dislokasi panggul

49
BAB 1 PENDAHULUAN Dislokasi panggul adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan permukaan caput femoris terhadap acetabulum. Dislokasi terjadi ketika caput femoris keluar dari acetabulum. Kondisi ini dapat kongenital atau didapat (acquired). Dari kedua dislokasi ini, dislokasi yang paling sering ditemukan adalah dislokasi panggul yang didapat akibat trauma (dislokasi panggul traumatika). Dislokasi panggul traumatika ini dapat terjadi pada semua kelompok usia dan angka kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas; dan dislokasi panggul ini merupakan suatu kegawatdaruratan ortopedik yang membutuhkan tata laksana segera, sehingga makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai dislocasi panggul traumatika. Seringkali cedera panggul disertai dengan cedera berat yang membutuhkan tatalaksana segera. Cedera panggul harus segera direduksi karena semakin lama caput femoris berada di luar acetabulum, maka semakin tinggi angka kejadian necrosis avaskular. Hanya sedikit caput femoris yang dapat bertahan jika tetap mengalami dislocasi selama lebih dari 24 jam. Reduksi dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka. Sebelum melakukan reduksi perlu diingat bahwa harus dilakukan pemeriksaan neurovaskular terlebih 1

Upload: septi-young

Post on 14-Dec-2015

118 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

orthopedi, dislokasi panggul

TRANSCRIPT

Page 1: Dislokasi Panggul

BAB 1

PENDAHULUAN

Dislokasi panggul adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan

permukaan caput femoris terhadap acetabulum. Dislokasi terjadi ketika caput

femoris keluar dari acetabulum. Kondisi ini dapat kongenital atau didapat

(acquired). Dari kedua dislokasi ini, dislokasi yang paling sering ditemukan

adalah dislokasi panggul yang didapat akibat trauma (dislokasi panggul

traumatika). Dislokasi panggul traumatika ini dapat terjadi pada semua kelompok

usia dan angka kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya angka

kecelakaan lalu lintas; dan dislokasi panggul ini merupakan suatu

kegawatdaruratan ortopedik yang membutuhkan tata laksana segera, sehingga

makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai dislocasi panggul traumatika.

Seringkali cedera panggul disertai dengan cedera berat yang membutuhkan

tatalaksana segera. Cedera panggul harus segera direduksi karena semakin lama

caput femoris berada di luar acetabulum, maka semakin tinggi angka kejadian

necrosis avaskular. Hanya sedikit caput femoris yang dapat bertahan jika tetap

mengalami dislocasi selama lebih dari 24 jam.

Reduksi dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka. Sebelum

melakukan reduksi perlu diingat bahwa harus dilakukan pemeriksaan

neurovaskular terlebih dahulu. Reduksi tertutup harus dilakukan di bawah anestesi

umum, dilakukan secara lembut, dan relaksasi otot sangat diperlukan untuk

mencapai reduksi atraumatik. Jika reduksi tertutup tidak membuahkan hasil, maka

dapat dilakukan reduksi terbuka. Sendi panggul (hip joint) adalah persendian

antara caput femoris yang berbentuk hemisphere dan acetabulum os coxae yang

berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”.

1

Page 2: Dislokasi Panggul

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi Panggul

Sendi panggul (hip joint) adalah persendian antara caput femoris yang

berbentuk hemisphere dan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan

tipe “ball and socket”. Permukaan sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan

dibagian bawah membentuk takik disebut incisura acetabuli. Rongga acetabulum

diperdalam dengan adanya fibrocartilago dibagian pinggrinya yang disebut

sebagai labrum acetabuli. Labrum ini menghubungkan incisura acetabuli dan

disini dikenal sebagai ligamentum transversum acetabuli. Persendian ini

dibungkus oleh capsula dan melekat di medial pada labrum acetabuli.1,2

a. Ligamentum

Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah

ligamentum yang kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral yang

melekat pada SIAI dan pinggiran acetabulum serta pada linea intertrochanterica di

sebelah distal. Ligamentum ini mencegah ekstensi yang berlebihan sewaktu

berdiri.

2

Page 3: Dislokasi Panggul

Di bawah simpai tadi diperkuat oleh ligamentum pubofemoral yang

berbentuk segitiga. Dasar ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis

dan apex melekat dibawah pada bagian bawah linea intertrochanterica.

Ligamentum ini membatasi gerakan ekstensi dan abduksi.

Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang

berbentuk spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli.

Ligamentum ini mencegah terjadinya hieprekstensi dengan cara memutar caput

femoris ke arah medial ke dalam acetabulum sewaktu diadakan ekstensi pada

articulatio coxae.

Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini

melekat melalui puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui

dasarnya pada ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli.

Ligamentum ini terletak pada sendi dan dan dibungkus membrana sinovial.1,2

b. Perdarahan

Cabang-cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexia

femoris medialis dan arteri untuk caput femoris, cabang arteria obturatoria.2

3

Page 4: Dislokasi Panggul

c. Persyarafan

Nervus femoralis (cabang ke m.rectus femoris, nervus obturatorius (bagian

anterior) nervus ischiadicus (saraf ke musculus quadratus femoris), dan nervus

gluteus superior.2

d. Gerakan

Fleksi dilakukan oleh m. Iliopsoas, m. Rectus femoris, m.sartorius, mdan

juga mm. Adductores.

Ekstensi dilakukan oleh m. Gluteus maximus dan otot otot hamstring

Abduksi dilakukan oleh m. Gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh

m. Sartorius, m.tensor fascia latae dan m. Piriformis

Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan musculus adductor

brevis serta serabut serabut adductor dari m adductor magnus. Otot otot ini

dibantu oleh musculus pectineus dan m.gracilis.

Rotasi lateral

Rotasi medial

Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan gerakan diatas.2

2.2 Dislokasi Sendi Panggul

2.2.1 Definisi

Dislokasi panggul adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan

permukaan caput femoris terhadap acetabulum. Dislokasi terjadi ketika caput

femoris keluar dari acetabulum. Kondisi ini dapat kongenital atau didapat

(acquired). Dari kedua dislokasi ini, dislokasi yang paling sering ditemukan

adalah dislokasi panggul yang didapat akibat trauma (dislokasi panggul

traumatika).

A. Dislokasi Panggul Kongenital

Terminologi dislokasi panggul kongenital sebenarnya telah diganti dengan

terminologi developmental dysplasia of the hip (DDH). Kelainan yang tercakup di

dalamnya meliputi displasia asetabulum, subluksasi, dan dislokasi.3

4

Page 5: Dislokasi Panggul

Epidemiologi

Insidensi ketidakstabilan yang dilaporkan adalah 1,5 per 1000 kelahiran

hidup Biasanya anak perempuan lebih sering terkena daripada anak laki-laki,

rasionya kira-kira 8:1. Lebih dari separuh kasus bersifat bilateral dibanding

unilateral.3

Etiologi

Faktor genetik

Faktor genetik pasti berperan pada etiologi, karena dislokasi kongenital

cenderung berlangsung dalam keluarga atau bahkan seluruh populasi

(misalnya masyarakat yang tinggal di negara pesisir pantai utara dan timur

Mediterania).4

Faktor hormonal

Tingginya kadar estrogen, progesteron, dan relaksin pada ibu dalam

beberapa minggu terakhir kehamilan) dapat memperburuk kelonggaran

ligamentum pada bayi. Hal ini dapat menerangkan jarangnya terjadi

ketidakstabilan panggul pada bayi prematur, yang lahir sebelum hormon-

hormon ini mencapai puncaknya. 4

Malposisi intrauterin

Posisi sungsang dengan kaki yang berextensi) dapat mempermudah

terjadinya dislokasi; ini berhubungan dengan lebih tingginya insidensi pada

bayi yang merupakan anak sulung; dimana versi spontan lebih sedikit

kemungkinannya untuk terjadi. Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi

panggul kiri; hal ini sesuai dengan presentasi verteks (oksiput anterior kiri)

dimana panggul kiri berdekatan dengan sakrum ibu, sehingga posisinya

beradduksi.4

Faktor postnatal

Faktor postnatal dapat berperan dalam menetapnya ketidakstabilan neonatal

dan gangguan perkembangan asetabulum. Dislokasi sering terjadi pada

orang Indian Amerika Utara yang membedong bayinya dan

menggendongnya dengan posisi kaki bayi rapat, panggul dan lutut

sepenuhnya berekstensi, dan masyarakat Cina Selatan dan Afrika

menggendong bayi di punggungya dengan posisi kaki bayi berabduksi lebar.

5

Page 6: Dislokasi Panggul

Terdapat juga bukti dari percobaan bahwa extensi lutut dan panggul secara

serentak menyebabkan dislokasi panggul selama perkembangan awal.5

Patologi

Saat kelahiran, meskipun tidak stabil, bentuk panggul mungkin normal,

namun kapsulnya biasanya teregang secara berlebihan.6

Ketika masa bayi, beberapa perubahan terjadi, beberapa di antaranya

mungkin menunjukkan displasia primer pada asetabulum dan/atau femur

proximal, tetapi kebanyakan di antaranya muncul karena adaptasi terhadap

ketidakstabilan menetap dan pembebanan sendi secara abnormal.6

Caput femoris mengalami dislokasi di bagian posterior, tetapi dengan

ekstensi panggul, caput tersebut awalnya berada di posterolateral dan kemudian

superolateral dari acetabulum. Soket tulang rawan terletak dangkal dan anteversi.

Caput femoris yang bertulang rawan berukuran normal, namun inti tulangnya

muncul terlambat dan osifikasi tertunda selama masa kanak-kanak.6

Kapsul teregang dan ligamentum teres menjadi panjang dan hipertrofi. Di

bagian superior, acetabulum labrum dan tepi kapsul dapat didorong ke dalam

soket oleh caput femoris yang mengalami dislokasi. Limbus fibrocartilaginosa ini

dapat menghalangi usaha reduksi tertutup caput femoris.

Setelah mulai menyangga tubuh, perubahan-perubahan ini terjadi lebih

hebat. Acetabulum dan collum femoris tetap anteversi dan tekanan dari caput

femoris menyebabkan terbentuknya soket palsu di antara tepi acetabulum dan otot

psoas, memberikan gambaran jam pasir (hourglass). Seiring waktu, otot-otot yang

berada di sekelilingnya akan beradaptasi dengan cara memendek.

Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Sangatlah penting untuk mendiagnosis dislokasi panggul pada setiap

kelahiran. Bayi yang baru lahir harus diperiksa untuk mencari tanda-tanda

ketidakstabilan panggul. Bila terdapat riwayat ketidakstabilan kongenital dalam

keluarga, yang disertai dengen presentasi bokong atau kelainan kongenital lain,

maka kita harus sangat berhati-hati dan pemeriksaan harus dilakukan lebih dari

satu kali.7,8,9

6

Page 7: Dislokasi Panggul

Pada neonatus, terdapat beberapa cara untuk menguji ketidakstabilan

panggul. Dalam uji Ortolani, pemeriksa memegang paha bayi dengan posisi ibu

jari berada di sisi medial paha dan jari-jari lainnya diletakkan pada trochanter

mayor, kemudian panggul difleksikan hingga 90 D dan diabduksi secara perlahan-

lahan. Normalnya, abduksi berjalan lancar hingga 90D. Pada dislokasi kongenital,

pergerakan biasanya terhambat, namun jika trochanter mayor diberikan tekanan,

maka akan terdengar bunyi halus ketika dislokasi tereduksi dan kemudian panggul

akan berabduksi penuh (sentakan ke dalam). Jika abduksi berhenti di tengah jalan

dan tidak ada sentakan ke dalam, maka kemungkinan terdapat suatu dislokasi

yang tidak dapat tereduksi.

Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama dengan uji Ortolani, namun

pada uji ini, ibu jari pemeriksa ditempatkan pada lipat paha dan kemudian

dilakukan usaha untuk mengungkit caput femoris masuk dan keluar dari

acetabulum ketika abduksi dan adduksi. Jika caput femoris normalnya berada

dalam posisi reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi dan dapat masuk lagi, maka

panggul tersebut digolongkan sebagai panggul yang dapat mengalami dislokasi

(tidak stabil).7,8

Uji Ortolani dan Barlow

Setiap panggul yang memiliki tanda-tanda ketidakstabilan, walaupun

sedikit, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan ini dapat

menunjukkan bentuk soket tulang rawan dan posisi caput femoris. Jika terdapat

kelainan, bayi dibebat dengan dengan panggul berfleksi dan berabduksi, dan

7

Page 8: Dislokasi Panggul

diperiksa kembali 6 minggu kemudian. Pada saat tersebut mungkin perlu dinilai

apakah panggul berhasil direduksi dan stabil, tereduksi tapi tidak stabil,

mengalami subluksasi atau dislokasi. 7,8,9

Berbeda dengan kepercayaan yang beredar di masyarakat, terlambatnya

berjalan bukanlah gambaran khas dislokasi, walau demikian anak-anak yang

belum dapat berjalan pada usia 18 bulan, diagnosis dislokasi harus disingkirkan.

Pincang atau gaya berjalan Trendelenburg atau waddling (gaya berjalan dimana

langkah pendek-pendek dan bergoyang ke kanan-kiri seperti bebek) dapat menjadi

tanda dislokasi yang terlewatkan. 7,8,9

Pada kasus yang terlambat dikenali. Seorang ibu yang jeli akan melihat

ketidaksimetrisan, panggul yang berbunyi “klik”, atau kesulitan ketika

memakaikan popok karena terbatasnya abduksi. Bila dislokasi bersifat unilateral,

lipatan kulit akan tampak asimetris dan kaki sedikit pendek dan bereksorotasi; ibu

jari yang diletakkan di lipat paha dapat merasakan ketiadaan caput femoris. Bila

dislokasi bersifat bilateral, maka terdapat celah perineal abnormal yang lebar dan

abduksi berkurang. 7,8,9

Dislokasi Panggul Kiri

Pencitraan

Ultrasonografi secara luas telah menggantikan radiografi untuk pencitraan

panggul neonatus. Pada saat kelahiran, acetabulum dan caput femoris merupakan

tulang rawan, sehingga tidak terlihat pada pemeriksaan X-ray biasa. Pemeriksaan

X-ray berguna setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan dan penilaian dilakukan

dengan menggambar garis untuk menetapkan tiga indeks geometrik.10

8

Page 9: Dislokasi Panggul

Tata Laksana

3-6 BULAN PERTAMA

Jika tersedia fasilitas ultrasonografi, semua bayi baru lahir dengan latar

belakang berisiko tinggi untuk mengalami ketidakstabilan panggul harus diperiksa

menggunakan USG. Jika pemeriksaan menunjukkan bahwa panggul telah

tereduksi dan memiliki garis cartilago yang normal, tidak diperlukan tata laksana,

