emosi

22
Makalah Emosi PEMBAHASAN 1. Pengertian Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. o Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. o Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) : emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. o Menurut Syamsudin,2005:114) :Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa ( a strid up state ) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. o Menurut Crow & crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.” o Menurut James & Lange : bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu.

Upload: fanny-kristin

Post on 27-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

penjelasan emosi mendetail

TRANSCRIPT

Page 1: emosi

Makalah   Emosi PEMBAHASAN

1. Pengertian

 

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

o Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran.

o Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) : emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

o Menurut Syamsudin,2005:114) :Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa ( a strid up state ) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku.

o Menurut Crow & crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.”

o Menurut James & Lange : bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira.

o Menurut Lindsley : bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.

2. Teori-Teori Emosi

a.   Teori hubungan emosi dengan gejala kejasmanian

Page 2: emosi

Jika seseorang mengalami emosi, pada individu akan terdapat perubahan-perubahan kejasmanian. Prinsip tersebut digunakan untuk kepentingan praktis dengan diciptakan lie detector atau polygraph yaitu suatu alat yang digunakan dalam lapangan psikologi kriminla atau psikologi rosensik yang memberi bantuan positif. Alat tersebut diciptakan oleh John A.Larson disempurnakan oleh L.Keeler.

Teori James Lange

Bahwa emosi timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya, menangis karena sedih, tertawa karena senang, lari karena takut dan berkelahi karena marah. Biasa disebut teori teori perifir dalam emosi atau juga disebut paradoks James.

Teori Canon Bard

Merumuskan teori tentang pengaruh fisiologis terhadap emosi. Teori ini menyatakan bahwa situasi menimbulkan rangkaian proses pada syaraf. Suatu situasi yang saling mempengaruhi antara thalamus ( pusat penghubung antara bagian bawah otak dengan susunan syaraf pusat, dan alat keseimbangan atau cerebellum dengan cerebral cortex ( bagian otak yang terletak di dekat permukaan sebelah dalam dari tulang tengkorak, suatu bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya seperti berpikir ). Biasa disebut teori sentral dalam berpikir atau teori dengan pendekatan neurologis.

Teori Schacht er Singer

Teori ini berpendapat bahwa emosi yang dialami seseorang merupakan hasil interpretasi dari aroused atau stirred up dari keadaan jasmani. Menurut pendapat tokoh ini bahwa keadaan jasmani dari timbulya emosi pada umumnya sama untuk sebagian besar emosi yang dialami,apabila ada perbedaan fisiologis dalam pola otonomik pada umumnya orang yang tidak dapat mempersepsi dalam hal ini. Karena perubahan jasmani merupakan hal yang ambigious, teori menyatakan bahwa teori menyatakan bahwa tiap emosi dapat dirasakan dari stirred up kondisi jasmani dan individu akan memberikan interpretasinya.

Teori Harvey Carr

Menurut teori ini emosi adalah penyesuaian menghadapi situasi-situasi tertentu. Misalnya emosi marah timbul jika organisme dihadapkan rintangan yang menghambat kebebasannya untuk bergerak, sehingga semua tenaga dan daya dikerahkan untuk mengatasi rintangan tersebut dengan diiringi oleh gejala seperti denyut jantung yang meninggi, pernapasan semakin cepat. Tetapi tidak semua emosi mempunyai makna biologis. Emosi mudah dikenal dan dirumuskan dalam hubungan dengan situasi dimana emosi itu timbul.

Teori J.B Watson

Mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar emosi, yaitu takut, marah dan cinta ( fear, anger, and love ). Ketiga jenis emosi tersebut akan menunjukkan respon tertentu pada stimulus tertentu pula, namun kemungkinan dapat terjadi modifikasi ( perubahan ) ( Yusuf Syamsu, 2006 ).

