erwin blok 15 fix
DESCRIPTION
Erwin Blok 15 FixTRANSCRIPT
Keluhan Bercak Hitam Pada Lipatan Paha
Erwin Ramandei102012310 - Kelompok A1
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510
Alamat emai: [email protected]
Pendahuluan
Negara yang memiliki iklim tropis dengan kelembaban udara yang relatif tinggi
cenderung akan menyebabkan kulit mudah berkeringat, serta meningkatkan kemungkinan
terjadinya penyakit jamur. Pada infeksi kulit karena jamur selain gatal gejalanya, dapat pula
muncul bercak putih bersisik halus atau bintil merah. Tanda awal kulit ter infeksi jamur adalah
rasa gatal yang hebat saat kulit berkeringat .Gejala penyakit jamur pada kulit juga bergantung
pada bagian kulit yang terkena serta jenis jamur penyebabnya. Pada dasarnya jamur paling sering
menyerang lokasi yang lembab dan orang yang kurang menjaga kebersihannya. Tinea adalah
penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada epidermis
kulit, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang
kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah
genitokrural (selangkangan), sekitar anus, dan kadang sampai perut bagian bawah.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah setiap pembaca mengerti dan mengetahui jenis-
jenis jamur yang menyebabkan penyakit, cara mengobati serta mencegahnya dengan harapan
penderita yang terkena jamur dapat berkurang di negara kita yang beriklim tropik yang
merupakan media tumbuhnya suburnya sebagian besar jamur.
Pembahasan
Anamnesis terarah
o Keluhan utama: Seorang laki-laki (30tahun) dengan bercak coklat pada kedua lipatan paha
serta terasa gatal sejak 4minggu lalu.
o Keluhan sampingan
o Riwayat Penyakit Sekarang: gatal yang timbul terutama dirasakan saat cucaca panas atau saat
pasien berkeringat banyak. Kelainan kulit meluas.
1
o Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat obat: pasien mengobati diri menggunakan salep hidrokortison namun tidak ada
perbaikan.
o Riwayat sosial
Pemeriksaan
o Fisik : Keadaan umum: compos mentis
tanda-tanda vital dalam atas normal
hasil inspeksi tampak bercak coklat pada kedua lipat paha
kelainan kulit meluas ke daerah sekitar
○ Penunjang:
- Pemeriksaan langsung dengan KOH 10% (20%)
Bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi.
Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan
ditampung dalam wadah steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan
KOH 10% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas
penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan
hifa, sel-sel memanjang dan bercabang yang tampak seperti garis yang memiliki indeks bias lain
dari sekitarnya dan jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang
bersambung seperti kalung.1
- Pembiakan mendukung pemeriksaan langsung sediaan basah, dan untuk menentukan
spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menanamkan bahan klinis pada media
buatan, seperti medium agar dekstrosa Sabouraud. Pada medium ini dapat ditambahkan
antibiotik saja (cth: Kloramfenikol), atau ditambah pula klorheksimid. Ini semua bertujuan untuk
menghindarkan dari kemungkinan kontaminasi oleh bakterial maupun jamur kontaminan.1
- Lampu Wood untuk menyingkirkan diagnosa banding yaitu eritrasma, dimana akan
tampak warna efloresensi merah bata. 1
2
Diagnosis
Diagnosis kasus ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Namun dalam skenario tidak disertai pemeriksaan penunjang, maka diagnosis
skenario ini hanya bisa dibantu dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
○ Working Diagnosis (WD): Tinea Kruris (Eczema marginatum, Dhobi itch, Jockey itch,
ringworm of the groin).
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang
menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya
keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun,
bahkan dapat berlangsung seumur hidup. Kelainan yang akut
memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous
dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Erosi dan
keluarnya cairan biasanya akibat garukan. Gambar 1. Tinea cruris
Lesi kulit tampak berbatas tegas, baik di sekitar genito-krural saja, ataupun meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteus, perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain. Apabila
kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya macula yang hiperpigmentasi
(hitam) disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni
daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas
sampai ke gluteus, perut bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila. Peradangan di daerah
tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya.1,2
○ Differential Diagnosis (DD):
1. Kandidiasis intertriginosa (menyerang kutis), penyakit jamur yang disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya Candida albicans dapat mengenai lipat ketiak, lipat paha,
lipat payudara, interdigitalis manus/pedis, glans penis, dsb. Kandidosis/ kandidiasis
kadang sulit dibedakan dengan Tinea Cruris jika mengenai lipatan paha dan perianal.
Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa.
Perbedaannya ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas
tegas yang dikelilingi satelit di sekitarnya, berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul
kecil atau bula yang bila pecah akan meninggalkan daerah yang erosif, dengan
3
pinggir kasar dan berkembang seperti lesi primer. Biasanya kandidiasis dilipat paha
mempunyai konfigurasi hen and chicken. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan
KOH 10 %, atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa
semu. Sel ragi tampak seperti sel yang berbentuk bulat, lonjong, dan memanjang. -->
bertunas dan membentuk koloni basah dan berlendir. Pada wanita, ada tidaknya flour
albus biasanya dapat membantu diagnosis. Pemeriksaan terhadap kandidiasis jika
menggunakan metode biakan, identifikasi Candida albicans dilakukan dengan
membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar. Pada penderita diabetes
mellitus, kandidiasis merupakan penyakit yang sering dijumpai.
2. Eritrasma, penyakit yang sering berlokalisasi di sela paha dengan efloresensi sama
yakni eritema dan skuama pada seluruh lesi. Erytrasma merupakan
penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus
terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran sebesar milier
sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat merah
kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita.
Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa. Pemeriksaan dengan lampu Wood
dapat menolong dengan adanya fluoresensi merah (coral red).3
Etiologi
Penyebab utamanya 90% oleh Trikofiton rubrum, dan sebagian kecilnya disebabkan oleh
Epidermofiton flokkosum, dan Trikofiton mentografites.3,4
Epidemiologi
Tinea Kruris merupakan salah satu bentuk klinis yang sering ada di Indonesia, dan daerah
beriklim tropis dan lembab lainnya, mengingat lingkungan yang lembab merupakan media yang
paling cocok untuk pertumbuhan jamur. Kasus tinea kruris tinggi pada orang dewasa dan
kebanyakan lebih menyerang laki-laki daripada wanita (3:1), berhubungan dengan faktor
higienitas diri. 3,4
4
Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung
dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau
tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian
debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau
sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini
menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum
korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam jaringan
keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis
dan menimbulkan reaksi peradangan. Respon imun badan akan menghalang invasi lebih dalam.
Menyebabkan individu yang terkena akan merasa gatal atau sedikit panas di tempat tersebut
akibat timbulnya peradangan dan iritasi.3,5
Pertumbuhannya dengan pola radial pada stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi
kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula
yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. Faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya kelainan di kulit adalah faktor virulensi dari dermatofita. Virulensi ini bergantung
pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik.
Sumber infeksi hampir selalu berasal dari kaki pasien, sehingga pasien harus diperiksa
juga tungkai bawahnya untuk mencari adanya tinea pedis atau distrofi kuku karena jamur. Jamur
diduga dapat berpindah ke lipat paha melalui jari-jari tangan yang dipakai untuk menggaruk kaki
atau melalui handuk.2,5
Faktor Risiko
Peran faktor risiko itu dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu:
1) Yang menyuburkan pertumbuhan jamur.
2) Yang memudahkan terjadinya invasi ke jaringan karena daya tahan yang menurun.
Faktor risiko yang menyuburkan pertumbuhan jamur, antara lain:
1) Pemberian antibiotik yang mematikan kuman akan menyebabkan keseimbangan antara
jamur dan bakteri terganggu.
2) Adanya penyakit diabetes mellitus, dan atau kehamilan menimbulkan suasana yang
menyuburkan jamur.
5
Faktor keturunan tidak mempengaruhi tinea kruris. Kebiasaan mengenakan celana ketat
dalam waktu yang lama dan atau bertukar pinjam pakaian dengan orang lain penderita Tinea
kruris juga termasuk faktor risiko infeksi awal maupun infeksi berulang pada Tinea kruris.
Gejala Klinis
Gambaran klinis nya tampak khas dan mudah dibedakan dengan intertrigo, psoriasis
fleksural, dan dermatitis seboroik fleksural. Tepi eritematosa yang berskuama perlahan akan
menjalar ke bawah pada bagian medial, dan dapat meluas ke arah belakang ke daerah perineum
sampai glutea.5
Komplikasi
Tinea cruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi
jamur yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.6
Penatalaksanaan
Medika mentosa:
Pengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam empat golongan
yaitu: golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti siklopiros,
tolnaftan, haloprogin.