namun anak tersebut tetap harus diawasi selama 3-6 bulan. Jika terdapat displasia

acetabulum atau ketidakstabilan panggul, maka panggul dibebat dalam posisi

fleksi dan abduksi. Pemeriksaan ultrasonografi diulang hingga panggul stabil dan

anatomi kembali normal atau telah diputuskan untuk dilakukan terapi yang lebih

agresif.6,7

Jika tidak tersedia fasilitas ultrasonografi, kebijakan yang paling sederhana

adalah menganggap semua bayi dengan latar belakang berisiko tinggi (riwayat

keluarga atau kelahiran sungsang dengan ekstensi), atau dengan uji Ortolani atau

uji Barlow positif, harus dicurigai dan merawatnya dengan popok dobel atau

abduction pillow selama 6 minggu pertama. Pada stadium tersebut, mereka

diperiksa kembali: bayi yang panggulnya stabil diperbolehkan bebas namun tetap

dalam pengawasan sekurang-kurangnya selama 6 bulan; bayi yang mengalami

ketidakstabilan menetap diterapi dengan pembebatan abduksi yang lebih formal

sekurang-kurangnya selama 6 bulan hingga panggul stabil dan pemeriksaan X-ray

memperlihatkan bahwa acetabular roof berkembang dengan memuaskan

(biasanya 3-6 bulan). 6,7

Terdapat dua kelemahan untuk pendekatan ini: 1)sensitivitas uji klinis tidak

cukup tinggi untuk meyakinkan bahwa semua kasus dapat dikenali; dan 2) dari

panggul yang tidak stabil saat lahir, 80-90% akan stabil secara spontan dalam 2-3

minggu, sehingga lebih bijaksana untuk tidak memulai pembebatan. Hal ini

mengurangi sedikit risiko (namun bermakna) akan terjadinyanekrosis epifisis

yang menyertai setiap bentuk pembebatan pada neonatus. Maka, jika panggul

dapat mengalami dislokasi, tetapi tidak mengalami dislokasi, bayi tidak diberi

terapi, melainkan diperiksa ulang setiap minggu; jika setelah 3 minggu panggul

tetap tidak stabil, maka bebat abduksi dipasang. 6,7

9

Page 10: Dislokasi Panggul

Jika panggul telah mengalami dislokasi pada pemeriksaan yang pertama,

dengan hati-hati panggul ditempatkan pada posisi reduksi dan dilakukan

pembebatan abduksi. Reduksi dipertahankan hingga panggul stabil; ini dapat

berlangsung hanya beberapa minggu, namun tindakan yang paling aman adalah

mempertahankan bebat hingga pemeriksaan X-ray menunjukkan acetabular roof

yang baik. 6,7

Tujuan pembebatan adalah mempertahankan panggul agar berfleksi dan

berabduksi; posisi ekstrim dihindari dan sendi-sendi harus dimungkinkan untuk

melakukan sedikit gerakan dalam bebat. Untuk bayi yang baru lahir, popok dobel

atau abduction pillow yang empuk cukup membantu.

Von Rosen harness adalah suatu bebat lunak yang berbentuk H yang

bermanfaat karena mudah digunakan (kelemahannya adalah mudah terlepas).

Pavlik harness lebih sulit dipakaikan tetapi lebih banyak memberi kebebasan bagi

pemakainya. 6,7

A) Pavlik Harness dan B) Von Rosen Harness

Tiga peraturan utama dari pembebatan adalah 1) Panggul harus benar-benar

tereduksi sebelum dibebat; 2) posisi ekstrim harus dihindari; 3) panggul harus bisa

bergerak. Apapun tindakan yang diambil harus tetap ditindak-lanjuti hingga anak

dapat berjalan. Kadang-kadang, sekalipun dengan terapi yang paling hati-hati,

panggul dapat memperlihatkan tingkat displasia acetabulum tertentu di kemudian

hari. 6,7

DISLOKASI PERSISTEN: 6-18 BULAN

10

Page 11: Dislokasi Panggul

Jika setelah terapi dini panggul belum sepenuhnya tereduksi, atau jika anak

tersebut di kemudian hari menunjukkan adanya dislokasi yang tersembunyi,

panggul tersebut harus direduksi - terutama dengan metode tertutup, jika perlu

dengan operasi dan tetap direduksi hingga perkembangan acetabulum

memuaskan. 6,7

Reduksi tertutup. Cara ini cocok untuk anak di atas usia 3 bulan dan dilakukan

di bawah anestesi umum, disertai dengan arthrogram untuk mengkonfirmasi

reduksi konsentrik. Reduksi tertutup merupakan cara ideal, namun memiliki risiko

rusaknya pasokan darah pada caput femoris dan menyebabkan terjadinyanekrosis.

Untuk memperkecil risiko ini, reduksi dilakukan bertahap; traksi dilakukan pada

kedua kaki. Jika panggul tidak tereduksi, maka cara ini harus ditinggalkan dan

pendekatan operasi harus dipilih pada usia kira-kira 1 tahun. 6,7

Pembebatan. Pembebatan panggul yang direduksi secara konsentrik ditahan

dalam plaster spica (gips) dalam keadaan 60D fleksi, 40D abduksi, dan 20D endorotasi.

Setelah 6 minggu, spica diganti dan stabilitas panggul dinilai di bawah anestesi

umum. Jika posisi dan stabilitas memuaskan, maka spica dipertahankan hingga 6

minggu berikutnya. Setelah plaster spica dilepas, panggul dibiarkan tidak terbebat

atau dipakaikan bebat abduksi yang dapat dilepas-pasang yang dipertahankan

hingga 6 bulan, bergantung hasil pemeriksaan radiologi yang menunjukkan

perkembangan acetabulum yang memuaskan. 6,7

Operasi. Jika di setiap tahap reduksi konsentrik masih belum tercapai, maka

diperlukan operasi terbuka. Tendon psoas dibagi; lapisan yang menghambat

(kapsul yang berlebihan atau ligamentum teres yang menebal) dibuang dan

panggul direduksi. Biasanya panggul stabil pada 60D fleksi, 40D abduksi, dan 20D

endorotasi. Spica dipasang dan panggul dibebat seperti yang dijelaskan di atas.

Jika stabilitas hanya dapat dicapai dengan melakukan endorotasi, maka osteotomi

korektif subtrochanter perlu dilakukan – baik pada saat reduksi terbuka atau 6

minggu kemudian. Pada anak yang lebih muda biasanya hal ini memberi hasil

yang baik

DISLOKASI PERSISTEN: 18 BULAN – 4 TAHUN

11

Page 12: Dislokasi Panggul

Pada anak yang lebih tua, reduksi tertutup kemungkinan kurang berhasil;

banyak ahli bedah langsung melakukan artrografi dan reduksi terbuka.

Traksi. Meskipun reduksi tertutup tidak berhasil, suatu periode traksi (jika perlu

dikombinasi dengan tenotomi psoas dan adductor) akan membantu melonggarkan

jaringan dan membawa caput femoris ke bawah ke arah acetabulum.

Artrografi. Suatu artrogram pada tahap ini akan memperjelas anatomi panggul

dan memperlihatkan apakah terdapat suatu limbus atau displasia acetabulum yang

nyata.