Page 3: emosi

 

b. Teori Hubungan Antar Emosi

Tokoh dari teori ini adalah Robert Plutchik berpendapat bahwa emosi berbeda dalam 3 dimensi yaitu : intensitas, kesamaan dan polaritas atau pertentangan. Hal tersebut merupakan dimensi yang digunakan untuk mengadakan emosi yang satu dengan yang lain. Misalnya grief,sadness,persiveness merupakan dimensi intensitas dan grief adalah yang palinh kuat. Menurut Millensen bahwa tiga dimensi sebagai dasar emosi,yaitu fear, anger,pleasure.

c. Teori Emosi Berkaitan dengan Motivasi

Teori ini dikemukakan oleh Leeper(Iih. Morgan dkk.1984). Garis pemisah antara emosi dan motivasi sangat tipis. Misalnya takut(fear) adalah emosi,tetapi juga motif pendorong perilaku, karena orang takut akan terdorong berperilaku kearah tujuan tertentu.

Tomkins(Iih Morgan dkk. 1984) bahwa emosi menimbulkan enersi untuk motivasi. Motif atau dorongan (drive) hanya memberikan informasi mengenai sementara kebutuhan. Misalya, dorongan memberitahukan kita bahwa makanan itu dibutuhkan.

Tomkins mengemukakan bahwa adanya 9 macam innate emotions berdasarkan tipe gerak ekspresi yang nampak pada seseorang. Tiga yang bersifat positif adalah interest atau excitement,enjoyment atau joy, surprise atau startie.

 

d.  Teori kognitif mengenai emosi

Teori ini dikemukakan oleh Richard Lazarus,dkk yang mengemukakan      teori tentang emosi yang menekankan pada penafsiran atau pengertian mengenai informasi yang datang dari beberapa sumber. Teori ini menyatakan bahwa emosi yang dialami itu merupakan hasil penafsiran atau evaluasi mengenai informasi yang datang dari situasi lingkungan dan dari dalam.

 

e. Teori Emosi dalam Hubungannya dengan Ekspresi Muka(facial expression)

Teori ini dikemukakan oleh Darwin(Carlson,1987). Menurut Darwin,orang-orang dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda menggunakan pola yang sama dalam pola gerak dari facial muscles untuk menyatakan keadaan emosional seseorang. Oleh karena itu menurut Darwin pola ekspresi roman muka adalah bersifat universal, dan oleh karenanya merupakan hal yang inherited atau bawaan.

 

Page 4: emosi

3. Biehler (1972) dalam (Sunarto, 2002:155) membagi ciri-ciri emosional remaja  menjadi 2 rentang usia yaitu

1)      Usia 12-15tahun,cirinya:

Pada usia ini seorang siswa cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya

diri

Ledakan-ledakan kemarahan mungkin saja terjadi

Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri

Remaja mulai mengamati orang tua dan gurunya secara lebih objektif

2)      Usia 15-18 tahun,cirinya:

Pemberontakan remaja merupakan pernyataan atau ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

Karena bertambahnya kebebasan mereka banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka

Siswa pada usia ini sering melamun

 

4.         Pola Emosi pada Masa Remaja

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Misalnya, perlakuan sebagai ”anak kecil” atau secara ”tidak adil” membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal-hal lain. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak. Ia tidak mengeluh dan menyesali diri sendiri, seperti yang dilakukan anak-anak. Remaja suka bekerja sambilan agar dapat memperoleh uang untuk membeli barang yang diinginkan atau bila perlu berhenti sekolah untuk mendapatkannya.

 

5.         Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik

Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :

Page 5: emosi

1. memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai

2. melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa ( frustasi ).

3. menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup ( nervous ) dan gagap dalam berbicara.

4. terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati

5. suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Jenis Emosi Perubahan Fisik1. Terpesona 1. Reaksi elektris pada kulit2. Marah 2. Peredaran darah bertambah cepat3. Terkejut 3. Denyut jantung bertambah cepat4. Kecewa 4. Bernapas panjang5. Sakit / Marah 5. Pupil mata membesar6. Takut / Tegang 6. Air liur mengering7. Takut 7. Bulu roma berdiri8. Tegang 8. Pencernaan terganggu, otot – otot menegang

atau bergetar ( tremor )

Tabel.  Jenis – Jenis Emosi dan Dampaknya pada Perubahan Fisik

  

6.Karakteristik Perkembangan Emosi

 Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.

Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan sosial yang baru. (Hurlock, 2002 :213).Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaan yang terlihat terletak pada macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi remaja.:

Cinta dan kasih sayang Gembira dan bahagia

Page 6: emosi

Kemarahan dan Permusuhan

Ketakutan dan Kecemasan

Frustasi dan Dukacita

 

       7.  Pengelompokan Emosi

Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan ( psikis ).

Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.

Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi jenis ini diantaranya adalah :

1. Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk :

a. rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah

b. rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran

c. rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan – persoalan ilmiah yang harus dipecahkan

2. Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti :

a. rasa solidaritas

b. persaudaraan ( ukhuwah )

c. simpati

d. kasih sayang, dan sebagainya

3. Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – nilai baik dan buruk atau etika ( moral ). Contohnya :

a. rasa tanggung jawab ( responsibility )

b. rasa bersalah apabila melanggar norma

c. rasa tentram dalam mentaati norma

Page 7: emosi

4. Perasaan Keindahan ( estetis ), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun kerohanian

5. Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai makluk Tuhan, dianugrahi fitrah ( kemampuan atau perasaan ) untuk mengenal; Tuhannya. Dengan kata lain, manusia dianugerahi insting religius ( naluri beragama ). Karena memiliki fitrah ini, maka manusia di juluki sebagai “ Homo Divinans “ dan “ Homo Religius “ atau makluk yang berke-Tuhan-an atau makluk beragama.

 

8.         Komponen Emosi

Subjektif feeling Reaksi kognitif

Reaksi fisiologis

Reaksi behavioral

 

9.         Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi :

Faktor kematangan Faktor belajar

 

PENUTUP

 

Kesimpulan

1. Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.2. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut,cema,sedih,dsb.3. Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar.4. Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif          terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah, dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap keluarga.5. Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun

Page 8: emosi

emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya.6. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan, guru dapat melakukan beberapa upaya dalam pengembangan emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelolaan kelas, mendorong anak bersaing dengan diri sendiri, pengelolaan diskusi kelas yang baik, mencoba memahami remaja, dan membantu siswa untuk berprestasi.

7. Pemberian tugas – tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil keputusan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan

kepribadiannya. Cara yang paling strategis untuk ini adalah apabila para pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang dapat merupakan objek

identifikasi sebagai pribadi idola para remaja.

Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Beberapa Literatur yang di gunakan dalam penulisan artikel Belajar Psikologi dan karya ilmiah dalam blog ini yaitu:

Bimo Walgito. (2005). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Meteri Dasar Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Buku III B, 1983

Departemen Pendidikan Nasional : Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. 2008

Eitington, J. E. (1996). The Winning Trainer (Winning Ways to Involve People in Learning. Third Edition. Texas: Gulf Publishing Company.

Engkos Mulsaya. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Eva Imania Eliasa. (2009). Permainan Dalam Bimbingan dan Konseling. (Tidak diterbitkan) Makalah disampaikan dalam seminar di Bandung.

Gazda, G. M. (1997). Group Counseling A Developmental Approach. Boston: Allyn and Baron.

Goleman, D. (1996). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

—————-. (2001). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta : Erlangga.

Page 9: emosi

Hernowo. (2003). Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: MLC.

Hurlock, E.B. (1997). Develovmental Psycology A Life Span Approach. Fifth edition.

J. J. Hasibuan dan Moedjiono. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kartini Kartono. (2005). Patologi Sosial 2; Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Grothberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections. Number8. The Hague : Benard van Leer Voundation.

Grothberg, E. (1999). Tapping Your Inner Strength, Oakland, CA : New Harbinger Publication, Inc.

