manajer pelayanan kesehatan)

juga memiliki tanggung jawab moral. Proses yang relevan dan akuntabel

Informed Concent Dalam Keperawatan 16

Page 18: Legal Etik In Nursing

memungkinkan pengambilan keputusan informasi dan persetujuan oleh klien, dan

bahwa proses pengambilan keputusan yang tidak tepat diserahkan kepada

perawat.

Di Australia, informed consent baru-baru ini telah ditetapkan oleh Komisi

Untuk Kualitas dan Keselamatan Kesehatan Australia /Australian Commission on

Quality and Safety in Health Care (ACQSHC 2011) sebagai proses komunikasi

antara klien dan petugas medis yang menghasilkan otorisasi bagi klien atau

perjanjian untuk menjalani tincdakan medis tertentu. Tujuan dari komunikasi ini

adalah untuk memastikan klien memiliki pemahaman dari semua pilihan yang

tersedia dan hasil yang diharapkan seperti tingkat keberhasilan atau efek samping

untuk setiap pilihan. Diposisikan sebagai keamanan nasional dan kualitas

pelayanan kesehatan untuk standar akreditasi, semua pelayanan kesehatan publik

kini diharapkan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan kemitraan

dengan klien dalam pengambilan keputusan tentang perencanaan dan memberikan

perawatan kepada mereka, termasuk informed consent terhadap pengobatan, yang

memiliki mekanisme untuk memonitor dan meningkatkan dokumentasi informed

consent, dan memiliki mekanisme untuk menyelaraskan informasi yang diberikan

kepada klien dengan kapasitas mereka untuk dapat memahami. Tujuan moral

informed consent adalah untuk melindungi klien dan orang yang mereka cintai

dari bahaya dan untuk meningkatkan kualitas keselamatan serta pelayanan

kesehatan. Sesuai dengan tujuan ini, semua penyedia layanan kesehatan, bukan

hanya perawat, memiliki kewajiban moral yang ketat untuk memastikan bahwa

proses persetujuan yang tepat berada di tempat yang benar dan bahwa klien

memahami dan mengikutinya.

Informed Concent Dalam Keperawatan 17

Page 19: Legal Etik In Nursing

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Informed consent adalah persetujuan klien atau yang sah mewakilinya

atas rencana tindakan yang diajukan oleh kepadanya, setelah menerima

informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan. Proses persetujuan

informed consent merupakan manifestasi dari terpeliharanya hubungan saling

menghormati dan komunikatif antara tenaga kesehatan dengan klien, yang

bersama-sama menentukan pilihan tindakan yang terbaik bagi klien demi

mencapai tujuan pelayanan kesehatan yang disepakati.

Salah satu peran perawat adalah sebagai advokat

(penasehat) bagi klien yaitu melindungi hak klien untuk

mendapatkan informasi dan untuk berpartisipasi dalam

keputusan mengenai perawatan yang akan diterima oleh

klien. Perawat bukan sebagai pemberi informed consent

kepada klien, tetapi perawat memastikan dan mengetahui

serta memberikan masukan dan saran kepada klien terkait

informed consent yang diberikan. Sikap perawat dalam

melaksanakan peran advocate, counsellor dan consultant dalam pengajuan

informed consent belum sepenuhnya sesuai dengan kewenangan perawat.

Informed Concent Dalam Keperawatan 18

Page 20: Legal Etik In Nursing

B. Saran

Sebagai perawat profesional, peawat harus lebih mengerti peran-

perannya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, khususnya

yang berhubungan dengan inform consent. Perawat juga harus mengetahui

hak-hak dan kewajiban klien sehingga bisa menempatkan dan mngkondisikan

klien sebagaimana mestinya. Dalam melaksanakan pekerjaan dasar dan

payung hukum mutlak harus diperhatikan sebagai suatu sarana agar perawat

dapat bekerja secara aman.

Informed Concent Dalam Keperawatan 19

Page 21: Legal Etik In Nursing

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (1988). Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit. (Johnstone, November 2011)

Dimond, B. (2005). Exploring common deficiencies that occur in record keeping. British Journal of Nursing , Volume 14

Herkutanto. (2007). Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia, 57(2).

Johnstone, M. J. (November 2011). Nursing Ethic And Informed Consent. Australian Nursing Journal , Volume 19 Number 5

Keputusan Menteri Kesehatan : KepMenkes No. 1239 / Meskes/ SK / XI/2001

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik ., Salemba Medika Jakarta

Nursing, L. E. (2011, Oktober). Informed Consent: Court Looks At Nursing Responsibilities. Legal Eagle Eye Newsletter for the Nursing , 16.

Potter Patricia.(2005). Buku Ajar Fundamental keperawatan. EGC. Jakarta

UU RI No.23 tahun 1992 tentan Kesehatan

Informed Concent Dalam Keperawatan 20

Page 22: Legal Etik In Nursing

LAMPIRAN

JURNAL PENUNJANG

Informed Concent Dalam Keperawatan 21