Operasi. Kapsul sendi dibuka di bagian anterior, setiap limbus yang berada di

dalam dibuang dan caput femoris ditempatkan pada acetabulum. Biasanya

diperlukan osteotomi derotasi yang dipertahankan dengan plate dan screw. Pada

saat yang bersamaan, segmen kecil dari femur proximal dapat dibuang untuk

mengurangi tekanan pada panggul.11

Jika terdapat displasia acetabulum yang nyata, maka diperlukan juga beberapa

bentuk acetabuloplasty – baik rekonstruksi perikapsular pada acetabular floor

(operasi Pemberton) atau suatu osteotomi inominata yang memposisikan kembali

seluruh tulang inominata dan acetabulum. 6,7

Pembebatan. Setelah operasi, panggul ditahan dalam plaster spica selama 3 bulan

dan kemudian dibiarkan bebas untuk pemulihan pergerakan. Anak tersebut tetap

berada di bawah pengawasan klinis dan radiologi untuk memastikan panggul

tersebut telah tereduksi dan sedang berkembang dengan memuaskan. 6,7

DISLOKASI PADA ANAK > 4 TAHUN

Reduksi dan stabilisasi akan lebih sulit pada usia yang lebih tua. Namun,

pada anak-anak yang berusia di antara 4-8 tahun – terutama jika dislokasi bersifat

unilateral – harus tetap dipikirkan bahwa resiko nekrosis avaskular dan kekakuan

panggul dilaporkan terjadi > 25%. Prinsip tata laksananya sama seperti yang telah

dijelaskan di atas.

Dislokasi unilateral pada anak-anak yang berusia > 8 tahun seringkali

memperlihatkan panggul yang mobile dan sedikit nyeri. Hal ini merupakan alasan

untuk tidak melakukan intervensi, meskipun pada kasus tersebut anak ini harus

12

Page 13: Dislokasi Panggul

menerima kenyataan bahwa gaya berjalannya abnormal. Jika reduksi ingin

dilakukan, maka diperlukan operasi terbuka dan rekonstruksi acetabulum. 6,7

Dislokasi bilateral memberikan deformitas dan gaya berjalan waddling yang

simetris sehingga tidak terlalu mencolok; risiko intervensi operasi juga meningkat

karena kegagalan pada satu sendi akan membuat deformitas yang asimetris.

Oleh karena itu, pada kasus ini, sebagian besar ahli bedah menghindari

operasi pada anak usia di atas 6 tahun, kecuali jika panggul terasa sangat sakit

atau deformitas berat. Pasien yang tidak diterapi berjalan dengan bergoyang-

goyang namun tidak ada keluhan. 6,7

DISLOKASI PERSISTEN PADA ORANG DEWASA

Orang dewasa, yang tampaknya telah beradaptasi dengan sangat baik selama

bertahun-tahun, pada usia 30-an atau 40-an dapat mengalami rasa tidak nyaman

yang semakin meningkat akibat dislokasi kongenital yang tidak direduksi.

Berjalan akan semakin melelahkan dan seringkali disertai dengan nyeri punggung.

Bila dislokasinya bilateral, hilangnya abduksi dapat benar-benar menghambat

hubungan seksual pada wanita.

Ketidakmampuan dapat menjadi sangat berat sehingga menjadi alasan untuk

melakukan penggantian sendi keseluruhan (total hip replacement). Operasi ini

sulit dilakukan pada kelompok pasien ini dan tidak boleh dilakukan sembarangan.

Caput femoris didudukkan di atas acetabulum yang dangkal atau lenyap. Soket

baru harus dibuat di lokasi anatomi yang normal; namun, dinding pelvis biasanya

tipis dan mungkin diperlukan untuk membuat atap soket dengan bone graft.

Kemudian akan sulit untuk membawa caput femoris ke bawah, sejajar dengan

soket tanpa risiko kerusakan nervus ischiadicus; jika perlu, osteotomi dilakukan

dan segmen kecil dari tulang femur dibuang agar pas. Femur proximal biasanya

sempit dan collum femoris dapat anteversi; hal ini juga membutuhkan koreksi

ketika sedang dilakukan osteotomi, dan implan spesial tersedia untuk medullary

canal yang kecil. 6,7

Komplikasi

13

Page 14: Dislokasi Panggul

Gagal reduksi. Banyak usaha yang gagal untuk mencapai reduksi konsentrik

lebih baik jika dibandingkan tanpa terapi sama sekali. Acetabulum tetap tidak

berkembang, caput femoris dapat mengalami deformitas, collum femoris biasanya

anterversi, dan kapsul menebal. Sangatlah penting untuk bertanya-tanya mengapa

reduksi gagal: apakah dislokasi merupakan bagian dari kondisi umum atau

gangguan neuromuskular yang disertai dengan ketidakseimbangan otot 6,7

Nekrosis Avaskular. Komplikasi yang paling ditakuti dari terapi adalah iskemia

dari caput femoris yang imatur. Hal ini dapat terjadi pada setiap tingkatan usia dan

terapi dan mungkin disebabkan oleh cedera vaskular atau obstruksi dari reduksi

dan pembebatan yang terlalu kuat. Pencegahan adalah terapi yang terbaik: reduksi

manipulatif yang dipaksa tidak diperbolehkan; traksi harus dilakukan dengan

lembut dan pada posisi netral; posisi abduksi yang ekstrim harus dihindari;

tenotomi adductor harus mendahului reduksi tertutup; jika kesulitan maka reduksi

terbuka lebih dipilih. 6,7

Ketika terjadi nekrosis avaskular, maka tidak ada tata laksana yang efektif

kecuali menghindari manipulasi dan menopang berat tubuh hingga epifisis pulih.

Pada kasus yang ringan, tidak terjadi deformitas residual, atau seburuk-buruknya

dapat terjadi deformitas collum femoris yang dapat dikoreksi dengan osteotomi.

Pada kasus yang berat, dapat terjadi displasia acetabulum, pemendekkan collum

femoris, dan permukaan caput femoris menjadi rata sehingga diperlukan koreksi

bedah. 6,7

B. Dislokasi Panggul Didapat (Traumatika)12

Dislokasi panggul traumatika ini dapat terjadi pada semua kelompok usia

dan angka kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya angka kecelakaan

lalu lintas; dan dislokasi panggul ini merupakan suatu kegawatdaruratan ortopedi

yang membutuhkan tata laksana segera.

Seringkali cedera panggul disertai dengan cedera berat yang membutuhkan

tatalaksana segera. Cedera panggul harus segera direduksi karena semakin lama

caput femoris berada di luar acetabulum, maka semakin tinggi angka kejadian

necrosis avaskular. Hanya sedikit caput femoris yang dapat bertahan jika tetap

mengalami dislokasi selama lebih dari 24 jam.

14

Page 15: Dislokasi Panggul

Epidemiologi

Dengan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas, dislokasi panggul

traumatika makin sering ditemukan. Dislokasi panggul ini dapat terjadi pada

semua kelompok usia. Dislokasi panggul posterior merupakan dislokasi yang

paling sering terjadi. Dislokasi panggul posterior terjadi sebanyak 90% dari kasus,

sedangkan dislokasi panggul anterior terjadi sebanyak 10% dari seluruh kasus

dislokasi panggul traumatik.