Golongan imidazole ini akan menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase
(sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke ergosterol), dimana struktur
tersebut merupakan komponen penting dalam dinding sel jamur. Golongan Alynamin
menghambat keja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene
ke ergosterol yang berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan menyebabkan
kematian sel. Dengan penghambatan enzim-enzim tersebut mengakibatkan kerusakan
membran sel sehingga ergosterol tidak terbentuk. Golongan benzilamin mekanisme
kerjanya diperkirakan sama dengan golongan alynamin sedangkan golongan lainnya
sama dengan golongan azole.6 Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris
yang merupakan golongan Azol adalah:
6
a. Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec) merupakan obat pilihan pertama yang digunakan
dalam pengobatan tinea cruris karena bersifat broad spektrum antijamur yang
mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas
membran sel sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan dengan clotrimazole ini bisa
dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada perbaikan klinis. Penggunaan pada anak-
anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%, solution, lotion.
Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Tidak ada kontra indikasi obat ini, namun
tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi
yang luas dan hindari kontak mata.6,7
b. Mikonazole (icatin, Monistat-derm) mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel
jamur yang rusak akanmenghambat biosintesis dari ergosterol sehingga permeabilitas
membran sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam bentuk
cream 2%, solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu.
Penggunaan pada anak sama dengan dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang
menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata. 6,7
Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk lesi yang luas atau gagal dengan pengobatan
topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris:
a. Ketokonazole Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral
yangberspektrum luas. Kerja obat ini fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4
minggu. 6,7
b. Itrakonazole Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral
yang berspektrum luas yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan
menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis dari ergosterol yang merupakan
komponen penting pada selaput sel jamur.Pada penelitian disebutkan bahwa
itrakonazole lebih baik daripada griseofulvin dengan hasil terbaik 2-3 minggu setelah
perawatan. Dosis dewasa 200mg po selam 1 minggu dan dosis dapat dinaikkan
100mg jika tidak ada perbaikan tetpi tidak boleh melebihi 400mg/hari.Untuk anak-
anak 5mg/hari PO selama 1 minggu. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita
yang hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama dengan cisapride karena
berhubunngan dengan aritmia jantung. 6,7
7
Non medika mentosa
Menjaga daerah lesi tetap kering,bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat
menyebabkan infeksi,jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk
dan mengganti pakaian yang lembab,gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat
menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.8
Prognosis
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembaban
dan kebersihan kulit selalu dijaga.
Edukasi
- Menjaga kebersihan kulit dengan mandi 2x sehari.
- Menjaga keadaan kulit agar tidak lembab.
- Menjaga lesi tetap kering dan menjaga kebersihan diri.
- Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai pakaian dari bahan katun yang
menyerap keringat dan jangan memakai pakaian yang ketat.
- Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.
- Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap istri pasien apakah menderita Tinea kruris agar
tidak saling menularakan penyakit kembali.
- Kontrol 1 minggu kemudian untuk melihat hasil pengobatan
Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor
lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertrigo atau
daerah antara jari-jari dan lipatan sesudah mandi harus dikeringkan dan diberi bedak pengering
atau bedak anti jamur.9,5,1
8
Kesimpulan
Pasien dalam skenario 1 gatal pada kulit lipat paha disertai bercak kecoklatan akibat tinea
kruris, yaitu penyakit kulit akibat jamur dermatofita, yang daerah predileksinya sekitar lipat
paha, daerah perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun bahkan
dapat seumur hidup. Lesi kulit berbatas tegas pada daerah genitor-krural atau meluas ke sekitar
anus, gluteus dan perut bawah. Tinea cruris dapat diobati secara topical dan sistemik dengan obat
anti jamur. Dapat dicegah dengan memberikan edukasi kepada pasien agar menjaga kebersihan
diri, serta kebersihan alat yang digunakan.
Daftar pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI; 2005.
h.94-109.
2. Graham R, Burns T. Lecture notes dermatologi. Jakarta: Erlangga; 2005. h.38.
3. Price SA, wilson LM. Patofisiologi. edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2005
4. Gillepsie S, Bamfort K. At a galance mikrobiologi medis dan infeksi. Edisi ke-3. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2009.
5. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. jakarta : EGC; 2000
6. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga Medikal Series; 2005.
7. Djaenudin Natadisastra dr.Sp.Park. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. Jakarta: EGC; 2009. hal 274-6.
8. Ellis D. Cutaneous candidiasis. The University of Adelaide, Australia. Gambar diunduh dari
www.mycology.adelaide.edu.au pada 19 April 2014
9. Gei FM, Perera A. Therapy with fluconazole for tinea corporis, tinea cruris, and tinea pedis.
Clin Infect Dis. 1992; 14(1): 77-81
9