ergonomi kuli panggul

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan elemn-elemen lain dalam suatu sistem pekerjaan yang mengaplikasikan teori , prinsip , data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal , dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya (International Ergonomic Assosiation,2002). Ergonomi menjembatani berbagai lapangan ilmu , seperti teknik ,fisik, pengalaman psikis ,anatomi (berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian ), anthropometri ,sosiologi ,fisiologi ,desain ,dan lain-lain (Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI) . Fokus utama Ergonomi adalah perencanaan tata kerja dan peralatan yang digunakan. Berdasarkan definisi ergonomi pada paragraf di atas,ergonomi dapat meningkatkan produktivitas , seperti yang dijelaskan oleh Suma’mur (1989) tentang penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah menyebabkan kenaikan produktivitas secara jelas . Setiap pekerjaan memiliki risiko yang sesuai dengan tingkat pekerjaan itu sendiri. Pekerja yang pekerjaannya lebih banyak menggunakan tenaga dalam bekeja akan lebih berisiko terkena gangguan otot rangka atau musculosketal disoders (MSDs) , MAKALAH ERGONOMI 1

Upload: ekocputro

Post on 31-Dec-2015

1.078 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Ergonomi Kuli Panggul

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan elemn-elemen

lain dalam suatu sistem pekerjaan yang mengaplikasikan teori , prinsip , data dan metode

untuk merancang suatu sistem yang optimal , dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya

(International Ergonomic Assosiation,2002). Ergonomi menjembatani berbagai lapangan

ilmu , seperti teknik ,fisik, pengalaman psikis ,anatomi (berhubungan dengan kekuatan dan

gerakan otot dan persendian ), anthropometri ,sosiologi ,fisiologi ,desain ,dan lain-lain (Pusat

Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI) . Fokus utama Ergonomi adalah perencanaan

tata kerja dan peralatan yang digunakan. Berdasarkan definisi ergonomi pada paragraf di

atas,ergonomi dapat meningkatkan produktivitas , seperti yang dijelaskan oleh Suma’mur

(1989) tentang penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah menyebabkan

kenaikan produktivitas secara jelas .

Setiap pekerjaan memiliki risiko yang sesuai dengan tingkat pekerjaan itu sendiri. Pekerja

yang pekerjaannya lebih banyak menggunakan tenaga dalam bekeja akan lebih berisiko

terkena gangguan otot rangka atau musculosketal disoders (MSDs) , seperti low back pain

(LBP). Pada penelitian ini , kami mengamati pekerja yang lebih banyak menggunakan tenaga

dalam bekerja , yaitu kuli panggul .

Kuli panggul merupakan salah satu dari banyak jenis pekerjaan sektor informal .

Pekerjaan sektor informal merupakan kegiatan ekonomi tradisional , usaha-usaha diluar

sektor modern yang sederhana,skala usaha relatif kecil, dan biasanya belum terorganisir

dengan baik (Suryana,2011). Sementara itu ,menurut Mikheev (ICOHIS, 1997) dalam

suryana ,sulistomo , dkk., 2001, ciri-ciri industri sektor informal adalah sebagai berikut : 1)

mempunyai risiko bahaya pekerjaan yang tinggi , 2) keterbatasan sumber daya untuk

meningkatkan kondisi lingkungan kerja dan pengadaan pelayanan kesehatan kerja yang

adekuat ,3) rendahnya kesadaran terhadap faktor-faktor risiko kesehatan kerja , 4) kondisi

MAKALAH ERGONOMI 1

Page 2: Ergonomi Kuli Panggul

pekerjaan yang tidak ergonomis , kerja fisik yang berat ,dan jam kerja yang panjang , 5)

struktur kerja yang beraneka ragam disertai dengan rendahnya pengawasan manajemen dan

pengawasan bahaya-bahaya pekerjaan , 6) anggota keluarga sering terpajan bahaya-bahaya

akibat pekerjaan , 7) masalah perlindungan lingkungan tidak terpecahkan dengan baik , 8)

kurangnya pemeliharaan kesehatan kerja , jaminan sosial (asuransi kesehatan), dan fasilitas

kesejahteraan.

Pekerjaan sebagai kuli panggul termasuk dalam kegiatan manual handling (mengangkat

, menarik ,mendorong , membawa , dll) . Kegiatan manual handling mengambil porsi yang

cukup besar yaitu sebesar 30% (Straker , 2000) untuk menimbulkan low back pain . Cidera

yang dialami biasanya mengenai bagian punggung yaitu sekitar 60 % dari seluruh cidera

akibat manual handling . Di Amerika sekitar 500.000 pekerja menderita cedera akibat

kelebihan kerja (overexertion injury) setiap tahunnya . Sekitar 60% dari sakit punggung

yang dilaporkan pekerja disebabkan oleh overexertion dimana 60% dari overexertion

tersebut 40% disebabkan oleh kegiatan mengangkat (lifting), dan 20% karena mendorong

(pushing) dan menarik (pulling) (NIOSH 1981). Oleh karena itu, dalam makalah ini kami

membahas informasi tentang ”Identifikasi Hubungan Ergonomi dengan Pekerjaan

Manual Handling Pada Kuli Panggul”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Menjelaskan hubungan antara ergonomi dengan pekerjaan manual handling pada kuli

panggul?

2. Apa saja faktor risiko yang ada dalam pekerjaan sebagai kuli panggul?

3. Apa saja kelainan atau gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada pekerja kuli panggul?

4. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pekerja kuli

panggul ?

MAKALAH ERGONOMI 2

Page 3: Ergonomi Kuli Panggul

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengidentifikasi hubungan antara ergonomi dengan pekerjaan manual handling pada

kuli panggul.