Klasifikasi

Berdasarkan arah dislokasi, dislokasi panggul dibagi menjadi 3, yaitu

1. Dislokasi posterior

2. Dislokasi anterior

Dislokasi anterior jarang terjadi jika dibandingkan dengan dislokasi

posterior. Dislokasi ini terjadi sebanyak 10-12 % dari keseluruhan kejadian

dislokasi panggul traumatik. Penyebab yang lazim adalah kecelakaan lalu

lintas atau kecelakaan penerbangan. Caput femoris didorong dengan paksa

ke arah anteroinferior dan berpindah ke foramen obturatorium atau pubis.

3. Dislokasi pusat (central).

DISLOKASI POSTERIOR

a. Mekanisme Cedera

Empat dari lima dislokasi panggul traumatik adalah dislokasi posterior.

Biasanya dislokasi ini terjadi dalam kecelakaan lalu lintas bila seseorang

yang duduk di dalam mobil terlempar ke depan sehingga lutut terbentur

pada dashboard. Femur terdorong ke atas dan caput femoris keluar dari

acetabulum, seringkali terjadi fractur pada acetabulum (fractur-

dislokasi).11,13

b. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

15

Page 16: Dislokasi Panggul

Caput femoris dapat berada di posisi yang tinggi (iliac) atau rendah

(ischiatic), tergantung dari posisi fleksi paha ketika terjadi dislokasi.11

Dislokasi tipe iliac:

- Panggul fleksi, adduksi, endorotasi.

- Ekstremitas yang terkena tampak memendek.

- Trochanter mayor dan bokong di daerah yang mengalami dislokasi

terlihat menonjol.

- Lutut ekstremitas yang mengalami dislokasi tampak menumpang di paha

sebelahnya.

Dislokasi tipe ischiatic:

- Panggul fleksi.

- Panggul sangat beradduksi sehingga lutut di ekstremitas yang mengalami

dislokasi tampak menindih di paha sebelahnya.

- Ekstremitas bawah tampak dalam posisi endorotasi yang ekstrim.

- Trochanter mayor dan bokong di daerah yang mengalami dislokasi

terlihat menonjol.

Jika salah satu tulang panjang mengalami fraktur (biasanya femur),

dislokasi panggul seringkali tidak terdiagnosis. Pedoman yang baik adalah

dengan pemeriksaan pelvis dengan pemeriksaan radiologis. Tungkai bawah

juga harus diperiksa untuk mencari apakah terjadi cedera syaraf ischiadicus.

Cedera neurovaskular pada dislokasi panggul posterior dapat memberikan

gambaran sebagai berikut:14

Nyeri di panggul, bokong, dan tungkai bawah bagian posterior.

Hilangnya sensasi di tungkai bawah dan kaki.

Hilangnya kemampuan dorsofleksi (cabang peroneal) atau plantarfleksi

(cabang tibial).

Hilangnya deep tendon reflex di pergelangan kaki.

Hematoma lokal.

c. Pemeriksaan Radiologi

16

Page 17: Dislokasi Panggul

Pada foto anteroposterior (AP), caput femoris terlihat keluar dari

acetabulum dan berada di atas acetabulum. Segmen atap acetabulum atau

caput femoris dapat ditemukan patah dan bergeser. Foto oblik dapat

digunakan untuk mengetahui ukuran fragmen. CT scan adalah cara terbaik

untuk melihat fraktur acetabulum atau setiap fragmen tulang.15

Gambaran radiologi dislokasi panggul posterior

d. Tata Laksana

Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum.

Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya Dislokasi.

Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi tertutup, namun jika reduksi

tertutup gagal sebanyak 2 kali maka harus dilakukan reduksi terbuka untuk

mencegah kerusakan caput femoris lebih lanjut.16 Sebelum melakukan

reduksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurovaskular.

Indikasi reduksi tertutup:

- Dislokasi dengan atau tanpa defisit neurologis jika tidak ada fraktur.

- Dislokasi yang disertai fraktur jika tidak terdapat defisit neurologis.

Kontraindikasi reduksi tertutup:

- Dislokasi panggul terbuka.

Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi

dislokasi panggul posterior sederhana (tipe I Epstein).17

17

Page 18: Dislokasi Panggul

 Manuver Allis   

Teknik Whistler

Panggul yang mengalami dislokasi direlokasikan menggunakan lengan

operator untuk mengangkat dan memanuver tungkai yang mengalami

dislokasi ketika bahu operator diangkat. Tangan operator bertumpu pada

paha kontralateral. Seorang asisten atau tangan lain operator melakukan

kontratraksi pada tibia atau fibula.

Traksi longitudinal

Pasien dibaringkan dalam posisi supine, kemudian seorang asisten

melakukan traksi lateral, sementara operator melakukan traksi longitudinal

18

Page 19: Dislokasi Panggul

Leg-crossing maneuver

Kadang-kadang dislokasi dapat direduksi dengan cara membujuk pasien

untuk perlahan-lahan menyilangkan tungkai yang mengalami dislokasi ke

arah tungkai sebelahnya (adduksi) dan kemudian lakukan traksi lembut

ketika asisten memandu caput femoris kembali ke posisi semula dengan

melakukan tekanan di sebelah anterior.

Teknik fulcrum

Pasien dibaringkan dalam posisi supine, lalu lutut operator diletakkan di

bawah lutut pasien di sisi yang mengalami dislokasi. Lutut operator

digunakan sebagai titik tumpu untuk mengungkit caput femoris agar

kembali masuk ke acetabulum.

Manuver East Baltimore Lift

Pasien dibaringkan dalam posisi supine. Operator berdiri di sisi panggul

yang mengalami dislokasi. Extremitas bawah pasien difleksikan hingga

panggul dan lutut membentuk sudut 90D.

Kemudian operator menempatkan lengannya yang lebih dekat dengan

kepala pasien di bawah lutut pasien, menopang tungkai pasien dengan cara

menumpukan tangannya di bahu seorang asisten yang berdiri di

19

Page 20: Dislokasi Panggul

seberangnya, sedangkan tangan lain operator memegang pergelangan kaki

pasien.

Kemudian asisten meletakkan tangannya di bahu operator dengan cara

melewati bagian bawah lutut pasien (serupa dengan yang dilakukan oleh

operator). Operator dan asisten kemudian berdiri dengan posisi lutut sedikit

fleksi dan secara bersama-sama berdiri tegak tanpa merubah posisi bahu

untuk memberikan traksi. Operator merotasikan tungkai bawah pasien di

bagian pergelangan kaki, sedangkan asisten yang kedua menstabilkan

pelvis.18

Pemeriksaan X-Ray sangat diperlukan untuk memastikan reduksi dan untuk

menyingkirkan fraktur. Bila terdapat sedikit kecurigaan saja bahwa fragmen

tulang telah terperangkap di dalam sendi, maka diperlukan pemeriksaan CT-

scan.17

Reduksi biasanya stabil, panggul yang telah mengalami cedera harus

diistirahatkan. Cara yang paling sederhana untuk mengistirahatkan panggul

adalah dengan memasang traksi dan mempertahankannya selama 3 minggu.

