efektivitas pemanfaatan al-qardhu al-hasan bagi...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN AL-QARDHU AL-HASAN
BAGI PEDAGANG KECIL
(STUDI PADA BMT HUSNAYAIN JAKARTA TIMUR)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
]
Oleh:
Rini Yulianti
NIM : 103046128280
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN AL-QARDHU AL-HASAN
BAGI PEDAGANG KECIL
(STUDI PADA BMT HUSNAYAIN JAKARTA TIMUR)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Rini Yulianti
NIM : 103046128280
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Euis Nurlaelawati, MA Fahmi M. Ahmadi, S.Ag, M. Si
NIP. 150 282 396 NIP. 150 326 914
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIVITAS PEMANFAATAN AL-QARDHU AL-HASAN
BAGI PEDAGANG KECIL (STUDI PADA BMT HUSNAYAIN JAKARTA
TIMUR) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada . Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 22 Mei 2008
Mengesahkan
Dekan,
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Euis Amalia, M.Ag. (...........................)
NIP. 150 289 264
Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. (...........................)
NIP. 150 318 308
Pembimbing I : Dr. Euis Nurlaelawati, MA. (...........................)
NIP. 150 282 396
Pembimbing II : Fahmi M. Ahmadi, S.Ag, M. Si (...........................)
NIP. 150 326 914
Penguji I : Prof. Dr. Hasanuddin AF, M.A (...........................)
NIP. 150 050 917
Penguji II : Kamarusdiana, S.Ag, M.Hum (...........................)
NIP. 150 285 972
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Mei 2008
Rini Yulianti
ABSTRAK
Dampak krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda negeri Indonesia
hampir dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Meskipun besar kecilnya dampak
tersebut berlainan antar lapisan masyarakat. Namun bagi masyarakat di lapisan
bawah, dampak yang paling dirasakan adalah menurunnya daya beli karena harga-
harga kebutuhan pokok meningkat dari harga sebelum krisis terjadi. Bagi masyarakat
pelaku ekonomi rakyat/pengusaha mikro yang bergerak dalam penyediaan kebutuhan
pokok (bisnis retail) krisis ekonomi tidaklah menghancurkan usaha mereka, namun
bagi pelaku yang bergerak dalam usaha di luar kebutuhan pokok, dampak krisis
ekonomi lebih terasa dengan menurunnya omzet mereka.
Di sisi lain, lembaga-lembaga keuangan yang bergerak dalam skala makro
(perbankan nasional), hampir berjatuhan satu persatu diterpa angin krisis tersebut.
Dalam skala yang lebih bawah dari itu, adalah mulai jatuhnya Bank-Bank Perkreditan
Rakyat Konvensional. Sementara Bank umum yang tidak menganut sistem bunga,
semacam Bank Muamalat Indonesia (BMI), masih bisa berdiri tegar ditengah-tengah
krisis tersebut. Dari segi ini, kita bisa mengajukan sebuah dugaan bahwa sistem
pengelolaan keuangan yang terkait dengan sistem global, apabila menerapkan sistem
syariah cenderung bisa bertahan ditengah-tengah krisis.
Menengok lembaga keuangan mikro, bahwa ia lebih bisa bertahan di tengah-
tengah krisis faktor utamanya bukan karena ia berdasarkan syariah atau tidak, tetapi
karena ia tidak berkaitan langsung dengan sistem global. Karena, LKM baik yang
berlandaskan syariah, seperti BMT, ataupun konvensional (yang menerapkan sistem
bunga) ada yang tumbuh berkembang di tengah-tengah krisis ada pula yang gulung
tikar. Justru kunci ketangguhan LKM ditengah-tengah krisis adalah faktor manajemen
saja. Siapa yang menerapkan manajemen yang baik, dialah yang akan survive.
Dalam segi operasional BMT tidak lebih dari sebuah koperasi, karena ia
dimiliki oleh masyarakat yang menjadi anggotanya, menghimpun simpanan anggota
dan menyalurkannya kembali kepada anggota melalui produk pembiayaan/kredit.
Oleh karena itu, legalitas BMT pada saat ini yang paling cocok adalah berbadan
hukum koperasi.
BMT dengan Baitul Maal-nya, berupaya menghimpun dana dari anggota
masyarakat yang berupa zakat, infak, dan shadaqah (ZIS) dan disalurkan kembali
kepada yang berhak menerimanya, ataupun dipinjamkan kepda anggota yang benar-
benar membutuhkan melalui produk pembiayaan al-Qardhu al-Hasan (pinjaman
kebijakan/bunga nol persen).
Sementara Baitut Tamwil, berupaya menghimpun dana masyarakat yang
berupa : simpanan pokok, simpanan wajib, sukarela dan simpanan berjangka serta
penyertaan pihak lain, yang sifatnya merupakan kewajiban BMT untuk
mengembalikannya. Dana ini diputar secara produktif/bisnis kepada para anggota
dengan menggunakan pola syariah. Dalam pengembangan selanjutnya, BMT
mengembangkan “triangle” yaitu, Baitul Maal, Baitut Tamwil, dan sektor riil BMT.
Untuk yang ketiga ini, BMT mendirikan untuk mengoptimalkan dana masyarakat.
ا����� ا��� � ا��� ���
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akademis di jurusan
Muamalat Perbankan Syariah dan Hukun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan suri
tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk
kepada umat manusia menuju kehidupan serta peradaban dan berkeadilan serta para
keluarga dan para sahabat yang dicintainya.
Skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PEMANFAATAN AL-QARDHU
AL-HASAN BAGI PEDAGANG KECIL: STUDI PADA BMT HUSNAYAIN
JAKARTA TIMUR” akhirnya dapat diselesaikan dengan yang diharapkan penulis.
Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat
mempersembahkan yang terbaik bagi kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-
pihak yang telah ikut andil yang mensukseskan harapan penulis.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis
menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah mencurahkan buktinya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syariah
dan Hukum.
2. Euis Amalia, M. Ag, dan Ah, Azharuddin Lathif, M. Ag, selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis secara tidak
langsung dalam menyiapkan skripsi ini.
3. Dr. Euis Nurlaelawati, MA, dan Fahmi M. Ahmadi, S.Ag, M. Si, selaku
pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu di sela-sela
kesibukan dalam memberikan masukkan maupun nasihat dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku
kuliah.
5. Staf dan Karyawan BMT Husnayain, Pasar Rebo Jakarta Timur dan
Masyarakat sekitar yang telah banyak membantu dalam perolehan data dan
informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Rasa Ta’zim dan Terima Kasih yang mendalam kepada Ayahanda tercinta H.
Bachroini dan Ibunda Sofiyah atas dukungan moril dan materil, kesabaran,
keikhlasan, perhatian serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis
bahkan senantiasa berdo’a dan bermunajat yang tiada henti-hentinya kepada
Allah SWT, juga paman serta bibi ku tercinta Pujianto dan Rowiyah terima
kasih atas doa-doa serta nasihatnya yang telah diberikan agar penulis
mendapatkan kesuksesan dalam belajar dan bekerja.
7. Yang tercinta dan tersayang Kakak-kakak ku ( k’ Nur Hayati terima kasih atas
dukungan dan supportnya, bang Achmad fauzi terima kasih atas komputer dan
pinjaman bukunya), juga keponakanku yang lucu-lucu ( Rizky A. Farikhah
dan M. Hafizd ‘Alauddin ) yang selalu memberikan motivasi, keceriaan,
canda dan tawanya kalian yang selalu menghiasi hari-hari penulis lebih hidup.
8. Untuk sahabat, teman sekaligus orang yang terdekat: Mas Nuril Huda yang
selalu bisa meluangkan waktunya, yang mau direpotin, selalu siap membantu
(kapanpun, kemanapun, dan dimanapun) dan senantiasa berdoa. Teman-
temanku (Faria Izza Yanti, Siti Rachmawati, Siti Munane) yang senantiasa
memotivasi dan berdoa, dan juga untuk seluruh teman-teman Mahasiswa
Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2003 terutama kelas B, Nur Faizah
terima kasih atas pinjaman buku dan bantuan spssnya. Lala Lathifah, Astri
Febiani, Mulyanti Khaerunnisa’, Herni Susilawati, Siti Kholilah, Wilda
Maulida dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu dan semoga
hubungan kita tidak akan pernah terputus sampai kapan pun.
Semoga amal dan jasa baik yang diberikan kepada penulis dapar diterima oleh
Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan, kekurangan
dan kelebihan yang ada semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap
langkah kita. Amiiin.
Ciputat, 22 Mei 2008
16 Jumadil ‘Ula 1429 H
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR BAGAN viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6
D. Kajian Kepustakaan 7
E. Variabel Penelitian 10
F. Indikator dan Operasional Variabel 10
G. Hipotesa 12
H. Metode Penelitian 13
I. Sistematika Penulisan 22
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas 25
2. Tolak Ukur Efektivitas 27
3. Mekanisme Efektivitas 29
B. Konsepsi Al-Qardhu al-Hasan
1. Pengertian Al-Qardhu al-Hasan 31
2. Landasan Syari’ah 34
3. Manfaat Al-Qardhu al-Hasan 36
4. Sumber Dana Al-Qardhu al-Hasan 37
5. Aplikasi dalam Perbankan Islam 39
C. Pengertian Usaha Kecil
1. Definisi Usaha Kecil 40
2. Batasan Usaha Kecil 43
D. Konsep Baitul Maal Wat Tamwil
1. Pengertian BMT 44
2. Konsep Islam Tentang BMT 46
BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUSNAYAIN
A. Sejarah Singkat Pendirian BMT Husnayain 49
B. Struktur Organisasi BMT Husnayain 50
C. Visi, Misi dan Motto BMT Husnayain 53
D. Produk-Produk BMT Husnayain 54
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Analisa Keefektivitasan Al-Qardhu al-Hasan
di BMT Husnayain 61
B. Analisa data
1. Gambaran Umum Responden 63
2. Pengukuran Indikator Efektivitas sebelum dan sesudah
Pinjaman al-Qardhu al-Hasan 67
C. Pengujian Hipotesa
1. Korelasi Rank Order dan Berganda 74
2. Pendapatan sebelum dan sesudah al-Qardhu al-Hasan 78
3. Efektivitas sebelum dan sesudah al-Qardhu al-Hasan 81
4. Uji Dua Sampel Berpasangan Wilcoxon 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 90
B. Saran-Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Kisi-kisi Instrumen Dimensi Efektivitas 19
TABEL 1.2 Kisi-kisi Instrumen Dimensi Modal 21
TABEL 1.3 Kisi-kisi Instrumen Dimensi Besarnya Pinjaman 22
TABEL 2 Daftar Nasabah Peminjam al-Qardhu al-Hasan Th.2007 73
TABEL 3 Uji perbandingan pendapatan sebelum dan sesudah
pinjaman al-Qardhu al-Hasan 79
TABEL 4 Uji perbandingan efektivitas sebelum dan sesudah
pinjaman al-Qardhu al-Hasan 82
TABEL 5 Uji Dua Sampel Berpasangan Wilcoxon
(pendapatan sebelum dan sesudah pinjaman
al-Qardhu al-Hasan) 84
TABEL 6 Uji Dua Sampel Berpasangan Wilcoxon
(efektivitas sebelum dan sesudah pinjaman
al-Qardhu al-Hasan) 87
DAFTAR GAMBAR
BAGAN 1 Skema Perjanjian al-Qardhu al-Hasan 40
BAGAN 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 63
BAGAN 3 Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden 64
BAGAN 4 Karakteristik modal awal usaha responden 64
BAGAN 5 Karakteristik besarnya pinjaman yang ingin
dipinjam responden 65
BAGAN 6 Karakteristik rata-rata pendapatan bulanan responden
sebelum mendapatkan pinjaman 66
BAGAN 7 Karakteristik rata-rata pendapatan bulanan responden
sesudah mendapatkan pinjaman 66
BAGAN 8 Grafik mengelola usaha dengan baik
sebelum mendapatkan pinjaman 68
BAGAN 9 Grafik mengelola usaha dengan baik
sesudah mendapatkan pinjaman 68
BAGAN 10 Grafik mengecek kelengkapan barang dagangan
sebelum mendapatkan pinjaman 69
BAGAN 11 Grafik mengecek kelengkapan barang dagangan
sesudah mendapatkan pinjaman 69
BAGAN 12 Grafik memperhatikan kualitas dan mutu barang
dagangan sebelum mendapatkan pinjaman 70
BAGAN 13 Grafik memperhatikan kualitas dan mutu barang
dagangan sesudah mendapatkan pinjaman 70
BAGAN 14 Grafik membuat perencanaan yang matang untuk
kemajuan usaha sebelum mendapatkan pinjaman 71
BAGAN 15 Grafik membuat perencanaan yang matang untuk
kemajuan usaha sesudah mendapatkan pinjaman 71
BAGAN 16 Grafik mencatat laporan pendapatan usaha
sebelum mendapatkan pinjaman 72
BAGAN 17 Grafik mencatat laporan pendapatan usaha
sesudah mendapatkan pinjaman 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam kedudukan ekonomi sangat penting, karena ekonomi
merupakan salah satu faktor penting yang membawa pada kesejahteraan umat.
Ismail al-Faruqi berpendapat bahwa kegiatan ekonomi adalah pernyataan-
pernyataan dan semangat ajaran Islam, karena ekonomi umat dan
kemakmurannya adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh umat Islam.1
Keberhasilan ekonomi dalam suatu masyarakat dapat dicapai antara lain
melalui perbankan, terutama dalam dunia modern. Sistem perbankan telah
menjadi bagian dari kegiatan kehidupan perekonomian masyarakat. Dewasa ini
sistem perbankan diharapkan untuk lebih berperan dalam usaha-usaha
pembangunan ekonomi, guna meningkatkan taraf hidup kehidupan manusia.2
Dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 sampai
sekarang, sangat berpengaruh pada perekonomian umat manusia terutama pada
ekonomi masyarakat kecil. Namun, bagi masyarakat kecil dampak yang paling
dirasakan adalah menurunnya daya beli karena harga-harga kebutuhan pokok
meningkat dari harga sebelum krisis terjadi. Bagi masyarakat pelaku ekonomi
rakyat (pengusaha kecil/mikro) yang bergerak dalam penyediaan kebutuhan
1 Ahmad Dimyati, Islam dan Koperasi, (Jakarta: KOFINFO, 1998), h. 48. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah “Deskripsi dan Ilustrasi”,
(Yogyakarta: EKONOSIA, 2003), edisi 2, h. 97.
pokok (bisnis retail) krisis ekonomi tidaklah menghancurkan usaha mereka,
namun bagi pelaku yang bergerak dalam usaha di luar kebutuhan pokok, dampak
krisis ekonomi lebih terasa dengan merosotnya omzet mereka. Sehingga mereka
sulit untuk memenuhi kebutuhan permodalan. Walaupun bank-bank banyak
tersebar diseluruh Indonesia, namun sebagian besar belum mampu menyentuh
lapisan bawah. Apa terpikir oleh kita ada suatu bank yang mau memberikan
modal kepada pedagang yang tanpa proposal, tanpa jaminan, dan tanpa
rekomendasi. Sedangkan jumlah yang dibutuhkannya pun tidak banyak.
Sisi lain yang patut menjadi catatan, pengusaha kecil umumnya mereka
adalah pekerja keras, ulet dan mandiri. Kemampuan mereka untuk bertahan hidup
dengan kondisi yang ada menjadi catatan penting yang harus menjadi perhatian.
Keinginan besar mereka untuk mengoptimalkan jiwa kewirausahaan dengan
kondisi yang ada haruslah didukung oleh pihak lain, dalam hal ini lembaga
keuangan. Upaya membesarkan usaha tentu membutuhkan suntikan permodalan,
namun karena keterbatasan mereka, kondisinya tidak mengalami perubahan,
karena daya dukung yang terbatas dari sisi permodalan.
Keinginan mereka untuk menambah permodalan, tentu harus didukung,
namun infrastruktur yang ada tidak serta merta memudahkan urusan permodalan
ini, sehingga keterbatasan mereka dimanfaatkan oleh para rentenir yang berbunga
sangat besar walau dengan prosedur yang lebih sederhana.
Melihat permasalahan yang terjadi, maka dirasakan perlu adanya lembaga
keuangan non bank yang dapat menjangkau kebutuhan masyarakat pada skala
mikro yang tidak terjangkau lembaga perbankan. Dalam kondisi krisis sekarang
ini, suatu paradigma baru bagi pengembangan usaha kecil sangat diperlukan.
Pemberdayaan ekonomi rakyat perlu dilaksanakan lebih konsisten dan lebih
berpihak sehingga usaha-usaha kecil yang notabene merupakan sumber nafkah
terbesar bagi sebagian besar rakyat Indonesia dapat terselamatkan dari kondisi
krisis.
Pada kondisi demikianlah, BMT memosisikan diri, dengan tujuan untuk
membantu masyarakat ekonomi lemah dan pengusaha kecil dalam memberikan
modal atau pembiayaan agar usaha yang mereka tekuni dapat berkembang dan
produktif tanpa memberatkan masyarakat. Pada sisi birokrasi, BMT berupaya
menyederhanakan, demikian pula pada aspek jaminan. Jaminan bukanlah syarat
pokok seseorang memperoleh pembiayaan (pinjaman) akan tetapi kepercayaan
yang sudah dijalin, menjadi syarat pokok bekerjasama dengan BMT.
Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil yang disingkat BMT, dalam pedoman
bahasa Indonesianya adalah Balai Usaha Mandiri Terpadu, merupakan lembaga
keuangan syari’ah yang tumbuh seiring dengan perkembangan lembaga keuangan
maupun non keuangan syari’ah lainnya di Indonesia. BMT adalah salah satu
lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan landasan sistem
syari’ah.3 BMT merupakan sebuah lembaga ekonomi yang menggalang kegiatan
menabung dan memberikan pembiayaan pada pengusaha kecil/mikro. Selain itu,
BMT juga dilengkapi dengan kegiatan Baitul Maal yang lebih bersifat sosial. Ini
berarti secara kelembagaan BMT merupakan lembaga sosial dan komersial.