Hurlock, E.B. (2000). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Kasihani Kasbolah E.S. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1999

Muhammad Ali. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara

Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Reivick, K & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New york: Broadway Books

Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Saifuddin Azwar. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.(edisi kelima) Jakarta: Erlangga

Santrock. J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam) Jakarta: Erlangga

Sarlito Wirawan Sarwono, (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sri Rumini & Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Page 10: emosi

Sunarto & Agung Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta

Suryobroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Reaserch.Yogyakarta : Andi

Suwarjo. (2008). Model Konseling Teman Sebaya Untuk Pengembangan Daya Lentur (Resilience). Disertasi (tidak diterbitkan) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan  Madrasah (Berbasis Integrasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Tidjan SU. (1993). Bimbingan dan Konseling Untuk Sekolah. Yogyakarta : UPP-UNY

Winkel & Sri Hastuti (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Zakiah Darajat. (1990). Kesehatan Mental.  Jakarta: CV Haji Masagung.

Zulkifli. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Read more: Referensi Karya Ilmiah | belajarpsikologi.com

Page 11: emosi

PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DAN KOMUNITASNYATanggal: Monday, 18 January 2010

Topik: Depsos

PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DAN KOMUNITASNYA DI SEGALA BIDANG UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN YANG BERMARTABAT

Oleh: Robinson W.Saragih

Widyaiswara Utama Departemen Sosial RI

 

Suatu telaahan tentang tema Hari Nasional Penyandang Cacat tahun 2009. Dua belas tahun setelah Rakyat Indonesia mengundangkan UU No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan sebelas tahun

tentang Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1998 tentqng Usaha Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat di Indonesia).

A Pendahuluan

 

     Hari Nasional Penyandang Cacat tanggal 3 Desember 2009 di Indonesia  dengan tema “Pemberdayaan Penyandang Cacat Dan Komunitasnya Di Segala Bidang Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Yang Bermartabat, sangat tepat karena kita merupakan bagian dari masyarakat dunia.  Indonesia sudah seharusnya  melaksanakan pemberdayaan penyandang cacat disegala bidang karena  pada bulan Oktober 2002 di Otsu Jepang diadakan Pertemuan Tingkat Tinggi Antar Pemerintah, dari negara-negara Asia dan Pasifik yang termasuk anggota PBB, salah satu Negara pesertanya adalah Indonesia. Pada pertemuan  tersebut telah DISEPAKATI dan

Page 12: emosi

DICANANGKAN   perpanjangan Asian and  Pacific Decade of Disabled Persons (APDDP},  1993 - 2002  untuk dekade kedua  2003 s/d 2012 yang dikenal dengan sebutan  “ Biwako Millenium Frameworks  for Action:  Toward  an Inclusive, Barrier Free and Right Based Society For Persons With Disabilities in Asia and the Pacific. Sebagai tindaklanjut dari keikutsertaan dan kesepakatan tersebut, Indonesia telah menyusun “Rencana Aksi Nasional  Penyandang Cacat 2004 s/d 2013, Indonesia” .

B Permasalahan Penyandang Cacat

Penyandang cacat merupakan salah satu dari permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Menurut Horton dan Leslie dalam Edi Suharto, 1997, p 153, masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahan melalui aksi sosial secara koletif. Sementara menurut Robert L, Barker,  menyatakan  Social Problems : Conditions among people leading to social responses that violate some people’s values and norms and cause emotional or economic suffering. Examples of social problem include crime, social inequality, poverty, racism, drug abuse, family problerms, and maldistribution of limited resources. (Robert L, Barker 1999, p 452).

Bertitiktolak dari batasan tersebut  maka penyandang cacat disebut masalah sosial karena   sebagai sesuatu kondisi yang mengarah kepada reaksi yang melanggar nilai-nilai, norma-norma dirasakan banyak orang dan   mengakibatkan masalah emosional dan masalah ekonomi. Kecacatan yang mereka alami mengakibatkan adanya ketidaksamaan sosial, diskriminasi, permasalahan keluarga, pendistribusian yang salah tentang sumber-sumber yang terbatas dan kemiskinan. Permasalahan tersebut menuntut pemecahan.