Gerakan dan latihan dimulai segera setelah nyeri mereda. Pada akhir

minggu ketiga pasien diperbolehkan berjalan dengan kruk penopang. 19

Jika pemeriksaan X-Ray atau CT-scan pasca reduksi memperlihatkan

adanya fragmen intra-articular, fragmen itu harus dibuang dan sendi dibilas

melalui posterior approach. Hal ini biasanya ditunda hingga keadaan pasien

stabil. 15

Fraktur-dislokasi tipe II Epstein sering diterapi dengan reduksi terbuka

segera dan fiksasi anatomis pada fragmen yang terlepas. Namun, jika

keadaan umum pasien meragukan atau tidak tersedia ahli bedah yang

terampil di bidang ini, panggul direduksi tertutup seperti diuraikan di atas.

Jika sendi tidak stabil atau fragmen besar tetap tidak tereduksi, maka

reduksi terbuka dan fiksasi internal tetap diperlukan. Pada kasus tipe II,

traksi dipertahankan selama 6 minggu.20

Fraktur-dislokasi tipe III diterapi secara tertutup, tetapi mungkin terdapat

fragmen yang bertahan dan fragmen-fragmen ini harus dibuang dengan

operasi terbuka. Traksi dipertahankan selama 6 minggu.20

20

Page 21: Dislokasi Panggul

Fraktur-dislokasi tipe IV dan V pada awalnya diterapi dengan reduksi

tertutup. Fragmen caput femoris dapat secara otomatis berada pada

tempatnya, dan ini dapat dipastikan dengan CT-scan pasca reduksi. Jika

fragmen tetap tidak tereduksi, terapi operasi diindikasikan: fragmen yang

kecil dibuang, namun fragmen yang besar harus diganti; sendi dibuka, caput

femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya dengan

countersunk screw. Pasca operasi, traksi dipertahankan selama 4 minggu

dan pembebanan penuh ditunda selama 12 minggu. 20

Dislokasi Panggul yang Tidak Tereduksi

Kadang-kadang dislokasi panggul posterior tanpa fraktur acetabulum atau

caput femoris tidak dapat direduksi dengan metode reduksi tertutup.

Pada dislokasi posterior, caput femoris keluar ke arah posteroinferior dari

kapsul dan dapat menembus otot-otot exorotasi. Jaringan lunak yang

mengelilingi collum femoris dapat mencegah relokasi dari caput femoris.21

Sebagai contoh, labrum acetabulum dapat terlepas dari tempat melekatnya,

dengan atau tanpa fragmen tulang, ketika reduksi, labrum mungkin tertarik

masuk ke dalam sendi di depan caput femoris sehingga mencegah

kembalinya posisi caput secara konsentris ke dalam acetabulum.21

Tata laksana untuk dislokasi yang tidak tereduksi ini adalah dengan reduksi

operatif (terbuka).

21

Page 22: Dislokasi Panggul

e. Komplikasi

Dini17

Cedera nervus ischiadicus. Syaraf ini kadang-kadang mengalami cedera,

namun biasanya membaik lagi. Jika setelah mereduksi dislokasi, lesi nervus

ischiadicus dan fraktur acetabulum yang tidak tereduksi terdiagnosis, maka

nervus harus dieksplorasi dan fragmennya dikoreksi ke tempat asalnya

(disekrupkan pada posisinya). Penyembuhan sering membutuhkan waktu

beberapa bulan, dan sementara itu tungkai harus dihindarkan dari cedera dan

pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki terkulai (foot drop).

Cedera pembuluh darah. Kadang-kadang arteri gluteus superior robek dan

mungkin terdapat banyak perdarahan. Jika keadaan ini dicurigai, maka harus

dilakukan arteriogram. Pembuluh darah yang robek mungkin perlu diligasi.

Fraktur corpus femoris. Bila ini terjadi bersamaan dengan dislokasi

panggul, dislokasi biasanya terlewatkan. Maka harus digunakan pedoman

bahwa pada setiap fraktur corpus femoris, bokong dan trochanter per

palpasi, dan panggul harus dilakukan pemeriksaan X-ray. Sekalipun

tindakan pencegahan ini tidak dilakukan, suatu dislokasi harus dicurigai bila

fragmen proximal pada fraktur melintang pada batang terlihat beradduksi.

Reduksi dislokasi ini jauh lebih sulit, tetapi manipulasi tertutup yang

perlahan harus tetap dicoba. Jika cara ini gagal, maka reduksi terbuka harus

dicoba, dan pada saat yang sama, femur dapat difiksasi dengan

intramedullary nail.

Lambat17

Nekrosis avaskular. Persediaan darah pada caput femoris sangat terganggu

sekurang-kurangnya pada 10% dislokasi panggul traumatik. Jika reduksi

ditunda lebih dari beberapa jam, angkanya meningkat menjadi 40%.

Nekrosis avaskular terlihat pada pemeriksaan X-Ray sebagai peningkatan

kepadatan caput femoris, tetapi perubahan ini tidak ditemukan sekurang-

kurangnya selama 6 minggu, dan kadang-kadang jauh lebih lama (sampai 2

tahun), tergantung pada kecepatan perbaikan tulang. Jika caput femoris

menunjukkan tanda-tanda fragmentasi, mungkin diperlukan operasi. Jika

22

Page 23: Dislokasi Panggul

terdapat segmen nekrotik yang kecil, osteotomi penjajaran tulang

(realigment) merupakan metode terpilih. Sebaliknya, pada pasien yang lebih

muda, pilihannya adalah antara penggantian caput femoris dengan prostesis

bipolar atau artrodesis panggul. Pada pasien berusia di atas 50 tahun,

penggantian panggul keseluruhan adalah pilihan yang lebih baik.

Miositis osifikans. Komplikasi ini jarang terjadi, mungkin berhubungan

dengan beratnya cedera. Karena sulit diramalkan, Komplikasi ini sulit

dicegah. Gerakan tidak boleh dipaksa dan pada cedera yang berat, masa

istirahat dan pembebanan mungkin perlu diperpanjang.

Dislokasi yang tak tereduksi. Setelah beberapa minggu, dislokasi yang tak

diterapi jarang dapat direduksi dengan manipulasi tertutup dan diperlukan

reduksi terbuka. Insidensi kekakuan atau nekrosis avaskular sangat

meningkat dan di kemudian hari pasien dapat memerlukan pembedahan

rekonstruktif.21

Osteoartritis. Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh (1)

kerusakan cartilago pada saat dislokasi, (2) adanya fragmen yang bertahan

dalam sendi, atau (3) nekrosis iskemik pada caput femoris.

DISLOKASI ANTERIOR

a. Mekanisme Cedera

Dislokasi ini dapat terjadi dalam kecelakaan lalu lintas ketika lutut terbentur

dashboard ketika paha dalam posisi abduksi. Dislokasi pada satu atau

bahkan kedua panggul dapat terjadi jika seseorang tertimpa benda berat

pada punggungnya saat posisi kaki merentang, lutut lurus, dan punggung ke

depan.17

Caput femoris didorong dengan paksa ke arah anteroinferior dan berpindah

ke foramen obturatorium atau pubis. Dislokasi pubis jarang terjadi jika

dibandingkan dengan dislokasi obturator dan sangat sulit untuk direduksi.

Mekanisme dislokasi ini adalah hiperekstensi dan exorotasi yang berlebihan

sehingga memaksa caput femoris keluar dari sendi melalui robekan kapsul

sendi di bagian anterior.