2. Mengidentifikasi faktor risiko yang ada dalam pekerjaan sebagai kuli panggul.

3. Mengidentifikasi kelainan atau gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada pekerja

kuli panggul.

4. Mengetahui bagaimana cara atau upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah kesehatan pekerja kuli panggul.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai aplikasi keilmuan untuk memenuhi tugas matakuliah Ergonomi .

2. Sebagai bahan masukan dalam rangka memperkaya pembendaharaan ilmu dan

pengetahuan di bidang K3 , khususnya mengenai faktor-faktor risiko pekerjaan

manual handling pada kuli panggul.

3. Sebagai referensi dan informasi bagi mahasiswa lainnya yang akan melakukan

kegiatan serupa.

MAKALAH ERGONOMI 3

Page 4: Ergonomi Kuli Panggul

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum/aturan. Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat, istilah ergonomi dikenal dengan istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.

Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi berawal saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya.

2.1.1 Definisi Ergonomi

Mc Coinick, 1993, menjelaskan ergonomi secara fokus, tujuan, dan pendekatan ergonomi:

a. Secara fokusFokus ergonomi terletak pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan bekerja.

b. Secara tujuanTujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya.

c. Secara pendekatanPendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.

Berdasarkan ketiga pendekatan diatas, definisi ergonomi dapat dirangkum dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.

MAKALAH ERGONOMI 4

Page 5: Ergonomi Kuli Panggul

Iftikar Z. Sutalaksana (1979) dalam Milson (2010) mendefinisikan ergonomi sebagai suatu suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman.

Kroemer dan Grandjean (1997) dalam Anies (2005), menyatakan ergonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Dengan kata lain, sebagai suatu usaha dalam bentuk ilmu, teknologi, dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian, dan keterbatasan manusia sehingga tercapai kondisi dan lingkungan yang aman, nyaman, sehat, efisien dan produktif melalui pemanfaatan tubuh manusia secara optimal dan maksimal.

Ergonomi adalah disiplin ilmu yang berorientasi pada sistem yang berlaku untuk semua aspek kegiatan manusia. Ergonomi memiliki pemahaman yang luas dari ruang lingkup disiplin ilmu dan mempertimbangkan kondisi fisik, kognitif, social, organisasi, lingkungan dan faktor relevan lainnya (Internasional Ergonomics Association, 2011).

2.1.2 Pengendalian Risiko Ergonomi

Kurniawidjaja (2011) menyatakan bahwa perbaikan ergonomi pun dilaksanakan menggunakan siklus Antisipasi, Rekognisi, Evaluasi dan Pengendalian (AREP) sama seperti manajemen risiko perbaikan lingkungan kerja.

a. AntisipasiKegiatan antisipasi dilakukan sebelum dampak kesehatan terjadi. Hal ini bertujuan supaya langkah perbaikan dapat berjalan sesuai dengan rencana sehingga dapat terhindar musculoskeletal disorders. Hazard ergonomi yang perlu diantisipasi di tempat kerja yaitu postur janggal, frekuensi, durasi, dan beban kerja akibat tata ruang dan alat kerja yang tidak ergonomis, serta bagian tubuh yang dapat mengalami CTDs.

b. RekognisiDilakukan dengan survei jalan selintas, observasi, wawancara, atau menggunakan data dari ergonomis dan rekam medis. Bila memungkinkan, melakukan pengukuran dengan cara sederhana, misalnya membuat foto untuk mengidentifikasi postur janggal, dan membuat video untuk mendapatkan gerakan yang statis selama kerja

c. EvaluasiEvaluasi dimulai dengan melakukan pengukuran terhadap hazard secara lebih spesifik dan sistematis, dengan menggunakan metode terpilih seperti rapid upper limb assessment (RULA), rapid Entire Body Assessment (REBA), Norlic Body Map (NBM), dan lain sebagainya. Penggunaannya disesuaikan dengan jenis hazard yang ada. Langkah selanjutnya dibandingkan dengan kondisi fisiologis normal tubuh (misalnya posisi

MAKALAH ERGONOMI 5

Page 6: Ergonomi Kuli Panggul

normal tubuh) dan dibandingkan dengan nilai yang telah distandardisasi pada masing-masing metode pengukuran yang dipergunakan.

d. PengendalianSetelah kita mengetahui tingkat resiko ergonomi pada pekerja serta penilaiannya, selanjutnya dilakukan tindakan pengendalian. Pengendalian tersebut dapat didasarkan pada masing-masing faktor resiko yang ada :1. Postur janggal. Misalnya meletakkan persendian pada posisi netral, hindari bekerja

dengan tangan diatas kepala atau bahu, hindari membungkuk, hindari perputaran tulang belakang, hindari pergerakan dan kekuatan mendadak, hindari posisi yang sama dalam waktu yang lama, pengaturan perlengkapan kerja, agar berada pada jarak terjangkau, modifikasi tinggi tempat kerja dan tinggi monitor, penggunaan platforms.

2. Frekuensi. Misalnya pengaturan pekerjaan untuk menghindari gerakan yang tidak perlu, bekerja bergantian jika memungkinkan, hindari pergerakan sama dalam waktu lama, dan modifikasi pola kerja.

3. Durasi. Misalnya dengan pengaturan jam kerja, stretchin, istirahat pendek.4. Beban kerja. Misalnya dengan mendekatkan beban atau pekerjaan pada tubuh

pekerja, penggunaan alat bantu mekanik, penggunaan tangga untuk meraih objek di tempat yang tinggi, penyimpanan objek yang sedang tidak digunakan, cegah kelelahan otot baik besar atau kecil.

2.2 Manual Handling

Manual handling merupakan suatu aktifitas dimana manusia mengerahkan tenaga besar untuk melakukan kegiatan seperti mengangkat, mengangkut, mendorong, menarik atau gerakan-gerakan lain seperti memegang dan mengendalikan beberapa objek yang bergerak maupun yang tidak bergerak, mencakup menarik tuas, menahan, atau mengoperasikan perkakas mesin (Occupational Health and Safety Commission, 1990, 11).