Sebagai lembaga sosial BMT menghimpun dana dari zakat, infak, shadaqah
(ZIS), hibah dan sebagainya, yang kemudian disalurkan kepada mereka yang
berhak menerimanya (mustahik). Sedangkan sebagai lembaga komersial yang
dananya berasal dari simpanan atau tabungan, saham dan sebagainya, yang
kemudian disalurkan kepada pembiayaan-pembiayaan usaha yang produktif.
Lembaga keuangan semacam BMT, sesungguhnya sangat diperlukan
untuk menjangkau dan mendukung para pengusaha kecil/mikro di seluruh
pelosok Indonesia yang belum dilayani oleh perbankan yang ada saat ini. Sebagai
gambaran, usaha kecil mikro terdiri dari sektor formal dan informal, yang
menurut data Bappenas mencapai angka hampir 40 juta. Peluang pengembangan
BMT di Indonesia sesungguhnya sangat besar, mengingat usaha kecil mikro
dengan skala pinjaman dibawah Rp 1 juta adalah segmen pasar yang dapat
dilayani dengan efektif oleh lembaga ini. Sementara disisi lain, keberadaan
perbankan yang mampu melayani segmen ini sangat terbatas jumlahnya.4
Dengan adanya BMT tersebut diharapkan kebutuhan akan pembiayaan
kalangan bawah akan terpenuhi terutama bagi masyarakat ekonomi lemah yang
3 M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Jakarta: LSAF, 1999), h.
430. 4 http://www.pikiran-rakyat.com /cetak/2005/1005/09/hikmah/manajemen.htm
membutuhkan pembiayaan. Dalam rangka meningkatkan ekonomi umat sebagai
bagian dari program pembangunan ekonomi kerakyatan maka sudah seharusnya
memanfaatkan dan memberdayakan BMT sebagai lembaga yang menghimpun
masyarakat usaha kecil dan mikro dengan mengembangkan iklim usaha dalam
lingkungan sosial ekonomi yang sehat.5
Disinilah sebenarnya letak keunggulan dari BMT dalam hubungannya
dengan pemberian pinjaman kepada pihak yang tidak memiliki persyaratan atau
jaminan yang cukup. BMT memiliki konsep pinjaman kebajikan (al-Qardhu al-
Hasan) yang diambil dari dana ZIS atau dana sosial. Dengan adanya model
pinjaman ini, BMT tidak memiliki risiko kerugian dari kredit macet yang
mungkin saja terjadi. Jadi, sebenarnya BMT memiliki semacam jaminan atau
proteksi sosial melalui pengelolaan dana Baitul Maal berupa dana ZIS ataupun
berupa insentif sosial, yakni rasa kebersamaan melalui ikatan kelompok simpan-
pinjam ataupun kelompok yang berorientasi sosial. Proteksi sosial ini menjamin
distribusi rasa kesejahteraan dari masyarakat yang tidak punya kepada masyarakat
yang punya. Dengan demikian, terjadi komunikasi antara dua kelas yang berbeda
yang akan memberikan dampak positif kepada kehidupan sosial ekonomi
komunitas masyarakat sekitar. Sebagai sebuah konsep, BMT itu sendiri terus
berproses dan berupaya mencari trobosan baru untuk memajukan perekonomian
masyarakat, karena masalah mua’malat memang berkembang dari waktu ke
waktu.
5 ”Memberdayakan Koperasi dan BMT”, Harian Republika, 31 Maret 2003, h. 2.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang aplikasi al-Qardhu al-Hasan dengan mengambil judul skripsi:
”EFEKTIVITAS PEMANFAATAN AL-QARDHU AL-HASAN BAGI
PEDAGANG KECIL (STUDI PADA BMT HUSNAYAIN JAKARTA
TIMUR)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan membatasi ruang lingkup
pembahasan yaitu sejauh mana efektivitas pemanfaatan al-Qardhu al-Hasan bagi
pedagang kecil.
Dari pembahasan masalah diatas, maka secara spesifik perumusan
masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efektifitas sebelum dan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
yang diberikan kepada pedagang?
2. Bagaimana perubahan pendapatan sebelum dan sesudah mendapat al-Qardhu
al-Hasan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perubahan pendapatan sebelum dan sesudah mendapat al-
Qardhu al-Hasan.
2. Untuk mengetahui perubahan efektivitas nasabah sebelum dan sesudah al-
Qardhu al-Hasan.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Secara akademik : hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan
pelajar dan mahasiswa serta untuk menambah dan memperkaya bahan kajian
dan pustaka.
2. Secara praktis : hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan
penerapan efektivitas pemanfaatan al-Qardhu al-Hasan pada BMT Husnayain,
bagi penulis sendiri dan masyarakat adalah sebagai pengetahuan tentang
sebuah BMT dan efektivitasnya.
D. Kajian Kepustakaan
Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat tema
mengenai al-Qardhu al-Hasan. Merupakan salah satu di antaranya penelitian yang
dilakukan oleh Dwi Kurniawati.6 Didalam penelitiannya, Dwi Kurniawati
mengemukakan bahwa al-Qardhu al-Hasan (dana kebajikan) yang dimaksudkan
disini yaitu untuk membantu usaha para pengusaha kecil dan keperluan sosial
kerap kali dibeberapa literatur dihubungkan dengan ZIS (Zakat, Infaq dan
Shadaqah) memang diperuntukkan guna kegiatan sosial.
6 Dwi Kurniawati, ”Tinjauan Hukum Islam dalam al-Qardhu al-Hasan (Dana Kebajikan)
Dari Dana Zakat,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 9-10.
Namun permasalahan timbul ketika kita menoleh kepada dasar hukum
antara zakat dan aplikasi al-Qardhu al-Hasan (dana kebajikan) yang merupakan
bentuk pinjaman lunak tanpa imbalan yang memiliki ketentuan untuk
dikembalikan lagi sejumlah pokok kepada bank syari’ah yang bersangkutan
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Dengan kata lain bagaimana pun lunaknya al-Qardhu al-Hasan (dana
kebajikan) tetap berbentuk pinjaman dengan syarat harus dikembalikan,
sementara disisi lain dasar hukum zakat merupakan kewajiban yang harus
diberikan (belum tentu boleh untuk dipinjamkan) kepada yang berhak untuk
syarat (termasuk syarat untuk dikembalikan lagi), sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Dr. Yusuf Qardhawi :
”...Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya disamping berarti
mengeluarkan sejumlah tertentu itu sendiri...” 7
Penelitian selanjutnya mengenai ini di lakukan oleh Lilis Syarifah.8 Hasil
dari penelitiannya mengatakan bahwa peranan al-Qardu al-Hasan sebagai
penyedia dana dari bank memang penting dan sangat dibutuhkan keberadaannya
bagi pengusaha kecil. Hal ini disebabkan bahwa untuk memulai usaha pastilah
dibutuhkan modal, dan modal ini dapat diperoleh dari dana yang disalurkan oleh
Lembaga Keuangan Syari’ah, sehingga al-Qardhu al-Hasan sebagai produk
7 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 1991), cet. II, h. 34. 8 Lilis Syarifah, “Peran dan Aplikasi Qardhul Hasan sebagai Produk Penyalur Dana Bank
Syari’ah (Studi Kasus : Bank BNI Syari’ah),” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 48-50.
penyalur dana dapat memberikan alternatif bagi masyarakat maupun pengusaha
kecil yang membutuhkan pelayanan perbankan tanpa terlibat kepada pelanggaran
terhadap segala sesuatu yang dilarang oleh syari’at Islam yakni dengan pola
syari’ah. Walaupun kontribusi yang diberikan al-Qardhu al-Hasan disegi bisnis
tergolong kecil, namun jika dilihat dari segi sosial upaya-upaya yang dilakukan
orientasinya terfokus pada sektor ekonomi kecil. Dengan demikian, maka
dapatlah diakui bahwa peran al-Qardhu al-Hasan telah mampu mengakomodasi
kebutuhan hidup dan modal usaha. Aktivitas al-Qardhu al-Hasan ini pun dapat
dipandang sebagai wahana yang memainkan peran sangat signifikan bagi unit-
unit ekonomi kecil.
Dari penelitian-penelitian yang diangkat tersebut diatas sudah jelas ada
perbedaan yang akan penulis angkat, yakni mengenai efektivitas pemanfaatan al-
Qardhu al-Hasan bagi pedagang kecil. Disini penulis lebih menekankan pada
keefektivitasan pinjaman al-Qardhu al-Hasan yang diberikan BMT Husnayain
kepada peminjam/nasabah yang membutuhkan modal usaha untuk berkembang
lebih baik dari usaha sebelumnya, dan diharapkan terjadi perubahan yang
signifikan terhadap usaha setelah diberikan pinjaman. Responden yang penulis
teliti juga berbeda dan belum pernah ada penelitian serupa pada responden
tersebut.
E. Variabel Penelitian
a)
X1
Y
X2
b) X Y
c) X Y
F. Indikator dan Operasional Variabel
Untuk lebih jelasnya dan fokus variabel penelitian ini maka
operasionalnya sebagai berikut :
X1 = Modal (dalam ribuan)
X2 = Besarnya pinjaman (dalam ribuan)
Y = Efektivitas
Modal
Efektivitas
Pendapatan
Sebelum
Al-Qardhu al-Hasan
Efektivitas Nasabah
sebelum
al-Qardhu al-Hasan
Besarnya
Pinjaman
Pendapatan
Sesudah
Al-Qardhu al-Hasan
Efektivitas Nasabah
sebelum
al-Qardhu al-Hasan
Adapun indikatornya adalah sebagai berikut :
Beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai efektivitas perencanaan,
yaitu mencakup 9:
a. Kegunaan. Agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-
fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan,
dan sederhana.
b. Ketepatan dan obyektivitas. Rencana-rencana harus dievaluasi untuk
mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai keputusan dan
kegiatan manajemen lainnya hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang
tepat.
c. Ruang Lingkup. Perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity), dan konsistensi.
d. Efektivitas Biaya. Efektivitas biaya perencanaan dalam hal ini adalah
menyangkut waktu, usaha, dan aliran emosional. Salah satu pedoman penting
dalam perencanaan : Jangan lakukan perencanaan bila hasil-hasil
meningkatkan penghasilan atau mengurangi biaya lebih kecil daripada biaya
perencanaan dan implementasinya.
e. Akuntabilitas. Ada dua aspek akuntabilitas perencanaan : 1) tanggung jawab
atas pelaksanaan perencanaan dan 2) tanggung jawab atas implementasi
rencana. Suatu rencana harus mencakup keduanya.
9 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1984), edisi Ke-2, h. 103.
f. Ketepatan Waktu. Para perencana harus membuat berbagai perencanaan.
Berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan
rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.
Cara mengukur efektivitas sebelum dan sesudah dengan memakai data
ordinal dengan Wilcoxon.10
G. Hipotesa
Hipotesa di penelitian ini adalah sebagai berikut :
X1 (Modal) Y1 (Efektivitas)
H0 : r = 0, tidak hubungan atau pengaruh antara modal dengan efektivitas.
H1 : r ≠ 0, ada hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara modal
terhadap efektivitas.
X2 (Besarnya Pinjaman) Y1 (Efektivitas)
H0 : r = 0, tidak hubungan atau pengaruh antara besarnya pinjaman dengan
efektivitas.
H1 : r ≠ 0, ada hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara besarnya
pinjaman terhadap efektivitas.
X (Pendapatan Sebelum) Y (Pendapatan Sesudah)
H0 : r = 0, pendapatan sebelum = pendapatan sesudah.
H1 : r ≠ 0, pendapatan sebelum ≠ pendapatan sesudah.
10 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, (Jakarta: IKAPI, 2001), h.
143.
X (Efektivitas Sebelum) Y (Efektivitas Sesudah)
H0 : r = 0, efektivitas sebelum = efektivitas sesudah.
H1 : r ≠ 0, efektivitas sebelum ≠ efektivitas sesudah.
H. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah :
a. Penelitian pustaka (library research), dalam hal ini penulis menelaah data
tertulis yang berhubungan dengan topik permasalahan penelitian baik
dalam bentuk buku, artikel makalah, majalah dan lain-lain, untuk
menemukan kajian teoritis.
b. Penelitian lapangan (field research), untuk mendapatkan data-data secara
langsung dari objek penelitian.
2. Populasi dan Sampel
Populasi atau universe adalah keseluruhan dari objek penelitian yang
ciri-cirinya akan diduga. Populasi adalah objek penelitian. Sampel adalah
bagian dari kumpulan objek penelitian (populasi) yang dipelajari dan
diamati.11
Populasi penelitian dalam skripsi ini adalah mustahik/pedagang
BMT Husnayain Jakarta Timur, yaitu mustahik yang meminjam pembiayaan
al-Qardhu al-Hasan sebanyak 15 orang.12
Karena terbatasnya jumlah populasi,
11 Sanapsiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Bandung: Rajawali Press, 1992), h.
86. 12 Data diperoleh dari BMT Husnayain Jakarta Timur yaitu Mustahik Pedagang yang
meminjam Pembiayaan al-Qardhu al-Hasan
maka keseluruhan anggota populasi dijadikan sampel penelitian, sehingga
metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sensus atau
sampel jenuh.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris kuantitatif yaitu
pendekatan yang memungkinkan pencatatan hasil penelitian dalam bentuk
angka.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor BMT Husnayain Jl. Lapan No.25
Pekayon Pasar Rebo, Jakarta Timur, Telp: (021) 87720936.
5. Sumber Data Penelitian
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui
wawancara dan kuisioner dengan karyawan dan nasabah BMT Husnayain
Jakarta Timur.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-
data berupa data kualitatif yang dikeluarkan oleh BMT Husnayain Jakarta
Timur, yang akan diolah menjadi data kuantitatif.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan meliputi :
a. Teknik korelasi rank order dan regresi linier berganda.
1. Korelasi Rank Order
Rumus korelasi Rank Order yang dikembangkan oleh Charles
Spearman ini, dipergunakan untuk mencari koefisien korelasi antara
data data ordinal dan data ordinal lainnya. Namun Rank Order dapat
digunakan untuk data interval, tetapi sebelumnya telah diubah menjadi
data ordinal.
Rumus korelasi Rank Order.13
Rho = 1 – 6 ∑ d 2
N(N2 -1)
Keterangan :
Rho = koefisien korelasi Rank Order
1 = bilangan konstan
6 = bilangan konstan
d = perbedaan pasangan jenjang
∑ = sigma atau jumlah
N = jumlah individu dalam sampel
2. Analisa Korelasi Berganda
Korelasi antara modal (X1) dan besarnya pinjaman (X2) �
efektivitas sesudah pinjaman (Y) dengan memakai korelasi ganda (R)
dengan rumus sebagai berikut :
R = r²yX1 + r²yX2 – 2ryX1.ryX2.rX1X2
√ 1 – r²X1X2
Dimana :
13 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 197
ryX1 = korelasi sederhana antara X1 dan y
ryX2 = korelasi sederhana antara X2 dan y
rX1X2 = korelasi sederhana antara X1 dan X2
untuk selanjutnya dicari persamaan regresi berganda dengan rumus
sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
Penjelasan :
Y = Variabel terikat (nilai duga Y)
X1X2 = Variabel bebas
ab1b2 = Koefisien regresi linier berganda
a = Nilai Y, apabila X1=X2=0
b1 = Besarnya kenaikan/penurunan Y dalam satuan, jika X1
naik/turun satu satuan dan X2 konstan.
b2 = Besarnya kenaikan/penurunan Y dalam satuan, jika X2
naik/turun satu satuan dan X1 konstan.
+ atau – = Tanda yang menunjukkan arah hubungan antara Y dan X1
atau X2
Nilai r adalah nilai korelasi sederhana, dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
∑ X1X2 – ∑ X1 ∑X2
r =
√ [n ∑ X1² – (∑ X1)²] [n ∑X2² – (∑X2)²]
b. Perhitungan nilai koefisien determinasi.
Untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel bebas dapat
menjelaskan variabel terikat, digunakan koefisien determinasi (R²).
Koefisien ini menunjukkan proporsi variabilitas total pada variabel terikat
yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R² berada pada interval 0<R²<1.
Secara logika, makin baik estimasi model dalam menggambarkan
data maka semakin dekat nilai R ke nilai 1 (satu). Nilai R² dapat diperoleh
dengan rumus :
R² = (r)² x 100 %
Dimana :
R² = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
7. Uji hipotesa dan uji signifikansi
Sesuai dengan hipotesa yang telah disebut dimuka, apakah hipotesa
nol (H0) diterima atau ditolak, maka harus diuji signifikansi. Tujuan dari uji
signifikansi adalah untuk menjeneralisasi populasi.
Uji hipotesa dengan F-test digunakan untuk menguji hubungan dua
variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat. Rumusnya
adalah sebagai berikut :
R² / K
F =
(1 – R²) / (n – k –1)
Dimana :
R² = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
nilai F-hitung > F-tabel, berarti Ho ditolak, Ha diterima.
Uji hipotesa pada penelitian ini adalah menggunakan uji-t yakni
dengan menggunakan pengujian hipotesis untuk pengamatan berpasangan
(Paired Observation) pada pendapatan sebelum mendapatkan pinjaman
dengan pendapatan sesudah mendapatkan pinjaman dan efektivitas sebelum
mendapatkan pinjaman dengan efektivitas sesudah mendapatkan pinjaman,
yaitu :
n
dd
i∑=
Sd² = n ∑ d ² ( ∑ d )²
n (n – 1)
Sd = √ Sd²
nS
udt
d
D
/
−
=
Dimana :
d = Rata-rata selisih dari setiap pasangan pengamatan
dS = Standar deviasi
Sd² = variansi selisih Y - X14
Du = Selisih rata-rata sebelum dan sesudah pengamatan = 0
Juga memakai uji dua sampel berpasangan Wilcoxon dengan
menggunakan spss.