23

Page 24: Dislokasi Panggul

b. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Kaki berada dalam posisi exorotasi, abduksi, dan sedikit fleksi. Kaki tidak

memendek karena perlekatan rektus femoris mencegah caput femoris

bergeser ke atas. Bila dilihat dari samping, tonjolan anterior pada caput yang

mengalami dislokasi tampak jelas. Kadang-kadang kaki berabduksi hampir

membentuk sudut siku-siku. Caput yang menonjol mudah diraba. Gerakan

panggul tidak dapat dilakukan.17

Posisi sendi pada dislokasi panggul anterior

Cedera neurovaskular dapat terjadi. Berikut ini adalah tanda-tanda

terjadinya cedera neurovaskular pada dislokasi panggul anterior:

Paresis di extremitas bawah

Rasa nyeri tumpul di extremitas bawah

Refleks patella melemah atau hilang

Extremitas bawah tampak pucat dan dingin

Parestesia di extremitas bawah

c. Pemeriksaan Radiologi

24

Page 25: Dislokasi Panggul

Pada foto anteroposterior, dislokasi biasanya jelas, tetapi kadang-kadang

caput hampir berada di depan posisi normalnya sehingga jika meragukan

dapat dilakukan foto lateral.15

Gambaran radiologi dislokasi panggul anterior

d. Tata laksana

Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum.

Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislokasi.

Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan

neurovaskular.20

Manuver yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan untuk

mereduksi dislokasi posterior, kecuali bahwa ketika paha yang berfleksi

ditarik ke atas, paha harus diadduksi. Tata laksana berikutnya mirip dengan

tata laksana pada dislokasi posterior. 17,20

25

Page 26: Dislokasi Panggul

Setelah reduksi, panggul diistirahatkan dengan pemasangan skin traction

selama tiga minggu. Beberapa hari setelah reduksi, gerakan aktif dan pasif

sendi panggul dapat dimulai. Pada akhir minggu ketiga, pasien

diperbolehkan jalan menggunakan kruk penopang tanpa bertumpu pada sisi

yang mengalami dislokasi. Selama periode ini dapat dilakukan latihan aktif

terkontrol untuk mengembalikan fungsi sendi dan perkembangan tonus dan

kekuatan otot. Kerja ringan dapat dilanjutkan pada minggu ke 14-16 dan

aktivitas penuh dapat dilakukan 6-10 bulan setelah cedera.20

Ikuti perkembangan pasien selama minimal 2 tahun, setiap pemeriksaan

rekam perkembangan range of motion dari sendi panggul dan lakukan

pemeriksaan X-ray setiap 4-6 bulan untuk mengetahui ada tidaknya nekrosis

avaskular dari caput femoris.20

Dislokasi Panggul yang Tidak Tereduksi

Pada kasus yang jarang, manuver reduksi tertutup dapat gagal dalam

mereduksi dislokasi panggul anterior. Jika hal ini terjadi, maka reduksi

tertutup tidak boleh dipaksakan dan hal ini merupakan indikasi untuk

dilakukannya reduksi terbuka.

Kegagalan reduksi tertutup ini dapat disebabkan oleh 1)Penetrasi caput

femoris ke dalam otot iliopsoas dan 2) ekstrusi caput femoris ke dalam

lubang (buttonhole) di kapsul anterior.

e. Komplikasi

Nekrosis avaskular adalah Komplikasi yang dapat terjadi pada dislokasi

panggul anterior dan terjadi pada 10% kasus. Persediaan darah pada caput

femoris sangat terganggu sekurang-kurangnya pada 10% dislokasi panggul

traumatik. Jika reduksi ditunda lebih dari beberapa jam, angkanya

meningkat menjadi 40%. Nekrosis avaskular terlihat pada pemeriksaan X-

Ray sebagai peningkatan kepadatan caput femoris, tetapi perubahan ini tidak

ditemukan sekurang-kurangnya selama 6 minggu, dan kadang-kadang jauh

lebih lama (sampai 2 tahun), tergantung pada kecepatan perbaikan tulang.

Dalam minggu-minggu awal, radiosintigrafi dapat memperlihatkan tanda-

26

Page 27: Dislokasi Panggul

tanda iskemia tulang. Jika caput femoris menunjukkan tanda-tanda

fragmentasi, mungkin diperlukan operasi. Jika terdapat segmen nekrotik

yang kecil, osteotomi penjajaran tulang (realigment) merupakan metode

terpilih. Sebaliknya, pada pasien yang lebih muda, pilihannya adalah antara

penggantian caput femoris dengan prostesis bipolar atau artrodesis panggul.

Pada pasien berusia di atas 50 tahun, penggantian panggul keseluruhan

adalah pilihan yang lebih baik.

DISLOKASI CENTRAL (PUSAT)

a. Mekanisme Cedera

Dislokasi ini dapat terjadi jika seseorang jatuh dari ketinggian, terjatuh satu

sisi, atau pukulan pada trochanter major. Pukulan ini dapat mendorong

caput femoris ke lantai acetabulum dan menyebabkan fraktur pelvis.15

b. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Terdapat luka lecet atau memar pada paha, namun kaki terletak pada posisi

normal. Trochanter dan daerah panggul terasa nyeri. Gerakan minimal

masih dapat dilakukan. Pasien harus diperiksa dengan cermat untuk mencari

ada tidaknya cedera pelvis dan abdomen.17

c. Pemeriksaan Radiologi

Pada foto anteroposterior, caput femoris tampak bergeser ke medial dan

lantai acetabulum mengalami fraktur.15

d. Tata Laksana

Pada kasus dislokasi panggul central tetap harus diusahakan untuk

melakukan reduksi dan memulihkan bentuk lazim panggul. Meskipun

osteoartritis sekunder tidak dapat dielakkan, paling tidak anatomi yang

normal akan memudahkan pembedahan rekonstruktif.16

Dislokasi central yang disertai dengan fraktur kominusi pada lantai

acetabulum kadang-kadang dapat direduksi dengan manipulasi di bawah

27

Page 28: Dislokasi Panggul

anestesi umum. Ahli bedah menarik paha dengan kuat dan kemudian

mencoba mengungkit keluar caput dengan mengadduksi paha,

menggunakan bantalan keras sebagai titik tumpu. Jika cara ini berhasil,

traksi longitudinal dipertahankan selama 4-6 minggu dengan pemeriksaan

X-ray untuk memastikan bahwa caput femoris tetap berada di bawah bagian

acetabulum yang menahan beban.

Jika manipulasi gagal, kombinasi traksi longitudinal dan lateral dapat

mereduksi dislokasi selama 2-3 minggu. Pada semua metode ini, gerakan

perlu dimulai secepat mungkin. Bila traksi dilepas, pasien diperbolehkan

bangun dengan kruk penopang. Penahanan beban diperbolehkan setelah 8

minggu. Hasilnya terhadap fungsi lebih baik daripada yang ditunjukkan

pada penampilan X-ray, tetapi semua gerakan kecuali fleksi dan ekstensi

tetap sangat terbatas, dan pada akhirnya terjadi artritis degeneratif, kecuali

jika pergeseran hanya terjadi sedikit.

e. Indikasi Operasi16

- Fraktur acetabulum dengan pergeseran > 2mm di dalam kubah

acetabulum.

- Fraktur dinding posterior dengan > 50% keterlibatan permukaan

artikulasi sendi pada dinding posterior.

- Ketidakstabilan klinis pada fleksi 90D.

- Fragmen yang terjebak di dalam acetabulum setelah reduksi tertutup.