Sebuah benda dapat menjadi bahaya karena beberapa faktor, yaitu berat, ukuran, bentuk (berpengaruh pada pegangan), pegangan yang tidak memadai, memiliki permukaan yang licin ataupun berbahaya/merusak, dan tidak seimbang. Sedangkan sebuah pekerjaan/metode dapat menjadi berbahaya jika pekerjaan/metode tersebut termasuk kegiatan mengangkat, tidak memungkinkan untuk mendekati benda, benda yang akan ditangani terlalu rendah atau tinggi, menyebabkan terjadinya postur berbahaya atau perpindahan yang berbahaya(twisting, bending, dan reaching). Menurut Ridley 2008, permasalahan umum yang dihadapi dengan beban meliputi bobot, bentuk, ukuran, kepadatan atau kelonggaran kemasan, dan kedudukan beban yang tidak di tengah.

MAKALAH ERGONOMI 6

Page 7: Ergonomi Kuli Panggul

Jenis-jenis kegiatan manual handling dan cara mengurangi risiko MSDs yang dapat ditimbulkan dari kegiatan tersebut menurut Industrial Accident Prevention Association, 2006:

1. Mengangkat dan menurunkanCara mengurangi risiko dari kegiataan mengangkat dan menurunkan ini adalah dengan menghilangkan keharusan melakukan kegiatan mengangkat atau menurunkan secara manual dengan menyediakan dan memastikan penggunaan alat bantu secara tepat, contoh truk pngangkat, crames, lift barang, hoist, handlift, dll.

2. Membawa dan MenahanCara untuk mengurangi risiko kegiatan membawa dan menahan adalah dengan menggunakan slings atau trolley, membawa barang secara bertahap apabila barang tersebut overload, serta membatasi jarak perpindahan barang tersebut.

Pada saat seseorang melakukan kegiatan mengangkat, menurunkan, menarik, mendorong, menahan, dan membawa barang, perlu dilakukan dengan baik dan benar karena jika terjadi kesalahan dapet menyebabkan slipped disks. Ketika batang tubuh tertekuk saat membungkuk untuk mengangkat beban, lumbal disk invertebralis mengalami penekanan dari atas dan bawahnya, pergerakan yang mendadak ataupun berat badan yang melebihi kapasitas normal manusia harus dihindari untuk mencegah terjadinya penekanan dan oergeseran pada disks. Aktifitas yang dilakukan dengan postur terlalu membungkuk, gerakan memutar (twisting), beban yang berlebihan yang dilakukan secra berulang-ulang ini sangat beresiko terhadap kerussakan disk.

Sepuluh pedoman pelaksanaan kegiatan manual handling menurut corlett, 1998 adalah :1. Sedapat mungkin hindari kegiatan mengangkat. Apabila mengharuskan melakukan

kegiatan mengangkat, pastikan menggunakan cara dan peralatan yang benar.2. Tidak mengangkat beban diluar kemampuan tanpa bantuan yang sesuai3. Jumlah gerakan fleksi pada punggung untuk melakukan tugas, kisaran rotasi, side

bending harus diminumkan4. Persyaratan untuk beban harus didukung oleh kekuatan yang digunakan diatas bagian

penting dari siklus kerja harus diminimalkan.5. Penanganan beban pada ketinggian di bawah lutut atau di atas bahu harus dihilangkan6. Hindari menggenggam yang tidak menggunakan kekuatan merata antara kedua

tangan/lengan.7. Memastikan ruang yang cukup untuk digunakan dalam melakukan tugas.8. Pilihlah rekan dengan ketinggian yang hampir sama dalam melakukan kegiatan

mengangkat.9. Hindari gerakan menyentak secara tiba-tiba.10. Sedapat mungkin gunakan punggung dan otot uper limb untuk menstabilkan beban.

MAKALAH ERGONOMI 7

Page 8: Ergonomi Kuli Panggul

2.3 Kuli Panggul

Kuli panggul merupakan orang yg bekerja dengan mengandalkan kekuatan

fisiknya (seperti membongkar muatan kapal, mengangkut barang dari stasiun satu tempat

ke tempat lain) pekerja kasar. Kuli panggul merupakan salah satu dari banyak jenis

pekerjaan sektor informal . Pekerjaan sektor informal merupakan kegiatan ekonomi

tradisional , usaha-usaha diluar sektor modern yang sederhana,skala usaha relatif kecil,

dan biasanya belum terorganisir dengan baik (Suryana,2011).

MAKALAH ERGONOMI 8

Page 9: Ergonomi Kuli Panggul

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor-faktor Risiko Pekerjaan Kuli Panggul

1.Stress Kerja

Pekerjaan seperti kuli panggul dipasar dapat menyebabkan kebosanan karena

kesehariannya mereka hanya bekerja mengangkat barang berat dari satu tempat ketempat lainnya

dan itu dilakukan secara berulang-ulang. Selain melakukan pekerjaan yang berulang-ulang dan

monoton seperti itu, kuli panggul pun harus mengangkat barang-barang yang berat sehingga

mereka pun mengalami kelelahan secara fisik. Hal ini dapat menyebabkan kemunduran dalam

produktifitas kerjanya. Biasanya apabila kuli panggul ini mengalami kebosanan, kebanyakan dari

mereka suka melamun saat bekerja. Hal ini dikarenakan konsentrasi kuli panggul itu menurun

yang diakibatkan dari rasa bosan pada pekerjaannya dan juga akibat dari kelelahan yang timbul

karena pekerjaan berat yang dilakukannya, sehingga hal tersebut mempengaruhi kuli panggul

menjadi lebih sering melamun.