8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
a. Efektivitas (Y)
Ada beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu
tujuan tersebut berjalan secara efektif/efektivitas suatu rencana, mengapa
banyak manajer ragu-ragu atau gagal menetapkan tujuan dan membuat
rencana bagi kelompok/satuan kerja mereka dan tidak dikatakan efektif,
maka paling tidak ada kriteria yang menjadi suatu pekerjaan/rencana yang
telah ditetapkan menjadi efektif adalah kegunaan, ketepatan dan
obyektivitas, ruang lingkup, biaya, akuntabilitas, dan ketepatan waktu.15
Tabel 1.1
Kisi-kisi Instrumen Dimensi Efektivitas
Subdimensi Indikator
1. Kegunaan a. Fleksibilitas
b. Stabilitas
c. Berkesinambungan
d. Kesederhanaan
2. Ketepatan dan
Obyektifitas
a. Melakukan evaluasi
b. Mendasari atas pemikiran yang realistik dengan
fakta yang sebenarnya
c. Mendasari pemikiran yang obyektif
14 Noediono dan Wawan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 459. 15 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1984), edisi Ke-2, h. 103.
3. Ruang Lingkup a. Prinsip kelengkapan
b. Kepaduan
c. Konsistensi
4. Biaya a. Menyangkut waktu
b. Usaha
c. Aliran emosional
5. Akuntabilitas a. Tanggung jawab atas pelaksanaan
b. Tanggung jawab atas implementasi
6. Ketepatan waktu Membuat perencanaan disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang sedang terjadi
b. Modal (X1)
Umumnya dari segi modal omzet rata-rata usaha kecil mempunyai
modal yang tidak banyak, 1 juta dan omzet perbulannya kurang lebih Rp.
500.000 perbulan, bahkan ada juga Rp. 100.000 s.d Rp. 300.000 perbulan.
Adapun ciri-ciri pengusaha kecil, antara lain :
1. Manajemen pada pengusaha kecil yang sangat sederhana.
2. Pengusaha kecil yang mempunyai modal yang relative sangat
sederhana.
3. Pengusaha kecil cenderung menggunakan tekhnologi yang sangat
sederhana, atau tidak memakai tekhnologi sama sekali (khususnya
pemula).
4. Jaringan pemasaran produk dari pengusaha kecil masih kurang luas.
Tabel 1.2
Kisi-kisi Instrumen Dimensi Modal
Subdimensi Indikator
1. Manajemen a. Tercampurnya antara keuangan perusahaan
dengan keluarga.
b. Kurang mampu mengadakan perencanaan,
pencatatan dan pelaporan.
c. Kurang mampu merancang stategi bisnis.
2. Tekhnologi a. Kurangnya pelatihan untuk tekhnologi baru.
b. Kurang terampil dan rendahnya pendidikan
dalam menggunakan tekhnologi baru yang
sesuai kebutuhan.
c. Mahalnya pemeliharaan.
d. Harga yang mahal.
e. Mutu yang rendah.
3. Jaringan Pemasaran\ a. Terbatasnya tempat pemasaran.
b. Kuatnya persaingan pasar dan produk.
c. Kurangnya manajemen pemasaran.
c. Besarnya Pinjaman (X2)
Secara garis besar masalah yang dialami usaha kecil dalam
peminjaman meliputi :
a. Kurangnya akses ke bank, lembaga kredit atau sumber pembiayaan
lainnya.
b. Prosedur pemberian kredit yang berbelit-belit, lama dan suku bunga
yang tinggi.
c. Bank kurang memahami kriteria pengusaha kecil sehingga kredit yang
diberikan tidak sesuai kebutuhan.
d. Kurang mampunya komunitas UKM membuat standar proposal yang
baik dan benar.
e. Kurangnya pembinaan tentang manajemen keuangan seperti
perencanaan, pencatatan dan pelaporan.
f. Kredit yang diperlukan UKM tidak jelas atau tidak diketahui oleh
pengusaha.
Tabel 1.3
Kisi-kisi Instrumen Dimensi Besarnya Pinjaman
Subdimensi Indikator
1. Sumber Daya a. Kurangnya akses jaringan sumber
pembiayaan.
b. Usaha yang dijalankan masih milik
individu/perseorangan.
2. Manajemen a. Prosedur yang cenderung rumit.
b. Masih kurangnya pembinaan tentang
manajemen keuangan.
9. Pedoman Penulisan Laporan
Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi)” yang disusun
oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh LOGOS Jakarta, 2007.
I. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam sistematika penulisan ini, penulis akan memberikan gambaran
berupa kerangka keseluruhan isi skripsi. Agar mempermudah dalam pembahasan
tersebut penulis menyajikan kerangka skripsi yang terdiri dari 5 bab, dimana
keseluruhan bab tersebut saling berkesinambungan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
kepustakaan, variabel penelitian, indikator dan operasional variabel,
hipotesa, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang pengertian efektivitas,
tolak ukur efektivitas, mekanisme efektivitas, pengertian al-Qardhu al-
Hasan, landasan hukum, manfaat al-Qardhu al-Hasan, sumber dana al-
Qardhu al-Hasan, aplikasinya dalam perbankan islam, pengertian
usaha kecil, batasan usaha kecil, dan pengertian BMT, serta konsep
Islam tentang BMT.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUSNAYAIN
Dalam bab ini penulis akan mencoba menguraikan tentang sejarah
singkat BMT Husnayain, struktur organisasi BMT Husnayain, visi,
misi dan motto BMT Husnayain serta produk-produk BMT
Husnayain.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis membahas mengenai hasil-hasil yang telah
diteliti, berisikan analisa keefektivitasan al-Qardhu al-Hasan di BMT
Husnayain, analisa data dan pengujian hipotesa.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan penutup atas pembahasan masalah yang diuraikan
pada skripsi ini yang berisikan tentang kesimpulan apa yang penulis
sajikan, serta mencoba menemukakan saran-saran yang bermanfaat
bagi lembaga tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja (performance)
adalah manajemen efisiensi dan efektivitas. Menurut ahli manajemen Peter
Drucker efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right
things), sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing
thing right). Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata efektivitas berasal dari
bahasa Inggris yaitu effective yang bermakna ”1) ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya), 2) manjur atau mujarab, 3) dapat membawa hasil,
berhasil guna (tentang usaha dan tindakan), 4) mulai berlaku tentang undang-
undang atau peraturan”.17
Menurut Badudu efektif bermakna : ”1) mempunyai
efek, pengaruh atau akibat, 2) memberikan hasil yang memuaskan, 3)
memanfaatkan waktu cara dengan sebaik-baiknya, bekerja dengan cara
16 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPPE, 1998), edisi 2, h. 7. 17 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta, Balai Pustaka, 1997, Cetakan 9, h. 250.
sebaik-baiknya, 4) mulai berlaku tentang undang-undang, 5) berhasil guna
atau mangkus.18
Sedangkan Hasan Sadili dalam Ensiklopedi Bahasa Indonesia,
menjelaskan bahwa kata :
”efektivitas bermakna menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan.
Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal
efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.
Misalnya usaha X 60 % efektif dalam pencapaian tujuan Y”.19
Subandijah dalam bukunya Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,
menjelaskan :
”bahwa efektivitas dalam kegiatan berkenaan dengan sejauhmana apa
yang direncanakan atau yang diinginkan dapat dilaksanakan atau dicapai
”.20
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah,
menjelaskan :
”efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju”.21
Selanjutnya dijelaskan
”efektivitas adalah berkaitan erat perbandingan antara tingkat pencapaian
tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan
hasil nyata dengan hasil yang direncanakan”.22
18 Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), hal. 371. 19 Hasan Sadili, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, (Jakarta, Ichtiar Baru – Van Hoeve), jilid 2, h.
833. 20 Subadijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), h.
51. 21 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi ,dan Implementasi, (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 82. 22 Ibid
Jadi efektivitas secara sederhana dapat diartikan sebagai adanya suatu
usaha atau upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan agar tercapai hasil yang memuaskan.
2. Tolok Ukur Efektivitas
Dengan melihat pengertian efektivitas diatas, maka dalam mencapai
efektivitas kerja atau efisiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran
sebagai berikut :
a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian
efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan dan
lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta
penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan
beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab. Dan harus dihindari adanya dominasi
oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja
adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis,
pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan
kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat
dilaksanakan dengan lancar.23
Sedangkan tolok ukur menurut manajemen ajaran Islam bagi seorang
muslim dalam mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai berikut :
a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan
seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis pantas dan
wajar, tidak berlebih-lebihan, tetapi tidak juga kikir dan pelit.
b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam
menjalankan kegiatan usaha harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang
lain, bagi lingkungan dan bermanfaat bagi agamanya.
c. Prinsip tidak boros, yang dimaksud tidak boros adalah setiap muslim
dalam menjalankan aktivitasnya dalam menggunakan harta, waktu dan
tenaga tidak dipergunakan secara boros jika dilihat dari sudut ekonomi
23 Sujadi F.X, O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, (Jakarta: CV. Masagung,
1990), Cet. Ke-3, h. 36-39.
sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi
beban dalam manajemen.
d. Prinsip berlaku adil, yang dimaksud dengan berlaku adil adalah seseorang
yang ingin mencapai tindakan yang efisien adalah dia harus berlaku adil.
Ia harus berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, serta adil
dalam menimbang, adil dalam mengambil keputusan dan adil dalam
semua perbuatannya.24
3. Mekanisme Efektivitas
Didalam mekanisme efektivitas terdapat beberapa komponen
pendukung suatu kerja, ada beberapa pendapat menurut para ahli, yaitu :25
Menurut Georgopoulos mekanisme efektivitas terdapat dalam
beberapa komponen yaitu :
a. Produktifitas adalah sama artinya dengan efisien.
b. Luwes artinya mematuhi norma-norma dan memuaskan anggota dan
konsep daya suai. Maksudnya adalah kemampuan organisasi dalam
menyesuaikan diri pada perubahan, baik perubahan didalam maupun
perubahan diluar organisasi.
c. Ketegangan adalah konflik dan pertentangan diantara anggota-anggota
organisasi, yang erat kaitanya dengan peningkatan (kalau terkendali) dan
penurunan (kalau dibiarkan berlarut-larut).26
Menurut Paul E. Mott mekanisme dalam pencapaian suatu kerja yang
efektif adalah merumuskan dan mengembangkan sarana mengukur efektivitas
organisasi yang mempengaruhi tingkat efektivitas itu berkaitan langsung
dengan :
24 Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: PT.
Bharata Karya Aksara, 1986), h. 153-158. 25 Komariyah, ”Efektivitas Murabahah di BMT Al-Ikhwan,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 14-20. 26Basil S. Georgopoulos dan Arnold S. Tannembaun, A Study of Organization Effectiveness,
(America: Sociological Review, 1957), vol. 22, h. 534-540.
a. Produktifitas dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan efisiensi.
b. Daya suai adalah kemampuan untuk menaksir masalah yang akan
dihadapi dan persiapan untuk mengatasi masalah yang bersangkutan.
Daya suai ini dikaitkan dengan tempo (cepat atau lambat) dan besaran
(derajat penyesuaian, apakah seluruhnya, sebagian mendasar ataukah
hanya ala kadarnya saja). Dalam faktor ini tercakup konsep kepaduan
yaitu kerelaan kerja, atau kegairahan kerja yang tinggi atau kepuasan
kerja, lebih mudah menerima perubahan (metode atau prosedur kerja
misalnya).
c. Keluwesan menyangkut kemampuan anggota organisasi menanggapi
keadaan darurat seperti beban lebih yang tidak terduga atau percepatan
jadwal kerja.27
Sedangkan menurut Friedlander dan Pickle menyatakan bahwa dalam
merumuskan mekanisme efektivitas harus memperhitungkan kepentingan
pemilik, pekerja dan masyarakat, diantaranya yaitu :
a. Kemampuan berlaba yang dilihat dari rata-rata laba tahunan selama 10
tahun berturut-turut, dalam kaitanya dengan jam kerja pemilik
perusahaan.
b. Kepuasan pekerja yang diukur dari tanggapan mereka atas kondisi kerja,
pembayaran upah, cara supervisi dan pengembangan.
c. Penghargaan masyarakat yang diukur dari data mengenai hubungan
masyarakat, hubungan organisasi dengan unsur-unsur pemerintah,
hubungan dengan pelanggan, dan hubungan dengan pensuplai serta
kreditor.28
Ketiga telaah yang dikemukakan diatas telah memaparkan masalah-
masalah pengenalan dan pengukuran kriteria yang tepat terhadap efektivitas
organisasi. Masing-masing telah menunjukkan rancangan yang berbeda
terhadap pengukuran efektivitas secara keseluruhan, tetapi kriteria-kriteria
27 Paul E. Mott, The Characteristics of Effective Organization (New York: Halper and Row,
1972), h. 20-24. 28 Frank Frienlander dan Hal Pickle, Components Of Effectiveness In Small Organization,
(Administrative Science Quarterly, 1968), Vol. 13, h. 289-304.
tersebut mendapatkan tempatnya sendiri dalam rancangan sistem dan telaah
teoritis, tanpa harus bertentangan.29
Dalam usaha memahami efektivitas yang bersifat abstrak itu, beberapa
analisa organisasi berusaha mengidentifikasi segi-segi yang menonjol
kaitannya dengan konsep ini. Walaupun ada sederetan panjang kriteria kerja
yang dipakai, namun kriteria yang paling banyak dipakai meliputi hal-hal
berikut :
a. Kemampuan menyesuaikan diri, keluwesan
b. Produktivitas
c. Kepuasan kerja
d. Kemampuan berlaba
e. Pencarian sumber dana30
B. Konsepsi Al-Qardhu al-Hasan
1. Pengertian al-Qardhu al-Hasan
Al-Qardhu al-Hasan berarti pinjaman kebajikan dan lunak (Soft and
Benevolent Loan), dimana pinjaman tersebut tanpa adanya bunga pinjaman.
Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan) adalah pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjam
tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh klasik, al-Qardh
29 Bambang Kustiyanto, Ikhtisar Studi Organisasi dan Management, (Jakarta: Ghallia, 1991),
Cet. Ke-8, h.121. 30 Ibid, h. 24.
dikategorikan dalam aqad tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial.31
Terdapat beberapa definisi tentang al-Qardh, tapi pada intinya semua
sama, yaitu :
a. Al-Qardhu al-Hasan adalah suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi
pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang
maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan biaya apapun.
Peminjaman atau nasabah berkewajiban mengembalikan uang atau barang
yang dipinjam pada waktu yang disepakati bersama dengan pokok
pinjaman.32
b. Al-Qardhu al-Hasan (Benevolent Loan) adalah suatu pinjaman lunak yang
diberikan atas dasar kewajiban sosial semata dimana si peminjam tidak
dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.33
c. Al-Qardhu al-Hasan adalah perjanjian pinjaman baru kepada pihak kedua
dan pinjaman tersebut dikembalikan dengan jumlah yang sama (sebesar
yang dipinjam). Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu
31 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: PT. Gema Insani, 2001),
h. 131. 32 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997),
h. 97. 33 Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
(Yogyakarta: PT. Dara Prima Yasa, 1992), h. 33.
(sesuai kesepakatan bersama) dalam pembayaran dilakukan secara
angsuran maupun tunai.34
d. Al-Qardhu al-Hasan adalah suatu pinjaman yang harus dikembalikan pada
akhir suatu waktu yang telah disepakati tanpa keharusan membayar bunga
ataupun pembagian utang rugi dalam bisnis.35
e. Al-Qardhu al-Hasan adalah suatu pinjaman yang diberikan seseorang
kepada orang lain tanpa dituntut untuk mengembalikan apa-apa bagi
peminjam, kecuali pengembalian modal asal (pinjaman) tersebut.36
Para Imam Mazhab Sunni mengemukakan pendapat mereka tentang
arti al-Qardh. Berikut adalah pendapat 3 mazhab, yaitu :
a. Mazhab Maliki, menyatakan bahwa al-Qardh merupakan pinjaman atas
benda yang bermanfaat yang diberikan hanya karena belas kasihan dan
bukan merupakan bantuan (ariyah) atau pemberian (hibah), tetapi harus
dikembalikan seperti bentuk yang dipinjamkan.
b. Menurut Mazhab Syafi’i, al-Qardhu berarti pinjaman yang berarti baik,
yaitu rujukan kepada al-Qur’an barang siapa yang memberikan pinjaman
yang baik kepada Allah, maka Allah akan melipatgandakan kepadanya.
c. Menurut Mazhab Hambali, al-Qadhu adalah merupakan perpindahan harta
milik secara mutlak, sehingga penggantinya haruslah sama nilainya.37
34 M. Umer Chapra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil, (Yogyakarta: PT. Dana
Bakti Prima Yasa, 1997), h. 40.
35 Ibid, h. 40. 36 Totoh Abdul Fatah, Bank Tidak Identik Dengan Riba, (Jawa Barat: MUI,t.t), h. 42. 37 M. Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), h. 8.
Secara keseluruhan, menurut pengertian diatas dapatlah disimpulkan
bahwa al-Qardhu al-Hasan merupakan suatu jenis pinjaman produk
pembiayaan dari Perbankan Syariah, yang pengembalian pinjaman uangnya
tidak ada bunganya, yang mungkin hanya pembayaran administrasi saja. Bank
tidak mendapatkan nilai yang berlebihan karena akan merupakan riba yang
dilarang keras.
Dalam penerapan al-Qardhu al-Hasan, ajaran Islam telah menerapkan
beberapa rukun-rukun yang harus dipenuhi di mana kalau salah satu rukun ini
hilang, maka akan menyebabkan akad ini menjadi tidak sah.
Rukun al-Qardhu adalah : Peminjam (al-Muqtaridh – ا�����ض),
Pemberi pinjaman (al-Muqridh - ا����ض), Dana (al-Qardh -ا���ض), dan Ijab
Qabul (al-Shîgat - � .(ا��
2. Landasan Syari’ah
Transaksi al-Qardh dikemukakan oleh para ulama berdasarkan al-
Qur’an dan hadits riwayat Ibnu Majjah, dan Ijma’ ulama. Allah SWT
mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi agama Allah.38
Landasan syari’ah dari pemberian pinjaman tunai kebajikan al-Qardhu al-
Hasan, yaitu :
a. Al-Qur’an
38 M. Syafi’i Antonio, Op.Cit., h.131
��� � و� أ�� آ���� �!�� �: ا-,ی,(. �ی�م� ذا ا�)ي ی%�ض ا��� #�"
11(
”Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadiid : 11)
Dalam ayat ini kita diserukan untuk meminjam kepada Allah, artinya
untuk membelanjakan harta di jalan Allah. Selaras dengan meminjam kepada
Allah, kita diseru untuk meminjam kepada manusia, sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat (civil society).39
ا�6��ة وءا12ا ا�5آ�ة وأ#�"1ا ا��� ��#�ءوا م� 2���� م!� وأ#� 1ا�!�� �"�#.