Penyandang cacat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu permasalahan penyandang cacat merupakan permasalahan bangsa Indonesia. Mereka hidup sama seperti anggota masyarakat lainnya, ingin dihargai dan menghargai, ingin dicintai dan mencintai, ingin memiliki dan dimiliki, mempunyai karsa dan rasa, mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan sama seperti manusia lainnya. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka permasalahan penyandang cacat akan tetap ada ditengah tengah masyarakat Indonesia apabila tidak ditangani secara benar.

Permasalahan yang sangat mendasar tentang penyandang cacat adalah kurangnya pemahaman masyarakat maupun aparatur pemerintah yang terkait tentang keberadaan penyandang cacat. Adanya  anggapan bahwa penyandang cacat merupakan aib, kutuk, memalukan, dianggap sama dengan orang sakit, dianggap tidak berdaya sehingga tidak perlu diberikan pendidikan, mereka cukup dikasihani dan diasuh untuk kelangsungan hidup. Mereka tinggal dirumah, terperangkap dirumah masing-masing, tidak menyusahkan orang lain dan mudah untuk diawasi oleh orang tua atau keluarga. Sebahagian dari mereka menjadi bahan obyekan sebagai peminta-minta.  Keadaan

Page 13: emosi

demikian telah berakar kuat di masyarakat, sehingga sangat sulit untuk memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada penyandang cacat. Disamping itu fasilitas berupa aksesibilitas fisik dan non fisik untuk penyandang cacat relatif sangat terbatas, sehingga mereka sulit untuk bergerak secara mandiri.

 Secara umum permasalahan penyandang cacat dapat dibagi dalam dua katagori sbb :1    Permasalahan yang berasal dari dalam diri penyandang cacat itu sendiri antara lain:

1. Kurangnya pemahaman akan diri sendiri oleh penyandang cacat, sehingga tidak tahu apa potensi yang dimiliki dan bagaimana cara mengembangkannya.

2. Tidak memiliki ketrampilan yang memadai karena tidak pernah mendapat kesempatan untuk pendidikan atau pelatihan.

3. Merasa rendah diri (inferiority complex) karena kecacatannya, sehingga jarang bergaul dengan orang-orang di sekelilingnya.

4. Keadaan ekonomi lemah karena tidak ada sumber penghasilan menetap.

5. Adanya ketergantungan pada orang lain.

6. Keterasingan secara sosial

2. Permasalahan yang berasal dari luar diri penyandang cacat antara lain:

1. Masyarakat, aparatur pemerintah dan dunia usaha masih banyak yang belum memahami eksistensi penyandang cacat sebagai potensi Sumber Daya Manusia sehingga diabaikan.

2. Stigma dalam masyarakat, memiliki anggota keluarga cacat marupakan aib, memalukan, menurunkan harkat dan martabat keluarga.

3. Pandangan masyarakat bahwa penyandang cacat sama dengan orang sakit, perlu perlakuan khusus sehingga memperoleh perlindungan berlebihan.

4. Perlakuan masyarakat diskriminatif dalam berbagai hal termasuk dalam rekruitmen tenaga kerja.

5. Aksesibilitas penyandang cacat baik aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas non fisik yang tersedia sangat terbatas.

Dampak lebih lanjut permasalah tersebut  dalam kehidupan  penyandang cacat yaitu:

1. Adanya keterbatasan dalam mengembangkan potensi dirinya.2. Kurang kemampuan atau keberanian mengungkapkan tentang keinginannya.

3. Kesempatan untuk belajar sangat terbatas atau tidak ada sama sekali.

4. Tidak mampu untuk hidup mandiri secara ekonomi.

5. Ketergantungan hidup pada orang lain secara sosial dan ekonomi.

Page 14: emosi

Permasalahan tersebut akan dialami oleh penyandang cacat sepanjang hayatnya, apabila tidak ada langkah-langkah kongkrit untuk mengatasinya. Oleh karena itu perlu adanya penanganan secara komprehansif, lintas sektoral dan lintas disiplin serta diperlukan adanya kesungguhan dari semua pihak yang terkait. Penanganannya dari dua sisi yakni peningkatan kapasitas penyandang cacat dan pembenahan  pandangan masyarakat tentang penyandang cacat.