Ada juga kuli panggul yang mengalami kebosanan yaitu sering mengajak temannya

mengobrol sehingga sama-sama tidak fokus dalam pekerjaannya dan memperlambat waktu

bekerja, contohnya saja, tanpa mengobrol kuli panggul di suatu pasar dapat mengangkut 10

barang yang di angkut secara bergantian dalam satu jam, tetapi karena sambil mengobrol, kuli

tersebut hanya bisa mengangkut 8 barang secara bergantian dalam waktu satu jam. Biasanya

karena kebosanan ini, kuli panggul lebih sering frustasi yang dapat dilihat tandanya antara lain,

lebih cepat marah. Hal ini disebabkan karena dia bosan dengan pekerjaannya yang kemudian

timbul kejenuhan dan kejenuhan tersebut akan mempengaruhi mood kuli panggul itu menjadi

lebih sensitif sehingga mereka akan lebih cepat marah.

MAKALAH ERGONOMI 9

Page 10: Ergonomi Kuli Panggul

2. MSDs

MSDs adalah gangguan yang terjadi ketika terdapat ketidaksesuaian antara kebutuhan fisik pekerjaan dan kapasitas fisik dari tubuh manusia (Safety and Health Assessment and Research for Prevention). Nama lain dari MSDs adalah repreritivi motion injuries, repreritive strain injuries, cumulative trauma disorders, ovense syndrome, dan lain-lain (Canadian Center for Occupational Health and Safety).

Jenis-jenis MSDs

Canadian Center for Occupational Health and Safety menyatakan bahwa MSDs terjadi secara bertahap sebagai akibat dari trauma berulang, bukan terjadi akibat dari kecelakaan tunggal atau cedera. Peregangan otot dan tendon yang berlebihan dapat menyebabkan cedera yang berlangsung dalam waktu singkat. Tapi jika hal ini terus berulang maka lama kelamaan dapat menyebabkan MSDs. mSDs mencakup tiga jenis cedera, yaitu :

1. Cedera OtotKontraksi otot yang berlangsung lama dapat mengurangi aliran darah. Akibatnya, zat-zat yang dihasilkan oleh otot tidak dapat dibuang dengan cepat sehingga terjadi penumpukkan. Akumulasi zat ini mengganggu otot dan menyebabkan nyeri. Tingkat keparahan nyeri tergantung pada durasi kontraksi dan kerja otot.

2. Cedera TendonTendon terdiri dari kumpulan berbagai serat otot yang melekat ke tulang. Cedera tendon berhubungan dengan aktivitas kerja yang berulang dan postur janggal. Cedera ini umumnya ditemukan terutama pada tangan dan pergelangan tangan, sekitar bahu, siku, dan lengan bawah.

3. Cedera SarafSaraf berfungsi membawa sinyal dari otak untuk mengendalikan aktivitas otot. Saraf dikelilingi oleh otot-otot, tendon, dan ligmen. Dengan adanya gerakan berulang dan postur janggal, jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, dan peras atau kompresi saraf. Kompresi saraf menyebabkan kelemahan otot, sensasi “kesemutan” dan mati rasa. Kekeringan pada kulit, dan sirkulasi yang buruk ke kaki, juga dapat terjadi.

Gejala MSDs

Nyeri adalah gejala yang paling umum yang terjadi dalam MSDs. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi kekakuan sendi, kekakuan otot, kemerahan, dan pembengkakan pada daerah yang terkena, seperti kesemutan, mati rasa, perubahan warna kulit, dan penurunan keringat tangan. MSDs berkembang secara bertahap dari ringan sampai parah.

MAKALAH ERGONOMI 10

Page 11: Ergonomi Kuli Panggul

1. Tahap awal : Sakit dan kelelahan dari anggota badan yang terkena, terjadi selama shift kerja, tetapi hilang pada malam hari dan selama hari-hari libur kerja. Tidak terjadi penurunan kinerja

2. Tahap peralihan : Sakit dan kelelahan terjadi di awal shift kerja dan bertahan di malam hari dan mengurangi kapasitas untuk pekerjaan beruang-ulang.

3. Tahap akhir : Sakit, kelelahan, dan kelemahan bertahan saat istirahat. Ketidakmampuan untuk tidur dan melakukan tugas ringan.

Tidak semua orang melewati tahapan ini dengan cara yang sama. Bahkan, mungkin sulit untuk mengatakan kapan tepatnya suatu tahap berakhir dan mulai tahap berikutnya. Rasa sakit merupakan sinyal bahwa otot-otot dan tendon harus beristirahat dan dipulihkan. Jika dibiarkan, cedera dapat berkembang dan menjadi irreversible. Semakin cepat gejala awal dikenali, semakin cepat tindakan yang dapat diputuskan dan dilakukan (Canadian Cenr=ter for Occupational Health and Safety).

3. Penyakit hernia 

Penyakit Hernia artinya adalah penyakit yang terjadi karena organ tubuh yang keluar dari ruangan aslinya (biasanya adalah usus) dan berpindah ke ruangan organ tubuh yang lain melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding ruangan. Akan terlihat berupa benjolan pada daerah lipatan paha pada penderita. Selain lipatan paha, usus dapat berpindah ke bagian pusar, atau area diafragma.

MAKALAH ERGONOMI 11

Page 12: Ergonomi Kuli Panggul

Sedangkan pada orang dewasa, penyakit ini sering terjadi pada kulit panggul yang sering mengangkat beban-beban berat, pemain saksofon, atau orang yang sudah berusia lanjut. Pada orang dewasa penyakit ini disebabkan adanya tekanan yang tinggi dan terus-menerus pada rongga perut atau melemahnya otot dinding perut dan jaringan penyangga usus yang bisa terjadi karena faktor usia. Tekanan pada rongga perut itu dapat terjadi karena memiliki masalah kesehatan konstipasi (susah buang air besar) sehingga seringkali mengejan, hampir sama dengan pemain saksofon, dan penderita batuk kronis.