)20 : ا 5م7(
”Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an dan maka dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah SWT berupa
al-Qardhu al-Hasan”. (QS. Al-Muzammil : 20)
b. Al-Hadits
�� وس�� #�ل م�م� م��� ی%� ���� �� م�1Bد أن ا!?< ص�> ا; إ � ض م��
�م�ةEF# ,6ن آ��م� �2� إGآ" �#).�Iم �إ� Jروا (
”Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata : Bukan seorang
muslim (mereka) yang meminjam muslim (lainnya) dua kali kecuali yang
satunya adalah (senilai) sedekah.” (HR. Ibnu Majjah N0. 2441 kitab al-
Ahkam, Ibnu Hibban dan Baihaqi)
39 M. Syafi’i Antonio, Op.Cit., h.132
�ل رس1ل ا; ص�># L����� وس�� رأی P��O ا;�� أنM �� م �1� ا�QB� O# ,6 ?<أس�یFRم O!Iب ا�� <��� وا%�ض أ E�Tم
P�%� �Q� Oن�� T� ل�# O#,6ا �7 م��ل ا%�ض أ�� � ی� �?�ی7 م�ل و�!,J وا �F%�ضی�U� 7Vن ا� � G ی�F%�ض إG م� �
O�).�Iم �إ� Jروا(
”Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah saw berkata: Aku melihat
pada waktu malam di Isra’kan, pada pintu surga tertulis : sedekah dibalas
sepuluh kali lipat dan qardh 18 kali. Aku bertanya,”Wahai Jibril, mengapa
qardh lebih utama dari shadaqah? Ia menjawab, karena peminta-minta
sesuatu dan ia punya sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam
kecuali karena keperluan.” (H.R. Ibnu Majah No. 2422, Kitab al-Ahkam dan
Baihaqi)
c. Ijma’
Para ulama telah menyepakati bahwa al-Qardhu al-Hasan boleh
dilakukan. Kesepakatan ulama didasari oleh tabiat manusia yang tidak bisa
hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang
tidak membutuhkan. Oleh karena itu pinjam meminjam sudah menjadi satu
bagian kehidupan di dunia, Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
segenap kebutuhan umatnya.40
3. Manfaat al-Qardhu al-Hasan
40 Ibid, h. 132-133.
Manfaat aqad al-Qardh sebagai sebuah sistem pinjaman yang
dianjurkan syari’at Islam, al-Qardh memiliki banyak manfaat. Manfaat-
manfaat tersebut adalah :
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapatkan dana pinjaman jangka pendek/panjang (sesuai akad).
b. Al-Qardhu al-Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda Bank
Syari’ah dengan Bank Konvensional yang didalamnya terkandung misi
sosial, disamping misi komersial.
c. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan loyalitas
masyarakat terhadap bank syariah dan syariah itu sendiri.
d. Santunan kebajikan diberikan untuk membantu meringankan beban
ekonomi para mustahiq.41
Disamping semua itu manfaat al-Qardh juga sebagai produk untuk
sosial seperti usaha kecil yang kekurangan dana tapi mempunyai prospek
bisnis yang sangat baik.
4. Sumber Dana al-Qardhu al-Hasan
Dalam bahasan sumber dana al-Qardhu al-Hasan (Dana Kebajikan)
terdapat perbedaan diantara para pakar, perbedaan pendapat tersebut sekitar
masalah dimasukkan tidaknya dana zakat sebagai salah satu sumber dana Al-
41 M. Syafi’i Antonio, Op.Cit., h. 134.
Qardhu al-Hasan (Dana Kebajikan). Untuk lebih lanjut akan penulis uraikan
sebagai berikut:
Pakar praktisi Perbankan Syari’ah M. Syafi’I Antonio didalam dua
buku yang berbeda yaitu, Bank Syari’ah Wacana dan Cendekiawan, dan Bank
Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, mengemukakan bahwa sumber dana Al-
Qardhu al-Hasan (Dana Kebajikan) adalah:
a. Modal Bank. Dalam aplikasinya dana ini dipergunakan untuk membantu
keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek sebagai dana
talangan.
b. Zakat.
c. Infaq.
d. Shadaqah.
Dari keterangan diatas tampak bahwa dimasukkannya zakat sebagai
salah satu sumber dana al-Qardhu al-Hasan berdasarkan pada persamaan akad
yang berdimensi sosial antara dana zakat dana al-Qardhu al-Hasan.
Sedangkan pendapat yang tidak memasukkan dana zakat sebagai
sumber dana al-Qardhu al-Hasan berdasarkan pernyataan dari Ikatan
Akuntansi Indonesia yang menyatakan bahwa sumber dana al-Qardhu al-
Hasan berasal dari 2 hal, yaitu :
a. Sumber Dana Eksternal, meliputi dana al-Qardhu al-Hasan yang diterima
bank syariah dari pihak lain, meliputi :
1) Sumbangan
2) Infaq
3) Shadaqah
4) Dana yang disediakan oleh para pemilik DS
5) Hasil pendapatan non halal
b. Sumber Dana Internal, meliputi hasil tagihan pinjaman al-Qardhu al-
Hasan itu sendiri.42
Adapun menurut himpunan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
untuk lembaga keuangan syari’ah yang diutarakan bahwa sumber dana al-
Qardhu al-Hasan berasal dari :
a. Bagian modal Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS).
b. Keuntungan Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) yang disisihkan.
c. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaknya
kepada LKS.43
5. Aplikasi Dalam Perbankan Islam
Peranan prinsip al-Qardh dalam perbankan syari’ah adalah untuk
pinjaman tanpa bunga. Al-Qardh juga diterapkan untuk pinjaman kepada
nasabah yang mengelola hasil usaha yang sangat kecil. Jika nasabah
42 Ikatan Akuntansi Indonesia, Loc. Cit, h. 59 43 Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan Bank Indonesia (BI),
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, (JKT: 2001),
Edisi Ke-1, h. 3.
mengalami musibah dan tidak dapat mengembalikannya, maka bank dapat
membebaskannya. Hal ini sering disebut al-Qardhu al-Hasan.44
Al-Qardh terutama diberikan kepada nasabah yang memiliki
kebutuhan mendesak, seperti dana talangan (Over Draft) dengan kriteria
tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif.45
Pengembalian
pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan) dan
pembayarannya bisa dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
Secara umum al-Qardhu al-Hasan dapat digambarkan dalam skema
sebagai berikut :
BAGAN 1
44 Warkum Sumitro, Op.Cit., h. 97. 45 Karnaen Perwaatmadja dan M. Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
(Yogyakarta: PT. Dara Prima Yasa, 1992), h. 35.
Perjanjian
al-Qardhu al-Hasan
Nasabah Bank
Tenaga
Kerja
Modal
100%
Proyek Usaha
Keuntungan
100% Kembali
Modal
C. Pengertian Usaha Kecil
1. Definisi Usaha Kecil
Usaha kecil disebut juga dengan istilah pengusaha golongan ekonomi
lemah, sektor formal, asongan dan sebagainya, yakni mereka yang
mempunyai usaha yang tidak tetap dan tempat usaha yang berpindah-pindah,
namun mempunyai penghasilan yang cukup.46
Menurut Zainul Arifin usaha kecil umumnya memiliki tingkat
kelayakan yang masih rendah, akibatnya ada keterbatasan pada aspek
pemasaran, teknis, produksi, manajemen dan organisasi.47
Dari pengertian diatas dapatlah disimpulkan usaha kecil adalah usaha
yang ekonominya tidak dipakai dengan baik, dari segi modal usaha kecil yang
relatif kecil dari segi omzet tidak terlalu banyak. Pemasaran tidak begitu luas,
dalam hal teknis mereka terbatas dan lain-lain.
Umumnya dari segi modal omzet rata-rata usaha kecil mempunyai
modal yang tidak begitu banyak, 1 juta dan omzet perbulannya kurang lebih
Rp. 500.000,- perbulan, bahkan ada juga Rp. 100.000,- s,d Rp. 300.000,-
perbulan.
Adapun ciri-ciri pengusaha kecil, antara lain :
46 Santoso, Pusat Perpajakan dan Keuangan 1992, (Jakarta: 1996), h. 25. 47 Zainul Arifin, Memahami Bank dan Syari’ah, Lengkap, Peluang, Tantangan dan Prospek,
(Jakarta: Al-Vabet, 1999), Cet. I, h. 110.
a. Manajemen pada pengusaha kecil yang sangat sederhana.
b. Pengusaha kecil mempunyai modal yang relatif sangat sederhana.
c. Pengusaha kecil cenderung menggunakan tekhnologi yang sangat
sederhana, atau tidak memakai tekhnologi sama sekali (khususnya
pemula).
d. Jaringan pemasaran produk dari pengusaha kecil masih kurang luas.
Retail market lebih memfokuskan pada kebutuhan dari pengusaha
menengah di bawah dan perorangan. Pemberian dana al-Qardhu al-Hasan
oleh Bank kepada pengusaha ekonomi menengah di bawah tidak terlepas dari
pengertian pengusaha kecil sebagai penerima dana kebajikan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat kalangan pengusaha ekonomi lemah.
Dari pengertian usaha kecil dan sektor informal jelaslah pengusaha
ekonomi menengah di bawah masih banyak memerlukan bantuan demi
kelancaran usahanya, hal ini terlihat dari jenis usaha yang masih banyak
memerlukan bantuan dan bimbingan untuk meningkatkan penghasilan para
pengusaha ekonomi lemah (menengah ke bawah).
Dengan meningkatnya penghasilan dari para pengusaha ekonomi
lemah lebih memungkinkan mengurangi kemiskinan yang timbul. Dan dengan
menanggulangi masalah kemiskinan diharapkan akan mengurangi ekonomi
sebagai akibat dampak sosial tentang masalah kemiskinan.
Dalam pemberian dana al-Qardhu al-Hasan oleh Bank kepada
pengusaha ekonomi menengah kebawah juga tidak terlepas dari sektor
informal. Usaha sektor informal sangat beraneka ragam seperti: pedagang
warungan, dan usaha-usaha rumah tangga seperti: pedagang sayuran, pembuat
tempe dan lain-lain.
Menyadari berbagai kelemahan yang dimiliki oleh pengusaha
golongan ekonomi lemah, yaitu dalam hal organisasi pengelolaan,
permodalan, persaingan, dan sebagainya, maka BMT Husnayain menyediakan
fasilitas Produk Pembiayaan al-Qardhu al-Hasan (pinjaman kebajikan)
melalui berbagai prosedur yang tidak berbelit-belit dan kesederhanaan serta
keringanan pada pengusaha kecil.
2. Batasan Usaha Kecil
Ada tiga golongan masyarakat yang dapat dikategorikan untuk
memperoleh pembiayaan usaha kecil, yaitu :
a. Para pengusaha kecil (sangat kecil) yang kekurangan dana untuk
mengembangkan usahanya tetapi mempunyai prospek bisnis yang sangat
baik. Adapun yang menjadi kriteria usaha kecil (sangat kecil), adalah :
1) Semua pengusaha kecil yang bergerak dalam bidang usaha sektor
informal, seperti pedagang kaki lima, warung makanan, pedagang
sayuran dan buah-buahan, penjahit dan lain-lain.
2) Omzet penjualan rata-rata perhari minimal Rp. 100.000
b. Mereka yang terkena musibah (bencana alam/mala petaka lainnya yang
berakibat rusak/musnahnya asset usaha dan turunnya kemampuan
memperoleh laba). Keadaan berikut ini dapat dikategorikan sebagai
nasabah yang terkena musibah, yaitu :
1) Bencana alam yang mengakibatkan musnah, rusaknya asset usaha,
bencana alam yang dapat merusak asset usaha dapat berupa;
kebakaran, tanah longsor, banjir, badai/topan, letusan gunung merapi,
gempa bumi, kegagalan panen akibat musim.
2) Dalam kategori kehilangan pengurangan nilai/pengrusakan asset usaha
oleh pihak lain, musibah yang termasuk ini adalah sebagai berikut :
a. Pencurian/pengrusakan asset oleh orang lain.
b. Penggusuran tanah/bangunan tempat usaha oleh pemerintah, yang
atas penggusuran tersebut pemerintah tidak memberi ganti rugi.
3) Pengurangan nilai barang dagangan (komoditi) tertentu karena
merosotnya harga barang dagangan tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai alasan/sebab yang sukar diantisipasi.
c. Mereka yang terkena keadaan darurat yang bersifat pribadi. Keadaan
darurat yang dimasukkan dalam kategori ini adalah sebagai berikut :
1) Adanya pengeluaran yang tidak terduga yang dapat berupa :
a. Biaya pengobatan keluarga.
b. Biaya pemakaman orang tua keluarga yang meninggal.
2) Biaya pendidikan anak.
3) Hilang atau rusaknya asset RT (family asset) yang tidak ada hubungan
secara langsung dengan usaha nasabah (misal; rumah nasabah
terbakar).
D. Konsep Baitul Maal Wat Tamwil
1. Pengertian BMT
Istilah BMT (Balai Usaha Mandiri Terpadu) adalah penggabungan
dari dua kata, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Secara etimologis baitul
maal berasal dari kata bait dan al-maal. Bait artinya bangunan atau rumah,
sedangkan al-maal berarti harta benda atau kekayaan. Jadi secara harfiah,
baitul maal berarti rumah harta benda atau kekayaan. Namun demikian, kata
baitul maal diartikan sebagai pembendaharaan (umum atau negara).48
Abu A’la al-Maududi memandang bahwa baitul maal adalah lembaga
keuangan yang dibangun atas landasan syari’ah, oleh sebab itu
pengelolaannya harus dengan aturan syari’ah pula.49
Adapun yang dimaksud dengan baitul maal dalam istilah fiqh Islam
adalah suatu badan atau lembaga (instansi) yang bertugas mengurusi kekayaan
negara terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan
48 Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 161. 49 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove, 1997),
Cet. Ke-5, h. 186.
pengelolaan, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan
lain-lain.50
Definisi lain yang menjelaskan baitul maal ialah merupakan lembaga
keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial).51
Sedangkan baitut tamwil secara etimologis berasal dari kata bait dan tamwil.
Yang berarti bait adalah rumah dan tamwil adalah pembiayaaan. Jadi baitut
tamwil adalah rumah pembiayaan. Dan baitut tamwil secara terminologis
dapat diartikan sebagai lembaga (instansi) keuangan yang usaha pokoknya
menghimpun dana dari pihak ketiga (deposan) dengan memberikan
pembiayaan-pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan
menguntungkan. Atau baitut tamwil didefinisikan sebagai lembaga keuangan
yang kegiatannya adalah menghimpun dana masyarakat dan bersifat profit
motive.52
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
BMT adalah merupakan lembaga keuangan yang bertugas mengumpulkan dan
mengelola dana umat berdasarkan prinsip syari’ah Islam yang dipergunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian.
2. Konsep Islam Tentang BMT
50 Ibid 51 Hertanto Widodo, et.al, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung: Mizan, 1999), h. 81. 52 Ibid
Mengapa harus BMT yang menggunakan prinsip syari’ah yang
dikembangkan? Dalam perbankan konvensional pengendalian dasarnya
adalah mengandalkan bunga bank, dimana bunga bank selalu dibebankan
seluruhnya kepada nasabah, pihak bank tinggal menghitung hari dan tanggal
untuk menunggu hasil pelunasan, dan mempersiapkan surat sitaan atau denda,
bagi mereka yang tidak tepat waktu, hal ini sangat memberatkan. Bahkan suku
bunga yang cukup tinggi bisa ”mencekik leher”. Sebagian orang mengatakan,
bunga boleh diambil karena beban uang yang diberikan tidak terlampau tinggi
dan tidak berlipat ganda. Tetapi siapa yang tahu suku bunga bank lebih rendah
atau lebih tinggi untuk masa yang akan datang.
Para ulama Islam dan ahli ekonomi muslim yang berpendapat satu
sama lain dengan argumentasinya masing-masing apakah bunga bank sama
dengan riba, pendapat mereka dapat dikelompokkan dalam empat kelompok
yaitu :
a. Bunga bank sama dengan riba, yang berarti haram hukumnya.
b. Bunga bank adalah mutasyabihat (belum jelas) sebab dalil yang
mengharamkan belum jelas atau tidak kuat dan dalil yang menghalalkan
tidak kuat.
c. Bunga bank diharamkan, tetapi boleh jika dalam keadaan darurat.
d. Bunga bank halal, lebih banyak manfaatnya dari pada kerugiannya
(mudharat).53
Ayat al-Qur’an menerangkan tentang larangan riba. Diantaranya
tentang uang yang diberikan sebagai tambahan pada manusia, tetapi tidak
pernah bertambah pada sisi Allah SWT.
: ا�وم( .وم� ءاF�2� م� ر�� 1��� �< أم1ال ا!��س �W ی1�� �!, ا���
39(
”Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah”. (QS. Ar-
Ruum : 39)
Allah melarang bagi orang yang memakan riba akan berakibat fatal
yaitu mereka akan mendapat siksa yang pedih, karena termasuk memakan
harta orang lain, dengan cara yang bathil.
��\7 وأ�F,ن?�وأ_)ه� ا�[�� و#, ن1Eا �!� وأآE�� أم1ال ا!��س �
� �)ا�� أ� �E!م ��ی��R�. )ء� )161: ا!�
”Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih”. (QS. An-Nisa’ : 161)
53 Karnaen Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha Kami,
1996), Cet. Ke-I, h. 156.
Atau gambaran orang yang memakan harta riba tidak dapat berdiri,
akan tetapi berdirinya seperti orang kemasukan (tekanan) penyakit gila,
sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam QS Al-Baqarah (2): 275
�ن م� a��Qا �a�?bF)ي ی�ی%1م ا � � ی%1م1ن إ�� آ �ا�)ی� یcآ1�ن ا�[�
� ا?d� م7T ا�[�� وأ�7� ا��� ا?d� و���م �1ا إن�# �Eن�c� Lذ ]M ا
� )275: ا?%�اة(.ا�[�
”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah :
275)
Dari gambaran ayat inilah dasar ajaran Islam melarang praktek riba,
yang banyak digunakan bank konvensional. Dengan dasar ini pula
pengoperasian BMT menggunakan pada sistem syari’ah.