C    Pemberdayaan Penyandang Cacat

Pemberdayaan mempunyai makna yaitu suatu proses kegiatan untuk meningkatkan kemampuan seseorang, kelompok atau masyarakat yang dibantu, agar mereka dapat membantu dirinya sendiri. Konsep tersebut sejalan dengan konsep pertolongan dalam pekerjaan sosial  yakni “To help the people to help themselves“ atau membantu orang agar dapat membantu dirinya sendiri. Membantu orang, kelompok atau masyarakat  agar mereka dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Pemberdayaan menurut Guttierez 1994, p.202,  Empowerment Practice in Social Work, menyatakan : “Empowerment is the process of increasing personal, interpersonal, or political power so that individuals, families and communities can take action to improve their situation”. Stephen P. Robbins, 1993, p.682, menyatakan Empowerment is a process that increases employees’ intrinsic task motivation. Pemberdayaan merupakan proses dalam rangka pengembangan pribadi, hubungan antar pribadi atau kekuatan politik agar individu individu, keluarga dan masyarakat dapat memperbaiki keadaannya. Dalam kaitan dengan pemberdayaan penyandang cacat, perlu adanya peningkatan kapasitas diri melalui peningkatan sarana dan prasarana/fasilitas maupun kesempatan kepada penyandang cacat. Dasar pemberdayaan adalah palsafah dan budaya demokrasi yang memberikan kesempatan kepada warga negara untuk turut serta dalam pembuatan keputusan yang mempunyai pengaruh dalam kesejahteraan mereka.  Pemberdayaan disini didasarkan pada asumsi pekerjaan sosial, dalam sistim kemanusiaan dan pemberdayaan  sbb :

1. All people deserve acceptance and respect2. Clients know their situations best.

3. All human system behavior makes sense in context.

4. Empowerment is a collaborative process with clients and practitioners working together as a partners.

5. Empowering process views client systems as competent and capable, give access to resources and opportunities.

6. Clients must perceive themselves as causal agent able to effect change

7. Level of awareness is a key issue in empowerment; information is necessary for change to occur . (Karla & Brenda, 1999,p 4-5)

Tidak ada seorang manusia di dunia ini yang  sempurna, semua mumpunyai kelebihan dan kekurangan, mempunyai potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan masing-masing. Semua ingin diterima dan dihormati, ingin dicintai dan mencintai, ingin diperlakukan secara wajar sebagai warga negara Indonesia. Sejalan dengan asumsi tersebut maka pendekatan

Page 15: emosi

terhadap penyandang cacat  berobah dari Charity Approach ke  Base on Human Right Approach. Mereka diberikan pemberdayaan bukan karena belas kasihan atau karena amal tetapi karena mereka mempunyai hak untuk memperolehnya.

Menyadari hal tersebut UN-ESCAP mengadakan Pertemuan Tingkat Tinggi Antar Pemerintah Asia Pasifik bulan Oktober 2002 di Otsu Jepang, salah satu negara pesertanya adalah Indonesia. Pada pertemuan tersebut DISEPAKATI dan DICANANGKAN   perpanjangan Asian and  Pacific Decade of Disabled Persons (APDDP)  1993 - 2002  untuk dekade selanjutnya  2003 s/d 2012.  Dekade kedua ini lebih dikenal dengan “ Biwako Millenium Frameworks  for Action:  Toward  an Inclusive, Barrier Free and Right Based Society For Persons With Disabilities in Asia and the Pacific.   .