Gejala-gejala Penyakit Hernia

Berikut ini adalah gejala penyakit hernia.

1. Penderita penyakit hernia sering mengeluhkan rasa tidak nyaman hingga nyeri di daerah bawah perut dan pangkal atau lipatan paha.

2. Akan timbul benjolan yang mengeras lalu kadang menghilang dan muncul kembali.3. Apabila batuk, bersin, mengejan, atau mengangkat beban yang berat, gejala nyeri dapat

semakin parah.4. Pada penyakit hernia akut yang menimbulkan penyumbatan pada usus, dapat juga

terjadi gejala mual dan muntah. Selain itu pertanda jika penyakit hernia semakin parah dapat dilihat dari semakin membesarnya benjolan dan semakin bertambahnya rasa sakit. Hal ini terjadi karena berkurangnya suplay darah ke bagian yang keluar akibat terjepit.

Penyakit ini bisa menjadi berbahaya apabila terjadi infeksi karena dapat menjalar ke seluruh tubuh dan menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa. Jika sudah seperti ini maka penanganan medis dengan pembedahan tidak dapat ditawar lagi. Saat ini satu-satunya tindakan medis yang efektif untuk menyembuhkan penyakit hernia adalah dengan operasi. 

Tips mencegah Penyakit Hernia

Namun jangan cemas, Anda masih dapat mencegah terjadinya penyakit ini dengan cara: 

1. Berolahragalah secara teratur sejak dini untuk memperkuat otot. Hal ini dapat mengantisipasi melemahnya otot akibat usia lanjut.

2. Banyaklah makan buah dan sayur terutama yang mengandung serat agar Anda tidak mengalami konstipasi.

3. Jangan menggunakan otot punggung untuk mengangkat beban berat. Gunakan kekuatan kaki untuk membantu mengangkat beban.

4. Segeralah mengunjungi dokter jika mendapat masalah dalam buang air kecil, karena dapat memicu penyakit hernia.

MAKALAH ERGONOMI 12

Page 13: Ergonomi Kuli Panggul

3.2 Desain Penanggulangan Faktor Risiko Bahaya Pekerjaan Kuli Panggul

Quick Exposure Checlist (QEC)

Menurut Li dan Buckle, 1999, dalam Stanton, Hedge, et al., 2005, QEC merupakan metode penilaian pajanan risiko secara cepat dari suatu pekerjaan yang berhubungan dengan penyakit musculoskeletal (MSDs). Metode ini diciptakan berdasarkan keinginan para praktisi dan penulis untuk melihat penyebab utama terjadinya MSDs (Bernard, 1997)

QEC memiliki sensitivitas yang tinggi (kemampuanuntuk mengidentifikasi perubahan dalam pajanan sebelum dan setelah intervensi ergonomi), baik keandalan interobserver yang dapat diterima (Li dan Buckle, 1999). Langkah-langkah penilaian denagan men menggunakan QEC adalah :

1. Self Training (latihan mandiri)Untuk pengguna baru, panduan pada QEC User’s Guide harus terlebih dahulu dipahami. Tools ini didesain untuk melihat perubahan yang berisiko terhadap musculoskeletal, baik sebelum mauupun setelah dilakukan intervensi.

2. Observer’s Assesment Checklist (Checklist penilaian oleh pengamat) Menggunakan checklist “observer’s assessment” Jika suatu pekerjaan terdiri dari beberapa sub task, sebaiknya dibagi

menjadi beberapa task dan dapat dilakukan QEC pada masing-masing task

Jika pekerjaan tersebut sulit untuk dibagi menjadi sub task, maka lihatlah “worst even” dalam pekerjaannya

Bisa menggunakan observasi langsung atau video Pada Table of Exposure Scores, hasil checklist oleh pengamat

dilambangkan dengan huruf capital.3. Worker’s Assessment Checklist (Checklis penilaian pekerja)

Setelah melakukan observasi pekerjaan tersebut, kemudian lakukan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan QEC untuk mengetahui berat badan, waktu kerja/durasi, getaran, pencahayaan, kesulitan dan stress yang dirasakan pekerja

Berbentuk sama dengan wawncar terstruktur Pada table of exposure scores, hasil checklist oleh pekerja

dilambangkan dengan huruf kecil.

4. Calculation of Exposure Scores (penghitungan nilai pajanan)Untuk menggabungkan hasil dari observer’s assessment dan worker’s assessment, digunakan Table of Exposure Scores untuk menghitung skor pada

MAKALAH ERGONOMI 13

Page 14: Ergonomi Kuli Panggul

setiap tugas yang dinilai. Tahapan penghitungan skor dengan Table of Exposure Scores adalah :

a. Tandai kode yang sesuai dengan jawaban dari observer’s assessment dan worker’s assessment

b. Tandai nomor pada titik persimpangan setiap pasang nilai dan tandai, lalu tuliskan nilai skornya pada kotak skor

c. Hitung total skor untuk setiap bagian tubuh. d. Hitung total skor QEC menggunakan rumus penghitungan E%

E% = X . 100% Xmax

Keterangan :

E = skor EP

X = Total Skor

Xmax = untuk manual handling ( Xmax 176) dan selain manual handling (Xmax 162)

5. Consideration of action (tidak lanjut)Metode QEC secara cepat dapat mengidentifikasi tingkat pajanan untuk bahu, punggung/lengan, pergelangan tangan/tangan, dan leher, dan juga sebagai metodeevaluasi untuk melihat apakah intervensi ergonomic secara efektif dapat mengurangi tingkat pajanan tersebut. Preliminary action levels QEC juga mengacu pada RULA (McAtamney dan Corlett, 1993) seperti ditunjukkan pada table dibawah ini.