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI BMT HUSNAYAIN
A. Sejarah singkat BMT Husnayain
Masalah yang dihadapi dalam masyarakat saat ini dalam mengembangkan
usahanya adalah persoalan modal/pinjaman, dimana pinjaman dana semakin
mengikat dan mencekik pengusaha lemah/ pedagang-pedagang kecil, seperti yang
dijalankan dalam praktik bank-bank keliling. Para pengusaha lemah/pedagang-
pedagang kecil terjebak dalam jeratan hutang rentenir, dan sudah menjadi berita
umum pedagang-pedagang yang membutuhkan modal usaha harus menanggung
beban renten dengan tingkat bunga 20 % sampai 30 % per bulan. Dan mereka
yang tidak dapat mengembalikan pinjaman dan bunganya akan menjadi sasaran
empuk para rentenir untuk menghisap harta bendanya sehingga menjadi bangkrut.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut Pesantren Husnayain bersama
jama’ah masjid Abu Bakar Siddiq mengadakan pembicaraan untuk membentuk
satu lembaga yang berpihak kepada pengusaha kecil dengan prinsip keadilan
dengan mengusung syari’at Islam. Setelah beberapa kali pertemuan yang
dipimpin langsung oleh Pimpinan Pesantren Husnayain KH. Kholil Ridwan, LC,
dan dihadiri oleh para pendiri pesantren lainnya,54
pada hari Jum’at, tanggal 10
Jumadil Tsani 1420 H / 21 September 1999 M diputuskan dan ditetapkan
berdirinya lembaga keuangan mikro syari’ah yang bernama Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) Husnayain sebagai unit dari Kopontren Husnayain.
BMT ini berdiri di atas bangunan dengan luas 5 X 12 M² permanen,
dengan akta pendirian : No. 094/BH/kwk.9/III/1995, dan beralamat di Jalan
Lapan No. 25 Rt. 09/01 Pekayon Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dengan modal
keyakinan dan semangat mengembangkan ekonomi kerakyatan berdasarkan
syari’at Islam, pendiri memberikan amanah kepada pengelola BMT Husnayain
untuk menjalankan usaha ini dan memberikan modal awal sebagai modal
penggerak sebesar Rp. 16.000.000,- (enam belas juta rupiah). Pada awal oktober
1999 BMT Husnayain kemudian resmi beroperasi.
B. Struktur Organisasi
Secara garis besar organisasi adalah tempat atau wadah persekutuan antara
dua orang atau sekelompok orang yang bekerja sama yang diatur dengan tertib
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama dalam aturan kerja sama
dan hubungan organisasi yang terlibat secara horizontal maupun vertikal. Struktur
organisasi merupakan sistem pembagian tugas dan tanggung jawab yang
54 Pendiri-pendiri lain tersebut adalah : KH. Maryadi M. Kewang, BA, H. Sobar Harahap,
SE.MM, Ir. H. Syamsudin Halik, Ir. H. M. Nasir, H. Musaddad, SH, H. Sjamsudin Harahap, H. M.
Zein Ridwan, Ir. H. Mulyadi, Sutrisna, BSc, Drs. Komarudin dan Ust. Saelani Hasan
dimaksudkan agar badan usaha yang bersangkutan dapat mencapai tujuan yang di
inginkan melalui sebuah struktur organisasi yang akan ditunjukkan hubungan dari
masing-masing fungsi yang ada, demikian pula yang terjadi pada BMT
Husnayain. Di kantor ini para pengurus sudah mendapat tugas masing-masing
berdasarkan peraturan yang berlaku, sehingga mekanisme kerjanya dapat berjalan
dengan lancar. Dalam struktur organisasi BMT Husnayain terlihat sebuah garis
besar tugas dan tanggung jawab dari setiap personil yang terlibat dalam aktivitas
kerja secara struktur.
Struktur organisasi yang di gunakan BMT Husnayain adalah organisasi
strata yang dipimpin oleh pengawas yang bertugas mengawasi jalannya laju
organisasi yang di jalankan oleh bawahannya. Semua yang terlibat dalam aktivitas
kerja struktur organisasi ini diberikan kesempatan untuk menuangkan ide-ide
konstruktif mereka untuk pengembangan BMT mendatang. Adapun struktur
organisasinya seperti terlihat di bawah ini.
STRUKTUR ORGANISASI
DEWAN SYARI’AH
Ketua : KH. Ah. Kholil Ridwan
Anggota : 1. KH. Maryadi M. Kewang, SpdI
2. H. Syamsul Ulum, SH
DEWAN PENGAWAS PEMBINA
Ketua : H. Sobar Harahap, SE. MM
Anggota : 1. Sutrisna, BSc. (Pengawas Operasional)
2. Syamsudin Harahap
DIREKTUR : Drs. Komarudin
MARKETING : Nurul anwarudin
AO : 1. Yayat Supriyadi
2. H. Saring
3. Dwi Cahyono
4. Dani Arsyah
5. Alfian
PEMBUKUAN : Sunarto
KASIR : Eka Wahyuningsih
C.S : Marwiyah Kholifah
BAITUL MAAL : 1. Asmuni Taher
2. Agus Pijianto
C. Visi, Misi dan Motto
Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan
perdagangan, konsep BMT yang sederhana itu pun berubah, tidak sebatas
menerima dan menyalurkan dana/harta tetapi juga mengelolanya secara lebih
produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.
Adapun Visi dari BMT Husnayain adalah :
“Menjadi BMT terbaik dan terdepan menuju kebangkitan ekonomi ummat
untuk menggapai keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan.”
Dengan semangat yang luar biasa untuk berekonomi dengan prinsip
syari'ah sekaligus itu mengharapkan dukungan. BMT dalam
pengoperasionalannya diharapkan mampu menjalankan tugasnya sebagai lembaga
keuangan non perbankan dengan prinsip syari'ah dalam meningkatkan
perekonomian para rakyat kurang mampu yang sangat membutuhkan pinjaman,
baik untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif ataupun untuk mengembangkan
usaha. Hal ini yang dijadikan dasar misi dari BMT Husnayain yang berbunyi
seperti di bawah ini;
1) Membentuk Ummat agar tidak terjerumus kedalam ekonomi ribawi
2) Mengembangkan pengusaha kecil dan menengah agar tetap dapat bersaing
3) Mempererat ukhuwah Islamiyah melalui pembinaan ekonomi Ummat
Aktivitas ekonomi di lembaga keuangan syari'ah seperti BMT bebas dari
bunga dan riba. Karena di dalam Al-Qur’an telah dinyatakan dengan tegas dan
jelas, yakni Islam mengharamkan riba. Seperti yang dikatakan dalam surat Ali-
Imran ayat 130 yang berbunyi :
�Egأی�� ءام!1hا ا�h)ی� یh آ1�اch2 �h�]�ا ���Bh"أ O����h1ا مh%�2وا �h��ا �hR��B 2��-1ن
�ان(� )130 : ال
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan." (QS. Ali-Imran : 130)
Dengan menjauhkan riba maka diharapkan masyarakat Muslim dalam
menjalankan usahanya dapat keberuntungan/keberkahan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini sesuai dengan motto yang disandang oleh BMT Husnayain, yang
berbunyi:
“ MENEPIS RIBA, MENGGAPAI BERKAH “
D. Produk-produk BMT Husnayain
Secara fungsional, operasional BMT hampir sama dengan BPRS.
Perbedaannya hanyalah pada sisi lingkup dan struktur. Dilihat dari fungsi pokok
operasional BMT, ada dua fungsi pokok dalam kaitan perekonomian masyarakat
yaitu fungsi penghimpunan dana (funding) dan fungsi penyaluran dana.
Sesuai dengan fungsi yang dapat dikelola, BMT selanjutnya
mengeluarkan berbagai macam produk pengumpulan dana dan penyaluran dana
oleh BMT.
1. Produk Pengumpulan Dana
Pengumpulan dana BMT diperoleh melalui simpanan yaitu dana yang
dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan kembali ke sektor-
sektor usaha produktif dalam bentuk pembiayaan.
Simpanan nasabah di BMT yang berupa tabungan dimana dana terkumpul
akan dikelola oleh BMT secara professional. Hasil dari pengelolaan dana tersebut
akan dibagikan keseluruhan nasabah sesuai dengan nisbah (porsi) yang
ditentukan. Pada BMT Husnayain simpanan dibagi dalam tiga sub bagian yaitu :
1.1. Simpanan dengan sistem bagi hasil, dengan bentuk-bentuk sebagai berikut.
1.1.1. Simpanan Muamalah
Simpanan ini dibebankan pada semua kalangan yang setoran awalnya
sebesar Rp 10.000,- dan selanjutnya minimal Rp 5.000. Dan simpanan bentuk
ini dapat diambil setiap saat.
1.1.2. Simpanan Haji dan Umrah
Simpanan ini merupakan simpanan untuk masyarakat dalam
membantu dan mempermudah mewujudkan niat mereka untuk melaksanakan
ibadah haji dan umrah. Simpanan bentuk ini dapat diambil apabila sudah
mencukupi biaya untuk melaksanakan salah satu ibadah tersebut.
1.1.3. Simpanan Qurban dan Idul Fitri
Simpanan ini merupakan simpanan bagi masyarakat untuk
mempermudah melaksanakan ibadah qurban atau persediaan uang belanja hari
raya Idul Fitri tiba. Simpanan bentuk ini dapat diambil ketika menjelang
kedua hari raya tersebut tiba, khususnya simpanan Qurban bisa diambil
berupa uang atau berupa hewan qurban.
1.1.4. Simpanan Pendidikan
Simpanan ini merupakan simpanan yang dapat mempermudah orang
tua dalam masalah biaya pendidikan, juga untuk mendidik para siswa atau
anak-anak dalam hal menabung. Simpanan bentuk ini dapat diambil ketika
mereka membutuhkan biaya untuk sekolah.
1.1.5. Simpanan Aqiqah
Simpanan ini merupakan simpanan dalam rangka mensyi’arkan
sunnah nabi yang hampir dilupakan oleh masyarakat, yaitu ketika anak kita
akan lahir sudah dipersiapkan dana untuk membeli kambing sebagai aqiqah.
Simpanan ini dapat diambil bisa berbentuk uang atau berupa hewan kambing.
1.1.6. Simpanan Walimah
Tabungan walimah merupakan jenis tabungan yang diperuntukkan
untuk persiapan pernikahan. Penarikannya hanya dapat dilakukan sepekan
pada saat menjelang pernikahan.
1.2. Simpanan, berupa Wadiah ( Titipan )
1.2.1. Simpanan Amanah Debitur
Simpanan ini merupakan simpanan dari pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah tanpa adanya bagi hasil, dalam hal ini pihak BMT hanya
membantu nasabah dalam jasa penitipan. Dan simpanan bentuk ini dapat
diambil setiap saat.
1.2.2. Simpanan Lebaran
Simpanan ini merupakan simpanan dari pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah tanpa adanya bagi hasil. Dalam hal ini pihak BMT hanya
membantu nasabah dalam jasa penitipan. Dan simpanan bentuk ini dapat
diambil ketika menjelang hari raya Idul Fitri tiba.
1.3. Simpanan Investasi
Simpanan ini merupakan simpanan khusus atau simpanan berjangka
bagi anggota atau calon anggota (masyarakat) yang mempunyai uang mulai
dari Rp 5.000.000,- dengan syarat tidak dapat diambil minimal selama empat
bulan dan mendapat bagi hasil lebih besar dari tabungan di atas.
2. Produk Penyaluran Dana
BMT bukan sekedar lembaga keuangan yang hanya bersifat sosial. BMT
juga merupakan sebagai lembaga bisnis dalam rangka memperbaiki
perekonomian umat. Oleh karena itu, dana yang dikumpulkan anggota harus
disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada anggotanya.
Pinjaman dana kepada anggota BMT juga disebut pembiayaan.
Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan BMT kepada anggotanya untuk
menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari anggotanya. Adapun
produk penyaluran dana atau produk pembiayaan yang terdapat pada BMT
Husnayaian seperti di bawah ini, antara lain :
2.1. Pembiayaan Mudharabah ( Investasi )
Pembiayaan penuh dari BMT adalah untuk modal usaha. Nasabah
bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan manajemen usaha. Jangka
waktu pembiayaan, cara pengembalian dana, dan bagi hasil usaha ditentukan
sesuai perjanjian atas kesepakatan bersama dimuka, misalnya 60% untuk
pedagang dan 40% untuk BMT. Landasan syari’ah produk pembiayaan
mudarabah terdapat dalam Al-Qur’an:
: ا 5م7( ... ا��� ��7 م� ی?1jFن اcرض �< ی�1��ن وءا_�ون…20(
"...Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah..." (QS. Al-Muzammil : 20)
2.2 Pembiayaan Murabahah ( Jual Beli)
Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan. Murabahah merupakan pembiayaan yang diberikan kepada
anggota (pengusaha) dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. BMT
akan mendapat keuntungan dari tingkat harga yang disetujui bersama yakni
harga beli ditambah mark-up (keuntungan), yang pembayarannya juga
dilakukan dalam jangka waktu yang telah disepakati. Landasan syari’ah
produk pembiayaan murabahah terdapat dalam Al-Qur’an :
�Egأی��\R!�� 7� أم1اc2 �Rآ1�ا � ءام!1ا ا�)ی� ی?�� � 1R2ن أن إ��رةI2 �� )29: ا!��ء( ...م!R� 2�اض
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu...” (QS. An-Nisa’ : 29)
2.3 Pembiayaan Ar-Rahn ( Gadai )
Pembiayaan ar-Rahn adalah pembiayaan yang diberikan kepada
anggota untuk keperluan yang sifatnya darurat, dimana dengan menyerahkan
barang sebagai jaminan, maka nasabah akan mendapatkan pinjaman sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak. Landasan syari’ah yang terdapat
dalam al-Qur’an pada Produk Pembiayaan ar-Rahn (Gadai) adalah :
� I2,وا و� س�� ��> آ!F� وإن?2�: ا?%�اة(...م%?O"1 ��ه�ن آ283(
”Apabila kamu dalam perjalanan dan tidak ada orang yang menuliskan
hutang maka hendaklah dengan tanggungan yang diterima ketika itu ...”
(QS. Al-Baqarah : 283)
3 Produk Baitul Maal
Selain daripada itu BMT Husnayain juga mengelola serta menghimpun
dana dari zakat, infaq dan shadaqah yang nantinya akan disalurkan langsung
kepada nasabah dalam bentuk kegiatan sosial dan tidak mengharapkan
keuntungan. Hal ini telah tercantum dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103
yang berbunyi :
� و52آ[�Ea2 �E[�ه� ص,#O أم1اE� م� _)E�…)O�1F103: ا(
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka … “ (QS. At-Taubah : 103)
Dana-dana ZIS tersebut akan disalurkan langsung bagi nasabah dan masyarakat
sekitar lingkungan BMT Husnayain yang benar-benar membutuhkannya, dalam
bentuk kegiatan seperti di bawah ini;
a) Beasiswa terhadap anak yatim dan kaum dhu’afa dari mulai SD s/d SMU.
b) Santunan bagi Fakir Miskin, terutama setiap bulan ramadhan dengan
melaksanakan buka puasa bersama dengan masyarakat sekitar.
c) Pemberian pinjaman al-Qardhu al-Hasan (pinjaman kebajikan) bagi nasabah
khususnya yang membutuhkan tambahan modal untuk kelangsungan
berjalannya usaha mereka.
d) Bantuan bagi para korban bencana alam, seperti kebanjiran, kebakaran, dll.
e) Pembinaan keagamaan bagi masyarakat, khususnya anggota BMT Husnayain.
f) Pelaksanaan pemotongan Hewan Qurban dan menyalurkan kepada
masyarakat sekitar.
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Analisa Keefektivitasan al-Qardhu al-Hasan di BMT Husnayain
Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) membawa angin segar bagi
pengusaha ekonomi kecil, terutama dibidang permodalan. BMT merupakan suatu
lembaga keuangan non perbankan dengan prinsip syari’ah diharapkan tidak saja
melayani golongan ekonomi menengah keatas, tetapi yang lebih utama
meningkatkan taraf hidup golongan ekonomi menengah kebawah. Selain itu BMT
juga harus mampu memainkan peran yang aktif dalam menggerakkan roda-roda
pembangunan dengan memberikan fasilitas pembiayaan alternatif untuk usaha-
usaha produktif dan investasi yang konstruktif.55
Dalam hal ini BMT Husnayain memberikan pembiayaan alternatif,
khususnya bagi pedagang kecil yang ingin memulai usaha dari awal atau yang
membutuhkan tambahan modal untuk kemajuan usaha.
Salah satu produk penyaluran dana yang diberikan oleh BMT Husnayain
adalah al-Qardhu al-Hasan yang merupakan pinjaman lunak bagi pengusaha kecil
yang benar-benar kekurangan modal. Dengan adanya produk pembiayaan dana al-
55 Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta:
PT. Dara Prima Yasa, 1992), h. 83.
Qardhu al-Hasan ini maka ada yang menjembatani kesenjangan sosial ekonomi
yang terjadi karena dampak pembangunan, sehingga terbentuk dasar yang kokoh
bagi pembangunan ekonomi umat.
Dalam perjalanannya BMT Husnayain sejak awal berdiri sampai sekarang
telah menyadari bahwa amanah yang diembannya adalah dalam rangka membantu
menumbuh kembangkan ekonomi umat yang notabene untuk usaha kecil yang
berlandaskan kepada prinsip ekonomi kerakyatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perubahan yang signifikan
atas efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan dengan efektifitas sesudah
pinjaman al-Qardhu al-Hasan yang diberikan oleh BMT Husnayain khususnya
bagi pedagang kecil. Dengan adanya pinjaman al-Qardhu al-Hasan diharapkan
dapat memberi lapangan pekerjaan dan sekaligus mendidik kepada orang-orang
yang kurang mampu atau pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya,
sehingga mampu berwirausaha untuk memiliki prospek bisnis yang cerah.