Beberapa penulis menganjurkan operasi dilakukan 2-3 hari setelah cedera

untuk menunggu kondisi pasien agar stabil. Idealnya reduksi terbuka dan

fiksasi internal fraktur acetabulum seharusnya dilakukan dalam 5-7 hari

setelah cedera. Reduksi anatomis akan menjadi lebih sulit setelah melewati

waktu tersebut karena pembentukan hematoma, kontraktur jaringan lunak,

dan pembentukan callus awal.

Setelah dilakukan reduksi terbuka, dilakukan pemasangan skeletal traction.

Pemasangan ini dilakukan dengan cara:

Masukkan threaded wire di bawah tibial tubercle.

28

Page 29: Dislokasi Panggul

Pasang bebat Thomas dengan Pearson attachment balanced dari rangka di

atas kepala.

Panggul dan lutut sedikit difleksikan

Berikan beban seberat 20-25 lbs.

f. Komplikasi

Dini16,17

Seperti halnya pada fraktur pelvis lain, dapat terjadi cedera viseral dan syok

hebat.

Cedera nervus ischiadicus dapat terjadi ketika terjadinya fraktur atau pada

saat operasi. Meskipun pada saat operasi, syaraf ini dilindungi, namun tidak

ada kepastian mengenai prognosisnya.

Trombosis vena iliofemoral dapat terjadi dan bersifat serius dan beberapa

klinik menggunakan profilaksis antikoagulan.

Lambat

Kekakuan sendi, dengan atau tanpa osteoartritis sering terjadi. Jika

penggantian panggul keseluruhan dipertimbangkan, perlu dipastikan bahwa

fraktur acetabulum telah menyatu, jika tidak maka mangkuk dapat terlepas

Pada pasien muda, lebih baik dilakukan artrodesis.

Nekrosis avaskular pada caput femoris dapat terjadi meskipun caput femoris

tidak benar-benar mengalami dislokasi.

Formasi tulang heterotropik. Osifikasi periarticular biasa terjadi pada cedera

jaringan lunak yang berat. Antisipasi dapat dilakukan dengan pemberian

profilaksis indometasin.

g. Prognosis

Setelah dislokasi panggul, fungsi panggul yang baik masih dapat kembali

asalkan tidak terjadi nekrosis avaskular atau artritis traumatik dari caput

femoris. Reduksi awal telah terbukti sebagai cara terbaik untuk mencegah

nekrosis avaskular dengan cara mempersingkat waktu terganggunya

sirkulasi caput femoris. Dalam tinjauan Stewart dan Milford dalam 128

kasus fraktur-dislokasi, mereka tidak mendapatkan hasil yang baik pada

29

Page 30: Dislokasi Panggul

kasus dislokasi yang direduksi lebih dari 24 jam. Mereka melaporkan

nekrosis avaskular pada 15,5% kasus yang diterapi dengan reduksi tertutup

dan pada 40% kasus yang diterapi dengan reduksi terbuka.36 Dalam

laporannya mengenai 262 kasus dislokasi dan fraktur-dislokasi, Brav

menemukan kejadian nekrosis avaskular sebesar 17,6% pada panggul yang

direduksi dalam waktu 12 jam setelah cedera dan 56,9% pada panggul yang

direduksi setelah 12 jam. Hougard dan thomsen melaporkan nekrosis

avaskular sebesar 4% pada panggul yang direduksi dalam waktu 6 jam dan

58% pada panggul yang tetap mengalami dislokasi selama lebih dari 6 jam.

Penundaan weight bearing memberikan dampak yang kecil dalam

perkembangan nekrosis avaskular. Brav, dalam laporan mengenai 523

pasien, menemukan insiden nekrosis avaskular sebesar 25,7% pada

kelompok pasien yang memulai menopang berat tubuh sebelum 12 minggu

dan 26,6% pada kelompok pasien memulai menopang berat tubuh setelah 12

minggu.

30

Page 31: Dislokasi Panggul

DAFTAR PUSTAKA

1. Thompson, J.C. Netter’s Concise Atlas Orthopaedic Anatomy. USA: Icon

Learning System LLC. 2002; p168-174

2. Ellis, H. Clinical Anatomy: Applied Anatomy for Students and Junior

Doctors, 11ed. London: Blackwell Publishing. 2006; p226-229

3. Salter RB. Congenital Abnormalities. Dalam: Salter RB. Textbook of

Disorders and Injuries of the Musculosceletal System.

4. Lavelle DG. Fractures and dislocations of the hip. Dalam: Canale ST, Beaty

JH. Campbell’s Operative Orthopaedics. Edisi ke-11. Philadelphia: Elsevier;

2009. Hal 3286-98.

5. Guyton JL, Perez EA. Fractures of acetabulum and pelvis. Dalam: Canale

ST, Beaty JH. Campbell’s Operative Orthopaedics. Edisi ke-11.

Philadelphia: Elsevier; 2009. Hal 3309-30.

6. Catterall A. Assessment of adolescent acetabular dysplasia. In Recent

Advances in Orthopaedics – 6 (ed. A. Catterall), Churchill Livingstone,

Edinburgh; 1992

7. Harcke T, Kumar J. The role of ultrasound in the diagnosis and management

of congenital dislocation and dysplasia of the hip. J Bone Joint Surg; 1993.

73A: 622–8.

8. Jones DA. Principles of screening and congenital dislocation of the hip. Ann

R Coll Surg Engl; 1994. 76: 245–50.

9. Yamamuro T, Ishida K. Recent advances in the prevention, early diagnosis

and treatment of congenital dislocation of the hip in Japan. Clin Orthop

Relat Res; 1984. 184: 34–40.

10. Wynne-Davies R. Acetabular dysplasia and familial joint laxity: two

aetiological factors in congenital dislocation of the hip. J Bone Joint Surg;

1970. 52B: 704–16

11. Thompson VP, Epstein VP. Traumatic dislocation of the hip. J Bone Joint

Surg; 1951. 33A: 746–78.

31

Page 32: Dislokasi Panggul

12. Nayagam S. Injuries of the Hip and Femur. Dalam: Solomoan L, Warwick

D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedic and Fractures. Edisi ke-9.

London; 2010.

13. Epstein HC: Posterior fracture-dislocation of the hip: long-term follow-up, J

Bone Joint Surg 56A:1103, 1974.

14. Drake RL, Vogl W, Mitchell A. Gray’s Anatomy for Student. Edisi ke-1.

Philadelphia: Elsevier; 2005. Hal 48-58

15. Cornwall R, Radomisli TE: Nerve injury in traumatic dislocation of the hip,

Clin Orthop Relat Res 377:84, 2000

16. Tornetta P III, Mostafavi HR. Hip Dislocation: Current Treatment

Regimens. J Am Acad Orthop Surg; 1997. 5(1): 27–36.

17. Canale ST, Manugian AH: Irreducible traumatic dislocations of the hip, J

Bone Joint Surg; 1979. 61A:7.

18. Stewart MJ, Milford LW: Fracture-dislocation of the hip: an end-result

study, J Bone Joint Surg;1954. 36A:315

19. Epstein HC, Harvey JP: Traumatic anterior dislocations of the hip,

management and results: an analysis of fifty-five cases, J Bone Joint Surg;

1972. 54A:1561.

20. Goddard NJ: Classification of traumatic hip dislocation, Clin Orthop Relat

Res; 2000. 377:11.

21. DeLee JC, Evans JA, Thomas J: Anterior dislocation of the hip and

associated femoral-head fractures, J Bone Joint Surg;1980. 62A:960.

32