Sama seperti metode analisis tingkat risiko lainnya, QEC juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah table kelebihan dan kelemahan QEC.

Kelebihan Kekurangan1. Mencakup beberapa faktor risiko2. Dapat digunakan untuk para

pengguna yang berpengalaman3. Mempertimbangkan kombinasi

dan interaksi berbagai faktor risiko di tempat kerja

4. Tingkat sensitivitas dan pengguna yang baik

5. Mudah dipelajari dan cepat digunakan

1. Metode hanya menfokuskan pada faktor fisik ditempat kerja

2. Hasil pengamatan kurang valid

3. Latihan tambahan dan praktek mungkin diperlukan untuk meningkatkan penilaian pengamat

MAKALAH ERGONOMI 14

Page 15: Ergonomi Kuli Panggul

Rapid Uper Limb Assessment (RULA)

RULA merupakan metode assessment untuk menginvestigasi faktor risiko ergonomi di tempat kerja, yang memungkinkan terjadinya gangguan musculoskeletal. RULA mengkaji risiko ergonomi pada leher, punggung, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan yang termasuk dalam anggota tubuh bagian atas. RULA juga memperhitungkan faktor lain seperti penggunaan otot dan berat badan. RULA digunakan untuk mengkaji pekerjaan yang menetap atau tidak berpindah-pindah, seperti pekerjaan komputer, manufaktur atau kasir. Manfaat RULA adalah :

1. Menghitung risiko pada musculoskeletal2. Membandingkan beban musculoskeletal yang ada dan modifikasi desain kerja3. Mengevaluasi output, seperti produktivitas atau keserasian alat4. Mendidik pekerja tentang risiko pada musculoskeletal akibat postur kerja

Sedangkan kelemahan RULA adalah :

1. Tidak dapat mengkaji kegiatan manual material handling, atau pekerjaan dengan pergerakan yang signifikan

2. Tidak sesuai untuk mengkaji pekerjaan dengan postur yang tidak beraturan, atau dengan variasi task yang berbeda jauh

3. Digunakan untuk mengkaji postur bagian kiri atau kanan tubuh secara terpisah, dan tidak ada metode untuk menggabungkan hasil keduanya

4. Digunakan untuk mengamati postur kerja pada suatu waktu dan pada kondisi terburuk saja

5. Tidak memperhitungkan efek kumulatif dari rangkaian task secara keseluruhan 6. Tidak memperhitungkan durasi waktu task yang diamati 7. Hasil berupa tingkatan risiko secaraumum, tidak dapat memastikan injuri pada pekerja8. Tidak memperhitungkan faktor risiko individu, seperti umur, jenis kelamin dan riwayat

kesehatan pekerja

Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment merupakan kajian ergonomi yang dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang terkait dengan postur pada saat bekerja. REBA dikembangkan untuk mengkaji postur kerja di industry pelayanan kesehatan. Berbagai metode kajian, berdasarkan kategori metode checklist, manual materian handling, kombinasi seluruh tubuh dan computer based.

MAKALAH ERGONOMI 15

Page 16: Ergonomi Kuli Panggul

REBA dapat digunakan bila :

a. Seluruh tubuh yang sedang digunakan b. Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan, atau postur yang tidak stabilc. Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan seberapa sering frekuensinyad. Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan atau perilaku pekerja

REBA tidak secara khusus dirancang untuk memenuhi standar tertentu, tetapi telah digunakan di Inggris untuk penilaian yang berhubungan dengan Manual Handling Operation. REBA juga telah banyak digunakan secara internasional dan termasuk dalam Standar Program Ergonomi US.

Penilaian REBA dilakukan melalui enam tahap. Tahap-tahap tersebut adalah :

1. Observasi pekerjaan, yang meliputi :a. Identifikasi faktor risiko ergonomicb. Desain tempat kerjac. Lingkungan kerjad. Penggunaan peralatan kerjae. Perilaku atau sikap kerja

2. Menilih postur yang akan dikaji, yang meliputi :a. Postur yang sering dilakukanb. Postur dimana pekerja lama dengan posisi tersebutc. Postur yang membutuhkan banyak tenaga atau aktivitas ototd. Postur yang menyebabkan tidak nyamane. Postur ekstrim, janggal, dan tidak stabilf. Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, control, atau

perubahan lainnya. 3. Penilaian postur, dengan menggunakan kertas penilaian dan menghitung skor

postur4. Penilaian menggunakan tabel5. Penghitungan nilai REBA6. Menentukan nilai tingkat aktivitas untuk melakukan pengkajian lanjutan.

Penentuan tingkatan aktivitas berdasarkan criteria sebagai berikut : 1 = Risiko dapat ditiadakan / diabaikan 2 – 3 = Risiko rendah, perubahan mungkin dibutuhkan 4 – 7 = Risiko menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan

segera 8 – 10 = Risiko tinggi, investigasi dan lakukan perubahan 11+ = Risiko sanagat tinggi dan lakukan perubahan

MAKALAH ERGONOMI 16

Page 17: Ergonomi Kuli Panggul

Table dibawah ini akan menjelaskan kelebihan dan kelemahan REBA.