Dengan semua itu nasabah atau si peminjam diharapkan akan dapat
membangkitkan usahanya. Penerima pinjaman yang berhasil akan ikut
meningkatkan pendapatan masyarakat pada umumnya.
B. Analisa Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan digunakan proses
statistik untuk menyederhanakan data dalam penelitian yang amat besar
jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami.
1. Gambaran Umum Responden
Secara umum, gambaran responden dalam penelitian ini adalah
nasabah yang meminjam al-Qardhu al-Hasan di BMT Husnayain. Masyarakat
atau nasabah yang menjadi responden berasal dari lingkungan sekitar BMT
Husnayain ada juga yang berasal dari daerah diluar sekitar lingkungan BMT.
Yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 15 orang,
yang merupakan sampel jenuh.
Dibawah ini gambar yang menunjukkan beberapa karakteristik responden.
BAGAN 2
Dari bagan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diatas,
dapat terlihat dari 15 orang responden yang meminjam al-Qardhu al-Hasan
pada BMT Husnayain lebih dominan mengisi angket adalah laki-laki dengan
persentase sebesar 53 %, sedangkan perempuan sebesar 47 %.
Dapat dilihat pula dari karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir, dari 15 orang responden ada yang berasal dari SD/MI
JENIS KELAMIN RESPONDEN
53%
47%LAKI-LAKI
PEREMPUAN
sebesar 33 %, SMP/MTs sebesar 27 %, SLTA/M. Aliyah sebesar 20 %,
Diploma (D1/D2/D3) sebesar 7 % dan dari Sarjana (S1) sebesar 13 %.
Seperti terlihat pada bagan dibawah ini.
BAGAN 3
Bagan diatas menunjukan bahwa pendidikan terakhir SD/MI lebih
berdominan dibandingkan dengan pendidikan yang lainnya, hal ini
membuktikan bahwa dengan rendahnya pendidikan terakhir pada responden
di tingkat SD/MI sangat berpengaruh pada jenis pekerjaan nasabah yaitu
sebagai pedagang.
Untuk memulai suatu usaha diperlukan modal awal yang tidak sedikit,
hal ini yang membuat para pedagang kecil kesulitan untuk memulai usahanya.
Namun ada pula yang memulai usaha dengan modal seadanya saja. Seperti
yang terlihat seperti bagan di bawah ini.
BAGAN 4
TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR
RESPONDEN
33%
27%
20%
7%
13%0%
SD / MI
SMP / MTs
SMA / M. Aliyah
DIPLOMA
(D1/D2/D3)SARJANA (S1)
PASCA SARJANA
(S2)
MODAL AWAL USAHA RESPONDEN
47%
27%
13%
13%
Rp. 50.000 - Rp.
100.000
Rp. 100.001 - Rp.
250.000
Rp. 250.001 - Rp.
500.000
Rp. 500.001 - Rp.
1.000.000
Berdasarkan bagan modal awal usaha diatas, dari 15 orang responden
sebesar 47 % dengan modal awal usaha berkisar antara Rp. 50.000 – Rp.
100.000, 27% dengan modal awal usaha berkisar antara Rp. 100.001 – Rp.
250.000, masing-masing 13 % dengan modal awal usaha berkisar antara Rp.
250.001 – Rp. 500.000 dan Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000. Karena mayoritas
responden dengan modal awal usaha berkisar antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000
tentunya akan berpengaruh pada laju berjalannya perdagangan mereka.
Dengan bermodalkan usaha awal sebesar Rp. 50.000 – Rp. 100.000 dirasa
belum cukup untuk mengembangkan usaha mereka agar bisa lebih maju, oleh
karena itu diperlukan tambahan modal untuk kemajuan usaha yang mereka
jalankan. Berikut bagan di bawah ini yang menunjukkan besarnya pinjaman
yang ingin mereka ajukan kepada pihak BMT Husnayain.
BAGAN 5
Berdasarkan bagan diatas dapat dilihat mayoritas responden sebesar 60
% mengajukan pinjaman kepada pihak BMT Husnayaian berkisar antara Rp.
250.001 – Rp. 500.000, sebesar 27 % meminjam berkisar antara Rp. 100.001
BESARNYA PINJAMAN YANG INGIN
DIPINJAM RESPONDEN KEPADA BMT
0%27%
60%
13%
Rp. 50.000 - Rp.
100.000
Rp. 100.001 - Rp.
250.000
Rp. 250.001 - Rp.
500.000
Rp. 500.001 - Rp.
1.000.000
– Rp. 250.000 dan 13 % meminjam berkisar antara Rp. 500.001 – Rp.
1.000.000. Dari besarnya pinjaman yang dipinjam diharapkan usaha yang
mereka jalankan bisa mengembangkan usaha yang dijalankan. Jika usaha
yang dijalankan dapat berkembang, maka tentunya akan ada pendapatan dari
hasil penjualan.
Berikut bagan perbandingan daftar golongan rata-rata pendapatan
bulanan yang didapat responden setiap bulannya ketika sebelum mendapatkan
pinjaman dan sesudah mendapatkan pinjaman, seperti terlihat dibawah ini.
BAGAN 6 BAGAN 7
Berdasarkan bagan perbandingan rata-rata pendapatan bulanan di atas,
terlihat adanya perubahan dari gambar rata-rata pendapatan bulanan sebelum
mendapat pinjaman dari 15 orang diperoleh data mayoritas 80 % responden
mempunyai rata-rata pendapatan bulanan sebesar < Rp. 250.000 setiap
bulannya dan 20 % berkisar antara Rp. 250.001 – Rp.500.000. Sedangkan
pada gambar rata-rata pendapatan bulanan sesudah mendapatkan pinjaman
mayoritas 40 % responden mempunyai pendapatan bulanan sebesar Rp.
RATA-RATA PENDAPATAN BULANAN
RESPONDEN SEBELUM MENDAPATKAN
PINJAMAN
80%
20% 0%
< Rp. 250.000
Rp. 250.001 - Rp.
500.000Rp. 500.001 - Rp.
1.000.000Rp. 1.000.001 - Rp.
2.500.000Rp. 2.500.001 - Rp.
5.000.000> Rp. 5.000.000
RATA-RATA PENDAPATAN BULANAN
RESPONDEN SESUDAH MENDAPATKAN
PINJAMAN
40%
40%
7%13%
0%
0%
< Rp. 250.000
Rp. 250.001 - Rp.
500.000Rp. 500.001 - Rp.
1.000.000Rp. 1.000.001 - Rp.
2.500.000Rp. 2.500.001 - Rp.
5.000.000> Rp. 5.000.000
250.001 – Rp.500.000. Hal ini menunjukkan adanya perubahan yang
signifikan, bahwa dengan adanya pinjaman al-Qardhu al-Hasan dari BMT
Husnayain, para responden dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih
baik dari yang ada sebelumnya.
2. Pengukuran indikator efektivitas sebelum dan sesudah pinjaman al-
Qardhu al-Hasan
Pada dasarnya pinjaman al-Qardhu al-Hasan adalah pinjaman
kebajikan, yang mana diperuntukkan membantu usaha yang sangat kecil atau
sektor sosial. Pada penelitian ini pinjaman al-Qardhu al-Hasan dikhususkan
bagi para pedagang kecil yang membutuhkan modal cepat dan berjangka
waktu pendek, serta bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi pengusaha kecil.
Gambaran kuantitatif tentang perubahan usaha, terutama diperoleh dari data
BMT Husnayain dengan membandingkan kondisi usaha sebelum mengajukan
pinjaman dan sesudah mengajukan pinjaman al-Qardhu al-Hasan. Dalam hal
ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh apakah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
efektif atau tidak efektif jika diberikan bagi pengusaha ekonomi kecil. Dengan
demikian, responden yang dapat dibandingkan kondisinya adalah responden
yang sudah mengajukan pinjaman al-Qardhu al-Hasan (dalam hal ini
responden tercatat sebagai nasabah).
Kondisi usaha nasabah pada saat awal mengajukan pinjaman ke BMT
dan saat pengajuan kuisioner dilakukan dengan menunjukkan peningkatan
dari segi pendapatan sebelum mengajukan pinjaman dengan sesudah
mengajukan pinjaman. Dan hasil yang ditemukan, peningkatan ini terjadi
setelah nasabah mengajukan pinjaman al-Qardhu al-Hasan pada BMT
Husnayain. Hal ini dapat dilihat pada bagan grafik indikator efektivitas
sebelum dan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan di bawah ini.
BAGAN 8 BAGAN 9
Perbandingan bagan diatas menunjukkan jawaban responden ketika
ditanyakan setujukah dengan pernyataan dalam usaha harus dikelola dengan
baik. Pada bagan mengelola usaha dengan baik sebelum mendapatkan
pinjaman terlihat dari 15 orang responden mayoritas 13 orang responden
menjawab setuju dan 2 orang menjawab sangat setuju. Pada bagan mengelola
usaha dengan baik sesudah mendapatkan pinjaman terjadi adanya perubahan
yang signifikan, yang menunjukkan dari 15 orang responden mayoritas 12
orang responden menjawab sangat setuju dan 3 orang menjawab setuju.
Setelah ditanyakan mengelola usaha dengan baik, dalam berdagang
tentunya ada barang yang dijual. Berikut bagan dibawah ini yang
0
2
4
6
8
10
12
14
SS S R TS STS
MENGELOLA USAHA DENGAN BAIK
SEBELUM MENDAPATKAN PINJAMAN
0
2
4
6
8
10
12
SS S R TS STS
MENGELOLA USAHA DENGAN BAIK
SESUDAH MENDAPATKAN PINJAMAN
menunjukkan pernyataan apakah setuju apabila diadakan pengecekan
kelengkapan setiap barang dagangan.
BAGAN 10 BAGAN 11
Dari perbandingan bagan diatas terlihat pada grafik mengecek
kelengkapan barang dagangan sebelum mendapatkan pinjaman, dari 15 orang
responden mayoritas 8 orang responden menjawab setuju, 6 orang menjawab
tidak setuju dan 1 orang menjawab sangat setuju. Sedangkan pada grafik
mengecek kelengkapan barang dagangan sesudah mendapatkan pinjaman, dari
15 orang responden mayoritas 7 orang menjawab sangat setuju, 3 orang setuju
4 orang ragu-ragu dan 1 orang tidak setuju. Terjadi perubahan yang signifikan
antara mengecek kelengkapan barang dagangan sebelum dengan sesudah
mendapatkan pinjaman.
Selain mengecek kelengkapan barang dagangan, kualitas dan mutu
barang dagangan juga perlu diperhatikan agar minat pembeli bertambah
banyak. Seperti terlihat pada bagan grafik dibawah ini.
0
2
4
6
8
SS S R TS STS
MENGECEK KELENGKAPAN BARANG
DAGANGAN SEBELUM MENDAPATKAN
PINJAMAN
0
2
4
6
8
SS S R TS STS
MENGECEK KELENGKAPAN BARANG
DAGANGAN SESUDAH MENDAPATKAN
PINJAMAN
BAGAN 12 BAGAN 13
Perbandingan bagan diatas menunjukkan adanya perubahan yang
signifikan antara memperhatikan kualitas dan mutu barang dagangan sebelum
dengan sesudah mendapatkan pinjaman. Hal ini ditunjukkan pada gambar
grafik memperhatikan kualitas dan mutu barang dagangan sebelum
mendapatkan pinjaman, dari 15 orang responden mayoritas 12 orang
menjawab setuju, 2 orang menjawab sangat setuju dan 1 orang menjawab
ragu-ragu. Sedangkan pada grafik memperhatikan kualitas dan mutu barang
dagangan sesudah mendapatkan pinjaman, dari 15 orang responden mayoritas
9 orang menjawab sangat setuju, 5 orang menjawab setuju, dan 1 orang
setuju.
Dalam perdagangan diperlukan perencanaan yang matang, agar usaha
yang dijalankan dapat terus berkembang dengan baik. Bagan grafik dibawah
ini menggambarkan dalam usaha diperlukan perencanaan yang matang antara
sebelum mendapatkan pinjaman dengan sesudah mendapatkan pinjaman.
0
2
4
6
8
10
12
SS S R TS STS
MEMPERHATIKAN KUALITAS DAN MUTU
BARANG DAGANGAN SEBELUM
MENDAPATKAN PINJAMAN
0
2
4
6
8
10
SS S R TS STS
MEMPERHATIKAN KUALITAS DAN MUTU
BARANG DAGANGAN SESUDAH
MENDAPATKAN PINJAMAN
BAGAN 14 BAGAN 15
Dari perbandingan bagan diatas terlihat pada grafik membuat
perencanaan yang matang untuk kemajuan usaha sebelum mendapatkan
pinjaman dari 15 orang responden mayoritas 10 orang menjawab setuju, 4
orang menjawab sangat setuju, dan 1 orang menjawab ragu-ragu. Sedangkan
pada grafik membuat perencanaan yang matang untuk kemajuan usaha
sesudah mendapatkan pinjaman dari 15 orang responden mayoritas 9 orang
menjawab sangat setuju dan 5 orang nenjawab setuju. Hal ini menunjukkan
adanya perubahan yang signifikan antara membuat perencanaan yang matang
untuk kemajuan usaha sebelum dengan sesudah mendapatkan pinjaman.
Agar usaha yang dijalankan terus dapat berjalan dengan baik, dalam
ilmu manajemen harus ada laporan keuangan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui perubahan pendapatan usaha, apakah mengalami kemajuan atau
terjadi penyusutan dalam pendapatan. Dibawah ini bagan grafik mencatat
laporan pendapatan usaha sebelum dengan sesudah mendapatkan pinjaman.
0
2
4
6
8
10
SS S R TS STS
MEMBUAT PERENCANAAN YANG
MATANG UNTUK KEMAJUAN USAHA
SEBELUM MENDAPATKAN PINJAMAN
0
2
4
6
8
10
SS S R TS STS
MEMBUAT PERENCANAAN YANG
MATANG UNTUK KEMAJUAN USAHA
SESUDAH MENDAPATKAN PINJAMAN
BAGAN 16 BAGAN 17
Perbandingan bagan diatas terlihat pada grafik mencatat laporan
pendapatan usaha sebelum mendapatkan pinjaman, dari 15 orang responden
mayoritas 7 orang menjawab ragu-ragu dengan pernyataan selalu mencatat
laporan pendapatan usaha dalam bentuk laporan keuangan, 6 orang menjawab
setuju, dan 2 orang menjawab tidak setuju. Sedangkan pada grafik mencatat
laporan pendapatan usaha sesudah mendapatkan pinjaman, dari 15 orang
responden mayoritas 10 orang menjawab setuju dan 5 orang menjawab sangat
setuju. Hal ini menunjukkan adanya perubahan yang signifikan antara
mencatat laporan pendapatan usaha sebelum dengan sesudah mendapatkan
pinjaman.
Dari perbandingan bagan grafik indikator efektivitas di atas dapat
dilihat bahwa adanya perubahan yang signifikan(positif) yang terjadi pada
efektivitas sesudah mendapat pinjaman al-Qardhu al-Hasan, terlihat mayoritas
nasabah menunjukkan peningkatan pada pendapatan dari usaha yang
dijalankan bila dibandingkan dengan efektivitas sebelum mendapat pinjaman.
0
2
4
6
8
SS S R TS STS
MENCATAT LAPORAN PENDAPATAN
USAHA SEBELUM MENDAPATKAN
PINJAMAN
0
2
4
6
8
10
SS S R TS STS
MENCATAT LAPORAN PENDAPATAN
USAHA SESUDAH MENDAPATKAN
PINJAMAN
Hal ini berarti membuktikan bahwa pinjaman al-Qardhu al-Hasan yang
diberikan oleh BMT Husnayain sudah efektif dapat membantu pengusaha
ekonomi kecil dalam meningkatkan usaha dan pendapatan bagi responden
yang menjadi nasabah di BMT Husnayain. Namun hal lain yang ditemukan
dari penelitian ini, adalah ditemukan beberapa nasabah ada yang gagal dalam
memajukan usahanya dikarenakan terjadi hambatan dalam pelaksanaan usaha.
Karena usaha yang dijalankan gagal, otomatis modal yang dipinjam tidak
dapat dikembalikan. Dalam hal ini pihak BMT mengkategorikan nasabah
dengan kredit macet atau pinjaman tidak dapat dikembalikan, maka BMT
harus merelakan dengan catatan usaha yang dijalankan tidak menunjukkan
perkembangan yang baik dan memang betul-betul tidak dapat diteruskan lagi.
Seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
TABEL 2
DAFTAR NASABAH PEMINJAM AL-QARDHU AL-HASAN Th. 2007
No Nama Tanggal
Akad Jatuh
Tempo Besar
Pinjaman Sisa
Pinjaman Plafond Keterangan
1 Adang 05/03/2007 05/07/2007 Rp 600.000 Rp 65.000 Rp 150.000 Macet
2 Amrizal 25/10/2007 15/10/2007 Rp 700.000 Rp 400.000 Rp 750.000 Diragukan
3 Dahlia 06/06/2007 31/08/2008 Rp 300.000 Rp 262.500 Rp 300.000 Macet
4 Jamila 27/04/2007 27/04/2007 Rp 400.000 Rp 178.000 Rp 300.000 Diragukan
5 M. Salafudin 20/12/2006 28/02/2007 Rp 400.000 Rp 400.000 Rp 400.000 Macet
6 Mahfudi 31/08/2007 15/10/2007 Rp 300.000 Rp 220.000 Rp 300.000 Lancar
7 Nurhayati 20/04/2007 18/08/2007 Rp 200.000 Rp 200.000 Rp 400.000 Diragukan
8 Z. Efendi 25/08/2007 31/12/2007 Rp 400.000 Rp 300.000 Rp 500.000 Diragukan
9 Dahlia 05/04/2007 31/08/2007 Rp 200.000 Rp 45.000 Rp 200.000 Kurang Lancar
10 Nurhayati 03/05/2007 15/09/2007 Rp 400.000 Rp 160.000 Rp 300.000 Diragukan
11 Oman 16/03/2007 30/06/2007 Rp 200.000 Rp 84.050 Rp 250.000 Kurang Lancar
12 Temon Parti 19/01/2007 10/04/2007 Rp 500.000 - Rp 500.000 Pindah ke Murabahah
13 Sarman 22/08/2007 30/09/2007 Rp 200.000 - Rp 300.000 Pindah ke Murabahah
14 Trismiati 22/01/2007 22/11/2007 Rp 400.000 - Rp 400.000 Lunas
15 Warnesih 10/08/2007 31/10/2007 Rp 300.000 - Rp 400.000 Pindah ke Murabahah
C. Pengujian Hipotesa
1. Korelasi Rank Order dan berganda
X1
Y
X2
• Y ���� X1
NO X Y X² Y² XY
1 3 70 9 4900 210
2 4 57 16 3249 228
3 1 61 1 3721 61
4 2 53 4 2809 106
5 2 62 4 3844 372
6 1 68 1 4624 68
7 1 52 1 2704 52
8 2 65 4 4226 130
9 1 58 1 3364 58
10 3 65 9 4225 195
11 1 55 1 3025 55
12 4 66 16 4356 264
13 1 67 1 4489 67
14 2 65 2 4225 130
15 1 67 1 4489 67
Jumlah 29 931 71 58250 2063
∑ X1X2 – ∑ X1 ∑X2
r =
√ [n ∑ X1² – (∑ X1)²] [n ∑X2² – (∑X2)²]
15 . 2063 – 29 . 931
r =
√ [ 15 . 71 – (29)² ] [ 15 . 58250 – (931)² ]
Modal
Efektivitas
Besarnya
Pinjaman
30945 – 26999
r =
√ [ 1065 – 841 ] [ 873750 – 866761 ]
3946 3846 3846
r = = = = 3,07
√ [ 224 ] [ 6989 ] √ 1565536 1251,21
• Y ���� X2
NO X Y X² Y² XY
1 4 70 16 4900 280
2 4 57 16 3249 228
3 3 61 9 3721 183
4 3 53 9 2809 153
5 3 62 9 3844 186
6 3 68 9 4624 204
7 2 52 4 2704 104
8 3 65 9 4226 195
9 2 58 4 3364 116
10 3 65 9 4225 195
11 2 55 4 3025 110
12 3 66 9 4356 198
13 2 67 4 4489 137
14 3 65 9 4225 195
15 3 67 9 4489 141
Jumlah 43 931 129 58250 2625
∑ X1X2 – ∑ X1 ∑X2
r =
√ [n ∑ X1² – (∑ X1)²] [n ∑X2² – (∑X2)²]
15 . 2625 – 43 . 931
r =
√ [ 15 . 129 – (43)² ] [ 15 . 58250 – (931)² ]
39375 – 40033
r =
√ [ 1935 – 1849 ] [ 873750 – 866761 ]
-658 -658 -658
r = = = = -0,84
√ [ 86 ] [ 6989 ] √ 601054 775,28
• X1 ���� X2
NO X Y X² Y² XY
1 4 3 16 9 12
2 4 4 16 16 16
3 3 1 9 1 3
4 3 2 9 4 6
5 3 2 9 4 6
6 3 1 9 1 3
7 2 1 4 1 2
8 3 2 9 4 6
9 2 1 4 1 2
10 3 3 9 9 9
11 2 1 4 1 2
12 3 4 9 4 12
13 2 1 4 1 2
14 3 2 9 4 6
15 3 1 9 1 3
Jumlah 43 29 129 73 90
∑ X1X2 – ∑ X1 ∑X2
r =
√ [n ∑ X1² – (∑ X1)²] [n ∑X2² – (∑X2)²]
15 . 90 – 43 . 29
r =
√ [ 15 . 129 – (43)² ] [ 15 . 73 – (29)² ]
1350 – 1247
r =
√ [ 1935 – 1849 ] [ 1095 – 841 ]
103 103 103
r = = = = 0,69
√ [ 86 ] [ 254 ] √ 21844 147,8
Korelasi antara modal (X1) dan besarnya pinjaman (X2) � efektivitas sesudah
pinjaman (Y) dengan memakai korelasi ganda (R) dengan rumus sebagai
berikut :
R = r²yX1 + r²yX2 – 2ryX1.ryX2.rX1X2
√ 1 – r²X1X2
R = (3,07)² + (-0,87)² – 2 (3,07) . (-0,87) . (0,69)
√ 1 – (0,69)²
R = [ 9,24 + 0,76 ] – [ 6,14 . -0.87 . 0,69 ]
√ 1 – 0,4761
R = [ 10,18 ] – [ -3,68 ] = 13,86 = √ 26,45 = 5,14
√ 1 – [ 0,4761 ] √ 0,5239
Nilai koefisien determinasi :
R² = (r)² x 100 %
R² = ( 0,69 )² x 100 % = 0,48 x 100 % = 48 %
Uji hipotesa dengan F-test :
R² / K
F =
(1 – R²) / (n – k –1)
(0,48)² / 2
F =
(1 – (0,48)²) / (15 – 2 –1)
0,2304 / 2 0,1152 0,1152
F = = = = 1,79
( 1 – 0,2304 ) / (12) 0,7696 / 12 0,0641
Modal yang kecil akan mempengaruhi jumlah pinjaman yang akan dipinjam,
hal ini akan membuat efektivitas BMT menjadi naik atau akan terjadi
perubahan secara signifikan.
2. Pendapatan sebelum dan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
• Formulasi hipotesanya.
H0 : r = 0 pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan = pendapatan
sesudah al-Qardhu al-Hasan.
H1 : r ≠ 0 pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan ≠ pendapatan
sesudah al-Qardhu al-Hasan.
• Taraf nyata ( α ) dengan t tabelnya :
α : 5 % : 0,05 ; uji dua arah
db : n–1 : 15-1 : 14
-1,79 -0,95 0,95 1,75
Menolak H0
(ada perbedaan +)
Menolak H0
(ada perbedaan -)
Menerima H0
(tidak ada perbedaan)
0
t (0,01 ; 15) : 1,960 atau -1,960
• Kriteria pengujiannya.
H0 diterima apabila t0 < 1,960
H0 ditolak apabila t0 > 1,960
• Nilai uji statistik yang dipakai adalah :
nS
udt
d
D
/
−
=
TABEL 3
No
X Y Y – X
(d)
d²
1 1 1 0 0
2 1 2 1 1
3 1 1 0 0
4 1 2 1 1
5 1 2 1 1
6 1 2 1 1
7 1 2 1 1
8 1 1 0 0
9 1 1 0 0
10 1 1 0 0
11 1 1 0 0
12 2 4 2 4
13 2 4 2 4
14 1 2 1 1
15 2 3 1 1
Jumlah 18 29 11 15
Dimana :
X = pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan
Y = pendapatan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
• Penyelesaian :
Dari tabel diperoleh :
Nilai rata-rata : n
dd
i∑= = 11 = 0,73
15
Variasi = Sd² = n ∑ d ² ( ∑ d )²
n (n – 1)
= 15 (15) - (11)² = 225 - 121 = 104 = 0,49
15 (15 – 1) 15 (14) 210
Simpangan baku Sd = √ Sd² = √0,49 = 0,7
Maka nilai uji statistik uji t adalah :
nS
udt
d
D
/
−
=
= 0,73 – 0 = 0,73 = 0,73 = 4,05
0,7 / √ 15 0,7 / 3,87 0,18
Setelah dihitung dengan cara manual dengan alat ukur yang dipakai,
maka didapat hasil t = 4,05 > dari t (0,01 ; 15) : 1,960, dan itu terletak
didaerah H0 ditolak. Maka keputusan menolak H0 mengandung arti bahwa ada
-4,05 -1,960 1,960 4,05
Menolak H0
(ada perbedaan +)
Menolak H0
(ada perbedaan -)
Menerima H0
(tidak ada perbedaan)
0
perubahan yang signifikan terhadap pendapatan sesudah pinjaman al-Qardhu
al-Hasan, berarti pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan tidak
sama dengan pendapatan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
3. Efektivitas sebelum dan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
• Formulasi hipotesanya.
H0 : r = 0 efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan = efektivitas
sesudah al-Qardhu al-Hasan.
H1 : r = 0 efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan ≠ efektivitas
sesudah al-Qardhu al-Hasan.
• Taraf nyata ( α ) dengan t tabelnya :
α : 5 % : 0,05 ; uji dua arah
db : n–1 : 15-1 : 14
t (0,01 ; 15) : 1,960 atau -1,960
• Kriteria pengujiannya.
H0 diterima apabila t0 < 1,960
H0 ditolak apabila t0 > 1,960
• Nilai uji statistik yang dipakai adalah :
nS
udt
d
D
/
−
=
TABEL 4
No
X Y Y – X
(d)
d²
1 63 70 7 49
2 48 57 9 81
3 50 61 11 121
4 50 53 3 9
5 50 62 12 144
6 62 68 6 36
7 46 52 6 36
8 51 65 14 196
9 53 58 5 25
10 53 65 12 144
11 52 55 3 9
12 48 66 18 324
13 58 67 9 81
14 41 65 24 576
15 52 67 15 225
Jumlah 777 931 154 2056
Dimana :
X = efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan
Y = efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
• Penyelesaian :
Dari tabel diperoleh :
Nilai rata-rata : n
dd
i∑= = 154 = 10,26
15
Variasi = Sd² = n ∑ d ² ( ∑ d )²
n (n – 1)
= 15 (2056) (154)² = 30840 – 23716 = 7124 = 33,92
15 (15 – 1) 15 (4) 210
Simpangan baku Sd = √ Sd² = √33,92 = 5,82
Maka nilai uji statistik uji t adalah :
nS
udt
d
D
/
−
=
= 10,26 – 0 = 10,26 = 10,26 = 6,88
5,8 / √ 15 5,8 / 3,87 1,49
Setelah dihitung dengan cara manual dengan alat ukur yang dipakai,
maka didapat hasil t = 6,88 > dari t (0,01 ; 15) : 1,960, dan itu terletak
didaerah H0 ditolak. Maka keputusan menolak H0 mengandung arti bahwa ada
perubahan yang signifikan terhadap efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu
al-Hasan, berarti efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan tidak sama
dengan efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
-6,88 -1,960 1,960 6,88
Menolak H0
(ada perbedaan +)
Menolak H0
(ada perbedaan -)
Menerima H0
(tidak ada perbedaan)
0
4. Uji Dua Sampel Berpasangan Wilcoxon
Uji ranking ini pada prinsipnya ingin menguji apakah dua sampel yang
berpasangan satu dengan yang lain berasal dari populasi yang sama.
Maksudnya adalah subyek yang diukur sama, namun diberi dua perlakuan.
1. Pendapatan sebelum dan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
H1 : pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan = pendapatan sesudah
pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
H0 : pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan ≠ pendapatan sesudah
pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
TABEL 5
Ranks
0a
.00 .00
9b
5.00 45.00
6c
15
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
rata-rata pendapatan
bulanan sesudah
pinjaman al-Qardhu
al-Hasan - rata-rata
pendapatan bulanan
sebelum pinjaman
al-Qardhu al-Hasan
N Mean Rank Sum of Ranks
rata-rata pendapatan bulanan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan <
rata-rata pendapatan bulanan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan
a.
rata-rata pendapatan bulanan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan >
rata-rata pendapatan bulanan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan
b.
rata-rata pendapatan bulanan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan =
rata-rata pendapatan bulanan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan
c.
Test Statistics b
-2.810a
.005
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
rata-rata
pendapatan
bulanan
sesudah
pinjaman
al-Qardhu
al-Hasan -
rata-rata
pendapatan
bulanan
sebelum
pinjaman
al-Qardhu
al-Hasan
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Dari tabel diatas didapat negative ranks (nilai negatif pada ranking)
atau selisih antara “sebelum” dan sesudah yang bernilai nol. Kemudian Sum of
rank (jumlah/hasil ranking) sebesar nol, dan mean of rank (nilai rata-rata
ranking) sebesar nol. Hal ini dikarenakan tidak ada selisih angka negatif pada
nilai negative ranks (nilai negatif pada ranking). Nilai positif ranks (nilai
positif pada ranking) atau selisih antara “sesudah” dan “sebelum” yang
bernilai positif, yang mengandung arti bahwa nilai “sesudah” lebih besar dari
nilai “sebelum”. Dalam tabel diatas terdapat 9 angka positif, kemudian sum of
ranks (jumlah/hasil ranking) 45.00, angka ini didapat dari menjumlahkan
semua ranking yang bertanda positif. Sedangkan mean rank (nilai rata-rata
ranking) yang didapat sebesar 5.00, angka ini didapat dari angka sum of rank
(jumlah/hasil ranking) dibagi jumlah sampel yang bertanda positif (N).
Sedangkan Ties (nilai yang sama) merupakan data “sesudah” dan “sesudah”
yang bernilai sama. Dalam tabel tersebut terdapat 6 yang bernilai sama antara
“sesudah” dan “sebelum” ini berarti bernilai selisih nol.
Dari tabel test statistik didapat nilai z sebesar -2.810, dengan memakai taraf
nyata 5 % maka nilai z tersebut terletak didaerah H0 ditolak dan dengan
demikian berarti pendapatan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
mengalami perubahan yang signifikan. Kolom EXACT SIGN (nilai asimetris
untuk ujian dua arah = sebelum dan sesudah) adalah sebesar 0.005, maka H0
ditolak dan hal ini mengandung arti bahwa adanya perubahan yang signifikan
terhadap pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan pada nasabah
BMT Husnayain dengan pendapatan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
Dengan berkembangnya usaha serta meningkatnya pendapatan, maka
pinjaman al-Qardhu al-Hasan tidak dapat diberikan lagi. Jika nasabah ingin
mengajukan pinjaman kembali maka aqad yang digunakan adalah aqad
murabahah atau mudharabah. Karena kesepakatan diawal BMT hanya
membantu nasabah untuk bisa mengembangkan usaha pada awal didirikan.
Jika usaha yang dijalankan sudah berkembang maka ada penghasilan lebih,
dalam hal ini BMT selain sebagai lembaga keuangan sosial sekaligus sebagai
lembaga keuangan komersil dituntut untuk mempertahankan liquiditasnya dan
secara periodik harus dapat meningkatkan laba semaksimal mungkin dengan
tidak melanggar batasan yang telah ditentukan berdasarkan hukum syari’at
Islam. Tujuannya untuk diputar kembali dana yang didapat dari bagi hasil
tersebut, agar aktivitas BMT dapat berjalan dengan lancar.
2. Efektivitas sebelum dan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan
H0 : Efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan = efektivitas sesudah
pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
H0 : Efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan ≠ efektivitas sesudah
pinjaman sesudah al-Qardhu al-Hasan.
TABEL 6
Ranks
0a .00 .00
15b 8.00 120.00
0c
15
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
efektivitas sesudah
pinjaman al-Qardhu
al-Hasan - efektivitas
sebelum pinjaman
al-Qardhu al-Hasan
N Mean Rank Sum of Ranks
efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan < efektivitas sebelum
pinjaman al-Qardhu al-Hasan
a.
efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan > efektivitas sebelum
al-Qardhu al-Hasan
b.
efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan = efektivitas sebelum
pinjaman al-Qardhu al-Hasan
c.
Test Statisticsb
-3.411a
.001
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
efektivitas
sesudah
pinjaman
al-Qardhu
al-Hasan -
efektivitas
sebelum
pinjaman
al-Qardhu
al-Hasan
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Dari tabel diatas didapat negative ranks (nilai negatif pada ranking)
atau selisih antara “sebelum” dan sesudah yang bernilai nol. Kemudian Sum of
rank (jumlah/hasil ranking) sebesar nol, dan mean of rank (nilai rata-rata
ranking) sebesar nol. Hal ini dikarenakan tidak ada selisih angka negatif pada
nilai negative ranks (nilai negatif pada ranking). Nilai positif ranks (nilai
positif pada ranking) atau selisih antara “sesudah” dan “sebelum” yang
bernilai positif, yang mengandung arti bahwa nilai “sesudah” lebih besar dari
nilai “sebelum”. Dalam tabel diatas terdapat 15 angka positif, kemudian sum
of ranks (jumlah/hasil ranking) 120.00, angka ini didapat dari menjumlahkan
semua ranking yang bertanda positif. Sedangkan mean rank (nilai rata-rata
ranking) yang didapat sebesar 8.00, angka ini didapat dari angka sum of rank
(jumlah/hasil ranking) dibagi jumlah sampel yang bertanda positif (N).
Sedangkan Ties (nilai yang sama) merupakan data “sesudah” dan “sesudah”
yang benilai nol.
Dari tabel test statistik didapat nilai z sebesar -3.411, dengan memakai
taraf nyata 5 % maka nilai z tersebut terletak didaerah H0 ditolak dan dengan
demikian berarti efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan mengalami
perubahan yang signifikan. Kolom EXACT SIGN (nilai asimetris untuk ujian
dua arah = sebelum dan sesudah) adalah sebesar 0.001 yang jauh dibawah
0.05, maka H0 ditolak dan hal ini mengandung bahwa adanya perubahan yang
signifikan terhadap efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan pada
nasabah BMT Husnayain setelah adanya efektivitas sesudah pinjaman al-
Qardhu al-Hasan. Dalam hal ini pula, dinyatakan bahwa pinjaman al-Qardhu
al-Hasan yang diberikan BMT Husnayain kepada nasabahnya terbukti
dirasakan sudah efektif bagi pedagang kecil karena dapat membantu para
pedagang kecil dalam segi permodalan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta
analisis yang dilakukan terhadap efektivitas pemanfaatan al-Qardhu al-Hasan bagi
pedagang kecil di BMT Husnayain, maka untuk mengakhiri penulisan skripsi ini
penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. BMT sebagai salah satu jenis lembaga keuangan mikro dengan prinsip
syari’ah membawa dampak yang positif serta dapat diterima dengan baik
kelompok masyarakat yang menjadi nasabahnya. Temuan-temuan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa dari indikator-indikator efektivitas dapat
ditemui perubahan-perubahan yang baik di tingkat pedagang kecil. Selain itu
BMT juga memberikan sejumlah manfaat yang dirasakan oleh anggotanya
juga mempunyai peranan dalam pemberdayaan ekonomi ummat.
2. Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat hasil t sebesar 4,05 terletak di
daerah H0 ditolak. Maka keputusan menolak H0 mengandung arti bahwa ada
hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara pendapatan sebelum al-
Qardhu al-Hasan terhadap pendapatan sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
Tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sampel berpasangan wilcoxon, dari
hasil uji tersebut didapat z sebesar -2,810, dengan tarif nyata 5 % maka nilai z
tersebut terletak didaerah H0 ditolak berarti pendapatan sesudah pinjaman al-
90
Qardhu al-Hasan ≠ pendapatan sebelum pinjaman al-Qardhu al-Hasan.
Dengan demikian, karena ada perubahan yang signifikan dalam pendapatan
sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan, berarti pinjaman al-Qardhu al-Hasan
yang diberikan BMT Husnayain berpengaruh positif terhadap perubahan
perkembangan usaha.
3. Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat hasil t sebesar 6,88 terletak di
daerah H0 ditolak. Maka keputusan menolak H0 mengandung arti bahwa ada
hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara efektivitas sebelum
pinjaman al-Qardhu al-Hasan terhadap efektivitas sesudah pinjaman al-
Qardhu al-Hasan. Tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sampel berpasangan
wilcoxon, dari hasil uji tersebut didapat z sebesar -3,411, dengan tarif nyata 5
% maka nilai z tersebut terletak didaerah H0 ditolak berarti efektivitas sesudah
pinjaman al-Qardhu al-Hasan ≠ efektivitas sebelum pinjaman al-Qardhu al-
Hasan. Dengan demikian karena ada perubahan yang signifikan dalam
efektivitas sesudah pinjaman al-Qardhu al-Hasan, berarti pinjaman al-Qardhu
al-Hasan yang diberikan BMT Husnayain sudah efektif karena membawa
dampak yang positif bagi perkembangan usaha nasabah.
B. Saran
1. BMT Husnayain sebagai mitra ummat, dengan pinjaman al-Qardhu al-Hasan
ini diharapkan pinjaman tersebut dapat terus diberikan bagi pedagang kecil
khususnya yang betul-betul membutuhkan modal awal. Karena bila dilihat
pada kondisi sekarang ini mencari pekerjaan sangat sulit, ingin usaha pun
kendala pada modal. Walaupun sumber dana pinjaman al-Qardhu al-Hasan
berasal dari ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah), diharapkan tidak mengurangi
segi keefektivitasannya dalam aplikasinya.
2. BMT diharapkan dapat terus dikembangkan dalam bentuk pinjaman al-
Qardhu al-Hasan dan dipermudah proses peminjaman dalam rangka
membantu pedagang kecil.
3. Bagi penulis sendiri dan masyarakat adalah memberikan pengetahuan tentang
fungsi serta kegunaan BMT serta efektivitasnya.
4. Diharapkan kepada pemerintah untuk memajukan kebijakan BMT agar usaha
kecil menengah kebawah dapat terbantu khususnya dalam segi permodalan
usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
cet. Ke-1, 2001.
---------, Bank Syari’ah: Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: Tazkia Institute, cet. Ke-
2, 2000.
Arifin, Zainul, Memahami Bank Syari’ah, Lengkap, Peluang, Tantangan dan
Prospek, Jakarta: Al-Vabet, cet. Ke-1, 1999.
Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.
Baihaqi, A. Madjid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Jakarta:
Pinbuk, 2000.
Bungin, Burhan S.Sos, M.Si, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana,
cet. Ke-1, 2000.
Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru, 1993.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
Dimyati, Ahmad, Islam dan Koperasi, Jakarta: KOFINFO, 1998.
Faisal, Sanapsiah, Format-Format Penelitian Sosial, Bandung: Rajawali Press, 1992.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, Edisi Ke-2, 1984.
http://www.pikiran-rakyat.com /cetak/2005/1005/09/hikmah/manajemen.htm
Mannan, M. Abdul, MA., Ph.D, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Terjemahan Drs.
Nastangin, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1993.
Nasution, Harun, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992.
Perwataatmadja, Karnaen, et. al., Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana
Bakti wakaf, 1992.
Qardhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, cet. Ke-2, 1991.
Raharjo, M. Dawam, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: LASF, 1999.
Republika, Harian Umum, Memberdayakan Koperasi dan BMT, Jakarta: 31 Maret
2003.
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal wat Tamwil, Yogyakarta: UII Press,
2004.
Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Non Parametrik, Jakarta: IKAPI, 2001.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Grafindo Persada, 1993.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: EKONOSIA, 2003, cet. Ke-1.
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Widodo, Hertanto, AK. Et.al., Panduan Praktis Operasional BMT, Bandung: Mizan,
1999.
94
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2004, cet. Ke-2
KUISIONER
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN AL-QARDHU AL-HASAN
BAGI PEDAGANG KECIL
(STUDI PADA BMT HUSNAYAIN JAKARTA TIMUR)
UNTUK
SKRIPSI
RINI YULIANTI
NIM. 1030 461 28 280
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
Kepada Yth:
Nasabah BMT HUSNAYAIN
Di Tempat.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bersama ini saya :
Nama : Rini Yulianti
NIM : 103046128280
Jur/Prodi : Mu’amalat Perbankan Syari’ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Sedang menyelesaikan program studi Strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan ingin melakukan penelitian di BMT HUSNAYAIN melalui
instrumen penelitian berupa kuisioner.
Bapak / Ibu telah terpilih sebagai responden dalam penelitian ini. Penelitian ini
semata-mata merupakan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah.
Untuk itu kami sangat menghargai atas kesediaan Bapak / Ibu untuk meluangkan
waktu mengisi Kuisioner ini.
“ Kerahasian setiap jawaban Bapak / Ibu akan kami jaga “
Terima kasih atas kesediaannya untuk membantu kami dalam melakukan penelitian
ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hormat Kami,
RINI YULIANTI
103046128280
I. Identitas Responden
1. Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Usia Bapak / Ibu sekarang : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Jenis Kelamin :□ Laki - laki
:□ Perempuan
4. Tingkat Pendidikan Terakhir Bapak / Ibu sekarang :□ SD / MI
:□ SMP / MTS
:□ SLTA / MA
:□ Diploma ( D1/D2/D3 )
:□ Sarjana ( S1 )
:□ Pasca Sarjana ( S2 )
5. Modal awal usaha Bapak / Ibu :□ Rp 50.000 - Rp 100.000
:□ Rp 100.001 - Rp 250.000
:□ Rp 250.001 - Rp 500.000
:□ Rp 500.001 - Rp 1.000.000
6. Besarnya pinjaman yang dipinjam Bapak / Ibu :□ Rp 50.000 - Rp 100.000
:□ Rp 100.001 - Rp 250.000
:□ Rp 250.001 - Rp 500.000
:□ Rp 500.001 - Rp 1.000.000
7. Berapa rata-rata pendapatan bulanan Bapak / Ibu :□ < Rp 250.000
sebelum mendapatkan pinjaman :□ Rp 250.001 - Rp 500.000
:□ Rp 500.001 - Rp 1.000.000
:□ Rp 1.000.001 - Rp 2.500.000
:□ Rp 2.500.001 - Rp 5.000.000
:□ > Rp 5.000.000
8. Berapa rata-rata pendapatan bulanan Bapak / Ibu :□ < Rp 250.000
sesudah mendapatkan pinjaman :□ Rp 250.001 - Rp 500.000
:□ Rp 500.001 - Rp 1.000.000
:□ Rp 1.000.001 - Rp 2.500.000
:□ Rp 2.500.001 - Rp 5.000.000
:□ > Rp 5.000.000
Pilihan Jawaban Keterangan
SS Sangat setuju dengan aspek
S Setuju dengan aspek
R Ragu-ragu dengan aspek
TS Tidak setuju dengan aspek
STS Sangat tidak setuju dengan aspek
II. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan memberi tanda (√) pada
kolom yang menggambarkan pendapat Anda.
A. Instrumen Pengukuran Efektivitas Sebelum Pinjaman al-Qardhu al-Hasan
No Pernyataan SS S R TS STS
1 Merencanakan strategi usaha apa saja
untuk mendapatkan tambahan penghasilan
sebelum mendapatkan pinjaman.
2 Menjaga agar usaha tetap menguntungkan
sebelum mendapatkan pinjaman.
3 Kesinambungan/berkelanjutan dalam
melakukan usaha sebelum mendapatkan
pinjaman.
4 Perencanaan yang sederhana dalam usaha
sebelum mendapatkan pinjaman.
5 Mengevaluasi kegiatan usaha dalam hasil
penjualan sebelum mendapatkan pinjaman.
6 Berfikir secara riil/nyata dalam
memajukan usaha sebelum mendapatkan
pinjaman.
7 Mengelola usaha dengan baik sebelum
mendapatkan pinjaman.
8 Mengecek kelengkapan barang dagangan
yang di jual sebelum mendapatkan
pinjaman.
9 Memperhatikan kualitas dan mutu barang
dagangan yang di jual kepada konsumen
sebelum mendapatkan pinjaman.
10 Dalam penjualan barang dagangan
diperlukan waktu yang lama (dari pagi
sampai malam hari) sehingga cepat habis
terjual sebelum mendapatkan pinjaman.
11 Dibutuhkan usaha yang maksimal agar
barang dagangan laku terjual sebelum
mendapatkan pinjaman.
12 Melakukan persaingan usaha yang sehat
sebelum mendapatkan pinjaman.
13 Mengadakan laporan pertanggung jawaban
atas pelaksanaan usaha yang sudah
berjalan sebelum mendapatkan pinjaman.
14 Bertanggung jawab atas dampak yang
diakibatkan dalam usaha sebelum
mendapatkan pinjaman.
15 Selalu membuat perencanaan yang matang
agar usaha dapat maju dengan pesat
sebelum mendapatkan pinjaman.
B. Instrumen Pengukuran Efektifitas Sesudah Pinjaman al-Qardhu al-Hasan
No Pernyataan SS S R TS STS
1 Merencanakan strategi usaha apa saja
untuk mendapatkan tambahan penghasilan
sesudah mendapatkan pinjaman.
2 Menjaga agar usaha tetap menguntungkan
sesudah mendapatkan pinjaman.
3 Kesinambungan/berkelanjutan dalam
melakukan usaha sesudah mendapatkan
pinjaman.
4 Perencanaan yang sederhana dalam usaha
sesudah mendapatkan pinjaman.
5 Mengevaluasi kegiatan usaha dalam hasil
penjualan sesudah mendapatkan pinjaman.
6 Berfikir secara riil/nyata dalam
memajukan usaha sesudah mendapatkan
pinjaman.
7 Mengelola usaha dengan baik sesudah
mendapatkan pinjaman.
8 Mengecek kelengkapan barang dagangan
yang di jual sesudah mendapatkan
pinjaman.
9 Memperhatikan kualitas dan mutu barang
dagangan yang di jual kepada konsumen
sesudah mendapatkan pinjaman.
10 Dalam penjualan barang dagangan
diperlukan waktu yang lama (dari pagi
sampai malam hari) sehingga cepat habis
terjual sesudah mendapatkan pinjaman.
11 Dibutuhkan usaha yang maksimal agar
barang dagangan laku terjual sesudah
mendapatkan pinjaman.
12 Melakukan persaingan usaha yang sehat
sesudah mendapatkan pinjaman.
13 Mengadakan laporan pertanggung jawaban
atas pelaksanaan usaha yang sudah
berjalan sesudah mendapatkan pinjaman.
14 Bertanggung jawab atas dampak yang
diakibatkan dalam usaha sesudah
mendapatkan pinjaman.
15 Selalu membuat perencanaan yang matang
agar usaha dapat maju dengan pesat
sesudah mendapatkan pinjaman.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana latar belakang pendirian BMT Husnayain ?
2. Apa visi dan misi BMT Husnayain ?
3. Apa tujuan didirikannya BMT Husnayain ?
4. Dari mana modal awal pendirian BMT Husnayain ?
5. Bagaimana bentuk struktur organisasi BMT Husnayain ?
6. Produk-produk apa saja yang ditawarkan BMT kepada para anggota/nasabah ?
7. Melalui cara apa produk tersebut ditawarkan ?
8. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman al-
Qardhu al-Hasan dari BMT ini ?
9. Anggota/nasabah yang bagaimana yang dapat mengajukan pinjaman al-
Qardhu al-Hasan dari BMT ?
10. Berapa jumlah anggota/nasabah yang mendapat pinjaman al-Qardhu al-Hasan
dari BMT sampai saat ini ?
11. Bagaimana perkembangan usaha anggota/nasabah yang mendapatkan
pinjaman al-Qardhu al-Hasan dari BMT ?
12. Langkah apa saja yang dilakukan oleh BMT, apabila ada penyimpangan yang
dilakukan oleh anggota atau nasabah ?
HASIL WAWANCARA
Pertanyaan
13. Berapa jumlah anggota/nasabah yang mendapat pinjaman al-Qardhu al-Hasan
dari BMT sampai saat ini ?
Jawaban : Anggota/nasabah yang meminjam al-Qardhu al-Hasan kepada BMT
Husnayain pada tahun 2007 ada sekitar 15 orang.
14. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman al-Qardhu
al-Hasan dari BMT ini ?
Jawaban :
persyaratannya yaitu : - Menjadi anggota BMT Husnayain
- Fotocopy KTP Suami/Istri dan KK
- Fotocopy Surat Nikah
- Pas Foto Suami/Istri ukuran 4 x 6 = 1 lembar
- Tidak menjual barang haram
15. Anggota/nasabah yang bagaimana yang dapat mengajukan pinjaman al-Qardhu
al-Hasan dari BMT ?
Jawaban : Khususnya anggota/nasabah yang membutuhkan modal awal atau modal
tambahan bagi usaha yang akan dijalankan maupun usaha yang sudah berjalan. Selain
untuk modal usaha pinjaman al-Qardhu al-Hasan juga disalurkan untuk kegiatan-
kegiatan seperti; beasiswa untuk anak yatim dan kaum dhu’afa dari mulai tingkat SD
s/d SMU, santunan bagi fakir-miskin, membantu para korban bencana alam,
mengadakan pembinaan keagamaan bagi masyarakat sekitar khususnya bagi
anggota/nasabah BMT Husnayain, serta pelaksanaan pemotongan hewan Qurban
pada hari Raya Idul Qurban dan disalurkan kepada masyarakat sekitar.
16. Bagaimana perkembangan usaha anggota/nasabah yang mendapatkan pinjaman
al-Qardhu al-Hasan dari BMT ?
Jawaban : Sejauh ini pinjaman al-Qardhu al-Hasan yang sudah diberikan dapat
membantu anggota/nasabah dalam mengembangkan usahanya. Perkembangan usaha
terlihat sudah cukup baik karena sebagian dari nasabah yang pada awalnya meminjam
al-Qardhu al-Hasan ada yang pindah menjadi nasabah pembiayaan murabahah atau
mudharabah dengan sistem bagi hasil.
17. Langkah apa saja yang dilakukan oleh BMT, apabila ada penyimpangan yang
dilakukan oleh anggota atau nasabah ?
Jawaban : Karena pinjaman al-Qardhu al-Hasan adalah pinjaman kebajikan, maka
langkah yang diambil apabila terdapat anggota/nasabah yang menyimpang seperti
contoh pokok pinjaman tidak dapat dikembalikan karena usaha yang dijalankan
merugi, untuk mendapatkan pendapatan yang berlebihan pun tidak mungkin karena
modal saja tidak kembali, jalan satu-satunya adalah dengan mengikhlaskan saja sebab
pinjaman al-Qardhu al-Hasan berasal dari dana ZIS (zakat, infaq dan shadaqah).
Jakarta, 4 Februari 2008
Interviewer Responden
( Rini Yulianti ) ( Asmuni Taher )
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang penulis gunakan untuk memperoleh data yang valid mengenai
efektivitas pemanfaatan al-Qardhu al-Hasan bagi pedagang kecil adalah berbentuk
kuisioner. Kuisioner yang digunakan akan disebar kepada nasabah yang
menggunakan pinjaman al-Qardhu al-Hasan. Kuisioner merupakan salah satu jenis
instrumen pengumpul data yang disampaikan pada responden atau subyek penelitian
melalui sejumlah pertanyaan.
Kuisioner yang digunakan didesain berdasarkan skala model Likert yang
berisikan sejumlah pertanyaan yang menyatakan obyek yang hendak diungkap.
Penskoran atas kuisioner skala model Likert yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada lima alternatif jawaban, sebagaimana yang terlihat di bawah ini :
- Sangat setuju (SS) = 5
- Setuju (S) = 4
- Ragu-ragu (R) = 3
- Tidak setuju (TS) = 2
- Sangat tidak setuju (STS) = 1
Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh data-data penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrumen yang valid dan reliabel.
Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.56
Untuk menguji validitas kuisioner penulis
mengambil pola perhitungan statistik dalam jumlah persentase, artinya setiap data
56 Saifuddin Azwar, reliabilitas dan Validitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 5.
dipersentasekan setelah ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk
setiap alternatif jawaban. Adapun rumus yang digunakan adalah:
P = F x 100 %
n
Keterangan : P = Persentase untuk setiap kategori jawaban
F = Frekuensi Jawaban
n = Jumlah responden
Uji reliabilitas dapat diukur melalui pendekatan reliabilitas konsistensi
internal yang dimiliki oleh suatu instrumen. Konsep reliabilitas menurut pendekatan
ini adalah konsistensi diantara butir-butir pernyataan dan pertanyaan dalam suatu
instrumen. Untuk mengukur konsistensi internal, peneliti hanya memerlukan sekali
pengujian dengan menggunakan teknik statistik tertentu terhadap skor jawaban
responden yang dihasilkan dari penggunaan instrumen yang bersangkutan. Formula
statistik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Wilcoxon dengan
rumus sebagai berikut :57
Z =
Dimana : Z = koefisien wilcoxon
T = selisih terkecil
N = jumlah sampel
57 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, (Jakarta: IKAPI, 2001), h.
148.
T – 1 / 4 N (N +1)
√ 1 / 24(N)(N + 1)(2N + 1)