Tujuan utama perpanjangan tersebut diharapkan bangsa-bangsa dikawasan Asia dan Pasifik  pada tahun 2012, sudah menyiapkan, memberikan fasilitas dan kesempatan yang sama bagi penyandang cacat dalam segala aspek penghidupan dan kehidupan. Mereka hidup menyatu didalam kehidupan masyarakat umum/inklusi. Aksesibilitas fisik dan non fisik telah tersedia bagi penyandang cacat sehingga mereka dapat menikmati kebebasan serta kemandirian.tanpa tergantung pada orang lain.Indonesia sebagai salah satu negara peserta telah menindaklanjuti kesepakatan tersebut dengan menyusun “Rencana Aksi Nasional (RAN)  Penyandang Cacat 2004 s/d 2013, Indonesia. Penyusunannya  terdiri dari team lintas sektoral dari seluruh Departemen/ Instansi /Lembaga yang terkait dengan pemberdayaan penyandang cacat ditambah dengan LSM, Oraganisasi Sosial “for” /”of” Penyandang Cacat dan tokoh-tokoh yang peduli terhadap penyandang cacat.  Didalam RAN masing-masing Departemen/ Instansi /Lembaga yang terkait mempunyai tugas dan tanggung jawab secara rinci. Tugas pemberdayaan penyandang cacat bukan tanggung jawab Kementerian Sosial saja tetapi tanggung jawab pemerintah, masayrakat dan dunia usaha seperti yang ada dalam RAN Penca Indonesia.

Melalui HIPENCA tahun 2009 dengan tema “Pemberdayaan Penyandang Cacat Dan Komunitasnya Di Segala Bidang Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Yang Bermartabat” merupakan langkah yang tepat mengingat akhir Dekade kedua  tahun 2012 sudah hampir tiba, sementara kegiatan pemberdayaan penyandang cacat belum dapat berjalan sebagaimana yang diharapakan. Departemen, Instansi atau lembaga terkait belum melaksnakan melaksanakan fungsinya dengan  baik dalam rangka  pemberdayaan penyandang cacat.   Agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik maka perumusan kebijakan pemberdayaan Penyandang cacat dari masing masing para pihak,  berdasarkan masalah dan kebutuhan penyandang cacat. Bagaimanapun  baiknya rumusan kebijakan didalam RAN Penca 2004 -2013, tanpa adanya implementasinya     untuk pemberdayaan penyandang cacat tidak akan tercapai.. Semaoga apa yang telah dicanangkan pada HIPENCA Nasional tahun 2009, dapat benar-benar direalisasikan dalam tahun 2010.- 2013.  Bravo Kementerian Sosial.

                                                                                                     Penulis,

                                                                                            Robinson W.Saragih                                                                                Widyaiswara Utama  Departemen Sosial RI

Page 16: emosi

 

Daftar Kepustakaan.

1. Chathapuram S.Ramanathan and Rosemery J.Link, 1999, All Our Future, Principle and Resources for Social Work Practice in a Global Era, Wadsworth Publishing Company, Belmont, California 94002.

2. …………, Depertemen Social RI, 2005, UIndang Undang Republik Indonesia No 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat , Jakarta.

3. Dubois Brenda, Karla KM, 2005, Social Work An Empowering Profession, Pearson Education Inc, New York

4. Robbins, Stephen P, 1993, Organizational Behavior, Six Edition, Prentic Hall International Editions, New Jersey.

5. Suharto, Edi, Drs, M.Sc, Pembangunan Kebijakan Sosial & Pekerjaan Sosial, 1997, Lembaga Studi Pembangunan STKS Bandung,

6. Sukoco, Dwi Heru, 1992, Profesi Pekerjaan Sosial, Koperasi Mahasiswa STKS , Bandung.

7. …………, UN ESCAP, Asian And Pacific Decade of Disabled Persons, 2003 -2012, Bangkok, Thailand.

8. Sambutan Wakil Presiden RI, pada Acara Puncak Hari International Penyandang Cacat tahun 2009, di Istana Wakil Presiden, tanggal 3 Desmber 2009.

9. Sambutan Menteri Sosial RI, pada Acara Puncak Hari International Penyandang Cacat tahun 2009.