Kelebihan Kelemahan1. Untuk menilai tipe postur kerja

yang tidak dapat diprediksi2. Hasil skor REBA dapat

menunjukkan tingkat risiko danpentingnya tindakan yang perlu dilakukan

3. Diaplikasikan untuk seluruh tubuh yang bekerja

4. Dapat digunakan untuk pekerjaan dengan postur statis dinamis, cepat berubah atau tidak stabil

5. Dapat dibuat animasi komputer

1. REBA hanya alat analisis untuk menilai animasi load handling

Ovako Working Posture Analysis System (OWAS)

OWAS (OWAS, 2009) merupakan sebuah prosedur untuk menilai kualitas sebuah postur terutama ketika sedang menerapkan kekuatan. Pada tahun 1992, OWAS dikembangkan bersama dengan pabrik baja Oako pada pertengahan tahun 1970-an. OWAS mengidentisi bagian-bagian tubuh, seperti tulang belakang (4 postur), lengan (3 postur), dan kaki (7 postur). Hasil pengamatan melalui OWA dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu :

1. Action Categories 1 = tidak ada/tidak perlu tindakan koreksi2. Action Categories 2 = tindakan koreksi dalam waktu dekat3. Action Categories 3 = tindakan koreksi sesegera mungkin4. Action Categories 4 =segera lakukan perbaikan/tindakan koreksi

Manual Handling Chart Assessment (MAC Tools)

Manual Handling Assessment Chart adalah alat baru yang dirancang untuk membantu Inspektur Kesehatan dan Keselamatan menilai faktor risiko yang paling umum dalam mengangkat dan menurunkan, membawa dan tim penanganan operasi. MAC Tools merupakan alat skrining awal untuk mengidentifikasi kegiatan penanganan manual yang beresiko tinggi dengan menggabungkan system penilaian numeric untuk membantu dengan memprioritaskan intervensi dan menggunakan skema warna yang menunjukkan unsure mana dari tugas manual handling yang beresiko tinggi. Ada tiga jenis penilaian yang dapat dilakukan dengan MAC, yaitu lifting operations (mengangkat), carrying operations (membawa), dan team handling operations (teim penanganan). Langkah-langkah menyelesaikan penilaian menggunakan MAC adalah :

MAKALAH ERGONOMI 17

Page 18: Ergonomi Kuli Panggul

a. Luangkan waktu mengamati tugas untuk memastikan bahwa apa yang diamati adalah perwakilan dari prosedur kerja normal

b. Konsultasikan dengan pekerja dan perwakilan keselamatan selama proses penilaian

c. Ketika beberapa pekerja melakukan tugas yang sama, pengamat harus memilih beberapa wawasan kedalam tuntutan pekerjaan dari perspkektif semua pekerja yang bertujuan untuk membantu merekam tugas sehingga anda dapat melihatnyalagi, bila perlu jauh dari tempat kerja

d. Pilih jenis yang sesuai penilaian. Jika tugas tersebut melibatkan lifting dan carrying, maka harus dipertimbangkan secara baik

e. Pengamat harus memahami panduan dengan jelas sebelum melakukan penilaian

f. Ikuti panduan penilaian yang tepat dan diagram alur dalam menentukan t ingkat risiko untuk masing-masing faktor risiko

3.3 Aturan Penanggulangan Faktor Risiko Bahaya Pekerjaan Kuli Panggul

1. Cara-Cara Memindahkan Barang yang Benar dan Aman :

Langkah I1. Posisi jongkok, tumpuan pada tengah badan dan salah satu kaki menjadi pengungkit.2. Benda yang diangkat harus dekat dengan tubuh.3. Kedua tangan memegang sisi barang yang akan diangkat.4. Punggung tegak lurus.

Langkah II1. Benda diangkat pelan-pelan.2. Punggung tetap tegak lurus.

Langkah III1. Benda diangkat setinggi perut dan siap dipindahkan.2. Badan tetap tegak.3. Kaki melangkah menuju tempat barang akan dipindahkan.

MAKALAH ERGONOMI 18

Page 19: Ergonomi Kuli Panggul

Posisi sebelah kiri bukan cara yang tepat untuk mengankut barang dari lantai, posisi yang benar adalah yang sebelah kanan. Analisisnya adalah sebagai berikut: posisi sebelah kiri menyebabkan beban tumpuan berada pada daerah pinggang dimana pada daerah tersebut sangat memungkinkan terjadi pergeseran otot yang menyebabkan rasa sakit pada pinggang (bahasa jawanya ’sakit encok’), sebaliknya posisi sebelah kanan mengalihkan beban tumpuan ke daerah kaki (betis, lutut, dan paha) yang notabene lebih kuat daripada daerah pinggang. Bukan berarti bahwa kita tidak bisa mengangkut barang dengan posisi sebelah kiri, namun karena kemungkinan besar terjadinya resiko sakit tersebut (apalagi jika barang yang diangkut punya beban yang sangat berat) jadi sebaiknya gunakanlah posisi sebelah kanan.

2. Penggunaan Forklift

Forklift adalah suatu alat/kendaraan yang menggunakan garpu atau clamp dipasang pada

mast untuk mengangkat, menurunkan dan memindahkan suatu benda dari suatu tempat ke tempat

lain. sistem pengangkat adalah gabungan dari dua batang rail vertikal sebagai penuntun

disebut mast, garpu (media pengangkat lain) bergerak naik/turun pada mast dan sistem hydraulic

yang menggerakkannya.Mast dihubungkan ke badan forklift oleh hydraulic silinder yang

menggerakkan mast ke depan dan ke belakang.

Badan forklift mempunyai banyak keutamaan seperti mobil: sebuah tenaga penggerak

(dengan mesin, kopling, transmisi dan gardan) axle depan dan belakang rem dan chassis.

MAKALAH ERGONOMI 19

Page 20: Ergonomi Kuli Panggul

sedangkan dalam forklift battery tenaga berupa penggerak battery, controller dan motor listrik.

umumnya roda depan sebagai roda penggerak, sedangkan belakang sebagai kemudi.

Peraturan terkait mengoperasikan forklift perlu digalakkan di tempat kerja agar hal-hal di

atas tidak terjadi di tempat kerja kita. perhatikan peraturan keselamatan di bawah ini!

PERATURAN DASAR KESELAMATAN1. Forklift hanya dikendarai oleh operator yang sudah kompeten dan sudah detraining2. Operator harus mempunyai fisik dan mental yang sehat3. Operator harus mempunyai penglihatan yang baik dan tidak buta warna4. Operator harus mempunyai perhitungan yang baik5. Buatlah peraturan tentang kecepatan maksimum didalam gudang 5 Km/jam dan di luar

gudang 15 Km/jam6. Hanya orang yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab saja sserta telah mendapatkan

training dan sertifikasi yang boleh mengendarai forklift.

BERKENDARALAH DENGAN AMAN DAN BENAR:

1. Sebelum mengendarai , periksa kondisi forklift2. Segera laporkan jika ada kerusakan pada forklift kepada atasan anda3. Mengetahu Tabel beban kerja aman(Load Chart)4. Gunakan ukuran pallet yang baik dan benar5. Atur posisi garpu sesuai dengan lebar pallet6. Perhatikan barang yang bisa merugikan7. Bila akan mengangkat barang yang lebar harus dititik tengahkan8. Jangan diperbolehkan orang lain melintas dibawah garpu(Fork) pada saat garpu di naikkan9. Biasakanlah tangan dan kaki jauh dari system pengangkat10. Gunakanlah Backrest yang tinggi dan kanopi harus terpasang11. Jangan mengangkat beban terlalu tinggi ketika tiang(Mast)  miring kedepan12. Saat membawa beban jangan terlalu tinggi jarak yang aman sekitar 10 – 30 cm13. Pada saat menaruh barang posisi tiang miring kebelakang14. Lakukan pengamatan pada daerah sekitar  yang akan dilalui sebelum menjalankan forklift

MAKALAH ERGONOMI 20

Page 21: Ergonomi Kuli Panggul

15. Jalankan dan berhentikan forklift secara bertahap dan perlahan-lahan16. Selau tetap kontrol pada forklift anda setiap saat pada saat menjalankan forklift17. Jaga jarak forklift dengan jarak forklift lainnya jarak yang direkomendasikan adalah 3 kali

panjang forklift18. Jangan kebut-kebutan,ceroboh ,melamun dan waspadalah19. Kurangi kecepatan jika melewati jalan basah atau licin serta bunyikan klakson disetiap

persimpangan jalan atau tempat ramai20. Perhatikan selalu ketinggian barang yang anda angkat21. Perhatikan selalu sisi kiri dan kanan pada saat membawa barang panjang dan lebar22. Jangan menggunakan ujung garpu untuk mengangkat objek23. Lihat dan perhatikan kondisi landasan dan jika mengangkat barang yang menghalangi

pandangan Operasikan Forklift dengan cara berjalan mundur24. Pastikan rem forklift anda berfungsi dengan baik dan periksa apakah roda truk container

sudah diganjal25. Jika membawa barang pada jalan menurun  Operasikan forklift dengan berjalan mundur26. Gunakan pemandu pada saat anda membawa barang pada jalan menanjak27. Jangan mengangkat manusia dengan forklift, dilarang membawa penumpang28. Jangan menggunakan forklift untuk menarik atau mendorong kendaraan besar29. Jangan mendorong barang dengan ujung garpu30. Jangan menempatkan tali penarik pada tiang(Mast) untuk menarik atau menyeret barang31. Matikan mesin pada saat mengisi bahan bakar dan dilarang merokok32. Parkirlah kendaraan jika sudah selesai mengoperasikan pada tempat parker yang telah

disediakan dan turunkanlah garpu serendah mungkin hingga menempel permukaan tanah atau lantai agar tidak tersandung oleh manusia dan membuat laporan harian operasi.

CEGAH CEDERA PUNGGUNG ANDA!RINGAN SAMA DIJINJING, BERAT MINTA BANTUAN SAMA TEMAN ATAU

GUNAKAN FORKLIFT !

MAKALAH ERGONOMI 21

Page 22: Ergonomi Kuli Panggul

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Tingkat resiko bahaya kerja seperti MSDs ,Hernia, Stress kerja pada kuli panggul sangatlah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari :a. Proses menurunkan barang dari atas mobil b. Proses mengangkan barang ke dalam gudang penyimpananc. Proses menyusun barang didalam gudang penyimpanan

2. Tingginya tingkat resiko MSDs ,Hernia, Stress kerja pada kuli panggul disebabkan oleh faktor pekerjaan yang sulit dan tidak disediakanya alat bantu sehingga mengharuskan pekerja melakukan postur janggal dalam melakukan kegiatanya, adanya gerakan betulang yang dilakukan dalam melakukan pekerjaan, berat yag harus diangku dan dipindahkan, serta durasi kerja yang melebihi jam kerja.

4.2 Saran

1. Untuk pengusaha/pemilik tokoa. Memberikan gerobak dorong/forklift kepada pekerja untuk mempermudah proses

pengngkutan barangb. Memberikan waktu istrahat kepada kuli panggul yang cukup

2. Untuk kuli panggula. Mengguakan grobak/forklift untuk memindahakan barang dari mobil ke gudangb. Melakukan streching sebelum bekerja, disela-sela waktu kerja, dan setelah selesai

bekerja

MAKALAH ERGONOMI 22

Page 23: Ergonomi Kuli Panggul

DAFTAR PUSTAKA

Anies.2005. Seri Kesehatan Umum Penyakit Akibat Kerja Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan

Kerja dan Upaya Penanggulangannya . Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga (Soni Astranto,

Penerjemah) . Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santoso, Gempur.2004. Ergonom: Manusia,Peralatan dan Lingkungan. Jakarta :Prestasi

Pustaka.

Setiadi.Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu.

Suryana, Sulistomo .dkk.. 2001. Pedoman Tekhnologi Tepat Guna Ergonomi Bagi Pekerja

Sektor Informal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

MAKALAH ERGONOMI 23